pi edit
-
Upload
ratnantari -
Category
Documents
-
view
6 -
download
0
description
Transcript of pi edit
KEBIJAKAN FISKAL
KEMAL AHMAD RIDLA 1206254605
MEGAWATI 1206212962
REZA ADYTIO 1206246515
PRATIWI PERMATA K 1206273876
ZEPHANIA NOVIA 1206273825
Kebijakan fiskal muncul dan berkembang karena instrumen kebijakan moneter tidak
mampu lagi mengatasi berbagai masalah pengeluaran dan penerimaan negara yang mengalami
kontraksi tajam, yang ditimbulkan oleh deflasi atau inflasi, kebijakan fiskal menekankan pada
pendapatan dan pengeluaran belanja pemerintah. Kebijakan tersebut diwujudkan melalui (1)
kebijakan pendapatan negara; (2) kebijakan belanja negara; dan (3) kebijakan defisit dan
pembiayaan anggaran. Pengelolaan kebijakan fiskal yang sehat dan berkesinambungan
diharapkan dapat menjaga sentimen positif para pelaku pasar dan mendorong peningkatan
efisiensi dan efektivitas belanja negara sehingga memberikan dampak multiplier yang positif
bagi perekonomian nasional.
Kebijakan pendapatan negara pada tahun 2014 diarahkan dalam optimalisasi penerimaan
pajak dan penerimaan negara bukan pajak. Selain itu juga dilakukan pengoptimalisasian dalam
bidang penerimaan sumber daya alam (SDA) migas dan kebijakan dibidang deviden Badan
Usaha Milik Negara (BUMN).
Dalam pengoptimalan dari sisi kebijakan perpajakan ada langkah serta kebijakan yang ditempuh
oleh pemerintah yaitu
1. penyempurnaan peraturan perpajakan untuk lebih memberi kepastian hukum serta
perlakuan yang adil dan wajar;
2. penyempurnaan kebijakan insentif perpajakan untuk mendukung iklim usaha dan
investasi;
3. penyempurnaan sistem administrasi perpajakan untuk meningkatkan kepatuhan wajib
pajak;
4. perluasan basis pajak dan penyesuaian tarif; serta
5. penguatan penegakan hukum bagi penyelundup pajak (tax evation).
Pada saat ini peningkatan pendapatan negara tinggi pada sektor perpajakan. Penerimaan
perpajakan pada tahun 2013 sebesar 1.497,5 triliun rupiah dan pada tahun 2014 meningkat
menjadi 1.661,1 triliun rupiah. Dari segi perpajakan yang semakin ditingkatkan tiap tahunnya
merupakan solusi dari menurunnya pendapatan migas yang mengalami penurunan dari 2012
sebesar 205,8 triliun rupiah menjadi 180,6 triliun rupiah pada tahun 2013. Hal demikian tentu
dapat diprediksi, sebab penerimaan negara dari sektor migas tentu mendapat batasan dari segi
kuantitas sumber daya alam yang dimiliki, yang dari tahun ke tahun mengalami penurunan
kuantitas dengan pasti dan juga disebabkan oleh beberapa faktor lainnya yaitu, harga minyak
mentah internasional,kurs atau nilai tukar rupiah terhadap dolar, cost recovery, lifing minyak
bumi di Indonesia.
Adapun kendala atau tantangan dalam pengoptimalisasi PNBP migas antara lain : adanya
penurunan alamiah produksi migas (dice line) yang dapat mempengaruhi lifting minyak, masih
tingginya biaya cost recovery, dan adanya gangguan pada fasilitas produksi yang berakibat pada
aktivitas produksi. Sedangkan dari sektor pajak, penerimaan negara ditentukan oleh sistem
perpajakan yang dianut suatu negara, meliputi basis pemajakan, tarif pajak, dan lain-lain. Dengan
demikian, penerimaan dari sektor pajak masih dapat terus ditingkatkan dengan melakukan
rekayasa sistem perpajakan, artinya sistem perpajakan yang ada harus dapat memungut pajak
secara optimal. Tax ratio yang adadi Indonesia masih berkisar di angka 12% menandakan bahwa
potensi penerimaan negara dari pajak masih sangat besar. Hal ini dikarenakan dengan tax ratio
yang hanya 12% sudah hampir menutupi pengeluaran negara, bisa dibayangkan jika tax ratio
sudah berada pada angka 20% saja, dapat diambil kesimpulan pengeluaran negara dapat tertutupi
melalui penerimaan negara sektor pajak.
Namun optimalisasi penerimaan dari sektor pajak bukanlah solusi yang steril dari
timbulnya masalah-masalah baru. Salah satu langkah yang diambil pemerintah dalam rangka
optimalisasi penerimaan pajak adalah perluasan basis pemajakan. Keputusan tersebut
memberikan dampak pada semakin berkurangnya penghasilan warga negara yang dapat
diinvestasikan (net save) dikarenakan semakin banyaknya bidang yang dipajaki. Dengan
demikian, ada kemungkinan terjadi distorsi pendapatan masyarakat karena bertambahnya basis
pajak dan berkurangnya penghasilan yang dapat ditabung membuat berkurang pula daya beli
masyarakat.
Anggaran belanja pemerintah pada dasarnya selalu mengalami kenaikan tiap tahunnya,
kenaikan ini merupakan kebijakan yang ditujukan untuk pertumbuhan ekonomi seperti yang
dikatakan oleh Alvin Havsen bahwa untuk mencapai stabilitas ekonomi perlu dilakukannya
peningkatan pengeluaran pemerintah. Ini sejalan dengan pokok-pokok kebijakan fiskal pada
tahun 2014 yang salah satunya adalah kebijakan belanja Negara. Poin-poin dari kebijakan
belanja Negara ini (1) mendukung terjaganya pertumbuhan ekonomi pada level yang cukup
tinggi (pro growth); (2) meningkatkan produktivitas dalam kerangka perluasan kesempatan kerja
(pro job); (3) meningkatkan dan memperluas program pengentasan kemiskinan (pro poor); dan
(4) mendukung pembangunan yang berwawasan lingkungan (pro environment).
Selain meningkatkan anggaran belanja pemerintah juga harus berkomitmen untuk
meningkatkan kualitas belanja (quality of spending) dengan melakukan peningkatan efisiensi dan
efektivitas belanja Negara melalui perbaikan struktur belanja negara agar menjadi lebih produktif
serta efisien dalam mendukung pencapaian target secara optimal. Dalam anggaran belanja
pemerintah tahun 2014, belanja pemerintah untuk fungsi ekonomi lebih banyak mengalami
penurunan anggaran misalnya pada tahun 2013 anggaran untuk perdagangan, pengembangan
usaha, koperasi dan UKM sebesar 3,7 triliun sedangkan pada tahun 2014 menurun menjadi 2,5
triliun. Anggaran untuk tenaga kerja juga megalami penurunan, tahun 2013 sebesar 2,3 triliun
menjadi 1,6 triliun pada tahun 2014 dengan asumsi bahwa sector perekonomian di Indonesia
sudah mulai stabil sehingga pemerintah tidak perlu menggarkan belanja terlalu besar untuk
sector ekonomi. Sebaliknya anggaran belanja pemerintah untuk fungsi sosial meningkat dari
tahun 2013 ke tahun 2014 anggaran untuk fungsi sosial meningkat terutama dalam bidang
perlindungan anak-anak dan keluarga. Sebagian belanja untuk fungsi sosial memang ada yang
menurun misalnya perlindungan untuk orang sakit dan lansia, hal ini berkaitan dengan
dijalankannya program Sistem Jaminan Sosial Nasional.
Beberapa kebijakan yang ditempuh untuk meningkatkan efisiensi di antaranya adalah (1)
efisiensi subsidi BBM melalui pengendalian konsumsi BBM bersubsidi, peningkatan program
konversi BBM, program pembangunan/pengembangan gas kota, dan pemakaian bahan bakar
nabati (BBN); (2) efisiensi belanja perjalanan dinas, seminar, dan konsinyering; serta (3)
penerapan kebijakan flat policy belanja barang operasional. Sementara itu, peningkatan
efektivitas dilakukan dengan memperbesar alokasi belanja yang produktif dan mengendalikan
belanja yang bersifat konsumtif. Dalam rangka peningkatan efektivitas, Pemerintah terus
berkomitmen meningkatkan alokasi belanja produktif untuk pembangunan infrastruktur dalam
rangka meningkatkan daya saing dan kapasitas produksi. Melalui peningkatan produktivitas
diharapkan dapat menciptakan nilai tambah (value added), meningkatkan kapasitas
perekonomian, dan perluasan kesempatan kerja yang pada gilirannya dapat mewujudkan
kesejahteraan bagi seluruh lapisan masyarakat.
Kebijakan defisit lahir dengan tujuan mendorong pertumbuhan ekonomi domestik
melalui serangkaian program dan kegiatan Pemerintah. Penurunan rasio modal disebabkan oleh
defisit yang bersumber dari tingginya biaya kebijakan moneter untuk mencapai kondisi ekonomi
makro yang stabil.
Contoh kasus: terjadinya penurunan impor yang tidak secepat ekspor mengakibatkan terjadinya
defisit neraca perdagangan, dan defisit neraca perdagangan disebabkan oleh adanya tekanan
defisit pada neraca perdagangan komoditi minyak dan gas (migas). Pertumbuhan ekonomi yang
berbanding lurus dengan peningkatan kesejahteraan mendorong kenaikan konsumsi BBM
domestik yang akhirnya berdampak pada kebutuhan impor BBM yang tinggi. Pada saat
bersamaan, produksi migas tengah mengalami penurunan akibat sumur-sumur minyak yang
kurang produktif. Rupiah kian melemah akibat situasi ini dan menjadi latar belakang kebijakan
penyesuaian harga BBM bersubsidi.
Pengetahuan akan defisit negara sangatlah penting sebab Negara perlu menjaga rasio
defisit guna mempertimbangkan penetuan anggaran terkait kegiatan prioritas Negara. Rasio
defisit krusial bagi pembiayaan anggaran karena keterkaitannya dengan pembiayaan utang.
Pembiayaan utang dimaksud secara umum memanfaatkan dua instrumen yaitu surat berharga
negara (SBN) atau pinjaman, dan bisa bersumber baik dari dalam negara maupun luar negeri.
Pemerintah menempuh kebijakan defisit anggaran dalam rangka menjaga momentum
pertumbuhan ekonomi melalui pemberian stimulus fiskal secara terukur. Kesinambungan fiskal
hanya dapat terjaga stabilitasnya jika mampu mencapai target defisit. Perubahan signifikan
dalam kondisi perekonomian cenderung menimbulkan potensi defisit APBN yang sangat tinggi.
Dengan demikian, kebijakan untuk mengekspansi defisit diberlakukan guna menampung dampak
perubahan asumsi dasar ekonomi makro, penurunan pendapatan negara, dan kebutuhan belanja
negara. JIkalau realisasi defisit melebihi target defisit yang telah ditetapkan dalam APBN maka
risiko fiskal meningkat drastis dan harus dicarikan sumber pembiayaannya. Risiko fiskal dapat
diproyeksi dalam bentuk analisis sensitivitas parsial dan simultan terhadap angka baseline defisit
dalam APBN. Analisis digunakan untuk melihat dampak perubahan atas satu variabel asumsi
ekonomi makro, dengan mengasumsikan variabel asumsi ekonomi makro yang lain tidak
berubah (ceteris paribus). Kebijakan defisit diambil pemerintah sebagai upaya menghindari
terjadinya anggaran yang collapse akibat defisit Negara yang berlebihan.
BAB 1
1) Pola-pola penerimaan pemerintah di Indonesia
Penerimaan pemerintah (baik pemerintah pusat maupun daerah) dapat berasal dari pungutan
pajak maupun bukan pajak, serta sumbangan ataupun bantuan dan pinjaman. Untuk pemerintah
daerah, sumbangan atau bantuan yang terbesar diterima biasanya dari pemerintah pusat.
Yang termasuk dalam penerimaan bukan pajak, untuk kasus penerimaan pemerintah daerah ini,
adalah seperti: retribusi, hasil penjualan dan/atau penyewaan aktiva (kekayaan) milik pemerintah
daerah, serta hasil pengenaan denda terhadap para pelanggar peraturan.
Penerimaan dari pinjaman dapat berasal dari masyarakat, lembaga-lembaga keuangan nasional,
pemerintah pusat ataupun lembaga-lembaga keuangan internasional seperti: Bank Dunia, Bank
Pembangunan Asia, dan sebagainya. Pinjaman kepada masyarakat dapat dilakukan oleh
pemerintah daerah melalui penerbitan dan penjualan surat hutang (seperti: obligasi) di pasar
modal. Pinjaman kepada lembaga keuangan nasional umumnya berupa permohonan kredit.
Komposisi penerimaan pemerintah daerah, yang tercantum dalam APBD, dikelompokkan
sebagai berikut:
a) Pendapatan Asli Daerah, yang terdiri dari:
¨ Hasil pajak daerah
¨ Hasil dari retribusi daerah
¨ Hasil dari Perusahaan Daerah dan Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
¨ Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah.
b) Dana Perimbangan, terdiri dari:
ü Bagi Hasil Sumberdaya Alam (Sektor Kehutanan, Pertambangan Umum dan Perikanan);
ü Bagi Hasil Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Atas Tanahdan Bangunan;
ü Dana Alokasi Umum
ü Dana Alokasi Khusus.
c) Pinjaman:
d) Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah.
Di luar keempat sumber penerimaan ini, untuk tertib pembukuan, sisa anggaran di tahun
sebelumnya serta dana cadangan yang sengaja diadakan oleh pemerintah daerah untuk
membiayai keperluan tertentu yang cukup besar di masa datang (investasi), diperlakukan pula
sebagai penerimaan tahun yang berjalan, dan secara eksplisit mesti ditampilkan dalam APBD
pemerintah daerah.
Hasil dari pajak daerah, menurut UU No 34 tahun 2000 itu, untuk Pemerintah Provinsi adalah:
Hasil dari Pajak Kendaraan Bermotor (PKB);
Hasil dari Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB);
Hasil dari Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB);
Hasil dari Pajak Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Permukaan (PABTP).
Sedangkan untuk Pemerintah Kabupaten/Kota adalah:
Hasil dari Pajak Reklame;
Hasil dari Pajak Hiburan;
Hasil dari Pajak Hotel;
Hasil dari Pajak Restoran;
Hasil dari Pajak Galian C;
Hasil dari Pajak Penerangan Jalan Umum;
Hasil dari Pajak Parkir.
Hasil penerimaan retribusi, baik untuk Pemerintah Provinsi maupun kabupaten/Kota, adalah:
Hasil dari Retribusi jasa Usaha;
Hasil dari Retribusi jasa Umum; dan
Hasil dari Retribusi Perizinan Tertentu.
Sumber : http://dhenov.blogspot.com/2007/12/penerimaan-pemerintah.html
2) Pola- pola pengeluaran pemerintah Indonesia
Jenis-Jenis Pengeluaran Pemerintah Pusat dan Daerah
a) Pengeluaran pemerintah Pusat
Belanja Negara dan daerah dipergunakan untuk keperluan penyelenggaraan tugas pemerintahan
pusat dan daerah serta pelaksanaan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah.
Belanja Negara dan daerah menurut organisasi disesuaikan dengan susunan kementerian Negara
atau lembaga pemerintahan pusat.
Belanja pemerintah pusat dikelompokkan sebagai berikut:
¨ Belanja pemerintah pusat menurut organisasi atau bagian anggaran.
¨ Belanja pemerintah pusat menurut fungsi. Rincian belanja negara dan daerah menurut
fungsi, terdiri atas pelayanan umum, pertahanan, ketertiban dan keamanan, ekonomi,lingkungan
hidup, perumahan, dan fasilitas umum, kesehatan,pariwisata, budaya, agama, pendidikan, serta
perlindungan sosial.
¨ Belanja pemerintah pusat menurut jenis belanja, meliputi:
i. Belanja pegawai
Belanja Pegawai adalah kompensasi baik dalam bentuk uang maupun barang yang diberikan
kepada pegawai pemerintah, baik yang bertugas di dalam maupun di luar negeri sebagai imbalan
atas pekerjaan yang telah dilaksanakan, kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan
modal.
PNS dan pegawai yang dipekerjakan oleh pemerintah yang belum berstatus PNS sebagai
imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan
pembentukan modal. Contoh : gaji, tunjangan, honorarium, lembur, kontribusi sosial dan lain-
lain yang berhubungan dengan pegawai.
ii. Belanja barang
Belanja barang adalah pengeluran untuk menampung pembelian barang dan jasa yang habis
pakai untuk memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan maupun yang tidak dipasarkan serta
pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual kepada masyarakat dan
belanja perjalanan. Belanja ini terdiri belanja barang dan jasa, belanja pemeliharaan dan belanja
perjalanan. Belanja barang ini terdiri dari belanja pengadaan barang dan jasa, belanja
pemeliharaan dan belanja perjalanan.
b) Pengeluaran pemerintah Negara
Pengeluaran pemerintah Negara terdiri atas pengeluaran belanja,bagi hasil kedaerah yang
menjadi otoritasnya, dan pembiayaan.
Belanja terdiri atas tiga macam:
pengeluaran, yaitu belanja rutin, belanja modal,dan belanja tidak terduga.
a. Pengeluaran rutin, yaitu pembelanjaan yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu.
Pembelanjaan yang termasuk dalam posisi, di antaranya:
· Belanja pegawai
· Belanja barang dan jasa
· Belanja pemeliharaan
· Belanja perjalanan dinas
· Belanja pinjaman
· Belanja subsidi
· Belanja hibah
· Belanja bantuan social, dan
· Belanja operasional lainnya.
b. Belanja modal, terdiri atas belanja aset tetap dan belanja asset lainnya
c. Adapun belanja tidak terduga, yaitu pengeluaran yang tidak diperkirakan sebelumnya.
c) Pengeluaran pemerintah Daerah
Belanja Daerah, adalah belanja yang dibagi-bagi ke Pemerintah Daerah, untuk kemudian masuk
dalam pendapatan APBD daerah yang bersangkutan. Belanja Pemerintah Daerah meliputi:
Ø Dana Bagi Hasil
Ø Dana Alokasi Umum
Ø Dana Alokasi Khusus
Ø Dana Otonomi Khusus.
a. Dana Bagi Hasil (DBH) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada Daerah berdasarkan angka persentase tertentu untuk mendanai kebutuhan
Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi
b. Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang di alokasikan pada setiap daerah Otonom di
Indonesia sebagai dana pembangunan.
c. Alokasi Khusus (DAK) adalah alokasi dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
kepada provinsi/kabupaten/kota tertentu dengan tujuan untuk mendanai kegiatan khusus yang
merupakan urusan Pemerintahan Daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. DAK termasuk
Dana Perimbangan, di samping Dana Alokasi Umum (DAU).
d. Dana otonomi khusus adalah dana yang dialokasikan untuk membiayai pelaksaan otonomi
khusus suatu daerah. Contohnya : Aceh, dan Papua.
3) Kebijakan perpajakan dan pengeluaran pemerintah sebagai bagian dari kebijakan fiscal
Kebijakan fiskal (fiskal policy) adalah implementasi dari bentuk operasional kebijakan anggaran
yang dilakukan pemerintah dalam mengatur keuangan negara. Arah kebijakan ditekankan
pengalokasian pengeluaran negara dan penerimaan negara terkhusus pada perpajakan, contohnya
saja tinggi rendahnya pajak, atau bahkan pembebasan pajak dalam pengendalian perekonomian
untuk mencapai tujuan nasional. Dalam menjalankan kebijakan sangat efektif apalagi dibarengi
dengan kebijakan moneter.
Adapun tujuan dilakukannya kebijakan fiskal dan macam-macam kebijakan fiskal adalah sebagai
berikut :
1.Tujuan Kebijakan Fiskal
Adapun tujuan-tujuan dari terjadinya dan berlangsungnya kebijakan fiskal antaralain sebagai
berikut.
Mencapai stabilitas perekonomian
Memacu dan mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi
Memperluas dan menciptakan lapangan kerja
Menciptakan terwujudnya keadilan sosial bagi masyarakat
Mewujudkan pendistribusian dan pemerataan pendapatan.
Mencegah pengangguran dan menstabilkan harga
Permasalahan umum dalam kegiatan ekonomi adalah inflasi. Inflasi adalah jumlah uang beredar
dimasyarakat yang besar dibandingkan jumlah barang dan jasa akan menyebabkan kenaikan
harga-harga barang. Cara-cara dalam menghadapi inflasi melalui kebijakan fiskal antara lain
sebagai berikut.
Cara Alternatif Dalam menganggulangi Inflasi melalui Kebijakan Fiskal
Bank Indonesia sebagai bank sentral yang memiliki otoritas keuangan akan berusaha mengurangi
jumlah uang yang beredar di masyarakat sampai terciptanya keseimbangan dengan jumlah
barang dan jasa yang tersedia.
Mengupayakan peningkatan produksi sehingga nantinya jumlah barang atau jasa di masyarakat
bertambah yang selanjutnya akan tercapai keseimbangan antara jumlah barang/jasa dengan
jumlah uang yang beredar
Keputusan Mengatasi Inflasi melalui Kebijakan Fiskal
Mengurangi anggaran pengeluaran pemerintah dengan mengoptimalkan pos-pos vital.
Meningkatkan perolehan pajak melalui upaya peningkatan kesadaran pajak masyarakat serta
pengenaan tarif pajak yang tinggi untuk beberapa komponen pajak yang dianggap perlu.
Melakukan pinjaman pemerintah guna menutup kekurangan yang ada. Tetapi sifat dari pinjaman
yang dilakukan pemerintah hanyalah sebagai pelengkap dalam proses pembangunan.
2. Macam-Macam Kebijakan Fiskal
Macam-macam kebijakan fiskal terbagi atas 2 bagian yakni macam-macam kebijakan fiskal
berdasarkan segi teori dan macam-macam kebijakan fiskal berdasarkan jumlah penerimaan dan
dan pengeluran, antara lain berikut ini..
a. Macam-macam Kebijakan Fiskal Berdasarkan Sigi Teorinya
Pembiayaan Fungsional (Functional Finance) : Pembiayaan fungsional adalah kebijakan yang
mengatur dan mempertimbangkan pengeluaran pemerintah dari berbagai akibat tak langsung
pada pendapatan nasional dan bertujuan dalam peningkatan kesempatan kerja.
Pengelolaan Anggaran (The Managed Budget Approach) : Pengelolaan anggaran adalah
mengatur pengeluaran pemerintah, hutang dan perpajakan dalam mencapai ekonomi yang stabil.
Stabilisasi Anggaran Otomatis (The Stabilizing budget) : Stabilisasi anggaran adalah kebijakan
yang mengatur segala pengeluaran pemerintah dengan pertimbangan manfaat dan besarnya biaya
dari berbagai pengeluaran dan program-program pemerintah. tujuannya adalah penghematan
anggaran pemerintah.
b. Macam-macam Kebijakan Fiskal Bedasarkan Jumlah Penerimaan dan Pengeluaran
Kebijakan Anggaran Seimbang : kebijakan anggaran seimbang adalah kebijakan yang menyusun
jumlah penerimaan dan pengeluaran sama besar, jadi penerimaan yang diterima pemerintah
harus sama dengan pengelurannya dan begitupun sebaliknya. Keuntungan kebijakan ini adalah
tidak perlu adanya lagi pinjaman baik dari dalam negeri dan luar negeri, sedangkan kerugiannya
adalah jika perekonomian negara dalam keadaan kurang baik akan mengakibatkan ekonomi
semakin memburuk
Kebijakan Anggaran Surplus : kebijakan anggaran surplus adalah kebijakan yang disusun dengan
pendapatan/penerimaan harus lebih besar dari pada pengeluaran atau pengeluaran dengan sedikit
tetapi pendapatan/penerimaan banyak. ini digunakan untuk mencegah inflasi.
Kebijakan Anggaran Defisit : kebijakan anggaran defisit adalah kebijakan yang disusun dengan
cara pengeluaran lebih besar dari pada penerimaan/pendapatan. Ini berupakan kebalikan dari
kebijakan anggaran surplus. Kebijakan anggaran defisit dilakukan untuk mengurangi depresi dan
kelesungan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi tetapi menyebabkan kekurangan
anggaran.
Kebijakan Anggaran Dinamis : kebijakan anggaran dinamis adalah kebijakan yang disusun
dengan cara jumlah pengeluaran dan penerimaan sama besar dan lama kelamaan jumlahnya
makin bertambah. kebijakan ini dilakukan untuk mengatasi kebutuhan yang terus bertambah
sehingga dibutuhkan jumlah yang besar.
BAB 2
1) Analisis pengaruh perdagangan luar negeri terhadap kesejahteraan penduduk
Perdagangan luar negeri atau perdagangan internasional merupakan perdagangan yang dilakukan
oleh penduduk disuatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama.
Penduduk yang dimaksud disini adalah individu satu dengan individu yang lain, antar individu
dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.
Perdagangan luar negeri merupakan salah satu dari dua kekuatan ekonomi yang
melatarbelakangi perekonomian Indonesia saat ini.
Dibukanya suatu perekonomian Indonesia terhadap hubungan luar negeri mempunyai
konsekuensi yang luas terhadap perekonomian dalam negeri. Konsekuensi ini mencakup aspek
ekonomis maupun nonekonomis.
Dua konsekuensi penting dari perdagangan yaitu :
a. Adanya manfaat perdagangan
b. Adanya kecenderungan ke arah spesialisasi dalam produksi barang-barang yang memiliki
keunggulan komparatif.
Setiap negara dalam melakukan perdagangan internasional akan mengalami dampak positif dan
dampak negatif terhadap perekonomian negara itu sendiri. Sejauh mana pengaruh perekonomian
negara tiap negara berbeda-beda.
Dampak positif dari perdagangan internasional antara lain :
a. Kegiatan produksi dalam negeri menjadi meningkat secara kuantitas dan kualitas.
b. Mendorong pertumbuhan ekonomi negara, pemerataan pendapatan masyarakat, dan
stabilitas ekonomi nasional.
c. Menambahkan devisa negara melalui bea masuk dan biaya lain atas ekspor dan impor.
d. Mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam negeri, terutamadalam
bidang sektor industri dengan munculnya teknologi baru dapat membantu dalam memproduksi
barang lebih banyak dengan waktu yang singkat.
e. Melalui impor, kebutuhan dalam negara dapat terpenuhi.
f. Memperluas lapangan kerja dan kesempatan masyarakat untuk berkeja.
g. Mempererat hubungan persaudaraan dan kerjasama antar negara.
Dampak negatif dari perdagangan internasional antara lain :
Barang-barang produksi dalam negeri terganggu akibat masuknya barang impor yang dijual lebih
murah dalam negeri yang menyebabkan industri dalam negeri mengalami kerugian besar.
Munculnya ketergantungan dengan negara maju.
Terjadinya persaingan yang tidak sehat, karena pengaruh perdagangan bebas.
Bila tidak mampu bersaing maka pertumbuhan perekonomian negara akan semakin rendah dan
bertambahnya pengangguran dalam negeri.
Jadi, pengaruh perdagangan luar negeri terhadap kesejahteraan penduduk tergantung seberapa
besar pengaruh pemerintah untuk menetapkan regulasi – regulasi yang dapat meningkatkan
kesejahteraan penduduk negaranya, tetapi tidak dapat dipungkiri perdagangan luar negeri juga
mempunyai pengaruh negatif apabila tidak disikapi pemerintah dan juga penduduknya itu
sendiri. Dalam era globalisasi ini kita harus bersikap terbuka dalam hal-hal yang berpotensi
meningkatkan stabilitas perekonomian dan kesejahteraan penduduk Negara tersebut. Serta, peran
pemerintah yang harus peduli dengan kesejahteraan penduduk dalam setiap regulasi yang mereka
buat.
2) Menganalisis kebijakan-kebijakan yang diterapkan pada perdagangan luar negeri (promosi
ekspor)
Ekspor adalah kegiatan menjual barang atau jasa ke luar negeri. Kegiatan ekspor yang meningkat
akan memberikan keuntungan bagi negara, yaitu negara memperoleh peningkatan pendapatan
yaitu dari pajak barang yang dikespor. Selain itu ada pula pihak-pihak dalam negeri yang juga
mendapat keuntungan, seperti perusahaan transportasi, perusahaan asuransi, perusahaan
penghasil barang yang diekspor. Oleh sebab itu, pemerintah Indonesia terus menggiatkan usaha-
usaha yang dapat mendorong kegiatan ekspor.
Kebijakan Ekspor.
Ekspor suatu negara harus lebih besar daripada impor agar tidak terjadi defisit dalam neraca
pembayaran. Oleh sebab itu pemerintah selalu berusaha mendorong ekspor melalui kebijakan
ekspor dengan cara berikut.
a. Diversifikasi Ekspor/Menambah Keragaman Barang Ekspor
Diversifikasi ekspor merupakan penganekaragaman barang ekspor dengan memperbanyak
macam dan jenis barang yang diekspor. Misalnya Indonesia awalnya hanya mengekspor tektil
dan karet, kemudian menambah komoditas ekspor seperti kayu lapis, gas LNG, rumput laut dan
sebagainya.
b. Subsidi Ekspor
Subsidi ekspor diberikan dengan cara memberikan subsidi/bantuan kepada eksportir dalam
bentuk keringanan pajak, tarif angkutan yang murah, kemudahan dalam mengurus ekspor, dan
kemudahan dalam memperoleh kredit dengan bunga yang rendah.
c. Premi Ekspor
Untuk lebih menggiatkan dan mendorong para produsen dan eksportir, pemerintah dapat
memberikan premi atau insentif, misalnya penghargaan atas kualitas barang yang diekspor.
Pemberian bantuan keuangan dari pemerintah kepada pengusaha kecil dan menengah yang
orientasi usahanya ekspor.
d. Devaluasi
Devaluasi merupakan kebijakan pemerintah untuk menurunkan nilai mata uang dalam negeri
(rupiah) terhadap mata uang asing. Dengan kebijakan devaluasi akan mengakibatkan harga
barang ekspor di luar negeri lebih murah bila diukur dengan mata uang asing (dollar), sehingga
dapat meningkatkan ekspor dan bisa bersaing di pasar internasional.
e. Meningkatkan Promosi Dagang ke Luar Negeri
Pemasaran suatu produk dapat ditingkatkan dengan mempromosikan produk yang akan dijual.
Untuk meningkatkan ekposr ke luar negeri maka pemerintah dapat berusaha dengan melakukan
promosi dagang ke luar negeri, misalnya dengan dengan mengadakan pameran dagang di luar
negeri agar produk dalam negeri lebih dapat dikenal
f. Menjaga Kestabilan Nilai Kurs Rupiah terhadap Mata Uang Asing
Kestabilan nilai kurs rupiah terhadap mata uang asing sangat dibutuhkan oleh para importir dan
pengusaha yang menggunakan peroduk luar negeri untuk kelangsungan usaha dan kepastian
usahanya. Bila nilai kurs mata uang asing terlalu tinggi membuat para pengusaha yang bahan
baku produksinya dari luar negeri akan mengalami kesulitan karena harus menyediakan dana
yang lebih besar untuk membiayai pembelian barang dari luar negeri. Akibatnya harga barang
yang diproduksi oleh pengusaha tersebut menjadi mahal. Hal ini dapat menurunkan omzet
penjualan dan menurunkan laba usaha, yang akhirnya akan mengganggu kelangsungan hidup
usahanya.
g. Mengadakan Perjanjian Kerja Sama Ekonomi Internasional
Melakukan perjanjian kerja sama ekonomi baik bilateral, regional maupun multilateral akan
dapat membuka dan memperluas pasar bagi produk dalam negeri di luar negeri. serta dapat
menghasilkan kontrak pembelian produk dalam negeri oleh negara lain. Misalnya perjanjian
kontrak pembelin LNG (Liquid Natural Gas) Indonesia yang dilakukan oleh Jepang dan Korea
Selatan
3) Menganalisis kecenderungan luar negeri pada era globalisasi
Dalam era globalisasi seperti ini dimana perdagangan dari berbagai penjuru negara dapat bebas
masuk melalui kecanggihan ilmu pengetahuan dan teknologi yang hampir tak terbatas. Akan
semakin mudah dalam melakukan pedagangan antar regional bahkan seluruh dunia. Tentu juga
setiap Negara ingin memanfaat potensi perdagangan di era globalisasi ini sebaik baiknya. Tetapi,
perdagangan antar Negara ini juga harus diatur agar perdagangan antar Negara aman, lancer, dan
terkendali. Maka munculah organisasi perdagangan dunia seperti : WTO, APEC dan AFTA
mempunyai ketentuan-ketentuan dasar yaitu ”keterbukaan Pasar” harus dilaksanakan dengan
konsekuen agar negara berkembang seperti Indonesia benarbenar mempunyai kesempatan untuk
memanfaatkan dampak-dampak positif dari Peranan Bidang Perkapalan dan Pelayaran Niaga
dalam Perdagangan 15 perdagangan bebas, terutama keterbukaan perdagangan antara negara
ASEAN yang memberikan kesempatan kepada tiap negara untuk saling mengisi peluang pasar
yang ada sesuai kemampuan produksi masing-masing Negara.
4) Menganalisis utang luar negeri & hubungannya dengan perdagangan luar negeri dan NPI
(Neraca Pembayaran Indonesia
1. Neraca Pembayaran
Neraca pembayaran adalah suatu catatan sistematik dari transaksi ekonomi seperti
transaksi perdagangan, keuangan, dan moneter yang dilakukan oleh satu negara dengan negara
lain dalam suatu periode atau tahun tertentu. Neraca pembayaran terdiri dari dua bagian, yaitu
neraca berjalan dan neraca modal.
Ø neraca berjalan (current account)
Neraca berjalan adalah neraca yang mencatat transaksi ekspor-impor barang (neraca
perdagangan), ekspor-impor jasa (neraca jasa), dan pendapatan atau pun sumbangan yang
diperoleh Negara.
Ø neraca modal (capital account)
Neraca modal terdiri dari aliran modal resmi dan investasi langsung dari luar negeri. Aliran
modal resmi adalah transaksi ataupun pinjaman yang dilakukan oleh badan pemerintah negara
lain sedangkan investasi langsung adalah penanaman modal langsung yang dilakukan oleh
swasta dari luar negeri (foreign direct investmen). Berikut adalah contoh neraca pembayaran
Indonesia:
CONTOH NERACA PEMBAYARAN INDONESIA:
NERACA PEMBAYARAN INDONESIA TAHUN 2011-2012
(dalam juta US$)
URAIAN
2011
2012
A.TRANSAKSI BERJALAN
1. Ekspor-impor barang
a. ekspor
200.788
188.146
i. non migas
162.721
152,575
ii. migas
38.067
35.571
· minyak
19.576
17.891
· gas
18.491
17.680
b. impor
-166.005
-179.729
i. non migas
-127.288
-139.040
ii. migas
-38.717
-40.689
· minyak
-37.102
-38.206
· gas
-1.615
-2.483
Neraca Perdagangan
34.783
8.417
2. Ekspor-impor jasa
-10.633
-10.769
a. ekspor
20.690
23.143
b. impor
-31.323
-33.912
Neraca Berjalan
24.15
-2.352
B. TRANSAKSI MODAL
1. Modal Pemerintah
33
37
2. Modal Swasta
17.440
21.101
a. penanaman modal langsung
19.241
19.853
b. investasi lainnya
-1.801
1.248
Neraca Modal
50.44
58.101
C. TOTAL A+B
74.59
55.749
D. SELISIH PERHITUNGAN
-3.395
-5.63
NERACA KESELURUHAN (C+D)
71.195
50.119
2. Neraca Perdagangan
Neraca perdagangan adalah suatu catatan sistematik tentang nilai ekspor dan impor yang
dilakukan oleh suatu negara dalam suatu periode tertentu. Neraca perdagangan secara sederhana
merupakan selisih nilai antara ekspor dan impor. Jika impor lebih tinggi dari ekspor, maka yang
terjadi adalah defisit neraca perdagangan. Jika ekspor lebih tinggi dari impor yang terjadi adalah
surplus neraca perdagangan. Jika nilai ekspor dan impor sama maka neraca perdagangan tersebut
balance/seimbang.
Berikut adalah contoh neraca perdagangan Indonesia:
NERACA PERDAGANGAN INDONESIA TAHUN 2011-2012
(dalam milyar US$)
NO
URAIAN
2011
2012
1.
Ekspor
203.496,6
190.031,8
Migas
41.477,0
36.977,2
Non Migas
162.019,6
153.054,6
2.
Impor
177.435,6
191.691,0
Migas
40.701,5
42.564,3
Non Migas
136.734,0
149.126,7
3.
JUMLAH
380.932,2
381.722,8
Migas
82.178,6
79.541,5
Non Migas
298.753,6
302.181,3
4
NERACA
26.061,1
-1.659,2
Migas
775,5
-5.587,0
Non Migas
25.285,5
3.927,8
Dari neraca perdagangan Indonesia pada tahun 2011-2012 terlihat sangat jelas bahwa Indonesia
mengalami penurunan ekspor sementara nilai impor semakin meningkat. Perbedaan angka pada
neraca perdagangan antara tahun 2011 dengan 2012 menunjukkan perbedaan yang sangat
signifikan. Untuk itu pemerintah Indonesia harus segera mengupayakan agar ekspor Indonesia
dapat meningkat dan mengurangi barang impor yang masuk ke Indonesia agar neraca
perdagangan tersebut tidak lagi defisit.
5) Menganalisis NPI berdasarkan komponen-komponen dan tujuan kebijakan NPI
Komponen Neraca Pembayaran
Berdasarkan neraca pembayaran kita dapat mengetahui bahwa neraca dibagi ke dalam beberapa
transaksi ekonomi internasional. Secara garis besar transaksi ekonomi internasional (luar negeri)
atau pos-pos dasar suatu negara dapat dibedakan sebagai berikut.
a. Transaksi Dagang (Trade Account)
Transaksi dagang adalah semua transaksi ekspor dan impor barang-barang (merchandise) dan
jasa-jasa. Transaksi dagang dibedakan menjadi transaksi barang (visible trade) yang merupakan
transaksi ekspor dan impor barang dagangan, dan transaksi jasa (invisible trade) yang merupakan
transaksi eskpor dan impor jasa. Untuk transaksi ekspor dicatat di sisi kredit, sedangkan transaksi
impor dicatat di sisi debit.
b. Transaksi Pendapatan Modal (Income on Investment)
Transaksi pendapatan modal adalah semua transaksi penerimaan atau pendapatan yang berasal
dari penanaman modal di luar negeri serta penerimaan pendapatan modal asing di negeri kita.
Pendapatan tersebut dapat berupa bunga, dividen, dan keuntungan lain. Penerimaan bunga dan
dividen merupakan transaksi kredit, sedangkan pembayaran bunga dan dividen kepada penduduk
negara asing merupakan transaksi debit.
c. Transaksi Unilateral (Unilateral Transaction)
Transaksi unilateral adalah transaksi sepihak atau transaksi satu arah, artinya transaksi tersebut
tidak menimbulkan kewajiban untuk membayar atas barang atau bantuan yang diberikan. Berikut
ini yang tergolong dalam transaksi unilateral adalah hadiah (gift), bantuan (aid), dan transfer
unilateral. Apabila suatu negara memberi hadiah atau bantuan ke negara lain, maka transaksi ini
termasuk transaksi debit. Sebaliknya, jika suatu negara menerima hadiah atau bantuan dari
negara lain, termasuk dalam transaksi kredit.
d. Transaksi Penanaman Modal Langsung (Direct Investment)
Transaksi penanaman modal langsung adalah semua transaksi yang berhubungan dengan jual
beli saham dan jual beli perusahaan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan
penduduk negara lain. Apabila terjadi pembelian saham atau perusahaan dari tangan penduduk
negara lain, maka pos direct investment didebit, dan bila terjadi penjualan saham atau penduduk
asing yang mendirikan perusahaan di wilayah kekuasaannya, maka pos ini dikredit.
e. Transaksi Utang Piutang Jangka Panjang (Long Term Loan)
Transaksi utang piutang jangka panjang adalah semua transaksi kredit jangka panjang yang
pembayarannya lebih dari satu tahun. Sebagai contoh transaksi penjualan obligasi kepada
penduduk negara lain, menerima pembayaran kembali pinjaman-pinjaman jangka panjang yang
dipinjamkan kepada penduduk negara lain, atau mendapatkan pinjaman jangka panjang dari
negara lain, maka pos ini dicatat di sebelah kredit, dan bila terjadi transaksi pembelian obligasi
atau lainnya yang berkaitan dengan utang piutang jangka panjang, maka pos ini dicatat di
sebelah debit.
f. Transaksi Utang-piutang jangka pendek (Short Term Capita1)
Transaksi utang piutang jangka pendek adalah semua transaksi utang piutang yang jatuh
temponya tidak lebih dari satu tahun. Transaksi ini umumnya terdiri atas transaksi penarikan dan
pembayaran surat-surat wesel.
g. Transaksi Lalu Lintas Moneter (Monetary Acomodating)
Transaksi lalu lintas moneter adalah pembayaran terhadap transaksi-transaksi pada current
account (transaksi perdagangan, pendapatan modal, dan transaksi unilateral) dan investment
account (transaksi penanaman modal langsung, utang piutang jangka pendek, dan utang piutang
jangka panjang). Apabila jumlah pengeluaran current account dan investment account lebih besar
daripada penerimaannya, maka perbedaan tersebut merupakan defisit yang harus ditutup dengan
saldo kredit monetary acomodating. Dari transaksi tersebut, maka transaksi ekonomi
internasional dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Transaksi Berjalan (Current Account)
Transaksi berjalan adalah semua transaksi ekspor dan impor barang-barang dan jasa-jasa. Secara
umum meliputi: transaksi perdagangan, transaksi pendapatan modal dan transaksi unilateral.
b. Neraca Modal (Capital Account)
Neraca modal adalah neraca yang menunjukkan perubahan dalam harta kekayaan (asset) suatu
negara di luar negeri dan aset asing di suatu negara, di luar aset cadangan pemerintah. Neraca
modal meliputi: transaksi penanaman modal langsung, transaksi utang piutang jangka panjang
dan transaksi utang piutang jangka pendek.
c. Selisih yang Belum Diperhitungkan (Error and Omissions)
Selisih yang belum diperhitungkan merupakan rekening penyeimbang apabila nilai transaksi-
transaksi kredit tidak sama persis dengan nilai transaksi debit. Dengan adanya rekening selisih
perhitungan ini, maka jumlah total nilai transaksi kredit dari suatu Neraca Pembayaran
Internasional (NPI) akan selalu sama dengan transaksi debitnya
Penyusunan neraca pembayaran mempunyai beberapa tujuan, yaitu sebagai berikut :
Ø Memberikan informasi kepada pemerintah mengenai posisi negara di perdagangan
internasional
Ø Memberikan informasi kepada pemerintah mengenai posisi pembayaran internasional
Ø Membantu pemerintah dalam menetapkan kebijakan fiskal dan moneter
Ø Merupakan alat untuk mengukur berapa besar utang dan piutang negara terhadap luar negeri
Ø Merupakan alat untuk mengukur struktur dan komposisi transaksi ekonomi suatu negara
dengan dunia internasional
Ø Mengukur keadaan perekonomian dan posisi keuangan internasional suatu Negara.
Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter dapat
dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan
suatu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi
yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal
(keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga
stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca
pembayaran internasional yang seimbang