Makalah PI Ina

download Makalah PI Ina

of 77

Transcript of Makalah PI Ina

Kependudukan, Ketenagakerjaan dan Pengangguran

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kependudukan, ketenagakerjaan dan pengangguran adalah tiga hal yang erat kaitannya dengan perekonomian suatu negara. Kependudukan menggambarkan bagaimana struktur dan komposisi penduduk suatu negara, sedangkan ketenagakerjaan dan pengangguran menggambarkan seberapa banyak penduduk yang bekerja dan seberapa banyak penduduk yang tidak bekerja. Penduduk berfungsi ganda dalam perekonomian. Dalam konteks ia berada baik di sisi permintaan maupun di sisi penawaran. Di sisi permintaan, penduduk adalah konsumen, sumber permintaan akan barang-barang dan jasa. Di sisi penawaran, penduduk adalah produsen, jika ia pengusaha atau pedagang: atau tenaga kerja, jika ia semata-mata pekerja. Dalam konteks pembangunan, pandangan terhadap penduduk terpecah dua ada yang menganggapnya sebagai penghambat pembangunan ada pula yang menganggapnya sebagai pemacu pembangunan. Tentu saja tidak sembarang penduduk dengan sendirinya akan mengembangkan perekonomian. Di sisi konsumsi, permintaan akn meningkat hanya jika penduduk selaku konsumen mempunyai daya beli yang menjangkau. Sedangkan di sisi produksi, penawaran akan tanggap hanya jika penduduk selaku produsen atau sumber daya manusia memiliki kapasitas produktif yang memadai dan efisien. Dengan demikian, apakah pada akhirnya penduduk merupakan pemacu atau penghambat pembangunan, persoalannya bukan semata-mata terletak pada besar atau kecil jumlahnya. Akan tetapi juga bergantung pada kapasitas penduduk tersebut, baik selaku konsumen atau sumber permintaan maupun selaku produsen atau sumber penawaran. Ketimpangan kesempatan kerja merupakan salah satu masalah utama dalam proses pembangunan Indonesia. Ketimpangan ini jelas terlihat diantara perkembangan tenaga kerja, disatu pihak, dengan kemampuan penyerapan tenaga kerja itu sendiri. dilain pihak, penambahan angkatan kerja yang berlangsung jauh Perekonomian Indonesia Page 1

Kependudukan, Ketenagakerjaan dan Pengangguran

lebih pesat dibandingkan dengan kemampuan penyerapan tenaga kerja mempunyai dampak yang cukup besar terhadap pembangunan Indonesia. Faktor utama yang menyebabkan pengangguran adalah kekurangan pengeluaran agregat. Para pengusaha memproduksi barang dan jasa dengan maksud untuk mencari keuntungan. Keuntungan tersebut hanya akan dapat diperoleh apabila para pengusaha dapat menjual barang yang mereka produksikan. Pada umumnya pengeluaran agregat yang terwujud dalam perekonomian adalah lebih rendah dari pengeluara agregat yang diperlukan untuk mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh. Kekurangan permintaan agergat ini adalah factor penting yang menimbulkan pengangguran. Penduduk dipandang dari sisi ketenagakerjaan merupakan suplai bagi pasar tenaga kerja di suatu negara. Seharusnya dengan angka ini dapat digunakan sebagai aset negara untuk membangun Indonesia tetapi yang terjadi malah sebaliknya. Ketenagakerjaan dan pengangguran menjadi masalah yang pelik bagi Indonesia. Masalah ketenagakerjaan di Indonesia sekarang ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan ditandai dengan jumlah penganggur dan setengah penganggur yang besar, pendapatan yang relatif rendah dan kurang merata. Sebaliknya pengangguran dan setengah pengangguran yang tinggi merupakan pemborosan sumber daya dan potensi yang ada, menjadi beban keluarga dan masyarakat, sumber utama kemiskinan, dapat mendorong peningkatan keresahan sosial dan kriminal, dan dapat menghambat pembangunan dalam jangka panjang. Situasi ketenagakerjaan dewasa ini ditandai oleh pemborosan sumber daya yang sangat besar, dan tingkat penderitaan manusia yang tidak bisa dibiarkan. Kondisi yang buruk tersebut telah mengakibatkan meningkatnya tekanan sosial, kian parahnya ketimpangan pendapatan, dan pada akhirnya akan menjadi sumber dari berbagai macam penyakit masyarakat. (Internatioal Labor Organization, World Employment Report, 1995). Ketimpangan kesempatan kerja merupakan salah satu masalah utama dalam proses pembangunan Indonesia. Ketimpangan ini jelas terlihat diantara perkembangan tenaga kerja, disatu pihak, dengan kemampuan penyerapan tenaga Perekonomian Indonesia Page 2

Kependudukan, Ketenagakerjaan dan Pengangguran

kerja itu sendiri. dilain pihak, penambahan angkatan kerja yang berlangsung jauh lebih pesat dibandingkan dengan kemampuan penyerapan tenaga kerja mempunyai dampak yang cukup besar terhadap pembangunan Indonesia. Faktor utama yang menyebabkan pengangguran adalah kekurangan pengeluaran agregat. Para pengusaha memproduksi barang dan jasa dengan maksud untuk mencari keuntungan. Keuntungan tersebut hanya akan dapat diperoleh apabila para pengusaha dapat menjual barang yang mereka produksikan. Pada umumnya pengeluaran agregat yang terwujud dalam perekonomian adalah lebih rendah dari pengeluara agregat yang diperlukan untuk mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh. Kekurangan permintaan agergat ini adalah factor penting yang menimbulkan pengangguran. Menurut United Nations Development Program, Human Development Report, 1993: Berbagai kawasan di dunia kini menyaksikan suatu fenomena baru yakni pertumbuhan pengangguran. Bahkan ketika output meningkat, penyerapan tenaga kerja memerlukan waktu tenggang yang cukup lama untuk mengikutinya. Ironi sekali, di dunia yang semakin modern dengan teknologi yang semakin canggih pula ternyata tidak membuat kependudukan di berbagai kawasan di dunia termasuk Indonesia lepas dari masalah-masalah kemiskinan, pengangguran dan sebagainya. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penyusun tertarik untuk membuat makalah yang berkaitan dengan kependudukan, ketenagakerjaan, kesempatan kerja dan pengangguran di Indonesia dengan mengambil judul KEPENDUDUKAN, KETENAGAKERJAAN, KESEMPATAN KERJA DAN PENGANGGURAN. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka lingkup permasalahan dalam makalah ini, dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: 1. Apa yang dimaksud dengan kependudukan, tenaga kerja, kesempatan kerja dan pengangguran ?

Perekonomian Indonesia

Page 3

Kependudukan, Ketenagakerjaan dan Pengangguran

2. Teori-teori apa saja yang menjelaskan tentang kependudukan, tenaga kerja, kesempatan kerja dan pengangguran ? 3. Bagaimana kondisi kependudukan, tenaga kerja, kesempatan kerja dan pengangguran di Indonesia dari tahun ketahun jika dilihat dari berbagai kriteria kependudukan, tenaga kerja, kesempatan kerja dan pengangguran di Indonesia ? 4. Apa masalah kependudukan, tenaga kerja, kesempatan kerja dan pengangguran yang dihadapi Indonesia saat ini ? 5. Kebijakan-kebijakan apa saja yang dapat dilakukan untuk menanggulangi masalah kependudukan, tenaga kerja, kesempatan kerja dan pengangguran di Indonesia? 1.3. Tujuan Penulisan Makalah Adapun yang menjadi tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk: 1. Menjelaskan tentang konsep kependudukan, tenaga kerja, kesempatan kerja dan pengangguran. 2. Menjelaskan teori-teori mengenai kependudukan, kependudukan, tenaga tenaga kerja, kerja, kesempatan kerja dan pengangguran. 3. Mendeskripsikan masalah-masalah kesempatan kerja dan pengangguran di Indonesia. 4. Mendeskripsikan kondisi kependudukan, tenaga kerja, kesempatan kerja dan pengangguran di Indonesia. 5. Menjelaskan macam-macam kebijakan yang dapat dilakukan untuk menanggulangi masalah kependudukan, tenaga kerja, kesempatan kerja dan pengangguran di Indonesia. 1.4 Manfaat Penulisan Makalah Adapun yang menjadi manfaat penulisan makalah ini yaitu untuk: 1. Memberikan informasi mengenai konsep kependudukan, tenaga kerja, kesempatan kerja dan pengangguran.

Perekonomian Indonesia

Page 4

Kependudukan, Ketenagakerjaan dan Pengangguran

2. 3. 4. 5.

Memberikan

informasi

mengenai

teori-teori

mengenai

kependudukan, tenaga kerja, kesempatan kerja dan pengangguran. Memberikan informasi mengenai masalah-masalah kependudukan, Memberikan informasi mengenai kondisi kependudukan, tenaga Memberikan informasi mengenai macam-macam kebijakan yang tenaga kerja, kesempatan kerja dan pengangguran di Indonesia. kerja, kesempatan kerja dan pengangguran di Indonesia. dapat dilakukan untuk menanggulangi masalah kependudukan, tenaga kerja, kesempatan kerja dan pengangguran di Indonesia.

Perekonomian Indonesia

Page 5

Kependudukan, Ketenagakerjaan dan Pengangguran

BAB II PEMBAHASAN 2.1. TEORI 2.1.1. Kependudukan Penduduk merupakan sumber daya penting, di samping kekayaan alam, karena penduduk memegang peranan utama dalam mengubah lingkungan ke arah yang positif maupun negatif. Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah penduduk terbesar keempat setelah RRC, India, dan Amerika Serikat. Besarnya jumlah penduduk Indonesia merupakan beban berat bagi masyarakat dan pemerintah mengingat setiap orang memerlukan ruang hidup yang mencukupi dalam memenuhi kebutuhan makanan, pakaian, maupun tempat tinggal. Populasi atau penduduk adalah sejumlah mahluk sejenis (manusia) yang mendiami atau menduduki tempat tertentu (dunia) dan bagian-bagiannya. (Ruslan H Prawiro, 1982:3 ). Menurut kaum klasik, pada umumnya penduduk dipandang sebagai penghambat pembangunan apalagi dalam jumlah yang besar yang disertai dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi. Dengan demikian penduduk dianggap sebagai beban pembangunan. Litertur klasik memandang jumlah penduduk besar hanya memperkecil pendapatan per kapita dan menimbulkan masalah kependudukan. Robert Malthus mengungkapkan bahwa Masa depan umat manusia suram seandainya pertumbuhan penduduk tidak dapat dikendalikan. Pernyataan ini sesuai jika dihubungkan dengan kondisi kepadatan penduduk Indonesia yang dilihat dari proporsi sangat tidak seimbang dengan laju pertumbuhan ekonomi. Pada akhirnya permasalahan kependudukan tumbuh subur dampak yang serius pada kesejahteraan masyarakat, Permasalah penduduk adalah masalah pertambahan jumlah penduduk yang sangat besar di negara-negara berkembang. Hal ini menimbulkan beberapa permasalahan pada upaya-upaya pembangunan karena disatu pihak pertambahan penduduk yang sangat pesat akan menimbulkan perkembangan tenaga kerja yang dan memberikan

Perekonomian Indonesia

Page 6

Kependudukan, Ketenagakerjaan dan Pengangguran

hampir sama cepatnya. Akan tetapi dilain pihak negara-negara itu mempunyai kemampuan yang jauh lebih terbatas untuk menciptakan kesempatan kerja baru. Sebagai akibat dari kedua keadaan yang bertentangan itu, pertambahan penduduk menimbulkan masalah-masalah berikut : (i) Jumlah pengagguran yang sejak berakhirnya perang dunia kedua sudah cukup serius keadaannya makin lama makin bertambah serius lagi; (ii) Perpindahan penduduk dari daerah daerah pedesaan ke kota-kota menjadi bertambah pesat dan menimbulkan masalah urbanisasi yang berlebih-lebihan; dan (iii) Pengangguran di kota-kota besar terus menerus bertambah jumlahnya. (Sadono Sukirno, 1985:173).

2.1.1.1 Teori Kependudukan Modern 1. Pandangan Merkantilisme Para ahli Merkantilisme menganggap jumlah penduduk yang banyak sebagai elemen yang penting dalam kekuatan negara. Menurut pendapat penganut merkantilisme, suatu negara yang jumlah penduduknya banyak mempunyai keuntungan tertentu, terutama jika ditinjau dari segi ekonomis dan politis. Jumlah penduduk yang banyak bukan saja merupakan faktor yang penting di dalam kekuasaan negara, tetapi malah memegang peranan dalam meningkatkan penghasilan dan kekayaan negara. 2. Pandangan Kaum Fisiokrat Menurut pandangan kaum Fisiokrat, bahwa pertumbuhan seluruh ekonomi bukan ditentukan oleh jumlah penduduk, akan tetapi ditentukan oleh semakin banyaknya pertanian. Mereka sangat menentang kebijaksanaan golongan merkantilisme yang ingin memperbanyak jumlah penduduk walaupun bila perlu dengan menurunkan tingkat kehidupan. Meskipun demikian mereka juga ikut memberikan gambaran tentang pertumbuhan penduduk yang pada umumnya memadai dengan dilandasi oleh suatu kondisi bahwa bagaimanapun masih terbuka kesempatan untuk meningkatkan jumlah produksi pertanian dalam rangka menunjang pertambahan penduduk.

Perekonomian Indonesia

Page 7

Kependudukan, Ketenagakerjaan dan Pengangguran

3. Pandangan Cantilion (Merkantilisme) Bahwa tanah merupakan faktor utama yang dapat menentukan tinggi rendahnya kesejahteraan, selain itu dinyatakan pula bahwa jumlah penduduk akan terbatas karena jumlahnya akan dibatasi oleh jumlah makanan yang dapat diproduksi oleh tanah. 4. Pandangan Quesnay (Fisiokrat) Bahwa suatu negara hendaknya mempunyai penduduk yang cukup banyak, tetapi dengan syarat agar mereka dapat mencapai taraf hidup yang layak. Dalam dalil ke XXV dan XXVI yang tercantum dalam bukunya Tableau, ia meningkatkan kesejahteraan rakyat, dan bukan untuk memperbanyak jumlah penduduk (Tim Dosen PLSBT UPI, 2005 : 152). 2.1.1.2 Teori Transisi Demografi Salah satu teori kependudukan yang memberikan gambaran nyata tentang kependudukan serta kebijakannya adalah Teori Transisi Demografi. Teori ini menjelaskan bahwa teori dan kebijakan kependudukan berpangkal pada pengamatan-pengamatan tentang perubahan yang terjadi pada penduduk dari waktu ke waktu. Teori-teori kependudukan membahas sebab-sebab atau akibatakibat dari struktur, jumlah dan penyebaran penduduk serta dinamika perubahan. Satu teori sosial modern yang utama ialah teori transisi demografis. Teori ini dikemukakan oleh Coale dan Hover (1985). Teori menyatakan bahwa setiap masyarakat memulai dengan fase angka kelahiran-kematian tinggi, kemudian disusul oleh fase menurunnya angka kematian sementara angka kelahiran masih tetap tinggi dan fase menurunnya angka kelahiran secara perlahan-lahan hinga berada pada angka kelahiran dan kematian rendah. Fase kelahiran dan kematian tinggi sejajar dengan fase perkembangan masyarakat tradisional agraris, dicirikan oleh ekonomi berlandaskan pertanian dengan pendapatan rendah. Unsur-unsur industrialisasi/modernisasi relatif belum berpengaruh. Tahap permulaan atau mulainya industrialisasi/modernisasi suatu masyarakat untuk pertama kali berpengaruh atas angka kematian hingga mengalami penurunan. Ini bertalian dengan pengetahuan medis yang mulai maju, Perekonomian Indonesia Page 8

Kependudukan, Ketenagakerjaan dan Pengangguran

perawatan kesehatan dan perbaikan gizi. Turunnya angka kelahiran secara perlahan-lahan dimulai ketika masyarakat yang bersangkutan mengalami industrialisai/modernisasi yang cukup mendalam. Akhirnya ketika telah menjadi masyarakt industri atau masyarakat modern (unsur-unsur modernisasi telah berpengaruh secara mendalam) barulah dicapai angka kelahiran-kematian rendah. 2.1.2 Ketenagakerjaan Tenaga kerja merupakan penduduk yang berumur dalam batas usia kerja (Dumairy, 1996: 74). Batas usia kerja setiap negara berbeda-beda. Indonesia mendasarinya pada batas umur minimum 15 tahun dan tanpa batas maksimum. Penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua golongan yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. a. Angkatan kerja Angkatan kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia yang bekerja, atau mempunyai pekerjaan namun untuk sementara sedang tidak bekerja, dan yang mencari pekerjaan. Angkatan kerja dibagi ke dalam dua sub kelompok yaitu pekerja dan penganggur, yaitu: Pekerja, merupakan orang-orang yang mempunyai pekerjaan, mencakup orang-orang yang mempunyai pekerjaan dan (saat disensus atau di survey memang sedang bekerja, serta orang-orang yang mempunyai pekerjaan namun untuk sementara waktu kebetulan sedang tidak bekerja. Penganggur, adalah orang yang tidak mempunyai pekerjaan, lengkapnya orang yang tidak bekerja dan (masih atau sedang) mencari pekerjaan. Jumlah orang yang bekerja tergantung dari besarnya permintaan dalam masyarakat. Permintaan tersebut dipengaruhi oleh kegiatan ekonomi dan tingkat upah. Proses terjadinya penempatan atau hubungan kerja melalui penyediaan dan permintaan tenaga kerja dinamakan pasar kerja. Seseorang dalam pasar kerja berarti dia menawarkan jasa produksinya. b. Bukan angkatan kerja

Perekonomian Indonesia

Page 9

Kependudukan, Ketenagakerjaan dan Pengangguran

Adalah, tenaga kerja atau penduduk yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan, dan sedang tidak mencari pekerjaan, yaitu orang-orang yang sedang bersekolah (pelajar dan mahasiswa), mengurus rumah tangga (ibu-ibu yang bukan wanita karier, serta menerima pendapatan tetapi bukan merupakan imbalan langsung atas jasa kerjanya (pensiunan, penderita cacat yang dependen). Tenaga kerja yang bukan angkatan dibedakan menjadi tiga subkelompok yaitu penduduk dalam usia kerja yang sedang bersekolah, mengurus rumah tangga (tanpa mendapatkan upah), serta penerima pendapatan lain. Tenagakerja Manpower (Berusia 15 Tahun) Angkatan Kerja labour Force Pekerjaan work force pengangguran Bukan Angkatan Kerja Pelajar dan mahasiswa Pengurus rumah tangga Penerima pendapatan lain Bukan Tenaga Kerja (Berusia < 15 tahun) Gambar 2.1 Pemilahan Penduduk Berdasarkan Pendekatan Angkatan Kerja (Dumairy, 1996: 75)

Penduduk

2.1.3 Kesempatan Kerja Kesempatan kerja adalah sejumlah lapangan kerja yang tersedia bagi masyarakat yang telah ditempati (employment) maupun jumlah lapangan kerja yang masih kosong (vacancy). Kesempatan kerja menggambarkan tersedianya lapangan kerja di masyarakat, oleh karena itu sering diartikan sebagai permintaan akan tenaga kerja di pasar tenaga kerja. Kesempatan kerja erat hubungannya dengan kemampuan perusahaan-perusahaan dalam kaitanya dengan faktor produksi. Macam-macam kesempatan kerja, yaitu:

Perekonomian Indonesia

Page 10

Kependudukan, Ketenagakerjaan dan Pengangguran

a. Kesempatan Kerja Penuh (Full Employment) Full employment adalah, keadaan yang terjadi atau berlangsung di suatu perekonomian yang mampu dan bersedia dapat bekerja, baik dipekerjakan maupun meempunyai kesempatan unuk bekerja. Full employment yang ditandai oleh jumlah pekerjaan yang tersedia atau kesempatan kerja sama besarnya dengan atau melebihi jumlah orang yang mencari pekerjaan. Jadi, setiap pekerja yang mencari pekerjaan baik itu seorang yang lulus atau pekerja mencari pekerjaan baru dapat memperoleh dengan mudah. b. Kesempatan Kerja yang Berkurang (Under Employment) Hal ini terjadi apabila jumlah lapangan kerja tidak cukup untuk menampunng banyaknya tenaga kerja. Under employment disebabkan oleh merosotnya kecenderungan mengkonsumsi (tercapai tingkat jenuh), merosotnya efisiensi marginal modal, dan menguatnya preferensi likuiditas (mengubah tabungan menjadi bentuk yag paling cair) karena suku bunga yang rendah sehingga menngakibatkan merosotnnya investasi yang berakibat tidak dapat menyerap seluruh angkatan kerja.

Bekerja Penuh Penduduk Setengah Menganggu r

Kentara Tidak Kentara Produktivitas rendah Penghasilan rendah

Gambar 2.2 Pemilahan Penduduk Berdasarkan Pendekatan Pemanfaatan Tenaga Kerja (Dumairy, 1996: 76)

2.1.4

Pengangguran

2.1.4.1 Konsep dan Definisi Pengangguran

Perekonomian Indonesia

Page 11

Kependudukan, Ketenagakerjaan dan Pengangguran

Konsep pengangguran dan konsep setengah pengangguran merujuk kepada dua situasi yang berbeda. Perbedaan antara kedua konsep tersebut adalah sebagai berikut : a. Konsep Pengangguran, merujuk pada keadaan dimana seseorang menghadapi ketiadaan kesempatan kerja. b. Konsep Setengah Pengangguran, merujuk pada situasi dimana pekerjaan yang dilakuakan seseorang, dengan memperhatikan keterampilan dan pengalaman kerja orang bersangkutan, tidak memenuhi aturan-aturan atau norma-norma pekerjaan yang ditetapkan. Dari kedua konsep tersebut terungkap bahwa Pengangguran merupakan keadaan dari seseorang yang mengalami hambatan di dalam usahanya untuk memperoleh pekerjaan, sedangkan Setengah Pengangguran merupakan keadaan dari seseorang yang telah bekerja tetapi mengalami ketidakpuasan atas pekerjaan yang dilakukannya. Internasional Labour Organization (ILO) telah menyusun definisi internasional baku tentang penganggur dan setengah pengaggur. Penganggur adalah, seseorang yang termasuk kelompok penduduk usia kerja yang selama periode tertentu tidak bekerja, dan bersedia menerima pekerjaan,serta sedang mencari pekerjaan. Setengah penganggur adalah, seseorang yang bekerja sebagai buruh/karyawan dan pekerja mandiri (berusaha sendiri) yang selama periode tertentu secara terpaksa bekerja kurang dari jam kerja normal, yang masih mencari pekerjaan lain atau masih bersedia menerima pekerjaan lain/tambahan. Penyempurnaan pengertian pengangguran dan setengah pengangguran oleh Biro Pusat Statistik (BPS). Pengangguran adalah, penjumlahan banyaknya orang yang tercakup sebagai penganggur terbuka dengan banyaknya orang yang tercakup sebagai setengah pengangguran terpaksa. Setengah penganggur adalah, orang yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu yang masih mencari pekerjaan atau yang masih bersedia menerima pekerjaan lain. Konsep dan definisi lainnya yang terkait dengan konsep pengangguran: a. Konsep Angkatan Kerja Perekonomian Indonesia Page 12

Kependudukan, Ketenagakerjaan dan Pengangguran

Konsep ini merujuk pada kegiatan utama yang dilakukan oleh penduduk usia kerja selama periode tertentu sampai kini. Konsep ini membagi penduduk menjadi dua kelompok, yaitu penduduk usia kerja dan penduduk bukan usia kerja. Selanjutnya penduduk usia kerja dibedakan pula menjadi dua kelompok berdasarkan kegiatan utama yang sedang dilakukannya. Kelompok itu disebut Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja. b.Penduduk Usia Kerja Adalah penduduk berumur 15 tahun dan lebih. c. Penduduk yang Termasuk Angkatan Kerja Adalah penduduk usia kerja yang bekerja atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja, dan yang sedang mencari pekerjaan. d.Penduduk yang Termasuk Bukan Angkatan Kerja Adalah penduduk usia kerja yang masih sekolah, mengurus rumahtanggga, atau melaksanakan kegiatan lainnya. e.Bekerja Adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan paling sedikit 1 (satu) jam secara tidak terputus selama seminggu yang lalu. f. Jumlah Jam Kerja Seluruh Pekerjaan Adalah jumlah jam kerja yang dilakukan seseorang (tidak termasuk jam kerja istirahat dan jam kerja yang digunakan untuk hal-hal di luar pekerjaan) selama seminggu yang lalu. g. Tingkat Pengangguran Tingkat pengangguran terpaksa ditambah tingkat setengah pengangguran terpaksa. 2.1.4.2 Jenis-jenis Pengangguran Jenis-jenis pengangguran dapat digolongkan menurut sebab terjadinya dan berdasarkan lama kerjanya pembagian tersebut yaitu sebagai berikut. A. Menurut Sebab Terjadinya

Perekonomian Indonesia

Page 13

Kependudukan, Ketenagakerjaan dan Pengangguran

Menurut sebab terjadinya pengangguran dapat digolongkan menjadi tiga jenis yaitu sebagai berikut : 1. Pengangguran friksional Pengangguran Friksional adalah pengangguran yang terjadi karena kesulitan temporer dalam mempertemukan pencari kerja dan lowongan kerja yang ada. Pengangguran Friksional dapat pula terjadi karena kurangnya mobilitas pencari kerja dimana lowongan pekerjaan justru terdapat bukan disekitar tempat tinggal si pencari kerja. Selain itu penganguran friksional terjadi karena pencari kerja tidak mengetahui dimana tersedianya tenagatenaga yang sesuai. 2. Pengangguran Struktural Pengangguran struktural terjadi karena terjadi perubahan dalam srtuktur atau komposisi perekonomian. Perubahan struktur yang demikian memerlukan perubahan dalam ketrampilan tenaga kerja yang dibutuhkan seddangkan pihak pencari kerja tidak mampu menyesuaikan diri dengan ketrampilan baru tersebut. Bentuk pengangguran struktural yang lain adalah terjadinya pengangguran pekerja akibat penggunaan alat-alat dan teknologi maju. 3. Pengangguran Musiman Pengangguran musiman disebabkan oleh perubahan permintaan terhadap tenaga kerja yang sifatnya berkala. Pengangguran seperti ini biasanya terjadi pada tenaga kerja paruh waktu (part time). Mereka ini direkrut saat ada pekerjaan (proyek) yang membutuhkan banyak tenaga. Setelah proyek selesai, mereka tidak lagi dibutuhkan dan kembali menganggur. 4. Pengangguran Siklikal Pengangguran siklikal berkaitan dengan naik turunnya aktivitas atau keadaan perekonomian suatu negara (business cycle). Suatu ketika, perekonomian mengalami masa pertumbuhan (menaik). Disaat lain mengalami resesi (menurun) atau bahkan depresi. Pada saat krisis ekonomi daya beli masyarakat mengalami penurunan sehingga tingkat permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa memaksa produsen menurunkan kegiatan produksi. Caranya dengan mengurangi pemakaian faktor produksi, termasuk Perekonomian Indonesia Page 14

Kependudukan, Ketenagakerjaan dan Pengangguran

tenaga kerja. Itulah sebabnya, saat krisis ekonomi kita menyaksikan banyak pegawai atau buruh terkena PHK sehingga menganggur. Oleh karena itu, pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya aktivitas perekonomian ini sering dinamakan pengangguran siklikal (siklus).

B. Berdasarkan Lama Kerjanya Berdasarkan lama kerjanya pengangguran dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok yaitu sebagai berikut : 1. Pengangguran Terbuka Pengangguran terbuka (open unemployment)terjadi karena: Lapangan kerja tidak tersedia. Lapangna kerja yang tersedia tidak cocok dengan latar belakang pendidikan atau tidak mau bekerja. 2. Setengah Menganggur Setengah menganggur (under unemployment) terjadi bila tenaga kerja tidak bekerja secara optimum karena ketiadaan lapangan kerja atau pekerjaan. Ada yang mengatakan bahwa tenaga kerja setengah menganggur ini adalah tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu. Misalnya seorang petani setelah musim yanam biasanya tidak bekerja secara optimum. Mereka hanya menunggu musim penyiangan dan setelah musim penyiangan lewat mereka kembali menganggur sampai ke musim panen. 3. Pengangguran Terselubung Pengangguran terselubung (disguised unemployment) terjadi bela tenaga kerja tidak bekerja secara optimum karena tidak memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Misalnya, suatu kantor mempekerjakan sepuluh orang karyawan padahal pekerjaan dalam kantor itu dapat dikerjakan dengan baik walau hanya dengan delapan orang karyawan bila tenaga kerja sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengangguran ini disebabkan

Perekonomian Indonesia

Page 15

Kependudukan, Ketenagakerjaan dan Pengangguran

saja, sehingga terdapat kelebihan dua orang tenaga kerja. Orang-orang itulah yang disebut sebagai pengangguran terselubung. 2.1.4.3 Sebab-sebab Pengangguran Adapun penyebab pengangguran yaitu dikarenakan oleh beberapa hal berikut ini, yaitu: 1. Warisan Sifat Feodal dari penjajah Banyak pemuda pemudi usai kerja, tetapi belum dapat pekerjaan. Hal itu sebenarnya bukan berarti dimasyarakat tidak tersedia lapangan pekerjaan. Pada umunya para penganggur kurang tertariik akan pekerjaan swasta dengan alasan gengsi atau martabat mereka menjadi rendah dimata masyarakat. Mereka pada umumnya menginginkan bekerja sebagai pegawai negeri atau sebagai amtenar. 2. Tidak ada motivasi untuk bekerja Mereka pada umumnya mempunyai sifat sangat malas. Tampak seperti prustasi dan acuh terhadap lingkungan, waktu sehari-harinya dihabiskan tanpa bekerja dan habis berlalu begitu saja tanpa mengahasilkan apa-apa. 3. Lapangan kerja yang tersedia memerlukan skill khusus Penganganguran dapat terjadi karena lapangan kerja yang tersedia memerlukan pengetahuian khusus yang tidak dimiliki oleh pencari kerja. Keadaan yang demikian menyebabkan jumlah penganguran tetap tinggi karena tidak ada titik temu antara pencari kerja dengan lapangan pekerjaan yang tersedia. 4. Pertumbuhan ekonomi Krisis ekonomi global yang berkepanjangan memberikan pengaruh pertumbuhan ekonomi yang kurang menguntungkan apalagi disertai dengan perkembangan penduduk yang cukup tinggi. Jika jumlah pengangguran dari tahun ke tahun bertambah dan terus membengkan tentu dapat mengakibatkan kemunduran dalam perekonomian yang selama ini kita bangun. 5. Menemui jalan buntu dalam mencari pekerjaan Perekonomian Indonesia Page 16

Kependudukan, Ketenagakerjaan dan Pengangguran

Karena sulit mencari pekerjaan hasilnya selalu nihil akhirnya pencari kerja menjadi apatis. Mereka kehilangan kepercayaan diri bahwa sesungguhnya masih banyak lapangan pekerjaan disekitar tempat tinggal mereka. Mereka lupa bahwa sebenarnya bekerja tidak hanya di perusahaan ataupun menjadi pegawai negeri. Banyak bidang lain disekitar mereka seperti peternakan, perdagangan, jassa, industri kecil, dan lain sebagainya yang belum ditangani. 2.2 TEMUAN EMPIRIK DAN PEMBAHASANNYA

2.2.1 Kependudukan Data dan Analisis Data Kependudukan di Indonesia 2.2.1.1 Jumlah Penduduk Indonesia Berdasarkan Provinsi Berikut ini disajikan data jumlah penduduk Indonesia yang didasarkan pada provinsi Tahun 1971, 1980, 1990, 1995, 2000 dan 2005 yang kami dapatkan dari Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS). Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Indonesia Menurut Provinsi Dalam juta jiwa Tahun 1971, 1980, 1990, 1991, 1992, 1993, 1994, 1995, 2000, 2005, 2006, 2007, 2008Provinsi N. A .D Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Bel. Kep.Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali NTB NTT Kal. Barat Kal.Tengah Kal.Selatan Kal. Timur Sulawesi Utara SulawesiTengah SulawesiSelatan SulawesiTenggara Gorontalo 1971 2008 6621 2793 1641 1006 3440 5193 2777 na na 4579 2162 2187 2489 2551 na 2120 2203 2295 2019 7019 1699 7337 1718 9136 5180 1412 na 1980 2611 8360 3406 2168 1445 4629 7680 4624 na na 6503 27453 25372 2750 29188 na 2469 2724 2737 2486 954 2064 1218 2115 1289 6062 942 Na 1990 3416 1025 4000 3303 2020 6313 1179 6017 Na Na 8259 3538 2852 2913 3250 Na 2777 3369 3268 3229 1396 2597 1876 2478 1711 6981 1349 Na Tahun 1991 3497 1041 4062 3394 2084 6481 1221 6139 na na 8397 3611 2873 2913 3275 na 2800 3422 3327 3305 1439 2653 1955 2510 1747 7092 1393 na 1992 3582 1058 4126 3514 2152 6656 1266 6264 na na 8570 3686 2896 2914 3302 na 2824 3476 3388 3385 1484 2711 2039 2544 1793 7206 1439 na 1993 3668 1076 4190 3638 2222 6834 1312 6393 na na 8747 3762 2919 2915 3329 na 2847 3532 3450 3466 1530 2770 2127 2578 1840 7321 1487 na 1994 3757 1093 4256 3767 2295 7018 1359 6524 na na 8928 3841 2942 2915 3356 na 2871 3588 3513 3550 1578 2831 2218 2613 1888 7439 1536 na

Perekonomian Indonesia

Page 17

Kependudukan, Ketenagakerjaan dan Pengangguran

Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Irian Jaya Barat Papua Indonesia

Sumber:SP (1971, 1980, 1990, 2000) dan Supas (1995, 2005)Tahun 2005 4031 12450 4566 4579 2635 6782 1549 7116 1043 1274 8860 38965 31977 3343 36294 9028 3383 4184 4260 4052 1914 3281 2848 2128 2294 7509 1963 922 969 1251 884 643 1875 218868

na 1089 na na 9234 119208

Na 1411 Na na 1173 147490

Na 1857 Na Na 1648 179378

na 1872 na na 1688 181457

Na 1942 Na na 1748 184476

na 1989 Na Na 1811 187557

na 2037 na na 1875 190703

Provinsi N. A .D Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Bel. Kep.Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali NTB NTT Kal. Barat Kal.Tengah Kal.Selatan Kal. Timur Sulawesi Utara SulawesiTengah SulawesiSelatan SulawesiTenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Irian Jaya Barat Papua Indonesia

1995 3847 1111 4323 3900 2369 7207 1409 6657 na na 9112 3920 2965 2916 3384 na 2895 3645 3577 3635 1627 2893 2314 2649 1938 7558 1586 na na 2086 na na 1942 194754

2000 3929 1164 4248 3907 2407 6210 1455 6730 8999 1040 8361 3572 3122 3121 34765 8098 3150 4008 3823 4016 1855 2984 2451 2000 2175 7159 1820 833 891 1166 815 529 1684 205132

2006 4073 12643 4632 6101 2683 6900 1568 7212 1075 1338 8963 39649 32179 3389 34766 8098 3150 4009 3823 4016 1855 2984 2452 2001 2176 8051 1820 833 na 1166 815 2214 na 205132

2007 4223 12834 4697 5071 2742 7020 1616 7289 1106 1392 9064 40329 32380 3434 36895 9423 3479 4292 448 4178 2028 3396 3024 2186 2396 7700 2031 960 1016 1302 944 716 2015 225642

2008 4293 13042 4763 5189 2788 7121 1641 7391 1122 1453 9146 40918 32626 3465 37094 9602 3516 4363 4534 4249 2027 3446 3094 2208 2438 7805 2075 972 1032 1320 959 730 2056 179378

Secara grafis data Jumlah Penduduk Indonesia Periode 1971, 1980, 1990, 1991, 1992, 1993, 1994, 1995, 2000, 2005, 2006, 2007, 2008 dapat dilihat pada gambar 2.3 dibawah ini.

Perekonomian Indonesia

Page 18

Kependudukan, Ketenagakerjaan dan Pengangguran

Gambar 2.3 Jumlah Penduduk Indonesia Periode 1971, 1980, 1990, 1991, 1992, 1993, 1994, 1995, 2000, 2005, 2006, 2007, 2008

Sumber : BPS - Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 1971 2008 (data diolah). Berdasarkan data di atas sensus tahun 1971 ke 1980 mengalami peningkatan yang lebih besar sekitar 28.282 juta jiwa. Pada tahun 1980 ke sensus tahun 1990 mengalami peningkatan jumlah penduduk sebesar 31.888 Juta Jiwa, dan untuk sensus tahun 1990 ke sensus tahun 1991 mengalami peningkatan sebesar 2.079 juta jiwa. Sedangkan untuk sensus tahun1991 ke sensus tahun 1992 mengalami peningkatan sebesar 3.019 juta jiwa. serta sensus dari tahun 1992 ke 1993 mengalami kenaikan sebesar 3.081 juta jiwa. sensus tahun 1993 ke 1994 mengalami peningkatan yang lebih besar sekitar 3.146 juta jiwa. Pada tahun 1994 ke sensus tahun 1995 mengalami peningkatan jumlah penduduk sebesar 4.051 Juta Jiwa, dan untuk sensus tahun 1995 ke sensus tahun 2000 mengalami peningkatan sebesar 10.378 juta jiwa. Sedangkan untuk sensus tahun 2000 ke sensus tahun 2005 mengalami peningkatan sebesar 13.736 juta jiwa. serta sensus Perekonomian Indonesia Page 19

Kependudukan, Ketenagakerjaan dan Pengangguran

dari tahun 2005 ke 2006 mengalami pengurangan sebesar 13.736 juta jiwa. sensus tahun 2006 ke 2007 mengalami peningkatan yang lebih besar sekitar 20.510 juta jiwa. Pada tahun 2007 ke sensus tahun 2008 mengalami pengurangan jumlah penduduk sebesar 46.264 Juta Jiwa. Dari ketigabelas sensus tersebut sensus tahun 1980 ke 1990 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia mengalami peningkatan yang cukup besar. Hal ini disebabkan pada kurun waktu tersebut yaitu pada Pelita ke IV dan ke V kondisi perekonomian Indonesia dalam kondisi yang cukup stabil. Hal ini ditunjukkan oleh keberhasilan Indonesia dalam berswasembada beras dan perkembangan yang luar biasa pada pasar modal. Selain itu pada Pelita ke V, pertumbuhan ekonomi rata-rata Indonesia mencapai 6,70 persen per tahun. Kondisi perekonomian yang cukup stabil menjadi salah satu indikator dari terjadinya peningkatan jumlah penduduk, karena dengan kondisi perekonomian yang stabil berarti hidupnya secara lebih baik. 2.2.1.2 Kepadatan Penduduk Berikut ini disajikan data jumlah penduduk Indonesia yang didasarkan pada kepadatan penduduk berdasarkan provinsi Tahun 1971, 1980, 1990, 1995, 2000, 2004, 2005, 2007 dan 2008 yang kami dapatkan dari Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS). Tabel 2.2 Kepadatan Penduduk Berdasarkan Provinsi Tahun 1971, 1980, 1990, 1995, 2000, 2004, 2005, 2007, 2008Province N.A. D Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Benglu Lampung Kep. BangkaBel DKI Jakarta 1971 36 93 56 17 22 33 24 83 7,762 *) 1980 47 118 68 23 32 45 36 139 11,023 1990 62 145 80 35 45 61 56 181 12,495 Population Density per sq.km 1995 2000 2004 69 76 77 157 158 167 87 99 102 41 52 62 53 45 49 70 74 71 66 79 80 200 191 203 56 56 13,786 12635 13006 2005 78 169 103 65 50 73 82 206 60 13102 2007 75 177 111 58 60 116 82 193 67 12245 2008 76 180 113 59 61 118 83 196 68 12355

menandakan bahwa tingkat pendapatan

masyarakat meningkat dan berarti masyarakat mampu memenuhi kebutuhan

Perekonomian Indonesia

Page 20

Kependudukan, Ketenagakerjaan dan Pengangguran

Jawa Barat Jawa Tengah DI. Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali N.T.B. N.T.T. Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Maluku Maluku Utara Papua Indonesia

467 ) 640 532 576 381 109 48 14 5 45 4 90 13 71 26 15 2 62

*

) 593 *) 742 609 690 444 135 57 17 6 55 6 111 18 83 34 19 3 77

*

765 834 678 814 500 167 68 22 9 69 9 130 25 96 49 25 4 93

848 867 920 706 521 181 75 25 11 77 11 139 28 104 57 28 5 101

1033 959 980 726 936 559 199 83 27 12 69 11 132 35 129 48 68 26 25 6 109

1109 976 1020 739 1047 592 213 86 29 14 73 12 138 37 135 53 71 26 28 7 114

1129 980 1030 742 1076 600 216 87 30 14 74 12 140 38 136 55 71 27 29 7 116

1092 987 1096 790 1045 639 218 96 35 13 87 16 157 35 167 55 79 27 24 7 121

1108 995 1107 794 1065 645 221 98 35 13 89 16 158 36 169 56 80 28 24 7 123

Sumber: BPS Secara grafis data Kepadatan Penduduk berdasarkan provinsi Tahun 1971, 1980, 1990, 1995, 2000, 2004, 2005, 2007 dan 2008 dapat dilihat pada gambar 2.5 berikut. Gambar 2.4 Kepadatan Penduduk berdasarkan provinsi Tahun 1971, 1980, 1990, 1995, 2000, 2004, 2005, 2007 dan 2008

Sumber : BPS Kepadatan Penduduk PerKm2 Tahun 1971, 1980, 1990, 1995, 2000, 2004, 2005, 2007 dan 2008 (data diolah).

Perekonomian Indonesia

Page 21

Kependudukan, Ketenagakerjaan dan Pengangguran

Jika ditinjau dari sudut kepadatan penduduk, Hasil Sussenas tahun 19712000 seperti tampak pada tabel di atas, bahwa kepadatan penduduk terus mengalami peningkatan serta tingkat penyebarannya masih belum merata. Persebaran penduduk dari sensus tahun 1971-2000 masih terus didominasi wilayah DKI, Jawa dan Bali. Sementara wilayah bagian tengah dan timur kepadatan penduduk relatif rendah, sehingga hal ini semakin mendorong tumbuhnya berbagai permasalahan kependudukan seperti timbulnya keluarga miskin di Indonesia yang disebabkan karena mereka memilki jumlah anggota keluarga yang besar, berpendidikan rendah kepala keluarganya mengganggur atau setengah pengangguran, sehingga menjadi miskin. Dampak dari permasalahan penduduk ini akhirnya akan menjadi hambatan dalam pembangunan sehingga kita tidak bisa tinggal landas menuju masyarakat industri, karena kualitas masyarakatnya yang relatif rendah. Menurut Maltus bahwa membentu orang miskin itu justru akan mensengsarakan rakyat. (Sang Maestro : 90) meskipun masih dianggap konroversi, namun pendapat Maltus ini bisa dijadikan salah satu faktor masalah kepadatan penduduk. 2.2.1.3 Rasio Jenis Kelamin Penduduk Menurut Provinsi Berikut ini disajikan data jumlah penduduk Indonesia yang didasarkan pada rasio jenis kelamin penduduk menurut provinsi Tahun 1971, 1980, 1990, 1995, 2000, 2004, 2005, 2007 dan 2008 yang kami dapatkan dari Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS). Tabel 2.3 Rasio Jenis Kelamin Penduduk Menurut Provinsi Tahun 1971, 1980, 1990, 1995, 2000, 2004, 2005, 2007 dan 2008Provinsi NAD Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan 1971 100 101 94 105 108 100 1980 102 101 96 104 106 102 1990 101 100 96 105 104 101 1995 100 99 94 103 102 102 Tahun 2000 101 99 96 104 104 101 2004 100 100 96 103 104 100 2005 99 100 98 104 106 102 2007 99 98 96 111 104 102 2008 99 99 97 111 104 102

Perekonomian Indonesia

Page 22

Kependudukan, Ketenagakerjaan dan Pengangguran

Bengkulu Lampung Kep.Baangka Bel Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali NTB NTT Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Irian Jaya Barat Papua Indonesia

102 102 na na 102 97 95 94 94 na 98 98 102 104 102 96 107 101 105 95 91 na na 103 na na 141 97

103 107 na na 103 99 97 96 96 na 98 98 100 104 106 99 112 102 106 95 97 na na 104 na na 109 99

106 106 na na 102 101 98 97 96 na 100 96 98 104 107 100 111 103 105 95 99 na na 104 na na 111 100

102 105 na na 101 101 97 98 96 na 100 93 98 105 105 99 106 103 103 95 97 na na 103 na na 104 99

103 106 104 na 102 102 99 98 97 101 101 94 98 104 106 100 109 104 104 95 100 101 na 102 104 na 110 100

103 105 104 Na 99 102 97 99 97 101 101 94 98 104 108 100 109 104 104 96 103 100 Na 102 105 Na 109 100

104 108 109 100 99 103 100 100 99 104 103 94 100 105 107 102 110 104 105 94 102 101 100 103 105 110 113 101

103 104 111 96 96 101 98 100 98 102 101 91 99 102 109 100 109 103 104 92 97 102 102 103 103 110 108 100

103 104 111 95 96 101 98 100 98 102 101 91 99 102 109 100 109 103 103 93 97 102 102 103 102 110 107 100

Sumber: Sensus Penduduk Jika disajikan dalam bentuk grafik, maka perkembangannya dapat dilihat pada gambar 2.8 berikut. Gambar 2.5 Rasio Jenis Kelamin Penduduk Indonesia Tahun 1971, 1980, 1990, 1995, 2000, 2004, 2005, 2007 dan 2008

Perekonomian Indonesia

Page 23

Kependudukan, Ketenagakerjaan dan Pengangguran

Sumber : Sensus Penduduk dan Supas Rasio Jenis Kelamin Menurut Provinsi Tahun 1971, 1980, 1990, 1995, 2000, dan 2005 (data diolah). Rasio Jenis Kelamin (RJK) adalah perbandingan jumlah penduduk lakilaki dengan jumlah penduduk perempuan per 100 penduduk perempuan. Data mengenai rasio jenis kelamin berguna untuk pengembangan perencanaan pembangunan yang berwawasan gender, terutama yang berkaitan dengan perimbangan pembangunan laki-laki dan perempuan secara adil. Misalnya, karena adat dan kebiasaan jaman dulu yang lebih mengutamakan pendidikan laki-laki dibanding perempuan, maka pengembangan pendidikan berwawasan gender harus memperhitungkan kedua jenis kelamin dengan mengetahui berapa banyaknya laki-laki dan perempuan dalam umur yang sama. Informasi tentang rasio jenis kelamin juga penting diketahui oleh para politisi, terutama untuk meningkatkan keterwakilan perempuan dalam parlemen.

2.2.2

Ketenagakerjaan

2.2.2.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Berikut ini disajikan data jumlah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Berdasarkan Provinsi (persen) Tahun 1991-2008.

Perekonomian Indonesia

Page 24

Kependudukan, Ketenagakerjaan dan Pengangguran

Tabel 2.4 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Berdasarkan Provinsi (persen) Tahun 1991-2008Provinsi DI. Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung DKI. Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI. Yogyakarta Jawa Timur Bali N.T. B. N.T.T. Timor Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Maluku Irian Jaya 1991 53.5 56.2 54.4 52.0 54.0 56.8 63.6 59.4 45.4 51.2 62.5 65.0 61.2 67.8 60.6 67.3 66.2 59.3 63.1 60.2 54.1 53.4 56.2 48.7 60.5 49.9 64.1 1992 55.0 58.6 55.0 53.2 55.6 60.0 63.4 61.0 55.4 52.0 62.0 65.2 60.0 68.0 62.5 66.1 65.5 64.0 59.1 61.2 55.6 53.1 56.3 48.5 58.2 53.1 61.3 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 1993 1994 1995 1996 1997 1998 57.0 58.5 66.7 55.0 56.2 56.9 56.4 58.9 57.2 58.3 58.5 68.4 56.5 57.0 54.5 55.7 56.7 66.4 53.3 54.0 52.6 54.5 55.1 63.7 55.7 55.6 52.5 56.9 55.0 66.8 56.0 58.8 55.1 57.3 57.5 68.4 65.6 59.6 60.8 65.3 63.4 74.9 60.0 56.4 57.8 60.6 57.5 71.6 44.5 48.1 48.6 51.2 53.1 58.2 50.7 51.9 51.8 52.5 51.7 60.4 61.2 61.5 60.2 62.5 61.4 71.2 63.3 64.8 60.6 61.3 63.0 67.7 59.7 61.8 59.4 60.9 60.8 69.8 68.2 70.7 69.0 70.1 70.8 76.8 60.4 63.0 61.8 63.5 65.5 70.8 67.7 65.9 64.1 65.4 65.3 74.1 64.6 70.4 62.5 61.5 61.1 71.9 61.5 62.1 61.2 61.7 61.4 69.0 60.5 58.3 60.5 65.1 64.1 69.4 61.2 63.7 61.0 64.5 65.5 72.9 55.5 55.0 55.9 57.0 54.5 66.8 52.4 55.5 55.0 55.8 55.5 60.1 56.1 60.7 59.8 61.8 62.3 70.4 49.5 54.4 50.0 54.1 52.5 61.5 57.6 57.8 57.4 58.7 60.7 68.9 52.7 54.2 50.1 55.0 53.8 64.8 63.1 65.8 65.3 63.8 66.6 75.5 66.9 56.6 58.0 56.6 58.3 58.0 1999 61.7 69.0 64.8 61.4 65.9 69.8 74.1 68.5 60.2 61.9 72.2 69.6 69.8 76.4 72.1 73.4 69.6 70.2 73.0 64.9 61.0 70.4 60.2 68.9 67.3 76.8 2004 62.2 68.5 64.7 62.2 67.2 72.2 73.4 70.1 61.9 62.4 71.0 71.7 68.5 76.5 72.1 77.3 72.6 69.8 73.9 61.0 61.3 68.5 66.0 74.7 61.2 63.6 76.9

Jumlah 57.1 57.3 Sumber : BPS, Sakernas70.0

67.2

67.5

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Berdasarkan Provinsi (persen) Tahun 1991-2008Propinsi DI. Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung DKI. Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 2005 2006 2007 2008 68.4 64.1 64.5 60.4 71.9 70.1 68.1 67.4 62.5 63.7 62.6 64.8 65.9 56.0 56.5 62.4 71.2 65.4 67.7 65.0 75.5 71.1 70.1 69.8 68.8 72.3 75.6 72.4 65.0 69.3 68.3 70.5 63.0 62.7 61.0 65.9 62.8 61.8 60.7 61.8 71.1 71.1 71.2 71.4

Perekonomian Indonesia

Page 25

Kependudukan, Ketenagakerjaan dan Pengangguran

DI. Yogyakarta Jawa Timur Bali N.T. B. N.T.T. Timor Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Maluku Irian Jaya

71.9 69.5 79.0 70.5 79.4 73.8 73.2 71.1 64.7 62.3 66.9 63.3 71.0 62.8 59.2 78.2

70.3 68.8 75.5 69.1 77.2 68.5 75.3 68.1 63.2 61.1 63.7 57.1 65.2 61.5 59.6 80.2

67.6 76.3 70.3 75.4 74.8 77.9 68.5 63.4 65.6 65.8 59.7 70.7 64.9 61.3 76.5

69.9 69.6 77.4 69.7 73.2 75.0 74.9 69.4 57.6 63.1 71.9 59.4 69.9 62.5 63.6 75.8

Jumlah 68.0 66.7 Sumber : BPS, Sakernas

66.6

67.3

Secara grafis data tingkat partisipasi angkatan kerja di Indonesia Tahun 1995-2004 dapat dilihat pada gambar 2.15 berikut. Gambar 2.6 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di Indonesia (persen) Tahun 1991-2008

Selama kurun 1991-1995 TPAK Indonesia secara keseluruhan sedikit berfluktuasi sekitar angka 57 %. Untuk tahun 1995 berkisar antara 48, 61 % (DKI Jakarta) hingga 68,98 % ( Bali). Sedangkan pada tahun 1996 fluktuasinya sekitar

Perekonomian Indonesia

Page 26

Kependudukan, Ketenagakerjaan dan Pengangguran

angka 58 % dan berkisar antara 51,2%(DKI Jakarta) hingga 70,1% (Bali). Tahun 1997 TPAK terbesar terjadi di Provinsi Bali (70,8%) dan TPAK terkecil adalah provinsi Jawa Barat (51,7%). TPAK terbesar pada tahun 1998 terjadi di Irian Jaya (75,5%) dan TPAK terkecil adalah DKI Jakarta (58,2%). Di tahun 1999 propinsi Irian Jaya masih menjadi provinsi dengan TPAK tertinggi yaitu sebesar 76,8% sedangkan terendahnya adalah DKI Jakarta dan Sulawesi Selalatan sebesar 60,2. Tahun 2000, terdapat variasi angka antar pulau TPAK Sulawesi paling rendah yaitu 62,75% disusul pulau jawa 66,99%, Pulau Sumatra 68,54% Pulau Kalimantan 70,94%, dan TPAK lainnya yaitu 75,78%. Pada tahun 2001 TPAK Sulawesi masih menempati posisi paling rendah yaitu 65.75% disusul pulau Jawa 67.80%.Pulau Sumatera 69,20%, pulau Kalimantan 69,93% dan TPAK Lainnya yaitu 75,85%. Pada tahun 2002 ada 8 propinsi yang mengalami penurunan TPAK, masing-masing sebagai berikut: Bengkulu 3,26%, Maluku 1,70%, Kalimantan Timur 1,27%, Jawa Tengah 0,99%, Jawa Timur 0,88%, Kalimantan Tengah 0,69%, Papua 0,15% dan Sulawesi Utara 0,12%. Terdapat pariasi yang besar pada TPAK antar propinsi pada tahun 2003, yaitu berkisat antara 54,30% dan 76,15%. Propinsi Sulawesi Utara memilki TPAK terendah dan yang tertinggi adalah propinsi NTT. Dan terkahir pada tahun 2004 propinsi Kalimantan Timur memilki TPAK terendah 61,01% dan tertinggi propinsi Nusa Tenggara Timur 77,39%. Lalu pada tahun 2005 TPAK yang tertinggi adalah N.T.T. 79.4 %, dan yang terendah adalah Maluku 59,2%. Lalu pada tahun 2006 TPAK yang tertinggi adalah Irian Jaya 80%, dan yang terendah adalah provinsi Riau 56%.. Lalu pada tahun 2007 TPAK yang paling besar adalah provinsi Kalimantan Barat 77.9% dan yang paling rendah adalah Riau 56.5%. Pada tahun 2008 TPAK tertinggi berada pada Provinsi Bali dengan jumlah 77.4% dan yang terendah adalah Provinsi Kalimantan selatan 57.6%. Tabel 2.5 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Berdasarkan Pulau (persen) Tahun 1999-2001Pulau/island Sumatera 1999 67.16 2000 68.54 2001 69.20

Perekonomian Indonesia

Page 27

Kependudukan, Ketenagakerjaan dan Pengangguran

Jawa Kalimantan Sulawesi Lainnya Indonesia

66.86 69.55 62.76 73.34 67.22

66.99 70.94 62.75 75.78 67.76

67.80 69.93 65.75 75.85 68.60

Sumber : BPS, Sakernas

Gambar 2.7 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Berdasarkan Pulau (persen) Tahun 1999-2001

Pada tahun 1999 tingkat partisipasi angkatan kerja di Indonesia terbesar berada pada Provinsi Kalimantan yaitu 69,55%, dan yang terendah yaitu pada Provinsi Sulawesi yaitu 62,76%. Pada tahun 2000 yang tertinggi berada pada Provinsi Kalimantan dengan 70,94 % dan yang terendah Sulawesi 62,75%. Pada tahun 2001 yang tertingi yaitu Provinsi Kalimantan 69.93% dan yangterendah yaitu Sulawesi65,75%. Perekonomian Indonesia Page 28

Kependudukan, Ketenagakerjaan dan Pengangguran

Tabel 2.6 Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur Tahun 1995-2007Golongan Umur 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75+ Jumlah Total 1995 2.131.145 8.766.283 11.384.181 11.671.664 11.042.897 10.718.086 8.676.164 6.342.665 5.367.234 4.137.428 2.941.043 3.182.471 86.631.261 1996 1.922.810 8.402.533 11.235.405 11.945.274 11.496.192 11.575.462 9.355.044 7.237.018 6.053.323 4.284.672 3.286.274 1.903.561 961.260 450.754 90.109.582 1997 8.428.995 11.204.44 4 12.432.26 2 11.892.18 9 12.236.99 8 9.896.573 8.984.656 6.380.335 4.709.738 1.360.737 92.526.92 7 1998 8.368.985 11.364.44 4 12.432.86 2 11.722.11 8 12.196.82 8 9.946.573 8.324.611 6.390.035 4.619.739 7.377.737 92.734.93 2 1999 8.398.905 10.364.24 3 9.462.862 10.372.18 9 9.606.998 9.976.459 7.764.611 5.560.935 8.689.739 7.697.887 88.894.82 8 2000 7.746.221 12.077.515 13.390.138 12.456.416 12.215.831 10.661.377 8.612.741 6.427.222 4.473.856 7.589.644 95.650.961

Sumber : BPS, Sakernas

Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur Tahun 1995-2007Golongan Umur 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75+ Jumlah Total 2001 8.138.571 12.201.236 13.678.117 12.943.605 13.107.530 11.043148 8.966.743 6.712.550 4.626.354 7.394.594 98.812.448 2002 8.208.419 12.488.555 13.325.417 13.175.756 13.048.177 11.679.938 9.406.053 7.258.722 4.668.699 7.519.534 100.779.270 2003 7.221.857 13.262.096 13.543.972 13.568.141 12.760.627 11.443.223 90.979.617 7.288.969 4.323.821 7.805.684 100.316.007 2004 8038130 13198310 13424688 13623442 13222434 11925568 9690755 7838567 4647462 8364031 103.973.387 2005 8227796 14767568 14536959 13513323 12835442 11511245 9609543 7282923 5129655 8387927 105802372 2006 7698759 14581811 14347523 13731046 12909608 11817175 10093655 7730327 5463678 8015353 106388935 2007 8072456 14440082 14651250 14080540 13586125 12434909 10573879 8089882 5635294 8376942 109941359

Sumber : BPS, Sakernas Secara grafis data angkatan kerja menurut golongan umur Tahun 19992006 dapat dilihat pada gambar 2.16 berikut.

Perekonomian Indonesia

Page 29

Kependudukan, Ketenagakerjaan dan Pengangguran

Gambar 2.8 Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur Tahun 1995-2007

Dari tabel di atas dapat diaketahui bahwa selama kurun waktu dari tahun 1991-1995 TPAK Indonesia secara keseluruhan sedikit berfluktuasi sekitar angka 57 %.TPAK menurut umur mengikuti pola huruf U terbalik. Angka ini rendah pada umur-umur muda karena sekolah kemudian naik sejalan dengan kenaikan umur mancapai puncaknya pada umur 25-29 tahun dan selanjutnya turun lagi secara perlahan pada umur-umur berikutnya antara lain, karena pensiun dan telah mencapai usia tua sekali. Angka kesempatan kerja yang merupakan perbandingan antara penduduk yang bekerja dengan angkatan kerja tahun 1995 cukup tinggi yaitu sekitar 92,76 %. Ini berarti bahwa angka pengguran terbuka di Indonesia pada tahun tersebut sebesar 7,24 %. Selama kurun 1992-1996, TPAK Indonesia secara keseluruhan sedikit berfluktuasi disekitar angka 58 % dan tahun 1992-1997 sedikit menurun menjadi 57 %. TPAK Indonesia pada tahun 1998 meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yaitu dari 66,63 menjadi 66,9. Sedangkan tahun 1999 mengalami peningkatan lagi dari 66,9 menjadi 67,2. Pada tahun 2000, TPAK Indonesia mengalami sedikit peningkatan dari 67,2 % pada tahun 1999 menjadi 67, 76 %.

Perekonomian Indonesia

Page 30

Kependudukan, Ketenagakerjaan dan Pengangguran

Peningkatan TPAK ini salah satunya dikarenakan makin membaiknya mutu sumber data manusia dan makin aktifnya wanita berperan di luar rumah tangga. Pada tahun 2001 di Indonesia terdapat 144,0 juta penduduk usia kerja, sekitar 61,25 % dari mereka berada di pulau Jawa. TPAK Indonesia mengalami sedikit peningkatan dari 67,76 % pada tahun 2000 menjadi 68,60 % pada rahun 2001. TPAK Indonesia pada tahun 2002 sama tingginya dengan TPAK tahun 2000 sebesar 57,76 %. Kondisi TPAK tahun 2002 ini berarti mengalami sredikit penurunan sebesar 0,84% dari tahun 2001yang besarnya 68,60 %. Terjadinya fluktuasi TPAK ini kemungkinan di sebabakan kondisi sosial ekonomi nasioanal yang belum stabil, sehingga memberikan pengaruh terhadap faktor-faktor produksi di Indonesia. Secara langsung naik turunnya faktor produksi ini akan memberikan dampak terhadap tinggi rendahnya faktor demand dan supply tenaga kerja . Pada tahun 2003 di Indonesia terdapat 152,6 juta jiwa penduduk usia kerja. Sekitar 60,37% berada di pulau Jawa. TPAK Indonesia pada tahun 2003 menurun menjadi 65,72% dibanding tahun 2002 yang besarnya 67,76 %, tejadinya fluktuasi ini TPAK ini kemungkinan di sebabkan oleh kondisi perekonomian Indonesia yang belum stabil. Pada tahun 2004 di Indonesia terdapat 153,9 juta penduduk usia kerja, TPAK Indonesia pada tahun 2004 sebesar 67,54 % ini berarti mengalami telah penurunan sebesar 0,32 % dibanding dengan tahun 2003 yang besarnya 67,8 5. 2.2.2.2 Angkatan Kerja yang Bekerja Menurut Jenis Lapangan Pekerjaan Berikut ini disajikan data jumlah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja yang bekerja menurut jenis lapangan pekerjaan Tahun 1995-2007 Tabel 2.7 Angkatan Kerja yang Bekerja Menurut Jenis Lapangan Pekerjaan Tahun 1995-2007Jenis Pekerjaan Pertanian,Kehutanan, Perburuan, Perikanan Industri Pengolahan 1995 35.233.270 10.127.047 1996 Angkatan Kerja Yang Bekerja 1997 1998 35.848.631 11.214.822 39.414.765 9.933.622 1999 2000 40.676.713 11.641.756

37.720.251 10.773.038

38.378.133 11.515.955

Perekonomian Indonesia

Page 31

Kependudukan, Ketenagakerjaan dan Pengangguran

Bangunan Perdagangan Besar Angkutan, Pergudangan, Komunikasi Keuangan, Asuransi, usaha Persewaan, Tanah, Jasa Perusahaan Jasa Kemasyarakatan Pertambangan Listrik, Gas dan Air Jumlah

3.768.080 8.883.682 3.458.155 658.497 12.121.869 643.332 216.128 75110060

3.796.228 16.102.552 3.942.799 689.733 11.728.495 774.211 10.364 85537671

4.200.200 17.221.184 4.137.653 656.724 12.637.533 896.611 233.237 87046645

3.521.682 16.814.233 4.153.707 617.722 12.394.272 674.597 147.849 87672449

3.415.147 17.529.099 4.206.067 633.744 12.224.654 725.739 188.321 88816886

3.497.232 18.489.005 4.553.855 882.600 9.574.009 522.560 89837730

Sumber : BPS, Sakernas Angkatan Kerja yang Bekerja Menurut Jenis Lapangan Pekerjaan Tahun 1995-2007Jenis Pekerjaan Pertanian, Kehutanan, Perburuan, Perikanan Industri Pengolahan Bangunan Perdagangan Besar Angkutan,Pergudangan, Komunikasi Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan, Tanah, Jasa Perusahaan Jasa Kemasyarakatan Pertambangan Listrik, Gas dan Air Jumlah 2001 39.743.908 12.086.122 3.837.554 17.469.129 4.448.279 1.127.823 11.003.482 1.091.120 90807417 2002 40.633.627 12.109.997 4.273.914 17.795.030 4.672.584 991.745 10.360.188 810.081 91647166 2003 Angkatan Kerja Yang Bekerja 2004 2005 40.608.019 11.070.498 4.540.102 19.119.156 5.480.527 1.125.056 10.513.093 1.034.716 230.869 93722038 41814197 11652406 4417087 18896902 5552525 1042786 10576572 808842 186801 94948118 2006 40136242 11890170 4697354 19215660 5663956 1346044 11355900 923591 228018 95456935 2007 41206474 12368729 5252581 20554650 5958811 1399490 12019984 994614 174884 99930217

42.001.437 10.927.342 4.106.597 16.843.995 4.976.928 1.294.832 9.746.381 885.405 90782917

Sumber : BPS, Sakernas

Jika digambarkan dalam bentuk grafik akan terlihat seperti tampak pada gambar 2.21 dibawah. Gambar 2.9 Angkatan Kerja yang Bekerja Menurut Jenis Lapangan Pekerjaan Tahun 1995-2007

Perekonomian Indonesia

Page 32

Kependudukan, Ketenagakerjaan dan Pengangguran

Sumber : BPS, Sakernas

Pada tahun 1995 sebagian besar penduduk yang bekerja memiliki lapangan usaha utama di sektor pertanian 43,98 %. Hal ini berlaku disemua propinsi kecuali DKI Jakarta. Di lihat dari status pekerjaan utamanya, sekitar 35,57 % penduduk bekerja sebagai buruh atau karyawan. Sedangkan pada tahun 1996, sebagian penduduk yang bekerja memiliki lapangan kerja yang utama di sektor pertanian (44,0 %). Tidak berbeda jauh dengan tahun sebelumnya, pada tahun 1997 di sektor pertanian tetap menduduki urutan paling banyak. Pada tahun 1998, sebagian besar penduduk yang bekerja memiliki lapangan usaha utama di sektor pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanaan (41,2 %). Lain halnya pada tahun 1999, dilihat dari status pekerjaan utamanya, sekitar 29,4 juta penduduk bekerja sebagai buruh atau karyawan. Pada tahun 2000 selain sektor pertanian ada sektor lain yang memberikan peranan besar dalam ketenagakerjaan diantaranya sektor perdagangan (20,58 %), industri (12,96 %), dan jasa (10,66%). Selanjutnya mulai tahun 2001 sampai tahun 2004 sektor-sektor di atas mengalami kenaikan yang tidak terlalu signifikan dari tahun-tahun sebelumnya. Sedangkan pada tahun 2005 sebagian besar penduduk yang bekerja memiliki lapangan usaha pertanian kehutanan, perburuan dan perikanan.dan pada sector pertambangnan memiliki peranan yang kecil. Begitu pula yang terkadi pada

Perekonomian Indonesia

Page 33

Kependudukan, Ketenagakerjaan dan Pengangguran

tahun 2006 dan 2007, yaiutu sector Pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan masih menjadi sector yang memiliki kontribusi besar. 2.2.2.3 Angkatan Kerja Menurut Pendidikan Berikut ini disajikan data jumlah Angkatan Kerja Berdasarkan pendidikan Tahun 1995-2007. Tabel 2.8 Jumlah Angkatan Kerja Berdasarkan Pendidikan Tahun 1995-2007Jenis Pendidikan Tidak/Belum pernah sekolah Tidak/belum tamat SD SD SMTP umum SMTP Kejuruan SMTA umum SMTA kejuruan DiplomaI/II Akademi/Diploma III Universitas Jumlah 1995 9.860.029 20.292.288 8 28.424.816 9.215.808 819.464 8.604.679 5.871.434 506.567 979.956 1.786920 86.361.261 1996 8.579.543 17.475.21 7 33.878.18 6 10.373.60 1 1.091.372 9.165.433 6.182.389 546.408 1.095.358 1.722.078 90.109.58 2 1997 8.497.342 19.007.55 0 31.655.44 2 10.813.25 3 1.515.993 9.980.875 6.214.237 555.134 1.074.117 2.010.968 91.324.91 1 1998 7.980.129 16.866.65 1 33.772.60 3 11.629.28 4 1.553.154 10.625.20 2 6.398.643 742.111 1.085.574 1.085.574 92.734.93 2 1999 7.602.379 16.106.955 34.11.066 12.368.876 1.665.608 11.570.069 6.558.885 836.377 1.171.753 2.365.207 103.973.38 7 2000 7.128.964 14.622.078 35.507.292 15.363.010 13.737.140 4.853.784 4.853.789 2.143.989 95.650.961

Sumber : BPS, Sakernas Jumlah Angkatan Kerja Berdasarkan Pendidikan Tahun 1995-2007Jenis Pendidikan Tidak/Belum pernah sekolah Tidak/belum tamat SD SD SMTP umum SMTP Kejuruan SMTA SMTA kejuruan DiplomaI/II/III Diploma III 2001 6.944.403 15.590.740 35.723.452 16.850.250 11.488.734 7.258.226 2.237.941 2002 5.065.983 12.588.949 37.168.957 19.066.527 1.502.533 14.155.856 6.136.868 858.604 1.073.954 2003 5.065.983 12.588.946 37.168.957 19.066.524 1.502.533 14.155.856 6.136.856 6.136.868 858.604 2004 8.038.130 13.198.310 13.424.688 13.623.442 13.222.434 11.925.568 9.690.755 7.838.567 4.647.462 2005 5861467 13123626 37959793 19690679 1548769 14246925 7513075 1082217 1413842 12565591 37503722 19768815 1333275 15770625 7555450 1217816 1566252 2006 5305136 5488971 13451629 40140942 21094402 15279233 7327005 2994784 2007

Perekonomian Indonesia

Page 34

Kependudukan, Ketenagakerjaan dan Pengangguran

Universitas Jumlah

2.668.702 98.812.448

2.697.779 100.779.270

1.073.954 100.316.007

8.364.031 103.973.387

3361979 105802372

3802253 106388935

4164393 109941359

Sumber: BPS, Sakernas Secara grafis data jumlah angkatan kerja berdasarkan pendidikan Tahun 1995-2007 dapat dilihat pada gambar 2.22 berikut. Gambar 2.10 Jumlah Angkatan Kerja Berdasarkan Pendidikan Tahun 1995-2007

Pada tahun 1995, 1996 dan 1997 tingkat pendidikan penduduk yang bekerja tampak masih rendah. Sebagian besar penduduk yang bekerja (69,9 %) (68,6 %) dan (66,8 %) hanya tamat SD atau lebih rendah. Sama halnya pada tahun 1998 dan 1999 dari 32,9 juta penduduk yang bekerja memiliki latar belakang pendidikan SD. Sedangkan tahun 2000, 2001 dan 2002 sebagian dari mereka yang bekerja (77,71 %), (77,78 %) dan (77,67 %) berpendidikan rendah (SLTA) hanya 4,43 %, 4,81 % dan 4,78 %Pada tahun 2003 dan 2004 tidak mengalami perubahan yang signifikan dari tahun-tahun sebelumnya. Sedangkan pada tahun 2005 jumlah angkatan kerja lebih banyak pada tingkatan SD yaitu sebesar 37959793, dan yang terendah yaitu pada tingkatan Diploma I/II/III yaitu sebesar 1082217. Pada tauhn 2006 tingkat pendidikan penduduk yang bekerja yang paling besar yaitu masih pada tingkat SD

Perekonomian Indonesia

Page 35

Kependudukan, Ketenagakerjaan dan Pengangguran

pada juklah 37503722, dan yang terkecil adalah pada tingkat SMPT kejuruan 1333275. Pada tahun 2007 yang paling tinggi adalah pada tingkat SD pada jumlah 40140942, dan yang terendah yaitu tingkat Diploma I/II/III pada jumlah 2994784. 2.2.3 Kesempatan Kerja Berikut ini disajikan data jumlah pencari kerja terdaftar Tahun 1997, 1999, 2001, 2006, 2007. Tabel 2.9 Pencari Kerja Terdaftar Tahun 1997, 1999, 2001, 2006 dan 2007Provinsi DI. Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Riau DKI. Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI. Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali N.T. B. N.T.T. Timor Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat 1997 32551 50226 34089 31210 24365 47856 16467 45030 Na 72513 324645 282695 27240 271618 Na 9683 24560 15757 6121 27006 11747 37094 25190 12023 9178 64567 6795 Na Na 12223 Na Na Pencari Kerja 1999 2001 2006 17769 21467 3057 24593 36326 6664 29244 20067 17479 17507 26630 8464 19016 12470 20179 48485 30837 20243 9571 3770 Na 26746 11622 2843 Na Na 1607 52070 23754 Na 243228 283081 159148 246539 191937 54053 34452 20199 27618 226259 138144 28944 Na Na 70780 9254 6353 1431 44347 26824 1635 10449 23530 69589 2403 Na Na 27134 9787 26158 8841 7229 4008 14360 9225 37089 17080 14080 37992 25463 15940 1563 4833 2747 2447 43075 17667 68968 8454 Na 14696 Na Na 193 Na Na Na 12352 7602 3437 Na Na 391 Na Na Na 2007 25732 4692 3629 10777 18294 7415 2773 7452 4077 680 5187 23443 28383 38490 34024 11746 902 14570 Na 1810 8129 20166 2890 18975 15646 3049 1757 Na Na 16390 630 Na

2.2.3.1 Pencari kerja

Perekonomian Indonesia

Page 36

Kependudukan, Ketenagakerjaan dan Pengangguran

Papua Irian Jaya Jumlah

Na 20163 1542522

Na 17038 1240562

Na 11677 975215

5924 Na 696600

11023 Na 375162

Sumber: Sakernas Gambar 2.11 Pencari Kerja Terdaftar Tahun 1997, 1999, 2001, 2006 dan 2007

Pada tahun 1997 Jumlah tingkat pencari kerja terdaftar yaitu tertinggi yaitu pada Provinsi Jawa Barat dengan jumlah 324645, dan yang terendah yaitu Provinsi Sulawesi tenggara dengan jumlah 6795. Pada tahun 1999 terjadi perubahan dimana yangtertinggi ada pada provinsi jawa tengah yaitu dengan jumlah 246539, dan yang terendah yaitu Sulawesi tengah yaitu dengan jumlah 4833. Pada tahun 2001 provinsi Jawabarat mengalami kenaikan yang pesat yaitu menjadi 283081sehingga menjadi provinsi yang paling tinggi dalam Pencari kerja terdaftarnya, sedangkan yang terendah yaitu provinsi Sulawesi tengah dengan jumlah 2747. Lalu pada tahun 2007 provinsi jawabarat masih menjadi yang tertinggi walaupun jumlahnya berkurang menjadi 159148. Dan yang terendah yaitu provinsi DKI Jakarta yang menurun pesat menjadi 680. 2.2.3.2 Lowongan Kerja

Perekonomian Indonesia

Page 37

Kependudukan, Ketenagakerjaan dan Pengangguran

Berikut ini disajikan data jumlah lowongan kerja terdaftar Berdasarkan Tahun 1997, 1999, 2001, 2006 dan 2007. Tabel 2.10 Lowongan Kerja Terdaftar Tahun 1997, 1999, 2001, 2006 dan 2007Provinsi DI. Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Riau DKI. Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI. Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali N.T. B. N.T.T. Timor Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Irian Jaya Jumlah 1997 9520 11455 5017 7483 6540 5458 4896 4773 Na 15293 130744 124875 7199 136678 Na 2262 13671 4326 1773 23098 4557 4614 5645 5128 2569 48357 2911 Na Na 1077 Na Na Na 3274 593153 Lowongan Kerja 1999 2001 2006 3596 3368 3684 3647 7102 447 1707 769 1331 7309 7817 1175 5246 1759 7378 5507 11545 4252 3798 1201 Na 12511 4194 894 Na Na 3810 8535 5420 Na 118611 71030 27430 129330 105198 15903 8541 4421 8384 139915 87494 14434 Na Na 14516 786 656 229 39133 24906 1767 2749 9453 32605 546 Na Na 20228 6801 17473 2786 3922 2283 4529 1230 5473 6826 6980 27537 6635 6100 710 496 297 764 22379 9238 7916 1215 947 479 Na Na Na Na Na Na 1256 2777 542 Na Na Na Na Na Na Na Na 76 3834 3433 Na 561609 388058 201415 2007 22183 3396 2569 4644 9611 2198 1575 3409 613 4506 20069 21352 22208 29414 10712 786 5381 24104 Na 14392 1671 7779 19874 2480 17779 15470 1998 597 Na 16054 Na Na 10547 Na 300402

Sumber: Sakernas Gambar 2.12 Lowongan Kerja Terdaftar Perekonomian Indonesia Page 38

Kependudukan, Ketenagakerjaan dan Pengangguran

Tahun 1997, 1999, 2001, 2006 dan 2007

Jumlah lowongan kerja terdaftar pada tahun 1997 yang tertinggi yaitu pada Provinsi Jawa Timur yaitu 136678, dan yang terendah yatiu Provinsi Maluku dengan jumlah 1077. Lalu pada tahun berikutnya yaitu tahun 1999 Provinsi Jawa Timur masih menjadi yang tingi tingkat lowongan kerjanya yaitu dengan jumlah 139915, dan yang terendah adalah Provinsi Sulawesi Tengah dengan jumlah 496. Pada tahun 2001 yang tertinggi adalah Provinsi Jawa Tengah mengalami peningkatan yang tinggi menjadi 105198, dan yangterendah adalah Provinsi Sulawesi Twngah dengan jumlah 297. Pada tahun 2006 Provinsi yang tertinggi yaitu Kalimantan TImur dengan jumlah 27537, dan yang terendah yaitu Provinsi Bali dengan jumlah 229. Dan pada tahun 2007 yang menjadi Provinsi paling tinggi adalah Jawa Timur dengan jumlah 29414. Dan yang terendah yaitu Provinsi Gorontalo dengan jumlah 597. 2.2.4 Pengangguran Dengan mengetahui data-data ketenagakerjaan dapat dihiitung berbagai konsep yang berkaitan dengan tingkat pengerjaan dan tingkat pengangguran. Konsep-konsep yang dimaksud adalah tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK), tingkat pengerjaan (employment rate), dan tingkat pengangguran (unemployment

2.2.4.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

Perekonomian Indonesia

Page 39

Kependudukan, Ketenagakerjaan dan Pengangguran

rate). Angka-angka semacam ini berguna untuk pasar tenaga kerja bukan saja bagi perumusan kebijaksanaan ketenagakerjaan dan penciptaan kesempatan kerja, akan tetapi bagi perumusan kebijaksanaan kependudukan dan sumber daya manusia secara keseluruhan.

Tabel 2.11 TPT menurut provinsi (persen), 2003-2007

Perekonomian Indonesia

Page 40

Kependudukan, Ketenagakerjaan dan Pengangguran

Provinsi DI. Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI. Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI. Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali N.T. B. N.T.T. Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Jumlah

2003 8.97 11.02 10.38 10.74 6.50 9.08 7.48 9.14 7.37 14.86 12.49 7.02 5.62 8.79 14.18 5.36 6.34 4.02 6.53 7.59 7.67 9.69 10.79 4.64 17.32 10.30 10.17 12.63 7.50 6.21 9.67

2004 9.35 11.08 12.74 15.25 6.04 8.37 6.29 7.38 7.14 14.70 13.69 7.72 6.26 7.69 14.31 4.66 7.48 4.48 7.90 5.59 6.02 10.39 10.91 5.85 15.93 9.35 12.29 11.67 7.53 8.00 9.86

Tahun 2005 14.00 11.90 13.34 12.16 10.74 12.82 8.91 8.47 7.19 15.77 15.53 9.54 7.59 8.51 16.59 5.32 10.29 4.82 8.13 4.91 7.34 11.17 14.05 7.71 15.93 10.93 14.04 15.01 13.09 7.31 11.24

2006 10.43 11.51 11.87 10.24 6.62 9.33 6.04 9.13 8.99 12.24 11.40 14.59 8.02 6.31 8.19 18.91 6.04 8.90 3.65 8.53 6.68 8.87 13.43 14.62 10.31 12.76 9.67 7.62 6.45 13.72 6.90 10.17 5.83 10.28

2007 9.84 10.10 10.31 9.79 6.22 9.34 4.68 7.58 6.49 9.01 12.57 13.08 7.70 6.10 6.79 15.75 3.77 6.48 3.72 6.47 5.11 7.62 12.07 12.35 8.39 11.25 6.40 7.16 5.45 12.20 6.05 9.46 5.01 9.11

Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2003-2007 Perekonomian Indonesia Page 41

Kependudukan, Ketenagakerjaan dan Pengangguran

Gambar 2.13 TPT menurut provinsi (persen), Tahun 2003-2007

Dari tabel di atas dapat diketahui selama kurun waktu dari tahun 20032007 TPT di Indonesia mengalami peningkatan dan mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Dari tahun 2003 ke 2004 mengalami kenaikan dari jumlah 9,67 menjadi 9,86, sedangkan dari tahun 2004 ke tahun 2005 mengalami peningkatan lebih besar dari jumlah 9,86 menjadi 11,24 sedangkan dari tahun 2005 ke 2006 mengalami penurunan dari jumlah 11,24 menjadi 10,28 lalu pada tahun 2006 ke tahun 2007 mengalami penurunan kembali dari jumlah TPT 10,28 menjadi 9,11. Pada tahun 2003 TPT paling besar terdapat di Wilayah DKI Jakarta dengan jumlah 14,86 sedangkan jumlah terkecil TPT terdapat di wilayah NTT dengan jumlah 4,02. Pada tahun 2004 TPT paling besar terdapat di Wilayah Sulawesi Selatan dengan jumlah 15,93 sedangkan jumlah terkecil TPT terdapat di Wilayah NTT dengan jumlah 4,48. Pada tahun 2005 TPT paling besar terdapat di Wilayah Banten dengan jumlah 16,59 sedangkan TPT dengan jumlah terkecil terdapat di Wilayah NTT dengan jumlah 4,82. Pada tahun 2006 TPT paling besar terdapat di Wilayah Banten dengan jumlah 18,91 sedangkan TPT terkecil terdapat

Perekonomian Indonesia

Page 42

Kependudukan, Ketenagakerjaan dan Pengangguran

di Wilayah NTT dengan jumlah 3,65. Dan pada tahun 2007 TPT terbesar terdapat di Wilayah Banten dengan jumlah 15,75 sedangkan TPT terkecil terdapat di Wilayah NTT dengan jumlah 3,72. Jadi pada table di atas dapat diketahui bahwa dari tahun 2005 TPT paling besar terdapat pada Wilayah Banten sedangkan TPT dari tahun 2003-2007 paling kecil semua berada pada Wilayah NTT. Tabel 2.12 Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Jenis Kelamin (persen) Tahun 2001-2007Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Laki-Laki 6.59 7.47 7.89 8.11 9.29 8.52 8.11 Perempuan 10.55 11.75 12.68 12.89 14.71 13.35 10.77 Jumlah 8.10 9.06 9.67 9.86 11.24 1.028 9.11

Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2001-2007 Gambar 2.14 Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Jenis Kelamin (persen) Tahun 2001-2007

Perekonomian Indonesia

Page 43

Kependudukan, Ketenagakerjaan dan Pengangguran

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari tahun 2001-2007 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut jenis kelamin mengalami perubahan yang signifikan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2001 laki-laki (6,59) lebih kecil dibandingkan perempuan (10.55) sehingga berfluktuasi sekitar 8%. Pada tahun 2002 laki-laki (7.47) lebih kecil dibandingkan perempuan (11.75) sehingga berfluktuasi sekitar hampir 9%. Pada tahun 2003 laki-laki (7.89) lebih kecil dibandingkan perempuan (12.68) sehingga berfluktuasi sekitar hampir 10%. Pada tahun 2004 laki-laki (8.11) lebih kecil dibandingkan perempuan (12,89) sehingga berfluktuasi hamper 10%. Pada tahun 2005 laki-laki (9,29) lebih kecil dibandingkan perempuan (14.71) sehingga berfluktuasi sekitar 11%. Pada tahun 2006 laki-laki (8,52) lebih kecil dibandingkan perempuan (13.35) sehingga berfluktuasi sekitar 10%. Dan pada tahun 2007 laki-laki (8,11) lebih kecil dibandingkan perempuan (10.77) sehingga berfluktuasi sekitar 9%. Pada data di atas terdapat kesamaan bahwa dari tahun ke tahun laki-laki selalu lebih kecil dibandingkan perempuan ini membuktikan bahwa tingkat pengangguran lebih banyak dialami oleh perempuan ini membuktikan bahwa perempuan lebih kecil tingkat kesempatan kerjanya dibandingkan laki-laki.

Perekonomian Indonesia

Page 44

Kependudukan, Ketenagakerjaan dan Pengangguran

Tabel 2.13 Jumlah Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi (persen) Tahun 2001-2007Jenis Pendidikan Tidak/Belum pernah sekolah Tidak/belum tamat SD SD SLTP SLTA umum SLTA kejuruan DiplomaI/II/III/Akademi Universitas Jumlah 2003 6.68 5.43 6.53 11.69 17.07 16.64 10.39 9.14 83.57 2004 5.93 5.07 6.08 12.65 17.66 17.53 10.34 10.94 86.2 2005 5.37 5.59 7.05 14.15 20.40 18.92 12.33 11.64 95.45 2006 3.22 4.86 6.91 12.94 18.08 17.27 9.99 10.40 83.67 2007 1.72 3.26 5.43 10.73 16.57 21.00 13.26 13.61 85.58

Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2001-2007

Gambar 2.15 Jumlah Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi (persen) Tahun 2001-2007

Pada tahun 2003 ke tahun 2004 tingkat pendidikan penduduk yang bekerja tampak masih rendah. Sebagian besar penduduk yang bekerja hanya sampai SLTA umum. Tidak/Belum pernah sekolah lebih besar pada tahun 2004(5.93) Perekonomian Indonesia Page 45

Kependudukan, Ketenagakerjaan dan Pengangguran

sedangkan paling sedikit pada tahun 2007 (1.72), Tidak/belum tamat SD lebih besar pada tahun 2005 (5.59) paling sedikit pada tahun 2007 (3.26), SD paling besar pada tahun 2005 (7.05) paling sedikit pada tahun 2007 (5.43), SLTP lebih besar pada tahun 2005 (14.15) lebih kecil pada tahun 2007 (10.73), SLTA umum lebih besar pada tahun 2005 (20.40) lebih kecil pada tahun 2007(16.57), SLTA kejuruan lebih besar pada tahun 2007 (21.00) lebih kecil pada tahun 2003 (16.64), DiplomaI/II/III/Akademi lebih besar pada tahun 2007 (13.26) lebih kecil pada tahun 2006 (9.99), Universitas lebih besar pada tahun 2007 (13.61) lebih kecil pada tahun 2003 (9.14). Jadi dari keterangan di atas Jumlah Pengangguran Terbuka terdapat pada tahun 2005 dengan angka 96%.

Tabel 2.14 TPT Menurut Kelompok Umur (persen) Tahun 2001-2007Golongan Umur 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60+ Jumlah Total 2001 28.72 20.99 8.66 4.16 2.36 2.13 2.24 2.46 2.63 4.82 79.17 2002 34.57 23.56 9.80 4.52 3.01 2.11 2.13 3.09 3.73 2.84 89.36 2003 36.79 23.22 9.81 4.58 2.97 2.17 2.36 3.10 4.35 9.21 98.56 2004 34.88 25.24 11.41 4.90 3.00 2.00 2.22 2.97 4.24 8.04 98.9 2005 37.09 27.20 11.90 5.92 3.41 2.58 2.51 2.48 2.71 5.17 100.97 2006 28.82 23.56 12.94 6.92 4.56 3.70 3.35 2.71 2.76 1.89 91.21 2007 30.02 22.42 12.43 7.42 4.84 2.32 1.71 1.57 2.01 1.41 84.59

Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2001-2007 Gambar 2.16 TPT Menurut Kelompok Umur (persen) Tahun 2001-2007

Perekonomian Indonesia

Page 46

Kependudukan, Ketenagakerjaan dan Pengangguran

Dari tabel di atas dapat diaketahui bahwa selama kurun waktu dari tahun 2001-2007 TPT menurut kelompok umur di Indonesia secara keseluruhan berfluktuasi dari tahun ke tahun. TPAK menurut umur mengikuti pola huruf U terbalik. Angka ini rendah pada umur-umur muda karena sekolah kemudian naik sejalan dengan kenaikan umur mancapai puncaknya pada umur 25-29 tahun dan selanjutnya turun lagi secara perlahan pada umur-umur berikutnya antara lain, karena pensiun dan telah mencapai usia tua sekali. TPT menurut kelompok umur di Indonesia pada tahun 2001 menurun dibandingkan tahun 2002 yaitu dari 79.17 menjadi 89.36. Sedangkan tahun 2003 ke 2004 mengalami peningkatan dari 98.56 menjadi 98.9. Pada tahun 2005 ke 2006, mengalami penurunan dari 100.97 menjadi 91.21. Pada tahun 2006 ke 2007 mengalami penurunan juga dari 91.21 menjadi 84.59.

Tabel 2.15 TPT Menurut Daerah Tempat Tinggal (persen) Tahun 2001-2007Tempat Tin ggal Perkotaan Pedesaaan Jumlah 2001 10.99 6.09 8.10 2002 11.97 6.97 9.06 2003 12.45 7.72 9.67 2004 12.73 7.86 9.86 2005 14.22 9.14 11.24 2006 12.94 8.39 10.28 2007 12.39 6.80 9.11

Perekonomian Indonesia

Page 47

Kependudukan, Ketenagakerjaan dan Pengangguran

Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2001-2007 Gambar 2.17 TPT Menurut Daerah Tempat Tinggal (persen) Tahun 2001-2007

Dari tabel di atas dapat diketahui selama kurun waktu dari tahun 20012007 TPT menurut daerah tempat tinggal di Indonesia mengalami peningkatan dan mengalami penurunan secara signifikan dari tahun ke tahun. Dari tahun 2001 ke 2002 pada daerah perkotaan mengalami kenaikan dari (10,99) menjadi (11,97) sedangkan pada daerah pedesaan mengalami kenaikan juga dari tahun 2001 (6,09) ke tahun 2002(6.97) sedangkan pada tahun 2003 perkotaan(12,45) ke 2004 perkotaan (12,73) mengalami kenaikan sedangkan pada pedesaan dari (7.72) menjadi (7.86). Pada tahun 2005 ke 2006 mengalami penurunan dari (14.22) perkotaan ke (12.94) perkotaan sedangkan pedesaan (9.14) menjadi (8.39). Sedangkan dari tahun 2006 ke 2007 mengalami penurunan juga dari (12.94) perkotaan ke (12.39) perkotaan sedangkan pedesaan (8.39) menjadi (6.80). 2.3 PERMASALAHAN DAN KEBIJAKANNYA

Perekonomian Indonesia

Page 48

Kependudukan, Ketenagakerjaan dan Pengangguran

2.3.1

Kependudukan Masalah kependudukan merupakan masalah yang sangat pelik bagi

2.3.1.1 Masalah Kependudukan Indonesia sebagai salah satu negara sedang berkembang. Bila dilihat dari penyebabnya terdapat beberapa faktor yang mendorong terjadinya masalah kependudukan tersebut baik secara kuantititatif maupun kualitatif, diantranya yaitu: 1. Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta peradaban manusia terutama dibidang teknologi baru, pelayanan kesehatan, pendidikan, komunikasi, dan lain-lain. 2. Dorongan atau hasrat naluri manusia yang selalu memperoleh kondisi yang lebih baik sebelumnya didalam kehidupannya baik material maupun intelektual. 3. 4. Keterbatasan kemampuan dukungan alam dan sumber daya alam serta dukungan lainnya yang diperlukan. Keamanan dan kestabilan negara terutama setelah pemerintahan Orde Baru dengan titik perhatian utama kepada usaha dibidang pembangunan telah membawa pepengaruh terhadap tingat kesejahteraan yang lebih baik. Dari beberapa hal tersebut di atas akan membawa akibat timbulnya masalah-masalah kependudukan yang secara garis besar dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu masalah kependudukan yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Masalah kependudukan yang bersifat kuantitatif diantaranya jumlah dan pertumbuhan penduduk yang tinggi, penyebaran yang tidak merata dan komposisi penduduk yang tidak menguntungkan. Sedang masalah yang kualitatif diantaranya masalah kebutuhan akan pangan, pendidikam penduduk, perlayanan kesehatan, perumahan, pendapatan perkapita, kelestarian lingkungan, sumber daya alam, tenaga kerja, dan lain-lain. a. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk yang Tinggi Tingkat pertumbuhan penduduk ditentukan oleh Fasilitas (kelahiran), Mortalitas (kematian),dan Migrasi (perpindahan). Pertumbuhan penduduk di Indonesia lebih dipengaruhi oleh faktor kelahiran dan kematian, karena Page 49

Perekonomian Indonesia

Kependudukan, Ketenagakerjaan dan Pengangguran

migrasi Internasional jumlahnya sangat sedikit. Selisih antara kedua faktor ini akan memberikan pertambahan atau pengurangan penduduk. Indonesia memperlihatkan keadaan yang pesat untuk kedua hal di atas, dimana pada tahun 1980 tercatat untuk masing-masing jumlah penduduk dan pertumbuhannya: 147,5 juta dan 2,3 persen. Jumlah penduduk Indonesia mengalami peningkatan secara berarti dan hal ini akan berjalan terus jika tidak ada usaha penanganan yang intensif. Apalagi mulai tahun 1971 penurunan tingkat kematian sudah mulai terlihat, dimana 16,64 perseribu tahun 19711975 dan menurun 14,38 perseribu penduduk pada tahun 1978 sampai tahun 1979. Akibatnya, jumlah penduduk semakin tinggi terutama sekali akibat penurunan tingkat kelahiran belum dapat mengimbangi kecepatan lajunya penurunan tingkat kematian. b. Penyebaran Penduduk yang Tidak Merata Mengalirnya penduduk dari daerah desa ke kota menimbulkan berbagai masalah bagi program tata kota. Bertambahnya penduduk berarti bertambahnya pengadaan sarana perumahan, transportasi, lapangan kerja, dan lain-lain. Contohnya : besarnya penduduk yang bermukim di pulau Jawa, sementara pulau-pulau lainnya menampung sebagian kecil dari penduduk seluruhnya. c. Komposisi Penduduk yang Tidak Menguntungkan Masalah kependudukan kuantitatif di atas sedikit banyak akan mempengaruhi aspek-aspek kehidupan penduduk dan menimbulkan masalah kependudukan kualitatif, diantaranya : 1. Kebutuhan Bidang Pangan Peningkatan jumlah penduduk yang bertambah menyebabkan ketersediaaan bahan pangan menjadi tantangan pada saat ini. Ketidakseimbangan jumlah penduduk dan daya dukung ini, akan membawa akibat buruk bagi perkembangan penduduk itu sendiri. Berita-berita menyedihkan seperti kelaparan dan kekurangan gizi bukti dan ketidakseimbangan tersebut. 2. Tingkat Pendidikan penduduk

Perekonomian Indonesia

Page 50

Kependudukan, Ketenagakerjaan dan Pengangguran

Tingginya angka kelahiran dengan sendirinya akan menambah banyaknya penduduk usia sekolah. Konsekuensinya, sarana pendidikan harus disiapkan untuk menampung penduduk usia sekolah ini. 3. Tingkat Pelayanan Kesehatan Pemenuhan pelayanan kesehatan yang baik dan memadai adalah jaminan bagi penduduk untuk bekerja dan berkarya lebih baik dan lebih produktif. Namun, karena jumlah penduduk yang melimpah maka proses terjadinya pelayanan itu terhambat, maka produktifitas akan menurun dengan sendirinya. 4. Perumahan Setelah lahan-lahan pertanian tergeser akibat dari ledakan penduduk, akibatnya adalah tergusurnya tempat-tempat tinggal. Mereka berbondongbondong menyerbu jantung kota. Tata ruang kota yang sudah tidak memungkinkan lagi menerima pendatang itu mengantarkan mereka ke dalam kehidupan yang tidak terurus. 5. Pendapatan Perkapita Besarnya jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian dan tingginya persentase penduduk yang tidak memiliki tanah dan bekerja sebagai buruh tani, merupakan gambaran keadaan lapangan kerja penduduk Indonesia. Adanya tenaga kerja dari sektor tradisional yang mencoba berusaha di sektor informasi ternyata tidak juga menunjukkan hasil yang berarti, pada akhirnya situasi ini menurunkan pandapatan perkapita penduduk. 6. Kelestarian Lingkungan dan Sumber Daya Ledakan penduduk, krisis pangan, bencana alam telah menimbulkan pada manusia kesadaran akan lingkungannya (Sandy, 1977). Sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Sandy tersebut di atas, kerusakan lingkungan hidup pada hakikatnnya merupakan masalah bagi manusia itu sendiri dalam mempertahankan dan mengembangkan kehidupannya. Apa yang terjadi pada masyarakat di Indonesia dapat disimak bahwa telah terjadi kerusakan lingkungan seperti banjir, longsor, kebakaran hutan, dan pencemaran baik air tanah dan udara sejalan dengan makin bertambahnya intensitas kegiatan masyarakat. Perekonomian Indonesia Page 51

Kependudukan, Ketenagakerjaan dan Pengangguran

7. Tenaga Kerja dan Kesempatan Kerja Konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan akibat bertambahnya jumlah penduduk adalah lahirnya tenaga kerja. Besar kecilnya angkatan kerja sangat tergantung pada tingkat kelahiran dan kematian. Semakin tinggi tingkat kelahiran dan rendahnya tingkat kematian maka ketersediaan tenaga kerja cenderung meningkat. 2.3.1.2 Kebijakan-kebijakan Kependudukan Kependudukan di Indonesia memperlihatkan sekurang-kurangnya empat sifat khas sebagai berikut: 1. Laju pertumbuhan penduduk yang cepat (2,34 % per tahun). 2. Distribusi penduduk yang tidak merata. 3. Susunan penduduk muda (misal data pada tahun 1974:44 % penduduk berumur 0-14 tahun) 4. Mobilitas tinggi (dalam arti urbanisasi) Untuk mengatasi permasalahan kependudukan tersebut, usaha-usaha yang dilakukan pemerintah diantaranya: Kebijakan Menurunkan Angka Kelahiran Upaya-upaya dalam melaksanakan kebijakan tersebut diantaranya, yaitu: 1. Melaksanakan program Keluarga Berencana (KB) Tujuan KB adalah untuk menurunkan angka kelahiran dalam rangka meningkatkan kesejahteraan keluarga serta kesehatan ibu dan anak. Secara resmi, KB mulai dilaksanakan pada tahun 1970 yang diorganisasikan melalui Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). 2. Menggalakkan Semboyan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) NKKBS berhubungan erat dengan KB. Semboyan ini dikeluarkan pemerintah untuk mengganti istilah yang telah tertanam lama dalam budaya masyarakat Indonesia, yaitu istilah banyak anak banyak rezeki , yang pada masa sekarang ini istilah tersebut sudah tidak tepat. Untuk mendukung Perekonomian Indonesia Page 52

Kependudukan, Ketenagakerjaan dan Pengangguran

pelaksanaan NKKBS ini digalakkan pula semboyan Dua anak cukup, lakilaki atau perempuan sama saja. 3. Menunda Usia Perkawinan Pemerintah telah membuat peraturan tentang batasan usia ideal bagi pria dan wanita untuk melangsungkan pernikahan, yaitu usia 20 tahun bagi wanita dan 25 tahun bagi pria. Dengan demikian, diharapkan tidak ada lagi wanita atau pria yang menikah pada usia dini bahkan di bawah umur. Kebijakan Mobilitas Penduduk Ditempuh melalui beberapa kebijakan, diantaranya yaitu: 1. Kebijakan Langsung (Direct Policy) Di bidang mobilitas penduduk diarahkan pada pelaksanaan mobilitas yang berdampakm pada terarah mobilitas penduduk melalui fasilitas perpindahan transmigrasi dan pemukiman kembali (resettlement) korban bencana alam serta penanganan pengungsi. 2. Kebijakan yang Tidak Langsung (Indirect Policy) Berupa pengembangan kebijakan pembangunan, perumusan perangkat hukum, penyusunan pedoman, serta pemberian kemudahan, yang kesemuanya itu diharapkan dampak positif terhadap persebaran dan mobilitas penduduk, baik persebaran penduduk antarwilayah, ataupun mobilitas nonpermanent, dan migrasi internasional. Kebijakan Urbanisasi Urbanisasi harus dibatasi, sebab bila tidak dibatasi akan mengakibatkan gejala-gejala sosial yang kurang baik di kota-kota besar. Kebijakan yang dilakukan : 1. Menyatakan sebagai kota tertutup Berdasarkan keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 1 b. 3/1/27/70 tanggal 5 Agustus 1970 yang menyatakan Jakarta sebagai kota tertutup bagi pendatang baru yang tidak mempunyai pekerjaan/kegiatan. 2. Menggiatkan transmigrasi Perekonomian Indonesia Page 53

Kependudukan, Ketenagakerjaan dan Pengangguran

Di desa sebagai rural area, menyalurkan para petani yang tidak memilik tanah garapan di daerah transmigrasi. Di kota sebagai urban area, menyalurkan para tuna wisma dan tuna karya ke daerah transmigrasi. Peningkatan Mutu Kehidupan Penduduk Bebarapa usaha yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu dan kualitas penduduk Indonesia adalah sebagai berikut: a. Bidang Pendidikan Usaha pemerintah untuk meniangkatkan pendidikan penduduk Indonesia, misalnya: a. Melaksanakan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun b. Melaksanakan Program Kejar Paket A dan Paket B c. Meningkatkan jumlah gedung sekolah dan tenaga pengajar d. Meningkatkan mutu tenaga pengajar dan lulusan sekolah e. Menyelenggarakan pendidikan luar sekolah, seperti Balai Latihan Kerja (BLK) dan kursus-kursus ketrampilan untuk mengupayakan tenaga kerja siap pakai. b. Bidang Kesejahteraan Umum Usaha untuk meningkatkan kesejahteraan umum meliputi peningkatan di bidang pertanian, sandang, dan tempat tinggal penduduk yang memadai. c. Bidang Kesehatan Usaha peningkatan pelayanan kesehatan penduduk mencakup hal-hal berikut : a. Kegiatan di bidang kesehatan lingkungan, misalnya kerja bakti bersamasama b. Kegiatan di bidang pengobatan penduduk, misalnya mendirikan puskesmas (pusat kesehatan masyarakat) c. Kegiatan peningkatan gizi makanan ibu dan balita, misalnya menyelenggarakan Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA), posyandu, penyuluhan tentang gizi. d. Kegiatan pemberantasan penyakit, misalnya menyelenggarakan Pekan Imunisasi Nasional. 2.3.2 Ketenagakerjaan 2.3.2.1 Masalah Ketenagakerjaan Perekonomian Indonesia Page 54

Kependudukan, Ketenagakerjaan dan Pengangguran

Bangsa Indonesia sekarang ini sedang menghadapi beberapa masalah ketenagakerjaan mendesak yang memerlukan perhatian khusus dari pemerintah, masalah-masalah ketenagakerjaan tersebut diantaranya: a. Masalah pengiriman tenaga kerja ke luar negeri

Pengiriman TKW ke Timur Tengah dan Malaysia mengandung bobot politis yang tinggi karena menyangkut harkat kemanusiaan dan harga diri bangsa. Karena keterbatasan kesempatan kerja dalam negeri terutama sejak krisis moneter, manfaat program ini menjadi lebih dirasakan. Namun telah dirasakan banyak masalah, sejak dari rekrutmen, pembekalan kemampuan kerja, pemberangkatan, penempatan, perlindungan sejak rekrutmen dan selama bekerja di luar negeri, demikian juga perlindungan pada saat pemulangan ke Indonesia. Tingkat pendidikan mereka pada umumnya terlalu rendah sehingga tidak mampu mengatasi masalah-masalah yang mereka hadapi. Adapun data yang dapat disajikan mengenai pengiriman tenaga kerja Indonesia ke luar negeri, adalah sebagi berikut

Tabel 2.16 Penempatan TKI Ke Luar Negeri MenurutJenis Kelamin Tahun 2001No. I. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Negara Penempatan Laki-laki 44,260 3,397 1,582 2 2,418 2,814 6 9 1,536 56,024 9,817 268 Perempuan 66,230 30,898 4,191 23,927 35,701 577 0 0 7 161,531 93,418 10,759 Jumlah 110,490 34,295 5,773 23,929 38,119 3,391 6 9 1,543 217,555 103,235 11,027

ASIA PASIFIK Malaysia Singapura Brunei Darussalam Hongkong Taiwan Korea Selatan Thailand Srilanka Jepang Jumlah II. TIMUR TENGAH & AFRIKA 1. 2. Saudi Arabia Uni Emirat Arab

Perekonomian Indonesia

Page 55

Kependudukan, Ketenagakerjaan dan Penganggura