Policy Paper - politik.lipi.go.id PAPER GEN… · Bupati Nunukan di Provinsi Kalimantan Utara...

23

Transcript of Policy Paper - politik.lipi.go.id PAPER GEN… · Bupati Nunukan di Provinsi Kalimantan Utara...

Policy Paper

Penguatan Kapasitas Perempuan Kepala Daerah

dalam Penanggulangan Kemiskinan

Tim Penyusun:

Kurniawati Hastuti Dewi

Nyimas Latifah Letty Aziz

Sandy Nur Ikfal Raharjo

Pusat Penelitian Politik (P2 Politik) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

Jakarta, 2019

Diterbitkan oleh:

Pusat Penelitian Politik, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2Politik - LIPI) Gedung Widya Graha LIPI, Lt. XI dan IIIJl. Jend. Gatot Subroto KAV-10, Jakarta 12710 - INDONESIATlp./fax : 021 - 520 7118 | Website: www.politik.lipi.go.id Twitter: @PolitikLIPI

ISBN: 978-602-5991-26-4

Desain Cover dan Isi: Anggih Tangkas Wibowo

iv + 14 hlm; 21 x 29,7 cm | Cetakan I, 2019

© Pusat Penelitian Politik - LIPI, 2019

Policy Paper

Penguatan Kapasitas Perempuan Kepala Daerah dalam Penanggulangan Kemiskinan

Tim Penyusun:

Kurniawati Hastuti Dewi Nyimas Latifah Letty Aziz Sandy Nur Ikfal Raharjo

DAFTAR ISI

Daftar Isi.............................................................................................................. iii

Penguatan Kapasitas Perempuan Kepala Daerah dalam Penanggulangan Kemiskinan ......................................................... 1

A. Latar Belakang............................................................................................ 1

B. Existing Conditions…………………………………….................................... 1

C. Problematika............................................................................................... 5

D. Solusi............................................................................................................ 8

E. Operasionalisasi Strategi.......................................................................... 9

F. Rekomendasi ............................................................................................. 10

Daftar Pustaka................................................................................................... 12

1Policy Paper - Penguatan Kapasitas Perempuan Kepala Daerah dalam Penanggulangan Kemiskinan -

A. LATAR BELAKANG

Kehadiran perempuan di posisi-posisi strategis, terutama pada level pembuat kebijakan seperti

kepala daerah, sangat diharapkan dan dibutuhkan untuk dapat lebih merangkul berbagai kepentingan perempuan yang selama ini masih cenderung terabaikan. Salah satu persoalan penting yang dihadapi perempuan adalah kemiskinan. Mengakhiri kemiskinan dalam bentuk apapun di seluruh dunia adalah tujuan pertama dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals, SDGs) 2015–2030. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, pemerintah Indonesia telah menetapkan visi nasional, yaitu “Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur”. Untuk mewujudkan visi tersebut, ada delapan misi yang harus dilaksanakan, salah satunya adalah mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan. Misi ini mencakup upaya mengurangi kesenjangan (antarwilayah), menanggulangi kemiskinan dan menghilangkan diskriminasi dalam berbagai aspek termasuk gender (RPJPN 2005-2025, 36-40).

Daerah perbatasan dan daerah tertinggal adalah wilayah yang pada umumnya diwarnai dengan kompleksitas

persoalan kesejahteraan, kemiskinan dan perempuan. Para perempuan di daerah perbatasan dan daerah tertinggal pada umumnya sulit memperoleh akses yang optimal untuk berbagai layanan dasar (kesehatan, pendidikan) yang berkontribusi pada rendahnya kesejahteraan mereka.

Terdapat dua perempuan yang terpilih dalam Pilkada langsung dan menjadi kepala daerah di daerah perbatasan dan tertinggal yaitu Asmin Laura Hafid yang terpilih menjadi Bupati Nunukan di Provinsi Kalimantan Utara (2016-2021) sebagai daerah yang berbatasan dengan Malaysia, dan Indah Damayanti Putri yang terpilih di Kabupaten Bima (2016-2021) di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Perempuan kepala daerah di kedua wilayah ini diharapkan memiliki kebijakan untuk menaggulangi persoalan kemiskinan dan perempuan.

B. EXISTING CONDITIONS Dalam diskusi mengenai penanggulangan kemiskinan saat ini, perempuan dipandang tidak hanya sebagai korban dalam kemiskinan (dengan istilah feminization of poverty atau kemiskinan berwajah perempuan) tetapi menjadi

Policy Paper

PENGUATAN KAPASITAS

PEREMPUAN KEPALA DAERAH

DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Policy Paper - Penguatan Kapasitas Perempuan Kepala Daerah dalam Penanggulangan Kemiskinan -2

agen kunci dalam penyelesaian persoalan kemiskinan. Maka dari itu komitmen politik yang berkesinambungan dari kepemimpinan politik, termasuk perempuan kepala daerah dalam menaggulangi kemiskinan memperoleh landasan empiris yang kuat. Berikut ini kondisi terkini yang menggambarkan kapasitas perempuan kepala daerah dalam penaggulangan kemiskinan.

Dari Sisi Kebijakan Perempuan Kepala Daerah

Pertama, Kabupaten Nunukan. Bupati Asmin Laura Hafid yang saat ini menjabat sebagai Bupati Nunukan untuk periode 2016-2018, memiliki visi dan misi untuk mewujudkan Nunukan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi berbasis agrobisnis menuju masyarakat yang maju, aman, adil, dan sejahtera. Jika dilihat lebih detail, visi dan misi Bupati Nunukan ini adalah (i) mengakselerasi peningkatan infrastruktur wilayah perbatasan dan daerah tertinggal untuk mendukung pembangunan agrobisnis berwawasan lingkungan; (ii) meningkatkan kualitas pelayanan dasar yang berkeadilan; (iii) meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik; dan (iv) mewujudkan keamanan, ketentraman, dan ketertiban masyarakat. Meninjau visi dan misi dari Bupati Asmin Laura Hafid, sama sekali tidak ada kata “kemiskinan” yang secara eksplisit disebutkan.

Namun, SKPD memiliki beberapa program penanggulangan kemiskinan, meski belum ada yang khusus menyasar perempuan, sebagai berikut: (i) mengurangi beban pengeluaran masyarakat miskin, (ii) Meningkatkan

kemampuan dan pendapatan masyarakat miskin, (iii) Mengembangkan dan menjamin keberlanjutan usaha ekonomi mikro dan kecil, (iv) Mensinergikan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan. Untuk melaksanakan strategi di atas, ditetapkan program percepatan penanggulangan kemiskinan dengan memberikan (i) bantuan kelompok program bantuan sosial terpadu berbasis keluarga (seperti Program Keluarga Harapan, PKH); (ii) kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat (PKPPM); (iii) kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil; (iv) kelompok program program lainnya.

Meninjau skema pemberian bantuan di atas, maka nampak sebagian besar masih mengadopsi program kebijakan penangan kemiskinan dari pemerintah pusat. Program-program tersebut dilaksanakan oleh tiga dinas terkait yakni Dinas Sosial, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk & Keluarga Berencana, serta Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa. Namun, proporsi anggaran Dinas Sosial yang benar-benar dipakai untuk kegiatan penanggulangan kemiskinan hanya sebesar 0,22% dari anggaran total Dinas Sosial. Hal ini mengindikasikan bahwa kegiatan fasilitasi PKH tidak dijalankan dengan optimal. Alokasi anggaran yang kecil merupakan konsekuensi logis dari tidak adanya isu penanggulangan kemiskinan dalam visi-misi Kabupaten Nunukan 2016-2021.

Untuk penanggulangan kesmiskinan di Dinas Pemberdayaan Perempuan & Perlindungan Anak, Pengendalian

3Policy Paper - Penguatan Kapasitas Perempuan Kepala Daerah dalam Penanggulangan Kemiskinan -

dan menggalang potensi sosial masyarakat berdasarkan potensi sumber kesejahteraan sosial (PSKS), (ii) meningkatkan kesejahteraan sosial bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS), (iii) memberdayakan individu/kelompok/ keluarga dan satuan sosial lainnya dalam masyarakat, (iv) meningkatkan peran serta dan tanggung jawab sosial masyarakat terhadap bantuan sosial dan pemberdayaan masyarakat. Melalui visi dan misi ini, terlihat bahwa adanya keinginan dari Bupati untuk turut serta melibatkan masyarakat dalam pelaksanaan programnya.

Harus diakui, kebijakan terkait penanggulangan kemiskinan dan perempuan yang dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten Bima, sebagian besar masih mengadopsi kebijakan pemerintah pusa. Bupati Indah memiliki kepedulian pada persoalan terkait kemiskinan dan perempuan. Kepemimpinan Bupati Indah telah mendorong dan menggerakkan aparat birokrasinya khususnya di DP3AP2KB dan Dinas Sosial untuk melakukan berbagai inisiatif untuk menanggulangi persoalan perempuan dan kemiskinan. Meskipun belum menemukan inisiatif atau konsep yang datang murni dari Bupati Indah untuk penanggulangan kemiskinan dan perempuan, Bupati Indah diuntungkan dengan inovasi dan kerja birokrasi yang aktif. Melalui program SIMAWAR dan MESSRA pemerintah membuka ruang bagi peningkatan partisipasi masyarakat. Program SIMAWAR ini bertujuan untuk menaggulangi dengan cepat terkait dengan kasus yang terjadi pada perempuan dan anak. Sedangkan program MESSRA

Penduduk & Keluarga Berencana (DP3AP2KB), jauh lebih baik dibandingkan dengan Dinas Sosial Kabupaten Nunukan. Namun, program dari DP3AP2KB lebih menyasar pada pengembangan kemampuan perempuan dan anak dalam hal perlindungan, pembinaan organisasi, dan penciptaan kota layak anak. Selanjutnya adalah Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa yang melakukan kegiatan fasilitasi Rastra (dari pemerintah pusat), pelatihan ketrampilan manajemen BUMDes, dan fasilitasi kemitraan swasta dan UMKM Perdesaan. Program yang dilakukan Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa sudah mengarah kepada pendakatan kapabilitas.

Menyoroti program-program penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan oleh SKPD di Kabupaten Nunukan, program itu tidak ada yang spesifik menyasar perempuan. Program penanggulangan kemiskinan dari Pemerintah Kabupaten Nunukan ternyata masih kurang dirasakan oleh masyarakat miskin. Masyarakat lebih merasakan dampak manfaat dari program kebijakan penanggulangan kemiskinan oleh pemerintah pusat.

Kedua, Kabupaten Bima. Di Kabupaten Bima, meski penerimaan APBD yang kecil juga menjadi persoalan di Kabupaten Bima, namun Pemerintah Kabupaten Bima melalui SKPD berupaya melakukan inovasi-inovasi. Bupati Indah Damayanti Putri (selanjutnya disebut Indah) memiliki visi untuk “Terwujudnya Kesejahteraan Sosial yang Adil, dari dan oleh untuk Masyarakat dengan RAMAH (Religius, Aman, Makmur, Amanah Dan Handal)” dan misi sebagaimana berikut : (i) menumbuhkembangkan

Policy Paper - Penguatan Kapasitas Perempuan Kepala Daerah dalam Penanggulangan Kemiskinan -4

(Melayani Sampai Serambi Rakyat) bermaksud memberikan layanan kepada masyarakat pada hari libur bertempat di Kantor Camat. Kedua program ini memberikan ruang kepada masyarakat untuk mendapatkan pelayanan publik secara online dan sifatnya bottom up. Bahkan Bupati Indah Damayanti Putri juga mendorong adanya program dana desa untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan menetapkan Perbup No.5/2018 tentang pedoman penyusunan APBDesa di mana 20% dari Dana Desa dialokasikan untuk capaian target ekonomi desa, capaian target untuk mengurangi tingkat kemiskinan, pengurangan pengangguran terbuka, dan pemenuhan pelayanan dasar.

Meski beberapa program di atas bagus, namun dalam implementasinya masih memiliki kelemahan karena perencanaan anggaran yang masih belum baik, dan program tersebut belum sepenuhnya diimplemantasikan karena masih dalam tahap awal. Melihat implementasi kebijakan penanggulangan kemiskinan, khususnya terhadap perempuan dan anak melalui program SIMAWAR, dan peningkatan pelayanan publik melalui program MESSRA maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan kapabilitas sudah diimplementasikan melalui program SIMAWAR dan MESSRA tersebut. Dalam hal ini secara tidak langsung, Pemerintah Kabupaten Bima telah membuka ruang bagi masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam proses implementasi program SIMAWAR dan MESSRA.

Dari Sisi Modalitas Perempuan Kepala Daerah

Pertama, Asmin Laura Hafid sebagai Bupati Nunukan memiliki modalitas yang kurang kuat tecermin dari 3 aspek modal sosialnya yaitu dari jaringan dengan organisasi atau asosiasi perempuan, norma timbal balik, dan kepercayaan. Hal ini berkontribusi pada sulitnya menemukan inisiatif atau konsep kebijakan penanggulangan kemiskinan dan perempuan dari Bupati Laura. Inisiatif justru dari SKPD yaitu Dinas Pemberdayaan masyarakat Desa yang melakukan kegiatan fasilitasi Rastra (dari pemerintah pusat) dan pelatihan ketrampilan manajemen BUMDes, serta fasilitasi kemitraan swasta dan UMKM Perdesaan. Namun, program-program ini tidak secara khusus menyasar perempuan.

Kedua, Indah Damayanti putri sebagai Bupati Bima memiliki modalitas yang lebih kuat dibandingkan dengan Bupati Nunukan. Indah memililiki modalitas kuat tecermin dari 3 aspek modal sosial yaitu jaringan dengan organisasi atau asosiasi perempuan, norma timbal balik, dan kepercayaan. Indah telah memupuk dan menjalin interaksi dengan perempuan dari berbagai kalangan sejak dia masih istri Bupati Bima Ferry Zulkarnain (pada tahun 2005) sampai tahun 2013. Menariknya meskipun Indah memiliki modalitas kuat, namun tim belum menemukan satu konsep yang terintegratif inisiatif murni dari Bupati Indah untuk menanggulangi kemiskinan dan peremeuan. Indah memaparkan beberapa program yang menurutnya untuk penanggulangan kemiskinan dan perempuan seperti pendampingan perempuan penenun, pariwisata namun

5Policy Paper - Penguatan Kapasitas Perempuan Kepala Daerah dalam Penanggulangan Kemiskinan -

masih sporadis. Sejauh ini, Indah belum secara khusus merumuskan sebuah program bersama dengan organisasi perempuan dan DPRD untuk menanggulangi persoalan kemiskinan dan perempuan. Modalitas Indah yang kuat tetap memberikan dampak positif pada Indah yang memahami berbagai persoalan perempuan di Bima, mengakui pentingnya peran berbagai organisasi perempuan, dan mendorong aparat birokrasinya khususnya di DP3AP2KB dan Dinas Sosial untuk melakukan berbagai inovasi untuk menanggulangi persoalan perempuan dan kemiskinan seperti SIMAWAR. Bupati Indah diuntungkan dengan inovasi dan kerja birokrasi yang aktif.

C. PROBLEMATIKA Pertama, kondisi topografi berkontribusi terhadap persoalan kemiskinan dan perempuan di Nunukan dan Bima. Dalam kasus Kabupaten Nunukan, wilayahnya terdiri atas tiga variasi topografi. Di sebelah utara bagian barat, topografi yang menonjol adalah perbukitan terjal. Beberapa kecamatan yang terletak di daerah ini antara lain Krayan, Krayan Selatan, dan Lumbis Ogong (disebut zona 3). Di bagian tengah, wilayah Nunukan didominasi oleh perbukitan dengan ketinggian sedang seperti di Kecamatan Sembakung, Sembakung Atulai, dan Sei Menggaris (zona 2). Sementara di bagian timur, topografinya berupa dataran bergelombang landai yang memanjang hingga ke pantai seperti Kecamatan Nunukan dan lima kecamatan di Pulau Sebatik (zona 1). Kondisi topografis berkelindan dengan

faktor jarak dari Ibukota Kabupaten di Pulau Nunukan dengan daerah sekitarnya. Semakin jauh jaraknya dengan Ibukota Kabupaten yang berada di Pulau Nunukan seperti Kecamatan Krayan, semakin sulit pula aksesnya. Hal ini terjadi lantaran infrastuktur konektivitas di Kabupaten Nunukan, terutama dari Ibukota Kabupaten ke wilayah barat dan tengah masih sangat terbatas. Akibatnya, distribusi barang-barang kebutuhan warga menjadi terkendala suplainya dan harganya pun relatif lebih mahal. Hal ini tentu berdampak besar bagi warga miskin di Kecamatan Krayan dan kecamatan-kecamanat lainnya di bagian barat dan tengah Nunukan. Setidaknya 19 dari 16 kecamatan di Kabupaten Nunukan masih memiliki konektivitas yang rendah, Mulai dari Sei Menggaris yang paling dekat dengan Ibukota Kabupaten dengan topografi perbukitan, hingga Krayan Selatan yang paling jauh dengan Ibukota Kabupaten dengan topografi pegunungan.

Selain konektivitas di dalam negeri, masyarakat Nunukan juga menghadapi tantangan konektivitas dengan wilayah negara tetangga, Malaysia. Sejak beberapa tahun terakhir, pihak Malaysia menutup pintu masuk Tawau bagi pelintas batas tradisional yang datang melalui Pos Sei Pancang di Pulau Sebatik. Akibatnya, warga yang biasanya menghabiskan waktu sekitar 30 menit saja menuju Tawau, saat ini mereka harus memutar ke Pelabuhan Tunontaka di Pulau Nunukan untuk dapat menyeberang ke Tawau secara resmi dengan menggunakan kapal feri dengan durasi hingga 3 jam. Selain menambah biaya dan waktu, warga Sebatik juga kesulitan menjual komoditas hasil kebun

Policy Paper - Penguatan Kapasitas Perempuan Kepala Daerah dalam Penanggulangan Kemiskinan -6

mereka yang biasa dijual ke Tawau, terutama pisang. Akhirnya, praktik ilegal kembali marak terjadi, terutama di sungai perbatasan yang ada di Desa Aji Kuning. Melalui aktivitas ilegal ini, warga tidak memiliki daya tawar untuk menetapkan harga tinggi dan mereka rentan terhadap aksi penangkapan patroli perbatasan.

Persoalan topografi yang berkontribusi pada kemiskinan juga terjadi di Kabupaten Bima. Kabupaten Bima juga memiliki tiga variasi topografi utama, yaitu pegunungan, perbukitan, dan dataran/pesisir. Dari sisi konektivitas, persoalan yang dihadapi warga miskin seperti para perempuan adalah jauhnya jarak menuju lokasi kerja atau pusat perekonomian seperti pasar serta jarangnya kendaraan umum yang beroperasi di wilayah mereka. Kemudian dari sisi geologi, tanah di Kabupaten Bima termasuk ordo Entisols, Inceptisols, Vertisols, dan Andisols. Untuk tanah Entisols sendiri, ia mempunyai sifat mengembang saat basa dan mengerut atau retak-retak saat kering. Sifat tanah tersebut membuat akar tanaman, terutama yang bersifat semusim, menjadi putus. Akibatnya, lahan di Bima yang didominasi ordo Entisols menjadi kurang baik untuk pertanian. Karena sifat tanahnya yang tidak menyimpan air juga, maka pertanian di Kabupaten Bima bergantung pada sistem tadah hujan. Hal ini membuat petani di Bima terlalu bergantung pada hujan yang tidak dapat mereka kendalikan, sehingga kapabilitas mereka untuk mengatur masa tanam dan panen juga rendah. Padahal, pertanian merupakan sektor yang paling banyak digeluti oleh warga Bima di mana hampir separuh penduduk perempuan bekerja di sektor pertanian.

Kedua, posisi perempuan yang lemah dalam konteks lingkungan masing-masing. Untuk Kabupaten Nunukan, posisi perempuan yang lemah terkait dengan status sebagian dari mereka yang merupakan mantan TKW dari Malaysia. Nunukan merupakan daerah transit bagi TKI dari berbagai daerah di Indonesia yang akan menuju ke negara bagian Sabah, Malaysia. Sayangnya, banyak TKI tersebut datang ke Malaysia tanpa dilengkapi dengan dokumen resmi dan atau prosedur yang benar. Akibatnya, banyak TKI yang dideportasi kembali ke Indonesia melalui pintu Nunukan, termasuk TKI perempuan. Banyak dari TKW yang dideportasi ini memilih untuk menetap di Nunukan. Status mereka sebagai TKI “ilegal” biasanya dilatarbelakangi oleh tingkat pendidikan dan tingkat keahlian kerja yang rendah. Akibatnya, mereka tidak dapat mencari pekerjaan yang layak di Nunukan. Beberapa mantan TKW asal Flores yang ditemui di Nunukan (dan menjadi penerima program Bansos untuk penanggulangan kemiskinan) kemudian mendapatkan pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga (sekitar Rp700.000-800.000/bulan), buruh kasar (Rp70.000/hari), hingga menjadi penjual sayur keliling (Rp20.000-50.000/hari). Sebagian dari mereka tergolong sebagai Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial dan menjadi Keluarga Penerima Manfaat untuk bantuan-bantuan sosial.

Sementara di Kabupaten Bima, posisi perempuan yang lemah terkait erat dengan struktur sosial yang berlaku. Sejak masa Sultan Abdul Hamid tahun 1792-1819 Masehi, ditetapkan empat golongan masyarakat Bima yaitu: (i) golongan raja-raja, (ii) para bangsawan yang memiliki

7Policy Paper - Penguatan Kapasitas Perempuan Kepala Daerah dalam Penanggulangan Kemiskinan -

jabatan tertentu dalam roda pemerintahan secara turun-temurun, (iii) pegawai istana, (iv) rakyat biasa yang terdiri atas petani, nelayan, dan pedagang. Para perempuan KPM yang menerima program bantuan penanggulangan kemiskinan dan diwawancarai dalam penelitian ini, berasal dari golongan ke-4. Selain stratifikasi di atas, struktur sosial di Bima juga mengenal norma lokal bahwa kewajiban laki-laki adalah bekerja (mencari nafkah), sementara kewajiban perempuan adalah mengurus rumah tangga dan bekerja. Melalui wawancara mendalam diketahui bahwa para perempuan KPM mengalami beban ganda untuk melaksanakan peran reproduktif sekaligus produktif. Terdapat juga pandangan dari para perempuan itu sendiri yang merasa tabu jika suaminya membantu pekerjaan rumah tangga. Struktur sosial sedemikian, serta pranata gender yang masih kental dengan patriarki ini berdampak pada lemahnya kontrol perempuan dalam pengambilan keputusan di dalam rumah tangga.

Ketiga, perempuan baik di Kabupaten Nunukan maupun Bima tetap mengalami kendala time poverty yaitu perempuan menghabiskan waktu lebih banyak dibandingkan laki-laki dalam satu hari karena berbagai aktifitas yang dilakukan perempuan baik produktif maupun reproduktif. Di Nunukan sebagai daerah heterogen, sistem sosial dalam hal ini sistem keluarga (kinship system seperti bilateral dan patrilineal) di dalam masing-masing suku yang mengatur peran dan posisi perempuan dan laki-laki, tidak terlalu berpengaruh pada kondisi kapabilitas perempuan dalam persoalan kemiskinan di Nunukan. Kecenderungan pembagian peran yang

kaku antara perempuan dan laki-laki yaitu bahwa hanya laki-laki yang boleh mencari nafkah (produktif ), sementara perempuan bertugas dalam urusan-urusan domestik rumah tangga (reproduktif ) tidak terjadi. Namun demikian, tetap ada persoalan time poverty yaitu waktu yang dihabiskan oleh perempuan lebih banyak dibandingan dengan laki-laki dalam satu hari karena berbagai aktifitas produktif maupun reproduktif yang dilakukan perempuan.

Di Bima, sistem keluarga menganut bilateral. Seiring dengan perkembangan zaman, sudah mulai ada pergeseran paradigma mengenai posisi dan tugas perempuan dalam rumah tangga, khususnya di daerah perkotaan di mana laki-laki dan istri bersama sama mengurus anak dan rumah tangga. Akan tetapi, ideologi patriarki, nyata terasa terutama di dalam keluarga para perempuan di daerah pedesaan. Time poverty masih menjadi masalah di mana para perempuan menghabiskan lebih banyak waktu dibandingkan dengan laki-laki dalam satu hari untuk mengerjakan pekerjaan produktif dan reproduktif. Kesimpulan masih adanya time poverty sebagai kendala nyata para perempuan dalam KPM menyiratkan pentingnya intervensi dalam program penanggulangan kemiskinan dan perempuan yang menyasar persoalan struktural agar relasi gender di dalam keluarga menjadi lebih seimbang. Sehingga laki-laki atau suami tidak selalu membebankan pekerjaan reproduktif (mengasuh anak, mencuci, memasak, dsb) kepada perempuan dan mau membantu pekerjaan istrinya dalam mengurus rumah tangga.

Policy Paper - Penguatan Kapasitas Perempuan Kepala Daerah dalam Penanggulangan Kemiskinan -8

Keempat, kapabilitas perempuan yang rendah dalam pengambilan keputusan pada program-program penanggulangan kemiskinan, dan di masyarakat. Pada kasus Nunukan, analisis terhadap hasil wawancara mendalam dengan 12 Keluarga Penerima Manfaat (KPM) menunjukkan bahwa tingkat partisipasi dan kemampuan perempuan untuk mengajukan pendapat dalam rapat-rapat yang diadakan di desa maupun komunitas adat masih lebih rendah dibanding laki-laki. Perbedaan tingkat partisipasi dan dan kemampuan tersebut dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan kondisi kesehatan dari para perempuan tersebut. Demikian pula yang terjadi di Bima. Dari 12 KPM yang diwawancara, meskipun mereka semua adalah ketua kelompok PKH dan sudah memperlihatkan kemampuan partisipasi dan kontrol dalam pengelolaan bantuan yang diterima anggota kelompoknya. Namun, mayoritas dari mereka mengatakan jarang menghadiri rapat desa, perkumpulan adat, maupun lembaga agama di wilayahnya. Jadi, para perempuan KPM di Bima, meskipun mereka sudah mampu melakukan partisipasi dan kontrol dalam program penanggulangan kemiskinan (khususnya dari pemerintah pusat) dalam kapasitasnya sebagai ketua PKH. Namun mereka masih belum mampu memperluas kapabilitas mereka ke dalam kegiatan PKK atau rapat desa. Hal ini menjadi salah satu catatan krusial mengenai pentingnya asistensi khusus bagi para perempuan KPM ketua PKH agar dapat diberi dapat diberi ruang berpartisipasi dan berkontribusi lebih luas di masyarakat.

Kelima, kapasitas perempuan kepala daerah tidak hanya tergantung pada 3 aspek yang berasal dari kapabilitas internal perempuan kepala daerah. Tetapi juga dari kondisi keragaman atau keaktifan asosiasi warga atau NGO di daerah tersebut. Selain itu hal yang tidak kalah pentingnya adalah aparat birokrasi lokal yang kreatif dan inovatif berperan penting dalam mendukung kinerja kepemimpinan bupati dalam penanggulangan kemiskinan dan peremepuan.

D. SOLUSI Pertama, diantara tiga pendekatan dalam kemiskinan yaitu pendekatan “kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar” (Basic Needs Approach), pendekatan kapabilitas (Capabilities Approach), dan pendekatan multidimensi. Naskah kebijakan ini merekomendasikan pendakatan kapabilitas dalam menanggulangi kemiskinan untuk mengungkap aspek lokal, termasuk relasi gender dalam keluarga dan masyarakat.

Kedua, pengunaan pendekatan kapabilitas dengan perspektif gender. Naskah kebijakan ini mempercayai bahwa kemiskinan bukanlah semata dari ukuran ekonomistik saja. Terdapat permasalahan lain yang jauh lebih mengakar yaitu kemiskinan akibat persoalan struktural. Akar kemiskinan dapat dimulai di ranah keluarga karena: (i) ideologi patriarki (keadaan di masyarakat atau dalam institusi politik/pemerintahan di mana laki-laki mendominasi dan mengontrol perempuan), (ii) pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan yang tidak seimbang menyebabkan perempuan memikul beban tersembuyi (menjadi

9Policy Paper - Penguatan Kapasitas Perempuan Kepala Daerah dalam Penanggulangan Kemiskinan -

ibu rumah tangga, mewarat anak, dan bekerja) yang berkontribusi pada time poverty (waktu yang dihabiskan oleh perempuan dibandingan dengan laki-laki dalam satu hari karena berbagai aktifitas yang dilakukan perempuan baik produktif maupun reproduktif ), (iii) ketidakadilan dalam pengambilan keputusan di dalam rumah tangga terkait pegalokasian sumber daya dalam keluarga termasuk bantuan kemiskinan yang diterimanya.

Ketiga, upaya penguatan kapasitas perempuan kepala daerah dengan menguatkan modalitasnya yaitu: (i) jaringan mereka dengan organisasi atau asosiasi perempuan di daerahnya, (ii) norma timbal balik diantara perempuan pemimpin dengan yang warganya khususnya kaum perempuan, (iii) kepercayaan antara perempuan pemimpin dengan warganya khususnya kaum perempuan.

Keempat, birokrasi lokal yang kreatif dan inovatif berperan penting dalam mendukung kinerja kepemimpinan bupati dalam penanggulangan kemiskinan dan peremepuan.

E. OPERASIONALISASI STRATEGI KABUPATEN NUNUKAN

1. Penanggulangan Kemiskinan dan perempuan perlu secara eksplisit disebutkan dalam Visi-Misi Bupati Nunukan periode 2021-2026.

2. Merumuskan konsep penang-gulangan kemiskinan dan perempuan yang teritegratif, disetujui DPRD dan dialokasikan dalam APBD.

3. Penguatan Komunikasi antara Pemerintah Kabupaten Nunukan dan DPRD Kabupaten Nunukan.

4. Sinkronisasi program antara pemerintah pusat dan pemerintah kabupaten mengingat karakter Nunukan sebagai daerah perbatasan

5. Prioritisasi program penang-gulangan kemiskinan dan perempuan pada:

a. peningkatan kapabilitas perempuan dan laki-laki melalui peningkatan layanan pendidikan dan kesehatan.

b. perbaikan konektivitas fisik infrastruktur dan kelembagaan (perjanjian bilateral pembukaan pos lintas batas).

c. peningkatan ketrampilan perempuan untuk dapat bekerja di sektor yang memdaai bagi peningkatan kesejahteraan perempuan

d. membuka lapangan kerja yang menyerap banyak tenaga kerja perempuan.

e. membuat program dampingan kelas panyadaran gender bagi suami-istri penerima KPM agar muncul kesadaran gender agar suami mau membantu berbagai pekerjaan rumah perempuan (reproduktif ) sehingga perempuan tidak terbebani dengan time poverty.

Policy Paper - Penguatan Kapasitas Perempuan Kepala Daerah dalam Penanggulangan Kemiskinan -10

KABUPATEN BIMA

1. Penanggulangan Kemiskinan dan perempuan perlu secara eksplisit disebutkan dalam Visi-Misi Bupati Bima untuk periode 2021-2026.

2. Merumuskan konsep penang-gulangan kemiskinan dan perempuan yang teritegratif, disetujui DPRD dan dialokasikan dalaam APBD.

3. Sinkronisasi program antara pemerintah pusat dan pemerintah kabupaten untuk menangulangi status Bima sebagai daerah tertinggal.

4. Prioritisasi program penanggulang-an kemiskinan pada:

a. peningkatan kapabilitas perempuan dan laki-laki melalui peningkatan pendidikan dan kesehatan

b. perbaikan konektivitas fisik melalui penambahan kendaraan umum yang menjangkau berbagai pelosok desa.

c. pembukaan lapangan kerja baru yang menyasar perempuan.

d. penguatan penelitian dan pengembangan untuk komo-ditas pertanian yang cocok dengan karakteristik geogologi tanah.

e. pengembangan sentra industri berbasis sumber daya laut.

f. membuat program dampingan kelas panyadaran gender bagi suami-istri penerima KPM

agar muncul kesadaran gender agar suami mau membantu berbagai pekerjaan rumah perempuan (reproduktif ) sehingga perempuan tidak terbebani dengan time poverty.

F. REKOMENDASI

1. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah sebaiknya terus mengembangkan berbagai program penanggulangan kemiskinan tidak hanya dengan pendekatan pemenuhan kebutuhan dasar, tetapi juga menggunakan pendekatan kapabilitas dengan perspektif gender.

2. Perlu dibuat program pendam-pingan khusus dalam pelaksanaan berbagai program penanggulangan kemiskinan dan perempuan dengan pendekatan kapabilitas, untuk mengatasi kelemahan pendakatan kapabilitas yang tidak menyentuh persoalan struktural relasi gender perempuan dan laki-laki dalam keluarga.

3. Perlu dibuat program khusus pendampingan bagi kepala desa setempat, ketua PKK dan aparat desa, untuk mengundang dan melibatkan para perempuan ketua kelompok PKH (dan progam Bansos lainnya) agar dapat hadir dan berpartisipasi dalam rapat desa, musrenbangdes dan kegiatan PKK.

4. Pemerintah daerah khususnya yang dimpimpin oleh perempuan kepala daerah harus bekerja sama dengan asosiasi warga khususnya akademisi, aktifis, organisasi perempuan untuk

11Policy Paper - Penguatan Kapasitas Perempuan Kepala Daerah dalam Penanggulangan Kemiskinan -

bersama sama merumuskan konsep atau kebijakan sesuai karakteristik persoalan kemiskinan dan perempuan di daerahnya.

5. Mewajibkan persoalan kemiskinan dan perempuan sebagai agenda prioritas yang harus masuk ke dalam visi, misi dan program kerja para politisi perempuan yang akan maju dalam Pilkada langsung.

6. Para perempuan kepala daerah wajib mengejawantahkannya sebagai salah satu program kerja unggulan yang dimasukkan dalam RPJMD atau RPJPD.

Policy Paper - Penguatan Kapasitas Perempuan Kepala Daerah dalam Penanggulangan Kemiskinan -12

DAFTAR PUSTAKA

Afshar, Haleh. 1998. Women and Empowerment: Illustrations from the Third World. Great Britain: Macmillan Press.

Arfan, Muhammad. 2016. “Wahyuni Yakin Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan Banyak Tak Muncul ke Permukaan”. Diakses pada 20 September 2016 dari http://kaltim.tribunnews.com/2016/08/20/wahyuni-y a k i n - k a s u s - k e k e r a s a n -terhadap-perempuan-banyak-tak-muncul-ke-permukaan.

Ariyanti, Fiki. 2017. “BPS: Tingkat Kemiskinan di RI Makin Parah Selama 6 Bulan”. Diakses pada 2 Februari 2018 http://bisnis.liputan6.com/read/3025513/bps-tingkat-kemiskinan-di-ri-makin-parah-selama-6-bulan.

Badan Pengelola Perbatasan Provinsi Kalimantan Utara. 2014. Produk Unggulan Kabupaten Perbatasan (Nunukan dan Malinau) Kalimantan Utara Tahun 2014. Tanjung Selor: BPP Provinsi Kaltara.

Bain, Carmen, dan Elizabeth Ransom, Iim Halimatusa’diyah. 2018. “Weak Winners’ of Women’s Empowerment: The Gendered Effects of Dairy Livestock Assets on Time Poverty”, Journal of Rural Studies Vol. 61: 100-109.

BPS Kabupaten Bima. 2015. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Bima 2015. Bima: BPS Kabupaten Bima.

—. 2017. Kabupaten Kabupaten Bima Dalam Angka 2017. Kabupaten Bima: BPS Kabupaten Bima.

BPS Kabupaten Nunukan. 2015. “Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten Nunukan Tahun 2005-2017”. Diakses 2 Februari 2018 dari https://n u n u k a n k a b . b p s . g o . i d /dynamictable/2015/09/17/21/g a r i s -kem i s kina n- jum l a h-dan-persentase-penduduk-miskin-di-kabupaten-nunukan-tahun-2005-2017 .

BPS Kabupaten Nunukan. 2016. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Nunukan 2016. Nunukan: BPS Kabupaten Nunukan.

BPS Kabupaten Nunukan. 2017. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Nunukan 2017. Nunukan: BPS Kabupaten Nunukan.

BPS Kabupaten Nunukan 2017. Nunukan Dalam Angka 2017. Nunukan: BPS Kabupaten Nunukan.

Boix, Carles, dan Daniel N. Posner. 1996. “Making Social Capital Work: A Review of Robert Putnam’s Making Democracy Work: Civic Traditions in Modern Italy,” Harvard University paper No. 96-4 ( June). Diakses 13 November 2018 dari http://web.mit.edu/posner/www/papers/9604.pdf

Chant, Sylvia. 2006. “Re-thinking the “Feminization of Poverty” in Relation to Aggregate Gender

13Policy Paper - Penguatan Kapasitas Perempuan Kepala Daerah dalam Penanggulangan Kemiskinan -

Indices.” Journal of Human Development Vol. 7 (2): 202.

Dewi, Kurniawati Hastuti. 2017. “Posisi dan Kinerja Perempuan Kepala Daerah dengan Kekerabatan Yang Kuat: Sebuah Komparasi.” Dalam Kurniawati Hastuti Dewi (Ed.), Perempuan Kepala Daerah Dalam Jejaring Oligarki Lokal. Jakarta: LIPI Press.

Dewi, Kurniawati Hastuti. 2015. Indonesian Women and Local Politics: Islam, Gender and Networks in Post Suharto Indonesia. Singapore: NUS Press and Kyoto University Press.

Dewi, Kurniawati Hastuti. 2015. “Profiles, Statuses and Performance of Female Local Leaders: Impact Study of direct Local Elections.” Indonesian Feminist Journal Vol.3 (1): 47-52.

Ekawati, Esty. 2017. “Kinerja Anna Sophanah dalam Mengupayakan Demokratisasi Lokal dan Kepentingan Praktis Gender.” Dalam Kurniawati Hastuti Dewi (ed.), Perempuan Kepala Daerah Dalam Jejaring Oligarki Lokal. Jakarta: LIPI Press.

Embu, Wilfridus Setu. 2017. “2019, Jokowi Targetkan Angka Kemiskinan Turun di Kisaran 8 Persen”. Diakses 25 Januari 2018 dari https://www.merdeka.c o m / u a n g / 2 0 1 9 - j o k o w i -targetkan-angka-kemiskinan-turun-di-kisaran-8-persen.html.

Fukuda-Parr, Sakiko. 1999. “What Does Feminization of Poverty Mean? It Isn’t Just Lack of Income.” Feminist Economics Vol.5 (2): 100.

Garda Asakota. 2015. “Ratusan Massa Iringi Visi-Misi Peserta Calon Bupati Bima di PKS.” Diakses pada 13 Maret 2018 dari http ://www.g ardaasa kota .com/2015/03/ratusan-massa-iringi-visi-misi-peserta.html.

Goodpal. 2017. “Poverty Perspectives: ‘Pendekatan Kebutuhan Dasar’ vs.Capability Approach.” Dikases pada 26 Januari 2018 dari https://owlcation.com/social-sciences/Understanding-Poverty- Comparing -Basic-Ne e d s - a n d - C a p a b i l i t i e s -Approaches.

Griffiths, A. Plillips. 1969. “How Can One Person Represent Another.” Dalam Hanna Fenichel Pitkin (Ed.), Representation. New York: Atherton Press.

Haryanto, Alexander. 2017. “Jokowi Bahas Tiga Program Pengentasan Kemiskinan.” Diakses pada 27 Januari 2018 dari https://tirto.id/jokowi-bahas-tiga-program-pengentasan-kemiskinan-ctqT.

Hick, Rod. 2012. “The Capability Approach: Insights for a New Poverty Focus.” Journal of Social Policy 1..

Kapal Perempuan. 2016. “Feminisasi Kemiskinan.” Diakses pada 24 Januari 2018 dari http://k a p a l p e r e m p u a n . o r g /feminisasi-kemiskinan/.

Policy Paper - Penguatan Kapasitas Perempuan Kepala Daerah dalam Penanggulangan Kemiskinan -14

Kementerian Komunikasi Dan Informatika Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik. 2011. Program Penanggulangan Kemiskinan Kabinet Indonesia Bersatu II. Jakarta: Kementerian Komunikasi Dan Informatika Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik.

Komisi Pemilihan Umum. 2016. “337 Jumlah Pendaftar Pilkada 2017, 10 daerah Paslon Tunggal.’ Diakses pada 4 Januari 2016 dari https://pilkada2017.kpu.go.id/berita/detail/24.

KOMNAS PEREMPUAN. 2012. “Prosiding Konferensi Perempuan dan Pemiskinan.” Konferensi Perempuan dan Pemiskinan Yogyakarta, 1-4 Desember 2012. Yogyakarta: KOMNAS PEREMPUAN.

Koran Kaltara. 2018. “Keberhasilan Visi dan Misi Bupati Nunukan Mulai Tampak”. Diakses pada 13 Maret 2018 dari http ://www.koranka ltara .co/read/news/2018/35305/keberhasilan-visi-dan-misi-bupati-nunukan-mulai-tampak.html.

KSI Indonesia. 2016. “Perspektif GESI dalam R & D untuk Kebijakan Publik yang Inklusif, Knowledge Sharing Session.” Diakses pada 29 Januari 2018 dari http://www.ksi-indonesia .org/in/event/detail/perspektif-gesi-dalam-r--d-untuk-kebijakan-publik-yang-inklusif.

KSI. 2016. “Sintesis Review GESI Atas Naskah Mitra KSI.” Knowledge Sharing Session tentang Perspektif Kesetaraan Gender dan Inklusi Sosial dalam Riset untuk Pembangunan. Jakarta.

Kusumaningtyas, Atika Nur. 2017. “Kinerja Airin Rachmi Diany, Demokratisasi Lokal, dan Kepentingan Praktis Gender.” Dalam Kurniawati Hastuti Dewi (Ed.), Perempuan Kepala Daerah Dalam Jejaring Oligarki Lokal. Jakarta: LIPI Press.

Lockley, Anne, Julia Tobias, and Adama Bah. 2013. Hasil Penelitian Gender dari Basis Data Terpadu. Jakarta: TNP2K dan AusAID.

Lovenduski, Joni. 1997. “Gender Politics: A Breakthrough for Women.” Parliamentary Affairs 50 (4): 708-709.

Maharddhika. 2017. “12 Perempuan Kepala Daerah Terpilih.” Diakses pada 2 Februari 2018 dari http://rumahpemilu.org/12-perempuan-kepala-daerah-terpilih/

Mardana, Andi. 2017. “CSW ke-61 Mengangkat Permasalahan Perempuan.” Majalah Kartini, 7 April.

Nuhhaeni, Ismi Dwi Astuti. Tanpa tahun. Pedoman Teknis Penyusunan Gender Analysis Pathway (GAP) dan Gender Budget Statement (GBS). Jakarta: Australia Indonesia Partnership for Decentralisation.

15Policy Paper - Penguatan Kapasitas Perempuan Kepala Daerah dalam Penanggulangan Kemiskinan -

Nurbani, Rachma Indah. Tanpa tahun. Catatan untuk Rancangan Penelitian tentang; Pemikiran dan Kebijakan Perempuan kepala Daerah dalam Penanggulangan Persoalan Kemiskinan dan Perempuan. PPT Pemakalah, SMERU.

Nurhasim, Moch. 2014. Model Kebijakan yang Memihak Kelompok/Orang Miskin Berbasis Good Governance. Jakarta: LIPI Press.

—. 2010. Pembangunan, Good Governance, dan Upaya Penanggulangan Kemiskinan di Perdesaan: Pengalaman dan Inovasi Kabupaten Indragiri Hilir dan Kutai Kertangera. Jakarta: LIPI Press.

Perdana, Ari, dan John Maxwell. 2011. “The Evolution of Poverty Alleviation Policies: Ideas, Issues and Actors.” Dalam Chriss Manning dan Sudarno Sumarto (Eds.), Employment, Living Standards and Poverty in Contemporary Indonesia. Singapore: ISEAS.

Perludem. 2015. “Jalan Terjal Perempuan Kepala Daerah: Potret Keterpilihan Perempuan dan Tantangan Lahirkan Kebijakan Pro Perempuan”. Data disampaikan pada siaran pers di Jakarta, 20 Desember 2015.

Peterson, Janice. 1987. “The Feminization of Poverty.” Journal of Economic Issues vol. XXI (1): 329.

Pitkin, Hanna Fenichel. 1967. The Concep of Representation. Berkeley and Los Angeles: University of California Press.

Puri, Lakshmi (Assistant Secretary-General & Deputy Executive Director of UN Women). 2017. “Women: Major Drivers & Beneficiaries of Poverty Eradication”. Diakses pada 27 Agustus 2018 dari https://reliefweb.int/report/world/women-major-drivers-beneficiaries-poverty-eradication.

Putnam, Robert D. 1993. Making Democracy Work: Civic Traditions in Modern Italy. UK, US: Princenton Univeristy Press.

Qomariyah, Nunung, Insan Kamil, and Any Sundari. 2015. Perempuan di Pilkada Serentak 2015: Perspektif dan Lingkar Kekuasaan di Sekitaran Calon Perempuan Peserta Pilkada. Yogyakarta: Yayasan SATUNAMA.

Razavi. 1999. “Gendered poverty and well-being: introduction.” Development and Change 30 (3): 409-433.

Redaksi AKATIGA. 2003. “Perempuan, Kemiskinan, dan Pengambilan Keputusan.” Jurnal Analisis Sosial Vol.8 ( 2).

Subono, Nur Iman. 2006. “Ilmu Politik, Bias Gender, dan Penelitian Feminis”, Jurnal Perempuan, no. 48: 55-66.

Suryahadi, Asep, dan Sudarno Sumarto. 2010. “Poverty and Vulnerability in Indonesia Before and After the Economic Crisis.” Dalam Joan Hadrjono,

Policy Paper - Penguatan Kapasitas Perempuan Kepala Daerah dalam Penanggulangan Kemiskinan -16

Nuning Akhmadi, Sudarno Sumarto (Eds.), Poverty and Social Protection in Indonesia. Singapore: ISEAS & SMERU.

Sumarto, Sudarno, dan Asep Suryahadi. 2010. “Post-Crisis Social Prptection Programs in Indonesia.” Dalam Joan Hadrjono, Nuning Akhmadi, Sudarno Sumarto (Eds.), Poverty and Social Protection in Indonesia. Singapore: ISEAS & SMERU.

Sen, Amartya. Tanpa tahun. “Development as Capability Expansion.” Diakses pada 26 Januari 2018 dari http://morgana.unimore.it/Picchio_A n t o n e l l a / S v i l u p p o % 2 0umano/svilupp%20umano/Sen%20development.pdf.

Shahra, Razavi. 1999. “Gendered Poverty and Well-being: Introduction.” Development and Change Vol. 30 (3): 41.

Streeten, Paul P. 1979. “Basic Needs: Premises and Promises.” Journal of Policy Modeling 1 : 136-146.

Suharyo, Widjajanti I. 2006. Peningkatan Kapasitas Pemerintah Daerah dalam Penaggulangan Kemiskinan melalui Analisis Kemiskinan Partisipatoris (AKP). Laporan Penelitian, Jakarta: SMERU.

Svaleryd, Helena. 2007. “Women’s Representation and Public Spending.” IFN Working Paper No. 701, Stockholm, Sweden: Research Institute of Industrial Economic.

Thee Kian Wie. “A Brief Overview of Economic Growth and Poverty in Indonesia During the New Order and After the Asian Economic Crisis.” Dalam Joan Hadrjono, Nuning Akhmadi, Sudarno Sumarto (Eds.), Poverty and Social Protection in Indonesia. Singapore: ISEAS & SMERU.The Word Bank. 2007. Era Baru Dalam Pengentasan Kemiskinan di Indonesia. Jakarta: PT Graha Info Kreasi.

Tim Penelitian Unggulan LIPI. 2017a. Model Integratif Pemberdayaan Masyarakat Miskin Desain Perkotaam dan Perdesaan. Academic Paper , Jakarta: LIPI.

Tim Penelitian Unggulan LIPI. 2017b. Paradigma Baru Pengentasan Kemiskinan Berbasis Ruang. Policy Paper, Jakarta: LIPI.

Tirtosudarmo, Riwanto, dan John Haba. 2005. Dari Entikong Sampai Nunukan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

UN WOMEN. 2000. “The Feminization of Poverty Fact Sheet No. 1.” Diakses pada 27 Januari 2018 dari http://www.un.org/womenwatch/daw/followup/session/presskit/fs1.htm

UNDP. Tanpa tahun. “What is The Multidimensional Poverty Index?.” Diakses pada 26 Jnauari 2018 dari http://hdr.undp.org/en/content/what-multidimensional-poverty-index.

17Policy Paper - Penguatan Kapasitas Perempuan Kepala Daerah dalam Penanggulangan Kemiskinan -

United Nations. 2015. “Multidimensional Poverty Development Issues, no.3.” Diakses pada 26 Januari 2018 dari https://www.un.org/development/desa/dpad/publication/no-3-multidimensional-poverty/

World Bank Group. 2016. Poverty and Shared Prosperity 2016: Taking on Inequality. Washington: The World Bank.

World Bank. Tanpa tahun. “World Bank Report Series: Number Sixty-Two.” Diakses pada 26 Januari 2018 dari http://documents.w o r l d b a n k . o r g / c u r a t e d / en/912301468190752919/pdf/62000Basic00remises00and00promises.pdf

Yin, .R.K. 2008. “Case Study Research: Design and Methods 3rd edition.” Dalam Pamela Baxter dan Susan Jack (Eds.), “QualitatiCase Study Methodology: Study Design and Implementation for Novice Researcher.” The Qualitative Report Vol.13 (4): 545.Yunita, Niken Widya. 2015. “Jokowi Tetapkan 122 Kabupaten ini Daerah Tertinggal 2015-2019”. Diakses pada 9 November 2018 dari https://news.detik.com/berita/d-3092196/jokowi-tetapkan-122-kabupaten-ini-daerah-tertinggal-2015-2019.

Policy Paper - Penguatan Kapasitas Perempuan Kepala Daerah dalam Penanggulangan Kemiskinan -18