PERILAKU MASYARAKAT PEDESAAN DI ZAMAN · PDF fileAbstrak Artikel Ilmiah ini bertujuan untuk...

29
Eko Muharto Kepala SD Negeri Kaliurip Bener Purworejo Artikel: PERILAKU MASYARAKAT PEDESAAN DI ZAMAN MODERN

Transcript of PERILAKU MASYARAKAT PEDESAAN DI ZAMAN · PDF fileAbstrak Artikel Ilmiah ini bertujuan untuk...

Page 1: PERILAKU MASYARAKAT PEDESAAN DI ZAMAN · PDF fileAbstrak Artikel Ilmiah ini bertujuan untuk mengkaji perilaku masyarakat pedesaan di zaman modern. Kajian sosiologis dibatasi pada sejarah

Eko MuhartoKepala SD Negeri Kaliurip Bener Purworejo

Artikel:

PERILAKU MASYARAKAT PEDESAAN

DI ZAMAN MODERN

Page 2: PERILAKU MASYARAKAT PEDESAAN DI ZAMAN · PDF fileAbstrak Artikel Ilmiah ini bertujuan untuk mengkaji perilaku masyarakat pedesaan di zaman modern. Kajian sosiologis dibatasi pada sejarah

AbstrakArtikel Ilmiah ini bertujuan untuk mengkaji perilaku masyarakat pedesaan di zaman

modern. Kajian sosiologis dibatasi pada sejarah sosiologi pendidikan, teori perspektifstruktural fungsional, teori perspektif pendidikan dan perkembangan sosial, pendidikansosiologi di Indonesia, dan metode penelitian sosiologi pendidikan.

Sosiologi pendidikan adalah suatu ilmu yang mengkaji masalah-masalah pendidikandengan pendekatan sosiologis, atau sosiologi yang diterapkan untuk memecahkanmasalah-masalah pendidikan yang fundamental.

Bagaimanapun pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam menentukankualitas kehidupan seseorang, sehingga pendidikan merupakan sebuah ilmu pengetahuanyang menjadi alat untuk mendeskripsikan dan menjelaskan institusi, kelompok sosial, danproses sosial yang merupakan hubungan sosial di dalamnya individu memperolehpengalaman yang terorganisasi.

Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial, makhluk yang berfikir,makhluk yang instability. Sebagai makhluk sosial manusia selalu hidup berkelompok atausenantiasa ingin berhubungan dengan manusia lain, yang mampu berfikir untukmelakukan sesuatu, makhluk yang harus diajarkan sesuatu agar mampu bersosialisasi.

Di zaman modern ini, perilaku masyarakat pedesaan cenderung melakukan sosialisasidengan orang lain dengan persaingan (competition) dibanding dengan interaksi secarakerjasama (cooperation). Di manapun masyarakat berada pasti mengalami perubahanakibat adanya interaksi antarmanusia dan antarkelompok, akibatnya di antara merekaterjadi proses saling mempengaruhi yang mengakibatkan perubahan terjadi. Berkatkemajuan ilmu dan teknologi telah membawa berbagai perubahan antara lain perubahannorma, nilai, tingkah laku dan pola-pola kehidupan baik individu maupun kelompok,kekuasaan, dan sebagainya.

Peletak dasar sosiologi, di antaranya (1) Ibnu Khaldun bahwa sistem sosial manusiadapat berubah seiring dengan kemampuan pola berpikir mereka, keadaan muka bumi disekitar mereka, pengaruh iklim, makanan, emosi serta jiwa manusia itu sendiri, (2)Auguste Comte bahwa Sosiologi merupakan sebuah ilmu yang mempelajari tentangmasyarakat, (3) Emile Durkheim bahwa masyarakat dapat mempertahankan integritas dankoherensinya di masa modern.

Teori Struktural Fungsional beranggapan bahwa masyarakat adalah suatu sistem daribagian-bagian yang saling berhubungan. Hubungan dalam masyarakat bersifat ganda dantimbal balik (saling mempengaruhi). Secara fundamental sistem sosial cenderungbergerak ke arah equilibrium dan bersifat dinamis. Penyimpangan sosial akan teratasidengan sendirinya melalui penyesuaian dan proses institusionalisasi.

Metode Penelitian Sosiologi Pendidikan membahas tentang (1) Teori Fenomenologiyaitu pendekatan penelitian yang berusaha untuk memahami makna peristiwa sertainteraksi pada orang-orang biasa dalam situasi tertentu, (2) Teori Interaksi Simbolis yaitupendekatan penelitian yang berasumsi bahwa realitas sosial sebagai proses dan bukansesuatu yang bersifat statis, (3) Teori Etnografi yaitu pendekatan penelitian yang berusahauntuk mendiskripsikan budaya atau aspek budaya.

ii

Page 3: PERILAKU MASYARAKAT PEDESAAN DI ZAMAN · PDF fileAbstrak Artikel Ilmiah ini bertujuan untuk mengkaji perilaku masyarakat pedesaan di zaman modern. Kajian sosiologis dibatasi pada sejarah

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang Maha Pengatur atas alam semesta ini,

serta Shalawat dan Salam diperuntukkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai

penutup para Nabi dan Rasul, keluarga dan sahabat serta para pengikutnya yang

setia. Alhamdulillah, akhirnya artikel yang berjudul “Perilaku Masyarakat

Pedesaan di Zaman Modern” selesai juga. Artikel ini ditulis agar dapat

memberikan manfaat bagi pembaca yang membutuhkan, terlepas dari sisi

keburukannya.

Artikel ini membahas/mengkaji perilaku masyarakat pedesaan di zaman

modern. Kajian sosiologis dibatasi pada sejarah sosiologi pendidikan, teori

perspektif struktural fungsional, teori perspektif pendidikan dan perkembangan

sosial, pendidikan sosiologi di Indonesia, dan metode penelitian sosiologi

pendidikan.

Artikel ini tidak akan bisa tertulis apabila tidak mendapatkan bantuan dan

bimbingan akademik dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis pada

kesempatan ini, menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada yang

terhormat Dr. Tjipto Subadi, M.Si. sebagai pembimbing yang dengan penuh

kesabaran dan perhatian telah memberikan dorongan, bimbingan dan saran-saran

akademik sehingga penulis memperoleh pengalaman, ilmu pengetahuan dan

wawasan akademik khususnya tentang penulisan berbagai karya ilmiah untuk

dipublikasikan di berbagai media cetak.

Terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman mahasiswa S2

UMS yang tidak bisa penulis sebut namanya satu per-satu, yang telah memberikan

motivasi dan harapan sekaligus doa sehingga artikel ini dapat selesai.

Artikel ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu kepada

semua pihak diharapkan memberikan kritik yang bersifat membangun demi

kesempurnaan artikel ini pada masa yang akan datang. Semoga artikel ini dapat

bermanfaat. Amin.

Eko Muharto

iii

Page 4: PERILAKU MASYARAKAT PEDESAAN DI ZAMAN · PDF fileAbstrak Artikel Ilmiah ini bertujuan untuk mengkaji perilaku masyarakat pedesaan di zaman modern. Kajian sosiologis dibatasi pada sejarah

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ iii

DAFTAR ISI .............................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

BAB II KAJIAN PUSTAKA ..................................................................... 2

A. Sejarah Sosiologi Pendidikan ......................................................... 2

B. Perspektif Teori Struktural Fungsional .......................................... 3

C. Perspektif Teori Pendidikan dan Perkembangan Sosial ................ 9

D. Pendidikan Sosiologi di Indonesia ............................................... 13

E. Metode Penelitian Sosiologi ........................................................ 14

BAB III SIMPULAN ............................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 24

iv

Page 5: PERILAKU MASYARAKAT PEDESAAN DI ZAMAN · PDF fileAbstrak Artikel Ilmiah ini bertujuan untuk mengkaji perilaku masyarakat pedesaan di zaman modern. Kajian sosiologis dibatasi pada sejarah

BAB I

PENDAHULUAN

Kajian sosiologi pendidikan menekankan implikasi dan akibat sosial dari

pendidikan, dan memandang masalah-masalah pendidikan dari sudut totalitas

lingkup sosial budaya, politik dan ekonomi bagi masyarakat luas (Karsidi,

2007:1). Selain itu kajian sosiologi pendidikan lebih banyak ditulis pada tataran

analisis pendidikan dari isu, masalah dan fenomena sosial tertentu sebagai

objeknya adalah masyarakat. Oleh sebab itu peran sosiologi pendidikan amat

penting ketika pendidikan diselenggarakan di tengah kehidupan masyarakat yang

tumbuh dan selalu berubah. Tanpa memahami karakteristik pertumbuhan dan

perkembangan masyarakat, penyelenggaraan pendidikan dapat keluar dari konteks

masyarakatnya.

Sejak manusia dilahirkan di dunia ini, secara sadar maupun tidak,

sesungguhnya ia telah belajar dan berkenalan dengan hubungan-hubungan sosial

yaitu hubungan antara manusia dalam masyarakat. Hubungan sosial dimulai dari

hubungan antara anak dengan orang tua kemudian meluas hingga ke tetangga.

Dalam hubungan sosial tersebut terjadilah proses pengenalan. Proses

pengenalan tersebut mencakup berbagai budaya, nilai, norma dan tanggung jawab

manusia, sehingga dapat tercipta corak kehidupan masyarakat yang berbeda-beda

dengan masalah yang berbeda pula.

Sosiologi selalu didasarkan pada fakta dan data yang ada tanpa ada

manipulasi dari data. Perkembangan masyarakat dengan peradabannya dari masa

ke masa selalu berkembang pemikirannya. Masyarakat pedesaan yang dulu gemar

dalam hal kegotongroyongan dan tinggi rasa persaudaraannya, pada zaman

modern ini berkembang menjadi masyarakat yang kritis, susah diatur dan maunya

pendapat merekalah yang benar. Seiring dengan perkembangan ilmu dan

teknologi maka berkembang pula keinginan dan hasrat manusia untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya.

1

Page 6: PERILAKU MASYARAKAT PEDESAAN DI ZAMAN · PDF fileAbstrak Artikel Ilmiah ini bertujuan untuk mengkaji perilaku masyarakat pedesaan di zaman modern. Kajian sosiologis dibatasi pada sejarah

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. SEJARAH SOSIOLOGI PENDIDIKAN (HISTORY OF EDUCATION

SOCIOLOGY)

Perkembangan sosiologi pendidikan sebagai ilmu pengetahuan dimulai

sejak awal abad ke-20 yang merupakan bagian dari sosiologi. Namun

sebenarnya sosiologi pendidikan lahir bersamaan dengan munculnya

persoalan-persoalan pendidikan yang tidak teratasi. Banyaknya persoalan

pendidikan yang tidak teratasi menyebabkan dunia pendidikan mengalami

kesulitan dalam perkembangannya. Kemudian persoalan-persoalan

pendidikan diatasi dengan menggunakan pendekatan sosiologis.

Perkembangan sosiologi pendidikan sebagai ilmu pengetahuan sempat

tenggelam dan terpuruk sebelum berakhirnya Perang Dunia II. Namun Lester

Frank Word (1841-1913) seorang pelopor sosiologi di Amerika dianggap

pencetus gagasan lahirnya sosiologi pendidikan di Amerika dalam bukunya

yang berjudul Applied Sociology (Sosiologi Terapan), yang mengkaji

perubahan-perubahan masyarakat karena usaha manusia. Gagasan Word

tersebut kemudian dikembangkan oleh John Dewey (1859-1952) dalam

karyanya School and Society (Sekolah dan Masyarakat) yang memandang

bahwa hubungan lembaga pendidikan dengan masyarakat itu sangat penting.

Pemikiran Dewey kemudian dikembangkan lagi dengan bukunya yang

berjudul Democracy and Education (Demokrasi dan Pendidikan) pada tahun

1916 yang mendorong berkembangnya sosiologi pendidikan.

Beberapa kegiatan yang dilakukan sehubungan dengan perkembangan

sosiologi, dibukanya kuliah sosiologi pendidikan di Amerika Serikat pada

tahun 1887 untuk pertama kalinya. Hal yang sama juga dilakukan di Teachers

Collage, University of Columbia oleh Henry Suzzaalo pada tahun 1910. Pada

tahun 1917 muncul buku teks Sosiologi Pendidikan pertama kali berjudul

Introduction to Educational Sociology yang diterbitkan oleh Walter R Smith.

2

Page 7: PERILAKU MASYARAKAT PEDESAAN DI ZAMAN · PDF fileAbstrak Artikel Ilmiah ini bertujuan untuk mengkaji perilaku masyarakat pedesaan di zaman modern. Kajian sosiologis dibatasi pada sejarah

Tahun 1928 terbit The Journal of Educational Sosiology sebagai wadah

pemikiran sosiologi pendidikan di bawah pimpinan E. George Payne, dan

pada tahun 1936 muncul majalah Social Education.

W. Taylor menggunakan istilah Educational Sociology tekanannya terletak

pada pernyataan pendidikan dan sosial, sedangkan Sociology of Education

tekanannya terletak pada permasalahan sosiologis. Berbeda dengan R.J.

Stalcut mengatakan bahwa Educational Sosiology merupakan penerapan dari

prinsip umum dan proses sosiologi yang berlangsung dalam lembaga

pendidikan. Menurut G.E. Jansen Educational Sosiology membahas problema

pendidikan, sedangkan Sociology of Education membahas problema sosiologi

dalam pendidikan.

B. TEORI PERSPEKTIF STRUKTURAL FUNGSIONAL (THEORITICAL

PERSPECTIVE: STRUCTURAL FUNGSIONALISM)

Perspektif teori ini mempunyai akar pemikiran dari Auguste Comte, lewat

karya Herbert Spencer, dan Emile Durkheim. Perspektif teori struktural

fungsional merupakan teori yang sangat dominan dalam perkembangan

sosiologi dewasa ini. Perspektif ini sering dikenal dengan teori sistem, teori

equilibrium, teori konsensus/teori regulasi.

Teori fungsional dan struktural adalah salah satu teori komunikasi yang

masuk dalam kelompok teori umum atau general theories (Littlejohn, 1999),

ciri utama teori ini adalah adanya kepercayaan pandangan tentang

berfungsinya secara nyata struktur yang berada di luar diri pengamat.

Fungsionalisme struktural atau lebih populer dengan ‘struktural fungsional’

merupakan hasil pengaruh yang sangat kuat dari teori sistem umum di mana

pendekatan fungsionalisme yang diadopsi dari ilmu alam khususnya ilmu

biologi, menekankan pengkajiannya tentang cara-cara mengorganisasikan dan

mempertahankan sistem. Dan pendekatan strukturalisme yang berasal dari

linguistik, menekankan pengkajiannya pada hal-hal yang menyangkut

pengorganisasian bahasa dan sistem sosial. Fungsionalisme struktural atau

3

Page 8: PERILAKU MASYARAKAT PEDESAAN DI ZAMAN · PDF fileAbstrak Artikel Ilmiah ini bertujuan untuk mengkaji perilaku masyarakat pedesaan di zaman modern. Kajian sosiologis dibatasi pada sejarah

‘analisa sistem’ pada prinsipnya berkisar pada beberapa konsep, namun yang

paling penting adalah konsep fungsi dan konsep struktur. Perkataan fungsi

digunakan dalam berbagai bidang kehidupan manusia, menunjukkan kepada

aktivitas dan dinamika manusia dalam mencapai tujuan hidupnya. Dilihat dari

tujuan hidup, kegiatan manusia merupakan fungsi dan mempunyai fungsi.

Secara kualitatif fungsi dilihat dari segi kegunaan dan manfaat seseorang,

kelompok, organisasi atau asosiasi tertentu.

Teori Struktural fungsional muncul dilatar belakangi semangat

Renaissance pada masa Auguste Comte abad ke-17. Renaissance

memunculkan revolusi politik dan perubahan Tataran Nilai. Menghadapi

situasi tersebut mendorong dapat melahirkan ilmuwan sosial yang sanggup

menciptakan tertib sosial, harmoni dan keseimbangan. Dengan demikian teori

struktural fungsional mewarnai munculnya revolusi pengetahuan, terutama

filsafat positivisme yang melahirkan ilmu alam.

Menurut Herbert Spencer (sosiolog Inggris) pada abad 19, membahas

masyarakat sebagai suatu organism hidup dapat diringkas sebagai berikut: (1)

masyarakat maupun organisme hidup sama-sama mengalami pertumbuhan;

(2) disebabkan oleh pertumbuhan dalam ukurannya, maka struktur tubuh

sosial (social body) maupun tubuh organisme hidup (living body) itu

mengalami pertambahan pula, di mana semakin besar suatu struktur sosial

maka semakin banyak pula bagian-bagiannya, seperti halnya dengan sistem

biologis yang menjadi semakin kompleks sementara ia tumbuh menjadi

semakin besar. Binatang yang lebih kecil, misalnya bagian yang dapat

dibedakan bila dibanding dengan makhluk yang lebih sempurna, misalnya

manusia; (3) tiap bagian yang tumbuh di dalam tubuh organisme biologis

maupun organisme sosial memiliki fungsi dan tujuan tertentu; ”mereka

tumbuh menjadi organ yang berbeda dengan tugas yang berbeda pula”. Pada

manusia, hati memiliki struktur dan memiliki fungsi yang berbeda dengan

paru-paru; demikian pula dengan partai politik sebagai struktur institusional

memiliki struktur dan fungsi serta tujuan yang berbeda dalam sistem politik,

4

Page 9: PERILAKU MASYARAKAT PEDESAAN DI ZAMAN · PDF fileAbstrak Artikel Ilmiah ini bertujuan untuk mengkaji perilaku masyarakat pedesaan di zaman modern. Kajian sosiologis dibatasi pada sejarah

sistem budaya dan atau sistem ekonomi; (4) baik di dalam sistem organisme

maupun sistem sosial, perubahan pada suatu bagian akan mengakibatkan

perubahan pada bagian lain dan pada akhirnya di dalam sistem secara

keseluruhan. Misalnya perubahan sistem politik dari suatu pemerintahan

demokratis ke suatu pemerintahan totaliter akan mempengaruhi keluarga,

pendidikan, agama dan sebagainya. Bagian-bagian itu saling berkaitan satu

sama lain; (5) bagian-bagian tersebut, walaupun saling berkaitan, merupakan

suatu struktur-mikro yang dapat dipelajari secara terpisah. Demikianlah maka

sistem peredaran atau sistem pembuangan merupakan pusat perhatian para

spesialis biologi dan medis, seperti halnya sistem politik atau sistem ekonomi

merupakan sasaran pengkajian para ahli politik dan ekonomi.

Dengan hati-hati Spencer menegaskan bahwa apa yang diketengahkan itu

hanyalah merupakan sebuah model atau analogi yang seharusnya tidak

diterima begitu saja. Masyarakat tidak benar-benar mirip dengan organisme

hidup; di antara kedua hal itu terdapat sebuah perbedaan yang sangat penting.

Di dalam sistem organisme, bagian-bagian tersebut saling terkait dalam suatu

hubungan yang erat; sedangkan dalam sistem sosial hubungan yang sangat

dekat seperti itu tidak begitu jelas terlihat, dengan bagian-bagian yang

kadang-kadang sangat terpisah. Asumsi dasar sosiologi dari pemikiran kaum

fungsionalis bermula dari Comte dan dilanjutkan dalam karya Spencer, ialah

bahwa masyarakat dapat dilihat sebagai suatu sistem yang terdiri atas bagian-

bagian yang saling tergantung satu sama lain.

Lahirnya fungsionalisme struktural sebagai suatu perspektif yang

”berbeda” dalam sosiologi memperoleh dorongan yang sangat besar lewat

karya-karya klasik seorang ahli sosiologi Perancis, yaitu Emile Durkheim.

Masyarakat modern dilihat oleh Durkheim sebagai keseluruhan organis yang

memiliki realitas tersendiri. Keseluruhan tersebut memiliki seperangkat

kebutuhan atau fungsi-fungsi tertentu yang harus dipenuhi oleh bagian-bagian

yang menjadi anggotanya agar dalam keadaan normal, tetap langgeng. Bila

mana kebutuhan tertentu tadi tidak dipenuhi maka akan berkembang suatu

5

Page 10: PERILAKU MASYARAKAT PEDESAAN DI ZAMAN · PDF fileAbstrak Artikel Ilmiah ini bertujuan untuk mengkaji perilaku masyarakat pedesaan di zaman modern. Kajian sosiologis dibatasi pada sejarah

keadaan yang bersifat ”patologis”. Sebagai contoh dalam masyarakat modern

fungsi ekonomi merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi. Bilamana

kehidupan ekonomi mengalami suatu fluktuasi yang keras, maka bagian ini

akan mempengaruhi bagian yang lain dari sistem itu dan akhirnya sistem

sebagai keseluruhan. Suatu depresi yang parah dapat menghancurkan sistem

politik, mengubah sistem keluarga dan menyebabkan perubahan dalam

struktur keagamaan. Pukulan yang demikian terhadap sistem dilihat sebagai

suatu keadaan patologis, yang pada akhirnya akan teratasi dengan sendirinya

sehingga keadaan normal kembali dapat dipertahankan. Para fungsionalis

kontemporer menyebut keadaan normal sebagai equilibrium, atau sebagai

suatu sistem yang seimbang, sedang keadaan patologis menunjuk pada

ketidakseimbangan atau perubahan sosial.

Fungsionalisme Durkheim ini tetap bertahan dan dikembangkan lagi oleh

dua orang ahli antropologi abad ke-20, yaitu Bronislaw Malinowski dan A.R.

Radcliffe-Brown. Malinowski dan Brown dipengaruhi oleh ahli-ahli sosiologi

yang melihat masyarakat sebagai organisme hidup, dan keduanya

menyumbangkan buah pikiran mereka tentang hakikat, analisa fungsional

yang dibangun di atas model organis. Di dalam batasannya tentang beberapa

konsep dasar fungsionalisme dalam ilmu-ilmu sosial, pemahaman Radcliffe-

Brown (1976:503-511) mengenai fungsionalisme struktural merupakan dasar

bagi analisa fungsional kontemporer.

Fungsi dari setiap kegiatan yang selalu berulang, seperti penghukuman

kejahatan, atau upacara penguburan, adalah merupakan bagian yang

dimainkannya dalam kehidupan sosial sebagai keseluruhan, dan karena itu

merupakan sumbangan yang diberikannya bagi pemeliharaan kelangsungan

struktural (Radcliffe-Brown (1976:505). Jasa Malinowski terhadap

fungsionalisme, walau dalam beberapa hal berbeda dari Brown, mendukung

konsepsi dasar fungsionalisme tersebut. Para ahli antropologi menganalisa

kebudayaan dengan melihat pada ”fakta-fakta antropologis” dan bagian yang

dimainkan oleh fakta-fakta itu dalam sistem kebudayaan (Malinowski, 1976:

6

Page 11: PERILAKU MASYARAKAT PEDESAAN DI ZAMAN · PDF fileAbstrak Artikel Ilmiah ini bertujuan untuk mengkaji perilaku masyarakat pedesaan di zaman modern. Kajian sosiologis dibatasi pada sejarah

551). Robert K. Merton, sebagai seorang yang mungkin dianggap lebih dari

ahli teori lainnya telah mengembangkan pernyataan mendasar dan jelas teori-

teori fungsionalisme, adalah seorang pendukung yang mengajukan tuntutan

lebih terbatas bagi perspektif ini. Mengakui bahwa pendekatan ini telah

membawa kemajuan bagi pengetahuan sosiologis, ia juga mengakui bahwa

fungsionalisme struktural mungkin tidak akan mampu mengatasi seluruh

masalah sosial (Merton, 1975: 25). Pada saat yang sama Merton tetap sebagai

pelindung setia dari analisa fungsional, yang dinyatakannya mampu

melahirkan ”suatu masalah yang saya anggap menarik dan cara berfikir yang

saya anggap lebih efektif dibanding dengan cara berfikir lain yang pernah

saya temukan” (Merton, 1975: 30). Di dalam kata-kata Coser dan Rosenberg

(1976: 492) model fungsionalisme struktural Merton ini adalah merupakan

”pernyataan yang paling canggih dari pendekatan fungsionalisme yang

tersedia dewasa ini.”

Teori struktural fungsional menekankan pada perspektif harmoni dan

keseimbangan. Asumsi yang mendasarinya (Sanderson dalam Zainuddin,

1991 : 119) dapat dikemukakan sebagai berikut: (1) masyarakat dilihat

sebagai suatu sistem yang kompleks, terdiri dari bagian-bagian yang saling

berhubungan dan tergantung, setiap bagian berpengaruh terhadap bagian

lainnya; (2) setiap bagian dan sebuah masyarakat eksis karena bagian tersebut

mempunyai fungsi penting dalam memelihara eksistensi dan stabilitas; (3)

semua masyarakat mempunyai mekanisme untuk mengintegrasikan diri; (4)

perubahan dalam sistem sosial terjadi secara gradual; (5) faktor penting yang

mengintegrasikan masyarakat adanya kesepakatan antara para anggotanya

terhadap nilai-nilai kemasyarakatan; (6) masyarakat cenderung mengarah

kepada suatu keadaan equilibrium atau homoeostatic.

Selain itu, menurut Tjipto Subadi, Teori Struktural Fungsional mengacu

pada asumsi bahwa: (1) masyarakat harus dianalisis sebagai satu kesatuan

yang utuh yang terdiri atas berbagai bagian yang saling berinteraksi; (2)

7

Page 12: PERILAKU MASYARAKAT PEDESAAN DI ZAMAN · PDF fileAbstrak Artikel Ilmiah ini bertujuan untuk mengkaji perilaku masyarakat pedesaan di zaman modern. Kajian sosiologis dibatasi pada sejarah

hubungan yang ada bersifat satu arah atau timbal balik; (3) sistem sosial yang

ada bersifat dinamis; (4) integrasi yang sempurna dalam masyarakat tidak

pernah ada, maka di masyarakat timbul ketegangan dan penyimpangan; (5)

perubahan yang terjadi bersifat gradual dan perlahan sebagai proses

penyesuaian; (6) perubahan adalah hasil penyesuaian dari luar; (7) sistem

diintegrasikan lewat nilai-nilai yang sama.

Menurut Sendjaja (1994: 32) mengemukakan bahwa model struktural

fungsional mempunyai ciri sebagai berikut: (1) sistem dipandang sebagai satu

kesatuan yang terdiri atas unsur-unsur yang saling berkaitan; (2) adanya

spesifikasi lingkungan yakni spesifikasi faktor-faktor eksternal yang bisa

mempengaruhi sistem; (3) adanya ciri-ciri, sifat-sifat yang dipandang esensial

untuk kelangsungan sistem; (4) adanya spesifikasi jalan yang menentukan

perbedaan nilai; dan (5) adanya aturan tentang bagaimana bagian-bagian

secara kolektif beroperasi sesuai ciri-cirinya untuk menjaga eksistensi sistem.

Ditambahkan menurut Raymond Firth bahwa, struktur sosial berarti

menentukan relasi sosial yang penting dalam menentukan tingkah laku

manusia dalam masyarakat yang dapat ditinjau dari: (1) status; (2) peranan;

(3) nilai-nilai dan norma-norma; dan (4) institusi sosial.

Anggapan dasar teori ini dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah

suatu sistem dari bagian-bagian yang saling berhubungan. Hubungan dalam

masyarakat bersifat ganda dan timbal balik (saling mempengaruhi). Secara

fundamental sistem sosial bergerak ke arah uquilibrium dan bersifat dinamis.

Karena asumsi dasar teori struktural fungsional seperti tersebut di atas, maka

perlu kontrol efektifitas hukum keteraturan serta faktor-faktor yang

mempersatukan masyarakat. Oleh karena itu teori ini dikenal sebagai teori

konsensus (consensus theory) atau teori regulasi (regulation theory).

Pandangan-pandangannya didasarkan pada filsafat realism, positivism, dan

oleh karena itu cenderung deterministic, di mana struktur menentukan

tindakan atau perilaku, dan oleh karena itu tradisi ini memilih jenis

8

Page 13: PERILAKU MASYARAKAT PEDESAAN DI ZAMAN · PDF fileAbstrak Artikel Ilmiah ini bertujuan untuk mengkaji perilaku masyarakat pedesaan di zaman modern. Kajian sosiologis dibatasi pada sejarah

pengetahuan non ethic dari pada normatif.

C. TEORI PERSPEKTIF PENDIDIKAN DAN PERKEMBANGAN

SOSIAL (THEORITICAL PERSPECTIVE: EDUCATION AND

SOCIAL REPRODUCTION)

Sebagian para pendidik yang menaruh kepercayaan akan kekuasaan

pendidikan dalam membentuk masyarakat baru. Sekolah tidak dapat

melepaskan diri dari masyarakat dan kontrol pihak yang berkuasa. Sekolah

hanya dapat mengikuti perkembangan dan perubahan masyarakat. Jadi tidak

ada harapan sekolah dapat membangun masyarakat baru lepas dari proses

perubahan sosial yang berlangsung dalam masyarakat tersebut.

Di dunia yang dinamis ini setiap masyarakat akan mengalami perubahan

menuju pembaharuan dan perkembangan sosial. Pemerintah berusaha

mengadakan perubahan demi kesejahteraan rakyatnya dan keselamatan

bangsa dan negaranya. Perubahan itu antara lain perubahan dan pembaharuan

kurikulum dan sistem pendidikan.

Masyarakat modern adalah masyarakat yang kompleks, di mana

keragaman jenis pekerjaan yang berbeda-beda kepentingannya membawa

penghasilan yang tidak sama serta kondisi kerja yang tidak sama pula.

Menurut Duverger, peningkatan umum dalam standar hidup, peningkatan

dalam kemakmuran material, pengembangan waktu senggang dan

fasilitasnya, merupakan ciri khas ekonomi yang dihasilkan oleh kemajuan

teknologi. Zaman dahulu seseorang mendapat status tinggi dalam sistem

stratifikasi dalam masyarakatnya karena faktor keturunan dan ini akan

berlangsung selama seumur hidup tanpa ada kompetisi untuk status tertentu.

Pada masyarakat modern, kesempatan berkompetisi meraih status pada kelas

atas sangat terbuka. Dalam masyarakat modern yang lebih dihargai pada diri

seseorang adalah prestasi, kecakapan, keahlian, dan faktor determinan utama,

yaitu struktur sosial yang menentukan kedudukan tinggi yang terdistribusikan

dan kemudahan untuk memperolehnya. Dalam masyarakat juga terdapat

saluran-saluran tertentu untuk status seseorang bergerak naik dari lapisan

9

Page 14: PERILAKU MASYARAKAT PEDESAAN DI ZAMAN · PDF fileAbstrak Artikel Ilmiah ini bertujuan untuk mengkaji perilaku masyarakat pedesaan di zaman modern. Kajian sosiologis dibatasi pada sejarah

yang rendah ke lapisan tinggi, misalnya organisasi pemerintahan, lembaga

keagamaan, lembaga ekonomi, dan lembaga pendidikan.

Dari jenis pendidikan yang tersedia yaitu pendidikan informal, pendidikan

formal dan pendidikan nonformal, tampaknya dua dari jenis yang terakhir

lebih bisa diandalkan. Pada pendidikan formal dunia pekerjaan dan dunia

status lebih mempercayai kepemilikan ijazah untuk naik jabatan dan naik

status. Seiring perkembangan, mereka lebih mempercayai kemampuan atau

skill daripada menghormati kepemilikan ijazah. Ini yang akhirnya memberi

peluang bagi tumbuhnya pendidikan nonformal, yang bisa memberikan

keterampilan praktis pragmatis bagi kebutuhan dunia kerja yang berpengaruh

pada pencapaian status seseorang. Dalam perspektif lain, dari sisi

intelektualitas, orang berpendidikan lebih tinggi derajat sosialnya dalam

masyarakat dan biasanya lebih terfokus pada jenjang hasil keluaran

pendidikan formal. Makin tinggi sekolahnya makin tinggi tingkat penguasaan

ilmunya sehingga dipandang memiliki status yang tinggi dalam masyarakat.

Pendidikan dalam penekanan pada perubahan sosial (social change)

bahwa perubahan sosial pada hakikatnya merupakan fenomena kebudayaan.

Penelaahan terhadap gejala perubahan sosial diharapkan memperoleh tempat

pendidikan yang lebih kontektual, strategis, dan fungsional, yang dapat

dikembangkan sebagai paradigma kebudayaan. Pendidikan tidak hanya

dipandang sebagai pewarisan dan sosialisasi nilai yang mengutamakan

kemampuan budaya, tanpa produktif dan dinamik melakukan proses daur

kultural dalam modus historis yang baru. Dengan konsep ini, jika pada

esensinya perubahan masyarakat merupakan perubahan nilai dan norma

dalam masyarakat (Astrid S. Susanto, 1985).

Menurut Selo Soemarjan (1993) bahwa segala perubahan pada lembaga

kemasyarakatan yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk nilai sikap,

dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok masyarakat. Sunyoto Usman

(1994) berpendapat istilah perubahan sosial dipakai silih berganti dengan

istilah; evolusi (evolution), perkembangan (development) atau kemajuan

10

Page 15: PERILAKU MASYARAKAT PEDESAAN DI ZAMAN · PDF fileAbstrak Artikel Ilmiah ini bertujuan untuk mengkaji perilaku masyarakat pedesaan di zaman modern. Kajian sosiologis dibatasi pada sejarah

(progress); yang semuanya memperlihatkan perjalanan dari keadaan tertentu

yang sederhana, seragam, dan homogen menuju keadaan yang lebih

kompleks, beragam, dan heterogen.

Menurut Robert H. Lauer (1970) dalam bukunya yang berjudul

Perspective on Social Change menyoroti beragam perspektif dalam teori

perubahan sosial. Sementara itu Rostow, yang dianggap mewakili tradisi

liberal dari ilmu-ilmu sosial (Hadimulyo, 1989) menjelaskan bahwa

perkembangan masyarakat dengan tahap-tahap pertumbuhan ekonomi (the

Stages of economic Growth) dengan tahapan perkembangan masyarakat;

masyarakat tradisional (traditional society) yang ditandai dengan cakupan

produksi terbatas, Preconditions take off sebagai tahapan transisional menuju

tahap berikutnya, tahap tinggal landas (the take off), dan selanjutnya

masyarakat berkembang ke arah masyarakat dengan tingkat kematangan (the

drive to maturity) serta masyarakat dengan ciri konsumeristik yang tinggi (the

age high mass consumption), atau masyarakat makmur sejahtera (Ali,1986).

Perubahan masyarakat dengan corak kultural merupakan fenomena sosio-

historis sebagai proses kontinum dari perkembangan kehidupan global yang

tidak mengenal proses berhenti. Ibnu Kaldun mengatakan dalam

Muqodimahnya: “tidak ada masyarakat manusia yang tidak berubah”, seperti

yang dikatakan Lawer (1989), perubahan merupakan kehendak sejarah. Maka

menghentikan jalannya perubahan merupakan pekerjaan yang mustahil;

change is a never ending process (Soeryono, 1991).

Pendidikan yang bermutu dan relevan dengan kebutuhan masyarakat,

menjadi sarana untuk mendapatkan dan menciptakan jenis-jenis pekerjaan

baru di masa pembangunan sekarang dan masa depan. Kedudukan pendidikan

dalam konteks sosio-kultural masyarakat mempunyai kedudukan ganda yaitu

strategis dan kritis. Posisi strategis, pendidikan menyimpan kekuatan luar

biasa untuk menciptakan keseluruhan aspek lingkungan hidup, dan dapat

memberi informasi yang paling berharga tentang pegangan hidup masa

depan, serta membantu anak didik dalam mempersiapkan kebutuhan yang

11

Page 16: PERILAKU MASYARAKAT PEDESAAN DI ZAMAN · PDF fileAbstrak Artikel Ilmiah ini bertujuan untuk mengkaji perilaku masyarakat pedesaan di zaman modern. Kajian sosiologis dibatasi pada sejarah

esensial untuk menghadapi perubahan (Fajar, 1984). Sedang Emile Durkheim

yang dikutip Saefuddin (1987) mengatakan bahwa pendidikan memegang

kendali penting dalam mempertahankan kelanggengan kehidupan sosial

masyarakat, yaitu mampu hidup konsisten mengatakan segala ancaman dan

tantangan masa depan. Posisi kritis, karena kedudukannya sebagai bagian dari

institusi sosial, maka pendidikan harus melakukan langkah adoptif dan

adaptif. Jika kedua langkah ini tidak dilakukan, maka ada kekhawatiran

munculnya krisitisisme di bidang pendidikan, yang ditandai dengan

berkembangnya bentuk kesenjangan antara dunia pendidikan dengan

kehidupan. Menyadari peran pendidikan dalam konteks modernisasi dan

perubahan sosial, maka kedua orientasi pendidikan di atas mengandung

implikasi global pada penataan sistem pendidikan, lebih-lebih pada perangkat

lunaknya seperti kurikulum dan metodologi pendidikan. Penataan isi

pendidikan yang berkaitan dengan muatan keilmuan dalam pendidikan.

Transformasi keilmuan yang dilakukan tidak hanya difokuskan pada target

habisnya kurikulum pendidikan, tetapi yang lebih penting adalah penguasaan

kemampuan metodologis yang terefleksi pada kemampuan berfikir secara

mandiri dan kritis (independent critical thinking).

Isu lain yang menjadi sebuah wacana adalah reformasi kehidupan

masyarakat menuju masyarakat madani. Corak kehidupan masyarakat madani

menurut Tilaar (2000:155) terletak pada hakekat manusia yang memiliki

kesamaan kemanusiaan, dan bercirikan human dignity atau hak-hak dan

tanggung jawab manusia dalam kebhinekaan. Sejalan dengan itu

pembangunan harus menempatkan warga masyarakat pada titik sentral,

menempatkan lingkungan sebagai suatu sistem di mana manusia sebagai

pusatnya (Muhajir, 1987:11). Menurut Tirtoharjo ((1994: 135) bahwa

konstruk masyarakat masa depan digambarkan sebagai berikut: (1)

kecerdasan globalisasi; (2) perkembangan IPTEK yang semakin cepat; (3)

perkembangan arus informasi yang semakin padat; (4) tuntutan layanan

profesional di berbagai sektor pendidikan. Gambaran tersebut sudah mulai

12

Page 17: PERILAKU MASYARAKAT PEDESAAN DI ZAMAN · PDF fileAbstrak Artikel Ilmiah ini bertujuan untuk mengkaji perilaku masyarakat pedesaan di zaman modern. Kajian sosiologis dibatasi pada sejarah

kita rasakan dampaknya pada kehidupan sekarang ini, antara lain: perubahan

tata nilai dan toleransi, perubahan bidang politik, ekonomi, sosial, dan

profesionalisme. Mutu pendidikan dan fungsi pendidikan dapat ditingkatkan

apabila melibatkan pemerintah dan masyarakat. Dalam sentralisasi

pendidikan peran masyarakat harus diberdayakan dalam pengelolaan

pendidikan. Oleh karena itu pendidikan sangat membutuhkan kontribusi dari

masyarakat dalam bentuk keuangan, evaluasi dan perencanaan. Agar peran

serta masyarakat semakin esensial dan dapat mempunyai sumbangan yang

besar dan memiliki akses langsung pada penyelenggaraan pendidikan, maka

harus dibentuk lembaga sejenis dewan pendidikan mulai tingkat nasional

sampai sekolah, sehingga operasionalisasi menjadi lebih konkrit dan

kontekstual.

D. PENDIDIKAN SOSIOLOGI DI INDONESIA (EDUCATIONAL

SOCIOLOGY IN INDONESIA)

Satu-satunya pendidikan sosiologi di Indonesia adalah di Universitas

Pendidikan Indonesia (UPI). Kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

terdapat di Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) memiliki

program studi Pendidikan Sosiologi. Keputusan membuat Program Studi

Pendidikan Sosiologi ini dibuat setelah proses perencanaan selama 4 tahun.

Menurut Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi UPI Elly Malihah,

pembentukan Program Studi Pendidikan Sosiologi di UPI sebetulnya sudah

direncanakan sejak tahun 2005. Namun Surat Keputusan (SK) dari Rektor

UPI baru keluar bulan Juni 2009 lalu.

“Karena SK-nya baru keluar Juni kemarin, kami baru meluncurkan Prodi

baru ini sekarang,” kata Elly saat di gedung JICA UPI Bandung (Selasa, 24

November 2009). Menurut Elly Malihah, dibukanya Program Studi

Pendidikan Sosiologi ini bertujuan untuk memperbaiki kualitas pendidikan

sosiologi yang selama ini banyak diisi oleh guru yang latar belakang

pendidikannya bukan jurusan Pendidikan Sosiologi. “Pada saat sertifikasi

13

Page 18: PERILAKU MASYARAKAT PEDESAAN DI ZAMAN · PDF fileAbstrak Artikel Ilmiah ini bertujuan untuk mengkaji perilaku masyarakat pedesaan di zaman modern. Kajian sosiologis dibatasi pada sejarah

guru tahun 2008 dan tahun 2009, hanya satu guru yang latar belakang

pendidikannya sosiologi, itupun sosiologi murni (ujar Elly).

Meskipun demikian, kata Elly, bukan berarti guru sosiologi yang ada saat

ini kualitasnya kurang baik. “Guru-guru sosiologi yang ada sekarang ini

sudah cukup baik, tetapi alangkah baiknya jika seorang pengajar, latar

belakang pendidikannya sesuai dengan bidang ilmu yang diajarkan,” ujarnya.

Untuk tenaga pengajar program studi baru ini (prodi sosiologi) UPI

menyiapkan 32 tenaga pengajar, 12 di antaranya berlatar belakang pendidikan

sosiologi. “Dari 12 tenaga pengajar berlatar belakang sosiologi itu, 4 di

antaranya adalah guru besar, 2 doktor, dan 6 magister,” imbuh Elly.

E. METODE PENELITIAN SOSIOLOGI (METHODS OF SOCIOLOGY

RESEARCH)

1. Teori Sosial

a. Teori Fenomenologi

Perspektif Fenomenologi

Penelitian yang menggunakan pendekatan fenomenologis berusaha

untuk memahami makna peristiwa serta interaksi pada orang-orang biasa

dalam situasi tertentu. Pendekatan ini menghendaki adanya sejumlah

assumsi yang berlainan dengan cara yang digunakan untuk mendekati

perilaku orang dengan maksud menemukan “fakta” atau “penyebab”.

Jika peneliti menggunakan perspektif fenomenologi dengan paradigma

definisi sosial biasanya peneliti ini bergerak pada kajian mikro. Perspektif

fenomenologi dengan paradigm definisi sosial ini akan memberi peluang

individu sebagai subjek penelitian (informan penelitian) melakukan

interpretasi terhadap interpretasi itu sampai mendapatkan makna yang

berkaitan dengan pokok masalah penelitian, dalam hal demikian Berger

menyebutnya dengan first order understanding and second order

understanding.

14

Page 19: PERILAKU MASYARAKAT PEDESAAN DI ZAMAN · PDF fileAbstrak Artikel Ilmiah ini bertujuan untuk mengkaji perilaku masyarakat pedesaan di zaman modern. Kajian sosiologis dibatasi pada sejarah

Pendekatan fenomenologi mengakui adanya kebenaran empiric etik

yang memerlukan akal budi untuk melacak dan menjelaskan serta

berargumentasi. Akal budi ini mengandung makna bahwa kita perlu

menggunakan kriteria lebih tinggi lagi dari sekedar true or false

(Muhadjir, dalam Tjipto 2009: 68).

b. Teori Interaksi Simbolik

Titik tolak pemikiran interaksi simbolik berasumsi bahwa realitas

sosial sebagai proses dan bukan sesuatu yang bersifat statis. Dalam hal ini

masyarakat dipandang sebagai sebuah interaksi simbolik bagi individu-

individu yang ada di dalamnya. Pada hakekatnya tiap manusia bukanlah

“barang jadi” melainkan barang yang “akan jadi” karena itu teori interaksi

simbolik membahas pula konsep mengenai “diri” (self) yang tumbuh

berdasarkan suatu “negosiasi” makna dengan orang lain.

Menurut George Herbert Mead, cara manusia mengartikan dunia

dan dirinya sendiri berkaitan erat dengan masyarakatnya. Mead melihat

pikiran (mind) dan dirinya (self) menjadi bagian dari perilaku manusia

yaitu bagian interaksinya dengan orang lain. Mead menambahkan bahwa

sebelum seseorang bertindak, ia membayangkan dirinya dalam posisi

orang lain dengan harapan-harapan orang lain dan mencoba memahami

apa yang diharapkan orang itu (Mulyana, 2007).

Konsep diri (self consept) merupakan suatu bagian yang penting

dalam setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri

merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk

membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya. Keunikan konsep diri

pada setiap individu pun relatif berbeda-beda karena antara individu satu

dengan individu lainnnya mempunyai pola pikir yang berbeda. Konsep diri

terbentuk dan dapat berubah karena interaksi dengan lingkungannya.

Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian membantu

pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan. Konsep diri yang

15

Page 20: PERILAKU MASYARAKAT PEDESAAN DI ZAMAN · PDF fileAbstrak Artikel Ilmiah ini bertujuan untuk mengkaji perilaku masyarakat pedesaan di zaman modern. Kajian sosiologis dibatasi pada sejarah

dimiliki individu dapat diketahui melalui informasi, pendapat dan

penilaian atau evaluasi dari orang lain. Diri juga terdiri menjadi dua bagian

yaitu diri objek yang mengalami kepuasan atau kurang mengalami

kepuasan dan diri yang bertindak dalam melayani diri objek yang

berupaya memberinya kepuasan.

Menurut Mead, tubuh bukanlah diri dan baru menjadi diri ketika

pikiran telah berkembang. Sementara di sisi lain bersama refleksifitasnya,

diri adalah sesuatu yang mendasar bagi perkembangan pikiran. Tentu saja

mustahil memisahkan pikiran dari diri, karena diri adalah proses mental.

Namun, meskipun kita bisa saja menganggapnya sebagai proses mental,

diri adalah proses sosial. Mekanisme umum perkembangan diri adalah

refleksifitas atau kemampuan untuk meletakkan diri kita secara bawah

sadar di tempat orang lain serta bertindak sebagaimana mereka bertindak.

Akibatnya, orang mampu menelaah dirinya sendiri sebagaimana orang lain

menelaah dia (Ritzer, 2004).

Dengan menyerasikan diri dengan harapan-harapan orang lain,

maka dimungkinkan terjadi interaksi, semakin mampu seseorang

mengambil alih atau menerjemahkan perasaan-perasaan sosial semakin

terbentuk identitas atau kediriannya. Ada tiga premis yang dibangun dalam

interaksi simbolik yaitu: (1) manusia bertindak berdasarkan makna-makna;

(2) makna tersebut didapatkan dari interaksi dengan orang lain; (3)

makna tersebut berkembang dan disempurnakan ketika interaksi tersebut

berlangsung (Mulyana, 2001).

Teori interaksi simbolik melihat individu sebagai pelaku aktif,

reflektif dan kreatif, menafsirkan, menampilkan perilaku yang rumit dan

sulit diramalkan. Teori interaksi simbolik fokus pada soal diri sendiri

dengan segala atribut luarnya. Deddy Mulyana mengutip istilah yang

digunakan Cooley yaitu looking glass self (Mulyana, 2001). Gagasan diri

menurut Cooley ini terdiri atas tiga komponen: (1) individu

16

Page 21: PERILAKU MASYARAKAT PEDESAAN DI ZAMAN · PDF fileAbstrak Artikel Ilmiah ini bertujuan untuk mengkaji perilaku masyarakat pedesaan di zaman modern. Kajian sosiologis dibatasi pada sejarah

mengembangkan bagaimana dia tampil bagi orang lain; (2) individu

membayangkan bagaimana peniliaian mereka atas penampilan individu

tersebut (3) individu mengembangkan sejenis perasaan-diri, seperti

kebanggaan atau malu, sebagai akibat membayangkan penilaian orang lain

tersebut.

Lewat imajinasi, kita mempersepsi dalam pikiran orang lain suatu

gambaran tentang penampilan kita, perilaku, tujuan, perbuatan, karakter

teman-teman kita dan sebagainya, dan dengan berbagai cara kita

terpangaruh olehnya. Littlejohn menyatakan bahwa interaksi simbolik

mengandung inti dasar premis tentang komunikasi dan masyarakat

(Littlejohn, 1996).

Setiap interaksi manusia selalu dipenuhi dengan simbol-simbol,

baik dalam kehidupan sosial maupun kehidupan diri sendiri. Diri tidak

terkungkung melainkan bersifat sosial. Orang lain adalah refleksi untuk

melihat diri sendiri. Dari penjelasan ini berarti bahwa teori interaksi

simbolik merupakan perspektif yang memperlakukan individu sebagai diri

sendiri sekaligus diri sosial.

Bagi Mead, “diri” lebih dari sebuah internalisasi struktur sosial dan

budaya. “Diri” juga merupakan proses sosial, sebuah proses di mana para

pelakunya memperlihatkan pada dirinya sendiri hal-hal yang dihadapinya,

di dalam situasi di mana ia bertindak dan merencanakan tindakannya itu

melalui penafsirannya atas hal-hal tersebut. Dalam hal ini, aktor atau

pelaku yang melakukan interaksi sosial dengan dirinya sendiri, menurut

Mead dilakukan dengan cara mengambil peran orang lain, dan bertindak

berdasarkan peran tersebut, lalu memberikan respon atas tindakan-

tindakan itu. Konsep interaksi pribadi (self interaction) di mana para

pelaku menunjuk diri mereka sendiri berdasarkan pada skema Mead

mengenai psikologi sosial. “Diri” di sini bersifat aktif dan kreatif serta

tidak ada satupun variabel-variabel sosial, budaya, maupun psikologis

yang dapat memutuskan tindakan-tindakan “diri.”

17

Page 22: PERILAKU MASYARAKAT PEDESAAN DI ZAMAN · PDF fileAbstrak Artikel Ilmiah ini bertujuan untuk mengkaji perilaku masyarakat pedesaan di zaman modern. Kajian sosiologis dibatasi pada sejarah

Mead menyatakan bahwa konsep diri pada dasarnya terdiri atas

jawaban individu atas pertanyaan mengenai “siapa aku” untuk kemudian

dikumpulkan dalam bentuk kesadaran diri individu mengenai

keterlibatannya yang khusus dalam seperangkat hubungan sosial yang

sedang berlangsung. Pendapat Mead tentang pikiran bahwa pikiran

mempunyai corak sosial, percakapan dalam batin adalah percakapan antara

“aku” dengan “yang lain” pada titik ini, konsep tentang “aku” itu sendiri

merupakan konsep orang lain terhadap individu tersebut. Atau dengan

kalimat singkat, individu mengambil pandangan orang lain mengenai

dirinya seolah-olah pandangan tersebut adalah “dirinya” yang berasal dari

“aku.”

Interaksi simbolik sering dikelompokkan ke dalam dua aliran

(school). Pertama, aliran Chicago School yang dimonitori oleh Herbert

Blumer, melanjutkan tradisi humanistis yang dimulai oleh George Herbert

Mead. Blumer menekankan bahwa studi terhadap manusia tidak dapat

dilakukan dengan cara yang sama seperti studi terhadap benda. Blumer

dan pengikut-pengikutnya menghindari pendekatan-pendekatan kuantitatif

dan ilmiah dalam mempelajari tingkah laku manusia. Lebih jauh lagi

tradisi Chicago menganggap orang itu kreatif, inovatif, dan bebas untuk

mendefinisikan segala situasi dengan berbagai cara dengan tidak terduga.

Kedua Iowa School menggunakan pendekatan yang lebih ilmiah

dalam mempelajari interaksi. Manford Kuhn dan Carl Couch percaya

bahwa konsep-konsep interaksionis dapat dioperasikan. Tetapi, walaupun

Kuhn mengakui adanya proses dalam alam tingkah laku, ia menyatakan

bahwa pendekatan struktural objektif lebih efektif daripada metode

“lemah” yang digunakan oleh Blumer.

Interaksionisme simbolik mengandung inti dasar pemikiran umum

tentang komunikasi dan masyarakat. Jerome Manis dan Bernard Meltzer

18

Page 23: PERILAKU MASYARAKAT PEDESAAN DI ZAMAN · PDF fileAbstrak Artikel Ilmiah ini bertujuan untuk mengkaji perilaku masyarakat pedesaan di zaman modern. Kajian sosiologis dibatasi pada sejarah

memisahkan tujuh hal mendasar yang bersifat teoritis dan metodologis dari

interaksionisme simbolik, yaitu: (1) Orang-orang dapat mengerti berbagai

hal dengan belajar dari pengalaman. Persepsi seseorang selalu

diterjemahkan dalam simbol-simbol; (2) Berbagai arti dipelajari melalui

interaksi di antara orang-orang. Arti muncul dari adanya pertukaran

simbol-simbol dalam kelompok-kelompok sosial; (3) Seluruh struktur dan

institusi sosial diciptakan dari adanya interaksi di antara orang-orang; (4)

Tingkah laku seseorang tidaklah mutlak ditentukan oleh kejadian-kejadian

pada masa lampau saja, tetapi juga dilakukan secara sengaja; (5) Pikiran

terdiri atas percakapan internal, yang merefleksikan interaksi yang telah

terjadi antara seseorang dengan orang lain; (6) Tingkah laku terbentuk atau

tercipta di dalam kelompok sosial selama proses interaksi; (7) Kita tidak

dapat memahami pengalaman seorang individu dengan mengamati tingkah

lakunya belaka. Pengalaman dan pengertian seseorang akan berbagai hal

harus diketahui pula secara pasti.

Pada dasarnya interaksi manusia menggunakan simbol-simbol,

cara manusia menggunakan simbol, merepresentasikan apa yang mereka

maksudkan untuk berkomunikasi dengan sesamannya. Itulah interaksi

simbolik dan itu pulalah yang mengilhami perspektif dramaturgis, di mana

Erving Goffman sebagai salah satu eksponen interaksionisme simbolik,

maka hal tersebut banyak mewarnai pemikiran-pemikiran dramaturgisnya.

c. Teori Etnografi

Menurut Bogdan dan Bilken dalam Tjipto (2009: 83) dijelaskan

bahwa kerangka kerja yang digunakan dalam melaksanakan studi

antropologi adalah konsep tentang kebudayaan (the concept of culture).

Usaha untuk mendiskripsikan budaya atau aspek budaya disebut

(ethnography). Budaya merupakan pengetahuan yang diperoleh seseorang

dan digunakan untuk menginterpretasikan pengalaman yang menghasilkan

19

Page 24: PERILAKU MASYARAKAT PEDESAAN DI ZAMAN · PDF fileAbstrak Artikel Ilmiah ini bertujuan untuk mengkaji perilaku masyarakat pedesaan di zaman modern. Kajian sosiologis dibatasi pada sejarah

sesuatu (Spradly dalam Tjipto, 2009: 83).

Beberapa antropologi mendefinisikan kebudayaan sebagai

“Pengetahuan perolehan yang digunakan orang untuk menafsirkan

pengalaman dan membuahkan tingkah laku” (Spradly dalam Tjipto, 2009:

83). Dalam pengertian ini budaya merangkum apa yang dilakukan orang,

dan barang-barang yang dibuat dan digunakan. Untuk mendiskripsikan

budaya dalam perspektif ini, seorang peneliti mungkin berfikir tentang

peristiwa dan kemudian menjelaskan peristiwa itu (menjelaskan tingkah

laku orang dengan jalan mendiskripsikan apa yang dialaminya).

Peneliti Etnografi agar dapat mencapai tujuan perlu memperhatikan

prinsip-prinsip sebagai berikut: (1) Peneliti dituntut memiliki pengetahuan

dan dedikasi yang tingi, sebab etnografi diperlukan pengamatan, interaksi

dengan responden, atau anggota komunitas tertentu dalam waktu yang

relatif lama; (2) Etnografi umumnya tidak tertarik dengan generalisasi

seperti pada penelitian psikometrik, tetapi lebih tertarik untuk memotret

kondisi apa adanya; (3) Fokus etnografi adalah situasi nyata dan setting

secara alamiah di mana orang beraktifitas dan berhubungan sosial dengan

anggota masyarakat lainnya; (4) Etnografi menempatkan pada perlunya

koleksi dan interpretasi data dari hipotesis yang sudah diterapkan; (5)

Etnografi bergerak dari data dalam mencari hipotesis, bukan hipotesis

mencari data.

Dari hipotesis yang dibangun peneliti, etnografi dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu Naturalistic Ecological Hypotheses (NEH) dan

Qualitative Phenomenological Hypothesis (QHP). Naturalistic Ecological

Hypothesis menyatakan bahwa konteks dunia perilaku terjadi pada subjek

yang diteliti, memiliki pengaruh signifikan terhadap perilaku subjek

tersebut. Sedangkan dalam penelitian Qualitatif Phenomenological

Hypothesis lebih mengkonsentrasikan etnografi dibanding dengan

psikometrik, karena peneliti lebih percaya bahwa perilaku manusia tidak

20

Page 25: PERILAKU MASYARAKAT PEDESAAN DI ZAMAN · PDF fileAbstrak Artikel Ilmiah ini bertujuan untuk mengkaji perilaku masyarakat pedesaan di zaman modern. Kajian sosiologis dibatasi pada sejarah

dapat dimengerti dengan lebih baik tanpa meleburkan diri bersama

(incorporating) ke dalam pengamatan persepsi subjek serta sistem

kepercayaan diri mereka yang terlibat dalam penelitian.

2. Metode Penelitian Sosiologi

a. Metode Statistik

Banyak dipakai untuk menunjukkan hubungan atau pengaruh

kausalitas serta prasangka pribadi atau sepihak. Penerapan metode ini

yang paling sederhana adalah teknik enumerasi (penghitungan).

Jawaban pertanyaan responden disusun dalam tabel sehingga diketahui

jumlahnya.

b. Metode Eksperimen

Metode eksperimen dilakukan terhadap dua kelompok. Kelompok

pertama merupakan kelompok eksperimen, sedangkan kelompok

kedua sebagai kelompok kontrol. Metode ini membandingkan

percobaan kedua kelompok tersebut. Dua macam metode eksperimen

yaitu eksperimen laboratorium dan eksperimen lapangan.

c. Metode Induktif dan Deduktif

Metode induktif adalah metode yang digunakan untuk memperoleh

kaidah umum dengan mempelajari gejala yang khusus. Adapun

metode deduktif adalah metode yang digunakan untuk memperoleh

kaidah khusus dengan mempelajari gejala umum.

d. Metode Studi Kasus

Metode ini digunakan untuk meneliti kebenaran peristiwa tertentu.

e. Metode Survei Lapangan

Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang hanya ada

21

Page 26: PERILAKU MASYARAKAT PEDESAAN DI ZAMAN · PDF fileAbstrak Artikel Ilmiah ini bertujuan untuk mengkaji perilaku masyarakat pedesaan di zaman modern. Kajian sosiologis dibatasi pada sejarah

pada kehidupan masyarakat secara langsung dan diperoleh melalui

angket, wawancara, atau observasi secara langsung. Persiapan yang

dilakukan adalah menentukan populasi yang hendak diteliti sekaligus

objek, angket dan bahasa yang dipahami.

f. Metode Partisipasi

Metode ini digunakan untuk mengadakan penelitian terhadap

kepentingan kelompok. Peneliti berbaur dalam kehidupan kelompok

sambil melakukan pengamatan atau kegiatan penelitiannya tanpa

mengungkapkan identitas sebagai peneliti dan tidak boleh terlibat

secara emosional terhadap kelompok yang ditelitinya.

g. Metode Empiris dan Rasionalistis

Metode empiris menyandarkan diri pada fakta yang ada dalam

masyarakat melalui penelitian. Metode rasionalistis mengutamakan

pemikiran sehat untuk mencapai pengertian tentang masalah-masalah

kemasyarakatan.

h. Metode Studi Pustaka

Metode studi pustaka merupakan metode pengumpulan data yang

dilakukan dengan mengambil data atau keterangan dari buku literatur

di perpustakaan. Kelebihannya adalah memperoleh banyak sumber

tanpa perlu biaya, tenaga dan waktu. Akan tetapi dibutuhkan

kepandaian peneliti untuk mencari buku yang relevan agar dapat

dipakai sebagai sumber perolehan data dalam penelitian tersebut.

22

Page 27: PERILAKU MASYARAKAT PEDESAAN DI ZAMAN · PDF fileAbstrak Artikel Ilmiah ini bertujuan untuk mengkaji perilaku masyarakat pedesaan di zaman modern. Kajian sosiologis dibatasi pada sejarah

BAB III

SIMPULAN

Dari uraian di atas dapat penulis simpulkan sebagai berikut:

Perkembangan sosiologi pendidikan sebagai ilmu pengetahuan dimulai

sejak awal abad ke-20 yang merupakan bagian dari sosiologi. Namun

sebenarnya sosiologi pendidikan lahir bersamaan dengan munculnya

persoalan-persoalan pendidikan yang tidak teratasi. Banyaknya persoalan

pendidikan yang tidak teratasi menyebabkan dunia pendidikan mengalami

kesulitan dalam perkembangannya. Kemudian persoalan-persoalan

pendidikan diatasi dengan menggunakan pendekatan sosiologis.

Teori Struktural fungsional muncul dilatar belakangi semangat

Renaissance pada masa Auguste Comte abad ke-17. Renaissance

memunculkan revolusi politik dan perubahan Tataran Nilai. Menghadapi

situasi tersebut mendorong dapat melahirkan ilmuwan sosial yang sanggup

menciptakan tertib sosial, harmoni dan keseimbangan. Dengan demikian teori

struktural fungsional mewarnai munculnya revolusi pengetahuan, terutama

filsafat positivisme yang melahirkan ilmu alam.

Dari jenis pendidikan yang tersedia yaitu pendidikan informal,

pendidikan formal dan pendidikan nonformal, tampaknya dua dari jenis

yang terakhir lebih bisa diandalkan. Pada pendidikan formal dunia

pekerjaan dan dunia status lebih mempercayai kepemilikan ijazah untuk

naik jabatan dan naik status. Seiring perkembangan, mereka lebih

mempercayai kemampuan atau skill daripada menghormati kepemilikan

ijazah. Ini yang akhirnya memberi peluang bagi tumbuhnya pendidikan

nonformal, yang bisa memberikan keterampilan praktis pragmatis bagi

kebutuhan dunia kerja yang berpengaruh pada pencapaian status seseorang.

23

Page 28: PERILAKU MASYARAKAT PEDESAAN DI ZAMAN · PDF fileAbstrak Artikel Ilmiah ini bertujuan untuk mengkaji perilaku masyarakat pedesaan di zaman modern. Kajian sosiologis dibatasi pada sejarah

Dalam perspektif lain, dari sisi intelektualitas, orang berpendidikan

lebih tinggi derajat sosialnya dalam masyarakat dan biasanya lebih terfokus

pada jenjang hasil keluaran pendidikan formal. Makin tinggi sekolahnya

makin tinggi tingkat penguasaan ilmunya sehingga dipandang memiliki

status yang tinggi dalam masyarakat.

Satu-satunya pendidikan sosiologi di Indonesia adalah di Universitas

Pendidikan Indonesia (UPI). Kampus Universitas Pendidikan Indonesia

(UPI) terdapat di Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

memiliki program studi Pendidikan Sosiologi. Keputusan membuat Program

Studi Pendidikan Sosiologi ini dibuat setelah proses perencanaan selama 4

tahun.

Teori Sosial terdiri atas: (1) Teori Fenomenologi; (2) Teori Interaksi

Simbolik; (3) Teori Etnografi, sedangkan metode penelitian sosiologi terdiri

atas: (1) Metode Statistik; (2) Metode Eksperimen; (3) Metode Induktif dan

Deduktif; (4) Metode Studi Kasus; (5) Metode Survei Lapangan; (6) Metode

Partisipasi; (7) Metode Empiris dan Rasionalistis; (8) Metode Studi Pustaka.

Daftar Pustaka

Beilharz, Peter. 2002. Teori-Teori Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bernard Raho.2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pustaka.

G. Gunawan, Ary. 2006. Sosiologi Pendidikan Suatu Analisis Sosiologi

tentang Pelbagai Problem Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Mulyana, Deddy, 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif; Paradigma Baru

Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Santrock, John W. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Penerbit Kencana.

http://www.scribd.com/doc/35776081/teori-vygotsky (Diakses pada 8

November 2011, pukul 15.37)

24

Page 29: PERILAKU MASYARAKAT PEDESAAN DI ZAMAN · PDF fileAbstrak Artikel Ilmiah ini bertujuan untuk mengkaji perilaku masyarakat pedesaan di zaman modern. Kajian sosiologis dibatasi pada sejarah

http://netsains.com/2009/02/pembelajaran-lanjutan-dengan-teori

konstruktivis/ (Diakses pada 8 November 2011, pukul 16.58 WIB)

http://www.learning-theories.com/vygotskys-social-learning-theory.html

(Diakses pada 8 November 2011, pukul 17.47 WIB)

Tjipto Subadi, 2009. Sosiologi dan Sosiologi Pendidikan. Kartasura:

Fairuz Media-Duta Permata Ilmu.

Usman, Sunyoto. 2004. Sosiologi: Sejarah Teori dan Aplikasinya.

Yogyakarta: CIRed-Jejak Pena.

Veeger, Karel J. 1997. Pengantar Sosiologi. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama – APTIK.

25