Makalah Akpem SAPP-final.docx
-
Upload
anon601504793 -
Category
Documents
-
view
118 -
download
22
Transcript of Makalah Akpem SAPP-final.docx
MAKALAH
AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT
Mata Ajaran : Akuntansi Pemerintah
Dosen : Muhammad Ichsan, M.Si
Disusun Oleh :
No. Nama NPM
1. Dedi Pramono 1506810282
2. Aditya 1506810111
KELAS AKP15-2P-A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI
JURUSAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN
UNIVERSITAS INDONESIA
JAKARTA
STATEMENT OF AUTHORSHIP
“Kami yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas terlampir
adalah murni hasil pekerjaan kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang kami
gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.
Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas
pada mata ajaran lain kecuali kami menyatakan dengan jelas bahwa kami
menggunakannya.
Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau
dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.”
Mata Ajaran : Akuntansi Pemerintahan
Judul Makalah/Tugas : Akuntansi Pemerintah Pusat
Tanggal : 29 Februari 2016
Dosen : Muhammad Ichsan, M.Si
Nama anggota kelompok:
1. Dedi Pramono (1506810282) ………………
2. Aditya (1506810111) ………………
2
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I
A. Latar Belakang .................................................................................................... 4
B. Ruang Lingkup SAPP ........................................................................................ 5
C. Tujuan SAPP ...................................................................................................... 5
D. Karakteristik SAPP ............................................................................................ 6
BAB II
A. Struktur Pemerintah Pusat .................................................................................. 7
B. Kerangka Umum SAPP ...................................................................................... 9
C. Entitas Pelaporan di Pemerintah Pusat ............................................................... 11
D. Entitas Akuntansi di Pemerintah Pusat .............................................................. 12
E. Struktur Pengelolaan Keuangan Pemerintah Federal Amerika Serikat .............. 15
BAB III
A. Proses Penyusunan LKPP .................................................................................. 18
B. Komponen LKPP ............................................................................................... 19
C. Laporan Keuangan Pemerintah Federal Amerika Serikat .................................. 22
D. Siklus Akuntansi Pemerintahan ......................................................................... 24
E. Ilustrasi Transaksi .............................................................................................. 26
DAFTAR REFERENSI
3
BAB I
A. Latar Belakang
Dalam rangka mewujudkan good governance pasca krisis moneter pada tahun
1998, pemerintah Indonesia telah melakukan reformasi di berbagai bidang, diantaranya
pada pengelolaan keuangan negara. Wujud dari adanya reformasi pengelolaan keuangan
negara tersebut adalah dengan dilahirkannya 3 (tiga) paket peraturan perundang-
undangan yaitu Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara (UU
17/2003), Undang-undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (UU
1/2004), dan Undang-undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Suminto, 2004). Sehubungan dengan
pengelolaan keuangan negara, pasal 8 UU 17/2003 menyatakan bahwa dalam rangka
pelaksanaan kekuasaan atas pengelolaan fiskal, Menteri Keuangan mempunyai tugas
antara lain menyusun Laporan Keuangan yang merupakan pertanggungjawaban
pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Kemudian pada pasal 9
UU 17/2003 diatur bahwa Menteri/Pimpinan Lembaga sebagai Pengguna
Anggaran/Pengguna Barang Kementerian Negara/Lembaga yang dipimpinnya
mempunyai tugas antara lain menyusun dan menyampaikan Laporan Keuangan
Kementerian Negara/Lembaga yang dipimpinnya. Penjelasan UU 17/2003 menerangkan
lebih lanjut bahwa penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah
tersebut adalah salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan negara dengan syarat apabila memenuhi prinsip-prinsip tepat
waktu dan disusun dengan mengikuti standar akuntansi pemerintah yang telah diterima
secara umum.
Dalam rangka mewujudkan prinsip transparansi dan akuntabilitas terhadap
informasi yang disampaikan dalam laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah
sebagaimana telah diamanatkan dalam peraturan perundang-undangan di bidang
keuangan negara, perlu dibuat mekanisme yang mengatur mengenai Sistem Akuntansi
dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat (SAPP). Pasal 1 PMK Nomor
213/PMK.05/2013 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat
(PMK 213/2013) menyebutkan definisi dari SAPP yaitu rangkaian sistematik dari
prosedur, penyelenggara, peralatan, dan elemen lain untuk mewujudkan fungsi akuntansi
4
sejak pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi
keuangan dan operasi keuangan pada Pemerintah Pusat. Berdasarkan definisi di atas,
makalah ini akan membahas mengenai SAPP terutama dari sisi penyelenggara serta
fungsi akuntansi yang akan diilustrasikan dalam bentuk transaksi dan pelaporan keuangan
pemerintah pusat.
B. Ruang Lingkup SAPP
Berdasarkan lampiran PMK 213/2013, SAPP berlaku untuk:
1. Seluruh unit organisasi pada Pemerintah Pusat;
2. Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan pada Pemerintah Daerah dalam rangka
pelaksanaan Dekonsentrasi / Tugas Pembantuan yang dananya bersumber dari APBN;
3. Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan pada pelaksanaan Anggaran Bendahara
Umum Negara (BUN).
Dikecualikan dari penyelenggaraan SAPP adalah terhadap unit/entitas:
1. Pemerintah Daerah (yang sumber dananya berasal dari APBD)
2. Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah, yang terdiri dari:
a. Perusahaan Perseroan;dan
b. Perusahaan Umum.
C. Tujuan SAPP
Tujuan yang ingin dicapai dengan terselenggaranya SAPP adalah:
1. Menjaga aset pemerintah pusat dan instansi-instansinya melalui pencatatan,
pemrosesan dan pelaporan transaksi keuangan yang konsisten sesuai dengan standar
dan praktek akuntansi yang diterima secara umum;
2. Menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang anggaran dan kegiatan
keuangan Pemerintah Pusat, baik secara nasional maupun instansi yang berguna
sebagai dasar penilaian kinerja, untuk menentukan ketaatan terhadap otorisasi
anggaran dan untuk tujuan akuntabilitas;
3. Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang posisi keuangan suatu instansi
dan Pemerintah Pusat secara keseluruhan;
4. Menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk perencanaan, pengelolaan dan
pengendalian kegiatan dan keuangan pemerintah secara efisien.
5
D. Karakteristik SAPP
Karakteristik yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan SAPP adalah:
1. Basis Akuntansi
Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah adalah basis
akrual. Penerapan basis kas tetap digunakan dalam penyusunan Laporan Realisasi
Anggaran sepanjang APBN disusun menggunakan pendekatan basis kas.
2. Sistem Pembukuan Berpasangan
Sistem Pembukuan Berpasangan didasarkan atas persamaan dasar akuntasi yaitu: Aset
= Kewajiban + Ekuitas Dana. Setiap transaksi dibukukan dengan mendebet sebuah
perkiraan dan mengkredit perkiraan yang terkait. Namun demikian untuk akuntansi
atas anggaran dilaksanakan secara single entry (pembukuan tunggal).
3. Desentralisasi Pelaksanaan Akuntansi
Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan di instansi dilaksanakan secara berjenjang
oleh unit-unit akuntansi baik di kantor pusat instansi maupun di daerah.
4. Bagan Akun Standar
SAPP menggunakan akun standar yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan yang
berlaku untuk tujuan penganggaran maupun akuntansi.
5. Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
SAPP mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan dalam melakukan pengakuan,
pengukuran, penyajian, dan pengungkapan terhadap transaksi keuangan entitas
pemerintah pusat.
6
BAB II
A. Struktur Pemerintah Pusat
Berdasarkan penjelasan UUD 1945, presiden adalah pemegang kekuasaan negara
tertinggi di bawah Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dimana kekuasaan dan
tanggung jawab dalam menjalankan pemerintahan negara adalah di tangan presiden.
Sesuai dengan pasal 4 dan pasal 17 UUD 1945, dalam menjalankan pemerintahan negara,
presiden dibantu oleh 1 (satu) orang wakil presiden dan menteri-menteri negara yang
membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan. Dalam konteks keuangan negara,
sesuai dengan pasal 6 ayat 1 UU 17/2003 disebutkan bahwa presiden selaku Kepala
Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari
kekuasaan pemerintahan. Pasal 2 UU 17/2003 mengatur lebih lanjut bahwa kekuasaan
pengelolaan keuangan negara dimaksud:
1. dikuasakan kepada Menteri Keuangan, selaku pengelola fiskal dan Wakil Pemerintah
dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan;
2. dikuasakan kepada menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna
Barang kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya;
3. diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahan daerah untuk
mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan
kekayaan daerah yang dipisahkan.
4. tidak termasuk kewenangan dibidang moneter, yang meliputi antara lain
mengeluarkan dan mengedarkan uang, yang diatur dengan undang-undang.
Kekuasaan pengelolaan keuangan negara dikuasakan oleh presiden kepada Menteri
Keuangan dan menteri/pimpinan lembaga dapat diartikan bahwa pengelolaan keuangan
negara diselenggarakan oleh Menteri Keuangan dan menteri/pimpinan lembaga, namun
tanggung jawab penyelenggaraan pengelolaan keuangan negara masih di tangan presiden.
Misal: ketika terdapat kebutuhan penghematan anggaran, presiden masih berkuasa untuk
memangkas anggaran kementerian negara/lembaga, presiden juga berkuasa untuk
memindahkan anggaran dari kementerian negara/lembaga yang satu ke kementerian
negara/lembaga yang lain ketika diperlukan (Wahyuni, 2016).
7
PRESIDENPemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Negara
(CEO)
dikuasakan
Menteri Keuangan (CFO)pengelola fiskal & wkl pem. dlm kekayaan neg yang dipisahkan
Menteri/Pimp. Lembaga (COO)pengguna anggaran / barang
Penjelasan UU 17/2013 menerangkan bahwa Menteri Keuangan pada hakikatnya
adalah Chief Financial Officer (CFO) Pemerintah Republik Indonesia, sementara setiap
menteri/pimpinan lembaga pada hakekatnya adalah Chief Operational Officer (COO)
untuk suatu bidang tertentu pemerintahan. Sesuai dengan prinsip tersebut, Kementerian
Keuangan berwenang dan bertanggung jawab atas pengelolaan aset dan kewajiban negara
secara nasional, sementara kementerian negara/lembaga berwenang dan bertanggung
jawab atas penyelenggaraan pemerintahan sesuai dengan tugas dan fungsi masing-
masing. Penjelasan UU 1/2004 menerangkan lebih lanjut bahwa pembagian tugas
tersebut telah sesuai dengan prinsip check and balance dalam proses pelaksanaan
anggaran, dimana telah dipisahkan secara tegas antara pemegang kewenangan
administratif dengan pemegang kewenangan kebendaharaan. Penyelenggaraan
kewenangan administratif diserahkan kepada kementerian negara/lembaga, sementara
penyelenggaraan kewenangan kebendaharaan diserahkan kepada Kementerian Keuangan.
Gambar 1 Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Negara pada Pemerintah Pusat
Sumber: UU 17/2003, telah diolah kembali
Kementerian negara/lembaga selaku Pengguna Anggaran dan pejabat lainnya yang
ditunjuk sebagai Kuasa Pengguna Anggaran melaksanakan kewenangan administratif
yang meliputi:
8
1. melakukan perikatan atau tindakan-tindakan lainnya yang mengakibatkan terjadinya
penerimaan atau pengeluaran negara;
2. melakukan pengujian dan pembebanan tagihan yang diajukan kepada kementerian
negara/lembaga sehubungan dengan realisasi perikatan tersebut; serta
3. memerintahkan pembayaran atau menagih penerimaan yang timbul sebagai akibat
pelaksanaan anggaran.
Di lain pihak, Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara dan pejabat
lainnya yang ditunjuk sebagai Kuasa Bendahara Umum Negara, dalam melaksanakan
kewenangan kebendaharaan, berperan bukan hanya sekedar sebagai kasir yang
berwenang melaksanakan penerimaan dan pengeluaran negara tanpa berhak menilai
kebenaran penerimaan dan pengeluaran tersebut, melainkan berperan sebagai pengelola
keuangan dalam arti seutuhnya, yaitu sekaligus sebagai kasir, pengawas keuangan, dan
manajer keuangan. Fungsi pengawasan keuangan di sini terbatas pada aspek
rechmatigheid dan wetmatigheid dan hanya dilakukan pada saat terjadinya penerimaan
atau pengeluaran, sehingga berbeda dengan fungsi pre-audit yang dilakukan oleh
kementerian teknis atau post-audit yang dilakukan oleh aparat pengawasan fungsional.
Dengan demikian, dapat dijalankan salah satu prinsip pengendalian intern yang sangat
penting dalam proses pelaksanaan anggaran, yaitu adanya pemisahan yang tegas antara
pemegang kewenangan administratif (ordonnateur) dan pemegang fungsi pembayaran
(comptable).
Wujud dari pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara yang dikuasakan
kepada Menteri Keuangan dan menteri/pimpinan lembaga adalah dihasilkannya Laporan
Keuangan Pemerintah Pusat yang akan disampaikan kepada DPR, sehingga agar
informasi yang disampaikan dalam laporan tersebut memenuhi prinsip transparansi dan
akuntabilitas, perlu diselenggarakan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) yang
sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah (Harjowiryono et al, 2014)
B. Kerangka Umum SAPP
Pasal 2 ayat (3) PMK 213/2013 menyebutkan bahwa SAPP terdiri dari Sistem
Akuntansi Bendahara Umum Negara (SABUN) dan Sistem Akuntansi Instansi (SAI).
Menurut lampiran PMK 213/2013, Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara
(SABUN) dilaksanakan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara dan
9
SAPP
SAK SIMAK-BMN SiAP SAUP SIKUBAH SAIP SAPP SATD SABS SABL SATK SA-PBL
SABUNSAI
Pengguna Anggaran Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara (BA-BUN), dimana
SABUN terdiri dari beberapa subsistem, yaitu:
1. Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pusat (SiAP);
2. Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Utang Pemerintah (SAUP);
3. Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Hibah (SIKUBAH);
4. Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Investasi Pemerintah (SAIP);
5. Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan dan Pelaporan Penerusan Pinjaman
(SAPPP);
6. Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Transfer ke Daerah (SATD);
7. Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Belanja Subsidi (SABS);
8. Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Belanja Lainnya (SABL);
9. Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Transaksi Khusus (SATK); dan
10. Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan dan Pelaporan Keuangan Badan Lainnya
(SAPBL).
SABUN dengan struktur di atas menghasilkan Laporan Keuangan Bendahara
Umum Negara (LKBUN) yang secara garis besar dibagi menjadi 2 kelompok
(Harjowiryono et al, 2014), yaitu:
1. BUN sebagai pengelola kas, yang menyelenggarakan SiAP; dan
2. BUN sebagai Pengguna Anggaran Bagian Anggaran (BA) BUN/pengelola transaksi
BUN lainnya yang menyelenggarakan SABUN selain SiAP.
Adapun Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Instansi (SAI) dilaksanakan oleh
Kementerian/Lembaga yang meliputi:
1. Akuntansi dan Pelaporan Keuangan (SAK);dan
2. Akuntansi dan Pelaporan BMN (SIMAK-BMN).
Gambar 2 Kerangka Umum SAPP
10
Sumber: PMK 213/2013, telah diolah kembali
C. Entitas Pelaporan di Pemerintah Pusat
Berdasarkan paragraf 22 lampiran I.01 Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (PP 71/2010), definisi dari entitas pelaporan
adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut
ketentuan peraturan perundang undangan wajib menyajikan laporan pertanggungjawaban,
berupa laporan keuangan yang bertujuan umum, yang terdiri dari:
a. Pemerintah pusat;
b. Pemerintah daerah;
c. Masing-masing kementerian negara atau lembaga di lingkungan pemerintah pusat;
d. Satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah atau organisasi lainnya, jika
menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan
laporan keuangan.
Maksud dari laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan yang
dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pengguna. Pengguna yang dimaksud adalah
masyarakat, termasuk lembaga legislatif, pemeriksa/pengawas, fihak yang memberi atau
berperan dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman, serta pemerintah (paragraf 3
lampiran I.02 PP 71/2010). Suatu entitas pelaporan ditetapkan di dalam peraturan
perundang undangan, yang umumnya bercirikan (paragraf 14 lampiran I.12 PP 71/2010):
a. Entitas tersebut dibiayai oleh APBN atau dibiayai oleh APBD atau mendapat
pemisahan kekayaan dari anggaran;
b. Entitas tersebut dibentuk dengan peraturan perundang-undangan;
c. Pimpinan entitas tersebut adalah pejabat pemerintah yang diangkat atau pejabat negara
yang ditunjuk atau yang dipilih oleh rakyat; dan
d. Entitas tersebut membuat pertanggungjawaban baik langsung maupun tidak langsung
kepada wakil rakyat sebagai pihak yang menyetujui anggaran.
Berdasarkan definisi di atas, entitas pelaporan di pemerintah pusat terdiri dari:
a. Entitas pelaporan dalam pelaksanaan SABUN yang akan menghasilkan Laporan
Keuangan Bendahara Umum Negara (LKBUN); dan
11
b. Entitas pelaporan dalam pelaksanaan SAI di masing-masing kementerian
negara/lembaga yang akan menghasilkan Laporan Keuangan Kementerian
Negara/Lembaga (LKKL).
D. Entitas Akuntansi di Pemerintah Pusat
Definisi entitas akuntansi menurut paragraf 21 lampiran I.01 PP 71/2010 adalah
unit pada pemerintahan yang mengelola anggaran, kekayaan, dan kewajiban yang
menyelenggarakan akuntansi dan menyajikan laporan keuangan atas dasar akuntansi
yang diselenggarakannya. Paragraf 16 lampiran I.12 PP 71/2010 menyatakan bahwa
setiap unit pemerintahan yang menerima anggaran belanja atau mengelola barang adalah
entitas akuntansi yang wajib menyelenggarakan akuntansi, dan secara periodik
menyiapkan laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Pemerintahan. Laporan
keuangan tersebut disampaikan secara intern dan berjenjang kepada unit yang lebih tinggi
dalam rangka penggabungan laporan keuangan oleh entitas pelaporan. Berdasarkan
definisi tersebut, entitas akuntansi di pemerintah pusat menurut lampiran PMK 213/2013
terdiri dari entitas akuntansi dan pelaporan yang dibentuk oleh BUN serta entitas
akuntansi dan pelaporan pada Kementerian Negara/Lembaga.
1. Entitas akuntansi dan pelaporan yang dibentuk oleh BUN
Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Bendahara Umum Negara yang dibentuk
oleh Menteri Keuangan selaku BUN terdiri dari:
a. Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Bendahara Umum Negara (UA-BUN);
b. Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pembantu Bendahara Umum Negara
(UAP-BUN);
c. Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Kuasa Bendahara Umum Negara Tingkat
Pusat (UAK-BUN-Pusat);
d. Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Koordinator Kuasa Bendahara Umum
Negara tingkat Kantor Wilayah (UAKK-BUN-Wilayah);
e. Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Kuasa Bendahara Umum Negara Tingkat
Daerah/KPPN (UAK-BUN-Daerah/KPPN);
f. Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pembantu Pengguna Anggaran Eselon I
Bendahara Umum Negara (UAP-PA-E1-BUN); dan
12
g. Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Kuasa Pengguna Anggaran Bendahara
Umum Negara (UAKPA BUN).
Adapun Unit Akuntansi Bendahara Umum Negara (UABUN) yang dibentuk oleh
Menteri Keuangan selaku BUN terdiri dari:
a. UAPBUN AP, dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPBN) c.q.
Direktorat Pengelolaan Kas Negara (Dit PKN) menyelenggarakan Sistem Akuntansi
dan Pelaporan Pusat (SiAP);
b. UAPBUN Pengelolaan Utang, dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan
Utang (DJPU) dalam rangka menyelenggarakan Sistem Akuntansi dan Pelaporan
Utang Pemerintah (SAUP);
c. UAPBUN Pengelolaan Hibah, dilaksanakan oleh DJPU dalam rangka
menyelenggarakan Sistem Akuntansi dan Pelaporan Hibah (SIKUBAH);
d. UAPBUN Pengelolaan Investasi Pemerintah, dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal
Kekayaan Negara (DJKN) dalam rangka menyelenggarakan Sistem Akuntansi dan
Pelaporan Investasi Pemerintah (SAIP);
e. UAPBUN Pengelolaan Penerusan Pinjaman, dilaksanakan oleh DJPBN cq.
Direktorat Sistem Manajemen Investasi (Dit SMI) dalam rangka menyelenggarakan
Sistem Akuntansi dan Pelaporan Penerusan Pinjaman (SAPPP);
f. UAPBUN Pengelolaan Transfer ke Daerah, dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal
Perimbangan Keuangan (DJPK) dalam rangka menyelenggarakan Sistem Akuntansi
dan Pelaporan Transfer ke Daerah (SATD);
g. UAPBUN Pengelolaan Belanja Subsidi, dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal
Anggaran (DJA) dalam rangka menyelenggarakan Sistem Akuntansi dan Pelaporan
Belanja Subsidi (SABS);
h. UAPBUN Pengelolaan Belanja Lain-lain, dilaksanakan oleh DJA dalam rangka
menyelenggarakan Sistem Akuntansi dan Pelaporan Belanja Lain-lain (SABL);
i. UAPBUN-TK dalam rangka menyelenggarakan Sistem Akuntansi dan Pelaporan
Transaksi Khusus (SAIP), dilaksanakan antara lain oleh:
1) Badan Kebijakan Fiskal (BKF) selaku UAPBUN TK Pengelola Pengeluaran
Hubungan Internasional dan Dukungan Kelayakan;
2) DJA selaku UAPBUN TK Pengelola PNBP yang dikelola DJA;
13
3) DJKN selaku UAPBUN Pengelola Aset yang berada dalam pengelolaan DJKN;
dan
4) DJPBN selaku UAPBUN TK Pengelola Pembayaran Belanja Pensiun, Belanja
Asuransi Kesehatan, Belanja Program Tunjangan Hari Tua, dan
Pendapatan/Belanja terkait dengan Pengelolaan Kas Negara;
j. UAPBUN-Badan Lainnya, dilaksanakan oleh DJPBN dalam rangka
menyelenggarakan Sistem Akuntansi dan Pelaporan Badan Lainnya (SAPBL); dan
k. UABUN untuk melakukan konsolidasi Laporan Keuangan BUN yang dilaksanakan
oleh Menteri Keuangan c.q DJPBN c.q Direktorat Akuntansi dan Pelaporan
Keuangan (Dit APK) dalam rangka menyelenggarakan Sistem Akuntansi dan
Pelaporan Bendahara Umum Negara (SABUN).
2. Entitas akuntansi pada Kementerian Negara/Lembaga
Entitas akuntansi pada Kementerian Negara/Lembaga yang melaksanakan SAI
terdiri dari Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan dan Unit Akuntansi dan Pelaporan
Barang Milik Negara (BMN). Pembentukan kedua unit akuntansi dan pelaporan tersebut
dimaksudkan agar penyelenggaraan pencatatan atas transaksi aset berupa BMN terjadi
check and balance sebagai bagian dari penyelenggaraan pengendalian internal di masing-
masing unit akuntansi dan pelaporan pada kementerian negara/lembaga (Harjowiryono et
al, 2014).
a. Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan terdiri dari:
1) Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pengguna Anggaran (UAPA);
2) Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pembantu Pengguna Anggaran-Eselon1
(UAPPA-E1);
3) Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pembantu Pengguna Anggaran-Wilayah
(UAPPA-W); dan
4) Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA).
b. Unit Akuntansi dan Pelaporan BMN terdiri dari:
1) Unit Akuntansi dan Pelaporan Pengguna Barang (UAPB);
2) Unit Akuntansi dan Pelaporan Pembantu Pengguna Barang–Eselon1(UAPPB-E1);
3) Unit Akuntansi dan Pelaporan Pembantu Pengguna Barang–Wilayah (UAPPB-
W); dan
14
4) Unit Akuntansi dan Pelaporan Kuasa Pengguna Barang (UAKPB).
E. Struktur Pengelolaan Keuangan Pemerintah Federal Amerika Serikat
Akuntansi pemerintah federal AS sangat dipengaruhi oleh hukum dan regulasi
dimana berperan sebagai alat pengendalian utama dari dana dan apropriasi pada
pemerintah pusat maupun tingkat departemen/lembaga (agency level). Dalam akuntansi
pemerintah federal, departemen/lembaga biasanya dianggap sebagai entitas akuntansi
utama yang menyelenggarakan akuntansi dan pelaporan pelaksanaan anggaran
(budgetary) dan posisi keuangan (proprietary). Setiap departemen/lembaga menyajikan
laporan keuangan berdasarkan data yang mereka input ke dalam sistem. Laporan
keuangan dari pemerintah federal secara keseluruhan dikompilasi oleh Office of
Management and Budget (OMB) dan Departemen Keuangan (Department of the
Treasury) yang terdiri dari laporan keuangan pusat dan laporan departemen/lembaga atau
dari data elektronik yang diinput oleh departemen/lembaga (Freeman dan Shouder,
2013).
Tanggung jawab dari pelaksanaan manajemen keuangan pemerintah federal yang
meliputi akuntansi dan pelaporan keuangan berada pada Department of the Treasury
(Departemen Keuangan), Office of Management and Budget (OMB) (Kantor Manajemen
dan Anggaran), dan Government Accountability Office (GAO) (Kantor Akuntabilitas
Pemerintah) selaku central agencies, Federal Accounting Standards Advisory Board
(FASAB) (Badan Penasehat Standard Akuntansi Federal), dan individual federal
agencies. Tanggung jawab dari masing-masing badan adalah sebagai berikut (Freeman
dan Shouder, 2013).:
1. Department of the Treasury (Departemen Keuangan)
Department of the Treasury bertanggung jawab diantaranya sebagai pusat akuntansi
dan pelaporan pemerintah federal, mengelola penerimaan dan pengeluaran kas negara,
mengelola utang negara, mengawasi pinjaman kementerian negara/lembaga, memelihara
Buku Besar Standar pemerintah.
2. Office of Management and Budget (OMB) (Kantor Manajemen dan Anggaran)
OMB membantu presiden dalam menyiapkan anggaran federal dan mengawasi
kementerian/lembaga dalam mengimplementasikannya. Karena kewenangannya dalam
15
membuat rekomendasi anggaran kepada presiden, OMB menjadi salah satu agen yang
paling berpengaruh di pemerintah federal. OMB bukan hanya merekomendasikan
prioritas pendanaan secara keseluruhan dan menilai persaingan permintaan sumber daya,
tetapi juga mereviu setiap rencana pengeluaran departemen/lembaga pemerintah federal
dan mengevaluasi efektivitas dari program yang dijalankannya (Granof dan Khumawala,
2013).
Office of Management and Budget bertanggung jawab dalam mengalokasikan
anggaran, membentuk dana cadangan, menyusun ketentuan untuk pelaporan dan
akuntansi pelaksanaan anggaran, menyusun formulir dan konten dari laporan keuangan
yang konsisten dengan ketentuan, standar, dan prinsip akuntansi, serta menyusun
panduan terhadap semua permasalahan terkait penyiapan dan pelaksanaan anggaran.
3. Government Accountability Office (GAO) (Kantor Akuntabilitas Pemerintah)
Government Accountability Office mempunyai tanggung jawab utama untuk
membantu konggres dalam melakukan pengawasan terhadap pihak eksekutif dan
berperan sebagai auditor legislatif independen dari pemerintah federal. Selain itu, GAO
juga memiliki tanggung jawab terkait akuntansi dan pelaporan keuangan, yaitu:
a. Menyusun prinsip-prinsip dan standar-standar untuk akuntansi dan pelaporan
keuangan pemerintah federal, pengendalian internal, sistem akuntansi, dan audit.
b. Melakukan audit atas laporan keuangan pemerintah federal.
4. Federal Agencies
Diantara tugas dan fungsi federal agencies yang berkaitan dengan akuntansi dan
pelaporan adalah menyiapkan rencana anggaran agencies yang disampaikan kepada
presiden melalui OMB, menyelenggarakan akuntansi dan pelaporan keuangan sesuai
dengan prinsip dan standar yang disusun oleh GAO, melaksanakan dan mengoperasikan
Buku Besar Standar, serta menyiapkan dan menyampaikan laporan posisi keuangan
(proprietary reports) dan pelaksanaan anggaran (budget execution reports). Diantaranya
contoh federal agencies adalah Federal Reserve Board dan Securities Exchange
Commission.
16
Gambar 3 Federal Financial Management Environment
Sumber: Freeman dan Shouder (2013), The White House (2016), Wikipedia (2016)
5. Federal Accounting Standards Advisory Board (FASAB) (Badan Penasehat Standard
Akuntansi Federal).
Misi dari FASAB adalah melayani kepentingan publik dengan meningkatkan
kualitas laporan keuangan melalui penerbitan standar akuntansi keuangan pemerintah
federal dan penyusunan pedoman dengan mempertimbangkan kebutuhan pengguna
internal dan eksternal terhadap informasi keuangan pemerintah federal. Berdasarkan hal
tersebut, maka FASAB mewadahi kepentingan kedua pihak, baik pihak internal maupun
pihak eksternal dari pemerintah federa, dimana FASAB beranggotakan satu orang
perwakilan dari Department of the Treasury,OMB, GAO, dan Kantor Anggaran
Konggres (the Conggressional Budget Office) serta enam orang perwakilan dari luar
pemerintah federal.
17
Federal Financial Management Environment
Legislative Branch
(Conggress)
Congressional Budget Office GAO
Executive Branch (President and Vice President)
Cabinet
Department of The Treasury
Executive Office
OMB
Federal Agencies (SEC,dll)
BAB III
A. Proses Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP)
LKPP merupakan konsolidasi dari Laporan Keuangan Bendahara Umum Negara
(LK BUN) dan Laporan Keuangan Kementerian Negara/ Lembaga (LKKL). Dengan
demikian, proses penyusunan LKPP tidak dapat terlepas dari proses penyusunan LKKL
dan LK BUN. Penyusunan LKKL diselenggarakan secara berjenjang, dimulai dari satuan
kerja sebagai unit organisasi terkecil di K/L, tingkat wilayah, tingkat Eselon I dan tingkat
K/L oleh Menteri atau pimpinan lembaga selaku pengguna anggaran. Secara paralel,
Menteri Keuangan juga menyusun laporan keuangan selaku Bendahara Umum Negara
(BUN) yang merupakan konsolidasi dari berbagai Bagian Anggaran BUN. Penatausahaan
transaksi masing-masing BABUN ini diselenggarakan oleh Unit Akuntansi Pembantu
Bendahara Umum Negara.
Paling lambat 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir, Menteri Keuangan
selaku pengelola fiskal harus mulai mengonsolidasikan LK BUN dan LKKL yang sudah
ditinjau oleh Inspektorat Jenderal masing-masing K/L menjadi LKPP unaudited untuk
kemudian disampaikan kepada Presiden. Selanjutnya, Pemerintah harus
menyampaikannya kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) selambat-lambatnya 3
(tiga) bulan setelah Tahun Anggaran berakhir yang dapat didelegasikan Presiden kepada
Menteri Keuangan. Dengan demikian Kementerian Keuangan hanya mempunyai
kesempatan selama 1 (satu) bulan untuk mengonsolidasikan LKKL dan LK BUN
menjadi LKPP (Rasyid, 2013).
18
Gambar 4 Proses Penyusunan LKPP
Sumber: DJPB (2015)
B. Komponen Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
Berdasarkan paragraf 60 lampiran I.01 PP 71/2010, komponen-komponen yang
terdapat dalam satu set laporan keuangan pemerintah terdiri dari laporan pelaksanaan
anggaran (budgetary report), laporan finansial, dan Catatan atas Laporan Keuangan
(CaLK). Laporan pelaksanaan anggaran terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran dan
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, sedangkan laporan finansial terdiri Laporan
Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca dan Laporan Arus Kas, sehingga
keseluruhan komponen laporan keuangan pemerintah adalah sebagai berikut (penjelasan
dikutip dari paragraf 61 s.d. 83 lampiran I.01 PP 71/2010):
1. Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian
sumber daya keuangan yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah, yang
19
menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu periode
pelaporan. Adapun unsur yang dicakup secara langsung oleh Laporan Realisasi Anggaran
terdiri dari pendapatan-LRA, belanja, transfer, dan pembiayaan.
2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih menyajikan informasi kenaikan atau
penurunan Saldo Anggaran Lebih tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya.
3. Laporan Operasional
Laporan Operasional menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang menambah
ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah untuk kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan dalam satu periode pelaporan. Adapun unsur yang
dicakup secara langsung dalam Laporan Operasional terdiri dari pendapatan-LO, beban,
transfer, dan pos-pos luar biasa.
4. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau penurunan ekuitas
tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sekurang-kurangnya berisi
pos-pos (paragraf 101 dan 102 lampiran I.02 PP 71/2010):
a. Ekuitas awal atau ekuitas tahun sebelumnya;
b. Surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan; dan
c. Koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas, yang antara lain
berasal dari dampak kumulatif yang disebabkan oleh perubahan kebijakan akuntansi
dan koreksi kesalahan mendasar, misalnya:
1) Koreksi kesalahan mendasar dari persediaan yang terjadi pada periode-periode
sebelumnya; dan
2) Perubahan nilai aset tetap karena revaluasi aset tetap.
d. Ekuitas Akhir.
Di samping itu, suatu entitas pelaporan juga perlu menyajikan rincian lebih lanjut
dari unsur-unsur yang terdapat dalam Laporan Perubahan Ekuitas yang dijelaskan pada
Catatan atas Laporan Keuangan.
20
5. Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset,
kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu. Adapun unsur yang dicakup oleh neraca
terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas.
6. Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan aktivitas operasi,
investasi, pendanaan, dan transitoris yang menggambarkan saldo awal, penerimaan,
pengeluaran, dan saldo akhir kas pemerintah pusat/daerah selama periode tertentu.
Adapun unsur yang dicakup dalam Laporan Arus Kas terdiri dari penerimaan dan
pengeluaran kas,
7. Catatan atas Laporan Keuangan.
Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian dari angka
yang tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan SAL, Laporan
Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca, dan Laporan Arus Kas. Catatan atas
Laporan Keuangan juga mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi yang
dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan
untuk diungkapkan di dalam Standar Akuntansi Pemerintahan serta ungkapan-ungkapan
yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar. Catatan
atas Laporan Keuangan mengungkapkan/menyajikan/menyediakan hal-hal sebagai
berikut:
a. Mengungkapkan informasi umum tentang Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi;
b. Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi makro;
c. Menyajikan ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun pelaporan berikut
kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target;
d. Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-
kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan
kejadian-kejadian penting lainnya; Menyajikan rincian dan penjelasan masing-
masing pos yang disajikan pada lembar muka laporan keuangan;
Kemudian dalam paragraf 15 lampiran I.02 PP 71/2010 dijelaskan bahwa
komponen-komponen laporan keuangan tersebut disajikan oleh setiap entitas pelaporan,
kecuali:
21
a. Laporan Arus Kas yang hanya disajikan oleh entitas yang mempunyai fungsi
perbendaharaan umum, dan
b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih yang hanya disajikan oleh Bendahara
Umum Negara dan entitas pelaporan yang menyusun laporan keuangan
konsolidasinya.
C. Laporan Keuangan Pemerintah Federal Amerika Serikat
1. Model Akuntansi Pemerintah Federal
Model akuntansi pemerintah federal disebut dengan dual track system, yang terdiri
dari satu set lengkap akun self-balancing dari sejumlah akun budgetary dan proprietary
(Freeman dan Shouder, 2013).
a. Budgetary accounting
Menurut Statement of Federal Financial Accounting Concepts (SFFAC) No. 1,
Objectives of Federal Financial Reporting, Paragraphs 45, Budgetary accounting
adalah sistem pengukuran dan pengendalian terhadap penggunaan sumber daya
menurut tujuan yang mana otoritas anggaran telah disahkan; dan yang mencatat
penerimaan dan sumber pemasukan lainnya. Budgetary accounting melacak
penggunaan setiap apropriasi untuk tujuan tertentu dalam akun anggaran terpisah
melalui berbagai tahapan pelaksanaan anggaran dari appropriasi ke apportionment
dan allotment untuk pengeluaran wajib maupun pengeluaran yang tidak pasti. Sistem
ini digunakan oleh konggres dan pihak eksekutif untuk menetapkan prioritas,
mengalokasikan sumber daya diantara berbagai alternatif yang ada, untuk membiayai
sumber daya tersebut, dan untuk memperkirakan implikasi ekonomi dari aktivitas
pemerintah federal pada level keseluruhan.
b. Proprietary accounting
Yang juga dikenal sebagai akuntansi keuangan (financial accounting), yaitu sebuah
proses yang mendukung akuntansi akrual dan pelaporan keuangan yang berusaha
menunjukkan posisi aktual keuangan dan hasil dari kegiatan operasional dengan
mencatat akuntansi untuk aset, kewajiban, net position, pendapatan, dan beban
(Cornelius, 1982 dalam FASAB, 2015).
22
2. Komponen Laporan Keuangan Pemerintah Federal
Sebagaimana dipersyaratkan oleh FASAB, Laporan Keuangan tahunan
pemerintah federal terdiri dari 6 bagian (Granof dan Khumawala, 2013):
1. Management’s Discussion and Analysis (MD&A)
Informasi yang disampaikan di dalamnya adalah:
Misi dan struktur organisasi.
Tujuan, sasaran , dan hasil yang dicapai.
Laporan keuangan
Sistem, pengendalian, dan kepatuhan terhadap peraturan.
2. Laporan hasil pemeriksaan dari auditor (GAO)
3. Laporan keuangan utama. Enam laporan keuangan utama menurut GAO (2009):
a. Statement of operation and changes in net position
Serupa dengan laporan laba rugi perusahaan, laporan ini menunjukkan hasil dari
basis akrual dari kegiatan operasional pemerintah federal (pendapatan pajak
dikurangi net cost) dan bagaimana hasil tersebut mempengaruhi net position
(perbedaan antara aset dan kewajibannya).
b. Statement of net cost
Laporan ini menunjukkan biaya tahunan menurut basis akuntansi akrual yang
dikeluarkan untuk kegiatan operasional pemerintah federal secara total, baik oleh
federal agency maupun departemen. Net cost merupakan bagian yang tersisa dari
gross cost setelah dikurangi pendapatan yang diperoleh. Pemerintah federal
medanai net cost pemerintah dari pendapatan pajak, dan apabila diperlukan, dari
utang.
c. Balance sheet
Laporan ini menunjukkan asal dan jumlah aset dan kewajiban pemerintah federal
dan perbedaan diantara keduanya (disebut net position). Net position ini
jumlahnya sama dengan yang dilaporkan di Statement of operation and changes
in net position.
d. Reconciliation of net operating revenue (or cost) and unified budget surplus (or
deficit)
23
Laporan ini menunjukkan hubungan antara hasil kegiatan operasional berdasarkan
basis kas dan basis akrual, dimulai dengan hasil operasional bersih (pendapatan
atau biaya) dari Statement of operation and changes in net position dan
menunjukkan item-item yang menerangkan perbedaan antara jumlah tersebut
dengan surplus atau defisit anggaran tahunan berbasis kas dari pemerintah federal.
e. Statement of changes in cash balance from unified budget and other activities
Laporan ini menunjukkan hubungan antara surplus atau defisit anggaran berbasis
kas dan perubahan dalam saldo kas dan aset keuangan lainnya.
f. Statement of Social Insurance
Laporan ini menunjukkan seberapa banyak tambahan uang yang diperlukan,
untuk program asuransi sosial pemerintah federal agar tetap dapat melanjutkan
operasinya sepanjang masa, sebagaimana yang telah diperkirakan hari ini.
4. Catatan atas laporan keuangan, termasuk detail dan keterangan dari nilai yang
dilaporkan pada laporan keuangan utama dan informasi pengelolaan (stewardship)
aset (tanah negara dan aset lainnya yang memiliki nilai sejarah, budaya, dan nilai
artistik).
5. Informasi tambahan lainnya, ditujukan hanya terbatas untuk prosedur audit, misal:
tarif pajak penghasilan yang efektif baik terhadap perorangan maupun perusahaan.
6. Informasi pengelolaan lainnya. Bagian ini tidak diaudit dan menyediakan informasi
pengelolaan investasi, sumber daya manusia, properti fisik non federal dan aktivitas
perencanaan dan pengembangan.
D. Siklus Akuntansi Pemerintahan
Dalam lampiran PMK Nomor 270/PMK.05/2014 tentang Penerapan Standar
Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah Pusat diuraikan bahwa siklus
akuntansi pemerintahan tidak jauh berbeda dengan siklus akuntansi pada perusahaan.
Siklus akuntansi pada pemerintahan dimulai dari pencatatan dokumen anggaran,
dokumen saldo awal, dokumen penerimaan, dokumen pengeluaran dan lain-lain, proses
posting ke dalam buku besar dan penyusunan laporan keuangan setelah dilakukan
penyesuaian yang diperlukan. Yang membedakan antara lain adalah pada akuntansi
pemerintahan tidak ada Laporan Laba Rugi dan Laporan Laba Ditahan. Laporan yang
mirip dengan Laporan Laba Rugi pada pemerintahan disebut dengan Laporan
24
FormulirDokumen Sumber
Jurnal Akrual
Jurnal Kas
B.BesarAkrual
B.BesarKas
Penyesuaian
LO LPE Neraca
LRA
CaLK
Operasional. Pada akuntansi pemerintahan juga disusun Laporan Perubahan Ekuitas dan
Neraca.
Dalam rangka menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran, sebagaimana diatur
dalam PSAP 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran Berbasis Kas maka dalam
penerapan basis akrual tetap disediakan Buku Besar Kas. Hal ini dikarenakan APBN
disusun berdasarkan basis kas. Buku besar ini menampung data-data yang akan tersaji
dalam Laporan Realisasi Anggaran, yaitu: Estimasi Pendapatan yang Dialokasikan,
Allotment Belanja termasuk revisi DIPA, realisasi Pendapatan LRA, realisasi
Pengembalian Pendapatan LRA, realisasi Belanja, dan realisasi Pengembalian Belanja.
Dengan demikian buku besar kas pada satuan kerja hanya digunakan untuk menyusun
LRA. Selanjutnya seluruh akun-akun LRA akan ditutup pada akhir tahun.
Dalam rangka menghasilkan Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas dan
Neraca disediakan buku besar akrual. Buku besar ini menampung semua transaksi akrual
yang akan tersaji ke dalam laporan keuangan selain Laporan Realiasi Anggaran
sebagaimana diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan. Buku besar
akrual akan memuat akun nominal yang ada pada Laporan Operasional dan Laporan
Perubahan Ekuitas, serta akun riil yang ada pada Neraca. Dengan demikian termasuk di
dalamnya transaksi kas dan nonkas.Transaksi kas misalnya yang berkaitan dengan kas di
bendahara penerimaan dan kas di bendahara pengeluaran, dan transaksi non kas misalnya
penyusutan, amortisasi, penyisihan piutartg tak tertagih dan transaksi akrual lainnya.
Sebelum laporan keuangan disusun dilakukan penyesuaian terhadap transaksi pendapatan
akrual maupun beban akrual, sehingga prinsip periodesitas dapat terpenuhi untuk
penyajian pos-pos dalam laporan keuangan. Proses pelaporan dapat digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 5 Proses Pelaporan Sistem Akuntansi Instansi
Sumber: Lampiran PMK Nomor 270/PMK.05/2014,telah diolah kembali
25
Gambar 4 di atas menjelaskan bahwa dokumen sumber selain diproses dengan
jurnal kas pada buku besar kas juga diproses dengan jurnal akrual pada buku besar
akrual. Pencatatan pada jurnal kas akan diposting ke dalam buku besar kas untuk
menghasilkan LRA. Pencatatan pada jurnal akrual akan diposting ke dalam buku besar
akrual dan dilakukan penyesuaian untuk menghasilkan Laporan Operasional, Laporan
Perubahan Ekuitas dan Neraca. Laporan keuangan juga harus dilengkapi dengan Catatan
atas Laporan Keuangan.
E. Ilustrasi Transaksi
Ilustrasi transaksi yang akan disampaikan adalah menggunakan jurnal standar untuk
pencatatan Buku Besar Akrual (Jurnal Akrual) dan Buku Besar Kas (Jurnal Kas)
sebagaimana telah dijelaskan dalam lampiran PMK Nomor 215/PMK.05/2013 tentang
Jurnal Akuntansi Pemerintah pada Pemerintah Pusat.
a. Jurnal Standar Anggaran
1) Jurnal Standar APBN
Misalkan APBN Tahun 2016 disahkan oleh DPR dengan rincian sebagai berikut:
Uraian Nilai (dalam miliar rupiah)Pendapatan Pajak Pendapatan Bukan PajakPendapatan HibahBelanja PegawaiBelanja BarangBelanja ModalBelanja Pembayaran Bunga UtangBelanja SubsidiBelanja HibahBelanja Bantuan SosialBelanja Lain-lainTransfer ke DaerahPenerimaan Pembiayaan Dalam NegeriPenerimaan Pembiayaan Luar NegeriPengeluaran Pembiayaan Dalam NegeriPengeluaran Pembiayan Luar Negeri
1.500.000270.000
5.000350.000150.000250.000100.00010.00090.000
220.00030.000
770.000325.00075.000
130.00075.000
Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal c.q. Direktorat Jenderal Perbendaharaan
sebagai Unit Akuntansi Pemerintah Pusat mencatat jurnal standar APBN dalam Buku
Besar Akrual sebagai berikut:
26
(dalam Miliar Rupiah)
Uraian Akun Debet Kredit
Estimasi Pendapatan PajakEstimasi Pendapatan Bukan PajakEstimasi Pendapatan Hibah
Apropriasi Belanja PegawaiApropriasi Belanja BarangApropriasi Belanja ModalApropriasi Belanja Pembayaran Bunga UtangApropriasi Belanja SubsidiApropriasi Belanja HibahApropriasi Belanja Bantuan SosialApropriasi Belanja Lain-lainApropriasi Transfer ke Daerah
1.500.000270.000
5.000
350.000150.000250.000100.00010.00090.000
220.00030.000
770.000
Penerimaan Pembiayaan Dalam NegeriPenerimaan Pembiayaan Luar Negeri
Pengeluaran Pembiayaan Dalam NegeriPengeluaran Pembiayaan Luar Negeri
325.00075.000
75.000130.000
2) Jurnal Standar DIPA
Misalkan DIPA diterima oleh satuan kerja ABC dengan rincian sebagai berikut:
Uraian Nilai (dalam jutaan rupiah)
Pendapatan Pajak Pendapatan Bukan PajakBelanja PegawaiBelanja BarangBelanja Modal
5.500200
2.400450
1.500
Satuan Kerja ABC mencatat jurnal standar DIPA ke dalam Buku Besar Akrual
sebagai berikut:
(dalam jutaan Rupiah)
Uraian Akun Debet Kredit
Estimasi Pendapatan PajakEstimasi Pendapatan Bukan Pajak
Allotment Belanja PegawaiAllotment Belanja BarangAllotment Belanja Modal
5.500200
2.400450
1.500
27
Transaksi yang terjadi pada Satuan Kerja ABC selama tahun 2016 adalah:
1) Pembelian Barang Persediaan
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Satuan Kerja ABC bersama rekanan
menandatangani kontrak pengadaan barang persediaan (kertas dan toner) pada
tanggal 2 Januari 2016 dengan nilai kontrak sebesar Rp. 250 juta. Tanggal mulai
pelaksanaan kontrak 2 Januari 2016 dan selesai tanggal 15 Januari 2016 dengan cara
pembayaran kontrak sekaligus. Kertas dan toner diserahterimakan dari rekanan
kepada Satuan Kerja ABC tanggal 15 Januari 2016 dengan BAST
No.01/PPBJ.I/SJ.14/2016. Berdasarkan BAST tersebut, pada tanggal 16 Januari
2016, operator SPM membuat Surat Perintah Pembayaran untuk kemudian divalidasi
oleh PPK, kemudian PPK membuat ADK Resume Tagihan dan mengirimkan ke
KPPN untuk dimintakan nomor tagihan. Setelah resume tagihan diberi nomor
tagihan oleh KPPN, operator SPM mencetak SPM untuk divalidasi/disetujui oleh
PPSPM. Setelah divalidasi, SPM diajukan ke KPPN dengan mengirimkan ADK
SPM, untuk dimintakan nomor SP2D. Tanggal 18 Januari 2016, SP2D dibukukan.
Pada tanggal 19 Januari 2016, transaksi pembelian persediaan dibukukan dengan
sebelumnya dilakukan verifikasi agar nilai persediaan secara definitif dapat tersaji
dalam laporan keuangan. Persediaan digunakan dengan data sebagai berikut:
1. 1 Maret 2016 digunakan senilai Rp. 75.000.000
2. 10 Juni 2016 digunakan senilai Rp. 50.000.000
3. 15 September 2016 digunakan senilai Rp. 25.000.000
4. 10 November 2016 digunakan senilai Rp. 75.000.000
2) Belanja Jasa (Kontrak Hotel)
PPK membuat kontrak pengadaan akomodasi hotel per tanggal 1 Maret 2016 untuk
keperluan sosialisasi aplikasi SAIBA dengan nilai kontrak sebesar Rp. 50.000.000.
BAST dibuat tanggal 10 Maret 2016 dan invoice atas kegiatan tersebut diterima oleh
KPPN tanggal 15 Maret 2016, dan langsung dibuat SPP/SPM atas tagihan tersebut.
SP2D atas SPP/SPM terbit tanggal 16 Maret 2016.
3) Pembelian Peralatan dan Mesin
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Satuan Kerja ABC bersama rekanan
menandatangani kontrak pengadaan barang modal (PC) sebanyak 100 unit pada
28
tanggal 9 Juni 2016 dengan nilai kontrak sebesar Rp. 1,5 milyar. Tanggal mulai
pelaksanaan kontrak 9 Juni 2016 dan selesai tanggal 29 Juni 2016 dengan cara
pembayaran kontrak sekaligus. PC diserahterimakan dari rekanan kepada Satuan
Kerja tanggal 29 Juni 2016 dengan BAST No.02/PPBJ.II/SJ.14/2016. Tanggal 30
Juni 2016, ADK Resume Tagihan dikirim ke KPPN untuk dimintakan Nomor
Tagihan. Tanggal 1 Juli 2016, SP2D dibukukan. Pada tanggal 2 Juli 2016, transaksi
pembelian peralatan dan mesin (PC) dibukukan setelah dilakukan verifikasi.
4) Transaksi pendapatan sewa
Perjanjian sewa sebidang ruangan untuk kantor cabang pembantu Bank Mandiri
ditandatangani tanggal 28 Februari 2016 dengan nilai sewa Rp 240 juta untuk 5
tahun. Pada tanggal 1 Maret 2016 diterima pembayaran tersebut dan langsung
disetor ke kas negara melalui bank persepsi.
5) Transaksi piutang dan realisasi pendapatan
Pada tanggal 15 Mei 2016, terbit Surat Ketetapan Pajak (SKP) senilai Rp. 150 juta
dan pada tanggal 10 Juni 2016 Wajib Pajak (WP) terkait melakukan pembayaran
atas SKP tersebut.
6) Transaksi Belanja Pegawai
Tanggal 2 Januari 2016 diterbitkan SPP/SPM pembayaran gaji dan tunjangan PNS
bulan Januari 2016 sebesar Rp. 200 juta. Pada tanggal 2 Januari 2016 langsung
terbit SP2D atas gaji dan tunjangan bulan Januari 2016. Asumsi untuk bulan
Februari s.d. Desember 2016, nilai transaksi belanja pegawai sama dengan
bulan Januari.
7) Transaksi Uang Persediaan
a) Tanggal 15 Januari 2016, dibuat SPP/SPM Permintaan Uang Persediaan sebesar
Rp. 10.000.000 yang terbit SP2Dnya pada 15 Januari 2016.
b) Tanggal 20 Januari 2016 dilakukan pembayaran tagihan terhadap:
(1) Jasa pengiriman surat dinas sebesar Rp. 4.000.000
(2) Jasa service rutin mobil dinas sebesar Rp. 6.000.000
Atas tagihan tersebut, dibuat SPP/SPM GU sebesar Rp. 8.000.000 dan SP2Dnya
terbit pada hari yang sama.
29
c) Tanggal 10 Desember 2016, dibuat SPP/SPM GU Nihil untuk keperluan
perjalanan dinas Rp. 8.000.000 dan untuk belanja jasa keperluan kantor Rp.
1.500.000
d) Tanggal 20 Desember 2016 disetorkan sisa uang persediaan yang ada sebesar Rp
500.000 di Bendahara Pengeluaran ke kas negara dengan SSBP.
Informasi untuk jurnal penyesuaian per tanggal 31 Desember 2016 diantaranya
adalah sebagai berikut:
1) Hasil opname fisik Barang Persediaan per tanggal 31 Desember 2016, diperoleh
jumlah persediaan sebesar Rp. 20.000.000
2) Peralatan dan mesin diestimasi memiliki masa manfaat 4 tahun/8 semester.
Pencatatan penyusutan dilakukan setiap akhir semester merujuk pada PMK Nomor
90/PMK.06/2014.
Berdasarkan informasi di atas:
a. Buatlah jurnal untuk setiap transaksi di atas
b. Buatlah jurnal penyesuaian
Penyelesaian Soal Ilustrasi Transaksi di Tahun 2016
a. Jurnal Akrual Atau Jurnal Kas
1) Pembelian Barang Persediaan
Pencatatan jurnal saat BAST ditandatangani:
Tanggal Keterangan Debet Kredit
15 Jan Persediaan yang belum diregister 250.000.000
Utang yang belum diterima tagihannya
250.000.000
Pencatatan jurnal saat ADK Resume Tagihan dikirim ke KPPN:
Tanggal Keterangan Debet Kredit
16 Jan Utang yang belum diterima tagihannya
250.000.000
Belanja Barang yang Masih harus Dibayar
250.000.000
Pencatatan jurnal pada saat SP2D dibukukan:
Jurnal Akrual
30
Tanggal Keterangan Debet Kredit
18 Jan Belanja Barang yang Masih harus Dibayar
250.000.000
Ditagihkan ke Entitas Lain 250.000.000
Jurnal Kas
Tanggal Keterangan Debet Kredit
18 Jan Belanja Barang 250.000.000
Ditagihkan ke Entitas Lain 250.000.000
Pencatatan jurnal pada saat persediaan dibukukan:
Tanggal Keterangan Debet Kredit
19 Jan Persediaan 250.000.000
Persediaan yang belum Diregister 250.000.000
Pencatatan jurnal pada saat persediaan digunakan:
Tanggal Keterangan Debet Kredit
1 Maret Beban Persediaan 75.000.000
Persediaan 75.000.000
10 Juni Beban Persediaan 50.000.000
Persediaan 50.000.000
15 Sept Beban Persediaan 25.000.000
Persediaan 25.000.000
10 Nov Beban Persediaan 75.000.000
Persediaan 75.000.000
2) Belanja Jasa (Kontrak Hotel)
Pencatatan jurnal pada saat BAST (jurnal akrual):
Tanggal Keterangan Debet Kredit
10 Maret Beban Jasa 50.000.000
Utang yang belum diterima tagihannya
50.000.000
Pencatatan jurnal saat Resume Tagihan dikirim ke KPPN (jurnal akrual):
Tanggal Keterangan Debet Kredit
31
15 Maret Utang yang belum diterima tagihannya
50.000.000
Belanja/transfer yang masih harus dibayar
50.000.000
Pencatatan jurnal saat SP2D terbit:
Jurnal Akrual
Tanggal Keterangan Debet Kredit
16 Maret Belanja/transfer yang masih harus dibayar
50.000.000
Ditagihkan ke entitas lain 50.000.000
Jurnal Kas
Tanggal Keterangan Debet Kredit
16 Maret Belanja jasa 50.000.000
Ditagihkan ke entitas lain 50.000.000
3) Pembelian Peralatan dan Mesin
Pencatatan jurnal saat BAST ditandatangani:
Tanggal Keterangan Debet Kredit
29 Juni Aset Tetap yang belum diregister 1.500.000.000
Utang yang belum diterima tagihannya
1.500.000.000
Pencatatan jurnal saat ADK Resume Tagihan dikirim ke KPPN:
Tanggal Keterangan Debet Kredit
30 Juni Utang yang belum diterima tagihannya
1.500.000.000
Belanja Modal yang Masih harus Dibayar
1.500.000.000
Pencatatan jurnal pada saat SP2D dibukukan:
Jurnal Akrual
Tanggal Keterangan Debet Kredit
1 Juli Belanja Modal yang Masih harus Dibayar
1.500.000.000
32
Ditagihkan ke Entitas Lain 1.500.000.000
Jurnal Kas
Tanggal Keterangan Debet Kredit
1 Juli Belanja Modal 1.500.000.000
Ditagihkan ke Entitas Lain 1.500.000.000
Pencatatan jurnal pada saat peralatan dan mesin (PC) dibukukan:
Tanggal Keterangan Debet Kredit
2 Juli Peralatan dan Mesin 1.500.000.000
Aset Tetap yang belum Diregister 1.500.000.000
4) Jurnal Transaksi Pendapatan
Pencatatan jurnal pada saat Bendahara Penerimaan menerima pembayaran sewa:
Jurnal Akrual
Tanggal Keterangan Debet Kredit
1 Maret Diterima dari entitas lain 240.000.000
Pendapatan Bukan Pajak-LO 240.000.000
Jurnal Kas
Tanggal Keterangan Debet Kredit
1 Maret Diterima dari entitas lain 240.000.000
Pendapatan Bukan Pajak-LRA 240.000.000
5) Jurnal Standar Piutang Pendapatan
Pencatatan jurnal pada saat SKP terbit:
Tanggal Keterangan Debet Kredit
15 Mei Piutang Pendapatan Pajak 150.000.000
Pendapatan Pajak 150.000.000
Jurnal Standar Realisasi Pendapatan
Pencatatan jurnal pada saat WP melakukan pembayaran:
Jurnal Akrual:
33
Tanggal Keterangan Debet Kredit
10 Juni Diterima dari entitas lain 150.000.000
Piutang Pendapatan Pajak 150.000.000
Jurnal Kas:
Tanggal Keterangan Debet Kredit
10 Juni Diterima dari entitas lain 150.000.000
Pendapatan Pajak 150.000.000
6) Jurnal Transaksi Belanja Pegawai
a) Pencatatan jurnal saat penerbitan SPP/SPM Gaji:
Tanggal Keterangan Debet Kredit
2 Januari Beban Pegawai 200.000.000
Belanja/transfer yang masih harus dibayar
200.000.000
b) Pencatatan jurnal pada saat SP2D terbit:
Jurnal Akrual
Tanggal Keterangan Debet Kredit
2 Januari Belanja/transfer yang masih harus dibayar
200.000.000
Ditagihkan ke entitas lain 200.000.000
Jurnal Kas
Tanggal Keterangan Debet Kredit
2 Januari Belanja Pegawai 200.000.000
Ditagihkan ke entitas lain 200.000.000
7) Jurnal Transaksi Uang Persediaan
a) Permintaan UP (jurnal akrual)
Tanggal Keterangan Debet Kredit
15 Januari Kas di Bendahara Pengeluaran 10.000.000
Uang Muka dari KPPN 10.000.000
b) SPP/SPM/SP2D Ganti UP
34
Jurnal Akrual
Tanggal Keterangan Debet Kredit
20 Januari Beban Jasa 4.000.000
Beban Pemeliharaan 6.000.000
Ditagihkan ke entitas lain 10.000.000
Jurnal Kas
Tanggal Keterangan Debet Kredit
20 Januari Belanja Jasa 4.000.000
Belanja Pemeliharaan 6.000.000
Ditagihkan ke entitas lain 10.000.000
c) GU Nihil
Jurnal Akrual
Tanggal Keterangan Debet Kredit
10 Desember Beban Perjalanan 8.000.000
Beban Jasa 1.500.000
Ditagihkan ke entitas lain 9.500.000
20 Desember Uang Muka dari KPPN 9.500.000
Kas di Bendahara Pengeluaran 9.500.000
Jurnal Kas
Tanggal Keterangan Debet Kredit
10 Desember Belanja Barang 8.000.000
Belanja Jasa 1.500.000
Ditagihkan ke entitas lain 9.500.000
d) Pengembalian sisa UP (jurnal akrual)
35
Tanggal Keterangan Debet Kredit
20 Desember Uang Muka di KPPN 500.000
Kas di Bendahara Pengeluaran 500.000
b. Jurnal Penyesuaian;
1) Penyesuaian Persediaan
Untuk mengetahui apakah terdapat selisih antara hasil opname fisik dengan
pencatatan persediaan metode perpetual, perlu dibandingkan saldo akhir persediaan
dengan hasil opname fisik per 31 Desember 2016. Saldo akhir persediaan dapat
dihitung sebagai berikut:
Saldo Awal : Rp. 0,-
Pembelian : Rp. 250.000.000,-
Pemakaian : (Rp. 225.000.000,-)*
Saldo Akhir : Rp. 25.000.000,-
* Jumlah pemakaian persediaan = Rp. 75 juta + Rp. 50 juta +Rp 25 Juta + Rp 75 juta
Berdasarkan informasi sebelumnya, jumlah persediaan berdasar hasil opname fisik
per 31 Desember 2016 adalah sebesar Rp. 20.000.000,-, sehingga terdapat selisih
antara saldo akhir dan hasil opname fisik sebesar Rp. 5.000.000,- (Rp. 25.000.000 –
Rp. 20.000.000). Atas selisih tersebut, dicatat jurnal akrual sebagai berikut:
Tanggal Keterangan Debet Kredit
31 Desember Beban Persediaan 5.000.000
Persediaan 5.000.000
2) Penyesuaian Pendapatan
Jurnal untuk menyesuaikan nilai sewa diterima di muka atas transaksi sewa gedung
pada tanggal 1 Maret 2016 adalah:
Tanggal Keterangan Debet Kredit
31 Desember Pendapatan LO-Sewa Gedung 200.000.000
Sewa diterima di muka 200.000.000*
*perhitungannya = 240 juta - (10/12 X 240 juta/5 tahun) = Rp. 200.000.000
36
3) Penyusutan Aset Tetap
Tanggal Keterangan Debet Kredit
31 Desember Beban penyusutan peralatan dan mesin
187.500.000
Akumulasi penyusutan peralatan dan mesin
187.500.000*
Jurnal untuk mencatat penyusutan 100 unit PC dgn nilai = 1,5 milyar X 1/8 = Rp. 187.500.000 (tanggal 1 Juli 2016-31 Desember 2016 = 1 semester)
DAFTAR REFERENSI
37
DJPBN. (2015). Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat (SAPP). Materi Presentasi-Program Percepatan Akuntabiitas Keuangan Pemerintah Tahun 2015. Jakarta Pusat: Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan.
FASAB. (2015). FASAB Handbook of Federal Accounting Standards and Other Pronouncements, as Amended. United States: Federal Accounting Standard Advisory Board.
Freeman, Robert J. & Shouder, Craig D. (2013). Governmental and Nonprofit Accounting. (10th Edition). Pearson Education Inc.
GAO. (2009). Understanding the Primary Components of the Annual Financial Report of the United States Government. United States: Government Accountability Office.
Granof, Michael H., & Khumawala, Saleha B. (2013). Government and Not For Profit Accounting: Concepts & Practices. (6th Edition). John Wiley & Sons, Inc.
Harjowiryono, et al. (2014). Modul Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat. Program Percepatan Akuntabilitas Pemerintah. Jakarta Pusat: Kementerian Keuangan RI.
Harjowiryono, et al. (2014). Modul Simulasi Penyusunan Laporan Keuangan. Program Percepatan Akuntabilitas Pemerintah. Jakarta Pusat: Kementerian Keuangan RI.
Rasyid, Y. Y. (2013). Memahami Proses Penyusunan LKPP. Dalam S. Jenderal, Media Keuangan (hal. Vol.VIII No.71). Jakarta Pusat: Kementerian Keuangan.
Suminto. (2004). Pengelolaan APBN dalam Sstem Manajemen Keuangan Negara. Budget in Brief (hal. 5). Jakarta Pusat: Ditjen Anggaran, Depkeu.
The White House (2016).The Executive Branch. https://www.whitehouse.gov/1600/ executive-branch
USA Government (2016). Branches of Government.https://www.usa.gov/branches-of-government
Wahyuni, Trisacti (Pemateri). 2016. Pertemuan I Kuliah GSPKN: Transformasi
Pengelolaan Keuangan Negara (Rekaman Suara). Jakarta Pusat
Wikipedia.(2016). List of federal agencies in the United States. https://en.wikipedia.org/
wiki/List_of_federal_agencies_in_the_United_States#Legislative_branch
Undang-undang Dasar Tahun 1945
Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara
Undang-undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
38
Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
PMK Nomor 213/PMK.05/2013 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Pemerintah Pusat beserta lampirannya
PMK Nomor 215/PMK.05/2013 tentang Jurnal Akuntansi Pemerintah pada Pemerintah
Pusat beserta lampirannya
PMK Nomor 90/PMK.06/2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 1/PMK.06/2013 tentang Penyusutan Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap
Pada Entitas Pemerintah Pusat
PMK Nomor 270/PMK.05/2014 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan
Berbasis Akrual pada Pemerintah Pusat beserta lampirannya
39