Psikopatologi Dan Quality of Life Pada Pasien Kaki Diabetes

23
Referat Psikopatologi dan Quality of Life pada Pasien dengan Kaki DM Disusun oleh : Ari Filologus Sugiarto Nim : 11 2013 204 Pembimbing : Dr. Elly Tania , SpKJ FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA JAKARTA 1

description

Psikopatologi Dan Quality of Life Pada Pasien Kaki Diabetes

Transcript of Psikopatologi Dan Quality of Life Pada Pasien Kaki Diabetes

Page 1: Psikopatologi Dan Quality of Life Pada Pasien Kaki Diabetes

Referat

Psikopatologi dan Quality of Life pada

Pasien dengan Kaki DM

Disusun oleh :

Ari Filologus Sugiarto

Nim : 11 2013 204

Pembimbing :

Dr. Elly Tania , SpKJ

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

JAKARTA

1

Page 2: Psikopatologi Dan Quality of Life Pada Pasien Kaki Diabetes

PENDAHULUAN

Menurut catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 1996 di dunia

terdapat 120 juta penderita diabetes mellitus yang diperkirakan naik dua kali lipat pada tahun

2025. Kenaikan ini disebabkan oleh pertambahan umur, kelebihan berat badan (obesitas), dan

gaya hidup. 1

Salah satu komplikasi menahun dari DM adalah kelainan pada kaki yang disebut

sebagai kaki diabetik. Menurut dr Sapto Adji H SpOT dari bagian bedah ortopedi Rumah

Sakit Internasional Bintaro (RSIB), komplikasi yang paling sering dialami pengidap diabetes

adalah komplikasi pada kaki (15 persen) yang kini disebut kaki diabetes. 1

Di negara berkembang prevalensi kaki diabetik didapatkan jauh lebih besar

dibandingkan dengan negara maju yaitu 2-4%, prevalensi yang tinggi ini disebabkan kurang

pengetahuan penderita akan penyakitnya, kurangnya perhatian dokter terhadap komplikasi ini

serta rumitnya cara pemeriksaan yang ada saat ini untuk mendeteksi kelainan tersebut secara

dini. Pengelolaan kaki diabetes mencakup pengendalian gula darah,debridemen/membuang

jaringan yang rusak, pemberian antibiotik, dan obat-obat vaskularisasi serta amputasi. 1

Komplikasi kaki diabetik adalah penyebab amputasi ekstremitas bawah nontraumatik

yang paling sering terjadi di dunia industri. Sebagian besar komplikasi kaki diabetik

mengakibatkan amputasi yang dimulai dengan pembentukan ulkus di kulit. Risiko amputasi

ekstremitas bawah 15 – 46 kali lebih tinggi pada penderita diabetik dibandingkan dengan

orang yang tidak menderita diabetes mellitus. Lagi pula komplikasi kaki adalah alasan

tersering rawat inap pasien dengan diabetes, berjumlah 25% dari seluruh rujukan diabetes di

Amerika Serikat dan Inggris. 1

2

Page 3: Psikopatologi Dan Quality of Life Pada Pasien Kaki Diabetes

Definisi

Diabetes mellitus merupakan penyakit endokrin akibat defek dalam sekresi dan kerja

insulin atau keduanya sehingga terjadi defisiensi insulin relatif atau absolut dimana tubuh

mengeluarkan terlalu sedikit insulin atau insulin yang dikeluarkan resisten sehingga

mengakibatkan kelainan metabolisme kronis berupa hiperglikemia kronik disertai berbagai

kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan komplikasi kronik pada sistem

tubuh. 2

Kaki diabetik adalah kelainan pada tungkai bawah yang merupakan komplikasi kronik

diabetes mellitus. Suatu penyakit pada penderita diabetes bagian kaki, dengan gejala dan tanda

sebagai berikut : 3

1. Sering kesemutan/gringgingan (asmiptomatus).

2. Jarak tampak menjadi lebih pendek (klaudilasio intermil).

3. Nyeri saat istirahat.

4. Kerusakan jaringan (necrosis, ulkus).

Salah satu komplikasi yang sangat ditakuti penderita diabetes adalah kaki diabetik.

Komplikasi ini terjadi karena terjadinya kerusakan saraf, pasien tidak dapat membedakan suhu

panas dan dingin, rasa sakit pun berkurang.3

Epidemiologi

Di Negara maju kaki diabetes memang masih merupakan masalah kesehatan masyarakat

yang besar, tetapi dengan kemajuan cara pengelolaan, dan adanya klinik kaki diabetes yang aktif

mengelola sejak pencegahan primer, nasib penyandang kaki diabetes menjadi lebih cerah. Angka

kematian dan angka amputasi dapat ditekan samapai sangat rendah, menurun sebanyak 49-85%

dari sebelumnya. Tahun 2005 International Diabetes Federation mengambil tema tahun kaki

diabetes meningat pentingnya pengelolaan kaki diabetes dikembangkan. 4

3

Page 4: Psikopatologi Dan Quality of Life Pada Pasien Kaki Diabetes

Di RSUPN dr Cipto Mangunkusumo, masalah kaki diabetes masih merupakan masalah

besar. Sebagian besar perawatan penyandang DM selalu menyangkut kaki diabetes. Angka

kematian dan angka amputasi masih tinggi, masing-masing sebesar 16% dan 25% (data

RSUPNCM tahun 2003). Nasib para penyandang DM pasca amputasi pun masih sangat buruk.

Sebanyak 14,3% akan meninggal dalam setahun pasca amputasi, dan sebanyak 37% akan

meninggal 3 tahun pasca amputasi. 4

Di Amerika Serikat biaya keseluruhan yang harus dikeluarkan untuk DM dengan

hanya kaki diabetes adalah sebanyak $ 150 juta dari $ 91,8 miliar biaya yang langsung

berkaitan dengan DM. Di rumah sakit rujukan di California Selatan rata-rata biaya untuk

amputasi primer pada tungkai bawah adalah $ 24.700 dengan rata-rata lama tinggal di

rumah sakit 21 hari. Semuanya itu hanya biaya lansung dan belum termasuk biaya tidak

langsung seperti ketidakhadiran, kecacatan permanen, dan kematian keluarga. Angka

absen pada penderita DM (44 hari pertahun) didapatkan 11 kali lebih tinggi daripada

populasi umumnya, dengan perkiraan kerugian sebanyak $ 365.000 perpasien pertahun.

Pada penelitian tersebut, didapatkan DM menduduki peringkat ketiga penyebab

kecacatan permanen, setelah kelainan neurologic dan penyakit jantung iskemik. 5

Faktor Risiko Terjadinya Kaki Diabetik

Ada 3 alasan mengapa orang diabetes lebih tinggi risikonya mengalami masalah kaki.

Pertama, berkurangnya sensasi rasa nyeri setempat (neuropati) membuat pasien tidak menyadari

bahkan sering mengabaikan luka yang terjadi karena tidak dirasakannya. Luka timbul spontan

sering disebabkan karena trauma misalnya kemasukan pasir, tertusuk duri, lecet akibat

pemakaian sepatu/sandal yang sempit dan bahan yang keras. Mulanya hanya kecil, kemudian

meluas dalam waktu yang tidak begitu lama. Luka akan menjadi borok dan menimbulkan bau

yang disebut gas gangren. Jika tidak dilakukan perawatan akan sampai ke tulang yang

mengakibatkan infeksi tulang (osteomylitis). Upaya yang dilakukan untuk mencegah perluasan

infeksi terpaksa harus dilakukan amputasi (pemotongan tulang). 1

Kedua, sirkulasi darah dan tungkai yang menurun dan kerusakan endotel pembuluh

darah. Manifestasi angiopati pada pembuluh darah penderita DM antara lain berupa

4

Page 5: Psikopatologi Dan Quality of Life Pada Pasien Kaki Diabetes

penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah perifer (yang utama). Sering terjadi pada

tungkai bawah (terutama kaki). Akibatnya, perfusi jaringan bagian distal dari tungkai menjadi

kurang baik dan timbul ulkus yang kemudian dapat berkembang menjadi nekrosi/gangren

yang sangat sulit diatasi dan tidak jarang memerlukan tindakan amputasi. 1

Gangguan mikrosirkulasi akan menyebabkan berkurangnya aliran darah dan hantaran

oksigen pada serabut saraf yang kemudian menyebabkan degenarasi dari serabut saraf.

Keadaan ini akan mengakibatkan neuropati. Di samping itu, dari kasus ulkus/gangren diabetes,

kaki DM 50% akan mengalami infeksi akibat munculnya lingkungan gula darah yang subur

untuk berkembanguya bakteri patogen. Karena kekurangan suplai oksigen, bakteri-bakteri

yang akan tumbuh subur terutama bakteri anaerob. Hal ini karena plasma darah penderita

diabetes yang tidak terkontrol baik mempunyai kekentalan (viskositas) yang tinggi. Sehingga

aliran darah menjadi melambat. Akibatnya, nutrisi dan oksigen jaringan tidak cukup. Ini

menyebabkan luka sukar sembuh dan kuman anaerob berkembang biak. 1

Ketiga, berkurangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi. Secara umum penderita

diabetes lebih rentan terhadap infeksi. Hal ini dikarenakan kemampuan sel darah putih

‘memakan’ dan membunuh kuman berkurang pada kondisi kadar gula darah (KGD) diatas 200

mg%. Kemampuan ini pulih kembali bila KGD menjadi normal dan terkontrol baik. Infeksi ini

harus dianggap serius karena penyebaran kuman akan menambah persoalan baru pada borok.

Kuman pada borok akan berkembang cepat ke seluruh tubuh melalui aliran darah yang bisa

berakibat fatal, ini yang disebut sepsis (kondisi gawat darurat). 1

Sejumlah peristiwa yang dapat mengawali kerusakan kaki pada penderita diabetes

sehingga meningkatkan risiko kerusakan jaringan antara lain : 1

- Luka kecelakaan - Trauma sepatu

- Stress berulang - Trauma panas

- Iatrogenik - Oklusi vaskular

- Kondisi kulit atau kuku

Faktor risiko demografis :

- Usia

5

Page 6: Psikopatologi Dan Quality of Life Pada Pasien Kaki Diabetes

Semakin tua semakin berisiko

- Jenis kelamin

Laki-laki dua kali lebih tinggi. Mekanisme perbedaan jenis kelamin tidak jelas – mungkin

dari perilaku, mungkin juga dari psikologis

- Etnik

Beberapa kelompok etnik secara signifikan berisiko lebih besar terhadap komplikasi kaki.

Mekanismenya tidak jelas, bisa dari faktor perilaku, psikologis, atau berhubungan dengan

status sosial ekonomi, atau transportasi menuju klinik terdekat.

- Situasi sosial

Hidup sendiri dua kali lebih tinggi

Faktor risiko perilaku :

Ketrampilan manajemen diri sendiri sangat berkaitan dengan adanya komplikasi kaki

diabetik. Ini berhubungan dengan perhatian terhadap kerentanan.

Faktor risiko lain :

- Ulserasi terdahulu (inilah faktor risiko paling utama dari ulkus)

- Berat badan

- Merokok

II. 4 Patogenesis Kaki Diabetik

Diabetes seringkali menyebabkan penyakit vaskular perifer yang menghambat sirkulasi

darah. Dalam kondisi ini, terjadi penyempitan di sekitar arteri yang sering menyebabkan

penurunan sirkulasi yang signifikan di bagian bawah tungkai dan kaki. Sirkulasi yang buruk ikut

berperan terhadap timbulnya kaki diabetik dengan menurunkan jumlah oksigen dan nutrisi yang

disuplai ke kulit maupun jaringan lain, sehingga menyebabkan luka tidak sembuh-sembuh. 3

Kondisi kaki diabetik berasal dari suatu kombinasi dari beberapa penyebab seperti

sirkulasi darah yang buruk dan neuropati. Berbagai kelainan seperti neuropati, angiopati yang

6

Page 7: Psikopatologi Dan Quality of Life Pada Pasien Kaki Diabetes

merupakan faktor endogen dan trauma serta infeksi yang merupakan faktor eksogen yang

berperan terhadap terjadinya kaki diabetik. 3

Angiopati diabetes disebabkan oleh beberapa faktor yaitu genetik, metabolik dan

faktor risiko yang lain. Kadar glukosa yang tinggi (hiperglikemia) ternyata mempunyai

dampak negatif yang luas bukan hanya terhadap metabolisme karbohidrat, tetapi juga terhadap

metabolisme protein dan lemak yang dapat menimbulkan pengapuran dan penyempitan

pembuluh darah (aterosklerosis), akibatnya terjadi gaangguan peredaran pembuluh darah besar

dan kecil., yang mengakibatkan sirkulasi darah yang kurang baik, pemberian makanan dan

oksigenasi kurang dan mudah terjadi penyumbatan aliran darah terutama derah kaki. 3

Neuropati diabetik dapat menyebabkan insensitivitas atau hilangnya kemampuan untuk

merasakan nyeri, panas, dan dingin. Diabetes yang menderita neuropati dapat berkembang

menjadi luka, parut, lepuh, atau luka karena tekanan yang tidak disadari akibat adanya

insensitivitas. Apabila cedera kecil ini tidak ditangani, maka akibatnya dapat terjadi

komplikasi dan menyebabkan ulserasi dan bahkan amputasi. neuropati juga dapat

menyebabkan deformitas seperti Bunion, Hammer Toes (ibu jari martil), dan Charcot Foot. 3

Yang sangat penting bagi diabetik adalah memberi perhatian penuh untuk mencegah

kedua kaki agar tidak terkena cedera. Karena adanya konsekuensi neuropati, observasi setiap

hari terhadap kaki merupakan masalah kritis. Jika pasien diabetes melakukan penilaian

preventif perawatan kaki, maka akan mengurangi risiko yang serius bagi kondisi kakinya. 3

Sirkulasi yang buruk juga dapat menyebabkan pembengkakan dan kekeringan pada

kaki. Pencegahan komplikasi pada kaki adalah lebih kritis pada pasien diabetik karena

sirkulasi yang buruk merusak proses penyembuhan dan dapat menyebabkan ulkus, infeksi, dan

kondisi serius pada kaki. 3

Dari faktor-faktor pencetus diatas faktor utama yang paling berperan dalam timbulnya

kaki diabetik adalah angiopati, neuropati dan infeksi. Infeksi sendiri sangat jarang merupakan

faktor tunggal untuk terjadinya kaki diabetik. Infeksi lebih sering merupakan komplikasi yang

7

Page 8: Psikopatologi Dan Quality of Life Pada Pasien Kaki Diabetes

menyertai kaki diabetik akibat iskemia atau neuropati. Secara praktis kaki diabetik

dikategorikan menjadi 2 golongan : kaki diabetik akibat angiopati / iskemia dan kaki diabetik

akibat neuropati, dan ditambah kaki diabetik akibat infeksi.

II.5 Masalah Kaki Pada Penyandang Diabetes

Gambar 5. Masalah kaki pada penyandang diabetes

II.6 Klasifikasi Kaki Diabetik

Menurut berat ringannya lesi, kelainan kaki diabetik dibagi dalam enam derajat menurut Wagner, yaitu; 2

Tabel 1. sistem klasifikasi kaki diabetik, Wagner.

Derajat Lesi

Derajat 0

Derajat I

Derajat II

Derajat III

Dearjat IV

Tidak ada lesi terbuka, kulit utuh dan mungkin disertai

kelainan bentuk kakiUlkus superficial dan terbatas di kulit

Ulkus dalam mengenai tendo sampai kulit dan tulang

Abses yang dalam dengan atau tanpa ostemoielitis

Gangren jari kaki atau kaki bagian distal dengan atau tanpa

8

Page 9: Psikopatologi Dan Quality of Life Pada Pasien Kaki Diabetes

Derajat V selulitis

Gangren seluruh kaki dan sebagian tungkai bawah

Psikopatologi pada Pasien dengan kaki DM

Dibandingkan dengan penderita lainnya, pasien diabetes mellitus memiliki risiko lebih tinggi,

dan jauh lebih besar terhadap gangguan depresi. Beberapa riset terdahulu mendukung pendapat

ini bahwa, diagnosis penyakit kronik akan memicu depresi, demikian sebaliknya. Artinya,

diabetes mellitus dapat menyebabkan depresi dan depresi dapat memperparah diabetes mellitus,

dengan kata lain diabetes mellitus dan depresi mempunyai hubungan sebab akibat.

Pertama, depresi akan lebih parah dua kali lipat, jika diderita oleh pasien diabetes mellitus,

dibandingkan dengan penderita lain. Dalam Kinder, et al., (2006) dijelaskan depresi yang

diderita oleh penderita selain diabetes mellitus, hanya mencapai 11%-15%.

Kedua, prevalensi depresi mungkin lebih tinggi pada pasien DM, yang memiliki komplikasi

ganda. Depresi pada pasien DM, sering tidak terdeteksi dan merupakan penghalang utama,

terhadap manajemen diabetes yang efektif. WFMH, (2010) mengestimasi prevalensi dunia pada

tahun 2000, terdapat 43 juta kasus DM, yang mengalami depresi. Indikasi estimasi bahwa, satu

diantara empat pasien DM mengalami depresi. Lebih lanjut dikatakan bahwa depresi

berkembang lipat ganda, bahkan meningkatkan angka kematian 30% pada individu dengan DM.

Ketiga, berkaitan dengan ketidakpatuhan terhadap manajemen rejimen diet, olahraga dan obat-

obatan serta kontrol HbA1c (Mindy, & Catherine, 2004), maka depresi memperberat beban

penyakit (Lype, Shaji, Balakrishnan, & Varghese, 2009), serta memunculkan lebih banyak gejala

fungsional (Clark, & Treisman, 2004). Selain itu, depresi juga telah dikaitkan dengan tingkat

keparahan berupa komplikasi, (Lee, et al., 2009) dan bahkan kematian pada individu akibat DM,

serta berbagai kesulitan hidup lainnya (Glasgow, Toobert, & Gillette, 2001). Kesulitan pasien

DM dalam mengatasi depresi yang dialaminya, disimpulkan dalam penelitian yang dilakukan

9

Page 10: Psikopatologi Dan Quality of Life Pada Pasien Kaki Diabetes

oleh Talbot, Nouwen, Gingras, Belanger, dan Audet (1999) tentang bagaimana mengakomodir

berbagai gejala yang ada, termasuk depresi adalah sulit untuk dikendalikan. Depresi merupakan

salah satu tekanan yang dapat memperparah diabetes. Menurut Sargyn, H dan Sargyn (2002) ada

hubungan

yang signifikan antara depresi dan hiperglikemia pada diabetes tipe-1 dan tipe-2. Adanya akibat

yang merugikan dari depresi terhadap diabetes yaitu risiko meningkatnya keparahan komplikasi.

Di sisi lain hasil studi ini juga menyatakan bahwa, apabila manajemen depresi efektif, maka gula

darah dapat terkontrol.

Penelitian yang dilakukan oleh Kinder, et al., (2006) menjelaskan, bahwa pasien diabetes

mellitus mempunyai risiko 3 (tiga) kali lebih banyak terkena depresi, dan 10 kali lebih banyak

terkena penyakit jantung koroner, dibandingkan dengan penyakit lainnya. Depresi merupakan

salah satu gangguan psikologis pada kehidupan seseorang. Beck (1985) menggambarkan depresi

sebagai suatu gangguan yang meliputi sekelompok problem yang heterogen, terdiri dari berbagai

macam kondisi psikopatologi. Gonzalez, et al., (2008) menjelaskan, depresi dapat menyerang

setiap orang, tetapi penderita DM berisiko lebih besar terhadap terjadinya komplikasi.

Pengobatan terhadap depresi dapat menolong orang terhindar dari gejala penyakit yang lain.

Lebih lanjut dikatakan, penderita diabetes mellitus mempunyai risiko dua kali lipat, mengalami

depresi dibandingkan dengan mereka yang tanpa diabetes. Adanya peningkatan depresi akan

memperburuk komplikasi diabetes mellitus. Riset ini menunjukkan bahwa depresi menyebabkan

tekanan mental dan fisik, sehingga tubuh menjadi semakin tidak berfungsi. Menurut Lee, et al.,

(2009) pengobatan depresi dengan psikoterapi atau kombinasi, dapat meningkatkan well-being

pasien terhadap kemampuan untuk mengendalikan diabetes mellitus. Keadaan well-being dapat

menguatkan sikap positif yang bersifat individual (Green, Kreuter, Deeds, & Patrige, 2000), dan

penerimaan individu terhadap objek sikap tertentu (Debono & Cachia, 2007) berdasarkan sikap

yang dimiliki individu, dapat diketahui perilaku yang akan dilakukannya.

Perilaku merupakan tindakan yang mempunyai frekuensi, lama, dan bertujuan khusus. Berkaitan

dengan hal tersebut Young (dalam Suhadi, 2005) menyatakan bahwa, pada dasarnya perilaku

kesehatan adalah respon seseorang terhadap stimulus, yang berkaitan dengan sakit dan system

10

Page 11: Psikopatologi Dan Quality of Life Pada Pasien Kaki Diabetes

pelayanan kesehatan serta lingkungan. Penelitian ini tidak menjelaskan bahwa, respon manusia

terbagi menjadi dua yaitu respon yang bersifat pasif dan aktif.

Respon pasif terdiri dari pengetahuan, persepsi dan sikap, dan respon aktif terdiri dari tindakan

nyata dan praktis. Dalam hal ini sikap positif berpengaruh terhadap berbagai komplikasi pada

pasien diabetes mellitus. Seseorang yang optimis dan resilien (Cristea, et al., 2011) cenderung

berfikir positif dan mampu bertahan dalam keadaan tertekan.

Individu dengan diabetes yang mengalami depresi, berdampak sangat besar pada setiap dimensi

kehidupannya. Sebagai suatu analisa yang membandingkan, antara depresi pada diabetes dan non

diabetes (Debono, & Cachia, 2007) menunjukkan perbedaan secara statistik yang penting pada

kualitas hidup, terutama pada komponen mental dan fisik. Seperti yang dijelaskan oleh Goldney,

Phillips, dan Wilson (2004) tentang prevalensi depresi pada diabetes, telah mencapai 24%

dibandingkan dengan populasi non diabetes yang hanya 17%. Depresi pada pasien diabetes

mellitus, memerlukan penanganan yang lebih baik, agar tidak memperparah kondisi diabetes itu

sendiri. Brands, et al., (2007) dan WFMH (2010) menjelaskan, depresi menyebabkan individu

dengan diabetes mellitus menjadi lemah terhadap pengambilan keputusan, gaya hidup, pola

makan yang tidak sehat, kurang berolahraga, merokok, penyalahgunaan alkohol, dan tidak

terkontrolnya berat badan sehingga menyebabkan berlebihan atau obesitas. Semua kejadian

tersebut merupakan faktor risiko terhadap naiknya kadar gula dalam darah, yang lasim disebut

dengan DM tipe 2.

Quality Of Life pada Pasien dengan Kaki DM

1. . Gambaran kecemasan

Hasil penelitian di dapatkan sebagian besar responden memiliki tingkat kecemasan sedang. Hasil

penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ariyanti (2009) yang menyatakan

bahwa pasien DM dengan ulkus diabetikum mayoritas mengalami kecemasan sedang.

Rahmat (2010) mengatakan individu yang menderita penyakit DM dengan ulkus diabetikum

dapat mengakibatkan munculnya komplikasi lain selain komplikasi fisik yaitu komplikasi

11

Page 12: Psikopatologi Dan Quality of Life Pada Pasien Kaki Diabetes

psikologis yang berupa kecemasan. Kecemasan yang terjadi disebabkan karena penyakitnya

yang bersifat long life diseasses ataupun disebabkan oleh komplikasi lain.

2. Gambaran kualitas hidup

Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki kualitas hidup yang

rendah. Hasil penelitian ini, domain kesehatan fisik pada pasein DM dengan ulkus diabetikum

memiliki skor paling rendah. Domain kesehatan fisik berhubungan dengan perasaan pasien

mengenai kesakitan dan kegelisahan yang sedang dialami oleh pasien, ketergantungan pada

perawatan medis, energi dan kelelahan, mobilitas, tidur dan istirahat, aktifitas sehari-hari, dan

kapasitas kerja (Lase, 2011).

Pada penelitian ini didapatkan sebagian besar pasien mengatakan bahwa rasa gelisah dan

kesakitan yang terkadang membuat pasien tidak bisa bekerja seperti biasanya dan menghambat

aktivitas atau rutinitas sehari-hari. Hal tersebut mungkin yang membuat domain kesehatan fisik

yang cenderung rendah. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Roni

(2012) yang menyatakan bahwa pasien DM dengan ulkus diabetikum memiliki kualitas hidup

rendah berjumlah 18 orang (56,3%) dan kualitas hidup tinggi berjumlah 16 orang (43,7%).

3. Hubungan umur dengan kualitas hidup

Hasil analisa hubungan umur dengan kualitas hidup pasien DM dengan ulkus diabetikum adalah

sebagian besar responden berumur 55-60 tahun mempunyai kualitas hidup yang rendah (p value:

0,011). Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara umur

dengan kualitas hidup pasien DM dengan ulkus diabetikum yang ini didukung oleh penelitian

Mandagi (2010) dengan hasil bahwa ada hubungan antara umur dengan status kualitas hidup

pasien DM.

Penderita DM dengan ulkus diabetikum usia muda akan mempunyai kualitas hidup yang lebih

baik karena biasanya kondisi fisiknya yang lebih baik dibandingkan yang berusia tua. Usia tua

akan memiliki peningkatan risiko terhadap terjadinya DM dan intoleransi glukosa karena faktor

degeneratif umumnya yaitu menurunnya fungsi tubuh untuk memetabolisme glukosa

(Wicaksono, 2011).

12

Page 13: Psikopatologi Dan Quality of Life Pada Pasien Kaki Diabetes

4. Hubungan status pernikahan dengan kualitas hidup

Hasil analisa hubungan status pernikahan dengan kualitas hidup pasien DM dengan ulkus

diabetikum, didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden mempunyai pasangan memiliki

kualitas hidup yang tinggi (p value: 0,440) yang menunjukkan hasil bahwa status pernikahan

tidak ada hubungan dengan kualitas hidup pasien DM dengan ulkus diabetikum.

Hal ini bukan berarti status pernikahan tidak bermanfaat karena status pernikahan merupakan

salah satu dukungan sosial kepada pasien. Hasil penelitian ini didukung oleh teori Kodriati

(2004) yang menyatakan bahwa suatu pernikahan akan memberikan keuntungan bagi kesehatan

seseorang karena akan mendapatkan perhatian dari pasangannya. Pasien DM dengan ulkus

diabetikum dengan status menikah akan mempunyai harga diri yang lebih tinggi dan mempunyai

sumber koping yang adekuat dari pasangannya sehingga dapat lebih mengembangkan koping

yang adaptif terhadap stressor.

Responden pada penelitian ini sebagian besar mempunyai pasangan dan selalu didampingi oleh

pasangannya dalam melakukan pengobatan. Keberadaan pasangan yang selalu mendampingi dan

memberikan dukungan ataupun bantuan saat pasien mengalami masalah-masalah terkait kondisi

kesehatannya, maka pasien akan merasa lebih optimis dalam menjalani kehidupannya. Hal

tersebut akan mempengaruhi keseluruhan aspek pada kualitas hidupnya. Oleh karena itu, kualitas

hidup pasien dengan status menikah (mempunyai pasangan) lebih baik (Kodriati, 2004).

5. Hubungan lama menderita dengan kualitas hidup

Hasil analisa hubungan lama menderita dengan kualitas hidup pasien DM dengan ulkus

diabetikum, didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden yang menderita ≥ 10 tahun

memiliki kualitas hidup yang tinggi (p value: 0,399) yang menunjukkan hasil bahwa tidak ada

hubungan yang signifikan antara lama menderita dengan kualitas hidup. Hasil penelitian ini

didukung oleh penelitian Yusra (2010) yang mengatakan bahwa tidak ada hubungan yang

bermakna antara lama menderita penyakit DM dengan kualitas hidup (p value: 0,085). Rusli

13

Page 14: Psikopatologi Dan Quality of Life Pada Pasien Kaki Diabetes

(2011) menyatakan bahwa seseorang yang sedang mengalami penyakit kronis dalam waktu yang

lama akan mempengaruhi pengalaman dan pengetahuan individu tersebut dalam pengobatan

DM.

6. Hubungan komplikasi yang dialami dengan kualitas hidup

Hasil analisa hubungan komplikasi yang dialami dengan kualitas hidup pasien DM dengan ulkus

diabetikum, didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden yang tidak mempunyai komplikasi

(penyakit lain) memiliki kualitas hidup yang tinggi (p value: 0,046) yang menunjukkan hasil

bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara komplikasi yang dialami dengan kualitas hidup.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Yusra (2010) yang menyatakan bahwa ada

hubungan antara berbagai macam komplikasi seperti hipertensi, katarak, obesitas dan perubahan

seksual dengan kualitas hidup pasien DM.

Komplikasi yang dialami pasien menimbulkan dampak yang dapat berpengaruh negatif terhadap

kualitas hidup pasien dan kualitas hidup yang rendah dapat memperburuk gangguan metabolik,

baik secara langsung melalui stress hormonal ataupun secara tidak langsung melalui komplikasi

(Mandagi, 2010).

7. Hubungan kecemasan dengan kualitas hidup

Hasil analisa hubungan kecemasan dengan kualitas hidup pasien DM dengan ulkus diabetikum,

didapatkan hasil bahwa mayoritas responden yang tingkat kecemasannya sedang memiliki

kualitas hidup yang rendah (p value: 0,030) yang menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan

antara kecemasan dengan kualitas hidup.

Rahmat (2010) menyatakan bahwa konseling menurunkan kecemasan dan meningkatkan kualitas

hidup pada pasien DM. Hal ini juga didukung oleh penelitian Kusumadewi (2011) yang

mengungkapkan selain fungsi fisik yang terganggu, perasaan cemas dan mudah tersinggung juga

menimbulkan keterbatasan dalam aktivitas sosial yang mengakibatkan individu kurang sejahtera

dan berdampak buruk terhadap kualitas hidupnya. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa

ansietas (kecemasan) menunjukkan hubungan yang negatif terhadap kualitas hidup.

14

Page 15: Psikopatologi Dan Quality of Life Pada Pasien Kaki Diabetes

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pasien

diabetes mellitus dengan ulkus diabetikum diperoleh kesimpulan bahwa sebagian besar

responden berusia 55 - 60 tahun, berjenis kelamin perempuan, mayoritas mempunyai pasangan,

lama menderita ≥ 10 tahun, dan sebagian besar responden tidak mempunyai komplikasi,

kecemasan sedang dan kualitas hidup yang rendah.

Berdasarkan hasil uji statistik dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan yang bermakna faktor-

faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pasien diabetes mellitus dengan ulkus diabetikum

antar lain umur, komplikasi yang dialami dan kecemasan, sedangkan yang tidak ada hubungan

yaitu status pernikahan dan lama menderita.

15

Page 16: Psikopatologi Dan Quality of Life Pada Pasien Kaki Diabetes

DAFTAR PUSTAKA

1. Waspadji Sarwono. Kaki diabetes dalam : Sudoyo Aru W dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam, Jilid III, Edisi IV. Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas

Kedokteran UI : 2006 ; 1911

2. Roni, Y. (2012). Kualitas hidup pasien Diabetes Mellitus yang mengalami ulkus

diabetikum. Skripsi. PSIK UR. Tidak dipublikasikan.

3. Arianti. Y (2009). Hubungan ulkus kaki diabetik dengan tingkat kecemasan penderita

Diabetes Mellitus di Instalasi Rawat Inap tiga Rumah Sakit di Pekanbaru. Skripsi. PSIK

UR. Tidak dipublikasikan.

4. Firman, A., Wulandari, I., & Rochman, D. (2012). Kualitas hidup pasien ulkus diabetik di

Rumah Sakit Serang. Diperoleh tanggal 9 Oktober 2013 dari

http://www.researchgate.net.

5. Grace, P.A., & Borley, N.R. (2006). At a glance ilmu bedah. Edisi 3. Jakarta: Gramedia.

6. Hasanat, N.U., & Ningrum, R.P. (2010). Program psikoedukasi bagi pasien Diabetes

untuk meningkatkan kualitas hidup. Diperoleh pada tanggal 9 Oktober 2013 dari

http://lib.ugm.ac.id.pdf.

16