POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN...

133
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA MISKIN SISWA SLB NEGERI SURAKARTA (Studi Deskriptif Penelitian Kualitatif tentang Pola Pengasuhan Anak Tunagrahita di Kalangan Keluarga Miskin Siswa SLB Negeri Surakarta) Oleh: Pradina Puspita Manasari D0306080 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Transcript of POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN...

Page 1: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI

KALANGAN KELUARGA MISKIN

SISWA SLB NEGERI SURAKARTA

(Studi Deskriptif Penelitian Kualitatif tentang Pola Pengasuhan Anak

Tunagrahita di Kalangan Keluarga Miskin Siswa SLB Negeri Surakarta)

Oleh:

Pradina Puspita Manasari

D0306080

JURUSAN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PERSETUJUAN

Disetujui untuk Dipertahankan di Hadapan Panitia Ujian Skripsi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Dosen Pembimbing Skripsi

Dra. Rahesli Humsona. M.Si NIP. 19641129 199203 2 002

Page 3: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PENGESAHAN

Skripsi ini telah diterima dan disahkan oleh Panitia Ujian Skripsi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Hari :

Tanggal :

Panitia Penguji

Disahkan Oleh :

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Dekan

Prof. Drs. Pawito, Ph. D NIP. 19540805 198503 1 00

Page 4: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

MOTTO

Buanglah kata-kata “nanti”dan “akan”, karena keduanya merupakan

penyakit yang berbahaya. Barang siapa yang mengenal hak waktu berarti dia telah

mengetahui harga kehidupan, karena waktu tiada lain adalah kehidupan (Imam

Al-Banna).

Pengetahuan diperoleh dengan membaca buku-buku, tetapi yang lebih

penting di pelajari adalah pengetahuan tentang dunia, yang hanya di peroleh

dengan mempelajari manusia dan segala sesuatu mereka (Lord Ches tofield).

Page 5: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

PERSEMBAHAN

· Untuk ibu ku tersayang, terima kasih atas semua jerih payah mu.

· Untuk ayah ku tersayang disurga, terima kasih atas pelajaran kehidupan

yang pernah kau berikan padaku sewaktu kecil.

· Untuk kakak, kakak iparku,dan semua keluarga ku yang telah mendukung

ku baik materi dan mental.

· Untuk Nur Mustofeq terima kasih atas semangat dan perhatian mu.

· Untuk teman-teman terbaikku.

Page 6: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang

berjudul “Pola Pengasuhan Anak Tunagrahita di Kalangan Keluarga Miskin

Siswa Sekolah Luar Biasa Negeri Surakarta”. Penulis menyadari bahwa tanpa

dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, maka penyusunan skripsi ini tidak

akan terselesaikan dengan baik. Dalam kesempatan ini pula, Penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Drs.Pawito.Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Dr. Bagus Haryono. M.Si selaku Ketua Jurusan Sosiologi Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Dra. Rahesli Humsona.M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

sabar memberikan arahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Bambang Santoso.M.Si selaku Pembimbing Akademik yang telah

memberikan pengarahan bagi Penulis selama belajar di Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Seluruh dosen pengajar yang telah begitu banyak membekali ilmu

pengetahuan kepada Penulis.

6. Seluruh staf dan karyawan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta atas segala bantuan dan pelayanan

akademik yang diberikan kepada Penulis.

Page 7: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

7. Keluargaku yang sangat mengasihiku, yang telah memberikan dukungan

secara materiil maupun immateriil sehingga Penulis dapat melangkah sampai

sejauh ini.

8. Ayahku yang selalu menjadi semangat dan inspirasiku.

9. Iin Suryaningsih yang selalu menjadi sahabat terbaik

10. Teman- teman Jurusan Sosiologi yang secara langsung atau tidak langsung

memberikan motivasi kepada Penulis.

11. Seluruh informan beserta semua pihak yang telah membantu dalam menyusun

skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas budi baik dan amal mereka yang tiada tara

dan anugerah yang berlipat ganda atas jasa yang tiada ternilai harganya. Dan

akhirnya Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para

Pembaca.

Surakarta, 14 Oktober 2011

Penulis

Page 8: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii HALAMAN MOTTO ........................................................................................ iv HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... v KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii ABSTRAK ........................................................................................................... x BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1 B. Rumusan Masalah ......................................................................... 6 C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 7 D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep yang Digunakan ........................................................... 8 2. Teori yang Digunakan .............................................................. 19 3. Hasil Penelitian Terdahulu ....................................................... 23 4. Kerangka Pemikiran ................................................................. 26 5. Definisi Konseptual .................................................................. 28

BAB III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian .......................................................................... 30

1. Jenis Penelitian ........................................................................ 30 2. Lokasi Penelitian ..................................................................... 30 3. Jenis Data ................................................................................. 31 4. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 31 5. Metode Pengambilan Sampel ................................................. 33 6. Teknik Analisis Data ............................................................... 33 7. Validitas Data .......................................................................... 35

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL A. Deskripsi Lokasi ............................................................................ 37 B. Profil Keluarga Informan .............................................................. 37

1. Keluarga Ibu Tutik .................................................................. 37 2. Keluarga Ibu Sri Pratiwi ......................................................... 39 3. Keluarga Ibu Prihatin .............................................................. 40 4. Keluarga Ibu Supiah ................................................................ 41 5. Keluarga Ibu Ayu .................................................................... 42 6. Keluarga Ibu Nurimah ............................................................ 44

Page 9: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

C. Keterbatasan Pada Anak ............................................................... 47 D. Pola Pengasuhan Anak .................................................................. 48

1. Pengajaran (Intruction) ............................................................ 48 2. Pengganjaran (rewarding) ....................................................... 84 3. Pembujukan (Incitng).............................................................. 96

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .............................................................................................. 105

1. Imlplikasi Empiris ............................................................................ 107 2. Implikasi Tori .................................................................................... 109 3. Implikasi Metodologis ...................................................................... 110

B. Saran ......................................................................................................... 112 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 113

LAMPIRAN .........................................................................................................

DOKUMENTASI ............................................................................................... 116

DAFTAR PERTANYAAN ................................................................................ 119

SURAT TUGAS PENELITIAN ........................................................................ 121

ix

Page 10: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

ABSTRAK

Pradina Puspita Manasari. D0306080. Maret 2009. Pola Pengasuhan Anak Tunagrahita Di Kalangan Keluarga Miskin di SLB.Negeri Surakarta. (Deskriptif Kualitatif Tentang Pola Pengasuhan Anak Tunagrahita Di Kalangan Keluarga Miskin Di Sekolah Luar Biasa Negeri Surakarta). Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pola pengasuhan orangtua kepada anak penyandang tunagrahita. Lokasi penelitian ini di Sekolah Luar Biasa Negeri Surakarta, karena di lokasi ini terdapat anak peyandang tunagrahita yang orangtuanya memiliki penghasilan rendah, sehingga memudahkan peneliti untuk mencari informasi yang dibutuhkan.

Teori yang digunakan Pola Pengasuhan, pada pola pengasuhan ini terdapat tiga bentuk pola pengasuhan yaitu pola pengajaran (instructing), pola pembujukan, dan pola penghargaan (rewarding).

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Untuk teknik pengambilan sampel di gunakan teknik purposive sampling. Teknik analisa data yang di gunakan yaitu model analisis interaktif yang menggunakan tiga komponen utama, yakni reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Untuk memperoleh data dengan tingkat validitas yang tinggi di gunakan metode triangulasi data dengan sumber. Secara ringkas hasil penelitian ini adalah bahwa pola pengasuhan dalam keluarga yang mempunyai anak penyandang tunagrahita belum sepenuhnya sesuai dengan apa yang diharapkan orangtua. Hal tersebut dikarenakan keadaan anak mereka yang mempunyai keterbatasan dalam daya berpikir, sehingga membuat orangtua tidak bisa terlalu memaksakan kehendak mereka. Tetapi hal tersebut juga tidak membuat para orangtua yang memiliki anak peyandang tunagrahita menjadi surut untuk membuat anak mereka menjadi lebih mandiri nantinya dengan pola pengasuhan yang dberikan oleh orangtua. Pola pengasuhan yang di lakukan dalam keluarga yang mempunyai anak peyandang tunagrahita adalah Pengajaran (instructing), Pengganjaran (rewarding), dan Pembujukan (inciting). Hal-hal yang diajarkan orangtua kepada anak peyandang tunagrahita menyangkut kehidupan sehari-hari, antara lain masalah (1) sopan santun, (2) kedisiplinan, (3) pekerjaan sehari-hari, (4) penanaman nilai-nilai keagamaan. Mengenai hukuman dan penghargaan setiap keluarga mempunyai cara tersendiri terhadap anak mereka.

Page 11: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

ABSTRACT Pradina Puspita Manasari. D0306080. March 2009. The Nurturance Pattern of Mental Retarded Children among Poor Families in SLB Negeri Surakarta. (A Descriptive Qualitative Study on the Nurturance Pattern of Mental Retarded Children among Poor Families in SLB Negeri Surakarta). Sociology Department, Social and Political Sciences Faculty, Surakarta Sebelas Maret University.

The objective of research is to find out how the parent’s nurturance pattern

is to mental retarded children. The research was conducted in Surakarta Public Extraordinary School, because in this location there were mental retarded children whose parents have lower income, so that it facilitated the author in looking for information needed.

The theory used was the social action one. The social definition paradigm has three explanatory theories: action, symbolic interaction, and phenomenology theories.

This study belongs to a descriptive qualitative research. Techniques of collecting data used were: in-depth interview, observation and documentation. The sampling technique used was purposive sampling one. Technique of analyzing data used was an interactive model of analysis using three main components: data reduction, data display and conclusion drawing. To obtain the data with high validity level, data source triangulation method was used.

Briefly, the result of research shows that the nurturance pattern within the family with mental retarded children has not been completely consistent with what the parents expect. It is because of their children’s condition that has limited thinking capability, so that the parents cannot force them to do their want. But, it does not make the mental retarded children’s parents subside in making their children more independent later with the nurturance pattern they give. The nurturance pattern done in the family with mental retarded children includes: instructing, rewarding, and inciting. The points the parents teach to their mental retarded children encompasses daily life, including the problems of (1) decorum, (2) discipline, (3) daily work, (4) religious value implantation. In the term of punishment and reward, every family has its own way to treat their children.

Page 12: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Anak merupakan karunia yang dibeikan oleh Tuhan bagi pasangan

yang sudah menikah,dan mempunyai anak yang sehat secara jasmani dan

tidak kekurangan satu apapun dalam diri anak tersebut merupakan harapan

bagi setiap orangtua.

Kesehatan anak harus dimotori penuh, baik asupan gizi maupun

kelengkapan vaksinasi, kecerdasannya baik secara kognitif (IQ) maupun

cerdas emosional (EQ) juga harus diperhatikan. Tiga tahun pertama dalam

kehidupan anak, merupakan masa paling rawan. Menurut Sarwono seperti

dikutip Esti Wijayanti Paramitha (2009) sebab perkembangan aktivitas anak

sangat besar, sementara perkembangan IQ dan EQ pun mulai tampak jelas.

Tetapi bagaimana bila mengalami hambatan dalam tumbuh kembang yang

tidak normal, atau mengalami hambatan dalam tumbuh kembangnya.

Kenyataan dalam kehidupan di masyarakat membuktikan bahwa anak-anak

yang berkelainan tidak selalu mempunyai perumusan kategori-kategori yang

tepat. Mereka dengan gangguan pendengaran, pengelihatan, mental dan sosial

perilaku yang dialami menyebabkan masing-masing memiliki perbedaan-

perbedaan individu yang memerlukan layanan kebutuhan khusus yang

berbeda dan spesifik pula. Menurut Secta Peamana (1999) kecerdasan IQ

menyumbang paling banyak 20% untuk sukses dalam hidup, sehingga 80%

Page 13: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

ditentukan oleh faktor lain. Prevelansi atau meratanya anak berkelainan di

Indonesia tidak ada data resmi yang dikeluarkan oleh lembaga yang

berwenang. Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah dari hasil sensus

kependudukan tahun 1989 mengumpulkan bahwa, jumlah anak yang

berkelainan dengan usia 7-12 tahun diketahui sebanyak 254.134 orang dan

yang mengalami tunagrahita sebanyak 40.441 orang.

Data statistik populasi anak berkelainan ini berbeda dengan data yang

dikeluarkan oleh Departemen Sosial. Dirjen Bina Rehabilitasi Sosial

Departemen Sosial mencatat, hingga tahun 1991 sebanyak 5.576.816 orang

(tidak menyebut usia), dan yang memiliki tunagrahita sebanyak 717.189

orang.

Tunagrahita atau retardasi mental adalah anak yang memiliki tingkat

kecerdasan rendah (dibawah normal), sehingga untuk melakukan tugasnya

memerlukan bantuan atau layanan khusus, termasuk kebutuhan program

pendidikan dan bimbingannya (Efendi, 2006:9). Berdasarkan kemampuan

yang dirujuk sebagai dasar pengembangan potensi, menurut Hallahan &

Kauffman, yang dikutip oleh Efendi (2006), anak tunagrahita dapat

diklasifikasikan menjadi : (a) Anak Tunagrahita yang memiliki kemampuan

untuk didik dan rentang IQ 50-75, (b). Anak Tunagrahita memiliki

kemampuan untuk dilatih dengan rentang IQ 25-50, (c). Anak Tunagrahita

memiliki kemampuan untuk dirawat dengan rentang IQ 25 kebawah.

Banyak istilah untuk menyebutkan anak luar biasa, istilah cacat terlalu

kasar, istilah baru yang lebih halus yaitu anak tuna, anak berkelainan, anak

Page 14: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

khusus, dan dalam Undang-Undang Pokok Pendidikan Nomor 12 Tahun 1954

di pakai istilah yang berkekurangan baik jasmani maupun rohani

(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1984:9).

Anak tunagrahita memang mempunyai keterbatasan, tetapi di sisi lain

anak tunagrahita mempunyai keahlian-keahlian yang dapat dikembangkan,

misalnya seorang anak tunagrahita hanya memiliki kecerdasan akademik

dengan persentase 10%, berarti dia memiliki porsi yang besar yaitu 90%

untuk kecerdasan atau keahlian lain. Kecerdasan atau keahlian lain menjadi

tanggung jawab orangtua dan guru untuk mengoptimalkan kemampuan atau

keahlian anak yang dimiliki, salah satu contoh kemampuan motorik yang

mendukung kondisi tunagrahita sering disalahpersepsikan, terutama pada

keluarga yang mempunyai anak tunagrahita, yakni berharap memasukan anak

tunagrahita ke dalam lembaga pendidikan seperti anak normal.

Menurut Kirk (1970), “Mental retarded is not disease but a

condition”. Kondisi tunagrahita tidak dapat disamakan dengan penyakit atau

berhubungan dengan penyakit, tetapi tunagrahita suatu kondisi sebagaimana

yang ada (Efendi, 2006:9). Oleh karena itu, anak tunagrahita memerlukan

bimbingan oranglain untuk perkembangan kemampuannya. Rendahnya

Intellegency Quotien (IQ) di tentukan banyak faktor, menurut Endang

Warsiki Ghosali (1983), sebab-sebab biometik dapat menyebabkan 25% dari

retardasi mental mempunyai IQ dibawah 50. Faktor penyebab

keterbelakangan mental, antara anak yang satu dengan yang lain berbeda.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1984:48), menyebutkan faktor

Page 15: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

yang menyebabkan anak terjadi terbelakangan mental ialah bermacam-

macam yaitu : faktor-faktor sebelum kelahiran (prenatal), factor-faktor pada

saat kelahiran (natal), dan faktor-faktor setelah kelahiran (post natal).

Saat prenatal dapat terjadi bila, waktu mengandung mengalami

kecelakaan atau benturan keras pada perutnya sehingga bayi dalam

kandungannya mengalami pendarahan. Infeksi ibu oleh kuman meningitis dan

toxoplasma, intoxikasi, gangguan metabolisame, bentuk kepala abnormal,

kelainan krosmosom, irradiasi pada kandungan, malnutrisi pada ibu. Natal

dapat terjadi bila, kelahiran dengan bantuan “Tang” (Tangverlosion),

kekurangan oksigen, anak lahir belum saatnya (premature), trauma kelahiran.

Postnatal dapat terjadi bila, karena luka atau infeksi encephalitis, penyakit,

faktor psykologis, malnutrisi bayi, trauma kapitis (Depatermen Pendidikan

dan Kebudayaan, 1984: 48-51).

Penyebab ketunagrahitaan pada seseorang, yaitu: dibawa sejak lahir

(faktor endogen), dan faktor penyakit dari luar seperti penyakit atau keadaan

lainnya (faktor eksogen) (Efendi, 2006:27). Muhammad Efendi

menambahkan, gangguan psikologis dan virus juga dapat menyebabkan

ketunagrahitaan, virus tersebut diantaranya, Rubella (campak jerman). Virus

ini sangat berbahaya dan berpengaruh sangat besar pada tri semester pertama

saat ibu mengandung, karena dapat memberikan munculnya ketrunagrahitaan

pada bayi yang dikandung. Bentuk gangguan psikologis lain adalah Reshus

Factor, Mongoloid (penampakan fisik mirip orang mongol) sebagai akibat

Page 16: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

gangguan genetik, dan Crenitisme atau knedit sebagai gangguan kelenjar

trioid.

Kelainan otak dapat menyebabkan seseorang menjadi tunagrahita

(Kirk & Johnson, 1951). Penekanan yang terjadi pada otak menyebabkan

ganguan motorik dan mental, sehingga dapat mempengaruhi kemempuan

anak tunagrahita. Rendahnya kapabilitas pada anak tunagrahita akan

berpengaruh pada kemampuannya dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial

dalam masyarakat. Memberikan kesempatan sama kepada anak berkebutuhan

khusus atau berkelainan, berarti memepersempit kesenjangan dengan anak

normal. Upaya untuk memberdayakan anak berkelainan melalui pendidikan

membutuhkan biaya yang tidak sedikit, karena setiap kelainan memerlukan

perangkat yang berbeda. Meskipun demikian, tanggung jawab ini tidak boleh

ditinggalkan sesuai dengan amanat hak atas pendidikan bagi peyandang

kelainan atau ketunaan. Dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang

Sistem Pendidikan Nasional Pasal 37 di sebutkan bahwa, “Pendidikan khusus

(pendidikan luar biasa) merupakan pendidikan bagi peserta didik yang

memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran, karena

kelainan fisik, mental, emosional dan sosial” (Efendi,2006:1).

Keterbatasan yang dimiliki oleh anak penyandang tunagrhita antara

satu dengan yang lainnya biasanya mempunyai keterbatasan yang sama,

antara lain adalah anak penyandang tunagrahita biasamya sulit mengucapkan

huruf atau artikulasi kurang jelas pada saat berbicara. Selain itu anak

penyandang tunagrahita juga memiliki emosional yang meluap-luap atau

Page 17: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

tidak stabil, sehingga membuat anak penyandang tunagrahita menjadi lebih

cepat emosi dibandingkan dengan anak yang normal. Sedangkan keterbatasan

penyandang anak tunagrahita yang terakhir adalah anak penyandang

tunagrahita biasanya mereka memiliki sifat pemalu kepada orang asing yang

baru diknal, atau sulit berinteraksi dengan orang asing yang baru dikenal.

Oleh karena dilihat dari keterbatasan yang dimiliki anak penyandang

tunagrahita dibutuhkan biaya yang tidak sedikit bagi setiap keluarga yang

mempunyai anak yang memerlukan penanganan khusus, maka bagi keluarga

yang sangat sedikit, maka keluarga tersebut harus berupaya keras untuk

memenuhi kebutuhan anak mereka yang memerlukan penanganan khusus.

Bukan hanya dari segi biaya yang bisa dikatakan harus ekstra, tetapi

juga dari segi perhatian yang bisa dikatakna ekstra. Karena setiap keluarga

yang mempunyai anak berkebutuhan khusus akan berupaya sangat keras

untuk mendidik anaknya agar dapat mandiri, dan sama dengan anak yang

normal lainnya. Diharapkan penelitian ini menjadi tambahan informas kepada

peneliti selanjutnya, jika penelitian yang diambil sama dengan hasil penelitian

ini.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja keterbatasan yang dimiliki anak tunagrahita dalam bersosialisasi

dengan anggota keluarga?

2. Bagaimana pola asuh keluarga inti yang memiliki anak tunagrahita di

kalangan keluarga miskin?

Page 18: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui keterbatasan apa saja yang dialami anak tunagrahita

dalam bersosialisasi dengan lingkungannya.

2. Untuk melihat pola pengasuhan keluarga agar anak tunagrahita mampu

mandiri.

D. MANFAAT PENELITIAN

Dengan berpijak latar belakang perumusan masalah serta tujuan, maka

dengan ini diharapkan dapat memperoleh manfaat sebagai berikut :

a. Manfaat praktis

1. Penelitian ini diharapkan dapat melengkapi penelitian tentang anak

tunagrahita dan masalah yang berkaitan tentang perkembangan anak

tunagrahita.

2. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

mengenai peran serta keluarga inti dalam bidang pendidikan di Kota

Surakarta.

b. Manfaat Teoritis

Untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi kajian tentang

sosiologi keluarga khususnya, dan sebagai titik tolak untuk melakukan

penelitian yang lebih mendalam.

Page 19: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Konsep yang Digunakan

a. Pola Pengasuhan

Pengasuhan juga mempunyai makna menjaga, dan mendidik

anak yang masih kecil (Poerwadarminta, 1984). Menurut Sunarti dkk

(1989) menyebutkan bahwa mengasuh itu meliputi menjaga serta

memberi bimbingan menuju pertumbuhan kearah kedewasaan dengan

memberikan pendidikan, makanan, dan sebagainya terhadap mereka

yang diasuh (Sunarti dkk, 1989:3).

Dari pengertian tentang Pola Pengasuhan Anak diatas, maka

dapat disimpulkan bahwa pola pengasuhan anak terdiri dari kewajiban

orangtua dan tujuan dari orangtua tersebut. Masing-masing orangtua

tentunya mempunyai cara yang berbeda dalam menerapkan pola

penagsuhan kepda anaknya, tetapi mereka mempunyai kesamaan

kewajiban dari orangtua, yaitu sama-sama wajib memberikan anak

makanan, pakaian sampai pendidikan yang layak. Tetapi yang berbeda

dari pola pengasuhan adalah bagaimana cara mengasuh anak agar

nantinya anak tersebut menjadi mandiri, selain mandiri juga bertujuan

agar anak tersebut dapat membanggakan orangtua, karena keberhasilan

pola pengasuhan yang di terapkan orangtua kepada anak, inilah tujuan

Page 20: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

dari pola pengasuhan orangtua kepada anak, walaupun cara mengasuh

yang berbeda, tetapi mempunyai tujuan yang sama kepada anak.

Pengasuhan anak (Child Rearing) adalah suatu bagian penting

dalam proses sosialisasi. Pengasuhan anak dalam suatu masyarakat

berarti suatu cara dalam mempersiapkan seseorang menjadi anggota

masyarakat. Artinya mempersiapkan orang itu untuk dapat bertingkah

laku sesuai dengan berpedoman pada kebudayaan yang didukungnya.

Dengan demikian pengasuhan anak yang merupakan bagian dari

sosialialisasi pada dasarnya berfungsi mempertahankan kebudayaan

dalam suatu masyarakat tertentu.

b. Anak

Pengertian anak menurut Hukum adalah seseorang dianggap

sebagai anak bilamana memenuhi persyaratan sebagaimana

dilandaskan oleh hukum, dalam hal kepentingan perlindungan anak,

maka berlaku UU No. 4 Tahun 1979, Pasal 1 Ayat 2 yaitu: Anak

adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum

pernah “kawin”, jadi dapat disimpulkan bahwa yang dapat dikatakan

anak adalah seseorang yang berusia 0-21 tahun.

Anak menurut Wikipedia adalah anak-anak (kata jamak anak-

anak) adalah seseorang lelaki atau perempuan yang belum dewasa

mengalami pubertas. Anak juga merupakan keturunan kedua, dimana

kata “anak” merujuk pada lawan dari orangtua, orang dewasa adalah

ana dari orang tua mereka, meskipun mereka telah dewasa.

Page 21: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Pada penelitian kali ini definisi anak yang dipakai untuk

penelitian ini adalah definisi anak menurut sekolah luar biasa

negeri Surakarta, anak didalam sekolah negeri luar biasa adalah

mereka yang sekolah pada kelas TK sampai sekolah dasar kelas

dua. Peneliti memakai definisi anak menurut sekolah untuk

melakukan penelitian, dan juga peneliti memakai definisi anak

menurut Wikipedia yang dimana anak dengan keadaan yang belum

memasuki masa puberitas.

Sumber : http://wikipedia.org./wiki/anak. pada tanggal 24

November2011, pukul 20:45 Wib

c. Tunagrahita

Ada beberapa definisi tentang anak tunagrahita dan bagaimana

cara mengetahui anak tersebut memiliki kekurangan anatara lain:

Menurut American on Mental Deficiency (AAMD)

American on Mental Deficiency (AAMD) dalam B3PTKSM. (p.20),

mendefinisikan retardasi mental atau tunagrahita sebagai kelainan

yang meliputi fungsi intelektual umum dibawah rata-rata (sub

avarange), yaitu IQ 84 ke bawah berdasarkan tes individual, yang

muncul sebelum usia 16 tahun, dan menunjukan hambatan dalam

perilaku adaptif.

1) Menurut Japan League for Mentally Retarded

Japan league for Mentally Retarded (1992: p.22) dalam B3PTKSM

(p.20-22), mendefinisikan retardasi mental atau tunagrahita adalah

Page 22: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

fungsi intelektualnya lamban, yaitu IQ 70 ke bawah beradasarkan

tes intelegensi baku, kekurangan dalam perilaku adaptif dan terjadi

pada masa perkembangan, yaitu antara masa konsepsi hingga 18

tahun.

Sumber : http://wikipedia.org./wiki/tunagrahita. pada tanggal 25

Maret 2011, pukul 21:00 Wib.

2) Menurut New Zealand Society for The Intellectually Handicapped

The New Zealand Society for The Intellectually Handicapped

menyatakan tentang tunagrahita adalah bahwa seseorang di katakan

tunagrahita apabila kecerdasannya jelas-jelas di bawah rata-rata

dalam berlangsung pada masa perkembangan serta terhambat

dalam adaptasi tingkah laku terhadap lingkuangan sosialnya.

Sumber : http://wikipedia.org./wiki/tunagrahita. pada tanggal 25

Maret 2011, pukul 21:00Wib

3) Menurut American Assosiation on Mental Retardation (AAMR)

Definisi tunagrahita yang di publikasikan oleh American on Mental

Retardation (AAMR). Diawal tahun 60an, tunagrahitaan merujuk

pada keterbatasan fungsi intelektual umum. Keterbatasan ini di

tunjukan dengan skor IQ dua standar deviasi di bawah rata-rata.

Definsi tunagrahita yang di publikasikan tahun 1992 oleh AAMR

merujuk pada keterbatasan fungsi intelektual umum dan

keterbatasan pada kemampuan adaptif. Keterampilan adaptif

mencankup area : komunikasi, merawat diri, home living,

Page 23: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

keterampilan sosial, bermasayarakat. Menurut definisi ini,

ketunagrahitaan muncul sebelum usia 18 tahun.

Sumber : http://wikipedia.org./wiki/tunagrahita. pada tanggal 25

Maret 2011, pukul 21:00Wib

4) Menurut WHO, seseorang tunagrahita harus mempunyai dua

komponen esensial, yaitu: a). Fungsi intelektual secara nyata di

bawah rata-rata, b). Adanya ketidakmampuan dalam menyesuaikan

diri dengan norma dan tuntutan yang berlaku dalam masyarakat.

Sumber : http://wikipedia.org./wiki/tunagrahita. pada tanggal 25

Maret 2011, pukul 21:00Wib

d. Penyebab Tunagrahita

Terdapat banyak faktor yang dapat menyebabkan seseorang

menjadi tunagrahita, para ahli dari berbagai ilmu berusaha membagi

factor-faktor penyebab ini diantaranya adalah sebagai berikut:

a). Faktor Keturunan

Adanya kelainan kromosom baim autosom (mempunyai

kromosom 3 ekor pada kromosom nomor 21, sehingga anak

mengalamai Langdon Syndrome dan pada trisomi kromosom

nomor 15 anak akan menderita Patau’s Syndrome dengan ciri-ciri

berkepala kecil, mata kecil, berkuping aneh, sumbing, dan kantung

empedu yang besar. Adanya kegagalan meiosis sehingga

menimbulkan duplikasi dan transkolasi). Maupun kelainan pada

gonosom (gonosom yang seharusnya XY, karena kegagalan

Page 24: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

menjadi XXY. Ciri yang menonjol adalah nampak laki-laki dan

tunagrahita, setelah mencapai masa puber tubuhnya menjadi

panjang, gayanya mirip wanita dan berpayudara besar).

b). Gangguan Metabolisme dan Gizi

Metabolisme dan gizi merupakan hal yang penting bagi

perkembangan individu, terutama perkembangan sel-sel otak.

Beberapa kelaianan yang di sebabkan oleh kegagalan metabolisme

dan kekurangan gizi diantaranya sebagai berikut: 1).

Phenylketonuria, salah satu akibat gangguan metabolism asam

amino juga kelainan gerakan enzim phenylalanine hydroxide,

gejala umum yang Nampak adalah tunagrahita, kekurangan

pigmen, microchephaly, serta kelainna tingkah laku. 2).

Cretinisme, disebabkan oleh keadaan hypohydrodism kronik yang

terjadi selama masa janin atau setelah melahirkan, berat ringan

kelainan pada tingkat kekurangan thyroxin. Gejala utama yang

tampak adalah adanya ketidakmampuan fisisk yang khas dan

ketunagrahitaan dan awal gejalanya yang kurangnya nafsu makan,

anak menjadi sangat pendiam, jarang tersenyum dan tidur lebih

awal.

c). Infeksi dan Keracunan

Adanya infeksi dan keracunan terjangkitya penyakit-

penyakit selama janin merasa berada dalam kandungan ibunya

yang menyebabkan anak lahir menjadi tunagrahita. 1). Rubella,

Page 25: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

penyakit ini menjangkit ibu pada dua belas minggu pertama

kehamilan. Selain tunagrahita, ketidak normalan yang disebabkan

penyakit ini adalah gangguan pendengaran, penyakit jantung

bawaan, berat badan rendah pada saat lahir dan lain-lain.

2).Syphilis bawaan, kondisi bayi yang terkena syphilis adalah

kesulitan pendengaran, hidunganya tampak seperti hidung kuda. 3).

Syndrome Gravidity Beracun, ketunagrahitaan yang timbul dari

syndrome gravidity beracun terjadi pada sebagian bayi yang lahir

premature, kerusakan janin yang disebabkan oleh zat beracun, dan

berkurangnya aliran darah pada rahim dan plasenta.

d). Trauma dan Zat Radioaktif

Trauma otak yang terjadi di kepala dapat menyebabkan

pendarahan Intracranial terjadinya kecacatan pada otak, ini

biasanya di sebabkan karena kelahiran yang sulit. Sehingga

memerlukan bantuan (tang), selain itu penyinaran atau radiasi sinar

X selama bayi dalam kandungan mengakibatkan cacat mental

microcephaly.

e). Masalah pada Kelahiran

Adanya kelahiran di sertai hypoxia (kejang dan napas

pendek), di pastikan bayi yang akan di lahirkan menderita

kerusakan otak.

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan, bahwa anak

tunagrahita adalah anak yang mempunyai daya pikir atau IQ yang

Page 26: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

rendah dibawah anak normal pada umumnya. Banyak faktor yang

menyebabkan anak menyandang tunagrahita, diantaranya faktor

intern (dalam kandungan orangtua), dan faktor eksteren

(lingkungan atau kejadian yang menyebabkna anak tersebut

menjadi tunagrahita).

e. Keluarga

Menurut Ahmadi (dalam Erfan, 2010) Keluarga merupkan

kelompok primer yang paling penting di dalam masyarakat, keluarga

merupakan sebuah grup yang terbentuk dari perhubungan laki-laki dan

wanita. Perhubungan mana sedikit banyak berlangsung lama untuk

menciptakan dan membesarkan anak-anak yang belum dewasa

Sedangkan Khairuddin (dalam Erfan, 2010) seperti yang dikutip

Hakim Nurrohman Erfan mendefinisikan keluarga sebagai suatu

kelompok dari orang-orang yang di satukan oleh ikatan perkawinan,

darah, atau adopsi, merupakan susunan rumah tangga sendiri,

berinteraksi satu sama lain yang menimbulkan peranan-peranan sosial

bagi suami-isteri, ayah dan ibu, putra dan putri, saudara laki-laki dan

saudara perempuan, dan merupakan pemeliharaan kebudayaan

bersama.

Menurut Khairuddin (1985) keluarga di bedakan menjadi dua,

yaitu keluarga inti dan keluarga luas. Keluarga inti di definisikan

sebagai kelompok yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak yang

belum dewasa atau belum kawin.

Page 27: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa, keluarga

inti adalah terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Disini juga dapat

ditambahkan masing-masing anggota keluarga inti mempunyai

peranan dan tugas yang berbeda-beda, dimana tugas dan peranan dari

masing-masing anggota keluarga tersebut tidak pernah dibuat secara

lisan dan juga tidak adanya paksaan dari anggota keluarga inti tersebut.

f. Kemiskinan

Mari’e Muhamad, mantan Menkeu RI, mendefinisikan

kemiskinan sebagai ketidakmampuan seseorang, suatu keluarga atau

kelompok masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, baik

pangan maupun non pangan, khususnya pendidikan dasar,

ketidakmampuan memenuhi dasar inilah yang biasanya di sebut

dengan kemiskinan absolut.

Kemiskinan juga diartikan sebagai ketidakberdayaan

sekelompok masyarakat di bawah situasi sistem pemerintahan, yang

menyebabkan mereka berada pada posisi yang sangat lemah dan

tereksploitasi. Hal ini lebih di kenal dengan kemiskinan sruktural.

Indikatornya, seseorang dikatakan miskin apabila tidak mampu

memenuhi standar minimum kebutuhan hidup secara layak. Dalam

bahasa lain, di sebut pula sebagai kemiskinan konsumsi.

Menurut Biro Pusat Statistik (BPS), misalnya untuk mengukur

kemiskinan menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan

dasar (basic needs approach).

Page 28: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Sementara itu masyarakat sipil, memandang kemiskinan

sebagai suatu kondisi dimana individu atau masyarakat mengalami

keterbatasan pilihan dan kemampuan (lack of choice and capability).

Dalam pandangan tersebut, kemiskinan di maknai sebagai sebuah

situasi hilangnya hak serta peluang individu atau sekelompok

masyarakat terhadap penguasaan, pengelolaan, dan pengontrolan atau

sumber daya yang di perlukan bagi terjaminnya kehidupan mereka.

Dengan kata lain, mereka merupakan individu atau sekelompok

masyarakat yang rentan akan faktor-faktor penentu hidupnya berada di

luar kontrol kendalinya.

Kemiskinan sebagai ketidakmampuan seseoramg, suatu

keluarga atau kelompok masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

dasarnya, baik secara pangan maupun non pangan, khususnya

pendidikan dasar, ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar inilah

yang biasanya di sebut dengan kemiskinan absolut.

Karekteristik kemiskinan menurut Sajogyo yang dikutip dari

(http://kemiskinan.com/1999/08/karakteristik) adalah garis kemiskinan

yang relevan untuk Negara berkembang seperti Indonesia adalah

langsung mereflesikan kebutuhan hidup terpenting dalam hal ini

kecukupan pangan. Kecukupan pangan ini pada gilirannya dapat

terwakili oleh beras. Dengan menggunakan ukuran penghasilan senilai

harga beras sekitar 2100 kalori. Logikanya sederhana, namun tuntas

masuk akal, porsi pengeluaran terbesar dan terpenting adalah kaum

Page 29: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

papa adalah pada makanan. Makanan pokok Indonesia adalah beras,

dan ada batas jumlah komsumsinya yang menjamin kesediaan jumlah

kalorinya untuk tetap bertahan hidup layak. Terakhir, terdapat

perbedaan harga antar daerah dan antar jenis beras di Indonesia. Hal

ini juga bisa menimbulkan perbedaan pada tingkat karakteristik

kemiskinan di Indonesia.

Dari pengertian kemiskinan diatas, maka dapat diambil

kesimpulan bahwa kemiskinan pada saat ini yang relevan dapat diukur

dari komsumsi beras perhari dan kebutuhan kalori yang dibutuhkan

setiap harinya, pada tiap keluarga dan tiap daerah memiliki perbedaan

kebutuhan asupan kalori yang dibutuhkan setiap hari. Karena pada tiap

keluarga juga berbeda-beda pengahasilan keluarganya, yang bisa

dikatakan keluarga itu miskin adalah keluarga itu mengkomsumsi

beras kurang dari 2100 kalori perhari, dan ini ada hubungannya dengan

tingkat pendapatan tiap harinya pada tiap keluarga, dan juga wilayah

jangkauannya untuk mendapatkan beras. Karena belum tentu keluarga

berpenghasilan cukup dapat memenuhi asupan kalori yang diperlukan

dengan mudah, yang dimaksud adalah bagaimana mendapatkan asupan

kalori yang cukup dengan harga beras pada tiap daerah yang tentunya

berbeda-beda, semakin jauh daerah itu dari lumbung padi, maka sudah

dapat dipastikan semakin susah keluarga tersebut mendapatkan beras

untuk memenuhi asupan kalori mereka.

Page 30: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Dari uraian tentang kemiskinan diatas, maka dapat disimpulkan

bahwa kemiskinan adalah keterbatasan yang di miliki seseorang dalam

memperoleh kebutuhan dasar manusia, seperti makanan, pakaian

sampai pendidikan. Pekerjaan seseorang juga sangat berpengaruh

dalam penghasilan, jika seseorang tidak dapat memenuhi kebutuhan

dasarnya tersebut, maka bisa dipastikan bahwa seseorang tersebut

mempunyai pekerjaan yang berpengahsilan rendah atau miskin.

Pada penelitian kali ini yang menjadi landasan kemiskinan

adalah tentang pendapatan setiap keluarga, dan pengajuan keterangan

tidak mampu membayar biaya sekolah yang diajukan oleh keluarga

kepada pihak sekolah. Dari pengajuan keterangan tidak mampu

tersebut sekolah meninjauk keadaan setiap keluarga yang mengajukan

surat keterangan tersebut, sekolah melihat keadaan rumah masing-

masing keluarga yang mengajukam surat keterangan tidak mampu

membayar biaya sekolah tersebut.

2. Teori yang Digunakan

Pada penelitian ini ada tujuan yang ingin dicapai agar anak

tunagrahita bisa bertumbuh kembang dengan baik, dan dapat terarah agar

bisa menemukan bakat dan keahlian yang terdapat dalam dirinya tersebut

dengan kata lain agar anak tunagrahita dapat hidup mandiri, walaupun

dalam keadaan ekonomi yang serba kekurangan di dalam keluarga.

Page 31: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Penelitian ini menggunakan antaralain: Pola Pengajaran, karena

pada pola pengasuhan ini keluarga sangat berperan penting untuk

mengajarkan semua hal yang ada dalam kehidupan sehari-hari, agar anak

tersebut diharapkan nantinya dapat hidup dengan mandiri dan tumbuh

kembang lebih baik.

Pola Pengganjaran, pada pola ini terdapat dua jenis yaitu hukuman

dan penghargaan (rewarding). Tetapi pada penelitian ini alat yang dipakai

hanya penghargaan saja (rewarding), karena dengan ini adalah cara yang

efektif untuk mengapresiasikan atau menghargai usaha anak tunagrahita

terhadap apa yang telah diajarkan sebelumnya, dan juga penghargaan ini

sebagai acuan anak tunagrahita agar mau terus melakukan apa yang

diajarkan dan diminta oleh keluarganya.

Cara kedua yang dipakai adalah Pola Pembujukkan, pada pola ini

bisa dikatakan adalah bagian awal dari keseluruhan pola pengasuhan yang

ada. Karena pada pola pembujukan menggunakan kata-kata yang menarik

hati, agar anak mamu mendengar lalu melakukan apa yang diajarkan dan

apa yang disuruh oleh keluarga.

Sedangkan dari beberapa pengertian tentang batas asuh, yang patut

dicatat adalah apa yang diuraikan oleh Whitung dan Child (1996) yang

harus diperhatikan, (1) orang yang mengasuh, (2) cara penerapan larangan

atau keharusan yang dipergunakan. Penerapan larangan atau keharusan

yang dipergunakan. Penerapan larangan maupun pola pengasuhan anak

beraneka ragam. Tetapi pada prinsipnya cara pengasuhan anak ini setidak-

Page 32: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

tidaknya mengandung sifat (1) Pengajaran (Instructing); (2) Pengganjaran

(Rewarding); (3) Pembujukan (Inciting) (Sunarti dkk, 1998;1-3).

a. Pola Pengajaran (Instructing)

Poerwadarminta dalam Kamus Umum Besar Bahasa Indonesia,

menjelaskan pengajaran berasal dari kata “ajar” yang berarti “barang

apa yang dikatakan orang supaya diketahui (dituruti,dsb)”. Sedangkan

“Pengajaran” menpunyai arti “cara sesuatu mengenai mengajar”

(Poerwadarminta, 1984:22).

Pengajaran disini diartikan sebagai bagaimana

mensosialisasikan nilai-nilai, norma larangan, keharusan yang ditaati

dan diketahui anak, dan juga pendidikan (moral maupun intelektual,

penerapan disiplin, dll.

Jadi pada intinya Pola Pengajaran (Instructing) adalah pola

pengasuhan yang tepat untuk diterapkan di dalam keluarga yang

mempunyai anak penderita tunagrahita. Pada pola pengasuhan ini

keluarga sangat berperan penting, karena mengajarkan semua hal-hal

yang ada dalam kehidupan sehari-hari kepada anak tunagrahita.

Dengan tujuan agar anak tersebut dapat melakukan kegiatan sehari-

hari dengan mandiri.

b. Pola Pengganjaran

Menurut Hurlock (1999:86-90) pengganjaran dalam pola

pengasuhan di bedakan menjadi 2 jenis, yaitu hukuman dan

penghargaan.

Page 33: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

1) Hukuman

Hukuman berasal dari kata latin “purnire” yang berarti

menjatuhkan hukuman pada seseorang karena sesuatu kesalahan,

perlawanan atau perlanggaran sebagai ganjaran atau pembalasan.

2) Penghargaan (Rewarding)

Istilah penghargaan berarti setiap bentuk penghargaan untuk

setiap hasil yang baik, penghargaan tidak harus dalam bentuk

materi. Tetapi dapat berupa kata-kata pujian, senyuman atau

tepukan di pinggul.

Pada pola ini dibedakan menjadi 2 jenis yaitu hukuman dan

penghargaan, tetapi sebaliknya yang dipakai oleh keluarga untuk

mengasuh anak tunagrahita hanya penghargaan saja, karena

penghargaan merupakan cara yang efektif untuk anak tunagrahita

mengerti apa yang diajarkan kepada mereka. Sehingga mereka bisa

menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, karena adanya

penghargaan yang di berikan kepada mereka jika mereka bisa

melakukan apa yang dimaksud oleh anggota keluarga tersebut,

walaupun penghargaan tersebut tidak selalu berbetuk dengan

materi tetapi hanya dengan kata-kata pujian saja anak akan merasa

lebih dihargai usaha mereka. Tetapi jika menggunakan hukuman,

akan di takutkan anak tunagrahita akan trauma dan selalu

mengingat hukuman yang diberikan kepadanya dan cenderung

akan menjadi lebih agresif dari sebelumnya dan bahkan akan

Page 34: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

dikhawatirkan anak tersebut akan membangkang dan tidak

menuruti perintah apapun yang diberikan.

3) Pembujukan (Inciting)

Menurut Poerwadarminta (1984), Pembujukan berasal dari

kata “bujuk” yang artinya kata-kata manis untuk memikat hati.

Sedangkan “membujuk” artinya mengenakan kata-kata manis

dengan maksud hendak memikat hati, dan “pembujukan” adalah

hal atau perbuatan membujuk (Poerwadarminta, 1984:159).

Pada pola pengasuhan dengan pembujukan di masksudkan

agar anak berminat untuk mendengar dan melakukan hal-hal yang

diinginkan keluarga, bahkan pengasuhan berawal dari pembujukan

agar anak tertarik untuk melakukan perintah yang diperintahkan

oleh orangtua atau keluarga.

3. Hasil Penelitian Terdahulu

a. Pola Pengasuhan Keluarga Afrika Tinggal di Amerika pada tahun

2010.

Menurut Brown yang menulis tentang artikel ini mempunyai

definisi tentang mengasuh atau membesarkan anak pada hakekatnya

adalah bagian dari komunitas, hal ini tidak hanya sekedar mengambil

pengasuh dari desa atau mengambil seseorang dari desa sebagai

pengasuh, tetapi pengasuhan anak lebih dianjurkan apabila melibatkan

lembaga seperti sekolah.

Page 35: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Beberapa penelitian telah memeriksa para orangtua immigrant

dan juga pengasuh anak-anak beserta pengalaman yang berasal dari

asal Negara mereka termasuk Maja Dekovic, Tree Pels dan Suzzane

Models (2006), pengasuhan di 6 keluarga etnis : pengalaman antar

budaya warga Belanda dan Jhon Arthur (2008), penyebaran warga

Afrika di Amerika Serikat adalah pengalaman orang Ghana. Meskipun

Dekovic (2006) melakukan atau mempraktekan studi mereka di

Belanda dengan peserta persilangan kelompok adat. Studi Arthur

(2008) tidak hanya mengakui konflik-konflik antar generasi yang

terjadi diantara keluarga orang-orang Ghana dalam persebaran warga

Afrika, tetapi meneliti bagaimana anak-anak tersebut menghadapi

dengan harapan-harapan dari perbedaan budaya yang berbeda-beda

yang harus dijalani dalam pekerjaan sehari-hari. Dalam studi ini,

Arthur menyimpulkan bahwa para orangtua imigran yang berasal dari

Afrika, membesarkan anak-anak mereka tidak hanya dihadapkan

dengan dua kebudayaan yang dominan nilai-nilai budayanya. Tetapi di

antara beberapa nilai-nilai budaya yang saling bertentangan antara

orang-irang mayoritas kulit putih dan kaum minoritas kulit hitam dan

persaingan budaya orang Afrika.

b. Peran Orangtua dalam Penyesuaian Diri Anak Tunagrahita.

Dalam tulisannya ini Ria Ulfatusholiat (2009) menjelaskan

tentang peran orangtua tidak terlepas dari pola asuh keluarga, dan

dukungan orangtua dalam setiap perkembangan anak. Peran orangtua

Page 36: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

adalah memberikan dasar pendidikan agama, menciptakan suasana

rumah yang hangat dan menyenangkan, serta memberikan pemahaman

akan norma baik dan buruk yang ada dalam masyarakat.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bentuk penyesuaian diri

anak tunagrahita adalah adanya keinginan dari anak tunagrahita untuk

dapat hidup mandiri. Selain itu adalah adanya keinginan untuk sama

dengan orang yang normal, diwujudkan oleh anak tunagrahita yang

selalu memposisikan dirinya sebagai anak yang normal. Hal ini sesuai

dengan budaya lingkungan dapat mempengaruhi perkembangan

intelektual manusia.

Dari hasil penelitian juga diketahui faktor penyebab mengapa

subjek melakukan penyesuaian diri. Faktor penyebab lain adalah

karena subjek memiliki citra melakukan penyesuaian diri. Faktor

penyebab adalah karena subjek memiliki citra diri yang positif,

memandang dirinya sama dengan orang lain dan dapat melakukan apa

saja yang orang lain lakukan. Oleh karena itu salah satu bentuk

penyesuaian diri subjek adalah mampu berinteraksi dengan lingkungan

sekitar. Faktor penyebab lainnya adalah kemampuan mengontrol emosi

dan percaya diri. Subjek dapat melakukan itu semua, karena subjek

mampu mengekspresikan kenyataan dengan tidak pernah mengeluh

keadaanya dan tidak memiliki rasa malu saat bergabung dengan

lingkungan.

Page 37: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Dari hasil jurnal penelitian tersebut dapat disimpulkan beberapa

kesamaan tentang pola pengasuhan anak, yaitu pola pengasuhan anak

sangat berkaitan dengan kebudayaan yang ada di lingkungan sekitar

tempat tinggal. Kebudayaan sangat berperan penting dalam mendidik

anak, karena kebudayaan sangat berpengaruh dengan pola tingkah

anak pada umumnya. Pola pengasuhan yang diterapkan oleh suatu

keluarga biasanya berasal dari keluarga mereka sendiri, dan dapat

disebut dengan pola pengasuhan yang turun menurun dalam keluarga.

Didalam keluarga biasanya mempunyai cara-cara tersendiri

untuk mendidik dan mengasuh anak, hal inilah yang menyebabkan

perbedaan pola pengasuhan anak antar keluarga. Perbedaan pola

pengasuhan anak terjadi karena masalah keluarga yang dihadapi,

terjadinya perkawinan yang berbeda budaya. Masalah keluarga yang

dihadapi mempunyai anak autis atau anak yang cacat secara mental

apapun itu, sangat mempengaruhi tekanan psikis dari orangtua dan

pada akhirnya akan berpengaruh pada pola pengasuhan anak tersebut.

4. Kerangka Pemikiran

Setiap keluarga menginginkan mempunyai anak yang sempurna,

tidak mempunyai kelainan satu apapun mulai dari fisik sampai mental.

Karena dari kelainan itu dapat mempengaruhi pola pengasuhan keluarga

pada anak yang berkebutuhan khusus, yang dalam penelitian ini telah

memfokuskan para tunagrahita. Mereka mengalami gangguan

perkembangan dibidang interakski sosial, komunikasi, dan perilaku,

Page 38: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

sehingga membutuhkan perhatian dan kasih sayang yang sangat berlebihan

atau ekstra dari seluruh anggota keluarga untuk meminimalisir kekurangan

yang telah dimiliki.

Segala sesuatu yang telah melakukan peranannya dengan baik

mereka mendapati suatu dorongan tertentu, yang berasal dari luar dirinya

dan kemudian mampu melakukan hal yang menjadi tanggung jawabnya

hingga suatu tujuan yang diharapkan.

Diawali dengan adanya fenomena pada saat ini kasus keluarga

miskin, tetapi mempunyai anak tunagrahita dimana kuantitasnya terus

meningkat dari tahun ke tahun pada keluarga miskin, mereka sangat

menyadari bagaimana cara bisa memajukan anak mereka yang mempunyai

kelainan, hingga bisa mandiri sendiri di lingkungan keluarga, sekolah, dan

tempat tinggal. Sedangkan dari mereka sendiri mempunyai keterbatasan

dalam bidang ekonomi, sehingga kondisi tersebut menjadi tantangan yang

besar bagi keluarga mereka sendiri, untuk membiayai anak tunagrahita

yang mana memerlukan biaya yang bisa dikatakan banyak, agar anak

tersebut dapat sembuh dan dapat menjalankan aktivitas secara normal

seperti kebanyakan orang lain.

Untuk pencapaian bagi anak tunagrahita menjadi mandiri,

pengoptimalan kemampuan akademik, serta dapat menyesuaikan diri dan

bersosialisasi dengan masyarakat, maka juga dibutuhkan kerjasama

dengan lingkungan sekitar. Agar lebih jelas mengenai penjelasan tersebut

dilihat dalam bagan berikut :

Page 39: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

5. Definisi Konseptual

Definisi konseptual adalah definisi yang dipakai untuk variabel-

variabel yang dipilih untuk diteliti. Pada penelitian ini variabelnya adalah

sebagai berikut:

a. Pola Pengasuhan adalah berbagai upaya yang diberikan orangtua

kepada anak, agar anak dapat tumbuh kembang dengan wajar dan baik

secara rohani, jasmani, maupun sosial.

b. Keluarga Inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-

anak untuk tinggal pada satu rumah, yang dimana anak langsung

diasuh oleh kedua orangtua tanpa bantuan oranglain.

Keluarga inti yang mengasuh

Pola pengajaran (Instructing),pola pengganjaran (Rewarding), dan pola

pembujukan (Inciting)

Anak Tunagrahita

Agar anak tunagrahita dapat hidup dengan mandiri.

Page 40: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

c. Tunagrahita adalah bahwa seseorang dikatakan tunagrahita apabila

kecerdasannya jelas-jelas di bawah rata-rata dan berlangsung pada

masa perkembangan, serta terhambat dalam adaptasi tingkah laku

terhadap lingkungan sosial.

Page 41: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Berdasarkan masalah yang diajukan, maka dalam penelitian ini

adalah deskriptif kualitatif, yang menggambarkan situasi sebenarnya yang

terdapat di lapangan dengan menghasilkan data deskriptif yang berupa

kata-kata, kalimat atau gambar yang memiliki arti (Sutopo, 2002:35).

Sehingga peneliti bisa memahami dan mengerti maksud yang disampaikan

oleh informan.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil sampel keluarga yang mempunyai anak

tunagrahita dan dari kalangan kelurga yang miskin, yang bersekolah di

SLB.N Surakarta, yang memungkinkan penelitian ini terlaksana, yakni

menyangkut:

a. Ijin penelitian yang diterima oleh keluarga yang bersangkutan, untuk

selanjutnya dilakukan pendekatan kepada tiap keluarga yang

mempunyai anak penyandang tunagrahita, dan akhirnya mendapat

kesediaan dari orangtua.

b. Lokasi yang mudah dijangkau dan strategis, dapat dilihat dari asal

daerah informan yaitu daerah Sambi (Boyolali).

Page 42: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

c. Sarana, yang menyangkut tenaga, biaya yang cukup memadai.

Penelitian juga di laksanakan di masing-masing tempat tinggal anak-

anak tunagrahita yang dijadikan sampel, yang bertempat tinggal di

Kota Surakarta, sehingga memudahkan dalam hal biaya, waktu dan

biaya.

3. Jenis Data

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan

tindakan, dan selebihnya adalah data tambahan dokumen dan yang lainnya

(Moleong, 2002:112-113).

Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Data Primer

Data Primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari

informan yang diperoleh melalui wawancara, informan dalam

penelitian ini adalah para pengajar di sekolah, orangtua wali murid dan

lainnya yang ada kaitannya dengan tujuan penelitian.

b. Data Skunder

Data Skunder yang diperoleh bukan secara langsung dari

sumbernya, dalam penelitian ini data dan dokumentasi yang berkaitan

dengan penelitian dari lembaga yang terkait, surat kabar, buku-buku

dan hasil penelitian yang sejenis.

4. Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini, teknik pengumpulan data tersebut adalah:

Page 43: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

a. Interview (wawancara) secara mendalam.

Menurut J. Moleong, wawancara adalah percakapan dengan

maksud tertentu, dilaksanakan oleh dua pihak, yaitu wawancara yang

mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan

jawaban-jawaban atas pertanyaan tersebut. (Lexy J. moeleong,

1990:135). Wawancara dilakukan dengan pertanyaan yang bersifat

“open-ended”, dan mengarah pada kedalaman informasi, serta

dilakukan dengan cara yang tidak secara formal terstruktur, oleh

karena itu didalam hal ini subjek yang diteliti posisinya lebih berperan

sebagai informan daripada responden.

Pada wawancara ini terkait dengan pola pengasuhan yang

dilakukan oleh para orangtua yang memiliki anak penyandang

tunagrahita, selain itu juga menanyakan tentang pendapatan atau

penghasilan sehari-hari yang diperoleh keluarga.

b. Observasi Pasif.

Observasi adalah suatu teknik pengumpulan data yang

dilakukan secara sistematis dan sengaja melakukan pengamatan dan

pencatatan terhadap gejala yang diamati, dalam penelitian ini peneliti

terjun langsung ke lapangan tetapi tidak secara langsung dalam

kegiatan yang di lakukan oleh objek penelitian, namun hanya sebatas

sebagai seorang pengamat. Dimana peneliti juga ingin mengetahui

tentang bentuk-bentuk perilaku tunagrahita sebagai perwujudan bahasa

emosinya.

Page 44: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Observasi juga dilakukan untuk mengetahui kondisi ekonomi

informan yang sebenarnya, peneliti melakukan observasi dengan cara

datang ke rumah para informan agar dapat mengetahui keadaan

sebenarnya informan.

5. Metode Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang akan

digunakan adalah teknik purposive sampling, yaitu peneliti memilih

informan yang dianggap mengetahui informasi dan permasalahannya,

secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang

akurat. Dengan mempertimbangkan keterbatasan yang ada pada peneliti

dan mengingat kondisi objek yang diteliti, maka peneliti mengambil

sampel sebanyak enam keluarga miskin yang mempunyai anak

tunagrahita, dengan pertimbangan karena mampu dan sanggup

memberikan informasi yang di harapkan kebenarannya dan akurat yang

peneliti butuhkan.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mengatur urutan data,

mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian

dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis

kerja seperti disampaikan oleh (Moeleong, 2002:103). Analisa data yang

digunakan adalah analisa model interaktif, yaitu reduksi data, penyajian

data dan penarikan kesimpulan. Ketiga hal tersebut adalah:

Page 45: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

a. Reduksi Data

Merupakan proses seleksi, pemfokusan penyerdehanaan dan

abstraksi data (kasar) yang ada pada penelitian. Hal ini dimulai dari

sebelum pengumpulan pelaksanaan penelitian pada saat pengumpulan

data berlangsung. Reduksi data berupa singkatan, memusatkan tema

dan membuat batas-batas permasalahan.

b. Penyajian Data

Penyajian data adalah suatu oerganisasi informasi yang

memungkinkan kesimpulan penelitian dilakukan, dengan melihat suatu

penyajian data, penyaji akan mengerti apa yang akan terjadi dan

memungkinkan untuk mengerjakan suatu analisa atau suatu tindakan

lain berdasarkan tindakan tersebut. Susunan penyajian data yang baik

dan jelas sistematikanya akan banyak menolong peneliti sendiri.

c. Penarikan Kesimpulan

Penarikan Kesimpulan yaitu menarik kesimpulan dari hasil

penelitian, yang sama kesimpulan masih bersifat sementara sampai

penelitian berakhir baru dapat diberi kesimpulan yang sesungguhnya.

Jika laporan penelitian mengalami kesulitan, maka diadakan proses

pengumpulan data lagi dari awal sehingga dapat diperoleh data yang

diingkan.

Page 46: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Hal ini dapat dilihat dengan skema gambar dibawah ini:

Gambar 1.1:Teknik Analisa Data (HB.Sutopo, 1002:96)

7. Validitas Data

Trianggulasi merupakan teknik yang didasari pada pikir

fenomenologi yang bersifat multiprespektif, artinya dalam menarik

kesimpulan tidak hanya diperlukan satu sudut pandang, Patton dan

Meleong menyatakan ada empat macam teknik trianggulasi, yakni

trianggulasi sumber, trianggulasi peneliti, trianggulasi metodelogis, dan

trianggulasi teoritis. Sehubungan dengan tema penelitian yang diambil

maka peneliti menggunakan trianggulasi sumber dan trianggulasi metode.

Trianggulasi sumber dilakukan dengan membandingkan dan

mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh

melalui waktu dan alat yang berbeda. Hal ini dapat diacai dengan jalan: (1)

Pengumpulan Data

Reduksi Data

Penarikan Kesimpulan

Sajian Data

Page 47: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, (2)

Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa

yang dikatakan secara pribadi, (3) membandingkan apa yang dikatakannya

sepanjang waktu, (4) membandingkan keadaan dan prospektif seseorang

dengan berbagai pendapat dan pandangan orang, (5) membandingkan hasil

wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

Dalam hal ini jangan sampai banyak mengharapkan bahwa hasil

perbandingan tersebut merupakan kesamaan pandangan, pendapat, atau

pemikiran. Terpenting disini adalah bisa mengetahui adanya alasan-alasan

terjadinya perbedaan sumber data dengan metode yang sama.

Pada Trianggulasi dengan metodelogis menurut Patton (1987:329),

terdapat dua strategi, yaitu: (1) Pengecekan derajat kepercayaan hasil

penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan; (2) Pengecekan derajat

kepercayaan beberapa sumberdata dengan metode yang sama.

Menurut Patton, trianggulasi metode terdapat 2 strategi, yaitu (1)

Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa

teknik pengumpulan data, (2) Pengecekan derajat kepercayaan beberapa

sumber data dengan metode yang sama (Moleong, 2002:178)

Page 48: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL

A. DESKRIPSI LOKASI

Deskiripsi lokasi penelitian kali ini berada di beberapa daerah yang ada

di kota Surakarta, lokasi penelitian berada di tengah pemukiman padat

penduduk yang berada di Kota Surakarta. Pemukiman yang menjadi lokasi

penelitian ini rata-rata berpenghasilan rendah, dan rata-rata masyarakatnya

bekerja sebagai karyawan atau buruh dengan upah yang rendah.

Keadaan rumah dari para informan dapat dikatakan sangat sederhana,

karena keadaan tempat tinggal para informan rata-rata semi permanen.

Dinding rumah mereka hanya terbuat dari teriplek saja, dan sebagian juga ada

yang terbuat dari percampuran teriplek dan batu bata. Pada bagian bawah

dinding terbuat dari batu bata, dan pada bagian atas terbuat dari teriplek.

Lantai rumah mereka hanya terbuat dari tanah yang disemen saja, dan juga

atap rumah mereka hanya terbuat dari genteng dengan kualitas yang rendah.

B. PROFIL KELUARGA INFORMAN

1. Keluarga Ibu Tuti

Bapak Alexander berumur 37 tahun, pendidikan terakhir Bapak

Alexander Rosanto adalah lulus SMK. Bapak Alexander Rosanto menikah

dengan Ibu Tuti pada bulan September Tahun 1997, Bapak Alexander

dikarunia dua orang anak yaitu Dimas Samodro dan Rosendah Diyani

Page 49: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Salsabela (salsa).Bapak Alaxander Rosanto bekerja sebagai pedagang

peralatan sepeda motor dekat tempat tinggal mereka , dan Ibu Tuti bekerja

sebagai penjual jajanan di SLB.N. Anak kedua dari Bapak Alexander

inilah yang mempunyai kebutuhan khusus, pada awalnya salsa diketahui

mempunyai kebutuhan khusus pada usia 2 tahun. Penyebab dapat

diketahui pada usia 2 tahun karena salasa lambat untuk berbicara seperti

anka normal lainnya, dan pada saat itu juga Ibu Tuti memeriksakan ke

Rumah Sakit. Dari pemeriksaan itu di ketahui bahawa Salsa mempunyai

kekurangan pada IQ dan sulit bicara, pada pemerikasaan tersebut Salsa

diketahui menyandang Tunagrahita C. pihak Rumah Sakit pun

menganjurkan agar Salsa rutin mengikuti terapi wicara, terapi wicara

hanya dilakukan selama 3 tahun saja, karena keterbatasan biaya.

Keterbatasan tersebut disebabkan pekerjaan Bapak Alexander yang hanya

berjualan onderdil motor bekas didepan rumahnya, dan Ibu Tuti membantu

berjualan dikantin sekolah. Rumah mereka terbuat dari teriplek yang

berkualitas rendah, dan alas rumah mereka masih dari tanah dan hanya

ditutupi dengan karpet plastik yang berkualitas rendah. Pendapatan

perbulan keluarga Bapak Alexander adalah sebesar Rp. 600.000,

penghasilan tersebut terdiri dari penghasilan Bapak Alexader sebesar Rp.

500,000, dan pengasilan Ibu Tuti sebesar Rp. 100,000. Dari pengahasilan

tersebut maka hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan kedua anaknya

sekolah saja, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan lainnya.

Page 50: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

2. Keluarga Ibu Si Pratiwi

Bapak Agus Wuryanto berumur 41 tahun, pendidikan terakhir

Bapak Agus Wuryanto adalah lulus STM. Bapak Agus Wuryanto menikah

dengan Ibu Sri Partiwi pada bulan Januari tahun 2005, Bapak Agus

Wuryanto dikarunia dua orang anak yaitu Vanya 8 tahun dan Reisha 2

tahun. Bapak Agus Wuryanto bekerja sebagai teknisi PLN, dan Ibu Sri

Partiwi bekerja membantu mencuci pakaian di rumah saudaranya. Anak

pertama dari Bapak Agus Wuryanto inilah yang mempunyai kebutuhan

khusus, pada awalnya Vanya diketahui mempunyai kebutuhan khusus

pada usia 2 tahun. Penyebab dapat diketahui pada usia 2 tahun karena

Vanya lambat untuk bicara , dan dia juga Hyperaktif. Pada saat itu Ibu Sri

Partiwi membawa Vanya ke Rumas Sakit untuk diperiksa, lalu dokter pun

memberikan saran agar di CT Scan pada bagian kepala, dan hasilnya

adalah Vanya menyandang kebutuhan khusus yaitu Tunagrahita C. Dari

pihak Rumah Sakit pun menyarankan agar Vanya untuk mengikuti terapi

wicara, terapi wicara dilakukan pertama di Rumah Sakit selama 2 tahun,

tetapi pada saat ini terapi wicara dilakukan di sekolah Vanya sendiri,

karena biaya yang lebih murah daripada di Rumah Sakit. Pekerjaan Bapak

Agus Wuryanto adalah seorang teknisi PLN yang tidak tetap, dan

pekerjaan Ibu Sri Pratiwi adalah tukang cuci tidak tetap, karena Ibu Sri

Pratiwi bekerja atas dasar panggilan jika ada yang membutuhkan

tenaganya untuk mencucikan baju. Penghasilan dari pekerjaan Ibu Sri

Pratiwi dan Bapak Agus Wuryanto adalah Rp. 900,000 , dengan rincian

Page 51: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

penghasilan dari Bapak Agus sendiri adalah sebesar Rp. 800,000 dan Ibu

Sri Pratiwi sebesar Rp, 100,000.

Rumah mereka sangat sederhana sekali, tembok rumah mereka

terbuaut dari bata yang hanya setengah tembok dan selanjutnya dengan

teriplek. Lantai rumah mereka hanya di poles dengan semen saja dan

ditutui karpet plastik, pemisah ruangan rumah mereka hanya terdiri dari

teriplek.

3. Keluarga Ibu Priharti

Bapak Salimo berumur 62 tahun, pendidikan terakhir Bapak

Salimo adalah lulusan SMA. Bapak Salimo menikah dengan Ibu Priharti

pada Bulan September tahun 1986, Bapak Salimo di karunia 4 orang anak,

yaitu Dodi 28 tahun, Elisa 25 tahun, Bagas 21 tahun, dan Marlina 14

tahun. Bapak Salimo adalah seorang pensiunan BUMN, dan sekarang

bekerja berjualan nasi goreng dan dibantu oleh Ibu Priharti. Anak ke

empat Bapak Salimo yang metandang tunagrahita. Pada mulanya putri

keempat Bapak Salimo diketahui meyandang tunagrahita pada usia 4

tahun, karena marlina telat berbicara dan sulit untuk mencerna perkataan

anggota keluarga yang lain. Pada saat itu Bapak Salimo hanya membawa

Marlina ke dokter anak, dan dokter pun mengatakan bahwa marlina

menyandang tunagrahita, lalu Bapak Salimo memutuskan menyekolahkan

Marlina di SLB, selama bersekolah di SLB sampai sekarang Bapak Salimo

masih mengikutkan Marlina untuk terapi yang ada di sekolahnya.

Page 52: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Bapak Salimo adalah pensiunan dari BUMN, semenjak pensiun

Bapak Salimo berjualan nasi goreng keliling dengan menggunakan

gerobak. Dari hasil berjualan nasi goreng tersebut pendapatan rata-rata

Bapak Salimo 1 bulan adalah sebesar Rp.500.000. Rumah Bapak Salimo

tenboknya terbuat dari batu bata, lantainya hanya tanah yang dilapisi

dengan semen halus. Rumah Bapak Salimo memiliki 2 kamar tidur saja,

sedangakan Bapak Salimo memiliki anak yang lebih dari 2 orang, jadi

bahwa hanya untuk tidur malam hari saja keadaan mereka berdesak-

desakan, dan pada siang hari keadaan rumah mereka sudah terlihat agak

longgar, karena ditinggal anak-anak yang sudah dewasa untuk bekerja.

4. Keluarga Ibu Supiah

Bapak Tukino berumur 68 tahun, pendidkan terakhir Bapak Tukino

adalah lulusan SMP. Bapak Tukino menikah dengan Ibu Supiah pada

bulan Agustus tahun 1872, bapak Tukino dikaruniai empat orang anak,

yaitu Prasetyo 32 tahun, Angga 28 tahun, Alex 24 tahun, dan Wawan 9

tahun. Bapak Tukino adalah pensiunan BUMN, dan sekarang dia masih

bekerja sebagai tukang angkut tabung gas LPG 3kg di sebuah toko, dan

Ibu Supiah membuka warung di dekat daerah rumahnya. Anak ke empat

dari Bapak Tukino yang menyandang Tunagrahita, pada mulanya anak

keempat dari Bapak Tukino menyandang Tunagrahita diketahui sejak

dalam kandungan, karena pada saat mengandung wawan, usia Ibu Supiah

sudah menginjak 45 tahun. Bapak Tukino dan Ibu Supiah memeriksakan

kandungan ke dokter, dan dokter mengatakan bahwa anak yang dikandung

Page 53: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Ibu Supiah akan menyandang Tunagrahita dan ini sudah tidak dapat

diobati. Sehingga lahir wawan, lalu Bapak Tukino memutuskan

menyekolahkan wawan ke SLB dan mengikuti terapi, walaupun terkadang

wawan tidak mengikuti terapi dikarenakan biaya yang agak mahal bagi

keluarga Bapak Tukino. Sehingga Bapak Tukino dan Ibu Supiah

memutuskan hanya untuk menyekolahkan wawan saja, agar wawan

mendapatkan pendidikan yang sama seperti anak lainnya.

Tempat tinggal keluarga Bapak Tukino terletak didalam gang yang

sangat sempit, rumah Bapak Tukino terbuat dari batu bata, berlantaikan

semen saja, antara kamar satu dengan kamar yang lain hanya dipisahkan

oleh korden saja. Bapak Tukino bekerja sebagai tukang angkut gas elpiji

3kg di sebuah toko, dengan penghasilan per bulan sebesar Rp.500,000.

Sedangkan Ibu Supiah tidak bekerja, tetapi hanya membuka warung kecil

didepan rumahnya, dan pengahsilan Ibu Supiah dalam sebulan hanya

Rp. 100.000. Penghasilan keluarga Bapak Tukino dan Ibu Supiah hanya

cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja, sedangkan untuk

kebutuhan pendidikan anak seringkali terbengkalai karena keterbatasan

ekonomi yang dimiliki.

5. Keluarga Ibu Ayu

Bapak Thomas berumur 31 tahun, pendidikan terakhir Bapak

Thomas adalah lulusan SMK, Bapak Thomas menikah dengan Ibu Ayu

pada bulan Desember tahun 2000. Pekerjaan dari Bapak Thomas adalah

buruh bangunan, dan pekerjaan dari Ibu Ayu adalah Ibu Rumah Tangga.

Page 54: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Bapak Thomas dan Ibu Ayu dikaruniai dua orang anak, yaitu Awang yang

berusia 11 tahun dan Nadya yang berusia 3 tahun. Anak pertama dari

Bapak Thomas inilah yang menyandang Tunagrahita, Awang diketahui

memiliki kekurangan pada daya pikirnya sejak usia 2 tahun. Pertama Ibu

Ayu memeriksakan keadaan awang ke Rumah Sakit, karena pada usia

tersebut awang belum dapat berjalan maupun berbicara seperti kebanyakan

anak lainnya. Lalu dokter pun menyarankan Ibu Ayu untuk mengikuti

terapi kepada awang, tetapi terapi tersebut hanya berjalan 6 bulan saja,

dikarenakan keadaan biaya yang tidak ada. Ketika awang memasuki usia 4

tahun, lau Ibu Ayu memutuskan untuk menyekolahkan awang saja ke

SLB, dan awang pun bersekolah sampai saat ini.

Keluarga Ibu Ayu masih menumpang dirumah orangtua Ibu Ayu,

tetapi keadaan rumah Ibu Ayu hanya di batasi dengan teriplek antara

rumah orangtua Ibu Ayu sendiri dan orangtua Ibu Ayu. Pekerjaan Bapak

Thomas adalah sebagai buruh bangunan, sedangkan Ibu Ayu adalah ibu

rumah tangga dan juga membuka warung kecil di depan rumahnya.

Penghasilan Bapak Thomas sendiri adalah Rp.400.000 per bulan,

sedangkan pengahsilan Ibu Ayu dari berjualan sendiri tidak menentu,

karena Ibu Ayu hanya berjualan jajanan anak-anak saja yang harganya pun

tidak seberapa.

Keadaan rumah Ibu Ayu sendiri temboknya terbuat dari batu bata,

pemisah antar ruangan hanya dengan teriplek saja, dan lantai rumah hanya

dilapisi semen dan dialasi dengan perlak atau tiker yang berkualitas

Page 55: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

rendah. Keadaan ekonomi Ibu Ayu seperti ini dikarenakan usia saat

menikah Ibu Ayu dengan Bapak Thomas masih sangat muda, sehingga

membuat kondisi keluarga mereka seperti ini.

6. Keluarga Ibu Nurimah

Bapak Ponijan berusia 45 tahun, pendidikan terakhir Bapak

Ponijan adalah lulusan SMK, Bapak Ponijan menikah dengan Ibu Nurimah

pada bulan Juni tahun 1987. Pekerjaan Bapak Ponijan adalah Sopir Truk

suatu pabrik, dan Ibu Nurimah adalah seorang Ibu Rumah Tangga.

Pasangan Bapak Ponijan dan Ibu Nurimah dikaruniai empat orang anak,

yaitu diantaranya adalah Rudi yang berusia 29 tahun dan sekarang sudah

menikah, Agus yang berusia 24 tahun, Tio yang berusia 11 tahun dan

Anita yang berusia 6 tahun. Anak ketiga dari Bapak Ponijan inilah yang

menyandang Tunagrahita, pada awalnya Ibu Nurimah tidak mengetahui

bahwa Tio menyangdang Tunagrahita, sebelum Tio dimasukan ke sekolah

dasar biasa. Setelah Tio dimasukan ke sekolah dasar biasa, akhirnya

keterbelakangna Tio mulai terlihat, karena Tio tidak bisa mengikuti

pelajaran yang diberikan oleh guru tersebut. Akhirnya Ibu Nurimah pun

diberitahu oleh pihak sekolah untuk memindahkan Tio dari sekolah dasar

bias ke sekolah dasar luar biasa, Ibu Nurimah pun mengikuti saran yang

diberikan oleh guru sekolah dasar tersebut, sehingga Tio bias bersekolah

sampai saat ini. Pekerjaan Bapak Ponijan adalah sopir truk yang

berpenghasilan sebesar Rp. 500,000 per bulan, dan Ibu Nurimah hanya

sebagai ibu rumah tangga saja. Rumah Bapak Ponijan terletak dipinggir

Page 56: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

aliran sungai Bengawan solo, tembok rumah Bapak Ponijan bisa dikatakan

lebih baik kondisinya diantara rumah responden yang lain. Rumah Bapak

Ponijan temboknya terbuat dari batu bata, dan laintainya sudah di keramik,

dan pembatas antar ruangan terbat dari batu bata.

Page 57: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Matriks 1

Profil Informan

Sumber : Wawancara bulan Januari- Maret 2011

NO NAMA USIA PENDIDIKAN PEKERJAAN PENGHASILAN

/BULAN

RATA-RATA

(RP)

JUMLAH

ANAK

AYAH IBU

1 Bp. Alexander Rosanto 37 Tahun SMK Pedagang Rp. 500,000 Rp. 100,000 2 Orang

2 Bp. Agus Wuryanto 41 Tahun SMK Teknisi PLN Rp. 800,000 Rp. 100,000 2 Orang

3 Bp. Salimo 62 Tahun SMA Pedagang Nasi

Goreng

Rp. 550,000 - 4 Orang

4 Bp. Tukino 68 Tahun SMP Buruh Rp. 500,000 Rp. 100,000 3 Orang

5 Bp. Thomas 31 Tahun SMK Buruh Rp. 400,000 - 2 Orang

6 Bp. Ponijan 45 Tahun SMK Buruh Rp. 500,000 - 4 Orang

46

Page 58: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

C. KETERBATASAN PADA ANAK

Keterbatasan pada anak penyandang tunagrahita berada pada daya

pikir atau IQ yang dimilikinya, keterbatasan bukan hanya ada pada daya pikir

atau IQ saja. Keterbatasan juga terjadi pada gerak motorik anak tunagrahita,

hal ini yang menyebabkan anak tunagrahita mengalami keterbatasan pada

gerak motorik dan juga sikap mereka terhadap orang asing.

Keterbatasan yang dimiliki oleh anak tunagrahita biasanya memiliki

keterbatasan yang hampir sama antara anak satu dengan yang lain, seperti

yang Ibu Tuti sampaikan berikut ini:

”Salsa itu kalo sama oranglain yang baru dikenal itu dia pemalu banget mbak, tapi kalo misal udah lama kenal ya nanti dia akrab sendiri mbak, terus dia juga kurang jelas untuk berbicara mbak, suaranya agak cadel atau celat gitu mbak”.

Hasil wawancara dengan Ibu Sri Pratiwi adalah sebagai berikut :

”kalo vanya itu kekurangannya dia sama orang yang baru dikenal dia gak mau deket-deket mbak, dia bukan pemalu tapi pemarah. emosinya sulit untuk dikontrol mbak, dan dia itu juga sulit untuk berinteraksi dengan orang yang baru dikenal mbak.” Hasil wawancara dengan Ibu Priharti adalah sebagai berikut :

”Marlina itu anaknya pemalu, gerak badannya gak sempurna mbak kaya buat jalan, terus bicaranya juga gak jelas mbak. Dia lebih sering make bahasa isyarat mbak kalo kesal saya gak ngerti apa yang dia maksud mbak, jadi ya saya juga agak kesulitan mbak”. Hasil wawancara dengan Ibu Supiah adalah sebagai berikut :

”Kekurangan wawan itu Cuma pemalu mbak, tapi misal dia udah kenal sama orang itu udah lama ya nanti lama-lama dia juga bakal kenal sendiri mbak.” Hasil wawancara dengan Ibu Ayu adalah sebaagi berikut :

47

Page 59: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

”Kalau Awang itu kekurangan dia Cuma pemalu saja mbak, apalagi kalo sedang ada tamu di rumah itu dia gak pernah mau untuk nemuin kalo gak saya paksa mbak, kekurangan dia ya Cuma pemalu aja sih mbak yang lain gak ada.” Hasil wawancara dengan Ibu Nurimah adalah sevagai berikut :

”Tio itu orangnya pemalu banget mbak, tapi kalo saya bujukin saya kasih apa gitu nanti juga pemalunya dia hilang sendiri mbak, jadi saya ya gampang buat bujukin dia kalo dia pemalu mbak.”

D. POLA PENGASUHAN ANAK

Pada dasarnya pola pengasuhan mengandung sifat pengajaran

(Instructing), Pengganjaran yaitu terbagi dua adalah penghargaan(Rewarding)

dan hukuman , dan terakhir Pembujukan (Inciting). (Sunarti dkk, 1989 : 1-3).

1. Pengajaran (Instructing)

Manusia merupakan makhluk sosial, artinya makhluk yang hidup

dalam lingkungan manusia lain. Agar manusia hidup dengan tenang dan

tentram bersama manusia lain, maka manusia tersebut dituntut untuk

belajar bermacam-macam aturan yang berlaku dalam lingkungan

hidupnya, dan agar manusia bisa hidup mandiri untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya tanpa tergantung dengan orang lain bahkan dengan

anggota keluarga sendiri.

Pada usia anak-anak, biasanya mulai dikenalkan dengan hal-hal

kecil yang ada dalam rumah, seperti menyapu, makan,mandi, dan bahkan

membantu anggota keluarga lain dirumah. Mungkin aktivitas tersebut

sangat mudah bagi anak yang memilki kecerdasan atau IQ yang normal,

tetapi tidak hanya dengan anak yang memiliki keterbatasan kecerdasan

Page 60: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

atau yang biasa disebut dengan anak Tunagrahita. Dari Pengajaran pun

yang diberikan setiap keluarga pada yang mempunyai anak Tunagrahita

pun berbeda-beda, antara keluarga yang satu dengan yang lain. Misalnya

seperti yang dilakukan oleh Bapak Alexander dan Ibu Tuti:

Dan menurut Ibu Tuti, anak-anak perlu dilatih srejak dini, apalagi

dengan kondisi anaknya yang peyandanng tunagrahita. Dimana anak

tunagrahita mempunyai daya tangkap pada pemikirannya yang kurang dari

anak normal, jadi Ibu Tuti berinisiatif setiap hari harus mengajarkan Salsa

kegiatan sehari-hari mulai dari kegiatan yang ringan. Kegiatan yang ringan

adalah seperti, merapikan tempat tidur pada saat bangun tidur, dan

menyapu pada saat sore hari. Dalam hal-hal yang kecil, Ibu Tuti berharap

agar anaknya dapat melakukan kegiatan yang lain seperti yang dilakukan

anak-anak lainnya yang seusia dengan Salsa, seperti disuruh membeli

sesuatu di warung terdekat atau disuruh untuk melakukan sesuatu yang

sudah menjadi kebiasaannya. Seperti yang Ibu Tuti sampaikan berikut ini:

“Salsa setiap hari, saya selalu ajarkan hal-hal yang sepele misalnya seperti bangun tidur, salsa saya ajari untuk melempit selimut, lalu saya ajarkan untuk memegang sapu, dan lalu mempraktekan bagaimana menyapu, saya kalo ngajari salsa seperti bermain agar salasa ngerti dan senang melakukan pekerjaan yang sepele tersebut, dan agar nantinya biar bisa hidup mandiri”. Teori yang digunakan dari hasil wawancara diatas adalah

Tindakan Tradisional, karena tindakan yang dilakukan ibu kepada anaknya

adalah kegiatan yang dilakukan sehari-hari, yang kemudian menjadi

kebiasaan yang dimana kebiasaa tersebut akan menjadi rutinitas bagi ibu.

Page 61: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Dari kebiasaan itu diharapkan agar anaknya dapat memperhatikan, lalu

melakukan kegiatan sehari-hari tersebut tanpa adanya perintah dari ibu.

Selain dengan menggunakan contoh, dalam memberikan

pengajaran dapat pula dilanjutkan dengan memberikan arahan, yaitu Ibu

Tuti dan Bapak Alexander memberikan keterangan seperlunya yang

bermaksud mengarahkan agar anak mengetahui maksud dari orangtua

tersebut. Pengajaran dengan langsung memberikan contoh kebanyakan

diajukan kepada anak yang berusia dibawah umur, pada usia sekolah TK

dan SD agar dapatberpikir lebih maju, sehingga apabila diberikan contoh

akan dapat meniru dengan mudah.

Jika cara menggunakan contoh dapat diterima, dan langsung ditiru

dengan baik maka Ibu Tuti pun akan memberikan reward atau

penghargaan keapada anaknya, yang dimaksud penghargaan disini tidak

halnya selalu berbentuk materi, tetapi hanya berbentuk sanjungan atau

pujian seperti kata-kata berikut ini “wah, cah ayu pintere anak’e bue”,

dengan kata yang sederhana seperti itu anak akan merasa lebih dihargai.

Dan selain penghargaan yang diberikan, dalam pola pengasuhan keluarga

Bapak Alexander pun menerapkan pola pengasuhan hukuman. Pola

pengasuhan hukuman ini akan diberikan kepada anaknya, jika anaknya

melakukan kesalahan. Seperti yang sering dilakukan oleh Ibu Tuti, adalah

menakut-nakuti Salsa dengan cara pura-pura menelpon gurunya.

Hal-hal yang diajarkan orangtua atau pola asuh yang diterapkan

oleh orangtua, menyangkut kehidupan sehari-hari, antara lain masalah (1)

Page 62: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Pekerjaan rumah sehari-hari, (2) kedispilinan dalam keluarga, (3) sopan

santun dalam lingkungan keluarga dan sekitar, (4) penanaman nilai-nilai

keagamaan.

a. Pekerjaan rumah sehari-hari

Sejak kecil anak harus sudah dikenalkan dengan pekerjaan

rumah sehari-hari, berdasarkan usia dan kemampuan anak. Sedikit

demi sedikit diajarkan pekerjaan rumah sehari-hari, yang biasanya

oranglain atau keluarga lain melakukan kegiatan tersebut setiap

harinya.

Bagi anak normal yang memiliki kemampuan IQ yang diatas

rata-rata, mungkin sangat mudah atau bahkan tidak menemukan

kesulitan untuk melakukan pekerjaan rumah sehari-hari yang

dilakukan kebanyakan orang. Tetapi ini tidak berlaku pada anak yang

menyandang tunagrahita, yang memiliki IQ dibawah rata-rata. Seperti

menyapu, merapikan tempat tidur sehabis bangun tidur, mencuci

piring, dan lain sebagain. Sehingga anak tunagrahita sangat dituntut

dan diharapkan agar dapat mengerjakan pekerjaan rumah tersebut,

dengan tujuan agar dapat hidup mandiri nantinya.

Dalam hal ini, orangtua yang mempunyai anak tunagrahita,

sebisa mungkin dituntut untuk mengajarkan anaknya untuk melakukan

pekerajaan rumah sehari-hari. Hal ini diakui oleh Ibu Tuti dan Bapak

Alexander, karena anak Ibu Tuti dan Bapak Alexander menyandang

tunagrahita dan masih berusia 9 tahun, kelas TK nol besar, biasanya

Page 63: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

anak dengan usia seperti salasa sudah dapat melakukan pekerjaan

rumah yang sangat bisa meringankan pekerjaan rumah ibunya. Tetapi

tidak dengan salsa, salsa sampai saat ini hanya bisa mengerjakan

pekerjaan rumah seperti merapikan tempat tidur, dan menyapu lantai

rumah. Pekerjaan tersebut juga telah menjadi kebiasaan anak meskipun

kadang tidak mau melakukannya, hal ini disampaikan oleh Ibu Tuti

sebagai berikut:

“Setiap hari itu saya selalu ngajari Salsa buat ngelempitin selimut, merapikan tempat tidur sehabis dia tidur mbak, habis itu saya suruh dia itu langsung mandi, terus sarapan mbak, udah sarapan saya sama dia ya berangakt kesekolah sampai pulang lagi mbak. Nanti nak udah sampai rumah, salsa tak suruh ganti baju, makan, terus bobo siang mbak, habis bobo siang itu tak ajarin nyapu mbak, tapi kadang yo gak mau nyapu, nak udah gak mau ya saya biarin aja, nak mau yo saya kasih pujian atau tak kasih makanan kesukaan dia mbak”

Teori yang digunakan dari wawancara diatas adalah teori

tindakan tradisional dan juga memberikan penghargaan pada tindakan

tersebut. Tindakan tradisional yang dipilih oleh Ibu Tuti adalah

tindakan yang dilakukan secara terus-menerus tanpa disadari yang

akan menandai bahwa tindakan tersebut menjadi rutinitas atau

kebiasaan bagi Ibu Tuti, dan kegiatan dari tindakan tersebut

diharapkan akan menjadi kebiasaan bagi anaknya. Kebiasaan kegiatan

yang dilakukan sehari-hari diharapkan dapat dilakukan tanpa paksaan

dan juga dapat dilakukan terus menerus, hingga anak tersebut akan

menjadi terbiasa untuk melakukan kegiatan tersebut sehari-hari.

Tindakan yang diambil tersebut juga tidak terlepas dari penghargaan

Page 64: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

yang diberikan oleh Ibu Tuti, penghargaan tersebut bertujuan agar

anaknya merasa senang karena berhasil melakukan perintah yang di

berikan kepadanya.

Sedangakan Ibu Sri Pratiwi menjelaskan sebagai berikut:

“kalo vanya itu, mau tak ajarin susah banget mbak. La mau tak ajarin itu malah seringe saya diamuk kok mbak, jadi saya nak ngajarin pekerjaan rumah itu ya kadang-kadang gak setiap hari .tak ajarin pekerjaan rumah mbak kaya nyapu, ngepel, ya pokoknya kebiasaan rumah sehari-hari mbak. Tapi paling seneng vanya itu nak disuruh belanja ke warung, nanti saya kasih catetan belanja, nanti dia yang ngasih catetan belanjaan ke penjualle, nak udah belanja saya kasih sisa kembaliannya mbak. Tapi nak pekerjaan rumah lainnya dia itu mau dan agak susah ngerti mbak , jadi saya yo kasih contoh dulu ke dia, nak tak paksa dia gak mau ya saya marahin, nanti dia yo nangis.”

Teori yang digunakan dari hasil wawancara diatas adalah

Tindakan Tradisional, kegiatan yang sering dilakukan sehari-hari yang

tanpa di sadari sudah menjadi kebiasaan bagi yang melakukannya.

Kegiatan tersebut dapat diajarkan atau dapat ditularkan dengan

penjelasan atau dengan contoh langsung, agar dapat mudah dilakukan.

Tetapi dari hasil wawancara diatas selain menggunakan tindakan

tradisional, juga menggunakan hukuman. Hukuman di berikan pada

saat anak tidak mau menuruti perintah yang di berikan Ibu, hukuman

di berikan agar anak mau melakukan perintah yang diberikan

kepadanya.

Perbedaan pengajaran tentang pekerjaan rumah sehari-hari

dialami oleh setiap keluarga, walaupun sama-sama mempunyai anak

yang menyandang tunagrahita. Tetapi perbedaan terletak pada mudah

Page 65: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

atau sulitnya pengertian tentang pekerjaan sehari-hari, yang biasanya

dikerjakan dirumah, hal ini dialami oleh beberapa orangtua, antara lain

yang mengalami hal tersebut adalah :

Sedangkan Ibu Priharti menjelaskan sebagai berikut :

“Marlina, itu, IQ nya dibawah rata-rata banget mbak, dia aja kalo bicara aja belum jelas apa lagi nak tak suruh mengerjakan pekerjaan rumah mbak, ya paling itu dia saya suruh bikin susu buat dia sendiri bisa, tapi kalo untuk mengerjakan pekerjaan rumah lainnya gak saya kasih mbak, soalnya saya tau marlina itu pasti gak akan bisa”

Teori yang digunakan dari hasil wawancara diatas adalah

Tindakan Tradisional, yang di sebutkan bahwa tindakan teradisional

berdasarkan kebiasaan yang di lakukan sehari-hari. Walaupun

responden diatas hanya bisa membuat susu untuk dirinya sendiri, tetapi

membuat susu mempunyai cara yang sama di dalam keluarga. Jadi

dapat di katakan bahwa kegiatan membuat susu adalah tindakan

tradisional yang dilakukan oleh Ibu Priharti kepada anaknya, walaupun

yang dapat dilakukan hanya membuat susu.

Sedangkan Ibu Supiah menjelaskan sebagai berikut :

“Wawan itu dia tunagrahita yang mongoloid mbak, jadi dia itu IQ nya dibawah rata-rata banget, saya itu Cuma ngajarin dia buat beresin buku sekolahnya aja mbak, saya ajarin nyapu yo gak pantes mbak, dia kan laki-laki. Jadi ya saya ajarin dengan kaitannya dia sekolah aja mbak, kaitannya dia sekolah aja saya ajarin susah apalagi saya ajarkan pekerjaan rumah, malah saya yang gak sanggup mbak.”

Teori yang digunakan dari hasil wawancara diatas adalalah

tindakan tradisional, yang mana tindakan tradisional disini di tunjukan

dengan kegiatan merapikan buku sekolah sendiri. Perilaku

Page 66: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

mengajarkan merapikan buku sekolah ssendiri, biasanya diajarkan

pada anak pertama yang sudah bersekolah lalu diturunkan kepada anak

berikutnya. Jadi tindakan tersebut sudah menjadi kebiasaan bagi

orangtua yang mempunyai anak yang bersekolah, tidak terkecuali bagi

orangtua yang mempunyai anak tunagrahita.

Sedangkan Ibu Ayu menjelaskan sebagai berikut :

“Ya kalo Awang itu, saya ajarin nyapu mbak, tak ajarin ngelempit baju habis tak cuci. Dia itu sergep mbak nak tak suruh kaya gitu, ya walaupun dia laki-laki mbak, saya ngajarin awang gitu biar adeknya juga bisa ngikutin mbak, ya walaupun adeknya masih kecil. Terus juga tak suruh nuyapu juga mbak, dia juga disuruh itu juga mau mbak. Alhamdululahnya lagi awang itu nak tak ajarin tuh cepet bisa mbak, tapi ya juga cepet lupa mbak, la namanya juga IQ nya kurang dari manusia normal, ya jadi saya maklum mbak.”

Paradigma yang digunakan dari hasil wawancara diatas adalah

tindakan tradisional, perilaku yang diajarkan disini adalah tentang

kegaiatan sehari-hari yang wajib dilakukan bagi anggota keluarga.

Kegiatan yang dimaksud diatas adalah pekerjaan rumah sehari-hari,

yang mana pekerjaan rumah tersebut biasa dikerjakan bagi ibu rumah

tangga dan anak perempuan. Tetapi pada hasil wawancara ini kegiatan

tersebut dilakukan oleh anak laki-laki, dan yang mengajarkan kegiatan

rumah seharihari adalah ibu. Perilaku tersebut diterapkan mempunyai

tujuan, tujuan dari kegiatan yang diajarkan tersebut adalah agar adik

perempuannya dapat meniru kakaknya, dan juga agar anak tersebut

dapat hidup mandiri terbiasa melakukan pekerjaan rumah.

Sedangkan Ibu Nurimah menjelaskan sebagai berikut

Page 67: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

“Tio itu walaupun dia laki-laki, tetep saya ajarkan pekerjaan rumah mbak, ya walaupun kerjaane itu masih terbilang gampang baget lah mbak, ya paling saya ajarun nyapu, ngangkatin jemuran nak udah kering, sama kadang bnatuin bapaknya benerin kandang ayam belakang rumah mbak. Ya walaupun kadang nyapu pun gak bersih, ngankatin jemuran yo kadang nak masih ada yang basah yo dah diangkatin. Tapi tetep saya biarkan aja mbak, itung-itung belajar daripada gak bisa ngapa-ngapain sama sekali to mbak.”

Paradigma yang digunakan dari hasil wawancara diatas adalah

teori tindakan tradisional, yang dimana tindakan tradisional disi

ditunjukkan pada kegiatan menyapu, mengangkat jemuran. Pekerjaan

rumah tersebut sudah dilakukan sejak lama dan turun menurun dalam

kehidupan keluarga, dan juga kegiatan tersebut dimaksudkan untuk

membuat anak menjadi lebih mandiri pada pekerjaan rumah tersebut

dan menjadi terbiasa nantinya.

Dari apa yang telah dipaparkan diatas, bahwa dapat diambil

kesimpulan bahwa umunya setiap keluarga pada dasarnya

mengharapkan anaknya bisa melakukan pekerjaan yang dimulai dari

pekerjaan sederhana yang terdapat didalam rumah. Pengajaran yang

dilakukan oleh orangtua disini adalah dengan contoh langsung

pekerjaan, yang nantinya diharapkan agar anak dapat mengikuti

pekerjaan rumah yang telah dilakukan oleh orangtuanya dan menjadi

lebih mandiri. Teori yang berkaitan dengan itu semua adalah teori

tindakan tradisional, yang mana teori tersebut menjelaskan perilaku

individu karena kebiasaan, tanpa refleksi yang sadar atau perencanaan,

perilaku seperti itu merupakan kebiasaan baginya.

Page 68: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Orangtua memiliki kewajiban untuk membuat anaknya menjadi

mandiri, dan ini adalah tanggung jawab sebagai orangtua yang

mempunyai anak tunagrahita. Walaupun pekerjaan rumah sehari-hari

itu bisa dikatakan mudah diajarkan oleh para orangtua yang memiliki

anak yang normal, tetapi disini tidak berlaku bagi orangtua yang

mempunyai anak yang penyandang tunagrahita. Karena anak

penyandang tunagrahita butuh penanganan yang ekstra, mulai dari

penaganan emosi, waktu, tenaga dan biaya, agar anaknya menjadi

mandiri walau dimulai dari pekerjaan rumah. Semua orangtua yang

mempunyai anak peyandang tunagrahita, mereka berharap agar anak

mereka dapat mandiri, paling tidak anak mereka dapat mengurus diri

mereka sendiri nantinya, dan tidak menjadi beban orang lain dalam

hidupnya nanti.

b. Kedisiplinan dalam keluarga

Orangtua adalah pendidik yang pertama dan utama, karena

orangtua yang setiap hari berinteraksi dengan anak. Semua tingkah

laku orangtua pasti secara tidak langsung akan ditiru dengan anak,

seperti tingkah laku kedisiplinan yang ada dalam keluarga sehari-hari.

Disiplin merupakan salah satu sarana untuk mendidik anak-anak,

melalui sarana ini orangtua yang memiliki anak tunagrahita

mengharapkan agar anaknya membentuk kebiasaan-kebiasaan baik

sesuai dengan yang diajarkan dan sebaliknya, menghindari kebiasaan

yang bertentangan dengan lingkungan.

Page 69: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Disiplin merupakan salah satu sarana atau alat dalam

pendidikan yang melatih anak untuk bertingkah laku menurut pola atau

aturan yang ada termasuk juga untuk memperbaiki tingkah laku yang

kurang baik, agar dapat terbentuk tingkah laku yang baru yang sesuai

dengna norma. Adapun tujuannya adalah supaya seseorang dapat

mengerti dan mematuhi serta dapat mengendalikan dirinya dengan

baik. (Sunarti dkk, 1980: 90).

Dalam menanamkan disiplin dalam keluarga, harus dimulai

dari orangtuanya itu sendiri, sebab secara tidak langsung anak akan

mengamati dan sedikit banyak akan meniru orangtuanya. Kedisiplinan

mengandung adanya aturan yang harus ditaati oleh anggota keluarga.

Adapun aturan yang diterapkan antara satu keluarga dengan keluarga

yang liannya berbeda-beda. Mengenai kedisiplinan sepulang sekolah,

berangakat sekolah dan kedisiplinan pada saat belajar dirumah. Berikut

ini adalah ungkapan para orangtua yang mempunyai anak peyandang

tunagrahita :

Penjelasan dari Ibu Tuti adalah berikut ini :

“ Sepulang sekolah salsa, saya langsung suruh ganti baju mbak. Udah ganti baju biasanya dia tau mbak langsung makan siang, terus kadang tidur siang sebentar mbak. Bangun tidur siang, kalo saya lagi nyapu rumah dia kadang mau bantuin mbak, tapi kadang juda gak, kalo lagi gak mau. Dia langsung minta mandi mbak, pokonya dia tahu mbak kalo udah mulai jam 16.00 WIB dia harus udah mandi. Terus kalo malam itu dia juga tahu mbak waktunya belajar, ya walaupun belajarnya hanya mewarnai. Nanti kalau udah jam 20.00 WIB biasanya dia minta ajak tidur mbak, nanti nak udah bangun pagi. Dia tahu harus berangkat sekolah mbak, ya begitu mbak setiap hari tingkat kedisiplinan dia mbak.”

Page 70: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Menurut Ibu Tuti, kedisiplinan dalam keluarga itu juga sangat

penting dalam mendidik anak yang penyandang tunagrahita, Ibu Tuti

menganggap anak penyandang tunagrahita sangat penting diajarkan

disiplin. Karena kedisiplinan adalah kunci untuk menuju sukses bagi

dirinya dan suaminya, apalagi anaknya adalah penyandang tunagrahita

yang mungkin tidak mengerti arti dari disiplin itu sendiri. Tetapi Ibu

Tuti dan suaminya selalu mengajari anaknya untuk disiplin, walaupun

butuh tenaga dan waktu yang ekstra, daripada kebanyakan orang tua

yang mempunyai anak yang normal dibandingkan dengan dirinya.

Dari hasil wawancara diatas maka dapat dijelaskan dengan

teori tindakan tradisional, pada hasil wawancara ini dijelaskan pada

rutinitas yang dilakukan pada waktu tertentu. Rutinitas yang dilakukan

tersebut dilakukan tanpa adanya kesadaran dan paksaan dalam

melakukan rutinitas tersebut, dan juga rutinitas yang dilakukan

bertujuan agar anak menjadi disiplin dalam menggunakan waktu.

Keadaan berbeda dengan keadaan keluarga berikut ini,

walaupun sama-sama mempunyai anak peyandang tetapi orangtua ini

tidak terlalu memaksakan anaknya untuk mengenal disiplin, karena

keadaan anaknya yang memilki IQ yang dibawah rata-rata. Berikut

adalah penuturan dari beberapa orangtua yang tidak mau memaksakan

anaknya mengenal disiplin.

Sedangkan Ibu Sri Pratiwi menjelaskan sebagai berikut :

“kalau Vanya itu mbak, dia belum tau apa arti disiplin itu mbak. Tapi saya ngajarin dia buat tepat waktu mbak buat ngerjain apa

Page 71: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

aja mbak, ya mulai kaya waktu main, sampai belajar mbak. Ya pokoknya dia itu taunya Cuma hal-hal itu aja mbak nak disiplin. Saya juga bingung kok nak mau ngajarin disiplin gimana.”

Teori yang digunakan dari hasil wawancara diatas adalah teori

tindakan tradisional, dimana tindakan tradisional disini di tunjukkan

pada ketepatan waktu untuk melakukan suatu kegiatan atau aktivitas.

Walaupun aktivitas atau kegiatan yang dilakukan dari hasil wawancara

diatas adalah kegiatan yang ringan, tetapi dari kegiatan atau aktivitas

yang ringan tersebut akan menjadi rutinitas dan akan terbiasa untuk

dilakukan tanpa disuruh atau di perintah. Dari hasil wawancara diatas

kegiatan yang sudah menjadi kebiasaan adalah bermain dan belajar,

anak akan mengetahui waktu kapan saja dia bermain dan waktu kapan

saja dia akan belajar. Waktu untuk bermain biasanya tidak di

jadwalkan, tetapi waktu bermain bisa kapan saja tanpa anak menyadari

bahwa waktu bermain sudah menjadi rutinitas dan kebiasaan pada

anak.

Sedangkan Ibu Priharti menjelaskan sebagai berikut :

“Kalo disiplin dalam keluarga saya itu mbak, bapaknya yang selalu ngajarin disiplin. Ya walaupun disiplinya cuma mau berangkat sekolah gak boleh telat mbak. Selain itu kalo belajar ya seringnya gak pernah mbak, marlina itu IQ nya terlalu rendah mbak. Jadi saya yo gak bisa ngapa-ngapain. Yang penting dia tau kalo dia itu harus sekolah terus, saya itu aja dah seneng mbak.”

Dari hasil wawancara diatas bahwa dapat di simpulkan

paradigma yang di gunakan adalah teori tindakan tradisional, dimana

tindakan ini di tunjukkan pada disiplin ketepatan waktu berangkat

sekolah. anak mengerti waktu yang tepat untuk berangkat ke sekolah

Page 72: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

agar tidak terlambat, pengertian yang di dapat oleh anak adalah

pengertian yang diberikan oleh orangtua. Tanpa disadari setiap hari

orangtua yang mengantar anaknya pergi ke sekolah pada waktu yang

sudah ditentukan, maka anak tersebut sudah mengerti jam berapa dia

harus berangkat ke sekolah dan jam berapa sekolah akan masuk.

Kegiatan ini mungkin sudah ada turun-temurun dalam keluarga yang

mempunyai anak bersekolah, tidak terkecuali keluarga yang

mempunyai anak tunagrahita.

Sedangkan Ibu Supiah menjelaskan sebagai berikut “

“kalo saya ngajarin wawan itu mbak, saya Cuma ngajarin dia itu tahu waktu yang pas buat belajar, buat main. Tapi ya kalo wawan itu kebanyakan mainnya mbak sama teman-temanya itu, jadi saya ngajarinnya Cuma kasih tahu waktu belajarnya mbak. Apalagi wawan itu kan tunagrahita yang mongoloid to mbak, jadi ya saya gag bisa banyak berharap buat dia disiplin.”

Dari hasil wawancara diatas maka dapat di gunakan teori

tindakan sosial, walaupun teori tindakan sosial disini di maksudkan

menunjukkan kebiasaan waktu anak di habiskan untuk bermain. waktu

anak yang di habiskan untuk bermain biasanya anak tidak akan sadar,

karena waktu mereka bermain adalah sudah menjadi sebuah rutinitas

yang dilakukan dalam kegiatan sehari-hari. Waktu yang di gunakan

untuk bermain pun biasanya sudah ada waktu tertantu, seperti pada

saat pulang sekolah. Tetapi waktu bermain tersebut dalam hasil

wawancara disini tidak ada batasnya yang tetap, karena kondisi anak

yang agak sulit untuk di atur waktu berhenti bermiannya.

Page 73: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Dari penuturan diatas berbeda lagi dengan orangtua yang

benar-benar mengajarkan dan menanamkan kedisiplinan di dalam

keluarga, berikut ini adalah penuturan dari beberapa orangtua yang

benar-benar menerapkan kedisiplinan dalam keluargnya;

Sedangkan Ibu Ayu menjelaskan sebagai berikut :

“saya dan suami saya itu mbak, selalu ngajarin Awang benar-benar disiplin mbak. Ya walaupun dia disiplinya mulai dari hal yang terkecil didalam rumah mbak, contohnya kaya waktu mandi dia, waktu dia bangun tidur buat ke sekolah, sampai waktu dia untuk belajar sehabis ulang sekolah. Saya ngajarin awang disiplin juga gak gampang mbak, ya Cuma saya beranggapan disiplin itu dari bagian kecil dari kebiasaan mbak, jadi saya dan suami saya juga kadang klao awang gak mau teapat waktu dia ngapain gitu, saya marahin mbak.”

Dari hasil wawancara diatas maka sudah dapat di simpulkan

bahwa teori yang di gunakan adalah tindakan tradisional dan pola

pengajaran, dimana tindakan tradisional disini di tunjukkan pada

kedisiplinan waktu yang diterapkan oleh orangtua kepada anak.

Kedisiplinan waktu yang di terapkan oleh orangtua kepada anak mulai

dari hal yang terkecil yang biasa akan di lakukan oleh anak dalam

kehidupan sehari-hari, pada orangtua ini mengajarkan anak untuk

berlaku disiplin.Pengajaran yang di lakukan oleh orangtua disini di

maksudkan agar anak akan menjadi terbiasa, dan bahkan anak tidak

akan menyadari kalau kedisiplinan yang di terapakan terus-menerus

yang berawal dari kebiasaan itu sendiri.

Page 74: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Dan sedangkan Ibu Nurimah menjelaskan sebagai berikut :

“Tio itu kalo buat disiplin saya ajarin disipilin dengan iming-iming mbak, entah itu uang atau makanan kesukaan dia mbak. Ya mau gimana lagi mbak dia itu kalau gak ada iming-imingnya gak mau buat ngelakuin mbak, jadi misal mbak saya nyuruh dia tepat waktu buat bangun tidur gitu buat sekolah ya mbak, saya dari malem udah bilang sama dia nak besok bisa bangun tepat waktu sendiri saya kasih tambahan unag saku buat sekolah mbak. Ya pokoknya gitu mbak, dia bisa disiplin kalau ada iming-imingnya mbak, ya walapun kadanh saya kualahan sendiri mbak nak pake cara gitu mbak.”

Paradigma yang di gunakan dari hasil wawancara di atas

adalah tindakan tradisional dan penghargaan atau rewarding. Tindakan

tradisional dalam hasil wawancara di atas di tunjukkan pada hal

memberitahu waktu untuk bangun tidur, dan pemberitahuan tersebut

dilakukan setiap hari. Pemberitahuan yang di lakukan setiap malam

akan menjadi kebiasaan atau rutinitas, dan biasanya kebiasaan tersebut

akan di lakukan terus-menerus tanpa adanya kesadaran dari individu

tersebut. Penghargaan di sini di tunjukkan pada pemberian tambahan

uang saku, pemberian tambahan uang saku tersebut di lakukan jika di

rasa anak sudah baik dalam menjalankan perintah yang di berikan.

Dari pernyataan diatas yang disampaikan oleh para orangtua

yang menginginkan anaknya untuk belajar disiplin, terdapat beberapa

perbedaan yang menyangkut tentang disiplin itu sendiri. Ada beberapa

orangtua yang optimis bahwa anak mereka bisa ditanamkan nilai-nilai

disiplin dan bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, tetapi

juga ada orangtua yang tidak terlalu mengharuskan anaknya untuk

Page 75: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

belajar arti disiplin atau benar-benar menerapkannya di dalam

keluarga, karena keadaan anak mereka yang meyandang tunagrahita.

Tetapi dari pernyataan diatas walaupun para orangtua ada yang

benar-benar mengharuskan anaknya untuk disiplin, tetapi anak-anak

mereka yang meyandang tunagrahita setidaknya sudah mengerti dan

belajar disiplin dari mereka berangkat sekolah, jika mereka setiap hari

beragkat kesekolah sebelum pukul 07.00, maka mereka tidak akan

terlambat untuk masuk sekolah dan mereka juga tidak anak dihukum.

Tetapi jika mereka dating kesekolah lebih dari pukul 07.00, maka

mereka sudah terlambat dan dipastikan mereka juga akan mendapat

hukuman dari guru mereka sendiri. Maka dari itulah para orangtua

secara tidak langsung juga sudah mengajari anak mereka untuk

disiplin, walaupun mulai drai hal yang terkecil sekalipun.

c. Sopan santun dalam lingkungan keluarga dan sekitar

Sopan santun yang diajarkan orangtua yang memiliki anak

peyandang tungarhita, diharapkan dapat berdampak positif bagi

perkembangan kepribadian anak. Sopan santun yang diterapkan dalam

keluarga mengacu pada norma yang ada dalam masyarakat itu sendiri,

yaitu kebiasaan-kebiasaan yang dianggap baik dan dilakukan oleh

banyak orang. Sehingga sejak kecil anak diajarkan sopan santun agar

dapat membawa dirinya dalam berinteraksi dengan orang lain.

Dilingkungan penelitian, ketika seorang anak bertingkah laku

yang dianggap tidak sopan, orang akan mengatakan “mboten pareng”

Page 76: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

yang artinya “tidak boleh”. Orangtua akan berusaha menanamkan

sopan santun sesuai dengan yang dilakukan masyarakat pada

umumnya. Dalam kehidupan sehari-hari sopan santun yang diterapkan

dalam keluarga yang memiliki anak tunagrahita, yang dimana sopan

santun merupakan pola asuh yang sangat penting untuk diajarkan,

berikut ini adalah pola asuh yang diterapkan bagi orangtua yang

memiliki anak tunagrahita:

Sopan santun dalam hal berinteraksi dengan orang yang lebih

tua. Ketika berinteraksi dengan orang yang lebih tua tidak boleh

“njarak” yang artinya memanggil orang yang lebih tua dengan

sebutan nama saja, ketika bertemu atau akan berpisah harus mencium

tangan, ketika bertamu harus mengucapkan salam akan masuk rumah.

Hal ini diungkapkan oleh

Ibu Tuti yang dikutip dalam wawancara sebagai berikut :

“saya kan satu pekarangan dengan mbahnya salsa to mbak, jadi salsa itu saya ajarkan nak “ngundang” (memanggil) mbahnya dengan sebutan mbah. Terus nak setiap mau berangkat sekolah tuh saya biasakan untuk mencium tangan bapaknya mbak, jadi ya itu yang saya ajarkan sama salsa mbak”

Teori yang digunakan dari hasil wawancara diatas adalah teori

Pengajaran dan Tindakan Tradisional, dimana pengajaran ditunjukkan

pada pengajaran cara memanggil orang yang lebih tua dengan

menggunakan bahasa yang halus dan sopan. pengajaran disini di

maksudkan agar anak dapat menghormati orang yang lebih tua, mulai

dari keluarga sendiri sampai dengan memanggil orang lain yang lebih

Page 77: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

tua dari anak tersebut. Teori tindakan tradisional disini di tunjukkan

pada kebiasaan ibu memanggil orangtua nya atau nenek si anak dengan

sebutan ”mbah”, hal tersebut dilakukan setiap saat dan tanpa disadari

sudah menjadi kebiasaan yang di lakukan dalam kegiatan sehari-hari.

Sopan santun dalam hal memanggil orang yang lebih tua

dengan panggilan yang sopan berlaku bagi semua keluarga yang

diwawancarai, tetapi ada beberapa keluarga yang tidak harus sampai

melakukan tata cara berangkat sekolah seperti mencium tangan

orangtua.

Selain sopan santun dalam hal tata cara memanggil orang yang

lebih tua, Ibu Tuti juga mengajarkan sopan santun ketika sedang ada

tamu dan ketika bertamu. Ketika sedang kedatangan tamu, bagi anak

yang normal biasanya diharapkan bisa membuatkan minuman bagi

tamu, dan menyalami tamu tersebut sebagai menunjukkan rasa sopan

santun yang diajarkan oleh orangtua. Tetapi jika anak tunagrahita hal

yang mudah seperti itu sulit dilakukan, karena biasanya anak

tunagrahita cenderung pemalu dan sulit berinteraksi dengan orang lain.

Ini dialami oleh hampir seluruh anak peyandang tunagrahita yang

kedatangan tamu kerumahnya, tetapi berbeda halnya jika tamu tersebut

adalah kerabat sendiri, maka mereka pun tanpa disuruh akan

menyalami dan mencoba berinteraksi dengan tamu. Jika bertamu

kerumah oranglain atau kerabat maka orangtua mengajarkan beberapa

tata cara bertamu yaitu diantaranya adalah, jika akan masuk kerumah

Page 78: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

orang maka di wajibkan untuk mengetuk pintu dan mengucapkan

salam seperti “kulo numun” atau bisa “asalamualikum” (bagi yang

beragama muslim), anak tidak boleh menyela pembicaraan antara

pemilik rumah dan orangtua, dan anak harus duduk diam disamping

orangtua, dan juga harus menjawab bila ditanya oleh pemilik rumah.

Ketika berpamitan diajarkan untuk berjabat tangan dengan pemilik

rumah, walaupun dengan ekspresi yang malu-malu atau bahkan tidak

suka. Aturan-aturan yang menggambarkan sopan santun tersebut

biasanya selalu dipesan atau selalu diingatkan oleh orangtua sebelum

berangkat bertamu, tetapi yang sering terjadi anak sudah lupa apa saja

yang diajarkan oleh orangtua saat bertamu. Tetapi anak jika sering

diajak oleh orangtuanya bertamu kerumah saudara saja, maka anak

akan terbiasa dengan tata cara bertamu kerumah orang lain, tetapi

biasanya pada anak tunagrahita mereka cenderung pemalu, baik itu

mereka kedatangan tamu maupun bertamu keryumah saudara atau

oranglain. Apa yang diajarkan Ibu Tuti salah satu gambarannya, yaitu :

“Misalnya kalau ada tamu, saya suruh menyalami tamu tersebut mbak. Kalau tidak ya dia itu ikut “jagongoi” tapi dia juga diam saja mbak, salsa itu cenderumg pemalu mbak, bahkan dia itu sama sekali gak mau keluar kok mbak, dan ckalo ditanya sama tamu dia itu jawabnya pake bahasa Indonesia, masalahnya dia itu gak bisa bahasa jawa yang halus mbak.”

Hal yang tidak kalah pentingnya dalam sopan santun adalah

mengenai bahasa yang digunakan, karena bahasa merupakan alat

komunikasi dengan orang lain. Pada umumnya bahasa yang digunakan

adalaha bahasa jawa ngoko (kasar), meskipun demikian bahasa jawa

Page 79: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

krama (halus) juga perlu diajarkan agar anak dapat boso dengan orang

yang lebih tua. Tetapi orangtua tidak hanya menggunkan bahasa jawa

krama agar anak mereka terlihat sopan, tetapi orangtua pada saat ini

mengajak komunikasi dengan anak mereka menggunkan bahasa

Indonesia. Karena baha Indonesia dianggap bahasa yang paling mudah

kosa katanya dan mudah dingat oleh anak, sedangkan bahasa jawa

krama hanya digunakan pada saat tertenutu, seperti contoh pada acara

keluarga dan yang diajak komunikasi adalah orangtua yang didak

mengerti bahasa Indonesia, maka digunakan bahasa jawa krama.

Seperti kutipan wawancara dengan Ibu Sri Pratiwi sebagai berikut :

“ Vanya saya ajarkan sopan santun mulai dari dia memanggil orang yang lebih tua, seperti memanggil bude, pakde, dan simbahnya. Saya juga mengajarkan bagaimana cara main kerumah teman sebayanya, harus mengetuk pintu dan mengucap salam sebelum masuk rumah. Tetapi kalau bahasa jawa krama, saya tidak ajarakan terlalu banyak mbak, karena bahasa yang banyak digunakan sehari-hari adalah bahasa Indonesia. Bahasa jawa krama paling hanya dipakai jika mbahnya memanggil, nanti dia akan menjawab dengan bahasa jawa krama yaitu “nggih”, dan jika berkata tidak dengan kata “mboten”.

Paradigma yang di gunakan dari hasil wawancara di atas

adalah teori tindakan tradisional dan pengajaran, tindakan tradisional

disini dapat di lihat dari cara memanggil kakak dari Ibu atau Ayah

dengan sebutan Bude dan Pakde. Tindakan tradisional seperti itu sudah

ada sejak lama tentunya dalam masyarakat jawa khususnya, sebutan

seperti itu diajarkan kepada anak agar anak bisa menghormati dan

mengerti bahwa yang di panggil seperti itu adalah saudara kandung

dari ayah atau ibu mereka. Teori Pengajaran dapat disini dapat di lihat

Page 80: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

dari pengajaran tata cara bermain kerumah teman sebaya, karena anak-

anak pada umumnya tanpa di sadari sangat sering sekali bermian di

rumah teman mereka. Tata cara bermian ke rumah teman sebaya

sangat penting diajarkan, karena di maksudkan agar anak mempunyai

sopan santun dan mengerti tata cara dalam berkunjung kerumah orang

lain nantinya.

Tetapi tidak semua anak mudah mengucapkan kata-kata yang

mudah bagi kebayakan anak tunagrahita, juga terdapat anak

tunagrahita yang memiliki kekurangan lainnya. Seperti yang dialami

oleh Marlina, selain dia memiliki IQ yang dibawah rata-rata, bicaranya

pun agak sulit untuk dimengerti. Jadi cara yang berbeda diajarkan oleh

Ibu Priharti, berikut penuturannya dalam wawancara :

“ Percakapan sehari-hari yang dilakukan oleh Marlina hanya dilakukan dengan tindakan dan sangat sedikit berbicara, seperti kalo dia ngajak main teman sebayanya boneka. Dia hanya keluar rumah dan membawa boneka nanti bonekanya akan di tunjukkan dengan temannya, karena kebanyakan temannya tidak mengerti yang marlina maksud mbak. Tapi kalau ada tamu itu saya suruh salaman atau bahkan cium tangan jika tamunya orangtua atau bahkan kerabat, jadi sampai disekolah pun dia mengerti kalau udah mau pulang berarti dia juga harus mencium tangan gurunya mbak. Hanya itu yang bisa saya ajarkan mbak, karena keterbatasan marlina sendiri, dan yang paling penting saya gak mau maksa mbak. Jadi saya harap orang-orang akan maklum dengan keadaan anak saya ini mbak.

Paradigma yang di gunakan dari hasil wawancara diatas adalah

Pengajaran dan Tindakan Tradisional, yang dimana Pengajaran disini

dapat di lihat dari ajaran yang diberikan oleh ibunya untuk menyalami

tamu yang datang berkunjung kerumahnya, dan juga mencium tangan

Page 81: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

guru saat akan pulang sekolah. Pengajaran seperti itu sudah sering

diajarkan pada anaknya, dan dari pengajaran yang sudah sering di

ajarkan kepada anaknya maka terjadi tindakan tradisional dalam

keluarga ini. Dari pengajaran yang sering di ajarkan, maka sudah di

pastikan akan menjadi kebiasaan dengan sendirinya. Selain tindakan

tradisional seperti menyalami tamu dan gurunya, tindakan tradisional

lainnya di tunjukkan pada cara marlina mengajak bermain temanya,

tanpa mengeluarkan kata-kata untuk mengajak bermain teman-

temannya akan mengerti bahwa dia mengajak bermain. Tindakan yang

di lakukan adalah hanya membawa boneka ke luar rumah, dan jika

temannya melihat dia membawa boneka maka temannya mengerti apa

yang dia inginkan.

Tingkah laku yang menunjukkan kesopanan juga sama

perlunya diajarkan kepada anak, agar anak mengerti mana yang

dianggap baik dan mana yang dianggap tabu atau tidak sopan dalam

pergaulan sehari-hari. Jika anak bersikap sopan terhadap orang lain,

maka orang akan menganggap anak tersebut mempunyai budi pekerti.

Bahkan menganggap pola asuh yang diterapkan oleh orangtua akan

sudah berhasil, karena membuat anak cara tunagrahita mengerti dan

melakukan apa yang diajarkan orangtua kepada orang lain.

Page 82: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Ada sebagian anak tunagrahita memiliki kekurangan yang

lainnya, seperti yang diungkapkan diatas. Biasanya kekurangan

tambahan yang disandang anak peyandang tunagrahita adalah

kekurangan sulit berbicara, atau jika dia dapat bicara maka suara yang

diucapkan tidak jelas bagi yang mendengar. Tetapi jika anak

tunagrahita yang tidak memiliki kekurangan tambahan lainnya, maka

biasanya mereka sangat mudah diajak untuk berinteraksi dalam

kegiatan sehari-hari, tentunya dengan menguunakan kosa kata yang

sopan dan bertingkah laku sopan. Seperti penuturan Ibu Supiah pada

saat wawancara, sebagai berikut ini:

“saya ngajarin wawan sopan santun mulai dari hal yang biasa mbak, sepeerti saya ajarkan kalo dipanggil seseorang yang lebih tua saya suruh jawab dengan bahasa jawa krama “nggih”, dan kalau sedang diajak bercanda dengan keluarga yang lain saya minta tolong ajarkan dengan menggunakan bahasa yang baik-baik saja. Untungnya wawan itu mudah untuk diberitahu mbak, jadi saya agak gampang untuk memberitahu hal-hal yang menyangkut tentang tata krama mbak”.

Teori yang di gunakan adalah teori pengajaran dan tindakan

tradisional, dimana pengajaran disini dapat dilihat dari tata cara

berbicara dengan orang yang lebih tua dengan menggunakan bahasa

jawa yang halus. Dari pengajaran yang sering di lakukan tersebut maka

akan menjadi kebiasaan nantinya yang akan di gunakan oleh anak, dan

kebiasaan yang diajarkan oleh orangtua tersebut yang bisa di katakan

tindakan tradisional. Tindakan tersebut sering dilakukan tanpa adanya

kesadaran dari individu yang melakukan, tanpa adanya kesadaran itu

yang menyebabkan kebiasaan bagi orangtua dan anak.

Page 83: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Hal yang sama juga dialami oleh kedua orangtua responden

lainnya, mereka juga mulai mengajari anaknya belajar sopan santun,

mulai dari kata-kata yang digunakan hamper setiap hari dalam

lingkungan anak, baik lingkungna rumah maupun lingkungan sekolah.

Berikut ini adalah penuturan dari Ibu Ayu :

“Awang itu saya ajarkan sopan santun mulai dia usia sekitar 3 tahun mbak, ya walaupun awal-awal kata yang saya gunakan masih sangat mudah mbak. Seperti kalo dia saya paggil saya ajarkan untu menjawab dengan “nun” atau “dalem”, itu kan dalam bahasa jawa krama mbak. Selain itu saya ajarkan juga untuk memanggil kakek-neneknya dengan sebutan “eyang kung” dan “eyang ti”, karean saya kan masih satu pekarangan dengan mbahnya awang mbak. Tetapi kebanyakan saya ajarkan sopan santun ke awang dengan orang lain munggunakan bahas Indonesia mbak, masalahnya saya sediri bahasa jawa krama juga gak begitu lancar mbak”

Teori yang digunakan dari hasil wawancara diatas adalah,

tindakan tradisional dan pengajaran, tindakan tradisional disini dapat

dilihat dari kebiasaan orangtua yang mengharuskan anaknya untuk

belajar menggunkan bahasa jawa yang halus kepada orang yang lebih

tua. Hal ini diajarkan sejak anak berusia 3 tahun, dengan tujuan agar

orangtua lebih mengarahkan anaknya sejak dini, jadi dari usia anak 3

tahun di harapkan hal yang dilakukan oleh orangtuanya akan menjadi

kebiasaan nantinya tanpa orangtua menyuruh. Pengajaran disini dapat

dilihat dari pengajaran yang di lakukan orangtua kepada anak, anak

diajarkan untuk menggunakan bahasa jawa yang halus kepada orang

yang lebih tua. Pengajaran tersebut harus dilakukan anak dengan

tujuan agar anak dapat bertindak sopan kepada oranglain dengan

Page 84: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

menggunakan bahasa jawa yang halus, dan juga agar anak menjadi

lebih menghormati orang yang lebih tua.

Tidak hanya beberapa kosa kata saja yang diajari oleh Ibu Ayu

kepada Awang, tetapi Ibu Ayu juga mengajarkan tata cara ketika akan

masuk rumah sehabis pergi ke sekolah atau bermain. Ibu Ayu

mengajarkan agar sebelum masuk rumah, Awang diwajibkan

mengetuk pintu dulu. Ibu Ayu berharap dari sebuah hal-hal yang

dianggap sepele maka akan menjadi kebiasaan yang baik nantinya bagi

Awang. Inilah juga yang diharapkan oleh Ibu Nurimah, berikut adalah

penuturan dari Bu Nurimah dalam wawancara berikut ini:

“Kalau saya ngajarin Tio, pasti selalu pakai imbalan mbak apapun itu bentuknya. Ya walaupn imbalannya tidak harus berupa materi mbak, tetapi kadang yo tak “lem” aja dia udah seneng mbak. Contohnya ya mbak kalo saya ajarin tata krama tuh ya, kalo ada tamu saya suruh salaman dengan tamu itu, terlebih lagi jika masih kerabat sendiri, maka saya akan menyuruh mencium tangan tamu tersebut walaupun Tio malu-malu, saya juga ngajari anak buat boso mbak kalo lagi ngobrol sama siapa saja mbak. Biar Tio juga ngerti mbak boso itu penting.

Dari Teori ini dapat disimpulkan bahawa teori yang di gunakan

adalah teori pengajaran dan penghargaan, pengajaran disini dapat

dilihat dari orangtua mengajarkan cara memperlakukan tamu yang

berkunjung kerumahnya. Tujuan orangtua mengajarkan seperti itu

kepada anak dimaksudkan agar anak tidak menjadi pemalu, karena

sifat anak itu sendiri yang sudah pemalu jika bertemu dengan

oranglain. Penghargaan akan di berikan jika anak sudah berhasil

melakukan hal yang sudah di perintahkan oleh orangtua kepadanya,

Page 85: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

penghargaan disini hanya berupa pujian yang bisa membuat anak

menjadi senang.

Seperti yang sudah dipaparkan diatas sopan santun bisa

diajarkan setiap hari, dengan tujuan agar diharapkan menjadi kebiasaan

dalam melakukan segala kegaiatan dalam kehidupan sehari-hari.

Penanaman sopan santun dalam pola asuh keluarga terhadap anak

peyandang tunagrahita tidak mudah, karena penangkapan daya

pemikiran mereka yang kurang dari anak normal lainnya. Pengajaran

bisa dilakukan dengan mudah tanpa imbalan atau bahkan tanpa

ganjaran hukuman untuk mereka, tetapi ada juga pengajaran yang

menggunakan imbalan atau ganjaran. Jadi pengajaran sopan santun,

harus dilakukan setiap hari agar anak terbiasa nantinya.

Kesopanan merupakan sarana agar anak dapat menghargai

dirinya sendiri dan juga menghargai orang lain, yang akan dibawanya

dalam lingkungna interaksinya yang lebih luas nantinya, sehingga

orangtua diharapkan dapat menanamkan kesopanan kepada anak sejak

kecil.

Orangtua memiliki kewenangan untuk mengasuh anaknya

dengan caranya sesuai dengan pola asuh keluarga masing-masing,

meskipun pola asuh yang diteraokan dengan bantuan keluarga sekitar.

Tujuan dari pengasuhan ini adalah agar anak bisa mandiri, dan bisa

diterima oleh lingkungan tanpa cemooh dari lingkungan sekitar juga,

karena kekurangan yang dimiliki anak tersebut. Orangtua memberikan

Page 86: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

pendidikan untuk anak yang dianggapnya baik untuk kepribadian anak,

dan yang berlaku dimasyarakat pada umumnya. Seperti halnya dengan

poengajaran tentang sopan santun terutama dalam hal melakukan

pekerjaan rumah sehari-hari, dengan tujuan agar anak bisa mandiri.

Dalam hal disiplin, dengan tujuan agar anak dapat mengahargai waktu

dan belajar untuk menghargai orang lain dari ketepatan waktu. Dan

juga belajar tentang sopan santun, dengan tujuan agar anak dapat

menghormati orang yang lebih tua dan dapat mengerti tata krama yang

berlaku dalam masyarakat di kehidupan sehari-hari.

d. Penanaman Nilai-nilai Keagamaan

Setiap orangtua menginginkan anaknya menjadi anak yang

patuh terhadap orangtua, bertingkahlaku sesuai dengan norma,

beragama, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Penanaman

nilai keagamaan kepada anak sejak kecil merupakan landasan untuk

masa mendatang dalam kehidupan anak, penanaman agama dapat

dilakukan dengan cara formal seperti di sekolah, dan non formal

seperti yang diajarkan oleh orangtua sendiri di rumah.

Didalam keluarga Ibu Tuti, tidak ada pelajaran khusus yang

disampaikan kepada anaknya tentang agama. Tetapi Ibu Tuti mulai

mengenalkan agama ke anaknya, seperti agama yang mereka anut,

Tuhan mereka dan kitab suci mereka. Seperti apa yang disampaikan

oleh Ibu Tuti sebagai berikut :

“Saya hanya mengajari tentang agama kita itu islam, tuhan kita Allah dan kitab suci kita al-qur’an. Juga saya hanya mengajari

Page 87: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

surat-surat pendek mbak, seperi membaca al-fatehah saja mbak. Salsa saja suruh membaca itu dia belum bisa lancar mbak, apalagi surat yang lain. Saya tidak pernah mengikutkan salsa TPA di masjid, karena anaknya tidak mau mbak, jadi saya juga tidak mau maksa. Tetapi kalau saya sholat dia juga pengen ikut memakai mukena mbak, tapi ya itu cuma memakai tok ya saya juda udah seneng mbak.”

Teori yang digunakan dari hasil wawancara diatas adalah teori

rasinalitas yang berorientasi nilai dan juga pengajaran, teori

rasionalitas yang berorientasi nilai tersebut dapat dilihat dari adanya

pengenalan tentang Tuhan dan agama yang dianutnya. Teori

pengajaran disini dapat di lihat dari orangtua yang mengajarkan surat-

surat pendek yang ada dalam al-qur’an, pengajarn tersebut

dimaksudkan agar anak mengerti tentang bacaan ayat-ayat suci dalam

agama yang dianutnya.

Ibu Tuti hanya mengandalkan pelajaran agama yang diajarkan

di sekolah setiap satu minggu sekali, dan pelajaran agama tersebut

biasanya dilakukan di ruang aula secara bersamaan tidak seperti

sekolah regular lainnya yang melaksanakan pelajaran agama di ruang

kelas masing-masing. Karena pihak sekolah menyadari daya tangkap

anak peyandang tunagrahita yang minim, sehingga memutuskan untuk

menjadikan satu dalam satu ruang aula.

Penanaman nilai-nilai keagamaan sejak kecil adalah merupakan

pilihan dari orangtua itu sendiri, dan juga merupakan salah satu bentuk

pola asuh yang diterapkan. Para orangtua sebenarnya sangat ingin

sekali mempunyai anak yang taat beribadah sejak kecil, karena mereka

Page 88: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

menganggap jika anak sudah dapat beribadah sejak kecil, maka mereka

sudah dapat mengetahui perbuatan yang dilarang dan diperbolehkan

bagi agama mereka.

Untuk mencapai tujuan tersebut, orangtua juga mendapatkan

kendala seperti pengetahuan orangtua yang pendek tentang agama. Jika

sudah seperti itu tidak dapat dipungkiri lagi, maka orangtua

memerlukan bantuan dari pihak luar, seperti TPA, sekolah dan kerabat

yang mengetahui tentang agama.

Menanamkan nilai agama pada anak telah dilakukan oleh Ibu

Sri Prastuti sejak anak masih kecil, dimana anaknya telah mengenal

huruf-huruf dasar yang ada didalam al-qur’an, tetapi belum lancar

untuk menghafalnya, sebagaimana yang disampaikan oleh Ibu Sri

Pratiwi berikut ini :

“Dari kecil saya sudah membelikan iqro mbak, agar bisa belajar untuk mengenal huruf dulu. Yang ngajarin itu kadang saya, bapaknya, tapi malah sering itu budenya mbak, kalau sama budenya itu malah nurut dan agak cepet hapal mbak. Lagian juga saya gak bisa tau tentang baca al-qur’an yang benar itu gimana mbak, jadi saya separone yo berharap vanya itu tau tentang dosa, pahala, kewajiban orang islam itu dari sekolahan dan budenya mbak. “

Teori yang digunakan dari hasil wawancara diatas adalah

Pengajaran dan Rasionalitas yang berorientasi nilai, teori pengajaran

disini dapat dilihat dari tindakan orangtua yang membelikan “Iqro”,

dan juga mengajarinya untuk membaca huruf-huruf yang ada di “Iqro”

tersebut. Teori Rasionalitas yang berorientasi nilai disini dapat dilihat

dari kepercayaan orangtua kepada agama dan Tuhannya, sehingga

Page 89: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

orangtua berusaha untuk menularkannya kepada anak mereka.

Tindakan orangtua tersebut mempunyai tujuan, agar anak mereka

percaya dengan adanya Tuhan dan kitab suci.

Ibu Sri Pratiwi menjelaskan bahwa pengetahuannya tentang

penanaman nilai-nilai agama kepada anaknya belum maksimal,

dikarenakan pengetahuan agama yang dimiliki juga belum maksimal.

Penanaman nilai-nilai agama kebanyakan diserahkan kepada

sekolah, seperti tentang puasa ramadhan, bacaan shalat, bacaan surat-

surat pendek, dan pengetahuan tentang agama lainnya. Tetapi orangtua

masih belum merasa puas dengan pendidikan yang deberikan

disekolah, maka anak-anaknya pun diajarkan lagi dirumah tentang

nilai-nilai agama. Tujuannya agar orangtua mampu mengetahui

pengetahuan anaknya tentang nilai-nilai agama yang diterima, dan agar

orangtua dapat lebih dekat lagi dengan anak. Untuk menunjang hal

tersebut maka orangtua juga sering mendengarkan pengajian atau

ceramah di radio maupun di televisi, dan juga mrmbaca buku-buku

tentang agama. Tujuannya adalah agar mendapatkan ilmu agama yang

lebih, dan dapat mengajarkan ilmunya langsung kepada buah hatinya

dirumah.

Melatih anak untuk patuh dan hormat kepada orang yang lebih

tua, adalah cara yang dilakukan oleh Ibu Priharti, agar anaknya

mengerti tentang nilai-nilai agama yang ada dalam sikap menghormati

Page 90: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

dan menghargai orang yang lebih tua. Berikut yang diungkapkan oloeh

Ibu Priharti :

“Semua anak saya mbak, dari kecil saya ajarkan untuk belajar menghormati orang yang lebih tua. Maksud saya ben dia mengenal agama dari orang yang lebih tua, yo siapapun itu orangnya mbak, nanti saya juga bilangin kalo surga itu ada ditelapak kaki ibu, jadi kan anak-anak saya nurut semua sama saya to mbak, termasuk marlina yang punya kekurangan itu.”

Teori yang di gunakan dari hasil wawancara diatas adalah teori

Pengajaran dan Teori Rasionalitas yang berorientasi nilai, dimana teori

pengajaran bisa dilihat dari ajaran yang diberikan orangtua kepada

anak tentang taat kepada orangtua adalah bagian dari ajaran agama.

Teori Rasionalitas yang berorientasi nilai bisa dilihat dari kepercayaan

orangtua akan adanya ajaran agama yang menjelaskan tentang

patuhnya anak adalah bagian dari iman, dan juga agar anak mengerti

dan percaya tentang ajaran agama lewat orangtua.

Pengajaran penanaman nilai-nilai agama pada anak, biasanya

berbeda-beda antar keluarga. Ini tergantung dari agama yang dianut

oleh kedua orangtua, dan anak pun hanya mengikuti agama yang

dianut oleh orangtua. Orangtua pun harus dapat memberitahu agama

yang dianut kepada anaknya, agar anak pun dapat mengikuti kegiatan

agama yang dilakukan di lingkungan sekolah maupun masyarakat.

Setiap agama pun mempunyai ritual atau cara ibadah yang berbeda,

seperti agama Kristen yang dimana setiap hari minggu umat kristiani

selalu ke gereja untuk berdoa dan bersembahyang.

Page 91: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

Sama seperti orangtua yang menganut agama islam, orangtua

yang menganut agama Kristen pun ingin anaknya rajin beribadah.

Tetapi ritual atau cara yang digunakan berbeda, jika oranngtua yang

menganut agama islam. Mereka biasanya mengikutkan anaknya TPA,

tetapi berbeda dengan orangtua yang menganut agama Kristen, mereka

biasanya mengikutkan anaknya sekolah minggu.

Sekolah minggu ini adalah perkumpulan anak-anak yang ada

dalam satu tempat gereja yang sama, kegiatan mereka yang mengikuti

sekolah minggu adalah berdoa, kegiatan fisik, dan menyanyi lagu-lagu

pujian khusus anak-anak. Sekolah munggu pun mempunyai tujuan

yang sama seperti TPA, yaitu agar anak-anak mengerti tentang nilai-

nilai agama yang dianutnya. Berikut ini adalah pernyataan dari Ibu

Supiah yang beragama Kristen prostestan dalam wawancara sebagai

berikut :

“saya itu kalo hari minggu dengan bapaknya selalu aktif ke geraja mbak, saya tidak pernah bolong ke gereja. Kalau ke gereja anak-anak saya semuanya ikut termasuk wawan, wawan itu saya masukan sekolah minggu mbak, tapi sekolah minggu wawan itu hari sabtu sore mbak. Dia kalo sekolah minggu itu aktif banget mbak, dia seneng sekolah minggu, karena banyak temen buat diajak main mbak. Tapi saya tetep seneng mbak, walaupun dia punya kekurangan setidaknya itu buat “sangu” dia nanti kalau saya udah gak ada mbak.”

Dari hasil wawancara diatas maka dapat disimpulkan

menggunakan Teori Rasionalitas yang berorientasi nilai, Tindakan

tradisional, dan Pengajaran. Teori Rasionalitas yang berorientasi nilai

bisa dilihat dari seringnya pergi ke gereja untuk berdoa, Tindakan

Page 92: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

tradisional bisa dilihat dari terbiasanya berangkat ke gereja pada hari

minggu untuk berdoa, dan ini membuat kebiasaan bagi individu yang

melakukannya dan dilakukan tanpa adanya paksaan. Teori Pengajaran

bisa dilihat dari cara orangtua mengajak anak mereka ke gereja, dan

juga memasukkan anak dalam kegiatan sekolah minggu. Dari sekolah

minggu itu nanti akandiajarkan tentang pendalaman agama yang

dianutnya, dan juga agar anak percaya akan hadirnya Tuhan.

Sekolah minggu juga banyak memberikan dampak yang positif

bagi anak-anak dan orangtua, diantaranya adalah orangtua tidak perlu

mengajarkan lagu-lagu pujian. Karena di sekolah minggu sudah

diajarkan, sehingga anak-anak akan hapal dengan sendirinya. Orangtua

juga tidak perlu mengajarkan tentang isi al-kitab, karena disekolah

minggu pun sudah diceritakan dengan cara mendongeng, jadi

diharapkan orangtua menajdi terbantu dengan anaknya dimasukan

sekolah minggu.

Tetapi berbeda dengan keluarga Ibu Ayu, keluarga Ibu Ayu

adalah keluarga yang unik. Karena dalam satu rumah ada perbedaan

keyakinan, ini terjadi anatara Ibu Ayu dan suaminya. Ibu Ayu

beragama muslim, dan suaminya beragama katolik. Penanaman nilai-

nilai agama kepada anak ternyata sudah dibicarakan saat anak mereka

masih bayi, sehingga nanti jika anak mereka sudah usia sekolah, maka

anak akan tahu agama yang merka anut ikut ibu atau bapak mereka.

Tetapi dalam keluarga ibu ayu kedua anaknya mengikuti agama

Page 93: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

bapaknya, karena menurut suami Ibu Ayu agama katolik yang paling

mudah ibadahnya, berikut ini adalah hasil wawancara:

“ Kalau saya dan suami itu mbak sudah punya kesepakatan kalau anak-anak itu agama bapaknya, yang nyuruh ya bapaknya katanya biar gak ribet mbak kalau ibadah. Wawan itu ikut sekolah minggu mbak, tapi gak digereja katolik. Dia ikut sekolah minggu di sereja Kristen Protestan mbak, biar deket dari rumah saja mbak, kalau gereja katolik itu jauh dari rumah mbak.”

Dari hasil wawancara diatas maka dapat di simpulkan

menggunakan Teori Rasionalitas yang berorientasi nilai, teori ini dapat

dilihat dengan adanya kepercayaan kepada Tuhan walaupun apapun itu

agama yang dianut oleh orangtua. Disini orangtua memberikan agama

kepada anak yang dianggap orangtua agama tersebut melakukan

ibadah mudah, karena pada keluarga ini orangtua berbeda keyakinan.

Jadi oarngtua disini hanya menanamkan agama apa yang dianut kepada

anak, agar nantinya anak akan mengerti agama yang dianut walaupun

berbeda dengan yang di anut oleh kedua orangtuanya.

Lembaga-lembaga masyarakat yang mengajarkan anak-anak

tentang agama pada saat ini sudah sangat banyak, karena dengan

berbagai alas an yang ada. Salah satunya adalah pengetahuan tentang

agama pada orangtua yang minim, jadi para orangtu memilih untuk

mengajarkan agama kepada anaknya. Seperi TPA yang mengajarkan

cara mengaji dan shalat, ini yang dipilih oleh Ibu Nurisiyah, berikut ini

adalah hasil wawancara:

“ Saya itu lebih memilih anak saya tak masukin TPA kok mbak, karena saya kurang tahu tentang agama. Apalagi ngajarin

Page 94: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

ngaji sama sekali saya dak bisa mbak, jadi tio saya ikutin TPA saja mbak, biar bisa ngaji dan sholat mbak. Daripada dia dirumah gak tahu apa-apa tentang agama mbak, kalu ngandelin agama dari sekolahan saja ya kurang to mbak, jadi saya milih masukin dia TPA mbak.”

Teori yang digunakan dari hasil wawancara diatas adalah

Rasionalitas yang berorientasi nilai, dimana teori ini dapat dilihat

dengan orangtua yang memasukan anaknya ke TPA, cara ini dilakukan

agar anaknya mengerti tentang agama. Ketika orangtua memasukan

anaknya ke TPA dapat disimpulkan maka orangtua percaya akan

adanya Tuhan dan ajarannya, dan juga agar anak mengerti tentang itu

semua.

Hal ini adalah kegiatan yang tepat untuk anak-anak, agar

dengan tujuan anak mereka dapat mengerti tentang agama, dan juga

agar dapat melakukan ibadah yang wajib bagi umat islam seperti shalat

5 waktu.

Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan, bahwa

penanaman nilai-nilai keagamaan yang dilakukan orangtua sangat

penting bagi kelangsungan kehidupan anak nantinya. Diharapkan

penanaman nilai-nilai keagamaan yang dilakukan oleh orangtua dapat

menjadi pedoman dalam menjalankan hidup nantinya saat orangtua

meninggal dunia, dan juga diharapkan agar anaknya berperilaku yang

baik sesuai dengan norma agama yang dianutnya.

Page 95: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

2. Pengganjaran (rewarding)

Pemberian ganjaran merupakan imbalan yang diberikan seseorang

atas tindakannya, meskipun tidak semua orang mengganjar orang lain dan

juga diganjar atas tindakannya.

Mengenai pengganjaran yang berkaitan dengan pola pengasuhan

anak, tidak semua orangtua sebagai pengasuhnya melakukan pengganjaran

terhadap anak atas tindakannya. Pengganjaran mengandung dua arti yaitu,

penghargaan dan hukuman.

Tingkah laku anak yang salah, tidak baik, tercela, kurang sopan,

tidak diterima oleh masyarakat akan mendapat hukuman. Sedangkan

hukuman dapat berupa hukuman fisik atau badan (pukulan, jeweran,

cubitan), atau dapat berupa hukuman sosial dikucilkan, dikurangi hak-

haknya, dimarahi). Sebaliknya jika anak berbuat baik, menyenangkan,

berprestasi akan mendapatkan penghargaan. Penghargaan tersebut dapat

berupa barang (baju baru, peralatan sekolah, uang dan lain-lain), ataupun

berupa pujian yang menyenangkan.

a. Hukuman

Keluarga Ibu Tuti, ketika anaknya melakukan sesuatu yang

dianggap salah atau tidak mau menurut jika diberi perintah. Jika itu

terjadi maka yang dilakukan Ibu Tuti adalah hanya memberi nasihat

saja, dan juga mengarahkan anaknya agar mau mendengar dan

melakukan pekerjaan yang diperintah orangtua. Hal ini sesuai dengan

apa yang dikatakan beliau dalam wawancara sebagai berikut :

Page 96: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

“ Kalau anak saya melakukan kesalahan ya saya nasihati mbak, entah itu kesalahan yang ringan sampai besar, tapi utungnya belum ada kesalahan yang besar mbak. Ya paling itu kalau dia tidak mau membantu saya untuk nyapu rumah, ya saya masihati saja mbak. Masalahnya saya tahu keadaan anak saya yang gak normal atau gak sama kaya anak-anak yang liannya mbak, jadi kalau mau saya hokum ya saya gak tega to mbak. Dia juga masih kecil mbak, jadi saya sama bapaknya ya hanya nasihati saja mbak.” Hukuman yang di berikan kepada Ibu Tuti kepada anaknya

hanya berupa nasihat saja, hal ini dilakukan karena sifat Ibu Tuti yang

sangat sabar menghadapi anaknya. Selain faktor kesabaran itu juga

didalam keluarga Ibu Tuti dilarang menghukum anak dengan

menggunakan kekerasan, dan juga kesalahan yang di buat anak tidak

terlalu sering.

Dalam keluarga Ibu Sri Pratiwi, hukuman yang pernah

diberikan kepada anakya adalah menasihati, memarahi, menjewer, dan

mengurangi hak-hak anak (uang untuk jajan). Dari beberapa hukuman

tersebut, yang paling sering dilakukan adalah menasihati, memarahi,

dan menjewer anak. Menurut Ibu Sri Pratiwi, dalam hal memarahi

anak, menasihati anak, atau bahkan hingga menjewer harus punya

alasan yang kuat. Ibu Sri Pratiwi sering melakukan hal-hal tersebut,

jika anak tidak mau menurut perintah yang diberikan kepadanya, atau

anak tidak mau mendengarkan perkataan orangtuanya. Tetapi

hukuman yang diberikan sesuai dengan kesalahan yang dilakukan

anak, jadi tidak semua kesalahan anak akan dihukum dengan cara yang

dijewer. Hukuman fisik tersebut hanya akan diberikan, jika anak sudah

Page 97: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

melakukan kesalahan yang dianggap fatal bagi kedua orangtua. Berikut

ini adalah hasil wawancara dari Ibu Sri Pratiwi :

“ kalau Vanya itu biasanya saya marahi mbak, nanti kalau gak mempan dimarahi. Tangan saya baru maju mbak, saya jewer kupingnya samapai merah mbak. Mau gimana lagi mbak, kalau anak saya bilangin gak bisa, ya saya kepaksa to mbak saya pakai tangan. Apalagi vanya itu anaknya agak susah buat dibilangin mbak, jadi saya hawanya tuh pengen marah-marah terus mbak. Apalagi kalau saya pulang kerja, vanya itu belum mandi. Tak suruh mandi susah, tak suruh belajar susah, ya udah mbak tangan ku maju”.

Lebih lanjut Ibu Sri Pratiwi menjelaskan bahwa sebenarnya

tugasnya tidak terlalu berat, hanya membereskan tempat tidur dan

menyapu saja. Tetapi anak seringkali tidak melakukan pekerjaan

itu,padahal yang harus dilakukan Ibu Sri Pratiwi sehabis

mengantarkan dan menunggu anaknya sekolah hingga pulang sekolah

harus bekerja. Kendala Ibu Sri Pratiwi pada saat mendidik anak juga

ada pada dirinya, yaitu seringnya Ibu Sri Pratiwi menitipkan anak di

tempat neneknya pada saat di tinggal bekerja. Selain karena tidak mau

mengerjakan pekerjaan rumah, anaknya juga sering dimarahi dengan

berbagai alasan, seperti pada saat bermain lupa waktu, sering meminta

uang untuk jajan, dan juga jika diajari belajar sering tidak mau atau

bahkan sampai mengamuk. Maka jika sudah keadaan seperti

mengamuk itu tadi, Ibu Sri Pratiwi langsung menjewer kupingnya,

agar berhenti menangis dan tidak membuat rebut dirumah.Ibu Sri

Partiwi melakukan hukuman seperti itu diharapkan agar anaknya

belajar untuk membagi waktu saat bermain, belajar, dan mengerjakan

Page 98: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

pekerjaan rumah, dan juga agar dapat mandiri mengerjakan sesuatu

sendiri tanpa bantuan orangtua nantinya dengan keterbatasan IQ

anaknya.

Dalam keluarga Ibu Priharti, meskipun tidak ada peraturan

yang ketat, tetapi semua anaknya menurut dengan perintah yang

diberikan oleh Ibu Priharti. Tidak terkecuali anaknya yang

menyandang tunagrahita, berikut ini adalah hasil wawancara dari Ibu

Priharti sendiri:

“ Semua anak saya itu nurut-nurut mbak, jadi saya ngedidik anak-anak saya tidak pernak memakai tangan atau kekerasan mbak. Apalagi sama anak saya yang terakhir ini, dia sudah punya kekurangan jadi saya gak tega untuk keras sama dia mbak. Jangnakan saya, kalau ada kakaknya yang galak sama dia, ya saya marahin gantian mbak. Sudah tahu punya adik kurang IQnya masa yam au tetap dimarahin mbak, jadi saya juga agak mengistimewakan marlina beda dengan kaka-kakanya karena keadaan yang dimilkinya mbak”.

Lebih lanjut Ibu Priharti menjelaskan, bahwa sebenarnya

anaknya tidak pernah dipaksa untuk melakukan sesuatu hal apapun.

Jadi semua kegiatan rumah aka dilakukan oleh Ibu Priharti, jika

anaknya tidak ada dirumah pada saat anaknya pergi dititipkan kerumah

adaik Ibu Priharti. Rumah adik Ibu Priharti juga tidak terlalu jauh dari

rumah Ibu Priharti sendiri, jadi Ibu Priharti merasa tenang untuk

menitipkan anaknya disana, pada saat mengerjakan pekerjaan rumah,

atau pada saat membantu suaminya berjualan. Ibu Priharti terlalu

mengistimewakan anaknya yang terakhir. Karena anaknya yang

terakhir berbeda dengan anak-anaknya yang terdahulu, jika didalam

Page 99: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

rumah terjadi pertengkaran antara marlina dan kakaknya, maka sudah

dipastikan Ibu Priharti akan membela marlina. Kakaknya pun akan

dimarahi oleh Ibu Priharti, biasanya masalah yang ditimbulkan adalah,

jika marlina ingin bermain dengan salah satu kakaknya, tetapi kakanya

tidak mau diajak bermain karena kakaknya merasa dia sudah dewasa.

Jika hal itu terjadi marlina pun akan menjambak, atau mencubit

kakaknya, dan jika kakaknya membalas jambakan atau cubitan yang

dilakukan marlina, maka ibunya pun akan langsung member hukuman

pada kakaknya.

Di keluarga Ibu Supiah, pemberian hukuman yang seringkali

terjadi adalah dimarahi saja tidajk sampia hukumna fisik. Ini dilajukan

karena keadaan anaknya yang peyandang tunagrahita mongoloid, jadi

Ibu Supiah tidak tega jika harus menggunakan hukuman fisik pada

anaknya jika melakukan kesalahan, berikut ini adalah hasil wawancara

dengan Ibu Supiah:

“ Saya tidak pernah menghukum wawan dengan tangan mbak, karena faktor usia saya juga yang sudah tua, dan juga keadaan wawan yang seperti itu mbak. Paling saya hanya memberi nasihat atau memarahinya saja mbak, lha mau gimana lagi to mbak. Mau tak omelin kaya apa juga dia bakal gak ngerti to mbak.”

Lebih lanjut Ibu Supiah menjelaskan alasan hukumna yang

diberikan kepada anaknya, karena anaknya meyandang tunagrahita itu

berarti IQ yang dimilki anaknya berbeda dengan anak-anak lainnya,

maka Ibu Supiah pun mengerti apa yang harus dilakukan. Ibu Supiah

percaya, jika melakukan hukumna dengan cara fisik maka hukuman itu

Page 100: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

tidak akan berhasil, dan cenderung anak akan takut kepada orangtua.

Jika anak sudah takut kepada orangtua, maka pengajaran apaun yang

diberikan orangtua kepada anak akan sia-sia. Dari pemikiran itulah

keluarga Ibu Supiah tidak pernah melakukna hukuman dengan

kekerasan fisik, tetapi lebih dengan nasihat atau cukup dimarahi saja.

Keluarga Ibu Ayu mempunyai pendapatnya sendiri mengenai

hukuman yang dilakukan pada anaknya, jika Ibu Ayu dan suami sudah

merasa maksimal dengan apa yang mereka ajarkan kepada anak.

Tetapi anak mereka belum bisa maksimal menunjukkan hasil yang

diharapkan oleh kedua orangtuanya, maka Ibu Ayu dan suami akan

memarahi anak mereka. Berikut ini adalah hasil wawancara dengan

Ibu Ayu :

“ Saya kalau didik awanag itu mbak cukup dengan dimarahi saja samabil mata saya agak melotot dia itu sudah takut mbak, masalahnya dia itu kan juga tipe anak yang pemalu mbak. Dilihatin orang aja dia sudah malu, apalagi kalau saya marahi dan saya pelototi, dia itu bisa nangis mbak.”

Lebih lanjut Ibu Ayu menjelaskan bahwa hukuman yang

diberikan kepada anaknya adalah sekitar hukuman yang ringan, seperti

dimarahi dan dipelototi dengan mata. Ibu Ayu dan suami percaya,

bahwa hukuman yang seperti itu bisa dianggap paling ampuh untuk

mendidik anak tunagrahita, tanpa menyakiti fisik anak tersebut.

Biasanya Ibu Ayu dan suami memberikan hukuman pada anak, ketika

anak itu tidak mau melakukan perintah yang diberikan kepadanya,

seperti menyapau, belajar, dan juga mandi pada waktu sore hari. Cara

Page 101: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

yang digunakan Ibu Ayu dan Suaminya sangat membantu dalam

mendidik anak mereka, itu yang dirasakan Ibu Ayu dan Suaminya.

Dalam keluarga Ibu Nurimah, hukuman yang diberikan untuk

anaknya meliputi seperti dimarahi, dipotong uang saku, samapai di

cubit pada bagian tangan. Ini dilakukan dengan tujuan anak mau

mendengarkan dan menjalankan perintah yang diberikan oleh

orangtua, jika anak tidak mau mendengarkan dan menjalankan

pertintah orangtua, maka hukuman yang ringna akan diberikan dahulu,

lalu hukuman berat (fisik), berikut ini adalah hasil wawancara dengan

Ibu Nurimah :

“ Sebenarnya saya dan suami saya itu jarang makai tangna mbak kalau didik anak mbak, saya dan suami didik anak jika sudah pakai tangan, kalau anak itu sudah keterlaluan mbak. Kalau belum ya paling saya marahin dulu mbak, habis tak marahin tak potong unag jajane, kalau itu gak mempan ya terpaksa yak cubit ditangna mbak.”

Lebih lanjut Ibu Nurimah menjelaskan bahwa, anaknya sering

melakukan kesalahan yang dibuat secara sengaja. Seperti contoh jika

Ibu Nurimah memerintahkan anaknya untuk membereskan buku

pelajaran yang akan dibawa sekolah besok, tetapi anaknya tidak mau

terpaksa Ibu Nurimah memarahinya, jika besok masih diulangi lagi

maka Ibu Nurimah akan memotong uang jajannya, dan jika masih

diulangi lagi kesalahan untuk ketiga kali, maka Ibu Nurimah kan

mencubit pada tangan anaknya. Hal ini mempunyai tujuan agar

anaknya mau mendengar, dan melakukan semua perintah yang

diberikan oleh orangtuanya.

Page 102: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

Ketika membahas suatu hukuman, tidak lepas dari adanya

aturan yang harus ditaati. Tujuan dari adanya suatu hukuman adalah

untuk melatih atau membuat seseorang mematuhi dan melakukan

peraturan tersebut yang sudah dibuat. Sama halnya dalam satu

keluarga, untuk mengatur, mengontrol, dan membatasi perilaku anak-

anak atau anggota keluarga agar tidak berperilaku menyimpang, maka

dibuat sebuah peraturan tidak tertulis dalam sebuah keluarga. Satu hal

yang tidak dapat dipisahkan dari adanya peraturan adalah hukuman,

sehingga ketika dibuat suatu peraturan maka dibuat juga suatu

hukuman, agar seseorang mematuhi dan menaati peraturan tersebut.

Dalam keluarga, baik itu keluarga yang mempunyai anak-anak yang

ber IQ normal, atau keluarga yang mempunyai anak ber IQ kurang

pasti memiliki suatu peraturan dan hukuman. Sedangankan hukuman

yang diberikan kepada anak tersebut berbeda-beda, sesuai dengan

aturan yang diterapkan dalam masing-masing keluarga. Tentunya

hukuman yang diberikan pun berbeda bukan karena keluarga, tetapi

karena anak yang diberi hukuman. Keluarga yang memiliki anak

normal akan berbeda memberi hukuman dengan keluarga yang

memiliki anak kurang normal, ini bsa dilihat dalam kehidupan sehari-

hari. Hukuman yang berlaku dalam keluarga beraneka ragam, mulai

dari hukuman ringan seperti dimarahi, dipotong uang saku, bahkan

yang terberat sampai dengan hukuman yang menggunakan tangan,

seperti dicubit, dijewer dan sebagainya. Hukuman tersebut bertujuan

Page 103: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

agar anak jera atau tidak melakukan kesalahan yang sama, dan juga

agar orangtua mudah untuk mengajari anak.

b. Pengahargaan

Mengenai penghargaan di keluarga Ibu Tuti mengaku tidak

pernah memberikan hadiah yang berbentuk apapun, tetapi penghargaan

yang biasa diberikan hanyalah pujian kata-kata yang membuat anak

menjadi senang, dan termotivasi untuk melakukan segala yang

diperintahkan. Seperti Ibu Tuti sampaikan dalam wawancara ini :

“ saya itu gak pernah kasih salsa hadiah mbak, la mau tak kasih apa mbak. Saya cuma ngelem (memuji) saja mbak, nanti dia lak senang. Kalau hadiah0hadiah gitu saya gak pernah kasih mbak, takut ndak kebiasaan.”

Anak juga tidak pernah meminta untuk diberikan hadiah,

karena anak tidak pernah diberi hadiah apapun oleh kedua orangtua.

Hal ini dilakukan dengan tujuan agar anak mengerti pola pengajaran

yang diajarkan oleh orangtua, yang tidak selalu berkaitan dengan

materi. Berkaitan dengan materi orangtua pun tidak cukup

memungkinkan untuk memberikan hadiah pada anak, jika setiap kali

anak disuruh untuk melakukan hal apapun mulai dari hal yang terkecil

sampai hal yang besar.

Berbeda dengan Ibu Sri Pratiwi, dalam keluarga Ibu Sri Pratiwi

setiap anaknya disuruh melakukan pekerjaan apapun pasti akan selalu

diiming-imingi imbalan. Baik itu berupa uang atau makan kecil, karena

keluarga Ibu Sri Pratiwi cukup kesulitan jika menyuruh ana melakukan

Page 104: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

hal apapun tanpa ada imbalan. Berikut ini adalah hasil wawancara

dengan Ibu Sri Pratiwi :

“ Saya itu mbak kalau nyuruh vanya pasti ada hadiahe mbak, kalau Cuma dipuji-puji atau dielem gitu dia mana mau mbak. Ya gak bakal mempan mbak, apalagi nak disuruh apa gitu, paling tak kasih uang seribu mbak. Kalau gak ya lima ratus mbak, nanti nak disuruh lagi ya harus ngopahi mbak, kalau gak ya gak mau mbak, begitu seterusnya mbak.”

Ibu Sri Pratiwi menjelaskan bahwa semua penghargaan yang

diberikan untuk anaknya, hanyalah dengan tujuan agar anaknya mudah

untuk dididik dan mudah untuk menjalankan perintah ynag diberikan

oleh siapa saja, terutama perintah dari orangtua dan keluarga terdekat.

Ibu Sri Pratiwi dan suami sudah melakukan berbagai cara agar

anaknya tidak selalu diberi penghargaan berupa materi, karena Ibu Sri

Pratiwi merasakan dampak yang lumayan buruk, jika anaknya diberi

hadiah berupa materi.

Mengenai penghargaan yang ada didalam keluarga Ibu Priharti

, tidak ada yang istimewa atau dibedakan. Karena Ibu Priharti

menganggap bahwa penghargaan tidah hal selalu mengenai materi,

tetapi hanya pujian semata. Berikut inu adalah hasil wawancara dengan

Ibu Priharti :

“ saya itu ndak pernah kasih uang atau apa mbak ke anak, kecuali buat sangu sekolah mbak. Saya itu nak nyuruh anak buat belajar atau apa, ya kalau mau saya cuma ngelem atau saya elus-elus kepalanya mbak. Lagian kalau mau dikasih unag tiap nyuruh nanti bisa-bisa unag saya habis to mbak, cuma buat upahin nyuruh-nyuruh aja mbak.”

Page 105: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

Penghargaan yang diberikan oleh keluarga Ibu Supiah,

hanyalah dengan pujian saja. Karena Ibu Supiah menganggap bahwa

hadiah itu tidak perlu bernebtuk barang, tetapi hanya dengan kata-kata

sudah cukup. Berikut ini adalah hasil wawancara dengan Ibu Supiah:

“ Saya itu gak pernah kasih hadiah sama semua anak saya mbak, apalagi sama wawan mbak. Dia itu saja saya suruh jarang banget mbak, jadi saya gak pernah mungkin kasih dia hadiah mbak, kalau saya suruh dia juga lagi mau., saya cuma kasih dia pujian saja mbak. Semua anak saya dari dulu saya didik kaya gitu mbak, apalagi bapaknya kan sudah tua mbak dan juga pengahasilanne pas-pasan mbak, jadi gak mungkin banget kalau berupa materi mbak.”

Penghargaan yang diterapkan dikeluarga Ibu Ayu, hampir sama

dengan yang diterapka Ibu Supiah. Dikeluarga Ibu Ayu tidak pernah

menggunakan materi untuk menghargai usaha yang dilakukan

anaknya, itu disebabkan karena Ibu Ayu tidak ingin anaknya terlalu

mengerti tentnag uang dari kecil. Berikut ini adalah hasil wawancara :

“ Saya itu didik wawan dari kecil tidak pernah makai unag mbak, maksud saya enggak pernah iming-imingi anak saya dengan unag mbak. Alahamdulilahnya lagi wawan itu kalo disuruh apa-apa dia langsung mau mbak, jadi saya dan suami gak pernah kesusahan mbak nyuruh dia mbak.”

Hal tersebut dibenarkan oleh nenek dari wawan atau orangtua

dari Ibu Ayu sendiri, yang kebetulan satu rumah dengan Ibu Ayu.

Berikut ini adalah hasil wawancara :

“ Wawan itu anaknya gampang mbak kalau disuruh, apalagi kalau disuruh orangtuanya sendiri atau orang satu rumah mbak. Jadi kami gak pernah mincing-mancing makai unag buat nyuruh dia mbak. “

Page 106: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

Penghargaan yang berbeda diterapkan didalam keluarga Ibu

Nurimah dalam hal mendidik anak, dalam keluarga ini penghargaan

yang diberikan kepada anak selalu dengan materi atua uang. Walaupun

unag tersebut tidak seberapa besarnya, yang terpenting bagi keluarga

Ibu Nurimah hanyalah anaknya mau menuruti apa yang dia minta.

Berikut adalah haisl wawancara :

“ Saya itu kalo nyuruh Tio selalu pakai imbalan unag mbak, ra ketang seribu rupiah mbak. Kalo gak pake uang dia itu gak pernah mau mbak, jadi saya juga udah terbiasa mbak make unag terus. Siapa saja yang nyuruh, dan apa saja yang disuruh pokoknya uang seribu itu dulu mbak, kalo gak ada unag seribu ya dia gak mau mbak.”

Hal tersebut dibenarkan oleh kakak dari Tio, yang terkadang

menemani Tio dirumah pada saat ditunggal orangtua mereka bekerja.

Berikut ini adalah haisl wawancara:

“ Tio itu to mbak selalu minta uang seribu terus mbak, kalo gak dikasih ya dia gak mau mbak. Dia itu minta uang seribu Cuma buat beli es teh mbak, jadi kami semua udah tahu mbak kalo nuruh dia harus ada upah seribu rupiah itu mbak.”

Dari penjelasan hukuman dan penghargaan yand dilakukan

oleh orangtua selaku pengasuh (ayah dan ibu) diatas, dapat diambil

kesimpulan bahwa pada dasarnya orangtua selalau memberika

hukuman kepada anak, jika anak tersebut melakukan kesalahan.

Hukuman pun tergantung dari kesalahan anak yang diperbuat, jika

anak tersebut melakukan kesalahan yang dianggap orangtuanya ringan,

maka anak tersebut akan diberi hukuman dimarahi saja. Tetapi jika

anak tersebut melakukan kesalahan yang dianggap berat bagi orangtua,

Page 107: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

maka anak tersebut diberikan hukman berupa hukamn fisik, seperti

dicubit atau dijewer. Hingga anak tersebut jera dan tidak mengulangi

kesalahnnya lagi, dan juga digunakan agar anak tersebut mau menuruti

apa yang diperintahkan oleh orangtua. Tetapi jika anak tersebut

melakukan hal-hal yang membuat orangtua senang, maka sebaliknya

anak akan diberi penghargaan. Penghargaan tersebut bisa berupa kata-

kata yang memuji, sehingga membuat anak bangga dan termotivasi

untuk melakukan hal-hal yang mebuaut orangtua senang, atau

penghargaan yang berupa materi dalam bentuk uang.

Orangtua selaku pengasuh yang berperan setiap hari dengan

anak, berusaha keras mewariskan pengetahuan kebudayaan kepada

anak. Dimana anak tersebut diharapkan mengamalkan apa yang telah

diajarkan oleh orangtuanya, memegang teguh prinsip-prinsip

kesopanan yang akan dibawah berinteraksi dengan lingkungannya

yang lebih luas dan untuk jangka waktu yang panjang.

3. Pembujukan (inciting)

Pembujukan adalah salah satu cara agar anak mau melaksanakan

perintah maupun peraturan tanpa harus merasa terpaksa, pembujukan

bersifat merayu dan mempengaruhi agar anak menurut pada orangtua.

Terkadang anak sulit untuk melakukan perintah atau tugas yang disuruh

dari orangtua, maka dari itu pembujukan sangat berperan penting dalam

hal ini.

Page 108: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

Pembujukan yang sering dilakukan orangtua kepada anak, biasanya

orangtua menyuruh anak untuk belajar. Biasanya anak susah sekali jika

disuruh belajar, maka orangtua pun harus membujuk anak jika mau

belajar. Inilah yang biasa dilakukan oleh Ibu Tuti, jika menyuruh anaknya

untuk belajar dirumah. Berikut ini adalah hasil wawancara :

“ Saya itu kalo bujuk salsa ya pas saya nyuruh dia buat belajar mbak, salsa itu kalo disuruh belajar susah banget mbak. Jadi harus saya bujuk dulu mbak, tak elem-elem mbak, kata-kata mbak kaya bilang gini “ayo to cah ayu belajar sek biar pinter”. Tak gituin dulu mbak, kalo gak dielem dia itu gak bakal mau mbak.”

Sedangkan dalam keluarga Ibu Sri Pratiwi, pembujukan yang

dilakukan sangat jarang sekali. Baiasnya pembujukan yang dilakukan

berkaitan dengan iming-iming hadiah kepada anaknya. Pembujukan yang

sering dilakukan oleh Ibu Priharti adalah mengenai belajar dirumah, dan

juga membnatu pekerjaan rumah yang diajarkan oleh Ibu Sri Pratiwi.

Berikut ini adalah hasil wawacara dengan Ibu Sri Pratiwi :

“ Saya jarang banget mbak bujuk vanya buat dia nyuruh apa gitu mbak, masalahnya kalo tak bujuk juga belum tentu mau kok mbak. Dia itu sulit untuk dibujuk mbak, jadi saya biasanya menggunakan iming-iming apa gitu mbak biar dia mau, tapi kalo bujukannya dengan kata-kata tok pasti dia gak mau mbak. Tapi kalo tak kasih uang dia langsung mau tak perintah mbak, kalo ada upahnya uang diperintah siapa saja dia malah mau mbak”

Jika di Keluarga Ibu Priharti pembujukan sering digunakan untuk

memerintah anak, yang sering digunakan adalah pembujukan jika anaknya

mau berangkat sekolah. Karena anak Ibu Priharti sering sekali bolos

Page 109: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

sekolah, maka peran pembujukan sangat penting bagi Ibu Priharti. Berikut

ini adalah hasil wawancara :

“ Marlina itu sering banget mogok sekolah mbak, ya mungkin karena dia juga sering sakit mbak jadi gak pernah masuk sekolah. Tapi giliran udah sembuh dia tetep susah mbak masuk sekolah, mungkin juga karena udah kelamaan libur kali ya mbak. Kalo udah mogok sekolah, saya tu harus ngelus-ngelus marlina biar dia mau mbak, saya biasanya bujuk dia buat berangkat sekolah dari malam hari mbak, besoknya biasanya dia mau berangkat sekolah mbak.”

Dalam keluarga Ibu Supiah pembujukan biasanya dilakukan pada

saat anaknya untuk pulang kerumah, dan berhenti bermain dengan teman-

temannya dirumah. Bermain dengan teman-temannya sering membuat

anak Ibu Supiah lupa waktu, maka dari itu Ibu Supiah memerlukan

pembujukan agar anaknya mau pulang. Berikut ini adalah hasil

wawancara:

“ Saya itu biasanya bujuk wawan kalo dia udah main seharian gak pulang-pulang mbak, ya walaupun dia main cuma dirumah tetangga mbak. Jadi saya juga kan kadang gak enak mbak, kalo anak main seharian gak pernah pulang mbak. Jadi kalo saya nyurh wawan pulang itu, tak samperin kerumah temennya mbak baru dia mau pulang mbak, kalo gak disamperin ya gak mau pulang mbak. Jadi tak rayu-rayu sek mbak biar dia mau pulang, terus sampai rumah tak suruh mandi mbak.”

Dalam keluarga Ibu Ayu pembujukan yang sering dilakukan pada

anaknya adalah jika anaknya disuruh belajar, dan berinteraksi dengan

orang lain yang ada dilingkungan sekitar tenpat tinggal mereka. Berikut ini

adalah hasil wawancara :

“ Biasanya itu saya bujuk Awang itu mbak, kalo saya nyuruh dia belajar mbak. Dia kadang ya gampang banget mbak nak disuruh belajar, tapi kadang ya susah banget mbak. Paling susah itu lagi sampai tak bujuk-bujuk kalo dia tak suruh keluar

Page 110: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

rumah buat apa gitu mbak, dia gak pernah mau mbak. Dia itu malu untuk keluar rumah mbak, jadi dia jarang main mbak keluar rumah, main aja sama temennya dirumah pake tak bujuk dulu mbak.”

Pembujukan yang sering dilakukan dalam keluarga Ibu Nurimah

adalah dalam hal mengajari anak untuk giat belajar dirumah, biasanya Ibu

Nurimah perlu waktu yang ekstra dalam membujuk anaknya untuk belajar.

Berikut ini adalah hasil wawancara :

“ Wah mbak kalo saya tuh bujuk Tio, biasanya pas tak suruh belajar mbak. Setiap kali tak suruh belajar dia itu susah banget mbak, pake dibujuk dulu mbak, kalo gak ya diiming-imingi apa dulu gitu mbak baru dia mau mbak, kalo gak ya gak mau mbak.”

Dari apa yang telah dipaparkan diatas tentang pembujukan yang

telah dilakukan oleh orangtua dalam pola pengasuhan sehari-hari, maka

dapat disimpulkan bahwa pembujukan sangat berperan penting dalam hal

mendidik anak. Pembujukan yang biasa dilakukan adalah dengan kata-kata

yang membuat anak mau menuruti perintah orangtua, dan pembujukan

dari kata-kata juga biasanya diiringi dengan iming-iming imbalan berupa

apa saja.

Pembujukan dalam setiap keluarga biasanya mempunyai cara yang

berbeda-beda, tetapi walaupun berbeda-beda cara pembujukan yang

dilakukan setiap keluarga mempunyai tujuan yang sama dari hasil

pembujukan tersebut. Pembujukan dilakukan pada anak yang agak sulit

untuk melakukan perintah yang diberikan oleh orangtua, maka

pembujukan adalah cara orangtua agar anak mau menuruti perintah yang

diberikan oleh orangtua kepada anak.

Page 111: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

Matriks 2 Pola Pengajaran

No Keluarga Metode Hal yang diajarkan Sopan santun Disiplin Pekerjaan sehari-hari Nilai keagamaan

1 Ibu Tuti Contoh, mengingatkan, mengarahkan, menunggu saat belajar, seandainya tidak mengerjakan tugas yang diberikan tidak apa-apa.

Dalam hal bertamu dan menerima tamu dirumah, menggunakan bahasa Indonesia agar sopan, karena tidak bisa menggunakan bahasa jawa halus (boso)

Bangun pagi untuk ke sekolah, berangkat sekolah tepat waktu, makan siang dirumah saat sampai rumah, tidur siang, mandi, belajar, dan tidur malam hari dengan jam yang telah ditentukan.

Merapikan tempat tidur, menyapu, belajar mandi sendiri.

Mengenalkan tentang Tuhan menurut agama yang dianut, dan mengajari shalat.

2 Ibu Pratiwi Contoh, arahan, tidak mengerjakan tugas tidak apa-apa

Cara memanggil orang yang lebih tua, tata cara bermain kerumah teman sebaya.

Disiplin menetapkan waktu untuk bermain, dan juga waktu untuk belajar, waktu untuk berangkat sekolah.

Hanya mengerjakan pekerjaan rumah jika disuruh berbelanja ke warung saja.

Mengajarkan belajar membaca Iqro, mengenalkan tentang dosa, pahala, dan kewajiban yang harus dilakukan agama islam.

3 Ibu Priharti Contoh, tidak terlalu memaksakan kehendak atau

Cara memperlakukan tanu yang dating kerumah dengan cara cium

Menerapkan tepat waktu saat berangkat sekolah.

Hanya diajari membuat susu saja untuk keperluan sendiri.

Mengajari agar hormat kepada orang yang lebih tua, dan juga menanamkan bahwa surge itu ditelapak

100

Page 112: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

perintah yang diberikan.

tangan pada tamu yang lebih tua.

kaki ibu, dan hanya mengandalkan pendidikan agama yang diterima saat disekolah.

4. Ibu Supiah Contoh, menyuruh, arahan.

Mengajarkan “boso” dengan orang yang lebih tua.

Menerapkan disiplin pada saat main dan belajar saja.

Membereskan buku apa yang akan dibawa kesekolah setiap harinya, jika besok akan berangkat sekolah.

Mengikuti sekolah minggu pada hari sabtu, dan mengikuti kebaktian pada hari minggu di Gereja dengan keluarga.

5. Ibu Ayu Contoh, menunggu belajar saat dirumah, separuh memaksa jika memberikan tugas.

Dalam hal tata krama berbicara dengan orang yang lebih tua menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar saja, karena tidak bisa menggunakan bahasa jawa yang halus.

Disiplin pada waktu mandi, saat bangun tidur, dan belajar saat dirumah.

Belajar untuk melipat baju bersih yang sehabis dicuci, dan juga belajar untuk menyapu rumah.

Selalu aktif mengikuti sekolah minggu pada pagi hari, dan pada sore harinya mengikuti kebaktian di Gereja dengan ayahnya.

6. Ibu Nurimah Memberikan contoh, menasihati, mengarahkan, dan menemani belajar.

Tata krama dalam hal memperlakukan tamu yang datang ke rumah, “boso” dengan orang yang lebih tua.

Tepat bangun pagi untuk berangkat kesekolah.

Menyapu, mengangkat baju yang sudah kering, dan membantu memperbaiki kandang ayam dengan ayahnya.

Aktif mengikuti TPA dan juga belajar agama di sekolah.

Page 113: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

Matriks 3 Pola Pengganjaran

No Keluarga Pengganjaran Keterangan

Hukuman Penghargaan 1. Ibu Tuti · Memberi nasihat

· Memberi pengarahan · Memberikan kata-kata pujian

yang bersifat menyanjung. Memberikan kata-kata sanjungan, jika anak selesai melaksanakan tugas yang diberikan dengan baik.

2. Ibu Sri Pratiwi

· Memarahi · Menjewer kuping

· Memberikan uang untuk jajan dirumah.

Menggunakan uang sebagai penghargaan atas apa yang telah dikerjakan, dan uang juga sebagai iming-iming agar mau melakukan tugas yang diberikan.

3. Ibu Priharti

· Dielem (dalam bahasa jawa), atau disanjung.

· Dielus-elus bagian kepala.

Tidak pernah sama sekali memberikan hukuman dengan cara apapun.

4. Ibu Supiah

· Menasihati · Memarahi

· Memberikan pujian dengan kata-kata yang menyanjung.

Hanya memberikan penghargaan dengan kata-kata, dan tidak pernah menghukum dengan menggunakan fisik.

5. Ibu Ayu Hanya dimarahi saja. Jika memberi hukuman hanya dengan cara dimarahi saja, dan tidak pernah memberikan penghargaan baik itu dengan kata-kata pujian ataupun dengan materi, karena anak yang terbilang mudah untuk diarahkan atau dididik.

6. Ibu Nurimah

· Memarahi · Hak istimewa

dikurangi (dalam hal ini uang saku sekolah dikurangi).

Memberikan uang tambahan (dalam hal ini uang tambahan jajan dirumah).

Jika diberi hukuman hak istimewa seringkali dikurangi, karena sering tidak menurut, tetapi juga seringkali memberikan penghargaan jika dirumah sering membantu pekerjaan orangtua.

Page 114: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

Matriks. 4

Pola Pembujukan

No. Keluarga Metode Pembujukan 1. Ibu Tuti · Menasihati dan membujuk

dengan kata-kata yang manis.

· Anak tidak mau untuk belajar dirumah atau sekedar mengerjakan PR yang diberikan sekolah

2. Ibu Sri Pratiwi · Memberikan iming-iming yang biasanya berupa uang.

· Anak sulit untuk disuruh melakukan pekerjaan apapun, seperti yang disuruh adalah jika untuk pergi ke warung untuk membelikan suatu barang.

3. Ibu Priharti · Membujuk dengan kata-kata yang halus, dan memberikan perhatuan yang agak lebih (seperti mengelus-elus kepala anak).

· Jika anak tidak mau berangkat ke sekolah dikarenakan anak habis sakit, jadi anak merasa malas untuk masuk sekolah kembali.

4. Ibu Supiah · Membujuk dan memberi pengertian kepada anak.

· Anak sulit untuk disuruh pulang kerumah jika sudah waktu sore, sehingga ibu harus menjemput kerumah teman mainnya.

5. Ibu Ayu · Membujuk dan memberikan pengertian

· Anak sulit untuk diajak beajar dirumah, dan juga jika anak merasa malu untuk berinteraksi dengan orang lain yang ada disekitar rumah tempat tinggalnya.

6. Ibu Nurimah · Membujuk dan memberi iming-iming berupa uang.

· Anak sulit untuk diajak belajar dirumah, dan juga sulit untuk membantu pekerjaan rumah.

Page 115: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

Matriks 5

Pola Pengasuhan Anak Tunagrahita dalam Keluarga Miskin

No Pola Pengasuhan Keterangan

a. Keterbatasan a) Pemalu.

b) Bicara tidak jelas.

c) Emosi yang meluap-luap.

b. Pola pengajaran a) Memberikan contoh dengan

tindakan langsung.

b) Memberikan pengertian.

c) Memberikan pengarahan.

d) Menyuruh.

c.. Pola Pengganjaran a) Menghukum anak dengan cara

menasihati, memarahi, sampai

dengan hukuman fisik,

b) Mengurangi hak istimewa anak

(pemotongan uang jajan).

c) Memuji ketika anak berprestasi

atau melakukan sesuatu hal yang

menyenangkan orangtua.

d) Memberikan hadiah berupa uang

ketika melakukan hal yang orang

tua suruh.

d. Pola pembujukan a) Menasihati.

b) Memberikan pengertian.

c) Menghibur.

d) Membujuk dengan iming-iming

uang.

e) mengelus-elus kepala.

104

Page 116: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bagian terakhir ini, penulis juga akan memaparkan secara singkat

kesimpulan yang telah diperoleh setelah melakukan penelitian skripsi ini. Selain

itu, penulis juga memberikan beberapa saran yang berkaitan dengan permasalahan

dalam penenlitian skripsi ini.

A. Kesimpulan

Fenomena yang ada dalam masyarakat sekarang ini adalah semakin

meningkatnya jumlah Tunagrahita. Sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari

kehidupan dan perilaku, terutama dalam kaitannya dengan suatu sistem sosial

dan bagaimana sistem tersebut mempengaruhi orang dan bagaimana pula

orang yang terlibat didalamnya mempengaruhi sistem tersebut. Sehingga

masyarakat sebagai sistem sosial berusaha agar fenomena ini tidak lagi

menjadi hal yang menakutkan, dan perlu adanya kerjasama dari berbagai

pihak untuk memecahkan persoalan ini.

Gangguan Tunagrahita ditandai dengan 2 gejala utama yaitu fungsi

intelektual umum dibawah rata-rata (sub avarange), yaitu IQ dibawah dari 84

berdasarkan tes individual yang muncul sebelum usia 16 tahun, dan

menunjukkan hambatan dalam perilaku adaptif. Diantara dua hal tersebut,

yang paling penting diperbaiki terlebih dahulu adalah IQ yang dibawah rata-

rata. Karena bila IQ yang dibawah rata-rata bisa sama dengan IQ yang normal,

maka hambatan dalam perilaku adaptif akan membaik secara otomatis.

Page 117: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

Sebagai contoh banyak orangtua yang mengharapkan anaknya pandai dalam

akademik dan juga menjadi makhluk sosial yang dapat hidup mandiri dalam

kehidupan sehari-hari. Tetapi tanpa IQ yang normal, maka akademik yang

diraih dan interaksi sosial yang dijalankan dalam kehidupan sehari-hari yang

terhambat. Kualitas akademik seseorang tidak hanya terdapat di lembaga

formal seperti sekolah, tetapi juga bisa terdapat dilingkungan sekitar.

Dalam catatan pakar tunagrahita, jumlah peyandang tunagrahita

dibandingkan jumlah dengan kelahiran normal dari tahun ke tahun meningkat

tajam. Dimana peningkatan yang cukup besar ini dipengaruhi oleh gaya hidup,

tingkat pendapatan ekonomi yaang rendah, faktor keturunan, gangguan

metabolism dan gizi, infeksi dan keracunan, trauma dan zat radioaktif, dan

masalah kelahiran.

Secara klinis, anak tunagrahita dinyatakan mandiri bila anak sudah

bisa merawat diri sendiri, mempunyai kemampuan dalam bidang akademik,

dan bisa bersosialisasi dengan masyarakat sekitar dengan baik. Arti

kesembuhan disini berbeda dengan kesembuhan penyakit yang disebabkan

oleh virus. Yakni, anak tunagrahita sudah bisa menerima ilmu yang diperoleh

dari sekolah, dan juga sudah bisa merawat diri sendiri tanpa keterbatasan IQ

yang dimiliki. Walaupun sudah menunjukkan tanda-tanda sembuh, tidak

jarang pula tunagrahita masih menunjukkan gejala sisa. Sehingga yang

diharapakan pola asuh keluarga disini dapat memberikan pengaruh atau

perubahan. Berkaitan dengan kemandirian dan kualitas akademik yang bisa

Page 118: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

ditangkap oleh IQ anak tersebut, dalam rangka memperseiapkan masa

depannya kelak.

1. Implikasi Empiris

Setiap orangtua pasti tidak meminta ditakdirkan untuk memiliki

seorang anak yang mempunyai kekurangan IQ, apalagi dari orangtua yang

mempunyai tingkat ekonomi dibawah rata-rata. Anak tunagrahita memiliki

IQ dibawah dari 84, dan menunjukkan hambatan dalam perilaku adaptif.

Dimana gangguan itu akan berlangsung seumur hidup. Maka yang dapat

dilakukan oleh orangtua adalah membuat anak menjadi lebih mandiri

dalam kehidupan sehari-hari.

Orangtua pada awalnya tidak menduga bahwa anak yang

dilahirkannya adalah seorang tunagrahita. Kecurigaan orangtua berawal

karena melihat keadaan anaknya yang “berbeda” dari keadaan anak lain

seusianya. Untuk mendapatkan diagnosa yang tepat akan keadaan

anaknya, orangtua harus membawa anaknya kepada ahlinya, bisa dokter

anak, psikiater anak, ataupun psikolog. Ketelitian orangtua dalam

mengamati pertumbuhan dan perkembangan anak, saat menjalani

kehidupan sehari-hari dapat memudahkan diagnosa. Tetapi yang sering

terjadi, tunagrahita baru disadari orangtua dan di diagnosis para ahli ketika

anak telah berumur 2 tahun keatas.

Para orangtua yang sudah mengetahui anaknya terdiagnosis

tunagrahita, jangan terpaku untuk mencari penyebab. Karena berbagai

penyebab amat memungkinkan sementara penyebab pasti tunagrahita

Page 119: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

belum ada. Semakin terlambat diagnosis dilakukan, berarti anak sudah

“kehilangan” waktu beberapa bulan bahkan tahun untuk memperoleh

intervensi yang memang diperlukan anak. Keterlambatan intervensi

membuat anak perlu waktu yang lebih panjang untuk mengejar

ketinggalannya dari berkosenterasi mencari upaya penanganannya.

Tentunya upaya penanganan yang tepat bagi kebutuhan ananknya. Maka

dari itu perlu diberikan terapi agar anak tidak bergantung pada orang lain

selamanya.

Memang para orangtua membutuhkan penanganan yang luar biasa

dalam menangani anak tunagrahita. Baik itu secara materi, fisik,maupun

jiwa. Orangtua dengan pasti akan mengusahakan yang terbaik untuk

anaknya, walaupn dengan keterbatasan pendapatan ekonomi yang rendah.

Mengusahakan berbagai alternative untuk kesembuhan anaknya, yang bisa

datang dari dokter, psikolog dan obat-obatan. Meskipun pada akhirnya

perhatian dan kasih sayang yang lebih untuk kesembuhan, berasal dari

keluarga terutama orangtua.

Selain sedapat mungkin mengurangi ciri negatif atau keterlambatan

yang ada pada anak, orangtua hendaknya juga menerapkan pola asuh, yang

tentunya disesuaikan dengan batas pemahaman anaknya. Sesering

mungkin memberitahu dan menjelaskan apa saja yang dilakukan kegiatan

yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, walaupn penjelasan dan

pemahaman itu akan memakan waktu yang cukup lama. Hasil perubahan

yang dialami anak juga tidak akan terjadi secara tiba-tiba, dan para

Page 120: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

orangtua yang memiliki anak tunagrahita harus bersabar untuk waktu

yang tidak bisa ditentukan, karena akan selalu melewati hari-hari yang

melelahkan untuk mengurus anak tunagrahita. Anak dengan tunagrahita

memerlukan penanganan secara menyeluruh, yang tentunya harus sesuai

dengan kebutuhan anak. Maka dari itu dukungna dari berbagai pihak

sangat dibutuhkan demi “kesembuhan” anak.

2. Impilaksi Teori

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori

Interaksionisme Simblik, Teori Fenomenologi, dan Teori Aksi yang

menekankan pada tindakan sosial Max Webber. Teori Interaksionisme

Simbolik menyatakan bahwa perilaku dijelaksan menurut gerak-gerak

refleks yang dipelajari atau yang sudah menjadi kebiasaan, rasangan-

rasangan lingkungan, atau proses-proses psikologis yang ada pada

prinsipnya semua itu dapat diukur secara empiris. Perkembangan IQ yang

dialami anak tunagrahita sangat terlambat, sehingga rasangan-rasangan

lingkungan yang didapat dalam kehidupan sehari-hari sangat lambat, maka

segala tingkahlaku yang ditunjukkan akan diungkapkan secara simbolik

sebagai bentuk komunikasi. Begitu pula bentuk komunikasi orangtua

kepada anaknya yang walaupun verbal, tetapi hanya satu-dua kata saja,

dan juga mempraktekan apa yang akan ditunjukkan orangtua kepada anak,

karena pemahaman yang minim dari anak.

Teori Fenomenologi menyatakan, bahwa tindakan manusia

menjadi suatu hubungan sosial bila manusia memberikan arti atau makna

Page 121: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

tertentu tehadap tindakannya itu, dan manusia lain memahami pula

tindakannya itu sebagai suatu yang penuh arti. Sehingga ungkapan secara

simbolik sebagai bentuk komunikasi tersebut dapat dipahami oleh kedua

belah pihak. Mengingat anak tunagrahita yang mempunyai IQ yang rendah

dibawah rata-rata, yang membutuhkan pengajaran, pelatihan, dan praktek

langsung dalam kegiatan sehari-hari yang ada didalam keluarga tersebut.

Sedangkan Teori Aksi menyatakan, bahwa perilaku manusia yang

mempunyai makna subyektif bagi pelakunya, mempunyai arah tertentu,

sedangkan tiap tindakan mempunyai makna subyektif bagi pelaku

penerimanya. Dalam hal ini yang memberikan tindakan adalah orangtua

dan yang meberima adalah anak, orangtua da;lam rumah memberika

pengertian, penjelasan, contoh tindakan yang dilakukan kepada anak.

Dengan tujuan agar anak mengerti apa yang diberikan atau yang

disampaikan dari orangtuanya, sedangkan anak pun diharapkan akan

mudah menerima pesan atau makna yang diberikan dari orangtuanya. Hal

ini mungkin mudah bagi anak-anak yang mempunyai IQ yang normal,

tetapi tidak halnya dengan anak yang mempunyai IQ dibawah rata-rata.

3. Implikasi Metodologis

Berdasarkan masalah yang telah dibahas maka penelitian ini

merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk

menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala, atau keadaan.

Dengan demikian data-data yang telah terkumpulkan dari hasil penelitian

Page 122: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

dideskripsikan kemudian disimpulkan sebagai informasi aktual tentang

anaktunagrahita dalam pola asuh oarangtua terhadap anak tunagrahita.

Dalam teknik pengumpulan data, penulis, penulis berperan sebagai

Human Instrument yang turun ke lapangan untuk mencari,

mengumpulkan, dan mengolah data. Pengumpulan data dilakukan dengan

interaktif maupun non interaktif. Metode wawancara mendalam digunakan

untuk metode interaktif,catatan dokumen, dan observasi tidak berperan

untuk metode noninteraktif.

Pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive

sampling, yaitu peneliti memilih informan yang dianggap menngetahui

informasi dan permasalahannya secara mendalam dan dapat dipercaya

untuk menjadi sumber data yang akurat. Dengan demikian, penulis dapat

memperoleh data-data dari informan, yang selain tahu permasalahan

penelitian juga sanggup untuk memberikan data penulis yang butuhkan.

Informan dalam penelitian hanya 6 keluaraga, yaitu Bapak Alexander

Rosanto sebagai informan pertama, Bapak Agus Wuryanto sebagai

informan kedua, Bapak Salimo sebagai informan ketiga, Bapak Tukino

sebagai informan keempat, Bapak Thomas sebagai informan kelima, dan

terakhir Bapak Ponjan sebagai informan ke enam.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis interaktif.

Reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan dilakukan sejak atau

bersamaan dengan proses pengumpulan data, sehingga pada akhirnya

mengarah pada yang dapat di pertanggungjawabkan.

Page 123: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

B. Saran

Anak Tunagrahita dari tahun ke tahun semakin bertambah, hal tersebut

disebabkan oleh berbagai faktor yang ada pada saat ibu mengandung. Jika

memiliki anak peyandang tunagrahita, bagi orangtua di sarankan untuk

memberikan pola pengasuhan yang ekstra bagi anak tersebut. Tetapi juga harus

memberikan pengajaran yang sama terhadap anak yang normal, yang bertujuan

agar anak tersebut dapat hidup dengan mandiri nantinya.

Orangtua pun harus mencari informasi agar anaknya dapat ”sembuh”,

dan orangtua pun harus memberikan pendidikan yang sama dengan anak yang

normal, walaupun kemampuan anak untuk menangkap pengetahuan yang ada

disekolah sangat minim karena keterbatasan IQ yang di miliki anak. Kewajiban

dan hak-hak anak harus di samakan dengan anak yang normal, hal ini bertujuan

agar anak tidak merasa di ”istimewakan” atau di ”diskriminasikan” antara saudara

kandung yang normal.

Page 124: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

DAFTAR PUSTAKA

Dagun, Save M. 2002. Psikologi Keluarga. Rineka cipta- Jakarta.

Hakim, Nurrohman Erfan.2008. Pola Pengasuhan Anak dalam Keluarga Singel Parent .

Hallan & Kauffman. 1991. Klasifikasi Anak Tunagrahita diperoleh melalui http://Tunagrahita.com/1991/04/pengertian tunagrahita. Pada tanggal 25 Maret 2011, pukul 21:00 Wib.

Haryono, Bagus. 2003. Sosiologi Keluarga. Surakarta.

Janet, Brown. 2011. Pola Pengasuhan Anak Keluarga Afrika Tinggal di Amerika Diperoleh melalui www.informaworld.com/ftinterface.pdf. Pada tanggal 20 Januari pukul 18:45 Wib.

Khairuddin. 1985. Sosiologi Keluarga. Nur cahaya. Yogyakarta.

Martinus, Surawan. 2001. Kamus Kata Serapan. PT Gramedia Utama. Jakarta.

Moleong, Lexy J. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosda Karya. Bandung.

Nidhi, Ashum Gupta. 2010.Pola Keluarga terhadap Anak Autis Diperoleh melelui

www.aifto.it/english/resources/online/apdrj205/autism.pdf

Pramana, Secta. 1999. Kecerdasan IQ, diperoleh dari http://definsi online.com/2010/03/kecerdasan otak.html.

Ritzer, George. 2003. Sosiologi Ilmu Berpengetahuan Paradigma Ganda. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sajogyo, 1999. Karakteristik Kemiskinan, Diperoleh dari http://kemiskinan.com/1999/08/karakteristik.Diperoleh melalui www.kemiskinan.com. Pada tanggal 23 Maret 2011 pukul 18:54

Sunarti, dkk. 1989.Pola Pengasuhan Anak secara Tradisional di Kelurahan Kebagusan Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta. Departemen P dan K. Jakarta.

Sutopo, HB.2002. Metode Penelitian Kualitatif Dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian. UNS Press. Surakarta.

http://asuhan.keperawatan-anak.blog-spot.com

http://definisionline.com/2010/03

http://pelangibiru.net/2011/02/anak. penertiananak. Pada tanggal 23 Oktober 2011, pukul 11:30

http://presstaskita.com/

http://wikipedia.org/wiki/anak.

Page 125: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

http://wikipedia.org./wiki/tunagrahita.

http://id wikipedia.org./wiki/keluarga

http://vatheyologi.worldpress.com/2009/04/08/tunagrahita.ita.apa

Page 126: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

Page 127: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

Tio dan Ibunya

Marlina

Page 128: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

Wawan dan Ibunya

Salsa dan Ibunya

Page 129: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

Awang dan Ibunya

Page 130: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119

PEDOMAN WAWANCARA (UNTUK ORANGTUA)

1. Kapan anda dan keluarga mengetahui bahwa anak anda adalah peyandang

tunagrahita?

2. Bagaimana cara anda memastikan bahwa anak anda memiliki

keterbelakangan mental (tunagrahita)?

3. Jenis tunagrahita apa yang anak anda sandang?

4. Pada usia berapa anda mengetahui bahwa anak anda metandang

tunagrahita?

5. Apakah anda pernah memeriksakan keadaan anak anda ke dokter?

6. Apa yang menyebabkan anak anda meyandang tunagrahita?

7. Apa tindakan anda setelah anda mengetahui bahwa anak anda memiliki

keterbelakangan mental (tunagrahita)?

8. Apa sajakah yang menjadi keterbatasan anak anda dalam bersosialisasi

dengan keluarga?

9. Bagaimanakah cara anda membagi waktu dengan anak anda?

10. Bagaimanakah cara anda mendidik anak anda, agar anak anda mengerti

apa yang anda sampaikan?

11. Apakah ada hal yang bisa membuat anak anda mematuhi atau mengerti

apa yang anda maksud?

12. Bagaimankah tindakan anda jika anak anda tidak mengerti atau tidak

mematuhi apa yang anda maskud?

13. Apakah anda sering menemani anak anda di rumah?

14. Bagaimana cara anda agar anak anda cepat mengerti apa yang anda

sampaikan?

15. Apakah anda membedakan pola pengasuhan anak anda yang normal

dengan anak anda yang meyandang tunagrahita?

16. Bagaimanakan pola pengasuhan (cara mendidik) yang anda lakukan

kepada anak anda?

Anak : Jenis Kelamin : Usia : Kelas : Ayah : Pekerjaaan : Usia : Ibu : Pekerjaan : Usia : Alamat :

Page 131: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120

17. Apa sajakah yang anda ajarkan kepada anak anda?

18. Apakah saja yang anda ajarkan kepada anak?

19. Apakah anda sering menemani anak belajar?

20. Apakah anda mengajarkan agama terhadap anak di rumah?

21. Kegiatan apa saja yang anak anda lakukan dirumah sepulang sekolah?

22. Apakah anda membuat peraturan-peraturan dalam keluarga yang harus di

taati anak?

23. Apakah anda sering memberikan penghargaan kepada anak?

24. Jenis penghargaan apa yang anda berikan kepada anak?

25. Apakah anda sering memberikan hukuman kepada anak?

26. Jenis Hukuman apa yang anda berikan kepada anak?

27. Apakah Sopan santun dan kedisiplinan juga anda ajarkan kepada anak?

28. Bagaimana hubungan anak anda dengan teman sebayanya menurut anda?

Page 132: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS SEBELAS MARET

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK Jl. Ir. Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta 57126

Telepon & Faximile (0271)637358, Website : http://www.fisip.uns.ac.id

SURAT TUGAS

Nomor : /H27.05/PP/2011

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret,

menugaskan kepada :

Nama Mahasiswa : Pradina Puspita Manasari

NIM : D 0506080

Jurusan/Program Studi : Sosiologi

Tahun Akademik : 2010-2011

Untuk melaksanakan kegiatan :Penelitian Pola Pengasuhan terhadap Anak

Tunagrahita di kalangan Keluarga Miskin di

Kota Surakarta

Tempat Penelitian : Sekolah Luar Biasa Negeri Surakarta

Jangka Waktu Penelitian : 19 Januari – 20 Febuari 2011

Demikian Surat Tugas ini dibuat agar dapat dilaksanakan sebaik-baiknya.

Surakarta,

a.n Dekan,

Pembantu Dekan I

Drs.Priyanto Susiloadi. M. Si

NIP. 196010091986011001

Page 133: POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN …/Pola...POLA PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA DI KALANGAN KELUARGA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

122

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS SEBELAS MARET

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK Jl. Ir. Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta 57126

Telepon & Faximile (0271)637358, Website : http://www.fisip.uns.ac.id

Nomor : /H27.05/PN/2011 Lamp : Hal : Permohonan Ijin Penelitian Kepada : Kepala Sekolah Luar Biasa Negeri Surakarta Di Surakarta Dalam rangka pelaksanaan kegiatan penyelesaian Program Studi Sarjana (S-1), kami mohon agar Bapak/Ibu/Saudara memberi ijin untuk mengadakan penelitian bagi mahasiswa: Nama : Pradina Puspita Manasari NIM : D 0306080 Jurusan : Sosiologi Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Judul Penelitian : Pola Pengasuhan Terhadap Anak Tuna

Grahita di Kalangan Keluarga Miskin di Kota Surakarta

Tempat Penelitian : Sekolah Luar Biasa Negeri Surakarta Jangka Waktu Penelitian : 19 Januari - 20 Febuari 2011 Tujuan Penelitian : Periksa Proposal Terlampir

Atas bantuan dan kerjasama yang terjalin diucapkan terima kasih.

Surakarta,

a.n Dekan,

Pembantu Dekan I

Drs.Priyanto Susiloadi. M. Si

NIP. 196010091986011001