makalah gravimetri final.docx

46
A. Analisis Kuantitatif Kimia analisis kuantitatif (jumlah) adalah kimia analisis yang mempelajari jumlah/kadar suatu unsur, senyawa atau zat yang terdapat dalam suatu materi.Kimia analisis kuantitaif klasik/konvensional terdiri dari analisis Gravimetri dan analisis Volumetri. Analisis gravimetri merupakan penetapan kuantitas atau jumlah sampel melalui penghitungan bobot zat, sedangkan analisis volumetri merupakan teknik penetapan jumlah sampel melalui perhitungan volume. Cara analisis kuantitatif saat ini lebih banyak menggunakan cara instrumental daripada cara konvensional, karena waktu pengerjaan dari analisis kuantitatif konvensional cara gravimetri memerlukan waktu yang relatif lama. Tetapi tetap saja, terkadag ada kelemahan dalam menggunakan cara instrumental, bila alat rusak kita tidak dapat menganalisis menggunakan alat instrument, maka dapat dilakukan dengan cara konvensional salah satunya dengan gravimetri. B. Pengertian Gravimetri Analisis Gravimetri adalah suatu bentuk analisis kuantitatif yang berupa penimbangan, yaitu suatu proses pemisahan dan penimbangan suatu komponen dalam suatu zat dengan jumlah tertentu dan dalam keadaan sempurna mungkin. Penimbangan disini merupakan penimbangan hasil reaksi setelah zat yang dianalisis direaksikan. Hasil reaksi dapat berupa 1

Transcript of makalah gravimetri final.docx

Page 1: makalah gravimetri final.docx

A. Analisis Kuantitatif

Kimia analisis kuantitatif (jumlah) adalah kimia analisis yang mempelajari

jumlah/kadar suatu unsur, senyawa atau zat yang terdapat dalam suatu materi.Kimia

analisis kuantitaif klasik/konvensional terdiri dari analisis Gravimetri dan analisis

Volumetri. Analisis gravimetri merupakan penetapan kuantitas atau jumlah sampel melalui

penghitungan bobot zat, sedangkan analisis volumetri merupakan teknik penetapan jumlah

sampel melalui perhitungan volume.

Cara analisis kuantitatif saat ini lebih banyak menggunakan cara instrumental

daripada cara konvensional, karena waktu pengerjaan dari analisis kuantitatif konvensional

cara gravimetri memerlukan waktu yang relatif lama. Tetapi tetap saja, terkadag ada

kelemahan dalam menggunakan cara instrumental, bila alat rusak kita tidak dapat

menganalisis menggunakan alat instrument, maka dapat dilakukan dengan cara

konvensional salah satunya dengan gravimetri.

B. Pengertian Gravimetri

Analisis Gravimetri adalah suatu bentuk analisis kuantitatif yang berupa

penimbangan, yaitu suatu proses pemisahan dan penimbangan suatu komponen dalam

suatu zat dengan jumlah tertentu dan dalam keadaan sempurna mungkin. Penimbangan

disini merupakan penimbangan hasil reaksi setelah zat yang dianalisis direaksikan. Hasil

reaksi dapat berupa sisa bahan atau suatu gas yang terjadi atau suatu endapan yang

dibentuk dari bahan yang dianalisis.

Prinsip Dasar dalam Analisis Gravimetri

A + R ® P ( endapan)

Keterangan : A = Analat/Sampel yang akan di uji

R = Pereaksi pengendap

P = Produk reaksi yang berupa endapan

1. Reaksi kuantitatif

Dalam analisis gravimetri, reaksi harus kuantitatif yaitu 99,9999% analat bereaksi

dengan pereaksi pengendap. Reaksi kuantitatif ini dapat dilihat dari nilai Ksp (konstanta

solubility product) atau konstanta hasil kali kelarutannya dengan nilai > 1.106.Agar

penetapan kuantitas analat dalam metode gravimetri mencapai hasil yangmendekati

nilaisebenarnya, harus dipenuhi 2 kriteria :

1

Page 2: makalah gravimetri final.docx

a. Proses pemisahan atau pengendapan analat dari komponen lainnya berlangsung

sempurna.

b. Endapan analat yang dihasilkan diketahui dengan tepat komposisinya danmemiliki

tingkat kemurnianyang tinggi, tidak bercampur dengan zat pengotor.

2. Syarat produk reaksi (endapan) :

1. Produk reaksi (endapan) yang terbentuk harus memiliki susunan kimia yang pasti,

stabil, tidak berubah menjadi senyawa lain bila sudah diendapkan.

2. Produk reaksi (endapan) yang ditentukan harus dapat mengendap secara sempurna

(sisa analat yang tertinggal dalam larutan harus cukup kecil, sehingga dapat

diabaikan), endapan yang dihasilkan stabil dan sukar larut (ksp harus kecil).

3. Endapan yang terbentuk harus dapat dipisahkan dengan mudah dari larutan (mudah

disaring dan dicuci). Kristalnya besar, endapan bulky dan spesifik.

4. Endapan yang ditimbang harus mempunyai susunan stoikiometrik tertentu (dapat

diubah menjadi sistem senyawa tertentu) dan harus bersifat murni (tidak

mengandung pengotor) atau dapat dimurnikan lebih lanjut.

Suatu analisis gravimetri dilakukan apabila kadar analat yang terdapat dalam

sampel relatif besar sehingga dapat diendapkan dan ditimbang. Apabila kadar analat dalam

sampel hanya berupa unsurpelarut, maka metode gravimetri tidak mendapat hasil yang

teliti. Sampel yang dapat dianalisis dengan metode gravimetri dapat berupa sampel padat

maupun sampel cair.

C. Metode Analisis Gravimetri

1. Metode Penguapan

Analisis gravimetri menggunakan metode penguapan dilakukan dengan

mereaksikan sampel dengan pereaksi tertentu sehingga dihasilkan suatu gas atau dapat juga

dipanaskan sehingga memecah menghasilkan gas. Penimbangan hasil reaksi yang berupa

gas/uap yang keluar dapat dilakukan secara langsung dengan cara diserap oleh suatu

pereaksi terlebih dahulu atau secara tidak langsung yaitu penimbangan analat sebelum dan

sesudah reaksi. Metode penguapan ini kadang dinamakan metode evolusi. Metode ini

dapat digunakan untuk menghitung jumlah/kadar suatu senyawa yang relative mudah

menguap seperti air, LOI (lost of ignition) dan zat terbang.

Zat-zat yang relatif mudah menguapdiabsorpsi dengan suatu absorben yang sesuai

dan telah diketahui berat tetapnya.Untuk penentuan kadar air suatu kristal dalam senyawa

hidrat, dapat dilakukan dengan memanaskan senyawa pada suhu 1100- 1300

2

Page 3: makalah gravimetri final.docx

C.Berkurangnya bobot sebelum pemanasan menjadi bobot sesudah pemanasan merupakan

berat air kristalnya. Dengan syarat senyawa tidak terurai oleh pemanasan. Atau bisa juga

menggunakan zat pengering seperti CaCl2 danMg(ClO4)2. Contoh pengunaan metode

penguapan :

a. Penentuan Nitrogen dalam protein, mula-mula senyawa didestruksi dengan H2SO4

pekat. Hasilnya ditambahkan basa berlebih dan dipanaskan. Selanjutnya kelebihan

asam dititrir dengan larutan standar basa.

b. Penentuan CO2 dalam senyawa karbonat dapat dilakukan dengan penambahan HCl

berlebih, kemudian dipanaskan, gas CO2 yang sudah terjadi dialirkan dalam larutan

alkali yaitu KOH (25-30%) atau larutan CaOH2 yang telah diketahui beratnya.

c. Penentuan NH3 dalam garam Amonium, yaitu garam ditambahkan larutan alkali

kuat berlebih dan dipanaskan. Gas NH3 yang terjadi dialirkan dalam larutan standar

asam berlebih kemudian kelebihannya dititrir dengan larutan standar basa.

2. Metode Elektrogravimetri

Metode elektrogravimetri sebenarnya merupakan analisis kuantitatif

modern/instrumental. Pada metode elektrogravimetri ini dilakukan secara elektrolisis

dengan mereduksi ion-ion logam terlarut menjadi endapan logam. Ion-ion logam berada

dalam bentuk kation apabila dialiri dengan arus listrikdengan besar tertentu dalam waktu

tertentu maka akan terjadi reaksi reduksi menjadi logam dengan bilangan oksidasi 0.

Endapan yang terbentuk selanjutnya dapat ditentukan berdasarkan bobotnya. Cara

elektrogravimetridigunakan pada sampel yang diduga mengandung kadar logam terlarut

cukup besar seperti air limbah.

Prinsipnya senyawa ion yang akan diendapkan dipisahkan secara elektrolisis pada

elektrode-elektrode yang sesuai. Sehingga jika elektrolisisnya cermat dapat terhindar dari

peristiwa kopresipitasi dan post-presipitasi.

a. Hukum Faraday I

Hukum Faraday I menyatakan hubungan antara banyaknya zat yang terendap atau

terbebas pada elektroda dengan banyaknya listrik yang diperlukan pada proses tersebut.

W = i ×t × ArF × Z

W= Jumlah zat terendap (gram)

i = Kuat arus (Ampere)

t= waktu (detik)

Ar = Massa relatif atom (gram/mol)

F = Bilangan Faraday (96.500 Coulomb)

Z = Besar muatan Ion

3

Page 4: makalah gravimetri final.docx

a. Hukum Faraday II

“Banyaknya zat terendap atau terpisahkan dari masing-masing elektroda yang

disebabkan oleh listrik yang sama banyaknya dan mengalir dalam seri larutan adalah

sebanding dengan berat ekivalen kimianya.”

Hukum Faraday II menyatakan hubungan antara banyaknya zat terendap atau

terbebaskan pada elektrolisis bertahap dalam seri larutan.

3. Metode Pengendapan

Analisis gravimetri menggunakan metode pengendapan dilakukan dengan

menimbang sejumlah sampel secara kuantitatif, dilarutkan dalam pelarut tertentu kemudian

diendapkan dengan pereaksi pengendap yang khas.Endapan yang dihasilkan kemudian

ditetapkan bobotnya sehingga jumlah/kadar sampel dapat dihitung.

D. Langkah – Langkah Analisis Gravimetri

1. Sampling

Sampling/pengambilan sampel adalah teknik atau cara memilih sebuah sampel

yang dapat mewakili (representatif) bahan yang akan dianalisis. Sampel yang diambil dari

lapangan atau yang diterima di laboratorium dapat berbentuk cair (air, limbah), serbuk

(tepung, tulang, garan dapur), gumpalan (batu kapur) atau lempengan (logam).

Sampel yang berbentuk gumpalan ditumbuk, digerus menggunakan lumping

porselen, baja atau agate, tergantung pada kekerasan sampel atau dapat juga digunakan

mesin penggiling.Sampel yang berbentuk lempengan logam biasanya dibor pada tempat-

tempat tertentu.Serbuk hasil penumbukan, penggilingan atau pemboran kemudian

dikumpulkan.Apabila cuplikan yang diterima banyak, maka jumlahnya harus dikurangi

agar dalam penimbangan diperoleh sampel yang mewakili (representatif).

Salah satu cara sampling adalah mengkuarter yang dilakukan dengan cara:

a. Dihamparkan cuplikan di atas kertas atau lempengan plastic secara merata hingga

ketebalan 2-3 cm.

b. Dibuat diagonal dari sudut-sudutnya sehingga terdapat 4 buah segitiga.

c. Diambil 2 segitiga yag berhadapan, sedangkan 2 segitiga yang lain disimpan.

d. Cuplikan/sampel yang berasal dari 2 segitiga pertama diaduk lagi sampai rata,

kemudian diulangi pekerjaan a. sampai d. hingga didapatkan cuplikan/sampel yang

jumlahnya 50-100 gram.

4

Page 5: makalah gravimetri final.docx

e. Sampel ini disimpan dalam botol bersih dan kering yang sudah diberi etiket, dan

sudah siap untuk ditimbang.

2. Penimbangan sampel

Sampel yang sudahdikuarter dapat langsung ditimbang.Penimbangan sampel

dilakukan menggunakan botol timbang (untuk sampel yang mudah menarik air atau

menyublim) atau kaca arloji bila sampel cukup stabil. (menimbang sampel menggunakan

kertas saring tanpa dialasi kaca arloji akan menyebabkan korosi akibat sampel yang

tercecer atau menempel pada pinggan timbangan). Untuk menimbang contoh dipakai

neraca analatik dengan ketelitian 4 desimal dalam gram (0,0001 gram).

Apabila sampel sukar larut dalam air/sukar dilepaskan dari tempat menimbang,

maka dipakai cara penimbangan kembali dengan cara:

a. Ditimbang bobot botol timbang/kaca arloji ( a gram).

b. Dibubuhi sampel yang akan ditimbang sejumlah yang diperlukan dengan

dilebihkan sedikit, ditimbang dengan teliti (b gram).

c. Dimasukkan sampel (b ram) ke dalam gelas piala (jangan dibilas!), kemudian botol

timbang/kaca arloji ditimbang kembali (c gram).

d. Bobot sampel adalah bobot b – bobot c (gram).

3. Pelarutan

Aturan kelarutan yang harus diketahui sebelum melakukan proses pengendapan :

1. Garam-garam alkali larut dalam air

2. Garam-garam ammonium larut dalam air

3. Garam-garam yang mengandung anion-anion: NO3-, ClO3

-, ClO4- dan C2H3O2

- larut

dalam air

4. Seluruh klorida, bromida dan iodida larut dalam air kecuali sebagai garam Ag, Pb,

dan Hg.

5. Seluruh garam sulfat larut dalam air kecuali Pb, Sr, Ba, dan untuk Ca, Ag, sedikit

larut.

6. Seluruh logam oksida tidak larut dalam air, kecuali logam alkali, Ca, Sr, Ba.

CaO + H2O ¾¾® Ca2+ + 2OH-

7. Seluruh hidroksida tidak larut dalam air kecuali logam alkali, Ba, Sr, dan Ca(OH)2

sedikit larut.

8. Seluruh karbonat, fosfat, sulfida, dan sulfit tidak larut dalam air kecuali: NH4+ dan

logam alkali sedikit larut.

5

Page 6: makalah gravimetri final.docx

Sampel yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam piala gelas menggunakan

sebuah pengaduk.Sampel yang tersisa dalam botol timbang/kaca arloji disemprot dengan

air suling.Bila sampel mudah larut dalam air, penambahan air pembilas cukup 100-150 ml

atau seperti yang tertulis dalam instruksi.Untuk sampel yang sukar larut dalam air dibubuhi

asam sesuai kebutuhan untuk melarutkan sampel tersebut.Karbonat dan fosfat dilarutkan

dengan HCl (1:1).Besi, seng dan logam-logam yang kurang mulia dilarutkan menggunakan

HNO3 (1:1).Untuk logam setengah mulia atau mulia dipakai aqua regia (campuran HNO3

dan HCl pekat 1:1).Untuk silikat harus dilebur dengan soda atau HF. Sewaktu melarutkan

asam setngah pekat, helas piala ditutup kaca arloji, setelah selesai kaca arloji dibilas air

suling agar jumlah analat tidak berkurang.

4. Pengaturan kondisi larutan

Kondisi lingkungan yang mempengaruhi bentuk dan terjadinya endapan

dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya, diantaranya suhu dan pH atau keasaman.

a. Suhu, kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh suhu, suatu endapan terbentuk apabila

hasil kali kelarutannya (ksp) terlampaui. Pada umumnya, pengendapan dilakukan

dalam keadaan panas, misalnya BaSO4, Cu(OH)2 dan Fe(OH)3, akan tetapi

NH4MgPO4 harus dalam keadaan dingin (menggunakan es).

b. Keasaman/pH, keasaman sangat berpengaruh pada terbentuknya suatu endapan atau

tidak. Larutan garam yang berasal dari basa lemah dapat dihidrolisis dan terendap

sebagai hidroksida. Agar logam tidak terendap sebagai hidroksidanya dapat

dilakukan pengaturan pH agar hanya hidroksida yang diinginkan yang mengendap,

sedangkan yang lain tetap larut. Selain hidroksida, pengendapan garam asam lemah

juga dipengaruhi pH. Misalnya oksalat yang diendapkan sebagai CaC2O4 pada pH

4, sedangkan karbonat sebagai CaCO3 diendapkan pada pH 9,6.

5. Pengendapan ( penambahan reagen pengendap)

Pada tahap pengendapan, dilakukan penguraian senyawa sampel menjadi senyawa

baru yang berbentuk endapan agar dapat dipisahkan.Penambahan pereaksi pengendap

dilakukan secara berlebihan untuk memperkecil kelarutan produk yang diinginkan.

Pembentukan endapan dibedakan menjadi 2 macam yaitu:

a. Endapan dibentuk dengan reaksi antar analat dengan suatu pereaksi, biasanya

berupa senyawa baik kation maupun anion. Pengendap dapat berupa senyawa

anorganik maupun organik.

b. Endapan dibentuk cara elektrokimia (analat dielektrolisa), sehingga terjadi logam

sebagai endapan, dengan sendiri kation diendapkan.

6

Page 7: makalah gravimetri final.docx

Jenis –JenisEndapan

a. Endapan koloid

AgNO 3(aq)+NaCl (aq)→ AgCl(s)+NaNO 3(aq)

NaCl akan mengendapkan analat dan endapan AgCl merupakan endapan koloid

(amorf).

b. Endapan kristal: Endapan tipe ini lebih mudah dikerjakan karena mudah disaring dan

dibersihkan.

c. Endapan yang dibawa oleh pengotor (Coprecipitation). Sumber-sumber

Coprepicitation adalah absorbi permukaan dan pembentukan campuran kristal.

d. Endapan homogen (homogenous precipitation): Endapan homogen adalah cara

pembentukan endapan dengan menambahkan bahan pengendap tidak dalam bentuk

jadi melainkan sebagai suatu senyawa yang dapat menghasilkan pengendap tersebut.

Contoh: homogenos prepicitation tidak digunakan etil oksalat (C2H5O)C2O yang

tidak dapat mengion menjadi C2O42- tetapi harus terhidrolisa sebagai berikut:

(C2H5O)2C2O4 + 2H2O 2C2H5OH + H2C2O4

6. Aging (digestion)

Digestion/aging adalah proses membiarkan endapan terndam dalam larutan

induknya dalam waktu lama untuk menghasilkan endapan yang sempurna ada juga yang

menggunakan istilah ripening/pemeraman. Selama prose situ, pengendapan dan

penggumpalan mencapai kesetimbangan dan dihasilkan kristal-kristal lebih kasar dan lebih

murni/sempurna.Digestion hanya efektif untuk kotoran yang teradsorpsi dan teroklusi.

Sedangkan utnuk kotoran karena pengendapan susulan justru bertambah karena digestion.

Digestion dapat dilakukan dengan atau tanpa memanaskan larutan (tidak boleh sampai

mendidih).

7. Penyaringan endapan

Untuk memisahkan endapan dari larutan induk dan cairan pencuci, endapan dapat

disaring.Alat untuk menyaring dapat digunakan kertas saring, asbes, cawan kaca masir,

atau corong Buchner.Kelemahan menggunakan kertas saring tidak inert (dapat rusak oleh

basa dan asam pekat, oksidator mengakibatkan kertas saring bocor), kekuatan mekanisnya

kurang (dapat sobek), dapat mengadsorpsi bahan-bahan dari kotoran yang disaring, dan

untuk gravimetri perlu dibakar habis.Tetapi, kertas saring pun mempunyai keunggulan iatu

murah, mudah diperoleh, efisiensi penyaringan tinggi yang disebabkan oleh permukaan

7

Page 8: makalah gravimetri final.docx

yang luas dan perbandingan luas/pori-pori terhadap luas permukaan seluruhnya, besar.

Untuk kecepatan penyaringan pun tersedia kertas saring dengan pori-pori halus, medium,

kasar, tergantung bentuk endapan yang akan disaring.

Pemanasan dan pemijaran kertas saring akan menyebabkan endapan terurai,

teroksidasi/menguap karena suhu untuk mengabukan sangat tinggi, untuk menghindarinya

dapat dilakukan pemanasan secara bertahap. Untuk endapan BaSO4 dapat berubah menjadi

BaS yang terbentuk dari reaksi antara karbon hasil pengabuan kertas saring dan BaSO4,

untuk menghindari hal ini dapat ditambahkan H2SO4 pada residu hasil pengarangan. Kertas

saring meninggalkan abu yang menambah berat endapan, oleh karena itu kita

menggunakan kertas saring tak berabu karena kadar abunya yang rendah ( < 0,1 mg /

potong kertas saring).

Kelebihan cawan kaca masir adalah praktis saat proses pemanasan, sedangkan

kekurangannya memerlukan vakum untuk menurunkan endapan yang disaring.

8. Pencucian endapan

Pencucian dilakukan untuk menyingkirkan kotoran yang teradsoprsi pada

permukaan endapan maupun yang terbawa secara mekanis, sedangkan untuk kotoran yang

teroklusi/ terendapkan dapat dihilangkan dengan pengendapan kembali (reprecipitation).

Bila endapan sisa pijar mengandung kotoran, maka bobotnya akan lebih besar dari yang

sebenarnya sehingga kadar dari komponen yang sedang ditetapkan akan lebih tinggi.Cara

pencucian endapan:

a. Menyaring sampai larutan habis lalu dimasukkan semua endapan kedalam

penyaring. Kemudian dituangkan cairan pencucian pada endapan dan biarkan

mengalir habis lalu diberikan lagi cairan pencuci, diulangi beberapa kali sampai

bersih.

b. Dengan dekantasi/mengenaptuangkan yaitu endapan tidak langsung dipindahkan ke

saringan melainkan ditinggalkan dalam wadah semula. Ke dalam wadah tersebut

ditambahkan cairan pencuci, diaduk dan didiamkan sampai endapan mengenap lalu

cairan pencuci ke dalam wadah, diulangi proses di atas berkali-kali sampai endapan

bersih, kemudian endapan dimasukkan ke dalam penyaring. Penambahan bahan

organik seperti alkohol untuk mengurangi kepolaran air pencuci pada pencucian

NaMg-uranil asetat.

c. Untuk endapan yang berbentuk gumpalan koloid, ditambahkan elektrolit untuk

mencegah peptisasi (penguraian kembali gumpalan-gumpalan koloid menjadi butir

koloid) karena butir-butir koloid terlalu halus untuk disaring dan akan hilang.

8

Page 9: makalah gravimetri final.docx

d. Pencucian dianggap selesai berdasarkan pada lenyapnya ion pengotor dalam cairan

pencuci yang menetes dari saringan. Sebagai contoh, dalam pengendapan AgCl,

yang dianalisis adalah Ag+, pengendap Cl-, maka kelebihan Cl- merupakan

pengotor. Dalam hal ini, pencucian endapan dihentikan/ dianggap selesai bila cairan

pencuci yang menetes dari saringan diuji dengan menambahkan pereaksi khas

(dalam hal ini HNO3+ AgNO3, bila terbentuk endapan putih maka terbentuk AgCl

dan endapan belum bersih, bila cairan jernih berarti endapan bersih dan pencucian

endapan sudah selesai.

Cairan pencuci yang digunakan harus dapat memurnikan endapan dan tidak

melarutkan endapan terlalu banyak. Untuk endapan yang tidak banyak laut dalam air panas

pencucian endapan dapat menggunakan air panas, tetapi bila endapan mudah larut dalam

air panas jangan didunakan air panas. Ke dalam air pencuci ditambahkan ion senama dari

endapan untuk menekan pengionan endapan (digunakan larutan encer).Untuk mengetahui

kadar kotoran setelah pencucian bisa dicari dengan rumus

Xn = Xo [ μµ+V ]

n

Ket : Xn = konsentrasi kotoran setelah dicuci sebanyak n kali

Xo = konsentrasi pengotorotoran sebelum dicuci

µ = volume cairan sisa dalam endapan

V = volume larutan yang digunakan untuk mencuci

n = jumlah pencucian

Pengotor Endapan

Dalam proses pengendapan sering terjadi pengotor endapan yang disebabkan oleh

terbentunya zat lain yang juga membentuk endapandengan pereaksi yang digunakan,

sehingga diperoleh hasil yang lebih besar dari yang sebenarnya. Kesalahan ini kadang

dimbangi dengan kelarutan zat dalam pelarut yang digunakan. Zat pengotor tersebut dapat

dibedakan menjadi 2, yaitu :

1. Pengotoran karena pengendapan sesungguhnya (true precipitation) adalah:

Pengendapan bersama (simultaneous precipitation) adalah kotoran mengendap

bersama waktu dengan endapan analat. Contoh: Al(OH)3 sebagai pengotor

Fe(OH)3.

Pengendapan susulan (post precipitation) adalah kotoran yang mengendap selag

beberapa waktu setelah endapan sampel terbentuk karena reaksinya lambat.

Contoh: campuran Ca dan Mg, untuk menganalisis kalsium, diendapkan sebagai

9

Page 10: makalah gravimetri final.docx

oksalat, karena Mg-oksalat pun sukar larut, maka garam ini pun mengendap tetapi

baru kemudian, kadang setelah berhari-hari

2. Pengotoran karena terbawa (Co-precipitation). Pengotoran ini tidak mengendap

melainkan hanya terbawa oleh endapan analat.

Kotoran isomorf dan dapat campur dengan inang ini dapat terjadi bila bahan

pengotoran dan endapan mempunyai kesamaan tipe rumus molekul maupun

bentuk molekul.

Kotoran larut dalam inang dimana zat sendiri larut dalam zat padat lalu ikut

terbawa sebagai kotoran. Contohnya Ba(NO3)2 dan KNO3 yang larut dalam BaSO4

pada kedua jenis pengotoran diatas kotoran tersebar diseluruh kristal.

Kotoran teradsorpsi pada permukaan endapan. Terjadi karena gaya tarik menarik

antara ion yang teradsorpsi dan ion-ion lawannya pada permukaan endapan

Kotoran teroklusi oleh inang (terkurung). Dapat terjadi apabila kristal tumbuh

terlalu cepat dari butirn kecil menjadi besa dalam hal ini ion tidak sempat

dilepaskan, tetapi sudah tertutup dalam kristal.

Usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi zat pengotor tersebut adalah :

1. Sebelum membentuk endapan dengan jalan menyingkirkan bahan-bahan yang akan

mengotori.

2. Selama membentuk endapan. Endapan hanya terbentuk bila larutan yang

bersangkutan lewat jenuh terhadap endapan tersebut yaitu larutan mengandung zat

itu melebihi konsentrasi larutan jenuh, dengan tahap-tahap sebagai berikut:

Tahap I: Pada pengembangan ialah nukleasi dalam hal ini ion-ion dari molekul

yang akan diendapkan mulai terbentuk inti yaitu pasangan beberapa ion menjadi

butir-butir miniskus (sangat kecil).

Tahap II: Pertumbuhan kristal yaitu inti tersebut menarik molekul lain sehingag

dari kumpulan hanya beberapa molekul tumbuh menjadi butiran lebih besar.

9. Pemanasan/Pengeringan endapan

Setelah endapan bersih dari pengotor, bila penyaringnya menggunakan kertas

saring harus dipijarkan sampai menjadi abu, bila penyaringnya kaca masir cukup

dikeringkan pada suhu 1200C - 1400C.endapan dituskan terlebih dahulu sampai tidak ada

lagi saringan yang menetes (akan mengotori dan merusak oven/pengering). Dimasukkan ke

dalam pengerin pada 1050C sampai setengah kering (bila terlalu kering, pada wkatu dilipat

kemungkinan ada endapan yang melejit). Dilipat bagian atasnya sehingga endapan

tertutup, dimasukkan lagi ke dalam pengering sampai kering betul (bila masuih basah akan

10

Page 11: makalah gravimetri final.docx

memecahkan cawan pada waktu memperarang), endapan kemudian dimasukkan ke dalam

cawan porselin yang telah dipijarkan dan diketahui bobotnya. Sebaiknya cawan ditutup

bila dipakai.

10. Pemijaran

Sebelum dilakukan pengabuan endapan/pemijaran harus dilakukan perarangan

terlebih dahulu.Memperarang endapan dilakukan dengan meletakkan cawan diatas segitiga

porselin dalam posisi tegak, dipasang pembakar teklu dengan nyala kecil. Bila uap air telah

habis, api sedikit diperbesar sampai semua kertas saring diperarang (kertas saring jangan

sampai terbakar). Endapan yang telah diperarang harus dihilangkan karbon/arangnya, baik

yang menempel pada endapan maupun pada cawan, dengan cara dipijarkan dalam tanur

pada suhu ± 8000C selama 30-60 menit atau dipijarkan diatas meker, dengan cara ini,

cawan perlu diputar sehingga bagian yang mengandung arang berpijar, lama kelamaan

arang akan teroksidasi menjadi gas CO atau CO2. Pemijaran diakhiri bila semua arang telah

hilang.Perlu diperhatikan setiap menaruh cawan di atas meker/tanur harus dipanaskan

terlebih dahulu di atas Bunsen/teklu dengan kenaikan suhu cawan perlahan-lahan.

11. Penimbangan

Setelah semua endapan menjadi abu, cawan didinginkan di dalam eksikator sampai

dingin.baru kemudian ditimbang. Pendinginan dilakukan agar tidak merusak pinggan

timbangan yang akan rusak bila menimbang sesatu dalam keadaan panas. Selain itu,

pendinginan dilakukan untuk mengurangi bobot yang akan bertambah bila ditimbang

dalam keadaan panas karena adanya uap air dalam keadaan panas. Pendinginan dilakukan

dalam eksikator yang berisi pengering seperti CaO, P2O5, silikagel, terusi (non air hablur,

CuSO4).

12. Perhitungan akhir

%A= berat Aberat sampel

x 100%

Faktor Gravimetri = Ar atau Mr yangdicari

Mr endapan yangditimbang

berat A = berat P x faktor gravimetri

maka : %A = berat P x faktor ravimetri

berat sampel x 100%

A = analat

P = endapan

11

Page 12: makalah gravimetri final.docx

Faktor gravimetri adalah jumlah berat analit dalam 1gr berat endapan. Hasil kali

dari endapan P dengan faktor gravimetri sama dengan berat analit.

Untuk mendapatkan endapan sesuai dengan yang diinginkan dan hasilnya bagus,

maka perlu ditentukan terlabih dahulu keadaan optimumnya. Untuk memperoleh keadaan

optimum tersebut, maka harus mengikuti aturan sebagai berikut :

a. Pengendapan harus dilakukan pada larutan encer, yang bertujuan untuk

memperkecil kesalahan akibat koresipitasi.

b. Pereaksi dicampur perlahan-lahan dan teratur dengan pengadukan tetap.

c. Pengendapan dilakukan pada larutan panas bila endapan yang terbentuk stabil pada

temperatur tinggi.

d. Endapan kristal biasanya dibentuk dalam waktu yang lama dengan menggunakan

pemanas uap untuk menghindari adanya koprespitasi.

e. Endapan harus dicuci dengan larutan encer.

f. Untuk menghindari postpresipitasi atau kopresipitasi sebaiknya dilakukan

pengendapan ulang.

Syarat – syarat Endapan Gravimetri

a. Kesempurnaan pengendapan: Pada pembuatan endapan harus diusahakan

kesempurnaan pengendapan tersebut dimana kelarutan endapan dibuat sekecil

mungkin.

b. Kemurnian endapan : Endapan murni adalah endapan yang bersih, tidak

mengandungmolekul-molekul lain (zat-zat lain biasanya pengotor atau kontaminan)

c. Endapan yang kasar: Yaitu endapan yang butir-butirnya tidak kecil, kasar dan besar.

d. Endapan yang bulky: Endapan dengan volume atau berat besar, tetapi berasal dari

analat yang hanya sedikit.

e. Endapan yang spesifik: Pereaksi yang digunakan hanya dapat mengendapkan

komponen yang dianalisa.

Endapan yang Dikehendaki

a. Mudah disaring dan dibersihkan dari pengotor

b. Memiliki kelarutan cukup rendah sehingga tidak ada analat yang terbuang pada saat

penyaringan dan pencucian

c. Tidak reaktif terhadap udara

d. Setelah dikeringkan atau dibakar, menghasilkan produk yang diketahui komposisinya

e. Endapan yang dapat disaring harus memiliki ukuran partikel yang cukup besar.

12

Page 13: makalah gravimetri final.docx

2.

3.

Contoh Endapan Koloid

Mekanisme Pembentukan Endapan

Terbentuknya endapan dimulai dari terbentuknya larutan lewat jenuh (super

saturatedsolution).

Nukleasi, sejumlah partikel (ion, atom atau molekul) membentuk inti mikroskopik

dari fasapadat, semakin tinggi derajat lewat jenuh, semakin besar laju nukleasi.

Pembentukannukleasi dapat secara langsung atau dengan induksi.

Proses pengendapan selanjutnya merupakan kompetisi antara nukleasi dan particle

growth. Begitu suatu situs nukleasi terbentuk, ion-ion lain tertarik

sehinggamembentuk partikel besar yang dapat disaring.

Apabila nukleasi yang lebih dominan maka partikel kecil yang banyak, bila particle

growthyang lebih dominan maka partikel besar yang dihasilkan.

Jika pengendapan terbentuk pada RSS relatif besar maka nukleasi merupakan

mekanismeutama sehingga endapan yang dihasilkan berupa partikel kecil

13

Partikekoloid

10-7 – 10-4 cm

Ion – ionDalam

Larutan108 cm (Å)

EndapanKristalin10-4 cm

Page 14: makalah gravimetri final.docx

Kesalahan Dalam Analisis Gravimetri

1. Kesalahan yang sering terjadi pada metode analisis gravimetri adalah pembentukan

endapan, pemurnian(pencucian), pemanasan atau pemijaran dan penimbangan.

2. Pada pembentukan endapan kadang mengandung zat lain yang juga membentuk

endapandengan pereaksi yang digunakan, sehingga diperoleh hasil yang lebih besar

dari yang sebenarnya. Kesalahan ini kadang dimbangi dengan kelarutan zat dalam

pelarut yang digunakan.

3. Pada proses pemurnian (pencucian endapan), dengan melakukan pencucian bukan

hanya zat pengotor sajayang larut tetapi juga zat yang dianalisis juga ikut larut,

meskipun kelarutannya jauh lebih kecil. Dengan demikan penggunaan pencuci harus

sedemikan kecil supaya kehilangan zat yang dianalisis masih dapat diabaikan, artinya

masih lebih kecil dari pada sensitivitas timbangan yang digunakan.

4. Pada proses pembakaran atau pemijaran kadang terjadi pelepasan air yang tidak

sempurna atau sifat zatyang diendapkan yang mudah menguap (volatil).

5. Hal yang penting juga adalah adanya beberapa endapan yang mudah tereduksi oleh

karbon bila disaringdengan kertas saring seperti perak klorida, sehingga harus disaring

dengan menggunakan cawan penyaring (berpori) dapat juga terjadi kelebihan

pemijaran sehingga terjadi dekomposisi sehingga komposisi zat tidak tentu.

6. Kesalahan juga terjadi dari suatu endapan yang telah dipijarkan akan mengalami

penyerapan air atau gaskarbondioksida selama pendinginan sehingga hasil

penimbangan menjadi lebih besar dari yang seharusnya, ini dihindari dengan alat

penggunaan penutup cawan yang rapat dan desikator yang cukup baik selama

pendinginan.

Hal-hal yang harus diperhatikan pada analisis kuantitatif cara gravimetri:

1. Waktu yang diperlukan untuk analisa gravimetri, menguntungkan karena tidak

memerlukan kalibrasi atau standarisasi. Waktu yang diperlukan dibedakan menjadi 2

macam yaitu: waktu total dan waktu kerja.

2. Kepekaan analisa gravimetri, lebih ditentukan oleh kesulitan untuk memisahkan

endapan yang hanya sedikit dari larutan yang cukup besar volumenya.

3. Ketepatan analisa gravimetri, untuk bahan tunggal dengan kadar lebih dari 100 %

jarang dapat ditandingi perolehannya.

4. Kekhususan cara gravimetri, pereaksi gravimetri yang khas (spesifik) bahkan hampir

semua selektif dalam arti mengendapkan sekelompok ion.

14

Page 15: makalah gravimetri final.docx

PENETAPAN KADAR MAGNESIUM DALAM GARAM INGGRIS

Dasar Teori

Analisis kuantitatif untuk Magnesium dapat dilakukan menggunakan metode

gravimetri.Larutan garam magnesium (Mg) diasamkan dengan Asam klorida lalu

diendapkan dengan (NH4)2HPO4 dan larutan ammonium membentuk endapan putih

NH4MgPO4.Setelah dipijarkan, endapan berubah menjadi Magnesium pirofosfat

(Mg2P2O7).

Tujuan

Untuk mengetahui secara umumcaramenganalisis jumlah/kadar menggunakan

analisis kuantitatif konvensional yaitu Gravimetri. Untuk mengetahui secara khusus

tentang penetapan jumlah kadarMagnesium dalam sampel secara Gravimetri.

Reaksi

MgSO 4 + (NH 4 )2 HPO 4 + NH4 OH → NH 4 MgPO 4↓ + (NH 4 )2 SO 4 + H2 O

2 NH 4 MgPO 4 ↑→

Mg2P 2 O7 + 2 NH3 + H 2 O

Alat-Alat yang Digunakan

1. Kaca arloji

2. Tabung reaksi

3. Neraca analitik

4. Piala gelas 400 ml

5. Piala Gelas 800 ml

6. Pengaduk

7. Labu semprot

8. Gelas ukur 25 ml

9. Teklu meker

10. Tanur

11. Gegep besi

12. Kaki tiga

13. Kasa asbes

14. Thermometer

15. Corong

16. Penyangga corong

17. Cawan porselin

18. Segitiga porselin

19. Oven

20. Policemen

21. Eksikator

22. Kertas saring tak berabu no. 41

Bahan-Bahan yang Digunakan

1. Sampel (contohnya: MgSO4.7H2O atau Garam inggris)

2. Larutan (NH4)2HPO4 2 N

3. larutan NH4OH pekat

4. Larutan HCl pekat

5. Indikator MM

15

Page 16: makalah gravimetri final.docx

6. Air suling

Cara Kerja

1. Ditimbang 0.5 gram sampel (garam inggris) dengan teliti.

2. Dilarutkan dengan 150 ml air suling lalu dibubuhkan 5 ml HCl, 10 ml larutan

(NH4)2HPO4 2 N dan beberapa tetes larutan indikator MM.

3. Larutan didinginkan menggunakan es dan diendapkan dengan NH4PO4 pekat (tetes

demi tetes) hingga warna larutan berubah menjadi kuning.

4. Diaduk dengan hati-hati selama beberapa menit (pengaduk jangan menyentuh

dinding piala) dan dibiarkan selama 1-2 jam dalam keadaan dingin.

5. Endapan dituskan setelah berada dalam penyaring, dilarutkan dengan 50 ml HCl 4

N panas.

6. Lalu filtrat dicuci dengan larutan HCl 1 % panas, hasil saringan diencerkan hingga

100 ml, ditambah lagi beberapa ml larutan (NH4)2HPO4 2 N, didinginkan dan

diendapkan kembali dengan ammonia encer (1:20) sampai bebas dari klorida.

7. Setelah semua endapan sudah berada dikertas saring, masukkan kertas saring ke

dalam oven sampai agak kering, dimasukkan ke dalam cawan porselen (yang

sebelumnya telah dipanaskan, dipijarkan, didinginkan dan ditimbang sehingga

diketahui bobot kosongnya), dipanaskan lalu dipijarkan, diabukan kemudian

didinginkan lalu ditimbang hingga didapat bobot tetap bagi Mg2P2O7 yang

berwarna kelabu (tidak putih).

Perhitungan

Kadar Mg= fk ×bobot abubobot sampel

× 100 %

fk= 2 MgMg2 P 2O 7

16

Page 17: makalah gravimetri final.docx

PENETAPAN KADAR KALSIUM DALAM CaSO4 SECARA GRAVIMETRI

Dasar Teori

Ion kalsium dapat diendapkan sebagai Kalsium oksalat dalam suasana basa. Sebagai

pengendap dipakai Amonium oksalat. Untuk mengatur pH digunakan indikator MM dan

larutan buffer amonia.

Tujuan

Dapat mengetahui kandungan Kalsium dalam batu kapur secara gravimteri.

Reaksi

CaCO3 + 2 H2O CaCl2 + H2O + CO2

CaCl2 + (NH4)2C2O4 CaC2O4 + NH4Cl

CaC2O4 CaCO3 + CO

CaCO3 CaO + H2O

CaO + H2SO4 CaSO4 + H2O

Alat yang digunakan :

- Neraca analitis

- Botol timbang

- Gelas kimia

- Pipet ukur

- Batang pengaduk

- Pipet tetes

- Penangas air

- Corong panjang

- Tiang penyaring

- Botol semprot

- Cawan

- Oven

- Pembakar bunsen

- Kassa

- Segitiga porcelen

Bahan:

- Sampel garam kalsium ( Batu Kapur )

- Larutan HCl 1:1

- Larutan NH4OH 7 N

- Indikator metil merah

- Larutan amonium oksalat 0,1 %

- Aquadest

- Kertas saring

Cara Kerja :

• Timbang teliti + 0,2 gram contoh garam kalsium, masukkan ke dalam gelas kimia 400

mL.

• Larutkan contoh garam barium dengan 200 mL aquadest.

17

Page 18: makalah gravimetri final.docx

• Tambahkan 15 mL larutan HCl 1:1 kemudian panaskan hingga larut dan didihkan

beberapa menit untuk menghilangkan CO2.

• Hentikan pemanasan lalu encerkan hingga 200 mL kemudian tambahkan 2 tetes metil

merah 0,1 %.

• Panaskan hingga hampir mendidih, kemudian tambahkan larutan panas amonium oksalat

(2 gram dalam 50 mL air) perlahan ke dalam larutan sampel.

• Netralkan larutan dengan NH4OH 7 N sambil diaduk hinggawarna larutan menjadi

kuning.

• Biarkan endapan dan larutannya (digest) minimal 1 jam, kemudian tes kesempurnaan

pengendapan.

• Saring endapan dengan cara dekantasikan melalui kertas saring yang sesuai.

• Cuci endapan dengan larutan amonium oksalat 0,1 % dingin hingga bebas ion Cl-.

• Keringkan pada 100-120 oC, kemudian arangkan dan abukan kertas saring dengan api

kecil.

• Pijarkan endapan, biarkan mendingin dalam eksikator, dan timbang endapan sebagai

CaCO3.

• Lakukan pengerjaan ini beberapa kali (dengan pemijaran selama 15 menit) sampai

diperoleh berat yang konstan

• Hitung kadar barium sebagai endapan CaCO3

Perhitungan

Kadar Ca= fk × bobot abubobot sampel

× 100 %

fk= CaCaSO 4

Menentukan Kadar Sulfat Secara Gravimetri

18

Page 19: makalah gravimetri final.docx

Tujuan

Menentukan kadar sulfat dalam suatu sampel dengan cara mengendapkan sulfat

tersebut dengan pereaksi pengendap BaCl2

Dasar Teori

Sulfat dapat ditentukan dengan cara mengendapkannya dengan barium khlorida

(BaCl2) untuk membentuk endapan barium sulfat (BaSO4). Partikel endapan BaSO4 terlalu

kecil untuk disaring sehingga perlu didigest untuk membentuk kristal yang lebih besar.

Proses ini menghasilkan kristal yang sukar larut. Sumber kesalahan berasal dari

coprecipitation dari beberapa kation seperti kalium dan besi (II).Salah satu alternatif untuk

mengatasi masalah tersebut dapat diatasi dengan cara menambahkan larutan sampel yang

panas kedalam larutan BaCl2 panas. Hal ini akan mengurangi adanya coprecipitation.

Reaksi

Alat dan Bahan

Alat Bahan

1. Oven 1. NaSO4

2. Porselin Crucible 2. HCl pekat

3. Beaker Glass 600 ml 3. BaSO4

4. Kertas Saring 4. Aquadest

5. Kaca Arloji

6. Pipet tetes

7. Tanur

8. Burner

9. Pipet Volumetrik

Metode Kerja

1. Keringkan sampel yang mengandung sulfat didalam oven selama 1 jam dengan

suhu 1100C.

2. Keringkan juga porselin crucible didalam oven sampai mencapai berat konstan.

3. Timbang sekitar 0,3 – 0,5 gram sampel yang telah dingin didalam beaker glass 600

ml.

4. Larutkan sampel dengan 150 ml aquades dan tambah 2 ml HCl pekat.

19

Page 20: makalah gravimetri final.docx

5. Panaskan mendekati titik didih. Hitung milimol BaCl2 yang diperlukan untuk

mengendapkan semua sulfat tersebut.

6. Tambahkan 50 ml kedalam volume tertentu dari larutan BaCl2 dan panaskan

hampir mendidih.

7. Sambil diaduk terus, tambahkan larutan sampel panas perlahan-lahan. Biarkan

endapan terbentuk sempurna.

8. Tambahkan beberapa tetes BaCl2 untuk melengkapi endapan yang terbentuk

9. Setelah pengendapan lengkap, tutup beaker dengan gelas/kaca arloji. Diges

endapan yang terbentuk dengan suhu dibawah titik didih.

10. Setelah dingin, endapan disaring dengan kertas bebas abu (Whatmann 40).

11. Cuci beberapa kali dengan aquades hangat.

12. Lipat kertas saring dan taruh didalam crucible yang telah ditimbang

13. Panaskan dengan burner tetapi harus cukup udara selama pemanasan sampai kertas

saring telah hangat.

14. Keringkan dalam tanur sekitar 1 jam atau sampai mencapai berat konstan

15. Percobaan dilakukan 3 kali.

16. Hitung kadar sulfat (SO4) yang ada dalam sampel

Perhitungan

20

Page 21: makalah gravimetri final.docx

Penetapan Kadar Nikel dalam contoh Nikel sulfat (NiCl2.6H2O) dengan

Metode Gravimetri

Tujuan

Untuk menentukan kandungan nikel dalam sampel dengan cara pengendapan dan

penimbangan kompleks nikel-dimetilglioksin.

Prinsip

Ion Ni2+ dilarutkan cuplikannya dan kemudian diendapkan dengan larutan

dimetilglioksim (DMG). Endapan Ni-DMG yang berwarna merah disaring, lalu

dipanaskan pada suhu 110-120°C sampai diperoleh berat konstan dan kadar Ni2 +

dapat dihitung dari endapan ini.

REAKSI

CARA KERJA

1. Ditimbang 0,5 gram sampel,dan dimasukkan kedalam beaker gelas.

2. Ditambahkan 5 ml as. klorida (HCl) 0,1 N dan diencerkan hingga volume 200 ml.

3. Larutan dipanaskan di atas penangas hingga 70-80 oC dan ditambahkan

dimetilglioksimat (C4H8O2N2) 1% sebanyak 120 ml, kemudian segera ditambahkan

larutan ammonia 1 M sebanyak 2 tetes .

4. Didiamkan diatas penangas selama 20-30 menit hingga terbentuk endapan yang

sempurna.

5. Diangkat dari penangas dan didinginkan dengan menyelupkan beaker gelas

kedalam air dingin lalu disaring.

6. Endapan yang telah disaring dicuci kembali dengan aquades agar bebas klorida lalu

dipindahkan ke dalam cawan porselen yang telah kering dan ditimbang

sebelumnya.

7. Endapan didalam cawan dipanaskan diatas penangas selama 50 menit atau hingga

endapan membentuk serbuk.

8. Endapan didinginkan, ditimbang bersama dengan cawan, dan diulangi pengeringan

3 kali untuk mendapatkan hasil konstan.

9. Dihitung persentase Nikel.

21

Page 22: makalah gravimetri final.docx

Perhitungan

22

Page 23: makalah gravimetri final.docx

PENETAPAN AIR KRISTAL TERUSI

Dasar Teori

Pada penentuan air kristal terusi (CuSO4.xH2O), kristal terusi yang mengikat air

kristal berwarna biru, sedangkan yang tanpa air kristal berwana putih. Pada penentuan

kadar besi sebagai besi (III) oksida, Besi (III) diendapkan dengan amonia sebagai besi (III)

hidroksida. Endapan ini telah dipisahkan dan dibersihkan serta dipijarkan, kemudian

ditimbang sebagai besi (III) oksida (Tim Dosen, 2011: 9).

ALAT DAN BAHAN

Alat

1. Gelas ukur 10 ml dan 250 ml

2. Gelas kimia 250 ml, 500 ml dan

600 ml

3. Pipet tetes

4. Neraca digital

5. Krus porselin 2 buah

6. Kompor gas

7. Oven dan stopwatch

8. Penjepit besi dan penjepit kayu

9. Eksikator

10. Corong biasa

11. Tanur

12. Labu erlenmeyer 250 ml 1 buah

13. Batang pengaduk

14. Kasa asbes

15. Labu semprot

16. Lap halus

Bahan

1. Kristal terusi (CuSO4.5H2O) 0,5 gram

2. (NH4) Fe (SO4)2 (Besi (III) Amonium Sulfat ) 0,4 gram

3. Aquades (H2O)

4. Asam Klorida (HCl) 1:1

5. Asam Nitrat (HNO3) pekat

6. Kertas saring whatman

7. NH4NO3 1% (Amonia)

8. NH31:1 (Amonia)

9. Aluminium Foil

10. Korek Api

23

Page 24: makalah gravimetri final.docx

PROSEDUR KERJA

1. Penentuan kandungan air kristal terusi (CuSO4∙5H2O)

2. Menimbang 0,5 gram kristal terusi dengan menggunakan cawan porselen yang telah

kering dan mencatat sebagai W0.

3. Memanaskan di dalam oven selama 1 jam sampai kristal CuSO4 berwarna putih.

4. Mendinginkan 1 menit di udara kemudian melanjutkan proses pendinginan di dalam

eksikator selama 45 menit.

5. Setelah didinginkan, kemudian melalukan penimbangan dan mencatat berat sebagai

W1.

6. Memanaskan kembali kristal CuSO4 di dalam oven selama 30 menit.

7. Mengulangi langkah (3) dan mencatat beratnya sebagai W2.

8. Mengulangi langkah (5) dan (6) sampai selisih dua kali penimbangan hanya beberapa

mg saja dan mencatat berat terakhir sebagai Wn.

Perhitungan

Wn       = (W2 + krus) gram – W krus kosong

Menurut teori:

CuSO4∙5H2O → CuSO4 + 5 H2O

0,5 g                   -              -

Mol CuSO4∙5H2O = Mol CuSO4 = massa CuSO4 = mol x Mm CuSO4

= 0,0027 mol  = 0,0027 mol x 161,37 g/mol = 0,44 g

Mol H2O = massa H2O = mol x Mm H2O

= 0,0135 mol  = 0,0135 mol x 18 g/mol = 0,243 g

24

Page 25: makalah gravimetri final.docx

Penetapan Kadar Besi dalam Garam Tunjung (FeSO4.7 H2O)

Dasar Teori

Garam besi (II) yang tidak mantap dioksidasikan dengan HNO3, air brom atau hidrogen peroksida menjadi besi (III) yang mantap. Kemudian Besi (III) diendapkan dengan larutan ammonium menjadi endapan selai besi hidroksida berwarna coklat yang setelah diijarkan menjadi besi (III) oksida.

Tujuan

untuk mengetahui kadar Besi secara analisis gravimetri dalam garam tunjung.

Reaksi

FeSO4 .7→ FeSO4+7 H2 O

2 HNO3→ H2 O + 2 NO↑ + 3 On

6 FeSO4 + 6 HNO3 +3 On → 2 Fe( NO3 )3 +2 Fe2(SO4 )3+ 3 H2 O

2 Fe( NO3 )3 +2 Fe2 (SO4 )3 + 18 N H4 OH →6 Fe(OH)3 ↓ + 6 (NH4 )2 SO4 + 6 NH4 NO3

6 Fe(OH)3↓→ 3 F e2 O3 + 9H2O

Alat dan Bahan

Alat-Alat:

1. kaca arloji2. Tabung reaksi3. Neraca analitik4. Piala gelas 400 ml5. Piala Gelas 800 ml6. Pengaduk7. Labu semprot8. Gelas ukur 25 ml9. Tek;lu meker10. Tanur

11. Gegep besi12. Kaki tiga13. Kasa asbes14. Thermometer15. Corong16. Penyangga corong17. Cawan porselin18. Segitiga porselin19. Oven20. Policemen21. Eksikator22. Kertas saring tak berabu no. 41

Bahan-Bahan:

1. garam tunjung (FeSO4.7H2O)2. larutan HNO3 4 N3. larutan NH4OH 2 N4. Larutan NH4Cl 2 N

5. Larutan BaCl2

6. Larutan AgCl7. Larutan HCl8. Air suling

25

Page 26: makalah gravimetri final.docx

Cara Kerja

1. Ditimbang 0.2 gram garam tunjung dengan teliti.2. Dilarutkan dengan 50 ml air suling lalu ditambahklan 5 ml HNO3 4 N.3. Larutan dididihkan hingga warna berubah menjadi kuning.4. Larutan diuji dengan 1 tetes NH4OH 2 N, bila terbentuk endapan berwarna merah

kecoklatan maka Besi (II) sudah dioksidasikan menjadi Besi (III) dan bila terbentuk endapan berwarna hijau maka pengoksidasian kurang sempurna dan harus ditambahkan HNO3 lagi.

5. Jika pengoksidasian sudah sempurna, maka larutan diencerkan dengan air suling sampai 100 ml, bila terjadi kekeruhan maka diasamkan dengan HCl 4 N sampai lautan jernih kembali.

6. Larutan contoh lalu dipanaskan hingga suhunya mencapai 70 – 80 0 C dengan menggunakan thermometer.

7. Lalu larutan ditambahkan 10 ml NH4Cl 4 N, kemudian diendapkan dengan NH4OH 2 N berlebihan hingga tercium bau amoniak.

8. Larutan didiamkan hingga cairan dan endapan terpisah (disiapkan kertas saring no. 41 lalu dimasukkan ke dalam corong da isi batang corong sampai penuh dan labu semprot yang berisi air suling dipanaskan.

9. Setelah endapan mengenap, dituang cairan jernihnya terlebih dahulu, setelah cairan jernihnya habis lalu ditambahkan air suling panas (pencucian endapan). Setelah beberapa kali pencucian endapan lalu dilakukan uji bebas pengotor klorida dengan cara:

a. disiapkan 2 tabung reaksi, tabung pertama diisi hasil saringan, tabung 2 diidi air suling.

b. kedalam kedua tabung tersebut ditambahkan HNO3 (sedikit saja) dan ditambahkan AgNO3 1 tetes.

c. dibandingkan hasil pada kedua tabung, bila pada tabung pertama sama jernihnya dengan tabung kedua dapat disimpulkan endapan sudah bebas pengotor klorida.

10. Lalu diuji bebas pegotor sulfat dengan cara:a. disiapkan 3 tabung reaski, tabung pertama diisi hasil saringan, tabung kedua

diisi air suling, sedangkan tabung ketiga diisi BaCl2 , ketiga tabung tersebut dididihkan.

b. setelahm endidih, tabung pertama dan kedua ditambahkan BaCl2 (pada tabung kedua ditambahkan HCl terlebih dahulu).

c. dibandingkan hasil pada kedua tabung, bila pada tabung pertama sama jernihnya dengan tabung kedua dapat disimpulkan endapan sudah bebas pengotor sulfat.

11. Setelah semua endapan sudah berada dikertas saring, oven kertas saring sampai agak kering, dimasukkan ke dalam cawan porselen (yang sebelumnya telah dipanaskan, dipijarkan, didinginkan dan ditimbang sehingga diketahui bobot kosongnya), dipanaskan lalu dipijarkan, diabukan kemudian didinginkan lalu ditimbang hingga didapat bobot tetap.

26

Page 27: makalah gravimetri final.docx

Perhitungan

Kadar Fe ( II)= fk × bobot abubobot sampel

× 100 %

fk= 2 FeFe2 O 3

Penetapan Kadar Abu dalam Ikan Asin

1. Dasar

Contoh dipijarkan pada suhu tinggi (550oC) pada suhu tersebut zat organik

dalam contoh akan mengurai sedangkan yang tersisa adalah oksida-oksida logam,

yang ditetapkan secara gravimetri dan dilakukan metode pengabuan bertingkat

(hasil pemijaran pertama dilarutkan dengan air lalu dipjarkan kembali) untuk

melepaskan karbon yang teroklusi oleh NaCl.

27

Page 28: makalah gravimetri final.docx

2. Reaksi

Ikan asin CO2 + H2O + MxOy

3. Cara Kerja

a. Contoh ikan asin digiling halus

b. Ditimbang + 2 gram contoh ke dalam cawan porselen yang telah diketahui

bobot kosongnya

c. Diperarang lalu dipijarkan

d. Ditambahkan 5 mL air panas kemudian diaduk

e. Diuapkan di penangas air atau diuapkan diatas api teklu sampai semua airnya

menguap

f. Dipijarkan kembali

g. Didinginkan di dalam eksikator

h. Ditimbang hingga diperoleh bobot tetap

4. Perhitungan

Kadar abu = Bobot abu x 100% Bobot contoh

PENETAPAN KADAR LOGAM CU DALAM SAMPEL TERUSI

DASAR

Larutan garam tembaga(II) panas diendapkan dengan larutan basa kuat

menjadi endapan Cu(OH)2 yang berwarna biru, yang karena panas kemudian

mengurai menjadi endapan CuO yang berwarna hitam.

REAKSI

CuSO4.5H2O → CuSO4 + 5H2O

CuSO4 + 2NaOH → Cu(OH)2 + Na2SO4

Cu(OH)2 → CuO + H2O

28

Page 29: makalah gravimetri final.docx

CARA KERJA

1.Ditimbang ± 0,2 g sampel terusi.

2.Dimasukkan ke dalam piala gelas 400 mL, dilarutkan dengan 100 mL air suling,

3.Dibubuhi beberapa tetes H2SO4 4N sampai jernih.

4.Larutan dididihkan.

5.Diendapkan dengan NaOH 4N.

6.Diuji endapan sempurna (dicek basa atau tidak larutan di atas endapan dengan

menggunakan kertas lakmus merah, jika sudah basa bisa dilanjutkan ke tahap

selanjutnya, jika tidak basa ditambah NaOH lagi).

7.Endapan disaring dengan kertas saring Whatman no. 540.

8.Dicuci dengan air suling sampai bebas pengotor basa dan SO42-.

9.Endapan dikeringkan dalam oven, dilipat, lalu dikeringkan lagi.

10.Kertas saring diabukan dan dipijarkan dalam cawan porselen.

11.Didinginkan cawan porselen di dalam desikator.

12.Ditimbang cawan porselen.

13.Diulangi tahap no. 10 s/d 12 sampai diperoleh bobot tetap (CuO).

PERHITUNGAN

%Cu = bobot abu x BM Cu x 100%

Bobot spl x BM CuO

DAFTAR PUSTAKA

Krisnandi, Ismail. 2004. Pengantar Kimia Analisis I (Gravimetri). Bogor: SMAKBo.

http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-kesehatan/pemisahan-kimia-dan-analisis/

gravimetri/ (Rabu, 6 Juni 2012, 15:28)

http://www.artikelkimia.info/syarat-pemijaran-endapan-pd-gravimetri-01082324012012

(Kamis, 7 Juni 2012, 12:30)

http://eckho.webs.com/ddka.htm (Kamis, 7 Juni 2012, 12:38)

29

Page 30: makalah gravimetri final.docx

http://tothelastbreath.wordpress.com/2011/06/01/analisa-gravimetri/ (Kamis, 7 Juni 2012,

12:42)

www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-kesehatan/pemisahan-kimia-dan-analisis/

sampling/ (Kamis, 7 Juni 2012, , 23:45)

http://yasmarlee.files.wordpress.com/2010/09/gravimetrik.ppt 12:34

http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-kesehatan/pemisahan-kimia-dan-analisis/

gravimetri/(Senin, 4 Juni 2012 12:35)

http://www.batan.go.id/ptbn/php/pdf-publikasi/presentasi-2007/31-Syamsul-2.pdf (Senin,

4 Juni 2012 12:37)

http://yusufzae.blogspot.com/2011/12/laporan-penentuan-kadar-sulfat-secara.html 12:39

http://nhinstein.wordpress.com/2012/05/14/penentuan-kadar-air-pada-bahan-makanan-

secara-gravimetri/ (Senin, 4 Juni 2012 12:40)

http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._KIMIA/196611151991011-

HOKCU_SUHANDA/GRAVIMETRI/Gravimetri_Revisi.pdf 12:31

http://blog.tp.ac.id/wp-content/uploads/898/download-gravimetri2.pdf (Senin, 4 Juni 2012

12:27)

MAKALAH KIMIA ANALISIS II

GRAVIMETRI

Disusun Oleh :

Amelia (0621.10.025)

Arie Anggraeny (0621.10.008)

30

Page 31: makalah gravimetri final.docx

Diana Mekar Jayanti (0621.10.014)

Esti Andarini (0621.10.009)

Mega Masittha (0621.10.021)

Mori Ikhlas (0621.10.034)

Sartika Anggun Sari (0621.10.019)

Yuniasari (0621.10.011)

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PAKUAN

BOGOR

2012

31