Percobaan Gravimetri Untuk Batu Kapur

32
Percobaan gravimetri untuk batu kapur Diposkan oleh eckho_chem's.alias eko cahyono http://eckhochems.blogspot.com/2010/04/percobaan-gravimetri-penentuan- kalsium.html tgl 04 februari 2011 jam 20.00 wib hari jumat 3.1 Latar B3.1 Latar Belakang Teori Kandungan suatu unsur atau ion dalam suatu cuplikan dapat dianalisis dengan cara gravimetri dengan merubah unsur atau ion tersebut ke dalam suatu bentuk senyawa yang mudah larut dengan penambahan suatu pereaksi pengendap. Beberapa kation dan anion dapat dianalisis dengan cara ini. Tetapi tiap kation maupun anion mempunyai cara-cara khusus yang terkandung pada sifat endapan yang diperoleh. Untuk analisis gravimetri reaksinya harus stoikiometri. Mudah dipisahkan dari pelarutnya, rumus kimianya diketahui dengan pasti dan cukup satbil dalam penyimpanan. Berikut ini akan ditetpkan kadar kalsium dalam batu kapur. 3.2. Alat-alat yang dipakai - Beaker gelas - Pengaduk - Corong - Erlenmeyer - Penangas - Kaki tiga - Gelas ukur - Tabung reaksi 3.3 Bahan-bahan - Batu kapur - HCl encer - Amonium oksalat - Asam oksalat - H2O - MM/MO 3.4 Cara Kerja 1. Timbang dengan teliti contoh batu kapur yang telah dihaluskan + 0,2000 g 2. Larutkan dengan asam klorida encer hingga contoh larut sempurna (hati- hati terbentuk gas). 3. Panaskan di atas penangas air hingga suhu 70o-80oC. 4. Endapkan dengan amonium oksalat (asam oksalat) hingga sempurna. 5. Panaskan kembali di atas penangas air +1 jam, kemudian saring dengan kertas saring yang telah diketahui bobot kosongnya. 6. Cuci endapan hingga bebas klor dan sulfat (Test Kualitatif). 7. Panaskan di dalam oven pada suhu 100-110oC selama 1 jam. 8. Dinginkan dalam eksikator, kemudian ditimbang. 9. Ulangi pekerjaan pada point terakhir di atas sampai diperoleh bobot tetap. 3.5 Penimbangan / Perhitungan Berat Contoh : ……………………….. Berat kertas saring + endapan : ………………………..

Transcript of Percobaan Gravimetri Untuk Batu Kapur

Page 1: Percobaan Gravimetri Untuk Batu Kapur

Percobaan gravimetri untuk batu kapur

Diposkan oleh eckho_chem's.alias eko cahyono http://eckhochems.blogspot.com/2010/04/percobaan-gravimetri-penentuan-kalsium.html tgl 04 februari 2011 jam 20.00 wib hari jumat

3.1 Latar B3.1 Latar Belakang TeoriKandungan suatu unsur atau ion dalam suatu cuplikan dapat dianalisis dengan cara gravimetri dengan merubah unsur atau ion tersebut ke dalam suatu bentuk senyawa yang mudah larut dengan penambahan suatu pereaksi pengendap.Beberapa kation dan anion dapat dianalisis dengan cara ini. Tetapi tiap kation maupun anion mempunyai cara-cara khusus yang terkandung pada sifat endapan yang diperoleh. Untuk analisis gravimetri reaksinya harus stoikiometri. Mudah dipisahkan dari pelarutnya, rumus kimianya diketahui dengan pasti dan cukup satbil dalam penyimpanan. Berikut ini akan ditetpkan kadar kalsium dalam batu kapur.

3.2. Alat-alat yang dipakai- Beaker gelas - Pengaduk- Corong - Erlenmeyer- Penangas - Kaki tiga- Gelas ukur - Tabung reaksi3.3 Bahan-bahan- Batu kapur - HCl encer- Amonium oksalat - Asam oksalat- H2O - MM/MO3.4 Cara Kerja1. Timbang dengan teliti contoh batu kapur yang telah dihaluskan + 0,2000 g2. Larutkan dengan asam klorida encer hingga contoh larut sempurna (hati-hati terbentuk gas).3. Panaskan di atas penangas air hingga suhu 70o-80oC.4. Endapkan dengan amonium oksalat (asam oksalat) hingga sempurna.5. Panaskan kembali di atas penangas air +1 jam, kemudian saring dengan kertas saring yang telah diketahui bobot kosongnya.6. Cuci endapan hingga bebas klor dan sulfat (Test Kualitatif).7. Panaskan di dalam oven pada suhu 100-110oC selama 1 jam.8. Dinginkan dalam eksikator, kemudian ditimbang.9. Ulangi pekerjaan pada point terakhir di atas sampai diperoleh bobot tetap.3.5 Penimbangan / PerhitunganBerat Contoh : ………………………..Berat kertas saring + endapan : ………………………..Berat kertas saring kosong : ………………………..Berat endapan : ………………………..3.6 Kesimpulan :

Page 2: Percobaan Gravimetri Untuk Batu Kapur

Gravimetri Selasa, 27 April 2010 eko cahyono http://www.dokterkimia.com/2010/04/gravimetri.html 04 februari 2011 jam 20.15 wib hari jumat

Judul : Penentuan Kalsium Dalam Batu KapurTujuan : Mahasiswa Memahami Dan Menguasai Toeri Analisis Gravimetri Terutama Pada Batu Kapur.

Dasar Teori

Kandungan suatu unsur atau ion dalam suatu cuplikan dapat dianalisis dengan cara gravimetri dengan merubah unsur dan ion tersebut kedalam suatu bentuk senyawa yang mudah larut dengan penambahan suatu pereaksi pengendap.

Beberapa kation dan anion dapat dianalisis dengan cara ini. Tetapi tiap kation maupun anion mempunyai cara-cara khusus yang terkandung pada sifat endapan yang diperoleh. Untuk analisis gravimetri reaksinya harus stoikiometeri mudah dipisahkan dari pelarutnya. Rumus kimianya diketahui dengan pasti dan cukup stabil dalam penyiapan.Metode gravimetri untuk analisa kuantitatif didasarkan pada stokiometri reaksi pengendapan, yang secara umum, dinyatakan dengan persamaan :aA + pP →Aa PpDimana a = koefisien reaksi setara dari reaktan analitik (A)p = koefisien reaksi dari reaktan pengendap (P)Aa Pp = rumus molekul dari zat kimia hasil reaksi yang tergolong sulit larut (mengendap).

Misalnya = pengendapan ion Ca2+ dengan menggunakan reaktan pengendap ion oksalat C2O42- dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi berikut : O Rx yang menyertai pengendap = Ca2+ + C2O42- (5)ORx yang menyertai pengeringan =CaC2O4(5)→CaO(5)+CO2(9)+CO(9)Agar pembuatan kuantitas analit dalam metode gravimetri mencapai hasil yang mendekati nilai sebenarnya, harus dipenuhi criteria berikut:a)proses pemisahan / pengendapan analit dari komponen lainya berlangsung sempurna. b)Endapan analit yang dihasilkan diketahui dengan tepat memposisinya dan memiliki tingkat kemurnian yang tinggi, tidak bercampur dangan zat pengatur.

Langkah-langkah dalam analisa gravimetri adalah sebagai berikut :

a)Cuplikan ditimbang dan dilarutakan sehingga partikel yang akan diendapkan dijadikan ion-ionnya.b)Ditambahkan pereaksi agar terjadi endapan.c) Proses pemisahan endapan / penyaringan endapan.d)Mencuci endapan, cairan pencuci, cara mengerjakan pencucian, cara memeriksa kebersihan dan mengeringkan endapan.e)Mengabukan kertas saring dan memijarkan endapan.f)Menghitung hasil analisa.

Analisa titrimetri merupakan satu bagian utama kimia analisis dan perhitungannya berdasarkan hubungan stoikiometri sederhana dari reaksi-reaksi kimia. Analisis titrimetri didasarkan pada reaksi kimia sebagai berikut: aA + tT → hasil dengan a adalah molekul analit A yang bereaksi dengan t molekul pereaksi T sampel. Pereaksi T, yang disebut titran, ditambahkan sedikit demi sedikit, biasanya dari dalam buret, dalam bentuk larutan yang konsentrasinya diketahui. Pereaksi T ini disebut larutan standar dan konsentrasinya ditetapkan oleh suatu proses yang disebut standardisasi. Penambahan titran diteruskan sampai sejumlah T yang secara kimia setara dengan A, sehingga

Page 3: Percobaan Gravimetri Untuk Batu Kapur

dikatakan telah tercapai titik ekivalensi dari titrasi itu. Untuk mengetahui akhir penambahan titran digunakan suatu zat yang disebut indikator, yang menandai kelebihan titran dengan perubahan warna. Perubahan warna ini dapat atau tidak dapat tepat pada titik ekivalensi. Titik dalam titrasi pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir. Tentu saja diinginkan agar titik akhir sedekat mungkin ke titik ekivalensi. Dengan memilih indikator untuk menghimpitkan kedua titik itu merupakan salah satu aspek yang penting dari analisis titrimetri. Istilah titrasi merujuk ke proses pengukuran volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalensi. Selama bertahun-tahun digunakan istilah analisa volumetri bukannya titrimetri. Tetapi dari titik pandang yang teliti, lebih disukai istilah “titrimetri” karena pengukuran volume tidaklah terbatas pada titrasi. Misalnya dalam analisis-analisis tertentu orang mungkin mengukur volume gas. Dalam menghitung hasil analisa dibutuhkan faktor gravimetri. Dimana faktor gravimetri adalah jumlah berat analit dalam 1gr berat endapan. Hasil kali dari endapan P dengan faktor gravimetri sama dengan berat analit.

Berat analit A = berat andapan P x faktor gravimetriSehingga : % A =

Presentase berat analit A terhadap sampel dinyatakan dengan persamaan :% A = x 100%

Beberapa rumus faktor gravimetricAnalit yang ditetapkan : ClBentuk endapan : Ag ClNilai factor : Ar Cl : mr Ag ClAtau faktor gravimetri =

Metode gravimetri bukanlah metode analisis yang spesifik, sehingga dapat digantikan dengan metode instrumen modern spektruskopi dan kloromedografi. Metode gravimetri dapat juga digunakan untuk analisis kuantitatif bahan organik tertntu seperti kolesterol, pada cerea dan loktosa pada produk susu.Proses pengendapan dalam analisis gravimetri

Partikel hasil proses pengendapan ditentukan oleh proses nukleasi dan pembentukan nukleus. Dalam analisa gravimetri harus selalu diupayakan agar terdapat endapan yang murni dan partikel-partikelnya cukup besar sehinggamudah disaring dan dicuci.

1). Kemurnian endapan Endapan yang telah terjadi akan mengandung zat-za pengatur dan itu akan bergabtung pada sifat endapan dan pada kondisi kondisi dimana endapan itu terjadi, yang menyebabkan terjadinya kontraminasi dapat terjadi karena adsorpsi pada permukaan kristal yang berbeda dengan larutan, dan jika luas permukaannya besar maka juml zat yang terdsopsi bertambah banyak. Kopresipitasi juga dapat terjadi secara oklusi yaitu zat-zat asing masuk kedalam kristal pada proses pertumbuhan kristal.Bila proses pertumbuhan kristal lambat, maka zat pengatur akan larut dan kristal yang terjadi lebih besar dan murni. Kopresipitasi tidak dapat dihilangkan dengan pencucian dan untuk mengatasinya dengan endapan itu di larutkan kembali dan kemudian di endapakan kembali dank arena ion yang berkontaminasi sekarang konsentrasinya lebih rendah, sehingga endapan lebih

Page 4: Percobaan Gravimetri Untuk Batu Kapur

murni. Postpresipitasi yaitu terjadinya endapan kedua pada permukaan endapan pertama. Hal ini terjadi dengan campuran garam yang sukar larut.Untuk mendapatkan endapan yang besar dan murni, biasanya endapan di degrasi (didegest) atau dimatangkan yaitu dengan endapan dibiarkan kontak dengan larutan induknya selama beberapa jam pada temperature 60-70oC.

2. Menyaring dan mencuci endapanEndapan yang disaring dikotori oleh zat-zat yang mudah larut dan harus dihilangkan dengan cara pencucian endapan. Yang menjadi dasar pada pencucian adalah :a)dapat melarutkan zat pengotor dengan baik tetapi tidak melarutkan endapanb)dapat mencegah terjadinya peptisasi pada waktu pencucianc)dapat menyebabkan pertukaran ion-ion yang teradsorpsi diganti oleh ion lain yang pada pemanasan dapat menguapd)endapan yang terjadi dapat disaring dengan kertas saring bebas abu, cawan penyaring dengan asbes atau penyaring gelas.

3. Penyaring dan Pemanasan endapan.Endapan yang terjadi disaring, dicuci, dikeringkan, diabukan, dan dipijarkan sampai beratnya konstan. Pengeringan endapan untuk menghilangkan air dan zat yang mudah menguap. Pemijaran untuk merubah endapan itu kedalam suatu senyawa kimia yang rumusnya diketahui dengan pasti

Alat Dan Bahan

AlaBahanBatu KHCl EncerAsam OksalatMM/MOProsedur Kerja

dihaluskan ditimbang dengan teliti ± 0,2000 grdilarutkan dengan HCl encer 0,1 M hingga larut sempurnadipanaskan diatas penangas hingga suhu 70°- 80°s

- ditambahkan asam oksalat (C2H2O4)panaskan kembali diatas penangas air ± 1 jamdisaring dengan kertas saring yang teah diketahui berat kosongnya

- Endapan dicuci dengan aquades sampai bebas clor dan sulfatAir cucian diuji kualitatifcuci endapan hingga klor dan SO42-endapan dipanaskan dalam oven suhu 100-110oC selama ± 1 jamdidinginkan dalam Desikatorditimbang

= 0,0806 x 0,4 x 100%0,2000= 16,12Endapan 3Berat contoh = 0,2000 gr

Page 5: Percobaan Gravimetri Untuk Batu Kapur

Berat kertas saring+endapan= 0,8945 grBeratkertas saring kosong = 0,7941 grBerat endapan = Berat kertas saring+ endapan – berat kertas kosong= 0,8945 gr – 0,7941 gr = 0,1004 grMencari fg = Ar Ca = 40,08 gr/mol = 0,4Mr CaCO3 100,08 gr/mol% Ca dalam CaCO3 = Berat endapan x fg x 100%Berat contoh= 0,1004 x 0,4 x 100%0,2000= 20,08%- Untuk mencari endapan rata-rataBerat endapan = Berat endapan 1 + berat endapan 2 + berat endapan 3 3= ( 0,1424 + 0,0806 + 0,1004 ) gr3= 0,1078 gr- Mencari fg = Ar Ca = 40,08 gr/molMr CaCO3 100,08 gr/mol= 0,4% Ca dalam CaCO3 = Berat endapan x fg x 100%Berat contoh= 0,1078 x 0,4 x 100%0,2000= 21,56%

Berat kertas saring kosong 1 = 0,8043 gr Berat kertas saring kosong 2 = 0,8215 grBerat kertas saring kosong 3 = 0,8028 gr

Berat endapan 1+ kertas saring = 0,8983 grBerat endapan 1+ kertas saring = 0,9767 grBerat endapan 1+ kertas saring = 0,9783 gr

Perhitungan & Penimbangan

Berat contoh = 0,2000 grBerat endapan 1 = (berat kertas saring + endapan) – (berat kertas saring kosong 1)= 0,8983-0,8043 gr = 0,094 grBerat endapan 2 = (berat kertas saring + endapan) – (berat kertas saring kosong 2)= 0,9767gr – 0,8215 gr = 0,1552 grBerat endapan 3 = (berat kertas saring + endapan) - (berat kertas saring kosong 3)= 0,9783 gr – 0,8028 gr = 0,1755 grBerat endapan rata-rata = Mencari faktor gravimetri = % Ca dalam CaCO3 =

= Jadi, Ca dalam CaCO3 adalah 28,32%

Pembahasan

Page 6: Percobaan Gravimetri Untuk Batu Kapur

Dalam percobaan ini digunakan analisis gravimetri kandungan suatu unsur atau ion dalam suatu cuplikan dapat dianalisa dengan cara gravimetri dengan merobah unsur atau ion tersebut kedalam suatu bentuk senyawa yang mudah larut dengan penambahan pereaksi pengendap.hal ini dilakukan pada percobaan ini adalah akan ditetapkan atau menentukan kadar kaslium dalam batu kapur, dimana batu kapur yang digunakan dalam kaput tulis atau kapur gunung.Langkah yang harus pertama dilakukan adalah sediakan kapur tulis yang telah dihaluskan dengan lumpang dan alu kemudian ditambahkan larutan HCl 0,1 m sampai larut sempurna (tidak terbentuk gas) kemudian dipanaskan sampai 1 70-80oc dipanaskan air dan ditambahkan amonium oksalat (NH4)2CO3 1 ml kemudian dipanaskan lagi selama 1 jam setelah itu terbentuk endapan. Endapan itu disaring dengan kertas saring yang diketahui bobotnya.Dan endapan itu dicuci dengan menggunakan aquades berulang-ulang sehingga tinggal endapanya. Endapan tersebut dapat dicuci dengan diuji kualitatif dengan menggunakan pereaksi pengendap BaCl2 untuk menghilangkan anion klor dan AgNo3 0,1m, HNO3 0,1m dan HCl 0,1 m untuk menghitungkan anion SO4 di dalam endapan tersebut.

Setelah diuji kualitatif, ternyata setelah dicuci larutan BaCl2 yang terjadi endapan putih yang menandahkan kapur tulis banyak mengandung anion SO4-2 sebaliknya ditambahkan larutan AgNO3 0,1m dan HNO3 0,1m terdapat endapan putih banyak mengandung anion Cl-

Berikut ini reaksi-reaksi yang terdapat pada percobaan ini :

1. asam klorida encer : terjadi penguraian dengan berbuih, karena karbon dioksida dilepaskan : CO32 + 2H+→CO2↑+ H2OGas ini dapat identifikasi dari sifatnya yang mengarahkan air kapur (air burit) :CO2 + CO2+ + 2OH-→CaCO3↓ + H2OCO2 + Ba2+ + 2OH-→BaCO3↓ + H2OHCl encer + kapur terjadi kekeruhan yang dihasilkan menunjukan adanya karbonat. Kekeruhan itu berlahan-lahan hilang akibat terbentuknya hydrogen karbonat yang larut CaCO3↓ + CO2→Ca2++ 2HCO3-

2. larutan Barium klorida (kalsium klorida) : terjadi endapan putih barium (atau kalsium) karbonat :CO32-+Ba2+→ BaCO3↓ CO32-+Ca2+→ CaCO3↓

Hanya karbonat-karbonat normal yang bereaksi hydrogen kabonat tidak bereaksi. Endapan larut dalam asam mineral dan asam karbonat.

BaCO3 + 2H+→ Ba2+ + CO2↑ + H2OBaCO3 + CO2 + H2O→Ba2+ 2HCO3-

3 Larutan praknitrat = endapan putih perak karbonat:

CO32- + 2Ag + →Ag2+ CO3↓

Endapan larut dalam asam nitrat, da dalam ammonia

Ag2CO3 + 2H+ →2Ag + + CO2↑CO2Ag2CO3 + 4NH3 →2 [Ag (NH3)2]+ + CO32-

Endapan menjadi kuning atau coklat dengan penambahan reagen yang berlebuhan. Karena terbentuknya perak oksida, hal yang sama terjadi jika campuran dididihkan : Ag2CO3↓→Ag2O↓ + CO2 ↑

Page 7: Percobaan Gravimetri Untuk Batu Kapur

Ketika kapur tulis dihaluskan ditimbang dengan berat 0,2000 gr. Kemudian dimasukkan kedalam gelas kimia dan ditambahkan larutan 0,1m HCl 0,1m agar terjadi endapan. Setelah setelah itu, dipanaskan diatas pemanas air dengan suhu ± 70-80oc kemudian ditambahkan larutan (NH4)2CO3, lalu dipanaskan kembali. Pada saat penambahan Hcl encer terbentuk endapan pertama, sedangkan pada penambahan (NH4)2 CO3 terbentuk endapan kedua. Pada saat penambahan HCl encer pada endapan pertambahan zat pengotor mengendap bersama-sama endapan ynag di inginkan, sedangkan pada pengendapan kedua zat pengotor mengendap setelah selesainya pengendap atau terjadinya endapan kedua pada permukaan endapan pertama. Setelah itu langkah berikutnya menyaring dn mencuci endapan. Endapan tersebut dicuci dengan aquades berulang-ulang dengan menggunakan botol semprot, air cucian diuji secara kualitatif dengan menambahkan pereaksi pengendap BaCl2, AgNO3, HNO3 dan HCl masing-masing mempunyai konsenrtrasi 0,1 m.Setelah diuji, ternyat positif mengandung anion SO42- dengan menambahkan larutan BaCl2 dan Hcl positif mengandung anion Cl- pada pemambahan Agno3 dan HNO3. air cucian dicuci berulang-ulang dengan menggunakan larutan BaCl2 samapai tidak terdapat zat pengotor. Setealah itu endapan yang tersisah pada kertas saring dikeringkan di dalam oven ± 100oC, stelah itu didinginkan di dalam eksikator kemudian ditimbang.Tujuan dilakukan pengeringan dan pemijaran (pemanasan) adalah : 1.Pengeringan endapan untuk menghilangkan air dan zat yang mudah menguap2.Pemijaran untuk merubah endapan itu kedalam suatu senyawa kimia yang rumusnya diketahui dengan pasti.

Proses pemijaran dilakukan karena analisis gravimetri reaksinya harus stokiometri mudah dipisahkan dari pelarutnya rumus kimia diketahui dengan pasti dan cukup stabil dalam penyimpanan.Analisa titrimetri merupakan satu bagian utama kimia analisis dan perhitungannya berdasarkan hubungan stoikiometri sederhana dari reaksi-reaksi kimia. Analisis titrimetri didasarkan pada reaksi kimia sebagai berikut: aA + tT → hasil dengan a adalah molekul analit A yang bereaksi dengan t molekul pereaksi T sampel. Pereaksi T, yang disebut titran, ditambahkan sedikit demi sedikit, biasanya dari dalam buret, dalam bentuk larutan yang konsentrasinya diketahui. Pereaksi T ini disebut larutan standar dan konsentrasinya ditetapkan oleh suatu proses yang disebut standardisasi. Penambahan titran diteruskan sampai sejumlah T yang secara kimia setara dengan A, sehingga dikatakan telah tercapai titik ekivalensi dari titrasi itu. Untuk mengetahui akhir penambahan titran digunakan suatu zat yang disebut indikator, yang menandai kelebihan titran dengan perubahan warna. Perubahan warna ini dapat atau tidak dapat tepat pada titik ekivalensi. Titik dalam titrasi pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir. Tentu saja diinginkan agar titik akhir sedekat mungkin ke titik ekivalensi. Dengan memilih indikator untuk menghimpitkan kedua titik itu merupakan salah satu aspek yang penting dari analisis titrimetri. Istilah titrasi merujuk ke proses pengukuran volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalensi. Selama bertahun-tahun digunakan istilah analisa volumetri bukannya titrimetri. Tetapi dari titik pandang yang teliti, lebih disukai istilah “titrimetri” karena pengukuran volume tidaklah terbatas pada titrasi. Misalnya dalam analisis-analisis tertentu orang mungkin mengukur volume gas.

Kesimpulan

Dari hasil pembahasan atau praktikum yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan yaitu : bahwa di dalam batu kapur terdapat kalsium yang

Page 8: Percobaan Gravimetri Untuk Batu Kapur

ditentukan secara analisis gravimetri metode pengendapan dengan 28,32%.

Kemungkinan Kesalahan

a. Kurangnya konsentrasi prakiktkan selama proses praktikum berlangsungb. Kurang teliti dalam mencampurkan larutanc. Kurang teliti dalam hal penimbangan baik kertas saring, endapan,d. Kurang teliti dalam membaca suhu pada termometer.

DAFTAR PUSTAKA

Teaching, Team. 2008. Modul Praktikum Dasar-dasar Kimia Analitik. UNG : GorontaloDay RA. Jr dan Al Underwood.1992. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Kelima. Jakarta : ErlanggaP.Lukum, Astin. . 2005. Bahan Ajar Dasar- dasar Kimia Analitik. UNG : Gorontalohttp://images.google.co.id

tentang gunung kidulhttp://via-melia.blog.friendster.com/ 04 februari 2011 jam 20.50 wibDecember 12th, 2007 by via-melia,

POTENSI DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

http://gunungkidulkab.go.id/?mode=detail_menu&id=98

Kondisi UmumKondisi Umum Kabupaten Gunungkidul1.GEOGRAFIKabupaten Gunungkidul adalah salah satu kabupaten yang ada di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan Ibukotanya Wonosari. Luas wilayah Kabupaten Gunungkidul 1.485,36 km2 atau sekitar 46,63 % dari luas wilayah Propinsi Daerah Istimewa YogyAkarta. Kota Wonosari terletak di sebelah tenggara kota Yogyakarta (Ibukota Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta), dengan jarak ± 39 km. Wilayah Kabupaten Gunungkidul dibagi menjadi 18 Kecamatan dan 144 desa.Letak geografi :110O 21’sampai 110O 50′ BUJUR TIMUR

Page 9: Percobaan Gravimetri Untuk Batu Kapur

7O 46’sampai 09′ LINTANG SELATANBatas Wilayah Kabupaten Gunungkidul:Sebelah Barat : Kabupaten Bantul dan Sleman (Propinsi DIY).Sebelah Utara : Kabupaten Klaten dan Sukoharjo (Propinsi Jawa Tengah).Sebelah Timur :Kabupaten Wonogiri (Propinsi Jawa Tengah).Sebelah Selatan : Samudera Hindia

2.CURAH HUJANCurah hujan rata-rata Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2005 sebesar 2145 mm/tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata 115 hari per tahun. Bulan basah 4 – 6 bulan, sedangkan bulan kering berkisar antara 4 – 5 bulan. Musim hujan dimulai pada bulan Oktober – Nopember dan berakhir pada bulan Mei-Juni setiap tahunnya. Puncak curah hujan dicapai pada bulan Desember – Pebruari.Wilayah Kabupaten Gunungkidul Utara merupakan wilayah yang memiliki curah hujan paling tinggi dibanding wilayah tengah dan selatan, sedangkan wilayah Gunungkidul selatan mempunyai awal hujan paling akhir.

Suhu udara Kabupaten Gunungkidul untuk suhu rata-rata harian 27,7° C, Suhu minimum 23,2°C dan suhu maksimum 32,4° C. Kelembaban nisbi di Kabupaten Gunungkidul berkisar antara 80 % - 85 %. Kelembaban nisbi ini bagi wilayah Kabupaten Gunungkidul tidak terlalu dipengaruhi oleh tinggi tempat, tetapi lebih dipengaruhi oleh musim. Kelembaban tertinggi terjadi pada bulan Januari – Maret, sedangkan terendah pada bulan September.Di Kabupaten Gunungkidul terdapat 2 Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu Opak – Oyo dan Dengkeng. Masing-masing DAS itu terdiri dari beberapa Sub DAS.

3.PEMERINTAHANKabupaten Gunungkidul terdiri dari 18 kecamatan, 144 desa, 1431 dusun, 3114 RW, dan 7077 RT. Kecamatan yang ada di Gunungkidul antara lain : Kecamatan Panggang, Purwosari, Paliyan, Saptosari, Tepus, Tanjungsari, Rongkop, Girisubo, Semanu, Ponjong, KarangMojo, Wonosari, Playen, Patuk, Gedangsari, Nglipar, Ngawen, dan Semin. Dari 144 desa, 82 desa masuk klasifikasi Swakarya dan desa 62 desa masih Swadaya.

4.POTENSIKabupaten Gunung Kidul mempunyai beragam potensi perekonomian mulai dari pertanian, perikanan dan peternakan , hutan, flora dan fauna, industri, tambang serta potensi pariwisata.Pertanian yang dimiliki Kabupaten Gunungkidul sebagian besar adalah lahan kering tadah hujan (± 90 %) yang tergantung pada daur iklim khususnya curah hujan. Lahan sawah beririgasi relatif sempit dan sebagian besar sawah tadah hujan. Sumberdaya alam tambang yang termasuk golongan C berupa : batu kapur, batu apung, kalsit, zeolit, bentonit, tras, kaolin dan pasir kuarsa.Kabupaten Gunungkidul juga mempunyai panjang pantai yang cukup luas terletak di sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia, membentang sepanjang sekitar 65 Km dari Kecamatan Purwosari sampai Kecamatan Girisubo. Potensi hasil laut dan wisata sangat besar dan terbuka untuk dikembangkan.Potensi lainnya adalah industri kerajinan, makanan, pengolahan hasil pertanian yang semuanya sangat potensial untuk dikembangkan.

5. SOSIAL BUDAYAPenduduk Kabupaten Gunungkidul berdasarkan hasil registrasi pertengahan tahun 2005 berjumlah 758.885 jiwa yang tersebar di 18 kecamatan dan 144 desa, dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu Kecamatan Wonosari dengan 78.968 jiwa. Sedangkan jumlah

Page 10: Percobaan Gravimetri Untuk Batu Kapur

penduduk di Kabupaten Gunungkidul pada akhir tahun telah mencapai 759.859 jiwa.Secara keseluruhan jumlah penduduk perempuan lebih banyak daripada penduduk laki-laki, yaitu 387.186 perempuan dan 371.699 laki-laki.Dilihat dari status pekerjaanu utama, sebagian besar penduduk Kabupaten Gunungkidul bekerja sebagai pekerja keluarga sekitar 31,81% dari jumlah penduduk yang bekerja. Sedangkan yang berusaha dengan dibantu buruh tetap, masih sangat sedikit yaitu sekitar 1,27%.Untuk sektor budaya, Kondisi kehidupan dan aktivitas budaya dan kesenian di Kabupaten Gunungkidul secara umum masih berjalan baik, terlihat dari upaya dan kegiatan masyarakat untuk mempertahankan dan mengembangkan budaya dan kesenian yang ada. Bahkan juga tampak adanya upaya untuk menggali kembali budaya dan kesenian yang hampir punah, serta upaya kaderisasi kepada generasi mudaPerkembangan pembangunan di bidang spiritual dapat dilihat dari banyaknya sarana peribadatan masing-masing agama. Ditinjau dari jumlah pemeluk agama, pada tahun 2005 di Kabupaten Gunungkidul tercatat 726.626 umat Islam, 14.792umat Kristen, 10.235 umat Katholik, 4.989 umat Hindu, dan 2.443 umat Budha.

6.PENDAPATAN REGIONALProduk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Gunungkidul atas dasar harga berlaku tahun 2005 sebesar 3.853.621 juta rupiah dengan kontribusi terbesar diberikan oleh sektor pertanian yaitu sebesar 35,40 % kemudian disusul sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan sumbangan sebesar 14,38%.

7. KEPENDUDUKANJumlah Penduduk akhir Tahun 2005 adalah sebanyak 756.957 Jiwa, dengan kepadatan penduduk 510 jiwa/KM2, sedangkan pertumbuhan penduduk adalah 1.006. Untuk mutasi Penduduk adalah lahir Tahun 2005 sebanyak 2.547 jiwa, mati 1.189 jiwa, datang 239 jiwa, dan pergi 591 Jiwa.Untuk penduduk berdasarkan usia adala sebagai berikut Usia 0-4 Tahun ( balita ) sebanyak 56.014 orang, TK( 5-6 Tahun sebanyak 24.296 orang , Usia SD 7-12Tahun adalah sebanyak 75.616 Jiwa sedangn usia SMP ( 13 -15 Tahun )sebanyak 40.052 jiwa, usia SMA 16-18 tahun sebanyak 40.077 Jiwa dan usia muda 0-14 Tahun sebanyak 181 667 jiwa dan usia pemuda antara 15-24 Tahun sebanyak 116.267 jiwa .

POTENSI WILAYAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang memiliki potensi wilayah yang cukup beragam, potensi-potensi tersebut meliputi:1.  Potensi Agribisnis     Sesuai dengan karakteristik wilayah Kabupaten Gunungkidul, peran sector pertanian (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan). Masih merupakan sektor andalan. Hal ini tercermin dari mata pencaharian masyarakat Gunungkidul yang 69% bertumpu pada sector pertanian serta dilihat dari kontribusi sector pertanian terhadap PDRB paling tinggi bila dibandingkan dengan sector-sektor lainnya yaitu 37,87%.Sector pertanian berperan cukup besar dalam pembangunan daerah Kabupaten Gunungkidul, baik peran langsung terhadap pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan masyarakat, dan penciptaan ketahanan pangan, maupun peran tidak langsung melalui penciptaan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan pembangunan dan hubungan sinergis dengan subsektor dan sector lain.a.      Subsektor Tanaman Pangan Hortikultura

Page 11: Percobaan Gravimetri Untuk Batu Kapur

-          Produksi tanaman pangan yang terdiri dari padi sawah : 51.033,11 ton, padi gogo :  11.769,63 ton, jagung : 146.532,14 ton, Kedelai : 2.540,84 ton, kacang tanah : 47.081,97 ton, kacang hijau : 438,15 ton, ubi kayu : 699.290,45 ton, ubi jalar : 1.570,55 ton, sorghum : 351,10 ton.-         Produksi buah-buahan yang terdiri dari alpokat : 10 ton, belimbing : 164,70 ton, durian : 11,40 ton, jambu biji : 1.328,50 ton, mangga : 6.635,30 ton, jeruk : 48,10 ton, nangka : 3.267,50 ton, cempedak : -, pepaya : 1.019,00 ton, pisang : 6.411,60 ton, rambutan : 51,20 ton, sawo : 2.839,30 ton, sirsak : 326,80 ton, sukun : 1.650,80 ton, pete : 2.137,50 ton, melinjo : 5.850,10 ton, jambu air : 707,00 ton, salak : 2,80 ton, melinjo : 5.850,10 ton, srikoyo : 54,40 ton, markisa : 27,50 ton.-         Produksi sayur-sayuran yang terdiri dari bawang merah : 309,40 ton, bawang putih : 0,80 ton, kubis : -, Petsai/sawi : 538,90 ton, kacang panjang : 366,60 ton, cabe/lombok : 1.033,40 ton, tomat : 121,70 ton, terong : 577,80 ton, ketimun : 174,70 ton, kangkung : 260,80 ton, bayam : 653,40 ton, kacang merah : 4,95 ton.

b.    Subsektor PerikananPotensi perikanan di kabupaten Gunungkidul terbagi menjadi budidaya dan perikanan tangkap. Potensi perikanan darat di kabupaten Gunungkidul terdapat di kecamatan bagian utara maupun selatan wilayah Gunungkidul. Budidaya perikanan darat dibagin utara dilakukan dengan membuat kolam-kolam yang kemudian diberi bibit ikan antara lain ikan lele, nila dan lain-lain.Untuk wilayah bagian selatan kegiatan perikanan darat dilakukan dengan memanfaatkan telaga-telaga tersebut ditebari bibit-bibit ikan seperti ikan nila, wader dan lain-lain. Selain potensi perikanan darat di wilayah selatan juga terdapat potensi perikanan laut.Wilayah selatan tersebut berbatasan langsung dengan Samudera Hindia dan memiliki garis pantai sepanjang + 70 Km yang membentang dari barat ke timur yang bermula dari kecamatan Purwosari sampai dengan Kecamatan Girisubo. Di sepanjang garis pantai tersebut terdapat tempat-tempat yang dapat didarati oleh perahu nelayan.-         Perikanan budidaya yang terdiri dari kolam : 80.282 kg, sawah : 929 kg, telaga: 43.418 kg, sungai : 3.098 kg.-         Perikanan Laut yang terdiri dari ikan laut : 580.500 kg, rumput laut : 66.600 kg, ikan hias : 18.750 ekor-          Benih ikan yang terdiri dari BBI : 1.250.000 ekor, KPI/UKR : 1.750.000 ekor, lainnya/BBI Bejiharjo : 1.000.000 ekor.

2.    PeternakanKabupaten Gunungkidul merupakan gudang ternak bagi propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Hewan ternak yang ada terutama sapi potong dan kambing, sebagian besar dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan daging masyarakat kota Yogyakarta dan sekitarnya bahkan dikirim pula ke Jakarta, Semarng dan beberapa kota lain di luar Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.Jumlah populasi ternak Kabupaten Gunungkidul hingga akhir tahun 2004 adalah : sapi potong sebanyak 108.395 ekor, kerbau sebanyak 249 ekor, kambing sebanyak 123.300 ekor, domba sebanyak 11.896 ekor, ayam buras 1.656.258 ekor, ayam ras petelur sebanyak 10.436 ekor, ayam ras pedagng sebanyak 181.539 ekor, itik sebanyak 9.210 ekor dan burung puyuh sebanyak 203.335 ekor. Adapun produksi hasil ternak Kabupaten Gunungkidul hingga akhir tahun 2004 adalah : daging sebesar 2.888.703 kg dan telur 949.816 kg.3.     PerkebunanKabupaten Gunungkidul memiliki beberapa komoditas unggulan perkebunan yang apabila dikelola dengan baik memiliki peluang untuk meningkatkan pendapatan masyarakat.

Page 12: Percobaan Gravimetri Untuk Batu Kapur

Beberapa komoditas perkebunan di Gunungkidul meliputi: jambu mete, kakao, kelapa, dan tembakau. Berikut ini jumlah produksi komoditas tersebut hingga tahun 2004 adalah sebagai berikut : jambu mete : 448.999 ton, kakao : 86.058 ton, Kelapa : 6.629.982 ton, Tembakau : 364.083 ton.4.     KehutananLuas hutan kabupaten Gunungkidul 24.293,5 ha atau (16,27 %) dari luas wilayah, yang terdiri dari Hutan Negara seluas 13.755 ha dan Hutan Rakyat seluas 16.119 ha. Berdasarkan fungsinya Hutan Negara terdiri :Luas Hutan Berdasarkan Fungsi Hutan di Kabupaten GunungkidulFungsi Hutan Luas (hektar)Hutan Lindung 721Hutan Penyangga 2.885Hutan Produksi 10.149Hutan Peneliltian dan Pendidikan (Wanagama I) 625Disamping itu, Kabupaten Gunungkidul juga memiliki Hutan Cadangan seluas 1.600 Ha yang berupa tanah AB yang direkomendasikan oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta untuk dikukuhkan menjadi Hutan Negara melalui surat Gubernur DIY Nomor 552/0211 tanggal 20 Januari 1999.    Pengelolaan hutan negara yang diarahkan lebih pada fungsi konservasi sehingga memiliki peran sangat strategis untuk mendukung ekonomi wilayah (bioregion), ekowisata, pusat penelitian dan pendidikan (Wanagama I) dan ekonomi masyarakat. Keberadaan jenis tegakan hutan di Kabupaten Gunungkidul sangat bervariasi yaitu jenis tegakan jati, akasia, mahoni, sonokeling, kayu putih, dan lain-lain.Hutan rakyat di Kabupaten Gunungkidul memiliki peran yang penting dalam konservasi lahan bagi lahan pertanian di Kabupaten Gunungkidul, sedangkan kawasan hutan negara sangat terbatas luasnya. Potensi untuk pengembangan hutan karya di Kabupaten Gunungkidul seluas 50.144 hektar dan saat ini luasan hutan rakyat baru mencapai 16.119 hektar. Hutan rakyat di Kabupaten Gunungkidul umumnya merupakan hutan produksi berperan dalam peningkatan pendapatan masyarakat sekaligus memberikan lapangan kerja bagi maslyarakat perdesaan.Adapun jumlah produksi hasil hutan tersebut hingga tahun 2004 adalah sebagai berikut : Kayu jati : 51.609.782 m3 ,  Kayu Mahoni : 6.467.782 m3, Kayu Sonokeling : 1.765.622 m3, dan Kayu Akasia : 1.483.295 m3 .5.     Potensi IndustriKabupaten Gunungkidul memiliki potensi industri cukup beragam, terutama industri kecil dan rumah tanggal. Keberadaan industri kecil dan rumah tangga tersebut memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto. Industri kecil dan rumah rumah tangga Kabupaten Gunungkidul cukup tangguh, hal lini terbukti dengan tetap eksisnya kegiatan mereka meskipun krisis ekonomi melanda negara kita beberapa tahun yang lalu.Indutri kecil dan rumah tangga Kabupaten Gunungkidul dalam kegiatan produksinya mengandalkan atau memanfaatkan potensi sumber daya lokal seperti produk-produk pertanian, perkebunan, pertambangan dan lain-lain.Berdasarkan data tahun 2004 jumlah industri rumah tangga Gunungkidul sebanyak 13.293 unit usaha, industri kecil sebanyak 5.604 unit, industri besar dan sedang sebanyak 9 unit usaha. Industri kecil ini terbasis pada hasil pertanian, hasil hutan dan pertambangan. Keberadaan industri kecil dan rumah tangga tersebut merata di hampir  semua kecamatan di Gunungkidul.6.     Potensi PariwisataSektor pariwisata adalah salah satu sektor andalan di Kabupaten Gunungkidul. Sektor

Page 13: Percobaan Gravimetri Untuk Batu Kapur

pariwisata memiliki peran yang sangat strategis untuk menggerakan pembangunan ekonomi wilayah karena keberadaannya memiliki multiplier effect yang luar biasa dan mampu menggerakan sektor-sektor lain, seperti sektor jasa dan sektor industri.Potensi pariwisata di Kabupaten Gunungkidul terdiri dari obyek wisata alam dalam hal ini obyek wisata pantai, hutan, gunung dan segala keunikan yang dimiliki alam Gunungkidul seperti keunikan kawasan karst. Di Kabupaten Gunungkidul terdapat 19 pantai yang sangat indah yang didukung dengan pasir putihnya. Beberapa pantai telah dimanfaatkan dan dikembangkan menjadi obyek wisata yaitu antara lain Pantai Baron, Kukup, Krakal, Sundak, Drini, Ngobaran, dan Siung.Gunungkidul juga memiliki kawasan karst yang unik dan bentang alamnya sangat indah, baik bentang alam bawah permukaan maupun bentang ala yang ada di permukaan.Bentang alam karst bawah permukaan meliputi goa-goa karst dengan segala hiasannya, dan sungai bawah permukaan, adapun bentang alam yang ada di permukaan meliputi bentukan positif yang berwujud bukit-bukit kapur yang unik dan bentukan negatif yang berwujud lembah-lembah karst. Selain obyek wisata alam dijumpai pula obyek wisata budaya yang meliputi peninggalan sejarah dan purbakala seperti Situs Megalitikum Gunung Bang dan Sokoliman, desa-desa budaya dan wisata yang memiliki berbagai macam atraksi tradisional.7.     Potensi Energi Sumber Daya MineralKabupaten Gunungkidul memiliki potensi energi sumber daya mineral alam cukup beragam yaitu bahan galian golongan C yang melipuiti : kelompok batu gamping, blok, split, pasir dan kerikil, tras, tanah, kaolin, pasir kuarsa, zeolit, breksi batu apung dan batu setengah mulia (kalsedon).Sampai saat ini pengusahaan sektor pertambangan di Kabupaten Gunungkidul selain diusahakan oleh perusahaan swasta, sebagian masih merupakan usaha pertambangan rakyat yang diusahakan secara berkelompok dan belum terorganisasi dengan baik, produk bahan tambang dipasarkan dalam bentuk produk alami yang belum melalui prosessing.Selain potensi kbahan galian golongan C, Kabupaten Gunungkidul juga memiliki potensi energi alternatif yang prospektif untuk dikembangkan antara lain energi surya, gelombang, dan angin. Hingga saat ini keberadaan potensi energi alternatif tersebut belum dimanfaatkan secara optimal.         Dari berbagai potensi tersebut belum dapat dimanfaatkan secara optimal karena banyaknya kendala dan permasalahan seperti rendahnya penguasaan teknologi, informasi pasar, sarana komunikasi, dan lemahnya permodalan, disamping itu juga aksesibilitas sosial ekonomi yang belum dapat mendukung serta kondisi infrastruktur yang belum memadai.       Berikut ini potensi bahan galian dan cadangannya di Kabupaten Gunungkidul :1.      Kelompok Batugamping-         Batugamping Terumbu Lunak (Keprus):  83.697.090 m3-         Batugamping Terumbu Keras (Bedes)  :  17.058.322.569 m3-         Batugamping Berlapis Halus (Kalsilutit) :  42.045.107 m3-         Batugamping Berlapis Kasar (Kalkarenit) :  308.884.509 m32.      Kelompok Blok-         Batu Apung (Fragmen Lepas & Breksit):  2.050.018.951 m3-         Batu Pasir (Tufan)                                  :  3.777.269.241 m33.      Kelompok Split-         Andesit                  :  7.923.026 m3-         Breksi Andesit      :  1.017.193.560 m34.      Kelompok Pasir dan Kerikil-         Pasir Urug             :  2.972.000 m3-         Batu Pasir             :  1.686.290.000 m35.      Kelompok Tras           :  9.007.231 m3

Page 14: Percobaan Gravimetri Untuk Batu Kapur

6.      Kelompok Tanah-         Lempung Hasil Pelapukan Batu Gamping      :  1.571.069 m3-         lempung Hasil Pelapukan Tras                      :  411.250 m37.      Kelompok Kaolin                                     :  4.837.054 m38.      Kelompok Pasir Kuarsa                          :  3.229.167 m39.      Kelompok Zeolit                                            :  55.000.000 m310.  Kelompok Batu Setengah Mulia (Kalsedon) :  38.000 m3Kantor INKOM Pemkab Gunungkidul@2006Wisata Alam

WISATA ALAM KABUPATEN GUNUNGKIDUL 

1. Hutan BunderRest  Area terletak di Kawasan Hutan Bunder yang berada 30 KM dari Yogyakarta, tingkat aksebilitas dari kawasan ini sangat baik karena dilalui oleh jalan penghubung utama antara Yogyakarta dengan kota Wonosari.  Demikian pula perjalanan wisata dari Yogyakarta ke obyek wisata utama di pantai selatn Gunungkidul ( Baron,Kukup,Krakal) dan ke Wonogiri ( Waduk Gajah Mungkur ) serta ke Pacitan ( Goa Gong ) lewat selatan juga melalui kawasan huan Bunder . Dengan demikian maka lokasi tersebut merupakan tempat yang sangat strategis  sebagai persingahan dan peristirahatan sementara ( Stopover)  bagi wisatawa yang akan melakukan perjalanan ke  dan dari obyek wista Alam Utama.Keberadaan Rest Area ini untuk melengkapi obyek dan daya tarik wisata ang sudah ada sebelumnya yaitu Hutan Wanagama. Pada saat ini di Hutan Bundrt terdapat budidaya tanaman minyak kayu putih , sutera alam, penyulingan minyak kayuputih, juga penangkaran rusa. Samil berwisata dapat menambah ilmu pengetahuan.Kawasan nimlayak dikembangkan sebagai lokasi wisata berkemah yang nyaman

USAHA MAKANANKripik TempeKrpik tempe Gadungsari

KERIPIK TEMPE WONOSARIKacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa dan lain-lain merupakan bahan pangan sumber protein dan lemak nabati yang sangat penting peranannya dalam kehidupan. Asam amino yang terkandung dalam proteinnya tidak selengkap protein hewani, namun penambahan bahan lain seperti wijen, jagung atau menir adalah sangat baik untuk menjaga keseimbangan asam amino tersebut.Kacang-kacangan dan umbi-umbian cepat sekali terkena jamur (aflatoksin) sehingga mudah menjadi layu dan busuk. Untuk mengatasi masalah ini, bahan tersebut perlu diawetkan. Hasil olahannya dapat berupa makanan seperti keripik, tahu dan tempe, serta minuman seperti bubuk dan susu kedelai.Kedelai dapat diolah menjadi: tempe, keripik tempe, tahu, kecap, susu, dan lain-lainnya. Proses pengolahan kedelai menjadi berbagai makanan pada umumnya merupakan proses yang sederhana, dan peralatan yang digunakan cukup dengan alat-alat yang biasa dipakai di rumah tangga.Kedelai yang melimpah di kabupaten Gunung Kidul telah dikembangkan menjadi keripik tempe oleh beberapa industri rumah tangga yang diantaranya terdapat di Dusun Gadungsari No 179 RT 08/12, Gang Kecelung Wonosari Gunung Kidul milik Ny. Sunarsih. ”Kalau Anda ke Wonosari jangan lupa membeli keripik Tempe tradisional Ny. Sunarsih,” begitu pesan

Page 15: Percobaan Gravimetri Untuk Batu Kapur

singkat seorang ibu yang telah 34 tahun menekuni industri rumah tangga ini.  Walapun dengan jumlah pekerja yang terbatas, industri ini tetap bertahan. Hanya menggunakan bahan dasar kedelai pilihan, dalam waktu 2 hari, jumlah keripik hasil industri Ny. Sunarsih yang siap untuk dipasarkan sejumlah 2000 biji dengan harga per bungkus Rp.5000,00 (isi 20 biji). Namun demikian, masih saja terdapat hambatan untuk mengembangkan usaha keripik ini. Kendala yang umum dihadapi oleh industri kecil seperti ini adalah dalam hal pemasaran. Daerah pemasarannya hanya terbatas di Wonosari saja, dan belum merambah ke daerah-daerah lainya di kabupaten Gunung Kidul. Ny. Sunarsih dan ibu-ibu lain yang bergelut dalam bidang ini berharap agar hasil industri rumah tangga bisa dikenal lebih luas oleh masyarakat di Kabupaten Gunung Kidul dan sekitarnya sehingga bisa meningkatkan hasil produksinya, menciptakan lapangan pekerjaan yang baru, sekaligus meningkatkan perekonomian rakyat.

Pertambangan & Energi

POTENSI PERTAMBANGAN DAN BAHA GALIAN Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu wilayah kabupaten di provinsi D.I.Yogyakarta dengan luas 1.485,36 Km2 yang terdiri atas 18 Kecamatan. Potensi pertambangan bahan galian terdapat hampir seluruh kecamatan tersebut, yang dikelompokkan menjadi 12 kelompok bahan galian tambang, baik di zona utara (Perbukitan Baturagung), zona tengan (Ledok Wonosari), dan zona selatan (Perbukitan Karst Gunung Sewu).Secara bertahap kegiatan usaha pertambangan bahan galian diarahkan ke zona utara dan tengah, dengan tetap memperhatikan kaidah atau arahan dalam rencana tata ruamg yang berlaku. Bahan galian pertambangan potensial yang terdapat di zona utara dan tengah meliputi : batupasir tufan, breksi batuapung, zeolit, batugamping kalkarenit, serta kaolin dan feldspar. Kelima jenis bahan galian tersebut mempunyai potensi dan prospek yang baik, terutama untuk mendukung kegiatan industri, kerajinan, dan bahan bangunan.Zona selatan (Perbukitan Karst Gunung Sewu) merupakan salah satu warisan dunia yang keberadaannya sangat langka, dan rencananya akan dicanangkan oleh pemerintah pusah sebagai kawasan konservasi. Pada kawasan karst ini menyimpan berbagai potensi, antara lain : air sungai bawah tanah, gua, telaga, keanekaragaman hayati, dan mineral (bahan tambang). Salah satu upaya pengendalian kerusakan fungsi lingkungan pada ekosistem karst Kabupaten Gunungkidul adalah penataan dan penertiban kegiatan usaha pertambangan. Hal ini bertujuan untuk mendukung fungsi ekosistrm karst yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai Kawasan Geowisata.Kegiatan usaha pertambangan bahan galian di Kabupaten Gunungkidul saat ini dilakukan oleh sebagian besar penambang rakyat dan beberapa pengusaha. Dalam rangka mewujudkan kegiatan usaha pertambangan yang berwawasan lingkungan, telah diterbitkan Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 11 tahun 2003 tentang Usaha Pertambangan Bahan Galian.BATUGAMPING KALKARENITJenis bahan galian ini merupakan bahan bangunan ringan dan bahan industri kerajinan bantuan (ornamen). Jumlah cadangan untuk seluruh Kabupaten Gunungkidul sebesar 308.884.509 m2. Bahan galian ini banyak dijumpai di wilayah Perbukitan Baturagung dan Ledon Wonosari, yaitu :-  Kecamatan Semin (Desa Candirejo, Sumberejo, Kalitekuk, Kemenjing, dan Bendung)-  Kecamatan Ngawen (Desa Beji, Kampung, Watusigar, Jurangjero, dan Sambirejo)-  Kecamatan Nglipar (Desa Kedungkeris, Nglipar, dan Katongan)-  Kecamatan Karangmojo (Desa Bejiharjo, Ngawis, dan Jatiayu)-  Kecamatan Wonosari (Desa Wunung, Mulo, Duwet, Karangrejek, Gari, Karangtengah, Baleharjo, Wareng, Siraman, Pulutan, dan Piyaman)

Page 16: Percobaan Gravimetri Untuk Batu Kapur

-  Kecamatan Semanu (Desa Pacarejo, Semanu, dan Ngeposari)BATU PASIR TUFANBahan galian ini merupakan bahan pondasi bangunan ringan, perkerasan jalan, dan industri kerajinan batuan (ornamen, batu hias, patung atau relief dinding). Jumlah cadangan untuk seluruh Kabupaten Gunungkidul sebesar 3.777.269.241 m3.Bahan galian ini banyak dijumpai di wilayah Perbukitan Baturagung dan Ledok Wonosari, yaitu :-  Kecamatan Gedangsari (Desa Ngalang, Sampang, Serut, Hargomulyo, dan Mertelu)-  Kecamatan Semin (Desa Candirejo, Pundungsari, Rejosari, Kemenjing, Kalitekuk, Karangsari, Bulurejo, Semin, Sumberejo dan Bendung)-  Kecamatan Nglipar (Desa Pilangrejo dan Natah)-  Kecamatan Ngawen ( Desa Kampung, Tancep, Jurangjero, dan Watusigar0-  Kecamatan Karangmojo (Desa Karangmojo)-  Kecamatan Ponjong (Desa Tambakromo dan Sawahan)BREKSI BATUAPUNGJenis bahan galian yang satu ini mempunyai banyak fungsi, yaitu :*  Bahan beton struktur ringan;*  Bahan batubata ringan dan genteng;*  Bahan tahan api, kondensasi, jamur, dan panas;*  Bahan pemoles, penggosok, pembersih, dan abrasif;*  Bahan isolator temperatur tinggi;*  Bahan industri cat, kimia, logam, plastik, kosmetik, meubel, pasta gigi, karet, kulit, kaca, elektronik, dan keramik;*  Bahan aditif dan subtitusi pada tanah pertanian;*  Bahan untuk urug;*  Bahan perkerasan jalan;*  Bahan ornamen;*  Bahan membuat arca, tegel, giring, dan umpak;*  Bahan saringan air; serta*  Bahan penjernih minyak goreng, pencuci pada industri konveksi, dan bahan penggosok.Jumlah cadangan untuk seluruh Kabupaten Gunungkidul sebesar 2.050.024.291 m3.Bahan galian ini banyak dijumpai di wilayah Perbukitan Baturagung dan Ledok Wonosari, yaitu :-  Kecamatan Gedangsari (Desa Sampang dan Serut)-  Kecamatan Patuk (Desa Ngoro-oro dan Terbah)-  Kecamatan Ngawen (Desa Kampung, Watusigar, dan Sambirejo)-  Kecamatan Semin (Desa Karangsari, Semin, Pundungsari, dan Kalitekuk)-  Kecamatan Karangmojo (Desa Karangmojo, Gedangrejo, dan Jatiayu)-  Kecamatan Ponjong ( Desa Umbulrejo)KAOLIN & FELSPARKaolin dan felspar merupakan jenis bahan galian untuk industri keramik, industri cat, dan industri kosmetik. Jumlah cadangan untuk seluruh Kabupaten Gunungkidul sebesar 4.840.500 m3.Bahan galian ini banyak dijumpai di wilayah Perbukitan Baturagung, yaitu :-  Kecamatan Semin (Desa Karangsari, Pundungsari, dan Candirejo)ZEOLITZeolit merupakan jenis bahan galian yang mempunyai banyak kegunaan, yaitu :-  Bahan pondasi bangunan, perkerasan jalan, dan pengganti batubata;-  Bahan campuran pakan ternak;-  Bahan pengikat kotoran dalam pengolahan limbah;-  Bahan industri semen puzzoland;

Page 17: Percobaan Gravimetri Untuk Batu Kapur

-  Bahan ornamen atau batu hias, dan ubin;-  Bahan untuk meningkatkan keasaman tanah;-  Penyerap, penukar kation, dan katalis dalam bentuk tepung dan butiran; serta-  Bahan pengembang dan pengisi dalam industri kertas, karet, plastik, cat maupun lem.Jumlah cadangan untuk seluruh Kabupaten Gunungkidul sebesar 55.000.000 m3. Bahan galian ini banyak dijumpai di wilayan perbukitan Baturagung, yaitu :-  Kecamatan Gedangsari (Desa Hargomulyo, Watugajah, Mertelu, dan Tegalrejo)-  Kecamatan Ngawen (Desa Tancep)PERIZINAN PERTAMBANGANDasar HukumPeraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 11 tahun 2003 tentang Usaha Pertambangan Bahan Galian.Jenis IzinIzin usaha pertambangan terdiri atas :-  Izin Pertambangan Rakyat; dan-  Pemberian Kuasa Pertambangan.Prosedur Permohonan IzinPermohonan Izin Pertambangan Rakyat atau Kuasa Pertambangan diajukan secara teknis kepada Kepala Dinas Perekonomian Kabupaten Gunungkidul, dengan mengisi formulir yang telah disediakan serta dilengkapi persyaratan yang diperlukan, yang selanjutnya diserahkan kepada Petugas UPTSA.Persyaratan Permohonan Izin1.  Syarat-syarat permohonan Izin Pertambangan Rakyat :     -  Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) pemohon     -  Peta lokasi pertambangan dengan skala sekecil-kecilnya 1 : 10.000 bagi kegiatan eksploitasi     -  Daftar nama anggota kelompik apabila diusahakan secara berkelompok     -  Informasi mengenai lingkungan lokasi pertambangan     -  Surat pernyataanpersetujuan pemilik tanah, apabila tanah lokasi pertambangan tersebut bukan  milik sendiri     -  Fotokopi Izin Gangguan apabila kegiatannya berupa pengolahan, pemurnian atau penjualan              -  Rekomendasi dari Dinas Teknis apabila lokasi pertambangannya di sungai.2.  Syarat-syarat permohonan Kuasa Pertambangan Eksploitasi     -  Salinan akta pendirian perusahaan dan perubahan-perubahannya bagi Badan Hukum      -  Fotokopi Kartu Tanda Pendududk (KTP) pemohon     -  Referensi Bank Pemerintah dan/ atau Fiskal     -  Surat Pernyataan kesanggupan tenaga ahli     -  Peta wilayah pertambangan yang dimohon dengan skala sekecil-kecilnya 1:10.000     -  Fotokopi bukti kepemilikan tanah     -  Surat pernyataan persetujuan pemilik tanah apabila taanah lokasi pertambangan tersebut bukan   milik sendiri     -  Persetujuan pengelolaan lingkungan hidup (AMDAL) atau UKL/UPL     -  Studi kelayakan kegiatan eksploitasi

KARST SEBAGAI ASSET DAERAH KABUPATEN GUNUNG KIDUL

Page 18: Percobaan Gravimetri Untuk Batu Kapur

Oktober 24, 2010 at 11:17 amhttp://handiri.wordpress.com/category/pikir-pikir-sambil-ngupil/04 februari 2011 jam 21.00 wib

Istilah karst aslinya dari kata krst yang berasal dari bahasa Yugoslavia yang dipakai untuk menyebut semua kawasan batugamping yang telah mengalami pelarutan. Tipologi karst dapat dibedakan menjadi (1) holokarst yang berkembang sempurna(2) merokarst yang berkembang kurang sempurna dan (3) platform karst yang ditandai oleh banyaknya kelurusan dan struktur patahan. Selain klasifikasi karst tersebut, terdapat tipologi karst lain yaitu (1) karst terbuka (2) karst tertutup (3) karst tertutup tanah (4) karst terpendam (5) karst tropik dan (6) karst permafrost.

Berdasarkan klasifikasi karst tersebut kawasan karst gunungsewu termasu tipe holokarst tropik dan relatif terbuka (sedikit vegetasi) Kenampakan eksokarst nempak masih dapat diamati seperti lapies, dolin, uvala, lembah kering, tower dan cone karst, sedangkan kenampakan endokarst seperti goa, sungai bawah tanah juga banyak dijumpai. Kawasan karst di Kabupaten Gunungkidul memiliki karakteritik yang spesifik, unik, spektakuler, dan non renewable ecosystem serta decoratif landscape resourcess dengan fragilitas tinggi terhadap risiko kerusakan lingkungan.

Sebagai sumberdaya lingkungan hidup pemanfaatan kawasan karst di Kabupaten Gunungkidul mengarah pada pemenuhan kebutuhan manusia ,namun kurang diimbangi kegiatan pelestarian ekosistem alamiahnya yang merupakan asset dunua (world herritage). Kegiatan pertanian, pemukiman,pertambangan, pariwisata, peternakan, perkebunan, yang terus berkembang pada lokasi yang tak sesuai dengan kualitas karstnya akan berdampak negatif pada kerusakan ekologisnya. Sebagai asset daerah perlu dikembangkan manfaat potensi yang ada berdasarkan pada zonasi kelas karst. Hal ini dimaksudkan  agar dapat dijaga nilai nilai geo-biodiversitas, stabilitas sumberdaya alam dan lingkungan serta sumberdaya ruangnya

Potensi Kawasan Karst sebagai Asset Pembangunan

Kawasan karst di Kabupaten Gunungkidul terletak antara 7o5’56” LS sampai 8o12’40” LS dan 110o19’33” BT sampai 110o49’50” BT.   dengan  batas alamiah eksokrast berupa batas kenampakan morfologis, yaitu :

Sebelah utara               : Cekungan Wonosari, Pegunungan Baturagung

Sebelah selatan            : Samudra Hindia

Sebelah barat               : Cekungan Wonosari, Dataran Aluvial Merapi

Sebelah timur              : Pegunungan Sewu di Kabupaten Wonogiri

Melihat batas alamiah tersebut di atas dapat diperkirakan luasannya  kurang lebih mencakup 741,01 km2.

Potensi kawasan karst yang spesifik dan unik mempengaruhi kondisi dinamika lingkungan hidup dan karakteristik makhluk hidup yang ada termasuk manusia. Berdasarkan analisis potensi kawasan karst di Kabupaten Gunungkidul dapat di bedakan menjadi :

Page 19: Percobaan Gravimetri Untuk Batu Kapur

1. Sumberdaya alam (natural resources)yang meliputi lahan, mineral, air, tumbuhan dan hewan

2. Sumberdaya lingkungan (ecological resources) yang meliputi lingkungan eksokars dan endokarst yang berada di zona pantai, zona inti dan sub inti karst

3. Sumberdaya ruang(spatial resources) meliputi ruang bawah permukaan (goa dan sungai bawah tanah) dan ruang dekat permukaan ( konfigurasi bentang lahan)

4. Sumberdaya manusia (human resources)yang adaftif dari aspek ekologis, ekonomi dan sosiokultur yang  khas

5. Sumberdaya buatan (man made resources) meliputi sarana dan prasarana kehidupan

Sebagai gambaran umum deskripsi potensi utama kawasan karst yang mendukung kehidupan dan pembangunan daerah adalah sebagai berikut :

1. Potensi Sumberdaya Lahan : Potensi kesesuaian lahan di kawasan karst sangat terbatas peruntukannya karena pembatas ketersediaan air, tanah dan medan.  satuan medan.

2. Potensi Sumberdaya Air : Tipe karst  Gunung Sewu merupakat aset dunia (world Heritage)di daerah iklim tropik memiliki struktur kekar (joint) yang sangat berkembang ,sehingga daerah ini sangat meluluskan air. Oleh karena itu, di daerah ini tidak terdapat sungai-sungai besar yang dapat dimanfaatkan. Kondisi topografi yang berbukit serta banyak rekahan-rekahan meyebabkan proses solusional berlangsung insentif oleh kerja aliran air permukaan langsung masuk  ke dalam tanah dan batuanyang  membentuk aliran bawah tanah dan atau telaga. Potensi air yang ada di daerah karst dan potensial dimanfaatkan meliputi air hujan, air permukaan , mata air dan air dari sungai bawah tanah. Telaga karst (karst lake)di Kabupaten Gunung Kidul dapat diketahui bahwa umumnya memiliki bentuk dan luas yang tidak sama. Keberadaan telaga memberikan sumbangan yang tidak kecil sebagai sumber air di kawasan karst. Pemunculan airtanah secara alami dapat berupa mata air (Spring) ataupun berupa rembesan (Seepage). Mata air adalah pemusatan pengeluaran air tanah yang muncul pada permukaan tanah sebagai arus dari aliran air (Tolman). Bila pengeluarannya tidak terpusat membentuk suatu bidang tersebut dengan rembesan (Seepage)  Pola sebaran hujan yang terjadi umumnya pada bulan Januari merupakan bulan dengan curah hujan tertinggi dan selanjutnya bulan Juli merupakan awal bulan kering.  Kemudian curah hujan akan mengalami kenaikan pada Bulan Oktober hingga bulan Desember. Kondisi pola hujan ini berpengaruh pada kegiatan manusia dan kehidupan tumbuhan dan hewan yang ada. Keterdapatan aliran air sungai bawah tanah  terbentuk oleh adanya  sistem sungai bawah tanah yang bermuara di Baron (system Baron) dan  mungkin masih ada sistem-sistem lain tetapi masih belum dapat dipastikan , misalnya sistem Ngobaran atau mungkin juga sistem Sundak . Sistem Baron ini sendiri masih dapat dipilah-pilah menjadi beberapa sub sistem yang lebih kecil, diantaranya sub sistem Bribin. Di kawasan karst ini  terdapat pula tiga buah pintu masuk sungai bawah tanah perennial, yaitu Sungai Tegoan, Kali Suci dan Kali Serpeng yang kemudian menjadi sungai bawah tanah.

3. Potensi Sumberdaya mineral : Kawasan karst pada umumnya memiliki potensi sumberdaya mineral yang memiliki prospek baik untuk ditambang. Namun kegiatan penambangan dapat berdampak pada memburuknya lingkungan hidup bila tidak dikelola dengan baik. Lempung hasil pelapukan batu gamping dijumpai di banyak lokasi wilayah Kecamatan Ponjong. Lempung yang terbentuk adalah monmorilonit dan ilit. Besarnya kualitas SiO2 terpacu pula oleh mineral penyusun batuan lainnya yang tererosi ke selatan, selanjutnya terangkut melewati dan sebagian teredapkan

Page 20: Percobaan Gravimetri Untuk Batu Kapur

pada lahan berbatu gamping.  Kawasan karst pada umumnya memiliki potensi sumberdaya mineral yang memiliki prospek baik untuk ditambang. Namun kegiatan penambangan dapat berdampak pada memburuknya lingkungan hidup bila tidak dikelola dengan baik. Lempung hasil pelapukan batu gamping dijumpai di banyak lokasi wilayah Kecamatan Ponjong. Lempung yang terbentuk adalah monmorilonit dan ilit. Besarnya kualitas SiO2 terpacu pula oleh mineral penyusun batuan lainnya yang tererosi ke selatan, selanjutnya terangkut melewati dan sebagian teredapkan pada lahan berbatu gamping.

KARST SEBAGAI ASSET DAERAH KABUPATEN GUNUNG KIDUL

Istilah karst aslinya dari kata krst yang berasal dari bahasa Yugoslavia yang dipakai untuk menyebut semua kawasan batugamping yang telah mengalami pelarutan. Tipologi karst dapat dibedakan menjadi (1) holokarst yang berkembang sempurna(2) merokarst yang berkembang kurang sempurna dan (3) platform karst yang ditandai oleh banyaknya kelurusan dan struktur patahan. Selain klasifikasi karst tersebut, terdapat tipologi karst lain yaitu (1) karst terbuka (2) karst tertutup (3) karst tertutup tanah (4) karst terpendam (5) karst tropik dan (6) karst permafrost.

Berdasarkan klasifikasi karst tersebut kawasan karst gunungsewu termasu tipe holokarst tropik dan relatif terbuka (sedikit vegetasi) Kenampakan eksokarst nempak masih dapat diamati seperti lapies, dolin, uvala, lembah kering, tower dan cone karst, sedangkan kenampakan endokarst seperti goa, sungai bawah tanah juga banyak dijumpai. Kawasan karst di Kabupaten Gunungkidul memiliki karakteritik yang spesifik, unik, spektakuler, dan non renewable ecosystem serta decoratif landscape resourcess dengan fragilitas tinggi terhadap risiko kerusakan lingkungan.

Sebagai sumberdaya lingkungan hidup pemanfaatan kawasan karst di Kabupaten Gunungkidul mengarah pada pemenuhan kebutuhan manusia ,namun kurang diimbangi kegiatan pelestarian ekosistem alamiahnya yang merupakan asset dunua (world herritage). Kegiatan pertanian, pemukiman,pertambangan, pariwisata, peternakan, perkebunan, yang terus berkembang pada lokasi yang tak sesuai dengan kualitas karstnya akan berdampak negatif pada kerusakan ekologisnya. Sebagai asset daerah perlu dikembangkan manfaat potensi yang ada berdasarkan pada zonasi kelas karst. Hal ini dimaksudkan  agar dapat dijaga nilai nilai geo-biodiversitas, stabilitas sumberdaya alam dan lingkungan serta sumberdaya ruangnya

Potensi Kawasan Karst sebagai Asset Pembangunan

Kawasan karst di Kabupaten Gunungkidul terletak antara 7o5’56” LS sampai 8o12’40” LS dan 110o19’33” BT sampai 110o49’50” BT.   dengan  batas alamiah eksokrast berupa batas kenampakan morfologis, yaitu :

Sebelah utara               : Cekungan Wonosari, Pegunungan Baturagung

Sebelah selatan            : Samudra Hindia

Page 21: Percobaan Gravimetri Untuk Batu Kapur

Sebelah barat               : Cekungan Wonosari, Dataran Aluvial Merapi

Sebelah timur              : Pegunungan Sewu di Kabupaten Wonogiri

Melihat batas alamiah tersebut di atas dapat diperkirakan luasannya  kurang lebih mencakup 741,01 km2.

Potensi kawasan karst yang spesifik dan unik mempengaruhi kondisi dinamika lingkungan hidup dan karakteristik makhluk hidup yang ada termasuk manusia. Berdasarkan analisis potensi kawasan karst di Kabupaten Gunungkidul dapat di bedakan menjadi :

1. Sumberdaya alam (natural resources)yang meliputi lahan, mineral, air, tumbuhan dan hewan

2. Sumberdaya lingkungan (ecological resources) yang meliputi lingkungan eksokars dan endokarst yang berada di zona pantai, zona inti dan sub inti karst

3. Sumberdaya ruang(spatial resources) meliputi ruang bawah permukaan (goa dan sungai bawah tanah) dan ruang dekat permukaan ( konfigurasi bentang lahan)

4. Sumberdaya manusia (human resources)yang adaftif dari aspek ekologis, ekonomi dan sosiokultur yang  khas

5. Sumberdaya buatan (man made resources) meliputi sarana dan prasarana kehidupan

Sebagai gambaran umum deskripsi potensi utama kawasan karst yang mendukung kehidupan dan pembangunan daerah adalah sebagai berikut :

1. Potensi Sumberdaya Lahan : Potensi kesesuaian lahan di kawasan karst sangat terbatas peruntukannya karena pembatas ketersediaan air, tanah dan medan.  satuan medan.

2. Potensi Sumberdaya Air : Tipe karst  Gunung Sewu merupakat aset dunia (world Heritage)di daerah iklim tropik memiliki struktur kekar (joint) yang sangat berkembang ,sehingga daerah ini sangat meluluskan air. Oleh karena itu, di daerah ini tidak terdapat sungai-sungai besar yang dapat dimanfaatkan. Kondisi topografi yang berbukit serta banyak rekahan-rekahan meyebabkan proses solusional berlangsung insentif oleh kerja aliran air permukaan langsung masuk  ke dalam tanah dan batuanyang  membentuk aliran bawah tanah dan atau telaga. Potensi air yang ada di daerah karst dan potensial dimanfaatkan meliputi air hujan, air permukaan , mata air dan air dari sungai bawah tanah. Telaga karst (karst lake)di Kabupaten Gunung Kidul dapat diketahui bahwa umumnya memiliki bentuk dan luas yang tidak sama. Keberadaan telaga memberikan sumbangan yang tidak kecil sebagai sumber air di kawasan karst. Pemunculan airtanah secara alami dapat berupa mata air (Spring) ataupun berupa rembesan (Seepage). Mata air adalah pemusatan pengeluaran air tanah yang muncul pada permukaan tanah sebagai arus dari aliran air (Tolman). Bila pengeluarannya tidak terpusat membentuk suatu bidang tersebut dengan rembesan (Seepage)  Pola sebaran hujan yang terjadi umumnya pada bulan Januari merupakan bulan dengan curah hujan tertinggi dan selanjutnya bulan Juli merupakan awal bulan kering.  Kemudian curah hujan akan mengalami kenaikan pada Bulan Oktober hingga bulan Desember. Kondisi pola hujan ini berpengaruh pada kegiatan manusia dan kehidupan tumbuhan dan hewan yang ada. Keterdapatan aliran air sungai bawah tanah  terbentuk oleh adanya  sistem sungai bawah tanah yang bermuara di Baron (system Baron) dan  mungkin masih ada sistem-sistem lain tetapi masih belum dapat dipastikan , misalnya sistem Ngobaran atau mungkin juga sistem Sundak . Sistem

Page 22: Percobaan Gravimetri Untuk Batu Kapur

Baron ini sendiri masih dapat dipilah-pilah menjadi beberapa sub sistem yang lebih kecil, diantaranya sub sistem Bribin. Di kawasan karst ini  terdapat pula tiga buah pintu masuk sungai bawah tanah perennial, yaitu Sungai Tegoan, Kali Suci dan Kali Serpeng yang kemudian menjadi sungai bawah tanah.

3. Potensi Sumberdaya mineral : Kawasan karst pada umumnya memiliki potensi sumberdaya mineral yang memiliki prospek baik untuk ditambang. Namun kegiatan penambangan dapat berdampak pada memburuknya lingkungan hidup bila tidak dikelola dengan baik. Lempung hasil pelapukan batu gamping dijumpai di banyak lokasi wilayah Kecamatan Ponjong. Lempung yang terbentuk adalah monmorilonit dan ilit. Besarnya kualitas SiO2 terpacu pula oleh mineral penyusun batuan lainnya yang tererosi ke selatan, selanjutnya terangkut melewati dan sebagian teredapkan pada lahan berbatu gamping.  Kawasan karst pada umumnya memiliki potensi sumberdaya mineral yang memiliki prospek baik untuk ditambang. Namun kegiatan penambangan dapat berdampak pada memburuknya lingkungan hidup bila tidak dikelola dengan baik. Lempung hasil pelapukan batu gamping dijumpai di banyak lokasi wilayah Kecamatan Ponjong. Lempung yang terbentuk adalah monmorilonit dan ilit. Besarnya kualitas SiO2 terpacu pula oleh mineral penyusun batuan lainnya yang tererosi ke selatan, selanjutnya terangkut melewati dan sebagian teredapkan pada lahan berbatu gamping.

Batu kapur

http://id.wikipedia.org/wiki/Batu_kapur 04 februari 2011 21.10 wib

Batu kapur (bahasa Inggris: limestone) (CaCO3) adalah sebuah batuan sedimen terdiri dari mineral calcite (kalsium carbonate). Sumber utama dari calcite ini adalah organisme laut. Organisme ini mengeluarkan shell yang keluar ke air dan terdeposit di lantai samudra sebagai pelagic ooze (lihat lysocline untuk informasi tentang dissolusi calcite).

Calcite sekunder juga dapat terdeposi oleh air meteorik tersupersaturasi (air tanah yang presipitasi material di gua). Ini menciptakan speleothem seperti stalagmit dan stalaktit. Bentuk yang lebih jauh terbentuk dari Oolite (batu kapur Oolitic) dan dapat dikenali dengan penampilannya yang granular. Batu kapur membentuk 10% dari seluruh volume batuan sedimen

BATU KAPUR/GAMPING

Page 23: Percobaan Gravimetri Untuk Batu Kapur

http://www.tekmira.esdm.go.id/data/Batukapur/ulasan.asp?xdir=Batukapur&commId=35&comm=Batu%20kapur/gamping 04 februari 2011 jam 21.10 wib

Batu kapur (Gamping) dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara organik, secara mekanik, atau secara kimia. Sebagian besar batu kapur yang terdapat di alam terjadi secara organik, jenis ini berasal dari pengendapan cangkang/rumah kerang dan siput, foraminifera atau ganggang, atau berasal dari kerangka binatang koral/kerang. Batu kapur dapat berwarna putih susu, abu muda, abu tua, coklat bahkan hitam, tergantung keberadaan mineral pengotornya.

Mineral karbonat yang umum ditemukan berasosiasi dengan batu kapur adalah aragonit (CaCO3), yang merupakan mineral metastable karena pada kurun waktu tertentu dapat berubah menjadi kalsit (CaCO3). Mineral lainnya yang umum ditemukan berasosiasi dengan batu kapur atau dolomit, tetapi dalam jumlah kecil adalah Siderit (FeCO3), ankarerit (Ca2MgFe(CO3)4), dan magnesit (MgCO3).

Penggunaan batu kapur sudah beragam diantaranya untuk bahan kaptan, bahan campuran bangunan, industri karet dan ban, kertas, dan lain-lain.

Potensi batu kapur di Indonesia sangat besar dan tersebar hampir merata di seluruh kepulauan Indonesia. Sebagian besar cadangan batu kapur Indonesia terdapat di Sumatera Barat