Polifarmasi Gerontik Present
Transcript of Polifarmasi Gerontik Present
LOGO
“ Add your company slogan ”
Polifarmasi Gerontik
Herlin Sulita S.Farm., M.Sc., Apt.
POLIFARMASI
GERIATRI
Pasien usia lanjut yang biasanya menderita lebih dari 1 penyakit (komplikasi)
59 % lansia mengeluhkan 4 penyakit,
28 % 6 penyakit dan 13 % 8 penyakit (Mustofa, 1995).
pemakaian banyak obat sekaligus pada seorang pasien lebih dari yg dibutuhkan secara logis-rasional
Serupa tapi tidak sama Pasien geriatri adalah usia lanjut dengan : - Beberapa penyakit - Masalah biopsikososial
Usia Lanjut Vs Geriatri
Karakteristik Geriatri
Usia > 60 tahun
Multipatologi → Polifarmasi(peny. Degenaratif/kronik,
peny tumpang tindih)
Fungsi organ me↓(mudah gagal pulih)
Gangguan status fungsional(fase penyembuhan lambat)
Gangguan nutrisi → m’pengaruhi respon tx &penyembuhan
Karakteristik PasienGeriatri
Karakteristik PasienGeriatri
Geriatri/Lansia, - biasanya dalam pengobatan akan mendapatkan obat
dalam jumlah yang banyak.
- mengalami kemunduran fungsi fisiologi tubuhnya
sehingga kemungkinan dapat menimbulkan reaksi tak
diduga dalam pengobatan. Hal inilah yang perlu
perhatian yang khusus dan terkadang dapat
menimbulkan problem saat memberikan informasi obat.
- Ketidakmampuan fisik (ex. Kehilangan pendengaran,
gangguan penglihatan, gang. berbicara, dll)
- pe↓ kemampuan mengurus diri sendiri, p ↓ asupan
cairan&makanan, menderita lebih dari 1 macam penyakit
FISIK(jasmani)
SOSIO -EKONOMIK&lingk.
Mental (psiko-logik)
FUNGSIONAL
FAKTOR-FAKTOR BERINTERAKSI SECARA KOMPLEKS
Masalah Umum Usia Lanjut
• Gangguan fungsi
kognitif
• Depresi
• Instabilitas
• Imobilisasi
• Inkontinensia urin
SINDROM GERIATRI
Kumpulan gejala dan atau tanda klinis, dari satu atau lebih penyakit, yang sering dijumpai pada pasien geriatri (inkontinensia urin, dehidrasi, instabilitas, jatuh, fraktur, patah tulang, dekubitus, depresi, infeksi, status nutrisi, dll).
- Perlu penatalaksanaan segera - Identifikasi penyebab - Comprehensive geriatric assessment
D elirium, R estricted mobility, retensionI nfection, inflammation, impactionP olyuria, pharmaceutic
Perubahan proses menua :
• Kapasitas kk • Otot dasar panggul • Kontraksi otot kk abnormal• Residu urin kk banyak• Hipertrofi prostat• Produksi urin malam
INKONTINENSIA URIN- tipe stres - tipe overflow- tipe urgensi - tipe campuran
INSTABILITAS, JATUH DAN PATAH TULANGPerubahan proses menua : • panjang langkah (step) • lingkup sendi ankle• keterbatasan muskuloskeletal• rotasi spinal • input sensorik • respon motorik melambat• ayunan lengan
Instabilitas
Falls Fraktur
Kardiovaskular, artritis, kondisi ortopedik lain
• Rasa Nyeri• Imobilisasi• Gangguan asupan makanan dan cairan
INFEKSI
Faktor predisposisi infeksi pada usila
Imunitas menurun- Atropi timus- Perubahan respon
sitokin- Efek komorbiditas- T-sel
Komorbiditasmempengaruh innate immunity
Nutrisi- Kurang energi-protein- Defisiensi mikronutrien- Anoreksia dan asupan
makanan
Status Nutrisi
Gangguan nutrisi :
- mempengaruhi status imun & keadaan umum
- sering tidak terdeteksi secara dini Pengkajian status nutrisi
- Anamnesis gizi (asupan kalori, protein, lemak,
vitamin, mineral, serat)
- Antropometrik (IMT dengan TL)
- Biokimiawi (albumin dan Hb)
Instabilitas
Jatuh Inkontinensia urin Infeksi
Fraktur Kesadaran
Hipotermia Imobilisasi
Depresi Gangguan
Ulkus tidur
Trombosis vena
Pneumonia
ISK Dehidrasi konstipasi
Atrofi otot
Asupan makanan Malnutrisi
Tanda/simptom baru
Efek samping ↑↑
Terapi lanjutan
Bermacamproblem
klinisPolifarmasi
Lansia
Masalah penggunaan obat pd lansia
Faktor pasien
perubahan farmakodinamik dan farmakokinetik karena umur, interaksi obat-penyakit dan obat-obatan, fisiologi tubuh melemah
Masalah polifarmasi
lansia
Faktor sistem
fragmentasi perawatan (polydoctoring/ prescribing cascade)
Masalah polifarmasi lansia
Penyakit utama pd lansia
HT Gagal jantung Infark miokard Gang ritme jantung DM Gang. Fungsi ginjal&hati Gang. Kognitif, keseimbangan badan Gang. Penglihatan&pendengaran
Sistem KV
Menyebabkan lansia memperoleh pengobatan yg beragam
Farmakokinetik Obat pd lansia
Absorbsi
Dipengaruhi oleh perubahan kebiasaan makan, tingginya konsumsi obat-obat non resep (misalnya antasida, laksansia) dan lebih lambatnya kecepatan pengosongan lambungPada lansia : tjd perubahan pd saluran GI, pe↑ pH lambung, perubahan wkt pengosongan lambung&gerak sal cerna
Distribusi
perub komposisi tubuh (cairan&lemak), trj pe↑ lemak tubuh & pe↓ albumin plasma (me↑ fraksi obat bebas&aktif
shg efek obt ↑↑ → perlu penurunan dosis)
Farmakokinetik Obat pd lansia
Metabolisme di hati
Terjadi pe ↓ kemampuan hepar dlm proses penyembuhan penyakit dan pe↓ aliran darah hepar → mempengaruhi kemampuan metabolisme obat di hepar → perpanjangan waktu paruh obat
Ekskresi
Pd lansia, fungsi ginjal me↓, aliran darah ke ginjal ↓ (kecepatan filtrasi glomerolus m ↓) dan fungsi tubulus m ↓
Perhatian khusus pd obat2 yg banyak bekerja/ diekskresikan di ginjal (ex. penisilin, litium, antineoplasma, aminoglik, digoksin dll) dan obat2 yg dimetabolisme ke bentuk aktif (ex. metildopa, levodopa, spironolakton, dll)
Farmakodinamik
Respon seluler pada lansia secara keseluruhan me↓ terhadap pengobatan
ex. agonis untuk terapi asma bronkial → butuh dosis yg lebih besar, namun ES juga besar → IT obat me↓
Interaksi Farmakodinamik
Menyebabkan respon reseptor obat buruk → dosis harus disesuaikan (di↓ kan)
Ex. Opioid&benzodiazepin → efek thd SSP dan pd dosis normal menyebabkan kantuk
Dosis Obat Geriatrik
65-74 tahun65-74 tahun 75-84 tahun75-84 tahun > 85 tahun> 85 tahun
Dosis Lazim–10%
Dosis Lazim–20%
Dosis Lazim–30%
ESO pada Lansia
Makin banyak jenis obat yg diresepkan → ES ↑↑ Obat yg sering menimbulkan ES pd lansia a.l
analgetik, antihipertensi, antiparkinson, antipsikotik, sedatif & obat2 GI
ES yg paling sering tjd a.l hipotensi postural, ataksia, kebingungan, retensi urin, dan konstipasi
Tingginya angka kejadian ESO berkaitan erat dengan kesalahan peresepan oleh dokter, kesalahan pemakaian oleh pasien maupun ketidakjelasan dlm informasi pengobatan
a. Kesalahan peresepan Dapat tjd akibat dokter kurang memahami adanya perubahan
farmakokinetik/farmakodinamik pd lansia. Ex.Simetidin
- ES yang cukup sering (misalnya halusinasi dan reaksi psikotik), - Simetidin dapat menghambat metabolisme berbagai obat
(seperti warfarin, fenitoin dan beta blocker) → perlu penetapan
dosis agar tidak menimbulkan efek toksik yang fatal karena
meningkatnya kadar obat dalam darah secara mendadak.
b. Kesalahan pasien banyak pasien lansia yg mengkonsumsi obat OTC → resiko
membahayakan Ex. antihistamin (efek sedasi), jika diberikan pada pasien dengan
gangguan fungsi kognitif akan memberi efek samping yang serius. Demikian pula obat-obat dengan kandungan zat yang mempunyai aksi antimuskarinik akan menyebabkan retensi urin (pada penderita laki-laki) atau glaukoma, yang penanganannya akan jauh lebih sulit dibanding penyakitnya semula.
c. Ketidak-jelasan informasi pengobatan karena beragamnya obat yang diberikan oleh dokter• Dapat dipicu krn beragamnya pengobatan (penyakit yg sering
kambuh/hilang timbul) yg diberikan kpd lansia → informasi kurang jelas, salah minum obat, ketidaksesuaian dosis dan cara pemakaian
• Kelompok usia ini tidak jarang pula memanfaatkan obat-obat yang kadaluwarsa secara tidak sengaja, karena ketidaktahuan ataupun ketidakjelasan informasi.
Obat-obat Yang Sering Diresepkan Pada Usia Lanjut Dan Pertimbangan Pemakaian
1. Obat-obat sistem saraf pusat Sedativa-hipnotika:
ES yg perlu diamati adl ataksia. Pasien merasa tidak enak badan setelah bangun tidur (dapat terjadi sepanjang hari), sempoyongan, kekakuan dalam bicara dan kebingungan beberapa waktu sesudah minum obat.
Analgetika:
lansia → pe↓ fx respirasi → kepekaan terhadap efek respirasi obat-obat golongan opioid (analgetika-narkotik) me↑. pemberian analgetika-narkotik pada usia lanjutnya hendaknya dihindari
Antidepresansia (antidepresan trisiklik) :
ES berupa mulut kering, retensi urin, konstipasi, hipotensi postural, kekaburan pandangan, kebingungan, dan aritmia jantung. Jika terpaksa diberikan, maka sebaiknya dimulai dari dosis terendah, & diperlukan pemantauan yang terus menerus untuk mencegah kemungkinan ES tersebut.
2. Obat-obat kardiovaskuler
Antihipertensi Pengobatan HT umumnya jangka panjang, shg perlu diperhatikan dlm hal
pemilihan obat, penentuan dosis, lamanya pemberian, dan kepatuhan px minum obt.
Terapi non-obat perlu dianjurkan bagi pasien dengan hipertensi ringan.
Terapi Non-Obat : pembatasan asupan garam, latihan (exercise), dan penurunan berat badan, serta pencegahan terhadap faktor-faktor risiko hipertensi (misalnya merokok dan hiperkholesterolemia).
Namun jika yang dipilih adalah alternatif pengobatan, maka hendaknya dipertimbangkan pula hal-hal berikut:
- penyakit lain yang diderita (associated illness)
- obat-obat yang diberikan bersamaan (concurrent therapy)
- biaya obat (medication cost), dan
- ketaatan pasien (patient compliance).
Cont.... (antihipertensi)
Terapi Obat
a. Diuretik (first choice) dengan dosis yang sekecil mungkin.
ES hipokalemia, dapat diatasi dengan pemberian suplemen kalium
atau pemberian diuretika potassium-sparing (triamteren dan
amilorida). Amati terjadinya hipotensi postural dan dehidrasi.
b. antagonis beta-adrenoseptor (=beta bloker)
- Untuk penderita angina atau aritmia, beta blocker cukup
bermanfaat sebagai obat tunggal,
- jangan diberikan pada pasien dengan kegagalan ginjal kongestif,
bronkhospasmus, dan penyakit vaskuler perifer.
- Lakukan tappering dose
Vasodilator perifer (prazosin, hidralazin, verapamil dan nifedipin)
- Amati terjadinya hipotensi ortostatik.
- Beberapa peneliti menganjurkan penggunaan kalsium antagonis
(verapamil dan diltiazem) untuk usia lanjut sebagai obat lini
pertama. Tetapi mengingat harganya relatif mahal dengan
frekuensi pemberian yang lebih sering→ me↓ ketaatan pasien. Obat-obat antiaritmia:
- Obat-obat seperti disopiramida sangat tidak dianjurkan, mengingat
efek antikholinergiknya yang sulit ditolerir spt takhikardi, mulut
kering, retensi urin, konstipasi & kebingungan.
- Pemberian kuinidin dan prokainamid hendaknya
mempertimbangkan dosis dan frekuensi pemberian, karena
terjadinya penurunan klirens dan pemanjangan waktu paruh.
Glikosida jantung (digoksin) :
Merupakan obat gagal jantung atau aritmia jantung yg dpt memperbaiki kontraktilitas jantung dan memberi efek inotropik yang menguntungkan.
Intoksikasi digoksin sering dijumpai pada penderita gangguan fungsi ginjal & pada penggunaan kombinasi dg diuretik (krn IO). Gejala intoksikasi digoksin sangat beragam mulai anoreksia, kekaburan penglihatan,& psikosis hingga gangguan irama jantung yang serius.
Pilihan alternatif terapi lainnya perlu dipetimbangkan lebih dahulu. (Diuretika dan vasodilator perifer cukup efektif pd sebagian besar
pasien)
3. Antibiotika
Penurunan fungsi ginjal pada lansia akan mempengaruhi eliminasi antibiotika tersebut, di mana waktu paruh obat menjadi lebih panjang (waktu paruh gentasimin, kanamisin, dan netilmisin dapat meningkat sampai dua kali lipat) dan memberi efek toksik pada ginjal (nefrotoksik), maupun organ lain (misalnya ototoksisitas). Sehingga penggunaan AB pd lansia perlu diwaspadai, t.u gol. Aminoglikosida dan laktam yg ekskresi utamany di ginjal
4. Obat-obat antiinflamasi
- Obat-obat golongan antiinflamasi sering diresepkan pada lansia,
t.u untuk keluhan nyeri sendi (osteoaritris).
- ES yg sering tjd adl gangguan GI seperti nausea, diare, nyeri
abdominal dan perdarahan lambung → perlu pertimbangan dg
seksama.
- ES dapat dicegah dengan memberikan antasida secara
bersamaan, tetapi perlu diingat bahwa antasida justru dapat
mengurangi kemampuan absorpsi AINS.
- Obat AINS seperti indometasin dan fenilbutazon, akan mengalami
perpanjangan waktu paruh jika diberikan pada usia lanjut, karena
menurunnya kemampuan metabolisme hepar.
5. Laksansia
- Pada lansia terjadi pe↓ motilitas GI, yang biasanya
dikeluhkan dalam bentuk konstipasi → + laksan. - Pemberian laksan jangka panjang sangat tidak
dianjurkan, karena dpt menimbulkan habituasi &
memperlemah motilitas usus.
- Pemberian obat-obat ini hendaknya disertai anjuran
agar melakukan diet tinggi serat dan meningkatkan
masukan cairan serta jika mungkin dengan latihan fisik
(olah raga)
No Obat Efek tidak diharapkan Pertimbangan&relkomendasi
A ANALGETIK
1 AINS& penghambat COX
Tukak dan pendarahan pd sal cerna, gagal ginjal, retensi cairan dan sindrom delirium
Gunakan paracetamol terlebih dahulu. Pantau fungsi ginjal. Keadaan jantung&TD
2 Analgetik Narkotik
Sedasi, depresi pernafasan, konstipasi, hipotensi, sindrom delirium
Mulai dg dosis rendah&naikkan secara perlahan. Pantau efek yg tidak diharapkan. Cegah konstipasi dg makanan yg berserat, cairan&/ menggunakan pencahar asalkan sesuai dg pedoman yg berlaku
B ANTIBIOTIKA
1 Aminoglikosida (ex. gentamisin)
Gagal ginjal, kehilangan fx pendengaran
Gunakan dosis lebih rendah. Hindari jk tjd kerusakan ginjal yg bermakna, kecuali bl tlh dilakukan pemantauan kadar obat dlm darah
2 Sulfametoxazol/Trimetropim (cotrimoxazol)
Reaksi hipersensitif yg serius (Steven Johnson Syndrome)
Trimetropin tunggal memberikan efek yg sebanding (&lebih aman) utk infeksi saluran kemih
No Obat Efek tidak diharapkan Pertimbangan&relkomendasi
C ANTIDIABETIK
1 Sulfonilurea oral kerja panjang (spt klorpropamid, glibenklamid, glimepirid)
Me↑ resiko hipoglikemia. Resiko SIADH dg klorpropamid
Lebih dianjurkan utk menggunakan obt dg sifat kerja lbh pendek (spt glikazid, glipizid). Klorpropamid sebaiknya tidak digunakan krn waktu paruhnya sangat panjang.
2 Phenformin, Metformine
Lactic acidosis (t.u jk ada kerusakan ginjal, kerusakan hati, atau penyakit jantung) dan mungkin berakibat fatal
Metformin lebih dianjurkan (kejadian lactic acidosis lebih jarang). Kurangi dosis pd kerusakan ginjal. Hindari pd ggl ginjal yg berat
D ANTI-PIRAI (ANTIGOUT)
1 Allopurinol Ruam kulit, gagal ginjal Kurangi dosis sampai 100-200 mg perhari
2 KolKisin Diare, dehidrasi Tidak direkomendasikan utk terapi kronis
E ANTIPARKINSON
1 Amantadine Sindrom delirium, udem perifer, ruam kulit
Tdk direkomendasikan. Jika harus, gunakan pd dosis rendah
2 Antikolinergik (ex. benztropin, benzhexol)
Sindrom delirium, retensi urin, hipotensi postural
Scr umum tdk direkomendasikan, kadang berguna jk tremor sukar disembuhkan dg pengobatan lain
3 Levodopa Sindrom delirium, halusinasi, hipotensi postural, mual, gerakan involunter)
Gunakan dosis terendah yg masih efektif
No Obat Efek tidak diharapkan Pertimbangan&relkomendasi
F OBAT KARDIOVASKULAR
1 Metildopa Depresi, hipotensi postural, bradikardi
Tdk direkomendasikan. Tersedia obat yg lebih aman
2 Reserpin Depresi, sedasi, hipotensi postural Tdk direkomendasikan. Tersedia obat yg lebih aman
3 Prazosin Stress incontinence, hipotensi postural
Bukan obat pilihan utk hipertensi. Tersedia obt yg lbh aman
4 Penghambat beta Depresi, keletihan, bronkospasme, bradikardi, hipotensi, m’p’parah penyakit pemb. Darah tepi, insomnia, mimpi yg hidup (vivid dreams)
Hindari pd pasien asma, PPOK&peny pmblh darah tepi. Propanolol&timolol tdk direkomendasikan krn tingginya kejadian efk yg tdk diinginkan
5 Verapamil Konstipasi, bradikardi, pusing, gagal jantung
Hindari pd gagal jantung. Pantau adanya konstipasi
6 Nitrat&nicorandil Hipotensi postural, pusingm skt kepala
Mulai dg dosis lebih rendah, pantau TD
7 ACEI Hiperkalemia, kerusakan ginjal, batuk, hipotensi
Mulai dg dosis kecil. Pantau TD, fx ginjal&kadar kalium dlm darah
G DIURETIK
1 Loop&tiazida (ex. furosemid, hidroklortiazid)
Dehidrasi hipotensi, hipoNa, hipoK, hiperglikemia, hiperurisemia, inkontinensia, sindrom delirium
Gunakan dosis terendah yg msh memungkinkan. Pantau elektrolit&glukosa
2 Diuretik hemat kalium (ex.amilorid)
Hiperkalemia (t.u jk digunakan bersama ACEI)
Pantau kadar kalium
No Obat Efek tidak diharapkan Pertimbangan&relkomendasi
H OBAT PSIKOTROPIK
1 Barbiturat (ex.fenobarbital, pirimidon)
Sedasi, sindrom delirium, osteoporosis, ketergantungan)
Scr umum tdk direkomendasikan krn T1/2 yg panjang&toksisitasnya. Tersedia obt yg lebih aman utk insomnia&epilepsi.
2 Benzodiazepin (diazepam, oksazepam, ternazepam, nitrazepam)
Sindrom delirium, mengantuk , gangguan ingatan, jatuh, ketergantungan
Scr umum tdk direkomendasikan krn T1/2 yg panjang&toksisitasnya. Tersedia obt yg lebih aman utk insomnia. Coba dg langkah tanpa obat utk insomnia&kecemasan. Hindari obat dg T1/2 panjang (diazepam, flunitrazepam, klordiazepoksid, nitrazepam)
3 Phenothiazine (ex.klorpromazin, thioridazin, proklorperazin)
Sindrom delirium, mengantuk, efek kolinergik, efek ekstrapiramidal, tardive dyskinesia
Yakinkan adanya indikasi yg sesuai. Gunakan dosis terendah yg masih mungkin. Hinndari penggunaan jangka panjang jk memungkinkan
4 Butirofenon Sindrom delirium, mengantuk, efek ekstrapiramidal, tardive dyskinesia
Yakinkan adanya indikasi yg sesuai. Gunakan dosis terendah yg masih mungkin. Hinndari penggunaan jangka panjang jk memungkinkan
5 Antidepresan trisiklik (ex. amitriptilin, imipramin, doxepine, dothiepin)
Efek antikolinergik, hipotensi, jatuh Jk diberikan antidepresan trisiklik, mulai dg dosis rendah&perlahan ditingkatkan. Berikan sbg dosis tunggal pd malam hari. Selective Serotonine Reuptake Inhibitor (SSRI) scr umum lebih dianjurkan krn ditoleransi lbh baik, tetapi lbh mahal
No Obat Efek tidak diharapkan Pertimbangan&relkomendasi
I LAIN-LAIN
1 Antihistamin (difenhidramin, klorfeniramin, prometazin)
Efek antikolinergik (pandangan kabur, retensi urin, konstipasi, sindrom delirium), sedasi
Gunakan dosis terkecil dan durasi terpendek yg msh mungkin
2 Antispasmodik (ex.dicyclomine, prophanthelin, alkaloid belladona)
Efek antikolinergik (pandangan kabur, retensi urin, konstipasi, sindrom delirium), sedasi
Risiko ES seringkali lebih besar dg manfaat yg minimal. Hindari pemakaian jangka panjang
3 Kortikosteroid (sistemik)
Hiperglikemia, osteoporosis, tukak lambung, depresi, atropi kulit, luka lama sembuh, sindrom delirium
Gunakan dosis terkecil dan durasi terpendek yg masih mungkin. Lebih dianjurkan steroid inhalasi utk penyakit pernafasan
4 Simetidine Sindrom delirium, gynecomastia, interaksi obt yg bermakna
Lebih dianjurkan penggunaan penghambat pompa proton (PPI)
5 Digoksin Sindrom delirium, bradikardi, aritmia, mual
gunakan dosis lebih rendah, pantau kadar obt dlm darah jk tersedia. hindari keadaan hipokalemia. bukan terapi pilihan pertama pd gagal jantung (ACEI lebih dianjurkan)
No Obat Efek tidak diharapkan Pertimbangan&relkomendasi
I LAIN-LAIN
6 Disopyramida Antimuskarinik kuat dan efek inotropik negatif
Jk mungkin gunakan obat antiaritmia lain. Gunakan dg dosis yg diturunkan
7 Teofilin Sindrom delirium, mual, aritmia IT sempit, resiko toksisitas me↑ krn perubahan farmakokinetik&bersihan me↓ pd gagal jantung. Scr umum tdk direkomendasikan sbg terapi pilihan pertama. Beta2-agonis inhalasi/&kortikosteroid inhalasi lebih dianjurkan
8 Pentoksifilin Hipotensi, pusing, ,muka kemerahan, dapat mempotensiasi efek antihipertensi
Efikasi terbatas pd penyakit pembuluh darah tepi. Diragukan kemanjurannya pd peny pmblh darah jantung (cerebrovaskular). Pantau TD
9 Warfarin Respon antikoagulan me↑&resiko pendarahan. Adanya IO
Mulai dg dosis rendah. Pantau INR scr teratur. Hindari penggunaan bersama dg obat yg berinteraksi scr bermakna dg warfarin
Masalah yg berkaitan dg penggunaan obat pd geriatri
1. Terdapat indikasi medik yg tidak mendapatkan obat (kondisi medik pasien perlu obat, tapi tidak mendapatkan obat)
2. Pemberian obat tanpa indikasi
3. Pilihan obat yg tidak tepat
4. Dosis yg subterapi
5. Gagal mendapatkan obat (dipengaruhi oleh faktor farmasetik, psikologis, sosiologis atau ekonomi pasien)
6. Dosis berlebih atau toksik (perlu penyesuaian dosis pd pasien dg gangguan ginjal)
7. Reaksi obat yg tidak diharapkan (ex. tukak lambung krn AINS)
8. Interaksi obat
Prinsip penggunaan obat pd lansia
1. Berikan obat hanya yang betul-betul diperlukan artinya hanya bila ada indikasi yang tepat. Bila diperlukan efek plasebo berikan plasebo yang sesungguhnya
2. Pilihlah obat yang memberikan rasio manfaat yang paling menguntungkandan tidak berinteraksi dengan obat yang lain atau penyakit lainnya
3. Mulai pengobatan dengan dosis separuh lebih sedikit dari dosis yang biasa diberikan pada orang dewasa yang masih muda.
4. Sesuaikan dosis obat berdasarkan dosis klinik pasien, dan bila perlu dengan memonitor kadar plasma pasien. Dosis penuNjang yang tepat umumnya lebih rendah.
5. Berikan regimen dosis yang sederhana dan sediaan obat yang mudah ditelan untuk memelihara kepatuhan pasien
6. Periksa secara berkala semua obat yang dimakan pasien, dan hentikan obat yang tidak diperlukan lagi (Manjoer, 2004)
LOGO
“ Add your company slogan ”
Semoga Bermanfaat