POLICY PAPER KESELARASAN KEBIJAKAN ENERGI · PDF filedirektorat sumber daya energi, mineral...

49
DIREKTORAT SUMBER DAYA ENERGI, MINERAL DAN PERTAMBANGAN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL POLICY PAPER KESELARASAN KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL (KEN) DENGAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL (RUEN) DAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED) LAPORAN AKHIR 2012

Transcript of POLICY PAPER KESELARASAN KEBIJAKAN ENERGI · PDF filedirektorat sumber daya energi, mineral...

Page 1: POLICY PAPER KESELARASAN KEBIJAKAN ENERGI · PDF filedirektorat sumber daya energi, mineral dan pertambangan badan perencanaan pembangunan nasional policy paper keselarasan kebijakan

DIREKTORAT SUMBER DAYA ENERGI, MINERAL DAN PERTAMBANGAN

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

POLICY PAPER

KESELARASAN KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL (KEN)

DENGAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL (RUEN)

DAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED)

LAPORAN AKHIR

2012

Page 2: POLICY PAPER KESELARASAN KEBIJAKAN ENERGI · PDF filedirektorat sumber daya energi, mineral dan pertambangan badan perencanaan pembangunan nasional policy paper keselarasan kebijakan

i

KATA PENGANTAR

Sejak tahun 1980an, pemerintah sudah menyadari pentingnya peranan energi dalam

pembangunan. Melalui Kebijakan Umum Bidang Energi yang dikeluarkan tahun 1981,

pengelolaan energi Indonesia telah mulai ditata. Namun demikian sampai sekarang,

kebijakan energi nasional yang telah dikeluarkan belum menghasilkan perubahan yang

berarti dalam mencapai kondisi keenergian yang positif. Permasalahan implementasi,

koordinasi dan payung regulasi masih menjadi kendala utama. Melihat kondisi demikian,

pada tahun 2007 pemerintah bersama DPR mengesahkan UU No. 30 tahun 2007 tentang

Energi yang salah satu amanatnya menyusun Kebijakan Energi Nasional (KEN) yang

dirumuskan Dewan Energi Nasional dan ditetapkan Pemerintah setelah mendapat

persetujuan DPR. KEN ini akan menjadi pedoman bagi Rencana Umum Energi Nasional

serta Rencana Umum Energi Daerah.

Sampai saat ini, Draft KEN yang sudah tersusun belum dibahas bersama DPR. Sementara

proses penyusunan RUEN masih bersifat sosialisasi. Walaupun demikian beberapa daerah

telah menyusun draft RUED. Isu strategis dalam semua proses tersebut di atas adalah

keselarasan antara ketiga produk tersebut. Hal ini akan menentukan keberhasilan

implementasi kebijakan energi di masa mendatang.

Penyusunan Policy Paper “Keselarasan KEN dengan RUEN dan RUED” dilakukan untuk

memetakan permasalahan dan bottlenecking dalam penyelesaian penyusunan KEN, RUEN

dan RUED selain isu-isu strategis berkaitan keselarasan dari ketiga produk tersebut. Dari

hasil pemetaan itu diharapkan dapat tersusun solusi berupa strategi dalam menyelesaikan

penyusunan KEN, RUEN dan RUED dengan saling mendukung. Policy Paper ini disusun

melalui studi literatur, diskusi, dan seminar untuk mendapatkan masukan dari narasumber

dan para stakeholder.

Sebagai penutup, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

pelaksanaan penyusunan Policy Paper ini, mulai dari persiapan, diskusi, seminar, sampai

dengan penulisan laporan. Semoga policy paper ini dapat memberikan kontribusi dalam

rangka penyusunan kebijakan dan perencanaan di sektor energi. Saran dan kritik sangat

kami harapkan demi penyempurnaan laporan ini.

Jakarta, Desember 2012

Direktur Sumber Daya Mineral, Energi dan Pertambangan

Montty Girianna

Page 3: POLICY PAPER KESELARASAN KEBIJAKAN ENERGI · PDF filedirektorat sumber daya energi, mineral dan pertambangan badan perencanaan pembangunan nasional policy paper keselarasan kebijakan

ii

ABSTRAK

Penyusunan kajian bertujuan untuk merumuskan arah kebijakan atau pedoman dalam

mendukung tercapainya keselarasan yang saling mendukung antara RUEN dan RUED yang yang

akan disusun dengan KEN yang saat ini dalam tahap finalisasi. Penyusunan policy paper ini

dilakukan melalui brainstorming dengan serangkaian diskusi dan seminar yang mengundang

berbagai pihak yang berkaitan dengan penyusunan KEN, RUEN dan RUED baik secara langsung

maupun tidak langsung dari kalangan pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun dari kalangan

akademisi atau universitas, serta para pelaku usaha dan asosiasi yang langsung terlibat dalam

sektor energi ini.

Saat ini, sektor energi memiliki peran strategis dalam mencapai kemakmuran ekonomi dan

kesejahteraan masyarakat. Atas dasar itulah perlu adanya suatu kebijakan yang khusus tentang

energi. Sejak tahun 1981 Indonesia mulai menyusun kebijakan energi. Sampai tahun 2006,

kebijakan energi yang dikeluarkan cenderung bersifat parsial dan kurang melibatkan sektor selain

energi. Melalui UU No. 30 tahun 2007 tentang Energi dibentuk Dewan Energi Nasional untuk

menyusun kebijakan energi nasional secara komprehensif. Sebagai kebijakan publik, KEN

setidaknya harus memiliki unsur ‘paksaan’ dan insentif selain tentunya mengikuti siklus kebijakan

yaitu dapat dirumuskan, dapat diimplementasikan, dimonitoring dan dievaluasi

Untuk mengimplementasikan KEN, RUEN dibentuk sebagai pentahapan dari pencapaian

sasaran KEN dan juga memuat lokasi detail dari program yang akan dijalankan. RUEN dan RUED

merupakan perencanaan yang memadukan perencanaan sektor (aspasial) dan perencanaan spasial.

Dalam prakteknya, RUEN dan RUED akan saling mempengaruhi dengan perencanaan sektor

lainnya yang berkaitan dengan sektor energi.

Isu terkait KEN terdiri dari proses penyusunannya dan substansi dari KEN itu sendiri.

Dalam proses penyusunannya, aspek keanggotaan dan mekanisme kerja DEN mempengaruhi

lambatnya penyelesaian KEN. Sementara dari sisi substansi, terkait dengan fungsi KEN sebagai

kebijakan publik, aspek tujuan, keterkaitan KEN dengan kebijakan sektor non energi dan aspek

kekuatan hukum perlu ditinjau lebih dalam agar efektif dalam mencapai sasaran yang ditentukan.

Sementara isu terkait RUEN dan RUED adalah belum adanya regulasi yang jelas mengenai

pedoman penyusunan RUEN dan RUED selain tentunya kondisi kapasitas sumber daya manusia dan

kelembagaan yang belum sepenuhnya mendukung terutama di daerah. Terkait substansi RUEN dan

RUED, tantangan terbesar adalah menselaraskan dengan perencanaan sektor lainnya selain

tentunya menselaraskan dengan sasaran yang ditetapkan RUEN dan RUED.

Beberapa rekomendasi dalam keselarasan KEN dengan RUEN dan RUED adalah :

penentuan roadmap yang jelas dalam penyelesaian KEN, RUEN dan RUED, penentuan roadmap

yang jelas dalam sinkronisasi kebijakan masing-masing subsektor energi dan kebijakan sektor

lainnya, peningkatan koordinasi vertikal dan horizontal terkait perencanaan energi antara pusat

dan daerah dan antar daerah, pengkajian mekanisme insentif dan disinsentif yang jelas,

pembentukan expert pool, intensifikasi pemetaan potensi dan kebutuhan energi daerah,

mempromosikan pembentukan Unit Pelaksana Teknis Kegiatan (UPTK) di daerah yang berfungsi

inventarisasi data, mempromosikan pembentukan Forum Energi Daerah, memutuskan segera

mengenai asumsi, kriteria dan tool model yang akan digunakan pada penyusunan rencana umum

energi nasional dan daerah.

Page 4: POLICY PAPER KESELARASAN KEBIJAKAN ENERGI · PDF filedirektorat sumber daya energi, mineral dan pertambangan badan perencanaan pembangunan nasional policy paper keselarasan kebijakan

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………. i

ABSTRAK ……………………………………………………………………………….. ii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………... iii

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………………….. iv

DAFTAR TABEL ……………………………………………………………………….. iv

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ……………………………………………………………… 1

1.2. Tujuan dan Sasaran …………………………………………………………. 2

1.3. Ruang Lingkup Studi ……………………………………………………….. 2

1.4. Pendekatan Studi …………………………………………………………… 2

1.5. Keluaran …………………………………………………………………….. 3

BAB 2 KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL

2.1. Peran Penting Kebijakan Energi Nasional …………………………………. 4

2.2. Perkembangan Kebijakan Energi Nasional ………………………………… 8

2.3. Kebijakan Energi Nasional 2010 – 2050 …………………………………… 11

2.3.1. KEN sebagai Kebijakan Publik …………………………………….. 11

2.3.2. Perkembangan Penyusunan KEN 2010 – 2050 ……………………. 14

2.4. Prinsip Pokok dan Susunan Rancangan KEN ……………………………… 16

BAB 3 RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL (RUEN) DAN RENCANA

UMUM ENERGI DAERAH (RUED)

3.1. Konsep RUEN dan RUED dalam Perencanaan Nasional …………………... 19

3.2. Hubungan KEN dengan RUEN dan RUED ……………………………….. 20

3.3. Perkembangan Penyusunan RUEN ………………………………………… 24

3.4. Format RUEN dan RUED …………………………………………………. 25

3.5. Struktur Model Energi RUEN ……………………………………………... 29

BAB 4 KESELARASAN KEN, RUEN DAN RUED

4.1. Isu Strategis KEN ………………………………………………………….. 31

4.1.1. Isu Terkait Proses Penyusunan KEN ………………………………. 31

4.1.2. Isu Terkait Substansi KEN …………………………………………. 34

4.2. Isu Strategis RUEN dan RUED ……………………………………………. 36

4.2.1. Isu Terkait Penyusunan RUEN dan RUED ……………………….. 36

4.2.2. Isu Terkait Substansi RUEN ……………………………………….. 39

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1. Kesimpulan …………………………………………………………………. 41

5.2. Rekomendasi ……………………………………………………………….. 42

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………. 45

Page 5: POLICY PAPER KESELARASAN KEBIJAKAN ENERGI · PDF filedirektorat sumber daya energi, mineral dan pertambangan badan perencanaan pembangunan nasional policy paper keselarasan kebijakan

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kondisi Bauran Energi Indonesia Tahun 2011 ………………………………………. 4

Gambar 2. Perbandingan Konsumsi Energi Per Kapita dan Elastisitas Energi Indonesia,

Malaysia, Thailand dan Singapura …………………………………………………… 6

Gambar 3. Korelasi Antara Konsumsi Listrik Dengan Perekonomian (GDP) Di Beberapa

Negara Tahun 2010 …………………………………………………………………… 7

Gambar 4. Korelasi Antara Konsumsi Listrik Dengan Kesejahteraan (Peringkat IPM) Di

Beberapa Negara Tahun 2008 ………………………………………………..…….… 7

Gambar 5. Konsep Kebijakan Energi Nasional dalam Pembangunan Nasional ………………... 11

Gambar 6. Perbandingan Fokus Kebijakan Energi Nasional (1981 – sekarang) ……………….. 14

Gambar 7. Sasaran Bauran Energi dalam Draft Kebijakan Energi Nasional dalam Persentase … 18

Gambar 8. Keterkaitan RUEN dan RUED dengan Perencanaan Lainnya ……………………… 20

Gambar 9. Arus Energi dalam Neraca Energi 2011 …………………………………………….. 21

Gambar 10. Siklus Penyusunan KEN, RUEN, dan RUED ………………………………………. 22

Gambar 11. Alur Proses Penyusunan dan Penetapan KEN dan RUEN ………………………….. 23

Gambar 12. Keterkaitan KEN dengan RUEN dan RUED ……………………………………….. 23

Gambar 13. Struktur Model Permintaan dan Penyediaan Energi ………………………………… 30

Gambar 14. Keterkaitan KEN dengan Kebijakan Subsektor Energi dan Kebijakan Sektor Lainnya 35

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Neraca Energi Fosil Indonesia ………………………………………………………….. 5

Tabel 2. Neraca Energi Terbarukan Indonesia …………………………………………………… 5

Tabel 3. Susunan Keanggotaan Dewan Energi Nasional ………………………………………… 15

Tabel 4. Sasaran Energi 2025-2050 (Draft KEN – DEN) ……………………………………….. 17

Tabel 5. Proses Penyusunan RUEN dan Pedoman RUEN dan RUED ………………………….. 25

Tabel 6. Time Table Pelaksanaan Sidang Anggota DEN ………………………………………... 33

Page 6: POLICY PAPER KESELARASAN KEBIJAKAN ENERGI · PDF filedirektorat sumber daya energi, mineral dan pertambangan badan perencanaan pembangunan nasional policy paper keselarasan kebijakan

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 6 – 7 persen saat ini, Indonesia menjadi salah

satu negara dengan potensi ekonomi yang cukup kuat di Asia. Terlebih lagi pada tahun-

tahun terakhir ini, di tengah krisis global yang melanda dunia, Indonesia masih mampu

tumbuh secara ekonomi. Namun demikian, sebenarnya potensi ekonomi Indonesia masih

bertumpu pada tingkat konsumsi dalam negeri yang tinggi. Sementara tingkat produktivitas

Indonesia masih belum kuat yang ditandai dengan masih lemahnya daya saing Indonesia

dibandingkan dengan negara-negara sekitarnya.

Salah satu faktor produksi yang saat ini penting dalam menumbuhkan tingkat

produktivitas adalah energi. Pada saat ini, fungsi energi menjadi lebih strategis, tidak hanya

sebagai sumber penerimaan negara tetapi juga dapat berfungsi sebagai katalisator

pertumbuhan ekonomi dan bahkan sebagai aspek penting yang menentukan ketahanan

nasional suatu negara.

Kondisi keenergian Indonesia saat ini masih memiliki banyak persoalan. Besarnya

ketergantungan energi Indonesia terhadap minyak bumi dan rendahnya pemanfaatan energi

terbarukan bila dibandingkan dengan potensi yang dimiliki masih menjadi tantangan

tersendiri di sektor energi. Selain itu, keterbatasan infrastruktur energi juga membatasi akses

masyarakat terhadap energi dan juga penggunaan energi yang masih belum efisien.

Kompleksitas permasalahan sektor energi di Indonesia memerlukan suatu

pengelolaan energi nasional yang komprehensif melalui Kebijakan Energi Nasional yang

jelas dan terukur. Atas dasar itulah, Undang Undang (UU) No. 30 tahun 2007 tentang Energi

mengamanatkan penyusunan Kebijakan Energi Nasional (KEN) sebagai pedoman dalam

pengelolaan energi nasional. Kebijakan ini dirancang dan dirumuskan oleh Dewan Energi

Nasional (DEN) dan ditetapkan oleh pemerintah dengan persetujuan DPR-RI.

Prinsip dasar yang menjadi acuan dalam proses penyusunan KEN sebagaimana

tercantum dalam UU No. 30 tahun 2007 pasal 1 angka 25 adalah prinsip berkeadilan,

berkelanjutan dan berwawasan lingkungan guna tercapainya kemandirian dan ketahanan

Page 7: POLICY PAPER KESELARASAN KEBIJAKAN ENERGI · PDF filedirektorat sumber daya energi, mineral dan pertambangan badan perencanaan pembangunan nasional policy paper keselarasan kebijakan

2

energi nasional dengan arah kebijakan mewujudkan ketahanan energi dalam rangka

mendukung pembangunan berkelanjutan. UU tersebut juga mengamanatkan penyusunan

Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) dan Rencana Umum Energi Daerah (RUED)

untuk mendukung implementasi KEN. Sehubungan dengan hal tersebut, maka KEN yang

dihasilkan harus benar-benar didukung dan selaras dengan RUEN dan RUED agar mencapai

tujuan dan sasaran yang diinginkan.

1.2 Tujuan dan Sasaran

Tujuan dari kegiatan penyusunan policy paper ini adalah untuk merumuskan arah

kebijakan atau pedoman dalam mendukung tercapainya keselarasan yang saling mendukung

antara RUEN dan RUED yang akan disusun dengan KEN yang saat ini dalam tahap

finalisasi. Tujuan selanjutnya adalah untuk memberi landasan yang kuat dan cukup

comprehensif kepada stakeholders yang terlibat, terutama KESDM dan pemerintah daerah,

dalam mengintegrasikan rencana umum energi dengan proses penyusunan rencana di sektor

atau daerahnya.

Adapun sasaran kegiatan penyusunan policy paper ini adalah tersusunnya arah

kebijakan atau pedoman agar terjadi keselarasan yang saling mendukung antara RUEN dan

RUED dengan KEN.

1.3 Ruang Lingkup Studi

a. Inventarisasi dan mengevaluasi peraturan dan ketentuan berkaitan dengan pengelolaan

energi secara umum maupun energi berdasarkan jenisnya.

b. Identifikasi masalah-masalah yang ada dalam penyusunan KEN, RUEN dan RUED.

c. Analisis kajian akademis sebagai landasan penyusunan pedoman keselarasan KEN

dengan RUEN dan RUED.

d. Perumusan strategi kebijakan dalam rangka sinkronisasi antara KEN dengan RUEN dan

RUED.

1.4 Pendekatan Studi

a. Melaksanakan koordinasi melalui rapat, konsinyiring, lokakarya ataupun seminar.

Page 8: POLICY PAPER KESELARASAN KEBIJAKAN ENERGI · PDF filedirektorat sumber daya energi, mineral dan pertambangan badan perencanaan pembangunan nasional policy paper keselarasan kebijakan

3

b. Melakukan FGD dengan stakeholder terkait dari berbagai kalangan seperti instansi

pemerintahan baik pusat dan daerah, praktisi, pelaku usaha untuk melihat sejauh mana

pemahaman terhadap KEN yang sedang disusun, dan RUEN serta RUED yang akan

mengacu pada KEN.

c. Melakukan kunjungan lapangan ke beberapa daerah untuk lebih memahami

permasalahan energi dalam ruang lingkup kedaerahan yang lebih kecil.

1.5 Keluaran

Keluaran dari penyusunan policy paper ini adalah laporan yang dapat dijadikan

rekomendasi kebijakan sinkronisasi KEN dengan RUEN dan RUED untuk stakeholder.

Selain itu laporan ini juga dapat dijadikan bahan pendukung yang akan disampaikan dalam

forum-forum internasional terkait dengan pengembangan energi.

Page 9: POLICY PAPER KESELARASAN KEBIJAKAN ENERGI · PDF filedirektorat sumber daya energi, mineral dan pertambangan badan perencanaan pembangunan nasional policy paper keselarasan kebijakan

4

BAB 2

KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL

2.1 Peran Penting Kebijakan Energi Nasional

Selama beberapa tahun terakhir, pertumbuhan energi Indonesia mencapai angka 7 –

8 persen per tahun. Pertumbuhan ini lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi Indonesia saat

ini yang berkisar antara 5 – 6 persen. Meskipun demikian, masih tingginya elastisitas energi

Indonesia yang berada pada kisaran 1,6, mencerminkan belum efisiennya penggunaan energi

di Indonesia. Sebagai perbandingan, Thailand dan Singapura memiliki elastisitas energi

sebesar 1,4 dan 1,1. Sementara negara-negara maju seperti Jepang dan Amerika memiliki

elastisitas energi yang berkisar antara 0,1 dan 0,2.

Namun pertumbuhan energi yang tinggi ini tidak pula ditunjang dengan kebijakan

penyediaan energi yang baik. Data menunjukkan, pada tahun 2011, minyak masih menjadi

energi dengan pangsa terbesar yang mencapai 49,5 persen dari jumlah total energi sebesar

1,176 miliar Setara Barel Minyak (SBM)/Barrel Oil Equivalent (BOE). Pangsa terbesar

selanjutnya adalah Batubara dan Gas dengan jumlah proporsi masing-masing sebesar 26

persen dan 20,4 persen (Gambar 1). Hal ini menunjukkan sangat tingginya ketergantungan

Indonesia terhadap energi fosil yang mencapai 95 persen.

Gambar 1. Kondisi Bauran Energi Indonesia Tahun 2011

Sumber : (Pusdatin, KESDM, 2012)

Batubara26.0 %

Minyak49.5 %

Gas 20.4 %

Air2.1 %

Panas Bumi 1.2 %

ET Lainnya0.9 %

Bauran Energi 2011

Page 10: POLICY PAPER KESELARASAN KEBIJAKAN ENERGI · PDF filedirektorat sumber daya energi, mineral dan pertambangan badan perencanaan pembangunan nasional policy paper keselarasan kebijakan

5

Kondisi ini perlu mendapat perhatian serius mengingat dari tahun ke tahun kondisi

cadangan energi fosil semakin menipis. Berdasarkan data neraca energi tahun 2011

(Tabel 1), diperkirakan potensi minyak bumi Indonesia akan habis sekitar 23 tahun dari

sekarang, sementara gas bumi dan batubara diperkirakan akan habis masing-masing pada 55

dan 83 tahun dari sekarang. Kondisi tersebut mengisyaratkan keharusan untuk

mengoptimalkan pemanfaatan energi baru dan terbarukan. Dengan kondisi geologis dan

letak geografisnya, Indonesia memiliki potensi sumber daya energi terbarukan yang sangat

besar.

Tabel 1. Neraca Energi Fosil Indonesia

No Energi Fosil (Tidak terbarukan)

Sumber

Daya (SD)

Cadangan (Cad)

Rasio

Sd/Cad (%)

Produksi (Prod)

Rasio

Cad/Prod (Tahun)*)

1 2 3 4 5 = 4/3 6 7 = 4/6

1 MinyakBumi(miliar barel)

56.6 7.99**) 14 0.346 23

2 Gas Bumi(TSCF) 334.5 159.64 51 2.9 55

3 Batubara(miliarton) 104.8 20.98 18 0.254 83

4 Coal Bed Methane/

CBM (TSCF)

453 - - - -

*) Dengan asumsi tidak ada penemuan baru

**) Termasuk blok Cepu

Sumber : KESDM, 2012

Tabel 2. Neraca Energi Terbarukan Indonesia

No Energi Terbarukan Sumber

Daya(SD)

Kapasitas

Terpasang(KT) RasioKT/SD(%)

1 2 3 4 5 = 4/3

1 Tenaga Air 75,670 MW 5,705.29 MW 7.54

2 Panas Bumi 28,543 MW 1,189 MW 4.17

3 Mini/Mikro Hidro 769.69 MW 217.89 MW 28.31

4 Biomasa 49,810 MW 1,618.40 MW 3.25

5 Tenaga Surya 4.80 kWh/m2/day 13.5 MW -

6 Tenaga Angin 3 – 6 m/s 1.87 MW -

Sumber : KESDM, 2012

Tingginya pertumbuhan dan elastisitas energi ternyata belum diiringi dengan

tingginya konsumsi energi per kapita Indonesia. Berdasarkan data tahun 2011, konsumsi

energi per kapita Indonesia hanya mencapai 0,85 Ton Oil Equivalent (TOE) di bawah rata-

rata konsumsi dunia sebesar 1,7 TOE dan beberapa negara ASEAN (Singapura 3,7 TOE,

Malaysia 2,5 TOE, dan Thailand 1,5 TOE) (Gambar 2).

Page 11: POLICY PAPER KESELARASAN KEBIJAKAN ENERGI · PDF filedirektorat sumber daya energi, mineral dan pertambangan badan perencanaan pembangunan nasional policy paper keselarasan kebijakan

6

Gambar 2. Perbandingan Konsumsi Energi Per Kapita dan Elastisitas Energi

Indonesia, Malaysia, Thailand dan Singapura (KESDM, 2011)

Rendahnya konsumsi energi per kapita ini disebabkan masih rendahnya akses

masyarakat terhadap energi. Hal ini dapat dilihat dari rasio elektrifikasi tahun 2011 sebesar

72,95 persen, yang artinya masih ada 27,05 persen rumah tangga di Indonesia masih belum

mendapatkan layanan listrik. Penyebab utama rendahnya rasio elektrifikasi ini adalah

kurangnya pembangunan infrastruktur energi terutama di daerah terpencil dan pulau-pulau

terluar yang pembangunannya akan memakan biaya yang tidak sedikit.

Selain isu-isu di atas, di masa mendatang, kondisi energi Indonesia tentunya akan

dipengaruhi juga oleh isu lingkungan global seperti komitmen Presiden RI di dunia

internasional untuk menurunkan emisi sebesar 26 persen melalui upaya sendiri dan 41

persen dengan bantuan pihak luar di tahun 2020. Tentunya isu lingkungan ini akan

mempengaruhi kebijakan energi yang akan diambil.

KEN akan menjadi kebijakan strategis dalam mencapai ketahanan energi nasional

yang turut menentukan keberhasilan pembangunan Indonesia di masa mendatang. Sebagai

ilustrasi mengenai peran strategis sektor energi, gambar berikut ini memperlihatkan adanya

korelasi antara pertumbuhan sektor energi dengan pertumbuhan perekonomian dan

kesejahteraan masyarakat dalam suatu negara.

0.85

2.5

1.5

3.7

1.63

1.2

1.4

1.1

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

1.6

1.8

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

Indonesia Malaysia Thailand Singapura

Konsumsi Energi Per kapita (ToE) Elastisitas Energi

Page 12: POLICY PAPER KESELARASAN KEBIJAKAN ENERGI · PDF filedirektorat sumber daya energi, mineral dan pertambangan badan perencanaan pembangunan nasional policy paper keselarasan kebijakan

7

Gambar 3. Korelasi Antara Konsumsi Listrik Dengan Perekonomian (GDP) Di

Beberapa Negara Tahun 2010

Gambar 4. Korelasi Antara Konsumsi Listrik Dengan Kesejahteraan (Peringkat IPM)

Di Beberapa Negara Tahun 2008

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

16000

18000

0 10000 20000 30000 40000 50000 60000

Ko

nsu

msi

Lis

trik

KW

H P

er

kap

ita

GDP USD per kapita

China Jepang Rusia Kanada Malaysia

Singapura Thailand Korea Selatan Indonesia Philipina

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110

Ko

ns

um

si L

istr

ik p

er

Kap

ita (

kW

h)

Peringkat IPM

Iceland

Japan

Netherlands

France

United States

Singapore

Korea (Republic of)

United Arab Emirates

Saudi Arabia

Malaysia

Thailand

Philippines

Paraguay

Viet Nam

Occupied Palestinian Territories

Indonesia

Page 13: POLICY PAPER KESELARASAN KEBIJAKAN ENERGI · PDF filedirektorat sumber daya energi, mineral dan pertambangan badan perencanaan pembangunan nasional policy paper keselarasan kebijakan

8

2.2 Perkembangan Kebijakan Energi Nasional

Sampai dengan tahun tujuh puluhan, sumber daya energi dianggap masih sangat

melimpah. Persoalan utama pada masa itu adalah usaha pemerintah untuk meningkatkan

produksi minyak bumi melalui kontrak bagi hasil. Dengan meningkatnya produksi minyak

maka penerimaan negara yang masih bertumpu pada ekspor komoditas ini diharapkan

semakin besar.

Gagasan penyusunan kebijakan energi di Indonesia itu sendiri pertama kali muncul

pada tahun 1976. Tujuan dari kebijakan tersebut adalah untuk memaksimalkan pemanfaatan

sumber daya energi. Pemerintah kemudian membentuk Badan Koordinasi Energi Nasional

(BAKOREN) yang setingkat dengan departemen dan bertanggung jawab memformulasikan

kebijakan energi serta mengkoordinasikan implementasi kebijakan ini. BAKOREN untuk

pertama kalinya mengeluarkan Kebijaksanaan Umum Bidang Energi (KUBE) pada tahun

1981. Kebijakan ini terus menerus diperbarui sesuai dengan perkembangan strategis

lingkungan yang mempengaruhi pembangunan energi di Indonesia.

KUBE 1981 yang selanjutnya direvisi pada tahun 1987, dan 1991 memfokuskan

pada intensifikasi, diversifikasi dan konservasi energi. Upaya intensifikasi dilakukan melalui

peningkatan kegiatan survei dan eksplorasi sumber daya energi untuk mengetahui

potensinya secara ekonomis. Diversifikasi merupakan upaya untuk penganekaragaman

penggunaan energi non-minyak bumi melalui pengurangan penggunaan minyak dan

menetapkan batubara sebagai bahan bakar utama pembangkit listrik dan industri semen.

Konservasi dilakukan melalui penggunaan peralatan pembangkit maupun peralatan

pengguna energi yang lebih efisien.

Pada awal tahun sembilan puluhan, ekspor komoditas energi mulai berkurang

peranannya dan digantikan dengan komoditas industri berbasis manufaktur. Ekspor lebih

diarahkan pada komoditas yang mempunyai nilai tambah yang tinggi dari pada ekspor

sumber daya alam yang nilai tambahnya rendah. Seiring dengan proses industrialisasi ini

banyak terjadi kerusakan lingkungan. Aspek lingkungan mulai mendapat perhatian dan

kebijakan energi mulai diarahkan untuk menggunakan energi terbarukan yang lebih ramah

lingkungan.

Pada tahun 1998, BAKOREN menyusun KUBE baru menggantikan KUBE 1991.

KUBE ini bertujuan untuk menciptakan iklim yang mendukung terlaksananya strategi

Page 14: POLICY PAPER KESELARASAN KEBIJAKAN ENERGI · PDF filedirektorat sumber daya energi, mineral dan pertambangan badan perencanaan pembangunan nasional policy paper keselarasan kebijakan

9

pembangunan bidang energi dan memberikan kepastian kepada pelaku ekonomi dalam

kaitannya dengan pengadaan, penyediaan dan penggunaan energi. Dalam KUBE ini mulai

diindikasikan adanya keterbatasan sumber daya energi, terutama minyak bumi. Minyak

bumi diarahkan secara bertahap untuk digunakan di dalam negeri sebagai bahan bakar dan

bahan baku industri yang dapat meningkatkan nilai tambah yang tinggi. Kebijakan energi

yang perlu ditempuh mencakup lima kebijakan utama dan sembilan kebijakan pendukung

(BAKOREN 1998).

Kebijakan utama tersebut adalah:

a. Diversifikasi, yaitu penganekaragaman pemanfaatan energi, baik yang terbarukan

maupun yang tidak terbarukan. Untuk energi fosil tidak menutup kemungkinan untuk

melakukan impor sejauh menguntungkan secara ekonomis dan tidak merusak

lingkungan.

b. Intensifikasi, yaitu pencarian sumber energi melalui kegiatan survei dan eksplorasi agar

dapat meningkatkan cadangan baru terutama energi fosil. Pencarian sumber daya energi

diarahkan di daerah yang belum pernah disurvei dan untuk daerah yang terindikasi

dilakukan upaya untuk peningkatan status cadangan menjadi lebih pasti.

c. Konservasi, yang dilakukan mulai dari sisi hulu sampai ke hilir.

d. Penetapan harga rata-rata energi yang secara bertahap diarahkan mengikuti mekanisme

pasar.

e. Memperhatikan aspek lingkungan dalam pembangunan di sektor energi termasuk

didalamnya memberikan prioritas dalam pemanfaatan energi bersih.

Sedangkan kebijakan pendukung meliputi: meningkatkan investasi, memberikan insentif dan

disinsentif, standardisasi dan sertifikasi, pengembangan infrastruktur, peningkatan kualitas

sumber daya manusia, pengelolaan sistem infomasi, penelitian dan pengembangan, serta

pengembangan kelembagaan dan pengaturan.

Pada akhir tahun 2003, DESDM mengeluarkan Kebijakan Energi Nasional (KEN)

baru dan Kebijakan Pengembangan Energi Terbarukan dan Konservasi Energi (Energi

Hijau). Kebijakan ini merupakan pembaruan dari KUBE tahun 1998 yang penyusunannya

dilakukan bersama-sama dengan stakeholders di bidang energi. Selain itu, kebijakan ini juga

menjadi acuan utama dalam penyusunan Rancangan Undang-Undang tentang energi yang

saat itu sedang dipersiapkan. Kebijakan yang ditempuh masih serupa dengan KUBE

Page 15: POLICY PAPER KESELARASAN KEBIJAKAN ENERGI · PDF filedirektorat sumber daya energi, mineral dan pertambangan badan perencanaan pembangunan nasional policy paper keselarasan kebijakan

10

sebelumnya yaitu intensifikasi, diversifikasi, dan konservasi dengan menambah instrumen

legislasi dan kelembagaan.

Secara umum, sasaran dari kebijakan energi, yaitu mengurangi ketergantungan pada

minyak bumi sebagai sumber energi melalui diversifikasi dan intensifikasi sumber daya

energi, sudah cukup berhasil. Namun sasaran efisiensi penggunaan melalui konservasi dapat

dikatakan gagal. Hal ini disebabkan adanya kontradiksi antara kebijakan konservasi dengan

kebijakan pemberian subsidi bahan bakar minyak (BBM).

Meskipun proses pembuatan kebijakan energi dari waktu ke waktu mengalami

perbaikan tetapi masih banyak terjadi kontradiksi materi kebijakan. Strategi pengembangan

energi baik jangka pendek maupun jangka panjang juga belum tersusun dengan jelas.

Kebijakan-kebijakan yang ada masih terkesan sebagai kebijakan parsial yang tidak ada

aliran strategis terhadap program jangka panjangnya.

Dalam perkembangannya, kebijakan-kebijakan tersebut belum dapat menjawab

permasalahan secara menyeluruh, sehingga untuk mengimplementasikan KEN disusunlah

Blueprint Pengelolaan Energi Nasional 2005-2025 yang mencakup aspek-aspek peningkatan

produksi, diversifikasi, permintaan, maupun kebijakan harga, yang realistis dan bersifat

lintas sektor sehingga berbagai sumber energi yang ada diharapkan dapat dikelola secara

optimal. Blueprint tersebut telah ditetapkan menjadi kebijakan pemerintah melalui Peraturan

Presiden Nomor 5 tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN) sebagai pedoman

dalam pengelolaan energi nasional.

Berdasarkan Perpres No 5 Tahun 2006 tersebut, tujuan kebijakan energi nasional

adalah untuk mengarahkan upaya-upaya dalam mewujudkan keamanan pasokan energi

dalam negeri. Sementara sasaran kebijakan energi nasional adalah:

a. Tercapainya elastisitas energi lebih kecil dari satu pada tahun 2025.

b. Terwujudnya bauran energi primer dengan peranan masing-masing jenis energi pada

tahun 2025 adalah:

- Minyak bumi menjadi kurang dari 20 persen.

- Gas Bumi menjadi lebih dari 30 persen.

- Batubara menjadi lebih dari 33 persen.

- Bahan bakar nabati menjadi lebih dari 5 persen.

- Panasbumi menjadi lebih dari 5 persen.

Page 16: POLICY PAPER KESELARASAN KEBIJAKAN ENERGI · PDF filedirektorat sumber daya energi, mineral dan pertambangan badan perencanaan pembangunan nasional policy paper keselarasan kebijakan

11

- Biomassa, nuklir, mikrohidro, tenaga surya, dan tenaga angin menjadi5 persen.

- Batubara yang dicairkan menjadi lebih dari 2 persen.

Sasaran kebijakan energi nasional seperti disebutkan dalam Perpres No. 5 Tahun

2006 merupakan suatu tantangan yang cukup berat untuk diwujudkan. Mengingat bauran

energi primer pada saat ini masih menunjukkan ketergantungan yang sangat tinggi terhadap

minyak bumi.Untuk itu, pemerintah telah menerbitkan Undang-undang No.30 tahun 2007

tentang Energi yang diharapkan akan dapat menjawab persoalan bidang energi. Pada era

setelah UU Energi ini, kebijakan energi nasional akan bergeser tidak hanya bertujuan untuk

mengamankan pasokan energi seperti di Perpres 2006 tetapi juga mencakup kebijakan

pemanfaatan energi (

Gambar 5).

Gambar 5. Konsep Kebijakan Energi Nasional dalam Pembangunan Nasional

(KESDM, 2012)

2.3 Kebijakan Energi Nasional 2010 – 2050

2.3.1 KEN sebagai Kebijakan Publik

Sebagai kebijakan publik, dilihat dari aspek subyek dan obyeknya, KEN 2010 –

2050 memiliki tiga aspek yaitu pemerintah, masyarakat dan umum. Dalam dimensi subyek,

Page 17: POLICY PAPER KESELARASAN KEBIJAKAN ENERGI · PDF filedirektorat sumber daya energi, mineral dan pertambangan badan perencanaan pembangunan nasional policy paper keselarasan kebijakan

12

kebijakan publik adalah kebijakan dari pemerintah, maka salah satu ciri kebijakan adalah

what government do or not to do. Kebijakan dari pemerintahlah yang dapat dianggap

kebijakan yang resmi dan dengan demikian mempunyai kewenangan yang dapat memaksa

masyarakat untuk mematuhinya. Sedangkan dalam dimensi obyek, pengertian publik disini

adalah masyarakat. Atas dasar itulah, pendekatan perumusan KEN dilakukan secara

teknokratif oleh pemerintah dengan melibatkan lintas kementerian dan elemen masyarakat

yang tercermin dalam keanggotaan Dewan Energi Nasional (DEN). Selanjutnya, rancangan

KEN yang dihasilkan oleh DEN akan diajukan ke DPR untuk dimintakan persetujuan

sebagai proses politik dari suatu kebijakan.

Selain itu, KEN sebagai kebijakan publik harus dapat mengarahkan pemanfaatan

yang strategis terhadap sumber daya energi yang ada untuk memecahkan masalah-masalah

publik secara umum sehingga KEN yang dihasilkan tidak hanya melihat permasalahan

energi tetapi juga memperhatikan permasalahan di sektor lainnya yang memanfaatkan energi

seperti transportasi, industri dan lainnya.

Easton (1969) menyatakan bahwa kebijakan publik merupakan pengalokasian nilai-

nilai kekuasaan untuk seluruh masyarakat yang keberadaannya mengikat. Dalam hal ini,

hanya pemerintah yang dapat melakukan suatu tindakan kepada masyarakat dan tindakan

tersebut merupakan bentuk dari sesuatu yang dipilih oleh pemerintah dan merupakan bentuk

dari pengalokasian nilai-nilai kepada masyarakat. Oleh karena itu, KEN tidak hanya bersifat

normatif tetapi juga mengandung unsur tindakan baik berupa ‘paksaan’ maupun ‘insentif’

yang dilakukan pemerintah kepada masyarakat yang menjadi obyek kebijakan. Tanpa

adanya tindakan tersebut, kebijakan yang dihasilkan umumnya tidak terlaksana secara

efektif.

Perumusan KEN sebagai kebijakan publik haruslah mempertimbangkan faktor-faktor

strategis, di antaranya :

a. Faktor politik

Faktor ini perlu dipertimbangkan karena dalam perumusan kebijakan diperlukan

dukungan dari stakeholder baik dari pemerintah maupun dari lembaga non-pemerintah

seperti DPR. Besar dan jenis dukungan ini tentunya akan mempengaruhi isi kebijakan.

Page 18: POLICY PAPER KESELARASAN KEBIJAKAN ENERGI · PDF filedirektorat sumber daya energi, mineral dan pertambangan badan perencanaan pembangunan nasional policy paper keselarasan kebijakan

13

b. Faktor ekonomi dan finansial

Faktor ekonomi dan finansial selalu menjadi faktor penting dari kebijakan. Dukungan

faktor ekonomi dan finansial akan sangat mempengaruhi keberhasilan dari kebijakan

walaupun bukan sebagai penentu. Hal yang perlu dipertimbangkan adalah pembiayaan

dari kebijakan tersebut dan dampak dari kebijakan tersebut terhadap kondisi ekonomi

negara. Indikator yang perlu diperhatikan antara lain adalah tingkat inflasi danhutang

luar negeri, daya beli dan pendapatan perkapita penduduk,serta potensi daerah dan

komoditas unggulan.

c. Faktor kelembagaan dan administratif

Pelaksanaan kebijakan akan sangat ditentukan oleh kesiapan kelembagaan yang

didukung dengan proses administrasi yang jelas.

d. Faktor teknologi

Pertimbangan faktor ini akan menjadi hal yang pertama kali dilakukan untuk mentukan

kebijakan yang akan diambil. Kebijakan publik terutama dalam hal keteknikan akan

selalu melihat kesiapan teknologi yang mendukung.

e. Faktor sosial dan budaya

Faktor ini seringkali menjadi faktor yang dilupakan dalam pertimbangan kebijakan

publik seperti energi. Hal ini umumnya karena kurangnya keterlibatan masyarakat

umum secara aktif. Padahal dalam praktiknya, faktor sosial dan budaya kadang kala

menjadi faktor penentu efektifnya kebijakan.

f. Faktor keamanan dan pertahanan

Perlu dipertimbangkan apakah kebijakan yang akan dikeluarkan ini tidak akan

mengganggu stabilitas keamanan negara.

Setiap kebijakan publik, sebagaimana juga KEN, akan memiliki tiga aspek yaitu

input, proses dan output. Sebagai input dalam hal ini adalah permasalahan energi yang

timbul karena faktor lingkungan dan keadaan yang melatarbelakangi suatu peristiwa yang

menyebabkan timbulnya “masalah kebijakan” tersebut, yang berupa tuntutan masyarakat

atau tantangan dan peluang, dan diharapkan dapat diatasi melalui suatu kebijakan publik.

Sementara itu, proses perumusan KEN telah berjalan dengan mengikuti tata kerja DEN yang

ditetapkan melalui Permen ESDM. Untuk output, KEN masih menunggu persetujuan DPR.

Penyusunan KEN harus juga memperhatikan siklus kebijakan yaitu dapat dirumuskan, dapat

diimplementasikan, dapat dimonitoring dan dapat dievaluasi.

Page 19: POLICY PAPER KESELARASAN KEBIJAKAN ENERGI · PDF filedirektorat sumber daya energi, mineral dan pertambangan badan perencanaan pembangunan nasional policy paper keselarasan kebijakan

14

2.3.2 Perkembangan Penyusunan KEN 2010 - 2050

Penyusunan KEN dilakukan atas dasar amanat UU No. 30 tahun 2007 tentang Energi

yang keluar pada tahun 2007 sebagai kebijakan pengelolaan energi yang berdasarkan prinsip

berkeadilan, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan guna terciptanya kemandirian dan

ketahanan energi nasional. Secara substansi, KEN meliputi :

a. Ketersediaan energi untuk kebutuhan nasional

b. Prioritas pengembangan energi

c. Pemanfaatan sumberdaya energi nasional

d. Cadangan penyangga energi nasional

KEN yang saat ini disusun akan didasarkan pada tahun dasar 2008 dengan tahun

target 2050. Secara ruang lingkup dan fokus kebijakan, KEN yang diamanatkan UU No. 30

tahun 2007 ini sangat berbeda dengan kebijakan energi yang sudah dikeluarkan sebelumnya

seperti yang dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 6. Perbandingan Fokus Kebijakan Energi Nasional (1981 – sekarang)

KEN yang telah disusun nantinya akan ditetapkan oleh pemerintah dengan

persetujuan DPR (Pasal 11 Ayat 2, UU No. 30 tahun 2007). Dalam proses penyusunan KEN,

Presiden membentuk DEN yang bertugas :

a. Merancang dan merumuskan KEN untuk ditetapkan oleh pemerintah dengan

persetujuan DPR.

Page 20: POLICY PAPER KESELARASAN KEBIJAKAN ENERGI · PDF filedirektorat sumber daya energi, mineral dan pertambangan badan perencanaan pembangunan nasional policy paper keselarasan kebijakan

15

b. Menetapkan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN).

c. Menetapkan langkah-langkah penanggulangan kondisi krisis dan darurat energi.

d. Mengawasi pelaksanaan kebijakan bidang energi yang bersifat lintas sektor.

Berdasarkan Perpres No. 26 tahun 2008, DEN terdiri dari Pimpinan dan Anggota

sebagai berikut:

Tabel 3. Susunan Keanggotaan Dewan Energi Nasional

Pimpinan

Ketua Presiden

Wakil Ketua Wakil Presiden

Ketua Harian Menteri ESDM

Anggota

Unsur Unsur Pemerintah (AUP) Unsur Unsur Pemangku Kepentingan (AUPK)

Menteri Keuangan 2 orang kalangan akademi (pakar energi)

Menteri PPN/Kepala Bappenas

Menteri Perhubungan 2 orang kalangan industri (praktisi industri

energi) Menteri Perindustrian

Menteri Pertanian 1 orang kalangan teknologi (pakar rekayasa)

Menteri Riset dan Teknologi 1 orang kalangan lingkungan (pakar

lingkungan energi)

Menteri Lingkungan Hidup 2 orang kalangan konsumen (masyarakat

pengguna energi)

Khusus untuk anggota unsur pemangku kepentingan, pengangkatan dan

penetapannya dilakukan setelah melalui proses pemilihan oleh DPR. AUPK tidak

diberhentikan dari jabatan organik dan/atau kehilangan statusnya sebagai pegawai tempat

yangbersangkutan bekerja selama menjadi anggota DEN. Setelah melalui fit and proper test

pada akhir tahun 2008, AUPK yang terpilih adalah :

a. Ir. Agusman Effendi dari kalangan konsumen;

b. Prof. Dr. Herman Agustiawan dari kalangan konsumen;

c. Dr. Ir. Tumiran, M.Eng dari kalangan akademisi;

d. Prof.Dr.Ir. Rinaldi Dalimi, M.Sc, Ph. D dari kalangan akademisi;

e. Ir. Eddie Widiono S, M.Sc dari kalangan Industri;

Page 21: POLICY PAPER KESELARASAN KEBIJAKAN ENERGI · PDF filedirektorat sumber daya energi, mineral dan pertambangan badan perencanaan pembangunan nasional policy paper keselarasan kebijakan

16

f. Dr. Ir. Herman Darnel Ibrahim, M.Sc dari kalangan Industri;

g. Prof. Widjajono Partowidagdo, Ph.D (Alm) dari kalangan pakar teknologi; dan

h. Dr. Ir. Mukhtasor, M. Eng. Ph.D dari kalangan lingkungan hidup;

AUP menunjuk wakil tetap AUP yaitu sekurang-kurangnya pejabat eselon I untuk

mewakili AUP secara tetap dan terus menerus apabila yang bersangkutan berhalangan hadir

dalam mengikuti sidang atau rapat.

Masa jabatan anggota DEN yang berasal dari unsur pemerintah berakhir setelah tidak

menjabat lagi, sementara untuk AUPK selama lima tahun. Dalam melaksanakan tugasnya,

DEN dibantu oleh Sekjen DEN yang khusus bertugas memberikan dukungan teknis dan

administratif kepada DEN. Walaupun demikian, secara administratif Setjen DEN ini

bertanggungjawab kepada Menteri ESDM. Untuk kelancaran pelaksanaan tugas DEN,

Menteri ESDM dapat membentuk Kelompok Kerja (Pokja) yang terdiri dari pejabat

struktural eselon I. Berikut adalah tahapan yang sudah dilalui dalam proses penyusunan

KEN yang sudah berlangsung.

Page 22: POLICY PAPER KESELARASAN KEBIJAKAN ENERGI · PDF filedirektorat sumber daya energi, mineral dan pertambangan badan perencanaan pembangunan nasional policy paper keselarasan kebijakan

17

2.4 Prinsip Pokok dan Susunan Rancangan KEN

Penyusunan rancangan KEN ditujukan untuk mecapai sasaran di bidang penyediaan

energi primer, pemanfaatan energi primer perkapita, penyediaan kapasitas pembangkit dan

pemanfaatan listrik perkapita. Untuk penyediaan energi primer, ditargetkan akan mencapai

400 MTOE pada tahun 2025 dan 100 MTOE pada tahun 2050. Sedangkan untuk

pemanfaatan energi primer perkapita ditargetkan pada tahun 2025 akan mencapai 1.4 TOE

dan 3.2 TOE pada tahun 2050. Di bidang penyediaan kapasitas pembangkit, ditargetkan 115

GW pada tahun 2025 dan 430 pada tahun 2050. Selain itu, untuk pemanfaatan listrik

perkapita ditargetkan mencapai 2.500 KWh pada tahun 2025 dan pada tahun 2050 mencapai

7000 MW seperti pada Tabel 4.

Tabel 4. Sasaran Energi 2025-2050 (Draft KEN – DEN)

SASARAN SATUAN 2025 2050

Penyediaan energi primer MTOE 400 1.000

Pemanfaatan energi primer per kapita TOE 1,4 3,2

Penyediaan kapasitas pembangkit GW 115 430

Pemanfaatan listrik per kapita KWh 2.500 7.000

Prinsip lain yang akan dijadikan acuan untuk penyusunan KEN adalah sasaran

bauran energi nasional sampai dengan tahun 2050. Ditargetkan pada tahun 2050, bauran

energi nasional akan didominasi oleh Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 40 persen

yang meliputi energi air, panas bumi, biomasa sampah, Bahan Bakar Nabati (BBN), energi

surya, energi laut, energi angin dan energi nuklir. Sedangkan untuk minyak bumi, gas bumi

dan batubara akan berada di kisaran 20 persen.

Page 23: POLICY PAPER KESELARASAN KEBIJAKAN ENERGI · PDF filedirektorat sumber daya energi, mineral dan pertambangan badan perencanaan pembangunan nasional policy paper keselarasan kebijakan

18

Gambar 7. Sasaran Bauran Energi Dalam Draft Kebijakan Energi Nasional Dalam

Persentase (DEN, 2012)

Rancangan KEN yang sedang disusun akan berisi struktur berikut ini :

BAB I KETENTUAN UMUM

BAB II TUJUAN DAN SASARAN

Bagian 1 Tujuan

Bagian 2 Sasaran

BAB III ARAH KEBIJAKAN NASIONAL

Bagian 1 Ketersediaan Energi

Bagian 2 Prioritas pengembangan Energi

Bagian 3 Pemanfaatan Sumber Daya Energi Nasional

Bagian 4 Cadangan Energi Nasional

Bagian 5 Konservasi dan Diversifikasi

Bagian 6 Lingkungan dan Keselamatan

Bagian 7 Harga, Subsidi dan Intensif Energi

Bagian 8 Infrastruktur dan Industri Energi

Bagian 9 Penelitian dan Pengembangan Energi

Bagian 10 Kelembagaan dan Pendanaan

BAB IV KETENTUAN PENUTUP

Page 24: POLICY PAPER KESELARASAN KEBIJAKAN ENERGI · PDF filedirektorat sumber daya energi, mineral dan pertambangan badan perencanaan pembangunan nasional policy paper keselarasan kebijakan

19

BAB 3

RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL (RUEN) DAN

RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED)

3.1 Konsep RUEN dan RUED dalam Perencanaan Nasional

Secara konsep, perencanaan adalah proses yang kontinyu, terdiri dari keputusan atau

pilihan dari berbagai cara untuk menggunakan sumber daya yang ada, dengan sasaran untuk

mencapai tujuan tertentu di masa mendatang. Dengan merencanakan berarti memilih

berbagai alternatif tujuan agar tercapai kondisi yang lebih baik atau memilih cara/kegiatan

untuk mencapai tujuan/sasaran dari kegiatan tersebut.

Sebagai suatu perencanaan, RUEN dan RUED harus bersifat sebagai berikut :

a. Sebagai alat untuk mengalokasikan sumber daya: SDA, SDM, Modal akibat

keberadaannya yang terbatas. Sebagai konsekuensi, pengumpulan dan analisis data dan

informasi mengenai ketersediaan sumber daya yang ada menjadi sangat penting.

b. Sebagai alat untuk mencapai tujuan/sasaran. Sebagai konsekuensi proses perencanaan

akan membutuhkan dokumen perencanaan, organisasi, anggaran dan sebagainya.

c. Berhubungan dengan masa depan. Sebagai konsekuensi perencanaan akan

membutuhkan perkiraan, penjadwalan, monitoring dan evaluasi.

Dalam kaitannya dengan RUEN dan RUED, UU No.30 tahun 2007 menyatakan

bahwa Rencana Umum Energi adalah rencana pengelolaan energi di suatu wilayah, antar

wilayah, atau nasional (pasal 1 angka 27). Dari uraian tersebut, RUEN dan RUED sangat

mempertimbangkan perencanaan spasial. Kedudukan RUEN dan RUED merupakan

gabungan dari rencana spasial (RTRWN/D) dengan rencana aspasial (RPJPN/D –

RPJMN/D) seperti pada gambar berikut ini.

Page 25: POLICY PAPER KESELARASAN KEBIJAKAN ENERGI · PDF filedirektorat sumber daya energi, mineral dan pertambangan badan perencanaan pembangunan nasional policy paper keselarasan kebijakan

20

Gambar 8. Keterkaitan RUEN dan RUED dengan Perencanaan Lainnya

Rencana umum energi dilakukan di pusat dan di daerah sesuai dengan

kewenangannya masing-masing sesuai dengan semangat otonomi daerah. RUEN dan RUED

idealnya harus dapat menjadi pedoman bagi perencanaan subsektor energi seperti Rencana

Umum Kelistrikan Nasional dan Rencana Pengelolaan Migas Nasional. RUEN dan RUED

seyogyanya harus dapat menggambarkan Arus Energi, Energy Balance, serta implikasinya

seperti dalam gambar 9 di bawah ini.

3.2 Hubungan KEN dengan RUEN dan RUED

Rencana umum energi yang akan disusun terdiri dari Rencana Umum Energi

Nasional (RUEN) dan Rencana Umum Energi Daerah (RUED). RUEN disusun pemerintah

berdasarkan KEN yang sudah ditetapkan dengan mengikutsertakan pemerintah daerah serta

memperhatikan pendapat dan masukan dari masyarakat. Penetapan RUEN ini akan

dilakukan DEN (Pasal 12) melalui Peraturan Presiden (pasal 17 ayat 3). Dengan mengacu

pada RUEN yang telah ditetapkan melalui Peraturan Presiden, pemerintah daerah menyusun

Rencana Umum Energi Daerah (RUED). Intinya, RUEN dan RUED merupakan penjabaran

dan rencana pelaksanaan dari KEN yang meliputi :

a. Pentahapan untuk mencapai sasaran KEN

b. Pengalokasian kegiatan pelaksanaan per provinsi/kota/kabupaten

RENCANA A SPASIAL

RPJPN/D RPJMN/D

RENCANA SPASIAL

RTRWN/D

RUEN - RUED

Masterplan Tansportasi

Masterplan Industri

RPP Lingkungan Hidup

Perencanaan lainnya:

RAN GRK, dsb

Page 26: POLICY PAPER KESELARASAN KEBIJAKAN ENERGI · PDF filedirektorat sumber daya energi, mineral dan pertambangan badan perencanaan pembangunan nasional policy paper keselarasan kebijakan

21

Gambar 9. Arus Energi dalam Neraca Energi 2011 (Pusdatin KESDM, 2012)

Page 27: POLICY PAPER KESELARASAN KEBIJAKAN ENERGI · PDF filedirektorat sumber daya energi, mineral dan pertambangan badan perencanaan pembangunan nasional policy paper keselarasan kebijakan

22

Dari draft pedoman RUEN tahun 2012, kurun waktu dari RUEN dan RUED ini akan

mengikuti kurun waktu horizon KEN dengan siklus 5 tahunan (Gambar 10).

Gambar 10. Siklus Penyusunan KEN, RUEN, dan RUED

Alur proses penyusunan dan penetapan KEN dan RUEN meliputi dua ranah berbeda

yaitu ranah legislatif dan ranah eksekutif. Kedua ranah tersebut saling berhubungan dalam

melakukan persiapan dan penetapan KEN maupun RUEN. Berikut adalah skema alur proses

penyusunan dan penetapan KEN dan RUEN yang sedang berlangsung.

KEN JANGKA PANJANG S.D 2050

RUEN TH ... RUEN TH ... RUEN TH ...

RUEN 5 TAHUNAN

RUED KAB/KOTA ...

RUED KAB/KOTA ...

RUED KAB/KOTA ...

RUED KAB/KOTA ...

RUED KAB/KOTA ...

RUED KAB/KOTA ...

RUED KAB/KOTA ...

RUED KAB/KOTA ...

RUED KAB/KOTA ...

Page 28: POLICY PAPER KESELARASAN KEBIJAKAN ENERGI · PDF filedirektorat sumber daya energi, mineral dan pertambangan badan perencanaan pembangunan nasional policy paper keselarasan kebijakan

23

Gambar 11. Alur Proses Penyusunan dan Penetapan KEN dan RUEN

RUEN akan berfungsi sebagai acuan dan pedoman dalam pengelolaan energi di

tingkat nasional yang bersifat lintas sektor, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan

energi dalam negeri secara berkelanjutan, berkeadilan dan optimal dalam rangka mencapai

ketahanan energi nasional. Sementara RUED akan berfungsi sebagai acuan dan pedoman

dalam pengelolaan energi di tingkat daerah yang bersifat lintas sektor, dengan tujuan untuk

memenuhi kebutuhan energi di daerah secara berkelanjutan, berkeadilan dan optimal dalam

rangka mencapai ketahanan energi daerah dan sesuai dengan tujuan pengelolaan energi

secara nasional.

Gambar 12. Keterkaitan KEN dengan RUEN dan RUED

•Kebijakan Utama

•Kebijakan Penunjang

KEN

•Mengikutsertakan Pemda

•Masukan Masyarakat

RUEN

•Peran Masyarakat

•Ditetapkan Perda RUED

Pedoman

Acuan

Page 29: POLICY PAPER KESELARASAN KEBIJAKAN ENERGI · PDF filedirektorat sumber daya energi, mineral dan pertambangan badan perencanaan pembangunan nasional policy paper keselarasan kebijakan

24

Dari gambar di atas, jelas terlihat bahwa RUED dapat disusun apabila RUEN sudah

ada. Demikian halnya juga KEN harus sudah ada untuk menjadi pedoman dalam

penyusunan RUEN. RUEN dan RUED disusun berdasarkan prinsip-prinsip pembangunan

berkelanjutan dengan sasaran:

a. Tercapainya keamanan pasokan energi domestik dengan cara pengalokasian energi

untuk kebutuhan domestik (bahan baku dan bahan bakar) dan ekspor serta

pengalokasian energi perwilayah dengan tetap mengutamakan keberpihakan kepada

masyarakat tidak mampu;

b. Tercapainya pemenuhan kebutuhan energi domestik (energi tersedia dalam jumlah yang

cukup);

c. Tercapainya nilai tambah ekonomi yang maksimal;

d. Tercapainya pengelolaan, penyediaan dan pemanfaatan sumberdaya dan sumber energi

secara optimal, terpadu, efisien dan berkelanjutan;

e. Tercapainya pembangunan infrastruktur energi;

f. Terjaganya kelestarian fungsi lingkungan hidup

g. Tercapainya kemandirian pengelolaan energi.

3.3 Perkembangan Penyusunan RUEN

Proses penyusunan RUEN idealnya menunggu KEN disahkan oleh Presiden sebagai

Ketua DEN. Namun untuk mengantisipasi keterlambatan KEN, proses penyiapan RUEN

sudah mulai dilakukan Pusdatin ESDM sebagai penanggung jawab RUEN mulai dari

penyiapan pedoman sampai penyiapan model energi dan simulasinya dalam mendukung

penyusunan RUEN. Tabel 6 memperlihatkan kronologis dari proses penyusunan RUEN

sampai Juni 2012.

Page 30: POLICY PAPER KESELARASAN KEBIJAKAN ENERGI · PDF filedirektorat sumber daya energi, mineral dan pertambangan badan perencanaan pembangunan nasional policy paper keselarasan kebijakan

25

Tabel 5. Proses Penyusunan RUEN dan Pedoman RUEN dan RUED

NO. TANGGAL KEGIATAN

1. 9 Feb 2010 Biro Hukum melakukan pembahasan Pedoman Penyusunan RUEN

dengan Unit di lingkungan KESDM

2. 17 Juni 2010 MESDM telah mengirimkan surat kepada Presiden RI, perihal

Permohonan Persetujuan Penyusunan Rancangan Peraturan Presiden

3. 22 Juli 2010 Biro Hukum melakukan rapat antar kementerian untuk membahas

Rancangan Pedoman Penyusunan RUEN yang dihadiri oleh Sekretariat

Negara, Kemenkumham, Kemendagri, Kemenhub, dan Kemenkeu

4. 21 Okt 2010 Sekretaris Kabinet RI membalas surat permohonan MESDM, yang

intinya agar penyusunan RPerpres tersebut perlu mempertimbangkan

penyelesaian Rancangan KEN

5. 22 Nov 2010 Terbit Permen ESDM No.18/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja

KESDM dimana didalamnya menyatakan Kegiatan Penyusunan RUEN

menjadi tanggung jawab Pusdatin

6. 29 Jan 2011 Pusdatin melaksanakan FGD dalam rangka mendapatkan masukan untuk

penyusunan format RUEN, dihadiri oleh wakil-wakil dari Ditjen Migas,

UI, dan IPB

7. 27 Jan 2012 Pusdatin menyampaikan surat permintaan kepada Biro Hukum dan

Humas dalam rangka pembahasan draft R-Perpres RUEN

8. 7 Maret 2012 Sidang Paripurna I membahas KEN bertempat di KESDM

9. 25 Juli 2012 Biro Hukum menyelenggarakan FGD dalam rangka pembahasan R-

Perpres Pedoman Penyusunan RUEN, dengan mengundang Sekretaris

Kabinet, Kementerian Hukum dan HAM, serta unit KESDM

3.4 Format RUEN dan RUED

Sampai saat ini Perpres tentang pedoman penyusunan RUEN dan RUED belum

diterbitkan sehingga format RUEN dan RUED baru sebatas draft usulan. Berdasarkan

rancangan Perpres pedoman penyusunan RUEN dan RUED, format dokumen adalah sebagai

berikut:

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang dan Arti Penting RUEN

Menjelaskan latar belakang penyusunan RUEN, RUED-TP, dan RUED-TK dan arti

pentingnya dalam tatanan pengelolaan energi nasional/daerah. Permasalahan dan

tantangan dalam pengelolaan energi yang sedang dihadapi dan yang diperkirakan akan

dihadapi di masa mendatang baik di tingkat daerah, nasional maupun global

Page 31: POLICY PAPER KESELARASAN KEBIJAKAN ENERGI · PDF filedirektorat sumber daya energi, mineral dan pertambangan badan perencanaan pembangunan nasional policy paper keselarasan kebijakan

26

b. Landasan Hukum

Melakukan identifikasi aspek legal bagi pemerintah/pemerintah daerah terhadap tugas,

fungsi dan kewenangannya dalam pengelolaan energi nasional/daerah

c. Hubungan RUEN dengan Sistem Perencanan Pembangunan Nasional

Menjelaskan tentang posisi dan hubungan RUEN, RUED-TP, dan RUED-TK dalam

dokumen perencanaan nasional/daerah serta sifat penyusunan RUEN, RUED-TP, dan

RUED-TK yang melibatkan proses dari atas ke bawah (top down) dan juga sekaligus

proses dari bawah ke atas (bottom up)

d. Definisi dan Istilah

Menjelaskan tentang istilah dan artinya yang terdapat dalam RUEN, RUED-TP, dan

RUED-TK serta kaitannya dengan konteks pengelolaan energi nasional/daerah

BAB II KONDISI ENERGI NASIONAL/DAERAH SAAT INI DAN MASA

MENDATANG

a. Isu dan Permasalahan Energi

Uraian terhadap hasil identifikasi dari berbagai isu dan permasalahan energi, baik

global, nasional maupun lokal. Secara spesifik, isu dan permasalahan umum sektor

energi yang akan diungkapkan adalah:

Isu dan Permasalahan Energi Global

Isu dan Permasalahan Energi Nasional

b. Kondisi Energi Nasional/Daerah Saat Ini

Menginventarisasi dan memverifikasi data pengelolaan energi nasional/daerah pada

tahun dasar permodelan, sesuai KEN yang mencakup antara lain:

Indikator Sosio Ekonomi

Indikator Energi

Indikator Lingkungan

c. Kondisi Energi Nasional/Daerah di Masa Mendatang

Berisikan hasil perhitungan pemodelan berupa proyeksi kondisi energi nasional/daerah

di masa mendatang untuk mencapai target-target yang ditetapkan dalam

KEN/RUEN/RUED. Hasil-hasil dari pemodelan tersebut terdiri dari; indikator sosio-

ekonomi, indikator energi dan indikator lingkungan.

Langkah-langkah perhitungan pemodelan sebagai berikut:

Page 32: POLICY PAPER KESELARASAN KEBIJAKAN ENERGI · PDF filedirektorat sumber daya energi, mineral dan pertambangan badan perencanaan pembangunan nasional policy paper keselarasan kebijakan

27

Inventarisasi dan verifikasi data

Struktur Model

Asumsi dasar (Pertumbuhan Penduduk dan Pertumbuhan PDB) dan skenario (dasar,

RUEN dan RUED)

Penggunaan model perangkat lunak

BAB III VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN ENERGI NASIONAL/DAERAH

a. Visi

Visi yang terdapat di dalam RUEN, RUED-TP, dan RUED-TK merupakan rumusan

umum mengenai terpenuhinya kebutuhan energi dalam negeri secara berkelanjutan,

berkeadilan dan optimal dalam rangka mencapai ketahanan dan kemandirian energi

nasional/daerah.

b. Misi

Misi mencakup:

menjamin ketersediaan energi nasional/daerah;

mendorong pengelolaan energi yang berwawasan lingkungan;

mengakselerasikan pemakaian energi baru dan energi terbarukan;

meningkatkan aksesibilitas energi dengan harga terjangkau kepada seluruh

masyarakat;

mengoptimalkan peningkatan nilai tambah penggunaan energi;

memaksimalkan potensi nasional berupa sumber daya alam dan sumber daya

manusia untuk mencapai kemandirian energi.

c. Tujuan

Untuk menyusun dan mengimplementasikan berbagai kebijakan, strategi dan program

pengembangan energi untuk mencapai target-target yang ditetapkan dalam

KEN/RUEN/RUED.

d. Sasaran

Sasaran adalah target-target yang harus dicapai untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan KEN/RUEN/RUED.

Page 33: POLICY PAPER KESELARASAN KEBIJAKAN ENERGI · PDF filedirektorat sumber daya energi, mineral dan pertambangan badan perencanaan pembangunan nasional policy paper keselarasan kebijakan

28

BAB IV KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL

/DAERAH

Menguraikan secara garis besar tentang kecenderungan arah kebijakan dan strategi energi

nasional/daerah, baik dalam jangka panjang maupun jangka menengah, dalam menjawab

kondisi lingkungan strategis yang sejalan dengan ekspektasi kondisi energi nasional/daerah

di masa mendatang.

a. Kebijakan

Menjabarkan hal-hal yang ditetapkan dalam KEN/RUEN yang mencakup Kebijakan

Utama maupun Kebijakan Pendukung energi nasional/daerah untuk mencapai target

yang telah ditetapkan.

b. Strategi

Menjelaskan strategi sesuai dengan arah kebijakan nasional/daerah.

c. Kelembagaan

Pengelolaan energi nasional/daerah melibatkan peranan eksekutif dan legislatif sesuai

dengan tugas dan fungsinya masing-masing. Dalam penyusunan RUEN, RUED-TP,

dan RUED-TK, perlu melibatkan beberapa kelembagaan secara komprehensif, antara

lain; Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Kehutanan, Kementerian

Perindustrian, Kementerian Perhubungan, Kementerian Perdagangan, dan Kementerian

terkait lainnya serta Bappenas, pemangku kepentingan terkait dan Pemerintah Daerah.

d. Instrumen Kebijakan

Instrumen kebijakan merupakan perangkat peraturan perundang-undangan ini di tingkat

nasional/provinsi/kabupaten/kota yang diperlukan untuk mendukung kegiatan sektor

energi dan sumber daya mineral dan terkait dengan pengelolaan energi yang ditetapkan

RUEN, RUED-TP, dan RUED-TK.

e. Upaya dan Program Pengembangan Energi

Program Utama adalah kegiatan utama pemerintah pusat/daerah dan atau swasta

nasional/asing yang merupakan penjabaran dari upaya yang berskala besar, bersifat

penguraian masalah dan peningkatan nilai tambah serta berdampak terhadap

perkembangan regional maupun nasional.Program Pendukung adalah kegiatan/proyek

Page 34: POLICY PAPER KESELARASAN KEBIJAKAN ENERGI · PDF filedirektorat sumber daya energi, mineral dan pertambangan badan perencanaan pembangunan nasional policy paper keselarasan kebijakan

29

pemerintah pusat/daerah dan atau swasta nasional/asing yang berskala kecil menengah

dan hanya berdampak terhadap perkembangan lokal maupun regional.

BAB V PENUTUP

Merupakan kesimpulan RUEN, RUED-TP dan RUED-TK yang telah dijabarkan dalam bab-

bab sebelumnya.

3.5 Struktur Model Energi RUEN

Dalam penyusunan draft RUEN, Pusdatin KESDM sementara ini menggunakan

model LEAP untuk melakukan prediksi permintaan dan penyediaan energi pada tahun 2025.

Struktur Model yang digunakan dalam permintaan energi mempunyai paramater utama

antara lain: Laju pertumbuhan PDB/PDRB dan Laju Pertumbuhan Penduduk. Berikut adalah

struktur model permintaan energi dan penyediaan energi:

Permintaan Energi

Page 35: POLICY PAPER KESELARASAN KEBIJAKAN ENERGI · PDF filedirektorat sumber daya energi, mineral dan pertambangan badan perencanaan pembangunan nasional policy paper keselarasan kebijakan

30

Penyediaan Energi

Gambar 13. Struktur Model Permintaan dan Penyediaan Energi

Page 36: POLICY PAPER KESELARASAN KEBIJAKAN ENERGI · PDF filedirektorat sumber daya energi, mineral dan pertambangan badan perencanaan pembangunan nasional policy paper keselarasan kebijakan

31

BAB 4

KESELARASAN KEN, RUEN DAN RUED

4.1 Isu Strategis KEN

Proses penyusunan KEN melibatkan berbagai instansi terkait di bidang keenergian

dari Pemerintah, pemerintah daerah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), perguruan tinggi,

asosiasi perusahaan dan jasa keenergian, perwakilan negara sahabat dan organisasi energi

internasional. Bentuk kegiatan yang dilakukan antara lain melalui rapat-rapat, sosialisasi,

konsinyering, penyaringan pendapat publik serta pembahasan bersama dengan instansi

pemerintah terkait dan stakeholder.

4.1.1 Isu Terkait Proses Penyusunan KEN

Sampai saat ini, KEN belum ditetapkan oleh pemerintah dan masih menunggu

sidang paripurna dan persetujuan DPR. Rancangan dan rumusan KEN merupakan tugas

utama DEN sehingga permasalahan dalam proses penyusunan KEN secara langsung

maupun tidak langsung akan berkaitan dengan DEN. Dalam hubungannya dengan hambatan

dalam proses penyusunan KEN dua aspek yang perlu dikaji lebih mendalam yaitu aspek

keanggotaan dan mekanisme kerja DEN.

A. Aspek Keanggotaan DEN

Sifat keanggotaan DEN memiliki kesempatan yang sama sehingga memiliki hak

yang sama untuk menyampaikan pandangan yang diakomodasi dalam sidang atau rapat.

Sidang adalah pertemuan yang dihadiri oleh AUP dan AUPK yang dipimpin oleh pimpinan

DEN untuk membahas dan/atau memutuskan hal yang terkait dengan tugas DEN. Sementara

rapat adalah pertemuan untuk membahas hal yang terkait dengan tugas DEN.

Dalam proses penyusunan KEN, aspek keanggotaan DEN yang perlu menjadi

perhatian adalah:

a. Secara teknokratik, rumusan KEN didiskusikan antar anggota DEN. Proses ini baik

untuk menghasilkan kebijakan yang akomodatif dan komprehensif. Namun dalam

prosesnya, seringkali kesepakatan materi rumusan KEN antar anggota DEN

membutuhkan waktu yang panjang. Dengan beragam latar belakang dan pemikiran yang

Page 37: POLICY PAPER KESELARASAN KEBIJAKAN ENERGI · PDF filedirektorat sumber daya energi, mineral dan pertambangan badan perencanaan pembangunan nasional policy paper keselarasan kebijakan

32

berbeda-beda, diskusi pendapat antar anggota DEN seringkali berlarut-larut dan bahkan

dalam memutuskan hal yang kecil sekalipun sehingga berimbas pada lambatnya

penyusunan rumusan KEN.

b. Proses rapat dan sidang seringkali tidak dihadiri oleh semua anggota secara lengkap,

terutama dari instansi pemerintahan yang diwakili oleh pejabat yang tidak dapat

mengambil keputusan. Permasalahan lebih lanjut muncul ketika anggota DEN yang

tidak hadir pada rapat sebelumnya, menyampaikan pandangan ketika rumusan sudah

diputuskan sehingga isu dan masalah tersebut harus dibahas kembali.

c. Anggota DEN Unsur Pemerintah (AUP) selama ini kurang aktif dalam pembahasan

KEN dimana semestinya mereka dapat menjadi aktor utama dalam menentukan target

penyelesaian dan mengarahkan KEN sehingga dapat diselesaikan secepatnya. Padahal

keterlibatan aktif AUP akan mencerminkan keberhasilan KEN yang disusun mengingat

posisinya sebagai unsur pemerintah yang akan menjadi tulang punggung dalam

menjalankan kebijakan.

d. DEN memiliki banyak kegiatan lain di samping pembahasan KEN. Hal ini

dikhawatirkan akan memecah konsentrasi anggota DEN dalam perumusan KEN.

B. Mekanisme Kerja

Dalam melaksanakan tugasnya, DEN dibantu oleh Sekretariat Jenderal yang

bertanggung jawab secara fungsional kepada DEN dan bertanggung jawab secara

administrasi kepada Menteri ESDM. DEN melakukan sidang paripurna secara berkala yang

dihadiri pimpinan dan anggota DEN sekurang-kurangnya 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun

atau sewaktu-waktu jika diperlukan. DEN melakukan sidang anggota secara berkala yang

dipimpin oleh ketua harian DEN dan dihadiri anggota DEN sekurang-kurangnya 1 (satu)

kali dalam 2 (dua) bulan atau sewaktu-waktu jika diperlukan. Dalam sidang paripurna dan

sidang anggota, Sekretaris Jenderal DEN ikut hadir dan bertindak sebagai sekretaris dalam

sidang dimaksud, tanpa hak suara. Hasil sidang anggota dilaporkan oleh ketua harian DEN

kepada ketua DEN guna mendapatkan arahan tindak lanjut dan/atau dibahas dalam sidang

paripurna.

Sidang anggota pertama DEN yang merupakan awal dimulainya kegiatan DEN

dalam pelaksanaan tugas dilaksanakan pada tanggal 12 Juni 2009. Penyusunan KEN dimulai

setelah disepakatinya Terms of Reference penyusunan KEN pada sidang anggota DEN ke-2

Page 38: POLICY PAPER KESELARASAN KEBIJAKAN ENERGI · PDF filedirektorat sumber daya energi, mineral dan pertambangan badan perencanaan pembangunan nasional policy paper keselarasan kebijakan

33

pada tanggal 21 Agustus 2009. Sidang anggota DEN selanjutnya yang diantaranya juga

membahas KEN adalah sidang anggota DEN ke-3 tanggal 14 Oktober 2009, sidang anggota

DEN ke-4 tanggal 19 Maret 2010, sidang anggota DEN ke-5 tanggal 30 Juli 2010, sidang

anggota DEN ke-6 tanggal 4 November 2010, dan sidang anggota DEN ke-7 tanggal 11

Januari 2012. Sementara itu, sidang paripurna belum pernah diadakan sama sekali. Di

samping sidang anggota, DEN juga melakukan rapat-rapat pembahasan mengenai rumusan

KEN dengan para pemangku kepentingan di bidang energi dan sosialisasi konsep KEN ke

pemerintah daerah. Tabel berikut ini menggambarkan time table pelaksanaan sidang anggota

DEN.

Tabel 6. Time Table Pelaksanaan Sidang Anggota DEN

Sidang

Anggota DEN 2009 2010 2011 2012

Sidang ke-1 12 Juni

Sidang ke-2 21 Agus

Sidang ke-3 14 Okt

Sidang ke-4 19 Mar

Sidang ke-5 30 Jul

Sidang ke-6 4 Nov

Sidang ke-7 11 Jan

Dari sisi mekanisme kerja DEN, hal yang menjadi hambatan penyelesaian KEN

adalah:

a. Belum terlaksananya mekanisme kerja sesuai dengan Perpres 26/2008. Dari tabel di atas,

terlihat bahwa sidang anggota tidak dilaksanakan secara berkala sekurang-kurangnya 1

(satu) kali dalam 2 (dua) bulan sebagaimana yang diatur Perpres 26/2008. Demikian

halnya dengan sidang paripurna sekurang-kurangnya 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun

juga belum dilaksanakan. Berkurangnya agenda rapat dan sidang mengakibatkan

berkurangnya waktu pembahasan KEN. Akibatnya proses penyusunan KEN

membutuhkan waktu yang lebih lama.

b. Regulasi mengenai kode etik dan tata tertib DEN dalam rangka efektivitas pelaksanaan

tugas dan tanggung jawab DEN baru ditetapkan pada tanggal 11 Mei 2011 melalui

Page 39: POLICY PAPER KESELARASAN KEBIJAKAN ENERGI · PDF filedirektorat sumber daya energi, mineral dan pertambangan badan perencanaan pembangunan nasional policy paper keselarasan kebijakan

34

Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral selaku Ketua Harian DEN Nomor

07 Tahun 2011. Penyusunan KEN yang telah berlangsung kurang lebih 3 tahun perlu

dipercepat melalui peningkatan efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab DEN

dalam menyelesaikan rancangan dan rumusan KEN.

4.1.2 Isu Terkait Substansi KEN

A. Tujuan

Kebijakan Energi suatu negara secara umum ditujukan untuk menjamin ketahanan

energi dari suatu negara. Sebagaimana diketahui ketahanan energi merupakan suatu kondisi

dimana kebutuhan masyarakat luas akan energi terjamin pemenuhannya secara

berkelanjutan, berdasarkan kriteria 3A, yaitu: ketersediaan (availability), keterjangkauan

(accessibility) dan akseptabilitas (mutu dan harga). Energy Security memerlukan dukungan

keterjaminan terhadap akses ataupun sumber-sumber energi primer serta dukungan fasilitas

untuk proses konversi energi primer dan distribusi energi final. Oleh karenanya tujuan

kebijakan energi suatu negara intinya adalah untuk mencapai tiga indikator di atas (3A ;

Availability, accessibility dan acceptability)

Sementara berdasarkan draft terakhir KEN, tujuan dari KEN sangat luas mencakup 9

tujuan sebagai berikut :

a. Perubahan paradigma dalam pengelolaan energi;

b. Kemandirian pengelolaan energi;

c. Menjamin ketersediaan energi di dalam negeri;

d. Optimalisasi pengelolaan sumber daya energi;

e. Effisiensi pemanfaatan energi;

f. Meningkatkan akses energi;

g. Mengembangkan kemampuan dan kemandirian teknologi dan industri energi;

h. Penciptaan lapangan kerja;

i. Menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup.

Luasnya tujuan dari KEN ini sebenarnya perkembangan yang sangat baik dalam hal

mengakomodasi kepentintingan sektor lain namun hal ini dikhawatirkan justru mengaburkan

tiga tujuan utama dari kebijakan energi sehingga pencapaian dari tiga tujuan tersebut kurang

optimal. Selain itu, tujuan KEN tersebut tentunya harus dijabarkan secara lebih lanjut dalam

Page 40: POLICY PAPER KESELARASAN KEBIJAKAN ENERGI · PDF filedirektorat sumber daya energi, mineral dan pertambangan badan perencanaan pembangunan nasional policy paper keselarasan kebijakan

35

indikator yang lebih jelas sehingga bisa diukur. Ketidakjelasan indikator akan menyulitkan

dalam hal evaluasi dan monitoring kebijakan sebagai dua tahapan dalam siklus kebijakan.

B. Keterkaitan KEN Dengan Kebijakan Sub Sektor Energi Dan Kebijakan Sektor

Lainnya

Secara konsep, KEN tidak terlepas dari kebijakan lainnya di sektor energi seperti

kebijakan migas, batubara dan kebijakan kelistrikan nasional beserta undang-undangnya.

Sinergitas antar kebijakan-kebijakan tersebut mutlak diperlukan untuk efektifitas

pelaksanaannya. Hubungan antara kebijakan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 14. Keterkaitan KEN dengan Kebijakan Subsektor Energi dan Kebijakan

Sektor Lainnya

Hal ini akan menjadi tantangan terberat dari KEN sehingga perlu dikaji lebih lanjut

strategi dalam mensinkronisasikan kebijakan subsektor energi dan mensinergikan dengan

kebijakan sektor lainnya yang berhubungan dengan energi seperti transportasi, industri, tata

ruang, lingkungan dan lainnya. Sebagai alat monitoring, perlu adanya roadmap dengan

timeline yang jelas dalam sinkronisasi antar kebijakan ini.

Pengaruh

UU lainnya yang

berkaitan

diantaranya : UU

Sektor Pengguna

Energi :

Transportasi,

Indusri, UU Tata

Ruang, dan

sebagainya

UU 30/2009 tentang Kelistrikan

KEBIJAKAN

KELISTRIKA

N

Page 41: POLICY PAPER KESELARASAN KEBIJAKAN ENERGI · PDF filedirektorat sumber daya energi, mineral dan pertambangan badan perencanaan pembangunan nasional policy paper keselarasan kebijakan

36

C. Kekuatan Hukum

Berdasarkan evaluasi kebijakan energi yang terdahulu, seringkali implementasi di

tataran masyarakat tidak mencapai hasil optimal. Hal ini salah satunya disebabkan

kurangnya konsistensi pemerintah selain tidak adanya kekuatan hukum yang kuat baik

terhadap otoritas kebijakan maupun terhadap masyarakat. Akibatnya muncul fenomena

‘Populist Paradox’ yang artinya kebijakan yang sudah ditetapkan tidak dapat

diimplementasikan karena kontradiksi dengan kebijakan yang saat ini sedang dilaksanakan.

Sebagai contoh kebijakan konservasi energi yang dicanangkan pada kebijakan energi

sebelumnya dengan kebijakan pemberian subsidi yang berlangsung lama sampai sekarang.

4.2 Isu Strategis RUEN dan RUED

4.2.1 Isu Terkait Penyusunan RUEN Dan RUED

A. Mekanisme Penyusunan RUEN

Hingga saat ini, peraturan yang menetapkan KEN belum dapat diterbitkan. Belum

terbitnya peraturan KEN ini, secara operasional menjadi hambatan dalam penyusunan

RUEN dan RUED mengingat RUEN dan RUED merupakan penjabaran operasional KEN

yang akan dilakukan oleh pemerintah dan pemerintah daerah.

Penyusunan RUEN dan RUED merupakan amanat UU 30/2007. Hal ini merupakan

sebuah kebijakan baru yang belum pernah dilakukan oleh pemerintah dan pemerintah daerah.

Untuk itu, diperlukan kejelasan mengenai bagaimana mekanisme dan rumusan RUEN dan

RUED harus dilakukan. Sayangnya, amanat UU 30/2007 untuk menerbitkan Perpres tentang

penyusunan RUEN sampai saat ini pun belum ada. Padahal dari segi waktu, penerbitan

Perpres dan sosialisasi ini tidak harus menunggu KEN selesai sehingga dapat segera

disosialisasikan terutama ke daerah.

Saat ini belum ada RUED yang telah ditetapkan sebagaimana amanat Pasal 18 UU

30/2007. Namun demikian, ada pemerintah daerah yang telah memulai penyusunan RUED-

nya. Tentu saja ini akan menimbulkan permasalahan apabila RUED yang telah disusun tidak

sejalan dengan KEN dan RUEN yang ditetapkan kemudian. Contoh pemerintah daerah yang

telah dan akan menyusun RUED adalah:

a. Pemerintah Kabupaten Luwu Timur melalui Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral

telah menggelar kegiatan ekspose laporan pembuatan dokumen RUED Tahun 2011yang

Page 42: POLICY PAPER KESELARASAN KEBIJAKAN ENERGI · PDF filedirektorat sumber daya energi, mineral dan pertambangan badan perencanaan pembangunan nasional policy paper keselarasan kebijakan

37

berlangsung di Ruang Rapat Pimpinan Kantor Bupati Luwu Timur tanggal 16 Oktober

2011 dengan menghadirkan narasumber dari Pusat Penelitian dan Pengembangan

Energi dan Ketenagalistrikan Universitas Hasanuddin, Salama Manjang.

b. Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Pemerintah Provinsi Jawa Barat pada awal

tahun 2012 telah mengumumkan rencana pengadaan penyusunan RUED senilai Rp 200

juta.

B. Kapasitas Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia

Rumusan materi RUEN tentu saja harus sejalan dengan KEN. Sama halnya dengan

RUED yang juga harus sejalan dengan KEN dan RUEN. Hal ini diperlukan agar tercapai

sinergi antara KEN, RUEN, dan RUED.

Rumusan materi RUED mencakup antara lain penyusunan database energi-ekonomi

(profil energi daerah) dan model energi, mengkaji pola pemakaian energi saat ini,

memperkirakan pemakaian energi masa depan, mengkaji potensi sumber daya energi daerah,

menyusunan skenario supply-demand energi, mengkaji biaya dan dampak sosio-ekonomi

dan lingkungan dari berbagai skenario supply-demand energi dan menyusun strategi

pengembangan energi daerah.

Untuk menyusun RUED, maka pemerintah daerah perlu memiliki kemampuan yang

cukup termasuk pada aspek metodologi dan asumsi-asumsi yang digunakan dalam

memproyeksikan kebutuhan dan pasokan energinya. Untuk menyusun RUED yang realistis

dan berwawasan berkelanjutan maka pemerintah daerah perlu memiliki pengertian yang

memadai mengenai KEN dan RUEN.

Penyusunan RUED juga digunakan sebagai dasar untuk menyusun RUEN. Namun

perlu diperhatikan bahwa regional balance sheet tidak akan dapat tergambar secara akurat

karena pemenuhan energi daerah sering kali dipenuhi dari daerah lain (tidak bisa

menggambarkan suatu daerah secara tertutup). Prediksi atau proyeksi energy demand daerah

harus menggunakan tools proyeksi energi yang ‘seragam’ secara nasional sehingga proyeksi

energi tiap daerah angkanya dapat kompatible dan dapat diadopsi atau dikutip secara

nasional.

Dalam proses penyusunan RUED, beberapa daerah tidak terlalu memerlukan rencana

umum energi dikarenakan daerah teresebut merupakan daerah strategis yang penyediaan

Page 43: POLICY PAPER KESELARASAN KEBIJAKAN ENERGI · PDF filedirektorat sumber daya energi, mineral dan pertambangan badan perencanaan pembangunan nasional policy paper keselarasan kebijakan

38

energinya harus mencukupi permintaan energi. Daerah-daerah yang dianggap strategis ini

antara lain Bali, DKI Jakarta, dan Surabaya. Dampak yang akan muncul di daerah-daerah

strategis tersebut adalah kurangnya dorongan untuk memberikan insentif bagi

pengembangan energi daerah terutama energi terbarukan.

Selain itu, lemahnya hubungan antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan

Pemerintah Kabupaten/Kota menyebabkan banyak kebijakan antar pemerintah tidak

terkomunikasikan dengan baik. Pemerintah Daerah sering tidak dilibatkan dalam proyek-

proyek nasional yang berlokasi di daerah, seperti proyek-proyek pertambangan migas dan

pusat pembangkit tenaga listrik skala besar, sehingga proses penyusunan RUED kurang

dapat dilakukan secara akurat. Hal ini juga disebabkan belum terlaksananya Forum Energi

Daerah di setiap provinsi.

Permasalahan lainnya adalah ketidaktegasan pemerintah untuk menjalankan aturan

insentif dan disinsentif terhadap penyelesaian RUED, sehingga meskipun telah diamanatkan

di undang-undang tetapi belum dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Perlu ada upaya

khusus sebagaimana yang dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dengan

mengumumkan bahwa daerah-daerah yang belum memiliki Rencana Tata Ruang Wilayah

(RTRW) tidak akan mendapatkan kucuran Dana Alokasi Khusus Infrastruktur tahun 2013.

Hal ini secara tidak langsung akan memacu daerah-daerah yang belum menyelesaikan

penyusunan RTRW untuk segera menyelesaikan RTRW-nya.

Penyusunan RUED juga terhambat oleh kurangnya informasi mengenai mekanisme

bagaimana penyusunan RUED itu sendiri. Selain itu, kurangnya pendampingan untuk

melakukan proses proyeksi permintaan dan penyediaan energi di setiap daerah dan

kurangnya data untuk melakukan proyeksi juga menjadi salah satu faktor penghambat

penyusunan RUED.

4.2.2 Isu Terkait Substansi RUEN

Untuk membentuk RUEN perlu memperhatikan Rencana Umum Ketenegakalistrikan

Nasional (RUKN), Rencana Umum Migas, dan Rencana umum energi lainnya. Secara

substansi rencana-rencana tersebut masih belum ideal. Sebagai contoh RUKN disusun

dengan asumsi bahwa semua energi yang diperlukan tersedia seperti gas, batubara dan

sebagainya. Namun dalam kenyataan di lapangan, justru energi-energi itu sulit diperoleh

Page 44: POLICY PAPER KESELARASAN KEBIJAKAN ENERGI · PDF filedirektorat sumber daya energi, mineral dan pertambangan badan perencanaan pembangunan nasional policy paper keselarasan kebijakan

39

dengan dinamisnya permintaan pasar terhadap energi baik dari dalam negeri maupun luar

negeri. Sementara Draft Rencana Umum Migas sempat disusun pada tahun 2006 namun

sampai saat ini Rencana Umum Migas tidak kunjung diterbitkan. Bahkan dalam UU no. 30

tahun 2007 tentang Energi, peranan rencana umum migas ini justru dilemahkan peranannya

dengan hanya menjabarkan RUEN ke RUKN. Padahal sejak dari dulu sektor migas justru

menjadi sektor energi yang memiliki peranan dominan terutama dalam sektor transportasi

dan industri.

Selain isu di atas, karakteristik logistik pasokan energi bisa bersifat distributed atau

integrated (centralized, regionalized) sehingga perlu diperjelas dalam RUEN dan RUED

karena wilayah administratif (Prov./Kab.) tidak sama dengan wilayah logistik suplai energi.

Jika tidak sistem logistik energi yang terfragmentasi dan tidak efisien, kecuali sistem logistik

yang bisa stand alone/distributed terutama sumber energi terbarukan seperti mikro hidro,

biogas, surya, angin dan biofuels.

Tantangan lainnya adalah menselaraskan hasil penghitungan model energi RUEN

dengan sasaran KEN. Berdasakan hasil simulasi sementara dari model energi RUEN dari

Pusdatin terdapat perbedaan mencolok diantaranya :

a. Kapasitas pembangkit pada tahun 2025 mencapai 122,53 GW sementara target KEN

pada tahun 2025 adalah 115 GW.

b. Kebutuhan listrik per kapita di tahun 2025 mencapai 1487,8 Kwh per kapita. Target

KEN 2500 Kwh per kapita.

c. Target penyediaan energi primer KEN di tahun 2025 sebesar 400 MTOE dengan

bauran terdiri dari : minyak 25 persen, gas 20 persen, batubara 30 persen dan EBT 25

persen. Sementara hasil simulasi sementara draft RUEN penyediaan energi primer di

tahun 2025 sebesar 621,6 MTOE dengan bauran terdiri dari minyak 40 persen, gas 14

persen, batubara 27 persen, dan EBT 19 persen.

Hal ini disebabkan asumsi skenario yang digunakan Pusdatin berbeda dengan yang

digunakan DEN. Selain itu asumsi tahun dasar DEN adalah 2008 sementara asumsi tahun

dasar yang digunakan RUEN adalah 2011. Berdasarkan hal ini perlu segera ditetapkan KEN

agar kerelevanan data sebagai dasar pengambilan kebijakan tidak menjadi kadaluarsa

Page 45: POLICY PAPER KESELARASAN KEBIJAKAN ENERGI · PDF filedirektorat sumber daya energi, mineral dan pertambangan badan perencanaan pembangunan nasional policy paper keselarasan kebijakan

40

BAB 5

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan

Paradigma lama yang hanya menjadikan energi sebagai sumber pendapatan telah

berubah menjadi sebagai katalisator perekonomian nasional. Dengan peran strategis tersebut,

sektor energi akan sangat menentukan keberhasilan pembangunan nasional ke depan.

Permasalahan energi tidaksemata-mata menjadi permasalahan sektor energi dengan

penanggung jawab KESDM, akan tetapi menjadi isu nasional yang menjadi tanggung jawab

bersama. Atas dasar hal tersebut, KEN perlu disusun dengan melibatkan semua sektor

terkait, tidak hanya oleh KESDM. Selain unsur pemerintahan, keterlibatan unsur masyarakat

dalam keanggotaan DEN yang bertugas menyelesaikan KEN diharapkan dapat

menghasilkan KEN yang tidak hanya komprehensif dan representatif tetapi juga dapat

diimplementakan pada tataran operasional di daerah

Meskipun demikian, mekanisme pelibatan banyak unsur dari berbagai sektor dan

keahlian dalam DEN sedikit banyak memiliki pengaruh terhadap kinerja penyusunan KEN.

Dengan dinamika musyawarah dan diskusi para anggota DEN dalam rapat dan sidang,

proses teknokratik dalam penyusunan KEN seharusnya dapat dilakukan dengan matang.

Namun dalam prosesnya, penyusunan KEN juga dilakukan melalui proses politik di DPR.

Panjangnya proses teknokratik dan politik ini menjadi penyebab berlarut-larutnya

penyelesaian KEN yang pada akhirnya berakibat pada pergeseran perencanaan.

Penyusunan KEN didahului oleh proses pemodelan energi yang tertuang pada

naskah akademik. Proses pemodelan energi juga akan dilakukan pada saat penyusunan

RUEN dan RUED. Proses ini dilakukan dengan pertimbangan asumsi dan kriteria tertentu

dengan bantuan metode/tool tertentu pula.

Sebagai dokumen perencanaan, RUEN dan RUED bersifat gabungan antara rencana

spasial (RTRWN/D) dengan rencana aspasial (RPJPN/D – RPJMN/D), sesuai dengan

definisi yang tercantum dalam UU No. 30 tahun 2007 tentang Energi. Penyusunan rencana

tersebut perlu memperhitungkan semua sektor yang memanfaatkan energi, tidak hanya

terbatas pada sektor energi. Terkait keselarasan antara KEN dengan RUEN dan RUED,

Page 46: POLICY PAPER KESELARASAN KEBIJAKAN ENERGI · PDF filedirektorat sumber daya energi, mineral dan pertambangan badan perencanaan pembangunan nasional policy paper keselarasan kebijakan

41

terdapat dua hal pokok yang perlu diselesaikan yaitu terkait proses penyelesaian KEN dan

proses keterkaitan KEN itu sendiri dengan RUEN dan RUED.

5.2 Rekomendasi

Beberapa rekomendasi yang perlu dilakukan dalam menyempurnaan rancangan KEN

dan RUEN serta RUED yang akan disusun adalah :

A. Penentuan roadmap yang jelas dalam penyelesaian KEN, RUEN dan RUED

Pemberian batas waktu penyelesaian KEN dan RUEN perlu diperjelas baik dari proses

teknokratis maupun politis. Hal ini diperlukan dengan pertimbangan bahwa semakin

lama selang waktu antara tahun dasar asumsi (2008) dengan tahun awal penerapan

kebijakan (2012 atau 2013?), maka kondisi dan asumsi yang dibuat menjadi semakin

tidak sesuai. Akibatnya kebijakan energi yang dihasilkan pun menjadi kurang relevan.

B. Penentuan roadmap yang jelas dalam sinkronisasi kebijakan masing-masing subsektor

energi dan kebijakan sektor lainnya.

Secara timbal balik, KEN akan saling mempengaruhi dengan kebijakan subsektor di

bawahnya. Selain itu kebijakan sektor lainnya seperti industri dan transportasi sebagai

pemenfaat energi perlu disesuaikan melalui roadmap dan timeline yang jelas.

C. Koordinasi vertikal dan horizontal terkait perencanaan energi antara Pusat dan Daerah

dan antar Daerah memiliki peran yang penting.

Walaupun secara teknis Pusdatin ESDM menjadi penanggung jawab dari RUEN,

namun dalam mendukung penyelesaian RUEN dan monev, perlu ada suatu tim

koordinasi untuk penyelesaian RUEN yang melibatkan lintas kementerian.

D. Mekanisme insentif dan disinsentif yang jelas

Kebijakan energi nasional sebagai kebijakan publik harus memuat instrumen insentif

dan disinsentif yang jelas dan didukung dengan peraturan di masing-masing sektor

untuk mengefektifkan pelaksanaannya. Bentuk insentif dan disinsentif dapat bermacam-

macam tergantung dari kondisi yang ada. Mekanisme insentif dan disinsentif ini juga

dapat diberlakukan dalam rangka kewajiban daerah terhadap penyelesaian RUED.

Page 47: POLICY PAPER KESELARASAN KEBIJAKAN ENERGI · PDF filedirektorat sumber daya energi, mineral dan pertambangan badan perencanaan pembangunan nasional policy paper keselarasan kebijakan

42

E. Pembentukan expert pool

Expert pool ditujukan untuk memberikan bantuan teknis kepada Pemda dalam

penyusunan RUED (metodologi, modelling, sampling, dan pengolahan data) secara

berkesinambungan. Disamping bantuan teknis dalam penyusunan RUED, expert pool

juga dapat digunakan untuk membantu pengimplementasian RUED di daerah

F. Intensifikasi pemetaan potensi dan kebutuhan energi daerah

Upaya intensifikasi ini berkaitan dengan potensi sumber daya energi yang ada serta

kebutuhan energi di suatu daerah, terutamapada daerah-daerah yang memiliki tingkat

krisis energi yang tinggi. Dengan demikian, dapat diidentifikasi daerah-daerah yang

perlu melakukan penyusunan RUED dengan segera.

G. Mempromosikan pembentukan Unit Pelaksana Teknis Kegiatan (UPTK) di daerah yang

melaksanakan pengelolaan data daerah

Unit ini diperlukan untuk melakukan inventarisasi karakteristik wilayah dari sisi

geografis, lingkungan, sosial, ekonomi dan budaya di wilayah-wilayah yang memiliki

potensi energi alternatif. Data ini, yang juga mencakup data energi dan sumber daya

mineral secara umum, akan digunakan dalam proses perencanaan energi termasuk

didalamnya RUED.

H. Mempromosikan pembentukan Forum Energi Daerah

Forum Energi Daerah yang diperlukan dalam penyusunan RUEDini bertujuan untuk:

menyediakan data dan informasi yang diperlukan dalam skenario pengembangan energi;

membahas isu-isu aktual tentang energi dan memberikan asumsi-asumsi untuk

pemodelan energi; membahas tujuan dan implikasi dari kebijakan energi; memberikan

rekomendasi tentang skenario energi yang akan dikaji; dan memberikan berbagai

gagasan baru atau terobosan dalam pengembangan energi. Anggota Forum Energi

Daerah sebaiknya berasal dari perwakilan sektor energi, sektor pemanfaat energi,

instansi perencanaan daerah, dan juga pejabat perwakilan daerah produsen energi dari

BUMN atau BUMD (PLN dan Pertamina).

I. Memutuskan segera mengenai asumsi, kriteria dan tool model yang akan digunakan

pada penyusunan rencana umum energi nasional dan daerah.

Keputusan ini diperlukan agar perencanaan yang dilakukan di tingkat pusat dan daerah

memiliki sudut pandang yang sama dan selaras. Keputusan ini sudah harus diambil oleh

Page 48: POLICY PAPER KESELARASAN KEBIJAKAN ENERGI · PDF filedirektorat sumber daya energi, mineral dan pertambangan badan perencanaan pembangunan nasional policy paper keselarasan kebijakan

43

Pusdatin KESDM sebagai fokal poin dengan terlebih dahulu mempertimbangkan

masukan-masukan dari instansi pemerintah lainnya terutama dari pemerintah daerah.

Selanjutnya asumsi, kriteria dan tool modeling yang dipilih segera disosialisasikan ke

setiap daerah dengan juga memberi pendampingan pada saat penyusunan RUEN/RUED.

Page 49: POLICY PAPER KESELARASAN KEBIJAKAN ENERGI · PDF filedirektorat sumber daya energi, mineral dan pertambangan badan perencanaan pembangunan nasional policy paper keselarasan kebijakan

44

DAFTAR PUSTAKA

_________. 2010. Naskah Akademik Kebijakan Energi Nasional 2010 - 2050. Dewan

Energi Nasional. Jakarta

__________.2012. Kendala Perencanaan Sektor Energi Di Daerah Dalam Perspektif

Pemerintah Kabupaten Bone Bolango. Bahan Presentasi. Pemkab Bone

Bolango

__________.2012. Rancangan Kebijakan Energi Nasional. Bahan Presentasi. Dewan

Energi Nasional. Jakarta.

Darmawan, Aang. 2012. Integrasi KEN-RUEN-RUED. Pusdatin, KESDM. Jakarta

Dunn, William. 2010. Pengantar Analisis Kebijakan Publik (Terjemahan). Gajah Mada

University Press. Yogyakarta

Garniwa, Iwa. 2012. Energy Security Dan Tantangan Perencanaan Energi Masa Datang.

Bahan Presentasi. Pusat Pengkajian Energi Universitas Indonesia. Jakarta

Nugroho, Hanan. 2011. A Mosaic of Indonesian Energy Policy. ITB Press. Bogor

Nugroho, Hanan. 2012. Energi Dalam Perencanaan Pembangunan. ITB Press. Bogor

Purwanto, Widodo. 2012. Review atas Policy Paper Keselarasan KEN dengan RUEN dan

RUED – Perspektif Akademisi. Bahan Presentasi. UI. Jakarta.

Republik Indonesia. 2006. Perpres No 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional.

Sekretaris Kabinet. Jakarta.

Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang No 30 Tahun 2007 tentang Energi. Sekretaris

Kabinet. Jakarta.

Republik Indonesia. 2008. Perpres No 26 Tahun 2008. Sekretaris Kabinet. Jakarta.

Utomo, Tri Widodo. 2009. Analisis Kebijakan Publik. Bahan Presentasi. Universitas Widya

Gama. Samarinda

Zed, Farida.2012. Kebijakan Energi Nasional Sebagai Pedoman Penyusunan RUEN Dan

RUED. Bahan Presentasi . Dewan Energi Nasional. Jakarta