PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYUSUN TEKS CERPEN …lib.unnes.ac.id/23052/1/2101410144.pdf · sebelum...
-
Upload
vuongkhanh -
Category
Documents
-
view
261 -
download
0
Transcript of PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYUSUN TEKS CERPEN …lib.unnes.ac.id/23052/1/2101410144.pdf · sebelum...
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYUSUN TEKS CERPEN
DENGAN STRATEGI THINK-TALK-WRITE (TTW) DAN TEKNIK
MENERUSKAN CERITA MELALUI MEDIA AUDIOVISUAL
PADA SISWA KELAS VII A SMP N 1 WONOSOBO
Skripsi
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia
Oleh
Estu Winantu Untoroaji
2101410144
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
i
SARI
Untoroaji, Estu Winantu. 2016. Peningkatan Keterampilan Menyusun Teks
Cerpen dengan Strategi Think-Talk-Write (TTW) dan Teknik
Meneruskan Cerita melalui Media Audiovisual pada Siswa Kelas VII
A SMP N 1 Wonosobo. Skripsi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing
: Dra. Nas Haryati S, M.Pd.
Kata kunci : menyusun teks cerita pendek, strategi Think-Talk-Write (TTW),
teknik meneruskan cerita, media audiovisual.
Keterampilan menyusun teks cerpen siswa kelas VII A SMP N 1
Wonosobo masih belum optimal. Masalah yang muncul pada pembelajaran
tersebut diidentifikasi dari proses pembelajaran, sikap religius, sikap sosial, dan
keterampilan dalam pembelajaran. Masalah yang dapat diidentifikasi berdasarkan
observasi awal terkait keterampilan siswa, yaitu siswa kesulitan dalam
mengembangkan ide untuk menyusun teks cerpen. Oleh karena itu, peneliti
memberikan solusi dengan menggunakan strategi TTW dan teknik meneruskan
cerita melalui media audiovisual.
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah
kualitas proses pembelajaran keterampilan menyusun teks cerita pendek dengan
strategi Think-Talk-Write (TTW) dan teknik meneruskan cerita melalui media
audiovisual siswa kelas VII A SMP N 1 Wonosobo? (2) Bagaimanakah perubahan
sikap menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa Indonesia sebagai anugerah
Tuhan sebagai sarana komunikasi dalam mengolah dan menyajikan informasi
lisan dan tulis siswa kelas VII A SMP N 1 Wonosobo dalam mengikuti
pembelajaran peningkatan keterampilan menyusun teks cerita pendek dengan
strategi Think-Talk-Write (TTW) dan teknik meneruskan cerita melalui media
audiovisual? (3) Bagaimana perubahan sikap jujur, disiplin, santun, toleransi, dan
percaya diri siswa kelas VII A SMP N 1 Wonosobo setelah mengikuti
pembelajaran peningkatan keterampilan menyusun teks cerita pendek dengan
strategi Think-Talk-Write (TTW) dan teknik meneruskan cerita melalui media
audiovisual? (4) Bagaimanakah peningkatan keterampilan menyusun teks cerpen
dengan strategi Think-Talk-Write (TTW) dan teknik meneruskan cerita melalui
media audiovisual siswa kelas VII A SMP N 1 Wonosobo setelah mengikuti
pembelajaran menyusun teks cerpen?
Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan dalam dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Tiap siklus terdiri atas
perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini yaitu
keterampilan menyusun teks cerita pendek siswa kelas VII A SMP N 1
Wonosobo. Pengumpulan data menggunakan teknik tes dan teknik nontes. Tes
dilakukan dalam bentuk tes tertulis untuk keterampilan siswa. Nontes diterapkan
melalui observasi, jurnal guru, jurnal siswa, wawancara, dan dokumentasi foto.
ii
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis secara kualitatif dan
kuantitatif.
Proses pembelajaran menyusun teks cerita pendek dengan strategi TTW
dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual berjalan dengan baik dan
lancar. Terjadi peningkatan pada keantusiasan dan minat siswa; kekondusifan
diskusi kelompok mengidentifikasi struktur teks cerita pendek; keintensifan
diskusi kelompok setelah menyimak tayangan video; keintesifan pelaksanaan
kegiatan menyusun teks cerita pendek; dan keintesifan pelaksanaan kegiatan
menyusun teks cerita pendek. Rata-rata skor proses pembelajaran siklus I sebesar
78,89 % dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 86,24 % sehingga
peningkatan proses pembelajaran dari siklus I ke siklus II sebesar 7,35 %.
Siswa telah bersikap religius yang berkategori baik selama mengikuti
pembelajaran menyusun teks cerpen. Hal ini menunjukkan bahwa sikap religius
sudah tertanam dalam diri siswa, pembiasaan diri dengan berdo’a sebelum dan
sesudah pembelajaran, berdo’a dengan sikap yang baik (tidak membuat gerakan
yang tidak perlu atau mengeluarkan suara yang membuat gaduh), memberi salam
sebelum dan sesudah menyampaikan pendapat atau presentasi, menjawab salam
guru atau teman yang mengucapkan salam.
Sikap sosial siswa mengalami peningkatan ke arah positif, siswa sudah
menunjukkan sikap sosial yang baik. Hal tersebut diidentifikasi dari indikator
sikap percaya diri, toleransi, gotong royong, dan santun. Tiap sikap sosial
mengalami peningkatan yang cukup baik.
Rata-rata hasil tes keterampilan menyusun teks cerpen pada siklus I
sebesar 2,63 termasuk dalam kategori baik, namun masih terdapat beberapa siswa
yang belum mencapai ketuntasan penelitian yang telah ditentukan. Perbaikan yang
dilakukan pada siklus II membuat rata-rata hasil tes keterampilan menyusun teks
cerpen mengalami peningkatan. Rata-rata hasil tes keterampilan menyusun teks
cerpen pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 0,46 dari nilai rata-rata 2,63
pada siklus I menjadi 3,02 pada siklus II.
Berdasarkan penelitian ini, peneliti menyarankan kepada guru sebaiknya
memanfaatkan strategi TTW dan teknik meneruskan cerita sebagai alternatif
dalam pembelajaran menyusun teks cerita pendek. Media audiovisual sebagai
salah satu media pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dapat digunakan guru
untuk sarana mengajar. Peneliti di bidang pedidikan maupun bahasa dapat
melakukan penelitian mengenai pembelajaran menyusun teks cerpen
menggunakan pendekatan, strategi, metode, model, teknik, dan media yang lebih
inovatif dan efektif untuk meningkatkan keterampilan menyusun teks cerpen
siswa.
iii
iv
v
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto :
1. Tidak semua dari kita dapat menjadi pemenang, karena pasti ada orang-orang
yang bertepuk tangan dan memberi selamat kepadanya.
2. Hidup memang tidak adil, kadang keberuntungan tidak selalu bersama
dengan orang yang berusaha keras. Jadi mulailah membiasakan diri.
3. Jika kepandaianmu tidak sanggup untuk memukau dan meyakinkan
seseorang, maka buatlah dia bingung dengan ketidak tahuanmu.
Persembahan :
Karya ini kupersembahkan untuk :
1. Orang tua tercinta
2. Keluarga yang memberi dukungan
3. Almamater Universitas Negeri Semarang
vii
PRAKATA
Puji Syukur ke hadirat Allah Swt, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya karena penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Peningkatan Keterampilan Menyusun Teks Cerpen dengan Strategi Think-Talk-
Write (TTW) dan Teknik Meneruskan Cerita melalui Media Audiovisual pada
Siswa Kelas VII A Smp N 1 Wonosobo.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tersusun bukan atas kemampuan dan
usaha penulis sendiri. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada Dra. Nas Haryati S, M.Pd yang telah membimbing penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang
yang telah memberi kesempatan pada penulis untuk menuntut ilmu hingga
menyelesaikan studi di Universitas Negeri Semarang;
2. Prof. Dr. Agus Nuryatin M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin penelitian;
3. Sumartini, S.S., M.A., Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah
memberikan arahan dan kemudahan dalam penyusunan skripsi ini;
4. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah
memberikan ilmunya kepada penulis;
5. Kepala SMP Negeri 1 Wonosobo yang telah memberikan izin penelitian
6. Pujianto, S.Pd., guru bahasa dan sastra Indonesia SMP Negeri 1 Wonosobo
atas bimbingan dan bantuannya selama penelitian;
viii
7. siswa-siswi kelas VII A SMP Negeri 1 Wonosobo yang telah bersedia
membantu dan belajar bersama;
8. sahabat-sahabat penulis, teman-teman BSI angkatan 2010, teman-teman kos
Rifa’i yang telah berjuang bersama;
9. semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan
dunia pendidikan.
Semarang, November 2015
Estu Winantu Untoroaji
ix
DAFTAR ISI
SARI .......................................................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................... iii
PENGESAHAN KELULUSAN .............................................................................. iv
PERNYATAAN ........................................................................................................ v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................... vi
PRAKATA ................................................................................................................ vii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xiii
DAFTAR BAGAN .................................................................................................... xv
DAFTAR DIAGRAM .............................................................................................. xvi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xvii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah .................................................................................. 5
1.3 Batasan Masalah ........................................................................................ 6
1.4 Rumusan Masalah ..................................................................................... 7
1.5 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 8
1.6 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS
2.1 Kajian Pustaka ........................................................................................... 11
2.2 Landasan Teoretis ...................................................................................... 17
2.2.1 Hakikat Cerita Pendek ............................................................................... 17
2.2.1.1 Pengertian Cerita Pendek........................................................................... 17
2.2.1.2 Unsur Pembangun Cerita Pendek .............................................................. 19
2.2.2 Hakikat Teks Cerita Pendek ...................................................................... 29
2.2.2.1 Pengertian Teks Cerita Pendek .................................................................. 29
2.2.2.2 Struktur Teks Cerita Pendek ...................................................................... 30
2.2.2.3 Kaidah Kebahasaan Teks Cerita Pendek ................................................... 31
2.2.3 Hakikat Menyusun Teks Cerita Pendek .................................................... 32
x
2.2.3.1 Pengertian Menyusun Teks Cerita Pendek ................................................ 32
2.2.4 Strategi Think-Talk-Write (TTW) .............................................................. 34
2.2.5 Teknik Meneruskan Cerita ........................................................................ 37
2.2.6 Media Audiovisual .................................................................................... 39
2.2.7 Hakikat Sikap Religius dan Sikap Sosial .................................................. 43
2.2.7.1 Sikap Religius ............................................................................................ 43
2.2.7.2 Sikap Sosial ............................................................................................... 45
2.3 Penerapan Strategi Think-Talk-Write (TTW) dan Teknik
Meneruskan Cerita melalui Media Audiovisual dalam
Pembelajaran Menyusun Teks Cerita Pendek ........................................... 48
2.4 Kerangka Berpikir ..................................................................................... 51
2.5 Hipotesis Tindakan .................................................................................... 52
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian ....................................................................................... 54
3.1.1 Prosedur Tindakan Kelas Siklus I ............................................................. 55
3.1.1.1 Tahap Perencanaan Siklus I ....................................................................... 56
3.1.1.2 Tahap Implementasi Tindakan Siklus I ..................................................... 57
3.1.1.3 Tahap Observasi Siklus I ........................................................................... 58
3.1.1.4 Tahap Refleksi Siklus I ............................................................................. 59
3.1.2 Prosedur Tindakan Kelas Siklus II ............................................................ 62
3.1.2.1 Tahap Perencanaan Siklus II ..................................................................... 64
3.1.2.2 Tahap Implementasi Tindakan Siklus II .................................................... 64
3.1.2.3 Tahap Observasi Siklus II.......................................................................... 66
3.1.2.4 Tahap Refleksi Siklus II ............................................................................ 66
3.2 Subjek Penelitian ....................................................................................... 67
3.3 Variabel Penelitian .................................................................................... 68
3.3.1 Variabel Keterampilan Menyusun Teks Cerita Pendek ............................ 68
3.3.2 Variabel Strategi Think-Talk-Write (TTW) dan Teknik Meneruskan
Cerita Melalui Media Audiovisual ............................................................ 69
3.4 Indikator Kinerja........................................................................................ 70
3.4.1 Indikator Kuantitatif .................................................................................. 70
3.4.2 Indikator Kualitatif .................................................................................... 71
3.5 Instrumen Penelitian .................................................................................. 73
3.5.1 Instrumen Tes ............................................................................................ 74
3.5.2 Instrumen Nontes ....................................................................................... 76
3.5.2.1 Pedoman Observasi Proses ........................................................................ 78
3.5.2.2 Pedoman Observasi Sikap Religius ........................................................... 79
3.5.2.3 Pedoman Observasi Sikap Sosial .............................................................. 79
3.5.2.4 Pedoman Wawancara ................................................................................ 80
3.5.2.5 Jurnal ......................................................................................................... 81
3.5.2.6 Dokumentasi .............................................................................................. 82
3.6 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 82
3.6.1 Teknik Tes ................................................................................................. 82
3.6.2 Teknik Nontes ........................................................................................... 83
xi
3.6.2.1 Teknik Observasi ....................................................................................... 83
3.6.2.2 Teknik Jurnal ............................................................................................. 84
3.6.2.3 Teknik Wawancara .................................................................................... 84
3.6.2.4 Teknik Dokumentasi ................................................................................. 85
3.7 Teknik Analisis Data ................................................................................. 86
3.7.1 Teknik Kuantitatif ..................................................................................... 86
3.7.2 Teknik Kualitatif ....................................................................................... 87
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian .......................................................................................... 88
4.1.1 Hasil Penelitian Siklus I ............................................................................ 88
4.1.1.1 Proses Pembelajaran Menyusun Teks Cerpen dengan Strategi
Think-Talk-Write dan Teknik Meneruskan Cerita melalui Media
Audiovisual Siklus I .................................................................................. 89
4.1.1.2 Perubahan Perilaku Menghargai dan Mensyukuri Keberadaan
Bahasa Indonesia sebagai Anugerah Tuhan Yang Maha Esa sebagai
Sarana Menyajikan Informasi Lisan dan Tulis pada Siswa sebagai
Wujud Sikap Religius Siklus I .................................................................. 101
4.1.1.3 Perubahan Sikap Menghargai dan Menghayati Sikap Percaya Diri,
Toleransi, Gotong Royong, dan Santun sebagai Wujud Sikap Sosial
Siklus I ....................................................................................................... 104
4.1.1.4 Peningkatan Keterampilan Menyusun Teks Cerpen dengan Strategi
Think-Talk-Write (TTW) dan Teknik Meneruskan Cerita melalui
Media Audiovisual Siklus I ....................................................................... 112
4.1.1.5 Refleksi Siklus I ........................................................................................ 121
4.1.2 Hasil Penelitian Siklus II ........................................................................... 125
4.1.2.1 Proses Pembelajaran Peningkatan Keterampilan Menyusun Teks
Cerpen dengan Strategi Think-Talk-Write dan Teknik Meneruskan
Cerita melalui Media Audiovisual Siklus II .............................................. 128
4.1.2.2 Perubahan Perilaku Menghargai dan Mensyukuri Keberadaan
Bahasa Indonesia sebagai Anugerah Tuhan Yang Maha Esa sebagai
Sarana Menyajikan Informasi Lisan dan Tulis pada Siswa sebagai
Wujud Sikap Religius Siklus II ................................................................. 138
4.1.2.3 Perubahan Sikap Menghargai dan Menghayati Sikap Percaya Diri,
Toleransi, Gotong Royong, dan Santun sebagai Wujud Sikap Sosial
Siklus II ..................................................................................................... 140
4.1.2.4 Peningkatan Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Siklus II ................... 148
4.1.2.5 Refleksi Siklus II ....................................................................................... 156
4.2 Pembahasan ............................................................................................... 160
4.2.1 Proses Pembelajaran Menyusun Teks Cerpen dengan Strategi
Think-Talk-Write dan Teknik Meneruskan Cerita melalui Media
Audiovisual ................................................................................................ 160
4.2.1.1 Keantusiasan dan Minat Siswa terhadap Pembelajaran Menyusun
Teks Cerpen ............................................................................................... 162
xii
4.2.1.2 Kekondusifan Diskusi Kelompok Mengidentifikasi Struktur Teks
Cerita Pendek ............................................................................................. 164
4.2.1.3 Keintensifan Diskusi Kelompok setelah Menyimak Tayangan
Video ......................................................................................................... 165
4.2.1.4 Keintesifan Pelaksanaan Kegiatan Menyusun Teks Cerita Pendek .......... 167
4.2.1.5 Refleksi pada Akhir Pembelajaran sehingga Siswa Mengetahui
Kekurangan/Kesulitan dan Cara Mengatasinya ........................................ 169
4.2.2 Perubahan Perilaku Menghargai dan Mensyukuri Keberadaan
Bahasa Indonesia sebagai Anugerah Tuhan Yang Maha Esa sebagai
Sarana Menyajikan Informasi Lisan dan Tulis sebagai Wujud Sikap
Religius Siklus I dan Siklus II ................................................................... 171
4.2.3 Perubahan Perilaku Menghargai dan Menghayati Sikap Percaya
Diri, Toleransi, Gotong Royong, dan Santun dalam Berinteraksi
secara Efektif dengan Lingkungan Sosial dan dalam Jangkauan
Pergaulan dan Keberadaannya sebagai Wujud Sikap Sosial Siklus I
dan Siklus II ............................................................................................... 173
4.2.3.1 Sikap Percaya Diri ..................................................................................... 174
4.2.3.2 Sikap Toleransi .......................................................................................... 176
4.2.3.3 Sikap Gotong Royong ............................................................................... 178
4.2.3.4 Sikap Santun .............................................................................................. 179
4.2.4 Peningkatan Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Siklus I dan
Siklus II ..................................................................................................... 181
4.2.5 Keterkaitan Hasil Penelitian Keterampilan Menyusun Teks Cerpen
dengan Strategi TTW dan Teknik Meneruskan Cerita melalui
Media Audiovisual dengan Hasil Penelitian pada Kajian Pustaka ............ 184
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan .................................................................................................... 194
5.2 Saran .......................................................................................................... 196
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 197
LAMPIRAN .............................................................................................................. 200
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Penerapan Strategi TTW dan Teknik Meneruskan Cerita melalui
Media Audiovisual berdasarkan Pembelajaran Berbasis Teks .................. 50
Tabel 2 Konversi Nilai Kompetensi Keterampilan ................................................ 71
Tabel 3 Konversi Nilai Kompetensi Sikap ............................................................. 73
Tabel 4 Aspek Penilaian Cerita Pendek.................................................................. 73
Tabel 5 Kisi-kisi Instrumen Nontes ........................................................................ 77
Tabel 6 Hasil Observasi Proses Pembelajaran Menyusun Teks Cerpen Siklus I ... 90
Tabel 7 Hasil Penilaian Observasi Sikap Religius Siklus I .................................... 102
Tabel 8 Hasil Penilaian Observasi Sikap Percaya Diri Siklus I ............................. 104
Tabel 9 Hasil Penilaian Observasi Sikap Toleransi Siklus I .................................. 106
Tabel 10 Hasil Penilaian Observasi Sikap Gotong Royong Siklus I ........................ 109
Tabel 11 Hasil Penilaian Observasi Sikap Santun Siklus I ...................................... 110
Tabel 12 Hasil Tes Menyusun Teks Cerpen Siklus I ............................................... 112
Tabel 13 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Tema Siklus I ... 114
Tabel 14 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Alur Siklus I ..... 115
Tabel 15 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Latar Siklus I .... 116
Tabel 16 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Sudut
Pandang Siklus I ........................................................................................ 117
Tabel 17 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Tokoh dan
Penokohan Siklus I .................................................................................... 118
Tabel 18 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Gaya
Bahasa Siklus I .......................................................................................... 120
Tabel 19 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Kepaduan
Unsur Pembangun Cerpen Siklus I ............................................................ 121
Tabel 20 Hasil Observasi Proses Pembelajaran Menyusun Teks Cerpen Siklus II .. 128
Tabel 21 Hasil Penilaian Observasi Sikap Religius Siklus II ................................... 138
Tabel 22 Hasil Penilaian Observasi Sikap Percaya Diri Siklus II ............................ 141
Tabel 23 Hasil Penilaian Observasi Sikap Toleransi Siklus II ................................. 143
xiv
Tabel 24 Hasil Penilaian Observasi Sikap Gotong Royong Siklus II ...................... 145
Tabel 25 Hasil Penilaian Observasi Sikap Santun Siklus II ..................................... 147
Tabel 26 Hasil Tes Menyusun Teks Cerpen Siklus II .............................................. 149
Tabel 27 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Tema Siklus II .. 150
Tabel 28 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Alur Siklus II .... 151
Tabel 29 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Latar Siklus II ... 152
Tabel 30 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Sudut
Pandang Siklus II ....................................................................................... 153
Tabel 31 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Tokoh dan
Penokohan Siklus II ................................................................................... 154
Tabel 32 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Gaya
Bahasa Siklus II ......................................................................................... 155
Tabel 33 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Kepaduan
Unsur Pembangun Cerpen Siklus I ............................................................ 156
Tabel 34 Perbandingan Hasil Penilaian Observasi Proses Pembelajaran
Menyusun Teks Cerpen Siklus I dan Siklus II .......................................... 161
Tabel 35 Sikap Religius Siswa dalam Mengikuti Pembelajaran Menyusun
Teks Cerpen Siklus I dan Siklus II ............................................................ 172
Tabel 36 Sikap Percaya Diri Siswa dalam Mengikuti Pembelajaran
Menyusun Teks Cerpen Siklus I dan Siklus II .......................................... 174
Tabel 37 Sikap Toleransi Siswa dalam Mengikuti Pembelajaran Menyusun
Teks Cerpen Siklus I dan Siklus II ............................................................ 176
Tabel 38 Sikap Gotong Royong Siswa dalam Mengikuti Pembelajaran
Menyusun Teks Cerpen Siklus I dan Siklus II .......................................... 178
Tabel 39 Sikap Santun Siswa dalam Mengikuti Pembelajaran Menyusun teks
Cerpen Siklus I dan Siklus II ..................................................................... 180
Tabel 40 Rekapitulasi dan Peningkatan Nilai Rata-rata Hasil Tes
Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Siklus I dan Siklus II ................... 182
xv
DAFTAR BAGAN
Bagan 1 Struktur Teks Cerpen ................................................................................. 31
Bagan 2 Tahap-tahap Strategi TTW ........................................................................ 37
Bagan 3 Tahap-tahap Strategi TTW dalam Pembelajaran Menyusun Teks
Cerpen ........................................................................................................ 49
Bagan 4 Kerangka Berpikir ..................................................................................... 52
Bagan 5 Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ................................................... 54
xvi
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1 Perbandingan Hasil Observasi Proses Pembelajaran Menyusun
Teks Cerpen Siklus I dan Siklus II .......................................................... 160
Diagram 2 Perbandingan Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen
Siklus I dan Siklus II ............................................................................... 181
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Interaksi Guru dan Siswa yang Menunjukkan Keantusiasan dan
Minat Siswa terhadap Pembelajaran Menyusun Teks Cerpen .............. 93
Gambar 2 Aktivitas Diskusi Siswa Mengidentifikasi Struktur Teks Cerita
Pendek ................................................................................................... 96
Gambar 3 Aktivitas Siswa Menyimak Tayangan Video dan Berdiskusi
setelah Menyimak Tayangan Video ..................................................... 98
Gambar 4 Aktivitas Siswa Menyusun Teks Cerita Pendek ................................... 99
Gambar 5 Aktivitas Siswa Melakukan Refleksi pada Akhir Pembelajaran .......... 100
Gambar 6 Aktivitas Siswa yang Menunjukkan Sikap Religius Siklus I ............... 103
Gambar 7 Aktivitas Siswa yang Menunjukkan Sikap Percaya diri Siklus I .......... 105
Gambar 8 Aktivitas Siswa yang Menunjukkan Sikap Toleransi Siklus I .............. 108
Gambar 9 Aktivitas Siswa yang Menunjukkan Sikap Gotong Royong
Siklus I .................................................................................................. 110
Gambar 10 Aktivitas Siswa yang Menunjukkan sikap Santun Siklus I .................. 112
Gambar 11 Aktivitas Siswa Menunjukkan Keantusiasan dan Minat dalam
Pembelajaran Menyusun Teks Cerpen Siklus II ................................... 131
Gambar 12 Aktivitas Diskusi Siswa Mengidentifikasi Struktur Teks Cerita
Pendek Siklus II .................................................................................... 133
Gambar 13 Aktivitas Diskusi Kelompok setelah Menyimak Tayangan Video
Siklus II ................................................................................................. 134
Gambar 14 Aktivitas Siswa Menyusun Teks Cerita Pendek Siklus II .................... 136
Gambar 15 Aktivitas Siswa Melakukan Refleksi pada Akhir Pembelajaran
Siklus II ................................................................................................. 138
Gambar 16 Aktivitas Siswa yang Menunjukkan Sikap Religius Siklus II .............. 140
Gambar 17 Aktivitas Siswa yang Menunjukkan Sikap Percaya Diri Siklus II ....... 142
Gambar 18 Aktivitas Siswa yang Menunjukkan Sikap Toleransi Siklus II ............ 144
Gambar 19 Aktivitas Siswa yang Menunjukkan Sikap Gotong Royong
Siklus II ................................................................................................. 146
xviii
Gambar 20 Aktivitas Siswa yang Menunjukkan Sikap Santun Siklus II ................ 148
Gambar 21 Perbandingan Aktivitas Siswa yang Menunjukkan Keantusiasan
dan Minat Siswa terhadap Pembelajaran Menyusun Teks Cerpen
Siklus I dan Siklus II ............................................................................. 163
Gambar 22 Perbandingan Aktivitas Diskusi Siswa Mengidentifikasi Struktur
Teks Cerpen Siklus I dan Siklus II ....................................................... 165
Gambar 23 Aktivitas Siswa Menyimak Tayangan Video dan Berdiskusi
setelah Menyimak Tayangan Video Siklus I dan Siklus II ................... 167
Gambar 24 Aktivitas Siswa Menyusun Teks Cerpen Siklus I dan Siklus II ........... 169
Gambar 25 Aktivitas Siswa Melakukan Refleksi pada Akhir Pembelajaran
Siklus I dan Siklus II ............................................................................. 170
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 RPP Siklus I ........................................................................................ 200
Lampiran 2 RPP Siklus II ...................................................................................... 211
Lampiran 3 Lembar Kerja Kelompok Tugas 1 Memahami Teks Cerita
Pendek Siklus I ................................................................................... 223
Lampiran 4 Lembar Kerja Kelompok Tugas 2 Menyusun Struktur Teks
Cerita Pendek Siklus I ........................................................................ 226
Lampiran 5 Lembar Kerja Kelompok Tugas 3 Menyusun Teks Cerita
Pendek Siklus I ................................................................................... 229
Lampiran 6 Lembar Kerja Kelompok Tugas 1 Memahami Teks Cerita
Pendek Siklus II .................................................................................. 233
Lampiran 7 Lembar Kerja Kelompok Tugas 2 Menyusun Struktur Teks
Cerita Pendek Siklus II ....................................................................... 237
Lampiran 8 Lembar Kerja Kelompok Tugas 3 Menyusun Teks Cerita
Pendek Siklus II .................................................................................. 241
Lampiran 9 Pedoman Observasi Proses Pembelajaran Siklus I dan Siklus II ....... 246
Lampiran 10 Pedoman Penilaian Observasi Sikap religius dan Sikap Sosial
Siklus I dan Siklus II .......................................................................... 247
Lampiran 11 Pedoman Penilaian Keterampilan Menyusun Teks Cerita
Pendek Siklus I dan Siklus II.............................................................. 251
Lampiran 12 Pedoman Jurnal Guru Siklus I dan Siklus II ...................................... 255
Lampiran 13 Pedoman Jurnal Siswa Siklus I dan Siklus II ..................................... 256
Lampiran 14 Pedoman Dokumentasi Siklus I dan Siklus II .................................... 257
Lampiran 15 Hasil Observasi Proses Pembelajaran Siklus I ................................... 258
Lampiran 16 Hasil Observasi Proses Pembelajaran Siklus II .................................. 260
Lampiran 17 Hasil Nilai Sikap Religius dan Sikap Sosial Siklus I ......................... 262
Lampiran 18 Hasil Nilai Sikap Religius dan Sikap Sosial Siklus II ........................ 264
Lampiran 19 Nilai Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Siklus I ......................... 266
Lampiran 20 Nilai Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Siklus II ....................... 270
xx
Lampiran 21 Hasil Jurnal Guru Siklus I .................................................................... 274
Lampiran 22 Hasil Jurnal Guru Siklus II ................................................................... 276
Lampiran 23 Hasil Jurnal Siswa Siklus I ................................................................... 278
Lampiran 24 Hasil Jurnal Siswa Siklus II .................................................................. 281
Lampiran 25 Hasil Tugas Kelompok Siklus I ........................................................... 284
Lampiran 26 Hasil Tugas Kelompok Siklus II ......................................................... 286
Lampiran 27 Hasil Cerita Pendek Siklus I ................................................................. 290
Lampiran 28 Hasil Cerita Pendek Siklus II................................................................ 293
Lampiran 29 Daftar Nama Siswa Kelas VII A .......................................................... 296
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kurikulum 2013 menekankan keseimbangan antara kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Kompetensi sikap berhubungan dengan
penanaman karakter pada peserta didik, terdapat dua sikap penting yang ingin
ditanamkan pada peserta didik. Pertama adalah sikap spiritual yang berkaitan
dengan pembentukan peserta didik yang beriman dan bertakwa. Kedua adalah
sikap sosial berkaitan dengan pembentukan peserta didik yang berakhlak mulia,
mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab.
Kompetensi pengetahuan berhubungan dengan kemampuan siswa
memahami materi pelajaran, menjawab pertanyaan, dan kritis terhadap materi
yang disampaikan guru. Sedangkan kompetensi keterampilan merupakan
penerapan dari pengetahuan yang dimiliki peserta didik. Kompetensi keterampilan
bisa berupa praktik misalnya praktik menulis dan berbicara. Ketiga kompetensi
tersebut harus dikuasai siswa agar menjadi peserta didik yang menguasai soft skill
dan hard skill.
Pada kurikulum 2013 untuk tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP)
yang berbasis teks, ada beberapa jenis teks yang diajarkan yaitu teks hasil
observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek. Cerita
2
pendek adalah satu-satunya teks sastra yang diajarkan pada tingkat SMP.
Pemilihan cerita pendek sebagai salah satu jenis teks sastra yang diajarkan dalam
kurikulum 2013 cukup tepat karena dibandingkan dengan jenis prosa yang lain
misalnya novel, cerita pendek memiliki bentuk yang paling pendek/singkat
sehingga peserta didik akan lebih mudah memahami dan menyusunnya.
Pembelajaran menyusun teks cerita pendek membutuhkan waktu yang
cukup agar peserta didik benar-benar paham dengan materi yang disampaikan.
Pembelajaran menyusun teks cerita pendek meliputi memahami hakikat cerita
pendek, bentuk teks cerita pendek, struktur teks cerita pendek, dan menulis atau
menyusun teks cerita pendek.
Berdasarkan kurikulum 2013 pada kelas VII semester II kompetensi
menyusun teks cerita pendek, terdapat pada KD 4.2 yaitu menyusun teks hasil
observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek
berdasarkan berdasarkan struktur dan kaidah teks baik secara lisan maupun
tertulis. Pada hakikatnya pembelajaran menyusun teks cerita pendek pada
kurikulum 2013 sama dengan kurikulum sebelumya. Peserta didik harus
memahami hakikat cerita pendek, bentuk teks cerita pendek, struktur teks cerita
pendek, dan pada akhirnya menyusun teks cerita pendek.
Berdasarkan wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia
kelas VII SMP N 1 Wonosobo, terdapat beberapa faktor yang membuat siswa
kesulitan dalam menguasai keterampilan menyusn cerita pendek. Dari beberapa
masalah yang ditemukan, peneliti fokus pada kesulitan yang dihadapi peserta
didik dalam menguasai keterampilan menyusun teks cerpen. Peneliti memberikan
3
solusi untuk menggunakan strategi Think-Talk-Write (TTW) dan teknik
meneruskan cerita melalui media audiovisual sebagai upaya peningkatan
keterampilan menyusun teks cerita pendek untuk siswa kelas VII A SMP N 1
Wonosobo.
Solusi yang diberikan diharapkan dapat menyelesaikan kesulitan siswa
dalam mengungkapkan ide, pikiran, gagasan, pengetahuan, dan pengalamannya
dalam bentuk tulisan untuk dikembangkan menjadi teks cerita pendek.
Penggunaan strategi TTW yang dikombinasikan dengan teknik meneruskan cerita
dan media audiovisual membantu siswa dalam mengungkapkan ide dan
gagasannya ke dalam bentuk tulisan. Siswa tidak akan merasakan kesulitan lagi
dalam mengungkapkan ide dan gagasannya karena siswa tinggal meneruskan
cerita pada film animasi yang telah ditayangkan. Dalam meneruskan cerita, siswa
diberikan kebebasan untuk mengembangkan idenya sesuai kreatifitas yang
dimiliki.
Penerapan solusi yang ditawarkan oleh peneliti tentunya disesuaikan
dengan penerapan kurikulum 2013 yang berbasis teks. Dalam pembelajaran yang
dilaksanakan terdapat tahapan pembelajaran berbasis teks yaitu (1) tahap
pembangunan konteks (2) pemodelan teks, (3) kerja sama membangun teks, (3)
kerja mandiri menciptakan teks yang sesuai model.
Strategi Think-Talk-Write (TTW) adalah strategi yang memfasilitasi
latihan berbahasa secara lisan dan menyusun bahasa tersebut dengan lancar (Huda
2013:218). Strategi yang diperkenalkan oleh Huinker dan Laughlin ini pada
dasarnya dibangun melalui berpikir, berbicara, dan menulis. Sesuai dengan
4
namanya, strategi ini mempunyai urutan think (berpikir), talk
(berbicara/berdiskusi), dan write (menulis). Strategi ini digunakan untuk
mengembangkan tulisan dengan lancar dan melatih bahasa sebelum dituliskan.
Strategi yang digunakan dikombinasikan dengan teknik meneruskan cerita
dan media audiovisual. Teknik meneruskan cerita merupakan suatu kegiatan yang
akan meningkatkan daya imajinasi siswa sehingga dapat meningkatkan
keterampilan menulis kreatif. Menurut Rahmanto (1988:116) teknik meneruskan
cerita merupakan satu langkah-langkah pertahapan dalam menulis karya sastra
yaitu dengan menambahkan episode khayal. Teknik meneruskan cerita bertujuan
agar siswa dapat meneruskan cerita yang sudah ada sesuai dengan daya imanijasi
yang dimiliki. Tulisan yang dihasilkan siswa harus sesuai dengan cerita yang telah
ada sebelumnya, namun pada bagian akhir berbeda bergantung pada kreativitas
siswa untuk mengakhirinya.
Salah satu cara yang baik untuk memperkenalkan teknik ini adalah dengan
memberikan bahan rangsangan berupa pemutaran film yang dihilangkan bagian
akhirnya. Pemilihan film sebagai bahan rangsangan harus disesuaikan dengan
peserta didik. Salah satu film yang sesuai dengan peserta didik kelas VII adalah
film animasi, dalam film animasi biasanya disisipkan pesan-pesan yang ingin
disampikan kepada penonton. Selain itu film animasi juga dapat menarik peserta
didik untuk mengikuti pembelajaran dan menghilangkan kejenuhan.
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, peneliti memilih judul
“Peningkatan Keterampilan Menyusun Teks Cerpen dengan Strategi Think-Talk-
5
Write (TTW) dan Teknik Meneruskan Cerita melalui Media Audiovisual pada
Siswa Kelas VII A SMP N 1 Wonosobo”
1.2 Identifikasi Masalah
Seperti yang telah dijabarkan dalam latar belakang masalah, maka
kaitannya dengan pembelajaran menyusun teks cerita pendek dapat diidentifikasi
beberapa masalah sebagai berikut.
Pertama ialah faktor siswa, siswa kurang berpengalaman dalam menyusun
teks cerita pendek sehingga dibutuhkan waktu yang lama untuk menguasainya.
Latihan yang rutin juga dibutuhkan siswa untuk meningkatkan keterampilan
menyusun teks cerita pendek.
Kedua ialah faktor proses pembelajaran, selama proses pembelajaran guru
banyak menggunakan metode ceramah, guru kurang memberikan kesempatan
siswa untuk berlatih menulis cerita pendek. Selain itu, penggunaan media untuk
menarik perhatian siswa jarang dilakukan dan kurang bervariasi. Waktu
pembelajaran yang singkat juga menjadi masalah tersendiri bagi siswa.
Ketiga ialah faktor sikap sosial siswa, kurang adanya keberanian dari
siswa untuk menyampaikan pendapat, tugas yang tidak dikerjakan sendiri, dan
tidak tepat waktu dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Kurang
menghargai pendapat siswa lain, ditunjukkan dengan tindakan yang tidak
menyimak pendapat yang disampaikan.
Keempat ialah faktor buku teks, penerapan kurikulum yang baru membuat
buku teks atau buku panduan pelajaran masih terbatas. Dalam buku teks yang
6
diterbitkan masih banyak contoh teks cerpen yang tidak sesuai, contoh yang
diberikan cenderung lebih banyak teks dongeng bukan teks cerpen. Sehingga,
membuat siswa kesulitan dalam memahami teks cerpen.
Kelima ialah faktor keterampilan siswa, siswa kesulitan dalam
mengembangkan ide dalam menulis cerpen. Siswa kurang terampil dalam
mengungkapkan ide, pikiran, gagasan, pengetahuan, dan pengalamannya dalam
bentuk tulisan untuk dikembangkan menjadi teks cerita pendek.
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, permasalahan yang muncul
beragam. Untuk itu, perlu dilakukan pembatasan masalah agar pembahasan
penelitian ini bisa fokus dan tidak meluas. Penelitian ini difokuskan pada upaya
peningkatan keterampilan menyusun teks cerita pendek dengan strategi Think-
Talk-Write (TTW) dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual pada
siswa kelas VII A SMP N 1 Wonosobo.
1.4 Rumusan Masalah
Pembelajaran bahasa Indonesia dalam kurikulum 2013 yang terkandung
dalam kompetensi inti dan kompetensi dasar menekankan pada beberapa aspek
yaitu (1) proses, (2) keterampilan, (4) sikap religius, dan (5) sikap sosial.
Sehingga yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut :
7
1) Bagaimanakah kualitas proses pembelajaran keterampilan menyusun teks
cerita pendek dengan strategi Think-Talk-Write (TTW) dan teknik
meneruskan cerita melalui media audiovisual siswa kelas VII A SMP N 1
Wonosobo?
2) Bagaimanakah perubahan sikap menghargai dan mensyukuri keberadaan
bahasa Indonesia sebagai anugerah Tuhan sebagai sarana komunikasi dalam
mengolah dan menyajikan informasi lisan dan tulis siswa kelas VII A SMP N
1 Wonosobo dalam mengikuti pembelajaran peningkatan keterampilan
menyusun teks cerita pendek dengan strategi Think-Talk-Write (TTW) dan
teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual?
3) Bagaimana perubahan sikap jujur, disiplin, santun, toleransi, dan percaya diri
siswa kelas VII A SMP N 1 Wonosobo setelah mengikuti pembelajaran
peningkatan keterampilan menyusun teks cerita pendek dengan strategi
Think-Talk-Write (TTW) dan teknik meneruskan cerita melalui media
audiovisual?
4) Bagaimanakah peningkatan keterampilan menyusun teks cerpen dengan
strategi Think-Talk-Write (TTW) dan teknik meneruskan cerita melalui media
audiovisual siswa kelas VII A SMP N 1 Wonosobo setelah mengikuti
pembelajaran menyusun teks cerpen?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan, tujuan penelitian ini
adalah :
8
1) Mendeskripsikan kualitas proses pembelajaran keterampilan menyusun teks
cerita pendek dengan strategi Think-Talk-Write (TTW) dan teknik
meneruskan cerita melalui media audiovisual siswa kelas VII A SMP N 1
Wonosobo.
2) Mendeskripsikan perubahan sikap menghargai dan mensyukuri keberadaan
bahasa Indonesia sebagai anugerah Tuhan sebagai sarana komunikasi dalam
mengolah dan menyajikan informasi lisan dan tulis siswa kelas VII A SMP N
1 Wonosobo setelah mengikuti pembelajaran peningkatan keterampilan
menyusun teks cerita pendek dengan strategi Think-Talk-Write (TTW) dan
teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual.
3) Mendeskripsikan perubahan sikap jujur, disiplin, santun, toleransi, dan
percaya siswa kelas VII A SMP N 1 Wonosobo setelah mengikuti
pembelajaran peningkatan keterampilan menyusun teks cerita pendek dengan
strategi Think-Talk-Write (TTW) dan teknik meneruskan cerita melalui media
audiovisual.
4) Mendeskripsikan peningkatan keterampilan menyusun teks cerpen kelas VII
A SMP N 1 Wonosobo setelah mengikuti pembelajaran menyusun teks
cerpen dengan strategi Think-Talk-Write (TTW) dan teknik meneruskan cerita
melalui media audiovisual.
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoretis maupun
secara praktis. Manfaat Teoretis dari penelitian ini adalah penelitian ini
9
diharapkan dapat bermanfaat untuk mengembangkan teori pembelajaran sehingga
dapat memperbaiki kualitas pendidikan dan pembelajaran menyusun teks cerita
pendek. Penelitian ini juga dapat bermanfaat untuk menambah khasanah
pengetahuan mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia terutama penerapan
strategi Think-Talk-Write (TTW) dan teknik meneruskan cerita melalui media
audiovisual dalam pembelajaran menulis cerita pendek. Sedangkan manfaat
praktis dalam penelitian ini bagi peserta didik, penelitian ini dapat meningkatkan
pola belajar siswa sehingga menjadi lebih baik serta dapat meningkatkan
kemampuan dan minat siswa dalam pembelajaran menyusun teks cerita pendek.
Bagi guru, penelitian ini dapat digunakan sebagai gambaran untuk
meningkatkan kinerja guru terutama dalam membelajarkan kompetensi menyusun
teks cerita pendek. Khususnya untuk meningkatkan keterampilan menyusun teks
cerita pendek dengan strategi Think-Talk-Write (TTW) dan teknik meneruskan
cerita melalui media audiovisual. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat
dimanfaatkan sebagai bahan acuan pelaksanaan pembelajaran menyusun teks
cerita pendek yang lebih menarik dan diharapkan dapat meningkatkan prestasi
dalam bidang menyusun teks cerita pendek bagi siswa.
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS
2.1 Kajian Pustaka
Penelitian tentang peningkatan keterampilan menulis cerita pendek sudah
banyak dilakukan oleh peneliti terdahulu. Oleh karena itu, penelitian terdahulu
yang berkaitan dengan topik penelitian ini digunakan sebagai acuan. Beberapa
penelitian terdahulu yang cukup relevan digunakan sebagai kajian pustaka
penelitian ini dilakukan oleh Ibnian (2010), Parede (2011), Ratmandani (2009),
Miftahurrohim (2009), Anisa (2010), dan Nadiya (2010).
Penelitian yang dilakukan oleh Ibnian (2010) merupakan penelitian yang
mengkaji tentang penggunaan teknik konsep cerita untuk meningkatkan
keterampilan menulis cerita pendek pada siswa EFL kelas sepuluh. Metode yang
digunakan oleh Ibnian adalah dengan memilih secara acak empat kelas dari
sekolah di Amman. Dua kelas sebagai kelas eksperimen, sedangkan dua lainnya
sebagai kelas kontrol. Siswa dari kelas eksperimen diberi intruksi untuk menulis
cerpen menggunakan teknik konsep cerita, sedangkan kelas kontrol menggunakan
metode tradisional. Tahap selanjutnya adalah dengan memberikan tes menulis
cerpen pada masing-masing kelas. Waktu yang diberikan untuk menulis cerpen
adalah enam puluh menit.
11
Hasil yang dicapai setelah dilakukan tes adalah penggunaan teknik konsep
cerita memberikan dampak positif pada keterampilan menulis cerpen siswa kelas
sepuluh. Peningkatan keterampilan dapat dilihat dari perbaikan organisasi
penulisan, teknik penulisan, penggunaan bahasa pada menulis kreatif (kelancaran,
fleksibilitas, munculnya ide baru, dan perluasan ide).
Pardede (2011) melakukan penelitian berkaitan dengan penggunaan cerita
pendek untuk mengajarkan keterampilan berbahasa. Pardede menggunakan cerpen
untuk mengajarkan empat keterampilan berbahasa. Metode yang digunakan
adalah dengan memilih dua kelas untuk diberikan teks yang berbeda. Kelas yang
pertama diberikan teks nonsastra, sedangkan kelas yang lain diberikan teks sastra
yaitu cerpen.
Selanjutnya dilakukan tes pada masing-masing kelas, tes tersebut meliputi
keterampilan membaca, menulis, menyimak, dan berbicara. Pada tes keterampilan
membaca diberikan tiga macam soal yaitu mengisi tabel kelas kata berdasarkan
teks yang sudah dibaca. Soal yang kedua adalah mengisi sinonim atau definisi
dari kata yang terdapat pada teks, dan yang terakhir adalah melengkapi kalimat
rumpang menggunakan sinonim kata pada soal sebelumnya.
Pada tes keterampilan menulis, siswa diberikan soal untuk menulis sebuah
dialog antara seorang anak dan ayahnya. Selanjutnya dialog tersebut
dikembangkan menjadi sebuah cerpen yang berisi tokoh, setting, klimaks, dan
resolusi. Untuk tes keterampilan berbicara, siswa diperintahkan untuk membaca
teks yang diberikan secara bergiliran. Sedangkan untuk tes menyimak, guru
12
membaca teks dan siswa menyimak teks yang dibacakan guru. Selanjutnya guru
memberikan pertanyaan berdasarkan teks yang dibacakan.
Hasil yang dicapai dengan penggunaan cerpen adalah bertambahnya
perbendaharaan kata pada keterampilan membaca, pada keterampilan menulis
siswa menjadi lebih kreatif, cerpen dapat menjadi sumber belajar pada
keterampilan menyimak dan berbicara.
Ratmandani (2009) dengan penelitiannya yang berjudul Peningkatan
Keterampilan Menulis Cerpen Berdasarkan Teks Berita Melalui Model
Pembelajaran Team-Assisted-Individualization (TAI) pada Siswa Kelas X 2 SMA
N 1 Karanggede. Berdasarkan analisis dan Penelitian keterampilan menulis cerita
pendek dengan model pembelajaran Team-Assisted-Individualization (TAI) pada
siswa kelas X 2 SMA N 1 Karanggede mengalami peningkatan dari siklus I ke
Siklus II sebesar 15,74% atau 24,49%. Dengan nilai rata-rata pada siklus I sebesar
64,25 % dan siklus II sebesar 79,99%.
Penelitian yang dilakukan Ratmandani memiliki persamaan dan perbedaan
dengan judul yang diangkat oleh peneliti, persamaannya adalah kedua penelitian
ini mengangkat topik tentang keterampilan menulis cerpen. Perbedaannya terletak
pada penggunaan model dan media, selain itu kurikulum yang diterapkan juga
berbeda. Model yang digunakan Ratmandani adalah Team-Assisted-
Individualization (TAI) dengan teks berita sebagai acuan dalam menulis cerpen.
Peningkatan keterampilan menulis cerita pendek pada siswa kelas X 2
SMA N 1 Karanggede diikuti perubahan perilaku belajar yang positif dari
perilaku negatif. Pada siklus I siswa belum terlihat begitu aktif dalam
13
pembelajaran, selain itu siswa kurang tertarik dalam mengikuti pembelajaran
menulis cerita pendek. Namun, pada siklus II siswa sudah terlihat lebih aktif siswa
tidak ragu lagi untuk menanyakan materi yang kurang dipahami siswa juga lebih
bersemangat dalam mengikuti pembelajaran.
Berkenaan dengan penggunaan strategi Think-Talk-Write (TTW),
Miftahurrohim (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Penggunaan Strategi
Think-Talk-Write untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan
argumentasi pada siswa Kelas X-9 SMA Nasional Pati penggunaan strategi TTW
mampu meningkatkan keterampilan menulis karangan argumentasi dan dapat
mengubah perilaku siswa keals X-9 SMA Nasional Pati.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah mengikuti pembelajaran
menulis karangan argumentasi dengan strategi TTW, keterampilan siswa
mengalami peningkatan sebesar 23,94 %. Skor rata-rata kelas pada tahap prasiklus
sebesar 58,67 % dan mengalami peningkatan sebesar 16,96% menjadi 75,63 pada
siklus I. Kemudian pada siklus II, skor rata-rata kelas meningkat sebesar 6,98%
menjadi 82,61. Pembelajaran menulis karangan argumentasi dengan strategi TTW
dapat mengubah perilaku siswa, siswa yang sebelumnya merasa kurang siap dan
kurang aktif dalam pembelajaran menjadi siap dan lebih aktif mengikuti
pembelajaran.
Peneliti lain yang menggunakan Think-Talk-Write (TTW) adalah Anisa
(2010) dengan judul penelitian Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan
Narasi dengan Mengubah Teks Wawancara melalui Model Think-Talk-Write
pada Siswa Kelas VII A SMP N 2 Cepiring. Berdasarkan hasil penelitian diketahui
14
bahwa keterampilan menulis karangan narasi dengan mengubah teks wawancara
siswa pada tahap prasiklus sebesar 60,7 dengan kategori cukup. Setelah dilakukan
tindakan melalui model TTW pada siklus I nilai rata-rata yang dicapai sebesar
66,3 dengan kategori cukup. Tindakan dan nilai rata-rata pada siklus I belum
mencapai tujuan yang akan dicapai yaitu sebesar 70. Oleh karena itu peneliti
melakukan tindakan siklus II.
Pada siklus II ini rata-rata yang dicapai sebesar 77,8 dengan kategori baik.
Hal ini berarti mengalami peningkatan sebesar 17,1 atau 28,1 % dari prasiklus ke
siklus II. Selain itu perilaku-perilaku negatif maupun yang kurang sesuai dengan
prinsip-prinsip TTW mengalami perubahan ke arah positif dari siklus I ke siklus
II. Dari hasil pembehasan tersebut dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan
keterampilan mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi siswa kelas VII
A SMP N 2 Cepiring setelah dilakukan pembelajaran mengubah teks wawancara
menjadi karangan narasi dengan model TTW. Selain itu, perubahan perilaku
dalam penelitian ini adalah para siswa tampak senang, lebih semangat, aktif
mengikuti pembelajaran, antusias dalam bertanya, serta sangat memperhatikkan
penjelasan guru.
Berkaitan dengan penelitian keterampilan menulis cerpen menggunakan
strategi Think-Talk-Write (TTW) sudah dilakukan oleh Nadiya (2010) dengan
judul Penggunaan Strategi Think-Talk-Write (TTW) untuk meningkatkan
keterampilan menulis cerpen pada siswa kelas X 4 SMA N 1 Welahan Kabupaten
Jepara. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan dari siklus I ke siklus
15
II, baik berupa data tes maupun data nontes. Dari data tes dapat diketahui
peningkatan nilai menulis cerpen dengan strategi TTW.
Nilai rata-rata pada siklus I mencapai 69,26. Setelah dilakukan siklus II
meningkat menjadi 79,20 atau meningkat sebanyak 14,35% dari siklus I. Begitu
juga dengan nilai per aspeknya yang mengalami peningkatan dari siklus I ke
siklus II. Berdasarkan data nontes yang terdiri atas observasi, hasil jurnal siswa,
hasil jurnal guru, wawancara dengan siswa, dan dokumentasi foto yang diambil
saat kegiatan pembelajaran berlangsung terlihat adanya perubahan perilaku siswa
yang terlihat lebih tertarik, lebih serius, dan bersemangat dalam melaksanakan
kegiatan menulis cerpen.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan Nadiya mempunyai beberapa
kelemahan antara lain, (1) langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan tidak
sesuai dengan tahap-tahap strategi TTW, (2) pada tahap think dalam strategi TTW
kegiatan yang dilakukan siswa salah satunya adalah membuat catatan kecil
tentang ide-ide dengan bahasanya sendiri, pada pembelajaran yang dilakukan
Nadiya tahap think tidak ada kegitan tersebut, (3) Pada aspek peranan dan tugas
guru dalam strategi TTW masih kurang lengkap, langkah pembelajaran yang
dilakukan nadia tidak memberikan kesempatan pada siswa untuk mengemukakan
ide secara lisan sesuai dengan peranan guru dalam TTW.
Keunggulan penelitian ini dari penelitian yang telah dilakukan terdahulu
adalah pengembangan yang dilakukan pada strategi yang digunakan. Tahap think
pada strategi TTW yang pertama adalah dengan memberikan soal pada siswa,
namun pada penelitian ini pemberian soal dikembangkan menjadi penayangan
16
video kemudian siswa mengidentifikasi unsur-unsur pembangun cerita dalam
video yang ditayangkan. Setelah itu siswa membuat catatan kecil tentang hasil
identifikasi untuk dibawa ke forum diskusi kelompok. Penggunaan video adalah
sebagai bahan rangsangan bagi peserta didik agar lebih mudah dalam
melaksanakan pembelajaran dengan teknik yang telah dikombinasikan dengan
strategi TTW.
2.2 Landasan Teoretis
Teori-teori yang mendukung penelitian ini adalah (1) Hakikat cerita
pendek, mencakup pengertian dan unsur pembangun cerita pendek, (2) Hakikat
teks cerita pendek, mencakup pengertian teks cerpen, struktur teks cerpen, dan
kaidah kebahasaan teks cerpen, (3) Hakikat menulis teks cerita pendek, mencakup
pengertian menulis teks cerpen dan tahap-tahap menulis teks cerpen, (4) Strategi
Think-Talk-Write (TTW), (5) Teknik meneruskan cerita, (6) Media audiovisual,
(7) Sikap religius dan sikap sosial, (8) Penerapan strategi TTW dan teknik
meneruskan cerita melalui media audiovisual dalam pembelajaran menulis teks
cerpen.
2.2.1 Hakikat Cerita Pendek
2.2.1.1 Pengertian Cerita Pendek
Cerita pendek adalah cerita yang isinya mengisahkan peristiwa pelaku
cerita secara singkat dan padat tetapi mengandung kesan yang mendalam,
peristiwa itu dapat nyata atau imanjinasi (Sukirno 2010:83). Sedangkan menurut
17
Haryati (2011:21) cerita pendek adalah cerita yang berbentuk cerita yang
berbentuk prosa yang relatif pendek. Predikat pendek di sini bukan ditentukan
oleh panjang pendeknya halaman untuk mewujudkan cerita itu atau sedikitnya
tokoh yang terdapat di dalamnya, melainkan disebabkan oleh ruang lingkup
permasalahan yang ingin disampaikan lewat bentuk karya itu.
Zaidan Hendy (dalam Kusmayadi 2010:7) mengungkapkan bahwa cerpen
adalah karya sastra berbentuk prosa yang isinya merupakan kisah pendek yang
mengandung kisah tunggal. Jakob Sumardjo (dalam Kusmayadi 2010:7)
mendeskripsikan cerpen sebagai cerita atau rekaan yang fiktif. Artinya bukan
berupa analisis argumentasi dan peristiwanya tidak benar-benar telah terjadi serta
relatif pendek. Kependekan sebuah cerpen bukan karena bentunya yang jauh lebih
pendek dari novel, melainkan dari aspek masalahnya.
Batasan panjang karangan sebuah cerpen Nugroho Notosusanto (dalam
Kusmayadi 2010:7) menyatakan bahwa panjang cerpen sekitar 5.000 kata atau
kira-kira 17 halaman kuarto spasi rangkap. Mochtar Lubis (dalam Kusmayadi
2010:8) mengatakan umumnya panjang cerpen antara 500 sampai 30.000 kata.
Sedangkan untuk cerpen-cerpen anak tentunya bisa lebih pendek lagi. Meskipun
ceritanya tidak terlalu panjang kisah yang disampaikan haruslah tuntas (ada awal,
tengah, dan akhir cerita).
Pendapat lain menyebutkan bahwa pedoman umum cerpen terdiri atas
2.000 kata 10.000 kata. Penggolongannya adalah sebagai berikut : cerita pendek
(short story), cerita pendek yang pendek (short, short story), cerita pendek yang
sangat pendek (very short-short story), cerpen yang pendek hanya terdiri atas 750
18
sampai 1.000 kata cerpen jenis ini biasanya disebut cerita mini. Adapun cerpen
yang ditulis sampai dengan 10.000 kata bisa disebut dengan cerpan (Kusmayadi
2010:8).
Cerpen memiliki ciri yang berbeda dengan jenis prosa yang lain, ciri
cerpen yang diungkapkan oleh Kusmayadi (2010:8) adalah (1) cerita pendek
merupakan sebuah kisahan pendek yang dibatasai oleh jumlah kata atau halaman,
(2) cerita pendek biasanya memusatkan perhatian pada peristiwa. Artinya,
peristiwa yang diceritakan hanya satu (tunggal), (3) cerita pendek mempunyai
satu alur, (4) latar dalam cerita pendek biasanya tunggal. Terkadang latar tidak
begitu penting perannya, hanya sebagai pelengkap cerita saja karena tidak
dideskripsikan secara lengkap, (5) cerita pendek memuat jumlah tokoh yang
terbatas, penokohan dalam cerita pendek terfokus pada tokoh utama saja.
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa cerita pendek
adalah karya sastra berbentuk prosa yang berisi cerita mengenai seorang tokoh
dan peristiwa yang dialaminya, konfliknya sederhanya dan memiliki kesan
tunggal.
2.2.1.2 Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek
Dalam cerita pendek terdapat unsur-unsur yang membangun cerita tersebut
dari dalam sehingga dapat membentuk suatu cerita yang menarik dan susunan
peristiwanya jelas. Unsur-unsur pembangun cerita pendek mencakupi tema,
tokoh/penokohan, latar, alur, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat
(Kusmayadi 2010:19).
19
a. Tema
Tema adalah pokok permasalah sebuah cerita, makna cerita, gagasan
pokok, atau dasar cerita. Tema adalah gagasan sentral yakni sesuatu yang hendak
diperjuangkan dalam dan melalui karya fiksi, tema suatu karya sastra dapat
tersurat dan dapat pula tersirat. Disebut tersurat apabila tema tersebut dengan jelas
dinyatakan oleh pengarangnya, disebut tersirat apabila tidak secara tegas
dinyatakan tetapi terasa dalam keseluruhan cerita yang dibuat pengarang (Baribin
1985:59).
Suharianto (2005:17) tema adalah permasalahan yang merupakan titik
tolak pengarang dalam menyusun cerita atau karya sastra tersebut, sekaligus
merupakan permasalahan yang ingin dipecahkan pengarang dengan karyanya itu.
Tema adalah pokok permasalahan sebuah cerita, gagasan pokok, atau dasar cerita
(Kusmayadi 2010:19).
Dalam sebuah cerpen tema yang menarik sangatlah penting, dengan tema
yang menarik akan membuat pembaca penasaran untuk membacanya. Sebuah
tema merupakan hal yang menghubungkan cerita dari awal sampai akhir. Tokoh,
alur, latar, dan unsur lainnya sangat bergantung pada tema saat penulisan sebuah
cerpen. Pemilihan kata juga sangat berhubungan dengan tema, penggunaan kata-
kata yang berlebihan bisa jadi akan mengaburkan inti cerita tersebut. Penceritaan
yang fokus pada sebuah inti cerita, tidak melebar tanpa suatu kejelasan akan
mempertegas tema yang telah ditentukan.
20
Dapat disimpulkan bahwa tema adalah gagasan pokok atau sentral dari
keseluruhan cerita yang disampikan pengarang. Pengarang dapat menyampaikan
cerita secara tersirat maupun tersurat.
b. Tokoh dan Penokohan
Tokoh menunjuk pada pelaku cerita, tokoh ialah individu rekaan yang
mengalami peristiwa atau berlakuan dalam cerita. Tokoh pada umunya berwujud
manusia meskipun dapat juga berwujud binatang atau benda yang diinsankan
(Haryati 2011:25). Sedangkan menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro 1994:165)
tokoh cerita (character) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya
naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan
kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang
dilakukan dalam tindakan. Dapat disimpulkan bahwa tokoh merupakan pelaku
dalam sebuah cerita atau bisa disebut juga bahwa tokoh merupakan individu
rekaan yang mengalami peristiwa dalam cerita.
Penokohan adalah penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh,
penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang
ditampilkan dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro 2009:165). Sedangkan menurut
Suharianto (2005:20) penokohan atau perwatakan ialah pelukisan mengenai tokoh
cerita, baik keadaan lahirnya maupun batinnya yang dapat berupa pandangan
hidupnya, sikapnya, keyakinannya, adat-sitiadatnya, dan sebagainya. Pendapat
lain dari Stanton (dalam Baribin 1985:54) yang dimaksud perwatakan atau
penokohan dalam suatu fiksi dapat dipandang dari dua segi. Pertama mengacu
kepada orang atau tokoh yang bermain dalam cerita, yang kedua adalah mengacu
21
kepada perbauran dari minat, keinginan, emosi, dan moral yang membentuk
individu yang bermain dalam suatu cerita.
Cerpen akan menarik dibaca jika pengarang bisa menciptakan tokoh yang
berkarakter kuat. Penciptaan karakter dapat digali dari nama pelaku, umur,
pekerjaan, tempat tinggal, penampilan, perilaku, status, status sosial, teman-
temannya, obsesinya, dan hal yang dibencinya. Untuk menjaaga efektevitas cerita,
sebuah cerpen sebaiknya tidak memiliki terlalu banyak tokoh. Jika terlalu banyak
tokoh justu bisa mengaburkan jalan cerita.
Penggambaran watak tokoh akan lebih menarik jika tidak dituliskan terlalu
detail. Penggambaran watak tokoh yang sedikit diberikan oleh pengarang akan
menarik pembaca untuk lebih meresapi lagi cerpen yang dibacanya. Pembaca
akan lebih memperhatikan hal-hal kecil yang dilakukan oleh seorang tokoh
misalnya kebiasaan yang dilakukannya, dialog dengan tokoh lain, dan pendapat
tokoh lain untuk mengetahui watak dan karakter tokoh tersebut.
Dari definisi yang telah dijabarkan di atas dapat disimpulkan bahwa tokoh
adalah individu yang terlibat dalam sebuah cerpen. Tokoh dibedakan menjadi dua
yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan. Penokohan adalah penggambaran watak
tokoh dalam cerpen, dalam menggambarkan watak tokoh terdapat dua metode
yaitu metode langsung dan tidak langsung.
c. Latar (Setting)
Latar atau disebut juga setting adalah tempat atau waktu terjadinya cerita.
Unsur cerita yang menunjukkan kepada kita di mana dan kapan kejadian-kejadian
dalam cerita berlangsung disebut latar, ada pula yang menyebutnya landasan
22
tumpu yakni lingkungan tempat peristiwa terjadi (Kusmayadi 2010:24). Menurut
Abrams (dalam Nurgiyantoro 2009:216) latar atau setting yang disebut juga
sebagai landas tumpu menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan
lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.
Sementara Nuryatin (2010:13) berpendapat bahwa latar adalah gambaran
tentang tempat, waktu atau masa, dan kondisi sosial terjadinya cerita. Itu berarti
bahwa latar terdiri atas latar tempat, waktu atau masa, dan kondisi sosial
terjadinya cerita. Aminuddin (2009:66) setting adalah latar peristiwa dalam karya
fiksi, baik berupa tempat, waktu, maupun peristiwa, serta memiliki fungsi fisikal
dan fungsi psikologis. Jadi latar atau setting menunjuk pada tempat, waktu, dan
lingkungan sosial terjadinya cerita.
Menurut Kusmayadi (2010:24) secara garis besar latar cerita dapat dibagi
ke dalam tiga bagian, yakni latar tempat adalah hal yang berkaitan dengan
masalah geografis, latar tempat menyangkut deskripsi tempat suatu peristiwa
terjadi. Latar waktu berkaitan dengan masalah sejarah (historis), mengacu pada
saat terjadinya peristiwa. Latar sosial berkaitan dengan kehidupan
kemasyarakatan, latar sosial merupakan lukisan status yang menunjukkan seorang
atau beberapa orang tokoh dalam masyarakat yang ada di sekelilingnya. Statusnya
dalam kehidupan sosial dapat digolongkan menurut tingkatannya.
Dalam penulisan cerpen pemilihan latar yang tepat akan mendukung
jalannya cerita. Pilihlah latar yang berkaitan dengan tokoh dan kejadian yang
terjadi. Sebuah cerpen akan lebih menarik jika latar yang dimunculkan tidak
23
tipikal dan tidak mudah ditebak. Pilihlah sebuah latar yang tiba-tiba bisa
memunculkan konflik bagi pelakunya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa latar atau setting adalah tempat dan waktu
tejadinya peristiwa dalam sebuah cerita. Latar juga dapat berarti lingkungan
terjadinya cerita.
d. Alur (Plot)
Alur adalah jalinan peristiwa secara beruntun dalam sebuah prosa fiksi
yang memperhatikan hubungan sebab akibat sehingga cerita itu merupakan
keseluruhan yang padu, bulat, dan utuh (Suharianto 2005:18). Menurut Baribin
(1985:61) alur atau plot adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang
disusun secara logis, dalam pengertian ini alur merupakan suatu jalur tempat
lewatnya rentetan peristiwa yang tidak terputus-putus.
Stanton (dalam Nurgiyantoro 2009:113) mengemukakan bahwa plot
adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadiannya itu hanya
dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau
menyebabkan peristiwa yang lain. Menurut Forster (dalam Nurgiyantoro
2009:113) plot adalah peristiwa-peristiwa cerita yang mempunyai penekanan pada
adanya hubungan kausalitas. Sedangkan menurut Kenny (dalam Nurgiyantoro
2009:113) mengemukakan plot sebgaai peristiwa-peristiwa yang ditampilkan
dalam cerita yang tidak bersifat sederhana, karena pengarang menyusun peristiwa
itu berdasarkan kaitan sebab akibat.
Pendapat lain dikemukakan oleh Abrams (dalam Nurgiyantoro 2009:113)
ia mengemukakan bahwa plot sebuah karya fiksi merupakan struktur peristiwa-
24
peristiwa, yaitu sebagaimana yang terlihat dalam pengurutan dan penyajian
berbagai peristiwa tersebut untuk mencapai efek emosional dan efek artistik
tertentu. Aminuddin (2009:83) alur adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh
tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh
para pelaku dalam suatu cerita.
Suharianto (2005:19) berdasarkan susunannya alur dibedakan menjadi tiga
yaitu alur lurus, alur sorot balik, dan alur gabungan. Alur lurus yaitu plot yang
mengisahkan peristiwa-peristiwa dalam cerita bersifat kronologis. Peristiwa yang
pertama diikuti atau menyebabkan terjadinya peristiwa selanjutnya. Secara runtut
cerita dimulai dari tahap awal, tengah, dan akhir. Jenis plot yang kedua yaitu Plot
Sorot Balik (flash-back), urutan kejadian yang dikidahkan tidak bersifat
kronologis. Cerita tidak dimulai dari tahap awal, melainkan mungkin dari tahap
tengah atau akhir baru kemudian tahap awal cerita dikisahkan. Yang ketiga adalah
alur gabungan yaitu gabungan dari alur lurus dan sorot balik.
Dalam penulisan cerpen paragraf pertama yang menarik akan membuat
pembaca penasaran untuk mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya. Paragraf
pertama juga bisa menentukan jenis alur apa yang digunakan oleh pengarang.
Pastikanlah bahwa alur dalam cerpen yang ditulis lengkap, yakni harus ada
pembukaan, pertengahan cerita, dan penutup. Penutup alur yang tidak terduga
akan membuat pembaca lebih penasaran, pembaca akan menebak-nebak akhir
cerita yang dibacanya.
25
Jadi dapat disimpulkan bahwa alur adalah rangkain peristiwa yang atau
keseluruhan peristiwa yang membentuk keseluruhan cerita. Menurut susunannya
alur dibedakan menjadi tiga yaitu alur lurus, alur sorot balik, dan alur gabungan.
e. Sudut Pandang (Point of View)
Sudut pandang adalah penempatan posisi pengarang pada cerita yang
ditulisnya (Sukirno 2010:89). Menurut Kusmayadi (2010:26) sudut pandang pada
dasarnya adalah visi pengarang, dalam arti bahwa ia merupakan sudut pandangan
yang diambil oleh pengarang untuk melihat peristiwa dan kejadian dalam cerita,
sudut pandang dipergunakan untuk menentukan arah pandang pengarang terhadap
peristiwa-peristiwa di dalam cerita sehingga tercipta suatu kesatuan cerita yang
utuh. Abrams (dalam Nurgiyantoro 2009:248) mengemukakan bahwa sudut
pandang menyaran pada cara sebuah cerita dikisahkan. Ia merupakan cara dan
atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan
tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam
sebuah karya fiksi kepada pembaca.
Pendapat lain dari Baribin (1985:75) sudut pandang atau pusat pengisahan
adalah posisi dan penempatan diri pengarang dalam ceritanya, atau dari mana ia
melihat peristiwa-peristiwa yang terdapat dalam ceritanya itu. Dari titik
pandangan pengarang ini pulalah pembaca mengikuti jalannya cerita dan
memahami temanya. Aminuddin (2009:90) titik pandang atau sudut pandang
adalah cara pengarang menampilakan para pelaku dalam cerita yang
dipaparkannya. Dengan demikian, sudut pandang pada hakikatnya merupakan
26
strategi, teknik, siasat yang secara sengaja dipilih pengarang untuk
mengemukakan gagasan dan ceritanya.
Dalam sebuah cerpen pengarang bisa terlibat langsung atau tidak terlibat
dalam cerita. Jika pengarang ingin terlibat dalam cerpen yang ditulisnya akan
lebih baik jika penulisannya bukan hanya merupakan ungkapan hati atau
keresahan hati pengarang tanpa adanya konflik yang menarik. Pembaca tentu
tidak akan suka dengan cerpen yang tanpa konflik.
Dari definisi yang telah dijelaskan di atas dapat disimpulkan bahwa sudut
pandang adalah penempatan posisi pengarang dalam cerita. Pengarang bisa
terlibat dalam cerita maupun tidak terlibat dalam cerita.
f. Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang dimaksudkan di sini adalah tingkah laku pengarang
dalam menggunakan bahasa, tingkah laku berbahasa ini merupakan sarana sastra
yang amat penting (Baribin 1985:64). Menurut Kusmayadi (2010:27) gaya bahasa
adalah teknik pengolahan bahasa oleh pengarang dalam upaya menghasilkan
karya sastra yang hidup dan indah, pengolahan bahasa harus didukung oleh
pemilihan kata (diksi) yang tepat.
Aminuddin (2009:72) mengemukakan gaya bahasa mengandung
pengertian cara seorang pengarang menyampaiakan gagasannya dengan
menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis serta mampu menuansakan
makna dan suasana yang dapat menyentuh daya intelektual dan emosi pembaca.
27
Dalam menulis cerpen gaya bahasa akan membuat ciri khas tersendiri bagi
pengarangnya. Buatlah gaya penulisan tersendiri dalam menulis cerpen agar
penulis mempunyai ciri tersendiri bagi karya-karya yang dibuatnya.
Jadi gaya bahasa adalah cara pengarang menyampaikan gagasannya
melalui bahasa yang digunakan. Gaya bahasa yang digunakan pengarang satu
dengan yang lainnya berbeda, karena setiap pengarang mempunyai gaya bahasa
yang khas.
g. Amanat
Amanat cerpen adalah pesan moral pengarang cerpen yang ingin
disampaikan kepada pembacanya agar di akhir cerita itu pembaca dapat memetik
hikmah di balik peristiwa itu (Sukirno 2010:90). Kosasih (2012: 40) menyebutkan
bahwa amanat merupakan ajaran moral atau pesan didaktis yang hendak
disampaikan pengarang kepada pembaca melalui karyanya itu. Nurgiyantoro
(2009:320) amanat atau moral merupakan sesuatu yang ingin disampaikan oleh
pengarang kepada pembaca, merupakan makna yang terkandung dalam sebuah
karya, makna yang disarankan lewat cerita.
Dalam menulis sebuah cerpen tentunya pengarang ingin menyampaikan
pesan kepada pembacanya. Sebuah cerpen yang baik tentunya harus mengandung
ajaran-ajaran moral yang baik yang dapat dipelajari oleh pembacanya. Pesan yang
akan disampaikan bisa secara langsung, misalnya melalui dialog antartokoh dalam
cerita. Bisa juga disampaikan secara tidak langsung, pembaca harus lebih jeli
untuk mengetahui pesan yang ingin disampaikan pengarang.
28
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa amanat merupakan
pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca melalui cerita yang
ditulisnya. Pesan tersebut dapat disampaikan secara implisit (langsung) dan
eksplisit (tidak langsung).
2.2.2 Hakikat Teks Cerita Pendek
2.2.2.1 Pengertian Teks Cerita Pendek
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang berbasis teks, artinya
pembelajaran yang menjadikan teks sebagai dasar. Berbagai macam teks
digunakan sebagai dasar pembelajaran dalam kurikulum 2013, baik teks sastra
maupun nonsastra. Teks cerpen merupakan salah satu teks yang diajarkan dalam
kurikulum 2013 dan harus dikuasai siswa.
Dalam kurikulum 2013 teks tidak diartikan sebagai bentuk bahasa tulis.
Mahsun (dalam Sufanti 2013:38) mengungkapkan bahwa teks itu ungkapan
pikiran manusia yang lengkap yang di dalamnya ada situasi dan konteksnya.
Sedangkan Maryanto (dalam Sufanti 2013:38) juga menyatakan bahwa yang
dimaksud teks dalam kurikulum 2013 berbentuk tulisan, lisan, dan bahkan
multimodal seperti gambar.
Hartoko dan Rahmanto (dalam Sufanti 2013:38) mendefinisikan teks
sebagai urutan teratur sejumlah kalimat yang dihasilkan dan atau ditafsirkan
sebagai suatu keseluruhan yang kait mengait. Kim dan Gilman (dalam Sufanti
2013:38) juga membedakan teks dengan istilah visual teks dan spoken teks,
29
pengertian ini mendukung pendapat bahwa teks dapat terdiri atas teks tulis dan
teks lisan.
Dari beberapa definisi teks di atas dapat disimpulkan bahwa teks cerpen
merupakan karya sastra yang berasal dari ungkapan pikiran seseorang berbentuk
prosa, berisi cerita mengenai seorang tokoh dan peristiwa yang dialaminya,
konflikya sederhana, memiliki kesan tunggal, dan bisa disampaikan secara lisan
maupun tulisan.
2.2.2.2 Struktur Teks Cerita Pendek
Secara sederhana struktur teks cerita pendek terdiri atas tiga bagian yaitu
orientasi, bagian awal yang berisi pengenalan tokoh, latar tempat dan waktu, dan
awalan masuk ke tahap berikutnya (Kemendikbud:2013).
Kedua komplikasi, pada bagian ini tokoh utama berhadapan dengan
masalah (problem). Bagian ini merupakan bagian inti dari teks, masalah harus
ada. Jika tidak ada masalah harus diciptakan. Dalam komplikasi disajikan
berbagai peristiwa yang menimbulkan berbagai masalah, pertentangan, ataupun
kesukaran-kesukaran bagi para tokohnya (Kemendikbud:2013).
Bagian terakhir yaitu resolusi, bagian ini merupakan kelanjutan dari
komplikasi yaitu pemecahan masalah. Masalah harus diselesaikan dengan cara
yang kreatif (Kemendikbud:2013). Struktur teks cerpen dapat dilihat dalam bagan
berikut :
30
Struktur Teks
Cerita Pendek
Orientasi
Komplikasi
Resolusi
Bagan 1 Struktur Teks Cerpen
Sumber
: Kemendikbud (2013)
Menurut Gerot dan Wignell (1994:204) struktur teks cerita pendek terdiri
atas (1) Orientasi, kumpulan adegan, tempat kejadian, dan pengenalan pelaku
dalam cerita, (2) Komplikasi, peningkatan permasalahan, tingkat kegawatan mulai
menanjak, (3) Resolution, masalah telah dipecahkan atau diselesaikan, bisa juga
disebut sebagai peleraian.
2.2.2.3 Kaidah Kebahasaan Cerita Pendek
Cerita pendek yang baik adalah cerita pendek yang lengkap tersusun atas
unsur-unsur pembangunnya, seperti tokoh, penokohan, latar, dan alur. Selain itu
isi cerita yang ditulis juga harus sesuai dengan tema yang diangkat. Kesesuaian isi
dengan tema yang dipilih menggambarkan bahwa penulis menguasai tema cerita
pendeknya.
Selain unsur pembangun cerita pendek, cerita pendek yang baik sesuai
dengan unsur-unsur kebahasaan. Di antaranya adalah organisasi, kosakata,
penggunaan bahasa, dan aturan penulisan atau mekanik (Kemendikbud 2013:82).
31
1. Organisasi
Gagasan yang disampaikan melalui cerita pendek harus komunikatif, jelas,
padat, tertata dengan baik, dan memiliki urutan cerita yang logis, serta
kohesif.
2. Kosakata
Cerita pendek yang baik adalah cerita pendek yang kaya akan penggunaan
kosa kata, menggunakan pilihan kata dan ungkapan yang efektif, dan
menguasai pembentukan kata.
3. Penggunaan Bahasa
Cerita pendek yang baik memiliki konstruksi yang kompleks dan efektif,
serta memiliki sedikit kesalahan dalam penggunaan bahasa baik urutan
maupun fungsi kata.
4. Aturan Penulisan atau Mekanik
Aturan penulisan atau mekanik mengupas mengenai ejaan, tanda baca,
penggunaan huruf kapital, dan penataan paragraf.
2.2.3 Hakikat Menyusun Teks Cerita Pendek
2.2.3.1 Pengertian Menyusun Teks Cerita Pendek
Keterampilan menyusun teks cerita pendek merupakan salah satu
kompetensi dasar yang ada dalam kurikulum 2013 untuk jenjang Sekolah
Menengah Pertama (SMP) khususnya kelas VII. Kompetensi dasar yang
dimaksud adalah “menyusun teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi,
32
eksplanasi dan cerita pendek sesuai dengan struktur dan kaidah teks baik secara
lisan maupun tulisan”.
Kompetensi dasar menyusun teks cerita pendek berasarkan konsepnya,
sama dengan kompetensi dasar yang diterapkan pada kurikulum sebelumnya yaitu
menulis cerita pendek. Tentunya sebelum menyusun teks cerita pendek, siswa
terlebih dahulu harus memahami hakikat cerita pendek, mengidentifikasi unsur-
unsur pembangunnya, membedakan teks cerita pendek dengan jenis teks yang
lain, menangkap makna cerita pendek, kemudian baru menyusun teks cerita
pendek.
Menulis merupakan salah satu keterampilan bahasa yang harus dikuasai
oleh siswa, selain tiga keterampilan lain yaitu menyimak, berbicara dan membaca.
Keterampilan menulis yang harus dikuasai siswa menulis ilmiah dan menulis
kreatif.
Menulis kreatif adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang
mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada
masyarakat pembaca untuk dipahami (Gie 2002:3). Sedangkan Sukirno (2010:3)
menyatakan bahwa menulis kreatif adalah aktivitas menuangkan gagasan secara
tertulis atau melahirkan daya cipta berdasarkan pikiran dan perasaan dalam bentuk
tulisan atau karangan dalam bentuk teks.
Salah satu kegiatan menulis yang termasuk menulis kreatif adalah menulis
cerita pendek. Menulis cerpen merujuk pada kegiatan mengarang yang
penulisannya berdasarkan pada imajinasi pengarang. Pada dasarnya cerpen
merupakan pengalaman yang pernah dialami, diamati, atau didengar oleh
33
pengarangnya. Menulis cerpen merupakan kegiatan yang memerlukan banyak
waktu, karena dalam menulis cerpen pengarang dituntut untuk banyak
berimajinasi. Pengarang juga harus memikirkan unsur-unsur pembangun cerpen
agar cerpen yang ditulis menjadi sebuah cerita yang utuh.
Menulis cerpen pada hakikatnya merujuk pada kegiatan mengarang, dan
mengarang termasuk tulisan kreatif yang penulisannya dipengaruhi oleh hasil
rekaan atau imajinasi pengarang. Pada dasarnya cerpen merupakan cerita
pengalaman yang pernah dialami, diamati, atau didengar oleh pengarangnya.
Namun pada kenyatannya menulis cerita pengalaman pun tidak semudah yang
dibayangkan, banyak hambatan yang sering dialami. Menulis cerpen merupakan
kegiatan yang memerlukan banyak waktu, karena dalam menulis cerpen
pengarang dituntut untuk banyak berimajinasi.
Pengarang harus memikirkan unsur-unsur pembangun agar cerpen yang
ditulis menjadi sebuah cerita yang utuh. Unsur-unsur pembangun cerpen yang
harus diciptakan pengarang antara lain tema, alur, tokoh dan penokohan, latar, dan
amanat. Cerpen akan menarik untuk dibaca jika pengarang mampu menciptakan
tokoh yang berkarakter kuat, karakter tokoh yang kuat harus didukung dengan
latar yang sesuai. Selain tokoh dan latar, hal lain yang dapat membuat cerpen
menjadi lebih menarik adalah konflik yang ada di dalamnya. Pengarang harus
mampu membuat dan mengakhiri konflik yang dapat memuaskan pembaca.
34
2.2.4 Strategi Think-Talk-Write (TTW)
Think-Talk-Write (TTW) adalah strategi yang memfasilitasi latihan
berbahasa secara lisan dan menulis bahasa tersebut dengan lancar. Strategi yang
diperkenalkan pertama kali oleh Huinker dan Laughlin ini didasarkan pada
pemahaman bahwa belajar adalah perilaku sosial. Strategi TTW mendorong siswa
untuk berpikir, berbicara, dan kemudian menuliskan suatu topik tertentu. Strategi
ini digunakan untuk mengembangkan tulisan dengan lancar dan melatih bahasa
sebelum dituliskan. Strategi TTW memperkenankan siswa untuk mempengaruhi
dan memanipulsi ide-ide sebelum menuangkannya dalam bentuk tulisan, juga
membantu siswa dalam mengumpulkan dan mengembangkan ide-ide melalui
percakapan terstruktur.
Alur kemajuan strategi TTW dimulai dari keterlibatan siswa dalam
berpikir atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca,
selanjutnya berbicara dan membagi ide (sharing) dengan temannya sebelum
menulis. Suasana seperti ini lebih efektif jika dilakukan dalam kelompok
heterogen dengan 3-5 siswa. dalam kelompok kecil ini siswadiminta membaca,
membuat catatan kecil, menjelaskan, mendengar, dan membagi ide bersama
teman kemudian mengungkapkannya melui tulisan. Sebagaimana namanya,
strategi ini memiliki sintak sesuai dengan urutan di dalamnya, yakni think
(berpikir), talk (berbicara/berdiskusi), dan write (menulis).
a. Tahap 1 :Think
Siswa membaca teks berupa soal (kalau memungkinkan dimulai dengan
soal yang berhubungan dengan permasalahan sehari-hari atau kontekstual). Pada
35
tahap ini siswa secara individu memikirkan kemungkinan jawaban (strategi
penyelesaian), membuat catatan kecil tentang ide-ide yang terdapat pada bacaan,
dan hal-hal yang tidak dipahami dengan menggunakan bahasanya sendiri.
b. Tahap 2 : Talk
Siswa diberi kesempatan untuk membicarakan hasil penyelidikannya pada
tahap pertama. Pada tahap ini siswa merefleksikan, serta menguji (negosiasi,
sharing) ide-ide dalam kegiatan diskusi kelompok. Kemajuan komunikasi siswa
akan terlihat pada dialognya dalam berdiskusi, baik dalam bertukar ide dengan
orang lain ataupun refleksi mereka sendiri yang diungkapkannya kepada orang
lain.
c. Tahap 3 : Write
Pada tahap ini siswa menuliskan ide-ide yang diperolehnya dari kegiatan
tahap pertama dan kedua. Tulisan ini terdiri atas landasan konsep yang digunakan,
keterkaitan dengan materi sebelumnya, strategi penyelesaian, dan solusi yang
diperoleh.
Menurut Silver dan Smith (dalam Yamin 2012:90) peranan dan tugas guru
dalam usaha mengefektifkan penggunaan strategi TTW adalah mengajukan dan
menyediakan tugas yang memungkinkan siswa terlibat secara aktif berpikir,
mendorong dan menyimak ide-ide yang dikemukakan siswa secara lisan dan
tertulis dengan hati-hati, mempertimbangkan dan memberi informasi terhadap apa
yang digali siswa dalam diskusi, serta memonitor, menilai, dan mendorong siswa
untuk berpartisipasi aktif. Tugas yang disiapkan diharapkan dapat menjadi pemicu
36
siswa untuk bekerja secara aktif, seperti soal-soal yang memiliki jawaban
divergen atau open-ended task.
Untuk mewujudkan pembelajaran yang sesuai dengan harapan di atas,
pembelajaran sebaiknya dirancang sesuai dengan langkah-langkah berikut ini :
a. Siswa membaca teks dan membuat catatan dari hasil bacaan secara individual
(think), untuk dibawa ke forum diskusi
b. Siswa berinteraksi dan berklaborasi dengan teman satu grup untuk membahas
isi catatan (talk). Dalam kegiatan ini mereka menggunakan bahasa lisan dan
kata-kata mereka sendiri untuk menyampaikan ide-ide dalam diskusi.
Pemahaman dibangun melalui interaksi dalam diskusi, karena itu diskusi
diharapkan dapat menghasilkan solusi atas soal yang diberikan
c. Siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang memuat pemahaman dan
komunikasi dalam bentuk tulisan (write)
Kegiatan akhir pembelajaran adalah membuat refleksi dan kesimpulan atas
materi yang dipelajari. Sebelum itu dipilih satu atau beberapa orang siswa sebagai
perwakilan kelompok untuk menyajikan jawaban, sedangkan kelompok lain
diminta memberikan tanggapan.
37
Tahap-tahap Strategi Think-Talk-Write ditunjukkan oleh bagan berikut :
Bagan 2 Tahap-tahap Strategi Think-Talk-Write
Sumber : Yamin (2012:89)
2.2.5 Teknik Meneruskan Cerita
Teknik meneruskan cerita merupakan suatu kegiatan yang akan
meningkatkan daya imajinasi siswa sehingga dapat meningkatkan keterampilan
menulis kreatif. Menurut Rahmanto (1988:116) teknik meneruskan cerita
Guru
Situasi
Masalah
WRITE
THINK
TALK
Membaca Teks dan
Membuat Catatan Secara
Individual
Interaksi dalam Kelompok
untuk Membahas Isi
Catatan
Konstruksi Pengetahuan
Hasil dari Think dan Talk
Secara Individual
38
merupakan satu langkah-langkah pertahapan dalam menulis karya sastra yaitu
dengan menambahkan episode khayal. Satu cara yang baik untuk
memperkenalkan latihan ini dengan memberikan bahan rangsangan pemutaran
film yang dihilangkan bagian akhirnya. Sebagai tambahan untuk antusiasme dan
menghilangkan kejenuhan, siswa dapat diminta untuk membacakan episode baru
hasil ciptaannya sementara yang lain mendengarkan.
Menurut Suyatno (2004:34) dari teknik meneruskan cerita diperoleh
kemampuan siswa dalam melengkapi ide atau gagasan secara baik dalam sebuah
tulisan melalui penambahan beberapa paragraf. Tujuannya agar siswa dapat
mengakhiri cerita dengan benar dan runtut berdasarkan cerita yang sudah ada,
dengan daya kreatif dan imajinasi yang dimiliki siswa.
Langkah-langkah penerapan teknik meneruskan cerita dalam pembelajaran
menulis cerpen adalah :
a. sebelum meneruskan cerita siswa harus memperhatikan pemutaran film yang
sudah dipotong,
b. dalam meneruskan cerita siswa harus melengkapi lanjutan cerita tersebut
secara utuh, cerita lanjutan tersebut harus diselesaikan sampai endingnya,
c. cerita lanjutan yang ditulis siswa harus ada kaitannya dengan cerita
sebelumnya, jalan cerita lanjutan tidak boleh menyimpang dari jalan cerita
yang telah ditayangkan.
Kelebihan teknik ini antara lain mempermudah siswa dalam menulis
cerpen, merangsang untuk berpikir cepat dan menumbuhkan rasa ingin tahu
39
sehingga hati dan pikiran tergerak untuk menulis. Melatih daya imajinasi siswa
serta kepekaan siswa dalam mengembangkan sebuah ide yang ada dalam setiap
pemikiran siswa. Siswa dapat leluasa menambahkan tokoh atau latar dalam cerita
lanjutan yang ditulis. Teknik ini juga dapat merangsang berpikir cepat,
maksudnya dengan cerita yang sudah dibaca sebelumnya dan sekaligus tokoh-
tokoh yang sudah ada, mereka tidak perlu berlama-lama untuk memikirkan apa
yang akan mereka tulis sehingga proses berpikirnya lebih cepat dibanding harus
menuliskan sendiri dari awal.
Kelemahan dari teknik meneruskan cerita adalah hanya ada satu ide pokok
yang bisa dikembangkan siswa, karena lanjutan cerita yang ditulis harus sesuai
dengan cerita yang telah ditayangkan. Antara satu siswa dengan siswa yang lain
bisa memiliki kesamaan ide, sehingga membuat cerita lanjutan yang ditulis
memiliki jalan cerita dan akhir yang sama. Kurang adanya variasi cerita lanjutan
yang ditulis siswa karena karena kesamaan ide.
2.2.6 Media Audiovisual
Media audiovisual merupakan media pembelajaran yang pemakaiannya
dilakukan dengan cara diproyeksikan melalui arus listrik dalam bentuk suara
(radio, tape recorder) dan media yang diproyeksikan ke layar monitor dalam
bentuk gambar dan suara (televisi, video, film). Media audiovisual yang dimaksud
adalah media yang dapat didengar sekaligus dilihat/disajikan. Menurut Sanaky
(2013:119) media audiovisual adalah seperangkat alat yang dapat
memproyeksikan gambar bergerak dan bersuara. Adapun penggunaan media
40
audiovisual ini membutuhkan alat bantu player atau alat yang dapat menampilkan
gambaran film yang digunakan. Media ini dapat menambah minat siswa dalam
belajar karena siswa dapat menyimak sekaligus melihat gambar.
Rohani (2006:97) mengemukakan bahwa media audiovisual adalah media
intruksional modern yang sesuai dengan perkembangan zaman (kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi), meliputi media yang dapat dilihat, didengar, dan
yang dapat dilihat dan didengar. Media audiovisual adalah adalah media yang
dapat mengkomunikasikan informasi lewat lambang verbal, visual, dan gerak.
Informasi yang dikomunikasikan dengan cara itu akan lebih konkret sehingga
lebih mudah terserap penerima informasi. Sebagai media pengajaran, media
audiovisual ini sangat sesuai melatih keterampilan menyimak, berbicara, dan
mengarang/menulis.
Media audiovisual membutuhkan perangkat lain untuk menggunakannya,
salah satunya adalah dengan cara diproyeksikan melalui layar monitor. Selain
monitor alat bantu yang lain adalah player atau alat bantu yang dapat
menampilkan gambaran film atau video yang digunakan. Pemanfaatan media ini
harus didukung dengan alat bantu lain agar maksimal dalam penggunaannya
sebagai media pembelajaran.
Media audiovisual yang digunakan dalam penelitian ini adalah film
animasi, film animasi adalah film yang merupakan hasil pengolahan gambar
tangan menjadi gambar yang bergerak. Animasi merupakan suatu hasil dari proses
obyek-obyek yang digambarkan atau divisualisasikan tampak hidup. Dalam film
animasi proses memberikan kehidupan bukan hanya dari pergerakan objeknya
41
saja melainkan penambahan watak dan karakter tokoh, emosi, dan ekspresi tokoh
akan membuat objek menjadi lebih hidup.
Film animasi yang dipilih berjudul Sahabat Pemberani, film animasi
tersebut merupakan film animasi buatan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai antikorupsi pada anak. Film yang
berisi nilai-nilai kebaikan dalam kehidupan sehari-hari ini, disampaikan melalui
tiga tokoh utama yang dihadirkan. Ketiga tokoh utama tersebut akan mengajarkan
nilai-nilai persahabatan, kejujuran, kedisiplinan, dan bertanggung jawab.
Film Sahabat Pemberani dipilih karena dalam film tersebut banyak nilai-
nilai kebaikan yang dapat diambil diantaranya, persahabatan, kejujuran,
kedisiplinan, dan tanggung jawab. Film ini juga dapat digunakan sebagai media
untuk pencegahan korupsi sejak dini dengan membangun karakter anak yang
berintegritas. Film ini juga cocok digunakan sebagai media pembelajaran pada
kelas VII karena ceritanya yang sederhana dan mudah dipahami.
Media video atau film yang digunakan memiliki beberapa kelebihan dan
kelamahan, kelebihan media video atau film menurut Sanaky (2013:123) antara
lain :
a. menyajikan objek belajar secara konkret atau pesan pembelajaran secara
realistik, sehingga sangat baik untuk menambah pengalaman belajar
b. sifatnya yang audio visual, sehingga memiliki daya tarik tersendiri dan dapat
menjadi pemicu untuk belajar
c. sangat baik untuk pencapaian tujuan belajar psikomotorik
d. dapat mengurangi kejenuhan belajar
42
e. menambah daya tahan ingatan atau retensi tentang objek belajar yang
dipelajari
f. mudah digunakan dan didistribusikan
Sedangkan kelemahan yang dimiliki oleh media video atau film antara lain :
a. pengadaannya memerlukan biaya mahal
b. bergantung pada energi listrik, sehingga tidak dapat dihidupkan di segala
tempat
c. sifat komunikasi searah, sehingga tidak memberi peluang untuk terjadinya
umpan balik
d. mudah tergoda untuk menayangkan video yang bersifat hiburan yang tidak
beraitan dengan pembelajaran.
Pendapat lain diungkapkan oleh Anderson (dalam Prastowo 2011:304)
tentang kelebihan dan kelemahan media video atau film. Kelebihan yang dimiliki
media ini antara lain, (1) dengan video kita dapat menunjukkan kembali gerakan
tertentu, gerakan yang ditunjukkan tersebut dapat berupa rangsangan yang serasi
atau berupa respon yang diharapkan dari peserta didik, (2) dengan video
penampilan peserta didik dapat segera dilihat kembali untuk dikritik atau
dievaluasi, (3) dengan menggunakan efek tertentu, dapat memperkokoh proses
belajar maupun nilai hiburan dari penyajian tersebut, (4) dengan video kita akan
mendapatkan isi dan susunan yang masih utuh dari materi pelajaran atau latihan,
(5) dengan video, informasi dapat disajikan secara serentak pada waktu yang sama
di lokasi yang berbeda dan dengan jumlah peserta yang tidak terbatas, (6)
43
pembelajaran dengan video merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang
mandiri, siswa belajar sesuai dengan kecepatan masing-masing dapat dirancang.
Sementara itu kelemahan yang dimiliki adalah (1) peralatan lain yang
mendukung harus tersedia, (2) membutuhkan watu yang lama untuk membuat
video atau filim, (3) biaya produksi tinggi, (4) layar monitor yang kecil akan
memebatasi jumlah peserta, (5) video atau film yang sudah dipakai tidak dapat
dihapus dan digunakan kembali, (6) harus dirawat dan ditangani dengan hati-hati.
2.2.7 Hakikat Sikap Religius dan Sikap Sosial
Kurikulum 2013 mengedepankan penanaman karakter pada peserta didik,
dalam kurikulum 2013 terdapat dua sikap penting yang ingin ditanamkan pada
peserta didik. Yang pertama adalah sikap spiritual yang berkaitan dengan
pembentukan peserta didik yang beriman dan bertakwa. Yang kedua adalah sikap
sosial berkaitan dengan pembentukan peserta didik yang berakhlak mulia,
mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab.
2.2.7.1 Sikap Religius
Sikap atau nilai religius adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam
melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan
ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Dengan
demikian, sikap religius menyangkut kepatuhan pribadi terhadap agama yang
dianutnya dan sikap toleransi terhadap penganut agama lain (Narwanti 2011:29).
44
Narwanti (2011:56-57) juga berpendapat bahwa pilar religius adalah
pilar utama dan pertama. Melalui pilar religiusus akan terbentuk manusia yang
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga akan selalu terjaga dari
perbuatan yang merugikan diri dan lingkungannya. Sebagaimana yang kita tahu,
konsep agama pada dasarnya mengajarkan kebaikan. Selain tunduk kepada
Tuhan dengan beribadah sesuai dengan agama yang dianut, agama juga
memandu kita melakukan perbuatan yang baik.
Indikator penilaian sikap religius berdasarkan pedoman penilaian yang
dikeluarkan oleh kemendikbud adalah sebagai berikut :
a. berdoa sebelum dan sesudah menjalankan sesuatu
b. menjalankan ibadah tepat waktu
c. memberi salam pada saat awal dan akhir presentasi sesuai agama yang dianut
d. bersyukur atas nikmat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa
e. mensyukuri kemampuan manusia dalam mengendalikan diri
f. mengucapkan syukur ketika berhasil mengerjakan sesuat
g. berserah diri kepada Tuhan apabila gagal dalam mengerjakan sesuatu
h. menjaga lingkungan hidup di sekitar rumah tempat tinggal, sekolah, dan
masyarakat
i. memelihara hubungan baik dengan sesama umat ciptaan Tuhan Yang Maha
Esa
j. bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai bangsa Indonesia
k. menghormati orang lain menjalankan ibadah sesuai agamanya
45
Pada saat pembelajaran berlangsung aspek religius peserta didik yang
dapat diamati dan dijadikan sebagai pnilaian adalah (1) berdoa sebelum mulai
mengikuti pembelajaran, (2) berdoa dengan sikap yang baik dan tidak membuat
gaduh, (3) memberi salam pada saat awal dan akhir presentasi sesuai agama yang
dianut, (4) mengucapkan syukur ketika berhasil mengerjakan sesuatu.
2.2.7.2 Sikap Sosial
Selain sikap religius, kurikulum 2013 juga ingin menanamkan sikap sosial
pada peserta didik. Sikap sosial dalam pembelajaran akan membentuk peserta
didik yang berahklak mulia, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab.
Menurut Narwanti (2011:58), bahwa pilar empati menempa kepribadian
siswa agar terampil secara sosial. Lewat pilar ini, kepedulian terhadap sesama
dibentuk. Dari konsep Narwanti, seseorang yang mampu memahami perasaan
dan pikiran orang lain atau yang kita sebut dengan empati, maka seseorang ini
telah mampu bersikap sosial.
Terdapat tujuh sikap sosial yang ingin ditanamkan dan menjadi penilaian
dalam kurikulum 2013 yaitu :
a. jujur
b. disiplin
c. tanggung jawab
d. toleransi
e. gotong royong
f. sopan/santun
46
g. percaya diri
Sikap sosial yang pertama adalah jujur, perilaku yang didasarkan pada
upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam
perkataan, tindakan, dan pekerjaan (Kemendikbud 2013). Indikator pencapaian
sikap jujur yaitu (1) tidak menyontek dalam mengerjakan ulangan/ujian, (2) tidak
menjadi plagiat (mengambil/menyalin karya orang lain tanpa menyebutkan
sumber) dalam mengerjakan tiap tugas, (3) mengungkapkan perasaan terhadap
sesuatu apa adanya, (4) menyerahkan kepada yang berwenang barang yang
ditemukan, (5) membuat laporan laporan berdasarkan data atau informasi apa
adanya, (6) mengakui kesalahan atau kekurangan yang dimiliki.
Kedua disiplin, perilaku yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan (Kemendikbud 2013). Indikator pencapaian
sikap disiplin yaitu (1) datang tepat waktu, (2) patuh dan tertib pada aturan
sekolah, (3) mengerjakan/mengumpulkan tugas sesuai waktu yang ditentukan, (4)
mengikuti kaidah bahasa yang baik dan benar.
Ketiga tanggung jawab, sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan
tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha
Esa (Kemendikbud 2013). Indikator pencapaian sikap tanggung jawab yaitu (1)
melaksanakan tugas individu dengan baik, (2) menerima risiko dari tindakan yang
dilakukan, (3) tidak menyalahkan/menuduh orang lain tanpa bukti yang akurat, (4)
mengembalikan barang yang dipinjam, (5) mengakui dan meminta maaf atas
kesalahan yang dilakukan, (6) menepati janji, (7) tidak menyalahkan orang lain
47
atas tindakan yang dilakukan diri sendiri, (8) melaksanakan apa yang pernah
dikatakan tanpa disuruh/diminta.
Keempat toleransi, sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,
suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya
(Kemendikbud 2013). Indikator pencapaian sikap toleransi yaitu (1) tidak
mengganggu teman yang berbeda pendapat, (2) menerima kesepatakan meskipun
berbeda dengan pendapatnya, (3) dapat menerima kekurangan orang lain, (4)
dapat memaafkan kesalahan orang lain, (5) mampu dan mau bekerja sama dengan
siapa pun yang memiliki keberagaman latar belakang, pandangan, dan keyakinan,
(6) tidak memaksakan keyakinan atau pendapat diri pada orang lain, (7) kesediaan
untuk belajar dari (terbuka terhadap) keyakinan dan gagasan orang lain agar
dapat memahami orang lain lebih baik, (8) terbuka untuk menerima sesuatu yang
baru.
Kelima gotong royong, bekerja bersama dengan orang lain untuk
mencapai tujuan bersama dengan saling berbagi tugas dan tolong menolong secara
ikhlas (Kemendikbud 2013). Indikator pencapaian sikap gotong royong yaitu (1)
terlibat aktif dalam bekerja bakti membersihkan kelas atau sekolah, (2) kesediaan
melakukan tugas sesuai kesepakatan, (3) bersedia membentu orang lain tanpa
mengharapkan imbalan, (4) aktif dalam kerja kelompok, (5) memusatkan
perhatian pada tujuan kelompok, (6) tidak mendahulukan kepentingan pribadi, (7)
mencari jalan untuk mengatasi perbedaan pendapat/pikiran antara diri sendiri
dengan orang lain, (8) mendorong orang lain untuk bekerja sama untuk mencapai
tujuan bersama.
48
Keenam sopan atau santun, adalah sikap baik dalam pergaulan dari segi
bahasa maupun tingkah laku. Norma kesantunan bersifat relatif, artinya norma
kesantunan yang diterima bisa berbedabeda di berbagai tempat, lingkungan, atau
waktu (Kemendikbud 2013). Indikator pencapaian sikap sopan/santun yaitu (1)
menghormati orang yang lebih tua, (2) tidak berkata-kata kotor, kasar, dan
takabur, (3) tidak meludah di sembarang tempat, (4) tidak menyela pembicaraan,
(5) mengucapkan terima kasih setelah menerima bantuan orang lain, (6) bersikap
3S (salam, senyum, sapa), (7) meminta ijin ketika akan memasuki ruangan orang
lain atau menggunakan barang milik orang lain, (8) memperlakukan orang lain
sebagaimana diri sendiri ingin diperlakukan.
Terakhir atau ketujuh percaya diri, kondisi mental atau psikologis diri
seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau
melakukan sesuatu tindakan (Kemendikbud 2013). Indikator pencapaian sikap
percaya diri yaitu (1) berpendapat atau melakukan kegiatan tanpa ragu-ragu, (2)
mampu membuat keputusan dengan cepat, (3) tidak mudah putus asa, (4) tidak
canggung dalam bertindak, (5) berani presentasi di depan kelas, (6) berani
berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan.
2.3 Penerapan Strategi Think-Talk-Write (TTW) dan Teknik Meneruskan
Cerita melalui Media Audiovisual dalam Pembelajaran Menyusun Teks
Cerita Pendek
Penerapan strategi TTW dan teknik meneruskan cerita melalui media
audiovisual dalam pembelajaran menyusun teks cerita pendek terdapat beberapa
49
modifikasi dalam tahap-tahap strategi yang digunakan. Modifikasi yang dilakukan
tersebut bertujuan untuk menyesuaikan dengan materi pembelajaran dan media
yang digunakan.
Modifikasi yang dilakukan membuat adanya beberapa perbedaan dalam
tahap-tahap strategi yang digunakan, tetapi tidak menghilangkan inti dari strategi
tersebut. Seperti yang sudah dijelaskan modifikasi dilakukan untuk menyesuaikan
dengan materi pembelajaran dan media yang digunakan.
Setelah dilakukan modifikasi tahap-tahap strategi TTW ditunjukkan oleh
bagan berikut:
Bagan 3 Tahap-tahap Strategi TTW dalam Pembelajaran Menyusun Teks
Cerpen
Guru
Situasi
Masalah
WRITE
THINK
TALK
Mengamati Video dan
Membuat Catatan Secara
Individual
Interaksi dalam Kelompok
untuk Membahas Video dan
Isi Catatan
Konstruksi Pengetahuan
Hasil dari Think dan Talk
Secara Individual
50
Garis besar langkah pembelajaran menyusun teks cerpen menggunakan
strategi Think-Talk-Write (TTW) dan teknik meneruskan cerita melalui media
audiovisual adalah sebagai berikut :
a. Guru membentuk kelompok heterogen yang terdiri atas 3-5 siswa.
b. Dalam kelompok siswa memperhatikan penayangan sebuah video yang telah
dipotong
c. dalam kelompok siswa berdiskusi menentukan unsur pembangun cerita pada
video yang ditayangkan.
d. tiap kelompok menceritakan kembali cerita dari video yang ditayangkan.
e. tiap kelompok meneruskan cerita berdasarkan video yang telah ditayangkan
Penerapan strategi TTW dan teknik meneruskan cerita serta melalui media
audiovisual adalah sebagai berikut :
Tabel 1 Penerapan Strategi TTW dan Teknik Meneruskan Cerita melalui
Media Audiovisual berdasarkan Pembelajaran Berbasis Teks
FASE KEGIATAN SISWA
Tahap Pembangunan
Konteks dan Pemodelan
Teks
(Think)
Dalam kelompok siswa memperhatikan penayangan
sebuah video yang telah dipotong
Tahap Kerja Sama
Membangun Teks
(Talk)
1. Dalam kelompok siswa berdiskusi menentukan
unsur pembangun cerita pada video yang
ditayangkan
2. Tiap kelompok menceritakan kembali cerita dari
video yang ditayangkan
3. Tiap kelompok meneruskan cerita berdasarkan video
yang telah ditayangkan
51
Tahap Kerja Mandiri
Menciptakan Teks yang
Sesuai Model
(Write)
Masing-masing siswa menyusun teks cerpen sesuai
dengan kreatifitasnya
2.4 Kerangka Berpikir
Keterampilan menulis atau menyusun teks cerita pendek merupakan salah
satu kompetensi yang harus dikuasai siswa kelas VII. Dalam pembelajaran
menulis cerpen banyak kendala yang dihadapi siswa, diantaranya adalah siswa
kesulitan dalam memulai atau menentukan kalimat awal dalam menulis cerpen.
Selain itu siswa juga kesulitan dalam mengungkapkan ide, pikiran, gagasan,
pengetahuan, dan pengalamannya dalam bentuk tulisan untuk dikembangkan
menjadi teks cerpen.
Untuk mengatasi kendala yang dihadapi siswa dalam pembelajaran
menulis cerpen, peneliti memberikan solusi untuk masalah tersebut. Solusi yang
diberikan adalah penggunaan strategi TTW dan teknik meneruskan cerita melalui
media audiovisual sebagai upaya untuk meningkatkan keterampilan menulis
cerpen siswa.
Respon yang diharapkan muncul pada siswa dengan penggunaan strategi
TTW dan teknik meneruskan cerita serta media audiovisual dalam menyusun teks
cerita pendek adalah kemampuan mengungkapkan ide kreatif siswa lewat proses
berpikir (think). Kemudian berbicara (talk), siswa berdiskusi dengan teman
sekelompoknya mengenai ide yang mereka dapat dari proses berpikir tersebut.
Melalui proses berbicara atau berdiskusi, akan menambah pemahaman siswa
tentang unsur-unsur pembangun cerita berdasarkan video yang telah ditayangkan.
52
Dengan diskusi juga akan melatih siswa untuk bersosialisasi dengan siswa
yang lain, selain itu diskusi juga memfasilitasi siswa untuk melatih bahasa
lisannya. Proses terakhir yaitu menulis (write), pada proses ini siswa menyusun
apa yang telah mereka dapat dari proses berpikir dan berbicara menjadi cerita
pendek yang utuh, pengembangan cerita berdasarkan ide kreatif siswa sesuai
dengan video yang telah ditayangkan.
Bagan 4 Kerangka Berpikir
2.5 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir yang telah ditetapkan dalam penelitian ini,
penggunaan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media
siswa kurang terampil dalam menyusun cerita pendek
siswa kesulitan dalam memulai atau menentukan kalimat awal dan mengungkapkan
ide dalam menulis cerpen
Penggunaan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual
siswa mendapatkan ide dan tidak kesulitan mengungkapkan ide dalam menulis cerpen
siswa terampil menulis cerita pendek
53
audiovisual meningkatkan keterampilan siswa dalam menyusun teks cerita
pendek.
54
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian yang akan digunakan adalah penelitian tindakan kelas
yang dikemukakan oleh Tripp (dalam Subyantoro 2012:34). Desain penelitian ini
terdiri atas dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Setiap siklus terdiri atas empat
komponen, yaitu perencanaan (plan), tindakan (act), pengamatan (observasi), dan
refleksi (reflect). Untuk memperjelas prosedur pelaksanaan tindakan kelas dapat
digambarkan sebagai berikut :
Bagan 5 Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
SIKLUS I SIKLUS II
Siklus I digunakan sebagai refleksi untuk melaksanakan siklus II. Hasil
proses tindakan pada siklus II bertujuan untuk mengetahui peningkatan
keterampilan menyusun teks cerita pendek setelah dilakukan perbaikan dalam
kegiatan belajar mengajar yang didasarkan pada refleksi siklus I.
refleksi
observasi
tindakan
perencanaan
refleksi
observasi
tindakan
perencanaan
55
Observasi awal dilakukan sebelum peneliti melakukan siklus I dan siklus
II. Observasi awal dilakukan agar peneliti mengetahui kondisi siswa dalam kelas
dan kesulitan yang dialami oleh siswa. Dengan keadaan seperti ini, maka
penelitian dapat berjalan dengan baik.
Perencanaan pada siklus meliputi dua hal, yaitu perencanaan umum dan
perencanaan khusus. Yang dimaksud dengan perencanaan umum adalah
perencanaan yang meliputi keseluruhan aspek yang berhubungan dengan
penelitian tindakan kelas. Perencanaan khusus dimaksudkan untuk menyusun
rancangan dari siklus per siklus. Perencanaan khusus terdiri atas perencanaan
ulang atau revisi perencanaan. Perencanaan ini berkaitan dengan pendekatan
pembelajaran, metode pembelajaran teknik atau strategi pembelajaran, media dan
materi pembelajaran, dan sebagainya.
Dalam perencanaan ini peneliti berkonsultasi dan bekerja sama dengan
dengan guru kelas. Selain itu, peneliti juga bekerja sama dalam menentukan dan
memilih alokasi waktu yang akan digunakan dalam penelitian tersebut. Hal ini
dilakukan peneliti agar perencanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam
proses pembelajaran lebih baik.
3.1.1 Prosedur Tindakan Kelas Siklus I
Dalam prosedur tindakan kelas pada siklus I terdapat empat tahapan yang
harus dilalui. Berikut ini diuraikan tahapan-tahapan rencana tindakan dalam
penelitian ini.
56
3.1.1.1 Tahap Perencanaan Siklus I
Tahap perencanaan ini merupakan rencana kegiatan menentukan langkah-
langkah yang dilakukan peneliti untuk memecahkan permasalahan. Langkah ini
merupakan upaya perbaikan kelemahan dalam proses pembelajaran menyusun
teks cerita pendek pada siswa kelas VII A SMP N 1 Wonosobo.
Rencana kegiatan yang dilakukan yaitu (1) menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran yang berisi langkah-langkah dan strategi yang sesuai dengan
tindakan dan masalah yang dihadapi, (2) mempersiapkan fasilitas dan sarana
pendukung yang diperlukan, yaitu media pembelajaran dan peralatan yang
dibutuhkan dalam pembelajaran, (3) mempersiapkan instrumen penilaian yang
akan digunakan, (4) berkolaborasi dengan guru.
Kegiatan pertama dalam tahap perencanaan adalah menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan tindakan dan masalah yang dihadapi.
Peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran berupa langkah-langkah
instruksional yang akan diterapkan dalam pembelajaran. Langkah ini mempunyai
peranan penting dalam penelitian, karena rencana pelaksanaan pembelajaran
merupakan pedoman bagi peneliti dalam penerapan strategi dalam pembelajaran
yang akan dilaksanakan.
Kegiatan selanjutnya adalah mempersiapkan sarana pendukung yang
diperlukan. Hal terpenting dalam kegiatan ini adalah menyiapkan media
pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran. Peneliti menggunakan
media video dalam pembelajaran menyusun teks cerita pendek.
57
Selanjutnya peneliti menyiapkan instrumen penilaian yang akan digunakan
dalam penelitian. Instrumen penilaian yang digunakan berupa tes dan nontes.
Instrumen tes digunakan untuk mengukur keterampilan siswa dalam menyusun
teks cerpen, instrumen nontes berupa observasi, wawancara, jurnal, dan
dokumentasi.
Kegiatan terakhir adalah berkolaborasi dengan guru, guru sebagai
kolaborator akan membantu peneliti dalam penelitian ini. Peneliti dengan guru
sebagai kolaborator akan melihat perkembangan siswa pada siklus I dan siklus II.
Dengan berkolaborasi, penelitian akan berjalan dengan baik dan terarah.
3.1.1.2 Tahap Implementasi Tindakan Siklus I
Tahap tindakan sebagai langkah yang dilakukan untuk perbaikan,
perubahan, dan peningkatan dari solusi pemecahan masalah. Tindakan yang
dilakukan dalam proses pembelajaran menyusun teks cerita pendek sesuai dengan
perencanaan yang telah disusun.
Tahap yang pertama adalah kegiatan pendahuluan, kegiatan pendahuluan
dimulai dengan guru mengkondisikan kelas agar siswa siap untuk belajar.
Kemudian guru memberikan apersepsi dan melakukan tanya jawab dengan siswa.
Selanjutnya, siswa menerima informasi mengenai tujuan pembelajaran dan
manfaat menguasai materi pembelajaran. Siswa menerima informasi mengenai
pokok-pokok materi pembelajaran. Siswa mendengarkan penjelasan guru
mengenai langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan.
58
Tahap yang kedua adalah kegiatan inti, kegiatan pertama yang dilakukan
siswa adalah berkelompok sesuai dengan kelompok yang telah dibentuk oleh
guru. Siswa memperhatikan penayangan sebuah video yang telah dipotong.
Kemudian dalam kelompok siswa berdiskusi menentukan unsur pembangun cerita
pada video yang ditayangkan. Setelah unsur pembangun telah ditentukan, tiap
kelompok menceritakan kembali cerita dari video yang ditayangkan. Setelah itu,
tiap kelompok meneruskan cerita berdasarkan video yang telah ditayangkan.
Pengembangan cerita sesuai dengan kreatifitas siswa. Kegiatan terakhir adalah
perwakilan siswa maju untuk membacakan hasil pengembangan cerita dari diskusi
kelompok yang telah dilakukan, kelompok lain memberikan tanggapan.
Tahap ketiga adalah kegiatan penutup, dalam kegiatan penutup siswa dan
guru menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dipelajari. Selanjutnya, siswa
dan guru melakukan refleksi pembelajaran yang telah dilakukan.
3.1.1.3 Tahap Observasi Siklus I
Observasi dilakukan untuk mengetahui bagaimana reaksi dan perilaku
siswa pada saat kegiatan pembelajaran. Melalui lembar observasi, peneliti
mengamati tingkah laku siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
Tujuan dari pengamatan ini adalah sebagai bahan acuan pada pembelajaran
berikutnya, serta untuk mengetahui respon siswa.
Selain itu, dalam proses pengamatan data juga diperoleh melalui beberapa
cara seperti jurnal, wawancara, dan dokumentasi foto. Jurnal yang digunakan
dalam penelitian ini adalah jurnal guru dan jurnal siswa. Instrumen penelitian
59
digunakan untuk mengungkapkan segala hal yang dirasakan guru maupun siswa
selama mengikuti kegiatan pembelajaran menyusun teks cerita pendek.
Selanjutnya data dapat diperoleh melalui wawancara. Wawancara
digunakan untuk mengetahui pendapat siswa mengenai pembelajaran menyusun
teks cerpen dengan strategi TTW dan teknik meneruskan cerita melalui media
audiovisual. Wawancara dilakukan di luar jam pembelajaran terhadap beberapa
perwakilan siswa. Pengamatan selanjutnya diambil melalui dokumentasi foto yang
digunakan sebagai laporan yang berupa gambar aktifitas siswa selama mengikuti
pembelajaran.
3.1.1.4 Tahap Refleksi Siklus I
Refleksi dilakukan oleh peneliti dan guru kelas setelah selesai melakukan
proses tindakan dan pengamatan. Hasil refleksi digunakan sebagai bahan masukan
dalam penetapan langkah selanjutnya, yaitu pada siklus II. Hasil tes dan nontes
menunjukkan bahwa masih terdapat kekurangan baik dalam proses pembelajaran,
sikap religius, sikap sosial, maupun hasil cerpen siswa.
Pada proses pembelajaran terdapat dua aspek yang belum mencapai
ketuntasan, yaitu kekondusifan diskusi kelompok mengidentifikasi struktur teks
cerita pendek dan keintensifan diskusi kelompok setelah menyimak tayangan
video. Kekurangan yang terdapat pada kedua aspek tersebut adalah beberapa
siswa kurang bisa bekerja sama dengan anggota kelompoknya. Hal ini
diasebabkan beberapa siswa tidak cocok dengan anggota kelompok yang telah
dibentuk secara acak. Ketidakcocokan tersebut membuat diskusi kelompok tidak
60
berjalan dengan lancar, tidak semua anggota kelompok aktif dalam diskusi.
Hambatan lain yang didapat siswa pada saat diskusi setelah menyimak tayangan
video adalah perbedaan pendapat dan ide dalam meneruskan cerita menyebabkan
dalam menuliskan hasil diskusi membutuhkan waktu yang cukup lama karena
harus menyatukan pandangan yang berbeda.
Pada aspek sikap religius, kekurangan terdapat pada indikator sikap
religius yang ketiga yaitu memberi salam sebelum dan sesudah menyampaikan
pendapat atau presentasi. Sebanyak 14 masuk dalam kategori kurang baik karena
tidak semua siswa berani dan mempunyai kesempatan untuk menyampaikan
pendapat atau presentasi di depan kelas.
Pada aspek sikap sosial terdapat empat sikap yang diamati yaitu sikap
percaya diri, sikap toleransi, sikap gotong royong, dan sikap santun. Kekurangan
pada sikap percaya diri indikator pertama adalah terdapat 14 siswa masuk dalam
kategori kurang baik. Pada indikator yang pertama tidak semua siswa berani dan
mempunyai kesempatan untuk presentasi di depan kelas. Indikator sikap percaya
diri yang kedua sebanyak 27 siswa masuk dalam kategori cukup baik. Hanya
beberapa siswa yang berani untuk bependapat, bertanya, atau menjawab.
Pada aspek sikap toleransi nilai yang dicapai siswa masuk dalam kategori
cukup baik, hal tersebut belum mencapai standar penilaian penelitian yang sudah
ditentuan. Indikator sikap toleransi yang pertama sebanyak 15 siswa masuk
dalam kategori cukup baik. Indikator sikap toleransi yang kedua sebanyak 13
siswa masuk dalam kategori cukup baik. Indikator sikap toleransi yang ketiga 13
siswa masuk dalam kategori cukup baik. Indikator sikap toleransi yang kelima
61
sebanyak 12 siswa masuk kategori cukup baik. Indikaor sikap toleransi yang
keenam sebanyak 13 siswa masuk kategori cukup baik. Kelemahan pada aspek
toleransi adalah beberapa siswa kurang bisa bekerja sama dengan anggota
kelompoknya.
Pada aspek sikap gotong royong indiator yang pertama sebanyak 12 siswa
masuk dalam kategori cukup baik. Indikator sikap gotong royong yang kedua
sebanyak 12 siswa masuk dalam kategori cukup baik. Indikator sikap gotong
royong yang ketiga semua siswa masuk dalam kategori cukup baik. Kekurangan
yang terdapat pada siap gotong royong adalah siswa kurang bisa mendorong
anggota kelompoknya untuk bekerja sama dalam diskusi kelompok.
Pada aspek sikap santun terdapat kekurangan pada indikator yang ketiga
yaitu sebanyak 21 siswa masuk dalam kategori cukup baik. Kekurangan pada
indikator yang ketiga adalah penggunaan bahasa yang kurang santun pada saat
melasanakan diskusi kelompok.
Pada tahap menyusun teks cerpen, diketahui nilai rata-rata siswa mencapai
2,63. Kekurangan terdapat pada aspek alur, sudut pandang, tokoh dan penokohan,
gaya bahasa. Keempat aspek tersebut masuk dalam kategori cukup baik. Pada
aspek alur sebanyak 14 siswa atau sebesar 45,161 % masuk dalam kategori cukup
baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa kurang baik dalam menyajikan
cerita dalam cerpen sesuai dengan indikator aspek alur.
Pada aspek sudut pandang Sebanyak 12 siswa atau sebesar 38,71 % masuk
dalam kategori cukup baik. Sedangankan kategori kurang baik terdapat 4 siswa
atau sebesar 12,903 %. Hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa dalam menyusun
62
teks cerpen, aspek sudut pandang kurang sesuai dengan indikator yang telah
ditentukan.
Pada aspek tokoh dan penokohan sebanyak 16 siswa atau sebesar 51,613
% masuk dalam kategori cukup baik. Tidak ada siswa yang masuk dalam kategori
kurang baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar siswa masih
kurang mampu menghadirkan tokoh yang bervariasi dan menggambaran watak
tokoh tersebut dalam cerpen yang disusunnya.
Pada aspek gaya bahasa sebanyak 13 siswa atau sebesar 41,935 % masuk
dalam kategori cukup baik. Sedangkan sebanyak 7 siswa masuk dalam kategori
kurang baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dalam menyusun teks cerpen,
siswa kurang bervariasi dalam menggunakan gaya bahasa.
3.1.2 Prosedur Tindakan Kelas Siklus II
Berdasarkan refleksi pada siklus I, maka pada siklus II ini akan dilakukan
perbaikan dan penyempurnaan mulai dari perencanaan, tindakan, observasi,
sampai refleksi. Tahapan pada siklus II pada dasarnya sama dengan siklus I,
namun dilakukan beberapa perbaikan untuk kekurangan yang ada pada siklus I.
Kekurangan pada siklus I yang terdapat pada proses pembelajaran adalah
kurang kondusifnya proses diskusi kelompok, karena beberapa siswa kurang bisa
bekerja sama dalam diskusi kelompok. Tindakan perbaikan pada siklus II adalah
dengan membentuk kelompok baru, pembentukan kelompok baru diharapkan
akan membuat siswa lebih mudah dalam bekerja sama dalam diskusi kelompok.
Kelompok baru dibentuk oleh guru berdasarkan hasil observasi sikap gotong
63
royong pada siklus I, setiap kelompok memiliki anggota yang berbeda dari siklus
I. Pembentukan kelompok baru juga digunakan untuk memperbaiki sikap gotong
royong dan sikap toleransi siswa. Kekurangan pada sikap gotong royong dan
toleransi adalah kurang kondusifnya diskusi kelompok karena beberapa siswa
kurang bisa bekerja sama dalam diskusi kelompok.
Kekurangan pada sikap sosial siswa terdapat pada sikap percaya diri, sikap
toleransi, sikap gotong royong, dan sikap santun. Sikap percaya diri siswa masih
kurang karena masih banyak siswa yang kurang berani untuk berpendapat,
bertanya, atau menjawab. Tindakan perbaikan pada siklus II adalah dengan
mendorong siswa untuk lebih percaya diri dan memberikan kesempatan untuk
berpendapat, bertanya, atau menjawab. Tindakan tersebut dilakukan dengan
memberikan kesempatan kepada siswa yang belum pernah berpendapat atau
presentasi.
Kekurangan pada sikap santun adalah kurang santunnya bahasa yang
digunakan siswa pada saat diskusi kelompok. Hal tersebut berhubungan dengan
sikap sosial sebelumnya yaitu sikap toleransi dan gotong royong, karena siswa
kurang bisa bekerja sama dengan anggota kelompok yang berbeda karakter
sehingga membuat bahasa yang digunakan kurang santun. Tindakan perbaikan
pada siklus II selain pembentukan kelompok baru yang telah dilakukan
sebelumya, siswa diingatkan untuk menggunakan bahasa yang lebih santun.
Kekurangan pada keterampilan siswa dalam menyusun teks cerpen adalah
pada unsur pembangun cerpen yang disusun siswa yaitu pada unsur alur, sudut
pandang, tokoh dan penokohan, gaya bahasa. Tindakan perbaikan pada siklus II
64
adalah dengan memberikan materi lebih banyak untuk unsur pembangun cerpen.
Materi tentang unsur pembangun cerpen diberikan pada pertemuan pertama
setelah membahas struktur teks cerpen. Pada siklus I pertemuan pertama
membahas struktur teks cerpen dan kaidah kebahasaan teks cerpen, sedangkan
pada siklus II diberikan materi unsur pembangun cerpen setelah struktur teks
cerpen. Perbedaan tersebut bertujuan untuk memperbaiki kekurangan yang
terdapat pada hasil cerpen yang disusun siswa.
3.1.2.1 Tahap Perencanaan Siklus II
Tahap perencanaan dalam siklus II merupakan lanjutan dari tahap refleksi
pada siklus I. Setelah diketahui kekurangan-kekurangan dalam siklus I melalui
tahap refleksi, dilakukan rencana perbaikan-perbaikan agar kekurangan-
kekurangan tersebut tidak terjadi lagi pada siklus II.
Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap perencanaan siklus II adalah,
(1) mencari solusi untuk perbaikan kekurangan pada siklus I, (2) menyusun
rencana pembelajaran dengan menggunakan strategi TTW dan teknik meneruskan
cerita serta media audiovisual, (3) berkonsultasi dengan guru mata pelajaran
bahasa Indonesia tentang rencana pembelajaran yang telah disusun.
3.1.2.2 Tahap Implementasi Tindakan Siklus II
Pada dasarnya tindakan yang dilakukan dalam tahap ini hampir sama
dengan tahap tindakan yang ada pada siklus I, yaitu penerapan pembelajaran
65
menggunakan strategi Think-Talk-Write (TTW) dan teknik meneruskan cerita
serta media audiovisual.
Tahap yang pertama adalah kegiatan pendahuluan, kegiatan pendahuluan
dimulai dengan guru mengkondisikan kelas agar siswa siap untuk belajar.
Kemudian guru memberikan apersepsi dan melakukan tanya jawab dengan siswa.
Selanjutnya, siswa menerima informasi mengenai tujuan pembelajaran dan
manfaat menguasai materi pembelajaran. Siswa menerima informasi mengenai
pokok-pokok materi pembelajaran. Siswa mendengarkan penjelasan guru
mengenai langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan.
Tahap yang kedua adalah kegiatan inti, kegiatan pertama yang dilakukan
siswa adalah berkelompok sesuai dengan kelompok yang telah dibentuk oleh
guru. Siswa memperhatikan penayangan sebuah video yang telah dipotong.
Kemudian dalam kelompok siswa berdiskusi menentukan unsur pembangun cerita
pada video yang ditayangkan. Setelah unsur pembangun telah ditentukan, tiap
kelompok menceritakan kembali cerita dari video yang ditayangkan. Setelah itu,
tiap kelompok meneruskan cerita berdasarkan video yang telah ditayangkan.
Pengembangan cerita sesuai dengan kreatifitas siswa. Kegiatan terakhir adalah
perwakilan siswa maju untuk membacakan hasil pengembangan cerita dari diskusi
kelompok yang telah dilakukan, kelompok lain memberikan tanggapan.
Tahap ketiga adalah kegiatan penutup, dalam kegiatan penutup siswa dan
guru menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dipelajari. Selanjutnya, siswa
dan guru melakukan refleksi pembelajaran yang telah dilakukan.
66
3.1.2.3 Tahap Observasi Siklus II
Pada tahap ini dilakukan obsevasi terhadap perilaku, keaktifan dan
antusias siswa selama pembelajaran menyusun teks cerita pendek dengan
menggunakan strategi Think-Talk-Write (TTW) dan teknik meneruskan cerita
serta media audiovisual berlangsung.
3.1.2.4 Tahap Refleksi Siklus II
Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap seluruh tindakan dan hasil
peningkatan keterampilan menyusun teks cerita pendek yang dicapai oleh siswa.
Pada proses pembelajaran Aspek kedua proses pembelajaran mengalami
peningkatan sebesar 12,5 %, yaitu dari 68,75 % menjadi 81,25 %. Siswa sudah
baik dalam melakukan diskusi kelompok mengidentifikasi struktur teks cerpen.
Aspek ketiga mengalami peningkatan sebesar 16,625 % yaitu dari 62,5 % menjadi
78,125 %. Siswa sudah baik dalam bekerja sama dalam diskusi kelompok setelah
menyimak tayangan video.
Pada aspek sikap religius siswa siklus I terdapat kekurangan pada indikator
yang ketiga, yaitu sebanyak 14 siswa masuk kategori kurang baik. Pada siklus II
terjadi peningkatan, tinggal 12 siswa yang masuk dalam kategori cukup baik.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa sikap religius siswa dalam pembelajaran
menyusun teks cerpen sudah baik.
Pada aspek sikap sosial kekurangan yang ditemukan pada siklus I
mengalami peningkatan. Pembentukan kelompok baru untuk mengatasi
kekurangan aspek toleransi dan gotong royong yang ditemukan pada siklus I
67
membantu siswa untuk bisa lebih bekerja sama dalam diskusi kelompok dengan
anggota kelompoknya. Sikap percaya diri siswa juga mengalami peningkatan,
siswa yang berani berpendapat, bertanya, menjawab, atau presentasi lebih banyak
daripada siklus I. Kesantunan bahasa yang digunakan selama diskusi kelompok
juga menunjukkan hasil yang baik.
Pada tahap menyusun teks cerpen siklus I diketahui nilai rata-rata siswa
mencapai 2,63. Jumlah siswa yang tuntas berdasarkan standar ketuntasan
penelitian sebanyak 13 orang atau sebesar 41,935 %. Sedangkan jumlah siswa
yang tidak tuntas berdasarkan standar ketuntasan penelitian sebanyak 18 siswa
atau sebesar 58,065 %. Pada siklus II nilai rata-rata siswa mencapai 3,02 yang
termasuk dalam kategori baik. Dapat diidentifikasi bahwa kemampuan menyusun
teks cerpen siswa sudah baik, terjadi peningkatan keterampilan menyusun teks
cerpen dari siklus I. Sebanyak 7 siswa mendapatkan nilai yang sangat baik,
mencapai persentase sebesar 21,875 %. Siswa yang mendapat nilai baik sebanyak
25 orang atau sebesar 78,125 %.
3.2 Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah keterampilan menyusun teks cerita pendek
siswa kelas VII A SMP N 1 Wonosobo. Dipilihnya keterampilan menyusun teks
cerita pendek sebagai subjek penelitian karena merupakan salah satu kompetensi
yang harus dikuasai siswa, selain itu banyak kendala yang dihadapi siswa selama
pembelajaran menyusun teks cerpen.
68
3.3 Variabel Penelitian
Variabel penelian ini ada dua yaitu, (1) variabel keterampilan menyusun
teks cerita pendek, (2) variabel strategi Think-Talk-Write (TTW) dan teknik
meneruskan melalui media audiovisual.
3.3.1 Variabel Keterampilan Menyusun Teks Cerita Pendek
Keterampilan menyusun teks cerita pendek merujuk pada kegiatan
mengarang yang penulisannya dipengaruhi oleh hasil rekaan atau imajinasi
pengarang. Pada dasarnya cerpen merupakan cerita pengalaman yang pernah
dialami, diamati, atau didengar oleh pengarangnya. Menulis cerita pendek
mendorong siswa untuk berimajinasi, karena cerita pendek merupakan karya fiksi
yang berbentuk prosa.
Keberhasilan siswa dalam menyusun teks cerpen diukur dengan kualitas
hasil cepen yang dibuatnya. Cerpen yang disusun siswa harus memiliki tema
yang menarik, dalam menyusun teks cerpen siswa harus fokus pada tema yang
telah dipilihnya agar cerita yang dibuat tidak melenceng dari inti cerita itu sendiri.
Latar yang dipilih harus digambarkan dengan baik agar mendukung peristiwa
yang ada dalam cerita. Selanjutnya adalah penggambaran watak tokoh yang tajam
dan nyata, tokoh juga harus mampu membawa pembaca seolah-olah mengalami
peristiwa dalam cerita. Selain itu terdapat tegangan dan kejutan dalam alur cerita,
urutan peristiwa yang membangun cerpen tidak mudah diduga.
69
3.3.2 Variabel Strategi Think-Talk-Write (TTW) dan Teknik Meneruskan
Cerita Melalui Media Audiovisual
Think-Talk-Write (TTW) adalah strategi yang memfasilitasi latihan
berbahasa secara lisan dan menulis bahasa tersebut dengan lancar. Terdapat tiga
tahapan dalam strategi TTW yaitu berpikir, berdiskusi, dan menulis. Kegiatan
pertama yang dilakukan siswa adalah berpikir untuk mendapatkan ide atau
pendapat yang dimiliki, selanjutnya adalah berdiskusi dengan teman satu
kelompok untuk menentukan pendapat atau jawaban yang paling tepat. Kegiatan
terakhir adalah siswa menuangkan ide dan pendapat yang telah didiskusikan tadi
dalam sebuah tulisan.
Teknik meneruskan cerita merupakan suatu teknik yang mengharuskan
siswa meneruskan cerita yang dipotong bagian akhirnya. Siswa harus meneruskan
cerita berdasarkan bagian awal cerita sebelumnya, tetapi siswa bebas dalam
mengembangkan cerita berdasarkan kreatifitas masing-masing.
Media audiovisual yang digunakan adalah media film animasi yang
ditayangkan melalui proyektor. Penggunaan media film animasi untuk
mendukung penerapan teknik meneruskan cerita dan menambah antusiasme siswa
dalam mengikuti pembelajaran.
70
3.4 Indikator Kinerja
Indikator kinerja penelitian ini meliputi dua aspek, yaitu indikator
kuantitatif dan indikator kualitatif. Kedua indikator tersebut dijelaskan sebagai
berikut.
3.4.1 Indikator Kuantitatif
Keberhasilan penelitian ini secara kuantitatif dilihat dari ketercapaian
kompetensi dasar 4.2 “Menyusun teks hasil observasi, tanggapan deskriptif,
eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek sesuai dengan karakteristik teks yang
akan dibuat baik secara lisan maupun tulisan”. Ketercapaian kompetensi dasar 4.2
ditandai dengan meningkatnya keterampilan siswa dalam menyusun teks cerita
pendek secara tertulis baik secara individual maupun klasikal.
Indikator kuantitatif keterampilan menyusun teks cerita pendek
memperhatikan aspek kualitas cerpen yang disusun siswa. Cerpen yang disusun
siswa harus memiliki tema yang menarik, dalam menyusun teks cerpen siswa
harus fokus pada tema yang telah dipilihnya agar cerita yang dibuat tidak
melenceng dari inti cerita itu sendiri. Latar yang dipilih harus digambarkan
dengan baik agar mendukung peristiwa yang ada dalam cerita. Selanjutnya adalah
penggambaran watak tokoh yang tajam dan nyata, tokoh juga harus mampu
membawa pembaca seolah-olah mengalami peristiwa dalam cerita. Selain itu
terdapat tegangan dan kejutan dalam alur cerita, urutan peristiwa yang
membangun cerpen tidak mudah diduga.
71
Keberhasilan individual ditentukan melalui ketuntasan belajar dengan
kriteria nilai minimal B- atau 2,66. Sementara itu, keberhasilan klasikal
ditentukan dengan banyaknya siswa yang mendapat nilai minimal 2,66 sebesar
100% atau keseluruhan siswa mencapai ketuntasan.
Tabel 2 Konversi Nilai Kompetensi Keterampilan
No Predikat Hasil yang Dicapai Siswa
1 A 3,67 - 4,00
2 A- 3,34 - 3,66
3 B+ 3,01 - 3,33
4 B 2,67 - 3,00
5 B- 2,34 - 2,66
6 C+ 2,01 - 2,33
7 C 1,67 - 2,00
8 C- 1,34 - 1,66
9 D+ 1,01 - 1,33
10 D 0,00 - 1,00
3.4.2 Indikator Kualitatif
Keberhasilan penelitian ini secara kualitatif ditentukan dengan proses
pembelajaran yang berlangsung efektif, adanya perubahan sikap, dan tanggapan
positif siswa terhadap pembelajaran.
Proses pembelajaran keterampilan menyusun teks cerita pendek
menggunakan strategi TTW dan teknik meneruskan cerita melalui media
audiovisual yang ingin dicapai antara lain, (1) keantusiasan dan minat siswa, (2)
kekondusifan diskusi kelompok mengidentifikasi struktur teks cerita pendek, (3)
keintensifan diskusi kelompok setelah menyimak tayangan video, (4) keintesifan
pelaksanaan kegiatan menyusun teks cerita pendek, (5) refleksi pada akhir
pembelajaran sehingga siswa mengetahui kekurangan/kesulitan dan cara
mengatasinya.
72
Indikator pencapaian sikap religius siswa antara lain, (1) berdo’a sebelum
dan setelah melaksanakan pembelajaran, (2) berdo’a dengan sikap yang baik
(tidak membuat gerakan yang tidak perlu atau mengeluarkan suara yang membuat
gaduh), (3) memberi salam sebelum dan sesudah menyampaikan pendapat atau
presentasi, (4) menjawab salam guru atau teman yang mengucapkan salam.
Selain sikap religius yang diharapkan meningkat, sikap sosial juga
diharapkan meningkat pada saat pembelajaran. Sikap sosial yang diharapkan
meningkat pada saat pembelajaran adalah percaya diri, peduli (toleransi, gotong
royong), dan santun.
Pertama percaya diri, indikator pencapaian sikap percaya diri yaitu (1)
berani presentasi di depan kelas, (2) berani berpendapat, bertanya, atau menjawab
pertanyaan.
Kedua toleransi, indikator pencapaian sikap toleransi yaitu (1) tidak
mengganggu teman yang berbeda pendapat, (2) menerima kesepatakan meskipun
berbeda dengan pendapatnya, (3) mampu dan mau bekerja sama dengan siapa pun
yang memiliki keberagaman latar belakang, pandangan, dan keyakinan, (4) tidak
memaksakan keyakinan atau pendapat diri pada orang lain, (5) kesediaan untuk
belajar dari (terbuka terhadap) keyakinan dan gagasan orang lain agar dapat
memahami orang lain lebih baik, (6) terbuka untuk menerima sesuatu yang baru.
Gotong royong, indikator pencapaian sikap gotong royong yaitu (1)
kesediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan, (2) aktif dalam kerja kelompok,
(3) mendorong orang lain untuk bekerja sama dalam kelompok.
73
Keempat sopan atau santun, indikator pencapaian sikap sopan/santun yaitu
(1) menghormati orang yang lebih tua, (2) bersikap 3S (salam, senyum, sapa), (3)
menggunakan bahasa yang santun saat menyampaikan pendapat, bertanya, atau
menyanggah.
Selanjutnya ketercapaian perubahan sikap siswa tersebut akan dijabarkan
dalam bentuk deskripsi tentang perubahan sikap siswa berdasarkan indikator sikap
yang telah dicapai serta uraian sikap yang harus ditingkatkan dan diperhatikan
siswa.
Tabel 3 Konversi Nilai Kompetensi Sikap
No Predikat Hasil yang Dicapai Siswa Nilai Kompetensi Sikap
1 A 3,67 - 4,00 SB
2 A- 3,34 - 3,66
3 B+ 3,01 - 3,33
B 4 B 2,67 - 3,00
5 B- 2,34 - 2,66
6 C+ 2,01 - 2,33
C 7 C 1,67 - 2,00
8 C- 1,34 - 1,66
9 D+ 1,01 - 1,33 K
10 D 0,00 - 1,00
3.5 Instrumen Penelitian
Terdapat dua instrumen penelitian dalam penelitian ini yaitu berupa
instrumen tes dan instrumen nontes. Instrumen tes berupa soal yang harus
dikerjakan siswa saat pembelajaran menyusun teks cerita pendek. Instrumen
nontes berupa lembar observasi, jurnal, wawancara, dan dokumentasi.
74
3.5.1 Instrumen Tes
Tes dalam penelitian ini berupa instrumen tertulis yang berisi perintah
untuk menyusun teks cerita pendek. Pemberian tes terbagi menjadi dua tahap
yakni tahapan siklus I, dan siklus II, tes pada siklus I dan siklus II berupa soal
untuk menyusun teks cerita pendek. Tes tersebut digunakan untuk mengetahui
tingkat ketercapaian siswa dalam menyusun teks cerita pendek secara tertulis.
Pada dasarnya tidak ada perbedaan besar antara siklus I dan siklus II,
perbedaannya adalah siklus II merupakan perbaikan pada kekurangan yang
terdapat pada siklus I. Nilai akhir adalah jumlah skor siswa yang diperoleh dari
jumlah seluruh masing-masing aspek yang dinilai.
Pedoman penilaian keterampilan menyusun teks cerita pendek
memperhatikan aspek kualitas cerpen yang disusun siswa.
Tabel 4 Aspek Penilaian Cerita Pendek
No Aspek Penilaian Indikator Skala Nilai Skala Skor
1 Tema
a. Berpusat pada satu
persoalan
b. Terbatas dan jelas
c. Baik dalam
mendeskripsikan tema
yang terkandung dalam
cerita
d. Baik dalam menyajikan
tema dari keseluruhan
cerita
Memenuhi
empat
Kriteria Sangat Baik 4
Memenuhi
tiga
kriteria Baik 3
Memenuhi
dua
kriteria Cukup Baik 2
Memenuhi
satu
kriteria
Kurang
Baik 1
2 Alur
a. Masuk akal, rasional,
dapat dipahami nalar
b. Urutan satu peristiwa
dengan peristiwa
berikutnya yang
Memenuhi
empat
Kriteria Sangat Baik 4
Memenuhi
tiga
kriteria Baik 3
75
membangun cerpen
tidak mudah diduga
c. Ada tegangan dan
kejutan
d. Pembayangan peristiwa
yang akan terjadi
Memenuhi
dua
kriteria Cukup Baik 2
Memenuhi
satu
kriteria
Kurang
Baik 1
3 Latar
a. Tepat menggambarkan
tempat yang mendukung
peristiwa
b. Tepat menggambarkan
waktu yang mendukung
peristiwa
c. Tepat menggambarkan
suasana yang
mendukung peristiwa
d. Tepat menggambarkan
keadaan sosial pada saat
terjadinya cerita
Memenuhi
empat
Kriteria Sangat Baik 4
Memenuhi
tiga
kriteria Baik 3
Memenuhi
dua
kriteria Cukup Baik 2
Memenuhi
satu
kriteria
Kurang
Baik 1
4 Sudut Pandang
a. Baik dalam memberikan
perasaan kedekatan
tokoh
b. Baik dalam menjelaskan
kepada pembaca siapa
yang dituju
c. Baik dalam menjelaskan
perasaan tokoh kepada
pembaca
d. Memberikan efek yang
semakin menghidupkan
cerita
Memenuhi
empat
kriteria Sangat Baik 4
Memenuhi
tiga
kriteria Baik 3
Memenuhi
dua
kriteria Cukup Baik 2
Memenuhi
satu
kriteria
Kurang
Baik 1
5 Tokoh dan Penokohan
a. Terdapat tokoh utama
dan tokoh bawahan atau
sampingan
b. Terdapat tokoh
protagonis, antagonis,
dan tritagonis
Memenuhi
empat
kriteria Sangat Baik 4
Memenuhi
tiga
kriteria Baik 3
76
c. Pelukisan watak tokoh
tajam dan nyata
d. Tokoh mampu
membawa pembaca
mengalami peristiwa
dalam cerita
Memenuhi
dua
kriteria Cukup Baik 2
Memenuhi
satu
kriteria
Kurang
Baik 1
6 Gaya Bahasa
a. Tepat dalam memilih
bahasa yang
mengandung unsur
emotif
b. Terdapat bahasa yang
bersifat konotatif
c. Tepat memilih
ungkapan yang
mewakili sesuatu yang
diungkapkan
d. Pilihan kata sesuai
dengan situasi,
bervariasi, dan ekspresif
Memenuhi
empat
kriteria Sangat Baik 4
Memenuhi
tiga
kriteria Baik 3
Memenuhi
dua
kriteria Cukup Baik 2
Memenuhi
satu
kriteria
Kurang
Baik 1
7 Kepaduan Unsur-unsur
Pembangun Cerpen
4-6 unsur ssuai Sangat baik 4
3-5 unsur sesuai Baik 3
2-4 unsur sesuai Cukup Baik 2
1-3 unsur sesuai Kurang
Baik 1
Skor Maksimal 28
Skor diberikan untuk tiap aspek yang dinilai berdasarkan kriteria yang
ditetapkan di atas. Jumlah skor yang diperoleh kemudian dibagi dengan total skor
untuk kemudian dikalikan 4.
3.5.2 Instrumen Nontes
Instrumen nontes digunakan untuk mengetahui perubahan sikap siswa dan
tanggapan siswa selama pembelajaran berlangsung. Bentuk instrumen nontes
77
yang digunakan dalam penelitian ini meliputi lembar observasi, pedoman
wawancara, jurnal, dan dokumentasi.
Tabel 5 Kisi-kisi Instrumen Nontes
No Instrumen
Nontes
Aspek yang Diamati
Proses
Sikap Religius
dan
Sikap Sosial
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Observasi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
2 Jurnal Siswa − − √ √ √ − − − − −
Jurnal Guru √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
3 Wawancara − − √ √ √ − − − − −
4 Dokumentasi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Keterangan :
A. Proses pembelajaran mencakup :
1. keantusiasan dan minat siswa
2. kekondusifan diskusi kelompok mengidentifikasi struktur dan unsur
pembangun cerita pendek
3. keintensifan diskusi kelompok setelah menyimak tayangan video
4. keintesifan pelaksanaan kegiatan menyusun teks cerita pendek
5. refleksi pada akhir pembelajaran sehingga siswa mengetahui
kekurangan/kesulitan dan cara mengatasinya.
B. Sikap religius dan sikap sosial mencakup :
1. Sikap religius, indikator yang diamati, berdo’a sebelum dan setelah
melaksanakan pembelajaran; berdo’a dengan sikap yang baik (tidak
membuat gerakan yang tidak perlu atau mengeluarkan suara yang
membuat gaduh); memberi salam sebelum dan sesudah menyampaikan
78
pendapat atau presentasi; menjawab salam guru atau teman yang
mengucapkan salam
2. Percaya diri, indikator yang diamati, berani presentasi di depan kelas;
berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan
3. Toleransi, indikator yang diamati, tidak mengganggu teman yang berbeda
pendapat; menerima kesepatakan meskipun berbeda dengan pendapatnya;
mampu dan mau bekerja sama dengan siapa pun yang memiliki
keberagaman latar belakang, pandangan, dan keyakinan; tidak
memaksakan keyakinan atau pendapat diri pada orang lain; kesediaan
untuk belajar dari (terbuka terhadap) keyakinan dan gagasan orang lain
agar dapat memahami orang lain lebih baik; terbuka untuk menerima
sesuatu yang baru.
4. Gotong royong, indikator yang diamati, kesediaan melakukan tugas sesuai
kesepakatan; aktif dalam kerja kelompok; mendorong orang lain untuk
bekerja sama dalam kelompok
5. Sopan atau santun, indikator yang diamati, menghormati orang yang lebih
tua; bersikap 3S (salam, senyum, sapa); menggunakan bahasa yang santun
saat menyampaikan pendapat, bertanya, atau menyanggah.
3.5.2.1 Pedoman Observasi Proses
Pedoman observasi digunakan untuk mengetahui keaktifan siswa dan sikap
siswa saat pembelajaran berlangsung. Lembar observasi memuat indikator-
indikator untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran berlangsung.
79
Indikator-indikator yang harus diamati selama proses pembelajaran berlangsung
adalah, (1) siswa memperhatikan penjelasan guru dengan baik, (2) siswa
memperhatikan dengan baik video yang ditayangkan guru, (3) siswa aktif dalam
diskusi kelompok mengidentifikasi unsur intrinsik cerita dalam video, (4) siswa
serius menceritakan kembali cerita dalam video yang telah ditayangkan, (5) siswa
serius menyusun teks cerita pendek dengan meneruskan cerita dalam video yang
telah ditayangkan.
3.5.2.2 Pedoman Observasi Sikap Religius
Pedoman observasi sikap religius merupakan pedoman yang digunakan
peneliti untuk mengamati sikap siswa selama pembelajaran. Adapun yang diamati
dalam pedoman observasi sikap religius antara lain, (1) berdo’a sebelum dan
setelah melaksanakan pembelajaran, (2) berdo’a dengan sikap yang baik (tidak
membuat gerakan yang tidak perlu atau mengeluarkan suara yang membuat
gaduh), (3) memberi salam sebelum dan sesudah menyampaikan pendapat atau
presentasi, (4) menjawab salam guru atau teman yang mengucapkan salam.
3.5.2.3 Pedoman Observasi Sikap Sosial
Pedoman observasi sikap sosial merupakan pedoman yang digunakan
peneliti untuk mengamati sikap siswa selama pembelajaran. Adapun yang diamati
dalam pedoman observasi sikap sosial adalah, (1) percaya diri, (2) sikap toleransi,
(3) sikap gotong royong, (4) sikap santun.
80
Pertama percaya diri, indikator pencapaian sikap percaya diri yaitu (1)
berani presentasi di depan kelas, (2) berani berpendapat, bertanya, atau menjawab
pertanyaan.
Kedua toleransi, indikator pencapaian sikap toleransi yaitu (1) tidak
mengganggu teman yang berbeda pendapat, (2) menerima kesepatakan meskipun
berbeda dengan pendapatnya, (3) mampu dan mau bekerja sama dengan siapa pun
yang memiliki keberagaman latar belakang, pandangan, dan keyakinan, (4) tidak
memaksakan keyakinan atau pendapat diri pada orang lain, (5) kesediaan untuk
belajar dari (terbuka terhadap) keyakinan dan gagasan orang lain agar dapat
memahami orang lain lebih baik, (6) terbuka untuk menerima sesuatu yang baru.
Gotong royong, indikator pencapaian sikap gotong royong yaitu (1)
kesediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan, (2) aktif dalam kerja kelompok,
(3) mendorong orang lain untuk bekerja sama dalam kelompok.
Keempat sopan atau santun, indikator pencapaian sikap sopan/santun yaitu
(1) menghormati orang yang lebih tua, (2) bersikap 3S (salam, senyum, sapa), (3)
menggunakan bahasa yang santun saat menyampaikan pendapat, bertanya, atau
menyanggah.
3.5.2.4 Pedoman Wawancara
Wawancara, digunakan untuk mendapatkan data pendukung yang
ditujukan kepada guru mata pelajaran yang melaksanakan pembelajaran dan juga
beberapa siswa yang aktif dalam proses pembelajaran. Adapun hal-hal yang
ditanyakan antara lain, (1) pendapat siswa mengenai pembelajaran yang telah
81
berlangsung, (2) pendapat siswa mengenai penggunaan strategi TTW dan teknik
meneruskan cerita melalui media audiovisual dalam pembelajaran, (3) kesulitan
yang dialami siswa selama pembelajaran menyusun teks cerpen menggunakan
strategi TTW dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual, (4) cara
siswa mengatasi kesulitan selama pembelajaran menyusun teks cerpen
menggunakan strategi TTW dan teknik meneruskan cerita melalui media
audiovisual, (5) manfaat yang diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran.
3.5.2.5 Jurnal
Terdapat dua jurnal dalam penelitian ini, yaitu jurnal guru dan jurnal
siswa. Jurnal guru digunakan untuk mengetahui pesan dan kesan guru selama
pembelajaran. Jurnal guru berisi pertanyaan diantaranya, (1) pendapat guru
mengenai kesiapan dan keantusiasan siswa dalam mengikuti pembelajaran, (2)
pendapat guru mengenai keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran, (3)
pendapat guru mengenai tanggapan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran,
(4) pendapat guru mengenai perilaku peserta didik, (5) pendapat guru mengenai
suasana kelas pada saat pembelajaran.
Jurnal siswa digunakan untuk mengetahui, (1) kesan-kesan yang dirasakan
pada saat mengikuti pembelajaran terhadap strategi,teknik, dan media yang
digunakan selama proses pembelajaran berlangsung, (2) cara peneliti saat
menjelaskan materi, (3) cara peneliti memberikan kesempatan untuk menjawab
pertanyaan, (4) cara peneliti memberikan bimbingan dan arahan dalam menyusun
82
teks cerita pendek, (5) cara peneliti memberikan balikan atas hasil cerpen siswa,
(6) interaksi yang terjadi di dalam kelas.
3.5.2.6 Dokumentasi
Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini berupa foto.
Dokumentasi ini dipilih oleh peneliti dengan tujuan untuk memperkuat hasil
penelitian selain observasi, jurnal, dan wawancara. Dokumentasi foto dalam
proses pembelajaran menyusun teks cerita pendek dapat dijadikan gambaran
kegiatan dan perilaku siswa dalam penelitian. Selain itu, dokumentasi foto juga
dapat membantu peneliti sebagai sarana untuk menjelaskan keruntutan penelitian
dari awal sampai akhir sehingga penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes dan teknik nontes. Teknik
nontes berupa teknik observasi, jurnal, wawancara, dan dokumentasi.
3.6.1 Teknik Tes
Teknik pengumpulan data tes dilakukan pada akhir pembelajaran siklus I
dan siklus II dalam pembelajaran keterampilan menyusun teks cerita pendek, tes
tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat ketercapaian siswa dalam menyusun
teks cerita pendek secara tertulis. Tes diberikan kepada siswa berisi perintah untuk
menyusun sebuah cerita pendek.
83
Hasil tes tersebut dapat digunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan dalam kurikulum 2013 maupun dalam
rencana pengajaran. Dalam penelitian ini, peneliti menetapkan tingkat
keberhasilan pembelajaran menyusun teks cerita pendek siklus I dan siklus II,
apabila siswa mencapai nilai minimal B- (baik) atau 2,66 yang berkategori baik.
Berdasarkan hasil tes menyusun teks cerita pendek pada siklus I dan siklus II,
peneliti akan mengetahui tingkat keterampilan pada setiap siswa. Jika terjadi
peningkatan berarti strategi, teknik, dan media yang digunakan telah berhasil.
3.6.2 Teknik Nontes
Data nontes digunakan untuk mengetahui proses pembelajaran, perubahan
perilaku siswa baik sikap religius maupun sikap sosial. Teknik nontes berupa
teknik observasi, jurnal, wawancara, dan dokumentasi.
3.6.2.1 Teknik Observasi
Observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Observasi dilakukan untuk mengetahui perilaku peserta didik pada saat proses
pembelajaran. Perilaku ini menunjukkan sikap religius dan sikap sosial siswa
dalam pembelajaran menyusun teks cerpen. Selain mengamati sikap religius dan
sosial siswa, observasi digunakan untuk mengamati proses pembelajaran di dalam
kelas.
Observasi dilakukan pada semua siswa dengan memberikan penilaian pada
lembar observasi, terdapat dua lembar observasi yaitu lembar observasi proses
84
pembelajaran menyusun teks cerpen. Kedua adalah lembar observasi sikap
religius dan sikap sosial siswa.
3.6.2.2 Teknik Jurnal
Dalam penelitian ini terdapat dua jurnal, yaitu jurnal siswa dan jurnal guru.
Jurnal ini diberikan pada akhir pertemuan pembelajaran setiap siklus (siklus I dan
siklus II), yaitu dengan cara memberi selembar kertas pada masing-masing siswa
agar menuliskan kesan dan pesan termasuk penilaian guru dan siswa selama
proses pembelajaran berlangsung. Jurnal tersebut merupakan refleksi diri atas
pembelajaran yang telah dilakukan.
Jurnal guru ditulis setelah kegiatan pembelajaran berlangsung yang berisi
tentang semua hal yang terjadi pada proses pembelajaran. Kedua jurnal yang telah
dibuat tersebut digunakan sebagai bahan evaluasi. Dari kedua data tersebut
direkap menjadi satu dengan tujuan untuk mempermudah dalam menganalisis
perkembangan kemampuan siswa.
3.6.2.3 Teknik Wawancara
Wawancara atau interview adalah suatu teknik atau cara yang digunakan
peneliti untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab
sepihak. Dikatakan sepihak karena dalam wawancara ini responden tidak diberi
kesempatan sama sekali untuk mengajukan pertanyaan. Pertanyaan hanya
diajukan oleh peneliti.
85
Wawancara ini dilakukan setelah proses belajar mengajar berakhir, yaitu
pada saat siswa istirahat dan peneliti sudah mengadakan penelitian siklus awal,
yang bertujuan agar proses belajar mengajar antara siswa dan guru tidak
terganggu, dan dengan harapan hasil wawancara ini dapat digunakan untuk
melakukan perbaikan pada pembelajaran siklus berikutnya. Sasaran wawancara
adalah para siswa yang nilainya sangat kurang, cukup, dan sangat baik dalam
menyusun teks cerita pendek. Hal ini berdasarkan nilai tes pada siklus awal dan
berdasarkan observasi yang dilakukan guru selama proses pembelajaran.
3.6.2.4 Teknik Dokumentasi
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dokumentasi yang berupa foto
pada saat penelitian berlangsung. Gambar foto ini menghasilkan data yang
autentik karena pengambilan foto tersebut dilakukan pada saat proses
pembelajaran berlangsung, sehingga aktifitas siswa akan terekam dalam foto.
Pengambilan gambar dibagi dalam dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Dalam
pengambilan foto peneliti meminta bantuan teman dengan pertimbangan 1)
keaslian data visual terjamin, 2) perilaku peneliti dan subjek penelitian saat
pembelajaran terekam dengan jelas, dan 3) agar konsentrasi peneliti saat mengajar
tidak bercabang. Dari data foto ini akan dilaporkan secara deskriptif sesuai dengan
gambar yang terekam didalamnya. Hasil deskriptif ini digunakan sebagai penjelas
dan pendukung data lain.
3.7 Teknik Analisis Data
86
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
kuatitatif dan teknik kualitatif. Data tes dianalisis secara kuantitatif, sedangkan
data nontes dianalisis secara kualitatif.
3.7.1 Teknik Kuantitatif
Analisis data kuantitatif digunakan untuk mengatahui seberapa besar
peningkatan siswa setelah pembelajaran menyusun teks cerita pendek dengan
strategi Think-Talk-Write (TTW) dan teknik meneruskan cerita melalui media
audiovisual. Nilai yang diperoleh siswa dirata-rata dan bandingkan antara siklus I
dan siklus II. Analisis data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Merekap nilai seluruh siswa
2. Menghitung nilai komulatif
3. Menghitung nilai persentase dengan rumus
SS
NP = X 100%
SM
Keterangan :
NP : Nilai dan Persentase
SM : Skor Maksimal
SS : Skor yang diperoleh Siswa
3.7.2 Teknik Kualitatif
Teknik analisis data kualitatif digunakan untuk memberikan gambaran
mengenai proses pembelajaran, keterampilan yang telah dicapai siswa, perubahan
87
sikap religius dan sikap sosial. Data kualitatif diperoleh dari observasi, jurnal
siswa, wawancara dan dokumentasi. Data diklasifikasikan berdasarkan aspek-
aspek yang sudah ditetapkan.
88
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas ini diperoleh dari tindakan siklus I dan
tindakan siklus II. Hasil tes siklus I dan siklus II berupa tes soal untuk menyusun
teks cerita pendek. Tes tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat ketercapaian
siswa dalam menyusun teks cerita pendek secara tertulis.
Hasil nontes siklus I dan siklus II diperoleh melalui observasi, jurnal guru,
jurnal siswa, wawancara, dan dokumentasi foto. Hasil tersebut berupa proses
pembelajaran menyusun teks cerpen dengan strategi think-talk-write dan teknik
meneruskan cerita melalui media audiovisual; perubahan perilaku menghargai dan
mensyukuri keberadaan bahasa Indonesia sebagai anugerah Tuhan yang Maha Esa
sebagai sarana menyajikan informasi lisan dan tulis sebagai wujud sikap religius;
menghargai dan menghayati sikap percaya diri, toleransi, gotong royong, dan
santun dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan dalam
jangkauan pergaulan dan keberadaannya sebagai wujud sikap sosial.
4.1.1 Hasil Penelitian Siklus I
Pelaksanaan penelitian siklus I yaitu kegiatan pembelajaran dengan
menerapkan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media
audiovisual dalam pembelajaran menyusun teks cerpen. Hasil penelitian siklus I,
89
pertama berupa pemaparan proses pembelajaran menyusun teks cerpen dengan
strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual
yang diperoleh dari instrumen observasi proses pembelajaran, jurnal guru, dan
dokumentasi. Kedua, pemaparan perubahan perilaku menghargai dan mensyukuri
keberadaan bahasa Indonesia sebagai anugerah Tuhan yang Maha Esa sebagai
sarana menyajikan informasi lisan dan tulis sebagai wujud sikap religius berupa
nilai konversi sikap religius. Ketiga, perubahan perilaku percaya diri, toleransi,
gotong royong, dan santun dalam merespon secara pribadi peristiwa jangka
pendek pada siswa sebagai wujud sikap sosial berupa nilai konversi sikap sosial.
Keempat, hasil tes keterampilan menyusun teks cerpen siswa. Hasil penelitian
siklus I diuraikan sebagai berikut.
4.1.1.1 Proses Pembelajaran Menyusun Teks Cerpen dengan Strategi Think-
Talk-Write dan Teknik Meneruskan Cerita melalui Media Audiovisual
Siklus I
Hasil pengamatan proses pembelajaran peningkatan keterampilan
menyusun teks cerpen dengan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan
cerita melalui media audiovisual merupakan hasil pengamatan (1) Keantusiasan
dan minat siswa, (2) kekondusifan diskusi kelompok mengidentifikasi struktur
teks cerita pendek, (3) keintensifan diskusi kelompok setelah menyimak tayangan
video, (4) keintesifan pelaksanaan kegiatan menyusun teks cerita pendek, dan (5)
refleksi pada akhir pembelajaran sehingga siswa mengetahui
kekurangan/kesulitan dan cara mengatasinya.
90
Pengamatan proses pembelajaran bertujuan untuk mengetahui
keberlangsungan proses pembelajaran menyusun teks cerpen. Observasi
pembelajaran siklus I dilaksanakan ketika pembelajaran di kelas berlangsung,
peneliti mengamati siswa pada saat proses pembelajaran. Hasil pengamatan proses
pembelajaran peningkatan keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi
think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual diuraikan
dalam tabel berikut.
Tabel 6 Hasil Observasi Proses Pembelajaran Menyusun Teks Cerpen
Siklus I
No Aspek Pengamatan Frekuensi Persentase (%)
1 Keantusiasan dan minat siswa 25 78,125 %
2 kekondusifan diskusi kelompok
mengidentifikasi struktur teks cerita
pendek
22 68,75 %
3 keintensifan diskusi kelompok setelah
menyimak tayangan video 20 62,5 %
4 keintesifan pelaksanaan kegiatan
menyusun teks cerita pendek 31 96,875 %
5 refleksi pada akhir pembelajaran
sehingga siswa mengetahui
kekurangan/kesulitan dan cara
mengatasinya
30 93,75 %
Keterangan :
Sangat baik : > 85 %
Baik : 76-85 %
Cukup : 60-75 %
Kurang : < 60 %
Tabel di atas menunjukkan bahwa aspek keantusiasan dan minat siswa
terhadap pembelajaran menyusun teks cerpen dengan strategi think-talk-write dan
teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual terdapat 25 siswa yang
91
memperhatikan atau sebesar 78,125 % dan termasuk dalam kategori baik. Aspek
kekondusifan diskusi kelompok mengidentifikasi struktur teks cerita pendek
terdapat 22 siswa yang melakukan diskusi kelompok dengan cukup baik atau
sebesar 68,75 %. Aspek keintensifan diskusi kelompok setelah menyimak
tayangan video terdapat 20 siswa atau sebesar 62,5 % dan termasuk dalam
kategori cukup baik. Aspek keintesifan pelaksanaan kegiatan menyusun teks
cerita pendek terdapat 31 siswa yang melaksanakan kegiatan menyusun teks
cerpen atau sebesar 96,87 % dan termasuk dalam kategori sangat baik. Aspek
refleksi pada akhir pembelajaran sehingga siswa mengetahui
kekurangan/kesulitan dan cara mengatasinya terdapat 30 siswa yang melakukan
refleksi atau sebesar 93,75 % dan termasuk dalam kategori sangat baik.
4.1.1.1.1 Keantusiasan dan Minat Siswa terhadap Pembelajaran Menyusun
Teks Cerpen dengan Strategi Think-Talk-Write dan Teknik
Meneruskan Cerita melalui Media Audiovisual Siklus I
Keantusiasan dan minat siswa terhadap pembelajaran keterampilan
menysusun teks cerpen ditinjau dari pelaksanaan pembelajaran keterampilan
menyusun teks cerpen dengan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan
cerita melalui media audiovisual. Pada kegiatan awal pembelajaran, guru
mengkondisikan siswa untuk siap belajar dan melakukan apersepsi dengan
melakukan tanya jawab dengan siswa. Tanggapan siswa cukup baik dibuktikan
dengan kesediaan beberapa siswa untuk menyampaikan pendapat, bertanya, dan
menjawab pertanyaan yang diberikan.
92
Selain itu, keantusiasan dan minat siswa terhadap pembelajaran menyusun
teks cerpen dapat dilihat pada saat kegiatan diskusi kelompok mengidentifikasi
struktur teks cerita pendek dan diskusi setelah menyimak tayangan video. Guru
memberikan tugas kepada tiap kelompok untuk mengidentifikasi struktur teks
cerita pendek dan menentukan unsur pembangun cerita video yang ditayangkan,
setelah itu tiap kelompok meneruskan cerita pada video tersebut menjadi sebuah
cerita yang utuh. Kegiatan diskusi berjalan cukup lancar, masing-masing
kelompok melaksanakan tugas yang diberikan. Setelah kegiatan diskusi
perwakilan tiap kelompok presentasi di depan kelas.
Berdasarkan hasil observasi proses pembelajaran, siswa yang antusias
mengikuti pembelajaran cukup banyak dibandingkan dengan siswa yang kurang
antusias mengikuti pembelajaran. Persentase keantusiasan siswa terhadap
pembelajaran menyusun teks cerpen sebesar 78,125 %, sehingga dapat
diidentifikasi bahwa siswa antusias dalam mengikuti pembelajaran menyusun teks
cerpen. Keantusiasan siswa ditunjukkan dengan kesediaan siswa untuk menjawab
dan mengemukakan pendapat tentang struktur teks cerpen, tertib dalam
membentuk kelompok, dan dalam menyimak media yang ditayangkan oleh guru.
Selain berdasarkan hasil pengamatan, keantusiasan siswa juga dapat
diketahui melalui jurnal guru. Berdasarkan jurnal guru, keantusiasan dan minat
siswa dalam mengikuti pembelajaran menyusun teks cerpen cukup baik. Sebagian
besar siswa memperhatikan penjelasan yang diberikan, bersedia menjawab
pertanyaan dan mengemukakan pendapat, membentuk kelompok sesuai dengan
instruksi, serta memperhatikan tayangan yang diputar guru dengan baik.
93
Hasil dokumentasi foto juga menunjukkan keantusiasan siswa dalam
mengikuti pembelajaran menyusun teks cerpen. Berikut adalah gambar interaksi
antara guru dengan siswa yang menunjukkan keantusiasan dan minat siwa dalam
mengikuti pembelajaran menyusun teks cerpen dengan strategi think-talk-write
dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual.
(a) (b)
Gambar 1 Interaksi Guru dan Siswa yang Menunjukkan Keantusiasan dan
Minat Siswa terhadap Pembelajaran Menyusun Teks Siklus I
Gambar (a) menunjukkan proses pembelajaran menyusun teks cerpen
dengan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media
audiovisual. Keantusiasan dan minat siswa terhadap pembelajaran ditunjukkan
dengan beberapa kelompok mengajukan pertanyaan tentang tugas yang diberikan.
Gambar (b) menunjukkan minat dan keantusiasan siswa dalam menyimak video
yang diputar oleh guru.
94
4.1.1.1.2 Kekondusifan Diskusi Kelompok Mengidentifikasi Struktur Teks
Cerita Pendek Siklus I
Kekondusifan pelaksanaan diskusi kelompok mengidentifikasi struktur
teks cerita pendek ditinjau dari kegiatan inti pembelajaran menyusun teks cerpen.
Pada kegiaatan inti ini diawalai dengan tahap mengamati, dalam kelompok siswa
membaca dan mencermati contoh cerpen yang dibagikan. Tahap selanjtnya adalah
siswa dan guru bertanya jawab tentang kaidah kebahasaan dalam cerpen. Setelah
itu siswa berdiskusi mengenai struktur teks cerpen, pada kegiatan ini siswa masuk
dalam tahap menanya. Tahap selanjutnya adalah tiap kelompok mengidentifikasi
struktur teks cerpen dan menyusun struktur teks cerpen yang acak untuk
membentuk teks cerpen yang utuh.
Hasil observasi kekondusifan diskusi kelompok mengidentifikasi struktur
teks cerita pendek tergolong cukup yaitu sebesar 68,75 %. Hal tersebut
menunjukkan bahwa proses diskusi berjalan cukup baik, tetapi masih terdapat
beberapa siswa yang kurang baik dalam berdiskusi dengan kelompoknya. Masih
terdapat siswa yang kurang aktif dalam diskusi kelompok.
Berdasarkan jurnal guru, pelaksanaan diskusi kelompok cukup berjalan
baik. Walaupun masih ada siswa yang kurang terlibat aktif dalam proses diskusi
tersebut. Beberapa kelompok tidak sungkan untuk bertanya kepada guru saat
mengalami kesulitan pada saat pelaksanaan diskusi kelompok.
Berikut adalah gambar yang memperlihatkan kekondusifan diskusi
kelompok mengidentifikasi struktur teks cerita pendek.
95
(a) (b)
(c)
Gambar 2 Siswa Berdiskusi Mengidentifikasi Struktur Teks Cerita Pendek
Siklus I
Gambar (a) menunjukkan kekondusifan diskusi kelompok
mengidentifikasi struktur teks cerpen, setelah melakukan diskusi salah satu
anggota kelompok menuliskan hasil diskusi pada lembar kerja. Gambar (b)
menunjukkan kelompok yang kurang serius dalam melakukan diskusi, terdapat
anggota kelompok yang bercanda. Gambar (c) menunjukkan peneliti memberikan
arahan kepada kelompok yang mengalami kesulitan dalam diskusi.
96
4.1.1.1.3 Keintensifan Diskusi Kelompok setelah Menyimak Tayangan
Video Siklus I
Pada kegiatan inti, siswa menyimak tayangan media audiovisual berupa
film animasi yang dipotong. Setelah menyimak tayangan tersebut, dalam
kelompok siswa berdiskusi menentukan unsur pembangun cerita pada video yang
ditayangkan. Setelah itu, tiap kelompok menuliskan kembali cerita pada video
yang telah ditayangkan dan meneruskannya menjadi sebuah cerita yang utuh.
Berdasarkan hasil observasi proses pembelajaran aspek keintensifan
diskusi kelompok setelah menyimak tayangan video, persentasenya mencapai
62,5 % dan termasuk dalam kategori cukup. Meski separuh lebih dari jumlah
siswa melaksanakan diskusi dengan baik, masih terdapat beberapa siswa yag
kurang bisa bekerja sama dengan anggota kelompoknya.
Dari jurnal guru, pelaksanaan diskusi sudah cukup baik walaupun masih
ada siswa yang kurang bisa bekerja dengan anggota kelompoknya dan terdapat
perbedaan pendapat setelah menyimak tayangan video. Perbedaan pendapat
tersebut mempengaruhi jalannya diskusi dan hasil diskusi kelompok.
Dari jurnal siswa diperoleh kemudahan dan kesulitan yang dialami siswa
dalam melaksanakan diskusi setelah menyimak tayangan video. Kesulitan yang
dialami siswa antara lain video yang ditayangkan sedikit kurang jelas karena
terganggu sinar matahari, perbedaan pendapat dan ide dalam meneruskan cerita
menyebabkan dalam menuliskan hasil diskusi membutuhkan waktu yang cukup
lama karena harus menyatukan pandangan yang berbeda. Kemudahan yang
97
didapat antara lain mencari ide untuk meneruskan cerita lebih cepat karena sudah
mengetahi unsur pembangun cerita.
Berikut adalah gambar yang menunjukkan keintensifan diskusi kelompok
setelah menyimak tayangan video.
(a) (b)
(c)
Gambar 3 Siswa Menyimak Tayangan Video dan Berdiskusi setelah
Menyimak Tayangan Video Siklus I
Gambar (a) menunjukkan siswa memperhatikan tayangan video, sinar
matahari membuat video tidak jelas sehingga membuat siswa kesulitan. Gambar
(b) menunjukkan siswa tertarik dengan media video yang digunakan dalam
98
pembelajaran. Gambar (c) menunjukkan suasana diskusi kelompok setelah
menyimak tayangan video.
4.1.1.1.4 Keintesifan Pelaksanaan Kegiatan Menyusun Teks Cerita Pendek
Siklus I
Pada kegiatan menyusun teks cerpen, siswa diberikan tugas untuk
menyusun sebuah cerpen. Semua siswa melaksanakan tugas yang diberikan
dengan kesulitan dan hambatan yang dialami masing-masing siswa. Walaupun
siswa mengalami kesulitan dalam menyusun teks cerpen, tiap siswa berhasil
menyelesaikan tugas yang diberikan tepat waktu.
Hasil pengamatan proses pembelajaran aspek keintesifan pelaksanaan
kegiatan menyusun teks cerita pendek mencapai persentase 96,87 % atau
termasuk dalam kategori sangat baik, semua siswa melaksanakan kegiatan
menyusun teks cerpen dengan baik. Terdapat satu siswa yang tidak melaksanakan
kegiatan menyusun teks cerpen, karena siswa tersebut tidak hadir pada saat
pembelajaran menyusun teks cerpen.
Berdasarkan jurnal guru, kegiatan menyusun teks cerpen berjalan dengan
baik. Setiap siswa melaksanakan arahan yang diberikan, siswa antusias dalam
menyusun teks cerpen. Beberapa siswa terlihat masih kesulitan untuk
mendapatkan ide dalam menyusun teks cerpen.
Dari jurnal siswa diketahui kesulitan yang dialami siswa dalam menyusun
teks cerpen. Kesulitan yang dialami siswa antara lain siswa kesulitan dalam
menemukan ide untuk menyusun teks cerpen, membutuhkan waktu yang cukup
99
lama untuk menuangkan ide tersebut menjadi sebuah cerpen yang utuh. Berikut
adalah gambar yang menunjukkan keintesifan pelaksanaan kegiatan menyusun
teks cerita pendek.
(a) (b)
Gambar 4 Kegiatan Siswa Menyusun Teks Cerita Pendek Siklus I
Gambar (a) menunjukkan kegiatan siswa dalam menyusun teks cerita
pendek. Gambar (b) menunjukkan siswa yang mengalami kesulitan untuk
mendapatkan ide dalam menyusun teks cerpen.
4.1.1.1.5 Refleksi pada Akhir Pembelajaran sehingga Siswa Mengetahui
Kekurangan/kesulitan dan Cara Mengatasinya Siklus I
Kegiatan refleksi merupakan kegiatan di akhir pembelajaran, hal ini
berguna agar siswa mengetahui kesulitan yang dialami pada saat menyusun teks
cerpen dan cara mengatasinya. Pada saat kegiatan refleksi siswa menjawab
pertanyaan tentang kesulitan yang dialami pada saat diskusi kelompok dan
menyusun teks cerpen.
100
Berdasarkan hasil observasi proses pembelajaran aspek refleksi pada akhir
pembelajaran, persentasenya mencapai 93,75 % dan termasuk dalam kategori
sangat baik. Secara keseluruhan siswa antusias untuk melakukan refleksi agar
mengetahui kesulitan yang dialami pada saat menyusun teks cerpen dan cara
mengatasinya.
Dari jurnal guru, siswa sangat antusias dalam melaksanakan kegiatan
refleksi. Siswa ingin mengetahui kesulitan yang dihadapai pada saat menyusun
teks cerpen dan cara mengatasinya. Siswa tidak sungkan untuk bertanya pada
temannya kesulitan yang dihadapi.
Dari jurnal siswa diketahui kesulitan dan kemudahan siswa dalam diskusi
kelompok setelah menyimak tayangan video, kesulitan saat kegiatan menyusun
teks cerpen, dan pendapat siswa tentang penggunaan strategi TTW dalam
pebelajaran menyusun teks cerpen.
Berikut adalah gambar yang menunjukkan kegiatan refleksi siswa di akhir
pebelajaran.
(a) (b)
Gambar 5 Aktivitas Siswa Melakukan Refleksi pada Akhir Pembelajaran
Siklus I
101
Gambar (a) menunjukkan kegiatan siswa melakukan refleksi, keseluruhan
siswa antusias untuk melakukan refleksi. Gambar (b) menunjukkan siswa tidak
sungkan untuk bertanya kesulitan yang dialami siswa lain pada saat kegiatan
menyusun teks cerpen.
4.1.1.2 Perubahan Perilaku Menghargai dan Mensyukuri Keberadaan
Bahasa Indonesia sebagai Anugerah Tuhan Yang Maha Esa sebagai
Sarana Menyajikan Informasi Lisan dan Tulis pada Siswa sebagai
Wujud Sikap Religius Siklus I
Hasil perilaku menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa indonesia
sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa sebagai sarana menyajikan informasi
lisan dan tulis pada siklus I, diidentifikasi dari sikap religius siswa ketika
mengikuti pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi
think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual. Hasil
sikap religius siswa merupakan hasil nontes siklus I yang diperoleh melalui
observasi sikap religius dan jurnal guru.
Penilaian observasi sikap religius mencakup empat indikator yaitu, (a)
berdo’a sebelum dan setelah melaksanakan pembelajaran, (b) berdo’a dengan
sikap yang baik (tidak membuat gerakan yang tidak perlu atau mengeluarkan
suara yang membuat gaduh), (c) memberi salam sebelum dan sesudah
menyampaikan pendapat atau presentasi, (d) menjawab salam guru atau teman
yang mengucapkan salam. Berikut hasil penilaian observasi sikap religius siklus I.
Tabel 7 Hasil Penilaian Observasi Sikap Religius Siklus I
102
No Indikator Sikap Religius Kategori Frekuensi
1 berdo’a sebelum dan setelah
melaksanakan pembelajaran
Sangat Baik (4) 32
Baik (3) 0
Cukup Baik (2) 0
Kurang Baik (1) 0
Jumlah 32
2 berdo’a dengan sikap yang baik
(tidak membuat gerakan yang
tidak perlu atau mengeluarkan
suara yang membuat gaduh)
Sangat Baik (4) 32
Baik (3) 0
Cukup Baik (2) 0
Kurang Baik (1) 0
Jumlah 32
3 memberi salam sebelum dan
sesudah menyampaikan
pendapat atau presentasi
Sangat Baik (4) 18
Baik (3) 0
Cukup Baik (2) 0
Kurang Baik (1) 14
Jumlah 32
4 menjawab salam guru atau
teman yang mengucapkan salam
Sangat Baik (4) 32
Baik (3) 0
Cukup Baik (2) 0
Kurang Baik (1) 0
Jumlah 32
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa sikap religius siswa
termasuk dalam kategori baik. Pada indikator sikap religius yang pertama semua
siswa termasuk dalam kategori sangat baik. Begitu juga dengan indikator sikap
religius yang kedua, semua siswa masuk dalam kategori sangat baik. Pada
indikator sikap religius yang ketiga sebanyak 18 siswa masuk dalam kategori
sangat baik, sedangkan 14 siswa masuk dalam kategori kurang baik. Pada
indikator sikap religius yang keempat semua siswa menunjukkan sikap yang
sangat baik.
Berdasarkan jurnal guru, secara keseluruhan sikap religius yang
ditunjukkan siswa baik. Sikap religius yang kurang baik adalah pada indikator
103
ketiga, karena tidak semua siswa berani dan mendapat kesempatan menyampaikan
pendapat atau presentasi di depan kelas.
Berikut hasil dokumentasi foto yang menunjukkan sikap religius siswa
pada saat proses pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi
think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual.
Gambar 6 Aktivitas Siswa yang Menunjukkan Sikap Religius Siklus I
Gambar enam menunjukkan sikap religius siswa dalam mengikuti
pembelajaran menyusun teks cerpen. Semua peserta didik berdo’a sebelum
melaksanakan pembelajaran dan berdo’a dengan sikap baik. Hal tersebut
menunjukkan bahwa sikap religius siswa sudah baik selama mengikuti
pembelajaran menyusun teks cerpen.
104
4.1.1.3 Perubahan Sikap Menghargai dan Menghayati Sikap Percaya Diri,
Toleransi, Gotong Royong, dan Santun sebagai Wujud Sikap Sosial
Siklus I
Hasil sikap menghargai dan menghayati sikap percaya diri, toleransi,
gotong royong, dan santun pada siklus I diidentifikasi dari sikap percaya diri,
toleransi, gotong royong, dan santun ketika siswa mengikuti proses pembelajaran
keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi think-talk-write dan teknik
meneruskan cerita melalui media audiovisual. Hasil sikap sosial siswa merupakan
hasil nontes siklus I yang diperoleh melalui penilain observasi sikap percaya diri,
toleransi, gotong royong, dan santun serta jurnal guru.
4.1.1.3.1 Sikap Percaya Diri
Penilaian observasi sikap percaya diri mencakup dua indikator yaitu, (a)
berani presentasi di depan kelas dan (b) berani berpendapat, bertanya, atau
menjawab pertanyaan. Berikut adalah hasil penilaian sikap percaya diri siklus I.
Tabel 8 Hasil Penilaian Observasi Sikap Percaya Diri Siklus 1
No Indikator Sikap Percaya Diri Kategori Frekuensi
1 berani presentasi di depan kelas Sangat Baik (4) 18
Baik (3) 0
Cukup Baik (2) 0
Kurang Baik (1) 14
Jumlah 32
2 berani berpendapat, bertanya,
atau menjawab pertanyaan
Sangat Baik (4) 0
Baik (3) 5
Cukup Baik (2) 27
Kurang Baik (1) 0
Jumlah 32
105
Dari tabel tersebut diketahui bahwa sikap percaya diri siswa termasuk
dalam kategori cukup baik. Indikator sikap percaya diri yang pertama sebanyak 18
siswa masuk dalam kaegori sangat baik, 14 siswa masuk dalam kategori kurang
baik. Pada indikator yang pertama tidak semua siswa berani dan mempunyai
kesempatan untuk presentasi di depan kelas. Indikator sikap percaya diri yang
kedua sebanyak 5 siswa masuk dalam kategori baik, 27 siswa masuk dalam
kategori cukup baik.
Berdasarkan jurnal guru, sikap percaya diri siswa sudah cukup baik.
Banyak siswa yang berani untuk presentasi, berpendapat, bertanya, atau
menjawab pertanyaan.
Berikut ini hasil dokumentasi foto yang menunjukkan sikap percaya diri
siswa ketika pelaksanaan pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen
dengan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media
audiovisual.
Gambar 7 Aktivitas Siswa yang Menunjukkan Sikap Percaya diri Siklus I
106
Gambar tujuh menunjukkan sikap percaya diri siswa dalam mengikuti
pembelajaran menyusun teks cerpen. Sikap percaya diri ditunjukkan dengan
berani presentasi di depan kelas seperti yang ditunjukkan pada gambar di atas.
Beberapa siswa laki-laki dan perempuan sudah menunjukkan sikap percaya diri
dengan presentasi di depan kelas.
4.1.1.3.2 Sikap Toleransi
Penilaian observasi sikap toleransi mencakup enam indikator yaitu, (a)
tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat, (b) menerima kesepatakan
meskipun berbeda dengan pendapatnya, (c) mampu dan mau bekerja sama dengan
siapa pun yang memiliki keberagaman latar belakang, pandangan, dan keyakinan,
(d) tidak memaksakan keyakinan atau pendapat diri pada orang lain, (e) kesediaan
untuk belajar dari (terbuka terhadap) keyakinan dan gagasan orang lain agar
dapat memahami orang lain lebih baik, (f) terbuka untuk menerima sesuatu yang
baru. Berikut hasil penilaian observasi sikap toleransi siklus I.
Tabel 9 Hasil Penilaian Observasi Sikap Toleransi Siklus I
No Indikator Sikap Toleransi Kategori Frekuensi
1 tidak mengganggu teman yang
berbeda pendapat
Sangat Baik (4) 0
Baik (3) 17
Cukup Baik (2) 15
Kurang Baik (1) 0
Jumlah 32
2 menerima kesepatakan
meskipun berbeda dengan
pendapatnya
Sangat Baik (4) 0
Baik (3) 19
Cukup Baik (2) 13
Kurang Baik (1) 0
Jumlah 32
3 mampu dan mau bekerja sama
dengan siapa pun yang memiliki
Sangat Baik (4) 1
Baik (3) 18
107
keberagaman latar belakang,
pandangan, dan keyakinan
Cukup Baik (2) 13
Kurang Baik (1) 0
Jumlah 32
4 tidak memaksakan keyakinan
atau pendapat diri pada orang
lain
Sangat Baik (4) 8
Baik (3) 23
Cukup Baik (2) 1
Kurang Baik (1) 0
Jumlah 32
5 kesediaan untuk belajar dari
(terbuka terhadap) keyakinan
dan gagasan orang lain agar
dapat memahami orang lain
lebih baik
Sangat Baik (4) 0
Baik (3) 21
Cukup Baik (2) 11
Kurang Baik (1) 0
Jumlah 32
6 terbuka untuk menerima sesuatu
yang baru
Sangat Baik (4) 0
Baik (3) 19
Cukup Baik (2) 13
Kurang Baik (1) 0
Jumlah 32
Dari tabel tersebut diketahui bahwa sikap toleransi siswa cukup baik.
Indikator sikap toleransi yang pertama sebanyak 17 siswa masuk dalam kategori
baik, 15 siswa masuk dalam kategori cukup baik. Indikator sikap toleransi yang
kedua sebanyak 19 siswa masuk dalam kategori baik, 13 siswa masuk dalam
kategori cukup baik. Indikator sikap toleransi yang ketiga satu orang siswa asuk
dalam kategori sangat baik, 18 siswa masuk dalam kategori baik, dan 13 siswa
masuk dalam kategori cukup baik. Indikator sikap toleransi yang keempat
sebanyak 8 siswa masuk kategori sangat baik, 23 siswa masuk dalam kategori
baik, dan satu orang masuk dalam kategori cukup baik. Indikator sikap toleransi
yang kelima sebanyak 21 siswa masuk dalam kategori baik, 12 siswa masuk
kategori cukup baik. Indikator sikap toleransi yang keenam sebanyak 19 siswa
masuk dalam kategori baik, 13 siswa masuk kategori cukup.
108
Berdasarkan jurnal guru, sikap toleransi siswa cukup baik. Selama diskusi
dalam kelompok siswa cukup baik dalam menerima pendapat orang lain.
Kekurangan yang masih terlihat adalah beberapa siswa kurang bisa bekerja sama
dengan anggota kelompok yang berbeda karakter.
Berikut ini hasil dokumentasi foto yang menunjukkan sikap toleransi
siswa ketika pelaksanaan pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen
dengan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media
audiovisual.
Gambar 8 Aktivitas Siswa yang Menunjukkan Sikap Toleransi Siklus I
Gambar delapan menunjukkan sikap toleransi dalam pembelajaran
menyusun teks cerpen. Siswa menunjukkan sikap toleransi dengan mau bekerja
sama bersama anggota kelompok yang berbeda karakter dan latar belakang.
4.1.1.3.3 Sikap Gotong Royong
Terdapat tiga indikator penilaian observasi sikap gotong royong yaitu, (a)
kesediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan, (b) aktif dalam kerja kelompok,
109
(c) mendorong orang lain untuk bekerja sama dalam kelompok. Berikut hasil
penilaian observasi sikap gotong royong siklus I.
Tabel 10 Hasil Penilaian Observasi Sikap Gotong Royong Siklus I
No Indikator Sikap Gotong
Royong Kategori Frekuensi
1 kesediaan melakukan tugas
sesuai kesepakatan
Sangat Baik (4) 4
Baik (3) 17
Cukup Baik (2) 12
Kurang Baik (1) 0
Jumlah 32
2 aktif dalam kerja kelompok Sangat Baik (4) 0
Baik (3) 20
Cukup Baik (2) 12
Kurang Baik (1) 0
Jumlah 32
3 mendorong orang lain untuk
bekerja sama dalam kelompok
Sangat Baik (4) 0
Baik (3) 0
Cukup Baik (2) 32
Kurang Baik (1) 0
Jumlah 32
Dari tabel tersebut diketahui untuk indikator sikap gotong royong yang
pertama, sebanyak 4 siswa masuk dalam kategori sangat baik, 17 siswa masuk
dalam kategori baik, dan 12 siswa masuk dalam kategori cukup baik. Indikator
sikap gotong royong yang kedua sebanyak 20 siswa masuk dalam kategori baik,
12 siswa masuk dalam kategori cukup baik. Indikator sikap gotong royong yang
ketiga semua siswa masuk dalam kategori cukup baik.
Berdasarkan jurnal guru, sikap gotong royong siswa secara keseluruhan
cukup baik. Siswa sudah cukup baik dalam berdiskusi atau bekerja sama dalam
kelompok. Kekurangan terdapat pada indikator ketiga, siswa masih belum
maksimal dalam mendorong anggota kelompok lain untuk bekerja sama.
110
Berikut ini hasil dokumentasi foto yang menunjukkan sikap gotong royong
siswa ketika pelaksanaan pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen
dengan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media
audiovisual.
Gambar 9 Aktivitas Siswa yang Menunjukkan Sikap Gotong Royong Siklus I
Gambar sembilan menunjukkan sikap gotong royong siswa dalam
pembelajaran menyusun teks cerpen. Sikap gotong royong ditunjukkan dengan
aktif dan mau bekerja sama dalam kerja kelompok untuk melaksanakan tugas
yang diberikan.
4.1.1.3.4 Sikap Santun
Terdapat tiga indikator penilaian observasi sikap santun yaitu, (a)
menghormati orang yang lebih tua, (b) bersikap 3S (salam, senyum, sapa), (c)
menggunakan bahasa yang santun saat menyampaikan pendapat, bertanya, atau
menyanggah. Berikut hasil penilaian observasi sikap santun siklus I.
Tabel 11 Hasil Penilaian Observasi Sikap Santun Siklus I
No Indikator Sikap Santun Kategori Frekuensi
1 menghormati orang yang lebih Sangat Baik (4) 0
111
tua Baik (3) 32
Cukup Baik (2) 0
Kurang Baik (1) 0
Jumlah 32
2 bersikap 3S (salam, senyum,
sapa)
Sangat Baik (4) 0
Baik (3) 31
Cukup Baik (2) 1
Kurang Baik (1) 0
Jumlah 32
3 menggunakan bahasa yang
santun saat menyampaikan
pendapat, bertanya, atau
menyanggah
Sangat Baik (4) 0
Baik (3) 12
Cukup Baik (2) 21
Kurang Baik (1) 0
Jumlah 32
Dari tabel di atas diketahui untuk indikator sikap santun yang pertama,
semua siswa masuk dalam kategori baik. Indikator sikap santun yang kedua
sebanyak 31 siswa masuk dalam kategori baik, 1 siswa masuk dalam kategori
cukup baik. Indikator sikap santun yang ketiga sebanyak 12 siswa masuk dalam
kategori baik, 21 siswa masuk dalam kategori cukup baik.
Berdasarkan jurnal guru, sikap santun siswa dalam pembelajaran sudah
baik. Dalam menyampaikan pendapat, bertanya, atau menjawab siswa
menggunakan bahasa yang cukup santun.
Berikut ini hasil dokumentasi foto yang menunjukkan sikap santun siswa
ketika pelaksanaan pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen dengan
strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual.
112
Gambar 10 Aktivitas Siswa yang Menunjukkan sikap Santun Siklus I
Gambar sepuluh menunjukkan sikap santundalam pembelajaran menyusun
teks cerpen. Siswa menunjukkan sikap santun dengan bersikap 3 S (salam,
senyum, sapa), salam sebelum presentasi di depan kelas dan senyum saat
melaksanakan kegiatan diskusi.
4.1.1.4 Peningkatan Keterampilan Menyusun Teks Cerpen dengan Strategi
Think-Talk-Write (TTW) dan Teknik Meneruskan Cerita melalui
Media Audiovisual Siklus I
Hasil keterampilan menyusun teks cerpen diperoleh dari tes menyusun
teks cerpen tiap siswa. Penilaian hasil cerpen siswa berdasarkan aspek-aspek
penilaian keterampilan menyusun teks cerpen meliputi, (a) tema, (b) alur, (c) latar,
(d) sudut pandang, (e) tokoh dan penokohan, (f) gaya bahasa, dan (g) kepaduan
unsur-unsur pembangun cerpen. Berikut ini hasil penilaian keterampilan
menyusun teks cerpen yang diakumulasikan.
Tabel 12 Hasil Tes Menyusun Teks Cerpen Siklus I
No Kategori Rentang
Nilai
Skor Frekuensi Bobot
Skor
Nilai Persentase
(%)
113
1 Sangat
Baik
3,34-4,00 4 4 16 13,72 12,903
2 Baik 2,34-3,33 3 17 51 47,71 54,839
3 Cukup
Baik
1,34-2,33 2 10 20 20 32,258
4 Kurang
Baik
0,00-1,33 1 0 0 0 0
Jumlah 31 81,43 100
Nilai rata-rata
Kategori B−
Berdasarkan tabel di atas, diketahui nilai rata-rata siswa mencapai 2,63
yang termasuk dalam kategori baik. Dapat diidentifikasi bahwa kemampuan
menyusun teks cerpen siswa sudah baik, meskipun terdapat beberapa siswa yang
masih mendapatkan nilai kurang memuaskan atau dalam kategori cukup baik.
Sebanyak 4 siswa mendapatkan nilai yang sangat baik, mencapai persentase
sebesar 12,903 %. Siswa yang mendapat nilai baik sebanyak 17 orang atau
sebesar 54,839 %. Sedangkan siswa yang mendapat nilai cukup baik sebanyak 10
orang atau sebesar 32,258 %.
Standar ketuntasan penelitian yang telah ditentukan adalah sebesar 2,67
masuk dalam kategori B. Ketuntasan dihitung berdasarkan jumlah siswa yang
sudah memenuhi standar ketuntasan penelitian. Jumlah siswa yang tuntas
berdasarkan standar ketuntasan penelitian sebanyak 13 orang atau sebesar 41,935
%. Sedangkan jumlah siswa yang tidak tuntas berdasarkan standar ketuntasan
penelitian sebanyak 18 siswa atau sebesar 58,065 %.
Peningkatan hasil keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi
think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual sudah
114
cukup efektif bagi sebagian siswa. Namun, masih ada beberapa siswa yang kurang
terampil dalam menyusun teks cerpen. Dibuktikan dengan jumlah siswa yang
belum tuntas sebanyak 18 orang.
4.1.1.4.1 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Tema
Siklus I
Aspek pertama yang dinilai pada tes keterampilan menyusun teks cerpen
yaitu tema. Penilaian aspek tema berpedoman pada indikator aspek tema yaitu, (a)
berpusat pada satu persoalan, (b) terbatas dan jelas, (c) baik dalam
mendeskripsikan tema yang terkandung dalam cerita, (d) baik dalam menyajikan
tema dari keseluruhan cerita. Berikut hasil tes keterampilan menyusun teks cerpen
aspek tema.
Tabel 13 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Tema
Siklus I
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor Persentase
(%)
1 Sangat Baik 4 8 32 25,806
2 Baik 3 16 48 51,613
3 Cukup Baik 2 7 14 22,581
4 Kurang Baik 1 0 0 0
Jumlah 31 94 100
Nilai rata-rata
Kategori B+
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa sebanyak 8 siswa atau
sebesar 25,806 % masuk dalam kategori sangat baik. Sebanyak 16 orang siswa
atau sebesar 51,613 % masuk dalam kategori baik. Sedangkan jumlah siswa yang
115
masuk kategori cukup baik sebanyak 7 orang atau sebesar 22,581 %. Tidak ada
siswa yang masuk dalam kategori kurang baik. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa siswa sudah baik dalam menyusun teks cerpen, sesuai dengan indikator
aspek tema yang telah ditentukan.
4.1.1.4.2 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Alur
Siklus I
Aspek kedua dalam tes keterampilan menyusun teks cerpen yang dinilai
adalah alur. Penilaian aspek alur berpedoman pada indikator aspek alur yaitu, (a)
masuk akal, rasional, dapat dipahami nalar, (b) urutan satu peristiwa dengan
peristiwa berikutnya yang membangun cerpen tidak mudah diduga, (c) ada
tegangan dan kejutan, (d) pembayangan peristiwa yang akan terjadi. Berikut hasil
tes keterampilan menyusun teks cerpen aspek alur siklus I.
Tabel 14 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Alur
Siklus I
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor Persentase
(%)
1 Sangat Baik 4 0 0 0
2 Baik 3 14 42 45,161
3 Cukup Baik 2 14 28 45,161
4 Kurang Baik 1 3 3 9,677
Jumlah 31 73 100
Nilai rata-rata
Kategori B-
Dari tabel tersebut diketahui bahwa tidak ada siswa yang masuk dalam
kategori sangat baik. Sebanyak 14 siswa atau sebesar 45,161 % masuk dalam
116
kategori baik, begitu juga dengan kategori cukup baik jumlah siswa yang masuk
berjumlah 14 siswa. Sedangkan sebanyak 3 orang siswa atau sebesar 9,677 %
asuk dalam kategori kurang baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa
kurang baik dalam menyajikan cerita dalam cerpen sesuai dengan indikator aspek
alur.
4.1.1.4.3 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Latar
Siklus I
Aspek ketiga dalam tes keterampilan menyusun teks cerpen yang dinilai
adalah latar. Penilaian aspek latar berpedoman pada indikator aspek latar yaitu, (a)
tepat menggambarkan tempat yang mendukung peristiwa, (b) tepat
menggambarkan waktu yang mendukung peristiwa, (c) tepat menggambarkan
suasana yang mendukung peristiwa, (d) tepat menggambarkan keadaan sosial
pada saat terjadinya cerita. Berikut hasil tes keterampilan menyusun teks cerpen
aspek latar siklus I.
Tabel 15 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Latar
Siklus I
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor Persentase
(%)
1 Sangat Baik 4 1 4 3,226
2 Baik 3 29 87 93,548
3 Cukup Baik 2 1 2 3,226
4 Kurang Baik 1 0 0 0
Jumlah 31 93 100
Nilai rata-rata
Kategori B
117
Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa hanya satu orang siswa atau
sebesar 3,226 % masuk dalam kategori sangat baik. Sebanyak 29 siswa atau
sebesar 93,548 % masuk dalam kategori baik. Sama dengan kategori sangat baik,
dalam kategori cukup baik hanya satu orang yang masuk. Tidak ada siswa yang
masuk dalam kategori kurang baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dalam
menyusun teks cerpen, siswa sudah baik dalam menggambarkan latar yang
mendukung cerpen.
4.1.1.4.4 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Sudut Pandang
Siklus I
Aspek keempat dalam tes keterampilan menyusun teks cerpen yang dinilai
adalah sudut pandang. Penilaian aspek sudut pandang berpedoman pada indikator
aspek sudut pandang yaitu, (a) baik dalam memberikan perasaan kedekatan tokoh,
(b) baik dalam menjelaskan kepada pembaca siapa yang dituju, (c) baik dalam
menjelaskan perasaan tokoh kepada pembaca, (d) memberikan efek yang semakin
menghidupkan cerita. Berikut hasil tes keterampilan menyusun teks cerpen aspek
sudut pandang siklus I.
Tabel 16 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Sudut
Pandang Siklus I
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor Persentase
(%)
1 Sangat Baik 4 3 12 9,667
2 Baik 3 12 36 38,71
3 Cukup Baik 2 12 24 38,71
4 Kurang Baik 1 4 4 12,903
Jumlah 31 76 100
118
Nilai rata-rata
Kategori B-
Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa sebanyak 3 siswa atau sebesar
9,667 % masuk dalam kategori sangat baik. Sebanyak 12 siswa atau sebesar 38,71
% masuk dalam kategori baik, begitu juga dengan kategori cukup baik terdapat 12
siswa masuk dalam kategori tersebut. Sedangankan kategori kurang baik terdapat
4 siswa atau sebesar 12,903 %. Hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa dalam
menyusun teks cerpen, aspek sudut pandang kurang sesuai dengan indikator yang
telah ditentukan.
4.1.1.4.5 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Tokoh
dan Penokohan Siklus I
Aspek kelima dalam tes keterampilan menyusun teks cerpen yang dinilai
adalah tokoh dan penokohan. Penilaian aspek tokoh dan penokohan berpedoman
pada indikator aspek tokoh dan penokohan yaitu, (a) terdapat tokoh utama dan
tokoh bawahan atau sampingan, (b) terdapat tokoh protagonis, antagonis, dan
tritagonis, (c) pelukisan watak tokoh tajam dan nyata, (d) tokoh mampu membawa
pembaca mengalami peristiwa dalam cerita. Berikut hasil tes keterampilan
menyusun teks cerpen aspek tokoh dan penokohan siklus I.
Tabel 17 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Tokoh dan
Penokohan Siklus I
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor Persentase
(%)
119
1 Sangat Baik 4 0 0 0
2 Baik 3 15 45 48,387
3 Cukup Baik 2 16 32 51,613
4 Kurang Baik 1 0 0 0
Jumlah 31 77 100
Nilai rata-rata
Kategori B-
Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa tidak ada siswa yang masuk
dalam kategori sangat baik. Sebanyak 15 siswa atau sebesar 48,387 % masuk
dalam kategori baik. Sebanyak 16 siswa atau sebesar 51,613 % masuk dalam
kategori cukup baik. Tidak ada siswa yang masuk dalam kategori kurang baik.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar siswa masih kurang mampu
menghadirkan tokoh yang bervariasi dan menggambarkan watak tokoh tersebut
dalam cerpen yang disusunnya.
4.1.1.4.6 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Gaya
Bahasa Siklus I
Aspek keenam dalam tes keterampilan menyusun teks cerpen yang dinilai
adalah gaya bahasa. Penilaian aspek gaya bahasa berpedoman pada indikator
aspek gaya bahasa yaitu, (a) tepat dalam memilih bahasa yang mengandung unsur
emotif, (b) terdapat bahasa yang bersifat konotatif, (c) tepat memilih ungkapan
yang mewakili sesuatu yang diungkapkan, (d) Pilihan kata sesuai dengan situasi,
bervariasi, dan ekspresif. Berikut hasil tes keterampilan menyusun teks cerpen
aspek gaya bahasa siklus I.
120
Tabel 18 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Gaya
Bahasa Siklus I
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor Persentase
(%)
1 Sangat Baik 4 0 0 0
2 Baik 3 11 33 35,484
3 Cukup Baik 2 13 26 41,935
4 Kurang Baik 1 7 7 22,581
Jumlah 31 66 100
Nilai rata-rata
Kategori B-
Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa tidak ada siswa yang masuk
dalam kategori sangat baik. Sebanyak 11 siswa atau sebesar 35,484 % masuk
dalam kategori baik. Sebanyak 13 siswa atau sebesar 41,935 % masuk dalam
kategori cukup baik. Sedangkan sebanyak 7 siswa atau sebesar 22,581 % masuk
dalam kategori kurang baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dalam menyusun
teks cerpen, siswa kurang bervariasi dalam menggunakan pilihan kata.
4.1.1.4.7 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Kepaduan
Unsur Pembangun Cerpen Siklus I
Aspek terakhir atau ketujuh dalam tes keterampilan menyusun teks cerpen
yang dinilai adalah kepaduan unsur pembangun cerpen. Penilaian aspek kepaduan
unsur pembangun cerpen berdasarkan pada kepaduan antarunsur pembangun
cerpen yang disusun siswa. Berikut hasil tes keterampilan menyusun teks cerpen
aspek kepaduan unsur pembangun cerpen siklus I.
121
Tabel 19 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Kepaduan
Unsur Pembangun Cerpen Siklus I
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor Persentase
(%)
1 Sangat Baik 4 10 40 32,258
2 Baik 3 9 27 29,032
3 Cukup Baik 2 12 24 38,71
4 Kurang Baik 1 0 0 0
Jumlah 31 91 100
Nilai rata-rata
Kategori B
Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa sebanyak 10 siswa atau
sebesar 32,258 % masuk dalam kategori sangat baik. Sebanyak 9 siswa atau
sebesar 29,032 % masuk dalam kategori baik. Sebanyak 12 siswa atau sebesar
38,71 % masuk dalam kategori cukup baik. Tidak ada siswa yang masuk dalam
kategori kurang baik. Hal itu menunjukkan bahwa kepaduan unsur pembangun
yang disusun siswa sudah baik.
4.1.1.5 Refleksi Siklus I
Refleksi siklus I dilakukan berdasarkan hasil tes dan nontes pembelajaran
keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi think-talk-write dan teknik
meneruskan cerita melalui media audiovisual yang telah terlaksana pada siklus I.
Hasil tes dan nontes menunjukkan bahwa masih terdapat kekurangan baik dalam
proses pembelajaran, sikap religius, sikap sosial, maupun hasil cerpen siswa.
Pada proses pembelajaran aspek kekondusifan diskusi kelompok
mengidentifikasi struktur teks cerita pendek terdapat 22 siswa yang melakukan
122
diskusi kelompok dengan cukup baik atau sebesar 68,75 %. Aspek keintensifan
diskusi kelompok setelah menyimak tayangan video terdapat 20 siswa atau
sebesar 62,5 % dan termasuk dalam kategori cukup baik. Berdasarkan hasil
tersebut, dua aspek dalam proses pembelajaran menyusun teks cerpen belum
mencapai standar ketuntasan yang telah ditentutan. Standar ketuntasan yang
ditentukan adalah semua proses dalam pembelajaran menyusun teks cerpen masuk
dalam kategori baik atau persentase minimal 76 %.
Kekurangan yang terdapat pada kedua aspek tersebut adalah beberapa
siswa kurang bisa bekerja sama dengan anggota kelompoknya. Hal ini
diasebabkan beberapa siswa tidak cocok dengan anggota kelompok yang telah
dibentuk secara acak. Ketidakcocokan tersebut membuat diskusi kelompok tidak
berjalan dengan lancar, tidak semua anggota kelompok aktif dalam diskusi.
Hambatan lain yang didapat siswa pada saat diskusi setelah menyimak tayangan
video adalah perbedaan pendapat dan ide dalam meneruskan cerita menyebabkan
dalam menuliskan hasil diskusi membutuhkan waktu yang cukup lama karena
harus menyatukan pandangan yang berbeda
Pada aspek sikap religius, kekurangan terdapat pada indikator sikap
religius yang ketiga. Sebanyak 14 masuk dalam kategori kurang baik karena tidak
semua siswa berani dan mempunyai kesempatan untuk menyampaikan pendapat
atau presentasi di depan kelas. Kekurangan tersebut dapat diperbaiki dengan
memberikan kesempatan kepada siswa yang belum pernah presentasi dan
mendorong siswa untuk lebih percaya diri.
123
Pada aspek sikap sosial terdapat empat sikap yang diamati yaitu sikap
percaya diri, sikap toleransi, sikap gotong royong, dan sikap santun. Kekurangan
pada sikap percaya diri indikator pertama adalah terdapat 14 siswa masuk dalam
kategori kurang baik. Pada indikator yang pertama tidak semua siswa berani dan
mempunyai kesempatan untuk presentasi di depan kelas. Indikator sikap percaya
diri yang kedua sebanyak 27 siswa masuk dalam kategori cukup baik. Hanya
beberapa siswa yang berani untuk bependapat, bertanya, atau menjawab.
Kekurangan tersebut dapat diperbaiki dengan memberikan kesempatan kepada
siswa yang belum pernah presentasi dan mendorong siswa untuk lebih percaya
diri.
Pada aspek sikap toleransi nilai yang dicapai siswa masuk dalam kategori
cukup baik, hal tersebut belum mencapai standar penilaian penelitian yang sudah
ditentuan. Indikator sikap toleransi yang pertama sebanyak 15 siswa masuk
dalam kategori cukup baik. Indikator sikap toleransi yang kedua sebanyak 13
siswa masuk dalam kategori cukup baik. Indikator sikap toleransi yang ketiga 13
siswa masuk dalam kategori cukup baik. Indikator sikap toleransi yang kelima
sebanyak 12 siswa masuk kategori cukup baik. Indikaor sikap toleransi yang
keenam sebanyak 13 siswa masuk kategori cukup baik. Kelemahan pada aspek
toleransi adalah beberapa siswa kurang bisa bekerja sama dengan anggota
kelompoknya.
Pada aspek sikap gotong royong indiator yang pertama sebanyak 12 siswa
masuk dalam kategori cukup baik. Indikator sikap gotong royong yang kedua
sebanyak 12 siswa masuk dalam kategori cukup baik. Indikator sikap gotong
124
royong yang ketiga semua siswa masuk dalam kategori cukup baik. Kekurangan
yang terdapat pada siap gotong royong adalah siswa kurang bisa mendorong
anggota kelompoknya untuk bekerja sama dalam diskusi kelompok.
Pada aspek sikap santun hampir semua siswa masuk dalam kategori baik,
terdapat kekurangan pada indikator yang ketiga yaitu sebanyak 21 siswa masuk
dalam kategori cukup baik. Kekurangan pada indikator yang ketiga adalah
penggunaan bahasa yang kurang santun pada saat melasanakan diskusi kelompok.
Pada tahap menyusun teks cerpen, diketahui nilai rata-rata siswa mencapai
2,63. Jumlah siswa yang tuntas berdasarkan standar ketuntasan penelitian
sebanyak 13 orang atau sebesar 41,935 %. Sedangkan jumlah siswa yang tidak
tuntas berdasarkan standar ketuntasan penelitian sebanyak 18 siswa atau sebesar
58,065 %. Penilaian hasil cerpen siswa berdasarkan aspek-aspek penilaian
keterampilan menyusun teks cerpen meliputi, (a) tema, (b) alur, (c) latar, (d) sudut
pandang, (e) tokoh dan penokohan, (f) gaya bahasa, dan (g) kepaduan unsur-unsur
pembangun cerpen.
Kekurangan terdapat pada aspek alur, sudut pandang, tokoh dan
penokohan, gaya bahasa. Keempat aspek tersebut masuk dalam kategori cukup
baik. Sebanyak 14 siswa atau sebesar 45,161 % masuk dalam kategori cukup baik.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa kurang baik dalam menyajikan cerita
dalam cerpen sesuai dengan indikator aspek alur.
Pada aspek sudut pandang Sebanyak 12 siswa atau sebesar 38,71 % masuk
dalam kategori cukup baik. Sedangankan kategori kurang baik terdapat 4 siswa
atau sebesar 12,903 %. Hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa dalam menyusun
125
teks cerpen, aspek sudut pandang kurang sesuai dengan indikator yang telah
ditentukan.
Pada aspek tokoh dan penokohan sebanyak 16 siswa atau sebesar 51,613
% masuk dalam kategori cukup baik. Tidak ada siswa yang masuk dalam kategori
kurang baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar siswa masih
kurang mampu menghadirkan tokoh yang bervariasi dan menggambaran watak
tokoh tersebut dalam cerpen yang disusunnya.
Pada aspek gaya bahasa sebanyak 13 siswa atau sebesar 41,935 % masuk
dalam kategori cukup baik. Sedangkan sebanyak 7 siswa masuk dalam kategori
kurang baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dalam menyusun teks cerpen,
siswa kurang bervariasi dalam menggunakan gaya bahasa.
4.1.2 Hasil Penelitian Siklus II
Kegiatan pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen dengan
strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual
pada siklus II, dilakukan untuk mengetahui peningkatan pembelajaran yang telah
dilaksanakan pada siklus I. Peningkatan pembelajaran tersebut mencakup, proses
pembelajaran peningkatan keterampilan menyusun teks cerpen; menghargai dan
mensyukuri keberadaan bahasa indonesia sebagai anugerah Tuhan Yang Maha
Esa sebagai sarana menyajikan informasi lisan dan tulis; menghargai dan
menghayati sikap percaya diri, toleransi, gotong royong, dan santun dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan dalam jangkauan
126
pergaulan dan keberadaannya sebagai wujud sikap sosial; dan keterampilan siswa
menyusun teks cerpen.
Pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi think-
talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual siklus II
dilaksanakan berdasarkan perbaikan atas kekurangan yang ada pada siklus I.
Kekurangan pada siklus I yang terdapat pada proses pembelajaran adalah kurang
kondusifnya proses diskusi kelompok, karena beberapa siswa kurang bisa bekerja
sama dalam diskusi kelompok. Tindakan perbaikan pada siklus II adalah dengan
membentuk kelompok baru, pembentukan kelompok baru diharapkan akan
membuat siswa lebih mudah dalam bekerja sama dalam diskusi kelompok.
Kelompok baru dibentuk oleh guru berdasarkan hasil observasi sikap gotong
royong pada siklus I, setiap kelompok memiliki anggota yang berbeda dari siklus
I. Pembentukan kelompok baru juga digunakan untuk memperbaiki sikap gotong
royong dan sikap toleransi siswa. Kekurangan pada sikap gotong royong dan
toleransi adalah kurang kondusifnya diskusi kelompok karena beberapa siswa
kurang bisa bekerja sama dalam diskusi kelompok.
Kekurangan pada sikap sosial siswa terdapat pada sikap percaya diri, sikap
toleransi, sikap gotong royong, dan sikap santun. Sikap percaya diri siswa masih
kurang karena masih banyak siswa yang kurang berani untuk berpendapat,
bertanya, atau menjawab. Tindakan perbaikan pada siklus II adalah dengan
mendorong siswa untuk lebih percaya diri dan memberikan kesempatan untuk
berpendapat, bertanya, atau menjawab. Tindakan tersebut dilakukan dengan
127
memberikan kesempatan kepada siswa yang belum pernah berpendapat atau
presentasi.
Kekurangan pada sikap santun adalah kurang santunnya bahasa yang
digunakan siswa pada saat diskusi kelompok. Hal tersebut berhubungan dengan
sikap sosial sebelumnya yaitu sikap toleransi dan gotong royong, karena siswa
kurang bisa bekerja sama dengan anggota kelompok yang berbeda karakter
sehingga membuat bahasa yang digunakan kurang santun. Tindakan perbaikan
pada siklus II selain pembentukan kelompok baru yang telah dilakukan
sebelumya, siswa diingatkan untuk menggunakan bahasa yang lebih santun.
Kekurangan pada keterampilan siswa dalam menyusun teks cerpen adalah
pada unsur pembangun cerpen yang disusun siswa yaitu pada unsur alur, sudut
pandang, tokoh dan penokohan, gaya bahasa. Pada unsur alur, siswa masih kurang
memberikan tegangan pada cerpen yang disusun. Pada unsur sudut pandang,
siswa kurang bisa memberikan efek yang bisa menghidupkan cerita. Pada unsur
tokoh dan penokohan, sebagian besar siswa masih kurang mampu menghadirkan
tokoh yang bervariasi dan menggambarkan watak tokoh tersebut dalam cerpen
yang disusunnya. Pada unsur gaya bahasa, siswa kurang bervariasi dalam
menggunakan pilihan kata.
Tindakan perbaikan pada siklus II adalah dengan memberikan materi lebih
banyak untuk unsur pembangun cerpen. Materi tentang unsur pembangun cerpen
diberikan pada pertemuan pertama setelah membahas struktur teks cerpen. Pada
siklus I pertemuan pertama membahas struktur teks cerpen dan kaidah kebahasaan
teks cerpen, sedangkan pada siklus II diberikan materi unsur pembangun cerpen
128
setelah struktur teks cerpen. Perbedaan tersebut bertujuan untuk memperbaiki
kekurangan yang terdapat pada hasil cerpen yang disusun siswa.
4.1.2.1 Proses Pembelajaran Peningkatan Keterampilan Menyusun Teks
Cerpen dengan Strategi Think-Talk-Write dan Teknik Meneruskan
Cerita melalui Media Audiovisual Siklus II
Pelaksanaan proses pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen
siklus II tidak berbeda jauh dengan siklus I. Terdapat lima aspek yang diamati
dalam proses pembelajaran yaitu, (1) Keantusiasan dan minat siswa, (2)
kekondusifan diskusi kelompok mengidentifikasi struktur teks cerita pendek, (3)
keintensifan diskusi kelompok setelah menyimak tayangan video, (4) keintesifan
pelaksanaan kegiatan menyusun teks cerita pendek, dan (5) refleksi pada akhir
pembelajaran sehingga siswa mengetahui kekurangan/kesulitan dan cara
mengatasinya.
Berikut ini adalah hasil pengamatan proses pembelajaran peningkatan
keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi think-talk-write dan teknik
meneruskan cerita melalui media audiovisual siklus II diuraikan dalam tabel
berikut.
Tabel 20 Hasil Observasi Proses Pembelajaran Menyusun Teks Cerpen
Siklus II
No Aspek Pengamatan Frekuensi Persentase (%)
1 Keantusiasan dan minat siswa 27 84,375 %
2 kekondusifan diskusi kelompok
mengidentifikasi struktur teks cerita
pendek
26 81,25 %
3 keintensifan diskusi kelompok setelah 25 78,125 %
129
menyimak tayangan video
4 keintesifan pelaksanaan kegiatan
menyusun teks cerita pendek 32 100 %
5 refleksi pada akhir pembelajaran
sehingga siswa mengetahui
kekurangan/kesulitan dan cara
mengatasinya
32 100 %
Keterangan :
Sangat baik : > 85 %
Baik : 76-85 %
Cukup : 60-75 %
Kurang : < 60 %
Tabel di atas menunjukkan bahwa aspek keantusiasan dan minat siswa
terhadap pembelajaran menyusun teks cerpen dengan strategi think-talk-write dan
teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual terdapat 27 siswa yang
memperhatikan atau sebesar 84,375 % dan termasuk dalam kategori baik. Aspek
kekondusifan diskusi kelompok mengidentifikasi struktur teks cerita pendek 26
siswa melakukan diskusi dengan baik atau sebesar 81,25 %. Aspek keintensifan
diskusi kelompok setelah menyimak tayangan video terdapat 25 siswa atau
sebesar 78,125 % melakukan diskusi dengan baik dan termasuk dalam kategori
baik. Aspek keintesifan pelaksanaan kegiatan menyusun teks cerita pendek dan
refleksi pada akhir pembelajaran sehingga siswa mengetahui
kekurangan/kesulitan dan cara mengatasinya terdapat 32 siswa atau sebesar 100 %
yang melaksanakan kegiatan tersebut dan termasuk dalam kategori sangat baik.
130
4.1.2.1.1 Keantusiasan dan Minat Siswa terhadap Pembelajaran Menyusun
Teks Cerpen dengan Strategi Think-Talk-Write dan Teknik
Meneruskan Cerita melalui Media Audiovisual Siklus II
Proses pembelajaran menyusun teks cerpen pada siklus II tidak berbeda
jauh dengan siklus I. Perbedaan terletak pada pertemuan pertama , pada siklus I
setelah siswa berdiskusi mengidentifikasi struktur teks cerpen siswa dan guru
membahas kaidah kebahasaan. Pada siklus II, setelah mengidentifikasi struktur
teks cerpen siswa mendengarkan penjelasan guru tentang unsur pembangun
cerpen. Tanggapan siswa tentang penjelasan guru cukup baik, siswa
mendengarkan penjelasan guru dengan baik. Beberapa siswa mau bertanya
tentang materi yang sedang dibahas.
Berdasarkan hasil observasi proses pembelajaran, persentase keantusiasan
siswa terhadap pembelajaran menyusun teks cerpen sebesar 84,375 %, sehingga
dapat diidentifikasi bahwa siswa antusias dalam mengikuti pembelajaran
menyusun teks cerpen. Keantusiasan siswa ditunjukkan dengan kesediaan siswa
memperhatikan penjelasan tentang unsur pembangun cerpen, tertib dalam
membentuk kelompok, dan dalam menyimak media yang ditayangkan oleh guru.
Berdasarkan jurnal guru, keantusiasan dan minat siswa dalam mengikuti
pembelajaran menyusun teks cerpen baik. Sebagian besar siswa memperhatikan
penjelasan yang diberikan, bersedia menjawab pertanyaan dan mengemukakan
pendapat, membentuk kelompok sesuai dengan instruksi, serta memperhatikan
tayangan yang diputar guru dengan baik.
131
Keantusiasan dan minat siswa dalam pembelajaran diketahui dari
kesiapan, keantusiasan, dan minat siswa ketika mengikuti pembelajaran
keterampilan menyusun teks cerpen. Pada awal pembelajaran siswa terlihat
antusias dengan menanyakan persamaan dan perbedaan tahap-tahap pembelajaran
antara pertemuan siklus I dan siklus II. Keantusiasan dan minat siswa dalam
mengikuti pembelajaran menyusun teks cerpen pada siklus II ini lebih baik
dibandingan dengan pembelajaran pada siklus I.
Hasil dokumentasi foto juga menunjukkan keantusiasan siswa dalam
mengikuti pembelajaran menyusun teks cerpen pada siklus II. Berikut adalah
gambar interaksi antara guru dengan siswa yang menunjukkan keantusiasan dan
minat siwa dalam mengikuti pembelajaran menyusun teks cerpen dengan strategi
think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual.
Gambar 11 Aktivitas Siswa Menunjukkan Keantusiasan dan Minat dalam
Pembelajaran Menyusun Teks Cerpen Siklus II
Berdasarkan dokumentasi foto di atas terlihat siswa antusias dalam
mengikuti pembelajaran ditandai dengan keantusiasan siswa bertanya. Selain itu,
132
siswa terlihat tertib dan menjalankan instruksi dengan baik dalam membentuk
kelompok.
4.1.2.1.2 Kekondusifan Diskusi Kelompok Mengidentifikasi Struktur Teks
Cerita Pendek Siklus II
Pada kegiatan pembelajaran ini, siswa mengidentifikasi struktur teks
cerpen dalam kelompok yang telah dibentuk guru. Pada siklus II kegiatan diskusi
berjalan lebih baik, hasil diskusi kelompok menambah pemahaman siswa tentang
struktur teks cerpen.
Berdasarkan hasil observasi proses pembelajaran, persentase siswa
melakukan diskusi kelompok dengan baik sebesar 81,25 %. Sehingga dapat
diidentifikasi bahwa sebagian besar siswa melaksanakan diskusi kelompok
mengidentifikasi struktur teks cerpen sesuai dengan instruksi dan kerja sama
antaranggota kelompok berjalan baik. Dari jurnal guru juga menunjukkan bahwa
siswa cukup baik dalam diskusi kelompok mengidentifikasi struktur teks cerpen.
Hasil dokumentasi foto juga menunjukkan siswa melakukan diskusi
kelompok dengan baik. Berikut adalah gambar yang menunjukkan siswa
melakukan diskusi kelompok dengan baik dalam mengikuti pembelajaran
menyusun teks cerpen dengan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan
cerita melalui media audiovisual.
133
Gambar 12 Kegiatan Diskusi Siswa Mengidentifikasi Struktur Teks Cerita
Pendek Siklus II
Berdasarkan dokumentasi foto, siswa melakukan diskusi kelompok dengan
baik. Kerja sama dalam diskusi kelompok berjalan dengan baik dan siswa
melaksanakan diskusi sesuai dengan instruksi yang diberikan.
4.1.2.1.3 Keintensifan Diskusi Kelompok Setelah Menyimak Tayangan
Video Siklus II
Pada kegiatan ini, tiap kelompok diberikan tugas untuk menentukan unsur
pembangun cerita pada video yang ditayangkan. Setelah itu, tiap kelompok
menuliskan kembali dan meneruskan cerita tersebut agar menjadi sebuah cerita
yang utuh. Siswa antusias dalam menyimak video yang ditayangkan, karena cerita
dalam video tersebut berbeda dengan video pada siklus I.
Berdasarkan hasil observasi proses pembelajaran aspek keintensifan
diskusi kelompok setelah menyimak tayangan video, persentasenya mencapai
78,125 % dan termasuk dalam kategori cukup baik. Pembentukan kelompok baru
sedikit membantu siswa dalam diskusi kelompok, sehingga meningkatkan
134
persentase aspek keintensifan diskusi kelompok setelah menyimak tayangan
video.
Dari jurnal guru, pelaksanaan diskusi sudah cukup baik. Pembentukan
kelompok baru membuat siswa lebih bisa bekerja sama dengan anggota
kelompoknya dalam diskusi. Dengan anggota kelompok yang baru, membuat
siswa termotivasi untuk memberikan pendapatnya dalam diskusi kelompok.
Dari jurnal siswa diperoleh kemudahan dan kesulitan yang dialami siswa
dalam melaksanakan diskusi setelah menyimak tayangan video. Kesulitan yang
dialami siswa masih sama, yaitu terganggu cahaya matahari pada saat menyimak
tayangan video. Kesulitan yang lain adalah perbedaan pendapat dan ide dalam
meneruskan cerita menyebabkan dalam menuliskan hasil diskusi membutuhkan
waktu yang cukup lama karena harus menyatukan pandangan yang berbeda.
Berikut adalah gambar yang menunjukkan keintensifan diskusi kelompok
setelah menyimak tayangan video.
Gambar 13 Aktivitas Diskusi Kelompok setelah Menyimak Tayangan Video
Siklus II
135
Berdasarkan dokumentasi foto, siswa cukup baik dalam melaksanakan
diskusi setelah menyimak tayangan video. Siswa antusias memberikan pendapat
tentang kelanjutan cerita berdasarkan video yang telah ditayangkan.
4.1.2.1.4 Keintesifan Pelaksanaan Kegiatan Menyusun Teks Cerita Pendek
Siklus II
Pada kegiatan menyusun teks cerpen, siswa diberikan tugas untuk
menyusun sebuah cerpen. Semua siswa melaksanakan tugas yang diberikan
dengan kesulitan dan hambatan yang dialami masing-masing siswa. Masih
terdapat siswa yang mengalami kesulitan dalam menyusun teks cerpen.
Berdasarkan hasil pengamatan proses pembelajaran aspek keintesifan
pelaksanaan kegiatan menyusun teks cerita pendek, persentasenya mencapai 100
% dan masuk dalam kategori sangat baik. Semua siswa melaksanakan kegiatan
menyusun teks cerpen dengan baik. Berdasarkan jurnal guru, kegiatan menyusun
teks cerpen berjalan dengan baik. Setiap siswa melaksanakan arahan yang
diberikan, siswa antusias dalam menyusun teks cerpen.
Dari jurnal siswa diketahui kesulitan yang dialami siswa dalam menyusun
teks cerpen. Kesulitan yang dialami siswa antara lain siswa masih kesulitan dalam
menemukan ide untuk menyusun teks cerpen. Berikut adalah gambar yang
menunjukkan keintesifan pelaksanaan kegiatan menyusun teks cerita pendek.
136
Gambar 14 Aktivitas Siswa Menyusun Teks Cerita Pendek Siklus II
Berdasarkan dokumentasi foto semua siswa antusias dalam menyusun teks
cerpen, siswa melaksanakan dengan baik tugas yang diberikan.
4.1.2.1.5 Refleksi pada Akhir Pembelajaran sehingga Siswa Mengetahui
Kekurangan/kesulitan dan Cara Mengatasinya Siklus II
Kegiatan refleksi merupakan kegiatan di akhir pembelajaran, hal ini
berguna agar siswa mengetahui kesulitan yang dialami pada saat menyusun teks
cerpen dan cara mengatasinya. Pada saat kegiatan refleksi siswa menjawab
pertanyaan tentang kesulitan yang dialami pada saat diskusi kelompok, menyusun
teks cerpen, dan kemudahan serta manfaat yang diperoleh setelah mengikuti
pembelajaran menyusun teks cerpen dengan strategi TTW dan teknik meneruskan
cerita melalui media audiovisual.
Berdasarkan hasil observasi proses pembelajaran aspek refleksi pada akhir
pembelajaran, persentasenya mencapai 100 % dan termasuk dalam kategori sangat
baik. Secara keseluruhan siswa antusias untuk melakukan refleksi agar
137
mengetahui kesulitan yang dialami pada saat menyusun teks cerpen dan cara
mengatasinya.
Dari jurnal guru, siswa sangat antusias dalam melaksanakan kegiatan
refleksi. Siswa ingin mengetahui kesulitan yang dihadapai pada saat menyusun
teks cerpen dan cara mengatasinya. Siswa tidak sungkan untuk bertanya pada
temannya kesulitan yang dihadapi.
Dari jurnal siswa diketahui kesulitan dan kemudahan siswa dalam diskusi
kelompok setelah menyimak tayangan video, kesulitan saat kegiatan menyusun
teks cerpen, dan pendapat siswa tentang penggunaan strategi TTW dalam
pembelajaran menyusun teks cerpen.
Berikut adalah gambar yang menunjukkan kegiatan refleksi siswa di akhir
pembelajaran.
Gambar 15 Aktivitas Siswa Melakukan Refleksi pada Akhir Pembelajaran
Siklus II
Berdasarkan dokumentasi foto, siswa antusias melaksanakan kegiatan
refleksi di akhir pembelajaran. Siswa antusias untuk mengetahui kekurangan yang
138
dimiliki pada saat menyusun teks cerpen, sehingga dapat menemukan solusi untuk
mengatasi kekurangan tersebut.
4.1.2.2 Perubahan Perilaku Menghargai dan Mensyukuri Keberadaan
Bahasa Indonesia sebagai Anugerah Tuhan Yang Maha Esa sebagai
Sarana Menyajikan Informasi Lisan dan Tulis pada Siswa sebagai
Wujud Sikap Religius Siklus II
Perilaku menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa indonesia sebagai
anugerah Tuhan Yang Maha Esa sebagai sarana menyajikan informasi lisan dan
tulis diidentifikasi dari sikap religius siswa. Selain itu, untuk mendukung hasil
penilaian observasi sikap religius dipadukan dengan jurnal guru terkait sikap
religius siswa ketika proses pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen.
Penilaian observasi sikap religius mencakup empat indikator yaitu, (a) berdo’a
sebelum dan setelah melaksanakan pembelajaran, (b) berdo’a dengan sikap yang
baik (tidak membuat gerakan yang tidak perlu atau mengeluarkan suara yang
membuat gaduh), (c) memberi salam sebelum dan sesudah menyampaikan
pendapat atau presentasi, (d) menjawab salam guru atau teman yang mengucapkan
salam. Berikut hasil penilaian observasi sikap religius siklus II.
Tabel 21 Hasil Penilaian Observasi Sikap Religius Siklus II
No Indikator Sikap Religius Kategori Frekuensi
1 berdo’a sebelum dan setelah
melaksanakan pembelajaran
Sangat Baik (4) 32
Baik (3) 0
Cukup Baik (2) 0
Kurang Baik (1) 0
Jumlah 32
2 berdo’a dengan sikap yang baik
(tidak membuat gerakan yang
Sangat Baik (4) 32
Baik (3) 0
139
tidak perlu atau mengeluarkan
suara yang membuat gaduh)
Cukup Baik (2) 0
Kurang Baik (1) 0
Jumlah 32
3 memberi salam sebelum dan
sesudah menyampaikan
pendapat atau presentasi
Sangat Baik (4) 21
Baik (3) 0
Cukup Baik (2) 0
Kurang Baik (1) 12
Jumlah 32
4 menjawab salam guru atau
teman yang mengucapkan salam
Sangat Baik (4) 32
Baik (3) 0
Cukup Baik (2) 0
Kurang Baik (1) 0
Jumlah 32
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa sikap religius siswa
termasuk dalam kategori baik. Pada indikator sikap religius yang pertama semua
siswa termasuk dalam kategori sangat baik. Begitu juga dengan indikator sikap
religius yang kedua, semua siswa masuk dalam kategori sangat baik. Pada
indikator sikap religius yang ketiga sebanyak 21 siswa masuk dalam kategori
sangat baik, sedangkan 12 siswa masuk dalam kategori kurang baik. Pada
indikator sikap religius yang keempat semua siswa menunjukkan sikap yang
sangat baik.
Berdasarkan jurnal guru, secara keseluruhan sikap religius yang
ditunjukkan siswa baik. Tidak ada perubahan besar yang terjadi pada siklus II,
walaupun demikian siswa menunjukkan sikap religius yang baik.
Berikut hasil dokumentasi foto yang menunjukkan sikap religius siswa
pada saat proses pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi
think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual.
140
Gambar 16 Aktivitas Siswa yang Menunjukkan Sikap Religius Siklus II
Gambar 16 menunjukkan sikap religius siswa dalam pembelajaran. Sikap
religius siswa ditunjukkan dengan berdo’a sebelum melaksanakan pembelajaran
dan berdo’a dengan sikap yang baik.
4.1.2.3 Perubahan Sikap Menghargai dan Menghayati Sikap Percaya Diri,
Toleransi, Gotong Royong, dan Santun sebagai Wujud Sikap Sosial
Siklus II
Hasil sikap menghargai dan menghayati sikap percaya diri, toleransi,
gotong royong, dan santun pada siklus II diidentifikasi dari sikap percaya diri,
toleransi, gotong royong, dan santun ketika siswa mengikuti proses pembelajaran
keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi think-talk-write dan teknik
meneruskan cerita melalui media audiovisual. Hasil sikap sosial siswa diperoleh
melalui penilain observasi sikap percaya diri, toleransi, gotong royong, dan santun
serta jurnal guru.
141
4.1.2.3.1 Sikap Percaya Diri
Penilaian observasi sikap percaya diri mencakup dua indikator yaitu, (a)
berani presentasi di depan kelas dan (b) berani berpendapat, bertanya, atau
menjawab pertanyaan. Berikut adalah hasil penilaian sikap percaya diri siklus II.
Tabel 22 Hasil Penilaian Observasi Sikap Percaya Diri Siklus II
No Indikator Sikap Percaya Diri Kategori Frekuensi
1 berani presentasi di depan kelas Sangat Baik (4) 21
Baik (3) 0
Cukup Baik (2) 0
Kurang Baik (1) 12
Jumlah 32
2 berani berpendapat, bertanya,
atau menjawab pertanyaan
Sangat Baik (4) 0
Baik (3) 9
Cukup Baik (2) 23
Kurang Baik (1) 0
Jumlah 32
Dari tabel tersebut diketahui bahwa sikap percaya diri siswa termasuk
dalam kategori cukup baik. Indikator sikap percaya diri yang pertama sebanyak 21
siswa masuk dalam kategori sangat baik, 12 siswa masuk dalam kategori kurang
baik. Pada indikator yang pertama tidak semua siswa berani dan mempunyai
kesempatan untuk presentasi di depan kelas. Indikator sikap percaya diri yang
kedua sebanyak 9 siswa masuk dalam kategori baik, 23 siswa masuk dalam
kategori cukup baik.
Berdasarkan jurnal guru, sikap percaya diri siswa sudah cukup baik.
Banyak siswa yang berani untuk presentasi, berpendapat, bertanya, atau
menjawab pertanyaan. Pada siklus II siswa yang berani presentasi di depan kelas
bertambah.
142
Berikut ini hasil dokumentasi foto yang menunjukkan sikap percaya diri
siswa ketika pelaksanaan pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen
dengan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media
audiovisual.
Gambar 17 Aktivitas Siswa yang Menunjukkan Sikap Percaya Diri Siklus II
Gambar 17 menunjukkan sikap percaya diri siswa dalam pembelajaran
menuyusun cerpen. Sikap percaya diri ditunjukkan dengan keberanian siswa
untuk bertanya dan menyampaikan pendapat. Selain itu siswa yang belum pernah
presentasi di depan kelas menjadi berani untuk presentasi.
4.1.2.3.2 Sikap Toleransi
Penilaian observasi sikap toleransi mencakup enam indikator yaitu, (a)
tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat, (b) menerima kesepatakan
meskipun berbeda dengan pendapatnya, (c) mampu dan mau bekerja sama dengan
siapa pun yang memiliki keberagaman latar belakang, pandangan, dan keyakinan,
(d) tidak memaksakan keyakinan atau pendapat diri pada orang lain, (e) kesediaan
untuk belajar dari (terbuka terhadap) keyakinan dan gagasan orang lain agar
143
dapat memahami orang lain lebih baik, (f) terbuka untuk menerima sesuatu yang
baru. Berikut hasil penilain observasi sikap toleransi siklus II.
Tabel 23 Hasil Penilaian Observasi Sikap Toleransi Siklus II
No Indikator Sikap Toleransi Kategori Frekuensi
1 tidak mengganggu teman yang
berbeda pendapat
Sangat Baik (4) 19
Baik (3) 13
Cukup Baik (2) 0
Kurang Baik (1) 0
Jumlah 32
2 menerima kesepatakan
meskipun berbeda dengan
pendapatnya
Sangat Baik (4) 18
Baik (3) 11
Cukup Baik (2) 3
Kurang Baik (1) 0
Jumlah 32
3 mampu dan mau bekerja sama
dengan siapa pun yang memiliki
keberagaman latar belakang,
pandangan, dan keyakinan
Sangat Baik (4) 20
Baik (3) 6
Cukup Baik (2) 6
Kurang Baik (1) 0
Jumlah 32
4 tidak memaksakan keyakinan
atau pendapat diri pada orang
lain
Sangat Baik (4) 13
Baik (3) 19
Cukup Baik (2) 0
Kurang Baik (1) 0
Jumlah 32
5 kesediaan untuk belajar dari
(terbuka terhadap) keyakinan
dan gagasan orang lain agar
dapat memahami orang lain
lebih baik
Sangat Baik (4) 0
Baik (3) 22
Cukup Baik (2) 10
Kurang Baik (1) 0
Jumlah 32
6 terbuka untuk menerima sesuatu
yang baru
Sangat Baik (4) 0
Baik (3) 22
Cukup Baik (2) 10
Kurang Baik (1) 0
Jumlah 32
Dari tabel tersebut diketahui bahwa sikap toleransi siswa baik. Indikator
sikap toleransi yang pertama sebanyak 19 siswa masuk dalam kategori sangat
baik, 15 siswa masuk dalam kategori baik. Indikator sikap toleransi yang kedua
144
sebanyak 18 siswa masuk dalam kategori sangat baik, 11 siswa masuk dalam
kategori baik, dan 3 siswa masuk dalam kategori cukup baik. Indikator sikap
toleransi yang ketiga 20 siswa masuk dalam kategori sangat baik, 6 siswa masuk
dalam kategori baik, dan 6 siswa masuk dalam kategori cukup baik. Indikator
sikap toleransi yang keempat sebanyak 13 siswa masuk kategori sangat baik, 19
siswa masuk dalam kategori baik. Indikator sikap toleransi yang kelima sebanyak
22 siswa masuk dalam kategori baik, 10 siswa masuk kategori cukup baik.
Indikator sikap toleransi yang keenam sebanyak 22 siswa masuk dalam kategori
baik, 10 siswa masuk kategori cukup.
Berdasarkan jurnal guru, sikap toleransi siswa baik. Selama diskusi dalam
kelompok siswa cukup baik dalam menerima pendapat orang lain. Pembentukan
kelompok baru membuat siswa bisa bekerja sama dalam diskusi dengan anggota
kelompoknya.
Berikut ini hasil dokumentasi foto yang menunjukkan sikap toleransi
siswa ketika pelaksanaan pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen
dengan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media
audiovisual.
Gambar 18 Aktivitas Siswa yang Menunjukkan Sikap Toleransi Siklus II
145
Gambar 18 menunjukkan sikap toleransi siswa dalam pembelajaran
menyusun teks cerpen. Sikap toleransi ditunjukkan siswa dengan mau menerima
kesepakatan dalam diskusi dan siswa mau bekerja sama dengananggota lain yang
berbeda karakter.
4.1.2.3.3 Sikap Gotong Royong
Terdapat tiga indikator penilaian observasi sikap gotong royong yaitu, (a)
kesediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan, (b) aktif dalam kerja kelompok,
(c) mendorong orang lain untuk bekerja sama dalam kelompok. Berikut hasil
penilaian observasi sikap gotong royong siklus II.
Tabel 24 Hasil Penilaian Observasi Sikap Gotong Royong Siklus II
No Indikator Sikap Gotong
Royong Kategori Frekuensi
1 kesediaan melakukan tugas
sesuai kesepakatan
Sangat Baik (4) 18
Baik (3) 9
Cukup Baik (2) 5
Kurang Baik (1) 0
Jumlah 32
2 aktif dalam kerja kelompok Sangat Baik (4) 0
Baik (3) 21
Cukup Baik (2) 11
Kurang Baik (1) 0
Jumlah 32
3 mendorong orang lain untuk
bekerja sama dalam kelompok
Sangat Baik (4) 0
Baik (3) 8
Cukup Baik (2) 24
Kurang Baik (1) 0
Jumlah 32
Dari tabel tersebut diketahui untuk indikator sikap gotong royong yang
pertama, sebanyak 18 siswa masuk dalam kategori sangat baik, 9 siswa masuk
146
dalam kategori baik, dan 5 siswa masuk dalam kategori cukup baik. Indikator
sikap gotong royong yang kedua sebanyak 21 siswa masuk dalam kategori baik,
11 siswa masuk dalam kategori cukup baik. Indikator sikap gotong royong yang
ketiga 8 siswa masuk dalam kategori baik, 24 siswa masuk dalam kategori cukup
baik.
Berdasarkan jurnal guru, sikap gotong royong siswa secara keseluruhan
cukup baik. Siswa sudah cukup baik dalam berdiskusi atau bekerja sama dalam
kelompok. Pembentukan kelompok baru membuat siswa lebih antusias untuk
memberikan pendapat dalam diskusi kelompok.
Berikut ini hasil dokumentasi foto yang menunjukkan sikap gotong royong
siswa ketika pelaksanaan pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen
dengan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media
audiovisual.
Gambar 19 Aktivitas Siswa yang Menunjukkan Sikap Gotong Royong Siklus
II
Gambar 19 menunjukkan sikap gotong royong siswa dalam pembelajaran
menyusun teks cerpen. Siswa menunjukkan sikap gotong royong dengan lebih
147
aktif dalam kerja kelompok, baik dalam menyampaikan pendapat dan mendorong
anggota lain untuk menyampaikan gagasannya dalam diskusi kelompok.
4.1.2.3.4 Sikap Santun
Terdapat tiga indikator penilaian observasi sikap santun yaitu, (a)
menghormati orang yang lebih tua, (b) bersikap 3S (salam, senyum, sapa), (c)
menggunakan bahasa yang santun saat menyampaikan pendapat, bertanya, atau
menyanggah. Berikut hasil penilaian observasi sikap santun siklus II.
Tabel 25 Hasil Penilaian Observasi Sikap Santun Siklus II
No Indikator Sikap Santun Kategori Frekuensi
1 menghormati orang yang lebih
tua
Sangat Baik (4) 0
Baik (3) 32
Cukup Baik (2) 0
Kurang Baik (1) 0
Jumlah 32
2 bersikap 3S (salam, senyum,
sapa)
Sangat Baik (4) 0
Baik (3) 31
Cukup Baik (2) 1
Kurang Baik (1) 0
Jumlah 32
3 menggunakan bahasa yang
santun saat menyampaikan
pendapat, bertanya, atau
menyanggah
Sangat Baik (4) 0
Baik (3) 19
Cukup Baik (2) 13
Kurang Baik (1) 0
Jumlah 32
Dari tabel di atas diketahui untuk indikator sikap santun yang pertama,
semua siswa masuk dalam kategori baik. Indikator sikap santun yang kedua
sebanyak 31 siswa masuk dalam kategori baik, 1 siswa masuk dalam kategori
cukup baik. Indikator sikap santun yang ketiga sebanyak 19 siswa masuk dalam
kategori baik, 13 siswa masuk dalam kategori cukup baik.
148
Berdasarkan jurnal guru, sikap santun siswa dalam pembelajaran sudah
baik. Dalam menyampaikan pendapat, bertanya, atau menjawab siswa
menggunakan bahasa yang cukup santun.
Berikut ini hasil dokumentasi foto yang menunjukkan sikap santun siswa
ketika pelaksanaan pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen dengan
strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual.
Gambar 20 Aktivitas Siswa yang Menunjukkan Sikap Santun Siklus II
Gambar 20 menunjukkan sikap santun dalam pembelajaran menyusun teks
cerpen. Sikap santun ditunjukkan siswa dengan menerapkan sikap 3 S dalam
diskusi kelompok. Selain itu dalam diskusi kelompok siswa menggunakan bahasa
yang santun.
4.1.2.4 Peningkatan Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Siklus II
Hasil keterampilan menyusun teks cerpen diperoleh dari tes menyusun
teks cerpen tiap siswa. Penilaian hasil cerpen siswa berdasarkan aspek-aspek
penilaian keterampilan menyusun tekscerpen meliputi, (a) tema, (b) alur, (c) latar,
(d) sudut pandang, (e) tokoh dan penokohan, (f) gaya bahasa, dan (g) kepaduan
149
unsur-unsur pembangun cerpen. Berikut ini hasil penilaian keterampilan
menyusun teks cerpen siklus II yang diakumulasikan.
Tabel 26 Hasil Tes Menyusun Teks Cerpen Siklus II
No Kategori Rentang
Nilai
Skor Frekuensi Bobot
Skor
Nilai Persentase
(%)
1 Sangat
Baik
3,34-4,00 4 7 28 24,86 21,875
2 Baik 2,34-3,33 3 25 75 71,71 78,125
3 Cukup
Baik
1,34-2,33 2 0 0 0
4 Kurang
Baik
0,00-1,33 1 0 0 0 0
Jumlah 32 96,57 100
Nilai rata-rata
Kategori B+
Berdasarkan tabel di atas, diketahui nilai rata-rata siswa mencapai 3,02
yang termasuk dalam kategori baik. Dapat diidentifikasi bahwa kemampuan
menyusun teks cerpen siswa sudah baik, terjadi peningkatan keterampilan
menyusun teks cerpen dari siklus I. Sebanyak 7 siswa mendapatkan nilai yang
sangat baik, mencapai persentase sebesar 21,875 %. Siswa yang mendapat nilai
baik sebanyak 25 orang atau sebesar 78,125 %.
Standar ketuntasan penelitian yang telah ditentukan adalah sebesar 2,67
masuk dalam kategori B. Ketuntasan dihitung berdasarkan jumlah siswa yang
sudah memenuhi standar ketuntasan penelitian. Semua siswa sudah mencapai
ketuntasan berdasarkan standar ketuntasan penelitian.
Peningkatan hasil keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi
think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual cukup
150
efektif bagi siswa. Dibuktikan dengan jumlah siswa yang sudah mencapai
ketuntasan bertambah dari 13 siswa menjadi 32 siswa.
4.1.2.4.1 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Tema
Siklus II
Aspek pertama yang dinilai pada tes keterampilan menyusun teks cerpen
yaitu tema. Penilaian aspek tema berpedoman pada indikator aspek tema yaitu, (a)
berpusat pada satu persoalan, (b) terbatas dan jelas, (c) baik dalam
mendeskripsikan tema yang terkandung dalam cerita, (d) baik dalam menyajikan
tema dari keseluruhan cerita. Berikut hasil tes keterampilan menyusun teks cerpen
aspek tema.
Tabel 27 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Tema
Siklus II
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor Persentase
(%)
1 Sangat Baik 4 9 36 28,125
2 Baik 3 23 69 71,875
3 Cukup Baik 2 0 0 0
4 Kurang Baik 1 0 0 0
Jumlah 32 105 100
Nilai rata-rata
Kategori B+
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa sebanyak 9 siswa atau
sebesar 28,125 % masuk dalam kategori sangat baik. Sebanyak 23 orang siswa
atau sebesar 71,875 % masuk dalam kategori baik. Tidak ada siswa yang masuk
dalam kategori cukup baik dan kurang baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
151
siswa sudah baik dalam menyusun teks cerpen, sesuai dengan indikator aspek
tema yang telah ditentukan.
4.1.2.4.2 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Alur
Siklus II
Aspek kedua dalam tes keterampilan menyusun teks cerpen yang dinilai
adalah alur. Penilaian aspek alur berpedoman pada indikator aspek alur yaitu, (a)
masuk akal, rasional, dapat dipahami nalar, (b) urutan satu peristiwa dengan
peristiwa berikutnya yang membangun cerpen tidak mudah diduga, (c) ada
tegangan dan kejutan, (d) pembayangan peristiwa yang akan terjadi. Berikut hasil
tes keterampilan menyusun teks cerpen aspek alur siklus II.
Tabel 28 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Alur
Siklus II
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor Persentase
(%)
1 Sangat Baik 4 0 0 0
2 Baik 3 26 78 81,25
3 Cukup Baik 2 6 12 18,75
4 Kurang Baik 1 0 0 0
Jumlah 32 90 100
Nilai rata-rata
Kategori B
Dari tabel tersebut diketahui bahwa tidak ada siswa yang masuk dalam
kategori sangat baik. Sebanyak 26 siswa atau sebesar 81,25 % masuk dalam
kategori baik. Sebanyak 6 siswa atau sebesar 81,75 % masuk dalam kategori
cukup baik. Tidak ada siswa yang masuk dalam kategori kurang baik. Hasil
152
tersebut menunjukkan bahwa siswa sudah baik dalam menyajikan cerita dalam
cerpen sesuai dengan indikator aspek alur.
4.1.2.4.3 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Latar
Siklus II
Aspek ketiga dalam tes keterampilan menyusun teks cerpen yang dinilai
adalah latar. Penilaian aspek latar berpedoman pada indikator aspek latar yaitu, (a)
tepat menggambarkan tempat yang mendukung peristiwa, (b) tepat
menggambarkan waktu yang mendukung peristiwa, (c) tepat menggambarkan
suasana yang mendukung peristiwa, (d) tepat menggambarkan keadaan sosial
pada saat terjadinya cerita. Berikut hasil tes keterampilan menyusun teks cerpen
aspek latar siklus II.
Tabel 29 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Latar
Siklus II
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor Persentase
(%)
1 Sangat Baik 4 9 36 28,125
2 Baik 3 23 69 71,875
3 Cukup Baik 2 0 0 0
4 Kurang Baik 1 0 0 0
Jumlah 32 105 100
Nilai rata-rata
Kategori B+
Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa 9 siswa atau sebesar 28,125 %
masuk dalam kategori sangat baik. Sebanyak 23 siswa atau sebesar 71,875 %
masuk dalam kategori baik. Tidak ada siswa yang masuk dalam kategori cukup
153
baik dan kurang baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dalam menyusun teks
cerpen, siswa sudah baik dalam menggambarkan latar yang mendukung cerpen.
4.1.2.4.4 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Sudut Pandang
Siklus II
Aspek keempat dalam tes keterampilan menyusun teks cerpen yang dinilai
adalah sudut pandang. Penilaian aspek sudut pandang berpedoman pada indikator
aspek sudut pandang yaitu, (a) baik dalam memberikan perasaan kedekatan tokoh,
(b) baik dalam menjelaskan kepada pembaca siapa yang dituju, (c) baik dalam
menjelaskan perasaan tokoh kepada pembaca, (d) memberikan efek yang semakin
menghidupkan cerita. Berikut hasil tes keterampilan menyusun teks cerpen aspek
sudut pandang siklus II.
Tabel 30 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Sudut
Pandang Siklus II
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor Persentase
(%)
1 Sangat Baik 4 3 12 9,375
2 Baik 3 15 45 46,875
3 Cukup Baik 2 14 28 43,75
4 Kurang Baik 1 0 0 0
Jumlah 32 85 100
Nilai rata-rata
Kategori B-
Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa sebanyak 3 siswa atau sebesar
9,375 % masuk dalam kategori sangat baik. Sebanyak 15 siswa atau sebesar
46,875 % masuk dalam kategori baik. Sebanyak 14 siswa atau sebesar 43,75 %
154
masuk dalam kategori cukup baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa
dalam menyusun teks cerpen, aspek sudut pandang kurang sesuai dengan
indikator yang telah ditentukan.
4.1.2.4.5 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Tokoh
dan Penokohan Siklus II
Aspek kelima dalam tes keterampilan menyusun teks cerpen yang dinilai
adalah tokoh dan penokohan. Penilaian aspek tokoh dan penokohan berpedoman
pada indikator aspek tokoh dan penokohan yaitu, (a) terdapat tokoh utama dan
tokoh bawahan atau sampingan, (b) terdapat tokoh protagonis, antagonis, dan
tritagonis, (c) pelukisan watak tokoh tajam dan nyata, (d) tokoh mampu membawa
pembaca mengalami peristiwa dalam cerita. Berikut hasil tes keterampilan
menyusun teks cerpen aspek tokoh dan penokohan siklus II.
Tabel 31 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Tokoh dan
Penokohan Siklus II
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor Persentase
(%)
1 Sangat Baik 4 4 16 12,5
2 Baik 3 28 84 87,5
3 Cukup Baik 2 0 0 0
4 Kurang Baik 1 0 0 0
Jumlah 32 100 100
Nilai rata-rata
Kategori B+
Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa 4 siswa atau sebesar 12,5 %
masuk dalam kategori sangat baik. Sebanyak 28 siswa atau sebesar 87,5 % masuk
155
dalam kategori baik. Tidak ada siswa yang masuk dalam kategori baikdan
kategori kurang baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa sudah mampu
menghadirkan tokoh yang bervariasi dalam cerpen dan menggambarkan watak
tokoh tersebut dengan baik.
4.1.2.4.6 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Gaya
Bahasa Siklus II
Aspek keenam dalam tes keterampilan menyusun teks cerpen yang dinilai
adalah gaya bahasa. Penilaian aspek gaya bahasa berpedoman pada indikator
aspek gaya bahasa yaitu, (a) tepat dalam memilih bahasa yang mengandung unsur
emotif, (b) terdapat bahasa yang bersifat konotatif, (c) tepat memilih ungkapan
yang mewakili sesuatu yang diungkapkan, (d) Pilihan kata sesuai dengan situasi,
bervariasi, dan ekspresif. Berikut hasil tes keterampilan menyusun teks cerpen
aspek gaya bahasa siklus II.
Tabel 32 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Gaya
Bahasa Siklus II
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor Persentase
(%)
1 Sangat Baik 4 1 4 3,125
2 Baik 3 17 51 53,125
3 Cukup Baik 2 14 28 43,75
4 Kurang Baik 1 0 0 0
Jumlah 32 83 100
Nilai rata-rata
Kategori B-
156
Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa 1 siswa masuk dalam kategori
sangat baik atau sebesar 3,125 %. Sebanyak 17 siswa atau sebesar 53,125 %
masuk dalam kategori baik. Sebanyak 14 siswa atau sebesar 43,75 % masuk
dalam kategori cukup baik. Sedangkan tidak ada siswa yang masuk dalam
kategori kurang baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dalam menyusun teks
cerpen, siswa kurang bervariasi dalam menggunakan pilihan kata.
4.1.2.4.7 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Kepaduan
Unsur Pembangun Cerpen Siklus II
Aspek terakhir atau ketujuh dalam tes keterampilan menyusun teks cerpen
yang dinilai adalah kepaduan unsur pembangun cerpen. Penilaian aspek kepaduan
unsur pembangun cerpen berdasarkan pada kepaduan antarunsur pembangun
cerpen yang disusun siswa. Berikut hasil tes keterampilan menyusun teks cerpen
aspek kepaduan unsur pembangun cerpen siklus II.
Tabel 33 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Kepaduan
Unsur Pembangun Cerpen Siklus I
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor Persentase
(%)
1 Sangat Baik 4 12 48 37,5
2 Baik 3 20 60 62,5
3 Cukup Baik 2 0 0 0
4 Kurang Baik 1 0 0 0
Jumlah 32 108 100
Nilai rata-rata
Kategori A−
157
Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa sebanyak 12 siswa atau
sebesar 37,5 % masuk dalam kategori sangat baik. Sebanyak 20 siswa atau
sebesar 62,5 % masuk dalam kategori baik. Hal itu menunjukkan bahwa cerpen
yang disusun siswa antarunsur pembangunnya memiliki kepaduan.
4.1.2.5 Refleksi Siklus II
Refleksi siklus II dilakukan berdasarkan hasil tes dan hasil nontes
pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi think-talk-write
dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual yang telah terlaksana
pada siklus II. Berdasarkan tindakan pada siklus II, kekurangan-kekurangan yang
terdapat pada siklus I sudah dapat diatasi dan mengalami peningkatan pada siklus
II.
Proses pembelajaran siklus I aspek pertama mencapai 78,125 %, siklus II
mencapai 84,375 %. Dari hasil tersebut diketahui bahwa aspek pertama proses
pembelajaran mengalami peningkatan sebesar 6,25 %, sebagian besar siswa cukup
antusias dalam mengikuti proses pembelajaran keterampilan menyusun teks
cerpen. Aspek kedua proses pembelajaran mengalami peningkatan sebesar 12,5
%, yaitu dari 68,75 % menjadi 81,25 %. Siswa sudah baik dalam melakukan
diskusi kelompok mengidentifikasi struktur teks cerpen. Aspek ketiga mengalami
peningkatan sebesar 16,625 % yaitu dari 62,5 % menjadi 78,125 %. Siswa sudah
baik dalam bekerja sama dalam diskusi kelompok setelah menyimak tayangan
video. Aspek keempat mengalami peningkatan sebesar 3,13 %, yaitu dari 96,87 %
menjadi 100 %. Aspek kelima mengalami peningkatan sebesar 6,25 %, yaitu dari
158
93,75 % menjadi 100 %. Berdasarkan data tersebut hasil proses pembelajaran
keterampilan menyusun teks cerpen dapat diidentifikasi terlaksana dengan baik,
siswa mengikuti pembelajaran dengan kondusif dan intensif sesuai dengan
instruksi yang diberikan.
Pada aspek sikap religius siswa siklus I terdapat kekurangan pada
indikator yang ketiga, yaitu sebanyak 14 siswa masuk kategori kurang baik. Pada
siklus II terjadi peningkatan, tinggal 12 siswa yang masuk dalam kategori cukup
baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sikap religius siswa dalam pembelajaran
menyusun teks cerpen sudah baik.
Pada aspek sikap sosial kekurangan yang ditemukan pada siklus I
mengalami peningkatan. Pembentukan kelompok baru untuk mengatasi
kekurangan aspek toleransi dan gotong royong yang ditemukan pada siklus I
membantu siswa untuk bisa lebih bekerja sama dalam diskusi kelompok dengan
anggota kelompoknya. Sikap percaya diri siswa juga mengalami peningkatan,
siswa yang berani berpendapat, bertanya, menjawab, atau presentasi lebih banyak
daripada siklus I. Kesantunan bahasa yang digunakan selama diskusi kelompok
juga menunjukkan hasil yang baik.
Pada tahap menyusun teks cerpen siklus I diketahui nilai rata-rata siswa
mencapai 2,63. Jumlah siswa yang tuntas berdasarkan standar ketuntasan
penelitian sebanyak 13 orang atau sebesar 41,935 %. Sedangkan jumlah siswa
yang tidak tuntas berdasarkan standar ketuntasan penelitian sebanyak 18 siswa
atau sebesar 58,065 %. Pada siklus II nilai rata-rata siswa mencapai 3,02 yang
termasuk dalam kategori baik. Dapat diidentifikasi bahwa kemampuan menyusun
159
teks cerpen siswa sudah baik, terjadi peningkatan keterampilan menyusun teks
cerpen dari siklus I. Sebanyak 7 siswa mendapatkan nilai yang sangat baik,
mencapai persentase sebesar 21,875 %. Siswa yang mendapat nilai baik sebanyak
25 orang atau sebesar 78,125 %.
Hasil refleksi yang telah dipaparkan tersebut menunjukkan bahwa
pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi think-talk-write
dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual pada siklus II berjalan
dengan baik dan menunjukkan hasil yang memuaskan. Peningkatan yang terjadi
meliputi, (1) proses pembelajaran peningkatan keterampilan menyusun teks
cerpen, (2) perubahan perilaku menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa
indonesia sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa sebagai sarana menyajikan
informasi lisan dan tulis, (3) perubahan perilaku menghargai dan menghayati
sikap percaya diri, toleransi, gotong royong, dan santun dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya sebagai wujud sikap sosial, (4) keterampilan siswa menyusun teks
cerpen. Dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan dalam pembelajaran
keterampilan menyusun teks cerpen secara signifikan, baik hasil data kualitatif
maupun data kuantitatif. Hal ini menunjukkan hasil penelitian yang ditargetkan
telah tercapai.
160
4.2 Pembahasan
4.2.1 Proses Pembelajaran Menyusun Teks Cerpen dengan Strategi Think
Talk-Write dan Teknik Meneruskan Cerita melalui Media Audiovisual
Proses pembelajaran peningkatan keterampilan menyusun teks cerpen
dengan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media
audiovisual tidak jauh berbeda antara siklus I dan siklus II. Proses pembelajaran
yang ingin dicapai dalam pembelajaran menyusun teks cerpen pada siklus I dan
siklus II yaitu, (1) Keantusiasan dan minat siswa, (2) kekondusifan diskusi
kelompok mengidentifikasi struktur teks cerita pendek, (3) keintensifan diskusi
kelompok setelah menyimak tayangan video, (4) keintesifan pelaksanaan kegiatan
menyusun teks cerita pendek, dan (5) refleksi pada akhir pembelajaran sehingga
siswa mengetahui kekurangan/kesulitan dan cara mengatasinya. Perubahan
tersebut dapat dilihat pada diagram berikut.
Diagram 1 Perbandingan Hasil Observasi Proses Pembelajaran Menyusun
Teks Cerpen Siklus I dan Siklus
78.125 68.75
62.5
96.87 93.75 84.375 81.25 78.125
100 100
0
20
40
60
80
100
120
Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3 Aspek 4 Aspek 5
Siklus I Siklus II
161
Secara detail hasil proses pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen siklus
I dan siklus II dijelaskan pada tabel berikut.
Tabel 34 Perbandingan Hasil Penilaian Observasi Proses Pembelajaran
Menyusun Teks Cerpen Siklus I dan Siklus II
No Aspek Frekuensi Persentase (%)
S-I S-II S-I S-II
1 Keantusiasan dan minat siswa 25 27 78,125 84,375
2 kekondusifan diskusi kelompok
mengidentifikasi struktur teks
cerita pendek
22 26 68,25 81,25
3 keintensifan diskusi kelompok
setelah menyimak tayangan
video
20 25 62,5 78,125
4 keintesifan pelaksanaan kegiatan
menyusun teks cerita pendek 31 32 96,87 100
5 refleksi pada akhir pembelajaran 30 32 93,75 100
Rata-rata 78,89 86,24
Keterangan :
Sangat baik : > 85 %
Baik : 76-85 %
Cukup : 60-75 %
Kurang : < 60 %
Tabel di atas menunjukkan data perbandingan proses pembelajaran
peningkatan keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi think-talk-write
dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual antara siklus I dan siklus
II. Pada aspek pertama siklus I terdapat 25 siswa, meningkat pada siklus II
menjadi 27 siswa yang antusias mengikuti pembelajaran dengan antusias atau
sebesar 84,375 % dan masuk kategori baik. Pada aspek kedua terjadi peningkatan
menjadi 26 siswa yang melakukan diskusi dengan baik atau sebesar 81,25 % dan
masuk dalam kategori baik, dari siklus I yang hanya 22 siswa melakukan diskusi
162
dengan baik. Pada aspek ketiga siklus I terdapat 20 siswa, meningkat pada siklus
II menjadi 25 siswa yang melakukan diskusi dengan baik setelah menyimak
tayangan video atau sebesar 78,125 % atau masuk dalam kategori baik. Pada
aspek keempat siklus I terdapat 31 siswa, meningkat menjadi 32 siswa pada siklus
II atau sebesar 100 % dan masuk kategori sangat baik. Pada aspek terakhir terjadi
peningkatan menjadi 32 siswa yang melakukan refleksi atau sebesar 100 % dan
masuk dalam kategori sangat baik, dari siklus I yang hanya 30 siswa melakukan
refleksi pada akhir pembelajaran.
4.2.1.1 Keantusiasan dan Minat Siswa terhadap Pembelajaran Menyusun
Teks Cerpen
Pada pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen siklus II, guru
memberikan materi tentang unsur pembangun cerpen. Penjelasan unsur
pembangun cerpen diberikan setelah siswa mengidentifikasi struktur teks cerpen.
Penjelasan tentang unsur pembangun cerpen bertujuan untuk membuat cerpen
yang disusun siswa menjadi lebih baik, karena masih terdapat kekurangan dalam
cerpen yang disusun siswa berkaitan dengan unsur pembangun cerpen.
Berdasarkan hasil observasi proses pembelajaran, terakumulasi jumlah
siswa yang antusias dan minat mengikuti pembelajaran lebih banyak
dibandingkan dengan beberapa siswa yang kurang antusias. Persentase
keantusiasan dan minat siswa terhadap pembelajaran menyusun teks cerpen pada
siklusI sebesar 78,125 % , dapat diidentifikasi bahwa siswa cukup antusias
terhadap pembelajaran menyusun teks cerpen. Pada siklus II, keantusiasan dan
163
minat siswa terhadap pembelajaran menysusun cerpen meningkat menjadi 84,375
% dan masuk dalam kategori baik.
Keantusiasan dan minat siswa terhadap pembelajaran menyusun teks
cerpen ditunjukkan dengan kesediaan siswa memperhatikan penjelasan tentang
unsur pembangun cerpen, tertib dalam membentuk kelompok, dan dalam
menyimak media yang ditayangkan. Berdasarkan jurnal guru, keantusiasan dan
minat siswa dalam mengikuti pembelajaran menyusun teks cerpen baik. Sebagian
besar siswa memperhatikan penjelasan yang diberikan, bersedia menjawab
pertanyaan dan mengemukakan pendapat, membentuk kelompok sesuai dengan
instruksi, serta memperhatikan tayangan yang diputar dengan baik.
Berikut dokumentasi foto yang menunjukkan keantusiasan dan minat
siswa terhadap pembelajaran menyusun teks cerpen.
Siklus I Siklus II
Gambar 21 Perbandingan Aktivitas Siswa yang Menunjukkan Keantusiasan
dan Minat Siswa terhadap Pembelajaran Menyusun Teks
Cerpen Siklus I dan Siklus II
164
Berdasarkan dokumentasi di atas terlihat aktivitas siswa bertanya saat
mengalami kesulitan dalam diskusi kelompok. Selain itu keantusiasan dan minat
siswa ditunjukkan dengan pembentukan kelompok yang tertib sesuai dengan
instruksi yang diberikan.
4.2.1.2 Kekondusifan Diskusi Kelompok Mengidentifikasi Struktur Teks
Cerita Pendek
Pada kegiatan ini siswa berdiskusi dalam kelompok untuk
mengidentifikasi struktur teks cerpen. Kekurangan yang terdapat pada siklus I
diperbaiki pada siklus II dengan membentuk kelompok baru agar kegiatan diskusi
berjalan dan mendapat hasil yang lebih baik.
Hasil observasi proses pembelajaran aspek kekondusifan diskusi kelompok
mengidentifikasi struktur teks cerita pendek pada siklus I tergolong cukup
kondusif. Persentasenya sebesar 68,75 %, masih terdapat beberapa siswa yang
tidak melakukan diskusi kelompok dengan baik. Pada siklus II terjadi peningkatan
menjadi 81,25 %, siswa sudah melakukan diskusi kelompok dengan baik. Dari
jurnal guru, siswa sudah baik dalam melakukan diskusi kelompok hanya beberapa
siswa yang kurang bisa bekerja sama dalam diskusi kelompok. Pembentukan
kelompok baru pada siklus II membuat siswa lebih bisa bekerja sama dalam
diskusi kelompok.
Berikut dokumentasi foto yang menunjukkan aktivitas siswa dalam
melakukan diskusi kelompok mengidentifikasi struktur teks cerpen.
165
Siklus I
Siklus II
Gambar 22 Perbandingan Aktivitas Diskusi Siswa Mengidentifikasi Struktur
Teks Cerpen Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan dokumentasi di atas terlihat aktivitas siswa saat
melaksanakan diskusi kelompok mengidentifikasi struktur teks cerpen, pada
siklus I masih terdapat beberapa siswa yang kurang serius dalam berdiskusi. Pada
siklus II jumlah siswa yang kurang serius dalam diskusi berkurang. Dalam diskusi
siswa juga tidak segan untuk bertanya apabila mengalami kesulitan.
4.2.1.3 Keintensifan Diskusi Kelompok setelah Menyimak Tayangan Video
Pada tahap ini siswa diberikan tugas untuk berdiskusi dalam kelompok
menentukan unsur pembangun cerita pada video yang ditayangkan. Minat siswa
166
ditingkatkan dengan penayangan video yang berbeda dari siklus I. Setelah
menentukan unsur pembangun cerita, tiap kelompok menuliskan kembali cerita
pada video yang telah ditayangkan dan meneruskan cerita tersebut menjadi sebuah
cerita yang utuh.
Berdasarkan hasil observasi proses pembelajaran pada aspek keintensifan
diskusi kelompok setelah menyimak tayangan video pada siklus I mencapai
persentase 62,5 %. Terdapat beberapa siswa yang kurang bisa bekerja sama
dengan anggota kelompoknya dalam diskusi. Pembentukan kelompok baru pada
siklus II meningkatkan hasil menjadi 78,125 %, dengan dibentuknya kelompok
baru siswa menjadi lebih bisa bekerja sama dalam diskusi kelompok setelah
menyimak tayangan video.
Dari jurnal guru, pelaksanaan diskusi sudah cukup baik. Pembentukan
kelompok baru membuat siswa lebih bisa bekerja sama dengan anggota
kelompoknya dalam diskusi. Dengan anggota kelompok yang baru, membuat
siswa termotivasi untuk memberikan pendapatnya dalam diskusi kelompok. Dari
jurnal siswa diperoleh kemudahan dan kesulitan yang dialami siswa dalam
melaksanakan diskusi setelah menyimak tayangan video. Kesulitan yang adalah
perbedaan pendapat dan ide dalam meneruskan cerita menyebabkan dalam
menuliskan hasil diskusi membutuhkan waktu yang cukup lama karena harus
menyatukan pandangan yang berbeda. Kemudahan yang didapat antara lain
mencari ide untuk meneruskan cerita lebih cepat karena sudah mengetahi unsur
pembangun cerita.
167
Berikut dokumentasi foto yang menunjukkan aktivitas siswa dalam
melakukan diskusi kelompok setelah menyimak tayangan video.
Gambar 23 Aktivitas Siswa Menyimak Tayangan Video dan Berdiskusi
setelah Menyimak Tayangan Video Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan dokumentasi foto terlihat siswa antusias dalam menyimak
video yang ditayangkan, setelah menyimak tayangan video siswa berdiskusi untuk
meneruskan cerita berdasarkan video tersebut.
4.2.1.4 Keintesifan Pelaksanaan Kegiatan Menyusun Teks Cerita Pendek
Pada tahap menyusun teks cerita pendek seluruh siswa melaksanakan
kegiatan dengan baik. Beberapa siswa masih mengalami kesulitan dalam
168
mengembangkan ide menjadi sebuah cerita yang utuh. siklus II kesulitan yang
dialami siswa berkurang sehingga hasil cerpen yang disusun siswa lebih baik.
Dari hasil observasi proses pembelajaran aspek keintesifan pelaksanaan
kegiatan menyusun teks cerita pendek pada siklus I, sebanyak 31 siswa sudah
melaksanakan kegiatan menyusun teks cerpen dengan baik. Pada siklus II semua
siswa atau sebanyak 32 siswa melaksanakan kegiatan menyusun teks cerpen
dengan baik dan sesuai arahan yang diberikan.
Berdasarkan jurnal guru, kegiatan menyusun teks cerpen berjalan dengan
baik. Setiap siswa melaksanakan arahan yang diberikan, siswa antusias dalam
menyusun teks cerpen. Pada siklus I beberapa siswa terlihat masih kesulitan untuk
mendapatkan ide dalam menyusun teks cerpen. Dari jurnal siswa diketahui
kesulitan yang dialami siswa dalam menyusun teks cerpen. Kesulitan yang
dialami siswa antara lain siswa kesulitan dalam menemukan ide untuk menyusun
teks cerpen, membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menuangkan ide
tersebut menjadi sebuah cerpen yang utuh
Berikut dokumentasi foto yang menunjukkan aktivitas siswa dalam
kegiatan menyusun teks cerpen.
169
Gambar 24 Aktivitas Siswa Menyusun Teks Cerpen Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan dokumentasi foto terlihat masih ada siswa yang masih
kesulitan dalam menemukan ide untuk menyusun teks cerpen. Secara keseluruhan
siswa sudah melaksanakan arahan yang diberikan dan menyusun teks cerpen
dengan baik.
4.2.1.5 Refleksi pada Akhir Pembelajaran sehingga Siswa Mengetahui
Kekurangan/Kesulitan dan Cara Mengatasinya
Kegiatan refleksi bertujuan untuk mengetahui kesulitan yang dialami siswa
pada saat melakukan diskusi kelompok dan menyusun teks cerpen. Pada siklus II
kegiatan refleksi juga digunakan untuk mengetahui kemudahan dan manfaat
penggunaan strategi TTW dan teknik meneruskan cerita melalui audiovisual
dalam pembelajaran menyusun teks cerpen.
Berdasarkan hasil observasi proses pembelajaran siklus I aspek refleksi
pada akhir pembelajaran mencapai persentase 93,75 %, masuk dalam kategori
sangat baik. Siswa antusias untuk mengetahui kesulitan yang dialami dan mencari
cara untuk mengatasinya. Pada siklus II persentase meningkat mencapai 100 %,
170
artinya semua siswa melakukan kegiatan refleksi pada akhir pembelajaran untuk
mengetahu kesulitan yang dialami dan cara mengatasinya.
Dari jurnal guru, siswa sangat antusias dalam melaksanakan kegiatan
refleksi. Siswa ingin mengetahui kesulitan yang dihadapai pada saat menyusun
teks cerpen dan cara mengatasinya. Siswa tidak sungkan untuk bertanya pada
temannya kesulitn yang dihadapi. Dari jurnal siswa diketahui kesulitan dan
kemudahan siswa dalam diskusi kelompok setelah menyimak tayangan video,
kesulitan saat kegiatan menyusun teks cerpen, dan pendapat siswa tentang
penggunaan strategi TTW dalam pebelajaran menyusun teks cerpen.
Berikut dokumentasi foto yang menunjukkan aktivitas siswa dalam
melakukan kegiatan refleksi dia akhir pembelajaran.
Gambar 25 Aktivitas Siswa Melakukan Refleksi pada Akhir Pembelajaran
Siklus I dan Siklus II
171
Berdasarkan dokumentasi foto, siswa antusias dalam melakukan refleksi
pada akhir pembelajaran dan siswa tidak segan untuk bertanya kesulitan yang
dialami siswa lain.
4.2.2 Perubahan Perilaku Menghargai dan Mensyukuri Keberadaan
Bahasa Indonesia sebagai Anugerah Tuhan Yang Maha Esa sebagai
Sarana Menyajikan Informasi Lisan dan Tulis sebagai Wujud Sikap
Religius Siklus I dan Siklus II
Peningkatan keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi think-
talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual disertai dengan
perubahan perilaku menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa indonesia
sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa sebagai sarana menyajikan informasi
lisan dan tulis sebagai wujud sikap religius siklus I dan siklus II. Hasil
pengamatan pada siklus I dan siklus II siswa sudah menunjukkan sikap religius
sesuai dengan indikator yang telah ditentukan yaitu, (a) berdo’a sebelum dan
setelah melaksanakan pembelajaran, (b) berdo’a dengan sikap yang baik (tidak
membuat gerakan yang tidak perlu atau mengeluarkan suara yang membuat
gaduh), (c) memberi salam sebelum dan sesudah menyampaikan pendapat atau
presentasi, (d) menjawab salam guru atau teman yang mengucapkan salam.
Berikut hasil perbandingan sikap religius siswa pada siklus I dan siklus II.
Tabel 35 Sikap Religius Siswa dalam Mengikuti Pembelajaran Menyusun
Teks Cerpen Siklus I dan Siklus II
No Indikator Sikap Kategori F
Siklus I
F
Siklus II
172
1 berdo’a sebelum dan setelah
melaksanakan pembelajaran
Sangat Baik (4) 32 32
Baik (3) 0 0
Cukup Baik (2) 0 0
Kurang Baik (1) 0 0
Jumlah 32 32
2 berdo’a dengan sikap yang
baik (tidak membuat
gerakan yang tidak perlu
atau mengeluarkan suara
yang membuat gaduh)
Sangat Baik (4) 32 32
Baik (3) 0 0
Cukup Baik (2) 0 0
Kurang Baik (1) 0 0
Jumlah 32 32
3 memberi salam sebelum dan
sesudah menyampaikan
pendapat atau presentasi
Sangat Baik (4) 18 21
Baik (3) 0 0
Cukup Baik (2) 0 0
Kurang Baik (1) 14 12
Jumlah 32 32
4 menjawab salam guru atau
teman yang mengucapkan
salam
Sangat Baik (4) 32 32
Baik (3) 0 0
Cukup Baik (2) 0 0
Kurang Baik (1) 0 0
Jumlah 32 32
Dari data di atas menunjukkan peningkatan sikap religius siswa dalam
mengikuti pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi
think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual.
Berdasarkan data tersebut siswa sudah menunjukkan sikap religius yang baik.
Peningkatan frekuensi pada kategori sangat baik terjadi pada indikator ketiga
yaitu dari 18 siswa menjadi 21 siswa, kategori kurang baik dari 14 siswa menjadi
12 siswa. Selain indikator ketiga semua siswa masuk dalam kategori sangat baik.
Berdasarkan jurnal guru, secara keseluruhan sikap religius yang ditunjukkan siswa
baik. Tidak ada perubahan besar yang terjadi pada siklus II, walaupun demikian
siswa menunjukkan sikap religius yang baik.
173
Dari hasil perbandingan sikap religius siklus I dan siklus II, dapat
disimpulkan bahwa keterampilan pembelajaran keterampilan menyusun teks
cerpen dengan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui
media audiovisual membantu meningkatkan sikap religius siswa. Seluruh siswa
sudah menunjukkan sikap religius yang baik selama mengikuti pembelajaran.
4.2.3 Perubahan Perilaku Menghargai dan Menghayati Sikap Percaya Diri,
Toleransi, Gotong Royong, dan Santun dalam Berinteraksi secara
Efektif dengan Lingkungan Sosial dan dalam Jangkauan Pergaulan
dan Keberadaannya sebagai Wujud Sikap Sosial Siklus I dan Siklus II
Peningkatan keterampilan pembelajaran keterampilan menyusun teks
cerpen dengan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui
media audiovisual disertai perubahan perilaku menghargai dan menghayati sikap
percaya diri, toleransi, gotong royong, dan santun dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya sebagai wujud sikap sosial siklus I dan siklus II. Hasil Penilaian
observasi sikap religius meliputi sikap percaya diri, toleransi, gotong royong, dan
santun. Selain hasil penilaian observasi sikap sosial, data pendukung diperoleh
dari jurnal guru berkaitan dengan sikap percaya diri, toleransi, gotong royong, dan
santun.
174
4.2.3.1 Sikap Percaya Diri
Hasil penilaian observasi sikap percaya diri dan jurnal guru pada siklus I
dan Siklus II siswa sudah menunjukkan sikap percaya diri sesuai dengan indikator
yang telah ditentukan yaitu, (a) berani presentasi di depan kelas dan (b) berani
berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan. Berikut hasil perbandingan
sikap percaya diri siswa pada siklus I dan siklus II.
Tabel 36 Sikap Percaya Diri Siswa dalam Mengikuti Pembelajaran
Menyusun Teks Cerpen Siklus I dan Siklus II
No Indikator Sikap Kategori F
Siklus I
F
Siklus II
1 berani presentasi di depan
kelas
Sangat Baik (4) 18 21
Baik (3) 0 0
Cukup Baik (2) 0 0
Kurang Baik (1) 14 12
Jumlah 32 32
2 berani berpendapat, bertanya,
atau menjawab pertanyaan
Sangat Baik (4) 0 0
Baik (3) 5 9
Cukup Baik (2) 27 23
Kurang Baik (1) 0 0
Jumlah 32 32
Dari data di atas menunjukkan peningkatan sikap percaya diri siswa dalam
mengikuti pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi
think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual.
Berdasarkan data tersebut, indikator pertama mengalami peningkatan frekuensi
pada kategori sangat baik yaitu dari 18 siswa menjadi 21 siswa. Kategori kurang
baik dari 14 siswa menjadi 12 siswa. Pada indikator yang kedua kategori baik
mengalami peningkatan frekuensi sebanyak 4 siswa, yaitu dari 5 menjadi 9 siswa.
Kategori cukup baik dari 27 siswa menjadi 23 siswa.
175
Berdasarkan jurnal guru, sikap percaya diri siswa sudah cukup baik.
Banyak siswa yang berani untuk presentasi, berpendapat, bertanya, atau
menjawab pertanyaan. Pada siklus II siswa yang berani presentasi di depan kelas
bertambah.
Dari hasil perbandingan sikap percaya diri siklus I dan siklus II, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen dengan
strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual
membantu meningkatkan sikap percaya diri siswa. Hasil perbandingan sikap
percaya diri tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar siswa sudah mempunyai
sikap percaya diri yang baik.
4.2.3.2 Sikap Toleransi
Hasil penilaian observasi sikap toleransi dan jurnal guru pada siklus I dan
Siklus II siswa sudah menunjukkan toleransi sesuai dengan indikator yang telah
ditentukan yaitu, (a) tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat, (b)
menerima kesepatakan meskipun berbeda dengan pendapatnya, (c) mampu dan
mau bekerja sama dengan siapa pun yang memiliki keberagaman latar belakang,
pandangan, dan keyakinan, (d) tidak memaksakan keyakinan atau pendapat diri
pada orang lain, (e) kesediaan untuk belajar dari (terbuka terhadap) keyakinan
dan gagasan orang lain agar dapat memahami orang lain lebih baik, (f) terbuka
untuk menerima sesuatu yang baru. Berikut hasil perbandingan sikap toleransi
siswa siklus I dan siklus II.
176
Tabel 37 Sikap Toleransi Siswa dalam Mengikuti Pembelajaran Menyusun
Teks Cerpen Siklus I dan Siklus II
No Indikator Sikap Kategori F
Siklus I
F
Siklus II
1 tidak mengganggu teman yang
berbeda pendapat
Sangat Baik (4) 0 19
Baik (3) 17 13
Cukup Baik (2) 15 0
Kurang Baik (1) 0 0
Jumlah 32 32
2 menerima kesepatakan meskipun
berbeda dengan pendapatnya
Sangat Baik (4) 0 18
Baik (3) 19 11
Cukup Baik (2) 13 3
Kurang Baik (1) 0 0
Jumlah 32 32
3 mampu dan mau bekerja sama
dengan siapa pun yang memiliki
keberagaman latar belakang,
pandangan, dan keyakinan
Sangat Baik (4) 1 20
Baik (3) 18 6
Cukup Baik (2) 13 6
Kurang Baik (1) 0 0
Jumlah 32 32
4 tidak memaksakan keyakinan atau
pendapat diri pada orang lain
Sangat Baik (4) 8 13
Baik (3) 23 19
Cukup Baik (2) 1 0
Kurang Baik (1) 0 0
Jumlah 32 32
5 kesediaan untuk belajar dari
(terbuka terhadap) keyakinan dan
gagasan orang lain agar dapat
memahami orang lain lebih baik
Sangat Baik (4) 0 0
Baik (3) 21 22
Cukup Baik (2) 11 10
Kurang Baik (1) 0 0
Jumlah 32 32
6 terbuka untuk menerima sesuatu
yang baru
Sangat Baik (4) 0 0
Baik (3) 19 22
Cukup Baik (2) 13 10
Kurang Baik (1) 0 0
Jumlah 32 32
Dari data di atas, diketahui peningkatan sikap toleransi siswa dalam
mengikuti pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi
think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual.
Berdasarkan data tersebut, indikator pertama mengalami peningkatan pada
177
kategori sangat baik sebanyak 19 siswa dan 13 siswa dalam kategori baik. Tidak
ada siswa yang masuk dalam kategori cukup baik dan kurang baik. Indikator
kedua mengalami peningkatan pada kategori sangat baik sebanyak 18 siswa dan
11 siswa dalam kategori baik, dan hanya 3 siswa yang masuk dalam kategori
cukup baik.
Pada indikator ketiga kategori sangat baik meningkat menjadi sebanyak
19 siswa dari hanya 1 siswa, kategori baik dan cukup baik menjadi hanya 6 siswa.
Pada indikator keempat kategori sangat baik meningkat menjadi 13 siswa,
kategori baik sebanyak 19 siswa, dan tidak ada siswa yang masuk dalam kategori
cukup baik. Indikator kelima terjadi peningkatan pada kategori baik hanya 1 siswa
dari 21 siswa menjadi 22 siswa, kategori cukup baik sebanyak 10 siswa. Indikator
terakhir kategori baik meningkat sebanyak 3 siswa yaitu dari 19 siswa menjadi 22
siswa, kategori baik sebanyak 10 siswa.
Berdasarkan jurnal guru, pada siklus I terdapat beberapa siswa yang
kurang bisa bekerja sama dalam diskusi kelompok. Pembentukan kelompok baru
pada siklus II, membuat siswa bisa bekerja sama dalam diskusi dengan anggota
kelompoknya. Selama diskusi dalam kelompok siswa cukup baik dalam menerima
pendapat orang lain. Secara keseluruhan siswa sudah menunjukkan sikap toleransi
yang baik.
Berdasarkan hasil perbandingan sikap toleransi siklus I dan siklus II, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen dengan
strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual
membantu meningkatkan sikap toleransi siswa. Hasil perbandingan tersebut
178
menunjukkan bahwa secara keseluruhan sikap toleransi siswa selama mengikuti
pembelajaran sudah baik.
4.2.3.3 Sikap Gotong Royong
Hasil penilaian observasi sikap gotong royong dan jurnal guru pada siklus
I dan Siklus II siswa sudah menunjukkan sikap gotong royong sesuai dengan
indikator yang telah ditentukan yaitu, (a) kesediaan melakukan tugas sesuai
kesepakatan, (b) aktif dalam kerja kelompok, (c) mendorong orang lain untuk
bekerja sama dalam kelompok. Berikut hasil perbandingan sikap gotong royong
siswa siklus I dan siklus II.
Tabel 38 Sikap Gotong Royong Siswa dalam Mengikuti Pembelajaran
Menyusun Teks Cerpen Siklus I dan Siklus II
No Indikator Sikap Kategori F
Siklus I
F
Siklus II
1 kesediaan melakukan tugas
sesuai kesepakatan
Sangat Baik (4) 4 19
Baik (3) 17 9
Cukup Baik (2) 12 5
Kurang Baik (1) 0 0
Jumlah 32 32
2 aktif dalam kerja kelompok Sangat Baik (4) 0 0
Baik (3) 20 21
Cukup Baik (2) 12 11
Kurang Baik (1) 0 0
Jumlah 32 32
3 mendorong orang lain untuk
bekerja sama dalam
kelompok
Sangat Baik (4) 0 0
Baik (3) 0 8
Cukup Baik (2) 32 24
Kurang Baik (1) 0 0
Jumlah 32 32
Dari data di atas, diketahui peningkatan sikap gotong royong siswa dalam
mengikuti pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi
179
think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual.
Berdasarkan data tersebut indikator pertama mengalami peningkatan pada
kategori sangat baik sebanyak 15 siswa yaitu dari 4 siswa menjadi 19 siswa,
kategori baik sebanyak 9 siswa, dan kategori kurang baik 5 siswa. Indikator kedua
hanya mengalami peningkatan sebanyak 1 siswa pada kategori sangat baik. Pada
indikator ketiga kategori baik meningkat menjadi 8 siswa, kategori cukup baik
sebanyak 24 siswa.
Berdasarkan jurnal guru, sikap gotong royong siswa secara keseluruhan
cukup baik. Siswa sudah cukup baik dalam berdiskusi atau bekerja sama dalam
kelompok. Pembentukan kelompok baru pada siklus II membuat siswa lebih
antusias untuk memberikan pendapat dalam diskusi kelompok.
Berdasarkan hasil perbandingan sikap gotong royong siklus I dan siklus
II, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen
dengan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media
audiovisual membantu meningkatkan sikap gotong royong siswa. Hasil
perbandingan tersebut menunjukkan bahwa secara keseluruhan sikap gotong
royong siswa selama mengikuti pembelajaran sudah baik.
4.2.3.4 Sikap Santun
Hasil penilaian observasi sikap santun dan jurnal guru pada siklus I dan
Siklus II siswa sudah menunjukkan sikap santun sesuai dengan indikator yang
telah ditentukan yaitu, (a) menghormati orang yang lebih tua, (b) bersikap 3S
(salam, senyum, sapa), (c) menggunakan bahasa yang santun saat menyampaikan
180
pendapat, bertanya, atau menyanggah. Berikut hasil perbandingan sikap santun
sikul I dan siklus II.
Tabel 39 Sikap Santun Siswa dalam Mengikuti Pembelajaran Menyusun
Teks Cerpen Siklus I dan Siklus II
No Indikator Sikap Kategori F
Siklus I
F
Siklus II
1 menghormati orang yang
lebih tua
Sangat Baik (4) 0 0
Baik (3) 32 32
Cukup Baik (2) 0 0
Kurang Baik (1) 0 0
Jumlah 32 32
2 bersikap 3S (salam, senyum,
sapa)
Sangat Baik (4) 0 0
Baik (3) 31 31
Cukup Baik (2) 1 1
Kurang Baik (1) 0 0
Jumlah 32 32
3 menggunakan bahasa yang
santun saat menyampaikan
pendapat, bertanya, atau
menyanggah
Sangat Baik (4) 0 0
Baik (3) 12 19
Cukup Baik (2) 21 13
Kurang Baik (1) 0 0
Jumlah 32 32
Dari data di atas, diketahui peningkatan sikap gotong royong siswa dalam
mengikuti pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi
think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual.
Berdasarkan data tersebut, peningkatan terjadi pada indikator ketiga yaitu kategori
baik meningkat sebanyak 7 siswa yaitu dari 12 siswa menjadi 19 siswa.
Berdasarkan jurnal guru, sikap santun siswa dalam pembelajaran sudah baik.
Dalam menyampaikan pendapat, bertanya, atau menjawab siswa menggunakan
bahasa yang cukup santun.
Berdasarkan hasil perbandingan sikap santun siklus I dan siklus II, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen dengan
181
strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual
membantu meningkatkan sikap santun siswa. Hasil perbandingan tersebut
menunjukkan bahwa secara keseluruhan sikap santun siswa selama mengikuti
pembelajaran sudah baik.
4.2.4 Peningkatan Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Siklus I dan
Siklus II
Hasil tes keterampilan menyusun teks cerpen berupa nilai rata-rata
masing-masing aspek penilaian pada tes keterampilan siklus I dan siklus II.
Perubahan perolehan nilai rata-rata siklus I dan siklus II dapat dilihat pada
diagram berikut.
Diagram 2 Rekapitulasi dan Peningkatan Nilai Rata-rata Hasil Tes
Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Siklus I dan Siklus II
3.03
2.35
3
2.45 2.48
2.12
2,93
3.28
2.81
3.28
2.66
3.13
2.59
3.37
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3 Aspek 4 Aspek 5 Aspek 6 Aspek 7
Siklus I Siklus II
182
Secara detail hasil tes keterampilan menyusun teks cerpen dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.
Tabel 40 Rekapitulasi dan Peningkatan Nilai Rata-rata Hasil Tes
Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Siklus I dan Siklus II
Aspek Rata-rata Peningkatan Ketuntasan
S I S II S II-S I S I S II
1 3,03 3,28 0,25 13 siswa
atau sebesar
41,935 %
dari jumlah
keseluruhan
siswa
32 siswa
atau seesar
100 % dari
jumlah
keseluruhan
siswa
2 2,35 2,81 0,46
3 3 3,28 0,28
4 2,45 2,66 0,21
5 2,48 3,13 0,65
6 2,12 2,59 0,47
7 2,93 3,37 0,44
Rata-
rata 2,63 3,02 0,46
Keterangan :
1. Tema
2. Alur
3. Latar
4. Sudut Pandang
5. Tokoh dan Penokohan
6. Gaya Bahasa
7. Kepaduan Unsur Pembangun Cerpen
Dari tabel di atas, diketahui hasil tes keterampilan menyusun teks cerpen
meningkat dari siklus I ke siklus II sebesar 0,46 dari nilai rata-rata kelas 2,63 pada
siklus I menjadi 3,02 pada siklus II.
Aspek pertama yaitu tema diperoleh nilai rata-rata siswa meningkat
sebesar 0,25 . Nilai rata-rata sebesar 3,03 pada siklus I meningkat menjadi 3,28
pada siklus II. Aspek kedua yaitu alur diperoleh nilai rata-rata siswa meningkat
sebesar 0,46. Nilai rata-rata sebesar 2,35 pada siklus I meningkat menjadi 2,81
183
pada siklus II. Aspek ketiga yaitu latar diperoleh nilai rata-rata siswa meningkat
0,28. Nilai rata-rata sebesar 3 pada siklus I meningkat menjadi 3,28 pada siklus II.
Aspek keempat yaitu sudut pandang nilai rata-rata siswa meningkat sebesar 0,21.
Nilai rata-rata sebesar 2,45 pada siklus I meningkat menjadi 2,66 pada siklus II.
Aspek kelima yaitu tokoh dan penokohan diperoleh nilai rata-rata siswa
meningkat sebesar 0,65. Nilai rata-rata sebesar 2,48 pada siklus I meningkat
meningkat menjadi 3,13 pada siklus II. Aspek keenam yaitu gaya bahasa
diperoleh nilai rata-rata siswa meningkat sebesar 0,47. Nilai rata-rata sebesar 2,12
pada siklus I meningkat menjadi 2,59 pada siklus II. Aspek ketujuh yaitu
kepaduan unsur pembangun cerpen diperoleh nilai rata-rata siswa meningkat
sebesar 0,44. Pada siklus I nilai rata-rata 2,93 meningkat menjadi 3,37 pada siklus
II.
Setelah dilakukan tindakan pembelajaran keterampilan menyusun teks
cerpen dengan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui
media audiovisual pada siklus I, hasil keterampilan menyusun teks cerpen siswa
mencapai nilai rata-rata 2,63 dan berkategori baik. Perolehan nilai tersebut sudah
cukup baik, namun masih terdapat beberapa kekurangan dalam cerpen yang
disusun siswa. Kekurangan tersebut terdapat pada aspek alur, sudut pandang,
tokoh dan penokohan, serta gaya bahasa.
Kekurangan-kekurangan yang terdapat pada pembelajaran keterampilan
menyusun teks cerpen pada siklus I digunakan sebagai refleksi untuk perbaikan
pembelajaran pada siklus II. Dari perbaikan tersebut, nilai rata-rata siswa
meningkat menjadi 3,02. Pada siklus II nilai rata-rata tiap aspek penilaian
184
keterampilan menyusun teks cerpen mengalami peningkatan, semua siswa sudah
mencapai ketuntasan.
Berdasarkan hasil perbandingan antara siklus I dan siklus II, dapat
disimpulkan bahwa penggunaan strategi think-talk-write, teknik meneruskan
cerita, dan media audiovisual dalam pembelajaran menyusun teks cerpen dapat
meningkatkan keterampilan siswa dalam menyusun teks cerpen. Hasil tes
keterampilan menyusun teks cerpen pada siklus II menunjukkan terjadi
peningkatan, hasil penelitian pada siklus II telah memenuhi target yang
diharapkan.
4.2.5 Keterkaitan Hasil Penelitian Keterampilan Menyusun Teks Cerpen
dengan Strategi TTW dan Teknik Meneruskan Cerita melalui Media
Audiovisual dengan Hasil Penelitian pada Kajian Pustaka
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus. Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan, diketahui terjadi peningkatan yang signifikan dan
memuaskan dari siklus I ke siklus II.
Pembahasan hasil penelitian tindakan kelas ini berdasarkan pada hasil
stklus I dan hasil siklus II. Pembahasan hasil penelitian meliputi proses
pembelajaran peningkatan keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi
think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual;
perubahan perilaku menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa indonesia
sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa sebagai sarana menyajikan informasi
lisan dan tulis; perubahan perilaku menghargai dan menghayati sikap percaya diri,
185
toleransi, gotong royong, dan santun dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya sebagai
wujud sikap sosial; dan peningkatan keterampilan siswa menyusun teks cerpen.
Proses pembelajaran siklus I aspek pertama mencapai 78,125 %, siklus II
mencapai 84,375 %. Dari hasil tersebut diketahui bahwa aspek pertama proses
pembelajaran mengalami peningkatan sebesar 6,25 %, sebagian besar siswa cukup
antusias dalam mengikuti proses pembelajaran keterampilan menyusun teks
cerpen. Aspek kedua proses pembelajaran mengalami peningkatan sebesar 12,5
%, yaitu dari 68,75 % menjadi 81,52 %. Siswa sudah baik dalam melakukan
diskusi kelompok mengidentifikasi struktur teks cerpen. Aspek ketiga mengalami
peningkatan sebesar 15,625 %, yaitu dari 62,5 % menjadi 78,125 %. Siswa sudah
baik dalam bekerja sama dalam diskusi kelompok setelah menyimak tayangan
video. Aspek keempat mengalami peningkatan sebesar 3,13 %, yaitu dari 96,87 %
menjadi 100 %. Aspek kelima mengalami peningkatan sebesar 6,25 %, yaitu dari
93,75 % menjadi 100 %. Berdasarkan data tersebut hasil proses pembelajaran
keterampilan menyusun teks cerpen dapat diidentifikasi terlaksana dengan baik,
siswa mengikuti pembelajaran dengan kondusif dan intensif sesuai dengan
instruksi yang diberikan.
Penelitian dengan kajian cerita pendek juga dilakukan oleh Ibnian (2010)
dengan judul “The Effect of Using the Story-Mapping Technique on Developing
Tenth Grade Student’s Short Story Writing Skills in EFL”, yang artinya pengaruh
penggunaan teknik peta cerita untuk meningkatkan keterampilan menulis menulis
cerita pendek siswa EFL kelas sepuluh. Metode yang digunakan Ibnian adalah
186
dengan memilih secara acak empat kelas dari sekolah di Amman. Dua kelas
sebagai kelas eksperimen, sedangkan dua kelas lainnya sebagai kelas kontrol.
Siswa dari kelas eksperimen diberi instruksi untuk menulis cerpen menggunakan
konsep cerita, sedangkan kelas kontrol menggunakan metode tradisional. Tahap
selanjutnya adalah dengan memberikan tes menulis cerpen pada masing-masing
kelas. Waktu yang diberikan untuk menulis cerpen adalah enam puluh menit.
Hasil yang dicapai setelah dilakukan tes adalah penggunakan teknik konsep cerita
memberikan dampak positif pada keterampilan menulis cerpe siswa kelas sepuluh.
Peningkatan keterampilan dapat dilihat dari perbaikan organisasi penulisan,teknik
penulisan, penggunaan bahasa pada menulis kreatif (kelancaran, fleksibilitas,
munculnya ide baru, dan perluasan ide).
Penelitian yang dilakukan peneliti dan Ibnian menunjukkan bahwa
pembelajaran menyusun teks cerpen yang diberi perlakuan akan mengalami
perubahan. Pada penelitian yang dilakukan peneliti perubahan yang terjadi salah
satunya pada proses pembelajaran yang ditinjua dari lima aspek observasi proses
pembelajaran menyusun teks cerpen dan hasil cerpen siswa. Penerapan Strategi
TTW dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual dapat
meningkatkan proses pembelajaran dan keterampilan menyusun teks cerpen
siswa. Sementara, penelitian yang dilakukan Ibnian mengalami perubahan pada
hasil cerpen yang ditulis siswa. Hasil yang dicapai adalah penggunaan teknik peta
cerita memberikan dampak positif pada keterampilan menulis cerpen siswa kelas
sepuluh. Peningkatan keterampilan dapat dilihat dari perbaikan organisasi
187
penulisan,teknik penulisan, penggunaan bahasa pada menulis kreatif (kelancaran,
fleksibilitas, munculnya ide baru, dan perluasan ide).
Penelitian lain yang mengkaji tentang cerita pendek dilakukan oleh
Pardede (2011) dengan judul “Using Short Stories to Teach Language Skills”.
Pardede melakukan penelitian berkaitan dengan penggunaan cerita pendek untuk
mengajarkan empat keterampilan berbahasa. Metode yang digunakan adalah
dengan memilih dua kelas untuk diberikan teks yang berbeda, kelas yang pertama
diberikan teks nonsastra sedangkan kelas yang lain diberikan teks sastra yaitu
cerpen. Selanjutnya dilakukan tes pada masing-masing kelas meliputi
keterampilan membaca, menulis, menyimak, dan berbicara. Pada tes keterampilan
menulis, siswa diberikan soal untuk menulis sebuah dialog antara seorang ayah
dan anaknya. Selanjutnya dialog tersebut dikembangkan menjadi sebuah cerpen
yang berisi tokoh, setting, klimaks, dan resolusi. Hasil yang dicapai dengan
penggunaan cerpen untuk mengajarkan empat keterampilan berbahasa adalah
pada keterampilan menulis siswa menjadi lebih kreatif. Meskipun penelitian yang
dilakukan Pardede dan peneliti adalah jenis penelitian yang berbeda, tetapi sama-
sama meneliti tentang keterampilan menulis cerpen. Pada penelitian yang
dilakukan Pardede tes keterampilan menulis cerpen membuat siswa menjadi lebih
kreatif dalam menulis, sedangkan peneliti meningkatkan ketarmpilan menyusun
teks cerpen siswa.
Hasil penilaian observasi sikap religius siklus II mengalami peningkatan
dibandingkan siklus I. Peningkatan yang terjadi pada nilai sikap religius siklus II
termasuk dalam kategori baik. Hal ini diidentifikasi dari indikator sikap religius
188
yang muncul pada siswa, di antaranya berdo’a sebelum dan setelah melaksanakan
pembelajaran, berdo’a dengan sikap yang baik, memberi salam sebelum dan
sesudah pendapat atau presentasi, menjawab salam guru atau teman yang
mengucapkan salam. Pelaksanaan pembelajaran keterampilan menyusun teks
cerpen dengan strategi TTW dan teknik meneruskan cerita melalui media
audiovisual dapat meningkatkan sikap religius siswa. Adapun pendapat Narwanti
(2011:56-57) menyatakan bahwa melalui pilar religi akan terbentuk manusia yang
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga akan terjaga dari prbuatan yang
merugikan diri dan lingkungannya. Pembentukan karakter religius di SMP
dilakukan setiap hari dengan pembiasaan do’a pada awal dan akhir pembelajaran.
Hasil penilaian observasi sikap sosial siklus II mengalami peningkatan
dibandingkan siklus I. Sikap sosial yang diamati yaitu sikap percaya diri, sikap
toleransi, sikap gotong royong, dan sikap santun. Menurut Narwanti (2011:58),
bahwa pilar empati menempa kepribadian siswa agar terampil secara sosial.
Lewat pilar ini, kepedulian terhadap sesama dibentuk. Dari konsep Narwanti,
seseorang yang mampu memahami perasaan dan pikiran orang lain atau
yang kita sebut dengan empati, maka seseorang ini telah mampu bersikap sosial.
Indikator sikap percaya diri yang diamati adalah berani presentasi di depan
kelas dan berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan. Sesuai dengan
Kemdikbud (2013) bahwa percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri
seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau
melakukan sesuatu tindakan. Indikator pencapaian sikap percaya diri yaitu (1)
berpendapat atau melakukan kegiatan tanpa ragu-ragu, (2) mampu membuat
189
keputusan dengan cepat, (3) tidak mudah putus asa, (4) tidak canggung dalam
bertindak, (5) berani presentasi di depan kelas, (6) berani berpendapat, bertanya,
atau menjawab pertanyaan. Berdasarkan data hasil observasi sikap percaya diri,
dapat disimpulkan bahwa sikap percaya diri ditanamkan di sekolah salah satunya
melalui pembalajaran menyusun teks cerpen.
Sikap toleransi yang diamati sesuai indikator adalah (1) tidak mengganggu
teman yang berbeda pendapat, (2) menerima kesepatakan meskipun berbeda
dengan pendapatnya, (3) mampu dan mau bekerja sama dengan siapa pun yang
memiliki keberagaman latar belakang, pandangan, dan keyakinan, (4) tidak
memaksakan keyakinan atau pendapat diri pada orang lain, (5) kesediaan untuk
belajar dari (terbuka terhadap) keyakinan dan gagasan orang lain agar dapat
memahami orang lain lebih baik, (6) terbuka untuk menerima sesuatu yang baru.
Indikator tersebut sesuai dengan yang dijelaskan Kemendikbud (2013), toleransi
adalah sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,
pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Sikap
toleransi dapat ditingkatkan melalui proses pembelajaran menyusun teks cerpen
pada saat kegiatan diskusi. Sikap toleransi siswa muncul pada saat kegiatan
diskusi kelompok dengan anggota lain yang memiliki karakter berbeda.
Indikator sikap gotong royong diamati adalah kesediaan melakukan tugas
sesuai kesepakatan, aktif dalam kerja kelompok, dan mendorong orang lain untuk
bekerja sama dalam kelompok. Kemendikbud (2013) menjelaskan bahwa gotong
royong adalah bekerja bersama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama
dengan saling berbagi tugas dan tolong menolong secara ikhlas. Dapat
190
disimpulkan bahwa sikap gotong royong dapat ditingkatkan melalui proses
pembelajaran menyusun teks cerpen pada saat kegiatan diskusi. Pada kegiatan
diskusi siswa aktif dalam kerja kelompok dan bekerja sama dalam menyelesaikan
tugas.
Sikap santun dapat diidentifikasi dari indikator sikap santun yaitu
menghormati orang yang lebih tua; bersikap 3S (salam, senyum, sapa); dan
menggunakan bahasa yang santun saat menyampaiakan pendapat, bertanya, atau
menyanggah. . Kemendikbud (2013) menjelaskan bahwa santun adalah sikap baik
dalam pergaulan dari segi bahasa maupun tingkah laku. Norma kesantunan
bersifat relatif, artinya norma kesantunan yang diterima bisa berbedabeda di
berbagai tempat, lingkungan, atau waktu. Pembiasaan sikap santun di sekolah
dapat diterapakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia, salah satunya
pembelajaran menyusun teks cerpen sebagai upaya untuk mewujudkan pendidikan
karakter di sekolah.
Pada tahap menyusun teks cerpen siklus I diketahui nilai rata-rata siswa
mencapai 2,63. Jumlah siswa yang tuntas berdasarkan standar ketuntasan
penelitian sebanyak 13 orang atau sebesar 41,935 %. Sedangkan jumlah siswa
yang tidak tuntas berdasarkan standar ketuntasan penelitian sebanyak 18 siswa
atau sebesar 58,065 %. Pada siklus II nilai rata-rata siswa mencapai 3,02 yang
termasuk dalam kategori baik. Dapat diidentifikasi bahwa kemampuan menyusun
teks cerpen siswa sudah baik, terjadi peningkatan keterampilan menyusun teks
cerpen dari siklus I. Sebanyak 7 siswa mendapatkan nilai yang sangat baik,
mencapai persentase sebesar 21,875 %. Siswa yang mendapat nilai baik sebanyak
191
25 orang atau sebesar 78,125 %. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa seluruh
siswa sudah mencapai standar ketuntasan penelitian. Dari hasil tes keterampilan
menyusun teks cerpen tersebut, dapat disimpulkan bahwa penggunaan strategi
TTW dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual dapat
meningkatkan keterampilan siswa menyusun teks cerpen. Penelitian ini memiliki
relevansi dengan penelitian yang dilakukan Miftahurrohim (2009), Anisa (2010),
dan Nadiya (2010) berkaitan dengan strategi yang digunakan dan pembelajaran
menyusun teks cerpen.
Miftahurrohim (2009) melakukan penelitian tentang penggunaan strategi
TTW dalam pembelajaran menulis karangan argumentasi, penggunaan strategi
TTW mampu meningkatkan keterampilan menulis karangan argumentasi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa setelah mengikuti pembelajaran menulis karangan
argumentasi menggunakan strategi TTW, keterampilan siswa mengalami
peningkatan sebesar 23,94 %. Skor rata-rata kelas pada tahap prasiklus sebesar
58,67 % dan mengalami peningkatan sebesar 16,96 % menjadi 75,63 % siklus I.
Kemudian pada siklus II, skor rata-rata kelas meningkat sebesar 6,98 % menjadi
82,61 %. Pembelajaran menulis karangan argumentasi dengan strategi TTW dapat
mengubah perilaku siswa, siswa yang sebelumnya kurang siap dan kurang aktif
dalam pembelajaran menjadi lebih siap dan lebih aktif mengikuti pembelajaran.
Peneliti lain yang menggunakan Think-Talk-Write (TTW) adalah Anisa
(2010) dengan judul penelitian Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan
Narasi dengan Mengubah Teks Wawancara melalui Model Think-Talk-Write
pada Siswa Kelas VII A SMP N 2 Cepiring. Berdasarkan hasil penelitian diketahui
192
bahwa keterampilan menulis karangan narasi dengan mengubah teks wawancara
siswa pada tahap prasiklus sebesar 60,7 dengan kategori cukup. Setelah dilakukan
tindakan melalui model TTW pada siklus I nilai rata-rata yang dicapai sebesar
66,3 dengan kategori cukup. Tindakan dan nilai rata-rata pada siklus I belum
mencapai tujuan yang akan dicapai yaitu sebesar 70. Oleh karena itu peneliti
melakukan tindakan siklus II. Pada siklus II ini rata-rata yang dicapai sebesar 77,8
dengan kategori baik. Hal ini berarti mengalami peningkatan sebesar 17,1 atau
28,1 % dari prasiklus ke siklus II. Selain itu perilaku-perilaku negatif maupun
yang kurang sesuai dengan prinsip-prinsip TTW mengalami perubahan ke arah
positif dari siklus I ke siklus II. Dari hasil pembehasan tersebut dapat diketahui
bahwa terjadi peningkatan keterampilan mengubah teks wawancara menjadi
karangan narasi siswa kelas VII A SMP N 2 Cepiring setelah dilakukan
pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi dengan model
TTW. Selain itu, perubahan perilaku dalam penelitian ini adalah para siswa
tampak senang, lebih semangat, aktif mengikuti pembelajaran, antusias dalam
bertanya, serta sangat memperhatikkan penjelasan guru.
Berkaitan dengan penelitian keterampilan menulis cerpen menggunakan
strategi Think-Talk-Write (TTW) sudah dilakukan oleh Nadiya (2010) dengan
judul Penggunaan Strategi Think-Talk-Write (TTW) untuk meningkatkan
keterampilan menulis cerpen pada siswa kelas X 4 SMA N 1 Welahan Kabupaten
Jepara. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan dari siklus I ke siklus
II, baik berupa data tes maupun data nontes. Dari data tes dapat diketahui
peningkatan nilai menulis cerpen dengan strategi TTW. Nilai rata-rata pada siklus
193
I mencapai 69,26. Setelah dilakukan siklus II meningkat menjadi 79,20 atau
meningkat sebanyak 14,35% dari siklus I. Begitu juga dengan nilai per aspeknya
yang mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Berdasarkan data nontes
yang terdiri atas observasi, hasil jurnal siswa, hasil jurnal guru, wawancara
dengan siswa, dan dokumentasi foto yang diambil saat kegiatan pembelajaran
berlangsung terlihat adanya perubahan perilaku siswa yang terlihat lebih tertarik,
lebih serius, dan bersemangat dalam melaksanakan kegiatan menulis cerpen.
Berdasarkan uraian di atas, penggunaan strategi TTW dalam penelitian
yang telah dilakukan sebelumnya berhasil meningkatkan hasil penelitian baik
dalam pembelajaran menulis karangan maupun menulis cerpen. Dalam penelitian
ini penggunaan strategi TTW dikombinasikan dengan teknik meneruskan cerita
dan media audiovisual juga meningkatkan keterampilan siswa dalam menyusun
teks cerpen. Selain keterampilan menyusun teks cerpen, sikap religius dan sikap
sosial siswa mengalami peningkatan.
Penelitian ini dihentikan pada siklus II karena hasil yang didapat sudah
memenuhi targetyang diharapkan. Terjadi peningkatan yang baik dari siklus I ke
siklus II. Selain itu diperoleh perubahan positif pada sikap religius dan sikap
sosial (sikap percaya diri, sikap toleransi, sikap gotong royong, sikap santun)
siswa. Terjadi peningkatan yang baik pada sikap religius dan sikap sosial siswa.
194
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian peningkatan
keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi TTW dan teknik meneruskan
cerita melalui media audiovisual pada siswa kelas VII A SMP Negeri 1
Wonosobo adalah sebagai berikut.
1. Keberlangsungan proses pembelajaran menyusun teks cerpen pada siswa
kelas VII A SMP Negeri 1 Wonosobo mengalami peningkatan menjadi
semakin baik. Aspek keantusiasan dan minat siswa pada siklus I sebesar
78,12 % meningkat menjadi 84,375 % pada siklus II. Aspek kekondusifan
diskusi kelompok mengidentifikasi struktur teks cerita pendek meningkat
menjadi 81,25 % pada siklus II dari 68,25 pada siklus I. Aspek keintensifan
diskusi kelompok setelah menyimak tayangan video pada siklus I sebesar
62,5 % meningkat menjadi 78,125 % pada siklus II. Aspek keintesifan
pelaksanaan kegiatan menyusun teks cerita pendek meningkat menjadi 100 %
pada siklus II dari 96,87 % pada siklus I. Aspek refleksi pada akhir
pembelajaran pada siklus I sebesar 93,75 % meningkat menjadi 100 % pada
siklus II.
195
2. Perubahan perilaku menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa indonesia
sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa sebagai sarana menyajikan
informasi lisan dan tulis sebagai wujud sikap religius siswa mengalami
peningkatan ke arah positif. Siswa telah menunjukkan sikap religius selama
mengikuti pembelajaran menyusun teks cerpen. Hal ini menunjukkan bahwa
sikap religius telah tertanam pada diri siswa ditunjukkan dengan berdo’a
sebelum dan sesudah pembelajaran, memberi salam sebelum dan sesudah
menyampaikan pendapat atau presentasi, dan menjawab salam guru atau
teman yang mengucapkan salam.
3. Perubahan sikap percaya diri, toleransi, gotong royong, dan santun sebagai
wujud sikap sosial siswa mengalami peningkatan ke arah positif. Selama
mengikuti pembelajaran menyusun teks cerpen siswa telah menunjukkan
sikap sosial sesuai indikator sikap sosial yang telah ditentukan.
4. Peningkatan keterampilan menyusun teks cerpen siswa dapat diidentifikasi
dari hasil tes keterampilan yang terlaksana pada siklus I dan siklus II. Hasil
tes keterampilan siklus I mencapai rata-rata sebesar 2,63, terdapat 19 siswa
yang masih belum mencapai ketuntasan. Hasil tes keterampilan pada siklus II
mengalami peningkatan rata-rata sebesar 0,46 dari 2,63 menjadi 3,02. Semua
siswa sudah mencapai ketuntasan, hasil tersebut sudah mencapai target
penelitian.
196
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan hasil penelitian peningkatan keterampilan
menyusun teks cerpen dengan strategi TTW dan teknik meneruskan cerita melalui
media audiovisual di atas, peneliti memberi saran sebagai berikut.
1. Guru mata pelajaran bahasa Indonesia sebaiknya memanfaatkan strategi TTW
dan teknik meneruskan cerita sebagai alternatif dalam pembelajaran
menyusun teks cerita pendek, agar siswa lebih tertarik mengikuti
pembelajaran dan membuat siswa lebih aktif.
2. Media audiovisual sebagai salah satu media pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia dapat digunakan guru untuk sarana mengajar. Keunggulan
penggunaan media audiovisual adalah siswa menjadi lebih antusias dalam
mengikuti pembelajaran, media audiovisual juga dapat memberi contoh yang
konkret kepada siswa. Penggunaan media audiovisual hendaknya disesuaikan
dengan kondisi siswa agar dapat memberi manfaat yang maksimal dalam
penggunaannya.
3. Peneliti di bidang pedidikan maupun bahasa dapat melakukan penelitian
mengenai pembelajaran menyusun teks cerpen menggunakan pendekatan,
strategi, metode, model, teknik, dan media yang lebih inovatif dan efektif
untuk meningkatkan keterampilan menyusun teks cerpen siswa.
197
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 2009. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung : Sinar Baru
Algesindo.
Anisa, Sulfah. 2010. Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi
dengan Mengubah Teks Wawancara melalui Model Think-Talk-Write
pada Siswa Kelas VII A SMP N 2 Cepiring. Skripsi. Jurusan Bahasa dan
Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang.
Baribin, Raminah. 1985. Teori dan Apresiasi Prosa Fiksi. Semarang : IKIP
Semarang Press.
Gerot, Linda dan Peter Wignell. 1995. Making Sense of Functional Grammar.
Sydney : Antipodean Educational Enterprises.
Gie, The Liang. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Haryati, Nas. 2011. Handout Perkuliahan Apresiasi Prosa Indonesia. Jurusan
Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas
Negeri Semarang.
Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran : Isu-isu
Metodis dan Paradigmatis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Ibnian, Salem Saleh. 2010. The Effect of Using the Story- Mapping Technique on
Developing Tenth Grade Students’ Short Story Writing Skills in EFL.
Volume 3, No 4, Desember 2010. Faculty of Arts, Middle East University
for Graduate Studies Jordan. Tersedia di https://www.ccsenet.org/elt.
Diunduh pada 4 Agustus 2014 pukul 14:35.
Kemendikbud. 2013a. Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan SMP/MTs Kelas
VII. Jakarta: Kemendikbud.
_________. 2013b. Buku Guru Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan
SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Kemendikbud.
198
_________. 2013c. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013
SMP/MTs Bahasa Indonesia; Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum
2013. Jakarta: Kemendikbud.
_________ 2013d. Pedoman Penilaian Kompetensi Sikap Kurikulum 2013.
Jakarta : Kemendikbud
Kosasih, E. 2012. Dasar-Dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: Yrama
Widya.
Kusmayadi, Ismail. 2010. Lebih Dekat dengan Cerpen. Jakarta: Trias Yoga
Kreasindo
Miftahurrohim. 2009. Penggunaan Strategi Think-Talk-Write untuk meningkatkan
keterampilan menulis karangan argumentasi pada siswa Kelas X-9 SMA
Nasional Pati. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas
Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang.
Nadiya, Selvia A. 2010. Penggunaan Strategi Think-Talk-Write (TTW) untuk
meningkatkan keterampilan menulis cerpen pada siswa kelas X 4 SMA N 1
Welahan Kabupaten Jepara. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang.
Narwanti, Sri. 2011. Pendidikan Karakter.Yogyakarta: Familia
Nurgiyantoro, Burhan. 2009. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press
Nuryatin, Agus. 2010. Mengabadikan Pengalaman dalam Cerpen. Rembang:
Yayasan Adhigama.
Pardede, Parlindungan. 2011. Using Short Stories to Teach Language Skills.
Dalam Journal of English Teaching (JET), Volume 1, Number 1, Februari
2011, Christian University of Indonesia. Tersedia di
https://www.scholar.google.com. Diunduh pada 13 Juni 2014 pukul 15:32.
Prastowo, Andi. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif.
Yogyakarta : DIVA Press
Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta : Kanisius
199
Ratmandani, Geta. 2009. Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen
Berdasarkan Teks Berita Melalui Model Pembelajaran Team-Assisted-
Individualization (TAI) pada Siswa Kelas X 2 SMA N 1 Karanggede.
Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni,
Universitas Negeri Semarang.
Rohani, Ahmad. 2006. Media Intruksional Edukatif. Jakarta : Rineka Cipta.
Sanaky, Hujair AH. 2013. Media Pembelajaran Interaktif-Inovatif. Yogyakarta :
Kaukaba
Subyantoro.2012. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang:Unnes Press.
Sufanti, Main. 2013. Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Teks : Belajar
dari Ohoi Amerika Serikat. Artikel. PBSID FKIP Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Magister Pengkajian Bahasa Pascasarjana,
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Tersedia di
https://publikasiilmiah.ums.ac.id. Diunduh pada 8 Desember 2014 pukul
18:48.
Suharianto, S. 2005. Dasar-Dasar Teori Sastra. Semarang: Rumah Indonesia.
Sukirno. 2010. Belajar Cepat Menulis Kreatif Berbasis Kuantum. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Suyatno. 2004. Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya : SIC
Yamin, Martinis dan Bansu I Ansari. 2012. Taktik Mengembangkan Kemampuan
Siswa. Jakarta: Referensi.
200
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS I
Sekolah : SMP N 1 Wonosobo
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VII/II
Materi Pokok : Cerita Pendek
Alokasi Waktu : 6x40 menit (tiga kali pertemuan)
A. Kompetensi Inti
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
2. Menghargai dan menghayati sikap jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi,
gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait budaya terkait
fenomena dan kejadian tampak mata
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca,
menghitung, menggambar dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah
dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang teori.
B. Kompetensi Dasar
1.3 Menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa Indonesia sebagai anugerah Tuhan
yang Maha Esa sebagai sarana menyajikan informasi lisan dan tulis
2.5 Memiliki perilaku percaya diri, peduli, dan santun dalam merespon secara pribadi
peristiwa jangka pendek
201
3.2 Memahami teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita
pendek melalui lisan maupun tulisan
4.2 Menyusun teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita
pendek sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan maupun
tulisan
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
1.3 Menunjukkan sikap menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa Indonesia
sebagai anugerah Tuhan yang Maha Esa sebagai sarana menyajikan informasi lisan
dan tulis
1.3.1 berdo’a sebelum dan setelah melaksanakan pembelajaran
1.3.2 berdo’a dengan sikap yang baik (tidak membuat gerakan yang tidak perlu atau
mengeluarkan suara yang membuat gaduh)
1.3.3 memberi salam sebelum dan sesudah menyampaikan pendapat atau presentasi
1.3.4 menjawab salam guru atau teman yang mengucapkan salam
2.5 Memiliki perilaku percaya diri, peduli, dan santun dalam merespon secara pribadi
peristiwa jangka pendek
2.5.1 Sikap percaya diri meliputi, (1) berani presentasi di depan kelas, (2) berani
berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan.
2.5.2 Sikap peduli (toleransi dan gotong royong)
Sikap toleransi meliputi, (1) tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat,
(2) menerima kesepatakan meskipun berbeda dengan pendapatnya, (3) mampu
dan mau bekerja sama dengan siapa pun yang memiliki keberagaman latar
belakang, pandangan, dan keyakinan, (4) tidak memaksakan keyakinan atau
pendapat diri pada orang lain, (5) kesediaan untuk belajar dari (terbuka
terhadap) keyakinan dan gagasan orang lain agar dapat memahami orang lain
lebih baik, (6) terbuka untuk menerima sesuatu yang baru.
Sikap gotong royong meliputi, (1) kesediaan melakukan tugas sesuai
kesepakatan, (2) aktif dalam kerja kelompok, (3) mendorong orang lain untuk
bekerja sama dalam kelompok.
2.5.3 Sikap santun meliputi, (1) menghormati orang yang lebih tua, (2) bersikap 3S
(salam, senyum, sapa), (3) menggunakan bahasa yang santun saat
menyampaikan pendapat, bertanya, atau menyanggah
202
3.1 Memahami teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita
pendek melalui lisan maupun tulisan
3.1.1 Memahami struktur teks cerita pendek
3.1.2 Memahami kaidah kebahasaan teks cerita pendek
4.2 Menyusun teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita
pendek sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan maupun
tulisan
4.2.1 Menyusun teks cerita pendek sesuai dengan struktur teks cerita pendek.
4.2.2 Menyusun teks cerita pendek sesuai dengan kaidah kebahasaan, runtut, logis,
sistematis, dengan ejaan yang benar, pilihan kata tepat, kalimat efektif,
paragraf yang utuh dan padu.
4.2.3 Mampu menyajikan unsur pembangun cerita pendek dengan baik dan menarik.
D. Tujuan Pembelajaran
Pertemuan Ke-1
1.3 Selama dan setelah proses pembelajaran, siswa dapat menunjukkan sikap menghargai
dan mensyukuri keberadaan bahasa Indonesia sebagai anugerah Tuhan yang Maha
Esa dan menggunakannya sesuai dengan kaidah dan konteks untuk mempelajari teks
cerita pendek
1.3.1 berdo’a sebelum dan setelah melaksanakan pembelajaran
1.3.2 berdo’a dengan sikap yang baik (tidak membuat gerakan yang tidak perlu atau
mengeluarkan suara yang membuat gaduh)
1.3.3 memberi salam sebelum dan sesudah menyampaikan pendapat atau presentasi
1.3.4 menjawab salam guru atau teman yang mengucapkan salam
2.5 Selama dan setelah proses pembelajaran, siswa memiliki perilaku percaya diri, peduli,
dan santun dalam merespon secara pribadi peristiwa jangka pendek
2.5.1 Sikap percaya diri meliputi, (1) berani presentasi di depan kelas, (2) berani
berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan.
2.5.2 Sikap peduli (toleransi dan gotong royong)
Sikap toleransi meliputi, (1) tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat,
(2) menerima kesepatakan meskipun berbeda dengan pendapatnya, (3) mampu
dan mau bekerja sama dengan siapa pun yang memiliki keberagaman latar
belakang, pandangan, dan keyakinan, (4) tidak memaksakan keyakinan atau
pendapat diri pada orang lain, (5) kesediaan untuk belajar dari (terbuka
203
terhadap) keyakinan dan gagasan orang lain agar dapat memahami orang lain
lebih baik, (6) terbuka untuk menerima sesuatu yang baru.
Sikap gotong royong meliputi, (1) kesediaan melakukan tugas sesuai
kesepakatan, (2) aktif dalam kerja kelompok, (3) mendorong orang lain untuk
bekerja sama dalam kelompok.
2.5.3 Sikap santun meliputi, (1) menghormati orang yang lebih tua, (2) bersikap 3S
(salam, senyum, sapa), (3) menggunakan bahasa yang santun saat
menyampaikan pendapat, bertanya, atau menyanggah
3.1 Setelah membaca teks cerita pendek, siswa memahami teks cerita pendek baik lisan
maupun tulisan
3.1.1 Memahami struktur teks cerita pendek
3.1.2 Memahami kaidah kebahasaan teks cerita pendek
4.2 Setelah berdiskusi, siswa dapat menyusun teks cerita pendek baik lisan maupun
tulisan
4.2.1 Menyusun teks cerita pendek sesuai dengan struktur teks cerita pendek.
Pertemuan Ke-2
1.3 Selama dan setelah proses pembelajaran, siswa dapat menunjukkan sikap menghargai
dan mensyukuri keberadaan bahasa Indonesia sebagai anugerah Tuhan yang Maha
Esa dan menggunakannya sesuai dengan kaidah dan konteks untuk mempelajari teks
cerita pendek
1.3.1 berdo’a sebelum dan setelah melaksanakan pembelajaran
1.3.2 berdo’a dengan sikap yang baik (tidak membuat gerakan yang tidak perlu atau
mengeluarkan suara yang membuat gaduh)
1.3.3 memberi salam sebelum dan sesudah menyampaikan pendapat atau presentasi
1.3.4 menjawab salam guru atau teman yang mengucapkan salam
2.5 Selama dan setelah proses pembelajaran, siswa memiliki perilaku percaya diri, peduli,
dan santun dalam merespon secara pribadi peristiwa jangka pendek
2.5.1 Sikap percaya diri meliputi, (1) berani presentasi di depan kelas, (2) berani
berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan.
2.5.2 Sikap peduli (toleransi dan gotong royong)
Sikap toleransi meliputi, (1) tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat,
(2) menerima kesepatakan meskipun berbeda dengan pendapatnya, (3) mampu
dan mau bekerja sama dengan siapa pun yang memiliki keberagaman latar
204
belakang, pandangan, dan keyakinan, (4) tidak memaksakan keyakinan atau
pendapat diri pada orang lain, (5) kesediaan untuk belajar dari (terbuka
terhadap) keyakinan dan gagasan orang lain agar dapat memahami orang lain
lebih baik, (6) terbuka untuk menerima sesuatu yang baru.
Sikap gotong royong meliputi, (1) kesediaan melakukan tugas sesuai
kesepakatan, (2) aktif dalam kerja kelompok, (3) mendorong orang lain untuk
bekerja sama dalam kelompok.
2.5.3 Sikap santun meliputi, (1) menghormati orang yang lebih tua, (2) bersikap 3S
(salam, senyum, sapa), (3) menggunakan bahasa yang santun saat
menyampaikan pendapat, bertanya, atau menyanggah
3.1 Setelah membaca teks cerita pendek, siswa memahami teks cerita pendek baik lisan
maupun tulisan
3.1.1 Memahami struktur teks cerita pendek
3.1.2 Memahami kaidah kebahasaan teks cerita pendek
4.2 Setelah berdiskusi, siswa dapat menyusun teks cerita pendek baik lisan maupun
tulisan
4.2.1 Menyusun teks cerita pendek sesuai dengan struktur teks cerita pendek
4.2.2 Menyusun teks cerita pendek sesuai dengan cerita pada video yang telah
ditayangkan
Pertemuan Ke-3
1.3 Selama dan setelah proses pembelajaran, siswa dapat menunjukkan sikap menghargai
dan mensyukuri keberadaan bahasa Indonesia sebagai anugerah Tuhan yang Maha Esa
dan menggunakannya sesuai dengan kaidah dan konteks untuk mempelajari teks cerita
pendek
1.3.1 berdo’a sebelum dan setelah melaksanakan pembelajaran
1.3.2 berdo’a dengan sikap yang baik (tidak membuat gerakan yang tidak perlu atau
mengeluarkan suara yang membuat gaduh)
1.3.3 memberi salam sebelum dan sesudah menyampaikan pendapat atau presentasi
1.3.4 menjawab salam guru atau teman yang mengucapkan salam
2.5 Selama dan setelah proses pembelajaran, siswa memiliki perilaku percaya diri, peduli,
dan santun dalam merespon secara pribadi peristiwa jangka pendek
205
2.5.1 Sikap percaya diri meliputi, (1) berani presentasi di depan kelas, (2) berani
berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan.
2.5.2 Sikap peduli (toleransi dan gotong royong)
Sikap toleransi meliputi, (1) tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat,
(2) menerima kesepatakan meskipun berbeda dengan pendapatnya, (3) mampu
dan mau bekerja sama dengan siapa pun yang memiliki keberagaman latar
belakang, pandangan, dan keyakinan, (4) tidak memaksakan keyakinan atau
pendapat diri pada orang lain, (5) kesediaan untuk belajar dari (terbuka
terhadap) keyakinan dan gagasan orang lain agar dapat memahami orang lain
lebih baik, (6) terbuka untuk menerima sesuatu yang baru.
Sikap gotong royong meliputi, (1) kesediaan melakukan tugas sesuai
kesepakatan, (2) aktif dalam kerja kelompok, (3) mendorong orang lain untuk
bekerja sama dalam kelompok.
2.5.3 Sikap santun meliputi, (1) menghormati orang yang lebih tua, (2) bersikap 3S
(salam, senyum, sapa), (3) menggunakan bahasa yang santun saat
menyampaikan pendapat, bertanya, atau menyanggah
3.1 Setelah membaca teks cerita pendek, siswa memahami teks cerita pendek baik lisan
maupun tulisan
3.1.1 Memahami langkah-langkah menyusun teks cerita pendek
4.2 Setelah memahami struktur, kaidah kebahasaan, dan langkah-langkah menyusun teks
cerpen, siswa dapat menyusun teks cerita pendek baik lisan maupun tulisan
4.2.1 Menyusun teks cerita pendek sesuai dengan struktur teks cerita pendek
4.2.2 Menyusun teks cerita pendek sesuai dengan kaidah kebahasaan, runtut, logis,
sistematis, dengan ejaan yang benar, pilihan kata tepat, kalimat efektif,
paragraf yang utuh dan padu
4.2.3 Mampu menyajikan unsur pembangun cerita pendek dengan baik dan menarik
E. Materi Pembelajaran
1. Struktur teks cerita pendek
2. Kaidah kebahasaan teks cerita pendek
3. Langkah-langkah menyusun teks cerita pendek
F. Strategi, Teknik dan Metode Pembelajaran
Strategi : Think-Talk-Write (TTW)
206
Teknik : Meneruskan cerita
Metode : ceramah, tanya jawab, inkuiri, diskusi, penugasan, sumbang saran
G. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan 1
Kegiatan Deskripsi Metode Alokasi
Waktu
A. Pendahuluan 1. guru mengkondisikan kelas agar
siswa siap untuk belajar
2. guru memberikan apersepsi dan
melakukan tanya jawab dengan
siswa
3. siswa menerima informasi
mengenai tujuan pembelajaran
dan manfaat menguasai materi
pembelajaran
4. Siswa menerima informasi
mengenai pokok-pokok materi
pembelajaran
5. Siswa mendengarkan penjelasan
guru mengenai langkah-langkah
pembelajaran yang akan
dilakukan
Ceramah
Tanya
jawab
Ceramah
15 menit
B. Inti MENGAMATI
1. Siswa membentuk kelompok
yang beranggotakan 3-5 orang
2. Guru membagikan contoh
cerpen dan lembar kerja kepada
tiap kelompok
3. Siswa membaca dan
mencermati contoh cerpen yang
telah dibagikan dengan teliti
dan bertanggung jawab
MENANYA
4. Siswa dan guru bertanya jawab
tentang kaidah kebahasaan
dalam teks cerpen dengan
bahasa yang santun
5. Dalam kelompok siswa
berdiskusi mengenai struktur
teks cerpen dengan bahasa yang
santun dan menghargai
pendapat teman
MENGUMPULKAN
INFORMASI
6. Dalam kelompok siswa
Penugasan
Tanya
jawab
Diskusi
10 menit
15 menit
10 menit
207
mengidentifikasi struktur cerpen
dengan teliti dan bertanggung
jawab
7. Tiap kelompok menuliskan hasil
diskusinya mengenai struktur
cerita pada lembar kerja yang
telah dibagikan
MENGASOSIASI
8. Guru membagikan lembar kerja
kepada tiap kelompok
9. Tiap kelompok mencoba untuk
menyusun struktur teks cerpen
yang diacak untuk membentuk
sebuah teks cerpen yang utuh
dengan teliti dan bertanggung
jawab
MENGKOMUNIKASIKAN
10. Perwakilan kelompok
membacakan hasil diskusi
kelompoknya dengan percaya
diri
11. Kelompok lain menanggapi
dengan bahasa yang santun
12. Guru memberikan tanggapan
dan penguatan terhadap hasil
karya siswa
inkuiri
Penugasan
Sumbang
saran
10 menit
10 menit
C. Penutup 1. siswa dan guru menyimpulkan
materi pembelajaran yang telah
dipelajari
2. siswa dan guru melakukan
refleksi pembelajaran yang telah
dilakukan
Diskusi
10 menit
Pertemuan 2
Kegiatan Deskripsi Metode Alokasi
Waktu
A. Pendahuluan 1. guru mengkondisikan kelas agar
siswa siap untuk belajar
2. siswa dan guru bertanya jawab
tentang materi pada pertemuan
sebelumnya
3. siswa menerima informasi
mengenai tujuan pembelajaran
dan manfaat menguasai materi
pembelajaran
4. Siswa mendengarkan penjelasan
guru mengenai langkah-langkah
Tanya
jawab
Ceramah
5 menit
208
pembelajaran yang akan
dilakukan
B. Inti MENGAMATI
1. Siswa berkelompok sesuai
dengan kelompok pada
pertemuan sebelumnya
2. Guru membagikan lembar kerja
kepada siswa
3. Siswa memperhatikan
penayangan sebuah video yang
dipotong
MENANYA
4. Dalam kelompok siswa
berdiskusi mengenai unsur
pembangun cerita (tema,
tahapan alur, latar, tokoh dan
penokohan) pada video yang
ditayangkan dengan
mengerjakan lembar kerja
dengan teliti dan penuh
tanggung jawab (Think-Talk)
MENGUMPULKAN
INFORMASI
5. Dalam kelompok siswa
menentukan unsur pembangun
cerita dengan bahasa yang
santun dan menghargai
pendapat teman (Think-Talk)
MENGASOSIASI
6. Tiap kelompok menuliskan
kembali cerita pada video yang
ditayangkan sebelumnya pada
lembar kerja dengan penuh
tanggung jawab (Write)
7. Tiap kelompok meneruskan
cerita berdasarkan video yang
telah ditayangkan sesuai dengan
kreatifitas masing-masing siswa
dengan jujur dan penuh
tanggung jawab (Write)
MENGKOMUNIKASIKAN 8. Perwakilan siswa maju untuk
membacakan karyanya dengan
penuh percaya diri
9. Siswa yang lain memberikan
tanggapan dengan bahasa yang
Penugasan
Diskusi
Diskusi
Inkuiri
Sumbang
saran
15 menit
5 menit
5 menit
35 menit
10 menit
209
santun
10. Guru memberikan tanggapan
dan penguatan terhadap hasil
karya siswa
C. Penutup 1. siswa dan guru menyimpulkan
materi pembelajaran yang telah
dipelajari
2. siswa dan guru melakukan
refleksi pembelajaran yang
telah dilakukan
Diskusi 5 menit
Pertemuan 3
Kegiatan Deskripsi Metode Alokasi
Waktu
A. Pendahuluan 1. guru mengkondisikan kelas agar
siswa siap untuk belajar
2. siswa dan guru bertanya jawab
tentang materi pada pertemuan
sebelumnya
3. siswa menerima informasi
mengenai tujuan pembelajaran
dan manfaat menguasai materi
pembelajaran
4. Siswa mendengarkan penjelasan
guru mengenai langkah-langkah
pembelajaran yang akan
dilakukan
Tanya
jawab
Ceramah
5 menit
B. Inti MENGAMATI
5. Siswa memperhatikan
penjelasan guru berkaitan
dengan kilas materi struktur dan
kaidah kebahasaan teks cerpen
MENANYA
6. Siswa dan guru bertanya jawab
tentang langkah-langkah
menyusun teks cerpen dengan
bahasa yang santun
MENGUMPULKAN
INFORMASI
7. Guru memberikan tugas kepada
siswa untuk menuliskan
kerangka karangan
8. Tiap siswa menuliskan
kerangka karangan yang akan
dikembangkan menjadi sebuah
cerpen dengan penuh tanggung
jawab
Ceramah
Tanya
jawab
Penugasan
Inkuiri
5 menit
5 menit
5 menit
210
MENGASOSIASI
9. Tiap siswa mengembangkan
kerangka karangan menjadi
sebuah cerpen yang utuh sesuai
dengan struktur dan kaidah
kebahasaan teks cerpen dengan
jujur dan tanggung jawab
MENGKOMUNIKASIKAN 11. Perwakilan siswa maju untuk
membacakan karyanya dengan
penuh percaya diri
12. Siswa yang lain memberikan
tanggapan dengan bahasa yang
santun
Inkuiri
Sumbang
saran
45 menit
10 menit
C. Penutup 13. siswa dan guru menyimpulkan
materi pembelajaran yang telah
dipelajari
14. siswa dan guru melakukan
refleksi pembelajaran yang
telah dilakukan
Diskusi 5 menit
H. Media dan Sumber Belajar
1. Media : LCD, Laptop, Contoh teks cerpen
2. Sumber Belajar
Kemendikbud. 2013. Bahasa Indonesia :Wahana Pengetahuan : Kelas VII. Jakarta :
Kemendikbud
I. Penilaian Proses dan Hasil Belajar
1. Teknik : tes dan nontes
2. Bentuk : tes tertulis keterampilan menyusun teks cerita pendek, observasi proses,
observasi sikap
211
Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS II
Sekolah : SMP N 1 Wonosobo
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VII/II
Materi Pokok : Cerita Pendek
Alokasi Waktu : 6x40 menit (tiga kali pertemuan)
A. Kompetensi Inti
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
2. Menghargai dan menghayati sikap jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi,
gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait budaya terkait
fenomena dan kejadian tampak mata
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca,
menghitung, menggambar dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah
dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang teori.
B. Kompetensi Dasar
1.3 Menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa Indonesia sebagai anugerah Tuhan
yang Maha Esa sebagai sarana menyajikan informasi lisan dan tulis
2.5 Memiliki perilaku percaya diri, peduli, dan santun dalam merespon secara pribadi
peristiwa jangka pendek
3.1 Memahami teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan
cerita pendek melalui lisan maupun tulisan
212
4.2 Menyusun teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan
cerita pendek sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan
maupun tulisan
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
1.3 Menunjukkan sikap menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa Indonesia sebagai
anugerah Tuhan yang Maha Esa sebagai sarana menyajikan informasi lisan dan tulis
1.3.1 berdo’a sebelum dan setelah melaksanakan pembelajaran
1.3.2 berdo’a dengan sikap yang baik (tidak membuat gerakan yang tidak perlu atau
mengeluarkan suara yang membuat gaduh)
1.3.3 memberi salam sebelum dan sesudah menyampaikan pendapat atau presentasi
1.3.4 menjawab salam guru atau teman yang mengucapkan salam
2.5 Memiliki perilaku percaya diri, peduli, dan santun dalam merespon secara pribadi
peristiwa jangka pendek
2.5.1 Sikap percaya diri meliputi, (1) berani presentasi di depan kelas, (2) berani
berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan.
2.5.2 Sikap peduli (toleransi dan gotong royong)
Sikap toleransi meliputi, (1) tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat,
(2) menerima kesepatakan meskipun berbeda dengan pendapatnya, (3) mampu
dan mau bekerja sama dengan siapa pun yang memiliki keberagaman latar
belakang, pandangan, dan keyakinan, (4) tidak memaksakan keyakinan atau
pendapat diri pada orang lain, (5) kesediaan untuk belajar dari (terbuka
terhadap) keyakinan dan gagasan orang lain agar dapat memahami orang lain
lebih baik, (6) terbuka untuk menerima sesuatu yang baru.
Sikap gotong royong meliputi, (1) kesediaan melakukan tugas sesuai
kesepakatan, (2) aktif dalam kerja kelompok, (3) mendorong orang lain untuk
bekerja sama dalam kelompok.
2.5.3 Sikap santun meliputi, (1) menghormati orang yang lebih tua, (2) bersikap 3S
(salam, senyum, sapa), (3) menggunakan bahasa yang santun saat
menyampaikan pendapat, bertanya, atau menyanggah
3.1 Memahami teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita
pendek melalui lisan maupun tulisan
3.1.1 Memahami struktur teks cerita pendek
3.1.2 Memahami kaidah kebahasaan teks cerita pendek
213
4.2 Menyusun teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita
pendek sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan maupun
tulisan
4.2.1 Menyusun teks cerita pendek sesuai dengan struktur teks cerita pendek.
4.2.2 Menyusun teks cerita pendek sesuai dengan kaidah kebahasaan, runtut, logis,
sistematis, dengan ejaan yang benar, pilihan kata tepat, kalimat efektif,
paragraf yang utuh dan padu.
4.2.3 Mampu menyajikan unsur pembangun cerita pendek dengan baik dan menarik.
D. Tujuan Pembelajaran
Pertemuan Ke-1
1.3 Selama dan setelah proses pembelajaran, siswa dapat menunjukkan sikap menghargai
dan mensyukuri keberadaan bahasa Indonesia sebagai anugerah Tuhan yang Maha Esa
dan menggunakannya sesuai dengan kaidah dan konteks untuk mempelajari teks cerita
pendek
1.3.1 berdo’a sebelum dan setelah melaksanakan pembelajaran
1.3.2 berdo’a dengan sikap yang baik (tidak membuat gerakan yang tidak perlu atau
mengeluarkan suara yang membuat gaduh)
1.3.3 memberi salam sebelum dan sesudah menyampaikan pendapat atau presentasi
1.3.4 menjawab salam guru atau teman yang mengucapkan salam
2.5 Selama dan setelah proses pembelajaran, siswa memiliki perilaku percaya diri, peduli,
dan santun dalam merespon secara pribadi peristiwa jangka pendek
2.5.1 Sikap percaya diri meliputi, (1) berani presentasi di depan kelas, (2) berani
berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan.
2.5.2 Sikap peduli (toleransi dan gotong royong)
Sikap toleransi meliputi, (1) tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat,
(2) menerima kesepatakan meskipun berbeda dengan pendapatnya, (3) mampu
dan mau bekerja sama dengan siapa pun yang memiliki keberagaman latar
belakang, pandangan, dan keyakinan, (4) tidak memaksakan keyakinan atau
pendapat diri pada orang lain, (5) kesediaan untuk belajar dari (terbuka
terhadap) keyakinan dan gagasan orang lain agar dapat memahami orang lain
lebih baik, (6) terbuka untuk menerima sesuatu yang baru.
214
Sikap gotong royong meliputi, (1) kesediaan melakukan tugas sesuai
kesepakatan, (2) aktif dalam kerja kelompok, (3) mendorong orang lain untuk
bekerja sama dalam kelompok.
2.5.3 Sikap santun meliputi, (1) menghormati orang yang lebih tua, (2) bersikap 3S
(salam, senyum, sapa), (3) menggunakan bahasa yang santun saat
menyampaikan pendapat, bertanya, atau menyanggah
3.1 Setelah membaca teks cerita pendek, siswa memahami teks cerita pendek baik lisan
maupun tulisan
3.1.1 Memahami struktur teks cerita pendek
3.1.2 Memahami unsur pembangun cerita pendek
4.2 Setelah berdiskusi, siswa dapat menyusun teks cerita pendek baik lisan maupun
tulisan
4.2.1 Menyusun teks cerita pendek sesuai dengan struktur teks cerita pendek.
Pertemuan Ke-2
1.3 Selama dan setelah proses pembelajaran, siswa dapat menunjukkan sikap menghargai
dan mensyukuri keberadaan bahasa Indonesia sebagai anugerah Tuhan yang Maha
Esa dan menggunakannya sesuai dengan kaidah dan konteks untuk mempelajari teks
cerita pendek
1.3.1 berdo’a sebelum dan setelah melaksanakan pembelajaran
1.3.2 berdo’a dengan sikap yang baik (tidak membuat gerakan yang tidak perlu atau
mengeluarkan suara yang membuat gaduh)
1.3.3 memberi salam sebelum dan sesudah menyampaikan pendapat atau presentasi
1.3.4 menjawab salam guru atau teman yang mengucapkan salam
2.5 Selama dan setelah proses pembelajaran, siswa memiliki perilaku percaya diri, peduli,
dan santun dalam merespon secara pribadi peristiwa jangka pendek
2.5.1 Sikap percaya diri meliputi, (1) berani presentasi di depan kelas, (2) berani
berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan.
2.5.2 Sikap peduli (toleransi dan gotong royong)
Sikap toleransi meliputi, (1) tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat,
(2) menerima kesepatakan meskipun berbeda dengan pendapatnya, (3) mampu
dan mau bekerja sama dengan siapa pun yang memiliki keberagaman latar
belakang, pandangan, dan keyakinan, (4) tidak memaksakan keyakinan atau
pendapat diri pada orang lain, (5) kesediaan untuk belajar dari (terbuka
215
terhadap) keyakinan dan gagasan orang lain agar dapat memahami orang lain
lebih baik, (6) terbuka untuk menerima sesuatu yang baru.
Sikap gotong royong meliputi, (1) kesediaan melakukan tugas sesuai
kesepakatan, (2) aktif dalam kerja kelompok, (3) mendorong orang lain untuk
bekerja sama dalam kelompok.
2.5.3 Sikap santun meliputi, (1) menghormati orang yang lebih tua, (2) bersikap 3S
(salam, senyum, sapa), (3) menggunakan bahasa yang santun saat
menyampaikan pendapat, bertanya, atau menyanggah
3.1 Setelah membaca teks cerita pendek, siswa memahami teks cerita pendek baik lisan
maupun tulisan
3.1.1 Memahami struktur teks cerita pendek
3.1.2 Memahami unsur pembangun cerita pendek
4.2 Setelah berdiskusi, siswa dapat menyusun teks cerita pendek baik lisan maupun
tulisan
4.2.1 Menyusun teks cerita pendek sesuai dengan struktur teks cerita pendek
4.2.2 Menyusun teks cerita pendek sesuai dengan cerita pada video yang telah
ditayangkan
Pertemuan Ke-3
1.3 Selama dan setelah proses pembelajaran, siswa dapat menunjukkan sikap menghargai
dan mensyukuri keberadaan bahasa Indonesia sebagai anugerah Tuhan yang Maha Esa
dan menggunakannya sesuai dengan kaidah dan konteks untuk mempelajari teks cerita
pendek
1.3.1 berdo’a sebelum dan setelah melaksanakan pembelajaran
1.3.2 berdo’a dengan sikap yang baik (tidak membuat gerakan yang tidak perlu atau
mengeluarkan suara yang membuat gaduh)
1.3.3 memberi salam sebelum dan sesudah menyampaikan pendapat atau presentasi
1.3.4 menjawab salam guru atau teman yang mengucapkan salam
2.5 Selama dan setelah proses pembelajaran, siswa memiliki perilaku percaya diri, peduli,
dan santun dalam merespon secara pribadi peristiwa jangka pendek
2.5.1 Sikap percaya diri meliputi, (1) berani presentasi di depan kelas, (2) berani
berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan.
2.5.2 Sikap peduli (toleransi dan gotong royong)
216
Sikap toleransi meliputi, (1) tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat,
(2) menerima kesepatakan meskipun berbeda dengan pendapatnya, (3) mampu
dan mau bekerja sama dengan siapa pun yang memiliki keberagaman latar
belakang, pandangan, dan keyakinan, (4) tidak memaksakan keyakinan atau
pendapat diri pada orang lain, (5) kesediaan untuk belajar dari (terbuka
terhadap) keyakinan dan gagasan orang lain agar dapat memahami orang lain
lebih baik, (6) terbuka untuk menerima sesuatu yang baru.
Sikap gotong royong meliputi, (1) kesediaan melakukan tugas sesuai
kesepakatan, (2) aktif dalam kerja kelompok, (3) mendorong orang lain untuk
bekerja sama dalam kelompok.
2.5.3 Sikap santun meliputi, (1) menghormati orang yang lebih tua, (2) bersikap 3S
(salam, senyum, sapa), (3) menggunakan bahasa yang santun saat
menyampaikan pendapat, bertanya, atau menyanggah
3.1 Setelah membaca teks cerita pendek, siswa memahami teks cerita pendek baik lisan
maupun tulisan
3.1.1 Memahami langkah-langkah menyusun teks cerita pendek
4.2 Setelah memahami struktur, kaidah kebahasaan, dan langkah-langkah menyusun teks
cerpen, siswa dapat menyusun teks cerita pendek baik lisan maupun tulisan
4.2.1 Menyusun teks cerita pendek sesuai dengan struktur teks cerita pendek
4.2.2 Menyusun teks cerita pendek sesuai dengan kaidah kebahasaan, runtut, logis,
sistematis, dengan ejaan yang benar, pilihan kata tepat, kalimat efektif,
paragraf yang utuh dan padu
4.2.3 Mampu menyajikan unsur pembangun cerita pendek dengan baik dan menarik
E. Materi Pembelajaran
1. Struktur teks cerita pendek
2. Unsur pembangun cerita pendek
3. Langkah-langkah menyusun teks cerita pendek
F. Strategi, Teknik dan Metode Pembelajaran
Strategi : Think-Talk-Write (TTW)
Teknik : Meneruskan cerita
Metode : ceramah, tanya jawab, inkuiri, diskusi, penugasan, sumbang saran
217
G. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan 1
Kegiatan Deskripsi Metode Alokasi
Waktu
A. Pendahuluan 1. guru mengkondisikan
kelas agar siswa siap
untuk belajar
2. guru memberikan
apersepsi dan melakukan
tanya jawab dengan siswa
3. siswa menerima informasi
mengenai tujuan
pembelajaran dan manfaat
menguasai materi
pembelajaran
4. Siswa menerima informasi
mengenai pokok-pokok
materi pembelajaran
5. Siswa mendengarkan
penjelasan guru mengenai
langkah-langkah
pembelajaran yang akan
dilakukan
Ceramah
Tanya
jawab
Ceramah
15 enit
B. Inti MENGAMATI
1. Siswa membentuk
kelompok yang
beranggotakan 3-5 orang
2. Guru membagikan contoh
cerpen dan lembar kerja
kepada tiap kelompok
3. Siswa membaca dan
mencermati contoh cerpen
yang telah dibagikan
dengan teliti dan
bertanggung jawab
MENANYA
4. Siswa mendengarkan
penjelasan guru tentang
unsur pembangun cerpen,
kemudian bertanya jawab
untuk menambah
pemhaman tentang unsur
pmbangun cerpan dengan
bahasa yang santun
5. Dalam kelompok siswa
berdiskusi mengenai
struktur teks cerpen
dengan bahasa yang
Penugasan
Tanya
jawab
Diskusi
10 menit
20 menit
218
santun dan menghargai
pendapat teman
MENGUMPULKAN
INFORMASI
6. Dalam kelompok siswa
mengidentifikasi struktur
cerpen dengan teliti dan
bertanggung jawab
7. Tiap kelompok
menuliskan hasil
diskusinya mengenai
struktur cerita pada lembar
kerja yang telah dibagikan
MENGASOSIASI
8. Guru membagikan lembar
kerja kepada tiap
kelompok
9. Tiap kelompok mencoba
untuk menyusun struktur
teks cerpen yang diacak
untuk membentuk sebuah
teks cerpen yang utuh
dengan teliti dan
bertanggung jawab
MENGKOMUNIKASIKAN
10. Perwakilan kelompok
membacakan hasil diskusi
kelompoknya dengan
percaya diri
11. Kelompok lain
menanggapi dengan
bahasa yang santun
12. Guru memberikan
tanggapan dan penguatan
terhadap hasil karya siswa
inkuiri
Penugasan
Sumbang
saran
5 menit
10 menit
10 enit
C. Penutup 1. siswa dan guru
menyimpulkan materi
pembelajaran yang telah
dipelajari
2. siswa dan guru melakukan
refleksi pembelajaran
yang telah dilakukan
Diskusi
10 menit
Pertemuan 2
Kegiatan Deskripsi Metode Alokasi
Waktu
219
A. Pendahuluan 1. guru mengkondisikan
kelas agar siswa siap
untuk belajar
2. siswa dan guru bertanya
jawab tentang materi pada
pertemuan sebelumnya
3. siswa menerima informasi
mengenai tujuan
pembelajaran dan manfaat
menguasai materi
pembelajaran
4. Siswa mendengarkan
penjelasan guru mengenai
langkah-langkah
pembelajaran yang akan
dilakukan
Tanya
jawab
Ceramah
4 menit
B. Inti MENGAMATI
1. Siswa berkelompok sesuai
dengan kelompok pada
pertemuan sebelumnya
2. Guru membagikan lembar
kerja kepada siswa
3. Siswa memperhatikan
penayangan sebuah video
yang dipotong
MENANYA
4. Dalam kelompok siswa
berdiskusi mengenai unsur
pembangun cerita (tema,
tahapan alur, latar, tokoh
dan penokohan) pada
video yang ditayangkan
dengan mengerjakan
lembar kerja dengan teliti
dan penuh tanggung
jawab (Think-Talk)
MENGUMPULKAN
INFORMASI
5. Dalam kelompok siswa
menentukan unsur
pembangun cerita dengan
bahasa yang santun dan
menghargai pendapat
teman (Think-Talk)
MENGASOSIASI
6. Tiap kelompok
menuliskan kembali cerita
Penugasan
Diskusi
Diskusi
Inkuiri
15 menit
5 menit
5 menit
35 menit
220
pada video yang
ditayangkan sebelumnya
pada lembar kerja dengan
penuh tanggung jawab
(Write) 7. Tiap kelompok
meneruskan cerita
berdasarkan video yang
telah ditayangkan sesuai
dengan kreatifitas masing-
masing siswa dengan jujur
dan penuh tanggung
jawab (Write)
MENGKOMUNIKASIKAN 8. Perwakilan siswa maju
untuk membacakan
karyanya dengan penuh
percaya diri
9. Siswa yang lain
memberikan tanggapan
dengan bahasa yang
santun
10. Guru memberikan
tanggapan dan penguatan
terhadap karya siswa
Sumbang
saran
10 menit
C.Penutup 1. siswa dan guru
menyimpulkan materi
pembelajaran yang telah
dipelajari
2. siswa dan guru melakukan
refleksi pembelajaran
yang telah dilakukan
Diskusi 5 menit
Pertemuan 3
Kegiatan Deskripsi Metode Alokasi
Waktu
A. Pendahuluan 1. guru mengkondisikan
kelas agar siswa siap untuk
belajar
2. siswa dan guru bertanya
jawab tentang materi pada
pertemuan sebelumnya
3. siswa menerima informasi
mengenai tujuan
pembelajaran dan manfaat
menguasai materi
pembelajaran
4. Siswa mendengarkan
Tanya
jawab
Ceramah
5 menit
221
penjelasan guru mengenai
langkah-langkah
pembelajaran yang akan
dilakukan
B. Inti MENGAMATI
6 Siswa memperhatikan
penjelasan guru berkaitan
dengan kilas materi
struktur dan kaidah
kebahasaan teks cerpen
MENANYA
7 Siswa dan guru bertanya
jawab tentang langkah-
langkah menyusun teks
cerpen dengan bahasa
yang santun
MENGUMPULKAN
INFORMASI
8 Guru memberikan tugas
kepada siswa untuk
menuliskan kerangka
karangan
9 Tiap siswa menuliskan
kerangka karangan yang
akan dikembangkan
menjadi sebuah cerpen
dengan penuh tanggung
jawab
MENGASOSIASI
10 Tiap siswa
mengembangkan kerangka
karangan menjadi sebuah
cerpen yang utuh sesuai
dengan struktur dan kaidah
kebahasaan teks cerpen
dengan jujur dan tanggung
jawab
MENGKOMUNIKASIKAN 11 Perwakilan siswa maju
untuk membacakan
karyanya dengan penuh
percaya diri
12 Siswa yang lain
memberikan tanggapan
dengan bahasa yang santun
Ceramah
Tanya
jawab
Penugasan
Inkuiri
Inkuiri
Sumbang
saran
5 menit
5 menit
5 menit
45 menit
10 menit
C. Penutup 1. siswa dan guru Diskusi 5 menit
222
menyimpulkan materi
pembelajaran yang telah
dipelajari
2. siswa dan guru melakukan
refleksi pembelajaran yang
telah dilakukan
H. Media dan Sumber Belajar
1. Media : LCD, Laptop, Contoh teks cerpen
2. Sumber Belajar
Kemendikbud. 2013. Bahasa Indonesia :Wahana Pengetahuan : Kelas VII. Jakarta :
Kemendikbud
I. Penilaian Proses dan Hasil Belajar
1. Teknik : tes dan nontes
2. Bentuk : tes tertulis keterampilan menyusun teks cerita pendek, observasi proses,
observasi sikap
223
Lampiran 3
Contoh Cerpen
WAJAH DI BALIK JENDELA
Odi tengah menyelesaikan tugas menggambarnya ketika merasa ada yang tak beres di
kamarnya. Ia segera meletakkan pensil gambarnya dan mengamati keadaan kamar, semua
seperti biasanya. Tetapi, ketika Odi melihat ke jendela kamar ia baru sadar kaca nako belum
tertutup sempurna. Angin yang bertiup masuk itulah yang membuat perasaannya tak
tenteram.
Sambil merapatkan kaca nako, Odi mengamati keadaan di luar. Ia merasa heran
melihat daun palem yang tumbuh belum seberapa tinggin itu bergoyang.
“Tidak mungkin digoyang angin. Ah pasti ada kucing yang lewat tadi,” pikir Odi
menenteramkan hati.
Odi kembali ke meja belajar, menyelesaikan pekerjaannya yang belum tuntas. Tetapi
beberapa menit kemudian, ia merasa ingin menoleh sekali lagi ke jendela kamar. Odi
berpekik kaget. Secara spontan ia menghamburkan langkahnya keluar kamar menuju kamar
bang Agus di sebelah kamarnya.
“Ada apa dengan kamu Di?” tanya bang Agus ketika melihat Odi yang tiba-tiba
masuk ke kamarnya dengan wajah pucat pasi.
“Ada hantu... ah, atau mungkin....” Odi gugup.
“Di mana?”
“Di balik jendela kamar. Aku baru saja melihatnya,” jawab Odi.
Bang Agus langsung menuju kamar Odi, diikuti oleh Odi di belakang. Ia segera
menuju jendela dan mengamati keadaan di luar. Sepi dan tidak ada benda apapun yang aneh
di luar.
“Sebenarnya apa yang kamu lihat tadi Di?” tanya bang Agus sekali lagi.
“Ada muka yang menempel di kaca jendela ini. Tetapi aku tidak begitu jelas
melihatnya, sepertinya ia memakai mantel bertopi yang ia tutupkan ke kepalanya,” Odi
mencoba mengingat apa yang dilihatnya.
Bang Agus mendengus, “Buktinya di luar tidak ada apa-apa, sudahlah kamu pasti lagi
melamun yang tidak-tidak barusan,” ujar bang Agus.
Odi ingin protes, tetapi dipikir-pikir percuma saja. Bang Agus pasti akan tetap
mengiranya mengada-ada.
224
“Tirai jendelanya ditutup saja. Terus, pintu kamarnya dibuka. Nanti kalau kamu lihat
yang naeh-aneh lagi teriak saja,” kata bang Agus sambil meninggalkan Odi sendirian.
Odi menurut apa yang dikatakan kakaknya. Kemudian ia berusaha melupakan
kejadian yang baru dialami dan meneruskan pekerjaannya. Setelah tugas sekolahnya selesai
seperti biasa Odi merapikan kamarnya dahulu. Beberapa mainan yang tergeletak di lantai
dikembalikan ke tempatnya. Dua hari yang lalu, Odi baru saja merayakan pesta ulang
tahunnya. Banyak hadiah mainan, buku, dan benda pajangan diterimanya.
Ketika kantuk mulai menyerang, Odi langsung merebahkan diri di tempat tidurnya.
Matanya tak mau sedikit pun melirik ke jendela kamar. Ia ingin segera menceritakan
semuanya kepada Ibek, temannya yang senang memecahkan kejadian-kejadian aneh.
Esok harinya ketika bertemu Ibek di sekolah, Odi langsung menceritakan tentang
wajah di balik jendela semalam. Saat istirahat tiba Ibek mulai beraksi menanyakan teman-
teman sekelasnya seputar kado yang mereka berikan pada ulang tahun Odi. Tetapi
jawabannya tidak memberikan hal yang berarti pada Ibek.
Malamnya Ibek sengaja belajar bersama di rumah Odi. Sesekali mereka memandang
ke jendel, tetapi yang mereka harapkan tidak muncul juga.
“Rupanya hantu itu takut terhadapku,” bisik Ibek.
Tak berapa lama kemudian ia pamit pulang meninggalkan rumah Odi. Sepeninggal
Ibek, Odi kembali gelisah apalagi agar tirai jendela kamarnya dibiarkan terbuka. Sementara
itu Odi pura-pura mencari kesibukan di meja belajarnya. Akhirnya ia tidak bisa menahan
keinginan untuk menoleh ke jendela kamarnya.
“Wajah itu lagi!” Odi langsung berteriak.
Ia lari menuju kamar bang Agus, buru-buru diseretnya bang Agus keluar rumah. Di
halaman rumah, tepat di depan kamar Odi terlihat Ibek tengah bergumul seru mencekal
seorang anak sebayanya yang terus meronta.
“Hentikan dia itu Husen, aku mengenalnya,” seru bang Agus kemudian.
Ibek melepaskannya, Husen langsung berlari menghampiri bang Agus. Ibek dan Odi
sama-sama ternganga ketika meliat Husen sibuk menggerak-gerakkan tangan dan anggota
tubuh lainnya di depan bang Agus. Anak itu rupanya tak dapat bicara.
“Beberapa hari yang lalu, aku membeli patung kayu yang dijual Husen di pasar untuk
kado ulang tahun Odi. Rupanya Husen ingin meminjam sebentar patung kayu itu, tetapi sulit
menemui aku. Makanya dua malam ini ia terus melihat kamarmu untuk memastikan patung
kayu itu masih ada.”
“Sekarang coba kamu ambilkan patung itu,” pinta bang Agus.
225
Odi berlari menuju kamarnya dan kembali dengan patung kayu berbentuk kuda di
tangannya. Begitu Husen diserahi patung itu, ia buru-buru merogoh bagian dasar patung. Ada
rongga kecil di sana dan dari dalamnya ia mengambil sebentuk cincin.
“Itu cincin peninggalan ibunya,” jelas bang Agus setelah Husen mengembalikan
patung kuda kepada Odi. Bang Agus segera meminta mereka bersalaman, berkenalan, dan
saling memaafkan. Tak lama kemudian Husen langsung pulang disusul Ibek yang bajunya
sedikit terkoyak.
Malam itu Odi tidur nyenyak tanpa dibayangi ketakutan. Besok ia ingin bang Agus
mengajarkan bahasa isyarat agar ia juga dapat bicara dengan teman barunya itu.
LEMBAR KERJA KELOMPOK
Tugas 1 Memahami Teks Cerita Pendek
Bacalah petunjuk berikut ini!
1. Bacalah contoh cerpen yang telah dibagikan dengan seksama
2. Setelah membaca contoh cerpen dengan seksama, diskusikanlah dengan teman satu
kelompokmu tentang struktur teks cerpen
No Struktur Teks Cerpen Pengertian
1
2
3
226
Lampiran 4
LEMBAR KERJA KELOMPOK
Tugas 2 Menyusun Teks Cerita Pendek
Bacalah petunjuk berikut ini!
Susunlah bagian-bagian teks cerpen berikut sesuai dengan struktur teks cerpen yang telah
kamu pelajari agar menjadi sebuah teks cerpen yang utuh!
TIPUAN SECARIK KERTAS
Pukul 07.30 tepatnya pelajaran matematika dimulai, Pak Burhan adalah guru
matematikaku. Aku dari dulu memang tidak suka pelajaran matematika. Dia termasuk guru
yang ramah, namun aku tidak begitu suka dengan pelajarannya. Soalnya dia menerangkan
terlalu cepat dan itu yang membuatku malas. Setelah Pak Burhan menjelaskan pelajaran hari
ini, tiba-tiba...
“Anak-anak besok ulangan matematika, pelajari semua materi hari ini. Ingat belajar
nanti malam.” ucap Pak Pak Burhan.
“Iya pak” suara serempak murid-murid di dalam kelas.
Takut, tegang, dan gelisah mulai merasuk ke dalam tubuhku. Bel pulang telah
dibunyikan, semua murid-murid berlarian pulang menuju rumahnya masing-masing.
Sementara aku berjalan lemah, baeratnya langkahku seperti ditahan batu yang besar. Hatiku
dibalut rasa takut yang memuncak. Langkah-langkah kecil perlahan sampai di rumah, kulepas
sepatuku dan masuk ke kamar seperti orang ketakutan. Keringat dngin mulai bercucuran
keluar dari tubuhku, wajahku semakin pucat.
Siang pun berganti malam, langit pun tak seterang birunya laut tapi kesejukan
menghampiri malam. Aku coba pergi ke rumah temanku Roni, dia teman sekampungku.
Sekolah kami sama cuma kelasnya yang beda.
“Assalamu’alaikum,” ucapku sambil mengetuk pintu.
“Wa’alaikumsalam,” kata roni sambil membuka pintu rumahnya.
“Hai Setya, ada apa? Kok tumben datang ke sini?”, sapanya kepadaku dengan rasa
penasaran.
227
“Iya nih. Aku mau tanya, apa kamu bisa ajarin aku matematika? Soalnya besok Pak
Burhan mengadakan ulangan di kelasku. Aku tu nggak paham mengenai penjelasannya, rumit
dan berbelitbelit. Otakku nggak bisa mencernanya”. Kataku dengan penuh harap.
“Ha? Kamu nggak bisa? Apa lagi aku.” katanya sambil menahan tawa.
“Ya sudah makasih”, ucapku. Kupalingkan tubuhku kembali ke rumah. Aku masih
memikirkan besok.
“Gimana ya, besok ulangan sedangkan aku nggak belajar. Kalau belajar, aku nggak
paham. Tapi kalau nggak belajar apa besok bisa mengerjakan ulangan... wah... aku punya ide
biar besok berhasil”, ucapku dengan penuh keyakinan.
Hari menegangkan pun telah tiba, pukul 08.00 murid-murid duduk di kursinya
masing-masing. Tak lama kemudian Pak Burhan datang.
“Siapkan kertas dan bolpoin, yang ikut ulangan pertama no absen 1-15 dan yang
lainnya keluar”, dengan suara yang mantap.
“Ternyata dugaanku salah, padahal aku mau nyontek teman tapi kok duduknya 1
bangku satu orang. Gagal rencana pertamaku, untung saja aku punya rencana kedua”, kataku
sambil menata posisi dudukku.
Suasana sunyi bercampur tegang mengguyur seisi kelasku, tanpa kata dan bunyi
terdengar. Saat murid-murid lain sibuk mengerjakan ulangannya dan pak guru sedang asyik
membaca koran.
“Saatnya rencana ini dimulai”, kataku dengan suara lirih.
Kutarik secarik kertas dari saku celanaku, diam-diam kubuka dan kubaca semua
isinya. Dengan tangan gemetar kucoba untuk tenang, kutulis jawabanku sampai selesai.
Tanpa berpikir panjang kutaruh kertas jawabanku di meja Pak Burhan.
“Akhirnya keluar juga. Semoga nilaiku bagus”, dengan senyum penuh keyakinan.
Hari ini adalah hari penentuan siapa yang mendapat nilai tertinggi dan nilai terendah.
Perasaanku campur aduk tidak karuan.
“Nilai terendah adalah Setya, yang lainnya di atas rata-rata”, ucap pak guru dengan
lantang sambil menunjukkan nilai ulangan di depan murid-muridnya.
Ternyata itu adalah aku, mulutku diam tanpa kata seperti terkunci rapat. Lemah dan
sedih, kucoba untuk tenang namun perasaan takut mulai mendekat.
“Padahal aku lihat contekan kertasku tapi kenapa tidak lulus, malahan temanku pada
lulus semua”.
Lalu kupulang dengan langkah tanpa semangat, keringat pun semakin deras
membasahiku.
228
“Bagaimana ini bisa terjadi? Rupanya kertas contekan yang aku buat malah
menjerumuskanku”.
Ingin rasanya aku mengulang waktu itu tapi sudah terlambat. Rasa penyesalan terus
menghantuiku. Tapi aku sadar dengan kejadian itu, aku tidak akan mengulanginya lagi. Aku
berusaha untuk bisa dan melakukan sesuatu sendiri, sebab hasil kerja sendiri lebih baik.
Walaupun nilai sedikit, tetapi itu jerih payah dari diri sendiri serta bangga tentunya.
Kisah itu bermula ketika aku masih duduk di kelas 1 SMP. Awal masuk kelas 1 SMP,
aku dikenal sebagai anak pemalu, teman-temanku juga bilang seperti itu. Tapi walaupun aku
termasuk anak pemalu, aku termasuk anak yang takut datang terlambat dan dapat nilai
sedikit. Terkadang karena kekhawatiranku mengenai nilai buruk, teman-temanku selalu
mengejek bahkan menetertawakanku. Aku sering dikatakan sok lah, lalu dibilang gaya dan
lainnya. Hatiku seperti dibakar api yang sangat panas. Tapi sudahlah, paling dia iri kepadaku,
itulah yang selalu aku tanamkan dalam hatiku.
229
Lampiran 5
LEMBAR KERJA KELOMPOK
Tugas 3 Menyusun Teks Cerita Pendek
Bacalah petunjuk berikut ini!
1. Simaklah video yang ditayangkan guru dengan seksama
2. Diskusikanlah dengan teman satu kelompokmu unsur pembangun cerita pada video yang
telah ditayangkan
3. Setelah mengidentifikasi unsur pembangun cerita pada video yang ditayangkan,
ceritakanlah kembali cerita pada video tersebut
4. Teruskanlah cerita tersebut agar menjadi sebuah cerita yang utuh sesuai dengan
kreatifitasmu
Unsur Pembangun Cerita
1. Tema :
2. Tahapan Alur :
a. ..........
b. ..........
c. ..........
d. ..........
3. Latar
a. Tempat :
b. Waktu :
c. Suasana :
4. Tokoh dan Penokohan
a. ......... :
b. ......... :
c. ......... :
d. ......... :
e. ......... :
230
Cerita dalam Video
SAHABAT PEMBERANI
“TERJEBAK DI HUTAN LINDUNG”
“Yee trio kalif keren....,” seru krisna saat menonton film pahlawan kesukaannya.
“Krisna ayo cepat!” panggil ibunya.
Di pagi hari sambil menunggu keberangkatan rombongan sekolahnya menuju tempat
kemping Krisna menonton film kesukaannya. Tidak lama kemudian ibunya memanggil
karena waktu keberangkatan hampir tiba. Krisna langsung mengambil tas ransel yang penuh
dengan bekal dan berlari keluar, tapi Krisna kembali lagi karena lupa untuk mematikan
televisi.
Sementara itu, di depan SDN Pondok Sembilan Panji masih menunggu kedua
temannya yang belum datang yaitu Krisna dan Kirana.
“Ah... pada ke mana sih,” kata Panji sambil melihat sekeliling.
“Gimana Panji sudah siap semua perlengkapannya?” tanya pak guru.
“Siap pak...”
“Anggotanya sudah lengkap semuanya?”
“Mmm belum, tinggal dua anak lagi yang belum datang pak”
Setelah itu Kirana datang sambil berlari sampai melewati kendaraan yang akan
membawa rombongan, Panji pun memanggil Kirana. Tak lama kemudian, Krisna datang
sambil berlari dengan napas yang terengah-engah.
“OK sekarang sudah lengkap semuanya, ayo berangkat,” kata Panji kepada kedua
temannya.
Mereka pun naik ke truk dan perjalanan dimulai. Pagi ini rombongan siswa SDN
Pondok Sembilan akan pergi ke gunung untuk berkemah. Sebenarnya acara ini sudah
direncanakan akan dilaksanakan tahun lalu, tapi baru tahun ini acara tersebut terlaksana.
Selama perjalanan rombongan disuguhi pemandangan yang indah, melewati bukit yang
jalannya berkelok-kelok. Sambil bernyanyi rombongan menikmati perjalanan dengan ceria.
Tetapi karena perjalanan yang ditempuh lumayan jauh, ada juga siswa yang mulai mengantuk
dan akhirnya tertidur.
Saat melewati tikungan yang sedikit menanjak, seekor rusa tiba-tiba melompat untuk
menyeberang jalan. Sopir truk langsung menginjak rem dengan keras. Saat truk berhenti
231
mendadak, tas ransel Krisna terlempar keluar karena tidak dipegang dengan kuat. Tanpa
memberi tahu pak guru dan temannya yang lain Krisna langsung turun untuk mencari tas
ranselnya.
“Hei Krisna mau ke mana?” tanya Kirana sambil mengikuti Krisna turun dari truk.
“Tunggu... Kirana kalian mau ke mana?” panggil Panji.
“Di mana tasku, banyak makanannya tuh. Itu dia”
Tas ransel Krisna tersangkut pada sebuah pohon yang cukup tinggi, Krisna langsung
berlari menghampirinya. Panji dan Kirana membantu Krisna untuk meraih tas yang berada
pada dahan pohon yang cukup tinggi. Tanpa disadari truk yang membawa rombongan
kembali berjalan.
“Pak guru kita masih di sini.....” seru kirana sambil berlari mengejar truk.
Krisna pun jatuh dari pohon karena Panji tidak mampu lagi menahan berat badan
Krisna saat meraih tas. Krisna jatuh menuruni bukit dan kakinya terluka. Kemudian Panji
mengambil P3K yang dibawanya untuk mengobati luka Krisna. Tidak lupa Kirana pun
memberikan air minum kepada Krisna. Karena jatuh tadi, HP yang dibawa Krisna rusak,
sehingga mereka tidak bisa menghubungi siapa pun untuk meminta bantuan.
Kaki Krisna yang luka membuat mereka tidak mungkin kembali ke atas, mereka
memutuskan untuk masuk ke hutan. Di dalam hutan Panji dan kawan-kawan bertemu dengan
Mogo dan Kumbi. Kumbi adalah kumbang hutan yang tersesat karena bermain terlalu jauh
dari rumahnya. Akhirnya Kumbi bertemu dengan Mogo dan memutuskan untuk bersama-
sama menyusuri hutan. Awalnya Mogo dan Kumbi takut bertemu dengan manusia, tetapi
setelah bertemu dengan ketiga sahabat yang baik itu mereka tidak takut lagi.
Karena hari mulai sore mereka pun melanjutkan perjalanan. Kirana mulai kehausan
karena sudah berjalan cukup jauh. Dalam perjalanan mereka sampai pada jalan yang
bercabang, yang satu menanjak sedangkan yang lain menurun.
“Kita ikuti saja jalan menanjak ini,” kata Panji.
“Aku mau jalan yang ini Panji...” jawab Kirana.
“Tapi menurut petunjuk peta....”
“Sudah-sudah aku juga pilih jalan yang ini, kakiku sakit lebih enak jalan menurun,”
potong Krisna.
Akhirnya mereka memilih jalan yang menurun dan sampai di pinggir sungai. Panji
langsung menyiapkan peralatan dan api unggun untuk memasak air.
“Kita harus bertahan di hutan ini, jadi perbekalan harus dibagi rata. Coba keluarkan
bekal kalian masing-masing” pinta Panji kepada teman-temannya.
232
Satu per satu mereka mengeluarkan bekal yang dibawa. Sudah jelas Krisna membawa
bekal yang paling banyak dilihat dari tas ransel yang terisi penuh. Krisna pun harus rela
bekalnya dibagi rata untuk bertahan. Akhirnya mereka mendirikan tenda di pinggir sungai
karena hari sudah mulai sore.
Pagi hari saat Krisna bangun, ia melihat sepasang mata di balik semak-semak. Ia
langsung berteriak sampai membuat kedua temannya kaget. .....................................................
233
Lampiran 6
Contoh Cerpen
RAMUAN AJAIB
Terdengar gelak tawa kakek dan neneknya. Tapi Doni tidak ikut tertawa. Ia tetap
serius. Dari balik pintu ia merekam semua percakapan kakek dan nenek. Telinganya
didekatkan daun pintu, agar suara kakek dan nenek yang mulai tua terdengar jelas. Doni
benar-benar tidak ingin ada sepatah kata pun yang terlewat. Sesekali kepalanya mengangguk-
angguk. Tetapi kadang telinganya dipaksa untuk tegak ketika suara kakek dan nenek tidak
terdengar jelas.
Esok hari sepulang sekolah, teman-teman Doni berkumpul dan bersiap ke rumah Mia.
“Gi! Ke mana? Nggak ikut ke rumah Mia?”
Doni mengelus botaknya beberapa kali. Dengan santai ia melangkah dan bersiul-siul.
“Buat apa ke rumah Mia?” Tangannya berkacak pinggang memandang teman-
temannya.
“Ya belajar dong! Besok kan ujian matematika. Banyak rumus yang harus dihafal lho!
“Kalian saja yang belajar, aku tidak perlu melakukannya.”
“Kok bisa begitu?”
“Tentu bisa, karena aku telah mendapatkan ramuan mujarab dari kakekku.”
“Resep apa sih?” tanya Mia penasaran.”
“Resep agar sukses ujian.”
“Alah paling juga disuruh belajar.”
“Wah kalian salah. Pokoknya ini rahasia!” jawab Doni sambil mengerling genit.
“Dasar pelit!” Mia mengomel sebal.
“Jangan-jangan kakeknya Doni dukun.” Komentar Anton.
“Ha ha ha dipanggil aja mbah dukun.” Jaka tertawa terbahak-bahak.
“Jangan sembarangan ya! Kita lihat saja besok.” Doni pergi sambil menggerutu
sepanjang perjalanan menuju rumah.
Malam telah tiba. Doni segera mempersiapkan keperluannya. Catatan matematika,
segelas air putih, sesendok gula dan sedikit garamdengan hati-hati tangannya membakar
lembar demi lembar catatan matematikanya. Abu bakaran ditampung di piring plastik yang
234
diambilnya dari dapur. Dengan hati-hati tangan Doni memasukkan abu ke dalam gelas sedikit
demi sedikit.
“Doni sedang apa di kamar nak? Kok ada bau benda terbakar dari kamarmu.” Teriak
ibu dari ruang tengah.
Doni terperanjat. Dia mendekat ke pintu, mengamati lubang kunci dengan saksama. Ia
memastikan pintu kamarnya telah terkunci.
“Tidak apa-apa kok bu. Doni hanya mempersiapkan untuk ujian besok.” Doni pun
melanjutkan pekerjaannya. Diaduknya larutan abu yang diberi gula dan garam dengan hati-
hati. Ia tidak ingin orang lain mengetahui apa yang sedang dilakukannya di kamar.
“Huek!” Doni berlari ke jendela memuntahkan isi mulutnya.
“Ternyata rasanya tidak enak. Bagaimana kakek dulu meminumya ya?”.
Dipandanginya air keruh yang mengisi setengah gelas. Doni membayangkan dirinya akan
menjadi bahan olok-olok teman-temannya jika tidak bisa mengerjakan ujian.
Dengan mata terpejam dia paksa meminumnya sekali lagi. Ia pun memilih tidur
dengan harapan besok pagi semua rumus yang diminumnya sudah melekat di kepala.
“Doni ada apa nak?” suara ibu di depan pintu.
“Doni hanya kesedak bu.”
“Buka pintunya, ibu buatkan susu hangat untukmu.” Doni terkesiap. Segera ia
sembunyikan gelas yang berisi ramuan ke dalam lemari buku. Dengan wajah dibuat setenang
mungkin ia membukakan pintu untuk ibunya.
“Benar kamu tidak apa-apa?”
Doni menggeleng. Ibu menaruh segelas susu di meja belajarnya. Doni was-was takut
ibunya menemukan gelas yang disembunyikan.
“Kakek di mana?”
“Ada di kamarnya, kenapa?”
“Enggak, kok Doni tidak mendengar suaranya.” Tak lama kemudian ibu Doni
meninggalkan kamar. Doni mengambil gelas yang disembunyikan di kolong tempat tidur.
Diamatinya gelas itu lama.
“Kuteruskan nggak ya?” tanya Doni dalam hati. Doni mengelus botaknya berkali-kali.
Diambilnya sisa catatan yang belum dibakar. Begitu banyak rumus yang harus dihafalkan. Ah
daripada susah-susah menghafal mending kuteruskan minum ramuannya.
“Huek huek!” kembali Doni mual. Dia segera berlari ke jendela dan memuntahkan
ramuannya. Dengan cepat tangannya mengambil air putih dan meminumnya.
235
“Aku benar-benar tidak dapat meminumnya.” Doni mulai pasarah. Wajahnya agak
pucat kepalanya pusing.
Jam setengah tujuh pagi. Doni masih tidur di kamarnya. Berkali-kali ibunya mengetuk
pintu, tapi tidak ada jawaban. Dengan sedikit khawatir, tangan ibu Doi menarik handel pintu.
Klek pintu terbuka. Rupannya Doni lupa mengunci pintu kamarnya.
“Kamu sakit nak?”
“Kepalaku pusing bu, aku juga kedinginan.”
“Kalau begitu jangan masuk sekolah dulu istirahat di rumah saja.”
“Tapi hari ini Doni ujian bu.”
“Nanti Ibu telepon ke sekolah agar boleh mengikuti ujian susulan.”
“Bu tolong panggilkan kakek ya.” Ibu Doni mengangguk dan pergi meninggalkan
kamar Doni. Tak lama kemudian kakek muncul.
“Aduh Doni mau ujian kok sakit.” Kakek mendekat dan duduk di tepi dipan. Kakek
Doni melihat isi kamar. Matanya langsung tertuju pada gelas yang berisi cairan gelap.
“Doni minum kopi?”
Doni menggeleng. Kakek melangkah mendekat meja dan mengangkat gelas.
Diciumnya isi gelas dengan hati-hati.
“Kamu membuat ramuan ini?”
Doni mengangguk pelan.
“Siapa yang mengajari?” tanya kakek bingung.
Dengan wajah murung Doni menjawab, “Dua hari yang lalu aku mendengar kakek
sedang bercerita tentang ramuan ajaib kepada nenek, makanya aku mencobanya.”
“Haha ternyata itu penyebabnya makanya sekarang Doni sakit.”
“Tapi kakek juga dulu sakit kan setelah minum ramuan itu?”
“Ya kakek langsung sakit.”
“Dan kakek langsung pintar matematika kan?”
“Waduh kamu pasti tidak mendengarkan dengan lengkap cerita kakek waktu itu.
Setelah minum ramuan itu kakek masih ikut ujian dan hasilnya dapat nilai tiga!”
“Ha tiga? Lo bukankah kakek pandai matematika?”
“Ya karena setelah itu kakek rajin belajar agar semua rumus matematika dapat
melekat di kepala. Bukan dengan minum rumus-rumus itu.”
Doni semakin lunglai. Karena ia berharap dapat pandai matematika tanpa harus susah-
susah belajar.
“Doni ingin menghafal rumus-rumus matematika?”
236
“Tentu saja?”
“Kalau begitu, salin semua rumus di bukumu. Lalu temeplkan rumus-rumus itu di
dinding kamar, di kamar mandi, dan bawalah kemanapun kau pergi. Dan bacalah jika
senggang. Kakek yakin kau akan dengan mudah menghafalnya.”
“Baiklah. Aku akan mencobanya.”
“Ingat, Doni. Tidak ada jalan pintas untuk pintar. Semua harus dimulai dengan usaha
dan kerja keras. Sekarang istirahat dulu.”
Doni pun mengerti, kalau ingin pintar ia harus belajar, bukan dengan minum ramuan
ajaib.
LEMBAR KERJA KELOMPOK
Tugas 1 Memahami Teks Cerita Pendek
Bacalah petunjuk berikut ini!
1. Bacalah contoh cerpen yang telah dibagikan dengan seksama
2. Setelah membaca contoh cerpen dengan seksama, diskusikanlah dengan teman satu
kelompokmu tentang struktur teks cerpen
No Struktur Teks Cerpen Pengertian
1
2
3
237
Lampiran 7
LEMBAR KERJA KELOMPOK
Tugas 2 Menyusun Teks Cerita Pendek
Bacalah petunjuk berikut ini!
Susunlah bagian-bagian teks cerpen berikut sesuai dengan struktur teks cerpen yang telah
kamu pelajari agar menjadi sebuah teks cerpen yang utuh!
SELAWAT BADAR
Sopir yang marah menjalankan busnya dengan gila-gilaan. Kondektur diam. Tapi
kata-kata kasarnya mendadak tumpah lagi. Kali ini bukan kepada sopir, melainkan kepada
pengemis yang jongkok dekat pintu belakang.
“He sira kenapa kamu tidak turun? Mau jadi gembel di Jakarta? Kamu tidak tahu
gembel di sana pada dibuang ke laut dijadikan rumpon?”
Pengemis itu diam saja.
“Turun!”
“Sira beli mikir? Bus cepat seperti ini aku harus turun?”
“Tadi siapa suruh kamu naik?”
“Saya naik sendiri. Tapi saya tidak ingin ikut. Saya Cuma mau mengemis kok. Coba
suruh sopir berhenti. Nanti saya akan turun mumpung belum jauh.”
Kondektur kehabisan kata-kata. Dipandangya pengemis itu seperti hendak ditelan
bulat-bulat. Yang dipandang pasrah. Dia tampaknya rela diperlakukan sebagai apa saja asal
tidak didorong keluar dari bus yang melaju maki cepat. Kondektur berlalu sambil bersungut.
Si pengemis yang merasa sedikit lega, bergerak memperbaiki posisi duduknya di pintu
belakang sambil bergumam “shalatullah, salamullah, ‘ala thaha rasulillah”
Begitu bus berhenti, puluhan pedagang asongan menyerbu masuk. Bahkan beberapa
di antara mereka sudah membanjing loncat ketika bus masih berada di mulut terminal bus
menjadi pasar yang sangat hiruk pikuk. Celakanya, mesin bus tidak dimatikan dan sopir
melompat turun begitu saja. Dan para pedagang asonga itu menawarkan dagangan dengan
suara melengking agar bisa mengatasi derum mesin. Mereka menyodor-nyodorkan dagangan,
bila perlu sampai dekat sekali ke mata para penumpang. Kemudian, mereka mengeluh ketika
mendapati tak seorangpun mau belanja. Seorang di antara mereka malah mengutuk dengan
238
mengatakan para penumpang adalah manusia-manusia kikir, atau manusia-manusia yang tak
punya duit.
Masih banyak hal yang belum sempat aku baca ketika seorang lelaki naik ke dalam
bus. Celana, baju, dan kopiahnya berwarna hitam. Dia naik dari pintu depan. Begitu naik
lelaki itu mengucapkan salam dengan fasih. Kemudian dari mulitnya mengalir selawat badar
dalam suara yang bening. Tangannya menadahkan mangkuk kecil. Lelaki itu mengemis. Aku
membaca tentang pengemis ini dengan perasaan yang sangat dalam. Aku dengarkan dengan
baik selawatnya. Ya, persis. Aku pun sering membaca selawat seperti itu terutama dalam
pengajian-pengajian umum atau rapat-rapat. Sekarang kulihat dan kudengar ada lelaki
membaca selawat badar untuk mengemis.
Di sana aku lihat kebodohan, kepasrahan yang memperkuat penampilan kemiskian.
Wajah-wajah seperti itu sangat kuhafal karena selalu hadir mewarnai pengajian yang sering
diawali dengan selawat badar. Ya, jejak-jejak pengajian dan ceramah-ceramah tentang
kebaikan hidup ada berbekas pada wajah pengemis itu. Lalu mengapa dari pengajian yang
sering didatanginya ia hanya bisa menghafal selawat badar dan kini menggunakannya untuk
mengemis? Ah kukira ada yang tak beres. Ada yang salah. Sayangnya aku tak begitu tega
menyalahkan pengemis yang terus membaca selawat itu.
Bus yang aku tumpagi masuk Cirebon ketika matahari hampir mencapai puncak
langit. Terik matahari ditambah dengan panasnya mesin diesel tua memanggang bus itu
beserta isinya. Untung bus tak begitu penuh sehingga sesama penumpang tak perlu
bersinggungan badan. Namun, dari sebelah kiriku bertiup bau keringat melalui udara yang
dialirkan dengan kipas koran. Dari belakang terus-menerus mengepul asap rokok dari mulut
seorang lelaki setengah mengantuk.
Kukira pengemis itu sering mendatangi pengajian-pengajian. Kukira dia sering
mendengar-ceramah-ceramah tentang kebaikan hidup di dunia maupun akhirat. Lalu dari
pengajian seperti itu dia hanya mendapat sesuatu untuk memebela kehidupannya di dunia.
Sesuatu itu adalah selawat badar yang kini sedang dikumandangkannya sambil menadahkan
tangan. Ada perasaan tidak setuju mengapa hal-hal yang kudus seperti bacaan selawat itu
dipakai untuk mengemis. Tetapi perasaan demikian lenyap ketika pengemis itu sudah berdiri
di hadapanku. Mungkin karena selawat itu, maka tanganku bergerak merogoh kantong dan
memberikan selembar ratusan. Ada banyak hal dapat dibaca pada wajah pengemis itu.
Perhatianku terhadap si pengemis terputus oleh bunyi pintu bus yang dibanting.
Kulihat sopir sudah duduk di belakang kemudi. Kondektur melompat masuk dan berteriak
kepada sopir. Teriakannya ditelan oleh bunyi mesin diesel yang meraung-raung. Kudengar
239
kedua awak bus itu bertengkar. Kondektur tampaknya enggan melayani bus yang tidak
penuh, sementara sopir sudah menunggu tambahan penumpang yang ternyata tak kunjung
datang. Mereka bertengkar melalui kata-kata yang tidak sedap didengar. Dan bus melaju
meninggalkan terminal cirebon.
Selawat itu terus mengalun dan terdengar makin jelas karena tidak ada lagi suara
kondektur. Para penumpang membisu dan terlena dalam pikiran masing-masing. Aku pun
mulai mengantuk sehingga lama-lama aku tak bisa membedakan mana suara selawat dan
mana derum mesin diesel. Boleh jadi aku sudah berada dalam mimpi dan di sana kulihat
ribuan orang membaca selawat. Anehnya, meraka yang berjumlah sangat banyak itu memiliki
rupa yang sama. Mereka semuanya mirip sekali dengan pengemis yang naik dalam bus yang
kutumpangi di terminal cirebon. Dan dalam mimpi pun aku berpendapat bahwa mereka bisa
menghafal teks selawat itu dengan sempurna karena mereka sering mendatangi ceramah-
ceramah tentang kebaikan hidup di dunia maupun akhirat. Dan dari ceramah-ceramah seperti
itu mereka hanya memperolah hafalan yang untungnya boleh dipakai modal menadahkan
tangan.
Telingaku dengan gamblang mendengar suara lelaki yang terus berjalan dengan
tenang ke arah timur itu, “shalatullah, salamullah, ‘ala thaha rasulillah.”
Kukira aku masih dalam mimpi ketika kurasakan peristiwa yang hebat. Mula-mula
kudengar guntur meledak dengan dahsyat. Kemudian kulihat mayat-mayat beterbangan dan
jatuh di sekelilingku. Mayat-mayat itu terluka dan beberapa di antaranya terlihat sangat
mengerikan. Karena merasa takut aku pun lari. Namun aku tersandung batu dan jatuh ke
tanah. Mulut terasa asin dan aku meludah. Ternyata ludahku merah. Terasa ada cairan
mengalir dari lobang hidungku. Ketika kuraba, cairan itu pun merah. Ya Tuhan. Tiba-tiba aku
tersadar bahwa diriku terluka parah. Aku terjaga dan di depanku ada malapetaka. Bus yang
kutumpangi sudah terkapar di tengah sawah dan bentuknya sudah tidak karuan. Di dekatnya
terguling sebuah truk tangki yang tak kalah ringseknya. Dalam keadaan panik aku mencoba
bangkit dan bergerak ke jalan raya. Namun rasa sakit memaksaku duduk kembali. Kulihat
banyak kendaraan berhenti. Kudengar orang-orang merintih. Lalu samar-samar kulihat
seorang lelaki kusut keluar dari bangkai bus. Badannya tak tergores sedikit pun. Lelaki itu
dengan tenang berjalan kembali ke arah kota Cirebon.
Suasana sungguh gerah, sangat bising dan para penumpang tak berdaya melawan
keadaan yang sangat menyiksa itu. Dalam keadaan seperti itu, harapan para penumpang
hanya satu, hendaknya sopir cepat datang dan bus segera berangkat kembali untuk
meneruskan perjalanan ke Jakarta. Namun, laki-laki yang menjadi tumpuan harapan itu
240
kelihatan sibuk dengan kesenangannya sendiri. Sopir itu enak-enak bergurau dengan seorang
perempuan penjual buah.
Sementara penumpang lain kelaihatan sangat gelisah dan jengkel, aku mencoba
bersikap lain. Perjalanan semacam ini sudah puluhan kali aku alami. Dari pengalaman seperti
itu aku mengerti bahwa ketidaknyamanan dalam perjalanan tak perlu dikeluhkan karena sama
sekali tidak mengatasi keadaan. Supaya jiwa dan raga tidak tersiksa, aku selalu mencoba
berdamai dengan keadaan. Maka kubaca semuanya dengan tenang, sopir yang tak acuh
terhadap nasib para penumpang itu, tukang-tukang asongan yang sangat berisik itu, dan lelaki
yang setengah mengantuk sambil mengepulkan asap di belakang itu.
241
Lampiran 8
LEMBAR KERJA KELOMPOK
Tugas 3 Menyusun Teks Cerita Pendek
Bacalah petunjuk berikut ini!
1. Simaklah video yang ditayangkan guru dengan seksama
2. Diskusikanlah dengan teman satu kelompokmu unsur pembangun cerita pada video yang
telah ditayangkan
3. Setelah mengidentifikasi unsur pembangun cerita pada video yang ditayangkan,
ceritakanlah kembali cerita pada video tersebut
4. Teruskanlah cerita tersebut agar menjadi sebuah cerita yang utuh sesuai dengan
kreatifitasmu
Unsur Pembangun Cerita
1. Tema :
2. Tahapan Alur :
a. ..........
b. ..........
c. ..........
d. ..........
3. Latar
a. Tempat :
b. Waktu :
c. Suasana :
4. Tokoh dan Penokohan
a. ......... :
b. ......... :
c. ......... :
d. ......... :
e. ......... :
242
Cerita dalam Video
SAHABAT PEMBERANI
“PENCURI MISTERIUS”
Wussh... pesawat remote kontrol baru Krisna terbang berputar-putar di depan rumah.
Dengan remote kontrol di tangannya Krisna leluasa mengendalikan pesawat mainan barunya.
Ditemani Kumbi dan Mogo, Krisna menerbangkan pesawatnya dengan penuh semangat.
Setelah cukup lama terbang, akhirnya Krisna mendaratkan pesawatnya dengan mulus.
“Krisna.....” tiba-tiba ibu Krisna memanggil dari dalam rumah.
“Iya ma, huh ada apa sih?” setelah meletakkan remote kontrol dan meninggalkan
pesawat mainannya Krisna masuk ke rumah.
Saat Krisna ada di dalam rumah, tiba-tiba ada seorang anak yang menuju ke depan
rumah Krisna. Ia melihat mainan baru Krisna ditinggalkan begitu saja. Setelah melihat kanan
kiri dan tidak ada orang, ia langsung mengambilnya dan membawa pergi. Tak begitu lama
Krisna keluar rumah.
“Hah ke mana pesawatku, tadi ada di sini” Krisna kebingungan karena pesawatnya
tidak ada. Ia berkeliling di sekitar rumah untuk mencari pesawatnya yang hilang.
Saat ia berada di jalan depan rumah, Krisna melihat seorang anak berlari sambil
membawa pesawat mainannya.
“Hei tunggu.....!” seru Krisna kepada anak itu sambil mengejarnya.
Tubuh Krisna yang gendut membuatnya tidak bisa berlari cepat, akhirnya dia
kehilangan jejak anak itu. Ia melihat sekeliling, anak tadi sudah tidak terlihat sama sekali.
Kemudian Krisna menangis sambil berjalan pulang karena kehilangan mainan barunya.
Sesampainya di rumah pun tangis Krisna belum berhenti. Krisna duduk di teras rumah dan
tetap meneruskan tangisnya. Kemudian ia melihat sesuatu yang tadi tidak ada di teras depan
rumahnya.
“Tali ini sebelumnya tidak ada di sini, ini bisa jadi petunjuk.” Krisna memasukkan tali
yang baru ditemukan ke dalam saku bajunya.
Ketiga sahabat yaitu Panji, Krisna, dan Kirana yang tergabung dalam kelompok
detektif sudah berkumpul.
“Aku masih melihat punggung anak itu, tapi larinya cepat.” Krisna menjelaskan
kejadian yang baru dialami kepada dua sahabatnya.
“Gimana sih kejadian awalnya?” tanya kirana.
243
“Aku enggak tahu pasti, aku masuk ke dalam rumah dan kutinggalkan pesawatnya
begitu saja.”
“Terus pas kembali sudah hilang, ada yang mengambilnya...” Mogo dan Kumbi
membantu menjelaskan.
“Kamu tahu kira-kira siapa yang mengambilnya?” tanya Panji.
“Ya enggak,enggak tahu.”
“Pasti dia sangat menginginkan mainan itu.”
“Emang mainannya keren?” tanya kirana yang penasaran
“Iya bisa terbang.”
“Mainan itu aku rakit sendiri.”
“Ada petunjuk?”
“Ini....” Krisna menunjukkan tali yang ditemukannya.
“Hah apa itu?” mereka mengamati dengan saksama.
“Coba kulihat.” Kirana mengambil tali itu agar bisa melihatnya lebih jelas. “Kira-kira
ini apa ya? Talinya terputus.”
“Coba sini kulihat.” Panji meminta tali itu dari Kirana.
“Nih...”
“Oh... ini adalah potongan tali yoyo, mungkin terputus dari yoyonya.” Kata Panji
setelah mengamati beberapa saat.
“Aku rasa Panji benar, ini adalah potongan tali yoyo.”
“Baiklah besok kita selidiki, gimana?” tanya Panji
“Setuju....” jawab kedua temannya
Keesokan harinya mereka berkumpul di tempat yang sudah ditentukan. Mereka
membawa perlengkapan untuk penyelidikan hari ini. Setelah melakukan beberapa persiapan,
mereka bertiga berangkat melakukan penyelidikan dengan bersepeda. Mereka mulai
mengayuh dan akhirnya melihat Doki yang sedang bermain.
“Hai Doki sedang apa?” tanya Krisna
“Hai Krisna, ini aku lagi nyobain mainan aku yang baru.” Doki menjawab sambil
menunjukkan mainan barunya.
“Wah keren banget.”
“Ini mainan ufo terbaru lho.”
“Ufo....?” ketiga sahabat itu kompak bertanya.
“Eh kalian mau ke mana?” tanya Doki.
“Kita mau keliling komplek, ada investigasi.” Jawab Panji.
244
“Investigasi?”
“Mainan Krisna hilang, kalau kamu punya petunjuk hubungi kita ya.” Jawab Kirana
sambil memberikan nomor telepon kepada Doki.
Kemudian mereka bertiga melanjutkan perjalanan dan meninggalkan Doki dengan
mainan barunya. Setelah berkeliling ternyata kawasan komplek sepi. Mereka terus berkeliling
sampai sore berharap menemukan petunjuk baru. Tetapi petunjuk yang dicari tidak mereka
dapatkan, akhirnya mereka memutuskan untuk menghentikan penyelidikan dan
melanjutkannya esok hari. Saat perjalanan pulang, Kirana berpapasan dengan seorang
pemulung yang sedang mendorong gerobak. Ia melihat sebuah yoyo di dalam gerobak
pemulung itu.
Keesokan harinya mereka berkumpul kembali untuk melanjutkan penyelidikan seperti
yang telah direncanakan sebelumnya.
“Kita harus secepatnya bergerak, aku punya informasi yang amat amat berharga.”
Kirana membuka percakapan.
“Apa?”
“Kemarin waktu aku pulang dari rumah Krisna aku naik sepeda bla bla bla.” Kirana
menjelaskan dengan cepat dan tidak jelas.
“Stop stop pakai napas dong ngomongnya.” Potong panji.
“Sabar sabar pelan-pelan aja bicaranya.” Pinta Krisna.
“Dengarkan baik-baik ya.” Kirana mulai menjelaskan apa yang dilihatnya kemarin.
“Menurutku dugaan Kirana masuk akal.”
“Nah anak itu melewati rumahku setiap hari, pasti dia sering lihat aku mainan pesawat
itu.”
“Nah nah nah dia sudah mengincarnya, begitu Krisna meninggalkan pesawat itu dia
mengambilnya deh.” Kirana mulai menyimpulkan sendiri.
“Tapi tanpa sadar dia meninggalkan barang bukti, yaitu potongan tali yoyo miliknya.”
“Sempurna begitu dia lewat kita buntuti dengan sepeda.”
Rencana telah disusun, mereka mulai berkeliling komplek untuk mencari pemulung
yang membawa gerobak seperti yang diceritakan Kirana. Tak berapa lama mereka
berpapasan dengan pemulung itu. Akhirnya mereka membuntuti pemulung itu. Ternyata
pesawat Krisna ada di dalam gerobak pemulung itu. Mereka membuntuti dengan pelan,
menjaga jarak agar tidak ketahuan. Pemulung itu berhenti di bawah pohon untuk beristirahat,
mereka tetap mengawasi dari kejauhan. Pemulung itu mengambil pesawat mainan Krisna dari
dalam gerobaknya.
245
“Wah dia pelakunya.” Kata Kirana
“Aku nggak nyangka deh.”
“Kita tangkap aja sekarang dan bawa ke pak hansip biar jera.”
“Sabar....” Panji menenangkan Kirana.
Pemulung itu kembali menaruh pesawat mainan ke dalam gerobak dan kembali
berjalan mendorong gerobaknya. Ternyata ia berjalan pulang.
“Hore abang pulang, bawa makanan nggak bang? Apa ini bang?” tanya adik si
pemulung sambil mengambil pesawat mainan dari dalam gerobak.
“Mainan baru yang bang, hore....!”
Adik si pemulung senang dengan mainan yang dibawa kakanya dan langsung
dimainkannya pesawat itu.
“Ayo kita samperin aja atau kita nasehatin aja deh.” Ajak Kirana
“Tunggu Kirana, kasihan mereka miskin sekali.”
“Mencuri tetap tidak boleh, siapapun yang melakukan.” Kata Panji
“Ayo kita pulang aja, aku punya ide untuk menjebaknya.”
Keesokan harinya mereka berkumpul di rumah Krisna, Krisna pun mulai
menceritakan rencananya. Kemudian mereka bertiga berangkat untuk menjalankan rencana
tersebut. Dalam perjalanan mereka kembali bertemu Doki yang sedang bermain dengan
mainan ufonya. Sesampainya di rumah pemulung itu mereka melihat si adik pemulung
sedang bermain dengan pesawat Krisna. Tapi tiba-tiba ia dipanggil kakanya dan pesawat
mainan itu pun diambil. Si pemulung menaruh pesawat mainan itu dan berjalanan menjauhi
rumah. Mereka bertiga kembali mengikuti pemulung itu, saat sampai di depan rumah Doki
pemulung itu berhenti. ...........
246
Lampiran 9
PEDOMAN OBSERVASI PROSES
SIKLUS I DAN II
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Nama Sekolah : SMP N 1 Wonosobo
Kelas : VII A
Hari, Tanggal :
Lembar Observasi Proses Pembelajaran Menyusun Teks Cerita Pendek
No Nama Siswa Aspek yang Diamati
Keterangan A B C D E
1 R 1 A. Keantusiasan dan minat siswa
B. kekondusifan diskusi
kelompok mengidentifikasi
struktur teks cerita pendek
C. keintensifan diskusi
kelompok setelah menyimak
tayangan video
D. keintesifan pelaksanaan
kegiatan menyusun teks cerita
pendek
E. refleksi pada akhir
pembelajaran sehingga siswa
mengetahui
kekurangan/kesulitan dan cara
mengatasinya
(√) = melakukan
(−) = tidak melakukan
2 R 2
3 R 3
4 R 4
5 R 5
6 R 6
7 R 7
8 R 8
9 R 9
10 R 10
11 R 11
12 R 12
13 R 13
14 R 14
15 R 15
16 R 16
17 R 17
18 R 18
19 R 19
20 R 20
247
Lampiran 10
PEDOMAN PENILAIAN OBSERVASI SIKAP RELIGIUS DAN SIKAP SOSIAL
SIKLUS DAN SIKLUS II
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Nama Sekolah : SMP N 1 Wonosobo
Kelas : VII A
Hari, Tanggal :
Pedoman Observasi Sikap Religius dan Sikap Sosial
No Sikap yang
Diamati dan Dinilai Indikator Sikap
1 Religius a. berdo’a sebelum dan setelah melaksanakan pembelajaran
b. berdo’a dengan sikap yang baik (tidak membuat gerakan
yang tidak perlu atau mengeluarkan suara yang membuat
gaduh)
c. memberi salam sebelum dan sesudah menyampaikan
pendapat atau presentasi
d. menjawab salam guru atau teman yang mengucapkan
salam
2 Percaya Diri a. berani presentasi di depan kelas
b. berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan
3 Toleransi a. tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat
b. menerima kesepatakan meskipun berbeda dengan
pendapatnya
c. mampu dan mau bekerja sama dengan siapa pun yang
memiliki keberagaman latar belakang, pandangan, dan
keyakinan
d. tidak memaksakan keyakinan atau pendapat diri pada
orang lain
e. kesediaan untuk belajar dari (terbuka terhadap)
keyakinan dan gagasan orang lain agar dapat memahami
orang lain lebih baik
f. terbuka untuk menerima sesuatu yang baru
4 Gotong Royong a. kesediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan
b. aktif dalam kerja kelompok
c. mendorong orang lain untuk bekerja sama dalam
kelompok
5 Santun a. menghormati orang yang lebih tua
b. bersikap 3S (salam, senyum, sapa)
c. menggunakan bahasa yang santun saat menyampaikan
pendapat, bertanya, atau menyanggah
248
LEMBAR OBSERVASI SIKAP RELIGIUS DAN SIKAP SOSIAL
No Nama Siswa
Sikap Religius
Sikap
Percaya
Diri
Sikap Toleransi
Sikap
Gotong
Royong
Sikap
Santun Jumlah
Skor
Nilai
Konversi
Sikap
Predikat
a b c d a b a b c d e f a b c a b c
1 R 1
2 R 2
3 R 3
4 R 4
5 R 5
6 R 6
7 R 7
8 R 8
9 R 9
10 R 10
11 R 11
12 Dst....
249
Keterangan :
Indikator Sikap Religius :
a. berdo’a sebelum dan setelah melaksanakan pembelajaran
b. berdo’a dengan sikap yang baik (tidak membuat gerakan yang tidak perlu atau
mengeluarkan suara yang membuat gaduh)
c. memberi salam sebelum dan sesudah menyampaikan pendapat atau presentasi
d. menjawab salam guru atau teman yang mengucapkan salam
Indikator Sikap Percaya Diri :
a. berani presentasi di depan kelas
b. berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan dalam mengerjakan tiap tugas
Indikator Sikap Gotong Royong :
a. kesediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan
b. aktif dalam kerja kelompok
c. mendorong orang lain untuk bekerja sama dalam kelompok
Indikator Sikap Santun :
a. menghormati orang yang lebih tua
b. bersikap 3S (salam, senyum, sapa)
c. menggunakan bahasa yang santun saat menyampaikan pendapat, bertanya, atau
menyanggah
Indikator Sikap Toleransi :
a. tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat
b. menerima kesepatakan meskipun berbeda dengan pendapatnya
c. mampu dan mau bekerja sama dengan siapa pun yang memiliki keberagaman latar
belakang, pandangan, dan keyakinan
d. tidak memaksakan keyakinan atau pendapat diri pada orang lain
e. kesediaan untuk belajar dari (terbuka terhadap) keyakinan dan gagasan orang lain agar
dapat memahami orang lain lebih baik
f. terbuka untuk menerima sesuatu yang baru
Rumus :
1. skor maksimal = jumlah kriteria x jumlah indikator setiap kriteria
2. nilai konversi sikap = (jumlah skor perolehan : skor maksimal) x 4
250
3. predikat
Predikat Nilai Sikap
No Predikat Hasil yang Dicapai Siswa
1 A 3,67 - 4,00
2 A- 3,34 - 3,66
3 B+ 3,01 - 3,33
4 B 2,67 - 3,00
5 B- 2,34 - 2,66
6 C+ 2,01 - 2,33
7 C 1,67 - 2,00
8 C- 1,34 - 1,66
9 D+ 1,01 - 1,33
10 D 0,00 - 1,00
251
Lampiran 11
PEDOMAN PENILAIAN
KETERAMPILAN MENYUSUN TEKS CERITA PENDEK
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Nama Sekolah : SMP N 1 Wonosobo
Kelas : VII A
Hari, Tanggal :
Pedoman Penilaian Keterampilan Menyusun Teks Cerita Pendek
No Aspek Penilaian Indikator Skala Nilai Skala Skor
1 Tema
a. Berpusat pada satu
persoalan
b. Terbatas dan jelas
c. Baik dalam
mendeskripsikan tema
yang terkandung dalam
cerita
d. Baik dalam menyajikan
tema dari keseluruhan
cerita
Memenuhi
empat
Kriteria Sangat Baik 4
Memenuhi
tiga
kriteria Baik 3
Memenuhi
dua
kriteria Cukup Baik 2
Memenuhi
satu
kriteria
Kurang
Baik 1
2 Alur
a. Masuk akal, rasional,
dapat dipahami nalar
b. Urutan satu peristiwa
dengan peristiwa
berikutnya yang
membangun cerpen
tidak mudah diduga
c. Ada tegangan dan
kejutan
d. Pembayangan peristiwa
yang akan terjadi
Memenuhi
empat
Kriteria Sangat Baik 4
Memenuhi
tiga
kriteria Baik 3
Memenuhi
dua
kriteria Cukup Baik 2
Memenuhi
satu
kriteria
Kurang
Baik 1
3 Latar
a. Tepat menggambarkan
tempat yang mendukung
Memenuhi
empat
Kriteria Sangat Baik 4
252
peristiwa
b. Tepat menggambarkan
waktu yang mendukung
peristiwa
c. Tepat menggambarkan
suasana yang
mendukung peristiwa
d. Tepat menggambarkan
keadaan sosial pada saat
terjadinya cerita
Memenuhi
tiga
kriteria Baik 3
Memenuhi
dua
kriteria Cukup Baik 2
Memenuhi
satu
kriteria
Kurang
Baik 1
4 Sudut Pandang
a. Baik dalam memberikan
perasaan kedekatan
tokoh
b. Baik dalam menjelaskan
kepada pembaca siapa
yang dituju
c. Baik dalam menjelaskan
perasaan tokoh kepada
pembaca
d. Memberikan efek yang
semakin menghidupkan
cerita
Memenuhi
empat
kriteria Sangat Baik 4
Memenuhi
tiga
kriteria Baik 3
Memenuhi
dua
kriteria Cukup Baik 2
Memenuhi
satu
kriteria
Kurang
Baik 1
5 Tokoh dan Penokohan
a. Terdapat tokoh utama
dan tokoh bawahan atau
sampingan
b. Terdapat tokoh
protagonis, antagonis,
dan tritagonis
c. Pelukisan watak tokoh
tajam dan nyata
d. Tokoh mampu
membawa pembaca
mengalami peristiwa
dalam cerita
Memenuhi
empat
kriteria Sangat Baik 4
Memenuhi
tiga
kriteria Baik 3
Memenuhi
dua
kriteria Cukup Baik 2
Memenuhi
satu
kriteria
Kurang
Baik 1
6 Gaya Bahasa
a. Tepat dalam memilih
bahasa yang
mengandung unsur
emotif
b. Terdapat bahasa yang
bersifat konotatif
Memenuhi
empat
kriteria Sangat Baik 4
Memenuhi
tiga
kriteria Baik 3
253
c. Tepat memilih ungkapan
yang mewakili sesuatu
yang diungkapkan
d. Pilihan kata sesuai
dengan situasi,
bervariasi, dan ekspresif
Memenuhi
dua
kriteria Cukup Baik 2
Memenuhi
satu
kriteria
Kurang
Baik 1
7 Kepaduan Unsur-unsur
Pembangun Cerpen
4-6 unsur sesuai Sangat baik 4
3-5 unsur sesuai Baik 3
2-4 unsur sesuai Cukup Baik 2
1-3 unsur sesuai Kurang
Baik 1
Skor Maksimal 28
Lembar Penilaian Keterampilan Menyusun Teks Cerita Pendek
No Nama Siswa
Skor Tiap
Aspek Penilaian Jumlah
Skor
Nilai
Konversi Predikat
a b c d e f g
1 R 1
2 R 2
3 R 3
4 R 4
5 R 6
6 Dst....
Jumlah
Rata-rata
Keterangan :
Aspek Penilaian Keterampilan Menyusun Teks Cerita Pendek
a. Tema
b. Alur
c. Latar
d. Sudut Pandang
e. Tokoh dan Penokohan
f. Gaya Bahasa
254
g. Kepaduan Uunsur-unsur Pembangun Cerpen
Rumus :
nilai konversi = (jumlah skor perolehan : skor maksimal) x 4
Predikat Nilai Keterampilan
No Predikat Hasil yang Dicapai Siswa
1 A 3,67 - 4,00
2 A- 3,34 - 3,66
3 B+ 3,01 - 3,33
4 B 2,67 - 3,00
5 B- 2,34 - 2,66
6 C+ 2,01 - 2,33
7 C 1,67 - 2,00
8 C- 1,34 - 1,66
9 D+ 1,01 - 1,33
10 D 0,00 - 1,00
255
Lampiran 12
PEDOMAN JURNAL GURU SIKLUS I DAN SIKLUS II
No Aspek dalam Jurnal Guru Jurnal Guru
1 Keantusiasan dan keaktifan
siswa dalam mengikuti
pembelajaran
Bagaimana keantusiasan dan keaktifan siswa dalam
pembelajaran menyusun teks cerita pendek
menggunakan strategi TTW dan teknik meneruskan
cerita melalui media audiovisual?
2 kekondusifan diskusi
kelompok mengidentifikasi
struktur teks cerita pendek
Bagaimana proses siswa melaksanakan diskusi
mengidentifikasi struktur teks cerita pendek?
3 keintensifan diskusi
kelompok setelah menyimak
tayangan video
Bagaimana proses siswa melaksanakan diskusi setelah
menyimak tayangan video untuk menentukan unsur
pembangun cerita dalam video?
4 keintesifan pelaksanaan
kegiatan menyusun teks
cerita pendek
Bagaimana proses siswa dalam pelaksanaan kegiatan
menyusun teks cerita pendek?
5 refleksi pada akhir
pembelajaran
Bagaimana suasana refleksi pada akhir pembelajaran?
6 Sikap religius Bagaimana sikap religius siswa dalam pembelajaran?
7 Percaya diri Bagaimana kepercayaan diri siswa dalam berpendapat,
bertanya, menjawab, dan presentasi selama
pembelajaran?
8 Toleransi a. Bagaimana sikap siswa dalam menerima pendapat
orang lain dalam diskusi?
b. Bagaimana sikap siswa dalam diskusi kelompok
dengan teman yang memiliki karakter berbeda?
9 Gotong royong Bagaimana keaktifan siswa dalam kerja/diskusi
kelompok?
10 Santun Bagaimana kesantunan siswa dalam menggunakan
bahasa saat menyampaikan pendapat, bertanya, atau
menyanggah?
256
Lampiran 13
PEDOMAN JURNAL SISWA SIKLUS I DAN SIKLUS II
No Aspek dalam Jurnal Siswa Jurnal Siswa
1 keintensifan diskusi
kelompok setelah menyimak
tayangan video
Uraikan kesulitan dan kemudahan yang kamu rasakan
dalam diskusi kelompok setelah menyimak tayangan
video untuk menentukan unsur pembangun cerita
dalam video!
2 keintesifan pelaksanaan
kegiatan menyusun teks
cerita pendek
Uraikan pendapat kamu saat kegiatan menyusun teks
cerita pendek!
3 refleksi pada akhir
pembelajaran
a. Uraikan pendapat kamu tentang penggunaan strategi
TTW dan teknik meneruskan cerita melalui media
audiovisual dalam pembelajaran keterampilan
menyusun teks cerita pendek!
b. Tuliskan saran kamu terhadap pembelajaran
keterampilan menyusun teks cerita pendek
menggunakan strategi TTW dan teknik meneruskan
cerita melalui media audiovisual!
Siklus II
No Aspek dalam Jurnal Siswa Jurnal Siswa
1 keintensifan diskusi
kelompok setelah menyimak
tayangan video
Masih adakah kesulitan yang dialami pada saat diskusi
kelompok setelah menyimak tayangan video, jika ada
uraikan kesulitan yang kamu alami
2 keintesifan pelaksanaan
kegiatan menyusun teks
cerita pendek
Kesulitan apa yang masih kamu alami saat menyusun
teks cerita pendek?
3 refleksi pada akhir
pembelajaran
Apakah penggunaan strategi TTW dan teknik
meneruskan cerita melalui media audiovisual
memududahkan kamu dalam menyusun teks cerita
pendek, berikan alasanmu
257
Lampiran 14
PEDOMAN DOKUMENTASI FOTO
No Indikator Proses
Pembelajaran dan Sikap Kegiatan yang Didokumentasikan
1 Keantusiasan dan keaktifan
siswa dalam mengikuti
pembelajaran
Aktivitas siswa pada saat pembelajaran berlangsung
2 kekondusifan diskusi
kelompok mengidentifikasi
struktur teks cerita pendek
a. Aktivitas siswa pada saat memahami teks cerita
pendek
b. Aktivitas siswa pada saat diskusi kelompok
3 Keintensifan diskusi
kelompok setelah menyimak
tayangan video
a. Aktivitas siswa ketika mengemukakan pendapat
b. Aktivitas siswa ketika menyimpulkan pendapat dari
semua anggota kelompok
4 Keintensifan kegiatan
menyusun teks cerita
pendek yang dilakukan tiap
siswa
a. Aktivitas siswa pada saat menceritakan kembali
cerita pada video yang telah ditayangkan
b. Aktivitas siswa pada saat meneruskan cerita
berdasarkan video yang telah ditayangkan
5 Kegiatan refleksi pada akhir
pembelajaran
Aktivitas siswa melakukan refleksi pada akhir
pembelajaran
6 Sikap religius Aktivitas siswa yang menunjukkan sikap religius
7 Sikap sosial a. Aktivitas siswa yang menunjukkan sikap percaya
diri
b. Aktivitas siswa yang menunjukkan toleransi
c. Aktivitas siswa yang menunjukkan sikap gotong
royong
d. Aktivitas siswa yang menunjukkan sikap santun
258
Lampiran 15
Hasil Observasi Proses Pembelajaran
Menyusun Teks Cerita Pendek Siklus I
No Nama Siswa Aspek yang Diamati
Keterangan A B C D E
1 Abdillah Zaky
Akhsani − − − √ √
A. Keantusiasan dan minat siswa
B. kekondusifan diskusi
kelompok mengidentifikasi
struktur teks cerita pendek
C. keintensifan diskusi kelompok
setelah menyimak tayangan
video
D. keintesifan pelaksanaan
kegiatan menyusun teks cerita
pendek
E. refleksi pada akhir
pembelajaran sehingga siswa
mengetahui
kekurangan/kesulitan dan cara
mengatasinya
(√) = melakukan
(−) = tidak melakukan
2 Affan Sandhy
Adinata − − − √ √
3 Aisya Nur Fadia √ √ √ √ √
4 Anindita Ayu
Nugraheni √ √ √ √ √
5 Aureliqa Amanda
Putri Prasetya √ √ √ √ √
6 Bagus Rayhan
Widya Pratama √ √ − √ √
7 Cattra Nurul
Hakima Al
Mumtaza − − − √ √
8 Daffa Fadhel
Muwaffaq √ √ √ √ √
9 Diengga Sandy
Yudistira √ − − √ √
10 Elsa Amalia Syah √ √ √ √ √
11 Essa Prastika
Maharany √ √ √ √ √
12 Faizal Oktaryan − √ − − −
13 Fajarul Haq
Finjatuna − − − √ √
14 Fredy Harkam
Prakosa √ − − √ −
15 Gladera Wedpavica
Zealtito Zulfan − √ − √ √
16 Ismi Kun Nur
Azizzah √ √ √ √ √
17 Mahendra Prasetya
Aji √ − − √ √
18 Maria Ulfa
Chasanah √ √ √ √ √
19 Nabila
Luthfiananda √ √ √ √ √
20 Nila Rafika √ √ √ √ √
21 Nilam Mustika
Ratri √ √ √ √ √
22 Ninasapti Al Wiwi √ √ √ √ √
23 Novia Candrika √ √ √ √ √
259
Rasista
24 Nurhani Pratiwi √ √ √ √ √
25 Profita Permatasari
Dewi √ − √ √ √
26 Qoni Zahira Utami √ − √ √ √
27 Sakinah √ √ √ √ √
28 Sekar Arumadita
Nirmalasari √ √ √ √ √
29 Shufi Aulia √ √ √ √ √
30 Yohanes A Deo
Bhagas C B − − − √ √
31 Zahra Dewi
Permatasari √ √ √ √ √
32 Zakariyya Naafi
Insani √ √ − √ √
a. (√) = 25
(−) = 7
b. (√) = 22
(−) = 10
c. (√) = 20
(−) = 12
d. (√) = 31
(−) = 1
e. (√) = 30
(−) = 2
260
Lampiran 16
Hasil Observasi Proses Pembelajaran
Menyusun Teks Cerita Pendek Siklus II
No Nama Siswa Aspek yang Diamati
Keterangan A B C D E
1 Abdillah Zaky
Akhsani √ √ − √ √
A. Keantusiasan dan minat siswa
B. kekondusifan diskusi
kelompok mengidentifikasi
struktur teks cerita pendek
C. keintensifan diskusi kelompok
setelah menyimak tayangan
video
D. keintesifan pelaksanaan
kegiatan menyusun teks cerita
pendek
E. refleksi pada akhir
pembelajaran sehingga siswa
mengetahui
kekurangan/kesulitan dan cara
mengatasinya
(√) = melakukan
(−) = tidak melakukan
2 Affan Sandhy
Adinata √ − √ √ √
3 Aisya Nur Fadia √ √ √ √ √
4 Anindita Ayu
Nugraheni √ √ √ √ √
5 Aureliqa Amanda
Putri Prasetya √ √ √ √ √
6 Bagus Rayhan
Widya Pratama − √ √ √ √
7 Cattra Nurul
Hakima Al
Mumtaza √ √ − √ √
8 Daffa Fadhel
Muwaffaq √ − − √ √
9 Diengga Sandy
Yudistira √ − √ √ √
10 Elsa Amalia Syah √ √ √ √ √
11 Essa Prastika
Maharany √ √ − √ √
12 Faizal Oktaryan − √ √ √ √
13 Fajarul Haq
Finjatuna √ √ − √ √
14 Fredy Harkam
Prakosa − − √ √ √
15 Gladera Wedpavica
Zealtito Zulfan √ √ √ √ √
16 Ismi Kun Nur
Azizzah √ √ √ √ √
17 Mahendra Prasetya
Aji − − √ √ √
18 Maria Ulfa
Chasanah √ √ √ √ √
19 Nabila
Luthfiananda √ √ √ √ √
20 Nila Rafika √ √ √ √ √
21 Nilam Mustika
Ratri √ √ √ √ √
22 Ninasapti Al Wiwi √ √ √ √ √
23 Novia Candrika √ √ √ √ √
261
Rasista
24 Nurhani Pratiwi √ √ √ √ √
25 Profita Permatasari
Dewi √ √ √ √ √
26 Qoni Zahira Utami √ √ √ √ √
27 Sakinah √ √ √ √ √
28 Sekar Arumadita
Nirmalasari √ √ √ √ √
29 Shufi Aulia √ √ √ √ √
30 Yohanes A Deo
Bhagas C B √ − − √ √
31 Zahra Dewi
Permatasari √ √ √ √ √
32 Zakariyya Naafi
Insani √ √ − √ √
a. (√) = 28
(−) = 4
b. (√) = 26
(−) = 6
c. (√) = 25
(−) = 7
d. (√) = 32
(−) = 0
e. (√) = 32
(−) = 0
262
Lampiran 17
Hasil Nilai Sikap Religius dan Sikap Sosial Siklus I
No Nama
Siswa
Sikap Religius
Sikap
Percaya
Diri
Sikap Toleransi Sikap Gotong
Royong Sikap Santun
Jumlah
Skor
Nilai
Konversi
Sikap Pre
dik
at
a b c d a b a b c d e f a b c a b c
1 Aureliqa 4 4 1 4 1 2 3 3 3 3 2 2 4 3 2 3 3 2 49 2,72 B
Bagus 4 4 1 4 1 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 3 3 2 44 2,44 B−
Ismi 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 58 3,22 B+
Zahra 4 4 4 4 4 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 56 3,11 B+
2
Daffa 4 4 4 4 4 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 49 2,72 B
Diengga 4 4 4 4 4 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 49 2,72 B
Fajarul 4 4 1 4 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 43 2,39 B−
Yohanes 4 4 1 4 1 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 3 3 2 44 2,44 B−
3 Aisya 4 4 1 4 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 50 2,78 B
Faizal 4 4 4 4 4 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 3 3 2 50 2,78 B
Gladera 4 4 4 4 4 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 49 2,72 B
Maria 4 4 1 4 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 52 2,89 B
4 Nila 4 4 1 4 1 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 49 2,72 B
Nilam 4 4 4 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 57 3,17 B+
Novia 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 58 3,22 B+
Shufi 4 4 4 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 57 3,17 B+
5 Nabila 4 4 4 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 57 3,17 B+
Nurhani 4 4 1 4 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 50 2,78 B
Sakinah 4 4 4 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 57 3,17 B+
Sekar 4 4 1 4 1 2 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 2 51 2,83 B
6 Cattra 4 4 1 4 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 42 2,33 B−
Fredy 4 4 1 4 1 2 2 2 2 4 3 3 2 2 2 3 2 2 45 2,50 B−
Ninasapti 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 58 3,22 B+
263
Profita 4 4 1 4 1 2 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 2 51 2,83 B
7 Abdillah 4 4 4 4 4 2 2 2 2 4 2 2 4 2 2 3 3 2 52 2,89 B
Essa 4 4 4 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 56 3,11 B+
Zakariyya 4 4 4 4 4 2 2 2 2 4 2 2 4 2 2 3 3 2 52 2,89 B
Qoni 4 4 4 4 4 2 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 58 3,22 B+
8 Anindita 4 4 4 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 57 3,17 B+
Elsa 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 58 3,22 B+
Mahendra 4 4 1 4 1 2 2 2 2 4 3 2 2 2 2 3 3 2 45 2,50 B−
Affan 4 4 1 4 1 2 2 2 2 4 3 2 2 2 2 3 3 2 45 2,50 B−
Jumlah 128 128 86 128 86 69 81 83 84 103 85 83 89 84 64 96 95 76 1648 91,56
Rata-rata 4 2 2,68 4 2,68 2,15 2,53 2,59 2,62 3,21 2,65 2,59 2,78 2,62 2 3 2,96 2,37
264
Lampiran 18
Hasil Nilai Sikap Religius dan Sikap Sosial Siklus II
No Nama
Siswa
Sikap Religius
Sikap
Percaya
Diri
Sikap Toleransi Sikap Gotong
Royong Sikap Santun
Jumlah
Skor
Nilai
Konversi
Sikap Pre
dik
at
a b c d a b a b c d e f a b c a b c
1 Elsa 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 63 3,5 A−
Essa 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 62 3,44 A−
Cattra 4 4 1 4 1 2 3 3 2 4 2 2 3 2 2 3 3 2 47 2,61 B−
Fajarul 4 4 1 4 1 2 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 3 2 47 2,61 B−
2
Aureliqa 4 4 4 4 4 2 4 4 4 3 3 3 4 3 2 3 3 3 61 3,38 A−
Diengga 4 4 4 4 4 2 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 3 2 53 2,94 B
Novia 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4 3 2 3 3 3 62 3,44 A−
Aisya 4 4 4 4 4 2 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 62 3,44 A−
3 Sakinah 4 4 4 4 4 2 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 62 3,44 A−
Gladera 4 4 4 4 4 2 3 3 2 3 2 2 3 2 2 3 3 2 52 2,88 B
Anindita 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 63 3,5 A−
Nabila 4 4 4 4 4 2 4 4 4 3 3 3 4 3 2 3 3 3 61 3,38 A−
4 Abdillah 4 4 4 4 4 2 3 3 2 4 2 2 3 2 2 3 3 2 53 2,94 B
Affan 4 4 1 4 1 2 3 2 3 4 3 3 2 2 2 3 3 2 48 2,66 B−
Nila 4 4 1 4 1 2 4 4 4 4 3 3 4 3 2 3 3 3 56 3,11 B+
Profita 4 4 1 4 1 2 4 4 4 4 3 3 4 3 2 3 3 3 56 3,11 B+
5 Nilam 4 4 4 4 4 2 4 4 4 3 3 3 4 3 2 3 3 3 61 3,38 A−
Zahra 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4 3 2 3 3 3 62 3,44 A−
Fredy 4 4 1 4 1 2 3 2 4 4 3 3 2 2 2 3 2 2 48 2,66 B−
Nurhani 4 4 1 4 1 2 4 4 4 4 3 3 4 3 2 3 3 3 56 3,11 B+
6 Bagus 4 4 1 4 1 2 3 3 2 4 2 2 2 2 2 3 3 2 46 2,55 B−
Daffa 4 4 4 4 4 2 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 2 53 2,94 B
Maria 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 64 3,5 A−
265
Sekar 4 4 1 4 1 2 4 4 4 4 3 3 4 3 2 3 3 3 56 3,11 B+
7 Yohanes 4 4 1 4 1 2 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 2 48 2,66 B−
Zakariyya 4 4 4 4 4 2 3 2 2 4 2 2 2 2 2 3 3 2 51 2,83 B
Shufi 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 63 3,5 A−
Ismi 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 63 3,5 A−
8 Faizal 4 4 4 4 4 2 3 3 2 4 2 2 3 2 2 3 3 2 53 2,94 B
Ninasapti 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 61 3,38 A−
Qoni 4 4 4 4 4 2 4 4 4 3 3 3 4 3 2 3 3 3 61 3,38 A−
Mahendra 4 4 1 4 1 2 3 3 3 4 3 3 3 2 2 3 3 2 50 2,77 B
Jumlah 128 128 95 128 95 73 115 111 110 109 86 86 109 85 72 96 95 83 1804 100,22
Rata-rata 4 4 2,96 4 2,96 2,28 3,59 3,46 3,43 3,40 2,68 2,68 3,40 2,65 2,25 3 2,96 2,59
266
Lampiran 19
Nilai Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Siklus I
No Nama Siswa
Aspek Penilaian
Jumlah
Skor
Nilai
Konversi Predikat Tema Alur Latar
Sudut
Pandang
Tokoh
Gaya
Bahasa
Kepaduan
Unsur
pembangun
Cerpen
dan
Penokohan
1
Abdillah
Zaky
Akhsani 2 1 3 1 2 2 2 13 1,86 C
2
Affan
Sandhy
Adinata 2 2 3 2 2 1 2 14 2,00 C
3
Aisya Nur
Fadia 3 3 3 3 2 3 3 20 2,86 B
4
Anindita Ayu
Nugraheni 4 3 3 4 3 3 4 24 3,43 A−
5
Aureliqa
Amanda
Putri
Prasetya 3 2 3 2 2 2 3 17 2,43 B−
6
Bagus
Rayhan
Widya
Pratama 2 1 3 1 2 1 2 12 1,71 C
7
Cattra Nurul
Hakima Al
Mumtaza 2 2 3 2 2 1 2 14 2,00 C
267
8
Daffa Fadhel
Muwaffaq 3 2 2 2 2 1 2 14 2,00 C
9
Diengga
Sandy
Yudistira 3 2 3 1 2 1 2 14 2,00 C
10
Elsa Amalia
Syah 4 3 3 3 3 3 4 23 3,29 B+
11
Essa Prastika
Maharany 4 3 4 3 3 3 4 24 3,43 A−
12
Faizal
Oktaryan 0 0,00
13
Fajarul Haq
Finjatuna 2 2 3 2 2 2 2 15 2,14 C+
14
Fredy
Harkam
Prakosa 2 1 3 1 2 2 2 13 1,86 C
15
Gladera
Wedpavica
Zealtito
Zulfan 3 2 3 2 3 1 3 17 2,43 B−
16
Ismi Kun
Nur Azizzah 4 3 3 4 3 3 4 24 3,43 A−
17
Mahendra
Prasetya Aji 2 2 3 2 3 1 2 15 2,14 C+
18
Maria Ulfa
Chasanah 4 3 3 3 3 3 4 23 3,29 B+
19
Nabila
Luthfiananda 3 3 3 3 3 3 3 21 3,00 B
268
20 Nila Rafika 3 2 3 2 3 2 2 17 2,43 B−
21
Nilam
Mustika
Ratri 3 3 3 3 2 2 4 20 2,86 B
22
Ninasapti Al
Wiwi 3 2 3 3 2 2 2 17 2,43 B−
23
Novia
Candrika
Rasista 3 3 3 2 2 2 3 18 2,57 B−
24
Nurhani
Pratiwi 3 2 3 3 3 3 4 21 3,00 B
25
Profita
Permatasari
Dewi 3 2 3 2 3 2 3 18 2,57 B−
26
Qoni Zahira
Utami 3 2 3 3 2 2 3 18 2,57 B−
27 Sakinah 4 3 3 3 3 3 4 23 3,29 B+
28
Sekar
Arumadita
Nirmalasari 3 3 3 3 3 2 3 20 2,86 B
29 Shufi Aulia 4 3 3 3 3 3 4 23 3,29 B+
30
Yohanes A
Deo Bhagas
C B 3 2 3 2 2 2 2 16 2,29 C+
31
Zahra Dewi
Permatasari 4 3 3 4 3 3 4 24 3,43 A−
269
32
Zakariyya
Naafi Insani 3 3 3 2 2 2 3 18 2,57 B−
Jumlah 94 73 93 76 77 66 91 570 81,43
Rata-rata 3,03 2,35 3 2,45 2,48 2,12 2,93 2,63
270
Lampiran 20
Nilai Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Siklus II
No Nama Siswa
Aspek Penilaian
Jumlah
Skor
Nilai
Konversi Predikat Tema Alur Latar
Sudut
Pandang
Tokoh
Gaya
Bahasa
Kepaduan
Unsur
pembangun
Cerpen
dan
Penokohan
1
Abdillah
Zaky
Akhsani 3 3 3 2 3 2 3 19 2,71 B
2
Affan
Sandhy
Adinata 3 3 3 2 3 3 3 20 2,86 B
3
Aisya Nur
Fadia 3 3 4 3 4 3 4 24 3,43 A−
4
Anindita
Ayu
Nugraheni 4 3 4 4 4 3 4 26 3,71 A
5
Aureliqa
Amanda
Putri
Prasetya 4 2 4 2 3 2 4 21 3,00 B
6
Bagus
Rayhan
Widya
Pratama 3 3 3 2 3 2 3 19 2,71 B
271
7
Cattra Nurul
Hakima Al
Mumtaza 3 3 3 2 3 2 3 19 2,71 B
8
Daffa Fadhel
Muwaffaq 3 2 3 2 3 3 3 19 2,71 B
9
Diengga
Sandy
Yudistira 3 2 3 3 3 2 3 19 2,71 B
10
Elsa Amalia
Syah 4 3 4 3 3 3 4 24 3,43 A−
11
Essa Prastika
Maharany 4 3 4 3 4 3 4 25 3,57 A−
12
Faizal
Oktaryan 3 3 3 2 3 2 3 19 2,71 B
13
Fajarul Haq
Finjatuna 3 3 3 2 3 2 3 19 2,71 B
14
Fredy
Harkam
Prakosa 3 3 3 2 3 2 3 19 2,71 B
15
Gladera
Wedpavica
Zealtito
Zulfan 3 3 3 3 3 2 3 20 2,86 B
16
Ismi Kun
Nur Azizzah 4 3 4 4 4 3 4 26 3,71 A
272
17
Mahendra
Prasetya Aji 3 3 3 2 3 2 3 19 2,71 B
18
Maria Ulfa
Chasanah 4 3 4 3 3 3 4 24 3,43 A−
19
Nabila
Luthfiananda 3 3 4 3 3 3 3 22 3,14 B+
20 Nila Rafika 3 3 3 2 3 3 3 20 2,86 B
21
Nilam
Mustika
Ratri 3 3 4 3 3 2 4 22 3,14 B+
22
Ninasapti Al
Wiwi 3 3 3 3 3 2 3 20 2,86 B
23
Novia
Candrika
Rasista 3 3 3 2 3 2 3 19 2,71 B
24
Nurhani
Pratiwi 3 3 3 3 3 3 4 22 3,14 B+
25
Profita
Permatasari
Dewi 3 2 3 3 3 3 3 20 2,86 B
26
Qoni Zahira
Utami 3 2 3 3 3 2 3 19 2,71 B
27 Sakinah 4 3 3 3 3 3 4 23 3,29 B+
28
Sekar
Arumadita
Nirmalasari 3 3 3 3 3 3 3 21 3,00 B
273
29 Shufi Aulia 4 3 3 3 3 3 4 23 3,29 B+
30
Yohanes A
Deo Bhagas
C B 3 2 3 2 3 3 3 19 2,71 B
31
Zahra Dewi
Permatasari 4 3 3 4 3 4 4 25 3,57 A−
32
Zakariyya
Naafi Insani 3 3 3 2 3 3 3 20 2,86 B
Jumlah 105 90 105 85 100 83 108 676 96,57
Rata-rata 3,28 2,81 3,28 2,66 3,13 2,59 3,38 3,02
274
Lampiran 21
275
276
Lampiran 22
277
278
Lampiran 23
279
280
281
Lampiran 24
282
283
284
Lampiran 25
285
286
287
Lampiran 26
288
289
290
Lampiran 27
291
292
293
Lampiran 28
294
295
296
Lampiran 29
Daftar Nama Siswa Kelas VII A
No NIS L/P NAMA KET
1 14812 L Abdillah Zaky Akhsani R1
2 14813 L Affan Sandhy Adinata R2
3 14814 P Aisya Nur Fadia R3
4 14815 P Anindita Ayu Nugraheni R4
5 14816 P Aureliqa Amanda Putri Prasetya R5
6 14817 L Bagus Rayhan Widya Pratama R6
7 14818 L Cattra Nurul Hakima Al Mumtaza R7
8 14819 L Daffa Fadhel Muwaffaq R8
9 14820 L Diengga Sandy Yudistira R9
10 14821 P Elsa Amalia Syah R10
11 14822 P Essa Prastika Maharany R11
12 14823 L Faizal Oktaryan R12
13 14824 L Fajarul Haq Finjatuna R13
14 14825 L Fredy Harkam Prakosa R14
15 14826 L Gladera Wedpavica Zealtito Zulfan R15
16 14827 P Ismi Kun Nur Azizzah R16
17 14828 L Mahendra Prasetya Aji R17
18 14829 P Maria Ulfa Chasanah R18
19 14830 P Nabila Luthfiananda R19
20 14831 P Nila Rafika R20
21 14832 P Nilam Mustika Ratri R21
22 14833 P Ninasapti Al Wiwi R22
23 14834 P Novia Candrika Rasista R23
24 14835 P Nurhani Pratiwi R24
25 14836 P Profita Permatasari Dewi R25
26 14837 P Qoni Zahira Utami R26
27 14838 P Sakinah R27
28 14839 P Sekar Arumadita Nirmalasari R28
29 14840 P Shufi Aulia R29
30 14841 L Yohanes A Deo Bhagas C B R30
31 14842 P Zahra Dewi Permatasari R31
32 14843 L Zakariyya Naafi Insani R32