“POLA PENGASUHAN ANAK PADA KELUARGA NELAYAN

171
i “POLA PENGASUHAN ANAK PADA KELUARGA NELAYAN DI KABUPATEN PEKALONGAN (Studi Kasus pada 9 Keluarga Nelayan Desa Wonokerto Wetan Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan) SKRIPSI Diajukan dalam Rangka Menyelesaikan Studi Strata I untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Nama : A. Utomo Budi S. NIM : 1201401006 Jurusan : Pendidikan Luar Sekolah FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2005

description

contoh skripsi

Transcript of “POLA PENGASUHAN ANAK PADA KELUARGA NELAYAN

  • i

    POLA PENGASUHAN ANAK PADA KELUARGA NELAYAN

    DI KABUPATEN PEKALONGAN

    (Studi Kasus pada 9 Keluarga Nelayan Desa Wonokerto Wetan Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan)

    SKRIPSI

    Diajukan dalam Rangka Menyelesaikan Studi Strata I untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

    Oleh

    Nama : A. Utomo Budi S. NIM : 1201401006 Jurusan : Pendidikan Luar Sekolah

    FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

    2005

  • ii

    HALAMAN PENGESAHAN

    Telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan

    Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang

    pada :

    Hari : Sabtu

    Tanggal : 29 Oktober 2005

    Panitia Ujian Ketua, Sekretaris,

    Drs. Siswanto, M.M. Drs. Ach. Rifa'i RC, M.Pd NIP. 130515769 NIP. 131413232

    Dosen Pembimbing I,

    Drs. Fachrudin, M.Pd. NIP. 131607091

    Dosen Pembimbing II,

    Drs. Sawa Suryana NIP. 131413203

    Penguji Utama,

    Dra. Mintarsih A., M.Pd. NIP. 132050302

    Anggota,

    Drs. Fachrudin, M.Pd. NIP. 131607091

    Anggota,

    Drs. Sawa Suryana NIP. 131413203

  • iii

    ABSTRAK

    A. Utomo Budi S., 2005. Pola Pengasuhan Anak pada Keluarga Nelayan di Kabupaten Pekalongan (Studi Kasus pada 9 Keluarga Nelayan Desa Wonokerto Wetan Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan). Skripsi Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang, Pembimbing I Drs. Fakhruddin, M.Pd. dan pembimbing II Drs. Sawa Suryana. Latar belakang masalah dalam penelitian ini adalah begitu berat tanggung jawab seorang ibu dalam mengasuh anak pada keluarga nelayan, selain iti perilaku anak nelayan yang cenderung kasar atau kurang sopan membuat peneliti tertarik untuk menelitinya. Dalam mendidik dan merawat anaknya, Ibu-ibu bisa dikatakan bekerja sendirian karena suaminya tidak mepunyai cukup waktu untuk ikut mengasuh anak. Permasalahan yang muncul adalah bagaimana pola pengasuhan anak dan bagaiman peranan Ibu dalam mengasuh anak pada keluarga nelayan di Desa Wonokerto Wetan Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pola pengasuhan anak dan untuk mengetahui peranan ibu dalam mengasuh anak pada keluarga nelayan di Desa Wonokerto Wetan Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan.

    Metode penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan studi kasus sebagai upaya penelitiannya. Lokasi penelitian di Desa Wonokerto Wetan Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan dengan subyek penelitian 9 ibu keluarga nelayan (baik dari keluarga nelayan juragan, nelayan pekerja dan nelayan pemilik atau miskin) serta 3 informan (tokoh masyarakat). Sumber penelitian yang digunakan adalah dokumen, rekaman arsip, wawancara, pengamatan langsung, dan observasi partisipan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi langsung, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis taksonomik yang berusaha merinci lebih lanjut, mengorganisasikan atau menghimpun elemen-elemen yang sama.

    Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengasuhan anak pada keluarga nelayan Desa Wonokerto Wetan Kec. Wonokerto Kab. Pekalongan tidak mempunyai kecenderungan untuk menggunakan salah satu jenis pola asuh saja, orang tua di keluarga nelayan juragan lebih mengarah menggunakan pola asuh demokratis, sedangkan untuk keluarga nelayan pekerja dan nelayan pemilik/ miskin menggunakan kombinasi bentuk pola asuh demokratis dan laissez faire. Pola asuh demokratis ditandai dengan adanya dorongan orang tua untuk anak, perhatian, jika ada perbedaan pendapat dilakukan dengan jalan musyawarah untuk mencari jalan tengah, serta adanya komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak, sedangkan pola asuh laissez faire mempunyai ciri orang tua memberikan kebebasan kepada anaknya untuk bergaul atau bermain dan mereka kurang begitu tahu tentang apa yang dilakukan anak. Para ibu di kalangan keluarga nelayan sudah cukup mengerti tentang peranannya sebagai orang tua dalam mengasuh anak, hanya yang perlu diperhatikan adalah masalah penanaman perilaku kepada anak agar lebih diperhatikan.

  • iv

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN

    MOTTO

    Lakukan sesuatu yang terbaik untuk dirimu, orang yang kamu sayangi dan

    orang lain di sekitar kamu (Penulis, 2003).

    Anggaplah suatu kehormatan untuk bekerja dengan tanganmu sendiri,

    sehingga kamu hidup sebagai orang yang tidak tergantung pada orang lain

    (Penulis, 2005).

    PERSEMBAHAN

    Skripsi ini saya persembahkan untuk;

    1. Masyarakat Desa Wonokerto Wetan, Kec. Wonokerto Kab. Pekalongan.

    2. Jurusan Pendidikan Luar Sekolah UNNES.

    3. Semua orang yang saya sayangi, semua yang telah memberikan sesuatu dan

    pengalaman-pengalaman yang sangat berarti bagi saya, yaitu;

    a. kedua orang tuaku

    b. 3 in 1 ku (adek sahabat dan kekasihku),

    c. kakak-kakak ku,

    d. teman-teman semua, serta

    e. Bapak/ Ibu dosen PLS

  • v

    KATA PENGANTAR

    Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan puji syukur kepada

    Tuhan yang Maha Bijaksana, karena dengan kasih dan karunia-Nya penulis dapat

    menyelesaikan Skripsi dengan Judul Pola Pengasuhan Anak pada Keluarga

    Nelayan di Kabupaten Pekalongan dengan Studi Kasus pada 9 Keluarga Nelayan

    Desa Wonokerto Wetan Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan dengan

    baik dan lancar.

    Penelitian ini dilaksanakan guna melengkapi syarat-syarat akhir untuk

    memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Luar Sekolah pada

    Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

    Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini terwujud

    karena adanya bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu

    penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

    1. Drs. Siswanto, M.M., Dekan FIP atas bantuannya dalam memberikan ijin

    untuk melaksanakan penelitian.

    2. Drs. Achmad Rifai RC., M.Pd., sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Luar

    Sekolah.

    3. Drs. Fachrudin, M.Pd., dan Drs. Sawa Suryana, selaku Dosen pembimbing I

    dan II yang tiada henti memberikan bimbingan, arahan, masukan serta

    motivasinya demi terselesaikannya skripsi ini.

    4. Ali Bidin, Kepala Desa Wonokerto Wetan Kecamatan Wonokerto,

    Pekalongan atas sambutan hangat, informasi dan bantuannya kepada penulis.

  • vi

    5. Para responden, yang telah memberikan keterangan serta informasi yang

    dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini.

    6. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah

    memberikan bantuan dan motivasi demi terselesaikannya skripsi ini..

    Atas segala bantuannya penulis mengucapkan banyak terima kasih.

    Dengan segala keterbatasan, kemampuan dan pengetahuan, penulis yakin bahwa

    skripsi ini jauh dari sempurna oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis

    harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini

    bermanfaat bagi pembaca.

    Semarang, Oktober 2005

    Penulis,

    A. Utomo Budi S. NIM.1201401006

  • vii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

    HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii

    ABSTRAK ................................................................................................. iii

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................... iv

    KATA PENGANTAR ................................................................................ v

    DAFTAR ISI .............................................................................................. vii

    DAFTAR TABEL ....................................................................................... x

    DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xi

    DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ..................................................................... 1

    B. Permasalahan ........................................................................ 5

    C. Tujuan Penelitian ................................................................. 6

    D. Manfaat Penelitian ............................................................... 6

    E. Penegasan Istilah ................................................................. 7

    F. Sistematika Skripsi .............................................................. 8

    BAB II KAJIAN PUSTAKA

    A. Pengasuhan Anak ................................................................ 10

    B. Peranan Ibu dalam Keluarga ................................................ 21

    C. Tugas-tugas Ibu ................................................................... 24

  • viii

    D. Keluarga Nelayan ................................................................ 26

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Pendekatan Penelitian .......................................................... 35

    B. Lokasi Penelitian ................................................................. 36

    C. Fokus Penelitian .................................................................. 36

    D. Subyek Penelitian ................................................................ 37

    E. Metode Pengumpulan Data .................................................. 37

    F. Keabsahan Data .................................................................. 40

    G. Analisis Data ....................................................................... 42

    BAB IV HASIL PENELITIAN

    A. Hasil Penelitian

    1. Gambaran Umum Desa Wonokerto Wetan....................... 44

    a. Tinjauan Geografis ................................................. 45

    b. Penduduk ............................................................... 46

    c. Mata Pencaharian ................................................... 47

    d. Pendidikan ............................................................. 48

    e. Agama .................................................................... 49

    2. Gambaran Umum Subyek Penelitian ............................... 50

    3. Kasus 9 Keluarga Nelayan Desa Wonokerto Wetan

    a. Keluarga Nelayan Juragan ...................................... 51

    b. Keluarga Nelayan Pekerja ....................................... 60

    c. Keluarga Nelayan Pemilik/ Miskin ......................... 68

  • ix

    B. Pembahasan Hasil Penelitian

    1. Pengasuhan Anak............................................................. 77

    2. Peranan Ibu dalam Mengasuh Anak ................................. 83

    BAB V PENUTUP

    A. Simpulan ............................................................................. 92

    B. Saran-saran ........................................................................... 93

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 94

    LAMPIRAN

  • x

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    1. Jarak Pemerintahan Desa dengan Pemerintahan di atasnya ..................... 45

    2. Jumlah Penduduk Desa Wonokerto Wetan .............................................. 46

    3. Penggolongan Penduduk Desa Wonokerto Wetan menurut Usia dan Jenis

    Kelamin .................................................................................................. 47

    4. Jumlah Penduduk Desa Wonokerto Wetan menurut Mata Pencaharian... 48

    5. Penggolongan Pendidikan Penduduk Desa Wonokerto Wetan ................ 49

    6. Agama Penduduk Desa Wonokerto Wetan .............................................. 49

    7. Identitas Subjek Penelitian ..................................................................... 50

    8. Identitas Informan ................................................................................... 51

  • xi

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman Gambar

    1. Kondisi Desa Wonokerto Wetan ............................................................ 152

    2. Wawancara peneliti dengan salah satu responden .................................... 153

    3. Salah satu responden sedang mengendong anaknya ............................... 153

    4. Kegiatan Posyandu di Desa Wonokerto Wetan ....................................... 154

  • xii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran Halaman

    1. Kisi kisi instrumen ........................................................................... 95

    2. Pedoman wawancara .............................................................................. 97

    3. Catatan lapangan..................................................................................... 101

    4. Dokumentasi penelitian ......................................................................... 152

    5. Peta Desa Wonokerto Wetan .................................................................. 155

    6. Surat ijin penelitian ................................................................................ 156

    7. Surat keterangan penelitian ................................................................... 157

  • xiii

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Keluarga adalah kesatuan masyarakat terkecil yang merupakan inti

    dari sendi-sendi masyarakat. Keluarga merupakan lingkungan pendidikan

    pertama dan utama bagi perkembangan pribadi anak, dikatakan pertama

    karena sejak anak masih ada dalam kandungan dan lahir berada didalam

    keluarga, dikatakan utama karena keluarga merupakan lingkungan yang

    sangat penting dalam proses pendidikan untuk membentuk pribadi yang utuh.

    Jadi semua aspek kepribadian dapat dibentuk di lingkungan ini.

    Perilaku ataupun perlakuan orang tua terhadap anak merupakan faktor

    yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak, terkait dengan cara

    bagaimana orang tua mendidik dan membesarkan anak. Gunarsa (2000:4)

    menunjukkan bahwa dalam berinteraksi dengan anak, orang tua dengan tidak

    sengaja atau tanpa disadari mengambil sikap tertentu. Anak melihat dan

    menerima sikap orang tuanya dan memperhatikan suatu reaksi dalam tingkah

    lakunya yang dibiasakan, sehingga akhirnya menjadi suatu pola kepribadian.

    Begitu pula cara-cara bertingkah laku orang tua yang cenderung demokratis,

    masa bodoh (laissez faire), ataupun otoriter yang masing-masing sangat

    mempengaruhi suasana interaksi keluarga dan dapat merangsang

    perkembangan ciri-ciri tertentu pribadi anak. Dalam keluarga ada orang tua

    yang cenderung menerapkan pola perlakuan demokratis, ada yang masa

  • xiv

    bodoh (laissez faire), dan ada pula sejumlah orang tua yang bersikap otoriter.

    Masing-masing pola perlakuan tersebut membawa dampak sendiri-sendiri

    bagi anak (Gunarsa, 2000:82). Dalam keluarga terjadi proses pembudayaan dari orang tua kepada anak tentang pengenalan secara dini, untuk mengenal sesama anggota dalam lingkungan yang diikuti tentang pemahaman nilai-nilai serta norma-norma yang berlaku. Dalam kehidupan berkeluarga pula anak-anak akan merasakan bagaimana pandangan dan perlakuan orang tua dalam mengasuh anak-anaknya, apakah merasa diperhatikan atau diabaikan. Disinilah anak-anak akan merasakan situasi-situasi yang menentukan harga dirinya dimasa depan kelak.

    Orang tua mempunyai peranan yang sangat penting dan mempunyai

    tanggung jawab yang sangat besar terhadap semua anggota keluarga yang

    menjadi tanggung jawabnya. Khususnya seorang ibu yang bisa dikatakan

    sebagai arsitektur dalam rumah tangga, ia dituntut bisa mengatur suasana

    dalam rumah dan menjadi kunci utama dalam membentuk pribadi anak-

    anaknya. Seorang ibu diharapkan bisa mengatur suasana artinya ia dapat

    menciptakan suasana atau kondisi keluarga yang harmonis, tenang dan bisa

    membawa kedamaian diantara seluruh anggota keluarga. Ia juga menjadi

    salah satu pembentuk pribadi anak, yang mengandung maksud bahwa ia

    mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap pembentukan pola tingkah

    laku dan penanaman moral pada anak. Sudah menjadi tradisi bahwa tiap kali

    seorang anak bertindak salah, maka masyarakat pertama kali akan

    menimpakan kesalahan tersebut pada ibunya, bagaimana cara ibunya

    mendidik anak. Memang dari gambaran diatas terlihat jelas bahwa tugas

    seorang ibu cukup berat, dan lebih berat lagi apabila anak-anaknya telah

    menginjak dewasa.

    Dalam kehidupan rumah tangga ibu mempunyai peranan yang sangat

    penting dalam mengasuh anak. Menurut pendapat Hendrawan Nadesul

  • xv

    (1996:16) bahwa dihari depan setiap anak tergantung pada ibunya, sebagian

    nasib anak ditentukan oleh keputusan ibu selama membesarkannya. Dengan

    kata lain seorang ibu mempunyai peranan yang dominan dalam membentuk

    anaknya. Oleh karena itu, seorang ibu harus mempunyai pengetahuan yang

    cukup tentang bagaimana cara mengasuh anak dengan mempertimbangkan

    dan memperhatikan perkembangan jiwa anak secara baik.

    Begitu berat dan tanggung jawab yang dibebankan kepada ibu,

    tentunya harus menjadi perhatian yang besar tentang bagaimana cara pandang

    ibu tentang mengasuh anak. Sebagaimana terjadi di keluarga nelayan desa

    Wonokerto Wetan, seorang ibu disana rata-rata berpendidikan rendah dan

    didalam mengasuh anak-anaknya hanya dengan kemampuan seadanya

    sehingga hasilnyapun terkesan biasa-biasa saja bahkan ada yang kurang baik.

    Sebenarnya mereka telah memiliki kesadaran yang cukup baik seiring dengan

    perkembangan jaman dalam mengasuh anak. Namun karena kesibukannya

    mereka mengabaikan cara mengasuh anak yang baik.

    Seorang anak di kalangan keluarga nelayan Desa Wonokerto Wetan

    kalau kita lihat dalam kesehariannya kurang sopan dan bisa dikatakan

    cenderung kasar. Itu tercermin dari cara berbicara mereka dengan orang lain,

    baik itu dengan orang tua, tetangga dan orang yang baru mereka kenal.

    Sebagian anak-anak nelayan masih berpendidikan relatif rendah yaitu hanya

    sampai tingkat Sekolah Dasar dan sedikit Sekolah Menengah Pertama,

    bahkan ada juga yang tidak lulus SD. Anak-anak tersebut memilih mengikuti

    jejak orang tua mereka sebagai nelayan daripada melanjutkan pendidikan ke

  • xvi

    jenjang yang lebih tinggi. Sebenarnya ada keinginan dari mereka ingin

    melanjutkan sekolah tapi karena kemampuan orang tuanya yang terbatas

    maka mereka hanya bisa menerima keadaan yang ada. Dari dasar ini

    kemudian mempengaruhi tingkah laku dan tingkat intelektual anak.

    Nelayan di Desa Wonokerto Wetan dalam mencari ikan (melaut) tidak

    hanya di daerahnya sendiri tetapi mereka melaut sampai memasuki wilayah

    daerah lain. Dalam melaut waktu yang dibutuhkan nelayan Desa Wonokerto

    Wetan untuk mencari ikan bervariasi, ada yang sehari, tiga hari, seminggu,

    sebulan dan bahkan lebih. Tetapi sebagian masyarakat nelayan di desa

    Wonokerto Wetan melaut satu hari pulang, mereka berangkat dari pukul

    03.00 WIB dan pulang kurang lebih pukul 15.00 WIB. Pada kondisi demikian

    mengharuskan ibu (istri) mempunyai peranan yang sangat penting dalam

    mengelola, membina rumah tangga dan sekaligus mengasuh anak, karena

    suaminya tidak mempunyai banyak waktu luang untuk berkumpul dengan

    keluarga.

    Kepemimpinan keluarga yang seharusnya dijalankan oleh seorang

    suami dalam prakteknya ibu yang memegang peranan lebih besar jika

    dibandingkan dengan suaminya. Begitu juga dalam pola pengasuhan anak,

    kewibawaan ayah sangat kurang karena anak jarang sekali bertemu dengan

    ayahnya. Mereka baru bisa berkumpul sebagai keluarga inti hanya beberapa

    jam saja setiap harinya. Faktor sosial ini menyebabkan pendidikan anak pada

    keluarga nelayan Wonokerto kurang. Hal ini terjadi karena kurangnya

    pengawasan dan pengarahan dari orang tua tentang pendidikan bagi anak.

  • xvii

    Ayah sibuk dengan aktivitasnya sebagai nelayan di laut, sedangkan ibu sibuk

    dengan aktivitas rumah tangganya sehingga akan diberikan kebebasan

    bergaul sesuai dengan kemampuan dan kemauannya sendiri. Anggapan orang

    tua yang penting materi tercukupi berarti orang tua sudah melaksanakan

    kewajibannya. Masalah pendidikan dan kebutuhan psikis lainnya kurang

    diperhatikan, hal ini menyebabkan rata-rata pendidikan anak nelayan masih

    relatif rendah dan mereka lebih suka mengikuti jejak ayahnya sebagai

    nelayan.

    Berdasarkan uraian tersebut diatas maka peneliti memberi judul

    skripsi Pola Pengasuhan Anak Pada Keluarga Nelayan di Kabupaten

    Pekalongan (Studi Kasus pada 9 Keluarga Nelayan Desa WonokertoWetan

    Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan).

    Permasalahan

    Permasalahan yang peneliti ajukan dalam penelitian ini adalah:

    1. Bagaimana pola pengasuhan anak pada keluarga nelayan Desa Wonokerto

    Wetan Kabupaten Pekalongan?

    2. Bagaimana peranan ibu dalam megasuh anak pada keluarga nelayan?

    Tujuan

    Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

    1. Mendeskripsikan pola pengasuhan anak pada keluarga nelayan Desa

    Wonokerto Wetan Kabupaten Pekalongan.

  • xviii

    2. Untuk mengetahui peranan ibu dalam mengasuh anak pada keluarga

    nelayan di Desa Wonokerto Wetan Kabupaten Pekalongan.

    Manfaat

    Manfaat penelitian ini adalah:

    1. Manfaat secara teoritis

    Penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan pengetahuan tentang

    pola pengasuhan dan peranan ibu dalam mengasuh anak.

    2. Manfaat secara praktis

    Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi tentang

    pengasuhan anak di keluarga nelayan, memberi masukan bagi Jurusan

    Pendidikan Luar Sekolah dan instansi terkait untuk bisa memperhatikan

    masalah pendidikan anak di keluarga nelayan.

    Penegasan Istilah

    Penegasan istilah ini dimaksudkan untuk menghindari timbulnya salah

    pengertian terhadap penelitian ini, sehingga di peroleh persepsi dan

    pemahaman yang jelas.

    1. Pengasuhan

  • xix

    Pengasuhan adalah orang yang menjaga, merawat dan mendidik anak kecil

    (KBBI,2003: 73).

    2. Anak

    Batasan anak dalam Undang-Undang RI No.25 tahun 1997 tentang

    ketenagakerjaan pasal 20 menyebutkan bahwa anak adalah seorang laki-

    laki atau wanita yang berumur kurang dari 15 tahun.

    3. Keluarga Nelayan

    Keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal

    bersama dan masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin

    sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan, dan saling

    menyerahkan diri (Soelaiman dalam Shochib, 1998: 17).

    Sedangkan nelayan adalah seorang yang mata pencaharian utamanya

    adalah dari usaha menangkap ikan di laut (KBBI, 2003: 686).

    Yang dimaksud keluarga nelayan dalam penelitian ini adalah suatu

    keluarga yang dalam menggantungkan hidupnya melakukan usaha

    menangkap ikan di laut.

    Sistematika Skripsi

    Skripsi ini dibagi dalam lima bab yang didahului dengan halaman

    judul, halaman pengesahan, abstrak, halaman motto dan persembahan, kata

    pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran.

    Sistematika yang digunakan adalah sebagai berikut:

    BAB I

  • xx

    Pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah,

    tujuan penelitian, manfaat penelitian, pengesahan istilah, dan sistematika

    skripsi.

    BAB II

    Tinjauan Pustaka, bab ini menguraikan tentang berbagai teori, konsep dan

    pendapat para ahli yang ada hubungannya dengan masalah penelitian.

    BAB III

    Metode penelitian, bab ini menguraikan tentang jenis penelitian, lokasi

    penelitian, fokus penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik

    analisis data.

    BAB IV

    Hasil Penelitian dan Pembahasan, bab ini berisi uraian hasil penelitian dan

    pembahasan hasil penelitian.

    BAB V

    Penutup, bab ini menguraikan tentang simpulan dari hasil penelitiam yang

    telah dilakukan dan sekaligus memnberikan saran terhadap objek yang telah

    diteliti serta pihak terkait.

    Bagian akhir dari skripsi ini berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran

    untuk menyusun skripsi.

  • xxi

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Pengasuhan Anak

    Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dimana anak

    dapat berinteraksi. Pengaruh keluarga dalam pembentukan dan perkembangan

    kepribadian anak sangatlah besar artinya. Banyak faktor dalam keluarga yang

    mempunyai peranan penting dalam pembentukan kepribadian, salah satunya

    adalah praktik pengasihan anak. Hal tersebut dikuatkan oleh pendapat Sayekti

    Pujosuwarno (1994: 20) yang mengatakan bahwa keluarga adalah lingkungan

    yang pertama kali menerima kehadiran anak.

    Orang tua mempunyai berbagai macam fungsi yang salah satu

    diantaranya ialah mengasuh putra-putrinya. Dalam mengasuh anaknya orang

    tua dipengaruhi oleh budaya yang ada di lingkungannya. Di samping itu orang

    tua juga diwarnai sikap-sikap tertentu dalam memelihara, membimbing dan

    mengarahkan putra-putrinya. Sikap tersebut tercermin dalam pola pengasuhan

    tertentu. Pola asuhan itu menurut Zahara Idris dan Lizma Jamal (1992:87)

    terdiri dari tiga kecenderungan pola asuh orang tua yaitu (1) pola asuh

    demokratis (2) pola asuh otoriter (3) pola asuh laissez faire.

    Sebagai pengasuh dan pembimbing dalam keluarga, orang tua sangat

    berperan dalam meletakkan dasar-dasar perilaku bagi anak-anaknya. Sikap,

    perilaku, dan kebiasaan orang tua selalu dilihat, dinilai dan ditiru oleh

    anaknya yang kemudian semua itu secara sadar atau tidak sadar diresapinya

  • xxii

    dan kemudian menjadi kebiasaan pula bagi anak-anaknya. Hal demikian

    disebabkan karena anak mengidentifikasi diri pada orang tuanya sebelum

    mengadakan identifikasi dengan orang lain.

    Untuk lebih jelas tentang pengertian pola asuh, berikut dijelaskan

    pengertiannya menurut beberapa tokoh.

    1. Pengertian Pola Asuh

    Menurut Gunarsa (1986:4) pola asuh orang tua tidak lain merupakan

    metode atau cara yang dipilih orang dalam mendidik anak-anaknya,

    merupakan cara bagaimana orang tua memperlakukan anak-anak mereka.

    Tarsis Tarmuji (2001:37) mengemukakan bahwa pola asuh orang tua

    merupakan interaksi anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan

    pengasuhan. Pengasuhan ini berarti mendidik, membimbing, dan

    mendisiplinkan anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-

    norma yang ada didalam masyarakat.

    Berdasarkan pendapat kedua tokoh diatas tentang pengertian pola

    asuh, maka dapat disimpulkan bahwa pola asuh merupakan metode atau

    cara yang dipilih orang tua yang berinteraksi dengan anaknya, cara

    tersebut dapat diartikan cara orang tua dalam memperlakukan anak-anak

    mereka, cara menerapkan peraturan, pemberian hadiah serta hubungan

    orang tua dengan anak dalam kehidupan sehari-hari.

    Gunarsa (2000: 4) menunjukkan bahwa dalam berinteraksi dengan

    anak acapkali orang tua dengan tidak sengaja, tanpa disadari mengambil

    sikap tertentu. Anak melihat dan menerima sikap orang tuanya dan

  • xxiii

    memperlihatkan suatu reaksi dalam tingkah lakunya yang dibiasakan,

    sehingga akhirnya menjadi pola kepribadian.

    2. Jenis-jenis Pola Asuh

    a. Pola Asuh Demokratis

    Orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis

    memperlihatkan karakteristik adanya pengertian bahwa anak

    mempunyai hak untuk mengetahui mengapa suatu aturan dikenakan

    padanya, anak diberi kesempatan untuk menjelaskan mengapa ia

    melanggar peraturan sebelum hukuman dijatuhkan kepadanya.

    Pola asuh demokratis ini orang tua mendukung sekaligus

    memberikan penjelasan atas perintah atau keputusan yang diberikan.

    Orang tua mendorong anak untuk dapat berdiri sendiri semua keinginan

    dibuat berdasarkan persetujuan dengan anaknya.

    Dalam menerapkan pola asuh demokratis orang tua

    memperhatikan dan menghargai kebebasan anak, namun kebebasan

    tersebut kebebasan yang tidak mutlak dengan bimbingan yang penuh

    pengertian antara orang tua dan anak. Keinginan dan pendapat anak

    diperhatikan dan apabila sesuai dengan norma-norma pada orang tua

    maka disetujui untuk dilakukan, sebaliknya kalau keinginan dan

    pendapat anak tidak sesuai kepada anak maka diberikan pengertian,

    diterangkan secara rasional dan obyektif sambil meyakinkan bahwa

    perbuatannya tersebut hendaknya tidak diperlihatkan lagi. Dengan cara

    demoktratis ini pada anak akan tumbuh rasa tanggung jawab untuk

  • xxiv

    memperlihatkan tingkah laku dan selanjutnya memupuk kepercayaan

    dirinya.

    Zahara Idris dan Lizma Jamal (1992:87) selanjutnya

    mengemukakan bentuk perilaku orang tua yang Demokratis, antara lain:

    1) Melakukan sesuatu dalam keluarga dengan cara musyawarah.

    2) Menentukan peraturan-peraturan dan disiplin dengan

    memperhatikan dan mempertimbangkan keadaan, perasaan dan

    pendapat anak serta memberikan alasan-alasan yang dapat diterima,

    dipahami dan dimengerti anak.

    3) Kala terjadi sesuatu pada anggota keluarga selalu dicari jalan

    keluarnya (secara musyawarah), juga dihadapi dengan tenang,

    wajar dan terbuka.

    4) Hubungan antar anggota keluarga saling menghormati.

    5) Terdapat hubungan yang harmonis antar anggota keluarga, seperti

    antara ibu dan ayah, antara anak yang tua dan adik-adiknya, dan

    sebaliknya.

    6) Adanya komunikasi dua arah, yaitu anak juga dapat mengusulkan,

    menyarankan sesuatu pada orang tuanya, dan orang tua

    mempertimbangkanya.

    7) Semua larangan dan perintah yang disampaikan kepada anak selalu

    menggunakan kata-kata yang mendidik, bukan menggunakan kata-

    kata yang kasar.

  • xxv

    8) Memberikan pengarahan tentang perbuatan baik yang perlu

    dipertahankan, dan yang tidak baik supaya ditinggalkan.

    9) Keinginan dan pendapat anak diperhatikan, apabila sesuai dengan

    norma-norma dan kemampuan orang tua.

    10) Memberikan bimbingan dengan penuh perhatian.

    11) Bukan mendektekan bahan yang harus dikerjakan anak namun

    selalu disertai dengan penjelasan-penjelasan yang bijaksana.

    Perilaku oarang tua yang demokratis menyebabkan anak memiliki ciri-

    ciri antara lain sebagai berikut:

    1) Anak akan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya.

    2) Daya kreatif dan daya ciptanya kuat.

    3) Memiliki sikap patuh, hormat, dan penurut dengan sewajarnya.

    4) Sikap kerjasama, hubungan yang akrab, dan terbuka.

    5) Memiliki sikap yang dewasa.

    6) Mudah menyesuaikan diri, oleh karena itu ia disenangi teman-

    temannya baik dirumah maupun diluar rumah.

    7) Berani berpendapat dalam diskusi dan pertemuan.

    8) Memiliki perasaan aman karena diliputi oleh rasa cinta kasih dan

    merasa diterima oleh orang tuanya.

    9) Memiliki rasa percaya diri yang wajar dan disiplin yang sportif.

    10) Bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukannya.

    11) Memliki rasa empati serta mampu menghadapi orang lain sehingga

    dapat melakukan hubungan sosial dengan baik.

  • xxvi

    12) Anak hidup dengan gairah dan optimis karena hidup dengan ras

    kasih sayang, merasa dihargai sebagai anak yang tumbuh dan

    berkembang, serta orang tauanya memperhatikan kebutuhan,

    minat, cita-citanya sesuai dengan kemampuannya.

    Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pola asuh

    demokratis itu ditandai oleh adanya dorongan dari orang tua untuk

    anaknya, memberi pengertian serta perhatian dan berdiskusi. Biasanya

    orang tua menempatkan anak pada posisi yang sama dengan mereka.

    Anak diberikan kesempatan untuk memberikan saran-daran atau usul

    yang berhubungan dengan masalah anak. Dengan demikian akan

    tumbuh rasa tanggung jawab ada anak dan akan memupuk kepercayan

    diri anak. Dalam menerapkan peraturan orang tua akan senantiasa

    memberikan pengertian dan penjelasan kepada anaknya tentang hal

    yang boleh dan tidak boleh untuk dilakukan. Apabila anaknya

    melanggar peraturan, orang tua memberikan kesempatan kepada anak

    untuk menjjelaskan mengapa ia melanggar peraturan sebelum anak

    diberikan hukuman. Pola asuh demokratis juga menghargai setiap usaha

    dan karya yang dilakukan anak, sehingga anak akan termotivasi untuk

    maju.

    b. Pola Asuh Pola Asuh Otoriter

    Elizabeth B. Hurlock (1997:54-55) mengemukakan bahwa

    orang tua yang dalam mendidik anaknya mempergunakan pola asuh

    otoriter memperlihatkan karakteristik dengan memberi sedikit

  • xxvii

    keterangan atau bahkan tidak memberikan keterangan kepada anak

    tentang alasan-alasan mana yang dapat dilakukan dan mana yang tidak

    boleh dilakukan, mengabaikan alasan-alasan yang masuk akal dan anak

    tidak diberi kesempatan untuk menjelaskannya, hukuman (punishment)

    selalu diberikan orang tua kepada anak yang melakukan perbuatan

    salah, hadiah atau penghargaan (reward) jarang diberikan kepada anak

    yang telah melakukan perbuatan baik atau telah menunjukkan

    prestasinya.

    Perilaku orang tua yang otoriter, menurut Zahara Idris dan

    Lizma Jamal (1992:88) antara lain:

    1) Anak harus mematuhi peraturan-peraturan orang tua yang tidak

    boleh membatah.

    2) Orang tua cenderung mencari kesalahan-kesalahan pada pihak anak

    dan kemudian menghukumnya.

    3) Kalau terdapat perbedaan pendapat antara orang tua dan anaknya

    maka anak dianggap sebagai orang yang suka melawan atau

    membangkang.

    4) Orang tua cenderung memberikan perintah dan Larangan terhadap

    anak.

    5) Orang tua cenderung memaksakan disiplin.

    6) Orang tua melakukan segala sesuatu untuk anak dan anak hanya

    sebagai pelaksana.

  • xxviii

    Perilaku orang tua yang otoriter, menurut Zahara Idris dan

    Lizma Jamal (1992:89) selanjutnya menyebabkan anak memiliki ciri-

    ciri antara lain:

    1) Dirumah tangga anak memperlihatkan perasaan dengan penuh rasa

    ketakutan, merasa tertekan, kurang pendirian, mudah dipengaruhi,

    dan sering berbohong, khususnya pada orang tuanya sendiri.

    2) Terlalu sopan dan tunduk pada penguasa, patuh yang tidak pada

    tempatnya, dan tidak berani mengeluarkan pendapat.

    3) Kurang berterus terang, disamping sangat tergantung pada orang

    lain.

    4) Pasif dan kurang sekali berinisiatif dan spontanitas, baik dirumah

    maupun di sekolah sebab anak biasa menerima apa saja dari orang

    tuanya.

    5) Tidak percaya diri sendiri, karena anak biasa bertindak harus

    mendapat persetujuan dari orang tuanya.

    6) Anak sulit berhubungan dengan orang lain, disebabkan karena

    perilaku orang tuanya terlalu kasar dan ada rasa bersalah dalam diri

    anak dan takut mendapat hukuman dari orang tuanya.

    7) Diluar rumah anak cenderung menjadi agresif, yaitu suka berkelahi

    dan mengganggu teman karena dirumah dikekang dan ditekan.

    8) Anak ragu dalam mengambil keputusan sebab ia tak terbiasa

    mengambil keputusan sendiri.

  • xxix

    9) Anak merasa rendah diri dan tidalk berani memikul suat tanggung

    jawab.

    10) Anak bersifat pesimis, cemas dan putus asa.

    11) Anak tidak mempunyai pendirian yang tetap karena mudah

    terpengaruh oleh orang lain.

    Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pola asuh otoriter

    ditandai dengan perlakuan orang tua yang membatasi anak, berorientasi

    pada hukuman (fisik maupun verbal) mendesak anak untuk mengikuti

    aturan-aturan tertentu tanpa memberikan kesempatan untuk bertanya,

    mengapa ia harus melakukan hal tersebut, meskipun anak

    sesungguhnya tidak ingin melakukan sesuatu kegiatan yang diperintah

    oleh orang tuanya, ia harus tetap melakukan kegiatan tersebut. Dalam

    kondisi demikian hubungan orang tua dengan anak akan terasa kaku,

    sehingga anak akan merasa takut terhadap orang tuanya.

    c. Pola Asuh Laissez Faire

    Gunarsa (1989:8) mengemukakan bahwa orang tua yang

    menerapkan pola asuh laissez faire membiarkan anak mencari dan

    menemukan sendiri tata cara yang menjadi batasan dari tingkah

    lakunya. Hanya pada hal-hal yang dianggapnya sudah keterlaluan

    orang tua baru bertindak. Pada cara laissez faire ini pengawasan

    menjadi longgar, anak terbiasa mengatur sendiri apa yang dianggapnya

    baik.

  • xxx

    Pada umumnya keadaan seperti ini terdapat pada keluarga-

    keluarga yang kedua orang tuanya bekerja, terlalu sibuk dengan

    berbagai kegiatan sehingga tidak ada waktu untuk mendidik anak dalam

    arti yang sebaik-baiknya. Orang tua sudah mempercayakan masalah

    pendidikan anak kepada orang lain yang bisa mengasuh khusus atau

    bisa pula anggota keluarga yang tinggal dirumah. Orang tua hanya

    bertindak sebagai polisi yang mengawasi, menegur, dan mungkin

    memarahi kalau tindakan anak sudah dianggap keterlaluan. Orang tua

    tidak bisa bergaul dengan anak, hubungan tidak akrab, dan merasa anak

    harus tahu sendiri. Karena harus menentukan sendiri maka

    perkembangan kepribadiannya menjadi tidak terarah. Pada anak tumbuh

    kekakuan yang terlalu kuat serta mudah menimbulkan kesulitan-

    kesulitan kalau harus menghadapi tuntutan-tuntutan yang ada dalam

    lingkungan sosialnya.

    Untuk jenis pola asuh laissez faire ini, Zahara Idris dan Lizma

    Jamal (1992:90) menuturkan bentuk perilaku orang tua sebagai berikut:

    1) Membiarkan anak bertindak sendiri tanpa memonitor dan

    membimbingnya.

    2) Mendidik anak acuh tak acuh, bersifat pasif atau masa bodoh.

    3) Terutama memberikan material saja.

    4) Membiarkan apa saja yang dilakukan oleh anak (terlalu memberikan

    kebebasan untuk mengatur diri sendiri tanpa ada peraturan-peraturan

    dan norma yang digariskan dari orang tua).

  • xxxi

    5) Kurang sekali keakraban dan hubungan yang hangat dalam keluarga.

    Kondisi pola asuh yang demikian, menyebabkan anak memliki

    ciri-ciri sebagai berikut:

    1) Bertingkah laku sering menentang, berontak dan keras kepala.

    2) Tidak disenangi temannya sebab dia kaku dalam bergaul,

    mempunyai sifat acuh tak acuh dalam bergaul dan tidak punya rasa

    disiplin.

    3) Kurang bertanggung jawab, apabila ia ditegaskan suatu pekerjaan

    tanpa bantuan orang lain.

    4) Anak kurang mengetahui yang benar dan salah.

    Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pola asuh laissez

    faire memperlihatkan karakteristik sebagai berikut: anak diberi

    kebebasan penuh untuk menentukan kebebasanya sendiri, didalam

    keluarga tidak ada aturan yang ketat yang diberlakukan oleh orang tua

    kepada anaknya, hadiah dan hukumanpun tidak diterapkan oleh orang

    tua sehingga anak kurang diberikan penghargaan dan pembelajaran

    tentang apa saja yang telah ia lakukan. Dalam kondisi demikian

    hubungan antara orang tua dan anak kurang hangat dan keakraban

    antara orang tua dengan anak tidak tampak.

  • xxxii

    B. Peranan Ibu dalam Keluarga

    Menurut ibu S. Soedarsono, peranan wanita dalam membina keluarga sejahtera adalah sebagai pendidik utama bagi

    putra putrinya. Secara langsung wanita membina kewajiban generasi-generasi penerus dalam keluarga masing-

    masing yang merupakan kelompok-kelompok yang akan terjun dalam masyarakat (Notopuro, 1984: 52).

    Jika ditinjau dari peran wanita sebagai ibu rumah tangga telah memberikan kontribusinya yang sangat penting dalam

    menciptakan keluarga yang sehat dan sejahtera. Keluarga yang sejahtera merupakan salah satu tujuan pokok yang

    ingin dicapai atau diidamkan oleh setiap rumah tangga seperti yang di ungkapkan oleh Ratu Hemas (1992: 88) dalam

    menciptakan keluarga sehat dan bahagia harus membiasakan hidup yang saling menunjang, misalnya:

    1. Ibu harus menciptakan suasana rumah tangga yang harmonis dalam arti

    hidup sehat dan ketaqwaan yang kuat.

    2. Komunikasi antar anggota keluarga diupayakan sebaik mungkin.

    3. menciptakan kerjasama atau gotong royong antar anggota keluarga dengan

    pembagian tugas untuk saling membantu.

    4. Meletakkan dasar pendidikan yang tuntas bagi putra-putrinya.

    5. Dengan pengetahuan yang cukup sebagai wanita dapat lebih mandiri

    dalam mengatur rumah tangga,

    Kehidupan yang sehat sejahtera harus dapat dimanifestasikan dalam bentuk kehidupan sehari-hari untuk dapar

    mewujudkan keluarga yang sehat dan sejahtera ada dua unsur yang harus diperhatikan yaitu terciptanya suatau

    keadaan yang sehat jasmani dan rohani serta terciptanya kondisi ekonomi keluarga yang stabil.

    Dalam memanifestasikan keluarga sehat sejahtera perlu didukung beberapa hal sebagai berikut:

    1. Kesehatan jasmani harus diperhatikan, antara lain:

    a. Mulai anak masih dalam kandungan,

    b. Usia balita,

    c. Usia anak-anak dan remaja,

    d. Gizi keluarga,

    e. Hidup bersih dan teratur.

  • xxxiii

    2. Kesehatan rohani dapat diperhatikan, melalui:

    a. Perilaku orang tua sejak bayi dalam kandungan

    b. Perilaku kanak-kanak

    c. Memonitor pendidikan agama,

    d. Perilaku orang tua sebagi teladan.

    3. Ekonomi keluarga yang dapat menunjang kehidupan rumah tangga, yaitu:

    a. Adanya keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran kebutuahan

    rumah tangga.

    b. Dapat menentukan skala prioritas,

    c. Menambah income keluarga dengan kesempatan istri bekerja atau

    berwiraswasta baik suami atau istri.

    Untuk dapat mewujudkan ketiga hal tersebut diatas maka seorang wanita (ibu) harus dapat mengembangkan arti

    nilai-nilai istri yang ideal untuk masa mendatang terutama untuk mengendalikan perubahan disetiap keluarga. Nilai-

    nilai yang harus dikembangkan menurut Hemas (1992: 89-90) adalah :

    1. Pinter Mardi siwi (pandai memelihara dan mengasuh anak)

    Para ibu pada masa ini harus mampu mendidik anak dibanding para ibu

    waktu dahulu. Masalah sekarang yang dihadapi adalah pornografi,

    narkotika, minuman keras, pergaulan bebas yang sewaktu-waktu

    mengancam anak-anak.

    2. Pinter gawe mareming ati (pandai memuaskan hati)

    Seorang istri dituntut pandai memuaskan anggota keluarga. Masalah yang

    dihadapi adalah stress mental baik untuk suami maupun anak. Hal ini

    berarti seorang istri dituntut untuk mengerti stress, cara pemecahannya

    tanda-tanda sejak awal, dan meningkatkan ketahanan mental.

  • xxxiv

    3. Pinter makarti (pandai bekerja)

    Pada masa sekarang para istri dituntut untuk dapat memberikan

    sumbangan penghasilan keluarga. Masalah yang dihadapi yaitu dibidang

    ekonomi keluarga menunjukkan kenaikan kebutuhan jauh lebih cepat dari

    pada kenaikan penghasilan suami.

    4. Pinter mandiri (pandai berdiri sendiri)

    Seorang istri diharapkan mampu mandiri. Kenyataan menunjukan bahwa

    untuk masa sekarang hubungan ketergantungan pada suami mulai

    berkurang, sehingga dibutuhkan pengetahuan yang luas untuk para istri

    dalam berbagai hal, dan pembagian tugas yang lebih rasional.

    Adapun segi pokok yang lain dari kehidupan keluarga yang bertujuan mensejahterakan keluarga menurut Hardjito

    Notopuro (1984: 51) adalah: membimbing (mengasuh) anak, tata laksana rumah tangga, keuangan atau ekonomi

    rumah tangga, perumahan sehat, kesehatan jasmani dan rohani, makanan (termasuk pengadaan), pakaian, keamanan

    lahir batin, dan perencanaan sehat.

    C. Tugas-tugas Ibu

    Sesuai dengan konsep diri wanita Indonesia maka wanita mempunyai tugas-tugas yang dapat dikembangkan dan

    dijabarkan selaras dengan fungsi dan perilaku ibu atau wanita dalam kerangka Panca Dharma Wanita yaitu: sebagai

    istri pendamping suami, sebagai pengelola rumah tangga, sebagai penerus keturunan dan pendidik, sebagai pencari

    nafkah tambahan, dan sebagai warga masyarakat, (Mutawali, 1987: 128-130).

    1. Sebagai istri pendamping suami

    a. Menjadikan diri sebagai kekasih sejati dalam suka dan duka.

    b. Menyadari atau memahami keadaan suami, lebih mengenai

    kedudukan, tugas dan tanggung jawabnya.

  • xxxv

    c. Penuh toleransi, menghargai dan menghormati suami sebagai

    kepala keluarga, serta mampu memberikan doraongan moral

    yang baik.

    d. Selalu menjaga kebersihan dalam rumah tangga, menciptakan

    keharmonisan hidup dan menumbuhkan suasana damai.

    e. Menjadikan diri sebagai wanita yang didambakan suami yaitu

    penuh kasih sayang, setia, saling menghormati dan pengertian.

    2. Sebagai pengelola rumah tangga

    a. Mampu menciptakan rumah tangga yang tenang, sejuk, dan

    tentram.

    b. Selalu menjaga kebersihan rumah dan lingkungan.

    c. Pandai mengatur dan memanfaatkan waktu secara efisien.

    d. Mengatur kerapian letak perabotan rumah.

    e. Menyiapkan makanan sesuai dengan selera dan bergizi.

    f. Pandai berhemat, hidup sederhana dan dapat menabung.

    3. Sebagai penerus keturunan dan pendidik

    a. Sesuai kodratnya menjadi ibu dengan melahirkan anak yang

    sehat, normal, dan cerdas.

    b. Memiliki pengetahuan tentang pengasuhan anak dan kesehatan

    ibu dalam masa kehamilan dan kelahiran.

    c. Ibu sebagai pendidik pertama dan utama dapat memberikan rasa

    aman dan kasih sayang kepada anak.

  • xxxvi

    d. Ibu dan ayah perlu memiliki kesatuan sikap dan pandangan

    dalam mendidik anak-anaknya, agar tumbuh menjadi manusia

    yang berkepribadian luhur, memiliki watak sikap dan tingkah

    laku sesuai norma pergaulan hidup yang baik.

    4. Sebagai pencari nafkah tambahan

    a. Meningkatkan keterampilan dan pengetahuan agar dapat

    memberi penghasilan tambahan untuk keluarga sesuai dengan

    kemampuannya.

    b. Mengembangkan potensi berwiraswasta dengan usaha-usaha

    ekonomi produktif.

    c. Menggali, mengelola dan mendayagunakan sumber yang ada.

    5. Sebagai warga masyarakat.

    a. Sadar akan hak dan kewajibannya, ikut berperan aktif dalam

    pembangunan.

    b. Memelihara pergaulan hidup dan menjaga kerukunan

    bertetangga.

    c. Melestarikan asas-asas yang baik dan tumbuh dalam masyarakat.

    D. Keluarga Nelayan

    1. Pengertian Keluarga

    Dalam pengertian psikologis keluarga adalah sekumpulan

    orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama dan

  • xxxvii

    masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga

    terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan, dan saling

    menyerahkan diri. Sedangkan dalam pengertian pedagogis, keluarga

    adalah satu persekutuan hidup yang terjalin oleh kasih sayang

    antara pasangan dua jenis manusia yang dikukuhkan dengan

    pernikahan, yang bermaksud untuk saling menyempurnakan diri.

    Dalam usaha untuk saling melengkapi dan saling menyempurnakan

    diri itu terkandung perealisasian peran dan fungsi sebagai orang tua

    (Soelaiman dalam Shochib, 1998: 17).

    Sebagaimana kita ketahui bahwa keluarga adalah sekumpulan

    masyarakat terkecil yang merupakan inti dan sendi-sendi

    masyarakat, maka masyarakat yang terbentuk oleh beberapa

    keluarga dimana masing-masing keluarga memiliki ciri khusus yang

    berlainan antara keluarga yang satu dengan yang lain. Disamping

    ciri-ciri yang berlainan bentuk keluarga pun tentunya tidak sama.

    Ada beberapa pendapat mengenai bentuk keluarga. Bentuk keluarga

    menurut pendapat Mutawali (1987: 15) adalah:

    a. Keluarga kecil, keluarga ini dibentuk berdasarkan pernikahan,

    biasanya terdiri dari seorang ibu, ayah dan anak-anak atau tanpa

    anak. Keluarga ini bertempat tinggal bersama dalam satu rumah.

    b. Keluarga besar, anggota-anggotanya diikat berdasarkan

    hubungan darah, keluarga ini anggotanya tidak hanya terdiri

    dari ibu, ayah, dan anak tetapi juga kakek, nenek, keponakan

  • xxxviii

    saudara sepupu, dan anggota lainnya. Keluarga besar tidak selalu

    bertempat tinggal dalam satu rumah.

    2. Fungsi Keluarga

    Dalam keluarga secara kodrat terdapat pembagian tugas,

    tanggung jawab, dan fungsi-fungsi. Bapak merupakan pemimpin

    keluarga, ia bertanggung jawab sepenuhnya dalam lingkungan

    keluarga, oleh karena kedudukannya sangat menentukan. Akan

    tetapi seorang ibu juga mempunyai tugas, tanggung jawab serta

    fungsi-fungsi tertentu.

    Sehubungan hal itu dalam menyelenggarakan kehidupan

    keluarga harus diciptakan keharmonisan dan keserasian antara

    anggota keluarga sehingga akan tercipta keluarga yang sejahtera

    lahir dan batin. Dalam hubungannya itu Mutawali (1987: 17)

    keluarga mempunyai tanggung jawab dan fungus fungsi tertentu,

    yaitu: fungsi pendidikan, fungsi ekonomi, fungsi keamanan, fungsi

    sosial dan fungsi agama.

    1). Fungsi Pendidikan

    Kita menyadari betapa pentingnya peranan sekolah

    sebagai tempat pendidikan, akan tetapi kita tidak bisa

    mengabaikan betapa pentingnya pendidikan yang

    diselenggarakan dalam keluarga. Dalam pendidikan keluarga,

    peranan ibu sangatlah penting. Ibu disebut pertama dan utama,

    ia tidak hanya mempunyai kewajiban menyusui dan memberi

  • xxxix

    makan putra-putrinya atau mengurus pakaiannya saja tapi yang

    paling penting adalah mendidik putra-putrinya dengan modal

    utama kasih sayang.

    Pendidikan oleh ibu yang diberikan sejak bayi dalam

    kandungan sampai datang masanya, anak diajari makan sendiri,

    mandi sendiri, dan diajari pula melakukan pekerjaan-pekerjaan

    ringan, selanjutnya apabila sudah waktunya, anak diberi

    pelajaran pendidikan agama, akhlak dan sopan santun.

    Pendidikan keluarga tidak hanya meliputi pendidikan

    rohani saja seperti agama, akhlak dan sopan santun tapi juga

    harus memperhatikan pertumbuhan jasmani, seperti mencukupi

    kebutuhan gizi anak, olah raga, dan aktivitas lainnya agar

    pertumbuhan jasmani dan rohani seimbang.

    2). Fungsi Ekonomi

    Fungsi ekonomi dalam keluarga erat hubungannya dengan

    tingkat pendidikan dan keterampilan keluarga itu. Pada

    umumnya semakin tinggi pendidikan dan keterampilan anggota

    keluarga, semakin banyak kesempatan untuk berfungsi dalam

    ekonomi dan mempunyai kebutuhan ekonomi serta mempunyai

    kedudukan ekonomi yang baik.

    3). Fungsi Keamanan

    Fungsi keamanan disini mempunyai luas, bukan hanya

    dalam fisik saja melainkan keamanan kehidupan seseorang baik

  • xl

    rohani maupun jasmani. Keluarga harus tetap menjaga anak dari

    kecelakaan yang bisa terjadi setiap saat, misalnya jatuh dari

    pohon, tertabrak kendaraan, dan lainnya. Keluarga harus dapat

    menjaga anak dari penyakit dan mengusahakannya agar selalu

    sehat.

    4). Fungsi Sosial

    Hampir tidak mungkin seseorang atau keluarga dapat

    hidup dan berdiri sendiri memenuhi kebutuhannya tanpa

    bantuan orang atau keluarga lain. Ini disebabkan karena

    keterbatasan manusia dalam segala hal dan sudah merupakan

    kodrat. Keterbatasan ini membawa manusia menjadi saling

    membutuhkan dan saling ketergantungan, sehingga

    mengharuskan manusia berhubungan dengan orang lain, saling

    tolong menolong dan saling bantu membantu.

    Fungsi sosial merupakan pengabdian anggota keluarga

    menolong dan membantu keluarga lain atau berbakti untuk

    kepentingan umum serta anggota keluarga membangun

    masyarakat tanpa merusak lingkungan alam.

    5). Fungsi Agama

    Agama adalah segala peraturan dan ketentuan yang

    berasal dari Tuhan yang diturunkan melalui Nabi dengan Kitab

    Suci, yang bertujuan untuk mencapai kesejahteraan umat

    manusia baik dunia maupun akherat. Agama juga merupakan

  • xli

    sumber pendidikan paling luhur karena memuat ketentuan-

    ketentuan yang mengatur segi-segi yang mendasar baik

    kehidupan manusia, seperti akhlak, karakter, dan mental

    manusia.

    Dalam membentuk sikap taqwa bagi anak-anak sangat

    penting, contoh keselarasan dari keteladanan orang tua. Dalam

    keluarga harus dapat diciptakan kehidupan keagamaan mulai

    dari pikiran, perkataan, perbuatan dan tindakan berdasarkan

    ajaran agama. Proses ini harus dimulai dari orang tua sebagai

    panutan dan teladan keluarga.

    3. Nelayan

    Nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan kegiatan

    menangkap ikan, baik secara langsung (seperti menebar dan menarik

    jaring), maupun secara tidak langsung (seperti juru mudi perahu

    layar, nahkoda kapal ikan bermotor, ahli mesin kapal, juru masak

    kapal penangkap ikan) sebagai mata pencaharian (Ichtiar, 1992:

    2353).

    Nelayan secara umum dapat dibagi menjadi beberapa

    kelompok, yaitu:

    1). Nelayan Juragan

    Nelayan juragan adalah nelayan pemilik perahu dan

    penangkap ikan yang mampu mengupah para nelayan pekerja

  • xlii

    sebagai pembantu dalam usahanya menangkap ikan di laut.

    Mereka memiliki sawah tadah hujan saja. Nelayan juragan

    dibedakan menjadi dua, yaitu:

    a). Nelayan juragan laut, bila masih aktif di laut.

    b). Nelayan juragan darat, bila sudah tua dan hanya

    mengendalikan usahannya dari darat.

    Sedangkan pihak lain yang memiliki perahu dan alat penangkap

    ikan tetapi bukan merupakan kaum nelayan asli yang biasanya

    disebut cukong atau tanke.

    2). Nelayan Pekerja

    Merupakan nelayan yang tidak mempunyai alat

    produksi tetapi hanya mempunyai tenaga yang dijual kepada

    nelayan juragan tersebut untuk membantu menjalankan usaha

    penangkapan ikan di laut. Mereka disebut juga nelayan

    penggarap bidak atau sawi.

    Dalam hubungan kerja antar mereka, berlaku perjanjian

    tidak tertulis yang sudah dilakukan sejak ratusan tahun yang lalu.

    Dalam hal ini juragan berkewajiban mengutamakan bahan

    makan dan kayu bakar untuk keperluan operasi menangkap ikan.

    Kalau nelayan pekerja memerlukan lagi bahan makanan untuk

    dapur keluarga yang ditinggalkannya selama berlayar, maka

    nelayan itu harus berhutang lagi pada juragan. Hasil

    penangkapan ikan di laut dibagi menurut peraturan tertentu yang

  • xliii

    berbeda dengan juragan yang bersangkutan. Umumnya bagian

    nelayan pekerja selalu habis untuk membayar utang.

    3). Nelayan Pemilik

    Merupakan nelayan yang kurang mampu yang hanya

    mempunyai perahu kecil untuk dirinya sendiri dan alat

    penangkap yang sederhana, karena itu mereka disebut juga

    nelayan perorangan atau nelayan miskin. Mereka tidak memiliki

    tanah, sawah untuk diusahakan di musim hujan. Sebagian besar

    dari mereka tidak mempunyai modal kerja sendiri tetapi

    meminjam dari pelepas uang dengan perjanjian tertentu.

    Umumnya mereka nelayan baru yang memulai usahanya dari

    bawah, (Ichtiar, 1992:2353).

    Menurut Mubyarto (1994: 116-118) masyarakat nelayan

    paling sedikit memiliki lima karakteristik yang membedakan dengan

    petani pada umumnya. Kelima karakteristik itu adalah:

    1). Pendapatan nelayan bersifat harian dan jumlahnya sulit

    ditentukan. Selain itu pendapatannya juga sangat tergantung

    pada musim dan status nelayan itu sendiri, dalam arti ia sebagai

    juragan atau pandega.

    2). Dilihat dari pendidikannya, tingkat pendidikan nelayan maupun

    anak-anak nelayan pada umumnya rendah.

    3). Dihubungkan dengan sifat produk yang dihasilkan nelayan

    maka nelayan lebuh banyak berhubungan dengan ekonomi

  • xliv

    tukar-menukar, karena produk tersebut bukan merupakan

    makanan pokok.

    4). Bahwa dibidang perikanan membuktikan investasi yang cukup

    besar dan cenderung mengandung resiko yang lebih besar jika

    dibandingkan dengan sektor lainnya.

    5). Kehidupan nelayan yang miskin juga diliputi oleh kerentanan,

    misalnya ditunjukkan oleh terbatasnya anggota keluarga yang

    secara langsug dapat ikut dalam kegiatan produksi dan

    ketergantungan nelayan yang sangat besar pada satu mata

    pencaharian yaitu menangkap ikan.

    Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa nelayan adalah

    orang yang menggantungkan hidupnya pada sumber daya laut yaitu

    melalui kegiatan menangkap ikan. Rumah tangga nelayan pada

    umumnya memiliki persoalan yang kompleks dibandingkan dengan

    rumah tangga petani. Rumah tangga nelayan memiliki ciri-ciri

    khusus seperti penggunaan wilayah pesisir dan lautan sebagai faktor

    produksi, pendapatan sulit ditentukan karena tergantung pada

    musim dan status nelayan, pendidikan nelayan relatif rendah, dan

    nelayan membutuhkan investasi yang besar tanpa mengetahui hasil

    yang akan dicapai.

  • xlv

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Pendekatan Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan kualitatif

    yaitu pendekatan yang memandang obyek kajian terdiri dari unsur yang saling

    terkait dan mendeskripsikan fenomena yang andal (Arikunto, 1993:203).

    Sesuai dengan judul yaitu tentang model pengasuhan anak pada

    keluarga nelayan maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif

    karena permasalahan yang akan di bahas tidak berkenaan dengan angka-

    angka, tetapi mendeskripsikan, menguraikan dan menggambarkan tentang

    model pengasuhan dan peranan ibu dalam mengasuh anak pada keluarga

    nelayan. Selain itu peneliti juga menguraikan gambaran umum dari desa

    Wonokerto Wetan Kec. Wonokerto Kab. Pekalongan.

    Agar peneliti dapat mendeskripsikan secara jelas dan rinci serta dapat

    memperoleh data yang mendalam dari fokus penelitian ini, maka peneliti

    menggunakan metode kualitatif, menurut Bodgan dan Biklen dalam Moleong

    (2002: 4-8) bahwa penelitian kualitatif memiliki lima ciri yaitu:

    1. Dilaksanakan dengan latar alami, karena merupakan alat penting adalah

    adanya sumber data yang langsung dari peristiwa

    2. Bersifat deskriptif yaitu data yang dikumpulkan berbentuk kata-kata atau

    gambar daripada angka

    3. Lebih memperhatikan proses daripada hasil atau produk semata

  • xlvi

    4. Dalam menganalisis data cenderung cara induktif

    5. Lebih mementingkan tentang makna (esensial).

    B. Lokasi Penelitian

    Lokasi penelitian adalah obyek penelitian dimana kegiatan penelitian

    dilakukan. Penentuan lokasi penelitian dimaksudkan untuk mempermudah

    dan memperjelas obyek yang menjadi sasaran penelitian, sehingga

    permasalahan tidak terlalu luas. Yang dijadikan lokasi dalam penelitian ini

    adalah keluarga nelayan di desa Wonokerto Wetan Kec. Wonokerto

    Kabupaten Pekalongan.

    Alasan dipilihnya daerah ini adalah karena di Kab. Pekalongan hanya

    Kec. Wonokerto yang memiliki masyarakat nelayan yang luas, sedangkan

    peneliti mengambil desa Wonokerto Wetan didasarkan karena dari 11 desa

    yang ada di Kec Wonokerto hanya desa Wonokerto Wetan yang mayoritas

    penduduknya bekerja sebagai nelayan selain itu di desa ini juga mempunyai

    kepadatan penduduk tinggi namun tingkat pendidikannya masih tergolong

    rendah. Lokasi penelitian yang diambil peneliti di Desa Wonokerto Wetan

    mencakup Dusun Mbendo, Protelon dan Buntelan.

    C. Fokus Penelitian

    Fokus penelitian berisi pokok kajian yang menjadi pusat perhatian.

    Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitiannya, adalah: deskripsi

  • xlvii

    model pengasuhan anak pada keluarga nelayan dan peran ibu dalam

    mengasuh anak pada keluarga nelayan di Desa Wonokerto Wetan.

    D. Subjek Penelitian

    Pemilihan subjek penelitian didasarkan pada tujuan penelitian, dengan

    harapan untuk memperoleh informasi yang sebanyak-banyaknya, dengan

    demikian peneliti mengobservasi terlebih dahulu situasi sosial lokasi

    penelitian.

    Subjek penelitian dalam penelitian ini meliputi 9 keluarga nelayan, yang

    terdiri dari; tiga keluarga nelayan juragan, tiga keluarga nelayan pekerja, dan

    tiga nelayan pemilik (miskin).

    Selain sembilan subjek penelitian diatas, penulis juga membutuhkan

    informan pendukung untuk melengkapi informasi para subjek diatas,

    informan pendukung dalam penelitian ini antara lain adalah; kepala desa

    Wonokerto Wetan dan pengurus posyandu di desa Wonokerto Wetan.

    E. Metode Pengumpulan Data

    Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan

    analisis data dilakukan bersama dengan pengumpulan data, adapun metode

    yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:

    1. Metode Observasi

    Merupakan metode pengumpulan data esensial dalam penelitian terlebih

    menggunakan pendekatan kualitatif. Pengamatan atau observasi

  • xlviii

    dimanfaatkan sebesar-besarnya seperti yang dikemukakan oleh Guba dan

    Lincoln (1981: 191-193) bahwa:

    a. Teknik pengamatan didasarkan atas pengalaman secara langsung.

    b. Teknik pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati

    sendiri

    c. Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi

    proporsional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data

    d. Teknik pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami

    situasi-situasi yang rumit

    Untuk mengetahui gambaran awal tentang subyek penelitian, maka

    peneliti harus lebih dahulu mengadakan survey terhadap situasi dan

    kondisi sasaran penelitian. Dalam hal ini peneliti akan mengamati

    langsung tentang hal-hal yang berkaitan dengan fokus penelitian, misalnya

    melakukan pengamatan terhadap pola kehidupan nelayan, rutinitas ibu-ibu

    nelayan, dan kegiatan serta perilaku anak-anak dari keluarga nelayan.

    2. Metode Wawancara

    Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu

    dilakuakan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang

    mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang

    memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong,1998:135). Wawancara

    dilakukan melalui tanya jawab langsung kepada nara sumber yang dapat

    dipercaya kebenarannya.

  • xlix

    Pengambilan data dalam metode wawancara dilakukan secara langsung

    saat pengamatan, dengan menggunaklan pedoman wawancara yang telah

    dipersiapkan terlebih dahulu. Keuntungan menggunakan metode

    wawancara adalah :

    a. Wawancara dapat digunakan pada responden yang tidak bisa

    membaca dan menulis.

    b. Jika ada pertanyaan yang belum dipahami, pewawancara dapat segera

    menjelaskan.

    c. Wawancara dapat mengecek kebenaran dari jawaban responden

    dengan mengajukan pertanyaan pembanding atau dengan melihat

    wajah maupun gerak-gerik responden.

    Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk mengungkap bagaimana

    sebenarnya model pengasuhan anak dan peran ibu dalam mengasuh anak

    pada keluarga nelayan Desa Wonokerto Wetan. Untuk itu peneliti

    melakukan wawancara kepada 9 keluarga nelayan (dalam hal ini ibu-ibu)

    yang terdiri dari; tiga keluarga nelayan juragan, tiga keluarga nelayan

    pekerja, dan tiga nelayan pemilik (miskin).

    Adapun aspek yang ditanyakan dalam wawancara dalam penelitian ini

    meliputi; identitas responden, dan hal yang berkaitan dengan fokus

    penelitian (tentang bagaimana model pengasuhan anak dan peranan ibu

    dalam mengasuh anak dalam keluarga nelayan)

  • l

    3. Dokumentasi

    Metode dokumentasi merupakan suatu metode pengumpulan data yang

    dilakukan dengan cara mengadakan pencatatan atau pengutipan data dari

    dokumen yang ada dalam lokasi penelitian. Dokumen ini dimaksudkan

    untuk melengkapi data dari wawancara dan observasi. Dokumentasi dapat

    berupa surat-surat, gambar atau foto dan catatan lain yang berhubungan

    dengan penelitian.

    Dokumentasi dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh data tertulis

    dan nyata yang meliputi; gambaran umum desa Wonokerto Wetan yang

    dapat dilihat dari data Monografi desa, surat ijin penelitian, dan foto-foto

    yang berkaitan dengan penelitian.

    F. Keabsahan Data

    Menurut Lincoln dan Guba (dalam Moleong, 2000:173) ada empat

    kriteria yang digunakan dalam penelitian kualitatif untuk keabsahan data,

    yaitu:

    1. Derajat kepercayaan (Kredibility)

    2. Keteralihan (Transferability)

    3. Kebergantungan (Dependability)

    4. Kepastian (Confirmability)

  • li

    Kriteria keabsahan data diterapkan dalam rangka membuktikan

    temuan hasil penelitian dengan kenyataan yang diteliti di lapangan. Teknik-

    teknik yang digunakan untuk melacak atau membuktikan kebenaran atau

    taraf kepercayaan data melalui ketekunan pengamatan (persisten

    observation), triangulasi (triangulation), pengecekan dengan teman sejawat.

    Untuk membuktikan keabsahan data dalam penelitian ini, teknik yang

    digunakan hanya terbatas pada teknik pengamatan lapangan dan triangulasi.

    Dezim dalam Moleong (2000:278) membedakan 4 macam triangulasi,

    yaitu:

    1. Triangualasi sumber maksudnya membandingkan dan mengecek balik

    derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan

    alat yang berbeda dalam metode kualitatif

    2. Triangulasi metode maksudnya menurut Patton dalam Moleong

    (2000:178) terdapat dua strategi, yaitu:

    a. Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa

    teknik pengumpulan data

    b. Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan

    metode yang sama

    3. Triangulasi peneliti maksudnya memanfaatkan peneliti untuk keperluan

    pengecekan kembali derajat kepercayaan data

    4. Triangulasi teori maksudnya membandingkan teori yang ditemukan

    berdasarkan kajian lapangan dengan teori yang telah ditemukan para

    pakar.

  • lii

    Teknik triangulasi dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber,

    dengan pertimbangan bahwa untuk memperoleh informasi dari para

    informan perlu diadakan cross cek antara satu informan dengan informan

    yang lain sehingga dapat memperoleh informasi yang benar-benar valid.

    Informasi yang diperoleh diusahakan dari narasumber yang mengetahui

    akan permasalahan dalam penelitian ini. Informasi yang diberikan salah satu

    informan dalam menjawab pertanyaan peneliti, peneliti mengecek ulang

    dengan menanyakan ulang pertanyaan yang disampaikan oleh informan

    pertama keinforman lain. Apabila kedua jawaban yang diberikan itu sama

    maka jawaban itu dianggap sah, apabila jawaban itu saling berlawanan atau

    berbeda, maka langkah alternatif sebagai solusi yang tepat adalah dengan

    mencari jawaban atas pertanyaan itu kepada informan ketiga yang berfungsi

    sebagai pembanding diantara keduanya. Hal ini dilakukan untuk membahas

    setiap fokus penelitian yang ada sehingga keabsahan data tetap terjaga dan

    bisa dipertangungjawabkan.

    G. Analisis Data

    Bersamaan dengan proses pengumpulan data dilakukan juga analisis

    data. Alur analisis mengikuti pendapat Spradley dalam Sanapiah (1990:91-

    108) dengan mereduksi banyaknya data yang diperoleh, diklasifikasikan

    dalam domain untuk memperoleh gambaran yang bersifat umum dan relatif

    menyeluruh dari suatu fokus permasalahan yang diteliti.

  • liii

    Analisis data dilakukan bersamaan dalam proses pengamatan dan

    wawancara deskriptif, selanjutnya dilakukan analisis taksonomik yang

    berusaha merinci lebih lanjut, mengorganisasikan atau menghimpun

    elemen-elemen yang sama. Analisis taksonomik dilakukan bersamaan

    dengan pengamatan terfokus dan wawancara struktural. Dalam tahap ini

    terkait dengan fokus penelitian yaitu model pengasuhan anak pada

    keluarga nelayan dan peran ibu dalam mengasuh anak pada keluarga

    nelayan.

    Selanjutnya dilakukan analisis komponensial dengan

    mengorganisasikan kontras antar elemen dalam domain yang diperoleh dari

    pengamatan dan wawancara terseleksi dan kemudian lanjutkan dengan

    analisis tema untuk mendiskripsikan secara menyeluruh dan menampilkan

    makna dari yang menjadi fokus penelitian.

    Dari hasil studi tersebut dilakukan pembahasan dari analisis serta

    evaluasi sesuai dengan kriteria yang ada. Kemudian dilakukan penarikan

    kesimpulan dan analisis rekomendasi. Berangkat dari analisis rekomendasi

    ini kemudian diajukan beberapa rekomendasi yang dipandang penting dan

    bermanfaat bagi para ibu atau keluarga nelayan tentang model pengasuhan

    anak dan peranan ibu dalam mengasuh anak dalam keluarga nelayan.

  • liv

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Penelitian

    1. Gambaran Umum Desa Wonokerto Wetan

    Desa Wonokerto Wetan adalah salah satu desa yang berada

    didalam wilayah Kec. Wonokerto, Kabupaten Pekalongan yang memiliki

    luas wilayah 142,72 Ha. Daerah ini mempunyai luas wilayah yang paling

    sempit dibandingkan dengan desa-desa yang lain di Kec. Wonokerto,

    tetapi meskipun sempit tingkat kepadatan penduduk di Desa Wonokerto

    Wetan tergolong tinggi. Berdasarkan data monografi tahun 2005 penduduk

    Desa Wonokerto Wetan berjumlah 2993 jiwa. Mayoritas penduduknya

    bermata pencaharian sebagai nelayan, yaitu sekitar 87% sisanya memiliki

    pekerjaan yang beragam.

    Dalam mencari ikan, nelayan di Desa Wonokerto Wetan

    menggunakan tiga jenis kapal; yaitu kapal Gemplo, Santrang dan Arag.

    Kapal gemplo biasanya dimiliki oleh nelayan juragan yang berkapasitas 15

    orang dan melaut dalam waktu setengah hari, yaitu dari pukul 03.00 WIB

    sampai dengan pukul 15.00 WIB. Yang kedua adalah kapal santrang, kapal

    ini juga dimiliki oleh nelayan juragan yang berkapasitas untuk lima orang

    nelayan, dalam melaut membutuhkan waktu empat sampai dengan lima

    hari. Kapal yang ketiga adalah arag, biasanya dimiliki oleh perorangan dan

  • lv

    hanya berkapasitas untuk dua sampai tiga orang, dalam melaut biasanya

    membutuhkan waktu satu samapi dengan dua hari.

    Penghasilan nelayan Desa Wonokerto Wetan Kab.Pekalongan

    tidak menentu tergantung dari hasil tangkapan mereka. Nelayan yang ikut

    kapal juragan mengenal istilah bagi hasil dalam pengupahannya, mereka

    mengenal pola 4-6 dalam bagi hasil, yaitu 40% hasil penangkapan untuk

    juragan dan 60% untuk anak buah atau pekerja. Pola 4-6 ini tentunya

    berlaku setelah dipotong untuk perbekalan selama melaut.

    a. Tinjauan Geografis

    Desa Wonokerto Wetan merupakan salah satu dari 11 desa yang

    berada di wilayah Kec.Wonokerto, Kab. Pekalongan. Desa Wonokerto

    Wetan memiliki luas wilayah 142,72 Ha, dan termasuk desa yang

    beriklim panas karena terletak diwilayah pesisir pantai utara.

    Orbitasi wilayah Desa Wonokerto Wetan dengan daerah struktural

    diatasnya adalah sebagai berikut:

    Tabel 1 Jarak Pemerintahan Desa dengan Pemerintahan diatasnya

    No Orbitasi Keterangan

    1.

    2

    3.

    Jarak dari pusat pemerintahan Kecamatan

    Jarak dari Ibu kota Kabupaten

    Jarak dari Ibu kota Propinsi

    1,5 Km

    21 Km

    126 Km

    Sumber: Monografi Desa Wonokerto Wetan 2005

  • lvi

    Desa Wonokerto Wetan memiliki tiga dusun, yaitu:

    1). Dusun Bendo

    2). Dusun Protelon

    3). Dusun Buntelan

    Desa Wonokerto Wetan dibatasi oleh beberapa wilayah, adapun batas-

    batas Desa Wonokerto Wetan adalah sebagai berikut:

    1). Sebelah utara berbatasan dengan Desa Api-api

    2). Sebelah selatan berbetasan dengan Desa Bebel

    3). Sebelah barat berbatasan dengan Desa Wonokerto Kulon

    4). Sebelah timur berbatasan dengan Desa Sijambe

    b. Penduduk

    Jumlah penduduk Desa Wonokerto Wetan Kec. Wonokerto Kab.

    Pekalongan pada tahun 2005 adalah 2993 jiwa, dengan jumlah 768

    kepala keluarga (KK). Dari jumlah tersebut terbagi dalam 1490 jiwa

    berjenis kelamin laki-laki, dan 1503 jiwa berjenis kelamin perempuan.

    Tabel. 2 Jumlah Penduduk Desa Wonokerto Wetan

    No Jenis Kelamin Jumlah

    1.

    2

    Laki-laki

    Perempuan

    1490 jiwa 1503 jiwa

    Jumlah 2993 Jiwa

    Sumber: Monografi Desa Wonokerto Wetan 2005

    Untuk mengetahui gambaran penduduk lebih jelas, berikut tabel jumlah

    penduduk berdasarkan golongan usia dan jenis kelamin.

  • lvii

    Tabel. 3 Penggolongan Penduduk desa Wonokerto Wetan menurut Usia dan

    Jenis Kelamin

    Jenis Kelamin No

    Golongan Umur dalam tahun Laki-laki Perempuan

    Jumlah

    1.

    2.

    3. 4.

    5. 6. 7.

    8.

    9. 10.

    11.

    12.

    13.

    0 4 5 9

    10 14 15 19 20 24 25 29 30 -34 35 39 40 44 45 49 50 54 55 - 59

    60 +

    132 123

    163 172

    116 113 118 193 144

    84

    80 27

    23

    136 131

    136 133

    134 104 110 194 150 81

    80 26 30

    268 254 301 305 217

    228 387 294 194 165 150 53 53

    Jumlah 1490 1503 2993

    Sumber: Monografi Desa Wonokerto Wetan 2005

    c. Mata Pencaharian

    Mata pencaharian penduduk Desa Wonokerto wetan secara

    keseluruhan beragam, tetapi mayoritas penduduk di desa ini bekerja di

    sektor kelautan, yaitu nelayan. Untuk mendapatkan gambaran yang

    lebih jelas, berikut tabel mengenai keadaan penduduk di Desa

    Wonokerto Wetan menurut mata pencahariannya.

  • lviii

    Tabel. 4 Jumlah Penduduk Desa Wonokerto Wetan menurut Mata Pencaharian

    No Mata Pencaharian Jumlah

    1.

    2.

    3. 4.

    5. 6. 7.

    8.

    9. 10. 11.

    Petani Sendiri Buruh Tani

    Nelayan

    Pengusaha

    Buruh Industri Buruh Bangunan`

    Pedagang Pengangkutan

    PNS Pensiunan

    Lain-lain

    17

    3

    1024 15 4

    8 70 12

    15 4

    7

    Jumlah 1179

    Sumber: Monografi Desa Wonokerto Wetan 2005

    d. Pendidikan

    Berdasarkan data yang diperoleh dari monografi desa, penduduk

    desa wonokerto Wetan sebagian masih berpendidikan rendah, yaitu

    sampai jenjang sekolah dasar, sebagian lagi sudah ke jenjang SMP dan

    hanya sedikit saja yanng melanjutkan ke SMU serta Akademi maupun

    perguruan Tinggi.

    Untuk lebih jelasnya berikut adalah tabel penggolongan pendidikan

    penduduk Desa Wonokerto Wetan Kec. Wonokerto, Kab. Pekalongan.

  • lix

    Tabel. 5 Penggolongan Pendidikan Penduduk Desa Wonokerto Wetan

    No. Tingkat Pendidikan Jumlah

    1

    2

    3 4

    5

    Tidak Tamat SD Tamat SD

    Tamat SMP Tamat SMU

    Tamat Akademi/ PT

    772

    375 335 159 46

    Jumlah 1687

    Sumber: Monografi Desa Wonokerto Wetan 2005

    e. Agama

    Agama yang dianut oleh penduduk Desa Wonokerto Wetan Kec.

    Wonokerto Kab.Pekalongan hampir semuannya beragama Islam, hanya

    beberapa saja yang beragama non Islam. Adapun tempat peribadatan

    yang ada yaitu; dua buah Masjid, dan 6 buah Mushola. Berikut adalah

    tabel agama yang dianut penduduk Desa Wonokerto Wetan.

    Tabel. 6 Agama Penduduk Desa Wonokerto Wetan

    No Agama Jumlah Persen (%) 1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    Islam

    Katolik

    Kristen

    Hindu Budha

    2990 3 -

    -

    -

    99.9% 0.1% 0 %

    0 % 0 %

    Jumlah 2993 100%

    Sumber: Monografi Desa Wonokerto Wetan 2005

  • lx

    2. Gambaran Subjek Penelitian

    Subjek penelitian dalam penelitian ini terdiri dari dua kelompok yaitu,

    kelompok responden dan informan. Kelompok responden berasal dari 9

    keluarga nelayan, yang meliputi tiga keluarga nelayan juragan, tiga keluarga

    nelayan pekerja, dan tiga keluarga nelayan pemilik/ miskin. Informasi

    responden untuk memperoleh data yang berkaitan dengan model pengasuhan

    anak yang mereka terapkan serta untuk mengetahui bagaimana peranan ibu

    dalam mengasuh anak. Untuk lebih jelasnya, data responden seperti pada tabel

    dibawah ini.

    Tabel. 7

    Identitas Subjek Penelitian

    No Nama Umur Pend. terakhir Pekerjaan 1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    Titik

    Tarodiah

    Sumarni

    Karmini

    Tumpi

    Endang

    Watriah

    Rondiyah

    Tarmuni

    37

    43

    41

    34

    36

    39

    29

    33

    42

    SMP

    SD

    TT. SD

    SMU

    TT. SD

    SD

    SD

    SMP

    SD

    Pedagang

    Nelayan

    Buruh tani

    Pedagang

    Ibu RT

    Ibu RT

    Pedagang

    Nelayan

    Ibu RT

  • lxi

    Selain responden diatas, subyek penelitian dalam penelitian ini adalah

    informan, dimana informan ini sangat berguna untuk kepentingan triangulasi

    data, karena data yang diperoleh dari para responden perlu diadakan cross cek

    antara responden dan informan sehigga akan memperoleh data-data atau

    informasi yang benar-benar valid. Informasi digunakan untuk memperoleh

    data yang berkaitan dengan responden, dan bagaimana pandangan informan

    tentang model pengasuhan serta peranan ibu dalam mengasuh anak di

    keliuarga nelayan di Desa Wonokerto Wetan. Untuk lebih jelasnya data

    informan disajikan dalam tabel di bawah ini.

    Tabel. 8

    Identitas Informan

    No Nama Umur Pend. terakhir Pekerjaan 1

    2

    3

    Ali Bidin

    Komariyah

    Sugeng, S.Pd

    44

    43

    48

    STM

    SMU

    S 1

    Kepala Desa

    Pedagang

    Kepala Sekolah

  • lxii

    3. Kasus 9 keluarga nelayan di Desa Wonokerto Wetan

    a. Keluarga Nelayan Juragan

    Hasil Penelitian Variabel

    Sub Variabel dan Indikator Responden 1 (Bu Titik) Responden 4 (Bu Karmini) Responden 7 (Bu

    Watriah) Pola Asuh

    Demokratis Adanya dorongan orang tua untuk anak.

    Memberi pengertian dan perhataian kepada anak.

    Diskusi

    Sering memberikan dorongan kepada anak, misalnya berangkat sekolah dan belajar.

    Berusaha memberikan yang terbaik untuk anak, misal berkeinginan menyekolahkan anak setinggi mungkin.

    Bila ada keinginan atau pendapat dari anak yang diutarakan jika dirasa baik dan perlu akan memperhatikan,

    tetapi sebelumnya saya akan membicarakannya dengan suami saya.

    Komunikasi dalam keluarga cukup baik, contohnya mereka biasa berkumpul dan bercerita ketika melihat TV pada malam

    hari.

    Memberikan dorongan setiap saat demi kemajuan dan kebahagiaan anak, contoh mengantarkanan anak berangkat ke sekolah sampai kedepan rumah dan menyemangati untuk rajin belajar dan sungguh-sungguh di sekolah.

    Berusaha memberikan dan mencukupi permintaan dan kebutuhan anak, bila anak meraih prestasi tak jarang diberikan hadiah atau pujian. Bila ada keinginan atau pendapat orang tua akan membicarakan dulu untuk mendapatkan jalan keluar yang baik bagi semua.

    Hubungan komunikasi yang terjalin antara orang tua dengan anak baik, terbukti setiap sore mereka meluangkan waktu untuk

    bersama sekedar untuk berbagi

    Sering memberikan dorongan pada anak, bentuknya bisa dukungan untuk melakukan

    sesuatu atau

    menyemangati agar

    anak tidak putus asa, contoh

    mendukung keinginan anak

    untuk mengikuti

    kursus dan mendorong anak untuk belajar. Memberikan perhatian kepada anak, peka terhadap anak dan memberikan apa yang disukai anak.

    Jika anak

    berpendapat saya akan

    mempertimbangka

  • lxiii

    Otoriter Perlakuan orang tua

    yang membetasi anak

    Mendesak anak untuk mengikuti aturan

    tertentu.

    Berorientasi pada hukuman.

    Laissez Faire Orang tua memberikan kebebasan kepada

    anak.

    Saya sering membatasi anak, untuk sikecil saya berpesan

    agar tidak bermain terlalu jauh dan pulang jangan tertalu sore, untuk yang besar saya melarang dia pergi keluar pada malam hari.

    Tidak ada aturan-aturan khusus yang saya berlakuakan untuk anak, kalaupun ada itu sesuai dengan kebisaan.

    Jika anak melakukan

    kesalahan, tidak patuh, atau melanggar kebiasaan saya tidak menghukum anak paling hanya memarahi dan

    memberikan pengertian saja. Saya tidak pernah memberi hukuman fisik bahkan juga jarang mengeluarkan kata-kata kotor ketika memarahi anak.

    Ketika anak bermain atau keluar rumah saya kurang

    bergitu tahu tentang apa yang

    dikerjakannya karena saya

    cerita atau bertukar pikiran dengan anak.

    Terkadang saya membatasi anak dalam melakukan sesuatu,

    contohnya saya tidak mengizinkan anak untuk pergi

    bermain ke rumah temannya yang jauh.

    Di keluarga saya terdapat aturan-aturan tertentu yang saya

    berlakukan untuk anak, hanya saja tidak terlalu ketat, misalnya, tidak boleh melihat televisi atau bermain sebelum PR yang diberikan guru di sekolah selesai dikerjakan dan lain-lain. Bila anak melanggar aturan atau

    perintah sekiranya alasan anak

    masuk akal dan bisa ditoleransi maka saya idak akan menghukum tapi akan

    menasihati dan memberikan pengerian kepada anak serta diharapkan untuk tidak mengulanginya lagi.

    Saya memberikan kebebasan kepada anak untuk bermain dengan siapa saja asalkan anak tetap mengingga dan menjaga

    nnya bersama suami saya, kalau

    sekiranya baik keinginan anak

    tersebut akan

    dipenuhi.

    Komunikasi

    diantara anggota keluarga terjalin dengan baik, misalnya mereka

    sering berkumpul bersama untuk bercerita sambil nonton TV atau

    makan.

    Untuk melakukan

    sesuatu anak sering

    saya batasi,

    misalnya dalam pergaulan saya

    sedikit mengekang anak jika bermain keluar rumah.

    Saya menerapkan aturan-aturan

    tertentu berupa

  • lxiv

    Peranan Ibu dalam Mengasuh

    Anak

    Kesehatan Jasmani Kesehatan sewaktu

    anak masih dalam kandungan

    Kesehatan Usia Balita.

    Memperhatikan

    kesehatan usia anak

    dan remaja.

    sendiri sibuk sehingga saya tidak bisa memantau dan membimbing anak. Dalam bermain saya juga memberikan kebebasan kepada anak untuk

    bergaul dengan teman-temannya.

    Ketika saya hamil saya

    memperhatikan kondisi kesehatan janin, misalnya selama hamil saya makan,

    minum dan istirahat secara cukup, serta tidak melakukan aktivitas terlalu berat saya tidak lupa memeriksakan perkembangan bayi ke bidan desa dengan rutin sampai pada waktu melahirkan.

    Ketika anak saya balita saya selalu mambawa anak saya ke

    posyandu untuk ditimbang, diperiksa serta mendapatkan imunisasi.

    Saya mengajari anak untuk gosok gigi, mandi dan tdak jajan sembarangan.

    semua amanat yang saya berikan, sedikit banyak saya mengetahui kegiatan anak yang dilakukan diluar rumah.karena ia selalu bercerita.

    Waktu saya hamil betul-betul saya memperhatikan dan menjaga kesehatan janin yang saya kandung, jika saya merasa kurang sehat buru-buru saya memeriksakannya ke Puskesmas

    atau ke Dokter.

    Untuk mnjaga kesehatan balita saya denganrutin saya

    membewanya ke Posyandu untuk ditimbang, diperiksa diimunisasi dan mendapatkan informasi dari petugas posyandi mengenai kesehatan bayi dan balita. Pertama kali saya mengajarkan cuci tangan sebelum makan menggunakan sendok pada waktu makan, mengajarkan mandi dua kali sehari, selalu

    perintah atau

    larangan kepada anak, misalnya

    menerapkan jam belajar kepada anak dan menuntut anaknya sholat 5 waktu.

    Bila anak tidak patuh terhadap aturan atau

    perintah, yang saya

    lakukan biasanya menegur dan memberi pengertian kepada anak untuk tidak mengiulangi

    perbuatannya, tetapi saya tetap

    akan

    mendengarkan

    pendapat anak.

    Saya selalu menenyakan

    kepada anak kemana ia akan

    pergi bermain, dan

    dengan siapa

  • lxv

    Pemenuhan Gizi keluarga.

    Hidup bersih dan teratur.

    Kesehatan Rohani Perilaku Orang tua sejak bayi masih dalam kandungan.

    Saya selalu memperhatikan menu masakan walaupun

    sederhana menurut saya selama iani asya sudah memberikan gizi yang cukup untuk anak.

    Saya mengajarkan anak untuk mandi minimal 2 kali sehari, gosok gigi dan menjaga kebersihan serta mengajari menyapu lantai bila lantainya kotor, bila sudah waktunya makan atau mandi saya akan mengingatkan.

    Selama saya mengandung saya menjaga perilaku dalam kesehariannya, misalnya

    menghindari bertengkar dengan suami, menjaga perkataan dan melakukan sesuatu dengan baik. Saya juga berpesan kepada suami agar

    gosok gigi, keramas, memotong

    kuku dan mengajarkan cara membersihkan kamar setelah bangun pagi, menyapu lantai serta membuang sampah pada

    tempatnya.

    Saya menyiapkan hidangan untuk makan sebanyak 3 kali sehari, dan menunya pun saya perhatikan agar anak dan suami tidak bosan dan saya juga turut memperhatikan mulai dari bahanmakanan, resep untuk mengolah sampai gizi yang

    terkandng didalamnya. Saya membengunkan anak setiap subuh untuk sholat kemudian memintanya untuk menyapu

    lantai rumah beserta halaman, lalu mandi, sarapan dan bersiap-siap pergi ke sekolah. Pulang

    sekolah ganti pakaian , makan

    siang, sholat, kemudian tidur

    atau mengerjakan PR sebelu bermain. Selama saya mengandung saya dan suami berusaha menjaga perilaku atau ucapan. Misalnya

    saya dan suami saling menjaga emosi agar tidak terjadi pertengkaran. Saya melarang suami untuk bepergian jauh ketikan usia kandungan sudah 7

    karena anak akan

    bercerita ata berpamitan kepada saya.

    Ketika saya hamil

    dulu saya memperhatikan

    kondisi kandungan saya dengan cara memeriksakan

    kandungannya dari usia 2 bulan sampai ketika nanti mau

    melahirkan ke

    bidan desa dan pernah juga ke rumah sakit. Saya

    juga memperhatikan

    makanan

    danminuman yang sya konsumsi, tidak melakukan

    pekerjaan berat dan minum susu.

    Ketika anak saya

    masih balita saya

  • lxvi

    Perilaku Kanak-kanak

    Memonitor

    Pendidikan Agama

    Ekonomi Keluarga Keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran.

    Menentukan skala

    tidak ceroboh dalam melaut, tidak mmbu