BAB VII POLA ADAPTASI NELAYAN - repository.ipb.ac.id · Berdasarkan Tabel 24 terlihat bahwa tingkat...
Transcript of BAB VII POLA ADAPTASI NELAYAN - repository.ipb.ac.id · Berdasarkan Tabel 24 terlihat bahwa tingkat...
89
BAB VII POLA ADAPTASI NELAYAN
7.1 Diversifikasi Pekerjaan
Nelayan Karimunjawa telah menyadari terjadinya perubahan ekologis di
kawasan Karimunjawa. Berbagai macam bentuk perubahan yang terjadi pada
terumbu karang dan perikanan serta perubahan tata ruang dan daya dukung
menimbulkan dampak yang cukup besar bagi kegiatan nelayan sehingga
mengharuskan nelayan untuk beradaptasi agar dapat bertahan di kawasan tersebut.
Strategi adaptasi nelayan Karimunjawa terlihat dari tindakan ekonomi-sosial dalam
merespon berbagai macam perubahan ekologis serta perkembangan yang ada di
kawasan TNKJ.
Pendapatan nelayan cenderung mengalami fluktuasi dan sangat tergantung
kepada perubahan alam. Ketika ombak besar atau ketika terang bulang, sangat tidak
memungkinkan bagi nelayan kecil untuk melaut. Hal ini terjadi karena rendahnya
kualitas armada dan alat tangkap yang mereka miliki. Pada masa inilah nelayan harus
dapat mencari alternatif pendapatan untuk bertahan hidup. Diversifikasi pekerjaan
adalah salah satu bentuk strategi nafkah ganda yang dikembangkan masyarakat
nelayan non pariwisata baik di bidang perikanan maupun non perikanan.
Penganekaragaman sumber pendapatan yang dilakukan nelayan Karimunjawa seperti
berkebun, berjualan, menjadi buruh bangunan serta yang paling banyak dilakukan
adalah bekerja di sektor wisata. Berikut data sebaran responden berdasarkan strategi
adaptasi dalam diversifikasi pekerjaan yang dilakukan.
Tabel 23. Tingkat Diversifikasi Pekerjaan Responden, Desa Karimunjawa, 2012 Tingkat Diversifikasi Pekerjaan n % Rendah 13 26.0 Sedang 29 58.0 Tinggi 8 16.0 Total 50 100.0
90
Tabel 23 menunjukkan tingkat diversifikasi nelayan secara keseluruhan, baik
nelayan pariwisata maupun nelayan non pariwisata. Tingkat diversifikasi masing-
masing kelompok nelayan akan dijelaskan selanjutnya. Berdasarkan Tabel 24 terlihat
bahwa tingkat diversifikasi pekerjaan nelayan Karimunjawa berada pada kategori
sedang. Sekitar 58 persen nelayan memilih memiliki satu pekerjaan sampingan selain
menjadi nelayan, baik di sektor wisata atau sektor lainnya. Selain itu, sebanyak 26
persen nelayan memilih untuk tidak melakukan diversifikasi pekerjaan. Mereka lebih
memilih untuk bekerja sebagai nelayan. Selain itu, sebanyak 16 persen nelayan
memiliki dua jenis pekerjaan sampingan selain sebagai nelayan.
Berkembangnya pariwisata bahari di Pulau Karimunjawa juga dimanfaatkan
oleh nelayan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat
pesisir/nelayan setuju dengan pengembangan pariwisata bahari. Hal ini terlihat dari
peluang yang dimanfaatkan oleh masyarakat seperti jasa penyewaan kapal,
penginapan serta menjadi tour leader dan guide serta penyedia souvenir bagi
wisatawan.
7.1.1 Diversifikasi Pekerjaan Nelayan Non Pariwisata
Masyarakat Desa Karimunjawa mengandalkan pencukupan kebutuhan
hidupnya dari pemanfaatan sumberdaya laut. Secara historis mereka telah terbentuk
menjadi komunitas masyarakat pesisir yang identik sebagai nelayan. Hampir setiap
hari masyarakat mengarungi Lautan Karimunjawa guna menangkap ikan dan hasil
laut lainnya. Padatnya waktu menangkap ikan ini membuat waktu mereka tidak
cukup lagi untuk bekerja di sektor lain. Namun, perubahan ekologi yang dirasakan
masyarakat membuat mereka harus melakukan diversifikasi pekerjaan. Nelayan
Karimunjawa tidak banyak yang bekerja di sektor pertanian karena kondisi tanah
yang kurang subur dan terdiri dari bebatuan serta perbukitan. Penganekaragaman
sumber pendapatan di bidang perikanan seperti usaha budidaya ikan, budidaya
rumput laut dan pengolahan ikan tradisional tidak berkembang karena kurangnya
modal untuk pengembangan usaha tersebut. Pekerjaan non perikanan lainnya adalah
menjadi buruh bangunan serta berdagang. Berikut pada Tabel 24 akan disajikan data
91
tentang responden nelayan non pariwisata yang mengadakan adaptasi diversifikasi
pekerjaan.
Tabel 24. Tingkat Diversifikasi Pekerjaan Responden Nelayan Non Pariwisata, Desa
Karimunjawa, 2012 Tingkat Diversifikasi n % Rendah 13 52.0 Sedang 12 48.0 Tinggi 0 0.0 Total 25 100.0
Berdasarkan Tabel 24 terlihat bahwa tingkat adaptasi di bidang diversifikasi
nelayan non pariwisata masih rendah. Sekitar 52 persen dari responden tidak
melakukan diversifikasi pekerjaan. Mereka memilih untuk tetap menjadi nelayan.
Sedangkan 48 persen responden lainnya memiliki satu pekerjaan sampingan di
bidang non perikanan. Tersedianya lapangan pekerjaan di bidang wisata ternyata
hanya dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat khususnya nelayan yang ada di Desa
Karimunjawa. Sebagian besar nelayan masih mempertahankan pekerjaan utamanya
sebagai nelayan dan ada juga nelayan yang melakukan diversifikasi pekerjaan dengan
menjadi tukang bangunan, bertani dan menjaga keramba.
Pekerjaan sebagai tukang bangunan sedang banyak digeluti oleh nelayan
karena saat ini banyak warga yang membangun rumah untuk homestay dan juga
hotel. Pekerjaan ini dilakukan ketika nelayan sedang tidak melaut atau setelah pulang
dari melaut. Pekerjaan di bidang budidaya perikanan memang pernah berkembang di
Desa Karimunjawa. Akan tetapi budidaya tersebut kurang membuahkan hasil dan
membutuhkan modal yang besar. Hal ini membuat nelayan mengusahakan kebun-
kebun yang mereka miliki. Hasil kebun tersebut adalah mangga, jambu, kelapa,
pisang dan bersawah. Hasil kebun tersebut dijual ke pasar terdekat, yaitu Pasar
Karimunjawa. Nelayan juga ada yang mengembangkan usahanya ke arah
perdagangan, dua orang di antara responden non pariwisata adalah pedagang kelapa
muda yang dibeli dari pemilik kebun dan di jual kembali oleh nelayan tersebut. Dua
orang lainnya berjualan aksesoris untuk anak-anak. Seorang nelayan memiliki
92
pekerjaan sampingan sebagai pembuat kapal bersama dengan keluarganya. Saat ini di
Karimunjawa permintaan kapal terus meningkat, baik untuk kapal menangkap ikan
ataupun untuk carteran wisata Satu kapal harganya sekitar 50 juta, sesuai dengan
harga materialnya, seperti yang dijelaskan oleh SR (48).
“Kapal yang di pakai Mas Kontet (keponakan) itu saya yang buat Mbak, sekarang juga saya lagi buat yang lebih besar lagi. Saya bikinnya sama Kakak saya. Kadang bertiga. Ndak seluruh orang Karimun bisa bikin kapal, hanya lima orang di Karimun, Mbak. Itu Pak Juri, kelompok saya, Pak Biman, di kapuran dekat dermaga Muria itu ada. Kalo di sini banyak di kampong Bugis. Orang Karimun sekarang udah punya kapal sendiri-sendiri, kan statusnya nelayan, Mbak.”
Terdapat satu orang nelayan yang memiliki pekerjaan sampingan sebagai
tukang pijat. Pekerjaan ini baru ditekuni sekitar 5 tahun terakhir untuk menambah
pendapatan. Pekerjaan lain yang ditekuni adalah menjadi penjaga keramba. Saat ini
jumlah keramba di Karimunjawa semakin berkurang karena biayanya yang besar.
7.1.2 Pola Adaptasi Nelayan Pariwisata
Sebelum adanya pengembangan kegiatan wisata, yaitu sekitar tahun 2007,
hanya sedikit nelayan yang melakukan diversifikasi pekerjaan di bidang wisata
karena jumlah wisatawan yang datang masih sedikit. Namun setelah tahun 2007,
Dinas Pariwisata dan pelaku wisata mulai aktif melakukan promosi melalui internet
serta memperbaiki fasilitas-fasilitas komunikasi dan transportasi mulai dibenahi
sehingga pariwisata semakin berkembang. Perkembangan ini sangat menguntungkan
bagi nelayan yang ikut menjadi pelaku wisata di Karimunjawa.
Ketersediaan lapangan kerja di bidang wisata ternyata tidak dilewatkan oleh
masyarakat Karimunjawa, khususnya nelayan. Penganekaragaman pekerjaan ini
merupakan salah satu bentuk strategi nafkah ganda yang dikembangkan oleh nelayan.
Mereka berinisiatif meningkatkan pendapatan dengan melakukan kegiatan-kegiatan
yang berhubungan dengan pemanfaatan potensi wisata, seperti penyewaan
penginapan, penyewaan perahu, penjualan souvenir dan sebagainya.
93
Ada berbagai macam alasan nelayan ikut dalam kegiatan wisata seperti
memiliki modal usaha, memiliki pengalaman di bidang wisata dan ingin menambah
pendapatan. Memiliki modal usaha merupakan hal yang sangat penting untuk
menjalankan usaha, misalnya memiliki kapal untuk disewakan, memiliki rumah
untuk dijadikan homestay dan memiliki uang untuk usaha menjual souvenir. Apabila
nelayan memiliki modal usaha, maka nelayan tersebut bisa menjadikannya sebagai
pekerjaan sampingan di bidang wisata. Pengalaman juga sangat penting karena
dengan memiliki pengalaman yang bagus, nelayan bisa semakin baik dalam
menjalankan pekerjaannya. Berikut adalah alasan nelayan melakukan diversifikasi
pekerjaan di bidang wisata.
Tabel 25. Alasan Nelayan Ikut dalam Kegiatan Wisata di Desa Karimunjawa, 2012 Alasan Ikut Wisata n %
Memiliki modal dan ingin menambah pendapatan 19 76.0 memiliki modal dan pengalaman serta ingin menambah pendapatan 6 24.0
Total 25 100.0
Berdasarkan Tabel 25, terlihat bahwa semua responden memiliki motivasi
yang sama, yaitu ingin menambah pendapatan. Hal ini sangat berhubungan dengan
jumlah tangkapan ikan nelayan yang semakin menurun sehingga pendapatan nelayan
juga menurun sehingga mereka harus mencari alternatif lain untuk mencukupi
kebutuhan hidupnya. Semua responden juga memiliki modal usaha, baik kapal,
rumah untuk homestay dan modal untuk usaha souvenir. Namun tidak hanya modal
fisik yang dimiliki oleh nelayan. Guide misalnya, yang hanya membutuhkan
pengetahuan tentang suatu tempat, bisa berenang dan cakap berbahasa Indonesia.
Mereka tidak membutuhkan modal dalam bentuk uang ataupun barang, cukup hanya
memiliki kemampuan snorkeling atau diving.
Selain memiliki modal dan ingin menambah pendapatan, terdapat 10 orang
nelayan yang juga memiliki pengalaman di bidang wisata. Lima orang di antara
mereka pernah mengikuti studi banding ke Bali, yang dilaksanakan oleh HPI dalam
94
rangka peningkatan kualitas pelaku wisata (pemilik homestay dan guide). Satu orang
lainnya merupakan lulusan SMK jurusan kepariwisataan di desa tersebut.
Pengalaman tersebut dijadikan nelayan pariwisata untuk meningkatkan usahanya
dalam bidang kepariwisataan.
Pekerjaan di bidang wisata merupakan pekerjaan tambahan dan dilakukan saat
ada peluang saja karena kedatangan wisatawan yang bersifat musiman. Kunjungan
wisatawan yang paling banyak adalah ketika hari-hari libur panjang. Hal ini terjadi
karena jarak yang jauh yang harus ditempuh menuju Karimunjawa dan lamanya
perjalanan yang harus dilewati wisatawan. Hal ini membuat wisatawan yang
berkunjung harus menghabiskan waktu minimal 2 hari berada di Karimunjawa.
Selain itu, kunjungan wisatawan juga tergantung pada keadaan gelombang laut. Jika
gelombang tinggi, maka syahbandar tidak akan memberikan ijin kepada kapal
penumpang dan kapal nelayan untuk melaut. Biasanya hal ini terjadi pada musim
baratan. Nelayan pariwisata didominasi oleh nelayan yang menggunakan alat tangkap
pancing. Nelayan bisa menjalankan 2 atau lebih pekerjaan di bidang wisata, sesuai
dengan modal dan kemampuan mereka. Berikut akan disajikan data tentang tingkat
diversifikasi pekerjaan responden Nelayan Pariwisata yang memanfaatkan peluang
usaha di bidang wisata di Karimunjawa.
Tabel 26. Tingkat Diversifikasi Pekerjaan Responden Nelayan Pariwisata, Desa Karimunjawa, 2012
Tingkat Adaptasi Diversifikasi Pekerjaan n % Rendah 0 0.0 Sedang 17 68.0 Tinggi 8 32.0 Total 25 100.0
Berdasarkan Tabel 26 terlihat bahwa tingkat diversifikasi nelayan pariwisata
berada pada kategori sedang, yaitu memilih satu pekerjaan di bidang non perikanan,
yaitu pariwisata. Sedangkan 32 persen nelayan lainnya memiliki tingkat diversifikasi
yang tinggi, yaitu memiliki ≥ 2 pekerjaan di bidang wisata. Hal ini menunjukkan
95
bahwa masih sedikit nelayan Karimunjawa yang memanfaatkan peluang kerja di
bidang wisata. Berikut akan disajikan tentang data perubahan pekerjaan nelayan
pariwisata sebelum dan sesudah adanya pengembangan wisata di Desa Karimunjawa
Tabel 27. Diversifikasi Pekerjaan Nelayan Pariwisata di Desa Karimunjawa, 2012 Sebelum Adanya Kegiatan Wisata Setelah Adanya Kegiatan Wisata n % Nelayan pancing Nelayan pancing
Tour leader 2 8
Nelayan pancing Nelayan pancing Penyewaan kapal
8 32
Nelayan pancing Nelayan pancing Guide
4 16
Nelayan pancing Nelayan pancing Penyewaan kapal Tour leader Homestay
3 12
Nelayan pancing Nelayan pancing Tour leader Guide
1 4
Nelayan pancing Nelayan pancing Penyewaan kapal Tour leader
2 4
Nelayan compressor Nelayan kompressor Guide
2 8
Nelayan pancing Nelayan pancing Kios
3 12
Nelayan pancing Nelayan pancing Homestay Penyewaan kapal
1 4
Jumlah 25 100
Bedasarkan Tabel 27 terlihat bahwa sekitar 7 orang nelayan pariwisata hanya
melakukan satu jenis usaha di bidang wisata, yaitu sebagai tour leader, guide dan
pemilik kios. Sekitar 18 orang lainnya memiliki lebih dari satu usaha di bidang
wisata. Hal ini terkait dengan akses dan modal yang dimiliki oleh nelayan. Nelayan
yang memiliki homestay biasanya juga merangkap sebagai tour leader yang
menyediakan paket wisata serta memiliki kapal untuk disewakan. Kelompok nelayan
yang menyewakan kapalnya adalah kelompok yang paling banyak jumlahnya. Hal ini
96
terjadi karena hampir semua nelayan di Karimunjawa sudah memiliki kapal masing-
masing sehingga mereka punya modal untuk bergabung dalam wisata. Saat ini jumlah
kapal yang disewakan semakin banyak sehingga jumlah kapal yang digunakan untuk
menangkap ikan menjadi berkurang. Berdasarkan keterangan seorang juragan yang
bernama EK, (23), sebagian anggotanya lebih sering bekerja di bidang wisata
daripada melaut menangkap ikan. Hal ini berdampak pada jumlah hasil tangkapan
ikan Desa Karimunjawa. Berkurangnya kapal untuk menangkap ikan berarti ikan
yang dihasilkan juga berkurang.
Kelompok nelayan yang bekerja dibidang wisata didominasi oleh nelayan
pancing, sedangkan hanya dua orang nelayan kompressor yang bekerja sebagai guide.
Hal ini terjadi karena perkembangan wisata yang masih terpusat daerah nelayan
pancing, yaitu di bagian utara dan bagian tengah desa. Hal ini membuat nelayan
pancing memiliki akses lebih besar dibandingkan nelayan kompressor yang tinggal di
bagian selatan desa. Selain itu, pekerjaan sebagai nelayan kompressor yang
membutuhkan tenaga yang banyak membuat mereka lebih memilih beristirahat ketika
tidak melaut dibandingkan bekerja lagi di bidang wisata. Pendapatan nelayan
kompressor lebih besar dibandingkan nelayan pancing dari hasil perikanan juga
mempengaruhi partisipasi nelayan dalam kegiatan wisata nelayan pancing merasa
masih perlu untuk mencari tambahan pendapatan lain di luar perikanan.
Sebagian besar nelayan yang aktif dalam kegiatan wisata tergabung dalam
HPI, seperti guide, tour leader, pemilik homestay, dan toko souvenir. Namun nelayan
yang kapalnya disewakan kepada wisatawan tidak masuk menjadi anggota HPI
karena para guide atau tour leader yang mengatur tour wisatawan masing-masing
sudah memiliki langganan penyewa kapal. Kapal yang dipilih adalah kapal yang
bersih dan kapal yang masih bagus mesinnya. Biasanya kapal yang digunakan adalah
kapal yang berkapasitas 10-30 orang.
Wisatawan sudah mulai datang ke Karimunjawa sejak tahun 1980, namun
jumlahnya sangat sedikit karena informasi mengenai Karimunjawa sendiri belum
diketahui oleh orang banyak. Namun pada tahun 2007, infrastruktur yang mendukung
kegiatan wisata mulai dibangun dan dilengkapi. Promosi mengenai objek wisata di
97
Karimunjawa juga mulai digencarkan, sehingga pada tahun 2007 tersebut kunjungan
wisatawan mulai bertambah. Sejak tahun 2007, jumlah nelayan yang bergabung
dalam kegiatan wisata semakin bertambah. Hal ini juga didukung oleh jumlah
tangkapan ikan yang semakin menurun pada tahun tersebut akibat penangkapan ikan
yang tidak ramah lingkungan (potassium dan muroami).
Perkembangan pariwisata memang sudah dimulai dari tahun 2007, namun
hanya sebagian nelayan yang langsung memanfaatkan kesempatan tersebut. Sebelum
adanya promosi pariwisata di Karimunjawa, jumlah pengunjung masih sedikit dan
penginapan yang ada masih cukup untuk menampung wistawan tersebut. Jumlah
orang yang dibutuhkan untuk menjadi guide bagi wisatawan yang datang juga masih
sedikit. Selain itu, jumlah ikan yang masih mencukupi membuat nelayan tidak
membutuhkan pekerjaan lainnya. Lamanya waktu nelayan bekerja di bidang wisata
ini akan menentukan keuntungan yang telah diperoleh nelayan dari pekerjaan di
bidang tersebut. Berikut data lamanya nelayan bekerja di bidang wisata yang akan
disajikan pada Tabel 28 di bawah ini.
Tabel 28. Responden Nelayan Pariwisata Menurut Lamanya Bekerja di Bidang Wisata, Desa Karimunjawa, Tahun 2012
Tingkatan Waktu Bekerja di Bidang Wisata n % Rendah 6 24.0 Sedang 12 48.0 Tinggi 7 28.0
Total 25 100.0
Berdasarkan Tabel 28 terlihat bahwa 48 persen responden sudah melakukan
diversifikasi pekerjaan dalam tingkat waktu yang sedang, yaitu sekitar 2-4 tahun.
Kelompok ini adalah nelayan yang bekerja sebagai tour leader dan guide. Mereka
memulai pekerjaannya setelah wisata mulai berkembang. Kelompok Nelayan
Pariwisata yang yang sudah bekerja di bidang wisata lebih dari 4 tahun adalah
nelayan pemilik homestay dan nelayan yang menyewakan kapalnya. Nelayan pemilik
homestay sudah menjadikan rumahnya menjadi homestay sebelum adanya hotel
98
ataupun resort di Karimunjawa. Nelayan yang baru memulai pekerjaannya di bidang
wisata selama kurang dari 2 tahun adalah nelayan muda yang bekerja sebagai guide.
Seluruh responden nelayan pariwisata memiliki motivasi yang sama yaitu
untuk menambah tingkat pendapatan mereka. Pendapatan yang diperoleh nelayan
jumlahnya tidak pasti karena tergantung kedatangan wisatawan. Apabila wisatawan
ramai yang datang, maka pendapatan nelayan pariwisata juga bertambah. Jumlah
pendapatan ini juga tergantung pada jenis usaha yang ditekuni nelayan. Berikut
adalah jumlah tambahan pendapatan yang diperoleh nelayan pariwisata yang
disajikan pada Tabel 29.
Tabel 29. Responden Menurut Tingkat Pendapatan Nelayan yang Bersumber dari
Bidang Wisata, Desa Karimunjawa, Tahun 2012 Tingkat Pendapatan Nelayan di Bidang Wisata n %
Rendah 13 52.0 Sedang 4 16.0 Tinggi 8 32.0 Total 25 100.0
Tabel 29 menunjukkan bahwa terdapat 52 persen nelayan pariwisata yang
memiliki pendapatan di bawah Rp 600.000,-. Kelompok ini adalah kelompok nelayan
yang menyewakan kapalnya untuk kegiatan wisata. Tarif yang ditetapkan untuk satu
kapal adalah Rp 100.000,- setiap kali mengantar wisatawan. Saat ini belum tersedia
pengaturan yang bagus untuk jadwal penggunaan kapal nelayan yang akan disewa.
Sejauh ini, kapal yang digunakan adalah kapal milik kerabat guide atau tour leader
wisatawan tersebut, seperti yang diungkapkan oleh LM (48).
”Tidak semua nelayan Karimun bisa ikut wisata Mbak. Yang kapalnya
dipakai itu terbatas sama kerabat-kerabat tour guidenya saja. Misalnya, saya punya keluarga yang kerja di wisata, kalau dia ada tamu maka dia nyewa kapal saya. Begitu seterusnya. Ndak bergiliran, padahal nelayan yang lain juga kan ingin kapalnya bisa dipakai apalagi musim susah begini.”
99
Penyewaan kapal adalah pekerjaan yang bisa diakses oleh semua nelayan
karena hampir semua nelayan di Karimunjawa memiliki kapal dan bisa
mengoperasikannya. Namun karena tidak meratanya kesempatan yang dimiliki oleh
setiap nelayan membuat kesenjangan di antara mereka. Menurut masyarakat,
pengaturan ini sudah dibicarakan dalam rapat HPI namun keputusannya belum
dijalankan.
Selain kelompok penyewa kapal, kelompok guide juga memiliki pendapatan
di bawah Rp 600.000,-. Upah untuk seorang guide snorkeling adalah Rp 100.000,-
dan upah seorang guide diving adalah Rp 200.000,- namun dipotong Rp 10.000,-
untuk kas HPI. Semua kelompok guide bisa melakukan snorkeling namun tidak
semua bisa melakukan diving.
Kelompok nelayan yang memiliki tingkat pendapatan yang sedang adalah
nelayan yang bekerja sebagai tour leader. Mereka mendapatkan keuntungan dari
paket wisata untuk pengunjung dan mereka juga mendapatkan komisi dari homestay
yang digunakan oleh wisatawan yang memakai jasa mereka. Nelayan ini juga
biasanya merangkap sebagai guide sehingga pendapatan mereka lebih besar
dibanding guide.
Kelompok nelayan yang memiliki pendapatan yang tinggi adalah kelompok
nelayan yang memiliki homestay dan toko souvenir. Tarif satu kamar mulai dari Rp
70.000,-. Saat ini banyak nelayan yang memperbaiki dan memperluas rumah mereka
sehingga bisa dijadikan homestay. Nelayan yang memiliki homestay ini biasanya juga
memiliki kapal untuk disewakan sehingga mereka memiliki tambahan pendapatan
dari kapal tersebut. Nelayan souvenir juga mendapatkan keuntungan yang tinggi dari
hasil penjualan mereka karena jumlah toko souvenir yang masih sedikit, yaitu 19 toko
sehingga nelayan souvenir tidak mengalami persaingan usaha yang berat.
Bekerja di bidang wisata sangat menguntungkan bagi nelayan karena tanpa
modal yang besar, mereka bisa mendapat upah yang besar. Walaupun pekerjaan ini
tidak setiap hari, namun sebagian nelayan lebih memilih bekerja di bidang wisata dari
pada menjadi seorang nelayan. Mereka adalah kelompok nelayan yang mempunyai
homestay, tour leader, guide, dan pemilik kios souvenir. Hal ini terjadi karena
100
pendapatan yang mereka peroleh dari wisata lebih besar daripada pendapatan mereka
di bidang perikanan. Namun berbeda dengan nelayan penyewa kapal yang lebih
memilih bekerja sebagai nelayan daripada menjadi pelaku wisata karena jumlah
pendapatan nelayan penyewa kapal lebih kecil daripada kelompok nelayan pariwisata
lainnya. Kecilnya pendapatan ini mempengaruhi keputusan mereka untuk lebih
memilih melaut daripada menjadi pelaku wisata. Alasan lainnya adalah kegiatan
wisata yang bersifat musiman membuat mereka tidak bisa menyewakan kapalnya
setiap hari. Berbeda dengan penangkapan ikan bisa dilakukan setiap hari, sehingga
mereka lebih memilih menjadi nelayan.
7.2 Alat Tangkap Nelayan Karimunjawa
Berdasarkan Laporan DKP Karimunjawa (2011), diketahui bahwa ukuran
kapal-kapal yang ada di Karimunjawa masih kecil, yaitu < 5GT. Setiap kapal
mempunyai alat tangkap lebih dari satu jenis, yaitu pancing, bubu, jaring dan
branjang. Pengoperasiannya tergantung musim, bisa digunakan hanya satu alat
tangkap dan kadang beberapa alat dioperasikan bersamaan. Alat tangkap yang
digunakan pada tahun 2010 adalah pancing tonda, jaring insang, branjang, bubu dan
muroami. Namun menurut informasi masyarakat setempat, muroami sudah tidak ada
lagi karena adanya pelarangan pengoperasian alat tangkap tersebut sebab merusak
karang dan biota laut lainnya.
Pancing adalah alat tangkap yang paling dominan digunakan di Karimunjawa.
Saat ini alat tangkap yang paling dominan adalah pancing dan tembak, seperti yang
diungkapkan AS (34) dibawah ini.
“Nelayan itu ada dua jenis, ada yang pancing dan ada yang karet. Yang karet itu menggunakan tembak. Katagori nelayan itu banyak, tapi di Karimun biasane pake pancing sama tembak. Nelayan tembak itu pake kompressor, biasane orang-orang di daerah utara (Lego). Nanti Jenengan (Anda) tanya daerah Lego, disana banyak nelayan kompressor. Kalo kita yang ditengah ini (pusat desa) kebanyakan yang pancing.”
101
Alat tangkap yang digunakan nelayan Desa Karimunjawa masih bersifat
tradisional. Penyuluhan serta pembinaan-pembinaan yang dilakukan oleh LSM serta
BTNKJ ternyata telah berhasil membuat nelayan mengerti akan dampak negatif
penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan. Berikut akan disajikan
perubahan alat tangkap nelayan sebelum dan sesudah adanya kegiatan wisata di
Karimunjawa pada Tabel 30.
Tabel 30. Responden berdasarkan Teknologi Alat Tangkap Ikan, Desa Karimunjawa,
2012
Teknologi Alat Menangkap Ikan
Nelayan Non Pariwisata Nelayan Pariwisata Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah n % n % n % n %
Rendah 17 68.0 18 72.0 23 92.0 23 92.0 Tinggi 8 32.0 7 28.0 2 8.0 2 8.0 Total 25 100.0 25 100.0 25 100.0 25 100.0
Tabel 30 di atas menunjukkan bahwa terjadi perubahan jumlah nelayan non
pariwisata yang menggunakan alat tangkap berteknologi rendah (pancing), dan tinggi
(kompressor) walaupun tidak terlalu signifikan. Berdasarkan survei yang dilakukan
pada nelayan non pariwisata, terdapat satu orang nelayan yang mengganti alat
tangkapnya dari kompressor ke pancing karena faktor umur responden tersebut.
Sedangkan pada nelayan pariwisata tidak ada yang mengganti alat tangkapnya.
Melalui Tabel 38 juga diketahui bahwa alat tangkap mempengaruhi kontribusi
nelayan dalam kegiatan wisata. Jumlah nelayan yang menggunakan pancing pada
nelayan non pariwisata lebih sedikit daripada nelayan pariwisata, sedangkan
penggunaan kompressor pada nelayan non pariwisata lebih banyak daripada nelayan
pariwisata. Alat tangkap sangat menentukan jumlah tangkapan yang diperoleh dan
alat tangkap kompressor bisa mendapatkan hasil tangkapan lebih banyak daripada
alat pancing.