Polio

9
Divisi : Protophyta Kelas : Mikrotatobiotes Ordo : Virales Famili : Picornaviridae Genus : Enterovirus Species: Poliovirus Virus polio yang termasuk dalam genus enterovinis dari Famili Picornmiridae terdiri dari tiga serotype yaitu tipe- 1,tipe-2 dan tipe-3, seperti virus entero yang lain, Kekecilan virus ini tidak hanya dari ukuran partikelnya saja, tetapi juga dari ukuran panjang genomnya. Virus ini memiliki diameter sekitar 30 nm berbentuk ikosahedral sampul (envelope) dengan genom RNA, single stranded messenger molecule. Single stranded RNA membentuk hampir 30% bagian virion dan sisanya terdiri atas 4 protein besar (VP1- 4) dan satu protein kecil (Vpg). dan memiliki RNA benang positif (positive strand RNA) sebagai genomnya dengan panjang sekitar 7.5 kilobasa. tidak mempunyai kapsul, virion polipeptida tersusun simetri cubical, diameter 27 nm, RNA rantai tunggal, mengandung 42 kapsomer, terdiri dari 89 galur. Arena virionnya tidak mempunyai envelope yang mengandung lipid sehingga tidak dipengaruhi oleh zat pelarut lemak seperti ether atau sodium dioxcholate. Adanya magnesium chloride akan menyebabkan virus polio tetap aktif, dan zat tersebut biasa dipakai untuk menstabilkan vaksin. Virus polio berkembang biak dalam sel yang terinfeksi. Virus yang telah masak akan keluar dari sel yang lisis. Dilaboratorium, virus tersebut dapat

description

asal

Transcript of Polio

Page 1: Polio

Divisi : Protophyta

Kelas : Mikrotatobiotes

Ordo : Virales

Famili : Picornaviridae

Genus : Enterovirus

Species: Poliovirus

Virus polio yang termasuk dalam genus enterovinis dari Famili Picornmiridae terdiri dari tiga

serotype yaitu tipe- 1,tipe-2 dan tipe-3, seperti virus entero yang lain, Kekecilan virus ini tidak

hanya dari ukuran partikelnya saja, tetapi juga dari ukuran panjang genomnya. Virus ini

memiliki diameter sekitar 30 nm berbentuk ikosahedral sampul (envelope) dengan genom RNA,

single stranded messenger molecule. Single stranded RNA membentuk hampir 30% bagian

virion dan sisanya terdiri atas 4 protein besar (VP1-4) dan satu protein kecil (Vpg). dan memiliki

RNA benang positif (positive strand RNA) sebagai genomnya dengan panjang sekitar 7.5

kilobasa. tidak mempunyai kapsul, virion polipeptida tersusun simetri cubical, diameter 27 nm,

RNA rantai tunggal, mengandung 42 kapsomer, terdiri dari 89 galur.

Arena virionnya tidak mempunyai envelope yang mengandung lipid sehingga tidak

dipengaruhi oleh zat pelarut lemak seperti ether atau sodium dioxcholate. Adanya magnesium

chloride akan menyebabkan virus polio tetap aktif, dan zat tersebut biasa dipakai untuk

menstabilkan vaksin. Virus polio berkembang biak dalam sel yang terinfeksi. Virus yang telah

masak akan keluar dari sel yang lisis. Dilaboratorium, virus tersebut dapat ditumbuhkan pada

biakan jaringan primer dan berkelanjutan dari berbagai jaringan manusia maupun kera. Ketiga

tipe virus tersebut masing-masing dapat dibedakan secara intratipik yaitu dengan menggunakan

cara baru dari biologimolekuler. Agar nomenklatur dari virus tersebut seragam maka diberikan

nama menurut tipe negara asal atau tempat asal nomer strain dan tahun isolasinya.

Page 2: Polio

Gambar 1. Perbandingan kelompok virus Picornaviridae dengan kelompok virus lainnya.

Virus polio yang terdiri atas tiga strain, yaitu strain 1 (brunhilde), strain 2 (lanzig), dan strain

3 (leon). Strain 1 seperti paling paralitogenik atau paling ganas dan sering menyebabkan kejadian

luar biasa (wabah), sedangkan strain 2 paling jinak.

Sifat penting :

RNA : rantai tunggal, polaritas positif, segmen tunggal, replikasi RNA melalui pembentukan

RNA komplementer yang bertindak sebagai cetakan sintesis RNA genom.

Virion : tak berselubung, bentuk ikosahedral, tersusun atas empat jenis protein utama. Diameter

virion 28-30 nm.

Replikasi dan morfogenesis virus terjadi di sitoplasma.

Spektrum hospes sempit.

Poliomyelitis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus polio, biasanya

menyerang pada anak-anak balita dan dapat menyebabkan kelumpuhan yang bersifat akut dan

layuh(lemas). Penyakit ini dapat dicegah dengan melakukan vaksinasi pada anak. Apabila vaksin

diberikan dengan lengkap maka anak akan mendapatkan kekebalan seumur hidupnya. Ada dua

jenis vaksin yang digunakan di dunia yaitu vaksin dari virus yang dilemahkan yang diberikan

secara oral. Vaksin yang lain adalah vaksin dari virus yang dimatikan yang disebut dengan

inaktif polio vaksin, diberikan pada anak secara suntikan. Di Indonesia kasus poliomyelitis sejak

Page 3: Polio

tahun 1996 sudah tidak ada lagi dan ini dibuktikan dengan pemeriksaan isolasi virus polio dari

tinja anak yang menderita lumpuh layuh acut (AFP= Actit flaccid Paralysis). Akan tetapi pada

tahun 2005 terjadi wabah poliomyelitis pada anak balita diseluruh pulau Sumatera kecuali

Sumatera Barat dan Bengkulu. Dan di Pulau Jawa kecuali D.I.Yogyakarta. Wabah tersebut

disebabkan oleh adanya infeksi virus polio import dari Nigeria melalui Arab Saudi yang

kemungkinan dibawa oleh para TKI atau Jemaah Haji.

Penyebaran Virus Polio

Pintu masuk (portdentre) dari virus polio ini adalah mulut. Perkembang biakan virus mula-

mula terjadi di oropharing atau intestinum, dan dalam beberapa hari virus dapat muncul di darah.

Penyebaran utamanya melalui kontak dengan manusia. Mulut adalah tempat masuknya virus,

dan perkembangbiakan pertama terjadi di orofaring atau usus. Virus selalu ada pada tenggorokan

dan dalam tinja sebelum timbulnya penyakit. Di luar tubuh manusia, virus ini hanya mampu

bertahan hidup sebentar. Seminggu setelah serangan, virus di tenggorokan tinggal sedikit, tetapi

virus tetap dikeluarkan dalam tinja selama beberapa minggu, meskipun terdapat kadar antibody

yang tinggi dalam darah. Virus Polio memasuki aliran darah melalui sistem limfatik. Virus yang

berasal dari aliran darah dapat menyerang susunan syaraf pusat jika tubuh tidak memiliki cukup

antibodi. Melalui sistem saraf pusat tersebut, virus menyebar di sepanjang serabut saraf dimana

pada proses perkembangan virus secara intraselular virus akan merusak motor neuron yang

mengakibakan kelumpuhan flaksid. Sensory neuron tidak mengalami kerusakan.

Virus Polio biasanya terjadi pada musim tertentu dari musim hujan ke musim panas dan

sebaliknya. Umumnya penyakit ini menimpa anak umur di bawah 3 tahun, dan kalau terkenanya

pada anak lebih dari 3 tahun keadaannya menjadi lebih berat. Polio lebih sering mengenai anak

laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan dan juga lebih berat pada laki-laki.

Sifat Virus Polio

Virus polio bersifat stabil pada PH asam selama 1-3 jam. Virus polio menjadi tidaka ktif jika virus tersebut dipanasi pada suhu 56°C selama 30 menit. Siklus infeksinya berjalan sempurna setelah sekitar 6 jam, virus tersebut dapat hidup diair dan manusia, meskipun juga bisa terdapat pada sampah dan lalat.

Page 4: Polio

Isolasi dan Identifikasi Virus Polio

Spesimen Untuk Isolasi Virus

Semua specimen untuk isolai virus harus dikumpulkan secepatnya setelah timbul gejala

penyakit. Kontaminasi specimen untuk isolasi virus ini harus dicegah atau dihindari. Beberapa

specimen untuk isolasi virus:

1. Tinja.

Spesimen tinja merupakan satu-satunya specimen yang bermanfaat dan sebaiknya dalam

7hari setelah timbul gejala. Pengeluaran virus dalam tinja dapat terjadi terus-menerus, maka

dilakukan pengumpulan tinja dua kali dengan jarak 24-48 jam.Tinja sebesar kuku ibu jari orang

dewasa(4-8gram)diambil, lalu dimasukkan dalam tempat tinja dari plastik, dan plastic tersebut

harus kering bersih, tidak bocor dan tertutup rapat. Bila tinja tidak dapat diperoleh misalnya

kesulitan pengambilan atau sedang dilapangan, tinja dapat diambil dengan menggunakan

straw(pipasedotan). Straw ini khusus dibuat dari plastic dan dapat diperoleh di EPI/WHO. Straw

ini dimasukkan dalam rectum secara perlahan-lahan dan dengan sedikit gerakan, tinja dalam

jumlah cukup dapat diperoleh.Straw yang berisi tinja dimasukkan dalam botol kering, bersih dan

tertutup rapat.

2. ApusTenggorokan

Apus tenggorokan steril diusapkan perlahan ke dinding tonsil bagian belakang pharing,

setelah keluar lidi dipotong dibawah ujung kapas. Ujung kapas dimasukkan dalam botol srew cap

berisi Virus Transport Media (VTM). Apus tengorokan agak kurang bermanfaat mengingat virus

polio hanya berada di oropharynx 7-10 hari setelah onset penyakit.

3. CairanSerebrospinal

Dua sampai 3cc cairan cerebrospinal dimasukkan dalam vial screw cap tanpa VTM.

4. Nekroskopi

Jaringan Nekroskopi

Diambil pada jaringan otak, servikal, lumbarkord, medulla dan pons pada penderita yang

meninggal. Spesimen dimasukkan dalam vial screw cap dengan VTM yang cukup agar specimen

tetap basah. Besarnya jaringan yang diambil sekitar 1cm

Page 5: Polio

Virus dapat di isolasi dari usap tenggorokan sebelum dan pada waktu gejala pertama timbul.

Masa inkubasi biasanya antara 7-14 hari tetapi dapat bervariasi antara 3-35 hari. Satu minggu

setelah serangan penyakit hanya sedikit virus didapatkan ditenggorokan, tetapi virus dalam

jumlah besar terus dikeluarkan melalui tinja sampai beberapa minggu meskipun antibody

humoral telah terbentuk pada periode yang sama. Virus dari darah dapat menyerang susunan

saraf pusat, kecuali bila antibody netralisasi sudah terbentuk dengan titer yang cukup tingi untuk

memblokir invasi virus tersebut. Isolasi virus juga dapat dilakukan dengan cara mengambil

specimen tinja dari penderita dan kontak personnya dua kali pengambilan dengan interval 24

jam. Kemudian melakukan inokulasi suspensi tinja ke dalam cell culture (Hep-2 dan RD-50 cell

line). Kemudian isolat yang menunjukkan adanya cytopathic effect (CPE) dilakukan identifikasi

dengan menggunakan anti-sera polio dan anti-sera entero virus pool. Untuk melihat keganasan

dari virus yang ditemukan dilakukan dengan RCT- 40 marke test.

Pemeriksaan Laboratorium

Pengumpulan Spesimen :

1.Cara Pengumpulan Spesimen

Beberapa cara pengumpulan specimen dibedakan menurut:

a.Untuk penderita yang tidak dirawat: tinja.

b.Untuk penderita yang dirawat:

-Flaccid paralisis: tinja, apus tenggorokan.

-Meningo-enchepalitis: tinja, apus tenggorokan dan cairan serebrospinal.

-Kematian: specimen nekrocopi; jaringan dari brain stem, spinal cord dan decending colon

dan serum.

A. Specimen untuk test Serologi.

Spesimen yangdigunakan adalah serum darah. Diagnosis ini secara rutin tidak lagi

direkomendasikan karena kesulitan interpretasi pada testnya terutama apabila cakupan imunisasi

polio telah tinggi.Untuk survey serologi cukup diambil satu spesimen, yang memerlukan 5cc

darah. Pengambilan darah dapat menggunakan filter paper. Filter paper yang digunakan adalah

filter khusus. Jumlah filter paper yang dibutuhkan sangat tergantung dari merk/ukuran/ketentuan

dari pembuatnya.

Page 6: Polio

2. Cara Penyimpanan dan Pengiriman.

*Suhu

Jumlah virus atau antibody yang ada dalam specimen pada test laboratorium sangat

tergantung pada suhu penyimpanan, baik waktu disimpan maupun waktu dalam pengiriman.

Spesimen jangan berulang kali dibekukan atau dicairkan. Suhu beku (-20°C) dan waktu

pengiriman suhu 0-8°C.

*Alat atau bahan pengiriman

Bahan untuk pengiriman specimen dapat terkontaminsi dengan virus maka harus

dimusnahkan, atau dibuat alat yang dapat disterilkan sehingga dapat dipakai ulang. Didalam satu

lemari es jangan ditempatkan specimen polio dengan vaksin polio. Pendinginan dapat dilakukan

dengan dry ice, esbatu/coWpack. Untuk dry ice harus dipastikan bahwa selanjutnya akan dapat

dry ice terus. Di dalam box/icebox/thermos, botol specimen harus dibungkus dengan

plastik/kantong plastic yang rapat. Diluarnya ada kertas penyerap kalau bocor. Di luar box diberi

tanda bahan menular.

3. Diagnosis Laboratorium

Diagnosis laboratorium termasuk tes darah rutin. Mungkin ada mengangkat sel-sel darah

putih.

a) Virus Polio dapat diambil dari daerah faring atau tinja pada orang yang dicurigai terkena

poliomyelitis. Isolasi virus dari cairan serebrospinal sangat diagnostic , tetapi hal itu

jarang dikerjakan.

b) Bila virus polio dapar disolasi dari seorang dengan paralisis flasid akut harus dilanjutkan

dengan pemeriksaan menggunakan cara “oligonucleoride mapping” (finger printing) atau

“genomic sequencing” , untuk menentukan apakah virus tersebut termasuk virus liar atau

virus vaksin.

c) Dengan cara serelogis yaitu mengukur zat anti menetralisasi (neutralizing antibody) yang

muncul awal dan mungkin ditemukan meningkatkan tinggi pada saat penderita masuk

rumah sakit olej karena itu dapat terjadi kenaikan 4 kali yang tidak diketahui.

d) Pemeriksaan cairan serebrospinal pada infeksi virus polio , umumnya terjadi kenaikan

jumlah sel leukosit (10-200 sel/mm³ , yang sebagian besar limfosid) dan terjadi kenaikan

kadar protein ringan dari 40-50 mg/100 ml.

Page 7: Polio