TUGAS AKHIR - Unhas

96
TUGAS AKHIR Faktor-faktor penghambat dalam Penerapan Konstruksi Berkelanjutan pada Proyek Konstruksi Indonesia : Studi Kasus Proyek Konstruksi di Kota Makassar Disusun Oleh: NOVIANTO PAMBUDI D111 13 519 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018

Transcript of TUGAS AKHIR - Unhas

Page 1: TUGAS AKHIR - Unhas

TUGAS AKHIR

Faktor-faktor penghambat dalam Penerapan Konstruksi Berkelanjutan pada Proyek

Konstruksi Indonesia : Studi Kasus Proyek Konstruksi di Kota Makassar

Disusun Oleh:

NOVIANTO PAMBUDI

D111 13 519

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018

Page 2: TUGAS AKHIR - Unhas
Page 3: TUGAS AKHIR - Unhas

`

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil‘aalamin, atas rahmat dan hidayah yang telah

dilimpahkan oleh Allah SWT., maka penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini,

yaitu sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar

Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Hasanuddin.

Penulis menyadari bahwa di dalam tugas akhir yang sederhana ini terdapat

banyak kekurangan dan sangat memerlukan perbaikan secara menyeluruh.

Tentunya hal ini disebabkan keterbatasan ilmu serta kemampuan yang dimiliki

penulis, sehingga dengan segala keterbukaan penulis mengharapkan masukan dari

semua pihak.

Tentunya tugas akhir ini memerlukan proses yang tidak singkat.

Perjalanan yang dilalui penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini tidak lepas

dari tangan-tangan berbagai pihak yang senantiasa memberikan bantuan, baik

berupa materi maupun dorongan moril. Olehnya itu dengan segala kerendahan

hati, ucapan terima kasih, penghormatan serta penghargaan yang setinggi-

tingginya penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu, yaitu

kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, yaitu ayahanda Bambang Soenarto, dan ibunda

Widayati, atas kasih sayang dan segala dukungan selama ini, baik spritiual

maupun materi, serta seluruh keluarga besar atas sumbangsih dan dorongan

yang telah diberikan.

iii

Page 4: TUGAS AKHIR - Unhas

2. Bapak Dr. Ing. Ir. Wahyu H. Piarah, MS., M.Eng, selaku Dekan Fakultas

Teknik Universitas Hasanuddin Makassar.

3. Bapak Dr. Ir. Muhammad Arsyad Thaha, MT. selaku Ketua Jurusan Sipil

Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Makassar.

4. Ibu Dr. Rosmariani Arifuddin, ST. MT, selaku dosen pembimbing I, atas

segala kesabaran dan waktu serta nasihat yang telah diluangkannya untuk

memberikan bimbingan dan pengarahan mulai dari awal penelitian hingga

terselesainya penulisan tugas akhir ini.

5. Bapak Suharman Hamzah, ST. MT. Ph.D. Eng. HSE. Cert, selaku dosen

pembimbing II, yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan

bimbingan dan pengarahan mulai dari awal penelitian hingga terselesainya

penulisan tugas akhir ini.

6. Seluruh dosen, staf dan karyawan Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas

Hasanuddin Makassar.

7. Saudara-saudariku seangkatan 2013 Teknik Sipil, yang senantiasa

memberikan semangat dan dorongan dalam penyelesaian tugas akhir ini. Keep

on Fighting Till The End.

8. Saudara saya di Laskar yaitu Muh Rizky, Raiyan Ardyansyah, Hendra

Triantoro, Maharditya, Satria DC, Maulana dan Iswal Fajar yang selalu

memberikan semangat kepada saya

iv

Page 5: TUGAS AKHIR - Unhas

Tiada imbalan yang dapat diberikan penulis selain memohon kepada Allah

SWT., melimpahkan karunia-Nya kepada kita semua, Aamiin. Semoga karya ini

dapat bermanfaat bagi kita semua.

Makassar, Februari 2018

Penulis

v

Page 6: TUGAS AKHIR - Unhas

Faktor-faktor penghambat dalam Penerapan Konstruksi Berkelanjutan pada Proyek

Konstruksi Indonesia

Novianto Pambudi

Mahasiswa S1 Jurusan Sipil

Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

Jalan Poros Malino Km 6

Gowa, Sulawesi Selatan – Indonesia

E-mail : [email protected]

Dr.Rosmariani Arifuddin, ST. MT Suharman Hamzah, ST.MT,PhD. Eng, HSE Cert Pembimbing 1 Pembimbing 2

Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

Jalan Poros Malino Km 6 Jalan Poros Malino Km 6

Gowa, Sulawesi Selatan – Indonesia Gowa, Sulawesi Selatan – Indonesia

ABSTRAK

Konstruksi merupakan salah satu bagian dari proses pembangunan yang sangat

penting. Kebutuhan akan infrastruktur semakin hari semakin meningkat, akan tetapi

industri konstruksi ini sering kali menjadi penyebab utama pada masalah lingkungan.

Seringkali industri konstruksi bertentangan dengan kelestarian alam dan ketersediaan

sumber daya. Oleh karena itu dibutuhkan suatu konsep pemikiran yang jauh lebih luas,

yang tidak hanya memikirkan kebutuhan saat ini akan tetapi juga memperhitungkan

kebutuhan yang terjadi pada generasi mendatang, konsep ini disebut dengan pembangunan

berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa yang menjadi kendala

paling dominan dalam penerapan konstruksi berkelanjutan pada proyek konstruksi

gedung. Penelitian ini dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner yang ditujukan

kepada orang-orang yang terlibat dalam proyek konstruksi dari pihak kontraktor dan

pemilik proyek untuk mengisi kuesioner penelitian. Pengolahan data pada penelitian ini

menggunakan bantuan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi

20. teknik analisis data menggunakan uji validitas, reliabiliitas dan menggunakan

sistem ranking dari skor tertinggi sampai yang terendah pada setiap faktor. Hasil dari

analisa deskriptif terhadap sampel yang ada, menunjukkan bahwa terdapat 3 variabel

terpenting yang menghambat penerapan Konstruksi Berkelanjutan di antaranya yaitu:

Pemisahan biaya antara biaya awal konstruksi dengan biaya operasional, Diperlukan

waktu lebih lama selama proses pra-konstruksi dan Ketersediaan bahan dan peralatan

untuk konstruksi berkelanjutan. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk

menambah pengetahuan mengenai permasalahan utama yang menghambat pelaksanaan

konsep Konstruksi Berkelanjutan

Kata Kunci : Konstruksi Berkelanjutan , faktor penghambat konstruksi berkelanjutan

vi

Page 7: TUGAS AKHIR - Unhas

Obstacle Factors in Implementation of Sustainable Construction in Indonesia

Construction Project

Novianto Pambudi

Mahasiswa S1 Jurusan Sipil

Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

Jalan Poros Malino Km 6

Gowa, Sulawesi Selatan – Indonesia

E-mail : [email protected]

Dr.Rosmariani Arifuddin, ST. MT Suharman Hamzah, ST.MT,PhD. Eng, HSE Cert Pembimbing 1 Pembimbing 2

Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

Jalan Poros Malino Km 6 Jalan Poros Malino Km 6 Gowa, Sulawesi Selatan – Indonesia Gowa, Sulawesi Selatan – Indonesia

ABSTRAK

Construction is one part of the development process is very important. The need for

infrastructure is increasingly improved, but the construction industry is often a major cause

of environmental problems. Often the construction industry contrary to the conservation of

nature and availability of resources. Therefore needed a concept that is much broader idea,

which not only think about current needs but also take into account the needs that occur on

the next generation, this concept is called sustainable development. That requires an

assessment of a building to say how big the building is in conformity with the concept of

sustainable development. This study aims to determine what factors become the most

dominant obstacle in the implementation of sustainable construction on building construction

projects. This study was conducted by distributing questionnaires addressed to people

involved in construction projects from contractors and project owners to fill out the research

questionnaires. Data processing in this study using the help of SPSS (Statistical Product and

Service Solution) program data analysis techniques use the validity test, reliability and use

the ranking system from the highest score to the lowest on each factor. The results of

descriptive analysis of the existing samples indicate that there are three most important

variables that hinder the implementation of Sustainable Construction among them, this 3

variables are: Separation of costs between the initial cost of construction with operational

costs, It takes longer time during the pre-construction process and Availability of materials

and equipment for sustainable construction. The results of this study can be used to increase

knowledge about the main issues that hinder the implementation of the concept of

Sustainable Construction

Keywords: Sustainable Construction, obstacle of sustainable construction

vii

Page 8: TUGAS AKHIR - Unhas

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ...................................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ................................................................................................ iii

ABSTRAK ................................................................................................................ vi

ABSTRAC ................................................................................................. ………… vii

DAFTAR ISI ............................................................................................. ……….. viii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. ……….. xi

DAFTAR TABEL ...................................................................................... ……….. xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah ............................................................................. 3

1.3. Tujuan Penelitian .............................................................................. 3

1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................ 3

1.5. Batasan Masalah ............................................................................... 4

1.6. Sistematika Penulisan ....................................................................... 4

BAB II LANDASAN TEORI

2.1. Pendahuluan ..................................................................................... 6

2.2. Pembangunan Berkelanjutan ............................................................. 6

2.3. Konstruksi Berkelanjutan .................................................................. 9

2.4. Strategi Penerapan Konstruksi Berkelanjutan .................................... 16

2.5. Hambatan dari Penerapan Konstruksi Berkelanjutan ......................... 19

viii

Page 9: TUGAS AKHIR - Unhas

2.6. Peraturan Menteri Nomor 05 Tahun 2005 ......................................... 26

2.7. Aplikasi dari Prinsip Keberlanjutan pada Proyek Konstruksi ............. 31

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Pendahuluan ..................................................................................... 34

3.2. Tahapan Identifikasi......................................................................... 34

3.3. Pemilihan Stretegi Penelitian ........................................................... 36

3.4. Proses Penelitian ............................................................................... 40

3.4.1 Metode Analisis data .......................................................... 41

3.5. Diagram Alir Penelitian ................................................................... 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Profil Umum Pembahasan ................................................................ 45

4.1.1. Karakteristik Responden........................................................ 47

4.2. Pengujian Validasi dan Reabilitas .................................................... 49

4.2.1. Uji Validitas ......................................................................... 50

4.2.2. Uji Reliabilitas ..................................................................... 52

4.2.3. Mean dan Ranking ............................................................... 55

4.3. Pembahasan ..................................................................................... 61

4.3.1. Pembahasan Faktor Dominan ............................................... 61

4.3.1.1 Pemisahan biaya antara biaya awal konstruksi dengan

biaya operasional ................................................................... 61

4.3.1.2 Diperlukan waktu lebih lama selama proses pra-konstruksi

.............................................................................................. 63

4.3.2.3 Ketersediaan bahan dan peralatan untuk konstruksi

berkelanjutan ......................................................................... 66

ix

Page 10: TUGAS AKHIR - Unhas

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ....................................................................................... 69

5.2. Saran ................................................................................................ 70

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

x

Page 11: TUGAS AKHIR - Unhas

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Tiga Elemen Pembangunan Berkelanjutan .................................... 9

Gambar 2.2. Kerangka Pikir Konstruksi Berkelanjutan ....................................... 13

Gambar 2.3. Alur Pikir Penerapan Konstruksi Berkelanjutan .............................. 28

Gambar 2.4. Tahapan pada Proses Konstruksi .................................................... 31

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian .................................................................. 43

Gambar 4.1. Jabatan Responden.......................................................................... 47

Gambar 4.2. Pendidikan Responden … ....................................................... …. 48

Gambar 4.3. Pengalaman Responden di Dunia Konstruksi .................................. 49

Page 12: TUGAS AKHIR - Unhas

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Prinsip dan Strategi Penerapan Konstruksi berkelanjutan .................... 17

Tabel 2.2. Karakteristik dari Sustainable Building and Construction .................... 18

Tabel 3.1. Skala Faktor Penghambat Penerapan Konstruksi Berkelanjutan .......... 36

Tabel 3.2. Identifikasi Indikator Penghambat Penerapan Konstruksi

Berkelanjutan ....................................................................................... 39

Tabel 4.1. Profil Umum Responden ..................................................................... 45

Tabel 4.2. Pengelompokkan Responden .............................................................. 46

Tabel 4.3. Uji Validitas ....................................................................................... 51

Tabel 4.4. Uji Reliabilitas Cronbach’s Alpha ....................................................... 53

Tabel 4.5. Reliability Statistics ............................................................................ 54

Tabel 4.6. Nilai Mean dan Ranking ..................................................................... 55

Tabel 4.7. Hasil Pengelompokan Faktor Dominan ................................................ 59

Tabel 4.8. Hasil Faktor-Faktor Dominan .............................................................. 60

Tabel 4.9. Hasil Faktor-Faktor Dominan Akhir.................................................... 61

Page 13: TUGAS AKHIR - Unhas

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri konstruksi merupakan industri yang mencakup semua pihak yang

terkait dengan proses konstruksi termasuk tenaga profesi, pelaksana konstruksi,

juga para pemasok yang bersama-sama memenuhi kebutuhan pelaku dalam

industri (Hillebrandt, 1985). Dibandingkan dengan industri pabrikan

(manufacture), bidang konstruksi mempunyai karakteristik yang sangat spesifik

dan unik., dimana setiap proyek menghadirkan persoalan yang berbeda pada

setiap proses pengerjaannya. Hal ini disebabkan oleh kondisi yang mempengaruhi

proses suatu proyek konstruksi berbeda satu sama lain (Ervianto, 2004).

Konstruksi merupakan salah satu bagian dari proses pembangunan yang

sangat penting. Kebutuhan akan infrastruktur semakin hari semakin meningkat,

akan tetapi industri konstruksi ini sering kali menjadi penyebab utama pada

masalah lingkungan. Seringkali industri konstruksi bertentangan dengan

kelestarian alam dan ketersediaan sumber daya. Oleh karena itu dibutuhkan suatu

konsep pemikiran yang jauh lebih luas, yang tidak hanya memikirkan kebutuhan

saat ini akan tetapi juga memperhitungkan kebutuhan yang terjadi pada generasi

mendatang, konsep ini disebut dengan pembangunan berkelanjutan. Untuk itu

dibutuhkan penilaian terhadap suatu bangunan untuk mengatakan seberapa besar

bangunan tersebut telah sesuai dengan konsep pembangunan berkelanjutan.

Page 14: TUGAS AKHIR - Unhas

2

Konstruksi Berkelanjutan menjadi konsep yang sesuai untuk mencegah

kerusakan lingkungan terus berlanjut dan memutuskan mata rantai eksploitasi

sumber daya alam (SDA) yang tidak terbarukan.

Dengan menerapkan pembangunan yang ramah lingkungan atau

konstruksi yang berkelanjutan dapat meminimalisasi penumpukan limbah sisa

pembangunan dan mampu mereduksi pemakaian sumber daya alam yang

jumlahnya kian waktu semakin berkurang. Dari konsep green contruction ini

limbah – limbah sisa pembangunan yang masih bagus dapat digunakan secara

berkelanjutan dari proyek satu ke proyek yang lainnya yang secara tidak langsung

sudah menghemat pemakain sumber daya alam, dalam hal ini manajer proyek

sebagai orang berwenang mengatur , mengawasi dan pembuat keputusan sangat

berpengaruh dalam penghematan sumber daya alam yang dipakai.

Davy Sukamta (2009) menyatakan bahwa pengusaha konstruksi di

Indonesia memandang penerapan konsep green construction masih belum

menguntungkan dan mereka belum memikirkan kualitas yang akan dihasilkan.

Pada hal kenyataannya dalam penerapan konsep green construction tidak akan

mengurangi kualitas, bahkan bisa sebaliknya. Oleh sebab itu konsep green

construction akan tetap terbuka lebar untuk dikaji dan diterapkan di Indonesia.

Mengingat akan konstruksi berkelanjutan dapat tercipta jika pembangunan

tersebut dapat memenuhi tiga tujuan sekaligus, yaitu aspek ekonomi, sosial, dan

lingkungan, penulis merasa perlu meneliti tentang implementasi konstruksi

berkelanjutan pada proyek konstruksi terutama proyek konstruksi bangunan di

kota Makassar

Page 15: TUGAS AKHIR - Unhas

3

Atas dasar inilah, penulis memilih judul sebagai tugas akhir :

“Faktor-faktor penghambat dalam Penerapan Konstruksi

Berkelanjutan pada Proyek Konstruksi Indonesia : Studi Kasus Proyek

Konstruksi di Kota Makassar”

1.2 Rumusan Masalah

Diperlukan penelitian yang menjawab apa yang harus dilakukan untuk benar-

benar menerapkan konstruksi berkelanjutan, untuk itu terdapat pertanyaan yang

harus terjawab pada penelitian ini, yaitu “

a) Mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang menjadi dominan dalam

menghambat penerapan konsep konstruksi berkelanjutan

b) Menganalisis bagaimana faktor-faktor tersebut menghambat penerapan

konstruksi berkelanjutan?

c) Bagaimana faktor-faktor tersebut dikembangkan dalam penerapan

konstruksi berkelanjutan?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penyusunan penelitian ini adalah:

a) Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor dominan

yang menghambat penerapan konstruksi berkelanjutan dalam suatu proyek

kontruksi pembangunan gedung di Kota Makassar

b) Mengetahui bagaimana faktor-faktor tersebut menghambat penerapan

konstruksi berkelanjutan.

Page 16: TUGAS AKHIR - Unhas

4

c) Menyusun strategi penerapan di lapangan dalam penilaian

penghambat penerapan konstruksi berkelanjutan

1.4 Ruang Lingkup

a) Penelitian ini fokus pada factor-faktor pemghambat konstruksi

berkelanjutan pada proyek konstruksi di kota Makassar

b) Penelitian ini dilakukan dari perspektif kontraktor pada proyek konstruksi

c) Penelitian ini akan melibatkan para responden yang terlibat di proyek

konstruksi

1.5 Manfaat Penelitian

Diharapakan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi

sebagai berikut :

a) Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai referensi akademik mengenai

konstruksi berkelanjutan dan dapat digunakan sebagai acuan untuk

meningkatkan kualitas manajer proyek dalam kepeduliannya terhadap

kondisi lingkungan dalam pekerjaan proyek konstruksi

b) Memberikan wawasan pada dunia konstruksi akan pentingnya keselarasan

antara pembangunan dengan kelestarian lingkungan.

1.6. Sistematika Penulisan

Bab I : Pendahuluan

Page 17: TUGAS AKHIR - Unhas

5

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

ruang lingkup penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II : Tinjuan Pustaka

Bab ini terdiri kajian pustaka yang mengulas tentang penelitian sebelumnya yang

pernah dilakukan serta landasan teori yang memuat teori-teori yang digunakan

dalam lingkup tugas akhir ini, diantaranya adalah strategi penerapan konstruksi

berkelanjutan, hambatan dari penerapan konstruksi berkelanjutan, aplikasi dari

prinsip keberlanjutan pada proyek konstruksi, dan manajemen lingkungan

bangunan

Bab III : Metodologi Penelitian

Dalam bab ini dijelaskan mengenai jenis penelitian, variabel penelitian, instrumen

penelitian, prosedur dan teknik pengumpulan data, metode pengolahan dan

analisis data yang akan dipakai dalam penelitian ini

Bab IV: Analisis Data

Setelah data terkumpul maka dilakukan pengolahan data. Dalam bab inilah akan

dijelaskan tentang pengolahan serta analisis data penelitian ini.

Bab V : Kesimpulan dan Saran

Akhir dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan dan saran yang nantinya

diharapkan dapat menjadi masukan bagi semua kalangan yang akan atau sudah

berkecimpung dalam bidang usaha konstruksi.

Page 18: TUGAS AKHIR - Unhas

6

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pendahuluan

Pada bab ini dijelaskan kajian literatur yang berkaitan dengan konstruksi

berkelanjutan dan indikator-indikator penerapannya, kemudian akan dibahas juga

penjelasan umum dan teori mengenai sistem penilaian yang dilakukan

terhadap suatu proyek untuk mengidentifikasi seberapa besar penerapan

konstruksi berkelanjutan.

2.2 Pembangunan Berkelanjutan

Terdapat dua sudut pandang yang saling bertolak belakang dalam

menempatkan hakikat manusia di dalam lingkungan. Pertama adalah pandangan

yang meyakini bahwa lingkungan dan segala isinya tercipta untuk

memenuhi kebutuhan manusia semata dan ketika suatu pilihan

dihadapkan antara kepentingan manusia dan lingkungan, maka kepentingan

manusia harus selalu berada diatas segalanya, pandangan seperti ini disebut etika

Antroposentris

Senada dengan hal tersebut, menurut Rusmadi (2008) nalar antroposentrisme

merupakan penyebab utama munculnya krisis lingkungan. Antrosentrisme

merupakan suatu etika lingkungan yang memandang manusia sebagai pusat

ekosistem. Cara pandang antroposentris ini menyebabkan manusia

mengeksploitasi dan menguras sumber daya alam dengan sebesar-besarnya demi

kelangsungan hidupnya.

Page 19: TUGAS AKHIR - Unhas

7

Sassi (2006) menambahkan bahwa ancaman terhadap lingkungan bukan

hanya akibat ulah aktivitas manusia, tetapi juga akibat membengkaknya populasi

manusia, terutama pada negara berkembang dengan standar kehidupan

rendah/miskin. Korelasi antara kerusakan lingkungan dengan kemiskinan terletak

pada cara pengolahan sumber daya alam dan buangan limbah tanpa disertai upaya

pemulihan yang tepat akibat keterbatasan pengetahuan, keuangan dan

teknologi yang memadai

Pandangan Kedua adalah pandangan yang menempatkan lingkungan

dengan segala isinya dan manusia berdiri sejajar dan masing-masing berhak untuk

memiliki tempat di muka bumi, pandangan seperti ini disebut sebagai non-

Antroposentris/Ekosentris. Saat ini tidak sedikit berbagai pihak mulai menyadari

pentingnya etika Ekosentris.

Komisi PBB untuk Lingkungan dan Pembangunan pada tahun 1987 di

bawah pimpinan Gro Harlem Brundtland menelurkan suatu kesepakatan mengenai

keterkaitan antara konsep pembangunan dan pengelolaan lingkungan hidup, yang

kemudian dikenal sebagai konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable

development), yaitu suatu pembangunan yang mampu memenuhi kebutuhan

hidup masyarakat saat ini tanpa mengabaikan kemampuan generasi

mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Herman Daly dalam bukunya yang berjudul Steady State Economics

(1991) menyebutkan beberapa keadaan yang harus terpenuhi untuk

mencapai kondisi sustainability (Sassi, 2006, hal.2), sebagai berikut:

Page 20: TUGAS AKHIR - Unhas

8

tingkat penggunaan sumber daya terpulihkan tidak melebihi masa

regenerasi.

tingkat penggunaan sumber daya tidak dapat dipulihkan dapat dikurangi

dengan pengembangan sumber daya pengganti.

tingkat emisi polusi tidak melebihi kapasitas daya asimilatif lingkungan.

Dalam upaya menerapkan pembangunan berkelanjutan, hal utama yang

harus dipersiapkan adalah kematangan cara berpikir manusia dalam

memposisikan dirinya dalam lingkungan. Sependapat dengan Sassi (2006), walau

bagaimananapun menanggalkan cara berpikir antroposentris tidaklah mudah

apalagi dalam penerapannya terutama bagi masyarakat dengan standard

kehidupan rendah/miskin.

Etika dan gerakan lingkungan yang ditawarkan oleh Teori Ekosentrisme

memang menarik. Harus kita akui bahwa ini tidak mudah, karena menyangkut

pekerjaan besar mengubah mental dan perilaku individu dan juga masyarakat

dunia. Yang dihadapi adalah tembok kecenderungan materialisme dengan pola

produksi dan konsumsi yang sedemikian eksesif (Therik, 2008).

Untuk itu diperlukan pembangunan berkelanjutan yang tidak sebatas pada

perbaikan lingkungan. Pembangunan berkelanjutan dikatakan berhasil apabila

mencakup dua lingkup kebijakan lainnya yaitu keberlanjutan

pembangunan ekonomi, dan keberlanjutan pembangunan sosial.

Page 21: TUGAS AKHIR - Unhas

9

Gambar 2.1.Tiga Elemen pembangunan Berkelanjutan

(Sumber: Danusastro, 2010)

Skema pembangunan berkelanjutan terdapat pada titik temu tiga lingkup

lingkungan, sosial dan ekonomi (gambar 1), yang menjelaskan bahwa

pembangunan berkelanjutan memerlukan tiga sektor yang sama kuat dan

saling menunjang, yaitu: pertumbuhan ekonomi, perlindungan lingkungan dari

akibat buruk pembangunan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat

(Danusastro,2010).

2.3 Konstruksi Berkelanjutan

Proses pembangunan konstruksi memiliki nilai penghasil limbah dengan

jumlah yang cukup besar, hampir sekitar seperlima dari semua limbah yang

berkaitan dengan kegiatan industri adalah milik industri konstruksi. Limbah

ini dihasilkan pada setiap tahap dalam proyek konstruksi yang normal, dari

Page 22: TUGAS AKHIR - Unhas

10

pemilihan bahan dan material, pengolahannya, pengemasan, transportasi,

penggunaannya di lapangan, kegiatan perbaikan hingga pembuangannya

(V.Darsono ,1995)

Menurut UNEP (United Nations Environment Programme), konstruksi

berkelanjutan (Sustainable construction) adalah cara industri konstruksi untuk

berkembang mencapai kualitas pembangunan berkelanjutan, dengan

memperhitungkan pelestarian lingkungan, sosial-ekonomi dan budaya,

manajemen konstruksi, material, kualitas operasional bangunan, konsumsi energi

dan sumber daya alam. Konstruksi berkelanjutan membutuhkan pemikiran yang

mendalam, dibutuhkan sinergi antara berbagai metode dan pendekatan dengan

eksplorasi teknologi engineering, perencanaan dan berbagai strategi yang

mengutamakan kesejahteraan masyarakat dan lingkungan.

Prinsip mendasar dari pembangunan konstruksi berkelanjutan adalah

untuk menjaga bumi dalam kondisi yang mendukung kehidupan bagi generasi

yang akan datang. Konstruksi berkelanjutan pada lanjutannya adalah untuk

mewujudkan pembangunan berkelanjutan, yaitu pembangunan untuk memenuhi

kebutuhan generasi masa kini tanpa mengorbankan generasi masa depan dalam

memenuhi kebutuhannya di masa datang.

Oleh karena itu dalam konteks global pembangunan berkelanjutan harus

dilihat dari setidaknya 3 aspek utama :

1. Kemajuan Sosial

2. Pertumbuhan Ekonomi

3. Keseimbangan Ekologi

Page 23: TUGAS AKHIR - Unhas

11

Pada awalnya, pemahaman akan sustainabilitas dalam pembangunan

konstruksi hanya menekankan bagaimana mengatasi permasalahan yang tidak

lebih dari terbatasnya sumber daya yang ada, yang hingga saat ini tetap

menjadi dasar sebuah proyek pembangunan konstruksi, yaitu keterbatasan akan

biaya, waktu dan mutu.

Kemudian pemahaman tersebut berkembang, dengan menekankan lebih

kepada permasalahan teknis dalam konstruksi, seperti material, komponen

bangunan, teknologi konstruksi dan pelestarian energi yang berkaitan dengan

konsep desain. Sedangkan saat ini, pemahaman akan sustainabilitas dalam dunia

konstruksi semakin jauh berkembang, dan lebih menekankan kepada

permasalahan non-teknis, dan ini sangat penting untuk mewujudkan

pembangunan yang berkelanjutan, aspek-aspek non-teknis ini antara lain seperi

aspek ekonomi, aspek sosial, aspek kebudayaan, warisan-warisan budaya dan

lainnya.

Hal ini mengingat bahwa pembangunan berkelanjutan merupakan hal penting

yang harus dilakukan untuk dapat meningkatkan kesejahteraan

masyarakat, dan salah satu hal yang dapat menjadi pemicu dan pendorongnya

adalah kegiatan jasa konstruksi, dan terutama penerapan akan konsep konstruksi

berkelanjutan didalamnya (CIB,1999).

Berdasarkan Permen PUPR No. 05/PRT/M/2015 tentang Pedoman Umum

Implementasi Konstruksi Berkelanjutan pada Penyelenggaraan Infrastruktur Bidang

Pekerjaan Umum dan Permukiman, Pembangunan berkelanjutan berangkat dari

suatu tujuan yang mulia, yaitu mencapai kualitas hidup yang lebih baik bagi

masyarakat saat ini dan bagi generasi yang akan datang. Kondisi berkelanjutan ini

Page 24: TUGAS AKHIR - Unhas

12

dapat tercipta jika pembangunan tersebut dapat memenuhi tiga tujuan sekaligus,

yaitu aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Dengan mempertimbangan ketiga

aspek tersebut, pembangunan akan dirasakan manfaatnya oleh seluruh

masyarakat. secara inklusif, tidak memberikan dampak negatif terhadap

lingkungan hidup, dan dengan penggunaan sumber daya yang lebih efisien.

Pelaksanaan kegiatan penyelenggaraan infrastruktur dapat mengubah kondisi dan

fungsi lingkungan hidup, baik alam maupun kehidupan sosial, yang dalam siklus

hidupnya - mulai tahap pemrograman, perencanaan teknis, pelaksanaan

konstruksi, pemanfaatan, hingga pembongkaran akan mengkonsumsi banyak

sumber daya dan memberikan dampak kepada lingkungan hidup sekitarnya.

Oleh karena itu, infrastruktur yang diselenggarakan dengan memperhatikan

semua isu tersebut di atas sangat mendesak untuk diterapkan. Konstruksi

Berkelanjutan (sustainable construction) adalah sebuah pendekatan yang berawal

pada kesadaran sektor konstruksi terhadap pentingnya penerapan konsep

pembangunan berkelanjutan pada sektor konstruksi dalam menciptakan

infrastruktur yang diselenggarakannya. Pengertian dari konstruksi berkelanjutan

dideskripsikan oleh CIB (Conseil International du Bâtiment atau International

Council for Building), sebagaimana terlihat pada kerangka pikir pada Gambar 2 di

bawah ini.

Page 25: TUGAS AKHIR - Unhas

13

Gambar 2.2. Kerangka Pikir Konstruksi Berkelanjutan (Sumber:CIB)

Sumber: Permen PUPR No. 05/PRT/M/2015 Lampiran Bagian I

Berdasarkan kerangka pikir tersebut, pengertian konstruksi berkelanjutan

adalah semua kegiatan yang dilakukan pada setiap tahapan siklus hidup

infrastruktur, dari perencanaan (planning) hingga pembongkaran (deconstruction)

yang selalu mempertimbangkan penggunaan sumber daya, baik lahan, material,

air, energi maupun ekosistem, dengan menerapkan tujuh prinsip berkelanjutan,

yaitu reduce, reuse, recycle, protect nature, eliminate toxic, life-cycle costing, dan

quality. Dalam kerangka pikir tersebut lingkup konstruksi berkelanjutan meliputi

seluruh tahapan dari siklus hidup infrastruktur, termasuk tahap pelaksanaan

konstruksi. CIB juga mengidentifikasi perlunya sebuah kondisi awal atau

prasyarat yang harus dipenuhi dalam implementasi kerangka pikir konstruksi

berkelanjutan tersebut, terutama bagi negara-negara berkembang, seperti

Indonesia. Prasyarat yang harus ada dalam implementasi kerangka pikir

Page 26: TUGAS AKHIR - Unhas

14

konstruksi berkelanjutan terdiri dari teknologi, kelembagaan dan sistem tata nilai

(value system), yakni sebagai berikut:

1. Prasyarat Teknologi.

Diperlukan adanya terobosan dan inovasi teknologi yang diperoleh melalui

penelitian dan pengembangan dan mengadopsi budaya/ kearifan lokal dalam

konteks kemudahan penerapan menyangkut sumber daya manusia, material,

peralatan, dan dapat diterima masyarakat (community acceptable).

2. Prasyarat Kelembagaan.

Kelembagaan yang fungsional dan mendukung pembangunan berkelanjutan

yang diperlukan meliputi:

a. anggota rantai pasok konstruksi, seperti pemerintah tingkat nasional dan lokal

b. lembaga perencanaan dan pelaksanaan

c. lembaga pendukung (seperti lembaga keuangan)

d. lembaga akademik dan penelitian

e. asosiasi profesi

f. organisasi non pemerintah

g. organisasi berbasis komunitas

Lembaga-lembaga tersebut harus memahami dan mendukung prinsip

konstruksi berkelanjutan; yakni konstruksi berkelanjutan menjadi aspek

kebijakan, peraturan dan tata pemerintahan; dan kapasitas untuk

mengimplementasikan inisiatif konstruksi berkelanjutan dikembangkan melalui

pengembangan keterampilan dasar yang diperlukan, mekanisme pendanaan, dan

kemitraan.

Page 27: TUGAS AKHIR - Unhas

15

3. Prasyarat Sistem Tata Nilai.

Keberhasilan konstruksi berkelanjutan bergantung pada sikap, kesadaran, dan

perilaku individu dan kelompok pemangku kepentingan (stakeholders) terkait

dalam membuat keputusan yang didasarkan sistem tata nilai yang mendorong

terbentuknya keseimbangan antara aspek ekonomi, sosial dan lingkungan.

Dengan mengacu kepada prinsip berkelanjutan yang dikembangkan CIB

sesuai Gambar 2, dan juga memperhatikan prasyarat yang harus dipenuhi oleh

Negara-negara berkembang, seperti Indonesian, maka yang dimaksud dengan

prinsip berkelanjutan secara keseluruhan adalah sebagai berikut:

(1) kesamaan tujuan, pemahaman serta rencana tindak

(2) pengurangan penggunaan sumber daya, baik berupa lahan, material,

air,sumber daya alam maupun sumber daya manusia (reduce)

(3) pengurangan timbulan limbah, baik fisik maupun non-fisik

(4) penggunaan kembali sumber daya yang telah digunakan sebelumnya

(reuse)

(5) penggunaan sumber daya hasil siklus ulang (recycle)

(6) perlindungan dan pengelolaan terhadap lingkungan hidup melalui upaya

pelestarian

(7) mitigasi risiko keselamatan, kesehatan, perubahan iklim dan bencana

(8) orientasi kepada siklus hidup

(9) orientasi kepada pencapaian mutu yang diinginkan

(10) inovasi teknologi untuk perbaikan yang berlanjut

Page 28: TUGAS AKHIR - Unhas

16

(11) dukungan kelembagaan, kepemimpinan dan manajemen dalam

implementasi.

2.4 Strategi Penerapan Konstruksi berkelanjutan

Permasalahan akan resource-conscious design (kesadaran akan keterbatasan

sumber daya) adalah pusat untuk penerapan konstruksi berkelanjutan, dimana

tujuan utamanya adalah meminimalisasi konsumsi sumber daya alam dan

dampaknya terhadap sistem ekologi. Konstruksi berkelanjutan

mempertimbangkan peran dan potensi antar ekosistem untuk meyediakan

pelayanan yang sinergis antara pembangunan dan lingkungan.

Terdapat tujuh prinsip yang menjadi dasar dari penerapan konstruksi

berkelanjutan (Charles J. Kibert, 2005), yaitu:

1. Mengurangi konsumsi sumber daya (reduce)

2. Menggunakan sumber daya yang dapat digunakan kembali (reuse)

3. Menggunakan sumber daya yang dapat didaur ulang (recycle)

4. Menghilangkan Racun (eliminate toxic)

5. Menjaga kelestarian alam (nature)

6. Menerapkan life-cycle costing (economic)

7. Fokus pada kualitas

Terdapat beberapa prinsip yang lebih berkembang saat ini, seperti yang

terdapat dalam “Sustainability and Housing : More than a Roof Over

Head” (Peter Newman, 2002), yaitu :

Page 29: TUGAS AKHIR - Unhas

17

Tabel 2.1. Prinsip dan Strategi Penerapan Konstruksi berkelanjutan

Sumber: Olahan dari Sustainability and Housing:More than a roof over head

(Peter Newman, 2002)

The International Council for Research and Innovation Buildings and

Construction (CIB) bersama The Confederation of International Contractor’s

Association (CICA) membuat lebih detail berbagai faktor dan tujuan yang

harus termasuk dalam pembangunan berkonsep konstruksi berkelanjutan, yang

menjadi agenda dalam Johannesburg World Summit tahun 2002. Berikut

karakteristik dari Sustainable building and construction (CICA , 2002).

PRINSIP DASAR

•Kesehatan Ekonomi Jangka Panjang

•Ekuitas dan Hak Asasi Manusia

•Integrasi Biodiversitas dan Ekologi

•Penyelesaian Akan Efisiensi dan Kualitas Hidup

•Komunitas, Wilayah, “rasa memiliki” dan Warisan/Peninggalan

•Keuntungan Bersih Dari Pembangunan

•Kebiasaan Baik Dimulai dari Perencanaan

PRINSIP PROSES

•Integrasi Ekonomi, Sosial dan Lingkungan

•Akuntanbilitas, Transparansi dan Perjanjian

•Tindakan-tindakan Pencegahan

•Harapan, Visi, Simbolis dan Perbaikan yang terus Berlanjut.

Page 30: TUGAS AKHIR - Unhas

18

Tabel 2.2. Karakteristik dari Sustainable Building and Construction

Faktor Goal

1.Material konstruksi yang ramah lingkungan

Untuk mengurangi penggunaan sumber daya (50% dari semua ekstraksi)

2.Efisiensi energy pada bangunan

Untuk menerapkan dengan baik penggunaan

insulasi, maka energi dan gas rumah kaca

dapat berkurang

3.Manajemen sampah konstruksi

dan demolisi

Untuk mengurangi komponen – komponen

sampah melalui sistem daur ulang

4.Konservasi air

Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat

terhadap penggunaan air, aplikasi efisiensi

penggunaan air, dan minimalisasi

penggunaan air pada taman perkotaan.

5. Bangunan yang sehat Untuk mengurangi penggunaan zat kimia,

debu dan sumber penyakit lainnya.

6. Orientasi transportasi umum

Untuk mengurangi ketergantungan terhadap

mobil pribadi, penggunaan energy dan

pencemaran lingkungan.

7. Operabilitas Untuk memastikan umur pakai dalam

jangka panjang dan akses universal

8. Proses arsitektur berkelanjutan

Untuk memastikan desain berdasarkan pada

diskusi dan kerja sama berkaitan dengan

“green” dan memastikan kualitasnya.

9. Bangunan berdasarkan sosial

dan komunitas

Untuk membantu kedekatan sosial dan

ketersediaan lapangan kerja.

Sumber :Olahan dari Sustainability and Housing: More than a roof over head

(Peter Newman, 2002)

Page 31: TUGAS AKHIR - Unhas

19

2.5 Hambatan dari Penerapan Konstruksi berkelanjutan

Dari pemaparan yang ada, dapat diketahui bahwa sedikit banyak

penerapan dari konstruksi berkelanjutan akan mempengaruhi terhadap

kualitas lingkungannya, dan jelas pengaruh yang diberikannya adalah

pengaruh positif terhadap lingkungan. Ini merupakan salah satu keuntungan

yang didapat dengan menerapkan konstruksi berkelanjutan, akan tetapi jika

hanya ini yang menjadi dasar keuntungannya, kemungkinan penerapan dari

konstruksi berkelanjutan hanya akan dilakukan pada pembangunan

infrastruktur Negara atau fasilitas umum, karena jelas ini merupakan

investasi yang harus dilakukan oleh Negara untuk kepentingan masa depannya.

Akan tetapi jika kita lihat dari sisi swasta, kecil kemungkinan para investor

ingin menerapkan konstruksi berkelanjutan pada investasi mereka, karena

keuntungan yang kurang jelas bagi apa yang mereka investasikan. Maka

dari itu perlu nominal yang jelas akan keuntungan dari menerapkan

konstruksi berkelanjutan, sehingga konsep ini tidak hanya menciptakan

bangunan-bangunan dengan proses dan hasil yang ramah lingkungan tetapi

juga dapat dijadikan sebagai konsep dalam bisnis yang menjanjikan,

sehingga penerapannya akan menjadi menarik dan dapat menjual, yang

dalam pandangan investor adalah meraih keuntungan.

Berikut adalah beberapa hambatan yang terjadi berkaitan dengan

penerapan konstruksi berkelanjutan (Charles J. Kibert, 2005):

1. Tidak Adanya Insentif Keuangan

a. Kurangnya pengetahuan dalam life cycle analysis dan penggunaannya

Page 32: TUGAS AKHIR - Unhas

20

b. Biaya awal yang nyatanya lebih tinggi

c. Pemisahan biaya antara biaya awal / konstruksi dengan biaya

operasional.

d. Kurangnya nilai tukar antara keamanan dengan sustainabilitas

e. Kurang memadainya dalam pembangunan fasilitas umum

2. Kurangnya Penelitian yang ada

a. Kurang memadainya penelitian

b. Kurang cukupnya penelitian pada lingkungan dalam ruangan, produktifitas

dan kesehatan.

c. Penelitian yang saling timpang tindih

3. Kurangnya Kepedulian

a. Pemikiran yang konvensional

b. Menolak untuk menerima risiko

Sedangkan hal-hal yang menjadi hambatan bagi berkembangnya

konstruksi berkelanjutan juga dijelaskan oleh Aileen Adams (2003)

dalam laporannya, yaitu sebagai berikut:

1. Integrasi yang tidak terselesaikan Proses integrasi adalah kunci

penting untuk konstruksi berkelanjutan. Negara (USA) saat ini

mengeluarkan modal untuk pengembangannya, akan tetapi tidak cukup

keterpaduan antara disiplin dan diantara stakeholder. Sebagai contoh:

• Tiap tahapan proyek, dari konseptual hingga konstruksi, sebagian

besar bekerja masing-masing dan terisolasi antara satu tahap dengan tahap

Page 33: TUGAS AKHIR - Unhas

21

lainnya, bahkan sering kali dengan tujuan berbeda dan pembiayaan yang

terpisah.

• Adanya keterbatasan, seperti prosedur spesifik untuk

mengimplementasikan suatu pendekatan sistem yang terpadu, life cycle

costing atau post-occupancy evaluation

• Kurangnya mekanisme umpan balik dan laporan.

Kebanyakan ahli hanya menjabarkan tentang desain bangunan,

konstruksi dan performanya. Sayangnya, tidak ada metode yang

sistematis atu berkala untuk memastikan bahwa penerapan itu berhasil

atau tidak, dan mempublikasikannya.

2. Fokus pada biaya awal/konstruksi

Pada proses anggaran pengeluaran modal, hal paling utama

berfokus pada biaya awal proyek dan bukan pada operasional jangka

panjang, pemeliharaan, dan faktor-faktor produktivitas pekerja.

Bangunan berkelanjutan dikenakan biaya yang pertama lebih tinggi

daripada bangunan lain karena alternatif analisis desain,

komputerisasi pemodelan energi, riset produk, life cycle costing dan

post-occupancy evaluation. Akan tetapi jika kerja sama dalam

pengembangan proyek dan integrasi antar tahapan berjalan baik,

potensi akan kenaikan biaya awal dapat jauh berkurang.

3. Kurangnya analisa pada Life Cycle

Bahkan jika proyek-proyek berkelanjutan memiliki biaya awal lebih

tinggi, biaya ini seringkali dapat dipulihkan, dalam jangka waktu

Page 34: TUGAS AKHIR - Unhas

22

yang singkat, dari operasional dan pemeliharaan yang memiliki beban

biaya lebih rendah. Life cycle saving, bagaimanapun, tidak pernah

diakui jika bangunan dinilai sebagai sebuah investasi hanya pada

pembiayaan awal gedung dan bukan sebuah investasi jangka panjang.

Baru-baru ini Departemen Keuangan (USA) akan mengalokasikan

dana untuk membantu meringankan kesulitan ini.

4. Kurang memadainya performa dan standar operasi bangunan

Berbagai peraturan, perundang-undangan, dan ketentuan administratif

negara mengatur program pengeluaran modal. Tetapi tidak ada

keseragaman antara kinerja bangunan dan / atau operasi standar

bangunan negara (LEED – basedset of standards). Standar seperti

komponen mendasar untuk bangunan berkelanjutan. Rancangaan yang

baik, standar-standar ini tidak memberikan ketentuan persyaratan, akan

tetapi berorientasi pada hasil dan kinerja.

5. Tidak adanya insentif

Insentif dapat berperan penting dalam perkembangan konstruksi

berkelanjutan. Karena pembangun dan perancang tidak memperoleh

keuntungan langsung dari penghematan biaya operasional

bangunan, kinerja lingkungan atau produktivitas pekerja, mereka

tidak memiliki insentif nyata untuk mencoba teknik atau produk

baru. Oleh karena itu, Negara harus mengembangkan insentif yang

tidak hanya mempromosikan pembangunan berkelanjutan, tetapi juga

hadiah terhadap penerapannya.

Page 35: TUGAS AKHIR - Unhas

23

6. Kegagalan untuk menyatukan dengan hukum dan undang-undang

Negara atau daerah.

Perlunya peraturan-peratuaran dan kebijakan pemerintahan untuk turut

serta dan menumbuhkembangkan perilaku masyarakat terutama para

investor, builder dan designer.

7. Kurang memadainya informasi teknis

Memberikan bantuan teknis, produk spesifikasi, dan studi kasus

sehingga informasi ini akan membantu penyelesaian terhadap

permasalahan yang berkaitan terhadapnya

Sedangkan hal-hal yang menjadi hambatan bagi berkembangnya

konstruksi hijau dijelaskan oleh Bon-Gang Hwang (2013) dalam

jurnalnya, yaitu sebagai berikut:

1. Biaya yang Lebih Tinggi untuk Praktek dan Bahan Konstruksi Hijau:

Dibandingkan dengan proyek konvensional, proyek green building cenderung

lebih mahal untuk dibangun. Menurut Tagaza dan Wilson (2004) biaya modal

untuk proyek hijau berkisar antara 1 sampai 25% lebih tinggi. Biaya yang lebih

tinggi disebabkan oleh kompleksitas desain dan biaya pemodelan yang

diperlukan untuk mengintegrasikan praktik hijau ke dalam proyek. Biaya yang

lebih tinggi juga terkait dengan bahan hijau dan menggunakan teknologi

konstruksi. menghitung bahwa menggunakan bahan hijau membutuhkan biaya

dari 3 sampai 4% lebih banyak dari pada bahan bangunan konvensional.

Beberapa bahan hijau harganya jauh lebih mahal dari pada biaya bahan

konvensional, harga papan gandum terkompres sekitar sepuluh kali lebih

Page 36: TUGAS AKHIR - Unhas

24

banyak dari kayu lapis biasa (Hwang dan Tan, 2012). Biaya konstruksi hijau

yang lebih tinggi secara langsung mempengaruhi manajer proyek, karena

mereka bertanggung jawab untuk mengelola dan mengantarkan proyek mereka

ke dalam anggaran yang dialokasikan (Ling, 2003).

2. Kesulitan Teknis selama Proses Konstruksi:

Seringkali, teknologi hijau memerlukan teknik dan proses konstruksi yang

rumit (Zhang et al, 2011). Jika kompleksitas tidak ditangani dengan baik

maka hal itu dapat mempengaruhi kinerja manajer proyek. Tagaza dan Wilson

(2004) mengemukakan bahwa salah satu tantangan utama dalam green

building adalah kesulitan teknis yang dialami selama proses konstruksi.

Demikian pula, desain bisa lebih rumit dari pada bangunan konvensional

karena evaluasi bahan dan sistem alternatif (Hwang dan Tan, 2012).

3. Risiko yang di sebabkan karena bentuk kontrak yang Berbeda :

Tagaza dan Wilson melaporkan bahwa keberhasilan pengembangan dan

penerapan desain hijau sangat bergantung pada jenis kontrak yang dipilih

untuk pengiriman proyek (2004). Jenis kontrak yang digunakan dalam

proyek hijau harus memasukkan rincian desain hijau terpadu. Hal ini

menimbulkan masalah jika disain terkunci sebelum dikembangkan

sepenuhnya (Tagaza dan Wilson, 2004). Beberapa perubahan skala

signifikan mungkin terjadi jika fitur hijau digabungkan pada tahap

selanjutnya, menghasilkan biaya proyek keseluruhan yang lebih besar

(Hwang dan Tan, 2012).

Page 37: TUGAS AKHIR - Unhas

25

4. Proses persetujuan yang panjang untuk teknologi hijau baru dan bahan

daur ulang:

Lingkungan pasar menunjukkan bahwa proses perencanaan dapat berlarut-larut

karena proses menyetujui penggunaan teknologi hijau dan bahan daur ulang

yang baru dapat berlangsung lama (Tagaza dan Wilson, 2004). Demikian

pula survei yang dilakukan oleh Zhang et al. (2011) dan Eisenberg dkk.

(2002) menunjukkan bahwa waktu tambahan diharapkan untuk mendapatkan

persetujuan. Proses persetujuan yang panjang menghadirkan tantangan bagi

manajer proyek karena mereka harus mengembangkan jadwal dan menyetujui

pembayaran kemajuan kepada vendor dan pemasok (Ling, 2003).

5. Ketidaktahuan atau Ketidakbiasaan dengan Teknologi Hijau:

Banyak penelitian telah membuktikan bahwa teknologi hijau menimbulkan

hambatan tertentu bagi pengembang, klien dan kontraktor. Dua alasan yang

disarankan oleh Eisenberg dkk. (2002) tidak cukup pengetahuan atau keahlian

teknis dan ketidakbiasaan dengan produk, bahan, sistem, atau desain.

Tantangan utama adalah bahwa teknologi hijau biasanya lebih rumit dan

berbeda dari teknologi konvensional (Tagaza dan Wilson, 2004). Hal ini

ditegaskan oleh Zhang et al. (2011). Seorang manajer proyek harus

menyampaikan proyek dengan kinerja yang dibutuhkan yang ditentukan oleh

klien (Ling, 2003), dan ketidakbiasaan dengan kinerja teknologi hijau dapat

mempengaruhi hasil kinerja.

6. Komunikasi dan minat yang besar yang dibutuhkan di antara anggota tim

proyek:

Page 38: TUGAS AKHIR - Unhas

26

Agar sukses, manajer proyek harus mengelola sejumlah besar pemasok,

subkontraktor dan anggota tim. Komunikasi sangat penting bagi proyek hijau

untuk menyampaikan praktik berkelanjutan yang diharapkan dari anggota tim

oleh karena itu minat diantara anggota tim sangat penting.

7. Lebih Banyak Waktu yang Diperlukan untuk Melaksanakan Praktek

Konstruksi Hijau di tempat:

Pemeriksaan acak dan kunjungan di tempat oleh manajer proyek biasanya

diperlukan untuk memastikan bahwa praktik berkelanjutan diterapkan di

tempat (Tagaza dan Wilson, 2004). Hal ini penting karena pekerja mungkin

cenderung mengabaikan praktik berkelanjutan yang memakan banyak waktu

bila ada tekanan waktu untuk menyelesaikan sebuah proyek

2.6 Peraturan Menteri Nomor 05 tahun 2005

Peraturan Menteri PUPR No. 05/PRT/M/2015 ini dimaksudkan sebagai acuan

bagi penyelenggara Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman

dalam mengimplementasikan pendekatan konstruksi berkelanjutan.

Infrastruktur Berkelanjutan

Berdasarkan Permen PUPR No. 05/PRT/M/2015 tentang Pedoman Umum

Implementasi Konstruksi Berkelanjutan pada Penyelenggaraan Infrastruktur Bidang

Pekerjaan Umum dan Permukiman, Untuk memenuhi tantangan akan

penyelenggaraan infrastruktur yang memenuhi ketentuan pengelolaan lingkungan

hidup dan mendukung pembangunan berkelanjutan dengan memperhatikan asas

kemanfaatan, keselamatan, keseimbangan, serta keserasian infrastruktur dengan

Page 39: TUGAS AKHIR - Unhas

27

lingkungan hidupnya, maka penerapan pendekatan Konstruksi Berkelanjutan pada

penyelenggaraan infrastruktur di Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman

adalah sebuah keharusan. Berdasarkah hal tersebut, maka penyelenggaraan

infrastrutkur bidang pekerjaan umum dan permukiman harus dilakukan melalui

tahapan pemrograman, perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi, pemanfaatan

hingga pembongkaran yang selalu memperhatikan penggunaan sumber daya yang

memenuhi prinsip berkelanjutan. Dengan terselenggaranya infrastruktur bidang

pekerjaan umum dan permukiman yang sesuai dengan pendekatan konstruksi

berkelanjutan, maka akan terciptalah infrastruktur berkelanjutan. Terciptanya

infrastruktur berkelanjutan di bidang pekerjaan umum dan permukiman ini pada

akhirnya merupakan kontribusi Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Rakyat dalam pembangunan berkelanjutan, sebagaimana terlihat pada alur pikir

tujuan dari penerapan konstruksi berkelanjutan pada penyelenggaraan

infrastruktur bidang pekerjaan umum dan permukiman pada Gambar 2.

Page 40: TUGAS AKHIR - Unhas

28

Gambar 2.3. Alur Pikir Penerapan Konstruksi Berkelanjutan

Sumber: Permen PUPR No. 05/PRT/M/2015 Lampiran Bagian II

Peraturan yang mendorong pembangunan Konstruksi Berkelanjutan tersebut

dapat dilihat antara lain pada Undang-Undang (UU) sektor ke-PU-an, seperti UU

No. 28/2002 tentang Bangunan Gedung yang telah mengamanatkan pentingnya

memperhatikan keseimbangan antara aspek bangunan dan lingkungannya, UU

No. 74/2002 tentang Sumber Daya Air, UU No. 38/2004 tentang jalan yang

mewajibkan agar dalam pengelolaan sumber daya air maupun jalan sungguh-

sungguh memperhatikan kelestarian lingkungan, serta UU No. 26/2007 tentang

Penataan Ruang yang menjadi payung hukum dalam menjaga keseimbangan

pemanfaatan ruang baik skala kawasan maupun wilayah.

Di sisi lain, Pemerintah telah berbuat berbagai hal. Kementerian Lingkungan

Hidup No. 8 tahun 2010 tentang Kriteria dan Sertifikasi Bangunan Ramah

Lingkungan, Kementerian PU menyusun Rancangan Peraturan Menteri PU

Page 41: TUGAS AKHIR - Unhas

29

tentang Bangunan Hijau dan DKI telah memilki Pergub No. 32 tahun 2012

tentang Bangunan Gedung Hijau.

Kebijakan pembangunan konstruksi diharapkan dilaksanakan pada setiap

kegiatan pembangunan dengan menerapkan konsep Konstruksi Berkelanjutan,

mempertahankan dan mendorong peningkatan persentase ruang terbuka hijau

(RTH) terhadap kawasan budidaya lainnya, mempertahankan kawasan konservasi

terutama di kawasan perkotaan, mewujudkan eco-city, serta meningkatkan

pengawasan pengendalian lingkungan dalam aspek penyelenggaraan konstruksi.

Hasil Konferensi internasional bangunan berkelanjutan itu sendiri

diselenggarakan tiap 3 tahun sekali di Copenhagen 2009, UIA (Union

International des Architect) yang merupakan organisasi asosiasi arsitek non-profit

yang mewakili lebih dari satu juta arsitek di 124 negara, telah menyampaikan

bahwa betapa bangunan dan industri konstruksi sangat berdampak terhadap

pemanasan dan perubahan iklim saat ini, tentunya bukan berarti harus berhenti

namun dengan melakukan pendekatan yang “berkelanjutan” misalnya dengan

“Sistem Lingkungan Binaan”. UIA berkomitmen untuk untuk mengurangi

dampak dan efek yang semakin parah dengan “Sustainable by Design Strategy”

yang akan diadopsi lebih banyak pada Kongres di Tokyo, Jepang 2011 dengan

Konsep Strategi Desain Berkelanjutan UIA dapat dijabarkan kedalam 8 poin:

a) Dimulai dengan tahap awal pekerjaan proyek yang melibatkan seluruh pihak:

klien, desainer, insinyur, pemerintah, kontraktor, pemilik, pengguna, dan

komunitas

Page 42: TUGAS AKHIR - Unhas

30

b) Analisa dan Manajemen seluruhnya dari Daur Hidup Bangunan, yaitu

mengintegrasikan semua aspek dalam konstruksi dan penggunaan dimasa

depan;

c) Optimalisasi desain yang efisien, energi terbarukan, teknologi modern dan

ramah lingkungan harus menjadi satu kesatuan

d) Kesadaran bahwa proyek arsitektur dan konstruksi tersebut merupakan sistem

interaktif yang kompleks dan terkait pada lingkungan sekitar yang lebih luas

yang bisa mencakup warisan sejarah, kebudayaan, dan sosial masyarakat

e) Penerapan “material bangunan yang sehat”, yaitu untuk menciptakan bangunan

yang sehat, tata guna lahan yang seimbang, kesan estetik dan inspiratif, serta

memberikan keyakinan ke masyarakat

f) Upaya untuk mengurangi “carbon imprint”, mengurangi penggunaan material

berbahaya yang berdampak terhadap aktivitas pengguna

g) Upaya untuk meningkatkan kualitas hidup, kesetaraan baik lokal maupun

global, memajukan kesejahteraan ekonomi, serta menyediakan kesempatan-

kesempatan untuk kegiatan bersama masyarakat

h) Populasi urban tergantung pada sistem desa-kota yang terintergrasi, saling

terkait untuk keberlangsungan hidup seperti fasilitas publik (air, udara, rumah,

pendidikan, kesehatan, kebudayaan, dll

i) Mendukung pernyataan UNESCO mengenai keberagaman budaya umat

manusia sebagai sumber pertukaran, penemuan, kreativitas yang sangat

diperlukan oleh manusia

Page 43: TUGAS AKHIR - Unhas

31

2.7 Aplikasi dari prinsip Keberlanjutan pada proyek Konstruksi

Proses konstruksi dapat dibagi menjadi empat tahapan besar, yaitu

preproject, pre-construction phase, construction phase dan post-construction

phase (Malik et al, 2002).

Gambar 2.4. Tahapan pada proses konstruksi

Sumber : Sustainable Development and Sustainable construction

(Malik M. A. Khalfan, 2002)

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, proses konstruksi dapat dibagi

menjadi empat tahapan besar, yaitu pre-project, pre-construction phase,

construction phase dan post-construction phase (Malik et al, 2002). Kemudian

dari empat tahapan besar ini dapat dibagi lagi menjadi 8 sub proses, yaitu

kelayakan proyek, pengembangan proyek, sumber daya, proses desain, proses

produksi, fasilitas, keselamatan dan kesehatan kerja dan proses manajemen. Tahap

pertama yang perlu dilakukan adalah melakukan identifikasi terhadap kebutuhan.

Setelah kebutuhan dapat diidentifikasi maka hal selanjutnya adalah mencari

bagaimana cara untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Maka dari itu, sangat

penting bagi kita untuk memahami permasalahan dari sustainabilitas dan

keuntungan-keuntungan yang didapat dari menerapkannya. Pada tahap ini, prinsip

konstruksi berkelanjutan dapat diterapkan dengan meminimalisasi konsumsi

sumber daya yang ada dan menjaga sebisa mungkin kelestarian lingkungan

sekitarnya. Tahap ini sangat penting dalam menentukan proses-proses konstruksi

berikutnyam, karena pada tahap ini kita perlu mempertimbangkan banyak hal

Page 44: TUGAS AKHIR - Unhas

32

untuk menerapakan sustainable dengan sebaik mungkin, selain itu juga penting

untuk melakukan pembelajaran terhadap pembiayaan, keuntungan dan risiko-risko

yang berkaitan dengan penerapannya. Setelah kita dapat mendefinisikan

kebutuhan, maka kita perlu menemukan konsep dari kebutuhan tersebut, disini

kita perlu mendaftar segala alternatif yang dapat digunakan sesuai dengan

persoalan yang terdapat pada sustainabilitas. Pada tahap ini, prinsip konstruksi

berkelanjutan dapat digunakan sama seperrti pada tahap sebelumnya. Setelah

dapat mendefinisikan konsep, kita perlu melakukan studi kelayakan terhadapnya,

pada tahap ini kita akan memilih apa yang akan kita terapkan dan mana yang

terbaik berkaitan dengan sustainabilitas. Walaupun kita telah memilih pilihan

terbaik, kita tetap perlu mempertimbangkan dari penerapan konsep tersebut pada

pelaksanaannya, seperti life cycle pada tahap proses desain, estimasi pembiayaan

dan lainnya.

Selanjutnya kita dapat melakukan studi kelayakan proyek dan

investasinya. Beberapa hal perlu dilakukan pada tahap ini seperti mengidentifikasi

para pemasok dan kontraktor yang terlibat, menetapkan kriteria desain dan teknis,

perundang-undangan, persetujuan keuangan dan lainnya. Prinsip – prinsip

pembangunan berkelanjutan yang dapat diterapkan pada tahap ini yaitu seperti

meminimalisasi konsumsi sumber daya dan mencoba menciptakan sebuah

lingkungan yang sehat dan non-toxic. Setelah itu masuk kedalam proses

Conceptual Design pada tahap prakonstruksi. Pada tahap ini dilakukan pembuatan

pedoman-pedoman yang berkaitan dengan sustainabilitas dan penilaian-penilaian

terhadapnya, seperti kualitas produksi, kemampuan daur ulang dan lainnya.

Page 45: TUGAS AKHIR - Unhas

33

Ketika desain yang cocok telah dipilih dan ditetapkan, kita dapat

melanjutkannya dengan melakukan identifikasi terhadap material yang digunakan

sesuai dengan pedoman dan penilian terhadap sustaianabilitasnya, dan sangat

penting untuk dapat memaksimalkan penggunaan sumber daya yang dapat

digunakan kembali dan dapat diperbaharui kedalam desain. Selanjutnya, kita perlu

mengkoordinasi antara desain, pengadaan, dan pembiayaan proyek. Pada tahap

ini, kita mulai mempersiapkan pelaksanaan dari sustainable design. Tugas penting

dalam tahap ini adalah mendapatkan persetujuan terhadap desain dan biaya yang

akan diserahkan terhadap pemilik atau investor proyek. Ketika desain telah

disetujui, kita dapat memulai proses tender atau pelelangan. Pada tahap ini, hal

terpenting adalah mangkualifikasi dan mendapatkan informasi dari para peserta

lelang yang peduli terhadap persoalan sustainabilitas.

Setelah tahap prakonstruksi selesai, kita akan memulai pembangunan di

lapangan. Pada tahap ini perlu diperhatikan banyak hal, seperti manajemen

lapangan, pengendalian proyek, pengendalian biaya, hubungan masyarakat,

pengujian, manajemen keuangan, legalitas dan lainnya. Selain itu, harus tetap

memperhatikan sustainabilitas dari proyek, seperti dengan menggunakan material

yang ramah lingkungan, metode konstruksi yang berkelanjutan dan mengontrol

polusi yang dihasilkan. Didalam kegiatan operasi dan pemeliharaan pada tahap

postkonstruksi, hal yang penting adalah mendapatkan penilaian atau umpan balik

dari para pengguna fasilitas. Terdapat mekanisme untuk mendapatkan penilaian

terhadap keberhasilan dari penerapan konstruksi berkelanjutan, sehingga fasilitas

tersebut dapat dikategorikan memenuhi prinsip-prinsip sustainabilitas.

Page 46: TUGAS AKHIR - Unhas

34

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendahuluan

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian survei. Menurut Kerlinger 1996 penelitian survey adalah penelitian

yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari

adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan

kejadian-kejadian relative, distribusi, dan hubungan antar variabel sosiologis

maupun psikologis.

3.2 Tahapan Identifikasi

Penelitian ini berangkat dari minat peneliti pada kondisi lingkungan global

saat ini, yang seperti kita ketahui bahwa kelestarian lingkungan semakin hari

semakin menurun, dan hal ini tidak terlepas dari kontribusi industri jasa

konstruksi terhadapnya. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya,

bahwa industri jasa konstruksi merupakan kegiatan yang menggunakan material

dan energi terbesar dibandingkan dengan kgiatan industri lainnya.

Hal ini tidak bisa dibiarkan seperti ini terus, oleh karena itu dibutuhkan

revolusioner dalam bidang konstruksi, berupa prinsip-prinsip yang mendasar dan

konsep yang lebih berkembang, yang tidak hanya membatasi suatu proyek hanya

dengan biaya, mutu dan waktu, akan tetapi juga memperhatikan batasan

lingkungan, sosial-ekonomi dan budaya, dan juga kepentingan jangka panjang

yang berguna bagi kehidupan masa depan. Terdapat konsep yang menawarkan

Page 47: TUGAS AKHIR - Unhas

35

kehidupan dunia konstruksi yang lebih baik, yaitu sustainable construction atau

konstruksi berkelanjutan. Akan tetapi konsep ini masih cukup jarang diterapkan

di industri konstruksi Indonesia. Ada satu hal yang menjadi kemungkinan

kenapa hal ini terjadi di Indonesia, yaitu pembiayaan proyek. Dengan

menerapkan konstruksi berkelanjutan, maka perencanaan yang dilakukan akan

semakin membutuhkan waktu, perhitungan yang matang dan cermat, dan juga

teknologi yang memadai untuk menerapkan semua dasar strategi konstruksi

tersebut, oleh karena itu dibutuhkan porsi-porsi yang tepat dalam menerapkan

konstruksi berkelanjutan. Untuk itu dengan adanya penelitian ini diharapkan

dapat diketahui faktor-faktor apa saja yang menjadi dominan dalam keberhasilan

penerapan konstruksi berkelanjutan pada tahap konstruksi pada proyek bangunan

gedung bertingkat.

Hipotesis

Berdasarkan jenis penelitian menurut tingkat eksplanasinya, bentuk hipotesis

terdapat tiga jenis, yaitu hipotesis deskriptif, komparatif dan asosiatif.

Sedangkan untuk penelitian ini menggunakan hipotesis deskriptif.

Berdasarkan latar belakang masalah, tujuan penelitian, landasan teori dan

kerangka konseptual yang dirumuskan, maka hipotesis penelitian yang akan

diajukan adalah sebagai berikut:

“terdapat beberapa faktor yang menjadi dominan dalam penilaian

keterlambatan dari penerapan konstruksi berkelanjutan”

Page 48: TUGAS AKHIR - Unhas

36

3.3 Pemilihan Strategi Penelitian

• Skala Pengukuran

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert.

Skala likert merupakan jenis skala yang digunakan untuk mengukur variable

penelitian seperti sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang

(Drs. Riduwan, M.B.A, Metode dan Teknik Menyusun Tesis). Maka tingkat

hambatan konstruksi berkelanjutan pada pelaksanaan proyek dapat diukur

berdasarkan skala likert yang terdiri dari 5 tingkat. sebagai berikut:

Tabel 3.1 Skala Faktor Penghambat Penerapan Konstruksi Berkelanjutan

1 2 3 4 5

Sangat

Rendah Rendah Sedang Tinggi

Sangat

Tinggi

Sumber: Dr. Riduwan, M.B.A (2004)

• Identifikasi Indikator Faktor- faktor penghambat dalam penerapan konstruksi

berkelanjutan

Berdasarkan variabel-variabel tersebut dapat ditentukan identifikasi indikator

yang diambil dari beberapa studi letiratur penerapan konstruksi berkelanjutan

yaitu dari Aileen Adams (2001) The Costs and Financial Benefits of Green

Buildings, Bon-Gang Hwang (2013) Are Project Managers Ready for Green

Construction? dan Charles J. Kibert, (2005) di bukunya Sustainable Construction:

Green Building Design

Page 49: TUGAS AKHIR - Unhas

37

Tabel 3.2 Identifikasi Indikator Penghambat Penerapan Konstruksi

Berkelanjutan

Sub Variabel Kode Indikator Referensi

1. Tidak Adanya

Insentif Keuangan x1

a. Kurangnya pengetahuan dalam life

cycle analysis dan penggunaannya

Aileen Adams

(2001), Charles J. Kibert (2005)

x2 b. Biaya awal yang nyatanya lebih tinggi Aileen Adams

(2001), Charles J.

Kibert (2005)

x3 c. Pemisahan biaya antara biaya awal

konstruksi dengan biaya operasional

Aileen Adams (2001), Charles J.

Kibert (2005)

x4 e. Kurang memadainya dalam pembangunan fasilitas umum

Aileen Adams

(2001), Charles J.

Kibert (2005)

2. Kurangnya

informasi dan

Penelitian yang ada

x5 a. Kurang memadainya penelitian Aileen Adams

(2001), Charles J.

Kibert (2005)

x6

b. Kurang cukupnya penelitian pada

lingkungan dalam ruangan, produktifitas

dan kesehatan.

Aileen Adams

(2001), Charles J.

Kibert (2005)

x7 c. Penelitian yang saling timpang tindih

Aileen Adams

(2001), Charles J.

Kibert (2005)

x8 d.Kurang memadainya informasi teknis

Aileen Adams

(2001), Charles J. Kibert (2005)

3. Kurangnya Kepedulian

x9 a. Pemikiran yang konvensional

Aileen Adams

(2001), Charles J.

Kibert (2005)

x10 b. Menolak untuk menerima risiko

Aileen Adams

(2001), Charles J. Kibert (2005)

4.Terkait Perencanaan

x11 a. Merencanakan Konstruksi dengan urutan yang berbeda

Bon-Gang Hwang

(2013), Tagaza dan

Wilson (2004)

x12

b. Merencanakan Konstruksi dengan

teknik yang berbeda Bon-Gang Hwang

(2013), Tagaza dan

Page 50: TUGAS AKHIR - Unhas

38

Wilson (2004)

x13 c. Diperlukan waktu lebih lama selama

proses pra-konstruksi

Bon-Gang Hwang

(2013), Tagaza dan

Wilson (2004)

x14 d. Kesulitan dalam memahami spesifikasi konstruksi Berkelanjutan

dalam kontrak

Bon-Gang Hwang

(2013), Tagaza dan

Wilson (2004)

5.Terkait Proyek x15 a.Kesulitan dalam pemilihan untuk Jasa

konstruksi hijau dan berkelanjutan

Bon-Gang Hwang

(2013), Tagaza dan

Wilson (2004)

x16 b. Lebih banyak perubahan dan variasi

dengan desain selama proses konstruksi

Bon-Gang Hwang

(2013), Tagaza dan

Wilson (2004)

x17 c. Lebih banyak perubahan dan variasi

dengan desain selama proses konstruksi

Bon-Gang Hwang

(2013), Tagaza dan

Wilson (2004)

x18

d. Lebih banyak waktu yang dibutuhkan

untuk menerapkan Konstruksi

Berkelanjutan

Bon-Gang Hwang

(2013), Tagaza dan

Wilson (2004)

6.Terkait Klien

x19

a. Tidak ada spesifikasi anggaran khusus dari Konstruksi Berkelanjutan

Bon-Gang Hwang

(2013), Tagaza dan

Wilson (2004)

x20 b. Klien menggunakan banyak waktu dalam mengambil keputusan

Bon-Gang Hwang

(2013), Tagaza dan

Wilson (2004)

x21

b. Permintaan khusus dari klien yang

berkaitan dengan teknologi hijau tertentu

yang akan digunakan

Bon-Gang Hwang (2013), Tagaza dan

Wilson (2004)

7.Terkait Tim

Proyek x22

a. Konflik dengan arsitek atas jenis

material yang akan digunakan

Bon-Gang Hwang

(2013), Tagaza dan

Wilson (2004)

x23 b. Sering rapat dengan spesialis

Konstruksi Hijau

Bon-Gang Hwang

(2013), Tagaza dan Wilson (2004)

x24 c. Perselisihan Kepentingan antara Bon-Gang Hwang

Page 51: TUGAS AKHIR - Unhas

39

konsultan dan manajer proyek (2013), Tagaza dan Wilson (2004)

x25 d. Kinerja yang spesifik diperlukan

untuk proyek green building

Bon-Gang Hwang

(2013), Tagaza dan

Wilson (2004)

8.Terkait Bahan &

peralatan x26

a. Biaya yang tinggi untuk bahan dan

peralatan green building

Bon-Gang Hwang

(2013), Tagaza dan

Wilson (2004)

x27 b. Ketidakpastian dengan bahan dan

peralatan green building

Bon-Gang Hwang

(2013), Tagaza dan

Wilson (2004)

x28 c. Bahan atau peralatan green building yang diimpor

Bon-Gang Hwang (2013), Tagaza dan

Wilson (2004)

x29 d. Ketersediaan bahan dan peralatan

untuk konstruksi berkelanjutan

Bon-Gang Hwang

(2013), Tagaza dan

Wilson (2004)

9.Terkait Tenaga Kerja

x30 a. Mempertahankan metode praktik tradisional

Bon-Gang Hwang

(2013), Tagaza dan Wilson (2004)

x31 b. Kurangnya keterampilan mengenai teknis dan teknologi bangunan hijau

Bon-Gang Hwang

(2013), Tagaza dan

Wilson (2004)

x32

b. Pekerja tidak menyadari metode dan prosedur yang benar dalam Konstruksi

Berkelanjutan

Bon-Gang Hwang

(2013), Tagaza dan

Wilson (2004)

10.Eksternal

x33

a. Kebijakan pemerintah

Bon-Gang Hwang

(2013), Tagaza dan

Wilson (2004)

x34 b. Lebih banyak waktu yang dibutuhkan untuk proses sertifikasi konstruksi

berkelanjutan

Bon-Gang Hwang

(2013), Tagaza dan

Wilson (2004)

Page 52: TUGAS AKHIR - Unhas

40

3.4 Proses Penelitian

Metode penelitian ini dilakukan dengan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara :

1. Studi Literatur

Yaitu proses pengumpulan informasi dari literature-literatur yang berhubungan

dengan faktor-faktor Penghambat Konstruksi Berkelanjutan pada pelaksanaan

proyek konstruksi.

2. Pengumpulan Data

Data primer didapat dari observasi langsung, hasil wawancara dan kuesioner

dengan para responden dimana responden yang menjadi tujuan penelitian adalah

manajer proyek dan orang yang terlibat dalam penerapan konstruksi berkelanjutan

pada proyek. Sedangkan data sekunder penelitian didapat dari lapangan, foto-

foto dan literature yang telah ada.

Pembagian dan Pembuatan Kuisioner

Kuisioner yang dibagikan yang dimana masing-masing pihak diberikan kuesioner

( PT Sinar Galesong Pratama dan PT Gelora Bangun Lestari ) Populasi dalam

penelitian ini adalah pihak dengan jabatan setara seperti, Site Engineer Manager,

Site Engineer , Quality Assurance/ Control dan Staff Engineer.

Daftar pertanyaan kuisioner dibuat berdasarkan faktor- faktor apa saja yang

menjadi penghambat dalam penerapan Konstruksi Berkelanjutan. Secara garis

besar isi kuisioner yang akan diajukan kepada tenaga ahli yang telah

direkomendasikan pihak-pihak yang terlibat dalam proyek adalah sebagai berikut :

1. Profil Umum Pengisi Kuesioner

Page 53: TUGAS AKHIR - Unhas

41

Pada bagian ini, pertanyaan mengarah pada perihal umum terhadap responden

seperti posisi pekerjaan dalam proyek: Site Engineer Manager, Site Engineer ,

Quality Assurance/ Control dan Staff Engineer (responden mengisi sendiri) serta

lama pengalaman bekerja di dunia konstruksi.

2. Pertanyaan kuesioner

Bagian ini berisikan pertanyaan mengenai faktor- faktor apa saja yang menjadi

penghambat dalam penerapan Konstruksi Berkelanjutan pada pelaksanaan proyek

oleh responden.

3. Lokasi

Penelitian dilaksanakan pada proyek di kota Makassar yaitu di Proyek

Pembangunan Giant Extra di jalan A.P Pettarani KM 4 No.5A, di Kantor pusat PT

Sinar Galesong Pratama Jalan A.P Pettarani No.55 dan proyek Pembangunan

Kantor Palang Merah Indonesia (PMI) Jalan Lanto Daeng Pasewang No.55

3.4.1 Metode Analisis Data

Data dan informasi yang dikumpulkan dari kuesioner ini diharapkan dapat

menghasilkan analisis yang tepat yaitu faktor-faktor apa saja yang menghambat

dalam Penerapan Konstruksi Berkelanjutan. Setelah semua data terkumpul,

kemudian dilakukan analisis data dengan cara kuantitatif, yaitu hasil survey

berupa kuesioner dari pakar dan responden dan diolah sesuai dengan metode yang

digunakan. Untuk melihat gambaran secara kualitatif mengenai tingkat

pemahaman dan penguasaan kompetensi oleh para responden digunakan analisis

deskriptif. Dalam penelitian ini dilakukan beberapa pengujian dan analisis data

dengan tahapan sebagai berikut:

Page 54: TUGAS AKHIR - Unhas

42

a. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-

butir dalam suatu daftar pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel, dan

untuk mengukur suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal

yang berkaitan dengan pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel yang

disusun dalam bentuk kuesioner.

b. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah metode analisis yang digunakan untuk mendapatkan

nilai rata-rata, nilai minimum, nilai maksimum, dan nilai median dari masing-

masing variabel. Dari nilai rata-rata nantinya maka diharapkan akan didapat

kesimpulan sementara dari pertanyaan penelitian secara garis besar

Page 55: TUGAS AKHIR - Unhas

43

3.1 Gambar Diagram Alir Penelitian

Mulai

Melakukan Studi Literatur mengenai :

• Konstruksi Berkelanjutan

• Implementasi Konstruksi Berkelanjutan

• Penghambat Penerapan Konstruksi

Berkelanjutan

Mengumpulkan data Sekunder:

• Data-data umum proyek

• Literatur tentang Konstruksi Berkelanjutan

Daftar pertanyaan kuisioner dibuat berdasarkan referensi studi literatur

mengenai Konstruksi Berkelanjutan

Mengumpulkan data Primer dengan

menyebarkan kuesioner kepada

responden yaitu pihak Kontraktor

A

Page 56: TUGAS AKHIR - Unhas

44

A

Merekap kemudian mengolah

hasil kuesioner (data mengenai

responden dan jawaban responden

mengenai pertanyaan kuesioner)

Analisa dan Pembahasan:

• Karekteristik responden

• Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner

• Meranking Faktor penghambat Konstruksi Berkelanjutan

Kesimpulan dan Saran:

Mengenai faktor- faktor penghambat dalam

penerapan Konstruksi Berkelanjutan pada

Proyek Konstruksi di kota Makassar

SELESAI

Page 57: TUGAS AKHIR - Unhas

45

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil Umum Responden

Penyebaran kuisioner dilakukan dengan menyebarkan ke perusahaan

yang bergerak dalam industri konstruksi yaitu PT. Sinar Galesong Pratama dan

PT. Gelora Bangun Lestari. Penyebaran dilakukan baik menitipkan ke kantor-

kantor maupun wawancara langsung dengan responden satu per satu. Dari

penyebaran kuisioner tersebut didapatkan 31 kuisioner yang valid dan lengkap

untuk digunakan sebagai input data penelitian. Berikut adalah uraian data-data

profil responden berdasarkan jabatan, dan pendidikan terakhir.

Tabel 4.1 Profil Umum Responden

Responden Pendidikan Pengalaman Kerja

(Tahun)

R1 S1 4

R2 S1 13

R3 S1 23

R4 S1 2

R5 S1 1

R6 S1 5

R7 S2 3

R8 S2 12

R9 D3 3

R10 S2 17

R11 S2 12

R12 D3 11

R13 D3 15

R14 S1 5

R15 S1 6

R16 S1 3

R17 S1 7

Page 58: TUGAS AKHIR - Unhas

46

R18 S1 21

R19 S1 14

R20 S1 15

R21 S1 11

R22 S1 20

R23 S1 13

R24 S1 10

R25 S1 15

R26 S1 12

R27 S1 15

R28 S1 12

R29 S1 19

R30 S1 2

R31 S1 21

Dari variabel penelitian yang berjumlah 34 dengan 31 sampel data, maka

dapat diidentifikasikan melalui analisis deskriptif berdasarkan data responden.

Analisis ini dilihat dari pendidikan, pengalaman dan jabatan. Pembagian dari data

tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini:

Tabel 4.2 Tabel Pengelompokkan Responden

Variabel Uraian

Pendidikan Terakhir

D3

S1

S2

Pengalaman

Kurang dari 10 tahun

Lebih dari 10 tahun

Jabatan

Site Engineer Manager

Staff Engineer

Quality Assurance/ Control

Site Engineer

Page 59: TUGAS AKHIR - Unhas

47

4.1.1 Karakteristik Responden

Responden dari penelitian ini adalah orang-orang yang terlibat dalam

proyek dari pihak kontaktor PT Gelora dan PT Sinar Galesong Pratama

dengan jabatan setara Site Engineer Manager, Site Engineer , Quality

Assurance/ Control dan Staff Engineer untuk mengisi kuesioner penelitian yang

akan menunjukkan yaitu faktor-faktor apa saja yang paling menghambat dalam

Penerapan Konstruksi Berkelanjutan. Berikut merupakan data mengenai

jabatan, pendidikan, dan pengalaman bekerja dalam dunia konstruksi.

Berdasarkan jabatan responden

Gambar 4.1 Jabatan Responden

Berdasarkan gambar 4.1 terlihat bahwa sebaran data yang dikelompokan

berdasarkan jabatan responden, diketahui bahwa 42% responden memiliki jabatan

Site Engineer atau Setingkatnya, 26% responden dengan jabatan Staff Engineer

atau setingkatnya , kemudian 19% dengan jabatan seperti Quality Control

13%

26%

19%

42%

Jabatan Responden

Site Engineer Manager/Expert = 13%

Staff Engineer = 26 %

Quality Assurance/Control =19%

Site Engineer= 42%

Page 60: TUGAS AKHIR - Unhas

48

dan Quality Assurance, dan sisanya 13% dengan jabatan Site Engineer Manager

atau Setingkatnya

Berdasarkan pendidikan responden

Gambar 4.2 Pendidikan Responden

Gambar 4.2 menunjukkan bahwa responden sebagian besar berpendidikan S1

yaitu sebesar 77%, sedangkan yang berpendidikan S2 yaitu sebesar 13%. Dan

untuk yang berpendidikan D3 yaitu sebesar 10%.

Berdasarkan pengalaman responden

S2= 13%

S1= 77% D3= 10%

Pendidikan Responden

S2

S1

D3

Page 61: TUGAS AKHIR - Unhas

49

Gambar 4.3 Pengalaman di Dunia Konstruksi

Gambar 4.3 menunjukkan latar belakang dari kategori waktu pengalaman kerja

terlihat bahwa responden sebagian besar memiliki pengalaman kerja di dunia

konstruksi selama lebih dari 10 tahun yaitu sebesar 65% dan yang telah bekerja

di dunia konstruksi kurang dari 10 tahun yaitu sebesar 35%

4.2 Pengujian Validitas dan Reliabilitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menujukkan tingkat keandalan suatu

alat ukur (Arikunto, 1955:63-69). Dalam penentuan layak atau tidaknya suatu

item yang akan digunakan, pada penelitian ini dilakukan uji signifikansi

koefisien korelasi pada tahap signifikansi 0.05, artinya variabel penelitian

dianggap valid jika berkorelasi signifikan terhadap skor total. Sedangkan uji

reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah

pengukuran yang digunakan dapat tetap konsisten jika pengukuran tersebut

diulang. Dalam peneltian ini, pengujian reliabilitas dilakukan dengan

menggunakan metode Alpha (Cronbach’s).

35%

65%

Pengalaman Responden

Kurang dari 10 Tahun

Lebih dari 10 tahun

Page 62: TUGAS AKHIR - Unhas

50

Untuk uji validitas, pengujian menggunakan uji dua sisi dengan taraf

signifikansi 0.05. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut (Dr. Riduwan,

M.B.A, 2004):

Jika r hitung ≥ r table maka instrument atau item- item pertanyaan

berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid).

Jika r hitung < r tabel maka instrumen atau item- item pertanyaan tidak

berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak valid)

Untuk uji reliablitas, Menurut Moh Nasir (2002), Uji reliabilitas

menyangkut ketepatan alat ukur. Suatu alat ukur mempunyai reliabilitas tinggi

atau dapat dipercaya, jika alat ukur tersebut mantap, stabil dan dapat

diandakan. (dependability) serta dapat diramalkan (Predictabilty) sehingga

alat ukur tersebut konsisten dari waktu kewaktu. Reliabilitas alat diukur

dengan menggunakan metode cronbach alpha. Instrumen penelitian

dikatakan reliable apabila nilai cronbach alpha lebih besar (>) dari 0.60

4.2.1. Uji Validitas

Untuk mengetahui kevalidtannya, dari ke-34 faktor yang diberikan dalam

bentuk kuisioner yang disampaikan kepada responden dilakukan uji validitas

terhadap setiap faktor dalam kelompok variabel dengan menggunakan program

Page 63: TUGAS AKHIR - Unhas

51

SPSS Versi 22. Hasil tes validitas dapat dilihat pada kolom Correlated

Item- Total Correlation (lihat tabel). dengan jumlah responden 31, memiliki

derajat bebas N-2= 31-2 = 29. Nilai R tabel pada N = 29 dengan

signifikansi 0.05 adalah 0.355 Jika korelasi sudah lebih besar dari 0,355

maka kuisioner/pertanyaan yang dibuat dikatakan sahih/valid.

Tabel 4.3. Uji Validitas

Scale

Mean if

Item

Deleted

Scale

Variance if

Item Deleted

Corrected Item-

Total

Correlation

X1 94.06 102.329 .381

X2 94.29 96.080 .715

X3 93.26 102.024 .357

X4 94.19 104.095 .430

X5 94.03 102.299 .465

X6 94.26 106.065 .142

X7 94.87 101.783 .493

X8 93.90 102.024 .357

X9 93.87 100.583 .601

X10 93.91 102.024 .367

X11 94.58 98.118 .658

X12 93.80 102.023 .356

X13 93.42 102.652 .381

X14 94.18 104.094 .429

X15 94.19 104.095 .430

X16 94.77 97.647 .802

X17 95.35 101.437 .446

X18 94.84 99.406 .588

X19 94.87 106.049 .141

X20 94.81 109.028 -.143

Page 64: TUGAS AKHIR - Unhas

52

Scale

Mean if

Item

Deleted

Scale

Variance if

Item Deleted

Corrected Item-

Total

Correlation

X21 94.55 98.989 .661

X22 94.58 98.118 .658

X23 95.32 97.626 .670

X24 95.55 99.323 .541

X25 95.13 90.249 .761

X26 95.03 95.099 .696

X27 95.58 96.852 .754

X28 94.90 92.957 .859

X29 94.58 98.118 .658

X30 94.52 98.325 .627

X31 95.42 98.918 .554

X32 95.00 100.867 .588

X33 93.87 100.583 .601

X34 94.52 98.325 .627

Sumber:Data Olahan SPSS

Berdasarkan uji validitas diatas, mengacu pada bagian Corrected Item - Total

Correlation terdapat 3 dari 34 variabel yang dinyatakan tidak valid yaitu

X6, X19 dan X20. Sehingga untuk ketiga variabel tersebut, tidak akan

dimasukkan untuk analisa lebih lanjut, karena tidak memenuhi syarat

validitas secara statistik.

4.2.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan dengan tujuan untuk mengetahui sifat dari alat

ukur yang digunakan, dalam arti apakah alat ukur tersebut akurat, stabil, dan

konsisten. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini dikatakan reliable

Page 65: TUGAS AKHIR - Unhas

53

apabila memiliki cronbach’s alpha lebih dari 0,60. Hasil tes reliabilitas dapat

dilihat pada kolom Cronbach’s Alpha If Item Delected.

Tabel 4.4 Uji Reliabilitas Cronbach’s Alpha If Item Delected

Cronbach's

Alpha if

Item

Deleted

X1 .877

X2 .868

X3 .885

X4 .899

X5 .886

X6 .880

X7 .874

X8 .878

X9 .885

X10 .877

X11 .873

X12 .885

X13 .877

X14 .879

X15 .876

X16 .868

X17 .875

X18 .872

X19 .880

X20 .884

X21 .871

X22 .870

X23 .870

X24 .871

X25 .865

X26 .868

X27 .869

X28 .864

X29 .873

Page 66: TUGAS AKHIR - Unhas

54

X30 .871

X31 .872

X32 .873

X33 .885

X34 .887

Sumber:Data Olahan SPSS

Menurut Moh Nasir (2000), Uji reliabilitas menyangkut ketepatan alat ukur.

Suatu alat ukur mempunyai reliabilitas tinggi atau dapat dipercaya, jika alat ukur

tersebut mantap, stabil dan dapat diandakan. (dependability) serta dapat

diramalkan (Predictabilty) sehingga alat ukur tersebut konsisten dari waktu

kewaktu. Reliabilitas alat diukur dengan menggunakan metode cronbach

alpha. Instrumen penelitian dikatakan reliable apabila nilai cronbach alpha

lebih besar (>) dari 0.60.

Tabel 4.5 Reliability Statistics

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.880 34

Pengukuran reliabilitas dengan SPSS 22 menunjukkan nilai cronbach alpha

berada pada angka 0.880 atau lebih besar (>) dari 0.60. Dari data tersebut

dapat disimpulkan variabel penelitian dapat dipercaya/ reliable

Page 67: TUGAS AKHIR - Unhas

55

4.2.3 Mean dan Ranking

nilai akhir didapatkan dari jumlah dan rata-rata dari hasil kuisioner yang

disebarkan , penyusunan sesuai peringkatnya, dari yang terbesar hingga terkecil

untuk mengetahui faktor apa yang paling dominan dalam penghambat penerapan

konstruksi berkelanjutan. Lalu langkah berikutnya adalah mencari faktor-

faktor yang berada di atas nilai rata-rata (mean) dari nilai akhir faktornya.

Tabel 4.6 Nilai Mean dan Ranking

Variabel Faktor Penghambat Mean Rank

1. Tidak Adanya

Insentif Keuangan

a. Kurangnya pengetahuan dalam life

cycle analysis dan penggunaannya 3.3226 10

b. Biaya awal yang nyatanya lebih tinggi 3.0968 14

c. Pemisahan biaya antara biaya awal

konstruksi dengan biaya operasional 4.129 1

d. Kurang memadainya dalam pembangunan fasilitas umum

3.2258 11

2. Kurangnya informasi dan

Penelitian yang ada

a. Kurang memadainya penelitian 3.3548 9

b. Kurang cukupnya penelitian pada

lingkungan dalam ruangan, produktifitas

dan kesehatan.

3.129 13

c. Penelitian yang saling timpang tindih 2.5161 24

d.Kurang memadainya informasi teknis 3.4839 6

Page 68: TUGAS AKHIR - Unhas

56

3. Kurangnya

Kepedulian a. Pemikiran yang konvensional 3.5161 5

b. Menolak untuk menerima risiko 3.4516 7

4.Terkait

Perencanaan

a. Merencanakan Konstruksi dengan

urutan yang berbeda 2.7419 19

-

b. Merencanakan Konstruksi dengan

teknik yang berbeda 2.9032 15

c. Diperlukan waktu lebih lama selama proses pra-konstruksi

3.9677 2

d. Kesulitan dalam memahami

spesifikasi konstruksi Berkelanjutan dalam kontrak

2.5161 24

5.Terkait Proyek

a. Kesulitan dalam pemilihan subkontraktorKesulitan dalam pemilihan

subkontraktor dalam memberi warna

hijau Jasa konstruksi

3.1935 12

b. Lebih banyak perubahan dan variasi dengan desain selama proses konstruksi

2.6129 20

c. Lebih banyak perubahan dan variasi

dengan desain selama proses konstruksi 2.0323 31

d. Lebih banyak waktu yang dibutuhkan untuk menerapkan Konstruksi

Berkelanjutan

2.5484 22

6.Terkait Klien a. Tidak ada spesifikasi anggaran khusus

dari Konstruksi Berkelanjutan 2.5161 24

Page 69: TUGAS AKHIR - Unhas

57

b. Klien menggunakan banyak waktu dalam mengambil keputusan

2.5806 21

c. Permintaan khusus dari klien yang

berkaitan dengan teknologi hijau tertentu

yang akan digunakan

2.8387 17

7.Terkait Tim Proyek

a. Konflik dengan arsitek atas jenis material yang akan digunakan

2.8065 18

b. Sering rapat dengan spesialis Konstruksi Hijau

2.0645 30

-

c. Perselisihan Kepentingan antara

konsultan dan manajer proyek 1.8387 33

d. Kinerja yang spesifik diperlukan

untuk proyek green building 2.2581 29

8.Terkait Bahan &

peralatan

a. Biaya yang tinggi untuk bahan dan

peralatan green building 2.3548 28

b. Ketidakpastian dengan bahan dan

peralatan green building 1.8065 34

c. Bahan atau peralatan green building

yang diimpor 2.4839 26

d. Ketersediaan bahan dan peralatan untuk konstruksi berkelanjutan

3.8065 3

9.Terkait Tenaga

Kerja

a. Mempertahankan metode praktik

tradisional 2.871 16

b. Kurangnya keterampilan mengenai teknis dan teknologi bangunan hijau

1.9677 32

Page 70: TUGAS AKHIR - Unhas

58

Dari perhitungan di atas, didapatkan peringkat masing-masing faktor.

Langkah berikutnya mencari faktor-faktor yang berada di atas nilai rata-rata

(mean) dari nilai akhir faktornya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui faktor

apa saja yang memang dominan atau di atas rata-rata terhadap

penghambat penerapan konstruksi berkelanjutan

c. Pekerja tidak menyadari metode dan

prosedur yang benar dalam Konstruksi

Berkelanjutan

2.3871 27

10.Eksternal a. Kebijakan pemerintah 3.6774 4

b. Lebih banyak waktu yang dibutuhkan

untuk proses sertifikasi konstruksi berkelanjutan

3.3871 8

Page 71: TUGAS AKHIR - Unhas

59

Tabel 4.7 Hasil Pengelompokan Faktor Dominan

Variabel Faktor Penghambat Nilai

Akhir Rank

X3 Pemisahan biaya antara biaya awal konstruksi dengan biaya operasional

4.129 1

X13 Diperlukan waktu lebih lama selama proses pra-konstruksi

3.9677 2

X29 Ketersediaan bahan dan peralatan untuk

konstruksi berkelanjutan 3.8064 3

X33 Kebijakan pemerintah 3.6774 4

X9 Pemikiran yang konvensional 3.5161 5

X8 Kurang memadainya informasi teknis 3.4838 6

X10 Menolak untuk menerima risiko 3.4516 7

X34

Lebih banyak waktu yang dibutuhkan

untuk proses sertifikasi konstruksi

berkelanjutan

3.3870 8

X5 Merencanakan Konstruksi dengan

urutan yang berbeda 3.3548 9

X1 Kurangnya pengetahuan dalam life

cycle analysis dan penggunaannya 3.3225 10

X4 Kurang memadainya dalam

pembangunan fasilitas umum 3.2258 11

X15 Kesulitan dalam pemilihan untuk Jasa

konstruksi hijau dan berkelanjutan 3.1935 12

X2 Biaya awal yang nyatanya lebih tinggi 3.0967 13

X12 Merencanakan Konstruksi dengan

teknik yang berbeda 2.9032 14

X30 Mempertahankan metode praktik

tradisional 2.8907 15

Sumber:Data Olahan

Setelah dilakukan pengelompokkan faktor dominan di atas, didapatkan 15 faktor

yang yang nilainya berada di atas nilai rata-rata (mean) dari nilai akhir faktor

Page 72: TUGAS AKHIR - Unhas

60

secara keseluruhan. Maka akan dicari lagi nilai rata-rata dari 15 faktor di atas

untuk mendapatkan faktor yang lebih berpengaruh atau dominan terhadap

keberhasilan penerapan konstruksi berkelanjutan

Tabel 4.8 Hasil Faktor-Faktor Dominan

Variabel Faktor Penghambat Nilai

Akhir Rank

X3 Pemisahan biaya antara biaya awal

konstruksi dengan biaya operasional 4.129 1

X13 Diperlukan waktu lebih lama selama

proses pra-konstruksi 3.9677 2

X29 Ketersediaan bahan dan peralatan untuk konstruksi berkelanjutan

3.8064 3

X33 Kebijakan pemerintah 3.6774 4

X9 Pemikiran yang konvensional 3.5161 5

X8 Kurang memadainya informasi teknis 3.4838 6

X10 Menolak untuk menerima risiko 3.4516 7

Sumber:Data Olahan

Berikut ini untuk mendapatkan faktor yang benar-benar paling dominan

dalam penghambat penerapan konstruksi berkelanjutan.

Page 73: TUGAS AKHIR - Unhas

61

Tabel 4.9 Hasil Faktor-Faktor Dominan Akhir

Variabel Faktor Penghambat Nilai Akhir

Rank

X3 Pemisahan biaya antara biaya awal

konstruksi dengan biaya operasional 4.129 1

X13 Diperlukan waktu lebih lama selama

proses pra-konstruksi 3.9677 2

X29 Ketersediaan bahan dan peralatan untuk konstruksi berkelanjutan

3.8064 3

Sumber:Data Olahan

4.3 Pembahasan

Pembahasan ini dilakukan untuk menganalisa seluruh temuan yang didapat

dari penelitian dan pengujiannya. Dengan melakukan analisa ini maka akan dapat

dilihat mengapa didapatkan hasil seperti yang telah dipaparkan. Pembahasan juga

membuat pemahaman lebih dalam dari penerapan konstruksi berkelanjutan.

Pada tahap ini dilakukan validasi kembali kepada beberapa responden

untuk memastikan variabel-variabel hasil penelitian yang didapat sesuai dengan

kenyataan yang ada di lapangan dan juga memberikan rekomendasi tindakan

untuk faktor-faktor tersebut

4.3.1 Pembahasan Faktor Dominan

4.3.1.1 Pemisahan biaya antara biaya awal konstruksi dengan biaya

operasional

Page 74: TUGAS AKHIR - Unhas

62

Analisa

Dalam setiap pembuatan gedung atau suatu konstruksi salah satu hal yang menjadi

faktor penting adalah biaya dalam pembuatan gedung itu sendiri atau bisa

dikatakan modal pembangunan awal. Menurut Gittingger (1986), Biaya adalah

suatu yang mengurangi tujuan. Biaya yang umumnya dimasukkan dalam analisis

proyek adalah biaya-biaya yang langsung berpengaruh terhadap suatu investasi,

antara lain seperti biaya operasional dan biaya investasi. Biaya investasi adalah

biaya yang pada umumnya dikeluarkan pada awal kegiatan proyek dalam jumlah

yang cukup besar, sedangkan biaya operasional adalah biaya yang rutin

dikeluarkan setiap tahun pada umur proyek. Menurut Aileen Adams (2001)

Pada proses anggaran pengeluaran modal, hal paling utama berfokus

pada biaya awal proyek dan bukan pada operasional jangka panjang,

pemeliharaan, dan faktor-faktor produktivitas pekerja. Bangunan

berkelanjutan dikenakan biaya yang pertama lebih tinggi dari pada

bangunan lain karena alternatif analisis desain, komputerisasi pemodelan

energi, riset produk dan life cycle costing. Akan tetapi jika kerja sama dalam

pengembangan proyek dan integrasi antar tahapan berjalan baik, potensi

akan kenaikan biaya awal dapat jauh berkurang.

Tindakan Nyata

Salah satu tindakan nyata dari pemisahan biaya antara biaya awal konstruksi

dengan biaya operasional yaitu menjelaskan kepada pemilik proyek tentang

keuntungan yang di dapat dari konstruksi berkelanjutan untuk kedepannya, dari

Page 75: TUGAS AKHIR - Unhas

63

biaya operasional yang lebih murah dan dari dampak lingkungannya, Menurut

Bashir et al. (2010) strategi untuk mengimplementasikan konstruksi

berkelanjutan adalah pendidikan, dimana pendidikan mengenai green

construction memegang peran penting dalam mendorong penerapan dari

konstruksi berkelanjutan

Selain itu memberikan estimasi biaya secara lengkap yaitu prediksi terhadap

biaya yang akan dibutuhkan dari proyek berdasarkan data dan lingkup

proyek yang diberikan yang akan dilaksanakan pada sebuah lokasi dan waktu

yang telah ditetapkan. Sehingga dari pemisahan biaya antara biaya awal

konstruksi dengan biaya operasional dapat dipisahkan sesuai dengan estimasi

yang telah disepakati.

4.3.1.2 Diperlukan waktu lebih lama selama proses pra-konstruksi

Analisa

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, proses konstruksi dapat dibagi menjadi

empat tahapan besar, yaitu pre-project, pre-construction phase, construction

phase dan post-construction phase (Malik et al, 2002). Tahap pertama yang perlu

dilakukan adalah melakukan identifikasi terhadap kebutuhan. Setelah kebutuhan

dapat diidentifikasi maka hal selanjutnya adalah mencari bagaimana cara untuk

memenuhi kebutuhan tersebut. Maka dari itu, sangat penting bagi kita untuk

memahami permasalahan dari sustainabilitas dan keuntungan-keuntungan yang

didapat dari menerapkannya. Pada tahap ini, prinsip konstruksi berkelanjutan

Page 76: TUGAS AKHIR - Unhas

64

dapat diterapkan dengan meminimalisasi konsumsi sumber daya yang ada dan

menjaga sebisa mungkin kelestarian lingkungan sekitarnya. Tahap ini sangat

penting dalam menentukan proses-proses konstruksi berikutnya, karena pada

tahap ini kita perlu mempertimbangkan banyak hal untuk menerapakan

sustainable dengan sebaik mungkin, selain itu juga penting untuk melakukan

pembelajaran terhadap pembiayaan, keuntungan dan risiko-risko yang berkaitan

dengan penerapannya. Setelah kita dapat mendefinisikan kebutuhan, maka kita

perlu menemukan konsep dari kebutuhan tersebut, disini kita perlu mendaftar

segala alternatif yang dapat digunakan sesuai dengan persoalan yang terdapat

pada sustainabilitas. Pada tahap ini, prinsip konstruksi berkelanjutan dapat

digunakan sama seperti pada tahap sebelumnya. Setelah dapat mendefinisikan

konsep, kita perlu melakukan studi kelayakan terhadapnya, pada tahap ini kita

akan memilih apa yang akan kita terapkan dan mana yang terbaik berkaitan

dengan sustainabilitas. Walaupun kita telah memilih pilihan terbaik, kita tetap

perlu mempertimbangkan dari penerapan konsep tersebut pada pelaksanaannya,

seperti life cycle pada tahap proses desain, estimasi pembiayaan dan lainnya.

Selanjutnya kita dapat melakukan studi kelayakan proyek dan

investasinya. Beberapa hal perlu dilakukan pada tahap ini seperti mengidentifikasi

para pemasok dan kontraktor yang terlibat, menetapkan kriteria desain dan teknis,

perundang-undangan, persetujuan keuangan dan lainnya. Prinsip - prinsip

pembangunan berkelanjutan yang dapat diterapkan pada tahap ini yaitu seperti

meminimalisasi konsumsi sumber daya dan mencoba menciptakan sebuah

lingkungan yang sehat dan non-toxic. Setelah itu masuk kedalam proses

Page 77: TUGAS AKHIR - Unhas

65

konsep desain pada tahap pra-konstruksi. Pada tahap ini dilakukan

pembuatan pedoman-pedoman yang berkaitan dengan sustainabilitas dan

penilaian-penilaian terhadapnya, seperti kualitas produksi, kemampuan daur ulang

dan lainnya.

Ketika desain yang cocok telah dipilih dan ditetapkan, kita dapat

melanjutkannya dengan melakukan identifikasi terhadap material yang digunakan

sesuai dengan pedoman dan penilaian terhadap sustaianabilitasnya, dan

sangat penting untuk dapat memaksimalkan penggunaan sumber daya

yang dapat digunakan kembali dan dapat diperbaharui kedalam desain.

Selanjutnya, kita perlu mengkoordinasi antara desain, pengadaan, dan

pembiayaan proyek. Pada tahap ini, kita mulai mempersiapkan pelaksanaan

dari sustainable design. Tugas penting dalam tahap ini adalah

mendapatkan persetujuan terhadap desain dan biaya yang akan diserahkan

terhadap pemilik atau investor proyek. Ketika desain telah disetujui, kita

dapat memulai proses tender atau pelelangan. Pada tahap ini, hal terpenting

adalah mangkualifikasi dan mendapatkan informasi dari para peserta lelang

yang peduli terhadap persoalan sustainabilitas setelah pelelangan dan terpilih

pemenangnya selanjutnya mendiskusikan dengan pihak-pihak yang terlibat dalam

proyek tersebut untuk tahap pembangunan di lapangan.

Tindakan Nyata

Salah satu tindakan nyata dari diperlukan waktu lebih lama selama proses pra-

konstruksi yaitu dengan mengetahui faktor yang menjadi penghambat dari proses

Page 78: TUGAS AKHIR - Unhas

66

pra-konstruksi tersebut seperti telah memiliki pedoman untuk material,desain dan

konsep yang di pakai pada konstruksi berkelanjutan agar pada tahap seperti

pemilihan material dan pembuatan desain dapat meminimalisir waktu pada proses

pra-konstruksi

4.3.1.2 Ketersediaan bahan dan peralatan untuk konstruksi berkelanjutan

Analisa

Perkembangan pembangunan proyek konstruksi memiliki peran besar terhadap

perubahan lingkungan yang terjadi saat ini (Ervianto, 2004). Proyek konstruksi

bangunan identik dengan pencemaran lingkungan, mulai dari pemilihan bahan

material, alat berat, proses konstruksi, hingga operasional dan pemeliharaan

bangunan. Oleh karena itu, perlu dilakukan prinsip konstruksi hijau yang

melakukan proses konstruksi ramah lingkungan dan hemat sumber daya.

Proyek konstruksi membutuhkan tiga elemen sumber daya, yaitu material,

peralatan konstruksi, dan tenaga kerja manusia, yang kemudian tergabung

dalam sistem koordinasi berupa rantai pasok. Permasalahannya di Indonesia,

jumlah praktik pelaksanaan konstruksi hijau di Indonesia masih sedikit dan

belum didukung rantai pasok yang hijau pula (Abduh, 2013)

Sebagai salah satu elemen rantai pasok, bahan dan peralatan seperti alat

berat berperan dalam mencemari lingkungan karena menghasilkan gas

buang akibat penggunaan bahan bakar dalam melaksanakan pekerjaannya.

Walaupun pihak pemasok sudah melakukan pengembangan produk alat

Page 79: TUGAS AKHIR - Unhas

67

berat, belum diketahui bagaimana aplikasi pengelolaannya oleh kontraktor di

lapangan.

Mengoptimalkan penggunaan suatu bahan material dan alat konstruksi

sehingga dapat memperpanjang daur hidupnya. Dengan memperpanjang daur

hidup melalui konservasi dan efisiensi, maka jejak karbon, jejak ekologis dan

limbah akhir yang dihasilkan akan berkurang. Oleh karena itu, dalam

pemilihan alat konstruksi dan bahan material, perlu diperhatikan dampaknya

terhadap manusia dan lingkungan hidup, dengan tidak menggunakan Bahan

Beracun dan Berbahaya.

Green Material dalam Green Building

Sekilas memang serupa, namun dalam pengertiannya Green Material memiliki

arti yang lebih luas dari sekedar ramah lingkungan dan pengertian material ramah

lingkungan hanya menyangkut dari sisi produk material saja. Dalam artian

material yang pada saat digunakan dan dibuang tidak memiliki potensi merusak

lingkungan dan mengganggu kesehatan. Disinilah letak kendala ketersediaan

bahan konstruksi berkelanjutan, karena untuk Green Material memiliki pengertian

lebih besar, bukan hanya dari sisi produk material saja, tetapi juga meninjau

apakah sumber materialnya berkelanjutan? Apakah proses produksinya di pabrik

juga ramah lingkungan? Apakah proses distribusinya jauh sehingga membuang

banyak karbon? Apakah proses pemasangannya tidak membuang banyak sisa

sampah? Apakah dapat mendukung penghematan energi? Sehingga dalam

perencanaan Green Building, material - material Green dapat secara dinamis

Page 80: TUGAS AKHIR - Unhas

68

memberikan dampak terhadap penghematan listrik, penghematan air serta

meningkatkan kesehatan dan kenyamanan dan efisiensi manajemen perawatan

bangunannya.

. Tindakan Nyata

Salah satu tindakan nyata dari ketersediaan bahan dan peralatan untuk konstruksi

berkelanjutan yaitu dengan pemilihan suplaier. Penggunaan kriteria konstruksi

berkelanjutan dalam praktek pemilihan suplaier perlu berhati-hati dalam

mengevaluasi calon suplaier.

Page 81: TUGAS AKHIR - Unhas

69

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang diperoleh melalui tahapan-tahapan penelitian

sebelumnya, dapat diambil kesimpulan:

1. Hasil penelitian ini sesuai dengan tujuan awal penelitian, yaitu

dimana menemukan satu atau lebih faktor yang menjadi dominan

dari penghambat penerapan konstruksi berkelanjutan. Dari 34 variabel

yang ada, didapatkan 3 variabel yang dominan terhadap penghambat

penerapan konstruksi berkelanjutan, yaitu:

a. Pemisahan biaya antara biaya awal konstruksi dengan biaya

operasional

b. Diperlukan waktu lebih lama selama proses pra-konstruksi

c. Ketersediaan bahan dan peralatan untuk konstruksi berkelanjutan

2. Berikut strategi penerapan atau tindakan nyata di lapangan untuk

faktor-faktor penghambat yang dominan dalam konstruksi

berkelanjutan :

a. Pemisahan biaya antara biaya awal konstruksi dengan biaya

operasional

Page 82: TUGAS AKHIR - Unhas

70

o Memberikan penjelasan dan edukasi kepada pemilik proyek

o Melakukan manajemen estimasi biaya untuk konstruksi

berkelanjutan dimana biaya awal yang dibutuhkan cukup besar

b. Diperlukan waktu lebih lama selama proses pra-konstruksi

o Melakukan manajemen atau standar operasi yang tepat

menangani material yang akan dipakai, desain dan segala yang

berhubungan dengan proses pra konstruksi.

c. Ketersediaan bahan dan peralatan untuk konstruksi berkelanjutan

o Mengevaluasi calon suplaier.

5.2. Saran

Dari kesimpulan yang didapatkan diatas maka saran yang dapat diberikan dari

hasil penelitian ini adalah :

1. Lebih memperbanyak jumlah responden serta proyek, untuk

mendapatkan hasil penelitian yang lebih akurat dan dapat diterapkan

dilapangan

2. Melakukan penelitian lanjutan mengenai faktor-faktor yang dominan

terhadap penghambat penerapan konstruksi berkelanjutan mengenai

seberapa besar pengaruhnya terhadap konstruksi berkelanjutan.

3. Melakukan penelitian lanjutan tentang menyusun strategi

pengendalian penerapan (Guideline) untuk mengoptimalkan

penerapan konstruksi berkelanjutan.

Page 83: TUGAS AKHIR - Unhas

DAFTAR PUSTAKA

Aileen Adams (2003), The Costs And Financial Benefits Of Green Buildings a

Report To California’s Sustainable Building Task Force October 2003,

California.

Danusastro, Damar Wulyant, 2010, Konsep Perumahan Berkelanjutan, Tesis

Program Studi Kajian Ilmu Lingkungan, Pascasarjana Universitas

Indonesia, Jakarta

Darsono, Valentinus. (1995). Pengantar Ilmu Lingkungan, Penerbit Universitas

Atma Jaya, Yogyakarta.

Ervianto, W.I, 2004, Manajemen Proyek Konstruksi, Penerbit Andi, Yogyakarta.

GBCI, (2010). Greenship : Perangkat Penilaian Untuk Bangunan Hijau Di

Indonesia, Jakarta.

Hillebrant, P.M. 1985, Economic Theory and The Construction Industry, Mc

Millan, London.

Hwang, B.G., and Tan, J.S. (2012). Green Building Project Management:

Obstacles and Solutions for Sustainable Development, National University

of Singapore, Singapore.

Kibert, Charles. J, (2005). Sustainable Construction : green building design and

delivery. John Wiley & Sons, Inc, Canada.

Nazir , Moh (2002), metode analisis deskriptif, Erlangga, Yogyakarta.

Peter Newman (2002), “Sustainability and Housing : More than a Roof

Over Head.” Institute for Sustainability and Technology Policy,

Murdoch University, Australia.

Riduwan, (2008). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian, Alfabeta,

Bandung.

Page 84: TUGAS AKHIR - Unhas

Rusmadi, (2008). Agama dan Basis Etika Lingkungan Global, dimuat di Harian

Koran WAWASAN edisi 1 Februari 2008, Yogyakarta

Pedoman Umum Implementasi Konstruksi Berkelanjutan, 05 /PRT/M/2015,

Tanggal 24 Maret 2015, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.

Sassi, Paola, (2006). Strategies of Sustainable Architecture, Taylor & Francis,

New York.

Sukamta, Davy, Februari 2009. Mendadak green. 23 Februari 2009

Tagaza, E., and Wilson, J.L. (2004). Green buildings: Drivers And Barriers

Lessons Learned From Five Melbourne Developments. Report Prepared

for Building Commission, by University of Melbourne and Business

Outlook and Evaluation. Melbourne.

Zhang, X. L., Shen, L. Y., & Wu, Y. Z. (2011). Green Strategy For Gaining

Competitive Advantage In Housing Development: China Study. Journal

of Cleaner Production, China.

Page 85: TUGAS AKHIR - Unhas

LAMPIRAN

PENELITIAN

Page 86: TUGAS AKHIR - Unhas

Hasil Uji Validitas dan Reabilitas (SPSS Ver 22)

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-Total

Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

X1 94.06 102.329 .381 .877

X2 94.29 96.080 .715 .868

X3 93.26 102.024 .357 .885

X4 94.19 104.095 .430 .899

X5 94.03 102.299 .465 .886

X6 94.26 106.065 .142 .880

X7 94.87 101.783 .493 .874

X8 93.90 102.024 .357 .878

X9 93.87 100.583 .601 .885

X10 93.91 102.024 .367 .879

X11 94.58 98.118 .658 .873

X12 93.80 102.023 .356 .885

X13 93.42 102.652 .381 .877

X14 94.18 104.094 .429 .879

X15 94.19 104.095 .430 .876

X16 94.77 97.647 .802 .868

X17 95.35 101.437 .446 .875

X18 94.84 99.406 .588 .872

X19 94.87 106.049 .141 .880

X20 94.81 109.028 -.143 .884

X21 94.55 98.989 .661 .871

X22 94.58 98.118 .658 .870

X23 95.32 97.626 .670 .870

X24 95.55 99.323 .541 .871

X25 95.13 90.249 .761 .865

X26 95.03 95.099 .696 .868

X27 95.58 96.852 .754 .869

X28 94.90 92.957 .859 .864

X29 94.58 98.118 .658 .873

X30 94.52 98.325 .627 .871

X31 95.42 98.918 .554 .872

X32 95.00 100.867 .588 .873

X33 93.87 100.583 .601 .885

X34 94.52 98.325 .627 .887

Page 87: TUGAS AKHIR - Unhas

Tabel r untuk df=1-50

df=(N-2) Nilai r

df=(N-2) Nilai r

0.01 0.05 0.01 0.05

1 0.9999 0.9969 29 0.4556 0.3550

2 0.9900 0.9500 30 0.4487 0.3494

3 0.9587 0.8783 31 0.4421 0.3440

4 0.9172 0.8114 32 0.4357 0.3388

5 0.8745 0.7545 33 0.4296 0.3338

6 0.8343 0.7067 34 0.4238 0.3291

7 0.7977 0.6664 35 0.4182 0.3246

8 0.7646 0.6319 36 0.4128 0.3202

9 0.7348 0.6021 37 0.4076 0.3160

10 0.7079 0.5760 38 0.4026 0.3120

11 0.6835 0.5529 39 0.3978 0.3081

12 0.6614 0.5324 40 0.3932 0.3044

13 0.6411 0.5140 36 0.4128 0.3202

14 0.6226 0.4973 37 0.4076 0.3160

15 0.6055 0.4821 38 0.4026 0.3120

16 0.5897 0.4683 39 0.3978 0.3081

17 0.5751 0.4555 40 0.3932 0.3044

18 0.5614 0.4438 41 0.3887 0.3008

19 0.5487 0.4329 42 0.3843 0.2973

20 0.5368 0.4227 43 0.3801 0.2940

21 0.5256 0.4132 44 0.3761 0.2907

22 0.5151 0.4044 45 0.3721 0.2876

23 0.5052 0.3961 46 0.3683 0.2845

24 0.4958 0.3882 47 0.3646 0.2816

25 0.4869 0.3809 48 0.3610 0.2787

26 0.4785 0.3739 49 0.3575 0.2759

27 0.4705 0.3673 50 0.3542 0.2732

28 0.4629 0.3610

.

Page 88: TUGAS AKHIR - Unhas

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2017

Kuisioner Penelitian

Kepada Bapak/Ibu/Sdra/Sdri. responden yang terhormat, Dalam rangka menyelesaikan studi tugas akhir di Departemen teknik sipil,

Fakultas teknik, Universitas Hasanuddin, saya memerlukan dan mengharapkan bantuan Bapak/Ibu/Sdra/Sdri untuk mengisi kuesioner

ini. Kuesioner ini disusun untuk mengetahui faktor-faktor yang penghambat yang paling berpengaruh dalam penerapan konstruksi

berkelanjutan pada proyek konstruksi di kota Makassar. Pertanyaan yang diajukan dan jawaban yang diterima dalam kuesioner ini

hanya semata-mata untuk tujuan penelitian. Saya berharap bahwa setiap jawaban yang Bapak/Ibu/Sdra/Sdri berikan benar-benar

jujur, apa adanya, dan sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya dilapangan. Jika ada hal-hal yang bapak/ibu/sdra/sdri ingin

tanyakan menegenai pengisian kuesioner ini, dapat menghubungi saya di HP/WA 0818 0648 4535. Atas kesediaan

bapak/ibu/sdra/sdri dalam membantu saya dengan mengisi kuesioner ini, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Hormat saya,

Peneliti:

NOVIANTO PAMBUDI

D11113519

Page 89: TUGAS AKHIR - Unhas

KUISIONER PENELITIAN

faktor-faktor penghambat dalam Penerapan Konstruksi Berkelanjutan pada Proyek Konstruksi Indonesia : Studi Kasus Proyek Konstruksi di

Kota Makassar

Petunjuk Pengisian:

Mohon berikan jawaban dari masing-masing pilihan pernyataan yang tersedia dengan memberikan tanda () pada jawaban yang Bapak/Ibu/Saudara pilih.

Identitas Responden

1. Nama :

2. Umur : Tahun

3. Tingkat Pendidikan : SD SMP SMA D1 D2 D3 S1 S2

4. Masa Kerja : Tahun

5. Jenis Kelamin : laki-laki / perempuan

6. Jabatan :

Keterangan untuk penilaian:

1 2 3 4 5

Sangat

Rendah Rendah Sedang Tinggi

Sangat

Tinggi

dalam penelitian ini dijamin kerahasiaannya dan hanya akan dipakai untuk keperluan penelitian saja

Page 90: TUGAS AKHIR - Unhas

Berikut Faktor-faktor Penghambatan dari Penerapan Konstruksi berkelanjutan

x7 c. Penelitian yang saling timpang tindih

Sub Variabel Kode Indikator 1 2 3 4 5 Keterangan

1. Tidak Adanya Insentif Keuangan

x1

a. Kurangnya pengetahuan dalam life cycle analysis dan penggunaannya ( yaitu ilmu untuk mengevaluasi potensi dampak lingkungan dari suatu produk dan material)

x2 b. Biaya awal yang nyatanya lebih tinggi dari konstruksi konvensional

x3 c. Pemisahan biaya antara biaya awal konstruksi dengan biaya operasional

x4 d. Kurang memadainya dalam pembangunan fasilitas umum (Jalan, tempat parkir dll)

2. Kurangnya informasi dan

Penelitian yang ada

x5 a. Kurang memadainya penelitian dalam konstruksi hijau menjadi salah satu penghambat penerapan

x6 b. Kurang cukupnya penelitian pada lingkungan dalam ruangan, produktifitas dan kesehatan.

Page 91: TUGAS AKHIR - Unhas

Sub Variabel Kode Indikator 1 2 3 4 5 Keterangan

x8 d.Kurang memadainya informasi teknis untuk penerapan konstruksi hijau dan berkelanjutan

3. Kurangnya Kepedulian

x9 a. Pemikiran yang konvensional menjadi penghambat dalam penerapan

x10 b. Menolak untuk menerima risiko dari segi bahan dan teknologi terbaru dari konstruksi hijau

4.Hal –hal Terkait Perencanaan

x11

a. Merencanakan Konstruksi dengan urutan yang berbeda dengan konstruksi konvensional menjadi kendala penerapan

x12 b. Merencanakan Konstruksi dengan teknik yang berbeda ( dari Konstruksi biasa ke konstruksi hijau)

x13 c. Diperlukan waktu lebih lama selama proses pra-konstruksi

x14 d. Kesulitan dalam memahami spesifikasi konstruksi Berkelanjutan dalam kontrak

5.Hal- hal Terkait

Proyek x15

a. Kesulitan dalam pemilihan untuk Jasa konstruksi hijau dan berkelanjutan

x16 b. Lebih banyak perubahan dan variasi dengan desain selama proses konstruksi (dalam konstruksi hijau)

Page 92: TUGAS AKHIR - Unhas

Sub Variabel Kode Indikator 1 2 3 4 5 Keterangan

x17 c. Kesulitan dalam menilai kemajuan dan penyelesaian konstruksi hijau

x18 d. Lebih banyak waktu yang dibutuhkan untuk menerapkan Konstruksi hijau dan Berkelanjutan

6.hal –hal Terkait Klien

x19 a. Tidak ada spesifikasi anggaran khusus dari Konstruksi hijau dan Berkelanjutan

x20 b. Klien menggunakan banyak waktu dalam mengambil keputusan

x21 c. Permintaan khusus dari klien yang berkaitan dengan teknologi hijau tertentu yang akan digunakan

7. Hal-hal Terkait Tim Proyek

x22 a. Konflik dengan arsitek atas jenis material yang akan digunakan

x23 b. Sering rapat dengan spesialis Konstruksi Hijau

x24 c. Perselisihan Kepentingan antara konsultan dan manajer proyek

x25 d. Kinerja yang spesifik diperlukan untuk proyek green building/ Konstruksi Hijau

Page 93: TUGAS AKHIR - Unhas

Sub Variabel Kode Indikator 1 2 3 4 5 Keterangan

8. Hal-hal Terkait Bahan & peralatan

x26 a. Biaya yang tinggi untuk bahan dan peralatan green building/ Konstruksi Hijau

x27 b. Ketidakpastian dengan bahan dan peralatan green building/ Konstruksi Hijau

x28 c. Bahan atau peralatan green building yang diimpor/ Konstruksi Hijau

x29 d. Ketersediaan bahan dan peralatan untuk konstruksi hijau dan berkelanjutan

9. Hal-hal Terkait Tenaga Kerja

x30 a. Mempertahankan metode praktik tradisional

x31 b. Kurangnya keterampilan mengenai teknis dan teknologi bangunan hijau

x32 c. Pekerja tidak menyadari metode dan prosedur yang benar dalam Konstruksi hijau dan Berkelanjutan

10. Faktor Eksternal x33 a. Kebijakan pemerintah

x34 b. Lebih banyak waktu yang dibutuhkan untuk proses sertifikasi konstruksi hijau dan berkelanjutan

Page 94: TUGAS AKHIR - Unhas

Lampiran Lokasi Penelitian

Giant Extra Pettarani

Nama Proyek :Pembangunan Giant Extra Pettarani

Lokasi :Jalan A. P. Pettarani Km 4 Makasasar

Kontraktor :PT. Gelora Bangun Lestari

Pemberi Tugas :PT. Sinar Galesong Pratama

Nilai Kontrak :Rp. 39.500.000.000,- sudah termasuk PPN 10%

Sumber Dana :Dana Pribadi

Waktu Pelaksanaan :1 Oktober 2016 s/d 21 Juli 2017

Loksi Pembangunan

Giant Extra Pettarani

Page 95: TUGAS AKHIR - Unhas

Kantor Pusat PT. Sinar Galesong Pratama

Nama :Kantor Pusat PT. Sinar Galesong Pratama

Lokasi :Jl. A. P. Pettarani No.55

Lokasi Kantor Pusat

PT.Sinar Galesong

Page 96: TUGAS AKHIR - Unhas

Kantor Palang Merah Indonesia (PMI)

Nama Proyek :Pembangunan Kantor Palang Merah Indonesia (PMI)

Lokasi : Jalan Lanto Daeng Pasewang

Kontraktor : PT. Gelora Bangun Lestari

Pemberi Tugas : PT. Sinar Galesong Pratama

Nilai Kontrak :Rp.6.490.000.000,- sudah termasuk PPN 10%

Sumber Dana :Dana pribadi dan pinjaman kredit Bank OCBC NISP

Waktu Pelaksanaan :3 April 2017 s/d 29 Juli 2017

Lokasi Kantor

PMI