BAB VII POLA ADAPTASI NELAYAN - repository.ipb.ac.id · Berdasarkan Tabel 24 terlihat bahwa tingkat...

13
BAB VII POLA ADAPTASI NELAYAN 7.1 Diversifikasi Pekerjaan Nelayan Karimunjawa telah menyadari terjadinya perubahan ekologis di kawasan Karimunjawa. Berbagai macam bentuk perubahan yang terjadi pada terumbu karang dan perikanan serta perubahan tata ruang dan daya dukung menimbulkan dampak yang cukup besar bagi kegiatan nelayan sehingga mengharuskan nelayan untuk beradaptasi agar dapat bertahan di kawasan tersebut. Strategi adaptasi nelayan Karimunjawa terlihat dari tindakan ekonomi-sosial dalam merespon berbagai macam perubahan ekologis serta perkembangan yang ada di kawasan TNKJ. Pendapatan nelayan cenderung mengalami fluktuasi dan sangat tergantung kepada perubahan alam. Ketika ombak besar atau ketika terang bulang, sangat tidak memungkinkan bagi nelayan kecil untuk melaut. Hal ini terjadi karena rendahnya kualitas armada dan alat tangkap yang mereka miliki. Pada masa inilah nelayan harus dapat mencari alternatif pendapatan untuk bertahan hidup. Diversifikasi pekerjaan adalah salah satu bentuk strategi nafkah ganda yang dikembangkan masyarakat nelayan non pariwisata baik di bidang perikanan maupun non perikanan. Penganekaragaman sumber pendapatan yang dilakukan nelayan Karimunjawa seperti berkebun, berjualan, menjadi buruh bangunan serta yang paling banyak dilakukan adalah bekerja di sektor wisata. Berikut data sebaran responden berdasarkan strategi adaptasi dalam diversifikasi pekerjaan yang dilakukan. Tabel 23. Tingkat Diversifikasi Pekerjaan Responden, Desa Karimunjawa, 2012 Tingkat Diversifikasi Pekerjaan n % Rendah 13 26.0 Sedang 29 58.0 Tinggi 8 16.0 Total 50 100.0

Transcript of BAB VII POLA ADAPTASI NELAYAN - repository.ipb.ac.id · Berdasarkan Tabel 24 terlihat bahwa tingkat...

89

BAB VII POLA ADAPTASI NELAYAN

7.1 Diversifikasi Pekerjaan

Nelayan Karimunjawa telah menyadari terjadinya perubahan ekologis di

kawasan Karimunjawa. Berbagai macam bentuk perubahan yang terjadi pada

terumbu karang dan perikanan serta perubahan tata ruang dan daya dukung

menimbulkan dampak yang cukup besar bagi kegiatan nelayan sehingga

mengharuskan nelayan untuk beradaptasi agar dapat bertahan di kawasan tersebut.

Strategi adaptasi nelayan Karimunjawa terlihat dari tindakan ekonomi-sosial dalam

merespon berbagai macam perubahan ekologis serta perkembangan yang ada di

kawasan TNKJ.

Pendapatan nelayan cenderung mengalami fluktuasi dan sangat tergantung

kepada perubahan alam. Ketika ombak besar atau ketika terang bulang, sangat tidak

memungkinkan bagi nelayan kecil untuk melaut. Hal ini terjadi karena rendahnya

kualitas armada dan alat tangkap yang mereka miliki. Pada masa inilah nelayan harus

dapat mencari alternatif pendapatan untuk bertahan hidup. Diversifikasi pekerjaan

adalah salah satu bentuk strategi nafkah ganda yang dikembangkan masyarakat

nelayan non pariwisata baik di bidang perikanan maupun non perikanan.

Penganekaragaman sumber pendapatan yang dilakukan nelayan Karimunjawa seperti

berkebun, berjualan, menjadi buruh bangunan serta yang paling banyak dilakukan

adalah bekerja di sektor wisata. Berikut data sebaran responden berdasarkan strategi

adaptasi dalam diversifikasi pekerjaan yang dilakukan.

Tabel 23. Tingkat Diversifikasi Pekerjaan Responden, Desa Karimunjawa, 2012 Tingkat Diversifikasi Pekerjaan n % Rendah 13 26.0 Sedang 29 58.0 Tinggi 8 16.0 Total 50 100.0

90

Tabel 23 menunjukkan tingkat diversifikasi nelayan secara keseluruhan, baik

nelayan pariwisata maupun nelayan non pariwisata. Tingkat diversifikasi masing-

masing kelompok nelayan akan dijelaskan selanjutnya. Berdasarkan Tabel 24 terlihat

bahwa tingkat diversifikasi pekerjaan nelayan Karimunjawa berada pada kategori

sedang. Sekitar 58 persen nelayan memilih memiliki satu pekerjaan sampingan selain

menjadi nelayan, baik di sektor wisata atau sektor lainnya. Selain itu, sebanyak 26

persen nelayan memilih untuk tidak melakukan diversifikasi pekerjaan. Mereka lebih

memilih untuk bekerja sebagai nelayan. Selain itu, sebanyak 16 persen nelayan

memiliki dua jenis pekerjaan sampingan selain sebagai nelayan.

Berkembangnya pariwisata bahari di Pulau Karimunjawa juga dimanfaatkan

oleh nelayan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat

pesisir/nelayan setuju dengan pengembangan pariwisata bahari. Hal ini terlihat dari

peluang yang dimanfaatkan oleh masyarakat seperti jasa penyewaan kapal,

penginapan serta menjadi tour leader dan guide serta penyedia souvenir bagi

wisatawan.

7.1.1 Diversifikasi Pekerjaan Nelayan Non Pariwisata

Masyarakat Desa Karimunjawa mengandalkan pencukupan kebutuhan

hidupnya dari pemanfaatan sumberdaya laut. Secara historis mereka telah terbentuk

menjadi komunitas masyarakat pesisir yang identik sebagai nelayan. Hampir setiap

hari masyarakat mengarungi Lautan Karimunjawa guna menangkap ikan dan hasil

laut lainnya. Padatnya waktu menangkap ikan ini membuat waktu mereka tidak

cukup lagi untuk bekerja di sektor lain. Namun, perubahan ekologi yang dirasakan

masyarakat membuat mereka harus melakukan diversifikasi pekerjaan. Nelayan

Karimunjawa tidak banyak yang bekerja di sektor pertanian karena kondisi tanah

yang kurang subur dan terdiri dari bebatuan serta perbukitan. Penganekaragaman

sumber pendapatan di bidang perikanan seperti usaha budidaya ikan, budidaya

rumput laut dan pengolahan ikan tradisional tidak berkembang karena kurangnya

modal untuk pengembangan usaha tersebut. Pekerjaan non perikanan lainnya adalah

menjadi buruh bangunan serta berdagang. Berikut pada Tabel 24 akan disajikan data

91

tentang responden nelayan non pariwisata yang mengadakan adaptasi diversifikasi

pekerjaan.

Tabel 24. Tingkat Diversifikasi Pekerjaan Responden Nelayan Non Pariwisata, Desa

Karimunjawa, 2012 Tingkat Diversifikasi n % Rendah 13 52.0 Sedang 12 48.0 Tinggi 0 0.0 Total 25 100.0

Berdasarkan Tabel 24 terlihat bahwa tingkat adaptasi di bidang diversifikasi

nelayan non pariwisata masih rendah. Sekitar 52 persen dari responden tidak

melakukan diversifikasi pekerjaan. Mereka memilih untuk tetap menjadi nelayan.

Sedangkan 48 persen responden lainnya memiliki satu pekerjaan sampingan di

bidang non perikanan. Tersedianya lapangan pekerjaan di bidang wisata ternyata

hanya dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat khususnya nelayan yang ada di Desa

Karimunjawa. Sebagian besar nelayan masih mempertahankan pekerjaan utamanya

sebagai nelayan dan ada juga nelayan yang melakukan diversifikasi pekerjaan dengan

menjadi tukang bangunan, bertani dan menjaga keramba.

Pekerjaan sebagai tukang bangunan sedang banyak digeluti oleh nelayan

karena saat ini banyak warga yang membangun rumah untuk homestay dan juga

hotel. Pekerjaan ini dilakukan ketika nelayan sedang tidak melaut atau setelah pulang

dari melaut. Pekerjaan di bidang budidaya perikanan memang pernah berkembang di

Desa Karimunjawa. Akan tetapi budidaya tersebut kurang membuahkan hasil dan

membutuhkan modal yang besar. Hal ini membuat nelayan mengusahakan kebun-

kebun yang mereka miliki. Hasil kebun tersebut adalah mangga, jambu, kelapa,

pisang dan bersawah. Hasil kebun tersebut dijual ke pasar terdekat, yaitu Pasar

Karimunjawa. Nelayan juga ada yang mengembangkan usahanya ke arah

perdagangan, dua orang di antara responden non pariwisata adalah pedagang kelapa

muda yang dibeli dari pemilik kebun dan di jual kembali oleh nelayan tersebut. Dua

orang lainnya berjualan aksesoris untuk anak-anak. Seorang nelayan memiliki

92

pekerjaan sampingan sebagai pembuat kapal bersama dengan keluarganya. Saat ini di

Karimunjawa permintaan kapal terus meningkat, baik untuk kapal menangkap ikan

ataupun untuk carteran wisata Satu kapal harganya sekitar 50 juta, sesuai dengan

harga materialnya, seperti yang dijelaskan oleh SR (48).

“Kapal yang di pakai Mas Kontet (keponakan) itu saya yang buat Mbak, sekarang juga saya lagi buat yang lebih besar lagi. Saya bikinnya sama Kakak saya. Kadang bertiga. Ndak seluruh orang Karimun bisa bikin kapal, hanya lima orang di Karimun, Mbak. Itu Pak Juri, kelompok saya, Pak Biman, di kapuran dekat dermaga Muria itu ada. Kalo di sini banyak di kampong Bugis. Orang Karimun sekarang udah punya kapal sendiri-sendiri, kan statusnya nelayan, Mbak.”

Terdapat satu orang nelayan yang memiliki pekerjaan sampingan sebagai

tukang pijat. Pekerjaan ini baru ditekuni sekitar 5 tahun terakhir untuk menambah

pendapatan. Pekerjaan lain yang ditekuni adalah menjadi penjaga keramba. Saat ini

jumlah keramba di Karimunjawa semakin berkurang karena biayanya yang besar.

7.1.2 Pola Adaptasi Nelayan Pariwisata

Sebelum adanya pengembangan kegiatan wisata, yaitu sekitar tahun 2007,

hanya sedikit nelayan yang melakukan diversifikasi pekerjaan di bidang wisata

karena jumlah wisatawan yang datang masih sedikit. Namun setelah tahun 2007,

Dinas Pariwisata dan pelaku wisata mulai aktif melakukan promosi melalui internet

serta memperbaiki fasilitas-fasilitas komunikasi dan transportasi mulai dibenahi

sehingga pariwisata semakin berkembang. Perkembangan ini sangat menguntungkan

bagi nelayan yang ikut menjadi pelaku wisata di Karimunjawa.

Ketersediaan lapangan kerja di bidang wisata ternyata tidak dilewatkan oleh

masyarakat Karimunjawa, khususnya nelayan. Penganekaragaman pekerjaan ini

merupakan salah satu bentuk strategi nafkah ganda yang dikembangkan oleh nelayan.

Mereka berinisiatif meningkatkan pendapatan dengan melakukan kegiatan-kegiatan

yang berhubungan dengan pemanfaatan potensi wisata, seperti penyewaan

penginapan, penyewaan perahu, penjualan souvenir dan sebagainya.

93

Ada berbagai macam alasan nelayan ikut dalam kegiatan wisata seperti

memiliki modal usaha, memiliki pengalaman di bidang wisata dan ingin menambah

pendapatan. Memiliki modal usaha merupakan hal yang sangat penting untuk

menjalankan usaha, misalnya memiliki kapal untuk disewakan, memiliki rumah

untuk dijadikan homestay dan memiliki uang untuk usaha menjual souvenir. Apabila

nelayan memiliki modal usaha, maka nelayan tersebut bisa menjadikannya sebagai

pekerjaan sampingan di bidang wisata. Pengalaman juga sangat penting karena

dengan memiliki pengalaman yang bagus, nelayan bisa semakin baik dalam

menjalankan pekerjaannya. Berikut adalah alasan nelayan melakukan diversifikasi

pekerjaan di bidang wisata.

Tabel 25. Alasan Nelayan Ikut dalam Kegiatan Wisata di Desa Karimunjawa, 2012 Alasan Ikut Wisata n %

Memiliki modal dan ingin menambah pendapatan 19 76.0 memiliki modal dan pengalaman serta ingin menambah pendapatan 6 24.0

Total 25 100.0

Berdasarkan Tabel 25, terlihat bahwa semua responden memiliki motivasi

yang sama, yaitu ingin menambah pendapatan. Hal ini sangat berhubungan dengan

jumlah tangkapan ikan nelayan yang semakin menurun sehingga pendapatan nelayan

juga menurun sehingga mereka harus mencari alternatif lain untuk mencukupi

kebutuhan hidupnya. Semua responden juga memiliki modal usaha, baik kapal,

rumah untuk homestay dan modal untuk usaha souvenir. Namun tidak hanya modal

fisik yang dimiliki oleh nelayan. Guide misalnya, yang hanya membutuhkan

pengetahuan tentang suatu tempat, bisa berenang dan cakap berbahasa Indonesia.

Mereka tidak membutuhkan modal dalam bentuk uang ataupun barang, cukup hanya

memiliki kemampuan snorkeling atau diving.

Selain memiliki modal dan ingin menambah pendapatan, terdapat 10 orang

nelayan yang juga memiliki pengalaman di bidang wisata. Lima orang di antara

mereka pernah mengikuti studi banding ke Bali, yang dilaksanakan oleh HPI dalam

94

rangka peningkatan kualitas pelaku wisata (pemilik homestay dan guide). Satu orang

lainnya merupakan lulusan SMK jurusan kepariwisataan di desa tersebut.

Pengalaman tersebut dijadikan nelayan pariwisata untuk meningkatkan usahanya

dalam bidang kepariwisataan.

Pekerjaan di bidang wisata merupakan pekerjaan tambahan dan dilakukan saat

ada peluang saja karena kedatangan wisatawan yang bersifat musiman. Kunjungan

wisatawan yang paling banyak adalah ketika hari-hari libur panjang. Hal ini terjadi

karena jarak yang jauh yang harus ditempuh menuju Karimunjawa dan lamanya

perjalanan yang harus dilewati wisatawan. Hal ini membuat wisatawan yang

berkunjung harus menghabiskan waktu minimal 2 hari berada di Karimunjawa.

Selain itu, kunjungan wisatawan juga tergantung pada keadaan gelombang laut. Jika

gelombang tinggi, maka syahbandar tidak akan memberikan ijin kepada kapal

penumpang dan kapal nelayan untuk melaut. Biasanya hal ini terjadi pada musim

baratan. Nelayan pariwisata didominasi oleh nelayan yang menggunakan alat tangkap

pancing. Nelayan bisa menjalankan 2 atau lebih pekerjaan di bidang wisata, sesuai

dengan modal dan kemampuan mereka. Berikut akan disajikan data tentang tingkat

diversifikasi pekerjaan responden Nelayan Pariwisata yang memanfaatkan peluang

usaha di bidang wisata di Karimunjawa.

Tabel 26. Tingkat Diversifikasi Pekerjaan Responden Nelayan Pariwisata, Desa Karimunjawa, 2012

Tingkat Adaptasi Diversifikasi Pekerjaan n % Rendah 0 0.0 Sedang 17 68.0 Tinggi 8 32.0 Total 25 100.0

Berdasarkan Tabel 26 terlihat bahwa tingkat diversifikasi nelayan pariwisata

berada pada kategori sedang, yaitu memilih satu pekerjaan di bidang non perikanan,

yaitu pariwisata. Sedangkan 32 persen nelayan lainnya memiliki tingkat diversifikasi

yang tinggi, yaitu memiliki ≥ 2 pekerjaan di bidang wisata. Hal ini menunjukkan

95

bahwa masih sedikit nelayan Karimunjawa yang memanfaatkan peluang kerja di

bidang wisata. Berikut akan disajikan tentang data perubahan pekerjaan nelayan

pariwisata sebelum dan sesudah adanya pengembangan wisata di Desa Karimunjawa

Tabel 27. Diversifikasi Pekerjaan Nelayan Pariwisata di Desa Karimunjawa, 2012 Sebelum Adanya Kegiatan Wisata Setelah Adanya Kegiatan Wisata n % Nelayan pancing Nelayan pancing

Tour leader 2 8

Nelayan pancing Nelayan pancing Penyewaan kapal

8 32

Nelayan pancing Nelayan pancing Guide

4 16

Nelayan pancing Nelayan pancing Penyewaan kapal Tour leader Homestay

3 12

Nelayan pancing Nelayan pancing Tour leader Guide

1 4

Nelayan pancing Nelayan pancing Penyewaan kapal Tour leader

2 4

Nelayan compressor Nelayan kompressor Guide

2 8

Nelayan pancing Nelayan pancing Kios

3 12

Nelayan pancing Nelayan pancing Homestay Penyewaan kapal

1 4

Jumlah 25 100

Bedasarkan Tabel 27 terlihat bahwa sekitar 7 orang nelayan pariwisata hanya

melakukan satu jenis usaha di bidang wisata, yaitu sebagai tour leader, guide dan

pemilik kios. Sekitar 18 orang lainnya memiliki lebih dari satu usaha di bidang

wisata. Hal ini terkait dengan akses dan modal yang dimiliki oleh nelayan. Nelayan

yang memiliki homestay biasanya juga merangkap sebagai tour leader yang

menyediakan paket wisata serta memiliki kapal untuk disewakan. Kelompok nelayan

yang menyewakan kapalnya adalah kelompok yang paling banyak jumlahnya. Hal ini

96

terjadi karena hampir semua nelayan di Karimunjawa sudah memiliki kapal masing-

masing sehingga mereka punya modal untuk bergabung dalam wisata. Saat ini jumlah

kapal yang disewakan semakin banyak sehingga jumlah kapal yang digunakan untuk

menangkap ikan menjadi berkurang. Berdasarkan keterangan seorang juragan yang

bernama EK, (23), sebagian anggotanya lebih sering bekerja di bidang wisata

daripada melaut menangkap ikan. Hal ini berdampak pada jumlah hasil tangkapan

ikan Desa Karimunjawa. Berkurangnya kapal untuk menangkap ikan berarti ikan

yang dihasilkan juga berkurang.

Kelompok nelayan yang bekerja dibidang wisata didominasi oleh nelayan

pancing, sedangkan hanya dua orang nelayan kompressor yang bekerja sebagai guide.

Hal ini terjadi karena perkembangan wisata yang masih terpusat daerah nelayan

pancing, yaitu di bagian utara dan bagian tengah desa. Hal ini membuat nelayan

pancing memiliki akses lebih besar dibandingkan nelayan kompressor yang tinggal di

bagian selatan desa. Selain itu, pekerjaan sebagai nelayan kompressor yang

membutuhkan tenaga yang banyak membuat mereka lebih memilih beristirahat ketika

tidak melaut dibandingkan bekerja lagi di bidang wisata. Pendapatan nelayan

kompressor lebih besar dibandingkan nelayan pancing dari hasil perikanan juga

mempengaruhi partisipasi nelayan dalam kegiatan wisata nelayan pancing merasa

masih perlu untuk mencari tambahan pendapatan lain di luar perikanan.

Sebagian besar nelayan yang aktif dalam kegiatan wisata tergabung dalam

HPI, seperti guide, tour leader, pemilik homestay, dan toko souvenir. Namun nelayan

yang kapalnya disewakan kepada wisatawan tidak masuk menjadi anggota HPI

karena para guide atau tour leader yang mengatur tour wisatawan masing-masing

sudah memiliki langganan penyewa kapal. Kapal yang dipilih adalah kapal yang

bersih dan kapal yang masih bagus mesinnya. Biasanya kapal yang digunakan adalah

kapal yang berkapasitas 10-30 orang.

Wisatawan sudah mulai datang ke Karimunjawa sejak tahun 1980, namun

jumlahnya sangat sedikit karena informasi mengenai Karimunjawa sendiri belum

diketahui oleh orang banyak. Namun pada tahun 2007, infrastruktur yang mendukung

kegiatan wisata mulai dibangun dan dilengkapi. Promosi mengenai objek wisata di

97

Karimunjawa juga mulai digencarkan, sehingga pada tahun 2007 tersebut kunjungan

wisatawan mulai bertambah. Sejak tahun 2007, jumlah nelayan yang bergabung

dalam kegiatan wisata semakin bertambah. Hal ini juga didukung oleh jumlah

tangkapan ikan yang semakin menurun pada tahun tersebut akibat penangkapan ikan

yang tidak ramah lingkungan (potassium dan muroami).

Perkembangan pariwisata memang sudah dimulai dari tahun 2007, namun

hanya sebagian nelayan yang langsung memanfaatkan kesempatan tersebut. Sebelum

adanya promosi pariwisata di Karimunjawa, jumlah pengunjung masih sedikit dan

penginapan yang ada masih cukup untuk menampung wistawan tersebut. Jumlah

orang yang dibutuhkan untuk menjadi guide bagi wisatawan yang datang juga masih

sedikit. Selain itu, jumlah ikan yang masih mencukupi membuat nelayan tidak

membutuhkan pekerjaan lainnya. Lamanya waktu nelayan bekerja di bidang wisata

ini akan menentukan keuntungan yang telah diperoleh nelayan dari pekerjaan di

bidang tersebut. Berikut data lamanya nelayan bekerja di bidang wisata yang akan

disajikan pada Tabel 28 di bawah ini.

Tabel 28. Responden Nelayan Pariwisata Menurut Lamanya Bekerja di Bidang Wisata, Desa Karimunjawa, Tahun 2012

Tingkatan Waktu Bekerja di Bidang Wisata n % Rendah 6 24.0 Sedang 12 48.0 Tinggi 7 28.0

Total 25 100.0

Berdasarkan Tabel 28 terlihat bahwa 48 persen responden sudah melakukan

diversifikasi pekerjaan dalam tingkat waktu yang sedang, yaitu sekitar 2-4 tahun.

Kelompok ini adalah nelayan yang bekerja sebagai tour leader dan guide. Mereka

memulai pekerjaannya setelah wisata mulai berkembang. Kelompok Nelayan

Pariwisata yang yang sudah bekerja di bidang wisata lebih dari 4 tahun adalah

nelayan pemilik homestay dan nelayan yang menyewakan kapalnya. Nelayan pemilik

homestay sudah menjadikan rumahnya menjadi homestay sebelum adanya hotel

98

ataupun resort di Karimunjawa. Nelayan yang baru memulai pekerjaannya di bidang

wisata selama kurang dari 2 tahun adalah nelayan muda yang bekerja sebagai guide.

Seluruh responden nelayan pariwisata memiliki motivasi yang sama yaitu

untuk menambah tingkat pendapatan mereka. Pendapatan yang diperoleh nelayan

jumlahnya tidak pasti karena tergantung kedatangan wisatawan. Apabila wisatawan

ramai yang datang, maka pendapatan nelayan pariwisata juga bertambah. Jumlah

pendapatan ini juga tergantung pada jenis usaha yang ditekuni nelayan. Berikut

adalah jumlah tambahan pendapatan yang diperoleh nelayan pariwisata yang

disajikan pada Tabel 29.

Tabel 29. Responden Menurut Tingkat Pendapatan Nelayan yang Bersumber dari

Bidang Wisata, Desa Karimunjawa, Tahun 2012 Tingkat Pendapatan Nelayan di Bidang Wisata n %

Rendah 13 52.0 Sedang 4 16.0 Tinggi 8 32.0 Total 25 100.0

Tabel 29 menunjukkan bahwa terdapat 52 persen nelayan pariwisata yang

memiliki pendapatan di bawah Rp 600.000,-. Kelompok ini adalah kelompok nelayan

yang menyewakan kapalnya untuk kegiatan wisata. Tarif yang ditetapkan untuk satu

kapal adalah Rp 100.000,- setiap kali mengantar wisatawan. Saat ini belum tersedia

pengaturan yang bagus untuk jadwal penggunaan kapal nelayan yang akan disewa.

Sejauh ini, kapal yang digunakan adalah kapal milik kerabat guide atau tour leader

wisatawan tersebut, seperti yang diungkapkan oleh LM (48).

”Tidak semua nelayan Karimun bisa ikut wisata Mbak. Yang kapalnya

dipakai itu terbatas sama kerabat-kerabat tour guidenya saja. Misalnya, saya punya keluarga yang kerja di wisata, kalau dia ada tamu maka dia nyewa kapal saya. Begitu seterusnya. Ndak bergiliran, padahal nelayan yang lain juga kan ingin kapalnya bisa dipakai apalagi musim susah begini.”

99

Penyewaan kapal adalah pekerjaan yang bisa diakses oleh semua nelayan

karena hampir semua nelayan di Karimunjawa memiliki kapal dan bisa

mengoperasikannya. Namun karena tidak meratanya kesempatan yang dimiliki oleh

setiap nelayan membuat kesenjangan di antara mereka. Menurut masyarakat,

pengaturan ini sudah dibicarakan dalam rapat HPI namun keputusannya belum

dijalankan.

Selain kelompok penyewa kapal, kelompok guide juga memiliki pendapatan

di bawah Rp 600.000,-. Upah untuk seorang guide snorkeling adalah Rp 100.000,-

dan upah seorang guide diving adalah Rp 200.000,- namun dipotong Rp 10.000,-

untuk kas HPI. Semua kelompok guide bisa melakukan snorkeling namun tidak

semua bisa melakukan diving.

Kelompok nelayan yang memiliki tingkat pendapatan yang sedang adalah

nelayan yang bekerja sebagai tour leader. Mereka mendapatkan keuntungan dari

paket wisata untuk pengunjung dan mereka juga mendapatkan komisi dari homestay

yang digunakan oleh wisatawan yang memakai jasa mereka. Nelayan ini juga

biasanya merangkap sebagai guide sehingga pendapatan mereka lebih besar

dibanding guide.

Kelompok nelayan yang memiliki pendapatan yang tinggi adalah kelompok

nelayan yang memiliki homestay dan toko souvenir. Tarif satu kamar mulai dari Rp

70.000,-. Saat ini banyak nelayan yang memperbaiki dan memperluas rumah mereka

sehingga bisa dijadikan homestay. Nelayan yang memiliki homestay ini biasanya juga

memiliki kapal untuk disewakan sehingga mereka memiliki tambahan pendapatan

dari kapal tersebut. Nelayan souvenir juga mendapatkan keuntungan yang tinggi dari

hasil penjualan mereka karena jumlah toko souvenir yang masih sedikit, yaitu 19 toko

sehingga nelayan souvenir tidak mengalami persaingan usaha yang berat.

Bekerja di bidang wisata sangat menguntungkan bagi nelayan karena tanpa

modal yang besar, mereka bisa mendapat upah yang besar. Walaupun pekerjaan ini

tidak setiap hari, namun sebagian nelayan lebih memilih bekerja di bidang wisata dari

pada menjadi seorang nelayan. Mereka adalah kelompok nelayan yang mempunyai

homestay, tour leader, guide, dan pemilik kios souvenir. Hal ini terjadi karena

100

pendapatan yang mereka peroleh dari wisata lebih besar daripada pendapatan mereka

di bidang perikanan. Namun berbeda dengan nelayan penyewa kapal yang lebih

memilih bekerja sebagai nelayan daripada menjadi pelaku wisata karena jumlah

pendapatan nelayan penyewa kapal lebih kecil daripada kelompok nelayan pariwisata

lainnya. Kecilnya pendapatan ini mempengaruhi keputusan mereka untuk lebih

memilih melaut daripada menjadi pelaku wisata. Alasan lainnya adalah kegiatan

wisata yang bersifat musiman membuat mereka tidak bisa menyewakan kapalnya

setiap hari. Berbeda dengan penangkapan ikan bisa dilakukan setiap hari, sehingga

mereka lebih memilih menjadi nelayan.

7.2 Alat Tangkap Nelayan Karimunjawa

Berdasarkan Laporan DKP Karimunjawa (2011), diketahui bahwa ukuran

kapal-kapal yang ada di Karimunjawa masih kecil, yaitu < 5GT. Setiap kapal

mempunyai alat tangkap lebih dari satu jenis, yaitu pancing, bubu, jaring dan

branjang. Pengoperasiannya tergantung musim, bisa digunakan hanya satu alat

tangkap dan kadang beberapa alat dioperasikan bersamaan. Alat tangkap yang

digunakan pada tahun 2010 adalah pancing tonda, jaring insang, branjang, bubu dan

muroami. Namun menurut informasi masyarakat setempat, muroami sudah tidak ada

lagi karena adanya pelarangan pengoperasian alat tangkap tersebut sebab merusak

karang dan biota laut lainnya.

Pancing adalah alat tangkap yang paling dominan digunakan di Karimunjawa.

Saat ini alat tangkap yang paling dominan adalah pancing dan tembak, seperti yang

diungkapkan AS (34) dibawah ini.

“Nelayan itu ada dua jenis, ada yang pancing dan ada yang karet. Yang karet itu menggunakan tembak. Katagori nelayan itu banyak, tapi di Karimun biasane pake pancing sama tembak. Nelayan tembak itu pake kompressor, biasane orang-orang di daerah utara (Lego). Nanti Jenengan (Anda) tanya daerah Lego, disana banyak nelayan kompressor. Kalo kita yang ditengah ini (pusat desa) kebanyakan yang pancing.”

101

Alat tangkap yang digunakan nelayan Desa Karimunjawa masih bersifat

tradisional. Penyuluhan serta pembinaan-pembinaan yang dilakukan oleh LSM serta

BTNKJ ternyata telah berhasil membuat nelayan mengerti akan dampak negatif

penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan. Berikut akan disajikan

perubahan alat tangkap nelayan sebelum dan sesudah adanya kegiatan wisata di

Karimunjawa pada Tabel 30.

Tabel 30. Responden berdasarkan Teknologi Alat Tangkap Ikan, Desa Karimunjawa,

2012

Teknologi Alat Menangkap Ikan

Nelayan Non Pariwisata Nelayan Pariwisata Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah n % n % n % n %

Rendah 17 68.0 18 72.0 23 92.0 23 92.0 Tinggi 8 32.0 7 28.0 2 8.0 2 8.0 Total 25 100.0 25 100.0 25 100.0 25 100.0

Tabel 30 di atas menunjukkan bahwa terjadi perubahan jumlah nelayan non

pariwisata yang menggunakan alat tangkap berteknologi rendah (pancing), dan tinggi

(kompressor) walaupun tidak terlalu signifikan. Berdasarkan survei yang dilakukan

pada nelayan non pariwisata, terdapat satu orang nelayan yang mengganti alat

tangkapnya dari kompressor ke pancing karena faktor umur responden tersebut.

Sedangkan pada nelayan pariwisata tidak ada yang mengganti alat tangkapnya.

Melalui Tabel 38 juga diketahui bahwa alat tangkap mempengaruhi kontribusi

nelayan dalam kegiatan wisata. Jumlah nelayan yang menggunakan pancing pada

nelayan non pariwisata lebih sedikit daripada nelayan pariwisata, sedangkan

penggunaan kompressor pada nelayan non pariwisata lebih banyak daripada nelayan

pariwisata. Alat tangkap sangat menentukan jumlah tangkapan yang diperoleh dan

alat tangkap kompressor bisa mendapatkan hasil tangkapan lebih banyak daripada

alat pancing.