PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/36740/2/151232018_full.pdf · 2020. 2....

222
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/36740/2/151232018_full.pdf · 2020. 2....

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • i

    PENGEMBANGAN BUKU AJAR

    KETERAMPILAN BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASING

    TERPADU BERBASIS AUTENTISITAS

    UNTUK TINGKAT LANJUT

    TESIS

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

    Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Program Magister

    Oleh:

    AGUNG SISWANTA

    NIM 151232018

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

    PROGRAM MAGISTER

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2020

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • TESISI

    PENGEMBANGAN BI]KU A.IAR

    KETERAMPIII\N BAHASA INIX}ITESIA BAGI PENruTUR ASING

    TERPAI}U BERBASIS AIJTENTITIITAS

    I}NTT}K TINGI(AT LAT{JUT

    OlchAGI,JNG SISWAI{TA

    NItvL 151232018

    l0 Januai 2020

    Tanggal l0 Jaruai 2020t

    \'^

    Dosen Fembimbingll

    v

    Pius Ntrrwidse Prftatirt M.E4. Ed.D.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • TESIS

    PENGEMBAIi{GA}I BT'KU AJAR

    KETERAMPILAN BAHASA INDONESIA BAGI PENUTT]R ASING

    TERPADU BERBASIS AUTENNSITAS

    UNTUK TINGKAT LANJUT

    Ketua

    Sekretaris

    Anggota I

    Anggota II

    Anggota III

    Anggota IV

    Dipersiapkan dan disusun oleh:

    AGI]NG SISWANTA

    NIM: 151232018

    Telah dipertatrankan di depan Dewan Pengujipada tanggal 20 Januari 2020

    dan dinyatakan telah memenuhi syarat

    . Susunan Oewan Penguji

    Nama Lergkap

    Dr. R. KunjanaRahardi, M.Hum.

    Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hurn.

    Dr. B. Widharyanto, M.Pd.

    Drs. Pius Nurwidasa P., M.Ed., Ed.D.

    Dr. R- KunjanaRalrardi, M.Hum.

    FX. Mukarto, Ph.D.

    Yogyakarta 2O lanuari 2AZAFakultas Keguruan daa Ilmu P-endidikanUniversitas Sanata Dharma

    ohanes Harsoyo, S.Pd.,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

    PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

    Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

    Nama : Agung Siswanta

    NomorMahasiswa :151232018

    Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan

    Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

    PENGEMBANGAN BUKU AJAR

    KETERAMPILAN BA.HASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASING

    TERPADU BERBASIS AUTENTISITAS UNTUK TINGKAT LANJUT

    beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian, saya memberikan kepada

    Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan

    dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media

    lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupunmemberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

    penulis.

    Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenamya.

    Dibuat di Yogyakarta.

    Pada tanggal :20 Jarruari2}2}

    iv

    Yang menyatakan

    Agung Siswanta

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ':r"f:i1.ii1:ir:al- -l

    i

    //

    /I

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

    Saya menyatakan dengan sesungguhnya batrwa tesis yang saya tulis ini

    tidak memu atkaryaatau bagian karya orang lain. Kecuali yang telah saya sebutkan

    dalam kutipan dan daftar pustaka, dengan mengikuti ketentuan sebagaimana

    layaknya karya ilmiah. Apabila di kemudian hari ditemukan indikaqi plagiarisme,\\

    saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundhng-undangan

    yang berlaku.

    Yogyakarta, 20 I anuari 2020

    I lenulis

    -i_-oAgung Siswanta

    v

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vi

    HALAMAN MOTO

    “Berdoalah seolah-oleh semuanya bergantung pada Allah.

    Bekerjalah seolah-olah segalanya bergantung kepadamu.”

    St. Agustinus

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vii

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    Saya persembahkan tesis ini untuk kemajuan pengajaran BIPA di tanah air.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • viii

    ABSTRAK

    Siswanta, Agung. 2020. Pengembangan Buku Ajar Keterampilan Bahasa

    Indonesia Bagi Penutur Asing Terpadu Berbasis Autentisitas Untuk Tingkat

    Lanjut. Tesis. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

    Program Magister. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

    Sanata Dharma.

    Beragamnya tujuan belajar bahasa Indonesia bagi penutur asing tidak

    seiring dengan penyediaan bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

    Untuk itu diperlukan pengembangan bahan ajar. Penelitian ini bertujuan

    mengembangkan buku ajar keterampilan berbahasa secara terpadu berdasarkan

    autentisitas untuk kelas lanjut. Permasalahan yang hendak dikaji dalam penelitian

    ini adalah (1) memaparkan wujud kebutuhan-kebutuhan untuk mengembangkan

    buku ajar keterampilan BIPA terpadu berdasarkan autentisitas untuk tingkat lanjut,

    (2) mengembangkan buku ajar keterampilan BIPA terpadu berdasarkan autentisitas

    untuk tingkat lanjut, (3) mendeskripsikan penilaian ahli, pengajar BIPA dan

    pemelajar BIPA.

    Penelitian ini menggunakan metode penenelitian dan pengembangan (R &

    D) yang dilakukan dalam 6 tahapan, yaitu (1) analisis kebutuhan, (2) perancangan

    produk, (3) validasi produk, (4) revisi produk, (5) uji coba produk, (6) revisi akhir.

    Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi,

    wawancara, dan angket untuk memeroleh data kebutuhan pengembangan bahan

    ajar dan penilaian terhadap prototipe bahan ajar. Sumber data terdiri atas pengajar

    dan pengembang bahan ajar BIPA, pemelajar BIPA, dan dosen ahli. Analisis data

    dalam penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif yang terdiri atas pemaparan

    data dan simpulan data.

    Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama dari hasil analisis

    kebutuhan didapatlah komponen-komponen untuk mengembangkan bahan ajar.

    Pada tahap ini dibuatlah rancangan isi buku ajar yang terdiri (1) rumusan

    kompetensi inti, (2) rumusan kompetensi dasar, (3) rumusan indikator capaian pada

    setiap keterampilan berbahasa, (4) topik pelajaran, (5) jenis teks membaca maupun

    mendengarkan (teks visual dan audiovisual), (6) kegiatan atau latihan keterampilan

    berbahasa, (7) sumber bahan ajar, (8) unsur kebahasaan, (9) alokasi waktu, (10)

    catatan budaya. Kedua, berdasar penilaian terhadap produk dikatakan bahwa (1)

    aspek kelayakan isi mendapat nilai 3.81 yang berada pada kategori sangat baik. (2)

    aspek kelayakan penyajian buku mendapat penilaian 3.80 yang berada pada

    kategori sangat baik, (3) aspek kebahasaan mendapat nilai 3.78 yang berada pada

    kategori sangat baik, (4) sspek kegrafikan mendapat nilai 3.63 yang berada pada

    kategori sangat baik.

    Kata Kunci: buku ajar BIPA, terpadu, autentik

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ix

    ABSTRACT

    Siswanta, Agung. 2020. Developing Integrated Indonesian as A Foreign Language

    Skill Textbook Based on Authenticity for the Advanced Level. A Graduate

    Thesis. Yogyakarta: The Master of The Indonesian Language Education

    Study Program, Faculty of Teacher’s Training and Education, Sanata Dharma

    University.

    The diversity of Indonesian language learning objectives for foreign

    speakers does not coincide with the provision of teaching materials that fit their

    needs. Therefore, it requires the development of teaching materials. This study aims

    to develop textbooks on language skills in an integrated manner based on

    authenticity for advanced classes. The study objectives were elaborated and

    specialized as follows (1) describing the learning needs to develop integrated BIPA

    skills textbooks based on authenticity for advanced levels, (2) developing integrated

    BIPA skill textbooks based on authenticity for advanced levels, and (3) describing

    experts judgment, BIPA teacher and BIPA student.

    This research used research and development (R&D) methods which were

    carried out in 6 stages, namely (1) needs analysis, (2) product design, (3) product

    validation, (4) product revision, (5) product trials, and (6) final revision. This study

    used data collection techniques in the form of observation, interviews, and

    questionnaires. Those techniques are used to obtain data on the teaching material

    development and the assessment of the teaching materials prototype. The data

    sources are BIPA instructors along with BIPA learning materials developers, BIPA

    learners, and expert lecturers. The Analysis of the data in this study used descriptive

    qualitative data which consisted of data exposure and conclusions.

    The results of this study are as follows. First, from the conclusion of the

    needs analysis, the components for developing teaching materials are obtained. At

    this stage a textbook content draft is made, which consists of (1) formulation of core

    competencies, (2) formulation of basic competencies, (3) formulation of

    achievement indicators on each language skill, (4) subject matter, (5) types of

    reading and listening texts ( visual and audiovisual texts), (6) language skills

    activities or exercises, (7) teaching material resources, (8) linguistic elements, (9)

    time allocation, and (10) cultural notes. Second, based on the assessment of the

    product it is said that (1) the aspect of content worthiness gets a score of 3.81 which

    is in the very good category. (2) the feasibility aspect of the presentation of the book

    gets a rating of 3.80 which is in the very good category, (3) the language aspect gets

    a value of 3.78 which is in the very good category, (4) the aspect of graphics gets a

    value of 3.63 which is in the very good category.

    Keywords: BIPA textbooks, integrated, authentic

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • x

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

    selalu memberikan rahmat dan kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan

    tesis yang berjudul Pengembangan Buku Ajar Keterampilan Bahasa Indonesia

    Bagi Penutur Asing Terpadu Berbasis Autentisitas Untuk Tingkat Lanjut. Tesis ini

    disusun sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Magister Pendidikan Bahasa

    Indonesia, pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata

    Dharma.

    Penelitian ini diangkat sebagai upaya untuk memperkaya kajian tentang

    pengembangan bahan ajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) di tingkat

    lanjut. Manfaat penelitian pengembangan ini adalah untuk meningkatkan

    kemampuan berbahasa Indonesia penutur asing tingkat lanjut. Peneliti menyadari

    bahwa tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, penulisan tesis ini tidak akan

    terwujud. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati, ucapan terima kasih yang tulus

    peneliti ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu memberikan

    bimbingan, nasihat, masukan, motivasi, dorongan, dukungan, doa dan kerja sama

    yang sungguh sangat berarti bagi penulis. Atas kerja yang luar biasa ini, penulis

    hendak menyampaikan terima kasih kepada:

    1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

    Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

    2. Dr. R. Kunjana Rahardi, M. Hum., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

    Bahasa dan Sastra Indonesia Program Magister yang telah memberikan

    motivasi dan kesempatan untuk menyelesaikan tesis ini.

    3. Dr. B. Widharyanto, M.Pd., dan Drs. Pius Nurwidasa P., M.Ed., Ed.D., selaku

    dosen pembimbing yang telah memberikan banyak waktu, pikiran, kesabaran,

    ilmu, dan bimbingan untuk menyelesaikan tesis ini.

    4. FX Mukarto, Ph. D, dosen Kajian Bahasa Inggris, Program Pasca Sarjana,

    Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan berbagai masukan dan

    validasi terhadap instrumen penelitian sehingga penelitian ini bisa terlaksana.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xi

    5. Dr. Ari Kusmiyatun, M.Hum., dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

    Univeritas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan berbagai masukan dan

    validasi terhadap instrumen penelitian sehingga penelitian ini bisa terlaksana.

    6. Agus Soehardjono, S.S., M.M. Direktur Wisma Bahasa Yogyakarta beserta

    staff yang telah memberikan waktu dan kesempatan hingga saya dapat

    menyelesaikan tesis ini.

    7. Para pengajar BIPA di Wisma Bahasa, di prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra

    Indonesia Univeritas Negeri Yogyakarta, di Pendidikan Bahasa dan Sastra

    Indonesia di Universitas Ahmad Dahlan, pengajar BIPA di Lembaga Bahasa

    Universitas Sanata Dharma yang telah membantu memberikan data penelitian

    dari awal hingga penilaian buku ajar ini.

    8. Yovita, isteri tercinta yang dengan kesabarannya telah merelakan waktunya

    untuk menemani menyelesaikan penelitian ini.

    9. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

    memberikan dorongan, bantuan, serta sumbang saran di dalam menyelesaikan

    tesis ini.

    Yogyakarta, 28 Januari 2020

    Penulis

    Agung Siswanta

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ...............................................................................

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................

    HALAMAN PENGESAHAN..................................................................

    LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

    UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS................................................

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................

    HALAMAN MOTO ................................................................................

    HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................

    ABSTRAK ...............................................................................................

    ABSTRACT ..............................................................................................

    KATA PENGANTAR ............................................................................

    DAFTAR ISI ...........................................................................................

    DAFTAR TABEL ...................................................................................

    BAB I PENDAHULUAN .......................................................................

    1.1. Latar Belakang Masalah ...............................................................

    1.2. Rumusan Masalah ........................................................................

    1.3. Tujuan Penelitian ..........................................................................

    1.4. Spesifikasi Produk ........................................................................

    1.5. Manfaat Hasil Penelitian ..............................................................

    BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................

    2.1. Cakupan Bahan Ajar dan Latihan dalam Pembelajaran BIPA …

    2.2. Pengajaran Bahasa Komunikatif ...................................................

    2.3. Autentisitas dalam Pembelajaran BIPA .......................................

    2.3.1 Bahan Ajar Autentik .....................................................................

    2.3.2 Tugas dan Kegiatan Autentik dalam Pembelajaran BIPA ............

    2.4. Bahan Ajar dan Pengembangan Bahan Ajar BIPA .......................

    i

    ii

    iii

    iv

    v

    vi

    vii

    viii

    ix

    x

    xii

    xv

    1

    1

    5

    5

    6

    8

    9

    9

    14

    18

    20

    21

    25

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiii

    2.4.1 Hakikat dan Karakteristik Bahan Ajar ..........................................

    2.4.2 Model Pengembangan Bahan Ajar Terpadu .................................

    2.5. Kelayakan Bahan Ajar ..................................................................

    2.6. Kerangka Berpikir .........................................................................

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................

    3.1. Jenis dan Model Pengembangan ..................................................

    3.2. Prosedur Pengembangan ...............................................................

    3.3. Sumber Data .................................................................................

    3.3.1 Sumber Data dari Analisis Kebutuhan ..........................................

    3.3.2 Sumber Data Validasi Prototipe Produk Bahan Ajar .....................

    3.4. Teknik dan Instumen Pengumpulan Data ......................................

    3.4.1 Instrumen Pengumpulan data Analisis Kebutuhan ........................

    3.4.2 Instrumen Penilaian Silabus dan Prototipe Buku Ajar ..................

    3.5. Jenis Data .......................................................................................

    3.6. Teknik Analisis Data .....................................................................

    3.6.1 Analisis Data Kebutuhan ...............................................................

    3.6.2 Teknik Analisis Data Penilaian Produk dan Uji Coba ...................

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................

    4.1. Deskripsi Langkah-langkah Pelaksanaan Penelitian .....................

    4.1.1 Analisis Kebutuhan .......................................................................

    4.1.2 Perancangan Produk Buku Ajar ....................................................

    4.1.3 Validasi Produk .............................................................................

    4.1.4 Revisi Produk ................................................................................

    4.1.5 Uji Coba Produk ............................................................................

    4.1.6 Revisi Akhir Produk .....................................................................

    4.2. Deskripsi Data ...............................................................................

    4.2.1 Deskripsi Data Analisis Kebutuhan ...............................................

    4.2.1.1 Deskripsi Data Analisis Kebutuhan Angket Pemelajar BIPA .....

    25

    29

    31

    32

    34

    34

    36

    40

    41

    45

    48

    51

    58

    69

    70

    70

    72

    75

    75

    75

    77

    80

    81

    82

    82

    83

    83

    85

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiv

    4.2.1.2 Deskripsi Data Analisis Kebutuhan Wawancara Pengajar dan

    Pengembang Bahan Ajar BIPA ....................................................

    4.2.1.3 Deskripsi Data Analisis Kebutuhan Dokumen dan Buku Ajar

    BIPA .............................................................................................

    4.2.1.4 Deskripsi Data Analisis Kebutuhan Pedoman Observasi Kelas..

    4.2.2 Deskripsi Data Validasi Silabus Rancangan Bahan Ajar ............

    4.2.3 Deskripsi Data Validasi Produk dan Revisi Produk ....................

    4.2.4 Deskripsi Data Uji Coba dan Revisi Produk ...............................

    4.3 Hasil Analisis Data ......................................................................

    4.3.1 Hasil Analisis Data Kebutuhan ....................................................

    4.3.1.1 Hasil Analisis Data Kebutuhan oleh Pemelajar BIPA .................

    4.3.1.2 Hasil Analisis Data Kebutuhan oleh Pengajar dan Pengembang

    Bahan Ajar BIPA .........................................................................

    4.3.1.3 Data Analisis Dokumen BIPA ......................................................

    4.3.1.4 Hasil Analisis Data Pengamatan Kelas ........................................

    4.3.2 Hasil Analisis Data Validasi Silabus ............................................

    4.3.3 Hasil Analisis Data Validasi Produk oleh Pengajar BIPA dan

    Revisi Produk. .............................................................................

    4.3.4 Hasil Analisis Data Uji Coba oleh Pemelajar dan Revisi Akhir..

    4.4. Pembahasan Produk ......................................................................

    4.4.1 Komponen Aspek Isi Produk Buku Ajar .....................................

    4.4.2. Komponen Aspek Penyajian Buku Ajar ......................................

    4.4.3 Komponen Aspek Kelayakan Bahasa ..........................................

    4.4.4 Komponen aspek Kelayakan Kegrafikan .....................................

    BAB V PENUTUP ...................................................................................

    5.1 Simpulan .......................................................................................

    5.2 Saran .............................................................................................

    DAFTAR PUSTAKA...............................................................................

    LAMPIRAN .............................................................................................

    86

    86

    87

    87

    92

    100

    103

    103

    103

    116

    120

    134

    135

    140

    154

    159

    159

    166

    169

    170

    173

    173

    176

    178

    182

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1. Tipe Keaslian Materi ...........................................................

    Tabel 2.2. Tugas Pembelajaran (Nunan) ...............................................

    Tabel 2.3. Tingkat Autentisitas Tugas Pembelajaran ...........................

    Tabel 2.4. Kerangka Berpikir ................................................................

    Tabel 3.1 Model penelitian pengembangan Sugiyo ..............................

    Tabel 3.2 Prosedur Pengembangan ......................................................

    Tabel 3.3 Daftar Lembaga BIPA di Yogyakarta ..................................

    Tabel 3.4. Daftar Responden Sebagai Sumber Data .............................

    Tabel 3.5. Sumber Data Analisis Kebutuhan dari Pengajar dan

    Pengembang Bahan Ajar BIPA ...............................................

    Tabel 3.6 Daftar Sumber Data Penilian Silabus Buku Ajar oleh

    Pengajar BIPA ...........................................................................

    Tabel 3.7 Daftar Sumber Data Penilaian Produk Buku Ajar..................

    Tabel 3.8 Daftar Sumber Data Uji Coba Produk .................................

    Tabel 3.9 Kisi-kisi Umum Instrumen Penelitian ..................................

    Tabel 3.10 Daftar Instrumen Pengunpulan Data ....................................

    Tabel 3.11 Kisi-kisi Angket Analisis Kebutuhan Buku Ajar BIPA

    untuk Pemelajar BIPA ...............................................................

    Tabel 3.12 Kisi-kisi Wawancara Analisis Kebutuhan Buku Ajar BIPA

    untuk Pengajar BIPA .................................................................

    Tabel 3.13 Kisi-kisi Wawancara Analisis Kebutuhan Buku Ajar BIPA

    untuk Pengembang Bahan Ajar BIPA ......................................

    Tabel 3.14 Kisi-Kisi Instrumen Analisis Kebutuhan Dokumen .............

    Tabel 3.15 Kisi-kisi Observasi Kelas Pembelajaran BIPA ....................

    Tabel 3.16 Instrumen Angket Penilaian Silabus ...................................

    Tabel 3.17 Kuesioner Penilaian Prototipe Buku Ajar oleh Pengajar

    BIPA ...........................................................................................

    Tabel 3.18. Kuesioner Penilaian Produk Uji Coba oleh Pemelejar

    BIPA …………………………………………………………..

    21

    22

    25

    33

    36

    40

    40

    42

    43

    45

    46

    48

    50

    51

    52

    53

    54

    56

    57

    58

    61

    67

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvi

    Tabel 3.19 Hasil Penghitungan Interval Skor untuk Penilian

    Rancangan Silabus dan Produk Buku Ajar ................................

    Tabel 3.20 Deskripsi Penilaian Kelayakan ............................................

    Tabel 4.1 Pemerolehan Data Analisis Kebutuhan .................................

    Tabel 4.2 Hasil Penghitungan Interval Skor untuk Penilian

    Rancangan Silabus .....................................................................

    Tabel 4.3 Daftar Responden yang Memberikan Penilian Silabus Buku

    Ajar ...........................................................................................

    Tabel 4.4 Hasil Penghitungan Interval Skor untuk Penilian Produk

    Buku Ajar ...................................................................................

    Tabel 4.5 Data Hasil Validasi Penilaian Silabus Oleh Dosen dan

    Pengajar BIPA ............................................................................

    Tabel 4.6 Hasil Penghitungan Interval Skor untuk Penilian Produk

    Buku Ajar ..................................................................................

    Tabel 4.7 Data Hasil Validasi Penilaian Produk Oleh Pemelajar BIPA

    Tabel 4.8 Tampilan Data Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan oleh

    Pemelajar BIPA ..........................................................................

    Tabel 4.9 Penyajian data Analisis Dokumen BIPA ...............................

    Tabel 4.10 Penyajian Penilaian Silabus oleh Ahli dan Pengajar BIPA .

    Tabel 4.11 Penilaian Pengajar Terhadap Silabus Buku Ajar .................

    Tabel 4.12 Rekap Penilaian Produk Oleh Ahli dan Pengajar BIPA ......

    Diagram 4.13 Rekapitulasi Penilaian Kualitas Buku Ajar Keterampilan

    BIPA Terpadu Berbasis Autentisitas Untuk Tingkat Lanjut oleh

    Ahli dan Pengajar BIPA .............................................................

    Diagram 4.14 Rekapitulasi Penilaian Kualitas Produk Buku Ajar dari

    Aspek Kelayakan Isi, Kelayakan Penyajian, Kelayakan

    Bahasa, Kelayakan Grafik oleh Pengajar ..................................

    Tabel 4.15 Rekap Penilaian Produk Buku Ajar oleh Pemelajar BIPA...

    Diagram 4.16 Rekapitulasi Penilaian Kualitas Buku Ajar

    Keterampilan BIPA Terpadu Berbasis Autentisitas Untuk

    Tingkat Lanjut oleh Ahli dan Pemelajar BIPA ......................

    73

    74

    83

    88

    89

    93

    93

    101

    101

    104

    123

    135

    139

    140

    150

    151

    155

    156

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvii

    Tabel 4.17 Komponen Isi Buku Ajar Keterampilan BIPA Terpadu

    Berbasis Autentisitas Untuk Tingkat Lanjut................................

    Tabel 4.18 Tabel Aspek Penyajian Buku Ajar .......................................

    Tabel 4.19 Tabel Aspek Kelayakan Bahasa ..........................................

    Tabel 4.20 Tabel Aspek Kelayakan Kegrafikan.....................................

    160

    166

    169

    170

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Masalah

    Perkembangan pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) di

    tanah air dewasa ini cukup menggembirakan. Bahasa Indonesia tidak hanya

    dipelajari oleh orang asing yang tinggal di Indonesia tetapi juga dipelajari oleh

    orang asing di negara mereka. Saat ini Badan Bahasa telah mencatat bahwa

    terdapat tidak kurang dari 45 lembaga penyelenggara BIPA di tanah air

    (Arumdyahsari, 2016). Sementara itu, terdapat 219 lembaga di 74 negara yang

    menyelenggarakan pengajaran BIPA di universitas atau lembaga pendidikan di

    luar negeri (Muliasuti, 2017). Jumlah ini cukup menggembirakan karena hal ini

    menggambarkan bahwa bahasa Indonesia dipelajari oleh berbagai kalangan tidak

    untuk kepentingan akademis saja namun juga untuk kepentingan praktis yakni

    untuk mampu berbahasa Indonesia sesuai dengan tujuan belajar.

    Dalam pengajaran BIPA, tujuan belajar bahasa Indonesia secara umum

    adalah tercapainya kemampuan berkomunikasi secara wajar. Pemelajar bahasa

    Indonesia diharapkan mampu menggunakan bahasa Indonesia dalam berbagai

    ragam baik secara reseptif maupun produktif (Iskandarwassid, 2008). Pembelajar

    dituntut untuk mampu dalam keterampilan mendengarkan dan berbicara secara

    reseptif dan kemampuan berbicara dan menulis secara produktif. Tujuan

    pemelajar asing belajar BIPA juga adalah untuk memperlancar berbahasa

    Indonesia dan mengenal budaya Indonesia dari dekat. Kelancaran berbahasa

    Indonesia tersebut diperlukan oleh mereka karena (a) mereka mengambil program

    tentang Indonesia di universitasnya, (b) mereka akan melakukan penelitian di

    Indonesia, (c) mereka akan bekerja di Indonesia, (d) mereka akan meneliti

    masalah bahasa Indonesia, dan (e) mereka akan tinggal di Indonesia (Suyitno,

    2017:40). Tujuan belajar bahasa Indonesia bagi orang asing juga disampaikan

    oleh Hoed (1995) yang menyatakan bahwa program BIPA bertujuan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2

    untuk (1) mengikuti kuliah di perguruan tinggi Indonesia, (2) membaca buku dan

    surat kabar guna keperluan penelitian, dan (3) berkomunikasi secara lisan dalam

    kehidupan sehari-hari di Indonesia. Ini sejalan dengan pendapat Mackey dan

    Mountford yang menjelaskan bahwa ada tiga kebutuhan yang mendorong

    seseorang belajar bahasa, yakni (1) kebutuhan akan pekerjaan, (2) kebutuhan

    program latihan kejuruan, dan (3) kebutuhan untuk belajar (Sofyan, 1983). Dari

    gambaran tentang tujuan belajar tersebut berimplikasi pada penyiapan materi atau

    bahan belajar yang sesuai dengan permasalahan tersebut.

    Berdasarkan tujuan seperti di atas, pembelajaran BIPA menuntut terwujudnya

    pengembangan kompetensi berbahasa. Mengembangkan kompetensi berbahasa

    pada hakikatnya mengembangkan kemampuan berkomunikasi. Belajar berbahasa

    adalah belajar berkomunikasi (lihat Finochiaro and Brumfit, 1983). Untuk itu,

    pembelajaran bahasa Indonesia hendaknya diarahkan bagi peningkatan

    kemampuan pembelajar dalam berkomunikasi. Atas dasar pemahaman tersebut di

    atas, dalam pengajaran bahasa khususnya pengajaran BIPA, pengajar sudah

    semestinya tidak hanya mengutamakan materi yang berkenaan dengan aspek-

    aspek kebahasaan semata namun juga memberikan berbagai aspek yang melatari

    penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi. Pengajaran yang menekankan pada

    pemahaman aspek bahasa saja akan membuat siswa mampu berbahasa tanpa

    memahami latar atau konteks komunikasi. Siswa tidak mampu memahami

    konteks yang nyata penggunaan bahasa dalam berinteraksi. Pembelajaran yang

    demikian tidak bisa dikatakan sebagai pembelajaran yang berhasil terutama jika

    dikaitkan dengan pembelajaran bahasa yang komunikatif di mana aspek

    komunikasi yang nyata sebagai aspek yang penting dalam belajar bahasa.

    Pembelajaran bahasa Indonesia yang baik adalah memungkinkan siswa mampu

    berkomunikasi secara baik sesuai dengan konteksnya (Suyitno, 2017:73). Untuk

    mampu berkomunikasi dengan baik, maka siswa perlu memiliki kompetensi

    komunikatif.

    Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa adanya tujuan belajar

    yang berbeda dan kebutuhan berkomunikasi berpengaruh pada aspek lainnya,

    terutama aspek materi atau bahan. Hal tersebut sesuai dengan apa yang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3

    disampaikan oleh Kusmiyatun bahwa tujuan belajar yang berbeda dan kebutuhan

    berkomunikasi berpengaruh pada aspek penyediaan materi atau bahan.

    (Kusmiyatun, 2017). Pemilihan bahan ajar yang tepat sesuai dengan tujuan

    pengajaran komunikasi bahasa atau pendekatan komunikatif adalah hal yang perlu

    diwujudkan. Bahan ajar adalah komponen yang penting yang harus disiapkan

    dalam pembelajaran BIPA. Bahan ajar penting karena materi tersusun yang akan

    diajarkan ada dalam bahan ajar. Tanpa bahan ajar, sulit untuk mengajarkan materi

    pembelajaran BIPA dengan rapi dan sistematis. Bahan ajar merupakan bentuk

    totalitas menjadi seorang pengajar BIPA (Arumdyahsari dan Widodo, 2016).

    Dalam hal ini guru atau pengajar BIPA dituntut untuk mampu tidak hanya

    mengajarkan tapi juga menyusun bahan ajar yang tepat dan sesuai dengan, tujuan,

    minat, budaya, dan juga dapat menyesuaikan dengan tingkat kemahiran

    berbahasa pembelajar asing.

    Penyediaan bahan ajar merupakan isu penting dalam pengajaran BIPA di

    tanah air. Isu bahan ajar selalu mengemuka dalam setiap pertemuan-pertemuan

    pengajaran BIPA sejak Konfrensi Internasional Pengajaran BIPA I (KIPBIPA) di

    Solo tahun 1993 (Suprihatin, 2015). Dalam akun Badan Bahasa, berdasarkan

    Rekomendasi Rapat Koordinasi Lembaga Penyelenggara Program Bahasa

    Indonesia bagi Penutur Asing pada tahun 2013 disebutkan pula perlunya

    standardisasi materi ajar BIPA1. Dalam rangka pengenalan bahasa Indonesia di

    kancah internasional diperlukan bahan ajar yang standar. Bahan ajar menjadi isu

    sentral dalam penyelenggaraan pengajaran BIPA karena belum ada buku yang

    dianggap standar. Meskipun sebenarnya para lembaga penyelenggara BIPA telah

    memiliki bahan ajar sendiri yang dikembangkan secara mandiri. Penelitian-

    penelitian pengembangan bahan ajar pun banyak dilakukan oleh para pegiat dan

    praktisi pengajaran BIPA.

    Dalam penelitian pengembangan bahan ajar terdapat beberapa penelitian

    bahan ajar kelas menengah. Penelitian tersebut adalah (1) Pengembangan Bahan

    Ajar BIPA berdasarkan Hasil Analisis Kebutuhan Belajar karya Suyitno (2007),

    1 http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/bipa/v2/

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/bipa/v2/

  • 4

    (2) Pengembangan Bahan Ajar BIPA Berdasarkan Kesalahan Bahasa Indonesia

    Pembelajar Asing karya Susanto (2007), (3) Bahan Ajar Tingkat Pemula untuk

    Pebelajar Jepang karya Susanto (2008), (4) Pengembangan Bahan Ajar

    Membaca untuk Pembelajar BIPA Tingkat Dasar karya Kusumawardhani (2008),

    (5) Pengembangan Bahan Ajar Berbicara Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing

    (BIPA) Tingkah Menengah: Studi Deskriptif Eksploratif pada Program BIPA

    Turki Tahun 2007 di Balai Bahasa Universitas Pendidikan Indonesia karya Basari

    (2008) , dan (6) Bahan Ajar Menulis untuk Pembelajar Bahasa Indonesia bagi

    Penutur Asing Tingkat Menengah karya Fariqoh (2013). (dalam Arumdyahsari

    dan Widodo. 2016). (7) Pengembangan Model Integratif Bahan Ajar Bahasa

    Indoensia Ranah Sosial Budaya Berbasis ICT Bagi Penutur Asing tingkat

    Menengah, karya Muhammad Badrus Siroj (2015).

    Selain penelitian pengembangan bahan ajar kelas menengah, juga ada

    beberapa penelitian pengembangan bahan ajar BIPA kelas dasar atau awal: (1)

    Pengembangan Bahan Ajar BIPA Bermuatan Budaya Jawa Kelas Pemula, karya

    Andika Eko Prasetiyo (2015), (2) Pengembangan Bahan Ajar Membaca untuk

    Pembelajaran Bahasa Indonesia Penutur Asing Tingkat Dasar, karya Riqoh

    Fariqoh (2014). Sedangkan, pengembangan bahan ajar BIPA berdasarkan

    autentisitas terdapat dalam Pengembangan Bahan Ajar BIPA Melalui Materi

    Otentik yang Bermuatan Budaya Indonesia oleh Anneke Heritaningsih Tupan

    (2007).

    Studi dokumen bahan ajar BIPA perlu dilakukan oleh peneliti agar tidak

    terjadi tumpang tindah dengan bahan ajar yang hendak dikembangkan. Dari hasil

    studi dokumen dengan melihat beberapa penelitian dan pengembangan, peneliti

    belum menemukan penelitian dan pengembangan bahan ajar untuk tingkat lanjut.

    Berdasarkan permasalahan tersebut, diperlukan bahan ajar BIPA untuk tingkat

    lanjut yang sesuai dengan tujuan belajar terutama tujuan belajar komunikatif,

    sesuai dengan tingkat kesulitan, dan terintegrasi. Penyediaan bahan ajar yang

    sesuai dengan kebutuhan pembelajar di tingkat lanjut yang menyajikan materi

    secara terintegrasi dan juga berdasarkan autentisitas belumlah banyak dilakukan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5

    Penelitian ini bertujuan mengembangkan bahan ajar keterampilan BIPA

    yang terpadu berdasarkan autentisitas untuk pembelajaran tingkat lanjut. Dari

    penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan buku ajar bahasa Indonesia bagi

    penutur asing yang meliputi empat keterampilan berbahasa yang berdasarkan

    pendekatan komunikatif dengan bahan-bahan, tugas atau latihan yang autentik

    yang layak dari segi isi, penyajian, bahasa, dan tampilannya.

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini akan mengembangkan

    buku ajar keterampilan BIPA yang terpadu berdasarkan autentisitas untuk

    pemelajar kelas lanjut. Rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut.

    1. Bagaimanakah wujud kebutuhan-kebutuhan untuk mengembangkan buku ajar

    keterampilan BIPA terpadu berdasarkan autentisitas untuk tingkat lanjut?

    2. Bagaimanakah pengembangan buku ajar keterampilan BIPA terpadu

    berdasarkan autentisitas untuk tingkat lanjut?

    3. Bagaimanakah penilaian ahli, pengajar BIPA dan pemelajar BIPA terhadap

    buku ajar keterampilan BIPA terpadu berdasarkan autentisitas untuk tingkat

    lanjut?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Berdasarkan permasalahan yang diajukan di atas, penelitian ini bertujuan sebagai

    berikut.

    1. Memaparkan wujud kebutuhan-kebutuhan untuk mengembangkan buku ajar

    keterampilan BIPA terpadu berdasarkan autentisitas untuk tingkat lanjut.

    2. Mengembangkan buku ajar keterampilan BIPA terpadu berdasarkan

    autentisitas untuk tingkat lanjut.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 6

    3. Mendeskripsikan penilaian ahli, pengajar BIPA dan pemelajar BIPA terhadap

    buku ajar keterampilan BIPA terpadu berdasarkan autentisitas untuk tingkat

    lanjut.

    1.4 Spesifikasi Produk

    Penelitian ini akan menghasilkan bahan ajar yang berupa buku BIPA

    tingkat lanjut yang terintegrasi berdasarkan autentisitas penyajian bahan dan tugas

    atau kegiatan. Nama bahan ajar ini adalah Mahir Berbahasa Indonesia. Buku

    Mahir Berbahasa Indonesia ini ditujukan bagi pengembangan kemampuan

    pembelajar BIPA pada tingkat lanjut. Tingkat lanjut dalam pengertian ini adalah

    kemampuan berbahasa yang merujuk pada pemeringkatan CEFR (Common

    European Framework of Reference) tingkat C1 dan C2. CEFR adalah pedoman

    yang digunakan untuk menggambarkan prestasi siswa bahasa asing di seluruh

    Eropa. CEFR adalah kerangka umum acuan bahasa yang meliputi masalah belajar,

    mengajar, dan penilian bahasa (Muliastuti. 2017). Secara umum, kerangka CEFR

    sebagai berikut.

    A. Pembicara Dasar

    A1. Pemula 1

    A2. Pemula 2

    B. Pembicara Mandiri

    B1. Madya 1

    B2. Madya 2

    C. Pembicara Lanjut

    C1. Lanjut 1

    C2. Lanjut 2

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 7

    Buku Mahir Berbahasa Indonesia ini diperuntukkan bagi pemelajar di tingkat

    lanjut (C1 dan C2)

    Buku Mahir Berbahasa Indonesia Tingkat Lanjut ini terdiri atas 10 unit

    untuk pembelajaran selama 60 jam. Setiap unit mengandung sebuah topik yang

    didasarkan pada hasil analisis kebutuhan. Setiap unit dapat diselesaikan dalam 3

    kali jam tatap muka masing-masing sekitar 90 menit. Dalam setiap unit terdapat 4

    keterampilan berbahasa yang diintegrasikan dengan bahan-bahan autentik yang

    diambil dari berbagai sumber seperti majalah, koran, sumber dari internet, TV dan

    radio, juga diintegrasikan dengan latihan-latihan atau tugas yang dikerjakan di

    kelas dan di luar kelas dengan berinteraksi langsung dengan penutur asli bahasa

    Indonesia. Buku ajar ini juga dilengkapi dengan bahan simakan dalam bentuk

    audiovisual dan dikemas dalam VCD.

    Buku Mahir Berbahasa Indonesia Tingkat Lanjut ini menyajikan

    keterampilan berbahasa secara berurutan dari membaca, mendengarkan, berbicara,

    menulis, tata bahasa lalu materi catatan budaya. Bahan untuk keterampilan

    membaca dan menyimak adalah teks autentik dari jenis teks eksposisi,

    argumentasi, deskripsi, eksplanasi, narasi, anekdot, ceritakan kembali (recount),

    teks prosedur. Bahan untuk berbicara terdiri dari gambar, foto, tabel, diagram.

    Untuk bahan menulis, disajikan beberapa latihan menulis jenis teks yang

    berbeda. Latihan menulis terdiri atas tahapan yang mengadopsi model Pendekatan

    Berbasis Genre (PBG) meskipun tidak semua langkah dilakukan dalam kegiatan

    menulis. Langkah dalam kegiatan menulis sebagai berikut.

    (1) Pengembangan pengetahuan dasar tentang teks yaitu memahami jenis teks,

    struktur teks, kebahasaan yang biasa digunakan dalam teks.

    (2) Kegiatan mengenalkan teks dan memberi contoh teks sebagai model

    (modelling the genre). Dalam bagian ini, disajikan contoh teks dengan struktur

    yang membangun teks. Pemelejar mengenali teks berdasarkan struktur teks dan

    kebahasaan yang membangun teks.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 8

    (3) Kegiatan mandiri yaitu kegiatan mengembangkan ide, mengembangkan

    struktur yang sesuai dengan jenis teks. Dalam kegiatan ini pemelajar berlatih

    menulis teks sesuai dengan jenis teks yang dikembangkannya.

    Untuk catatan budaya, disajikan bahan yang berisi aspek-aspek

    kebudayaan yang sesuai dengan topik dalam pelajaran masing-masing. Agar lebih

    memahami konteks budaya yang ada dalam teks, disajikan kegiatan yang

    memungkinkan pemelajar menghubungkan materi yang ada dalam teks dengan

    konteks yang melatari teks tersebut.

    1. 5 Manfaat Penelitian

    Penelitian pengembangan bahan ajar ini diharapkan dapat

    bermanfaat bagi guru atau instruktur BIPA, pembelajar BIPA terutama pembelajar

    pada tingkat lanjut, lembaga penyelenggara pengajaran BIPA, dan bagi peneliti

    atau pengembang bahan ajar. Bagi guru atau instruktur BIPA hasil penelitian

    berupa bahan ajar ini dapat menjadi buku ajar BIPA yang terintegrasi dan

    berdasarkan auntentisitas yang dapat membantu meningkatkan kualitas

    pengajaran BIPA khususnya di tingkat lanjut. Bagi pembelajar BIPA tingkat

    lanjut, bahan ajar ini dapat membantu meningkatkan kemampuan dan

    keterampilan berbahasa secara integrasi dalam keterampilan membaca,

    mendengarkan, berbicara dan menulis. Bagi lembaga pengajaran BIPA, bahan ajar

    ini dapat menjadi contoh pengembangan bahan ajar untuk tingkat lanjut yang

    terintegrasi dan berdasarkan autentitisitas. Bagi peneliti, hasil penelitian ini

    diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam mengembangkan

    bahan ajar yang dapat dijadikan objek penelitian yang lebih luas.

    .

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 9

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    Dalam bab ini peneliti akan membahas kajian pustaka yang mendukung

    pengembangan produk penelitian ini. Pokok-pokok yang akan dibahas dalam

    penelitian ini adalah sebagai berikut.

    2.1 Cakupan Bahan Ajar dan Latihan dalam Pembelajaran BIPA

    Dalam pengajaran bahasa Indonesia bagi orang asing atau BIPA,

    pemilihan dan penggunaan bahan adalah persoalan yang tidak mudah.

    Kebanyakan guru atau pengajar BIPA masih mengalami kesulitan menyiapkan

    bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik pengajaran BIPA. Dalam penelitian

    berjudul Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing

    (BIPA) berdasarkan Hasil Analisis Kebutuhan Belajar, Imam Suyitno (2007)

    menyampaikan cakupan bahan ajar BIPA sebagai berikut.

    1) Untuk tingkat menengah diberikan materi kebabahasaan, antara lain

    ungkapan dalam bahasa Indonesia, kalimat kompleks, kalimat aktif, kalimat

    pasif, kalimat negatif, kalimat transitif dan intransitif, preposisi, kalimat

    tanya, dan afiksasi.

    2) Untuk tingkat lanjut, penekanannya lebih pada pemahaman secara analitis

    terhadap materi bahasa. Kepada pemelajar, selain materi-materi tersebut,

    diberikan juga materi-materi analisis, yakni menganalisis kalimat salah dan

    membenarkannya serta mengubah pola kalimat tanpa mengubah maknanya.

    3) Selain itu, disampaikan juga materi keterampilan berbahasa. Materi

    menyimak dan wicara dikembangkan dengan menggunakan materi dialog,

    mulai dari dialog yang sangat sederhana (misalnya: salam) sampai dengan

    dialog yang sangat kompleks dan formal (misalnya: seminar). Materi dialog

    ini dalam praktik pembelajarannya sekaligus dimanfaatkan untuk

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 10

    materi pembelajaran menyimak. Dengan demikian materi pembelajaran

    menyimak dan wicara dikemas dalam satu wujud materi.

    4) Pembelajaran menyimak juga memanfaatkan wacana yang ada dalam

    kegiatan berbahasa sehari-hari, misalnya menyimak berita atau percakapan

    yang ada di televisi, radio, maupun percakapan sehari-hari. Materi-materi

    tersebut disajikan kepada pelajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.

    Untuk tingkat pemula, disajikan materi-materi dialog keseharian sederhana

    dalam bahasa Indonesia. Untuk tingkat menengah disajikan materi dialog

    keseharian yang agak kompleks dan dialog-dialog formal yang sederhana.

    Adapun untuk tingkat lanjut diberikan materi dialog yang lebih kompleks,

    baik berkaitan dengan topik keseharian maupun topik formal.

    5) Pengembangan materi membaca dan menulis disesuaikan dengan tingkat

    kemampuan pelajarnya. Materi-materi bacaan sederhana banyak diambil dari

    bacaan yang ada di majalah anak, bacaan yang ada pada buku bahasa

    Indonesia di sekolah dasar. Untuk tingkat lanjut disajikan bacaan bahasa

    Indonesia yang kompleks, atau bacaan yang disusun sendiri oleh pengajar.

    Bacaan untuk tingkat menengah dan tingkat lanjut dapat menggunakan

    bacaan yang ada di surat kabar atau pun majalah. Adapun untuk materi

    menulis dimulai dari menulis kalimat, menulis topik sederhana tentang

    pengalamannya atau apa yang sampai dengan menulis makalah untuk

    diseminarkan dalam seminar di kelasnya.

    Selain cakupan bahan ajar dan latihan atau kegiatan dalam pembelajaran,

    pengembangan bahan ajar juga memperhatikan kelayakan yang harus ada dalam

    buku ajar. Dalam penelitian Pengembangan Bahan Ajar BIPA Tingkat Madya,

    Arumdyahsari, dkk (2016) menyampaikan 4 komponen dalam mengembangkan

    bahan ajar BIPA, sebagai berikut.

    1. Komponen Penyajian. Pada komponen penyajian hal yang dibahas adalah

    urutan penyajian bahan ajar, kesesuaian dengan langkah pembelajaran, dan

    tingkat kesulitan. Penyajian materi pada bahan ajar disesuaikan dengan

    kisi-kisi yang dibuat sebelumnya. Kisi-kisi dikembangkan melalui studi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 11

    dokumen, analisis kebutuhan, dan silabus yang dibuat dari acuan ACTFL.

    Kisi-kisi memuat topik, materi, tujuan, pembelajaran budaya, dan langkah

    pembelajaran.

    2. Komponen kegrafikan. Kegrafikan bahan ajar dianggap penting untuk

    sebuah bahan ajar karena untuk membaca isi, pembaca pasti akan melihat

    terlebih dahulu sampul dan bentuk bahan ajar. Kegrafikan bahan ajar,

    meliputi (1) ukuran buku, (2) tata letak, (3) ukuran dan jenis huruf, (4)

    spasi dan susunan, dan (5) ilustrasi.

    3. Komponen isi. Materi yang dikembangkan pada buku yang dikembangkan

    ini menggunakan acuan rincian materi dari ACTFL. Materi meliputi

    keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Materi tata

    bahasa juga disajikan secara terintegrasi dengan empat keterampilan

    berbahasa. Topik yang disajikan setiap unit adalah topik fungsional.

    Materi-materi pada topik tersebut diharapkan bisa langsung dipraktikkan

    dalam kehidupan sehari-hari pelajar BIPA.

    4. Komponen bahasa. Komponen bahasa didasarkan atas empat hal yaitu (1)

    kemampuan berbahasa pelajar, (2) kaidah bahasa, (3) pilihan kata, dan (4)

    keterbacaan

    Selain cakupan dan kelayakan yang harus ada dalam bahan ajar,

    pengembangan bahan ajar dalam penelitian ini juga memperhatikan bagaimana

    mengintegrasikan berbagai komponen dalam buku ajar. Penelitian berikutnya,

    Pengembangan Model Integratif Bahan Ajar Bahasa Indonesia Ranah Sosial

    Budaya Berbasis ICT bagi Penutur Asing Tingkat Menengah, oleh Muhammad

    Badrus Siroj (2015) menyampaikan bagaimana model pengintegrasian bahan ajar.

    Model integratif bahan ajar bahasa Indonesia yang dibutuhkan oleh penutur

    tingkat menengah harus memenuhi empat aspek. Berikut aspek dalam

    pengintegrasian bahan ajar.

    1) Integrasi bahan ajar. Bahan ajar disusun dengan memasukkan semua aspek

    keterampilan berbahasa kemudian dipadukan dengan bahan yang bisa digunakan

    pada komunikasi sehari-hari seperti percakapan atau dialog di radio dan TV,

    pengumuman di masjid, undangan, iklan di majalah, berita di surat kabar, dan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 12

    sebagainya. Selain itu, bahan ajar BIPA juga harus terintegrasi dengan aspek

    sosial dan budaya masyarakat.

    2) Integrasi keterampilan berbahasa. Model bahan ajar BIPA ini disusun

    berlandaskan pendekatan integratif. Yang dimaksud dengan integratif dalam

    pengembangan model bahan ajar ini adalah keterpaduan penggunaan empat

    keterampilan bahasa yaitu mendengar, membaca, berbicara, dan menulis.

    3) Integrasi pelaksanaan pembelajaran. Dalam pendekatan integratif, pembelajar

    juga dilibatkan dalam aktivitas di kelas dan di luar kelas, baik dalam tugas

    terstruktur maupun dalam bersosialisasi dengan masyarakat di sekitarnya;

    Selain dari jurnal penelitian, ruang lingkup pengajaran BIPA juga

    disampaikan dalam buku. Ruang lingkup pembelajaran BIPA meliputi

    ketatabahasan, apresisasi sastra, dan empat keterampilan berbahasa, membaca,

    mendengarkan, menulis dan berbicara. Secara umum tugas-tugas atau kegiatan

    yang dicapai dalam pembelajaran BIPA terdapat pada tujuan pembelajaran BIPA

    (Iskandarwassid, 2009)

    Pembelajar BIPA mampu :

    1. mengucapkan kata dan kalimat dengan ucapan yang tepat dan intonasi yang

    sesuai dengan maksudnya.

    2. menggunakan ejaan bahasa Indonesia yang baku

    3. menggunakan berbagai bentuk imbuhan dengan maknanya

    4. menggunakan kata dengan maknanya

    5. mendapatkan dan menggunakan sinonim, antonim, dan homonim

    6. memahami bahwa pesan yang sama dapat diungkapkan dalam berbagai

    bentuk dan dapat menggunakannya

    7. memahami bahwa bentuk yang sama dapat mengungkapkan berbagai makna

    8. mengenal dan menikmati puisi, prosa, dan drama Indonesia

    9. menerima pesan dan ungkapan perasaan orang lain dan menanggapinya

    secara lisan dan tertulis.

    10. menggunakan perasaan, pendapat, angan-angan dan pengalaman secara

    lisan dan tertulis sesusai dengan medianya

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 13

    11. berinteraksi dan menjalin hubungan dengan orang lain secara lisan menurut

    keadaan

    12. menikmati keindahan dan menangkap pesan yang disampaikan dalam puisi,

    prosa, drama, dan syair lagu

    Dalam tujuan ini terdapat tugas-tugas yang dilakukan oleh pembelajar berkaitan

    dengan kebahasaan, apresiasi sastra, keterampilan berbahasa menyimak,

    membaca, menulis dan berbicara.

    Penelitian yang dilakukan oleh Lengkanawati (1997) yang berupa strategi

    belajar mandiri untuk meningkatkan kemampuan pembelajaran dalam keempat

    keterampilan berbahasa, dapat dijadikan sebagai acuan kegiatan atau tugas-tugas

    dalam pembelajaran BIPA. Tugas-tugas tersebut adalah sebagai berikut.

    a. Keterampilan menyimak, yaitu:

    - mentranskipsi bahan tugas menyimak untuk meningkatkan pemahamannya

    dalam menyimak dan sekaligus dapat meningkatkan kemampuan dalam

    melafalkan bunyi-bunyi bahasa target sehingga mendekati pelafalan menurut

    asli

    - memperhatikan pengajaran dengan seksama tatkala pengajar mengoreksi

    kesalahan tuturan dirinya atau tuturan pelajaran lainnya.

    - menyimak tuturan penutur asli dengan seksama baik dari media elektronik

    maupun dari tuturan langsung

    - memperhatikan isi maupun bentuk bahasa yang digunakan pengajar di kelas

    Tujuan pembelajaran keterampilan menyimak bagi tingkat lanjut :

    - memahami percakapan

    - memahami berbagai jenis tuturan (pernyataan) yang berbentuk narasi,

    deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.

    b. Keterampilan berbicara

    Untuk tingkat yang paling tinggi yaitu tingkat lanjut, tujuan pembelajaran

    keterampilan berbicara dirumuskan sebagai dapat berupa:

    - menyampaikan informasi

    - berpartisipasi dalam percakapan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 14

    - menjelaskan identitas diri

    - menceritakan kembali hasil simakan atau hasil bacaan

    - berpartisipasi dalam wawancara

    - bermain peran

    - menyampaikan gagasan dalam diskusi, pidato, atau debat.

    c. Keterampilan membaca

    Tugas keterampilan di tingkat menengah dan lanjut dapat berupa:

    - menemukan ide pokok dan ide penunjang

    - menafsirkan isi bacaan

    - membuat intisari bacaan

    - menceritakan kembali berbagai jenis bacaan

    d. Keterampilan Menulis

    Tugas keterampilan di tingkat lanjut dapat berupa:

    - menulis paragraf

    - menulis surat

    - menulis berbagai karangan

    - menulis laporan

    Dari pemaparan beberapa penelitian di atas, cakupan bahan ajar dalam

    pengembangan bahan ajar akan menjadi dasar bagi peneliti untuk merancang

    pengembangan buku ajar.

    2.2 Pengajaran Bahasa Komunikatif

    Tujuan bahasa Indonesia secara umum adalah untuk berkomunikasi.

    Bahasa difungsikan sebagai alat komunikasi. Ini berarti bahwa dalam belajar

    bahasa Indonesia tujuan yang ingin dicapai adalah kemampuan berkomunikasi

    menggunakan bahasa. Pemelajar diharapkan dapat memiliki kemampuan

    komunikatif (communicative competence) (Suyitno, 2017). Dalam hal

    kompetensi komunikatif perlu kita perhatikan apa yang disampaikan oleh Dell

    Hymes seorang pakar sosiolinguistik pada tahun 1967, 1972. Haymes

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15

    menjelaskan kompetensi komunikatif sebagai kemampuan yang memungkinkan

    seseorang berkomunikasi menyampaikan dan menafsirkan pesan dalam

    berinteraksi dengan orang lain dan dalam hubungannnya dengan konteks-konteks

    tertentu (Brown, 2001).

    Pendapat yang sama dengan Haymes disampaikan oleh Terral (1977) yang

    menyatakan bahwa setiap pembelajar bahasa dapat memahami inti yang

    disampaikan oleh penutur asli dalam suatu situasi yang nyata dan dia dapat

    merespon dengan baik sehingga penutur asli dapat menginterpertasikan respon

    tersebut dengan sedikit atau tanpa upaya dan tanpa kesalahan yang

    membingungkan yang dapat mengganggu komunikasi (Pranowo, 2014:161). Dari

    pengertian ini dapat kita lihat bahwa dalam kompetensi komunikatif terdapat

    pengetahuan dan pemahaman pengguna bahasa terhadap kaidah bahasa dan

    konteks situasi pemakaiannnya. Konsep ini dipertegas dengan definisi yang

    disampaikan Keith Johnson and Helen Johnson communicative competence adalah

    pengetahuan yang memampukan seorang menggunakan bahasa secara efektif

    untuk berkomunikasi. Kompetensi komunikatif mengacu tidak hanya pengetahuan

    utuk menggunakan bahasa tetapi juga keterampilan praktis dalam berbahasa

    (Caixia, 2013)

    Pendapat lebih luas mengenai communicative competence disampaikan

    oleh Bachman (dalam Djiwandono, 2008) kemampuan komunikatif adalah

    kemampuan untuk memahami atau mengungkapkan apa yang sudah atau perlu

    diungkapkan dengan menggunakan berbagai usur bahasa yang terdapat di semua

    bahasa, dalam memahami ungkapan-ungkapan yang ada secara luwes dan

    disesuaikan dengan perubahan yang senantiasi timbul, tidak semata-semata

    berdasarkan nilai-nilai konvensional yang sudah baku. Dari pengertian ini terdapat

    penguasaan terhadap tiga komponen utama (1) kemampuan bahasa (language

    competence) yang meliputi berbagai unsur bahasa dalam berkomunikasi, (2)

    kemampuan strategis (strategic competence) yaitu kemampuan untuk menerapkan

    dan memanfaatkan komponen bahasa dalam komunikasi yang nyata, (3)

    mekanisme psiko-fisiologis (psychopyhysiological mechanisme) yaitu proses

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 16

    psikis dan neorologis yang digunakan dalam berkomunikasi. Secara singkat

    kemampuan komunikatif didefinisikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

    bahasa sesuai dengan situasi nyata, secara reseptif maupun produktif.

    Dari berbagai perbincangan mengenai kompetensi komunikatif,

    nampaknya pendapat yang dikembangkan oleh Michael Canale dan Merril Swan

    (1980) dan dipertegas kembali oleh Canale (1983) menjadi dasar perbincangan

    dan pembahasan mengenai kompetensi komunikatif. Dalam Communicative

    Competence terdapat empat komponen yang membangun kemampuan

    berkomunikasi (Celce Muria, 1995). Keempat komponen kompetensi tersebut

    adalah:

    - Kompetensi gramatikal (grammatical competence), pengetahuan tentang

    bahasa seperti kaidah, fonologi, sintaskis, semantik.

    - Kompetensi sosial (sociolinguistik competence) pengetahuan tentang

    kaidah sosial dan budaya. Konteks sosial tempat bahasa digunakan.

    - Kompetensi wacana (discourse competence) pengetahuan tentang wacana

    sebagai sebuah keseluruhan teks yang bermakna.

    - Kompetensi strategi (strategics competence) pengetahuan verbal dan non

    verbal untuk mengatur strategi agar berkomunikasi menjadi lebif efektif.

    Berdasarkan penjelasan para ahli, dapat disimpulkan bahwa kompetensi

    komunikatif mensyaratkan seseorang mempunyai kompetensi kebahasaan seperti

    penguasaan terhadap komponen kebahasaan seperti kosakata dan pola-pola bahasa

    yang dipelajari serta memiliki strategi dalam menerapkan dan menggunakan pola-

    pola kebahasaan sesuai dengan konteks nyata penggunaan bahasa dalam

    lingkungan sosial masyarakat tempat si pembelajar berada. Dengan kata lain,

    pembelajar bahasa asing memerlukan kompetensi kebahasaan tentang sistem

    linguistik dan kompetensi aspek fungsional komunikasi.

    Konsep kompetensi komunikatif menjadi perbincangan yang serius

    terutama dalam pembahasan yang berkaitan dengan isu-isu sosial budaya dalam

    pemerolehan bahasa kedua. Pembelajaran bahasa kedua sebelum ini lebih

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 17

    menekankan karakteristik struktural dan kognitif komunikasi. Perkembangan

    selanjutnya pembelajaran bahasa kedua lebih menekankan pada aspek-aspek

    implikasi sosial, kultural, dan pragmatik sebagai karakteristik penggunaan bahasa

    kedua dalam berkomunikasi. Berkomunikasi dipandang sebagai interaksi aktif

    antarindividu yang masing-masing membawa identitas sosial budaya. Dalam

    berkomunikasi yang melibatkan penggunaan bahasa kedua, di dalamnya terjadi

    transaksi sosial budaya antara penutur asli dan penutur bahasa kedua. Masing-

    masing penutur akan menujukkan identitas sosial budaya mereka.

    Konsep kompetensi komunikatif (CC) memberikan landasan yang kuat

    terhadap pengajaran bahasa komunikatif (CLT) yang melibatkan pengetahuan

    kebahasaan, penggunaan fungsi bahasa yang tepat, pemahaman konteks sosial

    yang tepat, kemampuan menggunakan piranti kohesi dan koherensi, dan

    pengetahuan strategi verbal dan nonverbal. Ini merupakan ciri-ciri yang khas

    dalam pengajaran bahasa komunikatif. Tujuan pengajaran bahasa komunikatif

    lebih menekankan pada penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi. Hal ini

    seperti yang disampaikan Jack Richard (2006) dalam merumuskan tujuan

    Pengajaran Bahasa Komunikatif. Tujuan pengajaran bahasa komunikatif adalah

    sebagai berikut.

    1. Mengetahui bagaimana menggunakan bahasa untuk berbagai tujuan dan

    fungsi yang berbeda.

    2. Mengetahui bagaimana menggunakan variasi bahasa sesuai dengan situasi

    penggunaan bahasa (misalnya, mengetahui kapan harus menggunakan

    pidato formal dan informal atau kapan menggunakan ragam bahasa tulis

    sebagai pengganti komunikasi lisan).

    3. Mengetahui bagaimana menghasilkan dan memahami berbagai jenis teks

    (misalnya, narasi, laporan, wawancara, percakapan)

    4. Mengetahui bagaimana menjaga komunikasi dengan menggunakan

    strategi komunikasi walaupun memiliki keterbatasan dalam bahasa target.

    Berdasarkan pemahaman CLT, pengajaran bahasa dengan segala aktivitas

    dan strateginya diarahkan bagi tercapainya pengetahuan dan kemampuan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18

    komunikasi. Nunan (1991) seperti yang dikutip dalam Samuel (2017), Prusuluri

    Seehari (2012) mengajukan kerangka teoretik sebagai karakteristik CLT sebagai

    berikut.

    - Fokus pada komunikasi dalam interaksi berbahasa.

    - Penggunaan material instruksional yang autentik.

    - Fokus pada proses pembelajaran.

    - Keyakinan bahwa pengalaman murid dapat memberi kontribusi dalam

    pembelajaran.

    - Keterhubungan aktivitas pembelajaran di kelas dengan situasi kehidupan

    nyata.

    Berdasarkan kerangka teoretik Nunan (1991), tujuan pembelajaran bahasa

    dapat tercapai jika guru dapat mengintegrasikan karateristik tersebut dalam

    strategi pengajarannya. Dalam pendekatan ini, pembelajaran difokuskan pada

    kemampuan menggunakan bahasa dalam berinteraksi. Penggunaan materi yang

    autentik dan instruksional juga merupakan ciri yang diyakini dapat memberikan

    dampak bagi pembelajaran bahasa. Guru juga dapat menggunakan pengalaman-

    pengalaman murid untuk mengembangkan pembelajaran dengan memberikan

    tugas-tugas yang menggambarkan situai nyata penggunaan bahasa. Jadi,

    karateristik pengajaran bahasa komunikatif adalah pengajaran bahasa yang

    memungkinkan guru atau pengajar mengembangkan kemampuan komunikasi

    berbahasa si pemelajar dengan tugas-tugas atau aktivitas-aktivitas komunikatif

    yang sesuai dengan situasi nyata penggunaan bahasa dan bukan situasi yang

    dibuat terlepas dari konteks.

    2.3 Autentisitas dalam Pembelajaran BIPA

    Salah satu karakteristik dalam pengajaran bahasa komunikatif adalah

    adanya keterhubungan antara kegiatan pembelajaran di kelas dengan situasi

    kehidupan nyata di luar kelas. Selain aspek budaya yang perlu mendapat perhatian

    dalam pengembangan bahan ajar BIPA, juga yang menjadi penting adalah apakah

    aspek-aspek budaya tersebut telah mencerminkan pengalaman-pengalaman

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 19

    budaya yang autentik yang sesuai dengan konteks penggunaan bahasa. Tujuan

    pembelajaran BIPA selain memampukan pembelajar berbahasa secara wajar juga

    memungkinkan pembelajar mengalami pembelajaran yang nyata sesuai dengan

    konteks penggunaan bahasa. Pengalaman yang wajar dan nyata merupakan kunci

    dalam penyelenggaraan pegajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa asing.

    Dalam pengajaran bahasa kedua atau bahasa asing, pendekatan pengajaran

    bahasa komunikatif sering dikaitkan dengan masalah autentisitas. Autentisitas ini

    untuk menggambarkan interaksi pembelajaran yang secara sosial dan kontekstual

    bermakna bagi siswa, dan bukan yang tidak secara alami. Autentisitas berkaitan

    dengan kewajaran, keaslian, realitas, kebenaran dalam menghadirkan

    pengalaman-pengalaman belajar (Tatsuki, 2006) Autentisitas bukan pada

    pengalaman yang dibuat-buat, artifisial atau pura-pura. Autentisitas diarahkan

    bagi penggunaan bahasa dalam konteks penggunaan bahasa yang sesungguhnya

    (real life language). Autentisitas merupakan konsep yang memungkinkan adanya

    interaksi antara apa yang ada dalam diri pengguna bahasa dengan yang dipelajari

    (teks atau bahan) sehingga menimbulkan pemahaman (Widowson dalam Birjandi

    dan Ahmadi, 2013)

    Perihal autentisitas dalam pembelajaran bahasa kedua, Taylor dan Breen

    (dalam Widharyanto, 2016) memiliki konsep sebagai berikut.

    - Autensitas bahasa berupa teks atau bahan yang digunakan sebagai bahan

    pembelajaran.

    - Autentisitas tugas berupa tugas-tugas atau kegiatan dalam pembelajaran.

    - Autentisitas situasi sosial atau budaya yang aktual .

    - Autentisitas penilaian berupa penilaian langsung dan holistik terhadap

    performansi dalam keterampilan berbahasa.

    Pemunculan autentisitas dalam pengajaran bahasa bukan sesuatu yang

    mudah karena pembelajaran dipenuhi dengan kegiatan-kegiatan yang dirancang

    oleh guru sesuai dengan tingkat penguasaan bahasa pembelajar. Dalam pengajaran

    tradisional, untuk memudahkan jalannya pembelajaran, guru dapat melakukan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 20

    rekayasa dalam bentuk menyederhanakan bahan ajar, membuat aktivitas peniruan

    seperti simulasi, atau memberikan deskripsi dengan menggambarkan situasi.

    Meski tidak mudah, autentisitas adalah hal yang perlu dipertimbangkan bahkan

    diusahakan dalam setiap pengajaran bahasa (Widowson dalam Berardo Sacha.

    2006).

    2.3.1 Bahan Ajar Autentik

    Autentisitas dalam pembelajaran bahasa kebanyakan muncul dalam

    penggunaan bahan atau teks, dalam tugas dan latihan, dan penilaian atau evaluasi.

    Ketiganya merupakan komponen yang penting dan saling berkaitan dalam

    pembelajaran bahasa kedua. Terkait dengan bahan atau teks yang autentik,

    beberapa ahli menyampaikan padangannya. Wallace (1992) menyatakan bahwa

    bahan atau teks yang autentik adalah bahan yang diambil dari situasi nyata (real

    life) bukan yang dibuat untuk tujuan pengajaran di kelas. Teks atau bahan yang

    autentik biasanya adalah bahan yang memang diproduksi atau dibuat untuk tujuan

    komunikasi nyata dalam masyarakat. Senada dengan itu, bahan atau teks yang

    autentik adalah bahan yang diambil atau sengaja dipersiapkan untuk membantu

    pembelajar menghadapi situasi sosial yang nyata dalam hidup mereka (Guariento,

    W. & Morley, J., 2001). Dengan pemahaman ini, autentisitas bahan atau teks

    adalah teks atau bahan ajar yang disiapkan guru yang diambil dari bahan-bahan

    khusus yang memang bukan untuk tujuan pengajaran namun bahan ini sengaja

    dihadirkan di kelas untuk membawa pesan yang nyata dalam situasi kehidupan

    nyata.

    Berkaitan dengan bahan ajar, menurut Widharyanto (2016) ada 3 tipe

    bahan ajar yang disiapkan guru, yaitu (1) bahan ajar yang murni dibuat guru (2)

    materi yang diambil dari teks yang ada dalam komunikasi sehari-hari dan

    dimodifikasi seperlunya (3) materi yang diambil dari teks komunikasi sehari-hari

    tanpa dimodifikasi.

    Berdasarkan tingkat keautentikannya, materi jenis (3) memiliki tingkat

    autentik yang tinggi karena materi ini diberikan apa adanya tanpa campur tangan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 21

    guru. Sedangkan, tipe (1) dan (2) memiliki tingkat autentik yang rendah karena

    guru berusaha menyederhanakan bahan. Penyederhanaan bahan ajar bisa jadi

    menghilangkan sifat keaslian dan kealamiahan sehingga tidak mencerminkan

    penggunaan bahasa yang nyata dalam berbahasa. Widharyanto (2016)

    menggambarkan tingkat autentisitas materi dalam tabel berikut.

    Tabel 2.1. Tipe Keaslian Materi

    Tipe Materi Campur tangan guru Keaslian dan

    kealamiahan

    Tipe 1 Tinggi

    Rendah

    Rendah

    Tinggi

    Tipe 2

    Tipe 3

    Dari gambaran tersebut, Widharyanto menyatakan bahwa autentisitas di dalam

    pembelajaran bahasa yang hadir dalam pemilihan bahan, tugas dan evaluasi tidak

    dipandang sebagai dikotomis “hitam-putih” sebagai autentik dan tidak autentik.

    Autentisitas adalah suatu kontinum tinggi atau rendah yang di dalamnya terdapat

    banyak atau sedikit sifat-sifat autentik.

    Berkenaan dengan bahan, penggunaan bahan akan berpengaruh terhadap

    kegiatan atau tugas-tugas yang akan dilakukan oleh pemelajar. Semakin alamiah

    sebuah bahan semakin menuntut kegiatan yang alami juga. Bahan yang otentik

    mendekatkan pembelajar pada kegiatan yang bersifat otentik pula. Bahan yang

    otentik menyajikan bahasa yang digunakan dalam kegiatan berkomunikasi yang

    sesungguhnya. Dengan demikian, guru hendaknya membuat situasi pembelajaran

    dengan kegiatan-kegiatan yang senyatanya pula.

    2.3.2 Tugas atau Kegiatan Autentik dalam Pengajaran BIPA

    Dalam bagian ini akan dibahas bagaimana bentuk-bentuk tugas atau

    kegiatan berbahasa dalam pengajaran BIPA. Hal yang terkait dengan pembahasan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 22

    ini adalah: apa itu tugas, bagaimana autentisitas tugas-tugas dalam berbahasa,

    tugas dan ruang lingkup pengajaran BIPA

    a. Pengertian Tugas

    Masalah yang sering dihadapi guru dalam membuat bahan ajar adalah

    menentukan jenis-jenis latihan dan tugas yang harus dilakukan pembelajar. Guru

    dituntut untuk mampu membuat tugas atau latihan yang dapat meningkatkan

    pemelajar mencapai tujuan yang ditentukan. Richard (1990) mencontohkan

    bentuk-bentuk tugas dalam berbahasa sebagai berikut.

    - Siswa mendengarkan petikan percakapan dan menyimpulkan topik

    percakapan tersebut.

    - Membaca salah satu bagian teks percakapan telepon, memperkirakan apa

    respon yang akan muncul lalu mencocokkan dari sumber dengarannya.

    - Mengamati gambar yang mengandung percakapan, memperkirakan topik

    apa yang ada dalam gambar lalu mencocokkan dengan sumber aslinya.

    - Mendengarkan teks percakapan lalu mencari bentuk ekspresi kesopanan.

    Jika kita perhatikan contoh di atas, terdapat beberapa kegiatan yang melibatkan

    pemelajar. Mereka melakukan kegiatan seperti mendengarkan, menyimpulkan,

    memperkirakan, mencocokkan, mencari. Kegiatan-kegiatan inilah yang bisa

    dikatakan sebagai tugas pembelajaran. Nunan (2004:9) menyebutnya sebagai

    pedagogical task yaitu kegiatan di ruang kelas yang melibatkan pembelajar

    dalam memahami, memanipluasi, memproduksi atau berinteraksi dalam bahasa

    yang dipelajari. Seluruh kegiatan, tujuan belajar, latar atau setting pembelajaran,

    peran guru dan pembelajar diarahkan pada tugas yaitu penggunaan pengetahuan

    gramatikal dalam mengekspresikan bahasa sesuai dengan fungsi berbahasa.

    Pemahaman tersebut dapat digambarkan dalam tabel 2 di bawah ini:

    Tabel 2.2 . Tugas Pembelajaran (Nunan)

    Goals Teacher Role

    Input Task Student Role

    Activities Setting

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 23

    Goals adalah tujuan atau sesuatu yang diniatkan dalam pembelajaran. Input terkait

    dengan segala data dan informasi yang berguna bagi proses pembelajaran.

    Activities adalah unjuk kemampuan. Role atau peran adalah bagaimana hubungan

    antara guru dan pembelajar. Setting terkait dengan pengaturan kelas .

    Tujuan dan tugas memiliki hubungan yang erat dalam pembelajaran.

    Tujuan menujukkan apa yang harus dicapai oleh pembelajar. Tujuan adalah

    tingkah laku kemampuan yang harus dikuasai oleh si pembelajar. Tugas

    merupakan cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Keduanya harus sejalan.

    Jika sebuah tujuan menuntut pembelajar mampu menulis dengan bahasa dan ejaan

    yang benar, tugas harus menunjukkan pembelajar benar-benar melakukan

    aktivitas menulis dengan mendemokan penguasaan bahasa dan ejaan dengan

    benar. Tugas bukan sekedar memilih mana kalimat yang benar atau salah seperti

    dalam bentuk tes objektif. (Burhan, 2011)

    b. Autentisitas Tugas dalam Pembelajaran BIPA

    Dalam pendekatan Pengajaran Komunikatif Bahasa, tugas-tugas

    pembelajaran dimaksudkan untuk memberikan kemampuan kepada pembelajar

    penggunaan bahasa yang memiliki kemiripan langsung atau tidak langsung

    dengan penggunaan bahasa dalam situasi yang nyata. Tugas-tugas pembelajaran

    mendorong pembelajar menerapkan pengetahuan dan keterampilan untuk

    tantangan berkomunikasi di dunia nyata baik secara produktif maupun reseptif.

    Terkait ini guru dituntut untuk memiliki kepekaan memilih tugas-tugas yang dapat

    memberikan tantangan bagi pembelajar menggunakan bahasa sesuai dengan

    kenyataan penggunanan bahasa. Guru perlu memahami sifat-sifat tugas autentik

    dalam pembelajaran bahasa.

    Berkaitan dengan tugas-tugas pembelajaran di kelas, Widharyanto (2003

    dan 2016) memberikan pandangan bahwa dalam praktik pembelajaran BIPA di

    kelas terdapat empat tipe tugas pembelajaran yang biasa terjadi, yaitu: (1) tugas-

    tugas untuk menguasai aspek gramatikal dan leksikal yang lepas konteks (2)

    tugas-tugas untuk menguasai aspek gramatikal dan leksikal dalam konteks

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 24

    pemakaian wacana, (3) kegiatan berupa performansi siswa di kelas yang bersifat

    simulatif, (4) aktifitas berupa performansi aktual siswa dalam konteks situasi

    sosial budaya yang sesungguhnya dalam masyarakat.

    Tugas tipe (1) adalah tugas yang mengarah pada penguasaan grammatical

    content dan lexical content. Tugas-tugas ini melatihkan penguasaan dalam tataran

    morfologi maupun sintaksis. Tugas dalam tipe ini adalah: menjodohkan kata

    dengan kata lain.

    Tugas tipe (2) aktivitas atau tugas-tugas yang mengarah pada penguasaan

    gramatical content dan lexical content dalam konteks pemakaian wacana. Contoh

    tugas seperti ini adalah mengisi bagian rumpang sebuah wacana. Tipe tugas ini

    memenuhi ciri-ciri pragmatik karena melibatkan konteks dan bukan semata-mata

    kalimat atau kata-kata lepas.

    Tugas tipe (3) adalah tugas yang menuntut performansi aktual pembelajar

    namun masih bersifat simulatif. Pembelajar melakukan tugas-tugas komunikatif

    yang berupa interaksi tiruan atau pura-pura dalam berbagai situasi berbahasa di

    kelas. Contoh tugas seperti ini adalah memainkan peran, melakukan simulasi,

    menceritakan kembali.

    Tugas tipe (4) adalah aktivitas performansi aktual pembelajar dalam

    konteks sosial budaya yang sesungguhnya di masyarakat. Pembelajar dituntut

    untuk melakukan interaksi yang nyata sesuai dengan fungsi bahasa. Tugas seperti

    ini misalnya melakukan wawancara atau observasi, berdiskusi, membeli di pasar

    atau di kios, di warung.

    Berdasarkan jenis tugas-tugas ini, Widharyanto (2016) membuat tabel

    gambaran tingkat autentisitas tugas pembelajaran.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 25

    Tabel 2.3.Tingkat Autentisitas Tugas Pembelajaran

    Tipe Tugas Sifat

    Kegiatan

    Berbahasa

    Konteks

    Situasi

    Kealamiahan

    Komunikasi

    Tingkat

    Autentisitas

    Tugas

    Tipe 1

    Tidak

    langsung

    Bebas konteks Tidak alami Sangat rendah

    Tugas

    Tipe 2

    Tidak

    langsung

    Peka konteks Tidak alami Rendah

    Tugas

    Tipe 3

    Langsung Peka konteks Tidak alami Cukup

    Tugas

    Tipe 4

    Langsung Peka konteks Alami Tinggi

    2.4 Bahan Ajar dan Pengembangan Bahan Ajar BIPA

    2.4.1 Hakikat dan Karakteristik Bahan Ajar

    Permasalahan pengajaran BIPA yang sering dihadapi oleh guru adalah

    pemilihan bahan ajar yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan pembelajarannya.

    Pemilihan bahan ajar yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan pembelajar akan

    membantu guru dan siswa mencapai tujuan belajar secara tepat pula. Kesulitan

    untuk memilih atau membuat bahan ajar yang tepat memang kenyataan yang ada

    saat ini. Kurikulum BIPA yang ada saat ini, yaitu SKL BIPA nomor 17 tahun

    2017 telah memberikan ancangan atau garis besar pengembangan bahan ajar.

    Kurikulum ini seharusnya menjadi dasar bagaimana merancang dan

    mengembangkan bahan ajar yang tepat. Namun, tidak jarang yang terjadi adalah

    masing-masing pengajar memberikan bahan ajar pada bidangnya masing-masing

    yaitu keterampilan, menyimak, membaca, berbicara, menulis dan kebudayaan

    Indonesia (Kurniasih, 2019). Hal ini membuat kurang terintegrasinya bahan ajar.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 26

    Bahan ajar atau materi ajar haruslah dirancang, dikembangkan, dan ditata

    sebaik mungkin agar dapat membantu pemelajar mencapai tujuan yang

    diharapkan. Suyitno (2017:57) menyatakan bahwa pada hakikatnya materi ajar

    adalah sarana yang digunakan untuk membelajarkan pelajar BIPA yang secara

    langsung, diolah dan dipahami secara sadar untuk mencapai tujuan pembelajaran

    yang telah ditetapkan. Dalam konteks pengajaran BIPA, materi atau bahan ajar

    yang dibutuhkan haruslah sesuai dengan orientasi belajar BIPA. Bahan ajar adalah

    seperangkat informasi yang harus diserap peserta didik melalui pembelajaran

    yang menyenangkan (Iskandarwasid dan Dadang Sunendar, 2011). Bahan ajar

    adalah bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis, yang

    digunakan guru/pendidik dan siswa/peserta didik dalam proses pembelajaran.

    Setelah memahami hakikat bahan ajar, para pembuat bahan ajar atau guru

    perlu juga memahami karateristkik bahan ajar yang baik. Dalam Richard (2001)

    dipaparkan bagaimana bahan ajar yang baik, mengacu pada pendapat Rowntree

    (1997), yakni meningkatkan ketertarikan siswa dalam belajar, memberikan

    gambaran apa yang akan dipelajari berikutnya, mampu memberikan penjelasan

    pada hal-hal yang baru, menghubungkan dengan pengalaman pembelajaran

    sebelumnya, memberi kesempatan untuk berpikir, memberikan balikan proses

    pembelajaran, memberi ruang untuk berlatih, memastikan siswa tahu apa yang

    dipelajari, memberikan gambaran kemajuan belajar, dan meyakinkan siswa

    menjadi lebih baik dalam belajar.

    Karakteristik bahan ajar yang baik juga disampaikan oleh Tomlinson

    (1998), yaitu memberikan dampak bagi pembelajaran, memudahkan siswa dalam

    belajar, membangun kepercayaan diri, relevan dan berguna bagi pengembangan

    siswa, bahan ajar harus mampu mempermudah siswa dalam belajar, memastikan

    pembelajar memperoleh ha-hal yang diajarkan, memberi kesempatan mempelajari

    bahasa dalam konteks yang nyata atau autentik, materi ajar memberi kesempatan

    kepada siswa menggunakan bahasa target untuk meningkatkan kemampuan

    berkomunikasi, materi ajar harus dapat mengakamodir berbagai gaya belajar

    siswa, materi ajar harus bisa memaksimalkan potensi siswa dengan mendorong

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 27

    dan melibatkan kemampuan intektual, emosional, estetika yang dapat merangsang

    bekerjanya otak kanan dan otak kiri, materi tidak berlebihan dalam menyajikan

    latihan yang terkendali, dan materi harus bisa memberikan feedbcak

    perkembangan belajar siswa (Muliastuti, 2017). Menurut prinsip-prinsip tersebut

    dapat diihat bahwa pengembangan bahan ajar berpusat pada keadaan pemelajar

    dan kebutuhan belajar pemelajar

    Setelah memahami karakteristik bahan ajar yang baik, pengajar

    selanjutnya menyiapkan pengembangan bahan ajar. Dalam pengembangan bahan

    ajar perlu mempertimbangkan beberapa hal. Iskandarwassid (2008) memberikan

    pertimbangan untuk menyusun bahan ajar sebagai berikut.

    - Relevan dengan standar kompetensi, kompetensi dasar yang harus dicapai.

    - Memberikan motivasi kepada peserta.

    - Bahan disusun secara sistematis dari yang sederhana hingga yang

    kompleks, dari yang konkret sampai ke abstrak.

    - Sesuai dengan tujuan dan kebutuhan belajar siswa sehingga menarik minat

    untuk belajar.

    - Mempertimbangkan aspek-aspek linguistik dan mencakup keterampilan

    berbahasa.

    - Menghindari konsep yang samar-samar atau ambigu agar tidak

    membingungkan.

    - Membedakan bahan ajar untuk anak dan untuk orang dewasa.

    Selajutnya dalam pengembangan bahan ajar, pengajar mempersiapkan

    dan menentukan tujuan-tujuan pembelajaran, merancang capaian pembelajaran,

    menyususun bahan ajar dan mengorganisasikannya. Ada beberapa hal yang perlu

    dipertimbangkan dalam mengawali pembuatan bahan ajar. Guru perlu membuat

    daftar input yang berguna sebagai arah menentukan bahan ajar. Beberapa hal yang

    mungkin bisa ditanyakan dalam mempersiapkan bahan ajar seperti di bawah ini.

    1. Bahan yang terkait ketatabahasaan: apakah komponen kebahasaan akan

    dilesapkan melalui teks (atau dalam pembahasan terpisah), dalam materi

    percakapan atau dalam suatu ujaran tertentu.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 28

    2. Bahan simakan (dengaran): apakah sumber-sumber bahan simakan berasal

    dari bahan yang autentik yang diambil dari rekaman yang beredar di luar atau

    rekaman dari bahan yang sudah dipersiapkan sebelumnya, atau keduanya.

    3. Bahan bacaan: jenis teks yang akan disajikan dan sumbernya seperti majalah,

    koran dari buku dan bagaiamana memilih bahan bacaan yang tepat.

    4. Bahan menulis: tipe komposisi tulisan apa yang akan disajikan, bahan tulisan

    yang riil atau yang sengaja ditulis untuk kepentingan bahan ajar, perlukah

    tulisan murid dijadikan contoh bahan ajar, bagaimana memilih bahan tulisan.

    5. Bahan berbicara: aktivitas berbicara seperti apa yang akan ditampilkan,

    sumber-sumber apa yang akan digunakan, dialog, dari rekaman, pengunaan

    gambar-gambar, penciptaan situasi dan lain-lain dan bagaimana

    menentukannnya.

    Terkait dengan bahan ajar, ada banyak sumber yang bisa digunakan guru

    seperti dari majalah, buku, dari internet, televisi atau radio. Dengan

    berkembangnya internet, ada banyak kesempatan bagi guru untuk mengambil

    sumber-sumber bahan ajar termasuk materi visual dan audiovisual dan banyak

    diantaranya bisa diunduh secara gratis. Namun demikian guru juga perlu

    memperhatikan apakah ada sumber-sumber tertentu yang sudah menjadi hak

    paten sehingga harus meminta ijin dalam menggunakannya.

    Dalam pengembangan materi ajar BIPA yang perlu diperhatikan adalah:

    (1) tingkat kesulitan, (2) tingkat produktivitas, (3) tingkat kompleksitas, dan (4)

    tingkat keberterimaan (Suyitno, 2010). Tingkat kesulitaan mengacu pada mudah

    dan sulitnya bahan ajar pada tingkat penguasaan bahasa tertentu. Semakin tinggi

    tingkat penguasaan bahasa semakin sulit bahan yang diberikan.Tingkat

    produktivitas mengacu pada bahan-bahan ajar yang frekuensi penggunaannya

    tinggi. Bahan tersebut memang dibutuhkan karena penggunaanya yang tinggi

    dalam keadaan nyata berbahasa. Tingkat kompleksitas mengacu pada bahan-

    bahan yang memiliki makna konkrit hingga bahan yang mengandung makna

    abstrak. Dan, tingkat keberterimaan adalah mengacu pada apakah bahan itu bisa

    diterima dalam penggunaan bahasa dalam situasi nyata berbahasa.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 29

    2.4.2 Model Pengembangan Bahan Ajar Terpadu

    Dalam mengembangkan bahan ajar, ada beberapa model pendekatan yang

    bisa digunakan. Dalam penelitian ini, model pengembangan bahan ajar BIPA

    menggunakan pendekatan integratif. Dari beberapa model pendekatan terintegrasi,

    model Pendekatan Jaring Laba-laba (The Webbed Model) adalah model yang bisa

    diterapkan dalam pembelajaran BIPA (Muliastuti, 2017). Model Webbed

    merupakan salah satu model pembelajaran integratif yang menggunakan

    pendekatan tematik. Model Webbed menyajikan pendekatan tematik untuk

    mengintegrasikan mata pelajaran. Dalam konteks BIPA, mata pelajaran adalah 4

    keterampilan berbahasa. Pembelajaran 4 keterampilan berbahasa diikat dalam

    suatu tema yang telah ditentukan dalam silabus. Kegiatan-kegiatan berbahasa

    seperti mendengarkan lalu berbicara atau menulis diberikan dengan cara

    pergantian yang halus sehingga pemelajar mengalami berbagai kegiatan berbahasa

    tanpa menyadarinya.

    Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan

    pembelajaran bahasa secara terpadu, terutama pada saat penggalian tema-tema,

    pelaksanaan pembelajaran, dan pelaksanaan penilaian. Dalam proses penggalian

    tema-tema perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut.

    (1) Prinsip penggalian tema

    - Tema tidak boleh terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan untuk

    memadukan banyak mata pelajaran

    - Bermakna, tema dapat memberi bekal kepada siswa untuk belajar ke tahap

    selanjutnya

    - Sesuai dengan tingkat perkembangan psikologi siswa

    - Mengakomodasi sebagai besar minat siswa

    - Mempertimbangkan peristiwa autentik yang terjadi dalam rentang waktu

    belajar

    - Mempertimbangkan kurikulum yang berlaku

    - Mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar

    (2) Prinsip pengelolaan pembelajaran

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 30

    Prinsip pengelolaan pemebalajaran terkait dengan peran guru dalam keseluruhan

    proses pembelajaran. Dalam hal ini, guru seharusnya:

    - Jangan menjadi single actor yang mendominasi pembicaraan dalam proses

    pembelajaran

    - Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap

    tugas yang menuntut adanya kerja sama kelompok.

    - Mengakomodasi ide-ide yang kadang kala tidak