Gravimetri Hehe

28
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK GRAVIMETRI (Meja 3 – Ba 2+ ) SURABAYA 2009

Transcript of Gravimetri Hehe

Page 1: Gravimetri Hehe

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK

GRAVIMETRI

(Meja 3 – Ba2+)

SURABAYA

2009

Page 2: Gravimetri Hehe

GRAVIMETRI

Tujuan instruksional umum:

Mengetahui cara penentuan kadar suatu zat dengan metode alkalimetri

Tujuan instruksional khusus:

Menentukan kadar suatu zat dengan metode alkalimetri

Dasar teori

Metode analisis gravimetrik didasarkan pada reaksi kimia seperti

aA + rR → AaRr

di mana a molekul analit, A, bereaksi dengan r molekul reagen R. Produknya, yakni

AaRr, biasanya merupakan suatu substansi yang sedikit larut yang bisa ditimbang

setelah pengeringan, atau yang bisa dibakar menjadi senyawa lain yang komposisinya

diketahui, untuk kemudian ditimbang. Biasanya reagen R ditambahkan secara

berlebih untuk menekan kelarutan endapan.

Persyaratan berikut haruslah dipenuhi agar metode gravimetrik berhasil:

1. Proses pemisahan hendaknya cukup sempurna sehingga kuantitas analit yang

tak terendapkan secara analitis tak dapat dideteksi (biasanya 0,1 mg atau

kurang, dalam menetapkan penyusunan utama dari suatu makro).

2. Zat yang ditimbang hendaknya mempunyai susunan yang pasti dan hendaknya

murni, atau sangat hampir murni. Bila tidak akan diperoleh hasil yang galat.

(Jr., R.A. Day, dan A.L. Underwood.1998: 67-68)

Page 3: Gravimetri Hehe

Salah satu kesulitan dalam pengendapan pada analisis gravimetri adalah

memperoleh endapan tersebut dengan kemurnian yang tinggi. Zat-zat yang

normalnya mudah larut dapat diturunkan selama pengendapan zat yang diinginkan

dengan suatu proses yang disebut kopresipitasi. Misalnya, bila asam sulfat

ditambahkan ke larutan barium klorida yang mengandung sejumlah kecil ion nitrat,

endapan barium sulfat yang diperoleh mengandung barium nitrat. Maka dikatakan

bahwa nitrat tersebut terkopresipitasi dengan sulfat.

(Jr., R.A. Day, dan A.L. Underwood.1998: 74)

Barium sulfat merupakan endapan kristalin yang kelarutannya sangat kecil

dalam air. Pengendapan dari larutan pekat dan dingin menghasilkan produk yang

halus dan dapat melalui kertas saring, tetapi jika pengendapan dilakukan dari larutan

encer panas dan diberikan waktu pencernaan (digestion), endapan yang lebih kasar

bisa didapatkan dan dipisahkan dengan filtrasi secara mudah. Oleh karena itu proses

pengendapan dilakukan dalam keadaan panas.

Kelarutan barium sulfat kecil, dan diperkecil lagi oleh kelebihan ion barium

atau ion sulfat. Namun kelarutannya akan meningkat dengan kehadiran ion

hidronium. Ini karena penekanan konsentrasi ion sulfat oleh pembentukan ion bisulfat

HSO4-. Pada kehadiran 1 N asam klorida kelarutannya sekitar tiga puluh kali lebih

besar daripada di dalam air murni. Pengendapan dilakukan dalam larutan asam,

karena endapan yang didapatkan tidak hanya lebih sedikit terkontaminasi dapripada

endapan dalam larutan netral, tetapi juga terdiri dari kristal yang lebih besar dan

karena itu lebih mudah disaring. Kehadiran asam juga mencegah terjadinya

pengendapan barium karbonat, barium fosfat, dan garam barium lainnya yang tidak

larut dalam larutan netral.

Kopresipitasi dari garam-garam lain dengan barium sulfat sangat mungkin

terjadi sekalipun endapan tersebut terbentuk di bawah kondisi yang paling baik, yaitu

dengan penambahan asam sulfat pada larutan barium klorida. Klorida dan sulfat dari

Page 4: Gravimetri Hehe

kation univalen paling sedikit diadsorpsi senyawa asing. Ion nitrat dan klorat, jika

hadir, sedikit diadsorpsi sebagai garam barium. Logam bivalen yang sulfatnya terlarut

menyebabkan sedikit lebih banyak kesulitan daripada logam univalen, tetapi

kehadiran senyawa apapun yang memiliki sulfat dengan kelarutan kecil harus

dihindari. Logam trivalen yang sering hadir adalah besi, aluminium, dan kromium.

Dari ketiganya, besi dikopresipitasikan dalam jumlah yang sangat besar, biasanya

sebagai sulfat dasar, dan kromium dan aluminium diendapkan dalam jumlah yang

lebih kecil. Keberadaan kromium, harus dihindari karena dapat membentuk larutan

kompleks dengan ion sulfat.

Pengendapan kembali tidak dapat dilakukan untuk mendapatkan endapan

yang lebih murni dari barium sulfat, karena tidak ada pelarut yang tersedia yang dapat

melarutkan endapan. Kopresipitasi senyawa tertentu paling baik dicegah dengan

penghilangan ion pengganggu, baik oleh pengendapan ataupun oleh reaksi kimia. Ion

ferri yang dengan mudah dikopresipitasikan dapat direduksi menjadi ion ferro, atau

dapat dihilangkan dengan pengendapan sebagai hidroksida sebelum pengendapan

barium sulfat. Karena tidak semua senyawa dapat dihilangkan (misalnya ion alkali

dan ion ammonium) , kopresipitasinya hanya mungkin diminimalkan dengan kondisi

yang sesuai dari pembentukan dan pencernaan endapan.

Kopresipitasi membuat hasilnya tinggi atau rendah. Dalam penentuan sulfat,

adsorpsi barium klorida memberikan hasil yang tinggi, tetapi adsorpsi asam sulfat

(sebagai asam sulfat ataupun sebagai barium sulfat) memberikan hasil yang rendah

karena asam sulfat diuapkan selama pengabuan. Untuk alasan yang sama, adsorpsi

ferri sulfat memberikan hasil yang rendah. Adsorpsi barium klorida memberikan hasil

rendah dalam penentuan barium, tetapi semua sulfat asing memberikan hasil yang

tinggi.

Page 5: Gravimetri Hehe

Pembakaran barium sulfat memiliki beberapa kesulitan,. Jika kertas saring

digunakan, kertas tersebut harus dibakar secara hati-hati dengan dengan akses udara

yang besar, karena sulfat dapat tereduksi oleh karbon.

BaSO4(aq) + 4C(S) → BaS(s) + 4CO(g)

Krus berpori dapat digunakan untuk penentuan kadar barium, karena mampu

mengeliminasi reduksi apapun dari endapan. Endapan harus diabukan pada

temperatur 700-800°C untuk menghilangkan air.

(Pierce, Haenisch, Sawyer, 1958: 365-367)

Tahapan dalam analisis gravimetri adalah:

Pelarutan sampel

Kebanyakan analisis menggunakan sampel yang berasal dari material padat,

sehingga harus dilarutkan terlebih dahulu.

Pengendapan

Endapan yang digunakan dalam prosedur gravimetri harus memiliki kelarutan

yang rendah, dapat disaring, dan sangat murni.

Digestion

Endapan dibiarkan terendam dalam larutan induknya selama satu atau

beberapa jam pada suhu mendekati titik didih larutan. Ini untuk membiarkan

pematangan Ostwald dari endapan. Keuntungan dari tahap ini adalah:

1) meningkatkan ukuran partikel,

2) meningkatkan luas permukaan dan jumlah material yang diadsorpsi, serta

3) memperbaiki kemampuan penyaringan karena kristal menjadi lebih besar

dan lebih teratur bentuknya.

Page 6: Gravimetri Hehe

Penyaringan / Pemisahan

Metode penyaringan yang digunakan tidak memiliki dampak pada kemurnian

ataupun komponen endapan. Tetapi komponen tersebutlah yang

mempengaruhi pemilihan metode. Komponen yang berbeda membutuhkan

cara penyaringan yang berbeda pula.

Pencucian

Endapan dicuci untuk menghilangkan larutan induk dan kotoran permukaan

terlarut yang melekat

Pengeringan dan pengabuan

Endapan basah harus dikeringkan sepenuhnya sebelum dapat ditimbang

sebagai zat murni. Jika penyaringan dilakukan dengan menggunakan kertas,

maka kertas tersebut harus dibakar selama pengabuan.

(Pierce, Haenisch, Sawyer, 1958: 348-352)

Penyaringan pada larutan sampel barium klorida menggunakan metode

dekantasi. Pada dekantasi, dekantat dialirkan secara hati-hati dari endapan yang

terendam pada dasar beaker. Hal itu seringkali merupakan tindakan pencegahan yang

dilakukan untuk mengalirkan larutan melalui filter, yang membutuhkan sedikit waktu

ekstra pada larutan jernih. Pencucian berulang-ulang dan dekantasi menyempurnakan

proses dan menyebabkan jauh lebih banyak kontak efektif antara endapan dengan

larutan pencuci daripada yang mungkin terjadi setelah pemadatan pada dasar filter.

(Kolthoff dan Elving, 1975: 6828)

Kertas saring terdiri dari berbagai jenis dan daya serap, tergantung pada

pemakaiannya. Kertas saring kuantitatif dibuat dengan daya serap beberapa derajat.

Ini penting untuk memilih kertas saring dengan kelas yang sesuai untuk endapan yang

Page 7: Gravimetri Hehe

diuji. Penggunaan kertas saring yang terlalu kasar akan meloloskan Kristal-kristal

kecil melalui filter, dan penggunaan kertas saring yang terlalu halus akan membuat

penyaringan terlalu lama.” Berikut ini adalah beberapa kertas saring yang dapat

digunakan dalam analisa kuantitatif:

W S&S JG derajat

daya

serap

kecepatan penggunaaan Berat abu rata-

rata per

diameter 9 cm

41 589-1 801 kasar sangat

cepat

Endapan gelatin < 0.1 mg

40 589-2 802 sedang cepat Endapan kristalin

biasa

< 0,1 mg

42 589-3 803 halus lambat Endapan kristalin

yang sangat halus

< 0.1 mg

W = Whatman JG = J. Green

S&S = Schleicher dan Schull

(Pierce, Haenisch, Sawyer, 1958: 68)

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan:

Pipet volume 10 mL

Erlenmeyer 250 mL

Pengaduk

Krus

Kertas saring Whatmann no. 40

Kaki tiga

Beaker glass 250 mL

Corong

Page 8: Gravimetri Hehe

Pipet tetes

Eksikator

Tang krus

Oven

Kaca arloji

Segitiga porselin

Waterbath

Timbangan kasar

Timbangan analitis

Bahan yang digunakan:

Barium Klorida

Akuades

Asam Sulfat 2 N

Asam Nitrat encer (1 : 400)

Perak Nitrat 0,1 N

Pembuatan Reagen

Pembuatan larutan H2SO4 2 N

Volume H2SO4 yang dibutuhkan = 3 meja x 2 x 30 mL = 180 mL = 0,18 L (untuk 15

orang)

= 1,84 kg/L

Kadar = 96%

= 96% x 1,84 = 1,7664 kg/L = 1766,4 gr/L

Normalitas H2SO4 = massa

Mr× valensi

Page 9: Gravimetri Hehe

= 1766,498,08

× 2

= 36,02 N

N1 . V1 = N2 . V2

2 . 180 = 36,02 . V2

V2 = 9,99 mL

Cara kerja:

1. Memasukkan 50 mL akuades ke dalam beaker glass

2. Memasukkan 9,99 mL H2SO4 pekat ke dalam beaker glass tersebut

3. Menambahkan akuades lagi ke dalam beaker glass tersebut hingga volumenya

180 mL

Pembuatan larutan AgNO3 0,1 N

Volume AgNO3 yang dibutuhkan = 15 mL x 15 orang = 225 mL → 250 mL

Mr AgNO3 = 169, 8731

N = massa

Mr×

1000v

0,1 = massa

169,8731×

1000250

massa = 4,2468 g

Cara kerja:

1. Mengetes akuades apakah mengandung halogen atau tidak (pada tabung

reaksi)

2. Bila tidak mengandung halogen, mencuci beaker glass 250 mL

Page 10: Gravimetri Hehe

3. Membilas beaker glass dengan akuades 3-4 kali

4. Menimbang 4, 2468 g AgNO3

5. Memasukkan AgNO3 yang telah ditimbang ke dalam beaker glass 250 mL

6. Menambahkan HNO3 pekat ± 3 tetes ke dalam beaker glass tersebut

7. Menambahkan akuades sampai 250 mL, homogenkan

8. Memindahkan larutan tersebut ke botol coklat, homogenkan

Pembuatan HNO3 encer (1 : 400)

Volume HNO3 = 1

400× 100 mL=0,25 mL

1 mL = ± 20 tetes → 0,25 mL = ± 5 tetes

Volume akuades = 400400

× 100 mL=100 mL

Cara kerja:

1. Memasukkan 100 mL akuades ke dalam beaker glass

2. Menambahkan 5 tetes HNO3 pekat

3. Menghomogenkan

Cara Kerja

Penentuan Kadar Ba2+ dalam Larutan Barium Klorida sebagai Barium Sulfat

1. Pengendapan

1. memipet 10,0 mL lautan sampel dan memasukkannya ke dalam beaker glass

2. mengencerkan sampel dengan akuades sampai 100 mL

Page 11: Gravimetri Hehe

3. memanaskan sampel dalam waterbath sampai hampir mendidih

4. memanaskan 30 mL asam sulfat 2 N dalam beaker glass lain

5.menambahkan larutan asam sulfat panas tersebut ke dalam sampel melalui

dinding beaker glass setetes demi setetes sambil diaduk sampai pengendapan

sempurna

6. mendiamkan sebentar larutan tersebut sampai endapan terpisah

7.melakukan tes untuk mengetahui apakah endapan Ba2+ telah diendapkan

sempurna dengan meneteskan asam sulfat 2 N pada larutan melalui dinding

beaker glass sampai tidak timbul kekeruhan

8. memanaskan larutan tersebut di atas waterbath selama satu jam

* selama proses pemanasan, krus yang telah ditimbang kasar dipijarkan

dikonstankan beratnya dengan pemijaran

2. Penyaringan dan Pemijaran

1. menyiapkan kertas saring bebas abu (Whatmann no. 40) dan corong panjang

2. menyaring endapan dengan cara dekantasi, dan filtrat ditampung dalam

erlenmeyer

3. mencuci endapan dengan akuades panas sampai 4 kali

3. Pengeringan dan Pemijaran Endapan

1. meletakkan kertas saring dan endapan di atas kaca arloji dan

mengeringkannya dalam oven bersuhu 90-105°C selama 5 menit

2. memasukkan kertas saring dan endapan yang sudah konstan ke dalam krus

yang telah konstan

Page 12: Gravimetri Hehe

3. memijarkan krus dan isinya di atas api kecil dulu, kemudian api dibesarkan.

Pemijaran dilakukan sampai karbon habis

4. mendinginkan krus di atas porselin, kemudian di dalam eksikator, dan

menimbangnya

5. mengulang pemijaran dan penimbangan sampai diperoleh berat krus yang

konstan

6. menghitung kadar Ba2+ dalam sampel (satuan Molaritas)

Data Penimbangan dan Perhitungan

Data penimbangan krus:

Berat krus kosong (kasar) : 14,00 g

Berat krus kosong (analitis) I : 14,0088 g

Berat krus kosong (analitis) II : 14,0083 g

Berat krus kosong (analitis) III : 14,0078 g

Berat krus kosong (analitis) IV : 14,0088 g

Berat krus kosong (analitis) V : 14,0087 g

Berat krus + endapan BaSO4 (analitis) I = 14,2418 g

Berat krus + endapan BaSO4 (analitis) II = 14,2417 g

Berat BaSO4 = 0,2330 g

Page 13: Gravimetri Hehe

Kadar Ba 2+ dalam sampel (BaCl 2)

BaCl2(aq) + H2SO4(aq) → BaSO4(s)↓ + 2HCl(aq)

(putih)

mol Ba2+ = mol BaSO4

massaBa2+¿

Ar=

massa BaSO4

Mr¿

massaBa2+¿

137,3=0,2330

233,37¿

massa Ba2+¿=0,1371g¿ → dalam 100 mL larutan

Kadar Ba2+ setelah pengenceran = massaBa2+¿

Ar Ba×

1000v

¿

= 0,1371137,3

×1000100

= 9,9854.10-3 M

Kadar Ba2+ dalam sampel (sebelum pengenceran)

M 1 . V 1=M 2 .V 2

M 1 .10=9,9854. 10−3 .100

M 1=9,9854. 10−2 M

M1 = kadar Ba2+ sebelum pengenceran

V1 = volume Ba2+ sebelum pengenceran

M2 = kadar Ba2+ setelah pengenceran

V2 = volume Ba2+ setelah pengenceran

Page 14: Gravimetri Hehe

Pembahasan

Penentuan kadar Ba2+ dalam larutan BaCl2 dilakukan dengan

menambahkan larutan H2SO4 pada larutan BaCl2 sehingga menghasilkan endapan

BaSO4 yang berwarna putih menurut reaksi:

BaCl2(aq) + H2SO4(aq) → BaSO4(s)↓ + 2HCl(aq)

(putih)

Endapan ini kemudian dicuci dan disaring, dikeringkan, lalu diabukan sehingga

dapat ditentukan kadarnya.

Barium memiliki kelarutan yang kecil, dan akan semakin kecil dengan

penambahan ion sulfat, oleh karena itu, pada analisis ini dilakukan penambahan

asam sulfat untuk memperkecil kelarutan barium sehingga terjadi pengendapan

ion Ba2+ sebagai BaSO4. Selain itu, dengan penambahan asam sulfat akan

terbentuk larutan yang bersuasana asam (HCl). Dalam larutan asam, endapan yang

didapatkan tidak hanya lebih sedikit terkontaminasi daripada endapan dalam

larutan netral,tetapi juga kristalnya lebih besar dan karena itu lebih mudah

disaring. Kehadiran asam juga mencegah terjadinya pengendapan garam barium

lain yang tidak larut dalam larutan netral.

Penambahan asam sulfat pada larutan sampel yang telah diencerkan

dilakukan dalam keadaan panas, karena dari larutan encer dan panas akan

terbentuk endapan yang lebih kasar sehingga mudah disaring. Bila pengendapan

dilakukan dari larutan pekat dan dingin maka akan didapatkan endapan yang halus

sehingga endapan akan lolos dari kertas saring dan tidak dapat disaring.

Penyaringan endapan BaSO4 ini menggunakan kertas saring Whatman no.

40 yang bebas abu, sebab endapan ini akan dipijarkan dan ditimbang. Bila pada

kertas saring masih terdapat sedikit abu, maka akan mempengaruhi berat endapan

dan menyebabkan kesalahan dalam analisis.

“Kertas biasa yang digunakan dalam analisis kualitatif dapat mengandung beberapa

milligram abu per lembar, cukup banyak untuk membuat hasil analisis menjadi tidak

Page 15: Gravimetri Hehe

sesuai. Keras saring bebas abu adalah kertas saring yang telah diproses dengan asam

untuk menghilangkan sebagian besar unsur pokok anorganik, dan berat abu kertas

saring per lembar kertas saring dapat diabaikan.”

(Pierce, Haenisch, Sawyer, 1958: 68)

Selain itu, kertas saring Whatman no. 40 memiliki tekstur yang pas, tidak terlalu

kasar dan tidak terlalu halus, sehingga endapan dapat tersaring dengan baik dan

cepat.

Pemijaran krus beserta endapan memerlukan akses O2 yang banyak.

Sebab, selama pemijaran, sulfat dari endapan BaSO4 dapat tereduksi oleh karbon

dari kertas saring menjadi BaS.

Reaksinya: BaSO4(s) + 4C(s) → BaS(s) + 4CO(g)

Kehadiran O2 dalam jumlah besar akan mencegah reduksi sulfat, dan

mengembalikan reaksi seperti semula. Karena oksigen sebagai oksidator yang

akan mengoksidasi BaS menjadi BaSO4 kembali.

Kesimpulan

1. Kadar Ba2+ dalam sampel (BaCl2) adalah 9,9854. 10−2 M

2. Penentuan kadar Ba2+ dalam sampel dengan metode gravimetri dilakukan

dengan cara mengendapkan ion Ba2+ sebagai BaSO4.

3. Kertas saring yang digunakan pada analisis kadar Ba2+ dalam sampel adalah

kertas saring yang bebas abu untuk meminimalkan kesalahan hasil analisis

karena kontaminan.

4. Pemijaran krus beserta endapan dilakukan dengan akses O2 yang banyak agar

tidak endapan tidak mengalami reduksi.

Page 16: Gravimetri Hehe

Daftar Pustaka

Jr., R.A. Day, dan A.L. Underwood.Analisis Kimia Kuantitatif.1998.Jakarta:

Erlangga. Halaman 67-68, 74

Kolthoff,I.M., dan Philip J. Elving.Treatise On Analytical Chemistry, Part 1

Volume 11. 1975.Canada: John Wiley and Sons, Inc. Halaman 6828

Pierce, Haenisch, Sawyer.Quantitatif Analysis, Fourth Edition.1958.New York: John Wiley and Sons, Inc. Halaman 68, 348-352, 365-367

Page 17: Gravimetri Hehe

PR

1. 300 g batu-batuan yang mengandung Cl- dilarutkan ke dalam 500 mL asam

nitrat encer, dipipet 10 mL larutan tersebut dan Cl - diendapkan sebagai AgCl

diperoleh data sebagai berikut :

Berat sintered glass kosong = 14,6574 g

Berat sintered glass + AgCl = 15,0725 g

a. Hitung kadar Cl- dalam batu-batuan tersebut! (satuan : gram / L)

b. Hitung berapa % Cl- terdapat dalam batu-batuan tersebut!

Ar Ag = 108, Cl = 35,5

Cl(aq)−¿+HNO3( aq ) → HCl(aq )+NO3( aq)

−¿ ¿ ¿

HCl(aq)+Ag(aq)+ ¿→ AgCl(s )+ H( aq)

+¿¿ ¿

Berat AgCl = 14,6574 g - 15,0725 g = 0,4151 g

mol AgCl = mol Cl-

massa AgClMr AgCl

=massaCl−¿

Ar Cl¿

0,4151143,5

=massaCl−¿

35,5¿

massa Cl- = 0,1027 g → dalam 10 mL larutan

kadar Cl- = 0,1027 g

10 mL×

1 mL

10−3 L=¿ 10,27 g/L

Kadar sampel = 300 g sampel dalam 500 mL larutan

= 6 g sampel dalam 10 mL larutan

Page 18: Gravimetri Hehe

Kadar Cl- dalam batu-batuan (%) = beratCl−¿

berat sampel׿ 100%

= 0,1027

6× 100%

= 1,712%

2. 500 g batu-batuan mengandung Ba2+ dilarutkan dalam larutan asam klorida 500

mL, dipipet 10 mL larutan tersebut dan diendapkan sebagai barium sulfat.

Diperoleh data sebagai berikut:

Berat krus kosong 11,2232 g

Berat krus kosong + Barium Sulfat 11,6877 g

a.) Tentukan kadar Ba2+ tersebut (satuan g/L)

b.) Tentukan persentase Ba2+ dalam batu-batuan tersebut!

Ar Ba = 137, Ar S = 32, Ar O = 16

Ba(aq)2+¿+2 HCl( aq)→ BaCl2( aq)+2 H (aq)

+¿¿ ¿

BaCl2(aq)+SO42−¿→ BaSO4( s)+2 Cl( aq)

−¿¿ ¿

Berat BaSO4 = 11,6877 – 11,2232 = 0,4645 g

mol BaSO4 = mol Ba2+

massa BaSO4

Mr BaSO4

=massaBa2+¿

Ar Ba¿

0,4645233

=massaBa2+¿

137¿

massa Ba2+ = 0,2731 g → dalam 10 mL larutan

Page 19: Gravimetri Hehe

kadar Ba2+ = 0,2731 g

10 mL×

1mL

10−3 mL = 27,31 g/L

Kadar sampel = 500 g sampel dalam 500 mL larutan

= 10 g sampel dalam 10 mL larutan

Kadar Ba2+ dalam batu-batuan (%) = beratBa2+¿

berat sampel׿ 100%

= 0,2731

10× 100%

= 2,731%

3. Apa yang dimaksud dengan faktor konversi / gravimetri? Berilah sebuah contoh

perhitungan!

Faktor konversi adalah banyaknya gram analit dalam satu gram endapan.

Contoh: satu sampel bijih besi seberat 0,4852 g dilarutkan dalam asam, dan besi

dioksidasi ke keadaan oksidasi +3, dan selanjutnya diendapkan sebagai oksida

hidrous Fe2 O3 . xH2O. Endapan tersebut disaring, dicuci, dan dibakar menjadi

Fe2 O3, yang diketahui beratnya 0,2481 g. Hitunglah persentase besi (Fe) dalam

sampel tersebut.

Reaksinya: 2 Fe3+¿ → Fe2 O3 . xH2 O→ Fe2 O3 (s )¿

Karena 2 mol Fe menghasilkan 1 mol Fe2 O3, maka

mol Fe = mol Fe2 O3

massa FeAr Fe

=2×massa Fe2O3

Mr Fe2 O3

massa Fe55,85

=2×0,2481159,69

massa Fe = 0,1735 g

Page 20: Gravimetri Hehe

% Fe = 0,17350,4582

× 100 = 35,76

Dari contoh soal, faktor gravimetri adalah 2 x berat atom Fe per berat molekul

Fe2 O3 (2×Ar Fe

Mr Fe2 O3). Faktor gravimetri ini adalah jumlah gram Fe dalam 1 g

Fe2 O3.

Jadi, % A = berat endapan× faktor gravimetri

berat sampel× 100

4. Jelaskan perbedaan penggunaan krus dan sintered glass!

Krus dan sintered glass, keduanya dapat digunakan dalam pengeringan

endapan. Tetapi dalam pemanasan bertemperatur tinggi harus digunakan krus

porselin, karena sintered glass tidak akan dapat menahan temperatur yang

mendekati titik lelehnya. Sintered glass tidak boleh dipijarkan pada suhu lebih

dari 200°C. Berbeda dengan sintered glass, krus porselin dapat menahan suhu

yang jauh lebih tinggi, hingga 1200°C, tanpa perlu khawatir krus akan pecah.

5. Jelaskan tujuan penyaringan endapan dengan cara dekantasi!

Endapan disaring dengan cara dekankasi, yaitu endapan dalam larutan induk

tidak diaduk selama penuangan larutan melalui corong dan kertas saring.

Tujuan dekantasi ini adalah untuk mempertahankan ukuran partikel endapan.

Jika pada saat penuangan larutan diaduk-aduk, maka proses digestion

(pencernaan) akan sia-sia. Di mana proses digestion dilakukan untuk

memperbesar ukuran partikel endapan agar mudah disaring. Dengan

pengadukan maka akan terjadi tumbukan antar partikel, sehingga partikel akan

pecah dalam ukuran yang lebih kecil, dan ini menyebabkan endapan dapat

lolos dari kertas saring dan terbuang bersama larutan induk.

Page 21: Gravimetri Hehe