phbs-4

download phbs-4

of 25

Transcript of phbs-4

Ringkasan Eksekutif

BUKU PUTIH SANITASI 2007 KOTA JAMBI

KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA JAMBI2007

KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME atas selesainya penyusunan Buku Putih Sanitasi kota Jambi ini. Buku Putih berisi hasil pengkajian dan pemetaan sanitasi dan mencakup semua data dan informasi sarana sanitasi yang ada, termasuk aspek peraturan, institusi dan keuangan, dan berasal dari seluruh pemangku kepentingan di kota Jambi (umumnya dari SKPD terkait). Yang tersaji didalam buku ini merupakan gambaran awal yang diperlukan sebagai langkah untuk menyusun Strategi Sanitasi Kota Jangka Menengah. Pada masa yang akan datang, laporan buku ini akan diperbaharui secara berkala, artinya buku putih ini akan mengikuti kemajuan sesuai perkembangan implementasi rencana-rencana pengembangan sanitasi kota dan menjadi dasar penyusunan strategi sanitasi kota perioda berikutnya. Sektor sanitasi yang merupakan bagian penting dari salah satu pelayanan dasar kepada publik (pelayanan tersedianya air bersih & sanitasi yang baik, pelayanan kesehatan, pelayanan pendidikan dan pelayanan untuk peningkatan ekonomi masyarakat) yang harus disediakan/difasilitasi oleh kota Jambi sangat erat kaitannya dengan tingkat kesejahteraan masyarakat. Semakin rendah akses publik terhadap pelayanan dasar akan semakin menurun pula tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Tidak memadainya kondisi sanitasi yang baik berdampak buruk terhadap kondisi kesehatan dan lingkungan yang ditengarai dengan masih tingginya kasus terjangkitnya penyakit terutama di daerah permukiman miskin di Kota. Kondisi ini menjadi tantangan bagi pemerintah untuk mencapai target Millennium Development Goals (MDGs) Tahun 2015. Indonesia termasuk salah satu negara dengan tingkat kepemilikan sistem jaringan air limbah (sewerage) terendah di Asia. Kurang dari 10 kota di Indonesia yang memiliki sistem jaringan air limbah dengan tingkat pelayanan sekitar 1,3% dari keseluruhan jumlah populasi. Sanitasi yang buruk dipastikan memberikan resiko lebih besar terhadap kesehatan masyarakat, sedangkan rendahnya kesehatan masyarakat diyakini

POKJA SANITASI KOTA JAMBI

1

KATA PENGANTAR

menjadi penyebab menurunnya produktivitas manusia dan memberikan dampak berupa kerugian ekonomi. Penyusunan Buku Putih Sanitasi ini telah dimulai dengan pengumpulan data data sekunder dari sejumlah SKPD terkait sanitasi, pengumpulan data primer melalui survey penilaian resiko kesehatan lingkungan (EHRA) dan telah menjaring masukan dari Stakeholder kota lainnya melalui Workshop Buku Putih tingkat kota Jambi oleh Kelompok Kerja Sanitasi Kota JAMBI pada tanggal 1 November 2007. Semua data data yang terkumpul telah pula dilakukan analisis guna mendapatkan Prioritas Area yang akan menjadi tonggak awal Strategi Sanitasi Kota Jambi perioda 2008 2012 mulai disusun. Harapan kami Buku Putih ini dapat bermanfaat dan Strategi Sanitasi jangka Menengah Perioda 2008 2012 yang tersusun, dapat dijadikan pedoman bagi SKPD terkait sanitasi kota Jambi khususnya dan Stakeholder kota Jambi pada umumnya dalam menyususun dan mengimplementasikan program pembangunan kota Jambi yang kita cintai sesuai salah satu misi kota Jambi Menciptakan

kota Jambi menjadi kota yang bersih, aman dan tertib serta estetik melalui pendekatan kota hutan tropis yang ramah lingkungan dan mendukung masyarakat.Tim Pokja Sanitasi Kota JAMBI mengucapkan terima kasih kepada semua para pihak yang telah menyumbang pikiran, tenaga dan waktu untuk penyusunan dan proses penyempurnaan buku putih ini.

bagi

berkembangnya

sosial

budaya

dan

ekonomi

POKJA SANITASI KOTA JAMBI

2

RINGKASAN EKSEKUTIF Buku Putih Sanitasi Kota Jambi - 2007

DAFTAR ISI

I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1 1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1 1.2. Maksud dan Tujuan.................................................................................... 3 1.3. Pendekatan Dan Metodologi ....................................................................... 3 1.4. Buku Putih Dan Penysusunan Rencana Strategis .......................................... 3 1.5. Penyusun Buku Putih ................................................................................. 3 II GAMBARAN SANITASI JAMBI .................................................................. 4 2.1. Geografis Dan Topografis ........................................................................... 4 2.2. Administratif .............................................................................................. 4 2.3. Kependudukan .......................................................................................... 5 2.4. Pendidikan ................................................................................................ 5 2.5. Kesehatan ................................................................................................. 5 2.6. Perekonomian ........................................................................................... 5 2.7. Visi Dan Misi Kota Jambi ........................................................................... 6 2.8. Peran Institusi Lain Diluar SKPD .................................................................. 6 III PROFIL SANITASI KOTA ......................................................................... 7

3.1. Pengolahan Air Limbah .............................................................................. 7 3.2. Pengelolaan Persampahan ......................................................................... 8 3.3. Pengelolaan Drainase ................................................................................ 10 3.4. Penyediaan Air Bersih ................................................................................ 12 3.5. Komponen Sanitasi Lainnya ........................................................................ 13 3.6. Pembiayaan Sanitasi Kota .......................................................................... 14

1

RINGKASAN EKSEKUTIF Buku Putih Sanitasi Kota Jambi - 2007

IV Program Pengembangan Sanitasi Kota Jambi ........................................ 15 4.1. Visi dan Misi Sanitasi Kota Jambi ................................................................. 15 4.2. Penetapan Strategi Penanganan Sanitasi Kota ............................................. 15 4.3. Peningkatan Pelayanan Pengolahan Limbah Cair .......................................... 17 4.4. Peningkatan Pelayanan Pengolahan Sampah (Limbah Padat) ........................ 18 4.5. Peningkatan Pengelolaan Saluran Drainage ................................................. 18 4.6. Pengembangan Penyediaan Air Minum......................................................... 18 4.7. Peningkatan Kampanye PHBS ..................................................................... 18 4.8. Rencana Program dan Kegiatan Sanitasi Tahun 2008 ................................... 19 4.9. Skoring Kondisi Sanitasi Rumah Tangga Kelurahan di Kota Jambi .................. 19 BAB V KESIMPULAN DAN PENUTUP .............................................................. 20

2

RINGKASAN EKSEKUTIF Buku Putih Sanitasi Kota Jambi - 2007

1.1.1

PENDAHULUANLATAR BELAKANG

Kota Jambi sebagai ibukota Propinsi Jambi mempunyai peranan penting dalam menggerakan pertumbuhan bagi propinsi Jambi secara keseluruhan. Layanan infrastruktur yang tersedia di kota ini tidak hanya dikhususkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kota Jambi semata, tetapi secara umum harus mampu melayani kebutuhan masyarakat propinsi Jambi secara keseluruhan. Sebagai kota dengan ukuran sedang, kota Jambi tumbuh dan berkembang secara bertahap menuju kota besar walaupun dengan kecepatan yang tidak terlampau tinggi. Dilatarbelakangi oleh berbagai usaha perkebunan di propinsi Jambi yang didominasi oleh perkebunan kelapa sawit, kota Jambi merupakan pusat layanan kegiatan jasa perdagangan bagi propinsi Jambi. Kota ini juga menjadi simpul transportasi darat untuk akses dari kota Jambi dan propinsi lainnya di sebelah utara menuju ke propinsi Sumatera Selatan, propinsi Lampung dan P. Jawa, serta akses untuk transportasi udara bagi propinsi Jambi sendiri. Oleh karenanya kota Jambi didominasi oleh penduduk pendatang yang berasal dari berbagai daerah (Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Riau, Cina, Jawa Barat dan Jawa Tengah) serta memberikan indikasi bahwa kota Jambi merupakan kota yang menjanjikan bagi segala jenis usaha dan kegiatan. Adanya perkembangan kegiatan dan usaha serta pertambahan jumlah penduduk (alamiah maupun pendatang) menyebabkan pertumbuhan berbagai fasilitas terutama di area yang dapat diklasifikasikan sebagai pusat kota. Di satu sisi pertumbuhan fasilitas tersebut wajar dan diperlukan, tetapi yang perlu diingat bahwa seluruh kegiatan tersebut dipastikan akan menghasilkan limbah, utamanya limbah padat dan cair. Untuk beberapa bagian kota terutama di pinggiran kota, limbah yang dihasilkan belum memberikan potensi masalah yang besar karena kepadatan penduduknya masih rendah, walaupun di tempat-tempat dimana sering terjadi genangan hal tersebut tetap memiliki potensi permasalahan dari sisi kesehatan. Di bagian kota yang lain dengan kepadatan penduduk yang lebih tinggi maka dipastikan potensi permasalahannya jauh lebih besar, apalagi bila area tersebut didominasi oleh penduduk miskin perkotaan. Limbah padat, limbah cair dan genangan air di suatu kawasan dapat diganti dengan satu kata yaitu: sanitasi. Sanitasi yang buruk dipastikan memberikan resiko lebih besar terhadap kesehatan masyarakat, sedangkan rendahnya kesehatan masyarakat diyakini menjadi penyebab menurunnya produktivitas manusia dan memberikan dampak berupa kerugian ekonomi. Besarnya kerugian ekonomi akibat sanitasi yang buruk diperkirakan sebesar Rp 42,3 triliun per tahun, sedangkan setiap tambahan BOD sebesar 1 (satu) mg/lt pada sungai akan meningkatkan biaya produksi air minum sebesar Rp 9,17/m3 dan menyebabkan kenaikan biaya produksi PDAM sekitar 25 % dari rata-rata tarif air nasional1. Belajar dari pengalaman perkembangan kota-kota lain di Indonesia, kota Jambi berniat untuk memperbaiki dan mengedepankan penanganan sanitasi di kota Jambi. Usaha ini merupakan sebuah langkah pencegahan guna mengurangi resiko kerugian material maupun non-material akibat kondisi sanitasi yang buruk. Usaha-usaha perbaikan kondisi sanitasi ini perlu diiringi peningkatan hygiene perseorangan untuk memberikan hasil yang maksimum. Cuci tangan dengan sabun merupakan kegiatan yangPresentasi Basah Hernowo (Direktur Permukiman dan Perumahan BAPPENAS) ISSDP project launching tanggal 21 Juli 2006 di Jambi.1

3

RINGKASAN EKSEKUTIF Buku Putih Sanitasi Kota Jambi - 2007

perlu dilakukan seiring dengan usaha perbaikan sanitasi karena kedua hal tersebut saling membantu mengurangi resiko timbulnya penyakit, sebagaimana diperlihatkan dalam diagram 4F berikut ini.

DIAGRAM 4-F

(after Wagner & Lanoix)

Sebenarnya sudah banyak program dan kegiatan sanitasi di kota Jambi tetapi sebagaimana juga terjadi di kota-kota lain di Indonesia maka program-program tersebut masih bersifat sektoral di masing-masing SKPD. Kegiatan-kegiatan itu belum terintegrasi dari mulai aspek teknis, promosi kesehatan, penyadaran dan pelibatan masyarakat, institusi dan peraturan, keuangan, dan lainnya, sehingga hasil yang diperoleh belumlah maksimum. Menyadari hal tersebut, kota Jambi mengajukan diri untuk dilibatkan dalam program ISSDP dan sesuai Surat dari Bappenas no. 4937/Dt.0.03/10/2005 tanggal 5 Oktober 2005, maka kota Jambi ditetapkan sebagai salah satu kota mitra program ISSDP. Bersama ke 5 kota mitra ISSDP lainnya, kota Jambi berminat untuk menyusun Rencana Strategis Sanitasi Kota yang akan menjadi acuan pengembangan sanitasi di kota Jambi dan hasil dari ke 6 kota mitra ISSDP akan menjadi masukan bagi penyusunan Rencana Strategis Sanitasi Nasional. Langkah awal untuk memulai penyusunan Rencana Strategis Sanitasi Kota Jambi ialah dengan menyusun Buku Putih Sanitasi, berisi semua data dan informasi sarana sanitasi yang ada, termasuk aspek peraturan, institusi dan keuangan, dan yang berasal dari seluruh pemangku kepentingan di kota Jambi (umumnya dari SKPD terkait). Buku Putih ini terdiri dari 3 bagian yang merupakan satu kesatuan, terdiri dari: Volume-1 : Ringkasan Eksekutif Volume-2 : Fakta dan Analisa Volume-3 : Rangkuman Data

4

RINGKASAN EKSEKUTIF Buku Putih Sanitasi Kota Jambi - 2007

1.2

MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud utama dari penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota Jambi adalah untuk memberikan informasi awal yang lengkap tentang situasi dan kondisi sanitasi kota Jambi saat ini sebagai dasar untuk membuat perencanaan pengembangan sanitasi di masa yang akan datang. Adapun tujuan dari penyusunan Buku Putih kota Jambi adalah untuk: Memberikan informasi sarana sanitasi yang ada saat ini; Berdasarkan data yang tersedia, melakukan analisis situasi dilihat dari segala aspek; Merupakan bahan informasi bagi seluruh pemangku kepentingan dalam memainkan perannya untuk berpartisipasi dalam pembangunan sanitasi ke depan; Memberikan bahan dasar penetapan kebijakan daerah dalam pengelolaan sanitasi di masa yang akan datang berdasarkan target prioritas yang disepakati bersama.

1.3

PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Pendekatan dan metodologi yang digunakan dalam penyusunan Buku Putih ini berupa studi data sekunder dan data primer. Data sekunder diperoleh dari SKPD terkait dan dilanjutkan observasi lapangan secara terbatas terutama untuk melakukan verifikasi atas data yang diperoleh. Data primer diperoleh melalui studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) yang pengumpulan datanya dilakukan oleh kader Posyandu yang tergabung dalam Forum Komunikasi Kader Posyandu (FKKP) yang dibina langsung oleh Tim Penggerak PKK Kota Jambi. Kedua data ini saling melengkapi dan dapat memberikan informasi yang lebih spesifik mengenai kondisi daerah setempat (kelurahan) serta bermanfaat sebagai alat bantu perencanaan.

1.4

BUKU PUTIH DAN PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS

Buku Putih merupakan bahan dasar untuk penyusunan rencana strategis sanitasi kota. Setiap tahun informasi yang diperoleh akan dicantumkan dalam Buku Putih sebagai lampiran dan setelah kurun waktu 3 tahun, maka Buku Putih tersebut perlu diperbaharui. Pembaruan informasi menjadi masukan bagi penyesuaian Rencana Strategis yang sudah disusun. Dengan demikian dipahami bahwa Buku Putih merupakan dokumen hidup (living document) dan menjadi sumber data terpusat untuk masalah sanitasi.

1.5

PENYUSUN BUKU PUTIH

Buku Putih disusun bersama oleh anggota Kelompok Kerja (POKJA) yang terdiri dari berbagai unsur SKPD di kota Jambi. Terbentuknya POKJA didasarkan atas Surat Keputusan Walikota Jambi Nomor: 15 Tanggal 24 Februari Tahun 2006. Dalam proses penyusunannya, data dari masing-masing SKPD dipadukan dan pada saat itulah akan terlihat konsistensi data yang disampaikan oleh masing-masing SKPD, selain memberikan informasi baru berdasarkan gabungan data beberapa SKPD.

5

RINGKASAN EKSEKUTIF Buku Putih Sanitasi Kota Jambi - 2007

2.2.1

GAMBARAN UMUM KOTA JAMBIGEOGRAFIS DAN TOPOGRAFIS

Kota Jambi secara geografis terletak diantara 1o 30 2,98 1o 40 1,07 LS dan 103o 40 1,67 103o 40 0,22 BT yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Muaro Jambi. Secara umum Kota Jambi terletak pada dataran rendah dan sedikit berbukit dengan ketinggian 10 75 m DPL yang ditandai dengan banyaknya kawasan kota yang merupakan rawarawa. Secara alamiah kota ini terbagi menjadi 2 (dua) bagian oleh Sungai Batanghari. Bagian kota di selatan sungai Batanghari disebut Jambi Kota, memiliki topografi datar dan sedikit berbukit serta terdiri dari 6 (enam) kecamatan yang dihuni oleh 95% dari total jumlah penduduk kota Jambi yang berjumlah 446.872 jiwa2. Di bagian utara sungai disebut Jambi Seberang memiliki topografi relatif datar dan dihuni hanya 5% dari total jumlah penduduk. Permukaan tanah di kawasan Jambi Seberang relatif rendah dan merupakan area yang secara berkala digenangi oleh air sungai Batanghari (terutama saat musim penghujan), sebagaimana terlihat dari bentuk bangunannya yang didominasi oleh rumah panggung. Tinggi genangan air dapat mencapai 2 m di tempat-tempat tertentu. Kawasan Jambi Kota dicirikan oleh area yang berbukit-bukit kecil dengan rawa diantara bukitbukit tersebut yang umumnya tergenang air saat musim hujan. Keadaan ini memberikan indikasi awal bahwa di bagian-bagian kota dengan topografi rendah atau rawa, fungsinya perlu dipertahankan sebagai tempat penampungan air sementara sebagai bagian dari penanganan drainase keseluruhan di kota Jambi.

2.2

ADMINISTRATIF

Secara administrasi merupakan kota yang otonom dengan luas wilayah 205,38 km2, yang terbagi atas 8 kecamatan dan yang kemudian terbagi lagi menjadi 62 kelurahan. Jumlah kelurahan dalam satu kecamatan berkisar dari 4 kelurahan (kecamatan Pasar Jambi) sampai 11 kelurahan di kecamatan Telanai Pura. Kecamatan terluas adalah kecamatan Kota Baru seluas 7.778 ha (dimana terletak kantor pemerintahan kota) dan kecamatan terkecil adalah kecamatan Pasar Jambi dengan luas 402 ha. Kota Jambi merupakan ibukota Propinsi Jambi sehingga di kota ini terdapat dua kantor pemerintahan (propinsi dan kota). Perkantoran propinsi Jambi terletak di kecamatan Telanai Pura, sedangkan perkantoran kota terletak di kecamatan Kota Baru. Berbeda dengan kota-kota lain di Indonesia, kota Jambi tidak mengenal istilah Rukun Warga (RW) yang berada di bawah kelurahan dan membawahi beberapa Rukun Tetangga (RT). Struktur yang ada di bawah kelurahan langsung Rukun Tetangga (RT) yang keseluruhannya di kota Jambi berjumlah 1.419 RT.2

Kota Jambi Dalam Angka 2005.

6

RINGKASAN EKSEKUTIF Buku Putih Sanitasi Kota Jambi - 2007

2.3

KEPENDUDUKAN

Jumlah penduduk sebanyak 446.872 jiwa (2005) terdistribusi secara tidak merata di seluruh kota yang mempunyai luasan total 20.538 ha. Kepadatan penduduk tertinggi berada di kelurahan Murni kecamatan Telanai Pura sebanyak 143 orang/ha, sedangkan terendah adalah kelurahan Bagan Pete - kecamatan Kota Baru dengan 2 orang/ha. Di kelurahan dengan kepadatan penduduk rendah, umumnya penduduk hidup berkelompok dalam satu kawasan dengan luasan terbatas. Area selebihnya masih berupa kebun atau hutan. Berdasarkan perbandingan data penduduk tahun 2005 dengan tahun 2000, maka pertumbuhan penduduk mencapai angka 3,34 % per tahun, yang memberikan indikasi bahwa kota Jambi memiliki daya tarik tersendiri bagi para pendatang. Komposisi penduduk kota Jambi terdiri dari beragam suku yang umumnya berasal dari Sumatera Barat, Sumatera Utara, Palembang, Riau, Cina, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Mereka tinggal di Jambi Kota, sedangkan penduduk asli Jambi umumnya terkonsentrasi di kecamatan Danau Teluk dan kecamatan Pelayangan (Jambi Seberang). Adanya keragaman komposisi penduduk menyebabkan kondisi sosial di kota Jambi relatif stabil. Tetapi bila dilihat dari sisi keperluan kampanye dan promosi sanitasi termasuk kesehatan, maka diperlukan beberapa model yang sesuai untuk diterapkan pada berbagai kelompok masyarakat tersebut.

2.4

PENDIDIKAN

Sarana pendidikan di kota Jambi terentang dari Taman Kanak-Kanak sampai dengan perguruan tinggi, diantaranya Universitas Jambi dan Universitas Batanghari.

2.5

KESEHATAN

Tersedia sarana kesehatan dari Puskesmas sampai dengan Rumah Sakit yang berstatus rumah sakit rujukan, sebagaimana umumnya ditemukan di ibukota propinsi. Data tahun 2005 menunjukan bahwa angka kejadian penyakit yang paling tinggi adalah gingivitis dan penyakit periodontal (39 %), disusul oleh infeksi akut lain pernafasan atas (18 %). Kasus diare (termasuk tersangka kolera) tercatat sebesar 2,17 %.

2.6

PEREKONOMIAN

Pertumbuhan ekonomi Kota Jambi pada tahun 2005 sebesar 5,10%, meningkat dari 4,7% pada tahun 2004 dengan mayoritas mata pencarian penduduk sebagai pedagang 35.62% dan di bidang jasa sebesar 24.42%. Struktur ekonomi Kota Jambi didominasi oleh empat sektor utama yaitu sektor perdagangan, hotel, dan restorant, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor industri pengolahan serta sektor jasa jasa. Ke empat sektor ini secara total menyumbang hampir 80 persen dalam

7

RINGKASAN EKSEKUTIF Buku Putih Sanitasi Kota Jambi - 2007

pembentukan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Jambi yang pada tahun 2005 sebesar Rp 6.29 juta perkapita.

2.7

VISI DAN MISI KOTA JAMBI

Visi kota Jambi ialah Terwujudnya Kota Jambi sebagai simpul pelayanan regional terutama

dalam agribisnis dan sebagai wilayah komplemen utama terhadap pusat pertumbuhan Regional Sumatera di tahun 2015

Sedangkan misi kota Jambi dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Mewujudkan sumber daya manusia yang memiliki integritas moral, kemampuan intelektual, dan keterampilan profesional. 2. Mengembangkan kawasan perdagangan, jasa dan industri yang mampu menciptakan keterkaitan erat dengan wilayah melalui kerjasama baik regional maupun global yang saling menguntungkan yang berbasis pada ekonomi kerakyatan. 3. Menciptakan sistem jaringan transportasi dan komunikasi yang efektif, efisien dan dinamis serta terpadu dengan mengembangkan simpul simpul jasa sarana dan prasarana yang terinterkoneksi dan saling mendukung, serasi untuk memenuhi kebutuhan internal dan eksternal kota 4. Menciptakan Kota Jambi menjadi kota yang bersih, aman dan tertib serta estetik melalui pendekatan kota hutan tropis yang ramah lingkungan dan mendukung bagi berkembangnya sosial budaya dan ekonomi masyarakat.

2.8

PERAN INSTITUSI LAIN DI LUAR SKPD

Patut dicatat adanya institusi lain di luar SKPD yang sudah melibatkan diri dalam masalahmasalah sanitasi ataupun lingkungan. Setidaknya ada dua LSM yang aktif menyuarakan masalah lingkungan. Selanjutnya keterlibatan aktif kader POSYANDU dalam studi EHRA menunjukan bahwa kader POSYANDU dapat menjadi mitra bagi pengembangan sanitasi di kota Jambi. Forum Komunikasi Kader Posyandu (FKKP) yang diketuai oleh Ibu Walikota dapat menjadi salah satu penggerak dan bersinergi dalam pengembangan sanitasi di kota Jambi. POKJA-IV dari Tim Penggerak PKK bertanggung jawab atas program Kesehatan, Kelestarian Lingkungan dan Perencanaan Sehat. POKJA-IV bertanggung jawab dalam pembinaan POSYANDU.

8

RINGKASAN EKSEKUTIF Buku Putih Sanitasi Kota Jambi - 2007

3.

PROFIL SANITASI KOTA

Sampai saat ini Kota Jambi belum memiliki strategi yang jelas dalam menangani permasalahan sanitasi berskala kota. Kebijakan penanganan masalah sanitasi kota dituangkan dalam peraturan daerah secara sektoral. Hal ini terlihat dari belum masuknya strategi penanganan sanitasi kota dalam dokumen Perencanaan Daerah/Kota mulai dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kota Jambi dan Dokumen Perencanaan Kota lainnya, sehingga penanganan sanitasi tingkat Kota masih dilakukan secara sektoral dan tidak terkoordinasi dengan baik.

3.7. Pengolahan Air LimbahLandasan Hukum/Legal OperasionalBerdasarkan aspek Legal yang ada Pengelolaan Air Limbah di kota Jambi telah diatur dalam beberapa Perda antara lain Perda Kota Jambi Nomor 04 tahun 2001, tentang unsur pelaksana Pemerintah Daerah Kota Jambi di bidang kebersihan dan Pemakaman

Aspek InstitusionalSebagaimana disebutkan dalam Perda Nomor 04 tahun 2001, tentang unsur pelaksana Pemerintah Daerah Kota Jambi di bidang kebersihan dan Pemakaman, bahwa Kantor Pengelola Kebersihan dan Pemakaman dalam pengelolaan Air Limbah hanya menangani Penyedotan lumpur tinja dari tangki septik milik masyarakat yang kemudian diolah di IPLT Talang Bakung yang berjarak 14 km dari pusat Kota

Aspek Teknis & TeknologiSecara teknis, pengelolaan air limbah di Kota Jambi belum menerapkan teknologi pengolahan limbah cair secara terpadu dan Kantor Pengelola Kebersihan dan Pemakaman dalam pengelolaan Air Limbah hanya menangani Penyedotan lumpur tinja dari tangki jamban keluarga milik masyarakat yang kemudian diangkut ke IPLT di Talang Bakung. Pengoperasian IPLT yang ada tidak dilakukan secara optimal dan masyarakat yang dilayani masih 15,90% secara On-site System. Data jumlah jamban keluarga di kota Jambi sebesar 91.084 buah dan yang memenuhi syarat tercatat 79% dari jamban yang diperiksa. Jumlah tangki septik yang tercatat tahun 2005 sebanyak 91.084 buah. Angka ini persis sama dengan jumlah jamban sehingga menimbulkan keraguan bahwa terjadi pencampuran pengertian antara jamban dengan tangki septik. Di luar hal tersebut, seperti halnya yang terjadi di kota-kota lain, pengertian tangki septik sendiri bisa beragam sebab sering terjadi cubluk (yang tidak kedap air) dianggap sebagai tangki septik (yang seharusnya kedap air).

PermasalahanPermasalahan mendasar dalam pengelolaan limbah cair/ air limbah adalah belum adanya rencana pegelolaan air limbah skala kota Jambi yang menyeluruh dan komprehensif. Pengoperasian Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) belum dilakukan secara optimal karena tidak tersedianya As built drawing dan buku manual operasional IPLT, sehingga tidak diketahui kapasitasnya. Tingkat pelayanan limbah cair masih rendah (15,90%) serta Jamban Keluarga

9

RINGKASAN EKSEKUTIF Buku Putih Sanitasi Kota Jambi - 2007

yang dimiliki masyarakat tidak dapat dipastikan memiliki tangki septik. Jumlah jamban keluarga masih perlu konfirmasi dan pengecekan di lapangan, baik jumlah dan kualitasnya.

3.8. Pengelolaan PersampahanLandasan Hukum/Legal OperasionalDasar hukum operasionalisasi pengelolaan persampahan di Kota Jambi, diatur dengan PERDA yang sama dengan Pengelolaan Air Limbah di kota Jambi.

Aspek InstitusionalUnsur pelaksana Pemerintah Daerah Kota Jambi di bidang kebersihan adalah Kantor Pengelola Kebersihan dan Pemakaman Kota Jambi yang diatur dalam Perda Kota Jambi Nomor 04 Tahun 2001.

Sistem Layanan Pengelolaan SampahDengan jumlah penduduk Kota Jambi pada tahun 2005 sebesar 446.872 jiwa (Jambi Dalam Angka 2005), maka timbulan sampah di Kota Jambi diperkirakan sebesar 1.248 m3/hari sementara jumlah sampah yang dapat diangkut ke TPA sebesar 560 m3/hari atau hanya sekitar 44,85 %. Untuk dapat melaksanaan pembersihan Kota Jambi dengan volume tersebut diatas, Kantor Pengelola Kebersihan Dan Pemakaman (KPKP) Kota Jambi melibatkan warga setempat dan pihak swasta yaitu CV Usaha Sehat Bersama (USB) sejak tahun 1999 sampai saat ini. Pelibatan masyarakat dalam pengumpulan sampah sampai ke TPS dan swasta CV USB dalam pembersihan Kota Jambi (penyapuan jalan jalan protokol, pembersihan saluran pada jalan jalan protokol dan pengangkutan sampah dari TPS ke TPA) untuk wilayah 6 kecamatan dari 8 kecamatan yang ada di Kota Jambi. Sedangkan 2 kecamatan lagi kecamatan Danau Teluk dan kecamatan Pelayangan menjadi tanggungjawab Kantor Pengelola Kebersihan dan Pemakaman Kota Jambi.

Tempat Pembuangan Sementara (TPS)Sampah yang dikumpulkan kemudian dibawa ke TPS dan selanjutnya dibawa dengan truk menuju TPA. Perletakan maupun dimensi TPS saling terkait dengan frekuensi pengangkutan oleh truk sampah, sedemikian sehingga seharusnya tidak ada penumpukan sampah di TPS. Pengamatan di lapangan menunjukan bahwa masih banyak sampah tertinggal dan berceceran di sekitar TPS yang memberikan indikasi bahwa masih terdapat kelemahan dari sisi pengangkutan sampah. Demikian juga sampah yang ditumpuk di pinggir jalan dan memberikan indikasi bahwa di tempat-tempat tersebut belum terdapat TPS. TPS yang ada umumnya berbentuk bak terbuka dengan volume sekitar 2 m3, kebanyakan tidak terpelihara dengan baik.

10

RINGKASAN EKSEKUTIF Buku Putih Sanitasi Kota Jambi - 2007

Pada area dimana tidak tersedia TPS, penduduk menimbun sampah dalam lubang di halaman rumah, atau dibakar. Di banyak tempat sampah dibuang ke saluran drainase dan dituding sebagai penyebab tersumbatnya saluran air serta menjadi biang keladi timbulnya banjir di beberapa kawasan terutama saat turun hujan.

Di salah satu bagian dari saluran air di S. Tembuku terdapat lubang gorong-gorong yang sempit sehingga aliran air terganggu saat hujan turun. Akibatnya genangan air meluap ke kawasan pemukiman di sekitarnya yang didominasi oleh penduduk berpenghasilan rendah. Sampah yang menyumbat lubang masuk saluran ikut memperparah keadaan.

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Talang Gulo Kota JambiLokasi TPA terletak di Kelurahan Kenali Asam Bawah Desa Talang Gulo yang berjarak 14 km dari pusat kota, 3 km dari permukiman terdekat, 12 km dari sungai terdekat, 210 km dari pantai, 12 km dari lapangan terbang. Luas lahan TPA Talang Gulo yaitu 10 ha dengan topografi kemiringan 20 %. Sistem pengolahan yang diterapkan di TPA Talang Gulo adalah yaitu open dumping (belum menerapkan teknologi yang memadai, walaupun pada awalnya direncanakan dengan controlled landfill), beroperasi mulai tahun 1997 hingga sekarang. Sebuah perusahaan investasi dari Jepang sedang memulai diskusi kemungkinan penerapan Clean Development Mechanism (CDM) dalam sektor persampahan di kota Jambi. Pada saat ini luas lahan yang ada sudah 95 % terisi dengan fasilitas antara lain : perkantoran, pool kendaraan, gudang/garasi, 2 unit Buldozer, 2 unit excavator 2 serta 1 unit Incenerator (Total Incenerator yang dimiliki ada 3 unit dan pada saat ini semua tidak dioperasikan karena keterbatasan dana).

Kompos dan Daur UlangUsaha pembuatan kompos baru dilakukan dalam skala kecil dengan menambang sampah yang terdapat di TPA. Diperkirakan sampah yang termanfaatkan untuk kompos sekitar 6 25 ton per bulan, tergantung kondisi cuaca.

11

RINGKASAN EKSEKUTIF Buku Putih Sanitasi Kota Jambi - 2007

Usaha daur ulang dilakukan dengan memanfaatkan pemulung dan jaringan di atasnya (pengumpul). Pemulung umumnya beroperasi di TPA. Tercatat sekitar 10 pengumpul di kota Jambi yang mendaur ulang plastik, logam, aluminium, kertas dan gelas, dengan hasil mencapai 5 ton per hari per pengumpul. Logam merupakan bahan yang paling banyak didaur ulang.

Permasalahan Dalam Pengelolaan SampahPermasalahan utama yang dihadapi dalam pengelolaan sampah adalah belum adanya strategi pengelolaan sampah berskala kota Jambi, sehingga pengelolaan sampah masih dilakukan secara parsial yang mengakibatkan antara lain : 1. Perilaku masyarakat kurang tertib dalam membuang sampah di TPS sehingga sampah berserakan dan banyaknya penolakan oleh masyarakat tentang keberadaan TPS di lokasi mereka. 2. Volume sampah yang terangkut persentasenya dari tahun ketahun menunjukan adanya peningkatan, tetapi bila dilihat dari volume yang tidak terangkut juga terus meningkat. 3. Program peran serta masyarakat untuk melakukan kegiatan 3R masih belum tersosialisasikan sehingga pengurangan volume sampah dari sumbernya belum terlihat. 4. Dalam pengelolaan TPA belum menggunakan teknologi yang tepat.

3.9. Pengelolaan DrainaseAspek Legal dan InstitusionalTerdapat beberapa instansi yang berwenang dalam pembangunan, peningkatan dan pemeliharaan saluran drainase di Kota Jambi salah satunya adanya Dinas Pekerjaan Umum Kota Jambi yang dalam pelaksanaan tugasnya berdasarkan Keputusan Walikota Jambi Nomor 248 2003 tentang petunjuk Teknis Pelaksanaan Pembangunan daerah Kota Jambi Nomor 42 Tahun 2002 Tentang Izin Pengelolaan Air Bawah Tanah. Dari segi aspek institusi pengelolaan, drainase di kota Jambi dibagi atas : 1. Saluran Drainase sepanjang jalan propinsi. Perencanaan, pembangunan, peningkatan dan rehabilitasi saluran dilakukan oleh Dinas Kimpraswil Propinsi Jambi, pada Subdin Bina Marga. Pembersihan saluran dilakukan oleh Kantor Pengelola Kebersihan dan Pertamanan Kota Jambi. 2. Saluran Drainase sepanjang jalan kota. Perencanaan, pembangunan, peningkatan dan rehabilitasi saluran dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kota Jambi, pada Subdin Binamarga. Pembersihan saluran dilakukan oleh Kantor Pengelola Kebersihan dan Pertamanan Kota Jambi. 3. Saluran Drainase Lingkungan atau jalan setapak. Pembangunan, peningkatan dan rehabilitasi saluran dilakukan oleh Dinas Kimpraswil Propinsi Jambi, Subdin Cipta Karya, maupun oleh Dinas Pekerjaan Umum Kota Jambi, Subdin Cipta karya. Pembersihan saluran dilakukan oleh masyarakat sekitar.

12

RINGKASAN EKSEKUTIF Buku Putih Sanitasi Kota Jambi - 2007

4. Saluran Drainase diluar dari kelompok diatas, dengan lebar dasar saluran lebih besar dari 50 cm, termasuk anak-anak sungai Batanghari. Perencanaan, pembangunan, rehabilitasi, normalisasi dan pembersihan sampah saluran dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kota Jambi, melalui Subdin Pengairan dan Drainase. Namun kewenangan untuk membangun atau merehabilitasi bangunan persilangan antara saluran drainase dan jalan, baik berupa gorong-gorong ataupun jembatan terletak pada Dinas Pekerjaan Umum yang sesuai dengan tingkatan jalan, melalui Subdin Binamarga.

Gambar kiri memperlihatkan saluran drainase yang tidak memiliki hubungan dengan saluran lainnya, dan dinding saluran lebih tinggi daripada elevasi tanah di sekitarnya. Gambar kanan menunjukan dua saluran drainase yang tidak saling berhubungan.

Menilik demikian banyaknya instansi yang berwenang dalam pengelolaan drainase di kota Jambi, maka penyelengaraan sistim drainase yang effisien dan berjalan baik merupakan permasalahan yang pelik. Dari kunjungan lapangan terlihat bahwa beberapa saluran drainase yang dibangun dipastikan tidak akan bisa menampung limpasan air dari sekitarnya karena dinding saluran lebih tinggi daripada muka tanah. Demikian juga dari hubungan antara jaringan drainase yang satu dengan lainnya, yang dikelola oleh institusi berbeda, menunjukan koordinasi antar instansi tersebut masih merupakan hal yang belum berjalan dengan mulus. Kondisi topografi kota Jambi yang bergelombang menyebabkan penanganan drainase di kota ini memerlukan solusi yang membutuhkan integrasi dengan program SKPD lainnya. Diidentifikasikan perlunya disediakan danau-danau kecil yang berfungsi untuk menampung sementara limpasan air hujan dan untuk itu diperlukan dukungan dari Dinas Tata Kota yang memberikan perijinan bangunan. Penimbunan area rawa yang mempunyai fungsi sebagai penampung air sementara dan kemudian digunakan untuk bangunan gedung, dapat menjadi penyebab banjir di daerah lain. Kemungkinan penanganan drainase merupakan prioritas utama untuk masyarakat di beberapa tempat yang sering tergenang air, lebih daripada penanganan air limbah.

13

RINGKASAN EKSEKUTIF Buku Putih Sanitasi Kota Jambi - 2007

Warga masyarakat terutama kaum ibu di kelurahan Sulanjana, area yang sering tergenang oleh banjir, menyebutkan bahwa walaupun air limbah merupakan suatu masalah yang dirasakan oleh mereka, tetapi penanganan banjir merupakan prioritas utama. Oleh karenanya bila akan dilakukan usaha penyelesaian air limbah di kota Jambi, usaha tersebut haruslah dipadukan dengan penanganan drainase.

Aspek Teknis dan OperasionalKondisi topografi kota Jambi yang bergelombang, dimana bagian yang rendah umumnya berupa rawa-rawa yang selalu ditumbuhi semak belukar, maka untuk mempertahankan kapasitas saluran drainase di luar jalan, saluran harus dinormalisasi dengan pembangunan lapisan beton, baik pada kedua sisi miring atau tegak, maupun pada dasar saluran. Di beberapa tempat terlihat saluran yang sudah dinormalisasi, dengan kedua sisi beton yang lebih tinggi dari permukaan tanah disekitarnya. Hal ini terjadi karena kota Jambi belum memiliki Strategi Pengelolaan Drainase Lingkungan yang disesuaikan dengan kondisi demografi dan topografi yang ada. Pengelolaan oleh instansi yang berlainan juga menimbulkan permasalahan dalam operasional sistim drainase, sehingga terjadi pembangunan saluran drainase yang tidak sinkron dengan pembanguan perlintasan saluran dengan jalan yang menimbulkan genangan. Kombinasi dari permasalahan diatas akan menimbulkan genangan yang lebih parah lagi. Di kota Jambi masih terdapat 21 titik genangan.

3.10. Penyediaan Air BersihLandasan Hukum/Legal OperasionalBeberapa landasan hukum operasionalisasi Pengelolaan Air Bersih berdasarkan Undang Undang di Kota Jambi, menyebutkan bahwa pengelolaan penyediaan Air Bersih melalui perpiapaan dilakukan oleh PDAM Tirta Mayang. Sistem Penyediaan Air Minum di Kota Jambi adalah melalui sistem perpipaan sebanyak 60% dan non perpipaan sebanyak 40%. Sistem perpipaan adalah melalui sambungan langsung dan tidak langsung. Sistem non perpipaan atau non PDAM sebesar 40% dari penduduk kota Jambi mencukupi kebutuhan airnya dari air tanah (seperti sumur bor, sumur gali), pengambilan air permukaan (seperti dari danau atau sungai Batanghari), dan penampungan air hujan.

Aspek InstitusionalPerusahaan Air Minum di Kota Jambi sudah berdiri sejak zaman pemeritahan Hindia Belanda, yakni pada tahun 1928 dengan nama Water Leiding Bedrijf. Sejalan dengan meningkatnya kebutuhan akan pelayanan air minum di Kota Jambi pada bulan Maret 1974, Perusahaan Air Minum Kota Jambi diubah statusnya menjadi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Mayang kota Jambi berdasarkan SK Walikota Jambi No 25/X/1974.

14

RINGKASAN EKSEKUTIF Buku Putih Sanitasi Kota Jambi - 2007

Aspek Teknis dan OperasionalSaat ini, kapasitas terpasang PDAM Tirta Mayang Kota Jambi adalah 968 l/detik, sedangkan kapasitas operasional saat ini sebesar 772 l/detik yang dioperasikan secara kombinasi dengan pemompaan dan gravitasi.

Aspek Cakupan PelayananJumlah pelanggan air bersih juga meningkat dari tahun ke tahun. Data terakhir PDAM bulan Januari 2006 terdapat 48,897 pelanggan aktif atau dengan tingkat pelayanan 60% dari jumlah penduduk kota Jambi.

PermasalahanDengan melihat kondisi demografi dan topografi kota Jambi maka PDAM Tirta Mayang tidak mungkin melayani seluruh penduduk kota. Sedang permasalahan yang masih perlu untuk diselesaikan adalah untuk menurunkan tingkat kebocoran yang masih cukup tinggi.

3.11. Komponen Sanitasi LainnyaPenanganan Limbah IndustriLimbah industri sangat bervariasi tergantung dari jenis produksi dan besar kecilnya industri. Pada umumnya seluruh industri besar di Kota Jambi telah memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), namun dari hasil pengujian laboratorium masih banyak yang melebihi Nilai Ambang Batas (NAB). Pemantauan dan penindakan sesuai peraturan yang ada belum dilakukan.

Penanganan Limbah MedisLimbah medis umumnya berasal dari Rumah Sakit, Puskesmas, Labortatorium medis dan institusi lain yang bergerak di bidang medis yang antara lain memerlukan mesin incenerator3. Dari 7 RS yang ada di kota Jambi hanya 4 yang memiliki incinerator, sedangkan instalasi pengolah limbah cair dimiliki oleh 7 Rumah Sakit. Sampai saat ini 10 Puskesmas telah memiliki incenerator. Belum ada data yang menginformasikan mengenai kondisi dan unjuk kinerja incenerator unit pengolah air limbah medis yang ada.

Kampanye PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)Intervensi program PHBS antara lain melaksanakan penyuluhan Perilaku Hidup Sehat & Pemberdayaan Masyarakat dibidang Kesehatan. Hasil yang dicapai adalah terbentuknya kegiatan kesehatan bersumber daya masyarakat. Data peran serta masyarakat berbentuk upaya kesehatan bersumber dari masyarakat dikembangkan dan disesuaikan dengan pelaksanaan program Peningkatan dan Pemberdayaan Masyarakat antara lain : Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), Polindes (Pondok Bersalin Desa), POD (Pondok Obat Desa), TOGA (Tanaman Obat Keluarga), Pos UKK (Pos Upaya Kesehatan Kerja), Dana sehat, SBH (Saka Bhakti Husada). Kegiatan cuci tangan pakai sabun masih terbatas di lingkungan sekolah bersama dengan kegiatan UKS.

3

incenerator: Alat pemusnah sampah dengan cara pembakaran

15

RINGKASAN EKSEKUTIF Buku Putih Sanitasi Kota Jambi - 2007

3.12. Pembiayaan Sanitasi KotaPembiayaan sanitasi di tingkat kota Jambi meliputi biaya-biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah kota melalui APBD untuk membiayai operasional dan pemeliharaan serta investasi baru untuk sektor persampahan, air limbah, air bersih serta drainase serta pembiayaan untuk promosi kesehatan dan PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat).

Pengeluaran Sanitasi Tiga Tahun TerakhirPengadaan dan pemeliharaan sarana & prasarana sanitasi dibiayai oleh Pemerintah Kota dengan dana APBD melalui Dinas Pekerjaan Umum, Kantor Kebersihan dan Pemakaman serta Dinas Kesehatan. Selain instansi diatas, PDAM sebagai institusi pengelola air bersih telah berupaya keras meningkatkan kondisi sanitasi kota baik dengan pendanaan dari internal PDAM maupun bantuan dari APBN. Jumlah dana sanitasi dari APBD Kota yang sudah direalisasikan dari Tahun 2004 sampai 2006 adalah sebagai berikut :Tabel 3.1 Pembiayaan Pekerjaan Sarana & Prasarana Sanitasi Kota Jambi TA 2004 2005 NO. DINAS /INSTANSI TAHUN ANGGARAN 2004 2005 91.50 5,698.30 4,040.26 11.86 8,084.07

(Rp. Juta)Jumlah

2006 10,906.07 630.63 12,917.27 15,037.83 642.49 26,699.64

1 2 3

Dinas Pekerjaan Umum Dinas Kesehatan Kantor Kebersihan dan Pemakaman Total Pembiayaan Sanitasi Belanja Layanan Publik Total Belanja Daerah % Biaya Sanitasi (APBD) Thd Belanja Layanan Publik % Biaya Sanitasi (APBD) Thd Belanja Daerah

5,789.80 190,168.79 274,541.11 3% 2%

12,136.20 190,168.79 321,137.56 6% 4%

24,453.96 190,168.79 434,972.42 13% 6%

42,379.96 570,506.38 1,030,651.09 7% 4%

Sumber : Perhitungan APBD TA 2004, 2005 dan APBD Perubahan 2006

16

RINGKASAN EKSEKUTIF Buku Putih Sanitasi Kota Jambi - 2007

4.

PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI KOTA JAMBI

Untuk meningkatkan mutu pelayanan terhadap masyarakat, Program Pengembangan Sanitasi Kota Jambi dijabarkan dalam eksposisi sebagai berikut :

4.1. Visi dan Misi Sanitasi Kota JambiKonsep awal rencana Program Pengembangan Sanitasi Kota Jambi, Pokjasan kota Jambi akan memulai dengan metetapkan rumusan Visi dan Misi Sanitasi.

4.2. Penetapan Strategi Penanganan Sanitasi KotaUntuk dapat menyusun suatu strategi penanganan sanitasi tingkat kota Jambi setelah tersusunnya Buku Putih Sanitasi kota Jambi, akan dilakukan langkah langkah sebagai berikut: Merumuskan visi dan misi sanitasi kota Jambi Analisis faktor faktor Lingkungan Internal dan Eksternal kota Jambi menyangkut potensi dan kendala pengembangan penanganan Sanitasi kota Jambi Menyusun alternatif alternatif strategi yang dapat dikembangkan di kota Jambi Menetapkan Strategi jangka menengah Strategi Sanitasi Kota Jambi

Secara keseluruhan Strategi Sanitasi skala kota Jambi terangkum dalam: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Volume Volume Volume Volume Volume 1 2 3 4 5 : : : : : : : : : Kerangka Kerja Strategi Sanitasi Kota Jambi Strategi Sub-sektor Air Limbah Strategi Sub-sektor Persampahan Strategi Sub-sektor Drainase Lingkungan Strategi sektor pendukung Peningkatan Kesadaran dan Partisipasi Masyarakat dalam sektor sanitasi Strategi sektor pendukung Peningkatan Institusi dan Kapasitas Strategi sektor pendukung Peningkatan Peran Serta Sektor Swasta dan Lembaga Non-Pemerintah dalam Sub-Sektor Persampahan dan Air Limbah Kondisi/Situasi Keuangan dan Pengaturan Keuangan Kerangka Pemantauan dan Evaluasi Rencana Tindak dan Skenario Anggaran

Volume 6 Volume 7

8. Volume 8 9. Volume 9 10. Volume 10

TeknisTopografi kota Jambi yang bergelombang menyebabkan pemecahan masalah drainase di kota Jambi sukar hanya ditangani oleh satu SKPD. Diindikasikan perlunya menjaga fungsi beberapa rawa di kota Jambi sebagai tempat penampungan air hujan sementara dan akibatnya di tempattempat tersebut tidak seharusnya diijinkan pendirian bangunan. Oleh karenanya keterlibatan Dinas Tata Kota menjadi penting sebab terkait dengan ijin pendirian bangunan. Kepadatan penduduk yang bervariasi di setiap kelurahan dan kesepakatan tentang area yang memiliki fungsi perkotaan (terlepas dari kepadatan penduduknya) menyebabkan perlunya

17

RINGKASAN EKSEKUTIF Buku Putih Sanitasi Kota Jambi - 2007

didefinisikan area yang disebut sebagai urban area dan rural area. POKJA sudah melakukan identifikasi area-area tersebut dan membantu dalam penyusunan program-program yang lebih terfokus. Sebagai contoh: untuk area dengan kepadatan penduduk rendah dan tidak memiliki fungsi urban4, maka perlu dipertanyakan apakah perlu dilayani dengan pengangkutan sampah. Apakah tidak lebih baik seandainya truk sampah yang terbatas jumlahnya diarahkan untuk melayani urban area sementara untuk rural area digalakan program kompos? Dengan demikian tingkat pelayanan di urban area tetap dapat dinaikan dengan memanfaatkan sarana yang terbatas. Informasi mengenai kepadatan penduduk dan kesepakatan diantara POKJA tentang urban area dan rural area menjadi salah satu petunjuk untuk memfokuskan program-program yang akan dijalankan.

Sosial BudayaTeknologi apapun yang akan diterapkan tidak akan berhasil tanpa memperhatikan kondisi sosial budaya setempat. Penduduk kota Jambi yang multi etnis membutuhkan penanganan spesifik untuk setiap area, dan oleh karenanya peta sosial budaya di kota Jambi merupakan suatu hal yang dibutuhkan untuk mendukung program sanitasi. Peta sosial budaya tersebut juga dibutuhkan untuk keperluan promosi kesehatan dan sanitasi agar target group dapat diidentifikasikan secara lebih pasti. Adanya radio swasta di kota Jambi yang pada saat tertentu menyiarkan program dalam bahasa Jawa memberikan indikasi bahwa perlunya identifikasi secara jelas target group dalam kampanye sanitasi.

KelembagaanSeperti umum terjadi di kota-kota lain, program sanitasi dilakukan oleh beberapa SKPD yang berbeda dan menjadi penyebab tidak terintegrasinya antara program sanitasi dari satu SKPD dengan SKPD lainnya. Masalah ini akan dibahas diantara tim POKJA lengkap (Tim Pengarah dan Tim Pelaksana Teknis). Integrasi program dan kegiatan antar SKPD merupakan hal yang mutlak mendapatkan perhatian agar resultan positif dari berbagai kegiatan sanitasi dapat ditingkatkan dan berkesinambungan. Tim Penggerak-PKK yang memiliki program-program terkait dengan sanitasi dan mempunyai keterkaitan dengan POSYANDU merupakan sebuah potensi yang dapat disinergikan dalam program ini. POSYANDU dapat difungsikan sebagai agent of change di tingkat masyarakat, sedangkan Tim Penggerak PKK dapat membantu proses advokasi di tingkat pengambil keputusan. Dalam beberapa kegiatan, fleksibilitas yang dimiliki oleh TP-PKK dalam menjalankan program yang terkait dengan sanitasi akan memberikan hasil yang lebih baik dan efisien dibandingkan bilamana program tersebut hanya dilakukan oleh SKPD.

Keterlibatan SwastaPengalaman di kota lain menunjukan bahwa pihak swasta bersedia membantu program pengembangan sanitasi di kotanya sejauh mereka sendiri mendapatkan cukup informasi dan melihat adanya aspek yang menguntungkan mereka (dari pertimbangan financial atau lainnya).

Area di sekitar bandar udara memiliki kepadatan penduduk rendah, tetapi area tersebut memiliki urban function karena adanya bandar udara tersebut. Demikian juga di kelurahan Pasar Jambi memiliki kepadatan penduduk rendah. Akan tetapi lokasinya di pusat kota serta memiliki urban function, maka kelurahan ini termasuk dalam klasifikasi urban area.

4

18

RINGKASAN EKSEKUTIF Buku Putih Sanitasi Kota Jambi - 2007

Keterlibatan pihak swasta dalam penyapuan jalan protokol dan pengangkutan sampah di 6 kecamatan di kota Jambi menunjukan adanya inisiatif dan hal ini perlu ditingkatkan. Demikian juga adanya beberapa pengusaha daur ulang sampah menunjukan adanya inisiatif swasta yang potensinya perlu dipadukan. Dari sisi pendanaan potensi di kota Jambi sendiri cukup besar mengingat banyaknya perusahaan perkebunan kelapa sawit dan perusahaan minyak di luar kota Jambi yang memungkinkan untuk membantu (sebagian) pendanaan program sanitasi di kota Jambi. Perusahaan-perusahaan tersebut sudah memanfaatkan fasilitas yang tersedia di kota Jambi untuk mendukung usahanya.

Preferensi Prioritas dari MasyarakatSesuai dengan kondisi daerahnya, diperkirakan penanganan banjir merupakan prioritas utama terutama untuk kelurahan-kelurahan yang memiliki kepadatan penduduk tinggi, menjadi langganan banjir dan didominasi oleh masyarakat miskin5. Program sanitasi yang akan dikembangkan perlu memperhatikan preferensi prioritas dari masyarakat dan menggunakan preferensi prioritas ini sebagai tumpangan untuk menjual program sanitasi sektor lainnya.

4.3. Peningkatan Pelayanan Pengolahan Limbah CairSistim Terpusat (Off Site)Di kota Jambi belum memiliki sistim pengolahan limbah cair rumah tangga dengan sistim terpusat (off site). Untuk ke depan perlu di gagas untuk dapat meningkatkan cakupan pelayanan penanganan air limbah rumah tangga maupun air limbah industri secara bertahap sesuai kebutuhan.

Sistim SANIMASSistim pengolahan limbah rumah tangga yang dilakukan oleh masyarakat dengan wilayah tertentu untuk mengelola sanitasi bersama secara komunal. Sistim ini dapat dijadikan salah satu alternatip yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi geografi dan demografi di kota Jambi.

Sistim On SiteSistim setempat (on-site) diperuntukkan bagi masyarakat terutama di daerah rural yang membangun jamban dan pelengkapannya serta Industri yang mampu untuk membangun IPAL sendiri. Tugas Pemerintah adalah melakukan pembinaan dalam pemilihan teknologi IPAL yang efisien serta pemantauan dan pengawasan Kepada masyarakat perlu juga diperkenalkan sistim pengolahan limbah cair skala rumah tangga yang ramah lingkungan.

5

Perkiraan ini didasarkan analogi dengan kondisi serupa yang terjadi di Semarang, Jawa Tengah, berdasarkan studi Urban Sewer Planning and the Neighbourhood Deal, a Case Study of Semarang, Indonesia, December 1977, dimana ditunjukan bahwa prioritas social dan lingkungan dari responden menunjukan 33 % memilih penanganan daerah genangan sebagai prioritas pertama, disusul dengan ketersediaan air bersih sebanyak 27 % dan kemudian peningkatan pelayanan sanitasi sebesar 11 %. Selanjutnya penanganan sampah menempati urutan keempat dengan 10 % dan disusul dengan prioritas lainnya.

19

RINGKASAN EKSEKUTIF Buku Putih Sanitasi Kota Jambi - 2007

4.4. Peningkatan Pelayanan Pengolahan Sampah (Limbah Padat)Peningkatan pengolahan limbah padat (sampah) dilakukan dari mengoptimalkan peran Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) dan secara bertahap mengubah peran TPS menjadi Transfer Depo serta mengganti peran grobag dorong sampah dengan gerobag motor sampah (germosa) sehingga sampah dapat diangkut segera ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), pada hari yang sama (maksimal 1 x 24 jam). Untuk mengurangi volume sampah yang akan dibuang ke TPA, pelibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah melalui program 3R perlu disosialisasikan dan digalakan. Perlu dikembangkan beberapa sistem baru dari hasil perencanaan yang strategis, sehingga tersedia pilihan dalam pengolahan sampah di TPA tanpa meninggalkan kelestarian lingkungan antara lain dengan sistem sanitary landfill. Kerjasama dengan swasta perlu ditingkatkan tdak hanya penyapuan jalan protokol dan pengangkutan sampak ke TPA tapi perlu juga melibatkan masyarakat dalam meningkatkan manajemen pengolahan sampah menjadi pupuk organik.

4.5. Peningkatan Pengelolaan Saluran DrainaseDalam rangka Peningkatan Pengelolaan Saluran Drainase, beberapa Dinas yang terkait dalam pengelolaan Drainase Lingkungan perlu saling berkoordinasi untuk mensinkronkan pekerjaan/program yang dijalankan. Pelaksanaan program-program yang saat ini ada belumlah akan menghilangkan genangangenangan di kota Jambi secara tuntas, karena akar dari permasalahan drainase di kota Jambi bukanlah hanya pada normalisasi atau peningkatan saluran, tetapi juga atau malah yang lebih penting adalah adanya hambatan-hambatan dalam koordinasi antar dinas setingkat maupun dinas yang lebih tinggi yang sama sama mengelola drainase lingkungan.

4.6.

Pengembangan Penyediaan Air Minum

Sesuai dengan visi Millenium Development Goals (MDG) diharapkan pada tahun 2015 cakupan pelayanan air minum PDAM Tirta Mayang yang saat ini 60% dapat ditingkatkan mencapai 80%. Peningkatan cakupan pelayanan PDAM dapat mendorong pengembangan sanitasi kota, untuk itu Kebijakan dan Strategi Pengembangan PDAM kota Jambi tahun 2015 adalah dapat melayani 80% dengan jumlah pelanggan 84.826 SR, dengan tingkat kehilangan air 20% sebagai Standar Minimum Kehilangan Fisik (Minimum Achievable Annual Physical Losses = MAAPL) yang dipersyaratkan oleh PERPAMSI (Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia) dan World Bank. Pada tahun 2015 diharapkan Total Kapasitas Produksi minimum sebesar 865 liter/detik.

4.7. Peningkatan Kampanye PHBSUntuk mendapatkan output PHBS yang optimal, berupa perubahan perilaku masyarakat maka program ini harus mendapat perhatian lebih antara lain dengan berbagai macam bentuk kampanye ditingkatkan, mulai dari sektor pendidikan sampai sektor sosial. Indikator perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat terbagi menjadi 3 (tiga) tatanan, yakni tatanan rumah tangga, tatanan institusi dan tatanan tempat umum ( TTU ) Aspek lingkungan merupakan faktor yang paling besar dalam menentukan derajad kesehatan. Dilihat dari lingkungan fisik, maka secara kuantitas sudah baik. Perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat kota Jambi masih perlu ditingkatkan.

20

RINGKASAN EKSEKUTIF Buku Putih Sanitasi Kota Jambi - 2007

Metode pendekatan yang dipakai dalam kampanye adalah lewat para kader PKK, kader Posyandu yang memperoleh asistensi dari puskesmas, dari dokter rumah sakit maupun dari lembaga swasta seperti lembaga swadaya masyarakat, perusahaan swasta sebagai ajang kampanye produk kesehatan dll. Kampanye dilakukan pada pertemuan PKK, maupun Posyandu.Untuk anak-anak kampanye dilakukan lewat media UKS (Usaha Kesehatan Sekolah).

4.8. Rencana Program dan Kegiatan Sanitasi Tahun 2008Program program yang menyangkut sanitasi sedang disusun oleh Dinas dinas untuk dimasukkan kedalam Prioritas dan Plafon Sementara (PPAS) Tahun Anggaran 2008.

4.9. Penetapan Area PrioritasUntuk menentukan Area Prioritas penanganan Sanitasi Lingkungan kota Jambi sebagai salah satu kegiatan yang diharapkan dapat menjadi pilot project pada Tahun 2008 pada masingmasing kecamatan, maka dilakukan analisis dan penilaian dengan metode scoring berdasarkan data primer maupun sekunder yang tersedia dengan indikator-indikator: a. Kepadatan Penduduk b. Angka Kemiskinan c. Ketersediaan Air Minum d. Kepemilikan Jamban Pribadi e. Ketersediaan sarana sanitasi di Tempat Tempat Umum (TTU) Dari hasil analisis yang telah dilakukan, Area prioritas pertama yang harus segera ditangani atau harus mendapatkan prioritas utama untuk segera ditindaklanjuti antara lain kelurahan-kelurahan Arab Melayu, Jelmu, Orang Kayo Hitam, Legok, Sulanjana, Budiman dan Rajawali.

21

RINGKASAN EKSEKUTIF Buku Putih Sanitasi Kota Jambi - 2007

5.

KESIMPULAN DAN PENUTUP

Kota Jambi sebagai ibukota Propinsi Jambi, saat ini belum memiliki Strategi Sanitasi tingkat kota. Penanganan Sanitasi di tingkat kota masih dilakukan secara sektoral oleh SKPD kota dengan arah dan prioritas yang tidak terpadu. Hal ini di masa datang tentunya akan menghadapi permasalahan Sanitasi yang semakin kompleks sejalan dengan perkembangan kota mengikuti perannya sebagai pusat kegiatan perdagangan, transportasi, industri dan jasa di Propinsi Jambi. Dalam menyongsong perkembangan kota seperti disebutkan diatas, tentunya membutuhkan sarana dan prasarana penanganan sanitasi kota yang terpadu dan terencana dengan baik. Untuk mengantisipasi dampak buruk yang akan timbul akibat buruknya sanitasi kota, maka Pokja Sanitasi kota Jambi berupaya menyusun Buku Putih yang sumbernya dari berbagai SKPD yang nantinya akan dipakai sebagai dasar untuk menyusun Strategi Sanitasi tingkat Kota Jambi.

22