Gravimetri Hehe
-
Upload
kent-mira-candra -
Category
Documents
-
view
523 -
download
5
Transcript of Gravimetri Hehe
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK
GRAVIMETRI
(Meja 3 – Ba2+)
SURABAYA
2009
GRAVIMETRI
Tujuan instruksional umum:
Mengetahui cara penentuan kadar suatu zat dengan metode alkalimetri
Tujuan instruksional khusus:
Menentukan kadar suatu zat dengan metode alkalimetri
Dasar teori
Metode analisis gravimetrik didasarkan pada reaksi kimia seperti
aA + rR → AaRr
di mana a molekul analit, A, bereaksi dengan r molekul reagen R. Produknya, yakni
AaRr, biasanya merupakan suatu substansi yang sedikit larut yang bisa ditimbang
setelah pengeringan, atau yang bisa dibakar menjadi senyawa lain yang komposisinya
diketahui, untuk kemudian ditimbang. Biasanya reagen R ditambahkan secara
berlebih untuk menekan kelarutan endapan.
Persyaratan berikut haruslah dipenuhi agar metode gravimetrik berhasil:
1. Proses pemisahan hendaknya cukup sempurna sehingga kuantitas analit yang
tak terendapkan secara analitis tak dapat dideteksi (biasanya 0,1 mg atau
kurang, dalam menetapkan penyusunan utama dari suatu makro).
2. Zat yang ditimbang hendaknya mempunyai susunan yang pasti dan hendaknya
murni, atau sangat hampir murni. Bila tidak akan diperoleh hasil yang galat.
(Jr., R.A. Day, dan A.L. Underwood.1998: 67-68)
Salah satu kesulitan dalam pengendapan pada analisis gravimetri adalah
memperoleh endapan tersebut dengan kemurnian yang tinggi. Zat-zat yang
normalnya mudah larut dapat diturunkan selama pengendapan zat yang diinginkan
dengan suatu proses yang disebut kopresipitasi. Misalnya, bila asam sulfat
ditambahkan ke larutan barium klorida yang mengandung sejumlah kecil ion nitrat,
endapan barium sulfat yang diperoleh mengandung barium nitrat. Maka dikatakan
bahwa nitrat tersebut terkopresipitasi dengan sulfat.
(Jr., R.A. Day, dan A.L. Underwood.1998: 74)
Barium sulfat merupakan endapan kristalin yang kelarutannya sangat kecil
dalam air. Pengendapan dari larutan pekat dan dingin menghasilkan produk yang
halus dan dapat melalui kertas saring, tetapi jika pengendapan dilakukan dari larutan
encer panas dan diberikan waktu pencernaan (digestion), endapan yang lebih kasar
bisa didapatkan dan dipisahkan dengan filtrasi secara mudah. Oleh karena itu proses
pengendapan dilakukan dalam keadaan panas.
Kelarutan barium sulfat kecil, dan diperkecil lagi oleh kelebihan ion barium
atau ion sulfat. Namun kelarutannya akan meningkat dengan kehadiran ion
hidronium. Ini karena penekanan konsentrasi ion sulfat oleh pembentukan ion bisulfat
HSO4-. Pada kehadiran 1 N asam klorida kelarutannya sekitar tiga puluh kali lebih
besar daripada di dalam air murni. Pengendapan dilakukan dalam larutan asam,
karena endapan yang didapatkan tidak hanya lebih sedikit terkontaminasi dapripada
endapan dalam larutan netral, tetapi juga terdiri dari kristal yang lebih besar dan
karena itu lebih mudah disaring. Kehadiran asam juga mencegah terjadinya
pengendapan barium karbonat, barium fosfat, dan garam barium lainnya yang tidak
larut dalam larutan netral.
Kopresipitasi dari garam-garam lain dengan barium sulfat sangat mungkin
terjadi sekalipun endapan tersebut terbentuk di bawah kondisi yang paling baik, yaitu
dengan penambahan asam sulfat pada larutan barium klorida. Klorida dan sulfat dari
kation univalen paling sedikit diadsorpsi senyawa asing. Ion nitrat dan klorat, jika
hadir, sedikit diadsorpsi sebagai garam barium. Logam bivalen yang sulfatnya terlarut
menyebabkan sedikit lebih banyak kesulitan daripada logam univalen, tetapi
kehadiran senyawa apapun yang memiliki sulfat dengan kelarutan kecil harus
dihindari. Logam trivalen yang sering hadir adalah besi, aluminium, dan kromium.
Dari ketiganya, besi dikopresipitasikan dalam jumlah yang sangat besar, biasanya
sebagai sulfat dasar, dan kromium dan aluminium diendapkan dalam jumlah yang
lebih kecil. Keberadaan kromium, harus dihindari karena dapat membentuk larutan
kompleks dengan ion sulfat.
Pengendapan kembali tidak dapat dilakukan untuk mendapatkan endapan
yang lebih murni dari barium sulfat, karena tidak ada pelarut yang tersedia yang dapat
melarutkan endapan. Kopresipitasi senyawa tertentu paling baik dicegah dengan
penghilangan ion pengganggu, baik oleh pengendapan ataupun oleh reaksi kimia. Ion
ferri yang dengan mudah dikopresipitasikan dapat direduksi menjadi ion ferro, atau
dapat dihilangkan dengan pengendapan sebagai hidroksida sebelum pengendapan
barium sulfat. Karena tidak semua senyawa dapat dihilangkan (misalnya ion alkali
dan ion ammonium) , kopresipitasinya hanya mungkin diminimalkan dengan kondisi
yang sesuai dari pembentukan dan pencernaan endapan.
Kopresipitasi membuat hasilnya tinggi atau rendah. Dalam penentuan sulfat,
adsorpsi barium klorida memberikan hasil yang tinggi, tetapi adsorpsi asam sulfat
(sebagai asam sulfat ataupun sebagai barium sulfat) memberikan hasil yang rendah
karena asam sulfat diuapkan selama pengabuan. Untuk alasan yang sama, adsorpsi
ferri sulfat memberikan hasil yang rendah. Adsorpsi barium klorida memberikan hasil
rendah dalam penentuan barium, tetapi semua sulfat asing memberikan hasil yang
tinggi.
Pembakaran barium sulfat memiliki beberapa kesulitan,. Jika kertas saring
digunakan, kertas tersebut harus dibakar secara hati-hati dengan dengan akses udara
yang besar, karena sulfat dapat tereduksi oleh karbon.
BaSO4(aq) + 4C(S) → BaS(s) + 4CO(g)
Krus berpori dapat digunakan untuk penentuan kadar barium, karena mampu
mengeliminasi reduksi apapun dari endapan. Endapan harus diabukan pada
temperatur 700-800°C untuk menghilangkan air.
(Pierce, Haenisch, Sawyer, 1958: 365-367)
Tahapan dalam analisis gravimetri adalah:
Pelarutan sampel
Kebanyakan analisis menggunakan sampel yang berasal dari material padat,
sehingga harus dilarutkan terlebih dahulu.
Pengendapan
Endapan yang digunakan dalam prosedur gravimetri harus memiliki kelarutan
yang rendah, dapat disaring, dan sangat murni.
Digestion
Endapan dibiarkan terendam dalam larutan induknya selama satu atau
beberapa jam pada suhu mendekati titik didih larutan. Ini untuk membiarkan
pematangan Ostwald dari endapan. Keuntungan dari tahap ini adalah:
1) meningkatkan ukuran partikel,
2) meningkatkan luas permukaan dan jumlah material yang diadsorpsi, serta
3) memperbaiki kemampuan penyaringan karena kristal menjadi lebih besar
dan lebih teratur bentuknya.
Penyaringan / Pemisahan
Metode penyaringan yang digunakan tidak memiliki dampak pada kemurnian
ataupun komponen endapan. Tetapi komponen tersebutlah yang
mempengaruhi pemilihan metode. Komponen yang berbeda membutuhkan
cara penyaringan yang berbeda pula.
Pencucian
Endapan dicuci untuk menghilangkan larutan induk dan kotoran permukaan
terlarut yang melekat
Pengeringan dan pengabuan
Endapan basah harus dikeringkan sepenuhnya sebelum dapat ditimbang
sebagai zat murni. Jika penyaringan dilakukan dengan menggunakan kertas,
maka kertas tersebut harus dibakar selama pengabuan.
(Pierce, Haenisch, Sawyer, 1958: 348-352)
Penyaringan pada larutan sampel barium klorida menggunakan metode
dekantasi. Pada dekantasi, dekantat dialirkan secara hati-hati dari endapan yang
terendam pada dasar beaker. Hal itu seringkali merupakan tindakan pencegahan yang
dilakukan untuk mengalirkan larutan melalui filter, yang membutuhkan sedikit waktu
ekstra pada larutan jernih. Pencucian berulang-ulang dan dekantasi menyempurnakan
proses dan menyebabkan jauh lebih banyak kontak efektif antara endapan dengan
larutan pencuci daripada yang mungkin terjadi setelah pemadatan pada dasar filter.
(Kolthoff dan Elving, 1975: 6828)
Kertas saring terdiri dari berbagai jenis dan daya serap, tergantung pada
pemakaiannya. Kertas saring kuantitatif dibuat dengan daya serap beberapa derajat.
Ini penting untuk memilih kertas saring dengan kelas yang sesuai untuk endapan yang
diuji. Penggunaan kertas saring yang terlalu kasar akan meloloskan Kristal-kristal
kecil melalui filter, dan penggunaan kertas saring yang terlalu halus akan membuat
penyaringan terlalu lama.” Berikut ini adalah beberapa kertas saring yang dapat
digunakan dalam analisa kuantitatif:
W S&S JG derajat
daya
serap
kecepatan penggunaaan Berat abu rata-
rata per
diameter 9 cm
41 589-1 801 kasar sangat
cepat
Endapan gelatin < 0.1 mg
40 589-2 802 sedang cepat Endapan kristalin
biasa
< 0,1 mg
42 589-3 803 halus lambat Endapan kristalin
yang sangat halus
< 0.1 mg
W = Whatman JG = J. Green
S&S = Schleicher dan Schull
(Pierce, Haenisch, Sawyer, 1958: 68)
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan:
Pipet volume 10 mL
Erlenmeyer 250 mL
Pengaduk
Krus
Kertas saring Whatmann no. 40
Kaki tiga
Beaker glass 250 mL
Corong
Pipet tetes
Eksikator
Tang krus
Oven
Kaca arloji
Segitiga porselin
Waterbath
Timbangan kasar
Timbangan analitis
Bahan yang digunakan:
Barium Klorida
Akuades
Asam Sulfat 2 N
Asam Nitrat encer (1 : 400)
Perak Nitrat 0,1 N
Pembuatan Reagen
Pembuatan larutan H2SO4 2 N
Volume H2SO4 yang dibutuhkan = 3 meja x 2 x 30 mL = 180 mL = 0,18 L (untuk 15
orang)
= 1,84 kg/L
Kadar = 96%
= 96% x 1,84 = 1,7664 kg/L = 1766,4 gr/L
Normalitas H2SO4 = massa
Mr× valensi
= 1766,498,08
× 2
= 36,02 N
N1 . V1 = N2 . V2
2 . 180 = 36,02 . V2
V2 = 9,99 mL
Cara kerja:
1. Memasukkan 50 mL akuades ke dalam beaker glass
2. Memasukkan 9,99 mL H2SO4 pekat ke dalam beaker glass tersebut
3. Menambahkan akuades lagi ke dalam beaker glass tersebut hingga volumenya
180 mL
Pembuatan larutan AgNO3 0,1 N
Volume AgNO3 yang dibutuhkan = 15 mL x 15 orang = 225 mL → 250 mL
Mr AgNO3 = 169, 8731
N = massa
Mr×
1000v
0,1 = massa
169,8731×
1000250
massa = 4,2468 g
Cara kerja:
1. Mengetes akuades apakah mengandung halogen atau tidak (pada tabung
reaksi)
2. Bila tidak mengandung halogen, mencuci beaker glass 250 mL
3. Membilas beaker glass dengan akuades 3-4 kali
4. Menimbang 4, 2468 g AgNO3
5. Memasukkan AgNO3 yang telah ditimbang ke dalam beaker glass 250 mL
6. Menambahkan HNO3 pekat ± 3 tetes ke dalam beaker glass tersebut
7. Menambahkan akuades sampai 250 mL, homogenkan
8. Memindahkan larutan tersebut ke botol coklat, homogenkan
Pembuatan HNO3 encer (1 : 400)
Volume HNO3 = 1
400× 100 mL=0,25 mL
1 mL = ± 20 tetes → 0,25 mL = ± 5 tetes
Volume akuades = 400400
× 100 mL=100 mL
Cara kerja:
1. Memasukkan 100 mL akuades ke dalam beaker glass
2. Menambahkan 5 tetes HNO3 pekat
3. Menghomogenkan
Cara Kerja
Penentuan Kadar Ba2+ dalam Larutan Barium Klorida sebagai Barium Sulfat
1. Pengendapan
1. memipet 10,0 mL lautan sampel dan memasukkannya ke dalam beaker glass
2. mengencerkan sampel dengan akuades sampai 100 mL
3. memanaskan sampel dalam waterbath sampai hampir mendidih
4. memanaskan 30 mL asam sulfat 2 N dalam beaker glass lain
5.menambahkan larutan asam sulfat panas tersebut ke dalam sampel melalui
dinding beaker glass setetes demi setetes sambil diaduk sampai pengendapan
sempurna
6. mendiamkan sebentar larutan tersebut sampai endapan terpisah
7.melakukan tes untuk mengetahui apakah endapan Ba2+ telah diendapkan
sempurna dengan meneteskan asam sulfat 2 N pada larutan melalui dinding
beaker glass sampai tidak timbul kekeruhan
8. memanaskan larutan tersebut di atas waterbath selama satu jam
* selama proses pemanasan, krus yang telah ditimbang kasar dipijarkan
dikonstankan beratnya dengan pemijaran
2. Penyaringan dan Pemijaran
1. menyiapkan kertas saring bebas abu (Whatmann no. 40) dan corong panjang
2. menyaring endapan dengan cara dekantasi, dan filtrat ditampung dalam
erlenmeyer
3. mencuci endapan dengan akuades panas sampai 4 kali
3. Pengeringan dan Pemijaran Endapan
1. meletakkan kertas saring dan endapan di atas kaca arloji dan
mengeringkannya dalam oven bersuhu 90-105°C selama 5 menit
2. memasukkan kertas saring dan endapan yang sudah konstan ke dalam krus
yang telah konstan
3. memijarkan krus dan isinya di atas api kecil dulu, kemudian api dibesarkan.
Pemijaran dilakukan sampai karbon habis
4. mendinginkan krus di atas porselin, kemudian di dalam eksikator, dan
menimbangnya
5. mengulang pemijaran dan penimbangan sampai diperoleh berat krus yang
konstan
6. menghitung kadar Ba2+ dalam sampel (satuan Molaritas)
Data Penimbangan dan Perhitungan
Data penimbangan krus:
Berat krus kosong (kasar) : 14,00 g
Berat krus kosong (analitis) I : 14,0088 g
Berat krus kosong (analitis) II : 14,0083 g
Berat krus kosong (analitis) III : 14,0078 g
Berat krus kosong (analitis) IV : 14,0088 g
Berat krus kosong (analitis) V : 14,0087 g
Berat krus + endapan BaSO4 (analitis) I = 14,2418 g
Berat krus + endapan BaSO4 (analitis) II = 14,2417 g
Berat BaSO4 = 0,2330 g
Kadar Ba 2+ dalam sampel (BaCl 2)
BaCl2(aq) + H2SO4(aq) → BaSO4(s)↓ + 2HCl(aq)
(putih)
mol Ba2+ = mol BaSO4
massaBa2+¿
Ar=
massa BaSO4
Mr¿
massaBa2+¿
137,3=0,2330
233,37¿
massa Ba2+¿=0,1371g¿ → dalam 100 mL larutan
Kadar Ba2+ setelah pengenceran = massaBa2+¿
Ar Ba×
1000v
¿
= 0,1371137,3
×1000100
= 9,9854.10-3 M
Kadar Ba2+ dalam sampel (sebelum pengenceran)
M 1 . V 1=M 2 .V 2
M 1 .10=9,9854. 10−3 .100
M 1=9,9854. 10−2 M
M1 = kadar Ba2+ sebelum pengenceran
V1 = volume Ba2+ sebelum pengenceran
M2 = kadar Ba2+ setelah pengenceran
V2 = volume Ba2+ setelah pengenceran
Pembahasan
Penentuan kadar Ba2+ dalam larutan BaCl2 dilakukan dengan
menambahkan larutan H2SO4 pada larutan BaCl2 sehingga menghasilkan endapan
BaSO4 yang berwarna putih menurut reaksi:
BaCl2(aq) + H2SO4(aq) → BaSO4(s)↓ + 2HCl(aq)
(putih)
Endapan ini kemudian dicuci dan disaring, dikeringkan, lalu diabukan sehingga
dapat ditentukan kadarnya.
Barium memiliki kelarutan yang kecil, dan akan semakin kecil dengan
penambahan ion sulfat, oleh karena itu, pada analisis ini dilakukan penambahan
asam sulfat untuk memperkecil kelarutan barium sehingga terjadi pengendapan
ion Ba2+ sebagai BaSO4. Selain itu, dengan penambahan asam sulfat akan
terbentuk larutan yang bersuasana asam (HCl). Dalam larutan asam, endapan yang
didapatkan tidak hanya lebih sedikit terkontaminasi daripada endapan dalam
larutan netral,tetapi juga kristalnya lebih besar dan karena itu lebih mudah
disaring. Kehadiran asam juga mencegah terjadinya pengendapan garam barium
lain yang tidak larut dalam larutan netral.
Penambahan asam sulfat pada larutan sampel yang telah diencerkan
dilakukan dalam keadaan panas, karena dari larutan encer dan panas akan
terbentuk endapan yang lebih kasar sehingga mudah disaring. Bila pengendapan
dilakukan dari larutan pekat dan dingin maka akan didapatkan endapan yang halus
sehingga endapan akan lolos dari kertas saring dan tidak dapat disaring.
Penyaringan endapan BaSO4 ini menggunakan kertas saring Whatman no.
40 yang bebas abu, sebab endapan ini akan dipijarkan dan ditimbang. Bila pada
kertas saring masih terdapat sedikit abu, maka akan mempengaruhi berat endapan
dan menyebabkan kesalahan dalam analisis.
“Kertas biasa yang digunakan dalam analisis kualitatif dapat mengandung beberapa
milligram abu per lembar, cukup banyak untuk membuat hasil analisis menjadi tidak
sesuai. Keras saring bebas abu adalah kertas saring yang telah diproses dengan asam
untuk menghilangkan sebagian besar unsur pokok anorganik, dan berat abu kertas
saring per lembar kertas saring dapat diabaikan.”
(Pierce, Haenisch, Sawyer, 1958: 68)
Selain itu, kertas saring Whatman no. 40 memiliki tekstur yang pas, tidak terlalu
kasar dan tidak terlalu halus, sehingga endapan dapat tersaring dengan baik dan
cepat.
Pemijaran krus beserta endapan memerlukan akses O2 yang banyak.
Sebab, selama pemijaran, sulfat dari endapan BaSO4 dapat tereduksi oleh karbon
dari kertas saring menjadi BaS.
Reaksinya: BaSO4(s) + 4C(s) → BaS(s) + 4CO(g)
Kehadiran O2 dalam jumlah besar akan mencegah reduksi sulfat, dan
mengembalikan reaksi seperti semula. Karena oksigen sebagai oksidator yang
akan mengoksidasi BaS menjadi BaSO4 kembali.
Kesimpulan
1. Kadar Ba2+ dalam sampel (BaCl2) adalah 9,9854. 10−2 M
2. Penentuan kadar Ba2+ dalam sampel dengan metode gravimetri dilakukan
dengan cara mengendapkan ion Ba2+ sebagai BaSO4.
3. Kertas saring yang digunakan pada analisis kadar Ba2+ dalam sampel adalah
kertas saring yang bebas abu untuk meminimalkan kesalahan hasil analisis
karena kontaminan.
4. Pemijaran krus beserta endapan dilakukan dengan akses O2 yang banyak agar
tidak endapan tidak mengalami reduksi.
Daftar Pustaka
Jr., R.A. Day, dan A.L. Underwood.Analisis Kimia Kuantitatif.1998.Jakarta:
Erlangga. Halaman 67-68, 74
Kolthoff,I.M., dan Philip J. Elving.Treatise On Analytical Chemistry, Part 1
Volume 11. 1975.Canada: John Wiley and Sons, Inc. Halaman 6828
Pierce, Haenisch, Sawyer.Quantitatif Analysis, Fourth Edition.1958.New York: John Wiley and Sons, Inc. Halaman 68, 348-352, 365-367
PR
1. 300 g batu-batuan yang mengandung Cl- dilarutkan ke dalam 500 mL asam
nitrat encer, dipipet 10 mL larutan tersebut dan Cl - diendapkan sebagai AgCl
diperoleh data sebagai berikut :
Berat sintered glass kosong = 14,6574 g
Berat sintered glass + AgCl = 15,0725 g
a. Hitung kadar Cl- dalam batu-batuan tersebut! (satuan : gram / L)
b. Hitung berapa % Cl- terdapat dalam batu-batuan tersebut!
Ar Ag = 108, Cl = 35,5
Cl(aq)−¿+HNO3( aq ) → HCl(aq )+NO3( aq)
−¿ ¿ ¿
HCl(aq)+Ag(aq)+ ¿→ AgCl(s )+ H( aq)
+¿¿ ¿
Berat AgCl = 14,6574 g - 15,0725 g = 0,4151 g
mol AgCl = mol Cl-
massa AgClMr AgCl
=massaCl−¿
Ar Cl¿
0,4151143,5
=massaCl−¿
35,5¿
massa Cl- = 0,1027 g → dalam 10 mL larutan
kadar Cl- = 0,1027 g
10 mL×
1 mL
10−3 L=¿ 10,27 g/L
Kadar sampel = 300 g sampel dalam 500 mL larutan
= 6 g sampel dalam 10 mL larutan
Kadar Cl- dalam batu-batuan (%) = beratCl−¿
berat sampel׿ 100%
= 0,1027
6× 100%
= 1,712%
2. 500 g batu-batuan mengandung Ba2+ dilarutkan dalam larutan asam klorida 500
mL, dipipet 10 mL larutan tersebut dan diendapkan sebagai barium sulfat.
Diperoleh data sebagai berikut:
Berat krus kosong 11,2232 g
Berat krus kosong + Barium Sulfat 11,6877 g
a.) Tentukan kadar Ba2+ tersebut (satuan g/L)
b.) Tentukan persentase Ba2+ dalam batu-batuan tersebut!
Ar Ba = 137, Ar S = 32, Ar O = 16
Ba(aq)2+¿+2 HCl( aq)→ BaCl2( aq)+2 H (aq)
+¿¿ ¿
BaCl2(aq)+SO42−¿→ BaSO4( s)+2 Cl( aq)
−¿¿ ¿
Berat BaSO4 = 11,6877 – 11,2232 = 0,4645 g
mol BaSO4 = mol Ba2+
massa BaSO4
Mr BaSO4
=massaBa2+¿
Ar Ba¿
0,4645233
=massaBa2+¿
137¿
massa Ba2+ = 0,2731 g → dalam 10 mL larutan
kadar Ba2+ = 0,2731 g
10 mL×
1mL
10−3 mL = 27,31 g/L
Kadar sampel = 500 g sampel dalam 500 mL larutan
= 10 g sampel dalam 10 mL larutan
Kadar Ba2+ dalam batu-batuan (%) = beratBa2+¿
berat sampel׿ 100%
= 0,2731
10× 100%
= 2,731%
3. Apa yang dimaksud dengan faktor konversi / gravimetri? Berilah sebuah contoh
perhitungan!
Faktor konversi adalah banyaknya gram analit dalam satu gram endapan.
Contoh: satu sampel bijih besi seberat 0,4852 g dilarutkan dalam asam, dan besi
dioksidasi ke keadaan oksidasi +3, dan selanjutnya diendapkan sebagai oksida
hidrous Fe2 O3 . xH2O. Endapan tersebut disaring, dicuci, dan dibakar menjadi
Fe2 O3, yang diketahui beratnya 0,2481 g. Hitunglah persentase besi (Fe) dalam
sampel tersebut.
Reaksinya: 2 Fe3+¿ → Fe2 O3 . xH2 O→ Fe2 O3 (s )¿
Karena 2 mol Fe menghasilkan 1 mol Fe2 O3, maka
mol Fe = mol Fe2 O3
massa FeAr Fe
=2×massa Fe2O3
Mr Fe2 O3
massa Fe55,85
=2×0,2481159,69
massa Fe = 0,1735 g
% Fe = 0,17350,4582
× 100 = 35,76
Dari contoh soal, faktor gravimetri adalah 2 x berat atom Fe per berat molekul
Fe2 O3 (2×Ar Fe
Mr Fe2 O3). Faktor gravimetri ini adalah jumlah gram Fe dalam 1 g
Fe2 O3.
Jadi, % A = berat endapan× faktor gravimetri
berat sampel× 100
4. Jelaskan perbedaan penggunaan krus dan sintered glass!
Krus dan sintered glass, keduanya dapat digunakan dalam pengeringan
endapan. Tetapi dalam pemanasan bertemperatur tinggi harus digunakan krus
porselin, karena sintered glass tidak akan dapat menahan temperatur yang
mendekati titik lelehnya. Sintered glass tidak boleh dipijarkan pada suhu lebih
dari 200°C. Berbeda dengan sintered glass, krus porselin dapat menahan suhu
yang jauh lebih tinggi, hingga 1200°C, tanpa perlu khawatir krus akan pecah.
5. Jelaskan tujuan penyaringan endapan dengan cara dekantasi!
Endapan disaring dengan cara dekankasi, yaitu endapan dalam larutan induk
tidak diaduk selama penuangan larutan melalui corong dan kertas saring.
Tujuan dekantasi ini adalah untuk mempertahankan ukuran partikel endapan.
Jika pada saat penuangan larutan diaduk-aduk, maka proses digestion
(pencernaan) akan sia-sia. Di mana proses digestion dilakukan untuk
memperbesar ukuran partikel endapan agar mudah disaring. Dengan
pengadukan maka akan terjadi tumbukan antar partikel, sehingga partikel akan
pecah dalam ukuran yang lebih kecil, dan ini menyebabkan endapan dapat
lolos dari kertas saring dan terbuang bersama larutan induk.