Tugas Paper Sosiologi Pedesaan

33
TUGAS PAPER SOSIOLOGI PEDESAAN MASYARAKAT DESA DALAM PEMBANGUNAN PEDESAAN Disusun Oleh : Nama : Wiwit Setiaji NIM : H0812192 Kelas : Agribisnis E FAKULTAS PERTANIAN

Transcript of Tugas Paper Sosiologi Pedesaan

Page 1: Tugas Paper Sosiologi Pedesaan

TUGAS PAPER SOSIOLOGI PEDESAAN

MASYARAKAT DESA DALAM PEMBANGUNAN PEDESAAN

Disusun Oleh :

Nama : Wiwit Setiaji

NIM : H0812192

Kelas : Agribisnis E

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

TAHUN AJARAN 2012/2013

Page 2: Tugas Paper Sosiologi Pedesaan

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam pembangunan pedesaan diperlukan sebuah kelompok sosial yang mana

kelompok itu mampu mengembangkan potensi untuk memanfaatkan serta

mendayagunakan sumber daya apapun yang ada diwilayah tersebut . Kelompok

sosial itu adalah Masyarakat. Masyarkat sebagai sebuah komponen dengan

berbagai peranan masing masing anggotanya, dengan sendirinya memiliki

permasalahan tersendiri. Perjalanan sebuah masyarakat ibarat perahu layar yang

menyinggahi Bandar dan pelabuhan, bukan tanpa ombak dan batu karang

melintang . Masyarkat pedesaaan identik dengan Dinamis, tidak tetap dan terus

berkembang.

Perkembangan dan perubahan dalam masyarakat justru merupakan salah satu ciri

masyarkat itu sendiri , termasuk masyarakat desa . Untuk masyarakat desa di

Indonesia misalnya, hamper sebagian besar telah mengalami perkembangan dan

perubahan , apalagi pada akhir akhir tahun ini sudah banyak masyarakat desa yang

sudah melek teknologi.

Dalam kaitanya itulah maka pemahaman terhadap masyarakat desa menjadi

semakin perlu , sebab dengan pemahaman yang benar akan terjadi sebuah

penangan yang benar pula . Dengan pemahaman dan penangan yag benar akan

menjadikan pembangunan masyarakat pedesaan menjadi semakin lebih baik

artinya pembangunan itutidak bertentangan dengan pemahaman masyarakat itu

sendiri dan tentunya tidak bertentangan dengan nilai nilai dan norma norma yang

ada di masyarakat .

Dalam pembangunan masyarakat pedesaan, banyak pihak yang harus dilibatkan

secara aktif , seperti misalnya pemimpin desa yang bersifat formal maupun

informal tdak kalah penting yaitu pran masyarakat itu sendiri untuk memabangun

sebuah masyarakat pedesaan yang modernisasi

Page 3: Tugas Paper Sosiologi Pedesaan

Desa , sebagai suatu perhimpunan dari keluarga keluarga dan merupkan

masyarakat terbanyak negeri ini , menurut penelitian dan pengamatan yang

dilakukan oleh banyak ahli masih dapat ditemukan banyak penduduk yang masih

berada dibawah garis kehidupan yang sejahtera . Jangankan sejahtera ditingkat

hidup wajar punmasih saja belum terpenuhi. BeberapaAhli juga banyak yang

mengatakan masih banyak penduduk desa yang berada dibawah garis kemiskinan

Oleh karena itu diperlukan sebuah konsep atau pemikiran untuk dapat

menumuhkembangkan masyarakat pedesaan agar pemabagunan masyarakat

pedesaan berjalan dengan benar maksudnya pemikiran atau pemahaman itu tidak

bertentangan dengan pemikiran masyarakat itus sendiri

Perumusan Masalah

Dari penjelasan yang sudah disampaikan pada latar belakang diatas dapat diambil

beberapa rumusan masalah dalam pembangunan Masyarakat pedesaan, yaitu

1. Bagaimana peranan pemimpin desa dalam mewujudkan modernisasi

msyarakat pedesaan….?

2. Dalam pembangunan masyarakat pedesaan pasti ada konfik yang ada,

bagaimana solusi atau cara untuk menyelesaikanya…?

3. Bagaimana perkembanganya masyarakat pedesaan sejak zaman purba

hingga jaman sekarang….?

Page 4: Tugas Paper Sosiologi Pedesaan

BAB II LANDASAN TEORITIS

A. Masyarakat Pedesaan

Pengertian masyarakat pedesaan Yang dimaksud desa menurut Sutardjo

Kartohadikusuma mengemukakan sebagai berikut:

“ desa adalah suatu kesatuan hukum di mana bertempat tinggal suatu masyarakat

pemerintahan sendiri.”

Menurut Bintarto desa merupakan perwujudan atau kesatuan geografi, social,

ekonomi, politik dan kultural yang terdapat di situ (suatu daerah) dalam

hubungannya dan pengaruhnya secara timbal-balik dengan daerah lain.

Sedangkan menurut Paul h. Landis, desa adalah penduduknya kurang dari 2.500

jiwa.

Ciri-ciri masyarakat pedesaan adalah sebagai berikut:

1. Di dalam masyarakat pedesaan memiliki hubungan yang lebih mendalam

dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat pedesaan lainnya di luar

batas-batas wilayahnya.

2. System kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan

(gemeinschaft atau paguyuban)

3. Sebagian besar warga masyarakat hidup dari pertanian. Pekerjaan-

pekerjaan yang bukan pertanian merupakan pekerjaan sambilan (part time)

yag biasa mengisi waktu luang.

4. Masyarakat tersebut homogen, seperti dalam hal mata pencaharian, agama,

adat-istiadat dan sebagainya.

Masyarakat pedesaan identik dengan istilah ‘gotong-royong’ yang merupakan

kerja sama untuk mencapai kepentingan-kepentingan mereka. Kerja bakti itu ada

dua macam:

Page 5: Tugas Paper Sosiologi Pedesaan

1. Kerja sama untuk pekerjaan-pekerjaan yang timbulnya dari inisiatif warga

masyarakat itu sendiri (biasanya di istilahkan dari bawah).

2. Kerja sama untuk pekerjaan-pekerjaan yang timbulnya tidak dari inisiatif

warga itu sendiriberasal dari luar (biasanya berasal dari atas).

Beberapa gejala-gejala social yang sering diistilahkan dengan:

1. Konflik (pertengkaran)

2. Kontraversi (pertentangan)

3. Kompetisi (persiapan)

4. Kegiatan pada masyarakat pedesaan

Sistem nilai budaya petani Indonesia antara lain sebagai berikut:

1. Para petani di Indonesia terutama di pulau jawa pada dasarnya

menganggap bahwa hidupnya itu sebagai sesuatu hal yang buruk, penuh

dosa, kesengsaraan. Tetapi itu tidak berarti bahwa ia harus menghindari

hidup yang nyata dan menghindarkan diri dengan bersembunnyi di dalam

kebatinan atau dengan bertapa, bahkan sebaliknya wajib menyadari

keburukan hidup itu dengan jelas berlaku prihatin dan kemudian sebaik-

baiknya dengan penuh usaha atau ikhtiar.

2. Mereka beranggapan bahwa orang bekerja itu untuk hidup, dan kadang-

kadnag untuk mencapai kedudukannya.

3. Mereka berorientasi pada masa ini (sekarang), kurang memperdulikan

masa depan, mereka kurang mampu untuk itu. Bahkan kadang-kadang ia

rindu masa lampau mengenang kekayaan masa lampau menanti datangnya

kembali sang ratu adil yang membawa kekayaan bagi mereka).

4. Mereka menganggap alam tidak menakutkan bila ada bencana alam atau

bencana lain itu hanya merupakan sesuatu yang harus wajib diterima

kurang adanya agar peristiwa-peristiwa macam itu tidak berulang

kembali.  Mereka cukup saja menyesuaikan diri dengan alam, kurang

adanya usaha untuk menguasainya.

Page 6: Tugas Paper Sosiologi Pedesaan

5. Dan unutk menghadapi alam mereka cukup dengan hidup bergotong-

royong, mereka sadar bahwa dalam hidup itu tergantung kepada

sesamanya.

Pengertian Konflik

Konflik berasal dari bahasa latin (configere) yang artinya saling memukul. konflik

juga bisa diartikan dalam sosiologis yang artinya proses antara 2 orang atau lebih

bisa (kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menghancurkannya atau

membuat tidak berdaya.

Konflik bisa dihilangkan oleh masyarakat yang berkonflik itu hilang atau tiada.

Ciri-ciri yang di bawa individu dalam suatu interaksi :

- Menyangkut ciri fisik

- Kepandaian Pengetahuan

- Adat istiadat, Keyakinan, dsb

Pengertian menurut ahli

1. Menurut Taquri newstrom dan davis (1997),Warisan kehidupan sosial

yang boleh berlaku dalam terbaginya keadaan akibat kontroversi yang

terjadi.

2. Menurut Gibson, et al (1977:437), Hubungan selain dapat menciptakan

kerjasama, hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik

3. Menurut Robbin (1996), Keberadaan Konflik di tentukan oleh presepsi

individu aau kelompok

4. Menurut Minnery (1985), merupakan interaksi antara dua atau lebih pihak

yang saling berhubungan dan tergantung namun terpisah oleh perbedaan

tujuan

5. Menurut  Robbin (1993), Konflik yang terjadi tidak simetris hayng satu

pihak yang sadar dan memberikan respon terhadap konflik.

Page 7: Tugas Paper Sosiologi Pedesaan

6. Menurut Pace dan faules (1994-249), Konflik merupakan ekspresi

pertikaian antara individu dengan individu lain. kelompok dengan

kelompok lain karena beberapa alasan

7. Menurut Folger dan poole (1984), Dirasakan, diketahui, diekspresikan

melalui prilaku-prilaku komunikasi

Penyebab dan faktor-faktor terjadinya konflik

Konflik di dalam organisasi dapat disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut :

a.faktor manusia, dibagi 3 :

1. Ditimbulkan oleh atasan, terutama karena gaya kepemimpinannya

2. Personil yang mempertahankan peraturan-peraturan secara kaku

3. Timbul karena ciri-ciri kepribadian individual, antara lain : sikap egoistis,

tempramental, sifat fanatik, dan sikap otoriter

b. Faktor Organisasi :

1. Pesaing dalam menggunakan sumber daya. apabila sumber daya baik

berupa uang, material, atau sarana lainnya terbatas atau dibatasi. maka

dapat ditimbul pesaing dalam penggunaannya. ini merupakan potensi

terjadinya konflik antar unit atau departemen dalam suatu organisasi

2. Perbedaan tujuan antar unit-unit organisasi, tiap-tiap unit dalam organisasi

mempunyai spesialisasi dalam fungsi, tugas, dan bidangnya. perbedaan ini

sering mengarah kepada konflik minat antar unit tersebut. misalnya : unit

penjualan meningkat harga yang relatif rendah dengan tujuan untuk lebih

menarik konsumen. sementara unit produksi menginginkan harga tinggi

dengan tujuan untuk memajukan perusahaan

3. Interdependensi tugas, maksudnya konflik terjadi karena adanya saling

ketergantungan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. kelompok

yang satu tidak dapat bekerja karena menunggu hasil kerja dan kelompok

lainnya.

Page 8: Tugas Paper Sosiologi Pedesaan

4. Perbedaan nilai dari persepsi, maksudnya suatu kelompok tertentu

mempunyai persepsi yang negatif, karena merasa mendapat perlakuan

yang tidak adil para manager yang relatif muda, mempunyai persepsi

bahwa mereka dapat tugas-tugas yang cukup berat, rutin dan rumit.

sedangkan para manager senior mendapatkan tugas ringan

5. Kekaburan urusdiksional, maksudnya konflik terjadi karena batas-batas

aturan tidak jelas, yaitu adanya tanggung jawab yang tumpang tindih

6. Masalah "Status", konflik dapat terjadi karena suatu unit/departemen

mencoba memperbaiki dan meningkatkan status. sedangkan unit

departemen yang lain menganggap sebagai sesuatu yang mengancam

posisinya dalam status hirarki organisasi

7. Hambatan komunikasi, maksudnya dalam perencanaan, pengawasan,

kordinasi bahkan kepemimpinan dapat menimbulkan konflik antar

unit/departemen 

Page 9: Tugas Paper Sosiologi Pedesaan

BAB III ISI DAN PEMBAHASAN

PERAN PEMIMPIN DESA

Walaupun pada dasarnya masyarakat itu akan berkembang dan terus berkembang.

akan tetapi ada perubahan dan dan perkembangan yang asal berjalan, ada yang

direncanakan dan dirancang dengan cermat.Dalam hal demikian , maka peranan

pemimpin dalam pedesaan sangat menentukan.

Pemimpn desa terdiri dari orang orang yang terpilih secara formal , biasanya

menduduki jabatan jabatan pemerintah desa, juga para pemimpin informal seperti

para pemuka masyarakat, tokoh masyarakat , tokoh agama dan adat. Mereka

semua adalah pemimpin desa , merkalah yang sering kali harus dianggap sebagai

panutan , tempat bertanya dan mengikut.Itulah sebabnya peranan mereka sangat

besar dalam pembangunan masyarakat pedesaan.

Peranan mereka dapat dalam bentuk formal maupun informal , dapat dalam

bentuk lisan maupun tertulis, resmi atau pun tidak, lewat jalur pemerintahan

ataupun tidak. Pemimpin informal misalnya yang dapat menyalurkan gagasan dan

pendapatanya melalui rembug desa . Dalam banyak hal peran pemimpin informal

sangat berpengaruh pada desa tersebut, contoh seperti Ulama, guru, Pengusaha,

dan tokoh desa lainya . Banyak program dari pemimpin formal yang berjalan

apabila pemimpin informal menyetujuinya contoh seperti Program KB, masalah

pertanian, masalah pertanian,dan lain lain.

Harus diakui bahwa masyarakat desa pada umumnya baru merasa aman dan

mantap untuk melakukan sesuatu yang baru kalau mereka melihat bukti kebenaran

dan kebaikan hal yang baru itu melalui praktek yang sudah ada. Mereka juga

menunggu para pemimpin desa berbuat lebih dahulu sebab mereka juga merasa

takut melakukan perbuatan yang melanggar adat yang ada dan perintah perintah

agama . Itulah sebabnya mereka lebih suka menunggu pemimpin mereka sebelum

melakukan tindakan.

Page 10: Tugas Paper Sosiologi Pedesaan

KONFLIK DAN PENYELESAIANYA

Konflik adalah sesuatu yang hampir tidak mungkin bisa dilepaskan dari

kehidupan masyarakat. Selama masyarakat masih memiliki kepentingan,

kehendak, serta cita-cita konflik senantiasa “mengikuti mereka”. Oleh karena

dalam upaya untuk mewujudkan apa yang mereka inginkan pastilah ada

hambatan-hambatan yang menghalangi, dan halangan tersebut harus disingkirkan.

Tidak menutup kemungkinan akan terjadi benturan-benturan kepentingan antara

individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok. Jika hal ini terjadi,

maka konflik merupakan sesuatu yang niscaya terjadi dalam masyarakat.

Konflik antarbudaya ataupun multidimensional yang sering muncul dan mencuat

dalam berbagai kejadian yang memprihatinkan dewasa ini bukanlah konflik yang

muncul begitu saja. Akan tetapi, merupakan akumulasi dari ketimpangan–

ketimpangan dalam menempatkan hak dan kewajiban yang cenderung tidak

terpenuhi dengan baik.

.

Istilah konflik itu sendiri seringkali mengandung pengertian negatif, yang

cenderung diartikan sebagai lawan kata dari pengertian keserasian, kedamaian,

dan keteraturan. Konflik seringkali diasosiasikan dengan kekerasan atau ancaman

kekerasan. Pandangan yang sempit mengenai konflik yang demikian, tidak mudah

untuk diubah. Munculnya budaya “mencegah konflik”, “meredam konflik” dan

anggapan bahwa berkonflik adalah “berkelahi” bukanlah sesuatu yang relevan

untuk kondisi saat ini. Konflik bukanlah sesuatu yang dapat dihindari atau

disembunyikan, tetapi harus diakui keberadaannya, dikelola, dan diubah menjadi

suatu kekuatan bagi perubahan positif.

Konflik perlu dimaknai sebagai suatu jalan atau sarana menuju perubahan

masyarakat. Keterbukaan dan keseriusan dalam mengurai akar permasalahan

konflik dan komunikasi yang baik dan terbuka antarpihak yang berkepentingan

merupakan cara penanganan konflik yang perlu dikedepankan. Perlu disadari

bahwa konflik dapat menciptakan perubahan. Konflik merupakan salah satu cara

bagaimana sebuah keluarga, komunitas, perusahaan, dan masyarakat berubah.

Page 11: Tugas Paper Sosiologi Pedesaan

Konflik juga dapat mengubah pemahaman kita akan sesama, mendorong kita

untuk memobilisasi sumber daya dengan model yang baru. Konflik membawa kita

kepada klarifikasi pilihan–pilihan dan kekuatan untuk mencari penyelesaiannya.

Untuk dapat menyelesaikan konflik yang terjadi di masyarakat, tentunya harus

diketahui penyebab konflik yang terjadi. Dengan mengetahui sebabnya, konflik

diharapkan segera bisa di-selesaikan. Dalam pandangan teori konflik6 bahwa

masyarakat selalu dalam kondisi perubahan, dan setiap elemen dalam masyarakat

memberikan sumbangan bagi terjadinya konflik di masyarakat. Dalam pandangan

teori ini bahwa masyarakat disatukan oleh “ketidakbebasan yang dipaksakan”.

Dengan demikian, posisi tertentu di dalam masyarakat mendelegasikan kekuasaan

dan otoritas terhadap posisi yang lain. Fakta kehidupan sosial ini mengarahkan

Dahrendorf kepada tesis sentralnya bahwa perbedaan distribusi kekuasaan dan

otoritas “selalu menjadi faktor yang menentukan konflik sosial sistematis”.

Namun demikian, secara umum penyebab konflik bisa disederhanakan sebagai

berikut.

1. Kebanyakan konflik terjadi karena perbedaan nilai. Nilai merupakan sesuatu

yang menjadi dasar, pedoman, tempat setiap manusia menggantungkan pikiran,

perasaan, dan tindakan. Yang termasuk dalam kategori ini adalah konflik yang

bersumber pada perbedaan rasa percaya, keyakinan, bahkan ideologi atas apa

yang diperebutkan.

2. Kurangnya komunikasi

Kita tidak bisa menganggap sepele komunikasi antarmanusia karena konflik bisa

terjadi hanya karena dua pihak kurang berkomunikasi. Kegagalan berkomunikasi

karena dua pihak tidak dapat menyampaikan pikiran, perasaan, dan tindakan

sehingga membuka jurang perbedaan informasi di antara mereka, dan hal seperti

ini dapat menimbulkan sebuah konflik

. 3.Kepemimpinan yang kurang efektif

Secara politis kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan yang kuat, adil, dan

demokratis. Namun demikian, untuk mendapatkan pemimpin yang ideal tidah

Page 12: Tugas Paper Sosiologi Pedesaan

mudah. Konflik karena kepemimpinan yang tidak efektif ini banyak terjadi pada

organisasi atau kehidupan bersama dalam suatu komunitas.

.4.KetidakcocokanPeran

Konflik semacam ini bisa terjadi kapan saja dan di mana saja. Ketidakcocokan

peran terjadi karena ada dua pihak yang mempersepsikan secara sangat berbeda

tentang peran mereka masing masing

5. Produktivitas Rendah

Konflik seringkali terjadi karena out put dan out come dari dua belah pihak atau

lebih yang saling berhubungan kurang atau tidak mendapatkan keuntungan dari

hubungan tersebut. Oleh karenanya muncul prasangka di antara mereka.

Kesenjangan ekonomi di antara kelompok masyarakat, termasuk dalam konflik

ini.

6. Perubahan Keseimbangan

Konflik ini terjadi karena ada perubahan keseimbangan dalam suatu masyarakat.

Penyebabnya bisa karena faktor alam, maupun faktor sosial.

7. Konflik atau Masalah yang Belum Terpecahkan

Banyak pula konflik yang terjadi dalam masyarakat karena masalah terdahulu

tidak terselesaikan. Tidak ada proses saling memaafkan dan saling mengampuni

sehingga hal tersebut seperti api dalam sekam, yang sewaktu-waktu bisa berkobar.

Tujuh penyebab konflik di atas adalah penyebab yang sifatnya umum, dan

sebenarnya masih bisa diperinci lebih detail lagi. Namun demikian, jika

mencermati konflik-konflik yang terjadi khususnya masyarakat Indonesia akhir-

akhir ini, bisa merunut, paling tidak ada salah satu penyebab seperti di atas.

Dengan mengetahui penyebab terjadinya konflik bisa berharap bahwa konflik

akan bisa dikelola, dan diselesaikan dengan baik.

Beberapa Model Penyelesaian Konflik

Page 13: Tugas Paper Sosiologi Pedesaan

Setelah mengetahui penyebab terjadinya konflik, kini bisa dimulai untuk mencoba

berbagai alternatif teoretis untuk menyelesaikan konflik yang tejadi. Secara

umum, untuk menyelesaikan konflik dikenal beberapa istilah, yakni (1)

pencegahan konflik; pola ini bertujuan untuk mencegah timbulnya kekerasan

dalam konflik, (2) penyelesaian konflik; bertujuan untuk mengakhiri kekerasan

melalui persetujuan perdamaian, (3) pengelolaan konflik; bertujuan membatasi

atau menghindari kekerasan melalui atau mendorong perubahan pihak-pihk yang

terlibat agar berperilaku positif; (4) resolusi konflik; bertujuan menangani sebab-

sebab konflik, dan berusaha membangun hubungan baru yang relatif dapat

bertahan lama di antara kelompok-kelompok yang bermusuhan, (5) transformasi

konflik; yakni mengatasi sumber-sumber konflik sosial dan politik yang lebih

luas, dengan mengalihkan kekuatan negatif dari sumber perbedaan kepada

kekuatan positif.

Selain memahami istilah-istilah penyelesaian konflik tersebut, adalah juga penting

untuk memahami; (1) tahapan konflik; (2) tahap penyelesaian konflik; dan (3) tiga

asumsi penyelesaian konflik.12 Tahapan-tahapan konflik tersebut antara lain

potensi oposisi atau keadaan pendorong, kognisi dan personalisasi, penyelesaian-

penanganan konflik, perilaku konflik yang jelas, dan hasil. Untuk tahapan

penyelesaian konflik adalah pengumpulan data, verifikasi, mendengar kedua belah

pihah yang berkonflik, menciptakan kesan pentingnya kerjasama, negosiasi, dan

menciptakan kerukunan .Sementara itu, asumsi-asumsi dalam penyelesaian

konflik adalah (1) Kalah-Kalah; setiap orang yang terlibat dalam konflik akan

kehilangan tuntutannya jika konflik terus berlanjut, (2) Kalah–Menang; salah satu

pihak pasti ada yang kalah, dan ada yang menang dari penyelesaian konflik yang

terjadi. Jika yang kalah tidak bisa menerima sepenuhnya, maka ada indikasi

munculnya konflik baru; (3) Menang-Menang: dua pihak yang berkonflik sama-

sama menang. Ini bisa terjadi jika dua pihak kehilangan sedikit dari tuntutannya,

namun hasil akhir bisa memuaskan keduanya. Istilah ini lebih popular dengan

nama win-win solution di mana kedua belah pihak merasa menang dan tidak ada

yang merasa dirugikan.

Selain asumsi-asumsi di atas, juga perlu untuk mengetahui strategi- strategi untuk

Page 14: Tugas Paper Sosiologi Pedesaan

mengakhiri konflik. Setidaknya ada sepuluh strategi untuk mengakhiri konflik,

yakni abandoning atau mening-galkan konflik, avoiding atau menghindari,

dominating atau menguasai, obliging atau melayani, getting help atau mencari

bantuan, humor atau bersikap humoris dan santai, postponing atau menunda,

compromise atau berkompromi, integrating atau mengintegrasikan, problem

solving atau bekerjasama menyelesaikan masalah.

Sementara itu, untuk menyelesaikan konflik, secara teoretis ada banyak sekali

model, namun dalam tulisan ini hanya akan di sajikan beberapa model saja. Di

antaranya adalah sebagai berikut. Pertama, model penyelesaian berdasarkan

sumber konflik. Dalam model ini, untuk bisa penyelesaian konflik dituntut untuk

terlebih dahulu diketahui sumber-sumber konflik: apakah konflik data, relasi,

nilai, struktural, kepentingan dan lain sebagainya. Setelah diketahui sumbernya,

baru melangkah untuk menyelesaikan konflik. Setiap sumber masalah tentunya

memiliki jalan keluar masing-masing sehingga menurut model ini, tidak ada cara

penyelesaian konflik yang tunggal

Kedua, model Boulding. Model Boulding menawarkan metode mengakhiri

konflik dengan tiga cara, yakni menghindar, menaklukkan, dan mengakhiri

konflik sesuai prosedur. Menghindari konflik adalah menawarkan kemungkinan

pilihan sebagai jawaban terbaik. Akan tetapi, harus diperhatikan bahwa ini hanya

bersifat sementara agar kedua pihak dapat memilih jalan terbaik mengakhiri

konflik. Menaklukkan adalah pengerahan semua kekuatan untuk mengaplikasikan

strategi perlawanan terhadap konflik. Mengakhiri konflik melalui prosedur

rekonsiliasi atau kompromi adalah metode umum yang terbaik dan paling cepat

mengakhiri konflik.

Ketiga, model pluralisme budaya. Model pluralisme budaya, dapat membantu

untuk melakukan resolusi konflik. Misalnya, individu atau kelompok diajak

memberikan reaksi tertentu terhadap pengaruh lingkungan sosial dengan

mengadopsi kebudayaan yang baru masuk. Inilah yang kemudian disebut sebagai

asimilasi budaya. Selain asimilasi, faktor yang bisa membuat kita menyelesaikan

konflik adalah akomodasi. Dalam proses akomodasi, dua kelompok atau lebih

Page 15: Tugas Paper Sosiologi Pedesaan

yang mengalami konflik harus sepakat untuk menerima perbedaan budaya, dan

perubahan penerimaan itu harus melalui penyatuan penciptaan kepentingan

bersama.

Keempat, model intervensi pihak ketiga. Dalam model ini ada beberapa bentuk,

yakni coercion, arbitrasi, dan mediasi. Coercion adalah model penyelesaian

konflik dengan cara paksaan, di mana masing-masing pihak dipaksa untuk

mengakhiri konflik. Arbitrasi adalah penyelesaian konflik dengan cara mengambil

pihak ketiga untuk memutuskan masalah yang terjadi, dan keputusan pihak ketiga

harus dipatuhi oleh masing-masing pihak. Sementara itu, mediasi berarti pihak

ketiga hanya berfungsi untuk menjembatani penyelesaian konflik yang terjadi

dalam masyarakat

Keempat hal di atas hanyalah sebagian dari berbagai model penyelesaian konflik

yang ada. Masih banyak lagi model-model penyelesaian konflik yang lain. Namun

demikian, satu hal yang harus diingat adalah setiap konflik memiliki kompleksitas

yang berbeda-beda sehingga tidak bisa mengambil salah satu model untuk

langsung diterapkan begitu saja untuk menyelesaikannya. Harus dipahami secara

sungguh-sungguh kerumitan dan kompleksitas konflik yang akan dicari jalan

keluarnya.Budaya Lokal sebagai Sarana Resolusi Konflik. Selain model-model

penyelesaian konflik yang sudah ada secara teoretis di atas, harus diingat juga

bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa besar yang memiliki keragaman budaya.

Setiap budaya memiliki kearifan-kearifan tersendiri dalam menyikapi

permasalahan hidup yang dihadapi, termasuk di dalamnya kearifan dalam

menyelesaikan konflik. Kearifan-kearifan seperti inilah yang sering disebut

sebagai kearifan lokal (local wisdom). Sejalan dengan banyaknya konflik yang

terjadi di Indonesia, bersamaan itu muncul pula teori-teori tentang penyelesaian

konflik yang berasal dari luar dan dalam negeri sebagai bahan referensi pada

berbagai diskusi, seminar dan analis konflik. Namun demikian, penerapannya

tidaklah mudah karena variabel faktor-faktor lain sulit diprediksi. Konflik-konflik

yang tengah berlangsung di wilayah nusantara, baik konflik vertikal maupun

konflik horisontal telah menimbulkan gangguan terhadap ketahanan bangsa dan

Page 16: Tugas Paper Sosiologi Pedesaan

negara karena cenderung melebar ke aspek-aspek kehidupan nasi-onal yang lain,

di antaranya gejala pudarnya rasa persatuan dan kesatuan bangsa pada sebagian

warga Indonesia

MODERNISASI DAN PEMBANGUNAN PEDESAAN

Pembangunan (development) menurut Todaro (1985) adalah proses

multidimensional, melibatkan reorganisasi dan reorientasi aspek sosial, ekonomi

maupun politik, sedangkan modernisasi lebih menitik beratkan pada

terselenggaranya teknologi baru dalam memperoleh efisiensi kerja. Aspek

pembangunan meliputi meningkatnya taraf hidup manusia dengan terpenuhinya

kebutuhan , meningkatnya harga diri dan menungkatnya kebebasan memilih

barang maupun jasa. Cakupan perubahan dalam pembangunan adalah dimensi

kebudayaan, dimensi system dan dimensi proses yang menjadikan serasinya

kemajuan. Bila demikian maka pembangunan itu adalah dikembangkannya

penggunaan ide baru rekayasa sosial dan rekayasa teknologi secara berencana,

mencakup semua aspek kehidupan yang dilakukan menurut profesi secara

berkelanjutan dalam meningkatkan kualitas hidup yang berimbang di masyarakat.

Sementara itu modernisasi terjadi sejak ditemukannya alat dan mesin yang

menggantikan tenaga kerja manusia , hewan maupun sumberdaya alam.

Modernisasi dimulai pada abad XVIII di Inggris yaitu dengan adanya revolusi

industri. Revolusi industri telah mengubah struktur dan proses kerja. Modernisasi

adalah perubahan yang bertolak dari dukungan alat dan teknologi baru dengan

tujuan efisiensi, sedangkan pembangunan bertolak dari perubahan perilaku

sumberdaya manusia pelaku pembangunan dadalam menggunakan alat dan mesin

untuk meningkatkan kualitas hidup yang lebih sejahtera. Modernisasi juga bisa

dilihat sebagai perubahan karena adanya teknologi baru dalam meningkatkan

pertumbuhan produksi dan pembangunan adalah perubahan sosial, ekonomi dan

budaya dalam meningkatkan kualitas hidup. Dilihat dari cakupannya, modernisasi

Page 17: Tugas Paper Sosiologi Pedesaan

mengandung arti mengubah tradisi dan cenderung pada perubahan meteriil

dahulu, perubahan susunan dan pola masyarakat jarang dikaitkan dengan

modernisasi. Walaupun demikian itu perubahan sikap dan sistem nilai tidak

dikeluarkan dari jangkauan pengertian dan istilah modernisasi, karena itu aspek

pendidikan, komunikasi dan bahkan ideologi dipentingkan.

Perbedaan modernisasi dan pembangunan itu adalah terletak pada pemberian

kesempatan dan rangsangan yang lebih baik kepada masyarakat pada

pembangunan. Hal ini kurang diperhatikan dalam modernisasi. Pembangunan

pada dasarnya adalah upaya untuk pencapaian taraf hidup yang lebih baik. Kita

menyadari bahwa pendekatan ekonomi saja sebagai kunci dari pada permasalahan

pembangunan nasional tidaklah cukup. Oleh karena itu pada rencana

pembangunan jangka panjang diperlukan pendekatan secara interdisipliner

(interdisiplinary approach) yang menyangkut pendekatan dibidang ekonomi,

sosial, politik, budaya, pendidikan dan sebagainya

Indonesia sebagai negara agraris, melakukan pembangunan pertanian dengan

tujuan meningkatkan pendapatan, kesejahteraan dan tarap hidup masyarakat

pertanian dalam prons pembangunan melalui peningkatan kualitas dan kuantitas

produksi, distribusi, keanekaragaman hasil-hasil pertanian, penanganan pasca

panen serta pemasaran.

Sektor pertanian memberikan sumbangan yang cukup besar bagi perekonomian

Nasional. Hal ini ditunjukkan dengan mayoritas penduduk Indonesia hidup di

pedesaan dengan pertanian sebagai sumber pendapatan petani. Sehingga

pembangunan pertanian biasanya identik dengan pembangunan pedesaan, transfer

teknologi, tenaga kerja pedesaan, pertumbuhan institusi pedesaan, peningkatan

produktivitas, urbanisasi dan lain-lain.

Pembangunan pertanian disatu pihak dan modernisasi di pihak lain merupakan

dua topik yang selalu bersama-sama dibicarakan sesuai dengan perkembangan

iptek, ekonomi, hubungan antar wilayah dan antar negara yang membawa

konsekuensi sesuai tuntutan masing-masing

Modernisasi ditandai dengan tumbuhnya industri-industri baru oleh para investor

dalam negeri dan dari luar negeri, dimana Indionesia merupakan negara yang

Page 18: Tugas Paper Sosiologi Pedesaan

menarik bagi para investor diantaranya karena tenaga kerja yang sangat melimpah

dengan upah yang lebih murah. Modernisasi juga telah membawa dampak yang

positif terhadap pembangunan pertanian dengan dukungan penyediaan pupuk,

obat-obatan pertanian, bibit unggul dan penangan pasca panen yang mendukung

peningkatan produktifitas pertanian, tapi yang lebih penting bagi masyarakat tani

adalah peluang kerja yang diperoleh dari industri tersebut memberikan nilai

tambah yang cukup besar (Sajogo, 1996). Modernisasi juga mengalami benturan

dan kendala terutama dalam industrialisasi pertanian pedesaan berawal dari

perbedaan persepsi terhadap kedudukan dan fungsi teknologi serta peran

kelembagaan lokal.

Pergeseran Nilai Tradisional ke Nilai Modern

Masyarakat modern dengan nilai dan tujuan ekonomi yang lebih menonjol

cenderung memandang sumberdaya pedesaan sebagai suatu komoditas yang

secara ekonomi dapat meningkatkan nilai finansial bagi kelompok tertentu,

dimana produktivitas dalam rentang waktu tertentu merupakan pertimbangan

utama. Sebaliknya masyarakat tradisional dan para industri memandang sumber

daya yang sama sebagai milik ulayat yang harus dijaga kelestariannya untuk

kepentingan jangka panjang. Bagi mereka aspek pemerataan lebih penting dari

produktivitas.

Kelembagaan tradisional umumnya lebih memperhatikan aspek pelestarian untuk

kepentingan anak cucu mereka di masa mendatang. Namun munculnya organisasi

ekonomi yang disertai nilai-nilai barat perlahan-lahan mengubah nilai radial

kebersamaan kearah nilai finansial yang kurang mempertimbangkan aspek

pemerataan.

Di lain pihak kalangan petani yang memiliki wawasan lebih luas dan terbuka

menerima peubahan ini sebagai upaya untuk menuju kepada kecenderungan

mencari sistem yang lebih terbuka sebagai jalan keluar terbaik bagi kegiatan

produksi yang tengah dijalani. Kalangan ini cenderung mempertahankan usaha

taninya dengan mengandalkan diri sepenuhnya (atau sebagian) kepada ketersedian

input eksternal. Bagi mereka moderniasasi dapat membuka peluang inovasi, dan

inovasi yang selaras dengan kebutuhan pertanian adalah inovasi yang berkaitan

Page 19: Tugas Paper Sosiologi Pedesaan

erat dengan input industri dan proses industrialisasi serta pemasaran yang baik.

Inovasi seperti ini cenderung menuntut hubungan yang lebih kuat dengan sistem

lain diluar usaha tani setempat serta mengurangi ketergantungan terhadap

hubungan internal. Sistem kerja tanpa imbalan berganti menjadi sistem upah

(harian, borongan dan lain-lain). Saling ketergantungan akan kebutuhan tenaga

menjadi berkurang dan hubungan dengan sumberdaya dari luar sistem usaha tani

lebih bersifat ekonomis, dari pada bersifat hubungan radial seperti sebelumnya

(Suradisastra, 1996). Munculnya organisasi ekonomi yang disertai nilai-nilai

Barat perlahan-lahan mengubah nilai radial kearah finansial.

Kondisi di atas bukan saja karena perbedaan persepsi terhadap tujuan

pengembangan masyarakat pedesaan, namun juga disebabkan oleh perbedaan nilai

dan norma sosial dan ekonomi yang dalam proses globalisasi dibawa dari nilai

Barat yang lebih berorentasi ke arah nilai finansial diukur dengan peningkatan

pendapatan. Sedangkan sukses dan kesejahteraan dalam nilai tradisional lebih

bersifat komunal dan tercermin dari nilai-nilai lokal antara lain berupa tepo-sliro

dan kerukunan individu.

Kamaluddin (1983) menyebutkan beberapa sikap tradisional dalam masyarakat

yang tidak sesuai dengan keperluan pembangunan dan modernisasi. Diantaranya

ialah :

(1) Sikap lambat menerima perubahan atau hal-hal yang baru sungguhpun

akan menguntungkan mereka.

(2) Sikap lebih suka mencari jalan yang paling mudah dan cepat

mendatangkan hasil sungguhpun tidak begitu besar, sebaliknya kurang

berani memikul resiko pada usaha-usaha yang kemungkinan

keuntungannya lebih besar dan sifatnya jangka panjang.

(3) Sikap kurang bertanggung jawab dalam tugas pekerjaan serta mudah

untuk tidak menepati janji dalam hubungan-hubungan ekonomi.

Pada umumnya sikap-sikap hidup yang demikian itu lebih berakar dan lebih

banyak terdapat di kalangan masyarakat pertanian tradisional. Dan semakin

berkembang kehidupan ekonomi serta makin jauh pengaruh lingkungan alam

Page 20: Tugas Paper Sosiologi Pedesaan

tradisional, maka sikap hidup yang demikian itu telah semakin berkurang.

Namun demikian harus diingat bahwa munculnya sikap tersebut bukan

merupakan indikasi bahwa petani tradisional tidak rasional. Sebaliknya justru

kita sering merasa lebih pintar sehingga kita tidak berusaha memahami petani

dari sudut pandang mereka sendiri. Apa yang dikemukan Kamaluddin di atas

memang benar merupakan potret umum petani kita. Namun sebenarnya sikap

mereka juga dilandasi pertimbangan rasional. Apa yang sering luput dalam

pengamatan para ahli umumnya adalah bahwa petani kita juga memperhatikan

aspek keamanan pangan dalam kebijakan produksi mereka, sementara

kebanyakan ahli kita hanya memperhitungkan pada aspek finansial

komersilnya saja. Sikap menghindari resiko (risk aversion) misalnya, ini

merupakan hal lumrah bagi petani yang penguasaan resourcenya sangat

terbatas. Bila gagal mereka tidak memiliki alternatif yang lain untuk

pemenuhan kebutuhan hidupnya. Sementara sebagian ahli hanya melihat

bahwa potensi produksinya besar, namun resiko dan pertimbangan keamanan

pangan luput dari perhatian mereka.

Petani kita memang lambat menerima inovasi baru. Hal itu sebetulnya bisa

dipahami dalam kaitan dengan penjelasan di atas. Mereka ingin memperoleh

tingkat kepastian yang lebih tinggi bahwa hal baru tersebut memang

menguntungkan. Dalam bisnis besarpun sesungguhnya pertimbangan ini juga

dilakukan, besarnya resiko dan ketidakpastian merupakan faktor yang harus

dipertimbangkan sebagai nilai negatif terhadap suatu usaha atau proyek yang

akan dijalankan.

Page 21: Tugas Paper Sosiologi Pedesaan

BAB IV KESIMPULAN

Dari uraian yang telah dipaparkan diatas maka dapat diambil kesimpulan yaitu

1. Peran seorang pemimpin sangat penting dalam pembangunan masyarakat

pedesaan

2. Dalam masyarakat pasti ada konflik yang menghambat pembagunan desa

oleh karena itu diperlukan berbagai solusi yang dapat mengatasi

3. Modernisasi dan pengembangan masyarakat pedesaan menjadi tonggak

untuk mewujudkan masyrakat yang membangun pedesaan

Page 22: Tugas Paper Sosiologi Pedesaan

DAFTAR PUSTAKA

1. http://berbagi1lmu.blogspot.com/2012/02/pengertian-konflik-menurut- beberapa.html di unduh pada tanggal 29 Oktober 2012 jam 09.04

2. Sastrosupono, Suprihadi Drs, DESA KITA , 1983, Anggota IKAPI : Salatiga

3. Redfield, Robert, Masyarakat petani dan kebudayaan, 1985, Rajawali: Jakarta

4. http://tisman.blogspot.com/2009/01/modernisasi-dan-pembangunan- pedesaan.html di unduh pada pada 29 Oktober 2012 jam 09.25