Penilaian Mutu Secara Subjektif Kacang-kacangan
Transcript of Penilaian Mutu Secara Subjektif Kacang-kacangan
FERA SALDI
K21108252
ILMU GIZI A
PENILAIAN MUTU SECARA SUBJEKTIF (PENILAIAN ORGANOLEPTIK)
Pengindraan, Rangsangan dan Kesan
Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses
pengindraan. Pengindraan diartikan sebagai suatu proses fisio-psikologis, yaitu kesadaran
atau pengenalan alat indra akan sifat-sifat benda karena adanya rangsangan yang
diterima alat indra yang berasal dari benda tersebut. .
Kemampuan memberikan kesan dapat dibedakan berdasarkan kemampuan alat
indra memberikan reaksi atas rangsangan yang diterima. Kemampuan tersebut meliputi
kemampuan mendeteksi ( detection ), mengenali (recognition), membedakan (
discrimination ), membandingkan ( scalling ) dan kemampuan menyatakan suka atau tidak
suka ( hedonik ). Perbedaan kemampuan tersebut tidak begitu jelas pada panelis. Sangat
sulit untuk dinyatakan bahwa satu kemampuan sensori lebih penting dan lebih sulit untuk
dipelajari. Karena untuk setiap jenis sensori memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda,
dari yang paling mudah hingga sulit atau dari yang paling sederhana sampai yang komplek
(rumit).
PERSIAPAN UJI ORGANOLEPTIK
A. Panelis
Untuk melaksanakan penilaian organoleptik diperlukan panel. Dalam penilaian
suatu mutu atau analisis sifat-sifat sensorik suatu komoditi, panel bertindak sebagai
instrumen atau alat. Panel ini terdiri dari orang atau kelompok yang bertugas menilai sifat
atau mutu komoditi berdasarkan kesan subjektif. Orang yang menjadi anggota panel
disebut panelis.
Dalam penilaian organoleptik dikenal tujuh macam panel, yaitu panel
perseorangan, panel terbatas, panel terlatih, panel agak terlatih, panel konsumen dan panel
anak-anak. Perbedaan ketujuh panel tersebut didasarkan pada keahlian dalam melakukan
penilaianorganoleptik.
Dapur persiapan
Laboratorum Uji
Ruang Tunggu
1. Panel Perseorangan
2. Panel Terbatas
3. Panel Terlatih
4. Panel Agak Terlatih
5. Panel Tidak Terlatih
6. Panel Konsumen
7. Panel Anak-anak
B. Laboratorium Pengujian
Untuk melakukan uji organoleptik dibutuhkan beberapa ruang yang terdiri dari
bagian persiapan (dapur), ruang pencicip dan ruang tunggu atau ruang diskusi (gambar
1.1). Bagian dapur harus selalu bersih dan mempunyai sarana yang lengkap untuk uji
organoleptik serta dilengkapi dengan ventilasi yang cukup.
Ruang pencicip mempunyai persyaratan yang lebih banyak, yaitu ruangan yang
terisolasi dan kedap suara sehingga dapat dihindarkn komunikasi antar panelis, suhu ruang
yang cukup sejuk (20-25oC) dengan kelembaban 65-70% dan mempunyai sumber cahaya
yang baik dan netral, karena cahaya dapat mempengaruhi warna komoditi yang diuji.
Ruang isolasi dapat dibuat dengan penyekat oermanen atau penyekat sementara.
Fasilitas pengujian ini sebaiknya dilengkapi dengan washtafel (gambar 1.2). sedangkan
ruang tunggu harus cukup nyaman agar anggota panel cukup sabar untuk menunggu
gilirannya. Apabila akan dilakukan uji organoleptik maka panelis harus mendapat
penjelasan umum atau khusus yang dilakukan secara lisan atau tertulis dan memperoleh
format pernyataan yang berisi instruksi dan respon yang harus diisinya.
Gambar 1.1 . Denah laboratorium organoleptik
C. Metoda Pengujian Organoleptik
Cara-cara pengujian organoleptik dapat digolongkan dalam beberapa kelompok:
1. Kelompok Pengujian Pembedaan (Defferent Test)
2. Kelompok Pengujian Pemilihan/Penerimaan (Preference Test/Acceptance Test)
3. Kelompok Pengujian Skalar
4. Kelompok Pengujian Diskripsi
Kelompok uji pembedaan dan uji pemilihan : banyak digunakan dalam penelitian
analisa proses dan penilaian hasil akhir. Kelompok uji skalar dan uji diskripsi : banyak
digunakan dalam pengawasan mutu (Quality Control).
Hal penting dalam uji pemilihan dan uji skalar : diperlukan sampel pembanding. Yang
perlu diperhatikan bahwa yang terutama dijadikan faktor pembanding adalah satu atau
lebih sifat sensorik dari bahan pembanding itu. Jadi sifat lain yang tidak dijadikan faktor
pembanding harus diusahakan sama dengan contoh yang diujikan. Biasanya yang
digunakan sebagai sampel pembanding adalah komoditi baku, komoditi yang sudah
dipasarkan, atau bahan yang telah diketahui sifatnya.
1) Pengujian Pembedaan (Defferent Test)
Pengujian pembedaan digunakan untuk menetapkan apakah ada perbedaan sifat
sensorik atau organoleptik antara dua sampel. Meskipun dapat saja disajikan sejumlah
sampel, tetapi selalu ada dua sampel yang dipertentangkan.
Uji ini juga dipergunakan untuk menilai pengaruh beberapa macam perlakuan
modifikasi proses atau bahan dalam pengolahan pangan suatu industri, atau untuk
mengetahui adanya perbedaan atau persamaan antara dua produk dari komoditi yang sama.
Pengujian pembedaan ini meliputi :
a) Uji pasangan (Paired comparison atau Dual comparation)
b) Uji segitiga (Triangle test)
c) Uji Duo-Trio
d) Uji pembanding ganda (Dual Standard)
e) Uji pembanding jamak (Multiple Standard)
f) Uji Rangsangan Tunggal (Single Stimulus)
g) Uji Pasangan Jamak (Multiple Pairs)
h) Uji Tunggal
2) Pengujian Pemilihan/Penerimaan (Preference Test/Acceptance Test)
Uji penerimaan menyangkut penilaian seseorang akan suatu sifat atau qualitas suatu
bahan yang menyebabkan orang menyenangi.
Tujuan uji penerimaan ini untuk mengetahui apakah suatu komoditi atau sifat
sensorik tertentu dapat diterima oleh masyarakat. Uji ini tidak dapat untuk meramalkan
penerimaan dalam pemasaran.
Beberapa perbedaan antara uji pembedaan dan uji penerimaan terlihat pada tabel berikut :
Tabel. Perbedaan antara Uji Pembedaan dan Uji Penerimaan
Uji Pembedaan Uji Penerimaan
1. Dikehendaki panelis yang peka
2. Menggunakan sampel baku / sampel
pembanding.
3. Harus mengingat sampel baku/
sampel pembanding
1. Dapat menggunakan panelis yang
belum berpengalaman
2. Tidak ada sampel baku / sampel
pembanding
3. Dilarang mengingat sampel baku/
sampel pembanding
Uji penerimaan ini meliputi :
a) Uji kesukaan atau uji hedonik : pada uji ini panelis mengemukakan tanggapan pribadi
suka atau tidak suka, disamping itu juga mengemukakan tingkat kesukaannya.
b) Uji mutu hedonik : pada uji ini panelis menyatakan kesan pribadi tentang baik atau
buruk (kesan mutu hedonik). Kesan mutu hedonik lebih spesifik dari kesan suka atau tidak
suka, dan dapat bersifat lebih umum.
3) Pengujian Skalar
Pada uji skalar penelis diminta menyatakan besaran kesan yang diperolehnya. Besaran ini
dapat dinyatakan dalam bentuk besaran skalar atau dalam bentuk skala numerik. Besaran
skalar digambarkan dalam: pertama, bentuk garis lurus berarah dengan pembagian skala
dengan jarak yang sama. Kedua, pita skalar yaitu dengan degradasi yang mengarah (seperti
contoh degradasi warna dari sangat putih sampai hitam).
Pengujian skalar ini meliputi :
a) Uji skalar garis
b) Uji Skor (Pemberian skor atau Scoring)
c) Uji perbandingan pasangan (Paired Comparation) :
d) Uji perbandingan jamak (Multiple Comparision) :
e) Uji penjenjangan (uji pengurutan atau Ranking) :
4) Pengujian Diskripsi
Pengujian-pengujian sebelumnya penilaian sensorik didasarkan pada satu sifat
sensorik, sehingga disebut “penilaian satu demensi”. Pengujian ini merupakan penilaian
sensorik yang didasarkan pada sifat-sifat sensorik yang lebih kompleks atau yang meliputi
banyak sifat-sifat sensorik, karena mutu suatu komoditi umumnya ditentukan oleh
beberapa sifat sensorik. Pada uji ini banyak sifat sensorik dinilai dan dianalisa sebagai
keseluruhan sehingga dapat menyusun mutu sensorik secara keseluruhan. Sifat sensorik
yang dipilih sebagai pengukur mutu adalah yang paling peka terhadap perubahan mutu dan
yang paling relevan terhadap mutu. Sifat-sifat sensorik mutu tersebut termasuk dalam
atribut mutu.
*****
CARA MENILAI MUTU SUBJEKTIF KACANG HIJAU
Dengan menggunakan . Pengujian Pembedaan (Defferent Test) dengan metode uji
Dua Trio. Kacang hijau yang akan dinilai mutu secara subjektif melihat bagaimana
keadaan kacang hijau setelah masa penyimpanan dengan perlakuan selama masa
penyimpanan. Perlakuannnya berupa penyimpanan pada karung goni dan karung plastik.
Indicator yang diamati yakni warna, aroma dan tekturnya.
A. Organisasi Pengujian
Jumlah Panelis : Agak terlatih : 15 – 25 orang
Terlatih : 5 – 15 orang
Jumlah contoh setiap pengujian : Dua contoh dengan 1 contoh baku
B. Cara Penyajian Contoh
Pada setiap panelis dihadapkan 3 contoh. Dua dari contoh tersebut berasal dari jenis contoh
contoh kacang hijau yang disimpan dalam karung goni yang sama sedangkan 1 contoh
yang lain disimpan dalam karung plastik. Dalam penyajiannya, ketiga contoh tersebut
dapat diberikan secara bersamaan atau contoh bakunya diberikan terlebih dahulu untuk
dinilai.
Cara penyajian contoh dapat dilihat pada gambar 3.6.
A/P : 810 A : 521 B : 307
gambar 3.6. Cara penyajian contoh dalam Uji Duo Trio untuk kacang hijau
C. Cara Penilaian
Pada Uji Duo-trio panelis diminta untuk mengenali contoh yang berbeda atau contoh yang
sama dengan contoh baku. Panelis harus mengenal contoh baku terlebih dahulu dan
kemudian memilih salah satu dari dua contoh yang lain yang sama dengan contoh baku dan
ditandai dengan angka 0. Peluang untuk memilih benar adalah 0,5. Respon panelis
dituliskan dlm formulir seperti pada gambar
Nama Panelis :
Tanggal Pengujian :
Jenis Contoh :
Instruksi : Nyatakan salah satu contoh yang berbeda diantara ketiga contoh ini dan
beri tanda 1.
KodeKriteria Penilaian
Warna Aroma teksrur
307
521
D. Cara Analisis
Data yang diperoleh ditabulasi dan dianalisis dengan distribusi binomial atau dengan
dibandingkan dengan tabel statistik
Tabel. Data Uji Duo-trio dari 10 orang panelis
Panelis
Kacang hijau
Warna Aroma Tekstur
521 307 521 307 521 307
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
P10
0
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
0
0
0
1
1
1
0
0
0
0
1
1
1
0
0
0
1
1
Jumlah 7 3 9 1 5 5
Dari tabel 3.3 terlihat bahwa kriteria warna aroma dan tekstur kacang hijau, panelis yang
menilai dengan benar adalah 7, 9, dan 5 orang. Sedangkan menurut tabel Lampiran 1,
dengan 10 orang panelis jumlah terkecil untuk menyatakan beda nyata adalah 9 dan 10
masing-masing pada tingkat 5 dan 1 %.
Dari data tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa untuk kriteria warna, aroma dan
tekstur antara kacang hijau A dan kacang hijau B belum dapat dikatakan memiliki mutu
yang berbeda karena jumlah panelis menyatakan sama masih dibawah persyaratan yang
diminta sedangkan untuk kriteria kehalusan ternyata antara kacang hijau A dan kacang
hijau B terdapat perbedaan pada tingkat 5%.