PERBEDAAN ASUPAN KARBOHIDRAT BERDASARKAN …eprints.ums.ac.id/56576/23/NASKAH PUBLIKASI.pdf ·...

17
PERBEDAAN ASUPAN KARBOHIDRAT BERDASARKAN PENGETAHUAN GIZI PADA PENDERITA DIABETES MILITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CEPER, KABUPATEN KLATEN Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh: Muchlis Rhaysa Ganna (J310151012) PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

Transcript of PERBEDAAN ASUPAN KARBOHIDRAT BERDASARKAN …eprints.ums.ac.id/56576/23/NASKAH PUBLIKASI.pdf ·...

Page 1: PERBEDAAN ASUPAN KARBOHIDRAT BERDASARKAN …eprints.ums.ac.id/56576/23/NASKAH PUBLIKASI.pdf · dengan penyakit diabetes militus, karena mengingat jumlah penderita penyakit degeneratif

PERBEDAAN ASUPAN KARBOHIDRAT BERDASARKAN

PENGETAHUAN GIZI PADA PENDERITA DIABETES MILITUS

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CEPER, KABUPATEN KLATEN

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I

Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh:

Muchlis Rhaysa Ganna

(J310151012)

PROGRAM STUDI ILMU GIZI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2017

Page 2: PERBEDAAN ASUPAN KARBOHIDRAT BERDASARKAN …eprints.ums.ac.id/56576/23/NASKAH PUBLIKASI.pdf · dengan penyakit diabetes militus, karena mengingat jumlah penderita penyakit degeneratif

i

Page 3: PERBEDAAN ASUPAN KARBOHIDRAT BERDASARKAN …eprints.ums.ac.id/56576/23/NASKAH PUBLIKASI.pdf · dengan penyakit diabetes militus, karena mengingat jumlah penderita penyakit degeneratif

ii

ALAMAN PENGESAHAN

PERBEDAAN ASUPAN KARBOHIDRAT BERDASARKAN PENGETAHUAN

GIZI PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS CEPER, KABUPATEN KLATEN

Oleh :

MUCHLIS RHAYSA GANNA

J 310 151 012

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Gizi Jenjang S1

Fakultas Ilmu Kesehatan pada tanggal 07 Agustus 2017 dan dinyatakan telah memenuhi

syarat untuk diterima.

Penguji I : Luluk Ria Rakhma, S.Gz, M.Gizi ( )

(Ketua Dewan Penguji)

Penguji II : Muwakhidah, SKM, M.Kes ( )

(Anggota I Dewan Penguji)

Penguji III : Farida Nur Isnaeni, S.Gz., MSc ( )

(Anggota II Dewan Penguji)

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Dr. Mutalazimah, SKM., M.Kes

NIP/NIDN. 786/06-1711-7301

Page 4: PERBEDAAN ASUPAN KARBOHIDRAT BERDASARKAN …eprints.ums.ac.id/56576/23/NASKAH PUBLIKASI.pdf · dengan penyakit diabetes militus, karena mengingat jumlah penderita penyakit degeneratif

iii

Page 5: PERBEDAAN ASUPAN KARBOHIDRAT BERDASARKAN …eprints.ums.ac.id/56576/23/NASKAH PUBLIKASI.pdf · dengan penyakit diabetes militus, karena mengingat jumlah penderita penyakit degeneratif

1

PERBEDAAN ASUPAN KARBOHIDRAT BERDASARKAN

PENGETAHUAN GIZI PADA PENDERITA DIABETES MILITUS

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CEPER, KABUPATEN KLATEN

Abstrak

Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit gangguan metabolisme yang bersifat

kronis. Tingginya jumlah penderita DM antara lain disebabkan karena gaya hidup,

pengetahuan, dan kesadaran melakukan deteksi dini penyakit DM yang kurang,

minimnya aktivitas fisik, dan pengaturan pola makan tradisional yang

mengandung banyak karbohidrat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui

perbedaan asupan karbohidrat berdasarkan pengetahuan gizi pada penderita DM

di wilayah kerja puskesmas Ceper, Kabupaten Klaten. Jenis penelitian ini adalah

observasional dengan rancangan crosssectional. Penelitian dilakukan di wilayah

kerja Puskesmas Ceper. Responden dalam penelitian ini masing-masing 37

responden berpengetahuan baik dan berpengetahuan kurang. Pengumpulan data

penelitian menggunakan kuesioner pengetahuan dan formulir Semi Quantitative

FFQ. Data pengetahuan responden diambil menggunakan kuesioner sejumlah 30

soal. Sedangkan data asupan karbohidrat responden diambil dengan formulir Semi

Quantitative FFQ. Untuk mengetahui jumlah kandungan gizi dalam bentuk gram

digunakan aplikasi Nutrisurvey. Analisis data dilakukan pada masing-masing

variabel dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan antar variabel yang terkait.

Uji statistik yang digunakan uji normalitas dengan uji kolmogorov smirknov dan

dilanjutkan dengan uji stastistik Independent t-test. Hasil independent t-test

diperoleh nilai p= 0,276(p>0,05) yang menunjukkan tidak ada perbedaan antara

asupan karbohidrat berdasarkan pengetahuan gizi pada penderita diabetes militus

di wilayah kerja puskesmas Ceper, Kabupaten Klaten. Karakteristik responden

menurut umur diketahui bahwa paling tinggi umur 56-65 tahun yaitu sebesar

28,4%. Menurut jenis kelamin diketahui bahwa perempuan lebih banyak yaitu

sebesar 52,7%. Menurut pendidikan diketahui bahwa responden dengan

pendidikan dasar memiliki prosentase terbanyak yaitu 51,2%. Dan menurut lama

sakit DM <5 tahun sebesar 58,1%. Asupan karbohidrat responden yang tidak

sesuai rekomendasi PERKENI sebesar 66,3%.

Kata Kunci: Pengetahuan Gizi, Pengetahuan tentang Diabetes, Asupan

Karbohidrat.

Abstract

Diabetes mellitus is chronic metabolism nuisance disease. The high amount of

diabetic can be caused by low life style, low knowledge, and low awereness in

early detecting the diabetes mellitus, low physic activity, and low traditional

eating pattern which is too much of carbohydrate. The purpose of the research is

to know the difference between carbohydrate consumption based on nutrition

knowledge in diabetic at the work place, the public healt center , Ceper district,

Page 6: PERBEDAAN ASUPAN KARBOHIDRAT BERDASARKAN …eprints.ums.ac.id/56576/23/NASKAH PUBLIKASI.pdf · dengan penyakit diabetes militus, karena mengingat jumlah penderita penyakit degeneratif

2

Klaten regency. The kind of the research in observational by cross-sectional

formation. The research is 37 respondents either who has good knowledhe or less

knowledge. The data collection in the research by using knowledge questionnaire

and Semi Quantitative FFQ form. The Respondent's knowledge data were taken

using questionnaire of 30 questions. While the data of respondents carbohydrate

consumption taken by using Semi Quantitative FFQ form. Nutrisurvey application

used to know the amount of nutrition facts in gram. Data analysisi done in each

variable in order to know the difference between related variables. Statistic test

which is used normality test by Kolmogorov Smirkov test and continued by using

t-test independent statistic. The result of independent t-test obtained that the value

p = 0.276 (p > 0.05). So, it means there is no diferrence of carbohydrate

consumption based on nutrition knowledge at the work place in the public healt

center, in Ceper district. Characteristics of respondents by age known that the

highest age 56-65 years that is equal to 28.4%. According to gender it is known

that more women that is equal to 52.7%. According to the education is known that

the respondents with primary education has the highest percentage of 51.2%. And

according to old sickness DM <5 year equal to 58.1%. Carbohydrate intake of

respondents according not to recommendation of PERKENI amounted to 66,3%.

Keywords : carbohydrate consumption, diabetes knowledge, nutrition knowledge.

1. PENDAHULUAN

Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit gangguan metabolisme yang bersifat

kronis (Reaven,1988). Diabetes Mellitus tidak dapat disembuhkan tetapi kadar

gula darah dapat dikendalikan melalui diet, olah raga, dan obat-obatan. Untuk

dapat mencegah terjadinya komplikasi kronis, diperlukan pengendalian DM yang

baik yang mempunyai sasaran dengan kriteria nilai baik, di antaranya gula darah

puasa 80-<100 mg/dL, 2 jam sesudah makan 80-144 mg/dL, A1C <6,5%,

kolesterol total < 200 mg/dL, trigliserida <150 mg/dL, IMT 18,5-22,9 kg/m2 dan

tekanan darah <130/80 mmHg (PERKENI, 2006).

Tingginya jumlah penderita DM antara lain disebabkan karena perubahan

gaya hidup, tingkat pengetahuan rendah, dan kesadaran melakukan deteksi dini

penyakit DM yang kurang, aktivitas fisik yang minim, dan pengaturan pola makan

tradisional yang mengandung banyak karbohidrat (Sudoyo, 2006). Konsumsi

makanan yang tidak seimbang, tinggi gula dan rendah serat merupakan faktor

risiko dari DM. Perencanaan makanan yang dianjurkan seimbang dengan

komposisi energi yang dihasilkan oleh karbohidrat. Asupan karbohidrat yang

Page 7: PERBEDAAN ASUPAN KARBOHIDRAT BERDASARKAN …eprints.ums.ac.id/56576/23/NASKAH PUBLIKASI.pdf · dengan penyakit diabetes militus, karena mengingat jumlah penderita penyakit degeneratif

3

dianjurkan karbohidrat : 45-60%. Konsumsi sayuran dan buah-buahan yang

dianjurkan adalah 3-4 porsi setiap harinya (Ditjen PP dan PL, 2008).

Karbohidrat memiliki beberapa jenis yang terdiri dari karbohidrat

kompleks dan karbohidrat sederhana (Almatsier, 2001). Karbohidrat sederhana

merupakan jenis karbohidrat yang mudah diubah menjadi glukosa, sehingga

karbohidrat ini sangat cepat meningkatkan kadar glukosa darah (Soewondo,

2007). Pada prinsipnya, penderita DM harus menghindari makanan yang cepat

diserap menjadi gula darah yang disebut karbohidrat sederhana, seperti yang

terdapat pada gula pasir, gula jawa, sirup, dodol, selai, permen, coklat, es krim,

minuman ringan, dan sebagainya. Di dalam tubuh, karbohidrat sederhana diubah

menjadi gula sederhana atau glukosa yang larut dalam aliran darah, sehingga

menyebabkan kadar glukosa darah meningkat dan turun dengan cepat. Keadaan

ini berbahaya bagi penderita diabetes mellitus (Maulana, 2010).

Karbohidrat kompleks merupakan pilihan dan diberikan secara terbagi dan

seimbang (PERKENI, 2011). Bagi penderita DM dianjurkan untuk konsumsi

karbohidrat kompleks bersama serat makanan akan menekan glukosa darah

sedemikian rupa sehingga jauh lebih rendah dari biasanya dan itu sangat

membantu untuk terapi diitnya (Almatsier, 2001).

Berbagai komplikasi dapat timbul akibat kadar glukosa yang tidak

terkontrol, misalnya neuropati, hipertensi, jantung koroner, retinopati, nepropati,

gangren, dll( Reaven,1988). Kontrol glukosa merupakan dasar dari pengelolaan

diabetes (Herman, 2002). Kadar glukosa pada penderita DM yang terkontrol

dengan baik dapat menyebabkan penurunan terjadinya infeksi (Taylor, 1996).

Selain itu, untuk menjaga glukosa darah agar tetap terkontrol sebaiknya penderita

DM menjaga asupan gula, selalu rutin berolahraga, tidak merokok dan selalu

menjalani pengobatan (Ahmad, 2014).

Seorang diabetes yang memiliki pengetahuan yang minim tentang diabetes

melitus akan lebih mudah menderita komplikasi DM (Basuki, 2005). Perilaku

yang didasari oleh pengetahuan akan lebih mudah dilaksanakan dari pada yang

tidak didasari oleh pengetahuan. Salah satu cara untuk mengatasi akibat dari

diabetes melitus adalah dengan penerapan diet diabetes melitus, namun banyak

Page 8: PERBEDAAN ASUPAN KARBOHIDRAT BERDASARKAN …eprints.ums.ac.id/56576/23/NASKAH PUBLIKASI.pdf · dengan penyakit diabetes militus, karena mengingat jumlah penderita penyakit degeneratif

4

penderita diabetes yang tidak patuh pada dalam pelaksanaan diet. Pengetahuan

erat hubungannya dengan perilaku, karena dengan pengetahuan pasien memiliki

alasan atau landasan untuk mengambil suatu keputusan atau pilihan (Waspadji,

2007). Ketidakpatuhan ini merupakan salah satu hambatan untuk tercapainya

tujuan pengobatan. Untuk mengatasi ketidakpatuhan tersebut, penyuluhan bagi

penderita diabetes mellitus beserta keluarganya mutlak dan sangat diperlukan

(Karyoso, 1999).

Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Salsabilah dan Nuzrina

(2014) didapatkan hasil penelitian yaitu ada perbedaan yang bermakna pada

asupan karbohidrat berdasarkan tingkat pendidikan (p-value = 0,006) yang artinya

ada perbedaan asupan karbohidrat berdasarkan tingkat pendidikan.

Berdasarkan data Riskesdas (2013) Prevalensi penyakit diabetes melitus

secara nasional yang berdasarkan wawancara terjadi peningkatan dari 1,1% pada

tahun 2007 menjadi 2,1% pada tahun 2013. Sedangkan menurut data Depkes

(2014) diabetes menduduki urutan kedua penyakit tidak menular di jawa tengah

yaitu sebesar 16,53%. Kemudian di kecamatan Ceper Kabupaten Klaten terdapat

2,415% penderita DM.

Berdasarkan uraian diatas, perlu dilakukan penelitian yang berkaitan

dengan penyakit diabetes militus, karena mengingat jumlah penderita penyakit

degeneratif ini dari tahun ke tahun semakin bertambah. Bahkan masyarakat yang

memiliki faktor resiko DM tergolong cukup banyak, terutama faktor resiko DM

yang berkaitan dengan pola makan atau asupan makan. Untuk itu perlu dilakukan

penelitian tentang perbedaan asupan karbohidrat berdasarkan pengetahuan gizi

pada penderita diabetes militus di wilayah kerja puskesmas Ceper, Kabupaten

Klaten.

2. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan crosssectional.

Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Ceper, Kabupaten Klaten.

Responden dalam penelitian ini yaitu masing-masing 41 responden

berpengetahuan baik dan berpengetahuan kurang. Pengambilan sampel penelitian

Page 9: PERBEDAAN ASUPAN KARBOHIDRAT BERDASARKAN …eprints.ums.ac.id/56576/23/NASKAH PUBLIKASI.pdf · dengan penyakit diabetes militus, karena mengingat jumlah penderita penyakit degeneratif

5

ini adalah menggunakan teknik pengambilan Accidental Sampling. Teknik

pengumpulan data yang akan digunakan adalah dengan menggunakan instrumen

penelitian yaitu kuesioner yang ditanyakan kepada responden langsung dalam

bentuk pertanyaan tertutup untuk mendapat jawaban yang kemudian akan diambil

datanya untuk dianalisa.

Pengumpulan data penelitian menggunakan kuesioner pengetahuan dan

formulir Semi Quantitative FFQ. Pengambilan data formulir semi kuantitatif FFQ

dibantu dengan menggunakan acuan ”Buku Foto Makanan Survey Konsumsi

Makanan Individu (SKMI-2014)”. Kuesioner pengetahuan penderita DM

berjumlah 30 soal dengan bentuk kalimat pernyataan benar dan salah yang akan

diuji reabilitas terlebih dahulu sebelum digunakan. Isi dari kuesioner tersebut

terbagi menjadi 5 sub bab yaitu tentang diabetes militus, pola makan 3J, asupan

karbohidrat, asupan lemak dan asupan serat. Sedangkan data asupan karbohidrat

responden diambil dengan formulir Semi Quantitative FFQ. Untuk mengetahui

jumlah kandungan gizi dalam bentuk gram digunakan aplikasi Nutrisurvey.

Keudian dibandingkan dengan persentase kebutuhan menurut Perkeni.

Pengambilan data tersebut dilakukan pada bulan Februari-Maret yang berlokasi di

Wilyah Kerja Puskesmas Ceper.

Analisis data dilakukan pada masing-masing variabel dengan tujuan untuk

mengetahui perbedaan antar variabel yang terkait. Uji statistik yang digunakan uji

normalitas dengan uji kolmogorov smirknov dan dilanjutkan dengan uji stastistik

Independent t-test. Didapatkan uji normalitas dengan hasil normal. Kemudian

dilanjutkan uji stastistik Independent T-test dan didapatkan hasil p > 0,05. Maka

hipotesis ditolak, artinya tidak ada perbedaan asupan karbohidrat berdasarkan

pengetahuan gizi pada penderita diabetes militus di wilayah kerja puskesmas

Ceper, Kabupaten Klaten.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Ceper yang merupakan Unit Pelayabab

Kesehatan yang beralamatkan di Jalan Raya Ceper, Klaten. Ceper adalah sebuah

kecamatan di kabupaten Klaten, Jawa Tengah yang terletak sekitar 10Km arah

Page 10: PERBEDAAN ASUPAN KARBOHIDRAT BERDASARKAN …eprints.ums.ac.id/56576/23/NASKAH PUBLIKASI.pdf · dengan penyakit diabetes militus, karena mengingat jumlah penderita penyakit degeneratif

6

utara klaten. Terdapat 18 desa di kecamatan Ceper. Sumber pendapatan penduduk

terutama diperoleh dari pertanian dan sebagian bekerja di pabrik industri diarea

area ceper. Mayoritas penduduk di Ceper beragama islam. Pelayanan kesehatan di

kecamatan Ceper terdapat 2 puskesmas yaitu puskesmas Jambu Kulon dan

puskesmas Ceper. Puskesmas Ceper terletak dijalan raya Ceper dan berdekatan

dengan kantor Kecamatan, sehingga akses jalan menuju lokasi sangat strategis

dan mudah dicari. Puskesmas Ceper hanya melayani pasien rawat jalan. Adapun

10 besar penyakit yang sering terjadi antara lain Ispa, Artritis, Hipertensi,

Penyakit sistim cerna, Penyakit kulit dan jaringan subkutan, Infeksi kulit dan

jaringan subkutan, Pharingitis, Karies, Migrain dan Diabetes Militus. Pada kasus

penyakit Diabetes Militus pada tahun sebelumnya terdapat 805 kasus yang sudah

terdeteksi di wilayah kerja puskesmas Ceper.

3.1 Karakteristik Responden menurut Umur

Tabel 1. Distribusi Responden Menurut Umur

Kategori Umur Depkes (2009) Jumlah Prosentase (%)

Remaja Akhir (17-25 tahun)

Dewasa Awal (26-35 tahun)

Dewasa Akhir (36-45 tahun)

Lansia Awal (46-55 tahun)

Lansia Akhir (56-65 tahun)

Manula (≥65 tahun)

2

9

13

19

21

10

2,7

12,1

17,6

25,7

28,4

13,5

Total 74 100

Berdasarkan tabel, responden ada 6 kategori yaitu umur 17-25 tahun, 26-

35 tahun, 36-45 tahun, 46-55 tahun, 56-65 tahun dan ≥ 65 tahun. Distribusi

responden menurut umur paling tinggi adalah kisaran umur 56-65 tahun yaitu

sebesar 28,4% dan distribusi responden paling rendah adalah umur 17-25 tahun

yaitu sebesar 2,7%.

Menurut beberapa penelitian menunjukkan bahwa umur penderita diabetes

pada usia 60 tahun 3kali lebih banyak dari usia < 55 tahun. Umur 60 tahun

berkaitan dengan terjadinya diabetes karena pada usia tua, fungsi tubuh secara

fisiologis menurun karena terjadi penurunan sekresi atauresistensi insulin

Page 11: PERBEDAAN ASUPAN KARBOHIDRAT BERDASARKAN …eprints.ums.ac.id/56576/23/NASKAH PUBLIKASI.pdf · dengan penyakit diabetes militus, karena mengingat jumlah penderita penyakit degeneratif

7

sehingga kemampuan fungsi tubuh terhadap pengendalian glukosa darah yang

tinggi kurang optimal (Suwondo, 1998).

3.2 Karakteristik Responden menurut Jenis Kelamin

Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin

Kategori jenis kelamin Jumlah Prosentase (%)

Laki-laki 35 47,3

Perempuan 39 52,7

Total 74 100

Berdasarkan tabel 6, didapatkan responden jenis kelamin perempuan

lebih banyak yaitu sebesar 52,7%. Sedangkan jenis kelamin laki laki sebesar

47,3%.

Penyakit Diabetes Mellitus ini sebagian besar dapat dijumpai pada

perempuan dibandingkan laki – laki. Hal ini disebabkan karena perempuan

cenderung memiliki LDL dan tingkat trigliserida yang lebih tinggi dibandingkan

dengan laki – laki. Jumlah lemak pada laki – laki dewasa rata – rata berkisar

antara 15 – 20 % dari berat badan total, dan pada perempuan sekitar 20 – 25 %.

Jadi peningkatan kadar lipid (lemak darah) pada perempuan lebih tinggi

dibandingkan pada laki- laki, sehingga faktor risiko terjadinya Diabetes Mellitus

pada perempuan 3-7 kali lebih tinggi dibandingkan pada laki – laki yaitu 2-3 kali,

(Soeharto, 2003).

3.3 Karakteristik Responden menurut Pendidikan

Tabel 3. Distribusi Responden Menurut Pendidikan

Pendidikan Jumlah Prosentase (%)

Pendidikan Dasar

Pendidikan Menengah

Pendidiakan Tinggi

39

16

19

52,7

21,6

25,7

Total 74 100

Berdasarkan tabel, terdapat 3 kategori pendidikanmenurut UU Sistem

Pendidikan nasional (2003) yaitu pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan

pendidikan tinggi. Dari data diperoleh responden dengan pendidikan terbanyak

adalah responden dengan pendidikan dasar dengan prosentase sebesar 52,7%.

Page 12: PERBEDAAN ASUPAN KARBOHIDRAT BERDASARKAN …eprints.ums.ac.id/56576/23/NASKAH PUBLIKASI.pdf · dengan penyakit diabetes militus, karena mengingat jumlah penderita penyakit degeneratif

8

Rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan merupakan salah satu

penyebab tingginya angka kasus suatu penyakit. Pengetahuan bisa diperoleh

melalui upaya promosi kesehatan. Promosi kesehatan yang meliputi pendidikan

kesehatan, faktor ekonomi dan lingkungan mendukung terbentuknya perilaku

sehat dan dapat menurunkan faktor risiko DM (Green, 1991).

3.4 Karakteristik Responden menurut Lama Sakit DM

Tabel 4. Distribusi Responden Menurut Lama Sakit DM

Lama Sakit Jumlah Prosentase (%)

<5 tahun

5-10 tahun

>10 tahun

43

27

4

58,1

36,5

5,4

Total 74 100

Distribusi Responden menurut Lama Sakit DM diambil dengan data

primer. Terdapat 3 kategori lama sakit DM dalam tabel yaitu <5 tahun sebesar

58,1%, 5-10 tahun sebesar 36,5% dan >10 tahun sebesar 5,4%.

3.5 Asupan Karbohidrat Responden

Tabel 5. Asupan Karbohidrat Responden Menurut Anjuran PERKENI

Kategori Pgthn

Baik

% Pgthn

Kurang

% total %

>Asupan rekomendasi 14 37,8 15 40,6 29 39,2

Asupan rekomendasi 14 37,8 11 29,7 25 33,7

<Asupan rekomendasi 9 24,4 11 29,7 20 27,1

Total 37 100 37 100 74 100

Kebutuhan karbohidrat menurut anjuran PERKENI (2006) adalah 50-

60%.Dalam penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa distribusi responden

menurut asupan karbohidrat dapat dilihat pada Tabel 5. Responden dengan asupan

yang melebihi rekomendasi PERKENI sebesar 39,2%, responden dengan asupan

kurang dari rekomendasi sebesar 27,1%, sedangkan responden yang sudah masuk

range rekomendasi PERKENI sebesar 33,7%. Bahan makanan yang sering

dikonsumsi responden antara lain nasi dengan jumlah 56 responden

mengkonsumsi setiap harinya, singkong dengan jumlah 56 responden

mengkonsumsi setiap harinya.

Page 13: PERBEDAAN ASUPAN KARBOHIDRAT BERDASARKAN …eprints.ums.ac.id/56576/23/NASKAH PUBLIKASI.pdf · dengan penyakit diabetes militus, karena mengingat jumlah penderita penyakit degeneratif

9

3.6 Perbedaan Asupan Karbohidrat Berdasarkan Pengetahuan Gizi Pada

Penderita Diabetes Militus

Tabel 6. Perbedaan Asupan Karbohidrat Berdasarkan Pengetahuan

Rata-rata

(g)

SD

(g)

Min

(g)

Max

(g)

ρ-value

Pengthn. Baik 104,86 21,05 77,88 198,37 0,276

Pengthn. Kurang 106,93 22,43 77,04 140,29

Dari data diperoleh nilai ρ = 0,276. Jika pada uji perbedaan asupan

karbohidrat dengan nilai ρ ≥ 0,05 maka Ho diterima sehingga dapat disimpulkan

tidak ada perbedaan antara asupan karbohidrat berdasarkan pengetahuan gizi pada

penderita diabetes Melitus di wilayah kerja puskesmas Ceper, Kabupaten Klaten.

Pada penelitian ini tidak ada perbedaan antara asupan karbohidrat

berdasarkan pengetahuan gizi pada penderita diabetes Melitus.Tidak adanya

perbedaan asupan ini disebabkan kerena pola makan yang tidak teratur, dan

adanya beberapa pengaruh lain. Misalnya pendidikan, pengalaman dan usia yang

akan mempengaruhi pengetahuan seseorang yang akan menentukan sikap

seseorang terhadap kepatuhan diit. Hal tersebut dibuktikan oleh asupan

karbohidrat yang melebihi rekomendasi PERKENI sebesar 36,59%.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan diit pada penderita

DM, antara lain sikap, pengetahuan, dukungan petugas kesehatan dan dukungan

keluarga (Neff, 2009). Keluarga mempunyai pengaruh terhadap sikap dan

penerimaan pendidikan kesehatan pasien Diabetes Melitus. Pasien Diabetes

Melitus akan bersikap positif untuk mempelajari pengelolaan diabetes melitus

apabila keluarga memberikan dukungan dan ikut berpartisipasi dalam pendidikan

kesehatan Diabetes Melitus. Sebaliknya apabila keluarga tidak mendukung, acuh

tak acuh bahkan menolak pemberian pendidikan kesehatan mengenai pengelolaan

Diabetes Mellitus, maka pasien DM akan bersikap negatif terhadap pengelolaan

diabetes tersebut (Soegondo, 2006)

Selain dukungan keluarga dan tenaga kesehatan, motivasi juga berperan

penting dalam pembentukan perilaku, termasuk perilaku untuk menjalani terapi

Page 14: PERBEDAAN ASUPAN KARBOHIDRAT BERDASARKAN …eprints.ums.ac.id/56576/23/NASKAH PUBLIKASI.pdf · dengan penyakit diabetes militus, karena mengingat jumlah penderita penyakit degeneratif

10

diit. Hal ini dapat dijelaskan bahwa motivasi adalah suatu proses dalam diri

manusia yang menyebabkan seseorang tersebut bergerak menuju tujuan yang

dimiliki (Wade dan Travis, 2008). Sikap perilaku dalam kesehatan individu juga

dipengaruhi oleh motivasi diri individu untuk berperilaku yang sehat dan menjaga

kesehatan. Tanpa motivasi dalam pengaturan diet pasien DM akan mengalami

ketidakpatuhan dalam mengatur pola makan sehari-hari. Kepatuhan pasien DM

dalam melaksanakan diet merupakan salah satu hal terpenting dalam pengendalian

DM. Pasien DM harus bisa mengatur pola makannya sesuai dengan prinsip diet

DM yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan, karena dengan mengatur pola makan

pasien bisa mempertahankan gula darah mereka agar tetap terkontrol.

3.7 Keterbatasan Penelitian

Penelitian yang dilakukan terdapat beberapa keterbatasan yaitu peneliti

menggunakan variabel asupan karbohidrat secara umum belum dipisahkan antara

karbohidrat kompleks dan karbohidrat sederhana. Karena yang bepengaruh besar

dalam peningkatan kadar glukosa penderita DM adalah karbohidrat sederhana.

Sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan memisahkan jenis

karbohidratnya. Keterbatasan dalam pengambilan sampel penelitian yaitu hanya

terbatas pada lingkup Puskesmas, sehingga cakupan wilayah penelitian ini tidak

cukup luas.

4. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :

a. Asupan karbohidrat responden yang tidak sesuai rekomendasi PERKENI

sebesar 66,3%.

b. Tidak ada perbedaan antara asupan karbohidrat berdasarkan pengetahuan

gizi pada penderita diabetes Melitus di wilayah kerja puskesmas Ceper,

Kabupaten Klaten dengan ρ sebesar 0,276 (ρ>0,05).

Page 15: PERBEDAAN ASUPAN KARBOHIDRAT BERDASARKAN …eprints.ums.ac.id/56576/23/NASKAH PUBLIKASI.pdf · dengan penyakit diabetes militus, karena mengingat jumlah penderita penyakit degeneratif

11

5. SARAN

1. Kepada Puskesmas Ceper diharapkan untuk memberikan dan

meningkatkan informasi tentang kesehatan kepada masyarakat tentang

bahaya penyakit DM melalui kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan

Puskesmas.

2. Kepada peneliti selanjutnya diharapkan memperhatikan faktor-faktor lain

yang berpengaruh terhadap DM (seperti aktivitas fisik, asupan serat, dan

asupan lemak) sehingga dapat dijadikan acuan sebagai bahan penelitian

selanjutnya.

3. Kepada pasien diharapkan lebih mematuhi diit sebagaimana dengan yang

disarankan untuk pasien penderita DM.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, A, Khan, R and Alkharfy, K. 2014. Development and validation of RP-

HPLC method for simultaneous estimation of plasma and its application to

pharmacokinetics. Originanl paper Chomatographica. Vol 3(5):33

Almatsier, Sunita. 2001.Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Almatsier, Sunita. 2003.Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Basuki, E. 2005. Penyuluhan Diabetes Melitus. Balai Penerbit FK UI. Jakarta.

Bilous. 2002. Seri Kesehatan Bimbingan Dokter pada Diabetes. Dian Rakyat.

Jakarta.

Budiarto, Eko. 2002. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.

EGC. Jakarta

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Diagnosa Keperawatan. Editor Monica Ester.

EGC : Jakarta.

Darmasusila, I. 2013. Bahaya konsumsi makanan manis berlebihan bagi

perkembangan anak. Dalam : Almatsier, S. 2006. Penuntun diet. Gramedia

Pustaka Utama. Jakarta

Delamater, A.M., Jacobson, A. M., Anderson, B., Cox, D., Fisher, L., Lustman, P.,

Rubin, R., Wysocki, T., 2001, Psychososial Therapies in Diabetes, Diabetes

Care. Vol 24: 1286-1292.

Ditjen PP & PL. 2008. Petunjuk Teknis Pengukuran Faktor Risiko Diabetes

Melitus. Ditjen PP & PL Kemenkes RI. Jakarta.

Fox, C & Kilvert A. 2010. Bersahabat dengan Diabetes Melitus Tipe 2. Penebar

Plus. Jakarta.

Gustaviani, R., 2007. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Militus. Buku Ilmu

Penyakit Dalam. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam. FK UI

Green, W. 1991. Health Promotion Planning An Education and Environmental

Approach. Second Edition. Columbia: Mayfield Publishing Company.

Herman WH. 2002. Evidence-Based Diabetes Care. Clinical Diabetes January.

Page 16: PERBEDAAN ASUPAN KARBOHIDRAT BERDASARKAN …eprints.ums.ac.id/56576/23/NASKAH PUBLIKASI.pdf · dengan penyakit diabetes militus, karena mengingat jumlah penderita penyakit degeneratif

12

Diaclin.

Hidayat, Aziz, A. 2007. Metode Penelitian dan Teknik Analisis Data. Salemba

Medika. Jakarta.

Kim, C.K., McEwen, L.N., Kieffer, E.C., Herman, W.H.,& Piete, J.D. (2008). Self

efficacy, social support, and association with physical activity and body mass

index among women with histories of gestasional diabetes mellitus. The

Diabetes Educator. Vol 34(4): 719-728

Soeharto, Imam. 2002. Kolesterol dan Lemak Jahat, Kolesterol dan Lemak Baik dan

Proses Terjadinya Serangan Jantung dan Stroke. PT Gramedia Pustaka Utama.

Jakarta.

Karyoso 1999. Pengantar Komunikasi Perawat. EGC. Jakarta.

Marsono Y, P. Wiyono, dan Z. Noor. 2002. Indeks Glikemik Kacang-kacangan. Jurnal

Teknologi dan Industri Pangan.

Maulana, M. 2010. Diabetes Melitus. Kata hati. Jogjakarta.

Notoatmodjo, S. (2002). Prinsip-prinsip Ilmu Kesehatan Masyakarat, Rineka

Cipta. Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2005. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.

Jakarta.

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian

Keperawatan Edisi 2. Salemba Medika. Jakarta.

PERKENI, 1998. Konsesus Penelolaan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia

2002. PB PERKENI. Semarang

PERKENI. 2002. Konsesus Penelolaan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia

2002. PB PERKENI. Semarang.

PERKENI. 2006. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus

Tipe 2 di Indonesia. PB. PERKENI. Jakarta.

PERKENI. 2011. Konsensus pengelolaan diabetes melitus tipe 2 di indonesia

2011. PB PERKENI. Semarang.

Price, A. dan Wilson, L. 1995. Patofisiologi. Buku 2. Edisi 4. Penebit Buku

Kedokteran EGC. Jakarta.

S. Rambhade, A. K. Chakraborty, U. K. Patil, A. Rambhade. 2010. Diabetes

MellitusIts complications, factors influencing complications and

prevention An Overview. Journal of Chemical and Pharmaceutical

Research. Vol 2(6):17

Rahmat, Jalaludin. 2002. Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. PT. Remaja Rosdakarya.

Bandung

Reaven GM, Banting L. 1988. Role of insulin resistance in human disease. Diabetes

RISKESDAS. 2013. Laporan Provinsi Jawa Tengah. Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

RISKESDAS. 2013. Laporan Nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Page 17: PERBEDAAN ASUPAN KARBOHIDRAT BERDASARKAN …eprints.ums.ac.id/56576/23/NASKAH PUBLIKASI.pdf · dengan penyakit diabetes militus, karena mengingat jumlah penderita penyakit degeneratif

13

Salsabilah, Ghea Yasfi dan Nuzrina, Rachmanida. 2014. Skripsi : Perbedaan

Asupan Zat Gizi Makro Dan Serat Berdasarkan Status Gizi Anak Usia 7-

12 Tahun Di Kepulauan Nusa Tenggara. Departement of Nutrition,

Faculty of Health Sciences, Esa Unggul University. Jakarta

Sarwono W. 2003. Pengkajian Status Gizi. Fakultas Kedokteran UI. Jakarta.

Sastroasmoro P. (2002). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis, Jakarta

Sastroasmoro, Sudigdo, dan Ismael, Sofyan.(2010). Dasar-Dasar Metodologi

Penelitian Klinis edisi ketiga. In: Pemilihan Subyek Penelitian dan Desain

Penelitian. Sagung Seto. Jakarta.

Serena, Beber. 2004. Diabetes and nutrition: The role of carbohydrates and the

glycemic index. Diabetes Care News.

Smet, Bart. 2004. Psikologi kesehatan. Jakarta: PT. Grasindo.

Soewondo, P. 2007. Hidup Sehat dengan Diabetes. Fakultas Kesehatan Universitas

Indonesia. Jakarta.

Shuldiner, A.R., Yang, R., Gong, D.W., 2001. Resistin, Obesity, and Insulin

Resistance – The Emerging Role of the Adipocyte as an Endocrine Organ. N

Engl J Med 345(18): 6.

Smeltzer & Bare. 2002. Buku Ajar Medikal Bedah edisi 8. EGC. Jakarta.

Suriasumantri, Jujun S. 2005. Filsafat ilmu: sebuah pengantar popular. Pustaka

Sinar Harapan. Jakarta

Surkesda Sukoharjo. 2008. Survey Kesehatan Daerah Provinsi Jawa Tengah tahun

2008. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.

Soewondo P, Soegondo S, Subekti I. 1998. Penatalaksanaan Diabetes Melitus

Terpadu. Jakarta

Syaifudin 2009. Panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.

Yayasan Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta

Taylor, G.W., Burt, B.A., Becker, M.P., Genco, R.J., Shlossman, M., Knowler, W.C.,

1996. Severe Periodontitis and Risk for Poor Glycemic Control in Patients

with Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus, J. Periodontal. Vol 3(5):14

Wade & Travis, 2007, Psikologi, ed. 9, Erlangga, Jakarta.

Waspadji, S. 2007. Pedoman Diet Diabetes Mellitus Sebagai Panduan Bagi Ahli Gizi

Dokter, Mahasiswa dan Petugas Kesehatan. FKUI. Jakarta

Wijayakusuma H. (2004). Bebas Diabetes Mellitus Ala Hembing. Puspa Swara.

Jakarta.

WHO. 1990. Prevention of Diabetes Militus. Technical Repord Series.

WHO. 1999. Prevention of Diabetes Militus. Technical Repord Series.