PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16806/2/048114065_Full.pdf · pengaruh...

135
PENGARUH EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) SETELAH PEMBERIAN ANTIDOT NATRIUM KALSIUMEDETAT TERHADAP KADAR TIMBAL DARAH TIKUS DENGAN METODE SPEKTROSKOPI SERAPAN ATOM SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh: Harimawan Yudi Astoro NIM: 048114065 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16806/2/048114065_Full.pdf · pengaruh...

  • PENGARUH EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMULAWAK (Curcuma

    xanthorrhiza Roxb.) SETELAH PEMBERIAN ANTIDOT NATRIUM

    KALSIUMEDETAT TERHADAP KADAR TIMBAL DARAH TIKUS

    DENGAN METODE SPEKTROSKOPI SERAPAN ATOM

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

    Program Studi Ilmu Farmasi

    Oleh:

    Harimawan Yudi Astoro

    NIM: 048114065

    FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA 2008

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ii

    PENGARUH EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMULAWAK (Curcuma

    xanthorrhiza Roxb.) SETELAH PEMBERIAN ANTIDOT NATRIUM

    KALSIUMEDETAT TERHADAP KADAR TIMBAL DARAH TIKUS

    DENGAN METODE SPEKTROSKOPI SERAPAN ATOM

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

    Program Studi Ilmu Farmasi

    Oleh:

    Harimawan Yudi Astoro

    NIM: 048114065

    FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA 2008

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iv

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • v

    ‘’Skripsi ini membentuk aku menjadi lebih berkembang” -aku-

    Kupersembahkan karyaku ini untuk :

    Tuhan Yesus Kristus

    Bangsa Indonesia Raya

    Bapak dan ibuku

    Mas dan Adikku

    Mbok Mus

    Pak Marang dan Mbah Buyut di Surga

    Seseorang yang Kusayangi

    Sahabat – sahabatku

    dan tentu saja,

    Almamaterku

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

    Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

    Nama : Harimwan Yudi Astoro Nomor Mahasiswa : 048114065

    Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: “Pengaruh Ekstrak Etanol Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Setelah Pemberian Antidot Natrium Kalsiumedetat terhadap Kadar Timbal Darah Tikus dengan Metode Spektroskopi Serapan Atom” beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 22 Juli 2008 Yang menyatakan

    ( Harimawan Yudi Astoro)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vi

    PRAKATA

    Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas

    rahmat dan kasih-Nya penulis telah berhasil menyelesaikan skripsi berjudul :

    “Pengaruh Ekstrak Etanol Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)

    Setelah Pemberian Antidot Natrium Kalsiumedetat terhadap Kadar Timbal Darah

    Tikus dengan Metode Spektroskopi Serapan Atom”.

    Skripsi ini tidak akan terwujud dan terangkai menjadi satu tanpa bantuan

    dari berbagi pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan penghargaan

    dan ucapan terimakasih kepada :

    1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

    Sanata Dharma.

    2. Ipang Djunarko, S.Si.,Apt. selaku pembimbing utama yang telah banyak

    memberikan bimbingan dan masukan hingga skripsi ini selesai.

    3. Drs. Sulasmono, Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan

    pengarahan, kritik dan saran demi tercapainya hasil yang terbaik dari skripsi

    ini.

    4. Drs. A. Tri Priantoro, M. For. Sc. selaku dosen penguji yang juga telah

    memberikan pengarahan, kritik dan saran demi tercapainya hasil yang terbaik

    dari skripsi ini.

    5. Kebun obat Merapi Farma Kaliurang atas simplisia rimpang temulawak dan

    Laboratorium LPPT UGM Unit I atas kerja sama selama ini.

    6. Mas Kayat, Mas Heru, Mas Parjiman, Mas Yuwono, Mas Ottok, Mas Iswandi,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vii

    Mas Wagiran, Mas Sigit, Pak Parlan atas kerja sama selama penelitian di

    laboratorium, dan atas waktu yang telah diluangkan untuk lembur.

    7. Romo Sunu atas bantuan masukan dalam mengolah data serta motivasi hidup

    yang telah diberikan dan Pak Yo atas kesediaan untuk berbagi ilmu.

    8. Fila, Sisil, dan Tami, kawan seperjuangan dalam menyusun skripsi ini.

    Terimakasih kita telah berbagi dan kerja keras selama ini.

    9. Bapak Ibu, Mas Andri, Sibenk, dan Mbok Mus, keluarga di Jogja dan di

    Semarang, terimakasih atas dukungan dan kasih sayang lembut yang telah

    diberikan.

    10. Terimakasih untuk love, inspiration and attitude.

    11. Kawan – kawan ukf dolanz-dolanz, terimakasih untuk kalian semua atas

    persahabatan “aneh” selama ini yang membuatku menjadi “kaya”.

    12. Semua teman dan seluruh civitas akademika Fakultas Farmasi USD yang tak

    dapat penulis sebut satu persatu yang telah membantu terselesaikannya skripsi

    ini.

    Perjalanan yang cukup berat dan melelahkan telah dibayar dengan

    terselesaikannya skripsi ini. Penulis menyadari tak ada sesuatu yang sempurna.

    Penulis memohon maaf atas kesalahan selama proses penyusunan skripsi ini. Oleh

    karena itu, penulis selalu membuka diri untuk kritik dan saran yang membangun.

    Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan

    ilmu pengetahuan khususnya pada bidang farmasi. Selamat membuka pikiran.

    Yogyakarta, Juni 2008

    Penulis

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • viii

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

    Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis

    tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

    dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

    Yogyakarta, Juni 2008

    Penulis,

    Harimawan Yudi Astoro

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ix

    INTISARI

    Polusi logam berat seperti timbal merupakan masalah lingkungan serius yang mengancam keseha tan manusia terutama potensial merusak sistem saraf dan otak. Terapi antidot dengan Na2CaEDTA yang biasa digunakan memiliki efek samping. Perlu dikembangkan senyawa yang berasal dari tanaman yang dapat membantu kerja antidot dalam menurunkan kadar timbal. Curcumin merupakan kandungan utama rimpang temulawak berperan sebagai zat antioksidan mampu mendetoksikasi logam berat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) setelah pemberian antidot Na2CaEDTA dalam menurunkan kadar timbal darah tikus.

    Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak pola satu arah. Senyawa curcumin diperoleh dari rimpang temulawak dengan cara maserasi menggunakan etanol 80%. Pengukuran kadar timbal darah menggunakan metode spektroskopi serapan atom. Analisis statitik nonparametrik dengan uji Kruskal-Wallis dengan taraf kepercayaan 95% digunakan untuk memastikan pengaruh ekstrak etanol rimpang temulawak setelah pemberian antidot Na2CaEDTA terhadap penurunan kadar timbal darah tikus antar kelompok pengukuran. Perbedaan kadar timbal darah hari yang berbeda dalam kelompok yang sama dianalisis dengan uji Friedman dengan taraf kepercayaan 95%.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh ekstrak etanol rimpang temulawak setelah pemberian antidot Na2CaEDTA dapat menurunkan kadar timbal darah setelah pemberian selama 10 hari.

    Kata kunci: timbal, rimpang temulawak, Na2CaEDTA, spektroskopi serapan

    atom.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • x

    ABSTRACT

    The heavy metal polution such as lead is serious environmental problem, that affect human health particularly potential to destruct nervous system and brain. Antidote therapy with Na2CaEDTA is commonly used but it has a lot of side effect. An attempt is needed to indentify a compound of plant that can improve antidote activity to reduce the blood lead level. Curcumin is main content in tumeric rhizome can act as antioxidant

    can detoxication heavy metal. This study is aimed to know the affect of extract etanol temulawak rhizome in reducing blood lead level of rat after Na2CaEDTA antidote administration.

    This study was pure exsperimental study with complete randomized design. Compound of curcumin was maserated from tumeric rhizome using ethanol 80%. The measurement of blood lead level on rat was determined using Atomic Absorption Spectroscopy method. Statistical analysis nonparametric Kruskal-Wallis with 95% of confidence interval used to certainty the affect of extract etanol temulawak rhizome after Na2CaEDTA antidote administration against decrease blood lead level of rat between group. The difference of blood lead level in the different days in the same group was analysed Friedman test with 95% of confidence interval.

    The results indicated that the affect of extract etanol tumeric rhizome after Na2CaEDTA antidote administration have the ability to decrease blood lead level within 10 days.

    Keywords : lead, turmeric rhizome, Na2CaEDTA, Atomic Absorption

    Spectroscopy.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xi

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL .............................................................................. ii

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................... iii

    HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ iv

    HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................. v

    PRAKATA.............................................................................................. vi

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................. viii

    INTISARI................................................................................................ ix

    ABSTRACT.............................................................................................. x

    DAFTAR ISI........................................................................................... xi

    DAFTAR TABEL................................................................................... xv

    DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xvi

    DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... xviii

    BAB I. PENGANTAR ............................................................................ 1

    A. Latar Belakang ................................................................................... 1

    1. Permasalahan .............................................................................. 3

    2. Keaslian penelitian...................................................................... 4

    3. Manfaat penelitian....................................................................... 4

    B. Tujuan Penelitian................................................................................ 5

    BAB II PENELAAHAN PUSTAKA .................................................... 6

    A. Timbal ............................................................................................... 6

    1. Kinetika timbal............................................................................. 6

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xii

    2. Intoksikasi timbal......................................................................... 7

    3. Mekanisme keracunan timbal ...................................................... 9

    B. Natrium Kalsiumedetat (Na2CaEDTA) ............................................ 12

    1. Farmakologi.................................................................................. 12

    2. Indikasi......................................................................................... 12

    3. Kontraindikasi.............................................................................. 13

    4. Dosis dan cara pemberian............................................................ 13

    5. Efek samping............................................................................... 14

    C. Temulawak........................................................................................ 15

    1. Keterangan botani ........................................................................ 15

    2. Morfologi tanaman....................................................................... 15

    3. Kandungan kimia ......................................................................... 16

    4. Khasiat dan kegunaan .................................................................. 17

    5. Efek farmakologi.......................................................................... 17

    D. Terapi Antidot................................................................................... 18

    E. Ekstraksi............................................................................................ 19

    F. Spektroskopi Serapan Atom (SSA) .................................................. 21

    1. Prinsip metode spektroskopi serapan atom.................................. 21

    2. Instrumentasi spektrofoskopi serapan atom................................. 22

    3. Keunggulan dan kelemahan metode SSA.................................... 24

    G. Validasi Metode Analisis.................................................................... 25

    H. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)........................................................ 28

    I. Landasan Teori.................................................................................. 29

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiii

    J. Hipotesis ............................................................................................ 30

    BAB. III METODE PENELITIAN ....................................................... 31

    A. Jenis dan Rancangan Penelitian......................................................... 31

    B. Variabel dan Definisi Operasional ..................................................... 31

    1. Variabel penelitian....................................................................... 31

    2. Definisi operasional ..................................................................... 32

    C. Bahan dan Alat Penelitian.................................................................. 32

    1. Bahan penelitian............................................................................ 33

    2. Alat penelitian............................................................................... 33

    D. Tatacara Penelitian............................................................................. 33

    1. Determinasi tanaman...................................................................... 33

    2. Preparasi bahan .............................................................................. 34

    3. Penetuan kurkumin secara kualitatif dengan KLT......................... 36

    4. Persiapan hewan uji........................................................................ 36

    5. Pengelompokan dan perlakuan hewan uji...................................... 37

    6. Pengukuran kadar timbal darah dengan SSA................................. 38

    E. Analisis Hasil...................................................................................... 40

    BAB. IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................... 41

    A. Determinasi Tanaman ........................................................................ 41

    B. Penentuan Kurkumin Secara Kualitatif dengan KLT......................... 42

    C. Pengukuran Kadar Timbal Darah....................................................... 47

    1. Kurva baku..................................................................................... 47

    2. Penawarracunan timbal akibat ekstrak etanol rimpang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiv

    temulawak setelah pemberian Na2CaEDTA.................................. 51

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 62

    A. Kesimpulan ........................................................................................ 62

    B. Saran................................................................................................... 62

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 63

    LAMPIRAN............................................................................................ 68

    BIOGRAFI PENULIS ............................................................................ 115

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xv

    DAFTAR TABEL

    Tabel I Kriteria KV yang dapat diterima................................................ 26

    Tabel II Parameter validitas metode yang dipersyaratkan

    untuk setiap kategori.................................................................. 28

    Tabel III Syarat karakteristik validasi metode analisis logam berat

    dengan spektroskopi................................................................. 28

    Tabel IV Hasil analisis kualitatif kurkumin dengan KLT....................... 46

    Tabel V Nilai linieritas kurva baku timbal hasil pengukuran

    dengan metode SSA................................................................... 50

    Tabel VI Nilai koefisien variasi (KV) kontrol dan perlakuan................... 50

    Tabel VII Hasil pengukuran AAS kadar rata- rata timbal dan

    standar deviasi kelompok perlakuan akibat pemejanan

    timbal selama 30 hari................................................................. 51

    Tabel VIII Hasil analisis perbedaan kadar timbal

    antar kelompok........................................................................... 57

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Hematotoksisitas Pb pada Sintesis Heme................................... 9

    Gambar 2. Peran Kalsium dalam Pelepasan Neurotransmiter..................... 10

    Gambar 3. Pengaruh Timbal terhadap Pembentukan ROS.......................... 11

    Gambar 4. Struktur Natrium Kalsiumedetat................................................. 15

    Gambar 5. Struktur Molekul Kurkumin....................................................... 17

    Gambar 6. Instrumen Spektroskopi Serapan Atom (SAA).......................... 22

    Gambar 7. Prinsip Metode SAA dan Instrumentasinya............................... 23

    Gambar 8. Skema Proses Atomisasi Sampel............................................... 23

    Gambar 9. Pembagian Zona Nyala pada Pembakar pada SAA.................... 24

    Gambar 10. Lampu Katoda Berongga SAA dan Bagian- Bagiannya........... 24

    Gambar 11. Kromatogram Kurkumin dan Sampel dengan KLT Visibel..... 44

    Gambar 12. Kromatogram Kurkumin dan Sampel dengan KLT pada

    UV 254 nm................................................................................ 45

    Gambar 13. Kromatogram Kurkumin dan Sampel dengan KLT pada

    UV 365 nm................................................................................. 46

    Gambar 14. Kurva Baku Larutan Timbal Pengukuran Hari ke-0.................. 48

    Gambar 15. Kurva Baku Larutan Timbal Pengukuran Hari ke-15................ 48

    Gambar 16. Kurva Baku Larutan Timbal Pengukuran Hari ke-30................ 48

    Gambar 17. Kurva Baku Larutan Timbal Pengukuran Hari ke-35................ 49

    Gambar 18. Kurva Baku Larutan Timbal Pengukuran Hari ke-40................. 49

    Gambar 19. Histogram Standar Deviasi Kadar Timbal Hari Ke-0................ 53

    Gambar 20. Histogram Standar Deviasi Kadar Timbal Hari Ke-15.............. 53

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvii

    Gambar 21. Histogram Standar Deviasi Kadar Timbal Hari Ke-30.............. 54

    Gambar 22. Histogram Standar Deviasi Kadar Timbal Hari Ke-35.............. 55

    Gambar 23. Histogram Standar Deviasi Kadar Timbal Hari Ke-40............. 56

    Gambar 24. Profil Farmakokinetika Timbal Akibat Pemejanan

    Timbal Hari Ke-30..................................................................... 57

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xviii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Surat Pengesahan Determinasi .......................................... 68

    Lampiran 2. Penampang Irisan Melintang Rimpang Temulawak Secara

    Mikroskopik....................................................................... 69

    Lampiran 3. Serbuk Rimpang Temulawak Secara Mikroskopik............ 71

    Lampiran 4. Tanaman Temulawak........................ ................................. 73

    Lampiran 5. Rimpang Temulawak.......................................................... 73

    Lampiran 6. Serbuk Rimpang Temulawak............................................. 74

    Lampiran 7. Maserasi.............................................................................. 74

    Lampiran 8. Ekstrak Etanol Temulawak................................................. 75

    Lampiran 9. Foto Spektrofotometer Serapan Atom Hitachi Z-8000

    Polarized Zeeman............................................................... 75

    Lampiran 10. Perhitungan Dosis Pemberian Ekstrak Etanol Rimpang

    Temulawak.......................................................................... 76

    Lampiran 11. Perhitungan Konsentrasi Timbal Asetat............................. 77

    Lampiran 12. Perhitungan Dosis dan Konsentrasi Na2CaEDTA............. 78

    Lampiran 13. Pengukuran Kadar Timbal Darah dengan AAS................. 79

    Lampiran 14. Data Kadar Timbal Darah Kelompok Perlakuan................ 92

    Lampiran 15. Uji Statistik Normalitas, Kruskal Wallis dan Mann

    Whitney............................................................................... 95

    Lampiran 16. Uji Friedman dan Wilcoxon................................................ 103

    Lampiran 17. Kadar Timbal Darah Setelah Pemejanan Timbal Hasil

    Orientasi Selama 45 Hari..................................................... 112

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xix

    Lampiran 18. Formulir Hasil Kalibrasi Internal ........................................ 113

    Lampiran 19. Hasil Optimasi SSA Hitachi Z-8000 Polarized

    Zeeman untuk Pengukuran Timbal....................................... 114

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 1

    BAB I

    PENGANTAR

    A. Latar Belakang

    Masalah polusi logam berat termasuk plumbum (Pb) merupakan masalah

    yang serius di negara- negara maju maupun negara berkembang seperti Indonesia.

    Polusi timbal di lingkungan hidup biasanya berkaitan erat dengan proses

    pertambangan, peleburan logam, industri yang menggunakan bahan baku timbal

    di samping itu timbal juga dapat berasal dari asap kendaraan bermotor. Timbal

    adalah salah satu logam berat yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan

    (Hariono, 2005).

    Senyawa Pb yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau minuman

    akan diikutkan dalam proses metabolisme tubuh. Pb masuk ke dalam tubuh

    melalui saluran pencernaan dan pernapasan. Kadar Pb normal yang masuk ke

    dalam tubuh manusia kira – kira 0,3 mg. Bagi orang normal dengan masukan 0,6

    mg/ hari mempercepat akumulasi dan timbulnya keracunan. Misalnya dengan

    masukan 2,5 mg Pb/hari keracunan terjadi setelah empat tahun, sedangkan 3,5 mg

    Pb/hari hanya memerlukan beberapa bulan. Toksisitas timbal tergantung pada

    daya larut dan ukuran partikelnya. Semakin kecil ukuran partikel, timbal yang

    terabsorpsi dalam tubuh semakin banyak (Anonim, 2007d).

    Keracunan timbal dapat menyebabkan kerusakan otak, saraf, dan pada

    bagian yang lain di dalam tubuh. Keracunan timbal akut, yang relatif jarang

    terjadi, terjadi ketika timbal dalam jumlah yang besar masuk ke dalam tubuh pada

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2

    waktu yang singkat. Keracunan timbal kronik, yang biasanya bermasalah pada

    anak – anak, terjadi ketika timbal dalam jumlah kecil masuk ke tubuh dalam

    waktu yang panjang (Anonim, 2007b).

    Pengobatan keracunan timbal anorganik biasanya meliputi penghentian

    paparan dengan segera, perawatan suportif, dan penggunaan terapi khelasi secara

    bijaksana (Katzung, 2004). Terapi khelasi yang spesifik digunakan untuk

    mengobati keracunan timbal adalah Kalsium disodium edetat (Na2CaEDTA).

    Penggunaan Na2CaEDTA harus dipantau karena efek samping yang

    ditimbulkannya antara lain: hipotensi, sakit kepala, demam, hiperkalsemia,

    defisiensi seng, anoreksia, mual, muntah, anemia, dan tremor (Anonim, 2007a).

    Dewasa ini perhatian masyarakat terhadap kesehatan cenderung untuk

    kembali ke alam antara lain dengan menggunakan tanaman obat. Beberapa

    senyawa tanaman obat dapat diketahui sebagai protektor terhadap zat toksik yang

    berasal dari lingkungan, antara lain la in genus Curcuma yang mengandung bahan

    aktif curcumin (Ernie, Suyatna, Suherman, Pringgoutomo, 1996). Salah satu

    spesies tanaman tersebut adalah temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.).

    Selain sebagai protektor terhadap zat toksik, temulawak khususnya

    bagian rimpangnya sering digunakan oleh masyarakat sebagai antiinflamasi,

    antipiretik, kholeretik, dan kholagoga. Di samping itu temulawak dapat digunakan

    untuk mengobati batu empedu, batu ginjal, cacar air, demam, pelancar ASI, nyeri

    sendi, nyeri haid, sembelit, dan kolesterol tingi (Soedibyo,1998). Selain itu

    dilaporkan juga bahwa temulawak memiliki efek farmakologi sebagai

    hepatoprotektor (Anonim, 2000).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3

    Komponen utama kandungan zat yang terdapat dalam rimpang

    temulawak adalah zat kuning yang disebut kurkumin, dan juga protein, pati, serta

    zat – zat minyak atsiri. Kandungan kurkumin dalam rimpang temulawak berkisar

    antara 1,6% - 2,22% dihitung berdasarkan berat kering. Berkat kandungan

    kurkumin dan zat – zat minyak atsiri tadi, diduga merupakan penyebab

    berkhasiatnya temulawak (Rukmana,1994).

    Dalam penelitian ini akan dilakukan uji pengaruh ekstrak etanol rimpang

    temulawak setelah pemberian antidot Na2CaEDTA pada hewan uji tikus yang

    dipejani timbal selama 30 hari dalam upaya penawarracunan timbal dalam darah

    tikus. Mengingat pemberian antidot Na2CaEDTA memiliki beberapa efek

    samping. Sejauh ini belum ada laporan penelitian resmi yang menyatakan

    pengaruh ekstrak etanol rimpang temulawak setelah pemberian antidot

    Na2CaEDTA dalam terapi penawarracunan timbal. Hal inilah yang melandasi

    perlu dilakukannya penelitian untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol rimpang

    temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) setelah pemberian antidot

    Na2CaEDTA terhadap penurunan kadar timbal dalam darah.

    1. Permasalahan

    a. Apakah pemebrian ekstrak etanol rimpang temulawak setelah pemberian

    antidot Na2CaEDTA dapat menurunkan kadar timbal darah tikus ?

    b. Berapa lama pemberian ekstrak etanol rimpang temulawak setelah

    pemberian antidot Na2CaEDTA dapat menurunkan kadar timbal darah tikus?

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4

    2. Keaslian penelitian

    Penelitian mengenai rimpang temulawak telah banyak dilakukan

    mengingat banyak manfaat yang diperoleh dari rimpang temulawak. Penelitian

    yang pernah dilakukan sebelumnya antara lain Pengaruh infus rimpang temulawak

    (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) terhadap kondisi parameter pemeriksaan darah

    tikus putih yang diberi larutan timbal anorganik (Sugiharto, 2003), juga

    disebutkan bahwa infus rimpang temulawak dapat berperan sebagai

    hepatoprotektor pada tikus yang disuntik secara intraperitoneal dengan

    parasetamol dosis toksik (Ernie, dkk.,1996). Anonim (1998) menyatakan bahwa

    zat curcumin dapat berperan sebagai zat antioksidan dan detoksikasi dengan cara

    meningkatkan aktivitas enzim gluthatione S- transferase (GS-t) serta kelompok

    enzim gluthatione yang lain (GS-x) yang terdapat dalam hati.

    Penelitian mengenai efek pemberian timbal anorganik pada tikus putih

    telah dilakukan oleh Hariono (2005). Hasilnya, timbal dalam darah tikus

    mencapai kadar 0,75 µg/ml dalam kurun waktu 4 minggu. Hasil penelitian

    orientasi sebelumnya, pemejanan timbal selama 45 hari telah mencapai kadar

    toksik sebesar 0,75 ppm (Wahyunengsih, Fedelia, Astoro, Putri, 2007). Hal yang

    berbeda dari penelitian ini dengan penelitian orientasi sebelumnya adalah jenis

    tanaman yang digunakan yaitu temulawak. Sejauh pengetahuan penulis belum

    pernah dilakukan sebelumnya penelitian yang memberikan laporan resmi tentang

    pengaruh ekstrak etanol rimpang temulawak setelah pemberian antidot

    Na2CaEDTA terhadap penurunan kadar timbal darah tikus.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5

    3. Manfaat penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :

    a. Manfaat teoritis yaitu untuk melengkapi dan memperkaya teori yang telah

    ada mengenai terapi antidot dalam terapi penawarracunan timbal.

    b. Manfaat metodologis yaitu memberikan sumbangan metode yang efektif

    untuk penawarracunan timbal menggunakan bahan alam ekstrak rimpang

    temulawak dan antidot Na2CaEDTA.

    c. Manfaat praktis yaitu masyarakat dapat menggunakan sebagai terapi

    alternatif penawarracunan timbal dari tanaman temulawak dan Na2CaEDTA.

    B. Tujuan Penelitian

    Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu :

    1. Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol rimpang temulawak

    setelahpemberian antidot Na2CaEDTA dalam menurunkan kadar timbal

    darah tikus.

    2. Mengetahui berapa lama pemberian ekstrak etanol rimpang temulawak

    setelah pemberian antidot Na2CaEDTA dalam menurunkan kadar timbal

    darah tikus.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 6

    BAB II

    PENELAAHAN PUSTAKA

    A. Timbal (Pb)

    Timbal digolongkan sebagai logam berat yang bersifat toksik, lunak,

    dapat ditempa, berwarna putih kebiruan tapi akan memudar menjadi kelabu jika

    terkena udara (Anonim, 2007c). Timbal atau yang kita kenal sehari – hari dengan

    timah hitam dan dalam bahasa ilmiahnya dikenal dengan kata plumbum dan

    logam ini disimpulkan dengan Pb. Pada suhu 550-600ºC Pb menguap dan

    membentuk oksigen dalam udara membentuk timbal oksida. Bentuk oksida yang

    paling umum adalah timbal (II) (Palar,1994).

    Timbal adalah salah satu logam berat yang dapat menyebabkan gangguan

    kesehatan. Timbal dapat ditemukan dalam bentuk logam murni atau dalam bentuk

    senyawa organik atau anorganik. Semua bentuk timbal tersebut mempunyai efek

    toksis itas yang sama terhadap manusia (Hariono, 2005).

    1. Kinetika timbal

    Absorpsi timbal masuk ke dalam tubuh dapat melalui saluran pernafasan

    dan saluran pencernaan (dewasa 10%, anak – anak 50%), sedangkan absorpsi

    melalui kulit sangat kecil sehingga dapat diabaikan. Bahaya yang ditimbulkan

    oleh Pb tergantung oleh ukuran partikelnya. Partikel yang lebih kecil dari 10µg

    dapat tertahan di paru – paru, sedangkan partikel yang lebih besar mengendap di

    saluran nafas bagian atas (OSHA, 2005).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 7

    Setelah diabsorpsi, timbal didistribusikan melalui darah ( 99% diikat oleh

    eritrosit) diedarkan ke berbagai jaringan, termasuk transport transplasenta pada

    janin, dan juga CNS melewati sawar darah otak (Kosnett, 2006). Pada fase

    distribusi pertama, konsentrasi timbal tertinggi ditemukan dalam ginjal dan hati,

    kemudian akan terjadi redistribusi dalam jaringan yang kaya kalsium, terutama

    dalam tulang dan gigi (terbentuknya depot timbal) (Mutschler, 1991). Ditribusi Pb

    dalam tubuh dibagi menjadi dua yaitu ke jaringan lunak (sumsum tulang, sistem

    saraf, ginjal, hati) dan ke jaringan keras (tulang, kuku, rambut, gigi) (Palar, 1994).

    Ekskresi Pb melalui beberapa cara, yang terpenting adalah melalui ginjal

    dan saluran cerna. Ekskresi Pb melalui urine sebanyak 75 – 80%, melalui feses

    15% dan lainnya melalui empedu (35%), keringat, rambut, dan kuku (Palar,

    1994). Ekskresi Pb melalui saluran cerna dipengaruhi oleh saluran aktif dan pasif

    kelenjar saliva, pankreas dan kelenjar lainya di dinding usus, regenerasi sel epitel,

    dan ekskresi empedu, sedangkan proses ekskresi Pb melalui ginjal adalah melalui

    filtrasi glomerolus (Goldstein dan Kippen, 1994).

    Pada umumnya ekskresi Pb berjalan sangat lambat. Waktu paroh timbal

    didalam darah kurang lebih 25 hari, pada jaringan lunak 40 hari sedangkan pada

    tulang 25 tahun. Ekskresi yang lambat ini menyebabkan Pb mudah terakumulasi

    dalam tubuh (Nordberg, 1998).

    2. Intoksikasi timbal

    Intoksikasi (keracunan) Pb akut jarang terjadi, biasanya bersifat

    accidental poisoning yaitu termakannya senyawa Pb akut yang mengenai saluran

    pencernaan dapat berupa haus, nausea, vomitus, diare, konstipasi, sakir perut dan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 8

    rasa logam (metallic taste). Untuk gejala yang berhubungan dengan susunan saraf

    pusat berupa insomnia, tremor, halusinasi, dan gejala pada anak yang menonjol

    yaitu ataxia, konvulsi, koma dan ensefalopati. Gejala keracunan Pb terhadap

    susunan saraf perifer dapat berupa parestesi perasaan, sakit dan lemah pada otot

    terutama kaki. Anemia hemolitik berat kadang – kadang terjadi pada keracunan

    Pb akut. Hal ini diduga karena Pb merusak membran sel eritrosit muda dan

    dewasa pada sumsum tulang serta darah tepi (Sjamsudin dan Suyatna, 2007).

    Keracunan Pb kronik didapatkan melalui exposed terhadap Pb secara

    terus menerus sehingga kumulasi Pb makin meningkat dalam jaringan, suatu saat

    melampaui safety level dan menimbulkan keluhan dan gejala keracunan. Tanda

    dan gejala keracunan Pb biasanya terjadi pada kadar 0,8 µg/ml (0,8 ppm) darah

    atau lebih sedangkan ensefalopati terjadi pada kadar 1-2 ppm atau lebih. Menurut

    Brookes, kadar Pb 0,015 ppm umumnya diterima sebagai batas maksimum Pb

    udara dalam ruangan kerja (Sjamsudin dan Suyatna, 2007).

    Pada keracunan timbal kronis yang lebih sering terjadi (pada absorpsi per

    hari > 1 mg dalam jangka waktu yang lama akan terjadi kumulasi akibat eliminasi

    yang amat lambat) secara perlahan akan timbul gangguan pada komponen darah,

    sumsum tulang, sistem saraf, otot polos (terutama dari saluran cerna), ginjal, dan

    kulit serta mukosa (Mutschler, 1991).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 9

    3. Mekanisme keracunan timbal

    a. Efek timbal terhadap sintesis heme

    Toksisitas timbal disebabkan adanya interaksi antar timbal dengan

    senyawa ligand yang ada di dalam tubuh, misalnya gugus enzim –SH dari d-ALA

    (yang mengakibatkan penumpukan d- ALA) dan enzim heme sintetase

    (mengakibatkan protoporfirin) sehingga terjadi hambatan sintesis hemoglobin.

    Timbal juga dapat menghambat enzim ferokelatase yang menyebabkan ion Fe

    tidak dapat berikatan dengan cincin protoporfirin, sebab terjadi kompetisi antara

    timbal dengan Fe. Akibat dari hal – hal tersebut diatas, maka timbal dapat

    mengakibatkan penurunan kadar hemoglobin (Sadikin, 2001; Habal, 2002).

    Keadaan ini sesuai dengan penelitian Juliardi (1999) yang menyebutkan bahwa

    pemberian larutan timbal dapat mengakibatkan penurunan kadar hemoglobin.

    Gambar 1. Hematotoksisitas Pb pada sintesis Heme

    (Goldstein dan Kipen, 1994). Keterangan gambar : 1. delta-aminolevulinic acid synthetase (d- ALA synthetase) 2. delta-aminolevulinic acid dehydratase (d- ALA dehydratase) 3. uroporphyrinogen I synthetase dan uroporphyrinogen III synthetase 4. uroporphyrinogen decarboxylase 5. coproporphyrinogen III oxidase 6. protoporphyrinogen IX oxidase

    7. ferrochelatase

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 10

    b. Kompetisi timbal dengan kalsium

    Toksisitas timbal lebih karena sifatnya yang meniru kalsium dan

    mengambil alih fungsi proses selular penting yang tergantung kalsium. Timbal

    memiliki ikatan koordinasi yang lebih kuat dibandingkan dengan kalsium, yang

    akhirnya berikatan dengan ligan oksigen. Timbal juga akan membentuk kompleks

    dengan ligan lain, terutama gugus sulfhidril dan akan membentuk kompleks ion

    dengan OH-, Cl-, NO3-, dan CO32- (Anonim, 2007c).

    Transpor timbal menembus membran eritrosit diperantarai oleh anion

    exchanger dan pompa Ca-ATPase. Pada jaringan lain, timbal menembus membran

    sel melalui voltage-dependent atau jenis lain kanal kalsium. Setelah masuk ke

    sitoplasma, timbal akan menempati tempat ikatan kalsium pada protein yang

    tergantung kalsium. Timbal berikatan dengan kalmodulin, protein yang berperan

    sebagai sensor terhadap konsentrasi kalsium bebas dan sebagai mediator

    pelepasan neurotransmiter (gambar 3).

    Gambar 2. Peran kalsium dalam pelepasan neurotransmitter (Clarkson, 1987).

    Pada otak, timbal terakumulasi dalam sel astroglia, yang melindungi

    neuron-neuron. Astrosit dapat mati karena efek toksik ion Pb2+. Uptake timbal

    dalam sel astroglia dan neuron diperantarai oleh kanal kalsium (Anonim, 2007c).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 11

    c. Pengaruh timbal terhadap enzim antioksidan

    Efek toksisitas timbal secara tidak langsung dengan memacu produksi

    ROS (reaktive oxygen species), meningkatkan tingkat pro-oksidan sel dengan

    mengurangi cadangan glutation (GSH), mengaktifkan sistem yang bergantung

    pada kalsium. Gambar 3 menunjukkan proses terbentuknya ROS oleh timbal

    selama transpor elektron melalui membran dan peran enzim antioksidan dalam

    mengurangi ROS serta pengaruh antioksidan askorbat (AsA) dan glutation (GSH).

    Timbal akan menginduksi peningkatan pembentukan ROS (.O2-, H2O2, .OH),

    meningkatkan aktivitas enzim antioksidan superoksida dismutase (SOD), guaiacol

    peroksidase (GPX), askorbat peroksidase (APX), dehidroaskorbat reduktase

    (DHAR) dan NADPH dependen glutation reduktase (GR), tapi akan menurunkan

    aktivitas katalase (CAT). Siklus Haber-Weiss dan mekanisme Fenton akan

    menghasilkan radikal hidroksil (•OH) dari anion superoksida (O2-•) dan H2O2.

    Enzim antioksidan akan mengkatalisis penguraian H2O2 menjadi air dan oksigen.

    Timbal menginduksi aktivitas peroksidase di dalam membran sel. GR memiliki

    peranan penting melawan oksidatif yang diinduksi timbal.

    Gambar 3. Pengaruh timbal terhadap proses pembentukan Reactive Oxygen Species

    (ROS) dan aktivitas enzim antioksidan. Tanda + dan – menunjukkan induksi atau inhibisi karena disebabkan timbal (Sharma, Dubey, 2005).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 12

    B. Natrium-Kalsiumedetat (Na2CaEDTA)

    Natrium kalsiumedetat merupakan chelator yang efisien dari banyak

    logam yang divalen dan trivalen in vivo. Obat ini diberikan sebagai suatu garam

    kalsium dinatrium untuk mencegah kekurangan kalsium yang secara potensial

    membahayakan jiwa. Natrium kalsiumedetat kurang mampu menembus sel dan

    sebab itu mengkhelasi ion logam ekstraseluler secara lebih efektif dari pada ion

    intraseluler. Sifat natrium kalsiumedetat yang memiliki ion polar tinggi

    membatasi penyerapannya secara oral. Selain itu pemberian oral dapat

    meningkatkan penyerapan timbal dari usus (Katzung, 2004).

    1. Farmakologi

    Natrium kalsiumedetat digunakan sebagai agen pengkhelat untuk

    meningkatkan eliminasi logam toksik tertentu, terutama timbal. Eliminasi dari

    logam endogen termasuk seng, mangan, besi dan tembaga, mungkin juga terjadi

    pengurangan jumlahnya. Paroh waktu di plasma adalah 20 – 60 menit, dan 50%

    dari dosis yang diinjeksikan akan diekskresikan lewat urin dalam 1jam.

    Peningkatan ekskresi timbal lewat urin dimulai dalam 1jam setelah pemberian

    EDTA, dan ini akan diikuti dengan penurunan kadar timbal dalam darah secara

    menyeluruh setelah diberikan perlakuan. Natrium kalsiumedetat memindahkan

    timbal dari jaringan lunak dan dari fraksi tempat penyimpanan timbal yang lebih

    besar yang terdapat di tulang (Kosnett, 2006).

    2. Indikasi

    Pengobatan dengan natrium kalsiumedetat menyebabkan kenaikan

    bermakna ekskresi timbal pada urin dan penurunan konsentrasi timbal dalam

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 13

    darah, namun tidak begitu berdampak terhadap kadar timbal dalam otak atau

    tulang. Pada pasien dengan fungsi ginjal kurang ekresi obat dan efek mobilisasi

    logam dapat tertunda. Pembatasan waktu pengobatan 5 hari sampai beberapa hari

    berturut – turut karena natrium kalsiumedetat menyebabkan nefrotoksisitas

    (Katzung, 2004).

    Natrium kalsiumedetat digunakan untuk menurunkan konsentrasi timbal

    dalam darah dan meningkatkan ekskresi timbal lewat urin pada individu dengan

    simptomatik intoksikasi timbal dan juga pada individu asimptomatik intoksikasi

    timbal. Meskipun pengalaman klinis terkait dengan natrium kalsiumedetat dalam

    menyembuhkan gejala (khususnya kolik akibat timbal) dan juga dapat

    menurunkan mortalitas, kontrol klinis tentang efikasinya masih kurang, dan

    rekomendasi perawatan telah sering diberikan secara empiris (Kosnett, 2006).

    3. Kontraindikasi

    Sejak natrium kalsiumedetat meningkatkan ekskresi timbal melalui

    ginjal, anuria merupakan kontraindikasinya. Dengan pengurangan dosis, dengan

    perhatian yang seksama, pada pasien dengan disfungsi renal, dapat menyebabkan

    akumulasi natrium kalsiumedetat yang dapat meningkatkan resiko nefrophati

    (Kosnett, 2006).

    4. Dosis dan cara pemberian

    Keracunan timbal dengan ensefalophati, atau blood lead level (BLL)

    lebih besar dari 100 µg/dl. Diberikan natrium kalsiumedetat pada dosis 1500

    mg/m2 /hari (30mg/kg) dalam 2- 3 dosis terbagi (setiap 8 – 12 jam) secara intra

    muskular atau secara kontinus infusi intra vena (dilarutkan dari 2 - 4 mg/ml dalam

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 14

    5% dextrose atau dalam larutan saline). Pemberian biasanya berlanjut selama 5

    hari. Keracunan timbal simptomatik tanpa ensefalophati, dan BLL 50 – 100 µg/dl.

    Diberikan natrium kalsiumedetat pada dosis 1000 – 1500 mg/m2 /hari (20 – 30

    mg/kg ) pada 2-3 dosis terbagi secara intra muskular atau secara kontinus infusi

    intra vena (dilarutkan dari 2-4 mg/ml) selama 3 -5 hari. Terapi natrium

    kalsiumedetat secara oral tidak direkomendasikan untuk pencegahan atau

    perawatan keracunan timbal, karena dimungkinkan adanya peningkatan absorpsi

    timbal dari saluran gastrointestinal (Kosnett, 2006).

    5. Efek samping

    a. Nefrotoksik (misal : nekrosis akut tubular, proteinuria, hematuria ) mungkin

    dapat dikurangi dengan minum yang mencukupi, adanya aliran urin yang

    mencukupi, mencegah dosis yang berlebih, dan pembatasan pemberian selama

    5 hari atau kurang.

    b. Individu dengan intoksikasi timbal ensefalophati, cepat atau volume infusi

    yang tinggi dapat meningkatkan tekanan intrakranial. Dalam kasus ini,

    penggunaan injeksi I.M atau volume yang lebih rendah, infusi i.v yang dengan

    konsentrasi yang lebih tinggi, lebih dianjurkan.

    c. Nyeri lokal dapat terjadi saat pemberian injeksi I.M. Lidokain (1 ml lidokain

    1% untuk setiap ml konsentrasi natrium kalsiumedetat) bisa ditambahkan

    untuk mengurangi ketidaknyamanan.

    d. Kelalaian penggunaan natrium kalsiumedetat dapat menyebabkan hipokalemia

    yang serius.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15

    e. Penggunaan untuk kehamilan tidak direkomendasikan. Keamanan dari

    natrium kalsiumedetat untuk kehamilan belum ditetapkan. Malformasi dari

    janin dengan dosis yang tinggi telah dilaporkan dari percobaan pada hewan

    (Kosnett, 2006 ).

    Na O C

    O

    CH2

    N

    H2C

    C O

    Ca

    O C

    CH2N

    O

    H2CCH2H2C C O

    O

    Na

    O

    Gambar 4. Struktur Natrium-Kalsiumedetat (Katzung, 2004)

    C. Temulawak

    1. Keterangan botani

    Tanaman temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.) dalam tata nama

    tumbuhan termasuk dalam famili Zingiberaceae. Spesies lain dari kerabat dekat

    temulawak adalah tanaman temu ireng (C.aeruginosa ROXB.), temu putih (C.

    zeodaria ROSC.), dan temu kunyit (C. domestica VAL.). Temulawak mempunyai

    beberapa nama daerah, diantaranya adalah koneng gede (Sunda), temo lobak

    (Madura), dan temulawak (Indonesia).

    2. Morfologi tanaman

    Temulawak termasuk tanaman tahunan yang tumbuh merumpun.

    Tanaman ini berbatang semu dan habitusnya dapat mencapai ketinggian 2 - 2,5

    meter. Tiap rumpun tanaman terdiri atas beberapa tanaman (anakan), dan tiap

    tanaman memiliki 2 -9 helai daun.Daun tanaman temulawak bentuknya panjang

    dan agak lebar. Lamina daun dan seluruh ibu tulang daun bergaris hitam. Panjang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 16

    daun sekitar 50 – 55 cm, lebarnya ± 18 cm, dan tiap helai daun melekat pada

    tangkai daun yang posisinya saling menutupi secara teratur (Rukmana, 1994).

    3. Kandungan kimia

    Kandungan senyawa kimia dalam tumbuhan temulawak terutama dalam

    rimpangnya antara lain sebagai berikut : ion – ion Fe, Ca, Na, dan K (Habal,

    2002), kurkumin yaitu suatu zat warna kuning 1,6 – 2,22 % berdasar berat kering

    terdiri dari : kamfor 1%, folilmetilkarbinol 5%, dan isoprena mirsena 85%;

    kandungan pati yaitu 30 – 40 % (Lukman dan Toga, 1985 ); xanthorrhizol dan

    demetoksikurkumin (Soedibyo,1998).

    Kurkumin merupakan senyawa kandungan utama tanaman kunyit

    (Curcuma longa Val.) terdapat juga dalam tanaman temulawak (Curcuma

    xanthorriza Roxb.) dan tanaman temugiring (Curcuma heyneana Val.Dan Ziep.)

    (familia Zingiberaceae). Kurkumin yang murni sangat sulit diperoleh langsung

    dari rimpang karena seringkali tercampur dengan dua turunannya yaitu

    demetoksikurkumin dan bisdemetoksikurkumin (Donatus, 1994).

    Kurkumin (C21H20O6) berwarna kuning oranye, serbuk berbentuk kristal,

    dan berat molekulnya 368,37. Titik lebur dari kurkumin ini yaitu 183ºC.

    Kurkumin tidak larut dalam air dan eter tetapi larut dalam alkohol dan asam asetat

    glasial (Anonim, 1989). Menurut Tonnesen (1986), kurkumin dan analognya

    mempunyai aktivitas biologi antara lain sebagai antiinflamasi, antioksidan, dan

    kolagen. Disamping itu kurkumin juga mempunyai aktivitas biologi broad

    spectrum yaitu sebagai hipokolesteremik, antiinflamasi, antireumatik, antibakteri,

    antihepatotoksik, menurunkan glukosa darah dan hipotensif.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 17

    Rumus bangun kurkumin telah berhasil dicandra oleh Lempe dkk pada

    tahun 1940 dan pertama kali disintesis oleh Lempe dan Milobedzka pada tahun

    1913. Kurkumin tergolong senyawa diarilheptanoid dengan rumus molekul

    C21O6H2O. Struktur kimia dari kurkumin adalah sebagai berikut :

    HO

    R1

    O

    H

    O

    OH

    R2

    Gambar 5. Struktur molekul kurkumin (Roughley and Whiting, 1973). Keterangan : R1 = R2 = OCH3 kurkumin

    R1 = H R2 = OCH3 demetoksikurkumin

    R1 = R2 = H bidemetoksikurkumin

    4. Khasiat dan kegunaan

    Menurut Lukman dan Toga (1985), temulawak berkhasiat sebagai

    penghambat pertumbuhan bakteri, sedangkan menurut Soedibyo (1998),

    temulawak dapat berkhasiat sebagai antiinflamasi, antipiretik, kholeretik, dan

    kholagoga, di samping itu temulawak dapat digunakan untuk mengobati batu

    empedu, batu ginjal, cacar air, demam, pelancar ASI, nyeri sendi, nyeri haid,

    sembelit, dan kolesterol tingi.

    5. Efek farmakologi

    Pada dasarnya aktivitas temulawak pada hati berkaitan erat dengan

    aktivitas kolagog dalam bentuk kolikinetik dan koleretik yang berpengaruh pada

    hati, kandung empedu dan pankreas. Khasiat antihepatotoksik kurkumin secara in

    vitro diteliti oleh Kiso ( 1983) yang melakukan induksi hepatotoksik pada hewan

    percobaan menggunakan karbontetraklorida dan d-galaktosamin. Pemberian

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18

    kurkumin dosis 1 mg/hari dapat mengurangi aktivitas enzim glutamat oksaloasetat

    transaminase (GOT) sebesar 53% serta menurunkan aktivitas enzim glutamat

    piruvat transaminase (GPT) sebesar 20%.

    Suyatna (1992) melakukan penelitian histopatologi mengenai aktivitas

    hepatoprotektor ekstrak temulawak yang mengandung 5% kurkumin. Uji

    hepatoprotektor ini menggunakan hewan percobaan yang diinduksi hepatotoksis

    dengan parasetamol dosis tinggi (2500 mg/kg BB). Dosis ekstrak temulawak yang

    digunakan dalam penelitian ini terdiri atas dosis rendah 50 mg/kg BB dan dosis

    tinggi (250 dan 1000 mg/kg BB). Dengan menggunakan n – asetil sistein sebagai

    pembanding disimpulkan bahwa ekstrak temulawak dosis rendah tidak

    menunjukkan aktivitas hepatoprotektor tetapi pada dosis tinggi dapat menurunkan

    kadar SGOT dan SGPT, serta menunjukkan gambaran histologi yang sama baik

    dengan n – asetilsistein (Anonim, 2000a).

    D. Terapi Antidot

    Yang dimaksud dengan terapi antidot adalah tata cara yang secara

    khusus ditujukan untuk membatasi intensitas (kekuatan) efek toksik zat kimia atau

    menyembuhkan efek toksik yang ditimbulkannya sehingga bermanfaat dalam

    mencegah timbulnya bahaya lebih lanjut. Berarti sasaran terapi antidot adalah

    pengurangan intensitas efek toksik (Donatus, 1997).

    Strategi penatalaksanaan terapi antidot dapat dilakukan dengan cara :

    a. Penghambatan keefektifan absorbsi bahan berbahaya

    b. Penghambatan keefektifan distribusi bahan berbahaya

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 19

    Peningkatan keefektifan metabolisme dan ekskresi (eliminasi) bahan berbahaya

    terkait (Donatus, 1997).

    Terapi khelasi dapat menggunakan succimer atau kalsium disodium

    edetat, dengan atau tanpa dimerkaprol. Agen pengkhelat dapat digunakan untuk

    mengikat timbal menjadi bentuk yang dapat diekskresikan. Khelat diindikasikan

    untuk dewasa dengan gejala keracunan ditambah kadar Pb darah > 70 µg/dL, dan

    anak dengan encephalopathy atau kadar Pb darahnya > 45 µg/dL (> 2,17 mmol/L)

    (Anonim, 2005).

    E. Ekstraksi

    Penyarian merupakan peristiwa pemindahan massa. Zat aktif yang

    semula berada di dalam sel, ditarik oleh cairan penyari sehingga terjadi larutan zat

    aktif dalam cairan penyari tersebut. Pada umumnya penyarian akan bertambah

    baik bila permukaan serbuk simplisia yang bersentuhan dengan cairan penyari

    makin luas (Anonim, 1986). Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair

    dibuat dengan menyari nabati atau hewani menurut cara yang cocok, diluar

    pengaruh cahaya matahari langsung (Anonim, 1979a).

    Cairan pelarut dalam proses pembuatan ekstrak adalah pelarut yang baik

    (optimal) untuk senyawa kandungan yang berkhasiat atau yang aktif, dengan

    demikian senyawa tersebut dapat terpisahkan dari bahan dan dari senyawa

    kandungan lainnya, serta ekstrak hanya mengandung sebagian besar senyawa

    kandungan yang diinginkan (Anonim, 2000c). Cairan penyari yang biasa

    digunakan adalah air, eter atau campuran etanol dan air. Penyarian simplisia

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 20

    dengan air dapat dilakukan dengan maserasi, perkolasi atau penyeduhan dengan

    air mendidih. Penyarian campuran etanol dan air dilakukan dengan cara maserasi

    dan perkolasi. Penyarian dengan eter dilakukan dengan perkolasi (Anonim,

    1979b). Untuk penyarian, Farmakope Indonesia menetapkan cairan penyari,

    digunakan air, etanol, etanol air atau eter. Untuk obat tradisional masih terbatas

    pada penggunaan penyari air dan etanol (Anonim, 1986).

    Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan

    pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur

    ruangan (kamar) (Anonim, 2000c). Maserasi dilakukan dengan cara merendam

    serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel

    dan akan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan

    larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel

    dengan sel di luar, maka larutan yang terpekat didesak ke luar. Cairan penyari

    yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol, atau pelarut lain (Anonim,

    1986). Maserasi adalah cara ekstraksi yang paling sederhana. Bahan simplisia

    yang dihaluskan sesuai dengan syarat farmakope disatukan dengan bahan

    pengekstraksi. Selanjutnya rendaman tersebut disimpan terlindung dari cahaya

    langsung (mencegah reaksi yang dikatalisis cahaya atau perubahan warna) dan

    dikocok kembali tiap beberapa waktu, biasanya 3 kali sehari. Waktu lamanya

    maserasi berbeda – beda tergantung dari tiap – tiap farmakope. Selesainya waktu

    maserasi ditandai dengan tercapainya keseimbangan antara bahan yang diekstraksi

    pada bagian dalam sel dengan yang masuk ke dalam cairan pengekstraksi (Voigt,

    1994).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 21

    F. Spektroskopi Serapan Atom (SSA)

    1. Prinsip metode spektroskopi serapan atom

    Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Walsh pada tahun 1950

    (Brokaert, 2002). Prinsip metode SSA adalah absorpsi cahaya oleh atom pada

    panjang gelombang tertentu. Timbal menyerap cahaya pada panjang gelombang

    283 nm. Cahaya pada panjang gelombang ini mempunyai cukup energi untuk

    mengubah tingkat elektronik atom. Dengan penyerapan energi, energi yang

    diperoleh lebih banyak, sehingga suatu atom pada keadaan dasar akan dinaikkan

    tingkat energinya ke tingkat eksitasi (Khopkar, 2003). Sensitifitas SSA tinggi

    untuk menganalisis elemen, terutama logam, termasuk alumunium, arsenik,

    berilium, kalsium, tembaga, besi, timbal, dan lithium dalam jumlah sedikit

    (Anonim, 1998b).

    Beberapa panjang gelombang unsur akan menghasilkan garis spektrum.

    Panjang gelombang yang menghasilkan garis spektrum tajam dengan intensitas

    maksimum dapat dip ilih dan disebut garis resonansi. Panjang gelombang yang

    dipilih untuk menganalisis timbal adalah 283 nm (Khopkar, 2003).

    Temperatur mempengaruhi proses atomisasi. Temperatur nyala harus

    sesuai dengan energi yang dibutuhkan untuk melepas atom dari ikatannya

    sehingga akan diperoleh atom-atom bebas pada keadaan ground state. Besar

    pengaruh temperatur terhadap perbandingan jumlah atom pada keadaan eksitasi

    dan jumlah atom pada keadaan ground state dinyatakan dengan persamaan

    Boltzman :

    −=

    KT

    E

    P

    P

    N

    N j

    o

    j

    o

    j exp (1)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 22

    dimana Nj dan No masing-masing adalah jumlah atom pada keadaan eksitasi dan

    jumlah atom pada keadaan ground state. K adalah tetapan Boltzman (1,38 x 10-16

    erg/K). T adalah temperatur absolut (Kelvin). Ej adalah perbedaan energi tingkat

    eksitasi dan tingkat ground state. Pj dan Po adalah faktor statistik yang ditentukan

    oleh banyaknya tingkat yang mempunyai energi setara pada masing-masing

    tingkat kuantum. Keberhasilan analisis pada SSA tergantung pada proses

    atomisasi dan serapan oleh atom-atom bebas yang netral (Khopkar, 2003).

    2. Instrumentasi spektroskopi serapan atom

    Spektrometer serapan atom mempunyai 4 bagian dasar, yaitu lampu yang

    memancarkan panjang gelombang khusus tiap elemen, tempat sampel, flame

    untuk menguapkan sampel dan detektor (Anonim, 2006b).

    Gambar 6. Instrumen Spektroskopi Serapan Atom ( Anonim, 2006b ).

    Atomisasi adalah proses yang mengubah unsur yang akan dianalisis

    menjadi uap atom (Price, 1972). Atomisasi dapat dilakukan dengan nyala maupun

    dengan tungku. Untuk mengubah unsur metalik menjadi uap atau hasil disosiasi

    diperlukan energi panas. Temperatur pada nyala harus benar-benar sesuai dengan

    energi yang dibutuhkan untuk melepas atom dari ikatannya sehingga diperoleh

    atom-atom bebas pada keadaan ground state (Price, 1972).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 23

    Gambar 7. Prinsip metode spektroskopi serapan atom dan

    instrumentasinya (Anonim, 2006a)

    Atomisasi (gambar 8) dilakukan dengan bantuan gas pembakar. Gas

    pembakar terdiri dari propana, asetilena dan hidrogen. Oksidan adalah zat yang

    digunakan untuk mengoksidasi bahan bakar dalam nyala (Price, 1972). Brokaert

    (2002) menyebutkan bahwa oksidan terdiri dari N2O atau udara. Campuran udara

    dan asetilen menghasilkan temperatur sebesar 2300°K. Temperatur yang

    dihasilkan campuran tersebut cukup tinggi untuk membuat atomisasi yang baik

    (Price, 1972).

    Gambar 8 . Skema proses atomisasi sampel.

    M : logam (metal); M*: atom yang tereksitasi. Pada SSA yang diukur adalah M’ yaitu atom dalam keadaan ground state

    (Bassett, Denney, Jeffery, Mendham, 1994)

    Zona nyala pada SSA yaitu primary combustion zone, interzonal region

    dan secondary combustion zone (gambar 9). Penyerapan paling baik terjadi pada

    interzonal region. Pada zona ini, atom dalam keadaan gas segera menyerap energi

    radiasi yang diemisikan oleh lampu katoda berongga (Skoog, West, Holler.,

    1994).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 24

    Gambar 9. Pembagian zona nyala pada pembakar

    pada spektroskopi serapan atom (Skoog, West, Holler, 1994)

    Sumber radiasi yang digunakan pada SSA adalah lampu katoda berongga

    (hollow cathode lamp) yang memiliki 2 elektroda (gambar 10). Salah satunya

    berbentuk silinder dan terbuat dari unsur yang sama dengan unsur yang dianalisis.

    Lampu ini diisi dengan gas mulia bertekanan rendah. Dengan pemberian tegangan

    pada arus tertentu, logam mulai memijar dan atom-atom logam katodanya akan

    teruapkan dengan pemercikan. Atom akan tereksitasi kemudian mengemisikan

    radiasi pada panjang gelombang tertentu. Suatu garis yang diinginkan dapat

    diisolasi dengan suatu monokromator (Khopkar, 1990).

    Gambar 10. Lampu katoda berongga (hollow cathode lamp)

    pada SSA dan bagian-bagiannya (Levinson,2006)

    3. Keunggulan dan kelemahan metode spektroskopi serapan atom

    Keunggulan menggunakan metode SAA untuk analisis adalah tidak perlu

    adanya pemisahan dari sampel. Unsur yang terdapat dalam sampel dapat dianalisis

    tanpa memisahkan dengan unsur lain, karena digunakan sumber radiasi khusus

    yang sesuai dengan unsur yang dianalisis. Metode ini kurang sensitif untuk

    analisis sampel bukan logam, sehingga menjadi kelemahannya (Mulja dan

    Suharman, 1995).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 25

    G. Validasi Metode Analisis

    Validasi suatu metode analisis adalah proses yang dibuat oleh suatu studi

    laboratorium, sehingga karakteristik pelaksanaan metode memenuhi persyaratan

    aplikasi analisis yang diinginkan. Parameter – parameter validitas metode analisis

    antara lain : akurasi, presisi, linieritas, spesifisitas, range, detection limit, dan

    quantitation limit (Anonim, 2007e).

    1. Akurasi

    Akurasi dari suatu metode analisis merupakan kedekatan hasil pengukuran

    yang diperoleh dengan metode tersebut dengan nilai sebenarnya. Akurasi dari

    suatu metode analisis sebaiknya disajikan dalam rentang. Akurasi dihitung

    sebagai presentase recovery pengujian sejumlah analit yang diketahui jumlahnya

    atau sebagai perbedaan antara rata – rata dan nilai sebenarnya yang bisa diterima,

    bersama dengan taraf kepercayaan (Anonim, 2007e).

    2. Presisi

    Presisi dari suatu metode analisis adalah derajat kesesuaian antara hasil

    pengukuran ketika metode tersebut diaplikasikan secara berulang – ulang pada

    sampel yang homogen. Presisi biasanya ditunjukkan dengan standar deviasi atau

    koefisien variasi dari sebuah seri pengukuran. Presisi dapat dijadikan ukuran dari

    salah satu derajat reproducibility atau repeatability suatu metode analisis dalam

    kondisi pekerjaan yang normal. Reproducibility mengacu pada penggunaan

    prosedur analisis di laboratorium yang berbeda. Intermediate precission

    menyatakan variasi dalam laboratorium, seperti hari berbeda, analisis yang

    berbeda atau peralatan dalam laboratorium yang sama. Repeatability mengacu

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 26

    pada penggunaan metode analisis dalam laboratorium pada suatu periode tertentu

    dengan analis yang sama dengan peralatan yang sama. (Anonim, 2007e).

    Kriteria seksama diberikan jika metode memberikan simpangan baku

    relatif atau koefisien variasi 2% atau kurang. Akan tetapi kriteria ini sangat

    fleksibel tergantung pada kondisi analit yang diperiksa, jumlah sampel dan

    kondisis laboratorium.

    Tabel I. Kriteria KV yang dapat diterima Kadar Analit Koefisien Variasi (%)

    =1% 2,5

    O,1% 5

    1 ppm 16

    1 ppb 32

    (Harmita, 2004).

    3. Spesifisitas

    Menurut International Conference of Harmonizatio (ICH), spesifisitas

    didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengukur dengan baik komponen lain

    dalam analit yang mungkin ada seperti pengotor, produk degradasi, dan

    komponen matriks (Anonim, 2007e).

    4. Detection limit dan Quantitation limit

    Detection limit adalah kadar terkecil analit yang masih dapat di deteksi,

    tetapi tidak secara kuantitatif pada kondisi percobaan yang dinyatakan.

    Quantitation limit adalah kadar terkecil analit dalam sampel yang dapat

    ditetapkan dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima pada kondisi percobaan

    yang dinyatakan. Quantitation limit diekspresikan sebagai konsentrasi dari analit

    (contoh : persentase, part per billion) dalam sampel.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 27

    5. Linieritas dan rentang

    Linieritas suatu prosedur analisis merupakan kemampuan untuk

    mendapatkan hasil uji secara langsung atau secara matematis, proporsional

    dengan konsentrasi analit di dalam sampel dengan pemberian rentang. Sebagai

    parameter adanya hubungan linier digunakan koefisien korelasi (r). Persyaratan

    data linieritas yang biasa diterima jika memenuhi nilai koefisien korelasi (r) >0,99

    (Christian, 2004). Rentang adalah jarak antara level terbawah dan teratas dari

    metode analisis yang telah dipakai untuk mendapatkan presisi, linieritas dan

    akurasi yang bisa diterima (Anonim, 2007e).

    Metode analisis dibedakan menjadi empat kategori :

    1. Kategori I

    Mencakup metode – metode analisis kuantitatif, untuk menetapkan kadar

    komponen utama bahan obat atau zat aktif (termasuk pengawet) dalam sediaan

    farmasi.

    2. Kategori II

    Mencakup metode – metode analisis kualitatif dan kuantitatif yang

    digunakan untuk menganalisis impurities (cemaran) ataupun degradation

    compounds dalam sediaan farmasi.

    3. Kategori III

    Mencakup metode – metode analisis yang digunakan untuk menentukan

    karakteristik penampilan suatu sediaan farmasi (misal : kecepatan disolusi dan

    kecepatan pelepasan obat)

    4. Kategori IV (tes Identifikasi)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 28

    Tabel II. Parameter validitas metode yang dipersyaratkan untuk setiap kategori Kategori II Parameter

    analisis Kategori I

    kuantitatif kualitatif

    Kategori III Kategori IV

    Akurasi ya ya * * tidak

    Presisi ya ya tidak ya ya Spesifisitas ya ya ya * tidak Limit deteksi tidak tidak ya * tidak Limit kuantitasi tidak ya tidak * tidak Linieritas ya ya tidak * tidak

    Range ya ya * * tidak

    * = mungkin diperlukan, tergantung sifat spesifik tes (Anonim, 2007e).

    Terdapat 3 prinsip dasar yang perlu diketahui untuk meningkatkan

    validitas percobaan. Prinsip-prinsip dasar tersebut meliputi replikasi, randomisasi

    dan adanya kontrol (Nazir, 2005). Menurut Chan, Lam, Lee, Zhang (2004),

    karakteristik validasi metode kuantitatif pada logam berat, termasuk timbal,

    dengan spektroskopi meliputi

    Tabel III. Syarat karakteristik validasi metode analisis logam berat dengan spektroskopi

    Uji kemurnian Karakteristik Identifikasi Kuantitatif Limit

    Pengujian kadar logam

    Akurasi - + - + Presisi

    Repeatibilitas - + - + Intermediate precision - - - +

    Spesifisitas + + + + LOD - - + - LOQ - + - - Linearitas - + - + Rentang - + - +

    -: karakteristik tidak biasa dilakukan. +: karakteristik biasa dilakukan

    H. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

    Kromatografi lapis tipis merupakan cara pemisahan yang berdasarkan

    pada pembagian dua senyawa dalam fase diam yang berupa bidang datar. Lapisan

    yang memisahkan terdiri atas bahan berbutir – butir (fase diam), ditempatkan pada

    penyangga berupa pelat gelas, logam, atau lapisan yang cocok. Campuran yang

    akan dipisahkan berupa larutan, ditotolkan berbentuk bercak atau pita (awal).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 29

    Setelah pelat atau lapisan ditaruh di dalam bejana tertutup rapat yang berisi

    larutan pengembang yang cocok (fase gerak), pemisahan terjadi selama

    perambatan kapiler (pengembangan). Selanjutnya, senyawa yang tidak berwarna

    harus ditampakkan atau dideteksi (Stahl,1985). Analisis dengan KLT sering

    digunakan karena prosedurnya sederhana, pemisahan lebih cepat dan baik serta

    dapat memisahkan dalam jumlah yang relatif kecil sampai beberapa mikrogram.

    Kecepatan pemisahannya tinggi dan mudah untuk memperoleh kembali senyawa

    yang dipisahkan (Khopkar, 1990). Metode KLT dapat digunakan untuk analisis

    baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Dasar dari analisis yang bersifat

    kualitatif adalah dengan membandingkan atau mengukur jarak Rf (Rate of Flow)

    dan warna bercak dengan zat baku. Harga Rf ini adalah tetapan fisika yang

    dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti : tebal lapisan, kejenuhan bejana,

    kelembaban udara, fase gerak, bahan penyerap, dan suhu (Sastrohamidjojo, 1985).

    Fase gerak adalah medium angkut dan terdiri atas satu atau beberapa

    pelarut, ia bergerak di dalam fase diam, yaitu suatu lapisan berpori karena ada

    gaya kapiler. Pemilihan fase gerak untuk KLT tergantung pada polaritas pelarut,

    yaitu pelarut yang mempunyai polaritas tinggi akan mengubah kromatografi

    pembagian, dan dapat mempermudah lepas atau rusaknya lapisan tipis. Urutan

    polaritas dari fase gerak tersebut dari non polar ke polar adalah : n-hexana,

    heptana, siklohexana, karbontetraklorida, benzena, kloroform, eter, etil asetat,

    piridina, aseton, etanol, metanol, dan air. Efek elusi dapat naik dengan kenaikan

    kepolaran pelarut, sedangkan laju rambat tergantung kepada viskositas pelarut dan

    struktur lapisan (Stahl, 1969).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 30

    I. Landasan Teori

    Timbal merupakan salah satu logam berat yang dapat meracuni tubuh

    manusia melalui saluran pernafasan, saluran pencernaan dan juga melalui kulit.

    Keracunan timbal dapat ditangani dengan terapi antidot Na2CaEDTA,

    dimercaprol, D- penicillamine. Antidot yang paling spesifik untuk timbal adalah

    antidot Na2CaEDTA yang merupakan agen pengkhelat. Penelitian ini dilakukan

    sebagai respon dari berbagai penelitian yang telah berhasil membuktikan bahwa

    rimpang temulawak mempunyai aktivitas terapetik yang potensial untuk

    mengatasi keracunan timbal. Berdasarkan khasiat dan kegunaan temulawak yang

    beraneka ragam diantaranya adalah sebagai antiinflamasi, antihepatoksik dan juga

    mampu menurunkan kadar timbal dalam darah.

    Dari penelitian tersebut timbul pemikiran bahwa pemberian ekstrak

    etanol rimpang temulawak setelah Na2CaEDTA diduga dapat lebih efektif

    menurunkan kadar timbal dalam darah. Atas dasar dugaan tersebut maka pada

    penelitian ini akan dilakukan pengujian terapi antidot untuk timbal menggunakan

    ekstrak etanol rimpang temulawak setelah sebelumnya diberikan Na2CaEDTA.

    Hal tersebut dilakukan dengan harapan timbal dalam darah yang terdetoksifikasi

    semakin banyak sehingga penawarracunan timbal akan didapatkan hasil yang

    lebih optimal.

    J. Hipotesis

    Pemberian ekstrak etanol rimpang temulawak setelah pemberian antidot

    Na2CaEDTA memiliki efek sinergis menurunkan kadar timbal darah tikus

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 31

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis dan Rancangan Penelitian

    Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni rancangan

    acak pola searah.

    B. Variabel dan Definisi Operasional

    1. Variabel penelitian

    a. Variabel utama :

    1) Variabel bebas yaitu dosis ekstrak etanol rimpang temulawak dan dosis

    antidot Na2CaEDTA.

    Dosis ekstrak etanol rimpang temulawak adalah dosis sebesar 137,61

    mg/kg BB secara peroral dengan lama pemejanan selama 10 hari.

    Dosis antidot Na2CaEDTA adalah dosis sebesar 189 mg/kg BB secara

    intra muskular dengan lama pemejanan selama 10 hari.

    2) Variabel tergantung yaitu kadar timbal dalam darah setelah perlakuan.

    Kadar kadar dalam darah setelah perlakuan adalah kadar timbal darah

    hewan uji yang terukur pada hari ke-0, ke-15, ke-30, ke-35 dan ke-40.

    b. Variabel pengacau :

    1) Variabel pengacau terkendali

    a) Subyek uji : tikus galur Wistar

    b) Jenis kelamin hewan uji : tikus betina

    c) Umur hewan uji : 1,5 - 2 bulan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 32

    d) Berat badan hewan uji : 100 - 150 gram

    e) Cara pemberian bahan uji : peroral

    f) Asal bahan uji : kebun obat Merapi Farma,

    Kaliurang

    g) Bobot dan jenis pakan : pelet tipe BR2 10 g/hari/ekor

    h) Air minum hewan uji : aquadest.

    2). Variabel pengacau tak terkendali

    a) Kemampuan absorpsi tikus adalah kemampuan absorpsi ekstrak etanol

    rimpang temulawak oleh individu tikus

    b) Kondisi patologis tikus adalah keadaan individu tikus.

    2. Definisi operasional

    a. Senyawa toksik yang digunakan adalah timbal asetat dosis 0,5 g/kg BB

    yang diberikan selama 30 hari.

    b. Ekstrak etanol adalah ekstrak etanol rimpang temulawak yang diperoleh

    dengan metode ekstraksi maserasi menggunakan etanol 80%.

    c. Uji daya antidot adalah uji potensi penawarracunan menggunakan antidot

    Na2CaEDTA dosis 189 mg/kg BB dan ekstrak etanol rimpang temulawak

    dosis 137,61 mg/kg BB untuk menurunkan kadar timbal darah setelah

    pemberian timbal asetat selama 30 hari.

    d. Kadar timbal darah adalah kadar timbal dalam darah tikus, diukur

    menggunakan metode spektrofotometri serapan atom dalam satuan ppm.

    e. Hewan uji adalah tikus putih galur Wistar dengan jenis kelamin betina

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 33

    C. Bahan dan Alat Penelitian

    1. Bahan penelitian

    Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : hewan uji yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah tikus betina, galur Wistar, berat 100-150 g,

    umur 1,5 - 2 bulan (Laboratorium Biofarmasetika Fakultas Farmasi USD),

    rimpang temulawak ( kebun obat Merapi Farma, Kaliurang), Curcumin p.a

    (Merck) antidot natrium-kalsiumedetat ( Merck ), etanol 80% (p.a), logam timbal

    asetat ( Merck ), aquadest, larutan saline (NaCl 0,9% 0,1 N), HNO3 p ( Merck ),

    HClO4 ( Merck ).

    2. Alat penelitian

    Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat gelas

    (Pyrex), bluetip, pipet tetes, pipa kapiler tanpa heparin, maserator (Innova 2100),

    hot plate ( Heidolph MR 2002 ), neraca ( Mettler Toledo), timbangan analitik (

    ANDER-400 H), spuit injeksi oral dan I.M, effendorf, Atomic Absorption

    Spectrophotometer ( Hitachi Z-8000 Polarized Zeeman ).

    D. Tata Cara Penelitian

    1. Determinasi tanaman

    Determinasi dilakukan untuk memastikan kebenaran tanaman temulawak

    (Curcuma xanthorrhiza Roxb.), dilakukan dengan cara mencocokkan dengan

    mengacu pada acuan baku Anonim (1979b) dan tanaman akan dideterminasi oleh

    Ign. Y. Kristio Budiasmoro, M. Si. selaku determinator Fakultas Farmasi

    Universitas Sanata Dharma.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 34

    2. Preparasi bahan

    a. Pengumpulan dan pengeringan rimpang temulawak.

    Bagian tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah bagian

    rimpang. Rimpang temulawak yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari

    satu wilayah yaitu daerah Kulonprogo. Tanaman atau bagian tanaman yang

    digunakan dalam penelitian harus berasal dari satu wilayah yang topografinya

    sama.

    b. Pembuatan serbuk rimpang temulawak.

    Bagian rimpang dari tanaman temulawak yang digunakan dalam

    penelitian adalah bagian rimpang yang telah dikeringkan. Proses penanaman,

    pengeringan dan pembuatan serbuk rimpang dilakukan oleh kebun obat Merapi

    Farma, Kaliurang. Simplisia ini dipertahankan kondisinya dengan cara

    menyimpan pada suhu ruangan dan tidak terlalu lembab. Hal ini bertujuan untuk

    menghindari tumbuhnya mikroba pada simplisia dan menjaga agar zat aktif dalam

    tanaman tidak rusak karena lembab

    c. Pembuatan ekstrak etanol rimpang temulawak.

    Pembuatan ekstrak etanol rimpang temulawak dilakukan dengan metode

    ekstraksi maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 80%. Maserasi merupakan

    metode yang paling sederhana dalam penyarian karena hanya merendam serbuk

    dalam cairan penyari. Perendaman dilakukan selama 5 hari kemudian sari diserkai

    dan ampas diperas.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 35

    d. Pemekatan ekstrak etanol rimpang temulawak.

    Pemekatan dilakukan dengan menggunakan evaporator dengan bantuan

    pompa vacum untuk membantu menguapkan air dalam maserat. Setelah itu

    maserat dipanaskan dalam oven pada suhu 40ºC selama dua hari (Anonim, 1986)

    sehingga didapatkan jumlah maserat yang mencukupi untuk dapat digunakan

    dalam penelitian.

    e. Pembuatan larutan timbal asetat.

    Timbal yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbal asetat

    (Pb(CH3COO)2.3H2O) berupa serbuk halus berwarna putih. Pembuatan larutan

    timbal asetat dilakukan dengan cara menimbang kurang lebih serbuk timbal asetat

    sebanyak 4g lalu dilarutkan dengan pelarut aquadest panas hingga mencapai 100

    ml, sehingga diperoleh konsentrasi larutan timbal asetat sebesar 0,04 mg/L.

    Larutan timbal asetat dipejankan ke hewan uji dengan dosis sebesar 0,5g/kg BB

    (Hariono, 2005) secara per oral selama 30 hari dengan volume pemberian

    disesuaikan dengan berat badan tiap hewan uji.

    f. Pembuatan larutan Na2CaEDTA.

    Pembuatan larutan antidot Na2CaEDTA dilakukan dengan cara

    menimbang serbuk Na2CaEDTA sebesar 7,56 g lalu dilarutkan dalam larutan

    saline (0,9% natrium klorida) hingga mencapai volume 500 ml, sehingga

    didapatkan konsentrasi sebesar 15,12 mg/ml. Sediaan Na2CaEDTA diberikan

    secara intramuskular dan dilarutkan dengan larutan saline (Lacy, Amstrong,

    Goldman, Lance, 2003). Pemilihan larutan saline disini karena sifatnya yang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 36

    mirip dengan cairan fisiologis tubuh manusia. Dosis antidot Na2CaEDTA yang

    dipejankan sebesar 189 mg/kgBB hasil konversi dari dosis untuk manusia sebesar

    30 mg/kg BB (Katzung, 2004) secara intra muskular selama 10 hari dengan

    volume pemberian disesuaikan dengan berat badan tiap hewan uji.

    3. Penentuan kurkumin secara kualitatif dengan KLT

    Penentuan kurkumin secara kualitatif bertujuan untuk memastikan bahwa

    zat aktif yang terdapat dalam rimpang temulawak yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah benar berupa kurkumin. Analisis kualitatif dengan KLT

    dilakukan dengan menggunakan fase diam silika Gel dan fase gerak kloroform :

    etanol : asam asetat (95 : 4 : 1 v/v). Kemudian dilanjutkan dengan deteksi dengan

    sinar UV 254 nm dan 365 nm untuk mendapatkan nilai Rf.

    4. Persiapan hewan uji

    Persiapan hewan uji dilakukan beberapa bulan sebelum penelitian ini

    dilakukan, yaitu dengan cara sepuluh pasang tikus jantan dan betina dikawinkan

    sehingga bunting. Setelah dua puluh hari masa organogenesis dan dilahirkan, anak

    tikus yang berumur tiga minggu dipisahkan dari induknya. Tikus betina yang

    berumur 6 - 8 minggu dipilih sebagai hewan uji.

    Persiapan hewan uji dilakukan beberapa bulan sebelum penelitian ini

    dilakukan. Hal ini dimaksudkan agar hewan uji yang digunakan dalam penelitian

    ini didapatkan kondisi hewan uji yang layak untuk dijadikan sebagai hewan uji

    dan juga variabel pengacau lebih bisa dikendalikan, seperti asupan makanan dan

    minuman selalu dikendalikan dan yang lebih penting umur dari hewan uji dapat

    dipastikan kebenarannya.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 37

    5. Pengelompokan dan perlakuan hewan uji

    Dalam penelitian ini hewan uji dibagi menjadi 4 kelompok hewan uji

    dengan tiap kelompok hewan uji terdiri dari 7 ekor hewan uji untuk replikasi.

    Kelompok hewan uji dalam penelitian ini adalah :

    Kelompok I : kontrol negatif aquadest

    Kelompok II : kontrol positif timbal

    Kelompok III : kontrol timbal dan antidot Na2CaEDTA

    Kelompok IV : perlakuan timbal, antidot Na2CaEDTA dan ekstrak

    etanol rimpang temulawak.

    Kelompok I merupakan kelompok kontrol negatif aquadest. Kelompok II

    merupakan kelompok kontrol positif timbal. Hewan uji pada kelompok ini

    dipejankan timbal asetat dengan dosis 0,5 g/kg BB/hari (Hariono, 2005) secara

    oral selama 30 hari dengan volume pemberian disesuaikan dengan berat badan

    tiap tikus.

    Untuk kelompok III diperlakukan sama seperti kelompok II, tetapi

    setelah hari ke 31 hingga hari ke 40 diberi Na2CaEDTA. Pemberian antidot

    Na2CaEDTA dengan dosis 189 mg/kg BB tikus secara intra muskular (Katzung,

    2004). Kelompok yang terakhir yaitu kelompok perlakuan timbal, antidot

    Na2CaEDTA dan ekstrak etanol rimpang temulawak diperlakukan sama dengan

    kelompok perlakuan III, tetapi yang membedakan adalah setelah dua jam

    pemberian antidot Na2CaEDTA hewan uji pada kelompok perlakuan ini

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 38

    dipejankan ekstrak etanol rimpang temulawak dengan dosis 137,61 mg/kg BB

    secara peroral.

    6. Pengukuran kadar timbal darah dengan spektroskopi serapan atom

    a. Preparasi sampel

    Darah tikus diambil dari sinus orbitalis mata, ditampung dalam effendrof,

    kemudian ditimbang. Sampel didestruksi dengan HNO3 p 10-15 ml dan HClO4

    0,5 ml hingga jernih dan tidak berasap kuning. Didinginkan dan volumenya

    ditepatkan menjadi 10 ml. Sampel aquadest, pakan dan minum tikus juga diukur

    kadar timbalnya. Destruksi sampel darah menggunakan pereaksi HNO3 p 10 – 15

    ml dan HClO 4 0,5 ml untuk memecah ikatan timbal dengan protein dalam darah.

    Penambahan pereaksi HNO3 p dan HClO 4 pada sampel darah akan menghasilkan

    garam Pb2+ yang mudah larut dan lepas dari ikatannya dengan protein darah.

    Reaksinya adalah sebagai berikut:

    3 Pb + 8 HNO3 ? 3 Pb2+ + 6 NO3- + 2 NO? + 4 H2O (8)

    (Vogel, 1979).

    b. Pengaturan spektrofotometer serapan atom

    Pengaturan spektrofotometer serapan atom untuk pengukuran kadar

    timbal adalah sebagai berikut :

    Sumber Cahaya : lampu hollow cathode (timbal)

    Arus lampu : 7,5 mA

    Panjang gelombang : 283,3 nm

    Celah : 1,3 nm

    Pengatom : standar burner

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 39

    Oksidan : udara

    Tekanan oksidan : 1,60 kg/cm2 (9,5 L/menit)

    Bahan bakar : C2H2

    Tekanan bahan bakar : 0,30 kg/cm2 (2,3 L/menit)

    Tinggi burner : 7,5 mm

    c. Pembuatan kurva baku

    1) Pembuatan larutan baku timbal

    Larutan standar timbal 1000 ppm diambil sebanyak 1 ml kemudian

    ditambah dengan aquadest hingga 10 ml. Larutan yang diperoleh adalah

    larutan stok timbal dengan konsentrasi 100 ppm. Dari larutan ini, dibuat

    seri larutan baku dengan konsentrasi 0,5 ppm, 1 ppm, 2 ppm, 4 ppm, 6

    ppm, dan 8 ppm.

    2) Pembuatan kurva baku timbal

    Kurva baku dibuat dengan mengukur nilai absorbansi seri kadar larutan

    baku timbal pada panjang gelombang 283,3 nm menggunakan

    spektrometer serapan atom.

    d. Penentuan kadar timbal darah kelompok hewan uji

    Nilai absorbansi dan mean konsentrasi yang diperoleh (dalam ppm) dihitung

    dengan rumus sehingga diperoleh kadar timbal dalam sampel.

    ( )( )( ) npengencerafaktor gramberat

    volumeblanko ppm-sampellarutan ppm(ppm) PbKadar ×=

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 40

    E. Analisis Hasil

    Analisis hasil dilakukan dengan memeriksa apakah sebaran data

    merupakan sebaran data yang normal. Karena dalam penelitian ini sebaran data

    tidak normal maka analisis statistik yang digunakan adalah uji statistik non

    parametrik. Metode perhitungan statistik dilakukan dengan menggunakan uji

    statistik Kruskal Wallis-Mann Whitney untuk mengetahui perbedaan kadar timbal

    antar kelompok. Setelah itu dilanjutkan dengan uji Friedman-Wilcoxon untuk

    mengetahui signifikansi kadar timbal pada hari yang berbeda untuk tiap kelompok

    hewan uji. Dari nilai signifikansi yang diperoleh, jika p < 0,05 berarti terdapat

    perbedaan secara bermakna kadar timbal darah hewa uji.

    Pengukuran hari ke-0 hingga hari ke-30 merupakan tahap prakondisi

    sehingga u