PSIKOPATOLOGI EMOSI

download PSIKOPATOLOGI EMOSI

of 32

Transcript of PSIKOPATOLOGI EMOSI

PSIKOPATOLOGI EMOSII. PENDAHULUAN

Menurut WHO, sehat jiwa adalah orang yang merasa sehat dan bahagia, mampu menghadapi tantangan kehidupan, menerima orang lain sebagaimana adanya, dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Bagi seorang individu yang mengalami stres, akan timbul gejala gangguan jiwa atau tidak, tergantung dari kemampuan adaptasinya.(1) Kemampuan adaptasi tidak sama pada setiap orang dan kemampuan ini ada batasnya. Gangguan jiwa akan tampak pada, ada fiksasi (yaitu adanya keterbatasan dalam aktualisasi diri), hilang atau berkurangnya fungsi fungsi kejiwaan yang telah ada, tingkah laku regresif yang berulang dan adanya afek yang tidak semestinya. Gejala gangguan jiwa merupakan proses yang punya tujuan untuk defensif protektif, dan reparatif terhadap penyebab/akibat gangguan jiwa yang dapat mempengaruhi situasi kepribadian dan menimbulkan gejala gejala klinis. Menurut PPDGJ gangguan jiwa terjadi ketika muncul hal-hal yang diantaranya:(2) Timbul penderitaan secara fisik maupun psikis

Timbul ketidak mampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari

Timbul gejala-gejala klinis

Psikopatologi adalah satu cabang ilmu psikiatri yang mempelajari penyimpangan yang jelas tampak pada kesadaran, alam perasaan, pikiran, tingkah laku dan pola reaksi total (kepribadian) terhadap berbagai masalah yang dihadapi. Psikopatologi adalah ilmu yang membahas tentang gangguan mental (mental ilness dan mental distress) dan perilaku abnormal/maladaptif yang mengindikasikan telah terjadinya gangguan mental dan psikologis pada diri seseorang. Psikopatologi paling sering digunakan dalam ilmu psikiatri dimana patologi tertentu menunjukkan suatu proses dari gangguan jiwa tertentu. Psikopatologi meliputi gangguan kepribadian, gangguan aspek motorik, gangguan persepsi, gangguan pikiran, gangguan emosi, gangguan kesadaran, gangguan orientasi, gangguan memori dan gangguan inteligensi.(3)II. DEFINISIEmosi adalah suatu kompleks keadaan perasaan dengan komponen psikis, somatik, dan perilaku yang berhubungan mood dan afek.(4)A. AfekAfek adalah kehidupan perasaan atau nada perasaan emosional seseorang, menyenangkan atau tidak, yang menyertai suatu pikiran, biasa berlangsung singkat dan jarang disertai komponen fisiologik.(5)Dikaitkan dengan pengertian afek, maka emosi merupakan manifestasi afek keluar disertai oleh banyak komponen fisiologik, biasanya berlangsung relatif singkat. Kadang-kadang istilah emosi dan afek tidak dibedakan dan dipakai bersama-sama.(5)B. MoodMood merupakan perasaan suasana hati yang mewarnai seluruh kehidupan psikis seseorang dan mempengaruhi seseorang dalam waktu yang lama. Misalnya seseorang yang sedih, malas untuk berkomunikasi, makan, bekerja, kemarahan dan sebagainya. Suatu emosi yang meresap dan dipertahankan, yang alami secara subjektif dan dilaporkan oleh pasien.(5)Perbedaan antara mood (keadaan afektif) dengan afek (ekspresi afektif / hidup emosi) adalah:(1)Mood Afek

1. manifestasi perasaan kedalam

2. berlangsungnya lama

3. bersifat lebih menetap1. manifestasi perasaan ke luar

2. berlangsungnya sebentar

3. bersifat mudah berubah

III. KLASIFIKASI

1). Reaksi emosional yang normalAda beberapa reaksi emosi yang merupakan respon normal untuk terjadi, diantaranya:(3) 1. Takut

Takut adalah perasaan yang mendorong individu untuk menjauhi sesuatu dan sedapat mungkin menghindari kontak dengan hal itu. 2. Khawatir

Khawatir atau was-was adalah rasa takut yang tidak mempunyai obyek yang jelas atau tidak ada obyeknya sama sekali. Kekhawatiran menyebabkan rasa tidak senang, gelisah, tegang, tidak tenang, tidak aman. Kekhawatiran seseorang untuk melanggar norma masyarakat adalah salah satu bentuk kekhawatiran yang umum terdapat pada tiap-tiap orang dan kekhawatiran ini justru positif karena dengan demikian orang selalu bersikap hati-hati dan berusaha menyesuaikan diri dengan norma masyarakat.3. Cemburu

Kecemburuan adalah bentuk khusus dan kekhawatiran yang didasari oleh kurang adanya keyakinan terhadap diri sendiri dan ketakutan akan kehilangan kasih sayang dari seseorang. Seorang yang cemburu selalu mempunyai sikap benci terhadap saingannya.4. Gembira

Gembira adalah ekspresi dari kelegaan, yaitu perasaan terbebas dari ketegangan. Biasanya kegembiraan disebabkan oleh hal-hal yang bersifat tiba-tiba (surprise) dan kegembiraan biasanya bersifat spesial, yaitu melibatkan orang-orang lain di sekitar orang yang sedang gembira tersebut.5. Marah

Sumber utama dari kemarahan adalah hal-hal yang mengganggu aktivitas untuk sampai pada tujuannya. Dengan demikian, ketegangan yang terjadi dalam aktivitas itu tidak mereda, bahkan bertambah. Untuk menyalurkan ketegangan-ketegangan itu individu yang bersangkutan menjadi marah.Jika kita mengalami suatu emosi yang kuat, seperti rasa takut atau marah, kita mungkin merasakan sejumlah perubahan pada tubuh termasuk denyut jantung dan pernapasan yang cepat, rasa kering di tenggorokan dan mulut, berkeringat, gemetaran, dan perasaan tertekan di lambung. Sebagian besar perubahan fisiologis yang terjadi akibat aktivitasi cabang simpatik dari system saraf otonomik untuk mempersiapkan tubuh melakukan tindakan darurat. System simpatik bertanggung jawab untuk terjadinya perubahan-perubahan berikut (semuanya tidak harus terjadi sekaligus):(4)a. Tekanan darah dan kecepatan denyut jantung meningkat.

b. Pernapasan menjadi lebih cepat

c. Pupil mata mengalami dilatasi.

d. Keringat meningkat sementara sekresi saliva dan mukus menurun.

e. Kadar gula darah meningkat untuk memberikan lebih banyak energi.

f. Darah membeku lebih cepat untuk persiapan kalau-kalau terjadi luka.

g. Motilitas saluran gastroinstestinal menurun. Darah dialihkan dari lambung dan usus ke otak dan otot rangka.

h. Rambut di kulit menjadi tegak, menyebabkan merinding.

System saraf simpatis mempersiapkan oragnisme untuk mengeluarkan energi. Saat emosi menghilang, system parasimpatik-sistem penghemat energi-mengambil alih dan mengembalikan organism ke keadaan normalnya.(4)Aktivitas system saraf otonomik tersebut dipicu oleh aktivitas di daerah otak tertentu, termasuk hipotalamus dan system limbik. Impuls di area-area tersebut ditranmisikan ke nuklei di batak otak yang mengendalikan fungsi system saraf otonomik. System saraf otonomik kemudian bekerja langsung pada otot dan organ internal untuk menimbulkan beberapa perubahan tubuh yang dijelaskan sebelumnya, dan bekerja secara tidak langsung dengan menstimulasi hormon adrenal untuk menimbulkan perubahan tubuh lainnya.(4)Perhatikan bahwa jenis rangsangan fisiologis yang meningkat yang telah dijelaskan di atas adalah karakteristik untuk keadaan emosional seperti marah dan ketakutan, selama mana organism harus bersiap-siap melakukan tindakan-misalnya, untuk melawan atau melarikan diri. Pola dari aktivitas dalam emosi ini dikenal sebagai reaksi darurat (emergency) atau flight-or-flight (repson lari atau lari).(4)

Contohnya, dalam dua situasi marah dan takut, denyut jantung biasanya meningkat, pembuluh darah dalam otot melebar sehingga tubuh lebih siap untuk bertindak, gula darah dimobilisasi dari hati, hormon epinephrine dan norepenephrin dikeluarkan dari kelenjar adrenal, pupil mata melebar, pembuluh darah tepi dari kulit mengerut; sehingga mengurangi kemungkinan pendarahan dan membuat darah lebih banyak digunakan oleh otot. Ketegangan otot dan tingkat pemafasan yang diperantarai oleh sistem syaraf somatis cenderung meningkat dalam keadaan takut dan marah. Kebalikan dengan reaksi darurat ketika ketakutan dan marah adalah reaksi tubuh ketika dalam keadaan tenang, yaitu suatu keadaan emosional yang meditatif. Reaksi ini mengulas apa yang disebut dengan respon relaksasi. Pola dari respon tubuh selama relaksasi termasuk menurunnya aktivitas pada sistem syaraf simpatetik dan somatik, bersamaan dengan naiknya kegiatan sistem syaraf parasimpatetik. Sejauh aktivitas simpatetik dan somatik ini selaras, respon relaksasi hampir selalu berlawanan dengan reaksi darurat.(4)2). Reaksi emosional yang abnormal

Bentuk-bentuk gangguan afek, yaitu(5):

a. Euforia: Emosi yang menyenangkan, masa riang, senang gembira, bahagia yang berlebihan dan bila tidak sesuai keadaan, hal ini menunjukan adanya gangguan jiwa. Orang yang eforia biasanya optimis, percaya diri, dan tegas pada sikapnya. b. Elasi: Eforia yang berlebihan disertai motorik sering merupakan emosi yang labil dan sering berubah menjadi mudah tersinggung.

c. Eksaltasi: Elasi yang berlebihan dan biasanya disertai dengan sikap kebesaran (waham kebesaran)

d. Eklasi (kegaiarahan): gairah yang berlebihan disertai rasa aman, damai, dan tenang biasanya berhubungan dengan perasaan keagamaan yang kuat.

e. Inappropiate afek (afek yang tidak sesuai), adalah suatu gejala gangguan emosi, dimana dijumpai perbedaan yang jelas antara emosi yang tampak dengan situasi yang menyebabkannya, missal tertawa ketika ada musibah.

f. Afek yang kaku(rigid) adalah suatu keadaan dimana rasa hati tetap dipertahankan, walau terdapat rangsang yang biasanya menyebabkan reaksi emosiaonal yang berlebihan.

g. Emosi labil adalah suatu gejala dimana terdapat ketidakstabialan yang berlebihan dan bermacam emosional, cepat berubah emosi yang satu dengan yang lain.

h. Cemas dan Depresi merupakan gejala yang terllihat dari ekspresi muka atau tingkah laku.

i. Ambivalensi adalah emosi dan afek yang berlawanan yang timbul bersama-sama pada seseorang, suatu objek atau keadaan, benci tapi rindu.

j. Apatis yang tumpul dan datar, pengurangan atau tidak ada sama sekali tanda-tanda perasaan afektif.

Adapun bentuk gangguan dari mood adalah:(5)1. Mood disforik: mood yang tidak menyenangkan

2. Mood eutmik: mood dalam rentang normal, menyatakan tidak adanya mood yang tertekan atau melambung.

3. Mood yang meluap-luap (expansive mood): ekspresi perasaan seseorang tanpa pembatasan, seringkali dengan penilaian yang berlebihan terhadap kepentingan atau makna seseorang.

4. Mood yang iritabel (irritable mood): dengan mudah diganggu atau dibuat marah

5. Pergeseran mood (mood yang labil): osilasi antara euphoria dan deperesi atau kecemasan

6. Mood yang meninggi (elevated mood); suasana keyakinan dan kesenangan; suatu mood yang lebih ceria dari biasanya.

7. Kegembiraan yang luar biasa (ecstasy); perasaan kegairahan yang kuat

8. Depresi: perasaan kesedihan yang psikopatologis

9. Anhedonia: hilangnya minat terhadap dab menarik diri dari semua aktivitas rutin dan menyenangkan, seringkali disertai dengan depresi

10. Dukacita atau berkabung: kesedihan yang sesuai dengan kehilangan yang nyata

11. Aleksitimia: ketidakmampuan atau kesulitan dalam menggambarkan atau menyadari emosi atau mood seseorang.

IV. PENYAKIT DENGAN GEJALA GANGGUAN EMOSIDepresi adalah kemuraman hati (kepedihan, kesenduan, keburaman perasaan) yang patologis sifatnya.Mania adalah keriangan yang patologis.(6)Bipolar dikenal juga dengan gangguan manik depresiDepresi adalah salah satu bentuk jiwa gangguan jiwa pada alam perasaan (afektif, mood) yang ditandai kemurungan, kesedihan, kelesuan, kehilangan gairah hidup, tidak ada semangat, dan merasa tidak berdaya, perasaan bersalah atau berdosa, tidak berguna dan putus asa. Gejala lain yang sering menyertai gangguan mood adalah(6):

Sulit konsentrasi dan daya ingat menurun

Nafsu makan dan berat badan menurun

Gangguan tidur (sulit tidur atau tidur berlebihan) disertai mimpi-mimpi yang tidak menyengkan, misal mimpi orang yang sudah meninggal.

Agitasi atau retradasi motorik (gelisah atau perlambatan gerakan motorik)

Hilang perasaan senang, semangat, dan minat, meninggalkan hobi

Kreatifitas dan produktifitas menurun

Gangguan seksual (libido menurun)

Pikiran-Pikiran tentang kematian dan bunuh diri

Bila seseorang lebih rentan untuk menderita depresi dibandingkan orang lain, biasanya yang bersangkutan mempunyai corak kepribadian sendiri (diri kepribadian depresif), ciri-ciri:(6)a. Mereka sukar untuk merasa bahagia, mudah cemas, gelisah dan khawatir, irritable, tegang dan agitatif.

b. Mereka yang kurang percaya diri, rendah diri, mudah mengalah dan lebih senang berdamai untuk menghindari konflik atau konfrontasi, merasa gagal dalam usaha, lamban, lemah, lesu, atau sering mengeluh sakit ini itu.

c. Pengendalian dorongan dan impuls terlalu kuat, menarik diri, lebih suka menyisih, sulit ambil keputusan, enggan bicara, pendiam dan pemalu, menjaga jarak, dan menghindari keterlibatan dengan orang lain.

d. Suka mencela, mengkritik, menyalahkan orang lain atau menggunakan mekanisme pertahanan penyangkalan.

Mania (manie, maniak = adalah keriangan dan antusiasme yang patologis; hasrat yang patologis diarahkan pada sesuatu), ialah:(7)1. Antusiasme atau kegembiraan-kegembiraan yang berlebih-lebihan; suatu hasrat atau nafsu yang garang hebat.

2. Gangguan psikotik, dengan ciri iritabilitas (cepat marah), kegirangan, berbicara berlebih-lebihan, ide-ide yang kacau-balau, dan aktivitas motorik yang semakin banyak.

Bipolar, yaitu gangguanpada fungsi otak yang menyebabkan perubahan yang tidak biasa pada suasanaperasaan, dan proses berfikir. Disebut bipolar karena penyakit kejiwaan ini didominasi adanya fluktuasi periodik dua kutub, yakni kondisi manik (bergairahtinggi yang tidak terkendali) dan depresi.(6)Gangguan ini memiliki episode berulang ( sekurang kurangnya dua episode) dimana afek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek disertai penmabhan energi dan aktivitas ( mania atau hipomania ), dan pada waktu lain berupa penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktivitas (depresi). Yang khas adalah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode.(2)Episode manik biasanya mulai dengan tiba tiba dan beralngsung antara 2 minggu sampai 4 5 bulan, episode depresi cenderung berlangsung lebih lama ( rata rata sekitar 6 bulan ) meskipun jarang melebihi 1 thun kecuali pada orang usia lanjut. Kedua macam episode itu seringkali terajdi setelah peristiwa hidup yang penuh stres atau trauma mental lain ( adanya stres tidak esensial untuk penegakan diagnosis).(2)Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Hipomanik Episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk hipomania

Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini ManikTanpaGejala Psikotik Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa gejala psikotik

Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini ManikDenganGejala Psikotik Episode yang sekarang harus memenuhu kriteria untuk mania dengan gejala psikotik.

Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Ringan atau sedang Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif ringan ataupun sedang

Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif BeratTanpaGejala Psikotik Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat tanpa gejala psikotik

Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif BeratDenganGejala Psikotik Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat dengan gejala psikotik

Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Campuran Episode yang sekarang menunjukkan gejala gejala manik, hipomani, dan depresif yang tercampur atau bergantian dengan cepat ( gejala mania/hipomania dan depresi sama sama mencolok selama masa terbesar dari episode penyakit yang sekarang, dan telah berlangsung sekurang kurangnya 2 minggu )

Pada semua episode harus ada sekurang kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif atau campuran) di masa lampau.

Gangguan afektif bipolar episode kini dalam remisi : Sekarang tidak menderita gangguan afektif yang nyata selama beberapa bulan terakhir ini, tetapi pernah mengalami sekurangnya 1 episode afektif dimasa lampau dan ditambah sekurangnya 1 episode lainnya.

V. FAKTOR PREDISPOSISI GANGGUAN EMOSIBerbagai teori telah diajukan untuk menjelaskan gangguan alam perasaan yang parah. Teori ini menunjukan rentang factor-faktor penyebab yang mungkin bekerja sendiri atau dalam kombinasi:(6)1. Genetic Factor

Factor genetic dianggap mempengaruhi transmisi gangguan afektif melalui riwayat keluarga atau keturunan. Hal ini disepakati bahwa faktor keturunan dan lingkungan memegang peranan penting dalam beberapa gangguan mood. Gangguan tipe bipolar dan mayor depressive terjadi pada keluraga, tetapi fakta menunjukan bahwa yang diturunkan adalah tipe bipolar; dengan kecenderungan sebagai berikut:

Salah satu orang tua menderita gangguan mood tipe bipolar; kecenderungan terjadi 25% pada anak

Dua orang tua menderita ganguan mood tipe bipolar; kecenderungan terjadi 50-75% pada anaknya

Satu monozigote kembar mengalami bipolar; 40-70% kecenderungan terjadi pada kembarannya

Satu dizygote kembar mengalami bipolar; kecenderungan 20% terjadi pada saudara kembarnya

Satu orangtua mengalami kelianan tipe defensive; 10-13% kecenderungan terjadi pada anaknya.

2. Aggression Turned Inward Theory

Teori agresi menyerang kedalam menunjukan bahwa depresi terjadi karena perasaan marah yang ditunjukan kepada diri sendiri. Menurut Sigmund Freud depresi adalah agresi yang diarahkan pada diri sendiri sebagai bagian dari nafasu bawaan yang bersifat merusak (instinc agresif). Untuk beberapa alas an tidak secara langsung diarahkan pada objek yang nyata atau objek yang berhubungan serta disertai perasaan berdosa/ bersalah. Perosesnya terjadi akibat kehilangan atau perasaan ambivalen terhadap objek yang sangat dicintai. Klien merasa marah dan mencintai yang terjadi secara bersamaan dan hal ini tidak mampu untuk mengekspresikan kemarahannya sebab dianggap tidak tepat atau tidak rasional. Misalnya : ia marah pada kekasihnya yang memiliki kekasih selain dirinya. Ia ungkapkan kemarahan pada diri sendiri karena timbul perasaan membenci sekaligus mencintai. Bila hal tersebut dianggap sebagai pemecahan masalah yang adaptif maka seterusnya ia akan menggunakan koping tersebut yang sebenarnya bersikap destruktif.

3. Object Loss Theory

Teori kehilangan objek merujuk pada perpisahan traumatic individu dengan benda atau seseorang yang sangat berarti dalam fase membutuhkan seseorang yang memberikan rasa aman untuk lekatan (attachment). Dua isu penting dalam teori ini adalah: kehilangan dalam masa kanak-kanak sebagai factor predisposisi terjadinya depresi pada masa dewasa dan perpisahan dala kehidupan setelah dewasa dan perpisahan dalam kehidupan setelah dewasa yang terjadi factor pencetus terjadinya stress.

Fakta untuk model ini pertama kali dilaporkan oleh Spitz yang mendeskripsikan reaksi perpisahan bayi dari ibunya saat berusia 6-12 bulan. Reaksi tersebut adalah sebagai berikut: Kekhawatiran (apprehension), menangis, menarik diri, gerakan psikomotor yang lambat, sedih, dan patah hati, pingsan, kesulitan tidur, tidak nafsu makan, kelambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan. Sindroma ini dikenal dengan Analytic depression.

4. Personality Organization Theory

Teori organisasi kepribadian menguraikan bagaimana konsep diri yang negative dan harga diri rendah mempengaruhi system keyakinan dan penilaian seseorang terhadap stressor. Pandangan lain dari depresi adalah memfokuskan pada variable utama dari psikososial, yaitu harga diri rendah. Konsep diri klien menjadi isu pokok. Ketika mengekspresikan kesedihan hati atau depresi atau over kompensasi. Gambaran harga diri yang terancam seringkali memperlihatkan manic atau hippomanic episode. Ancaman terhadap harga diri menimbulkan peran yang miskin, merasakan tingkat yang rendah fungsi kehidupan sehari-hari dan hilangnya identitas diri secara jelas.

5. Cognitive Model

Model cognitive menyatakan bahwa depresi merupakan masalah cognitive yang didominasi oleh evaluasi negative seseorang terhadap dirinya sendiri, dunia seseorang dan masa depannya. Berdasarkan teori ini adanya kejadian yang merugikan, sebagai contoh: seorang suami mengatakan Ia meninggalkan saya karena saya tidak mampu mencintainya, tanpa mempertimbangkan alternative lainnya sebagai penyebab, misalnya kepribadian yang tidak cocok, istrinya memiliki masalah sendiri, atau perubahan perasaan istrinya terhadap suami. Ia selalu memfokuskan pada kekurangan pribadinya, Ia hanya dapat berfikir tentang dirinya secara negative dan tidak mencoba memahami kemampuannya, prestasinya, dan atribut-atribut yang ada pada dirinya. Kesimpulan dalam teori ini adalah klien depresi didominasi oleh sikap pesimis.

6. Learned Helplessness Model

Model ketidakberdayaan yang dipelajari menunjukan bahwa bukan semata-mata trauma menyebabkan depresi tetapi keyakinan bahwa seseorang tidak mempunyai kendali terhadap hasil yang penting dalam kehidupannya, oleh karena itu ia mengulang respon yang adaptif. Orang ini percaya bahwa tidak seorangpun yang dapat membantunya, dan tidak seorangpun dapat melakukan sesuatu untuknya. Keyakinan yang negative tersebut menyebabkan dia putus harapan, bersikap pasif, dan ketidakmampuan untuk bersikap asertif pada dirinya dan orang lain.

7. Behavioral Model

Model perilaku berkembang dari kerangka teori belajar social, yang mengasumsi bahwa penyebab depresi terletak pada kurangnya keinginan positif dalam berinteraksi dengan lingkungan. Depresi berkaitan dengan interaksi antara perilaku individu dengan lingkungan. Teori ini mamandang bahwa individu memiliki kemampuan untuk memeriksa dan mempertimbangkan perilakunya. Mereka bukan hanya melakukan reaksi dari factor internal. Mereka menyeleksi, mengorganisir, dan mentransformasikan stimulus yang datang pada dirinya.

Individu tidak dipandang sebagai objek yang tidak berdaya yang dikendalikan lingkungan. Tetapi tidak juga bebas dari pengaruh lingkungan dan melakukan apa saja yang mereka pilih tetapi antar individu dengan lingkungan memiliki pengaruh yang bermakna antarsatu dengan yang lainnya. Konsep reinforcement sangat penting dalam pandangannya tentang depresi. Interaksi positif antara individu dengan lingkungan menyediakan reinforcement yang positif. Kurangnya reinforcement yang positif dari lingkungan menyebabkan kesedihan. Asumsi kunci dari model ini adalah rendahnya jumlah reinforcement positif dari lingkungan merupakan factor pendukung terjadinya perilaku depressive.

8. Biological Model

Model biologic menguraikan perubahan kimia dalam tubuh yang terjadi selama masa depresi, termasuk defisiensi katekolamin, disfungsi endokrin, hipersekresi kortisol, dan variasi periodic dalam irama biologis. Abnormalitas yang signifikan dapat dilihat ketika terjadi depresi. Termasuk di dalamnya adalah kelainan dalam elektroloit, khususnya sodium dan kalium. Perubahan dalam neurofisiologis, kegagalan fungsi regulasi otonom dari attivasi system syaraf adrenokortikal, tiroid, perubahan gonad, perubahan dalam neurotransmitter seperti katekolamin, norepinephrin, dan epinephrine.

9. Masalah dalam Bounding and Attachment dan Genetik

Gangguan ikatan antara ibu dan anak (mother-child bonding) pada usia dini, sangat penting dalam terjadinya keadaan patologis pada perkembangan kepribadian dikemudian hari. Bila seorang ibu menderita depresi, maka peran dan fungsinya sebagai ibu akan terganggu, yang mengakibatkan relasi patologik pada anak. Pengalaman pada awal pertama kehidupan masa kanak-kanak yang menimbulkan trauma psikis, dapat membentuk kepribadian yang rentan untuk mngelami depresi. Mengapa R lebih rentan atau mempunyai risiko yang lebih besar untuk mengalami depresi dibandingkan anak-anak lain? Karena sebenarnya banyak yang mendapat perlakuan lebih buruk dari R (pernah dipermalukan atau dikecewakan oleh guru dan teman-teman di sekolah), tetapi mereka tidak sampai depresi. Bila R menjadi depresi, tentu ada sesuatu yang membuatnya menjadi rentan.

Selain hal tersebut diatas yang tidak boleh dilupakan adalah factor genetic. Depresi lebih banyak dijumpai pada seseorang dengan kepribadian tertentu, sedang kepribadian banyak ditentukan oleh genetic. Pada keluarga yang salah satu orang tuanya mengalami depresi akan berpeluang 10-15% untuk memilki anak tidak mempunyai riwayat depresi secara genetic, anak-anak akan belajar untuk meniru perilaku depresi dari orangtuanya. Seorang yang sehat kepribadian dan jiwanya bisa saja menderita depresi apabila yang bersangkutan tidak mampu menanggulangi stressor psikososial yang dialami.

VI. PENUTUPPsikopatologi adalah ilmu yang membahas tentang gangguan mental (mental ilness dan mental distress) dan perilaku abnormal/maladaptif yang mengindikasikan telah terjadinya gangguan mental dan psikologis pada diri seseorang. (3)Emosi adalah suatu kompleks keadaan perasaan dengan komponen psikis, somatik, dan perilaku yang berhubungan mood dan afek. Afek adalah respons emosional saat sekarang, yang dapat dinilai lewat ekspresi wajah, pembicaraan, sikap dan gerak gerik tubuhnya (bahasa tubuh). Afek mencerminkan situasi emosi sesaat. Sedangkan mood adalah suatu emosi yang meresap dan dipertahankan, yang dialami secara subyektif dan dilaporkan oleh pasien.(4,5) Penyakit-penyakit dengan gejala gangguan emosi, yaitu depresi, mania, dan bipolar. Depresi adalah salah satu bentuk gangguan jiwa pada alam perasaan (afektif, mood) yang ditandai kemurungan, kesedihan, kelesuan, kehilangan gairah hidup, tidak ada semangat, dan merasa tidak berdaya, perasaan bersalah atau berdosa, tidak berguna dan putus asa. Sedangkan mania adalah keriangan yang patologis. Gabungan dari episodic depresi dan mania dikenal dengan bipolar. Gangguan bipolar gangguanpada fungsi otak yang menyebabkan perubahan yang tidak biasa pada suasanaperasaan, dan proses berfikir. (6,7)Ada beberapa teori yang menjadi factor predisposisi terjadinya gangguan emosi, salah satunya yang tidak boleh dilupakan adalah factor genetic. Pada keluarga yang salah satu orang tuanya mengalami depresi akan berpeluang 10-15% untuk memilki anak tidak mempunyai riwayat depresi secara genetic, anak-anak akan belajar untuk meniru perilaku depresi dari orangtuanya. Seorang yang sehat kepribadian dan jiwanya bisa saja menderita depresi apabila yang bersangkutan tidak mampu menanggulangi stressor psikososial yang dialami.(6)DAFTAR PUSTAKA

1. Mangindaan L. 2013. Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Di dalam: Elvira SD, Hadisukanto G, editor. Buku Ajar Psikiatri. Ed ke-2. Jakarta: Badan Penerbit FKUI. Hal. 15-18.2. Maslim R. 2003. Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ III. Jakarta: PT. Nuh Jaya. 3. Casey P, Kelly B. Disorder of emotion In: Fishs Clinical Psychopathology. 3rd Edition. P.65-74.4. Cridrer AB, Goethals GR, Kavanaugh RD, Solomon PR, editor. 1983. Psychology. America(US): Scott, Foresman, and Company. P. 143-154.5. Ekkekakis P. Affect, Mood, and Emotion. P. 321-324.6. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadocks Synopsis of Psychiatry. 9th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2003.

7. Kartono K. 2003. Patologi Sosial. Ed. Ke-2. Jakarta(ID): PT. Raja Grafindo Persada.

LAPORAN KASUS PSIKOTIK(SKIZOFRENIA PARANOID (F20.0)IDENTITAS PASIEN

NAMA:Nn. NnJENIS KELAMIN:WanitaUMUR:22 tahunAGAMA:Islam

SUKU BANGSA:BugisPEKERJAAN:Tamat SDALAMAT:Segeri, Pangkajene KepulauanTANGGAL MASUK RS:13 April 2014I. RIWAYAT PENYAKITA. Keluhan utama dan alasan MRSJ/Terapi

MengamukB. Riwayat gangguan sekarang

Keluhan dan gejala :

Pasien dibawa keluarganya yang kedua kalinya karena mengamuk. Ini dialami sejak 1 hari sebelum masuk Rumah Sakit.Pasien mengamuk sambil berteriak-teriak dan ingin membakar rumahnya. Paisen juga sering mondar-mandir sendiri sambil berbicara sendiri, bahkan kadang-kadang pasien marah-marah hingga ingin memukul orang yang ada disekitarnya. Pasien pernah mengatakan bahwa ia mendengar suara-suara, tapi tidak dijelaskan lebih lanjut. Pasien selalu mengaku memiliki kelebihan yakni memutar waktu dengan cara shalat. Pasien mulai berubah sejak ibunya meninggal yakni pada tahun 2012. Pasien selalu menganggap seluruh keluarganya sudah meninggal. Pasien selalu teringat ibunya yang sudah meninggal dan ayahnya yang sakit semenjak ibunya meninggal. Pasien sudah pernah berobat dan di rawat di RSKD pada Februari 2013 dengan keluhan mengamuk. Pasien dirawat selama 1 bulan. Pasien keluar dalam keadaan tenang. Namun, pasien tidak melakukan aktivitas sehari-hari. Pasien pernah diberi obat tapi adik pasien tidak mengetahui jenis obatnya. Dan pasien tidak teratur dalam mengonsumsi obatnya.

Hendaya/disfungsi : Hendaya sosial(+)

Hendaya pekerjaan(+)

Hendaya penggunaan waktu senggang(+) Faktor stressor psikososial : Ibunya meninggal pada tahun 2012

Ayahnya sakit setelah ibunya meninggalC. Riwayat gangguan sebelumnya Riwayat trauma(-) Riwayat infeksi(-)

Riwayat kejang(-)

Riwayat NAPZA(-)

D. Riwayat kehidupan pribadi

Riwayat prenatal dan perinatal(0-1 tahun)

Pasien lahir tanggal 23-12-1990.Pasien lahir cukup bulan, lahir normal di Rumah Sakit dan dibantu oleh dokter.Ibu pasien tidak mengalami masalah selama mengandung pasien. Riwayat masa kanak-kanak awal (1-3 tahun)

Pertumbuhan dan perkembangan pasien sama dengan pertumbuhan dan perkembangan anak-anak pada umumnya.Pasien mendapatkan ASI hingga usia1 tahun. Riwayat masa kanak-kanak pertengahan (4-11 tahun)Pasien masuk di Sekolah Dasar (SD. Prestasi pasien disekolah biasa. Pasien bersekolah di sekolah dasar dengan baik. Riwayat masa remaja(12-18 tahun)

Pertumbuhan dan perkembangan pasien sama dengan pertumbuhan dan perkembangan anak-anak pada umumnya.Pasien tamat SD, namun tidak melanjutkan sekolahnya karena kendala biaya. Riwayat masa dewasa (18 tahun sekarang) Pasien merupakan anak yang pendiam Riwayat kehidupan beragama Pasien beragama islam dan taat beribadah

E. Riwayat kehidupan keluarga

Pasien merupakan anakpertama dari 4 bersaudara(,,,). Hubungan dengan keluarga baik. Riwayat penyakit yang sama pada keluarga tidak ada. Pasien belum menikah.F. Situasi sekarang

Pasien tinggal bersama ayah dan saudaranya.G. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannyaPasien ingin melenjutkan sekolah tetapi terkendala biayaII. AUTOANAMNESIS

Autoanamnesis pasien pada tanggal 01 Mei 2014 di bangsal Kenanga RSKD Dadi pukul 11.00 WITA.DM:Selamat siang. Saya Dwi, dokter muda yang bertugas di sini. Boleh saya ajukan beberapa pertanyaan?P:Siapa tadi namata dokter? Berapami umurta?DM:Saya Dwi,umur saya 22 tahun. Siapa namata?

P: Saya A.Nani Nurazizah, tapi panggilmi saja Nani. Umurku 22 tahun tapi bulan 12 pi dokter. DM: Nani tinggal dimana?

P:Saya tinggal di daerah Segeri, Pangkajene di bawahnya Makassar.

DM: Nani tahu ini dimana?P: Ini di Rumah Sakit Dadi dokter.DM: Iya. Nani tahu Rumah Sakit Dadi itu Rumah Sakit apa?P: (Pasien tertawa) Ah,dokter bercanda saja.DM: Baik. Kalau begitu, kenapa nani dibawa kesini?P: Mengamukka dokter,mauka bakar rumah. (sambil tertawa)

DM:Kenapa mau bakar rumahnya? Nanti kalau dibakar Nani tinggal dimana?

P: Namanya juga orang putus asa dokter, tidak adami saya pikir itu.

DM:Putus asa karena apa?

P:Meninggal keluargaku, mamaku, dokter. Saya kira bapakku juga ikut meninggal, saya kira meninggal semuami keluargaku.DM: Dimana sekarang bapaknya Nani?P:Bapakku sakit, di Rumah Sakit Pangkajene. Sakitnya sama mamaku, batuk-batukki, tapi bukan TBC. Batuk keringji, tapi ada lendirnya.

DM: Jadi siapa yang jaga bapaknya Nani sekarang?P: Tidak tahu ini, adekku mungkin. Dia dulu yang bawaka ke sini.DM: Nani pernah ke sini sebelumnya? P: Pernah dokter waktu masih streska itu, tidak ada yang percayaka jadi saya pukul orang-orang.

DM:Percaya apa? Siapa yang tidak percaya?

P:Pak hansip, dulu itu dokter saya bisa tahu kelemahannya Pak hansip, dia itu kalau di pukul kalah. Jadi saya pukul, dia tidak percaya sama saya kalau saya punya kekuatan.

DM:Kekuatan apa yang Nani punya?

P: Dulu dokter, kalau saya sholat khusyuk, saya bisa memutar waktu ke masa lalu. Waktu itu mi juga saya di datangi sama orang-orang,baru saya mengamuk waktu itu.DM: Mengamuk karena apa waktu itu?

P: Saya sebenarnya pura-pura ji dokter, karena mereka lihatka sholat jadi saya pura-pura mengamuk terus dia ikatka, tanganku diikat. Sempat kurasa sakit tapi untung tidak keras ji caranya ikatka.Itu mi juga, sudah itu saya pukulmi Pak hansip. Saya itu bisa tahu kelemahannya orang.DM: Nani tahu apa kelemahan saya?

P: Tidak mi dokter, hilangmi kekuatanku sekarang.

DM: Tapi dulu Nani yakin bisa putar waktu ke masa lalu dan bisa mengetahui kelemahan orang lain.

P: 200 persen dokter.

DM:Coba Nani ramalkan saya.

P:Saya sudah tidak bisa sekarang dokter, dulu saya bisa mengetahui masa depan seseorang.

DM: Nani, sebenarnya tidak ada manusia yang bisa tahu masa depan orang lain.

P: Saya bisa dokter, datangnya dari Allah. Sebenarnya saya sudah kembalikan kekuatanku ke Allah, tapi kita minta dan tidak percaya, tunggu saya minta kembali kekuatan ku. Janganki ribut ( Pasien tiba-tiba berdiri dan menutup matanya, pasien terlihat seperti berdoa lalu membuka mata). Tatap mataku dokter, saya akan tahu masa lalu dan masa depanta.DM: (Menatap mata pasien)

P: Masa lalu ta pasti pernahki putuskan cowok sampai dia sakit hati toh dokter? Kita itu orangnya ramah, baik, dan keibuan.

DM:Tidak pernah ji.

P

: Bohongki, atau mungkin ada cowok minta salam sama kita tapi kita tidak mau, jadi sakit hatimi. Terus dok, masa depanta itu nanti ada rumah batu ta.

DM: Ya sudah, bisa saya lanjutkan pertanyaan-pertanyaan yang tadi?

P: Tunggu dokter, saya kembalikan kekuatan saya dulu ke Allah. (Pasien menutup mata dan mulut terlihat seperti berdoa lalu tiba-tiba berlagak pingsan, dan kemudian terbangun lagi).Apa yang saya bilang tadi dokter?

DM : Tidak apa-apa, Nani pernah dengar sesuatu yang orang lain tidak dengar?

P:Itumi juga dokter, selalu ada yang bisik-bisikka menghina.

DM: Apa yang dia katakan?

P: Nabilangika cantik, manis, banyak dok.

DM:Bukannya itu memuji? Kenapa Nani marah?

P:Saya tidak suka dipuji dokter. Sebenarnya tidak apa-apa ji kalau sekali-sekali tapi kalau sering terganggu ki.DM: Berapa orang itu yang bicara yang Nani dengar?

P:1 orang ji dokter, tidak adami sekarang.

DM:Pernah lihat wujudnya?

P: Tidak

DM: Selain itu, ada lagi yang Nani dengar-dengar bisikan?

P: Ada juga iya dokter, na perintahka suruh bunuh dukum.

DM: Dukun dimana? Jadi Nani bunuhki itu dukum?

P: Dukun di kampungku dokter. Tidak mau ja ikuti, ka tidak suka ka di perintah begitu.

DM: Sampai sekarang nani masih dengar itu bisikan?

P: Berhentimi, tidak ada mi. Dokter ada mi pacar ta?

DM:Kenapa Nani Tanya begitu? Ada yang ingin Nani ceritakan?

P:Dulu ada orang yang suka sama saya, namanya Win, tapi saya tidak mau. Saya orangnya mandiri, dia manja, saya tidak mau bebani orang tuaku. Tapi toh dokter, itu win masih selalu dia ikuti saya. Dan pasti dia ikuti ka sampai ke sini.

DM: Kalo memang Nani diikuti pasti Win sekarang ada disini, tapi kenapa tidak ada saya liat?

P: Ih dokter, yakin ka ada ki disekitar sini. (Pasien terlihat jengkel)

DM: Ya sudah, dulu Nani tamat SD tidak?

P:Tamat, tapi tidak saya ambil ijazahku. Tidak bisa meka lanjut, tidak adami uangnya mamaku. Seandainya saya sekolah, pasti bisaka juga kayak kita.

DM:Oh, jadi Nani tidak lanjut sekolah karena biaya? Jadi setelah itu Nani kerja apa?

P:Saya ke Palu dokter, kerja sebagai baby sitternya keluargaku. Enak sekali karena setiap kerjaka ada semua mobilnya, orang kaya semua.

DM:Hubungannya Nani sama majikannya bagaimana?

P:Baik semua ji dokter.

DM:Baik, nani bisa menghitung?

P:Bisa sedikit-sedikit dokter.

DM:100-7 berapa?P: Oh, gampang ji itu. 93 toh, saya tahu ji kalau begitu.DM: Tahu pribahasa tong kosong nyaring bunyinya?

P: (Senyum) tidak tahu dokter.

DM:Kalau kita lihat nenek-nenek di pinggir jalan mau menyeberang, apa yang Nani lakukan?

P:Saya tolonglah dokter, tidak mungkin saya lihat-lihati.

DM: Nani ikuti yang saya bilang, Meja, bangku, lemari

P: Meja, bangku, lemari.

DM: Baik, terimah kasih yah Nani. Silahkan beristirahat kembaliP: Iye, sama-sama dokter.

III. STATUS MENTAL

A. Deskripsi Umum :

1. Penampilan

Tampak seorang perempuan dengan baju kaos biru, celana pendek hitam, perawatan diri kurang, perawakan kecil, wajah sesuai usia.2. Kesadaran

Berubah.3. Perilaku dan aktivitas psikomotor

Tenang.4. Verbalisasi

Spontan, Lancar, intonasi biasa.5. Sikap terhadap pemeriksa

Kooperatif

B. Keadaan afektif, mood, empati :

1. Mood : Sulit dinilai2. Afek: Inapropriate3. Empati: Tidak dapat dirabarasakan

4. Keserasian: Tidak serasiC. Fungsi Intelektual :

1. Taraf pendidikan: Sesuai taraf pendidikan

2. Daya konsentrasi: Baik.3. Orientasi (waktu, tempat, dan orang) : Waktu: Baik

Tempat: Baik

Orang: Baik4. Daya ingat

Jangka panjang: Baik

Jangka pendek: Baik

Jangka segera: Baik

5. Pikiran abstrak : Terganggu6. Kemampuan menolong diri sendiri : Terganggu7. Bakat kreatif : Tidak ada

D. Gangguan Persepsi

1. Halusinasi

: Ada riwayat 10 hari yang lalu. Halusinasi auditorik (+), pasien mendengar ada yang membisikkan bahwa dirinya manis, cantik, dll. Selain itu, pasien juga mendengar bisikan diperintah untuk membunuh dukun. Namun, pasien tidak tahu asal bisikan tersebut.2. Ilusi

: Tidak ada3. Depersonalisasi: Tidak ada4. Derealisasi : Tidak adaE. Proses berpikir

1. Arus pikir

Produktivitas: Cukup Kontinuitas: Koheren, Relevan Hendaya bahasa: Tidak ada2. Isi pikiran

Pre okupasi: Tidak ada Gangguan isi pikir: Waham aneh (+), pasien yakin memiliki kemampuan memutar waktu ke masa lalu dan memprediksi masa depan seseorang dengan cara shalat Waham kejar (+), pasien yakin bahwa ada seseorang yang selalu mengikuti dirinya. Orang itu adalah Win, orang yang suka sama pasien, namun pasien tidak menyukainya.F. Pengendalian Impuls: TergangguG. Daya nilai :1. Normo Sosial: Terganggu

2. Uji Daya Nilai: Terganggu

3. Penilaian Realitas: TergangguH. Tilikan (Insight) : Tilikan 2 agak menyadari bahwa dirinya sakit dan butuh bantuan tapi dalam waktu yang sama juga menyangkal.I. Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercayaIV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT

A. Pemeriksaan fisik

Status internus : Tekanan Darah: 120/80 mmHg

Nadi: 90x / menit

Pernapasan: 20x / menit

Suhu: 36,5oC Status neurologis

GCS: 15 (E4 V5 M6) fungsi motorik dan sensorik dalam batas normal dan tidak ditemukan adanya refleks patologis. Tanda rangsang, selaput otak : kaku kuduk (-), kerning sign (-). Pupil bulat, isokor, diameter kiri dan kanan 2,5 mm/2,5 mm. RCT +/+, RCTL +/+V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Seorang perempuan usia 22 tahun datang dengan keluhan mengamuk, pasien mengamuk 1 hari yang lalu.Pasien mengamuk sambil berteriak-teriak dan ingin membakar rumahnya. Perubahan perilaku terjadi sejak Ibu pasien meninggal dunia. Pasien juga sering marah-marah, memukul orang, gelisah, mondar-mandir, dan berbicara sendiri.Pasien pernah mendengar suara-suara yang mengatakan dirinya cantikdan manis dan juga bisikan perintah untuk membunuh dukun. Pasien tidak pernah melihat sosok suara yang dia dengar. Pasien yakin dirinya memiliki kemampuan memutar waktu ke masa lalu dan mampu memprediksi masa depan dengan cara shalat khusyuk. Pasien juga merasa diikuti oleh seseorang yang dia kenal. Pasien putus sekolah dikarenakan kendala biaya. Dari pemeriksaan status mental didapatkan, afek Inapropriate dan mood sulit di nilai, empati tidak dapat dirabarasakan. Daya konsentrasi terganggu. Pasien tidak merasa dirinya sakit dan pada satu waktu yang sama pasien merasa sakit.VI. EVALUASI MULTI AKSIAL

A. Aksis I Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan status mental ditemukan adanya gangguan berupa kebiasaan pasien berbicara sendiri dan sering mengamuk sehingga menimbulkan ketidaknyamanan (distress) dan disabilitas (disability) bagi pasien dalam merawat diri dan bergaul dengan lingkungannya sehingga dikategorikan gangguan jiwa. Berdasarkan pemeriksaan status mental ditemukan hendaya dalam menilai realita sehingga dikategorikan sebagai gangguan psikotik. Pada pemeriksaan status internus pasien tidak ditemukan kelainan, begitu juga pada status neurologis sehingga kelainan organic dapat disingkirkan. Pada pasien terdapat riwayat delusion of influence ,halusinasi auditorik serta adanya gangguan berupa waham menetap jenis lainnya sehingga di kategorikan Skizofrenia (F.20) Pada pasien terdapat halusinasi auditorik dan waham kejar yang menonjol sehingga dikategorikan Skizofrenia Paranoid (F20.0)B. Aksis IIPasien dikenal mudah bergaul, tidak ada diagnosis gangguan kepribadian.C. Aksis III

Tidak ada diagnosis.D. Aksis IVMasalah keluarga (Ibu pasien meninggal dan ayahnya jatuh sakit).E. Aksis V

GAF (Global Assesment Functioning) Scale 50-41, beberapa gejala berat, disabilitas sedang dalam sosial, pekerjaan, sekolah, dll.

VII. DAFTAR PROBLEM

A. Organobiologik:Tidak terdapat kelainan yang spesifik, namun diduga terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter maka pasien memerlukan farmakoterapi.

B. Psikologi: Terdapat masalah berupa gangguan pikiran serta gangguan perasaan pada pasien.C. Sosial: Ditemukan adanya hendaya berat dalam bidang sosial, pekerjaan dan penggunaan waktu senggang sehingga memerlukan sosioterapi.VIII. PROGNOSISFaktor-faktor prognosis pasienA. Faktor pendukung :

Dukungan dari keluarga baik Riwayat penyakit yang sama pada keluarga yakni Ibu pasien Gejala yang muncul adalah gejala positifB. Faktor penghambat :

Status sosio-ekonomi bawah

Onset sudah beberapa tahun Kepatuhan minum obat kurangIX. PROGNOSISPrognosis DubiaX. PEMBAHASAN / TINJAUAN PUSTAKA

Dari Alloanamnesis dan Autoanamnesis serta pemeriksaan status mental, maka disimpulkan bahwa pasien didiagonis dengan Skizofrenia Paranoid (F20.0) sesuai dengan Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ-III).

Skizofrenia merupakan salah satu dari kelompok gangguan psikotik, yang dikarakteristikan dengan simptom positif atau negatif dan sering dihubungkan dengan kemunduran penderita dalam menjalankan fungsinya sehari-hari. Dalam tahun 1911, Eugen Bleuler memperkenalkan istilah skizofrenia karena gangguan ini menyebabkan terjadinya perpecahan antara pikiran, emosi, dan perilaku. Istilah Skizofrenia berasal dari bahasa Jerman, yaitu Schizo (= Perpecahan/Split) dan Phrenos (= Mind).

Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa edisi ke III (PPDGJ-III), pedoman diagnostik Skizofrenia (F20) yaitu dengan memenuhi kriteria berikut :

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):

(a) -thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras), da nisi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda; atau

thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya;(b) -delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau

delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau

delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar;

(tentang dirinya = secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus);

delusional perception = pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;

(c) Halusinasi auditorik

Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien, atau

Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara), atau

Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh

(d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakikan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).

Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:

(a) Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus;

(b) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme;

(c) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativism, mutisme, dan stupor;

(d) Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan social dan menurunnya kinerja social; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;

Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal); Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial. Pada pasien ini diberikan anti psikotik yaitu Risperidon. Obat anti psikotik Risperidon merupakan obat anti psikotik golongan atipikal yang berafinitas terhadap Dopamine D2 Receptors dan juga Serotoni 5 HT2 Reseptor (serotonin-dopamine antagonist), sehingga dapat digunakan untuk memperbaiki mood pada pasien dengan gejala negatif Skizofrenia. Risperidon tidak menyebabkan pada kognitif, sehingga dipertimbangkan pemakaiannya pada pasien ini karena pasien masih muda dan usia produktif. Disamping itu, Risperidon menyebabkan efek samping ekstra piramidal yang jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan antipsikotik tipikal, sehingga relative aman bila dikomsumsi untuk jangka waktu tertentu.XI. RENCANA TERAPI

Farmakoterapi:Risperidon 1mg 0-0-1 Psikoterapi suportif:

Ventilasi

Memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan isi pikirannya atau kecemasannya sehingga pasien merasa lega. Konseling

Memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien tentang penyakitnya agar pasien memahami kondisi dirinya dan memahami cara menghadapinya, serta tetap memotivasi pasien agar tetap minum obat secara teratur. Sosioterapi:

Memberikan penjelasan kepada keluarga dan orang-orang terdekat pasien tentang gangguan yang dialami oleh pasien, sehingga tercipta dukungan moril dan lingkungan yang kondusif sehingga membantu proses penyembuhan pasien.

XII. FOLLOW UP

Memantau keadaan dan perkembangan pasien dan menilai efektivitas dari pengobatan serta kemungkinan terjadinya efek samping dari farmakoterapi yang diberikan.15