PMI, FRC, IFRC Case Study - BC in Disaster Management (IN)

2
Peran komunikasi dua arah dalam membangun ketangguhan Pengantar Masyarakat yang tangguh umumnya adalah masyarakat berpengetahuan dan saling terhubung. 1 Pendekatan Pengurangan Risiko Terpadu Berbasis Masyarakat (PERTAMA) yang dijalankan PMI dengan dukungan mitranya, Palang Merah Perancis dan Palang Merah Belanda, bertujuan untuk mengembangkan dan memperkuat pengetahuan dan kesadaran masyara- kat tentang bencana, serta membantu terbentuknya hubungan yang efektif antara masyarakat dan pihak eksternal yang dapat membantu masyarakat di saat terjadinya bencana. Latar Belakang Sumatra Barat dikenal akan kerentanannya terhadap bencana alam. Ketika dua gempa bumi dahsyat melanda wilayah Sumatra di Indonesia pada tahun 2009 yang memicu longsor dan menyebabkan korban hampir 1.000 jiwa, PMI mengembangkan program pengurangan risiko untuk menjangkau masyarakat yang terkena dampak. Setelah dua tahun, program ini dikembangkan hingga menjangkau sembilan desa di tiga kabupaten/kota (Padang, Solok, dan Bukittinggi). Program ini mengintegrasikan komunikasi dua-arah di dalam kerangka kerja PERTAMA untuk mendorong dialog dengan masyarakat dan untuk menyampaikan umpan balik kepada PMI dan mengklarifikasi informasi yang diterima selama siklus program. Menyediakan alternatif saluran komunikasi bagi masyarakat penerima manfaat agar mereka dapat menyalurkan umpan balik dan pertanyaan seputar bantuan yang diterima adalah bagian penting dari prinsip akuntabilitas dan transparansi. Program ini juga dilaksanakan untuk meningkatkan kapasitas tim PMI dengan memberikan dukungan teknis agar tim lapangan (provinsi dan kabupaten/kota) dapat melakukan diseminasi menyeluruh terkait isu pengurangan risiko bagi masyarakat. Pencapaian utama dan rekomendasi Diseminasi melalui materi cetak Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) dikombinasikan dengan dialog dua arah oleh relawan masyarakat mendorong masyarakat untuk lebih terlibat dan berpartisipasi. Identifikasi dan pemilihan unsur budaya, dalam hal ini Lah Lun, memicu diskusi seputar topik pengurangan risiko bencana yang kemudian meningkatkan dampak materi komunikasi. Pelibatan pengetahuan dan sumber daya lokal oleh PMI, termasuk seniman dari Sumatra Barat (Uncu) dalam merancang materi dan mengintegrasikan tradisi lokal untuk memfasilitasi keterlibatan masyarakat telah menghasilkan kepemilikan yang lebih kuat terhadap program di antara para pemangku kepentingan dan berbagai kelompok. Penting untuk mengkaji kebutuhan informasi dan pola komunikasi untuk memastikan pesan-pesan yang efektif dan relevan tersampaikan di kalangan masyarakat. Ini dapat diintegrasikan dengan pengkajian lain seperti Pengkajian Kapasitas dan Kerentanan atau (Vulnerability and Capacity Assessment - VCA) atau survei KAP (Pengetahuan, Sikap dan Ketrampilan). Bermitra dengan kalangan profesional setempat di bidang komunikasi untuk menerjemahkan hasil survei menjadi sebuah strategi komunikasi yang kreatif, efektif dan sesuai konteks lokal. Kegiatan promosi di dalam kerangka kerja PERTAMA harus mencakup pengkajian yang komprehensif tentang saluran komunikasi dan harus mengintegrasikan komunikasi dua arah. Memanfaatkan aset-aset lokal dalam berkomunikasi. Mengintegrasikan pesan-pesan ke dalam sebuah unsur budaya seperti Lah Lun terbukti sangat efektif. Memahami kapasitas organisasi untuk berkomunikasi secara efektif ke pihak eksternal. Buatlah sebuah peta atau pohon pengambilan keputusan untuk memahami bagaimana arus informasi di dalam organisasi dan kapan informasi harus menjangkau para pengambil keputusan di saat bencana. Memahami kapasitas organisasi dalam merespon umpan balik dari masyarakat. Rancang dan ujilah sistem penyampaian umpan balik dengan masyarakat. Bekerja dengan pimpinan organisasi untuk memastikan mereka nyaman dengan peran masyarakat dalam menyuarakan pendapatnya tentang program. Komunikasi yang sukses untuk masyarakat dan komunikasi yang sukses dengan masyarakat yang mendukung peningkatan ketangguhan mereka seharusnya mencakup juga proses transfer substansi, motivasi dan alat-alat komunikasi kepada masyarakat. Hal ini akan membantu masyarakat dalam memobilisasi diri mereka sendiri untuk bertindak secara mandiri. Komunikasi dengan penerima manfaat harus menempatkan masyarakat sebagai pusat terpenting kegiatan, bukan merk atau nama organisasi. Pendekatan yang menekankan keterlibatan dan berpotensi untuk memotivasi, ketimbang desain pesan-pesan pemasaran yang konvensional, harus diutamakan. “Saya melihat ketika kami mengunjungi masyarakat dan menjelaskan tentang kesiapsiagaan bencana sambil bertatap muka di rumah mereka dan juga dalam forum pertemuan di desa, mereka menjadi lebih tertarik dan ingin lebih terlibat dengan program ini. Kami melakukan diseminasi program namun kami juga mendengarkan saran dan masukan dari mereka.” Budi, SIBAT Kayu Kubu, Bukit Tinggi 1. Akses terhadap komunikasi dan informasi secara umum dipandang sebagai karakteristik masyarakat tangguh karena hal itu membangun pengetahuan dan hubungan antar- masyarakat. Konsep ketangguhan sudah terdokumentasi dengan baik dan sering didefinisikan sebagai kemampuan individu, komunitas, dan negara untuk menyerap dan pulih dari guncangan, dan pada saat bersamaan beradaptasi secara positif dan mentransformasikan struktur dan sumber daya kehidupan dalam menghadapi perubahan jangka panjang dan ketidakpastian. 5 International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies Peran komunikasi dua arah dalam membangun ketangguhan Palang Merah Indonesia (PMI) Aulia Arriani Kepala Biro Hubungan Masyarakat Email: [email protected] Bevita Dwi Medityawati Kepala Sub Divisi Penanggulangan Bencana Email: [email protected] Penulis studi kasus: Husni dan Caroline Austin Informasi kontak: Palang Merah Perancis Hervé GAZEAU, Koordinator Regional DRR – Asia Tenggara dan Pasifik Telp: +66 819 373078 Email: [email protected] International Federation of Red Cross Red Crescent Caroline Austin, Beneficiary Communication IFRC Delegasi Regional Asia Tenggara Telp: +66 089 814 4794 Email: [email protected] Follow us: Palang Merah Indonesia Palang Merah Indonesia (PMI) didirikan pada tahun 1945 dan saat ini memiliki jaringan di 33 provinsi dan 432 kabupaten/kota yang didukung oleh 214 unit transfusi darah di provinsi dan kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Kredit Palang Merah Perancis

description

Case Study on integration of BC within ICBRR within PMI programming.

Transcript of PMI, FRC, IFRC Case Study - BC in Disaster Management (IN)

Peran komunikasi dua arahdalam membangun ketangguhan

PengantarMasyarakat yang tangguh umumnya adalah masyarakat berpengetahuan

dan saling terhubung.1 Pendekatan Pengurangan Risiko Terpadu Berbasis Masyarakat (PERTAMA) yang dijalankan PMI dengan dukungan mitranya, Palang Merah Perancis dan Palang Merah Belanda, bertujuan untuk mengembangkan dan memperkuat pengetahuan dan kesadaran masyara-kat tentang bencana, serta membantu terbentuknya hubungan yang efektif antara masyarakat dan pihak eksternal yang dapat membantu masyarakat di saat terjadinya bencana.

Latar BelakangSumatra Barat dikenal akan kerentanannya terhadap bencana alam. Ketika

dua gempa bumi dahsyat melanda wilayah Sumatra di Indonesia pada tahun 2009 yang memicu longsor dan menyebabkan korban hampir 1.000 jiwa, PMI

mengembangkan program pengurangan risiko untuk menjangkau masyarakat yang terkena dampak. Setelah dua tahun, program ini dikembangkan hingga menjangkau sembilan desa di tiga kabupaten/kota (Padang, Solok, dan Bukittinggi). Program ini mengintegrasikan komunikasi dua-arah di dalam kerangka kerja PERTAMA untuk mendorong dialog dengan masyarakat dan untuk menyampaikan umpan balik kepada PMI dan mengklarifikasi informasi yang diterima selama siklus program. Menyediakan alternatif saluran komunikasi bagi masyarakat penerima manfaat agar mereka dapat menyalurkan umpan balik dan pertanyaan seputar bantuan yang diterima adalah bagian penting dari prinsip akuntabilitas dan transparansi. Program ini juga dilaksanakan untuk meningkatkan kapasitas tim PMI dengan memberikan dukungan teknis agar tim lapangan (provinsi dan kabupaten/kota) dapat melakukan diseminasi menyeluruh terkait isu pengurangan risiko bagi masyarakat.

Pencapaian utama dan rekomendasi• DiseminasimelaluimatericetakKomunikasi,InformasidanEdukasi(KIE)dikombinasikan dengan dialog dua arah

oleh relawan masyarakat mendorong masyarakat untuk lebih terlibat dan berpartisipasi.

• Identifikasidanpemilihanunsurbudaya,dalamhaliniLahLun,memicudiskusiseputar topik pengurangan risiko bencana yang kemudian meningkatkan dampak materi komunikasi.

• PelibatanpengetahuandansumberdayalokalolehPMI,termasuksenimandariSumatra Barat (Uncu) dalam merancang materi dan mengintegrasikan tradisi lokal untuk memfasilitasi keterlibatan masyarakat telah menghasilkan kepemilikan yang lebih kuat terhadap program di antara para pemangku kepentingan dan berbagai kelompok.

• Pentinguntukmengkajikebutuhaninformasidanpolakomunikasiuntukmemastikanpesan-pesan yang efektif dan relevan tersampaikan di kalangan masyarakat. Ini dapat diintegrasikan dengan pengkajian lain seperti Pengkajian Kapasitas dan Kerentanan atau (Vulnerability and Capacity Assessment - VCA) atau survei KAP (Pengetahuan, Sikap dan Ketrampilan).

• Bermitradengankalanganprofesionalsetempatdibidangkomunikasiuntukmenerjemahkan hasil survei menjadi sebuah strategi komunikasi yang kreatif, efektif dan sesuai konteks lokal.

• Kegiatan promosi di dalam kerangka kerja PERTAMA harusmencakup pengkajian yang komprehensif tentang saluran komunikasi dan harus mengintegrasikan komunikasi dua arah.

• Memanfaatkanaset-asetlokaldalamberkomunikasi.Mengintegrasikanpesan-pesankedalam sebuah unsur budaya sepertiLahLunterbuktisangatefektif.

• Memahamikapasitasorganisasiuntukberkomunikasisecaraefektifkepihakeksternal.Buatlah sebuah peta atau pohon pengambilan keputusan untuk memahami bagaimana arus informasi di dalam organisasi dan kapan informasi harus menjangkau para pengambil keputusan di saat bencana.

• Memahami kapasitas organisasi dalammeresponumpan balik darimasyarakat. Rancang dan ujilah sistem penyampaian umpan balik dengan masyarakat.

• Bekerja dengan pimpinan organisasi untuk memastikan mereka nyaman dengan peran masyarakat dalam menyuarakan pendapatnya tentang program.

• Komunikasi yang sukses untukmasyarakat dan komunikasi yang sukses denganmasyarakat yangmendukung peningkatan ketangguhan mereka seharusnya mencakup juga proses transfer substansi, motivasi dan alat-alat komunikasi kepada masyarakat. Hal ini akan membantu masyarakat dalam memobilisasi diri mereka sendiri untuk bertindak secara mandiri.

• Komunikasidenganpenerimamanfaatharusmenempatkanmasyarakatsebagaipusatterpentingkegiatan,bukan merk atau nama organisasi. Pendekatan yang menekankan keterlibatan dan berpotensi untuk memotivasi, ketimbang desain pesan-pesan pemasaran yang konvensional, harus diutamakan.

“Saya melihat ketika kami mengunjungi masyarakat dan menjelaskan tentang kesiapsiagaan bencana sambil bertatap muka di rumah mereka dan juga dalam forum pertemuan di desa, mereka menjadi lebih tertarik dan ingin lebih terlibat dengan program ini. Kami melakukan diseminasi program namun kami juga mendengarkan saran dan masukan dari mereka.”

Budi, SIBAT Kayu Kubu, Bukit Tinggi

1. Akses terhadap komunikasi dan informasi secara umum dipandang sebagai karakteristik masyarakat tangguh karena hal itu membangun pengetahuan dan hubungan antar-masyarakat. Konsep ketangguhan sudah terdokumentasi dengan baik dan sering didefinisikan sebagai kemampuan individu, komunitas, dan negara untuk menyerap dan pulih dari guncangan, dan pada saat bersamaan beradaptasi secara positif dan mentransformasikan struktur dan sumber daya kehidupan dalam menghadapi perubahan jangka panjang dan ketidakpastian.

5International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies

Peran komunikasi dua arah dalam membangun ketangguhan

Palang Merah Indonesia (PMI)

Aulia ArrianiKepala Biro Hubungan MasyarakatEmail: [email protected]

Bevita Dwi MedityawatiKepala Sub Divisi Penanggulangan Bencana Email: [email protected]

Penulis studi kasus: Husni dan Caroline Austin

Informasi kontak:

Palang Merah Perancis

Hervé GAZEAU, Koordinator Regional DRR – Asia Tenggara dan Pasifik Telp: +66 819 373078 Email: [email protected]

International Federation of Red Cross Red Crescent

Caroline Austin, Beneficiary Communication IFRC Delegasi Regional Asia TenggaraTelp: +66 089 814 4794 Email: [email protected]

Follow us:

Palang Merah IndonesiaPalang Merah Indonesia (PMI)

didirikan pada tahun 1945 dan saat ini memiliki jaringan di 33 provinsi dan 432 kabupaten/kota yang didukung

oleh 214 unit transfusi darah di provinsi dan kabupaten/kota di

seluruh Indonesia.

Kredit Palang Merah Perancis

Metodologi Pemahaman tentang jenis-jenis ancaman dan pola komu-nikasi amatlah penting untuk memahami kebutuhan informasi dan merancang strategi “komunikasi dua arah” yang efektif. Program di Sumatra Barat telah melalui se-rangkaian lokakarya dan pengkajian informasi di tingkat masyarakat untuk memahami konteks komunikasi tiap-tiap daerah dan untuk mengidentifikasi sumber kerentanan bencana dalam mempersiapkan desain strategi komunikasi.

Rangkaian kegiatan tersebut mencakup diskusi kelompok terarah atau Focus Group Discussion (FGD) tentangbagaimana masyarakat menerima dan mengkomunikasi-kan informasi, dengan bantuan dari tim Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (SIBAT). Berbagai saluran komuni-kasi diidentifikasi oleh masyarakat, meliputi media cetak, radio, televisi, telepon seluler dan media sosial. Penggu-naan berbagai jenis saluran komunikasi ini bertujuan untuk memastikan bahwa seluruh anggota masyarakat memiliki akses informasi berdasarkan preferensi (me-lalui saluran yang lebih disukai), bahasa, dan budaya dalam menerima informasi (baik itu sebagai individu maupun kelompok).

Di tingkatorganisasi, lokakaryadiadakanuntukmengi-dentifikasi kapasitas tim di provinsi dan kabupaten/kota untuk berkomunikasi dengan masyarakat penerima manfaat.

Langkahpentinginimenjelaskanbahwakapasitasorgan-isasi dalam komunikasi eksternal ke masyarakat juga memerlukan komunikasi internal yang kuat antara provinsi dan kabupaten/kota. Manajemen dan analisis informasi yang diterima dari masyarakat adalah bagian yang penting dan terintegrasi dalam berkomunikasi secara efektif ke pihak luar. Berdasarkan temuan-temuan dalam lokakarya, PMI Sumatra Barat membuat halaman Facebook untuk berbagi informasi dengan cepat dan mu-dah antara para pemangku kepentingan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota tentang isu kebencanaan dan juga hal yang menyangkut tentang program. PMI juga menunjuk seorang administrator di tingkat provinsi untuk mengelola informasi di forum tersebut.

Membangun strategi yang inovatif dalam berkomunikasi dengan masyarakat1. Mendorong diskusi menggunakan aspek budaya (“Lah Lun” untuk wilayah Sumatra Barat)Untuk mendorong diskusi tentang isu-isu terkait risiko bencana, PMI merancang serangkaian pertanyaan yang bertemakan “Lah Lun”. Lah Lun adalah kata dengan konotasi budaya yang sering digunakan masyarakat di Sumatra Barat dan biasanya digunakan untuk mencari tahu apakah seseorang sudah melakukan tindakan atau langkah-langkah terkait sesuatu di wilayah tempat tinggalnya. Pertanyaan-pertanyaan seputar kesadaran tentang ancaman di desa dicetak dalam bentuk stiker dan baliho dan ditempatkan di titik-titik strategis seperti toko, pusat kegiatan masyarakat dan pasar selama dua minggu.

2. Kartu pertanyaan: menguji pengetahuan awal dalam isu pengurangan risikoPada saat yang sama ketika poster dan stiker dibagikan di desa target program, kartu pertanyaan (Question Card) dibagikan oleh tim SIBAT untuk mengetahui pemaha-man/pengetahuan awal kelompok masyarakat tentang isu bencana. Kartu ini berisi pertanyaan untuk menguji pengetahuan masyarakat seputar apa yang harus dilaku-kan sebelum, pada saat dan setelah bencana.

3. Materi komunikasi (flipchart, poster, penutup warung, film)Untuk menjawab pertanyaan di stiker dan poster, tim program merancang flipchart, poster, kalender, penutup warung yang berisi pesan-pesan pengurangan risiko ben-cana. Informasi kebencanaan diintegrasikan kedalam media sehari-hari (yang sering digunakan warga) seperti kalender dan penutup warung. Kemudian efektivitas langkah ini dimonitor melalui kartu pertanyaan pasca kegiatan. Bagian penting dari komunikasi ini adalah kerja sama PMI dan masyarakat dalam menciptakan karakter ”Uncu“2 yang menyampaikan pesan-pesan dalam materi komunikasi tersebut. Materi-materi ini kemudian disam-paikan oleh relawan SIBAT terlatih kepada masyarakat sehingga masyarakat dapat menguji pemahaman tentang pesan-pesan pengurangan risiko, serta mengumpulkan umpan balik dari masyarakat terkait program.

4. Kartu pertanyaan: menguji pengetahuan akhir (setelah sosialisasi dan diseminasi)Setelah menyelesaikan kegiatan-kegiatan komunikasi, pemahaman komunitas disurvei menggunakan kartu pertanyaan yang digunakan di tahap awal. Hasilnya mengindikasikan perkembangan yang signifikan dalam pengetahuan tentang isu pengurangan risiko bencana dibandingkan dengan survei awal. Hasilnya dirangkum berikut ini.

Dalammenjalankanprogramkomunikasidenganmasyara-kat, penggunaan media cetak konvensional menjadi fokus dalamprogramPERTAMAini.Dengandemikian,masyara-kat menerima informasi tentang pengurangan risiko bencana melalui beberapa media seperti poster, baliho, penutup warung yang disebarkan di desa. Sementara itu, relawan SIBAT dan pihak lain seperti pemerintah dan sekolah memberikan pendidikan lebih lanjut melalui pelatihan dan penyuluhan dalam berbagai kesempatan di tingkat rumah tangga dan di tingkat kelompok (per-kumpulan masyarakat seperti posyandu, pemuda dll) meng-gunakan informasi yang dipaparkan dalam flipchart cetak.

Apa manfaat dokumen ini?Dokumeninimencakuppengalaman-pengalamanpentingdalamprogram“komunikasiduaarah”yangdijalankanditingkatprovinsidankabupaten/kotaolehPMIProvinsiSumatraBarat.Dokumeninimemuatrekomendasi-reko-mendasi untuk perubahan program maupun kelembagaan terkait dengan komunikasi dengan masyarakat untuk semua mitra Palang Merah dan Bulan Sabit Merah di kawasan regional.

2International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies

Peran komunikasi dua arah dalam membangun ketangguhan 3 4International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies

Peran komunikasi dua arah dalam membangun ketangguhanInternational Federation of Red Cross and Red Crescent Societies

Peran komunikasi dua arah dalam membangun ketangguhan

Masyarakat yang aman dan tangguh dapat dikatakan sebagai masyarakat berpengetahuan jika mereka:

• Mampumengkajitingkatkesiapsiagaannya• Memilikikesadarantinggiuntukmenjaga kebersihan dan sanitasi serta mempraktikkan keterampilan tersebut• Tidakmenempatkandiripadarisikoyang lebih besar• Mampumenjalankankegiatanpencariandan penyelamatan (search and rescue)• Pernahmengikutipelatihantentangsituasi penuh tekanan dan stres • Memilikikesadarantinggitentangtekanandan stres, dapat bersikap tenang dan tidak panik• Mampumelakukankajiankerusakan

Penting untuk diketahui: informasi ini agar dikaji di awal siklus program secara berkelanjutan selama pelaksanaan program PERTAMA agar dapat dilakukan perubahan dan pemutakhiran sesuai kebutuhan. Penelitian Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Komunitas, Karakteristik Komunitas yang Aman dan Tangguh, ARUP di http://www.ifrc.org/PageFiles/96986/Final_Character-istics_Report.pdf

• Salurankomunikasiapayangdapatdiakses masyarakat Anda?

• Salurankomunikasiapayanglebihdisukai? Kapan Anda mengaksesnya?

• Salurankomunikasiapayanglebihdisukai untuk program komunikasi dua-arah antara PMI dan masyarakat (untuk menyuarakan pendapat, memberikan umpan balik serta masukan) selama pelaksanaan program?

Apa yang dimaksud dengan masyarakat berpengetahuan?

Rangkuman pertanyaan pengkajian kebutuhan informasi di Sumatra Barat:

“Program bincang-bincang radio yang membuka forum diskusi adalah ide yang baik. Saya mencoba berpartisipasi dengan menelepon dan saya senang bisa turut menyum-bangkan pikiran mengenai isu yang didiskusikan.”

Penduduk setempat Kabupaten Solok

No Pertanyaan Pra Pasca

Ya Tidak Ya Tidak

1 Sudahkah Anda tahu tanda bahaya di kampung? 675 537 1078 130

2 Sudahkah Anda tahu cara menyelamatkan keluarga? 772 438 1101 106

3 Sudahkah Anda tahu batas-batas bahaya di kampung? 324 638 736 198

4 Sudahkah Anda tahu jalur untuk mengungsi? 721 491 1066 142 5 Sudahkah Anda tahu strategi untuk meminimalisir jumlah korban di saat ancaman terjadi? 414 797 908 299

6 Sudahkah Anda tahu langkah-langkah yang perlu diambil setelah ancaman terjadi? 455 600 989 217

Jumlah 3361 3501 5878 1092

2. Uncu di Sumatra Barat adalah orang yang dihormati, seseorang yang disegani karena ilmu dan kebijaksanaannya dan dapat dijangkau oleh semua lapisan masyarakat.Seorang relawan PMI melakukan pengkajian informasi terkait Pengurangan

Risiko Bencana di Padang. Husni / Palang Merah Perancis

Baliho dipasang di lokasi strategis di Bukittinggi untuk membangun kesadaran tentang isu pengurangan risiko bencana. Husni / Palang Merah Perancis.

Kegiatan sosialisasi dan diseminasi program PERTAMA telah menjangkau 2,425 orang di Sumatra Barat. Melalui kuesioner pra dan pasca, masyarakat di Sumatra Barat disurvei untuk mengetahui pemahaman mereka seputar isu terkait bencana.

PMI bekerja sama dengan warung-warung dalam mendiseminasikan pesan-pesan pengurangan risiko bencana yang terintegrasi dengan menu warung. Husni / Palang Merah Perancis