Perkembangan Psikopatologi pada Depresi Perinatal.doc

23
In Review Psikopatologi Perkembangan pada Depresi Perinatal : Implikasi terhadap Pengembangan Terapi Psikososial dan Persalinan pada Kehamilan Mengambil sudut pandang psikopatologi perkembangan, tujuan kami adalah mengidentifikasi cara agar terapi psikososial untuk depresi selama kehamilan dapat ditingkatkan. Pertama, kami mempertimbangkan keadaan bukti intervensi psikososial untuk depresi antenatal, selanjutnya mendefinisikan konsep kunci psikopatologi perkembangan yang relevan dengan depresi antenatal, dan akhirnya mendiskusikan implikasi untuk praktek klinis dan penelitian. Kami menemukan bukti yang walaupun terbatas tetapi menjanjikan tentang intervensi psikososial efektif untuk depresi selama kehamilan. Meneliti depresi antenatal dari perspektif psikopatologi perkembangan membuka suatu saran untuk terapi yang lebih baik. Perspektif psikopatologi perkembangan menyarankan bahwa terapi depresi selama kehamilan dapat ditingkatkan dengan memperhatikan perkembangan depresi dari subklinis hingga gangguan depresif mayor yang parah; perawatan yang disesuaikan dengan pola faktor risiko dan faktor ketahanan serta

description

Perkembangan Psikopatologi pada Depresi Perinatal

Transcript of Perkembangan Psikopatologi pada Depresi Perinatal.doc

Page 1: Perkembangan Psikopatologi pada Depresi Perinatal.doc

In Review

Psikopatologi Perkembangan pada Depresi Perinatal : Implikasi

terhadap Pengembangan Terapi Psikososial dan Persalinan pada

Kehamilan

Mengambil sudut pandang psikopatologi perkembangan, tujuan kami adalah

mengidentifikasi cara agar terapi psikososial untuk depresi selama kehamilan

dapat ditingkatkan. Pertama, kami mempertimbangkan keadaan bukti intervensi

psikososial untuk depresi antenatal, selanjutnya mendefinisikan konsep kunci

psikopatologi perkembangan yang relevan dengan depresi antenatal, dan akhirnya

mendiskusikan implikasi untuk praktek klinis dan penelitian. Kami menemukan

bukti yang walaupun terbatas tetapi menjanjikan tentang intervensi psikososial

efektif untuk depresi selama kehamilan. Meneliti depresi antenatal dari perspektif

psikopatologi perkembangan membuka suatu saran untuk terapi yang lebih baik.

Perspektif psikopatologi perkembangan menyarankan bahwa terapi depresi

selama kehamilan dapat ditingkatkan dengan memperhatikan perkembangan

depresi dari subklinis hingga gangguan depresif mayor yang parah; perawatan

yang disesuaikan dengan pola faktor risiko dan faktor ketahanan serta faktor-

faktor risiko lain yang berhubungan untuk setiap individu perempuan;

pertimbangan potensi yang bermanfaat untuk terapi hubungan pasangan; kualitas

ibu dalam merawat anak, dan kebutuhan kesehatan mental bayi dan anak-anak;

serta, pemahaman yang rinci mengenai jalur perkembangan depresi antenatal bagi

setiap pasien dalam rencana pengobatan.

Depresi selama kehamilan merupakan hal yang umum dan melemahkan

tubuh, bukan hanya bagi wanita yang terkena, tetapi juga bagi pasangan dan

keturunannya (untuk ulasan lihat Gavin et al dan Goodman dan Rouse). Meskipun

ada beberapa perawatan psikososial berbasis bukti, kebanyakan orang yang

depresi, termasuk wanita hamil, gagal mencari pengobatan atau tidak diobati

secara adekuat atau diterapi dengan antidepresan. Data dari badan kesehatan yang

besar menunjukkan 7,2% wanita dengan depresi antenatal mengkonsumsi

Page 2: Perkembangan Psikopatologi pada Depresi Perinatal.doc

antidepresan, walaupun hanya sekitar 50% yang menerima kunjungan kesehatan

mental. Walaupun ada buki keefektifan antidepresan pada wanita perinatal yang

melanjutkan konsumsi obat tersebut, terdapat suatu perbedaan yang menyebabkan

dokter dan para wanita enggan menggunakan antidepresan karena kekhawatiran

terhadap perkembangan janin dan bayi.

Dalam makalah ini, kami sarankan penerapan pendekatan psikososial untuk terapi

depresi antenatal mungkin ditingkatkan oleh suatu perspektif psikopatologi

perkembangan, yang menawarkan pemahaman unik multidisiplin mengenai

risiko, ketahanan dan gangguan. Psikopatologi perkembangan dapat membantu

mengidentifikasi aspek kunci depresi antenatal yang, jika diterapkan pada

intervensi psikososial, menjanjikan kegunaan klinis aspek-aspek tersebut dapat

dimaksimalkan. Dipandu dengan pemahaman mengenai mekanisme

perkembangan, pendekatan tersebut mampu meningkatkan terapi pada anak dan

remaja. Makalah ini bertujuan untuk mengeksplorasi cara-cara di mana terapi

psikososial

untuk depresi antenatal dapat mengambil manfaat dari perspektif psikopatologi

perkembangan. Kami mempertimbangkan bukti intervensi psikososial untuk

depresi antenatal, mendefinisikan konsep kunci psikopatologi perkembangan yang

relevan dengan depresi antenatal, dan mendiskusikan implikasi untuk praktek

klinis dan penelitian.

Pendekatan Terkini untuk Pengobatan Depresi Antenatal

Anehnya, mengingat tingkat yang sama tinggi dari depresi pra-dan

postpartum, wanita antenatal lebih memilih untuk psikoterapi, dibandingkan

dengan antidepresan, dan adanya kekhawatiran tentang antidepresan selama

kehamilan, penggunaan psikoterapi untuk mengobati depresi antenatal kurang

mendapat perhatian empiris daripada depresi postpartum. Kami menemukan

hanya 3 RCT (randomized clinical trial) untuk psikoterapi bagi depresi antenatal,

2 di antaranya melibatkan IPT (interpersonal therapy) dan yang satu melibatkan

CBT (cognitive-behavioural therapy).

Page 3: Perkembangan Psikopatologi pada Depresi Perinatal.doc

Dalam salah satu penelitian IPT (n=38) pada imigran berpenghasilan

rendah yang berbahasa Spanyol, yang secara acak diikutkat dalam IPT

menunjukkan pengurangan gejala depresi yang secara signifikan lebih besar dan

lebih cepat dibandingkan wanita yang menerima program pendidikan orang tua.

Dalam RCT kedua dengan IPT (n=53), relevan secara budaya, IPT-B

(brief interpersonal therapy) –yang terdiri atas suatu sesi keterlibatan, 8 sesi IPT

di klinik obstetrik dan ginekologi, dan IPT pemeliharaan bulanan hingga 6 bulan

selama periode pospartum- mengurangi diagnosis dan tingkat gejala depresi relatif

untuk meningkatkan perawatan secara umum pada wanita pencari terapi, wanita

hamil dan wanita berpenghasilan rendah dengan gejala depresi tinggi.

RCT ketiga melibatkan CBT (n = 277) dan memiliki tujuan mencegah

depresi pasca melahirkan, tapi termasuk beberapa data untuk mengurangi depresi

selama kehamilan. Wanita dengan gejala depresi ringan sampai sedang dan (atau)

beresiko untuk mengalami depresi perinatal menjalani 2 jam CBT kelompok

intervensi di perawatan primer untuk ibu hamil selama 6 minggu ditambah buklet

informasi atau diberikan buklet informasi saja. Tingkat gejala depresi secara

signifikan berkurang dari pra-postinterfensi, meskipun tidak ada perbedaan yang

signifikan dalam peningkatan tingkat gejala depresi antara CBT dan kelompok

kontrol pada 2 atau 4 bulan selama periode postpartum. Para penulis menafsirkan

temuan mereka sebagai akibat batas dasar tingkat gejala yang rendah, singkatnya

intervensi, dan kemungkinan efektivitas kondisi kontrol.

Sorotan

• Dari perspektif psikopatologi perkembangan, kami menawarkan saran untuk

memperbaiki terapi psikososial untuk depresi selama kehamilan, berikutnya

langkah-langkah dalam penelitian dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diuji, dan

bimbingan dalam desain studi tersebut harus peka terhadap pertimbangan

perkembangan.

Keterbatasan

• Ada sangat sedikit laporan RCT tentang psikoterapi untuk depresi antenatal yang

Page 4: Perkembangan Psikopatologi pada Depresi Perinatal.doc

diterbitkan.

• Kesimpulan belum bisa ditarik tentang terapi untuk depresi antenatal mana yang

dapat meminimalkan risiko sehubungan dengan depresi antenatal yang tidak

diobati

Perspektif Psikopatologi Perkembangan terhadap Terapi Depresi

Perinatal

Meskipun perspektif perkembangan paling sering dipakai dalam studi

tentang anak-anak atau remaja, psikopatologi perkembangan menawarkan

kekayaan konsep yang menguntungkan untuk bidang studi yang beragam seperti

pelecehan anak dan perkembangan remaja. Untuk pertimbangan pengobatan

selama kehamilan, konsep inti dari keberlanjutan, risiko dan ketahanan, konteks,

dan equifinality dan multifinality memiliki arti penting tertentu.

Keberlanjutan

Prinsip bahwa psikopatologi terjadi pada sebuah keberlanjutan sangat

penting untuk pemahaman tentang pengobatan untuk depresi antenatal. Meskipun

kontroversi mengenai kategori, dibandingkan dengan konseptualitas yang kontinu

pada gangguan mental relevan untuk beberapa psikopatologi dewasa, perdebatan

ini sangat relevan untuk depresi yang terjadi selama kehamilan. Selain pertanyaan

tentang kekhasan depresi antenatal yang memenuhi kriteria MDEs (Major

Depressive Episode) dalam Manual Diagnostik dan Statistik untuk Gangguan

Mental, Edisi Keempat, relatif untuk melampaui cut-off klinis tentang skala gejala

depresi terstandar, gagasan keberlanjutan juga relevan dalam membedakan depresi

dari pengalaman normatif kehamilan. Gejala-gejala somatik depresi tumpang

tindih dengan pengalaman yang banyak wanita hamil laporkan ( misalnya,

gangguan nafsu makan, energi menurun, dan gangguan tidur) tanpa adanya

gangguan mood. Pengukuran yang kontinu terhadap gejala depresi juga lebih

sering digunakan dari penilaian diagnostik untuk skrining depresi. Hal ini lebih

efisien untuk mengidentifikasi perempuan hamil atau setelah melahirkan sebagai

Page 5: Perkembangan Psikopatologi pada Depresi Perinatal.doc

depresi berdasarkan skor tinggi pada suatu laporan skala penilaian gejala, seperti

Beck Depression Inventory-II, atau The Edinburgh Postnatal Depression Scale.

Setiap skala ini telah empiris menetapkan ambang batas yang menunjukkan

bahwa wanita hamil mengalami klinis depresi yang signifikan.

Bukti terbaru menunjukkan bahwa bayi dari ibu dengan depresi antenatal

subklinis tidak berbeda dari perempuan dengan depresi didiagnosis pada

pengukuran fungsi neurobehavioral neonatal. Selanjutnya, Goodman dan Tully

menemukan bahwa, di antara sekelompok wanita yang semuanya memiliki MDEs

sebelumnya, kekambuhan depresi selama kehamilan dikaitkan dengan berbagai

fungsi psikososial dan pribadi yang berkorelasi terlepas dari apakah rekurensi

adalah subklinis atau MDEs. Akhirnya, manifestasi gejala depresi, bukan

diagnosis depresi, berhubungan dengan kelahiran yang merugikan dan hasil masa

kanak-kanak.

Risiko dan Ketahanan

Risiko didefinisikan sebagai suatu kondisi yang meningkatkan peluang

berkembangnya gangguan. Faktor risiko selalu mendahului timbulnya gangguan

dan sering sulit untuk diidentifikasi secara empiris, karena diperlukan perspektif

desain longitudinal. Lebih banyak penelitian telah difokuskan pada depresi

berkorelasi (yaitu, faktor-faktor yang cenderung terjadi bersama dengan depresi)

daripada faktor risiko.

Salah satu faktor risiko depresi antenatal, yang didukung secara empiris,

adalah riwayat depresi. Selain itu, depresi perinatal sebelumnya adalah prediktor

kuat depresi perinatal berikutnya. Bagi banyak wanita, depresi selama kehamilan

adalah episode berulang, dengan onset berpotensi jauh lebih awal dalam

perkembangannya. Meskipun usia rata-rata terjadinya depresi adalah pertengahan

20-an, sebuah studi skala besar menemukan bahwa 75% orang dewasa yang

memiliki gangguan depresif pada pertengahan 20-an memiliki episode pertama

mereka selama kanak-kanak atau remaja. Menurut perspektif terbaru, studi

longitudinal, sekitar 30% wanita dengan riwayat pengalaman MDD (Major

Depressive Disorder) dan MDE selama kehamilan sebelumnya dan tambahan

Page 6: Perkembangan Psikopatologi pada Depresi Perinatal.doc

23% melampaui cut-off untuk tingkat gejala depresi selama kehamilan, yang

kontras dengan sampel tidak terpilih yang menunjukkan kira-kira satu setengah

dari tingkatan ini. Demikian banyak wanita yang menjadi depresi selama

kehamilan mengikuti jalur perkembangan, dengan indikator risiko yang terjadi

jauh lebih awal dari kehamilan. Gagasan depresi prenatal sebagai episode

berulang memiliki implikasi pengobatan yang penting dan akan dijelaskan nanti.

Psikopatologi perkembangan juga telah menyampaikan pelajaran yang

kuat, melalui terobosan kerja oleh Rutter dan Sameroff dkk, bahwa faktor risiko

jarang terjadi dalam isolasi. Tidak hanya mereka cenderung untuk terjadi bersama,

tetapi juga efeknya sinergis. Sebagai contoh, mengingat komorbiditas tinggi

antara depresi dan kecemasan, faktor risiko depresi sebelumnya sering

berinteraksi dengan kecemasan sebelumnya. Dua gangguan itu dapat memberi

efek independen dan interaktif baik pada ibu hamil dan perkembangan janin.

Misalnya, Monk dan rekan (lihat Evans et al) menemukan bahwa tingkat kortisol

perempuan hamil meningkat hanya jika terdapa depresi dan kecemasan yang

komorbid.

Sebagai tandingan terhadap gagasan risiko, ketahanan dan faktor

pelindung membantu menjelaskan pengamatan bahwa risiko jarang tegas.

Ketahanan mengacu pada hasil umum yang baik meskipun terdapat risiko pada

perkembangan yang sehat. Model ketahanan menyoroti kualitas individu atau

lingkungan mereka untuk peran mereka baik dalam mengkompensasi, atau

melindungi terhadap, faktor risiko. Untuk depresi antenatal, beberapa studi

longitudinal telah diterbitkan, namun studi korelasional mengungkapkan faktor

pelindung berikut: tingkat stres yang lebih rendah, pendapatan yang lebih tinggi,

tingkat harga diri dan dukungan sosial yang lebih tinggi, menikah, religiusitas

tinggi, dan kehamilan yang direncanakan

Konteks

Penekanan pada konteks sangat penting dalam menyoroti cara di mana

risiko beroperasi di bawah kondisi yang berbeda. Yang penting, hubungan antara

seorang wanita dan konteksnya dipahami sebagai transaksional, dan bukan satu

Page 7: Perkembangan Psikopatologi pada Depresi Perinatal.doc

arah. Seorang wanita depresi dan konteks lingkungannya mempengaruhi satu

sama lain dari waktu ke waktu dengan cara yang mungkin mengakibatkan

peningkatan atau penurunan keparahan masalah untuk perempuan dan

lingkungannya. Aspek penting dari konteks seorang wanita yang relevan untuk

memahami depresi antenatal meliputi isu-isu relasional dengan pasangan nikah

atau partner dan lainnya, stressor lain, dukungan sosial, penggunaan alkohol, obat-

obatan, dan merokok, dan gangguan yang terjadi bersamaan. Misalnya, gejala dan

gangguan kecemasan (termasuk obsesif-kompulsif dan gangguan kecemasan

umum) berkorelasi umum pada depresi kehamilan. Gejala depresi dalam

kehamilan juga terkait dengan dukungan kurang sosial dan buruknya penataan

perkawinan. Selain itu, buruknya fungsi hubungan selama kehamilan adalah

prediksi kemungkinan besar munculnya diagnosis (lihat Gotlib et al) dan gejala

depresi postpartum (lihat Hock et al dan Milgrom et al). Dan, di kalangan

perempuan dengan risiko depresi perinatal, gejala depresi selama kehamilan

merupakan prediksi penyesuaian hubungan berikutnya, konsisten dengan

perspektif transaksional, meskipun penyesuaian hubungan bukanlah prediksi

selanjutnya gejala depresi. Dalam sampel yang sama, kekambuhan depresi pada

kehamilan dikaitkan dengan lebih banyak stres, dukungan sosial yang dirasakan

lebih rendah, lebih banyak masalah dalam kepribadian dan fungsi sosial, usia

yang lebih muda, pendapatan rumah tangga yang lebih rendah, dan kumpul kebo

bukannya menikah.

Equifinality dan Multifinality

Equifinality memfasilitasi pemahaman tentang bagaimana depresi yang

terjadi selama kehamilan, seperti depresi yang terjadi pada waktu lain, mungkin

muncul dari beberapa jalur perkembangan (kausal) alternatif,. Multifinality

membantu menjelaskan mengapa depresi selama kehamilan memiliki kisaran

akibat, baik untuk ibu dan anaknya.

Equifinality berfungsi sebagai pengingat dari keberagaan depresi dan

beberapa jalur potensial untuk menjadi depresi yang melibatkan beberapa sistem

(biologis, perilaku, kognitif, dan interpersonal) dan hubungan mereka dari waktu

Page 8: Perkembangan Psikopatologi pada Depresi Perinatal.doc

ke waktu. Penelitian yang inovatif diantara wanita postpartum menemukan

perbedaan sensitivitas untuk perubahan steroid gonad di kalangan perempuan

pada periode postpartum. Secara khusus, 5 dari 8 wanita yang memiliki riwayat

depresi postpartum (berbeda dengan perempuan tanpa riwayat) mengembangkan

gejala-gejala klinis depresi yang signifikan ketika steroid gonad yang tiba-tiba

ditarik dan disesuaikan dengan keadaan yang diinduksi selama eksperimen

konsisten dengan kehamilan. Meskipun data tersebut tidak mendukung

sensitivitas hormonal sebagai faktor penyebab depresi antenatal, mereka

memberikan contoh yang sangat baik dari metodologi yang ketat yang digunakan

untuk menyorot satu jalu depresi pada subkelompok perempuan, di antaranya

sensitivitas biologis dapat berinteraksi dengan kehamilan normatif untuk

terjadinya depresi. Untuk wanita lainnya, faktor biologis mungkin kurang relevan

atau mungkin hanya menjadi relevan dalam konteks stressor psikososial.

Sebaliknya, multifinality membantu menjelaskan bagaimana suatu set

faktor risiko (dan protektif) yang sama dalam orang yang berbeda dapat

menyebabkan hasil yang berbeda. Sebuah contoh yang sangat baik multifinality

depresi antenatal menyangkut dampak potensial pada keturunan. Bukti kuat

mendukung berbagai hasil merugikan antara keturunan yang terpapar secara

prenatal pada ibu depresi. Misalnya, paparan depresi prenatal telah ditemukan

terkait dengan buruknya janin dalam kandungan dan keadaan neonatal, perubahan

kortisol, afek negatif yang lebih besar pada bayi, asimetri electroencephalogram

yang relatif lebih besar di frontal kanan, perilaku anak-anak - masalah emosional,

masalah perilaku antisosial, dan bahkan skizofrenia ketika ada juga riwayat

keluarga psikosis). Dengan demikian hasil antara anak yang terpajan depresi dari

ibu mereka beragam dan bukan merupakan masalah. Bahkan, ulasan meta-analisis

mengungkapkan bahwa risiko relatif perbedaan hasil yang merugikan adalah

kecil. Sebagai contoh, berdasarkan satu review terakhir, kemungkinan berat badan

lahir rendah pada keturunan terpajan depresi dari ibu mereka di negara

berkembang ditemukan antara 10 % dan 16 % lebih besar dari kemungkinan hasil

ini pada bayi yang ibunya tidak mengalami depresi prenatal. Salah satu

kesimpulan dari tinjauan meta - analisis dari literatur yang lebih besar pada akibat

Page 9: Perkembangan Psikopatologi pada Depresi Perinatal.doc

( internalisasi, eksternalisasi, dan psikopatologi umum, pengaruh positif dan

negatif pada perilaku) terkait dengan depresi ibu pada periode postpartum atau

yang ditemukan kemudian menunjukkan bahwa semua hubungan tersebut

skalanya kecil. Temuan untuk hubungan ini lebih signifikan dan menjanjikan di

model teoritis yang sedang berkembang mengenai risiko untuk anak-anak dari ibu

yang depresi di luar model efek utama. Hal tersebut jika diterapkan pada paparan

depresi prenatal juga menjanjikan keakuratan dalam mengidentifikasi anak-anak

yang lebih atau kurang berisiko untuk salah satu dari berbagai akibat yang telah

dikaitkan dengan depresi prenatal.

Implikasi bagi Praktik Klinis dan Penelitian Berdasarkan

Perspektif Psikopatologi Perkembangan: Beberapa Panduan

Keberlanjutan

Penekanan psikopatologi perkembangan pada gangguan yang terjadi di

sebuah keparahan yang berlanjut sangat relevan dengan pertimbangan intervensi

untuk depresi antenatal dan menggarisbawahi kebutuhan klinis wanita dengan

MDD yang urang parah atau dengan gejala depresi subklinis. Gagasan dari

keparahan yang berlanjut mungkin sangat berguna mengenai keputusan tentang

terapi farmakologi, dibandingkan dengan nonfarmakologi. Meskipun baru-baru

ini American College of Obstetricians and Gynecologists - Pedoman Asosiasi

Psikiatri Amerika menunjukkan nilai penting psikoterapi relatif terhadap

farmakoterapi untuk wanita dengan gejala depresi ringan sampai sedang, adalah

mungkin bahwa psikoterapi memiliki nilai penting, bahkan untuk wanita yang

didiagnosis dengan MDD lebih parah. Data terbaru dari meta-analisis yang

dikumpulkan menemukan sedikit bukti manfaat antidepresan, dibandingkan

dengan plasebo, diantara orang dewasa di populasi umum dengan bentuk ringan

sampai berat dari depresi mayor dan minor, faktanya, hanya di antara rentang

gangguan yang sangat parah saja muncul perbedaan hasil dari pemberian obat-

plasebo. Diantara perempuan dengan gejala depresi subklinis dan wanita dengan

bentuk depresi klinis yang kurang parah, pendekatan psikoterapi yang

memaksimalkan bahan yang berpotensi aktif dalam intervensi plasebo mungkin

Page 10: Perkembangan Psikopatologi pada Depresi Perinatal.doc

menjadi pilihan klinis penting. Misalnya, dukungan sosial yang kuat, adanya

harapan melalui pengobatan rasional yang kredibel, dan mendorong pasien untuk

mampu mengambil tindakan khusus untuk merawat diri mereka sendiri dan untuk

meningkatkan mood adalah faktor penting. Penelitian baru tentang pendekatan

inovatif, seperti listening visits dan telepon dengan sesama rekan di antara wanita

postpartum, menyoroti nilai yang mungkin dari pendekatan tersebut untuk

diterapkan pada wanita antenatal.

Risiko dan Ketahanan

Pemahaman tentang faktor risiko dan ketahanan memiliki potensi untuk

membantu personalisasi intervensi klinis dan memaksimalkan keberhasilan.

Sayangnya, intervensi psikososial untuk depresi prenatal memiliki risiko yang

mampu ditangani atau faktor ketahanan yang minimal. Seringkali, intervensi dan

upaya pencegahan yang disampaikan secara luas dan tidak khusus menargetkan

faktor risiko atau faktor ketahanan. Dua pengecualian menjanjikan mencakup

studi IPT dan MBCT (Mindfulnes-Based Cognitive Therapy).

IPT menangani risiko, seperti dukungan sosial yang rendah dan konflik

dalam hubungan, dengan mengajarkan komunikasi lebih efektif dengan keluarga

dan teman-teman, keterampilan untuk memperoleh dukungan sosial, dan teknik

koping yang efektif untuk digunakan saat dibutuhkan dan selama perubahan

hidup, seperti yang khas dalam kehamilan dan transisi menjadi orangtua. Dengan

demikian tidak mengherankan bahwa 2 RCT dengan pengujian IPT untuk depresi

prenatal, dibahas sebelumnya, sangat menjanjikan, meskipun dengan sampel kecil

dan terbatas pada penduduk berpenghasilan rendah.

MBCT adalah kelompok intervensi singkat yang secara khusus

menargetkan faktor risiko kekambuhan depresi, fokus khususnya, tentang peran

reaktivitas kognitif terhadap emosi negatif. Melalui kombinasi meditasi pikiran,

yoga, psikoedukasi, dan strategi perilaku - kognitif, MBCT mengajarkan

keterampilan untuk mengganggu pola yang reaktif , habitual, dan meningkat

antara emosi dan pikiran negatif. MBCT secara signifikan mengurangi tingkat

kekambuhan depresi dan kekambuhan pada dewasa dengan MDD berulang.

Page 11: Perkembangan Psikopatologi pada Depresi Perinatal.doc

Penerapan MBCT untuk perempuan perinatal berisiko mungkin secara signifikan

meningkatkan upaya pencegahan dan memberikan contoh yang kuat dari

intervensi klinis yang dipandu oleh perhatian terhadap faktor risiko dan

ketahanan.

Perspektif psikopatologi perkembangan pada faktor risiko yang

berhubungan juga menggarisbawahi kebutuhan untuk fokus tidak hanya pada

pengurangan depresi, tetapi juga dari stress dan kecemasan terkait. Sebuah

pengobatan yang dapat efektif menargetkan kedua jenis gejala ini serta depresi

akan jauh lebih cocok untuk pengobatan depresi perinatal daripada yang lain,

lebih tradisional, pilihan. BA (Behavioural Activation) memiliki dukungan yang

kuat sebagai pengobatan untuk depresi dan dukungan baru dalam pengobatan

gangguan kecemasan. BA berfokus pada peningkatan aktivitas yang berhubungan

dengan suasana hati positif dalam melawan perilaku menghindar, yang umum

terjadi pada depresi dan kecemasan. Dengan demikian, hal ini mungkin

menjanjikan jalan untuk mengatasi penekanan perkembangan psikopatologi pada

faktor risiko berkorelasi.

Implikasi lain dari perspektif psikopatologi perkembangan tentang faktor

risiko yang terjadi bersamaan dan sinergis adalah kebutuhan untuk bergerak di

luar model perawatan depresi antenatal tradisional dengan alternatif, seperti model

perawatan kolaboratif atau stepped care models. IPT – B dari Grote et al adalah

salah satu contoh dari perawatan kolaboratif dimana pengobatan dikaitkan

dengan jadwal perawatan prenatal dan dilakukan di bagian obstetrik. Studi lebih

lanjut diperlukan untuk menguji efektivitas relatif perawatan kolaboratif atau

stepped care models dalam kaitannya dengan perawatan tradisional, dan untuk

menentukan komponen mana dari model alternatif ini yang berkontribusi untuk

setiap efektivitas yang terlihat.

Konteks

Model transaksional sangat menyarankan perlunya perawatan untuk

mengatasi tidak hanya depresi dan yang berkorelasi tetapi juga konteks

interpersonal dimana wanita dengan depresi antenatal tinggal. Jadi hubungan

Page 12: Perkembangan Psikopatologi pada Depresi Perinatal.doc

pernikahan- dyadic, pengasuhan, dan kebutuhan kesehatan mental bayi (dan [atau]

anak) perlu dipertimbangkan sebagai target pengobatan. Mengenai fungsi

hubungan, selama kehamilan, pengobatan depresi dapat meningkatkan fungsi

hubungan, dan pengobatan berbasis pasangan mungkin efektif dalam mengurangi

depresi (dan kecemasan). Studi menunjukkan bahwa terapi pasangan efektif

dalam mengurangi depresi dan meningkatkan penyesuaian hubungan pada orang

depresi di populasi umum perlu diperpanjang untuk pasangan dengan perempuan

yang depresi selama periode perinatal.

Equifinality dan Multifinality

Sebuah perspektif psikopatologi perkembangan menggarisbawahi

pentingnya pemahaman depresi sebagai gangguan yang terbentang sepanjang

umur wanita, dengan heterogenitas yang luas dan berbagai risiko dan

konsekuensi.

Pemahaman yang rinci tentang jalur perkembangan yang dapat

menyebabkan perempuan mengalami depresi antenatal memiliki potensi untuk

memandu upaya intervensi dengan cara yang kuat. Misalnya, bukti yang kuat dan

jelas untuk depresi pada orang dewasa sering memiliki memiliki onset pertama di

masa kanak-kanak ata remaja, dan tingginya tingkat kekambuhan dan rekurensi

depresi selama periode perinatal, menyarankan dibutuhkannya pengembangan dan

pengujian intervensi untuk kekambuhan dan rekurensi depresi pada kehamilan.

Gagasan ini memiliki implikasi penting untuk skrining dan intervensi pencegahan.

Pengetahuan tersebut dapat digunakan dalam perencanaan prakonsepsi, seperti

yang telah disarankan namun jarang diimplementasikan. Selain itu, kemampuan

untuk mengidentifikasi wanita yang depresi dipicu oleh faktor-faktor risiko

tertentu akan membantu untuk fokus dalam menargetkan upaya pengobatan .

Sebagai contoh, fokus MBCT, sebagian besar, pada regulasi emosi dan hubungan

antara emosi, pikiran, dan tindakan karena penelitian dasar telah menunjukkan

bahwa ini adalah proses penting dalam memprediksi kekambuhan depresi.

Pertimbangan multifinality memiliki potensi untuk memandu pendekatan

yang luas untuk intervensi pada wanita hamil dan keluarga mereka. Para peneliti

Page 13: Perkembangan Psikopatologi pada Depresi Perinatal.doc

juga telah tertarik pada sejauh mana terapi depresi perinatal dapat bermanfaat bagi

bayi . Mengenai kesehatan mental anak-anak dalam kaitannya untuk pengobatan

depresi selama periode perinatal , temuan telah digabung dan bergantung pada

bukti dari pengobatan depresi postpartum, daripada depresi antenatal. . Sebuah

meta-analysis menemukan bukti minimal pengobatan untuk depresi orang tua

menunjukkan hasil untuk anak-anak mereka,seperti perkembangan keamanan,

emosionalitas, serta kognitif atau motorik. Sebaliknya, 2 studi, menemukan

hubungan antara pengobatan depresi perinatal dan perbaikan dalam kualitas

pengasuhan dan fungsi hidup bayi. Dalam satu studi, terapi kelompok dikaitkan

dengan interaksi ibu yang lebih besar dengan bayi mereka, dan penurunan waktu

menangis bayi dan peningkatan vokalisasi bukan tangisan, meskipun perubahan

minimal pada tingkat depresi . Dalam studi kedua, pada ibu nifas yang secara

klinis depresi diobati dengan antidepresan, penurunan depresi dikaitkan dengan

perbaikan dalam kualitas interaksi ibu dengan bayi dan kualitas bayi dalam

bermain. Dalam salah satu contoh langka terapi yang langsung ditujukan pada

hubungan ibu – bayi dengan adanya depresi postpartum, suatu terapi kelompok

ibu-bayi selama 12 minggu lebih efektif daripada kelompok kontrol daftar tunggu,

tidak hanya dalam mengurangi tingkat gejala depresi tetapi juga dalam

meningkatkan laporan perempuan tentang bayi mereka sebagai lebih memperkuat

dan, dari pengamatan, perempuan menunjukkan afektif keterlibatan dan

komunikasi lebih positif dengan anak mereka. Salah satu dari rekomendasi dari

Institute of Medicine baru-baru in melaporkan penekanan untuk perawatan

kolaboratif yang mencakup pengobatan berbasis bukti untuk wanita depresi juga

sebagai suatu penilaian dan pengobatan sensitif yang berkembang, seperti

diperlukan, untuk bayi dan hubungan ibu-bayi.

Pertanyaan kunci yang masih harus dijawab adalah sejauh mana

pengobatan depresi antenatal dapat meminimalkan risikodikaitkan dengan depresi

antenatal yang tidak diobati, termasuk tidak hanya risiko untuk akibat merugikan

bagi keturunannya, tetapi jug untuk depresi postpartum maternal (sehingga

mengurang risiko pada bayi dengan mengurangi paparan lebih lanjut), gangguan

interaksi ibu dengan bayi, dan penurunan keterlibatan ayah bayi.

Page 14: Perkembangan Psikopatologi pada Depresi Perinatal.doc

Ringkasan Rekomendasi

Depresi Antenatal adalah umum terjadi dan serius, dan anehnya kurang

menerima perhatian secara empiris. Penelitian lebih lanjut sangat diperlukan

untuk menginformasikan baik pengembangan klinis dan pola praktek. Salah satu

sumber penting dari pedoman kerja ini adalah psikopatologi perkembangan.

Konsep inti, seperti keberlanjutan, risiko dan ketahanan, konteks, dan equifinality

dan multifinality, menawarkan cara untuk membuat konsep dimensi intervensi

kritis pada wanita hamil, mengidentifikasi baik langkah tambahan dan inovatif

selanjutnya untuk pertanyaan dalam penelitian yang akan diuji, dan memandu

desain penelitian tersebut untuk peka terhadap pertimbangan perkembangan.

Ucapan Terima Kasih

Karya ini didukung oleh hibah (MH083866) dari National Institute of

Mental Health. Asosiasi Psikiatri Kanada dengan bangga mendukung seri In

Review dengan memberikan penghormatan kepada penulis.