Penyakit hati

27
PENYAKIT HATI Oleh DINA HAYA SUFYA 108070000051 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

description

Penyakit hati ialah rasa sakit yang menimpa hati, seperti rasa sakit ketika musuh menguasai anda. Sesungguhnya yang demikian mendatangkan rasa panas atau menyayat hati. Penyakit hati juga dikarenakan terjadinya kerusakan, terutama pada persepsi dan keinginan.

Transcript of Penyakit hati

Page 1: Penyakit hati

PENYAKIT HATI

Oleh

DINA HAYA SUFYA

108070000051

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011

Page 2: Penyakit hati

1. Pengertian Penyakit HatiPenyakit hati ialah rasa sakit yang menimpa hati, seperti rasa sakit ketika musuh

menguasai anda. Sesungguhnya yang demikian mendatangkan rasa panas atau menyayat

hati. Penyakit hati juga dikarenakan terjadinya kerusakan, terutama pada persepsi dan

keinginan. Orang yang hatinya sakit akan tergambar kepadanya hal-hal berbau subhat.

Akibatnya, ia tidak dapat melihat kebenaran. Di sisi lain, keinginannya membenci

kebenaran yang bermanfaat dan menyukai kebathilan yang berbahaya.

Untuk sedikit menambah pengetahuan kita tentang penyakit hati, berikut ini kutipan

risalah dari buku "Tahdzib Syarh Ath-Thahawiyah..." karya Syeikh Abdul Akhir

Hammad Alghunaimi. Akan tetapi, barangkali risalah itu sendiri lebih tepat disebut karya

Al-Imam Ibnu Abil 'Izzi, karena beliaulah yang menulisnya sebagai syarh (penjelasan)

dari kitab Aqidah yang disusun oleh Imam Ath-Thahawi yang dikenal dengan kitab

"Aqidah Thahawiyah". Sedang Syeikh Abdul Akhir Hammad Alghunami adalah yang

melakukan tahdzib (penataan ulang).

Hati itu dapat hidup dan dapat mati, sehat dan sakit. Dalam hal ini, ia lebih penting dari

pada tubuh. Allah berfirman,

"Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan

kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-

tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap

gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari adanya." (Al-An'am : 122)

Artinya, ia mati karena kekufuran, lalu Kami hidupkan kembali dengan keimanan. Hati

yang hidup dan sehat, apabila ditawari kebatilan dan hal-hal yang buruk, dengan tabi'at

dasarnya ia pasti menghindar, membenci dan tidak akan menolehnya. Lain halnya dengan

hati yang mati. Ia tak dapat membedakan yang baik dan yang buruk.

2. Dua Bentuk Penyakit Hati.

Page 3: Penyakit hati

Penyakit hati itu ada dua macam: Penyakit syahwat dan penyakit syubhat. Keduanya

tersebut dalam Al-Qur'an. Allah berfirman, artinya:

“Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu

bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara (melembut-lembutkan bicara)

sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya. " (Al-Ahzab:32). Ini

yang disebut penyakit syahwat. Allah juga berfirman, artinya:

"Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya..." (Al-Baqarah : 10)

Allah juga berfirman, artinya:

"Dan adapun orang yang didalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu

bertambah kekafiran mereka, di samping kekafirannya (yang telah ada)." (At-Taubah :

125)

Penyakit di sini adalah penyakit syubhat. Penyakit ini lebih parah daripada penyakit

syahwat. Karena penyakit syahwat masih bisa diharapkan sembuh, bila syahwatnya sudah

terlampiaskan. Sedangkan penyakit syubhat, tidak akan dapat sembuh, kalau Allah tidak

menanggulanginya dengan limpahan rahmat-Nya.

Seringkali penyakit hati bertambah parah, namun pemiliknya tak juga menyadari. Karena

ia tak sempat bahkan enggan mengetahui cara penyembuhan dan sebab-sebab

(munculnya) penyakit tersebut. Bahkan terkadang hatinya sudah mati, pemiliknya belum

juga sadar kalau sudah mati.

Sebagai buktinya, ia sama sekali tidak merasa sakit akibat luka-luka dari berbagai

perbuatan buruk. Ia juga tak merasa disusahkan dengan ketidakmengertian dirinya

terhadap kebenaran, dan keyakinan-keyakinannya yang batil. "Luka, tak akan dapat

membuat sakit orang mati." *). Terkadang ia juga merasakan sakitnya. Namun ia tak

sanggup mencicipi dan menahan pahitnya obat. Masih bersarangnya penyakit tersebut di

hatinya, berpengaruh semakin sulit dirinya menelan obat. Karena obatnya dengan

melawan hawa nafsu. Itu hal yang paling berat bagi jiwanya. Namun baginya, tak ada

Page 4: Penyakit hati

sesuatu yang lebih bermanfaat dari obat itu. Terkadang, ia memaksa dirinya untuk

bersabar. Tapi kemudian tekadnya mengendor dan bisa meneruskannya lagi.

Itu karena kelemahan ilmu, keyakinan dan ketabahan. Sebagai halnya orang yang

memasuki jalan angker yang akhirnya akan membawa dia ke tempat yang aman. Ia sadar,

kalau ia bersabar, rasa takut itu sirna dan berganti dengan rasa aman. Ia membutuhkan

kesabaran dan keyakinan yang kuat, yang dengan itu ia mampu berjalan. Kalau kesabaran

dan keyakinannya mengendor, ia akan balik mundur dan tidak mampu menahan

kesulitan. Apalagi kalau tidak ada teman, dan takut sendirian.

3. Menyembuhkan Penyakit Dengan Makanan Bergizi dan Obat

Gejala penyakit hati adalah, ketika ia menghindari makanan-makanan yang bermanfaat

bagi hatinya, lalu menggantinya dengan makanan-makanan yang tak sehat bagi hatinya.

Berpaling dari obat yang berguna, menggantinya dengan obat yang berbahaya.

Sedangkan makanan yang paling berguna bagi hatinya adalah makanan iman. Obat yang

paling manjur adalah Al-Qur'an masing-masing memiliki gizi dan obat. Barangsiapa yang

mencari kesembuhan (penyakit hati) selain dari Al-kitab dan As-sunnah, maka ia adalah

orang yang paling bodoh dan sesat.

Sesungguhnya Allah berfirman:

"Katakanlah: "Al-qur'an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang

beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan,

sedang Al-qur'an itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) orang-

orang yang dipanggil dari tempat jauh." (Fushshilat :44)

Al-qur'an adalah obat sempurna untuk segala penyakit tubuh dan hati, segala penyakit

dunia dan akherat. Namun tak sembarangan orang mahir menggunakan Al-qur'an sebagai

obat. Kalau si sakit mahir menggunakannya sebagai obat, ia letakkan pada bagian yang

sakit, dengan penuh pembenaran, keimanan dan penerimaan, disertai dengan keyakinan

yang kuat dan memenuhi syarat-syaratnya. Tak akan ada penyakit yang membandel.

Bagaimana mungkin penyakit itu akan menentang firman Rabb langit dan bumi; yang

apabila turun di atas gunung, gunung itu akan hancur, dan bila turun di bumi, bumi itu

akan terbelah? Segala penyakit jasmani dan rohani, pasti terdapat dalam Al-qur'an cara

memperoleh obatnya, sebab-sebab timbulnya dan cara penanggulangannya. Tentu bagi

orang yang diberi kemampuan mamahami kitab-Nya.

Page 5: Penyakit hati

*) [Penggalan akhir bait sya'ir Al-Mutanabbi, yang mana penggalan awalnya

adalah: "Orang yang hina, akan mudah mendapat kehinaan"]

4. Jenis-jenis Penyakit Hati

Hidup manusia tergantung kepada hati dan roh. Keduanyalah yang mengendalikan

seluruh anggota tubuh. Semua anggota tubuh berada di bawah kendalinya, dan seluruh

gerak-gerik serta perbuatan bersumber kepada bagaimana keadaan hati.

Hati mempunyai dua ciri, yaitu hidup atau mati. Atas dasar itulah, hati terbagi kedalam

tiga jenis, yaitu: Pertama, hati yang sehat yaitu hati yang selamat pada hari kiamat.

Kedua, hati yang mati yaitu hati yang tidak ada kehidupan di dalamnya. Ketiga, hati yang

sakit yaitu hati yang mempunyai kehidupan akan tetapi terdapat penyakit.1

1. Hati yang Sehat

Hati yang sehat adalah hati yang bersih dan suci terbebas dari segala kotoran dan dosa

serta segala penyakit yang menghinggapinya. Namun yang lebih penting hati yang sehat

itu hati yang selamat pada hari kiamat, seperti difirmankan Allah swt. Dalam surat al-

Syu’ara: (QS. 26: 88-89)”.

Hati yang sehat diistilahkan juga dengan hati yang selamat atau hati yang suci (qalbun

salim) dari kotoran dosa sehingga hati merasakan ketenangan (qalbun mutma’in) sebagai

dampak dari hati yang bertaubat (qalbun munib) untuk kembali ke jalan yang diridhai

Allah swt.

Hati yang selamat terwujud dari tidak adanya keinginan melakukan keburukan setelah

mengethauinya, sehingga hatinya selamat dari keinginan dan tujuannya, bukan dari segi

pengenalan dan pengetahuan hal keburukan.

Orang-orang berbeda pendapat dalam mendefenisikan makna hati yang sehat. Defenisi

secara umum tentang hati yang sehat ialah hati yang bersih dari semua syahwat yang

bertentangan dengan perintah Allah swt. dan larangan-Nya, bersih dari semua syubhat

yang bertentangan dengan wahyu Allah swt., bersih dari penyembahan kepada selain

Allah, bersih dari berhukum kepada selain Rasul-Nya, kecintaannya bersih hanya untuk

1 Ibnu al-Qayyim al-Jauziyah, Keajaiban hati…, h. 17-19.

Page 6: Penyakit hati

Allah Ta’ala dan takut hanya kepada-Nya, berharap kepada-Nya, merendahkan diri

kepada-Nya, mengutamakan keridhaan-Nya dalam semua kondisi dan menjauh dari

kemurkaan-Nya, karena itu semua adalah esensi ‘ubudiyah (ibadah) yang tidak pantas

diberikan kecuali kepada Allah swt. saja.2

Sebab sehatnya hati itu setidaknya membutuhkan tiga hal:

a. Sesuatu yang bisa menjaga staminanya, yaitu iman dan wirid-wirid yang dibaca setiap

hari.

b. Perlindungan sebagai faktor-faktor yang membahayakan, itu dilakukan dengan

menjauhi maksiat dan larangan-larangan dari Allah swt.

c. Perlindingan dari segala unsur.3

Hati yang sehat akan member dampakn positif pada keadaan hati itu sendiri, di antaranya

adalah:

a. Merasa lapang (luas) dalam situasi sesulit dan sesempit apapun, (Q.S. Al-An’am, 6:

125).

b. Memperoleh cahaya Allah untuk memahami sesuatu yang terdapat dalam kehidupan,

(Q.S. Al-Zumar, 39:21-22)

c. Menjadi cermin terhadap kesalahan yang telah diperbuat, (Q.S. Al-A’raf, 7:201).

d. Merasakan ketenangan terhadap setiap persoalan yang menimpa, (Q.S. Al-Taubah, 9:

15).

e. Merasakan kebahagiaan dalam hidup melebihi kebahagiaan memperoleh materi, (Q.

S. Yunus, 10: 58)

f. Merasa dalam keadaan terlindungi dari penyakit hati, (Q. S. Al-Hijr, 15: 47)

Adapun cirri-ciri hati yang sehat adalah sebagai berikut:

a. Selalu mengingat Allah di manapun berada.

b. Dapat membedakan antara kebenaran dan kebatilan tanpa diliputi keraguan.

c. Dapat menjaga atau mengendalikan hawa nafsu yang menyesatkan.4

2. Hati yang Mati

2 Ibn al-Qayyim al-Jauziyah, Keajaiban hati, h.17.3 Ibn al-Qayyim al-Jauziyah, Menyelamatkan hati…, h.29.4 Ibn al-Qayyim al-Jauziyah, Menyelamatkan hati…, h.31.

Page 7: Penyakit hati

Hati yang mati adalah hati yang tidak mengenal siapa Tuhannya. Ia tidak beribadah

kepadanya dengan tidak menjalankan perintah-Nya atau menghadirkan sesuatu yang

dicintai dan diridhai Allah. Hati model ini selalu berjalan bersama hawa nafsu dan

kenikmatan duniawi, walaupun itu dibenci dan dimurkai Allah. Baginya, yang penting

adalah memenuhi keinginan hawa nafsu. Jika ia menyembah maka sembahannya itu ke

selain Allah. Jika ia mencintai sesuatu maka cintanya itu berdasarkan hawa nafsu, jika

marah maka marahnya karena hawa nafsu dan lain sebagainya. Hawa nafsunya, lebih ia

utamakan dan lebih ia cintai daripada keridhaan Tuhannya. Hawa nafsu adalah

pemimpinnya, syahwat adalah panglimanya, kebodohan adalah pengemudinya dan lalai

adalah kendaraannya. Pikirannya hanya terkonsentrasi untuk mendapatkan tujuan-tujuan

duniawi. Ketika ia diajak kepada Allah dan hari akhirat dari kejauhan, tapi ia tidak

mendengarkan panggilan mulia tersebut dan lebih menuruti setan yang suka

membangkang. Hawa nafsu membuatnya tuli dan buta terhadap kebenaran.5

Hati yang sakit berpotensi menjadi mati. Pemilik hati yang mati dikatakan sebagai

seorang yang tidak tahu rasa malu, tebal muka, mukanya keras karena kehilangan

kesegaran hidup. Perasaan tidak tahu malu yang telah menggoroti manusia merupakan

tanda bahwa di dalam hatinya tidak ada lagi kehidupan yang dapat menumbuhkan rasa

malu, tidak ada lagi keimanan yang menjadi benteng dari perbuatan buruk.6

Hati seseorang itu dapat sakit, dan sakitnya dapat semakin parah jika ia tidak

menyadarinya. Bahkan boleh jadi hatinya itu telah mati, tetapi ia tetap tidak

menyadarinya. Pertanda hati itu sakit atau mati adalah ia tidak lagi dapat merasakan

betapa sakitnya bermaksiat dan betapa menderitanya berada dalam kebodohan serta

memiliki akidah yang sesat. Sebab, hati yang hidup atau sehat pasti merasa tersiksa bila

melakukan perbuatan buruk yang telah dikerjakannya, sehingga ia sulit menerima

kebenaran yang datang menghampirinya.

3. Hati yang Sakit

Hati yang sakit adalah hati yang hidup tetapi di dalamnya terdapat penyakit. Ia akan

mengikuti unsure yang kuat. Kadang-kadang ia mengikuti kehidupan yan baik dan

5 Ibn-al-Qayyim al-Jauziyah, Keajaiban Hati, h.19.6 Ibn Taimiyah, Mengenali Gerak-gerik Kalbu, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2002), cet.

Page 8: Penyakit hati

kadang-kadang pula ia cenderung kepada penyakit. Padanya terdapat kecintaan,

keimanan, keikhlasan, dan tawakal kepada Allah, yang merupakan sumber kehidupannya.

Padanya pula ada kecintaan dan ketamakan terhadap syahwat, hasad, kibr dan sifat ‘ujub

yang merupakan sumber bencana dan kehancuran. Ia ada di antara dua penyeru, kepada

Allah, Rasul dan hari akhir, dan penyeru kepada kehidupan duniawi. Seruan yang akan

disambutnya adalah seruan yang paling kuat, dekat dan paling akrab.7

Penyakit hati tidak bisa dianggap sebagai hal kecil dan remeh. Gejala itu lebih berbahaya

dan sulit disembuhkan disbanding penyakit fisik. Pada penyakit fisik, tatanan fisik dalam

tubuh kehilangan keseimbangannya sehingga menimbulkan rasa sakit, tidak enak dan

menyebabkan kerusakan pada bagian tubuh tertentu. Efek dari penyakit ini terbatas,

bahkan terkadang efeknya tidak sampai berlangsung sepanjang hidup. Tetapi penyakit

hati dan jiwa akan disertai dengan penderitaan, azab dan siksa yang abadi. Rasa sakit

akan siksaan akan terus merasuk sampai ke dasar hati yang paling dalam, menyelimuti

hati dengan api abadi.

Sebab sakitnya hati setidaknya karena:

a. Berpaling dari petunjuk yang telah digariskan agama.

b. Terlalu sibuk dengan urusan dunia sehingga melupakan akhirat.

c. Kemaksiatan yang dilakukan secara terus-menerus.

Hati yang sakit akan member dampak yang negative bagi kesadaran hati itu sendiri, di

antaranya adalah:

1. Merasa dipenuhi keraguan (kebimbangan), (Q.S. Al-Taubah, 9:45).

2. Menjadi tertutup dari seruan Allah dan terhalang dari berfungsinya hati dalam

memahami hakikat sesuatu, (Q.S. Fussilat, 41: 5), (Q. S. Al-Haj, 22: 46).

3. Menjadi tertutup dari rahmat dan petunjuk Allah, (Q. S. Al-Mutaffiffin, 83: 15)

4. Mengalami keguncangan yang hebat (Q.S. Al-Nur, 24: 37).

5. Mengalami duka cita atau kesedihan (Q.S. Al-Mukmin, 40: 18).

6. Merasa dalam keadaan terbakar (Q.S. Al-Humazah, 104: 6-7).

Adapun cirri-ciri hati yang sakit adalah sebagai berikut:

7 Ibn al-Qayyim al-Jauziyah, Tazkiyah al-Nafs: Konsep Penyucian Jiwa Menurut Para Salaf, terj. Imtihan As-Syafi’I (Solo: Pustaka Arafah, ttt), h.24.

Page 9: Penyakit hati

1. Selalu ragu terhadap kebenaran yang nyata.

2. Tidak dapat mengekang keinginan nafsu yang berlebihan.

3. Tidak pernah lepas dari perbuatan maksiat kepada Allah.8

5.Tanda-tanda Penyakit Hati

Sebagaimana penyakit-penyakit jasmani yang mempunyai gejala-gejala tertentu,

demikian pula penyakit rohani banyak sekali gejala-gejalanya sebagai tanda seseorang

mengidap penyakit hati. Adapun tanda-tandanya itu antara lain sebagai berikut:

a. Lemahnya Daya Kerja

Jika orang yang sehat hatinya, memiliki kemampuan beramal yang tinggi, gairah kerja

yang hidup dan semangat untuk maju dalam kebaikan, maka sebaliknya orang yang sakit

hatinya nampak kemunduran dalam kemampuan bekerja, hilangnya semangat dan gairah

untuk maju. Yang menonjol adalah kelemahan dan kemalasan.

b. Tumpulnya Daya Pikir

Orang yang sehat hatinya dengan mudah menangkap kebenaran, hatinya selalu oleh

cahaya (nur) kebenaran, sedangkan orang yang hatinya sakit terlihat adanya kebodohan,

kelemahan sehingga susah menerima kebenaran.

c. Pendangkalan Rasa

Orang yang sehat hatinya ialah orang yang begitu terkesan mendapat nikmat dan rahmat

Ilahi, yan diterimanaya dengan respons tasyakur, sedangkan orang yang sakit hatinya

8 Ibn al-Qayyim al-Jauziyah, Menyelamatkan Hati…, h. 29.

Page 10: Penyakit hati

tidak pandai bersyukur terhadap nikmat Allah, dianggap sebagai orang yang memiliki

perasaan dangkal dan kelemahan zauq.

d. Gelisah dan Keluh Kesah

Orang yang sehat hatinya tersirat dari air mukanya, begitu pula orang yang mengalami

gangguan penyakit rohani, terungkap pula melalui sikapnya yang diliputi kegelisahan dan

keluh kesah. Tegasnya kegelisahan dan keluh kesah itulah yang merupakan pencerminan

daripada ketidakstabilan mental.

e. Liar Terhadap Kebenaran

Salah satu daripada tanda kenormalan jiwa ialah kecendurang mencari, menerima

kebenaran dan menolak kebatilan. Pikiran yang tenang senantiasa mempertimbangkan

dengan baik sesuatu yang disodorkan kepadanya. Sebaliknya orang yang liar terhadap

kebenaran adalah tidak senang mendengarkan mutiara-mutiara hikmah dan tanpa

mempertimbangkan terhadap sesuatu yang disodorkannya.

f. Prasangka Buruk (curiga)

Salah satu ciri dari penyakit hati ialah mempunyai pransangka-prasangka yang buruk,

antara lain anggapan yang bukan-bukan terhadap Allah dan Rasul-Nya, selain prasangka

buruk terhadap Allah dan Rasul-Nya juga mempunyai prasangka buruk dan suka curiga

kepada orang lain tanpa alasan yang jelas.

g. Suka Menghasut (fitnah)

Jika orang yang sehat hatinya selalu merindukan ketenangan, kedamaian dan

ketentraman, maka sebaliknya orang-orang yang hatinya berpenyakit terkadang suka

menghasut dan menimbulkan keributan. Karena itulah maka sikap suka membuat

keributan, menghasut dalam masyarakat dapat dipandang sebagai gejala penyakit hati.9

6.Kiat mewujudkan kebersihan jiwa:

1. Ikhlas : Shahabat Zaid bi Tsabit r.a meriwayatkan bahwa Rasulullah

shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Ada tiga hal yang tidak akan menjadikan hati

seorang mukmin dengki: Ikhlas dalam beramal, menasehati para pemimpin, dan

berpegang pada jama'ah kaum muslimin …… (H.R Ahmad dan Ibnu Majah)

9 Hamzah Ya’kub, Tingkat Ketenangan….., h.115-119.

Page 11: Penyakit hati

Sudah sewajarnya orang yang mengikhlaskan agama-Nya untuk Allah, tidak akan

muncul dalam dirinya melainkan rasa cinta yang murni pada kaum muslimin. Jika kaum

muslimin mendapatkan kebaikan baik dalam hal duniawi maupun akherat, ia bahagia dan

sebaliknya jika mereka di timpa musibah, ia bersedih.

2. Keridhaan seorang hamba pada Tuhannya:

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata tentang masalah ridha: "Keridhaan

membuka pintu keselamatan pada seorang hamba". Hatinya akan terbebas dari sikap

menipu, dan iri dengki. Tidak akan selamat dari adzab Allah kecuali siapa yang datang

pada Allah dengan hati yang selamat. Adalah hal yang mustahil selamatnya hati jika

masih ternodai oleh rasa marah dan tidak ridha. Setiap kali keridhaan seorang hamba

meningkat, maka hatinya akan lebih selamat. Kekejian, iri dengki dan menipu adalah

senada dengan sifat tidak ridha. Sedang hati yang selamat, kebaikan dan nasehatnya

adalah sejalan dengan ridha. Demikian pula hasad yang merupakan buah dari kemarahan.

Selamatnya hati dari rasa hasad adalah buah dari keridhaan.

3. Membaca Al-Qur'an dan mentadabburinya:

Adalah obat segala penyakit. Orang yang diharamkan (kebaikan darinya) adalah

siapa yang tidak berobat dengan Al-Qur'an. Allah berfirman:

ذ�ين� ه�و� ق�ل� �ل �وا ل ف�اء ه�د�ى آم�ن و�ش�

"Al-Qur'an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman" (Q.S

Fushshilat: 44)

ل� ��ز �ن آن� م�ن� و�ن �ق�ر� ف�اء ه�و� م�ا ال ح�م�ة# ش� �ين� و�ر� �م�ؤ�م�ن �ل � ل �ز�يد� و�ال ي

�م�ين� الظ ال �ال � إ ارا خ�س�

Page 12: Penyakit hati

"Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi

orang-orang yang beriman dan Al-Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang

yang zalim selain kerugian" (Q.S Al-Israa': 82)

Ibnul Qayyim berkata: "Pendapat yang benar adalah bahwa "" disini adalah untuk م�ن�

menjelaskan keseluruhan dari Al-Qur'an dan bukan sebagiannya. Allah juga berfirman:

�ا 0ه�ا ي ي� اس� أ �م ق�د� الن �ك �م� م�ن م و�ع�ظ�ة# ج�اءت �ك ب ف�اء ر �م�ا و�ش� ف�ي ل

الص0د�ور�

"Hai manusia,, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan

penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada" (Q.S Yunus: 57)

Al-Qur'an adalah obat yang sempurna dari segala penyakit hati dan badan serta penyakit

duniawi maupun ukhrawi.

4. Mengingat Hari Perhitungan dan pembalasan: Mereka yang menyakiti kaum

muslimin dengan kekejian pada dirinya dan keburukan niatnya berupa rasa iri dengki,

menggunjing, adu domba dan melecehkan dll.

5. Doa: Seorang hamba senantiasa berdoa pada Allah agar dijadikan hatinya sebagai hati

yang selamat terhadap kaum muslimin dan juga mendoakan mereka. Inilah kebiasaan

orang-orang yang sholeh. Allah berfirman:

ذ�ين� اؤ�وا و�ال �ع�د�ه�م� م�ن ج� �ون� ب �ق�ول �ا ي ن ب �ا اغ�ف�ر� ر� �ن �ا ل �ن و�ان �خ� ذ�ين� و�إل� ال

�ا �ق�ون ب �يم�ان� س� �اإل� �ج�ع�ل� و�ال� ب �ا ف�ي ت �ن �وب � ق�ل Cال�ين� غ�ذ �ل �وا ل �ا آم�ن ن ب ك� ر� �ن إ

ؤ�وف# ح�يم# ر� ر

Page 13: Penyakit hati

"Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar),

mereka berdoa: "Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara

kami yang telah beriman lebih dahulu dari Kami, dan janganlah Engkau

membiarkan kedengkian dalam hati Kami terhadap orang-orang yang beriman.

Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang"

(Q.S Al Hasyr: 10)

6. Bersedekah: Sedekah dapat mensucikan hati dan membersihkan jiwa. Karena itulah

Allah berfirman tentang nabi-Nya:

ذ� �ه�م� م�ن� خ� م�و�ال� ه�م� ص�د�ق�ة� أ �ط�ه�ر� �يه�م ت ك �ز� �ه�ا و�ت ب

"Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan

mensucikan mereka" (Q.S At Taubah:103)

Nabi bersabda: "Obatilah orang-orang yang sakit diantara kalian dengan

bersedekah" (Shahih Al-Jami').

Orang sakit yang paling layak untuk diobati adalah orang yang sakit hatinya. Dan

hati yang paling layak untuk diobati adalah hati yang ada pada diri anda.

7. Ingatlah bahwa mereka yang akan terkena racun dan panahmu adalah seorang muslim,

bukan orang yahudi atau nasrani. Yang itu diikat oleh ikatan Islam. Kalau demikian

halnya, mengapa engkau menyakitinya.

8. Menyebarkan salam

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Demi

Dzat yang jiwaku ada di Tangan-Nya, kalian tidak akan masuk surga sampai kalian

beriman, dan kalian tidak akan beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah kalian aku

tunjukkan suatu hal yang jika kalian melakukannya, kalian akan saling mencintai ?

Sebarkanlah salam diantara kalian" (H.R Muslim).

Page 14: Penyakit hati

Ibnu 'Abdil Barr berkata: "Dalam hadits ini terdapat keutaman salam, karena

dengan hal itu akan menghilangkan kebencian dan melahirkan rasa cinta".

9. Tidak banyak bertanya dan suka menyelidiki hal ihwal orang lain

Nabi bersabda: "Termasuk kebagusan keislaman seseorang, yaitu bila ia

meninggalkan perkara yang bukan urusannya" (H.R Tirmidzi)

10. Menyukai kebaikan yang ada pada kaum muslimin

Nabi bersabda: "Demi Dzat yang jiwaku ada di Tangan-Nya, seorang hamba tidak

akan beriman hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri"

(H.R Bukhari dan Muslim)

11. Tidak mendengarkan gunjingan dan adu domba. Dengan demikian hati seseorang

akan terjaga kesehatannya. Nabi shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Janganlah

seseorang menyampaikan sesuatu padaku tentang salah satu dari shahabatku, karena aku

ingin menemui kalian dengan hati bersih" (H.R Ahmad). Banyak orang yang mengatakan

sepatah dua patah kata yang membikin hati terluka, terutama di kalangan wanita, ibu

rumah tangga, dll.

12. Senantiasa memperbaiki hati

Nabi bersabda: "Ketauhilah bahwa dalam tubuh terdapat sepotong daging yang jika

baik, akan baiklah seluruh jasad. Dan jika rusak, maka akan rusaklah seluruh tubuh.

Ketauhilah bahwa ia adalah hati". (H.R Bukhari dan Muslim).

13. Mendamaikan orang yang bersengketa

Allah berfirman:

� ق�وا Cه� ف�ات � الل �ح�وا ص�ل� �م� ذ�ات� و�أ �ك �ن �ي ب

Page 15: Penyakit hati

"Sebab itu bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara

sesamamu (H.R Al-Anfal: 1) Ibnu 'Abbas berkata: "Ini adalah pengharaman dari Allah

dan Rasul-Nya agar mereka bertakwa dan mendamaikan orang yang bersengketa".

Nabi shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Maukah kalian aku tunjukkan amalan

yang lebih baik dari puasa, shalat dan sedekah? Para shahabat menjawab: "Tentu" Maka

beliau bersabda: "Mendamaikan orang yang bersengketa". (H.R Abu Dawud)

Semoga Allah menjadikan hati kita sebagai hati yang selamat, yang tidak

menyimpan rasa iri, dengki pada kaum muslimin. Semoga shalawat dan salam tetap

tercurah pada nabi kita Muhammad, keluarga serta para shahabat beliau.

Terapi penyakit hati

Sebagai salah satu jenis penyakit, tentulah al-isyq dapat disembuhkan dengan terapi-terapi

tertentu. Diantara terapi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Jika terdapat peluang bagi orang yang sedang kasmaran tersebut untuk meraih cinta orang

yang dikasihinya dengan ketentuan syariat dan suratan taqdirnya, maka inilah terapi yang paling

utama. Sebagaimana terdapat dalam sahihain dari riwayat Ibn Mas'ud Radhiyallahu, bahwa

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda:

"Hai sekalian pemuda, barangsiapa yang mampu untuk menikah maka hendaklah dia

menikah , barangsiapa yang belum mampu maka hendaklah berpuasa karena puasa dapat

menahan dirinya dari ketergelinciran (kepada perbuatan zina)".

Hadis ini memberikan dua solusi, solusi utama, dan solusi pengganti. Solusi petama adalah

menikah, maka jika solusi ini dapat dilakukan maka tidak boleh mencari solusi lain. Ibnu Majah

meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

"Aku tidak pernah melihat ada dua orang yang saling mengasihi selain melalui jalur

pernikahan".

Inilah tujuan dan anjuran Allah untuk menikahi wanita, baik yang merdeka ataupun budak dalam

firman-Nya:

"Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat

lemah". (QS.an-Nisa:28)

Page 16: Penyakit hati

Allah menyebutkan dalam ayat ini keringanan yang diberikannya terhadap hambaNya dan

kelemahan manusia untuk menahan syahwatnya dengan membolehkan mereka menikahi para

wanita yang baik-baik dua, tiga ataupun empat, sebagaimana Allah membolehkan bagi mereka

mendatangi budak-budak wanita mereka. Sampai-sampai Allah membuka bagi mereka pintu

untuk menikahi budak-budak wanita jika mereka butuh sebagai peredam syahwat, keringanan

dan rahmat-Nya terhadap makluk yang lemah ini.

2. Jika terapi pertama tidak dapat dilakukan karena tertutupnya peluang menuju orang yang

dikasihinya karena ketentuan syar'i dan takdir, penyakit ini bisa semakin ganas. Adapun

terapinya harus dengan meyakinkan dirinya bahwa apa-apa yang diimpikannya mustahil terjadi,

lebih baik baginya untuk segera melupakannya. Jiwa yang berputus asa untuk mendapatkan

sesuatu, niscaya akan tenang dan tidak lagi mengingatnya. Jika ternyata belum terlupakan, akan

berpengaruh terhadap jiwanya sehingga semakin menyimpang jauh.

Dalam kondisi seperti ini wajib baginya untuk mencari terapi lain yaitu dengan mengajak

akalnya berfikir bahwa menggantungkan hatinya kepada sesuatu yang mustahil dapat dijangkau

adalah perbuatan gila, ibarat pungguk merindukan bulan. Bukankah orang-orang akan

mengganggapnya termasuk ke dalam kumpulan orang-orang yang tidak waras? Apabila

kemungkinan untuk mendapatkan apa yang dicintainya tertutup karena larangan syariat,

terapinya adalah dengan menganggap bahwa yang dicintainya itu bukan ditakdirkan menjadi

miliknya. Jalan keselamatan adalah dengan menjauhkan dirinya dari yang dicintainya. Dia harus

merasa bahwa pintu kearah yang diingininya tertutup, dan mustahil tercapai.

3. Jika ternyata jiwanya yang selalu menyuruhnya kepada kemungkaran masih tetap menuntut,

hendaklah dia mau meninggalkannya karena dua hal, pertama : karena takut (kepada Allah)

yaitu dengan menumbuhkan perasaan bahwa ada hal yang lebih layak dicintai, lebih

bermanfaat,lebih baik dan lebih kekal. Seseorang yang berakal jika menimbang-nimbang antara

mencintai sesuatu yang cepat sirna dengan sesuatu yang lebih layak untuk dicintai, lebih

bermanfaat, lebih kekal dan lebih nikmat, akan memilih yang lebih tinggi derajatnya. Jangan

sampai engkau menggadaikan kenikmatan abadi yang tidak terlintas dalam pikiranmu dengan

kenikmatan sesaat yang segera berbalik menjadi sumber penyakit. Ibarat orang yang sedang

bermimpi indah, ataupun mengkhayal terbang melayang jauh, ketika tersadar ternyata hanyalah

mimpi dan khayalan, akhirnya sirnalah segala keindahan semu, tinggal keletihan, hilang nafsu

dan kebinasaan menunggu.

Page 17: Penyakit hati

Kedua : keyakinan bahwa berbagai resiko yang sangat menyakitkan akan ditemuinya jika dia

gagal melupakan yang dikasihinya, dia akan mengalami dua hal yang menyakitkan sekaligus,

yaitu: gagal dalam mendapatkan kekasih yang diinginkannya, dan bencana menyakitkan dan

siksa yang pasti akan menimpanya. Jika yakin bakal mendapati dua hal menyakitkan ini niscaya

akan mudah baginya meninggalkan perasaan ingin memiliki yang dicinta.Dia akan bepikir

bahwa sabar menahan diri itu lebih baik. Akal, agama , harga diri dan kemanusiaannya akan

memerintahkannya untuk bersabar sedikit demi mendapatkan kebahagiaan yang abadi.

Sementara kebodohan, hawa nafsu, kezalimannya akan memerintahkannya untuk mengalah

mendapatkan apa yang dikasihinya. Orang yang terhindar adalah orang-orang yang dipelihara

oleh Allah.

4. Jika hawa nafsunya masih tetap ngotot dan tidak terima dengan terapi tadi, maka hendaklah

berfikir mengenai dampak negatif dan kerusakan yang akan ditimbulkannya segera, dan

kemasalahatan yang akan gagal diraihnya. Sebab mengikuti hawa nafsunya akan menimbulkan

kerusakan dunia dan menepis kebaikan yang datang, lebih parah lagi dengan memperturutkan

hawa nafsu ini akan menghalanginya untuk mendapat petunjuk yang merupakan kunci

keberhasilannya dan kemaslahatannya.

5. Jika terapi ini tidak mempan juga untuknya, hendaklah dia selalu mengingat sisi-sisi kejelekan

kekasihnya,dan hal-hal yang membuatnya dapat menjauh darinya, jika dia mau mencari-cari

kejelekan yang ada pada kekasihnya niscaya dia akan mendapatkannya lebih dominan dari

keindahannya, hendaklah dia banyak bertanya kepada orang-orang yang berada disekeliling

kekasihnya tentang berbagai kejelekannya yang tersembunyi baginya. Sebab sebagaimana

kecantikan adalah faktor pendorong seseorang untuk mencintai kekasihnya demikian pula

kejelekan adalah pendorong kuatagar dia dapat membencinya dan menjauhinya. Hendaklah dia

mempertimbangkan duasisi ini dan memilih yang terbaik baginya. Jangan sampai terperdaya

dengan kecantikan kulit dengan membandingkannya dengan orang yang terkena penyakit sopak

dan kusta, tetapi hendaklah dia memalingkan pandangannnya kepada kejelekan sikap dan

perilakunya, hendaklah dia menutup matanya dari kecantikan fisik dan melihat kepada kejekan

yang diceritakan mengenainya dan kejelekan hatinya.

6. Jika terapi ini masih saja tidak mempan baginya, maka terapi terakhir adalah mengadu dan

memohon dengan jujur kepada Allah yang senantiasa menolong orang-orang yang ditimpa

musibah jika memohon kepadaNya, hendaklah dia menyerahkan jiwa sepenuhnya dihadapan

Page 18: Penyakit hati

kebesaranNya, sambil memohon, merendahkan dan menghinakan diri. Jika dia dapat

melaksanakan terapi akhir ini, maka sesungguhnya dia telah membuka pintu taufik (pertolongan

Allah). Hendaklah dia berbuat iffah (menjaga diri) dan menyembunyikan perasaannya, jangan

sampai dia menjelek-jelekkan kekasihnya dan mempermalukannya dihadapan manusia, ataupun

menyakitinya, sebab hal tersebut adalah kezaliman dan melampaui batas.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Jauziyah, Ibn al-Qayyim, Keajaiban Hati, terj. Fadli Bahri Lc, Jakarta: Pustaka Azzam, 1999

----------------------------------, Menyelamatkan Hati dari Tipu Daya Setan, Solo: Al-Qowwam, 2002, cet. III

----------------------------------, Tazkiyah al-Nafs: Konsep Penyucian Jiwa Menurut Para Salaf, terj. Imtihan as-Syafi’ I, Solo: Pustaka Arafah, tt.

Taimiyah, Ibn, Mengenali Gerak-gerik Kalbu, Bandung: Pustaka Hidayah, 2002

Abdul Akhir Hammad Alghunaimi, "Tahdzib Syarh Ath-Thahawiyah Dasar-dasar 'Aqidah

Menurut Ulama Salaf", penerjemah: Abu Umar Basyir Al-Medani, Pustaka At-Tibyan, buku

2, Cetakan I, 2000, hal 264-266