Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan...

59
i PENERAPAN ASUMSI KESATUAN USAHA PADA USAHA MIKRO DAN KECIL DI KECAMATAN TINGKIR, SALATIGA Oleh : DEBBY FLORENSIA NIM : 232009038 KERTAS KERJA Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi sebagian dari Persyaratan – persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS: EKONOMIKA DAN BISNIS PROGRAM STUDI : AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2013

Transcript of Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan...

Page 1: Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7126/2/T1_232009038_Full... · penggajian terhadap karyawan yang masih ... ekonomi

i

PENERAPAN ASUMSI KESATUAN USAHA

PADA USAHA MIKRO DAN KECIL DI

KECAMATAN TINGKIR, SALATIGA

Oleh : DEBBY FLORENSIA

NIM : 232009038

KERTAS KERJA

Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Guna Memenuhi sebagian dari

Persyaratan – persyaratan untuk Mencapai

Gelar Sarjana Ekonomi

FAKULTAS: EKONOMIKA DAN BISNIS PROGRAM STUDI : AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA 2013

Page 2: Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7126/2/T1_232009038_Full... · penggajian terhadap karyawan yang masih ... ekonomi
Page 3: Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7126/2/T1_232009038_Full... · penggajian terhadap karyawan yang masih ... ekonomi

ii

Page 4: Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7126/2/T1_232009038_Full... · penggajian terhadap karyawan yang masih ... ekonomi

iii

Page 5: Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7126/2/T1_232009038_Full... · penggajian terhadap karyawan yang masih ... ekonomi

iv

PENERAPAN ASUMSI KESATUAN USAHA PADA

USAHA MIKRO DAN KECIL

DI KECAMATAN TINGKIR, SALATIGA

Debby Florensia

Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana

ABSTRACT

Micro and small enterprises is one of the supportive economic activities in Indonesia, whether as additional income or as jobs provider for society. However, Micro and small enterprises has a lot of problem in its implementation. Many facts show that businessmen experience difficulties in implementing business entity assumption where they can’t separate between personal and business funds. This condition makes their business capital eroded from day to day. This research is a descriptive research for the purpose to analyze how business entity assumption can be applied for small business. The method used in this research is convenience sampling, where samples will be used according to the employee amounts in the business criteria.

Based on the results of this research, 92.9% respondents have paid salaries for married employees and include it in the component of production costs. There are only 20 % who include transport costs into production costs. The other 83.3% respondents have business places which are fused with their houses. They also don’t separate electricity, water and telephone bill from their offices. However, 34.3% respondents have allocated those bills. 65,7% respondents haven’t allocated them. There are amounts of 43 % who note business product that they have taken. The other 61.1% respondents note what products they have used. The rest 38.9% respondents compensate with the same prices of those products.

Keywords: business entity, Micro and small enterprises, Separate between personal and business funds.

Page 6: Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7126/2/T1_232009038_Full... · penggajian terhadap karyawan yang masih ... ekonomi

v

SARIPATI

Usaha mikro dan kecil merupakan salah satu penunjang kegiatan ekonomi di Indonesia, baik dalam hal pendapatan maupun penyedia lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Namun, dalam prakteknya usaha mikro dan kecil di Indonesia masih mempunyai banyak permasalahan. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa banyak pelaku usaha mengalami kesulitan dalam menjalankan asumsi kesatuan usaha dimana tidak bisanya memisahkan antara uang pribadi dengan uang untuk usaha sehingga membuat modal untuk pengembangan usaha lama kelamaan terkikis habis. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan asumsi kesatuan usaha pada usaha mikro dan kecil. Pengambilan sampel menggunakan metode convenience sampling dimana sampel yang akan digunakan sesuai dengan kriteria usaha berdasarkan jumlah tenaga kerjanya.

Berdasarkan hasil penelitian, sebesar 92,9% responden sudah melakukan penggajian terhadap karyawan yang masih keluarga dan memasukkan ke dalam komponen biaya produksi usaha. Hanya 20% yang memasukkan biaya transportasi kedalam biaya produksi. Sebesar 83,3% responden mempunyai tempat usaha yang tergabung dengan tempat tinggal pemilik, dan tidak adanya pemisahan rekening listrik, air, dan telepon. Namun, 34,3% responden sudah mengalokasikan biaya-biaya tersebut. Dan 65,7% tidak mengalokasikan biaya tersebut. Ada 43% yang melakukan pencatatan atas pengambilan produk usaha. Sebanyak 61,1% responden mencatat produk apa saja yang dipakai, dan 38,9 % mengganti seharga produk tersebut.

Kata Kunci : kesatuan usaha, usaha mikro dan kecil, pemisahan kepentingan usaha dan pribadi.

Page 7: Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7126/2/T1_232009038_Full... · penggajian terhadap karyawan yang masih ... ekonomi

vi

KATA PENGANTAR

Asumsi kesatuan usaha pada dasarnya adalah hal yang paling mendasar

dalam dunia usaha, baik pada usaha besar sampai usaha kecil. Namun, penerapan

asumsi ini sangatlah mudah diterapkan di usaha besar. Hal ini bertolak belakang

dengan penerapannya diusaha kecil, karena masih banyak usaha kecil yang tidak

atau belum menerapkan pemisahan keuangan pribadi dan usaha. Padahal dengan

adanya pemisahan keuangan pribadi dan usaha dapat membantu pelaku usaha

dalam perhitungan biaya-biaya dan harga jual yang akurat. Hal ini yang membuat

penulis tertarik untuk menulis kertas kerja yang berjudul “Penerapan Asumsi

Kesatuan Usaha Pada Usaha Mikro dan Kecil di Kecamatan Tingkir, Salatiga”.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa kertas kerja ini masih mengandung

banyak kekurangan dan kelemahan yang terutama bersumber pada pandangan

pribadi penulis yang serba terbatas. Oleh karena itu, segala kritik dan saran dari

pembaca akan diterima dengan senang hati. Mudah – mudahan kertas kerja ini

bermanfaat bagi pembaca dan peneliti selanjutnya.

Salatiga, 6 Januari 2013

Debby Florensia

Page 8: Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7126/2/T1_232009038_Full... · penggajian terhadap karyawan yang masih ... ekonomi

vii

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa

bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus, yang selalu memimpin tiap langkahku, memberiku

hikmat, serta kekuatan sehingga aku mampu menyelesaikan skripsi ini.

Tanpa Tuhan ada disampingku, aku tidak mungkin mampu

menyelesaikannya. Kiranya keberhasilan skripsiku ini dapat

menyenangkan hati-Mu Tuhan dan biarlah nama-Mu saja yang

dipermuliakan.

2. Bapak Hari Sunarto, SE, MBA., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ekonomika

dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, yang telah memberikan

bekal pengetahuan kepada penulis.

3. Mas Ronny Prabowo, SE., M.Com., Akt selaku dosen pembimbing yang

telah meluangkan waktu, memberikan ide, masukan dan saran dengan

penuh kesabaran dalam membimbing penulis dalam menyelesaikan kertas

kerja ini.

4. Mbak Elisabeth Penti Kurniawati, SE., M.Ak selaku wali studi, atas

pengarahan-pengarahan yang telah diberikan selama penulis menuntut

ilmu.

5. Bapak Usil Sis Sucahyo, SE., MBA selaku kaprogdi Akuntansi Fakultas

Ekonomika dan Bisnis yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

untuk menyelesaikan kertas kerja ini.

6. Papi, Mami, ci Lina, oh Christian, terima kasih untuk semua kasih sayang,

doa, dan dorongan semangat yang telah diberikan kepada penulis sehingga

dapat menyelesaikan kuliah dengan baik. I love you so much!

7. Mas Radmaji selaku staf CEMSED yang telah membantu dalam

memperoleh data penelitian.

8. Seluruh dosen pengajar serta staf administrasi Fakultas Ekonomika dan

Bisnis yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menimba

Page 9: Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7126/2/T1_232009038_Full... · penggajian terhadap karyawan yang masih ... ekonomi

viii

ilmu di Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana.

9. Pengelola Usaha Konveksi di Kecamatan Tingkir, Salatiga yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan informasi dan membantu jalannya

penelitian.

10. Koko Riko Aditya Pramana S.Kom, terima kasih karena telah memberikan

motivasi, semangat, bantuan, nasehat, dan doanya. Thank’s for everything.

11. Sahabat terbaikku sejak kecil, Nova. Walau kita jauh, semangat dan

doamu selalu kuterima. Terima kasih atas dukungan, kebaikan,

pengalaman suka dan duka bersama yang tak akan pernah penulis lupakan.

12. Teman-teman kost dan kuliah, Herlina, Fela, Brenda, Ayu, Melly, Pauline,

Silva yang selalu menemani dan menghibur dikala penulis mengalami

keputus-asaan dalam pembuatan skripsi ini.

13. Teman-teman lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Terima kasih untuk kebersamaan, bantuan, doa dan kerja sama selama

penulis berada di Salatiga. Tuhan memberikati kita semua.

Semoga Tuhan menjadikan segala sesuatu, melimpah berkat dan

anugerah-Nya kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan penyusunan kertas kerja ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga kertas kerja ini berguna bagi

setiap pembaca dan peneliti-peneliti berikutnya.

Salatiga, 6 Januari 2013

Debby Florensia

Page 10: Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7126/2/T1_232009038_Full... · penggajian terhadap karyawan yang masih ... ekonomi

ix

DAFTAR ISI

Halaman Judul/cover......................................................................................... i

Surat Pernyataan Keaslian Kertas Kerja ............................................................ ii

Halaman Persetujuan/Pengesahan .................................................................... iii

Abstract ............................................................................................................ iv

Saripati.............................................................................................................. v

Kata Pengantar .................................................................................................. vi

Ucapan Terima Kasih ........................................................................................ vii

Daftar Isi ........................................................................................................... ix

Daftar Tabel ...................................................................................................... xi

Daftar Gambar ................................................................................................. xii

Daftar Lampiran ................................................................................................ xiii

1. Pendahuluan .................................................................................................... 1

2. Telaah Teoritis

Asumsi Kesatuan Usaha .................................................................................... 3

Pelaporan Keuangan di Usaha Mikro dan Kecil ................................................ 5

Hambatan dalam Pelapoaran Keuangan di Usaha Mikro dan Kecil .................... 8

3. Metode Penelitian

Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................................... 11

Instrumen Penelitian ......................................................................................... 12

4. Analisis Data dan Pembahasan

Profil Obyek Penelitian .................................................................................... 14

Page 11: Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7126/2/T1_232009038_Full... · penggajian terhadap karyawan yang masih ... ekonomi

x

Analisis Pembuatan Laporan Keuangan oleh

Usaha Mikro dan Kecil di Kecamatan Tingkir, Salatiga .............................. 15

Analisis Pemisahan Keuangan Pribadi dan Usaha oleh

Usaha Mikro dan Kecil di Kecamatan Tingkir, Salatiga .............................. 19

5. Kesimpulan dan Implikasi

Kesimpulan ...................................................................................................... 27

Saran ................................................................................................................ 28

Keterbatasan .................................................................................................... 29

Penelitian Mendatang ....................................................................................... 29

Daftar Pustaka .................................................................................................. 30

Lampiran ......................................................................................................... 32

Page 12: Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7126/2/T1_232009038_Full... · penggajian terhadap karyawan yang masih ... ekonomi

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Kisi-Kisi Kuesioner .......................................................... 13

Tabel 4.1 : Lama Usaha Beroperasi .................................................... 15

Tabel 4.2 : Kepemilikan Catatan Pendapatan dan Biaya ..................... 16

Tabel 4.3 : Kepemilikan Laporan Keuangan ....................................... 17

Tabel 4.4 : Bagian Akuantansi dalam

Pembuatan Laporan Keuangan ........................................... 18

Page 13: Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7126/2/T1_232009038_Full... · penggajian terhadap karyawan yang masih ... ekonomi

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 : Kategori Usaha ............................................................. 14

Gambar 4.2 : Perhitungan Gaji yang Melibatkan Keluarga .................. 20

Gambar 4.3 : Perhitungan Biaya Transportasi ..................................... 21

Gambar 4.4 : Tempat Tinggal Pemilik dan Usaha ............................... 23

Gambar 4.5 : Pencatatan atas Pengambilan Produk

yang Dipakai Sendiri .................................................... 25

Page 14: Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7126/2/T1_232009038_Full... · penggajian terhadap karyawan yang masih ... ekonomi

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Profil Usaha di Kecamatan Tingkir, Salatiga ............................... 33

Lampiran 2 : Kriteria Usaha Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja ........................ 35

Lampiran 3 : Alasan Tidak Memiliki Catatan Pendapatan dan Biaya ................ 37

Lampiran 4 : Alasan Tidak Memiliki Laporan Keuangan .................................. 37

Lampiran 5 : Alasan Tidak Memiliki Bagian Akuntansi .................................... 37

Lampiran 6: Pembelian Bahan Baku Secara Bersamaan dengan Kebutuhan

Rumah Tangga ............................................................................ 38

Lampiran 7 : Alokasi Biaya Listrik, Telepon, dan Air ...................................... 38

Lampiran 8 : Perlakuan atas Pengambilan Produk

yang Dipakai Sendiri ................................................................... 39

Lampiran 9 : Surat Ijin Penelitian ..................................................................... 40

Lampiran 10 : Kuesioner Penelitian................................................................... 41

Page 15: Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7126/2/T1_232009038_Full... · penggajian terhadap karyawan yang masih ... ekonomi

1

1. PENDAHULUAN

Dalam prakteknya, akuntansi berjalan berdasarkan asumsi-asumsi.

Seperti di Amerika Serikat yang telah diatur baik oleh Dewan Standar

Akuntansi (Financial Accounting Standards Board-FASB) maupun Indonesia

sendiri yang mengacu pada IFRS (International Financial Reporting

Standards). Asumsi-asumsi yang dibuat adalah suatu kerangka pedoman yang

terdiri atas standar akuntansi dan sumber-sumber lain yang didukung berlakunya

secara yuridis, teoritis, dan praktis (GAAP). Akuntansi terdiri dari beberapa

asumsi-asumsi dasar, dan salah satu asumsi dasar akuntansi yang harus

diterapkan adalah asumsi kesatuan usaha. Asumsi ini sudah ada sejak lama dan

bertahan sampai sekarang.

Di dalam asumsi kesatuan usaha, perusahaan dipandang sebagai suatu

unit usaha yang berdiri sendiri, terpisah dari pemiliknya. Dengan anggapan

seperti ini maka transaksi-transaksi perusahaan dipisahkan dari transaksi-

transaksi pemilik dan oleh karenanya maka semua pencatatan dan pelaporan

dibuat untuk perusahaan tersebut (Baridwan, 2004 : 8).

Sebenarnya penerapan asumsi kesatuan usaha pada perusahaan besar

relatif mudah diterapkan. Namun mayoritas usaha mikro dan kecil tidak

menerapkan (Karyawati, 2008). Menurut Iien (2009), ada beberapa manfaat dari

penerapan asumsi kesatuan usaha bagi usaha mikro dan kecil. Pertama, usaha

dapat menentukan biaya produksi yang lebih handal. Kedua, entitas pemilik

akan lebih mudah mendiagnosa kesehatan keuangan bisnisnya.

Page 16: Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7126/2/T1_232009038_Full... · penggajian terhadap karyawan yang masih ... ekonomi

2

Selain itu, jika dalam suatu usaha tidak menerapkan asumsi kesatuan

usaha secara baik akan menimbulkan biaya yang under recorded. Sebagai

contoh, adanya biaya tenaga kerja yang sulit ditelusuri (Karyawati;2008).

Kebanyakan usaha mikro dan kecil memperkerjakan anggota keluarganya untuk

menjadi tenaga kerja, dan upah tenaga kerja yang seharusnya dibayarkan

menjadi tidak tercacat pada pembukuan usahanya. Hal inilah yang

menyebabkan adanya biaya yang under estimated, sehingga juga akan

berdampak pada penentuan harga jual suatu produk yang terlalu rendah.

Karyawati (2008) menegaskan dampak dari tidak menerapkan konsep kesatuan

usaha terhadap laporan keuangan adalah aset dan kewajiban sama sekali tidak

merepresentasikan keadaan yang sesungguhnya.

Secara apriori asumsi kesatuan usaha sulit diterapkan dalam usaha mikro

dan kecil. Hal ini sesungguhnya menarik untuk diteliti, dan sampai saat ini

belum banyak orang yang meneliti tentang masalah ini, sehingga penulis ingin

mencoba meneliti dan memapaparkan bagaimana usaha mikro dan kecil di

Kecamatan Tingkir, Salatiga menerapkan asumsi kesatuan usaha. Penelitian ini

diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran dan bahan masukan

untuk lebih mengetahui manfaat pemisahan pencatatan keuangan usaha dan

pribadi sebagai sumber informasi keuangan yang bisa digunakan sebagai

perencanaan biaya, pengendalian biaya, pengambilan keputusan bagi usaha

mikro dan kecil.

Page 17: Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7126/2/T1_232009038_Full... · penggajian terhadap karyawan yang masih ... ekonomi

3

2. TELAAH TEORITIS

Asumsi kesatuan usaha

Akuntansi pada umumnya diatur oleh beberapa asumsi penting yang

harus diterapkan pada setiap bentuk usaha apapun. Di Amerika Serikat, asumsi-

asumsi akuntansi ini telah diatur baik oleh FASB (Financial Accounting

Standards Board), sedangkan di Indonesia sendiri penerapannya mengacu pada

IFRS (International Financial Reporting Standards). Asumsi-asumsi ini

mempermudah pelaksanaan kegiatan akuntansi dalam intern perusahaan

maupun bagi pengguna laporan keuangan dalam memahami laporan keuangan

yang disajikan. Salah satu asumsi akuntansi yang paling mendasar adalah

asumsi kesatuan usaha. Asumsi kesatuan usaha penting karena membatasi data

ekonomi dalam sistem akuntansi terhadap data yang berhubungan langsung

dengan kegiatan usaha. Dengan kata lain, perusahaan dipandang sebagai entitas

terpisah dari pemilik, kreditor, atau pihak yang berkepentingan lainnya (Warren

et al :2005:16). Asumsi kesatuan usaha mengasumsikan atau menganggap

bahwa suatu perusahaan adalah suatu badan yang terpisah dan dibedakan dari

orang-orang yang mempunyai aset perusahaan itu. Sedangkan menurut

Baridwan (2004 :8), konsep kesatuan usaha adalah konsep yang menyatakan

bahwa dalam akuntansi perusahaan dipandang sebagai suatu kesatuan usaha

yang berdiri sendiri, bertindak atas namanya sendiri dan terpisah dari pemilik

dan pihak lain yang menanamkan dana dalam perusahaan. Menurut Basu dan

Waymire (2006), asumsi kesatuan usaha ini muncul sejak jaman pertengahan di

Italia dan mulai diformalkan sejak abad 19 di Inggris dan Amerika Serikat.

Page 18: Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7126/2/T1_232009038_Full... · penggajian terhadap karyawan yang masih ... ekonomi

4

Dengan konsep ini, entitas perusahaan menjadi perhatian dalam hal

akuntansi. Konsep ini harus tetap ada baik dalam perusahaan perseroan sampai

dengan perseorangan. Pendapatan dan laba harus dipandang sebagai kenaikan

kekayaan perusahaan sedangkan biaya dan rugi sebagai pengurang kekayaan

perusahaan. Sedangkan laba bersih (net income) atau rugi adalah perubahan

dalam kekayaan perusahaan bukan kekayaan pribadi (Karyawati: 2008)

Semua kekayaan, hutang, pendapatan, dan biaya yang tidak berkaitan

dengan bidang usahanya harus dikeluarkan dari perkiraan perusahaan. Bila

pemilik usaha perorangan memiliki dua perusahaan atau lebih yang berbeda-

beda maka untuk keperluan akuntansi masing-masing perusahaan itu harus

diperlakukan sebagai kesatuan usaha yang terpisah dan mandiri. Tetapi, secara

hukum pemilik usaha perorangan secara pribadi bertanggung jawab atas semua

hutang-hutang perusahaan dan mungkin saja menggunakan harta yang bukan

milik perusahaannya untuk menutup hutang-hutang perusahaan. Sebaliknya,

aset perusahaanpun dapat digunakan untuk membayar klaim atas hutang-hutang

pemilik usaha (Tunggal,1997 : 5)

Asumsi ini harus dipertahankan karena bila tidak, transaksi perusahaan

akan bercampur dengan transaksi pribadi, artinya jika seseorang membeli aset

untuk keperluan pribadi tidak boleh masuk kedalam transaksi perusahaan, atau

sebaliknya (Suryo:2007). Laporan keuangan yang telah disusun dengan

pertolongan catatan-catatan akuntansi yang berbaur dengan keperluan pribadi

tidak akan ada artinya, sebab laporan keuangan tersebut tidak mencerminkan

baik posisi keuangan maupun hasil yang dicapai sebuah perusahaan.

Page 19: Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7126/2/T1_232009038_Full... · penggajian terhadap karyawan yang masih ... ekonomi

5

Sebagaimana diketahui bahwa objek akuntansi adalah transaksi dan

kejadian yang terjadi dalam perusahaan. Pengaruh transaksi ini akan

mengakibatkan timbulnya perubahan dalam aset, liabilitas, dan ekuitas

perusahaan. Dengan kata lain, transaksi dan kejadian mempengaruhi posisi

keuangan perusahaan. Akan tetapi, kegiatan perusahaan yang menyangkut

berbagai macam transaksi dan kejadian harus dibedakan dari kegiatan

pemiliknya, karena kepentingan perusahaan berbeda dengan kepentingan

pemilik.

Untuk membatasi ruang lingkup kepentingan antar perusahaan dengan

pemiliknya itu, maka perusahaan dianggap sebagai satu kesatuan usaha yang

berdiri sendiri. Artinya, kegiatan usaha perusahaan dianggap sebagai satu

kesatuan usaha yang terpisah. Anggapan perusahaan sebagai kesatuan usaha

yang terpisah dari pemiliknya, merupakan landasan utama dalam

menyelenggarakan kegiatan akuntansi perusahaan yang bersangkutan.

Pelaporan Keuangan di Usaha Mikro dan Kecil

Dalam konsep PSAK no 1, Ikatan Akuntan Indonesia menggunakan

istilah pelaporan keuangan. Dalam kerangka penyusunan dan penyajian laporan

keuangan dipakai istilah laporan keuangan, pelaporan keuangan meliputi

laporan keuangan dan cara-cara lain untuk melaporkan informasi, laporan

keuangan terdiri dari neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan modal dan

laporan arus kas, maka dalam laporan keuangan termasuk juga prospectus,

peramalan oleh manajemen dan berbagai pengungkapan informasi lainnya.

Page 20: Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7126/2/T1_232009038_Full... · penggajian terhadap karyawan yang masih ... ekonomi

6

Warren et al (2005) menyatakan dengan melakukan proses pelaporan

keuangan akan menghasilkan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan

untuk pengambilan keputusan mengenai aktivitas dan kondisi perusahaan.

Informasi dalam pelaporan keuangan diperlukan untuk merumuskan berbagai

keputusan agar dapat memecahkan segala permasalahan yang dihadapi

perusahaan (Soemarso:2004). Dalam usahanya, semua bentuk badan usaha

harus melakukan pelaporan atas keuangannya, begitu juga pada bentuk usaha

mikro dan kecil.

Berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2008, kriteria usaha mikro dan

kecil, yaitu :

1. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan atau

badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria sebagai usaha mikro

sesuai dengan undang – undang.

2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang dijalankan oleh

perorangan atau badan yang bukan merupakan cabang perusahaan dan

telah sesuai dengan undang – undang.

Kategori Biro Pusat Statistik (BPS) mengklasifikasikan industri

berdasarkan jumlah pekerjanya, yaitu:

1. Industri rumah tangga dengan pekerja 1-4 orang.

2. Industri kecil dengan pekerja 5-19 orang.

Kriteria usaha mikro dan kecil adalah industri yang berskala kecil, baik

dalam ukuran modal, jumlah produksi maupun tenaga kerjanya. Perolehan

modal umumnya berasal dari sumber yang tidak resmi seperti tabungan keluarga

Page 21: Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7126/2/T1_232009038_Full... · penggajian terhadap karyawan yang masih ... ekonomi

7

atau pinjaman dari kerabat. Tenaga kerja yang ada umumnya terdiri dari

anggota keluarga atau kerabat dekat dengan sifat hubungan kerja yang informal

(Karyawati : 2008)

Di sisi lain, pelaporan keuangan bentuk usaha mikro dan kecil berbeda

dengan bentuk usaha lainnya. Pada umumnya pemilik usaha kecil beranggapan

bahwa pencatatan keuangan tidaklah perlu. Membutuhkan kecermatan, waktu

dan juga biaya dengan jumlah tertentu membuat beberapa pemilik usaha enggan

untuk melakukan aktivitas pencatatan keuangan. Mengandalkan ingatan untuk

mengingat segala sesuatu yang berkaitan dengan operasional perusahaan

menjadi pilihan yang menarik bagi kebanyakan pelaku usaha. Namun, tentunya

tidak semua pelaku usaha mikro dan kecil memiliki anggapan tersebut. Masih

ada pelaku usaha mikro dan kecil yang melakukan pencatatan keuangan dalam

menjalankan usahanya.

Menurut Karyawati (2008), usaha mikro dan kecil biasanya melakukan

pelaporan keuangan secara sederhana yang disebut dengan pembukuan.

Pembukuan adalah proses pencatatan transaksi-transaksi (kejadian) keuangan

dalam buku-buku manual yang diperlukan seperti buku catatan, agenda, atau

bahkan dalam kertas-kertas lainnya. Pelaporan keuangan dalam aktivitas usaha

dalam skala kecil dan menengah mendekati pada sistem tata buku tunggal

dimana hanya catatan-catatan penting saja yang dilakukan pencatatan secara

lengkap (Tunggal : 1997).

Usaha mikro dan kecil memerlukan pencatatan keuangan agar dapat

mengembangkan usahanya, karena pada umumnya usaha mikro dan kecil

Page 22: Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7126/2/T1_232009038_Full... · penggajian terhadap karyawan yang masih ... ekonomi

8

cemerlang dalam pembuatan ide-ide baru tetapi masih banyak belum

mengetahui bagaimana cara mengelola pencatatan keuangan dan bagaimana

cara mengetahui informasi keuangan yang diinginkan (Prasetyo:2007).

Informasi keuangan mempunyai peranan penting untuk mencapai keberhasilan

usaha, termasuk bagi usaha mikro dan kecil. Informasi keuangan dapat menjadi

dasar yang andal bagi pengambilan keputusan ekonomis dalam pengelolaan

usaha mikro dan kecil, antara lain keputusan pengembangan pasar, penetapan

harga dan lain-lain. Penyediaan informasi keuangan bagi usaha mikro dan kecil

juga diperlukan khususnya untuk akses subsidi pemerintah dan akses tambahan

modal bagi usaha kecil dari kreditur (bank). Kewajiban penyelenggaraan

akuntansi bagi usaha mikro dan kecil sebenarnya telah tersirat dalam UU Nomor

20 Tahun 2008. Pemerintah maupun komunitas akuntansi telah menegaskan

pentingnya pencatatan dan penyelenggaraan akuntansi bagi usaha mikro dan

kecil.

Hambatan-hambatan dalam pelaporan keuangan di usaha mikro dan kecil

Holmes dan Nicholls (1989) mengungkapkan bahwa informasi

keuangan yang banyak disiapkan dan digunakan usaha mikro dan kecil

adalah informasi yang diharuskan menurut undang-undang atau peraturan

(statutory). Selain itu, informasi keuangan yang seharusnya dibutuhkan oleh

manajemen perusahaan kecil dalam penggunaan informasi keuangan sangat

terbatas. Tunggal (1997) mengungkapkan banyak kelemahan dalam praktek

akuntansi pada usaha mikro dan kecil. Kelemahan tersebut disebabkan oleh

beberapa faktor, antara lain pendidikan dan overload standar akuntansi yang

Page 23: Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7126/2/T1_232009038_Full... · penggajian terhadap karyawan yang masih ... ekonomi

9

dijadikan pedoman dalam penyusunan pelaporan keuangan. Sedangkan

Suhairi (2006) berpendapat bahwa rendahnya penyusunan laporan keuangan

disebabkan karena tidak adanya peraturan yang mewajibkan penyusunan

laporan keuangan bagi usaha mikro dan kecil. Standar akuntansi keuangan yang

dijadikan pedoman dalam penyusunan laporan keuangan harus diterapkan

secara konsisten.

Dari uraian tersebut jelas bahwa usaha mikro dan kecil banyak

mengalami kesulitan dalam memahami informasi akuntansi dengan baik.

Padahal dengan semakin ketatnya persaingan bisnis dalam era globalisasi

ekonomi, hanya perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif yang akan

mampu memenangkan persaingan. Keunggulan tersebut diantaranya adalah

dalam mengelola berbagai informasi, sumber daya manusia, alokasi dana,

penerapan teknologi, sistem pemasaran dan pelayanan. Sehingga manajemen

perusahaan yang professional merupakan tuntutan yang harus dipenuhi untuk

dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan perusahan secara baik.

Masalah seputar usaha mikro dan kecil di Indonesia menurut penelitian

Primiana (2009) yaitu antara lain mengenai permodalan yang kecil sehingga

sulit memenuhi pesanan, sulit mendapatkan kredit dari bank, kurang mampu

mengadakan pencatatan dan pelaporan yaitu tidak mampu membuat neraca dan

laporan laba rugi serta tercampurnya antara keuangan perusahaan dan pribadi.

Dengan kata lain, pelaku usaha mikro dan kecil tidak menjalankan asumsi

kesatuan usaha.

Page 24: Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7126/2/T1_232009038_Full... · penggajian terhadap karyawan yang masih ... ekonomi

10

Pada usaha mikro dan kecil, pencatatan laporan keuangan dilakukan

dengan cara membuat catatan-catatan yang dianggap penting saja atau dengan

kata lain pelaku usaha kecil hanya membuat pembukuan sederhana. Di dalam

pembukuan sederhana pada usaha mikro dan kecil tidak terdapat pemilahan

antara biaya pribadi dan biaya usaha. Hal inilah yang bisa menyebabkan

tercampurnya keuangan pribadi dan keuangan usaha. Dalam akuntansi, usaha

mikro dan kecil sangat sulit menerapkan asumsi kesatuan usaha dalam

pencatatan keuangannya (Baridwan 2004:9). Padahal, jika keuangan usaha dan

keuangan pribadi digabung, pemilik usaha akan kesulitan dalam melakukan

pengawasan pendapatan atau pengeluaran.

Banyak dari pelaku usaha mikro dan kecil yang tidak memilah biaya–

biaya yang dikeluarkan baik untuk pribadi maupun usahanya. Semua biaya-

biaya yang dikeluarkan dicatat pada satu pembukuan. Misalkan saja, karena

biasanya usaha mikro dan kecil mempunyai keterbatasan tempat, maka rumah

pemilik usaha dan tempat usahanya digabung menjadi satu tempat. Hal ini

membuat tidak adanya pemilahan biaya listrik untuk masing-masing entitas dan

akan menyebabkan harga jual produk yang lebih rendah. Selain itu, dampak

tidak menerapkannya asumsi kesatuan usaha pada usaha mikro dan kecil adalah

jika pemilik usaha menganggap aset usahanya sebagai aset pribadi, maka ada

kecenderungan bagi pemilik untuk menggunakannya diluar entitas usahanya.

Jika uang yang digunakan untuk usaha ternyata lebih sering digunakan untuk

entitas pribadi tentu saja hal ini akan berdampak tidak baik bagi kelangsungan

usahanya.

Page 25: Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7126/2/T1_232009038_Full... · penggajian terhadap karyawan yang masih ... ekonomi

11

Menurut Karyawati (2008), akibat tidak memisahkan pembukuan

pribadi dan usaha adalah perhitungan keuntungan atau kerugian pada akhir

bulan nilainya tidak akan menjadi riil karena adanya pemotongan berbagai

pengambilan pribadi yang belum tercatat. Selain itu alokasi anggaran untuk

perputaran usaha menjadi kacau karena setiap bulannya tidak ada biaya yang

bersifat tetap sehingga bisa mengganggu anggaran untuk belanja bahan baku

produk.

Dengan melakukan pemisahan pencatatan antara keuangan usaha dengan

keuangan pribadi akan lebih mudah membedakan antara arus kas dana dari

usaha dengan penggunaan uang untuk entitas pribadi. Pemisahan pencatatan

juga dapat memberikan informasi lebih jelas tentang keadaan finansial dari

usaha yang sedang dijalankan. Di sisi lain, tujuan dari pemisahan pencatatan

antara keuangan pribadi dan keuangan usaha adalah untuk keteraturan, karena

pembukuan keuangan yang terpisah akan tercatat dengan jelas dan benar

manakah yang menjadi komponen usaha maupun yang menjadi komponen

pribadi, agar tidak mengganggu satu sama lain.

3. METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah usaha mikro dan kecil di Kecamatan

Tingkir, Salatiga. Pada penelitian ini sampel penelitian diambil dengan

menggunakan teknik snowball sampling. Karena dalam teknik ini, penentuan

sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian karena peneliti

menginginkan lebih banyak sampel lagi, lalu diminta kepada sampel pertama

Page 26: Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7126/2/T1_232009038_Full... · penggajian terhadap karyawan yang masih ... ekonomi

12

untuk menunjukan orang lain yang kira-kira bisa dijadikan sampel. Adapun

sampel memiliki kriteria tertentu, yaitu usaha mikro dan kecil yang bergerak

pada bidang konveksi di Kecamatan Tingkir, Salatiga. Banyaknya usaha

konveksi di Kecamatan Tingkir, Salatiga mambuat peneliti akhirnya mengambil

sampel tersebut untuk diteliti.

Instrumen Penelitian

Ditinjau dari tujuan penelitiannya merupakan penelitian deskriptif

dimana penelitian tersebut bertujuan untuk mendeskripsikan atau memberi

gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagai

mana adanya, tanpa membuat analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku

umum.

Pada penelitian ini menggunakan instrumen penelitian yang berupa

kuesioner dimana responden harus mengisi jawaban yang dianggap paling tepat

dan sesuai dengan pengalaman yang ada. Kuesioner atau daftar pertanyaan yang

diajukan kepada usaha mikro dan kecil disusun berdasarkan variabel yang

diteliti dengan menyediakan jawaban alternatif yang dipilih responden sesuai

dengan kondisi riil sehingga diharapkan data yang didapatkan untuk penelitian

ini akurat.

Page 27: Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7126/2/T1_232009038_Full... · penggajian terhadap karyawan yang masih ... ekonomi

13

Berikut adalah garis besar daftar pertanyaan dalam kuesioner :

Tabel 3.1 Kisi-kisi kuesioner

Bagian kuesioner Isi kuesioner

Demografis Nama pemilik, alamat usaha, usia, jenis kelamin,

jenis usaha, lama usaha, jumlah karyawan yang

dimiliki.

Utama Pelaporan keuangan, pemahaman tentang

pencatatan keuangan, ada atau tidaknya bagian

akuntansi.

Inti Pemisahan aktivitas usaha dengan aktivitas rumah

tangga, pengakuan konsumsi sumber daya dalam

kegiatan produktif sebagai komponen biaya

produksi.

4. Analisis Data dan Pembahasan

Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah usaha mikro dan

kecil yang berada pada Kecamatan Tingkir, Salatiga yang memenuhi kriteria

yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2008 tentang Usaha

Mikro dan Kecil. Kategori yang diambil adalah usaha mikro dan kecil yang

bergerak pada bidang usaha konveksi. Dilihat dari jenis usahanya, usaha

manufaktur seperti usaha konveksi mendominasi usaha yang ada di Kecamatan

Tingkir, Salatiga. Waktu penelitian yang dilakukan mulai bulan September 2012

sampai awal Oktober 2012. Peneliti mengambil 42 sampel sebagai sumber

Page 28: Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7126/2/T1_232009038_Full... · penggajian terhadap karyawan yang masih ... ekonomi

14

penelitian untuk mewakili populasi usaha mikro dan kecil yang ada. Dasar

pengambilan sampel berasal dari informasi dari ketua paguyuban usaha

konveksi di Kecamatan Tingkir.

Profil Obyek Penelitian

Dalam penelitian ini, semua responden menjalankan usaha konveksi.

Usaha konveksi di Kecamatan Tingkir, Salatiga mayoritas memproduksi celana

kolor atau hawai, sprei, sarung bantal, dan bedcover. Sedikit diantaranya

memproduksi pakaian wanita, pakaian pria, kaos, dan seragam. Dari 42

responden yang diteliti, dilihat dari segi banyaknya karyawan yang bekerja

sebesar 42,9 % atau 18 responden termasuk usaha mikro, dan sebesar 57,1 %

atau 24 responden termasuk usaha kecil. Seperti dapat dilihat pada gambar 4.1

berikut.

Gambar 4.1 Kategori Usaha

Sumber : data primer yang diolah, 2012

Sesuai dengan kategori Biro Pusat Statistik (BPS), apabila jumlah

karyawan 1-4 orang maka usaha itu dikategorikan sebagai usaha mikro,

sedangkan jika ada 5 orang sampai dengan 19 orang maka disebut usaha kecil.

Page 29: Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7126/2/T1_232009038_Full... · penggajian terhadap karyawan yang masih ... ekonomi

15

Tabel 4.1 Lama Usaha Beroperasi

Lama Usaha Jumlah Responden

Persentase (%)

1 bulan s.d ≤ 5 tahun 11 26.2 6 tahun s.d ≤ 10 tahun 23 54.8 11 tahun s.d ≤ 15 tahun 6 14.3 16 tahun s.d ≤ 20 tahun 1 2.4 21 tahun s.d ≤ 25 tahun 1 2.4

Total 42 100 Sumber : data primer yang diolah, 2012

Lama berdirinya usaha mikro dan kecil di Kecamatan Tingkir, Salatiga,

mayoritas antara 6 tahun sampai dengan 10 tahun yaitu sebesar 54,8 %

Analisis Pembuatan Laporan Keuangan oleh Usaha Mikro dan Kecil di

Kecamatan Tingkir, Salatiga

Dalam usaha pencatatan keuangan sangatlah penting dilakukan,

mengingat usaha selalu berhubungan dengan keluar masuknya uang. Namun,

mayoritas usaha mikro dan kecil tidak memiliki laporan keuangan secara utuh.

Biasanya usaha hanya memiliki catatan-catatan seperti jumlah omset, laba, dan

biaya atau dengan kata lain usaha hanya melakukan pembukuan sederhana.

Maka dari itu peneliti mengajukan pertanyaan kepada responden untuk

mengetahui apakah usaha mikro dan kecil di Kecamatan Tingkir, Salatiga

memiliki catatan pendapatan dan biaya. Penulis mendapatkan hasil seperti pada

tabel dibawah ini.

Tabel 4.2 Kepemilikan Catatan Pendapatan dan Biaya

No. Catatan Pendapatan dan Biaya

Jumlah Responden

Persentase (%)

1. Memiliki 38 90,5 2. Tidak Memiliki 4 9,5 Total 42 100

Sumber : data primer yang diolah, 2012

Page 30: Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7126/2/T1_232009038_Full... · penggajian terhadap karyawan yang masih ... ekonomi

16

Dari hasil penelitian menunjukan bahwa usaha mikro dan kecil di

Kecamatan Tingkir, Salatiga 90,5 % membuat atau memiliki catatan pendapatan

dan biaya yang telah dibukukan tetapi hanya ada pencatatan sederhana seperti

pada saat terjadi pembelian bahan baku, biaya-biaya yang terjadi dan harga jual

produk. Para pelaku usaha yang membuat catatan pendapatan dan biaya

mengaku bahwa pembuatan catatan ini dapat membantu menghitung dan

mengevaluasi laba usahanya. Dari 9,5 % atau 4 responden yang tidak memiliki,

1 usaha diantaranya beranggapan bahwa tidak perlu adanya pembuatan catatan

tersebut, dan 3 sisanya beranggapan bahwa hal itu tidak bermanfaat untuk

dilakukan. Para pemilik yang tidak membuat catatan, pendapatan dan biaya

biasanya hanya mengandalkan ingatan saja untuk mengingat-ingat jumlah

besarnya pendapatan dan biaya (lampiran 3, tabel 3).

Dapat diketahui bahwa sebagian besar usaha mikro dan kecil di

Kecamatan Tingkir, Salatiga mempunyai catatan pendapatan dan biaya. Hal ini

sejalan dengan penelitian terdahulu yang mengatakan bahwa usaha mikro dan

kecil biasanya melakukan pelaporan keuangan secara sederhana yang bisa

disebut pembukuan, dimana pelaporan keuangan itu hanya ada catatan-catatan

penting saja.

Tabel 4.3 Kepemilikan Laporan Keuangan

No. Laporan Keuangan Jumlah Responden

Persentase (%)

1. Memiliki 9 23,68

2. Tidak Memiliki 29 76,32

Total 38 100

Sumber : data primer yang diolah, 2012

Page 31: Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7126/2/T1_232009038_Full... · penggajian terhadap karyawan yang masih ... ekonomi

17

Laporan Keuangan disusun untuk mengukur, menilai, dan mengevaluasi

kondisi serta potensi usaha. Dalam suatu usaha, umumnya laporan keuangan

terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, laporan arus kas.

Namun bentuk laporan keuangan di usaha mikro dan kecil hanya berupa laporan

sederhana. Laporan keuangan tersebut antara lain laporan omset perbulan dan

laporan keluar masuk barang.

Hal ini terbukti dalam penelitian ini bahwa terdapat sebanyak 29

responden (76,32%) tidak memiliki laporan keuangan. Terdapat 20 responden

atau 68,97% beranggapan bahwa pembuatan laporan keuangan di usahanya

tidak perlu dilakukan. Hal ini mengingat usahanya yang dibilang masih relatif

kecil dan belum membutuhkan laporan keuangan yang kompleks. Selain itu,

mereka lebih memilih membuat catatan pendapatan dan biaya. Catatan

pendapatan dan biaya dianggap lebih mudah dibuat dan tidak memerlukan biaya

dalam pembuatannya dibandingkan dengan pembuatan laporan keuangan.

Sebanyak 6 responden (20,69%) mengaku bahwa tidak bisanya membuat

laporan keuangan. Sisanya sebanyak 3 responden (10,34 %), pembuatan laporan

keuangan di usahanya adalah hal yang tidak bermanfaat bagi usahanya. Padahal

disisi lain pembuatan laporan keuangan sangatlah berguna untuk mengetahui

kondisi keuangan suatu usaha (lihat lampiran 4 tabel 4). Namun tentunya tidak

semua usaha mikro dan kecil di sana tidak membuat pelaporan keuangan, masih

ada 23,68% atau sebanyak 9 responden yang membuat. Menurut Karyawati

(2008) menyebutkan bahwa biasanya usaha mikro dan kecil hanya membuat

Page 32: Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7126/2/T1_232009038_Full... · penggajian terhadap karyawan yang masih ... ekonomi

18

pelaporan keuangan usaha yang sederhana, hal ini sejalan dengan hasil

penelitian ini.

Tabel 4.4 Bagian Akuntansi dalam Pembuatan Laporan Keuangan

Sumber : data primer yang diolah, 2012

Bagian akuntansi sebenarnya hal yang penting untuk membantu dalam

pembuatan laporan keuangan dalam sebuah usaha. Namun, kebanyakan usaha

mikro dan kecil belum membutuhkan bagian akuntansi untuk mengontrol

keuangannya. Menurut hasil penelitian ini hanya 12 responden (31,57 %) yang

telah mempunyai bagian akuntansi untuk mencatat atau mengelola pencatatan

keuangan di dalam usahanya. Dari 12 responden tersebut, dapat dilihat tidak

hanya usaha mikro dan kecil yang membuat laporan keuangan saja yang sudah

mempunyai bagian akuntansi, tetapi usaha mikro dan kecil yang membuat

catatan pendapatan dan biaya pun juga sudah ada yang mempunyai bagian

akuntansi. Sedangkan, sebanyak 26 responden (68,42 %) belum memiliki

bagian akuntansi untuk mengelola pencatatan keuangan. Dapat dilihat alasan

responden yang tidak memiliki bagian khusus untuk pengelolaan keuangan,

yaitu sebanyak 7 responden (26,93 %) merasa tidak perlu adanya bagian khusus

untuk mengelola keuangan usahanya, 7 responden (26,93 %) lainnya mengaku

dalam pengelolaan keuangan masih bisa dilakukan oleh karyawan lainnya

sehingga tidak membutuhkan bagian khusus untuk melakukannya. Sisanya

No. Bagian Akuntansi Jumlah Responden Persentase (%)

1. Ada 12 31,57

2. Tidak Ada 26 68,42

Total 38 100

Page 33: Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7126/2/T1_232009038_Full... · penggajian terhadap karyawan yang masih ... ekonomi

19

sebanyak 12 responden (46,16 %) belum membutuhkan bagian khusus untuk

mengelola keuangan dikarenakan usahanya masih dibilang relatif kecil dan

pencatatan bisa dilakukan oleh pemilik (lihat lampiran 5, tabel 5).

Menurut hasil penelitian sebelumnya (Karyawati:2008), usaha mikro dan

kecil biasanya belum mempunyai suatu bagian akuntansi khusus untuk membuat

laporan keuangan usaha. Segala sesuatu yang berhubungan dengan pencatatan

keuangan usaha biasanya dibuat oleh pemilik usaha. Seperti yang terjadi pada

usaha mikro dan kecil di Kecamatan Tingkir, Salatiga lebih dari separuh usaha

mikro dan kecil belum mempunyai bagian khusus akuntansi untuk membuat

laporan keuangan.

Analisis Pemisahan Keuangan Pribadi dan Usaha oleh Usaha Mikro dan

Kecil di Kecamatan Tingkir, Salatiga.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa sebagian usaha mikro

dan kecil di Kecamatan Tingkir, Salatiga hanya membuat catatan pendapatan

dan biaya atau bisa disebut sebagai pembukuan sederhana. Selain itu pada usaha

mikro dan kecil biasanya terdapat keterbatasan tenaga kerja. Tenaga kerja yang

ada umunya terdiri dari anggota keluarga dengan sifat kerja yang informal. Dari

hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa semua responden (100 %) mengaku

dalam usaha mereka melibatkan anggota keluarga inti (istri/suami, anak)

maupun keluarga besar (keponakan, paman, bibi) sebagai tenaga kerja. Tetapi

sebanyak 39 responden (92,9 %) telah melakukan penggajian untuk tenaga kerja

yang masih keluarga dan sisanya (7,14 %) tidak melakukan penggajian. Usaha

yang tidak memberiakan gaji terhadap tenaga kerja yang masih melibatkan

Page 34: Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7126/2/T1_232009038_Full... · penggajian terhadap karyawan yang masih ... ekonomi

20

keluarga mengaku hanya memberikan kompensasi berupa biaya makan, biaya

kebutuhan sehari-hari, dan biaya tinggal ditanggung oleh pemilik usaha. Dari

semua responden yang memperhitungan gaji mengaku bahwa perhitungan gaji

tersebut dimasukkan kedalam komponen biaya produksi.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa semua usaha

kecil di Kecamatan Tingkir, Salatiga sesuai dengan kriteria usaha mikro dan

kecil yang dikemukakan oleh Karyawati (2008), biasanya usaha mikro dan kecil

melibatkan keluarga sebagai tenaga kerja dengan sifat hubungan kerja yang

informal dan mayoritas usaha mikro dan kecil di Kecamatan Tingkir, Salatiga.

Namun, usaha di Kecamatan Tingkir Salatiga sudah melakukan penggajian

terhadap tenaga kerja yang masih ada hubungan keluarga dan memasukkan

perhitungan gaji tersebut kedalam komponen biaya produksi. Dalam hal tenaga

kerja, usaha mikro dan kecil di Kecamatan Tingkir, Salatiga mayoritas sudah

memilah antara entitas pribadi dan usaha.

Gambar 4.2 Perhitungan gaji yang melibatkan keluarga

Sumber : data primer yang sudah diolah, 2012

Page 35: Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7126/2/T1_232009038_Full... · penggajian terhadap karyawan yang masih ... ekonomi

21

Selain dapat dilihat berdasarkan tenaga kerja, pemisahan keuangan

pribadi dan usaha dapat dilihat dari biaya transportasi yang dikeluarkan untuk

pembelian bahan baku usaha. Apabila pemilik usaha membeli keperluan

pribadinya tidak boleh dimasukkan kedalam transaksi perusahaan. Pada usaha

mikro dan kecil biasanya membeli bahan baku bersamaan dengan pembelian

kebutuhan rumah tangga. Oleh karena itu, peneliti mengajukan pertanyaan

kepada responden mengenai pembelian bahan baku yang dilakukan bersamaan

dengan pembelian kebutuhan rumah tangga, 10 responden (23,8 %) menjawab

bahwa pada saat membeli bahan baku, mereka juga membeli kebutuhan rumah

tangga. Dan sisanya sebanyak 32 responden (76,2 %) menjawab tidak

melakukan hal itu secara bersamaan dikarenakan mereka membeli bahan baku

dengan cara pesan antar (lihat lampiran 6, gambar 1).

Gambar 4.3 : Perhitungan Biaya Transportasi

Sumber : data primer yang sudah diolah, 2012

Dari 10 responden yang melakukan pembelian bahan baku secara

bersamaan dengan pembelian kebutuhan rumah tangga, 2 responden

memperhitungkan biaya transportasi pribadi untuk dipisahkan dari biaya usaha.

Page 36: Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7126/2/T1_232009038_Full... · penggajian terhadap karyawan yang masih ... ekonomi

22

Usaha memisahkan dengan cara mengestimasi biaya yang dikeluarkan untuk

entitas usaha dan pribadi. Menurut responden, sebanyak sepertiga dialokasikan

untuk biaya pribadi dan duapertiga dialokasikan untuk biaya usaha. Dan

selanjutnya biaya transportasi pribadi tersebut tidak dimasukkan kedalam

komponen biaya produksi usaha.

Sisanya sebanyak 8 responden tidak memperhitungkan biaya transportasi

pribadi. Mereka menggabung semua biaya transportasi tersebut, dan

menganggap menjadi biaya transportasi usaha dan dimasukkan kedalam biaya

produksi. Dengan tidak memperhitungkan biaya transportasi pribadi akan

mengakibatkan bertambahnya biaya produksi untuk usaha. Biaya transportasi

yang seharusnya hanya milik usaha menjadi bertambah dengan adanya biaya

transportasi pribadi. Hal ini juga akan berakibat pada harga jual produk

nantinya.

Dilihat dari pembelian bahan baku, sebagian besar usaha mikro dan kecil

di Kecamatan Tingkir, Salatiga sebenarnya belum bisa dikategorikan apakah

sudah memilah biaya transportasi atau belum, dikarenakan mayoritas usaha

menggunakan sistem pesan antar. Namun setidaknya masih ada usaha kecil

yang melakukan pembelian bahan baku secara bersamaan dengan kebutuhan

usaha. Mayoritas usaha yang melakukan itu tidak memilah biaya transportasi

milik usaha dan pribadi, dan memasukkan kedalam komponen biaya produksi

usaha. Hal ini setidaknya membuktikan bahwa usaha mikro dan kecil di

Kecamatan Tingkir, Salatiga sejalan dengan hasi penelitian Suryo (2007) yang

menyebutkan bahwa biasanya usaha mikro dan kecil tidak memilah antara biaya

Page 37: Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7126/2/T1_232009038_Full... · penggajian terhadap karyawan yang masih ... ekonomi

23

transportasi usaha dan pribadi dalam pembelian bahan baku dan keperluan

pribadi.

Gambar 4.4 : Tempat tinggal pemilik dan usaha

Sumber : data primer yang sudah diolah, 2012

Usaha mikro dan kecil pada umumnya menggabungkan tempat usaha

dan pemilik menjadi satu rumah dikarenakan keterbatasan tempat produksi. Hal

inilah yang menyebabkan tercampurnya biaya-biaya usaha dan pribadi.

Sebanyak 16,7 % atau 7 responden memisahkan antara rumah tempat tinggal

pemilik dengan tempat usaha. Dari 7 responden, ada 3 responden yang

membayar biaya sewa untuk menyewa tempat usaha, mereka mengaku biaya

sewa tersebut dimasukkan kedalam komponen biaya produksi, sisanya tidak

membayar biaya sewa karena tempat usaha tersebut memang dimiliki oleh

pemilik usaha sendiri. Sebanyak 83,3 % menjalankan usahanya dengan

menggabungkan tempat usaha dengan tempat tinggal pemilik. Dari semua

responden yang menggabungkan usahanya mengaku tidak ada yang

memisahkan rekening listrik, telepon, dan air. Dari responden yang tidak

Page 38: Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7126/2/T1_232009038_Full... · penggajian terhadap karyawan yang masih ... ekonomi

24

memisahkan tempat usaha dengan tempat tinggal pemilik, sebanyak 12

responden (34,3 %) menjawab bahwa mereka mengalokasikan berapa biaya

yang digunakan untuk usaha dan pribadi. Responden mengalokasikan biaya

dengan cara membuat etimasi perhitungan biaya listrik, air, dan telepon setiap

bulannya yang akan dimasukkan dalam komponen biaya produksi. Estimasi itu

didapat dari berapa lamanya pemakaian listrik, telepon, dan air dalam sehari

untuk usaha. Sedangkan sisanya sebanyak 23 responden (65,7 %) tidak

mengalokasikan biaya. Dengan tidak adanya alokasi biaya membuat biaya usaha

yang tidak akurat dan akan mengganggu dalam keputusan menentukan harga

jual suatu produk (lihat lampiran 7, gambar 2).

Dalam hal pemisahan tempat usaha dan tempat tinggal pemilik,

mayoritas usaha di Kecamatan Tingkir, Salatiga menggabungkan tempat usaha

dan pemilik. Semua usaha tersebut tidak melakukan pemisahan rekening, dan

hanya sedikit yang melakukan estimasi perhitungan biaya. Hal ini membuktikan

bahwa usaha mikro dan kecil di Kecamatan Tingkir, Salatiga sesuai dengan

kriteria usaha mikro dan kecil yang menyebutkan bahwa usaha mikro dan kecil

biasanya masih mencampur biaya listrik, telepon, air usaha dan pribadi menjadi

satu.

Page 39: Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7126/2/T1_232009038_Full... · penggajian terhadap karyawan yang masih ... ekonomi

25

Gambar 4.5 : Pencatatan atas pengambilan produk yang dipakai

sendiri

Sumber : data primer yang sudah diolah, 2012

Dalam asumsi kesatuan usaha semua menganggap bahwa suatu usaha

adalah suatu badan yang terpisah dan dibedakan dari orang yang memiliki aset

usaha itu sendiri. Suatu aset milik usaha tidak boleh diakui sebagai milik

pribadi, begitu juga sebaliknya. Namun usaha mikro dan kecil di Tingkir masih

sulit melakukan hal itu, hal ini terlihat dari semua responden yang masih

melakukan pengambilan produk untuk dipakai sendiri. Selanjutnya peneliti

mengajukan pertanyaan mengenai perlakuan khusus apa yang dilakukan atas

pengambilan produk tersebut. Dari 42 responden yang diteliti, sebanyak 43 %

melakukan pencatatan khusus untuk mencatat pengambilan produk untuk

dipakai kalangan sendiri, dan sisanya sebanyak 57 % tidak melakukan

pencatatan khusus. Dengan adanya pengambilan produk yang tidak dicatat akan

mengakibatkan berkurangnya persediaan barang dagangan. Hal ini juga secara

otomatis akan mengurangi aset dan modal usaha. Menurut hasil penelitian,

Page 40: Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7126/2/T1_232009038_Full... · penggajian terhadap karyawan yang masih ... ekonomi

26

sebanyak 61,1 % responden melakukan pencatatan saja atas produk yang

diambil, dan sisanya sebanyak 38,9 % mengganti seharga produk yang diambil

(lihat lampiran 8, gambar 3).

Pengambilan dan pengakuan aset usaha menjadi milik pribadi dalam

usaha mikro dan kecil adalah salah satu kriteria yang paling mendasar pada

usaha mikro dan kecil. Hal ini juga terlihat pada usaha di Kecamatan Tingkir,

Salatiga, separuh lebih usaha mikro dan kecil di sana tidak melakukan perlakuan

khusus atas pengambilan produk yang dipakai kalangan sendiri. Sedangkan

sisanya mayoritas hanya mencatat dan hanya sedikit yang mengganti seharga

produk yang diambil. Hal ini membuktikan bahwa usaha mikro dan kecil

konveksi di Kecamatan Tingkir, Salatiga belum membedakan pengakuan aset

pribadi dan usaha.

Selain pengambilan produk untuk pribadi, adanya prive juga

mempengaruhi keuangan usaha. Pada usaha mikro dan kecil di sana semuanya

melakukan prive dan belum melakukan pencatatan terhadap prive tersebut.

Akibat jika prive yang dilakukan tidak dicatat, hal ini bisa menimbulkan

pengurangan kas dan modal untuk usaha. Selain itu, kejadian yang tidak

membedakan pengakuan aset pribadi dan usaha akan berdampak mempengaruhi

posisi keuangan usaha. Laporan keuangan yang telah disusun masih berbaur

dengan keperluan pribadi maka tidak akan mencerminkan baik posisi keuangan

maupun hasil yang dicapai suatu usaha. Mungkin dengan adanya pencatatan

khusus akan membuat pembukuan usaha akan lebih teratur dan jelas manakah

Page 41: Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7126/2/T1_232009038_Full... · penggajian terhadap karyawan yang masih ... ekonomi

27

yang menjadi komponen pribadi atau usaha agar tidak mengganggu satu sama

lain.

5. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap responden yang merupakan

pengelola usaha mikro dan kecil di Kecamatan Tingkir, Salatiga maka dapat

diambil beberapa kesimpulan. Sebagian besar usaha mikro dan kecil sudah

membuat catatan atas pendapatan dan biaya. Sedangkan dalam hal kepemilikan

laporan keuangan, hanya sebagian kecil saja yang sudah membuat. Dalam

pembuatan laporan keuangan mayoritas pemilik usaha masih membuat sendiri

laporan keuangan usahanya, sedangkan minoritas saja yang sudah memiliki

bagian akuntansi. Kaitannya dengan tenaga kerja, semua usaha di sana masih

melibatkan keluarga sebagai tenaga kerjanya, sebanyak 92,9 % melakukan

penggajian terhadap mereka dan memasukkan biaya gaji tersebut ke komponen

biaya produksi. Dalam hal pembelian bahan baku, sebanyak 10 responden

membeli bahan baku secara bersamaan dengan keperluan rumah tangga, 8

diantaranya memasukkan biaya transportasi kedalam biaya produksi dan sisanya

tidak memasukkan ke dalam komponen biaya produksi. Selain itu, sebanyak

83,3 % responden mempunyai tempat usaha yang tidak terpisah dengan tempat

tinggal pemilik. Dari responden yang menggabung tempat tinggal pemilik dan

usaha ada sebagian kecil usaha yang membuat estimasi biaya yang dikeluarkan

untuk usaha dan pribadi. Dalam hal pengambilan produk untuk dipakai kalangan

sendiri, semua responden mengaku pernah terjadi di dalam usahanya. Terdapat

Page 42: Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7126/2/T1_232009038_Full... · penggajian terhadap karyawan yang masih ... ekonomi

28

18 responden yang melakukan pencatatan khusus atas pengambilan produk

tersebut. Sebanyak 61,1 % responden mencatat produk apa saja yang dipakai

untuk kalangan sendiri, dan 38,9 % mengganti seharga produk yang dipakai

oleh kalangan sendiri. Sedangkan dalam hal prive, semua usaha disana belum

mencatat apabila terjadi prive. Dari hasil penelitian, usaha mikro dan kecil di

Kecamatan Tingkir, Salatiga sudah bisa melakukan pemisahan antara entitas

usaha dan pribadi dalam hal penggajian tenaga kerja yang masih melibatkan

keluarga. Sedangkan dalam hal pemilahan biaya-biaya, pengambilan produk

untuk dipakai sendiri, dan prive sebagian besar usaha mikro dan kecil di sana

masih belum bisa memilah antara entitas pribadi dan usaha.

Saran

Saran yang peneliti ajukan yaitu usaha mikro dan kecil di Tingkir,

Salatiga adalah jika ada pengambilan produk atau prive hendaknya dicatat,

sedikit demi sedikit membiasakan mengalokasikan biaya-biaya usaha dan

memisahkannya dengan biaya pribadi. Dengan adanya pemilahan entitas usaha

dan pribadi akan berguna bagi pemilik, yaitu antara lain dapat membantu dalam

menentukan harga jual produk agar tidak terlalu rendah. Usaha seharusnya bisa

mengalokasikan biaya-biaya produksi seperti biaya listrik, telepon, dan sewa.

Hendaknya usaha tidak memperhitungkan biaya pribadi kedalam komponen

biaya usaha.

Page 43: Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7126/2/T1_232009038_Full... · penggajian terhadap karyawan yang masih ... ekonomi

29

Keterbatasan

Penelitian ini hendak mengetahui bagaimana penerapan asumsi kesatuan

usaha pada usaha mikro dan kecil di Kecamatan Tingkir Salatiga. Penerapan

asumsi kesatuan usaha yang diteliti meliputi ada atau tidaknya penggajian

tenaga kerja yang melibatkan keluarga, perhitungan biaya transportasi untuk

usaha dan pribadi, perhitungan biaya akibat tidak terpisahnya tempat usaha

dengan pemilik, perlakuan atas pengambilan produk untuk dipakai kalangan

sendiri.

Penelitian ini merupakan upaya awal untuk mempelajari praktek

akuntansi pada usaha mikro dan kecil. Penelitian lanjutan masihi bisa dilakukan

dengan karena penelitian ini memiliki beberapa kelemahan sebagai berikut:

Ada kemungkinan responden tidak jujur dalam menjawab pertanyaan yang

ada pada kuesioner.

Susahnya mencari unit-unit usaha di lokasi penelitian.

Keterbatasan lainnya menyangkut waktu, tenaga dan biaya yang dihadapi

peneliti.

Penelitian mendatang

Penelitian ini hanya mencari tau bagaimana penerapan asumsi kesatuan

usaha pada usaha mikro dan kecil di Kecamatan Tingkir, Salatiga. Penulis

menyarankan agar penelitian yang akan datang bisa meneliti faktor-faktor apa

saja yang mempengaruhi penerapan asumsi kesatuan usaha pada usaha mikro

dan kecil.

Page 44: Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7126/2/T1_232009038_Full... · penggajian terhadap karyawan yang masih ... ekonomi

30

Daftar Pustaka

Baridwan, Zaki, 2004, Intermediate Accounting, Edisi Kedelapan, Yogyakarta; BPFE.

Basu, Sudipta dan Gregory B. Waymire, “Recordkeeping and Human Evolution”,

Accounting Horizons, volume 20, No. 3, September 2006, pp. 201 – 209 FASB No. 1. 1978. Statement of Financial Accounting Concepts No. 1 Objectives

of Financial Reporting by Business Enterprises. http://www.fasb.org/cs/BlobServer?blobcol=urldata&blobtable=MungoBlobs&blobkey=id&blobwhere=1175820899258&blobheader=application%2Fpdf. Diunduh 2 Maret 2012.

Hidayat, Iman.P, 2004, Akuntansi untuk Usaha Kecil dan Menengah (UKM),

http://imanph.wordpress.com, Diunduh 19 Maret 2012. Holmes, Scott, dan Des Nicholls. 1989. Modelling the Accounting Information

Requirements of Small Businesses. Acoounting and Business Research,Vol. 19, No. 74. Pp 143 – 150.

Iien, 2009, Akuntansi untuk Usaha Kecil dan Menengah (UKM); Strategi Bisnis, Pembukuan dan Administrasi, http://www.impacctusa.com, Diunduh 4 Maret 2012.

Karyawati, Golrida, 2008, Akuntansi Usaha Kecil untuk Berkembang, PT Raja

Grafindo Persada, Jakarta. Keasey, Short, 1990, The Accounting Burdens Facing Small Firms: An Empirical

Research Note, Accounting and Business research, Vol 20, No 80, pp 307-313.

Prasetyo, Hendro, 2007, Akuntansi untuk Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

dan Orang Awam; Step by Step Membuat Laporan Keuangan, Wissen-Sistem Consulting.

Primiana, 2009, Menggerakan Sektor Riil Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

dan Industri, Alfa Beta, Bandung. Soemarso, 2004, Akuntansi Suatu Pengantar, Edisi Lima (Revisi). Salemba

Empat, Jakarta. Suhairi, Wahdini, 2006, Persepsi Akuntan Terhadap Overload SAK bagi

Usaha Kecil dan Menengah (UKM), Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang, 23-26 Agustus 2006.

Page 45: Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7126/2/T1_232009038_Full... · penggajian terhadap karyawan yang masih ... ekonomi

31

Suryo, Anak. 2007. Akuntansi untuk UKM. Edisi Kedua Yogyakarta: Media Pressindo.

Tunggal, Amin Widjaja, 1997, Akuntansi untuk Perusahaan Kecil dan

Menengah, PT Rineka Cipta, Jakarta. UU RI No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Kecil. Warren, Carl S, James M. Reeve and Philip E. Fess, 2005, Pengantar Akuntansi,

edisi 21, Salemba Empat, Jakarta. Yilmazer, Schrank, 2005, Financial Intermingling in Small Family Businesses,

Journal of Business Venturing 21 (2006) 726– 751.

Page 46: Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7126/2/T1_232009038_Full... · penggajian terhadap karyawan yang masih ... ekonomi

32

LAMPIRAN -

LAMPIRAN

Page 47: Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7126/2/T1_232009038_Full... · penggajian terhadap karyawan yang masih ... ekonomi

33

Lampiran 1 Tabel 1 : Profil Usaha

Res Nama Usaha Alamat Produk yang dihasilkan Nama Pemilik

1 Thoriq Collection Ngentak 02/03 Tingkir Lor Celana Kolor/Hawai Bapak Jarkoni

2 Ina Konveksi Tingkir Lor 02/04 Celana Kolor/Hawai, Sprei, Sarung Bantal Ibu Muthasanah

3 Kembar Konveksi Tingkir Lor 03/03 Celana Kolor/Hawai Bapak Imrori 4 Ribel Konveksi Tingkir Lor 01/04 Sprei, Selimut, Sarung Bantal Ibu Ainaul Mardliyah 5 Asrifah Konveksi Tingkir Tengah 02/02 Celana Kolor/Hawai Ibu Asrifah 6 Amin Collection Singojayan 01/02 Tingkir Tengah Celana Kolor/Hawai Bapak Munawir 7 - Tingkir Tengah Celana Kolor/Hawai, Bedcover Ibu Napisah

8 Zensy Famous Tingkir Tengah 02/01 Busana Wanita Bapak Muhammad Zaenuddin

9 Asri Collection Singojayan, Tingkir Tengah Pakaian Pria Ibu Asriyah 10 Mubarok Collection Singojayan 01/02 Tingkir Tengah Sprei, Kaos, Jamper Bapak Nurhadi 11 Afza Collection Tingkir Tengah 02/02 Celana Kolor/Hawai Ibu Ifa Da'waty 12 Krisna Collection Tingkir Lor 02/01 Celana Kolor/Hawai Ibu Ning 13 - Tingkir Lor 02/03 Celemek, Celana Kolor Bapak Afi Priyanto 14 San Konveksi Ngentak 02/03 Tingkir Lor Celana, Sprei, Sarung Bantal Bapak Budi Susilo 15 Karunia Konveksi Tingkir Lor 03/04 Celana Kolor/Hawai, Leging Bapak Nur Abidin 16 - Tingkir Tengah Bedcover, Sarung Bantal, Sprei Ibu Aliyah 17 - Tingkir Tengah Bedcover, Sarung Bantal, Sprei Ibu Saroh 18 Ladayna Collection Tingkir Lor 04/04 Celana Kolor/Hawai Ibu Sofiyah

Page 48: Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7126/2/T1_232009038_Full... · penggajian terhadap karyawan yang masih ... ekonomi

34

19 Persada Konveksi Tingkir Tengah 03/02 Sprei, Seragam Ibu Umi Hanik 20 Ningsih Konveksi Dukuh Kidul Celana Kolor/Hawai Ibu Ningsih 21 - Tingkir Tengah Sprei, Celana Kolor/Hawai Ibu Rohmi

22 Ira Ratna Konveksi Ngentak 02/02 Tingkir Lor Celana Kolor/Hawai, Sprei, Sarung Bantal -

23 Ummi Collection Tingkir Lor Sarung Bantal Ibu Umi Saropah 24 Sun Konveksi Tingkir Lor Celana Kolor/Hawai Ibu Nur Khasanah 25 Mandiri Konveksi Tingkir Lor Kaos, Seragam Sekolah Bapak Priyanto 26 Nazila Konveksi Tingkir Lor Celana Kolor/Hawai Ibu Rohmah 27 Nur Konveksi Singojayan 01/01 Tingkir Tengah Celana Kolor/Hawai Ibu Nuryati

28 Izza Konveksi Tingkir Tengah 02/02 Celana Kolor/Hawai, Sprei, Sarung Bantal Ibu Romzanah

29 - Singojayan 03/02 Tingkir Tengah Celana Kolor/Hawai Ibu Siti Muhtariyah

30 Fida Konveksi Singojayan 02/01 Tingkir Tengah Celana Kolor/Hawai, Sprei, Sarung Bantal Ibu Nuratun

31 Zun Konveksi Tingkir Lor 03/04 Celana Kolor/Hawai, Sprei, Sarung Bantal Bapak Ahmad Shodiq

32 Syahra Konveksi Kriyan 03/04 Tingkir Lor Celana Kolor/Hawai, Sprei, Sarung Bantal Ibu Norma

33 Salsabila Konveksi Kriyan 03/04 Tingkir Lor Celana Kolor/Hawai, Sprei, Sarung Bantal Ibu Surip Muslika

34 Farrel Collection Tingkir Lor Sprei, Sarung Bantal Ibu Azma

35 - Tingkir Tengah Celana Kolor/Hawai, Sprei, Sarung Bantal Bapak Muhyidin

36 Rizky Konveksi Tingkir Lor Celana Kolor/Hawai, Sprei, Sarung Bantal Bapak M. Sadzale

Page 49: Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7126/2/T1_232009038_Full... · penggajian terhadap karyawan yang masih ... ekonomi

35

37 Rustop Konveksi Tingkir Lor 05/02 Celana Kolor/Hawai, Sprei, Sarung Bantal -

38 Kana Konveksi Tingkir Lor 03/05 Celana Kolor/Hawai, Sprei, Sarung Bantal -

39 Aflacha Konveksi Tingkir Lor 05/02 Sprei, Bedcover -

40 Cahaya Konveksi Tingkir Lor 01/01 Celana Kolor/Hawai, Sprei, Sarung Bantal -

41 - Tingkir Tengah Celana Kolor/Hawai, Sprei, Sarung Bantal Ibu Prihati

42 Murni Konveksi Tingkir Lor 09/04 Sprei, Bedcover -

Lampiran 2 Tabel 2 : Kriteria Usaha Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja

Res Jumlah Karyawan Kriteria Usaha

Res Jumlah Karyawan Kriteria Usaha

1 5-19 orang Kecil

22 5-19 orang Kecil

2 5-19 orang Kecil

23 5-19 orang Kecil

3 5-19 orang Kecil

24 5-19 orang Kecil

4 5-19 orang Kecil

25 5-19 orang Kecil

Page 50: Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7126/2/T1_232009038_Full... · penggajian terhadap karyawan yang masih ... ekonomi

36

5 5-19 orang Kecil

26 5-19 orang Kecil

6 5-19 orang Kecil

27 1-4 orang Mikro

7 5-19 orang Kecil

28 1-4 orang Mikro

8 5-19 orang Kecil

29 1-4 orang Mikro

9 5-19 orang Kecil

30 1-4 orang Mikro

10 5-19 orang Kecil

31 5-19 orang Kecil

11 1-4 orang Mikro

32 5-19 orang Kecil

12 1-4 orang Mikro

33 5-19 orang Kecil

13 1-5 orang Mikro

34 1-4 orang Mikro

14 5-19 orang Kecil

35 1-4 orang Mikro

15 1-4 orang Mikro

36 1-4 orang Mikro

16 1-4 orang Mikro 37 1-4 orang Mikro

17 5-19 orang Kecil 38 1-4 orang Mikro

18 5-19 orang Kecil

39 1-4 orang Mikro

19 5-19 orang Kecil 40 5-19 orang Kecil

20 5-19 orang Kecil 41 1-4 orang Mikro

21 1-4 orang Mikro

42 1-4 orang Mikro

Page 51: Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7126/2/T1_232009038_Full... · penggajian terhadap karyawan yang masih ... ekonomi

37

Lampiran 3

Tabel 3 : Alasan Tidak Memiliki Catatan Pendapatan dan Biaya

Sumber : data primer yang diolah, 2012

Lampiran 4

Tabel 4 : Alasan Tidak Memiliki Laporan Keuangan

Sumber : data primer yang diolah, 2012

Lampiran 5

Tabel 5 : Alasan Tidak Memiliki Bagian Akuntansi

Sumber : data primer yang diolah, 2012

Alasan Jumlah Responden

Persentase (%)

Tidak Perlu 1 25

Tidak bermanfaat 3 75

Tidak Ada Bagian yang Mencatat - - Lainnya - -

Total 4 100

Alasan Jumlah Responden

Persentase (%)

Tidak Perlu 20 68,97

Tidak Bisa Membuat 6 20,69

Tidak Bermanfaat 3 10,34

Lainnya - - Total 29 100

Alasan Jumlah Responden

Persentase (%)

Tidak Perlu 7 26,92 Karyawan yang lain mampu mengatasi

7 26,92

Usaha belum membutuhkan 12 46,16 Total 26 100

Page 52: Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7126/2/T1_232009038_Full... · penggajian terhadap karyawan yang masih ... ekonomi

38

Lampiran 6

Gambar 1 : Pembelian bahan baku secara bersamaan dengan

kebutuhan rumah tangga

Sumber : data primer yang diolah, 2012

Lampiran 7

Gambar 2 : Alokasi biaya listrik, telepon, dan air

Sumber : data primer yang diolah, 2012

Page 53: Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7126/2/T1_232009038_Full... · penggajian terhadap karyawan yang masih ... ekonomi

39

Lampiran 8

Gambar 3 : Perlakuan atas pengambilan produk yang dipakai

sendiri.

Sumber : data primer yang diolah, 2012

Page 54: Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7126/2/T1_232009038_Full... · penggajian terhadap karyawan yang masih ... ekonomi

40

Kuesioner Penelitian Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha

Mikro dan Kecil di Kecamatan Tingkir, Salatiga.

Saya mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya

Wacana Salatiga, Saya sedang menyusun sebuah karya ilmiah sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi di Universitas Kristen Satya

Wacana dengan judul “Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan

Kecil di Kecamatan Tingkir, Salatiga”. Semua data yang akan digunakan hanya

untuk kepentingan ilmiah saja dan kerahasiaan akan terjaga.

Demikian permohonan ini saya buat, atas ketersediaan dan partisipasi Bapak/Ibu

bersedia meluangkan waktu mengisi kuesioner ini. Saya ucapkan terima kasih atas

bantuan dan partisipasinya.

Salatiga, September 2012

Hormat saya

Debby Florensia

Page 55: Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7126/2/T1_232009038_Full... · penggajian terhadap karyawan yang masih ... ekonomi

41

I. Profil Responden

Nama :

Alamat :

Jenis kelamin :

Profil usaha

Nama usaha :

Alamat usaha :

Berilah tanda (X) pada setiap butir pertanyaan yang disajikan!

1. Jenis usaha yang dilakukan?

a. Manufaktur

b. Dagang

c. Jasa

2. Produk/jasa utama yang dihasilkan ………………………….

3. Jumlah karyawan/ pegawai yang Bapak/Ibu/Saudara/i miliki?

a. 1-4 orang

b. 5-19 orang

4. Berapa lama usaha anda berdiri ?

a. 1 bulan - ≤ 5 tahun

b. 6 tahun - ≤ 10 tahun

c. 11 tahun - ≤ 15 tahun

Page 56: Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7126/2/T1_232009038_Full... · penggajian terhadap karyawan yang masih ... ekonomi

42

d. 16 tahun - ≤ 20 tahun

e. 21 tahun - ≤ 25 tahun

5. Apakah usaha anda memiliki catatan mengenai informasi pendapatan

dan biaya yang dimiliki ?

a. Ya

b. Tidak, mengapa ?

a) Tidak perlu

b) Tidak bermanfaat

c) Tidak ada bagian yang mencatat

6. Apakah usaha anda memiliki laporan keuangan (Neraca, Laporan Laba

Rugi, perubahan modal, laporan arus kas) ?

a. Ya

b. Tidak, mengapa ?

a) Tidak perlu

b) Tidak bisa membuat

c) Tidak bermanfaat

7. Apakah usaha anda memiliki bagian atau unit khusus yang mengelola

keuangan (bagian akuntansi)?

Page 57: Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7126/2/T1_232009038_Full... · penggajian terhadap karyawan yang masih ... ekonomi

43

a. Ya

b. Tidak, mengapa ?

a) Tidak perlu

b) Karyawan yang lain mampu mengatasi

c) Usaha belum membutuhkan.

8. Apakah usaha anda melibatkan anggota keluarga baik inti (istri/suami,

anak) maupun keluarga besar (keponakan, paman, bibi) sebagai tenaga

kerja ?

a. Ya

b. Tidak

9. Apakah ada perhitungan gaji untuk mereka? (jawablah jika jawaban

nomor 9 “YA”, jika tidak maka abaikan saja)

a. Ya

b. Tidak

10. Apakah biaya gaji tersebut dimasukkan ke dalam komponen biaya

produksi usaha anda ? (jawablah jika jawaban nomor 10 “YA” jika

tidak maka abaikan saja)

a. Ya

b. Tidak

Page 58: Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7126/2/T1_232009038_Full... · penggajian terhadap karyawan yang masih ... ekonomi

44

11. Apakah pada saat anda membeli bahan baku untuk usaha, anda juga

membeli kebutuhan Rumah Tangga sekaligus ?

a. Ya

b. Tidak

12. Jika anda membeli bahan baku sekaligus membeli kebutuhan Rumah

Tangga, apakah anda memperhitungkan biaya transportasi yang

dikeluarkan ? (jawablah jika jawaban nomor 12 “YA”, jika jawaban

tidak maka abaikan saja)

a. Ya

b. Tidak

13. Apakah biaya transportasi tersebut dimasukkan ke dalam komponen

biaya produksi? (jawablah jika jawaban nomor 13 “YA”, jika jawaban

tidak maka abaikan saja)

a. Ya

b. Tidak

14. Apakah tempat usaha dan rumah pemilik usaha terpisah ?

a. Ya

b. Tidak

Page 59: Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7126/2/T1_232009038_Full... · penggajian terhadap karyawan yang masih ... ekonomi

45

15. Jika tidak terpisah, apakah ada pemisahan rekening listrik, telepon,

dan air untuk kepentingan usaha dan pribadi ?

a. Ya

b. Tidak ada

16. Apakah ada alokasi biaya telepon, listrik, dan air untuk kepentingan

pribadi dan usaha ?

a. Ya

b. Tidak

17. Apakah ada pengambilan produk untuk dipakai oleh kalangan pribadi

?

a. Ya

b. Tidak

18. Jika ada apakah ada pencatatan khusus ?

a. Ya, lalu apa yang dilakukan ?

a) Hanya mencatat

b) Menggantinya seharga produk tersebut

b. Tidak