PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp ) DENGAN ... · PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp.)...

49
PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp.) DENGAN MENGGUNAKAN PENYAMAKAN KOMBINASI ALDEHIDA DAN NABATI DOLLY ROBBY SAHPUTRA HASIBUAN DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Transcript of PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp ) DENGAN ... · PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp.)...

Page 1: PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp ) DENGAN ... · PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp.) DENGAN MENGGUNAKAN PENYAMAKAN KOMBINASI . ... Alat 8 Prosedur Penelitian 8 Prosedur

PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp.) DENGAN

MENGGUNAKAN PENYAMAKAN KOMBINASI

ALDEHIDA DAN NABATI

DOLLY ROBBY SAHPUTRA HASIBUAN

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp ) DENGAN ... · PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp.) DENGAN MENGGUNAKAN PENYAMAKAN KOMBINASI . ... Alat 8 Prosedur Penelitian 8 Prosedur
Page 3: PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp ) DENGAN ... · PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp.) DENGAN MENGGUNAKAN PENYAMAKAN KOMBINASI . ... Alat 8 Prosedur Penelitian 8 Prosedur

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Penyamakan Kulit

Ikan Tuna (Thunnus sp.) dengan Menggunakan Penyamakan Kombinasi Aldehida

dan Nabati” adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan

belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta

dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Dolly Robby Sahputra Hasibuan

F34090046

Page 4: PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp ) DENGAN ... · PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp.) DENGAN MENGGUNAKAN PENYAMAKAN KOMBINASI . ... Alat 8 Prosedur Penelitian 8 Prosedur

ABSTRAK

DOLLY ROBBY SAHPUTRA HASIBUAN. Penyamakan Kulit Ikan Tuna

(Thunnus sp.) Dengan Menggunakan Penyamakan Kombinasi Aldehida dan

Nabati. Dibimbing oleh ONO SUPARNO.

Penelitian mengenai penyamakan kulit ikan tuna sudah mulai dikembangkan

pada skala laboratorium dengan beberapa jenis bahan penyamak dan belum

mencapai hasil optimum. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya diarahkan pada

pengombinasian berbagai jenis bahan penyamak untuk mendapatkan hasil

optimum. Penyamakan kombinasi adalah penyamakan dengan dua atau lebih

bahan penyamak, dengan tujuan saling melengkapi, karena setiap bahan

penyamak memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis bahan penyamak nabati (mimosa,

gambir, dan quebracho) dan konsentrasinya (10%, 15%, dan 20%) terhadap mutu

kulit yang dihasilkan dan menentukan kombinasi perlakuan terbaik. Berdasarkan

penelitian ini, jenis bahan penyamak nabati berpengaruh signifikan terhadap

peningkatan ketebalan, suhu kerut, kuat sobek, dan elongasi kulit samak.

Konsentrasi tidak berpengaruh signifikan terhadap sifat-sifat fisik kulit samak.

Interaksi kedua faktor tidak berpengaruh signifikan terhadap sifat-sifat fisik kulit

samak. Kombinasi penyamakan dengan glutaraldehida (3%) dan mimosa (20%)

memberikan hasil terbaik pada penelitian ini. Sifat-sifat fisik kulit samak yang

dihasilkan adalah memiliki penambahan ketebalan 20.8%, Suhu kerut 88.8°C,

kuat tarik 17.8 N/mm2, perpanjangan putus 41.4%, dan kuat sobek 54.59 N/mm².

Nilai sifat-sifat organoleptiknya adalah kelenturan (fell/handle) 6-7 dan warna 7-8.

Kata kunci: kulit, penyamakan kombinasi, glutaraldehida, bahan penyamak nabati,

sifat fisik kulit samak.

ABSTRACT

DOLLY ROBBY SAHPUTRA HASIBUAN. Tanning of Tuna’s Leather

(Thunnus sp.) Using Aldehyde and Vegetable Combination Tanning. Supervised

by ONO SUPARNO.

The research of tuna’s leather tanning had been developed at laboratory

scale with some type of tannages and not yet achieved optimum results. Therefore,

further research is directed toward the combination of several types of tannage in

order to obtain the optimum result. Combination tanning is a tanning process

using two or more tannages in order to complete each other’s advantage and

disadvantage. This research aimed to determine the effects of vegetable tannages

(e.g. mimosa, gambier, and quebracho) and its concentrations (10%, 15%, and

20%) on the quality of leather produced using combination tanning. It also aimed

to determine the best combination of treatments. Based on the result of this

research, the type of vegetable tannages had a significant effect on increase of

thickness, shrinkage temperature, tear strength, and elongation at break of the

leathers. Concentration had no significant effect on physical properties of tanned

leather. Interaction of two factors had no significant effect on physical properties

Page 5: PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp ) DENGAN ... · PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp.) DENGAN MENGGUNAKAN PENYAMAKAN KOMBINASI . ... Alat 8 Prosedur Penelitian 8 Prosedur

of tanned leather. Combination tanning using 3% glutaraldehyde and 20%

mimosa presented the best result. The physical properties of tanned leather

resulted were 20.8% increase of thickness, shrinkage temperature of 88°C, tensile

strength of 17.8 N/mm2, elongation of break of 41.4%, and tear strength of 54.59

N/mm². Organoleptic properties of the tanned leather were flexibility (fell or

handle) in the scale of 6–7 and color of 7–8.

Key words : leather, combination tanning, glutaraldehyde, vegetable tannages,

tanned leather properties

Page 6: PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp ) DENGAN ... · PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp.) DENGAN MENGGUNAKAN PENYAMAKAN KOMBINASI . ... Alat 8 Prosedur Penelitian 8 Prosedur
Page 7: PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp ) DENGAN ... · PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp.) DENGAN MENGGUNAKAN PENYAMAKAN KOMBINASI . ... Alat 8 Prosedur Penelitian 8 Prosedur

,

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Teknologi Pertanian

pada

Departemen Teknologi Industri Pertanian

PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp.) DENGAN

MENGGUNAKAN PENYAMAKAN KOMBINASI

ALDEHIDA DAN NABATI

DOLLY ROBBY SAHPUTRA HASIBUAN

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 8: PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp ) DENGAN ... · PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp.) DENGAN MENGGUNAKAN PENYAMAKAN KOMBINASI . ... Alat 8 Prosedur Penelitian 8 Prosedur

Judul Skripsi : Penyamakan Kulit Ikan Tuna (Thunnus sp.) Dengan Menggunakan

Penyamakan Kombinasi Aldehida dan Nabati

Nama : Dolly Robby Sahputra Hasibuan

NIM : F34090046

Disetujui oleh

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Nastiti Siswi Indrasti

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Prof Dr Ono Suparno, STP, MT

Dosen Pembimbing

Page 9: PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp ) DENGAN ... · PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp.) DENGAN MENGGUNAKAN PENYAMAKAN KOMBINASI . ... Alat 8 Prosedur Penelitian 8 Prosedur

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia

dan limpahan rahmat-Nya sehingga penyusunan skripsi berjudul “Penyamakan

Kulit Ikan Tuna (Thunnus sp.) Dengan Menggunakan Penyamakan Kombinasi

Aldehida dan Nabati” berhasil diselesaikan. Tema yang diangkat dalam penelitian

yang dilaksanakan selama Mei 2013 sampai Nopember 2013 ini adalah proses

penyamakan kulit ikan tuna. Karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian di Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan teristimewa kepada:

1. Prof Dr Ono Suparno, STP, MT, selaku Pembimbing Akademik atas

perhatian dan bimbingannya selama penelitian dan penyelesaian skripsi.

2. Prof Dr Ir Nastiti Siswi Indrasti dan Dr Endang Warsiki STP MSi, selaku

dosen penguji atas kritik dan saran yang telah diberikan.

3. Bapak Ir Moh. Najikh selaku CEO, Bapak Saiful Azis selaku Business

Manager Unit III, Bapak Pebru Yuwono, dan seluruh Staff atas kesediaan

dalam pengadaan bahan baku selama proses penyelesaian skripsi ini.

4. Ayahanda Rustam Effendi Hasibuan, Ibunda Santi Pasaribu, adik-adik

Elfriyanti Srimadona Hasibuan dan Ali Akbar Hasibuan beserta keluarga

besar atas doa, semangat, dan kasih sayangnya.

5. Keluarga besar TIN 46 atas dukungan dan doanya.

6. Seluruh dosen, laboran, dan staff Departemen Teknologi Industri Pertanian

Institut Pertanian Bogor.

7. Seluruh sanak dan kerabat yang tidak bisa disebutkan satu-persatu

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2014

Dolly Robby Sahputra Hasibuan

Page 10: PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp ) DENGAN ... · PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp.) DENGAN MENGGUNAKAN PENYAMAKAN KOMBINASI . ... Alat 8 Prosedur Penelitian 8 Prosedur

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 3

Kulit Ikan Tuna (Thunnus sp.) 3

Penyamakan Kulit 4

Penyamakan Aldehida 4

Bahan Penyamak Nabati 6

Reaksi Penyamakan Nabati 7

METODE 7

Waktu dan Tempat 7

Bahan 7

Alat 8

Prosedur Penelitian 8

Prosedur Pengujian 9

Prosedur Analisis Data 9

HASIL DAN PEMBAHASAN 10

Ketebalan Kulit 10

Suhu Kerut 11

Kuat Sobek 12

Kuat Tarik 13

Elongasi Putus 14

Sifat - Sifat Organoleptik 16

Pemilihan Perlakuan Terbaik 17

Peningkatan Nilai Tambah Limbah Kulit Ikan Tuna 17

Page 11: PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp ) DENGAN ... · PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp.) DENGAN MENGGUNAKAN PENYAMAKAN KOMBINASI . ... Alat 8 Prosedur Penelitian 8 Prosedur

SIMPULAN DAN SARAN 20

Simpulan 20

Saran 20

DAFTAR PUSTAKA 21

LAMPIRAN 23

RIWAYAT HIDUP 49

Page 12: PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp ) DENGAN ... · PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp.) DENGAN MENGGUNAKAN PENYAMAKAN KOMBINASI . ... Alat 8 Prosedur Penelitian 8 Prosedur

DAFTAR TABEL

1 Hubungan sifat organoleptik kulit samak tuna dengan bahan penyamak

nabati 16 2 Perhitungan nilai tambah pengolahan limbah kulit ikan tuna per Kg 17

DAFTAR GAMBAR

1 (a) Ikan tuna (Thunnus.), (b) struktur kulit hewan 3 2 Jaringan kulit sebelum dan setelah disamak (ilustrasi) 4

3 Polimerisasi glutaraldehida 5 4 Reaksi antara glutaraldehida dan protein 5 5 (a) Gambir, (b) black wattle (b), (c) quebracho 6

6 Reaksi hidrogen antara bahan penyamak nabati dan kolagen kulit 7

7 Hubungan antara jenis bahan penyamak nabati dan konsentrasinya

terhadap ketebalan kulit 11 8 Hubungan jenis bahan penyamak nabati dan konsentrasinya terhadap

peningkatan suhu kerut kulit samak 12 9 Hubungan antara jenis bahan penyamak nabati dan konsentrasinya

terhadap kuat sobek kulit samak tuna 13 10 Hubungan antara jenis bahan penyamak nabati dan konsentrasinya

terhadap peningkatan kuat tarik kulit samak tuna 14 11 Hubungan antara jenis bahan penyamak nabati dan konsentrasinya

terhadap peningkatan elongasi putus (%) kulit samak tuna 15

DAFTAR LAMPIRAN

1 Foto-foto bahan dan peralatan yang digunakan 23 2 Prosedur Penelitian 25

3 Prosedur Analisis dan Uji Sifat Fisik Kulit 27

4 Uji Organoleptik 29 5 Tabel hasil pengukuran kadar tanin bahan penyamak nabati 30 6 Tabel hasil pengukuran peningkatan ketebalan kulit (%) 30 7 Tabel uji Anova (α = 5%) terhadap peningkatan ketebalan kulit (%) 30

8 Tabel uji Duncan terhadap peningkatan kebebalan kulit (%) 31 9 Tabel hasil pengukuran suhu kerut kulit samak (°C) 31

10 Tabel uji Anova (α = 5%) terhadap peningkatan suhu kerut kulit (°C) 32

11 Tabel uji Duncan terhadap peningkatan suhu kerut kulit (°C) 32 12 Tabel hasil pengukuran kuat sobek kulit samak (N/mm) 32

13 Tabel uji Anova (α = 5%) terhadap kuat sobek kulit samak (N/mm) 33 14 Tabel uji lanjut Duncan terhadap kuat sobek kulit samak (N/mm) 33

15 Tabel hasil pengukuran kuat tarik kulit samak (N/mm²) 33 16 Tabel uji Anova (α = 5%) terhadap kuat tarik kulit samak (N/mm²) 34 17 Tabel hasil pengukuran elongasi putus kulit samak tuna (%) 34 18 Tabel uji Anova (α = 5%) terhadap elongasi putus kulit samak (%) 35

19 Tabel uji lanjut Duncan terhadap kuat sobek kulit samak (N/mm) 35 20 Tabel prosedur perhitungan nilai tambah 36

Page 13: PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp ) DENGAN ... · PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp.) DENGAN MENGGUNAKAN PENYAMAKAN KOMBINASI . ... Alat 8 Prosedur Penelitian 8 Prosedur

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kulit merupakan salah satu komoditas yang sangat potensial untuk

dikembangkan dalam skala industri di Indonesia. Ikan tuna merupakan salah satu

komoditi perikanan yang diproduksi dalam jumlah besar di Indonesia dan juga

merupakan komoditi ekspor.

PT Kelola Mina Laut (KML), Gresik, Jawa Timur, mengolah sebanyak 7 ton

ikan tuna per hari. Tidak semua ikan tersebut terkonversi secara sempurna menjadi

produk. Proses pengolahan tersebut menghasilkan limbah berupa kulit sebesar

3,4% (Hastuti 2012). Nilai tersebut setara dengan 238 kg kulit yang dihasilkan

sebagai limbah setiap harinya di PT KML. Limbah kulit tersebut dapat

dimanfaatkan dengan lebih baik agar dapat menghasilkan berbagai jenis produk

dengan nilai jual yang tinggi melalui proses penyamakan.

Penyamakan merupakan proses memodifikasi struktur kolagen, komponen

utama kulit dengan mereaksikannya dengan berbagai bahan kimia (tannin atau

bahan penyamak) yang pada umumnya meningkatkan stabilitas hidrotermal kulit

tersebut dan kulit tersebut menjadi tahan terhadap mikroorganisme (Suparno et al.,

2005).

Dewasa ini, sebagian besar kulit samak dunia disamak dengan krom (III)

sulfat, yang merupakan konsekuensi dari kemudahan proses, keluasan kegunaan

produk, dan sangat memuaskannya karakteristik kulit samak yang dihasilkan.

Namun demikian, penyamakan mineral tersebut juga berkontribusi terhadap

masalah pencemaran lingkungan, khususnya di negara-negara berkembang.

Dengan demikian, diperlukan proses penyamakan non mineral yang ramah

lingkungan dalam pembuatan kulit samak (Suparno et al., 2008).

Bahan penyamak nabati terdiri atas bahan penyamak yang ramah lingkungan

karena kemudahannya untuk didegradasi secara biologis (Jianzhong et al., 2009).

Menurut Faxing et al. (2005) and Shi (2006), kulit yang disamak menggunakan

bahan nabati menghasilkan kesempurnaan yang sangat baik seperti sifat-sifat fisik,

ketahanan aus atau pakai, permeabilitas udara, dan ketebalan. Oleh sebab itu,

penggunaan bahan nabati memberikan pengaruh yang sangat besar untuk

mengurangi bahaya penggunaan krom pada proses penyamakan kulit.

Penyamakan menggunakan glutaraldehida (OCH-(CH2)3-CHO)

menghasilkan kulit samak yang tahan terhadap suhu 80-85ºC, halus, kuat, dan

tahan cuci. Untuk mengahasilkan kulit samak yang lebih baik dapat dilakukan

pengkombinaan berbagai jenis bahan penyamak. Penyamakan kombinasi

merupakan proses penyamakan dengan menggunakan dua atau lebih bahan

penyamak yang berbeda dengan tujuan untuk saling melengkapi, karena setiap

jenis bahan penyamak memiliki kelebihan dan kekurangan, agar didapatkan hasil

kulit samak yang lebih baik.

Penelitian mengenai penyamakan kulit ikan tuna pada saat ini sudah mulai

dikembangkan pada skala laboratorium. Penelitian terakhir telah dilakukan oleh

Alfindo (2009) dengan menggunakan penyamakan krom pada proses pretanning

dan penyamakan nabati untuk penyamakan lanjutan. Pada penelitian tersebut,

Page 14: PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp ) DENGAN ... · PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp.) DENGAN MENGGUNAKAN PENYAMAKAN KOMBINASI . ... Alat 8 Prosedur Penelitian 8 Prosedur

2

bahan penyamak nabati yang digunakan hanya satu jenis yaitu mimosa dengan

konsentrasi 5%, 10%, dan 15%.

Pada penelitian ini, kombinasi penyamakan yang dilakukan menggunakan

dua jenis bahan penyamak yaitu aldehida sebagai proses penyamakan awal (pre-

tanning) dengan menggunakan Relugan GT50, dan nabati sebagai proses

penyamakan lanjutan dengan menggunkan mimosa, gambir dan quebracho.

Kombinasi bahan penyamak ini diharapkan dapat menghasilkan sifat fisik kulit

samak tuna yang lebih baik seperti ketebalan kulit samak, suhu kerut, kuat tarik,

elongasi putus, kuat sobek, dan sifat organoleptik kulit samak seperti kelenturan

(feel/handle) dan warna.

Perumusan Masalah

1. Bagaimanakah pengaruh jenis dan konsentrasi bahan penyamak nabati

terhadap sifat fisik kulit samak ikan tuna yang dihasilkan?

2. Jenis dan konsentrasi bahan penyamak nabati manakah yang menghasilkan

kulit samak ikan tuna terbaik?

3. Bagaimanakah sifat fisik kulit samak ikan tuna yang dihasilkan?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis dan konsentrasi

beberapa bahan penyamak nabati (mimosa, gambir, quebracho) terhadap mutu

kulit samak ikan tuna, menentukan kombinasi jenis dan konsentrasi bahan

penyamak nabati yang terbaik untuk penyamakan kulit ikan tuna, serta

mengetahui sifat-sifat kulit samak ikan tuna yang dihasilkan.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bahwa proses

kombinasi bahan penyamak aldehida dan nabati dapat menghasilkan sifat fisik

kulit samak ikan tuna yang lebih baik bila dibandingkan dengan menggunakan

satu jenis bahan penyamak. Disamping itu, limbah kulit ikan tuna dapat

dimanfatkan secara lebih luas dengan dengan meningkatkan nilai tambahnya

dengan proses penyamakan (tanning).

Page 15: PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp ) DENGAN ... · PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp.) DENGAN MENGGUNAKAN PENYAMAKAN KOMBINASI . ... Alat 8 Prosedur Penelitian 8 Prosedur

3

TINJAUAN PUSTAKA

Kulit Ikan Tuna (Thunnus sp.)

Ikan tuna termasuk ke dalam ikan pelagis besar dalam keluarga Scombridae

yang mempunyai warna biru kehitaman pada bagian punggung dan berwarna

keputih-putihan pada bagian perut. Ikan tuna tergolong ikan perenang cepat,

tubuhnya seperti cerutu, mempunyai dua sirip punggung, sirip depan biasanya

lebih pendek dan terpisah dari sirip belakang. Mempunyai jari-jari sirip tambahan

(finlet) di belakang punggung dan dubur. Sirip dada terletak agak ke atas, sirip

perut kecil, sirip ekor bercagak agak ke dalam dengan jari-jari penyokong

menutup seluruh hypural (DKP 2008). Gambar ikan tuna dapat dilihat pada

Gambar 1a. .

Kulit merupakan lapisan terluar dari tubuh makhluk hidup yang berfungsi

sebagai pelindung tubuh dari berbagai pengaruh luar seperti panas, pengaruh

mekanis maupun kimiawi. Secara histologis kulit ikan dapat dibagi atas tiga

lapisan yaitu lapisan epidermis, lapisan corium atau cutis, dan lapisan subcutis.

Epidermis adalah lapisan paling luar dari kulit, yang berfungsi sebagai

penghalang antara binatang dengan lingkungannya (Covington 2011). Lapisan ini

merupakan lapisan dengan struktur seluler dan terdiri dari lapisan-lapisan sel

epitel yang dapat berkembang biak dengan sendirinya. Pada penyamakan kulit,

biasanya lapisan ini harus dibuang sampai bersih.

Lapisan corium atau cutis adalah bagian pokok tenunan kulit yang akan

diubah menjadi kulit samak. Corium sebagian besar tersusun dari serat-serat

tenunan pengikat. Dalam derma terdapat tiga tipe tenunan pengikat yaitu tenunan

kolagen, elastin, dan reticular. Sedangkan lapisan subcutis adalah tenunan

pengikat longgar yang menghubungkan corium dengan bagian-bagian lain dari

tubuh. Struktur kulit dapat dilihat pada Gambar 1b.

Sumber: (Collette 1995)

(a)

Sumber : (Said 2000)

(b)

Gambar 1 (a) Ikan tuna (Thunnus.), (b) struktur kulit hewan

Page 16: PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp ) DENGAN ... · PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp.) DENGAN MENGGUNAKAN PENYAMAKAN KOMBINASI . ... Alat 8 Prosedur Penelitian 8 Prosedur

4

Penyamakan Kulit

Penyamakan merupakan tahap paling penting dalam produksi kulit samak.

Selama penyamakan, kolagen akan memfiksasi bahan penyamak pada situs-situs

reaktifnya (Heidemann, 1993 dan Bossche et al.,1997). Mekanisme penyamakan

kulit pada prinspnya adalah memasukkan bahan tertentu yang disebut bahan

penyamak ke dalam anyaman atau jaringan serat kulit, sehingga terjadi ikatan

kimia antara bahan penyamak dengan serat kulit (Purnomo 1991). Panampakan

jaringan kulit sebelum dan setelah dilakukan penyamakan dapat dilihat pada

Gambar 2.

Gambar 2. Jaringan kulit sebelum dan setelah disamak (ilustrasi) (Mann 2000)

Menurut Purnomo (1992), proses penyamakan secara garis besar meliputi

proses pra-penyamakan, proses penyamakan, proses pasca penyamakan, dan

proses penyelesaian. Penyamakan dapat dilakukan dengan berbagai cara

tergantung bahan yang akan digunakan. Secara praktis penyamakan dapat

digolongkan menjadi lima yaitu penyamakan nabati, aldehida, minyak, mineral,

dan penyamakan sintetis.

Penyamakan Aldehida

Bahan-bahan penyamak yang digunakan untuk penyamakan awal dalam

produksi kulit samoa adalah formaldehida, glutaraldehida atau oksazolidin.

Glutaraldehida (OCH-(CH2)3-CHO) adalah dialdehida yang dapat digunakan

sebagai bahan penyamak kulit. Karena penggunaan formaldehida dalam

penyamakan kulit menurun, penggunaan glutaraldehida sebagai bahan pengganti

meningkat. Gambar 3 menunjukkan struktur dialdehida alifatik tersebut dalam

larutan. Struktur tersebut merupakan sebuah struktur penghubung antara dua

molekul glutaraldehida yang bereaksi (Suparno 2009).

Dalam suatu skema komplek reaksi, glutaraldehida membentuk basa Schiff

dengan protein dan distabilisasi oleh molekul-molekul glutaraldehida lain. Tidak

ada bukti bahwa crosslink terbentuk. Tiga molekul glutaraldehida difiksasi per

grup amino lisyne, tidak ada bukti untuk sebuah matriks terpolimerisasi (Damink

et al., 1995).

Basa Schiff terbentuk karena adanya hubungan antara ikatan antara gugus

aldehida dan gugus amino. Ikatan yang paling sering berhubungan adalah ikatan

Ikatan yang terbentuk selama proses penyamakan

Serat-serat pada kulit

Page 17: PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp ) DENGAN ... · PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp.) DENGAN MENGGUNAKAN PENYAMAKAN KOMBINASI . ... Alat 8 Prosedur Penelitian 8 Prosedur

5

antara gugus aldehida hidroksilisin dan gugus amino hidroksilisin lain. Basa

Schiff yang dihasilkan dari proses ikatan antara kedua gugus tersebut yang

menghasilkan aldehida sedikitnya satu atom hidrogen terikat pada karbon dalam

gugus karbonil. Gugus fungsi dalam senyawa ini adalah gugus karbonil, C=O.

Keberadaan atom hidrogen tersebut menjadikan aldehida sangat mudah teroksidasi.

Atau dengan kata lain, aldehida adalah agen pereduksi yang kuat (Arsyad 2001).

Gambar 4 menunjukkan reaksi yang terjadi antara glutaraldehida dengan protein.

Gambar 3 Polimerisasi glutaraldehida (Suparno 2009)

Gambar 4 Reaksi antara glutaraldehida dan protein (Covington 2009)

Seperti formaldehida, kulit yang disamak dengan glutaraldehida adalah

tahan cuci dan hidrofilik. Suhu kerutnya mirip. Namun, warnanya berbeda,

glutaraldehida menghasilkan warna kuning. Turunan glutaraldehida telah

ditawarkan ke industri, yakni Relugan GT, turunan tambahan bisulfit. Bahan

tersebut menghasilkan kulit samak lebih pucat, tetapi tetap menghasilkan warna

kuning. Produk lainnya adalah Relugan GT50, yang merupakan larutan 50 persen

dari glutaraldehida yang digunakan sebagai pretanning, selftanning, dan retanning

agents untuk seluruh jenis kulit samak (Suparno 2009).

Page 18: PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp ) DENGAN ... · PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp.) DENGAN MENGGUNAKAN PENYAMAKAN KOMBINASI . ... Alat 8 Prosedur Penelitian 8 Prosedur

6

Bahan Penyamak Nabati

Penyamak nabati (condensed vegetable tannages) seperti mimosa,

quebracho, dan gambir merupakan bahan penyamak non mineral yang dihasilkan

dari sumberdaya alam terbarukan dan bersifat ramah lingkungan. Mimosa

dihasilkan dari kayu dan kulit kayu Acacia mearnsii dan A. mangium; quebracho

dari kayu Schinopsis lorentzii dan S. balansae; dan gambier dari daun dan ranting

pohon Uncaria gambier (Suparno et al., 2008).

Bahan penyamak nabati merupakan komponen dari senyawa fenol yang

memiliki bobot molekul 500-3000 Dalton. Bahan tersebut terdiri atas golongan

hidroksil dan karboksil yang cenderung membentuk ikatan-ikatan yang kuat

dengan protein-protein kulit (Kanth et al., 2009).

Mimosa, gambir, dan quebracho merupakan golongan pirokatekol yaitu

golongan kondensasi, pembentuk flobafen atau endapan. Ekstrak mimosa yang

digunakan sebagai bahan penyamak diperoleh dari kulit batang pohon black wattle

yang merupakan sejenis tanaman akasia. Tanaman black wattle banyak ditemukan

di daratan Astralia dan dibudidayakan di Afrika Selatan. Kulit batang dari

tanaman ini banyak mengandung tannin yang dapat dimanfaatkan untuk

penyamakan kulit. Menurut Jansen (2005), kadar tannin yang terkandung dalam

kulit batang tanaman black wattle kurang lebih 60-65%. Bentuk tanaman black

wattle dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambir merupakan bahan penyamak nabati yang dihasilkan dari daun dan

ranting pohom Uncaria gambier yang mengandung flavonoid, ketekin (51%),

tannin (22-50%) dan sejumlah alkaloid. Menurut Thorpe dan Whiteley (1921)

dalam Gumbira-Sa’id et al. (2009a), asam catechunnat atau tannin dalam gambir

terkandung sebanyak 22-55%. Gambir merupakan bahan penyamak nabati yang

besifat sangat lemah, menghasilkan kulit samak berwarna cokelat abu-abu yang

akan luntur jika terpapar sinar matahari. Gambir dalam peyamakan biasanya

dikombinasikan dengan bahan penyamak lain yang lebih astrigen untuk

meninggikan tegangan putus kulit samaknya. Bentuk tanaman gambir dapat

dilihat pada Gambar 5.

Quebracho merupakan bahan penyamak nabati yang dihasilkan dari kayu

Schinopsis lorentzii dan S. balansae yang mengandung tannin berkisar 30%

setelah melewati proses ekstraksi (Anonim 2013). Karakteristik utama dari ekstrak

quebracho adalah larut dengan air dingin, cepat dalam penetrasi ke dalam kulit

mentah, dan memiliki kandungan agen penyamakan tinggi. Quebracho memiliki

kadar asam rendah dan kandungan garam sedang, sehingga termasuk sebagai

bahan penyamak rendah. Bentuk tanaman quebracho dapat dilihat pada Gambar 5.

a b c

Gambar 5 (a) Gambir (Gumbira-Said et al., 2009a), (b) black wattle (Anonim

2013), (c) quebrach (Anonim 2013)

Page 19: PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp ) DENGAN ... · PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp.) DENGAN MENGGUNAKAN PENYAMAKAN KOMBINASI . ... Alat 8 Prosedur Penelitian 8 Prosedur

7

Reaksi Penyamakan Nabati

Reaksi utama yang terjadi pada penyamakan nabati adalah reaksi antara

tanin dengan protein pada kulit. Tanin dapat mengikat dan mengendapkan protein,

sehingga terbentuk suatu senyawa kompleks yang tidak larut. Terdapat dua gugus

penting pada kolagen kulit hewan yang berperan dalam proses penyamakan kulit,

yaitu gugus NH2 dan COOH. Gugus tersebut akan berubah menjadi gugus NH3+

dan COO- pada keadaan isoelektrik. Gugus amina (NH3

+) yang berkaitan dengan

tanin yang terdapat pada bahan penyamak nabati (Radiman 1990).

Gambar 6 Reaksi hidrogen antara bahan penyamak nabati dan kolagen kulit

(Suparno 2005)

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Nopember 2013.

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyamakan Kulit, Laboratorium

Bioindustri, Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi

Pertanian, Laboratorium Fisik yang terdapat pada bagian Rekayasa dan Desain

Bangunan Kayu, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian

Bogor.

Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas bahan baku

utama dan bahan pembantu. Bahan baku utama yang digunakan adalah kulit tuna

pikel dan bahan penyamak nabati (mimosa, gambir, dan quebracho). Bahan

pembantu penyamakan adalah aquades, eusapon, sertan ND (dispersing agent),

natrium formiat, asam formiat, natrium karbonat, natrium bikarbonat, NaCl,

Relugan GT 50, dan fatliquoring agent (Lampiran 1).

Page 20: PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp ) DENGAN ... · PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp.) DENGAN MENGGUNAKAN PENYAMAKAN KOMBINASI . ... Alat 8 Prosedur Penelitian 8 Prosedur

8

Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat untuk proses

penyamakan dan proses analisis yaitu ember plastik, pisau, telenan, molen (drum

putar), shaker, toggle dryer, pH meter, baumemeter, thickness gauge, tensile

strength tester (Instron), pengukur suhu kerut, dan alat uji tarik dengan merk

“Zwick/Roell” (Lampiran 1).

Prosedur Penelitian

Penelitian Pendahuluan

Penelitian pendahuluan yang dilakukan merupakan tahapan awal persiapan

bahan yaitu pengujian kadar tanin bahan penyamak nabati, proses pra-

penyamakan (beam house operation) dan proses penyamakan dengan

menggunakan dua jenis bahan penyamak dengan masing-masing satu jenis

konsentrasi. Proses pra-penyamakan yang dilakukan diantaranya proses liming,

deliming, bathing, dan pickling. Proses lanjutan adalah proses penyamakan

(tanning) dengan menggunakan Relugan GT 50 (3%) dan mimosa (15%) sebagai

bahan penyamaknya.

Penelitian Utama

a. Penyamakan Aldehida

Prosedur penyamakan awal merujuk pada prosedur di dalam jurnal yang

dilaporkan oleh Suparno et al. (2009a). Penyamakan awal dilakukan dengan

mencuci terlebih dahulu kulit tuna yang telah di-pickling. Sebelum dicuci, kulit

ditimbang untuk menentukan jumlah bahan pencuci yang akan digunakan sesuai

dengan persentase yang sudah ditetapkan. Persentase bahan pencuci yang

digunakan berbasis bobot total bahan (kulit pikel). Setelah itu, ditambahkan air

200% dan NaCl 8% dengan mengukur derajat baume (6-10 ºBe). Setelah itu,

sebelum ditambahkan bahan penyamak aldehid (glutaraldehida) sebanyak 3%,

dilakukan pengecekan pH <3, jika masih kurang ditambahkan asam formiat.

Setelah sesuai, Relugan GT 50 ditambahkan sebanyak 3%. Relugan yang

ditambahkan sebelumnya diencerkan dengan air 3 kali bobot Relugan GT50 dan

dimasukkan ke dalam jar dengan tiga kali pemasukan setiap 15 menit. Kemudian

di-shaker kembali selama 60 menit dengan kecepatan 150 rpm. Selanjutnya

ditambahkan natrium formiat 1% yang telah diencerkan terlebih dahulu

menggunakan air dengan perbandingan 1:10 dengan empat tahap pemasukan

dengan selang waktu 10 menit dan kemudian di-shaker kembali selama 20 menit.

Setelah selesai, dilakukan penambahan natrium karbonat sebanyak 2% dan air

sebanyak 10%. Penambahan dilakukan dengan tiga kali tahap pemasukan setiap

selang waktu 15 menit. Setelah itu, air sebanyak 10% ditambahkan ke dalam jar

dan di-shaker selama 60 menit.

Setelah semua selesai, dilakukan pengecekan pH > 8. Jika masih kurang,

ditambahkan natrium karbonat. Selanjutnya, larutan dikeluarkan dari jar dan kulit

didiamkan selama semalam. Setelah itu, kulit dilanjukan dengan penyamakan

lanjutan dengan menggunakan bahan penyamak nabati (Lampiran 2).

Page 21: PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp ) DENGAN ... · PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp.) DENGAN MENGGUNAKAN PENYAMAKAN KOMBINASI . ... Alat 8 Prosedur Penelitian 8 Prosedur

9

b. Penyamakan Nabati

Prosedur penyamakan lanjutan merujuk pada prosedur di dalam jurnal yang

dilaporkan oleh Suparno et al. (2008) yang telah dimodifikasi. Penyamakan nabati

dilakukan setelah kulit selesai disamak dengan menggunakan glutaraldehida.

Bahan penyamak yang digunakan pada penyamakan lanjutan adalah bahan

penyamak nabati (mimosa, gambir, dan quebracho). Konsentarasi masing-masing

bahan penyamak nabati yang digunakan sama, yaitu 10%, 15%, dan 20%.

Sebelum bahan penyamak nabati di masukkan, terlebih dahulu kulit dicuci dengan

air 200% dan ditambahkan sertan ND (dispersing agent) 2% dan dilakukan

pengecekan pH 4.5. Selanjutnya bahan penyamak dimasukkan dan di-shaker

selama 120 menit. Setelah itu, ditambahkan asam formiat 0.25 % dan dilakukan

pengecekan pH 3.5. Kemudian ditambahkan natrium bikarbonat 1% dan dilakukan

pengecekan pH 4.5-5.5. setelah itu, larutan dikeluarkan dari jar. Selanjutnya

ditambahkan air 200% yang telah dipanaskan pada suhu 40ºC, dan kemudian

ditambahkan fatliquoring agent (minyak ikan 3% dan bahan penyamak sintetik

sebanyak 7%) yang kemudian di-shaker selama 90 menit. Setelah di-shaker,

larutan dikeluarkan dari jar dan selanjutnya ditambahkan 300% air untuk mencuci

kulit dari sisa bahan penyamak. Setelah larutan dicuci, kulit kemudian

dibentangkan selama semalam dan dikeringkan selama 1-2 hari pada toggle dryer

(Lampiran 2).

Prosedur Pengujian

Pengujian yang dilakukan pada penelitian ini mengenai sifat-sifat fisik kulit

samak yaitu kuat tarik dan perpanjangan putus diuji dengan prosedur SLP 6, suhu

kerut (Ts) dengan prosedur SLP 18, ketebalan dengan prosedur SLP 4, kuat sobek

dengan prosedur SLP 7 (SLTC 1996) dan sifat organoleptik kulit berupa warna

dan feel/handle yang diuji oleh dua orang panelis. Prosedur pengujian terhadap

sifat fisik kulit dapat dilihat pada Lampiran 3 dan prosedur pengujian sifat

organoleptik dapat dilihat pada Lampiran 4.

Prosedur Analisis Data

Proses pengolahan data penelitian ini dilakukan dengan Microsoft Excel

2010 dan SAS 9.1.3, yaitu didasarkan pada percobaan faktorial dalam rancangan

acak lengkap (RAL) dengan dua faktor perlakuan, yaitu faktor A adalah jenis

bahan penyamak nabati (mimosa, gambir, dan quebracho) dan faktor B adalah

konsentrasi jenis bahan penyamak nabati (10%, 15%, dan 20%) dengan ulangan

sebanyak dua kali.

Model linear aditif dari rancangan percobaan faktorial acak lengkap yaitu:

Yijk = µ + Ai + Bj + ABij + εijk

dengan:

Yijk = nilai pengamatan pada faktor A taraf ke-i faktor B taraf ke-j

dan ulangan ke k

µ = rata-rata yang sebenarnya

Ai = pengaruh jenis bahan penyamak nabati pada taraf ke-i

Page 22: PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp ) DENGAN ... · PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp.) DENGAN MENGGUNAKAN PENYAMAKAN KOMBINASI . ... Alat 8 Prosedur Penelitian 8 Prosedur

10

Bj = pengaruh konsentrasi bahan penyamak pada taraf ke-j

ABij = pengaruh interaksi antara faktor jenis dan faktor konsentrasi

Εijk = kesalahan karena ulangan ke-k dari faktor ke-i dan faktor ke-j

Apabila pengaruh faktor utama dan interaksi antar faktor utama berpengaruh

nyata pada tingkat kepercayaan 95%, pengolahan dan analisis data dilanjutkan

dengan menggunakan uji Duncan. Uji tersebut bertujuan untuk melihat perbedaan

pengaruh tiap faktor maupun kombinasi antarfaktor.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ketebalan Kulit

Ketebalan kulit samak ikan tuna pada penelitian ini mengalami peningkatan

setelah dilakukan proses penyamakan. Ketebalan kulit mengalami peningkatan

seiring dengan bertambahnya konsentrasi bahan penyamak (Gambar 7). Hasil

analisis ragam pada α = 0.05 menunjukkan bahwa konsentrasi tidak berpengaruh

yang signifikan, sedangkan jenis bahan penyamak berpengaruh signifikan

terhadap penambahan ketebalan kulit (Lampiran 7). Uji lanjut Duncan

menunjukkan bahwa gambir berbeda nyata dengan mimosa dan quebracho

(Lampiran 8).

Ketebalan rata-rata kulit samak pada setiap setiap bahan penyamak berbeda-

beda. Mimosa menghasilkan ketebalan kulit samak berkisar antara 1.33-1.81 mm,

gambir berkisar antara 1.17-1.42 mm, dan quebracho berkisar antara 1.26-1.46

mm. Mimosa dengan konsentrasi 20% dapat meningkatkan ketebalan kulit samak

terbesar sebesar 20.83% dan yang terkecil adalah gambir dengan konsentrasi 10%

sebesar 11.3%.

Perbedaan penambahan ketebalan kulit samak yang dihasilkan dipengaruhi

oleh kandungan tanin pada setiap jenis bahan penyamak yang berbeda-beda.

Berdasarkan hasil pengujian kadar tanin yang dilakukan, diperoleh kadar tanin

mimosa (25.26%), gambir (17.24%), dan quebracho (22.98%) (Lampiran 5).

Disamping itu, perbedaan ini juga dipengaruhi oleh proses shaving dan buffing,

yang pada penelitian ini tidak dilakukan proses tersebut. Menurut Suparno et al.

(2011), proses shaving bertujuan untuk menghilangkan butiran kasar dan lapisan

kasar (grain), dan daging pada kulit, sedangkan proses buffing bertujuan untuk

menghaluskan permukaan kulit sehingga ketebalan kulit dapat diatur dari kedua

proses tersebut. Hubungan antara jenis bahan penyamak nabati dan konsentrasinya

terhadap ketebalan kulit dapat dilihat pada Gambar 7.

Page 23: PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp ) DENGAN ... · PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp.) DENGAN MENGGUNAKAN PENYAMAKAN KOMBINASI . ... Alat 8 Prosedur Penelitian 8 Prosedur

11

Gambar 7 Hubungan antara jenis bahan penyamak nabati dan konsentrasinya

terhadap ketebalan kulit

Suhu Kerut

Suhu kerut atau shrinkage temperature (Ts) adalah salah satu parameter

yang sangat penting dalam karakterisasi stabilitas suhu kulit. Suhu kerut

merupakan suhu dimana kulit mulai mengerut di dalam air atau media panas

lainnya (Yahua et al., 2011).

Suhu kerut kulit tuna pikel adalah 52oC. Setelah kulit tuna pikel tersebut

disamak, nilai suhu kerutnya meningkat menjadi 79-82oC. Hal ini berarti kulit

setelah disamak dengan glutaraldehida akan lebih tahan terhadap peningkatan

suhu. Suparno et al. (2011) menyatakan bahwa hal ini berkaitan dengan

penggunaan glutaraldehida selama proses penyamakan awal mampu membentuk

ikatan silang dengan gugus amina pada kulit, sehingga struktur kulit yang awalnya

terpisah menjadi bergabung bersama menjadi struktur yang lebih kuat.

Hasil pengujian suhu kerut kulit samak tuna menunjukkan hasil rata-rata

83.4°C. Jika dibandingkan dengan suhu kerut hasil penyamakan dengan

glutaraldehida nilai suhu kerut semakin meningkat dengan melakukan kombinasi

penyamakan dengan bahan penyamak nabati. Peningkatan suhu kerut ini dapat

disebabkan oleh kandungan tanin pada bahan penyamak nabati yang mengisi

rongga pada jaringan serat kulit, sehingga struktur serat kulit semakin padat yang

dapat meningkatkan suhu kerut kulit.

Hasil pengujian suhu kerut kulit samak kombinasi menghasilkan nilai yang

berbeda-beda. Mimosa dapat meningkatkan suhu kerut kulit samak berkisar antara

86.3-88.8°C, gambir 80.0-80.7°C, dan quebracho 81.8-83.0°C. Peningkatan suhu

kerut kulit tertinggi dihasilkan oleh kombinasi dengan mimosa (20%) hingga

mencapai 88.8°C, sedangkan gambir (15%) meningkatkan suhu kerut kulit terkecil

sebesar 79°C (Gambar 8).

Gambar 8 secara umum menunjukkan bahwa suhu kerut kulit akan semakin

meningkat seiring dengan penambahan konsentrasi pada setiap jenis bahan

0

5

10

15

20

25

30

Mimosa Gambir Quebracho

Pen

ingk

ata

n k

eteb

ala

n (

%)

Jenis bahan penyamak nabati

Quebracho

Konsentrasi :

10%

15%

20%

Page 24: PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp ) DENGAN ... · PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp.) DENGAN MENGGUNAKAN PENYAMAKAN KOMBINASI . ... Alat 8 Prosedur Penelitian 8 Prosedur

12

penyamak nabati. Akan tetapi, hasil analisis ragam pada α = 0.05 menunjukkan

bahwa konsentrasi pada setiap bahan penyamak tidak berpengaruh nyata terhadap

peningkatan suhu kerut, sedangkan jenis bahan berpengaruh nyata pada α = 0.05

(Lampiran 10).

Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa mimosa berbeda nyata dari bahan

penyamak nabati lainnya yaitu gambir dan quebracho (Lampiran 11). Perbedaan

peningkatan suhu kerut ini dipengaruhi oleh kandungan tanin pada ketiga jenis

bahan penyamak nabati tersebut yang berbeda-beda. Hasil pengujian kadar tanin

menghasilkan jumlah kadar tanin mimosa (25.26%), gambir (17.24%), dan

quebracho (22.98%) (Lampiran 5). Menurut Suparno et al. (2008), jumlah tanin

dari mimosa yang dapat terikat pada kolagen kulit adalah sebesar 57%, 55% dari

quebracho, dan 54% dari gambir.

Gambar 8 Hubungan jenis bahan penyamak nabati dan konsentrasinya terhadap

peningkatan suhu kerut kulit samak

Kuat Sobek

Kuat sobek menunjukkan seberapa besar gaya yang dibutuhkan untuk dapat

merobek kulit tiap mm ketebalan kulit. Berdasarkan hasil pengujian kuat sobek

kulit samak ikan tuna (Gambar 9) menunjukkan bahwa adanya perbedaan nilai

kuat sobek pada setiap jenis bahan penyamak nabati dan konsentrasinya. Nilai

kuat sobek kulit samak tuna pada jenis penyamak mimosa, gambir, dan quebracho

meningkat seiring dengan penambahan konsentrasinya. Akan tetapi, hasil analisis

ragam pada α = 0.05 menunjukkan bahwa konsentrasi pada setiap bahan

penyamak tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan nilai kuat sobek kulit

samak, sedangkan jenis bahan penyamak berpengaruh yang nyata pada pada

α = 0.05 (Lampiran 13).

Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa mimosa berbeda nyata dari jenis

bahan penyamak nabati lainnya (Lampiran 14). Hal ini dapat dilihat dari nilai

rata-rata kuat sobek yang dihasilkan dari ketiga konsentrasi secara berurutan yaitu

quebracho sebesar 65.61 N/mm, gambir sebesar 67.23 N/mm, dan mimosa sebesar

53.68 N/mm. Perbedaan nilai kuat sobek yang dihasilkan dari ketiga jenis bahan

10

30

50

70

90

Mimosa Gambir Quebracho

Su

hu

ker

ut

ku

lit

(°C

)

Jenis bahan penyamak nabati

Quebracho

Konsentrasi :

10%

15%

20%

Page 25: PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp ) DENGAN ... · PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp.) DENGAN MENGGUNAKAN PENYAMAKAN KOMBINASI . ... Alat 8 Prosedur Penelitian 8 Prosedur

13

penyamak nabati tersebut dapat disebabkan oleh perbedaan ketebalan kulit setelah

disamak.

Menurut Suparno dan Wahyudi (2012) kuat sobek sangat dipengaruhi oleh

ketebalan, arah serat kolagen, dan sudut serat kolagen terhadap lapisan grain.

Faktor lain yang kemungkinan besar dapat mempengaruhi nilai kuat sobek adalah

proses prapenyamakan, khususnya proses liming dan bating.

Proses pengapuran (liming) bertujuan untuk melepaskan epidermis dan bulu

kulit. Selain itu, proses liming juga dapat membuka tenunan kulit yang akan

menentukan tingkat kelemasan, kelembutan kulit, serta kemampuan penetrasi

bahan penyamak. Tenunan kulit juga akan lebih sempurna terbuka pada proses

pelumatan (bating) dengan menggunakan enzim sebagai agen pelumat. Proses

liming dan bating yang berlebihan akan membuat tenunan kulit terlalu terbuka

atau terurai, sehingga kekuatan kulit berkurang. Sebaliknya, jika proses liming dan

bating kurang sempurna akan berakibat tenunan kulit kurang terbuka. Tenunan

kulit yang kurang terbuka berpengaruh terhadap berkurangnya daya penetrasi

bahan penyamak, sehingga kulit yang dihasilkan kurang tersamak dengan baik

(Judiamidjojo 1982).

Gambar 9 Hubungan antara jenis bahan penyamak nabati dan konsentrasinya

terhadap kuat sobek kulit samak tuna.

Kuat Tarik

Kuat tarik menunjukkan besarnya gaya yang dibutuhkan untuk menarik kulit

hingga putus. Kuat tarik merupakan parameter yang sangat penting dalam

menentukan mutu kulit samak yang dihasilkan. Besarnya kuat tarik kulit samak

menggambarkan kekuatan ikatan yang terjadi antara bahan penyamak dan struktur

jaringan serat kulit.

Berdasarkan hasil pengujian kuat tarik kulit samak ikan tuna (Gambar 10)

menunjukkan bahwa adanya perbedaan nilai kuat tarik pada setiap jenis bahan

penyamak nabati dan konsentrasinya. Nilai kuat tarik kulit samak tuna pada jenis

penyamak mimosa, gambir, dan quebracho meningkat seiring dengan penambahan

konsentrasinya. Hasil analisis ragam pada α = 0.05 menunjukkan bahwa jenis dan

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Mimosa Gambir Quebracho

Ku

at

sob

el (

N/m

m)

Jenis bahan penyamak nabati

Quebracho

Konsentrasi :

10%

15%

20%

Page 26: PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp ) DENGAN ... · PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp.) DENGAN MENGGUNAKAN PENYAMAKAN KOMBINASI . ... Alat 8 Prosedur Penelitian 8 Prosedur

14

konsentrasi bahan penyamak tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan nilai

kuat sobek kulit samak (Lampiran 16). Hal ini dapat dilihat dari nilai kuat tarik

yang dihasilkan tidak berbeda jauh pada ketiga jenis bahan penyamak nabati.

Gambar 10 Hubungan antara jenis bahan penyamak nabati dan konsentrasinya

terhadap peningkatan kuat tarik kulit samak tuna

Kuat tarik kulit samak dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya

jenis bahan penyamak, ketebalan kulit, arah serat (sejajar dan tegak lurus), dan

peminyakan kulit, serta proses penyamakannya. Menurut Suparno et al. (2011),

kuat tarik kulit dipengaruhi oleh arah serat, ketebalan kulit, dan lokasi

pengambilan sampel. Menurut Kanagy (1977) dalam Amwaliya (2011), tingginya

nilai kuat tarik kulit dipengaruhi oleh tingginya komposisi protein serat di dalam

kulit. Faktor lain yang mempengaruhi kuat tarik kulit adalah proses peminyakan.

Penambahan minyak (minyak ikan, minyak biji karet, dan lainnya) akan

memberikan sifat yang elastis dan fleksibel pada kulit samak yang dihasilkan,

sehingga dapat berpengaruh terhadap kuat tarik kulit. Fahidin dan Muslich (1999)

menyatakan bahwa semakin besar molekul zat penyamak semakin besar daya

absorpsi serat kulit terhadap zat penyamak. Bahan penyamak nabati akan bereaksi

dengan struktur kolagen kulit sehingga dapat menghasilkan struktur jaringan serat

kulit yang padat.

Elongasi Putus

Perpanjangan putus (elongation at break) merupakan salah satu faktor yang

sangat penting dalam menentukan mutu kulit samak karena dapat

mengindikasikan keelastisan kulit. Nilai perpanjangan putus yang tinggi

menunjukkan bahwa kulit samak bermutu baik, tidak mudah rusak, tidak kaku,

dan memiliki keealastisan yang baik.

Berdasarkan hasil pengujian, nilai perpanjangan putus yang dihasilkan

cenderung mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya konsentrasi yang

digunakan pada ketiga jenis bahan penyamak nabati (Gambar 11). Hal ini dapat

disebabkan oleh adanya penambahan ketebalan pada kulit samak seiring dengan

0

5

10

15

20

25

Mimosa Gambir Quebracho

Ku

at

tari

k (

N/m

m2)

Jenis bahan penyamak nabati

Quebracho

Konsentrasi :

10%

15%

20%

Page 27: PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp ) DENGAN ... · PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp.) DENGAN MENGGUNAKAN PENYAMAKAN KOMBINASI . ... Alat 8 Prosedur Penelitian 8 Prosedur

15

bertambahnya konsentrasi bahan penyamak sehingga kulit samak menjadi kaku

yang menyebabkan nilai kemuluran putus akan semakin berkurang. Pada hasil

pengujian ketebalan kulit samak tuna menunjukkan bahwa penambahan

konsentrasi dapat meningkatkan ketebalan kulit samak.

Gambar 11 Hubungan antara jenis bahan penyamak nabati dan konsentrasinya

terhadap peningkatan elongasi putus (%) kulit samak tuna

Hasil analisis ragam pada α = 0.05 menunjukkan bahwa konsentrasi pada

setiap bahan penyamak tidak berpengaruh yang nyata terhadap peningkatan nilai

perpanjangan putus kulit samak tuna, sedangkan jenis bahan penyamakan

berpengaruh yang nyata pada α = 0.05 (Lampiran 18). Nilai perpanjangan putus

terbesar dihasilkan oleh gambir (10%) sebesar 54.4% dan yang terkecil dihasilkan

oleh mimosa (10%) sebesar 41.4% (Gambar 9).

Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa mimosa berbeda nyata dari gambir

dan quebracho (Lampiran 19). Hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian yang

menunjukkan bahwa mimosa menghasilkan nilai perpanjangan putus terkecil pada

konsentrasi 10% dan 20% dari gambir dan quebracho.

Perbedaan nilai perpanjangan putus dari ketiga bahan penyamak tersebut

dapat disebabkan oleh adanya perbedaan kadar tanin bahan penyamak dan

ketebalan kulit. Pada pegujian ketebalan kulit, mimosa dapat meningkatkan

ketebalan kulit terbesar yang menyebabkan kulit samak yang dihasilkan lebih

kaku sehingga menghasilkan nilai perpanjangan putus lebih kecil. Disamping itu,

dari hasil pengujian kelenturan (feel/handle), mimosa menghasilkan nilai terkecil

yaitu 5-6.

Kulit yang tersamak dengan baik akan memiliki nilai elastisitas yang lebih

tinggi dibandingkan dengan kulit yang kurang tersamak. Menurut Febrianti (2011),

perpanjangan putus kulit samak sangat dipengaruhi oleh susunan serat, ketebalan

kolagen dan ketebalan kulit. Disamping itu, proses peminyakan pada penyamakan

kulit juga sangat mempengaruhi nilai elongasi putus kulit samak, karena proses

peminyakan dapat meningkatkan kelenturan dan elastisitas kulit.

0

10

20

30

40

50

60

Mimosa Gambir Quebracho

Elo

ngasi

pu

tus

(%)

Jenis bahan penyamak nabati

Quebracho

Konsentrasi :

10%

15%

20%

Page 28: PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp ) DENGAN ... · PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp.) DENGAN MENGGUNAKAN PENYAMAKAN KOMBINASI . ... Alat 8 Prosedur Penelitian 8 Prosedur

16

Sifat-Sifat Organoleptik

Sifat organoleptik merupakan parameter yang sangat penting dalam

penentuan mutu kulit samak yang dihasilkan. Sifat ini dapat disesuaikan dengan

pengamplikasiannya pada produk-produk dengan ketentuan dan kebutuhan yang

berbeda. Kulit samak dengan kelenturan (feel/handle) dan warna yang baik dapat

digunakan sebagai bahan baku untuk indusri tekstil seperti dompet, sabuk atau

ikat pinggang, jaket, aksesoris, sofa, dan jok mobil atau motor. Kulit samak yang

kaku dan tebal dapat digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan sandal dan

sepatu.

Pada penelitian ini, uji sifat organoleptik yang dilakukan terdiri atas dua

respon yaitu kelenturan dan warna pada kulit samak tuna yang dihasilkan.

Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan, gambir adalah jenis bahan penyamak

nabati yang menghasilkan mutu kulit samak paling baik dibandingkan mimosa

dan quebracho dengan nilai uji yaitu 8-9. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh

kandungan tanin pada gambir yang paling kecil diantara mimosa dan quebraho.

Menurut Suparno et al. (2008), jumlah tanin dari mimosa yang dapat terikat

pada kolagen kulit adalah sebesar 57%, 55% dari quebracho, dan 54% dari gambir.

Perbedaan kandungan tanin pada setiap bahan penyamak akan memberikan

pengaruh pada penambahan ketebalan kulit setelah disamak. Hasil dari uji

ketebalan kulit menunjukkan bahwa gambir meningkatkan ketebalan kulit yang

paling kecil dari ketiga bahan penyamak tersebut. Hal ini memberikan pengaruh

terhadap kelenturan kulit samak yang dihasilkan. Hubungan antara jenis bahan

penyamak nabati dengan sifat organoleptik kulit samak dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Hubungan sifat organoleptik kulit samak tuna dengan bahan penyamak

nabati

Jenis Bahan Nabati Konsentrasi

(%)

Kelenturan

(feel/handle)

Warna

Mimosa 10 7 7

15 7 7

20 6-7 7-8

Gambir 10 8-9 8

15 8 8

20 8 8-9

Quebracho 10 7-8 7

15 7 7

20 7 7-8

Keterangan : 1 = sangat kurang (poor)

10 = sempurna (excellent)

Page 29: PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp ) DENGAN ... · PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp.) DENGAN MENGGUNAKAN PENYAMAKAN KOMBINASI . ... Alat 8 Prosedur Penelitian 8 Prosedur

17

Pemilihan Perlakuan Terbaik

Berdasarkan penelitian ini, kombinasi penyamakan dengan glutaraldehida

(3%) dan mimosa (20%) memberikan hasil terbaik. Pemilihan ini didasarkan pada

pengujian sifat fisik dan organoleptik yang diperlukan oleh kulit samak sebagai

bahan baku untuk memproduksi dompet, sabuk atau ikat pinggang, dan aksesoris

yakni yang memerlukan sifat-sifat fisik dan organoleptik kulit samak seperti

penambahan ketebalan yang tinggi (20.83%), suhu kerut yang tinggi (88.8°C),

kuat tarik yang tinggi (17.8 N/mm2)

, perpanjangan putus (41.4%), dan kuat sobek

(54.59 N/mm²), serta kelenturan (fell/handle) yang tidak terlalu tinggi (6-7) dan

warna 7-8.

Peningkatan Nilai Tambah Limbah Kulit Ikan Tuna

PT Kelola Mina Laut (KML), Gresik, Jawa Timur, mengolah sebanyak 7 ton

ikan tuna per hari. Proses pengolahan tersebut menghasilkan limbah berupa kulit

sebesar 238 kg per harinya. Proses penanganan limbah kulit yang dilakukan oleh

PT Kelola Mina Laut adalah dengan menjual limbah kulit tersebut dengan harga

Rp 500 per Kg. Limbah kulit tersebut dapat dimanfaatkan dengan lebih baik

dengan meningkatkan nilai tambahnya agar dapat menghasilkan berbagai jenis

produk dengan nilai jual yang lebih tinggi melalui proses penyamakan.

Penjualan kulit samak dilakukan dalam satuan luas (ft2). Nilai jual kulit

samak ikan tuna dengan kualitas baik dengan ukuran (30 cm x 15 cm) atau 0.5 ft2

adalah Rp 25000. Proses pengolahan limbah kulit ikan tuna per Kg dapat

menghasilkan 2 ft2/kg kulit samak tuna. Melalui proses perhitungan peningkatan

nilai tambah yang mengacu pada Hayami (1987) (Lampiran 20), menghasilkan

nilai tambah limbah kulit ikan tuna sebesar Rp 47400 per Kg dengan rasio nilai

tambah 47.4% (Tabel 2). Melalui hasil perhitungan nilai tambah pada Tabel 2,

menjelaskan bahwa pemanfaatan limbah kulit ikan tuna melalui proses

penyamakan sangat potensial untuk dikembangkan dalam skala industri.

Perhitungan nilai tambah limbah kulit ikan tuna dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Perhitungan nilai tambah pengolahan limbah kulit ikan tuna per Kg

No Uraian Kulit Samak Ikan Tuna

1. Input, Output, Harga

a. Output (ft2/Kg/proses produksi) 40

b. Input bahan baku (Kg/proses produksi) 20

c. Input bahan penyamak (% Kg bahan baku) Glutaraldehida (3%) dan

Mimosa (20%)

d. Input bahan kimia (% Kg bahan baku) Ca(OH)2 (5%), Na2S

(3%), Za (5%),H2SO4

(2%), HCOOH, dsb

e. Input bahan proses finishing (% Kg bahan baku)

Proses Fatliquoring,

Dyeing, Buffing, Stacking,

Drying, dsb

f. Input tenaga kerja (HOK/orang/proses produksi) 6 (4 orang tenaga kerja)

g. Faktor konversi (a/b) 40 ft2

Page 30: PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp ) DENGAN ... · PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp.) DENGAN MENGGUNAKAN PENYAMAKAN KOMBINASI . ... Alat 8 Prosedur Penelitian 8 Prosedur

18

h. Koefisien tenaga kerja (HOK/kg bahan baku) (f/b) 0.3 x 4 = 1.2

i. Harga Output (Rp/ft2) 25000

j. Upah tenaga kerja (Rp/HOK) 35000

2. Pendapatan dan Keuntungan

k. Harga input bahan baku (Rp/Kg) 0 (Tanpa pembelian)

l. Harga input bahan penyamak

(Rp/% Kg bahan baku)

150000

m.Harga input bahan kimia (Rp/% Kg bahan baku)

(Keseluruhan)

153000

n. Harga input bahan proses finishing

(Rp/% Kg bahan baku) (Keseluruhan)

131000

o. Sumbangan input lain (Rp/Proses produksi) 115000

p. HPP (Rp/Kg proses produksi) (k+l+m+n+o+p) 549000

q. Nilai Output (Rp/ft2) (g*i) 2000000

r. Nilai Tambah (Rp/Kg proses produksi) (q-p) 1451000

s. Rasio nilai tambah (%) (q/p*100%) 72.25

t. Pendapatan tenaga kerja (Rp/Kg proses produksi )

((h*j)x20 Kg))

840000

u. Bagian tenaga kerja (%) (t/r*100%) 57.89

v. Keuntungan (Rp/Kg proses produksi) (r-t) 611000

w. Bagian Keuntungan (%) (v/q*100%) 30.55

3. Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi

x. Margin (Rp/Kg) (q-k) 2000000

y. Pendapatan tenaga kerja (%) (t/x*100%) 42

z. Harga pokok produksi (%) (p/x*100%) 27.45

aa. Keuntungan (%) (v/x*100%) 30.55

Keterangan:

1. Harga input bahan penyamak

a. 1 Kg mimosa = Rp 30000

Biaya penggunaan mimosa (20% x 20 Kg)/1 Kg x Rp 30000

= Rp 120000

b. 1 L Relugan GT 50 = Rp 50000

Biaya penggunaan Relugan GT 50 (3% x 20 Kg)/1 L x Rp 50000

= Rp 30000

2. Harga input bahan kimia

a. 1 L H2SO4 = Rp 20000

Biaya penggunaan H2SO4 (2% x 20 Kg)/1 L x Rp 30000 = Rp 8000

b. 1 L HCOOH = Rp 20000

Biaya penggunaan HCOOH (2% x 20 Kg)/1 L x Rp 30000 = Rp 8000

c. 1 Kg Na2S = Rp 50000

Biaya penggunaan Na2S (3% x 20 Kg)/1 Kg x Rp 50000 = Rp 30000

d. 1 Kg Ca(OH)2 = Rp 50000

Biaya penggunaan Ca(OH)2 (5% x 20 Kg)/1 Kg x Rp 50000

= Rp 50000

e. 1 Kg Za = Rp 6500

Biaya penggunaan Za (2.5% x 20 Kg)/1 Kg x Rp 6500 = Rp 3500

Page 31: PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp ) DENGAN ... · PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp.) DENGAN MENGGUNAKAN PENYAMAKAN KOMBINASI . ... Alat 8 Prosedur Penelitian 8 Prosedur

19

f. 1 L Rindill RNN = Rp 16500

Biaya penggunaan Rindill RNN (0.15% x 20 Kg)/1 L x Rp 16500

= Rp 3500

g. 1 Kg Sodium Bisulfit = Rp 11000

Biaya penggunaan Sodium Bisulfit (0.2% x 20 Kg)/1 Kg x Rp 16500

= Rp 450

h. 1 Kg Natrium Formiat = Rp 6600

Biaya penggunaan Natrium Formiat (0.5% x 20 Kg)/1 Kg x Rp 6600

= Rp 700

i. 1 L Degreser 606 = Rp 30000

Biaya penggunaan Degreser 606 (0.1% x 20 Kg)/1 L x Rp 30000

= Rp 450

j. 1 Kg NaCl = Rp 8000

Biaya penggunaan NaCl (20% x 20 Kg)/1 Kg x Rp 8000 = Rp 32000

k. 1 L Palgrosol LP = Rp 37000

Biaya penggunaan Palgrosol LP (0.2% x 20 Kg)/1 L x Rp 37000

= Rp 1500

l. 1 Kg Natrium Karbonat = Rp 8000

Biaya penggunaan Natrium Karbonat (2% x 20 Kg)/1 Kg x Rp 8000

= Rp 3200

m. 1 Kg Natrium Bikarbonat = Rp 6500

Biaya penggunaan Natrium bikarbonat (1% x 20 Kg)/1 Kg x Rp 6500

= Rp 1300

n. 1 Kg Sertan ND = Rp

Biaya penggunaan Sertan ND (2% x 20 Kg)/1 Kg x Rp 25725

= Rp 10290

3. Harga input sumbangan lain

a. Biaya penggunaan listrik/proses produksi dengan motor 1 pk = Rp 100000

b. Biaya penggunaan air/proses produksi = 3 m3/1m3 x Rp 5000 = Rp 15000

4. Harga input proses finishing

a. Biaya fatliquoring agent (8% x 20 Kg)/1 L x Rp 31850 = Rp 51000

b. Biaya proses dyeing (3% x 20 Kg)/1 Kg x Rp 83300 = Rp 50000

c. Biaya proses buffing (1500 x 20 Kg = Rp 30000

Page 32: PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp ) DENGAN ... · PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp.) DENGAN MENGGUNAKAN PENYAMAKAN KOMBINASI . ... Alat 8 Prosedur Penelitian 8 Prosedur

20

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hasil pengujian kulit samak tuna menunjukkan bahwa jenis bahan

penyamak nabati memberikan pengaruh nyata terhadap peningkatan suhu kerut,

kuat sobek, dan elongasi putus kulit samak. Konsentrasi bahan penyamak tidak

memberikan pengaruh nyata terhadap peningkatan ketebalan, suhu kerut, kuat

sobek, kuat tarik, dan elongasi putus kulit samak. Interaksi dari kedua faktor tidak

memberikan pengaruh nyata terhadap peningkatan ketebalan, suhu kerut, kuat

sobek, kuat tarik, dan elongasi putus kulit samak.

Kombinasi penyamakan dengan glutaraldehida (3%) dan mimosa (20%)

memberikan hasil terbaik pada penelitian ini. Kombinsasi perlakuan ini digunakan

untuk menghasilkan kulit samak sebagai bahan baku untuk produk industri tekstil

seperti dompet, sabuk atau ikat pinggang, dan aksesoris lainnya. Sifat-sifat fisik

kulit samak yang dihasilkan adalah memiliki penambahan ketebalan 20.83%,

Suhu kerut 88.8°C, kuat tarik 17.8 N/mm2, perpanjangan putus 41.4%, dan kuat

sobek 54.59 N/mm². Nilai sifat-sifat organoleptiknya adalah kelenturan

(fell/handle) 6-7 dan warna 7-8.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan melakukan proses shaving

dan buffing untuk menghilangkan lapisan grain dan daging pada kulit. Selain itu,

diperlukan penggunaan jenis bahan fatliquoring dan waktu proses fatliquoring

terbaik pada proses penyamakan lanjutan.

Page 33: PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp ) DENGAN ... · PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp.) DENGAN MENGGUNAKAN PENYAMAKAN KOMBINASI . ... Alat 8 Prosedur Penelitian 8 Prosedur

21

DAFTAR PUSTAKA

Alfindo T. 2009. Penyamakan Kulit Ikan Tuna (Thunnus sp.) Menggunakan Kulit

Kayu Akasia (Acacia mangium Willd) Terhadap Mutu Sifat Fisik Kulit

[Skripsi]. Bogor. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian

Bogor.

Amwaliya S. 2011. Pengaruh Waktu Oksidasi Terhadap Mutu Kulit Samoa pada

Proses Penyamakan Minyak yang Dipercepat dengan Hidrogen Peroksida.

[Skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Anonim. 2013. Quebrcho. [Terhubung Berkala]. http://www.encyclopedia.

com/doc/1E1-quebracho. html. (25 Desember 2013)

Anonim. 2013. Tanaman Black Wattle. [Terhubung Berkala]. http://www.

encyclopedia. com/doc/1E1-blackwattle. html. (25 Desember 2013)

Arsyad. 2001. Kamus Kimia. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka.

Bossche VVD., G Gavend dan MJ Brun. 1997. Chromium Tanned Leather and Its

Environmental Impact. The Chromium File, 4, 1.

Collette BB. 1995. Thunnus orientalis pacific blufin tuna. www.fishbase.com. [20

Desember 2013].

Covington AD. 2009. Tanning Chemistry, The Science of Leather. The Royal

Society of Chemistry, Cambridge.

Covington AD. 2011. Prediction in Leather Processing : A Dark Art or a Clear

Possibility? Procter Memorial Lecture. 95 (6):231 – 242.

Damink LHHO, Dijkstra PJ, Van Luyn MJA, Van Wachem PB, Nieuwenhuis P,

Feijen J. 1995. Glutaraldehyde as a crosslinking agent for collagen-based

biomaterials. J. Mat. Sci.; Mats. In Medicine 6:460-472.

[DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan. 2008. Potensi dan pemberdayaan

ikan tuna. www.dkp.go.id. [20 Desember 2013].

Fahidin dan Muslich. 1999. Ilmu dan Teknologi Kulit. Fakultas Teknologi

Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Faxing L, Yang L, and Youjie H. (2005). Preparation and the Properties of

Vegetable Extract Used in Low Temperature Tanning Leather Science and

Engineering 15(1): 22-25.

Febianti I. 2011. Penentuan Waktu Oksidasi Terbaik untuk Proses Penyamakan

Kulit Samoa Menggunakan Minyak Biji Karet dengan Oksidator Natrium

Hipoklorit. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian

Bogor.

Gumbira-Sa'id E, K. Syamsu, E Mardliyati, A Herryandie, NA Evalia. 2009a.

Agroindustri dan Bisnis Gambir Indonesia. IPB Press, Bogor.

Hastuti TU. 2012. Pemanfaatan Limbah Kulit Tuna sebagai Bahan Baku Gelatin

dan Kerupuk Kulit guna Meningkatkan Nilai Tambah Di PT Kelola Mina

Laut [laporan praktik lapang]. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Hayami Y. 1987. Agricultural Marketing and Processing in Upland Java, a

Perspective from Sunda Village. CGPRT Center. Bogor.

Heidemann E. 1993. Fundamentals of Leather Manufacturing. Eduard Roether KG,

Darmstadt.

Jansen PCM. 2005. Plant Resources of Tropical Africa 3: Dye and Tannins.

Wageningen: Backhuys Publishers.

Page 34: PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp ) DENGAN ... · PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp.) DENGAN MENGGUNAKAN PENYAMAKAN KOMBINASI . ... Alat 8 Prosedur Penelitian 8 Prosedur

22

Jianzhong MA, Yun L, Bin L, Dangge, G and Likun W. 2009. Synthesis and

properties of tannin/ vinyl polymer tanning agents. Accessed 24 March 2011

from http://www.aaqtic.org.ar/congresos/china2009/download/2-4/2-128.pdf

Judiamidjojo RM. 1982. Dasar Teknologi dan Kimia Kulit. Fakultas Teknologi

Hasil Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Kanth SV, Venba R, Madhan B. et al. 2009. Journal of Cleaner Production. 17,

507.

Mann BR, and McMillan MM. 2000. The Chemistry of The Leather Industry.

Christchurch (NZ): G.L Bowron & Co. Ltd.

Duo N, L Yahua, H Jianbing, LV Bin, Z Thing. 2011. A Methode for Measuring

Shrinkage Temperature of Leather. Journal of The Society of Leather

Technologists and Chemists. Vol. 95 (5): 221-224.

Purnomo E. 1991. Penyamakan Kulit Reptil. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

. 1992. Penyamakan Kulit Kaki Ayam. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Radiman. 1990. General Theory of Tanning Process. Yogyakarta: Leather

Research Institute.

Said MI. 2000. Isolasi dan Identfikasi Kapang serta Pengaruhnya Terhadap Sifat

Fisik dan Struktur Jalinan Kulit Kambing Picling serta et Blue dengan

Perlakuan Fungisida Selama Penyimpanan. Tesis. Ilmu Pr Jalinan Kulit

Kambing Picling serta et Blue dengan Perlakuan Fungisida Selama

Penyimpanan. Tesis. Ilmu Peterternakan. Yogyakarta: UGM.

Shi B. 2006. Tannin-Aldehyde Compound (I): Combination Tanning by Vegetable

Tanninmodified Glutaraldehyde. China Leather 35(17):1-12.

[SLTC] Society of Leather Technologists and Chemists. 1996. Official methods of

Analysis. Northampton (UK): SLTC.

Suparno O. 2005. Phenolic Reactions for Leather Tanning and Dyeing. PHD.

Tessis. University of Leicester, Leicester.

Suparno O. 2009. Penyamakan kulit samoa (chamois leather). Bogor: Departemen

Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut

Pertanian Bogor.

Suparno O, IA Kartika, Muslich. 2009a. Chamois leather tanning using rubber

seed oil. Journal of The Society of Leather Technologists and Chemists

Vol 93. P. 158.

Suparno O, AD Covington and CS Evans. 2005. Kraft lignin degradation products

for tanning and dyeing of leather. Journal of Chemical Technology and

Biotechnology 80 (1): 44 – 49.

Suparno O, AD Covington, CS Evans. 2008. Teknologi Baru Penyamakan Kulit

Ramah Lingkungan: Penyamakan Kombinasi Menggunakan Penyamak

Nabati, Naftol dan Oksazolidin. J. Tek. Ind. Pert. Vol. 18(2): 79-84.

Suparno O, Gumbira-Sa’id E, Kartika IA, Muslich, Mubarak S. 2011. An

Innovative New Application of Oxidizing Agents to Accelerate Chamois

Leather Tanning. Journal of the American Leather Chemists Association.

106(12): 360-366.

Suparno O, Wahyudi E. 2012. Pengaruh konsentrasi natrium perkarbonat dan

jumlah air pada penyamakan kulit samoa terhadap mutu kulit samoa. Jurnal

Teknologi Industri Pertanian 22 (1): 1-9.

Page 35: PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp ) DENGAN ... · PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp.) DENGAN MENGGUNAKAN PENYAMAKAN KOMBINASI . ... Alat 8 Prosedur Penelitian 8 Prosedur

23

LAMPIRAN

Lampiran 1 Foto-foto bahan dan peralatan yang digunakan

Kulit tuna setelah di washing Kulit tuna dipotong (7cm x 7cm)

Kulit samak tuna untuk uji tarik Kulit samak tuna untuk uji sobek

Kulit samak tuna untuk uji tarik Kulit samak tuna untuk uji sobek

Page 36: PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp ) DENGAN ... · PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp.) DENGAN MENGGUNAKAN PENYAMAKAN KOMBINASI . ... Alat 8 Prosedur Penelitian 8 Prosedur

24

Timbangan Shaker

Drum putar (molen) Thickness gauge

UTM Instron

Page 37: PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp ) DENGAN ... · PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp.) DENGAN MENGGUNAKAN PENYAMAKAN KOMBINASI . ... Alat 8 Prosedur Penelitian 8 Prosedur

25

Lampiran 2 Prosedur Penelitian

Penyamakan aldehida

Tabel Proses Penyamakan Awal (Suparno et al. 2009a)

Proses Bahan Kimia Jumlah

(% kulit

pikel) (b/b)

Waktu Keterangan

Penimbangan

Pencucian 1 NaCl 8-10 20 menit Derajat baume diukur min. 8,

jika kurang dari 8

ditambahkan NaCl

Air 200

Pencucian 2 NaCl 8-10 10 menit - Ukur min. 8 boume, jika

kurang dari 8 tambahkan

NaCl

- Cek pH min. 3, jika kurang

tambahkan asam formiat

Air 100

Pre-Tanning Relugan GT

50

3 3 x 15 +

30 menit

Relugan GT50 diencerkan

dengan air, perbandingan 1:3

Air 9

Natrium

Formiat

1 4 x 10 +

20 menit

Natrium Formiat diencerkan

dengan air, perbandingan

1:10 Air 10

Natrium

Karbonat

2 3 x 15

menit

Air 10

Air 10 1 jam pH min 8, jika kurang

ditambahkan Natrium

Karbonat

Page 38: PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp ) DENGAN ... · PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp.) DENGAN MENGGUNAKAN PENYAMAKAN KOMBINASI . ... Alat 8 Prosedur Penelitian 8 Prosedur

26

Penyamakan nabati

Tabel Proses Penyamakan Nabati (Modifikasi dari Suparno et al. 2008)

Proses Bahan Kimia Jumlah

(% kulit

pikel) (b/b)

Waktu Keterangan

Pencucian1 Air 200 20 menit

Penyamakan Sertan ND 2 30 menit

Cek pH 4.5

Bahan

penyamak nabati

10, 15, 20 2 x 60 menit

Fiksasi Asam formiat 0.25 3 x 10 + 60

menit

Encerkan dengan air 3 kali

(cek pH 3.5)

Natrium

bikarbonat

1% 2 x 10 + 20

menit

Cek pH (4.5-5.5)

Drain Keluarkan cairan dari

molen/jar

Pencucian 2 Air (40°C) 150 10 menit

Fatliquoring Fatliquoring

agent

8-10 90 menit

Fiksasi Asam formiat 2% 2 x 20 menit Cek pH (3.6-3.8). Jika pH

belum sesuai tambahkan

asam formiat

Pencucian 3 Air 300 10 menit Cek pH (3.5)

Drain Keluarkan air dari

molen/jar

Horse-up Semalam Sampirkan pada kuda-

kuda

Pengeringan 1-2 hari Bentangkan kulit pada

toggle dryer

Page 39: PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp ) DENGAN ... · PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp.) DENGAN MENGGUNAKAN PENYAMAKAN KOMBINASI . ... Alat 8 Prosedur Penelitian 8 Prosedur

27

Lampiran 3 Prosedur Analisis dan Uji Sifat Fisik Kulit

Sifat Fisik Kulit

Ketebalan (SLTC, 1996)

Ketebalan kulit diukur dengan cara mengukur ketebalan pada lima titik

permukaan kulit dan dihitung rata-rata dari hasil pengukuran. Pengukuran

ketebalan menggunakan alat thickness gauge. Alat diletakkan di atas bidang

horizontal dengan permukaan yang rata kemudian sampel diletakkan di antara

tatakan dan penekan dengan sisi grain berada di atas (jika dapat diidentifikasi).

Jika sisis grain-nya tidak dapat diidentifikasi, maka sampel diletakkan dengan

salah satu sisi ke atas. Penekan dilepas, ditunggu sekitar 5 detik ±1 detik,

kemudian angka yang terbaca pada meteran dicatat.sebagai ketebalan. Hasil

ketebalan yang terbaca kemudian dirata-ratakan.

Kuat tarik (SLTC, 1996)

Pengujian kekutan tarik dilakukan dengan menggunakan alat tensile strength

tester. Sampel dipasang pada alat penguji dengan cara menjepitkan kedua ujung

sampel pada alat penjepit. Jarak antar jepitan adalah 5 cm. Setelah sampel

terpasang, mesin dinyalakan dan dimatikan ketika sampel terputus. Nilai kekuatan

tarik dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

(

)

F = nilai yang terbaca pada alat (kgf)

l = lebar kulit yang diuji (mm)

t = ketebalan kulit (mm)

Berikut ini adalah bentuk sampel untuk uji kekuatan tarik

Dimensi (mm) :

L l1 l2 B b1 A

55 25 15 5 12,5 5

Perpanjangan putus atau elongasi (SLTC 1996)

Pengujian perpanjangan (elongasi) adalah pengukuran perpanjangan kulit

yang ditarik mulai dari kondisi awal sampai dengan akhir yaitu terputusnya kulit

pada saat pengujian kekuatan tarik. Perpanjangan dihitung dengan

membandingkan perpanjangan kulit ketika terputus pada saat pengujian kekuatan

tarik dengan panjang kulit diawal pengukuran. Penghitungan perpanjangan putus

dilakukan dengan menggunakan rumus sebagi berikut:

Page 40: PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp ) DENGAN ... · PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp.) DENGAN MENGGUNAKAN PENYAMAKAN KOMBINASI . ... Alat 8 Prosedur Penelitian 8 Prosedur

28

L1 = Panjang pada waktu putus (mm)

L0 = Panjang mula – mula (mm)

Kuat sobek (SLTC 1996)

Pengujian kekuatan sobek menggunakan alat yang sama dengan uji

kekuatan tarik, yang berbeda hanya pada bentuk sampel dan penggunaan alat

tambahan pada alat tensile strength tester. Alat tambahan yang digunakan yaitu

pengait yang berfungsi untuk menarik sampel uji kekuatan sobek. Sampel

dipasang dengan cara mengaitkan bagian tengah sampel pada alat pengait. Alat

pengait akan menarik sampel dengan arah yang berlawanan sehingga sampel akan

tersobek. Nilai kekuatan sobek yang terbaca pada alat dilihat ketika sampel mulai

tersobek dan jarum penunjuk nilai kekuatan sobek pada alat pengujian berhenti.

Nilai kekuatan sobek dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

(

)

F = Nilai yang terbaca pada alat ( kgf)

t = Ketebalan kulit (mm)

Keterangan :

A. Penampang alat uji kekeuatan sobek.

B. Bentuk dan ukuran sampel

C. Posisi sampel untuk pengujian kekuatan sobek.

Page 41: PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp ) DENGAN ... · PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp.) DENGAN MENGGUNAKAN PENYAMAKAN KOMBINASI . ... Alat 8 Prosedur Penelitian 8 Prosedur

29

Suhu kerut (SLTC 1996)

Prosedur pengujian :

1. Sampel dikaitkan pada pengait D dan J

2. Sampel dimasukkan ke dalam gelas A yang telah berisi 350±50 ml air

destilasi. Kecuali sampel diduga mempunyai suhu pengerutan di bawah

60oC, sampel dimasukkan ke dalam air dengan suhu 50±5

oC. Air dipanaskan

dengan menjaga kenaikan suhu sebisa mungkin sebesar 2oC per menit.

3. Setiap interval setengah menit, suhu yang terbaca pada termometer M dan

derajat yang terbaca pada pointer G dicatat. Kegiatan ini diteruskan sampai

sampel mengalami pegerutan. Kegiatan ini dapat diakhiri setelah sampel

tidak lagi mengalami pengerutan seiring dengan kenaikan suhunya. Dengan

membaca hubungan antara suhu dan besarnya derajat pergerakan pointer

atau dengan menggunakan grafik hubungan antara pembacaan pointer

dengan suhu maka dapat ditentukan derajat pengerutan dari sampel tersebut.

Suhu pengerutan adalah suhu dimana terjadi pengerutan sampel dengan

derajat paling besar.

Keterangan :

A. Penampang alat uji suhu pengerutan.

B. Posisi sampel untuk pengujian suhu pengerutan.

Lampiran 4 Uji Organoleptik

Uji organoleptik dilakukan dengan cara mengindentifikasi beberapa

parameter mutu kulit samak tuna diantaranya yaitu: kelenturan (fell/handle) dan

warna. Indentifikasi dilakukan oleh panelis ahli yang mengetahui standar mutu

kulit samak. Selang nilai yang diberikan adalah 1 – 10 dengan skala nilai 1 adalah

sangat kurang dan 10 adalah sangat baik

Page 42: PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp ) DENGAN ... · PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp.) DENGAN MENGGUNAKAN PENYAMAKAN KOMBINASI . ... Alat 8 Prosedur Penelitian 8 Prosedur

30

Lampiran 5 Tabel hasil pengukuran kadar tanin bahan penyamak nabati (%)

Jenis bahan nabati Kadar tanin

Mimosa 25.26

Gambir 17.24

Quebracho 22.98

Lampiran 6 Tabel hasil pengukuran peningkatan ketebalan kulit (%)

Sampel Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata Standar

Deviasi

A1B1 15.13 19.85 17.49 3.34

A1B2 18.84 16.68 17.76 1.53

A1B3 18.02 23.64 20.83 3.97

A2B1 13.40 9.20 11.30 2.97

A2B2 13.27 9.80 11.54 2.45

A2B3 12.42 11.15 11.79 0.90

A3B1 16.00 15.64 15.82 0.25

A3B2 15.53 17.17 16.35 1.16

A3B3 18.54 20.54 19.54 1.41

Keterangan :

A1 : mimosa B1 : 10%

A2 : gambir B2 : 15%

A3 : quebracho B3 : 20%

Lampiran 7 Tabel uji Anova (α = 5%) terhadap peningkatan ketebalan kulit (%)

The GLM Procedure

Class Level Information

Class Levels Values

F1 3 A1 A2 A3

F2 3 B1 B2 B3

Ulangan 2 1 2

Number of Observations Read 18

Number of Observations Used 18

Page 43: PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp ) DENGAN ... · PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp.) DENGAN MENGGUNAKAN PENYAMAKAN KOMBINASI . ... Alat 8 Prosedur Penelitian 8 Prosedur

31

Source df SS MS F Value Pr > F

Jenis Bahan (F1) 2 171.488133 85.744066 15.97 0.0011

Konsentrasi (F2) 2 22.306300 11.153150 2.08 0.1812

Interaksi (F1*F2 ) 4 7.894866 1.973716 0.37 0.8260

Model 8 201.689300 25.211162 4.70 0.0164

Error 9 48.320700 5.368966

Corrected Total 17 250.010000

Lampiran 8 Tabel uji Duncan terhadap peningkatan kebebalan kulit (%)

Duncan Grouping Mean N F1

A 18.693 6 A1

A 17.237 6 A3

B 11.540 6 A2

Alpha = 0.05

Lampiran 9 Tabel hasil pengukuran suhu kerut kulit samak (°C)

Sampel Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata Standar

Deviasi

A1B1 90.3 82.3 86.3 4.63

A1B2 91.3 83.0 87.2 4.76

A1B3 90.3 87.3 88.8 1.69

A2B1 79.0 81.0 80.0 1.25

A2B2 80.0 80.7 80.4 0.44

A2B3 79.0 82.3 80.7 2.05

A3B1 82.3 81.3 81.8 0.61

A3B2 81.7 84.0 82.9 1.39

A3B3 83.3 82.3 82.8 0.60

Page 44: PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp ) DENGAN ... · PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp.) DENGAN MENGGUNAKAN PENYAMAKAN KOMBINASI . ... Alat 8 Prosedur Penelitian 8 Prosedur

32

Lampiran 10 Tabel uji Anova (α = 5%) terhadap peningkatan suhu kerut kulit (°C)

The GLM Procedure

Class Level Information

Class Levels Values

F1 3 A1 A2 A3

F2 3 B1 B2 B3

Ulangan 2 1 2

Number of Observations Read 18

Number of Observations Used 18

Source df SS MS F Value Pr > F

Jenis Bahan (F1) 2 148.703333 74.351666 7.89 0.0105

Konsentrasi (F2) 2 3.763333 1.881666 0.20 0.8225

Interaksi (F1*F2 ) 4 4.313333 1.078333 0.11 0.9741

Model 8 156.780000 19.597500 2.08 0.1480

Error 9 84.780000 9.420000

Corrected Total 17 241.560000

Lampiran 11 Tabel uji Duncan terhadap peningkatan suhu kerut kulit (°C)

Duncan Grouping Mean N F1

A 87.417 6 A1

B 82.483 6 A3

B 80.333 6 A2

Alpha = 0.05

Lampiran 12 Tabel hasil pengukuran kuat sobek kulit samak (N/mm)

Sampel Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata Standar

Deviasi

A1B1 51.40 54.30 52.85 2.05

A1B2 51.12 56.08 53.60 3.51

A1B3 56.25 52.92 54.59 2.35

A2B1 63.05 67.70 65.38 3.29

A2B2 69.53 65.19 67.36 3.07

A2B3 70.16 67.76 68.96 1.70

A3B1 62.33 63.64 62.99 0.93

A3B2 65.21 63.92 64.57 0.91

A3B3 67.89 70.64 69.27 1.94

Page 45: PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp ) DENGAN ... · PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp.) DENGAN MENGGUNAKAN PENYAMAKAN KOMBINASI . ... Alat 8 Prosedur Penelitian 8 Prosedur

33

Lampiran 13 Tabel uji Anova (α = 5%) terhadap kuat sobek kulit samak (N/mm)

The GLM Procedure

Class Level Information

Class Levels Values

F1 3 A1 A2 A3

F2 3 B1 B2 B3

Ulangan 2 1 2

Number of Observations Read 18

Number of Observations Used 18

Source df SS MS F Value Pr > F

Jenis Bahan (F1) 2 657.1685333 328.5842667 58.41 <.0001

Konsentrasi (F2) 2 45.8334333 22.9167167 4.07 0.0550

Interaksi (F1*F2 ) 4 12.7800333 3.1950083 0.57 0.6926

Model 8 715.7820000 89.4727500 15.90 0.0002

Error 9 50.6306500 5.6256278

Corrected Total 17 766.4126500

Lampiran 14 Tabel uji lanjut Duncan terhadap kuat sobek kulit samak (N/mm)

Duncan Grouping Mean N F1

A 67.232 6 A2

A 65.605 6 A3

B 53.678 6 A1

Alpha = 0.05

Lampiran 15 Tabel hasil pengukuran kuat tarik kulit samak (N/mm²)

Sampel Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata Standar

Deviasi

A1B1 19.03 15.69 17.36 2.36

A1B2 19.13 15.68 17.41 2.44

A1B3 19.63 15.88 17.75 2.65

A2B1 16.54 15.14 15.84 0.99

A2B2 16.02 16.68 16.35 0.46

A2B3 15.83 17.24 16.54 1.00

A3B1 16.22 16.53 16.37 0.22

A3B2 16.01 16.85 16.43 0.59

A3B3 16.31 16.75 16.53 0.31

Page 46: PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp ) DENGAN ... · PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp.) DENGAN MENGGUNAKAN PENYAMAKAN KOMBINASI . ... Alat 8 Prosedur Penelitian 8 Prosedur

34

Lampiran 16 Tabel uji Anova (α = 5%) terhadap kuat tarik kulit samak (N/mm²)

The GLM Procedure

Class Level Information

Class Levels Values

F1 3 A1 A2 A3

F2 3 B1 B2 B3

Ulangan 2 1 2

Number of Observations Read 18

Number of Observations Used 18

Source df SS MS F Value Pr > F

Jenis Bahan (F1) 2 5.51621111 2.75810556 0.24 0.7907

Konsentrasi (F2) 2 0.51271111 0.25635556 0.02 0.9779

Interaksi (F1*F2 ) 4 0.21562222 0.05390556 0.00 0.9999

Model 8 6.2445444 0.7805681 0.07 0.9995

Error 9 102.9531500 11.4392389

Corrected Total 17 109.1976944

Lampiran 17 Tabel hasil pengukuran elongasi putus kulit samak tuna (%)

Sampel Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata Standar

Deviasi

A1B1 44.04 41.79 42.91 1.59

A1B2 41.34 43.68 42.51 1.65

A1B3 42.40 40.37 41.39 1.44

A2B1 53.46 55.35 54.40 1.34

A2B2 54.51 52.18 53.34 1.65

A2B3 50.82 53.70 52.26 2.04

A3B1 47.97 51.40 49.69 2.42

A3B2 48.02 50.15 49.09 1.50

A3B3 47.54 49.69 48.61 1.52

Page 47: PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp ) DENGAN ... · PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp.) DENGAN MENGGUNAKAN PENYAMAKAN KOMBINASI . ... Alat 8 Prosedur Penelitian 8 Prosedur

35

Lampiran 18 Tabel uji Anova (α = 5%) terhadap elongasi putus kulit samak (%)

The GLM Procedure

Class Level Information

Class Levels Values

F1 3 A1 A2 A3

F2 3 B1 B2 B3

Ulangan 2 1 2

Number of Observations Read 18

Number of Observations Used 18

Source df SS MS F Value Pr > F

Jenis Bahan (F1) 2 374.295211 187.147605 16.21 0.0010

Konsentrasi (F2) 2 7.679744 3.839872 0.33 0.7255

Interaksi (F1*F2 ) 4 0.669988 0.167497 0.01 0.9995

Model 8 382.644944 47.830618 4.14 0.0243

Error 9 103.904150 11.544905

Corrected Total 17 486.549094

Lampiran 19 Tabel uji lanjut Duncan terhadap kuat sobek kulit samak (N/mm)

Duncan Grouping Mean N F1

A 53.334 6 A2

A 49.127 6 A3

B 42.270 6 A1

Alpha = 0.05

Page 48: PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp ) DENGAN ... · PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp.) DENGAN MENGGUNAKAN PENYAMAKAN KOMBINASI . ... Alat 8 Prosedur Penelitian 8 Prosedur

36

Lampiran 20 Tabel prosedur perhitungan nilai tambah (Hayami 1987)

Keluaran (output), Masukan (input), dan Harga

1 Output/produk total (kg/ proses produksi) A

2 Input bahan baku (kg/proses produksi) B

3 Input tenaga kerja (HOK/proses produksi) C

4 Faktor konversi (kg output//kg bahan baku) D = A/B

5 Koefisien tenaga kerja (HOK/kg bahan baku) E = C/B

6 Harga output (Rp/kg) F

7 Upah rata-rata tenaga kerja (Rp/proses produksi) G

Pendapatan dan Keuntungan

8 Harga input bahan baku (Rp/kg) H

9 Sumbangan input lain (Rp/kg) I

10 Nilai output (Rp/kg) J = D*F

11 Nilai tambah (Rp/kg) K = J-H-I

Rasio nilai tambah (%) L % = K/J*100%

12 Pendapatan tenaga kerja (Rp/kg) M = E*G

Bagian tenaga kerja (%) N % = M/K*100%

13 Keuntungan (Rp/kg) O = K-M

Bagian keuntungan (%) P % = O/J*100%

Balas Jasa untuk Faktor Produksi

14 Marjin (Rp/kg) Q = J-H

a. Pendapatan tenaga kerja (%) R % = M/Q*100%

b. Sumbangan input lain (%) S % = I/L*100%

c. Keuntungan (%) T % = O/Q*100%

Sumber : Hayami (1987)

Page 49: PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp ) DENGAN ... · PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp.) DENGAN MENGGUNAKAN PENYAMAKAN KOMBINASI . ... Alat 8 Prosedur Penelitian 8 Prosedur

37

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Torgamba, Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Provinsi

Sumatera Utara pada tanggal 26 Nopember 1991 sebagai anak pertama dari tiga

bersaudara dari pasangan Rustam Effendi Hasibuan dan Santi Pasaribu.

Penulis telah berhasil menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri

(SDN) 01 Torgamba pada tahun 2003. Selanjutnya, penulis menempuh jenjang

pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Swasta Torgamba dan lulus pada tahun

2006. Pada tahun 2009 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah

Atas Negeri (SMAN) 1 Rantau Utara dan pada tahun yang sama lulus seleksi

masuk IPB melalui jalur undangan resmi (USMI). Penulis memilih Program Studi

Teknologi Industri Pertanian, Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas

Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif pada berbagai organisasi

kemahasiswaan, antara lain Himpunan Profesi di Himpunan Mahasiswa Teknologi

Industri Pertanian (HIMALOGIN) sebagai anggota Divisi Industri pada tahun

2010-2011, PASKIBRA IPB sebagai anggota dan pelatih pada tahun 2009-2011,

UKM Bola Volly IPB sebagai anggota pada tahun 2010-2014, dan Himpunan

Mahasiswa Labuhan Batu (HIMLAB) pada tahun 2009-2014. Selain itu, penulis

juga pernah menjadi asisten mata kuliah Peralatan Industri Pertanian pada tahun

2013 dan asisten mata kuliah Teknologi Serat, Karet, Gum, dan Resin pada tahun

2013. Penulis juga pernah mengikuti kejuaraan bola volly antar perguruan tinggi

se-Indonesia pada tahun 2013.

Penulis telah melaksanakan Praktik Lapang (PL) pada bulan Juli - Agustus

2012 mengenai Aspek Teknologi Proses dan Pengawasan Mutu Crude Palm Oil

(CPO) di PT Perkebunan Nusantara IV (PERSERO), Unit Usaha Adolina,

Perbaungan-Sumatera Utara.