Perspektif sejarah dan Filosopi Riset Pada Akun kepri-1.docx

download Perspektif sejarah dan Filosopi Riset Pada Akun kepri-1.docx

of 21

Transcript of Perspektif sejarah dan Filosopi Riset Pada Akun kepri-1.docx

1. FEODALISME DAN KAPITALISMESemua sistem ekonomi yang ditandai dengan hubungan sosial dasar antara mereka yang menggunakan wewenang dan semua orang yang mentaati dan antara mereka yang memiliki alat produksi dan mereka yang tidak. Pemeriksaan sejarah perkembangan hubungan-hubungan sosial akan memberi kita gagasan tentang asumsi yang mendasari tentang perilaku manusia yang telah ditandai bisiness, ekonomi, dan akuntansi. Kita akan mulai dengan kontras kapitalisme dengan urutan feodal yang diganti. Hal ini sangat relevan karena perubahan dari feodalisme ke kapitalisme telah menjadi perubahanbesar di zaman modern. Semua revolusi lain pucat oleh perbandingan. Kemudian, kita akan kontras asumsi tentang perilaku manusia yang dicirikan tahap awal kapitalisme dengan orang-orang dari tahap lanjutan yang menjadi ciri negara-negara bersatu dan negara-negarabarat lainnya pada 1980-an.

a. FeodalismeFeodalisme berasal dari bahasa latin feodum yang artinya tanah. Istilah feodalisme muncul di Eropa, khususnya di Inggris pada abad keemasan ketika negara Inggris berada di puncak kejayaan dan menjadi imperialisme yang kuat. Imperialisme muncul setelah era kejayaan Romawi runtuh yang diawali pecahnya wilayah Romawi menjadi Romawi Barat dan Romawi Timur. Konsep feodalisme mengacu pada kekuasaan kalangan aristokrat yakni keluarga raja di Inggris. Dalam penggunaan bahasa sehari-hari istilah feodalisme sering digunakan untuk memaknai perilaku negatif seorang penguasa yang selalu ingin dihormati dan cenderung ingin mempertahankan nilai lama yang sudah mulai ditinggalkan. Feodalisme juga sering ini dimaknai sebagai perilaku penguasa yang tidak demokratis dan berusaha sekuat tenaga mempertahankan dinasti kekuasaannya. Dalam konteks Indonesia istilah feodalisme oleh Cliffort Geertz digunakan untuk menjelaskan karakteristik feodal kalangan priyayi di Indonesia khususnya suku Jawa. Dalam bukunya Priyayi, Santri, dan Abangan, Cliffort Geertz mengulas tentang kekuasaan feodal yang tersirat dalam tiga kelas kasta di Indonesia.Istilahfeodalismedipakai sejak abad ke-17 & oleh pelakunya sendiri tidak pernah dipakai. Semenjak tahun 1960-an, para sejarawan memperluas penggunaan istilah ini dengan memasukkan pula aspek kehidupan sosial para pekerja lahan di lahan yang dikuasai oleh tuan tanah, sehingga muncul istilahmasyarakat feodal.Karena penggunaan istilahfeodalismesemakin lama semakin berkonotasi negatif, oleh para pengkritiknya istilah ini sekarang dianggap tidak membantu memperjelas keadaan & dianjurkan untuk tidak dipakai tanpa kualifikasi yang jelas.Feodalismeadalah struktur pendelegasian kekuasaan sosiopolitik yang dijalankan kalangan bangsawan/monarki ukt mengendalikan berbagai wilayah yang diklaimnya melalui kerja sama dengan pemimpin-pemimpin lokal sebagai mitra.Dalam pengertian yang asli, struktur ini disematkan oleh sejarawan pada sistem politik di Eropa pada Abad Pertengahan, yang menempatkan kalangan kesatria & kelas bangsawan lainnya (vassal) sbgpenguasa kawasanatau hak tertentu (disebut fief atau, dalam bahasa Latin, feodum) yang ditunjuk oleh monarki (biasanya raja atau lord). Dalam penggunaan bahasa sehari-hari di Indonesia, seringkali kata ini digunakan untuk merujuk pada perilaku-perilaku negatif yang mirip dengan perilaku para penguasa yang lalim, seperti kolot, selalu ingin dihormati, atau bertahan pada nilai-nilai lama yang sudah banyak ditinggalkan. Arti ini sudah banyak melenceng dari pengertian politiknya. Spirit karakteristik kekuasaan ala feodalisme melanggengkan kekuasaan melalui politik kekerabatan dan kekeluargaan yang saat ini sering disebut politik dinasti. Antara feodalisme dan politik dinasti tertangkap nilai yang menunjukkan tendensi untuk membangun suatu kekuasaan dengan mempertahankan tradisi turun-temurun atau masih dalam lingkungan kerabat dekat.

FEODALISME MENUMBUHKAN MENTAL MISKINIndonesia merupakan Negara yang kaya akan sumber daya alam. Namun ternyata kekayaan tidakbisa membuat bangsa inikeluar dari kemiskinan. Masih banyak masyarakat yang hidup dalam kemiskinan. Kemiskinan ini disebabkan selain karena faktor struktural yang tidak member kesempatan masyarakat untuk mengakses sektor sektor kehidupan, namun juga disebabkan oleh nilai nilai budaya yang dianut oleh masyarakat. salah satunya adalah budaya feodalisme, dimana masyarakat selalu berorientasi ke atasan, senior, dan pejabat untuk dimintai restunya ketika akan melakukan kegiatan atau usaha. Budaya ini mengakibatkan masyarakat menjadi terkungkung, kurang kreatif karena selalu menurut pada atasan. Akibatnya yang mendapatkan keuntungan hanya kelas atas yang jumlahnya sedikit, sementara kelompok bawah yang mayoritas tidak mendapat apa apa danakan selalu hidupdalam keterbatasan. Soluisnya adalah dengan menanamkan budaya egaliter dan demokrasi secara utuh. Dengan hal itu akan memberi kesempatan setiap individu untukdapat berkreasi dan tidak selalu terbelenggu oleh perintah atasan.

BUDAYA FEODALISMEKultur feodalisme itulah yang menjadi salah satu penyebab kita tidak bisa melakukan pemilu secara efektif dan efisien. Banyak calon anggota legislatif menggunakan gelar kultural, sepertiraden mas, untuk menarik pemilih. Saat gagal dalam pemilu, mereka merasa terhina. Perasaan itumuncul karena mereka menganggap dirinya berdarah biru. Mereka menganggap status dirinyalebih tinggi dari warga lain. Simak pertemuan-pertemuan umum. Bagaimana sapaan terhadappejabattinggi lalu turun ke strata paling rendah.Dari ini tercium bau kultur feodalisme. Coba juga cara pejabat melewati jalan raya. Merasa diri sebagai raja, yang memiliki status lebih tinggi dari orang lain. Maka, di Indonesia, slogan kesetaraan di hadapan hukum masih sekadar impian.Faktanya, banyak orang berpikir feodal, menempatkan diri atau orang lain pada status lebih tinggidaripada status orang pada umumnya.

FEODALISME EKONOMIHal yang sama berlaku dalam ekonomi. Semakin banyak uang dimiliki seseorang, semakin ia mendapat tempat istimewa atau lebih tinggi daripada orang lain. Uang bisa membeli segalanya. Hak asasi seseorang hanya bisa terpenuhi jika ia memiliki daya beli yang tinggi. Orang yang tidak punya uang, dianggap tidak memiliki daya beli tinggi, dinilai tidak layakmendapat hak-hak dasar. Uang membuat orang mendapatkan keistimewaan dari yang seharusnya diperoleh. Feodalisme ekonomi dan kultural juga menyuburkan korupsi. Jika orang itu punya gelartinggi di mata masyarakat, masyarakat umumnya takut menuntut mereka dengan tuduhan korupsi. Hal ini harus dihindari. Semua orang, baik bangsawan, pengusaha, pejabat, maupun professor, harus diadili dan dihukum jika terbukti definitif melakukan korupsi. Sedangkan akuntansi pada masa kelahiran feodalisme di EROPA mulai berkembang saling menopang dengan ekonomi kapitalis. Akuntansi melakukan kegiatan pencatatan dan member informasi bagi investor atau capitalist dan kreditor sehingga ia dapat memilih alternative yang paling menguntungkan baginya. Dengan akuntansi investor dapat mengawasi asset perusahaannya dan dapat mengembangkan modalnya sehingga semakin besar dan meluas. Perkembangan ekonomi yang pesat di Eropa menyebabkan para investor samapi menjelajah ke benua Amerika dan akhirnya belahan bumi ini menjadi daerah tumbuh ilmu akuntansi sampai sekarang.

CIRI-CIRI MASYARAKAT FEODAL1. Ditandai dengan adalnya lapisan atas Lord (tuan tanah) dan vassal (buruh)2. Penguasaan (segala aspek) lapisan atas terhap lapisan atas.3. Adanya kepatuhan (absolud) lapisan bawan terhadap lapisan atas.4. Nasib lapisan bawah sangat ditentukan oleh lapisan atas.5. Kekuasaan dan kewenangan hanya dimiliki oleh lapisan atas.6. Lapisan bawah tidak memiliki hak untuk berpendapat (tidak ada demokratisasi)7. Merupakan peralihan dari budak ke buruh.8. Lapisan atas memberikan perlindungan fisik dan nonfisik terhadap lapisan bawah sebai konsekuensi timbale balik lapisan bawah telah mengabdi kepada lapisan atas. 9. Sifat pelapisan sosialnya tertutup. 10. Sulit sekali terjadi mobilitas dari lapis bawah ke atas.

b. KapitalismeDikaitkan dengan perkembangan ekonomi budaya kapitalisme adalah budaya ekonomi yang mengidentikkan manusia sebagai makhluk ekonomi, memikirkan dirinya sendiri dengan tujuan pemenuhan hasrat pribadi dan kemakmuran. Sebetulnya budaya kapitalisme yang terbentuk pada awalnya memiliki tujuan sebagai sarana untuk beragama. Budaya kapitalisme yang religius dalam ilmu ekonomi ini dapat ditelusuripada pemikiran Saint ThomasAquinas(1225-1274) Max Weber (1905).Dalam bukunyaSumma TeologicaSaint Thomas Aquinas Seorang pendeta yang secara sistematis mempresentasikan teologi, moral, sosiologi, dan prinsip ekonomi yang dipengaruhi pendekatan Aristotelian, membahas doktrin ekonomi tentang doktrin pemikiran ekonomi yang menyangkut kepemilikan pribadi,the just price, tentang distributive justice, dan laranganrente (usury)atauimproper gains.Dijelaskan lebih lanjutThomas Aquinas mendukung kepemilikan pribadi dengan dasar pemikiran bahwa hal tersebut sesuai dengan hukum alam menurut alasan kemanusiaan, untuk menfaat kehidupan manusia. Dikatakan pula bahwaprivate productionakibat pengakuanprivate propertymemberikan stimulus yang lebih besar untuk aktivitas ekonomi dibandingkan dengan produksi bersama. Meski demikian, tidak lantas menjadi kepemilikan yang tidak terbatas seperti hukum Romawi. Aquinas merefleksikan idestewarship of wealth. Bahwa yang lain memiliki hak untuk dibagi. Aquinas memperbolehkan pula pengaturan pemerintah untuk barang publik. Kemudian Aquinas mengakui pula pentingnya kegiatan komersial dan tindakan yang realistik dari adanya insentif.Yang dipermasalahkan Aquinas dalam Summa Teologica adalah tentang just price, dengan pertanyaan, Whether a man maylawfully sell a thing for more than it is worth?. Profit, dalam hal ini yang moderat, diperbolehkan jika pedagang mempunyai maksud terhormat, sepertiself support, charity, danpublic service. Karena Aquinas tidak memberikan spesifikasi nilai suatu barang yang katanya tidak bias ditetapkan secara matematis, maka yang dimaksud dengan just price adalah harga berlaku yang terjadi di suatu tempat pada saat tertentu, yang ditentukan oleh perkiraan yang wajar(fair-minded estimate). Selanjutnya Aquinas melarang apa yang disebutimproper gainsyang dianggap sebagai rente.Tokoh selanjutnya Max Webber dalamThe protestant Ethics and the Spirit of Capitalism, mendukung gagasan, semangat, dan mentalitas kapitalisme yang bersumberdari ajaran agama. Manusia ditunjukkan sebagaihomo economicus, yaitu konsep yang daridulu hingga sekarang dalam hal penugasan kehidupan ekonomi adalah sesuai. Bahwatujuan hidup adalah mendapatkan kemakmuran dan kekayaan yang digunakan untuktugas melayani Tuhan. Webber menekankansikap memperhatikan kehidupan dengan berlaku hati-hati, bijaksana, rajin, dan bersungguh-sungguh dalam mengelola bisnis. Segi utama dari kapitalisme modern adalah memperoleh kekayaan sebanyak-banyaknya dikombinasikan dengan menghindari secara ketat terhadap pemakaian untuk bermewah-mewah. Prinsip ini mengungkapakan suatu tipe perasaan yang erat hubungannya dengan pemikiran keagamaan. Selanjutnya Weber menunjukkan suatu masyarakat yang sudah diwarnai oleh sifat mental kapitalis akan nampak pada kehidupan yang diarahkan pada alat produksi pribadi, perusahaan, perusahaan bebas, penghematan uang, dan mekanisme persaingan dan rasionalisasi pengelolaan bisnis. Jauh sebelum kemunculan Thomas Aquinas dan Max Weber, seorang filsuf Islam Ibn Khaldun telah menguraikan dengan detail mengenai aspek-aspek kapitalisme yang religius. Karyanya yang monumental,Muqaddimah, atauThe prologemaatauThe Introductiondikerjakan selama empat tahun (1375-1379) menggambarkan dengan jelas mengenai pemikiran-pemikirannya. Lingkup pemikirannya meliputi teori nilai, hukumsupplydandemand, produksi, distribusi dan konsumsi kekayaan, uang dan modal,division of labor,capital formationdan pertumbuhan ekonomi, perdagangan internasional,public finance, dan tanggung jawab ekonomi pemerintah. Rekomendasi kebijakannya didasari oleh analisisnya atas apa yang terjadi dengan mendasarkan padathe dictates of reason as well as ethics,menunjukkan pertimbangan positif sekaligus normatif. Ibn Khaldun mengakui peningnya institusi pengaturan dalam hal pembuatan kebijakan, pembuatan keuangan publik dan penjaminan dipenuhinya kebutuhan masyaraka. Berarti tidak untuk intervensi pasar dalam hal penentuan harga yang ditentukansupplydandemand. Karena,God is the controller of the price. Dalam hal dorongan atau insentif tindakan, seperti telah disebutkan diatas, tidak diragukan lagi bahwa Ibn Khaldun menekankan baik alasan rasional maupun moral.

Karakteristik Sistem kapitalismeBila dikaitkan dengan sistem ekonomi, penggunaan sistem kapitalisme setidaknya akan memunculkan lima karakteristik pokok. Lima karakteristik pokok tersebut menurut Pratama Rahardja (2001), diantaranya :1. Hak KepemilikanSebagian besar hak kepemilikan dalam sistem ekonomi kapitalis adalah hak kepemilikan individu/ swasta.2. Profit/ KeuntunganDalam masyarakat kapitalsi profit menjadian tujuan utama untuk mencapai kemakmuran atau secaa kasarnya adalah untuk memuaskan nafsu si pemiliki modal.3. KonsumerismeIstilah ini identik denganhedonisme, yaitu falsafah hidup yang mengajarkan untuk mencapai kepuasan sebesar-besarnya selama hidup di dunia ini.4. KompetisiSemangat ini telah muncul sejak jaman pemikiran Adam Smith dan J.B Say. Melalui konsep ini individu/ kelompok/ organisasi dituntut untuk selalu efisiensi agar dapat berkompetisi dengan yang lainnya.5. HargaKonsep harga ini diidentikkan dengan kelangkaan.

Bila kita bandingkan dengan ideologi lainnya seperti sosialis/ komunis dan lainnya terdapat beberapa perbedaan yang mendasar. Sebagai contoh budaya kapitalisme sekuler mengakui eksistensi Pencipta dan hari akhir, tetapi menafikkan perannya di dunia nyata sehingga manusia tidak wajib terikat dengan hukum-hukum Pencipta, kecuali dengan hukum-hukum buatan manusia, sedangkan budaya berideologikan sosialis komunis ala Karl Marx memandang kehidupan ini hanya materi belaka yang bersifat kekal, kehidupan ini hanyalah materi yang berevolusi (dialektika materialistik). Dalam konteks peran negara, Muh. Romzy (2001) dalam bukuSosialis Religiusberpendapat bahwa budaya kapitalisme memandang negara sebagai wahana untuk menerapkan hukum-hukum yang telah ditetapkan oleh parlemen atau lembaga legislatif, berbeda dengan sosialisme komunis, bagi ideologi ini negara adalah proses dari evolusi materialisme, negara adalah wahana temporer untuk menuju masyarakat tanpa negara dan tanpa kelas. Selanjutnya untuk sistem ekonomi kapitalisme dengan konsekuensinya yang memandang individu sebagai sebagai makhluk yang bebas, maka kepemilikan barang oleh individu menjadi hal yang wajar apakah itu barang tambang, hasil hutan dan kekayaan alam lainnya. Sehingga memunculkan fenomena monopoli dan kesenjangan ekonomi yang besar. Dalam budaya sosialis komunis konsep kepemilikan dihapuskan, sebab hanya negara saja yang berhak memiliki dan mengelola semua barang-barang komoditi atau uang yang ada.Menurut Zainal Abidin (2001), dalam masyarakat kapitalis kelas pemilik modal menentukan jenis dan jumlah produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak. Dengan demikian kelas pemilik modal pula yang menentukan eksistensi kaum buruh (proletar), karena dengan dikuasainya alat-alat produksi, maka kaum buruh secara ekonomis, politis dan bahkan kultural menajdi sangta tergantung pada kaun pemilik modal (borjuis). Berbeda dengan kapitalisme, marxisme/ komunisme menghendaki kepemilikan bersama atas alat-alat produksi, hal ini dapat mencegah terjadinya penindasan, ketidakadilan, alienansi dan dehumanisasi, khususnya pada kelas buruh.Sangat tampak sekali bahwa karakteristik yang muncul dalam sistem kapitalisme dan sistem lainnya seperti sosialis komunis lebih condong pada materialisme, sehingga tujuan awal dari falsafah kapitalisme mengalami pergeseran. Pergeseran konsep kapitalisme terjadi ketika masarenaissancemuncul di Eropa, beberapa ahli ekonomi mulai memisahkan ilmu pengetahuan dengan agama, sehingga muncul doktrin yang sangat terkenal hingga sekarang bahwa ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus bebas nilai. Dalam perkembangannya ilmu ekonomi harus bebas dengan nilai-nilai yang ada (agama, budaya, lingkungan dll), ilmu ekonomi menjadisatu kajian yang diukur dengan nilai rasionalitas, objektivitas dan ilmiah.. di sisi lain budaya kapitalisme mengalami kemajuan yang pesat ditandai dengan peristiwa revolusi industri hingga kemajuan teknologi yang dijadikan alat pendukung untuk memperkuat kapitalisme itu sendiri, dan yang lebih penting lagi adalah makna etis menjadi hal yang bias dalam praktek ekonomi kapitalis.

Dampak Sistem KapitalismeArief Budiman (1991) mengemukakan bahwa salah satu dampak budaya kapitalisme global adalah diciptakannya manusia-manusia yang serakah dan materialistis, sesuai dengan yang dibutuhkan oleh sistem kapitalisme. Produksi akan macet kalau manusia merasa sudah cukup dan tidak mau berkonsumsi lagi. Akibatnya, melalui iklan dan berbagai bentuk promosi lainnya manusia dibentuk menjadi berperilaku konsumeristis. Sikap serakah, materialistis, dan konsumeristis inilah yang mendorong orang untuk bekerja sekeras-kerasnya, demi memenuhi keinginannya yang tak kunjung terpuaskan. Kekayaan menjadi simbol status dalam sistem kapitalis. Ukuran tidak lagi pada kualitas manusianya, melainkan pada jumlah atau kuantitas harta yang dimiliikinya. Kejujuran tak lagi menjadi ukuran keluhuran perilaku. Sisi lain dari pengembangan sistem kapitalis adalah ditimbulkannya semangat individualistis, baik dalam berkonsumsi maupun berproduksi. Kolektivitas dan solidaritas dianggap tidak rasional. Kemampuan berkompetisi untuk meraih yang terbanyak, tertinggi, lalu berkonsumsi dalam jumlah banyak untuk meraih simbol status adalah tuntutan untuk bisa masuk dan bertahan dalam kehidupan sistem kapitalis. Akhirnya kapitalisme bukan lagi sekadar sistem perekonomian belaka, tetapi sudah mencampuri nilai-nilai kehidupan dan menentukan arah tujuan hidup. Dampak kapitalisme lainnya secara lebih luas menurut Prathama Rahardja (2001) diantaranya bahwa kapitalisme dapat memunculkan :1. Persaingan bebas (free competition). Hal ini menyebabkan memburuknya distribusi pendapatan di masyarakat, sehingga orang kaya akan semakin kaya dan sebaliknya orang miskin akan maikin miskin2. Dalam kenyataanya ada saling mengorbankan antara ujuan efisiensi dengan keadilan. Masyarakat kapitalis sangat mengagungkan efisiensi, sehingga tidak ada larangan bagi pengusaha untuk meningkatkan efisiensinya, termasuk terus-menerus mengurangi tenaga kerjadan menggantinya dengan peningkatan teknologi.3. Prinsip mekanisme pasar dengan invisible handnya dapat menciptakan imperialisme baru dalam bentuk perluasan kekuasaan ekonomi (merger, akuisisi dll).Lebih tajam lagi Benjamin R Barber (2003) dalam bukunyaJihad Vs Mc Worldmenyoroti sepak terjang kapitalisme dengan nada sinis sebagai ideologi yang paling menarik dan diminati suatu bangsa, selanjutnya Benjamin menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan besar menjadi pelaku utamadalam masalah-masalah global dan perannya lebih besar daripada sebuah negara. Perusahaan ini bukan hanya disebut sebagai perusahaan multinasional tapi telah menjadi tansnasional atau pascanasional bahkan menuju antinasional, karena melalui konsep globalisasi mereka menarik kembali gagasan tentang bangsa dan parokialisme lain yang membatasi mereka dalam ruang dan waktu. Lebih tajam lagi Zainal Abidin (2002) menyoroti dampak kapitalime dan filsafat positivisme secara umum bahwa jika tolak ukur pembangunan adalah kemajuan di bidang fisik material maka sasaran atau orientasi hidup manusia ditujukan untuk mendapatkan sebanyak-banyaknya kekayaan material, konsekuensi etis dari hal ini adalah masalah etika dan moral menjadi marginal, tujuan hidup manusia bukan lagi kebahagiaan dan kenikmatan kerja melainkan pada perolehan sebanyak-banyaknya hasil dalam waktu yang singkat, selanjutnya harga diri dan martabat seseorang atau suatu bangsa ditentukan oleh seberapa besar akses dan kontribusi ekonomi dan industri yang dimiliki oleh orang atau bangsa itu. Semakin besar akses dan kontribusi ekonomis dan politis seseorang atau suatu bangsa, semakin besar pula harga diri dan martabat orang atau bangsa itu. Kualitas dan kemanusian hanya merupakan nilai yang bersifat periafeal. Padahal jika merujuk pada pendapat dari Mahatma Gandhi dunia bisa memenuhi kebutuhan hidup umat manusia, tetapi tidak bisa memenuhi keserakahan manusia Sangat jelas sekali bahawa budaya kapitalise membawa manusia pada hidup yang bersifat serakah untuk pemuasan nafsu yang tak terbataskan.

Capitalisme Versus FeodalismeFeodalisme menekankan pada tradisi. Kapitalisme tidaklah tradisional. Feodalisme memenjarakan inovasi, sedangkan kapitalisme mengembangkannya. Dalam feodalisme, aktivitas ekonomi adalah untuk memenuhi kebutuhan saat itu saja. Kapitalisme memakai perencanaan dan penggunaan teknologi yang rasional.Dalam feodalisme terdapat kesetaraan sosial dalam sebuah kelas sosial yang sama, akan tetapi hal ini tidak berlaku untuk kelas sosial yang berlainan. Kapitalisme tidak memeperdulikan persamaan. Anak seorang juru ketik memiliki kesempatan yang sama dengan anak seorang tuan tanah untuk mencapai sukses dalam kerja. Kapitalisme menawarkan persamaan kesempatan.Pengharapan akankeadilan sosialadalah dasar dari imbalan ekonomis pada masa pertengahan Eropa. Dalam kapitalisme tidak ada pengharapan semacam itu. Yang ada adalah pemikiran mengenai penggajian yang bebas. Dalam kapitalisme ada istilah kami membayar pekerjaan, bukan orang.Kelangsungan hidup perusahaan, dan ilmu yang dibutuhkan untuk itu, adalah hal baru bagi pekerja yang digunakan dalam masyarakat tradisional dimana mereka berada kurang lebih adalah bos bagi mereka. Pekerja seringkali tidak menyukai sistem yang baru. Gaji yang rendah dan kkondisi pekerjaan yang payah. Baik mereka bekerja atau tidak, mereka tergolong bodoh atau tidak baik dan tidak dapat dibedakan dari masyarakat kebanyakan.Dalam feodalisme juga ada asumsiJust Price.Kapitalisme menggantikannya denganCompetitive Wagesdimana gaji terendah harus dapat memaksimalkanprofit( keuntungan). Kapitalisme menekankan pada tekanan dan tugas untuk bekerja keras. Sebuah motif yang sangat penting dari kapitalisme adalah pekerjaan untuk mengumpulkan harta/kekayaan.Ahli ekonomi mengatakan perkembangan pasarlah yang membawa semua itu. Mereka memiliki target untuk meningkatkan perdagangan, untuk sebuah serangkaian baru dari tekanan produktif yang sangat besar, untuk sebuah perubahan dalam hubungan sosial sebuah produksi dan untuk membebaskan pergerakan atau mobilitas tenaga kerja yang terhampar dalam banyak sisi peraturan-peraturan lama da hukum yang bertentangan dengan kapitalisme.Tinjauan keperilakuan menepatkannya pada pada kebangkitan dariSemangat Kapitalis. Ini adalah sebuah pemikiran bahwa seseorang akhirnya harus mengejar keuntungan untuknya sendiri dan harus merasionalisasikan semua hal dalam kehidupannya. Adam Smith, David Humme, dan Jeremy Benthara menganut dan menyebutnya doktrin yang menjelaskanSelf-Interest.Tinjauan keperilakuan menyediakan sebuahlinkyang penting : sebuah sistem nilai yang akan kompatibel dengan kapitalisme. Sistem nilai ini menjawab sebuah pertanyaan bahwa tidak ada penjelasan yang rasional : Mengapa seseorang bekerja sangat keras meskipun saat mereka sangat sejahtera? Max webber menganalisa tendensi ini dan menggolongkan bahwa ideologi dan nilai-nilai kapitalisme berakar pada Protestanisme. Nilai-nilai inherent dalam masa awal Calvinisme mempertajam pandangan dunia atas dunia kewirausahaan kelas menengah yang memulai kapitalisme

2. AKUNTANSI KEPERILAKUAN DARI PERSPEKTIF SDM (PEKERJA)Sumber daya manusia adalah kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki individu, perilaku dan sifatnya ditentukan oleh keturunan dan lingkungannya, sedangkan prestasi kerjanya dimotivasi oleh keinginan untuk memenuhi kepuasannya. Keberadaan sumber daya manusia dalam suatu organisasi merupakan aset yang berharga bagi organisasi itu sendiri. Keberhasilan suatu organisasi ditentukan dari kualitas orang-orang yang berada di dalamnya. SDM akan bekerja secara optimal jika organisasi dapat mendukung kemajuan karir mereka dengan melihat apa sebenarnya kompetensi mereka.Biasanya, pengembangan SDM berbasis kompetensi akan mempertinggi produktivitas karyawan sehingga kualitas kerja pun lebih tinggi pula dan berujung pada puasnya pelanggan dan organisasi akan diuntungkan. Kompetensi yang dimiliki seorang karyawan secara individual harus dapat mendukung pelaksanaan visi misi organisasi melalui kinerja strategis organisasi tersebut. Oleh karena itu kinerja individu dalam organisasi merupakan jalan dalam meningkatkan poduktivitas organisasi itu sendiriKompetensi sendiri dapat dipahami sebagai sebuah kombinasi antara ketrampilan (skill), atribut personal, dan pengetahuan (knowledge) yang tercermin melalui perilaku kinerja (job behavior) yang dapat diamati, diukur dan dievaluasi. Dalam sejumlah literatur, kompetensi sering dibedakan menjadi dua tipe, yakni soft competency atau jenis kompetensi yang berkaitan erat dengan kemampuan untuk mengelola proses pekerjaan, hubungan antar manusia serta membangun interaksi dengan orang lain.Fenomena yang seringkali terjadi adalah kinerja suatu perusahaan terganggu karena berbagai perilaku karyawan yang sulit dicegah terjadinya. Salah satu bentuk perilaku karyawan yang dapat mengganggu kinerja perusahaan adalah keinginan berpindah(turnover intentions)dimana karyawan memiliki keputusan untuk meninggalkan pekerjaannya. Tingginya tingkatturnoverdi dalam perusahaan akan mengakibatkan semakin banyak potensi biaya yang akan di keluarkan oleh perusahaan.Agar dapat bertanggung jawab, SDM diupayakan untuk dapatmeningkatkanjob performancedalam menjalankan profesinya. Tercapainyaperformanceyang baik tidak terlepas dari kualitas sumber daya manusia (SDM) yang baik pula.Terkait dengan peningkatanjob performanceprofesional, karakter pribadi profesional dan kondisi tempat profesional bekerja menjadi konsekuensi penting bagi perusahaan, bagi profesional itu sendiri, dan bagi pihak-pihak yang menggunakan jasa profesional tersebut. Beberapa karakter pribadi dan kondisi kerja profesional dapat menghasilkan tingkatjob performanceyang berbeda, keadaan psikologis yang berbeda, dan juga dapat mempengaruhi keputusan professional untuk tetap atau meninggalkan perusahaan (turnover). Dapat disimpulkan bahwa tidak hanya karakter pribadi yang mempengaruhi tindakan seseorang, tetapi juga dipengaruhi oleh lingkungan eksternal yang menentukan kebebasan seseorang.Para akuntan bekerja di perusahaan bisnis, perusahaan non-bisnis, atau pada perusahaan akuntan public. Akuntan-akuntan yang bekerja pada perusahaan bisnis maupun non-bisnis semuanya bertanggungjawab terhadap desain dan pemeliharaan system informasi akuntansi, perencanaan dan pengendalian keuangan, serta pelaporan terhadap pengguna intern maupun pengguna ekstern. Pelaporan kepada pengguna intern menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk memelihara dan mengembangkan efisiensi opersional dan profitabilitas perusahaan, mengembangkan perencanaan dan kebijakan-kebijakan perusahaan, serta pengambilan keputusan yang sifatnya sewaktu-waktu (non-rutin). Akuntansi Keperilakuan memandang SDM dari beberapa ruang lingkup, yaitu: (1) aplikasi dari konsep ilmu keperilakuan terhadap desain dan konstruksi system akuntansi, (2) studi mengenai reaksi terhadap format dan isi dari pelaporan akuntansi, (3) cara bagaimana informasi diproses untuk pengambilan keputusan, (4) pengembangan teknik pelaporan untuk mengkomunikasikan perilaku data kepada pengguna, (5) pengembangan strategi untuk memotivasi dan mempengaruhi perilaku, aspirasi, dan tujuan dari personal yang menjalankan organisasi

3. ASUMSI TENTANG PERILAKU MANUSIABaik ahli teori ekonomi klasik maupun ahli teori manajemen klasik berasumsi bahwa tujuan utama dari kegiatan bisnis adalah mencapai maksimisasi keuntungan dan bahwa anggota kelompok mau melakukan hal tersebut karena termotivasi oleh faktor ekonomi. Ahli teori ini mengasumsikan bahwa para pekerja akan terlibat dalam perilaku yang akan memaksimalkan pendapatan dan meminimalkan biaya.Dari asumsi tersebut, ahli teori selanjutnya berpendapat bahwa pekerjaan yang orang-orang lakukan pada dasarnya tidaklah menyenangkan dan mereka akan lebih memilih untuk menghindarinya bila memungkinkan.Orang-orang dalam teori ini diasumsikan malas dan tidak efisien, dan hanya dengan memberikan insentif lah yang dapat memotivasi orang untuk bekerja.Mengingat asumsi mengenai bisnis dan perilaku manusia yang seperti itu, maka dibuatlah sistem akuntansi pada saat itu untuk membantu manajemen memaksimalkan keuntungan, mengukur dan mengawasi kinerja perusahaan, dan merencanakan masa depan secara rasional.Dengan demikian, sebagai penyedia utama informasi kepada manajemen, akuntan dapat memilih informasi yang mereka dianggap paling berguna bagi manajemen.Mereka juga akan memutuskan bagaimana menyampaikan informasi tersebut dan kepada siapa informasi tersebut seharusnya diberikan.Teori organisasi modern memberikan pandangan yang berbeda dari asumsi tentang tujuan perusahaan bisnis dan perilaku anggota organisasi.Pertama, tidak ada tujuan utama, seperti maksimalisasi keuntungan.Apabila tujuan utama tersebut ada, hal itu dimungkinkan untuk kelangsungan hidup organisasi.Dalam pandangan teori organisasi modern, perusahaan bisnis mengejar banyak tujuan, yang bisa berubah karena lingkungan eksternal atau karena perubahan tujuan perusahaan akibat adanya dominasi dari anggota organisasi.Selain itu, dalam beberapa kasus, tujuan organisasi tertentu mungkin saja menimbulkan konflik dengan tujuan-tujuan lain sehingga tujuan awal perusahaan harus berubah.Singkatnya, tujuan perusahaan, menurut ahli teori modern, jauh lebih kompleks daripada tujuan perusahaan menurut ahli teori modern.Sama dengan tujuan perusahaan yang kompleks, ahli teori modern juga melihat perilaku manusia sebagai perilaku yang kompleks.Orang-orang sudah mulai tidak termotivasi lagi oleh insentif,tetapi sekarang ini orang-orang termotivasi oleh kondisi sosial, psikologis, dan kondisi ekonomi dan kebutuhan mereka. Motivasi ini berbeda antara orang yang satu dengan orang yang lainnya tergantung pada latar belakang dan kondisi kehidupan mereka saat itu.Ahliteori modern melihat pekerjaan sebagai penyaluran potensi diri untuk mendapatkan arti/makna dan kepuasan dalam hidup.Orang akan bekerja, dan menikmatinya, jika pekerjaan tersebut dapat memenuhi beberapa kebutuhan dasar mereka.Jadi, seharusnya manajer tidak membabi buta mengejar keuntungan yang lebih besar, tetapi manajer harus dapat menjadi pemecah masalah di dalam perusahaan, koordinator, dan pengambil keputusan peran-peran tersebut dimaksudkan untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan, baik jangka pendek maupun jangka panjang.Dalam pandangan asumsi seperti itu, akuntansi dipandang sebagai suatu sistem informasi yang menyediakan, data yang tepat dan relevan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan.Selanjutnya, supaya pemanfaatan berbagai perencanaan, pengendalian, dan laporan keuangan maksimal, sistem akuntansi harus didasarkan pada kesadaran akan kompleksitas perilaku manusia dan pemahaman tentang bagaimana orang akan cenderung untuk bereaksi terhadap informasi akuntansi.Ini berarti bahwa agar sistem akuntansi dapat bermanfaat bagi organisasi bisnis modern, maka sistem akuntansi tersebut harus dapat melaporkan lebih dari sekedar data keuangan, yaitu juga seluruh informasi mengenai sistem manajemen.Para akuntan yang merancang sistem tersebut harus menyadari sifat kompleksitas dari tujuan organisasi dan faktor sosial, psikologis, dan ekonomi yang mempengaruhi perilaku manusia.

Teori KlasikTeori ekomomi maupun manajemen klasik mengasumsikan bahwa tujuan utama dari aktifitas bisnis adalah memaksimalkan laba perusahaan begitu pula dengan anggota organisasi motivasi utamanya karena faktor ekonomi. Teori ini mengasumsikan bahwa seorang manajer akan disibukan dengan pekerjaan yang memaksimalkan pendapatan dan meminimalkan biaya. Teori ini juga mengasumsikan bahwa pekerjaan adalah tidak menyenangkan dan sebisa mungkin dihindari. Pekerja diasumsikan pemalas dan tidak effisien. Hanya insentif ekonomi (Gaji, Sertifikasi, Tunjangan) yang dapat memotivasi orang untuk bekerja. Berdasarkan asumsi ini, maka sistem akuntansi dibuat terstruktur untuk membantu manajemen memaksimalkan laba perusahaan., memastikan dan mengontrol kinerja, bahkan untuk merencanakan aksi perusahaan selanjutnya. Dalam Posisi ini seorang akuntan berperan sebagai penyedia informasi bagi manajemen dan menyeleksi informasi keuangan-yang paling berguna bagi manajemen, bahkan seorang akuntan dapat mengupdate informasi keuangan tersebut dan memutuskan untuk diberikan kepada siapa informasi tersebut.

Teori ModernTeori organisasi modern berbeda pandangan tentang asumsi dasar yang dibangun terutama tentang tujuan perusahaan dan perilaku anggota/pegawai didalamnya. Tidak ada tujuan utama seperti maksimalisasi laba perusahaan. Jika ada hanyalah bagaimana perusahaan atau organisasi tersebut agar survival dalam persaingan bisnis.Dalam pandangan teori organisasi modern , perusahaan memiliki banyak tujuan. Tujuan ini akan berubah sesuai dengan responnya terhadap lingkungan eksternal perusahaan dan perubahan perilaku yang didominasi oleh para pekerja dalam organisasi perusahaan. bahkan dalam beberapa kasus sangat dimungkinkan terjadinya konflik dengan tujuan yang lainnya.Tujuan dari Perusahaan berdasarkan teori modern lebih kompleks dibandingkan dengan teori klasik. Teori organisasi modern juga memandang perilaku manusianya lebih kompleks, yang tidak cuma termotivasi karena motif ekonomi atau tambahan insentif, pekerja lebih termotifasi karena faktor sosial, psikologi, dan dorongan kebutuhan ekonomi. Kekuatan masing masing faktor ini berbeda pada tiap orang tergantung pada latar belakang dan situasi kehidupan mereka saat ini.Teori modern memandang pekerjaan sebagai tempat mencurahkan segala potensi yang mereka miliki, menambah arti dan kepuasan dalam kehidupan mereka. Pekerja akan merasa bahagia, menikmatinya karena pekerjaan dapat memuaskan salah satu dari kebutuhan dasar mereka. Dari pada mengejar keuntungan yang besar, seorang manajer malah menjadiproblem solver, koordinator, dan pembuat keputusan tentang aksi yang akan dilakukan perusahan, penyeimbang baik dalam survivalnya sebuah perusahaan. dalam jangka pendek maupun jangka panjang.Akuntansi dalam hal ini lebih berperan sebagaiSistem Informasiyang digunakan oleh tiap jenjang manajemen dalam pembuatan keputusan mereka. Sehingga menghasilkan lebih banyak Rencana bisnis, Kontrol dan penggunaanlaporan keuanganuntuk keperluan yang lebih baik. Sistem akuntansi berdasarkan kesadaran akan kompleksitas perilaku manusia dan memahami bagaimana mereka bereaksi terhadap informasi akuntansi.Implikasinya adalah bahwa informasi akuntansi menjadi bermanfaat pada organisasi perusahaan modern, tidak hanya menyajikan data keuangan, lebih dari pada itu menjadi sistem informasi manajemen inklusif. Akuntan yang mendesainnya harus memahami kompleksitas tujuan organisasi, sosial, psikologi, dan faktor ekonomi yang mempengaruhi perilaku manusia.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MANUSIA Genetika (keturunan). Sikap (suatu ukuran tingkat kesukaan seseorang terhadap perilaku tertentu). Norma sosial (pengaruh tekanan sosial). Kontrol perilaku pribadi (kepercayaan seseorang mengenai sulit tidaknya melakukan suatu perilaku).

FAKTOR-FAKTOR PERSONAL YANG MEMPENGARUHI MANUSIADewasa ini ada dua macam psikologi sosial. Yang Pertama adalah Psikologi sosial (dengan huruf P besar) dan yang Kedua psikologi Sosial (dengan huruf S besar). Kedua pendekatan ini menekankan faktor-faktor psikologis dan faktor-faktor sosial. Atau dengan istilah lain faktor-faktor yang timbul dari dalam individu (faktor personal), dan faktor-faktor berpengaruh yang datang dari luar individu (faktor environmental). McDougall menekankan pentingnya faktor personal dalam menentukan interaksi sosial dalam membentuk perilaku individu. Menurutnya, faktor-faktor personallah yang menentukan perilaku manusia.Menurut Edward E. Sampson, terdapat perspektif yang berpusat pada persona (person-centered perspective) dengan perspektif yang berpusat pada situasi (situation-centered perspective). Seperti juga konsepsi tentang manusia, yang benar tampaknya interaksi di antara keduanya. dan perspektif yang berpusat pada situasi. Perspektif yang berpusat pada persona mempertanyakan faktor-faktor internal apakah, baik berupa instik, motif, kepribadian, sistem kognitif yang menjelaskan perilaku manusia. Secara garis besar terdapat dua faktor.1. Faktor BiologisFaktor biologis terlibat dalam seluruh kegiatan manusia, bahkan berpadu dengan faktor-faktor sosiopsikologis. Bahwa warisan biologis manusia menentukan perilakunya, dapat diawali sampai struktur DNA yang menyimpan seluruh memori warisan biologis yang diterima dari kedua orang tuanya. Begitu besarnya pengaruh warisan biologis ini sampai muncul aliran baru, yang memandang segala kegiatan manusia, termasuk agama, kebudayaan, moral, berasal dari struktur biologinya. Aliran ini menyebut dirinya sebagai aliran sosiobiologi (Wilson, 1975). Menurut Wilson, perilaku sosial dibimbing oleh aturan-aturan yang sudah diprogram secara genetis dalam jiwa manusia. Pentingnya kita memperhatikan pengaruh biologis terhadap perilaku manusia seperti tampak dalam dua hal berikut.a. Telah diakui secara meluas adanya perilaku tertentu yang merupakan bawaan manusia, dan bukan perngaruh lingkungan atau situasi.b. Diakui pula adanya faktor-faktor biologis yang mendorong perilaku manusia, yang lazim disebut sebagai motif biologis. Yang paling penting dari motif biologis adalah kebutuhan makan-minum dan istirahat, kebutuhan seksual, dan kebutuhan untuk melindungi diri dari bahaya.

2. Faktor SosiopsikologisKarena manusia makhluk sosial, dari proses sosial ia memperoleh beberapa karakteristik yang mempengaruhi perilakunya. Kita dapat mengkalsifikasikannya ke dalam tiga komponen.a. Komponen AfektifMerupakan aspek emosional dari faktor sosiopsikologis, didahulukan karena erat kaitannya dengan pembicaraan sebelumnya.b. Komponen KognitifAspek intelektual yang berkaitan dengan apa yang diketahui manusia.c. Komponen KonatifAspek volisional, yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak.

Tiga asumsi yang berhubungan tentang prilaku manusia.1. Prilaku itu mempunyai penyebab.Pandangan tentang sebab-akibat (causality) yaitu suatu pendapat bahwa perilaku manusia itu ada sebabnya, sebagaimana perilaku benda-benda alam yang di sebabkan oleh kekuatan yang bergerak pada benda-benda alam tersebut. Sebab musabab merupakan hal yang mutlak bagi paham bahwa lingkungan dan keturunan mempengaruhi prilaku dan bahwa apa yang ada di luar mempengaruhi apa yang ada di dalam.2. Prilaku itu mempunyai motivasi.Konsep tentang motivasi (motivation), yang melatarbelakangi prilaku, yang di kenal juga sebagai sesuatu desakan atau keinginan atau kebutuhan atau suatu golongan.3. Prilaku itu di motivasi oleh tujuan.Pandangan tentang arah atau tujuan (directedness) yaitu bahwa prilaku manusia tidak hanya disebabkan oleh sesuatu, tetapi juga menuju kearah sesuatu, atau mengarah kepada suatu tujuan, atau bahwa manusia pada hakikatnya ingin menuju kepada sesuatu.

Ketiga pandangan tersebut merupakan sumbangan bagi pemahaman tentang prilaku manusia. Dengan bantuan pandangan-pandangan tersebut, manusai bisa di pandang sebagai bagian dari suatu permainan ganda dari motif ke arah prilaku dan ke arah tujuan. Juga bermanfaat untuk meneliti rantaian sebab musabab yang pada umumnya membentuk suatu lingkaran yang tertutup.Ketiga asumsi tersebut di anggap saling berhubungan dalam suatu urutan yang melingkar: dari sebab ke motivasi dan kemudian ke arah tujuan. Tibanya seseorang kepada tujuan menghentikan sebab, sehingga menghilangkan motif, dengan demikian menghilangkan pula prilaku yang menuju kepada tujuan meskipun ada beberapa tujuan yang mungkin tidak terbatas.

22