Pengaruh Latihan Push Up Dan Panjang Lengan Terhadap Pukulan Lob

69
1 PENGARUH LATIHAN POWER DAN PANJANG LENGAN TERHADAP HASIL PUKULAN OVERHEAD LOB BULUTANGKIS (Studi ekperimen pada pemain Putra PB. Pendowo Semarang usia 11-13 Tahun 2014) SKRIPSI diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1 untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga pada Universitas Negeri Semarang oleh Fajar Setya Wicaksana 6301410004 PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

description

push up

Transcript of Pengaruh Latihan Push Up Dan Panjang Lengan Terhadap Pukulan Lob

Page 1: Pengaruh Latihan Push Up Dan Panjang Lengan Terhadap Pukulan Lob

1

PENGARUH LATIHAN POWER DAN PANJANG LENGAN

TERHADAP HASIL PUKULAN OVERHEAD LOB

BULUTANGKIS

(Studi ekperimen pada pemain Putra PB. Pendowo

Semarang usia 11-13 Tahun 2014)

SKRIPSI

diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Program Studi

Pendidikan Kepelatihan Olahraga pada Universitas Negeri Semarang

oleh

Fajar Setya Wicaksana

6301410004

PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2014

Page 2: Pengaruh Latihan Push Up Dan Panjang Lengan Terhadap Pukulan Lob

2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sistem keolahragaan nasional merupakan keseluruhan aspek keolahragaan

yang saling terkait secara sistematis, terpadu, dan berkelanjutan sebagai satu

kesatuan yang meliputi pengaturan, pendidikan, pelatihan, pengelolaan,

pembinaan, pengembangan, dan pengawasan untuk mencapai tujuan

keolahragaan nasional. Adapun tujuan keolahragaan nasional adalah

memelihara, meningkatkan kesehatan dan kebugaran, prestasi, kualitas

manusia, menanamkan nilai moral, dan akhlak mulia, sportivitas, disiplin,

mempererat, dan membina kesatuan bangsa, memperkokoh pertahanan

nasional, serta mengangkat harkat, martabat, dan kehormatan bangsa.

Salah satu olahraga yang banyak diminati oleh orang Indonesia dan dapat

menembus level internasional adalah bulutangkis. Indonesia telah menempatkan

pemain-pemain bulutangkis dijajaran rangking terbaik dunia. Kesuksesan

Indonesia menempatkan pemainnya di rangking dunia tidaklah mudah.

Dibutuhkan proses yang panjang dan perjuangan yang tidak mengenal lelah.

Banyak klub-klub bulutangkis yang tersebar diseluruh daerah. Klub-klub ini

mengajarkan teknik-teknik dasar dalam bulutangkis, selain itu juga mengajarkan

bagaimana cara untuk memiliki jiwa sportif. Salah satu klub bulutangkis yang

berada di kota Semarang adalah PB. Pendowo. Klub ini didirikan oleh Drs.

Hermawan Pamot R,M.Pd yang sekaligus sebagai peatih di klub tersebut. Pada

latihan sehai-hari PB. Pendowo ini diawali dengan teknik-teknik dasar dalam

permainan bulutangkis, setelah itu baru diberi latihan modifikasi dari bentuk

Page 3: Pengaruh Latihan Push Up Dan Panjang Lengan Terhadap Pukulan Lob

3

latihan dasar tersebut.

Menurut Tohar (1992:34) unsur kelengkapan seorang pemain bulutangkis

yang baik dituntut untuk memahami dan menguasai salah satu komponen dasar

yaitu teknik dasar bulutangkis. Yang dimaksud dengan teknik dasar dalam

bulutangkis adalah penguasaan pokok yang harus dipahami dan dikuasai oleh

setiap pemain dalam melakukan kegiatan bermain bulutangkis. Penguasaan

teknik dasar ini mencakup: cara memegang raket, gerakan pergelangan tangan,

gerakan melangkah kaki atau footwork, dan pemusatan pikiran atau konsentrasi.

Selain teknik dasar, seorang pemain bulutangkis harus menguasai teknik

pukulan. Ada beberapa teknik pukulan seperti service, lob, dropshot, smash,

drive, dan return service. Teknik pukulan ini harus dikuasai oleh pemain

bulutangkis. Pukulan service digunakan untuk mengawali permainan sedangkan

jenis pukulan lain seperti lob, dropshot, drive, smash digunakan saat jalannya

permainan untuk bertahan maupun menyerang (Tohar 1992:40-66).

Jenis teknik pukulan lob dapat digunakan untuk menyerang maupun

bertahan. Pukulan lob dibagi menjadi dua yaitu overhead lob dan underhead lob.

Pada pukulan overhead lob saat menyerang dapat merusak sikap berdiri lawan

(out position), sedangkan pada saat defensive dengan pukulan lob pemain bisa

memperbaiki posisi yang salah. Sama seperti halnya pukulan overhead lob,

pukulan underhead lob juga dapat digunakan untuk menyerang maupun

bertahan. Kedua jenis pukulan lob ini digunakan untuk merusak posisi lawan dan

memperbaiki posisi saat bertahan. Dengan demikian pukulan lob sangat penting

dalam permainan bulutangkis (Suratman 2008:15-17).

Selain menguasai teknik dasar dan teknik pukulan, pemain juga harus

memiliki bekal fisik dan kondisi fisik yang baik kondisi fisik adalah salah satu

Page 4: Pengaruh Latihan Push Up Dan Panjang Lengan Terhadap Pukulan Lob

4

kesatuan utuh dari komponen komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu

saja, baik peningkatan maupun pemeliharaannya. Menurut M. Sajoto (1995:2)

ada 10 macam komponen kondisi fisik. Adapun kesepuluh komponen kondisi

fisik masing – masing adalah sebagai berikut: (1) kekuatan (strength); (2) daya

tahan (endurance); (3) daya ledak ( power); (4) kecepatan (speed); (5) daya

lentur (flexibillity); (6) kelincahan (agility); (7) koordinasi (coordination); (8)

keseimbangan (balance); (9) ketepatan (accuracy); (10) reaksi (reaction). Dalam

melakukan pukulan overhead lob seorang pemain memerlukan daya ledak

(power) yang baik.

Menurut A. Hamidsyah Noer (1995:141-147) jenis latihan meliputi Vertical-

jump, pull-up, push up, squat jump, Set up dan masih banyak lagi bentuk-bentuk

latihan yang lain. Berdasarkan dari beberapa jenis latihan tersebut yang sesuai

untuk melatih kekuatan otot lengan adalah jenis latihan push up.

Salah satu unsur kondisi fisik yang memiliki peranan penting dalam

overhead lob sebagai unsur pendukung dalam upaya pencapaian teknik gerak

adalah power. Power merupakan kemampuan seseorang untuk mempergunakan

kemampuan maksimal yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya.

(M. Sajoto: 1995:9). Saat melakukan pukulan overhead lob dalam permainan

bulutangkis seorang pemain dituntut untuk melakukan pukulan dengan kekuatan

maksimal dan dalam waktu yang sangat cepat. Sejalan dengan latihan power

yang mana harus menggunakan gerakan yang cepat dan dengan kekuatan

maksimal. Sehingga perlu adanya bentuk-bentuk latihan kondisi fisik yaitu daya

ledak (power) yang dapat meningkatkan kemampuan overhead lob pada

permainan bulutangkis. Dimana dapat dilakukan pada pembinaan usia dini

hingga usia selanjutnya yang dapat diharapkan meningkatkan prestasi

Page 5: Pengaruh Latihan Push Up Dan Panjang Lengan Terhadap Pukulan Lob

5

bulutangkis. Dalam penelitian ini bentuk latihan yang akan diteliti adalah bentuk

latihan power berupa latihan push up normal dan push up uprise.

Power dan panjang lengan merupakan dua komponen yang mempengaruhi

ketrampilan overhead lob tetapi sejauh ini belum diketahui seberapa besar

pengaruh latihan power dan panjang lengan terhadap hasil pukulan overhead lob

pemain putra PB. Pendowo Semarang tahun 2014. Dengan demikian, hal inilah

yang melatar belakangi permasalahan peneliti sebagai isu untuk mengetahui

pengaruh yang lebih konkrit pada komponen fisik tersebut, guna mencapai

pukulan overhead lob yang maksimal dalam permainan bulutangkis pada pemain

putra PB. Pendowo Semarang tahun 2014 tanpa mengurangi aspek-aspek yang

lainya.

Mencermati dari penguasaan pukulan lob dalam permainan bulutangkis

sudah cukup baik yang dikuasai oleh pemain PB. Pendowo Semarang, namun

perlu dikembangkan lagi supaya menjadi lebih baik. Sehingga peneliti tertarik

dan bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai Pengaruh Latihan Power

dan Panjang Lengan terhadap Hasil Pukulan Overhead lob pada Pemain Putra

PB. Pendowo Semarang 2014.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas, maka timbul suatu masalah

diantaranya :

1.2.1 Belum optimalnya hasil pukulan overhead lob pada pemain bulutangkis.

1.2.2 Kurangnya variasi dalam penerapan metode latihan overhead lob yang

dapat meningkatkan hasil pukulan secara maksimal pada pemain

bulutangkis.

Page 6: Pengaruh Latihan Push Up Dan Panjang Lengan Terhadap Pukulan Lob

6

1.2.3 Banyaknya metode latihan untuk meningkatkan hasil pukulan overhead

lob dimana belum diketahui latihan yang lebih efektif.

1.3 Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :

1.3.1 Masalah penelitian ini menitikberatkan pada penambahan dan variasi

metode latihan terdahulu dengan cara memberikan perlakuan atau

Treatment latihan push up dan push up upprise pada pemain putra PB.

Pendowo Semarang Tahun 2014.

1.3.2 Peneliti hanya melakukan penelitian terhadap hasil pukulan overhead lob

pada pemain putra PB. Pendowo Semarang Tahun 2014.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka

permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini yaitu :

1.4.1 Apakah ada pengaruh panjang lengan terhadap hasil pukulan overhead

lob pada pemain putra PB. Pendowo Semarang Tahun 2014 ?

1.4.2 Apakah ada pengaruh latihan power lengan dengan menggunakan latihan

push up dan push up uprise terhadap hasil pukulan overhead lob pada

pemain putra PB. Pendowo Semarang Tahun 2014 ?

1.4.3 Apakah ada interaksi antara latihan power dan panjang lengan terhadap

hasil pukulan overhead lob pemain putra PB. Pendowo Semarang Tahun

2014 ?

Page 7: Pengaruh Latihan Push Up Dan Panjang Lengan Terhadap Pukulan Lob

7

1.5 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dikerjakan selalu mempunyai tujuan akhir untuk

memperoleh gambaran yang jelas dan bermanfaat bagi yang

menggunakannya.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1.5.1 Mengetahui adanya pengaruh panjang lengan panjang dengan lengan

pendek terhadap hasil pukulan overhead lob pada pemain putra PB.

Pendowo Tahun 2014.

1.5.2 Mengetahui adanya pengaruh latihan power lengan dengan

menggunakan latihan push up dan push up uprise terhadap hasil pukulan

overhead lob pada pemain putra PB. Pendowo Tahun 2014.

1.5.3 Mengetahui adanya relasi interaksi antara latihan power dan panjang

lengan terhadap hasil pukulan Overhead lob pada pemain putra PB.

Pendowo Semarang tahun 2014.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat dari diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.6.1 Kegunaan Hasil Penelitian Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi serta dapat menjadi inspirasi khususnya

dibidang bulutangkis.

1.6.2 Kegunaan Hasil Penelitian Secara Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan

gambaran mengenai pengaruh latihan power dan panjang lengan

Page 8: Pengaruh Latihan Push Up Dan Panjang Lengan Terhadap Pukulan Lob

8

terhadap hasil pukulan overhead lob pada pemain putra PB. Pendowo

Semarang tahun 2014, sehingga dapat menjadi pertimbangan dan acuan

bagi pembinaan. Bagi pelatih penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

hasil program latihan pukulan overhead lob dan bagi atlet penelitian ini

berguna untuk mengetahui hasil latihan pukulan overhead lob.

Page 9: Pengaruh Latihan Push Up Dan Panjang Lengan Terhadap Pukulan Lob

9

BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Bulutangkis

Bulutangkis merupakan salah satu cabang olahraga yang cukup mendapat

perhatian, baik pemerintah maupun masyarakat Indonesia. Munculnya klub-klub

bulutangkis dapat dijadikan bukti bahwa olahraga ini banyak diminati oleh banyak

masyarakat. Semakin banyaknya pusat pelatihan bulutangkis di setiap daerah

diharapkan dapat membina atlet usia dini agar berprestasi lebih baik. Sejalan

dengan perkembangan olahraga bulutangkis, prestasi terbaik merupakan

dambaan untuk setiap atlet dan pelatih. Mewujudkan atlet yang berprestasi

tidaklah mudah karena untuk mencapai prestasi yang optimal membutuhkan

pembinaan dalam jangka waktu yang cukup lama.

Setiap cabang olahraga memiliki ciri khas permainan masing-masing yang

mencerminkan tujuan, cara pelaksanaan, dan tuntutan dalam pembinaan.

Permainan bulutangkis merupakan permainan yang bersifat individual dan dapat

dilakukan dengan cara satu orang melawan satu orang atau dua orang melawan

dua orang. Permainan ini menggunakan raket sebagai alat pemukul dan

shuttlecock sebagai objek yang dipukul. Lapangan permainan berbentuk segi

empat dan dibatasi oleh net atau jaring yang berfungsi untuk memisahkan

daerah permainan lawan yang saling berhadapan.

Tujuan permainan bulutangkis adalah berusaha untuk menjatuhkan

shuttlecock di daerah permainan lawan dan berusaha agar lawan tidak dapat

memukul shuttlecock dan menjatuhkannya di daerah permainan sendiri

Page 10: Pengaruh Latihan Push Up Dan Panjang Lengan Terhadap Pukulan Lob

10

(Subardjah, 2000:13). Maka dalam permainan bulutangkis pemain harus

berusaha secepat mungkin mengembalikan shuttlecock ke daerah lapangan

permainan lawan dan menyulitkan lawan untuk mengembalikan shuttlecock.

Kekhasan permainan bulutangkis adalah pada objek permainan yang digunakan

berupa shuttlecock yang dipukul bolak-balik (rally) menggunakan raket tanpa

menyentuh lantai lapangan. Angka diperoleh seorang pemain jika shuttlecock

yang dipukulnya melewati net dan jatuh pada daerah lapangan lawan atau lawan

tidak dapat mengembalikan shuttlecock dengan sempurna.

Aturan permainan bulutangkis telah mengalami beberapa perubahan

peraturan permainan dan telah disosialisasikan pada tahun 2008. Perubahan

sistem poin pada permainan bulutangkis seperti dijelaskan oleh PBSI (2008:3)

bahwa: pemain dikatakan menang apabila dapat mengumpulkan angka

sebanyak 21 poin dalam setiap babaknya. Permainan ini menggunakan system

two-winning set. Artinya kemenangan bagi seorang pemain diperoleh dengan

memenangkan dua babak secara berturut-turut atau satu babak tambahan jika

terjadi angka kemenangan yang sama yaitu 1 – 1.

2.1.2 Teknik Dasar Olahraga Bulutangkis

Unsur kelengkapan seorang pemain bulutangkis yang baik dan berprestasi

dituntut untuk memahami dan menguasai salah satu komponen dasar, yaitu

teknik dasar permainan bulutangkis. Teknik dasar permainan bulutangkis adalah

penguasaan pokok yang harus dipahami dan dikuasai oleh setiap pemain dalam

melakukan kegiatan bermain bulutangkis (Tohar, 1992: 34). Teknik dasar

bulutangkis merupakan suatu keterampilan khusus yang harus dikuasai oleh

seorang pemain bulutangkis dengan tujuan dapat mengembalikan shuttlecock

Page 11: Pengaruh Latihan Push Up Dan Panjang Lengan Terhadap Pukulan Lob

11

dengan sebaik-baiknya.Menurut Tohar, (1992: 34-40), teknik dasar dalam

olahraga bulutangkis yang harus dikuasai oleh pemain, antara lain: 1) Cara

memegang raket, 2) Gerakan pergelangan tangan, 3) Gerakan melangkah kaki

atau footwork, dan 4) Pemusatan pikiran atau konsentrasi.

2.1.2.1 Pegangan Raket

Cara memegang dan gerakan raket bulutangkis sangat mudah. Oleh karena

bentuk raket yang dipergunakan yaitu ringan dan kecil pegangannya. Dengan

demikian raket dapat dipegang dan dimainkan secara bebas dan leluasa. Di

dalam permainan bulutangkis cara memegang raket ada beberapa macam.

Menurut James Poole (2006:18-20) ada 2 cara untuk memegang raket dalam

permainan bulutangkis terdiri dari forehand grip dan backhand grip.

2.1.2.1.1 Forehand Grip

Forehand grip merupakan pegangan untuk pukulan dengan telapak tangan

menghadap ke depan. Cara dalam pegangan forehand grip ini adalah

memegang leher raket dengan bidang raket tegak lurus tubuh. Pegangan raket

harus terletak menyilang pada telapak tangan dan jari-jari tangan kanan. Jari

telunjuk harus agak terpisah sedikit dari jari-jari lain seperti hendak menarik

pelatuk pistol. Ibu jari akan melingkar wajar pada sisi kiri dari pegangan raket.

jari-jari agak renggang letaknya satu sama lain.

2.1.2.1.2 Backhand grip

Pegangan backhand grip merupakan pengan untuk pukulan dengan tangan

menghadap ke belakang. Satu-satunya perbedaan antara pegangan untuk

melakukan pukulan forehand dan backhand ialah letak ibu jari yang dipindahkan

dari kedudukan melingkari sisi pegangan raket (untuk forehand) menjadi posisi

tegak di sudut kiri atas dari pegangan tersebut (untuk backhand). Dengan posisi

Page 12: Pengaruh Latihan Push Up Dan Panjang Lengan Terhadap Pukulan Lob

12

seperti itu, memungkinkan menggunakan sisi dalam dari ibu jari sebagai

pengungkit ketika melakukan gerakan memutar lengan dan tangan pada saat

melakukan pukulan backhand.

Sedangkan menurut Tohar (1992:34-38) ada 4 cara memegang raket

dalam permainan bulutangkis: 1). Pegangan geblok kasur atau pegangan

Amerika, 2). Pegangan kampak atau pegangan Inggris, 3). Pegangan gabungan

atau pegangan berjabat tangan, dan 4). Pegangan backhand.

2.1.2.2 Gerakan Pergelangan Tangan

Urutan pukulan dalam permainan bulutangkis diawali dengan gerakan kaki,

gerakan badan, gerakan lengan dan yang terakhir dilanjutkan dengan gerakan

tangan. Hasil pukulan yang hanya menggunakan gerakan-gerakan kaki, badan

dan lengan berarti pukulan itu tidak akan keras, tetapi pukulan hanya

menggunakan pergelangan tangan saja juga tidak keras. Jadi seorang pemain

itu dapat melakukan pukulan dengan baik dan keras, bila ia menggerakkan

seluruh kegiatan berkesinambungan dari gerakan kaki, badan, lengan, dan

pergelangan tangan (Tohar, 1992:38). Penjelasan terdapat pada gambar 2.1

Gambar 2.1 Pergerakan Pergelangan TanganSumber : Tohar (1992:65)

2.1.2.3 Gerakan Melangkahkan Kaki

Gerakan melangkahkan kaki atau kerja kaki memiliki peranan yang sangat

penting dalam permainan bulutangkis. Tujuan kerja kaki adalah agar atlet dapat

Page 13: Pengaruh Latihan Push Up Dan Panjang Lengan Terhadap Pukulan Lob

13

bergerak efisien ke segala penjuru lapangan. Menurut James Poole (1982)

dalam buku Icuk Sugiarto (2002:74) mengatakan bahwa, ada 6 daerah dasar

kerja kaki yaitu: 1) Gerakan arah kiri depan untuk pukulan forehand dan bawah

atau lob, 2) Gerakan arah kanan depan untuk pukulan forehand dan bawah atau

lob, 3) Gerakan samping kiri untuk mengembalikan pukulan smash atau drive

pada sisi backhand, 4) Gerakan samping kanan untuk mengembalikan

pukulan smash atau drive pada sisi forehand, 5) Gerakan kanan belakang untuk

pukulan forehand atas, dan 6) Gerakan kiri belakang untuk pukulan backhand.

2.1.2.4 Pemusatan Pikiran

Seorang pemain dapat bermain dengan baik apabila ia masuk lapangan

sudah mempersiapkan diri baik segi fisik, teknik maupun yang lain, tetapi salah

satu unsur yang penting harus mempunyai daya konsentrasi yang tinggi dalam

melakukan permainan tersebut.

Pemusatan pikiran berarti pemain itu harus mencurahkan diri sepenuhnya

pada permainan itu. Terutama pada saat akan melakukan pukulan, pemain harus

mengawasi jalannya shuttlecock, kemudian memusatkan untuk mengayunkan,

melakukan pukulan, mengarahkan shuttlecock ke seberang lapangan dan tidak

ketinggalan pula untuk mencurahkan pikiran untuk kelanjutan melakukan pukulan

yang telah dilakukan serta bagaimana gerakan kaki selanjutnya yang

menguntungkan bagi pemain tersebut.

Disini faktor ketegangan yang dialami oleh pemain saat perbandingan

merupakan kendala yang diatasi dengan unsur pemusatan pikiran ini. Apabila

pemusatan pikiran ini dapat dikuasai oleh pemain secara baik dan jernih

biasanya kendala tersebut dapat teratasi secara mulus tanpa kesulitan yang

berarti (Tohar, 1992:66)

Page 14: Pengaruh Latihan Push Up Dan Panjang Lengan Terhadap Pukulan Lob

14

2.1.3 Teknik Pukulan dalam Bulutangkis

Teknik pukulan adalah ketrampilan khusus atau skill yang harus dikuasai

oleh setiap pemain bulutangkis, dengan tujuan untuk dapat mengembalikan

shuttlecock dengan sebaik-baiknya (PB PBSI, 2001:27). Teknik pukulan adalah

cara melakukan pukulan pada bulutangkis dengan tujuan menerbangkan

shuttlecock ke bidang lapangan lawan (Tohar, 1992:40).

Hasil pukulan yang baik dari seorang pemain bulutangkis harus didasari

dengan teknik memukul yang benar. Meskipun dalam permainan bulutangkis

memiliki berbagai macam pukulan, tetapi yang perlu diperhatikan dalam

memukul adalah gerakan awal atau permulaan, saat perkenalan shuttlecock

dengan raket, dan penyelesaian akhir. Pada gerakan permulaan, yang perlu

diperhatikan terutama posisi tubuh dan kaki saat akan melakukan berbagai

pukulan. Selain itu sikap ayun tangan dan saat menarik siku serta gerakan

putaran bahu juga diperhatikan.

Gerakan dasar dalam melakukan pukulan mempunyai sikap badan yang

sama dalam penampilan, hanya gerakan dari tangan yang menghasilkan pukulan

yang bermacam-macam untuk pukulan, seperti overhead lob, dan dropshot.

Bedanya hanya setelah shuttlecock diatas kepala maka ayunan yang dilakukan

oleh tangan dan pergelangan, pengembaliannya yang berbeda sehingga

menghasilkan pukulan yang dikehendaki. Pada waktu melakukan suatu pukulan

terhadap shuttlecock harus diperhatikan mengenai posisi pemain bulutangkis itu

dan datangnya shuttlecock dari pihak lawan, pemain bulutangkis hartus

mengambil posisi yang tepat untuk mengembalikan pukulan dari lawan (Tohar,

1992:40).

Adapun jenis-jenis pukulan yang harus dikuasai dalam permainan

Page 15: Pengaruh Latihan Push Up Dan Panjang Lengan Terhadap Pukulan Lob

15

bulutangkis adalah pukulan service, lob, dropshort, drive dan smash (Jmaes

poole, 2008:21). Dari teknik pukulan ini, dapat diuraikan sebagai berikut :

2.1.3.1 Servis (Service)

Pukulan servis adalah “Pukulan dengan raket yang menerbangkan

shuttlecock ke bidang lapangan lawan secara regional dan bertujuan sebagai

pembuka permainan yang merupakan salah satu pukulan yang penting dalam

permainan bulutangkis” (Tohar, 1992:40).

2.1.3.2 Pukulan Lob atau Clear

Pukulan lob adalah “ Suatu pukulan dalam permainan bulutangkis yang

dilakukan untuk menerbangkan shuttlecock setinggi mungkin mengarah jauh ke

belakang garis lapangan” (Tohar, 1992:47).

2.1.3.3 Pukulan Dropshot

Menurut James Poole (1982:132) pukulan dropshot adalah “Pukulan yang

tepat melampaui jaring dan jatuh ke sisi lapangan lawan”. Sedangkan dalam

majalah PB.PBSI adalah “Pukulan yang dilakukan seperti smash, perbedaannya

hanya pada posisi raket saat persentuhan dengan shuttlecock dan dengan

sentuhan yang halus” (2001:32).

2.1.3.4 Pukulan Smash

Pukulan smash adalah : “Suatu pukulan yang keras dan curam ke bawah

mengarah ke bidang lapangan lawan” (Tohar, 1992:57).

2.1.3.5 Pukulan Drive

Pukulan drive adalah pukulan yang cepat dan mendatar, yang bertujuan

untuk menghindari serangan dari lawan atau sebaliknya memaksa lawan

mengangkat bola dan berada pada posisi bertahan. Pukulan ini menuntut

Page 16: Pengaruh Latihan Push Up Dan Panjang Lengan Terhadap Pukulan Lob

16

keterampilan pegangan grip, reflek yang cepat dan kekuatan pergelangan

tangan.

2.1.4 Rangkaian Pelaksanaan Pukulan Overhead lob

2.1.4.1 Teknik Pegangan Raket

Seperti halnya permainan bulutangkis pada umumnya, cara memegang

raket pada pukulan overhead lob adalah pegangan gabungan atau

pegangan berjabat tangan. Pegangan cara ini lazim dinamakan

shakehand grip, caranya adalah memegang 16 raket seperti orang berjabat

tangan. Caranya hampir sama dengan pegangan Inggris, tetapi setelah

raket dimiringkan, tangkai dipegang dengan ibu jari melekat pada bagian

dalam yang kecil, sedangkan jari-jari lain melekat pada bagian dalam

yang lebar (Tohar, 1992: 36).

Gambar 2.2 : Pegangan Inggris / Kampak Sumber : Tohar (1992:36)

2.1.4.2 Posisi kaki

Posisi kaki sebelum melakukan pukulan adalah posisi menunggu,

dengan berat badan seimbang pada kedua kaki (PBSI, 2001 : 28). Posisi

kaki saat menanti datangnya bola untuk pukuan overhead lob, dengan

cara berat badan bertumpu pada kaki bagian depan dengan lutut

Page 17: Pengaruh Latihan Push Up Dan Panjang Lengan Terhadap Pukulan Lob

17

dibengkokkan ke depan dan badan ditundukkan, posisi kedua kaki agak

lebih lebar dari pada bahu, tetapi tidak boleh terlalu lebar, pada saat bola

sudah dipukul lawan pemain harus sudah mulai gerak ditempat, sebagai

rangsangan pada kaki untuk bergerak mengejar bola.

Gambar 2.3: Posisi siap sebelum melakukan overhead lobSumber : James Poole, 2008 : 49

2.1.4.3 Gerakan Melangkahkan Kaki

Gerakan melangkahkan kaki atau footwork merupakan dasar untuk bisa

menghasilkan pukulan berkualitas, yaitu apabila dilakukan dalam posisi baik.

Untuk bisa memukul dengan posisi baik, seorang atlet harus memiliki kecepatan

gerak. Kecepatan gerak kaki tidak bisa dicapai kalau footwork-nya tidak teratur.

(PB.PBSI, 2001:14).

Cara latihan yang dapat dilakukan dalam upaya meningkatkan kemampuan

footwork adalah sebagai berikut: 1) Dari tengah ke depan; sebagai langkah dasar

hanya dua langkah dimulai dengan kaki kiri kemudian kanan, 2) Dari tengah ke

belakang, 3) Dari depan ke belakang dan sebaliknya.

James Poole (1982) yang dikutip Icuk Sugiarto (2002:74) mengatakan

bahwa ada enam daerah dasar kerja kaki yaitu: 1) Gerakan kanan belakang

untuk pukulan forehand kanan, dan 2) Gerakan kiri belakang untuk pukulan

forehand kiri.

Page 18: Pengaruh Latihan Push Up Dan Panjang Lengan Terhadap Pukulan Lob

18

A B

Gambar 2.4: Gerakan Melangkahkan Kaki{A) Pergerakan ke kiri belakang

(B) Pergerakan ke kanan belakangSumber: James Poole (2008 : 52)

2.1.4.4 Gerakan Ayunan Lengan

Ayunan lengan pada pukulan overhead lob, dimulai dengan bergerak ke atas

sesuai dengan tinggi atau rendahnya shuttlecock. Apabila shuttlecock datang,

ayunkan lengan ke depan dan pukul shuttlecock dengan kecepatan yang sesuai

dengan kemana shuttlecock mau diarahkan. Karena shuttlecock harus bergerak

tinggi dan panjang, lakukan foreward swing dengan mengayunkan raket ke

depan dan ke atas didahului oleh tangan, kemudian akhiri gerakan searah

dengan gerakan shuttlecock bergerak ke atas sesuai dengan tinggi atau

rendahnya datangnya shuttlecock (Tonny Grice, 1999: 57).

Gambar 2.5: Gerakan badan dan ayunan lengan forehand overhead lob.Sumber :Tony Grice, 2002 : 86

Page 19: Pengaruh Latihan Push Up Dan Panjang Lengan Terhadap Pukulan Lob

19

2.1.4.5 Gerakan Pergelangan Tangan

Urutan pukulan dalam permainan bulutangkis diawali dengan gerakan kaki,

gerakan badan, garakan lengan dan yang terakhir dilanjutkan dengan gerakan

tangan. Hasil pukulan yang hanya menggunakan gerakan-gerakan kaki, badan

dan lengan berarti pukulan itu tidak akan keras, tetapi pukulan hanya

menggunakan pergelangan tangan saja juga tidak keras. Jadi seorang

pemain itu dapat malakukan pukulan dangan baik dan keras, bila ia

menggerakkan seluruh kegiatan berkesinambungan dari garakan kaki,

badan, lengan dan pergelangan tangan (Tohar, 1992: 38).

Gambar 2.6: Pergerakan Pergelangan TanganSumber : Tohar (1992:65)

2.1.4.6 Saat Impact

Saat impact atau perkenaan raket dengan shuttlecock, arahkan

pukulan overhead lob, shuttlecock harus dipukul dengan keras dan tepat. Lalu

dengan cepat mendorong atau menyentuh shuttlecock, agar shuttlecock jatuh

didaerah back boundery line permainan lawan. Untuk menghasilkan

pukulan overhead lob yang tepat dan akurat, hal ini disebabkan adanya

momentum dari gerak ayunan raket (impuls), massa raket, massa shuttlecock,

dan kecepatan gerak pergelangan tangan. Hidayat (1999:55) menjelaskan

Page 20: Pengaruh Latihan Push Up Dan Panjang Lengan Terhadap Pukulan Lob

20

bahwa: “momentum, ialah besarnya gaya dorong dari suatu benda. Dikatakan

juga momentum adalah kekuatan gerak”. Pada dasarnya gerakan pada saat

memukul shuttlecock termasuk gerakan rotasi.

Mengenai gerak rotasi, Hidayat (1999:166) menjelaskan bahwa pada suatu

gerak rotasi, kecepatan sudut dari titik metri yang mengikuti gerak tersbeut

sebanding terbalik dengan jari-jarinya. Arti keterangan di atas maka jari-jari (r)

makin besar, kecepatan rotasi atau kecepatan sudut (v) makin kecil, dan kalau

jari-jari (r) makin kecil, maka rotasi atau kecepatan sudut (v) makin besar juga.

Gambar 2.7: Saat ImpactSumber: Tony Grice, 1999 : 43

2.1.4.7 Penerbangan Shuttlecock

Penerbangan shuttlecock tidak terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi, asal

dapat melewati jangkauan raket lawan. Pukulan overhead lob, merupakan salah

satu pukulan dalam permainan yang dapat mendesak posisi lawan, agar posisi

lawan yang stabil menjadi out-position atau posisi yang kacau, sehingga untuk

melakukan serangan dapat menerobos pertahanan lawan. Pukulan overhead lob

selain dapat digunakan sebagai pukulan serangan juga dapat dipergunakan

sebagai pukulan untuk bertahan atau lazim disebut deffensive lob, yang berarti

pukulan overhead lob itu dilakukan dengan cara menerbangkan shuttlecock

Page 21: Pengaruh Latihan Push Up Dan Panjang Lengan Terhadap Pukulan Lob

21

setinggi mungkin dan jauh di bagian belakang lapangan lawan.

Gambar 2.8 : Penerbangan Shuttlecock(A) Lob tinggi yang bersifat mempertahankan diri(B) Lob rendah yang bersifat menyerang

(Sumber : James Poole, 2008 : 68)

2.1.4.8 Daerah Sasaran Pukulan Overhead lob

Pusatkan perhatian lebih untuk menguasai pukulan overhead lob ini, karena

pukulan ini banyak kesamaannya dengan teknik pukulan smash dan dropshot.

Pukulan overhead lob adalah pukulan yang pelaksanaannya dipukul dari atas

kepala, posisinya dari belakang lapangan dan diarahkan keatas pada bagian

belakang lapangan.

Gambar 2.9Daerah Sasaran Pukulan Overhead lob

(Sumber: Tohar, 1992 : 146)

Page 22: Pengaruh Latihan Push Up Dan Panjang Lengan Terhadap Pukulan Lob

22

2.1.4.9 Gerak Lanjutan

Seorang pemain untuk dapat melakukan pukulan overhead lob yang tepat

pada sasaran harus melakukan gerakan lanjutan. Caranya adalah dengan

melanjutkan gerakan mengayun ke bawah searah dengan

gerakan shuttlecock dan lakukan ayunan mengarah lurus kedepan. Pada tahap

gerak lanjut (follow through) merupakan salah satu fase yang perlu diperhatikan,

karena semua gerak lanjut adalah akibat dari adanya momentum. Gerak lanjut

penting untuk melanjutkan momentum gerak. Hidayat (1990:59) menyatakan

bahwa: Dalam bidang olahraga follow through penting untuk mengkombinasikan

pola gerakan yang berurutan. Pada semua gerakan melempar, memukul,

menendang, dan menolak, akurai atau ketepatan akan lebih terkontrol bila

dilakukan dengan memanfaatkan follow trough.

Kedudukan follow trough sangat penting terhadap ketepatan pukulan.

Kekuatan dan momentum yang lebih besar tidak menjamin ketepatan pukulan,

sehingga untuk mendapatkan ketepatan pukulan overhead lob yang baik

diperlukan koordinasi gerak yang baik terutama pada saat melakukan follow

through.

Gambar 2.10 Gerakan Lanjutan

(Sumber: James Poole, 2008:30)

Page 23: Pengaruh Latihan Push Up Dan Panjang Lengan Terhadap Pukulan Lob

23

2.1.5 Latihan Pukulan Overhead Lob

Latihan pukulan overhead lob dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu secara

diberi umpan dengan shuttlecock yang dilakukan dengan cara drilling atau diberi

umpan terus menerus dan diberi umpan dengan mengembalikan overhead lob

yang dilakukan oleh pemain yang melakukan overhead lob (Tohar, 1992:60).

2.1.5.1 Latihan Pukulan Overhead Lob Lurus Setengah Lapangan

Latihan ini dilakukan dengan cara pemain diberi umpan terus menerus

dengan shuttlecock yang jumlahnya banyak dengan rincian latihan: repetisi 30

kali, set 3 dan rest atau istirahat antar set 2 menit. Pemberian umpan ini

diusahakan seenak mungkin bagi pemain yang melakukan overhead lob,

tujuannya agar pemain tersebut dapat melakukan pukulan overhead lob dengan

betul dan tinggi.

Latihan ini dilakukan dengan menggunakan setengah lapangan, bergantian

pemain A memberikan umpan ke pemain B, kemudian B melakukan overhead

lob lurus ke A dan sebaliknya. Pemain C memberikan umpan ke D, Kemudian D

melakukan overhead lob ke C dan sebaliknya.

Gambar 2.11 Latihan Overhead Lob Lurus Setengah Lapangan(Sumber: Data Penelitian)

Keterangan : : Arah servis dari pengumpan : Arah pukulan overhead lob pemain

A,B,C,D : Pemain

Page 24: Pengaruh Latihan Push Up Dan Panjang Lengan Terhadap Pukulan Lob

24

2.1.5.2 Latihan Overhead Lob Silang Setengah Lapangan

Latihan ini dilakukan dengan cara pemain diberi umpan terus menerus dengan

shuttlecock yang jumlahnya banyak dengan rincian latihan: repetisi 40 kali, set 3

dan rest atau istirahat antar set 2 menit. Pemberian umpan ini diusahakan

seenak mungkin bagi pemain yang melakukan overhead lob. Pukulan overhead

lob ini dilakukan dengan arah menyilang.

Latihan ini dilakukan dengan menggunakan setengah lapangan, bergantian

pemain A memberikan umpan ke pemain B, kemudian B melakukan overhead

lob silang ke arah A dan sebaliknya. Pemain C memberikan umpan ke D,

Kemudian D melakukan overhead lob silang ke arah C dan sebaliknya.

Gambar 2.12 Latihan Overhead Lob Silang Setengah Lapangan(Sumber: Data Penelitian)

Keterangan : : Arah servis dari pengumpan : Arah pukulan overhead lob pemain

A,B,C,D : Pemain

2.1.5.3 Latihan Pukulan Overhead Lob Satu Lapangan Penuh

Latihan ini dilakukan dengan cara pemain diberi umpan terus menerus

dengan shuttlecock yang jumlahnya banyak dengan rincian latihan: repetisi 40

kali, set 4 dan rest atau istirahat antar set 2 menit. Pemberian umpan ini

diusahakan seenak mungkin bagi pemain yang melakukan ovrhead lob. Pukulan

overhead lob ini dilakukan dengan arah lurus.

Page 25: Pengaruh Latihan Push Up Dan Panjang Lengan Terhadap Pukulan Lob

25

Latihan ini dilakukan dengan menggunakan satu lapangan penuh,

bergantian pemain A memberikan umpan kesisi kanan lapangan pemain B,

kemudian B bergerak ke posisi B1 untuk melakukan pukulan overhead lob lurus

ke belakang daerah back boundary lapangan permainan tunggal, setelah

memukul shuttlecock kemudian B kembali ke posisi awal. A memberikan umpan

lagi ke sisi kiri lapangan B kemudian B bergerak ke posisi B2 untuk melakukan

pukulan overhead lob lurus ke belakang daerah back boundary permainan

tunggal, setelah memukul shuttlecock kemudian B kembali ke posisi awal dan

sebaliknya.

Gambar 2.13 Latihan Overhead Lob Lurus Satu Lapangan Penuh(Sumber: Data Penelitian)

Keterangan : : Arah servis dari pengumpan : Arah pukulan overhead lob dari pemain

A, B : PemainB1, B2 : Pergerakan B melakukan pukulan

overhead lob

2.1.5.4 Latihan Pukulan Overhead Lob Silang Satu Lapangan Penuh

Latihan dilakukan dengan cara pemain diberi umpan terus menerus dengan

shuttlecock yang jumlahnya banyak dengan rincian latihan: repetisi 50 kali, set 4

dan rest atau istirahat antar set 2 menit. Pemberian umpan ini diusahakan

seenak mungkin bagi pemain yang melakukan overhead lob. Pukulan overhead

lob ini dilakukan dengan arah silang.

Page 26: Pengaruh Latihan Push Up Dan Panjang Lengan Terhadap Pukulan Lob

26

Latihan dilakukan dengan menggunakan satu lapangan penuh, bergantian

pemain A memberikan umpan kesisi kanan lapangan pemain B, kemudian B

bergerak ke posisi B1 untuk melakukan pukulan overhead lob silang, setelah

memukul shuttlecock kemudian B kembali ke posisi awal. A memberikan umpan

lagi ke sisi kiri lapangan B kemudian B bergerak ke posisi B2 untuk melakukan

pukulan overhead lob silang, setelah memukul shuttlecock kemudian B kembali

ke posisi awal dan sebaliknya.

Gambar 2.14 Latihan Overhead Lob Silang Satu Lapangan Penuh(Sumber: Data Penelitian)

Keterangan : : Arah servis dari pengumpan : Arah pukulan overhead lob dari pemain

A, B : PemainB1, B2 : Pergerakan B melakukan pukulan

overhead lob

2.1.6 Kondisi Fisik

Komponen fisik merupakan aktifitas gerak jasmani yang dilakukan secara

sistematis dan ditingkatkan secara progresif untuk mempertahankan dan

meningkatkan derajat kesegaran jasmani. (M. Sajoto,1990:16) menjelaskan

bahwa : “Kondisi fisik adalah salah satu bahkan dapat dikatakan sebagai

keperluan yang tidak dapat ditunda-tunda atau ditawar-tawar lagi”. Dalam

permainan bulutangkis terdapat faktor fisik yang mempengaruhi, antara lain :

Page 27: Pengaruh Latihan Push Up Dan Panjang Lengan Terhadap Pukulan Lob

27

kekuatan, power, daya tahan otot, kelentukan dan koordinasi. Mengenai kondisi

fisik yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah power dan panjang lengan,

khususnya teknik pukulan overhead lob dalam permainan bulutangkis sangat

diperlukan komponen kondisi fisik dari power dan panjang lengan.

Kondisi fisik merupakan unsur yang sangat penting hampir diseluruh cabang

olahraga. Oleh karena itu latihan kondisi fisik perlu mendapat perhatian yang

serius direncanakan dengan matang dan sistematis sehingga tingkat kesegaran

jasmani dan kemampuan fungsional alat-alat tubuh lebih baik. Apabila kondisi

fisik baik, maka : 1) Akan ada peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi

dan kerja jantung, 2) Terjadi peningkatan dalam kekuatan, kelentukan, stamina,

kecepatan, dan komponen kondisi fisik lainnya, 3) Akan meningkatkan efektifitas

dan efisiensi gerak kearah yang lebih baik, 4) Waktu pemulihan akan lebih cepat

dan 5) Respon bergerak lebih cepat apabila dibutuhkan.

Menurut M. Sajoto (1995:8) kondisi fisik adalah suatu kesatuan yang utuh

dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja. Baik

peningkatan maupun pemeliharaan. Adapaun komponen- komponen kondisi fisik

yaitu : 1). Kekuatan (Strenght), 2). Daya tahan (Endurance), 3). Daya ledak

(Power), 4). Kecepatan (Speed), 5). Kelentukan (Fleksibility), 6). Kelincahan

(Agility), 7). Koordinasi (Coordination), 8). Keseimbangan (Balance), 9).

Ketepatan (Accurance) dan 10). Reaksi (Reaction).

Dari 10 komponen aspek kondisi fisik tersebut yang banyak dominan

dipergunakan dalam melakukan pukulan overhead lob adalah power atau daya

ledak lengan bahu. Karena saat melakukan pukulan overhead lob dalam

permainan bulutangkis, seorang pemain dituntut untuk melakukan pukulan

dengan kekuatan maksimal dan dalam waktu yang sangat cepat. Sehingga

Page 28: Pengaruh Latihan Push Up Dan Panjang Lengan Terhadap Pukulan Lob

28

dibutuhkan latihan power. Latihan power dan panjang lengan yang akan diteliti

dalam kegiatan penelitian ini. Karena latihan power dan panjang lengan sangat

diperlukan dalam meningkatkan pukulan dalam permainan bulutangkis,

khususnya pukulan overhead lob.

2.1.6.1 Power

Power atau daya ledak adalah kemampuan seseorang untuk

mempergunakan kekuatan maksimal yang dikerahkan dalam waktu yang

sependek-pendeknya (M. Sajoto,1995:3).

Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008:992) otot diartikan

jaringan kenyal di tubuh manusia dan hewan yang berfungsi

menggerakkan organ tubuh. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(Depdiknas, 2008:813) lengan adalah anggota badan dari pergelangan

tangan sampai ke bahu. (Paerce,1999:111) mengartikan otot lengan

sebagai otot keseluruhan tangan dari pangkal lengan atas sampai ujung

tangan.

Power lengan mempunyai peranan penting dalam melakukan pukulan

overhead lob, gerakan tangan yang memegang raket kepada shutllecock

adalah gerakan utama, pada waktu pemain melakukan gerakan lengan

ke belakang untuk mengawali pukulan, otot pendukung gerakanya adalah

extensor siku, yaitu otot triceps. Untuk waktu tangan bergerak mendorong atau

memukul shutllecock kearah depan dan ada kekuatan ledakan atau power yang

memperkuat pergerakan. Sedangkan untuk mempergerakan pergelangan lengan

guna mengimbangi gerakan memukul ialah otot fleskor carpio ulnaris dan

palmaris longus. Dan tidak kalah penting pada gerakan memukul shutllecock,

saat bahu kanan ditarik kedepan dan lengan dicambukan lewat atas bahu

Page 29: Pengaruh Latihan Push Up Dan Panjang Lengan Terhadap Pukulan Lob

29

dengan gerakan lurus ke atas depan maka otot yang mendukung gerak adalah

otot latisimusdorsi, pectoralis major, terres major, dan triceps

(Syaifudin,1997:38). Dengan demikian power lengan tangan yang baik dapat

mendukung keberhasilan dalam melakukan overhead lob.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa power adalah kemampuan

otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat cepat.

Maka latihan push up dapat digunakan sebagai latihan untuk mengingkatkan

power karena menggunakan kekuatan maksimal untuk mengangkat badan

dengan waktu yang cepat.

2.1.6.1.1 Latihan Push Up

Latihan Push Up adalah salah satu latihan kekuatan yang paling tepat

untuk meningkatkan kekuatan otot lengan bahu, untuk mendongkrak

tenaga pada saat melakukan pukulan overhead lob yang keras. Gerakan dalam

sikap permulaan tiarap dengan seluruh permukaan tubuh menyentuh lantai,

kedua lengan ditempatkan langsung dibawah bahu dan dibengkokkan dekat

dengan badan, kedua kaki lurus kebelakang dengan kedua ujung jari

menumpu pada lantai sehingga tegak lurus dengan tumit, gerakannya sambil

mengangkat badan naik kedua lengan diluruskan, punggung harus merupakan

garis lurus dengan kepala dan kedua kaki kemudian badan diturunkan kembali

bersamaan dengan kedua tangan ditekuk hingga badan menyentuh lantai

kembali, demikian seterusnya gerakannya (A.Hamidsyah Noer, 1995:137).

Dalam penelitian ini ada 2 macam push up

yang akan digunakan, yaitu: latihan push up normal dan push up uprise.

2.1.6.1.1.1 Latihan Push Up Normal

Menurut Sadoso gerakan dan sikap push up normal adalah badan

Page 30: Pengaruh Latihan Push Up Dan Panjang Lengan Terhadap Pukulan Lob

30

menghadap lantai dengan siku lurus, kedua telapak tangan terpisah selebar

bahu (atau sedikit lebih besar). Putar tangan ke dalam 30-45 derajat, sehingga

sikunya menuju ke luar. Badan diusahakan lurus dalam satu baris dari kepala

sampai kaki. Perlahan-lahan turunkan sampai dada menyentuh lantai. Kemudian,

doronglah badan ke atas sampai kedua tangan lurus dan siku terkunci. Jagalah

agar badan tetap lurus selama pergerakan tadi. Lakukan berulang-ulang

(1994:44).

Gambar 2.11 Push up NormalSumber : Data Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sedikit modifikasi dalam

melakukan gerakan push up normal, yaitu dengan mempercepat gerakan

mengangkat badan dibandingkan pada saat menurunkan badan, agar dalam

latihan push up normal tersebut dapat disimpulkan sebagai latihan power, karena

terdapat daya ledak dan tenaga yang besar dalam melakukan gerakan push up

normal tersebut.

Kelebihan push up normal adalah: 1). Otot-otot yang dikenai latihan :

pectoralis, trapesius, (otot-otot bahu) tricep dalam porsi yang sama dan 2). Pada

sendi siku otot pronator quaedratus ikut terlatih. Sedangkan kelemahannya

adalah 1). Otot tricep tidak tertarik maksimal dan 2). Otot ekstensor pada lengan

bawah dan jari-jari tidak terlatih maksimal.

Page 31: Pengaruh Latihan Push Up Dan Panjang Lengan Terhadap Pukulan Lob

31

2.1.4.1.1.2 Latihan Push Up Uprise

Menurut Sadoso, gerakan push up posisi kaki ditinggikan (push up uprise)

sama dengan gerakan pada push up normal. Perbedaannya hanya terletak pada

ketinggian kaki, dengan ujung jari kaki menumpu pada bangku atau benda

lainnya yang kuat dan menggunakan tenaga yang lebih besar jika dibandingkan

dengan push up normal.

Gambar 2.12 Push Up Uprise ( Posisi Kaki Ditinggikan )Sumber : Data Penelitian

Dikarenakan dapat menambah tinggi kaki secara terus menerus sebab nanti

akan menjadi handstan, yang merupakan latihan yang sama sekali berbeda

(1994:47), maka dalam penelitian ini menggunakan 15 cm dari lantai sebagai

tumpuan kaki. Kelebihan push up posisi kaki ditunggikan adalah otot tricep

terlatih maksimal. Sedangkan kelemahannya adalah lebih sulit dilakukan karena

memerlukan tenaga yang lebih besar sehingga cepat lelah.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sedikit modifikasi dalam

melakukan gerakan push up uprise, yaitu dengan mempercepat gerakan

mengangkat badan dibandingkan pada saat menurunkan badan, agar dalam

latihan push up uprise tersebut dapat disimpulkan sebagai latihan power, karena

terdapat daya ledak dan tenaga yang besar dalam melakukan gerakan push up

Page 32: Pengaruh Latihan Push Up Dan Panjang Lengan Terhadap Pukulan Lob

32

uprise tersebut. Kelebihan push up uprise adalah otot tricep terlatih maksimal.

Sedangka kelemahannya adala lebih sulit dilakukan karena memerlukan tenaga

yang lebih besar untuk mengangkat beban badan sehingga cepat lelah.

2.1.4.2 Panjang Lengan

Lengan menurut M. Sajoto (1995:8) adalah organ tubuh yang panjangnya

dari okromeon sampai pada pergelangan tangan. Panjang lengan merupakan

bagian tubuh sepanjang lengan atas sampai lengan bawah, telapak tangan dan

terakhir pada ujung jari tengah. Pengukuran panjang lengan dimulai dari sendi

bahu (Os Ocromion) sampai ujung jari tengah yang diukur menggunakan

anthropometer dengan satuan centimeter (Depdikbud, 1990:5). Pada bagian

lengan atas terdapat tulang lengan atas (tulang humerus) dengan berbagai

kumpulan otot yang melekat, diantaranya adalah musculus bichep brachili,

brachialis, musculus corabobra bracialis, musculus tricep brachi, musculus

fleksor digitilongus, musculus brachio raialis dan musculus bicchep brachinooput

longus. Otot-otot yang terlekat di tulang mempunyai tugas sebagai alat

penggerak. Jadi dapat disimpulkan bila lengan itu semakin panjang berarti otot-

otot yang melekat di tulang ikut panjang dan mengakibatkan ayunan lengan

semakin lambat kecepatan menyampai objeknya. Lengan atas ini dihubungkan

oleh lengan sendi bahu (articulasio humeri) yang menghubungkan antara lengan

atas dengan bahu, sehingga bahu dapat bergerak bebas (Tri Tunggal Setiawan,

2008:105).

Menurut Tri Tunggal Setiawan (2008:105), untuk lengan atas dengan lengan

bawah dihubungkan oleh sendi siku (articulasio cubiti). Pada lengan bawah ini

terdapat dua buah tulang, yaitu tulang hasta (radius) dan tulang pengupil (ulna).

Otot yang melindungi atau membungkus tulang pada lengan bawah antara lain

Page 33: Pengaruh Latihan Push Up Dan Panjang Lengan Terhadap Pukulan Lob

33

musculus brachialis, musculus ekstensorcapri, musculus radius longus, musculus

digitorium kommunis dan musculus fleksor radialis. Lengan bawah juga

berhubungan dengan telapak tangan yang dihubungkan oleh sendi pergelangan

tangan (articulasio radiocarpalia).

Kontraksi antara otot atas dengan otot lengan bawah akan menghasilkan

kekuatan tangan yang memperkuat genggaman raket yang digunakan untuk

memukul shuttlecock dan pada saat perkenaan antara daun raket dengan

shuttlecock sehingga menghasilkan shuttlecock yang cepat. Batasan panjang

lengan merupakan bagian tubuh sepanjang lengan atas sampai lengan bawah.

Bila dari segi anatomi panjang lengan sampai ujung jari tengah terdiri dari tulang

os humerus, os radius, os ulna (Tri Tungggal Setiawan, 2008:39). Pada tulang-

tulang juga melekat otot-otot yang semakin bertambah usia maka semakin

tambah pula panjang tulang dan otot-otot tersebut.

Gambar 2.17 Lengan dan Otot-Otot serta Tulang-Tulang PendukungnyaSumber: Tri Tunggal Setiawan (2008:105)

Selain itu apabila ditinjau dari system kerja pengungkit, semakin panjang

pengungkit maka semakin besar pula gaya yang ditimbulkan atau diakibatkan.

Begitu pula pada lengan seoran pemain bulutangkis, makin panjang makin besar

pula gaya yang dihasilkan pada saat memukul shuttlecock. Selain itu apabila

lengan pemain bulutangkis panjang, maka memberi keuntungan pula pada saat

menjangkau shuttlecock (Sudarmanto, 1992:95). Jadi dapat disimpulkan panjang

Page 34: Pengaruh Latihan Push Up Dan Panjang Lengan Terhadap Pukulan Lob

34

lengan juga berpengaruh pada pemain bulutangkis dalam melakukan pukulan,

khususnya pada pukulan overhead lob.

Panjang lengan dalam penelitian ini melipiti panjang lengan panjang dan

panjang lengan pendek yang diukur dengan alat yang disebut anthropometer

dengan satuan cm. Yang dimaksud dengan panjang lengan panjang maupun

panjang lengan pendek yaitu dengan cara lengan testee diukur terlebih dahulu,

setelah selesai diukur hasilnya dikelompokan menjadi dua yaitu kelompok lengan

panjang dan kelompok lengan pendek yaitu dengan cara mengurutkan panjang

lengan testee yang sudah diukur dari yang terpanjang sampai yang terpendek.

2.2 Kerangka Berpikir

2.2.1 Pengaruh Latihan Push Up dan Push Up Uprise terhadap Hasil Pukulan

Overhead lob pada Pemain Putra PB. Pendowo Semarang.

Latihan push up digunakan untuk meningkatkan power lengan, gerakan

latihan ini sesuai dengan mekanika gerak pada pukulan overhead lob yang

dilakukan secara overhead. Latihan push up yang sudah dimodifikasi gerakannya

menjadi lebih cepat pada saat mengangkat badan, sehingga sesuai dengan

latihan power yang menitikberatkan pada kecepatan dan daya ledak. Jadi latihan

push up akan memberikan hasil pukulan overhead lob yang cukup

cepat.

Dalam penelitian ini menggunakan 2 latihan push up, yaitu: push up normal

dan push up uprise. Gerakan push up normal dan push up uprise sama tapi

posisi kakinya yang berbeda, push up normal menggunakan alas yang datar,

sedangkan push up uprise menggunakan balok kayu untuk meninggikan posisi

kakinya.

Page 35: Pengaruh Latihan Push Up Dan Panjang Lengan Terhadap Pukulan Lob

35

Berdasarkan uraian tersebut, diduga ada pengaruh latihan push up normal

dan push up uprise terhadap hasil pukulan overhead lob pada pemain

putra PB. Pendowo Semarang Tahun 2014.

2.2.2 Pengaruh Panjang Lengan Panjang dan Panjang Lengan Pendek

terhadap Hasil Pukulan Overhead lob pada Pemain Putra PB. Pendowo

Semarang Tahun 2014.

Ukuran lengan dapat berpengaruh terhadap kecepatan gerakan pukulan

overhead lob yang bilamana diberi gaya seperti aplikasi jarak tiap titik yang ada

di sepanjang batang pengungkit. Jika tiap jarak titik di sepanjang pengungkit

bergerak dalam waktu yang sama akan terjadi perbedaan kecepatan dan waktu

tiap titik jarak mencapai objek. Makin panjang lengan seseorang kecepatan yang

dihasilkan akan semakin lambat tapi gaya yang dihasilkan semakin besar. Jadi

semakin panjang ukuran lengan maka semakin lambat pula ayunan lengannya

dalam melakukan pukulan overhead lob. Sedangkan, semakin pendek lengan

seseorang kecepatan yang dihasilkan akan semakin cepat. Jadi semakin pendek

ukuran lengan maka semakin cepat pula ayunan lengannya dalam melakukan

pukulan overhead lob.

Berdasarkan uraian tersebut diduga ada pengaruh panjang lengan panjang

dan panjang lengan pendek terhadap hasil pukulan overhead lob pada pemain

putra PB. Pendowo Semarang Tahun 2014.

2.2.3 Interaksi Latihan Power dan Panjang Lengan terhadap Hasil Pukulan

Overhead lob pada Pemain Putra PB. Pendowo Semarang Tahun 2014.

Pukulan overhead lob adalah adalah pukulan pukulan dari atas kepala yang

bertujuan memukul shuttlecock tinggi dan jatuhnya digaris ganda belakang.

Power tinggi yang dihasilkan otot akan menggerakan lengan dengan kecepatan

Page 36: Pengaruh Latihan Push Up Dan Panjang Lengan Terhadap Pukulan Lob

36

penuh dan membuat rotasi dengan bersumbu pada articulo humeris. Apabila

lengan semakin panjang (radius) makin lambat kecepatan linear-nya.

Semakin besar power yang dihasilkan maka semakin cepat putaran lengan

dan apabila lengan itu semakin panjang, maka makin besar kecepatan linear-

nya. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin cepat putaran panjang lengan

dengan dukungan kemampuan otot-otot yang terdapat pada lengan akan

menghasilkan pukulan overhead lob yang cepat.

Berdasarkan uraian tersebut, diduga ada interaksi antara latihan power dan

panjang lengan terhadap hasil pukulan smash pada pemain putra PB. Pendowo

Semarang Tahun 2014.

2.2 Hipotesis

Menurut Suharsimi Arikunto (1996:67), hipotesis adalah “Jawaban

sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang

terkumpul”. Sedangkan menurut Sutrisno Hadi (1994:257), bahwa “Hipotesis

adalah pernyataan yang masih lemah kebenarannya dan masih perlu dibuktikan

kebenarannya”. Adapun Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Ada pengaruh latihan power push up dan push up uprise terhadap hasil

pukulan overhead lob pada pemain putra PB. Pendowo Semarang Tahun

2014.

2. Ada pengaruh latihan power push up uprise dan panjang lengan berukuran

pendek terhadap hasil pukulan overhead lob pada pemain putra PB. Pendowo

Semarang Tahun 2014.

3. Ada interaksi latihan power dan pajang lengan terhadap hasil pukulan

overhead lob pada pemain putra PB. Pendowo Semarang Tahun 2014.

Page 37: Pengaruh Latihan Push Up Dan Panjang Lengan Terhadap Pukulan Lob

37

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data penelitian (Suharsimi Arikunto, 2010:203). Metode

penelitian merupakan syarat mutlak dalam suatu penelitian. Penggunaan metode

penelitian harus tepat dan mengarah pada tujuan serta dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah sesuai dengan aturan yang berlaku.

Metode penelitian sebagaimana kita kenal sekarang memberi garis-garis yang

cermat dan mengajukan syarat-syarat yang keras, maksudnya adalah untuk

menjaga agar pengetahuan yang ingin dicapai pada suatu karya ilmiah yang

setinggi-tingginya.

Penetapan metode penelitian dipengaruhi oleh obyek penelitian, sehingga

metodelogi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Di

dalam buku Metode Penelitian, menurut Suharsimi Arikunto (2010:9),

mengatakan bahwa metode eksperimen yaitu suatu cara untuk mencari

hubungan sebab akibat (hubungan kasual) antara dua factor yang sengaja

ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau

menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu.

Setelah memperhatikan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dasar

menggunakan metode eksperimen adalah kegiatan percobaan yang meliputi

tes awal dan diakhiri tes akhir untuk menguji kebenarannya. Seperti apa

yang dikatakan Sutisno Hadi (1994:427), mengatakan bahwa “ salah satu

tugas yang penting dalam research ilmiah adalah menetapkan ada tidaknya

hubungan sebab akibat antara fenomena-fenomena dan membuat hukum

Page 38: Pengaruh Latihan Push Up Dan Panjang Lengan Terhadap Pukulan Lob

38

antara hubungan sebab akibat itu.

3.1 Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif, adapun desain

penelitian yang digunakan adalah desain factorial 2X2 yang hendak menyelidiki

ada tidaknya korelasi antara variabel bebas dengan variabel terikat. Secara

grafis rancangan dalam penelitian ini dapat dijelaskan pada table 3.1.

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Panjang Lengan ( B )

Latihan Power Lengan ( A )

Panjang(1)

Pendek(2)

Push Up Normal (1) A1B1 A1B2

Push Up Uprise (2) A2B1 A2B2

Sumber : Data Penelitian

Keterangan:

A1B1 : Bentuk latihan push up normal dengan panjang lengan yang panjang.

A1B2 : Bentuk latihan push up normal dengan panjang lengan yang pendek.

A2B1 : Bentuk latihan push up uprise dengan panjang lengan yang panjang.

A2B2 : Bentuk latihan push up uprise dengan panjang lengan yang pendek.

Page 39: Pengaruh Latihan Push Up Dan Panjang Lengan Terhadap Pukulan Lob

39

3.2 Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi perhatian suatu

penelitian ( Suharsimi Arikunto, 2010:161). Variabel dalam penelitian ini terdiri

atas dua jenis yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

3.2.1 Variabel Bebas (predictor atau X)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau variabel penyebab

( Suharsimi Arikunto, 2010:162) dalam penelitian ini adalah adalah latihan power

lengan yang terdiri latihan push up dan push up uprise dan panjang lengan yang

terdiri dari panjang lengan dengan ukuran panjang dan panjang lengan dengan

ukuran pendek.

3.2.2 Variabel terikat (kriterium atau Y)

Variabel terikat disebut juga dengan variabel tergantung, yaitu variabel yang

dipengaruhi (Suharsimi Arikunto, 2010:162). Adapun variabel terikat dalam

penelitian ini adalah hasil pukulan overhead lob pada pemain bulutangkis putra

PB. Pendowo Semarang tahun 2014.

3.3 Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Suharsimi Arikunto,

2006:130). Populasi dalam penelitian ini adalah pemain bulutangkis putra

PB.Pendowo Semarang berjumlah 20 orang.

Populasai ini memiliki ciri yang sama yaitu:

1) Mereka adalah pemain bulutangkis PB. Pendowo Semarang tahun 2014.

Page 40: Pengaruh Latihan Push Up Dan Panjang Lengan Terhadap Pukulan Lob

40

2) Mereka adalah dalam satu jenis kelamin yang sama yaitu putra.

3) Mereka memiliki kemampuan teknik pukulan overhead lob, dan

4) Seluruh pemain rata-rata memiliki usia yang sama 11-13 tahun yang

berjumlah 20 orang.

Berdasarkan uraian di atas maka pemain bulutangkis PB. Pendowo

Semarang tahun 2014 memenuhi syarat sebagai populasi. Di mana suatu

populasi harus mempunyai satu sifat yang sama dan dalam penelitian ini

populasi yang diambil telah memiliki lebih dari batas minimal yang

ditetapkan oleh peneliti.

3.3.2 Sampel dan teknik penarikan sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti Suharsimi Arikunto

(2010:174). Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam

wilayah peneliltian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi

(Suharsimi Arikunto, 2010:173). Untuk sekedar patokan maka apabila subyeknya

kurang dari 100, lebih baik diambil semua (Suharsimi Arikunto (1995 :120).

Sehingga penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah purposive sample

artinya dalam pengambilan subjek bukan berdasarkan atas strata, random, atau

daerah tetapi berdasarkan atas adanya tujuan tertentu. Tujuan yang dimaksud

adalah mengambil berdasarkan umur serta panjang lengan dalam permainan

bulutangkis. Pengambilan sampel dengan teknik ini bertujuan cukup baik karena

sesuai dengan pertimbangan penelitian sendiri sehingga dapat mewakili populasi

(Suharsimi Arikunto, 2010:183). Dalam penelitian ini sampel yang digunakan

adalah pemain bulutangkis putra PB. Pendowo Semarang tahun 2014 usia 11-13

tahun sebanyak 20 orang. Penjelasan terdapat pada tabel 3.2.

Page 41: Pengaruh Latihan Push Up Dan Panjang Lengan Terhadap Pukulan Lob

41

Tabel 3.2 Pengelompokkan Sampel

Kelompok Jenis Perlakuan Jumlah Sampel

A1B1Kelompok latihan push up normal dengan panjang lengan yang panjang

5

A1B2Kelompok latihan push up normal dengan panjang lengan yang pendek 5

A2B1Kelompok latihan push up uprise dengan panjang lengan yang panjang 5

A2B2Kelompok latihan push up uprise dengan panjang lengan yang pendek

5

Sumber : Data penelitianKeterangan :

Pengelompokan sampel berdasarkan hasil matching dengan menggunakan

panjang lengan sebagai pembeda dengan pola rangking ABBA.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti dalam

mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dah hasilnya lebih baik,

dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah

(Suharsimi Arikunto, 2010:203). Pengambilan data dilakukan dengan mengukur

power lengan, panjang lengan, dan kemampuan pukulan overhead lob.

3.4.1. Instrumen power lengan

Instrumen pengukuran power lengan penelitian ini menggunakan tes

medicine ball push. Pengambilan data menggunakan alat : (a) Medicine ball

seberat 1 kg yang penggunaannya didorong ke depan sejauh mungkin,

(b) Meteran untuk mengukur jarak perolehan dorongan, (c) Stop watch untuk

mengukur waktu dari lepasnya bola sampai jatuhnya bola hingga menyentuh

permukaan tanah, (d) Blangko pengukuran power lengan untuk mendata

Page 42: Pengaruh Latihan Push Up Dan Panjang Lengan Terhadap Pukulan Lob

42

perolehan tes, (e) Alat tulis, (f) kursi untuk tempat melakukan melempar medicine

ball (g) selendang. Reabilitas 0,84 dan validitas 0,77 (Johnson and Nelson,

1986:86).

Langkah-langkah melakukan tes adalah tester disuruh duduk di kursi sambil

memegang madicine ball didepan dada dan kakinya tidak boleh ikut bergerak

dan harus menempel di lantai, yang bergerak cuma tangannya yaitu dari depan

dada mendorong madicine ball kedepan sejauh mungkin, untuk lebih mudahnya

perut testernya ditali menggunakan selendang biar tidak ikut bergerak.

Gambar 3.1 Medicine Ball(Sumber: Data Penelitian)

3.4.2. Instrumen Panjang Lengan

Pengambilan data menggunakan alat : (a) Antrhopometer yang berguna

mengukur panjang lengan, (b) Blangko pengukuran panjang lengan untuk

mendata perolehan tes dan (c) Alat tulis (Depdikbud,2008). Pedoman

pengukuran panjang lengan dapat dilihat dilampiran .........

Langkah-langkah pelaksanaan tes adalah : 1) posisi berdiri, 2) mengukur

panjang lengan dari dari ujung jari tengah sampai dengan sendi bahu dari salah

satu tangan (tangan kanan).

Page 43: Pengaruh Latihan Push Up Dan Panjang Lengan Terhadap Pukulan Lob

43

Gambar 3.6.2

Gambar 3.2 Anthropometer(Sumber: Data Penelitian)

3.4.3. Instrumen Pukulan Overhead Lob

Tes ini dipergunakan dengan tujuan untuk mengetahui dan mengukur

kemampuan melakukan pukulan overhead lob secara baik, dan jauh ke belakang

dalam permainan bulutangkis (Tohar, 1992:145). Pada pelaksanaan tes ini ada 2

orang yang melakukan kegiatan yaitu yang pertama bertindak sebagai

pengumpan dan yang lain sebagai testee. Untuk pengumpan sama dengan

posisii servis lob sedang untuk posisi testee berada di tengah-tengah lapangan di

bagian sebelah kanan sejauh 1 meter dari batas tengah. Pada aba-

aba.....siap.....”ya”, melakukan servis lob kemudian testee bergerak ke belakang

untuk menyambut pukulan sevis lob tersebut. Selanjutnya testee melakukan

pukulan jauh ke belakang ke daerah back boundary pengumpan. Sasaran

pukulan overhead lob ini adalah daerah back boundary seberang lapang yaitu

sepanjang garis batas servis permainan ganda dan garis batas belakang

lapangan permainan tunggal dengan garis tepi sebelah kanan dan garis tepi

sebelah kiri pada permainan tunggal. Sehingga testee dalam melakukan pukulan

overhead lob ini, berarti pada bidang sasarannya lebih luas dari bidang sasaran

untuk servis lob. Testee dalam melakukan pukulan overhead lob ini boleh

memilih arah dan bidang sasaran baik secara lurus maupun secara diagonal atau

Page 44: Pengaruh Latihan Push Up Dan Panjang Lengan Terhadap Pukulan Lob

44

menyilang. Instrumen keterampilan pukulan overhead lob menggunakan alat :

(a). lapangan bulutangkis (b). alat tulis (c). meteran (d). raket dan shutllecock (e).

pita sepanjang net dengan lebar 5 cm, direntangkan sejajar net, net sejarak 14

feet tinggi 8 feet dari lantai (f). blangko pengukuran hasil keterampilan pukulan.

Pengetes sebaiknya 4 orang yang terdiri dari : (a). seorang pengumpan, (b) dua

orang pengawas, salah seorang sambil mencatat, (c) seorang menambil

shuttlecock.

Pelaksanaan tes ini yaitu : (a) orang coba berdiri di atas tanda yang sudah

disediakan (X dan Y), (b) pengumpan berdiri di tengah-tengah lapangan yang

bertarget untuk memberikan servis lob, (c) sesudah pengumpan melaksanakan

servis lob, orang coba boleh meninggalkan tempatnya serta memukul shuttlecock

sehingga harus melewati di atas tali, (d) orang melakukan 20 kali.

Penilaian dalam tes ini yaitu : (a) shuttlecock yang dipukul dengan sah dan

memenuhi syarat tes serta jatuh di tempat sasaran diberi nilai 1 sedangkan yang

tidak masuk ke daerah sasaran diberi nilai 0, (b) shuttlecock yang jatuh pada

garis sasaran dianggap masuk ke daerah yang bernilai lebih tinggi, (c) jumlah

nilai dari 20 kali pelaksanaan dikumpulkan.

Gambar 3.3 Instrumen Pukulan Overhead lob(Sumber : Tohar, 1992 : 155)

Page 45: Pengaruh Latihan Push Up Dan Panjang Lengan Terhadap Pukulan Lob

45

3.5 Prosedur Penelitian

3.5.1 Tes Awal (Pre-Test)

Tes awal atau lebih dikenal dengan pre-test yang dilakukan dalam penelitian

ini adalah : tes power lengan, mengukur panjang lengan dan tes pukulan

overhead lob yang dilakukan pada tanggal 3 Oktober 2014 pukul 15.00 di

lapangan paradise tempat berlatih PB. Pandowo Semarang. Tes pukulan

overhead lob adalah suatu alat pengukur yang digunakan untuk mengukur

kemampuan melakukan overhead lob dalam permainan bulutangkis (Tohar,

1992:147). Tes ini dilakukan dengan cara teste coba diberikan umpan service lob

oleh tester sebanyak 20 kali yang terbagi lapangan sisi kanan 10 kali dan sisi kiri

10 kali, dari kedua hasil pukulan overhead lob kemudian dijumlah dan hasilnya

merupakan hasil kemampuan kecakapan melakukan pukulan overhead lob yang

dilakukan oleh teste.

3.5.2 Pelaksanaan Latihan atau Treatment

Pelaksanaan latihan atau treatment dilakukan 4 kali seminggu dalam 16 kali

pertemuan yang mana pada hari senin, selasa, kamis dan jum’at yang dimulai

pada tanggal 8 Oktober 2014 sampai 6 November 2014. Dalam treatment

tersebut atlet dilatih dengan menggunakan latihan Push Up normal dan Push Up

Uprise untuk power lengan, untuk lebih jelasnya dilihat dalam lampiran 5 tentang

program latihan.

3.5.3 Tes Akhir (Post Test)

Tes akhir atau post test yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu : tes power

lengan dan tes pukulan overhead lob. Tes akhir dilakukan pada tanggal 7

November 2014.

Page 46: Pengaruh Latihan Push Up Dan Panjang Lengan Terhadap Pukulan Lob

46

3.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penelitian

Guna menghindari adanya kemungkinan-kemungkinan kesalahan selama

penelitian, maka penulis akan mengemukakan beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi hasil penelitian dan usaha-usaha untuk menghindarinya. Adapun

faktor-faktor yang mempengaruhi penelitian ini adalah: faktor kesungguhan hati,

penggunaan alat, kemampuan sampel, kegiatan sampel diluar penelitian, dan

jumlah sampel.

3.6.1 Faktor Kesungguhan Hati

Faktor kesungguhan hati dalam pelaksanaan penelitian dari masing-masing

sampel tidak sama, untuk itu penulis dalam pelaksanaan latihan dan tes selalu

memotivasi, mengawasi dan mengontrol setiap aktivitas yang dilakukan dengan

melibatkan pembimbing untuk mengarahkan kegiatan sampel pada tujuan yang

akan tercapai.

3.6.2 Faktor Penggunaan Alat

Dalam penelitian ini, baik dalam test maupun dalam pemberian materi

latihan sebelum dimulai diupayakan semua alat yang berhubungan dengan

penelitian sudah dipersiapkan terlebih dahulu, sehingga latihan dapat berjalan

dengan lancar.

3.6.3 Faktor Kemampuan Sampel

Masing-masing sampel memiliki kemampuan dasar yang berbeda, baik

dalam penerimaan materi secara lisan maupun kemampuan dalam penggunaan

alat tes. Untuk itu penulis selain memberikan informasi secara klasikal, secara

individu penulis berusaha memberikan koreksi agar tes yang digunakan benar-

benar baik.

Page 47: Pengaruh Latihan Push Up Dan Panjang Lengan Terhadap Pukulan Lob

47

3.6.4 Faktor Kegiatan Sampel di luar Penelitian

Tujuan utama pelaksanaan penelitian ini adalah memperoleh data-data

seakurat mungkin. Untuk menghindari adanya kegiatan sampel diluar penelitian

yang bisa menghambat proses penelitian dan pengambilan data penelitian,

penulis berusaha mengatasi dengan memilih waktu penelitian bersamaan

dengan jadwal latihan rutin.

3.6.5 Faktor Jumlah Sampel

Penelitian ini menggunakan sampel pemain bulutangkis yang berjumlah 20

orang. Jumlah itu adalah jumlah keseluruhan pemain pemula putra PB. Pendowo

Semarang tahun 2014. Hal ini dilakukan karena semakin banyak sampel maka

kegiatan penelitian semakin baik.

3.7 Teknik Analisis Data

Data-data hasil tes akhir hasil pukulan overhead lob dianalisis dengan

statistika Anova dua jalur dan pengujian hipotesis dengan perhitungan uji F

dengan taraf signifikan 0,05% yang pada tahap sebelumnya dilakukan uji

normalitas sampel (uji kolmogorove smirnov dengan α= 0,05%) dan uji

homogenitas varians (uji levene’s tests). Taraf signifikan (α) dalam penelitian

adalah 0,05 atau 5%.

Sebelum melakukan uji analisis terlebih dahulu dilakukan dengan

sejumlah uji persyaratan untuk mengetahui kelayakan data. Adapun uji

persyaratan tersebut meliputi:

3.7.1 Uji Normalitas Data

Uji normalitas data penelitian ini menggunakan uji normalitas Kolmogorov-

Smirnof (Santoso, 2002:311). Kriteria uji jika signifikasi > 0,05 data dinyatakan

Page 48: Pengaruh Latihan Push Up Dan Panjang Lengan Terhadap Pukulan Lob

48

normal, sebaliknya jika signifikasi < 0,05 data dinyatakan tidak normal.

3.7.2 Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas varians digunakan untuk mengetahui homogen tidaknya

variasi sampel yang diambil dari populasi yang sama dalam penelitian. Uji

homogenitas varians dihitung dengan menggunakan uji leavene’s test atau uji F.

Kriteria uji jika signifikasi > 0.05 data dinyatakan homogen, sebaliknya jika

signifikasi < 0.05 data dinyatakan tidak homogen.