Pnemonia Pada Bayi Dan Anak

7
Pnemonia Pada Bayi Dan Anak Oleh dr. Any Safarodiyah Pneumonia adalah penyakit radang pada jaringan parenkim paru-paru. Penyakit ini merupakan infeksi berat yang sering terjadi pada bayi dan anak-anak. Di Eropa dan amerika utara insindensi mencapai 34-40 kasus per 1000 anak per tahun. Berdasarkan data WHO/UNICEF tahun 2006 dalam “Pneumonia: The Forgotten Killer of Children”, Indonesia menduduki peringkat ke-6 dunia untuk kasus pneumonia pada balita dengan jumlah penderita mencapai 6 juta jiwa. Pada saat mendiagnosis pneumonia, seorang dokter harus mendasarkan pada anamnesis (wawancara dengan pasien) dan pemeriksaan fisik. Jika perlu dilakukan foto roentgen dada dan pemeriksaan laboratorium. Pada anak-anak, umur merupakan faktor penting dalam penegakan diagnosis. Pneumonia pada neonatus (bayi baru lahir) berusia kurang dari tiga minggu biasanya ditularkan dari ibunya ketika lahir. Penyebab tersering adalah Escherichia coli, Streptokokus grup B, dan Listeria monocytogenes. Pada usia 3 minggu sampai usia 3 bulan penyebab utama pnemonia adalah bakteri Streptokokus pneumoniae dan virus. Penyebab tersering pneumonia pada usia 4 bulan sampai 5 tahun adalah virus, yaitu jenis respiratory syncytial virus (RSV). Tanda dan Gejala Tanda dan gejala yang mengarahkan kepada diagnosis pneumonia pada anak adalah demam, sianosis (kebiruan, terutama pada bibir), dan lebih dari salah satu gejala tertekannya pernapasan (biasa disebut dengan distress respirasi) berikut: napas cepat (takipnea), batuk, pernapasan cuping hidung (ujung hidung kembang kempis saat bernapas), retraksi dinding dada (pada sela-sela iga dan ulu hati cekung ke dalam), dan terdapat suara tambahan dalam bernapas. Jika sudah bisa berkomunikasi/berbicara, anak akan mengeluhkan sesak napas. Pada saat pemeriksaan dokter anda akan menanyakan beberapa hal penting, yaitu umur anak, status imunisasi (sudah pernah diimunisasi atau belum), riwayat pemondokan di RS, perkiraan sumber penularan, penggunaan obat yang telah diberikan. Hal ini penting dilakukan untuk menegakkan diagnosis dan menentukan terapi yang tepat . Pneumonia harus dicurigai pada anak kurang dari 2 tahun jika terdapat gejala takipnea. Berdasarkan kriteria WHO, disebut takipnea jika pernapasan lebih dari 60 kali per menit pada bayi kurang dari 2 bulan, lebih dari 50 kali permenit pada bayi 2-12 bulan, lebih dari 40 kali permenit pada anak umur 1-5 tahun, dan lebih dari 30 kali permenit pada anak lebih dari 5 tahun. Penghitungan napas dilakukan tepat selama satu menit. Pemeriksaan Tambahan

description

Pneumonia

Transcript of Pnemonia Pada Bayi Dan Anak

Page 1: Pnemonia Pada Bayi Dan Anak

Pnemonia Pada Bayi Dan Anak

Oleh dr. Any Safarodiyah 

Pneumonia adalah penyakit radang pada jaringan parenkim paru-paru. Penyakit ini merupakan infeksi berat yang sering terjadi pada bayi dan anak-anak. Di Eropa dan amerika utara insindensi mencapai 34-40 kasus per 1000 anak per tahun. Berdasarkan data WHO/UNICEF tahun 2006 dalam “Pneumonia: The Forgotten Killer of Children”, Indonesia menduduki peringkat ke-6 dunia untuk kasus pneumonia pada balita dengan jumlah penderita mencapai 6 juta jiwa. 

Pada saat mendiagnosis pneumonia, seorang dokter harus mendasarkan pada anamnesis (wawancara dengan pasien) dan pemeriksaan fisik. Jika perlu dilakukan foto roentgen dada dan pemeriksaan laboratorium. Pada anak-anak, umur merupakan faktor penting dalam penegakan diagnosis. Pneumonia pada neonatus (bayi baru lahir) berusia kurang dari tiga minggu biasanya ditularkan dari ibunya ketika lahir. Penyebab tersering adalah Escherichia coli, Streptokokus grup B, dan Listeria monocytogenes. Pada usia 3 minggu sampai usia 3 bulan penyebab utama pnemonia adalah bakteri Streptokokus pneumoniae dan virus. Penyebab tersering pneumonia pada usia 4 bulan sampai 5 tahun adalah virus, yaitu jenis respiratory syncytial virus (RSV). 

Tanda dan Gejala 

Tanda dan gejala yang mengarahkan kepada diagnosis pneumonia pada anak adalah demam, sianosis (kebiruan, terutama pada bibir), dan lebih dari salah satu gejala tertekannya pernapasan (biasa disebut dengan distress respirasi) berikut: napas cepat (takipnea), batuk, pernapasan cuping hidung (ujung hidung kembang kempis saat bernapas), retraksi dinding dada (pada sela-sela iga dan ulu hati cekung ke dalam), dan terdapat suara tambahan dalam bernapas. Jika sudah bisa berkomunikasi/berbicara, anak akan mengeluhkan sesak napas. 

Pada saat pemeriksaan dokter anda akan menanyakan beberapa hal penting, yaitu umur anak, status imunisasi (sudah pernah diimunisasi atau belum), riwayat pemondokan di RS, perkiraan sumber penularan, penggunaan obat yang telah diberikan. Hal ini penting dilakukan untuk menegakkan diagnosis dan menentukan terapi yang tepat . 

Pneumonia harus dicurigai pada anak kurang dari 2 tahun jika terdapat gejala takipnea. Berdasarkan kriteria WHO, disebut takipnea jika pernapasan lebih dari 60 kali per menit pada bayi kurang dari 2 bulan, lebih dari 50 kali permenit pada bayi 2-12 bulan, lebih dari 40 kali permenit pada anak umur 1-5 tahun, dan lebih dari 30 kali permenit pada anak lebih dari 5 tahun. Penghitungan napas dilakukan tepat selama satu menit. 

Pemeriksaan Tambahan 

Pada kebanyakan anak, pemeriksaan laboratorium untuk menentukan penyebab tidaklah sangat perlu untuk dilakukan. Pemeriksaan diperlukan jika terdapat gejala yang berat, pada pasien rawat inap, atau pada keadaan komplikasi beberapa penyakit. 

Pemeriksaan Roentgen dada juga tidak perlu dilakukan secara rutin. Indikasi pemeriksaan ini adalah pemeriksaan fisik yang meragukan, pneumonia yang timbul dalam jangka lama (tidak sembuh-sembuh), pneumonia yang tidak responsif dengan

Page 2: Pnemonia Pada Bayi Dan Anak

pemberian antibiotik, dan kemungkinan adanya komplikasi seperti efusi pleura (terdapatnya cairan di pleura, lapisan pembungkus paru-paru). 

Terapi 

Keputusan pemilihan terapi didasarkan pada umur anak, temuan klinis, dan faktor-faktor epidemiologis. Penggunaan antibiotik mutlak dilakukan pada pneumonia yang disebabkan bakteri. Pada keadaan tertentu diperlukan rawat inap. 

Bayi kurang dari 3 minggu dengan tanda-tanda distres respirasi harus dirujuk ke rumah sakit, dengan asumsi penyebab adalah bakteri, kecuali terbukti adanya sebab lain. Kultur darah, urin dan cairan serebrospinal (cairan otak) harus dilakukan. Terapi menggunakan ampicillin dan gentamycin juga harus segera dimulai. 

Bayi berumur 3 minggu sampai 3 bulan yang dicurigai terkena pneumonia bakterial juga memerlukan perhatian khusus, terutama jika terdapat demam, takipnea, atau tampak sangat lemah. Pada keadaan ini juga diperlukan rawat inap. Terapi inisial diawali dengan cefuroxime atau cefotaxime. Pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan adalah kultur darah, urin, dan cairan serebrospinal; pemeriksaan darah lengkap dengan hitung jenis leukosit; serta pemeriksaan foto dada. Jika sudah stabil, pengobatan dapat diganti dengan antibiotik oral selama 10 hari. 

Pada pasien usia 4 bulan sampai 5 tahun diperlukan rawat inap apabila terdapat tanda hipoksia, atau respirasi lebih dari 70 kali permenit. Indikasi lain di antaranya sulit/sesak napas, napas mengorok, kesulitan pemberian makan, dan pengawasan yang kurang dari keluarga. Virus merupakan penyebab utama terjadinya pneumonia pada kelompok umur ini. Penyebab tersering lain adalah bakteri pneumokokus. Sehingga, pemberian antibiotik secara empiris pada kelompok umur ini dapat pula dilakukan. Pada kelompok ini penyakit biasanya didahului dengan serangan batuk dan pilek. Terapi empiris biasanya dilakukan menggunakan amoxicillin dan diberikan terapi inisiasi dengan ceftriaxone dosis tunggal. Pasien mondok diterapi dengan cefuroxime atau cefotaxime. Jika anak telah stabil dan tidak demam, dilanjutkan dengan terapi oral dan dapat dipulangkan. 

Pada anak yang lebih besar (5 tahun ke atas) penyebab yang signifikan adalah streptokokus. Pada anak perlu dilakukan rawat inap jika terdapat tanda hipoksia, sianosis (kebiruan), respirasi lebih dari 50 kali permenit, sulit bernapas (sesak napas), dan pengawasan yang kurang dari keluarga. Terapi yang diberikan adalah cefuroxime atau cefotaxime. Jika telah stabil, dapat diganti dengan terapi oral dan dapat dipulangkan. 

Pencegahan 

Imunisasi pada bayi telah terbukti dapat mengurangi resiko terjangkitnya pneumonia. Vaksinasi yang terkait penyakit ini adalah DPT, Campak, HiB, influenza dan varicella (cacar air). Vaksinasi DPT dan campak termasuk dalam imunisasi dasar lengkap program pemerintah, yang terdapat di puskesmas dan posyandu. Sedangkan HiB, influenza dan cacar air juga direkomendasikan oleh IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia), sementara ini masih agak kurang terjangkau bagi kalangan menengah ke bawah. 

Penyakit ini merupakan air-borne disease, yaitu menular melalui udara. Menggunakan

Page 3: Pnemonia Pada Bayi Dan Anak

masker pada saat terserang flu dan batuk mengurangi kemungkinan penularan penyakit ini pada anak. Memisahkan kamar anak, atau menjauhkan sementara anak yang sakit juga akan mengurangi risiko penularan. 

http://salamsehat.com

DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN BRONKOPNEUMONIA PADA BAYI USIA 4,5 BULAN

Dibuat oleh: Arindah Dwitasari,Modifikasi terakhir pada Tue 16 of Aug, 2011 [16:30 UTC]

ABSTRAK

Bronkopneumonia adalah peradangan paru, biasanya dimulai di bronkioli terminalis. Bronkiolus terminalis menjadi tersumbat dengan eksudat mukopurulen membentuk bercak-bercak konsolidasi di lobulus yang bersebelahan. Penyakit ini seringnya bersifat sekunder, mengikuti infeksi dari saluran nafas atas, demam pada infeksi spesifik dan penyakit yang melemahkan sistem pertahanan tubuh. Pada bayi dan orang-orang yang lemah, pneumonia dapat muncul sebagai infeksi primer. Pasien pada kasus ini didiagnosis bronkopneumonia dan dirawatinapkan untuk mendapat penanganan yang lebih baik dan diberikan infus D5 ¼ S 10-12 tetes permenit dengan jarum infus mikro sebagai terapi cairan. Selain itu diberikan nebulizer ventolin 1cc/8jam, injeksi antibiotik ampicillin 3 x 150 mg, injeksi antibiotik cefotaxim 3 x 150 mg, injeksi metil prednisolon 3 x 5 mg, paracetamol sirup 0,5 cc dan puyer aminofilin 10 mg dengan epexol 3 mg.

Keyword : Diagnosis, penatalaksanaan, bronkopneumonia

ISI

Seorang pasien anak usia 4,5 bulan menderita batuk selama 2 bulan. Awalnya batuk kering, lalu berubah menjadi batuk berdahak, namun dahak tidak bisa keluar. Nafas cepat, dan terlihat sesak. Demam selama 1 bulan, naik turun. Muntah kadang-kadang (setelah minum ASI), biasanya saat bayi demam. Hari masuk rumah sakit buang air besar 3 kali tanpa lendir dan darah. Buang air kecil normal. Masih mau menetek ASI walaupun batuk dan demam (frekuensi menetek sering).

Berdasarkan pemeriksaan fisik diperoleh : Keadaan umum tampak sesak napas, lemas, status gizi tampak kurang. Nadi  :  140 x/menit, Suhu badan :  38,6 º C,   Pernapasan : 88 x/menit.  Status Gizi : Berat badan :4,7 kg, Panjang badan : 60 cm. Kepala : CA (-/-), bibir sianosis dan kering, napas cuping hidung (+/+). Leher : dalam batas normal . Thorax : retraksi suprasternal, intercosta (+/+), ronkhi basah halus (+/+), ronkhi basah kasar (+/+).  Abdomen : peristaltik meningkat, turgor kulit menurun, Ekstrimitas : akral dingin, udema(-), Anogenital : dalam batas normal,

Pemeriksaan Penunjang :   Leukositosis

Status gizi : gizi buruk ( menurut standar baku NCHS ) 

DIAGNOSIS

Bronkopneumonia

TERAPI

Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah infus D5 ¼ S 10-12 tetes permenit dengan jarum infus mikro sebagai terapi cairan. Selain itu diberikan nebulizer ventolin 1cc/8jam, injeksi antibiotik ampicillin 3 x 150 mg, injeksi antibiotik cefotaxim 3 x 150 mg, injeksi metil prednisolon 3 x 5 mg, paracetamol sirup 0,5 cc dan puyer aminofilin 10 mg dengan epexol 3 mg.

DISKUSI

Pada kasus diatas terdapat beberapa kriteria yang mendukung pasien tersebut didiagnosis bronkopneumonia, yang pertama adalah sesak nafas, kedua auskultasi ronki basah, serta hasil laboratorium leukositosis. Manifestasi bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 39-40°C dan mungkin disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispneu, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut. Batuk biasanya tidak dijumpai di awal penyakit, anak akan mendapat batuk setelah beberapa hari, dimana pada awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi produktif. Hal ini terjadi pada pasien kasus diatas.

Page 4: Pnemonia Pada Bayi Dan Anak

Pada  bronkopneumonia, hasil pemeriksaan fisik tergantung pada luasnya daerah yang terkena. Pada perkusi toraks sering tidak dijumpai adanya kelainan. Pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronki basah gelembung halus sampai sedang. Bila sarang bronkopneumonia menjadi satu (konfluens) mungkin pada perkusi terdengar suara yang meredup dan suara pernafasan pada auskultasi terdengar mengeras. Pada stadium resolusi ronki dapat terdengar lagi. Tanpa pengobatan biasanya proses penyembuhan dapat terjadi antara 2-3 minggu.

Pemeriksaan laboratorium dapat diperoleh hasil sebagai berikut:

Ø      Gambaran darah menunjukkan leukositosis, biasanya 15.000-40.000/mm3 dengan pergeseran ke kiri. Jumlah leukosit yang tidak meningkat berhubungan dengan infeksi virus atau mycoplasma.

Ø      Nilai Hb biasanya tetap normal atau sedikit menurun.

Ø      Peningkatan LED.

Ø      Kultur dahak dapat positif pada 20-50 % penderita yang tidak diobati. Selain kultur dahak, biakan juga dapat diambil dengan cara hapusan tenggorok (throat swab).

Ø      Analisa gas darah (AGD) menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia. Pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis metabolik.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik yang sesuai dengan gejala dan tanda yang diuraikan sebelumnya disertai pemeriksaan penunjang. Pada bronkopneumonia, bercak-bercak infiltrat didapati pada satu atau beberapa lobus. Foto rontgen dapat juga menunjukkan adanya komplikasi seperti pleuritis, atelektasis, abses paru, pneumotoraks atau perikarditis. Gambaran ke arah sel polimorfonuklear juga dapat dijumpai.

Diagnosis etiologi dibuat berdasarkan pemeriksaan mikrobiologi serologi, karena pemeriksaan mikrobiologi tidak mudah dilakukan dan bila dapat dilakukan kuman penyebab tidak selalu dapat ditemukan. Oleh karena itu WHO mengajukan pedoman diagnosa dan tata laksana yang lebih sederhana. Berdasarkan pedoman tersebut pneumonia dibedakan berdasarkan :

1.        Pneumonia sangat berat

Bila terjadi sianosis sentral dan anak tidak sanggup minum, maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotika.

2.        Pneumonia berat

Bila dijumpai adanya retraksi, tanpa sianosis dan masih sanggup minum, maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotika.

3.        Pneumonia

Bila tidak ada retraksi tetapi dijumpai pernafasan yang cepat :

 -    > 60 x/menit pada anak usia < 2 bulan

 -    > 50 x/menit pada anak usia 2 bulan – 1 tahun

 -    > 40 x/menit pada anak usia 1 – 5 tahun

4.        Bukan Pneumonia

Hanya batuk tanpa adanya tanda dan gejala seperti diatas, tidak perlu dirawat dan tidak perlu diberi antibiotika.

Diagnosis ditegakkan bila ditemukan 3 dari 5 gejala berikut :

Ø      Sesak nafas disertai dengan pernafasan cuping hidung dan tarikan dinding dada

Ø      Suhu tubuh meningkat (demam)

Page 5: Pnemonia Pada Bayi Dan Anak

Ø      Ronkhi basah sedang nyaring (crackles)

Ø      Foto thorax meninjukkan gambaran infiltrat difus

Ø      Leukositosis (pada infeksi virus tidak melebihi 20.000/mm3 dengan limfosit predominan, dan bakteri 15.000-40.000/mm3 neutrofil yang predominan)

Sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tetapi hal ini tidak dapat selalu dilakukan dan memakan waktu yang cukup lama, maka dalam praktek diberikan pengobatan polifragmasi seperti penisilin diambah dengan kloramfenikol atau diberi antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti ampicillin. Pengobatan diteruskan sampai anak bebas demam selama 4 – 5 hari. Pengobatan dan penatalaksaannya meliputi :

Ø      Bed rest

Ø      Anak dengan sesak nafas memerlukan cairan inta vena dan oksigen (1 – 2 l/mnt). Jenis cairan yang digunakan adalah campuran Glukosa 5% dan NaCl 0,9% ditambah larutan KCl 10 mEq/500 ml botol infus.

Ø      Jumlah cairan disesuaikan dengan berat badan dan kenaikan suhu.

Ø      Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit

Ø      Pemberian antibiotik sesuai biakan atau berikan :

Untuk kasus pneumonia community base :

-         Ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian

-         Kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian

Untuk kasus pneumonia hospital base :

-         Sefotaksim 100 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian

-         Amikasin 10-15 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian

Ø      Antipiretik : paracetamol 10-15 mg/kgBB/x beri

Ø      Mukolitik : Ambroxol 1,2-1,6 mg/kgBB/2 dosis/oral

Ø      Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui selang nasogastrik dengan feeding drip. Jika sesaknya berat maka pasien harus dipuasakan.

Dengan penggunaan antibiotika, komplikasi hampir tidak pernah dijumpai. Komplikasi yang dapat dijumpai adalah empyema dan otitis media akut. Komplikasi lain seperti meningitis, perikarditis, osteomielitis, peritonitis lebih jarang dilihat. Dengan pemberian antibiotika yang tepat dan adekuat maka mortalitas dapat diturunkan sampai kurang dari 1%. Mortalitas bisa lebih tinggi didapatkan pada anak-anak dengan keadaan malnutrisi energi protein dan yang datang terlambat untuk pengobatan.

KESIMPULAN

Bronkopneumonia merupakan radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh bakteri,virus, jamur dan benda asing. Dengan gambaran klinis secara umum berupa adanya infeksi traktus respiratorius yang selanjutnya menimbulkan demam mendadak, adanya tanda kesukaran bernafas, batuk yang dalam perjalanan lanjut menjadi batuk yang produktif, disertai dengan adanya pemeriksaan fisik berupa suara redup saat perkusi dan ronki basah halus saat auskultasi,  dapat dimungkinkan pasien menderita Bronchopneumonia Diagnosis ditegakkan sesuai dengan manifestasi klinis yang muncul serta pemeriksaan fisik yang ditandai ronki basah serta beberapa perubahan pada darah rutin dengan pemeriksaan penunjang. Dengan pemberian antibiotika yang tepat dan adekuat maka mortalitas dapat diturunkan sampai kurang dari 1%

REFERENSI

Page 6: Pnemonia Pada Bayi Dan Anak

1. Soedarmo SS, Garna H, Hadinegoro SR, Satari HI. 2008. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis. Ikatan Dokter Anak Indonesia: Jakarta

2. Pusponegoro HD, dkk. 2004. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia: Jakarta

3. Hasan R, dkk. 2002. Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta

4. Mansjoer A, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.

5. Guyton, Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC. Jakarta.

6. Konsensus Pneumonia. 2000. Bagian Pulmonologi FKUI/RSUP Persahabatan. Jakarta

7. Pasterkamp Hans. Kendig’s Disorder of the Respiratory Tract in Children. 1998.  :”The History and Physical Examination” , Sixth Edition. WB. Saunders Company Philadelphia, London, Toronto, Montreal, Sydney, Tokyo

8. Sectish Theodore C, Prober Charles G. 2004. Nelson Textbook of Pediatrics: “Pneumonia”. Edisi ke-17. Saunders

PENULIS

Arindah Dwitasari, Ilmu Kesehatan Anak, RSUD Panembahan Senopati Bantul

http://www.fkumyecase.net