PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

156
PLANEATARIUM DI MALINO SKRIPSI PERANCANGAN Oleh: KURNIAWAN OKTAVIANTO LAPARAGA D511 12 101 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERITAS HASANUDDIN GOWA 2017

Transcript of PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

Page 1: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

PLANEATARIUM DI MALINO

SKRIPSI PERANCANGAN

Oleh:

KURNIAWAN OKTAVIANTO LAPARAGA

D511 12 101

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERITAS HASANUDDIN

GOWA

2017

Page 2: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

i

PLANEATARIUM DI MALINO

SKRIPSI PERANCANGAN

TUGAS AKHIR – 477D5106

PERIODE I

TAHUN 2017/2018

Sebagai salah satu syarat untuk ujian

Sarjana Arsitektur

Oleh:

KURNIAWAN OKTAVIANTO LAPARAGA

D511 12 101

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERITAS HASANUDDIN

GOWA

2017

Page 3: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

ii

LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI PERANCANGAN

PROYEK : TUGAS AKHIR SARJANA TEKNIK ARSITEKTUR

JUDUL : PLANETARIUM DI MALINO

PENYUSUN : KURNIAWAN OKTAVIANTO LAPARAGA

STAMBUK : D511 12 101

PERIODE : I - TAHUN 2017 / 2018

Menyetujui:

Dosen Pembimbing I

Dr. Eng. Nasruddin, ST., MT.

NIP. 1971 0316 1997021 001

Dosen Pembimbing II

Ir. H. Samsuddin Amin, MT.

NIP. 1966 1231 1994031 022

Mengetahui:

KETUA DEPARTEMENT ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

Dr. Eng. Rosady Mulyadi, ST., MT.

NIP. 19700810 199802 1 001

Page 4: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas
Page 5: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

iii

ABSTRAKSI

Astronomi merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang sudah ada

sejak dulu, dimana pada zaman dulu tanpa disadari manusia sudah

menggunakan ilmu astronomi sebagai bagian dari kehidupannya, paling

tidak ilmu astronomi memberikan sumbangsih besar pada kehidupan

manusia, dimana pada zaman dulu orang-orang menggunakan keteraturan

yang ada di langit sebagai navigasi perjalanan maupun petunjuk-petunjuk

alam lainnya. Namun sayangnya fenomena yang terjadi sekarang sudah

sangat jelas, ilmu astronomi dibandingkan dengan ilmu lainnya masih

bersifat awam bagi kita disebabkan kurangnya fasilatas-fasilitas pendukung

untuk mempelajari ilmu astronomi.

Malino merupakan sebuah kelurahan yang berada di puncak yang

terletak di kecamatan Tinggimoncong, kabupaten Gowa, Sulawesi

Selatan yang merupakan salah satu objek wisata alam yang mempunyai

daya tarik tersendiri. Sulawesi Selatan sendiri merupakan sebuah provinsi

yang berada di pulau Sulawesi yang sering dianggap sebagai panutan oleh

provinsi-provinsi lain yang berada di pulau Sulawesi, tidak hanya dalam

bidang ekonomi tapi juga dalam bidang IPTEK.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka perencanaan sebuah

fasilitas pendukung untuk mempelajari ilmu astronomi berupa Planetarium

dianggap merupakan sebuah alternatif untuk mempelajari ilmu astronomi.

Kata kunci : Planetarium

Page 6: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

iv

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan Skripsi Perancangan Tugas Akhir dengan judul

“Planetarium di Malino” dalam Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik

Universitas Hasanuddin. Shalawat dan Salam tak lupa penulis kirimkan

kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW yang menjadi Suri Tauladan

untuk kita umat manusia.

Skripsi Perancangan ini disusun sebagai langkah penulis untuk

menyelesaikan pendidikan di Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Univesitas

Hasanuddin Makassar. Tugas ini dapat memberikan pelajaran tentang

bagaimana merencanakan Planetarium bagi pengunjung.

Penulis menyadari bahwa dalam Skripsi Perancangan Tugas Akhir ini

masih terdapat berbagai kekurangan yang belum sempat terkoreksi

mengingat keterbatasan waktu, fasilitas dan kapasitas penulis, sehingga

masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala kerendahan

hati penulis tetap mengharapkan masukan, kritik dan saran yang

membangun dari berbagai pihak guna perbaikan dan penyempurnaan

Skripsi Perancangan Tugas Akhir ini.

Pada kesmpatan ini, dengan penuh rasa hormat penulis

mengucapkan terima kasih, yaitu kepada :

1. Bapak Drs. H. Lahmudin Laparaga, M.H dan Ibu Hj. Warni Zakaria

yang telah memberikan limpahan kasih sayang, perhatian, dukungan,

doa serta motivasi. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan

rahmat, hidayah, kebahagiaan dan perlindungan kepada kita semua.

Aamiin.

Page 7: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

v

2. Bapak Dr. Eng. Rosady Mulyadi , ST., MT selaku Ketua Departemen

Teknik Arsitektur Universitas Hasanuddin Periode 2015/2016 –

2020/2021.

3. Bapak Ir. Husni Kuruseng, MT selaku Penasehat Akademik.

4. Bapak Dr. Eng. Nasruddin, ST., MT selaku Dosen Pembimbing I, dan

Bapak Ir. H. Samsuddin Amin, MT. selaku Dosen Pembimbing II, atas

segala bimbingan, ilmu, dan saran kepada penulis dalam penyusunan

Tugas Akhir ini.

5. Bapak Abdul Mufti Radja, ST., MT., Ph.D selaku Kepala Studio

Perancangan Tugas Akhir Arsitektur.

6. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik

Universitas Hasanuddin yang telah membantu dan memberikan

ilmunya selama penulis belajar di Jurusan Arsitektur Universitas

Hasanuddin.

7. Kakak-kakak tercinta Vika Marieskawati Laparaga, S.E dan Vita

Septiani Laparaga, S.H. Terima kasih untuk doa, motivasi dan

dukungannya.

8. Rabiatul Adwiyah A. Saubi Terima kasih untuk doa, motivasi dan

dukungan yang diberikan kepada penulis.

9. Saudara-saudari Arsitektur 2012. Terkhusus untuk anak-anak Kiamat

2012 yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, yang telah

memberikan motivasi untuk periode ini.

10. Terima kasih kepada OKJA, banyak ilmu dan pengalaman yang sangat

berharga dengan menjadi warganya.

11. Terima kasih kepada anak-anak HPMIG dan anak-anak Asrama Putra

Gorontalo Terkhusus untuk Muh. Angga Restu Dinata, Zainudin,

Hairialsah Malapu, Muh. Farul Kamal Beu dan Andrew Polingala atas

tawa canda serta motivasi, semangat dan dukungannya selama ini.

12. Teman-teman KKN Kecamatan Sabbangparu, Terkhusus untuk posko

Desa Liu dan Desa Bila. Terima Kasih motivasi, semangat dan

dukungannya.

Page 8: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

vi

13. Teman-teman Studio Akhir Arsitektur Periode I – 2017-2018, Terima

kasih atas candaan, semangat dan kebersamaan yang telah diberikan.

14. Serta seluruh pihak yang telah membantu baik secara langsung

maupun tidak langsung dalam penyusunan Skripsi Perancangan Tugas

Akhir ini.

Dengan teriring doa yang tulus, ungkapan terima kasih yang tak

terhingga dan menyadari sepenuhnya akan keterbatasan Skripsi

Perancangan Tugas Akhir ini, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya

dan mengharapkan kritik serta saran yang membangun sebagai bahan

yang berarti untuk perbaikan di masa mendatang, karena penulis sadar

bahwa Tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan.

Akhir kata, semoga Skripsi Perancangan Tugas Akhir ini dapat

membawa manfaat yang banyak bagi semua pihak, dan semoga Allah

SWT selalu melimpahkan rahmat dan karunia-NYA dalam segala aktivitas

keseharian kita dan menilainya sebagai suatu amal ibadah di sisi-NYA.

Amin Ya Robbal Alamin.

Gowa, Agustus 2017

Penulis,

KURNIAWAN OKTAVIANTO LAPARAGA D511 12 101

Page 9: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .............................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................... ii

ABSTRAKSI ........................................................................................ iii

KATA PENGANTAR ............................................................................ iv

DAFTAR ISI ......................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. x

DAFAR TABEL .................................................................................... xv

DAFAR SKEMA ................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................ 1

A. Latar Belakang ...................................................................... 1

B. Pengertian Judul ................................................................... 3

C. Rumusan Masalah ................................................................ 4

D. Tujuan dan Sasaran .............................................................. 5

E. Lingkup Pembahasan ........................................................... 5

F. Metode dan Sistematika Pembahasan .................................. 6

BAB II TINJAUAN UMUM PLANETARIUM ............................ 8

A. Tinjauan Umum Tentang Astronomi ...................................... 8

1. Pengertian Astronomi ..................................................... 8

2. Sejarah Astronomi .......................................................... 8

3. Perkembangan Astronomi Di Indonesia.......................... 11

4. Cabang Ilmu Astronomi .................................................. 13

B. Tinjauan Planetarium ............................................................ 14

1. Pengertian Planetarium .................................................. 14

2. Sejarah Dan Perkembangan Planetarium....................... 15

3. Fungsi Planetarium ......................................................... 17

4. Kegiatan Planetarium...................................................... 20

5. Komponen Utama Sebuah Planetarium.......................... 26

Page 10: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

viii

6. Struktur Kelembagaan/Struktur Organisasi ..................... 34

7. Pengelolaan Sebuah Planetarium .................................. 35

8. Pelaku Kegiatan .............................................................. 35

C. Studi Literatur ........................................................................ 36

1. Planetarium Jakarta ........................................................ 36

2. Eugenides Foundation/Planetarium ................................ 47

3. Adler Planetarium ........................................................... 53

4. Resume Studi Literatur ................................................... 61

BAB III TINJAUAN KHUSUS PLANETARIUM DI

KABUPATEN GOWA ..................................................... 64

A. Gambaran Umum Kabupaten Gowa ..................................... 64

1. Letak Geografis .............................................................. 64

2. Kependudukan ................................................................ 65

B. Potensi Pengadaan Planetarium Di Kabupaten Gowa .......... 68

1. Potensi Daerah ............................................................... 68

2. Potensi Pengunjung ........................................................ 69

3. Potensi Pendidikan ......................................................... 69

4. Potensi Wisata ................................................................ 70

C. Program Kegiatan Yang Diwadahi ........................................ 70

1. Analisis Pelaku Kegiatan ................................................ 70

2. Identifikasi Dan Jenis Kegiatan ....................................... 72

BAB IV KONSEP DASAR PERANCANGAN PLANETARIUM

DI MALINO .......................................................................... 79

A. Konsep Dasar Makro ............................................................ 79

1. Konsep Penentuan Lokasi .............................................. 79

2. Konsep Pemilihan Tapak ................................................ 81

3. Konsep Pengolahan Tapak ............................................. 86

4. Konsep Pemilihan Tata Ruang Luar ............................... 95

B. Konsep Dasar Perancangan Mikro ....................................... 102

Page 11: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

ix

1. Konsep Kebutuhan Ruang .............................................. 102

2. Konsep Besaran Ruang .................................................. 105

3. Konsep Hubungan Ruang ............................................... 116

4. Konsep Sirkulasi Dalam Bangunan ................................ 121

5. Konsep Pendekatan Bentuk Dan Penampilan ................ 124

6. Konsep Sistem Struktur Bangunan ................................. 125

7. Konsep Sistem Utilitas Bangunan ................................... 126

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 137

Page 12: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Globe of Gottorf ............................................................. 16

Gambar 2.2. Kegiatan pertunjukan di dalam Planetarium .................. 20

Gambar 2.3. Ruang Pameran Planetarium dan Observatorium Jakarta

............................................................................................................. 23

Gambar 2.4. Kegiatan Seminar Astronomi di Planetarium dan

Observatorium Jakarta ......................................................................... 23

Gambar 2.5. Kegiatan Peneropongan untuk umum .......................... 24

Gambar 2.6. Suasana Fasilitas Observatorium ................................ 25

Gambar 2.7. Suasana Perpustakaan di Planetarium dan Observatorium

Jakarta ................................................................................................ 25

Gambar 2.8. Toko Cinderamata di Planetarium dan Observatorium

Jakarta ................................................................................................. 26

Gambar 2.9. Kubah Planetarium ........................................................ 28

Gambar 2.10. Proyektor pada Planetarium ........................................ 29

Gambar 2.11. Skymaster Zkp 4 Planetarium Projektor ...................... 31

Gambar 2.12. Starmaster Zmp – Td Planetarium Projektor ............... 31

Gambar 2.13. The Universarium Model IX Planetarium Projektor ..... 31

Gambar 2.14. Tempat Duduk Pada Planetarium ............................... 33

Gambar 2.15. Planetarium dan Observatorium Jakarta ..................... 37

Gambar 2.16. Lokasi Planetarium dan Observatorium Jakarta ......... 38

Gambar 2.17. Suasana ruang pertunjukan Citra Ganda .................... 40

Page 13: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

xi

Gambar 2.18. Suasana ruang Planetarium ........................................ 41

Gambar 2.19. Suasana area kontrol ruang Planetarium .................... 41

Gambar 2.20. Suasana ruang Pameran ............................................ 43

Gambar 2.21. Suasana ruang Perpustakaan ..................................... 43

Gambar 2.22. Suasana area tunggu .................................................. 44

Gambar 2.23. Suasana area antrian menuju ruang Planetarium ....... 44

Gambar 2.24. Toko Cinderamata ....................................................... 45

Gambar 2.25. Suasana Peneropongan umum................................... 46

Gambar 2.26. Suasana fasilitas Observatorium ................................. 46

Gambar 2.27. Suasana Kantor Pengelola ......................................... 46

Gambar 2.28. Eksterior 3D Eugenides Foundation/Planetarium........ 48

Gambar 2.29. Lokasi Eugenides Foundation/Planetarium ................. 48

Gambar 2.30. Denah lantai dasar ...................................................... 49

Gambar 2.31. Denah lantai 1 ............................................................. 50

Gambar 2.32. Denah lantai 2 ............................................................. 50

Gambar 2.33. Main Amphitheater ...................................................... 51

Gambar 2.34. Ruang kelas ................................................................ 51

Gambar 2.35. Ruang seminar 1 ......................................................... 52

Gambar 2.36. Ruang seminar 2 ......................................................... 52

Gambar 2.37. Lobi lantai 1 dan 2 ....................................................... 52

Gambar 2.38. Adler Planetarium ........................................................ 53

Gambar 2.39. Lokasi Adler Planetarium ............................................ 53

Gambar 2.40. Denah Adler Planetarium ............................................ 54

Page 14: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

xii

Gambar 2.41. Mission Moon .............................................................. 55

Gambar 2.42. Tata Surya kita ............................................................ 55

Gambar 2.43. Astronomi dalam budaya ............................................ 55

Gambar 2.44. Clark Family Welcome Gallery .................................... 56

Gambar 2.45. Atwood Celestial Sphre ............................................... 56

Gambar 2.46. Hidden Wonders ......................................................... 56

Gambar 2.47. Gemini XII ................................................................... 57

Gambar 2.48. Ruang visualisasi laboratorium ................................... 57

Gambar 2.49. Pameran Teleskop ...................................................... 57

Gambar 2.50. Planet Ekspolers ......................................................... 58

Gambar 2.51. Community Design Lab ............................................... 58

Gambar 2.52. Ruang angkasa ........................................................... 58

Gambar 2.53. Ruang Belajar ............................................................. 59

Gambar 2.54. Space Theater............................................................. 59

Gambar 2.55. Sky Theater ................................................................. 59

Gambar 2.56. Cafe Galileo ................................................................ 60

Gambar 2.57. Adler Store .................................................................. 60

Gambar 3.1. Peta Pola Administrasi Wilayah Kabupaten Gowa ....... 65

Gambar 4.1. Peta Administrasi Kabupaten Gowa .............................. 79

Gambar 4.2. Peta Kecamatan Tinggi Moncong Kabupaten Gowa..... 80

Gambar 4.3. Alternatif tapak 1 ........................................................... 82

Gambar 4.4. Alternatif tapak 2 ........................................................... 83

Gambar 4.5. Alternatif tapak 3 ........................................................... 84

Page 15: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

xiii

Gambar 4.6. Alternatif tapak 2 ........................................................... 85

Gambar 4.7. Kondisi situasi sekitar tapak .......................................... 86

Gambar 4.8. Pengolahan tapak terhadap view dari luar .................... 87

Gambar 4.9. Pengolahan tapak terhadap view dari dalam tapak....... 88

Gambar 4.10. Pengolahan tapak terhadap orientasi matahari ............. 89

Gambar 4.11. Pengolahan tapak terhadap curah hujan ...................... 90

Gambar 4.12. Pengolahan tapak terhadap arah angin ....................... 91

Gambar 4.13. Pengolahan tapak terhadap kebisingan ....................... 92

Gambar 4.14. Pengolahan tapak terhadap zoning .............................. 93

Gambar 4.15. Pengolahan tapak terhadap entrance .......................... 94

Gambar 4.16. Output/hasil pengolahan tapak .................................... 95

Gambar 4.17. Pohon Pinus ................................................................. 97

Gambar 4.18. Pohon Palem Raja ....................................................... 97

Gambar 4.19. Pohon Tanjung ............................................................. 98

Gambar 4.20. Bungan Bougenvil ........................................................ 99

Gambar 4.21. Bungan Asoka .............................................................. 99

Gambar 4.22. Pohon Cemara Udang ................................................. 100

Gambar 4.23. Rumput Gajah Mini ...................................................... 100

Gambar 4.24. Rumput Jepang ............................................................ 101

Gambar 4.25. Struktur tangga manual ................................................ 122

Gambar 4.26. Dimensi anak tangga ................................................... 123

Gambar 4.27. Struktur Elevator/Lift ..................................................... 123

Gambar 4.28. Sistem penghawaan AC Central .................................. 128

Gambar 4.29. Macam-macam Sprinkler ............................................. 132

Page 16: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

xiv

Gambar 4.30. Hydrant Box ................................................................. 133

Gambar 4.31. Hydrant Pillar................................................................ 133

Gambar 4.32. Tabung Portable ........................................................... 134

Gambar 4.33. Sistem Keamana dengan CCTV .................................. 135

Gambar 4.34. Model Sistem penangkal Petir...................................... 136

Page 17: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Jadwal pertunjukan Planetarium Jakarata ........................ 47

Tabel 2.2. Resume studi literatur ....................................................... 61

Tabel 3.1. Jumlah dan kepadatan penduduk tahun 2013 .................. 66

Tabel 4.1. Pemberian poin pemilihan tapak ....................................... 84

Tabel 4.2. Bentuk tanaman dan kegunaannya .................................. 95

Tabel 4.3. Manfaat dan fungsi tanaman sesuai jenis ......................... 96

Tabel 4.4. Fasilitas Pertunjukan ......................................................... 105

Tabel 4.5. Fasilitas Pameran ............................................................. 106

Tabel 4.6. Fasilitas Edukasi ............................................................... 106

Tabel 4.7. Fasilitas Peneropongan dan Observasi ............................ 107

Tabel 4.8. Fasilitas Membaca ............................................................ 108

Tabel 4.9. Fasilitas Komersil .............................................................. 108

Tabel 4.10. Ruang Direksi ................................................................... 109

Tabel 4.11. Ruang Bidang Umum ........................................................ 109

Tabel 4.12. Ruang Bidang Operasional Teknis.................................... 110

Tabel 4.13. Fasilitas Servis .................................................................. 111

Tabel 4.14. Rekapitulasi perhitungan besaran ruang ........................... 113

Tabel 4.15. Kebutuhan parkir bangunan .............................................. 114

Tabel 4.16. Kebutuhan total luas bangunan ........................................ 115

Page 18: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

xvi

DAFTAR SKEMA

Halaman

Skema 2.1. Kelembagaan Planetarium ................................................ 35

Skema 3.1. Kegiatan pengujung rekreatif ............................................ 73

Skema 3.2. Kegiatan pengunjung Edukatif .......................................... 74

Skema 3.3. Kegiatan pengelola ........................................................... 75

Skema 4.1. Hubungan ruang fasilitas umum ....................................... 116

Skema 4.2. Hubungan ruang fasilitas peneropongan dan Observasi .. 117

Skema 4.3. Hubungan ruang fasilitas membaca.................................. 117

Skema 4.4. Hubungan ruang fasilitas komersil .................................... 118

Skema 4.5. Hubungan ruang fasilitas direksi ....................................... 118

Skema 4.6. Hubungan ruang fasilitas bidang umum ............................ 119

Skema 4.7. Hubungan ruang fasilitas bidang operasional teknis ......... 120

Skema 4.8. Hubungan ruang fasilitas servis ........................................ 121

Page 19: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kemampuan berfikir pada manusia, menyebabkan terus

berkembangnya rasa ingin tahu tentang segala apa yang ada di alam

semesta ini. Pengetahuan yang diperoleh dari pengamatan terhadap alam

semesta ini kemudian merupakan dasar kelahiran ilmu pengetahuan dan

selanjutnya diterapkan pada munculnya teknologi dan seni. Dengan akal

yang dimilikinya, semua pengetahuan dapat diturunkan dari suatu

generasi ke generasi berikutnya. Informasi yang di peroleh dapat di

simpan dan diajarkan kepada generasi berikutnya, ditambah dengan

pengetahuan yang diperoleh saat itu maka informasi tentang IPTEKS ini

akan terus bertambah dan berkembang dari generasi ke generasi

berikutnya (Usman dan Kasim 2012). Namun sayangnya fenomena yang

terjadi di Indonesia sudah sangat jelas berupa kurangnya sarana-sarana

penunjang untuk para pelajar / mahasiswa yang ingin lebih jauh

mengetahui tentang ilmu pengetahuan khususnya dibidang astronomi

yang mempelajari tentang tata surya. Di bangku sekolah menengah

pertama contohnya, yang sudah mempelajari tentang bintang-bintang dan

tata surya tapi pada saat memasuki sekolah menengah atas dan bangku

kuliah fasilitas yang didapatkan masih sangat kurang, seharusnya para

pelajar / mahasiswa ini sudah mendapatkan fasilitas-fasilitas yang

dibutuhkan agar dapat mendukung mereka untuk lebih memahami ilmu

tetang Astronomi dan keantariksaan.

Ilmu astronomi dibandingkan dengan ilmu lainnya masih bersifat

awam bagi kita. Padahal manusia sebagai bagian dari alam kehidupannya

tidak lepas dengan astronomi. Astronomi paling tidak memberikan

sumbangsih besar pada kehidupan manusia, dimana kaum arab yang

hidup di gurun secara turun-temurun menggunakan keteraturan yang ada

di langit sebagai navigasi perjalanan maupun petunjuk-petunjuk alam

lainnya. Begitu juga dengan para pelaut-pelaut ulung baik dari Cina,

Page 20: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

2

Makassar, dan bangsa Eropa. Mereka menggunakan semua keteraturan

benda langit sebagai navigasi utama.

Tanpa disadari manusia hidup dalam keteraturan tersebut;

keteraturan revolusi Bulan mengelilingi Bumi dijadikan sebagai dasar

penanggalan Hijriyah bagi muslim atau penanggalan Lunar lainnya seperti

penanggalan Cina, dan penanggalan Masehi Gregorian. Ditambah lagi

beberapa tahun terakhir ini fenomena alam yang berhubungan dengan

astronomi sering terjadi. Namun sayangnya dimasyarakat kita khususnya,

animo akan astronomi sangat kecil. Sangat wajar memang jika mengingat

sarana dan prasarana sebagai fasilitas tidaklah sebanding dengan

fenomena astronomi yang terjadi.

Bagi para peneliti dan peminat astronomi langit, bintang, bulan, dan

planet adalah tempat-tempat yang menarik untuk diamati. Benda-benda

tersebut merupakan suatu bentuk laboratorium yang berbeda dengan

laboratorium yang lain karena laboratorium astronomi ini tidak dapat

dipengaruhi, diraba, dan diubah-ubah tetapi melainkan hanya dapat

dilihat, diamati, dan diteliti.

Planetarium sebagai salah satu fasilitas dalam pendidikan ilmu

astronomi pada dasarnya berfungsi entertaiment (hiburan), namun pada

bangunan planetarium ini unsur edukasi pun diupayakan dengan

pengadaan fasilitas pendukung yaitu berupa observatorium mini,

sehingga bangunan ini nantinya mampu berfungsi ganda bagi masyarakat

sebagai entertaiment (hiburan) dan edutaiment (edukasi).

Perancangan ini didasari pada sebuah alasan dimana kebutuhan

akan tempat untuk mewadahi pengetahuan ilmu astronomi di Indonesia

masih sangat kurang, dimana tempat tersebut dapat memberikan

pendidikan ilmu astronomi di luar pendidikan formal dengan cara yang

lebih interaktif sekaligus menjadi tempat wisata yang mencerdaskan.

Page 21: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

3

B. Pengertian Judul

1. Pengertian planetarium

“Planetarium is a room with a projection device which

accurately portrays the stars and planets at any time in the past,

present or future from any point on the Earth or the near region

of space.”

Planetarium adalah sebuah ruang dengan sebuah alat

proyeksi yang secara akurat menggambarkan bintang-bintang

dan planet-planet di setiap waktu baik masa lalu, masa

sekarang maupun masa yang akan datang dari bagian bumi

atau angkasa manapun. (McGraw-Hill Encyclopedia of Science

and Technology, New York, 1971) .

“Planetarium is specially designed, domed-shaped building,

equipped with an optical-mechanical device to simulate a display

of heavens for educational purposes.”

Planetarium merupakan tempat yang dirancang khusus,

berkubah dan dilengkapi dengan peralatan optikal-mekanik

untuk memperagakan suatu pertunjukkan tentang luar angkasa

untuk tujuan pendidikan. (The New Oxford Illustrated Dictionary,

England, 1976)

Planetarium adalah bangunan yang dilengkapi dengan alat-

alat untuk memperagakan posisi dan gerak benda langit. Letak

dan gerak berbagai benda langit seperti bintang, planet, bulan

dan matahari diproyeksikan ke atap berbentuk kubah oleh suatu

proyektor khusus. Penonton yang duduk di bawahnya merasa

seolah-olah berada di tempat terbuka dan melihat langit malam

yang bertaburan bintang. Pertunjukkan di suatu planetarium

disertai ceramah astronomi disertai peragaannya. (Ensiklopedi

Nasional Indonesia, Jakarta, 1990)

2. Pengertian Malino

Menurut Wikipedia ensiklopedia, malino adalah

kelurahan yang terletak di Kecamatan

Page 22: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

4

Tinggimoncong, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Daerah

yang terletak 90 km dari Kota Makassar ke arah selatan ini

merupakan salah satu objek wisata alam yang mempunyai daya

tarik luar biasa. Di kawasan wisata Malino sendiri, terdapat hutan

wisata, berupa pohon pinus yang tinggi berjejer di antara bukit

dan lembah. Jalan menanjak dan berkelok-kelok dengan

melintasi deretan pegunungan dan lembah yang indah. Kawasan

tersebut terkenal sebagai kawasan rekreasi dan wisata sejak

zaman penjajahan Belanda.

Malino memiliki gunung-gunung yang sangat kaya dengan

pemandangan batu gamping dan pinus. Berbagai jenis tanaman

tropisyang indah,tumbuh dan berkembang di kota yang dingin

ini. Selain itu, Malino pun menghasilkan buah-buahan

dan sayuran khas yang tumbuh di lereng gunung Bawakaraeng.

Sebagian masyarakat Sulawesi Selatan masih mengkulturkan

gunung itu sebagai tempat suci dan keramat. Suhu di kota Malino

ini mulai dari 10 °C sampai 26 °C.

3. Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

pengertian Planetarium di Malino adalah sebuah

bangunan/gedung teater dengan sebuah alat proyeksi yang

secara akurat di gunakan untuk meniru dan memperagakan

simulasi susunan bintang dan benda-benda langit, juga sebagai

sarana yang bersifat edukasi dan rekreasi yang berada di wisata

alam malino kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan.

C. Rumusan Masalah

1. Non arsitektural

a. Merencanakan gedung planetarium yang dapat menarik

pengunjung baik dari masyarakat umum maupun pecinta

astronomi.

Page 23: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

5

b. Merencanakan gedung planetarium yang dapat membuat

pengunjung merasa nyaman, tenang, dan betah di dalam

gedung planetarium .

2. Arsitektural

a. Menentukan lokasi dan site yang tepat untuk sebuah

planetarium.

b. Menentukan organisasi dan besaran ruang planetarium.

c. Penampilan bangunan planetarium baik dari segi eksterior

maupun interior bangunan.

d. Menentukan sistem utilitas bangunan

e. Menentukan sistem struktur bangunan

D. Tujuan dan Sasaran Pembahasan

1. Tujuan Pembahasan

Tujuan pembahasan adalah menyusun suatu acuan yang

nantinya dijadikan landasan konseptual dalam merancang

bangunan Planetarium dalam bentuk desain fisik.

2. Sasaran

Sasaran pembahasan difokuskan pada transformasi desain

berdasarkan konsep-konsep arsitektural meliputi:

a. Penentuaan lokasi dan site

b. Organisasi dan besaran ruang

c. Sirkulasi dan lingkungan

d. Penampilan interior dan eksterior bentuk bangunan

e. Penentuan sistem utilitas

f. Penentuan sistem struktur

E. Lingkup Pembahasan

Lingkup pembahasan berada pada disiplin ilmu arsitektur yang

berkaitan dengan tujuan dan sasaran yang akan dicapai yaitu

pembahasan tentang konsep Planetarium sebagai fasilitas wisata

pendidikan juga sebagai pusat informasi yang berkaitan dengan

astronomi yang menggabungkan fungsi pendidikan dan komersial.

Page 24: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

6

Hal-hal diluar disiplin ilmu arsitektur dibatasi dan disesuaikan dengan

masalah-masalah yang muncul dalam Perancangan Planetarium

nanti.

F. Metode dan Sistematika Pembahasan

1. Metode Pembahasan

a. Mengadakan wawancara terhadap pihak-pihak yang dapat

menunjang pembahasan masalah ini.

b. Mengadakan observasi lapangan serta mencari data-data

untuk perbandingan terutama dalam tahap desain fisik

bangunan.

c. Kajian pustaka, berupa studi literatur yang menyangkut

penulisanan.

2. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dibagi beberapa tahap penulisan,

diantaranya:

a. BAB 1

Mengemukakan tentang latar belakang, pengertian,

rumusan masalah, tujuan dan sasaran, lingkup

pembahasan, serta metode dan sistematika pembahasan.

b. BAB 2

Mengemukakan tentang tinjauan umum, meliputi: tinjauan

umum astronomi, tinjauan umum planetarium, studi literatur.

c. BAB 3

Mengemukakan tentang tinjauan khusus Planetarium,

meliputi: gambaran umum kabupaten Gowa, potensi

pengadaan planetarium di kabupaten Gowa, program

kegiatan yang di wadahi.

d. BAB 4

Mengemukakan tentang konsep dasar perancangan

Planetarium di Malino, meliputi: konsep dasar makro dan

konsep dasar mikro. Konsep dasar makro meliputi: konsep

Page 25: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

7

penentuan lokasi, konsep pemilihan tapak, konsep

pengolahan tapak, dan konsep pemilihan tata ruang luar.

Selanjutnya untuk konsep dasar mikro meliputi: konsep

kebutuhan ruang, konsep besaran ruang, konsep hubungan

ruang, konsep sirkulasi dalam bangunan, konsep

pendekatan bentuk dan penampilan bangunan, konsep

sistem struktur bangunan dan konsep sistem utilitas

bangunan.

Page 26: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

8

BAB II

TINJAUAN UMUM PLANETARIUM

A. Tinjauan Umum Tentang Astronomi

1. Pengertian Astronomi

Astromomi berasal dari bahasa yunani, yaitu astron yang berarti

bintang dan nomos yang berarti ilmu.

a. Menurut kamus besar bahasa Indonesia yang diterbitkan

oleh Balai Pustaka, astronomi adalah ilmu tentang matahari,

bulan, bintang, dan planet - planet lainya; Ilmu falak.

b. Menurut Jajak MD dalam buku Astronomi Ilmu Pengetahuan

Luar Angkasa, astronomi adalah ilmu pengetahuan yang

menjadi bagian dari segala yang ada di luar bumi dan

atmosfer, yang mempelajari benda – benda seperti bulan,

matahari, planet – planet juga jutaan obyek lainnya atau

segala sesuatu yang berada di angkasa.

2. Sejarah Astronomi

Pada bagian awal sejarahnya, astronomi diperlukan hanya

untuk pengamatan dan ramalan gerakan benda di langit yang

bisa dilihat dengan mata telanjang. Di beberapa loakasi, seperti

Stonehenge (Inggris) saat budaya awal, telah ada kumpulan

artefak besar yang mungkin memiliki beberapa tujuan astronomi.

Selain digunakan untuk upacara mereka, bangunan ini dapat

digunakan untuk menentukan musim, dan merupakan faktor

penting dalam mengetahui musim untuk menanam tanaman,

serta memahami sistem penanggalan dalam setahun.

Peradaban pertama yang mendapatkan pengertian

sesungguhnya tentang benda-benda langit dan geraknya adalah

peradaban yunani kuno. Beberapa ahli ilmu perbintangan yunani

merupakan pengamat yang sangat berhati-hati dan menyimpan

catatan yang panjang dan terperinci.

Page 27: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

9

Awal perkembangan ilmu astronomi yunani kuno dimulai

oleh Thales pada abad ke-6 SM, yang berpendapat bahwa bumi

berbentik datar, walaupun pada abad yang sama Phytagoras

telah mengetahui bahwa bumi berbentuk bulat. Terobosan

penting yang pertama dalam astronomi dilakukan oleh

Aristoteles dua abad kemudian. Aristoteles menyatakan bahwa

bumi bulat bundar dengan didukung sejumlah bukti ilmiah.

Terobosan yang kedua hampir dilakukan oleh Aristarchus pada

abad ke-3 SM, jika saja dia mempunyai cukup banyak

pendukung. Aristarchus bukan saja berpendapat bahwa bumi

bukanlah pusat alam semesta, tetapi juga menyatakan bahwa

bumi berputar dan bereder mengelilingi matahari (Heliosentris)

yang merupakan pusat gerak langit. Namun sayang teori ini tidak

mendapat tempat pada zaman itu.

Zaman astronomi klasik ditutup oleh Hipparchus pada abad

ke-1 SM, yang menyatakan bahwa bumi yang bundar itu diam

dan matahari, bulan, dan planet-planet mengelilingi bumi. Teori

Geosentris ini disempurnakan oleh Ptolomeus abad ke-2 Mdan

lebih dikenal sebagai sistem Ptolomeus.

Lebih dari 13 abad konsep geosentris telah diterima

masyarakat dunia. Pada tahun 1512 astronom polandia Nicholas

Copernicus membuka sejarah baru dengan mengemukakan

bahwa planet dan bintang bergerak mengelilingi matahari

dengan orbit lingkaran. Dalam buku De Revolutionibus,

menjelaskan pergerakan mundur planet-planet. Ide bahwa

matahari adalah pusat tata surya mengantarkan Copernicus

untuk berhasil mengetahui jarak planet-planet dengan

mengamati beberapa lama suatu planet bergerak sepanjang

langit antara dua posisi tertentu yang ditentukan oleh lokasinya

dengan memperhitungkan posisi matahari. Selain itu, ia mampu

mendapatkan periode planet-planet dalam revolusinya terhadap

matahari, berdasarkan lama waktu mereka kembali ke posisinya.

Page 28: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

10

Pada tahun 1609, Johannes Kepler mendukung gagasan

tersebut dengan mengeluarkan tiga hukumnya yang selain

menyebutkan bahwa matahari adalah pusat tata surya, juga

memperbaiki orbit planet menjadi elips. Pada tahun yang sama,

Galileo menjadi penemu teleskop yang pertama. Melalui

pengamatan dengan teleskopnya, ia mendapatkan kesimpulan

bahwa bumi bukanlah pusat gerak. Penemuan teleskop oleh

Galileo bukan saja membantu menguatkan konsep Heliosentris

Copernicus, tetapi juga membuka lembaran baru dalam

perkembangan ilmu astronomi. Dengan teleskop buatannya,

Galileo menemukan bahwa saturnus mempunyai bentuk yang

lebih kompleks dari pada bola. Ia adalah salah satu orang yang

secara bersamaan menemukan bintik matahari, dan

mempelajari gerakan-gerakan pada permukaannya.

Diakhir abad ke- 16, Tycho Brahe seorang bangsawan asal

Denmark memulai serangkaian pengamatan terhadap planet

mars dan planet lainnya. Ia mengadakan pengamatan di suatu

pulau. Bangunannya disebut Uraniborg. Pengamatan Tycho

dianggap lebih akurat dibanding pengamatan lainnya yang

diadakan pada masa itu. Tycho telah mengembangkan

kosmologi bumi sebagai pusatnya sendiri. Tercantum

didalamnya, walaupun matahari berevolusi mengelilingi bumi,

planet lain, berevolusi mengelilingi matahari.

Pada tahun 1942 telah lahir Isaac Newton yang merupakan

seorang jenius yang menemukan hukum gravitasi dan hukum-

hukum gerakan. Hasil karyanya membuat orang mengetahui

dengan pasti mekanisme sistem matahari. Matahari merupakan

objek yang mempunyai tarikan gravitasi luar biasa hebatnya.

Karena daya tarik tersebut maka tiap-tiap planet juga tertahan

dalam orbitnya di sekeliling matahari. Dalam hal yang sama,

bulan juga berputar dalam lingkaran gravitasi bumi. Setelah

Newton meninggal, ilmu astronomi menjadi ilmu pengetahuan

Page 29: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

11

sains dan orang percaya bahwa planet bumi hanya merupakan

bagian kecil dari alam semesta.

3. Perkembangan Astronomi di Indonesia

Pada masa lampau ketika peradaban baru dimulai, catatan

dan cerita turun temurun dalam budaya masyarakat nusantara

sudah menunjukkan berbagai kisah rakyat yang terkait dengan

astronomi. Cerita-cerita dari langit ini memberi interpretasi

tersendiri akan objek langit yang mereka lihat. Sebagai contoh

ada kisah Bulan Pejeng (Bali), Pasaggangan’ Laggo Samba Sulu

atau pertempuran matahari dan bulan (Mentawai), Memecah

matahari (Papua), Manarmakeri (Papua), dan lain-lain. Selain itu

penamaan rasi bintang berdasarkan nama lokal menunjukkan,

masyarakat Indonesia di masa lampau juga melakukan

pengamatan langit. Dalam budaya jawa, dikenal Gubug Penceng

(Salib Selatan), Lintang Wulanjar Ngirim (rasi Centaurus),

Bintang Layang-Layang, Lintang Pari, Lintang Kartika (Pleiades),

Wuluh (Pleiades) adalah contoh penamaan rasi bintang secara

lokal di Indonesia, yang sekaligus menandai kegiatan astronomi

amatir di tengah masyarakat di masa lalu.

Kehidupan agraris masyarakat Indonesia juga menjadikan

benda-benda langit sebagai petunjuk musim menanam dan

musim panen. Di jawa, rasi Lintang Kartika diasosiasikan

sebagai tujuh bidadari, yang direpresentasikan dalam tarian

Bedhaya ketawang di kerotan mataram. Di wilayah pantai utara

jawa, rasi ini digunakan untuk menandakan waktu (kalender)

dalam penanggalan jawa. Jika rasi ini sudah terbit sekitar 50° di

langit, maka musim ketujuh (mangsa kapitu) pun dimulai. Pada

musim ini, beras muda harus mulai ditanam di sawah.

Sedangkan masyarakat maritim Indonesia, menjadikan objek

langit sebagai panduan navigasi dalam pelayaran. Salah satu

kisah yang diyakini merupakan bagian dari penggunaan langit

sebagai navigasi adalah ditemukannya peninggalan berupa puisi

Page 30: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

12

dan gambar-gambar perjalanan masyarakat dari Indonesia

menuju Afrika Selatan.

Pada tahun 800 Masehi, pembangunan Candi Borobudur

menjadi penanda lainnya keberadaan astronomi di Indonesia.

Borobudur yang dibangun oleh Wangsa Syailendra diduga

merupakan penanda waktu raksasa di abad ke- 8, dimana stupa

utama candi berfungsi sebagai penanda waktu. Pembangunan

candi seperti Borobudur memberi penegasan dan petunjuk

kemampuan nenek moyang kita dalam astronomi.

Pada masa sekarang astronomi Indonesia banyak

berkembang. Telah banyak kelompok-kelompok astronomi yang

terbentuk sebagian besar kelompok astronomi tersebut

berorientasi dalam dunia pendidikan kepanduan. Kelompok

astronomi itu seperti:

a. Himpunan Astronomi Indonesia (HAI).

b. Himpunan Astronomi Amatir Jakarta (HAAJ) di Jakarta.

c. Forum Pelajar Astronomi (FPA) di Jakarta.

d. Forum Of Scientist Teenagers (FOSCA) di Jakarta.

e. Himpunan Astronimi Amatir Aceh (HA3) di Lhokseumawe,

Banda Aceh.

f. Aceh Astro Lovers di Banda Aceh.

g. Jambi Astro Community di Jambi.

h. Padang Sidimpuan Astronomy Club di Padang, Sumatera

Utara.

i. Astro Fun Club 107° 35’ di Bandung, Jawa Barat.

j. Mathla Astro Club di Bandung, Jawa Barat.

k. Himpunan Astronomi Amatir Semarang (HAAS) di

Semarang, Jawa Tengah.

l. Jogja Astro Club (JAC) di Jogjakarta.

m. Penjelajah Langit di Jogjakarta.

n. Surabaya Astronomy Club (SAC) di surabaya, Jawa Timur.

Page 31: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

13

o. Kompas (Komunitas Pelajar Astronomi) Kulminasi di

Pamekasan Madura, Jawa Timur.

p. Astronom Amatir Makassar di Makassar, Sulawesi Selatan

q. Kompas Kukar di tenggarong, Kalimantan Timur.

r. Samarinda Astronomy Amateur Club (SAAC) di Samarinda,

Kalimantan Timur.

Adapun klub astronomi yang ada di sekolah-sekolah antara

lain:

a. KASTRO (Klub Astro) Achernar di SMAN 91 Jakarta Timur.

b. KASTRO (Klub Astro) Sirius di SMAN 89 Jakarta Timur.

c. KASTRO (Klub Astro) Capella di SMAN 48 Jakarta Timur.

d. KASTRO (Klub Astro) Polaris di SMAN 38 Jakarta Selatan.

e. KASTRO (Klub Astro) Lunar di SMAN 3 Bogor, Jawa Barat.

f. Spica Astro Club di SMPN 26 Bandung, Jawa Barat.

g. Cakrawala di Universitas Pendidikan Indonesia, Jawa Barat.

h. Astronix di SMAN 9 Surabaya, Jawa Timur.

i. HIMAFI Neutron di Pendidikan Fisika Universitas Jember,

Jawa Timur.

j. Komunitas Pengamat Langit (KAPELA) di Universitas Negeri

Malang, Jawa Timur

k. Seventeen Club Of Ameteur Astronomy (SCASTRON) di

SMAN 17 Makassar, Sulawesi Selatan.

l. KOMPAS 159 (Komunitas Pecinta Astronomi Salis) di SMAN

1 Sunggumina Gowa, Sulawesi Selatan.

4. Cabang Ilmu Astronomi

Adapun cabang-cabang ilmu Astronomi adalah:

a. Astronomi Praktis

Astronomi praktis adalah cabang ilmu astronomi yang

mempelajari bagaimana cara mengadakan observasi

terhadap benda-benda angkasa, dengan alat-alat

astronomis dan metode yang sesuai, sehingga diperoleh

data yang memenuhi persyaratan benar.

Page 32: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

14

b. Astronomi Posisi atau Astronometri

Astronometri adalah cabang ilmu astronomi yang

mempelajari hubungan geometris benda-benda angkasa,

meliputi: kedudukan benda-benda angkasa, jarak benda

angkasa yang satu dengan yang lain, ukuran benda

angkasa, rotasi dan revolusinya.

c. Astrofisika

Astrofisika adalah cabang ilmu astronomi yang mempelajari

sifat-sifat fisik dan spesifik benda-benda angkasa yang

meliputi: temperatur (suhu) dan radiasi, keadaan atmosfer,

keadaan permukaan benda angkasa, keadaan lapisan, dan

gejala-gejala lain yang disebabkan oleh sifat fisik tersebut.

d. Kosmogoni

Kosmogoni adalah cabang ilmu astronomi yang mempelajari

asal usul dan cara terjadinya benda-benda angkasa seperti

bintang, matahari, dan planet-planet (termasuk bumi).

e. Astronomi Deskriptif

Astronomi Deskriptif adalah cabang ilmu astronomi yang

menjalaskan secara teratur atau sistematis tentang fakta-

fakta / gejala-gejala astronomis dan bagaimana terjadinya

gejala-gejala tersebut serta sebab lainnya.

B. Tinjauan Umum Planetarium

1. Pengertian planetarium

Planetarium is a room with a projection device which

accurately portrays the stars and planets at any time in the past,

present or future from any point on the Earth or the near region

of space.

Planetarium adalah sebuah ruang dengan sebuah alat

proyeksi yang secara akurat menggambarkan bintang-bintang

dan planet-planet di setiap waktu baik masa lalu, masa sekarang

Page 33: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

15

maupun masa yang akan datang dari bagian bumi atau angkasa

manapun.

(McGraw-Hill Encyclopedia of Science and Technology, New York, 1971)

Planetarium is specially designed, domed-shaped building,

equipped with an optical-mechanical device to simulate a display

of heavens for educational purposes.

Planetarium merupakan tempat yang dirancang khusus,

berkubah dan dilengkapi dengan peralatan optikal-mekanik

untuk memperagakan suatu pertunjukkan tentang luar angkasa

untuk tujuan pendidikan.

(The New Oxford Illustrated Dictionary, England, 1976)

Planetarium adalah bangunan yang dilengkapi dengan alat-

alat untuk memperagakan posisi dan gerak benda langit. Letak

dan gerak berbagai benda langit seperti bintang, planet, bulan

dan matahari diproyeksikan ke atap berbentuk kubah oleh suatu

proyektor khusus. Penonton yang duduk di bawahnya merasa

seolah-olah berada di tempat terbuka dan melihat langit malam

yang bertaburan bintang. Pertunjukkan di suatu planetarium

disertai ceramah astronomi disertai peragaannya.

(Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jakarta, 1990)

2. Sejarah dan perkembangan planetarium

Planetarium mulanya adalah alat peraga mekanik untuk

memperlihatkan pergerakan benda - benda langit seperti

bintang, planet, Bulan, dan matahari. Hingga abad ke-19,

planetarium berarti alat peraga mekanik yang disebut o rrery.

Proyektor planetarium yang pertama dibuat pada tahun 1919

berdasarkan ide Walther Bauersfeld dari Carl Zeiss. Pada bulan

Agustus 1923, proyektor pertama yang diberi nama Model I

dipasang di pabrik Carl Zeiss di Jena. Bauersfeld untuk pertama

kali mengadakan pertunjukan di depan publik dengan proyektor

tersebut di Deutsches Museum, München, 21 Oktober 1923.

Deutsches Museum menjadi planetarium pertama di dunia

setelah proyektor dipasang secara permanen pada bulan Mei

Page 34: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

16

1925. Di awal Perang Dunia II, proyektor dibongkar dan

disembunyikan. Setelah Deutsches Museum yang hancur akibat

Perang Dunia II dibangun kembali, proyektor Model I kembali

dipasang pada 7 Mei 1951.

Sejarah dibuatnya sebuah Planetarium dimulai sejak abat ke

17, yakni seorang bangsawan bernama Frederick III of Holstein

Gottorp memesan sebuah Globe Khusus kepada Adam Olearius

dan disempurnakan oleh Andreas Bösch. Kurang lebih 10 tahun

pembuatan, yakni dari tahun 1654 sampai 1664 pembuata globe

pesanan itu dibuat, hingga rampung dan diberi nama dengan

sebutan Globe of Gottorf. Globe ini merupakan cikal bakal

Planetarium pertama didunia, dimana bagian utama dari Globe

atau Planetarium ini adalah bulatan cengkung terbuat dari

tembaga dengan diameter sekitar 3,1 Meter yang ditaruh diatas.

Ilustrasi mengenai rasi bintang terlukis di permukaan bulatan

tersebut. Untuk bintangnya, digunakan bulatan kecil dan

tembaga yang dilapisi emas. Cahaya dari lampu minyak yang

ditaruh di tengah akan membuat bintang bintang bersinar.

Gambar 2.1 Globe of Gottorf

Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Globe_of_Gottorf

Kabarnya Planetarium pertama ini sekarang berada di

Museum Kunstkammer St.Petersburg Rusia, akan tetapi yang

dipamerkan ini merupakan Replika dari Globe of Gottorf yang

asli, hal ini disebabkan planetarium tersebut hangus terbakar

Page 35: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

17

pada tahun 1717 dikarenakan perang Great Northern. Lalu Ratu

Elizabeth dari Rusia membuat replikanya, sempat replika Globe

of Gottorf tersebut di sita oleh Jerman dan disimpan di Dutch

Admiralty hingga berakhirnya perang Dunia II, yakni pada tahun

1947 planetarium tersebut di kembalikan ke Rusia.

Sedangkan di abat ke 18, yakni di tahun 1744, telah dibuat

Planetarium Mekanika bernama Eise Eisinga’s Planetarium di

kota Franeker Friesland Belanda oleh seorang Astronom Amatir

asal Belanda bernama Eise Jeltes Eisinga. Planetarium yang

sering disebut dengan sebutan “orrey” ini dibangun dari tahun

1774 sampai tahun 1781 dan mendapatkan pengakuan dan

pujian dari Raja William I dan Pangeran Frederik dari kerajaan

Belanda, hingga akhirnya pada tahun 1818 Planetarium atau

orrey tersebut diserahkan ke kerajaan Belanda.

Sementara di abat ke 19, yakni ditahun 1912, seorang

Geografiwan bernama Wallace Walter Atwood membuat Globe

dengan memlubangi Globe-nya dengan 692 lubang, hal ini

beliau lakukan untuk membuat simulasi bintang-bintang

berdasarkan magnitudo kecil sedangkan untuk mensimulasikan

matahari didalam globe ini dipasang sebuah bola lampu

bergerak. Globe ini diberinama dengan sebutan “Atwood Globe”.

Sekarang ini dipamerkan di Planetarium Chicago, USA.

Dari ketiga Globe diatas merupakan cikal bakal sebuah

Planetarium sebagai alat peraga mekanik untuk memperlihatkan

pergerakan benda-benda langit seperti bintang, planet, Bulan,

dan matahari. Hingga pada awal abat ke 20, Planetarium mulai

berintergrasi dari jenis Mekanik menjadi Jenis Modern yakni

dengan menggunakan teknologi.

3. Fungsi Planetarium

Fungsi planetarium akan menjelaskan beberapa fungsi dari

Planetarium, dengan mengetahui beberapa fungsi-fungsi

Page 36: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

18

planetarium sehingga dapat menyimpulkan fungsi dari

planetarium yaitu:

a. Berdasarkan peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus

Ibukota Jakarta nomor 43 tahun 2010 tentang pembentukan

organisasi dan tata kerja Planetarium, dalam melaksanakan

penyebarluasan ilmu pengetahuan astronomi dan

keantariksaan, planetarium memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Penyelenggaraan pertunjukkan teater bintang atau

simulasi menampakkan benda-benda dan peristiwa

langit dengan menggunakan peralatan planetarium.

2. Pelaksanaan pameran gambar dan model tentang bumi,

benda-benda langit, wahana antariksa dan peralatan

astronomi.

3. Pelaksanaan perekaman dan pendokumentasian

berbagai peristiwa astronomi.

4. Penyelenggaraan penyuluhan dan bimbingan mengenai

ilmu pengetahuan bumi dan antariksa kepada guru dan

peserta didik dalam proses belajar mengajar.

b. Fungsi planetarium menurut Othman (1991) yaitu sebagai

berikut:

1. Planetarium berfungsi sebagai penghubung antara ilmu

pengetahuan dan manusia.

2. Planetarium berfungsi sebagai pusat informasi yakni

semua orang dapat menyalurkan pertanyaan mengenai

astronomi sehingga dapat menjaga hubungan dengan

komunitas astronomi internasional.

3. Planetarium berfungsi sebagai tempat untuk melakukan

kegiatan astronomi yakni dapat menyatukan astronomi

amatir, para pelajar dan para professional. Kegiatan

astronomi meliputi kursus, pameran, dan program

rencana peneropongan.

Page 37: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

19

c. Fungsi planetarium menurut Budiarto (2008) yaitu sebagai

berikut:

1. Planetarium sebagai media informasi secara langsung

yang tidak didapat pada kebayakan perpustakaan

lainnya. Penonton bisa mengamati secara langsung

astronomi di luar angkasa dan bisa menyaksikan sebuah

film mengenai sistem tata surya ini. Planetarium akan

menjadikan sebuah alternatif bagi kebutuhan ilmu

pengetahuan alam semesta.

2. Planetarium sebagai media aktualisasi dan interaksi,

Planetarium sendiri merupakan sejenis wadah kegiatan

mengenai astronomi dan beraktualisasi soal kebenaran

alam semesta. Jadi bukan semata berorientasi komersil

seperti layaknya pusat penelitian astronomi seperti

NASA, universitas-universitas yang mempelajari tentang

astronomi, International Astronomical Union (IAU) dan

sebagainya. Wadah sejenis planetarium selain

memberikan informasi yang dibutuhkan masyarakat juga

dapat difungsikan sebagai pusat komunitas bagi orang-

orang yang menyukai astronomi/luar angkasa.

3. Planetarium sebagai pustaka atau bahan amatan Media

pustaka tidak hanya berupa buku, ada juga yang berupa

benda-benda yang dapat menambah pengetahuan dan

media pustaka elektronik lainnya misalnya kaset, pita

film, CD, DVD dan alat pembantu lainnya. Planetarium

adalah tempat untuk membaca, mengamati, meneliti,

memahami media pustaka. Planetarium juga

menyediakan ruang pengamatan luar angkasa secara

langsung dan tempat untuk melihat serta memahami

media pustaka elektronik yaitu dengan disediakannya

ruang audio visual atau bisokop mini.

Page 38: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

20

d. Kesimpulan

Jadi dapat disimpulkan fungsi dari planetarium yaitu:

1. Sebagai tempat informasi dalam bidang Ilmu Astronomi.

2. Sebagai gedung pertunjukan terater bintang dan

simulasi penampakan benda-benda dan peristiwa langit

dengan menggunakan proyektor khusus pada ruang

Planetairum.

3. Sebagai tempat pendokumentasian berbagai peristiwa

astronomi dari waktu ke waktu.

4. Sebagai wadah kegiatan dalam bidang ilmu astronomi

seperti kegiatan peneropongan bintang-bintang.

Planetarium berbeda dari observatorium. Observatorium

merupakan tempat meneliti dan mengamati benda-benda

langit. Kubah planetarium tidak bisa dibuka untuk

meneropong bintang.

4. Kegiatan planetrium

a. Kegiatan pertunjukan

1. Kegiatan pertunjukan

Kegiatan pertunjukan merupakan kegiatan utama

dari sebuah planetarium. Planetarium juga biasa disebut

gedung teater untuk memperagakan simulasi susunan

bintang dan benda-benda langit.

Gambar 2.2 Kegiatan pertunjukan di dalam planetarium

Sumber: https://dschondog.files.wordpress.com/2012/06/projection.jpg

Page 39: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

21

Kolaborasi visualisasi, narasi, serta musik untuk

mengantar para pengunjung untuk mempelajari

mengenai pengetahuan astronomi sekaligus menjadi

sarana hiburan merupakan konsep kerja utama dari

pertunjukan planetarium. Simulasi kegiatan pertunjukan

dalam planetarium juga membantu para pelajar untuk

mengerti tentang pengetahuan bumi, antariksa, fisika,

meteorologi, dan geografi yang merupakan salah satu

komponen ilmu pengetahuan alam dengan metode

pembelajaran yang berbeda dari yang mereka dapatkan

di sekolah. Dengan konsep simulasi tersebut diharapkan

maksud dan tujuan pelajaran itu dapat diterima anak

didik seoptimal mungkin. Kegiatan pertunjukan

planetarium juga cocok digunakan sebagai rangkain tour

pendidikan baik itu rombongan pelajar, atau rangkaian

tour wisata. Masyarakat yang memiliki minat tinggi pada

pengetahuan astronomi diharapkan untuk dapat

memuaskan rasa keingintahuan mereka dengan adanya

planetarium.

Adapun jenis pertunjukan teater bintang yaitu

dengan menggunakan proyektor digital dengan

mengkolaborasikan visual serta narasi dan diiringi musik

(audio). Setiap kajian mengenai pengetahuan astronomi

yang ditampilkan dibuat dalam bentuk film yang

terangkum dalam beberapa judul film. Setiap pemutaran

satu film berlangsung selama satu jam.

Untuk planetarium dan observatorium Jakarta

sendiri menyajikan 9 film yang diputar secara

bergantian, berikut adalah judul film yang ditampilkan:

Page 40: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

22

Tata Surya

Berisi pengenalan tentang tata surya dan

perkembangan pemahaman manusia tentang alam

semesta.

Penjelajah Kecil di Tata Surya

Membahas komet, asteroid, materi antara planet

dan benda-benda lain yang sering disebut sebagai

penjelajah kecil di tata surya.

Pembentukan Tata Surya

Membahas tentang berbagai teori percobaan yang

dilakukan untuk menyikap tabir pembentukan tata

surya.

Planet Biru Bumi

Membahas tentang bumi dan asal usulnya.

Dari Ekuator Sampai ke Kutub

Berisi tentang penampakan dan gerak harian benda

langit yang terlihat di bumi.

Gerhana Matahari dan Gerhana Bulan

Membahas tentang peristiwa gerhana, termasuk

mitos-mitos yang menyertainya.

Galaksi Kita Bima Sakti

Membahas tentang galaksi bima sakti.

Riwayat hidup Bintang

Membahas tentang proses kelahiran,

perkembangan, dan kematian sebuah bintang.

Bintang Ganda dan Bintang Variabel

Membahas tentang sistem bintang.

2. Kegiatan pameran

Koleksi benda yang disajikan dalam ruang pameran

planetarium ini berupa foto-foto dan model miniatur

benda-benda lagit yang dapat menjelaskan berupa

bentuk dan dimensi benda sesungguhnya. Dengan

Page 41: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

23

menambahkan informasi mengenai benda-benda

antariksa ini diharapakan para pengunjung dapat

menambah wawasan tentang dunia astronomi.

Gambar 2.3 Ruang pameran planetarium dan observatorium jakarta

Sumber: Sumber: www.planetarium.jakarta.go.ig

3. Kegiatan edukasi

Kegiatan ini bertujuan untuk menambah wawasan

pengujung salah satunya mengadakan seminar

astronomi secara berkala. Masyarakat yang memiliki

minat pada astronomi, dapat menyaksikan ceramah

serta berdiskusi mengenai hal-hal yang berkaitan

dengan ilmu dan teknologi dunia antariksa dengan

beberapa perkumpulan atau klub astronomi yang ada.

Gambar 2.4 Kegiatan seminar astronomi di planetarium dan observatorium jakarta

Sumber: Sumber: www.planetarium.jakarta.go.ig

Page 42: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

24

b. Kegiatan penunjang

Disamping kegiatan utama, dalam planetarium juga terdapat

kegiatan penunjang, berupa:

1. Kegiatan observasi dan peneropongan

Kegiatan observasi dan peneropongan yaitu tempat

benda langit, dimaksudkan agar dapat melaksanakan

kegiatan peneropongan sebagai bagian dari pekerjaan

astronom profesional dan juga memberikan kesempatan

kepada pengunjung untuk mengamati benda langit

melalui teropong bintang. Kegiatan peneropongan ini

bertujuan untuk perkembangan nalar manusia untuk

melihat bentuk yang lebih jelas mengenai benda-benda

angkasa yang selama ini terlihat kecil atau tidak terlihat

dengan mata manusia.

Gambar 2.5 Kegiatan peneropongan untuk umum

Sumber: http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012

-1-00030-ds%202.pdf

Page 43: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

25

Gambar 2.6 Suasana fasilitas observatorium

Sumber:http://jakarta.panduanwisata.id/files/2014/11/planetariu m-

1.jpg

2. Kegiatan membaca

Kegiatan ini bertujuan untuk menambah wawasan

pengunjung selain mengadakan seminar astronomi

secara berkala. Masyarakat yang memiliki minat pada

astronomi, dapat menambah pengetahuan mereka

dengan membaca buku, sehingga mengharuskan

planetarium memiliki perpustakaan yang menyediakan

buku-buku mengenai dunia astronomi.

Gambar 2.7 Suasana perpustakaan di planetarium dan observatorium Jakarta

Sumber: www.planetarium.jakarta.go.ig

3. Kegiatan komersil

Kegiatan komrsil di dalam planetarium salah satunya

adalah kegiatan bebelanja, makan minum disela waktu

menunggu pertunjukan. Fasilitasnya berupa tempat

berbelanja sovenir, restoran/kafetaria, arena bermain,

Page 44: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

26

dan ruang serbaguna. Berbagai macam kegiatan

komersil ini merupakan daya tarik lain untuk planetarium.

Gambar 2.8Toko Cinderamata di planetarium dan observatorium Jakarta

Sumber: http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012 -1-00030-ds%202.pdf

5. Komponen utama sebuah planetarium

a. Jenis dan ukuran planetarium

1. Ditinjau dari fungsi pelayanannya planetarium dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu:

Planetarium umum

Pelayanannya terbuka bagi masyarakat umum.

Tujuannya untuk mendidik dan menghibur, dengan

program acara pertunjukan lebih menarik serta

fasilitas penunjangnya lebih menarik. Planetarium ini

dibedakan menjadi dua, yaitu :

Planetarium formal, memiliki pengelolaan

tersendiri walaupun bergabung dengan fasilitas

lain tapi hubungannya saling menunjang.

Contohnya Alder Planetarium di USA dan

Planetarium Jakarta.

Planetarium pelengkap, merupakan bagian dari

Science Centre atau museum yang berfungsi

untuk mengarahkan pengunjung. Contohnya

Planetarium Angkatan Laut Surabaya.

Planetarium khusus

Digunakan hanya untuk tujuan edukasi maupun

penelitian, seperti pada sekolah-sekolah umum,

Page 45: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

27

sekolah latihan militer, dan universitas. Contohnya

observatorium di lembang (jawa Barat) yang dikelola

oleh jurusan astronomi Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung.

2. Ditinjau dari ukuran planetarium dapat dibedakan

menjadi tiga, yaitu:

Planetarium ukuran kecil

Planetarium ukuran kecil mempunyai ukuran kubah

dengan diameter antara 5 m – 12 m. Dengan

perkiraan jumlah penonton sekitar 30 – 100 orang.

Planetarium ukuran sedang

Planetarium ukuran sedang mempunyai ukuran

kubah dengan diameter antara 12 m – 18 m. Dengan

perkiraan jumlah penonton sekitar 100 – 200 orang.

Planetarium ukuran besar

Planetarium ukuran besar mempunyai ukuran kubah

dengan diameter lebih dari 18 m. Dengan perkiraan

jumlah penonton sekitar 200 – 1000 orang.

(Sumber www.zeiss.de/planetarium)

b. Kubah/dome planetarium

Kubah difungsikan sebagai layar berbentuk setengah

lingkaran yang dipantulkan oleh proyektor. Kubah pada

planetarium umumnya di bangun dengan material lapisan

dari rib-rib baja melengkung sebagai rangka serta terdapat

lapisan panel aluminium yang disambung pada rangka .

Dengan adanya karpet dan dinding kain dapat meredam

suara yang tidak diinginkan (Wilson, 1994).

Page 46: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

28

Gambar 2.9 Kubah Planetarium

Sumber: http://aerospace.wcc.hawaii.edu/images/largedome.jp

c. Proyektor

Peralatan utama pada sebuah planetarium adalah

instrument proyeksi/proyektor dan terletak ditengah-tengah

ruang pertunjukan. Peralatan ini mempengaruhi besar layar

kubah dan persyaratan ruang pertunjukan planetarium.

Fungsi dari proyektor yaitu dapat memperagakan

pergerakan benda-benda langit sesuai dengan waktu dan

lokasi.

Adapun persyaratan teknis bagi proyektor pertunjukan

planetarium antara lain:

1. Bebas debu

2. Kelembaban tidak lebih 70%

3. Suhu berkisar 15°C – 30°C, dan perawatannya

dilakukan tiap minggu.

Page 47: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

29

Gambar 2.10 Proyektor pada Planetarium

Sumber: http://langitselatan.com/wp-

content/uploads/2009/04/kpday-three-009.jpg

Proyektor planetarium memiliki desain dasar dengan 3

komponen utama menurut Sari (2010) yaitu:

1. Sistem proyeksi planet Planet-planet diproyeksikan

melalui sistem tersendiri yaitu analog mekanikal. Analog

mekanikal berupa model miniatur dari karakteristik orbit

planet-planet (satu analog untuk setiap proyektor

planet), bumi, matahari, dan posisi planet secara

mekanis ditampilkan. Operator dapat memilih baik dari

sudut pandang bumi maupun sudut pandang matahari

untuk tampilan gerakan planet-planet.

2. Lampu bintang Memproyeksikan milyaran bintang-

bintang angkasa. Lampu bintang merupakan sebuah

alat yang menghasilkan titik-titik intensitas sumber

cahaya yang kecil. Cahaya ini difokuskan melalui ribuan

lensa individual dan lubanglubang kecil yang

diproyeksikan ke kubah.

3. Penggunaan komputer Komputer digunakan untuk

menyambungkan tiga jenis gerakan sumbu yang

memungkinkan operator untuk memutar bola langit pada

titik manapun yang memungkinkan observasi langit dari

planet manapun dalam tata surya atau dari titik manapun

di antariksa. Sistem ini mendemonstrasikan sudut

Page 48: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

30

pandang normal bumi kelangit melalui konsep

Kopernikus atau Galelio dan mengatur keseluruhan

gerakan untuk dianalisa pengamat. Pertunjukan

berlangsung dengan diringi musik. Materi pertunjukan

biasa berbeda-beda tergantung pada judul pertunjukan

dan jadwal.

Adapun tiga jenis gerakan sumbu yang dimaksud di

atas sebelumnya yaitu:

a. Sumbu pertama

Merupakan sumbu vertikal yang merespon gerakan

rotasi bumi terhadap sumbunya. Menggambarkan

terbit dan tenggelamnya matahari.

b. Sumbu kedua

Berupa sumbu pada sudut 23,5° terhadap sumbu

pertama yang menggambarkan sumbu ekliptik yang

merupakan perpanjangan dari orbit bumi.

Menggambarkan matahari dan planet-planet yang

mengelilinginya yang dirotasikan untuk pergerakan

tahunan dari bumi.

c. Sumbu ketiga

Berupa sumbu horizontal yang merupakan

perpanjangan sumbu pertama. Rotasi seputar

sumbu ini menggambarkan langit malam

sebagaimana yang terlihat di belahan bumi utara

dan selatan.

Berikut ini beberapa contoh gambar proyektor utama

yang digunakan pada planetarium.

1. Skymaster Zkp 4

Proyektor ini digunakan pada planetarium yang memiliki

kubah berukuran kecil dengan diameter 6 m – 15 m.

Page 49: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

31

Gambar 2.11 Skymaster Zkp 4 planetarium projektor

Sumber: https://www.zeiss.com/planetariums/int/products/small.html

2. Starmaster Zmp – Td

Proyektor ini digunakan pada planetarium yang memiliki

kubah berukuran sedang dengan diameter 14 m – 25 m.

Gambar 2.12 Starmaster Zmp - Td planetarium projektor

Sumber: https://www.zeiss.com/planetariums/int/products/mid-size.html

3. The Universarium Models IX

Proyektor ini digunakan pada planetarium yang memiliki

kubah berukuran besar dengan diameter 25 m – 50 m.

Gambar 2.13 The Universarium Model IX planetarium projektor

Sumber: https://www.zeiss.com/planetariums/int/products/large.html

Page 50: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

32

Selain proyekter utama terdapat juga proyektor

pembantu yang letaknya dapat ditempatkan di sekitar

proyektor utama, proyektor ini terdiri dari:

1. Proyektor shooting star

2. Proyektor efek pelangi

3. Proyektor komet

4. Proyektor panorama

5. Proyektor meteor

6. Proyekyor slide

7. Proyektor efek

d. Penerangan

Walaupun dalam pemutaran pertunjukan planetarium

kondisi ruangan pertunjukan harus dalam keadaan gelap

total, tidak mengartikan bahwa ruangan tersebut tidak

memiliki sistem penerangan. Sistem penerangan pada

planetarium terdiri dari 3 bagian yaitu:

1. Penerangan untuk perawatan ruang pertunjukan.

2. Penerangan untuk penunjuk arah bagi pengunjung yang

akan mengikuti pertunjukan.

3. Penerangan untuk efek visual pertunjukan planetarium.

e. Sistem suara

Sistem suara pada konsep pertunjukan planetarium

merupakan komponen vital. Penggunaan sistem suara

berfungsi sebagai narasi, musik yang dikolaborasikan

dengan sistem penerangan. Sistem suara dikeluarkan oleh

speaker yang dipasang dibagian sudut batas antara atap

kubah serta dinding dan dikendalikan oleh komputer diruang

kendali pertunjukan. Sistem tata suara terbagi menjadi:

1. Reproduksi suara (reproduction mixing).

2. Transisi suara atau pengeras suara (voice

transmission/microphone).

3. Penghasil suara (sound production).

Page 51: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

33

4. Musik selingan (intermission music).

5. Suara terjemahan (simultaneous interpretation)

pemutaran rekaman dari bahasa asing.

(sumber : www.zeiss.de/planetarium)

f. Tempat duduk planetarium

Para pengunjung yang menonton pertunjukan atau

menyaksikan pemutaran film tentang fenomena antariksa

akan merasakan hal yang berbeda dengan pertunjukan yang

biasa mereka saksikan di bioskop maupun teater. Dengan

mempertimbangkan faktor keamanan dan kenyamanan

maka tempat duduk dapat diputar secara vertikal sesuai

keinginan, seperti tempat duduk bagian depan dapat diputar

sampai 45°, tempat duduk bagian tengah dapat diputar

sampai 30°, dan tempat duduk bagian belakang dapat

diputar sampai 20°.

Gambar 2.14 Tempat duduk pada planetarium

Sumber:

http://labelme.csail.mit.edu/Images/users/antonio/static_sun_database/p/pl

anetarium/indoor/sun_blethjainwelklrb.jpg

Adapun pengaturan tempat duduk pada planetarium

terbagi dua, yaitu:

1. Tempat duduk dengan kubah datar (horizontal dome)

Tempat duduk pada kubah datar adalah tempat duduk

yang diatur pada lantai yang datar, sehingga kubah dari

Page 52: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

34

teater ini disebut kubah datar kurang lebih akan terlihat

seperti ½ lingkaran.

2. Tempat duduk dengan kubah miring (tilted dome)

Tempat duduk pada kubah miring adalah tempat duduk

yang diatur pada lantai yang tidak datar. Pandangan

para penonton yang selalu menghadap ke atas

walaupun sandaran tempat tempat duduk yang tinggi

tidak akan terasa nyaman dalam waktu yang lama,

karena itu jenis tempat duduk ini akan sangat baik

karena sama dengan posisi duduk amphitheatre seating.

Hanya terdapat satu jenis pengaturan dari tilted dome,

yaitu amphitheatre seating, dimana tempat duduk jenis

ini memiliki susunan tempat duduk yang dimiringkan

searah dengan proyeksi. Bentuk kubah yang sering

digunakan untuk auditorium yang besar berbagai

program multimedia adalah kubah dengan kemiringan

antara 10° sampai 30°.

6. Struktur kelembagaan/struktur organisasi

Pengelolaan Planetarium ditangani sebagian besar oleh

pihak pemerintah agar harga yang ditawarkan dapat dijangkau

oleh para pengunjung. Melalui pengelolaan oleh pemerintah

selain dari segi harga, bangunan ini dapat menjadi aset bagi

pemerintah yang dapat menambah pendapatan daerah.

Planetarium berada dalam pengawasan Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan (DEPDIKBUD) khususnya Dinas

Pendidikan Menengah dan Tinggi yang bekerja sama dengan

LIPI.

Page 53: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

35

.

Skema 2.1 Kelembagaan Planetarium

Sumber: www.planetarium.jakarta.go.id

7. Pengelolaan sebuah planetarium

Badan pengelolaan planetarium yang ada di Indonesia

pada saat ini mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas-

tugasnya pada instansi pemerintah yang terkait. Misalnya

planetarium Jakarata mempertanggungjawabkan pelaksanaan

tugas-tugasnya kepada Gubernur DKI Jakarta. Perubahan

status ini tertuang pada Keputusan Gubernur DKI Jakarta

Nomor 2209/1984.

Pada tahun 2002, badan pengelolaan ini mengalami

perubahan status dari organisasi non struktural menjadi

organisasi struktural berupa Unit Pelayanan Teknis di bawah

Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi Provinsi DKI Jakarta.

Perubahan status ini tertuang di dalam Keputusan Gubernur

Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 118 Tahun

2002, tanggal 28 Agustus 2002 tentang pembentukan

Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan

Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi Propinsi Daerah Khusus

Ibukota Jakarta.

Page 54: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

36

8. Pelaku kegiatan

Pelaku kegiatan dalam planetarium diperuntukkan untuk

kalangan pelajar sekolah, mahasiswa, dan juga masyarakat

umum. Acara-acara untuk murid sekolah dipersiapkan oleh staf

planetarium dengan isi meliputi masalah-masalah pokok

pelajaran Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa dan

disesuaikan dengan kurikulum sekolah mereka. Bahan-bahan

pokok untuk tingkat Sekolah Dasar dan untuk Sekolah Lanjutan

hampir sama meliputi: pengenalan benda-benda langit malam,

gerak harian benda langit, perubahan fase bulan, gerhana

matahari dan gerhana bulan, gerak matahari dan semua planet-

planet, dan sebagainya. Perbedaan antara acara-acara yang

diberikan kepada tingkatan sekolah adalah seluk-beluk

keterangan ilmiah tentang pokok bahasan itu.

Para mahasiswa dari berbagai jurusan serta masyarakat

umum juga menggunakan planetarium sebagai tempat untuk

mengenal astronomi sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan,

untuk memperluas pengetahuan astronomi, untuk mempelajari

metode belajar bagi calon guru dan untuk kepentingan studi

keteknikan.

C. Studi Literatur

1. Planetarium Jakarta

Planetarium Jakarta dibangun oleh Pemerintah Indonesia

mulai tahun 1964 atas gagasan Presiden Soekarno. Pada waktu

itu Presiden sangat mengharapkan rakyat Jakarta pada

khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya sedikit demi

sedikit akan meningkat pengetahuannya mengenai benda-

benda langit, gerhana, tata surya, galaksi dan sebagainya.

Dalam tahun 1968 gedung planetarium dan pemasangan

peralatan didalamnya berhasil diselesaikan dan pada tanggal 10

Nopember 1968 tahun itu pula gedung Planetarium diresmikan

Page 55: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

37

oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin bersamaan dengan

diresmikannya PKJ-Taman Ismail Marzuki. Kemudian pada

tanggal 1 Maret tahun berikutnya Planetarium resmi dibuka

untuk umum dan sejak itu masyarakat ibukota merasa memiliki

satu-satunya sarana penambah pengetahuan dan relaksasi

yang khas itu.

Planetarium Jakarta merupakan sarana wisata pendidikan

yang dapat menyajikan pertunjukan / peragaan simulasi

perbintangan atau benda-benda langit. Pengunjung diajak

mengembara di jagat raya untuk memahami konsepsi tentang

alam semesta melalui acara demi acara. Planetarium Jakarta

dibuka sebagai wujud kepedulian dan partisipasi kepada

masyarakat terutama pelajar / mahasiswa dalam bidang

pendidikan, khususnya membantu meningkatkan Ilmu

Pengetahuan Bumi dan Antariksa di luar kurikulum sekolah

(extra curiculair).

Gambar 2.15 Planetarium dan Observatorium Jakarta

Sumber: www.planetarium.jakarta.go.ig

Kedepan, Planetarium Jakarta selalu berupaya

meningkatkan penataan untuk mewujudkan impian konsep

edutainment, yaitu mengemban misi dan visi Planetarium &

Observatorium sebagai tempat wisata pendidikan yang

mengemban fungsi pendidikan / edukasi sekaligus hiburan agar

semakin diminati masyarakat, khususnya para pelajar.

Page 56: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

38

Planetarium & Observatorium Dinas Pendidikan Menengah dan

Tinggi Provinsi DKI Jakarta merupakan sarana wisata

pendidikan yang dapat menambah wawasan yang sangat luas

kepada pengunjung khususnya bidang ilmu pengetahuan

astronomi, karena pertunjukan Planetarium yang sering disebut

Teater Bintang menyajikan berbagai macam peristiwa alam jagat

raya. Di dalam Teater Bintang ini pengunjung diajak

mengembara ke berbagai planet yang sangat luas dan

menakjubkan, sehingga pengunjung dapat memahami konsepsi

tentang alam semesta dan sekaligus memahami akan

kebesaran Maha Pencipta.

a. Lokasi

Gambar 2.16 lokasi Planetarium & Observatorium Jakarta

Sumber: http://planetariumjkt.com/index.php/profile/peta-lokasi.html

Planetarium Jakarta berlokasi di daerah pusat kota yaitu

dekat dengan Taman Ismail Marzuki (TIM) yang merupakan

pusat kesenian, Jln. Cikini Raya, no. 73 Jakarta Pusat,

daerah khusus Ibukota Jakarta.

b. Tujuan

Tujuan planetarium dan observatorium jakarta, yaitu:

1. Sebagai sarana pendidikan dan wisata ilmiah.

Page 57: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

39

2. Memberi gambaran kepada masyarakat umum/

pengunjung dan para pelajar hal-hal yang ada di luar

angkasa seluas-luasnya.

3. Sebagai proses pembelajaran tambahan dalam mata

pelajaran yang ada di sekolah yang merupakan bagian

terpadu proses pendidikan / pembelajaran untuk

menarik minat pelajar dan masyarakat umum mendalami

bidang sains dan teknologi keastronomian.

4. Sekolah dan Masyarakat umum dapat lebih terinovasi

dalam IPTEK ke Astronomian sekaligus membangunan

pandangan terhadap jagad raya secara menyeluruh.

c. Fungsi

Fungsi planetarium dan observatorium jakarta, yaitu

Berdasarkan peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus

Ibukota Jakarta nomor 43 tahun 2010 tentang pembentukan

organisasi dan tata kerja Planetarium, dalam melaksanakan

penyebarluasan imlu pengetahuan astronomi dan

keantariksaan, planetarium memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Penyelenggaraan pertunjukkan teater bintang atau

simulasi menampakkan benda-benda dan peristiwa

langit dengan menggunakan peralatan planetarium.

2. Pelaksanaan pameran gambar daan model tentang

bumi, benda-benda langit, wahana antariksa dan

peralatan astronomi.

3. Pelaksanaan perekaman dan pendokumentasian

berbagai peristiwa astronomi.

4. Penyelenggaraan penyuluhan dan bimbingan mengenai

ilmu pengetahuan bumi dan antariksa kepada guru dan

peserta didik dalam proses belajar mengajar.

d. Fasilitas

Fasilitas-fasilitas yang ada pada planetarium dan

observatorium jakarta, yaitu:

Page 58: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

40

1. Ruang pertunjukan citra ganda

Salah satu pertunjukan audiovisual yang sangat

menarik dengan menggunakan media slide dipadu

dengan media lainnya seperti audiotape. Citra atau

gambar diproyeksikan pada layar datar, seperti layar

bioskop pada umumnya. Gambar itu berasal dari media

slide, pita audio.

Pertunjukan citraganda pada mulanya masih

menyuguhkan pengetahuan astronomi dan selanjutnya

akan diperluas pada pengetahuan lainnya. Dengan

media seperti ini sesungguhnya suatu pengetahuan

dapat disuguhkan dengan cara menarik dan padat,

sehingga manfaatnya sangat baik untuk membantu

proses belajar-mengajar. Ini berarti suatu bentuk lain

dari media edutainment yang dapat kita ciptakan.

Gambar 2.17 Suasana Ruang Pertunjukkan Citra Ganda

Sumber: www.planetarium.jakarta.go.ig

Berkapasitas 150 orang.

Waktu/durasi pertunjukan ± 40 menit.

Memiliki fasilitas berupa tempat duduk dengan

media slide.

2. Ruang pertunjukan planetarium/teater bintang

Planetarium Jakarta mengadakan acara-acara

pertunjukan untuk rombongan murid sekolah dan juga

untuk masyarakat umum. Acara-acara untuk murid

Page 59: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

41

sekolah dipersiapkan oleh staf planetarium dengan isi

meliputi masalah-masalah pokok pelajaran Ilmu

Pengetahuan Bumi dan Antariksa dan disesuaikan

dengan kurikulum sekolah mereka. Astronomi, fisika,

meteorologi dan geografi adalah pokok-pokok pelajaran

yang harus diberikan kepada murid sekolah untuk

memahami Bumi dan ruang jagat raya. Planetarium

memiliki peranan yang sangat penting dalam

pencapaian pemahaman ini, karena mempunyai

kemampuan memvisualisasikan kejadian-kejadian di

langit, yang tidak mungkin dikerjakan oleh guru di ruang

kelas.

Gambar 2.18 Suasana ruang planetarium

Sumber: www.planetarium.jakarta.go.ig

Gambar 2.19 Suasana area kontrol ruang planetarium

Sumber: www.planetarium.jakarta.go.ig

Berkapasitas 330 orang.

Waktu/durasi pertunjukan ± 60 menit.

Memiliki diameter kubah 22 m.

Page 60: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

42

Memiliki luas ruangan ± 415,3 m².

Materi yang dibahas yaitu Tata surya, Penjelajah

kecil di tata surya, Pembentukan tata surya, Planet

biru bumi,Dari ekuator sampai ke kutub, Gerhana

matahari dan gerhana bulan, Galaksi kita bima sakti,

Riwayat hidup bintang, dan Bintang ganda dan

bintang variable.

Jenis proyektor yang digunakan yaitu Pronyektor

Carl Zeiss yang dapat berputar 360.

Memiliki fasilitas berupa tempat duduk, ruang

kontrol, ruang elektrikal dan pumbling.

Pola sirkulasi penonton yaitu Linier

Material yang digunakan untuk material pelapis

dinding dan plafon semuanya menggunakan karpet.

Karena fungsi material karpet yaitu dapat meredam

suara yang lebih optimal. Makin tebal dan berat

karpet makin besar pula daya serap dan

kemampuannya dalam meminimalisir kebisingan.

3. Ruang pameran/Exhibition Hall

Dalam ruangan ini disajikan materi dalam ujud

lukisan, photo, miniatur benda langit, wahana antariksa,

dsb. Gambar dan model miniatur adalah alat yang

dapat digunakan untuk memperluas wawasan

pengetahuan mengenai benda-benda langit. Jarak

pemisah yang amat jauh dan pengaruh angkasa dan

keterbatasan mata membuat kita tak tahu banyak

tentang sifat-sifat benda langit yang sebenarnya. Oleh

karena itu gambar-gambar yang dipotret atau dideteksi

oleh peralatan astronomi, baik yang dilakukan di Bumi

maupun yang berada diangkasa dan ruang angkasa,

besar manfaatnya untuk kita ketahui ciri-ciri yang

tampak didalamnya. Model miniatur dapat membantu

Page 61: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

43

menjelaskan rupa, bentuk dan dimensi benda-benda

yang ditirukan.

Gambar 2.20 Suasana ruang pameran

Sumber: www.planetarium.jakarta.go.ig

Memiliki fasilitas berupa gambar-gambar astronomi,

model miniatur wahana antariksa dan replica benda-

benda langit, serta diorama yang menampilkan film-

film astronomi dan dapat memberikan wawasan ilmu

pengetahuan mengenai benda-benda langit.

Terletak di lantai I di bawah Ruang planetarium.

Memiliki luasan ruangan 729 m².

4. Perpustakaan

Perpustakaan terbuka untuk umum pada jam kerja

kantor, untuk memberikan kesempatan kepada

pengunjung yang ingin memperluas pengetahuan

tentang astronomi.

Gambar 2.21 Suasana ruang perpustakaan

Sumber: www.planetarium.jakarta.go.ig

Page 62: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

44

Memiliki jumlah buku sebanyak 4000 buku.

Terletak lantai 2.

Memiliki luas ruangan 184 m².

5. Ruang tunggu

Area tunggu pengunjung ini terbagi dua yaitu area

tunggu dan area antrian menuju ruang planetarium.

Gambar 2.22 Suasana area tunggu

Sumber: www.planetarium.jakarta.go.ig

Gambar 2.23 Suasana area antrean menuju ruang planetarium

Sumber: www.planetarium.jakarta.go.ig

Terletak di lantai 1 & 2.

Memiliki luas ruangan 150 m².

Memiliki fasilitas berupa tempat duduk serta area

atrian menuju ruang Planetarium.

Page 63: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

45

6. Toko Cinderamata

Gambar 2.24 Toko Cinderamata

Sumber: http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012 -1-00030-

ds%202.pdf

Terletak di lantai 1.

Memiliki luas ruangan 50 m².

Memiliki fasilitas berupa cinderamata bertemakan

hal-hal yang ada di luar angkasa.

7. Observatorium

Planetarium Jakarta dilengkapi dengan

observatorium, tempat peneropongan benda langit,

dimaksudkan agar dapat melakukan kegiatan observasi

sebagai bagian dari pekerjaan astronom profesional dan

juga membarikan kesempatan kepada pengunjung

untuk mengamati benda langit melalui teropong bintang.

Hasil observasi dapat memberikan informasi yang masih

hangat tentang benda atau fenomena langit yang masih

bisa diamati di Jakarta. Observatorium memiki 3

teropong bintang yang digunakan untuk obsevasi visual

dan fotografi matahari, bulan, planet, komet, gugus

bintang, dan lain-lain. Sebuah teropong bintang yang

dapat dibawa berpidah-pindah digunakan untuk

mengamati gerhana matahari, gerhana bulan, dan

komet.

Kegiatan peneropongan ini diadakan pada bulan-

bulan tertentu di malam hari dan tidak dikenakan biaya.

Page 64: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

46

Tidak menutup kemungkinan mengadakan kegiatan ini

di luar jadwal yang sudah ada, karena adanya peristiwa

astronomis yang menarik seperti gerhana bulan dan

lainnya.

Gambar 2.25 Suasana Peneropongan umum

Sumber: http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012 -1-00030-ds%202.pdf

Gambar 2.26 Suasana fasilitas observatorium

Sumber: http://jakarta.panduanwisata.id/files/2014/11/planetariu m-1.jpg

8. Kantor pengelola

Ruangan ini digunakan untuk pengelola planetarium.

Gambar 2.27 Suasana Kantor Pengelola

Sumber: www.planetarium.jakarta.go.ig

Page 65: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

47

Terletak di lantai 1.

Memiliki fasilitas berupa ruang direktur dan wakil

direktur, ruang kerja staff, ruang rapat, ruang

map,ruang keamanan.

Memiliki jumlah pegawai sebanyak 48 orang.

Adapun jadwal pertunjukan planetarium jakarta, dapat dilihat

ditabel di bawah ini.

Tabel 2.1 Jadwal pertunjukan planetarium jakarta

Sumber: www.planetarium.jakarta.go.ig

Keterangan:

Untuk hari senin, Planetarium Jakarta ditutup untuk

pemeriksaan dan pemeliharaan alat-alat dah yang lainnya.

Ketentuan rombongan minimal 100 orang.

Untuk pendaftaran rombongan disediakan souvenir berupa

poster, peta bulan, peta bintang, buku panduan, stiker dan

lain-lain selama persediaan masih ada.

2. Eugenides Foundation/Planetarium

Eugenides Foundation merupakan organisasi nonprofit yang

berdedikasi dalam promosi edukasi sains di Yunani. Didirikan

tahun 1956 dan membangun Eugenides Planetarium tahun

1969. Setelah renovasi tahun 2002 dan perluasan serta bisa

Page 66: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

48

mengakomodasi 280 penonton di bawah kubah proyeksi digital

yang besar (diameter 20 m).

Gambar 2.28 Eksterior 3D Eugenides Foundation/Planetarium

Sumber: http://www.communicatingastronomy. org/cap2007 /images/ local. jpg

Dalam bangunan ini terdapat fasilitas seminar yang

mengakomodasi peserta CAP 2007 dalam instalasi yang efisien

dan luas. Seluruh fasilitas memiliki proyeksi dan AV modern,

infrastruktur jaringan internet wireless. Ada area resepai yang

sangat bagus dengan fasilitas skretariat (peralatan dan

telekomunikasi IT), telepon umum dan sebagainya. Berikut ini

adalah denah seluruh perencanaan ruang-ruang seminar.

a. Lokasi

Gambar 2.29 Lokasi Eugenides Foundation/Planetarium

Sumber: https://www.google.co.id/maps/place/Eugenides+Foundation

Page 67: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

49

b. Fasilitas ruang yang ada dalam planetarium ini adalah:

1. Lantai dasar

Gambar 2.30 Denah Lantai Dasar

Sumber: http://img.photobucket.com/albums /v671/MetroGardian/ktizon

/planetarium/00000073.jpg

Keterangan:

1. Exhibition Hall

2. Planetarium Lobby

3. Planetarium

4. Toilet

5. Perpustakaan

6. Main Entrance Reception Hall

7. Cafe – Restoran

8. Lobby

9. Fasilitas Produksi

10. Ruang Pameran

11. Administrasi

Page 68: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

50

2. Lantai 1

Gambar 2.31 Denah Lantai 1

Sumber: http://www.eugenfound.edu.gr/

Keterangan:

1. Exhibition Hall

2. Planetarium Lobby

3. Toilet

4. Pepustakaan

5. Big Amphitheater

6. Kantor Administrasi

7. Small Amphitheater

3. Lantai 2

Gambar 2.32 Denah Lantai Dua

Sumber: http://www.eugenfound.edu.gr/frontoffice/portal.

Page 69: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

51

Keterangan:

1. Exhibition Hall

2. Old Planetarium dome

3. BigAmphitheater

4. Toilet

5. Library – Internet

6. Ballroom

7. Administration Offices

c. Fasilitas seminar dalam Planetarium di antaranya:

1. Main Amphitheater

Gambar 2.33 Main Amphitheater

Sumber: http://www.eugenfound.edu.gr/frontoffice/portal.asp

2. Ruang kelas

Gambar 2. 34 Ruang Kelas 1

Sumber: http://www.eugenfound.edu.gr/frontoffice/portal.asp?cpage

Page 70: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

52

3. Ruang seminar 1

Gambar 2.35 Ruang Seminar 1

Sumber: http://www.eugenfound.edu.gr/frontoffice/portal.asp?cpage

4. Ruang seminar 2

Gambar 2.36 Ruang Seminar 2

Sumber: http://www.eugenfound.edu.gr/frontoffice/portal.asp?cpage

5. Lobi lantai 1 dan 2

Gambar 2.37 Lobi lantai 1 dan 2

Sumber: http://www.eugenfound.edu.gr/frontoffice/portal.asp?

Page 71: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

53

3. Adler Planetarium

Gambar 2.38 Adler planetarium

Sumber: https://3scape.com/photo/9715/Adler-Planetarium.jpg

Museum Astronomi dan Planetarium Adler dibangun di kota

Chicago dan dirancang pertama kali oleh Ernest A. Grunsfeld Jr.

dan selesai dibangun pada tahun 1931, kemudian di renovasi

kembali dengan berbagai penambahan ruang dan bentuk serta

penampilan oleh Lohan Associates.

a. Lokasi

Gambar 2.39 Lokasi Adler planetarium

Sumber: https://www.google.co.id/maps/@41.8654821,-87.6093364,16z

Page 72: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

54

b. Denah Alder planetarium

Gambar 2.40 Denah Aldar Planetarium

Sumber: http://www.adlerplanetarium.org/adler-map

Keterangan:

1. Pada level bangunan Star level:

Star Theater

Star Exhibit: Mission Moon, Community Design Lab,

Clark Family Welcome Gallery, Hidden Wonders)

2. Pada level bangunan Lower level:

Teleskop, Astronomi dalam budaya, Ruang Teater,

Ruang Luar Angkasa, Ruang visualisasi

laboratorium, Galeri Awood Sphare The Universe.

3. Pada level bangunan Mid level:

Toilet, Ruang kelas pembelajaran,Kantor pengelola

4. Pada level bangunan Upper level:

Rainbow Lobby, Sky Theater. Café Galileo, Kantor

pengelola, Our Solar System, X-Laboratorium, Toko

Aldar, Planet Ekspolers,Gemini XII.

c. Aktifitas dan kegiatan

Aktivitas dan kegiatan menjabarkan kegiatan-kegiatan yang

terdapat pada fasilitas-fasilitas di alder planetarium.

1. Berkunjung dan melihat pameran, terdapat beberapa

ruang yang dikunjungi yaitu:

Page 73: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

55

Mission moon

Gambar 2.41 Mission Moon

Sumber: http://www.adlerplanetarium.org/ex hibits/mision-moon

Tata surya kita

Gambar 2.42 Tata Surya kita

Sumber: http://www.adlerplanetarium.org/exhibits/

Astronomi dalam budaya

Gambar 2.43 Astronomi dalam Budaya

Sumber: http://www.adlerplanetarium. org/exhibits/

Page 74: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

56

Clark Family Welcome Gallery

Gambar 2.44 Clark Family Welcome Gallery

Sumber: http://www.adlerplanetarium.org/exhibits/

Atwood Celestial Sphare

Gambar 2.45 Atwood Celestial Sphare

Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Planeta rium_Adler

Hidden Wonders

Gambar 2.46 Hidden Wonders

Sumber: http://www.adlerplanetarium.org/ exhibits/

Page 75: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

57

Gemini XII

Gambar 2.47 Gemini XII

Sumber: http://www.cityprofile.com/illinois/p hotos/5222-chicago-

adler_planetarium_6.html

Ruang Visualisasi Laboratorium

Gambar 2.48 Ruang Visualisasi Laboratorium

Sumber: http://www.adlerplanetarium.org/svl/

Pameran Teleskop

Gambar 2.49 Pameran Teleskop

Sumber: http://www.adlerplanetariu m.org/exhibits

Page 76: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

58

Planet Ekspolers

Gambar 2.50 Planet Ekspolers

Sumber: http://www.adlerplanetarium. org/exhibits/

2. Belajar, terdapat beberapa ruang yang dapat digunakan

yaitu:

Community Design Lab

Gambar 2.51 Community Design Lab

Sumber: http://www.adlerplanetarium.org/exhibits/

Ruang Angkasa

Gambar 2.52 Ruang Angkasa

Sumber: http://www.adlerplanetarium.org/exhibits/

Page 77: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

59

Ruang Kelas Belajar

Gambar 2.53 Ruang Kelas Belajar

Sumber: http://www.adlerplanetarium.org/educator-resources/

3. Menonton pertunjukkan, terdapat beberapa ruang yang

dapat digunakan yaitu:

Space Theater

Gambar 2.54 Space Theater

Sumber: http://www.adlerplanetariu m.org/shows/

Sky Theater

Gambar 2.55 Sky Theater

Sumber: http://www.spitzinc.com/project adler-planetarium/

Page 78: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

60

4. Makan dan minum , terdapat beberapa ruang yang

dapat digunakan yaitu:

Café Galileo

Gambar 2.56 Café Galileo

Sumber: http://www.lobergconstruction.com/wp-

content/uploads/adler_planetarium.jp

5. Berbelanja, terdapat ruang yang dapat digunakan yaitu:

Adler Store

Gambar 2.57 Adler Store

Sumber: http://www.adlerplanetarium.org/exhibits/

d. Sistem Pengelolaan

Pengelolaan Adler Planetarium dikelola oleh pihak swata

yang dipimpin oleh Michelle B. Larson, Ph. D. Alder

Planetarium adalah organisasi amal dan anggota dari

American Association of Museum dan Chicago Museum.

Page 79: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

61

4. Resume Studi Literatur

Tabel 2.2 Resume Studi Literatur

No Nama Bangunan Fasilitas

Kapasitas dan

Diameter

Kubah Teater

Bintang

(Meter)

Kelebihan

1 Planetarium dan

Observatorium

Jakarta

Ruang

pertunjukan

citra ganda

Teater bintang

Ruang

pameran

Ruang kelas

Perpustakaan

Observatorium

Toko souvenir

/ Cinderamata

Ruang tunggu

Ruang

pengelola

Kapasitas 330

orang dan

kubah

berdiameter 22

meter

Memiliki

Observatorium

Termasuk

dalam kategori

planetarium

yang memiliki

daya tampung

penonton yang

banyak

2 Eugenides

Foundation /

Planetarium

Exhibition Hall

Planetarium/

sky theatre

Perpustakaan

Cafe /

Restoran

Ruang

administrasi

Amphitheatre

Perpustakaan

Kapasitas 280

orang dan

kubah

berdiameter 20

meter

Banyak

terdapat

fasilitas

seminar

sebagai

fasilitas

edukatif

Seluruh

fasilitas

memiliki

Page 80: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

62

Ballroom

Ruang kelas

Ruang

seminar

proyeksi dan

AV modern,

infrastruktur

jaringan

internet

wireless

3 Adler Planetarium Mission Moon

Community

Design Lab

Clark Family

Welcome

Gallery

Hidden

Wonders

Ruang

teleskop

Astronomi

dalam budaya

Ruang Teater

Ruang Luar

Angkasa

Ruang

visualisasi

laboratorium

Galeri Awood

Sphare The

Universe

Ruang kelas

pembelajaran

Kantor

pengelola

Kapasitas 300

orang dan

kubah

berdiameter 22

meter

Terdapat

plaza yang

menjadi ruang

terbuka

pengunjung.

Terdapat

banyak

fasilitas dan

galeri yang

menampilkan

pameran

interaktif

Page 81: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

63

Café Galileo

Toko Aldar

Planet

Ekspolers

Gemini XII

Page 82: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

64

BAB III

TINJAUAN KHUSUS PLANETARIUM DI

KABUPATEN GOWA

A. Gambaran Umum Kabupaten Gowa

1. Letak Geografis

Wilayah Kabupaten Gowa terletak pada 05° 34’ 49” sampai

05° 04’ 47” Lintang Selatan dan 119° 21’ 12” sampai 120° 01’

26” Bujur Timur. Berdasarkan perhitungan dari data citra

landsat, luas wilayah Kabupaten Gowa adalah sekitar 1.809,7

km2 terdiri dari 18 Kecamatan (Bajeng, Bajeng Barat,

Barombong, Biringbulu, Bontolempangan, Bontomarannu,

Bontonompo, Bontonompo Selatan, Bungaya, Manuju,

Pallangga, Parangloe, Parigi, Pattallassang, Sombaopu,

Tinggimoncong, Tombolopao dan Tompobulu). Perhitungan

dari data citra landsat, Kabupaten Gowa berada pada bagian

selatan Provinsi Sulawesi Selatan ini berbatasan dengan 7

kabupaten/kota lain dengan batas wilayahnya sebagai berikut:

Di sebelah Utara berbatasan dengan Kota Makassar dan

Kabupaten Maros.

Di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sinjai,

Bulukumba, dan Bantaeng.

Di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Takalar

dan Jeneponto sedangkan

Di bagian Barat berbatasan dengan Kota Makassar dan

Takalar.

Letak wilayah tersebut menempatkan Kabupaten Gowa

pada posisi yang sangat strategis karena berbatasan langsung

dengan Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan (Kota Makassar)

yang merupakan pusat pelayanan jasa dan perdagangan di

Kawasan Timur Indonesia (KTI), posisi strategis ini menjadikan

Page 83: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

65

Kabupaten Gowa memiliki keunggulan kompetetif dan

komperatif yang berdampak secara signifikan terhadap

percepatan peningkatan aktivitas sosial kemasyarakatan dan

perekonomian masyarakat Kabupaten Gowa. Secara

Administrasi, wilayah Kabupaten Gowa beribukota di

Sungguminasa yang terbagi menjadi 18 (Delapan Belas)

kecamatan dan 167 desa/kelurahan. Kecamatan

Tinggimoncong merupakan kecamatan terluas yaitu 275.63

km2 atau 14.64 %, sedangkan Kecamatan Barombong adalah

yang terkecil yakni 20.67 km2.

Gambar 3.1 Peta Pola Administrsi Wilayah Kabupaten Gowa

Sumber: BPS Kabupaten Gowa 2013

2. Kependudukan

Penduduk sebagai objek sekaligus subjek pembangunan

merupakan aspek utama yang mempunyai peran penting dalam

pembangunan. Oleh karena itu data penduduk sangat dibutuhkan

dalam perencanaan pembangunan. Dilihat dari persebaran

penduduk di Kabupaten Gowa, Kecamatan Somba Opu

merupakan Kecamatan dengan jumlah penduduk tertinggi, yaitu

Page 84: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

66

sebesar 136.995 jiwa dan Kecamatan Parigi adalah kecamatan

dengan jumlah penduduk terendah terendah, yaitu hanya sebesar

13.764 jiwa.

Laju pertumbuhan penduduk merupakan barometer untuk

menghitung besarnya semua kebutuhan yang diperlukan

masyarakat, seperti perumahan, sandang, pangan, pendidikan

dan sarana penunjang lainnya. Berdasarkan hasil registrasi

penduduk, Jumlah penduduk Kabupaten Gowa dalam kurun

waktu tahun 2007 sampai dengan tahun 2012 mengalami

peningkatan dengan rata-rata laju pertumbuhan peduduk sekitar

2,4%. Total jumlah penduduk tersebut di tahun 2007 sebesar

594.423 jiwa dan meningkat terus di tahun 2012 menjadi 670.465

jiwa. Peningkatan jumlah penduduk yang paling signifikan terjadi

di Kecamatan Somba Opu yaitu sebesar 96.070 jiwa di tahun

2007 dan terus meningkat hingga tahun 2012 mencapai 133.784

jiwa. Hal ini terjadi karena pesatnya pembangunan perumahan

di Kecamatan Somba Opu. Perkembangan dan Rata-rata

kepadatan penduduk di Kabupaten Gowa dapat dlihat pada tabel

3.1 :

Page 85: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

67

Tabel 3.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Tahun 2013

No. Kecamatan Luas

Terbangun

(Ha)

Penduduk Tahun 2013 Keterangan

Jumlah

(Jiwa)

Kepadatan

(Jiwa/Km²)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

Bontonompo

Bontonompo

Selatan

Bajeng

Bajeng Barat

Pallangga

Barombong

Somba Opu

Bontomarannu

Pattallassang

Parangloe

Manuju

Tinggimoncong

Tombolopao

Parigi

596

460

910

352

1.372

579

1.869

364

315

241

229

330

402

213

245

41.317

29.937

65.543

24.098

103.804

36.304

136.995

32.859

23.007

17.417

14.818

23.278

28.259

13.764

16.663

1.360

1.024

1.091

1.266

2.152

1.756

4.877

625

270

79

161

163

113

103

95

Perkotaan

Perkotaan

Perkotaan

Perkotaan

Perkotaan

Perkotaan

Perkotaan

Perkotaan

Perkotaan

Perkotaan

Perkotaan

Perkotaan

Perdesaan

Perdesaan

Perdesaan

16.

17.

18.

Bungaya

Bontolempangan

Tompobulu

Biringbulu

213

477

597

14.019

30.463

34.012

98

229

156

Perdesaan

Perdesaan

Perdesaan

Jumlah 9.764 686.556 15.618

Sumber: BPS Kabupaten Gowa 2013

Dari data pertumbuhan dan persentase laju perkembangan

penduduk Kabupaten Gowa 2013 yang persentase laju

perkembangan penduduknya rata-rata sebesar 2,4 %, maka

prediksi penduduk Kabupaten Gowa hingga tahun 2023 pada

Page 86: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

68

tabel dihitung dengan menggunakan rumus prediksi sebagai

berikut:

Dimana:

Pn = Jumlah penduduk prediksi tahun ke n ( tahun 2023)

Po = Jumlah penduduk tahun yang diketahui ( tahun 2013 )

r = Presentase pertambahan penduduk tiap tahun ( 2,4 )

n = Jumlah selisih tahun (10 tahun )

Jadi jumlah penduduk Kabupaten Gowa pada tahun 2023 :

P2023 = P2013 (1 + r )n

= 686.556 (1 + 2,4 % )10

= 686.556 (1,024) 10

= 686.556 (1,267)

= 869.866,452 jiwa

B. Potensi Pengadaan Planetarium di Kabupaten Gowa

1. Potensi Daerah

Secara umum kabupaten Gowa sangat cocok didirikan

planetarium, mengingat kriteria penentuan lokasi yaitu:

a. Berada di kawasan wisata yang bisa mendukung

keberadaan bangunan khususnya planetarium.

b. Lokasi mampu mendukung kegiatan peneropongan.

c. Pencapaian / akses ke lokasi baik.

d. Mempunyai keistemewaan alamiah.

e. Tersedianya jaringan utilitas

Dari kriteria-kriteria di atas maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa kabupaten Gowa sangat cocok didirikan planetarium

mengingat kabupaten Gowa mempunyai obyek wisata Malino

yang mana obyek wisata tersebut berada di daerah pegunungan

/ daerah dataran tinggi, yang memungkin untuk melakukan

kegitan peneropongan dan juga mengingat kabupaten Gowa

sangat dekat dengan ibu kota provinsi Sulawesi Selatan yaitu

Pn = Po (1+r)n

Page 87: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

69

kota Makassar, sehingga sangat memungkinkan untuk

pengunjung berkujung di planetarium ini.

2. Potensi Pengunjung

Fungsi bangunan yang menawarkan pendidikan (edukasi)

sekaligus hiburan (wisata) adalah salah satu daya tarik bagi

pengunjung Planetarium, sehingga Planetarium tidak hanya

dikunjungi oleh kalangan ilmuwan saja tetapi oleh pelajar,

mahasiswa, masyarakat umum bahkan wisatawan.

Pengunjung Planetarium yang dianggap paling berpotensi

adalah kalangan pelajar. Banyaknya sarana pendidikan di

Sulawesi Selatan khususnya menjadi pengunjung yang sangat

potensial. Begitu pula pelajar dari daerah – daerah di Sulawesi

Selatan pada umumnya serta tidak menutup kemungkinan

pengunjung yang berasal dari Pulau Sulawesi bahkan luar Pulau

Sulawesi.

3. Potensi Pendidikan

Pengetahuan astronomi yang selama ini kita dapatkan mulai

dari Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA)

sangat terbatas. Planetarium sangat berpotensi menunjang ilmu

pengetahuan astronomi yang didapatkan pada bangku sekolah.

Pertunjukan Planetarium ini mengacu pada program

pertunjukan Planetarium Jakarta dimana materi utama program

pertunjukan sebagian besar berhubungan dengan pelajaran

yang didapatkan pada bangku sekolah khususnya mata

pelajaran Sains seperti gerhana Matahari dan Bulan, Planet

Bumi dan Planet – planet lain, Galaksi Bima Sakati, dan Tata

Surya.

Pada Planetarium tidak hanya terdapat materi pertunjukan

yang bersifat edukasi tetapi juga terdapat materi peragaan

seperti gambar atau foto serta alat peraga yang serupa dengan

aslinya, dan materi kelas berupa seminar dan diskusi. Fungsi

inilah yang melatarbelakangi berdirinya bangunan Planetarium

Page 88: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

70

di negara – negara maju, bahkan beberapa institusi pendidikan

yang memiliki bangunan Planetarium tersendiri.

4. Potensi Wisata

Selain konsep pendidikan (edukasi), bangunan Planetarium

ini juga menggunakan konsep wisata (hiburan). Planetarium

dapat berpotensi meningkatkan potensi wisata khususnya

Sulawesi selatan melalui pengunjung dari kalangan wisatawan

baik domestik maupun mancanegara yang sedang berada di

Sulawesi selatan.

Planetariumpun dapat dijadikan objek wisata baru yang

menarik untuk di kunjungi di kabupaten Gowa sehingga

menambah jumlah objek wisata yang menarik yang dapat

dikunjungi di Sulawesi selatan. Dengan bertambahnya objek

wisata berupa Planetarium di kabupaten Gowa dapat membantu

meningkatkan pendapatan daerah.

C. Program Kegiatan yang diwadahi

1. Analisis Pelaku Kegiatan

Pelaku kegiatan pada Planetarium adalah:

a. Pengunjung

1. Berdasarkan tujuan kunjungan, pengujung terbagi atas:

Pengunjung umum

Pengunjung umum adalah pengunjung yang

datang dengan tujuan rekreatif untuk menikmati

pertunjukan pada Planetarium dalam suasana

rekreasi yang santai. Jenis pengunjung ini terdiri dari

masyarakat umum dan wisatawan.

Pengunjung khusus

Pengunjung khusus adalah pengunjung yang

datang dengan tujuan edukatif untuk mempelajari

perkembangan ilmu astronomi atau melakukan riset

tentang ilmu astronomi. Jenis pengunjung ini terdiri

Page 89: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

71

dari pelajar, mahasiswa, peneliti, dan peminat ilmu

astronomi (astronom).

2. Berdasarkan jumlah pengunjung (kuantitas),

pengunjung terbagi atas :

Pengunjung yang datang secara berkelompok

(rombongan), terdiri atas :

Kelompok besar, terdiri dari 50 – 200 orang yang

datang menggunakan bus wisata.

Kelompok kecil, terdiri dari 2 – 50 orang yang

datang menggunakan kenderaan pribadi,

kenderaan umum/bus wisata.

Pengunjung yang datang secara individu atau

perorangan dengan menggunakan kenderaan

umum dan kenderaan pribadi.

b. Pengelola

Pengelola Planetarium adalah pihak yang mengatur

semua kegiatan operasional dan manajemen yang

berlangsung di dalam sebuah gedung Planetarium.

Pengelola Planetarium terdiri dari :

1. Direktur

2. Sekretaris umum

3. Bendahara umum

4. Wakil direktur bidang teknis operasioanal membawahi :

a. Bagian pendidikan

b. Bagian perpustakaan

c. Bagian penataran

d. Bagian pertunjukan

e. Bagian observasi

5. Wakil direktur bidang umum membawahi :

a. Bagian tata usaha

b. Bagian personalia

c. Bagian keuangan

Page 90: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

72

d. Bagian humas

e. Bagian perawatan

f. Bagian keamanan

2. Identifikasi dan jenis kegiatan

Indentifikasi dan jenis kegiatan yang berlangsung dalam

sebuah Planetarium mengacu kepada analisis pellaku kegiatan

yang telah dibahas di atas, yaitu:

a. Pengunjung rekreatif

Jenis kegiatan pengunjung rekreatif, meliputi:

1. Datang

2. Parkir kenderaan

3. Menunggu

4. Mencari informasi

5. Membeli tiket

6. Menyaksikan pertunjukan

7. Membaca

8. Istirahat

9. Sholat

10. Makan/minum

11. Membeli souvenir

12. Buang air besar/kecil

13. Pulang

Page 91: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

73

Skema 3.1 Kegiatan pengunjung rekreatif

b. Pengunjung edukatif

Jenis kegiatan pengunjung edukatif, meliputi:

1. Datang

2. Parkir kenderaan

3. Menunggu

4. Mencari informasi

5. Membeli tiket

6. Menyaksikan pertunjukan

7. Membaca

8. Belajar – mangajar

9. Seminar

10. Meneliti

11. Istirahat

12. Sholat

13. Makan/minum

14. Membeli souvenir

15. Buang air besar/kecil

16. Pulang

Page 92: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

74

Skema 3.2 Kegiatan pengunjung edukatif

c. Pengelola

Jenis kegiatan pengelola, meliputi:

1. Datang

2. Parkir kenderaan

3. Memberikan pelayanan umum

4. Melakukan kegiatan teknis operasional

5. Kegiatan memimpin

6. Melakukan promosi

7. Rapat

8. Menerima tamu/relasi

9. Sholat

10. Buang air besar/kecil

11. Pulang

Page 93: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

75

Skema 3.3 Kegiatan pengelola

3. Pengelola kegiatan

Sesuai dengan fungsinya, kegiatan yang diwadahi oleh

Planetarium adalah sebagai berikut:

a. Kegiatan utama

1. Pertunjukan astronomis

Pertunjukan astronimis merupakan kegiatan utama pada

Planetarium, jenis pertunjukan ini terbagi menjadi 2

yaitu:

a. Pertunjukan tata surya

Konsep pertunjukan ini adalah tentang alam

semesta, mulai dari mengkaji planet bumi hingga

mengajak kita menjelajahi ruang angkasa dan

seisinya. Pertunjukan ini disajikan melalui

proyektor khusus yang diproyeksikan pada layar

kubah, pertunjukan ini dilengkapi dengan narasi

dan iringan musik sesuai dengan materi yang

ditayangkan.

Page 94: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

76

b. Pertunjukan citra ganda

Konsep pertunjukan citra ganda sama halnya

dengan pertunjukan bioskop dimana gambar atau

citra diproyeksikan pada layar datar melalui media

slide, video atau CD ROOM. Pertunjukan ini biasa

disebut dengan pertunjukan multimedia.

2. Kegiatan peragaan atau pameran teknologi

Kegiatan ini menampilkan materi peraga yang bersifat

indoor.

3. Kegiatan seminar dan diskusi ilmiah

Kegiatan ini membantu masyarakat untuk mengetahui

lebih dalam mengenai ilmu astronomi.

b. Kegiatan penunjang

1. Kegiatan peneropongan

Kegiatan ini merupakan kegiatan penunjang berupa

pengamatan bintang dan bulan secara langsung dengan

bantuan teleskop. Kegiatan ini berlangsung pada

observatorium dan kegiatan ini bersifat indoor.

Peneropongan ini terbagi menjadi 2 yaitu:

a. Peneropongan umum

Peneropongan umum ditujukan bagi masyarakat

umum, peneropongan umum biasanya dilaksanakan

saat – saat tertentu seperti peneropongan gerhana

matahari/bulan, dan sebagainya.

b. Peneropongan khusus

Peneropongan khusus biasanya ditujukan bagi

kalangan yang berminat pada dunia astronomi

khususnya kelompok pecinta astronomi (astronom

amatir maupun profesional).

2. Kegiatan observasi

Kegiatan observasi ini serupa dengan kegiatan

peneropongan tetapi kegiatan observasi bersifat

Page 95: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

77

outdoor. Teleskop yang digunakan untuk melihat

binatang dapat dipindah – pindahkan, kegiatan ini

dilakukan baik oleh masyarakat umum, pelajar maupun

pecinta ilmu astronomi. Kegiatan lainnya berupa

pemotetretan bintang dan pengukuran bintang.

3. Kegiatan membaca

Kegiatan membaca didukung oleh fasilitas

perpustakaan yang menyediakanbuku – buku astronomi

mulai dari bacaan ringan untuk anak – anak sampai

bacaan untuk para ilmuwan. Fasilitas perpustakaan

dilengkapi dengan sound system dan multimedia

(internet).

4. Kegiatan bermain

Kegiatan bermain yang bersifat indoor yaitu

disediakannya fasilitas permainan dengan media

komputer, sedangkan yang bersifat outdoor tersedianya

fasilitas taman bermain anak.

5. Kegiatan komersil

Kegiatan komersil ini meliputi retail – retail yang

menjual souvenir dan cafetaria.

c. Kegiatan pengelolaan

Kegiatan pengelolaan merupakan kegiatan mengelola

bangunan Planetarium, pelaksananya adalah pegawai/staff

yang bekerja pada bangunan ini.

d. Kegiatan servis

Kegiatan servis merupakan kegiatan penunjang

terlaksananya kegiatan yang ada di Planetarium, secara

keseluruhan yang terdiri dari kegitan – kegiatan:

1. Kegiatan penunjang operasional, seperti kegiatan

pergudangan, pantry, lavatory, bengkel/workshop, ME,

dan sebagainya.

Page 96: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

78

2. Kegiatan penujang umum, seperti parkiran, keamanan

dan sebagainya.

Page 97: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

79

BAB IV

KONSEP DASAR PERANCANGAN PLANETARIUM

DI MALINO

A. Konsep Dasar Makro

1. Konsep Penentuan Lokasi

Mengacu pada judul perancangan yaitu Planetarium di objek

wisata alam Malino maka langsung dapat ditentukan lokasinya

yaitu di kelurahan Malino kecamatan Tinggi Moncong kabupaten

Gowa.

Gambar 4.1 Peta Administrasi Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan

Sumber: https://petatematikindo.files.wordpress.com/2013/01/administrasi-gowa1.jpg

Dalam menentukan lokasi perencanaan planetarium, perlu

diperhatikan beberapa faktor yang menjadi kriteria penentuan

lokasi dan fungsi bangunan yang merupakan wadah yang

bersifat edukatif dan rekreatif.

Page 98: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

80

Adapun yang menjadi kriteria dalam penetuan lokasi yaitu:

1. Berada di kawasan wisata yang bisa mendukung

keberadaan bangunan khususnya planetarium.

2. Lokasi mampu mendukung kegiatan peneropongan .

3. Pencapian / akses ke lokasi baik.

4. Mempunyai keistemewaan alamiah.

5. Tersedianya jaringan utilitas

Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut maka lokasi yang ideal

atau yang cocok untuk bangunan planetarium yaitu berada di

kecamatan Tinggi Moncong, kabupaten Gowa.

Gambar 4.2 Peta Kecamatan Tinggi Moncong Kabupaten Gowa

Sumber: https://petatematikindo.files.wordpress.com/2014/01/administrasi-

tinggi-moncong.jpg

Page 99: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

81

Tinjauan terhadap lokasi terpilih:

Fasilitas yang telah tersedia di kecamatan Tinggi Moncong

dan wilayah sekitarnya yaitu:

a. Pusat rekreasi hutan pinus Malino.

b. Pusat rekerasi air terjun (air terjun Takapala, air terjun

Parang Bugis, air terjun Lembanna, air terjun Malino, air

terjun Biroro dan Pemandian Lembah Biru).

c. Pusat rekreasi Perkebunan (perkebuanan strawberry,

perkebunan teh, perkebunan markisa, dan perkebunan

sayur-sayuran).

d. Pusat rekreasi Malino Highlands.

e. Pusat perbelanjaan (Pasar Malino).

f. Area permukiman.

g. Area pendakian (Gunung Bawakaraeng).

2. Konsep Pemilihan Tapak

Untuk mendapatkan tapak yang sesuai dengan peruntukan

bangunan planetarium, maka kriteria-kriteria yang harus

diperhatikan dalam menentukan tapak adalah sebagai berikut:

a. Luasan tapak cukup memadai.

b. Aksesbilitas yang baik.

c. Kondisi lingkungan yang dapat mendukung kondisi

bangunan.

d. Tersedianya jaringan utilitas.

e. Mudah pencapaian dalam dan luar tapak.

f. Memiliki view yang baik dalam dan luar tapak.

Page 100: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

82

Berdasarkan kriteria-kriteria di atas, maka diperoleh tiga

alternatif tapak yaitu:

a. Alternatif tapak 1

Gambar 4.3 Alternatif tapak 1

Sumber: Google earth

Adapun beberapa kondisi dari tapak ini:

a. Didalam tapak terdapat beberapa rumah warga.

b. Berada di jalan poros Malino.

c. Disekitar tapak terdapat lahan kosong dan rumah warga.

d. Luasan tapak terlalu kecil (19.168 m²).

Page 101: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

83

b. Alternatif tapak 2

Gambar 4.4 Alternatif tapak 2

Sumber: Google earth

Adapun beberapa kondisi dari tapak ini:

a. Didalam tapak terdapat beberapa rumah warga.

b. Berada di jalan poros Malino.

c. Disekitar tapak terdapat lahan kosong dan beberapa

rumah warga

d. Luasan tapak memadai (37.981 m²).

Page 102: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

84

c. Alternatif tapak 3

Gambar 4.5 Alternatif tapak 3

Sumber: Google earth

Adapun beberapa kondisi dari tapak ini:

a. Didalam tapak terdapat cafe.

b. Berada di jalan poros malino.

c. Disekitar tapak terdapat beberapa rumah warga dan

sisinya lahan kosong.

d. Luasan tapak terlalu kecil (19.808 m²).

Untuk menentukan tapak yang tepat berdasarkan alternatif

yang ada, maka terdapat pembobotan kriteria sebagai

berikut:

Tabel 4.1 Pemberian poin pemilihan tapak

NO Kriteria Penilaian Alt 01 Alt 02 Allt 03

1 Luasan tapak cukup memadai

3 4 3

2 Kondisi lingkungan yang dapat

mendukung kondisi bangunan

3 4 4

3 Tersedianya jaringan utilitas 4 4 4

Page 103: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

85

4 Mudah pencapaian dalam dan

luar tapak

4 4 4

5 Memiliki view yang baik dalam

dan luar tapak

4 4 4

Jumlah 18 20 19

Keterangan:

Nilai 4 = Sangat Baik

Nilai 3 = Cukup baik

Nilai 2 = Kurang baik

Nilai 1 = Tidak baik

Berdasarkan pembobotan dari tabel diatas maka site/tapak

yang terpilih yaitu Alternatif 02.

Gambar 4.6 Alternatif tapak 2

Sumber: Google earth

Page 104: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

86

3. Konsep Pengolahan Tapak

a. Existing Condition

Pengelolaan lingkungan disekitar tapak perlu

memperhatikan kondisi yang telah ada. Sekarang ini didalam

tapak terdapat sebuah vila, beberapa rumah warga dan

sisanya lahan kosong yang terletak di Jalan Poros Malino,

Gowa.

Gambar 4.7 Kondisi situasi sekitar tapak

Adapun batas-batas tapak antara lain:

Utara : Terdapat beberapa rumah warga dan sebagain

besar masih lahan kosong.

Timur : Jalan Poros Malino.

Page 105: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

87

Selatan : Lahan kosong dan sebuah rumah warga.

Barat : Lahan kosong.

b. Orientasi bangunan

1. Orientasi terhadap view

a. View dari luar

Gambar 4.8 Pengolahan tapak terhadap view dari luar

Untuk peletakan bangunan nantinya terletak di

tengah tapak sehingga view dari luar tapak yang baik

hanya dapat terjadi di bagian timur tapak, mengingat

jalan poros malino berada ada di sebelah timur

tapak, sehingga pandangan orang dari luar ke dalam

tapak hanya dapat terjadi di bagian timur tapak

tepatnya di jalan poros malino.

Page 106: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

88

b. View dari dalam tapak

Gambar 4.9 Pengolahan tapak terhadap view dari dalam tapak

Untuk view dari dalam ke luar tapak yang cukup baik

hanya dapat terjadi di bagian timur dan barat tapak,

mengingat untuk bagian barat tapak terdapat lahan

kosong yang sangat luas tetapi karena tapak sendiri

berada di daerah pegunungan maka lahan kosong

tersebut mempunyai nilai plus tersendiri. Kemudian

untuk bagian timur tapak terdapat jalan poros malino

sehingga dinilai mempunyai view yang cukup baik

dan untuk bagian utara dan selatan tapak di nilai

kurang baik karena terdapat pemukiman warga.

Untuk beberapa titik yang memiliki view kurang baik

dapat diminimalisir dengan pemanfaatan vegetasi

yang sesuai dan pemberian pagar yang berfungsi

untuk menutup pandangan yang mengarah ke

pemukiman serta juga sebagai pembatas dengan

area lain di sekitar site.

Page 107: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

89

2. Orientasi terhadap sinar matahari

Gambar 4.10 Pengolahan tapak terhadap orientasi matahari

Tapak diolah sedemikian rupa menjadi:

Orientasi arah bangunan mengikuti arah lintasan

matahari secara umum atau menghindari arah matahari

dengan pertimbangan meghilangkan sengatan panas

pada siang hari.

Penggunaan tumbuhan besar berupa pohon mampu

menghalau sinar matahari langsung pada bangunan

sehingga suhu yang diterima lebih sejuk tetapi

mengingat lokasi berada di daerah pegunungan

tepatnya di malino yang dikenal dengan daerah dingin

sehingga untuk masalah sengatan panas pada siang

hari yang ditimbulkan oleh matahari tidak terlalu

berpengaruh untuk bangunan.

Page 108: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

90

3. Orientasi terhadap curah hujan

Gambar 4.11 Pengolahan tapak terhap curah hujan

Adapun untuk pengelolaah tapak terhadap curah hujan

yaitu untuk curah hujan yang sangat tinggi membuat

kelembaban juga tinggi. Untuk mengantisipasi hal

tersebut perlu diperhatikan penggunaan atap plat

seminimal mungkin dan merencanakan dengan baik

aliran air pada tapak.

Page 109: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

91

4. Orientasi terhadap angin

Gambar 4.12 Pengolahan tapak terhadap arah angin

Arah angin mempengaruhi tata letak bangunan yang

memiliki area lansekap yang cukup luas. Dan

pemanfaatan angin sebagai penghawaan alami

digunakan pada ruang tertentu melalui bukaan-bukaan.

Dengan adanya penghawaan alami akan mengurangi

penggunaan energi yang dipakai untuk menghidupkan

penghawaan buatan. Tapak dipengaruhi arah angin

yang tegak lurus. Tekanan angin dapat disiasati dengan

penambahan vegetasi serta perletakan ruang yang tepat

sesuai fungsi nya.

Page 110: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

92

c. Kebisingan (noise)

Gambar 4.13 Pengolahan tapak terhadap kebisingan

Pada lokasi site, area yang memiliki tingkat kebisingan

berada pada sebelah timur site tepatnya di jalan poros

malino. Hal ini disebabkan oleh suara yang dihasilkan

kenderaan- kenderaan transportasi darat yang melewati

jalan poros malino. Untuk mengurangi kebisingan, maka

perlu diperhatikan beberapa vegetasi yang mampu

mengurangi kebisingan dari kenderaaan-kenderaan

tersebut. Dan untuk area yang berada disebelah barat yang

merupakan lahan kosong memiliki tingkat kebisingan yang

cukup rendah, sedangkan untuk area yang berada di

sebelah utara dan selatan merupakan area permukuman

tetapi masih sedikit rumah-rumah yang ada dan sebagian

Page 111: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

93

besar masih terdapat lahan kosong sehingga kebisingannya

pun masih tergolong cukup rendah.

d. Penzoningan

Gambar 4.64 Pengolahan tapak terhadap zoning

Pembagian zoning area disarkan pada sifat dan karakteristik

ruang berdasarkan sifat aktivitasnya. Ruang-ruang tersebut

dibagi atas publik area,semi publik area, privat area dan

servis area. Berikut penzoningan pada Planetarium di objek

wisata alam Malino:

1. Zona Public

Adalah zona yang kegiatannya bersifat umum, meliputi

pintu utama, hall, loket tiket, informasi, kafetaria, toko

souvenir, dan lain sebagainya.

2. Zona semi public

Adalah zona peralihan antara zona publik dan zona

privat, meliputi ruang teater bintang, ruang citra ganda,

Page 112: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

94

perpustakaan, ruang kelas, ruang pameran, mushollah,

dan lain sebagainya.

3. Zona private

Adalah zona yang kegiatannya bersifat khusus, meliputi

kantor pengelola.

4. Zona servis

Adalah zona yang kegiatannya bersifat servis, meliputi

ruang pengamanan/security, ruang ME, lavatory,

gudang, dan lain sebagainya.

e. Entrance

Gambar 4.15 Pengolahan tapak terhadap entrance

Posisi entrance pada Planetarium terletak di jalan Poros

Malino. Sedangkan untuk pencapaian ke bangunan dalam

tapak menggunakan:

Page 113: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

95

1. Main entrance

Merupakan pintu masuk utama sebagai jalan masuk dari

luar tapak menuju ke dalam tapak.

2. Side entrance

Merupakan pintu masuk alternatif pencapaian dari dalam

tapak ke luar tapak.

3. Service entance

Merupakan pencapaian bagi kegiatan servis, khususnya

barang.

f. Output / hasil pengolahan tapak

Gambar 4.16 Output / hasil pengolahan tapak

4. Konsep Pemilihan Tata Ruang Luar

Penataan ruang luar merupakan penataan landscape untuk

mendukung fungsi bangunan. Adapun pemilihan tata ruang luar

pada Planetarium di Objek Wisata Alam Malino, yaitu:

a. Elemen lunak (soft material)

Tabel 4.2 Bentuk tanaman dan kegunaannya

No Bentuk Tanaman Kegunaan

1 Bentuk Pase Sebagai pelindung

2 Bentuk Conical Sebagai pengarah

3 Bentuk Prostak Sebagai pengarah dan pelindung

4 Bentuk Fountain Sebagai penghias

Page 114: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

96

5 Bentuk Palm Sebagai penutup tanah

Sumber: Arsitektur ekologis 2006

Tabel 4.3 Manfaat dan fungsi tanaman sesuai jenisnya

NO MENURUT JENIS

TANAMAN

MENURUT PENGGUNAAN

MENURUT FUNGSI

1 Semak belukar sebagai penutup tanah

Penghijauan private (tanaman berguna)

Fungsi sosial sebagai ruang komunikasi

2 Perdu sebagai penghias dan perbaikan tanah

Penghijauan semi private (pohon di pinggir jalan)

Fungsi higinie mental (kreatifitas, imajinasi)

3 Pohon perdu dan pemberi manfaat lainnya

Penghijauan umum (taman kota)

Fungsi peristirahatan untuk melepas lelah

Sumber: Arsitektur ekologis 2006

Tabel di atas memperlihatkan kegunaan dan fungsi

tanaman sesuai jenisnya, jadi penentuan jenis-jenis

tanaman yang akan di tanam di dalam tapak dari bangunan

Planetarium di Objek Wisata Alam Malino berpedoman pada

tabel tersebut.

Page 115: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

97

Adapun tanaman-tanaman yang nantinya akan ditanam,

antara lain:

1. Pepohonan

a. Pohon Pinus

Gambar 4.17 Pohon Pinus

Sumber: https://4.bp.blogspot.com/-

Xn7SXx0ZI5s/Vsp3_xeeKoI/AAAAAAAAAOM/Yd_kkYZ4sdY/s

1600/images.jpg

Pohon ini dapat digunakan sebagai pengarah dan

estetika juga merupakan salah satu tanaman yang

hidup di dearah Malino.

b. Pohon Palem Raja

Gambar 4.18 Pohon Palem Raja

Sumber: http ://istianggana.com/ PalemRaja.jpg

Page 116: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

98

Pohon ini dapat hidup di dataran tinggi dan dataran

rendah sehingga dapat digunakan sebagai

pengarah dan estetika.

c. Pohon Tanjung

Gambar 4.19 Pohon tanjung

Sumber: https : //id.wikipedia .org/wiki/Berkas:Maulsari _(Mimusops_elengi)

2848.jpg

Pohon ini hidup di daerah tropis sehingga dapat

digunakan sebagai peneduh khususnya untuk

bagian parkiran.

Page 117: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

99

2. Tanaman

a. Tanaman Hias

Bunga Bougenvil

Gambar 4.20 Bunga bougenvil

Sumber: https : //id.wikipedia .org/wiki/Berkas:Maulsari

_(Mimusops_elengi) 2848.jpg

Bunga Asoka

Gambar 4.21 Bunga asoka

Sumber: http://obatpanasdalam.com/wp -content/

uploads/ 2015.jpg

Page 118: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

100

Pohon Cemara Udang

Gambar 4.22 Pohon cemara udang

Sumber: http://obatpanasdalam.com/wp -content/

uploads/ 2015.jpg

b. Tanaman Penutup (menutupi permukaan tanah)

Rumput Gajah Mini

Gambar 4.23 Rumput gajah mini

Sumber: http:// www.infoagribisnis.com /wp-content /uploads

/2015/01/ cara-menanam-rumput-gajah-mini-.jpg

Page 119: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

101

Rumput Jepang

Gambar 4.24 Rumput jepang

Sumber: http://lh3.googleusercontent.com/ sPSslD3

2Wro/VeGqBC6hGvI.jpg

b. Elemen keras (hard material)

1. Aspal. Berfungsi sebagai penutup tanah jalur

kendaraan/jalan.

2. Rabat beton. Berfungsi sebagai penutup tanah.

3. Paving block. Berfungsi sebagai penutup tanah area

pedestrian/pejalan kaki.

4. Batu alam. Berfungsi sebagai penutup tanah area

pedestrian dan dapat menciptakan estetika pada taman

c. Elemen dekorasi

1. Lampu jalan. Berfungsi sebagai penerangan pada

sirkulasi dalam tapak juga sebagai unsur estetika.

Diletakkan pada area parkir, taman dan pada ruang

terbuka lainnya.

2. Kolam air mancur. Berfungsi memberikan suasana sejuk

dan segar karena dapat menurunkan temperatur udara

dan juga berfungsi sebagai unsur estetika.

Page 120: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

102

B. Konsep Dasar Mikro

1. Konsep Kebutuhan Ruang

a. Fasilitas Utama

1. Fasilitas Pertunjukan

a. Hall

b. Loket tiket

c. Ruang teater bintang (Planetarium)

d. Ruang kontrol/operator

e. Ruang perawatan

f. Ruang proyektor

2. Fasilitas Pameran

a. Ruang pameran permanen

b. Ruang pameran temporary

c. Ruang operator

d. Ruang penyimpanan koleksi

e. Ruang perawatan

3. Fasilitas Edukasi

a. Ruang kelas

b. Ruang citraganda

c. Ruang serba guna

b. Fasilitas Penunjang

1. Fasilitas Peneropongan dan Observasi

a. Ruang teropong outdoor

b. Ruang penelitian

c. Ruang perawatan

d. Ruang multimedia

2. Fasilitas Membaca (Perpustakaan)

a. Ruang penitipan

b. Ruang baca

c. Ruang buku

d. Ruang administrasi perpustakaan

e. Gudang

Page 121: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

103

3. Fasilitas Komersil

a. Cafetaria

b. Retail/toko souvenir

c. Fasilitas Pengelolaan

1. Ruang direksi

a. Ruang tamu/tunggu

b. Ruang direktur

c. Ruang sekretaris umum

d. Ruang bendahara umum

e. Ruang wakil direktur bidang umum

f. Ruang wakil direktur bidang opersiaonal teknis

g. Ruang rapat

2. Ruang bidang umum

a. Ruang tamu/tunggu

b. Ruang kepala bagian tata usaha

c. Ruang staff tata usaha

d. Ruang kepala bagian personalia

e. Ruang staff personalia

f. Ruang kepala bagian keuangan

g. Ruang staff keuangan

h. Ruang kepala bagian humas

i. Ruang staff humas

j. Ruang kepala bagian perawatan

k. Ruang staff perawatan

l. Ruang kepala bagian keamanan

m. Ruang staff keamanan

3. Ruang bidang operasional teknis

a. Ruang tamu / tunggu

b. Ruang kepala bagian pendidikan

c. Ruang staff pendidikan

d. Ruang kepala bagian perpustakaan

e. Ruang staff perpustakaan

Page 122: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

104

f. Ruang kepala bagian penataran

g. Ruang staff penataran

h. Ruang kepala bagian pertujukan

i. Ruang staff pertujukan

j. Ruang kepala bagian observasi

k. Ruang staff observasi

d. Fasilitas Servis

a. Ruang informasi

b. Mushallah

c. Ruang P3K

d. Ruang fire service

e. Ruang cleaning sevice

f. Bengkel/workshop

g. Ruang pengamanan/securty

h. Ruang kontrol

i. Ruang ME

j. Ruang AHU

k. Ruang ATM centre

l. Lavatory

m. Gudang

Page 123: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

105

2. Konsep Besaran Ruang

a. Fasilitas Utama

1. Fasilitas Pertunjukan

Tabel 4.4 Fasilitas pertunjukan

JENIS RUANG STANDAR

RUANG SUMBER KAPASITAS LUAS RUANG

Hall 1,2 – 1,5 m² / org EN 300 org 450 m²

Rg. Informasi 6 m² / org EN 2 org 12 m²

Loket Tiket 2,16 m² / org EN 3 org 6,48 m² = 6,5 m²

Rg. Pertunjukan

Teater Bintang :

Penonton

Panggung

Pembicara /

Pemateri

1,5 m² / org

4 m² / org

ASM

ASM

300 org

1 org

450 m²

4 m²

Rg. Kontrol

Rg. Kontrol

Komputer

Rg. Kontrol

Tata Suara

Ruang

Kontrol

Cahaya

3,25 m² / org

3,25 m² / org

3,25 m² / org

EN

EN

EN

1 org

1 org

1 org

3,25 m²

3,25 m²

3,25 m²

Rg. Perawatan 24 m² / unit EN 1 unit 14 m²

Rg. Proyektor 10 m² / unit EN 1 unit 10 m²

Jumlah 956, 25 m²

Sirkulasi 30 % 286, 87 m²

Total 1.243,12 m²

Page 124: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

106

2. Fasilitas Pameran

Tabel 4.5 Fasilitas pameran

JENIS RUANG STANDAR

RUANG SUMBER KAPASITAS LUAS RUANG

Rg. Pameran

Permanen

500 m² / unit ASM 1 unit 500 m²

Rg. Pameran

Temporer

50 % pameran

permanen

ASM 1 unit 250 m²

Rg. Penyimpanana

Koleksi

15 % pameran

permanen

ASM 1 unit 75 m²

Rg. Operator

informasi pameran

3,25 m² / org EN 2 org 7 m²

Rg. Perawatan 14 m² / unit EN 1 unit 14 m²

Jumlah 846 m²

Sirkulasi 30 % 253,8 m²

Total 1.099,8 m²

3. Fasilitas Edukasi

Tabel 4.6 Fasilitas Edukasi

JENIS RUANG STANDAR

RUANG SUMBER KAPASITAS LUAS RUANG

Rg. Kelas 2,5 m² / org TSS 2 unit ( 25 org

/ unit )

125 m²

Rg. Citraganda 1,5 m² / org ASM 30 org 45 m²

Rg. Serbaguna 1,2 m² /org EN 150 org 180 m²

Lavatory :

Pria

KM / WC

Urinoir

Wastafel

0,85 m x 1,5 m =

1,275 m² / unit

0,49 m x 0,33 m

= 0,16 m² / unit

0,58 m x 0,48 m

= 0,28 m²

EN

EN

EN

3 org

3 org

2 org

3,82 m²

0,48 m²

0,56 m²

Page 125: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

107

Wanita :

KM / WC

Wastafel

0,85 m x 1,5 m =

1,275 m² / unit

0,58 m x 0,48 m

= 0,28 m²

EN

EN

3 org

2 org

3,82 m²

0,56 m²

Jumlah 359,24 m²

Sirkulasi 30 % 107,77 m²

Total 467,01 m²

b. Fasilitas Penunjang

1. Fasilitas Peneropongan dan observasi

Tabel 4.7 Fasilitas peneropongan dan observasi

JENIS RUANG STANDAR

RUANG SUMBER KAPASITAS LUAS RUANG

Rg. Teropong

Outdoor

150 m² / unit ASM 1 unit 150 m²

Rg. Penelitian 3,6 m² / org ASM 15 org 54 m²

Rg. Perawatan 14 m²/ unit EN 1 unit 14 m²

Rg. Multimedia 2,25 m² / org ASM 10 org 22,5 m²

Jumlah 315,5 m²

Sirkulasi 30 % 94,65 m²

Total 410,15 m²

Page 126: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

108

2. Fasilitas Membaca

Tabel 4.8 Fasilitas membaca

JENIS RUANG STANDAR

RUANG SUMBER KAPASITAS

LUAS RUANG

Perpustakaan :

Rg. Penitipan

Rg. Baca

Rg. Buku

Rg. Administrasi

Perpustakaan

Gudang

9 m² / unit

2,3 m² / org

20 % Rg. Baca

5 m² / workstation

20 m² / unit

EN

EN

ASM

TSS

EN

1 unit

45 org

-

2 org

1 unit

9 m²

103,5 m²

20,7 m²

10 m²

20 m²

Jumlah 172,44 m²

Sirkulasi 30 % 51,73 m²

Total 224,17 m²

3. Fasilitas Komersil

Tabel 4.9 Fasilitas komersil

JENIS RUANG STANDAR

RUANG SUMBER KAPASITAS LUAS RUANG

Cafetaria 2 m² / org EN 100 org 200 m²

Dapur dan

gudang cafetaria

20 % cafetaria EN - 40 m²

Retail / Toko

Souvenir

48 m² / unit ASM 4 unit 192 m²

Jumlah 432 m²

Sirkulasi 30 % 129,6 m²

Total 561,6 m²

Page 127: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

109

c. Fasilitas Pengelolaan

1. Ruang Direksi

Tabel 4.10 Ruang direksi

JENIS RUANG STANDAR

RUANG SUMBER KAPASITAS LUAS RUANG

Rg. Tamu /

Tunggu

3 m² / org EN 6 org 18 m²

Rg. Direktur 15 – 30 m² EN 1 org + 4 org

tamu

30 m²

Rg. Sekertaris

Umum

10 – 15 m² EN 1 org 15 m²

Rg. Bendahara

Umum

10 – 15 m² EN 1 org 15 m²

Rg. Wadir Bid.

Umum

15 – 30 m² EN 1 org + 2 org

tamu

25 m²

Rg. Wadir Bid.

Opersional

Teknis

15 – 30 m² EN 1 org + 2 org

tamu

25 m²

Jumlah 133,66 m²

Sirkulasi 30 % 40,09 m²

Total 173,75 m²

2. Ruang Bidang Umum

Tabel 4.11 Ruang bidang umum

JENIS RUANG STANDAR

RUANG SUMBER KAPASITAS LUAS RUANG

Rg. Tamu /

Tunggu

3 m² / org EN 4 org 12 m²

Rg. Kepala Bag.

Tata Usaha

10 – 15 m² EN 1 org 15 m²

Rg. Staff Tata

Usaha

5,5 m² / org EN 5 org 27,5 m²

Page 128: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

110

Rg. Kepala Bag.

Personalia

10 – 15 m² EN 1 org 15 m²

Rg. Staff

Personalia

5,5 m² / org EN 5 org 27,5 m²

Rg. Kepala Bag.

Keuangan

10 – 15 m² EN 1 org 15 m²

Rg. Staff

Keuangan

5,5 m² / org EN 5 org 27,5 m²

Rg. Kepala Bag.

Humas

10 – 15 m² EN 1 org 15 m²

Rg. Staff Humas 5,5 m² / org EN 5 org 27,5 m²

Rg. Kepala Bag.

Perawatan

10 – 15 m² EN 1 org 15 m²

Rg. Staff

Perawatan

5,5 m² / org EN 5 org 27,5 m²

Rg. Kepala Bag.

Keamanan

10 – 15 m² EN 1 org 15 m²

Rg. Staff

Keamanan

5,5 m² / org EN 5 org 27,5 m²

Rg. Rapat 2,5 m² / org EN 12 org 30 m²

Jumlah 306,24 m²

Sirkulasi 30 % 91,87 m²

Total 398,11 m²

3. Ruang Bidang Operasional Teknis

Tabel 4.12 Ruang biadan operasional teknis

JENIS RUANG STANDAR

RUANG SUMBER KAPASITAS LUAS RUANG

Rg. Tamu / Tunggu

3 m² / org EN 4 org 12 m²

Rg. Kepala Bag. Pendidikan

10 – 15 m² EN 1 org 15 m²

Page 129: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

111

Rg. Staff Pendidikan

5,5 m² / org EN 5 org 27,5 m²

Rg. Kepala Bag. Perpustakaan

10 – 15 m² EN 1 org 15 m²

Rg. Staff Perpustakaan

5,5 m² / org EN 5 org 27,5 m²

Rg. Kepala Bag. Penataran

10 – 15 m² EN 1 org 15 m²

Rg. Staff Penataran

5,5 m² / org EN 5 org 27,5 m²

Rg. Kepala Bag. Pertunjukan

10 – 15 m² EN 1 org 15 m²

Rg. Staff Pertunjukan

5,5 m² / org EN 5 org 27,5 m²

Rg. Kepala Bag. Observatorium

10 – 15 m² EN 1 org 15 m²

Rg. Staff Observatorium

5,5 m² / org EN 5 org 27,5 m²

Rg. Rapat 2,5 m² / org EN 12 org 30 m²

Jumlah 263,74 m²

Sirkulasi 30 % 79,12 m²

Total 342,86 m²

d. Fasilitas Servis

Tabel 4.13 Fasilitas servis

JENIS RUANG STANDAR

RUANG SUMBER KAPASITAS LUAS RUANG

Rg. Informasi 6 m² / org EN 3 org 18 m²

Mushallah :

Tempat

Sholat

Tempat

Wudhu

0,8 m² / org 0,6 m² / org

EN EN

40 org 14 org

32 m² 8,4 m²

Rg. P3K /

Kesehatan

23 m² / unit EN 1 unit 23 m²

Rg. Fire service 20 m² /unit EN 1 unit 20 m²

Page 130: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

112

Cleaning

Service :

Rg. Cleaning

Service

Rg. Makan

Rg. Loker

1 m² / org 0,5 m² / org

10 m² / unit (20

pintu)

EN EN

EN

20 org 20 org

1 unit (20

pintu)

20 m² 10 m²

10m ²

Bengkel /

Workshop

5 m² / org EN 4 org 20 m²

Rg. Kontrol

Rg. Kontrol

Tata Suara

Ruang

Kontrol

Cahaya

3,25 m² / org

3,25 m² / org

EN

EN

3 org

3 org

9,75 m²

9,75 m²

Rg. Security 0,8 m² / org EN 5 org 4 m²

Rg. ME 5 m² / org EN 4 org 20 ²

Rg. AHU 5 m² / org EN 4 org 20 m²

Rg. ATM Centre 0.8 m² / unit atm EN 4 unit atam 3,2 m²

Gudang 20 m² / unit EN 1 unit 20 m²

Lavatory :

Pria

KM / WC

Urinoir

Wastafel

Wanita :

KM / WC

0,85 m x 1,5 m =

1,275 m² / unit

0,49 m x 0,33 m =

0,16 m² / unit

0,58 m x 0,48 m =

0,28 m²

0,85 m x 1,5 m =

1,275 m² / unit

EN

EN

EN

EN

3 org

3 org

2 org

3 org

3,82 m²

0,48 m²

0,56 m²

3,82 m²

Page 131: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

113

Wastafel 0,58 m x 0,48 m =

0,28 m²

EN 2 org 0,56 m²

Jumlah 257,34 m²

Sirkulasi 30 % 77,20 m²

Total 334,54 m²

Keterangan:

EN = Data Arsitek

TSS = Time Saver Standart For Interior Design and Space

Planing

ASM = Berdasarkan Studi Literatur Pada Bangunan

Sejenisnya

Jumlah ruang yang dibutuhkan sebanyak 76 ruang. Setelah

didapatkan perhitungan jumlah dan besaran ruang pada tiap-tiap

ruang, maka selanjutnya dilakukan rekapitulasi besaran ruang

dan analisa fungsi ruang luar yang diuraikan berikut ini:

a. Rekapitulas Perhitungan Besaran Ruang

Tabel 4.14 Rekapitulas Perhitungan Besaran Ruang

No Jenis Ruang Luas Ruang

1 Fasilitas Pertunjukan 1.243,12 m²

2 Fasilitas Pameran 1.099,8 m²

3 Fasilitas Edukasi 467,01 m²

4 Fasilitas Peneropongan dan

Observasi

410,15 m²

5 Fasilitas Membaca 224,17 m²

6 Fasilitas Komersil 561,6 m²

7 Ruang Direksi 173,75 m²

8 Ruang Bidang Umum 398,11 m²

9 Ruang Bidang Operasional

Teknis

342,86 m²

10 Fasilitas Servis 334,54 m²

Page 132: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

114

Total 5.255,11 m²

= 5.255 m²

b. Analisa Fungsi Ruang Luar

Perhitungan Kebutuhan Luas Lahan Parkir, berdasarkan

pada standar luasan parkir menurut teori Fred Lawson:

a) Parkir mobil

b) Parkir motor

Tabel 4.15 Kebutuhan parkir bangunan

Jenis Ruang Pendekatan Sumber Total

(m2)

Parkir

Pengelola

(100 orang)

Diasumsikan, dari 100 orang

pengelola, sebanyak 70% naik

mobil. Sehingga parkir mobil

sebesar 15 m2 x 70 Unit = 1.050

m2 EN 1.110 m²

Diasumsikan, dari 100 pengelola,

sebesar 25% yang naik motor.

Sehingga parkir motor sebesar 2

m2 x 30 Unit = 60 m2

Parkir

Pengunjung

Parkir mobil pengunjung

disediakan 70 % dari 750

pengunjung. Diasumsikan 1

mobil membawa 4 orang. Maka

750 x 70 = 52.000 / 100 = 525.

Jadi, 525 / 4 = 131 unit mobil.

Sehingga 131 unit x 15 m2 =

1.965 m2

EN

2.401 m² =

2.400 m²

Parkir sepeda motor pengunjung

disediakan 30 % dari 750

pengunjung. Diasumsikan 1

sepeda motor membawa 2 orang.

EN

Page 133: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

115

Maka 750 x 30 = 22.500 / 100 =

225. Jadi 225/2 = 112,5 = 113 unit

sepeda motor. Sehingga 113 unit

x 2m2 = 226 m2

Parkir Bus, lebar bis 2,50m,

panjang bus 12m, maka luas bus

= 30 m2. Diasumsikan terdapat 7

bus, maka luasan keseluruhan

untuk parkiran bus adalah 30 m2

x 7 = 210 m2.

EN

Jumlah 3510 m²

Sirkulasi 20 % 702 m²

Total 4.212 m²

Jadi diketahui luas bangunan keseluruhan (BC) adalah

5.255 m2, dengan luas parkir 4212 m2. Maka dapat dihitung

luas open space dengan perbandingan 30% : 70% dari luas

bangunan. Sehingga dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut :

Open Space (OS) = 70 / 30 x Luas Bangunan (BC)

= 70/30 x 5.255 = 12.261 m2

Tabel 4.16 Kebutuhan total luas bangunan

No Jenis Kebutuhan Ruang Luas (m2)

1 Luas Bangunan ( BC ) 5.255

2 Open Space ( OS ) 12.261

3 Parkir 4.212

Total 21.728 M2 = ± 2,2 Ha

Page 134: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

116

3. Konsep Hubungan Ruang

a. Kelompok Fasilitas Utama

Skema 4.1 Hubungan ruang fasilitas utama

Page 135: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

117

b. Kelompok Fasilitas Penunjang

1. Fasiltas Peneropongan dan Observasi

Skema 4.2 Hubungan ruang fasilitas peneropongan dan observasi

2. Fasilitas Membaca

Skema 4.3 Hubungan ruang fasilitas membaca

Page 136: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

118

3. Fasilitas Komersil

Skema 4.4 Hubungan ruang fasilitas komersil

c. Kelompok Fasilitas Pengelola

1. Fasilitas Direksi

Skema 4.5 Hubungan ruang fasilitas direksi

Page 137: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

119

2. Fasilitas Bidang Umum

Skema 4.6 Hubungan ruang fasilitas bidang umum

Page 138: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

120

3. Fasilitas Bidang Operasional Teknis

Skema 4.7 Hubungan ruang fasilitas bidang opersional teknis

Page 139: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

121

d. Kelompok Fasilitas Service

Skema 4.8 Hubungan ruang fasilitas service

4. Konsep Sirkulasi dalam Bangunan

Sirkulasi dalam bangunan berfungsi sebagai suatu fasilitas

penghubung atau mempermudah dalam menjangkau unit-unit

kegiatan dalam bangunan. Pola sirkulasi pada planetarium

terbagi atas dua, yaitu:

a. Pola sirkulasi horizontal

Pada umumnya pola sirkulasi horizontal yang dipakai dalam

bangunan adalah selasar. Hal yang perlu diperhatikan dalam

penggunaan selasar sebagai sirkulasi horizontal, sebagai

berikut:

Jenis kegiatan yang berlangsung.

Arah sirkulasi yang jelas.

Tingkat privasi antar kegiatan dan jenis ruang.

Page 140: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

122

Keamanan dan kenyamanan pemakai ruang.

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan pada pola sirkulasi

yang direncanakan bagi pengunjung dan pengelola, sebagai

berikut:

Kelancaran dan kejelasan sirkulasi.

Keamanan dan kenyamanan.

b. Pola sirkulasi vertikal

Pola sirkulasi vertikal ini bertujuan menghubungkan

bangunan bertingkat. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

pola sirkulasi vertikal, sebagai berikut:

Kelancaran aliran pengunjung.

Efisiensi pencapaian.

Kapasitas pelayanan.

Dapat terlihat langsung dan jelas.

Keamanan dan kenyamanan.

Umumnya pada pola sirkulasi vertikal ini memakai tangga

manual, eskalator, dan elevator. Namun pada bangunan

planetarium ini nantinya untuk pola sirkulasi vertikal hanya

menggunakan tangga manual dan elevator (lift).

Tangga manual

Gambar 4.25 Struktur tangga manual

Sumber: google.co.id

Page 141: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

123

Gambar 4.26 Dimensi anak tangga

Sumber: google.co.id

Elevator / Lift

Gambar 4.77 Struktur elevator / lift

Sumber: google.co.id

Lift adalah angkutan transportasi vertikal yang

digunakan untuk mengangkut orang atau barang. Lift

umumnya digunakan di gedung-gedung bertingkat

tinggi; biasanya lebih dari tiga atau empat lantai.

Gedung-gedung yang lebih rendah biasanya hanya

mempunyai tangga atau eskalator. Lift-lift pada zaman

Page 142: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

124

modern mempunyai tombol-tombol yang dapat dipilih

penumpangnya sesuai lantai tujuan mereka, Terdapat

tiga jenis mesin, yaitu Hidraulik, Traxon atau katrol tetap,

dan Hoist atau katrol ganda, Jenis hoist dapat dibagi lagi

menjadi dua bagian, yaitu hoist dorong dan hoist tarik.

Lift ini, sering disebut elevator, yang merupakan alat

angkut untuk mengangkut orang atau barang dalam

suatu bangunan yang tinggi. Lift dapat dipasang untuk

bangunan yang tingginya lebih dari 3 lantai, karena

kemampuan orang untuk naik turun dalam menjalankan

tugasnya hanya mampu dilakukan sampai 3 lantai.

Lift dapat dibagi menurut fungsinya:

a) Lift penumpang, (passanger elevator) digunakan

untuk mengangkut manusia.

b) Lift barang, (fright elevator) digunakan untuk

mengangkut barang.

c) Lift uang/ makanan (dumb waiters).

d) Lift pemadam kebakaran (biasanya berfungsi

sekaligus sebagai lift barang).

5. Konsep Pendekatan Bentuk dan Penampilan Bangunan

Dalam menentukan bentuk bangunan, tidak lepas dari

pertimbangan fungsi bangunan, dimana bangun ini berfungsi

sebagai tempat edukasi dan rekreasi dalam bidang ilmu

astronomi. Ilmu astronomi sendiri mempelajari tentang

fenomena –fenomena yang terjadi di bumi, planet-planet, luar

angkasa dan lain sebagainya.

Ada 3 bentuk dasar yang dapat dijadikan dasar pengembangan

bentuk dasar bangunan, yaitu:

a. Lingkaran, sifatnya lembut, tidak monoton, fleksibel, kurang

terarah.

b. Segi empat, sifatnya stabil, formal, monoton, kaku.

c. Segi tida, sifatnya aktif, dinams, ekspresif.

Page 143: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

125

6. Konsep Sistem Struktur Bangunan

Dalam menentukan sistem struktur pada bangunan ada

beberapa dasar pertimbangan yang harus diperhatikan, yaitu:

1. Persyaratan struktur yang kuat, stabil, dan ekonomis.

2. Tahan terhadap pengaruh luar, seperti kebakaran, gempa

bumi, angin, daya dukung tanah, suhu dan iklim.

3. Dapat mendukung penampilan bangunan sesuai dengan

analogi bentuk bangunan terpilih.

4. Mudah dalam pemeliharaan dan perawatan.

Sistem struktur dibagi dalam tiga kelompok besar, yaitu:

1. Sub Struktur (struktur bagian bawah bangunan)

Sub struktur yang digunakan pada bangunan planetarium

adalah pondasi tiang pancang.

Keunggulan tiang pancang, yaitu:

a. Pelaksanaannya mudah

b. Ekonomis

c. Lebar bentangan cukup

d. Mudah disesuaikan dengan modul struktur

Kekurangan pondasi tiang pancang, yaitu :

a. Pelaksanaannya menimbulkan getaran dan bising.

b. Bila pelaksanaannya tidak dilakukan dengan baik, maka

akan cepat hancur.

2. Super Struktur (struktur bagian tengah bangunan)

Super struktur adalah sistem sturktur yang berada di atas

sub struktur yang berfungsi menyalurkan beban bangunan

pada sub struktur yang kemudian didistribusikan ke tanah

melalui elemen strukturnya. Sistem super struktur harus

memiliki daya tahan dan mampu menahan panas dan api.

Sistem struktur yang diterapkan pada bangunan planetarium

adalah struktur rangka benton.

Keunggulan struktur rangka beton, yaitu:

a. Menggunakan unsur kolom dan balok.

Page 144: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

126

b. Ruang yang dihasilkan cukup fleksibel.

c. Kuat dalam menahan gempa.

Kekurangan struktur rangka beton, yaitu:

a. Dimensi relatif besar untuk bentang lebar.

b. Jarak antara kolom relatif pendek.

3. Upper Struktur (struktur bagian atas bangunan)

Upper struktur adalah struktur bagian atas bangunan

palnetarium. Slah satu ciri bangunan planetarium adalah

adanya atap kubah yang di dalamnya merupakan ruang

pertunjukan. Untuk konsep perancangan Planetarium di

objek wisata alam Malino nantinya untuk bagian upper

strukturnya menggunakan struktur bentang lebar yatiu

struktur shell.

Keunggulan struktur shell, yaitu:

a. Sesuai untuk ruang bentang lebar.

b. Mendukung bentuk lengkung / kubah.

c. Efisien dalam penggunaan material.

d. Dapat menahan gaya yang relatif besar.

Kekurangan struktur shell, yaitu:

a. Biaya yang dikeluarkan cukup mahal.

7. Konsep Sistem Utilitas Bangunan

a. Sistem Pencahayaan

Secara umum penerapan pencahayaan pada Planetarium

yang akan direncanakan menggunakan sistem

pencahayaan alami dan sistem pencahayaan buatan. Pada

saat siang hari pencahayaan alami lebih diutamakan untuk

digunakan semaksimal mungkin. Tiap ruangan memiliki

bukaan yang memadai untuk memasukkan energi matahari.

Adapun untuk ruang yang tidak memungkinkan, dibantu

dengan sistem pencahayaan buatan.

Page 145: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

127

Pencahayaan buatan digunakan secara maksimal pada

malam hari. Penempatan sistem penerangan buatan

tersebut antara lain:

1) Penerangan umum.

Penerangan umum ini digunakan pada ruang-ruang

yang tidak terlalu membutuhkan adanya permainan

cahaya. Seperti: ruang pengelola, ruang service, dan

sebagainya.

2) Penerangan khusus.

Penerangan khusus digunakan pada ruang-ruang yang

membutuhkan kesan keindahan dalam permainan

cahaya. Seperti; ruang teater bintang, ruang pameran,

dan lain sebagainya.

3) Penerangan setempat dan tambahan.

Penerangan setempat dan tambahan digunakan pada

eksterior untuk menunjang keberadaan bangunan.

Seperti: lampu mercuri, lampu taman dan lampu sorot.

b. Sistem Penghawaan

Sistem penghawaan yang digunakan adalah sistem

penghawaan alami dan penghawaan buatan yang

penerapannya terpisah. Sistem penghawaan alami dengan

pengaturan sirkulasi udara melalui bukaan-bukaan

dikondisikan secara merata sehingga dapat menjangkau tiap

sudut ruang tertentu.

Kondisi daerah yang ekstrim digunakan unsur penahan

angin misalnya pohon, sehingga memungkinkan ruang

cukup memiliki bukaan kecil yang dapat diatur lebarnya

untuk mengantisipasi tiupan angin yang kencang.

Jarak antara unit bangunan diusahakan memiliki space

untuk sirkulasi udara, begitu pula antara elemen luarnya.

Elemen peneduh berupa pepohonan diupayakan agar

Page 146: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

128

mampu membantu proses penyejukan udara, utamanya

pada saat iklim menjadi panas.

Secara umum aliran udara yang terjadi dalam bangunan

utamanya yang menggunakan penghawaan alami

diusahakan agar terjadi ventilasi silang. Terkecuali pada

ruang yang menggunakan penghawaan buatan, hal ini agak

berbeda sistemnya.

Penggunaan sistem penghawaan buatan diterapkan

pada ruang-ruang yang sifatnya khusus. Ruang seperti ini

memiliki sifat tertutup, spesifikasi kapasitas dan suasana,

seperti: ruang teater bintang.

Gambar 4. 28 Sistem penghawaan AC Central

Sumber: google.co.id

c. Sistem Plumbing

2. Air bersih

Sumber air bersih untuk kebutuhan Planetarium berasal

dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan Deep

Well sebagai cadangan apabila penyaluran PDAM

bermasalah. Kebutuhan air yang dilayani yaitu

Page 147: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

129

kebutuhan dalam bangunan seperti toilet, sprinkler, dan

hydrant.

3. Air kotor

Penyelesaian masalah pembuangan air kotor / disposal

padat dapat dilakukan dengan cara pembuatan saluran

pembuangan air hujan dan air kotor lainnya menuju ke

bak peresapan. Serta untuk buangan air closet, westafel

dan urinoir dibuatkan tempat penampungan (septictank)

dan selanjutnya ke bak peresapan.

d. Sistem Jaringan Listrik

Penggunaan listrik pada bangunan ini sangat sensitif, oleh

sebab itu perencanaan listrik harus tepat, dimulai dari

sumber listrik, instalasi, sampai pada titik-titik penggunaan.

Sumber listrik berasal dari PLN dan sebagai cadangan

digunakan Diesel Generating Set (Genset). Penggunaan

genset dimaksudkan untuk melayani beban-beban listrik

yang harus tetap hidup pada saat aliran listrik dari PLN

terputus. Genset ini dilengkapi dengan AMF (Automatic Main

Failure) yakni jika sambungan dari PLN terputus maka dalam

waktu 3 – 7 detik secara otomatis sumber tenaga listrik

digantikan oleh genset tersebut.

Sistem jaringan listrik juga dihubungkan dengan system Fire

alarm apabila terjadi kebakaran maka secara otomatis dalam

waktu singkat hubungan listrik untuk bangunan akan

terputus, kecuali untuk unit pompa pemadam kebakaran

(pompa hydrant).

e. Sistem Jaringan Komunikasi

Sistem komunikasi pada Planetarium terbagi menjadi dua,

yaitu:

1. Sistem komunisi hubungan eksternal

Page 148: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

130

a. Telephone, alat komunikasi dua arah baik keluar

maupun ke dalam bangunan menggunakan jasa

perusahaan umum telekomunikasi.

b. Telex, alat komunikasi menggunakan gelombang

radio yang dilengkapi catatan tertulis.

c. Faksimile.

d. PABX (Private Automatich Branch Exchange),

pengontrol keluar masuk gedung.

e. Internet, sebagai komunikasi, transfer data dan lain

sebagainya.

2. Sistem komunikasi hubungan internal

a. Sistem penataan suara (Sound System), digunakan

untuk musik, narasi pertunjukan, panggilan,

pengumuman, serta keamanan.

b. Intercom, komunikasi bersifat privat digunakan oleh

pengelola untuk kepentingan perkantoran.

f. Sistem Tata Suara

Sistem tata suara yang digunakan pada planetarium terlebih

khusus pada ruangan pertunjukan, adalah:

a. Disekeliling antara layar kubah dan dinding dipasang

speaker kecil pada setiap jarak 5 meter.

b. Pada titik azimuth 450dari horizontal dipasang sepasang

speaker induk berselang seling bagian kanan dan kiri

untuk efek suara.

g. Sistem Akustik Pertunjukan

Ruang pertunjukan planetarium menggunakan

persyaratan ruang akustik. Salah satu persyaratan akustik

yang harus diperhatikan adalah sumber bunyi. Sehingga

permukaan dinding disekeliling ruang pertunjukan ruang

akustik digunakan bahan yang memantulkan bunyi.

Dalam perancangan ruang pertunjukan ini, perancangan

akustiknya lebih menjurus kepada kegiatan mendengarkan

Page 149: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

131

narasi dengan baik daripada suara audio, hal ini dilakukan

karena jarang dimungkinkan menyediakan akustik yang baik

untuk kegiatan narasi dan audio secara bersamaan.Agar

suara narator lebih mudah diserap, maka lantai peserta

dibuat miring, dengan pemasangan praktis adalah dengan

menggunakan tangga yang dangkal dan rendah di bawah

tempat duduk dengan posisi speaker didepan ruang.Namun,

dalam beberapa tempat yaitu dari dinding bagian belakang

tempat proyektor dan sebagaian lantai dipasang peredam

suara untuk menghindari efek dead space. Peredam suara

dapat ditempakan pada bagian:

a. Langit-langit

Menggunakan plat aluminium berlubang, udara dalam

lubang akan bergetar jika ada suara. Dengan demikian

suara akan terserap. Pada bagian belakang aluminium

dipasang lapisan glass-wool untuk membantu meredam

suara.

b. Dinding Menggunakan plat aluminium berpori seperti

langit- langit sekaligus sebagai peredam.

c. Lantai Dilapisi material berbahan dasar tebal lunak

seperti karpet sebagai peredam.

h. Sistem Keamanan Bangunan

1. Penanggulangan dan Pencegahan Bahaya Kebakaran

Pengamanan terhadap pencegahan bahaya kebakaran

termasuk penanggulangannya diupayakan untuk:

a. Penggunaan Fire Alarm / Detector

Yaitu pemasangan alat untuk mendeteksi adanya

bahaya kebakaran, seperti smoke detector dan heat

detector yang bekerja selama 1 x 24 jam.

b. Metode Pemadaman

Sprinkler

Page 150: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

132

Yakni sistem pemadaman dengan metode

semburan air pada lokasi kebakaran secara

otomatis oleh alat penyemprotan gantung.

Instalasi alat pemadaman ini ditempatkan pada

plafond dan bekerja secara otomatis jika terjadi

kenaikan suhu yang batasnya di luar toleransi

detector. Setiap sprinkler head diakomodasikan

untuk dapat melayani areal kurang lebih 37,5 m².

Gambar 4.8 Macam-macam sprinkler

Sumber: google.co.id

Hydrant Box

Hydrant Box yang berisi peralatan pemadaman

ditempatkan pada setiap lantai, masing-masing

pada tiap jarak antara 25 – 30 meter.

Page 151: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

133

Gambar 4.9 Hydrant box

Sumber: google.co.id

Peralatan diluar bangunan berupa hydrant pillar

yang ditempatkan pada halaman gedung pada

jarak 30 – 50 meter.

Gambar 4.10 Hydrant pillar

Sumber: google.co.id

Tabung Portable

Tabung portable (exhtinguisher) yang sifatnya

indepdenent, berisi zat pemadam aktif CO2,

ditempatkan pada daerah-daerah yang mudah

dijangkau.

Page 152: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

134

Gambar 4.11 Tabung portable

Sumber: google.co.id

c. Metode Evakuasi

Metode ini adalah penunjang system keselamatan

dalam bangunan yakni dengan menyediakan pintu-

pintu dan tangga darurat bagi kepentingan evakuasi.

Ukurannya disesuaikan dengan syarat standar

kebutuhan bagi keadaan darurat.

2. Pengamanan Terhadap Tindak Kejahatan

Pengamanan terhadap kemungkinan bahaya tindak

kejahatan diupayakan dengan cara, antara lain:

a. Pengawasan dan penjagaan menggunakan

tenaga satuan pengamanan dengan pos-pos di

dalam maupun di luar bangunan dengan

dilengkapi dengan sistem komunikasi.

b. Lampu-lampu luar direncanakan untuk tetap

menyala pada malam hari, sedang dalam

ruangan digunakan lampu berarus kecil.

c. CCTV

Page 153: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

135

Gambar 4.12 Sistem keamanan dengan CCTV

Sumber: google.co.id

3. Pengamanan Terhadap Bahaya Petir

Pengaplikasian sistem penangkal petir berfungsi untuk

mencegah sambaran petir yang dapat mengakibatkan

bahaya kebakaran, ledakan, dan kerusakan pada

bangunan planetarium. Sistem penangakal petir yang

sesuai pada planetarium adalah sistem penangkal petir

frangklin meskipun cara kerjanya lebih konvensional

dibandingkan sistem radioaktif. Sistem ini menggunakan

power head( 25-90 cm) yang diletakkan pada puncak

bangunan. Sudut perlindungan berkisar 450. Syarat

instalasi terminal udara :

Tinggi tongkat dari permukaan bangunan 25-90 cm.

Sudut lintang terhadap bangunan 40-450.

Jarak antara tongkat 6 meter.

Syarat instalasi terminal tanah :

Luas atap kurang dari 60 m².

Tiap pertambahan luas 30 m².

Jarak konduktor maksimum 30 m

Panjang elektroda pertanahan 2,8 m.

Page 154: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

136

Gambar 4.13 Model sistem penangkal petir

Sumber: Sistem Utilitas Bangunan

Antena 25-90

cm

Elektroda

Pentanahan

Daerah

Perlindungan

Terminal Tanah

45°

Page 155: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

137

DAFTAR PUSTAKA

Gautama, Sunkar Eka. 2010. Astronomi dan Astrofisika. Makassar.

A. E. Roy and D. Clarke, 2006, Astronomy, Principles and Practice 4th

Edition, Institute of Physics Publishing Bristol and Philadelphia.

Gunawan, Hans. 2006.Modul Persiapan Menuju Olempiade Sains

Nasional Bidang : Asronomi. Jakarta.

Usman Hananpi dan Kasim Syahruddin. 2012. Wawasan IPTEKS.

Makassar: UPT MKU Unhas.

BPS Kabupaten Gowa 2012

www.planetarium.jakarta.go.id

www.as.itb.ac.id

https://en.wikipedia.org/wiki/Globe_of_Gottorf

http://astronomi-id.blogspot.co.id/2013/03/mengenal-planetarium-dan-

observatorium.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Observatorium

https://oediku.wordpress.com

http://bosscha.itb.ac.id/in/tentang-bosscha.html

https://febbivandia.wordpress.com/2012/02/23/laporan-observasi-

boscha-bandung/

https://id.wikipedia.org/wiki/Observatorium_Bosscha

https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jakarta_Planetarium.JPG

Sumber: http://intisari-

online.com//media/images/4747_selaksa_cahaya_mengepung_bos

scha.jpg

https://sandimandala.files.wordpress.com/2011/09/bosscha1.jpg

https://tinosyahbudi.wordpress.com/5-teleskop-yang-ada-di-

observatorium-boscha-bandung/

https://indonesiaproud.wordpress.com/2009/11/02/institut-teknologi-

bandung-buat-teropong-surya/

http://garutnews.com/observatorium-bosscha-juga-miliki-radio.html

http://www.communicatingastronomy.org/cap2007/images/local1.jpg

Page 156: PLANEATARIUM DI MALINO - Unhas

138

http://img.photobucket.com/albums/v671/MetroGardian/ktizon/planetariu

m/00000073.jpg

http://www.eugenfound.edu.gr/frontoffice/portal.asp?cpage=node&cnode

=6&clang

http://www.atobasahona.com/2016/07/pengertian-wisata-alam-dan-

pariwisata.html

https://petatematikindo.files.wordpress.com/2013/01/administrasi-

gowa1.jpg