Porto folio amoebiasis

7
Topik: Disentri amoebiasis dengan dehidrasi sedang Tanggal (kasus) : 31-12-2014 Presenter : dr. Reny Erawati Tanggal presentasi: Pendamping: dr. Haniza Rangkuti Tempat presentasi: RS Petala Bumi Obyektif Presentasi: □ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan Pustaka □ Diagnostic □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa □ Neonates □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil □ Deskripsi: perempuan, 54 tahun dengan disentri amoebiasis dengan dehidrasi sedang □ Tujuan : mengatasi disentri amoebiasis dengan dehidrasi sedang Bahan Bahasan □ Tinjauan pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit Cara Membahas □ Diskusi □ Persentasi dan Diskusi □ Email □ Pos Data Pasien: Nama: Ny. N No. Registrasi: Nama Wahana: RS Petala Bumi Terdaftar sejak: 31-12-2014 Data utama untuk bahan diskusi: 1. Diagnosis / gambaran klinis: disentri amoebiasis dengan dehidrasi sedang 2. Riwayat pengobatan: pasien rutin mengkonsumsi obat amlodipin dan simvastatin. 3. Riwayat kesehatan/penyakit: pasien tidak pernah mengalami hal ini sebelumnya. 4. Riwayat keluarga/masyarakat: - 5. Riwayat pekerjaan: ibu rumah tangga 6. Lain-lain: - Daftar Pustaka: 1. A. Samik Wahab, Prof.dr. 1993., Imunologi III. Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta. 2. Brotowidjoyo, MD. 1987. Parasit dan Parasitisme. Media Sarana Press. Jakarta. 3. Napitupulu Tumpal, Dr, MPH., Protozologi Kedokteran. Fakultas Kedokteran Universitas 1

Transcript of Porto folio amoebiasis

Page 1: Porto folio amoebiasis

Topik: Disentri amoebiasis dengan dehidrasi sedang

Tanggal (kasus) : 31-12-2014 Presenter : dr. Reny Erawati

Tanggal presentasi: Pendamping: dr. Haniza Rangkuti

Tempat presentasi: RS Petala Bumi

Obyektif Presentasi:

□ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan Pustaka

□ Diagnostic □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa

□ Neonates □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil

□ Deskripsi: perempuan, 54 tahun dengan disentri amoebiasis dengan dehidrasi sedang

□ Tujuan : mengatasi disentri amoebiasis dengan dehidrasi sedang

Bahan Bahasan □ Tinjauan pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit

Cara Membahas □ Diskusi □ Persentasi dan Diskusi □ Email □ Pos

Data Pasien: Nama: Ny. N No. Registrasi:

Nama Wahana: RS Petala Bumi Terdaftar sejak: 31-12-2014

Data utama untuk bahan diskusi:

1. Diagnosis / gambaran klinis: disentri amoebiasis dengan dehidrasi sedang

2. Riwayat pengobatan: pasien rutin mengkonsumsi obat amlodipin dan simvastatin.

3. Riwayat kesehatan/penyakit: pasien tidak pernah mengalami hal ini sebelumnya.

4. Riwayat keluarga/masyarakat: -

5. Riwayat pekerjaan: ibu rumah tangga

6. Lain-lain: -

Daftar Pustaka:1. A. Samik Wahab, Prof.dr. 1993., Imunologi III. Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta.2. Brotowidjoyo, MD. 1987. Parasit dan Parasitisme. Media Sarana Press. Jakarta.3. Napitupulu Tumpal, Dr, MPH., Protozologi Kedokteran. Fakultas Kedokteran Universitas

1

Page 2: Porto folio amoebiasis

Sumatera Utara Medan.4. Sri Oemijati, Prof.dr.dkk., 1988. Parasitologi Kedokteran. Bina Cipta Bandung.5. Srisasi Gandhusada, dr, dkk., Parasitologi Kedokteran, 1992. Fakultas Kedokteran U.I. Jakarta. Edisi Kedua.

Hasil Pembelajaran:1. Diagnosis disentri amoebiasis dengan dehidrasi sedang

2. Pathogenesis disentri amoebiasis dengan dehidrasi sedang

3. Perbedaan disentri basilaris dan disentri amoeba

4. Penatalaksanaan disentri amoebiasis dengan dehidrasi sedang

5. Pencegahan disentri

SUBYEKTIF

Pasien perempuan, 54 tahun datang ke RS Petala Bumi dengan keluhan mencret ±8x sejak 1 hari sebelum masuk rs. Air >> ampas, lendir (+), darah (+), warna seperti cucian beras disangkal. Mual (+), muntah (+) >2x/hr sejak 1 hari ini, jumlah muntah ± ½ aqua gelas, berisi makanan. Pasien merasa haus.

Riwayat hipertensi (+) sejak 5 tahun ini.

Riwayat pengobatan yaitu rutin minum amlodipin 1x5 mg dan simvastatin 1 x 1.

OBYEKTIF

Pada pemeriksaan fisik didapatkan:

Kesadaran: compos mentis.

TD : 140/80 mmHg

HR : 80x/menit

RR : 18x/menit

Temp : 37,7 0C

Status Generalis:

Mata : cekung (+/+), pupil isokor, conj. Anemis (-/-), skelera ikterik (-/-).

Mulut : lidah kering

ThoraksAuskultasi : cor : BJ I/II regular, murmur -, gallop –

2

Page 3: Porto folio amoebiasis

Pulmo : vesikuler kanan = kiri, ronkhi -/-, wheezing -/-Abdomen : cembung, soepel, nyeri tekan (+) terutama pada hipogastrik kiri hingga epigastrium dan iliaka kanan, bising usus meningkat.

Ekstremitas atas : turgor kembali lambat, sianosis -/-, edema -/-

Ekstremitas bawah : turgor kembali lambat, sianosis -/-, edema -/-

Pemeriksaan lab:

Darah rutin

• Hb : 13,2

• Ht : 38,7

• Leukosit : 11.100

• Trombosit : 259.000

Urine rutin:

• Warna : kuning jernih

• Berat jenis : 1.020

• pH : 6

• protein : negatif

• reduksi : negatif

• bilirubin : negatif

• urobilinogen : negatif

• nitrit : negative

• eritrosit : 1-2

• leukosit : 2-4

feses rutin sudah dianjurkan tapi juga tidak ditampung pasien dan sampai pasien sembuh feses juga tidak di periksa.

ASSESMENT

3

• Epithel : positif

• Bakteri : negatif

• Sel ragi : negatif

• Silinder ; negatif

• Kristal : negatif

Page 4: Porto folio amoebiasis

Dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dapat disimpulkan diagnosis pada pasien adalah disentri amoeba dengan dehidrasi sedang.

Diare adalah bab cair ( air > ampas ), freq > 3 x dalam sehari /dlm 24 jam terakhir.

Amoebiasis adalah suatu keadaan terdapatnya entamoeba histolytica dengan atau tanpa manifestasi klinik, dan disebut sebagai penyakit bawaan makanan (Food Borne Disease).

Entamoeba histolytica juga dapat menyebabkan Dysentery amoeba, penyebarannya kosmopolitan banyak dijumpai pada daerah tropis dan subtropis terutama pada daerah yang sosio ekonomi lemah dan hugiene sanitasinya jelek.Jenis diare:

a. Diare akut,yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya kurang dari 7 hari).

b. Diare kronik, yaitu diare yang gejala dan tanda sudah berlangsung > 2 minggu sebelum datang berobat atau sifatnya berulang.

c. Disentri, yaitu diare yang disertai darah dan lendir dalam tinjanya.d. Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus menerus.

Akibat dari diare persisten adalah penurunan berat badan dan gangguan metabolisme.

PathogenesisDaur hidup E. histolytica sangat sederhana, dimana parasit ini didalam usus besar akan memperbanyak diri. Dari sebuah kista akan terbentuk 8 tropozoit yang apabila tinja dalam usus besar konsistensinya padat maka, tropozoit langsung akan terbentuk menjadi kista dan dikeluarkan bersama tinja, sementara apabila konsistensinya cair maka, pembentukan kista terjadi diluar tubuh. (Brotowidjoyo, 1987).Amoebiasis terdapat diseluruh dunia (kosmopolit) terutama didaerah tropik dan daerah beriklim sedang. Dalam daur hidupya Entamoeba histolytica memiliki 3 stadium yaitu : 1. Bentuk histolitika.2. Bentuk minuta.3. Bentuk kista.Bentuk histolitika dan bentuk minuta adalah bentuk trofozoit. Perbedaan antara kedua bentuk trofozoit tersebut adalah bahwa bentuk histolitika bersifat patogen dan mempunyai ukuran yang lebih besar dari bentuk minuta. Bentuk histolytica ini patogen dan dapat hidup dijaringan usus besar, hati, paru, otak, kulit dan vagina. Bentuk ini berkembang biak secara belah pasang di jaringan dan dapat merusak jaringan tersebut sesuai dengan nama spesiesnya Entomoeba histolitica (histo = jaringan, lysis = hancur).

Perbedaan disentri basilaris dan disentri amoeba:

Disentri basiler Disentri amoeba• Etiologi: shigella dysentriae, shigella

flexneri, shigella boydii, shigella sonnei• Entamoeba hystolitica

• Febris tinggi: khasnya 2 hari febris turun diare.

• Febris jarang tinggi timbul perlahan-lahan (kronis)

• Klinis bisa akut sampai berat disebut • Klinis tidak begitu hebat disebut

4

Page 5: Porto folio amoebiasis

lying down dysentri walking dysentri• Bab > 10x/hr • Bab 6-8x/ hari

• Inkubasi: 2 hari • Inkubasi: > 20 hari ( 3 bulan)

• Tenesmus ad ani sangat menonjol, terutama di colon sigmoid

• Tenesmus ad ani kurang menonjol, bisa dirasakan di colon sigmoid, colon descenden, colon transversum, ascenden dan caecum.

• Nyeri perut biasanya dirasakan dikiri bawah.

• Nyeri perut dirasakan biasanya dikanan bawah

• Pemeriksaan penunjang: leukositosis pada stadium akut, seroamoeba (-)

• Leukositosis terus menerus, seroamoeba (+).

• Feses: macropag (+) • Macrophage (-)• Mukosa diantara usus meradang, ulkus

tidak bergaung (ulcus transversa)• Mucosa diantara usus utuh, ulcus

bergaung atau dalam atau “flask shaped” (ulcus longitudinal)

• Komplikasi: arthritis, conjungtivitis, haemorroid.

• Komplikasi: abses hepar (sering), abses kulit, abses cerebri (jarang).

• Terapy: cotrimoxazole 2x2 tab/hari selama 7 hari atau tetrasiklin 4x500 mg selama 7 hari.

• Terapi: metronidazole 3x 750 mg selama 5-10 hari.

Penatalaksanaan:Beberapa obat amoebiasis yang penting adalah :

1. Emetin Hidroklorida.Obat ini berkhasiat terhadap bentuk histolitika. Pemberian emetin ini hanya efektif bila diberikan secara parenteral karena pada pemberian secara oral absorpsinya tidak sempurna. Toksisitasnya relatif tinggi, terutama terhadap otot jantung. Dosis maksimum untuk orang dewasa adalah 65 mg sehari. Lama pengobatan 4 sampai 6 hari.Pada orang tua dan orang yang sakit berat, dosis harus dikurangi. Pemberian emetin tidak dianjurkan pada wanita hamil, pada penderita dengan gangguan jantung dan ginjal.

2. Klorokuin.Obat ini merupakan amoebisid jaringan, berkhasiat terhadap bentuk histolytica. Efek samping dan efek toksiknya bersifat ringan antara lain, mual, muntah, diare, sakit kepala. Dosis untuk orang dewasa adalah 1 gram sehari selama 2 hari, kemudian 500 mg sehari selama 2 sampai 3 minggu.

3. Anti Biotik.Tetrasiklin dan eritomisin bekerja secara tidak langsung sebagai amebisid dengan mempengaruhi flora usus. Peromomisin bekerja langsung pada amoeba. Dosis yang dianjurkan adalah 25 mg/kg bb/hari selama 5 hari, dierikan secara terbagi.

4. Metronidazol (Nitraomidazol).

5

Page 6: Porto folio amoebiasis

Metronidazol merupakan obat pilihan, karan efektif terhadap bentuk histolytica dan bentuk kista. Efek samping ringan, antara lain, mual, muntah dan pusing. Dosis untuk orang dewasa adalah 2 gram sehari selama 3 hari berturut-turut dan diberikan secara terbagi.

Pencegahan:- kebersihan perorangan (personal hygiene)

mencuci tangan dengan bersih sesudah mencuci anus dan sebelum makan.- kebersihan lingkungan (environmental hygiene).

1. Memasak air minum, mencuci sayuran sampai bersih atau memasaknya sebelum dimakan

2. Buang air besar dijamban3. Tidak menggunakan tinja manusia untuk pupuk4. Menutup dengan baik makanan yang dihidangkan untuk menghindari kontaminasi

oleh lalat, tikus dan lipas.5. Membuang sampah ditempat sampah yang ditutup untuk menghindari lalat.

PLAN

Diagnosis : disentri amoeba dengan dehidrasi sedang.

Pengobatan :

• IVFD RL loading ½ kolf selanjutnya 30 gtt/menit.

• Drip metronidazole 500 mg/ 12 jam.

• Drip ciprofloxacin 200 mg/ 12 jam.

• Inj. Ranitidine 1 amp/ 24 jam.

• Magalat 3x C1

• Scantoma 3x1

• Amlodipin 1x5 mg

Pendidikan : edukasi ke pasien untuk menjaga hygiene perorangan dan lingkungan untuk mencegah infeksi yang menjadi salah satu penyebab diare.

Konsultasi : dijelaskan secara rasional tentang penatalaksanaan yang dilakukan.

Rujukan : pada pasien ini dilakukan rujukan kepada dokter spesialis penyakit dalam.

6

Page 7: Porto folio amoebiasis

Metronidazol merupakan obat pilihan, karan efektif terhadap bentuk histolytica dan bentuk kista. Efek samping ringan, antara lain, mual, muntah dan pusing. Dosis untuk orang dewasa adalah 2 gram sehari selama 3 hari berturut-turut dan diberikan secara terbagi.

Pencegahan:- kebersihan perorangan (personal hygiene)

mencuci tangan dengan bersih sesudah mencuci anus dan sebelum makan.- kebersihan lingkungan (environmental hygiene).

1. Memasak air minum, mencuci sayuran sampai bersih atau memasaknya sebelum dimakan

2. Buang air besar dijamban3. Tidak menggunakan tinja manusia untuk pupuk4. Menutup dengan baik makanan yang dihidangkan untuk menghindari kontaminasi

oleh lalat, tikus dan lipas.5. Membuang sampah ditempat sampah yang ditutup untuk menghindari lalat.

PLAN

Diagnosis : disentri amoeba dengan dehidrasi sedang.

Pengobatan :

• IVFD RL loading ½ kolf selanjutnya 30 gtt/menit.

• Drip metronidazole 500 mg/ 12 jam.

• Drip ciprofloxacin 200 mg/ 12 jam.

• Inj. Ranitidine 1 amp/ 24 jam.

• Magalat 3x C1

• Scantoma 3x1

• Amlodipin 1x5 mg

Pendidikan : edukasi ke pasien untuk menjaga hygiene perorangan dan lingkungan untuk mencegah infeksi yang menjadi salah satu penyebab diare.

Konsultasi : dijelaskan secara rasional tentang penatalaksanaan yang dilakukan.

Rujukan : pada pasien ini dilakukan rujukan kepada dokter spesialis penyakit dalam.

6