pengawetan jagung

3
4 J agung mempunyai peran stra- tegis di sektor pertanian dan dalam perekonomian masyarakat. Jagung merupakan sumber bahan baku utama dalam industri pakan unggas (±50%), sumber hijauan pakan yang berkualitas (80-100 t/ ha), sebagai bahan pangan pokok bagi masyarakat di beberapa wila- yah di kawasan timur Indonesia, serta penyumbang terbesar kedua setelah padi dalam pendapatan domestik bruto. Menyelamatkan jagung dari serangan jamur penghasil racun aflatoksin harus dimulai sejak panen. Penanganan sembarangan mengakibatkan kerugian besar, karena jamur merusak jagung dan racunnya membahayakan kesehatan kita. Penanganan pascapanen jagung sering menghadapi masalah ting- ginya kontaminasi jamur penghasil mikotoksin, salah satunya afla- toksin. Menurut hasil penelitian, se- rangan jamur pada biji-bijian yang disimpan dapat menurunkan daya kecambah, mengubah warna, me- nimbulkan bau apek, menyebab- kan susut bobot, mengubah kan- dungan kimia atau nutrisi, serta menyebabkan kontaminasi miko- toksin. Agar Aman, Jagung Harus Terhindar dari Serangan Jamur Salah satu spesies jamur yang sering ditemukan pada jagung ada- lah Aspergillus flavus. Jamur ini me- nyerang jagung baik di lapangan maupun di tempat penyimpanan. Jamur ini cukup membahayakan kesehatan karena dapat mempro- duksi aflatoksin. Aflatoksin meru- pakan senyawa karsinogen yang dapat menyebabkan kanker hati pada manusia dan ternak bila di- konsumsi secara berlebihan. WHO, FAO, dan UNICEF telah menetap- kan batas kandungan aflatoksin da- lam makanan sumber karbohidrat maksimum 30 ppb. Bahkan Euro- pean Commission menetapkan ba- tas maksimum total aflatoksin yang lebih rendah, yaitu 4 ppb untuk produk serealia. Survei yang dilakukan oleh pe- neliti BIOTROP pada tahun 1992 menunjukkan, 35 sampel jagung yang dikumpulkan dari petani, pedagang pengumpul tingkat desa, pedagang menengah, dan pedagang besar di Lampung, mengandung 23-

Transcript of pengawetan jagung

Page 1: pengawetan jagung

4

• Pembuatan saluran drainase(khusus untuk pertanaman padalahan kering datar pada musimhujan).

• Pemberian air melalui salurandrainase sesuai kebutuhan (khu-sus untuk pertanaman di lahansawah pada musim kemarau).

• Pengendalian gulma secara ter-padu.

• Pengendalian hama dan penya-kit secara terpadu (PHT).

• Panen tepat waktu dan pemro-sesan dengan alat dan mesin.

Berdasarkan sifatnya, kompo-nen-komponen teknologi tersebutdapat dibedakan menjadi dua, yaitu:(1) teknologi pemecahan masalahsetempat atau spesifik lokasi, dan(2) teknologi perbaikan dan pening-katan efisiensi budi daya. Tidaksemua komponen teknologi dite-rapkan sekaligus, terutama di lo-kasi yang mempunyai masalah spe-sifik. Terdapat lima komponen tek-nologi yang dapat diterapkan se-cara bersamaan (compulsory) yangmerupakan penciri model PTTjagung, yaitu:

1. Varietas unggul baru sesuai de-ngan karakteristik lahan, ling-kungan, dan keinginan petani se-tempat, baik jenis komposit ataubersari bebas maupun hibrida.

2. Benih bermutu (daya kecambah>95%), diberi perlakuan benih(seed treatment) dengan meta-laksil 2 g (bahan produk) untuksetiap kg benih.

3. Populasi tanaman sekitar66.600 tanaman/ha, jarak ta-nam 75 cm x 40 cm dengan duatanaman per lubang atau 75 cmx 20 cm dengan satu tanamanper lubang.

4. Pemupukan N berdasarkan sta-dia pertumbuhan tanaman danhasil pengamatan terhadap da-un dengan menggunakan BWD.Pemupukan P dan K berdasar-kan status hara tanah, sesuaihasil analisis laboratorium. Ba-han organik (pupuk kandang 1,5-2,0 t/ha) diberikan sebagai pe-nutup benih pada lubang tanamuntuk memecahkan masalahkesuburan tanah, terutama pa-da lahan kering masam.

5. Pembuatan saluran drainase(khusus untuk pertanaman padalahan kering datar pada musimhujan) atau saluran distribusi air(khusus untuk pertanaman padalahan sawah saat musim ke-marau).

Penerapan kelima komponenteknologi tersebut secara bersama-an memberikan sumbangan yangcukup besar terhadap peningkatanhasil dan efisiensi produksi (Zubach-tirodin, M.S. Pabage, dan Sania Sae-nong).

Untuk informasi lebih lanjuthubungi:

Balai Penelitian Tanaman SerealiaJalan Dr. RatulangiKotak Pos 173Maros 90514Telepon : (0411) 371529Faksimile : (0411) 371961E-mail : [email protected]

Jagung mempunyai peran stra-tegis di sektor pertanian dan

dalam perekonomian masyarakat.Jagung merupakan sumber bahanbaku utama dalam industri pakanunggas (±50%), sumber hijauanpakan yang berkualitas (80-100 t/ha), sebagai bahan pangan pokokbagi masyarakat di beberapa wila-yah di kawasan timur Indonesia,serta penyumbang terbesar keduasetelah padi dalam pendapatandomestik bruto.

Menyelamatkan jagung dari serangan jamur penghasil racun aflatoksinharus dimulai sejak panen. Penanganan sembarangan mengakibatkan

kerugian besar, karena jamur merusak jagung dan racunnyamembahayakan kesehatan kita.

Penanganan pascapanen jagungsering menghadapi masalah ting-ginya kontaminasi jamur penghasilmikotoksin, salah satunya afla-toksin. Menurut hasil penelitian, se-rangan jamur pada biji-bijian yangdisimpan dapat menurunkan dayakecambah, mengubah warna, me-nimbulkan bau apek, menyebab-kan susut bobot, mengubah kan-dungan kimia atau nutrisi, sertamenyebabkan kontaminasi miko-toksin.

Agar Aman,Jagung Harus Terhindar dari

Serangan Jamur

Salah satu spesies jamur yangsering ditemukan pada jagung ada-lah Aspergillus flavus. Jamur ini me-nyerang jagung baik di lapanganmaupun di tempat penyimpanan.Jamur ini cukup membahayakankesehatan karena dapat mempro-duksi aflatoksin. Aflatoksin meru-pakan senyawa karsinogen yangdapat menyebabkan kanker hatipada manusia dan ternak bila di-konsumsi secara berlebihan. WHO,FAO, dan UNICEF telah menetap-kan batas kandungan aflatoksin da-lam makanan sumber karbohidratmaksimum 30 ppb. Bahkan Euro-pean Commission menetapkan ba-tas maksimum total aflatoksin yanglebih rendah, yaitu 4 ppb untukproduk serealia.

Survei yang dilakukan oleh pe-neliti BIOTROP pada tahun 1992menunjukkan, 35 sampel jagungyang dikumpulkan dari petani,pedagang pengumpul tingkat desa,pedagang menengah, dan pedagangbesar di Lampung, mengandung 23-

Page 2: pengawetan jagung

5

Penanganan jagung di tingkat petani perlu diperbaiki.

maka jadwal tanam perlu diperha-tikan. Jagung yang siap dipanendapat pula diketahui dari perubahanpada batang dan daun serta kelobottelah menguning atau mulai menge-ring. Biji tampak keras, bernas danmengkilap, bila ditekan dengankuku tangan tidak meninggalkanbekas. Pada waktu panen, tongkolyang terinfeksi serangga/jamurdipisahkan dari tongkol yang sehat.

Pengupasan Kelobot

Tongkol yang telah dipanen segeradikupas dan dihindarkan dari se-rangga yang dapat merusak biji ja-gung. Saat mengupas kelobot, ko-toran yang terikut dibuang. Tongkoldikupas hingga bersih sehinggatidak ada kelobot dan rambut ja-gung yang tersisa.

Sortasi

Sortasi bertujuan untuk memisah-kan tongkol yang tua dan sehat daritongkol muda, berjamur atau ter-serang hama. Rambut jagung, ran-ting atau kotoran yang terikut di-buang.

Pengeringan

Tongkol jagung yang telah disortirsegera dijemur hingga kadar air15%. Pada proses ini, kotoran yangterikut disingkirkan. Penjemuranhendaknya menggunakan alas/ter-pal agar tongkol terhindar dari ko-toran. Selama dijemur, tongkol di-balik dengan menggunakan alatbantu agar pengeringan merata.Cara mudah untuk mengetahui pe-ngeringan telah mencukupi adalahbila tongkol jagung saling digesek-kan akan terdengar bunyi nyaring.

Pemipilan

Pemipilan dapat dilakukan denganmenggunakan mesin atau tangan,dan hendaknya pada kadar air yangtepat agar biji tidak rusak/cacat. Bijiyang cacat/rusak akan mudahterinfeksi jamur. Selama pemipilan,kotoran yang terikut disingkirkan.

367 ppb aflatoksin, bahkan 86%dari sampel tersebut mengandungaflatoksin lebih dari 30 ppb. Ting-ginya kandungan aflatoksin di-sebabkan oleh penanganan pasca-panen yang kurang memadai.

Kondisi Indonesia yang ber-iklim tropis dengan kelembapantinggi sangat sesuai bagi pertum-buhan berbagai cendawan perusakbahan pangan. Penanganan danpengeringan yang tepat dapatmenghindarkan jagung dari serang-an jamur sehingga daya simpannyalebih lama.

Penanganan Pascapanen olehPetani

Penanganan jagung oleh petanimasih sederhana. Setelah dipanen,jagung yang masih berkelobotdikeringkan dengan dijemur, laludisimpan. Dapat pula setelah dije-mur kelobot dikupas lalu dijemurlagi. Setelah kering, jagung dipipildengan tangan atau menggunakanalat pemipil sederhana. Jagung pipillalu dikemas dalam karung dengankapasitas 50-70 kg/karung, kemu-dian dijual ke pedagang pengumpul.Selama menunggu dijual, jagungdisimpan dengan cara ditumpuk,tanpa memperhatikan aspek keber-sihan dan sanitasi. Kondisi pena-nganan seperti ini memudahkanjagung terinfeksi jamur.

Kadar air jagung pipilan umum-nya masih cukup tinggi, sekitar 20-23%. Pada tingkat kadar air ter-

sebut, jagung tidak aman disimpankarena sangat mudah terserangjamur. Menurut hasil pengujian,kandungan A. flavus pada jagungpipilan petani cukup tinggi, berkisarantara 12x104 CFU/g sampai28x104 CFU/g, dan kandunganaflatoksin B1 sekitar 6,45-103,53ppb. Tingginya kandungan jamurdan aflatoksin disebabkan oleh pe-nanganan yang tidak terkontrol danpenundaan pada setiap tahapan pe-nanganannya. Agar aman disim-pan, jagung pipilan perlu dikering-kan hingga mencapai kadar airkeseimbangan, yaitu 14%.

Langkah Penanganan Jagung

Jagung berpotensi tercemar bahanberbahaya, kotoran, atau bendaasing selama proses penangananpascapanen. Kotoran dan bendaasing biasanya terikut pada waktupengupasan kelobot, penjemuran,dan pemipilan. Biji jagung juga dapatrusak akibat penggunaan mesinpemipil. Biji yang rusak rentanterhadap infestasi jamur. Berikutlangkah-langkah penanganan ja-gung yang dapat dilakukan olehpetani agar jagung aman dari se-rangan jamur saat disimpan.

Panen

Panen hendaknya dilakukan tepatwaktu, yaitu pada umur 75-80 harisetelah tanam. Untuk dapat me-ngetahui saat panen yang tepat

Page 3: pengawetan jagung

6

Nitrogen merupakan unsurutama yang diperlukan tanam-

an untuk tumbuh dan berkembang.Tanaman kacang-kacangan mampubersimbiosis dengan bakteri Rhi-zobium dan membentuk organ barupada akarnya yang disebut nodule(bintil akar). Di dalam bintil akarinilah terjadi pengikatan nitrogenudara, sehingga tanaman kacang-

Gen Nodulasi pada KedelaiBerhasil Diisolasi dan Dipatenkan

kacangan dapat memenuhi kebu-tuhan nitrogen meskipun tanpa di-pupuk nitrogen (urea).

Baru-baru ini gen yang ber-peran dalam pembentukan bintilakar pada kedelai telah berhasildiisolasi dari tanaman mutan ke-delai hasil over-ekspresi. Tiga genyang berhasil diisolasi adalah Gly-cine max Nod Factor Receptor

(GmNFR) 1, GmNFR5, dan Glycinemax Symbiosis Receptor Kinase(GmSymRK). Gen GmNFR1 danGmNFR5 merupakan gen yangpaling awal diperlukan tanamanuntuk memulai bersimbiosis denganbakteri Rhizobium, sedangkanGmSymRK merupakan gen yangdiperlukan tanaman kedelai untukbersimbiosis dengan Rhizobium danMycorrhiza. Ketiga gen tersebutterduplikasi pada kedelai, sehinggakedelai mempunyai dua gen padamasing-masing gen tersebut.

Lingkungan stres seperti keke-ringan, salinitas tinggi, tanah ma-sam, dan kandungan Rhizobiumdalam tanah yang rendah menye-babkan tanaman kacang-kacangantidak mampu membentuk bintil akardan mengikat nitrogen. Berbagaiupaya telah dilakukan untuk meng-atasi masalah tersebut, seperti

Diagram alir penanganan jagung setelah dipanen.

Pemanenan

Pengupasan

Sortasi

Pengeringan

Pemipilan

Pembersihankotoran

Sortasi mutu

Pengemasan

Penyimpanan

Kelobot

Tongkol

Jagung mudadan rusak

Pengeringan

Pemipilan

Jagungpipil keriput/

rusak

Sortasi mutu

Sortasi mutu bertu-juan untuk memisah-kan biji yang berjamur,berbau busuk, asam,apek atau bau asinglainnya.

Pengemasan

Pengemasan hendak-nya menggunakan pe-ngemas atau kantongyang bersih. Jagungyang telah dikemassiap untuk dijual ataudisimpan.

Penyimpanan

Tempat penyimpananhendaknya dijaga se-lalu kering dan bersih.Penumpukan karung

Satu hal penting yang perlu di-perhatikan petani serta pekerjayang menangani pascapanen ja-gung adalah membiasakan meng-gunakan alas kaki dan selalu men-jaga kebersihan lingkungan saatmelakukan kegiatan tersebut. Pe-nanganan pascapanen secara cepatdan tepat mampu menekan per-tumbuhan jamur penghasil afla-toksin sampai tingkat yang aman,yaitu <4 ppb, dan memperpanjangdaya simpan jagung. Petani disa-rankan untuk tidak melakukan pe-nundaan dalam menangani jagungsampai tahap penyimpanan (Miski-yah dan Agus S. Somantri).

Untuk informasi lebih lanjuthubungi:

Balai Besar Penelitian danPengembangan PascapanenPertanianJalan Tentara Pelajar No. 12Bogor 16111Telepon : (0251)321762Faksimile : (0251) 350920E-mail : [email protected][email protected]

Pembersihan

Pembersihan kotoran yang terikuthendaknya dilakukan hingga batasmaksimum 5%.

agar diperhatikan. Bagian palingbawah tumpukan diberi alas agarkarung tidak menyentuh lantai atautidak lembap.

Gen nodulasi dapat meningkatkan jumlah bintil akar dan pengikatannitrogen pada kedelai. Gen ini juga dapat membentuk bintil akar denganbaik pada tanah masam dan tanah yang sedikit mengandung Rhizobium.

Dengan demikian, pertumbuhan dan hasil kedelai lebih baik danmengurangi pemakaian pupuk nitrogen.

Administrator
Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 30, No. 2 2008