Penyakit hati
-
Upload
dina-haya-sufya -
Category
Spiritual
-
view
2.175 -
download
4
description
Transcript of Penyakit hati
PENYAKIT HATI
Oleh
DINA HAYA SUFYA
108070000051
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011
1. Pengertian Penyakit HatiPenyakit hati ialah rasa sakit yang menimpa hati, seperti rasa sakit ketika musuh
menguasai anda. Sesungguhnya yang demikian mendatangkan rasa panas atau menyayat
hati. Penyakit hati juga dikarenakan terjadinya kerusakan, terutama pada persepsi dan
keinginan. Orang yang hatinya sakit akan tergambar kepadanya hal-hal berbau subhat.
Akibatnya, ia tidak dapat melihat kebenaran. Di sisi lain, keinginannya membenci
kebenaran yang bermanfaat dan menyukai kebathilan yang berbahaya.
Untuk sedikit menambah pengetahuan kita tentang penyakit hati, berikut ini kutipan
risalah dari buku "Tahdzib Syarh Ath-Thahawiyah..." karya Syeikh Abdul Akhir
Hammad Alghunaimi. Akan tetapi, barangkali risalah itu sendiri lebih tepat disebut karya
Al-Imam Ibnu Abil 'Izzi, karena beliaulah yang menulisnya sebagai syarh (penjelasan)
dari kitab Aqidah yang disusun oleh Imam Ath-Thahawi yang dikenal dengan kitab
"Aqidah Thahawiyah". Sedang Syeikh Abdul Akhir Hammad Alghunami adalah yang
melakukan tahdzib (penataan ulang).
Hati itu dapat hidup dan dapat mati, sehat dan sakit. Dalam hal ini, ia lebih penting dari
pada tubuh. Allah berfirman,
"Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan
kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-
tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap
gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari adanya." (Al-An'am : 122)
Artinya, ia mati karena kekufuran, lalu Kami hidupkan kembali dengan keimanan. Hati
yang hidup dan sehat, apabila ditawari kebatilan dan hal-hal yang buruk, dengan tabi'at
dasarnya ia pasti menghindar, membenci dan tidak akan menolehnya. Lain halnya dengan
hati yang mati. Ia tak dapat membedakan yang baik dan yang buruk.
2. Dua Bentuk Penyakit Hati.
Penyakit hati itu ada dua macam: Penyakit syahwat dan penyakit syubhat. Keduanya
tersebut dalam Al-Qur'an. Allah berfirman, artinya:
“Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu
bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara (melembut-lembutkan bicara)
sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya. " (Al-Ahzab:32). Ini
yang disebut penyakit syahwat. Allah juga berfirman, artinya:
"Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya..." (Al-Baqarah : 10)
Allah juga berfirman, artinya:
"Dan adapun orang yang didalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu
bertambah kekafiran mereka, di samping kekafirannya (yang telah ada)." (At-Taubah :
125)
Penyakit di sini adalah penyakit syubhat. Penyakit ini lebih parah daripada penyakit
syahwat. Karena penyakit syahwat masih bisa diharapkan sembuh, bila syahwatnya sudah
terlampiaskan. Sedangkan penyakit syubhat, tidak akan dapat sembuh, kalau Allah tidak
menanggulanginya dengan limpahan rahmat-Nya.
Seringkali penyakit hati bertambah parah, namun pemiliknya tak juga menyadari. Karena
ia tak sempat bahkan enggan mengetahui cara penyembuhan dan sebab-sebab
(munculnya) penyakit tersebut. Bahkan terkadang hatinya sudah mati, pemiliknya belum
juga sadar kalau sudah mati.
Sebagai buktinya, ia sama sekali tidak merasa sakit akibat luka-luka dari berbagai
perbuatan buruk. Ia juga tak merasa disusahkan dengan ketidakmengertian dirinya
terhadap kebenaran, dan keyakinan-keyakinannya yang batil. "Luka, tak akan dapat
membuat sakit orang mati." *). Terkadang ia juga merasakan sakitnya. Namun ia tak
sanggup mencicipi dan menahan pahitnya obat. Masih bersarangnya penyakit tersebut di
hatinya, berpengaruh semakin sulit dirinya menelan obat. Karena obatnya dengan
melawan hawa nafsu. Itu hal yang paling berat bagi jiwanya. Namun baginya, tak ada
sesuatu yang lebih bermanfaat dari obat itu. Terkadang, ia memaksa dirinya untuk
bersabar. Tapi kemudian tekadnya mengendor dan bisa meneruskannya lagi.
Itu karena kelemahan ilmu, keyakinan dan ketabahan. Sebagai halnya orang yang
memasuki jalan angker yang akhirnya akan membawa dia ke tempat yang aman. Ia sadar,
kalau ia bersabar, rasa takut itu sirna dan berganti dengan rasa aman. Ia membutuhkan
kesabaran dan keyakinan yang kuat, yang dengan itu ia mampu berjalan. Kalau kesabaran
dan keyakinannya mengendor, ia akan balik mundur dan tidak mampu menahan
kesulitan. Apalagi kalau tidak ada teman, dan takut sendirian.
3. Menyembuhkan Penyakit Dengan Makanan Bergizi dan Obat
Gejala penyakit hati adalah, ketika ia menghindari makanan-makanan yang bermanfaat
bagi hatinya, lalu menggantinya dengan makanan-makanan yang tak sehat bagi hatinya.
Berpaling dari obat yang berguna, menggantinya dengan obat yang berbahaya.
Sedangkan makanan yang paling berguna bagi hatinya adalah makanan iman. Obat yang
paling manjur adalah Al-Qur'an masing-masing memiliki gizi dan obat. Barangsiapa yang
mencari kesembuhan (penyakit hati) selain dari Al-kitab dan As-sunnah, maka ia adalah
orang yang paling bodoh dan sesat.
Sesungguhnya Allah berfirman:
"Katakanlah: "Al-qur'an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang
beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan,
sedang Al-qur'an itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) orang-
orang yang dipanggil dari tempat jauh." (Fushshilat :44)
Al-qur'an adalah obat sempurna untuk segala penyakit tubuh dan hati, segala penyakit
dunia dan akherat. Namun tak sembarangan orang mahir menggunakan Al-qur'an sebagai
obat. Kalau si sakit mahir menggunakannya sebagai obat, ia letakkan pada bagian yang
sakit, dengan penuh pembenaran, keimanan dan penerimaan, disertai dengan keyakinan
yang kuat dan memenuhi syarat-syaratnya. Tak akan ada penyakit yang membandel.
Bagaimana mungkin penyakit itu akan menentang firman Rabb langit dan bumi; yang
apabila turun di atas gunung, gunung itu akan hancur, dan bila turun di bumi, bumi itu
akan terbelah? Segala penyakit jasmani dan rohani, pasti terdapat dalam Al-qur'an cara
memperoleh obatnya, sebab-sebab timbulnya dan cara penanggulangannya. Tentu bagi
orang yang diberi kemampuan mamahami kitab-Nya.
*) [Penggalan akhir bait sya'ir Al-Mutanabbi, yang mana penggalan awalnya
adalah: "Orang yang hina, akan mudah mendapat kehinaan"]
4. Jenis-jenis Penyakit Hati
Hidup manusia tergantung kepada hati dan roh. Keduanyalah yang mengendalikan
seluruh anggota tubuh. Semua anggota tubuh berada di bawah kendalinya, dan seluruh
gerak-gerik serta perbuatan bersumber kepada bagaimana keadaan hati.
Hati mempunyai dua ciri, yaitu hidup atau mati. Atas dasar itulah, hati terbagi kedalam
tiga jenis, yaitu: Pertama, hati yang sehat yaitu hati yang selamat pada hari kiamat.
Kedua, hati yang mati yaitu hati yang tidak ada kehidupan di dalamnya. Ketiga, hati yang
sakit yaitu hati yang mempunyai kehidupan akan tetapi terdapat penyakit.1
1. Hati yang Sehat
Hati yang sehat adalah hati yang bersih dan suci terbebas dari segala kotoran dan dosa
serta segala penyakit yang menghinggapinya. Namun yang lebih penting hati yang sehat
itu hati yang selamat pada hari kiamat, seperti difirmankan Allah swt. Dalam surat al-
Syu’ara: (QS. 26: 88-89)”.
Hati yang sehat diistilahkan juga dengan hati yang selamat atau hati yang suci (qalbun
salim) dari kotoran dosa sehingga hati merasakan ketenangan (qalbun mutma’in) sebagai
dampak dari hati yang bertaubat (qalbun munib) untuk kembali ke jalan yang diridhai
Allah swt.
Hati yang selamat terwujud dari tidak adanya keinginan melakukan keburukan setelah
mengethauinya, sehingga hatinya selamat dari keinginan dan tujuannya, bukan dari segi
pengenalan dan pengetahuan hal keburukan.
Orang-orang berbeda pendapat dalam mendefenisikan makna hati yang sehat. Defenisi
secara umum tentang hati yang sehat ialah hati yang bersih dari semua syahwat yang
bertentangan dengan perintah Allah swt. dan larangan-Nya, bersih dari semua syubhat
yang bertentangan dengan wahyu Allah swt., bersih dari penyembahan kepada selain
Allah, bersih dari berhukum kepada selain Rasul-Nya, kecintaannya bersih hanya untuk
1 Ibnu al-Qayyim al-Jauziyah, Keajaiban hati…, h. 17-19.
Allah Ta’ala dan takut hanya kepada-Nya, berharap kepada-Nya, merendahkan diri
kepada-Nya, mengutamakan keridhaan-Nya dalam semua kondisi dan menjauh dari
kemurkaan-Nya, karena itu semua adalah esensi ‘ubudiyah (ibadah) yang tidak pantas
diberikan kecuali kepada Allah swt. saja.2
Sebab sehatnya hati itu setidaknya membutuhkan tiga hal:
a. Sesuatu yang bisa menjaga staminanya, yaitu iman dan wirid-wirid yang dibaca setiap
hari.
b. Perlindungan sebagai faktor-faktor yang membahayakan, itu dilakukan dengan
menjauhi maksiat dan larangan-larangan dari Allah swt.
c. Perlindingan dari segala unsur.3
Hati yang sehat akan member dampakn positif pada keadaan hati itu sendiri, di antaranya
adalah:
a. Merasa lapang (luas) dalam situasi sesulit dan sesempit apapun, (Q.S. Al-An’am, 6:
125).
b. Memperoleh cahaya Allah untuk memahami sesuatu yang terdapat dalam kehidupan,
(Q.S. Al-Zumar, 39:21-22)
c. Menjadi cermin terhadap kesalahan yang telah diperbuat, (Q.S. Al-A’raf, 7:201).
d. Merasakan ketenangan terhadap setiap persoalan yang menimpa, (Q.S. Al-Taubah, 9:
15).
e. Merasakan kebahagiaan dalam hidup melebihi kebahagiaan memperoleh materi, (Q.
S. Yunus, 10: 58)
f. Merasa dalam keadaan terlindungi dari penyakit hati, (Q. S. Al-Hijr, 15: 47)
Adapun cirri-ciri hati yang sehat adalah sebagai berikut:
a. Selalu mengingat Allah di manapun berada.
b. Dapat membedakan antara kebenaran dan kebatilan tanpa diliputi keraguan.
c. Dapat menjaga atau mengendalikan hawa nafsu yang menyesatkan.4
2. Hati yang Mati
2 Ibn al-Qayyim al-Jauziyah, Keajaiban hati, h.17.3 Ibn al-Qayyim al-Jauziyah, Menyelamatkan hati…, h.29.4 Ibn al-Qayyim al-Jauziyah, Menyelamatkan hati…, h.31.
Hati yang mati adalah hati yang tidak mengenal siapa Tuhannya. Ia tidak beribadah
kepadanya dengan tidak menjalankan perintah-Nya atau menghadirkan sesuatu yang
dicintai dan diridhai Allah. Hati model ini selalu berjalan bersama hawa nafsu dan
kenikmatan duniawi, walaupun itu dibenci dan dimurkai Allah. Baginya, yang penting
adalah memenuhi keinginan hawa nafsu. Jika ia menyembah maka sembahannya itu ke
selain Allah. Jika ia mencintai sesuatu maka cintanya itu berdasarkan hawa nafsu, jika
marah maka marahnya karena hawa nafsu dan lain sebagainya. Hawa nafsunya, lebih ia
utamakan dan lebih ia cintai daripada keridhaan Tuhannya. Hawa nafsu adalah
pemimpinnya, syahwat adalah panglimanya, kebodohan adalah pengemudinya dan lalai
adalah kendaraannya. Pikirannya hanya terkonsentrasi untuk mendapatkan tujuan-tujuan
duniawi. Ketika ia diajak kepada Allah dan hari akhirat dari kejauhan, tapi ia tidak
mendengarkan panggilan mulia tersebut dan lebih menuruti setan yang suka
membangkang. Hawa nafsu membuatnya tuli dan buta terhadap kebenaran.5
Hati yang sakit berpotensi menjadi mati. Pemilik hati yang mati dikatakan sebagai
seorang yang tidak tahu rasa malu, tebal muka, mukanya keras karena kehilangan
kesegaran hidup. Perasaan tidak tahu malu yang telah menggoroti manusia merupakan
tanda bahwa di dalam hatinya tidak ada lagi kehidupan yang dapat menumbuhkan rasa
malu, tidak ada lagi keimanan yang menjadi benteng dari perbuatan buruk.6
Hati seseorang itu dapat sakit, dan sakitnya dapat semakin parah jika ia tidak
menyadarinya. Bahkan boleh jadi hatinya itu telah mati, tetapi ia tetap tidak
menyadarinya. Pertanda hati itu sakit atau mati adalah ia tidak lagi dapat merasakan
betapa sakitnya bermaksiat dan betapa menderitanya berada dalam kebodohan serta
memiliki akidah yang sesat. Sebab, hati yang hidup atau sehat pasti merasa tersiksa bila
melakukan perbuatan buruk yang telah dikerjakannya, sehingga ia sulit menerima
kebenaran yang datang menghampirinya.
3. Hati yang Sakit
Hati yang sakit adalah hati yang hidup tetapi di dalamnya terdapat penyakit. Ia akan
mengikuti unsure yang kuat. Kadang-kadang ia mengikuti kehidupan yan baik dan
5 Ibn-al-Qayyim al-Jauziyah, Keajaiban Hati, h.19.6 Ibn Taimiyah, Mengenali Gerak-gerik Kalbu, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2002), cet.
kadang-kadang pula ia cenderung kepada penyakit. Padanya terdapat kecintaan,
keimanan, keikhlasan, dan tawakal kepada Allah, yang merupakan sumber kehidupannya.
Padanya pula ada kecintaan dan ketamakan terhadap syahwat, hasad, kibr dan sifat ‘ujub
yang merupakan sumber bencana dan kehancuran. Ia ada di antara dua penyeru, kepada
Allah, Rasul dan hari akhir, dan penyeru kepada kehidupan duniawi. Seruan yang akan
disambutnya adalah seruan yang paling kuat, dekat dan paling akrab.7
Penyakit hati tidak bisa dianggap sebagai hal kecil dan remeh. Gejala itu lebih berbahaya
dan sulit disembuhkan disbanding penyakit fisik. Pada penyakit fisik, tatanan fisik dalam
tubuh kehilangan keseimbangannya sehingga menimbulkan rasa sakit, tidak enak dan
menyebabkan kerusakan pada bagian tubuh tertentu. Efek dari penyakit ini terbatas,
bahkan terkadang efeknya tidak sampai berlangsung sepanjang hidup. Tetapi penyakit
hati dan jiwa akan disertai dengan penderitaan, azab dan siksa yang abadi. Rasa sakit
akan siksaan akan terus merasuk sampai ke dasar hati yang paling dalam, menyelimuti
hati dengan api abadi.
Sebab sakitnya hati setidaknya karena:
a. Berpaling dari petunjuk yang telah digariskan agama.
b. Terlalu sibuk dengan urusan dunia sehingga melupakan akhirat.
c. Kemaksiatan yang dilakukan secara terus-menerus.
Hati yang sakit akan member dampak yang negative bagi kesadaran hati itu sendiri, di
antaranya adalah:
1. Merasa dipenuhi keraguan (kebimbangan), (Q.S. Al-Taubah, 9:45).
2. Menjadi tertutup dari seruan Allah dan terhalang dari berfungsinya hati dalam
memahami hakikat sesuatu, (Q.S. Fussilat, 41: 5), (Q. S. Al-Haj, 22: 46).
3. Menjadi tertutup dari rahmat dan petunjuk Allah, (Q. S. Al-Mutaffiffin, 83: 15)
4. Mengalami keguncangan yang hebat (Q.S. Al-Nur, 24: 37).
5. Mengalami duka cita atau kesedihan (Q.S. Al-Mukmin, 40: 18).
6. Merasa dalam keadaan terbakar (Q.S. Al-Humazah, 104: 6-7).
Adapun cirri-ciri hati yang sakit adalah sebagai berikut:
7 Ibn al-Qayyim al-Jauziyah, Tazkiyah al-Nafs: Konsep Penyucian Jiwa Menurut Para Salaf, terj. Imtihan As-Syafi’I (Solo: Pustaka Arafah, ttt), h.24.
1. Selalu ragu terhadap kebenaran yang nyata.
2. Tidak dapat mengekang keinginan nafsu yang berlebihan.
3. Tidak pernah lepas dari perbuatan maksiat kepada Allah.8
5.Tanda-tanda Penyakit Hati
Sebagaimana penyakit-penyakit jasmani yang mempunyai gejala-gejala tertentu,
demikian pula penyakit rohani banyak sekali gejala-gejalanya sebagai tanda seseorang
mengidap penyakit hati. Adapun tanda-tandanya itu antara lain sebagai berikut:
a. Lemahnya Daya Kerja
Jika orang yang sehat hatinya, memiliki kemampuan beramal yang tinggi, gairah kerja
yang hidup dan semangat untuk maju dalam kebaikan, maka sebaliknya orang yang sakit
hatinya nampak kemunduran dalam kemampuan bekerja, hilangnya semangat dan gairah
untuk maju. Yang menonjol adalah kelemahan dan kemalasan.
b. Tumpulnya Daya Pikir
Orang yang sehat hatinya dengan mudah menangkap kebenaran, hatinya selalu oleh
cahaya (nur) kebenaran, sedangkan orang yang hatinya sakit terlihat adanya kebodohan,
kelemahan sehingga susah menerima kebenaran.
c. Pendangkalan Rasa
Orang yang sehat hatinya ialah orang yang begitu terkesan mendapat nikmat dan rahmat
Ilahi, yan diterimanaya dengan respons tasyakur, sedangkan orang yang sakit hatinya
8 Ibn al-Qayyim al-Jauziyah, Menyelamatkan Hati…, h. 29.
tidak pandai bersyukur terhadap nikmat Allah, dianggap sebagai orang yang memiliki
perasaan dangkal dan kelemahan zauq.
d. Gelisah dan Keluh Kesah
Orang yang sehat hatinya tersirat dari air mukanya, begitu pula orang yang mengalami
gangguan penyakit rohani, terungkap pula melalui sikapnya yang diliputi kegelisahan dan
keluh kesah. Tegasnya kegelisahan dan keluh kesah itulah yang merupakan pencerminan
daripada ketidakstabilan mental.
e. Liar Terhadap Kebenaran
Salah satu daripada tanda kenormalan jiwa ialah kecendurang mencari, menerima
kebenaran dan menolak kebatilan. Pikiran yang tenang senantiasa mempertimbangkan
dengan baik sesuatu yang disodorkan kepadanya. Sebaliknya orang yang liar terhadap
kebenaran adalah tidak senang mendengarkan mutiara-mutiara hikmah dan tanpa
mempertimbangkan terhadap sesuatu yang disodorkannya.
f. Prasangka Buruk (curiga)
Salah satu ciri dari penyakit hati ialah mempunyai pransangka-prasangka yang buruk,
antara lain anggapan yang bukan-bukan terhadap Allah dan Rasul-Nya, selain prasangka
buruk terhadap Allah dan Rasul-Nya juga mempunyai prasangka buruk dan suka curiga
kepada orang lain tanpa alasan yang jelas.
g. Suka Menghasut (fitnah)
Jika orang yang sehat hatinya selalu merindukan ketenangan, kedamaian dan
ketentraman, maka sebaliknya orang-orang yang hatinya berpenyakit terkadang suka
menghasut dan menimbulkan keributan. Karena itulah maka sikap suka membuat
keributan, menghasut dalam masyarakat dapat dipandang sebagai gejala penyakit hati.9
6.Kiat mewujudkan kebersihan jiwa:
1. Ikhlas : Shahabat Zaid bi Tsabit r.a meriwayatkan bahwa Rasulullah
shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Ada tiga hal yang tidak akan menjadikan hati
seorang mukmin dengki: Ikhlas dalam beramal, menasehati para pemimpin, dan
berpegang pada jama'ah kaum muslimin …… (H.R Ahmad dan Ibnu Majah)
9 Hamzah Ya’kub, Tingkat Ketenangan….., h.115-119.
Sudah sewajarnya orang yang mengikhlaskan agama-Nya untuk Allah, tidak akan
muncul dalam dirinya melainkan rasa cinta yang murni pada kaum muslimin. Jika kaum
muslimin mendapatkan kebaikan baik dalam hal duniawi maupun akherat, ia bahagia dan
sebaliknya jika mereka di timpa musibah, ia bersedih.
2. Keridhaan seorang hamba pada Tuhannya:
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata tentang masalah ridha: "Keridhaan
membuka pintu keselamatan pada seorang hamba". Hatinya akan terbebas dari sikap
menipu, dan iri dengki. Tidak akan selamat dari adzab Allah kecuali siapa yang datang
pada Allah dengan hati yang selamat. Adalah hal yang mustahil selamatnya hati jika
masih ternodai oleh rasa marah dan tidak ridha. Setiap kali keridhaan seorang hamba
meningkat, maka hatinya akan lebih selamat. Kekejian, iri dengki dan menipu adalah
senada dengan sifat tidak ridha. Sedang hati yang selamat, kebaikan dan nasehatnya
adalah sejalan dengan ridha. Demikian pula hasad yang merupakan buah dari kemarahan.
Selamatnya hati dari rasa hasad adalah buah dari keridhaan.
3. Membaca Al-Qur'an dan mentadabburinya:
Adalah obat segala penyakit. Orang yang diharamkan (kebaikan darinya) adalah
siapa yang tidak berobat dengan Al-Qur'an. Allah berfirman:
ذ�ين� ه�و� ق�ل� �ل �وا ل ف�اء ه�د�ى آم�ن و�ش�
"Al-Qur'an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman" (Q.S
Fushshilat: 44)
ل� ��ز �ن آن� م�ن� و�ن �ق�ر� ف�اء ه�و� م�ا ال ح�م�ة# ش� �ين� و�ر� �م�ؤ�م�ن �ل � ل �ز�يد� و�ال ي
�م�ين� الظ ال �ال � إ ارا خ�س�
"Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman dan Al-Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang
yang zalim selain kerugian" (Q.S Al-Israa': 82)
Ibnul Qayyim berkata: "Pendapat yang benar adalah bahwa "" disini adalah untuk م�ن�
menjelaskan keseluruhan dari Al-Qur'an dan bukan sebagiannya. Allah juga berfirman:
�ا 0ه�ا ي ي� اس� أ �م ق�د� الن �ك �م� م�ن م و�ع�ظ�ة# ج�اءت �ك ب ف�اء ر �م�ا و�ش� ف�ي ل
الص0د�ور�
"Hai manusia,, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada" (Q.S Yunus: 57)
Al-Qur'an adalah obat yang sempurna dari segala penyakit hati dan badan serta penyakit
duniawi maupun ukhrawi.
4. Mengingat Hari Perhitungan dan pembalasan: Mereka yang menyakiti kaum
muslimin dengan kekejian pada dirinya dan keburukan niatnya berupa rasa iri dengki,
menggunjing, adu domba dan melecehkan dll.
5. Doa: Seorang hamba senantiasa berdoa pada Allah agar dijadikan hatinya sebagai hati
yang selamat terhadap kaum muslimin dan juga mendoakan mereka. Inilah kebiasaan
orang-orang yang sholeh. Allah berfirman:
ذ�ين� اؤ�وا و�ال �ع�د�ه�م� م�ن ج� �ون� ب �ق�ول �ا ي ن ب �ا اغ�ف�ر� ر� �ن �ا ل �ن و�ان �خ� ذ�ين� و�إل� ال
�ا �ق�ون ب �يم�ان� س� �اإل� �ج�ع�ل� و�ال� ب �ا ف�ي ت �ن �وب � ق�ل Cال�ين� غ�ذ �ل �وا ل �ا آم�ن ن ب ك� ر� �ن إ
ؤ�وف# ح�يم# ر� ر
"Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar),
mereka berdoa: "Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara
kami yang telah beriman lebih dahulu dari Kami, dan janganlah Engkau
membiarkan kedengkian dalam hati Kami terhadap orang-orang yang beriman.
Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang"
(Q.S Al Hasyr: 10)
6. Bersedekah: Sedekah dapat mensucikan hati dan membersihkan jiwa. Karena itulah
Allah berfirman tentang nabi-Nya:
ذ� �ه�م� م�ن� خ� م�و�ال� ه�م� ص�د�ق�ة� أ �ط�ه�ر� �يه�م ت ك �ز� �ه�ا و�ت ب
"Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka" (Q.S At Taubah:103)
Nabi bersabda: "Obatilah orang-orang yang sakit diantara kalian dengan
bersedekah" (Shahih Al-Jami').
Orang sakit yang paling layak untuk diobati adalah orang yang sakit hatinya. Dan
hati yang paling layak untuk diobati adalah hati yang ada pada diri anda.
7. Ingatlah bahwa mereka yang akan terkena racun dan panahmu adalah seorang muslim,
bukan orang yahudi atau nasrani. Yang itu diikat oleh ikatan Islam. Kalau demikian
halnya, mengapa engkau menyakitinya.
8. Menyebarkan salam
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Demi
Dzat yang jiwaku ada di Tangan-Nya, kalian tidak akan masuk surga sampai kalian
beriman, dan kalian tidak akan beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah kalian aku
tunjukkan suatu hal yang jika kalian melakukannya, kalian akan saling mencintai ?
Sebarkanlah salam diantara kalian" (H.R Muslim).
Ibnu 'Abdil Barr berkata: "Dalam hadits ini terdapat keutaman salam, karena
dengan hal itu akan menghilangkan kebencian dan melahirkan rasa cinta".
9. Tidak banyak bertanya dan suka menyelidiki hal ihwal orang lain
Nabi bersabda: "Termasuk kebagusan keislaman seseorang, yaitu bila ia
meninggalkan perkara yang bukan urusannya" (H.R Tirmidzi)
10. Menyukai kebaikan yang ada pada kaum muslimin
Nabi bersabda: "Demi Dzat yang jiwaku ada di Tangan-Nya, seorang hamba tidak
akan beriman hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri"
(H.R Bukhari dan Muslim)
11. Tidak mendengarkan gunjingan dan adu domba. Dengan demikian hati seseorang
akan terjaga kesehatannya. Nabi shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Janganlah
seseorang menyampaikan sesuatu padaku tentang salah satu dari shahabatku, karena aku
ingin menemui kalian dengan hati bersih" (H.R Ahmad). Banyak orang yang mengatakan
sepatah dua patah kata yang membikin hati terluka, terutama di kalangan wanita, ibu
rumah tangga, dll.
12. Senantiasa memperbaiki hati
Nabi bersabda: "Ketauhilah bahwa dalam tubuh terdapat sepotong daging yang jika
baik, akan baiklah seluruh jasad. Dan jika rusak, maka akan rusaklah seluruh tubuh.
Ketauhilah bahwa ia adalah hati". (H.R Bukhari dan Muslim).
13. Mendamaikan orang yang bersengketa
Allah berfirman:
� ق�وا Cه� ف�ات � الل �ح�وا ص�ل� �م� ذ�ات� و�أ �ك �ن �ي ب
"Sebab itu bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara
sesamamu (H.R Al-Anfal: 1) Ibnu 'Abbas berkata: "Ini adalah pengharaman dari Allah
dan Rasul-Nya agar mereka bertakwa dan mendamaikan orang yang bersengketa".
Nabi shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Maukah kalian aku tunjukkan amalan
yang lebih baik dari puasa, shalat dan sedekah? Para shahabat menjawab: "Tentu" Maka
beliau bersabda: "Mendamaikan orang yang bersengketa". (H.R Abu Dawud)
Semoga Allah menjadikan hati kita sebagai hati yang selamat, yang tidak
menyimpan rasa iri, dengki pada kaum muslimin. Semoga shalawat dan salam tetap
tercurah pada nabi kita Muhammad, keluarga serta para shahabat beliau.
Terapi penyakit hati
Sebagai salah satu jenis penyakit, tentulah al-isyq dapat disembuhkan dengan terapi-terapi
tertentu. Diantara terapi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Jika terdapat peluang bagi orang yang sedang kasmaran tersebut untuk meraih cinta orang
yang dikasihinya dengan ketentuan syariat dan suratan taqdirnya, maka inilah terapi yang paling
utama. Sebagaimana terdapat dalam sahihain dari riwayat Ibn Mas'ud Radhiyallahu, bahwa
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"Hai sekalian pemuda, barangsiapa yang mampu untuk menikah maka hendaklah dia
menikah , barangsiapa yang belum mampu maka hendaklah berpuasa karena puasa dapat
menahan dirinya dari ketergelinciran (kepada perbuatan zina)".
Hadis ini memberikan dua solusi, solusi utama, dan solusi pengganti. Solusi petama adalah
menikah, maka jika solusi ini dapat dilakukan maka tidak boleh mencari solusi lain. Ibnu Majah
meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
"Aku tidak pernah melihat ada dua orang yang saling mengasihi selain melalui jalur
pernikahan".
Inilah tujuan dan anjuran Allah untuk menikahi wanita, baik yang merdeka ataupun budak dalam
firman-Nya:
"Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat
lemah". (QS.an-Nisa:28)
Allah menyebutkan dalam ayat ini keringanan yang diberikannya terhadap hambaNya dan
kelemahan manusia untuk menahan syahwatnya dengan membolehkan mereka menikahi para
wanita yang baik-baik dua, tiga ataupun empat, sebagaimana Allah membolehkan bagi mereka
mendatangi budak-budak wanita mereka. Sampai-sampai Allah membuka bagi mereka pintu
untuk menikahi budak-budak wanita jika mereka butuh sebagai peredam syahwat, keringanan
dan rahmat-Nya terhadap makluk yang lemah ini.
2. Jika terapi pertama tidak dapat dilakukan karena tertutupnya peluang menuju orang yang
dikasihinya karena ketentuan syar'i dan takdir, penyakit ini bisa semakin ganas. Adapun
terapinya harus dengan meyakinkan dirinya bahwa apa-apa yang diimpikannya mustahil terjadi,
lebih baik baginya untuk segera melupakannya. Jiwa yang berputus asa untuk mendapatkan
sesuatu, niscaya akan tenang dan tidak lagi mengingatnya. Jika ternyata belum terlupakan, akan
berpengaruh terhadap jiwanya sehingga semakin menyimpang jauh.
Dalam kondisi seperti ini wajib baginya untuk mencari terapi lain yaitu dengan mengajak
akalnya berfikir bahwa menggantungkan hatinya kepada sesuatu yang mustahil dapat dijangkau
adalah perbuatan gila, ibarat pungguk merindukan bulan. Bukankah orang-orang akan
mengganggapnya termasuk ke dalam kumpulan orang-orang yang tidak waras? Apabila
kemungkinan untuk mendapatkan apa yang dicintainya tertutup karena larangan syariat,
terapinya adalah dengan menganggap bahwa yang dicintainya itu bukan ditakdirkan menjadi
miliknya. Jalan keselamatan adalah dengan menjauhkan dirinya dari yang dicintainya. Dia harus
merasa bahwa pintu kearah yang diingininya tertutup, dan mustahil tercapai.
3. Jika ternyata jiwanya yang selalu menyuruhnya kepada kemungkaran masih tetap menuntut,
hendaklah dia mau meninggalkannya karena dua hal, pertama : karena takut (kepada Allah)
yaitu dengan menumbuhkan perasaan bahwa ada hal yang lebih layak dicintai, lebih
bermanfaat,lebih baik dan lebih kekal. Seseorang yang berakal jika menimbang-nimbang antara
mencintai sesuatu yang cepat sirna dengan sesuatu yang lebih layak untuk dicintai, lebih
bermanfaat, lebih kekal dan lebih nikmat, akan memilih yang lebih tinggi derajatnya. Jangan
sampai engkau menggadaikan kenikmatan abadi yang tidak terlintas dalam pikiranmu dengan
kenikmatan sesaat yang segera berbalik menjadi sumber penyakit. Ibarat orang yang sedang
bermimpi indah, ataupun mengkhayal terbang melayang jauh, ketika tersadar ternyata hanyalah
mimpi dan khayalan, akhirnya sirnalah segala keindahan semu, tinggal keletihan, hilang nafsu
dan kebinasaan menunggu.
Kedua : keyakinan bahwa berbagai resiko yang sangat menyakitkan akan ditemuinya jika dia
gagal melupakan yang dikasihinya, dia akan mengalami dua hal yang menyakitkan sekaligus,
yaitu: gagal dalam mendapatkan kekasih yang diinginkannya, dan bencana menyakitkan dan
siksa yang pasti akan menimpanya. Jika yakin bakal mendapati dua hal menyakitkan ini niscaya
akan mudah baginya meninggalkan perasaan ingin memiliki yang dicinta.Dia akan bepikir
bahwa sabar menahan diri itu lebih baik. Akal, agama , harga diri dan kemanusiaannya akan
memerintahkannya untuk bersabar sedikit demi mendapatkan kebahagiaan yang abadi.
Sementara kebodohan, hawa nafsu, kezalimannya akan memerintahkannya untuk mengalah
mendapatkan apa yang dikasihinya. Orang yang terhindar adalah orang-orang yang dipelihara
oleh Allah.
4. Jika hawa nafsunya masih tetap ngotot dan tidak terima dengan terapi tadi, maka hendaklah
berfikir mengenai dampak negatif dan kerusakan yang akan ditimbulkannya segera, dan
kemasalahatan yang akan gagal diraihnya. Sebab mengikuti hawa nafsunya akan menimbulkan
kerusakan dunia dan menepis kebaikan yang datang, lebih parah lagi dengan memperturutkan
hawa nafsu ini akan menghalanginya untuk mendapat petunjuk yang merupakan kunci
keberhasilannya dan kemaslahatannya.
5. Jika terapi ini tidak mempan juga untuknya, hendaklah dia selalu mengingat sisi-sisi kejelekan
kekasihnya,dan hal-hal yang membuatnya dapat menjauh darinya, jika dia mau mencari-cari
kejelekan yang ada pada kekasihnya niscaya dia akan mendapatkannya lebih dominan dari
keindahannya, hendaklah dia banyak bertanya kepada orang-orang yang berada disekeliling
kekasihnya tentang berbagai kejelekannya yang tersembunyi baginya. Sebab sebagaimana
kecantikan adalah faktor pendorong seseorang untuk mencintai kekasihnya demikian pula
kejelekan adalah pendorong kuatagar dia dapat membencinya dan menjauhinya. Hendaklah dia
mempertimbangkan duasisi ini dan memilih yang terbaik baginya. Jangan sampai terperdaya
dengan kecantikan kulit dengan membandingkannya dengan orang yang terkena penyakit sopak
dan kusta, tetapi hendaklah dia memalingkan pandangannnya kepada kejelekan sikap dan
perilakunya, hendaklah dia menutup matanya dari kecantikan fisik dan melihat kepada kejekan
yang diceritakan mengenainya dan kejelekan hatinya.
6. Jika terapi ini masih saja tidak mempan baginya, maka terapi terakhir adalah mengadu dan
memohon dengan jujur kepada Allah yang senantiasa menolong orang-orang yang ditimpa
musibah jika memohon kepadaNya, hendaklah dia menyerahkan jiwa sepenuhnya dihadapan
kebesaranNya, sambil memohon, merendahkan dan menghinakan diri. Jika dia dapat
melaksanakan terapi akhir ini, maka sesungguhnya dia telah membuka pintu taufik (pertolongan
Allah). Hendaklah dia berbuat iffah (menjaga diri) dan menyembunyikan perasaannya, jangan
sampai dia menjelek-jelekkan kekasihnya dan mempermalukannya dihadapan manusia, ataupun
menyakitinya, sebab hal tersebut adalah kezaliman dan melampaui batas.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Jauziyah, Ibn al-Qayyim, Keajaiban Hati, terj. Fadli Bahri Lc, Jakarta: Pustaka Azzam, 1999
----------------------------------, Menyelamatkan Hati dari Tipu Daya Setan, Solo: Al-Qowwam, 2002, cet. III
----------------------------------, Tazkiyah al-Nafs: Konsep Penyucian Jiwa Menurut Para Salaf, terj. Imtihan as-Syafi’ I, Solo: Pustaka Arafah, tt.
Taimiyah, Ibn, Mengenali Gerak-gerik Kalbu, Bandung: Pustaka Hidayah, 2002
Abdul Akhir Hammad Alghunaimi, "Tahdzib Syarh Ath-Thahawiyah Dasar-dasar 'Aqidah
Menurut Ulama Salaf", penerjemah: Abu Umar Basyir Al-Medani, Pustaka At-Tibyan, buku
2, Cetakan I, 2000, hal 264-266