Psikopatologi jiwa

53
Referat Ilmu Kesehatan Jiwa Psikopatologi Pembimbing : dr.Henny Riana,Sp.KJ dr. Karjana, SpKJ dr. Soehendro, SpKJ dr. Esther Sinsuw, SpKJ Disusun oleh : Sandra Aldira 1102010262 1

description

psikopatologi

Transcript of Psikopatologi jiwa

Page 1: Psikopatologi jiwa

Referat Ilmu Kesehatan Jiwa

Psikopatologi

Pembimbing :dr.Henny Riana,Sp.KJ

dr. Karjana, SpKJ dr. Soehendro, SpKJ

dr. Esther Sinsuw, SpKJ

Disusun oleh :Sandra Aldira 1102010262

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSIKepaniteraan Klinik Ilmu Jiwa

Rumah Sakit Bhayangkara tk.I R.S.Sukanto-Jakarta

1

Page 2: Psikopatologi jiwa

Periode 27 Oktober – 29 November 2014

KATA PENGANTAR

Assalamualikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

rahmat dan karunia-Nya, pembuatan karya tulis berupa referat bidang ilmu kesehatan jiwa

yang berjudul “Psikopatologi” dapat tersusun dan terselesaikan tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan karya tulis referat ini adalah untuk memenuhi salah

satu tugas kepaniteraan ilmu kesehatan jiwa di RS POLRI Said Sukanto periode 27 Oktober

2014 – 29 November 2014 agar dapat menerima kelulusan pada bidang kepaniteraan yang

bersangkutan.

Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam pembuatan referat ini. Terutama kepada pembimbing referat yang

bersangkutan di bidang kesehatan jiwa: dr. Henny Riana, Sp.KJ, dan dr. Karjana, Sp.KJ, dr.

Soehendro, SpKJ, dr. Esther Sinsuw, SpKJ, serta para perawat bagian jiwa dan semua pihak

yang memberi arahan dan dukungan dalam proses penyelesaian referat ini.

Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna dan memiliki banyak

kekurangan. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima segala kritik dan masukan

yang diberikan agar referat ini menjadi lebih sempurna. Akhir kata, semoga referat ini dapat

berguna bagi penulis dan pembacanya.

Jakarta, November 2014

Penulis

2

Page 3: Psikopatologi jiwa

DAFTAR ISI

Halaman Judul.....................................................................................................................

Kata Pengantar..................................................................................................................... 2

Daftar isi .............................................................................................................................. 3

Bab I. Pendahuluan ........................................................................................................... 4

Bab II. Definisi Psikopatologi ........................................................................................... 5

Bab III. Klasifikasi Psikopatologi .................................................................................... 6

3.1 Gangguan Kepribadian ...................................................................................... 6

Kepribadian paranoid, Kepribadian Skizoid, Kepribadian Skizotipal .............. 7

Kepribadian Antisosial, Kepribadian Ambang, Kepribadian Histrionik,

Kepribadian Narsistik ......................................................................................... 8

Kepribadian Menghindar, Kepribadian Dependen,

Kepribadian Obsesif-Kompulsif .......................................................................... 9

Gangguan Kepribadian yang Tidak Ditentukan (Kepribadian Pasif-Agresif,

Kepribadian Depresif, Kepribadian Sadomasokistik, Kepribadian Sadistik .......10

3.2 Gangguan Aspek motorik .................................................................................. 10

3.3 Gangguan Persepsi ............................................................................................. 12

Ilusi .................................................................................................................... 12

Halusinasi .......................................................................................................... 13

3.4 Gangguan Pikiran ............................................................................................... 14

Bentuk Pikiran, Isi Pikiran ................................................................................ 14

Arus Pikiran ...................................................................................................... 17

3.5 Gangguan Afek ................................................................................................... 18

3

Page 4: Psikopatologi jiwa

3.6 Gangguan Kesadaran .......................................................................................... 19

3.7 Gangguan Ingatan ................................................................................................20

Bab IV. Etiologi ....................................................................................................................24

Bab V. Epidemiologi ............................................................................................................31

Daftar Pustaka ........................................................................................................................32

4

Page 5: Psikopatologi jiwa

BAB I

PENDAHULUAN

Dengan kemajuan zaman, masalah-masalah pribadi dan sosial dalam kehidupan

manusia bukannya berkurang, tetapi sebaliknya, bahkan bertambah sehingga mengganggunya

untuk mencapai kebahagiaan. Perang (dalam maupun luar negeri), masalah ekonomi, perilaku

anti sosial (perampokan, penganiayaan, perkosaan, dan sebagainya), ketidakserasian

penerapan hukum dan peraturan, hidup berkeluarga yang bermasalah (percekcokan,

perceraian, kekerasan dalam keluarga, hidup bersama tanpa nikah, dan sejenisnya) semuanya

menambah disilusi (kekecewaan yang mendalam), kesulitan atau ketidakmampuan untuk

menegakkan nilai-nilai sosial kultural dan melaksanakan program yang berorientasi filsafat

sosial. Semuanya secara bertumpuk-tumpuk memicu konflik dan stres (ketegangan yang

tidak pernah reda secara spontan). Situasi seperti itu mengakibatkan kondisi maladjustment

(keadaan ketidaksesuaian diri dengan lingkungan), yang dinyatakan secara jasmaniah (seperti

kondisi sakit atau kurang sehat hingga terpaksa tidak masuk bekerja atau bekerja tidak

efektif) atau melahirkan perilaku menyimpang, yaitu kepribadian yang “agak aneh” hingga

kurang diterima oleh lingkungan karena dinilai kurang wajar(2).

Gangguan jiwa atau kelainan di bidang kejiwaan pada dasarnya merupakan gangguan

dari berbagai aspek kepribadian, misalnya: aspek kesadaran, aspek tingkah laku atau

perbuatan, kehidupan afektif, proses pikir dan sebagainya. Gangguan jiwa dapat dilihat dari

berbagai sudut pandang. Pandangan dari sudut psikopatologi, sudut kebudayaan, sudut

keseimbangan lingkungan, dan pandangan dari sudut kaidah ajaran agama.

Psikopatologi adalah suatu ilmu yang mempelajari proses dan perkembangan

gangguan mental. Perkembangan penanganan gaangguan mental berkembang mulai dari

zaman kuno (Yunani) hingga zaman sekarang (modern). Menurut pandangan dari sudut

pandang psikopatologi, gangguan jiwa atau tingkah laku abnormal adalah akibat-akibat dari

keadaan sakit atau gangguan-gangguan penyakit yang jelas kelihatan dari gejala klinisnya.

Referat ini dibuat sebagai referensi tambahan dalam mengetahui proses terjadinya

beberapa gangguan kejiwaan yang sering terjadi di Indonesia.

5

Page 6: Psikopatologi jiwa

BAB II

DEFINISI PSIKOPATOLOGI

Psikopatologi adalah ilmu yang mempelajari kelainan atau gangguan dari

berbagai aspek kepribadian yang meliputi: aspek kesadaran, aspek tingkah laku atau

perbuatan, kehidupan afektif dan proses pikir. Menurut pandangan dari sudut

psikopatologi gangguan jiwa atau tingkah laku abnormal adalah akibat-akibat dari

keadaan keadaan sakit atau gangguan-gangguan penyakit yang jelas terlihat dari gejala

klinisnya. Misalnya takut yang tidak beralasan pada penderita neurosis, adanya waham

dan halusinasi pada penderita skizofrenia, dan tingkah laku antisosial pada orang-orang-

orang yang menderita sosioapatis.

6

Page 7: Psikopatologi jiwa

BAB III

KLASIFIKASI PSIKOPATOLOGI

Psikopatologi meliputi:

1. Gangguan kepribadian(1)

Kepribadian ialah ekspresi keluar dari pengetahuan dan perasaan yang

dialami secara subyektif oleh seseorang. Kepribadian menuju ke kematangan

badaniah, emosional, sosial dan intelektual. Perkembangan ini dipengaruhi oleh

faktor-faktor badaniah (keturunan, keadaan susunan saraf dan hormonal), emosional

(mekanisme penyesuaian diri), sosial (hubungan antar-manusia), adat-istiadat,

kebudayaan dan kepercayaan, serta intelektual (taraf intelegensi). Watak adalah

kepribadian yang dipengaruhi oleh motivasi yang menggerakkan kemauan sehingga

orang tersebut bertindak. Pembagian atau klasifikasi dari gangguan jiwa kepribadian

tidak memuaskan, sama dengan klasifikasi dengan orang-orang yang normal.

Berdasarkan Pedoman Penggolongan Diagnosa Gangguan Jiwa ke-3 (PPDGJ-III)

sebagai berikut:

a. Kepribadian paranoid

Kepribadian paranoid adalah suatu gangguan kepribadian dengan sifat

curiga yang menonjol. Orang seperti ini mungkin agresif dan setiap orang lain

yang dilihat sebagai seorang agresor terhadapnya. Dirinya harus

mempertahankan dirinya, ia bersikap sebagai pemberontak dan angkuh untuk

menahan harga diri. Seringkali dirinya mengancam orang lain sebagai akibat

proyeksi rasa bermusuhannya sendiri. Dalam kepribadian paranoid kita

menemukan secara berlebihan kecenderungan yang sudah umum seperti, yaitu

suka melemparkan tanggung jawab kepada orang lain.

b. Kepribadian skizoid

Sifat-sifat kepribadian ini adalah pemalu, suka menyendiri, perasa,

pendiam, menghindari hubugan jangka panjang dengan orang lain. Individu ini

menunjukan respons yang terbatas terhadap isyarat atau rangsangan sosial.

Ciri utama cara menyesuaikan dan membela dirnya ialah menarik diri,

mengasingkan diri, dan sering aneh (eksentrik). Terdapat juga cara pemikiran

otostik, melamun berlebihan dan ketidakmampuan menyatakan rasa

permusuhan.

7

Page 8: Psikopatologi jiwa

c. Kepribadian skizotipal

Orang dengan gangguan kepribadian skizotipal biasanya lebih sering

berpikir ke arah magis, memiliki gagasan aneh, gagasan menyangkut diri

sendiri, waham, dan derealisasi.

d. Kepribadian antisosial

Individu dengan kepribadian ini tidak mempunyai loyalitas terhadap

kelompoknya ataupun norma-norma sosial. Pada umumnya individu dengan

kepribadian ini egosentrik, tidak bertanggung jawab, impulsif, tidak mampu

mengubah diri, baik karena pengalaman maupun karena hukuman. Kepribadian

ini sudah ditunjukan ketika masa anak-anak sebelum umur 12-15 tahun.

Kepribadian antisosial jauh lebih banyak pada kaum pria, yaitu sekitar 5-10 pria

dibandingkan satu wanita dan saat ini belum diketahui apa sebabnya.

e. Kepribadian ambang

Pasien dengan gangguan kepribadian ini berada dalam perbatasan antara

neurosis dan psikosis dan ditandai oleh afek, mood, perilaku, hubungan objek,

dan citra diri yang tidak stabil. Gangguan ini dinamakan skizofrenia

ambulatorik, kepribadian seolah-olah (as-if personality).

Pasien dengan gangguan kepribadian ambang hampir selalu dalam

keadaan krisis. Pasien dapat bersikap argumentatif pada suatu waktu dan

terdepresi pada waktu selanjutnya. Perilaku pda pasien ini tidak dapat

diperkirakan. Pasien dengan kepribadian ini juga sering mencerminkan sifat

menyakitkan dengan seringnya merusak diri sendiri, mengekspresikan

kemarahan pada teman dekat mereka jika mengalami frustasi. Namun pasien

seperti ini tidak dapt mentoleransi keadaan sendirian dan mereka lebih senang

untuk mencari teman secara mati-matian dibandingkan duduk sendirian.

f. Kepribadian histrionik

Kepribadian histerik biasanya sombong, egosentrik, tidak stabil emosinya,

menarik perhatian dengan afek yang labil, memiliki gaya bicara yang

impresionistik dan tidak memiliki perincian, lekas tersinggung, tetapi memiliki

emosi yang dangkal. Pada kepribadian ini tidak dapat menyatakan perasaan

secara tepat dan sering menggunakan gerakan tubuh dalam komunikasi.

Kepribadian histerik lebih sering pada kaum wanita.

g. Kepribadian narsistik

8

Page 9: Psikopatologi jiwa

Orang dengan gangguan kepribadian narsistik ditandai oleh meningkatnya

rasa kepentingan diri dan perasaan kebesaran yang unik. Mereka menganggap

dirinya sebagai orang yang khusus dan mengharapkan terapi yang khusus

pula. Mereka menanggapi kritik secara buruk dan mungkin menjadi marah

jika ada yang berani mengkritik mereka, atau mereka tampak acuh tak acuh

terhadap kritik. Pasien dengan gangguan ini seringkali tidak mampu

menunjukkan empati, dan hanya berpura-pura simpati hanya untuk mencapai

kepentingan mereka sendiri. pasien memiliki harga diri yang rapuh dan rentan

terhadap depresi.

h. Kepribadian menghindar

Orang dnegan gangguan kepribadian menghindar menunjukkan kepekaan

yang ekstrem terhadap penolakan, yang dpaat menyebabkan penarikan diri

dari kehidupan sosial. Mereka tidak asosial dan menunjukkan keinginan yang

kuat untuk berteman namun mereka malu; mereka memerlukan jaminan yang

kuat dan penerimaan tanpa kritik yang tidak lazim, mengindari aktivitas

pekerjaan yang memerlukan kontak intrapersonal yang bermakna, tidak mau

terlibat dengan orang lain kecuali mereka yakin akan disukai, memandang diri

sendiri janggal secara sosial, lebih rendah dari orang lain, dan enggan untuk

mengambil risiko pribadi atau melakukan aktivitas baru.

i. Kepribadian dependen

Orang dengan gangguan kepribadian dependen menepmpatkan kbutuhan

mereka sendiri di bawah kebutuhan orang lain, meminta orang lain untuk

mengambil tanggung jawabuntuk masalah besar dalam kehidupan mereka,

tidak memiliki keprcayaan dari, dan mungkin memngalami rasa tidak nyaman

yang kuat jika sedang sendirian. Pasien dengan gangguan kepribadian ini

lebih menghindari posisi tanggung jawab dan menjadi cemas jika diminta

untuk memegang peran kepemimpinan.

j. Kepribadian obsesif-kompulsif

Gangguan kepribadian ini ditandai oleh penyempitan emosional,

ketertiban, kekerasan hati, sikap keras kepala, dan kebimbangan. Orang

dengan kepribadian obsesif-kompulsif merasa asyik dengan peraturan, serius,

dan seringkali tidak memiliki rasa humor. Mereka memaksakan aturan supaya

diikuti secara kaku dan tidak mampu mentoleransi apa yang dirasakannya

sebagai pelanggaran. Pasien biasanya enggan membuangbenda-benda yang

9

Page 10: Psikopatologi jiwa

usang atau tidak berguna walaupun tidak memiliki nilai sentimental, enggan

mendelegasikan tugas atau bekerja sama dengan orang lain kecuali mereka

tunduk dengan tepat caranya mengerjakan tugas, terlalu berhati-hati, teliti,

dan tidak fleksibel tentang maslaah moralitas, etika, atau nilai-nilai (tidak

disebabkan oleh identifikasi kultural atau religius)

Gangguan Kepribadian yang Tidak Ditentukan

Kategori ini dalam DSM-IV dicadangkan untuk gangguan yang tidak

memenuhi ke dalam satu gangguan kepribadian yang telah dijelaskan sebelumnya.

k. Kepribadian pasif-agresif

Kepribadian ini terdapat dua sub, diantaranya: pasif-dependent dan pasif-

agresif. Orang yang pasif-dependent senantiasa berpikir, bertindak dan merassa

bahwa kebutuhannya akan ketergantungan itu akan dipenuhi secara

menakjubkan. Orang yang pasif-agresif merasa bahwa kebutuhannya akan

ketergantungan tidak pernah dipenuhi. Ia menunjukan penangguhan

(penundaan) dan sikap keras, agar diterima dan diberi dengan murah hati apa

yang diharapkannya dengan sangat. Kepribadian ini ditandai oleh sikap pasif

dan agresif. Agresivitas ini dapat dinyatakan secara pasif dengan cara

mengambat, bermuka asam, malas dan keras kepala. Perilakunya merupakan

cerminan dari ras permusuhan yang tidak pernah dinyatakan secara terang-

terangan.

l. Kepribadian depresif

Orang dengan gangguan depresif ditandari oleh sifat yang masuk ke

dalam spektrum depresif. Mereka adalah pesimistik, anhedonia, terikat pada

kewajiban, dan meragukan diri sendiri

m. Kepribadian sadomasokistik

Sadisme adlah keinginan untuk menyebabkan rasa sakit pada orang lain

baik secara penyiksaan seksual atau fisik atau penyiksaan psikologis pada

umumnya. Masokisme adalah pencapaian pemuasan seksual dengan menyiksa

diri sendiri.

n. Kepribadian sadistik

Orang dengan gangguan kepribadian ini menunjukkan pola kekejaman

yang pervasif, merendahkan, dan perilaku agresif, yang dimulai sejak masa

kanak-kanak awal, dan diarahkan kepada orang lain.

10

Page 11: Psikopatologi jiwa

2. Gangguan aspek motorik atau tingkah laku motorik

Sikap dan tingkah laku penderita tidak dapat lepas dari keseluruhan ekpresi

penderita. Sikap adalah sesuatu yang statis sedangkan tingkah laku adalah corak

gerak-gerik terutama kaki dan tangan. Sikap yang diperlihatkan penderita

diantaranya(1) :

a. Indifferent adalah sikap yang tidak menuju ke suatu kecenderungan (tendensi)

tertentu, jadi banyak bersifat netral.

b. Apatik adalah sikap acuh tak acuh, sikap merasa bodoh dan tidak menghiraukan

apapun yang terjadi disekelilingnya.

c. Kooperatif adalah sikap ingin bersahabat, ingin turuti petunjuk atau perintah, dan

ingin bekerja sama dengan semua orang.

d. Negativisme adalah sikap menolak petunjuk atau perintah yang diberikan tanpa

alasan yang obyektif.

e. Dependen adalah sikap ingin menggantungkan diri secara berlebihan pada

pemeriksa atau individu yang memegang kekuasaan.

f. Infantil adalah sikap kekanak-kanakan.

g. Rigid adalah sikap kaku dan tidak fleksibel kadang-kadang sudah dekat dengan

sikap negativistik.

h. Curiga adalah sikap yang tidak percaya seolah-olah meragukan maksud baik dari

pemeriksa atau orang lain. Baik ucapan maupun gerakannya.

i. Berubah-ubah adalah sikap yang tidak stabil selalu berganti-ganti sikap. Hal ini

sering menunjukan kegelisahan yang bersangkutan.

j. Tegang adalah sikap yang tidak tenang dan kadang-kadang dekat dengan sikap

yang gelisah.

k. Pasif adalah sikap tanpa inisiatif dan keinginan bertindak.

l. Katalepsi adalah sikap yang bertahan dalam satu kedudukan saja untuk jangka

waktu yang lama, seringkali aneh tak masuk akal dan tak ada tujuannya. Disebut

juga fleksibilitas cerea.

m. Aktif adalah sikap penuh inisiatif dan keinginan bertindak.

n. Bermusuhan adalah sikap seperti ingin menyerang atau marah saja.

Sedangkan tingkah laku diantaranya adalah :

a. Hiperaktif adalah sangat besar dorongan bergeraknya, disebut juga over active.

11

Page 12: Psikopatologi jiwa

b. Hipoaktif adalah dorongan bergerak yang amat kurang, walaupun tidak

menghilang sama sekali.

c. Stupor adalah segala pergerakan berhenti, penderita tinggal diam seperti patung.

d. Gelisah adalah gerakan yang menyatakan adanya ketegangan jiwa yang

memuncak. Penderita tidak dapat duduk diam dan harus berdiri danm berjalan

kesana kemari.

e. Berkoordinasi adalah gerakan yang harmonik sesuai dengan fleksibel secara

luwes.

f. Tak berkoordinasi adalah gerakan yang tidak harmonis kaku dan kadang-kadang

kacau.

g. Stereotipi adalah gerakan yang bertahan dalam satu atau dua macam tipe gerakan

yang terus menerus diulang untuk waktu yang lama tanpa tujuan yang jelas.

h. Manineren adalah gerakan yang bermacam-macam, tetapi semuanya aneh dan

karena keanehannya itu seringkali menarik perhatian disekelilingnya.

i. Agresif adalah nafsu yang selalu beraksi dengan cara kekuatan. Nafsu dapat

terlihat dari roman muka dan sikapnya.

j. Perservasi adalah pembicaraan yang selalu mengulangi kalimat-kalimat yang

sama.

k. Verbigenasi adalah pembicaraan yang selalu mengulangi kata-kata yang sama.

3. Gangguan Persepsi

Persepsi adalah hasil interaksi antara rangsang sensorik yang tertuju pada

individu itu dengan faktor-faktor pengaruh yang mengatur atau mengolah rangsang itu

secara intra-psikik. Faktor-faktor pengaruh ini dapat bersifat biologik, sosial, dan

psikologik(1).

a. Ilusi

Ilusi adalah mispersepsi atau misinterpretasi terhadap stimuli eksternal yang

nyata. Misalkan seorang penderita dengan perasaan yang bersalah, dapat

menginterpretasikan suara bergerisiknya daun-daun sebagai suara yang

mendekatinya. Ilusi sering terdapat pada:

a. Keadaan afektif yang luar biasa

b. Keinginan yang luar biasa

c. Dorongan dan impuls-impuls yang mendesak

Ada 5 jenis ilusi:

12

Page 13: Psikopatologi jiwa

a. Visual

b. Akustik

c. Olfaktorik

d. Gustatorik

e. Taktil

b. Halusinasi

Halusinasi adalah persepsi panca indra tanpa rangsang pada reseptor panca

indra. Jadi halusinasi adalah persepsi tanpa obyek(1).

Jenis – jenis halusinasi yaitu :

1. Halusinasi hipnagogik : persepsi sensoris palsu yang terjadi saat akan tertidur;

biasanya dianggap sebagai fenomena yang nonpatologis

2. Halusinasi hipnopompik : persepsi palsu yang terjadi saat terbangun dari tidur,

biasanya dianggap nonpatologis

3. Halusinasi auditorik : persepsi bunyi palsu, biasanya suara tetapi bisa juga

bunyi-bunyi lain, seperti musik.

4. Halusinasi visual : persepsi palsu tentang penglihatan yang berupa citra yang

berbentuk (misalnya, orang) dan citra yang tidak berbentuk (misalnya, kilatan

cahaya)

5. Halusinasi olfaktoris : persepsi membau yang palsu

6. Halusinasi gustatorik (kecap) : persepsi tentang rasa kecap yang palsu, seperti

rasa kecap yang tidak menyenangkan akibat dari kejang

7. Halusinasi raba (taktil; haptic) : persepsi palsu tentang perabaan atau sensai

permukaan, seperti tungkai yang teramputasi (phantom limb), sensasi adanya

gerakan pada atau di bawah kulit (kesemutan)

8. Halusinasi somatik : sensasi palsu tentang sesuatu hal yang terjadi di dalam

atau terhadap tubuh, paling sering berasal dari viseral (dikenal juga dengan

nama halusinasi kinestetik)

9. Halusinasi liliput : persepsi yang palsu dimana benda-benda tampak lebih kecil

ukurannya (dikenal juga dengan mikropsia)

10. Halusinasi yang sejalan dengan mood (mood-congruent hallucination):

halusinasi dimana isi halusinasi adalah konsisten dengan mood yang tertekan

atau manik (sebagai contoh, pasien yang mengalamidepresi mendengar suara

yang mengatakan bahwa pasien adalah orang yang jahat; seorang pasien

13

Page 14: Psikopatologi jiwa

manik mendengar suara yang mengatakan bahwa pasien memiliki harga diri,

kekuatan, dan pengetahuan yang tinggi)

11. Halusinasi yang tidak sejalan dengan mood (moodincongruent hallucination) :

halusinasi dimana isinya tidak konsisten dengan mood yang tertekan atau

manik (sebagai contoh, pada depresi, halusinasi tidak melibatkan tema-tema

seperti rasa bersalah, penghukuman yang layak diterima, atau

ketidakmampuan; pada mania, halusinasi tidak mengalami tema-tema seperti

kekuasaan yang tinggi atau harga diri)

12. Halusinosis: halusinasi, yang paling sering adalah halusinasi auditorik, yang

berhubungan dengan penyalahgunaan alkohol kronis dan terjadi dalam

sensorium yang jernih, berbeda dengan delirium tremens, yaitu halusinasi

yang terjadi dalam konteks sensorium yang berkabut

13. Sinestesia: sensasi atau halusinasi yang disebabkan oleh sensasi lain (sebagai

contoh, suatu sensasi auditoris yang disertai oleh suatu sensai visual; suatu

bunyi yang dialami sebagai dilihat, atau suatu penglihatan dialami sebagai

didengar)

14. Trailing phenomenon : kelainan persepsi yang berhubungan dengan obat-obat

halusinogen dimana benda yang bergerak dilihat sebagai sederetan citra yang

terpisah dan tidak kontinu

4. Gangguan pikiran

Proses berpikir ialah suatu proses intrapsikik yang meliputi pengolahan dari

berbagai pikiran dah paham, dengan jalan membayangkan, menghayalkan,

memahami, membandingkan, dan menarik kesimpulan sehingga terjelma pikiran dan

paham baru(3).

Dalam memperhatikan proses berpikir seseorang, kita perhatikan:

a. Bentuk pikiran

Rangsang berpikir berasal dari berbagai sumber termasuk dari alam tak

sadar dan alam perasaan tetapi dikoreksi oleh akal sehat, logika, dan realitas.

Pikiran tersebut dinamakan rasional (realitas).

Pada keadaan melamun (day dreaming), berpikir diarahkan tidak hanya

oleh pertimbangan realistik tetapi sebagian besar oleh keinginan egosentrik dan

kebutuhan nafsu. Pada gangguan jiwa terutama skizofrenia, berpikir dapat

diarahkan oleh faktor-faktor di luar kesadaran (bawah sadar) dan menjadi suatu

14

Page 15: Psikopatologi jiwa

bentuk autistik (dereistik). Berpikir autistik bersifat kompleks dengan dorongan

dan motivasi afektif dan konatif lainnya, mendapat kebebasan dan berjalan tanpa

menghiraukan kesadaran dan realitas. Akibatnya, hubungan paham atau pikiran

tidak logis lagi.

b. Isi pikiran

Isi pikir memperlihatkan variasi yang cukup luas dalam keadaan normal.

Dalam keadaan terentu dapat pula suatu pola sentral dalam pikiran manusia

karena kompleksnya pikiran tersebut dianggap sangat penting bagi dirinya,

sehingga nampaknya egosentrik terlihat jelas. Apabila sifat egosentrik ini

melampaui batas normal maka timbulah gangguan isi pikiran(3).

Gangguan isi pikiran diantaranya(1) :

1. Over valued ideas

Perhatian seluruhnya ditujukan kearah suatu topkc atau masalah

dengan menekankan segala perasaannya terhadap soal-soal tersebut.

2. Waham (delusi)

Waham adalah suatu keyakinan atau pikiran yang salah karena

bertentangan dengan kenyataan (dunia realitas). Waham mempunyai 5 sifat

tertentu (syarat):

a. Buah pikiran ini selalu mengenai diri sendiri (egosentris)

b. Selalu bertentangan dengan realitas.

c. Selalu bertentangan dengan logika.

d. Penderita percaya 100% kepada kebenaran pikirannya.

e. Tidak dapat dirubah oleh orang lain, sekalipun dengan jalan yang logis dan

rasional.

Jenis – jenis waham(1) :

a. Waham kacau (bizarre delusion)

Keyakinan palsu yang aneh, mustahil, dan sama sekali tidak masuk akal

(sebagai contoh, orang luar angkasa telah menanamkan elktroda ke dalam

otak pasien)

b. Waham tersistematisasi

Keyakinan yang palsu yang digabungkan oleh suatu tema atau peristiwa

tunggal (contohnya pasien diamta-matai oleh mafia atau agen rahasia)

c. Waham nihilistik

15

Page 16: Psikopatologi jiwa

Perasaan palsu bahwa dirinya, orang lain, dan duania berakhir atau tidak

ada

d. Waham kemiskinan

Keyakinan palsu bahwa pasien kehilangan atau akan terampas semua harta

benda miliknya

e. Waham somatik

Keyakinan palsu menyangkut fungsi tubuhnya (contohnya, keyakinan

bahwa otak pasien telah mencair)

f. Waham persekutorik

Keyakinan palsu bahwa pasien sedang diganggu, ditipu atau disiksa

g. Waham kebesaran

Gambaran kepentingan, kekuatan, atau identitas seseorang yang berlebihan

h. Waham referensi

Keyakinan palsu bahwa perilaku orang lain ditujuan kepada dirinya, merasa

bahwa orang lain sedang membicarakan dirinya (contohnya, percaya bahwa

orang di televisi sedang berbicara atau membicarakan dirinya)

i. Waham menyalahkan dirinya sendiri

Keyakinan palsu tentang penyesalan yang dlaam dan bersalah

j. Waham pengendalian

Keyakinan palsu bahwa kemauan, pikiran, atau perasaan pasien

dikendalikan oleh tenaga dari luar

k. Penarikan pikiran

Keyakinan palsu bahwa pikiran pasien telah dihilangkan dari ingatannya

l. Penanaman pikiran

Keyakinan palsu bahwa pikiran pasien telah ditanamkan oleh tenaga lain

m. Siar pikiran

Keyakinan palsu bahwa pikiran pasien dapat didengar oleh orang lain

n. Waham ketidaksetiaan

Keyakinan palsu yang didapatkan dari kecemburuan patologis bahwa

kekasih pasien tidak jujur

o. Erotomania

Keyakinan palsu bahwa seseorang sangat mencintainya

p. Pseudologia phantastica

16

Page 17: Psikopatologi jiwa

Suatu jenis kebohongan dimana seseorang tampaknya percaya terhadap

kenyataan fantasinya dan bertindak atas kenyataan biasanya disertai

dengan berpura-pura sakit yang berulang

3. Obsesi

Isi pikiran yang bersifat terpaku, terus menerus mengganggu

penderitanya, terus menerus berulang kembali yang mendesak ke taraf kedaran

individu, dan timbulnya tidak dapat dielakkan penderita sendiri(1).

Contoh :

Saya harus pergi ke kuburan orang tua.

4. Fobia

Fobia adalah suatu keadaan ketakutan atau kegelisahan yang bersifat

irrasional, yang diakui ketidak benarannya oleh penderita tetapi tetap

menguasai jalan pikirannya. Contohnya fobia sederhana: rasa takut yang jelas

terhadap suatu objek (laba-laba, ular), akrofobia (rasa takut terhadap tempat

tinggi, algofobia (takut terhadap rasa nyeri), klaustrofobia (takut terhadap

tempat tertutup), xenofobia (rasa takut terhadap orang asing)(1).

c. Gangguan pada arus pikiran

Kelancaran dan aktifitas pikiran tentu saja tidak dapat kita pelajari kecuali

dengan menilai dari perkataan yang keluar dalam pembicaraan seseorang.

Berbagai gangguan progresi pikir diantaranya(1) :

1. Flight of ideas

Verbalisasi atau permainan kata-kata yang cepat dan terus menerus dari satu

ide ke ide lain; ide-ide cenderung dihubungkan, dan dalam bentuk yang

kurang parah pendengar mungkin mampu untuk mengikutinya

2. Neologisme

Kata baru yang diciptakan oleh pasien, dengan mengombinasikan suku kata

dari kata lain, untuk alasan keanehan psikologis

3. Verbigerasi

Pengulangan kata-kata atau frasa-frasa spesifik yang tidak mempunyai arti

4. Sirkumstansialitas

Bicara yang tidak langsung dan lambat dalam mencapai tujuan ditandai

dengan pemasukan perincian dan tanda-tanda kutip yang berlebihan

17

Page 18: Psikopatologi jiwa

5. Inkoherensi

Pembicaraan yang tidak logis, pikiran yang, bisanya, tidak dapat dimengerti

6. Asosiasi bunyi

Asosiasi kata-kata yang mirip bunyinya tetapi berbeda artinya; kata-kata tidak

memiliki hubungan yang logis, termasuk sajak dan permainan kata

7. Blocking

Terputusnya aliran berpikir secara tiba-tiba sebelum pikiran atau gagasan

terselesaikan

8. Kondensasi

Penggabungan berbagai konsep menjadi satu konsep

9. Keluar dari jalur (derailment)

Penyimpangan yang mendadak dalam urutan pikiran tanpa penghambatan

10. Word salad

Campuran kata adan frasa yang membingungkan

5. Gangguan afek

Gangguan afek berarti adanya suatu corak perasaan yang sifatnya agak

menetap (konstan) dan biasanya berlangsung untuk waktu yang lama. Keadaan afek

ini seolah-olah menguasai seluruh bidang perasaan individu tersebut walaupun

masih dapat dipacu untuk beraksi secara lain pula. Dalam keadaan normal,keadaan

afektif ini tidak memperlihatkan kelainan-kelainan yang mencolok. Macam-macam

gangguan dari afektif diantaranya :

a. Hyperthymia disebut juga afek yang meninggi dalam artian individu

memperlihatkan suatu afektif yang gembira luar biasa.

b. Hypothymia disebut juga dengan afektif yang merendah ini berarti bahwa

penderita memperlihatkan hambatan di segala bidang aktifitasnya.

c. Poikilothymia disebut juga keadaan afektif yang berubah-ubah dan jarang

ditemui.

d. Parathymia adalah keadaan afektifnya yang tidak sesuai dengan lingkungan yang

sebenarnya.

e. Tension adalah selalu ada perasaan tertekan

f. Anxiety adalah perasaaan takut terus menerus terhadap bahaya yag seolah-olah

terus mengancam yag sebenarnya tidak nyata tetapi hanya dalam perasaan

penderita saja.

18

Page 19: Psikopatologi jiwa

g. Panik adalah suatu cemas yang luar biasa dan menimbulkan dis-organisasi dari

fungsi ego.

h. Ambivalensi adalah dua perasaan yang bertentangan yang berada pada suatu saat

pada individu.

i. Depersonalisasi adalah gangguan afek dengan gejala utamanya perasaan berada

diluar realitas dan kehilangan keyakinan akan identitas diri sendiri.

6. Gangguan kesadaran

Kesadaran merupakan kemampuan individu untuk mengadakan hubungan

dengan lingkungannya serta dengan dirinya sendiri (melalui panca-inderanya) dan

mengadakan pembatasan terhadap lingkungannya serta terhadap dirinya sendiri

(melalui perhatian). Bila kesadaran seseorang baik, maka akan didapatkan orientasi

yang baik mengenai orang, waktu, tempat, dan situasi. Selain itu, seseorang dengan

kesadaran baik (normal) dapat mencerna informasi berupa pertanyaan dan dapat

melakukan pertimbangan.

Pada tiap kesadaran dapat dinilai pula luasnya kesadaran dan terangnya

kesadaran. Dalam Psikiatri keadaan kesadaran penderita sangat penting untuk

diagnosis dan prognosis dari suatu gangguan jiwa. Gejala sikotik dengan kesadaran

normal mempunyai arti yang berbeda jauh dibandingkan dengan gejala-gejala sikotik

dengan kesadaran terganggu.

Secara klinis gangguan kesadaran diantaranya(1) :

a. Disorientasi , yaitu gangguan kesadaran berkaitan dengan orang waktu tempat

dan situasi.

b. Kesadaran berkabut , yaitu gangguan dengan kesadaran yang tidak lengkap,

individu tidak mampu berfikir jernih dan berespon secara memadai terhadap

situasi disekitarnya. Gejala ini sering terdapat pada penderita-penderita penyakit

infeksi dan keadaan-keadaan lain yang mengganggu oksigenasi dan metabolisme

serebral.

c. Stupor, yaitu keadaan dimana penderita akinetik (tidak bergerak dan diam seperti

patung) dan mutistik tetapi kesadaran relatif masih ada. Masih ada gerakan mata

dan respirasi tetapi gerakan mata pada umumnya nampak tanpa tujuan. Sesudah

keadaan stupor, sering ada kesanggupan untuk mengingat kejadian-kejadian

meskipun dapat terjadi juga amnesia total. Stupor perlu dibedakan dengan rasa

mengantuk, kehilangan kesadaran seperti pada koma dan paralise saraf motorik.

19

Page 20: Psikopatologi jiwa

d. Delirium, yaitu merupakan suatu simtom komplek yang disebut sindrome otak

akut. Sindrome ini biasanya berkembang dan berjalan akut, ditandai dengan

kesadaran menurun atau berkabut, bingung, gelisah, disorientasi, ilusi, dan

halusinasi serta cemas dan takut. Kejadian ini biasanya berhubungan dengan

infeksi disertai panas, keadaan toksik, gangguan metabolisme (uremia, pellagra,

dan anemia pernisiosa), dekompensasi kordis, dan trauma kapitis.

e. Koma, yaitu derajat kesadaran paling berat. Individu dalam keadaan koma tidak

dapat bereaksi terhadap rangsangan dari luar. Meskipun sekuat apapun

rangsangan yang diberikan.

f. Dream like state, yaitu gangguan kualitas kesadaran yang terjadi pada serangan

epilepsi psikomotor. Individu dalam keadaan ini tidak menyadari apa yang

dilakukannya meskipun tampak seperti melakukan aktifitas normal.

g. Twillight state, yaitu kesadaran menurun tetapi orientasi terhadap sekitarnya

masih baik dan tidak ada bicara yang kacau kontak dengan sekitarnya masih ada,

kadang-kadang dalam keadaan marah luar biasa dan dalam keadaan marah ini

dapat dilakukan penganiayaan dan pembunuhan. Penderita sering bernafsu untuk

mengembara, jika kesadaran ini lebih menurun lagiakan timbul disorientasi dan

bicara kacau.

7. Gangguan orientasi

Orientasi adalah suatu proses seseorang dapat menangkap atau mengerti keadaan

disektarnya, dan ia dapat melokalisir dirinya dalam hubungan dengan sekitarnya

tersebut. Jika seseorang tahu posisinya dalam hubungan dengan waktu, sadar akan

keadaan pribadinya, sadar situasi lingkungannya dan mengerti hubungannya mengapa

orang lain berada disitu maka orang tersebut berorientasi baik.

Gangguan orientasi dapat timbul pada tiap gangguan mental dimana didapatkan

gangguan persepsi dan perhatian. Gangguan orientasi banyak didapatkan pada

keadaan-keadaan sindroma otak organik akut tetapi jarang didapatkan pada keadaan

afek yang luar biasa, dan konflik-konflik yang akut. Bermacam-macam orientasi

yaitu;

a) Orientasi orang (personal), yaitu kemampuan individu untuk mengemukakakan

identitas diri sendiri dan orang lain disekitarnya.

b) Orientasi waktu (temporal), yaitu kemampuan untuk mengetahui tentang

hubungan masa, waktu, hari, tanggal, bulan, musim, dan tahun sekarang.

20

Page 21: Psikopatologi jiwa

c) Orientasi tempat (spasial), yaitu kemampuan untuk mengetahui tentang batasan

ruang, atau lokasi yang ditempati dan hubungannya dengan ruang lain atau lokasi

lain.

d) Orientasi situasi, yaitu kemampuan individu untuk menafsirkan apakah sebaiknya

seseorang atau beberapa orang berada di suatu tempat atau di situasi tertentu dan

masing-masing kepentingan atau tugasnya seseorang berada di situ.

8. Gangguan memori atau ingatan

Memori adalah daya kemampuan individu untuk memproduksi hal tertentu yang

telah terjadi dimasa lampau, jadi dalam memori atau daya ingat terdapat tiga prose ;

a) Penerimaan dan pencatatan dari kesan mental

b) Penyimpangan dari kesan yang telah didapat

c) Penggalian kembali dari kesan tersebut.

Jika daya ingatan individu terganggu maka beberapa hal yang harus

dipertimbangkan ;’

a) Apakah terdapat suatu kemungkinan yang diakibatkan oleh sebab organobiologik

sehingga terjadi kerusakan pada substansia otak yang sifatnya permanen

misalnya pada demensia.

b) Apakah terdapat suatu kemunduran yang berarti kehilangan daya ingatan yang

penyebabnya lebih kompleks yang biasanya oleh kombinasi sebab

organobiologik dan psikososial. Kehilangan daya ingatan disini sifatnya

sementara misalnya pada amnesia.

c) Apakah terdapat suatu kemunduran daya ingatan (lupa) terhadap salah satu atau

beberapa peristiwa sajak. Hal ini pada umumnya karena pengaruh emosi atau

pengaruh psikologik yang kuat, yang diduga terjadi di alam tak sadar. Seringkali

didahului peristiwa yang menakutkan atau memalukan.

Macam-macam gangguan memori (daya ingat)(1) :

a) Hipermensia, yaitu peringatan yang berlebih-lebihan dan abnormal. Hipermensia

kadang-kadang terlihat pada keadaan manik, paranoid dan katatonik. Kemampuan

mengingat menjadi berlebih-lebihan, dan kebanyakan terbatas pada periode-

periode khusus atau kejadian-kejadian khusus yang dihubungkan dengan reasi

emosional yang sangat kuat.

b) Amnesia, yaitu ketidakmampuan untuk mengingat sebagian atau seluruh

pengalaman masa lalu. Amnesia dapat disebabkan oleh gangguan organik

21

Page 22: Psikopatologi jiwa

maupun sikogenik. Amnesia organik disebabkan karena gangguan pada proses

pencatatan dan penyimpanan. Sedangkan amnesia psikogenik disebabkan karena

pada proses mengingat kembali (recall). Jenis-jenis amnesia ;

i. Amnesia anterograd ; yaitu kehilangan ingatan dari peristiwa-peristiwa yang

terjadi sesudah kejadian yang menumbulkan amnesia tersebut, sampai

dengan periode waktu tertentu.

ii. Amnesia retrograd ; yaitu kehilangan ingatan dari peristiwa-peristiwa yang

terjadi sebelum kejadian yang menimbulkan amnesia tersebut dari periode

waktu tertentu.

c) Paramnesia disebut juga peringatan salah, yaitu keadaan dimana penderita benar-

benar mengetahui apa yang dialami sekarang telah dialaminya pula pada waktu

dahulu tetapi hal itu tidak benar. Jenis-jenis paramnesia yaitu ;

i. Konfabulasi ; yaitu, cerita tentang soal-soal dan kejadian yang sebenarnya

sama sekali tidak terjadi. Ada dua jenis konfabulasi yaitu konfabulasi

spontan dan konfabulasi untuk menutupi kebodohan-kebodohan.

ii. De javu ; yaitu adanya perasaan bahwa yang dilihat sekarang ini pernah

dilihat dan dikenal sebelumnya. Padahal sebelumnya belum pernah melihat

atau mengenalnya.

iii. Jamais fu ; yaitu adanya perasaan yang salah atau palsu bahwa penderita

tidak mengenal situasi atau personal yang sebenarnya hal ini pernah dialami

atau dikenalnya pada waktu yang lampau. Sering didapatkan pada

skizofrenia, psikoneurosa, kerusakan pada lobus temporalis, dan epilepsi

iv. Demensia ; yaitu gangguan atau degenerasi dari neuron-neuron pada koteks

serebri yang berlangsung lama yang berakibat hilangnya efisiensi intelektual

yang bersifat permanen dan irrevesibel. Etiologi dari demensia yaitu ;

a) Perubahan atrofi otak dengan akibat senelis

b) Gangguan vaskuler otak termasuk demensia vasculer dan hipertensi

ensefalopati.

c) Gangguan radang otak terutama lues dan ensefalitis epidemika.

d) Penyakit degenerasi otak misalnya Alzaimer’s diseasea, picks’s diseasea ,

dan hurtington’s chorea

e) Penyakit-penyakit defisiensi misanya; korsa koff’s psikosis, wernicke’s

encephalopati, pellagra, anemia perniciosa dan defesiensi vitamin B-12.

f) Neoplasma

22

Page 23: Psikopatologi jiwa

g) Trauma (fisik)

9. Gangguan intelegensia

Intelegensia sering disebut sebagai taraf kecerdasan individu suatu faktor yang

penting dalam intelegensia ialah kemampuan individu untuk mengambil manfaat dari

suatu masalah dan pengalaman terdahulu untuk menghadapi masalah dikemudian hari.

Proses mengambil manfaat dari pengalaman ini, biasanya merupakan salah satu aspek

penting dari proses belajar manusia. Oleh karena itu maka taraf intelegensia

merupakan suatu indikasi dari kemampuan belajar manusia baik pada pengalaman

praktik maupun dari hasil pendidikan di sekolah.

Persoalan intelegensia merupakan masalah yang sangat komplek dan masih

belum diakui secara universal kepentingan serta kedudukannya pada pemeriksaan

psikiatri, yang penting ialah dugaan intelegensia individu yaitu apakah bertaraf

superior normal atau subnormal.

23

Page 24: Psikopatologi jiwa

BAB IV

ETIOLOGI

Psikopatologi Gangguan Jiwa

Manusia bereaksi secara keseluruhan, secara holistic atau dapat dikatakan juga

secara somatopsikososial. Dalam mencari penyebab gangguan jiwa, maka ketiga unsur

ini harus diperhatikan. Gangguan jiwa artinya bahwa yang menonjol ialah gejala-gejala

yang patolo gik dari unsur psikis. Hal ini tidak berarti bahwa unsur yang lain tidak

terganggu. Hal-hal yang dapat mempengaruhi perilaku manusia ialah keturunan, umur

dan seks, keadaan badaniah, keadaan psikologik, keluarga, adat-istiadat, kebudayaan dan

kepercayaan, pekerjaan, pernikahan dan kehamilan, kehilangan dan kematian orang yang

dicintai, agresi, rasa permusuhan, hubungan antar amanusia, dan sebagainya.

Biarpun gejala umum atau gejala yang menonjol itu terdapat pada unsur kejiwaan,

tetapi penyebab utamanya mungkin pada badan (somatogenik), lingkungan sosial

(sosiogenik) ataupun psikis (psikogenik). Biasanya tidak terdapat penyebab tunggal,

akan tetapi beberapa penyebab sekaligus dari berbagai unsur itu yang saling

mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan, lalu timbulah gangguan jiwa.

Faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan jiwa diantaranya :

1. Faktor keturunan

Pada mongoloisme atau sindroma Down terdapat trisoma pada pasangan

Kromosoma No. 21. Sindroma Turner ternyata berhubungan dengan jumlah

kromosima sex yang abnormal. Gangguan yang berhubungan dengan kromosoma sex

dikatakan “terikat pada sex” (“sex linked”), artinya bahwa efek genetik itu hanya

terdapat pada kromosoma sex. Kaum wanita ternyata lebih kurang peka terhadap

gangguan yang terikat pada sex, karena mereka mempunyai dua kromosoma X : bila

satu tidak baik, maka yang lain biasanya akan melakukan pekerjaannya. Akan tetapi

seorang pria hanya mempunyai satu kromosoma X dan satu kromosoma Y, dan bila

salah satu tidak baik, maka akan terganggu.

Menurut Cloninger, gangguan jiwa terutama gangguan persepsi sensori dan

gangguan psikotik lainnya erat sekali penyebabnya dengan faktor genetik termasuk di

24

Page 25: Psikopatologi jiwa

dalamnya saudara kembar, atau anak hasil adopsi. Individu yang memiliki anggota

keluarga yang mengalami gangguan jiwa memiliki kecenderungan lebih tinggi

dibanding dengan orang yang tidak memiliki faktor herediter. Individu yang memiliki

hubungan sebagai ayah, ibu, saudara atau anak dari klien yang mengalami gangguan

jiwa memiliki kecenderungan 10 %, sedangkan keponakan atau cucu kejadiannya 2-4

%. Individu yang memiliki hubungan sebagai kembar identik dengan klien yang

mengalami gangguan jiwa memiliki kecenderungan 46-48 %, sedangkan kembar

dizygot memiliki kecenderungan 14-17 %. Faktor genetik tersebut sangat ditunjang

dengan pola asuh yang diwariskan sesuai dengan pengalaman yang dimiliki oleh

anggota keluarga klien yang mengalami gangguan jiwa.

2. Faktor Biologi

Orang yang mengalami gangguan jiwa memiliki ciri-ciri biologis yang khas

terutama pada susunan dan struktur syaraf pusat, biasanya orang tersebut mengalami

pembesaran ventrikel ke III sebelah kirinya. Ciri lainnya terutama adalah pada orang

yang mengalami Schizofrenia memiliki lobus frontalis yang lebih kecil dari rata-rata

orang yang normal. Menurut Candel, pada orang yang mengalami gangguan jiwa

dengan gejala takut serta paranoid (curiga) memiliki lesi pada daerah Amigdala

sedangkan pada klien Schizofrenia yang memiliki lesi pada area Wernick’s dan area

Brocha biasanya disertai dengan Aphasia serta disorganisasi dalam proses berbicara

(Word salad). Adanya Hiperaktivitas dopamin pada klien dengan gangguan jiwa

seringkali menimbulkan gejala-gejala Schizofrenia. Menurut hasil penelitian,

neurotransmitter tertentu seperti Norepinephrine pada pasien gangguan jiwa

memegang peranan dalam proses learning, memory reiforcement, Siklus tidur dan

bangun, kecemasan, pengaturan aliran darah dan metabolisme. Neurotransmitter lain

berfungsi sebagai penghambat aktivasi dopamin pada proses pergerakan yaitu GABA.

(Gamma Amino Butiric Acid).

Menurut Singgih gangguan mental dan emosi juga bisa disebabkan oleh

perkembangan jaringan otak yang tidak cocok (Aplasia). Kadang-kadang seseorang

dilahirkan dengan perkembangan cortex cerebry yang kurang sekali, atau disebut

sebagai otak yang rudimenter (Rudimentary Brain). Contoh gangguan tersebut terlihat

pada Microcephaly yang ditandai oleh kecilnya tempurung otak. Adanya trauma pada

waktu kelahiran, tumor, Infeksi otak seperti Enchepahlitis Letargica, gangguan

kelenjar endokrin seperti thyroid, keracunan CO (carbon Monoxide) serta perubahan-

perubahan karena degenerasi yang mempengaruhi sistem persyarafan pusat.

25

Page 26: Psikopatologi jiwa

Kerusakan pada bagian-bagian otak tertentu ternyata memegang peranan pada

timbulnya gejala-gejala gangguan jiwa, misalnya:

a. Kerusakan pada lobus frontalis: menyebabkan kesulitan dalam proses pemecahan

masalah dan perilaku yang mengarah pada tujuan, berfikir abstrak, perhatian

dengan manifestasi gangguan psikomotorik.

b. Kerusakan pada Basal Gangglia dapat menyebabkan distonia dan tremor

c. Gangguan pada lobus temporal limbic akan meningkatkan kewaspadaan,

distractibility, gangguan memori (Short time).

3. Faktor sosio kultural

Kebudayaan secara teknis adalah ide atau tingkah laku yang dapat dilihat

maupun yang tidak terlihat. Faktor budaya bukan merupakan penyebab langsung

menimbulkan gangguan jiwa, biasanya terbatas menentukan “warna” gejala-gejala.

Disamping mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kepribadian seseorang

misalnya melalui aturan-aturan kebiasaan yang berlaku dalam kebudayaan tersebut.

Beberapa faktor-faktor kebudayaan tersebut :

a. Cara-cara membesarkan anak

Cara-cara membesarkan anak yang kaku dan otoriter , hubungan orang tua

anak menjadi kaku dan tidak hangat. Anak-anak setelah dewasa mungkin bersifat

sangat agresif atau pendiam dan tidak suka bergaul atau justru menjadi penurut

yang berlebihan. Deprivasi maternal atau kehilangan asuhan ibu di rumah sendiri,

terpisah dengan ibu atau di asrama, dapat menimbulkan perkembangan yang

abnormal. Deprivasi rangsangan umum dari lingkungan, bila sangat berat, ternyata

berhubungan dengan retardasi mental. Kekurangan protein dalam makanan,

terutama dalam jangka waktu lama sebelum anak breumur 4 tahun, dapat

mengakibatkan retardasi mental.

Deprivasi atau frustrasi dini dapat menimbulkan “tempat-tempat yang lemah”

pada jiwa, dapat mengakibatkan perkembangan yang salah ataupun perkembangan

yang berhenti. Untuk perkembangan psikologik rupanya ada “masa-masa gawat”.

Dalam masa ini rangsangan dan pengalaman belajar yang berhubungan dengannya

serta pemuasan berbagai kebutuhan sangat perlu bagi urut-urutan perkembangan

intelektual, emosional dan sosial yang normal.

b. Sistem Nilai

26

Page 27: Psikopatologi jiwa

Perbedaan sistem nilai moral dan etika antara kebudayaan yang satu dengan

yang lain, antara masa lalu dengan sekarang sering menimbulkan masalah-masalah

kejiwaan. Begitu pula perbedaan moral yang diajarkan dirumah / sekolah dengan

yang dipraktekkan di masyarakat sehari-hari.

c. Kepincangan antar keinginan dengan kenyataan yang ada

Iklan-iklan diradio, televisi. Surat kabar, film dan lain-lain menimbulkan

bayangan-bayangan yang menyilaukan tentang kehidupan modern yang mungkin

jauh dari kenyataan hidup sehari-hari. Akibat rasa kecewa yang timbul, seseorang

mencoba mengatasinya dengan khayalan atau melakukan yang merugikan

masyarakat.

d. Ketegangan akibat faktor ekonomi dan kemajuan teknologi

Dalam masyarakat modern kebutuhan makin meningkat dan persaingan makin

meningkat dan makin ketat untuk meningkatkan ekonomi hasil-hasil teknologi

modern. Memacu orang untuk bekerja lebih keras agar dapat memilikinya. Jumlah

orang yang ingin bekerja lebih besar dari kebutuhan sehingga pengangguran

meningkat, demikian pula urbanisasi meningkat, mengakibatkan upah menjadi

rendah. Faktor-faktor gaji yang rendah, perumahan yang buruk, waktu istirahat dan

berkumpul dengan keluarga sangat terbatas dan sebagainya merupakan sebagian

mengakibatkan perkembangan kepribadian yang abnormal.

Alfin Toffler mengemukakan bahwa yang paling berbahaya di zaman modern,

di negara-negara dengan “super-industrialisasi”, ialah kecepatan perubahan dan

pergantian yang makin cepat dalam hal “kesementaraan” (“transience”),

“kebaruan” (“novelty”) dan “keanekaragaman” (“diversity”). Dengan demikian

individu menerima rangsangan yang berlebihan sehingga kemungkinan terjadinya

kekacuan mental lebih besar. Karena hal ini lebih besar kemungkiannya dalam

masa depan, maka dinamakannya “shok masa depan” (“future shock”). Telah

diketahui bahwa seseorang yang mendadak berada di tengah-tengah kebudayaan

asing dapat mengalami gangguan jiwa karena pengaruh kebudayaan ini yang serba

baru dan asing baginya. Hal ini dinamakan “shock kebudayaan” (“culture shock”).

Seperti seorang inidvidu, suatu masyarakat secara keseluruhan dapat juga

berkembang ke arah yang tidak baik. Hal ini dapat dipengaruhi oleh lingkungan

fisik ataupun oleh keadaan sosial masyarakat itu sendiri Hal-hal ini merendahkan

daya tahan frustasi seluruh masyarakat (kelompok) dan menciptakan suasana sosial

yang tidak baik sehingga para anggotanya secara perorangan dapat menjurus ke

27

Page 28: Psikopatologi jiwa

gangguan mental. Faktor-faktor sosiokultural membentuk, baik macam sikap

individu dan jenis reaksi yang dikembangkannya, maupun jenis stres yang

dihadapinya.

e. Perpindahan kesatuan keluarga

Khusus untuk anak yang sedang berkembang kepribadiannya, perubahan-

perubahan lingkungan (kebudayaan dan pergaulan). Hal ini cukup mengganggu.

f. Masalah golongan minoritas

Tekanan-tekanan perasaan yang dialami golongan ini dari lingkungan dapat

mengakibatkan rasa pemberontakan yang selanjutnya akan tampil dalam bentuk

sikap acuh atau melakukan tindakan-tindakan akan yang merugikan orang banyak.

4. Perkembangan Psikologik yang salah

a. Ketidak matangan atau fiksasi, yaitu inidvidual gagal berkembang lebih lanjut ke

fase berikutnya;

b. “Tempat-tempat lemah” yang ditinggalkan oleh pengalaman yang traumatik

sebagai kepekaan terhadap jenis stres tertentu, atau

c. Disorsi, yaitu bila inidvidu mengembangkan sikap atau pola reaksi yang tidak

sesuai atau gagal mencapai integrasi kepribadian yang normal.

5. Pola keluarga yang patogenik

Dalam masa kanak-kanak keluarga memegang peranan yang penting dalam

pembentukan kepriabadian. Hubungan orangtua-anak yang salah atau interaksi yang

patogenik dalam keluarga sering merupakan sumber gangguan penyesuaian diri.

Kadang-kadang orangtua berbuat terlalu banyak untuk anak dan tidak memberi

kesempatan anak itu berkembang sendiri. Ada kalanya orangtua berbuat terlalu sedikit

dan tidak merangsang anak itu atau tidak memberi bimbingan dan anjuran yang

dibutuhkannya. Akan tetapi pengaruh cara asuhan anak tergantung pada keadaan

sosial secara keseluruhan dimana hal itu dilakukan. Dan juga, anak-anak bereaksi

secara berlainan terhadap cara yang sama dan tidak semua akibat adalah tetapi

kerusakan dini sering diperbaiki sebagian oleh pengalaman di kemudian hari. Akan

tetapi beberapa jenis hubungan orangtua-anak sering terdapat dalam latar belakang

anak-anak yang terganggu, umpamanya penolakan, perlindungan berlebihan, manja

berlebihan, tuntutan perfeksionistik, standar moral yang kaku dan tidak realistik,

disiplin yang salah, persaingan antar saudara yang tidak sehat, contoh orangtua yang

salah, ketidak-sesuaikan perkawinan dan rumah tangganya yang berantakan, tuntutan

yang bertentangan.

28

Page 29: Psikopatologi jiwa

6. Masa Perkembangan

Bermacam pengalaman frustasi, kegagalan dan keberhasilan yang dialami

akan mewarnai sikap,mkebiasaan dan sifatnya dikemudian hari. Hidup seorang

manusia dapat dibagi atas 7 masa dan pada keadaan tertentu dapat mendukung

terjadinya gangguan jiwa, yaitu :

a. Masa bayi

b. Masa anak pra sekolah (antara 2 sampai 7 tahun)

c. Masa Anak sekolah

d. Masa Remaja

Masa remaja dikenal sebagai masa gawat dalam perkembangan kepribadian,

sebagai masa “badai dan stres”. Dalam masa ini inidvidu dihadapi dengan

pertumbuhan yang cepat, perubahan-perubahan badaniah dan pematangan seksual.

Pada waktu yang sama status sosialnya juga mengalami perubahan, bila dahulu ia

sangat tergantung kepada orangtuanya atau orang lain, sekarang ia harus belajar

berdiri sendiri dan bertanggung jawab yang membawa dengan sendirinya masalah

pernikahan, pekerjaan dan status sosial umum. Kebebasan yang lebih besar membawa

tanggung jawab yang lebih besar pula. Perubahan-perubahan ini mengakibatkan

bawha ia harus mengubah konsep tentang diri sendiri.

e. Masa Dewasa muda

f. Masa Dewasa Tua

g. Masa Tua

7. Cacat Kongenital

Cacat kongenital atau sejak lahir dapat mempengaruhi perkembangan jiwa

anak, terlebih yang berat, seperti retardasi mental yang berat. Akan tetapi pada

umumnya pengaruh cacat ini pada timbulnya gangguan jiwa terutama tergantung pada

individu itu, bagaimana ia menilai dan menyesuaikan diri terhadap keadaan hidupnya

yang cacat atau berubah itu. Kromosom dan “genes” yang defektif serta banyak faktor

lingkungan sebelum, sewaktu dan sesudah lahir dapat mengakibatkan gangguan

badaniah. Gangguan badaniah dapat mengganggu fungsi biologik atau psikologik

secara langsung atau dapat mempengaruhi daya tahan terhadap stres.

8. Penyalahgunaan obat-obatan dan zat psikotropika

Koping yang maladaptif yang digunakan individu untuk menghadapi strsessor

melalui obat-obatan atau zat yang memiliki sifat adiksi (efek ketergantungan) seperti

29

Page 30: Psikopatologi jiwa

Cocaine, amphetamine menyebabkan gangguan persepsi, gangguan proses berfikir,

gangguan motorik.

30

Page 31: Psikopatologi jiwa

BAB V

EPIDEMIOLOGI

Prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia 1,7 per mil. Gangguan jiwa

berat terbanyak di DI Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Bali, dan Jawa Tengah. Proporsi

RT yang pernah memasung ART gangguan jiwa berat 14,3 persen, terbanyak pada penduduk

yang tinggal di perdesaan (18,2%), serta pada kelompok penduduk dengan kuintil indeks

kepemilikan terbawah (19,5%). Prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk

Indonesia 6,0 persen. Provinsi dengan prevalensi ganguan mental emosional tertinggi adalah

Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan,Jawa Barat, DI Yogyakarta, dan Nusa Tenggara Timur(4).

Sekitar 450 juta orang menderita gangguan mental menurut perkiraan WHO diberikan

dalam Laporan Kesehatan Dunia 2001. Satu dari empat orang akan mengembangkan satu

atau lebih gangguan mental atau perilaku selama hidup mereka. Gangguan mental dan

perilaku terjadi pada setiap titik waktu pada sekitar 10% dari populasi orang dewasa di

seluruh dunia. Seperlima dari remaja di bawah usia 18 tahun mengalami masalah

perkembangan, emosional atau perilaku, satu dari delapannya memiliki gangguan mental,

sedangkan pada anak-anak yang kurang beruntung angka ini adalah satu dari lima. Gangguan

neurologis dan mental terhitung 13% dari keseluruhan Disability Adjusted Life Years

(DALYs) dikarenakan semua penyakit dan cedera di dunia. Lima dari sepuluh penyebab

utama kecacatan di seluruh dunia adalah kondisi kejiwaan, termasuk depresi, penggunaan

alkohol, skizofrenia dan kompulsif. Proyeksi memperkirakan pada tahun 2020 gangguan

neuropsikiatri akan mencapai 15% dari kecacatan di seluruh dunia, dengan depresi unipolar

sendiri terhitung 5.7% dari DALYs(4).

31

Page 32: Psikopatologi jiwa

DAFTAR PUSTAKA

1. Sadock, B.J.,A.Virginia.2010. Teori Kepribadian dan Psikopatologi.Sinopsis

Psikiatri.Ilmu Pengetahuan perilaku Psikiatri Klinis.Jilid I.Binarupa Aksara

Publisher.Jakarta.

2. Setyonegoro, Kusumanto. 2005. Kesehatan Jiwa di Kehidupan Modern. Cermin

Dunia Kedokteran. Jakarta: Kalbe Farma. 5.

3. Maramis, W.F.2009.Penyebab umum gangguan jiwa. Catatan Ilmu Kedokteran

Jiwa Edisi II.Airlangga University Press.Surabaya.

4. http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/rkd2013/

Laporan_Riskesdas2013.PDF

32

Page 33: Psikopatologi jiwa

33