BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pola Pengasuhan …

23
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pola Pengasuhan 2.1.1. Defenisi Pola Pengasuhan Pola pengasuhan (parenting) atau perawatan anak sangat bergantung pada nilai - nilai yang dimiliki keluarga ( Supartini, 2002 dalam Septiani, 2012). Pola asuh merupakan proses dari tindakan yang mempunyai tujuan untuk dicapai sedang masa tersebut dimulai dari masa kehamilan (Wong, 2003 dalam Teviana, 2012). Menurut kamus Bahasa Indonesia asuh adalah menjaga dan memelihara anak sakit (Chaniago, 1995 dalam Septiani, 2012). Pada dasarnya tujuan utama pengasuhan orang tua adalah untuk memepertahankan kehidupan fisik anak dan meningkatkan kesehatannya, memfasilitasi anak untuk mengembangkan kemampuan sejalan dengan tahapan perkembangannya dan mendorong peningkatan kemampuan berperilaku sesuai dengan nilai agama dan budaya yang diyakininya. Kemampuan orang tua atau keluarga menjalankan peran pengasuhan ini tidak dipelajari secara formal melainkan berdasarkan pengalaman dalam menjalankan peran tersebut secara trial dan error atau mempengaruhi orang tua/ keluarga lain terdahulu (Supartini, 2002 Septiani, 2012) 2.1.2. Bentuk Pola Pengasuhan Menurut Strewart dan Koch ( 1983 ) dalam Tarmudji ( 2011 ) ada tiga bentuk pola asuh orang tua, yaitu : 1 Pola asuh otoriter Pola asuh otoriter adalah suatu gaya pengasuhan yang membatasi dan menuntut anak untuk mengikuti perintah - perintah orang tua. Orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter mempunyai ciri - ciri bersifat kaku, tegas, suka menghukum dan kurang kasih sayang.Orang tua memaksa anak - anak untuk patuh terhadap nilai - nilai dan peraturan mereka. Dalam

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pola Pengasuhan …

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pola Pengasuhan …

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pola Pengasuhan

2.1.1. Defenisi Pola Pengasuhan

Pola pengasuhan (parenting) atau perawatan anak sangat bergantung pada nilai - nilai

yang dimiliki keluarga ( Supartini, 2002 dalam Septiani, 2012). Pola asuh merupakan proses dari

tindakan yang mempunyai tujuan untuk dicapai sedang masa tersebut dimulai dari masa

kehamilan (Wong, 2003 dalam Teviana, 2012). Menurut kamus Bahasa Indonesia asuh adalah

menjaga dan memelihara anak sakit (Chaniago, 1995 dalam Septiani, 2012).

Pada dasarnya tujuan utama pengasuhan orang tua adalah untuk memepertahankan

kehidupan fisik anak dan meningkatkan kesehatannya, memfasilitasi anak untuk

mengembangkan kemampuan sejalan dengan tahapan perkembangannya dan mendorong

peningkatan kemampuan berperilaku sesuai dengan nilai agama dan budaya yang diyakininya.

Kemampuan orang tua atau keluarga menjalankan peran pengasuhan ini tidak dipelajari secara

formal melainkan berdasarkan pengalaman dalam menjalankan peran tersebut secara trial dan

error atau mempengaruhi orang tua/ keluarga lain terdahulu (Supartini, 2002 Septiani, 2012)

2.1.2. Bentuk Pola Pengasuhan

Menurut Strewart dan Koch ( 1983 ) dalam Tarmudji ( 2011 ) ada tiga bentuk pola asuh

orang tua, yaitu :

1 Pola asuh otoriter

Pola asuh otoriter adalah suatu gaya pengasuhan yang membatasi dan menuntut anak untuk

mengikuti perintah - perintah orang tua. Orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter

mempunyai ciri - ciri bersifat kaku, tegas, suka menghukum dan kurang kasih sayang.Orang

tua memaksa anak - anak untuk patuh terhadap nilai - nilai dan peraturan mereka. Dalam

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pola Pengasuhan …

memberikan peraturan itu tidak ada usaha untuk menjelaskan kepada anak mengapa ia harus

patuh pada peraturan itu ( Hurlock, 1999 dalam Septiani, 2012). Anak dari orang tua yang

otoriter cenderung bersifat curiga pada orang lain dan merasa tidak bahagia dengan dirinya

sendiri merasa canggung berhubungan dengan teman sebaya, canggung menyesuaikan diri

pada awal masuk sekolah dan memiliki prestasi belajar yang rendah dibandingkan dengan

anak - anak lain. Adapun dampak dari perkembangan motorik terhadap pola asuh otoriter

adalah anak cenderung agresif, impulsive, pemurung dan kurang mampu konsentrasi.

2 Pola asuh demokratis

Pola asuh demokratis adalah salah satu gaya pengasuhan yang memperlihatkan pengawasan

ekstra ketat terhadap tingkah laku anak - anak, tetapi mereka juga bersikap responsif

(Desmita, 2005 dalam Septiani, 2012). Menurut Stewart dan Koch (1983) dalam Tarmudji

(2011) bahwa orang tua yang demokratis memandang sama kewajiban dan hak antara anak

dan orang tua. Secara bertahap orang tua memberikan tanggung jawab bagi anak - anaknya

terhadap segala sesuatu yang diperbuatnya sampai mereka dewasa. Lebih lanjut Suherman

( 2000 ) dalam Septiani,( 2012 ) menyatakan bahwa orang tua yang demokratis

memperlakukan anak sesuai dengan tingkat - tingkat perkembangan motorik anak dan dapat

memperhatikan serta mempertimbangkan keinginan anak. Dampak perkembangan motorik

terhadap pola asuh demokratis yaitu rasa harga diri yang tinggi, memiliki moral yang standar,

kematangan psikologisosial, kemandirian dan mampu bergaul dengan teman sebayanya.

3 Pola asuh permisif

Menurut Stewart dan Koch (1983) dalam Tarmudji (2011) menyatakan bahwa pola asuh

permisif anak dituntut sedikit sekali tanggung jawab tetapi mempunyai hak yang sama seperti

orang dewasa. Anak diberi kebebasan untuk mengatur dirinya sendiri dan orang tua tidak

8

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pola Pengasuhan …

banyak mengatur anaknya. Dalam pola asuh ini diasosiasikan dengan kurangnya kemampuan

pengendalian diri anak karena orang tua yang cenderung membiarkan anak mereka

melakukan apa saja yang mereka inginkan dan akibatnya anak selalu mengharap semua

keinginannya dituruti (Desmita, 2005 dalam Septiani, (2012 ). Lebih lanjut menurut

Hurlock (1976) dalam Tarmudji (2011) bahwa dalam pola asuh permisif bimbingan terhadap

anak kurang dan semua keputusan lebih banyak dibuat oleh anak daripada orang

tuanya.Dalam pola asuh ini sikap acceptance orang tua tinggi namun tingkat kontrolnya

rendah (Yusuf, 2001 dalam Teviana, 2012).Dampak dari perkembangan motorik terhadap

pola asuh permisif yaitu kurang percaya diri, pengendalian diri yang buruk dan rasa harga

diri yang rendah. Pola asuh dipengaruhi oleh faktor budaya, agama, kebiasaan dan

kepercayaan serta kepribadian orang tua.Selain itu dipengaruhi pola asuh yang dirasakan

orang tua saat kecil (Markum, 1998 dalam Teviana, 2012). Erikson menyebutkan bahwa pola

pengasuhan diawal kehidupan seseorang akan melandasi kepribadian yang akan terus

berkembang pada fase - fase berikutnya. Proses pengasuhan dimasa bayi, akan mendasari

kepibadian dimasa remaja, dan seterusnya. Proses tersebut akan berlanjut seumur hidupnya.

Dengan demikian tampaklah bahwa kepribadian seseorang tidak dapat lepas begitu saja dari

proses pengasuhan pada fase - fase sebelumnya (Yusuf, 2004 dalam Teviana, 2012).

Menurut Soetjiningsih (1995) dalam Septiani (2012), kebutuhan dasar anak untuk

tumbuh dan berkembang secara umum digolongkan menjadi 3 kebutuhan dasar yaitu :

1 Kebutuhan fisik-biomedis (ASUH), meliputi :

a Pangan/ gizi merupakan kebutuhan terpenting

b Papan/ tempat tinggal

c Sandang/ pakaian yang memadai

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pola Pengasuhan …

2 Kebutuhan emosi/ kasih sayang (ASIH)

Merupakan syarat mutlak untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik,

mental, psikologi.

3 Kebutuhan akan stimulasi mental (ASAH)

Adalah mengembangkan perkembangan moral etika, kepribadian, perilaku.

2.1.3. Faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh

Menurut Supartini (2002) dalam Septiani (2012), faktor - faktor yang mempengaruhi pola

asuh :

1 Usia orang tua

Rentang usia tertentu adalah baik untuk menjalankan peran pengasuhan. Apabila terlalu

muda atau tua mungkin tidak dapat menjalankan peran tersebut secara optimal karena

diperlukan kekuatan fisik dan psikososial.

2 Keterlibatan orang tua

Kedekatan hubungan ibu dan anak sama pentignya dengan ayah dan anak walaupun secara

kodrati akan ada perbedaan. Di dalam rumah tangga ayah dapat melibatkan dirinya

melakukan peran pengasuhan kepada anaknya. Seorang ayah tidak saja bertanggung jawab

dalam memberikan nafkah tetapi dapat pula bekerja sama dengan ibu dalam melakuan

perawatan anak seperi menggantikan popok ketika anak mengompol atau mengajaknya

bermain bersama sebagai salah satu upaya dalam melakukan interaksi.

3 Pendidikan orang tua

Wong et (2001) dalam Teviana (2012) mengemukakan beberapa cara yang dapat dilakukan

untuk lebih siap menjalankan peran pengasuhan diantaranya adalah pendidikan.

4 Pengalaman sebelumnya dalam mengasuh anak

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pola Pengasuhan …

Orang tua yang telah mempunyai pengalaman sebelumnya dalam merawat anak akan lebih

siap menjalankan pengasuhan dan lebih relaks.

5 Stres orang tua

Stres yang dialami orang tua akan mempengaruhi kemampuan orang tua dalam menjalankan

peran pengasuhannya terutama dalam kaitannya dengan strategi koping yang dimiliki oleh

anak.

6 Hubungan suami istri

Hubungan yang kurang harmonis antara suami istri akan berdampak pada kemampuan dalam

menjalankan perannya ssebagai orang tua dan merawat serta mengasuh anak dengan penuh

rasa bahagia karena satu sama lain dapat saling memberi dukungan dan menghadapi segala

masalah dengan koping yang positif.

2.1.4. Hubungan Pola Asuh dengan Kemampuan Motorik

Pola asuh bertujuan untuk mempertahankan kehidupan fisik anak dan meningkatkan

kesehatannya memfasilitasi anak untuk mengembangkan kemampuan sejalan dengan tahapan

perkembangan dan mendorong peningkatan kemampuan berperilaku sesuai dengan nilai agama

dan budaya yang diyakininya.

Menurut Anwar ( 2002 ) dalam Listroyorini (2016) agar keluarga atau orang tua mampu

melakukan fungsinya dengan baik maka orang tua perlu memahami tingkat perkembangan anak,

menilai pertumbuhan dan perkembangan anak serta mempunyai motivasi yang kuat untuk

memajukan tumbuh kembang anaknya dengan cara memberi pola pengasuhan yang baik

terhadap anak.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pola Pengasuhan …

Gerakan motorik terdiri dari tiga komponen besar yaitu reseptor sensorik, otak dan alat

gerak.Tiap rangsangan yang diterima oleh reseptor diteruskan ke otak melalui saraf sensorik

setelah itu otak mengambil suatu keputusan untuk melakukan tindakan melalui saraf motorik

(Tandyo, 2002 dalam Listroyorini, 2016).

Kesempatan untuk menggerakkan semua bagian tubuh, rangsangan dan dorongan kepada

anak mempercepat tercapainya kemampuan motorik.Perkembangan motorik yang abnormal

dapat disebabkan karena kurangnya kesempatan untuk berlatih menggunakan anggota tubuhnya,

adanya perlindungan yang berlebihan (Hurlock, 1999 dalam Teviana, 2012). Adapun pola asuh

yang ideal atau pola asuh yang baik adalah pola asuh demokratis dimana anak mempunyai hak

untuk mengetahui mengapa peraturan - peraturan dibuat dan memperoleh kesempatan

mengemukakan pendapatnya sendiri bila ia menganggap bahwa peraturan itu tidak adil. Setiap

orang tua mencoba menghargai kemampuan anak secara langsung pada waktu anak bertingkah

laku (Djiwardono, 2002 dalam Teviana, 2012 ).

Adapun faktor - faktor yang mempengaruhi kemampuan motorik adalah :

1 Stimulasi

Pemberian stimulasi pada tiga tahun pertama kehidupan anak merupakan hal yang sangat

penting bagi kehidupan anak karena tiga tahun pertama otak merupakan organ yang sangat

pesat pertumbuhan dan perkembangan. Menurut Soetjiningsih (1995) dalam Teviana (2012 ),

stimulasi merupakan hal yang sangat penting dalam perkembangan anak, karena anak yang

mendapatkan stimulasi yang terarah akan berkembang lebih cepat dan baik dibanding dengan

anak yang kurang atau sama sekali tidak mendapatkan stimulasi. Stimulasi juga dapat

berfungsi sebagai penguat yang brmanfaat bagi perkembangan anak, termasuk perhatian dan

kasih sayang dari orang tua.Peran orang tua mempengaruhi perkembangan motorik

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pola Pengasuhan …

anak.Orang tua yang memberikan stimulasi dini maka kemampuan motorik anak

berkembang dengan baik.Sedangkan orang tua yang sibuk bekerja mempunyai waktu yang

sedikit untuk menstimulasi anak berkembang secara optimal.

Menurut Anwar (2002) dalam Teviana (2012) peran keluarga atau orang tua dalam

mengasuh anak berpengaruh terhadap perkembangan anak seperti keluarga yang berantakan

atau orang tua yang bercerai, pertumbuhan dan perkembangan anak menjadi

terhambat.Orang tua disini adalah orang tua kandung maupun pengasuh pengganti orang tua,

yakni orang - orang yang mendapat tugas untuk menggantikan orang tua kandung, dalam

perannya mengasuh anak diwaktu mereka sedang sibuk.

2. Gizi

Tandyo, J (2002) dalam Listroyorini (2016) menyatakan bahwa gizi sangat penting untuk

anak terutama pada usia 3 - 4 tahun. Pada masa ini pertumbuhan berlangsung sangat cepat

sehingga memerlukan konsumsi protein dan zat pengatur seperti vitamin dan

mineral.Perkembangan mental juga memerlukan lebih banyak protein, terutama untuk

pertumbuhan sel otaknya. Pertumbuhan sel otak sangat cepat dan akan berhenti atau

mencapai taraf sempurna pada usia 4 - 5 tahun. Makanan memegang peranan penting

dalam tumbuh kembang anak, karena anak sedang tumbuh sehingga kebutuhannya

berbeda dengan orang dewasa, kekurangan makanan yang bergizi akan menyababkan

retardasi pertumbuhan anak.

2 Kecerdasan

Kecerdasan dimiliki anak sejak dilahirkan, anak yang kecerdasannya tinggi menunjukkan

perkembangan yang lebih cepat dibanding anak yang kecerdasannya normal atau dibawah

normal (Hurlock,1999 dalam Listroyorini, 2016).

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pola Pengasuhan …

2 Kemampuan Sosialisasi Anak Usia Prasekolah

2.2.1 Pengertiaan sosialisasi

Sosialisasi menurut Child ( dalam Sylva dan Lunt, 1998 dalam Teviana, 2012 ) adalah

keseluruhan proses yang menuntun seseorang dilahirkan dengan perilaku aktual yang jauh

lebih sempit jangkauan – jangkauan mengenai yang biasa dan diterima menurut norma

kelompoknya. Sosialisasi adalah “ proses yang digunakan anak untuk mempelajari standar,

nilai, perilaku yang diharapkan kebudayaan, atau lingkungan masyarakat mereka” ( Musen

dkk, 1994 ) dalam Chaplin ( 2002 ) dalam Teviana, 2012 mengemukakan bahwa sosialisasi

adalah proses mempelajari kebiasaan, cara hidup adat istiadat masyarakat tertentu.

Perkembangan soaial anak dipengaruhi oleh keluarga, teman bermain dan sekolah.

Lingkungan pertama serta utama yang dikenal sejak saat lahir yaitu keluarga. Ayah, ibu dan

anggota keluarga lainnya merupakan lingkungan sosial yang berasal dari keluarga, besar

perannya bagi perkembangan dan pembentukan kepribadian individu. Kebiasaan yang

ditanamkan keluarga baik itu positif maupun negatif secara tidak langsung akan terbentuk

dalam kepribadian anak.

Kemampuan sosialisasi menjadi aspek penting dalam perkembangan anak, karena

masa anak prasekolah merupakan masa peralihan dari lingkungan keluarga kedalam

lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Didalam lingkungan sekolah anak tidak

hanya memasuki dunia sosialisasi yang lebih luas melainkan anak juga menemukan suasana

lingkungan yang berbeda, teman, guru, atau aturan – aturan yang berbeda dengan lingkungan

keluarga ( Chaplin, 2002 dalam Teviana, 2012).

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pola Pengasuhan …

Melalui dari defenisi – defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

dengan sosialisasi adalah proses dimana anak – anak belajar mengenai standar, nilai dan

sikap yang diharapkan kebudayaan atau lingkungan masyarakat mereka.

2.2.2. Proses Sosialisasi

Proses sosial pada hakekatnya adalah proses belajar sosial mengenai tingkah laku yang

diharapkan oleh masyarakatnya. Proses sosialisasi berawal dari keluarga, memlalui keluargalah

anak belajar beradaptasi di tengah kehidupan bermasyarakat ( Satiadarma, 2001 ).Hurlock ( 1997

)dalam Teviana (2012), proses sosialisasi diperoleh dari kemampuan berperilaku yang sesuai

dengan tuntutan sosial. Sosialisasi ini memerlukan beberapa proses, yaitu :

1 Belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosialSetiap kelompok sosial mempunyai standar bagi anggotanya untuk dapat diterima, dan harus

mampu menyesuaikan perilaku dengan patokan yang dapat diterima pula.2 Memaikan peran sosial yang dapat diterima

Setiap kelompok mempunyai pola kebiasaan yang telah ditentukan para anggotanya dan

dituntut untuk dipenuhi.3 Perkembangan sikap sosial

Untuk bermasyarakat dan bergaul dengan baik diperlukan minat untuk melihat anak yang

lain dan berusaha mengadakan kontak dengan mereka, mencoba untuk bergabung dan

bekerjasama dengan mereka dalam bermain. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan

bahwa proses sosialisasi ialah proses belajar sosial untuk mempelajari tingkah laku yang

diharapkan masyarakat.

3 Tahap – Tahap Sosialisasi

Keluarga merupakan tempat pertama bagi anak untuk belajar bersosialisasi. “ Melalui

keluargalah anak belajar merespon terhadap masayarakat dan beradaptasi di tengah kehidupan

masyarakatnya yang lebih luas nantinya. Melalui proses sosialisasi didalam keluarga, seorang

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pola Pengasuhan …

anak secara bertahap belajar menegmbangkan kemampuan nalar serta iamajinasinya “

( Satiadarma, 2011 ). Perhatian terhadap hal – hal disekelilingnya banyak dipengaruhi oleh nilai

– nilai yang mereka anut, keluargalah yang menanamkan nilai – nilai tersebut.

Setelah anak belajar bersosialisasi dalam keluarga, kemudian anak akan belajar

bersosialisasi di luar rumah yang diperoleh dari teman sebaya, sekolah, guru, dan lingkungan di

luar yang lebih luas ( Mussen dkk, 1994 dalam Listroyorini, 2016). Yusuf ( 2008 )

mengemukakan bahwa tahap perkembangan sosial pada usia prasekolah yaitu, anak mulai

mengetahui aturan – aturan baik didalam lingkungan keluarga maupun didalam lingkungan

bermain, sedikit demi sedikit anak mulai tunduk pada aturan, anak mulai menyadari hak dan

kewajiban orang lain, anak mulai bermain bersama dengan anak – anak yang lain atau teman

sebayanya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tahap – tahap sosialisasi berawal

dari lingkungan didalam keluarga dan selanjutnya anak akan belajar bersosialisasi di luar

lingkungan keluarga seperti sekolah maupun masyarakat

2.2.4. Faktor – Faktor 2Yang Mempengaruhi Sosialisasi

Hurlock ( 1997 ) dalam Listroyorini (2016) mengemukakan bahwa faktor- faktor yang

mempengaruhi sosialisasi terutama anak yakni sikap anak – anak terhadap orang lain dan

pengalaman sosial serta seberapa baik meraka dapat bergaul dengan orang lain. Anak – anak

akan tergantung pada pengalaman belajar selama bertahun – tahun awal kehidupan yang

merupakan masa pembentukan kepribadian, tetapi kelompok sosial juga berpengaruh terhadap

perkembangan sosial pada anak. Namun pada akhirnya, kemampuan anak untuk menyesuaikan

diri dengan tuntutan sosial dan menjadi pribadi yang dapat bermasyarakat, tergantung pada 4

faktor menurut Sujiono ( 2005 ) dalam Satiadarma (2011) yaitu : kesempatan yang penuh untuk

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pola Pengasuhan …

belajar bersosialisasi / bermasyarakat, mampu berkomunikasi pembicaraan yang bersifat sosial

merupakan penunjang yang penting bagi sosialisasi, anak hanya akan belajar bersosialisasi

apabila mereka memiliki motivasi untuk melakukannya, metode belajar yang efektif dengan

bimbingan adalah penting. Empat faktor akan menjadoi daya dorong tersendiri bagi anak untuk

mengembangkan kemampuan sosialisasi.

Jadi dapat dismpulkan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi sosialisasi pada anak

adalah adanya sikap anak – anak terhadap orang lain dan pengalaman sosial yang seberapa baik

mereka dapat bergaul dengan orang lain.

2.2.5 Anak Prasekolah

Prasekolah dapat diartikan sebagai pendidikan sebelum sekolah. Anak prasekolah adalah

mereka yang berusia antara 3 – 6 tahun ( Riyanto dkk, 2004 dalam Suharsono, 2009). Anak

prasekolah adalah pribadi yang mempunyai berbagai macam potensi. Potensi – potensi itu

dirangsang dan dikembangkan agar pribadi anak tersebut berkembang secara optimal, anak dapat

berkembang kepribadiaanya lewat sosialisasi di sekolah. Taman Kanak – Kanak ( TK ) adalah

salah bentuk pendidikan prasekolah yang menyediakan program pendidikan dini bagi anak usia 4

– 6 tahun atau memasuki pendidikan dasar. Hal ini sesuai dengan Undang – Undang nomer 20

Tahun 2003 tentang pendidikan prasekolah. Patmonodewi dalam Listiyorini, 2016 )

mengemukakan bahwa program prasekolah di Indonesia dibedakan menjadi beberapa kelompok,

diantaranya program tempat penitipan anak ( 3 bulan – 5 tahun ), kelompok bermain ( 3 tahun ),

sedangkan pada usia 4 – 6 tahun biasanya mengikuti program Taman Kanak – Kanak ( TK ).

Usia prasekolah diantara usia 4 – 6 tahun bertujuan untuk meletakkan arah dasar kearah

perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan dan daya cipta yang diperlukan untuk anak

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pola Pengasuhan …

dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan dan perkembangan

selanjutnya.

Langeveld dalam Riyanto ( 2014 ) mengemukakan tentang kemampuan – kemampuan

yang harusnya dicapai anak prasekolah antara lain, berbahasa lisan dan bercerita, mengenal pola

kehidupan sosial , ( aku, keluarga, dan sekolah ), mengerti dan menguasai keterampilan untuk

kehidupan sehari – hari, mulai mengkhayal, dan belum dapat membedakan antara kenyataan dan

imajinasi belaka. Anak Taman Kanak – Kanak termasuk dalam kelompok umur prasekolah. Pada

umur 2 - 4 tahun, anak ingin bermain, melakukan latihan berkelompok, melakukan penjelajahan,

bertanya, menirukan dan mencipta sesuatu. Masa ini mengalami kemajuan pesat dalam

keterampilan menolong dirinya sendiri dan dalam keterampilan bermain.

Faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial ( sosialisasi ) anak usia prasekolah :

1 Kondisi kesehatan anakKesehatan anak memepengaruhi kemampuan anak mengenal lingkungan di luar lingkungan

keluarga. Anak dengan kondisi sehat akan cepat bisa menyesuaikan dengan lingkungan di

luar lingkungan keluarga ( Effendy, 1998 dalam Riyanto, 2014 ).2 Umur anak

Umur merupakan indikator kedewasaan seseorang, semakin bertambah umur semakin

bertambah pengetahuan yang dimiliki, serta bertambah kemampuan menyesuiakan diri

dengan lingkunagan di luar lingkungan keluarga ( Notoadmojo, 2009 ).3 Memiliki motivasi untuk sosialisasi

Anak menyesuaikan diri dengan lingkungan mereka karena mendapat pengalaman baru

ketika bergabung dengan kelompok dibandingkan jika mereka bermain sendiri ( Sujiyono,

2005 dalam Listiyorini, 2016).4 Adanya kesempatan untuk bersosialisasi

Sikap orang tua yang demokratis memberikan kesempatan anak untuk bergabung dengan

teman seusianya ( Suiyono, 2005 dalam Listiyorini, 2016). Riyanto ( 2014 ) mengemukakan ciri – ciri anak prasekolah atau TK diantaranya : a Ciri – ciri fisik

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pola Pengasuhan …

Anak prasekolah mempergunakan keterampilan gerak dasar ( berlari, berjalan, memanjat,

melompat ) sebagai bagian dari permainan mereka. Mereka aktif, tetapi lebih bertujuan

dan tidak terlalu mementingkan bisa beraktivitas sendiri.b Ciri sosial

Pada umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua sahabat, tetapi dua sahabat

ini cepat berganti. Perasaan simpati dan empati pada teman juga berkembang, mampu

berbagi dengan inisiatif mereka sendiri, anak menjadi sosialis.c Ciri emosional

Anak cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas. Sikap marah sering

diperlihatkan dan iri hati pada anak prasekolah sering terjadi. Mereka seringkali

memperebutkan perhatian guru.d Ciri kognitif

Anak prasekolah umumnya terampil dalam berbahasa, sebagian besar mereka senang

berbicara dan sebagian lagi menjadi pendengar yang baik. Kompetensi anak perlu

dikembangkan melalui interaksi minat, kesempatan mengagumi dan kasih sayang.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa anak usia prasekolah adalah anak – anak

yang berusia antara 3 – 6 tahun serta pada masa prasekolah anak mengalami kemajuan pesat

dalam keterampilan menolong dirinya sendiri dan dalam keterampilan bermain.

2.3 Konsep Tumbuh Kembang Anak

2.3.1 Pengertian Tumbuh Kembang Anak

Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yaitu peningkatan ukurandan

struktur. Perkembangan berkaitan dengan perubahan kualitatif dan kuantitatif, yang bersifat

progresif dari perubahan yang teratur dan koheren (Hurlock,1999 dalam Susanto,2011).

Sedangkan untuk tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi

biologiknya.

2.3.2 Faktor Yang Berkaitan Dengan Pertumbuhan Dan Perkembangan

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pola Pengasuhan …

Tingkat tercapainya potensi biologik seseorang merupakan hasil interaksi beberapa

faktor yang saling berkaitan yaitu :

1 Faktor Genetik

Merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak.

Termasuk faktor bawaan yang normal dan patologis, jenis kelamin, suku bangsa.

2 Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi

bawaan, sedangkan lingkungan yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan ini

merupakan lingkunagn bio-fisik-psiko-sosial dan perilaku antara lain perilaku atau pola

pengasuhan anak, misal stimulasi dari ibu ke anak. Faktor lingkungan secara garis besar

dibagi menjadi faktor yang mempengaruhi anak pada waktu masih didalam kandungan

dan faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak setelah lahir ( Satoto,1990 dalam

Suharsono, 2009 ) .

3 Faktor perilaku atau rekayasa

Dewasa ini, adanya kemajuan teknologi rekayasa genetika yang dapat digunakan untuk

memperbaiki genetik pada makhluk hidup. Secara sederhana biasanya digambarkan

sebagai upaya membangun kehidupan dengan mengontrol langsung pusat kehidupan

(dalam arti biologis) yakni gen dengan cara pembelahan dan pencangkokan sel dewasa di

labolatorium dan bila telah berhasil kemudian dibiakkan dalam rahim organisme. Anak

yang dilahirkan diusahakan agar tidak mewarisi kelemahan genetik orang tuanya. Bahkan

memiliki keunggulan yang tidak dipunyai orang tuanya serta dapat menghasilkan

manusia super ( Adhinarta,1998 dalam Listiyorini, 2016 )

2.3.3. Penilaian Tumbuh Kembang Anak

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pola Pengasuhan …

Frakenburg dkk ( 1981 ) dalam Hurlock, 1999 dalam Listiyorini, 2016) , melalui DDST

( Denver Development Screening Test ) mengemukakan 4 parameter perkembangan yang dipakai

dalam menilai perkembangan anak balita yaitu :

1 Personal Social ( kepribadian / tingkah laku sosial )

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi

dengan lingkungan.

2 Fine motor adaptive ( gerakan motorik halus )

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mngamati sesuatu, melakukan

gerakan yang melibatkan bagian - bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot - otot kecil

serta melakukan koordinasi.

3 Language ( bahasa )

Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara

spontan.

4 Gross motor (perkembangan motorik kasar)

Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.

2.3.4 Perkembangan Psikomotor Anak Usia 3 - 5 Tahun

2.3.4.1. Perkembangan Motorik Kasar

Menurut Triani (2010), perkembangan motorik kasar adalah perkembangan dari unsur

kematangan, pengendalian gerak tubuh serta perkembangan tersebut erat kaitannya dengan

perkembangan pusat motorik di otak. Perkembangan motorik kasar bila gerakan yang dilakukan

melibatkan sebagian besar bagian tubuh dan memerlukan tenaga karena dilakukan otot - otot

yang besar.

1 Anak umur 3 tahun

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pola Pengasuhan …

Anak dapat mengendarai roda tiga, dapat melompat dari langkah dasar, mereka dapat berdiri

pada satu kaki untuk beberapa detik, anak dapat menaiki tangga dengan kaki bergantian,

dapat tetap turun dengan menggunakan kedua kaki untuk melangkah, anak dapat melompat

panjang dan mencoba berdansa, tetapi keseimbangan mungkin tidak adekuat.

2 Anak umur 4 tahun

Anak aktif dan terampil memanjat, berayun dan meluncur, mampu untuk melompat,

meloncat pada satu kaki.Mereka dapat menangkap bola dengan tepat, melempar bola

bergantian tangan dan berjalan menuruni tangga dengan kaki bergantian.

3 Anak umur 5 tahun

Anak dapat melompat dan meloncat pada kaki bergantian, melempar dan menangkap bola

denagn baik.Mereka dapat berjalan dengan tumit dan jari kaki, dapat melompat dari

ketinggian 12 inci dan bertumpu pada ibu jari kaki.

2.3.4.2. Perkembangan Motorik Halus

Nurdeni ( 2008 ), menguraikan motorik halus melibatkan bagian - bagian tubuh tertentu

saja dan dilakukan otot - otot kecil. Hal ini tidak memerlukan tenaga serta koordinasi yang

cermat.

1 Anak umur 3 tahun

Anak dapat membangun menara dari 9 atau 10 kotak, membangun jembatan dengan tiga

kotak, mereka dapat memasukkan biji - bijian dalam botol berleher sempit.

2 Anak umur 4 tahun

Anak dapat menggunakan gunting dengan baik untuk memotong gambar mengikuti

garis.Mereka dapat memasang sepatu tetapi tidak mampu mengikat talinya, anak dapat

menjiplak garis silang dan menambah tiga bagian pada gambar jari.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pola Pengasuhan …

3 Anak umur 5 tahun

Anak dapat mengikat tali sepatu, menggunakan gunting, pensil dengan sangat baik. Dalam

menggambar anak meniru gambar permata dan segitiga, menambah tujuh sampai sembilan

bagian dari gambar garis, mereka dapat mencetak beberapa huruf angka atau kata seperti

nama panggilan.

2.3.4.3. Perkembangan Bahasa Dan Bicara

Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan

berbicara spontan ( Listiyorini, 2016 )

1 Anak umur 3 tahun

Jumlah perbendaharaan kata kira - kira 900 kata, kalimat lengkap dari 3 - 4 kata.Bicara tanpa

henti tanpa peduli apakah seseorang memperhatikannya, mereka mengulang kalimat dari 6

kata sampai suku kata dan mengajukan banyak pertanyaan.

2 Anak umur 4 tahun

Perbendaharaan kata kira - kira 1500 kata atau lebih menggunakan kalimat dari empat

sampai lima kata, bila bercerita dilebih - lebihkan mengetahui lagu sederhana, sedikit tidak

sopan bila berhubungan dengan anak yang lebih besar dapat menyebutkan satu atau lebih

warna.

3 Anak umur 5 tahun

Anak mempunyai perbendaharaan kata kira - kira 2100 kata, dapat menggunakan kalimat

dengan enam sampai delapan kata, mereka dapat menyebutkan koin misalnya nikel dan perak

dan dapat menggambarkan gambar atau lukisan dengan banyak komentar dan

menyebutkannya satu persatu.

2.3.4.4. Perkembangan Sosial

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pola Pengasuhan …

Perkembangan sosial adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri,

bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan ( Listiyorini, 2016 ).

1 Umur 3 tahun

Anak bisa berpakaian sendiri hampir lengkap bila dibantu dengan kancing belakang dan

mencocokkan sepatu kanan dan kiri. Mereka mengalami peningkatan rentang perhatian dapat

menyiapkan makan sederhana, seperti sereal dan susu dingin, dapat membantu mengatur

meja, dapat mengeringkan piring tanpa pecah. Dapat mengetahui jenis kelamin sendiri dan

jenis kelamin orang lain.

2 Umur 4 tahun

Anak sangat mandiri cenderung untuk keras kepala dan tidak sabar.Mereka cenderung agresif

secara fisik serta verbal, mendapat kebanggaan dalam pencapaian. Mereka mengalami

perpindahan alam perasaan, memamerkan secara dramatis, menikmati pertunjukkan orang

lain. Anak menceritakan cerita keluarga kapada orang lain.

3 Anak umur 5 tahun

Anak kurang memberontak dibandingkan dengan sewaktu berusia 4 tahun, lebih tenang dan

berhasrat untuk menyelesaikan urusan.Mereka tidak seterbuka dan terjangkau dalam hal

pikiran dan perilaku seperti pada tahun - tahun sebelumnya, dapat lebih bertanggung jawab

dan mandiri.

2.3.4.6. Pemantauan Perkembangan Psikomotor Anak

Pemantauan perkembangan psikomotor anak sangat penting untuk mengetahui

penyimpangan secara dini shingga upaya pencegahan, upaya stimulasi dan upaya penyembuhan

serta pemulihan dalam pelayanan kesehatan anak dapat dioptimalkan.Upaya tersebut dilakukan

sesuai dengan umur perkembangan anak sehingga tercapai kondisi optimal.Pada umumnya

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pola Pengasuhan …

terdapat pola - pola tertentu dalam perkembangan anak. Namun pada hakekatnya perkembangan

anak adalah bersifat individual akibatnya tidak mungkin untuk mengukur perkembangan anak

secara keseluruhan yang dapat diukur hanyalah gejala atau tanda - tanda tertentu dsri

perkembangannya atau secara umum (Satoto cit Eviana, 1998 dalam listroyorini, 2016).Kegiatan

pemantauan perkembangan psikomotor anak terutama perkembangan motorik dapat dilakukan

pada pusat pelayanan kesehatan, sekolah dan lingkungan keluarga. Pemantauan yang dilakukan

di sekolah misalnya menggunakan metode skrining perkembangan menurut Denver II ( Denver

Development Screening Test / DDST). Pemantauan yang dilakukan di lingkungan keluarga dan

posyandu misalnya menggunakan kartu perkembangan anak dan gerakan bina keluarga balita.

Di dalam tes DDST perkembangan dites sesuai dengan penilaian diberikan pada balok

dengan P (lulus), F (gagal), R (menolak) dan No (tidak mendapat kesempatan untuk

melaksanakan tugas).

Interpretasi :

1 Kemajuan / Advance

Bila anak lulus melakukan yang terletak disebelah kanan garis umur, perkembangan anak

dinyatakan “maju” pada tugas tersebut.

2 Berhasil / O.K

Bila anak gagal melakukan tugas yang terletak di sebelah kanan garis umur dinilai normal,

karena umur anak lebih dari 25 % anak normal yang dapat melakukan tugas.

Bila anak lulus, gagal melakukan tugas yang diterjang garis umur dimana 25 – 75 % anak

normal dapat melakukannya pada umur yang lebih mudah dinilai normal.

3 Peringatan / Caution

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pola Pengasuhan …

Bila anak gagal atau menolak melakukan tugas yang diterjang garis umur dimana 75 – 90 %

anak normal dapat melakukannya pada umur yang lebih muds dinilai sebagai peringatan

ditandai dengan C pada sebelah kanan balok tugas.

4 Keterlambatan / Delay

Bila anak gagal atau menolak melakukan tugas yang terletak di sebelah kiri garis umur

dimana 90 % anak normal dapat melakukannya pada umur yang lebih mudah.Anak

dinyatakan mengalami keterlambatan.Ditandai dengan mengaksir gelap sebelah kanan balok

tugas.

5 Tidak / No opportunity

Bila orang tua melaporkan anaknya tidak mempunyai kesempatan mencoba suatu tugas

dinilai nol. Namun tidak dimasukkan dalam interpretasi tes secara keseluruhan.Interpretasi

tes secara keseluruhan :

1 Abnormal

a Bila didapatkan dua atau lebih keterlambatan pada dua sektor atau lebih

b Bila dalam satu sektor atau lebih didapatkan dua atau lebih keterlambatan plus satu

sektor atau lebih dengan satu sektor atau keterlambatan pada sektor yang sama

tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.

2 Meragukan

a Bila pada satu sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih

b Bila pada satu sektor didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tidak

ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.

3 Tidak dapat dites

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pola Pengasuhan …

Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal atau meragukan

4 Normal

Apabila tidak ada keterlambatan, paling banyak 1 perhatian. Tes ini mudah dan cepat ( 15

- 20 menit ), dapat diandalkan dan menunjukkan validitas yang tinggi ( Soetjiningsih,

1995 ).

Perkembangan psikomotor adalah perkembangan mengontrol gerakan - gerakan tubuh

melalui kegiatan yang terkoordinasi antara susunan saraf pusat, saraf tepi dan otot. Dimulai dari

gerakan - gerakan kasar yang melibatkan bagian - bagian besar dari tubuh dalam fungsi duduk,

berjalan, berlari, melompat dan lain - lain. Kemudian dilanjutkan dengan koordinasi halus yang

melibatkan kelompok otot - otot halus dalam fungsi meraih, memegang, melompat dan kedua -

duanya diperlukan dalam kehidupan sehari - hari (Satoto,1990 dalam Listiyorini, 2016).

Perkembangan psikomotor mencakup banyak aspek perkembangan yang komplek antara lain

perkembangan motorik, perkembangan bahasa, perkembangan sosial dan perilaku.

Kombinasi biologi, psikologi, kognitif, spiritual dan penerimaan sosial selama periode

anak usia 3 - 5 tahun menyiapkan anak sebelum masuk sekolah. Anak bisa mengontrol sistem

tubuh, kemampuan untuk berinteraksi dengan anak lain dan orang dewasa, menggunakan bahasa

untuk menunjukkan kemampuan mental, serta bertambahnya perhatian terhadap waktu dan

ingatan, sebagai persiapan mereka menuju periode yang besar selanjutnya yaitu masa sekolah.

Keberhasilan penerimaan tahap tumbuh kembang selanjutnya adalah penting bagi anak usia 3 - 4

tahun, untuk memperbaiki tugas - tugas yang sudah dikuasai pada masa toddler.

KEASLIAN PENELITIAN

No Judul, artikel

Penulis,tahun

Metode,desain,sampel

Variabel,Instrumen analisis

Hasil penelitiaan

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pola Pengasuhan …

1 Hubungan pola asuh

orang tua terhadap

kemampuaan

sosialisasi pada anak

usia prasekolah.

(Hurlock, 2000).

Pengasuhan orang tua

member dampak yang serius

dalam menentukan

kepribadiaan seorang

anak,salah satunya

kemampuan

bersosialisasi.Metode

penelitian ini bertujuan untuk

mengedintifikasikan pola

asuh yang di terapkan orang

dan kemampuaan sosialisasi

pada anak usia

prasekolah,jenis penelitian

dekriptif kuantitatif dengan

desain cross sectional,sampel

sebanyak 70 responden

dengan tehnik total

sampling ,analisa bivariat

dengan uji static shi uare.

Ada hubungan yang

signifikan antara pola asuh

orang tua,dengan

kemampuan sosilalisasi

pada anak siswa siswi kelas

1 dan 2.(p valve= 0,000).

2 Hubungan pola asuh

orang tua terhadap

kemampuaan

sosialisasi pada anak

usia

prasekolah.menurut,

Greenwood (2013).

Metode yang di gunakan

adalah pendekatan kualitatif

di mana data yang di

gunakan angka-angka dan di

analisa dengan mengunakan

statistic menghasilkan

prediksi variabel yang

berhubungan dengan variabel

yang lain. Subjek dalam

penelitih ini adalah orang tua

wali murid di anak usia

prasekolah, pengambilan

sampel dengan mengunakan

propotional sampel

yaitu,pengambilan sampel

Hasil penelitian ini

menyatakan adanya

intraksi antara orang tua

da anak dalam

berkomunikasi,

mendidik,mengasuh, dan

terus berkelanjutan dari

waktu ke waktu

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pola Pengasuhan …

secara seimbang dengan

banyak sedikit populasi

(Arikunto 1998) instrument

skala orang tua yang di

gunakan bersasal dari

adaptasi ,analisis data yang

di gunakan dalam penelitih

ini mengunakan analisa

korelasi