PERBANDINGAN LATIHAN PUSH UP DAN BEBAN DUMBELL … · tinju amatir sasana lipang bajeng kabupaten...
-
Upload
phungquynh -
Category
Documents
-
view
287 -
download
3
Transcript of PERBANDINGAN LATIHAN PUSH UP DAN BEBAN DUMBELL … · tinju amatir sasana lipang bajeng kabupaten...
PERBANDINGAN LATIHAN PUSH UP DAN BEBAN DUMBELL
TERHADAP KECEPATAN PUKULAN STRAIGHT PADA
ATLET TINJU AMATIR SASANA LIPANG BAJENG
KABUPATEN TAKALAR PROVINSI
SULAWESI SELATAN
SKRIPSI
MELERAND EVERT LATUHERU
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2015
i
PERBANDINGAN LATIHAN PUSH UP DAN BEBAN DUMBELL
TERHADAP KECEPATAN PUKULAN STRAIGHT PADA
ATLET TINJU AMATIR SASANA LIPANG BAJENG
KABUPATEN TAKALAR PROVINSI
SULAWESI SELATAN
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri
Makassar Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
MELERAND EVERT LATUHERU
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2015
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Skiripsi ini telah di setujui untuk diajukan kepada panitia ujian skripsi
guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Makassar, jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan
Rekreasi Strata satu (S1)
Makassar, Juni 2015
Pembimbing I : Ians Aprilo, S.Pd, M.Pd (................................................)
Pembimbing II : Ahmad Adil, S.Pd, M.Pd (................................................)
iv
MOTTO
‘‘ Takut Akan Tuhan Adalah Permulaan Pengetahuan Tetapi Orang Bodoh
Menghina Hikmat Dan Didikan’’ (Amsl 1:7).
Segala Ilmu Dan Pengetahuan Akan Di Berikan Dengan Cuma-
Cuma Asalkan Segala Sesuatu Kita Landaskan Dengan Doa Dan
Bekerja ‘’Ora Et Labora’’ , Dan Kunci Dari Keberhasilan Adalah
Doa, Kerja Keras Dan Bersyukur Karena Apa Yang Tuhan Buat
Dan Sediakan Tepat Dan Indah Pada Waktunya.
GOD BLESS YOU !!!
Karya Ini Penulis Persembahkan
Kepada
Kedua Orang Tua Dan Keluarga
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena
atas berkat dan tuntunan kasihNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “ Perbandingan Latihan Push Up Dan Beban Dumbell Terhadap
Kecepatan Pukulan Straight Pada Atlet Tinju Amatir Sasana Lipang Bajeng
Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2015 ”. Skripsi ini
merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana Pendidikan Ilmu
Kelolahragaan, Universitas Negeri Makassar.
Skripsi ini penulis persembahkan kepada keluarga besar Latuheru terlebih
khusus bagi kedua orang tua Ayah (Simon Franky Latuheru) dan Ibu (Shirly
Latuheru/Malaihollo) serta Kakak dan Adik-adik tersayang (Kakak Christin, Ade
Jimmi, Agus dan Ribka) yang telah memberikan doa, dorongan, semangat, serta
kasih sayang bagi penulis untuk tetap mendukung penulis di dalam mengikuti
pendidikan sampai pada penulisan skripsi.
Dalam pembuatan skripsi ini, penulis sadar bahwa banyak memiliki
kekurangan dan keterbatasan di dalam menyusun skripsi, tetapi semua itu dapat
penulis lalui dengan mendapatkan bantuan serta bimbingan berupa saran, kritikan
serta masukan dalam penyusunan skripsi dari berbagai pihak terutama bagi
pembimbing I (Ians Aprilo, S.Pd, M.Pd) dan pembimbing II (Ahmad Adil, S.Pd,
M.Pd). Melalui skripsi ini sebagai buah tangan penulis, izinkan penulis
menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan kepada :
viii
1. Bapak Drs. H. Arifuddin Usman, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Makassar, Beserta staf, atas bantuan dan izinnya
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
2. Bapak Muh. Adnan Hudain, S.Pd, M.Pd selaku Ketua Jurusan Penjaskesrek yang
telah memberikan kemudahan dalam menjalani berbagai prosedur skripsi hingga
terselesaikan.
3. Bapak M. Sahib Saleh, S.Pd, M.Pd selaku Penasehat Akademik yang telah
memberikan arahan dan bimbingan bagi penulis selama proses perkuliahan hingga
selesai.
4. Bapak Drs. A. Masjaya AM, M.Pd dan Iskandar, S.Pd, M.Pd selaku penguji yang
telah memberikan masukan serta saran dan kritik demi perbaikan skripsi ini.
5. I Putu Agustya Maswinatha, S.Pd Selaku ketua Sasana dan Adik-adik Atlit Tinju
Amatir Sasana Lipang Bajeng Kabupaten Takalar yang telah membantu Penulis
dalam melakukan proses Penelitian hingga selesai.
6. Keluarga Besar Opa Jhon Latuheru, Om Rivho Latuheru beserta keluarga terima
kasih atas dukungan bagi penulis baik berupa masukan serta arahan bagi penulis
hingga skripsi ini dapat terselesaikan.
7. Valiantin Kamisye Sopacua, S.KM selaku sahabat terdekat yang telah mendukung
penulis dalam susah dan duka, hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penulis
hingga selesai.
8. Para teman Penjaskesrek B Angkatan 2011, yang sama-sama telah berjuang dalam
pendidikan ini mulai dari tahap awal hingga selesai baik dalam suka maupun
duka. teman Sasana Sparta dan Pelatih Wirabuana beserta semua teman-teman
ix
atlit yang tak dapat disebutkan satu persatu serta teman dari jurusan pendidikan
bahasa inggris yakni agustina kombong yang membantu peneliti dalam proses
penerjemahan skripsi peneliti.
9. Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan namanya yang telah banyak
memberikan bantuannya dalam rangka penyelesaian skripsi ini.
10. Teman-teman PMK UNM, PMK Maluku di Makassar, terima kasih untuk
dukungan doa yang selalu dipanjatkan untuk keberhasilan dan kesukseksan
penulis di bangku perkuliahan hingga penulis dapat menyelesaikan sampai pada
penyusunan skripsi.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya yang telah banyak
memberikan bantuan dalam rangka penyelesaian skripsi ini.
Semoga segala bantuan dan kebaikan yang telah diberikan kepada para
penulis, mendapatkan balasan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Penulis menyadari
bahwa skripsi ini masih banyak memiliki kekurangan dan keterbatasan. Untuk itu
kritik dan saran untuk penyempurnaan skripsi ini sangat diharapkan. Akhir kata,
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Makassar, Juni 2015
Penulis
v
ABSTRAK
MELERAND EVERT LATUHERU.2015. Perbandingan Latihan Push Up Dan
Beban Dumbell Terhadap Kecepatan Pukulan Straight Pada Atlit Tinju Amatir
Sasana Lipang Bajeng Kabupaten Takalar.
(dibimbing oleh Ians Aprilo, S.Pd, M.Pd. dan Ahmad Adil, S.Pd, M.Pd.)
Pengertian olahraga bela diri secara umum, adalah gerakan latihan gerak
badan atau fisik yang berguna untuk membela atau menyelamatkan diri, baik dari
serangan musuh maupun bahaya lain yang membawa dan mandatangkan
kecelakaan pada diri olahragawannya sendiri. Dan dapat pula dikatakan, bahwa
olahraga bela diri adalah merupakan latihan berat atau fisik didalam
meningkatkan prestasi olahraga bela diri, yang berlaku dalam pertandingan yang
sah serta berada dibawah naungan top organisasi nasional dan organisasi
internasional. Penelitian bertujuan untuk mengetahui tentang perbandingan latihan
push up dan beban dumbell terhadap kecepatan pukulan straight pada atlit tinju
amatir sasana lipang bajeng kabupaten takalar. Jenis penelitian kuantitatif bentuk
eksperimen dengan menggunakan pendekatan cross sectional study. Populasi
adalah seluruh atlit tinju amatir sasana lipang bajeng sebanyak 30 atlit. Sampelnya
yaitu sebanyak 30 Teknik pengambilan sampel dengan cara sampling Jenuh
yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai
sampel Instrument Penelitian yang dibagi dalam 2 kelompok berjumalah 15
orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode Randomized group
Sedangkan analisis dilakukan dengan menggunakan uji T-test. Penyajian data
dilakukan dalam bentuk tabel. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ada
perbandingan serta perbedaan signifikan antara latihan push up dengan beban
dumbell terhadap kecepatan pukulan straight 0,454, dilihat nilai thitung push up dan
beban dumbell -0,770. Kesimpulannya adalah, tidak ada perbedaan signifikan
antara push up dan beban dumbell terhadap kecepatan pukulan straight pada atlit
tinju amatir sasana lipang bajeng kabupaten takalar.
vi
ABSTRACT
MELERAND EVERT LATUHERU.2015. The Comparison Of Push Up
Exercise And Dumbell Charges To Speed Of Straight Strike On Boxing Athlete In
Amatir Sasana Lipang Bajeng Takalar.
(guided by Ians Aprilo, S.Pd, M.Pd. and Ahmad Adil, S. Pd, M.Pd.)
The definition of martial arts sport in generally, is exercise of body
movement or exercise are useful to defend or save himself, both from enemy
attacks and other dangers that brings and to became accident on atheletes own
self. And also it could said, that martial art sport a heavy exercise or physical in
improving performance in martial sports, which applies in a valid match and
under the auspices of the top national and international organizations. The study
aims was to find out about the comparison between speed ratioin push up
exercise. and dumbell charges to speed of straight strike on boxing athlete in
amatir sasana lipang bajeng takalar. To this study wash quantitative experimental
by using amatir sectional approach. The population wash all of the boxing Amatir
athletes in sasana lipang bajeng the were 30 athletes. There was 30 samples
technique to take sample by surfeited sampling it was a sampling teknique were
all members of the population uses as a research instrument samples were divided
into two groups numbered 15 athletes. The sampling technique using Randomized
group, while analysis was doing by using T-test. Presentation of data was doing in
the form of a table. The results showed that there was no significant comparison
between pushup and dumbbell changes to speed of straight 0.454, seen count
pushup and expenses -0.770 dumbell. The conclusion, there was no significant
differences between pushup and dumbbell charge to speed of straight strike on
boxing athletes in amatir sasana lipang bajeng Takalar.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………….……….....i
LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………...iii
MOTTO..................................................................................................................iv
ABSRAK.................................................................................................................v
KATA PENGANTAR...........................................................................................vii
DAFTAR ISI…………………………………………………..….……………....x
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xii
DAFTAR TABEL.................................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………..…...........xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………...…....1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………...9
C. Tujuan Penelitian…………………………………………………............9
D. Manfaat Penelitian…………………………………………………….....10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Karakteristik Olahraga Tinju…..........................…………..............……..12
B. Tujuan Pembinaan Olahraga Tinju Amatir.......…........................……….24
C. Dasar-Dasar Umum Teknik Tinju...…..…..................……………..…….25
D. Teknik-Teknik Dasar Tinju..........................................…………..………27
E. Analisis Teknik Gerak Pukulan/Memukul.........……………………...….30
xi
F. Kelas-Kelas dalam Tinju Amatir……....................................................38
G. Latihan Push Up.....................................................................................39
H. Latihan Beban Dumbell..........................................................................42
I. Prinsip-Prinsip Latihan...........................................................................44
J. Bahaya Dalam Tinju................................................................................47
K. Pencegahan..............................................................................................50
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Lokasi Penelitian...................………………………………….59
B. Identifikasi Variabel dan Desain Penelitian...........................…………...59
C. Definisi Operasional Variabel..........……………………………………..61
D. Populasi dan Sampel..................................................................................62
E. Teknik Pengumpulan Data........................................................................63
F. Teknik Analisis Data.................................................................................67
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian...................................................................……………...69
B. Pembahasan......................................................………………………….86
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan................................................................................................93
B. Saran..........................................................................................................93
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Skema Pola Pikir Variabel yang Diteliti .................................. ........ 56
Gambar 3.2 Kerangka Teori Penelitian ....................................................... ........60
xiii
DAFTAR TABEL
Table 1 Tabel Pretest Hasil Analisis Deskriptif .......................... 71
Tabel 1.1 Tabel Hasil Analisis Deskriptif Pushup dan Beban Dumbell
Terhadap Kecepatan Pukulan Straight Atlit Tinju Amatir, Sasana
Lipang Bajeng Kabupaten Takalar Tahun 2014 ..................
71
Tabel 2.1 Tabel Hasil Uji Normalitas Pushup dan Beban Dumbell Terhadap
Kecepatan Pukulan Straight Atlit Tinju Amatir, Sasana Lipang
Bajeng Kabupaten Takalar Tahun 2014 ………......
72
Tabel 3.1 Tabel Hasil Uji Homogenitas Levene statistik Pushup dan Beban
Dumbell Terhadap Kecepatan Pukulan Straight Atlit Tinju Amatir,
Sasana Lipang Bajeng Kabupaten Takalar Tahun 2014 …….......
73
Tabel 3.2 Tabel Hasil Uji Homogenitas Between groups dan Within Groups
Terhadap Kecepatan Pukulan Straight Atlit Tinju Amatir, Sasana
Lipang Bajeng Kabupaten Takalar Tahun 2014 .........................
74
Tabel 4.1 Tabel Hasil Uji T-test Nilai Standart deviation Pushup dan Beban
Dumbell Terhadap Kecepatan Pukulan Straight Atlit Tinju Amatir,
Sasana Lipang Bajeng Kabupaten Takalar Tahun 2014 ...............
75
Tabel 4.2 Tabel Hasil Uji T-test Pair 1 Pushup dan Beban Dumbell
Terhadap Kecepatan Pukulan Straight Atlit Tinju Amatir, Sasana
Lipang Bajeng Kabupaten Takalar Tahun 2014 ................
75
Tabel 4.3 Tabel Hasil Uji T-test Nilai Signifikan Kedua Variabel Pushup
Dan Beban Dumbell Terhadap Kecepatan Pukulan Straigt Pada
Atlit Tinju Amatir Sasana Lipang Bajeng Kabupaten Takalar
Tahun 2014 .........................
76
xiv
Tabel 1 Tabel Hasil Post Test Latihan Pushup Dan Beban Dumbell
Terhadap Kecepatan Pukulan Straight Pada Atlit Tinju Amatir
Sasana Lipang Bajeng Kabupaten Takalar Tahun 2014 ..............
77
Tabel 1.1 Tabel Hasil Analisis Deskriptif Pada Latihan Pushup Dan Beban
Dumbell Terehadap Kecepatan Pukulan Straight Pada Atlit Tinju
Amatir Sasana Lipang Bajeng, Kabupaten Takalar
Tahun 2014 ....................
77
Tabel 2.1 Tabel Hasil Uji Normalitas Pushup dan Beban Dumbell Terhadap
Kecepatan Pukulan Straight Pada Atlit Tinju Amatir Sasana
Lipang Bajeng Kabupaten Takalar
Tahun 2014 .........................
78
Tabel 2.2 Tabel Hasil Uji Normalitas Highest Pushup Terhadap Kecepatan
Pukulan Straigth Pada Atlit Tinju Amatir Sasana Lipang Bajeng
Kabupaten Takalar Tahun 2014 ..................
79
Tabel 3.1 Tabel Hasil Uji Homogenitas Levene Statistik Pushup Dan Beban
Dumbell Terhadap Kecepatan Pukulan Straight Pada Atlit Tinju
Amatir Sasana Lipang Bajeng Kabupaten Takalar
Tahun 2014 ..........................
79
Tabel 3.2
Hasil Uji Homogenitas Between Groups dan Within Groups
Pushup Dan Beban Dumbell Terhadap Kecepatan Pukulan Straight
Pada Atlit Tinju Amatir Sasana Lipang Bajeng Kabupaten
Tahun 2014 .....……………
80
Tabel 4.1 Tabel Hasil Uji T-test Pair 1 Pushup Dan Beban Dumbell
Terhadap Kecepatan Pukulan Straight Pada Atlit Tinju Amatir
Sasana Lipang Bajeng Kabupaten Takalar
Tahun 2014 ........................
81
xv
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel Hasil Uji T-test Pair 1 Correlation antara Pushup Dan
Beban Dumbell Terhadap Kecepatan Pukulan Straight Pada Atlit
Tinju Amatir Sasana Lipang Bajeng Kabupaten Takalar
Tahun 2014 ............................
Tabel Hasil Uji T-test Signifikan Antara Kedua Variabel Pushup
Dan Beban Dumbell Terhadap Kecepatan Pukulan Straight Pada
Atlit Tinju Amatir Sasana Lipang Bajeng Kabupaten Takalar
Tahun 2014 ................................
Tabel hasil T tabel tingkat signifikansi dari hasil variabel Pushup
dan latihan Beban dumbell terhadap Kecepatan Pukulan Straight
Pada Atlit Tinju Sasan Lipang Bajeng Kabupaten Takalar
Tahun 2014 ....................................
81
82
83
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Test Awal ............................................................................ 95
Lampiran 2 Tabel Program Latian ................................................................ 97
Lampiran 3 Hasil Test Akhir ......................................................................... 98
Lampiran4 Tabel Hasil Analisis PreTest ...................................................... 100
Lampiran5 Tabel Hasil Analisis Post Test ................................................... 113
Lampiran 6 Dokumentasi Hasil Penelitian .................................................... 127
Lampiran 7 Persuratan ................................................................................... 132
Lampiran 8 Riwayat Hidup Penulis ............................................................... 138
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kata pendidikan jasmani dan olahraga sering dirangkai, namun
mempunyai pengertian yang berbeda pengertian pendidikan jasmani secara
umum, adalah pendidikan yang akan mengaktulisasikan potensi-potensi aktivitas
manusia berupa sikap, tindak dan karya yang diberi bentuk, isi dan arah menuju
kebulatan kepribadian manusia dengan cita-cita kemanusiaan.
Seiring dengan sikap, kebiasaan, dan kegemaran berolahraga memang
sejak dahulu kala telah dimiliki oleh bangsa Indonesia, terutama olahraga yang
bersifat kependekaran seperti bela diri. Beraneka ragam aliran bela diri tumbuh
dengan amat suburnya dikalangan masyarakat Indonesia. Olahraga yang sejenis
diterima secara baik dilingkungan masyarakat, demikian halnya dengan olahraga
bela diri tinju. Hanya saja olahraga ini belum memasyarakat sepenuhnya karena
masih diragukan akibat akhir dari olahraga ini bagi perkembangan bangsa.
Tetapi hal itu tidak perlu kita jadikan sebagai sesuatu halangan, yang
penting sekarang adalah bagaiamana cara pembinaannya sehingga olahraga ini
dapat dikembangkan sesuai dengan kehendak garis besar haluan negara yang
mengatakan bahwa: “Pendidikan jasmani dan olahraga perlu makin ditingkatkan
dan dimasyarakatkan sebagai cara pembinaan kesehatan jasmani dan rohani bagi
setiap anggota masyarakat’’.
2
Tujuan dari pembinaan olahraga ini bukan saja untuk meningkatkan
prestasinya, tapi juga perlu dimasyarakatkan sebagai bentuk kegiatan jasmani
dengan maksud memperkaya bentuk-bentuk yang ada dengan mempelajari
seninya.
Secara umum bila ditinjau dari segi ciri-ciri prisip sosial phenomena,
olahraga tinju adalah termasuk kegiatan olahraga prestasi. Sebab, olahraga ini
mempunyai peraturan pertandingan internasional yang berlaku secara universal.
Olaraga tinju amatir, mempunyai peraturan AIBA sedangkan, olahraga tinju
profesional, mempunyai peraturan WBA, WBC, IBF, dan WBO.
Ditinjau dari segi kegunaannya, olahraga tinju termasuk olahraga bela
diri, sama halnya dengan pencak silat, gulat, yudo, karate, kempo, dan
taekwondo. Sebab dalam olahraga ini terdapat gerakan atau kegiatan yang
dilakukan untuk menjaga diri dari masing-masing olahragawannya, baik menjaga
atau membela diri dari serangan lawan yamg datangnya tidak diduga-duga,
maupun membela atau menyelamatkan diri dari pada bahaya.
Pengertian olahraga bela diri secara umum, adalah gerakan latihan gerak
badan atau fisik yang berguna untuk membela atau menyelamatkan diri, baik dari
serangan musuh maupun bahaya lain yang membawa dan mandatangkan
kecelakaan pada diri olahragawannya sendiri. Dan dapat pula dikatakan, bahwa
olahraga bela diri adalah merupakan latihan berat atau fisik didalam
meningkatkan prestasi olahraga bela diri, yang berlaku dalam pertandingan yang
sah serta berada dibawah naungan top organisasi nasional dan organisasi
internasional.
3
Seiring dengan berkembangnya zaman kini olahraga tinju semakin
meningkat popularitasnya di kalangan masyarakat, pendidikan, maupun tampil di
media cetak dan media elektronik. Cabang olahraga tinju khususnya tinju amatir
merupakan aktifitas jasmani atau fisik, oleh karena itu tinju merupakan olahraga
yang menyehatkan dan aman.
Dengan berkembangnya pengetahuan di masyarakat tentang tinju amatir
maka peminatnya bertambah, baik dari kalangan wanita hingga anak-anak,
olahraga ini sangat bermanfaat sebagai pembinaan kesegaran jasmani, pelatihan
kebugaran, untuk kardiovaskuler, serta mengencangkan otot.
Dengan mengikuti tinju amatir seseorang akan memiliki badan yang
lebih sehat, selain itu seorang yang menekuni tinju amatir akan terbentuk sifat
pemberani, mempunyai reaksi cepat serta pengendalian diri yang baik dan
mempunyai sifat sportif dalam dirinya.
Cabang olahrag tinju juga merupakan cabang olahraga yang penting
karena didalamnya mengandung nilai-nilai pendidikan dan mengembangkan
karakter jiwa kemandirian, kedisiplinan, pantang menyerah, serta meningkatkan
prestasi yang optimal pada cabang olahraga tinju amatir.
Cabang olahraga tinju merupakan salah satu cabang olahraga yang
pembinaannya telah mendapat prioritas tersendiri dari masing-masing Pengda
PERTINA diseluruh tanah air dalam usaha menuju pada pencapaian prestasi.
Seperti Pengda PERTINA Sulawesi Selatan khususnya pada Sasana Lipang
Bajeng, Kabupaten Takalar. Dewasa ini telah melaksanakan program pembibitan
secara intensif bagi atlet-atlet tinju yang ada di Takalar. Pelaksanaan kegiatan
4
pembibitan ini telah diwujudkan melalui perkumpulan-perkumpulan atau sasana-
sasana maupun di pusat pendidikan dan latihan yang tersebar di kota Makassar.
Melalui sasana-sasana inilah, telah dilaksanakan suatu program pembibitan secara
berkesinambungan guna memperoleh atlet yang berbakat dan potensial dalam
cabang olahraga tinju untuk dibina pada tahap selanjutnya guna pencapaian
prestasi.
Perkembangan olahraga tinju di daerah Sulawesi Selatan walaupun
pernah mencatat beberapa prestasi ditingkat nasional, tidaklah berarti bahwa
dengan hasil tersebut kita sudah merasa puas, akan tetapi dapat dijadikan sebagai
motivasi untuk berusaha lebih keras lagi agar dapat meningkatkan prestasi yang
semaksimal mungkin dan minimal dapat mempertahankan prestasi yang telah
dicapai.
Dalam suatu pertandingan tinju, teknik yang sering dan selalu
digunakan para petinju dalam melakukan serangan dengan tujuan untuk meraih
point (nilai) adalah teknik pukulan. Teknik pukulan ini terdiri dari beberapa
macam, diantaranya: pukulan jab, straight, hook, dan pukulan uppercut. Dari
keempat jenis pukulan tersebut, hanya satu jenis pukulan yang menjadi titik
perhatian dalam penelitian ini yaitu pukulan straight.
5
Pukulan straight merupakan salah satu teknik pukulan yang sasarannya
tertuju pada daerah kepala dengan bidang perkenaan ujung kepalan tangan dari
sipetinju. Gerak pelaksanaannya tergolong lebih mudah dipraktekkan atau
diperagakan dibandingkan dengan teknik pukulan lainnya, sehingga banyak
petinju yang menggunakan teknik pukulan tersebut pada setiap pertandingan. Di
samping itu, petinju yang memiliki kecepatan pukulan straight yang cepat dan
dapat melakukannya secara berulang-ulang dan mengenai sasaran yang tepat akan
mampu mengumpulkan point yang banyak saat bermain, dan hal ini memberi
peluang yang besar untuk menjadi pemenang dalam suatu pertandingan apabila ia
tidak mengalami KO, sehingga penentuan pemenangnya adalah yang mempunyai
point terbanyak.
Dari hasil pengamatan penulis dalam mengikuti beberapa pertandingan,
menunjukkan bahwa tidak semua atlet dapat melakukan pukulan straight dengan
baik dan cepat. Masih banyak yang melakukan pukulan yang kadang kala tidak
terarah dan lemah serta tidak tepat mengenai sasaran. Keadaan ini diduga
disebabkan karena kurangnya dukungan kemampuan fisik dari si petinju serta
kurang menguasai dengan baik teknik pukulan tersebut.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka salah satu upaya yang
dilakukan untuk meningkatkan kecepatan pukulan adalah dengan melatih kondisi
fisik atau latihan fisik. Bompa (1994:14) mendefinisikan bahwa:
Latihan atau melatih kondisi fisik atlet adalah suatu upaya yang sistematis dan
ditujukan kepada peningkatan kemampuan fungsional atlet sesuai dengan tuntutan
cabang olahraga yang ditekuni sehingga dapat mencapai standar yang telah
ditentukan.
6
Dengan demikian kemampuan fisik merupakan salah satu faktor yang
sangat esensial dalam menunjang peningkatan kecepatan pukulan. Hal ini
disebabkan karena tanpa kemampuan fisik yang memadai maka sulit untuk
mengembangkan teknik pukulan yang benar, begitu pula sebaliknya dengan
kemampuan fisik yang prima maka pelaksanaan teknik pukulan akan dapat
ditampilkan secara sempurna.
Kemampuan fisik tersebut terutama ditekankan pada bagian tubuh yang
memegang peranan penting dalam melakukan pukulan, seperti unsur fisik
kecepatan lengan. Oleh karena itu untuk dapat meningkatkan kecepatan
pukulan maka dapat dilakukan dengan memberikan latihan-latihan fisik yang
teratur dan sistematis melalui penerapan metode atau bentuk-bentuk latihan yang
berfokus pada kecepatan pukulan serta harus berpedoman pada prinsip-prinsip
latihan.
Push up juga merupakan suatu jenis senam kekuatan yang berfungsi
untuk menguatkan otot bisep maupun trisep. Posisi awal tidur tengkurap dengan
tangan di sisi kanan kiri badan kemudian badan di dorong ke atas dengan
kekuatan tangan posisi kaki dan badan tetap lurus atau tegap setelah itu badan di
turunkan dengan tetap menjaga kondisi badan dan kaki tetap lurus. Badan turun
tanpa menyentuh lantai atau tanah, naik lagi dan di lakukan secara berulang-
ulang. Program latihan push up sangat baik diterapkan bagi atlit tinju, karena
dapat mebantu atlit agar meningkatkan teknik dasar berupa teknik pukulan yang
baik dan tepat khususnya bagi atlit tinju amatir Sasana Lipang Bajenng Kabupaten
Takalar.
7
Begitu pula halnya dengan latihan dumbell juga merupakan salah satu
bentuk latihan fisik beban, dimana dumbell dijadikan sebagai alat beban dalam
pelaksanaan latihan tersebut. Bentuk latihan ini bila dilakukan secara teratur,
sistematis dan berkesinambungan melalui program latihan yang tepat serta
berpedoman pada prinsip-prinsip latihan, maka akan dapat meningkatkan unsur
fisik kekuatan dan kecepatan lengan, dimana unsur fisik ini sangat berperan dan
mendukung terciptanya pukulan yang cepat. Dengan demikian di duga bahwa
penerapan latihan dumbell dalam penelitian ini mempunyai pengaruh terhadap
peningkatan kecepatan pukulan dalam tinju.
Berdasarkan pengamatan selama ini, prestasi atlit tinju Sasana Lipang
Bajeng Kabupaten Takalar tergolong cukup bagus, oleh karena itu peneliti
melakukan pengamatan dilapangan, berupa program pelatihan untuk
meningkatkan kecepatan pukulan salah satunya yakni meningkastkan kecepatan
pukulan straight, yang sangat perlu mendapatkan perhatian yang serius. Oleh
karena itu, maka perlu dilakukan penelitian tentang pelatihan yang bertujuan
untuk meningkatkan kecepatan pukulan straight.
Menurut pendapat Ron Gabe P. Simbolon:
Kecepatan merupakan salah satu unsur dalam fisik. Kecepatan adalah
kemampuan dari reaksi otot yang ditandai dengan perubahan antara kontraksi dan
relaksasi untuk menuju frekuensi maximal”. Memukul dalam tinju harus memiliki
kecepatan yang bagus dan tepat, karena dengan pukulan yang semakin cepat
merupakan faktor yang sangat menentukan untuk mendapatkan point/nilai.
Termasuk pukulan straight, kecepatan pukulan ini akan dibantu dengan eksplosif
(meledak dalam suatu gerakan) otot lengan. Untuk memperoleh kecepatan
dibutuhkan suatu latihan yang tepat. Maka dari itu pelatih harus cermat dan tepat
dalam menerapkan program latihan.
8
Struktur tubuh merupakan aspek fisik yang menetukan dalam pembinaan
kemampuan olahraga. Hampir semua cabang olahraga yang menjadi faktor untuk
menentukan prestasi terletak dari postur tubuhnya diantara faktor-faktor lainnya,
akan tetapi faktor tubuh seseorang biasanya dihubungkan dengan kemampuan
fisiknya sebagaimana dikemukakan oleh Mohammad sanjoto (1998:III)
menguraikan bahwa :
“struktur tubuh yang tinggi lebih baik gerakannya bila dibandingkan dengan
struktur tubuh yang pendek, hal ini dipengaruhi aktivitas gerakan tubuh dalam
melakukan gerakan olahraga”.
Begitu pula dengan kemampuan fisik seseorang dalam melakukan suatu
kegiatan, petinju khususnya kondisi fisik akan mempengaruhi kemampuan gerak
yang akan menentukan pencapaian prestasi.
Nur Ichsani Halim (2004 : 5) mengemukakan bahawa :
“Kondisi fisik merupakan satu prasyarat yang sangat diperlukan dalam usaha
peningkatan prestasi seorang atlet, bahkan dapat dikatakan sebagai keperluan
dasar yang tidak dapat ditunda atau ditawar-tawar lagi. Kesepuluh komponen
tersebut sebagai berikut : kekuatan, daya tahan, daya ledak, kecepatan, daya
lentur, kelincahan, koordinasi, keseimbangan, ketepatan, dan reaksi.
Inilah yang mendorong peneliti mengadakan suatu penelitian dengan
judul “Perbandingan Latihan Push Up Dan Latihan Beban Dumbell Terhadap
Kecepatan Pukulan Straight Pada Atlit Tinju Amatir Sasana Lipang Bajeng
Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan”.
9
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, maka permasalahan dalam
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah ada pengaruh hasil latihan push up terhadap kecepatan pukulan
straight pada atlit tinju amatir Sasana Lipang Bajeng Kab. Takalar ?
2. Apakah ada pengaruh latihan beban dumbell terhadap keceptan pukulan
straight pada atlit tinju amatir Sasana Lipang Bajeng Kab. Takalar ?
3. Apakah ada perbedaan pengaruh latihan push up dengan latihan beban
dumbell terhadap kecepatan pukulan straight pada atlit tinju Sasana
Lipang bajeng Kab. Takalar ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh latihan push up terhadap kecepatan pukulan
straight pada atlit tinju amatir sasana Lipang Bajeng Kab. takalar.
2. Untuk mengetahui pengaruh latihan beban dumbell terhadap kecepatan
pukulan pada atlit tinju amatitr Lipang Bajeng Kab. takalar.
3. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh latihan push up dengan beban
dumbell terhadap kecepatan pukulan straight pada atlit tinju amatir Lipang
Bajeng Kab. takalar.
10
D. Manfaat Hasil Penelitian
1. Sebagai bahan informasi kepada masyarakat dalam mengenbangkan ilmu
pengetahuan khususnya dalam bidang olahraga Beladiri.
2. Memberikan informasi kepada Pembina, pelatih dan guru olahraga tentang
pentingnya kondisi fisik dan jenis latihan dalam menunjang setiap cabang
olahraga khususnya dalam keterampilan dasar tinju meliputi sikap dasar
pukulan straight.
3. Mengetahui kondisi fisik yang dibutuhkan dalam cabang olahraga Tinju.
4. Sebagai referensi pengembangan penelitian olahraga tinju selanjutnya
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
Dalam pelaksanaan penelitian dibutuhkan landasan teori, pembahasan
tentang landasan teori merupakan dasar pemikiran terhadap faktor-faktor yang
menjadi masalah atau problem penelitian. Teori-teori yang dikemukakan dapat
memperkuat atau menunjang penelitian. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam
bab ini dikemukakan kajian teori, kerangka berpikir dan perumusan hipotesis.
A. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan kerangka acuan atau sebagai landasan teori
dalam melakukan suatu penelitian. Teori-teori yang dikemukakan merupakan
pernyataan dasar yang diharapkan dapat menunjang penyusunan kerangka
berpikir yang nantinya menjadi acuan dalam merumuskan hipotesis sebagai
jawaban sementara terhadap masalah dalam penelitian ini. Olehnya itu hal-hal
yang akan dibahas dalam tinjauan pustaka ini adalah sebagai berikut:
12
1. Karakteristik Olahraga Tinju
a. Sejarah Olahraga Tinju Amatir Di INDONESIA
Perkembangan olahraga tinju di indonesia tidak terlepas dari
perkembangan tinju dunia, sejarah perjuangan bangsa dan gerakan olahraga di
indonesia. Secara umum, olahraga tinju yang bermula berkembang dari mesir
sesuai dengan penyebaran peradaban dunia menyebar ke Aegea (Kreta) Yunani,
Mesopotamia, Romawi, terus berkembang di Inggris. Olahraga ini berkembang ke
negara-negara tetangganya di daratan Eropa, seperti ke Perancis, Spanyol,
Portugis, dan Belanda. Dari negara-negara itu olahraga tinju berkembang ke
negara-negara koloni masing-masing seperti Amerika, Australia, serta ke
Indonesia dibawah oleh tentara belanda.
Pada permulaan tahun 1647, guna mewujudkan maksud tersebut,
diadakan kongres olahraga yang petama di surakarta dalam kongres tersebut
semua masalah olahraga di musyawarahkan. Peserta kongres ini masih terbatas
pada daerah-daerah di pulau jawa. Dalam kongres olahraga nasional pertama
tahun 1947 itu, ditetapkan pula bahwa PORI adalah badan keolahragaan yang
mengurus kegiatan olahraga di dalam negeri. Sedangkan untuk mengurus masalah
yang berhubungan dengan luar negeri ditangani oleh KORI. Sehingga secara tidak
langsung pembentukan KORI ini mempunyai hubungan yang erat dengan adanya
rencana dari tokoh-tokoh olahraga Indonesia untuk tururt serta dalam kegiatan
olahraga dunia, yaitu olimpiade XIV di London tahun 1948.
Dengan munculnya ide-ide untuk menyelenggarakan pekan olahraga
nasional pertama di surakarta itu, merupakan tonggak sejarah bagi perkembangan
13
olahraga di Indonesia. Dengan adanya gagasan tersebut jelas dalam perstauan dan
kesatuan di kalangan atlit. Pembina olahraga, masyarakat dan pemerintah,
mengingat bangsa indonesia yang bhineka, berbeda-beda, suku, agama,
kebudayaan, namun tunggal, eka – satu juga.dengan adanya PON I yang
dilakukan secara sederhana dan penuh semangat, merupakan hasil perjuangan
bangsa indonesia yang telah lama diidam-idamkan. Olahraga tinju, yang
perkembangan organisasinya belum teratur belum mempunyai induk organisasi,
maka dalam kegiatan organisasi olahraga nasioanl diatas belum dapat ikut aktif
secara baik. Namun, secara terpisah-pisah dan sendiri di kota besar Indonesia
olahraga tinju tetap aktif melakukan kegiatannya.
Bahkan, tahun 1948 petinju kawakan Indonesia, Tan Gua Tek sempat
pula dikontrak untuk bertanding di singapura. Lagi pula, olahraga tinju sebagai
olahraga bela diri, waktu itu sudah di ajarkan pada sekolah kepolisian di
sukabumi, antara lain inspektur polisi Rener Manoch merupakan tokohnya
selanjutnya, gunas membantu tiap kepolisian guna membantu pihak kepolisian
dalam meberikan izin pertandingan, terutama dimaksudkan untuk menghindari
kecurangan yang sangat mengecewakan masyarkat/penonton, pada tahun 1954
didirikanlah suatu organisasi tinju yang bernama “PERSATUAN TINJU DAN
GULAT’ atau disingkat “PERTIGU’’. Dan sebagai ketua umum pertamanya
adalah Frans Mendur DI BANTU OLEH Subagyo, Mr. Djojopranoto dan dokter
kecil. Kemudian dalam perkembangannya, PERTIGU mendapatkan pengesahan
sebagai badab hukum dari menteri kehakiman tanggal 26 april 1965, yakni dengan
14
surat pengesahan nomor J.A 3/48116, Berita Negara Republik Indonesia tanggal 3
pebruari 1955 nomor 10.
KONI sependapat, bahwa organisasi tinju baru perlu didirikan , karena
landasan PERTIGU dianggap sudah tidak memadai lagi apalagi, pertandingan
tinju yang berada dibawah PERTIGU banyak menimbulkan keributan dan
kecelakaan, juga merupakan faktor-faktor yang mendorong materi olahraga
melatih sekaligus sebagi ketua komandan gerakan olahraga Indonesia, melalui
surat keputusan nomor 5 tanggal 23 november 1961, menetapkan :
a. PERTINA sebagai satu-satunya badan yang berhak memimpin dan
mengatur gerakan olahrag Indonesia.
b. Di larang adanya pertandingan-pertandingan yang bersifat
bayaran/profesional di Indonesia.
Maka, dengan adanya surat keputusan di atas kegiatan PERTIGU menjadi
terhenti, dan kemudian hilang sama sekali di tanah air kita.
b. Sejarah Tinju di Sulawesi Selatan
Di sulawesi selatan khusunya di Makassar, olahraga tinju dibawa oleh
penjajajh Belanda. Dalam penulisan penulis mendapatkan sedikit mengenai jejak
tinju di sulawesi selatan oleh (Alm) Mayjend Purn.H. Andi Mattalatta. Melihat
tidak adanya wadah organisasi yang membawahi tinju amatir, maka beliau
mendirikan Pertina di Sulawesi Selatan dan cikal bakal Pertina Indonesia.
Kongres Pertina Pertama diadakan di Makasar.
Aktif pada organisasi ini antara 1959-1979. Beliau adalah maniak
olahraga. Selain tinju, serba bisa hampir setiap cabang olahraga sehingga atas
15
kehebatannya di masa kolonial Benda, menjadikan ia satu-satunya pribumi yang
direstui bergabung menjadi anggota Sport Stait Spieren (SSS) yang didirikan
untuk anak-anak Belanda di masa itu di Makassar. Mattalata menggeluti olahraga
tinju dan membesarkan tinju di Sulawesi Selatan. Mattalata merupakan anak raja
Barru ke 17, besar di Makassar sebagai seorang anak yatim. Beliau menunjukkan
kehebatan, kemahiran bertinjunya pada usia 15 tahun. Mattalata menjadi petinju
yang mengawali prestasi pada kelas bantam (54 kg) tahun 1936. Lalu ke kelas
bulu (57 kg) tahun 1937. Ia meng-KO petinju Batavia. Kid Usman, saat bermain
di kelas ringan (60 kg) tahun 1942. Mengikuti kursus keolahragaan 1937-1940
dan menjadi pelatih di beberapa sasana timju karena kemahirannya dalam
olaharaga tersebut.
Suatu ketika ia mencetuskan aturan bahwa tidak bisa lolos masuk ABRI
kalau tidak lolos tes bertinju. Untuk mengenang jasanya pada pertinjuan di sulsel
dahulu sering di adakan kejuaraan tinju Mattalatta Cup. (sumber :
www.tokohindonesia.com (04/10/2012), wawancara penulis buku “Andi
Mattalatta : Dari Atlet Hingga Menjadi Pejuang Sejati”, dan observasi ke
beberapa narasumber tokoh tinju Sulsel).
Karakter masyarakat Sulsel yang berjiwa keras tapi tak kasar, pantang
menyerah sebelum kalah dengan filosofi “Paentengi Siri’nu” dan Siri’na Pacce.
Memotivasi Sulsel menjadi lumbung petinju yang diperhitungkan hingga
mewakili Indonesia di ajang Internasional. Sulawesi selatan pernah memiliki
petinju terkenal yang mengharumkan nama Indonesia dan sukses menyumbagkan
medali. Tinju pertama kali diikitkan di PON ke-IV saat Sulawesi Selatan menjadi
16
tuan rumah tahun 1957. Yang di pertandingkan adalah tinju amatir, tidak
diperkenankan bertanding petinju yang pernah mengikuti event tinju pasar malam.
Ketika itu Sulsel belum terlalu menonjol pertinjuannya. Selain PON, banyak event
yang mengasah pengalaman petinju Sulsel seperti kejuaraan Nasional, STP
(Sarung Tinju Perak) untuk junior, STE (Sarung Timju Emas) untuk senior, piala
Wapres. Kejuaraan Internasioanl piala Presiden, dan masih banyak lagi hasil dari
kejuaraan tersebut menjadikan petinju Sulsel menunjukan prestasinya. Pada PON
era 60-an dan 70-an, mulai muncul petinju Sulsel yang menyumbangkan prestasi
seperti Jhony Lee, Jhony Wanay. Memasuki era 80-an ketika PON ke-X tahun
1981 muncul nama Marthen Yu, Muhammad Rusli Usman Lee yang merupakan
ponakan dari Jhony Lee. Ketika itu bersinar setelah di final kalah melawan Elyas
Pical dari DKI Jakarta. Pertandingan tersebut disebut partai sangat seru karena
disiarkan oleh TVRI dan ribuan orang hadir menonton. Kekalahan Rusli Usman
sedikit kontrovesial mengingat Elyas Pical dalam tahap persiapan menuju Sea
Games, yang kemudian hari menjadi juara dunia tinju kelas bantam ringan. Di
PON era 90-an selanjutnya muncul petinju Audi Runtupali dan masih banyak lagi.
Tahun 2000-an, di PON ke-XIV 2000 Jawa timur,berhasil merebut
medali. Ada nma-nama Muh. Rusli, Jhon Muis, Saharuddin Anhar. Di PON ke-
XV 2004 Sumatra selatan berhasil menyumbang 2 mas, 3 perak ada nama Muh
Rusli, Yunus Pane, Erico Amanupunyo, Bara Gomies, Saharuddin Anhar. Pada
PON ke-XVI Kalimantan Timur, berhasil menyumbangkan 2 mas, 1 perak, 2
perunggu untuk Sulsel. PON 2008 merupakan awal keikutsertaan tinju wanita
dalam event tersebut. Yang membanggakan mampu menyumbangkan salah satu
17
emas untuk Sulsel ada nama-namanya Erico Amanupunyo, Alex Tatontos, Suzana
Tuanakotta, Selly Manimbo, Indra Faisal. Namun, pada PON ke-XVII 2012 di
Riau prestasi tersebut sedikit menurun tapi tetap menjadi kebanggan krena
berhasil menyumbang 1 mas dan 1 perunggu dimana di sumbang oleh Alex
Tatontos dan Erico Amanupunyo.
Keberhasilan dalam prestasi petinju Sulsel membuat beberapa petinju
dilirik masuk pelatnas mengikuti event Internasional, baik Sea Games, Asean
Games, bahkan kejuaraan dunia dan hasil yang diraih cukup membanggakan.
Faktor pendukung banyaknya petinju Sulsel yang dilirik masuk ke Platnas karena
teknik bertinjunya bagus di tunjang dengan kondisi fisik yang baik. Tak lepas dari
metode latihan menunjang dan kelengkapan alat latihan tinju yang memadai.
Di Sulawesi selatan pernah munculnya berbagai sasana-sasana tinju
diantaranya Mamajang Boxing Camp (MBC), Bina Satria, Sparta Ikip, Ama
Makassar, Turatea, Pepabri, Jeneberang Boxing Camp, Nene Malomo, Sudirman,
Pipos, Hasanuddin, Hartaco Boxing Camp, Dolog, Pattimura, Kartago, dll. Kini
hanya sebagian sasan ayang masih bertahan dan eksis.
Pasang surutnya prestasi olahraga tinju Sulsel tidak terlepas dari
manajemen kepengurusan Pertina dalam event kejuaraan yang digelar. Prestasi
tinju Sulsel mencapai puncaknya ketika era 80-an dan 90-an. Saat itu awal tahun
80-an, Pertina pernah dipimpin oleh Bupati Sidrap yaitu Opu Sidik dan Bupati
Pangkep Arsyad B. Yang kemudian menjadi anggota DPRD TK I Sulsel. Mereka
seorang yang sangat menyukai pertandingan tinju dan pada masa kepengurusan
mereka, banyak kejuaraan tinju dilaksanakan dan sistem pembinaan dan
18
pengkaderan berjalan dengan baik. Diadakannya Andi Jamma Cup Palopo,
Walikota Cup Palopo, Kajari Cup Soppeng, Ganggawa Cup Sidrap, piala Bupati
Goa, Wirabuana Cup, Mendagri Cup. (sumber : wawancara Teondjok Yunus,
tokoh tinju senior Sulsel, 13/10/2012).
Ketika Pertina Sulsel dipimpin oleh kejaksaan Sulsel asal Batak bernama
Bob Nasution. Membuat terobosan membentuk komisi tinju amatir dan
profesional pertina amatir Sulsel yang sudah matang bisa langsung terjun ke arena
profesional. Selanjutnya di zaman kepemimpinan Reza Ali, Sulsel banyak
mengadakan event. Salah satunya dengan mengadakan Katimuri Cup (kejuaraan
tinju Indonesia timur), yang langsung disiarkan TVRI.
Pertina Sulsel pernah berinovasi mengembangkan tinju dari bibit-bibit
alami. Nampak kilas di Sulsel pernah didirikan program jangka panjang tinju,
namanya School Boy Boxing, hampir mirip dengan program PPLP. Program ini
digalang Pertina Sulsel bekerja sama dengan Pemprov Sulsel guna mencari bibit
petinju laki-laki yang potensial. Disamping itu, untuk menanggulangi tawuran
antar pelajar dan aksi kenakalan remaja khususnya di Makassar dan sekitarnya.
Memasuki tahun 2000-an, pertinjuan Sulsel mulai kendor diambil alih
oleh PT. Seman Bosowa, saat kepengurusan periode awalnya berjalan dengan
baik pertandingan dan pembinaan berlangsung dengan .lancar. Banyak petinju
Sulsel yang dikirim mengikuti kejurnas bahkan diberangkatkan sampai keluar
negeri. Namun di dalam manajemen yang kurang begitu bagus serta adanya riak-
riak dalam pengurusan membuat pertentangan dalam organisasi, hal ini membuat
19
didalam periode kepengurusan Bosowa mencapai pencapaian pada tahap PON
XV 2004, dan XVI 2008 memuaskan.
Peralihan kepengurusan dari Bosowa ke ketua terpilih Adnan Yasin
Limpo yang juga anggota dewan DPRD Sulsel TK I periode 2008-2012, terjadi
penurunan prestasi dimana kurangnya diadakan pertandingan tinju mengakibatkan
pembinaan tinju di Sulsel terhambat. Pada PON XVII tahun 2012 di Riau. Target
yang semula 3 emas untuk tinju yang dicanangkan, hanya memperoleh 1 emas
dan 1 perunggu. Dimasa peralihan ketua Pertina 2012-2016 yakni Ryan Latief,
tinju Sulsel mulai menggeliat kembali.
Di Daerah Kabupaten Takalar sejak dahulu merupakan daerah
perjuangan. Banyak bibit-bibit potensial untuk olahraga tinju. Maka berdirilah
masing-masing sasana tinju seperti di kabupaten Takalar yaitu Sasana Tinju
Lipang Bajeng di ilhami dari laskar perjuangan Rakyat Sulawesi melawan
penjajah berpusat di Takalar. Berdirinya Sasana-sasana tersebut tidak terlepas dari
lepasan sarjana-sarjana olahraga dan program pelatihan pelatih yang dilakukan
Pertina Sulsel bahkan sampai mendatangkan pelatih asing, yang dimotori oleh
praktisi-praktisi tinju yang tak pernah dilupakan jasa-jasanya, seperti (Alm)
Mayjen Pur.H. Andi Mattalata, (Alm) Jusuf T. Amahoru, John. Latuheru, (Alm)
Yance. Tulalessy.
20
c. Karakteristik Sasana Tinju Lipang Bajeng Kab. Takalar
Takalar dahulu merupakan daerah Texas. Sering terjadi pembunuhan.
Dahulu, daerah Takalar kurang diperhitunmgkan daerah tinjunya. Takalar dahulu
hanya mengenal tinju pasar malam saja. Masuknya tinju amatir di Takalar di
terima dengan baik pada tahun 1987. Orang pertama yang memperkenalkan tinju
di Takalar adalah sarjana lulusan FPOK IKIP Ujung Pandang asal Bali yaitu
Wayan S Natha. Petinju Sasana sparta IKIP kelas berat ringan 75 kg ini di juluki
raja KO juara Porda Pare-pare 1986 ini merelakan jatahnya berlaga di PON XII
Jakarta tahun 1989, di karenakan terangkat sebagai tenaga pengajar di Takalar. Di
Takalar tekadnya mengembangkan tinju direstui oleh pemerintah, Karaeng dan
sesepuh Kabupaten Takalar.
Akhirnya tahun 1988 sasan tinjunya resmi diberi nama Lipang Bajeng
Boxing. Lipang Bajeng merupakan laskar dan strategi perjuangan masyarakat
Takalar melawan Belanda adalah salah satu sesepuh Takalar (Alm) Mappa
Karaeng Temba yang memegang lisensi dan memandatkan nama Lipang Bajeng
kepada Wayan untuk mengenang kebesaran laskar tersebut. Para peminat tinju di
Takalar begitu antusias dari anak buruh bangunan, pemulung, tukang becak,
petani, mereka rata-rata telah sukses meniti karier menjadi tentara, polisi, security,
bahkan pekerja kantoran. Kini wanita juga sangat antusias berlatih tinju di daerah
ini. Atsa prestasinya mengabdi di Takalar, pemerintah Takalar menganugrahkan
pelatih olahraga terbaik Takalar. Wayan seorang pecinta olahraga kadang beliau
menyisihkan sedikit uangnya untuk kebutuhan atlit. Beliau memilki lisensi pelatih
nasional dan wasit tinju daerah. Pada tahun 2014 Takalar sukses
21
menyumbangkan 1 emas dan 1 perunggu, satu-satunya sasan adari Sulsel pada
kejuaraan tinju di Jakarta. Selain itu kerap kali petinju Takalar di panggil
mewakili Sulsel di ajang tinju nasional. Pada ajang PORDA, prestasi tinju Takalar
cukup membanggakan. Terkhir PORDA 2010 di Pangkep, tinju sukses
menyumbangkan 2 emas untuk Takalar.
Drs.Wayan juga sering mengadakan pertandingan tinju di Takalar bahkan
unutk meningkatkan minat menyukai olahraga tinju di masyarakat diadakan
pertandingan tinju unit antar waria selain mengadakan esksebisi dan kejuaraan
tinju Bupati Cup, yang fenomenal. Pak Wayan membangun ring tinju permanen
dan satu-satunya di Sulawesi Selatan. Berkat jasa dan pengabdiannya selama +ini
di Takalar, beliau diberi gelar kehormatan “Daeng Nai’’. Tahun 2008 oleh
pemerintah Takalar serta pelatih berprestasi Kabupaten Takalar.
Olahraga tinju merupakan salah satu cabang olahraga yang telah lama
dipertandingkan pada setiap event-event olahraga baik nasional maupun
internasional. Cabang olahraga ini pada awalnya merupakan suatu permainan
yang telah lama dimainkan yakni sejak jaman dahulu atau jaman purba sampai
dijaman modern sekarang ini.
22
Hal tersebut sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Rud Midgley (2000:19)
bahwa:
“fist represent the ancient era game, but still take place in modern era, where
two boxer people match with hence gauntlet executed hitherto”. Apabila
diterjemahkan secara bebas bahwa tinju merupakan permainan jaman purba, tetapi
masih berlangsung dijaman modern, dimana dua orang petinju bertanding dengan
memakai sarung tangan yang dilaksanakan sampai sekarang.
Sedangkan Agusta Husni (1996:53) mengatakan bahwa :
Tinju (boxing) adalah cabang olahraga dimana dua orang yang saling bertarung
dengan menggunakan kepalan tangan. Masing-masing mencoba untuk
mendapatkan nilai lebih banyak dengan menggunakan keterampilan.
Menurut pendapat para ahli, saya dapat menyimpulkan bahwa :
Tinju adalah salah satu cabang olahraga yang memerlukan fisik serta mental yang
baik. Dalam cabang olahraga ini, bisa di lakukan baik oleh wanita maupun pria.
Olaharga ini memerlukan 2 orang petinju baik dari sudut biru maupun sudut
merah, yang bertanding untuk mendapatkan hasil yang lebih banyak guna
mencapai prestasi yang lebih baik di tingkat nasional maupun internasional.
Mengenai sistem pertandingan, satu babak tinju amatir umumnya hanya
dua menit atau kurang. Pada pertandingan profesional dan sebagian pertandingan
amatir Intrenasional, lama setiap babaknya 3 menit dengan istirahat 1 menit
diantara ronde/babak. Selama istirahat petinju kembali ke sudut masing-masing
dan dirawat.
Sedangkan penjaga waktu, menandai waktu dimulai dan berakhirnya bell
atau gong. Wasit adalah orang ketiga yang paling penting di atas ring selama
berlangsungnya pertarungan. Jika petinju dipukul jatuh, lawan yang memukul
harus ke sudut putih atau netral dimana tidak ditempati oleh kedua petinju,
23
sementara itu wasit melakukan hitungan 1 sampai 10 pada petinju yang terpukul
jatuh, dan apabila sampai pada hitungan ke 10 petinju tersebut tidak
berdiri/bangun maka dinyatakan kalah/KO.
Pada suatu pertandingan tinju, pengetahuan di dalam ring tinju perlu
dimiliki, yaitu kemampuan untuk menemukan serta memecahkan persoalan
dengan baik saat menghadapi lawan di dalam ring. Ketepatan mengambil
keputusan dalam waktu yang relatif singkat di dalam ring dan kewaspadaan serta
sikap hati-hati seorang petinju menunjukkan kepandaian dalam bertinju.
Kepandaian dalam bertinju berarti kemampuan menentukan secepat
mungkin kekuatan lawan maupun kelemahannya, mulai dari cara menyerang yang
disenangi lawan dan taktik pertahanannya, dan juga berarti memaksa lawan untuk
bermain di luar gaya pertinjuannya yang bertujuan untuk menggagalkan
serangannya.
Agar seorang petinju dapat bertarung di dalam ring dengan baik, maka ia
harus memiliki kemampuan dan keterampilan yang tinggi, seperti kemampuan
fisik yang memadai dan penguasaan teknik-teknik dasar bertinju itu sendiri
maupun teknik pukulan atau memukul.
2. Peranan Olahraga Tinju
Olahraga tinju diberbagai negara di dunia, sudah sangat populer dan
berkembang. Sudah banyak penduduk dari negara-negara tersebut yang terlibat
didalamnya. Secara langsung misalnya, sebagai petinju, pelatih, wasit hakim, juri,
manager, promotor, pembina atau sebagai pengurus. Dan tidak kurang pula
diantaranya, sebagai penggemar yang fanatik dan penggemar biasa.
24
Karena demikian populernya olahraga tinju ini, maka banyak pula tokoh
masyarakat yang mempunyai ambisi atau dengan sukarela duduk sebagai
pengurus. Kini, olahraga tinju bukan lagi sekedar kegemaran, dilakukan sekedar
untuk mengeluarkan keringat, demi kesehatan, melainkan telah meningkat kepada
lapangan usaha atau sarana pekerjaan dan tempat mendapatkan harkat serta
popularitas.
Di banyak negara olahraga tinju sudah dapat menghidupkan pribadi-
pribadi yang terlibat dengan aktifitas olahraga ini. Termasuk anak, istri dan
kerabat keluarganya. Tidak kurang pula diantaranya, menjadi kaya raya karena
tinju. Banyak pula yang mendadak populer karena olahraga ini. Kini olahraga
tinju di Indonesia, cukup berperan. Tidak saja bagi pribadi-pribadi, keluarga dan
masyarakat dalam memperoleh kesehatan jasmani, rohani dan prestasi. Tetapi
juga berperan dalam menciptakan saran populeritas, lapangan kerja dan
penghidupan.
3. Tujuan Pembinaan Olahraga Tinju Amatir
Olahraga tinju amatir sering disebut, ‘‘ seni bela diri agung ’’ atau ‘‘ that
noble art of self defence ’’, yang sekaligus memberikan suatu rekreasi yang sehat
rohani maupun jasmani kepada para anggotanya dari segala umur.
Dalam tinju amatir, kesejahtraan merupakan pertimbangan utama.
Sepanjang karirnya, setiap petinju selalu dibawah pengawasan medical- official
atau petugas kesehatan yang berpengalaman.
Pada waktu pendaftaran diri di Sasana/perkumpulan tinju, sebelum
diizinkan untuk mengikuti sparing/pertandingan tinju, setiap pemeriksaan
25
kesehatan lengkap, meliputi kesehatan mental dan jasmani. Sebelum
pertandingan, petinju itu diperiksa kembali untuk mengetahui apakah ada
gangguan, kemunduran kesehatan/kondisinya atau tidak. Biasanya, jenis
pemeriksaan kesehatan yang harus dilakukan dalam setiap kasus diserahkan
kepada pertimbangan medical-official atau petugas kesehatan yang bersangkutan,
tetapi suatu standar tertentu telah ditentukan oleh AIBA, yang harus di taati oleh
seluruh federasi tinju amatir nasional yang menjadi anggotanya.
Hal tersebut diatas dilakukan, karena tujuan tertinggi dari olahraga tinju
amatir adalah adu ketrampilan (skill) dan baru kemudian adu kekuatan (straight).
Lawan dengan ketrampilan yang tinggi dan baru setelah itu kekuatan. Tinju amatir
adalah sport murni dan bukan petarungan sensasionil. Tinju amatir adalah untuk
kesehatan dan prestasi bukan untuk mencedrai, melukai, atau membunuh lawan.
4. Dasar-dasar Umum Teknik Tinju
a. Warning-up (pemanasan) dan pelemasan
Pemanasan badan berguna dalam menyesuaikan antara jasmani dan rohani
untuk menghadapi pekerjaan/kegiatan latihan. Tujuannya adalah untuk
menaikan suhu badan guna mencapai suhu optimum, yang mendekati
keinginan gerak dan untuk menyesuaikan kondisi badan dengan kondisi
latihan yang akan dihadapi. Cara melakukan pemanasan ini tidaklah susah,
cukup dengan lari-lari, senam dan loncat-loncat. Kemudian setelah selesai
latihan, petinju perlu melakukan pemanasan badan. Maksudnya, agar otot-
otot yang menegang karena proses latihan dapat dilemaskan kembali,
dikembalikan keformasi semula.
26
b. Berlatih secara teratur
Latihan tinju sebaiknya dilakukan secara teratur. Diatur dengan baik
mengenai waktu latihan, lama latihan dan waktu istirahat.
c. Berlatih secara continue
Sebaiknya latihan tinju dilakukan secara continue dan berkesinambungan,
tidak terputus-putus, rajin, giat, tekun dan serius. Dan yang paling penting,
latihan dilakukan dengan gembira, tanpa beban, bukan karena merasa
terpaksa/dipaksa. Selain itu latihan perlu pula disesuaikan dengan kesehatan
badan, kondisi jasmani dari petinju itu sendiri.
d. Berlatih secara sistematis
Latihan tinju harus dilakukan secara sistematis, tahap demi tahap, yakni dari
yang mudah ke yang sulit, serta disesuaikan dengan porsinya latihan.
e. Sesuai dengan peraturan/petunjuk
Latihan tinju sebaiknya dilakukan sesuai dengan peraturan yang
berlaku/petunjuk pelatih / ahli kesehatan. Sehingga dengan demikian adanya
kemungkinan kecelakaan dalam latihan, misalnya rusak pada otot-otot dan
persendian dapat diperkecil.
f. Hindari Over-training
Hal ini menyangkut berbagai gejala psikosomatik. Dapat terjadi, bila
melakukan latihan terlalu banyak, tidak teratur, akibatnya jasmani dan rohani
akan mengalami perubahan. Serta memungkinkan prestasi yang telah dicapai
akan menjadi mundur.
27
5. Teknik – teknik dasar tinju
a. Posisi dasar
Posisi dasar tinju merupakan teknik yang sangat berperan penting,
disamping teknik yang lain. Posisi dasar tinju adalah posisi yang paling
menguntungkan untuk melaksanakan teknik dan keahlian dalam membentuk atau
menyusun pertinjuan. Rahasia dari sikap posisi dasar yang benar adalah
memelihara agar kedua kaki tetap di bawah badan, artinya kedua kaki dapat diatur
dengan jarak yang sedang, berat badan seimbang di atas kedua kaki/tungkai dan
dapat dipindahkan ke depan atau membungkuk, dapat merendahkan badan dengan
menekuk kedua lutut, melenturkan badan untuk cepat bereaksi atau bergerak
dengan mudah dan ringan serta mendapatkan kekuatan yang tinggi.
Gambar 1.1 Posisi Dasar
(https://www.smashwords.com/boxing)
28
b. Sikap bersedia
Sikap bersedia adalah sikap bagaimana seorang petinju mengambil sikap
menghadapi lawannya, sehingga dengan sikap itu dia dapat memukul, menyerang
maupun bertahan, serta bergerak kemana saja sesuai dengan keadaan yang
diinginkannya.
Posisi sikap bersedia yaitu pada sikap berdiri, dimana kedua kaki yakni
kaki kiri dan kanan berjarak kurang lebih 20 cm, selanjutnya kaki kanan didorong
kebelakang lurus kurang lebih 20 cm dengan tumit sedikit terangkat. Lutut
tungkai kiri ditekuk kurang lebih 170 derajat dan lutut tungkai kanan juga ditekuk
kurang lebih 150-160 derajat.
Berat badan berada pada keseimbangan kedua kaki, atau sedikit berada
pada kaki yang di depan. Tangan kiri diangkat ke atas tertekuk pada persendian
siku dimana siku tidak terangkat dan berjarak kurang lebih satu kepal dari
lambung kiri. Genggaman tangan kiri berjarak kurang lebih 15-20 cm dari bahu
kiri dan kearah kiri sejauh mungkin. Demikian pula tangan kanan diangkat setingg
rahan kanan tanpa mengangkat siku lengan kanan yang ditekuk semaksimal
mungkin. Sedangkan posisi telapak tangan kanan terbuka ke arah lawan, posisi
tangan kanan tersebut juga berfungsi untuk melindungi rahang kanan. Siku lengan
kanan sedikit merapat pada lambung/rusuk kanan.
29
Gambar 1.2 Posisi Bersedia
(https://www.smashwords.com/boxing)
c. Dasar gerakan kaki
Dasar gerakan kaki atau fundamentals of footwork adalah dasar
kecakapan seorang petinju menggerakkan kedua kakinya atau mengkoordinasikan
gerakan kedua kaki dan tungkai untuk membawa badannya dengan mudah dan
efisien, dengan tidak merusak keseimbangan badannya baik waktu menyerang
maupun bertahan selama permainan. Jadi foot work itu menyertakan kecakapan
menyerang atau bertahan selama bertarung.
30
Gambar 1.3 Posisi Kaki
(https://www.smashwords.com/boxing)
1. Analisis teknik gerak pukulan/memukul
Pada dasarnya bahwa memukul dilakukan dengan diawali perputaran
badan, sedangkan lengan hanya jembatan bagi tenaga dari badan. Tenaga
diperoleh dari hasil putaran langsung dari pinggang dimana bahu dan pinggul
mengikuti dengan berporos pada garis tengah badan.
Prinsip pukulan adalah pukulan yang dilakukan langsung dari putaran
bahu, dengan menggunakan putaran pinggang yang cepat sebagai kekuatan
mendorong. Menurut Mayun Narendra (2000:22) bahwa dalam tinju dikenal
empat pukulan pokok, yaitu:
a. Pukulan jab
b. Pukulan straight
c. Pukulan hook
d. Pukulan Uppercut
31
Dari keempat jenis pukulan tersebut, untuk lebih jelasnya akan diuraiakan satu
persatu sebagai berikut:
a. Pukulan jab
Pukulan jab adalah pukulan pancingan yang dilakukan dengan oleh
tangan pada posisi depan (pada petinju normal adalah tangan kiri). Pukulan jab
sangat ringan dan mudah dilakukan. Meskipun pukulan ini ringan tetapi
menyakitkan badan dan sangat menjengkelkan sehingga mengakibatkan sakit hati
bagi lawan yang merasakannya. Pukulan ini dapat dilakukan kesegala arah, pada
bagian-bagian tubuh atau muka lawan.
Pelaksanaannya yaitu: jaga keseimbangan badan jangan sampai
terganggu, tenaga timbul dari seperempat putaran bahu kiri ke kanan serta lengan
kiri diluruskan sekuat-kuatnya ke arah sasaran. Pada saat genggaman mengenai
sasaran, ruas-ruas jari menghadap ke atas dan eratkan genggaman. Seluruh
kekuatan pukulan dilontarkan dari badan secara dikejutkan atau diledakkan dan
tajam ke arah sasaran, serta kembali pada posisi dasar dengan lemas/rileks. Pada
saat dilontarkannya pukulan jab, posisi tangan kanan berada pada posisi menjaga
dagu kanan dan muka. Ketika melakukan pukulan jab harus diingat bahwa sisi
kiri badan harus dipertahankan membentuk sebuah garis sepanjang gerakan yang
sedemikian sehingga dagu kiri terlindung oleh bahu kiri.
Melontarkan pukulan jab pada badan atau perut lawan dengan menekuk
lutut kedua tungkai sedemikian sehingga meratanya sasaran dengan genggaman
tangan depan/kiri. Jab sangat banyak digunakan karena sifatnya memancing atau
membuka sasaran bagi pukulan lain yang lebih keras.
32
Gambar 2.1 Pukulan Jab
(https://www.smashwords.com/boxing)
b. Pukulan straight
Pukulan straight adalah dasar dari keahlian bertinju, dan pukulan ini
dalam sejarah pertinjuan perkembangannya paling akhir. Pukulan ini merupakan
hasil pemikiran yang baik karena dapat dilaksanakan dengan lebih baik dan efektif
bila dibandingkan dengan pukulan-pukulan lainnya.
Pukulan ini dapat digunakan dengan jarak sepanjang lengan segala arah,
baik oleh tangan kanan maupun tangan kiri. Bila ingin melontarkan pukulan
straight kanan, pindahkan berat badan ke kaki/tungkai kiri, pinggang dan putarlah
bahu ke depan dengan berporoskan garis tengah badan dan luruskan lengan kanan
kearah sasaran sejauh jangkauan lengan, kaki kanan menunjang gerakan pinggul
tetapi jangan sampai melampaui posisi kaki kiri akan tetapi masih berada pada
posisi semula dengan hanya mengangkat tumit. Akan terjadi sedikit pergeseran
33
tetapi akan kembali pada posisi semula setelah melakukan pukulan straight
tersebut.
Pada saat genggaman membentur sasaran, buku-buku jari menghadap ke
atas dan sisi ibu jari genggaman diputar ke arah dalam. Jangan rubah bidang
genggaman. Pukulan digerakkan melalui garis lurus dan kembali pada garis itu.
Seluruh kekuatan dilontarkan secara dikejutkan dan jauh dari badan dan kembali
pada posisi semula dengan lemas/rileks. Lengan kiri tetap terlipat pada siku dan
merapat pada badan dalam posisi menjaga kemungkinan.
Gambar 2.2 Pukulan Straight
(https://www.smashwords.com/boxing)
34
c. Pukulan hook
Pukulan hook atau pukulan menyudut dapat dilakukan ke segala arah
baik dengan tangan kanan maupun dengan tangan kiri. Pukulan ini adalah pukulan
pendek yang memiliki tenaga yang besar, karena hampir seluruh berat badan
berada di belakangnya sebagai penunjang. Oleh karena sifat pukulan ini sangat
kuat sebaiknya digunakan pada saat maju atau keluar dari suatu serangan dalam
(in fight).
Pukulan hook sangat berbahaya dan keras, karenanya pukulan ini sangat
efektif digunakan bagi lawan yang ragu-ragu atau saat lawan kehilangan
keseimbangan atau untuk mengakhiri suatu serangan.
Cara melakukan hook kiri, dari posisi dasar siku lengan kiri diangkat, dan
pada saat yang bersamaan dorong lengan tersebut ke arah dalam dengan tempo
yang sedemikian dimana saat buku-buku jari menghadap ke arah lawan dan
mengenai sasaran, lengan kiri sudah serata bahu. Pada saat itu tumit kaki muka
dengan berporos ujung kaki diputar ke arah luar, sedangkan berat badan
sepenuhnya berada pada kaki kanan. Cara melakukan hook kanan sama dengan
hook kiri, hanya berbeda letak kaki kanan/belakang yang berperan dimana berat
badan berpindah ke kaki kiri.
Gerakan ketiga unsur tersebut, lengan, tungkai kiri dan perpindahan berat
badan harus terkoordinir dalam satu gerakan. Pukulan dilontarkan dengan
sekuatnya dengan gerakan yang diledakkan, serta kembali pada posisi semula
dengan lemas/rileks.
35
Gambar 2.3 Pukulan Hook (https://www.smashwords.com/boxing)
d. Pukulan uppercut
Pukulan uppercut dapat dilakukan dengan tangan kanan maupun dengan
tangan kiri dengan dua cara, yaitu: long uppercut dan short uppercut yang
diarahkan ke badan maupun ke arah kepala lawan. Pukulan ini dilakukan dari arah
bawah memotong ke atas, sangat efektif digunakan pada lawan yang suka
menunduk.
Pada saat ingin melakukan uppercut kanan, badan sedikit ditundukkan
dan sedikit diputar ke arah dalam sehingga posisi lengan kanan lebih ke muka dari
pada lengan kiri, pindahkan berat badan pada kaki kanan, pada posisi ini dorong
lengan kanan ke atas dengan dibantu sentakan badan dan kaki dengan gerakan
yang diledakkan atau explosive. Posisi lengan kiri pada posisi siap siaga, yang
36
juga membantu keseimbangan badan. Setelah pukulan mengenai sasaran, cepat
kembali pada posisi semula dengan lemas/rileks.
Long uppercut efektif digunakan bagi lawan yang banyak menggunakan
jab-jab kiri, sedangkan short uppercut efektif digunakan bagi lawan yang suka
menunduk, atau lawan yang suka merapatkan badan (clinch), dengan mengambil
mundur satu langkah dan saat itu juga pukulan uppercut dilontarkan.
Dari uraian tentang jenis-jenis pukulan dalam tinju, maka nampak bahwa
unsur kecepatan memegang peranan penting untuk mencapai suatu sasaran serta
membutuhkan kecepatan gerak dan kontraksi otot untuk penampilan kerja
maksimal.
Mochamad Sajoto (1988:17) mendefinisikan kecepatan sebagai berikut:
Kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan
berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya. Seperti dalam lari, pukulan dalam tinju, balap sepeda dan panahan.
Sedangkan Harsono (1988:24) mengatakan bahwa:
Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis
secara berturut-turut di dalam waktu yang sesingkat-singkatnya atau kemampuan
untuk menempuh suatu jarak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Dari uraian tersebut di atas, memberikan gambaran bahwa dalam bermain
tinju kecepatan memukul merupakan unsur gerak yang esensial, karena kecepatan
khususnya kecepatan lengan dapat menjadi penentu dalam melakukan gerak
memukul secara cepat. Jadi untuk dapat melontarkan pukulan dengan cepat dalam
olahraga tinju, maka tidak terlepas dari kemampuan menggunakan kecepatan.
Berkaitan dengan penelitian ini, maka kecepatan pukulan dalam olahraga
tinju dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk melepaskan pukulan dalam
waktu yang sesingkat-singkatnya.
37
Kecepatan pukulan dalam olahraga tinju ini, tentu saja tidak diperoleh
begitu saja, akan tetapi terlebih dahulu harus dilatih secara teratur dan sistematis
melalui bentuk-bentuk latihan yang tepat yakni bentuk latihan yang mampu
meningkatkan kemampuan otot yang berperan dalam melontarkan pukulan dengan
cepat.
Gambar 2.4 Pukulan Uppercut
(https://www.smashwords.com/boxing)
38
6. Kelas-kelas di dalam tinju amatir
Kelas-kelas yang sering dipertandingkan, Klasifikasi ini hanya digunakan
pada tinju amatir dengan tingkatan umur yaitu, senior, Madya, dan Junior, sesuai
aturan PERTINA Indonesia tahun 2010 :
NO KATEGORI KELAS KETERANGAN
1 ELIT MEN DAN 1 46 - 49 KG USIA :
ELIT MAN: 17-34 TAHUN
YOUTH BOYS: 17-18 TAHUN
Catatan:
Petinju Youth diijinkan
bertanding pada kategori
Elit dengan mengikuti
peraturan kategori Elit
YOUTH BOYS 2 52 KG
3 56 KG
4 60 KG
5 64 KG
6 69 KG
7 75 KG
8 81 KG
9 91 KG
10 91+ KG
2 ELIT WOMEN DAN 1 45 -48 KG USIA:
ELIT WOMEN: 17-34 TAHUN
YOUTH GIRLS: 17-18 TAHUN
YOUTH GIRLS 2 51 JG
3 54 KG
4 57 KG
5 60 KG
6 64 KG
7 69 KG
8 75 KG
9 81 KG
10 81+ KG
3 JUNIOR BOYS DAN 1 46 KG USIA:
JUNIOR GIRLS 2 48 KG
3 50 KG
4 52 KG
39
5 54 KG JUNIOR BOYS: 15-16 TAHUN
JUNIOR GIRLS: 14-16 TAHUN
6 57 KG
7 60 KG
8 63 KG
9 66 KG
10 70 KG
11 75 KG
12 80 KG
13 80+ KG
Sumber : www.pp-pertina.com ( 04/10/2012)
7. Latihan Push Up
Push up adalah suatu jenis senam kekuatan yg berfungsi untuk
menguatkan otot bisep maupun trisep. Posisi awal tidur tengkurap dengan tagan di
sisi kanan kiri badan kemudian badan di dorong ke atas dengan kekuatan tangan
posisi kaki dan badan tetap lurus atau tegap setelah itu badan di turunkan dengan
tetap menjaga kondisi badan dan kaki tetap lurus. Badan turun tampa mennyetu
lantai atau tanah, naik lagi dan di lakukan secara berhulang kegiatan ini dapat di
kombinasikan dengan cara sebagai berikut:
1. Mengubah jarak telapak tangan
2. Bentuk tangan yang menyentuh lantai: membuka, mengepal,
menggunakan jari, atau punggung tangan
3. Mengubah jarak antar kaki
Mengubah ketinggian letak kaki: dengan menggunakan kursi atau kaki
yang satu ditindihkan ke kaki yang lain. Mengubah jumlah tangan yang
digunakan satu tangan atau dua tangan.
40
Banyak faktor yang mempengaruhi olahragawan dalam penampilannya,
salah satunya adalah latihan. Latihan adalah proses yang sistematis dari berlatih
atau bekerja secara berulang-ulang dan kian hari kian bertambah jumlah
bebannya.
Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Harsono (1988:62) bahwa :
“Latihan adalah proses yang sistematis dan berlatih atau bekerja yang dilakukan
secara berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah beban latihan atau
pekerjaan”.
Yang dimaksud dengan sistematika adalah terencana menurut jadwal,
pola dan sistem tertentu, dari yang mudah ke yang sukar, latihan yang teratur dari
yang sederhana ke yang lebih kompleks. Berulang-ulang maksudnya ialah agar
gerakan-gerakan semula sukar dilakukan menjadi semakin mudah, otomatis dan
reflektif pelaksanaannya sehingga semakin menghemat energi. Beban kian hari
bertambah maksudnya ialah secara berkala beban latihan harus ditingkatkan
manakala sudah tiba saatnya untuk ditingkatkan.
Dengan melakukan latihan secara sistematis dan melalui pengulangan-
pengulangan secara terus menerus, maka gerakan-gerakan yang semula sulit
dilakukan lama kelamaan akan mudah dilakukan dan menjadi gerakan yang
otomatis dan reflektif. Hal ini akan dapat mengurangi jumlah tenaga yang
dikeluarkan pada waktu melakukan aktivitas olahraga dibandingkan sebelum
melakukan latihan, baik latihan fisik maupun teknik.
Latihan fisik pada prinsipnya adalah memberikan stres fisik kepada tubuh
secara teratur, sistematis dan berkesinambungan sedemikian rupa sehingga dapat
meningkatkan kemampuan dalam melakukan aktivitas fisik.
41
Suranto (1994:10) menjelaskan bahwa:
Latihan fisik yang teratur, sistematis dan berkesinambungan yang dituangkan
dalam suatu program latihan akan meningkatkan kemampuan fisik secara nyata,
tetapi tidak demikian halnya bila latihan dilakukan tidak secara teratur.
Untuk melalui latihan fisik atlet mempersiapkan diri untuk tujuan
tertentu. Tujuan latihan fisik yang utama dalam olahraga prestasi adalah untuk
mengembangkan kemampuan biomotornya kestandar yang paling tinggi atau
dalam arti fisiologisnya, atlit berusaha mencapai perbaikan sistem organ dan
fungsinya untuk mengoptimalkan penampilan olahraganya. Begitu pula halnya
dengan latihan teknik, pada prinsipnya adalah bertujuan untuk membiasakan
tubuh bergerak sesuai dengan kebutuhan gerak pada suatu cabang olahraga.
Pemberian latihan fisik maupun teknik dalam olahraga tinju haruslah
selalu memperhatikan organ-organ tubuh yang utama menjalankan gerak teknik
bermain tinju. Khusus dalam melakukan pukulan, maka bagian anggota tubuh
yang banyak berfungsi adalah lengan atau tangan. Oleh sebab itu latihan harus
banyak diberikan pada anggota tubuh bagian lengan atau tangan, seperti halnya
bentuk latihan yang diterapkan dalam penelitian ini yakni latihan push up dan
latihan dumbell, dimana dalam pelaksanaannya banyak mengaktifkan lengan.
42
Gambar 3.5 Gerakan Pushup
(http://galeripenjas.blogspot.com/2013/04/push-up-variasi)
8. Latihan beban dumbbell
Latihan beban dumbell yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
merupakan suatu bentuk latihan fisik beban dengan menggunakan beban dari luar
berupa dumbell yang dijadikan sebagai beban dalam latihan. Bentuk latihan ini
juga bertujuan untuk melatih kekuatan dan kecepatan otot lengan yang merupakan
otot yang berperan penting dalam melakukan pukulan yang cepat pada olahraga
tinju. Teknik pelaksanaan bentuk latihan dumbell tersebut adalah sebagai berikut:
a. Responden mengambil posisi berdiri dengan kedua kaki sedikit agak
renggang untuk menjaga keseimbangan, yakni jarak antara kaki kiri
dengan kaki kanan lebih kurang 20 cm.
b. Kedua tangan sipelaku masing-masing di samping badan sambil
memegang sebuah dumbell dengan posisi siku ditekuk sehingga tangan
yang memegang dumbell masing-masing berada di samping depan dada,
43
atau posisi kedua tangan dalam keadaan siap untuk melakukan gerakan
pukulan ke depan.
c. Selanjutnya siku diluruskan dengan jalan mendorong dumbell tersebut ke
depan sampai lengan betul-betul lurus ke depan, kemudian tangan ditarik
kembali ke posisi semula. Atau dengan kata lain tangan sipelaku
melakukan pergerakan seperti melakukan gerakan pukulan dalam tinju.
Gerakan latihan dumbell tersebut, seperti yang telah dikemukakan di
atas, dalam pelaksanaannya dilakukan berulang-ulang dan terus menerus secara
bergantian antara tangan kanan dengan tangan kiri sampai batas repetisi atau
sesuai dengan program latihan yang disusun sebelumnya.
Teknik pelaksanaan latihan dumbell ini sangat menekankan pada tenaga
maksimal dan dilakukan secara berulang-ulang dengan cepat. Keadaan ini
ditujukan pada anggota gerak tubuh bagian lengan dan bahu, mengingat lengan
dan bahu merupakan satu-satunya bagian tubuh yang diaktifkan selama
pelaksanaan kegiatan latihan ini. Melihat karakteristik bentuk latihan ini kiranya
dapat dikatakan bahwa tujuan dari latihan ini adalah untuk mengembangkan unsur
fisik kekuatan dan kecepatan lengan, dan selanjutnya diharapkan dapat
memberikan dukungan terhadap peningkatan kecepatan pukulan dalam olahraga
tinju khususnya bagi petinju amatir.
44
Gambar 3.6 Gerakan Dumbell
(http://www.sportobzor.ru/uploads/images)
9. Prinsip-prinsip latihan
Dalam upaya meningkatkan kualitas fisik (biomotor ability) ketingkat
yang lebih tinggi, maka perlu memiliki pengetahuan yang cukup tentang berbagai
prinsip latihan ataupun sistem dan efek latihan terhadap organ-otgan tubuh dan
sistem perototan.
Ada beberapa prinsip latihan yang harus diikuti dan dipahami serta
dilaksanakan dengan baik oleh para pelaku olahraga. Prinsip-prinsip itu adalah
sebagai berikut:
a. Prinsip beban berlebih (the over load principle)
Untuk mendapatkan efek latihan yang lebih baik, organ tubuh harus diberi
beban melebihi beban yang diterima dalam aktivitas sehari-hari. Dengan
demikian otot akan diransang untuk berkontraksi secara maksimal.
45
b. Prinsip beban bertambah (the principle of prograssive resistance)
Agar prinsip beban bertambah mempunyai efek harus mengikuti prinsip
beban atau tahanan bertambah, karena keduanya mempunyai hubungan yang
erat. Prinsip ini akan berhubungan dengan peningkatan secara bertahap,
sehingga otot dapat menyesuaikan dengan beban latihan selanjutnya.
c. Prinsip kekhususan (the principle of speciality)
Yang dimaksud dengan kekhususan adalah latihan untuk satu cabang
olahraga, mengarah pada perubahan morfologis dan fungsional yang
berkaitan dengan kekhususan cabang tersebut. Kekhususan disini mempunyai
beberapa aspek yang perlu diperhatikan antara lain:
1. Khusus terhadap kelompok otot yang terlatih.
2. Khusus terhadap pola gerak sesuai dengan yang diharapkan.
3. Khusus terhadap sistem energi utama, misalnya pelari cepat berbeda
dengan pelari maraton walaupun pola gerak dan kelompok otot yang
terlibat adalah sama.
4. Sudut sendi harus diperhatikan, maksudnya kalau latihan itu melibatkan
satu sendi maka harus ditentukan sudut sendi sedemikian rupa sehingga
tidak melibatkan peranan sendi lainnya.
5. Jenis kontraksi, kekuatan yang dihasilkan oleh jenis kontraksi yang
berbeda-beda oleh karena itu kalau olahraga yang ditangani
membutuhkan kontraksi isokenetik maka latihan yang diberikan idealnya
juga adalah kontraksi isokenetik.
46
d. Prinsip reversible
Hasil peningkatan kualitas fisik yang diperoleh akan menurun kembali
apabila tidak melakukan latihan dalam waktu tertentu. Oleh karena itu latihan
yang berkesinambungan sangat diperlukan dan setiap latihan yang dilakukan
harus kontinyu dan terus menerus.
e. Prinsip individu (the principle individual)
Untuk menjalankan latihan yang efektif, maka pelatih harus mengingat
tingkatan-tingkatan kondisi individu atlet seperti; kemampuan skill individu,
umur atlet, lamanya latihan dan keadaan kesehatan, agar nantinya dapat
dilatih secara sistematik dan metodis untuk mencapai prestasi yang tinggi.
f. Prinsip latihan beraturan (the principle of orrangement exercice)
Latihan hendaknya dimulai dari kelompok-kelompok otot besar baru
kemudian otot-otot kecil. Alasannya bahwa otot-otot kecil cenderung untuk
lelah lebih dahulu, sedangkan otot-otot besar lebih mudah pelaksanaannya.
Jangan melakukan pada kelompok secara beruntun pada kelompok-kelompok
otot yang sama supaya ada saat pemulihan untuk masing-masing kelompok.
g. Prinsip variasi (the principle of variaty)
Seorang pelatih harus pandai-pandai dan kreatif dalam memilih dan
memberikan variasi-variasi dalam latihan untuk mencegah kebosanan berlatih
bagi atlet.
47
h. Frekuensi dan lamanya latihan
Setiap latihan tersebut harus dilakukan dengan usaha yang sebaik-baiknya dan
dengan kualitas dan mutu yang tinggi. Meskipun waktu latihan singkat tetapi
berisi padat, hasilnya akan lebih efektif jika dibandingkan dengan latihan
yang memakan waktu lama tetapi tidak padat dan berisi.
10. Bahaya Dalam Tinju
i. Kerusakan pada otak
Olaharaga tinju merupakan salah satu cabang olahraga keras, selalu
menjadi permasalahan yang rumit. Disenangi, berbahaya, dan sering
dipermasalahkan. Olahraga ini, sudah merupakan salah satu olahraga yang populer
yang dapat memuaskan emosi penonton dan dapat berakhir dengan sensasionil.
Ada usaha untuk melarang olahraga tinju di beberapa negara, karena
berbahaya. Tetapi di banyak negara di dunia sukar sekali untuk meniadakannya.
Karena olahraga ini, maka meningkat popularitasnya. Membawa banyak manfaat,
baik dari segi jasmani dan rohani, maupun dalam segi materi. Karena itu, banyak
pembela-pembelanya. Dan para dokter/ahli kesehatan, bagaimanapun tidak
setujunya dengan olahraga ini tetapi karena alasan kesehatan serta kemanusiaan
terpaksa harus mentoleransinya.
Setiap pekerjaan pasti ada resikonya. Pula dalam kesenangan, hobi dan
profesi, juga banyak resikonya. Tetapi dalam kenyataannya, orang tak mau
menyerah. Melainkan berani menantang resiko. Misalnya, merokok punya resiko
menderita kanker, paru-paru, dan jantung. Tetapi karena senang, masih banyak
48
orang yang menyukainya. Menjadi militer, jelas pula mengandung resiko. Disini
jelas yang akan dihadapi adalah bom dan peluru. Tetapi dalam setiap kesempatan
masih banyak para pemuda yang berlomba-lomba mendaftarkan diri. Resiko yang
sama juga dapat terjadi dalam olahraga seperti cedera atau kematian yang
merupakan resiko paling fatal. Tetapi, sampai kini orang masih tetap menyenangi
kegiatan ini.
Ada suatu pendapat yang mengatakan bahwa seorang petinju amatir
setelah mengalami KO dengan pukulan-pukulan di kepala, hanya menderita
sedikit goncangan pada otak. Sebab, setelah mendapat hitungan wajib dan
dinyatakan KO, ia dapat meninggalkan gelanggang tanpa bantuan. Dan, setelah ia
mengalami masa istirahat, kekuatannya akan kembali. Anggapan ini adalah salah,
karena merupakan suatu fakta yang ada. Walaupun KO itu kelihatannya mudah,
tetapi akan dapat membawa pendarahan dalam otak. Keadaan ini akan dapat
meningkat, ke tingkat yang lebih parah, jika ia kena pukulan kembali. Maka,
untuk kasus ini para ahli kesehatan banyak mendesak agar petinju yang pernah
mengalami KO, setelah masa istirahatnya selesai ia harus terlebih dulu menjalani
pemeriksaan EEG pada sel otaknya, sebelum dibolehkan kembali bertanding.
ii. Luka-luka dan cedera lainnya
Menurut David James, pelatih nasional inggris, prosentase frekuensi
luka-luka pada olahraga tinju berada di rangking ke delapan. Luka-luka yang lebih
tinggi terjadi pada olahraga sky, balap motor, rugby, sepak bola dan atletik. Dari
200 lebih luka-luka yang dihadapi oleh klinik middlesex hospital atletich di
49
London Inggris, hanya terdapat delapan kasus karena tinju. Luka yang terbanyak
disebabkan oleh olahraga rugby, sepak bola, dan atletik.
Luka pada tulang rawan hidung sangat selektif sekali terjadi. Dan bila
terjadi dapat berakibat rintangan hidung yang agak lama. Kerusakan pada
athemoid atau fomer jarang terjadi. Bila terjadi, lebih baik segera dirawat di
rumah sakit ditangani oleh ahli kesehatan. Begitu pula dengan patah tulang, kasus
ini juga jarang terjadi. Dalam 4.350 pertandingan di London, hanya ditemukan 2
kasus patah tulang hidung.
Abrasi atau lecet di kepala sering terjadi. begitu pula sobek di alis, juga
sering terjadi, terutama karena benturan kekepala lawan. Luka-luka lain dikepala,
tak jarang pula diderita oleh para petinju, yang banyak disebabkan oleh sarung
tinju yang jelek mutunya. Benturan dengan tambang, tiang dan lantai ring,
disamping dengan kepala lawan.
Kriteria pemberhentian pertandingan karena luka dikening adalah,
parahnya luka, waktu terluka suatu pertandingan lebih mudah dihentikan pada
ronde pertama daripada ronde ketiga, pertandingan atau inferiority petinjuterluka
pada saat itu disini, tidak memungkinkan adanya keputusan mutlak. Tetapi,
petugas kesehatan berpengalaman akan selalu dapat
memutuskan/mempertimbangkan ketiga kriteria tersebut dengan objektif dan
jujur.
Luka ditangan sering terjadi, kendati sarung-sarung tinju diberi bantalan,
tetapi luka-luka ditangan selalu dapat terjadi dalam latihan maupun petandingan.
Luka ditangan ini sering terjadi pada tulang antara jari dan pergelangan tangan,
50
pada pangkal metacarpus dari ibu jari, pergelangan tangan carpus pecah-pecah
bahkan terpelecok dan mengeluarkan darah. Dan yang terakhir sering ditemukan,
sesudah suatu pertandingan selesai diikuti oleh petinju.
11. Pencegahan
i. Pencegahan awal
Setiap pembina olahraga tinju amatir, dokter, pelatih, wasit hakim,
pimpinan pusat/daerah/cabang/sasana, tidak bisa hanya berpangku tangan
terhadap bahaya yang dapat mengancam kesehatan/keslamatan dari pada
petinjunya. Mereka harus melindungi petinjunya, dalam setiap saat dan
kesempataan. Maka, untuk mengurangi dan menghindari resiko dan bahaya-
bahaya olahrga tinju ini, perlu diadakan pencegahan awal.
Maksudnya, pencegahan dari seorang anak muda menyatakan
keinginannya untuk berlatih olahraga tinju diperkumpulan/sasana selama latihan,
sebelum pertandingan sampai selsesai melaksanakan pertandingan.
Menjelang pertandingan, petinju harus melalui pemeriksaan kesehatan
yang seksama. Dalam pertandingan, ia harus didampingi oleh petugas
kesehatan/dokter. Pertandingan, yang selalu siap dengan alat-alat fist-aid (P3K)
untuk luka-luka kecil. Dan bila petinju mengalami luka/cedera yang serius, harus
segera dikirim/dirawat secara seksama di rumah sakit.
51
ii. Batas-batas usia dalam kompetisi
Dalam cabang olahraga lainnya, pengklasifikasian petinju menurut
kategori umur sangat perlu dipatuhi, agar berolahraga tinju tidak mendatangkan
bahaya dan sesuai dengan pengklasifikasian menurut kategori umur, seorang anak
sudah dapat memulai berlatih tinju sejak usia 12 tahun. Serta, sudah
berhenti/mengundurkan diri dari segala kegiatan tinju, pada usianya mencapai 35
tahun terlepas dari perbedaan keturunan dan kontitusi, usia terbaik pertandingan
menurut Hans Grebe adalah 20 tahun. Dengan demikian, petinju akan dapat
berkembang dengan baik dan dapat mempertahankan fighting fitnesnya selama
10-15 tahun.
iii. Jantung dan srikulasi darah
Pemeriksaan jantung dan peredaran darah ini, sangat penting bagi petinju
bagi petinju yang sudah tua terutama yang sudah tidak berlatih dalam jangka
waktu yang agak lama, tetapi masih ingin bertinju.
Membaca tekanan darah atau pemeriksaan percutaneous dan ausculate,
tidaklah cukup. Bagi petinju tua yang sudah lama istirahat berlatih masih
diperlukan pemeriksaan dengan electrocardiogram dan suatu pemeriksaan
telemetric. Khusus, pada petinju yang sudah menderita sakit dalam waktu yang
agak lama, terutama sesudah penderita suatu penyakit infeksi, haruslah
diperhatikan benar pemeriksaannya. Sebab, penyakit infeksi ini dapat merusak
otot-otot jantung (Cardiovaskuler). Penyakit-penyakit infeksi ini uga dapat
merusak daerah sisten pusat saraf (central nervous sistem).
52
iv. Alat-alat perasa
Petinju yang mempunyai cacat penglihatan yang ringan, yang tidak
membatasi kesanggupan petinju untuk bertanding, dibolehkan. Tetapi pemakaian
kacamata tidak dibolehkan dalam ring karena, sudah jelas bila kacamata pecah
akan mendatangkan resiko.
Untuk telinga, juga sama dengan mata. Pada prinsipnya, petinju yang tuli,
akan menjadi penghalang baginya untuk bertanding tinju. Begitu pula dengan
penyakit kulit yang berat, merusak badan, akan menjadi alasan pula bagi dokter
yang bertugas untuk menolak menberi izin bertinju. Sebagai contoh, dapat
disebutkan apa yang dinamakan psoriasis (scele herpes), yang dapat
diinterpretasikan sebagai ancaman pada kebersihan dan higine.
Kerusakan pada gigi dan rahang dapat dilindungi dengan memakai
lindungan gigi atau gumshield, yang wajib dipakai selama pertandingan dan tak
boleh dicopot.
v. Peralatan pertandingan
Masalah-masalah kegunaan sarung tinju yang baik, secara mendasar telah
dapat dipecahkan. Dalam riset experimentil, didapat suatu ketetapan dalam
masalah berat sarung tinju, memberi tanda pada permukaan sarung tinju yang
boleh memukul dan memberi bantalan yang lebih baik dalam sarung tinju, dapat
mengurangi bahaya bagi petinju.
Begitu pula dalam masalah pelindung kepala, tetap masih dicarikan suatu
pelindung kepala yang baik, yang dapat melindungi bahaya pukulan di kepala
secara optimal.
53
vi. Pemeriksaan Kesehatan
Sebelum seorang petinju diikatakan fit perhatian hendaklah ditujukan
pada kemungkinan cacat kesehatan yang memerlukan larangan tinju
sementara/selamanya. Terutama terhadap hal-hal yang khusus berdasarkan ilmu
saraf, seperti cacat mental, ketololan (idiot), ayan (epilepsi) dan semacam penyakit
yang datang secara tiba-tiba (pycnolepsie, narcolepsie dll), penyakit sistem saraf
organis, seperti multiplay sclerosis, parkinson, syndrome, gemetaran yang luar
biasa, kekacauan yang banyak dari co-ordinasi dan sensibility (perasaan halus),
peresis yang aneh, penyimpangan-penyimpangan refleksi, teristimewa keadaan-
keadaan sebagai akibat kecelakaan, pecah (fracture) dari tengkorak atau keadaan
setelah memar otak conlusiocelebri.
Semua perubahan-perubahan ini secara organik dapat
dibuktikan/membutuhkan pemeriksaan saraf psikiater yang teliti, seperti halnya
penyakit jiwa (psikosis).
Bagi seorang petinju yang pernah menderita otak (brain injury), baru
dapat diberikan izin berlatih atau bertanding setelah terhadapnya dilakukan
pemeriksaan EEG. Bila masih diragukan, pemberian izin haruslah berdasarkan
pemeriksaan komputer termographic.
vii. Tindakan-tindakan medis dalam tinju
Dokter pertandingan/juri medis tugasnya selama turnamen/kejuaraan
tinju bukan hanya mengikuti seluruh pertandingan diatas ring, tetapi juga harus
menghindarkan agar tidak terjadi cedera pada petinju yang bertanding, bersama
wasit.
54
Sesuai dengan peraturan AIBA, wasit harus menghentikan suatu
pertandingan yang tak seimbang. Apalagi wasit tidak dapat mengambil keputusan
sendiri, tentu wasit memerlukan saran dari dokter pertandingan. Karena itu,
kerjasama yang erat antara wasit dan dokter pertandingan, sangat penting. Dan ini
adalah sah, terutama dalam wasit menghitung ketiga petinju berada dalam keadaan
grogi yang dapat mengakibatkan RSC.
Petinju pula untuk menetapkan dalamnya luka-luka yang terbuka
dikening dan luka-luka lainnya. Dalam hal cedera yang serius atau setelah KO,
wasit yang berpengalaman akan selalu berkonsultasi dengan dokter
pertandingan/jurimedis untuk suatu putusan yang netral.
viii. Kerja sama dokter dengan wasit dan pelatih
Tugas utama dari dokter-dokter yang tergabung dalam AIBA adalah
melindungi petinju dari cedera maka, guna mencegah timbulnya bahaya terhadap
petinju selama petarungan, petugas keselamatan harus selalu mendeteksi dan
mencegah adanya kemungkinan terjadinya cedera, dan dalam hal ini kerja sama
yang erat antara dokter pertandingan dengan wasit sangat diperlukan. Karena itu
dalam usaha ini, kondisi kesehatan AIBA telah memutuskan untuk memberikan
partisipasinya bagi pendidikan para wasit, terutama tentang persoalan-persoalan
yang berhubungan dengan kesehatan.
Diantara persoalan itu, adalah pengenalan terhadap ‘‘grogi’’, yang sering
ditemukan dalam memimpin. Hal ini dapat diketahui dari gejala-gejala yang ada,
misalnya menurunnya gerakan fisik, terutama dalam koordinasi, tangan dan
menjadi berat, respons terhadap serangan lawan bertambah lambat. Dan bagi wasit
55
gejala grogi dapat ia ketahui melalui reaksi di pelupuk mata menurunnya secara
umum refleksi-refleksi alami.
Dalam memberi perlindungan kesehatan terhadap seorang petinju sudah
menjadi kenyataan, bahwa mereka yang benar-benar siaplah yang dibenarkan
mengikuti pertandingan. Hanya seorang petinju yang terlatih baik, yang memiliki
kemampuan-kemampuan refleks yang penuh yang dapat melindungi dirinya dari
bahaya/cedera.
B. Kerangka Berpikir
Kerangka berfikir merupakan penjelasan sementara terhadap gejala yang
menjadi objek permasalahan dan merupakan pengantar argumentasi diajukan.
Berdasarkan tinjauan pustaka, maka kerangka berpikir yang merupakan dasar dalam
merumuskan hipotesis dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Jika pada atlet tinju amatir diberikan latihan push up secara teratur dan
sistematis melalui pogram latihan pushup maka dapat meningkatkan
kecepatan pukulan straight pada atlet tinju amatir Sasana Lipang Bajeng,
Kabupaten takalar.
2. Jika pada atlet tinju amatir diberikan latihan dumbell secara teratur dan
sistematis melalui program latihan dumbell maka dapat meningkatkan
kecepatan pukulan straight pada atlet tinju amatir Sasana Lipang Bajeng,
Kabupaten Takalar.
3. Jika atlet tinju amatir diberikan bentuk latihan yang berbeda, yakni
melakukan latihan push up dan melakukan latihan dumbell, maka akan
56
menghasilkan perbedaan terhadap peningkatan kecepatan pukulan
straight pada atlet tinju amatir Sasana Lipang Bajeng, Kabupaten
Takalar.
C. Pola Pikir Variabel Yang di Teliti
Berdasarkan konsep pemikiran variabel seperti yang dikemukakan di atas,
maka disusunlah pola pikir variabel yang diteliti sebagai berikut :
Pola Pikir Variabel Yang Di Teliti
Gambar 1. Skema kerangka konsep penelitian (Diadaptasi dari teori Alport
dalam Mar’at., 1991)
Keterangan :
: Variabel Dependen (terikat)
: Variabel Independen(bebas)
Latihan Beban Dumbell
Latihan Push Up
Kecepatan Pukulan
Straight Pada Atlit
Tinju Amatir Sasana
Lipang Bajeng
57
supraptojielwongsolo (Oktober 29, 2010balian86) :
Secara umum, jenis variabel (dilihat dari sifat hubungan antar variabel) dapat
dibedakan pada variabel indenpenden dan variabel dependen. Istilah variabel
independen dan variabel dependen berasal dari logika matematika, di mana X
dinyatakan sebagai yang ‘mempengaruhi atau sebab’ dan Y sebagai yang
‘dipengaruhi atau akibat’. Namun pengertian ini tentu tidak selalu
menggambarkan hakikat yang sebenarnya dari konsep variabel independen dan
dependen. Sebab dalam kenyataan, khususnya dalam penelitian ilmu-ilmu sosial,
hubungan antar variabel tidak selalu merupakan hubungan kausal. Yang dapat
dipastikan adalah, bahwa terdapat variabel yang saling berhubungan, di satu pihak
ada yang disebut variabel independen dan di pihak lain ada yang disebut variabel
dependen. Kedua variabel ini diperlukan oleh setiap penelitian kuantitatif. Adapun
sifat hubungan itu ada yang bersifat kausal, dan ada yang tidak.
D. Hipotesis
Sesuai dengan kerangka berpikir yang telah dikemukakan di atas,
maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Ada pengaruh latihan push up terhadap kecepatan pukulan straight pada atlet
tinju amatir Sasana Lipang Bajeng, Kabupaten Takalar.
2. Ada pengaruh latihan dumbell terhadap kecepatan pukulan straight pada atlet
tinju amatir Sasana Lipang Bajeng, Kabupaten Takalar.
58
3. Ada perbedaan pengaruh antara latihan push up dengan latihan dumbell
terhadap kecepatan pukulan straight pada atlet tinju amatir Sasana Lipang
Bajeng, Kabupaten Takalar.
Hipotesis statistik yang diuji:
1. H0 : A1 = A2
H1 : A1 A2
2. H0 : B1 = B2
H1 : B1 B2
3. H0 : A2 = B2
H1 : A2 B2
a. Kriteria pengujian:
1. Jika nilai probilitas (P) > 0.05, maka tolak H1 dan terima H0
2. Jika nilai probilitas (P) < 0.05, maka tolak H0 dan terima H1
59
BAB III
METODE PENELITIAN
Untuk menjawab suatu penelitian, maka perlu diketahui dan dirancang
cara menjawab penelitian tersebut dan tergantung pula dari jenis penelitian serta
tujuan penelitiannya. Untuk penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif
komparatif, yaitu menjelaskan fakta dan fenomena yang sekarang terjadi di
lapangan.
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
a. Waktu penelitian dimulai pada tanggal 27 sampai 30 September 2014.
b. Penelitian ini dilaksanakan pada Atlit Tinju Amatir Sasana Lipang Bajeng
Kabupaten Takalar.
B. Identifikasi Variabel dan Desain Penelitian
1. Variabel penelitian
Dalam penelitian ini, ada dua variabel yang terlibat yakni variabel bebas
dan variabel terikat. Kedua variabel tersebut akan diidentifikasikan ke dalam
penelitian ini sebagai berikut:
a. Variabel bebas yakni :
1. Latihan push up
2. Latihan dumbell
b. Variabel terikat yakni :
1. Kecepatan pukulan straight
60
2. Desain penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian yang bersifat eksperimen atau
perlakuan yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbandingan latihan
Pushup dan latihan beban dumbell terhadap kecepatan pukulan straight pada atlet
tinju di Sasana Lipang Bajeng. Oleh sebab itu, rancangan analisis dari eksperimen
ini adalah “Randomized Group Pretest-Postest Design”.
Secara sederhana model desain penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut
ini:
A1 ------------------ X ----------------- A2
P R Pretest S
B1 ------------------ Y ----------------- B2
Gambar 10. Model desain penelitian.
Sumber : Nana Sudjana (1986:18)
Keterangan:
P = Populasi
R = Random sampel
Pretest = Tes awal kecepatan pukulan straight
S = Pembagian kelompok sampel berdasarkan hasil tes awal
A1 = Hasil tes awal kelompok A
B1 = Hasil tes awal kelompok B
X = Penerapan latihan push up
Y = Penerapan latihan dumbell
A2 = Hasil tes akhir kelompok A
B2 = Hasil tes akhir kelompok B
61
C. Definisi Operasional Variabel
Untuk menghindari terjadinya salah pengertian terhadap variabel yang
terlibat dalam penelitian ini, maka variabel-variabel tersebut perlu didefinisikan
secara operasional sebagai berikut:
1. Latihan push up yang dimaksud adalah merupakan salah satu bentuk
latihan fisik yang juga bertujuan untuk menguatkan otot bisep dan trisep.
Pelaksanaan latihan ini dilakukan dalam posisi awal tidur tengkurap dengan
tangan di sisi kanan kiri badan setela h itu, badan diturunkan dengan tetap
menjaga kondisi badan dan kaki tetap lurus. Badan turun tanpa menyentuh
lantai atau tanah. Naik lagi dan dilakukan secara berulang sampai batas waktu
yang ditentukan.
2. Latihan dumbell yang dimaksud adalah merupakan salah satu bentuk latihan
fisik beban yang juga bertujuan untuk mengembangkan kinerja otot-otot
lengan. Pelaksanaan latihan ini dilakukan dalam posisi berdiri dan kedua
tangan memegang masing-masing dumbell. Gerakan ini dilakukan dengan
mendorong dumbell kedepan seperti melakukan gerakan pukulan dalam tinju.
Gerakan ini dilakukan secara berulang-ulang sampai batasan waktu yang
ditentukan.
3. Kecepatan pukulan straight yang dimaksud adalah salah satu bentuk pukulan
yang digunakan dengan jarak sepanjang lengan di segala arah, baik oleh
tangan kanan maupun tangan kiri. Bila ingin melontarkan pukulan straight
kanan, pindakan berat badan ke kaki kiri/tungkai kiri, pinggang dan putarlah
62
bahu ke depan dengan berporoskan garis tengah badan dan luruskan lengan
kanan kearah sasaran sejauh jangkauan lengan. Dalam penelitihan ini
kecepatan pukulan straight di nilai dengan mencatat kecepatan pukulan yang
dilontarkan sesuai dengan waktu yang telah di tentukan.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan individu atau kelompok yang dapat diamati
dari beberapa anggota kelompok (Suharsimi Arikunto, 1996:115). Adapun yang
dijadikan populasi penelitian ini adalah seluruh atlit tinju amatir Sasana Lipang
Bajeng yang berjumlah 30 orang.
2. Sampel
Sampel ialah sebagian dari anggota populasi yang diambil dengan
menggunakan teknik tertentu yang disebut teknik sampling (Usman. H dan Akbar.
S, 1998:44). Oleh sebab itu, sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari
individu yang mewakili atlit tinju amatit Sasana Lipang Bajeng Kab.Takalar.
Mengingat populasi dalam penelitian ini yakni atlit tinju amatir Sasana
Lipang Bajeng jumlahnya relatif sedikit sehingga tidak dilakukan pemilihan
sampel, dengan kata lain bahwa pengambilan sampel dilakukan pada semua
populasi yang ada atau disebut juga sampel total. Adapun jumlah sampel dalam
penelitian ini adalah sebanyak 30 orang atlit tinju amatir yang berumur 15 sampai
20 tahun.
63
Setelah sampel tersebut diperoleh, kemudian dilakukan tes awal
kecepatan pukulan yaitu kecepatan pukulan straight yang kemudian disusun
menurut rangking. Dari hasil rangking tersebut kemudian dibagi kedalam dua
kelompok yang seimbang yakni masing-masing terdiri dari 15 atlet pada setiap
kelompok. Teknik pembagian kelompok yang digunakan adalah teknik machid
ordinal.
Cara pembagiannya dapat dilihat pada gambar dibawah ini :.
Kelompok A Kelompok B
1 2
4 3
5 6
8 7
9 10
dst.
Gambar 11. Teknik pembagian kelompok.
Demikianlah pembagian kelompok tersebut dan seterusnya sampai masing-
masing kelompok berjumlah 15 orang atlet.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi
dalam melakukan suatu kerja ilmiah. Teknik pengumpulan data dalam penelitian
64
ini adalah menggunakan tes kecepatan pukulan straight dalam olahraga tinju
amatir.
1. Latihan Push up
a. Tujuan
Tes ini bertujuan untuk mengetahui atau mengukur kekuatan serta kecepatan
pukulan.
b. Alat dan perlengkapan:
1) Stopwatch
2) Ruangan kosong
3) Seorang petugas pengambil waktu
4) Formulir tes
5) Dan alat tulis menulis
c. Pelaksanaan tes :
a. Testee mengambil posisi masing-masing berjejer dan menyesuaikan
sesuai ruangan dan siap-siap sesuai dengan aba-aba yang diberikan.
b. Pada aba-aba “Ya” testee segera melakukan gerakan pus up turun naik
secara cepat mungkin sebanyak 15 kali sesuai dengan waktu yang akan
ditentukan.
c. Bersamaan dengan aba-aba “Ya” stopwatch dijalankan dan dihentikan
setelah jumlah push up mencapai 15 kali.
d. Testee diberi kesempatan melakukan tes sebanyak 3 kali.
65
d. Penilaian:
Hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai testee dari 15 kali
melakukan teknik push up, dan yang diambil adalah waktu terbaik dari 3 kali
pelaksanaan tes.
2. Latihan beban dumbell
1) Tujuan:
latihan fisik beban yang bertujuan untuk mengetahui kecepatan dan
kekutan otot lengan.
2) Alat dan perlengkapan:
1) Stopwatch
2) Seorang petugas penghitung pukulan
3) Seorang petugas pengambil waktu
4) Formulir tes, dan
5) Alat tulis menulis
a. Pelaksanaan tes:
1) Testee mengambil posisi berdiri di depan.
2) Pada aba-aba “Ya” testee segera melakukan teknik untuk dumbell
secepat mungkin sebanyak 15 kali dan dilakukan secara bergantian
antara tangan kanan dan kiri.
3) Bersamaan dengan aba-aba “Ya” stopwatch dijalankan.
4) Testee diberi kesempatan melakukan tes sebanyak 3 kali.
66
b. Penilaian:
Hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai testee dari 15 kali
melakukan teknik dumbell, dan yang diambil adalah waktu terbaik
dari 3 kali pelaksanaan tes.
3. Tes kecepatan pukulan straight
a. Tujuan:
Tes ini bertujuan untuk mengetahui/mengukur kecepatan pukulan
seseorang.
i. Alat dan perlengkapan:
1. Stopwatch
2. Samsat sebagai sasaran
3. Seorang petugas penghitung pukulan
4. Seorang petugas pengambil waktu
5. Formulir tes, dan
6. Alat tulis menulis
b. Pelaksanaan tes:
i. Testee mengambil posisi berdiri di depan samsat dengan posisi
kuda-kuda sambil menyesuaikan jarak jangkauan pukulan pada
samsat/sasaran.
ii. Pada aba-aba “Ya” testee segera melakukan pukulan ke arah
samsat secepat mungkin selama 30 detik dan dilakukan secara
secara teratur sesuai dengan waktu yang ditentukan.
67
iii. Bersamaan dengan aba-aba “Ya” stopwatch dijalankan dan
dihentikan setelah jumlah pukulan mencapai 15 kali.
iv. Testee diberi kesempatan melakukan tes sebanyak 3 kali.
c. Penilaian:
Hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai testee dari 15
kali pukulan, dan yang diambil adalah waktu terbaik dari 3 kali
pelaksanaan tes.
F. Teknik Analisis Data
Hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini akan diuji berdasarkan
data empirik yang diperoleh di lapangan. Data yang terkumpul tersebut
selanjutnya dianalisis dengan menggunakan teknik statistik yang sesuai dalam
penelitian ini yaitu meliputi statistik deskriptif untuk mendapatkan gambaran
umum data penelitian seperti nilai rata-rata, standar deviasi, varians, data
maksimum dan data minimum.
Statistik inferensial untuk menguji hipotesis penelitian yaitu dengan
menggunakan Uji-T, juga dilakukan pengujian persyaratan analisis yaitu uji
normalitas dan uji homogenitas data dengan Kolmogorov smirnov.
68
1. Statistik Deskriptif, yaitu memberikan gambaran umum tentang perbandingan
latihan push up dan latihan dumbell terhadap kecepatan pukulan pada atlet
tinju amatir Sasana Lipang Bajeng, Kabupaten Takalar. Analis deskriptif
meliputi rata-rata, jumlah, standar deviasi rentang nilai, nilai maksimum, dan
nilai minimum
2. Statistik inferensial, yaitu dengan menguji hipotesis penelitian pada taaf
signifikan 95 % atau a 0,05> Seluruh rangkaian analisis statistik yang
digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan pengolahan data
penelitian komputerisasi yang sudah paten yaitu program satatistik SPSS Versi
16.00
69
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dikemukakan penyajian hasil analisis data dan
pembahasan penyajian hasil analisis data meliputi analisis statistik deskriptif dan
inferensial. Kemudian dilakukan pembahasan hasil dan kaitannya dengan teori
yang mendasari penelitian ini untuk dapat memberikan interpretasi dari hasil
analisis data.
A. HASIL PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kecepatan pukulan dari
perbandingan latihan Pushup dan latihan beban dumbell terhadap kecepatan
pukulan straight pada atlit tinju amatir Sasana Lipang Bajeng, Kabupaten Takalar.
Atlit tinju bisa diartikan dengan seseorang yang sudah lama bernaung dan dilatih
di dalam sebuah sasana dan mempunyai jam bertanding jauh lebih banyak
dibandingkan petinju pemula. Hasil analisis kedua data masing-masing latihan
tersebut dalam penelitihan ini akan dijelaskan secara terperinci pada pembahasan
berikut :
1. Penyajian Hasil Analisis Data
Data hasil tes perbandingan latihan pushup dan beban dumbell terhadap
kecepatan pukulan straight pada atlit tinju amatir Sasana Lipang Bajeng,
Kabupaten Takalar yang diperoleh di lapangan berupa program latihan pada atlit
70
tinju di sasana tersebut. Variabel tes yang dilihat secara survey berupa kondisi
fisik atlit tinju Takalar mengenai perbandingan pushup dan beban dumbell
terhadap kecepatan pukulan straight. Sehingga data tersebut yang diperoleh perlu
diubah dalam bentuk data skala T-Test. Analisis secara deskriptif dilakukan
terhadap data tiap-tiap item yang diperoleh. Sedangkan analisis secara inferensial
untuk menguji hipotesis penelitian hanya dilakukan terhadap data skala, serta
analisis normalitas data juga dilakukan terhadap data T-Test.
ada tahap awal analisis data, penelitian akan memberikan gambaran
berupa hasil program latihan yang dilihat secara eksperimen pada atlit tinju amatir
Sasana Lipang Bajeng, Kabupaten Takalar. Adapun hasil gambaran statistik yang
akan dijelaskan terdiri atas : hasil T-test mengenai gambaran umum kondisi fisik
atlit tinju Takalar mengenai perbandingan pushup dan beban dumbell terhadap
kecepatan pukulan straight. Disamping itu, dijelaskan pula gambaran berupa
eksperimen umum kondisi fisik atlit tinju Sasana Lipang Bajeng, Kabupaten
Takalar diantaranya berupa jumlah total nilai rata-rata, standart deviasi, range,
data maximum, dan data minimum.
71
untuk menjelaskan semua gambaran data penelitian berupa eksperimen,
maka akan dilakukan analisis yakni analisis statistik deskriptif. Uji normalitas
terhadap kecepatan pukulan dengan menggunakan uji Saphiro Wilk,sedangkan
uji homogenitas menggunakan Levene Test yang hasilnya tertera akan di
jelaskan secara terperinci sebagai berikut :
A. Hasil Pree-Test
Tabel 1.1 Hasil analisis deskritif
A. Push up
Hasil yang didapatkan oleh push up menunjukan tidak ada perbedaan
nilai yang dihasilkan oleh kedua variabel. Push up dan beban dumbell memiliki
jumlah sampel yang sama yakni sebanyak 15, hasil data tertinggi yang diperoleh
pushup yakni 30,00 dengan jumlah total nilai yakni 421,00. Hal ini menunjukan
nilai yang didapatkan dari latihan push up tidak ada perbedaan dengan latihan
beban dumbell, latihan push up yakni sebesar 1,352.
Vrbl N Rentang nilai
Data terendah
Data tertinggi
Jmlah total nilai
Mean Stdr deviasi
varian
Push up 15 4,00 26,00 30,00 421,00 28,0667 0,30026 1,16292 1,352
Dumbell 15 4,00 26,00 30,00 422,00 28,1333 0,29059 1,12546 1,267
Valid sampel
(listwise)
15
72
B. Beban dumbell
Hasil yang didapatkan oleh beban dumbell pada tabel 1.1 menunjukan
tidak ada perbedaan nilai yang ditunjukan oleh kedua variabel yang masing-
masing sampel mempunyai jumlah yang sama yaitu sebanyak 15.hasil yang di
dapatkan dari beban dumbell data tertinggi yakni 30,00. Hal ini terlihat pada hasil
deskriptif nilai total yang diperoleh oleh beban dumbell yakni 422,00 maka hasil
yang didapatkan oleh beban dumbell berupa nilai varian hanya mengasilkan
1,267. hal ini menunjukan hasil beban dumbell dan push up tidak ada perbedaan
yang relatif jauh diantara kedua variabel.
kesimpulan dari tabel 1.1 menunjukan tidak ada perbedaan nilai yang
didapatkan dari kedua variabel push up dan beban dumbell terhadap kecepatan
pukulan straight pada atlit tinju amatir Sasana Lipang Bajeng, Kabupaten Takalar,
di lihat dari nilai varian pushup yakni 1,352 sedangkan beban dumbell 1,267.
Tabel 2.1 Hasil uji normalitas
Variabel Statistik Sampel Sig Statistik Sampel Sig
Push up 0,190 15 0,153 0,931 15 0,278
Dumbell 0,246 15 0,015 0,901 15 0,100
Tabel 2.1 menunjukkan hasil nilai normalitas yang didapatkan kedua
variabel yakni push up dan beban dumbell. Masing-masing sampel terdiri dari 15,
dan hasil yang didapatkan dari uji normalitas menunjukkan tidak ada perbedaan
nilai yang didapatkan oleh kedua variabel tersebut. Hasil statistik yang
didapatkan oleh push up yakni sebesar 0,190 sedangkan beban dumbell yakni
73
0,246. Dari hasil statistik yang diperoleh, dapat ditarik kesimpulan yaitu, hasil
signifikan yang didapatkan oleh pushup 0,278 tidak berbeda jauh dengan beban
dumbell yakni 0,100.
Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan nilai push up dan latihan
beban dumbell terhadap kecepatan pukulan straight pada atlit tinju amatir Sasana
Lipang Bajeng, Kabupaten Takalar.
Tabel 3.1 Hasil Uji Homogenitas
Levene statistik df1 df2 Sig.
1,641 4 21 0,201
Pada tabel 3.1 terlihat tidak ada perbedaan hasil yang didapatkan oleh
kedua variabel yaitu push up dan beban dumbell. Diantara kedua variabel
menunjukkan hasil statistik 1,641 hal ini terlihat nilai push up df1 yakni 4 dan
beban dumbell df2 yakni 21. Sedangkan hasil signifikan yang diperoleh oleh
kedua variabel yakni 0,201 jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan
yang signifikan pada latihan pushup dan beban dumbell terhadap kecepatan
pukulan straight pada atlit tinju amatir Sasana Lipang Bajeng, Kabupaten Takalar.
74
abel 3.2 Hasil Uji Homogenitas
Variabel Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
Between groups
0,757 4 0,189 0,711 0,594
Within goups 5,589 21 0,266
Total 6,346 25
Pada tabel 3.2 menunjukkan hasil antara kedua variabel yang dibagi
dalam kedua kelompok. Hal ini terlihat dari hasil uji homogenitas, hasil mean
square dari kedua variabel menunjukkan tidak ada perbedaan yang relatif jauh
diantara kedua variabel, nilai latihan push up yakni 0,189 dan nilai beban
dumbell yakni 0,266 Sehingga didapatkan nilai frekuensi yang dihasilkan oleh
kedua variabel tersebut yakni sebesar 0,711. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak
adanya perbedaan yang signifikan yang dihasilkan dari kedua variabel, latihan
push up dan beban dumbell terhadap kecepatan pukulan straight pada atlit tinju
amatir Sasana Lipang Bajeng, Kabupaten Takalar. Nilai signifikan yang
dihasilkan yaitu 0,594.
75
Tabel 4.1 Hasil Uji T-test
Variabel Mean Sampel Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Push up
Dumbell
28,0667 15 1,16292 0,30026
28,1333 15 1,12546 0,29059
Dari tabel 3.1 menunjukkan hasil yang diperoleh dari kedua variabel
latihan push up dan beban dumbell, jumlah sampel yang dibagi dalam dua
kelompok yaitu masing-masing sebanyak 15. Sehingga hasil yang didapatkan oleh
kedua variabel pun menunjukkan hal yang tidak berbeda jauh, berdasarkan uji T
tersebut nilai mean yang didapatkan oleh push up 28,0667 dan beban dumbell
28,1333. Sehingga menghasilkan std deviation dari push up yakni 1,16292,
dibandingkan dengan beban dumbell yakni 1,12546. Hal ini menunjukkan tidak
adanya perbedaan relatif jauh antara latihan push up dan beban dumbell terhadap
kecepatan pukulan straight pada atlit tinju amatir Sasana Lipang Bajeng,
Kabupaten Takalar.
Tabel 4.2 Hasil Uji T-test
Variabel Sampel Correlation Sig.
Pair 1 Push up & Dumbell
15 -0,062 0,827
Berdasarkan tabel 3.2 dapat terlihat hasil yang ditujukkan oleh hasil uji
T-test yang didapatkan oleh kedua variabel latihan push up dan beban dumbell
masing-masing terdiri dari 15 sampel. Dari masing-masing variabel dengan
76
jumlah correlation yakni -0,062. Jadi dapat disimpulkan tidak adanya perbedaan
jauh hasil yang signifikan yang didapatkan oleh kedua variabel tersebut yakni
0,827 antara latihan push up dan beban dumbell terhadap kecepatan pukulan
straight pada atlit tinju amatir Sasana Lipang Bajeng, Kabupaten Takalar.
Tabel 4.3 Hasil Uji T-test
Berdasarkan hasil uji T-test pada tabel 3.3 menunjukkan kedua varibel
push up dan beban dumbell yang menghasilkan nilai mean yakni -0,06667 ,
sehingga hasil yang didapatkan dari latihan push up dan beban dumbell thitung
yakni -0,155. Hal ini dapat disimpulkan tidak ada perbedaan yang signifikan
antara kedua variabel latihan push up dan beban dumbell terhadap kecepatan
pukulan straight pada atlit tinju amatir Sasana Lipang Bajeng, Kabupaten Takalar.
Sehingga dapat dilihat nilai signifikannya yaitu 0,879.
Variabel Mean Std. deviation
Std. Error Mean
Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Pair 1 Push up
& Dumbell
-0,06667 1,66762 0,43058 -0,99016 0,85683 -0,155 14 0,879
77
B. Hasil Post Test
Tabel 1.1 Hasil analisis deskriptif
A. Push up
Hasil yang didapat oleh latihan push up menunjukkan tidak ada
perbedaan nilai dari kedua variabel latihan push up dan beban dumbell, hal ini
terlihat dari tabel 1.1 data tertinggi diperoleh 30,00. Dengan jumlah nilai rata2
yaitu 429,00 hal ini memungkinkan hasil yang didapat dari latihan push up tidak
adanya perbedaan relatif jauh dengan beban dumbell. Dengan jumlah varians
yakni 1,114.
B. Dumbell
Hasil yang didapat oleh beban dumbell menunjukkan tidak ada
perbedaan yang dapat menghasilkan perbandingan antara kedua variabel tersebut
yakni push up dan beban dumbell data tertinggi sama2 yakni 30,00. Hal ini
menunjukkan jumlah kedua sampel yang sama2 dibagi dalam kedua kelompok
yang sama. Namun hasil yang didapat dari hasil analisis deskriptif pada tabel 1.1
menunjukkan jumlah nilai rata2 yang diperoleh beban dumbell yakni 434,00 hal
Vrbl Smpl Rentang nilai
Data trndh
Data trtnggi
Jumlah total nilai
Mean Standar deviasi
varians
Push up 15 3,00 27,00 30,00 429,00 28,6000 0,27255 1,05560 1,114
Dumbell 15 3,00 27,00 30,00 434,00 28,9333 0,28396 1,09978 1,210
Valid sampel
(listwise)
15
78
ini menunjukkan hasil yang didapat dari beban dumbell tidak adanya pebedaan
relatif jauh dengan latihan push up, hal ini terlihat dari hasil varians yakni 1,210.
Hasil tabel 1.1, menunjukan bahwa hasil yang didapatkan dari kedua
variabel menunjukkan adanya hasil dari kedua nilai variabel tersebut tidak ada
perbedaan antara latihan push up dan beban dumbell dilihat dari nilai Sum, beban
dumbell tidak adanya perbedaan relatif jauh dengan latihan push up, yakni untuk
pushup yaitu 429,00 sedangkan beban dumbell 434,00. Hasil akhir dari kedua
variabel didapat nilai variance yaitu push up 1,114 dan beban dumbell 1,210 dari
hasil tesebut dapat disimpulkan bahwa beban dumbell dan latihan push up tidak
adanya perbedaan relatif jauh terhadap kecepatan pukulan straight pada atlit tinju
amatir Sasana Lipang Bajeng, Kabupaten Takalar.
Tabel 2.1 Hasil uji normalitas
Variabel Statistik Sampel Sig Statistik Sampel Sig
Push up 0,248 15 0,014 0,876 15 0,041
Dumbell 0,234 15 0,027 0,840 15 0,012
Tabel 2.1 Menunjukkan hasil uji normalitas yang didapatkan dari kedua
variabel dengan jumlah sampel yang sama yakni 15. Namun hasil yang didapat
untuk menguji perbandingan dari kedua nilai variabel tersebut berdasarkan hasil
uji normalitas menunjukkan adanya perbandingan nilai yang signifikan hal ini
terlihat dari hasil yang didapat oleh pushup yakni 0,014, dan hasil yang
didapatkan oleh beban dumbell yakni 0,027. Jadi dapat di tarik kesimpulan, tidak
79
adanya perbandingan siginifikan yang relatif jauh antara latihan push up dan
beban dumbell terhadap kecepatan pukulan straight pada atlit tinju amatir Sasana
Lipang Bajeng, Kabupaten Takalar.
Tabel 2.2 Hasil Uji Normalitas
Variabel Cash Number Value
Push up Highest 1
2
7 30,00
10 30,00
Tabel 2.2 menunjukan hasil normalitas yang didapatkan oleh beban
dumbell yakni cash number 10, sedangkan hasil push up 7. Hal ini menunjukkan
tidak adanya perbandingan antara push up dan beban dumbell terhadap kecepatan
pukulan straight. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antara
variabel beban dumbell dan latihan push up terhadap kecepatan pukulan straight
pada atlit tinju amatir, Sasana Lipang Bajeng, Kabupaten Takalar.
Tabel 3.1 Hasil Uji Homogenitas
Levene statistik df1 df2 Sig.
0,294 3 26 0,829
Dari tabel 3.1 menunjukkan adanya hasil antara push up dan beban
dumbell yang menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara latihan
pushup dan beban dumbell, yakni hasil statistik menunjukkan hasil yaitu 0,294,
hal ini dapat dilihat perbedaan antara df1 dan df2 sehingga hasil yang didapatkan
signifikan yaitu 0,829. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang
80
signifikan relatif jauh anatara push up dan beban dumbell terhadap kecepatan
pukulan straight pada atlit tinju amatir Sasana Lipang Bajeng, Kabupaten Takalar.
Tabel 3.2 Hasil Uji Homogenitas
Variabel Sum of Squares
df Meam Square
F Sig.
Between groups
0,400 3 0,133 0,488 0,693
Within goups 7,100 26 0,273
Total 7,500 29
Tabel 3.2 menunjukkan hasil antara kedua variabel tersebut yang telah
dibagi secara 2 kelompok, yakni latihan push up dan beban dumbell. Hasil dari
kedua sampel tersebut menunjukkan tidak adanya perbedaan hasil yang signifikan
relatif jauh. Jumlah dari kedua sampel tersebut menunjukkan nilai mean latihan
push up yakni sebesar 0,133 dan beban dumbell 0,273. Dan menghasilkan nilai
frekuensi dari kedua variabel tersebut yakni 0,488. Jadi dapat simpulkan adanya
perbedaan latihan push up terhadap kecepatan pukulan straight, dan adanya
perbedaan beban dumbell terhadap kecepatan pukulan straight pada atlit tinju
amatir Sasana Lipang Bajeng, Kabupaten Takalar, sehingga nilai signifikan yang
didapat dari kedua variabel yaitu sebanyak 0,693.
81
Tabel 4.1 Hasil Uji T-test
Variabel Mean Sampel
Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Push up
Dumbell
28,600 15 1,05560 0,27255
28,9333 15 1,09978 0,28396
Tabel 3.1 menunjukkan hasil rata2 yang didapatkan oleh beban dumbell
yakni 28,9333. Dan push up yakni 28,600. Tidak ada perbedaan relatif jauh,
Sehingga hasil dari beban dumbell menunjukkan tidak ada perbandingan nilai
signifkan yang didapatkan dari latihan push up dan beban dumbell terhadap
kecepatan pukulan straight pada atlit tinju Sasana Lipang Bajeng, Kabupaten
Takalar.
Tabel 4.2 Hasil Uji T-test
Variabel Sampel Correlation Sig.
Pair 1 Push up & Dumbell
15 -0,209 0,454
Berdasarkan Tabel 3.2 menunjukkan tiap – tiap variabel yang diuji
berdasarkan uji T–test menunjukkan adanya hasil correlation sebesar -0,209, jadi
dapat disimpulkan dari tabel tersebut tidak ada perbedaan hasil yang signifikan
yakni 0,454 antara latihan push up dan beban dumbell Terhadap kecepatan
pukulan straight pada atlit tinju amatir, Sasana Lipang Bajeng, Kabupaten
Takalar.
82
Tabel 4.3 Hasil Uji T-test
Variabel Mean Std. deviation
Std. Error Mean
Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Pair 1 Push up
& Dumbell
-0,33333 1,67616 0,43278 -1,26156 0,59490 -0,770 14 0,454
Dari tabel 3.3 menunjukkan kedua variabel yakni latihan push up dan
beban dumbell menunjukkan hasil thitung yakni sebesar -0,770 maka dapat
disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan anatara latihan push up
dan beban dumbell terhadap kecepatan pukulan straight pada atlit tinju amatir
Sasana Lipang Bajeng Kabupaten Takalar. Sehingga nilai signifikan kedua
variabel tersebut adalah 0,454.
83
www.unja.ac.id/fe/images/karya-ilmiah/tabel-t.pdf
d.f. TINGKAT SIGNIFIKANSI
dua sisi
20% 10% 5% 2% 1% 0,2% 0,1%
satu sisi
10% 5% 2,5% 1% 0,5% 0,1% 0,05%
1 3,078 6,314 12,706 31,821 63,657 318,309 636,619
2 1,886 2,920 4,303 6,965 9,925 22,327 31,599
3 1,638 2,353 3,182 4,541 5,841 10,215 12,924
4 1,533 2,132 2,776 3,747 4,604 7,173 8,610
5 1,476 2,015 2,571 3,365 4,032 5,893 6,869
6 1,440 1,943 2,447 3,143 3,707 5,208 5,959
7 1,415 1,895 2,365 2,998 3,499 4,785 5,408
8 1,397 1,860 2,306 2,896 3,355 4,501 5,041
9 1,383 1,833 2,262 2,821 3,250 4,297 4,781
10 1,372 1,812 2,228 2,764 3,169 4,144 4,587
11 1,363 1,796 2,201 2,718 3,106 4,025 4,437
12 1,356 1,782 2,179 2,681 3,055 3,930 4,318
13 1,350 1,771 2,160 2,650 3,012 3,852 4,221
14 1,345 1,761 2,145 2,624 2,977 3,787 4,140
15 1,341 1,753 2,131 2,602 2,947 3,733 4,073
16 1,337 1,746 2,120 2,583 2,921 3,686 4,015
17 1,333 1,740 2,110 2,567 2,898 3,646 3,965
18 1,330 1,734 2,101 2,552 2,878 3,610 3,922
19 1,328 1,729 2,093 2,539 2,861 3,579 3,883
20 1,325 1,725 2,086 2,528 2,845 3,552 3,850
21 1,323 1,721 2,080 2,518 2,831 3,527 3,819
22 1,321 1,717 2,074 2,508 2,819 3,505 3,792
23 1,319 1,714 2,069 2,500 2,807 3,485 3,768
24 1,318 1,711 2,064 2,492 2,797 3,467 3,745
25 1,316 1,708 2,060 2,485 2,787 3,450 3,725
26 1,315 1,706 2,056 2,479 2,779 3,435 3,707
27 1,314 1,703 2,052 2,473 2,771 3,421 3,690
28 1,313 1,701 2,048 2,467 2,763 3,408 3,674
29 1,311 1,699 2,045 2,462 2,756 3,396 3,659
30 1,310 1,697 2,042 2,457 2,750 3,385 3,646
T-TABEL
84
Uji Hipotesis
Hipotesis diajukan dalam penelitian ini akan diuji atau dibuktikan
kebenarannya melalui data empiris yang diperoleh di lapangan melalui hasil
program latihan pada atlit tinju amatir Sasan Lipang Bajeng Kabupaten Takalar,
selanjutnya data yang didapat kemudian dianalisis secara statistik.
1. Hipotesis pertama : tidak ada perbedaan yang signifikan pada latihan push up
terhadap kecepatan pukulan straight pada atlit tinju amatir Sasana Lipang
Bajeng, Kabupaten Takalar.
Hipotesis yang akan diuji yakni :
H0 : A1 = A2
H1 : A1 A2
Sehingga dalam bentuk kalimat dapat diartikan bahwa :
H0 : Tidak ada perbedaan yang signifikan pada latihan push up terhadap
kecepatan pukulan straight pada atlit tinju Sasana Lipang Bajeng,
Kabupaten Takalar.
H1 : ada perbedaan yang signifikan pada latihan push up terhadap kecepatan
pukulan straight pada atlit tinju Sasana Lipang Bajeng, Kabupaten
Takalar.
85
Kriteria pengambilan keputusan yakni:
a. Jika nilai probabilitas lebih kecil atau sama dengan α = 0,05 ( P < 0,05 )
maka H0 ditolak dan H1 diterima artinya ada perbedaan yang signifikan.
b. Jika nilai probabilitas lebih besar atau sama dengan α = 0,05 ( P > 0,05 )
maka H0 diterima dan H1 ditolak artinya tidak ada perbedaan yang
signifikan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa nilai thitung sebesar -0,770 dan
nilai sig. 0,454 ( P > 0,05 ). Maka H0 diterima dan H1 ditolak artinya ada
perbedaan yang signifikan. Pada latihan pushup terhadap kecepatan
pukulan straight pada atlit tinju amatir pada Sasana Lipang Bajeng
Kabupaten Takalar.
2. Hipotesis kedua : tidak ada perbedaan signifikan pada latihan beban dumbell
terhadap kecepatan pukulan straight pada atlit tinju amatir Sasana Lipang
Bajeng, Kabupaten Takalar.
Hipotesis yang akan diuji yakni:
H0 : B1 = B2
H1 : B1 B2
3. Hipotesis ketiga : tidak ada perbedaan pengaruh signifikan antara latihan
push up dengan latihan beban dumbell terhadap kecepatan pukulan straight
pada atlet tinju amatir Sasana Lipang Bajeng, Kabupaten Takalar.
H0 : A2 = B2
Sehingga dalam bentuk kalimat dapat diartikan bahwa :
86
a. Apabila H0 diterima dan H1 ditolak berarti tidak ada perbedaan yang
signifikan pada latihan push up dan beban dumbel terhadap kecepatan
pukulan straight pada atlit tinju sasana lipang bajeng kab takalar.
b. Apabila H0 ditolak dan H1 diterima berarti tidak ada perbedaan yang
signifikan pada latihan push up dan beban dumbel terhadap kecepatan
pukulan straight pada atlit tinju sasana lipang bajeng kab takalar.
Kriteria pengambilan keputusan yakni :
a. Jika nilai probabilitas lebih kecil atau sama dengan α = 0,05 ( P < 0,05 )
maka H0 ditolak dan H1 diterima artinya ada perbedaan yang signifikan.
b. Jika nilai probabilitas lebih besar atau sama dengan α = 0,05 ( P > 0,05 )
maka H0 diterima dan H1 ditolak artinya tidak ada perbedaan yang
signifikan
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa nilai thitung = 0,454 ( P < 0,05 )
maka H0 ditolak dan H1 diterima artinya ada perbedaan yang signifikan pada
push up dan latihan beban dumbel terhadap kecepatan pukulan straight pasa atlit
tinju amatir sasama lipang bajeng kab takalar.
B. Pembahasan
Untuk mengambil kesimpulan dalam suatu penelitian yang sesuai dengan
tujuan penelitian, maka hasil dari analisis data perlu dibahaskan sesuai dengan
teori yang mendasarinya. Hasil pengujian hipotesis pertama dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan pada push up dan latihan
87
beban dumbell terhadap kecepatan pukulan straight pada atlit tinju amatir sasana
lipang bajeng kabupaten takalar.
Dalam penelitian ini berdasarkan hasil program latihan serta analisis data
yakni menggunakan uji deskriptif, normalitas, homogenitas, dan uji T-test, maka
didapatkan tidak ada perbedaan signifikan antara hasil latihan push up dan latihan
beban dumbell terhadap kecepatan pukulan straight pada atlit tinju amatir sasana
lipang bajeng kabupaten takalar. Hal ini sesuai dengan pengamatan di lapangan.
Adapun dibahas sebagai berikut :
A. Latihan Push up
Push up adalah suatu jenis senam kekuatan yang berfungsi untuk
menguatkan otot bisep maupun trisep. Posisi awal tidur tengkurap dengan tangan
di sisi kanan kiri badan kemudian di dorong ke atas dengan kekuatan tangan posisi
kaki dan badan tetap lurus atau tegap setelah itu badan di turunkan dengan tetap
menjaga kondisi badan dan kaki tetap lurus.
Latihan pada prinsipnya adalah memberikan tekanan fisik pada tubuh
secara teratur dan sistematik, berkesinambungan sehingga akan menambah
kemampuan atlet yang akhirnya akan meningkatkan kemampuan atlit. Dan untuk
melaksanakan suatu latihan diperlukan metode latihan yang dapat diartikan
sebagai suatu cara untuk mencapai tujuan.
Menurut Bompa (1994 : 167) “latihan adalah suatu aktifitas olahraga
yang dilakukan secara sistematis dalam waktu yang lama ditingkatkan secara
progresif dan individual mengarah kepada ciri-ciri fungsi fisiologis dan psikologis
untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan”.
88
Push-up with clap juga merupakan salah satu latihan untuk meningkatkan
power otot- otot lengan Chu (1996 : 88) mengemukakan cara pelaksanaan latihan
push-up with clap adalah : “latihan ini dilakukan dengan posisi psh-up
(telungkup), lengan dipanjangkan, tangan bertepuk pada waktu berada di atas,
dan kembali pada posisi awal” .
Latihan push-up, diharapkan berpengaruh terhadap power otot lengan
karena bentuk latihan ini dapat meningkatkan kecepatan pukulan straight yang
sangat dibutuhkan oleh atlit tinju amatir dalam menerapkan atau mengeluarkan
teknik pukulan yang diharapkan untuk mendapatkan point atau hasil yang
maksimal dalam sebuah pertandingan.
B. Latihan beban dumbell
Latihan beban dumbell yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
merupakan suatu bentuk latihan fisik beban dengan menggunakan beban dari luar
berupa dumbell yang dijadikan sebagai beban dalam latihan. Bentuk latihan ini
juga bertujuan untuk melatih kekuatan dan kecepatan otot lengan yang merupakan
otot yang berperan penting dalam melakukan pukulan yang cepat pada olahraga
tinju.
Menurut Dwi Anggoro (2011:54,55) mengatakan bahwa latihan
beban adalah banyaknya variasi gerakan hanya dengan beberapa peralatan saja,
seperti dumbell atau barbel. Kenyataannya, variasi dan kenyamanan dalam
berolahraga merupakan kunci utama menjadi fit. Satu hal yang perlu diketahui,
tidak ada satu jenis latihan atau olahraga yang mencukupi seluruh aspek
89
kebutuhan menjadi fit secara seimbang, termasuk dalam jenis-jenis latihan
beban. Sebaiknya kita memiliki lebih dari satu jenis latihan agar tidak
monoton. Penelitian juga menunjukan bahwa orang-orang cenderung memilih
jenis aktifitas yang muda dan menyenangkan bagi mereka.
Dumbell merupakan salah satu latihan beban yang menggunakan berat
dumbell. Latihan ini bertujuan untuk melatih otot- otot lengan. Otot yang terlatih
dengan latihan dumbell press :
- Deltoid, middle, dan anterior
- Trisep
- Petrocalis mayor
- Upper trapezius
Sajoto (1988 : 128) mengemukakan cara pelaksanaan latihan dumbell
press adalah :“latihan ini dapat dilakukan dengan posisi berdiri atau duduk,
lakukan gerakan angkat dumbell yang dipegang dengan posisi telapak tangan
kedepan secara bergantian”.
Latihan beban akan meningkatkan kekuatan dan daya tahan otot,
sekaligus membuat jasmani dan rohani kita menjadi lebih bugar. Perasaan
bugar ini tidak dapat diperoleh dari jenis latihan apapun lainnya. Misalnya,
bersepeda membantu membangun 1 jenis otot, bola basket membangun otot
yang lain, namun latihan beban membuat otot kita bekerja secara
menyeluruh dalam waktu yang singkat. Latihan beban secara rutin akan
membantu membentuk kelompok otot tertentu, dan itu akan meningkatkan
90
performa kita pada olahraga lainnya. Dan yang utama, latihan beban dapat
meningkatkan otot tubuh kita. Dwi Anggoro(2011)
Menurut Ade Rai (2008) mengatakan bahwa latihan beban terdapat
berbagai latihan yang dapat di lakukan untuk membantu dalam rancangan
program latihan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Berlatih dengan
dumbell memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan peralatan fitness
lainnya yang digunakan dalam latihan beban. Misalnya, dengan sifat
alaminya, latihan dumbell membuat Anda menstabilkan otot-otot yang
penting untuk kekuatan, keseimbangan dan postur tubuh. Tidak seperti
beberapa peralatan fitness yang menggunakan gerakan yang mungkin
memerlukan Anda untuk membiasakan diri terlebih dahulu, latihan dumbell
banyak menggunakan pergerakan pola alami tubuh dan juga menggabungkan
berbagai gerakan yang lebih besar daripada peralatan fitness lain. Dan
fleksibilitas dari latihan dumbell berarti bahwa Anda dapat menargetkan
bagian tubuh tertentu dengan sangat efektif.
Oleh karena itu latihan dumbell sebenarnya tidak berhubungan
langsung dengan cabang olahraga tinju disaat berlangsungnya pertandingan
seperti mengangkat atau mendorong dumbell tersebut tetapi sangat dibutuhkan
oleh petinju dalam proses latihan untuk membantu mengembangkan dan
meningkatkan kemampuan fisik guna menunjang penampilan atlet dari segi
teknik dan taktik kearah yang lebih sempurna.
91
Untuk itu peneliti mencoba untuk menerapkan latihan beban dumbell
dalam upaya peningkatan kecepatan pukulan straight pada atlit tinju amatir
tersebut. Dari bentuk latihan ini diharapkan dapat meningkatkan kecepatan
pukulan pada atlit tinju amatir .
C. Kecepatan pukulan straight
Pukulan straight adalah dasar dari keahlian bertinju, dan pukulan ini
dalam sejarah pertinjuan perkembangannya paling akhir. Pukulan ini merupakan
hasil pemikiran yang baik karena dapat dilaksanakan dengan lebih baik dan efektif
bila dibandingkan dengan pukulan-pukulan lainnya.
Menurut Dianherlinawati (2010) mengatakan bahwa kekuatan adalah
kemampuan otot untuk melakukan kontraksi guna membangkitkan ketegangan
terhadap suatu tahanan. Kekuatan otot adalah komponen yang sangat penting
guna meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan.
Pearce (2009:15) menjelaskan otot ialah jaringan yang mempunyai
kemampuan khusus yaitu berkontraksi. Dan dengan jalan demikian maka
gerakan terlaksana. Bila otot berkontraksi maka menjadi pendek, dan setiap
serabut turut bergerak dengan berkontraksi, oleh karenanya setiap kontraksi
otot hanya dirangsang oleh adanya syaraf.
Menurut Bashit Hery Purnomo (2008) kekuatan adalah kemampuan
otot yang menghasilkan tegangan dan tenaga selama usaha maksimal baik
secara dinamis maupun secara statis. Kekuatan otot ini akan meningkat bila
seseorang melakukan latihan beban dengan dosis tertentu atau program latihan
tertentu. Lebih lanjut dijelaskan tentang prinsip tersebut, sebagai berikut :
92
1. Kekuatan hanya meningkatkan secara berarti otot-otot yang aktif dan
mendapat beban lebih dalam proses pelatihan. Oleh sebab itu program
pelatihan yang menyeluruh harus menggunakan bermacam-macam
pelatihan untuk menjamin bahwa seluruh otot penting dilatih.
2. Penelitian telah menunjukkan bahwa perolehan kekuatan adalah hanya
terjadi pada kelompok kontraksi otot yang digunakan dalam pelatihan.
Jadi misalnya pelatihan isometrik akan sangat efektif dalam menambah
kekuatan isometrik dan akan kurang efektif dalam meningkatkan
kekuatan yang lain seperti kekuatan isotonik dan isokinetik. Dengan
demikian maka seorang atlit harus berlatih dengan pelatihan yang
memiliki karakter kontraksi yang dibutuhkan dalam kegiatan olahraga
yang dipilihnya.
Atlit yang terlatih dan memiliki koordinasi yang baik antara saraf dan
otot, tampak gerakannya seolah-olah tidak bertenaga, rileks tapi memiliki
refleks atau reaksi yang cepat dan pukulan yang keras sehingga gerakan dari
setiap atlit kelihatan sempurna, mantap dan anggun.
93
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini akan dikemukakan kesimpulan penelitian sebagai tujuan
akhir dari suatu penelitian yang dikemukakan berdasarkan hasil analisis data dan
pembahasannya. Dari kesimpulan penelitian ini akan dikemukakan beberapa saran
sebagai rekomendasi bagi penerapan dan pengembangan hasil penelitian.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka hasil penelitian ini
dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Ada pengaruh signifikan antara latihan push up terhadap kecepatan pukulan
straight pada atlit tinju amatir Sasana Lipang Bajeng, Kabupaten Takalar.
b. Ada pengaruh signifikan latihan beban dumbell terhadap kecepatan pukulan
straight pada atlit tinju amatir Sasana Lipang Bajeng Kabupaten Takalar.
c. Tidak ada perbedaan pengaruh signifikan antara latihan push up dengan
latihan beban dumbell terhadap kecepatan pukulan straight pada atlit tinju
amatir Sasana Lipang Bajeng Kabupaten Takalar.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disarankan beberapa hal sebagai
berikut :
94
1. Perlu adanya perhatian penting dari pelatih, guru pendidikan jasmani serta
pembina olahraga tinju yang di siapkan di setiap daerah agar dapat
meluangkan waktu guna pembinaan dan pengembangan bagi cabang
olahraga tinju amatir agar dapat meningkatkan prestasi terbaik bagi
generasi muda kedepannya agar lebih baik.
2. Kepada pembina maupun pelatih tinju di tiap daerah agar lebih
memberikan pengenalan berupa sosialisasi serta arahan tentang cabang
olahraga tinju agar meningkatkan minat bagi kaum muda, dalam
menciptakan prestasi yang berkualitas bagi bangsa dan negara
sertamembawa pengaruh positif bagi generasi muda lainnya.
3. Agar kedepannya bagi peneliti awal yang ingin melakukan penelitian
dapat melanjutkan penelitian dengan cakupan yang lebih luas dengan
melihat serta menemukan variabel baru lainnya dalam mengembangkan
cabang olahraga tinju sehingga membawa pengaruh positif bagi para
pembaca guna menambah generasi baru pada cabang olahraga tinju.
4. Kiranya dengan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan informasi yang
akurat dan referensi bagi pengembangan olahraga secara keseluruhan dan
terkhususnya bagi yang terkait dengan ketrampilan serta kemampuan
bertinju yakni tinju amatir.
95
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Penerbit PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Bompa, T.O. 1984. Theory and Methodology of Training. Kendall, Hunt
Publishing Company, Dubuque, IQWA.
Bompa.(2004), Kemampuan-kemampuan Biometrik dan Metode
Pengembangannya. Padang: Departemen of Physical Education,
York University Toroto, Ontario Canada.
Harsono. 1988. Coaching Dan Aspek-Aspek Psikologi Dalam Coaching. CV.
Tambak Kusuma, Jakarta.
Harsono. Prinsip-prinsip Pelatihan Fisik.Jakarta: KONI Pusat, 1993.
Husni, Agusta. 1996. Buku Pintar Olahraga. Penerbit CV. Mawar Gempita,
Jakarta.
Insani.Sugiyono.(2005). Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta.
Iwan S. Metodelogi Kepelatihan. Bahan Untuk Penataran Pelatihan Olahraga.
Jakarta, 1991.
I Putu Agustya Maswinatha. 2013 . perbandingan struktur tubuh dan komponen
fisik petinju pelajar sasana lipang bajeng takalar dan sasana gowa
raya. Skripsi.
Midgley, Rud. 2000. Ensiklopedi Olahraga. Penerbit Dahara Prize, Semarang.
Narendra, Mayun. 2000. Seni Olahraga Tinju. Pengurus Besar Persatuan Tinju
Amatir Indonesia (PB. PERTINA), Jakarta.
Nurhasan.(2001). Tes dan Pengukuran dalam Pendidikan Jasmani.
Ritonga, Zulfan (2007). Statistika Untuk Ilmu-ilmu Sosial. Cendikia.
Sajoto, Mochamad. 1988. Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Bidang Olahraga.
Depdikbud Dirjen Dikti, Jakarta.
Sajoto.(1995). Peningkatan & Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik Dalam
Olahraga.Semarang.
96
Samaun, Kadir. 1995. Diktat Anatomi. Ujung Pandang.
Soeharno, H.P. 1985. Ilmu Kepelatihan Olahraga. Yayasan STO, Yokyakarta.
Sudjana, Nana. 1986. Desain dan Analisis Eksperimen. Penerbit Tarsito,
Bandung.
Suharno. (1992). Rencana Program Latihan. Jakarta, Direktorat Keolahragaan
Ditjen Diklusepora Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Suranto. 1994. Perbedaan Pengaruh Latihan Berbeban Dengan Irama Lambat
Terhadap Daya Tahan Otot Lengan Serta Kecepatan Pukulan.
Tesis IKOR UNAIR, Surabaya.
Syaifuddin. (1996). Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Jakarta, EGC
Usman. H dan Akbar. S. (1998). Metodologi Penelitian Sosial. Bumi Aksara,
Jakarta.
Zumerchik, John. (1997). Encyclopedia of Sport Science. Volume 2. New York,
Macmillan Inc.
Jakarta. 2012. http: www. pp-pertina. com
http:// galeripenjas.blogspot.com/2013/04/push-up-variasi
http://www.sportobzor.ru/uploads/images
Mar’at, 1991. diadaptasi dari teori Alport
Suprapto jiel, wongsolo Oktober 29, 2010. balian86
http: www.unja.ac.id/fe/images/karya-ilmiah/tabel-t.pdf
97
LAMPIRAN 1
TABEL HASIL AWAL PREE –TEST
NO NAMA UMUR WAKTU HASIL PUKULAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Muh. Wahyudi Muslim Gito Muh. Santri Muh. Yusuf Amri Amiruddin lham Ali Asbar Agil Rusli Rangga Ahmad Irfan Muh. Zakir Hasrul jarfar
15 Tahun
15 Tahun
15 Tahun
15 Tahun
15 Tahun
16 Tahun
16 Tahun
17 Tahun
17 Tahun
17 Tahun
18 Tahun
18 Tahun
18 Tahun
18 Tahun
20 Tahun
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
27
28
28
27
29
26
29
28
29
30
27
28
28
27
30
98
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Muh. Rifky Sandi Sonrong Sulfikar Putra Alief Hilhal Sofyan Fajar Bakri Asdar Yusran Wahyu Muh. Kasim Bahrul Didik Hardianto
15 Tahun 15 Tahun 15 Tahun 15 Tahun 15 Tahun 16 Tahun 16 Tahun 17 Tahun 17 Tahun 17 Tahun 18 Tahun 18 Tahun 18 Tahun 18 Tahun 20 Tahun
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
28
27
28
29
26
29
28
27
29
29
30
27
29
27
29
99
LAMPIRAN 2
TABEL PROGRAM LATIHAN PUSH UP
TABEL PROGRAM LATIHAN BEBAN DUMBELL
Minggu/Hari Materi Latihan
I 1 - 2 – 3 II 4 – 5 – 6 III 7 – 8 – 9 IV 10 – 11 - 12
Set Rep: Istirahat Beban
5 set
4 set
3 set
2 set
a8 x
30dtk.
a8 x
30dtk.
a8 x
30dtk.
(15dtk)
(15dtk)
(15dtk)
(15dtk)
2kg
1 kg
1 kg
10 ons
Minggu/Hari Materi Latihan
I 1 - 2 – 3 II 4 – 5 – 6 III 7 – 8 – 9 IV 10 – 11 - 12
Set Rep: Istirahat
5 set
4 set
3 set
2 set
a4 x 30dtk.
a6 x 30dtk.
a8 x 30dtk.
a10 x 30dtk.
(15dtk)
(15dtk)
(15dtk)
(15dtk)
100
LAMPIRAN 3
POST–TEST
TABEL HASIL KECEPATAN PUKULAN DARI POGRAM
LATIHAN PUSH UP
NO NAMA UMUR WAKTU HASIL PUKULAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Muh. Wahyudi Muslim Gito Muh. Santri Muh. Yusuf Amri Amiruddin lham Ali Asbar Agil Rusli Rangga Ahmad Irfan Muh. Zakir Hasrul jarfar
15 Tahun
15 Tahun
15 Tahun
15 Tahun
15 Tahun
16 Tahun
16 Tahun
17 Tahun
17 Tahun
17 Tahun
18 Tahun
18 Tahun
18 Tahun
18 Tahun
20 Tahun
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
27
29
29
28
29
27
30
29
29
30
27
29
28
28
30
101
TABEL HASIL KECEPATAN PUKULAN DARI POGRAM
LATIHAN DUMBELL
NO NAMA UMUR WAKTU HASIL PUKULAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Muh. Rifky Sandi Sonrong Sulfikar Putra Alief Hilhal Sofyan Fajar Bakri Asdar Yusran Wahyu Muh. Kasim Bahrul Didik Hardianto
15 Tahun 15 Tahun 15 Tahun 15 Tahun 15 Tahun 16 Tahun 16 Tahun 17 Tahun 17 Tahun 17 Tahun 18 Tahun 18 Tahun 18 Tahun 18 Tahun 20 Tahun
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
29
28
30
29
27
30
28
28
30
29
30
29
30
27
30
102
LAMPIRAN 4
TABEL HASIL ANALISIS PREE TEST
DESCRIPTIVES VARIABLES=PritesA PritesB /STATISTICS=MEAN SUM STDDEV VARIANCE RANGE MIN MAX SEMEAN.
Descriptives
Notes
Output Created 26-May-2015 07:29:40
Comments
Input Data E:\Documen\Proposal Melerand\SKRIPSI
Mevert L\statistik\pri tes\data awal pri
tes.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File 15
Missing Value Handling Definition of Missing User defined missing values are treated
as missing.
Cases Used All non-missing data are used.
Syntax DESCRIPTIVES VARIABLES=PritesA
PritesB
/STATISTICS=MEAN SUM STDDEV
VARIANCE RANGE MIN MAX SEMEAN.
Resources Processor Time 00:00:00.015
Elapsed Time 00:00:00.018
103
[DataSet1] E:\Documen\Proposal Melerand\SKRIPSI Mevert L\statistik\pri tes\data awal pri tes.sv
Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Sum Mean
Std.
Deviation Variance
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic Statistic
PritesA 15 4.00 26.00 30.00 421.00 28.0667 .30026 1.16292 1.352
PritesB 15 4.00 26.00 30.00 422.00 28.1333 .29059 1.12546 1.267
Valid N
(listwise) 15
104
EXAMINE VARIABLES=PritesA PritesB /PLOT BOXPLOT STEMLEAF HISTOGRAM NPPLOT /COMPARE GROUP /STATISTICS DESCRIPTIVES /CINTERVAL 95 /MISSING LISTWISE
/NOTOTAL.
Explore
Notes
Output Created 25-May-2015 15:43:23
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File 15
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values for
dependent variables are treated as
missing.
Cases Used Statistics are based on cases with no
missing values for any dependent
variable or factor used.
Syntax EXAMINE VARIABLES=PritesA PritesB
/PLOT BOXPLOT STEMLEAF
HISTOGRAM NPPLOT
/COMPARE GROUP
/STATISTICS DESCRIPTIVES
/CINTERVAL 95
/MISSING LISTWISE
/NOTOTAL.
Resources Processor Time 00:00:06.802
Elapsed Time 00:00:06.788
105
[DataSet0]
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
PritesA 15 100.0% 0 .0% 15 100.0%
PritesB 15 100.0% 0 .0% 15 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
PritesA Mean 28.0667 .30026
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 27.4227
Upper Bound 28.7107
5% Trimmed Mean 28.0741
Median 28.0000
Variance 1.352
Std. Deviation 1.16292
Minimum 26.00
Maximum 30.00
Range 4.00
Interquartile Range 2.00
Skewness .168 .580
Kurtosis -.546 1.121
PritesB Mean 28.1333 .29059
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 27.5101
Upper Bound 28.7566
5% Trimmed Mean 28.1481
Median 28.0000
Variance 1.267
Std. Deviation 1.12546
Minimum 26.00
106
Maximum
30.00
Range 4.00
Interquartile Range 2.00
Skewness -.297 .580
Kurtosis -.835 1.121
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
PritesA .190 15 .153 .931 15 .278
PritesB .246 15 .015 .901 15 .100
a. Lilliefors Significance Correction
107
PritesB
PritesB Stem-and-Leaf Plot Frequency Stem & Leaf 1,00 26 . 0 4,00 27 . 0000 3,00 28 . 000 6,00 29 . 000000 1,00 30 . 0 Stem width: 1,00 Each leaf: 1 case(s)
108
109
ritesA
PritesA Stem-and-Leaf Plot Frequency Stem & Leaf 1,00 26 . 0 4,00 27 . 0000 5,00 28 . 00000 3,00 29 . 000 2,00 30 . 00 Stem width: 1,00 Each leaf: 1 case(s)
110
111
NEWAY Grup BY Data /STATISTICS HOMOGENEITY
/MISSING ANALYSIS.
Oneway
Notes
Output Created 25-May-2015 16:24:15
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File 30
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated
as missing.
Cases Used Statistics for each analysis are based on
cases with no missing data for any
variable in the analysis.
112
Syntax ONEWAY Grup BY Data
/STATISTICS HOMOGENEITY
/MISSING ANALYSIS.
Resources Processor Time 00:00:00.062
Elapsed Time 00:00:00.039
[DataSet0]
Test of Homogeneity of Variances
Grup
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.641 4 21 .201
ANOVA
Grup
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .757 4 .189 .711 .594
Within Groups 5.589 21 .266
Total 6.346 25
113
T-TEST PAIRS=PritesA WITH PritesB (PAIRED) /CRITERIA=CI(.9500)
/MISSING=ANALYSIS.
DATASET NAME DataSet0 WINDOW=FRONT.
T-Test
Notes
Output Created 25-May-2015 15:47:34
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File 15
Missing Value Handling Definition of Missing User defined missing values are treated
as missing.
Cases Used Statistics for each analysis are based on
the cases with no missing or out-of-range
data for any variable in the analysis.
Syntax T-TEST PAIRS=PritesA WITH PritesB
(PAIRED)
/CRITERIA=CI(.9500)
/MISSING=ANALYSIS.
Resources Processor Time 00:00:00.032
Elapsed Time 00:00:00.015
114
[DataSet0]
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 PritesA 28.0667 15 1.16292 .30026
PritesB 28.1333 15 1.12546 .29059
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 PritesA & PritesB 15 -.062 .827
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
PritesA -
PritesB
-
.06667 1.66762 .43058 -.99016 .85683 -.155 14 .879
115
LAMPIRAN 5
TABEL HASIL ANALISIS POST TEST
DESCRIPTIVES VARIABLES=Pushup Dumbell
/STATISTICS=MEAN SUM STDDEV VARIANCE RANGE MIN MAX SEMEAN. ONEWAY Grup BY Data /STATISTICS HOMOGENEITY /PLOT MEANS
/MISSING ANALYSIS. SAVE OUTFILE='C:\Users\MEVERT\Documents\data awal pri tes.sav' /COMPRESSED.
DATASET NAME DataSet0 WINDOW=FRONT.
Oneway
Notes
Output Created 25-May-2015 15:54:33
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File 30
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated
as missing.
Cases Used Statistics for each analysis are based on
cases with no missing data for any
variable in the analysis.
Syntax ONEWAY Grup BY Data
/STATISTICS HOMOGENEITY
/PLOT MEANS
/MISSING ANALYSIS.
Resources Processor Time 00:00:01.264
Elapsed Time 00:00:01.185
116
[DataSet0]
Test of Homogeneity of Variances
Grup
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.278 4 23 .889
ANOVA
Grup
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .655 4 .164 .597 .669
Within Groups 6.310 23 .274
Total 6.964 27
Means Plots
117
Descriptives
Notes
Output Created 17-May-2015 19:55:32
Comments
Input Data C:\Users\MEVERT\Documents\stat
istik data awal.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working
Data File 15
Missing Value Handling Definition of Missing User defined missing values are
treated as missing.
Cases Used All non-missing data are used.
Syntax DESCRIPTIVES VARIABLES=Pushup
Dumbell
/STATISTICS=MEAN SUM STDDEV
VARIANCE RANGE MIN MAX
SEMEAN.
Resources Processor Time 00:00:00.046
Elapsed Time 00:00:00.027
118
[DataSet1] C:\Users\MEVERT\Documents\statistik data awal.sav
Descriptive Statistics
N Range
Minimu
m
Maximu
m Sum Mean
Std.
Deviation Variance
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic
Std.
Error Statistic Statistic
Pushup 15 3.00 27.00 30.00 429.00 28.6000 .27255 1.05560 1.114
Dumbell 15 3.00 27.00 30.00 434.00 28.9333 .28396 1.09978 1.210
Valid N
(listwise) 15
119
EXAMINE VARIABLES=Pushup Dumbell /PLOT STEMLEAF HISTOGRAM NPPLOT /STATISTICS DESCRIPTIVES /CINTERVAL 95 /MISSING LISTWISE
/NOTOTAL.
Explore
Notes
Output Created 23-May-2015 18:02:10
Comments
Input Data E:\Documen\Proposal
Melerand\SKRIPSI Mevert
L\statistik\statistik data awal.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File 15
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values for
dependent variables are treated as
missing.
Cases Used Statistics are based on cases with no
missing values for any dependent
variable or factor used.
Syntax EXAMINE VARIABLES=Pushup Dumbell
/PLOT STEMLEAF HISTOGRAM
NPPLOT
/STATISTICS DESCRIPTIVES
/CINTERVAL 95
/MISSING LISTWISE
/NOTOTAL.
Resources Processor Time 00:00:05.569
Elapsed Time 00:00:05.940
120
DataSet1] E:\Documen\Proposal Melerand\SKRIPSI Mevert L\statistik\statistik data awal.sav
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pushup 15 100.0% 0 .0% 15 100.0%
Dumbell 15 100.0% 0 .0% 15 100.0%
Pushu
p
Descriptives Std.
Error
Mean 28.6000 .2725
5
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 28.0154
Upper Bound 29.1846
5% Trimmed Mean 28.6111
Median 29.0000
Variance 1.114
Std. Deviation 1.05560
Minimum 27.00
Maximum 30.00
Range 3.00
Interquartile Range 1.00
Skewness -.303 .580
Kurtosis -.961 1.121
Dumbe
ll
Mean 28.9333 .2839
6
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 28.3243
Upper Bound 29.5424
5% Trimmed Mean 28.9815
Median 29.0000
Variance 1.210
Std. Deviation 1.09978
Minimum 27.00
Maximum 30.00
Range 3.00
Interquartile Range 2.00
121
Skewness -.595 .580
Kurtosis -.916 1.121
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pushup .248 15 .014 .876 15 .041
Dumbell .234 15 .027 .840 15 .012
a. Lilliefors Significance Correction
Dumbell
Dumbell Stem-and-Leaf Plot Frequency Stem & Leaf 2,00 27 . 00 3,00 28 . 000 4,00 29 . 0000 6,00 30 . 000000 Stem width: 1,00
122
Each leaf: 1 case(s)
123
Pushup
Pushup Stem-and-Leaf Plot Frequency Stem & Leaf 3,00 27 . 000 3,00 28 . 000 6,00 29 . 000000 3,00 30 . 000 Stem width: 1,00 Each leaf: 1 case(s)
124
125
ONEWAY G BY D /STATISTICS HOMOGENEITY
/MISSING ANALYSIS.
Oneway
Notes
Output Created 17-May-2015 20:42:41
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File 30
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated
as missing.
Cases Used Statistics for each analysis are based on
cases with no missing data for any
variable in the analysis.
Syntax ONEWAY G BY D
/STATISTICS HOMOGENEITY
/MISSING ANALYSIS.
Resources Processor Time 00:00:00.032
Elapsed Time 00:00:00.163
126
[DataSet0]
Test of Homogeneity of Variances
G
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.294 3 26 .829
ANOVA
G
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .400 3 .133 .488 .693
Within Groups 7.100 26 .273
Total 7.500 29
127
T-TEST PAIRS=Pushup WITH Dumbell (PAIRED) /CRITERIA=CI(.9500)
/MISSING=ANALYSIS.
T-Test
Notes
Output Created 17-May-2015 20:35:16
Comments
Input Data C:\Users\MEVERT\Documents\statistik
data awal.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File 15
Missing Value Handling Definition of Missing User defined missing values are treated
as missing.
Cases Used Statistics for each analysis are based on
the cases with no missing or out-of-range
data for any variable in the analysis.
Syntax T-TEST PAIRS=Pushup WITH Dumbell
(PAIRED)
/CRITERIA=CI(.9500)
/MISSING=ANALYSIS.
Resources Processor Time 00:00:00.110
Elapsed Time 00:00:00.086
128
[DataSet1] C:\Users\MEVERT\Documents\statistik data awal.sav
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Pushup 28.6000 15 1.05560 .27255
Dumbell 28.9333 15 1.09978 .28396
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 Pushup & Dumbell 15 -.209
.454p
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig.
(2-tailed)
Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 Pushup - umbell -.33333 1.67616 .43278 -1.26156 .59490
-
.770 14 .454
129
LAMPIRAN 6
DOKUMENTASI HASIL PENELITIAN
SASANA LIPANG BAJENG KABUPATEN TAKALAR
Peneliti Sedang Memberikan Arahan Bagi Atlit Tinju Amatir
Sasana Lipang Bajeng Kabupaten Takalar.
Peneliti Sedang Memberikan Pemanasan Awal Bagi
Atlit Tinju Amatir Sasana Lipang Bajeng Kabupaten Takalar
130
Peneliti Sedang Meberikan Instruksi Bagi Atlit
Tinju AmatirUntuk Melakukan Gerakan Latihan Push Up
131
Peneliti Sedang Memberikan Instruksi Bagi Atlit Tinju Amatir
Untuk Melakukan Teknik Latihan Beban Dumbell
132
Peneliti Sedang Melakukan Instruksi Kecepatan Pukulan
Straight Kemudian Mencatat Hasil Yang Didapatkan
Oleh Atlit Tinju.
133
Atlit Tinju Amatir Sedang Melakukan Proses Pendinginan
Di Akhir Program Latihan
Peneliti Sedang Memberikan Arahan Dan Masukan Serta
Ucapan Terima Kasih Bagi Atlit Tinju Amatir
Sasana Lipang Bajeng Kabupaten Takalar.
134
Foto Bersama Atlit Tinju Amatir Sasana Lipang Bajeng
Kabupaten Takalar.
135
LAMPIRAN 7
PERSURATAN
136
137
138
139
140
141
142
143
144
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
MELERAND EVERT LATUHERU. Biasa dipanggil Mevert
dilahirkan di Ujung Pandang pada tangal 22 September 1990.
Anak kedua dari 4 bersaudara dari ayah Simon Franky Latuheru
dan Ibu Shirly Latuheru/Malaihollo
Riwayat Pendidikan :
1. Tamat Di TK JULUSIRI KOSTRAD Sambueja 1996
2. Tamat Di SD Negeri Teladan Ambon Tahun 2003
3. Tamat Di SMP Negeri 6 Ambon Tahun 2006
4. Tamat Di SMA Negeri 6 Ambon Tahun 2009
5. Mengikuti Pendidikan di Fakultas Ilmu Keolahragaan UNM Tahun 2011
Riwayat Organisasi :
1. Anggota Saka Bayangkara Tahun 2003-2009
2. OSIS SMA Tahun 2008-2009
3. Anggota Pengurus PMK UNM Tahun 2012-2013
4. Ketua BKMF Tinju SPARTA FIK UNM Tahun 2012-2014
5. Anggota Pengurus PERTINA KOTA MAKASSAR Tahun 2014-2017
6. Sekertaris Sasana SPARTA BOXING UNM Tahun 2014-2017
145
Prestasi di Cabang Olahraga Tinju :
1. Meraih medali perunggu di kelas 75Kg Kejuaraan Pangdam Cup tahun
2011 di Makassar
2. Meraih medali perak di kelas 75Kg Pra Porda tahun 2013 di Kodam
Wirabuana
3. Meraih medali mas di kelas 75Kg Porda tahun 2014 di Kab. Bataeng
4. Meraih medali perunggu di kelas 81Kg Kejuaraa Gubernur Cup 2015 di
Maluku