PH 1 Lapkas-Scabies

download PH 1 Lapkas-Scabies

of 14

Transcript of PH 1 Lapkas-Scabies

LAPORAN KASUSSCABIES

Pembimbing:dr. Hasni Mukti

Oleh :Mutiara Aulia09310263

SMF ILMU KESEHATAN MASYARAKATUNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG UPTD PUSKESMAS CIPEDES KOTA TASIKMALAYATAHUN 2014

BAB ISTATUS PASIEN1.1. IDENTITAS PASIENNama Lengkap: An. A.HUsia: 12 Tahun Jenis Kelamin: Laki-laki Agama: IslamNama Orangtua: Tn. J/ Ny. SAlamat: Bj. TrituraPekerjaan : Pelajar Pendidikan : SMPTgl pemeriksaan: 3 Agustus 2014

1.2. ANAMNESIS (Autoanamnesis/ Alloanamnesis)KeluhanUtamaGatal-gatal pada seluruh tubuh.Keluhan TambahanKulit bersisik,bintik kemerahan dan luka bekas garukan yang berwarna kehitaman Riwayat Penyakit SekarangPasien datang dengan keluhan gatal pada seluruh tubuh sejak 1 bulan lalu. Awalnya gatal timbul di daerah kaki kemudian timbul gelembung kecil berisi cairan pada paha, karena gatal pasien sering menggaruknya, gelembung tersebut menjadi pecah dan menghitam seperti bekas luka dan menyebar ke seluruh tubuh. Gatal terutama dirasakan saat malam hari. Keluhan disertai dengan bintik kemerahan pada kulit dan kulit seperti bersisik.Pasien merupakan pelajar SMP, pasien bersekolah di pesantren dan tinggal di pesantren bersama dengan 20 orang dalam 1 kamar & hampir semua teman sekamar pasien menderita penyakit kulit yang sama. Pasien mengaku kadang bertukar pakaian dengan teman sekamarnya. Pasien mandi 3 kali dalam 1 hari.Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat penyakit kulit seperti ini sebelumnya disangkal Pasien mengaku pernah sakit cacar 3 bulan yang lalu Riwayat di gigit serangga disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga: Riwayat penyakit kulit seperti pasien atau penyakit kulit lainnya disangkal Riwayat alergi disangkalRiwayat Alergi : Pasien memiliki alergi makananRiwayat Pengobatan:Pasien menggunakan bedak caladine untuk mengurangi gatal. Riwayat Psikososial :Pasien merupakan pelajar SMP, pasien bersekolah di pesantren dan tinggal di pesantren bersama dengan 20 orang dalam 1 kamar & hampir semua teman sekamar pasien yang menderita penyakit kulit yang sama.

1.3. PEMERIKSAAN FISIKKeadaan umum: BaikKesadaran: composmentisTandaVital Tekanan darah: tidak dilakukan Nadi: tidak dilakukan Suhu: tidak dilakukan Pernapasan: tidak dilakukanStatus GeneralisataKepala : Rambut: tidak ada kelainan Mata : tidak ada kelainan Hidung: tidak ada kelainan Mulut: tidak ada kelainanLeher KGB: tidak ada kelainan Kelenjartiroidtidak ada kelainanThoraks: tidak ada kelainanAbdomen: tidak ada kelainanEkstremitas: tidak ada kelainanStatus Dermatologi Efloresensi : Papul, vesikel, kunikulus, krusta, ekskoriasi, hiperpigmentasi, Lokasi : Perut, lengan atas, pergelangan tangan, sela jari tangan, tungkai bawah, bokong Distribusi : Regional Lesi : Multipel, tidak teratur Ukuran : Miliar sampai dengan numular Batas : Tegas Permukaan : Menonjol

RESUMEAnak laki-laki usia 12 th datang dengan keluhan gatal pada seluruh tubuh sejak 1 bulan lalu. Awalnya gatal timbul di daerah ka ki kemudian timbul gelembung kecil berisi cairan pada paha, karena gatal pasien sering menggaruknya, gelembung tersebut menjadi pecah dan menghitam seperti bekas luka dan menyebar ke seluruh tubuh. Gatal terutama dirasakan saat malam hari. Keluhan disertai dengan bintik kemerahan pada kulit, dan kulit seperti bersisik.Pasien tinggal di pesantren dengan 20 orang dalam 1 kamar & hampir semua teman sekamar pasien yang menderita penyakit kulit yang sama. Pasien memiliki riw. alergi

Status Demografi Efloresensi : Papul, vesikel, kunikulus, krusta, ekskoriasi, hiperpigmentasi, Lokasi : Perut, lengan atas, pergelangan tangan, sela jari tangan, tungkai bawah, bokong Distribusi : Regional Lesi : Multipel, tidak teratur Ukuran : Miliar sampai dengan numular Batas : Tegas Permukaan : Menonjol

1.4. DIAGNOSISDiagnosis Kerja: SkabiesDiagnosis Banding: Prurigo Pedikulosis korporis1.5. PENATALAKSANAAN Medikamentosa Permetrin 5% krim Non-Medikamentosa Meningkatkan kebersihan perorangan dan lingkungan Mencuci/menjemur alat-alat tidur Tidak memakai handuk/ pakaian bersama-sama 1.6. PROGNOSIS Quo ad vitam: ad bonam Quo ad fungsionam: ad bonam Quo ad sanactionam: ad bonam

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. DEFINISISarcoptes scabiei termasuk filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis. Kecuali itu terdapat S. scabiei yang lainnya pada kambing dan babi.Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitasi terhadap sarcoptes scabiei varian homonis dan produknya. Beberapa sinonim penyakit ini yaitu : Kudis, the Itch, guding, budukan, gatal agogo.2.2. EPIDEMIOLOGISkabies merupakan penyakit epidemic pada banyak masyarakat, ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemik scabies. Faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini antara lain social ekonomi yang rendah, hygiene yang buruk, hubungan seksual dan sifatnya promiskuitas (ganti-ganti pasangan), kesalahan diagnosis dan perkembangan demografi serta ekologi. Penyakit ini banyak di jumpai pada anak dan orang dewasa muda, tetapi dapat juga mengenai semua umur, insidensi sama pada pria dan wanita.Cara Penularan1. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit) misalnya berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual.2. Kontak tak langsung (melalui benda) misalnya pakaian, handuk, sprei, bantla, dan lain-lain.Penularannya biasanya oleh Sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi atau kadang-kadang oleh bentuk larva. Dikenal pula Sarcoptes scabiei var. animalis yang kadang-kadang dapat menulari manusia, terutama pada mereka yang banyak memelihara binatang peliharaan misalnya anjing.2.3. ETIOLOGISarcoptes scabiei termasuk filum arthopoda kelas arachnida, ordo ackarina, superfamili sarcoptes, pada manusia disebut sarcoptes scabiei var homini. Selain itu terdapat S. scabiei yang lainnya pada kambing dan babi.Secara marfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata, tunggau ini translusen, berwarna putih kotor dan tidak bermata tungau betina panjangnya 300-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan tungau jantan lebih kecil kurang lebih setengahnya yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki dan bergerak dengan kecepatan 2,5 cm permenit di permukaan kulit.

Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 812 hari.2.4. PATOGENESISKelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang kuat, menyebabkan kulit timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau. Siklus hidup tungau paling cepat terjadi selama 30 hari dan selama itu juga tungau-tungau tersebut berada dalam epidermis manusia. Tungau yang berpindah ke lapisan kulit teratas memproduksi substansi proteolitik (sekresi saliva) yang berperan dalam pembuatan terowongan dimana saat itu juga terjadi aktivitas makan dan pelekatan telur pada terowongan tersebut. Tungau-tungau ini memakan jaringan-jaringan yang hancur, namun tidak mencerna darah. Feses (Scybala) tungau akan ditinggalkan di sepanjang perjalanan tungau menuju ke epidermis dan membentuk lesi linier sepanjang terowongan.2.5. GEJALA KLINIS SKABIES Gejala yang ditunjukkan adalah warna merah, iritasi dan rasa gatal pada kulit yang umumnya muncul di sela-sela jari, siku, selangkangan, dan lipatan paha. Gejala lain adalah munculnya garis halus yang berwarna kemerahan di bawah kulit yang merupakan terowongan yang digali Sarcoptes betina. Gejala lainnya muncul gelembung berair (vesikel) pada kulit. Gambar lesi skabiesAda 4 tanda cardinal (Handoko, R, 2005) :a. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.b. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena, walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).c. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan ini ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimarf (pustule, ekskoriasi dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae (wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria) dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.d. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostic. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal tersebut.

2.6. PEMERIKSAAN PENUNJANGUntuk menemukan tungau dapat dilakukan dengan beberapa cara:1. Kerokan kulit dapat dilakukan di daerah sekitar papula yang lama maupun yang baru. Hasil kerokan diletakkan di atas kaca objek dan ditetesi dengan KOH 10% kemudian ditutup dengan kaca penutup dan diperiksa di bawah mikroskop. Diagnosis scabies positif jika ditemukan tungau, nimpa, larva, telur atau kotoran S. scabiei. 2. Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung pada kertas putih kemudian dilihat dengan kaca pembesar. 3. Dengan membuat biopsy irisan, yaitu lesi dijepit dengan 2 jari kemudian dibuat irisan tipis dengan pisau kemudian diperiksa dengan mikroskop cahaya.4. Dengan biopsy eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan Hematoxylin Eosin.Tes tinta pada terowongan di dalam kulit dilakukan dengan cara menggosok papula menggunakan ujung pena yang berisi tinta. Papula yang telah tertutup dengan tinta didiamkan selama dua puluh sampai tiga puluh menit, kemudian tinta diusap/ dihapus dengan kapas yang dibasahi alkohol. Tes dinyatakan positif bila tinta masuk ke dalam terowongan dan membentuk gambaran khas berupa garis zig-zag.Strategi lain untuk melakukan diagnosis scabies adalah videodermatoskopi, biopsi kulit dan mikroskopi epiluminesken. Videodermatoskopi dilakukan menggunakan sistem mikroskop video dengan pembesaran seribu kali dan memerlukan waktu sekitar lima menit. Umumnya metode ini masih dikonfirmasi dengan basil kerokan kulit. Pengujian menggunakan mikroskop epiluminesken dilakukan pada tingkat papilari dermis superfisial dan memerlukan waktu sekitar lima menit serta mempunyai angka positif palsu yang rendah. Kendati demikian, metode-metode diagnosis tersebut kurang diminati karena memerlukan peralatan yang mahal.2.7. DIAGNOSIS BANDING Penyakit skabies juga ada yang menyebutnya sebagai the great imitator karena dapat mencakup hampir semua dermatosis pruritik berbagai penyakit kulit dengan keluhan gatal. Adapun diagnosis banding yang biasanya mendekati adalah prurigo, pedikulosis corporis, dermatitis dan lain-lain.2.8. PENGOBATAN1. Belerang endap (sulfur presipitatum), dengan kadar 4-20% dalam bentuk salep atau krim. Karena tidak efektif terhadap stadium telur, maka penggunaannya tidak boleh kurang dari 3 hari. Dapat dipakai pada bayi berumur kurang dari 2 tahun.Cara pemakaiannya: sangat sederhana, yakni mengoleskan salep setelah mandi ke seluruh kulit tubuh selama 24 jam selama tiga hari berturut-turut.Keuntungannya: Bila kontak dengan jaringan hidup, preparat ini akan membentuk hydrogen sulfide dan pentathionic acid (CH2S5O6) yang bersifat germicid dan fungicid. Secara umum sulfur bersifat aman bila digunakan oleh anak-anak, wanita hamil dan menyusui serta efektif dalam konsentrasi 2,5% pada bayi. Kerugian/Efek samping: pemakaian obat ini adalah bau tidak enak, mewarnai pakaian dan kadang-kadang menimbulkan iritasi.2. Emulsi benzil-benzoat (20-25%) Benzil benzoat adalah ester asam benzoat dan alkohol benzil yang merupakan bahan sintesis balsam peru. Cara Kerja: Benzil benzoat bersifat neurotoksik pada tungau skabies.Cara Pemakaian: Digunakan sebagai 25% emulsi dengan periode kontak 24 jam dan pada usia dewasa muda atau anak-anak, dosis dapat dikurangi menjadi 12,5%. Efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama tiga hari. Benzil benzoate sangat efektif bila digunakan dengan baik dan teratur dan secara kosmetik bisa diterima. Efek samping dari benzil benzoate dapat menyebabkan dermatitis iritan pada wajah dan skrotum, karena itu penderita harus diingatkan untuk tidak menggunakan secara berlebihan. Penggunaan berulang dapat menyebabkan dermatitis alergi. Terapi ini dikontraindikasikan pada wanita hamil dan menyusui, bayi, dan anak-anak kurang dari 2 tahun. Tapi benzil benzoate lebih efektif dalam pengelolaan resistant crusted scabies.3. Gama benzena heksa klorida (gameksan=gammexane ; LindaneCara Kerja: Lindane juga dikenal sebagai hexaklorida gamma benzena, adalah sebuah insektisida yang bekerja pada sistem saraf pusat (SSP) tungau. Lindane diserap masuk ke mukosa paru-paru, mukosa usus, dan selaput lendir kemudian keseluruh bagian tubuh tungau dengan konsentrasi tinggi pada jaringan yang kaya lipid dan kulit yang menyebabkan eksitasi, konvulsi, dan kematian tungau. Lindane dimetabolisme dan diekskresikan melalui urin dan feses.Cara Pemakaian: Lindane tersedia dalam bentuk krim, lotion, gel, tidak berbau dan tidak berwarna. Pemakaian secara tunggal dengan mengoleskan ke seluruh tubuh dari leher ke bawah selama 12-24 jam dalam bentuk 1% krim atau lotion. Setelah pemakaian dicuci bersih dan dapat diaplikasikan lagi setelah 1 minggu. Hal ini untuk memusnahkan larva-larva yang menetas dan tidak musnah oleh pengobatan sebelumnya. Beberapa penelitian menunjukkan penggunaan Lindane selama 6 jam sudah efektif. Dianjurkan untuk tidak mengulangi pengobatan dalam 7 hari, serta tidak menggunakan konsentrasi lain selain 1%.Efek Samping: Efek samping lindane antara lain menyebabkan toksisitas SSP, kejang, dan bahkan kematian pada anak atau bayi walaupun jarang terjadi. Tanda-tanda klinis toksisitas SSP setelah keracunan lindane yaitu sakit kepala, mual, pusing, muntah, gelisah, tremor, disorientasi, kelemahan, berkedut dari kelopak mata, kejang, kegagalan pernapasan, koma, dan kematian. Beberapa bukti menunjukkan lindane dapat mempengaruhi perjalanan fisiologis kelainan darah seperti anemia aplastik, trombositopenia, dan pancytopenia.4. Krotamiton 10% Krotamion (crotonyl-N-etil-o-toluidin) digunakan sebagai krim 10% atau lotion. Cara pemakaian: Hasil terbaik telah diperoleh bila diaplikasikan dua kali sehari selama lima hari berturut-turut setelah mandi dan mengganti pakaian dari leher ke bawah selama 2 malam kemudian dicuci setelah aplikasi kedua.Efek samping yang ditimbulkan berupa iritasi bila digunakan jangka panjang.Beberapa ahli beranggapan bahwa Krotamiton krim ini tidak memiliki efektivitas yang tinggi terhadap skabies. Krotamiton 10% dalam krim atau losion, tidak mempunyai efek sistemik dan aman digunakan pada wanita hamil, bayi dan anak kecil.5. Permetrin dengan kadar 5% Cara kerja: Merupakan sintesa dari pyrethroid dan bekerja dengan cara mengganggu polarisasi dinding sel saraf parasit yaitu melalui ikatan dengan natrium. Hal ini memperlambat repolarisasi dinding sel dan akhirnya terjadi paralise parasit. Obat ini merupakan pilihan pertama dalam pengobatan scabies karena efek toksisitasnya terhadap mamalia sangat rendah dan kecenderungan keracunan akibat kesalahan dalam penggunaannya sangat kecil. Hal ini disebabkan karena hanya sedikit yang terabsorpsi di kulit dan cepat dimetabolisme yang kemudian dikeluarkan kembali melalui keringat dan sebum, dan juga melalui urin. Belum pernah dilaporkan resistensi setelah penggunaan obat ini.Cara pemakaian: Permethrin tersedia dalam bentuk krim 5%, yang diaplikasikan satu kali selama 10 jam dan setelah itu dicuci bersih. Apabila belum sembuh bisa dilanjutkan dengan pemberian kedua setelah 1 minggu. Permethrin jarang diberikan pada bayi-bayi yang berumur kurang dari 2 bulan, wanita hamil dan ibu menyusui. Wanita hamil dapat diberikan dengan aplikasi yang tidak lama sekitar 2 jam.Efek samping: jarang ditemukan, berupa rasa terbakar, perih dan gatal, namun mungkin hal tersebut dikarenakan kulit yang sebelumnya memang sensitive dan terekskoriasi.2.9. PENCEGAHANDiagnosis dini dan penatalaksanaan dengan scabisida yang efektif untuk penderita dan kontak seksual/ rumah tangga merupakan kunci pencegahan. Pencegahan skabies pada manusia dapat dilakukan dengan cara menghindari kontak langsung dengan penderita dan mencegah penggunaan barang-barang penderita secara bersama-sama. Pakaian, handuk dan barang-barang lainnya yang pernah digunakan oleh penderita harus diisolasi dan dicuci dengan air panas. Pakaian dan barang-barang asal kain dianjurkan untuk disetrika sebelum digunakan. Sprai penderita harus sering diganti dengan yang baru maksimal tiga hari sekali. Benda-benda yang tidak dapat dicuci dengan air (bantal, guling, selimut) disarankan dimasukkan ke dalam kantung plastik selama tujuh hari, selanjutnya dicuci kering atau dijemur di bawah sinar matahari sambil dibolak batik minimal dua puluh menit sekali. Kebersihan tubuh dan lingkungan termasuk sanitasi serta pola hidup yang sehat akan mempercepat kesembuhan dan memutus siklus hidup S. scabiei. Umumnya, penderita masih merasakan gatal selama dua minggu pascapengobatan. Kondisi ini diduga karena masih adanya reaksi hipersensitivitas yang berjalan relatif lambat. Apabila lebih dari dua minggu masih menunjukkan gejala yang sama, maka dianjurkan untuk kembali berobat karena kemungkinan telah terjadi resistensi atau berkurangnya khasiat obat tersebut. Kegagalan pengobatan pada skabies krustasi secara topikal diduga karena obat tidak mampu berpenetrasi ke dalam kulit akibat tebalnya kerak.

2.10. PROGNOSIS Keberhasilan pengobatan skabies dan pemberantasan penyakit tersebut tergantung pada pemilihan efektif, pemakaian obat yang benar, serta menghilangkan faktor predisposisi.

DAFTAR PUSTAKA1. Djuanda, A., Hamzah,M. Aisah, S. 2008 Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi kelima. Cetakan ke 3. Jakarta. Balai Penerbit FK UI.2. http://repository.usu.ac.id/bitstream3. http://mhendr.blogspot.com/2012/11/makalah-skabies.html4. http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/12/skabies-atau-scabies-referat.html

1