Perc. 9
-
Upload
ayu-meriah-rezki -
Category
Documents
-
view
43 -
download
1
Transcript of Perc. 9
PERCOBAAN 9
PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT PADAT
(REKRISTALISASI, SUBLIMASI DAN TITIK LELEH)
A. Tujuan
1. Melakukan rekristalisasi dengan baik
2. Memilih pelarut yang sesuai untuk rekristalisasi
3. Menjernihkan dan menghilangkan warna larutan
4. Memisahkan dan memurnikan campuran dengan rekristalisasi
B. Landasan Teori
Suatu zat yang tampil sebagai zat padat, tetapi tidak mempunyai
struktur kristal yang berkembangbiak disebut amorf (tanpa bentuk). Ter dan
kaca merupakan zat padat semacam itu. Tak seperti zat pada kristal, zat
amorf tidak mempunyai titik-titik leleh tertentu yang tepat. Sebaliknya zat
amorf melunak secara bertahap bila dipanasi dan meleleh dalam suatu
jangka temperatur. Kristal adalah benda padat yang mempunyai permukaan-
permukaan datar. Karena banyak zat padat seperti garam, kuarsa, dan salju
ada dalam bentuk-bentuk yang jelas simetris, telah lama para ilmuwan
menduga bahwa atom, ion ataupun molekul zat padat ini juga tersusun
secara simetris (Keenan, 1991).
Zat padat umumnya mempunyai titik lebur yang tajam (rentangan
suhunya kecil), sedangkan zat padat amorf akan melunak dan kemudian
melebur dalam rentangan suhu yang besar. Partikel zat padat amorf sulit
dipelajari karena tidak teratur. Oleh sebab itu, pembahasan zat padat hanya
membicarakan kristal. Suatu zat mempunyai bentuk kristal tertentu. Dua zat
yang mempunyai struktur kristal yang sama disebut isomorfik (sama bentuk),
contohnya NaF dengan MgO, K2SO4 dengan K2SeO4, dan Cr2O3 dengan Fe2O3.
Zat isomorfik tidak selalu dapat mengkristal bersama secara homogen.
Artinya satu partikel tidak dapat menggantikan kedudukan partikel lain.
Contohnya, Na+ tidak dapat menggantikan K+ dalam KCl, walaupun bentuk
kristal NaCl sama dengan KCl. Suatu zat yang mempunyai dua kristal atau
lebih disebut polimorfik (banyak bentuk), contohnya karbon dan belerang.
Karbon mempunyai struktur grafit dan intan, belerang dapat berstruktur
rombohedral dan monoklin (Syukri, 1999).
Berdasar bentuk diagram fase campuran sistem dua komponen,
interaksi fisika dapat digolongkan menjadi sistem interaksi fisika eutektikum,
peritektikum, dan senyawa molekular. Sistem eutektikum menunjukkan satu
titik lebur bersama, sistem peritektikum menunjukkan beberapa titik lebur
bersama, sedangkan sistem senyawa molekuler menunjukkan dua titik
eutektikum dalam perbandingan molar yang tetap AmBn. Sistem campuran
eutektikum tidak mengubah struktur kristal namun mengubah ukuran kristal
menjadi lebih halus, sedangkan campuran peritektikum dan senyawa
molekular mengubah struktur kristal (Nugrahani, et al., 2007).
Rekristalisasi terjadi oleh adanya pengintian dan pertumbuhan butir-
butir baru, yang pada dasarnya bebas regangan, dengan mengorbankan
matriks poligon. Deformasi dan suhu aniling yang cukup tinggi disyaratkan
untuk terjadinya rekristalisasi (Kartika dan Sriyono, 2003).
Kristalisasi adalah peristiwa pembentukan partikel-partikel zat padat
dalam suatu fase homogen. Kristalisasi dari larutan dapat terjadi jika padatan
terlarut dalam keadaan berlebih (di luar kesetimbangan, maka sistem akan
mencapai kesetimbangan dengan cara mengkristalkan padatan terlarut.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pembentukan kristal dari larutan
homogen tidak terjadi tepat pada harga konsentrasi ion sesuai dengan hasil
kali kelarutan, tetapi baru akan terjadi saat konsentrasi zat terlarut jauh lebih
tinggi daripada konsentrasi larutan jenuhnya. Makin tinggi derajat lewat
jenuh, makin besar kemungkinan membentuk inti baru (Dewi dan Masduqi).
Ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan, tergantung pada
dua faktor penting yaitu laju pembentukan inti (nukleasi) dan laju
pertumbuhan kristal. Jika laju pembentukan inti tinggi, banyak sekali kristal
akan terbentuk, tetapi tak satupun dari ini akan tumbuh menjadi terlalu
besar, jadi terbentuk endapan yang terdiri dari partikel-partikel kecil. Laju
pembentukan inti tergantung pada derajat lewat jenuh dari larutan. Makin
tinggi derajat lewat jenuh, makin besarlah kemungkinan untuk membentuk
inti baru, jadi makin besarlah laju pembentukan inti. Laju pertumbuhan kristal
merupakan faktor lain yang mempengaruhi ukuran kristal yang terbentuk
selama pengendapan berlangsung. Jika laju ini tinggi, kristal-kristal yang
besar akan terbentuk yang dipengaruhi oleh derajat lewat jenuh (Svehla,
1979).
Proses isolasi mentol pada prinsipnya terdiri dari tiga tahap, yaitu
tahap pembentukan kristal, pemisahan dan pengeringan kristal. Beberapa
faktor yang mempengaruhi pembentukan kristal pada proses pendinginan
diantaranya adalah suhu, lama pendinginan dan konsentrasi mentol bebas di
dalam minyak (Ma’mun, et al., 1993).
Naphtalene yang sebenarnya merupakan produk untuk
menghilangkan bau busuk, antijamur dan pencegah serangga, ternyata juga
memberikan dampak positif untuk peningkatan angka oktan dari bensin.
Naphtalene merupakan rangkaian hidrokarbon jenis aromatik, bahkan dapat
disebut polyaromatik dengan struktur kimia berbentuk cincin benzena yang
bersekutu dalam satu ikatan atau dua orto lingkaran benzena dimana pada
proses penggabungan tersebut kehilangan 2 atom C dan 4 atom H sehingga
rumus kimianya menjadi C10H8. Secara fisik, naphtalene merupakan zat yang
berbentuk keping kristal, mudah menguap dan menyublim serta tak
berwarna, umumnya berasal dari minyak bumi atau batu bara (Tirtoatmodjo,
2001).
C. Alat dan Bahan
1. Alat
- Hot plate
- Gelas kimia
- Labu alas bulat
2. Bahan
- Air
- Kapur barus (Naftalena)
- Tissu
D. Prosedur Kerja
1. Sublimasi
- Dimasukkan ke dalam gelas kimia
- Ditutup dengan labu alas bulat
- Dipanaskan menggunakan hot plate
- Didinginkan menggunakan gelas kimia
- Diamati bentuk kristal
Hasil ?
Naftalena
E. Hasil Pengamatan
Perlakuan Hasil
Kapur barus dimasukkan dalam gelas
kimia, ditutup dengan labu alas bulat
kemudian dipanaskan
Warna sebelum dipanaskan: hijau,
ungu, jingga. Setelah dipanaskan,
menguap dan membentuk kristal
jarum berwarna putih
F. Pembahasan
Praktikum proses pemisahan dan pemurnian zat padat ini, sebenarnya
dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu rekristalisasi, sublimasi dan titik leleh,
namun kali ini hanya dilakukan sublimasi karena alat dan bahan ada yang
tidak dimiliki oleh laboratorium. Praktikum ini bertujuan untuk melakukan
kristalisasi dengan baik, memilih pelarut yang sesuai untuk rekristalisasi,
menjernihkan dan menghilangkan warna larutan serta memisahkan dan
memurnikan campuran dengan rekristalisasi. Prinsip dari pemisahan dan
pemurnian zat padat akan lebih larut dalam pelarut panas dibandingkan
dengan pelarut dingin. Kristalisasi dari zat murni akan menghasilkan kristal
yang identik dan teratur bentuknya sesuai dengan kristal senyawanya.
Rekristalisasi adalah pemurnian suatu zat padat dari campuran atau
pengotornya dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut setelah
dilarutkan dalam pelarut yang cocok. Prinsip rekristalisasi adalah perbedaan
kelarutan antara zat yang akan dimurnikan dengan kelarutan zat pencampur
atau pencemarnya. Larutan yang terjadi dipisahkan satu sama lain, kemudian
larutan zat yang diinginkan dikristalkan dengan cara menjenuhkannya.
Proses kristalisasi adalah kebalikan dari proses pelarutan. Mula-mula
molekul zat terlarut membentuk agrerat dengan molekul pelarut, lalu terjadi
kisi-kisi diantara molekul zat terlarut yang terus tumbuh membentuk Kristal
yang lebih besar diantara molekul pelarutnya, sambil melepaskan sejumlah
energy. Kristalisasi dari zat akan menghasilkan Kristal yang identik dan
teratur bentuknya sesuai dengan sifat Kristal senyawanya. Dan pembentukan
Kristal ini akan mencapai optimum bila berada dalam kesetimbangan.
Sublimasi merupakan cara yang digunakan untuk pemurnian
senyawa-senyawa organik yang berbentuk padatan. Pemanasan yang
dilakukan tehadap senyawa organik akan menyebabkan terjadinya perubahan
sebagai berikut: apabila zat tersebut pada suhu kamar berada dalam keadaan
padat, pada tekanan tertentu zat tersebut akan meleleh kemudian mendidih.
Disini terjadi perubahan fase dari padat ke cair lalu kefase gas. Apabila zat
tersebut pada suhu kamar berada dalam keadaan cair. Pada tekanan dan
temperature tertentu (pada titik didihnya) akan berubah menjadi fase gas.
Apabila zat tersebut pada suhu kamar berada dalam keadaan padat, pada
tekanan dan temperatur tertentu akan langsung berubah menjadi fase gas
tanpa melalui fase cair terlebih dahulu. Zat padat sebagai hasil reaksi
biasanya bercampur dengan zat padat lain. Oleh karena itu, untuk
mendapatkan zat-zat padat yang kita inginkan perlu dimurnikan terlebih
dahulu. Prinsip proses ini adalah perbedaan kelarutan zat pengotornya.
Pada praktikum ini, pemisahan dan pemurnian zat padat hanya
dilakukan dengan menggunakan satu cara yaitu sublimasi menggunakan
sampel kapur barus atau naftalena. Naftalena (C10H8) merupakan senyawa
murni pertama yang diperoleh dari fiksasi didih lebih tinggi dari batu bara.
Naftalena mudah di isolasi karena senyawa ini menyublim dari gas sebagai
padatan kristal tak berwarna yang indah, dengan titik leleh 800C. Naftalena
merupakan molekul planar dengan dua cincin benzene yang berfusi
(bergabung).
Percobaan dilakukan dengan prosedur kerja sebagai berikut, kapur
barus disublimasi dengan cara gelas kimia yang berisi kapur barus ditutup
labu alas bulat kemudian dipanaskan menggunakan hot plate. Gas yang
dihasilkan, didinginkan kembali dengan menggunakan gelas kimia.
Pendinginan ini bertujuan untuk mendinginkan uap naftalena sehingga
naftalena yang menyublim dapat langsung berubah menjadi fasa padat dan
dapat dipisahkan dari pengotornya. Reaksi dari kamper (kapur barus)
berlangsung dengan sangat cepat. Hal ini disebabkan zat padat dalam proses
sublimasi mengalami proses perubahan langsung menjadi gas tanpa melalui
fase cair, kemudian terkondensasi menjadi padatan atau kristal kembali.
Sehingga dalam proses sublimasi, kamper tidak berubah menjadi senyawa
lain, hanya berubah bentuk (fase) dari padat ke gas. Untuk memastikan
kristal naftalen yang didapat yaitu dari bentuk kristal yang seperti jarum
(monoklin).
G. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Prinsip rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang akan
dimurnikan dengan kelarutan zat pencampur atau pencemarnya. Larutan
yang terjadi dipisahkan satu sama lain, kemudian larutan zat yang
diinginkan dikristalkan dengan cara menjenuhkannya.
2. Semakin tinggi suhu pelarut maka energi atau kereaktifannya dalam
menguraikan molekul-molekul padatan untuk dapat larut semakin tinggi.
3. Pendinginan pada proses sublimasi bertujuan untuk mendinginkan uap
naftalena (kapur barus) sehingga naftalena yang menyublim dapat
langsung berubah menjadi fasa padat dan dapat dipisahkan dari
pengotornya.
4. Kristal naftalen berbentuk seperti jarum (monoklin) berwarna putih.
Daftar Pustaka
Dewi, D. F. dan Masduqi, A. 2003. Penyisihan Fosfat dengan Proses Kristalisasidalam Reaktor Terfluidisasi menggunakan Media Pasir Silika. Jurnal Purifikasi.4 (4): 151-156.
Kartika, I. dan Sriyono, B. 2003. Pengaruh Deformasi Terhadap SuhuRekristalisasi Pada Paduan Cu-Mn-Ni. Jurnal Sains Materi Indonesia. 4 (3):56-59.
Keenan, C. W., dkk. 1992. Kimia Untuk Universitas, Jilid 2. Erlangga. Jakarta.
Ma’mun, Yanti, L. dan Rusli, S. 1993. Pengaruh Suhu dan Lama Pendinginanpada Isolasi Kristal Mentol dari Mentha arvensis. Bul. Littro. VIII (1): 39-41.
Nugrahani, I., Ibrahim, S., Soewandhi, S. N. dan Asyarie, S. 2007. KarakterisasiRekristalit Antalgin-Fenilbutason dengan Pelarut Aseton sebagai Suatu SistemInteraksi Fisika. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia. 5 (1): 37-44.
Svehla, 1979. Buku Ajar Vogel: Analisis Anorganik Kuantitatif Makro danSemimikro, PT Kalman Media Pusaka. Jakarta.
Syukri, 1999. Kimia Dasar 3. ITB Press. Bandung.
Tirtoatmodjo, R. 2000. Pengaruh Naphtalene Terhadap Perubahan Angka OktanBensin, Unjuk Kerja Motor dan Gas Buangnya. Jurnal Teknik Mesin. 2 (2):97-101.
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK
PERCOBAAN 9
PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT PADAT
(REKRISTALISASI, SUBLIMASI DAN TITIK LELEH)
OLEH
NAMA : AYU MERIAH REZKI
NIM : F1F1 11083
KELOMPOK : IV
KELAS : FARMASI C
ASISTEN : AGUNG WIBAWA MAHATVA YODHA, S.Si
LABORATORIUM FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2013