PLANEATARIUM DI MALINO
SKRIPSI PERANCANGAN
Oleh:
KURNIAWAN OKTAVIANTO LAPARAGA
D511 12 101
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERITAS HASANUDDIN
GOWA
2017
i
PLANEATARIUM DI MALINO
SKRIPSI PERANCANGAN
TUGAS AKHIR – 477D5106
PERIODE I
TAHUN 2017/2018
Sebagai salah satu syarat untuk ujian
Sarjana Arsitektur
Oleh:
KURNIAWAN OKTAVIANTO LAPARAGA
D511 12 101
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERITAS HASANUDDIN
GOWA
2017
ii
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI PERANCANGAN
PROYEK : TUGAS AKHIR SARJANA TEKNIK ARSITEKTUR
JUDUL : PLANETARIUM DI MALINO
PENYUSUN : KURNIAWAN OKTAVIANTO LAPARAGA
STAMBUK : D511 12 101
PERIODE : I - TAHUN 2017 / 2018
Menyetujui:
Dosen Pembimbing I
Dr. Eng. Nasruddin, ST., MT.
NIP. 1971 0316 1997021 001
Dosen Pembimbing II
Ir. H. Samsuddin Amin, MT.
NIP. 1966 1231 1994031 022
Mengetahui:
KETUA DEPARTEMENT ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Dr. Eng. Rosady Mulyadi, ST., MT.
NIP. 19700810 199802 1 001
iii
ABSTRAKSI
Astronomi merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang sudah ada
sejak dulu, dimana pada zaman dulu tanpa disadari manusia sudah
menggunakan ilmu astronomi sebagai bagian dari kehidupannya, paling
tidak ilmu astronomi memberikan sumbangsih besar pada kehidupan
manusia, dimana pada zaman dulu orang-orang menggunakan keteraturan
yang ada di langit sebagai navigasi perjalanan maupun petunjuk-petunjuk
alam lainnya. Namun sayangnya fenomena yang terjadi sekarang sudah
sangat jelas, ilmu astronomi dibandingkan dengan ilmu lainnya masih
bersifat awam bagi kita disebabkan kurangnya fasilatas-fasilitas pendukung
untuk mempelajari ilmu astronomi.
Malino merupakan sebuah kelurahan yang berada di puncak yang
terletak di kecamatan Tinggimoncong, kabupaten Gowa, Sulawesi
Selatan yang merupakan salah satu objek wisata alam yang mempunyai
daya tarik tersendiri. Sulawesi Selatan sendiri merupakan sebuah provinsi
yang berada di pulau Sulawesi yang sering dianggap sebagai panutan oleh
provinsi-provinsi lain yang berada di pulau Sulawesi, tidak hanya dalam
bidang ekonomi tapi juga dalam bidang IPTEK.
Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka perencanaan sebuah
fasilitas pendukung untuk mempelajari ilmu astronomi berupa Planetarium
dianggap merupakan sebuah alternatif untuk mempelajari ilmu astronomi.
Kata kunci : Planetarium
iv
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Skripsi Perancangan Tugas Akhir dengan judul
“Planetarium di Malino” dalam Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin. Shalawat dan Salam tak lupa penulis kirimkan
kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW yang menjadi Suri Tauladan
untuk kita umat manusia.
Skripsi Perancangan ini disusun sebagai langkah penulis untuk
menyelesaikan pendidikan di Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Univesitas
Hasanuddin Makassar. Tugas ini dapat memberikan pelajaran tentang
bagaimana merencanakan Planetarium bagi pengunjung.
Penulis menyadari bahwa dalam Skripsi Perancangan Tugas Akhir ini
masih terdapat berbagai kekurangan yang belum sempat terkoreksi
mengingat keterbatasan waktu, fasilitas dan kapasitas penulis, sehingga
masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala kerendahan
hati penulis tetap mengharapkan masukan, kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak guna perbaikan dan penyempurnaan
Skripsi Perancangan Tugas Akhir ini.
Pada kesmpatan ini, dengan penuh rasa hormat penulis
mengucapkan terima kasih, yaitu kepada :
1. Bapak Drs. H. Lahmudin Laparaga, M.H dan Ibu Hj. Warni Zakaria
yang telah memberikan limpahan kasih sayang, perhatian, dukungan,
doa serta motivasi. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan
rahmat, hidayah, kebahagiaan dan perlindungan kepada kita semua.
Aamiin.
v
2. Bapak Dr. Eng. Rosady Mulyadi , ST., MT selaku Ketua Departemen
Teknik Arsitektur Universitas Hasanuddin Periode 2015/2016 –
2020/2021.
3. Bapak Ir. Husni Kuruseng, MT selaku Penasehat Akademik.
4. Bapak Dr. Eng. Nasruddin, ST., MT selaku Dosen Pembimbing I, dan
Bapak Ir. H. Samsuddin Amin, MT. selaku Dosen Pembimbing II, atas
segala bimbingan, ilmu, dan saran kepada penulis dalam penyusunan
Tugas Akhir ini.
5. Bapak Abdul Mufti Radja, ST., MT., Ph.D selaku Kepala Studio
Perancangan Tugas Akhir Arsitektur.
6. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin yang telah membantu dan memberikan
ilmunya selama penulis belajar di Jurusan Arsitektur Universitas
Hasanuddin.
7. Kakak-kakak tercinta Vika Marieskawati Laparaga, S.E dan Vita
Septiani Laparaga, S.H. Terima kasih untuk doa, motivasi dan
dukungannya.
8. Rabiatul Adwiyah A. Saubi Terima kasih untuk doa, motivasi dan
dukungan yang diberikan kepada penulis.
9. Saudara-saudari Arsitektur 2012. Terkhusus untuk anak-anak Kiamat
2012 yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, yang telah
memberikan motivasi untuk periode ini.
10. Terima kasih kepada OKJA, banyak ilmu dan pengalaman yang sangat
berharga dengan menjadi warganya.
11. Terima kasih kepada anak-anak HPMIG dan anak-anak Asrama Putra
Gorontalo Terkhusus untuk Muh. Angga Restu Dinata, Zainudin,
Hairialsah Malapu, Muh. Farul Kamal Beu dan Andrew Polingala atas
tawa canda serta motivasi, semangat dan dukungannya selama ini.
12. Teman-teman KKN Kecamatan Sabbangparu, Terkhusus untuk posko
Desa Liu dan Desa Bila. Terima Kasih motivasi, semangat dan
dukungannya.
vi
13. Teman-teman Studio Akhir Arsitektur Periode I – 2017-2018, Terima
kasih atas candaan, semangat dan kebersamaan yang telah diberikan.
14. Serta seluruh pihak yang telah membantu baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam penyusunan Skripsi Perancangan Tugas
Akhir ini.
Dengan teriring doa yang tulus, ungkapan terima kasih yang tak
terhingga dan menyadari sepenuhnya akan keterbatasan Skripsi
Perancangan Tugas Akhir ini, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya
dan mengharapkan kritik serta saran yang membangun sebagai bahan
yang berarti untuk perbaikan di masa mendatang, karena penulis sadar
bahwa Tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan.
Akhir kata, semoga Skripsi Perancangan Tugas Akhir ini dapat
membawa manfaat yang banyak bagi semua pihak, dan semoga Allah
SWT selalu melimpahkan rahmat dan karunia-NYA dalam segala aktivitas
keseharian kita dan menilainya sebagai suatu amal ibadah di sisi-NYA.
Amin Ya Robbal Alamin.
Gowa, Agustus 2017
Penulis,
KURNIAWAN OKTAVIANTO LAPARAGA D511 12 101
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................... ii
ABSTRAKSI ........................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ............................................................................ iv
DAFTAR ISI ......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. x
DAFAR TABEL .................................................................................... xv
DAFAR SKEMA ................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................ 1
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Pengertian Judul ................................................................... 3
C. Rumusan Masalah ................................................................ 4
D. Tujuan dan Sasaran .............................................................. 5
E. Lingkup Pembahasan ........................................................... 5
F. Metode dan Sistematika Pembahasan .................................. 6
BAB II TINJAUAN UMUM PLANETARIUM ............................ 8
A. Tinjauan Umum Tentang Astronomi ...................................... 8
1. Pengertian Astronomi ..................................................... 8
2. Sejarah Astronomi .......................................................... 8
3. Perkembangan Astronomi Di Indonesia.......................... 11
4. Cabang Ilmu Astronomi .................................................. 13
B. Tinjauan Planetarium ............................................................ 14
1. Pengertian Planetarium .................................................. 14
2. Sejarah Dan Perkembangan Planetarium....................... 15
3. Fungsi Planetarium ......................................................... 17
4. Kegiatan Planetarium...................................................... 20
5. Komponen Utama Sebuah Planetarium.......................... 26
viii
6. Struktur Kelembagaan/Struktur Organisasi ..................... 34
7. Pengelolaan Sebuah Planetarium .................................. 35
8. Pelaku Kegiatan .............................................................. 35
C. Studi Literatur ........................................................................ 36
1. Planetarium Jakarta ........................................................ 36
2. Eugenides Foundation/Planetarium ................................ 47
3. Adler Planetarium ........................................................... 53
4. Resume Studi Literatur ................................................... 61
BAB III TINJAUAN KHUSUS PLANETARIUM DI
KABUPATEN GOWA ..................................................... 64
A. Gambaran Umum Kabupaten Gowa ..................................... 64
1. Letak Geografis .............................................................. 64
2. Kependudukan ................................................................ 65
B. Potensi Pengadaan Planetarium Di Kabupaten Gowa .......... 68
1. Potensi Daerah ............................................................... 68
2. Potensi Pengunjung ........................................................ 69
3. Potensi Pendidikan ......................................................... 69
4. Potensi Wisata ................................................................ 70
C. Program Kegiatan Yang Diwadahi ........................................ 70
1. Analisis Pelaku Kegiatan ................................................ 70
2. Identifikasi Dan Jenis Kegiatan ....................................... 72
BAB IV KONSEP DASAR PERANCANGAN PLANETARIUM
DI MALINO .......................................................................... 79
A. Konsep Dasar Makro ............................................................ 79
1. Konsep Penentuan Lokasi .............................................. 79
2. Konsep Pemilihan Tapak ................................................ 81
3. Konsep Pengolahan Tapak ............................................. 86
4. Konsep Pemilihan Tata Ruang Luar ............................... 95
B. Konsep Dasar Perancangan Mikro ....................................... 102
ix
1. Konsep Kebutuhan Ruang .............................................. 102
2. Konsep Besaran Ruang .................................................. 105
3. Konsep Hubungan Ruang ............................................... 116
4. Konsep Sirkulasi Dalam Bangunan ................................ 121
5. Konsep Pendekatan Bentuk Dan Penampilan ................ 124
6. Konsep Sistem Struktur Bangunan ................................. 125
7. Konsep Sistem Utilitas Bangunan ................................... 126
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 137
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Globe of Gottorf ............................................................. 16
Gambar 2.2. Kegiatan pertunjukan di dalam Planetarium .................. 20
Gambar 2.3. Ruang Pameran Planetarium dan Observatorium Jakarta
............................................................................................................. 23
Gambar 2.4. Kegiatan Seminar Astronomi di Planetarium dan
Observatorium Jakarta ......................................................................... 23
Gambar 2.5. Kegiatan Peneropongan untuk umum .......................... 24
Gambar 2.6. Suasana Fasilitas Observatorium ................................ 25
Gambar 2.7. Suasana Perpustakaan di Planetarium dan Observatorium
Jakarta ................................................................................................ 25
Gambar 2.8. Toko Cinderamata di Planetarium dan Observatorium
Jakarta ................................................................................................. 26
Gambar 2.9. Kubah Planetarium ........................................................ 28
Gambar 2.10. Proyektor pada Planetarium ........................................ 29
Gambar 2.11. Skymaster Zkp 4 Planetarium Projektor ...................... 31
Gambar 2.12. Starmaster Zmp – Td Planetarium Projektor ............... 31
Gambar 2.13. The Universarium Model IX Planetarium Projektor ..... 31
Gambar 2.14. Tempat Duduk Pada Planetarium ............................... 33
Gambar 2.15. Planetarium dan Observatorium Jakarta ..................... 37
Gambar 2.16. Lokasi Planetarium dan Observatorium Jakarta ......... 38
Gambar 2.17. Suasana ruang pertunjukan Citra Ganda .................... 40
xi
Gambar 2.18. Suasana ruang Planetarium ........................................ 41
Gambar 2.19. Suasana area kontrol ruang Planetarium .................... 41
Gambar 2.20. Suasana ruang Pameran ............................................ 43
Gambar 2.21. Suasana ruang Perpustakaan ..................................... 43
Gambar 2.22. Suasana area tunggu .................................................. 44
Gambar 2.23. Suasana area antrian menuju ruang Planetarium ....... 44
Gambar 2.24. Toko Cinderamata ....................................................... 45
Gambar 2.25. Suasana Peneropongan umum................................... 46
Gambar 2.26. Suasana fasilitas Observatorium ................................. 46
Gambar 2.27. Suasana Kantor Pengelola ......................................... 46
Gambar 2.28. Eksterior 3D Eugenides Foundation/Planetarium........ 48
Gambar 2.29. Lokasi Eugenides Foundation/Planetarium ................. 48
Gambar 2.30. Denah lantai dasar ...................................................... 49
Gambar 2.31. Denah lantai 1 ............................................................. 50
Gambar 2.32. Denah lantai 2 ............................................................. 50
Gambar 2.33. Main Amphitheater ...................................................... 51
Gambar 2.34. Ruang kelas ................................................................ 51
Gambar 2.35. Ruang seminar 1 ......................................................... 52
Gambar 2.36. Ruang seminar 2 ......................................................... 52
Gambar 2.37. Lobi lantai 1 dan 2 ....................................................... 52
Gambar 2.38. Adler Planetarium ........................................................ 53
Gambar 2.39. Lokasi Adler Planetarium ............................................ 53
Gambar 2.40. Denah Adler Planetarium ............................................ 54
xii
Gambar 2.41. Mission Moon .............................................................. 55
Gambar 2.42. Tata Surya kita ............................................................ 55
Gambar 2.43. Astronomi dalam budaya ............................................ 55
Gambar 2.44. Clark Family Welcome Gallery .................................... 56
Gambar 2.45. Atwood Celestial Sphre ............................................... 56
Gambar 2.46. Hidden Wonders ......................................................... 56
Gambar 2.47. Gemini XII ................................................................... 57
Gambar 2.48. Ruang visualisasi laboratorium ................................... 57
Gambar 2.49. Pameran Teleskop ...................................................... 57
Gambar 2.50. Planet Ekspolers ......................................................... 58
Gambar 2.51. Community Design Lab ............................................... 58
Gambar 2.52. Ruang angkasa ........................................................... 58
Gambar 2.53. Ruang Belajar ............................................................. 59
Gambar 2.54. Space Theater............................................................. 59
Gambar 2.55. Sky Theater ................................................................. 59
Gambar 2.56. Cafe Galileo ................................................................ 60
Gambar 2.57. Adler Store .................................................................. 60
Gambar 3.1. Peta Pola Administrasi Wilayah Kabupaten Gowa ....... 65
Gambar 4.1. Peta Administrasi Kabupaten Gowa .............................. 79
Gambar 4.2. Peta Kecamatan Tinggi Moncong Kabupaten Gowa..... 80
Gambar 4.3. Alternatif tapak 1 ........................................................... 82
Gambar 4.4. Alternatif tapak 2 ........................................................... 83
Gambar 4.5. Alternatif tapak 3 ........................................................... 84
xiii
Gambar 4.6. Alternatif tapak 2 ........................................................... 85
Gambar 4.7. Kondisi situasi sekitar tapak .......................................... 86
Gambar 4.8. Pengolahan tapak terhadap view dari luar .................... 87
Gambar 4.9. Pengolahan tapak terhadap view dari dalam tapak....... 88
Gambar 4.10. Pengolahan tapak terhadap orientasi matahari ............. 89
Gambar 4.11. Pengolahan tapak terhadap curah hujan ...................... 90
Gambar 4.12. Pengolahan tapak terhadap arah angin ....................... 91
Gambar 4.13. Pengolahan tapak terhadap kebisingan ....................... 92
Gambar 4.14. Pengolahan tapak terhadap zoning .............................. 93
Gambar 4.15. Pengolahan tapak terhadap entrance .......................... 94
Gambar 4.16. Output/hasil pengolahan tapak .................................... 95
Gambar 4.17. Pohon Pinus ................................................................. 97
Gambar 4.18. Pohon Palem Raja ....................................................... 97
Gambar 4.19. Pohon Tanjung ............................................................. 98
Gambar 4.20. Bungan Bougenvil ........................................................ 99
Gambar 4.21. Bungan Asoka .............................................................. 99
Gambar 4.22. Pohon Cemara Udang ................................................. 100
Gambar 4.23. Rumput Gajah Mini ...................................................... 100
Gambar 4.24. Rumput Jepang ............................................................ 101
Gambar 4.25. Struktur tangga manual ................................................ 122
Gambar 4.26. Dimensi anak tangga ................................................... 123
Gambar 4.27. Struktur Elevator/Lift ..................................................... 123
Gambar 4.28. Sistem penghawaan AC Central .................................. 128
Gambar 4.29. Macam-macam Sprinkler ............................................. 132
xiv
Gambar 4.30. Hydrant Box ................................................................. 133
Gambar 4.31. Hydrant Pillar................................................................ 133
Gambar 4.32. Tabung Portable ........................................................... 134
Gambar 4.33. Sistem Keamana dengan CCTV .................................. 135
Gambar 4.34. Model Sistem penangkal Petir...................................... 136
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Jadwal pertunjukan Planetarium Jakarata ........................ 47
Tabel 2.2. Resume studi literatur ....................................................... 61
Tabel 3.1. Jumlah dan kepadatan penduduk tahun 2013 .................. 66
Tabel 4.1. Pemberian poin pemilihan tapak ....................................... 84
Tabel 4.2. Bentuk tanaman dan kegunaannya .................................. 95
Tabel 4.3. Manfaat dan fungsi tanaman sesuai jenis ......................... 96
Tabel 4.4. Fasilitas Pertunjukan ......................................................... 105
Tabel 4.5. Fasilitas Pameran ............................................................. 106
Tabel 4.6. Fasilitas Edukasi ............................................................... 106
Tabel 4.7. Fasilitas Peneropongan dan Observasi ............................ 107
Tabel 4.8. Fasilitas Membaca ............................................................ 108
Tabel 4.9. Fasilitas Komersil .............................................................. 108
Tabel 4.10. Ruang Direksi ................................................................... 109
Tabel 4.11. Ruang Bidang Umum ........................................................ 109
Tabel 4.12. Ruang Bidang Operasional Teknis.................................... 110
Tabel 4.13. Fasilitas Servis .................................................................. 111
Tabel 4.14. Rekapitulasi perhitungan besaran ruang ........................... 113
Tabel 4.15. Kebutuhan parkir bangunan .............................................. 114
Tabel 4.16. Kebutuhan total luas bangunan ........................................ 115
xvi
DAFTAR SKEMA
Halaman
Skema 2.1. Kelembagaan Planetarium ................................................ 35
Skema 3.1. Kegiatan pengujung rekreatif ............................................ 73
Skema 3.2. Kegiatan pengunjung Edukatif .......................................... 74
Skema 3.3. Kegiatan pengelola ........................................................... 75
Skema 4.1. Hubungan ruang fasilitas umum ....................................... 116
Skema 4.2. Hubungan ruang fasilitas peneropongan dan Observasi .. 117
Skema 4.3. Hubungan ruang fasilitas membaca.................................. 117
Skema 4.4. Hubungan ruang fasilitas komersil .................................... 118
Skema 4.5. Hubungan ruang fasilitas direksi ....................................... 118
Skema 4.6. Hubungan ruang fasilitas bidang umum ............................ 119
Skema 4.7. Hubungan ruang fasilitas bidang operasional teknis ......... 120
Skema 4.8. Hubungan ruang fasilitas servis ........................................ 121
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kemampuan berfikir pada manusia, menyebabkan terus
berkembangnya rasa ingin tahu tentang segala apa yang ada di alam
semesta ini. Pengetahuan yang diperoleh dari pengamatan terhadap alam
semesta ini kemudian merupakan dasar kelahiran ilmu pengetahuan dan
selanjutnya diterapkan pada munculnya teknologi dan seni. Dengan akal
yang dimilikinya, semua pengetahuan dapat diturunkan dari suatu
generasi ke generasi berikutnya. Informasi yang di peroleh dapat di
simpan dan diajarkan kepada generasi berikutnya, ditambah dengan
pengetahuan yang diperoleh saat itu maka informasi tentang IPTEKS ini
akan terus bertambah dan berkembang dari generasi ke generasi
berikutnya (Usman dan Kasim 2012). Namun sayangnya fenomena yang
terjadi di Indonesia sudah sangat jelas berupa kurangnya sarana-sarana
penunjang untuk para pelajar / mahasiswa yang ingin lebih jauh
mengetahui tentang ilmu pengetahuan khususnya dibidang astronomi
yang mempelajari tentang tata surya. Di bangku sekolah menengah
pertama contohnya, yang sudah mempelajari tentang bintang-bintang dan
tata surya tapi pada saat memasuki sekolah menengah atas dan bangku
kuliah fasilitas yang didapatkan masih sangat kurang, seharusnya para
pelajar / mahasiswa ini sudah mendapatkan fasilitas-fasilitas yang
dibutuhkan agar dapat mendukung mereka untuk lebih memahami ilmu
tetang Astronomi dan keantariksaan.
Ilmu astronomi dibandingkan dengan ilmu lainnya masih bersifat
awam bagi kita. Padahal manusia sebagai bagian dari alam kehidupannya
tidak lepas dengan astronomi. Astronomi paling tidak memberikan
sumbangsih besar pada kehidupan manusia, dimana kaum arab yang
hidup di gurun secara turun-temurun menggunakan keteraturan yang ada
di langit sebagai navigasi perjalanan maupun petunjuk-petunjuk alam
lainnya. Begitu juga dengan para pelaut-pelaut ulung baik dari Cina,
2
Makassar, dan bangsa Eropa. Mereka menggunakan semua keteraturan
benda langit sebagai navigasi utama.
Tanpa disadari manusia hidup dalam keteraturan tersebut;
keteraturan revolusi Bulan mengelilingi Bumi dijadikan sebagai dasar
penanggalan Hijriyah bagi muslim atau penanggalan Lunar lainnya seperti
penanggalan Cina, dan penanggalan Masehi Gregorian. Ditambah lagi
beberapa tahun terakhir ini fenomena alam yang berhubungan dengan
astronomi sering terjadi. Namun sayangnya dimasyarakat kita khususnya,
animo akan astronomi sangat kecil. Sangat wajar memang jika mengingat
sarana dan prasarana sebagai fasilitas tidaklah sebanding dengan
fenomena astronomi yang terjadi.
Bagi para peneliti dan peminat astronomi langit, bintang, bulan, dan
planet adalah tempat-tempat yang menarik untuk diamati. Benda-benda
tersebut merupakan suatu bentuk laboratorium yang berbeda dengan
laboratorium yang lain karena laboratorium astronomi ini tidak dapat
dipengaruhi, diraba, dan diubah-ubah tetapi melainkan hanya dapat
dilihat, diamati, dan diteliti.
Planetarium sebagai salah satu fasilitas dalam pendidikan ilmu
astronomi pada dasarnya berfungsi entertaiment (hiburan), namun pada
bangunan planetarium ini unsur edukasi pun diupayakan dengan
pengadaan fasilitas pendukung yaitu berupa observatorium mini,
sehingga bangunan ini nantinya mampu berfungsi ganda bagi masyarakat
sebagai entertaiment (hiburan) dan edutaiment (edukasi).
Perancangan ini didasari pada sebuah alasan dimana kebutuhan
akan tempat untuk mewadahi pengetahuan ilmu astronomi di Indonesia
masih sangat kurang, dimana tempat tersebut dapat memberikan
pendidikan ilmu astronomi di luar pendidikan formal dengan cara yang
lebih interaktif sekaligus menjadi tempat wisata yang mencerdaskan.
3
B. Pengertian Judul
1. Pengertian planetarium
“Planetarium is a room with a projection device which
accurately portrays the stars and planets at any time in the past,
present or future from any point on the Earth or the near region
of space.”
Planetarium adalah sebuah ruang dengan sebuah alat
proyeksi yang secara akurat menggambarkan bintang-bintang
dan planet-planet di setiap waktu baik masa lalu, masa
sekarang maupun masa yang akan datang dari bagian bumi
atau angkasa manapun. (McGraw-Hill Encyclopedia of Science
and Technology, New York, 1971) .
“Planetarium is specially designed, domed-shaped building,
equipped with an optical-mechanical device to simulate a display
of heavens for educational purposes.”
Planetarium merupakan tempat yang dirancang khusus,
berkubah dan dilengkapi dengan peralatan optikal-mekanik
untuk memperagakan suatu pertunjukkan tentang luar angkasa
untuk tujuan pendidikan. (The New Oxford Illustrated Dictionary,
England, 1976)
Planetarium adalah bangunan yang dilengkapi dengan alat-
alat untuk memperagakan posisi dan gerak benda langit. Letak
dan gerak berbagai benda langit seperti bintang, planet, bulan
dan matahari diproyeksikan ke atap berbentuk kubah oleh suatu
proyektor khusus. Penonton yang duduk di bawahnya merasa
seolah-olah berada di tempat terbuka dan melihat langit malam
yang bertaburan bintang. Pertunjukkan di suatu planetarium
disertai ceramah astronomi disertai peragaannya. (Ensiklopedi
Nasional Indonesia, Jakarta, 1990)
2. Pengertian Malino
Menurut Wikipedia ensiklopedia, malino adalah
kelurahan yang terletak di Kecamatan
4
Tinggimoncong, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Daerah
yang terletak 90 km dari Kota Makassar ke arah selatan ini
merupakan salah satu objek wisata alam yang mempunyai daya
tarik luar biasa. Di kawasan wisata Malino sendiri, terdapat hutan
wisata, berupa pohon pinus yang tinggi berjejer di antara bukit
dan lembah. Jalan menanjak dan berkelok-kelok dengan
melintasi deretan pegunungan dan lembah yang indah. Kawasan
tersebut terkenal sebagai kawasan rekreasi dan wisata sejak
zaman penjajahan Belanda.
Malino memiliki gunung-gunung yang sangat kaya dengan
pemandangan batu gamping dan pinus. Berbagai jenis tanaman
tropisyang indah,tumbuh dan berkembang di kota yang dingin
ini. Selain itu, Malino pun menghasilkan buah-buahan
dan sayuran khas yang tumbuh di lereng gunung Bawakaraeng.
Sebagian masyarakat Sulawesi Selatan masih mengkulturkan
gunung itu sebagai tempat suci dan keramat. Suhu di kota Malino
ini mulai dari 10 °C sampai 26 °C.
3. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengertian Planetarium di Malino adalah sebuah
bangunan/gedung teater dengan sebuah alat proyeksi yang
secara akurat di gunakan untuk meniru dan memperagakan
simulasi susunan bintang dan benda-benda langit, juga sebagai
sarana yang bersifat edukasi dan rekreasi yang berada di wisata
alam malino kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan.
C. Rumusan Masalah
1. Non arsitektural
a. Merencanakan gedung planetarium yang dapat menarik
pengunjung baik dari masyarakat umum maupun pecinta
astronomi.
5
b. Merencanakan gedung planetarium yang dapat membuat
pengunjung merasa nyaman, tenang, dan betah di dalam
gedung planetarium .
2. Arsitektural
a. Menentukan lokasi dan site yang tepat untuk sebuah
planetarium.
b. Menentukan organisasi dan besaran ruang planetarium.
c. Penampilan bangunan planetarium baik dari segi eksterior
maupun interior bangunan.
d. Menentukan sistem utilitas bangunan
e. Menentukan sistem struktur bangunan
D. Tujuan dan Sasaran Pembahasan
1. Tujuan Pembahasan
Tujuan pembahasan adalah menyusun suatu acuan yang
nantinya dijadikan landasan konseptual dalam merancang
bangunan Planetarium dalam bentuk desain fisik.
2. Sasaran
Sasaran pembahasan difokuskan pada transformasi desain
berdasarkan konsep-konsep arsitektural meliputi:
a. Penentuaan lokasi dan site
b. Organisasi dan besaran ruang
c. Sirkulasi dan lingkungan
d. Penampilan interior dan eksterior bentuk bangunan
e. Penentuan sistem utilitas
f. Penentuan sistem struktur
E. Lingkup Pembahasan
Lingkup pembahasan berada pada disiplin ilmu arsitektur yang
berkaitan dengan tujuan dan sasaran yang akan dicapai yaitu
pembahasan tentang konsep Planetarium sebagai fasilitas wisata
pendidikan juga sebagai pusat informasi yang berkaitan dengan
astronomi yang menggabungkan fungsi pendidikan dan komersial.
6
Hal-hal diluar disiplin ilmu arsitektur dibatasi dan disesuaikan dengan
masalah-masalah yang muncul dalam Perancangan Planetarium
nanti.
F. Metode dan Sistematika Pembahasan
1. Metode Pembahasan
a. Mengadakan wawancara terhadap pihak-pihak yang dapat
menunjang pembahasan masalah ini.
b. Mengadakan observasi lapangan serta mencari data-data
untuk perbandingan terutama dalam tahap desain fisik
bangunan.
c. Kajian pustaka, berupa studi literatur yang menyangkut
penulisanan.
2. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dibagi beberapa tahap penulisan,
diantaranya:
a. BAB 1
Mengemukakan tentang latar belakang, pengertian,
rumusan masalah, tujuan dan sasaran, lingkup
pembahasan, serta metode dan sistematika pembahasan.
b. BAB 2
Mengemukakan tentang tinjauan umum, meliputi: tinjauan
umum astronomi, tinjauan umum planetarium, studi literatur.
c. BAB 3
Mengemukakan tentang tinjauan khusus Planetarium,
meliputi: gambaran umum kabupaten Gowa, potensi
pengadaan planetarium di kabupaten Gowa, program
kegiatan yang di wadahi.
d. BAB 4
Mengemukakan tentang konsep dasar perancangan
Planetarium di Malino, meliputi: konsep dasar makro dan
konsep dasar mikro. Konsep dasar makro meliputi: konsep
7
penentuan lokasi, konsep pemilihan tapak, konsep
pengolahan tapak, dan konsep pemilihan tata ruang luar.
Selanjutnya untuk konsep dasar mikro meliputi: konsep
kebutuhan ruang, konsep besaran ruang, konsep hubungan
ruang, konsep sirkulasi dalam bangunan, konsep
pendekatan bentuk dan penampilan bangunan, konsep
sistem struktur bangunan dan konsep sistem utilitas
bangunan.
8
BAB II
TINJAUAN UMUM PLANETARIUM
A. Tinjauan Umum Tentang Astronomi
1. Pengertian Astronomi
Astromomi berasal dari bahasa yunani, yaitu astron yang berarti
bintang dan nomos yang berarti ilmu.
a. Menurut kamus besar bahasa Indonesia yang diterbitkan
oleh Balai Pustaka, astronomi adalah ilmu tentang matahari,
bulan, bintang, dan planet - planet lainya; Ilmu falak.
b. Menurut Jajak MD dalam buku Astronomi Ilmu Pengetahuan
Luar Angkasa, astronomi adalah ilmu pengetahuan yang
menjadi bagian dari segala yang ada di luar bumi dan
atmosfer, yang mempelajari benda – benda seperti bulan,
matahari, planet – planet juga jutaan obyek lainnya atau
segala sesuatu yang berada di angkasa.
2. Sejarah Astronomi
Pada bagian awal sejarahnya, astronomi diperlukan hanya
untuk pengamatan dan ramalan gerakan benda di langit yang
bisa dilihat dengan mata telanjang. Di beberapa loakasi, seperti
Stonehenge (Inggris) saat budaya awal, telah ada kumpulan
artefak besar yang mungkin memiliki beberapa tujuan astronomi.
Selain digunakan untuk upacara mereka, bangunan ini dapat
digunakan untuk menentukan musim, dan merupakan faktor
penting dalam mengetahui musim untuk menanam tanaman,
serta memahami sistem penanggalan dalam setahun.
Peradaban pertama yang mendapatkan pengertian
sesungguhnya tentang benda-benda langit dan geraknya adalah
peradaban yunani kuno. Beberapa ahli ilmu perbintangan yunani
merupakan pengamat yang sangat berhati-hati dan menyimpan
catatan yang panjang dan terperinci.
9
Awal perkembangan ilmu astronomi yunani kuno dimulai
oleh Thales pada abad ke-6 SM, yang berpendapat bahwa bumi
berbentik datar, walaupun pada abad yang sama Phytagoras
telah mengetahui bahwa bumi berbentuk bulat. Terobosan
penting yang pertama dalam astronomi dilakukan oleh
Aristoteles dua abad kemudian. Aristoteles menyatakan bahwa
bumi bulat bundar dengan didukung sejumlah bukti ilmiah.
Terobosan yang kedua hampir dilakukan oleh Aristarchus pada
abad ke-3 SM, jika saja dia mempunyai cukup banyak
pendukung. Aristarchus bukan saja berpendapat bahwa bumi
bukanlah pusat alam semesta, tetapi juga menyatakan bahwa
bumi berputar dan bereder mengelilingi matahari (Heliosentris)
yang merupakan pusat gerak langit. Namun sayang teori ini tidak
mendapat tempat pada zaman itu.
Zaman astronomi klasik ditutup oleh Hipparchus pada abad
ke-1 SM, yang menyatakan bahwa bumi yang bundar itu diam
dan matahari, bulan, dan planet-planet mengelilingi bumi. Teori
Geosentris ini disempurnakan oleh Ptolomeus abad ke-2 Mdan
lebih dikenal sebagai sistem Ptolomeus.
Lebih dari 13 abad konsep geosentris telah diterima
masyarakat dunia. Pada tahun 1512 astronom polandia Nicholas
Copernicus membuka sejarah baru dengan mengemukakan
bahwa planet dan bintang bergerak mengelilingi matahari
dengan orbit lingkaran. Dalam buku De Revolutionibus,
menjelaskan pergerakan mundur planet-planet. Ide bahwa
matahari adalah pusat tata surya mengantarkan Copernicus
untuk berhasil mengetahui jarak planet-planet dengan
mengamati beberapa lama suatu planet bergerak sepanjang
langit antara dua posisi tertentu yang ditentukan oleh lokasinya
dengan memperhitungkan posisi matahari. Selain itu, ia mampu
mendapatkan periode planet-planet dalam revolusinya terhadap
matahari, berdasarkan lama waktu mereka kembali ke posisinya.
10
Pada tahun 1609, Johannes Kepler mendukung gagasan
tersebut dengan mengeluarkan tiga hukumnya yang selain
menyebutkan bahwa matahari adalah pusat tata surya, juga
memperbaiki orbit planet menjadi elips. Pada tahun yang sama,
Galileo menjadi penemu teleskop yang pertama. Melalui
pengamatan dengan teleskopnya, ia mendapatkan kesimpulan
bahwa bumi bukanlah pusat gerak. Penemuan teleskop oleh
Galileo bukan saja membantu menguatkan konsep Heliosentris
Copernicus, tetapi juga membuka lembaran baru dalam
perkembangan ilmu astronomi. Dengan teleskop buatannya,
Galileo menemukan bahwa saturnus mempunyai bentuk yang
lebih kompleks dari pada bola. Ia adalah salah satu orang yang
secara bersamaan menemukan bintik matahari, dan
mempelajari gerakan-gerakan pada permukaannya.
Diakhir abad ke- 16, Tycho Brahe seorang bangsawan asal
Denmark memulai serangkaian pengamatan terhadap planet
mars dan planet lainnya. Ia mengadakan pengamatan di suatu
pulau. Bangunannya disebut Uraniborg. Pengamatan Tycho
dianggap lebih akurat dibanding pengamatan lainnya yang
diadakan pada masa itu. Tycho telah mengembangkan
kosmologi bumi sebagai pusatnya sendiri. Tercantum
didalamnya, walaupun matahari berevolusi mengelilingi bumi,
planet lain, berevolusi mengelilingi matahari.
Pada tahun 1942 telah lahir Isaac Newton yang merupakan
seorang jenius yang menemukan hukum gravitasi dan hukum-
hukum gerakan. Hasil karyanya membuat orang mengetahui
dengan pasti mekanisme sistem matahari. Matahari merupakan
objek yang mempunyai tarikan gravitasi luar biasa hebatnya.
Karena daya tarik tersebut maka tiap-tiap planet juga tertahan
dalam orbitnya di sekeliling matahari. Dalam hal yang sama,
bulan juga berputar dalam lingkaran gravitasi bumi. Setelah
Newton meninggal, ilmu astronomi menjadi ilmu pengetahuan
11
sains dan orang percaya bahwa planet bumi hanya merupakan
bagian kecil dari alam semesta.
3. Perkembangan Astronomi di Indonesia
Pada masa lampau ketika peradaban baru dimulai, catatan
dan cerita turun temurun dalam budaya masyarakat nusantara
sudah menunjukkan berbagai kisah rakyat yang terkait dengan
astronomi. Cerita-cerita dari langit ini memberi interpretasi
tersendiri akan objek langit yang mereka lihat. Sebagai contoh
ada kisah Bulan Pejeng (Bali), Pasaggangan’ Laggo Samba Sulu
atau pertempuran matahari dan bulan (Mentawai), Memecah
matahari (Papua), Manarmakeri (Papua), dan lain-lain. Selain itu
penamaan rasi bintang berdasarkan nama lokal menunjukkan,
masyarakat Indonesia di masa lampau juga melakukan
pengamatan langit. Dalam budaya jawa, dikenal Gubug Penceng
(Salib Selatan), Lintang Wulanjar Ngirim (rasi Centaurus),
Bintang Layang-Layang, Lintang Pari, Lintang Kartika (Pleiades),
Wuluh (Pleiades) adalah contoh penamaan rasi bintang secara
lokal di Indonesia, yang sekaligus menandai kegiatan astronomi
amatir di tengah masyarakat di masa lalu.
Kehidupan agraris masyarakat Indonesia juga menjadikan
benda-benda langit sebagai petunjuk musim menanam dan
musim panen. Di jawa, rasi Lintang Kartika diasosiasikan
sebagai tujuh bidadari, yang direpresentasikan dalam tarian
Bedhaya ketawang di kerotan mataram. Di wilayah pantai utara
jawa, rasi ini digunakan untuk menandakan waktu (kalender)
dalam penanggalan jawa. Jika rasi ini sudah terbit sekitar 50° di
langit, maka musim ketujuh (mangsa kapitu) pun dimulai. Pada
musim ini, beras muda harus mulai ditanam di sawah.
Sedangkan masyarakat maritim Indonesia, menjadikan objek
langit sebagai panduan navigasi dalam pelayaran. Salah satu
kisah yang diyakini merupakan bagian dari penggunaan langit
sebagai navigasi adalah ditemukannya peninggalan berupa puisi
12
dan gambar-gambar perjalanan masyarakat dari Indonesia
menuju Afrika Selatan.
Pada tahun 800 Masehi, pembangunan Candi Borobudur
menjadi penanda lainnya keberadaan astronomi di Indonesia.
Borobudur yang dibangun oleh Wangsa Syailendra diduga
merupakan penanda waktu raksasa di abad ke- 8, dimana stupa
utama candi berfungsi sebagai penanda waktu. Pembangunan
candi seperti Borobudur memberi penegasan dan petunjuk
kemampuan nenek moyang kita dalam astronomi.
Pada masa sekarang astronomi Indonesia banyak
berkembang. Telah banyak kelompok-kelompok astronomi yang
terbentuk sebagian besar kelompok astronomi tersebut
berorientasi dalam dunia pendidikan kepanduan. Kelompok
astronomi itu seperti:
a. Himpunan Astronomi Indonesia (HAI).
b. Himpunan Astronomi Amatir Jakarta (HAAJ) di Jakarta.
c. Forum Pelajar Astronomi (FPA) di Jakarta.
d. Forum Of Scientist Teenagers (FOSCA) di Jakarta.
e. Himpunan Astronimi Amatir Aceh (HA3) di Lhokseumawe,
Banda Aceh.
f. Aceh Astro Lovers di Banda Aceh.
g. Jambi Astro Community di Jambi.
h. Padang Sidimpuan Astronomy Club di Padang, Sumatera
Utara.
i. Astro Fun Club 107° 35’ di Bandung, Jawa Barat.
j. Mathla Astro Club di Bandung, Jawa Barat.
k. Himpunan Astronomi Amatir Semarang (HAAS) di
Semarang, Jawa Tengah.
l. Jogja Astro Club (JAC) di Jogjakarta.
m. Penjelajah Langit di Jogjakarta.
n. Surabaya Astronomy Club (SAC) di surabaya, Jawa Timur.
13
o. Kompas (Komunitas Pelajar Astronomi) Kulminasi di
Pamekasan Madura, Jawa Timur.
p. Astronom Amatir Makassar di Makassar, Sulawesi Selatan
q. Kompas Kukar di tenggarong, Kalimantan Timur.
r. Samarinda Astronomy Amateur Club (SAAC) di Samarinda,
Kalimantan Timur.
Adapun klub astronomi yang ada di sekolah-sekolah antara
lain:
a. KASTRO (Klub Astro) Achernar di SMAN 91 Jakarta Timur.
b. KASTRO (Klub Astro) Sirius di SMAN 89 Jakarta Timur.
c. KASTRO (Klub Astro) Capella di SMAN 48 Jakarta Timur.
d. KASTRO (Klub Astro) Polaris di SMAN 38 Jakarta Selatan.
e. KASTRO (Klub Astro) Lunar di SMAN 3 Bogor, Jawa Barat.
f. Spica Astro Club di SMPN 26 Bandung, Jawa Barat.
g. Cakrawala di Universitas Pendidikan Indonesia, Jawa Barat.
h. Astronix di SMAN 9 Surabaya, Jawa Timur.
i. HIMAFI Neutron di Pendidikan Fisika Universitas Jember,
Jawa Timur.
j. Komunitas Pengamat Langit (KAPELA) di Universitas Negeri
Malang, Jawa Timur
k. Seventeen Club Of Ameteur Astronomy (SCASTRON) di
SMAN 17 Makassar, Sulawesi Selatan.
l. KOMPAS 159 (Komunitas Pecinta Astronomi Salis) di SMAN
1 Sunggumina Gowa, Sulawesi Selatan.
4. Cabang Ilmu Astronomi
Adapun cabang-cabang ilmu Astronomi adalah:
a. Astronomi Praktis
Astronomi praktis adalah cabang ilmu astronomi yang
mempelajari bagaimana cara mengadakan observasi
terhadap benda-benda angkasa, dengan alat-alat
astronomis dan metode yang sesuai, sehingga diperoleh
data yang memenuhi persyaratan benar.
14
b. Astronomi Posisi atau Astronometri
Astronometri adalah cabang ilmu astronomi yang
mempelajari hubungan geometris benda-benda angkasa,
meliputi: kedudukan benda-benda angkasa, jarak benda
angkasa yang satu dengan yang lain, ukuran benda
angkasa, rotasi dan revolusinya.
c. Astrofisika
Astrofisika adalah cabang ilmu astronomi yang mempelajari
sifat-sifat fisik dan spesifik benda-benda angkasa yang
meliputi: temperatur (suhu) dan radiasi, keadaan atmosfer,
keadaan permukaan benda angkasa, keadaan lapisan, dan
gejala-gejala lain yang disebabkan oleh sifat fisik tersebut.
d. Kosmogoni
Kosmogoni adalah cabang ilmu astronomi yang mempelajari
asal usul dan cara terjadinya benda-benda angkasa seperti
bintang, matahari, dan planet-planet (termasuk bumi).
e. Astronomi Deskriptif
Astronomi Deskriptif adalah cabang ilmu astronomi yang
menjalaskan secara teratur atau sistematis tentang fakta-
fakta / gejala-gejala astronomis dan bagaimana terjadinya
gejala-gejala tersebut serta sebab lainnya.
B. Tinjauan Umum Planetarium
1. Pengertian planetarium
Planetarium is a room with a projection device which
accurately portrays the stars and planets at any time in the past,
present or future from any point on the Earth or the near region
of space.
Planetarium adalah sebuah ruang dengan sebuah alat
proyeksi yang secara akurat menggambarkan bintang-bintang
dan planet-planet di setiap waktu baik masa lalu, masa sekarang
15
maupun masa yang akan datang dari bagian bumi atau angkasa
manapun.
(McGraw-Hill Encyclopedia of Science and Technology, New York, 1971)
Planetarium is specially designed, domed-shaped building,
equipped with an optical-mechanical device to simulate a display
of heavens for educational purposes.
Planetarium merupakan tempat yang dirancang khusus,
berkubah dan dilengkapi dengan peralatan optikal-mekanik
untuk memperagakan suatu pertunjukkan tentang luar angkasa
untuk tujuan pendidikan.
(The New Oxford Illustrated Dictionary, England, 1976)
Planetarium adalah bangunan yang dilengkapi dengan alat-
alat untuk memperagakan posisi dan gerak benda langit. Letak
dan gerak berbagai benda langit seperti bintang, planet, bulan
dan matahari diproyeksikan ke atap berbentuk kubah oleh suatu
proyektor khusus. Penonton yang duduk di bawahnya merasa
seolah-olah berada di tempat terbuka dan melihat langit malam
yang bertaburan bintang. Pertunjukkan di suatu planetarium
disertai ceramah astronomi disertai peragaannya.
(Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jakarta, 1990)
2. Sejarah dan perkembangan planetarium
Planetarium mulanya adalah alat peraga mekanik untuk
memperlihatkan pergerakan benda - benda langit seperti
bintang, planet, Bulan, dan matahari. Hingga abad ke-19,
planetarium berarti alat peraga mekanik yang disebut o rrery.
Proyektor planetarium yang pertama dibuat pada tahun 1919
berdasarkan ide Walther Bauersfeld dari Carl Zeiss. Pada bulan
Agustus 1923, proyektor pertama yang diberi nama Model I
dipasang di pabrik Carl Zeiss di Jena. Bauersfeld untuk pertama
kali mengadakan pertunjukan di depan publik dengan proyektor
tersebut di Deutsches Museum, München, 21 Oktober 1923.
Deutsches Museum menjadi planetarium pertama di dunia
setelah proyektor dipasang secara permanen pada bulan Mei
16
1925. Di awal Perang Dunia II, proyektor dibongkar dan
disembunyikan. Setelah Deutsches Museum yang hancur akibat
Perang Dunia II dibangun kembali, proyektor Model I kembali
dipasang pada 7 Mei 1951.
Sejarah dibuatnya sebuah Planetarium dimulai sejak abat ke
17, yakni seorang bangsawan bernama Frederick III of Holstein
Gottorp memesan sebuah Globe Khusus kepada Adam Olearius
dan disempurnakan oleh Andreas Bösch. Kurang lebih 10 tahun
pembuatan, yakni dari tahun 1654 sampai 1664 pembuata globe
pesanan itu dibuat, hingga rampung dan diberi nama dengan
sebutan Globe of Gottorf. Globe ini merupakan cikal bakal
Planetarium pertama didunia, dimana bagian utama dari Globe
atau Planetarium ini adalah bulatan cengkung terbuat dari
tembaga dengan diameter sekitar 3,1 Meter yang ditaruh diatas.
Ilustrasi mengenai rasi bintang terlukis di permukaan bulatan
tersebut. Untuk bintangnya, digunakan bulatan kecil dan
tembaga yang dilapisi emas. Cahaya dari lampu minyak yang
ditaruh di tengah akan membuat bintang bintang bersinar.
Gambar 2.1 Globe of Gottorf
Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Globe_of_Gottorf
Kabarnya Planetarium pertama ini sekarang berada di
Museum Kunstkammer St.Petersburg Rusia, akan tetapi yang
dipamerkan ini merupakan Replika dari Globe of Gottorf yang
asli, hal ini disebabkan planetarium tersebut hangus terbakar
17
pada tahun 1717 dikarenakan perang Great Northern. Lalu Ratu
Elizabeth dari Rusia membuat replikanya, sempat replika Globe
of Gottorf tersebut di sita oleh Jerman dan disimpan di Dutch
Admiralty hingga berakhirnya perang Dunia II, yakni pada tahun
1947 planetarium tersebut di kembalikan ke Rusia.
Sedangkan di abat ke 18, yakni di tahun 1744, telah dibuat
Planetarium Mekanika bernama Eise Eisinga’s Planetarium di
kota Franeker Friesland Belanda oleh seorang Astronom Amatir
asal Belanda bernama Eise Jeltes Eisinga. Planetarium yang
sering disebut dengan sebutan “orrey” ini dibangun dari tahun
1774 sampai tahun 1781 dan mendapatkan pengakuan dan
pujian dari Raja William I dan Pangeran Frederik dari kerajaan
Belanda, hingga akhirnya pada tahun 1818 Planetarium atau
orrey tersebut diserahkan ke kerajaan Belanda.
Sementara di abat ke 19, yakni ditahun 1912, seorang
Geografiwan bernama Wallace Walter Atwood membuat Globe
dengan memlubangi Globe-nya dengan 692 lubang, hal ini
beliau lakukan untuk membuat simulasi bintang-bintang
berdasarkan magnitudo kecil sedangkan untuk mensimulasikan
matahari didalam globe ini dipasang sebuah bola lampu
bergerak. Globe ini diberinama dengan sebutan “Atwood Globe”.
Sekarang ini dipamerkan di Planetarium Chicago, USA.
Dari ketiga Globe diatas merupakan cikal bakal sebuah
Planetarium sebagai alat peraga mekanik untuk memperlihatkan
pergerakan benda-benda langit seperti bintang, planet, Bulan,
dan matahari. Hingga pada awal abat ke 20, Planetarium mulai
berintergrasi dari jenis Mekanik menjadi Jenis Modern yakni
dengan menggunakan teknologi.
3. Fungsi Planetarium
Fungsi planetarium akan menjelaskan beberapa fungsi dari
Planetarium, dengan mengetahui beberapa fungsi-fungsi
18
planetarium sehingga dapat menyimpulkan fungsi dari
planetarium yaitu:
a. Berdasarkan peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta nomor 43 tahun 2010 tentang pembentukan
organisasi dan tata kerja Planetarium, dalam melaksanakan
penyebarluasan ilmu pengetahuan astronomi dan
keantariksaan, planetarium memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Penyelenggaraan pertunjukkan teater bintang atau
simulasi menampakkan benda-benda dan peristiwa
langit dengan menggunakan peralatan planetarium.
2. Pelaksanaan pameran gambar dan model tentang bumi,
benda-benda langit, wahana antariksa dan peralatan
astronomi.
3. Pelaksanaan perekaman dan pendokumentasian
berbagai peristiwa astronomi.
4. Penyelenggaraan penyuluhan dan bimbingan mengenai
ilmu pengetahuan bumi dan antariksa kepada guru dan
peserta didik dalam proses belajar mengajar.
b. Fungsi planetarium menurut Othman (1991) yaitu sebagai
berikut:
1. Planetarium berfungsi sebagai penghubung antara ilmu
pengetahuan dan manusia.
2. Planetarium berfungsi sebagai pusat informasi yakni
semua orang dapat menyalurkan pertanyaan mengenai
astronomi sehingga dapat menjaga hubungan dengan
komunitas astronomi internasional.
3. Planetarium berfungsi sebagai tempat untuk melakukan
kegiatan astronomi yakni dapat menyatukan astronomi
amatir, para pelajar dan para professional. Kegiatan
astronomi meliputi kursus, pameran, dan program
rencana peneropongan.
19
c. Fungsi planetarium menurut Budiarto (2008) yaitu sebagai
berikut:
1. Planetarium sebagai media informasi secara langsung
yang tidak didapat pada kebayakan perpustakaan
lainnya. Penonton bisa mengamati secara langsung
astronomi di luar angkasa dan bisa menyaksikan sebuah
film mengenai sistem tata surya ini. Planetarium akan
menjadikan sebuah alternatif bagi kebutuhan ilmu
pengetahuan alam semesta.
2. Planetarium sebagai media aktualisasi dan interaksi,
Planetarium sendiri merupakan sejenis wadah kegiatan
mengenai astronomi dan beraktualisasi soal kebenaran
alam semesta. Jadi bukan semata berorientasi komersil
seperti layaknya pusat penelitian astronomi seperti
NASA, universitas-universitas yang mempelajari tentang
astronomi, International Astronomical Union (IAU) dan
sebagainya. Wadah sejenis planetarium selain
memberikan informasi yang dibutuhkan masyarakat juga
dapat difungsikan sebagai pusat komunitas bagi orang-
orang yang menyukai astronomi/luar angkasa.
3. Planetarium sebagai pustaka atau bahan amatan Media
pustaka tidak hanya berupa buku, ada juga yang berupa
benda-benda yang dapat menambah pengetahuan dan
media pustaka elektronik lainnya misalnya kaset, pita
film, CD, DVD dan alat pembantu lainnya. Planetarium
adalah tempat untuk membaca, mengamati, meneliti,
memahami media pustaka. Planetarium juga
menyediakan ruang pengamatan luar angkasa secara
langsung dan tempat untuk melihat serta memahami
media pustaka elektronik yaitu dengan disediakannya
ruang audio visual atau bisokop mini.
20
d. Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan fungsi dari planetarium yaitu:
1. Sebagai tempat informasi dalam bidang Ilmu Astronomi.
2. Sebagai gedung pertunjukan terater bintang dan
simulasi penampakan benda-benda dan peristiwa langit
dengan menggunakan proyektor khusus pada ruang
Planetairum.
3. Sebagai tempat pendokumentasian berbagai peristiwa
astronomi dari waktu ke waktu.
4. Sebagai wadah kegiatan dalam bidang ilmu astronomi
seperti kegiatan peneropongan bintang-bintang.
Planetarium berbeda dari observatorium. Observatorium
merupakan tempat meneliti dan mengamati benda-benda
langit. Kubah planetarium tidak bisa dibuka untuk
meneropong bintang.
4. Kegiatan planetrium
a. Kegiatan pertunjukan
1. Kegiatan pertunjukan
Kegiatan pertunjukan merupakan kegiatan utama
dari sebuah planetarium. Planetarium juga biasa disebut
gedung teater untuk memperagakan simulasi susunan
bintang dan benda-benda langit.
Gambar 2.2 Kegiatan pertunjukan di dalam planetarium
Sumber: https://dschondog.files.wordpress.com/2012/06/projection.jpg
21
Kolaborasi visualisasi, narasi, serta musik untuk
mengantar para pengunjung untuk mempelajari
mengenai pengetahuan astronomi sekaligus menjadi
sarana hiburan merupakan konsep kerja utama dari
pertunjukan planetarium. Simulasi kegiatan pertunjukan
dalam planetarium juga membantu para pelajar untuk
mengerti tentang pengetahuan bumi, antariksa, fisika,
meteorologi, dan geografi yang merupakan salah satu
komponen ilmu pengetahuan alam dengan metode
pembelajaran yang berbeda dari yang mereka dapatkan
di sekolah. Dengan konsep simulasi tersebut diharapkan
maksud dan tujuan pelajaran itu dapat diterima anak
didik seoptimal mungkin. Kegiatan pertunjukan
planetarium juga cocok digunakan sebagai rangkain tour
pendidikan baik itu rombongan pelajar, atau rangkaian
tour wisata. Masyarakat yang memiliki minat tinggi pada
pengetahuan astronomi diharapkan untuk dapat
memuaskan rasa keingintahuan mereka dengan adanya
planetarium.
Adapun jenis pertunjukan teater bintang yaitu
dengan menggunakan proyektor digital dengan
mengkolaborasikan visual serta narasi dan diiringi musik
(audio). Setiap kajian mengenai pengetahuan astronomi
yang ditampilkan dibuat dalam bentuk film yang
terangkum dalam beberapa judul film. Setiap pemutaran
satu film berlangsung selama satu jam.
Untuk planetarium dan observatorium Jakarta
sendiri menyajikan 9 film yang diputar secara
bergantian, berikut adalah judul film yang ditampilkan:
22
Tata Surya
Berisi pengenalan tentang tata surya dan
perkembangan pemahaman manusia tentang alam
semesta.
Penjelajah Kecil di Tata Surya
Membahas komet, asteroid, materi antara planet
dan benda-benda lain yang sering disebut sebagai
penjelajah kecil di tata surya.
Pembentukan Tata Surya
Membahas tentang berbagai teori percobaan yang
dilakukan untuk menyikap tabir pembentukan tata
surya.
Planet Biru Bumi
Membahas tentang bumi dan asal usulnya.
Dari Ekuator Sampai ke Kutub
Berisi tentang penampakan dan gerak harian benda
langit yang terlihat di bumi.
Gerhana Matahari dan Gerhana Bulan
Membahas tentang peristiwa gerhana, termasuk
mitos-mitos yang menyertainya.
Galaksi Kita Bima Sakti
Membahas tentang galaksi bima sakti.
Riwayat hidup Bintang
Membahas tentang proses kelahiran,
perkembangan, dan kematian sebuah bintang.
Bintang Ganda dan Bintang Variabel
Membahas tentang sistem bintang.
2. Kegiatan pameran
Koleksi benda yang disajikan dalam ruang pameran
planetarium ini berupa foto-foto dan model miniatur
benda-benda lagit yang dapat menjelaskan berupa
bentuk dan dimensi benda sesungguhnya. Dengan
23
menambahkan informasi mengenai benda-benda
antariksa ini diharapakan para pengunjung dapat
menambah wawasan tentang dunia astronomi.
Gambar 2.3 Ruang pameran planetarium dan observatorium jakarta
Sumber: Sumber: www.planetarium.jakarta.go.ig
3. Kegiatan edukasi
Kegiatan ini bertujuan untuk menambah wawasan
pengujung salah satunya mengadakan seminar
astronomi secara berkala. Masyarakat yang memiliki
minat pada astronomi, dapat menyaksikan ceramah
serta berdiskusi mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan ilmu dan teknologi dunia antariksa dengan
beberapa perkumpulan atau klub astronomi yang ada.
Gambar 2.4 Kegiatan seminar astronomi di planetarium dan observatorium jakarta
Sumber: Sumber: www.planetarium.jakarta.go.ig
24
b. Kegiatan penunjang
Disamping kegiatan utama, dalam planetarium juga terdapat
kegiatan penunjang, berupa:
1. Kegiatan observasi dan peneropongan
Kegiatan observasi dan peneropongan yaitu tempat
benda langit, dimaksudkan agar dapat melaksanakan
kegiatan peneropongan sebagai bagian dari pekerjaan
astronom profesional dan juga memberikan kesempatan
kepada pengunjung untuk mengamati benda langit
melalui teropong bintang. Kegiatan peneropongan ini
bertujuan untuk perkembangan nalar manusia untuk
melihat bentuk yang lebih jelas mengenai benda-benda
angkasa yang selama ini terlihat kecil atau tidak terlihat
dengan mata manusia.
Gambar 2.5 Kegiatan peneropongan untuk umum
Sumber: http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012
-1-00030-ds%202.pdf
25
Gambar 2.6 Suasana fasilitas observatorium
Sumber:http://jakarta.panduanwisata.id/files/2014/11/planetariu m-
1.jpg
2. Kegiatan membaca
Kegiatan ini bertujuan untuk menambah wawasan
pengunjung selain mengadakan seminar astronomi
secara berkala. Masyarakat yang memiliki minat pada
astronomi, dapat menambah pengetahuan mereka
dengan membaca buku, sehingga mengharuskan
planetarium memiliki perpustakaan yang menyediakan
buku-buku mengenai dunia astronomi.
Gambar 2.7 Suasana perpustakaan di planetarium dan observatorium Jakarta
Sumber: www.planetarium.jakarta.go.ig
3. Kegiatan komersil
Kegiatan komrsil di dalam planetarium salah satunya
adalah kegiatan bebelanja, makan minum disela waktu
menunggu pertunjukan. Fasilitasnya berupa tempat
berbelanja sovenir, restoran/kafetaria, arena bermain,
26
dan ruang serbaguna. Berbagai macam kegiatan
komersil ini merupakan daya tarik lain untuk planetarium.
Gambar 2.8Toko Cinderamata di planetarium dan observatorium Jakarta
Sumber: http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012 -1-00030-ds%202.pdf
5. Komponen utama sebuah planetarium
a. Jenis dan ukuran planetarium
1. Ditinjau dari fungsi pelayanannya planetarium dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu:
Planetarium umum
Pelayanannya terbuka bagi masyarakat umum.
Tujuannya untuk mendidik dan menghibur, dengan
program acara pertunjukan lebih menarik serta
fasilitas penunjangnya lebih menarik. Planetarium ini
dibedakan menjadi dua, yaitu :
Planetarium formal, memiliki pengelolaan
tersendiri walaupun bergabung dengan fasilitas
lain tapi hubungannya saling menunjang.
Contohnya Alder Planetarium di USA dan
Planetarium Jakarta.
Planetarium pelengkap, merupakan bagian dari
Science Centre atau museum yang berfungsi
untuk mengarahkan pengunjung. Contohnya
Planetarium Angkatan Laut Surabaya.
Planetarium khusus
Digunakan hanya untuk tujuan edukasi maupun
penelitian, seperti pada sekolah-sekolah umum,
27
sekolah latihan militer, dan universitas. Contohnya
observatorium di lembang (jawa Barat) yang dikelola
oleh jurusan astronomi Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung.
2. Ditinjau dari ukuran planetarium dapat dibedakan
menjadi tiga, yaitu:
Planetarium ukuran kecil
Planetarium ukuran kecil mempunyai ukuran kubah
dengan diameter antara 5 m – 12 m. Dengan
perkiraan jumlah penonton sekitar 30 – 100 orang.
Planetarium ukuran sedang
Planetarium ukuran sedang mempunyai ukuran
kubah dengan diameter antara 12 m – 18 m. Dengan
perkiraan jumlah penonton sekitar 100 – 200 orang.
Planetarium ukuran besar
Planetarium ukuran besar mempunyai ukuran kubah
dengan diameter lebih dari 18 m. Dengan perkiraan
jumlah penonton sekitar 200 – 1000 orang.
(Sumber www.zeiss.de/planetarium)
b. Kubah/dome planetarium
Kubah difungsikan sebagai layar berbentuk setengah
lingkaran yang dipantulkan oleh proyektor. Kubah pada
planetarium umumnya di bangun dengan material lapisan
dari rib-rib baja melengkung sebagai rangka serta terdapat
lapisan panel aluminium yang disambung pada rangka .
Dengan adanya karpet dan dinding kain dapat meredam
suara yang tidak diinginkan (Wilson, 1994).
28
Gambar 2.9 Kubah Planetarium
Sumber: http://aerospace.wcc.hawaii.edu/images/largedome.jp
c. Proyektor
Peralatan utama pada sebuah planetarium adalah
instrument proyeksi/proyektor dan terletak ditengah-tengah
ruang pertunjukan. Peralatan ini mempengaruhi besar layar
kubah dan persyaratan ruang pertunjukan planetarium.
Fungsi dari proyektor yaitu dapat memperagakan
pergerakan benda-benda langit sesuai dengan waktu dan
lokasi.
Adapun persyaratan teknis bagi proyektor pertunjukan
planetarium antara lain:
1. Bebas debu
2. Kelembaban tidak lebih 70%
3. Suhu berkisar 15°C – 30°C, dan perawatannya
dilakukan tiap minggu.
29
Gambar 2.10 Proyektor pada Planetarium
Sumber: http://langitselatan.com/wp-
content/uploads/2009/04/kpday-three-009.jpg
Proyektor planetarium memiliki desain dasar dengan 3
komponen utama menurut Sari (2010) yaitu:
1. Sistem proyeksi planet Planet-planet diproyeksikan
melalui sistem tersendiri yaitu analog mekanikal. Analog
mekanikal berupa model miniatur dari karakteristik orbit
planet-planet (satu analog untuk setiap proyektor
planet), bumi, matahari, dan posisi planet secara
mekanis ditampilkan. Operator dapat memilih baik dari
sudut pandang bumi maupun sudut pandang matahari
untuk tampilan gerakan planet-planet.
2. Lampu bintang Memproyeksikan milyaran bintang-
bintang angkasa. Lampu bintang merupakan sebuah
alat yang menghasilkan titik-titik intensitas sumber
cahaya yang kecil. Cahaya ini difokuskan melalui ribuan
lensa individual dan lubanglubang kecil yang
diproyeksikan ke kubah.
3. Penggunaan komputer Komputer digunakan untuk
menyambungkan tiga jenis gerakan sumbu yang
memungkinkan operator untuk memutar bola langit pada
titik manapun yang memungkinkan observasi langit dari
planet manapun dalam tata surya atau dari titik manapun
di antariksa. Sistem ini mendemonstrasikan sudut
30
pandang normal bumi kelangit melalui konsep
Kopernikus atau Galelio dan mengatur keseluruhan
gerakan untuk dianalisa pengamat. Pertunjukan
berlangsung dengan diringi musik. Materi pertunjukan
biasa berbeda-beda tergantung pada judul pertunjukan
dan jadwal.
Adapun tiga jenis gerakan sumbu yang dimaksud di
atas sebelumnya yaitu:
a. Sumbu pertama
Merupakan sumbu vertikal yang merespon gerakan
rotasi bumi terhadap sumbunya. Menggambarkan
terbit dan tenggelamnya matahari.
b. Sumbu kedua
Berupa sumbu pada sudut 23,5° terhadap sumbu
pertama yang menggambarkan sumbu ekliptik yang
merupakan perpanjangan dari orbit bumi.
Menggambarkan matahari dan planet-planet yang
mengelilinginya yang dirotasikan untuk pergerakan
tahunan dari bumi.
c. Sumbu ketiga
Berupa sumbu horizontal yang merupakan
perpanjangan sumbu pertama. Rotasi seputar
sumbu ini menggambarkan langit malam
sebagaimana yang terlihat di belahan bumi utara
dan selatan.
Berikut ini beberapa contoh gambar proyektor utama
yang digunakan pada planetarium.
1. Skymaster Zkp 4
Proyektor ini digunakan pada planetarium yang memiliki
kubah berukuran kecil dengan diameter 6 m – 15 m.
31
Gambar 2.11 Skymaster Zkp 4 planetarium projektor
Sumber: https://www.zeiss.com/planetariums/int/products/small.html
2. Starmaster Zmp – Td
Proyektor ini digunakan pada planetarium yang memiliki
kubah berukuran sedang dengan diameter 14 m – 25 m.
Gambar 2.12 Starmaster Zmp - Td planetarium projektor
Sumber: https://www.zeiss.com/planetariums/int/products/mid-size.html
3. The Universarium Models IX
Proyektor ini digunakan pada planetarium yang memiliki
kubah berukuran besar dengan diameter 25 m – 50 m.
Gambar 2.13 The Universarium Model IX planetarium projektor
Sumber: https://www.zeiss.com/planetariums/int/products/large.html
32
Selain proyekter utama terdapat juga proyektor
pembantu yang letaknya dapat ditempatkan di sekitar
proyektor utama, proyektor ini terdiri dari:
1. Proyektor shooting star
2. Proyektor efek pelangi
3. Proyektor komet
4. Proyektor panorama
5. Proyektor meteor
6. Proyekyor slide
7. Proyektor efek
d. Penerangan
Walaupun dalam pemutaran pertunjukan planetarium
kondisi ruangan pertunjukan harus dalam keadaan gelap
total, tidak mengartikan bahwa ruangan tersebut tidak
memiliki sistem penerangan. Sistem penerangan pada
planetarium terdiri dari 3 bagian yaitu:
1. Penerangan untuk perawatan ruang pertunjukan.
2. Penerangan untuk penunjuk arah bagi pengunjung yang
akan mengikuti pertunjukan.
3. Penerangan untuk efek visual pertunjukan planetarium.
e. Sistem suara
Sistem suara pada konsep pertunjukan planetarium
merupakan komponen vital. Penggunaan sistem suara
berfungsi sebagai narasi, musik yang dikolaborasikan
dengan sistem penerangan. Sistem suara dikeluarkan oleh
speaker yang dipasang dibagian sudut batas antara atap
kubah serta dinding dan dikendalikan oleh komputer diruang
kendali pertunjukan. Sistem tata suara terbagi menjadi:
1. Reproduksi suara (reproduction mixing).
2. Transisi suara atau pengeras suara (voice
transmission/microphone).
3. Penghasil suara (sound production).
33
4. Musik selingan (intermission music).
5. Suara terjemahan (simultaneous interpretation)
pemutaran rekaman dari bahasa asing.
(sumber : www.zeiss.de/planetarium)
f. Tempat duduk planetarium
Para pengunjung yang menonton pertunjukan atau
menyaksikan pemutaran film tentang fenomena antariksa
akan merasakan hal yang berbeda dengan pertunjukan yang
biasa mereka saksikan di bioskop maupun teater. Dengan
mempertimbangkan faktor keamanan dan kenyamanan
maka tempat duduk dapat diputar secara vertikal sesuai
keinginan, seperti tempat duduk bagian depan dapat diputar
sampai 45°, tempat duduk bagian tengah dapat diputar
sampai 30°, dan tempat duduk bagian belakang dapat
diputar sampai 20°.
Gambar 2.14 Tempat duduk pada planetarium
Sumber:
http://labelme.csail.mit.edu/Images/users/antonio/static_sun_database/p/pl
anetarium/indoor/sun_blethjainwelklrb.jpg
Adapun pengaturan tempat duduk pada planetarium
terbagi dua, yaitu:
1. Tempat duduk dengan kubah datar (horizontal dome)
Tempat duduk pada kubah datar adalah tempat duduk
yang diatur pada lantai yang datar, sehingga kubah dari
34
teater ini disebut kubah datar kurang lebih akan terlihat
seperti ½ lingkaran.
2. Tempat duduk dengan kubah miring (tilted dome)
Tempat duduk pada kubah miring adalah tempat duduk
yang diatur pada lantai yang tidak datar. Pandangan
para penonton yang selalu menghadap ke atas
walaupun sandaran tempat tempat duduk yang tinggi
tidak akan terasa nyaman dalam waktu yang lama,
karena itu jenis tempat duduk ini akan sangat baik
karena sama dengan posisi duduk amphitheatre seating.
Hanya terdapat satu jenis pengaturan dari tilted dome,
yaitu amphitheatre seating, dimana tempat duduk jenis
ini memiliki susunan tempat duduk yang dimiringkan
searah dengan proyeksi. Bentuk kubah yang sering
digunakan untuk auditorium yang besar berbagai
program multimedia adalah kubah dengan kemiringan
antara 10° sampai 30°.
6. Struktur kelembagaan/struktur organisasi
Pengelolaan Planetarium ditangani sebagian besar oleh
pihak pemerintah agar harga yang ditawarkan dapat dijangkau
oleh para pengunjung. Melalui pengelolaan oleh pemerintah
selain dari segi harga, bangunan ini dapat menjadi aset bagi
pemerintah yang dapat menambah pendapatan daerah.
Planetarium berada dalam pengawasan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan (DEPDIKBUD) khususnya Dinas
Pendidikan Menengah dan Tinggi yang bekerja sama dengan
LIPI.
35
.
Skema 2.1 Kelembagaan Planetarium
Sumber: www.planetarium.jakarta.go.id
7. Pengelolaan sebuah planetarium
Badan pengelolaan planetarium yang ada di Indonesia
pada saat ini mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas-
tugasnya pada instansi pemerintah yang terkait. Misalnya
planetarium Jakarata mempertanggungjawabkan pelaksanaan
tugas-tugasnya kepada Gubernur DKI Jakarta. Perubahan
status ini tertuang pada Keputusan Gubernur DKI Jakarta
Nomor 2209/1984.
Pada tahun 2002, badan pengelolaan ini mengalami
perubahan status dari organisasi non struktural menjadi
organisasi struktural berupa Unit Pelayanan Teknis di bawah
Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi Provinsi DKI Jakarta.
Perubahan status ini tertuang di dalam Keputusan Gubernur
Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 118 Tahun
2002, tanggal 28 Agustus 2002 tentang pembentukan
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan
Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi Propinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta.
36
8. Pelaku kegiatan
Pelaku kegiatan dalam planetarium diperuntukkan untuk
kalangan pelajar sekolah, mahasiswa, dan juga masyarakat
umum. Acara-acara untuk murid sekolah dipersiapkan oleh staf
planetarium dengan isi meliputi masalah-masalah pokok
pelajaran Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa dan
disesuaikan dengan kurikulum sekolah mereka. Bahan-bahan
pokok untuk tingkat Sekolah Dasar dan untuk Sekolah Lanjutan
hampir sama meliputi: pengenalan benda-benda langit malam,
gerak harian benda langit, perubahan fase bulan, gerhana
matahari dan gerhana bulan, gerak matahari dan semua planet-
planet, dan sebagainya. Perbedaan antara acara-acara yang
diberikan kepada tingkatan sekolah adalah seluk-beluk
keterangan ilmiah tentang pokok bahasan itu.
Para mahasiswa dari berbagai jurusan serta masyarakat
umum juga menggunakan planetarium sebagai tempat untuk
mengenal astronomi sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan,
untuk memperluas pengetahuan astronomi, untuk mempelajari
metode belajar bagi calon guru dan untuk kepentingan studi
keteknikan.
C. Studi Literatur
1. Planetarium Jakarta
Planetarium Jakarta dibangun oleh Pemerintah Indonesia
mulai tahun 1964 atas gagasan Presiden Soekarno. Pada waktu
itu Presiden sangat mengharapkan rakyat Jakarta pada
khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya sedikit demi
sedikit akan meningkat pengetahuannya mengenai benda-
benda langit, gerhana, tata surya, galaksi dan sebagainya.
Dalam tahun 1968 gedung planetarium dan pemasangan
peralatan didalamnya berhasil diselesaikan dan pada tanggal 10
Nopember 1968 tahun itu pula gedung Planetarium diresmikan
37
oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin bersamaan dengan
diresmikannya PKJ-Taman Ismail Marzuki. Kemudian pada
tanggal 1 Maret tahun berikutnya Planetarium resmi dibuka
untuk umum dan sejak itu masyarakat ibukota merasa memiliki
satu-satunya sarana penambah pengetahuan dan relaksasi
yang khas itu.
Planetarium Jakarta merupakan sarana wisata pendidikan
yang dapat menyajikan pertunjukan / peragaan simulasi
perbintangan atau benda-benda langit. Pengunjung diajak
mengembara di jagat raya untuk memahami konsepsi tentang
alam semesta melalui acara demi acara. Planetarium Jakarta
dibuka sebagai wujud kepedulian dan partisipasi kepada
masyarakat terutama pelajar / mahasiswa dalam bidang
pendidikan, khususnya membantu meningkatkan Ilmu
Pengetahuan Bumi dan Antariksa di luar kurikulum sekolah
(extra curiculair).
Gambar 2.15 Planetarium dan Observatorium Jakarta
Sumber: www.planetarium.jakarta.go.ig
Kedepan, Planetarium Jakarta selalu berupaya
meningkatkan penataan untuk mewujudkan impian konsep
edutainment, yaitu mengemban misi dan visi Planetarium &
Observatorium sebagai tempat wisata pendidikan yang
mengemban fungsi pendidikan / edukasi sekaligus hiburan agar
semakin diminati masyarakat, khususnya para pelajar.
38
Planetarium & Observatorium Dinas Pendidikan Menengah dan
Tinggi Provinsi DKI Jakarta merupakan sarana wisata
pendidikan yang dapat menambah wawasan yang sangat luas
kepada pengunjung khususnya bidang ilmu pengetahuan
astronomi, karena pertunjukan Planetarium yang sering disebut
Teater Bintang menyajikan berbagai macam peristiwa alam jagat
raya. Di dalam Teater Bintang ini pengunjung diajak
mengembara ke berbagai planet yang sangat luas dan
menakjubkan, sehingga pengunjung dapat memahami konsepsi
tentang alam semesta dan sekaligus memahami akan
kebesaran Maha Pencipta.
a. Lokasi
Gambar 2.16 lokasi Planetarium & Observatorium Jakarta
Sumber: http://planetariumjkt.com/index.php/profile/peta-lokasi.html
Planetarium Jakarta berlokasi di daerah pusat kota yaitu
dekat dengan Taman Ismail Marzuki (TIM) yang merupakan
pusat kesenian, Jln. Cikini Raya, no. 73 Jakarta Pusat,
daerah khusus Ibukota Jakarta.
b. Tujuan
Tujuan planetarium dan observatorium jakarta, yaitu:
1. Sebagai sarana pendidikan dan wisata ilmiah.
39
2. Memberi gambaran kepada masyarakat umum/
pengunjung dan para pelajar hal-hal yang ada di luar
angkasa seluas-luasnya.
3. Sebagai proses pembelajaran tambahan dalam mata
pelajaran yang ada di sekolah yang merupakan bagian
terpadu proses pendidikan / pembelajaran untuk
menarik minat pelajar dan masyarakat umum mendalami
bidang sains dan teknologi keastronomian.
4. Sekolah dan Masyarakat umum dapat lebih terinovasi
dalam IPTEK ke Astronomian sekaligus membangunan
pandangan terhadap jagad raya secara menyeluruh.
c. Fungsi
Fungsi planetarium dan observatorium jakarta, yaitu
Berdasarkan peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta nomor 43 tahun 2010 tentang pembentukan
organisasi dan tata kerja Planetarium, dalam melaksanakan
penyebarluasan imlu pengetahuan astronomi dan
keantariksaan, planetarium memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Penyelenggaraan pertunjukkan teater bintang atau
simulasi menampakkan benda-benda dan peristiwa
langit dengan menggunakan peralatan planetarium.
2. Pelaksanaan pameran gambar daan model tentang
bumi, benda-benda langit, wahana antariksa dan
peralatan astronomi.
3. Pelaksanaan perekaman dan pendokumentasian
berbagai peristiwa astronomi.
4. Penyelenggaraan penyuluhan dan bimbingan mengenai
ilmu pengetahuan bumi dan antariksa kepada guru dan
peserta didik dalam proses belajar mengajar.
d. Fasilitas
Fasilitas-fasilitas yang ada pada planetarium dan
observatorium jakarta, yaitu:
40
1. Ruang pertunjukan citra ganda
Salah satu pertunjukan audiovisual yang sangat
menarik dengan menggunakan media slide dipadu
dengan media lainnya seperti audiotape. Citra atau
gambar diproyeksikan pada layar datar, seperti layar
bioskop pada umumnya. Gambar itu berasal dari media
slide, pita audio.
Pertunjukan citraganda pada mulanya masih
menyuguhkan pengetahuan astronomi dan selanjutnya
akan diperluas pada pengetahuan lainnya. Dengan
media seperti ini sesungguhnya suatu pengetahuan
dapat disuguhkan dengan cara menarik dan padat,
sehingga manfaatnya sangat baik untuk membantu
proses belajar-mengajar. Ini berarti suatu bentuk lain
dari media edutainment yang dapat kita ciptakan.
Gambar 2.17 Suasana Ruang Pertunjukkan Citra Ganda
Sumber: www.planetarium.jakarta.go.ig
Berkapasitas 150 orang.
Waktu/durasi pertunjukan ± 40 menit.
Memiliki fasilitas berupa tempat duduk dengan
media slide.
2. Ruang pertunjukan planetarium/teater bintang
Planetarium Jakarta mengadakan acara-acara
pertunjukan untuk rombongan murid sekolah dan juga
untuk masyarakat umum. Acara-acara untuk murid
41
sekolah dipersiapkan oleh staf planetarium dengan isi
meliputi masalah-masalah pokok pelajaran Ilmu
Pengetahuan Bumi dan Antariksa dan disesuaikan
dengan kurikulum sekolah mereka. Astronomi, fisika,
meteorologi dan geografi adalah pokok-pokok pelajaran
yang harus diberikan kepada murid sekolah untuk
memahami Bumi dan ruang jagat raya. Planetarium
memiliki peranan yang sangat penting dalam
pencapaian pemahaman ini, karena mempunyai
kemampuan memvisualisasikan kejadian-kejadian di
langit, yang tidak mungkin dikerjakan oleh guru di ruang
kelas.
Gambar 2.18 Suasana ruang planetarium
Sumber: www.planetarium.jakarta.go.ig
Gambar 2.19 Suasana area kontrol ruang planetarium
Sumber: www.planetarium.jakarta.go.ig
Berkapasitas 330 orang.
Waktu/durasi pertunjukan ± 60 menit.
Memiliki diameter kubah 22 m.
42
Memiliki luas ruangan ± 415,3 m².
Materi yang dibahas yaitu Tata surya, Penjelajah
kecil di tata surya, Pembentukan tata surya, Planet
biru bumi,Dari ekuator sampai ke kutub, Gerhana
matahari dan gerhana bulan, Galaksi kita bima sakti,
Riwayat hidup bintang, dan Bintang ganda dan
bintang variable.
Jenis proyektor yang digunakan yaitu Pronyektor
Carl Zeiss yang dapat berputar 360.
Memiliki fasilitas berupa tempat duduk, ruang
kontrol, ruang elektrikal dan pumbling.
Pola sirkulasi penonton yaitu Linier
Material yang digunakan untuk material pelapis
dinding dan plafon semuanya menggunakan karpet.
Karena fungsi material karpet yaitu dapat meredam
suara yang lebih optimal. Makin tebal dan berat
karpet makin besar pula daya serap dan
kemampuannya dalam meminimalisir kebisingan.
3. Ruang pameran/Exhibition Hall
Dalam ruangan ini disajikan materi dalam ujud
lukisan, photo, miniatur benda langit, wahana antariksa,
dsb. Gambar dan model miniatur adalah alat yang
dapat digunakan untuk memperluas wawasan
pengetahuan mengenai benda-benda langit. Jarak
pemisah yang amat jauh dan pengaruh angkasa dan
keterbatasan mata membuat kita tak tahu banyak
tentang sifat-sifat benda langit yang sebenarnya. Oleh
karena itu gambar-gambar yang dipotret atau dideteksi
oleh peralatan astronomi, baik yang dilakukan di Bumi
maupun yang berada diangkasa dan ruang angkasa,
besar manfaatnya untuk kita ketahui ciri-ciri yang
tampak didalamnya. Model miniatur dapat membantu
43
menjelaskan rupa, bentuk dan dimensi benda-benda
yang ditirukan.
Gambar 2.20 Suasana ruang pameran
Sumber: www.planetarium.jakarta.go.ig
Memiliki fasilitas berupa gambar-gambar astronomi,
model miniatur wahana antariksa dan replica benda-
benda langit, serta diorama yang menampilkan film-
film astronomi dan dapat memberikan wawasan ilmu
pengetahuan mengenai benda-benda langit.
Terletak di lantai I di bawah Ruang planetarium.
Memiliki luasan ruangan 729 m².
4. Perpustakaan
Perpustakaan terbuka untuk umum pada jam kerja
kantor, untuk memberikan kesempatan kepada
pengunjung yang ingin memperluas pengetahuan
tentang astronomi.
Gambar 2.21 Suasana ruang perpustakaan
Sumber: www.planetarium.jakarta.go.ig
44
Memiliki jumlah buku sebanyak 4000 buku.
Terletak lantai 2.
Memiliki luas ruangan 184 m².
5. Ruang tunggu
Area tunggu pengunjung ini terbagi dua yaitu area
tunggu dan area antrian menuju ruang planetarium.
Gambar 2.22 Suasana area tunggu
Sumber: www.planetarium.jakarta.go.ig
Gambar 2.23 Suasana area antrean menuju ruang planetarium
Sumber: www.planetarium.jakarta.go.ig
Terletak di lantai 1 & 2.
Memiliki luas ruangan 150 m².
Memiliki fasilitas berupa tempat duduk serta area
atrian menuju ruang Planetarium.
45
6. Toko Cinderamata
Gambar 2.24 Toko Cinderamata
Sumber: http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012 -1-00030-
ds%202.pdf
Terletak di lantai 1.
Memiliki luas ruangan 50 m².
Memiliki fasilitas berupa cinderamata bertemakan
hal-hal yang ada di luar angkasa.
7. Observatorium
Planetarium Jakarta dilengkapi dengan
observatorium, tempat peneropongan benda langit,
dimaksudkan agar dapat melakukan kegiatan observasi
sebagai bagian dari pekerjaan astronom profesional dan
juga membarikan kesempatan kepada pengunjung
untuk mengamati benda langit melalui teropong bintang.
Hasil observasi dapat memberikan informasi yang masih
hangat tentang benda atau fenomena langit yang masih
bisa diamati di Jakarta. Observatorium memiki 3
teropong bintang yang digunakan untuk obsevasi visual
dan fotografi matahari, bulan, planet, komet, gugus
bintang, dan lain-lain. Sebuah teropong bintang yang
dapat dibawa berpidah-pindah digunakan untuk
mengamati gerhana matahari, gerhana bulan, dan
komet.
Kegiatan peneropongan ini diadakan pada bulan-
bulan tertentu di malam hari dan tidak dikenakan biaya.
46
Tidak menutup kemungkinan mengadakan kegiatan ini
di luar jadwal yang sudah ada, karena adanya peristiwa
astronomis yang menarik seperti gerhana bulan dan
lainnya.
Gambar 2.25 Suasana Peneropongan umum
Sumber: http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012 -1-00030-ds%202.pdf
Gambar 2.26 Suasana fasilitas observatorium
Sumber: http://jakarta.panduanwisata.id/files/2014/11/planetariu m-1.jpg
8. Kantor pengelola
Ruangan ini digunakan untuk pengelola planetarium.
Gambar 2.27 Suasana Kantor Pengelola
Sumber: www.planetarium.jakarta.go.ig
47
Terletak di lantai 1.
Memiliki fasilitas berupa ruang direktur dan wakil
direktur, ruang kerja staff, ruang rapat, ruang
map,ruang keamanan.
Memiliki jumlah pegawai sebanyak 48 orang.
Adapun jadwal pertunjukan planetarium jakarta, dapat dilihat
ditabel di bawah ini.
Tabel 2.1 Jadwal pertunjukan planetarium jakarta
Sumber: www.planetarium.jakarta.go.ig
Keterangan:
Untuk hari senin, Planetarium Jakarta ditutup untuk
pemeriksaan dan pemeliharaan alat-alat dah yang lainnya.
Ketentuan rombongan minimal 100 orang.
Untuk pendaftaran rombongan disediakan souvenir berupa
poster, peta bulan, peta bintang, buku panduan, stiker dan
lain-lain selama persediaan masih ada.
2. Eugenides Foundation/Planetarium
Eugenides Foundation merupakan organisasi nonprofit yang
berdedikasi dalam promosi edukasi sains di Yunani. Didirikan
tahun 1956 dan membangun Eugenides Planetarium tahun
1969. Setelah renovasi tahun 2002 dan perluasan serta bisa
48
mengakomodasi 280 penonton di bawah kubah proyeksi digital
yang besar (diameter 20 m).
Gambar 2.28 Eksterior 3D Eugenides Foundation/Planetarium
Sumber: http://www.communicatingastronomy. org/cap2007 /images/ local. jpg
Dalam bangunan ini terdapat fasilitas seminar yang
mengakomodasi peserta CAP 2007 dalam instalasi yang efisien
dan luas. Seluruh fasilitas memiliki proyeksi dan AV modern,
infrastruktur jaringan internet wireless. Ada area resepai yang
sangat bagus dengan fasilitas skretariat (peralatan dan
telekomunikasi IT), telepon umum dan sebagainya. Berikut ini
adalah denah seluruh perencanaan ruang-ruang seminar.
a. Lokasi
Gambar 2.29 Lokasi Eugenides Foundation/Planetarium
Sumber: https://www.google.co.id/maps/place/Eugenides+Foundation
49
b. Fasilitas ruang yang ada dalam planetarium ini adalah:
1. Lantai dasar
Gambar 2.30 Denah Lantai Dasar
Sumber: http://img.photobucket.com/albums /v671/MetroGardian/ktizon
/planetarium/00000073.jpg
Keterangan:
1. Exhibition Hall
2. Planetarium Lobby
3. Planetarium
4. Toilet
5. Perpustakaan
6. Main Entrance Reception Hall
7. Cafe – Restoran
8. Lobby
9. Fasilitas Produksi
10. Ruang Pameran
11. Administrasi
50
2. Lantai 1
Gambar 2.31 Denah Lantai 1
Sumber: http://www.eugenfound.edu.gr/
Keterangan:
1. Exhibition Hall
2. Planetarium Lobby
3. Toilet
4. Pepustakaan
5. Big Amphitheater
6. Kantor Administrasi
7. Small Amphitheater
3. Lantai 2
Gambar 2.32 Denah Lantai Dua
Sumber: http://www.eugenfound.edu.gr/frontoffice/portal.
51
Keterangan:
1. Exhibition Hall
2. Old Planetarium dome
3. BigAmphitheater
4. Toilet
5. Library – Internet
6. Ballroom
7. Administration Offices
c. Fasilitas seminar dalam Planetarium di antaranya:
1. Main Amphitheater
Gambar 2.33 Main Amphitheater
Sumber: http://www.eugenfound.edu.gr/frontoffice/portal.asp
2. Ruang kelas
Gambar 2. 34 Ruang Kelas 1
Sumber: http://www.eugenfound.edu.gr/frontoffice/portal.asp?cpage
52
3. Ruang seminar 1
Gambar 2.35 Ruang Seminar 1
Sumber: http://www.eugenfound.edu.gr/frontoffice/portal.asp?cpage
4. Ruang seminar 2
Gambar 2.36 Ruang Seminar 2
Sumber: http://www.eugenfound.edu.gr/frontoffice/portal.asp?cpage
5. Lobi lantai 1 dan 2
Gambar 2.37 Lobi lantai 1 dan 2
Sumber: http://www.eugenfound.edu.gr/frontoffice/portal.asp?
53
3. Adler Planetarium
Gambar 2.38 Adler planetarium
Sumber: https://3scape.com/photo/9715/Adler-Planetarium.jpg
Museum Astronomi dan Planetarium Adler dibangun di kota
Chicago dan dirancang pertama kali oleh Ernest A. Grunsfeld Jr.
dan selesai dibangun pada tahun 1931, kemudian di renovasi
kembali dengan berbagai penambahan ruang dan bentuk serta
penampilan oleh Lohan Associates.
a. Lokasi
Gambar 2.39 Lokasi Adler planetarium
Sumber: https://www.google.co.id/maps/@41.8654821,-87.6093364,16z
54
b. Denah Alder planetarium
Gambar 2.40 Denah Aldar Planetarium
Sumber: http://www.adlerplanetarium.org/adler-map
Keterangan:
1. Pada level bangunan Star level:
Star Theater
Star Exhibit: Mission Moon, Community Design Lab,
Clark Family Welcome Gallery, Hidden Wonders)
2. Pada level bangunan Lower level:
Teleskop, Astronomi dalam budaya, Ruang Teater,
Ruang Luar Angkasa, Ruang visualisasi
laboratorium, Galeri Awood Sphare The Universe.
3. Pada level bangunan Mid level:
Toilet, Ruang kelas pembelajaran,Kantor pengelola
4. Pada level bangunan Upper level:
Rainbow Lobby, Sky Theater. Café Galileo, Kantor
pengelola, Our Solar System, X-Laboratorium, Toko
Aldar, Planet Ekspolers,Gemini XII.
c. Aktifitas dan kegiatan
Aktivitas dan kegiatan menjabarkan kegiatan-kegiatan yang
terdapat pada fasilitas-fasilitas di alder planetarium.
1. Berkunjung dan melihat pameran, terdapat beberapa
ruang yang dikunjungi yaitu:
55
Mission moon
Gambar 2.41 Mission Moon
Sumber: http://www.adlerplanetarium.org/ex hibits/mision-moon
Tata surya kita
Gambar 2.42 Tata Surya kita
Sumber: http://www.adlerplanetarium.org/exhibits/
Astronomi dalam budaya
Gambar 2.43 Astronomi dalam Budaya
Sumber: http://www.adlerplanetarium. org/exhibits/
56
Clark Family Welcome Gallery
Gambar 2.44 Clark Family Welcome Gallery
Sumber: http://www.adlerplanetarium.org/exhibits/
Atwood Celestial Sphare
Gambar 2.45 Atwood Celestial Sphare
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Planeta rium_Adler
Hidden Wonders
Gambar 2.46 Hidden Wonders
Sumber: http://www.adlerplanetarium.org/ exhibits/
57
Gemini XII
Gambar 2.47 Gemini XII
Sumber: http://www.cityprofile.com/illinois/p hotos/5222-chicago-
adler_planetarium_6.html
Ruang Visualisasi Laboratorium
Gambar 2.48 Ruang Visualisasi Laboratorium
Sumber: http://www.adlerplanetarium.org/svl/
Pameran Teleskop
Gambar 2.49 Pameran Teleskop
Sumber: http://www.adlerplanetariu m.org/exhibits
58
Planet Ekspolers
Gambar 2.50 Planet Ekspolers
Sumber: http://www.adlerplanetarium. org/exhibits/
2. Belajar, terdapat beberapa ruang yang dapat digunakan
yaitu:
Community Design Lab
Gambar 2.51 Community Design Lab
Sumber: http://www.adlerplanetarium.org/exhibits/
Ruang Angkasa
Gambar 2.52 Ruang Angkasa
Sumber: http://www.adlerplanetarium.org/exhibits/
59
Ruang Kelas Belajar
Gambar 2.53 Ruang Kelas Belajar
Sumber: http://www.adlerplanetarium.org/educator-resources/
3. Menonton pertunjukkan, terdapat beberapa ruang yang
dapat digunakan yaitu:
Space Theater
Gambar 2.54 Space Theater
Sumber: http://www.adlerplanetariu m.org/shows/
Sky Theater
Gambar 2.55 Sky Theater
Sumber: http://www.spitzinc.com/project adler-planetarium/
60
4. Makan dan minum , terdapat beberapa ruang yang
dapat digunakan yaitu:
Café Galileo
Gambar 2.56 Café Galileo
Sumber: http://www.lobergconstruction.com/wp-
content/uploads/adler_planetarium.jp
5. Berbelanja, terdapat ruang yang dapat digunakan yaitu:
Adler Store
Gambar 2.57 Adler Store
Sumber: http://www.adlerplanetarium.org/exhibits/
d. Sistem Pengelolaan
Pengelolaan Adler Planetarium dikelola oleh pihak swata
yang dipimpin oleh Michelle B. Larson, Ph. D. Alder
Planetarium adalah organisasi amal dan anggota dari
American Association of Museum dan Chicago Museum.
61
4. Resume Studi Literatur
Tabel 2.2 Resume Studi Literatur
No Nama Bangunan Fasilitas
Kapasitas dan
Diameter
Kubah Teater
Bintang
(Meter)
Kelebihan
1 Planetarium dan
Observatorium
Jakarta
Ruang
pertunjukan
citra ganda
Teater bintang
Ruang
pameran
Ruang kelas
Perpustakaan
Observatorium
Toko souvenir
/ Cinderamata
Ruang tunggu
Ruang
pengelola
Kapasitas 330
orang dan
kubah
berdiameter 22
meter
Memiliki
Observatorium
Termasuk
dalam kategori
planetarium
yang memiliki
daya tampung
penonton yang
banyak
2 Eugenides
Foundation /
Planetarium
Exhibition Hall
Planetarium/
sky theatre
Perpustakaan
Cafe /
Restoran
Ruang
administrasi
Amphitheatre
Perpustakaan
Kapasitas 280
orang dan
kubah
berdiameter 20
meter
Banyak
terdapat
fasilitas
seminar
sebagai
fasilitas
edukatif
Seluruh
fasilitas
memiliki
62
Ballroom
Ruang kelas
Ruang
seminar
proyeksi dan
AV modern,
infrastruktur
jaringan
internet
wireless
3 Adler Planetarium Mission Moon
Community
Design Lab
Clark Family
Welcome
Gallery
Hidden
Wonders
Ruang
teleskop
Astronomi
dalam budaya
Ruang Teater
Ruang Luar
Angkasa
Ruang
visualisasi
laboratorium
Galeri Awood
Sphare The
Universe
Ruang kelas
pembelajaran
Kantor
pengelola
Kapasitas 300
orang dan
kubah
berdiameter 22
meter
Terdapat
plaza yang
menjadi ruang
terbuka
pengunjung.
Terdapat
banyak
fasilitas dan
galeri yang
menampilkan
pameran
interaktif
63
Café Galileo
Toko Aldar
Planet
Ekspolers
Gemini XII
64
BAB III
TINJAUAN KHUSUS PLANETARIUM DI
KABUPATEN GOWA
A. Gambaran Umum Kabupaten Gowa
1. Letak Geografis
Wilayah Kabupaten Gowa terletak pada 05° 34’ 49” sampai
05° 04’ 47” Lintang Selatan dan 119° 21’ 12” sampai 120° 01’
26” Bujur Timur. Berdasarkan perhitungan dari data citra
landsat, luas wilayah Kabupaten Gowa adalah sekitar 1.809,7
km2 terdiri dari 18 Kecamatan (Bajeng, Bajeng Barat,
Barombong, Biringbulu, Bontolempangan, Bontomarannu,
Bontonompo, Bontonompo Selatan, Bungaya, Manuju,
Pallangga, Parangloe, Parigi, Pattallassang, Sombaopu,
Tinggimoncong, Tombolopao dan Tompobulu). Perhitungan
dari data citra landsat, Kabupaten Gowa berada pada bagian
selatan Provinsi Sulawesi Selatan ini berbatasan dengan 7
kabupaten/kota lain dengan batas wilayahnya sebagai berikut:
Di sebelah Utara berbatasan dengan Kota Makassar dan
Kabupaten Maros.
Di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sinjai,
Bulukumba, dan Bantaeng.
Di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Takalar
dan Jeneponto sedangkan
Di bagian Barat berbatasan dengan Kota Makassar dan
Takalar.
Letak wilayah tersebut menempatkan Kabupaten Gowa
pada posisi yang sangat strategis karena berbatasan langsung
dengan Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan (Kota Makassar)
yang merupakan pusat pelayanan jasa dan perdagangan di
Kawasan Timur Indonesia (KTI), posisi strategis ini menjadikan
65
Kabupaten Gowa memiliki keunggulan kompetetif dan
komperatif yang berdampak secara signifikan terhadap
percepatan peningkatan aktivitas sosial kemasyarakatan dan
perekonomian masyarakat Kabupaten Gowa. Secara
Administrasi, wilayah Kabupaten Gowa beribukota di
Sungguminasa yang terbagi menjadi 18 (Delapan Belas)
kecamatan dan 167 desa/kelurahan. Kecamatan
Tinggimoncong merupakan kecamatan terluas yaitu 275.63
km2 atau 14.64 %, sedangkan Kecamatan Barombong adalah
yang terkecil yakni 20.67 km2.
Gambar 3.1 Peta Pola Administrsi Wilayah Kabupaten Gowa
Sumber: BPS Kabupaten Gowa 2013
2. Kependudukan
Penduduk sebagai objek sekaligus subjek pembangunan
merupakan aspek utama yang mempunyai peran penting dalam
pembangunan. Oleh karena itu data penduduk sangat dibutuhkan
dalam perencanaan pembangunan. Dilihat dari persebaran
penduduk di Kabupaten Gowa, Kecamatan Somba Opu
merupakan Kecamatan dengan jumlah penduduk tertinggi, yaitu
66
sebesar 136.995 jiwa dan Kecamatan Parigi adalah kecamatan
dengan jumlah penduduk terendah terendah, yaitu hanya sebesar
13.764 jiwa.
Laju pertumbuhan penduduk merupakan barometer untuk
menghitung besarnya semua kebutuhan yang diperlukan
masyarakat, seperti perumahan, sandang, pangan, pendidikan
dan sarana penunjang lainnya. Berdasarkan hasil registrasi
penduduk, Jumlah penduduk Kabupaten Gowa dalam kurun
waktu tahun 2007 sampai dengan tahun 2012 mengalami
peningkatan dengan rata-rata laju pertumbuhan peduduk sekitar
2,4%. Total jumlah penduduk tersebut di tahun 2007 sebesar
594.423 jiwa dan meningkat terus di tahun 2012 menjadi 670.465
jiwa. Peningkatan jumlah penduduk yang paling signifikan terjadi
di Kecamatan Somba Opu yaitu sebesar 96.070 jiwa di tahun
2007 dan terus meningkat hingga tahun 2012 mencapai 133.784
jiwa. Hal ini terjadi karena pesatnya pembangunan perumahan
di Kecamatan Somba Opu. Perkembangan dan Rata-rata
kepadatan penduduk di Kabupaten Gowa dapat dlihat pada tabel
3.1 :
67
Tabel 3.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Tahun 2013
No. Kecamatan Luas
Terbangun
(Ha)
Penduduk Tahun 2013 Keterangan
Jumlah
(Jiwa)
Kepadatan
(Jiwa/Km²)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Bontonompo
Bontonompo
Selatan
Bajeng
Bajeng Barat
Pallangga
Barombong
Somba Opu
Bontomarannu
Pattallassang
Parangloe
Manuju
Tinggimoncong
Tombolopao
Parigi
596
460
910
352
1.372
579
1.869
364
315
241
229
330
402
213
245
41.317
29.937
65.543
24.098
103.804
36.304
136.995
32.859
23.007
17.417
14.818
23.278
28.259
13.764
16.663
1.360
1.024
1.091
1.266
2.152
1.756
4.877
625
270
79
161
163
113
103
95
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan
Perdesaan
Perdesaan
Perdesaan
16.
17.
18.
Bungaya
Bontolempangan
Tompobulu
Biringbulu
213
477
597
14.019
30.463
34.012
98
229
156
Perdesaan
Perdesaan
Perdesaan
Jumlah 9.764 686.556 15.618
Sumber: BPS Kabupaten Gowa 2013
Dari data pertumbuhan dan persentase laju perkembangan
penduduk Kabupaten Gowa 2013 yang persentase laju
perkembangan penduduknya rata-rata sebesar 2,4 %, maka
prediksi penduduk Kabupaten Gowa hingga tahun 2023 pada
68
tabel dihitung dengan menggunakan rumus prediksi sebagai
berikut:
Dimana:
Pn = Jumlah penduduk prediksi tahun ke n ( tahun 2023)
Po = Jumlah penduduk tahun yang diketahui ( tahun 2013 )
r = Presentase pertambahan penduduk tiap tahun ( 2,4 )
n = Jumlah selisih tahun (10 tahun )
Jadi jumlah penduduk Kabupaten Gowa pada tahun 2023 :
P2023 = P2013 (1 + r )n
= 686.556 (1 + 2,4 % )10
= 686.556 (1,024) 10
= 686.556 (1,267)
= 869.866,452 jiwa
B. Potensi Pengadaan Planetarium di Kabupaten Gowa
1. Potensi Daerah
Secara umum kabupaten Gowa sangat cocok didirikan
planetarium, mengingat kriteria penentuan lokasi yaitu:
a. Berada di kawasan wisata yang bisa mendukung
keberadaan bangunan khususnya planetarium.
b. Lokasi mampu mendukung kegiatan peneropongan.
c. Pencapaian / akses ke lokasi baik.
d. Mempunyai keistemewaan alamiah.
e. Tersedianya jaringan utilitas
Dari kriteria-kriteria di atas maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa kabupaten Gowa sangat cocok didirikan planetarium
mengingat kabupaten Gowa mempunyai obyek wisata Malino
yang mana obyek wisata tersebut berada di daerah pegunungan
/ daerah dataran tinggi, yang memungkin untuk melakukan
kegitan peneropongan dan juga mengingat kabupaten Gowa
sangat dekat dengan ibu kota provinsi Sulawesi Selatan yaitu
Pn = Po (1+r)n
69
kota Makassar, sehingga sangat memungkinkan untuk
pengunjung berkujung di planetarium ini.
2. Potensi Pengunjung
Fungsi bangunan yang menawarkan pendidikan (edukasi)
sekaligus hiburan (wisata) adalah salah satu daya tarik bagi
pengunjung Planetarium, sehingga Planetarium tidak hanya
dikunjungi oleh kalangan ilmuwan saja tetapi oleh pelajar,
mahasiswa, masyarakat umum bahkan wisatawan.
Pengunjung Planetarium yang dianggap paling berpotensi
adalah kalangan pelajar. Banyaknya sarana pendidikan di
Sulawesi Selatan khususnya menjadi pengunjung yang sangat
potensial. Begitu pula pelajar dari daerah – daerah di Sulawesi
Selatan pada umumnya serta tidak menutup kemungkinan
pengunjung yang berasal dari Pulau Sulawesi bahkan luar Pulau
Sulawesi.
3. Potensi Pendidikan
Pengetahuan astronomi yang selama ini kita dapatkan mulai
dari Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA)
sangat terbatas. Planetarium sangat berpotensi menunjang ilmu
pengetahuan astronomi yang didapatkan pada bangku sekolah.
Pertunjukan Planetarium ini mengacu pada program
pertunjukan Planetarium Jakarta dimana materi utama program
pertunjukan sebagian besar berhubungan dengan pelajaran
yang didapatkan pada bangku sekolah khususnya mata
pelajaran Sains seperti gerhana Matahari dan Bulan, Planet
Bumi dan Planet – planet lain, Galaksi Bima Sakati, dan Tata
Surya.
Pada Planetarium tidak hanya terdapat materi pertunjukan
yang bersifat edukasi tetapi juga terdapat materi peragaan
seperti gambar atau foto serta alat peraga yang serupa dengan
aslinya, dan materi kelas berupa seminar dan diskusi. Fungsi
inilah yang melatarbelakangi berdirinya bangunan Planetarium
70
di negara – negara maju, bahkan beberapa institusi pendidikan
yang memiliki bangunan Planetarium tersendiri.
4. Potensi Wisata
Selain konsep pendidikan (edukasi), bangunan Planetarium
ini juga menggunakan konsep wisata (hiburan). Planetarium
dapat berpotensi meningkatkan potensi wisata khususnya
Sulawesi selatan melalui pengunjung dari kalangan wisatawan
baik domestik maupun mancanegara yang sedang berada di
Sulawesi selatan.
Planetariumpun dapat dijadikan objek wisata baru yang
menarik untuk di kunjungi di kabupaten Gowa sehingga
menambah jumlah objek wisata yang menarik yang dapat
dikunjungi di Sulawesi selatan. Dengan bertambahnya objek
wisata berupa Planetarium di kabupaten Gowa dapat membantu
meningkatkan pendapatan daerah.
C. Program Kegiatan yang diwadahi
1. Analisis Pelaku Kegiatan
Pelaku kegiatan pada Planetarium adalah:
a. Pengunjung
1. Berdasarkan tujuan kunjungan, pengujung terbagi atas:
Pengunjung umum
Pengunjung umum adalah pengunjung yang
datang dengan tujuan rekreatif untuk menikmati
pertunjukan pada Planetarium dalam suasana
rekreasi yang santai. Jenis pengunjung ini terdiri dari
masyarakat umum dan wisatawan.
Pengunjung khusus
Pengunjung khusus adalah pengunjung yang
datang dengan tujuan edukatif untuk mempelajari
perkembangan ilmu astronomi atau melakukan riset
tentang ilmu astronomi. Jenis pengunjung ini terdiri
71
dari pelajar, mahasiswa, peneliti, dan peminat ilmu
astronomi (astronom).
2. Berdasarkan jumlah pengunjung (kuantitas),
pengunjung terbagi atas :
Pengunjung yang datang secara berkelompok
(rombongan), terdiri atas :
Kelompok besar, terdiri dari 50 – 200 orang yang
datang menggunakan bus wisata.
Kelompok kecil, terdiri dari 2 – 50 orang yang
datang menggunakan kenderaan pribadi,
kenderaan umum/bus wisata.
Pengunjung yang datang secara individu atau
perorangan dengan menggunakan kenderaan
umum dan kenderaan pribadi.
b. Pengelola
Pengelola Planetarium adalah pihak yang mengatur
semua kegiatan operasional dan manajemen yang
berlangsung di dalam sebuah gedung Planetarium.
Pengelola Planetarium terdiri dari :
1. Direktur
2. Sekretaris umum
3. Bendahara umum
4. Wakil direktur bidang teknis operasioanal membawahi :
a. Bagian pendidikan
b. Bagian perpustakaan
c. Bagian penataran
d. Bagian pertunjukan
e. Bagian observasi
5. Wakil direktur bidang umum membawahi :
a. Bagian tata usaha
b. Bagian personalia
c. Bagian keuangan
72
d. Bagian humas
e. Bagian perawatan
f. Bagian keamanan
2. Identifikasi dan jenis kegiatan
Indentifikasi dan jenis kegiatan yang berlangsung dalam
sebuah Planetarium mengacu kepada analisis pellaku kegiatan
yang telah dibahas di atas, yaitu:
a. Pengunjung rekreatif
Jenis kegiatan pengunjung rekreatif, meliputi:
1. Datang
2. Parkir kenderaan
3. Menunggu
4. Mencari informasi
5. Membeli tiket
6. Menyaksikan pertunjukan
7. Membaca
8. Istirahat
9. Sholat
10. Makan/minum
11. Membeli souvenir
12. Buang air besar/kecil
13. Pulang
73
Skema 3.1 Kegiatan pengunjung rekreatif
b. Pengunjung edukatif
Jenis kegiatan pengunjung edukatif, meliputi:
1. Datang
2. Parkir kenderaan
3. Menunggu
4. Mencari informasi
5. Membeli tiket
6. Menyaksikan pertunjukan
7. Membaca
8. Belajar – mangajar
9. Seminar
10. Meneliti
11. Istirahat
12. Sholat
13. Makan/minum
14. Membeli souvenir
15. Buang air besar/kecil
16. Pulang
74
Skema 3.2 Kegiatan pengunjung edukatif
c. Pengelola
Jenis kegiatan pengelola, meliputi:
1. Datang
2. Parkir kenderaan
3. Memberikan pelayanan umum
4. Melakukan kegiatan teknis operasional
5. Kegiatan memimpin
6. Melakukan promosi
7. Rapat
8. Menerima tamu/relasi
9. Sholat
10. Buang air besar/kecil
11. Pulang
75
Skema 3.3 Kegiatan pengelola
3. Pengelola kegiatan
Sesuai dengan fungsinya, kegiatan yang diwadahi oleh
Planetarium adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan utama
1. Pertunjukan astronomis
Pertunjukan astronimis merupakan kegiatan utama pada
Planetarium, jenis pertunjukan ini terbagi menjadi 2
yaitu:
a. Pertunjukan tata surya
Konsep pertunjukan ini adalah tentang alam
semesta, mulai dari mengkaji planet bumi hingga
mengajak kita menjelajahi ruang angkasa dan
seisinya. Pertunjukan ini disajikan melalui
proyektor khusus yang diproyeksikan pada layar
kubah, pertunjukan ini dilengkapi dengan narasi
dan iringan musik sesuai dengan materi yang
ditayangkan.
76
b. Pertunjukan citra ganda
Konsep pertunjukan citra ganda sama halnya
dengan pertunjukan bioskop dimana gambar atau
citra diproyeksikan pada layar datar melalui media
slide, video atau CD ROOM. Pertunjukan ini biasa
disebut dengan pertunjukan multimedia.
2. Kegiatan peragaan atau pameran teknologi
Kegiatan ini menampilkan materi peraga yang bersifat
indoor.
3. Kegiatan seminar dan diskusi ilmiah
Kegiatan ini membantu masyarakat untuk mengetahui
lebih dalam mengenai ilmu astronomi.
b. Kegiatan penunjang
1. Kegiatan peneropongan
Kegiatan ini merupakan kegiatan penunjang berupa
pengamatan bintang dan bulan secara langsung dengan
bantuan teleskop. Kegiatan ini berlangsung pada
observatorium dan kegiatan ini bersifat indoor.
Peneropongan ini terbagi menjadi 2 yaitu:
a. Peneropongan umum
Peneropongan umum ditujukan bagi masyarakat
umum, peneropongan umum biasanya dilaksanakan
saat – saat tertentu seperti peneropongan gerhana
matahari/bulan, dan sebagainya.
b. Peneropongan khusus
Peneropongan khusus biasanya ditujukan bagi
kalangan yang berminat pada dunia astronomi
khususnya kelompok pecinta astronomi (astronom
amatir maupun profesional).
2. Kegiatan observasi
Kegiatan observasi ini serupa dengan kegiatan
peneropongan tetapi kegiatan observasi bersifat
77
outdoor. Teleskop yang digunakan untuk melihat
binatang dapat dipindah – pindahkan, kegiatan ini
dilakukan baik oleh masyarakat umum, pelajar maupun
pecinta ilmu astronomi. Kegiatan lainnya berupa
pemotetretan bintang dan pengukuran bintang.
3. Kegiatan membaca
Kegiatan membaca didukung oleh fasilitas
perpustakaan yang menyediakanbuku – buku astronomi
mulai dari bacaan ringan untuk anak – anak sampai
bacaan untuk para ilmuwan. Fasilitas perpustakaan
dilengkapi dengan sound system dan multimedia
(internet).
4. Kegiatan bermain
Kegiatan bermain yang bersifat indoor yaitu
disediakannya fasilitas permainan dengan media
komputer, sedangkan yang bersifat outdoor tersedianya
fasilitas taman bermain anak.
5. Kegiatan komersil
Kegiatan komersil ini meliputi retail – retail yang
menjual souvenir dan cafetaria.
c. Kegiatan pengelolaan
Kegiatan pengelolaan merupakan kegiatan mengelola
bangunan Planetarium, pelaksananya adalah pegawai/staff
yang bekerja pada bangunan ini.
d. Kegiatan servis
Kegiatan servis merupakan kegiatan penunjang
terlaksananya kegiatan yang ada di Planetarium, secara
keseluruhan yang terdiri dari kegitan – kegiatan:
1. Kegiatan penunjang operasional, seperti kegiatan
pergudangan, pantry, lavatory, bengkel/workshop, ME,
dan sebagainya.
78
2. Kegiatan penujang umum, seperti parkiran, keamanan
dan sebagainya.
79
BAB IV
KONSEP DASAR PERANCANGAN PLANETARIUM
DI MALINO
A. Konsep Dasar Makro
1. Konsep Penentuan Lokasi
Mengacu pada judul perancangan yaitu Planetarium di objek
wisata alam Malino maka langsung dapat ditentukan lokasinya
yaitu di kelurahan Malino kecamatan Tinggi Moncong kabupaten
Gowa.
Gambar 4.1 Peta Administrasi Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan
Sumber: https://petatematikindo.files.wordpress.com/2013/01/administrasi-gowa1.jpg
Dalam menentukan lokasi perencanaan planetarium, perlu
diperhatikan beberapa faktor yang menjadi kriteria penentuan
lokasi dan fungsi bangunan yang merupakan wadah yang
bersifat edukatif dan rekreatif.
80
Adapun yang menjadi kriteria dalam penetuan lokasi yaitu:
1. Berada di kawasan wisata yang bisa mendukung
keberadaan bangunan khususnya planetarium.
2. Lokasi mampu mendukung kegiatan peneropongan .
3. Pencapian / akses ke lokasi baik.
4. Mempunyai keistemewaan alamiah.
5. Tersedianya jaringan utilitas
Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut maka lokasi yang ideal
atau yang cocok untuk bangunan planetarium yaitu berada di
kecamatan Tinggi Moncong, kabupaten Gowa.
Gambar 4.2 Peta Kecamatan Tinggi Moncong Kabupaten Gowa
Sumber: https://petatematikindo.files.wordpress.com/2014/01/administrasi-
tinggi-moncong.jpg
81
Tinjauan terhadap lokasi terpilih:
Fasilitas yang telah tersedia di kecamatan Tinggi Moncong
dan wilayah sekitarnya yaitu:
a. Pusat rekreasi hutan pinus Malino.
b. Pusat rekerasi air terjun (air terjun Takapala, air terjun
Parang Bugis, air terjun Lembanna, air terjun Malino, air
terjun Biroro dan Pemandian Lembah Biru).
c. Pusat rekreasi Perkebunan (perkebuanan strawberry,
perkebunan teh, perkebunan markisa, dan perkebunan
sayur-sayuran).
d. Pusat rekreasi Malino Highlands.
e. Pusat perbelanjaan (Pasar Malino).
f. Area permukiman.
g. Area pendakian (Gunung Bawakaraeng).
2. Konsep Pemilihan Tapak
Untuk mendapatkan tapak yang sesuai dengan peruntukan
bangunan planetarium, maka kriteria-kriteria yang harus
diperhatikan dalam menentukan tapak adalah sebagai berikut:
a. Luasan tapak cukup memadai.
b. Aksesbilitas yang baik.
c. Kondisi lingkungan yang dapat mendukung kondisi
bangunan.
d. Tersedianya jaringan utilitas.
e. Mudah pencapaian dalam dan luar tapak.
f. Memiliki view yang baik dalam dan luar tapak.
82
Berdasarkan kriteria-kriteria di atas, maka diperoleh tiga
alternatif tapak yaitu:
a. Alternatif tapak 1
Gambar 4.3 Alternatif tapak 1
Sumber: Google earth
Adapun beberapa kondisi dari tapak ini:
a. Didalam tapak terdapat beberapa rumah warga.
b. Berada di jalan poros Malino.
c. Disekitar tapak terdapat lahan kosong dan rumah warga.
d. Luasan tapak terlalu kecil (19.168 m²).
83
b. Alternatif tapak 2
Gambar 4.4 Alternatif tapak 2
Sumber: Google earth
Adapun beberapa kondisi dari tapak ini:
a. Didalam tapak terdapat beberapa rumah warga.
b. Berada di jalan poros Malino.
c. Disekitar tapak terdapat lahan kosong dan beberapa
rumah warga
d. Luasan tapak memadai (37.981 m²).
84
c. Alternatif tapak 3
Gambar 4.5 Alternatif tapak 3
Sumber: Google earth
Adapun beberapa kondisi dari tapak ini:
a. Didalam tapak terdapat cafe.
b. Berada di jalan poros malino.
c. Disekitar tapak terdapat beberapa rumah warga dan
sisinya lahan kosong.
d. Luasan tapak terlalu kecil (19.808 m²).
Untuk menentukan tapak yang tepat berdasarkan alternatif
yang ada, maka terdapat pembobotan kriteria sebagai
berikut:
Tabel 4.1 Pemberian poin pemilihan tapak
NO Kriteria Penilaian Alt 01 Alt 02 Allt 03
1 Luasan tapak cukup memadai
3 4 3
2 Kondisi lingkungan yang dapat
mendukung kondisi bangunan
3 4 4
3 Tersedianya jaringan utilitas 4 4 4
85
4 Mudah pencapaian dalam dan
luar tapak
4 4 4
5 Memiliki view yang baik dalam
dan luar tapak
4 4 4
Jumlah 18 20 19
Keterangan:
Nilai 4 = Sangat Baik
Nilai 3 = Cukup baik
Nilai 2 = Kurang baik
Nilai 1 = Tidak baik
Berdasarkan pembobotan dari tabel diatas maka site/tapak
yang terpilih yaitu Alternatif 02.
Gambar 4.6 Alternatif tapak 2
Sumber: Google earth
86
3. Konsep Pengolahan Tapak
a. Existing Condition
Pengelolaan lingkungan disekitar tapak perlu
memperhatikan kondisi yang telah ada. Sekarang ini didalam
tapak terdapat sebuah vila, beberapa rumah warga dan
sisanya lahan kosong yang terletak di Jalan Poros Malino,
Gowa.
Gambar 4.7 Kondisi situasi sekitar tapak
Adapun batas-batas tapak antara lain:
Utara : Terdapat beberapa rumah warga dan sebagain
besar masih lahan kosong.
Timur : Jalan Poros Malino.
87
Selatan : Lahan kosong dan sebuah rumah warga.
Barat : Lahan kosong.
b. Orientasi bangunan
1. Orientasi terhadap view
a. View dari luar
Gambar 4.8 Pengolahan tapak terhadap view dari luar
Untuk peletakan bangunan nantinya terletak di
tengah tapak sehingga view dari luar tapak yang baik
hanya dapat terjadi di bagian timur tapak, mengingat
jalan poros malino berada ada di sebelah timur
tapak, sehingga pandangan orang dari luar ke dalam
tapak hanya dapat terjadi di bagian timur tapak
tepatnya di jalan poros malino.
88
b. View dari dalam tapak
Gambar 4.9 Pengolahan tapak terhadap view dari dalam tapak
Untuk view dari dalam ke luar tapak yang cukup baik
hanya dapat terjadi di bagian timur dan barat tapak,
mengingat untuk bagian barat tapak terdapat lahan
kosong yang sangat luas tetapi karena tapak sendiri
berada di daerah pegunungan maka lahan kosong
tersebut mempunyai nilai plus tersendiri. Kemudian
untuk bagian timur tapak terdapat jalan poros malino
sehingga dinilai mempunyai view yang cukup baik
dan untuk bagian utara dan selatan tapak di nilai
kurang baik karena terdapat pemukiman warga.
Untuk beberapa titik yang memiliki view kurang baik
dapat diminimalisir dengan pemanfaatan vegetasi
yang sesuai dan pemberian pagar yang berfungsi
untuk menutup pandangan yang mengarah ke
pemukiman serta juga sebagai pembatas dengan
area lain di sekitar site.
89
2. Orientasi terhadap sinar matahari
Gambar 4.10 Pengolahan tapak terhadap orientasi matahari
Tapak diolah sedemikian rupa menjadi:
Orientasi arah bangunan mengikuti arah lintasan
matahari secara umum atau menghindari arah matahari
dengan pertimbangan meghilangkan sengatan panas
pada siang hari.
Penggunaan tumbuhan besar berupa pohon mampu
menghalau sinar matahari langsung pada bangunan
sehingga suhu yang diterima lebih sejuk tetapi
mengingat lokasi berada di daerah pegunungan
tepatnya di malino yang dikenal dengan daerah dingin
sehingga untuk masalah sengatan panas pada siang
hari yang ditimbulkan oleh matahari tidak terlalu
berpengaruh untuk bangunan.
90
3. Orientasi terhadap curah hujan
Gambar 4.11 Pengolahan tapak terhap curah hujan
Adapun untuk pengelolaah tapak terhadap curah hujan
yaitu untuk curah hujan yang sangat tinggi membuat
kelembaban juga tinggi. Untuk mengantisipasi hal
tersebut perlu diperhatikan penggunaan atap plat
seminimal mungkin dan merencanakan dengan baik
aliran air pada tapak.
91
4. Orientasi terhadap angin
Gambar 4.12 Pengolahan tapak terhadap arah angin
Arah angin mempengaruhi tata letak bangunan yang
memiliki area lansekap yang cukup luas. Dan
pemanfaatan angin sebagai penghawaan alami
digunakan pada ruang tertentu melalui bukaan-bukaan.
Dengan adanya penghawaan alami akan mengurangi
penggunaan energi yang dipakai untuk menghidupkan
penghawaan buatan. Tapak dipengaruhi arah angin
yang tegak lurus. Tekanan angin dapat disiasati dengan
penambahan vegetasi serta perletakan ruang yang tepat
sesuai fungsi nya.
92
c. Kebisingan (noise)
Gambar 4.13 Pengolahan tapak terhadap kebisingan
Pada lokasi site, area yang memiliki tingkat kebisingan
berada pada sebelah timur site tepatnya di jalan poros
malino. Hal ini disebabkan oleh suara yang dihasilkan
kenderaan- kenderaan transportasi darat yang melewati
jalan poros malino. Untuk mengurangi kebisingan, maka
perlu diperhatikan beberapa vegetasi yang mampu
mengurangi kebisingan dari kenderaaan-kenderaan
tersebut. Dan untuk area yang berada disebelah barat yang
merupakan lahan kosong memiliki tingkat kebisingan yang
cukup rendah, sedangkan untuk area yang berada di
sebelah utara dan selatan merupakan area permukuman
tetapi masih sedikit rumah-rumah yang ada dan sebagian
93
besar masih terdapat lahan kosong sehingga kebisingannya
pun masih tergolong cukup rendah.
d. Penzoningan
Gambar 4.64 Pengolahan tapak terhadap zoning
Pembagian zoning area disarkan pada sifat dan karakteristik
ruang berdasarkan sifat aktivitasnya. Ruang-ruang tersebut
dibagi atas publik area,semi publik area, privat area dan
servis area. Berikut penzoningan pada Planetarium di objek
wisata alam Malino:
1. Zona Public
Adalah zona yang kegiatannya bersifat umum, meliputi
pintu utama, hall, loket tiket, informasi, kafetaria, toko
souvenir, dan lain sebagainya.
2. Zona semi public
Adalah zona peralihan antara zona publik dan zona
privat, meliputi ruang teater bintang, ruang citra ganda,
94
perpustakaan, ruang kelas, ruang pameran, mushollah,
dan lain sebagainya.
3. Zona private
Adalah zona yang kegiatannya bersifat khusus, meliputi
kantor pengelola.
4. Zona servis
Adalah zona yang kegiatannya bersifat servis, meliputi
ruang pengamanan/security, ruang ME, lavatory,
gudang, dan lain sebagainya.
e. Entrance
Gambar 4.15 Pengolahan tapak terhadap entrance
Posisi entrance pada Planetarium terletak di jalan Poros
Malino. Sedangkan untuk pencapaian ke bangunan dalam
tapak menggunakan:
95
1. Main entrance
Merupakan pintu masuk utama sebagai jalan masuk dari
luar tapak menuju ke dalam tapak.
2. Side entrance
Merupakan pintu masuk alternatif pencapaian dari dalam
tapak ke luar tapak.
3. Service entance
Merupakan pencapaian bagi kegiatan servis, khususnya
barang.
f. Output / hasil pengolahan tapak
Gambar 4.16 Output / hasil pengolahan tapak
4. Konsep Pemilihan Tata Ruang Luar
Penataan ruang luar merupakan penataan landscape untuk
mendukung fungsi bangunan. Adapun pemilihan tata ruang luar
pada Planetarium di Objek Wisata Alam Malino, yaitu:
a. Elemen lunak (soft material)
Tabel 4.2 Bentuk tanaman dan kegunaannya
No Bentuk Tanaman Kegunaan
1 Bentuk Pase Sebagai pelindung
2 Bentuk Conical Sebagai pengarah
3 Bentuk Prostak Sebagai pengarah dan pelindung
4 Bentuk Fountain Sebagai penghias
96
5 Bentuk Palm Sebagai penutup tanah
Sumber: Arsitektur ekologis 2006
Tabel 4.3 Manfaat dan fungsi tanaman sesuai jenisnya
NO MENURUT JENIS
TANAMAN
MENURUT PENGGUNAAN
MENURUT FUNGSI
1 Semak belukar sebagai penutup tanah
Penghijauan private (tanaman berguna)
Fungsi sosial sebagai ruang komunikasi
2 Perdu sebagai penghias dan perbaikan tanah
Penghijauan semi private (pohon di pinggir jalan)
Fungsi higinie mental (kreatifitas, imajinasi)
3 Pohon perdu dan pemberi manfaat lainnya
Penghijauan umum (taman kota)
Fungsi peristirahatan untuk melepas lelah
Sumber: Arsitektur ekologis 2006
Tabel di atas memperlihatkan kegunaan dan fungsi
tanaman sesuai jenisnya, jadi penentuan jenis-jenis
tanaman yang akan di tanam di dalam tapak dari bangunan
Planetarium di Objek Wisata Alam Malino berpedoman pada
tabel tersebut.
97
Adapun tanaman-tanaman yang nantinya akan ditanam,
antara lain:
1. Pepohonan
a. Pohon Pinus
Gambar 4.17 Pohon Pinus
Sumber: https://4.bp.blogspot.com/-
Xn7SXx0ZI5s/Vsp3_xeeKoI/AAAAAAAAAOM/Yd_kkYZ4sdY/s
1600/images.jpg
Pohon ini dapat digunakan sebagai pengarah dan
estetika juga merupakan salah satu tanaman yang
hidup di dearah Malino.
b. Pohon Palem Raja
Gambar 4.18 Pohon Palem Raja
Sumber: http ://istianggana.com/ PalemRaja.jpg
98
Pohon ini dapat hidup di dataran tinggi dan dataran
rendah sehingga dapat digunakan sebagai
pengarah dan estetika.
c. Pohon Tanjung
Gambar 4.19 Pohon tanjung
Sumber: https : //id.wikipedia .org/wiki/Berkas:Maulsari _(Mimusops_elengi)
2848.jpg
Pohon ini hidup di daerah tropis sehingga dapat
digunakan sebagai peneduh khususnya untuk
bagian parkiran.
99
2. Tanaman
a. Tanaman Hias
Bunga Bougenvil
Gambar 4.20 Bunga bougenvil
Sumber: https : //id.wikipedia .org/wiki/Berkas:Maulsari
_(Mimusops_elengi) 2848.jpg
Bunga Asoka
Gambar 4.21 Bunga asoka
Sumber: http://obatpanasdalam.com/wp -content/
uploads/ 2015.jpg
100
Pohon Cemara Udang
Gambar 4.22 Pohon cemara udang
Sumber: http://obatpanasdalam.com/wp -content/
uploads/ 2015.jpg
b. Tanaman Penutup (menutupi permukaan tanah)
Rumput Gajah Mini
Gambar 4.23 Rumput gajah mini
Sumber: http:// www.infoagribisnis.com /wp-content /uploads
/2015/01/ cara-menanam-rumput-gajah-mini-.jpg
101
Rumput Jepang
Gambar 4.24 Rumput jepang
Sumber: http://lh3.googleusercontent.com/ sPSslD3
2Wro/VeGqBC6hGvI.jpg
b. Elemen keras (hard material)
1. Aspal. Berfungsi sebagai penutup tanah jalur
kendaraan/jalan.
2. Rabat beton. Berfungsi sebagai penutup tanah.
3. Paving block. Berfungsi sebagai penutup tanah area
pedestrian/pejalan kaki.
4. Batu alam. Berfungsi sebagai penutup tanah area
pedestrian dan dapat menciptakan estetika pada taman
c. Elemen dekorasi
1. Lampu jalan. Berfungsi sebagai penerangan pada
sirkulasi dalam tapak juga sebagai unsur estetika.
Diletakkan pada area parkir, taman dan pada ruang
terbuka lainnya.
2. Kolam air mancur. Berfungsi memberikan suasana sejuk
dan segar karena dapat menurunkan temperatur udara
dan juga berfungsi sebagai unsur estetika.
102
B. Konsep Dasar Mikro
1. Konsep Kebutuhan Ruang
a. Fasilitas Utama
1. Fasilitas Pertunjukan
a. Hall
b. Loket tiket
c. Ruang teater bintang (Planetarium)
d. Ruang kontrol/operator
e. Ruang perawatan
f. Ruang proyektor
2. Fasilitas Pameran
a. Ruang pameran permanen
b. Ruang pameran temporary
c. Ruang operator
d. Ruang penyimpanan koleksi
e. Ruang perawatan
3. Fasilitas Edukasi
a. Ruang kelas
b. Ruang citraganda
c. Ruang serba guna
b. Fasilitas Penunjang
1. Fasilitas Peneropongan dan Observasi
a. Ruang teropong outdoor
b. Ruang penelitian
c. Ruang perawatan
d. Ruang multimedia
2. Fasilitas Membaca (Perpustakaan)
a. Ruang penitipan
b. Ruang baca
c. Ruang buku
d. Ruang administrasi perpustakaan
e. Gudang
103
3. Fasilitas Komersil
a. Cafetaria
b. Retail/toko souvenir
c. Fasilitas Pengelolaan
1. Ruang direksi
a. Ruang tamu/tunggu
b. Ruang direktur
c. Ruang sekretaris umum
d. Ruang bendahara umum
e. Ruang wakil direktur bidang umum
f. Ruang wakil direktur bidang opersiaonal teknis
g. Ruang rapat
2. Ruang bidang umum
a. Ruang tamu/tunggu
b. Ruang kepala bagian tata usaha
c. Ruang staff tata usaha
d. Ruang kepala bagian personalia
e. Ruang staff personalia
f. Ruang kepala bagian keuangan
g. Ruang staff keuangan
h. Ruang kepala bagian humas
i. Ruang staff humas
j. Ruang kepala bagian perawatan
k. Ruang staff perawatan
l. Ruang kepala bagian keamanan
m. Ruang staff keamanan
3. Ruang bidang operasional teknis
a. Ruang tamu / tunggu
b. Ruang kepala bagian pendidikan
c. Ruang staff pendidikan
d. Ruang kepala bagian perpustakaan
e. Ruang staff perpustakaan
104
f. Ruang kepala bagian penataran
g. Ruang staff penataran
h. Ruang kepala bagian pertujukan
i. Ruang staff pertujukan
j. Ruang kepala bagian observasi
k. Ruang staff observasi
d. Fasilitas Servis
a. Ruang informasi
b. Mushallah
c. Ruang P3K
d. Ruang fire service
e. Ruang cleaning sevice
f. Bengkel/workshop
g. Ruang pengamanan/securty
h. Ruang kontrol
i. Ruang ME
j. Ruang AHU
k. Ruang ATM centre
l. Lavatory
m. Gudang
105
2. Konsep Besaran Ruang
a. Fasilitas Utama
1. Fasilitas Pertunjukan
Tabel 4.4 Fasilitas pertunjukan
JENIS RUANG STANDAR
RUANG SUMBER KAPASITAS LUAS RUANG
Hall 1,2 – 1,5 m² / org EN 300 org 450 m²
Rg. Informasi 6 m² / org EN 2 org 12 m²
Loket Tiket 2,16 m² / org EN 3 org 6,48 m² = 6,5 m²
Rg. Pertunjukan
Teater Bintang :
Penonton
Panggung
Pembicara /
Pemateri
1,5 m² / org
4 m² / org
ASM
ASM
300 org
1 org
450 m²
4 m²
Rg. Kontrol
Rg. Kontrol
Komputer
Rg. Kontrol
Tata Suara
Ruang
Kontrol
Cahaya
3,25 m² / org
3,25 m² / org
3,25 m² / org
EN
EN
EN
1 org
1 org
1 org
3,25 m²
3,25 m²
3,25 m²
Rg. Perawatan 24 m² / unit EN 1 unit 14 m²
Rg. Proyektor 10 m² / unit EN 1 unit 10 m²
Jumlah 956, 25 m²
Sirkulasi 30 % 286, 87 m²
Total 1.243,12 m²
106
2. Fasilitas Pameran
Tabel 4.5 Fasilitas pameran
JENIS RUANG STANDAR
RUANG SUMBER KAPASITAS LUAS RUANG
Rg. Pameran
Permanen
500 m² / unit ASM 1 unit 500 m²
Rg. Pameran
Temporer
50 % pameran
permanen
ASM 1 unit 250 m²
Rg. Penyimpanana
Koleksi
15 % pameran
permanen
ASM 1 unit 75 m²
Rg. Operator
informasi pameran
3,25 m² / org EN 2 org 7 m²
Rg. Perawatan 14 m² / unit EN 1 unit 14 m²
Jumlah 846 m²
Sirkulasi 30 % 253,8 m²
Total 1.099,8 m²
3. Fasilitas Edukasi
Tabel 4.6 Fasilitas Edukasi
JENIS RUANG STANDAR
RUANG SUMBER KAPASITAS LUAS RUANG
Rg. Kelas 2,5 m² / org TSS 2 unit ( 25 org
/ unit )
125 m²
Rg. Citraganda 1,5 m² / org ASM 30 org 45 m²
Rg. Serbaguna 1,2 m² /org EN 150 org 180 m²
Lavatory :
Pria
KM / WC
Urinoir
Wastafel
0,85 m x 1,5 m =
1,275 m² / unit
0,49 m x 0,33 m
= 0,16 m² / unit
0,58 m x 0,48 m
= 0,28 m²
EN
EN
EN
3 org
3 org
2 org
3,82 m²
0,48 m²
0,56 m²
107
Wanita :
KM / WC
Wastafel
0,85 m x 1,5 m =
1,275 m² / unit
0,58 m x 0,48 m
= 0,28 m²
EN
EN
3 org
2 org
3,82 m²
0,56 m²
Jumlah 359,24 m²
Sirkulasi 30 % 107,77 m²
Total 467,01 m²
b. Fasilitas Penunjang
1. Fasilitas Peneropongan dan observasi
Tabel 4.7 Fasilitas peneropongan dan observasi
JENIS RUANG STANDAR
RUANG SUMBER KAPASITAS LUAS RUANG
Rg. Teropong
Outdoor
150 m² / unit ASM 1 unit 150 m²
Rg. Penelitian 3,6 m² / org ASM 15 org 54 m²
Rg. Perawatan 14 m²/ unit EN 1 unit 14 m²
Rg. Multimedia 2,25 m² / org ASM 10 org 22,5 m²
Jumlah 315,5 m²
Sirkulasi 30 % 94,65 m²
Total 410,15 m²
108
2. Fasilitas Membaca
Tabel 4.8 Fasilitas membaca
JENIS RUANG STANDAR
RUANG SUMBER KAPASITAS
LUAS RUANG
Perpustakaan :
Rg. Penitipan
Rg. Baca
Rg. Buku
Rg. Administrasi
Perpustakaan
Gudang
9 m² / unit
2,3 m² / org
20 % Rg. Baca
5 m² / workstation
20 m² / unit
EN
EN
ASM
TSS
EN
1 unit
45 org
-
2 org
1 unit
9 m²
103,5 m²
20,7 m²
10 m²
20 m²
Jumlah 172,44 m²
Sirkulasi 30 % 51,73 m²
Total 224,17 m²
3. Fasilitas Komersil
Tabel 4.9 Fasilitas komersil
JENIS RUANG STANDAR
RUANG SUMBER KAPASITAS LUAS RUANG
Cafetaria 2 m² / org EN 100 org 200 m²
Dapur dan
gudang cafetaria
20 % cafetaria EN - 40 m²
Retail / Toko
Souvenir
48 m² / unit ASM 4 unit 192 m²
Jumlah 432 m²
Sirkulasi 30 % 129,6 m²
Total 561,6 m²
109
c. Fasilitas Pengelolaan
1. Ruang Direksi
Tabel 4.10 Ruang direksi
JENIS RUANG STANDAR
RUANG SUMBER KAPASITAS LUAS RUANG
Rg. Tamu /
Tunggu
3 m² / org EN 6 org 18 m²
Rg. Direktur 15 – 30 m² EN 1 org + 4 org
tamu
30 m²
Rg. Sekertaris
Umum
10 – 15 m² EN 1 org 15 m²
Rg. Bendahara
Umum
10 – 15 m² EN 1 org 15 m²
Rg. Wadir Bid.
Umum
15 – 30 m² EN 1 org + 2 org
tamu
25 m²
Rg. Wadir Bid.
Opersional
Teknis
15 – 30 m² EN 1 org + 2 org
tamu
25 m²
Jumlah 133,66 m²
Sirkulasi 30 % 40,09 m²
Total 173,75 m²
2. Ruang Bidang Umum
Tabel 4.11 Ruang bidang umum
JENIS RUANG STANDAR
RUANG SUMBER KAPASITAS LUAS RUANG
Rg. Tamu /
Tunggu
3 m² / org EN 4 org 12 m²
Rg. Kepala Bag.
Tata Usaha
10 – 15 m² EN 1 org 15 m²
Rg. Staff Tata
Usaha
5,5 m² / org EN 5 org 27,5 m²
110
Rg. Kepala Bag.
Personalia
10 – 15 m² EN 1 org 15 m²
Rg. Staff
Personalia
5,5 m² / org EN 5 org 27,5 m²
Rg. Kepala Bag.
Keuangan
10 – 15 m² EN 1 org 15 m²
Rg. Staff
Keuangan
5,5 m² / org EN 5 org 27,5 m²
Rg. Kepala Bag.
Humas
10 – 15 m² EN 1 org 15 m²
Rg. Staff Humas 5,5 m² / org EN 5 org 27,5 m²
Rg. Kepala Bag.
Perawatan
10 – 15 m² EN 1 org 15 m²
Rg. Staff
Perawatan
5,5 m² / org EN 5 org 27,5 m²
Rg. Kepala Bag.
Keamanan
10 – 15 m² EN 1 org 15 m²
Rg. Staff
Keamanan
5,5 m² / org EN 5 org 27,5 m²
Rg. Rapat 2,5 m² / org EN 12 org 30 m²
Jumlah 306,24 m²
Sirkulasi 30 % 91,87 m²
Total 398,11 m²
3. Ruang Bidang Operasional Teknis
Tabel 4.12 Ruang biadan operasional teknis
JENIS RUANG STANDAR
RUANG SUMBER KAPASITAS LUAS RUANG
Rg. Tamu / Tunggu
3 m² / org EN 4 org 12 m²
Rg. Kepala Bag. Pendidikan
10 – 15 m² EN 1 org 15 m²
111
Rg. Staff Pendidikan
5,5 m² / org EN 5 org 27,5 m²
Rg. Kepala Bag. Perpustakaan
10 – 15 m² EN 1 org 15 m²
Rg. Staff Perpustakaan
5,5 m² / org EN 5 org 27,5 m²
Rg. Kepala Bag. Penataran
10 – 15 m² EN 1 org 15 m²
Rg. Staff Penataran
5,5 m² / org EN 5 org 27,5 m²
Rg. Kepala Bag. Pertunjukan
10 – 15 m² EN 1 org 15 m²
Rg. Staff Pertunjukan
5,5 m² / org EN 5 org 27,5 m²
Rg. Kepala Bag. Observatorium
10 – 15 m² EN 1 org 15 m²
Rg. Staff Observatorium
5,5 m² / org EN 5 org 27,5 m²
Rg. Rapat 2,5 m² / org EN 12 org 30 m²
Jumlah 263,74 m²
Sirkulasi 30 % 79,12 m²
Total 342,86 m²
d. Fasilitas Servis
Tabel 4.13 Fasilitas servis
JENIS RUANG STANDAR
RUANG SUMBER KAPASITAS LUAS RUANG
Rg. Informasi 6 m² / org EN 3 org 18 m²
Mushallah :
Tempat
Sholat
Tempat
Wudhu
0,8 m² / org 0,6 m² / org
EN EN
40 org 14 org
32 m² 8,4 m²
Rg. P3K /
Kesehatan
23 m² / unit EN 1 unit 23 m²
Rg. Fire service 20 m² /unit EN 1 unit 20 m²
112
Cleaning
Service :
Rg. Cleaning
Service
Rg. Makan
Rg. Loker
1 m² / org 0,5 m² / org
10 m² / unit (20
pintu)
EN EN
EN
20 org 20 org
1 unit (20
pintu)
20 m² 10 m²
10m ²
Bengkel /
Workshop
5 m² / org EN 4 org 20 m²
Rg. Kontrol
Rg. Kontrol
Tata Suara
Ruang
Kontrol
Cahaya
3,25 m² / org
3,25 m² / org
EN
EN
3 org
3 org
9,75 m²
9,75 m²
Rg. Security 0,8 m² / org EN 5 org 4 m²
Rg. ME 5 m² / org EN 4 org 20 ²
Rg. AHU 5 m² / org EN 4 org 20 m²
Rg. ATM Centre 0.8 m² / unit atm EN 4 unit atam 3,2 m²
Gudang 20 m² / unit EN 1 unit 20 m²
Lavatory :
Pria
KM / WC
Urinoir
Wastafel
Wanita :
KM / WC
0,85 m x 1,5 m =
1,275 m² / unit
0,49 m x 0,33 m =
0,16 m² / unit
0,58 m x 0,48 m =
0,28 m²
0,85 m x 1,5 m =
1,275 m² / unit
EN
EN
EN
EN
3 org
3 org
2 org
3 org
3,82 m²
0,48 m²
0,56 m²
3,82 m²
113
Wastafel 0,58 m x 0,48 m =
0,28 m²
EN 2 org 0,56 m²
Jumlah 257,34 m²
Sirkulasi 30 % 77,20 m²
Total 334,54 m²
Keterangan:
EN = Data Arsitek
TSS = Time Saver Standart For Interior Design and Space
Planing
ASM = Berdasarkan Studi Literatur Pada Bangunan
Sejenisnya
Jumlah ruang yang dibutuhkan sebanyak 76 ruang. Setelah
didapatkan perhitungan jumlah dan besaran ruang pada tiap-tiap
ruang, maka selanjutnya dilakukan rekapitulasi besaran ruang
dan analisa fungsi ruang luar yang diuraikan berikut ini:
a. Rekapitulas Perhitungan Besaran Ruang
Tabel 4.14 Rekapitulas Perhitungan Besaran Ruang
No Jenis Ruang Luas Ruang
1 Fasilitas Pertunjukan 1.243,12 m²
2 Fasilitas Pameran 1.099,8 m²
3 Fasilitas Edukasi 467,01 m²
4 Fasilitas Peneropongan dan
Observasi
410,15 m²
5 Fasilitas Membaca 224,17 m²
6 Fasilitas Komersil 561,6 m²
7 Ruang Direksi 173,75 m²
8 Ruang Bidang Umum 398,11 m²
9 Ruang Bidang Operasional
Teknis
342,86 m²
10 Fasilitas Servis 334,54 m²
114
Total 5.255,11 m²
= 5.255 m²
b. Analisa Fungsi Ruang Luar
Perhitungan Kebutuhan Luas Lahan Parkir, berdasarkan
pada standar luasan parkir menurut teori Fred Lawson:
a) Parkir mobil
b) Parkir motor
Tabel 4.15 Kebutuhan parkir bangunan
Jenis Ruang Pendekatan Sumber Total
(m2)
Parkir
Pengelola
(100 orang)
Diasumsikan, dari 100 orang
pengelola, sebanyak 70% naik
mobil. Sehingga parkir mobil
sebesar 15 m2 x 70 Unit = 1.050
m2 EN 1.110 m²
Diasumsikan, dari 100 pengelola,
sebesar 25% yang naik motor.
Sehingga parkir motor sebesar 2
m2 x 30 Unit = 60 m2
Parkir
Pengunjung
Parkir mobil pengunjung
disediakan 70 % dari 750
pengunjung. Diasumsikan 1
mobil membawa 4 orang. Maka
750 x 70 = 52.000 / 100 = 525.
Jadi, 525 / 4 = 131 unit mobil.
Sehingga 131 unit x 15 m2 =
1.965 m2
EN
2.401 m² =
2.400 m²
Parkir sepeda motor pengunjung
disediakan 30 % dari 750
pengunjung. Diasumsikan 1
sepeda motor membawa 2 orang.
EN
115
Maka 750 x 30 = 22.500 / 100 =
225. Jadi 225/2 = 112,5 = 113 unit
sepeda motor. Sehingga 113 unit
x 2m2 = 226 m2
Parkir Bus, lebar bis 2,50m,
panjang bus 12m, maka luas bus
= 30 m2. Diasumsikan terdapat 7
bus, maka luasan keseluruhan
untuk parkiran bus adalah 30 m2
x 7 = 210 m2.
EN
Jumlah 3510 m²
Sirkulasi 20 % 702 m²
Total 4.212 m²
Jadi diketahui luas bangunan keseluruhan (BC) adalah
5.255 m2, dengan luas parkir 4212 m2. Maka dapat dihitung
luas open space dengan perbandingan 30% : 70% dari luas
bangunan. Sehingga dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
Open Space (OS) = 70 / 30 x Luas Bangunan (BC)
= 70/30 x 5.255 = 12.261 m2
Tabel 4.16 Kebutuhan total luas bangunan
No Jenis Kebutuhan Ruang Luas (m2)
1 Luas Bangunan ( BC ) 5.255
2 Open Space ( OS ) 12.261
3 Parkir 4.212
Total 21.728 M2 = ± 2,2 Ha
116
3. Konsep Hubungan Ruang
a. Kelompok Fasilitas Utama
Skema 4.1 Hubungan ruang fasilitas utama
117
b. Kelompok Fasilitas Penunjang
1. Fasiltas Peneropongan dan Observasi
Skema 4.2 Hubungan ruang fasilitas peneropongan dan observasi
2. Fasilitas Membaca
Skema 4.3 Hubungan ruang fasilitas membaca
118
3. Fasilitas Komersil
Skema 4.4 Hubungan ruang fasilitas komersil
c. Kelompok Fasilitas Pengelola
1. Fasilitas Direksi
Skema 4.5 Hubungan ruang fasilitas direksi
119
2. Fasilitas Bidang Umum
Skema 4.6 Hubungan ruang fasilitas bidang umum
120
3. Fasilitas Bidang Operasional Teknis
Skema 4.7 Hubungan ruang fasilitas bidang opersional teknis
121
d. Kelompok Fasilitas Service
Skema 4.8 Hubungan ruang fasilitas service
4. Konsep Sirkulasi dalam Bangunan
Sirkulasi dalam bangunan berfungsi sebagai suatu fasilitas
penghubung atau mempermudah dalam menjangkau unit-unit
kegiatan dalam bangunan. Pola sirkulasi pada planetarium
terbagi atas dua, yaitu:
a. Pola sirkulasi horizontal
Pada umumnya pola sirkulasi horizontal yang dipakai dalam
bangunan adalah selasar. Hal yang perlu diperhatikan dalam
penggunaan selasar sebagai sirkulasi horizontal, sebagai
berikut:
Jenis kegiatan yang berlangsung.
Arah sirkulasi yang jelas.
Tingkat privasi antar kegiatan dan jenis ruang.
122
Keamanan dan kenyamanan pemakai ruang.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan pada pola sirkulasi
yang direncanakan bagi pengunjung dan pengelola, sebagai
berikut:
Kelancaran dan kejelasan sirkulasi.
Keamanan dan kenyamanan.
b. Pola sirkulasi vertikal
Pola sirkulasi vertikal ini bertujuan menghubungkan
bangunan bertingkat. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pola sirkulasi vertikal, sebagai berikut:
Kelancaran aliran pengunjung.
Efisiensi pencapaian.
Kapasitas pelayanan.
Dapat terlihat langsung dan jelas.
Keamanan dan kenyamanan.
Umumnya pada pola sirkulasi vertikal ini memakai tangga
manual, eskalator, dan elevator. Namun pada bangunan
planetarium ini nantinya untuk pola sirkulasi vertikal hanya
menggunakan tangga manual dan elevator (lift).
Tangga manual
Gambar 4.25 Struktur tangga manual
Sumber: google.co.id
123
Gambar 4.26 Dimensi anak tangga
Sumber: google.co.id
Elevator / Lift
Gambar 4.77 Struktur elevator / lift
Sumber: google.co.id
Lift adalah angkutan transportasi vertikal yang
digunakan untuk mengangkut orang atau barang. Lift
umumnya digunakan di gedung-gedung bertingkat
tinggi; biasanya lebih dari tiga atau empat lantai.
Gedung-gedung yang lebih rendah biasanya hanya
mempunyai tangga atau eskalator. Lift-lift pada zaman
124
modern mempunyai tombol-tombol yang dapat dipilih
penumpangnya sesuai lantai tujuan mereka, Terdapat
tiga jenis mesin, yaitu Hidraulik, Traxon atau katrol tetap,
dan Hoist atau katrol ganda, Jenis hoist dapat dibagi lagi
menjadi dua bagian, yaitu hoist dorong dan hoist tarik.
Lift ini, sering disebut elevator, yang merupakan alat
angkut untuk mengangkut orang atau barang dalam
suatu bangunan yang tinggi. Lift dapat dipasang untuk
bangunan yang tingginya lebih dari 3 lantai, karena
kemampuan orang untuk naik turun dalam menjalankan
tugasnya hanya mampu dilakukan sampai 3 lantai.
Lift dapat dibagi menurut fungsinya:
a) Lift penumpang, (passanger elevator) digunakan
untuk mengangkut manusia.
b) Lift barang, (fright elevator) digunakan untuk
mengangkut barang.
c) Lift uang/ makanan (dumb waiters).
d) Lift pemadam kebakaran (biasanya berfungsi
sekaligus sebagai lift barang).
5. Konsep Pendekatan Bentuk dan Penampilan Bangunan
Dalam menentukan bentuk bangunan, tidak lepas dari
pertimbangan fungsi bangunan, dimana bangun ini berfungsi
sebagai tempat edukasi dan rekreasi dalam bidang ilmu
astronomi. Ilmu astronomi sendiri mempelajari tentang
fenomena –fenomena yang terjadi di bumi, planet-planet, luar
angkasa dan lain sebagainya.
Ada 3 bentuk dasar yang dapat dijadikan dasar pengembangan
bentuk dasar bangunan, yaitu:
a. Lingkaran, sifatnya lembut, tidak monoton, fleksibel, kurang
terarah.
b. Segi empat, sifatnya stabil, formal, monoton, kaku.
c. Segi tida, sifatnya aktif, dinams, ekspresif.
125
6. Konsep Sistem Struktur Bangunan
Dalam menentukan sistem struktur pada bangunan ada
beberapa dasar pertimbangan yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Persyaratan struktur yang kuat, stabil, dan ekonomis.
2. Tahan terhadap pengaruh luar, seperti kebakaran, gempa
bumi, angin, daya dukung tanah, suhu dan iklim.
3. Dapat mendukung penampilan bangunan sesuai dengan
analogi bentuk bangunan terpilih.
4. Mudah dalam pemeliharaan dan perawatan.
Sistem struktur dibagi dalam tiga kelompok besar, yaitu:
1. Sub Struktur (struktur bagian bawah bangunan)
Sub struktur yang digunakan pada bangunan planetarium
adalah pondasi tiang pancang.
Keunggulan tiang pancang, yaitu:
a. Pelaksanaannya mudah
b. Ekonomis
c. Lebar bentangan cukup
d. Mudah disesuaikan dengan modul struktur
Kekurangan pondasi tiang pancang, yaitu :
a. Pelaksanaannya menimbulkan getaran dan bising.
b. Bila pelaksanaannya tidak dilakukan dengan baik, maka
akan cepat hancur.
2. Super Struktur (struktur bagian tengah bangunan)
Super struktur adalah sistem sturktur yang berada di atas
sub struktur yang berfungsi menyalurkan beban bangunan
pada sub struktur yang kemudian didistribusikan ke tanah
melalui elemen strukturnya. Sistem super struktur harus
memiliki daya tahan dan mampu menahan panas dan api.
Sistem struktur yang diterapkan pada bangunan planetarium
adalah struktur rangka benton.
Keunggulan struktur rangka beton, yaitu:
a. Menggunakan unsur kolom dan balok.
126
b. Ruang yang dihasilkan cukup fleksibel.
c. Kuat dalam menahan gempa.
Kekurangan struktur rangka beton, yaitu:
a. Dimensi relatif besar untuk bentang lebar.
b. Jarak antara kolom relatif pendek.
3. Upper Struktur (struktur bagian atas bangunan)
Upper struktur adalah struktur bagian atas bangunan
palnetarium. Slah satu ciri bangunan planetarium adalah
adanya atap kubah yang di dalamnya merupakan ruang
pertunjukan. Untuk konsep perancangan Planetarium di
objek wisata alam Malino nantinya untuk bagian upper
strukturnya menggunakan struktur bentang lebar yatiu
struktur shell.
Keunggulan struktur shell, yaitu:
a. Sesuai untuk ruang bentang lebar.
b. Mendukung bentuk lengkung / kubah.
c. Efisien dalam penggunaan material.
d. Dapat menahan gaya yang relatif besar.
Kekurangan struktur shell, yaitu:
a. Biaya yang dikeluarkan cukup mahal.
7. Konsep Sistem Utilitas Bangunan
a. Sistem Pencahayaan
Secara umum penerapan pencahayaan pada Planetarium
yang akan direncanakan menggunakan sistem
pencahayaan alami dan sistem pencahayaan buatan. Pada
saat siang hari pencahayaan alami lebih diutamakan untuk
digunakan semaksimal mungkin. Tiap ruangan memiliki
bukaan yang memadai untuk memasukkan energi matahari.
Adapun untuk ruang yang tidak memungkinkan, dibantu
dengan sistem pencahayaan buatan.
127
Pencahayaan buatan digunakan secara maksimal pada
malam hari. Penempatan sistem penerangan buatan
tersebut antara lain:
1) Penerangan umum.
Penerangan umum ini digunakan pada ruang-ruang
yang tidak terlalu membutuhkan adanya permainan
cahaya. Seperti: ruang pengelola, ruang service, dan
sebagainya.
2) Penerangan khusus.
Penerangan khusus digunakan pada ruang-ruang yang
membutuhkan kesan keindahan dalam permainan
cahaya. Seperti; ruang teater bintang, ruang pameran,
dan lain sebagainya.
3) Penerangan setempat dan tambahan.
Penerangan setempat dan tambahan digunakan pada
eksterior untuk menunjang keberadaan bangunan.
Seperti: lampu mercuri, lampu taman dan lampu sorot.
b. Sistem Penghawaan
Sistem penghawaan yang digunakan adalah sistem
penghawaan alami dan penghawaan buatan yang
penerapannya terpisah. Sistem penghawaan alami dengan
pengaturan sirkulasi udara melalui bukaan-bukaan
dikondisikan secara merata sehingga dapat menjangkau tiap
sudut ruang tertentu.
Kondisi daerah yang ekstrim digunakan unsur penahan
angin misalnya pohon, sehingga memungkinkan ruang
cukup memiliki bukaan kecil yang dapat diatur lebarnya
untuk mengantisipasi tiupan angin yang kencang.
Jarak antara unit bangunan diusahakan memiliki space
untuk sirkulasi udara, begitu pula antara elemen luarnya.
Elemen peneduh berupa pepohonan diupayakan agar
128
mampu membantu proses penyejukan udara, utamanya
pada saat iklim menjadi panas.
Secara umum aliran udara yang terjadi dalam bangunan
utamanya yang menggunakan penghawaan alami
diusahakan agar terjadi ventilasi silang. Terkecuali pada
ruang yang menggunakan penghawaan buatan, hal ini agak
berbeda sistemnya.
Penggunaan sistem penghawaan buatan diterapkan
pada ruang-ruang yang sifatnya khusus. Ruang seperti ini
memiliki sifat tertutup, spesifikasi kapasitas dan suasana,
seperti: ruang teater bintang.
Gambar 4. 28 Sistem penghawaan AC Central
Sumber: google.co.id
c. Sistem Plumbing
2. Air bersih
Sumber air bersih untuk kebutuhan Planetarium berasal
dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan Deep
Well sebagai cadangan apabila penyaluran PDAM
bermasalah. Kebutuhan air yang dilayani yaitu
129
kebutuhan dalam bangunan seperti toilet, sprinkler, dan
hydrant.
3. Air kotor
Penyelesaian masalah pembuangan air kotor / disposal
padat dapat dilakukan dengan cara pembuatan saluran
pembuangan air hujan dan air kotor lainnya menuju ke
bak peresapan. Serta untuk buangan air closet, westafel
dan urinoir dibuatkan tempat penampungan (septictank)
dan selanjutnya ke bak peresapan.
d. Sistem Jaringan Listrik
Penggunaan listrik pada bangunan ini sangat sensitif, oleh
sebab itu perencanaan listrik harus tepat, dimulai dari
sumber listrik, instalasi, sampai pada titik-titik penggunaan.
Sumber listrik berasal dari PLN dan sebagai cadangan
digunakan Diesel Generating Set (Genset). Penggunaan
genset dimaksudkan untuk melayani beban-beban listrik
yang harus tetap hidup pada saat aliran listrik dari PLN
terputus. Genset ini dilengkapi dengan AMF (Automatic Main
Failure) yakni jika sambungan dari PLN terputus maka dalam
waktu 3 – 7 detik secara otomatis sumber tenaga listrik
digantikan oleh genset tersebut.
Sistem jaringan listrik juga dihubungkan dengan system Fire
alarm apabila terjadi kebakaran maka secara otomatis dalam
waktu singkat hubungan listrik untuk bangunan akan
terputus, kecuali untuk unit pompa pemadam kebakaran
(pompa hydrant).
e. Sistem Jaringan Komunikasi
Sistem komunikasi pada Planetarium terbagi menjadi dua,
yaitu:
1. Sistem komunisi hubungan eksternal
130
a. Telephone, alat komunikasi dua arah baik keluar
maupun ke dalam bangunan menggunakan jasa
perusahaan umum telekomunikasi.
b. Telex, alat komunikasi menggunakan gelombang
radio yang dilengkapi catatan tertulis.
c. Faksimile.
d. PABX (Private Automatich Branch Exchange),
pengontrol keluar masuk gedung.
e. Internet, sebagai komunikasi, transfer data dan lain
sebagainya.
2. Sistem komunikasi hubungan internal
a. Sistem penataan suara (Sound System), digunakan
untuk musik, narasi pertunjukan, panggilan,
pengumuman, serta keamanan.
b. Intercom, komunikasi bersifat privat digunakan oleh
pengelola untuk kepentingan perkantoran.
f. Sistem Tata Suara
Sistem tata suara yang digunakan pada planetarium terlebih
khusus pada ruangan pertunjukan, adalah:
a. Disekeliling antara layar kubah dan dinding dipasang
speaker kecil pada setiap jarak 5 meter.
b. Pada titik azimuth 450dari horizontal dipasang sepasang
speaker induk berselang seling bagian kanan dan kiri
untuk efek suara.
g. Sistem Akustik Pertunjukan
Ruang pertunjukan planetarium menggunakan
persyaratan ruang akustik. Salah satu persyaratan akustik
yang harus diperhatikan adalah sumber bunyi. Sehingga
permukaan dinding disekeliling ruang pertunjukan ruang
akustik digunakan bahan yang memantulkan bunyi.
Dalam perancangan ruang pertunjukan ini, perancangan
akustiknya lebih menjurus kepada kegiatan mendengarkan
131
narasi dengan baik daripada suara audio, hal ini dilakukan
karena jarang dimungkinkan menyediakan akustik yang baik
untuk kegiatan narasi dan audio secara bersamaan.Agar
suara narator lebih mudah diserap, maka lantai peserta
dibuat miring, dengan pemasangan praktis adalah dengan
menggunakan tangga yang dangkal dan rendah di bawah
tempat duduk dengan posisi speaker didepan ruang.Namun,
dalam beberapa tempat yaitu dari dinding bagian belakang
tempat proyektor dan sebagaian lantai dipasang peredam
suara untuk menghindari efek dead space. Peredam suara
dapat ditempakan pada bagian:
a. Langit-langit
Menggunakan plat aluminium berlubang, udara dalam
lubang akan bergetar jika ada suara. Dengan demikian
suara akan terserap. Pada bagian belakang aluminium
dipasang lapisan glass-wool untuk membantu meredam
suara.
b. Dinding Menggunakan plat aluminium berpori seperti
langit- langit sekaligus sebagai peredam.
c. Lantai Dilapisi material berbahan dasar tebal lunak
seperti karpet sebagai peredam.
h. Sistem Keamanan Bangunan
1. Penanggulangan dan Pencegahan Bahaya Kebakaran
Pengamanan terhadap pencegahan bahaya kebakaran
termasuk penanggulangannya diupayakan untuk:
a. Penggunaan Fire Alarm / Detector
Yaitu pemasangan alat untuk mendeteksi adanya
bahaya kebakaran, seperti smoke detector dan heat
detector yang bekerja selama 1 x 24 jam.
b. Metode Pemadaman
Sprinkler
132
Yakni sistem pemadaman dengan metode
semburan air pada lokasi kebakaran secara
otomatis oleh alat penyemprotan gantung.
Instalasi alat pemadaman ini ditempatkan pada
plafond dan bekerja secara otomatis jika terjadi
kenaikan suhu yang batasnya di luar toleransi
detector. Setiap sprinkler head diakomodasikan
untuk dapat melayani areal kurang lebih 37,5 m².
Gambar 4.8 Macam-macam sprinkler
Sumber: google.co.id
Hydrant Box
Hydrant Box yang berisi peralatan pemadaman
ditempatkan pada setiap lantai, masing-masing
pada tiap jarak antara 25 – 30 meter.
133
Gambar 4.9 Hydrant box
Sumber: google.co.id
Peralatan diluar bangunan berupa hydrant pillar
yang ditempatkan pada halaman gedung pada
jarak 30 – 50 meter.
Gambar 4.10 Hydrant pillar
Sumber: google.co.id
Tabung Portable
Tabung portable (exhtinguisher) yang sifatnya
indepdenent, berisi zat pemadam aktif CO2,
ditempatkan pada daerah-daerah yang mudah
dijangkau.
134
Gambar 4.11 Tabung portable
Sumber: google.co.id
c. Metode Evakuasi
Metode ini adalah penunjang system keselamatan
dalam bangunan yakni dengan menyediakan pintu-
pintu dan tangga darurat bagi kepentingan evakuasi.
Ukurannya disesuaikan dengan syarat standar
kebutuhan bagi keadaan darurat.
2. Pengamanan Terhadap Tindak Kejahatan
Pengamanan terhadap kemungkinan bahaya tindak
kejahatan diupayakan dengan cara, antara lain:
a. Pengawasan dan penjagaan menggunakan
tenaga satuan pengamanan dengan pos-pos di
dalam maupun di luar bangunan dengan
dilengkapi dengan sistem komunikasi.
b. Lampu-lampu luar direncanakan untuk tetap
menyala pada malam hari, sedang dalam
ruangan digunakan lampu berarus kecil.
c. CCTV
135
Gambar 4.12 Sistem keamanan dengan CCTV
Sumber: google.co.id
3. Pengamanan Terhadap Bahaya Petir
Pengaplikasian sistem penangkal petir berfungsi untuk
mencegah sambaran petir yang dapat mengakibatkan
bahaya kebakaran, ledakan, dan kerusakan pada
bangunan planetarium. Sistem penangakal petir yang
sesuai pada planetarium adalah sistem penangkal petir
frangklin meskipun cara kerjanya lebih konvensional
dibandingkan sistem radioaktif. Sistem ini menggunakan
power head( 25-90 cm) yang diletakkan pada puncak
bangunan. Sudut perlindungan berkisar 450. Syarat
instalasi terminal udara :
Tinggi tongkat dari permukaan bangunan 25-90 cm.
Sudut lintang terhadap bangunan 40-450.
Jarak antara tongkat 6 meter.
Syarat instalasi terminal tanah :
Luas atap kurang dari 60 m².
Tiap pertambahan luas 30 m².
Jarak konduktor maksimum 30 m
Panjang elektroda pertanahan 2,8 m.
136
Gambar 4.13 Model sistem penangkal petir
Sumber: Sistem Utilitas Bangunan
Antena 25-90
cm
Elektroda
Pentanahan
Daerah
Perlindungan
Terminal Tanah
45°
137
DAFTAR PUSTAKA
Gautama, Sunkar Eka. 2010. Astronomi dan Astrofisika. Makassar.
A. E. Roy and D. Clarke, 2006, Astronomy, Principles and Practice 4th
Edition, Institute of Physics Publishing Bristol and Philadelphia.
Gunawan, Hans. 2006.Modul Persiapan Menuju Olempiade Sains
Nasional Bidang : Asronomi. Jakarta.
Usman Hananpi dan Kasim Syahruddin. 2012. Wawasan IPTEKS.
Makassar: UPT MKU Unhas.
BPS Kabupaten Gowa 2012
www.planetarium.jakarta.go.id
www.as.itb.ac.id
https://en.wikipedia.org/wiki/Globe_of_Gottorf
http://astronomi-id.blogspot.co.id/2013/03/mengenal-planetarium-dan-
observatorium.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Observatorium
https://oediku.wordpress.com
http://bosscha.itb.ac.id/in/tentang-bosscha.html
https://febbivandia.wordpress.com/2012/02/23/laporan-observasi-
boscha-bandung/
https://id.wikipedia.org/wiki/Observatorium_Bosscha
https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jakarta_Planetarium.JPG
Sumber: http://intisari-
online.com//media/images/4747_selaksa_cahaya_mengepung_bos
scha.jpg
https://sandimandala.files.wordpress.com/2011/09/bosscha1.jpg
https://tinosyahbudi.wordpress.com/5-teleskop-yang-ada-di-
observatorium-boscha-bandung/
https://indonesiaproud.wordpress.com/2009/11/02/institut-teknologi-
bandung-buat-teropong-surya/
http://garutnews.com/observatorium-bosscha-juga-miliki-radio.html
http://www.communicatingastronomy.org/cap2007/images/local1.jpg
138
http://img.photobucket.com/albums/v671/MetroGardian/ktizon/planetariu
m/00000073.jpg
http://www.eugenfound.edu.gr/frontoffice/portal.asp?cpage=node&cnode
=6&clang
http://www.atobasahona.com/2016/07/pengertian-wisata-alam-dan-
pariwisata.html
https://petatematikindo.files.wordpress.com/2013/01/administrasi-
gowa1.jpg
Top Related