120453124 28554403 Klasifikasi Gangguan Jiwa Menurut PPDGJ III
PENGARUH PSIKOEDUKASI KELUARGA … · 2.1 Gangguan Jiwa ... PPDGJ III : Pedoman Penggolongan...
Transcript of PENGARUH PSIKOEDUKASI KELUARGA … · 2.1 Gangguan Jiwa ... PPDGJ III : Pedoman Penggolongan...
i
PENGARUH PSIKOEDUKASI KELUARGA TERHADAP TINGKAT
STRES KELUARGA MERAWAT ORANG DENGAN GANGGUAN
JIWA (ODGJ) DIRUMAH DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS II DENPASAR TIMUR
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan
OLEH:
NI MADE PUTRI RAHAYU
NIM. 1202105054
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
JUNI, 2016
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Ni Made Putri Rahayu
NIM : 1202105054
Fakultas : Kedokteran
Program Studi : Ilmu Keperawatan
menyatakan dengan sebenarnya bahwa Skripsi yang saya tulis ini benar-benar
hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran
orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila
dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Skripsi ini adalah hasil jiplakan, maka
saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Denpasar, Maret 2016
Yang membuat pernyataan,
(Ni Made Putri Rahayu)
Materai
6000
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul Pengaruh
Psikoedukasi Keluarga Terhadap Tingkat Stres Keluarga Merawat Orang
Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Dirumah di Wilayah Kerja Puskesmas II
Denpasat Timur.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis berikan kepada:
1. Prof. Dr. dr. Putu Astawa, Sp.OT(K), M.Kes, sebagai Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana
2. Prof. dr. Ketut Tirtayasa, M.S., AIF, sebagai ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
3. Ns. Ni Made Dian Sulistiowati, M.Kep., Sp.Kep.J., sebagai pembimbing
utama yang telah memberikan bantuan dan bimbingan sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.
4. Ns. Kadek Eka Swedarma, S.Kep., M.Kes, sebagai pembimbing pendamping
yang telah memberikan bantuan dan bimbingan sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini tepat waktu.
5. Kepala Puskesmas Dentim II yang telah memberikan kesempatan penelitian
pada instasi yang dipimpin.
6. Kedua orang tua saya, I Nengah Suhendra, BA dan Dra. Made Soka atas
segala bantuan materi dan dukungan, baik moral maupun spiritual.
7. Pacar saya I Made Sudiastawan atas segala dukungan yang diberikan setiap
saat dan tiada henti memberikan motivasi serta doa.
8. Teman–teman PSIK A 2012 ETACOSTAVERA atas segala dukungan berupa
semangat dan doa.
9. Seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
vi
Penulis menerima berbagai saran dan masukan untuk perbaikan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Denpasar, Maret 2016
Penulis
vii
ABSTRAK
Stres adalah perasaan lelah (kewalahan) akibat dari peristiwa-peristiwa yang tidak
mampu dikendalikan dan merupakan respon fisik dan psikologis terhadap tuntutan
dan tekanan. Oleh karena itu, selama memberikan perawatan keluarga harus
didukung oleh tenaga kesehatan melalui pemberian pendidikan kesehatan. Salah
satunya intervensi yang dapat diberikan kepada keluarga dengan masalah
kesehatan jiwa adalah psikoedukasi. Berbeda dengan pendidikan kesehatan pada
umumnya, psikoedukasi keluarga tidak hanya mengkaji masalah keluarga dan
pemberian edukasi, tetapi juga mengajarkan cara mengatasi stres dan beban
keluarga serta melakukan pemberdayaan komunitas untuk membantu keluarga
sehingga akan mampu memotivasi keluarga untuk memberikan perawatan yang
lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh psikoedukasi
keluarga terhadap tingkat stres keluarga merawat orang dengan gangguan jiwa
(ODGJ) dirumah di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Timur. Penelitian ini
merupakan studi pre-eksperimental (One Grup Pre Post Test Design). Sampel
terdiri dari 30 orang yang dipilih dengan cara purposive sampling. Dalam melihat
tingkat stres keluarga sebelum dan sesudah psikoedukasi keluarga digunakan
kuesioner Zarit Burden Interview (ZBI). Hasil penelitian dari 30 sampel dengan
uji paired t-test, menunjukkan nilai p value=0,000 artinya psikoedukasi keluarga
berpengaruh terhadap tingkat stres keluarga merawat orang dengan gangguan jiwa
(ODGJ) dirumah di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Timur. Berdasarkan
hasil temuan di atas disarankan kepada perawat untuk mempertimbangkan
pemberian psikoedukasi keluarga secara berkelanjutan sebagai salah satu
alternatif untuk penurunan tingkat stres pada keluarga ODGJ.
Kata Kunci: Gangguan jiwa, stres, psikoedukasi keluarga.
Referensi (69: 1998 – 2015)
viii
ABSTRACT
Stress is a feeling tired (overwhelmed) result from events which are not capable of
being controlled and is a response against the physical and psychological demands
and pressures. Therefore, as long as families provide care must be supported by
health workers through the health education. One of these interventions can be
provided to families with mental health is psychoeducation. In contrast to health
education in general, family psychoeducation not only examines the problems of
families and granting educational, but also teach you how to cope with stress as
well as the burden of family and community empowerment to help families so as
to be able to motivate families to provide better care. This research aims to know
the influence of family psychoeducation against family stress levels treating
people with mental disorders (ODGJ) at home in the region Puskesmas II
Denpasar Timur. This research is pre-experimental study (One Group Pre Post
Test Design). The sample consisted of 30 people selected by purposive sampling
technique. In looking at the family stress levels before and after the family
psychoeducation used the questionnaire Zarit Burden Interview (ZBI). Research
results was testing with paired t-test, indicating the value of the p value = 0.000
where the family psychoeducation influence on levels of family stress caring for
people with mental disorders (ODGJ) at home in the region Puskesmas II
Denpasar Timur. Based on the result, it is recommended to nurses to uses family
psychoeducation on an ongoing basis as an alternative intervention to decrease
the level of stress on the ODGJ family.
Keywords: Mental disorders, stress, family psychoeducation.
Reference (69: 1998 – 2015)
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................... ii
PERNYATAAN LEMBAR PERSETUJUAN ................................ iii
PERNYATAAN LEMBAR PENGESAHAN ................................. vi
KATA PENGANTAR ..................................................................... v
ABSTRAK ........................................................................................ vii
ABSTRACT ..................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................... xiii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................. xiv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................... 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gangguan Jiwa ..................................... ..................................... 8
2.2 Keluarga .................................................................................... 11
2.3 Stres ............................................................................................ 16
2.4 Psikoedukasi Keluarga ............................................................... 20
2.5 Pengaruh Psikoedukasi Terhadap Tingkat Stres Keluarga
Merawat ODGJ Dirumah ........................................................... 22
BAB 3 KERANGKA KONSEP
3.1 Kerangka Konsep ....................................................................... 24
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ............. 25
3.3 Hipotesis Penelitian ................................................................... 26
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian ........................................................................... 27
4.2 Kerangka Kerja .......................................................................... 28
4.3 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 29
4.4 Populasi, Teknik Sampling, dan Sampel Penelitian .................. 29
4.5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ............................................. 30
4.6 Pengolahan Data dan Analisa Data ............................................ 34
x
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian .......................................................................... 37
5.2 Pembahasan Hasil Penelitian ..................................................... 43
5.3 Keterbatasan Penelitian .............................................................. 52
BAB 6 PENUTUP
6.1 Simpulan .................................................................................... 53
6.2 Saran .......................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Definisi Operasional ........................................................ 26
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia ......... 38
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hubungan
dengan Klien .................................................................... 39
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama
Merawat ........................................................................... 40
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin ........................................................................... 40
Tabel 5.5 Distribusi Tingkat Stres Keluarga Sebelum dan Setelah
Psikoedukasi ..................................................................... 42
Tabel 5.6 Uji Normalitas Data ......................................................... 42
Tabel 5.7 Analisis Pengaruh Psikoedukasi Keluarga Terhadap
Tingkat Stres Keluarga .................................................... 43
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ........................................ 24
Gambar 4.1 Skema Desain Penelitian .............................................. 27
Gambar 4.2 Skema Kerangka Kerja ................................................ 28
Gambar 5.1 Diagram Selisih Nilai Pre-Test dan Post-Test
Psikoedukasi ................................................................. 41
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal Penelitian
Lampiran 2 Penjelasan Penelitian
Lampiran 3 Pernyataan Persetujuan Menjadi Responden (Informed Consent)
Lampiran 4 Kuesioner Penelitian
Lampiran 5 Prosedur Kerja
Lampiran 6 Dana Penelitian
Lampiran 7 Master Tabel
Lampiran 8 Hasil Analisis Statistik
Lampiran 9 Media Penelitian
Lampiran 10 Dokumentasi Penelitian
Lampiran 11 Surat Ijin Melakukan Pengumpulan Data Penelitian
Lampiran 12 Surat Keterangan Melakukan Penelitian
Lampiran 13 Lembar Konsultasi Pembimbing Utama dan Pendamping
Lampiran 14 Biodata Peneliti
xiv
DAFTAR SINGKATAN
ODGJ : Orang Dengan Gangguan Jiwa
WHO : World Health Organization
BPS : Badan Pusat Statistik
Dentim : Denpasar Timur
UU : Undang-Undang
RSJ : Rumah Sakit Jiwa
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
Depkes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia
MC : Mayo Clinic
PPDGJ III : Pedoman Penggolongan Penyakit dan Diagnosis Gangguan
Jiwa III
TV : Televisi
FPE : Family Pshychoeducation Therapy
ZBI : Zarit Burden Interview
FIK UI : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
xv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Era globalisasi membuat masyarakat menjadi lebih banyak untuk cepat menerima
perubahan yang berakibat pada tingginya tekanan hidup salah satunya ekonomi
dan gaya hidup. Seseorang akan mengalami tekanan hidup ketika koping yang
dimiliki tidak cukup kuat menghadapi perubahan hidup yang bisa berpengaruh
pada perilaku yang ditampilkan. Koping yang buruk dalam menghadapi situasi
tersebut menimbulkan suatu kecemasan-kecemasan yang dapat mengakibatkan
stres dan terjadinya gangguan kesehatan mental atau jiwa. Gangguan jiwa
merupakan suatu keadaan yang mengacu pada suatu kondisi yang mempengaruhi
pikiran, emosi, dan perilaku seseorang (Ronald, et al., 2010). Gangguan jiwa
adalah gangguan pada pikiran atau perilaku seseorang sehingga mengakibatkan
ketidakmampuan dalam menghadapi tuntutan dan menjalani rutinitas hidup.
Angka penderita gangguan jiwa di seluruh dunia mengalami peningkatan setiap
tahunnya. Tidak hanya karena penderita yang mengalami kekambuhan saja tetapi
terdapat juga angka gangguan jiwa dengan penderita yang baru. Beban atau
tekanan yang terjadi pada seseorang dalam menghadapi situasi tertentu tidak
jarang menimbulkan dampak negatif pada individu itu sendiri. Menurut Badan
Kesehatan Dunia (WHO) yang dituangkan dalam Hawari (2009), jumlah dari
penderita gangguan jiwa di dunia pada tahun 2001 mencapai 450 juta jiwa.
Berdasarkan data tersebut, diperkirakan saat ini ada kecenderungan penderita
dengan gangguan jiwa jumlahnya sudah mengalami peningkatan. Masalah
kesehatan jiwa atau gangguan jiwa juga masih menjadi sorotan masalah kesehatan
di Indonesia. Menurut Riskesdas (2013), prevalensi gangguan jiwa berat pada
penduduk Indonesia sebesar 1,7 per mil yang artinya setiap 1000 m2 terdapat dua
orang yang menderita gangguan jiwa. Bali merupakan provinsi urutan ke-4 setara
dengan Provinsi Jawa Tengah dengan data gangguan jiwa berat sebesar 2,3 per
mil.
xvi
Menurut data BPS (2010), Bali memiliki luas wilayah 5.636,66 km2 dan jumlah
penduduk sebesar 3.890.757 orang. Menurut laporan data kesakitan jiwa Dinas
Kesehatan Provinsi Bali tahun 2014, jumlah penderita orang dengan gangguan
jiwa (ODGJ) rujuk, rawat dan pulang sebanyak 5.097 orang dengan kasus
gangguan jiwa baru sebanyak 3.162 orang dan kasus gangguan jiwa lama
sebanyak 5.086 orang. Total angka gangguan jiwa tersebar diseluruh kabupaten di
Bali sebesar 8.248 orang. Dari total jumlah gangguan jiwa tahun 2014
diperkirakan sebanyak 0,2% penduduk Bali mengalami gangguan jiwa.
Studi pendahuluan yang dilakukan di Dinas Kesehatan Kota Denpasar pada bulan
Juni tahun 2015, jumlah penduduk di Kota Denpasar sebesar 740.602 jiwa.
Terdapat 252 orang dengan gangguan jiwa yang datang berobat ke Puskesmas.
Salah satu angka tertinggi terdapat pada wilayah kerja Puskesmas II Dentim
dengan total jumlah penduduk 62.255 orang, terdapat 59 (41,2%) ODGJ yang
datang dan tercatat di Puskesmas. Bila dibandingkan dengan data Riskesdas 2013
dimana jumlah gangguan jiwa berat Provinsi Bali sebanyak 2,3%, maka antara
jumlah penduduk dan jumlah ODGJ tersebut didapatkan estimasi ODGJ di
wilayah kerja Puskesmas II Dentim sebanyak 143 orang, sehingga masih terdapat
selisih yaitu 84 (58,8%) ODGJ di wilayah itu yang belum ditemukan. Data
tersebut dapat menandakan bahwa kesadaran masyarakat masih kurang untuk
mengantarkan anggota keluarga ke pelayanan kesehatan masyarakat terdekat.
Penanganan gangguan jiwa harus dilakukan secara komprehensif melalui
beberapa pendekatan, khususnya pendekatan keluarga dan pendekatan petugas
kesehatan.
Sesuai Undang-Undang (UU) Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa
Pasal 70 a dan b menyatakan bahwa ODGJ berhak mendapatkan pelayanan
kesehatan jiwa di fasilitas pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau dan
mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa sesuai dengan standar pelayanan
kesehatan jiwa. Pasal 84 menyatakan bahwa masyarakat berperan serta dalam
upaya kesehatan jiwa. Berdasarkan UU tersebut, dapat dilihat bahwa pemerintah
sangat peduli terhadap kesehatan jiwa di Indonesia. Pelayanan kesehatan dan
xvii
peran serta masyarakat adalah kunci dari kesembuhan ODGJ, namun faktanya di
masyarakat jaminan hak tersebut belum diwujudkan secara optimal dan sering
terabaikan.
Penderita gangguan jiwa umumnya akan mendapat penanganan lebih lanjut di
Rumah Sakit Jiwa (RSJ). Selama di RSJ penanganan klien tidak boleh
sembarangan, bergantung jenis gangguan yang dialami, penanganannya bisa
dengan obat-obatan, terapi atau kombinasi keduanya. Lain halnya dengan
penangan klien di RSJ, ODGJ di komunitas seringkali mendapat stigma dari
lingkungan sekitarnya. ODGJ akan dikucilkan, dipasung, dan mendapat perlakuan
diskriminasi (Depkes RI, 2006). Pemilihan untuk memasung beralasan agar
keluarga lebih bisa mengawasi penderita supaya tidak menyakiti diri sendiri dan
orang lain. Seringkali ODGJ yang sudah keluar dari RSJ akan kambuh lagi akibat
dari ketidaktahuan keluarga dalam merawat ODGJ. Keberhasilan perawat
dirumah sakit dapat sia–sia saja jika tidak diteruskan dilakukan dirumah yang
dapat mengakibatkan klien harus dirawat kembali (Keliat, dalam Nurdiana, 2007).
Intervensi yang dilakukan pada OGDJ di RSJ yaitu dengan memberikan terapi
berupa konseling, terapi perilaku atau perilaku kognitif yang akan membantu
proses pemulihannya. Dari beberapa intervensi tersebut salah satu contohnya yaitu
manajemen marah. Manajemen marah adalah terapi yang dapat diajarkan pada
ODGJ untuk mengontrol marah sehingga perilaku klien bisa lebih asertif kepada
orang lain. Terapi ini juga dapat diajarkan kepada keluarga agar nantinya keluarga
tahu bagaimana harus menangani klien ketika sudah dipulangkan ke rumah.
Keluarga merupakan unit yang paling dekat dengan klien dan merupakan
perawatan utama bagi klien. Keluarga adalah faktor pendukung utama dalam
proses kesembuhan klien yang mengalami gangguan jiwa. Menurut penelitian
Yosep (dalam Yuliana, 2010), proses perawatan yang melibatkan klien dan
keluarga akan membantu proses pemberian intervensi dan menjaga agar klien
tidak kambuh lagi setelah pulang. Keluarga berperan dalam menentukan cara atau
asuhan yang diperlukan di rumah. Menurut Emnina (2010), peran serta keluarga
sejak awal asuhan di rumah sakit jiwa akan membantu meningkatkan kemampuan
xviii
keluarga merawat klien dirumah sehingga kemungkinan kekambuh dapat dicegah.
Didukung oleh penelitian Sulistiowati (2012), bahwa salah satu faktor yang dapat
memicu tingginya angka kekambuhan gangguan jiwa adalah tidak tahunya
keluarga tentang cara menangani klien gangguan jiwa ketika dikembalikan kepada
pihak keluarga.
Keluarga sebagai sumber dukungan sosial dapat menjadi faktor kunci dalam
penyembuhan ODGJ. Hal ini diperkuat oleh penelitian Berhanu dan Solomon
(2014) yang dilakukannya di Jimma (Ethiopia), faktor penyebab utama dan faktor
pemberat gangguan jiwa salah satunya adalah konflik keluarga. Menurut Setiawan
(2014), penyebab konflik diantaranya perasaan yang tidak dihargai, adanya
kecemburuan antar keluarga, masalah privasi yang diganggu, ekonomi,
komunikasi yang tidak lancar, serta adanya perbedaan agama di dalam keluarga.
Secara tidak disadari, konflik yang terjadi di keluarga dapat berdampak negatif
bagi anggota keluarga.Walaupun keluarga tidak selalu merupakan sumber positif
dalam kesehatan jiwa, tetapi mereka paling sering menjadi bagian penting dalam
proses penyembuhan (Kumfo dalam Videbeck, 2008). Masalah lain yang bisa
memperberat keluarga untuk menerima ODGJ kembali adalah karena keluarga
beranggapan bahwa ODGJ dapat menambah beban keluarga. Hal ini didukung
oleh penelitian yang dilakukan oleh Bhattacharjee et al. (2011), menunjukkan
bahwa hidup dengan klien gangguan jiwa dapat meningkatkan beban dari
keluarga. Didukung oleh penelitian Nuraenah dkk. (2014), bahwa keluarga
memiliki tanggungjawab untuk merawat, namun di dalam pelaksanaannya
menyebabkan beban tersendiri bagi keluarga. Beban keluarga adalah tingkat
pengalaman yang tidak menyenangkan dalam keluarga sebagai akibat dari kondisi
anggota keluarganya. Kondisi seperti ini dapat mengakibatkan meningkatnya stres
dari keluarga (Fontaine dalam Nuraenah, dkk., 2014).
Stres adalah perasaan yang paling umum dialami oleh keluarga yang memiliki
ODGJ. Stres adalah perasaan lelah (kewalahan) akibat dari peristiwa-peristiwa
yang tidak mampu dikendalikan dan merupakan respon fisik dan psikologis
terhadap tuntutan dan tekanan (Larsen & Buss, 2005). Menurut penelitian Mubin
xix
dan Andriani (2013), menyebutkan bahwa terdapat 66,7% keluarga mengalami
stres ringan dalam merawat ODGJ. Stres keluarga yang muncul bisa berupa malu,
isolasi sosial, dan juga rasa kebingungan dalam pemenuhan kebutuhan treatment
anggota keluarga yang sakit dan harus dilakukan secara terus-menerus. Selama
memberikan perawatan keluarga harus didukung oleh tenaga kesehatan melalui
pemberian pendidikan kesehatan.
Pendidikan kesehatan merupakan suatu langkah pencegahan yang dapat dilakukan
di masyarakat dan keluarga, dengan tujuan untuk menghilangkan stigma agar
masyarakat menyikapi penderita gangguan jiwa dengan perasaan empati. Acandra
(2010), menjelaskan bahwa masyarakat dan keluarga memerlukan pendidikan
kesehatan jiwa, karena kesehatan jiwa adalah milik semua orang. Pendidikan
kesehatan umumnya sudah sering dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah
kesehatan yang muncul. Pendidikan kesehatan yang diperuntukkan untuk masalah
kesehatan jiwa disebut Psikoedukasi Keluarga. Berbeda dengan pendidikan
kesehatan pada umumnya, psikoedukasi keluarga tidak hanya mengkaji masalah
keluarga dan pemberian edukasi, psikoedukasi juga mengajarkan bagaimana cara
memanajemen stres dan beban keluarga serta melakukan pemberdayaan
komunitas untuk membantu keluarga sehingga akan mampu memotivasi keluarga
untuk memberikan perawatan yang lebih baik. Didukung oleh penelitian Suerni
dkk. (2013), psikoedukasi keluarga merupakan wujud perawatan yang
komperehensif dan dilakukan agar keluarga tetap bisa menjalankan fungsinya
dengan baik karena secara tidak langsung semua anggota keluarga turut
merasakan pengaruh dari keadaan tersebut. Psikoedukasi merupakan suatu metode
edukatif yang bertujuan untuk memberikan informasi yang diperlukan serta
pelatihan dalam merawat ODGJ (Bhattacharjee, et al., 2011).
Dalam merawat ODGJ, peran serta dari tenaga kesehatan sangat berpengaruh
untuk membantu keluarga memperoleh informasi yang diperlukan selama
memberikan perawatan. Keluarga memiliki peranan penting dalam proses
penyembuhan ODGJ. Namun keluarga tidak memerankan perannya dengan baik,
terlihat di RSJ Bangli bahwa kurangnya kunjungan keluarga dalam mengunjungi
xx
anggota keluarga mereka di RSJ. Hasil pengamatan pada bulan Januari 2014 di
RSJ Bangli, terlihat bahwa perawat belum dapat membuat askep secara
komperehensif karena perawat belum memberikan informasi kepada keluarga
tentang bagaimana cara merawat ODGJ dirumah. Seperti yang terlihat di RSJ
Bangli bahwa perawat sangat jarang bahkan hampir tidak pernah memberikan
informasi kepada keluarga tentang bagaimana cara merawat ODGJ dirumah.
Padahal dengan pemberian informasi melalui psikoedukasi keluarga, diharapkan
keluarga mengetahui cara merawat ODGJ dengan benar dan beban yang dirasakan
oleh keluarga dalam merawat ODGJ berkurang sehingga dapat menurunkan
tingkat stres keluarga ketika merawat ODGJ dirumah. Dalam penelitian Wiyati
dkk. (2010), bahwa terapi psikoedukasi keluarga dapat meningkatkan kemampuan
kognitif dan psikomotor secara bermakna dalam merawat ODGJ. Dengan
psikoedukasi yang diberikan kepada keluarga diharapkan dapat mengurangi stres
yang dialami keluarga dalam merawat ODGJ.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui
pengaruh psikoedukasi keluarga terhadap tingkat stres keluarga merawat orang
dengan gangguan jiwa (ODGJ) dirumah di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar
Timur mengingat salah satu peran perawat yaitu sebagai edukator yang
memberikan informasi dan pendidikan kesehatan kepada masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut “Apakah psikoedukasi keluarga bepengaruh
terhadap tingkat stres keluarga merawat orang dengan gangguan jiwa (ODGJ)
dirumah di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Timur?”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui pengaruh psikoedukasi
keluarga terhadap tingkat stres keluarga merawat orang dengan gangguan jiwa
(ODGJ) dirumah di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Timur.
xxi
1.3.2 Tujuan Khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan:
a. Untuk mengetahui karakteristik keluarga (usia, hubungan dengan klien, lama
merawat, jenis kelamin) yang merawat orang dengan gangguan jiwa (ODGJ)
dirumah
b. Untuk mengetahui selisih tingkat stres keluarga sebelum dan setelah
psikoedukasi
c. Untuk menganalisis pengaruh psikoedukasi terhadap tingkat stres keluarga
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Adapun manfaat teoritis yang diperoleh dari penelitian ini, yaitu:
a. Sebagai informasi ilmiah dalam bidang keperawatan khususnya
pengembangan ilmu keperawatan jiwa yaitu intervensi pada keluarga terutama
yang mengalami stres dengan menggunakan pendekatan terapi
nonfarmakologis salah satunya adalah terapi Psikoedukasi Keluarga.
b. Sebagai dasar acuan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian
lebih lanjut seperti melakukan kombinasi terapi Psikoedukasi Keluarga
dengan terapi lainnya baik farmakologis maupun nonfarmakologis untuk
mengurangi stres dan menangani masalah kesehatan lainnya.
1.4.2 Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis yang diperoleh dari penelitian ini, yaitu:
a. Membantu keluarga agar bisa menghadapi serta mengatasi perubahan yang
dapat memicu timbulnya stres yaitu dengan memberikan informasi tentang
cara merawat ODGJ yang benar melalui terapi Psikoedukasi Keluarga
b. Sebagai bahan masukan bagi perawat, petugas kesehatan, maupun orang
terdekat ODGJ agar menggunakan terapi Psikoedukasi Keluarga sebagai salah
satu terapi penunjang untuk mengatasi stres pada keluarga dalam merawat
(ODGJ) dirumah