PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN...

22
1 MAKALAH PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN IPA DI KELAS IV SEKOLAH DASAR Oleh: Dra Nelly Astimar Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang Tahun 2014

Transcript of PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN...

  1 

MAKALAH PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI DALAM

PEMBELAJARAN IPA

DI KELAS IV SEKOLAH DASAR

Oleh: Dra Nelly Astimar

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Padang

Tahun 2014  

  2 

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN IPA

DI KELAS IV SEKOLAH DASAR

NELLY ASTIMAR

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Padang

Abstract

The learning process is important in education in college. Community demands for efficiency, productivity, quality and usefulness of the results of effectiveness in the implementation of the learning process in higher education is becoming a necessity thing. However, in the implementation of in-class lectures poorer faced with problems that hinder the learning success. In the use of inquiry approach will be known real issues to be discussed, how the properties of the liquid and the actual air, so that the learner can formulate the problem to be discussed by interacting with friends and educators. Thus, learners know and understand about the nature of the liquid and air. With this inquiry approach learners jointly draw conclusions from what they observe. With more active learners observe, learn, and examine a case that will be taught, the students will be more critical and pro-actively find or formulate the purpose of their research. Keywords: Approach Inkuri, Science, Nature Fluid, Air Pressure

Abstrak

Proses pembelajaran merupakan hal yang penting dalam penyelenggaraan pendidikan di perguruan tinggi. Tuntutan masyarakat terhadap efisiensi, produktivitas, efektivitas mutu dan kegunaan hasil dalam penyelenggaraan proses pembelajaran di perguruan tinggi merupakan hal yang menjadi keharusan. Namun, dalam pelaksanaan perkuliahan di kelas tenyata dihadapkan pada masalah yang menghambat keberhasilan pembelajaran tersebut. Dalam pemakaian pendekatan inkuiri akan diketahui sebenarnya masalah yang akan dibahas, bagaimana sifat zat cair dan udara yang sebenarnya, sehingga peserta didik dapat merumuskan masalah yang akan dibicarakan dengan berinteraksi dengan teman-teman dan pendidik. Dengan demikian, peserta didik tahu dan mengerti mengenai sifat zat cair dan udara. Dengan pendekatan inkuiri ini peserta didik secara bersama-sama mengambil kesimpulan dari apa yang mereka amati. Dengan lebih aktifnya peserta didik mengamati, mempelajari, dan meneliti suatu kasus yang akan diajarkan, maka peserta didik akan lebih kritis dan pro aktif menemukan atau merumuskan tujuan dari penelitian mereka. Kata kunci : Pendekatan Inkuri, IPA, Sifat Zat Cair, Tekanan Udara

  3 

I. PENDAHULUAN

Perkembangan dunia pendidikan dapat dilihat dari pembaharuan kurikulum yang

disusun oleh para ahli pendidikan dan ilmuan dari berbagai disiplin ilmu yang

berlaku secara nasional. Pembaharuan yang dilakukan dalam bidang pendidikan

seperti pembaharuan kurikulum 2013 yang mengganti kurikulum KTSP dan

kurikulum KTSP sebagai pengganti kurikulum KBK. Dengan adanya perubahan

kurikulum tersebut diharapkan dapat menjadi perubahan yang lebih baik dalam dunia

pendidikan.

Pencapaian pendidikan nasional tersebut tidak terlepas dari peran dan fungsi

pendidik dalam proses belajar mengajar. Pada hakikatnya mengajar dapat

mengantarkan audience dalam mencapai tujuan yang telah direncanakan. Kunandar

(2007; 265-266) menyatakan bahwa “learning to know (belajar mengetahui),

learning to do (belajar melakukan), learning to be self and together (belajar menjadi

diri sendiri dan lainnya)”. Dalam proses pembelajaran prinsip utama adalah proses

keterlibatan peserta didik secara utuh atau sebagian kemampuan dari peserta didik

agar memiliki kebermaknaan bagi dirinya dan kehidupannya (life skills).

Proses pembelajaran merupakan hal yang penting dalam penyelenggaraan

pendidikan di perguruan tinggi. Tuntutan masyarakat terhadap efisiensi,

produktivitas, efektivitas mutu dan kegunaan hasil dalam penyelenggaraan proses

pembelajaran di perguruan tinggi merupakan hal yang menjadi keharusan. Namun,

dalam pelaksanaan perkuliahan di kelas tenyata dihadapkan pada masalah yang

menghambat keberhasilan pembelajaran tersebut.

Selama ini mempelajari sifat zat cair dan tekanan udara melalui deskrispsi

literatur dan lembaran kerja yang diisi, tetapi kurang menekankan pada

  4 

kebermaknaan dari materi ajar sehingga peserta didik kurang dapat mengembangkan

kemampuan yang dimiliki untuk digunakan bagi dirinya dalam kehidupan sehari-

hari. Berdasarkan pantauan di lapangan dan laporan dari peserta didik yang telah

menjadi guru ternyata selain kurang memaknai materi ajar, juga adanya keterbatasan

waktu, alat dan bahan tentang materi sifat-sifat zat cair dan tekanan udara seperti

konsep benda dapat merapung, melayang dan tenggelam, hanya dipahami melalui

jenis-jenis benda berdasarkan massa benda saja. Sementara faktor-faktor yang lain

banyak mempengaruhi, namun mereka kurang memahami, sehingga sulit mencari

solusinya.

Oleh karena kurangnya pemahaman peserta didik dalam kegiatan pembelajaran

mengenai konsep zat cair dan tekanan udara tersebut, sehingga mengakibatkan hasil

belajar yang dicapai peserta didik menjadi rendah. Agar hal itu tidak terjadi, perlu

dilakukan upaya salah satunya adalah menentukan pendekatan pembelajaran yang

dapat melibatkan peserta didik secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Di dalam pembelajaran berbagai pendekatan dapat dilakukan untuk

meningkatkan kemampuan diri peserta didik. Diantaranya adalah melalui pendekatan

lingkungan, pendekatan konsep, pendekatan discovery, pendekatan inkuiri,

pendekatan keterampilan proses, pendekatan deduktif/induktif, pendekatan problem

based learning, dan lain sebagainya. Dalam hal ini penulis akan membahas tentang

pendekatan inkuiti pada pembelajaran IPA.

Pendekatan inkuiri merupakan salah satu pendekatan yang dapat diterapkan

untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik melalui pemahaman terhadap konsep

dari materi tersebut. Dipilihnya pendekatan inkuiri sebagai salah satu alternatif

pendekatan pembelajaran, dilandasi oleh dua alasan, yaitu alasan teoritis dan

  5 

empiris. Alasan teoritis ini didukung oleh teori, karena pada dasarnya belajar adalah

untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar di samping untuk

meningkatkan keterampilan berbahasa. Alasan empiris berkaitan dengan hasil-hasil

penelitian. Hasil-hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran

inkuiri secara meyakinkan lebih efektif daripada model pembelajaran konvensional,

baik dalam meningkatkan keterampilan berpikir maupun dalam prestasi belajar.

II. PERMASALAHAN

Meskipun terdapat banyak masalah yang muncul dalam proses pembelajaran di

kelas, namun dalam tulisan ini hanya akan mengungkap dan memecahkan masalah

peningkatan pemahaman peserta didik dengan menggunakan pendekatan inkuiri.

Untuk lebih memperjelas masalah yang akan dipaparkan, maka dapat dirumuskan

masalahnya sebagai berikut :

1. Apakah penerapan pendekatan inkuiri dalam proses pembelajaran di kelas dapat

meningkatkan kemampuan di peserta didik ?

2. Bagaimana pengaruh penerapan pendekatan inkuiri dalam proses pembelajaran di

kelas terhadap penguasaan konsep materi kuliah ?

  6 

III. BEBERAPA TEORI PENDEKATAN INKUIRI

1. Pengertian Pendekatan Inkuiri

Model inkuiri didefinisikan oleh Piaget (Sund dan Trowbridge, 1973) sebagai:

Pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi peserta didik untuk melakukan

eksperimen sendiri; dalam arti luas ingin melihat apa yang terjadi, ingin melakukan

sesuatu, ingin menggunakan simbul-simbul dan mencari jawaban atas pertanyaan

sendiri, menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain,

membandingkan apa yang ditemukan dengan yang ditemukan orang lain. Kuslan

Stone (Dahar,1991) mendefinisikan model inkuiri sebagai pengajaran di mana

pendidik dan peserta didik mempelajari peristiwa-peristiwa dan gejala-gejala ilmiah

dengan pendekatan dan jiwa para ilmuwan. Pengajaran berdasarkan inkuiri adalah

suatu strategi yang berpusat pada peserta didik di mana kelompok-kelompok peserta

didik dihadapkan pada suatu persoalan atau mencari jawaban terhadap pertanyaan-

pertanyaan di dalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang digariskan secara

jelas (Hamalik, 1991).

Wilson (Trowbridge, 1990) menyatakan bahwa model inkuiri adalah sebuah

model proses pengajaran yang berdasarkan atas teori belajar dan perilaku. Inkuiri

merupakan suatu cara mengajar murid-murid bagaimana belajar dengan

menggunakan keterampilan, proses, sikap, dan pengetahuan berpikir rasional (Bruce

& Bruce, 1992). Senada dengan pendapat Bruce & Bruce, Cleaf (1991) menyatakan

bahwa; “Inkuiri adalah salah satu strategi yang digunakan dalam kelas yang

berorientasi proses”. Inkuiri merupakan sebuah strategi pengajaran yang berpusat

pada peserta didik, yang mendorong peserta didik untuk menyelidiki masalah dan

  7 

menemukan informasi. Proses tersebut sama dengan prosedur yang digunakan oleh

ilmuwan sosial yang menyelidiki masalah-masalah dan menemukan informasi.

Senada dengan dengan hal tersebut Amien (1987) dan Roestiyah (1998)

mengatakan bahwa inkuiri adalah suatu perluasan proses discovery yang digunakan

dalam cara yang lebih dewasa. Sebagai tambahan pada proses discovery, inkuiri

mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan

masalah, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan

menganalisis data, menarik kesimpulan, menumbuhkan sikap objektif, jujur, hasrat

ingin tahu, terbuka dan sebagainya.

Pendekatan inkuiri menurut Moedjiono dan Dimyati (1993 : 119) bahwa :

“Pendekatan yang dirancang untuk melatih peserta didik dalam melakukan proses

meneliti”. Meneliti itu terjadi bila peserta didik dihadapkan pada masalah yang

mengandung tantangan intelektual secara bebas, terarah ke dalam kegiatan meneliti

untuk memperoleh pengetahuan. Selanjutnya Hendro (1992 : 28) menyatakan bahwa

: pendekatan inkuiri adalah “salah satu cara belajar yang bersifat mencari sesuatu

yang bersifat kritis, analitis, argumental (ilmiah) dengan menggunakan langkah-

langkah tertentu menuju suatu kesimpulan yang meyakinkan dan didukung oleh

data”.

Pendekatan inkuiri paling sederhana menurut Moedjiono dan Dimyati (1993:71)

yaitu menggunakan tanya jawab klasikal, dimana peran aktif tetap di tangan peserta

didik, sedangkan pendidik hanya mengarahkan, membina, merancang jawaban.

Pendekatan inkuiri sederhana bisa dalam bentuk pembuatan kesimpulan secara

sederhana. Pendekatan inkuiri menurut Subroto (1996:5-7) “berguna untuk : (1)

mengembangkan sikap, keterampilan peserta didik untuk mampu memecahkan

  8 

masalah serta mengambil kesimpulan secara objektif dan mandiri, (2)

Mengembangkan sikap berfikir para peserta didik, (3) melalui inkuiri, kemampuan

berfikir tadi diproses dalam situasi yang benar-benar dihayati, dimiliki, diminati para

peserta didik, serta dalam berbagai macam ragam alternative, (4) membina

mengembangkan sikap penasaran dan cara berpikir objektif mandiri, kritis baik

secara invdividual maupun kelompok.

Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa inkuiri

merupakan suatu proses yang ditempuh peserta didik untuk memecahkan masalah,

merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan

menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Jadi, dalam model inkuiri ini peserta

didik terlibat secara mental maupun fisik untuk memecahkan suatu permasalahan

yang diberikan pendidik. Dengan demikian, peserta didik akan terbiasa bersikap

seperti para ilmuwan sains, yaitu teliti, tekun/ulet, objektif/jujur, kreatif, dan

menghormati pendapat orang lain.

2. Kelebihan Pendekatan Inkuiri

Beberapa kelebihan atau kekuatan inkuiri menurut Amien (1987 : 131) adalah :

“(1) menekankan kepada konsep pengolahan informasi oleh peserta didik, (2)

membuat konsep percara diri peserta didik bertambah dengan penemuan yang

diperolehnya, (3) memiliki kemungkinan besar untuk memperbaiki dan memperluas

persediaan dan penguasaan keterampilan dalam proses kognitif peserta didik, (4)

penemuan-penemuan yang diperoleh peserta didik dapat menjadi kepemilikan dan

sulit melupakannya, (5) tidak menjadikan pendidik sebagai satu-satunya sumber

belajar karena peserta didik belajar dengan memanfaatan berbagai jenis sumber

belajar, 6) mendorong peserta didik untuk berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri,

  9 

bersifat objektif, jujur dan terbuka, (7) memberikan kepuasan yang bersifat instrinsik,

(8) memberikan kebebasan peserta didik untuk belajar sendiri.

3. Karakteristik Pendekatan Inkuiri

Disampaing uraian di atas, pendekatan inkuiri dapat juga mempunyai

karakteristik. Adapun karakteristik pendekatan inkuiri menurut Kuslan dalam

Iskandar (1997 :68) yaitu : (1) menggunakan keterampilan proses sains, (2) tidak ada

keharusan untuk menyelesaikan unit tertentu dalam waktu tertentu, (3) jawaban yang

dicari tidak diketahui lebih dahulu, dan tidak ada dalam literatur. Literatur yang

digunakan adalah literatur yang bersi pertanyaan-pertanyaan dan saran-saran untuk

menentukan jawaban bukan memberikan jawaban, (4) pendidik bersemangan sekali

untuk menentukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan, (5) proses pembelajaran

berpusat, (6) suatu masalah ditentukan lalu dipersempit hingga terlibat kemungkinan

masalah itu dapat diselesaikan oleh peserta didik, (7) hipotesa dirumuskan oleh

peserta didik, (8) peserta didik mengusulkan cara-cara mengumpulkan data,

melakukan eksperimen, pengadaan pengamatan di lapangan dan menggunakan

sumber-sumber lain, (9) semua usul ini dinilai bersama, bila ditentukan pula asumsi-

asumsi keterlibatan-keterlibatan dan kesukaran-kesukaran, (10) peserta didik

melakukan penelitian secara individu atau kelompok, (11) mengumpulkan data yang

diperlukan untuk menguji hipotesa, (12) peserta didik mengolah data dan mereka

sampai kepada kesimpulan sementara.”

Jadi pendekatan inkuiri lebih menekankan pada pencarian pengetahuan dari pada

pengolahan pengetahuan. Mengingat pentingnya peran pertanyaan pendidk, maka

dianjurkan agar pertanyaan tersebut dipersiapkan sebelumnya dan meliputi

pertanyaanyang bersifat menjajaki, recall, mencari penjelasan, mengklasifikasikan,

  10 

pengarahan, melibatkan diri peserta didik, mencari kesimpulan, bersifat hipotesis

atau kepastian dan lain-lain.

4. Langkah-langkah Penggunaan Pendekatan Inkuiri

a. Tahap Persiapan

Menurut Moedjiono dan Dimyati (1993:120) bahwa : “Langkah-langkah yang

perlu dipersiapkan sebelum melakukan inkuiri yaitu : (1) membina suasana yang

responsif, (2) merumuskan/mengemukakan permasahan yang akan diinkuirikan, (3)

pertanyaan-pertanyaan peserta didik, (4) merumuskan hipotesis, (5) menguji

hipotesis.

Sedangkan menurut Hamalik (2004:95) bahwa tahapan kemampuan yang

dikembangkan proses inkuiri ini sebagai berikut :

1) Merumuskan Masalah

Kemampuan yang dituntut adalah kesabaran peserta didik terhadap masalah

yang dibahas, melihat pentingnya masalah tersebut untuk dibahas, merumuskan

masalah, peserta didik dapat menguji dan menggolongkan jenis data yang diperoleh,

dan melihat dan merumuskan hubungan yang ada secara logis

2) Merumuskan Hipotesa atau Jawaban Sementara

Kemampuan yang dituntut adalah merumuskan hipotesa

3) Menguji Jawaban

Kemampuan yang dituntut adalah merakit peristiwa yang terdiri dari : (a)

mengidentifikasi persitiwa yang dibutuhkan, mengumpulkan data, evaluasi data, (b)

menysun data, yang terdiri dari : mendemonstrasikan data, menginterpretasikan dan

mengklasifikasikan data, (c) analisis data yang terdiri dari : melihat hubungan,

mencatat persaman dan perbedaan, dan (d) mencari pola dan makna hubungan

  11 

4) Menarik Kesimpulan

Kemampuan yang dituntut adalah merumuskan kesimpulan

5) Menerapkan kesimpulan dan generalisasi

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pada pendekatan inkuiri,

pendidik menjelaskan terlebih dahulu tujuan dari pembelajaran yang dilakukan

meliputi: (1) memberikan pertanyaan yang dijawab oleh peserta didik, (2)

mengemukakan permasalahan, (3) mengajukan pertanyaan, (4) merumuskan

hipotesis, (5) menguji kebenaran hipotesis, (6) kesimpulan

b. Tahap Pelaksanaan

Adapun pelaksanaan pembelajaran sains dengan pendekatan inkuiri ini secara

berkelompok. Cara pelakanaannya adalah peserta didik di kelas di bagi atas

beberapa kelompok, sehingga setiap kelompok akan diberi tugas tertentu yang harus

dikerjakan. Kemudian peserta didik mempelajari, meneliti dan membahas tugas-

tugas dalam kelompoknya masing-masing. Setelah hasil kerja mereka didiskusikan

baru dibuat laporan yang disusun dengan baik.

Pelaksanaan pendekatan ini dapat dilakukan di dalam kelas dan di luar kelas.

Pada inkuiri ini juga digunakan tanya jawab, tahap ini merupakan kegiatan inti dalam

proses pembelajaran. Disini peserta didik dapat merumuskan sendiri penemuannya

dengan penuh percaya diri, agar pendekatan ini dapat tercapai, maka diperlukan : (1)

keterlibatan peserta didik secara maksimal dalam proses belajar mengajar yang

meliputi kegiatan mental, intelektual dan sosial emosional; (2) keterarahan kegaitan

secara logis dan sistematis pada tujuan pengajaran yang dicapai. Untuk itu,

diperlukan bimbingan dari pendidik agar pembelajaran dengan pendekatan inkuiri ini

adapat tercapai sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan; (3)

  12 

mengembangkan sikap percaya diri peserta didik tentang apa yang ditemukan pada

proses inkuiri.

Oleh sebab itu, seorang pendidik harus dapat menyusun pendekatan yang terarah

dan memperhatikan kondisi peserta didik agar dapat memungkinkan peserta didik

untuk melakukan proses belajar mengajar dengan strategi inkuiri. Kondisi yang

dimaksud adalah : (1) aspek sosial dalam kelas, pendidik dapat memberikan suasana

yang terbuka agar mengundang peserta didik untuk berdiskusi secara bebas dengan

tidak memberikan tekanan atau hal-hal yang dapat memberikan rasa rendah diri

dalam berbicara mengemukakan pendapatnya; (2) memotivasi peserta didik agar

dapat lebih aktif dalam berpikir, untuk itu pendidik perlu mengetahui apa yang ingin

diketahui peserta didiknya dan bagaimana cara mereka berfikir karena dengan

mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik, sehingga dapat dilakukan proses

belajar mengajar melalui pendekatan inkuiri; (3) dalam hal ini pendidik merupakan

koordinator, yang melakukan aktifitas dalam interaksi belahar agar peserta didik

belajar seperti yang diharapkan, pendidik hanya menyusun dan mengatur situasi

belajar tetapi bukan menentukan proses belajar; (4) pendidik memberikan jalan

keluar yang relevan dan logis jika ada hambatan berpikir pada peserta didik.

Pendidik memberikan penjelasan yang bisa dipahami peserta didik guna

membetulkan kekeliruan yang dilakukan peserta didik dan mempunyai rasa tanggung

jawab yang tinggi akan perkuliahan yang diberikan; (5) peserta didik dapat mengenal

dan mempergunakan waktu untuk belajar dengan baik serta memberikan pujian

kepada peserta didik guna menumbuhkan semangat belajar.

Agar proses pembelajaran yang dicapai dapat lebih maksimal maka seorang

pendidik harus membimbing setiap peserta didik dalam berpikir, menanggapi dan

  13 

bersosialisasi. Hasil laporan kelompok akan didiskusikan dalam kelas, dari diskusi

kelas inilah, pendidik bisa mengandalikan peserta didiknya untuk aktif, kreatif

terhadap materi perkuliahan yang dibahas, sehingga prses inkuiri setiap peserta didik

diharapkan mampu mengembangkan kemampuan mereka dalam berpikir dan

menganalisa materi perkuliahan.

c. Tindak Lanjut

Setelah selesai membimbing peserta didik melakukan inkuiri perlu diadakan

evaluasi terhadap peserta didik tersebut, hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh

mana pemahaman peserta didik tentang materi yang telah diajarkan. Untuk

memperlancar proses belajar mengajar dengan pendekatan inkuiri dibantu dengan

lembar kerja.

IV. PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN IPA

DI KELAS IV SD

Dalam praktik pembelajaran, pada dasarnya pendekatan inkuiri adalah

menggunakan pendekatan konstruktivistik, di mana setiap peserta didik sebagai

subyek belajar, dibebaskan untuk menciptakan makna dan pengertian baru

berdasarkan interaksi antara apa yang telah dimiliki, diketahui, dipercayai, dengan

fenomena, ide, atau informasi baru yang dipelajari. Dengan demikian, dalam proses

belajar peserta didik telah membawa pengertian dan pengetahuan awal yang harus

ditambah, dimodifikasi, diperbaharui, direvisi, dan diubah oleh informasi baru yang

diperoleh dalam proses belajar.

Proses belajar tidak dapat dipisahkan dari aktivitas dan interaksi, karena persepsi

dan aktivitas berjalan seiring secara dialogis. Pengetahuan tidak dipisahkan dari

  14 

aktivitas di mana pengetahuan itu dikonstruksikan, dan di mana makna diciptakan,

serta dari komunitas budaya di mana pengetahuan didesiminasikan dan diterapkan.

Dalam pebelajaran dengan pendekatan inkuiri ini peserta didik akan dihadapkan pada

suatu permasalahan yang harus diamati, dipelajari, dan dicermati, yang pada

akhirnya dapat meningkatkan pemahaman konsep mata kuliah dalam kegiatan

pembelajaran. Secara logika apabila peserta didik meningkat partisipasinya dalam

kegiatan pembelajaran, maka secara otomatis akan meningkatkan pemahaman

konsep materi pembelajaran, dan pada akhirnya akan dapat meningkatkan prestasi

belajar.

Untuk mengungkapkan proses pembelajaran tersebut pendidik harus

mengumpulkan dan menangkap data yang berupa fenomena dan bahasa verbal

(katakata, kalimat, ungkapan) serta sedikit data kuantitatif yang merupakan hasil tes

guna mendukung kekuatan yang berupa bahasa verbal (kata, kalimat maupun

fenomena). Data yang terkumpul dianalisis secara induktif dan kualitatif interpretatif,

untuk menggambarkan seberapa besar tingkat partisipasi peserta didik dalam

mengikuti perkuliahan. Semakin tinggi tingkat partisipasi dalam perkuliahan

diasumsikan semakin tinggi pula tingkat penguasaan materi dan konsep dari mata

kuliah yang diajarkan. Supaya lebih menarik dan lebih siap, maka pembelajaran

dengan pendekatan inkuiri harus dimulai oleh pendidik dengan merencanakan

pembelajaran; menyiapkan media pembelajaran, dan melaksanakan kegiatan

pembelajaran secara maksimal. Dengan demikian, pendidik berperan sebagai

instrumen utama dalam pelaksanaan pembelajaran, yang dapat mengukur berhasil

atau tidaknya sebuah pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya dengan

pendekatan inkuiri.

  15 

Setiap benda memiliki sifat-sifat tertentu. Udara memiliki sifat antara lain

memiliki berat atau mempunyai tekanan. Berat yang dimiliki udara disebabkan

karena pengaruh gaya tarik bumi. Makin jauh dari permukaan bumi maka gaya

grafitasinya semakin kecil. Sedangkan sifat benda cair adalah bentuknya berubah

sesuai dengan tempatnya, volumenya tetap dan dapat meresap melalui celah-celah

kecil.

Tekanan udara yang dimiliki udara disebabkan karena udara itu terdiri atas

molekul-molekul yang bebas bergerak. Bantuan antara satu molekul dengan molekul

lainnya, benturan itu menghasilkan daya dorong (desakan) pada ruangan yang berisi

udara. Dalam ruangan tertutup, makin diperkecil ruangan makin besar tekanan.

Pada sifat zat cair ada beberaa peristiwa yang terjadi dalam air yaitu tenggelam,

terapung dan melayang. Benda dikatakan tenggelam jika benda itu turun sampai ke

dasar air. Karena berat jenis benda lebih besar dari berat jenis air. Benda dapat

dikatakan terpung jika benda itu berada di permukaan air. Karena berat benda lebih

kecil dari berat jenis air. Benda dapat diakatakan melayang jika benda itu berada di

antarara permukaan air dan dasar air. Karena berat benda sama dengan berat jenis air.

Untuk mengetahui dan mengenal sifat zat cair dan udara yang mempunyai

tekanan ini maka dalam pembelajaran dibutuhkan pendekatan inkuiri menjadi salah

satu pilihan tepat. Dengan pemakaian pendekatan inkuiri ini pendidik dan peserta

didik dapat lebih berinteraksi dalam pembelajaran.

Dalam pemakaian pendekatan inkuiri akan diketahui sebenarnya masalah yang

akan dibahas, bagaimana sifat zat cair dan udara yang sebenarnya, sehingga peserta

didik dapat merumuskan masalah yang akan dibicarakan dengan berinteraksi dengan

  16 

teman-teman dan pendidik. Dengan demikian, peserta didik tahu dan mengerti

mengenai sifat zat cair dan udara.

Dengan pendekatan inkuiri ini peserta didik secara bersama-sama mengambil

kesimpulan dari apa yang mereka amati. Dengan lebih aktifnya peserta didik

mengamati, mempelajari, dan meneliti suatu kasus yang akan diajarkan, maka

peserta didik akan lebih kritis dan pro aktif menemukan atau merumuskan tujuan dari

penelitian mereka.

Namun, pendekatan inkuiri ini harus disertai dengan peran pendidik untuk

mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan dan mempersiapkan lembar

pengamatan. Untuk langkah-langkah selanjutnya peserta didik secara aktif akan

melakukan sendiri percobaan dan pengamatan dan akan merumuskan sendiri

permasalahan yang dihadapi akan membuat sementara hasil pengamatan mereka,

kemudian akan menguji kembali hasil jawaban atau hipotesa mereka dan akhirnya

mengambil kesimpulan yang tepat.

Jadi, secara general pendekatan inkuiri menuntut peserta didik lebih pro aktif,

kreatif dan mandiri mencari atau menemukan masalah-masalah dari materi

pembelajaran yang diberikan oleh pendidik mereka.

V. PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN

SIFAT ZAT CAIR DAN TEKANAN UDARA

Salah satu pendekatan dalam mengajar yang sudah maju adalah pendekatan

inkuiri. Hal ini disesbabkan karena pendekatan inkuiri merupakan suatu cara untuk

menggambarkan cara belajar peserta didik menjadi aktif.

  17 

Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran terlebih dahulu pendidik

menyusun suatu rancangan pembelajaran dengan memperhatikan komponen berikut :

(1) pendidik harus mengetahui benar tujuan yang hendak dicapai dalam materi

mengajar; (2) pendidik harus memutuskan dan menetapkan tingkah laku yang akan

dimiliki dan diperlihatkan oleh peserta didik sampai berakhirnya satu periode belajar

mengajar; (3) pendidik harus menetapkan suatu strategi pengajaran atau situasi

belajar dimana tingkah laku yang diharapkan dapat tercapai; (4) pendidik harus

menyiapkan alat-alat evaluasi untuk mengetahui sejauh mana tercapainya tujuan

pendidikan yang dikehendaki.

Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran IPA mengenai sifat zat cair dan

tekanan udara dengan menggunakn pendekatan inkuiri melalui 3 tahapan (Hamalik,

2004):

1. Tahap Persiapan (Kegiatan Awal)

Dalam menggunakan pendekatan inkuiri bagia kegiatan pembelajaran IPA

dibutuhkan persiapan untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan tersebut. Terlebih

dahulu pendidik menyiapkan alat dan bahan untuk penelitian, menyiapkan kondisi

kelas agar pembelajaran dapat berlangsung dengan lancar, mengambil absen peserta

didik dan appersepsi dengan menanyakan pelajaran lalu.

2. Tahap Pelaksanaan (Kegiatan Inti)

Di tahap ini peserta didik dan pendidik harus melalui berbagai tahap yaitu :

a. Tahap menentukan tujuan pengajaran

Pertama sekali pendidk akan menjelaskan tujuan pengajaran kepada peserta

didik mengenai sifat zat cair dan tekanan udara, kemudian pendidik akan

mempersiapkan materi yang berhubungan dengan pokok permasalahan yang akan di

  18 

bahas, maka reaksi peserta didik langsung menunjukkan akan kebutuhan masalah

dan meminta informasi sebanyak-banyaknya kepada peserta didik mengenai materi

pelajaran yang sedang dijelaskan, sehingga pada tahap pertama ini peserta didik akan

langsung bertindak aktif dan kreati.

b. Tahap pembentukan kelompok

Pada tahap ini pendidik akan membentuk kelompok yang terdiri dari 4-5 orang.

Mengorganisasikan peserta didik dan memfasilitasi kelompok dengan bahan ataui

alat yang diperlukan dalam penelitian ilmiah, peserta didik akan langsung duduk

sesuai dengan kelompok yang terbentuk, setelah itu, maka pendidik akan menjajaki

kelompok kembali apakah pembagian kelompok sesuai dan seimbang sehingga tidak

akan menimbulkan keterlambatan dan perbedaan dalam pengerjaan kegiatan ilmah.

c. Tahap perumusan masalah

Pada tahap ini pendidika akan mempertanyakan mengenai sifat zat cair dan

tekanan udara.

d. Tahap eksperimen / kerja ilmiah

Pada tahap ini peserta didik mampu melakukan percobaan dengan alat-alat dan

bahan yang telah disesuaikan. Hal ini dilakukan secara berkelompok/ individu yang

dibantu oleh petunjuk tes atau lembaran kerja

e. Tahap menarik kesimpulan

Pada tahap ini peserta didik akan menarik kesimpulan dari percobaan yang telah

dilakukan secara berkelompok

f. Tahap diskusi kelas

Pada tahap ini pendidik akan memimpin diskusi kelas, memantau dan membantu

mengelola kelas agar kegiatan pembelajaran tidak keluar dari yang diharapkan.

  19 

Setiap kelompok akan memberikan laporan yang dibacakan oleh satu orang

perwakilan kelompok, maka setiap peserta didik pada kelompok lain akan

menanggapi dan bertanya, mengenai hasil laporan tersebut. Hal ini dilakukan oleh

semua kelompok secara bergantian.

g. Tahap rangkuman

Pada tahap ini pendidik akan memimpin diskusi dan mambuat kesimpulan

mengenai hasil kegiatan ilmiah yang dilakukan peserta didik, sehingga peserta didik

dalam hal ini akan melakukan tanya jawab, dan mencatat hasil kesimpulan yang

didapat bersama pendidik.

h. Tahap tindak lanjut

Pendidik akan melakukan tindak lanjut berdasarkan hasil diskusi peserta didik

dimana peserta didik akan memberi saran mengenai pembelajaran kegiatan yang

telah dilaksanakan, dalam hal ini pendidik akan membuat kesimpulan bersama

peserta didik.

3. Tahap Akhir (Kegiatan Akhir)

Pada tahap ini pendidik bersama peserta didik menyimpulkan pembelajaran,

disamping itu pendidik juga melakukan evaluasi hasil belajar berupa tes dan lembar

soal.

Dengan pendekatan inkuiri ini hasil pembelajaran eserta didik akan dapat

tercapai dengan efektif karena peserta didik akan bertindak langsung sebagai pelaku

yang aktif dan kreatif. Dalam hal ini peserta didik juga akan belajar bagaimana

memelihara kesatuan kelomok, menanggapi pendapat orang lain dan bagaimana

mengambil keputusan yang tepat terhadap suatu masalah serta mencari solusinya.

  20 

VI. PENUTUP

Penerapan pendekatan inkuiri adalah pendekatan yang cocok dilaksanakan oleh

pendidik dalam pembelajaran IPA, dimana peserta didik menjadi lebih aktif dalam

melakukan proses penelitian terhadap suatu objek di bawah bimbingan pendidik

supaya terciptanya suasana belajar yang aktif dan bermakna. Pembelajaran dapat

dilakukan dengan sistematis, yaitu melakukan observasi, bertanya, mengajukan

hipotesis (pengumpulan data, pengujian hipotesis sampai pada kesimpulan).

Dalam praktik pembelajaran, pada dasarnya pendekatan inkuiri adalah

menggunakan pendekatan konstruktivistik, di mana setiap peserta didik sebagai

subyek belajar, dibebaskan untuk menciptakan makna dan pengertian baru

berdasarkan interaksi antara apa yang telah dimiliki, diketahui, dipercayai, dengan

fenomena, ide, atau informasi baru yang dipelajari. Dengan demikian, dalam proses

belajar peserta didik telah membawa pengertian dan pengetahuan awal yang harus

ditambah, dimodifikasi, diperbaharui, direvisi, dan diubah oleh informasi baru yang

diperoleh dalam proses belajar. Dengan demikian peserta didik dibebaskan untuk

mengungkapkan pendapatnya secara bebas tanpa ada rasa takut akan terjadi

kesalahan. Bahkan dapat dikatakan bahwa pada pembelajaran dengan pendekatan

inkuiri ini, peserta belajar diperbolehkan untuk berbuat salah, dalam arti salah

memahami konsep secara individual. Selanjutnya pada gilirannya pendidik harus

meluruskan kosnep yang paling benar. Apabila semua peserta didik dibebaskan

untuk berpendapat sekalipun belum tepat, pasti angka partisipasi dalam perkuliahan

akan meningkat secara signifikan. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa penerapan pendekatan inkuiri dalam proses pembelajaran di

kelas dapat meningkatkan partisipasi peserta didik.

  21 

DAFTAR PUSTAKA

Amien, M. 1987. Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan Menggunakan Metode Discovery dan Inkuiry. Jakarta: Depdikbud.

Bruce, W.C. & J.K. Bruce. 1992. Teaching with Inquiry. Maryland: Alpha Publishing Company, Inc.Dahar, R.W. 1991. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Cleaf, D.W.V. 1991. Action in Elementary Social Studies. Singapore: Allyn and Bacon.

Hamalik, O. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Sinar Baru.

---------------. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Sinar Grafika Offset

Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis. 1992. Pendidikan IPA 2. Jakarta: Depdikbud Dirjendikti.

Iskandar, Srini. 1997. Pendekatan pembelajaran. Jakarta: PT Dunia Pustaka.

Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Moedjiono dan Dimyanti. 1993. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud

Roestiyah, N.K. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Subroto, Suryo. 1996. Proses Belajar Mengajar Disekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Sund & Trowbridge. (1973). Teaching Science by Inquiry in the Secondary School. Columbus: Charles E. Merill Publishing Company.

Trowbridge, L.W. & R.W. Bybee. (1990). Becoming a Secondary School Science Teacher. Melbourne: Merill Publishing Company.