Persepsi Penggunaan E-Government Service (Studi Kasus ...

16
Persepsi Penggunaan E-Government Service (Studi Kasus: Pengaruh Penggunaan E-filing Pajak Dalam SPT Tahunan Terhadap Perilaku Wajib Pajak) Kandha Aditya Sandjoyo, Sri Daryanti Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi, Univeritas Indonesia, Depok, 16424 Indonesia Email: [email protected] Abstrak Peranan teknologi internet di segala lini kehidupan masyarakat sudah tidak bisa dihindarkan. Dengan adanya kemudahan teknologi internet, pemerintah berusaha memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat hingga muncul istilah e-goverment. E-Government adalah penggunaan teknologi informasi oleh pemerintah untuk memberikan informasi dan pelayanan bagi warganya, urusan bisnis, serta hal-hal lain yang berkenaan dengan pemerintahan. Bagi pemerintah sendiri, peranan e-goverment membuat risiko dari korupsi, pelayanan ke masyarakat yang lebih cepat, dan biaya operasional menjadi berkurang. Kementerian Keuangan melalui Direktorat Jenderal Pajak bertanggung jawab atas penerimaan negara. Direktorat Jenderal Pajak mulai tahun 2012 memperkenal e-filing bagi wajib pajak pribadi guna melaporkan SPT Tahunan. Dengan adanya e-filing, diharapkan tingkat kepatuhan wajib pajak menjadi lebih tinggi dan potensi penerimaan menjadi lebih besar. Menggunakan aplikasi Lisrel sebagai pengolah data, intensi pengunaan e-filing paling tinggi dipengaruhi oleh relative advantage. Di antara perceived attribute diffusion on innovation, self-efficacy memiliki pengaruh signifikan terhadap relative advantage. Direktorat Jenderal Pajak seharusnya lebih gencar untuk mensosialisasikan manfaat dan kemudahan dari e-filing kedepannya guna meningkatkan tingkat intensi penggunaan e-filing. Dalam hal perbaikan penelitian, sampel penelitian kiranya dapat diperluas sehingga mengurangi bias gender dan profesi guna menghasilkan hasil yang lebih valid dan reliabel. Kata kunci: e-filing, self-efficacy, social norms, diffusion of innovation, relative advantage, trialability, compability, complexity, observability, e-goverment Perception On E-Goverment Service (Case Study: Effect Upon Taxpayers' Behaviour Due To Tax E-filing Usage On Annual Tax Report) Abstract The increasing role of the Internet within the society is inevitable. The Internet encourages government to provide excellent service for its citizenry, specifically through e-government facility. In this research, e- government is defined as utilization of Information Technology by the government to provide information and service to the population, to conduct business, and to administer other governance-related services. E- Government is advantageous for the public in general, for instance fastening service delivery, saving time and cost, and simplifying process. Specifically for the government, e-government also minimizes corruption, fastens public service, as well as saves significant operational costs. Ministry of Finance through the Directorate General of Taxation, which is responsible for managing government revenue, has been embracing the e- government notion. Since 2012, Directorate General of Taxation introduced e-filing for individual taxpayers to deliver their annual tax report electronically. Through e-filing, it is expected that level of tax compliance increases and so its potential revenues. Using Lisrel as data processing applications, intention of e-filing utilization is mostly influenced by relative advantage. Among perceived attribute diffusion on innovation, self- efficacy has a significant influence on the relative advantage. Directorate General of Taxation should promote benefits and convenience of e-filing to increase the level of intention of e-filing usage. In terms of improving the research, expanding sample size would reduce gender and profession biases thus results in more valid and reliable conclusions. Key words: e-filing, self-efficacy, social norms, diffusion of innovation, relative advantage, trialability, compability, complexity, observability, e-goverment Persepsi penggunaan ..., Kandha Aditya Sandjoyo, FEB UI, 2015

Transcript of Persepsi Penggunaan E-Government Service (Studi Kasus ...

Page 1: Persepsi Penggunaan E-Government Service (Studi Kasus ...

Persepsi Penggunaan E-Government Service (Studi Kasus: Pengaruh Penggunaan E-filing Pajak Dalam SPT Tahunan Terhadap Perilaku Wajib

Pajak)

Kandha Aditya Sandjoyo, Sri Daryanti

Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi, Univeritas Indonesia, Depok, 16424 Indonesia

Email: [email protected]

Abstrak

Peranan teknologi internet di segala lini kehidupan masyarakat sudah tidak bisa dihindarkan. Dengan adanya kemudahan teknologi internet, pemerintah berusaha memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat hingga muncul istilah e-goverment. E-Government adalah penggunaan teknologi informasi oleh pemerintah untuk memberikan informasi dan pelayanan bagi warganya, urusan bisnis, serta hal-hal lain yang berkenaan dengan pemerintahan. Bagi pemerintah sendiri, peranan e-goverment membuat risiko dari korupsi, pelayanan ke masyarakat yang lebih cepat, dan biaya operasional menjadi berkurang. Kementerian Keuangan melalui Direktorat Jenderal Pajak bertanggung jawab atas penerimaan negara. Direktorat Jenderal Pajak mulai tahun 2012 memperkenal e-filing bagi wajib pajak pribadi guna melaporkan SPT Tahunan. Dengan adanya e-filing, diharapkan tingkat kepatuhan wajib pajak menjadi lebih tinggi dan potensi penerimaan menjadi lebih besar. Menggunakan aplikasi Lisrel sebagai pengolah data, intensi pengunaan e-filing paling tinggi dipengaruhi oleh relative advantage. Di antara perceived attribute diffusion on innovation, self-efficacy memiliki pengaruh signifikan terhadap relative advantage. Direktorat Jenderal Pajak seharusnya lebih gencar untuk mensosialisasikan manfaat dan kemudahan dari e-filing kedepannya guna meningkatkan tingkat intensi penggunaan e-filing. Dalam hal perbaikan penelitian, sampel penelitian kiranya dapat diperluas sehingga mengurangi bias gender dan profesi guna menghasilkan hasil yang lebih valid dan reliabel.

Kata kunci: e-filing, self-efficacy, social norms, diffusion of innovation, relative advantage, trialability, compability, complexity, observability, e-goverment

Perception On E-Goverment Service (Case Study: Effect Upon Taxpayers' Behaviour Due To Tax E-filing Usage On Annual Tax Report)

Abstract

The increasing role of the Internet within the society is inevitable. The Internet encourages government to provide excellent service for its citizenry, specifically through e-government facility. In this research, e-government is defined as utilization of Information Technology by the government to provide information and service to the population, to conduct business, and to administer other governance-related services. E-Government is advantageous for the public in general, for instance fastening service delivery, saving time and cost, and simplifying process. Specifically for the government, e-government also minimizes corruption, fastens public service, as well as saves significant operational costs. Ministry of Finance through the Directorate General of Taxation, which is responsible for managing government revenue, has been embracing the e-government notion. Since 2012, Directorate General of Taxation introduced e-filing for individual taxpayers to deliver their annual tax report electronically. Through e-filing, it is expected that level of tax compliance increases and so its potential revenues. Using Lisrel as data processing applications, intention of e-filing utilization is mostly influenced by relative advantage. Among perceived attribute diffusion on innovation, self-efficacy has a significant influence on the relative advantage. Directorate General of Taxation should promote benefits and convenience of e-filing to increase the level of intention of e-filing usage. In terms of improving the research, expanding sample size would reduce gender and profession biases thus results in more valid and reliable conclusions.

Key words: e-filing, self-efficacy, social norms, diffusion of innovation, relative advantage, trialability, compability, complexity, observability, e-goverment

Persepsi penggunaan ..., Kandha Aditya Sandjoyo, FEB UI, 2015

Page 2: Persepsi Penggunaan E-Government Service (Studi Kasus ...

Pendahuluan Perubahan mendasar yang berkaitan dengan modernisasi pajak ini terjadi di tahun 2004 ketika DJP berusaha untuk memenuhi aspirasi Wajib Pajak dengan mempermudah tata cara pelaporan SPT. Hal itu ditandai dengan dikeluarkannya Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-88/PJ/2004 tanggal 14 Mei 2004 tentang penyampaian SPT secara Elektronik. Setelah sukses dengan program e-SPT pada tanggal 24 Januari 2005 bertempat di Kantor Kepresidenan, Presiden Republik Indonesia bersama-sama dengan DJP meluncurkan produk e-filing atau Electronic Filing System yaitu sistem pelaporan/penyampaian pajak dengan SPT secara elektronik (e-filing) yang dilakukan melalui sistem online yang real time. Pada tahun 2005-2011, e-filing hanya bisa digunakan untuk pelaporan SPT Masa Badan, bukan untuk SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi. Baru pada tahun 2013, e-filing dapat digunakan untuk pelaporan SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi. Pada tahun 2012, Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) mengeluarkan perbandingan individual e-filing rate dan internet penetration rate dinegara maju dan negara berkembang. Apabila dibandingkan dengan negara maju dan negara berkembang lainnya pada tahun 2012, Indonesia memiliki individual e-filing rate sebesar 0,03 persen dengan tingkat internet penetration rate sebesar 22 persen, dimana 36 persen dari pengguna internet merupakan usia 25-54 tahun. Sedangkan Afrika Selatan dengan internet penetration rate sebesar 17 persen memiliki individual e-filing rate 94 persen. Hal ini menunjukkan Indonesia memiliki pengguna internet yang berpotensi yang menggunakan e-filing, namun penggunaan e-filing masih dirasa kurang maksimal.

Tabel 1. Perbandingan Individual E-filing Rate dan Internet Penetration Rate Negara Berkembang dan Negara Maju tahun 2012

Negara Individual E-filing Rate pada tahun 2012(%)

Internet Penetration Rate pada tahun 2012 (%)

Argentina 100 67

Meksiko 100 37

Turki 99 46

Chili 99 59

Australia 92 88

Swedia 68 93

Afrika Selatan 94 17

Canada 46 83

Malaysia 25 90

Denmark 49 60 Indonesia 0,03 22

Sumber:OECD

Tantangan yang dihadapi oleh Direktorat Jenderal Pajak adalah berusaha meningkatkan jumlah pengguna e-filing wajib pajak pribadi. Walau jumlah pengguna e-filing dalam dua tahun ini meningkat, DJP merasa pengguna e-filing masih belum maksimal. Beberapa atribut turut memengaruhi wajib pajak dalam pengambilan keputusan untuk menggunakan e-filing

Persepsi penggunaan ..., Kandha Aditya Sandjoyo, FEB UI, 2015

Page 3: Persepsi Penggunaan E-Government Service (Studi Kasus ...

dalam pelaporan SPT Tahunan. Liang Shih Wu dan Lu His-peng (2013), menjelaskan bahwa self-efficacy, social norms, dan perceive attribute di dalam teori diffusion of innovation memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penggunaan e-filing. Keputusan wajib pajak untuk menggunakan salah satunya dipengaruhi self-efficacy, dimana tingkat keyakinan sesorang dalam menggunakan aplikasi baru (Wang, Yi-Shun, 2002). Self-efficacy akan turut pula memengaruhi pemikiran seseorang terhadap kemudahan penggunaan, manfaat yang didapatkan dan akibat dari pengunaan sistem tersebut (Igbaria, M., dan Iivari, J, 1995). Self-efficacy sendiri berasal dari teori Social Cognitive Theory yang dikemukan oleh Badura (1986) merupakan sebuah obvervational learning dimana seseorang akan banyak belajar perilaku melalui peniruan, bahkan tanpa adanya penguatan sekalipun yang kita terima. Terdapat hubungan antara timbal balik antara individu, lingkungan, dan perilaku individu yang dikenal dengan reciprocal determinism. Penggunaan e-filing juga turut dipengaruhi oleh social norms, yang merupakan pengaruh dari eksternal pengguna yang mendorong untuk melakukan sesuatu. Menurut Beck dan Ajzen (1991), social norms atau norma sosial memiliki pengertian seorang individu berpegang terhadap kebiasaan yang ada di lingkungan dan merubah kebiasaannya akibat adanya tekanan. Peran aktif pemerintah dituntut untuk meningkatkan atribut social norms. Teori diffusion of innovation, memiliki pengaruh yang terhadap penggunaan e-filing. Lima percieved attribute yang terdiri dari relative advantage, compability, complexity, trialability, dan observability, merupakan persepsi seseorang terhadap teknologi atau inovasi baru yang ditawarkan. Calon pengguna teknologi atau inovasi baru akan memandang persepsi ini sebagai pertimbangan sebelum memutuskan menggunakannya. Menurut Rogers (2003), diffusi of innovations terjadi melalui inovasi proses pengambilan keputusan ketika individu mulai memperoleh pengetahuan awal terkait inovasi tersebut dan kemudian memelajarinya sebelum mengambil keputusan untuk menggunakan inovasi. Dalam proses ini individu lulus lima tahap. Pertama, individu belajar tentang inovasi dan fungsi dasar pengetahuan, maka akan terbentuk persepsi apakah inovasi tersebut menguntungkan atau tidak menguntungkan sikap (persuasi), yang kemudian diikuti oleh keputusan untuk menerima atau menolak inovasi (keputusan), setelah itu individu akan mulai menggunakan inovasi tersebut. Tinjauan Teoritis E-Goverment Menurut World Bank (2011), e-government adalah peran pemerintah dengan menggunakan teknologi informasi (seperti Wide Area Network, Internet, atau mobile computing) yang memiliki kemampuan untuk berhubungan dengan masyarakat, pihak bisinis, atau dengan bagian lain pemerintahan yang bertujuan untuk membantu untuk meningkatkan pelayanan pemerintah ke masyarakat, meningkatkan hubungan dengan pihak bisnis dan industri, membantu masyarakat untuk dapat mengetahui informasi secara jelas, serta meningkatkan efisiensi manajemen pemerintah. Hal ini dapat membantu mengurangi korupsi, meningkatkan transparansi, meningkatkan pendapatan dan mengurangi biaya. E-filing Ada tiga cara yang digunakan untuk melakukan administrasi tax filing yaitu, manual (datang ke kantor pajak), online tax filing, dan barcode tax filing. Mulai tahun 2005, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) memperkenalkan on-line tax filing yang dikenal dengan sebutan e-filing. E-filing adalah suatu cara penyampaian SPT Tahunan secara elektronik yang dilakukan secara online dan real time melalui internet pada website Direktorat Jenderal Pajak (www.pajak.go.id) atau Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi atau Application Service Provider

Persepsi penggunaan ..., Kandha Aditya Sandjoyo, FEB UI, 2015

Page 4: Persepsi Penggunaan E-Government Service (Studi Kasus ...

(ASP). E-filing sudah mulai dilakukan semenjak tahun 2005 melalui ASP dan baru tahun 2013, e-filing dapat diakses melalui situs www.pajak.go.id.

Perceived risk Perceived risk didefinisikan oleh Oglethorpe (1994) sebagai persepsi konsumen mengenai ketidakpastian dan konsekuensi-konsekuensi negatif yang mungkin diterima atas pembelian suatu produk atau jasa. Sementara itu, Assael (1998) menyatakan bahwa perceived risk menjadi salah satu komponen penting dalam pemrosesan informasi yang dilakukan oleh konsumen. Konsumen semakin terdorong untuk mencari tambahan informasi ketika dihadapkan pada pembelian produk dengan risiko tinggi. Semakin besar perceived risk semakin besar pula kemungkinan keterlibatan konsumen pada pembelian (Engel, et.al. 1995:162). Ketika perceived risk menjadi tinggi, ada motivasi apakah akan menghindari pembelian dan penggunaan atau meminimumkan risiko melalui pencarian dan evaluasi alternatif pra-pembelian dalam tahap pengambilan keputusan. Kondisi ini menghasilkan pengambilan keputusan yang kompleks. Konsumen mungkin akan mengevaluasi merek secara detail. Informasi mengenai produk sangat dibutuhkan dan konsumen mencoba mengevaluasi berbagai merek. Proses pengambilan keputusan yang demikian menggambarkan adanya keterlibatan konsumen dengan suatu produk. Theory of Planned Behaviour Dalam theory of reasoned action dinyatakan bahwa intensi untuk melakukan suatu perilaku memiliki dua prediktor utama, yaitu attitude toward the behavior dan subjective norm. Pengembangan dari teori ini, theory of planned behavior, menemukan prediktor lain yang juga memengaruhi intensi untuk melakukan suatu perilaku dengan memasukkan konsep perceived behavioral control. Sehingga terdapat tiga prediktor utama yang memengaruhi intensi individu untuk melakukan suatu perilaku, yaitu sikap terhadap suatu perilaku (attitude toward the behavior), norma subyektif tentang suatu perilaku (subjective norm), dan persepsi tentang kontrol perilaku (perceived behavioral control) (Ajzen, 2005).Tan and Teo (2000) berusaha untuk menghubungkan TPB dengan inovasi penggunaan internet banking, apa saja faktor yang memengaruhi sesorang dalam menggunakan internet banking dalam prakteknya. Hasil dari penelitian tersebut adalah attitude dan perceived behavior menjadi pengaruh intensi sesorang untuk menggunakan internet banking. Dari contoh diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa TPB dapat digunakan untuk menjelaskan bagaimana proses kebiasaan seseorang dalam menerima sebuah teknologi.

Tabel 2.1 Jumlah Pengguna E-filing (ASP dan Website Pajak) 2005-2013

Tahun Penyampaian e-filing ASP e-filing Website DJP

2005 1.204 2006 8.112 2007 18.261 2008 24.776 2009 51.852 2010 101.521 2011 231.042 2012 319.584 7.507 2013 72.980 24.747

Sumber: Direktorat Jenderal Pajak

Tabel 2. Jumlah Penggunan E-filing (ASP dan Website Pajak) 2005-2013

Persepsi penggunaan ..., Kandha Aditya Sandjoyo, FEB UI, 2015

Page 5: Persepsi Penggunaan E-Government Service (Studi Kasus ...

Technology Acceptance Model (TAM) Teori ini pertama kali dikenalkan oleh Davis (1989). Teori ini dikembangkan dari Theory of Reasoned Action atau TRA oleh Ajzen dan Fishbein (1980). Davis (1989) menyatakan TAM merupakan model yang digunakan untuk memprediksi penerimaan pengguna terhadap teknologi berdasarkan dua variabel, yaitu persepsi kemanfaatan (perceived usefulness) dan persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use). Persepsi kemanfaatan (perceived usefulness) didefinisikan sebagai tingkat kepercayaan pengguna bahwa dengan menggunakan suatu item, maka akan dapat meningkatkan kinerja pengguna tersebut. Sedangkan persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use) didefinisikan sebagai tingkat kepercayaan pengguna bahwa sistem dapat digunakan dengan mudah dan dapat dipelajari sendiri. Task Technology Fit Teori Task Techology Fit berpandangan bahwa Informasi Teknologi lebih memiliki dampak positif terhadap suatu individu dan apabila IT tersebut tepat digunakan oleh individu itu, akan bergunalah teknologi tersebut (Goodhue dan Thompson, 1995). Goodhue dan Thompson (1995) mengukur task-technology fit menjadi 8 faktor: quality, locatability, authorization, compatibility, ease of use/training, production timeliness, systems reliability, and relationship with users. Diffusion of Innovation Menurut Rogers (1964), Diffusion of Innovation atau difusi inovasi merupakan teori tentang bagaimana ide dan teknologi baru tersebar didalam suatu kebudayaan. Proses bagaimana suatu inovasi disampaikan melalui saluran-saluran tertentu sepanjang waktu agar dapat diterima di masyarakat.Atribut dari difusi inovasi ini terdiri dari: a. Relative advantage

Merupakan persepsi seseorang dari sebuah inovasi apakah inovasi baru tersebut diterima. Hal ini biasanya diukur dari segi ekonomi, social, keyakinan dan kepuasan. Semakin besar persepsi terhadap relative advantage sebuah inovasi, akan semakin cepat proses adopsi dari inovasi tersebut.

b. Compability Merupakan persepsi seseorang terhadap inovasi apabila dibandingkan dengan nilai yang ada sekarang, pengalaman dimasa lalu serta kebutuhan dimasa yang akan datang. Apabila inovasi tidak sesuai dengan norma sosial yang berlaku dimasyarakat sekarang, maka inovasi tersebut tidak dapat diterima.

c. Complexity Merupakan persepsi seseorang terhadap inovasi apakah dapat dengan mudah digunakan dan dimengerti. Semakin mudah inovasi tersebut dapat dengan mudah digunakan, maka inovasi tersebut akan mudah untuk diterima.

d. Trialabilty Merupakan tingkat seberapa mudahnya sebuah inovasi dapat diujicoba sebelum sepenuhnya digunakan. Hal ini sangat penting sebab untuk mencegah kehilangan atau kerugian akibat kegagalan dalam menggunakan sebuah inovasi, atau untuk meningkatkan kepercayaan akan sebuah inovasi.

e. Observability Merupakan tingkat dimana sebuah hasil dari inovasi dapat dilihat oleh orang lain. Semakin mudah orang lain melihat, maka semakin mudah juga orang lain untuk mengadopsi inovasi tersebut. 1. Innovators: Sekitar 2,5% individu yang pertama kali mengadopsi inovasi. Cirinya: petualang, berani mengambil resiko, mobile, cerdas, kemampuan ekonomi tinggi

Persepsi penggunaan ..., Kandha Aditya Sandjoyo, FEB UI, 2015

Page 6: Persepsi Penggunaan E-Government Service (Studi Kasus ...

2. Early Adopters (Perintis/Pelopor): 13,5% yang menjadi para perintis dalam penerimaan inovasi. Cirinya: para teladan (pemuka pendapat), orang yang dihormati, akses di dalam tinggi 3. Early Majority (Pengikut Dini): 34% yang menjadi pengikut awal. Cirinya: penuh pertimbangan, interaksi internal tinggi. 4. Late Majority (Pengikut Akhir): 34% yang menjadi pengikut akhir dalam penerimaan inovasi. Cirinya: skeptis, menerima karena pertimbangan ekonomi atau tekanan social, terlalu hati-hati. 5. Laggards (Kelompok Kolot/Tradisional): 16% terakhir adalah kaum kolot/tradisional. Cirinya: tradisional, terisolasi, wawasan terbatas, bukan opinion leaders,sumber daya terbatas.

Social Cognitive Theory Social Cognitive Theory menurut Badura (1986) merupakan sebuah obvervational learning dimana seseorang akan banyak belajar perilaku melalui peniruan, bahkan tanpa adanya penguatan sekalipun yang kita terima. Terdapat hubungan antara timbal balik antara individu, lingkungan, dan perilaku individu yang dikenal dengan reciprocal determinism. Efek-efek yang dihasilkan dalam obvervational learning merupakan penguatan yang dialami oleh orang lain namun dianggap sebagai pengalaman sendiri (vicarious reinforcement). Menurut Badura (1986), vicarious reinforcement terjadi akibat adanya pengharapan hasil (outcome expectations) dan harapan hasil (outcome expectancies). Pengertian outcome expectations sendiri adalah apabila kita melihat sebuah role model kita melakukan sesuatu yang diberi penghargaan atau hukuman, kita berharap apabila kita melakukan hal yang sama kita akan diperlakukan seperti role model kita. Sedangkan outcome expectancies merupakan penguatan atas harapan akan hasil. Lebih jauh lagi terkait Teori SCT, antara role model dan observer akan tercipta perilaku khusus dan kepercayaan yang dipunyainya untuk memunculkan perilaku tersebut. Hal tersebut dinamakan self-efficacy atau efikasi diri. Self-efficacy merupakan keyakinan seseorang akan kemampuannya dalam mengatasi sebuah masalah. Hal ini timbul dari pengalaman dia sebelumnya dan pengalaman orang lain yang telah dia amati. Semakin tinggi self-efficacy seseorang, maka orang tersebut akan semakin percaya diri untuk menyelesaikan tugas yang sebetulnya sulit. Social norms Menurut Beck dan Ajzen (1991), social norms atau norma sosial memiliki pengertian seorang individu berpegang terhadap kebiasaan yang ada di lingkungan dan merubah kebiasaannya akibat adanya tekanan. Lingkungan eksternal secara langsung maupun tidak langsung akan mengubah kebiasaan sesorang akibat adanya perilaku dari keluarga, teman, rekan kerja dan sebagainya. Peran media dengan menggunakan iklan cetak maupun elektronik dapat juga turut memberikan pengaruh terhadap lingkungan sosial. Seorang individu akan mencari pengakuan dengan cara mengikuti kebiasaan sebuah grup sebagai sarana fasilitas hubungan dengan anggota grup yang lain. Dalam kasus e-filing ini, misalkan disebuah kantor diwajibkan menggunakan e-filing dalam pelaporannya, tentu apabila ada individu yang tidak melaporkan SPT Tahunannya melalui e-filing, maka dia akan mendapat perasaan tertekan atau bersalah. Self Service Technology Self service technology (SST) adalah suatu perantara teknologi yang memungkinkan konsumen untuk menghasilkan sendiri pelayanan tanpa bergantung pada karyawan, contoh pelayanan melalui internet. Meuter,et al (2000) memaparkan bahwa telah banyak bukti inovasi teknologi akan terus berlanjut yang semakin mempengaruhi interaksi konsumen

Persepsi penggunaan ..., Kandha Aditya Sandjoyo, FEB UI, 2015

Page 7: Persepsi Penggunaan E-Government Service (Studi Kasus ...

dengan perusahaan di mana interaksi ini akan menjadi suatu kriteria penting untuk keberhasilan bisnis perusahaan jangka panjang. Hal inilah yang menarik perhatian mereka untuk melakukan penelitian untuk mengetahui: (1) faktor-faktor apa saja yang menyebabkan konsumen puas atau tidak puas pada pelayanan dengan SST, (2) adakah perbedaannya dengan pelayanan antarpersonal, (3) bagaimana puas atau tidak puas yang dirasakan konsumen sehubungan dengan atribusi, perilaku keluhan, informasi dari mulut kemulut (word-of-mouth—WoM), dan niat untuk melakukan pembelian ulang.

Gambar 1. Model Penelitian Pengembangan hipotesis berdasarkan penelitian terdahulu adalah sebagai berikut: 1.) Pengaruh self efficacy terhadap relative advantage, compability, dan complexity

H1a: Self-efficacy berpengaruh positif terhadaprelative advantage H1b: Self-efficacy berpengaruh positif terhadap compabilty H1c: Self-efficacy berpengaruh positif terhadap complexity

2.) Pengaruh relative advantage, compability, dan complexity terhadap e-filing intention. H2a: Relative advantage berpengaruh positif terhadap e-filing intention. H2b: Compabilty berpengaruh positif terhadap e-filing intention H2c: Complexity berpengaruh positif terhadap e-filing intention

3.) Pengaruh self efficacy terhadap e-filing intention. H3: Self-efficacy berpengaruh positif terhadap e-filing intention

4.) Pengaruh Social norm terhadap trialability dan observability H4a: Social norm berpengaruh positif terhadap trialability H4b: Social norm berpengaruh positif terhadap observability

5.) Pengaruh Trialability dan Observability terhadap e-filing intention H5a: Trialability berpengaruh positif terhadap e-filing intention H5b: Observability berpengaruh positif terhadap e-filing intention

6.) Pengaruh Social norm berpengaruh positif terhadap e-filing intention H6: Social norm berpengaruh positif terhadap e-filing intention

Metode Penelitian Tujuan penelitian ini adalah penulis akan mencari faktor-faktor apa saja yang memengaruhi Wajib Pajak untuk menggunakan e-filing untuk melaporkan SPT Tahunan. Tipe investigasi

SELF EFFICACY

SOCIAL NORM

E-FILING INTENTION

RELATIVE ADVANTAGE

COMPABILITY

COMPLEXITY

TRIALBILITY

OBSERVABILTY

H1a

H1b

H1c

H2a

H2b

H2cH3

H6

H4a

H4b

H5a

H5b

Persepsi penggunaan ..., Kandha Aditya Sandjoyo, FEB UI, 2015

Page 8: Persepsi Penggunaan E-Government Service (Studi Kasus ...

dari penelitian ini adalah causal study, dimana yang peneliti tuju adalah hubungan kausalitas dari variabel yang diamati. Penelitian ini adalah penelitian empiris, yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Penelitian ini adalah penelitian empiris, yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Penelitian menggunakan metode survei, melalui penyebaran kuisoner secara langsung (dalam bentuk fisik) maupun dengan menggunakan media online (google spreadsheet). Dari 200 kuisoner yang disebar, peneliti berhasil mendapatkan feedback sebanyak 184 kuisoner. Setelah dilakukan screening, didapatilah 153 data yang bisa diolah datanya, dengan rincian 103 kuisoner didapatkan dari penyebaran secara langsung dan 81 didapatkan melalui penyebaran online. Pelaksanaan pengolahaan data dimulai dari uji pretest terlebih dahulu yang bertujuan untuk mengetahui validitas serta reliabilitas dari sebuah indikator terhadap konstruknya.Hal ini dilakukan agar semua indikator yang terdapat pada konstruk agar dapat dipertanggungjawabkan. Dalam pengujian validitas dan realibilitas, peneliti menggunakan software SPPS18.0. Dalam melakukan pretest, peneliti membutuhkan sample minimal 30 responden (Malhotra, 2007). Pretest dilakukan pada kurun waktu 4 Desember hingga 6 Desember 2014. Penyebaran dilakukan dengan syarat koresponden pernah menggunakan e-filing dalam pelaporan SPT Tahunan. Hasilnya didapatkan 30 kuisioner yang bisa digunakan untuk dilakukan uji realibilitas dan validitas pretestModel yang peneliti gunakan berdasarkan jurnal acuan Shih-wu, Liang dan Hsi-peng, Lu (2014) dengan sedikit perubahan pada variabel. Pada jurnal acuan, perceive attribute relative advantage, compability, dan complexity serta percieve attribute trialabilty dan observability masing-masing dibuat satu variabel laten. tetapi pada penelitian ini, masing-masing perceive attribute berdiri sendiri sebagai variabel laten. 1) Pengumpulan Data Penelitian menggunakan metode survei, melalui penyebaran kuisoner secara langsung (dalam bentuk fisik) maupun dengan menggunakan media online (google spreadsheet). Dari 200 kuisoner yang disebar, peneliti berhasil mendapatkan feedback sebanyak 184 kuisoner. Setelah dilakukan screening, didapatilah 153 data yang bisa diolah datanya, dengan rincian 103 kuisoner didapatkan dari penyebaran secara langsung dan 81 didapatkan melalui penyebaran online..Metode pengambilan sampel yang akan digunakan adalah metode non probability sampling, artinya teknik sampling tidak menggunakan prosedur pemilihan kesempatan, tetapi lebih berdasarkan penilaian pribadi peneliti (Malhotra, 2007). Teknik non probability sampling yang digunakan adalah convenience sampling dan snowball sampling. Adapun populasi dari penelitian ini adalah semua wajib pajak yang melaporkan SPT Tahunan melalui e-filing. 2) Pengembangan Kuesioner Variabel relative advantage diukur menggunakan kuesioner dalam Liang Shih Wu dan Lu His-peng (2013) yaitu kuesioner yang terdiri dari4 item.Salah satu item pertanyaanya adalah “Saya berpikir dengan menggunakan e-filing akan mempersingkat waktu pelaporan pajak yang saya lakukan.”Variabel Compability diukur menggunakan kuesioner dalam Liang Shih Wu dan Lu His-peng(2013), dengan dimensi Compability sebanyak 4 item pertanyaan, yang salah satunya berbunyi “Saya merasa dengan menggunakan e-filing akan memenuhi kebutuhan saya dalam pelaporan pajak”, Observability dengan 5 item pertanyaan yang salah satunya “Saya menyadari bahwa teman banyak yang sudah menggunakan e-filing dalam pelaporan pajaknya”, Trialability dengan 3 item pertanyaan yang salah satunya “Saya dapat melakukan percobaan e-filing pajak sebelum memutuskan untuk menggunakannya”, Complexity dengan 4 item pertanyaan yang salah satunya “Saya merasa menggunakan e-filing itu mudah”. Variabel Self efficacy yang terdiri dari 3 item yang salah satunya “Saya merasa mampu untuk menggunakan e-filing secara keseluruhan”. Variabel Social norm yang

Eisha Safa� 11/2/15 2:29 PMComment [1]: diperbaiki

Persepsi penggunaan ..., Kandha Aditya Sandjoyo, FEB UI, 2015

Page 9: Persepsi Penggunaan E-Government Service (Studi Kasus ...

terdiri dari 4 item yang salah satunya “Saya merasa peran media turut berperan dalam memberikan penilaian positif terhadap e-filing”. Variabel E-filing Intention yang terdiri dari 3 item yang salah satunya “Saya merasa mengunakan e-filing sangat bermanfaat dalam pelaporan pajak saya”. Seluruh kuesioner menggunakan 5 skala likert, dimana angka 1 berarti "sangat tidak setuju" dengan pernyataan ; angka 2 berarti "tidak setuju"; angka 3 berarti "netral", angka 4 berarti"setuju", dan pilihan 5 berarti "sangat setuju". Dari data hasil pretest didapatkan bahwa seluruh indikator valid dan reliabel untuk mengukur variabel latent. Tabel 3. Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas Instrumen

Dalam kuesioner pretest terdapat 30 indikator yang mewakili delapan konstruk atau variabel laten yakni: Self-efficacy, compability, complexity, relative advantage, trialability, observability, social norm, dan e-filing intention. Validitas indikator-indikator yang mengukur tiap-tiap variabel latennya dianggap baik jika nilai KMO ≥ 0.5 Sedangkan nilai signifikansi Bartlett’s Test of Sphercity dibawah 0,05 menunjukkan probabilitas statistik bahwa terdapat korelasi yang signifikan antar indikator didalam satu faktor. Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa variabel relative advantage, compability, complexity, trialbility, observability, self-efficacy, social norms, dan e-filing intention memiliki nilai KMO ≥ 0.5 yang berarti analisis dapat dilanjutkan. Berdasarkan pengekstraksian komponen-komponen pengukuran tiap-tiap variabel, 30 indikator memiliki nilai loading factor di atas 0.5 dan masing-masing terekstraksi kedalam satu faktor yang sama. Dari itu, indikator-indikator penelitian yang akan digunakan didalam mengukur variabel latennya dinyatakan valid. 3) Analisis Statistik Dalam penelitian ini menggunakan software Lisrel 8.51 menghasilkan output uji kecocokan pertama menunjukkan nilai chi-square sebesar 636,47dengan nilai p-value 0,000. Model pengukuran pertama menunjukkan nilai chi-square yang besar dengan p-value lebih kecil dibanding 0,005. Dalam hasil output ini, p-value tidak bisa dijadikan pertimbangan, karena nilai 0,00 menunjukkan adanya nilai bias pada ukuran sample. Ukuran sampel yang kurang banyak, yang dalam penelitian hanya 153 sampel, menjadikan nilai p-value menjadi bias.Oleh karena itu, nilai RMSEA menjadi acuan yang lebih tepat untuk menilai uji kecocokan. Hasil output menunjukkan nilai RMSEA yang didapatkan sebesar 0,067, dimana nilai tersebut sudah menunjukkan good fit karena kecocokan keseluruhan model yang baik (good fit) adalah diantara 0,05-0,08.

Variabel KMOBartlett's Test of Sphericity

Alpha Cronbach

Relative Advantage 0,549 0,000 0,718Compability 0,533 0,000 0,663Observability 0,689 0,000 0,812Triability 0,597 0,000 0,726Complexity 0,720 0,000 0,877Self Efficacy 0,584 0,000 0,595Social Norm 0,760 0,000 0,882E-filing Intention 0,577 0,000 0,828

Persepsi penggunaan ..., Kandha Aditya Sandjoyo, FEB UI, 2015

Page 10: Persepsi Penggunaan E-Government Service (Studi Kasus ...

SELFEFFICACY

SOCIALNORM

RELATIVEADVANTAGE

COMPLEXITY

COMPABILITY

TRIALBILITY

OBSERVABILTY

E-FILINGINTENTION

0,36

0,38

0,75

0,34

0,17

0,25

0,18

0,34

0,01

0,09

-0,09

0,02

(3,70)

(3,79)

(6,60)

(2,01)

(3,73)

(0,16)

(0,18)

(2,10)(-1,14)

(-1,01)

(1,74)

(2,42)

Hasil Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti berhasil mengumpulkan responden sebanyak 153 orang yang tersebar di Provinsi DKI Jakarta. Tabel 4.Sebaran Unit Eselon I Responden

No Wilayah Jumlah Responden

% dari Total Responden

1 Jakarta Pusat 90 orang 58,8%

2 Jakarta Timur 29 orang 18,9% 3 Jakarta Barat 4 orang 2,6%

4 Jakarta Selatan 29 orang 18,9%

TOTAL 153 orang 100% Tabel di atas memberikan deskripsi mengenai domisili koresponden berdasarkan tempat kedudukan koresponden. Mayoritas koresponden berdomisili di Jakarta Pusat, karena lingkungan pekerjaan penulis berada di wilayah tersebut. Dalam uji metode pengukuran diketahui Standardized Loading Factor (SLF) seluruh indikator bernilai lebih dari 0,5. Hal ini menunjukkan uji validitas memiliki nilai baik terhadap semua variabel dan tidak dibutuhkan respesifikasi model.Semua t-hitung variabel diatas 1,96 dan errorvar bernilai positif, sehingga seluruh indikator dapat digunakan untuk mengukur variabel.Seluruh Construct Reliability bernilai baik, seluruhnya bernilai lebih dari 0,70. Sementara pada Variance Extracted pada variabel Obervability berada di bawah 0,50. Namun, seluruh konstruk tetap dipertahankan meski terdapat beberapa elemen/dimensi yang memiliki variance-extracted <0.5, karena ukuran ini bersifat pelengkap saja bagi reliabilitas konstruk, dan hanya pada uji variance-extracted saja yang menunjukkan hasil kurang baik, sedangkan untuk uji validitas dan reliabilitas pada hampir semua konstruk telah memenuhi syarat.Berdasarkan hal di atas, peneliti menggunakan seluruh indikator variabel karena seluruhnya valid dan reliabel untuk mengukur variabel.Sementara itu, uji goodness of fit menggunakan nilai RMSEA, ECVI, AIC, CAIC, NNFI, CFI, IFI dan RMR menyatakan bahwa model fit. Oleh karena itu, peneliti menyimpulkan bahwa model dan data telah sesuai (fit). Setelah menganalisis model pengukuran langkah selanjutnya adalah menganalisis model struktural.

Gambar 2. Output Structural Model T – Value dan Standardized Loading Factor

Persepsi penggunaan ..., Kandha Aditya Sandjoyo, FEB UI, 2015

Page 11: Persepsi Penggunaan E-Government Service (Studi Kasus ...

Keterangan: a. Angka yang terdapat didalam tanda kurung menunjukkan nilai t-value b. Angka yang tidak diberi tanda kurung menunjukkan nilai standardized loading factor Tahap sebelumnya telah diestimasi uji kecocokan model pengukuran untuk mendapatkan model yang fit. Pada model structural ini juga akan diuji kembali kecocokan model (GOF) serta mengetahui hubungan pengaruh antara variabel laten yang satu dengan variabel laten lainnya antara Relative advantage, Compability, Observability, Complexity, Trialability, Self-efficacy, Social norm, dan E-filing Intention. Dalam analisis model structural ini akan diuji variabel laten yang memiliki 30 variabel teramati. Variabel laten Relative advantage terdiri dari empat indikator, variabel laten Compability terdiri dari empat indikator, variabel laten Observability terdiri dari lima indikator, variabel laten Complexity terdiri dari empat indikator, variabel laten Trialability terdiri dari tiga indikator,variabel laten Self-efficacy terdiri dari tiga indikator,variabel laten Social norm terdiri dari empat indikator, dan variabel laten E-filing Intention terdiri dari tiga indikator. Uji Hipotesis Dalam penelitian ini terdapat dua belas hipotesis. Analisi pengujian hipotesis mengunakan tingkat signifikansi 5%, sehingga nilai t-value yang digunakan ± 1.96. Hipotesis diterima apabila nilai-t yang didapat ≥ 1,96, sedangkan apabila nilai-t di bawah ≤ 1,96 hipotesis akan ditolak atau tidak diterima. Berdasarkan nilai-t, dilakukan uji hipotesis untuk melihat apakah model yang telah diajukan oleh Peneliti, dapat didukung oleh data. dapat diidentifikasi bahwa tujuh koefisien adalah signifikan karena memiliki nilai t-value>1,96, dan lima koefisien dianggap tidak signifikan karean t-value <1,96. Berikut ini adalah hasil ringkasannya. Hipotesis Pernyataan Hipotesis T-value Keterangan

H1a Self-efficacy berpengaruh positif terhadap perceived attribute relative advantage

3,70 Hipotesis diterima. Data mendukung hipotesis

H1b Self-efficacy berpengaruh positif terhadap perceived attribute compabilty

3,79 Hipotesis diterima. Data mendukung hipotesis

H1c Self-efficacy berpengaruh positif terhadap perceived attribute complexity

6,60 Hipotesis diterima. Data mendukung hipotesis

H2a Perceived attribute relative advantage berpengaruh positif terhadap e-filing intention

3,73 Hipotesis diterima. Data mendukung hipotesis

H2b Perceived attribute compabilty berpengaruh positif terhadap e-filing intention

0,16 Hipotesis ditolak. Data tidak mendukung hipotesis

H2c Perceived attribute complexity berpengaruh positif terhadap e-filing intention

0,18 Hipotesis ditolak. Data tidak mendukung hipotesis

H3 Self-efficacy berpengaruh positif terhadap e-filing intention 2,01 Hipotesis diterima. Data

mendukung hipotesis

Tabel 4. Uji Hipotesis

Persepsi penggunaan ..., Kandha Aditya Sandjoyo, FEB UI, 2015

Page 12: Persepsi Penggunaan E-Government Service (Studi Kasus ...

H4a Social norm berpengaruh positif terhadap perceived attribute trialability

1,74 Hipotesis ditolak. Data tidak mendukung hipotesis

H4b Social norm berpengaruh positif terhadap perceived attribute observability

2,42 Hipotesis diterima. Data mendukung hipotesis

H5a Perceived attribute trialability berpengaruh positif terhadap e-filing intention

-1,14 Hipotesis ditolak. Data tidak mendukung hipotesis

H5b Perceived attribute observabilty berpengaruh positif terhadap e-filing intention

-1,10 Hipotesis ditolak. Data tidak mendukung hipotesis

H6 Social norm berpengaruh positif terhadap e-filing intention 2,10 Hipotesis diterima. Data

mendukung hipotesis

Sumber: Output Lisrel 8.51 hasil olahan peneliti Pembahasan H1a diterima, karena nilai t-value yang dihasilkan lebih besar dari 1,96 yakni sebesar 3,70. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keyakinan diri seseorang berpengaruh terhadap persepsi dirinya terhadap inovasi baru yang ada, apakah dapat diterima atau tidak. Apabila inovasi tersebut dapat diterima oleh orang tersebut, maka tingkat keyakinan diri seseorang akan semakin tinggi, begitu juga sebaliknya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Shih-wu dan Hsi-peng (2013). Wajib Pajak melihat e-filing sebagai aplikasi baru yang ditawarkan oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk mempermudah pelaporan pajak SPT Tahunan. Hasil uji hipotesis menunjukkan tingkat keyakinan diri seseorang dalam menggunakan e-filing berdasarkan kegunaan dan kemudahan yang ditawarkan. H1b diterima, hal ini menunjukkan tingkat keyakinan seseorang berpengaruh terhadap persepsi seseorang terhadap inovasi baru apabila dibandingkan dengan cara yang selama ini digunakan mereka.Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Shih-wu dan Hsi-peng (2013).Wajib pajak akan membandingkan e-filing dengan metode pelaporan mereka yang biasa digunakan. Apabila mereka merasa tidak jauh berbeda dan merasa dimudahkan, mereka akan mencoba untuk menggunakan e-filing dalam pelaporan SPT Tahunan. H1c diterima, hal ini menunjukkan tingkat keyakinan seseorang berpengaruh terhadap persepsi seseorang terhadap inovasi baru apakah dapat dengan mudah digunakan dan dimengerti. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Shih-wu dan Hsi-peng (2013).Pandangan Wajib Pajak akan tingkat kesulitan yang akan dihadapi dalam menggunakan e-filing. Semakin tinggi tingkat keyakinan diri Wajib pajak ketika akan memutuskan menggunakan e-filing, persepsi Wajib Pajak akan kesulitan menggunakan e-filing semakin kecil, begitu juga sebaliknya. H2a diterima, hal ini menunjukkan persepsi seseorang terhadap inovasi baru yang diterima berpengaruh terhadap intensi seseorang dalam menggunakan e-filing. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Shih-wu dan Hsi-peng (2013). Wajib Pajak akan melihat beberapa faktor, seperti keyakinan dan kepuasan, dalam memutuskan menerima e-filing sebagai alat dalam melaporkan SPT Tahunan mereka. Apabila mereka melihat bahwa e-filing dapat memuaskan persepsi mereka akan kemudahan yang ditawarkan, intensi mereka terhadap penggunaan e-filing akan tinggi.

Persepsi penggunaan ..., Kandha Aditya Sandjoyo, FEB UI, 2015

Page 13: Persepsi Penggunaan E-Government Service (Studi Kasus ...

H2b ditolak,atau dengan kata lain Compability tidak terbukti memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap e-filing intention. Hal ini menunjukkan persepsi seseorang terhadap inovasi baru apabila dibandingkan dengan cara yang selama ini digunakan mereka tidak berpengaruh terhadap intensi seseorang dalam menggunakan e-filing. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Shih-wu dan Hsi-peng (2013), dimana penelitian mereka menyebutkan adanya hubungan positif antara compability dengan e-filing intention.Menurut pengamatan peneliti, hal ini disebabkan oleh beberapa Wajib Pajak melakukan perbandingan antara metode yang biasa yang mereka gunakan dengan e-filing tidak jauh berbeda, dan mereka sudah terbiasa dengan menggunakan metode yang konvensional. Hal ini menyebabkan compability tidak berpengaruh terhadap e-filing intention. H2c ditolak, hal ini menunjukkan persepsi seseorang terhadap inovasi baru yang mudah digunakan dan dipahami tidak berpengaruh terhadap intensi seseorang dalam menggunakan e-filing. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Shih-wu dan Hsi-peng (2013), dimana penelitian mereka menyebutkan adanya hubungan positif antara complexity dengan e-filing intention. Menurut pengamatan peneliti, Wajib Pajak menilai e-filing itu sulit untuk digunakan dan sulit untuk dipahami. Permasalahan itu muncul akibat tampilan e-filing yang tidak user friendly dan petunjuk penggunaan yang kurang membantu. H3 diterima, hal ini menunjukkan tingkat keyakinan seseorang berpengaruh terhadap persepsi seseorang terhadap inovasi baru apabila dibandingkan dengan cara yang selama ini digunakan mereka. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Shih-wu dan Hsi-peng (2013). Kepercayaan diri Wajib Pajak dalam menggunakan aplikasi/teknologi baru berpengaruh terhadap intensi penggunaan e-filing. Wajib Pajak merasa mampu untuk menggunakan e-filing walau tanpa ada yang mengajarkan, karena penggunaan e-filing diyakini akan membantu mempermudah mereka dalam melapokan SPT Tahunannya. H4a ditolak, hal ini menunjukkan lingkungan disekitar seseorang tidak berpengaruh terhadap persepsi seseorang dalam melihat seberapa mudahnya sebuah inovasi dapat diujicoba sebelum memutuskan untuk digunakan. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Shih-wu dan Hsi-peng (2013), dimana penelitian mereka menyebutkan adanya hubungan positif antara trialability dengan e-filing intention. Hal ini menurut pengamatan peneliti disebabkan lingkungan disekitar wajib pajak, dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak, tidak mampu menyediakan fasilitas bagi calon pengguna e-filing untuk melakukan ujicoba terhadap aplikasi ini. H4b diterima, hal ini menunjukkan lingkungan disekitar seseorang berpengaruh terhadap persepsi seseorang dalam melihat sebuah hasil inovasi dengan cara melihat orang lain menggunakannya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Shih-wu dan Hsi-peng (2013), dimana penelitian mereka menyebutkan adanya hubungan positif antara social norm dengan observability. Hal ini menurut pengamatan peneliti disebabkan, para responden sebelum menggunakan e-filing, melihat teman atau rekannya menggunakan aplikasi tersebut. Para teman dan rekan mereka akan merekomendasikan tentang efesiennya melaporkan pajak dengan menggunakan e-filing, sehingga calon pengguna e-filing teratarik untuk menggunakannya. H5a ditolak, hal ini menunjukkan persepsi seseorang dalam melihat seberapa mudahnya sebuah inovasi dapat diujicoba sebelum memutuskan untuk digunakan tidak berpengaruh terhadap intensi seseorang dalam menggunakan e-filing pajak. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Shih-wu dan Hsi-peng (2013), dimana penelitian mereka menyebutkan adanya hubungan positif antara trialability dengan e-filing intention.

Persepsi penggunaan ..., Kandha Aditya Sandjoyo, FEB UI, 2015

Page 14: Persepsi Penggunaan E-Government Service (Studi Kasus ...

H5b ditolak, hal ini menunjukkan lingkungan disekitar seseorang tidak berpengaruh terhadap persepsi seseorang dalam melihat sebuah hasil inovasi dengan cara melihat orang lain menggunakannya. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Shih-wu dan Hsi-peng (2013), dimana penelitian mereka menyebutkan adanya hubungan positif antara observability dengan e-filing intention. H6 diterima, hal ini menunjukkan lingkungan disekitar seseorang berpengaruh terhadap intensi seseorang dalam menggunakan e-filing. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Shih-wu dan Hsi-peng (2013), dimana penelitian mereka menyebutkan adanya hubungan positif antara social norm dengan e-filing intention. Hal ini disebabkan oleh pengaruh disekitar lingkungan wajib pajak sudah menggunakan e-filing sebagai metode pelaporan SPT Tahunan. Seorang individu akan mencari pengakuan dengan cara mengikuti kebiasaaan sebuah grup. Tentu hal ini yang menyebabkan social norm berpengaruh terhadap e-filing intention. Salah satu yang memengaruhi wajib pajak untuk menggunakan e-filing adalah adanya layanan iklan media yang disediakan oleh Pemerintah. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dari 12 hipotesis yang telah diajukan hanya tujuh hipotesis yang diterima yakni H1a, H1b, H1c, H2a, H3, H4b, dan H6. Hal ini berbeda dengan uji penelitian yang dilakukan Shih-wu dan Hsi-peng (2013) dimana uji hipotesis mereka diterima semua. Hal ini disebabkan perbedaan karakter masyarakat di Indonesia dan Taiwan, dimana tingkat kepercayaan diri dan lingkungan sekitar yang mendukung untuk mengunakan inovasi baru. Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan: a. Self-efficacy berpengaruh dalam intensi penggunaan e-filing. Karakter masyarakat

sekarang yang lebih mencari kemudahan dan kepraktisan dalam melakukan kewajiban, memaksa mereka untuk menggunakan teknologi yang bisa memuaskan mereka. Kemudahan teknologi dan mencari informasi menyebabkan karakter masayarakat sekarang menjadi lebih percaya diri dalam menghadapi teknologi/aplikasi baru. Self-efficacy juga berpengaruh terhadap persepsi seseorang terhadap relative advantage, compability, dan complexity. Hal ini disebabkan oleh pertimbangan tingkat kesulitan, kegunaan, perbandingan dengan kebiasaan. Semakin tinggi kegunaan, kesamaan dengan kebiasaan selama ini, dan tingkat kesulitan yang biasa, menyebabkan seseorang menjadi percaya diri untuk mencoba inovasi baru tersebut.

b. Social norm berpengaruh dalam intensi penggunaan e-filing. Peran pengaruh lingkungan sekitar tidak dapat dielakkan sebagai salah satu faktor yang mendorong seseorang untuk merubah kebiasaan. Terlebih di karakteristik masyarakat disini yang lebih mudah terbujuk dengan adanya pengaruh lingkungan.

c. Dari lima perceived attribute berdasarkan teori diffusion of innovation yang dikemukan Rogers (1964), hanya relative advantage yang berpengaruh positif terhadap intensi penggunaan e-filing. Karakter masyarakat yang menilai dari semua aspek sebelum memutuskan untuk menerima inovasi baru, menyebabkan adanya hubungan antara relative advantage dengan intensi penggunaan e-filing. Untuk faktor yang lain compabiity, complexity, trialability, dan observability tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap intensi pengunaan e-filing.

Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat tiga atribut yang berpengaruh langsung terhadap intensi penggunaan yaitu self-efficacy, social norms, dan relative advantage yang dapat menjadi bahan perbaikan Direktorat Jenderal Pajak.

Persepsi penggunaan ..., Kandha Aditya Sandjoyo, FEB UI, 2015

Page 15: Persepsi Penggunaan E-Government Service (Studi Kasus ...

Atribut self-efficacy dapat ditingkatkan dengan memberikan keyakinan kepada para wajib pajak bahwa menggunakan e-filing dalam pelaporan SPT Tahunan itu mudah. Oleh karena itu, Direktorat Jenderal Pajak harus membuat tampilan website yang user friendly dan mudah untuk digunakan. Petunjuk penggunaan e-filing dikemas sedemikian rupa sehingga para pengguna pemula dapat dengan mudah untuk mengoperasikan e-filing. Atribut Social norms turut memengaruhi intensi untuk menggunakan e-filing untuk pelaporan SPT Tahunan. Lingkungan disekitar wajib pajak turut serta untuk memengaruhi mereka untuk menggunakan e-filing. Disini dituntut peran lebih Direktorat Jenderal Pajak untuk lebih gencar lagi dalam mensosialisasikan bagaimana peran e-filing dalam mempermudah wajib pajak melaporkan SPT Tahunan. Iklan baik media cetak maupun elektronik yang menarik menjadi salah satu metode alternatif untuk mengkampanyekan e-filing pajak. Peran ahli perpajakan, seperti praktisi perpajakan bahkan pegawai pajak dibagian penyuluhan dapat berperan serta dalam mensosialisasikan e-filing. Untuk atribut relative advantage juga memengaruhi intensi dalam menggunakan e-filing untuk pelaporan SPT Tahunan. Relative advantage dapat ditingkatkan dengan memberikan bayangan bagaimana e-filing dapat membantu wajib pajak dalam mempermudah mereka untuk melaporkan SPT Tahunan. Mulai dari segi kegunaan, kepraktisan, serta kemudahan yang mereka dapat bila dibandingan apaila mereka melaporkan SPT Tahunan dengan metode yang konvensional seperti melapor di Kantor Pajak atau di dropbox. Untuk meningkatkan relative advantage, Direktorat Jenderal Pajak dapat memberikan penyuluhan dan sosialisasi ke tiap kantor-kantor swasta maupun ke pusat keramaian seperti mall. Kepustakaan Ajzen, I. (2005). Attitudes, personality, and behavior (2nd. Edition). Milton-Keynes,

England: Open University Press / McGraw- Hill. Ajzen, I.; Fishbein, M (1980), Understanding attitudes and predicting social behavior,

Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall. Assael, H (1998), Consumen Behavior and Marketing Action, Cincinnati, Ohio: South

Western College Publishing. Bandura, A. (1986). Social foundations of thought and action: A social cognitive theory.

Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall. Beck, L., & Ajzen, I. (1991). Predicting dishonest actions using the theory of planned

behavior. Journal in Research in Personality. Cooper, D. R., & Schindler, P. S. (2006). Metode Riset Bisnis vol 1&2 edisi 9. Jakarta: PT.

Media Global Edukasi. Davis, F. D. (1989). "Perceived usefulness, perceived ease of use, and user acceptance of

information technology". MIS Quarterly, 13(3): 319–340 Engel, J. F., Blackwell, R. D.& Minard, P. W. (1995). Consumer behavior. The Dryden

Press. Goodhue, Dale and Thompson, Ronald. 1995. "Task-Technology Fit and Individual

Performance," MIS Quarterly, (19: 2). Hair, J., Black, W., Babin, B., Anderson, R., & Tatham, R. (2006). Multivariate data analysis

6th Edition. New Jersey : Pearson Prentice Hall. Indrajit, Richardus Eko. (2004). e-Government Strategi Pembangunan Dan Pengembangan

Sistem Pelayanan Publik Berbasis Teknologi Digital. Yogyakarta:Andi Offset. Kominfo.go.id. (2014). Diakses pada 23 Desember 2014 di Kominfo:www.kominfo.go.id Malhotra, N, K. (2009). Basic Marketing Research, 3rd ed. New Jersey: Prentice Hall. Pajak.go.id (2014). ). Diakses pada 20 Desember 2014 di Direktorat Jenderal Pajak:

www.pajak.go.id.

Persepsi penggunaan ..., Kandha Aditya Sandjoyo, FEB UI, 2015

Page 16: Persepsi Penggunaan E-Government Service (Studi Kasus ...

Oglethorpe, Janet E. (1994). Determined of Perceived Health and Safety risks of selected hazardous products and activities.

Pratama Agustyan. 2008. “Analisis Technology Acceptance Model (TAM) dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pemakai Sistem Informasi Berbasis Komputer” Jurnal Riset Akuntansi Indonesia.

Tan, Margaret and Teo, Thompson S.H. (2000) "Factors Influencing the Adoption of Internet Banking," Journal of the Association for Information Systems: Vol. 1: Iss. 1, Article 5.

Rogers, Everett M. (1964). Diffusion of Innovations. Glencoe: Free Press. Rogers, Everett M. (1983). Diffusion of Innovations. New York: Free Press. Shih-wu, Liang, and His-peng, Lu. (2013). Adoption of e-government service : an empirical

study of the on line tax filing system in Taiwan. Bradford: Emerald Group Publishing. Web.worldbank.org (2011). ). Diakses pada 23 Desember 2014 di World Bank: web.

Worldbank.org. Zweers, K. And Plaque, K. 2001. Electronic Government. From an Organisation based

Perspective Toward a Client Oriented Approach.

Persepsi penggunaan ..., Kandha Aditya Sandjoyo, FEB UI, 2015