PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... ·...

120
PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSI Oleh : NURFAJRI WILMAN NIP: 09020158 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN STKIP PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2016

Transcript of PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... ·...

Page 1: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

1

PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG

SKRIPSI

Oleh :

NURFAJRI WILMAN

NIP: 09020158

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

STKIP PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2016

Page 2: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

2

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI

PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG

Nama : Nurfajri Wilman

NIM : 09020158

Program Studi : Pendidikan Sejarah

Institusi : Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP)

PGRI Sumatera Barat

Padang, 29 September 2016

Disetujui Oleh,

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Ahmad Nurhuda, M. Pd Kaksim, S.Pd.I, M. Pd.

Mengetahui,

Ketua Program Studi

Kaksim, S.Pd.I, M. Pd.

i

Page 3: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

3

HALAMAN PENGESAHAN LULUSAN UJIAN SKRIPSI

Dinyatakan Lulus Setelah Dipertahankan di Depan Tim Penguji Skripsi

Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat

Dengan Judul :

PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG

Nama : Nurfajri Wilman

NPM : 09020158

Program Studi : Pendidikan Sejarah

Institusi : Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI

Sumatera Barat

Padang, 13 Agustus 2016

Tim Penguji,

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua : Kaksim, S.Pd.I, M. Pd. ____________

Sekretaris : Drs. Ahmad Nurhida, M.Pd ____________

Anggota : 1. Liza Husnita, M.Pd ____________

2. Ranti Nazmi, M.Pd ____________

3. Meldawati, M.Pd ____________

Disahkan Oleh,

Ketua Program Studi Sekretaris Program Studi

Kaksim, S.Pd.I, M. Pd Meldawati,M. Pd

Ketua STKIP PGRI Sumatera Barat

DR. Zusmelia, M.Si

ii

Page 4: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

4

Page 5: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

5

ABSTRAK

Nurfajri Wilman(09020158): Pendidikan Inklusif di SMP Negeri 23 Padang.Skripsi

Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016.

Penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan pembelajaran sekolah

inklusif di SMP Negeri 23 Padang. Sasaran dalampenelitian ini adalah Guru

pembimbing Khusus (GPK) dan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di SMPN 23

Padang. Peran guru di sekolah Inklusifsangat menarik dibandingkan guru biasa

karena yang mereka hadapi adalahanak berkebutuhan khusus bukan anak normal

seperti pada umumnya. ABK yang bersekolah di sekolah inklusif memerlukan

seorang guru khusus yang dapat membantu mengatasi hambatan siswa. Program

pendidikan inklusif akan berhasil apabila didukung oleh sumber daya manusia yang

professional, ketersediaan sarana dan prasarana untuk menunjang pembelajaran.

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan, menjelaskan atau

memaparkanefektivitas program sekolahpenyelenggara pendidikan inklusif di SMP

Negeri 23 Padang. Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah

pendekatanpenelitian deskriptif kualitatif.Data dikumpulkan melaluimetode

observasi, wawancara dan dokumentasi. Keabsahan data dilakukandengan cara

triangulasi data. Data dianalisis dengan cara reduksi data, penyajiandata dan

penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Efektivitas dilihat dari

tenagapendidik belum efektif, ketersediaan GPK dan kerjasama antara guru kelas.

Sehingga guru melakukan beberapa carauntuk mendukung hal tersebut, antara lain

yaitu dengan mengikuti diklat, seminar,dan workshop tentang program pendidikan

inklusif; (2) Penyelenggaraanpendidikan inklusif dilihat dari sarana dan prasarana di

SMP Negeri 23 Padangbelumefektif dalam pemanfaatan sarana dan prasarana. ;(3)

Dilihat dari kurikulum SMP Negeri 23 Padangbelum efektif karena belum

mempunyai kurikulum yang mengacu padaprogram penyelenggaraan pendidikan

inklusif. Pelaksanaannya disesuaikandengan kurikulum reguler, hanya saja

dimodifikasi berdasarkan kemampuansiswa, GPK yang menggunakan Rencana

Pembelajaran Individual (RPI) hanyasatu guru sedangkan yang lainnya masih

menggunakan kurikulum reguler; (4) SMP Negeri 23 Padangsudah

melakukanmonitoring dan evaluasi secara efektif. Sistem dan bentuk evaluasi untuk

anakberkebutuhan khusus hampir sama dengan anak regular, hanya saja

standarnilainya lebih rendah. Monitoring dan evaluasi juga dilakukan untuk semua

wargasekolah dan kondisi sekolah. Guru dan kepala sekolah dimonitoring

dandievaluasi pada saat bekerja. Sedangkan kondisi sekolah dilihat dari

kelengkapansarana dan prasarana, ketersediaan GPK, serta karakteristik peserta didik.

Berdasarkan hasil penelitian, Peneliti mengambil kesimpulan bahwa

perencanaan pembelajaran oleh guru bidang studi di SMP N 23 Padang belum dapat

terlaksana dengan baik, hal ini dikarenakan tidak adanya kurikulum yang mengacu

pada pendidikan Inklusif.

iii

Page 6: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

6

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji dan syukur penulis sampaikan

kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pendidikan Inklusif di SMP

Negeri 23 Padang”.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan

program S-1 pada Program Studi Pendidikan Sejarah, Ilmu Pengetahuan Sosial di

Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat.

Dalam penulisan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan, dukungan dan

arahan dari berbagai pihak, baik dalam penelitian maupun penulisan, secara materil,

moril, langsung dan tidak langsung. Dalam kesempatan ini penulis dengan tulus hati

menyampaikan rasa penghargaan dan ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada :

1. Drs. Ahmad Nurhuda, M.Pd selaku pembimbing I dan Bapak Kaksim, S.Pd.

I,. M. Pdselaku pembimbing II yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk membahas masalah ini dan memberikan petunjuk-petunjuk

hingga selesainya skripsi ini.

2. Bapak Kaksim, S.Pd.I, M.Pd selaku ketua Program Studi Pendidikan Sejarah.

3. Ibu DR. Zusmelia, M.Si sebagai Ketua STKIP PGRI Sumbar.

4. Rekan-rekan Angkatan 2009 Program Studi Pendidikan Sejarah, khususnya

sesi C semoga kita mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan terus berkarya

iv

Page 7: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

7

demi masa depan yang cerah walaupun dalam kesempatan ini teman-teman

telah mendapatkan gelar S.Pd terlebih dahulu.

5. Semua narasumberkhususnya Kepala sekolah SMPN 23 Padang dan GPK.

yang telah bersedia meluangkan waktunya selama penelitian, direktur beserta

Pimpinan dan majelis guru telah memberikan dorongan dan meluangkan

waktunya membantu pengumpulan data selama penelitian serta semua pihak

atas segala masukkannya dalam pembuatan skripsi ini Semoga kemurahan

hati Bapak/Ibu mendapat balasan yang setimpal disisi Allah SWT.

6. Kedua orang tua dan yang selalu memberikan Do’a, motivasi dan inspirasi

agarselesainya skripsi ini.

Sebagai pemula dalam kegiatan penulisan karya ilmiah ini, penulis menyadari

bahwa penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan dan tak luput dari segala

kekurangan. Hal ini terjadi karena terdapat keterbatasan: baik keterbatasan waktu,

dana, sumber dan kemampuan penulis sendiri dalam memecahkan masalah dan

menggali informasi sehubung masalah itu serta kelemahan dalam pemakaian bahasa

dan etika penulisan.

Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak diharapkan

untuk kesempurnaan tulisan ini dimasa yang akan datang. Harapan penulis semoga

skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Padang, September 2016

Penulis

v

Page 8: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

8

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN SKRIPSI .............................................................................. i

PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................................... ii

ABSTRAK ....................................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv

DAFTAR ISI .................................................................................................... vi

DFTAR TABEL ............................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi

DAFTAR ISTILAH ......................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1

B. Batasan Masalah .......................................................................................... 4

C. Rumusan Masalah ........................................................................................ 4

D. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5

E. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 5

BAB IITINJAUAN PUSTAKAN

A. Kerangka Konseptual................................................................................... 6

1. Pengertian Pendidikan Inklusif .............................................................. 6

2. Ruang Lingkup Pendidikan Inklusif ...................................................... 7

3. Sejarah Pendidikan Penyandang Cacat .................................................. 9

4. Tujuan Pendidikan Inklusif .................................................................... 11

5. Landasan Yuridis ................................................................................... 12

6. Permendiknas Nomor 70 Tahun 2009 ................................................... 13

B. Studi Relevan ............................................................................................... 13

C. Kerangka berfikir ......................................................................................... 15

BAB IIIMETODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ............................................................................................ 17

B. Lokasi Penelitian .......................................................................................... 17

vi

Page 9: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

9

C. Informan Penelitian ...................................................................................... 18

D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 18

E. Validitas Data ............................................................................................... 20

F. Teknik Analisis Data .................................................................................... 21

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Penelitian ..................................................................................... 23

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................................... 23

2. Denah Lokasi SMPN 23 Padang ............................................................ 24

3. Sejarah Pendidikan Inklusif di SMPN 23 Padang ................................. 25

4. Sarana dan Prasarana di SMPN 23 Padang ............................................ 27

5. Visi dan Misi .......................................................................................... 29

6. Struktur Organisasi ................................................................................ 30

7. Kurikulum SMPN 23 Padang ............................................................... 32

8. Kegiatan Non Akademis ........................................................................ 34

9. Data Siswa Disabilitas di SMPN 23 Padang .......................................... 35

B. Temuan Khusus .......................................................................................... 37

1. Penerapan Pendidikan Inklusif pada Pembelajaran di SMP Negeri 23

Padang .................................................................................................... 36

a. Latar belakang menerapkan pendidikan inklusif ............................. 37

b. Kurikulum dan metode (setting kelas) ............................................. 38

c. Peran kepala sekolah, guru, dan orang tua ....................................... 40

d. Faktor Pendukung, Penghambat, dan Cara Mengatasi pendidikan

inklusif di SMP Ngeri 23 Padang..................................................... 42

2. Pelaksanaan Pembelajaran .................................................................... 52

3. Respon siswa reguler dalam menerima siswa ABK di SMP Negeri 23 60

4. Tenaga pendidik Guru Pembimbing Khusus (GPK) di SMP 23 N

Padang .................................................................................................... 62

vii

Page 10: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

10

a. Profil GPK SMPN 23 Padang ............................................................ 62

b. Tugas Guru Pembimbing Khusus (GPK) ............................................ 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ............................................................................................... 79

B. Saran ......................................................................................................... 80

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

viii

Page 11: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

11

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Statistik Keadaan Siswa Berkebutuhan KhususSMP Negeri 23 Padang

penyelenggara Pendidikan InklusifTahun 2000-2014 ................................. 35

ix

Page 12: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

12

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Gambar 1 kerangka berfikir pembelajaran inklusif SMP Negeri 23 Padang 16

2. Gambar 2 denah lokasi SMP Negeri 23 Padang .......................................... 24

3. Gambar 3 struktur organisasi SMP Negeri 23 Padang .............................. 31

x

Page 13: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

13

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Kisi-kisi Panduan Penelitian ....................................................................... 87

2. PanduanWawancara .................................................................................... 88

3. Catatan Wawancara .................................................................................... 89

4. Foto Hasil wawancara dan penelitian .......................................................... 90

5. Gambar ABK dalam proses KBM ............................................................... 91

6. Format Data Pendidik .................................................................................. 92

7. Daftar anak ABK ......................................................................................... 93

8. Biodata siswa ABK...................................................................................... 94

xi

Page 14: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

14

DAFTRA ISTILAH

GPK : Guru Pembimbing Khusus

ABK : Anak Berkebutuhan Khusus

RPI : Rencana Pembelajaran Individual

SLB : Sekolah Luar Biasa

PLB : Pendidikan Luar Biasa

TENDIK : Tenaga Pendidik

RKH : Rencana Kegiatan Harian

xii

Page 15: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan inklusif adalah layanan pendidikan yang mengikut sertakan Anak

Berkebutuhan Khusus belajar bersama anak normal usia sebayanya di kelas reguler.

(Tarmansyah, 2009:3) Pendidikan Inklusif adalah sebuah konsep atau pendekatan

yang berupaya menjangkau semua anak tanpa kecuali. Salah satu sekolah menengah

di kota padang yang menyelenggarakan program pendidikan inklusif adalah SMP N

23 Padang. Secara De Facto pada tahun 2000 SMP 23 Padang telah menerima siswa

inklusi dan belajar dalam kelas reguler. Mereka memiliki hak dan kesempatan yang

sama untuk memperoleh manfaat yang maksimal dalam pendidikan.

Pendidikan Inklusif menggunakan pendekatan yang berbeda dan mencoba

memecahkan kesulitan yang muncul di SMP N 23 Padang. Inklusi dalam pendidikan

merupakan proses peningkatan partisipasi siswa dan mengurangi keterpisahan dari

budaya, kurikulum, dan komunitas sekolah setempat. Sebuah sekolah yang

mempraktekkan pendidikan inklusif merupakan sekolah yang memperhatikan

pengajaran dan pembelajaran, pencapaian, sikap dan kesejahteraan setiap anak.

Pendidikan Inklusif di SMP N 23 Padang harus menerima semua anak tanpa

terkecuali ada perbedaan fisik, inelektual, sosial, emosial, bahasa, atau kondisi lain

termasuk anak penyandang cacat dan anak berbakat, anak jalanan, anak yang bekerja,

anak yang dari etnis budaya, bahasa, minoritas, dan kelompok anak yang tidak

1

Page 16: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

2

beruntung dan terpinggirkan. Inilah yang dimaksud dengan one school for all (satu

sekolah untuk semua).

Kehidupan sehari-hari istilah anak berkebutuhan khusus oleh sebagian orang

dianggap sebagai anak berkelainan atau anak penyandang cacat. Anggapan seperti ini

tentu saja tidak tepat, sebab istilah anak berkebutuhan khusus mengandung makna

yang lebih luas yaitu anak yang memiliki hambatan perkembangan dan hambatan

belajar termasuk didalamnya anak penyandang cacat. Mereka yang memerlukan

layanan yang bersifat khusus dalam pendidikan agar hambatan belajarnya dapat

dihilangkan sehingga kebutuhan dapat dipenuhi. Anak berkebutuhan khusus dapat

diartikan sebagai seorang anak yang memerlukan pendidikan yang disesuaikan

dengan hambatan belajar dan kebutuhan masing-masing anak secara individual.

Pendidikan inklusif mengajarkan kecakapan hidup dan gaya hidup sehat. Agar

anak dapat menggunakan informasi yang diperoleh untuk melindungi diri dari

penyakit yang berbahaya. Yang lebih penting dalam lingkungan pendidikan inklusif

tidak ada kekerasan terhadap anak, dan hukuman fisik.(Gallan Berkah Mahesa.

Volume 2 Nomor 3. 2013)

Pendidikan inklusif mendorong guru, anak, keluarga dan masyarakat untuk

membantu pembelajaran anak. Misalnya di kelas anak beserta guru bertanggung-

jawab kepada pembelajaran dan secara aktif berpartisipasi didalamnya. Belajar

berkaitan dengan materi apa yang dibutuhkan dan bermakna dalam kehidupan

masyarakat.

Page 17: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

3

Mengembangkan pendidikan inklusif yaitu menciptakan lingkungan yang

ramah dalam pembelajaran. Merupakan cara yang terbaik untuk tercapainya

pendidikan untuk semua, ini salah satu cara yang ditempuh. Hal ini membutuhkan

komitmen, kerja keras, dan keterbukaan untuk banyak belajar banyak hal, dan hal ini

akan membawa kepuasan dengan melihat semua anak belajar.

Semua orang tua pasti menginginkan memiliki anak yang sehat dan tidak

kurang suatu apapun. Akan tetapi sering kali kenyataan tidak sesuai dengan harapan.

Banyak orang tua yang diberi kepercayaan oleh Tuhan untuk merawat dan

membesarkan anak berkebutuhan khusus. Kehadiran anak ini harus diterima tanpa

diskriminasi, dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Termasuk haknya untuk

memperoleh pendidikan yang layak dan berkualitas. Meski „kekhususan‟ yang

dimiliki, pendidikan yang diterima akan berbeda dengan anak lainnya karena

disesuaikan dengan kebutuhan. Tapi, itu bukanlah alasan untuk membuat mereka

dibeda-bedakan untuk memperoleh pendidikan. (Dian Purnama, 2010:129)

Anak berkebutuhan khusus berbeda dengan anak lainnya, maka pendidikan

dan pengajaran disesuaikan dengan kebutuhan mereka. Sebab diperlukan pendidikan

khusus bagi mereka. Terdapat dua pilihan untuk orang tua memilih sekolah bagi anak

berkebutuhan khusus yaitu sekolah luar biasa atau sekolah reguler yang menerapkan

pendidikan inklusif, walaupun kurikulumnya berbeda. Sekolah luar biasa merancang

kurikulumnya sendiri, sedangkan sekolah inklusi menggunakan kurikulum reguler

dan nasional dengan modifikasi.Selain dari hal diatas kendala yang dihadapi

Page 18: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

4

olehsekolah inklusi adalah falitas sarana dan prasara serta minimnya tenaga pengajar

yang kompeten dibidang inklusi.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis menilai persoalan sangat menarik

untuk dikaji dan dibahas dalam sebuah kajian ilmiah dan sebuah skripsi. Karena itu

penulis akan mencoba membahas tentang program pendidikan inklusi khususnya kota

Padang, dengan judul: Pendidikan Inklusif SMP N 23 Padang.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Penelitian ini membahas tentang masalah yang berkaitan dengan program

pendidikan inklusif SMP Negeri 23 Padang. Berdasarkan masalah yang penulis temui

di SMP Negeri 23 Padang, penulis perlu menetapkan batasan masalah yang bertempat

di SMP Negeri 23 Padang. SMP Negeri 23 Padang adalah sekolah yang menyediakan

pendidikan istimewa yaitu Program Pendidikan Inklusif untuk Anak Berkebutuhan

Khusus (ABK).

Pada bagian rumusan masalah harus dirumuskan masalah secara lebih tegas.

Bagaimana masalah yang akan dibahas dalam rancangan penelitian, biasanya

dimunculkan dalam bentuk pertanyaan penelitian, yaitu :Bagaimana penyelenggaraan

program pendidikan inklusif di SMP Negeri 23 Padang?

C. Tujuan Penelitan

Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan penyelenggaraan program

pendidikan inklusif di SMP 23 Padang.

Page 19: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

5

D. Manfaat Penelitan

Manfaat dari penulisan ini adalah

1. Untuk menambah pengetahuan penulis tentang sekolah reguler yang

menyelenggarakan program pendidikan inklusif

2. Menambah koleksi perpustakaan kampus STKIP PGRI SUMBAR tentang

sekolah regular yang menyelenggarakan program pendidikan inklusif.

3. Penelitian ini menambah pengetahuan pembaca tentang sekolah reguler yang

menyelenggarakan program pendidikan inklusif.

4. Menambah pengetahuan bagi masyarakat awam yang tertarik tentang sekolah

reguler yang menyelenggarakan program pendidikan inklusif.

Page 20: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKAN

A. Kerangka Konseptual

1. Pengertian Pendidikan Inklusif

Para ahli pendidikan mengemukakan konsep pendidikan inklusif secara

beragam. Namun, pada dasarnya mempunyai tujuan yang sama. Seperti

dikemukakan oleh Stainback 1990, bahwa sekolah inklusif adalah sekolah yang

menampung semua siswa di kelas yang sama.Sekolah ini menyediakan program

pendidikan yang layak, menantang, tetapi disesuaikan dengan kemampuan dan

kebutuhan individu siswa. Sekolah inklusif juga merupakan tempat anak untuk

dapat diterima. Menjadi bagian kelas tersebut, dan saling membantu bersama

dengan guru dan teman sebayanya, maupun anggota masyarakat. Agar kebutuhan

individu dapat dipenuhi.

Pendidikan inklusif berarti sekolah harus mengakomodasi semua anak tanpa

memandang kondisi fisik, intelektual, sosial-emosional, linguistik atau kondisi

lainnya. Inti pendidikan inklusif adalah hak azasi manusia atas pendidikan. Suatu

konsekuensi logis dari hak ini adalah bahwa semua anak mempunyai hak untuk

menerima pendidikan. Tidak diskriminasikan, dengan dasar kecacatan, etnis,

agama, bahasa, jenis kelamin, kemampuan dan lain-lain.

Staub dan Peck 1995 mengemukakan bahwa pendidikan inklusif adalah

penempatan anak berkelainan ringan, sedang, dan berat secara penuh di kelas. Hal

6

Page 21: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

7

ini menunjukkan kelas reguler merupakan tempat belajar yang relevan bagi anak

berkelainan, apapun jenis kelainannya.

Sementara Sapon-Shevin (O‟nell, 1995), mengemukakan bahwa pendidikan

inklusif sebagai sistem layanan pendidikan yang mempersyaratkan agar anak

berkelainan dilayani di sekolah terdekat, di kelas reguler bersama teman seusianya.

(Tarmansyah, 2009 :76)

2. Ruang Lingkup Pendidikan Inklusif

Inklusif merupakan suatu sistem yang holistik menyeluruh menyangkut

semua komunitas masyarakat dan semua unsur yang ada didalamnya. Implementasi

inklusi terjadi di dalam rumah, masyarakat, sekolah, instansi, organisasi dan

disemua adanya kehidupan manusia. Ruang lingkup dalam implementasi inklusi

melibatkan berbagai komponen yang satu sama lain saling mempengaruhi.

a. Landasan Hukum dan Kebijakan

Ideologi suatu negara direfleksikan melalui kebijakan, oleh karena itu satu

payung hukum untuk semua adalah dasar dalam pelaksanaan inklusi :

1) Undang-undang yang disusun harus mengakomodasi kebutuhan setiap orang

2) Undang-undang yang mengatur kelompok individu tertentu akan

menghasilkan segregasi, dengan demikian perlu adanya penjelasan undang-

undang tersebut serta petunjuk pelaksananya, hal ini terpenting untuk

menjamin pemenuhan kebutuhan semua anak, maupun orang dewasa.

Page 22: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

8

3) Implementasi undang-undang harus didukung dengan penyediaan alokasi

dana yang memadai.

b. Kurikulum

Pada masa yang lalu, kurikulum dijadikan suatu pedoman yang kaku.

Ditetapkan oleh pemerintah pusat, dan harus diikuti sesuai dengan alokasi waktu

yang telah ditentukan. Sehingga penilaian yang bersifat skala nasional. Tanpa

melihat situasi dan kondisi daerah, pelosok, desa yang gurunya hanya bisa datang

kesekolah dua hari sekali karena masalah transportasi, tidak memperhatikan

kondisi kempampuan anak yang berbeda.Maka perlu analisis kurikulum, untuk

memastikan bahwa kurikulum sesuai dengan kebijakan dan undang-undang,

dalam hal ini dengan adanya otonomi daerah. Beberapa aspek ketika kita

mengkaji kurikulum:

1) Topik rancangan yang akan meningkatkan pendidikan yang sesuai dengan

kebijakan, termasuk mempersiapkan kompetensi anak untuk dapat hidup di

masyarakat dimana anak berada.

2) Memberikan peluang untuk pleksibelitas berdasarkan hasil asesmen.

Monitoring, evaluasi diri yang berkesinambungan. Pertimbangkan yang

diberikan kepada anak yang kondisinya berbeda, keunikan gaya belajar dari

masing – masing individu anak.

Page 23: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

9

3. Sejarah Pendidikan Penyandang Cacat

Perubahan pradigma pendidikan yang menyangkut munculnya perubahan

pandangan berkaitan dengan penegakan diagnosis terhadap anak. Diagnosis seperti

yang diberikan dimasa lalu menyebabkan anak diberi label, akibatnya guru

memfokuskan pada keterbatasan yang disebabkan oleh kecacatannya. Dalam hal ini

guru tidak menyadari potensi yang dimiliki oleh individu anak (Dyah. 2008.)

Kebanyakan guru pendidikan anak berkebutuhan khusus kehilangan pemahaman

holistik tentang anak tersebut dan tidak menggunakan pendekatan holistik bagi

pengajarannya.Beberapa ahli yang dikemukan dalam Tarmansyah yaitu:Konteks di

Eropa, Montessori (1870-1952) merupakan tokoh yang sangat berperan dalam

perubahan pandangan filosofis, karena dia berpandangan bahwa perbedaan dalam

kemampuan belajar dan berprilaku itu pada hakekatnya merupakan masalah

pendidikan, bukan masalah medis.

Sejak abad kelima telah ada berbagai kelompok tunanetra yang telah

mampu mencukupi kebutuhan dan pekerjaan internal. Menurut Enerstvedt (1996)

pengetahuan mengenai cara mendidik anak tunarungu berat. Apabila salah satu

indra tidak berfungsi. Girolam Cardano, memperkenalkan pendapat bahwa indra itu

saling menggantikan, sehingga bila indra penglihatan atau pendengaran hilang,

maka indra lain akan berfungsi sebagai dasar bagi aktifitas kognitif dan belajar.

Page 24: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

10

Ketika filosof empiris Inggris John Locke (1632-1704) memfokuskan

tentang pentingnnya fungsi Indra untuk belajar dan pemahaman, pandangannya

menjadi titik awal bagi rasa ingin tau filosofi baru.

Charles–Michel de L‟Epee (1712-1789) mendirikan sekolah khusus pertama

bagi tunarungu di Paris pada tahun 1770. Charles-Michel mendasari pengajarannya

pada metode holistik dengan menggunakan bahasa isyarat sebagai komponen

sentral.

Di Kopenhagen, Peter A.Castberg (1779-1823) mendirikan Kembaga

Kerajinan bagi orang tuli-bisu yaitu pada tahun 1807. Peter juga merupakan

penggerak yang berada dibalik Undang – undang Pendidikan bagi tunarungu

Denmark.

Valentin Huay (1745-1822) mendirikan sekolah khusus pertama bagi

tunanetra di Paris pada tahun 1784, dengan bantuan keuangan dari masyarakat

Philanthropic yang baru didirikan. Beberapa sekolah seperti ini dibuka disejumlah

negara Eropa lainnya.

Philippe Pinel (1745-1826) membebaskan mereka dan dia mulai perlakuan,

bukan sekedar memenjarakannya. Sejak saat itu menjadi hal yang sangat penting

untuk mendiagnosa dan mengkategorikan berbagai kondisi, seperti membedakan

antara penyakit jiwa dengan kelainan perkembangan ketunagrihitaan berat.

Jean M. G. Itard (1774-1838) melakukan sebuah upaya yang menjadi

simbol bagi awal pendidikan bagi anak tunagrahita, ketika dia menyelenggarakan

Page 25: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

11

program pendidikan bagi anak liar dari Aeyron. Itard menangani seorang anak laki-

laki yang tampaknya telah hidup dihutan tanpa kontak dengan manusia bertahun

tahun.

Ketika Edwar Segun (1812-1880) beberapa tahun kemudian mulai mengajar

seorang anak laki – laki yang tunagrahita dengan bantuan dari Itard dan Esquirol,

Segun menjadi pendiri sebuah sekolah khusus bagi anak tunagrahita.

Mulyati, Y. S. 2009membagi anak tunagrahita kedalam dua kelompok. Dia

merekomendasikan pendidikan khusus bagi mereka yang dipandang sebagai

mampu untuk didik. Sedangkan mereka dipandang tidak mampu untuk didik

dirujuk ke lembaga tertentu untuk mendapat perawatan dan pengasuhan.

Lev Vygotsky (1896-1834) dari Rusia. Kritikannya mengenai asesmen

psikometrik terhadap anak serta fokusnya pada zona perkembangan proximal bagi

setiap individu anak telah memberikan inspirasi bagi banyak inovasi praktis

terhadap kelas sekarang ini.

4. Tujuan Pendidikan Inklusif

Secara umum pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi pribadinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan

keterampilan yang diperlukan dirinya.

Page 26: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

12

5. Landasan Yuridis

a. Undang-undang

1) UU Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 15

Pendidikan khusus merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta

didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar

biasa yang diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan

khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah.

2) UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Pasal 51 yang menegaskan “anak penyandang cacat fisik dan atau mental

diberikan kesempatan yang sama dan aksesbilitas untuk memperoleh

pendidikan biasa dan pendidikan luar biasa”.

3) UU Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat

a) Bab III Pasal 6 : Setiap penyandang cacat berhak memperoleh

pendidikan pada semua satuan, jalur, jenis, dan jenjang pendidikan.

b) Bab IV Pasal 11 : Setiap penyandang cacat mempunyai kesamaan

kesempatan untuk mendapatkan pendidikan pada satuan, jalur, jenis, dan

jenjang pendidikan sesuan dengan jenis dan derajat kecacatannya.

c) Bab IV Pasal 12 : Setiap lembaga pendidikan memberikan kesempatan

dan perlakuan yang sama kepada penyandang cacat sebagai peserta

peserta didik pada satuan, jalur jenis dan jenjang pendidikan sesuai jenis

dan derajat kecacatan serta kemampuannya.

Page 27: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

13

6. Permendiknas Nomor 70 Tahun 2009

Tentang Pendidikan inklusif bagi peserta didik yang memiliki kelainan dan

memiliki potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa.

a. Pasal 3 ayat 1

Setiap peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental dan

sosial atau memiliki potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa berhak

mengikuti pendidikan secara inklusif pada satuan pendidikan tertentu sesuai

dengan kebutuhan dan kemampuannya.

b. Pasal 3 ayat 2

Peserta didik yang memiliki kelainan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1

terdiri atas: Tunanetra, Tunarungu, Tunawicara, Tunagrahita, Tunadaksa,

Tunalaras, Berkesulitan belajar, Autis, Memiliki gangguan motorik, Menjadi

korban pengguna penyalahgunaan narkoba, obat terlarang, dan zat adiktif lainnya,

Memiliki kelainan lainnya, Tuna ganda

B. Studi Relevan

Rila Arianti (2009) :Studi Deskriptif Tunanetra yang berjalan dengan

Menggunakan Gerobak (Study Kasusu di Kuranji kecamatan Payakumbuh).Skripsi :

PLB FIB UNP. Penelitian ini berawal dari seorang tunanetra yang dalam kehidupan

sehari-harinya selalu memanfaatkan penggunaan gerobak dalam berjalan, karena

dengan menggunakan gerobak lebuh memudahkan bagi subyek untuk mengetahui

Page 28: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

14

posisi dirinya dan mengetahui keberadaannya pada suatu tempat secara aman,

nyaman dan selamat.

Maises Yuliarni (2009) :Upaya meningkatkan kemampuan motorik halus jari

tangan melalui senam jari pada anak Down Sidrom di SLB YPPLB Padang (Singgle

subject research kelas D.IIC). Penelitian ini dilatarbekangi ditemukan adanya anak

down sindrom kelas D.II.C mengalami hambatan motorik halus jari tangannya, yang

mana anak memiliki otot jari tangan yang agak kaku dan tebal, anak megalami

kesulitan dalam hal membuka dan menutup jari tangan, selama ini guru tidak terlalu

memperhatikan kesulitan yang dialami oleh anak sehingga anak tidak mendapatkan

latihan motorik halus jari tangannya.

Taslialtul Fuad (2008): pelaksanaan modifikasi perilaku bagi anak Authisme

di sekolah Luar Biasa Permata Bunda Bukittinggi. Skripsi: Jurusan PLB FIP UNP.

Dari pengamatan peneliti terlihat adanya perilaku anak authisme yang kurang adaptif

seperti marah-marah dan menangis tanpa ada sebabnya, hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa modifikasi prilaku yang dilaksankan guru untuk merobah

perilaku anak authisme melalui beberapa hal yakni prosedur asesmen dan intervensi,

tekhnik yang digunakan seperti modeling, token ekonomi, asertivitas, aversi,

rileksasi, keterappilan social dan pengendalian diri.

Page 29: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

15

C. Kerangka Berpikir

Apabila dalam suatu kelas terdapat perubahan pada input siswa, yakni tidak

hanya menampung anak normal tetapi juga Anak Berkebutuhan Khusus, maka

menuntut penyesuaian atau modifikasi mulai dari: (1) kurikulum (bahan ajar), karena

khusus bagi peserta didik berkelainan dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat

istimewa diperlukan persiapan program pendidikan atau pengajaran individual (PPI); (2)

peran serta guru (tenaga kependidikan) untuk menyelenggarakan kegiatan mengajar,

melatih, meneliti, mengembangkan, mengelola, dan atau memberikan pelayanan teknis

dalam bidang pendidikan; (3) sarana-prasarana yang meliputi sarana khusus dan

prasarana khusus disesuaikan dengan masing masing jenis Anak Berkebutuhan Khusus

(4) dana, yang terdiri atas biaya investasi, biaya personal dan terakhir biaya operasi, serta

biaya khusus ; (5) manajemen, pada sekolah inklusi pengelolaannya dilandasi dengan

manajemen mutu total; (6) lingkungan, tidak hanya lingkungan sekolah namun juga

melibatkan masyarakat; (7) peserta didik (siswa), dimana sekolah mampu memberi

kesempatan dan peluang kepada berbagai jenis Anak Berkebutuhan Khusus; (8) serta

proses belajar-mengajar, meliputi perencanaan, pelaksanaan, serta evaluasi kegiatan

belajar mengajar.

Jadi keberhasilan belajar Anak Berkebutuhan Khusus dipengaruhi oleh iklim

belajar dan pergaulan yang kondusif. Suasana kondusif tersebut akan tercapai apabila

kondisi di sekolah menunjukkan kesiapan yang ditentukan dari 8 (delapan) komponen di

atas. Selanjutnya kesiapan sekolah yang diartikan sebagai kondisi kemauan dan

kemampuan untuk mengimplementasikan program layanan inklusi sebagia respon

Page 30: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

16

terhadapa upaya memajukan pendidikan di Indonesia dapat dikategorikan dalam tingkat

siap, cukup siap, dan tidak siap. Maka harapan dari terlaksananya proses pembelajaran

yang baik ialah kompetensi lulusan yang bermutu sehingga mencapai kualitas pendidikan

yang bermutu pula. Dapat dilihat pada gamabar :

Gambar. 1

Kerangka Berfikir pembelajaran inklusif SMPN 23 Padan

ABK Sekolah

Reguler

1. Kurikulum

2. Tenaga pendidik

3. Sarana-prasarana

4. Manajemen sekolah

5. Dana inklusi

6. Peserta didik

7. Lingkungan

8. Proses belajar-mengajar

Komponen

Iklim belajar dan

pergaulan yang kondusif

Memperoleh pengalaman

belajar yang bermakna

Kompetensi lulusan yang

bermutu

SISWA

UMUM

Kualitas pendidikan yang

bermutu Inklusi

Tidak siap Cukup siap Siap

Kesiapan

Page 31: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

17

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif.

Penelitian deskriptif ini adalah penelitian yang bertujuan mendeskripsikannya atau

menjelaskannya sesuatu hal seperti apa adanya (Arikunto, Suharsimi 2012:60).

Secara teknis, penelitian dengan metode deskriptif ini paling jauh mengkaji pola

hubungan kolerasional antara beberapa variabel.

Metode penelitian dalam penelitian kualitatif cenderung bersifat deskriptif,

naturalistik, dan berhubungan dengan sifat data yang murni kualitatif. Instrumen

pengumpulan data dalam metodologi kualitatif tidak bersifat terstruktur, terfokus, dan

spesifik seperti dalam penelitan kualitatif, tetapi bersifat longgar, fleksibel, dan dapat

berubah sewaktu – waktu tergantung pada kebutuhan. Instrumen atau teknik yang

paling sering digunakan adalah wawancara mendalam, studi dokumentasi, serta

observasi langsung terhadap objek penelitian.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini di SMP Negeri 23 Padang Sumatera Barat, penulis

memilih SMP Negeri 23 Padang adalah sekolah yang menyediakan program

pendidikan inklusif. Keterbukaan dari pihak sekolah terhadap penelitian yang

dilaksanakan sehingga peneliti lebih mudah melaksanakan penelitan.

17

Page 32: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

18

C. Informan Penelitian

Mendapatkan keterampilan dan data yang relevan dengan permasalahan yang

akan diteliti, informan penelitiannya adalah kepala sekolah, guru dan siswa SMP 23

Padang, mahasiswa jurusan PLB, serta masyrakat sekitar termasuk orang tua murid.

D. Teknik Pengumpulan Data

Data Penelitian ini dihimpun melalui observasi, wawancara, dan studi

dokumentasi. Sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:

1. Observasi

Metode observasi yang dimaksud disini adalah metode riset, bukan metode

pengumpulan data melalui observasi. Disini seorang peneliti bertindak sebagai

seorang pengamat yang netral dan objektif terhadap fenomena yang ditelitinya.

Meskipun suatu saat peneliti ikut berpartisipasi didalam berbagai kegiatan kegiatan

konteks masyarakat yang ditelitinya, peneliti tetap menjaga netralitas dan

objektifitasanya. Di dalam penelitian kualitatif, peneliti yang ikut berpartisipasi ini

disebut Participant Observer.

2. Wawancara

Teknik yang digunakan dalam wawancara ini adalah wawancara bebas,

suasana santai, tidak kaku atau tidak terstruktur yaitu wawancara dengan cara

mengumpulkan informasi atau keterangan dari pertanyaan yang telah dibuat

terlebih dahulu serta pelaksaannya tidaklah harus mengikuti bagian-bagian yang

telah ditentukan sebelumnya, karena peneliti bebas memulai dari mana harus

Page 33: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

19

memperoleh keterangan dan data tentang hasil keputusan atau kesepakatan

bersama.

Dalam wawancara berlansung peneliti mencatat hasil wawancara tersebut,

kemudian peneliti menjadikan satu kesatuan yang utuh supaya dapat dianalisa

secara kualitatif. Dalam penelitian di lapangan, peneliti menggunakan alat

penelitian berupa pedoman wawancara berupa rumusan pertanyaan untuk mencari

informasi yang dibutuhkan, catatan harian penelitian yang menulis bahwa setiap

pergi ke lapangan.Adapun pencatatan dan wawancara dilakukan dengan

menggunakan beberapa alat wawancara, yakni berupa catatan lapangan, alat

perekam dan pedoman wawancara.

3. Dokumentasi

Studi dokumentasi ini dilakukan untuk memperkuat data yang telah

didapatkan melalui observasi dan wawancara sebagai sumber data baru yang

mendukung dan berhubungan dengan masalah yang diteliti. Studi dokumen

merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam

penelitian kualitatif. Hasil penelitian akan semakin kredibel apabila didukung oleh

foto-foto atau karya tulis akademik dan seni. Akan tetapi perlu dicermati bahwa

tidak semua dokumen memiliki kredibilitas yang tinggi. Studi dokumentasi yang

dilakukan oleh peneliti adalah dengan mengumpulkan data melalui sumber-sumber

tertulis misalnya dokumen-dokumen resmi, makalah-makalah penelitian dan buku-

buku yang relevan dengan penelitian ini.Studi dokumen resmi yang dilakukan

Page 34: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

20

peneliti adalah mengumpulkan data melalui pencatatan atau data-data tertulis

mengenai keadaan SMP Negeri 23 Padang.

E. Validitas Data

Penelitian ini menggunakan trianggulasi, yaitu dengan memberikan

pertanyaan yang sama pada sumber yang berbeda. Menurut Moleong (2010: 330)

trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu

yang lain. Berdasarkan hal tersebut maka teknik yang digunakan dalam penelitian ini

adalah trianggulasi sumber. Trianggulasi sumber menurut Moleong (2010: 330)

maksudnya adalah membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu

informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda.

Triagulasi informan ini dilakukan untuk mengecek kembali hasil penelitian

yang didapatkan, dan untuk mengetahui valid atau tidaknya data yang telah

didapatkan.Jika data yang didapatkan dilapangan belum yakin dengan jawaban

informan, maka peneliti harus melakukan wawancara ulang untuk mengecek kembali

kebenaran informasi yang didapatkan dari informan tersebut. Data yang dianggap

sudah valid apabila dari pertanyaan yang diajukan sudah terdapat jawaban yang lebih

dominan darii berbagai informan. Kemudian dilakukan analisis sehingga dapat

menjawab semua pertanyaan yang disiapkan dalam pedoman wawancara.

Page 35: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

21

F. Teknik Analisis Data

Data yang dikumpulkan melalui observasi dan dokumentasi disusun dan

diolah secara sistematis, kemudian disajikan secara deskriptif. Maksudnya data yang

dikumpulkan tidak menggunakan perhitungan secara statistik, namun lebih

menekankan pada penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mencapai pengertian dan

mendapatkan informasi yang memadai dari informan. Analisa yang dilakukan dengan

melakukan interpretasi data secara terus menerus dari awal penelitian.

Metode analisis data yang dipakai dalam penelitian kualitatif melalui

beberapa tahap analisa data yaitu:

1. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang

yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan

gambaran yang lebih jelas dan mempermudah untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya.

2. Display Data (Penyajian Data)

Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya mendisplay data, melalui

penyajian data tersebut maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan

sehingga akan semakin mudah dipahami. Penulis juga melakukan display data

secara sistematik, agar mudah untuk dipahami dan data diklasifikasikan

berdasarkan tema-tema inti sehingga mudah dalam penyajiannya.

Page 36: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

22

3. Pengambilan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dan verifikasi, kesimpulan awal yang dikemukakan

masih bersifat sementara dan akan berubah setelah ditemukan bukti-bukti yang kuat

yang mendukung maka kesimpulan bersifat sempurna.

Page 37: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

23

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

SMP Negeri 23 Padang terletak di daerah ketinggian sebelah Timur Kota

Padang yang jaraknya lebih kurang 20 km dari pusat kota Padang. Akses jalan

menuju ke SMPN 23 Padang, seperti Jln. Kampus UNAND Limau Manis, Jln.

Pasar Badar Buat dan beberapa jalan alternatif lainnya. Secara umum gambaran

lokasi penelitian adalah sebagai berikut :

Nama Sekolah : SMP Negeri 23 Padang

Nomor Statistik Sekolah (NSS) : 201086110023

Nomor Pokok Sekolah Nasional (NPSN): 10303486

Alamat : Jalan Limau Manis

Kecamatan/Kota : P a u h / Padang

E-mail : [email protected]

Nama Kepala Sekolah : Drs. Edy Surya, MM

Akreditasi / Tahun : B / 2007

Kategori Sekolah : Reguler

Tahun didirikan : 1984

Kepemilikan Tanah : Milik Pemerintah

Luas Tanah / Status : 10.000 M2

/SHM

Luas Bangunan : 4116 M2

23

Page 38: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

24

Page 39: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

25

2. Sejarah Pendidikan Inklusif di SMPN 23 Padang

Sejarah Pendidikan Inklusif di SMPN 23 Padang pada awalnya di rintis oleh

tokoh masyarakat, orang tua siswa, tokoh pendidikan, serta perguruan tinggi pada

tahun 2000, dimana awalnya seorang siswa Anak Berkebutuhan Khusus punya

keinginan yang keras bersekolah di sekolah umum. Sejak tahun 2000 itulah SMPN

23 Padang telah melaksanakan layanan pendidikan dalam seting inklusif tersebut,

dengan menerima siswa berkebutuhan khusus dari lulusan SD Negeri/swasta

Reguler yang berada di dalam maupun luar Kecamatan Pauh, SLB-YPAC, SLB-

YPPLB, SDLB Perwari Padang, dengan penerimaan secara langsung maupun

secara PSB Online, dan siswa pindahan dari SMP Negeri/ swasta di Kota Padang.

(Wawancara dengan Muhammad Isya. Juni 2014).

Keberadaan PLB-UNP dan SLBN 1 Padang, sebagai mitra bimbingan SMP

Negeri 23 Padang akan mampu menyelenggarakan dan mengembangkan

Pendidikan Inklusif pertama di Kota Padang dan bahkan di Provinsi Sumatera

Barat. Atas bimbingan dari bapakDrs. Tarmansyah, SpTh, M,Pd, SNE dan

bapak Drs. Asep Ahmad Sopandi, M.Pd, SNE sebagai tenaga ahli,membuat SMP

Negeri 23 Padang dan beberapa guru Guru PK semakin maju membenahi diri

dalam memberikan layanan pendidikan bagi siswa yang membutuhkan

layanan khusus.(Wawancara dengan Agus Rindo.Juni 2014).

Page 40: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

26

Pembinaan dan Pengawasan dari Dinas Pendidikan Propinsi Sumatera Barat

cukup responsif dan memberikan perhatian khusus ke SMPN 23 Padang, dengan di

nota dinaskan 3 orang tenaga guru pembimbing khusus. Direktorat Pembinaan

Sekolah Luar Biasa (PSLB), telah banyak memberikan bantuan, baik berupa

peningkatan kualifikasi guru/kepala, siswa, sarana-prasarana, seperti Gedung

Inklusif Resource Centre, kelengkapan media pembelajaran/alat bantu

belajar, komputer, laptop, alat-alat seni musik dan lain-lain.

Beberapa Kegiatan Seminar, Lokakarya (Workshop) telah banyak diikuti,

baik sebagai peserta maupun sebagai motivator, pemateri maupun sebagai

penyelenggara kegiatan. Sebagai Implementasi Pendidikan Inklusif di SMPN 23

Padang berupaya untuk meningkatkan pelaksanaan yang berorientasi pelayanan

kepada ABK dalam mewujudkan Lingkungan Inklusif Ramah dalam Pembelajaran

(LIRP) dengan berbagai teknik, pendekatan dan sosialisasi kepada warga sekolah.

Penyempurnaan adminstrasi maupun pengelolaan TENDIK, pendanaan,

pembangunan dan Pelayanan menjadi prioritas.Kerja sama, koordinasi,

kemitraan dengan berbagai pihak selalu di tingkatkan seperti Orang tua dan

masyarakat/komite sekolah, Perguruan Tinggi, Dinas Pendidikan Kota Padang,

Dinas Pendidikan Prov.Sumtera Barat, Kementerian Pendidikan dan Kebudyaan

Nasional, Instansi Pemerintah, Psikolog, Tenaga Ahli.Berkat kepercayaan dan

dukungan dari orang tua, masyarakat serta pemerintah membuat SMP Negeri 23

Padang menunjukan kemajuannya dalam penerimaan siswa berkebutuhan khusus

Page 41: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

27

dengan bervariasi karakter ketunaan (A, B, C, D, E, F, H, (Gangguan belajar,

lambat belajar,AD/HD). Sampai saat ini sudah mencapai jumlah 79 orang dan

beberapa orang berprestasi melanjutkan pendidikannya di SMK dan SMA negeri

dan swasta di kota Padang, seperti SMK N 4, SMKN 6, SMK N 7, SMKN 8

Padang dan di Universitas Negeri Padang (Arsip SMPN 23 Padang).

Prestasi demi prestasi siswa berkebutuhan khusus SMPN 23 Padang mulai

diukir sejak tahun 2009 hingga sekarang mulai dari tingkat tingkat Kota Padang,

Prov.Sumatera Barat maupun tingkat Nasional, seperti, FLS2N, O2SN, Gebyar PK-

LK dan OSN PK-LK terutama bidang Desain Grafis, Tari Tradisional, Lompat

Jauh, IT(computer), CC MIPA,Olimpiade IPA dan Matematika,Bisnis Plan dan

lain-lain. Dengan komitmen yang tinggi dari warga sekolah, orang tua, lingkungan

dan Pemerintah untuk menjadikan SMPN 23 Padang Sebagai Sekolah

Penyelenggara Program Pendidikan Inklusif di Kota Padang maupun di Provinsi

Sumatera Barat mulai terwujud dan di kenal sampai ke tingkat Nasional.

3. Sarana dan Prasarana di SMPN 23 Padang

Seiring dengan bertambahnya jumlah siswa yang belajar di SMPN 23

Padang, baik itu siswa Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) maupun siswa normal

maka semenjak Tahun 2000 diupayakanlah oleh pihak komitesekolah untuk

pelebaran kelas maupun perlengkapan lainnya, adapun sarana dan prasarana yang

telah ada di SMPN 23 Padang sampai dengan tahun 2014 antara lain :

1. Ruang belajar : 20 lokal

Page 42: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

28

2. Labor Komputer : 1 lokal

3. Labor IPA : 1 lokal

4. Aula : 1 ruang

5. Perpustakaan : 1 ruang

6. Ruang Kepala Sekolah : 1 ruang

7. Kantor Tata Usaha : 1 ruang

8. Ruang Majelis Guru : 1 ruang

9. Kantor Kesiswaan : 1 ruang

10. Pos Satpam : 1 ruang

11. Ruang BK : 1 ruang

12. Mushalla : 1 ruang

13. Tempat Parkir : 1 tempat

14. Toilet : 1 tempat

15. Ruang Inklusif untuk ABK (anak berkebutuhan khusus)

16. Lapangan Basket, Badminton, dan Takraw

SMP N 23 Padang berdiri dan berada didalam area tanah seluas 10.000

m2. Diarea itulah seluruh Sarana dan Prasarana dibangun, selain itu

Perpustakaan juga memiliki koleksi lebih kurang 1000 judul buku.Selain itu

untuk anak berkebutuhan khusus sekolah juga menyediakan satu ruangan

khusus untuk mereka pergunakan untuk keperluan sehari-hari.

Page 43: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

29

4. Visi dan Misi

Dalam menjalankan kegiatan akademiknya, SMPN 23 Padang mengacu

pada Visi, Misi dan Tujuan sekolah seperti tercantum pada buku pedoman

operasional Tahun Akademik 2013/2014:

a. Visi SMPN 23 Padang adalah :

”Terwujudnya Pendidikan berkarakter, unggul dalam IPTEK dan IMTAQ”.

b. Adapun Misi SMPN 23 Padang adalah :

1) Melaksanakan PBM on time / disiplin

2) Melaksanakan PBM berdasarkan prinsip PAIKEM

3) Mengembangkan Startegi Pembelajaran CTL (Contekstual Teaching and

Learning)

4) Meningkatkan kualitas Iman dan Taqwa melalui kegiatan Muhadarah

secara rutin

5) Meningkatkan daya kreasi seni dan budaya serta IPTEK melalui program

Ekstrakurikuler

6) Menciptakan lingkungan belajar/sekolah bernuansa hijau dan asri.

c. Tujuan SMP Negeri 23 Padang sebagai sekolah penyelenggara pendidikan

Inklusif

SMP Negeri 23 Padang mempunyai beberapa tujuan yang mendukung visi

dan misi sekolah. Tujuan ini dilaksanakan untuk melengkapi program

Page 44: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

30

pendidikan di SMP Negeri 23 Padang. Diharapkan dengan tujuan yang jelas

akan mengantarkan anak-anak peserta didik mendapatkan pendidikan yang

tepat.

Tujuan jangka panjang sekolah yaitu mengembangkan potensi anak-anak

Indonesia untuk dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, dalam suasana

yang menyenangkan sehingga menjadikan anak kreatif, cerdas dan ceria.

Anak dapat menjadi pribadi yang kuat dan mandiri dalam rangka menghadapi

era globalisasi. Sedangkan untuk tujuan jangka pendek yaitu mengembangkan

kemampuan sosial, emosional, bahasa, fisik motorik (motorik halus dan

motorikkasar), kognitif, imajinasi, seni, nilai (moral/agama) & keterampilan

hidup, melalui aneka program kegiatan unik, olah fisik, permainan tradisional,

oalahraga, menari, desain garfis, serta belajar di alam dalam suasana yang

menyenangkan.

5. Struktur Organisasi

Adapun struktur organisasi SMP Negeri 23 Padang pada tahun 2013 adalah

sebagai berikut :

Page 45: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

31

Gambar 2.

Struktur Organisasi SMPN 23 Padang

Sumber : Arsip Tata Usaha SMPN 23 Padang Tahun 2013

Page 46: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

32

6. Kurikulum SMPN 23 Padang

Prinsip pelayanan pendidikan meliputi kurikulum dan program yang harus

menyesuaikan dengan kemampuan individu peserta didik. Di sekolah reguler,

peserta didik harus mengikuti kurikulum sekolah. Sekolah hendaknya memberikan

kesempatan untuk menyesuaikan kurikulum dengan peserta didik yang memiliki

berbagai kemampuan, bakat, dan minat yang berbeda-beda. Kurikulum yang ada

mencakup kurikulum nasional dan kurikulum muatan lokal. Kurikulum nasional

merupakan standar nasional yang dikembangkan oleh Departemen Pendidikan

Nasional. Sedangkan kurikulum muatan lokal menerapkan kurikulum yang

disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan, yang disusun oleh Dinas

Pendidikan Propinsi atau Kabupaten atau Kota.(Depdiknas. 2007. Hal 38)

Kurikulum yang digunakan di kelas inklusif adalah kurikulum anak normal

(reguler) yang disesuaikan (dimodifikasi) dengan kemampuan awal dan

karakteristik siswa (Tarmansyah, 2007: 168). Direktorat PLB (Tarmansyah, 2007:

168) menjelaskan bahwa modifikasi kurikulum dapat dilakukan dengan 6 cara,

yaitu: alokasi waktu, isi atau materi, proses belajar mengajar, sarana prasarana,

lingkungan untuk belajar, dan pengelolaan kelas.

Memodifikasi program dan kurikulum diperlukan untuk pemenuhan

kebutuhan anak-anak dengan berbagai keterbatasan begitu juga dengan Kurikulum

yang dipakai di SMPN 23 Padang disesuaikan dengan kebutuhan anak.Berikut

petikan wawancara penulis dengan narasumber Guru Pembimbing Khusus di SMP

Negeri 23 Padangtentang kurikulumnya :

Page 47: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

33

“Kurikulum nya tetep, kurikulum KTSP, cuma nanti ada regular itu bagi pelajaran

tertentu regular, misal untuk yang kurikulum olahraga, Agama lalu kesenian itu

kita pakai regular. Kalo untuk lainnya itu kita modif, namanya modifikasi dan PPI

Program Pembelajaran Individual“. (Wawancara dengan Muhammad Isya, Juni

2015)

“Jadi modifikasi kurikulum itu kita tujukan buat anak-anak yang inklusi,

berkebutuhan khusus tadi. Kita assesmen dulu assesmen itu kita gunakan untuk

pertama sejauhmana anak itu mampu dan dapat menyesuaikan dengan pelajaran

di kelasnya. Modifikasi kurukulum itu berlaku per individu. Jadi katakanlah kelas

4 itu siswa autisnya dua, kelas A dan B itu nggak sama modifikasi kurikulumnya

jadi beda-beda kan dilihat kemampuannya anak gimana.” (Wawancara dengan

Muhammad Isya, Juni 2015)

“….. Dari kurikulum tadi kita buat PPI program pembelajaran individual misal

dia belum bisa baca ya itu yang kita terapkan ke anak, tanpa dia bisa membaca

kan jadi dia bisa memahami apa yang kita sampaikan eee akademiknya

kan.“(Wawancara dengan Muhammad Isya, Juni 2015)

Siswa ABK melanjutkan belajar mengenal bentuk geometri. Siswa menulis

bentuk geometri dari bangun yang telah digambarkan oleh guru. Bangun-bangun

tersebut dibentuk seperti mobil yang terdiri dari bangun persegi, persegi panjang,

segitiga dan lingkaran.“ (Wawancara dengan Agus Rindo, Juni 2015)

RA, siswa kelas I yang mengalami ADHD, masih belum lancar dalam membaca

model ulangannya adalah ulangan lisan. Guru yang membuatkan soal ulangan

lisan untuk Ns. “Dia ini masih belum lancar membacanya Pak, jadi ulangannya

pake model lisan nggak tulis” “(Wawancara dengan Agus Rindo, Juni 2015)

Siswa APN didampingi pendampingnya mengerjakan soal ulangan di ruang

belajar bersama. Vvy, siswa kelas I mengerjakan soal ulangannya dalam format

essay, ada kalimat yang harus dilengkapi. APN minta soal yang sama dengan

Vvy, lalu gurupun membuatkan soal yang sama dengan APN. Soal bahasa

Indonesia untuk APN dan Vvy isinya identitas diri dan benda-benda sekitar

mereka” (Wawancara dengan Agus Rindo, Juni 2015)

Berdasarkan keterangan diatas dapat penulis simpulkan bahwasanya

Kurikulum yang digunakan pihak SMPN 23 Padangsama dengan sekolah lain

pada umumnya namun ada modifikasi kurikulum bagi siswa ABK dalam

pelajaran-pelajaran tertentu.

Page 48: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

34

7. Kegiatan Non Akademis

Selain mengutamakan kegiatan akademis, SMPN 23 Padang juga

mengedepankan kegiatan non-akademis yang dikenal dengan nama ekstrakurikuler.

Hal ini dapat dilihat dari banyaknya kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan

disekolah ini. Adapun kegiatan ekstrakurikuler yang terdapat pada SMPN 23 Padang

adalah sebagai berikut :

a. Kegiatan Rohis

b. PMR

c. Basket

d. Futsal

e. Pencak Silat

f. Paskibra

g. Paduan Suara

h. Pramuka

i. Badminton

j. Drama/Teater, dan

k. Taekwondo

Dari kegiatan ekstrakurikuler diatas umumnya diikuti oleh siswa normal,

namun selain kegiatan diatas untuk ABK terdapat ekstrakurikuler yang menjadi

prioritasnya seperti ; Design Grafis Komputer, Melukis, Lompat Galah, Lompat Jauh,

Tari Tradisional, Wirausaha,Atletik, Bulu Tangkis, IT, Olimpiade IPA, MTK, Cerdas

cermat dan banyak lagi ekstrakurikuler yang biasa diikuti oleh ABK di SMPN 23

Padang.

Page 49: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

35

8. Data Siswa Disabilitas di SMPN 23 Padang

Berdasarkan penjelasan padabab sebelumnya dijelaskan bahwa SMPN 23

Padang tidak hanya menerima siswa non-disabilitas saja, melainkan terdapat juga

siswa disabilitas. Dapat dikatakan bahwa hampir setiap tahunnya, SMPN 23 Padang

selalu menerima siswa/siswi yang mengalami berkebutuhan khusus. Meski juga

pernah ditahun tertentu di SMPN 23 Padang ini tidak ada sama sekali siswa yang

disabalitas yang berhasil diterima. Dibawah ini merupakan data siswa SMPN 23

Padang yang mengalami disabalitas dalam hal tunanetra :

Tabel.1

Statistik Keadaan Siswa Berkebutuhan Khusus

SMP Negeri 23 Padang penyelenggara Pendidikan Inklusif

Tahun 2000-2014

NO TP Masuk

JENIS KEKHUSUSAN

JUMLAH

A B C C1 D D1 E F G H

1. 2000/2001 1 1

2. 2001/2002 1 1

3. 2002/2003 2 2

4. 2003/2004 1 1

5. 2004/2005 1 1

6. 2005/2006 1 1 3 5

7. 2006/2007 2 2 4

8. 2007/2008 2 1 1 1 5

Page 50: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

36

9. 2008/2009 1 2 14 17

10. 2009/2010 2 2 5 9

11. 2010/2011 1 2 7 10

12. 2011/2012 3 1 1 3 2 10

13. 2012/2013 1 1 2 3 7

14. 2013/2014 1 1 1 2 2 7

15. 2014/2015 3 1 1 1 1 3 10

JUMLAH 2 16 3 9 1 13 1 45 90

Keterangan Istilah:

A Tunanetra D1 Tuna Daksa Ringan

B Tunarungu E Tuna Laras

C Tuna Grahita F Autis

C1 Tuna Grahita Ringan G Tuna Ganda

D Tuna Daksa H Kesulitan Belajar, Lambat

Belajar dan ADHD

Dari table diatas dapat ditarikkesimpulan bahwa pada umumnya setiap tahun

siswa Inklusif yang bersekolah di SMPN 23 Padang terus mengalami kenaikan

jumlahnya, terutama ditahun 2008-2009 dimana terdapat 17 siswa Anak

Berkebutuhan Khusus yang belajar di SMP Negeri 23 Padang,tentunya hal ini

menjadi pekerjaan rumah sendiri bagi SMPN 23 Padang bagaimana melayani Anak

Berkebutuhan Khusus lebih baik lagi kedepannya.

Page 51: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

37

B. Temuan Khusus

1. Penerapan Pendidikan Inklusif pada Pembelajaran di SMP Negeri 23

Padang

Pendidikan inklusif yang diterapkan di SMP Negeri 23 Padangmelayani

segala kebutuhan peserta didik tanpa memandang perbedaan agama, budaya,

sosial-ekonomi dan Anak Berkebutuhan Khusus. Semua peserta didik

memperoleh pendidikan yang sama sesuai dengan kebutuhannya.

“Di SMP Negeri 23 Padangpenerapan pendidikan inklusif dapat dilihat dari

berbagai aspek keberanekaragaman, seperi: keberagaman budaya peserta

didik, agama yang dianut pesertadidik, sosial ekonomi dan anak

berkebutuhan khusus ” (Wawancara dengan Agus Rindo, 19 April 2015)

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah diperoleh informasi

bahwa penerapan pendidikan inklusif di SMP Negeri 23 Padangdapat dilihat dari

aspek agama yang dianut peserta didik, sosial-ekonomi, dan Anak Berkebutuhan

Khusus yang menjadi peserta didik.

Guru Pembimbing Khusus juga membantu Anak Berkebutuhan Khusus

yang kurang fokus dalam mengerjakan kegiatan. Guru Pembimbing

Khusus sering mengingatkan dan memotivasi Anak Berkebutuhan Khusus

untuk bersosialisasi tidak hanya akademik saja.” (Edy Surya, 19 April

2015)

Hasil observasi berupa catatan pembelajaran di lapangan, diperoleh data bahwa

penerapan pendidikan inklusif di SMP Negeri 23 Padangdapat dilihat dari Anak

Berkebutuhan Khusus yang menjadi peserta didik. Terdapat guru khusus yang

mendampingi setiap kegiatan Anak Berkebutuhan Khusus saat di sekolah. Guru

tersebut adalah Guru Pembimbing Khusus. Guru Pembimbing

Page 52: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

38

Khususmendampingi Anak Berkebutuhan Khusus untuk bersosialisasi di

lingkungan sekolah serta membantu Anak Berkebutuhan Khusus dalam

mengerjakan setiap kegiatannya.

Hasil dokumentasi saat pembelajaran sedang berlangsung, diperoleh data

bahwa penerapan pendidikan inklusif di SMP Negeri 23 Padangjuga dapat dilihat

dari terdapatnya Guru Pembimbing Khusus. Dan peserta didik berkebutuhan

khusus di dalam kelas.Berbagai latar belakang peserta didik tidak menjadi suatu

hambatan untuk anak mendapatkan pelayanan pendidikan. Peserta didik tidak

dibeda-bedakan, semua bermain belajar dan di kelas bersama-sama. Penerapan

pendidikan inklusif pada SMP Negeri 23 Padang, yaitu:

a. Latar belakang Menerapkan Pendidikan Inklusif

Pendidikan Inklusif di SMP Negeri 23 Padangdidirikan sekitar Tahun

2000, Pada tahun 2000 sekolah mulai menerima anak berkebutuhan khusus

yang beragam. Sekolah ini mengedepankan pendidikan yang berpihak pada

minat peserta didik. Peserta didik difasilitasi sesuai dengan kebutuhan

mereka.

Karena inklusif menghargai segala perbedaan. Negara ini

membutuhkan orang-orang yang dapat menghargai satu sama lain,

yang tahu tentang keanekaragaman. Membelajarkan anak sejak dini

akan menanamkan sikap saling menghargai dan peka terhadap

sekelilingnya (membantu teman yang membutuhkan bantuan).

(wawancara dengan Muhammad Isya, 19 April 2015)

Hasil wawancara yang telah dilakukan, diperoleh informasi bahwa

yang melatarbelakangi SMP Negeri 23 Padanguntuk menerapkan pendidikan

Page 53: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

39

inklusif yaitu karena inklusif menghargai segala perbedaan. Membelajarkan

peserta didik sejak dini sangat bermanfaat dalam kehidupan di masa

mendatang.

Keberagaman menjadi salah satu yang mendasari filosofi SMP Negeri

23 Padangsehingga peserta didik memiliki kesempatan belajar yang sama.

Menurut pihak sekolah, inklusif menghargai segala perbedaan. Dewasa ini

banyak sekali orang yang mempermasalahkan perbedaan. Alangkah indahnya

ketika setiap orang mampu memahami dan menghargai segala

keanekaragaman yang ada. Oleh karena itu, diperlukan pendidikan yang tepat

sejak dini. Dengan adanya pendidikan inklusif, diharapkan anak mampu peka

terhadap sekelilingnya. Peserta didik mampu menghargai segala perbedaan

yang ada. Dari berbagai latar belakang peserta didik yang beragam tersebut

membuat peserta didik akan terbiasa dalam lingkungan yang beranekaragam.

b. Kurikulum dan metode (setting kelas)

Berdasarkan KTSP yang mengacu pada Peraturan Pemerintah

Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 58. Kurikulum

dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan anak. Untuk penyesuaian

dengan kurikulum 2013 yang sekarang ini digalakkan oleh

pemerintah, karena kurikulum tersebut merupakan tematik sehingga

dalam pendidikan SMP sudah berjalan lama dan tidak berpengaruh

banyak. Penyesuaiannya lebih kepada pendidikan karakter anak.

(wawancara dengan Muhammad Isya, 19 April 2015)

Hasil wawancara yang diperoleh di SMP Negeri 23 Padang kurikulum

yang digunakan adalah kurikulum KTSP yang mengacu pada Permendiknas

nomor 58. Kurikulum dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan anak. Melalui

Page 54: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

40

kurikulum tersebut, dikembangkan pembelajaran yang berpihak pada peserta

didik. Pembelajaran diciptakan sesuai kebutuhan peserta didik. Program

pembelajaran dikembangkan melalui bentuk aktivitas yang bervariasi

sehingga peserta didik dapat tumbuh dan berkembang lebih sehat, kreatif,

ceria, dan cerdas.

Metode yang digunakan yaitu metode Inclass.Maksudnya siswa

Inklusif dicampur dengan siswa regular. Dalam penerapannya

menyesuaikan SDM dengan menciptakan pembelajaran yang kreatif

sekaligus menyenangkan agar anak tidak merasa bosan. Selain itu

terdapat delapan area pembelajaran, meliputi: matematika, bahasa, art,

science, manipulative, konstruksi, musik, dan agama.

Kelas disetting sesuai dengan metode yang diterapkan oleh sekolah,

yaitu menggunakan metode yang dirancang sesuai minat anak. Sekali-

kali juga diadakn pembelajaran diruangan khusus untuk Anak

Berkebutuhan Khusus.(wawancara dengan Muhammad Isya, 19 April

2015)

Selain dikelas, tiap hari dibuka area yang berbeda-beda untuk anak.

Dalam penerapannya menyesuaikan dengan minat anak dan Rencana

Kegiatan Harian yang sudah dibuat oleh guru. (wawancara dengan

Muhammad Isya, 19 April 2015)

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah dan guru kelas

diperoleh informasi bahwa metode yang digunakan di SMP Negeri 23adalah

metode in class dan area. Setting kelas dirancang sesuai minat peserta didik,

dan setiap haridibuka area yang berbeda-beda menyesuaikan minat peserta

didik serta Rencana Kegiatan Harian(RKH) yang dibuat oleh guru.

Metode pembelajaran yang digunakan di sekolah yaitu metode In class

dan area. Sehingga kelas disetting menggunakan metode area lapangan. Area

tersebut meliputi: matematika, bahasa, art, science, manipulative, konstruksi,

Page 55: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

41

musik, dan agama. Sedangkan di dalam kelas yang digunakan yaitu: area

persiapan, area agama dan budaya, area sains, area seni, dan area balok. Area

tersebut disusun dalam ruangan kelas dan dilengkapi dengan media-media

yang mendukung. Media tersebut dapat dijadikan sebagai alat untuk

pembelajaran dan dapat juga untuk media bermain peserta didik. Area dibuat

nyaman agar tercipta suasana yang menyenangkan untuk peserta didik.

Setiap hari guru merancang area yang akan peserta didik kunjungi.

Area tersebut berdasarkan minat peserta didik ketika bermain. Sedangkan

ketika melakukan kegiatan, guru telah merancang area yang akan digunakan

pada RKH.

c. Peran kepala sekolah, guru, dan orang tua

Pendidikan inklusif yang tepat bagi peserta didik, perlu dukungan dari

berbagai pihak. Seluruh warga sekolah harus mampu menciptakan suasana yang

nyaman bagi peserta didik. Peran serta pihak sekolah, menjadi hal yang amat

penting. Kepala sekolah serta guru diharapkan mampu mendidik peserta didik

sesuai dengan visi misi sekolah. Peran yang kepala sekolah dan guru berikan

yaitu dengan menyusun kegiatan selama satu tahun. Program-program tersebut

diharapkan mampu mendidik anak menjadi pribadi yang lebih baik, mandiri, dan

mampu menerima keadaan di sekelilingnya dengan menghargai segala

keanekaragaman.

Dengan menyusun program kegiatan selama satu tahun. Diharapkan hal

ini mampu memfasilitasi peserta didik dalam proses pembelajaran dan

tentunya berperan dalam pendidikan inklusif di SMP Negeri 23 Padang.

Page 56: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

42

Program yang rutin yaitu setiap satu kali dalam sebulan rapat komite

dengan kepala sekolah. Dalam rapat ini terdapat pesan-pesan dan saran.

Program parenting setiap dua kali dalam sebulan. Memantau

perkembangan anak dengan orang tua yang saling sharing.(Drs. Edy

Surya, wawancara 19 April 2015)

Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa peran kepala

sekolah dan guru yang diberikan yaitu dengan menyusun program kegiatan

sekolah selama satu tahun. Program yang rutin dilakukan yaitu rapat komite

dengan sekolah dan program parenting.

Melalui kegiatan rapat diharapkan dapat menjalin komunikasi yang baik

antara pihak sekolah dengan komite sekolah. Dalam rapat ini dapat pula

dipantauperkembangan anak di sekolah dan dirumah. Serta saling tukar pendapat

dan saran.

Program lain yang dilakukan sebanyak dua kali dalam sebulan yaitu

parenting. Program ini sangat membantu orang tua dalam memahami anaknya.

Serta orang tua mampu memantau perkembangan anaknya di sekolah. Pihak

sekolah memfasilitasi kepada para orang tua untuk sharing mengenai

permasalahan dengan anaknya. Dalam parenting yang paling penting adalah

ketika orang tua mendapatkan pengetahuan yang baru yang tepat bagi pendidikan

anaknya.

Selain dari pihak sekolah, komite sekolah dan orang tua turut serta dalam

membantu terselenggaranya pendidikan yang tepat bagi anak mereka. Peran serta

orang tua dan komite sekolah yakni bekerja sama dalam kegiatan yang

diprogramkan.

Page 57: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

43

Orang tua dan komite sekolah aktif bekerja sama dalam terselenggaranya

kegiatan di sekolah. Membuat program workshop dua kali dalam satu

tahun...

Mendukung program sekolah yaitu outing class. Dalam program ini

terdapat tiga orang perwakilan dari komite untuk ikut dalam

pendampingan program. Karena dalam program ini orang tua anak tidak

ikut mendampingi. (Drs. Edy Surya, wawancara 19 April 2015)

Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa peran orang tua

dan komite yaitu bekerja sama dalam terselenggaranya kegiatan di sekolah

(workshop) dan mendukung program outing class. Kedua program ini perlu

mendapatkan dukungan dari orang tua dan komite sekolah.

Workshop diselenggarakan sebanyak dua kali dalam satu tahun. Diskusi

yang dilakukan dalam workshop mengenai dunia peserta didik. Selain itu,

komitesekolah diharapkan mampu menjembatani antara pihak sekolah dengan

orang tua anak. Selain workshop, ada pula kegiatan program lainnya yaitu outing

class. Program ini mengajarkan peserta didik untuk mengenal lingkungan luar

tanpa dampingan dari orang tua. Sedangkan dalam program outing class terdapat

3 orang komite sekolah yang ikut serta sebagai perwakilan. Diharapkan dengan

adanya perwakilan dari komite sekolah, pihak orang tua mengetahui kegiatan apa

yang dilakukan oleh anaknya diluar sekolah.

d. Faktor Pendukung, Penghambat, dan Cara Mengatasi pendidikan

inklusif di SMP Ngeri 23 Padang

Di setiap perjalanan dalam mendidik peserta didik selalu terdapat

faktor-faktor yang mendukung dan menghambat. Berbagai masalah juga

sering dihadapi oleh guru dan orang tua. Dalam penerapan pendidikan inklusif

Page 58: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

44

di SMP Ngeri 23 Padangterdapat faktor pendukung dan penghambatnya serta

cara mengatasi hambatan tersebut, yaitu:

1) Faktor Pendukung Penerapan Pendidikan Inklusif di SMPN 23

Padang

Sumber Daya Manuasia Setiap tahun diadakan staf gathering.

Memiliki satu visi yang sama. Yaitu setiap anak berhak

mendapatkan pendidikan. Semua bekerja dengan hati (dalam

kondisi apapun mau menerima). (Drs. Edy Surya, wawancara 19

April 2015) Orang tua. Sesama orang tua saling menghargai baik dengan yang

memiliki Anak Berkebutuhan Khusus maupun non Anak

Berkebutuhan Khusus saling care dan tidak komplain satu sama

lain. (Drs. Edy Surya, wawancara 19 April 2015)

Hasil wawancara dengan kepala sekolah diperoleh informasi

bahwa terdapat dua faktor pendukung dalam penerapan pendidikan

inklusif di SMP Ngeri 23 Padangyaitu Sumber Daya Manusia dan orang

tua. Pertama Sumber Daya Manusia,Sumber Daya Manuasia di sekolah

meliputi kepala sekolah, guru, dan karyawan. Seluruh Sumber Daya

Manuasia mampu bekerja sama dan memiliki satu visi dan misi yang akan

diwujudkan. Seluruh Sumber Daya Manusia menyukai dunia anak dan

bekerja dengan hati. Mampu menerima dalam kondisi apapun.

Faktor yang kedua yaitu orang tua. Orang tua peserta didik mampu

menghargai segala kondisi peserta didik yang ada di sekolah. Orang tua

saling care satu sama lain. Tidak membedakan Anak Berkebutuhan

Khusus dengan peserta didik yang lainnya. Orang tua juga mendukung

Page 59: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

45

segala program yang telah dirancang oleh sekolah. Hal ini sangat

membantu dalam pelaksanaan pembelajaran yang tepat bagi peserta didik.

2) Faktor Penghambat Penerapan Pendidikan Inklusif SMPN 23

Padang

Proses pembelajaran merupakan hal yang kompleks. Oleh sebab

itu secara umum terdapat hambatan-hambatan baik yang menghambat

pembelajaran tersebut.Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:239-247)

hambatan dalam pembelajaran sering muncul dari dalam siswa itu sendiri

yang diantaranya adalah sebagai berikut:

a) Sikap Terhadap Belajar

Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu,

yang membawa diri sesuai dengan penilaian. Adanya penilaian tentang

sesuatu mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak, atau

mengabaikan. Misalnya siswa yang tidak lulus ujian matematika

menolak ikut ulangan di kelas lain. Siswa tersebut menolak ikut

karena ujian ulang di kelas lain. Sikap ini merupakan urusan pribadi

siswa. Akibat penerimaan, penolakan kesempatan akan berpengaruh

pada kepribadian.

b) Motivasi Belajar

Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong

terjadinya proses belajar. Motivasi belajar pada diri siswa dapat

Page 60: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

46

menjadi lemah. Lemahnya motivasi, atau tiadanya motivasi belajar

akan melemahkan kegiatan belajar.

c) konsentrasi belajar

Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian

pada pelajaran pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan

belajar maupun proses memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian

pada pelajaran, guru perlu menggunakan bermacam-macam strategi

belajar-mengajar, dan memperhitungkan waktu belajar serta selingan

istirahat.

d) mengolah bahan belajar

Mengolah bahan belajar merupakan kemampuan siswa untuk

menerima isi dan cara perolehan ajaran sehingga menjadi bermakna

bagi siswa. Kemampuan siswa mengolah bahan tersebut menjadi

makin baik, bila siswa berpeluang aktif belajar.

e) menyimpan perolehan hasil belajar

Menyimpan perolehan hasil belajar merupakan kemampuan

menyimpan pesan dan cara perolehan pesan. Kemampuan menyimpan

tersebut dapat berlangsung dalam waktu pendek dan waktu yang lama.

Kemampuan menyimpan dalam waktu pendek berati hasil belajar

cepat dilupakan siswa. Kemampuan menyimpan dalam waktu lama

berati hasil belajar tetap dimiliki siswa.

Page 61: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

47

f) menggali hasil belajar yang tersimpan

Menggali hasil belajar yang tersimpan merupakan proses

mengaktifkan pesan yang telah diterima. Dalam hal pesan baru, maka

siswa akan memperkuat pesan dengan cara mempelajari kembali, atau

mengaitkannya dengan bahan lama. Ada kalanya siswa juga

mengalami gangguan dalam menggali pesan atau kesan lama.

Gangguan tersebut bukan hanya bersumber pada pemanggilan atau

pembangkitannya sendiri. Gangguan tersebut dapat bersumber dari

kesukaran penerimaan, pengolahan , dan penyimpanan. Penggalian

hasil yang tersimpan ada hubungannya dengan baik buruknya

penerimaan, pengolahan dan penyimpanan pesan.

g) kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar

Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar merupakan suatu

puncak proses belajar. Pada tahap ini siswa membuktikan keberhasilan

belajar. Pada proses menggali dan berprestasi dapat terjadi gejala lupa,

karena siswa lupa memanggil pesan yang tersimpan.

h) rasa percaya diri siswa

Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak

dan berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul

berkat adanya pengakuan dari lingkungan. Bila rasa tidak percaya diri

sangat kuat, maka diduga siswa akan menjadi takut belajar. Rasa takut

Page 62: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

48

belajar tersebut terjalin secara komplementer dengan rasa takut gagal

lagi.

i) intelegensi dan keberhasilan belajar

Intelegensi dianggap sebagai suatu norma umum dalam keberhasilan

belajar. Intelegensi normal bila nilai IQ menunjukan angka 85-115.

Yang menjadi masalah adalah siswa yang memiliki kecakapan di

bawah normal. Dengan perolehan hasil belajar yang rendah, yang

disebabakan oleh intelegensi yang rendah atau kurangnya

kesungguhan belajar, berarti terbentuknya tenaga kerja yang bermutu

rendah . Oleh karena itu pada tempatnya mereka didorong untuk

belajar di bidang-bidang keterampilan sebagai bekal hidup.

Penyediaan kesempatan belajar di luar sekolah, merupakan langkah

bijak untuk mempertinggi taraf kehidupan warga Negara Indonesi

j) kebiasaan belajar

Dalam kegiatan sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan belajar yang

kurang baik. Kebiasaan belajar tersebut antara lain adalah belajar di

akhir semester, belajar tidak teratur, menyia-nyiakan kesempatan

belajar dll. Kebiasaankebiasan buruk tersebut dapat ditemukan di

sekolah yang ada di kota besar, kota kecil, dan pelosok tanah air.

Page 63: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

49

k) cita-cita siswa

Dalam rangka tugas perkembangan, pada umumnya setiap anak

memiliki suatu cita-cita dalam hidup. Cita-cita merupakan motivasi

intrisik. Tetapi ada kalanya gambaran jelas tentang tokoh teladan bagi

siswa belum ada. Akibatnyasiswa hanya berperilaku ikut-ikutan.

Sebagai ilustrasi, siswa ikut-ikutanberkelahimerokok sebagai tanda

jantan atau berbuat jagoan dengan melanggar aturan.Dengan perilaku

tersebut, siswa beranggapan telah menempuh cita-cita terkenal di

lingkugan siswa kota.

Selain dari factor penghambat diatas, hasil wawancara peneliti

dengan narasumber tentang factor penghambat pembelajarn Inklusif di

SMPN 23 Padang sebagai berikut;

Gedung sekolah yang memiliki anak tangga. Hal ini terbatas

bagi Anak Berkebutuhan Khusus dengan kondisi fisik yang

tidak dapat menjangkau kelas yang berada di lantai atas.(Drs.

Edy Surya, wawancara 19 April 2015)

GPK yang berkompeten. Mencari Guru Pembimbing Khusus

yang cocok dengan Anak Berkebutuhan Khusus mengalami

banyak kesulitan. Untuk gaji Guru Pembimbing Khusus

berasal dari orang tua Anak Berkebutuhan Khusus sehingga

ABK dari keluarga ekonomi yang kurang tidak dapat diterima.

Meningkatkan guru kelas untuk penanganan Anak

Berkebutuhan Khusus. Kurangnya pengetahuan guru kelas

tentang Anak Berkebutuhan Khusus menjadikan kesulitan

tersendiri dalam memberikan pembelajaran (terutama ketika

GPK tidak masuk / sedang cuti).

Page 64: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

50

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, diperoleh

informasi bahwa terdapat 3 faktor yang menghambat penerapan

pendidikan inklusif di SMP Negeri 23 Padang, yaitu: gedung sekolah,

Guru Pendamping Khusus, dan guru kelas dalam penanganan Anak

Berkebutuhan Khusus.

SMP Ngeri 23 Padangmemiliki bangunan dengan 3 lantai. Hal

ini membuat salah satu penghambat ketika ada Anak Berkebutuhan

Khusus yang tidak mampu menaiki tangga untuk menjangkau lantai

atas. Peserta didik yang lain juga harus berhati-hati dalam menaiki

tangga untuk sampai di ruang yang dituju. Guru Pembimbing Khusus

yang berkompeten sangat sulit dicari. Hal ini dikarenakan pihak

sekolah kesulitan dalam mencari Guru Pembimbing Khusus yang

cocok dengan Anak Berkebutuhan Khusus. Diperlukan adaptasi yang

lama ketika seorang Anak Berkebutuhan Khusus mampu menerima

Guru Pembimbing Khusus. Selain itu, karena Guru Pembimbing

Khusus digaji oleh orang tua Anak Berkebutuhan Khusus sehingga

untuk Anak Berkebutuhan Khusus dari keluarga ekonomi yang kurang

tidak dapat diterima. Faktor yang terakhir yaitu penanganan Anak

Berkebutuhan Khusus oleh guru kelas. Kurangnya pengetahuan guru

kelas dalam mendidik Anak Berkebutuhan Khusus dapat menjadi

penghambat dalam pembelajaran peserta didik. Ketika Guru

Page 65: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

51

Pembimbing Khusus tidak masuk karena sakit atau sedangcuti, maka

guru kelas akan mengalami kesulitan. Anak Berkebutuhan Khusus

yang terbiasa dengan Guru Pembimbing Khusus akan kesulitan

beradaptasi dengan guru kelasnya.

3) Cara mengatasi hambatan dalam penerapan pendidikan

inklusif di SMP Ngeri 23 Padang

Untuk mengatasi beberapa hambatan dalam penerapan

pendidikan inklusif di SMP Ngeri 23 Padang, ada beberapa cara yang

dapat dilakukan. Cara-cara ini diharapkan mampu menyelesaikan

hambatan dan memberikan solusi yang tepat dalam penerapan

pendidikan inklusif di SMP Ngeri 23 Padang.

Gedung sekolah. Karena bangunan tidak dapat diubah,

sehingga untuk pemilihan peserta didik lebih selektif. Dipilih

peserta didik yang mampu menjangkau seluruh area gedung

sekolah. (Drs. Edy Surya, wawancara 19 April 2015)

Guru Pembimbing Khusus. Memilih Guru Pembimbing

Khusus dengan lulusan yang berkompeten dalam bidang ABK.

GPK yang senang dengan dunia anak. (Drs. Edy Surya,

wawancara 19 April 2015)

Guru kelas untuk penanganan Anak Berkebutuhan Khusus.

Banyak sharing dengan Guru Pembimbing Khusus. Ikut dalam

seminar dan workshop tentang Anak Berkebutuhan Khusus.

Memperkaya pengetahuan dengan banyak membaca buku.

Serta berlatih teknologi sejalan dengan perkembangan zaman.

(Drs. Edy Surya, wawancara 19 April 2015)

Page 66: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

52

Hasil wawancara yang diperoleh untuk mengatasi hambatan

dalam penerapan pendidikan inklusif di SMP Ngeri 23 Padangyaitu

untuk gedung sekolah yang memiliki 3 lantai, karena bangunan

gedung tidak dapat diubah maka pihak sekolah memilih peserta didik

yang mampu menjangkau gedung SMP Ngeri 23 PadangSedangkan

untuk Guru Pembimbing Khusus, pihak sekolah telah berusaha

mencari Guru Pembimbing Khusus yang berkompeten. Guru

Pembimbing Khusus yang lulus di bidang Anak Berkebutuhan Khusus

seperti jurusan psikologi, Pendidikan Luar Biasa, dan PG-PAUD.

Sedangkan untuk guru kelas dalam penanganan Anak Berkebutuhan

Khusus, maka dilakukan sharing. Sharing ini dilakukan guru kelas

dengan Guru Pembimbing Khusus.

Anak Berkebutuhan Khusus yang diterima oleh sekolah yakni

Anak Berkebutuhan Khusus yang mampu secara mandiri menjangkau

ruang-ruang yang terletak di lantai atas. Untuk Guru Pembimbing

Khusus yang telah terpilih dan kompeten dibidangnya, diharapkan

nantinya akan lebih mudah dalam beradaptasi dengan Anak

Berkebutuhan Khusus. Selain itu, pihak sekolah harus memilih Guru

Pembimbing Khusus yang senang dengan dunia peserta didik

sehingga, mampu mendidik dengan hati dan Anak Berkebutuhan

Khusus akan merasa nyaman. Pihak sekolah juga mengikutsertakan

Page 67: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

53

guru-guru dalam seminar dan workshop tentang Anak Berkebutuhan

Khusus. Hal ini diharapkan agar guru kelas menjadi lebih kreatif

dalam memperkaya pengetahuan dengan membaca buku dan mencari

informasi terbaru mengenai dunia peserta didik

2. Pelaksanaan Pembelajaran

Pembelajaran Inklusif di SMP Negeri 23 Padangterdapat 5 kegiatan, yaitu:

kegiatan awal (opening), kegiatan inti I, istirahat, kegiatan inti II, kemudian kegiatan

akhir. Kegiatan-kegiatan tersebut menjadi satu rangkaian pembelajaran yang telah

disusun sesuai dengan program sekolah. Guru melaksanakan pembelajaran sesuai

dengan Rencana Kegiatan Harian yang telah dibuat terlebih dahulu.

a. Opening (Kegiatan Awal)

Kegiatan awal yang dilakukan peserta didik dibuat menyenangkan dan

banyak aktivitas fisik. Kegiatan awal tersebut dimulai saat peserta didik datang.

Peserta didik berkumpul bersama di halaman depan sekolah. Peserta

didikberbaris sesuai kelasnya masing-masing. Guru mendampingi peserta didik

tersebut. Peserta didik diajak untuk bermain atau bernyayi sesuai dengan tema

pembelajaran. Setelah menyanyikan lagu atau melakukan permainan, peserta

didik menuju kelas masing-masing. Hal semacam ini tidak dilakukan setiap hari,

hanya disesuaikan dengan materi pembelajaran di jam pertama.

Sampai di kelas peserta didik mempersiapkan peralatan pembelajaran.

Sekali-kali guru memberikan kesempatan kepada peserta didik Inklusif untuk

Page 68: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

54

minum terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar Anak Berkebutuhan

Khususmerasa segar kembali di awal pembelajaran. Guru juga mempersilakan

peserta didik bagi yang ingin buang air kecil untuk ke kamar mandi agar saat

pembelajaran ABK bisa mengikuti dengan penuh konsentrasi tanpa harus keluar

kelas.

Setelah Anak Berkebutuhan Khusus siap, Selanjutnya berdoa.Saat

berdoa Anak Berkebutuhan Khusus duduk dikursinya masing-masing. Setiap

hari dijadwalkan 5 peserta didik untuk piket dan Anak Berkebutuhan Khusus

tergabung dengan siswa reguler. Ada kalanya Anak Berkebutuhan Khusus

bertugas untuk memimpin doa sebelum belajardan doa sebelum pulang. Dan

sesekali Anak Berkebutuhan Khususberdoa menggunakan bahasa inggris

bersama-sama. Peserta didik duduk dikursi sambil memejamkan mata.

Sesekali Peserta didik berkumpul di halaman sekolah pukul 07.30 WIB

untuk berbaris kemudian berhitung sesuai kelompoknya. Guru mengajak

peserta didik untuk menyanyi …

Guru menawarkan kepada peserta didik untuk minum terlebih dahulu dan

mempersilakan pada peserta didik yang ingin ke kamar mandi.

…Setiap hari dijadwalkan 5 peserta didik untuk piket, 5 peserta didik

tersebut diberikan pilihan untuk bertugas memimpin berdoa ketika akan

belajar atau akan pulang tidak ketinggalan Anak Berkebutuhan Khusus

pun mendapatkan gilirannya… (wawancara dengan Dra. Lisdawati, 19

April 2015)

Hasil observasi berupa catatan lapangan diperoleh data bahwa

pelaksanaan kegiatan awal (opening) peserta didik diawali dengan berkumpul di

halaman. Setelah masuk kelas dan meletakkan perlengkapan sekolah Guru

Page 69: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

55

menawarkan pada peserta didik untuk minum dan ke kamar mandi terlebih

dahulu. Setelah peserta didik siap pelajaranpun dimulai.

Berdasarkan hasil dokumentasi yang dilakukan, diperoleh data bahwa

setiap hari ada 5 peserta didik yang piket untuk memimpin berdoa. Doa ketika

sebelum belajardan sebelum pulang.

Setiap hari Sabtu peserta didik melakukan kegiatan senam di halaman

depan sekolah dan pengembangan diri sesuai dengan bakat dan minat siswa.

Peserta didik berkumpul dan senam bersama. Senam yang pertama guru

memberikan contoh di depan peserta didik sambil senam bersama. Dan senam

yang kedua peserta didik diberi kesempatan untuk ada yang di depan memberi

contoh pada teman-temannya. Senam dilakukan sebanyak 2 kali dengan

gerakan dan lagu yang berbeda. Peserta didik sangat aktif menirukan gerakan

senam. Mereka melakukan dengan senang hati.

b. Kegiatan Inti Pertama

Pada pukul 08.00 memasuki kegiatan inti pertama. Di kegiatan ini

guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan peserta didik. Guru sering

mengajak diskusi kepada peserta didik untuk berdiskusi tentang kegiatan-

kegiatan yang akan dilakukan hari ini sesuai dengan pelajarannya.

Berkomunikasi pada peserta didik akan melatih rasa kepercayaan diri pada

peserta didik. Peserta didik akan mengungkapkan pendapat mereka dan

menjawab rasa ingin tahu peserta didik.

Page 70: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

56

Guru bertanya kepada peserta didik, “siapa yang tahu tema minggu ini

kita akan belajar apa ya?” Kemudian guru menjelaskan bahwa minggu

ini kita akan belajar kehidupan di desa dan kota … (wawancara dengan

Dra. Lisdawati, 19 April 2015)

Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan hari ini. Kegiatan

pertama yaitu finger painting menggunakan jari telunjuk … Kegiatan

kedua yaitu mengurutkan tinggi gedung dari yang paling tinggi sampai

ke yang paling rendah … Kegiatan ketiga yaitu mengerjakan LKA.

Menghubungkan gambar peserta didik yang berekspresi dengan kata

yang sesuai (senang, sedih, menangis) … (wawancara dengan Dra.

Lisdawati, 19 April 2015)

Hasil observasi berupa catatan lapangan diperoleh data bahwa

pelaksanaan kegiatan inti pertama yaitu dilakukan dengan diskusi tentang

tema minggu ini.

Guru menunjukkan gambar desa dan kota melalui laptop. Di desa

terdapat gambar sungai, gunung, sawah, petani yang menggiring

bebek, petani menanam padi, gubuk / dangau, kebun teh, petani

membajak sawah dengan kerbau, dan pak tani yang sedang menuntun

sepeda. Sedangkan kota terdapat gedung, hotel, kantor, jalan tol, dan

mobil. (wawancara dengan Dra. Lisdawati, 19 April 2015)

Sedangkan hasil dokumentasi diperoleh data bahwa pelaksanaan

kegiatan inti I yaitu dilakukan dengan guru memberikan informasi sesuai

kegiatan yang akan dilakukan oleh peserta didik. Informasi yang akan

diberikan sesuai dengan Rencana Kegiatan Harian dan tema yang telah

ditentukan. Guru dapat memberikan informasi berupa menujukkan gambar,

suara lagu, dan lain sebagainya.

Page 71: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

57

Setiap hari kamis, peserta didik berkunjung ke perpustakaan. Peserta

didik diperbolehkan untuk meminjam buku dan membawa buku tersebut

pulang ke rumah. Peserta didik akan menceritakan isi buku yang mereka pilih

di lain hari. Dengan demikian, kegiatan ini akan bermanfaat untuk peserta

didik.

c. Breaktime (Istirahat)

Waktu istirahat dilakukan setelah kegiatan inti I berakhir.

… peserta didik berdoa sebelum makan kemudian menuju ruang

makan untuk mencuci tangan dan makan snack (menu: onde-onde). (wawancara dengan Dra. Lisdawati, 19 April 2015)

Berdasarkan hasil observasi berupa catatan lapangan diperoleh data

bahwa pelaksanaan istirahat (breaktime) dilakukan setelah kegiatan inti I

berakhir. Berdoa sebelum makan dipimpin oleh peserta didik yang piket pada

hari itu.

d. Kegiatan Inti II

Setelah selesai makan, peserta didik kembali ke dalam kelas. Guru

memberi penawaran kepada peserta didik untuk bermain terlebih dahulu

ataulangsung mengerjakan kegiatan. Ketika memilih untuk mengerjakan

kegiatan, peserta didik akan mengerjakan kegiatan yang mereka sukai.

Kegiatan yang dilakukan peserta didik sesuai dengan yang guru berikan pada

kegiatan inti II.

Page 72: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

58

Peserta didik yang sudah selesai makan kembali masuk ke dalam

kelas. Guru menawarkan kepada peserta didik untuk langsung

mengerjakan 2 kegiatan hari ini atau akan bermain terlebih dahulu.

Bagi peserta didik yang ingin langsung mengerjakan kegiatan

diperbolehkan memilih kegiatan yang sesuai dengan keinginan atau

minat mereka masing-masing. (Wawancara dengan Siti Rabiyah, 19

April 2015)

Hasil observasi berupa catatan lapangan menunjukkan bahwa

pelaksanaan kegiatan inti II dilakukan setelah peserta didik selesai istirahat

dan kembali ke dalam kelas. Guru memberikan tawaran untuk peserta didik

bermain terlebih dahulu atau langsung mengerjakan kegiatan yang telah

dijelaskan pada kegiatan inti I.

Setiap hari rabu, peserta didik secara bergantian sebanyak 3 peserta

didik untuk bermain dalam pembelajaran komputer. Peserta didik akan

menuju ke ruang komputer yang terletak di lantai 1 yang bersebelahan dengan

perpustakaan. Peserta didik diajarkan untuk mampu menyelesaian kegiatan

yang ada dalam komputer. Setelah selesai, peserta didik akan kembali menuju

kelas masing-masing.

Guru kelas dan Guru Pendamping Khusus tak lupa selalu memotivasi

peserta didik dalam setiap kegiatan yang dilakukan. (Wawancara

dengan Siti Rabiyah, 19 April 2015)

Berdasarkan hasil observasi berupa catatan lapangan diperoleh data

bahwa pelaksanaan kegiatan inti II guru kelas dan Guru Pembimbing Khusus

selalu memotivasi peserta didik dalam setiap kegiatan yang dilakukan. Guru

Page 73: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

59

kelas dan Guru Pembimbing Khusus selalu berkolaborasi untuk memantau

perkembangan peserta didik.

Guru Pembimbing Khusus mendampingi 2 Anak Berkebutuhan

Khusus. Dan memberi contoh pada seorang Anak Berkebutuhan

Khusus untuk kegiatan menebalkan gambar, dan tulisan gedung dan

gubuk. GPK juga membantu Anak Berkebutuhan Khusus yang kurang

fokus dalam mengerjakan kegiatan. Guru Pembimbing Khusus sering

mengingatkan dan memotivasi Anak Berkebutuhan Khusus untuk

bersosialisasi tidak hanya akademik saja. (Wawancara dengan Siti

Rabiyah, 19 April 2015)

Dari hasil dokumentasi, diperoleh data bahwa Guru Pembimbing

Khusus selalu mendampingi Anak Berkebutuhan Khusus saat berada di

sekolah. Guru Pembimbing Khusus memberi perhatian yang lebih kepada

Anak Berkebutuhan Khusus. Dengan selalu mendampingi di setiap kegiatan.

Guru Pembimbing Khusus membantu mengarahkan apabila Anak

Berkebutuhan Khusus tidak fokus dan memberikan program individual yang

tepat untuk Anak Berkebutuhan Khusus.

Guru Pembimbing Khusus mendampingi dan memberikan bantuan

berupa treasing (titik-titik), contohnya untuk hitung-menghitung Guru

Pembimbing Khusus akan membantu dengan membuat gambar

kemudian diberi titik-titik. (Wawancara dengan Siti Rabiyah, 19 April

2015)

Hasil wawancara oleh Guru Pembimbing Khusus diperoleh data

bahwa dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan oleh Anak Berkebutuhan

Khusus sudah disesuaikan dengan rancangan program individual Anak

Berkebutuhan Khusus. Guru Pembimbing Khusus memberikan bantuan

berupa treasing (titik-titik) kepada Anak Berkebutuhan Khusus

Page 74: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

60

e. Kegiatan Akhir

Kegiatan akhir dilakukan ketika waktu sudah menunjukkan waktunya

pulang. Guru tidak lupa mengingatkan untuk merapikan perlengkapan yang

telah dipakai. Peserta didik sudah terbiasa untuk merapikan alat-alat yang

sudah dipakainya. Setelah semua meja, kursi, dan alat tulis kemudian bersiap

untuk pulang.

Guru mereview kegiatan pada hari ini dengan metode bercakap-cakap

kepada peserta didik. Kemudian guru juga akan mempreview kegiatan esok

hari. Hal ini diharapkan peserta didik akan tertarik untuk berangkat ke sekolah

esok hari.

Peserta didik yang sudah mulai selesai mengerjakan kegiatan dan

bermain, dibiasakan oleh guru untuk merapikan semua perlengkapan

(alat tulis, kursi, meja) … Seorang anak yang piket hari ini memimpin

doa sebelum pulang. Peserta didik berdoa pulang bersama-sama.

Guru mereview kegiatan pada hari ini. Kemudian mempreview

kegiatan esok hari. Peserta didik juga diingatkan untuk melakukan

tugas ketika sudah sampai di rumah. Peserta didik berdoa bersama

dipimpin oleh seorang peserta didik yang piket pada hari ini.

(Wawancara dengan Siti Rabiyah, 19 April 2015)

Hasil dokumentasi, diperoleh data bahwa setiap pelaksanaan kegiatan

akhir guru selalu mereview kegiatan pada hari ini. Kemudian mempreview

kegiatan esok hari. Dan peserta didik juga diingatkan untuk melakukan tugas

ketika sudah sampai di rumah.

Page 75: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

61

3. Respon siswa reguler dalam menerima siswa Anak Berkebutuhan

Khusus di SMP Negeri 23

Pada mulanya pelaksanaan pendidikan inklusif memang ada sikap

penolakan dari orangtua siswa dan guru reguler dengan keberadaan siswa

inklusif, hal itu karena ketidak pahaman tentang pendidikan inklusif (Wawancara

dengan Agus Rindo, Juni 2015).Ada kekuatiran bahwa anak anak mereka akan

tidak berkembang jika dikumpulkan dengan siswa inklusif.Seperti di sampaikan

Garrett menyatakan salah satu faktor terkuat dalam pembentukan sikap adalah

faktor budaya masyarakat. Budaya, kebiasaan atau tradisi masyarakat yang

mempunyai anak inklusif selama ini adalah ,mengirim siswa inklusif ke Sekolah

Luar Biasa atau pendidikan model Segresi. Hal ini berarti mereka menghendaki

agar siswa inklusif harus disekolahan secara khusus tidak boleh belajar bersama

siswa reguler.Jika dilihat dari teori belajar Thorndike, maka sikap penolakan guru

terhadap paradigma baru atau pendidikan inklusif merupakan sebuah reaksi

ketidaksiapan (Law ofreadiness) yang dipaksakan dalam pembelajaran bersama

Anak Berkebutuhan Khusus yang menuntut pengetahuan dan ketrampilan baru

yang selama ini tidak pernah dilakukan (lawof exercise). Guru reguler yang ada

tidak memiliki pengetahuan tentang bagaimana pendidikan inklusif secara

komprehensif sehingga pemahamannya sangat terbatas. Disamping itu, guru juga

tidak ada pengalaman berinteraksi dengan Anak Berkebutuhan Khusus, tidak

pernah ada pelatihan tentang bagaimana menangani Anak Berkebutuhan Khusus.

Disamping itu sikap dasar guru ini telah dibentuk oleh budaya memberikan label

Page 76: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

62

negatif pada Anak Berkebutuhan Khusus. Sikap ini akan mengarahkan atau

melandasi perilaku guru terhadap proses pembelajaran di kelas terutama terhadap

Anak Berkebutuhan Khusus. Faktor internal individu sangat mempengaruhi

pembentukan sikap yang memegang peranan dalam menentukan bagaimana

perilaku seseorang di dalam lingkungannya.

Respon penerimaan siswa reguler terhadap keberadaan siswa inklusif

merupakan keberhasilan sosialisasi pelaksanaan pendidikan inklusif di SMP

negeri 23Padang, karena kegiatan sosialisasi ini dilakukan secara terus menerus,

diawali workshop dan sosialisasi pendidikan inklusif untuk guru dilaksanaan

bersamaan penyusunan perangkat administrasi pembelajaran sebelum dimulainya

tahun ajaran baru, kemudian sosialisasi kepada siswa kelas 7saat Masa Orientasi

Siswa Baru.

Pergaulan antara siswa inklusif dan reguler juga tidak ada kendala,siswa

reguler sudah bisa menerima kehadiran siswa inklusif dalam kehidupan mereka

walaupun kadang hanya didiamkan saja karena mereka tidak paham apa yang

dibicarakan oleh temannya yang inklusif tersebut.Pada beberapa kejadian peneliti

menyaksikan betapa akrabnya hubungan mereka,perilaku yang lucu siswa inklusif

membuat suasana ceria dan meriah,dimana siswa inklusif diminta menyanyi,dan

siswa tersebut menyanyi serta bergaya dengan lucunya. Pemahaman siswa reguler

terhadap adanya siswa inklusif membuat mereka diterima dengan tulus sehingga

Page 77: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

63

sejauh ini belum ada laporan catatan kasus gangguan atau pembullyan terhadap

siswa inklusif.

4. Tenaga pendidik Guru Pembimbing Khusus di SMP 23 N Padang

Menurut Yuwono, Joko 2007. dalam Pendidikan Inklusif menjelaskan

bahwa:

”Guru pendamping adalah guru yang memiliki pengetahuan dan

keahlian dalam bidang anak-anak kebutuhan khusus yang membantu

atau bekerjasama dengan guru sekolah regular dalam menciptakan

pembelajaran yang inklusi. Peran guru pendamping dalam membantu

guru reguler dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan ketrampilan

guru-guru tersebut”.

Guru pendamping (shadow teacher) selayaknya memberikan segala apa

yang telah menjadi tugas dan kewajibannya, dalam bahasa akademisnya guru

pendamping (shadow teacher) bertindak dan berperan aktif sebagai konsultan.

Oleh karenanya guru pendamping (shadow teacher) selayaknya adalah mereka

yang benar-benar memiliki pengetahuan, keterampilan dan keahlian dalam

membantu anak-anak berkebutuhan khusus (special need children).

a. Profil Guru Pembimbing Khusus SMPN 23 Padang

Guru Pendamping Khusus di SMP Negeri 23 Padang ada 3 orang, namun

mereka cukup profesional dan ahli dibidangnya, Mereka semua sudah memiliki

pengalaman yang cukup dibidang pendidikan inklusif sebelum mengabdikan diri

mendidik siswa siswa inklusif di SMP Negeri 23. Disamping itu mereka sangat

komunikatif kepada warga sekolah dan orang tua siswa. Sehingga selama lebih

kurang 14 tahun berjalannya pendidikan inklusif segala masalah yang terjadi

Page 78: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

64

berkaitan dengan siswa inklusif bisa terselesaikan dengan baik. Bahkan para

Guru Pembimbing Khusus cenderung melakukan jemput bola atau menangani

masalah secara preventif agar masalah tidak berkembang menjadi hal yang tidak

diharapkan(Wawancara dengan Bapak Agus Rindo, S.Pd sebagai Koordinator PI

di SMP Negeri 23 Padang)

Disini dijelaskan profil guru pembimbing khusus mulai dari latar belakang

pendidikan, pemahaman mengenai pendidikan khusus, pengalaman menjadi

pendidik serta proses yang menjadikannya sebagai Guru Pembimbing Khusus,

berikut Profil Guru Pembimbing Khusus yang menjadi Subjek penelitian:

1. Guru Pendamping Khusus 1

Pendidikan S. 1 Kependidikan

Usia 47 Tahun

Jenis Kelamin LK

Lama menjadi Guru Pembimbing Khusus 15 Tahun

Lama menjadi pendidik selain Guru

Pembimbing Khusus

3 Tahun

Proses menjadi Guru Pembimbing

Khusus

Direkomendasikan Diknas

Pengetahun tentang ke-PLB-an dari

Riwayat Singkat :

Guru Pembimbing Khusus 1 ini mendampingi peserta didik

berkebutuhan khusus di kelas 3 SMP, selama menjadi Guru Pembimbing

Khusus disekolah ini, Guru Pembimbing Khusus 1 ini bukan hanya membantu

anak dalam aspek akademiknya, melainkan dia juga sering meakukan berupa

treatment mengenai prilaku social yang menyimpang pada anak asuhnya,

Page 79: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

65

proses menjadi Guru Pembimbing Khusus adalah dengan cara

direkomendasikan oleh Diknas untuk diperbantukan menjadi Guru

Pendamping Khusus. Selain menjadi Guru Pendamping Khusus, tugas lainnya

di emban AR ini adalah menjadi wakil kepala sekolah dan juga sebagai guru

IPA.

2. Guru Pendamping Khusus 2

Pendidikan S.1 Kependidikan

Usia 49

Jenis Kelamin PR

Lama menjadi Guru Pendamping Khusus 12 Tahun

Lama menjadi pendidik selain Guru

Pendamping Khusus

5 Tahun

Proses menjadi Guru Pendamping

Khusus

Mutasi mengajar

Pengetahun tentang ke-PLB-an dari

Riwayat Singkat :

Gpk 2 ini bertugas dikelas 2, memegang seluruh kelas 2.Dari latar

belakang pendidikan Guru Pendamping Khusus 2 ini tidak berasal dari PLB,

sehingga kadang-kadang mengalami hambatan dalam menjalani tugas

diberikan pihak sekolah.Guru Pendamping Khusus ini telah berada disekolah

ini sekitar 8 tahun, proses dia menjadi Guru Pendamping Khusus hanya

dengandimutasi SK mengajarnya di SMP Negeri 23 Padang. Ketika peneliti

melakukan pengamatan terhadap Guru Pendamping Khusus ini terlihat sangat

kooperatif dalam membantu anak, khusunya dalam hal memperbaiki prilaku

Page 80: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

66

adaptifnya dikelas maupun dilingkungan sekolah.LZ ini juga menjabat sebai

wakil kepala sekolah dan mengajar bidang studi Bahasa Indonesia.

3. Guru Pendamping Khusus 3

Pendidikan S1. Kependidikan

Usia 50 Tahun

Jenis Kelamin LK

Lama menjadi Guru Pendamping Khusus 7 Tahun

Lama menjadi pendidik selain Guru

Pendamping Khusus

5 Tahun

Proses menjadi Guru Pendamping Khusus Mutasi guru

Pengetahun tentang ke-PLB-an dari

Riwayat Singkat :

Guru Pendamping Khusus 3 ini merupakan salah satu Guru

Pendamping Khusus yang memiliki waktu jam kerja yang lebih lama

dibandingkan dengan yang lainnya di sekolah ini. Dilingkungan sekolah Guru

Pendamping Khusus 3 ini lebih sering sharing berbagi mengenai cara

menangani Anak Berkebutuhan Khusus. Proses jadi Guru Pendamping

Khusus nya sendiri Guru Pendamping Khusus 3 ini direkrut langsung oleh

pihak sekolah. Karena kebutuhan yang sangat penting yang dihadapi oleh

sekolah tersebut.Dalam kesehariannya dalam mengerjakan tugasnya, Guru

Pendamping Khusus 3 ini memegang semua tingkatan kelas.

Page 81: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

67

b. Tugas Guru Pembimbing Khusus di SMP Negeri 23 Padang

1) Menyusun instrumen asesmen pendidikan dengan guru kelas dan

guru mata pelajaran:

Asesmen adalah penilaian yang mengacu pada berbagai Instrumen

yang dapat digunakan untuk memperoleh informasi seperti pengetahuan,

pemahaman, keterampilan, dan tingkah laku anak. Proses pengumpulan

informasi tentang seorang anak yang akan digunakan untuk membuat

pertimbangan dan keputusan yang berhubungan dengan anak.

Penyelenggaraan asesmen khusus bertujuan :

a) Mengetahui jenis dan tingkat Anak Berkebutuhan Khusus.

b) Mengetahui jenis dan tingkat kendala Anak Berkebutuhan Khusus.

c) Mengetahui berbagai potensi yang dimiliki Anak Berkebutuhan

Khusus.

d) Mengetahui berbagai kebutuhan Anak Berkebutuhan Khusus.

e) Mengetahui kemajuan atau hasil pencapaian Anak Berkebutuhan

Khusus dalam proses pelayanan kependidikan khusus.

Tugas menyelenggarakan asesmen dilakukan secara bertahap

meliputi:

a) Asesmen diagnostik, dilaksanakan pada waktu Anak Berkebutuhan

Khusus mulai masuk sekolah atau pada waktu mengalami kesulitan

dalam proses belajar mengajar.

Page 82: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

68

b) Asesmen formatif, dilaksanakan bersamaan penyelenggaraan

bimbingan, latihan, pengajaran kompensatif.

c) Asesmen sumatif, dilaksanakan pada tahap akhir penyelenggaraan

pendidikan khusus.

Berikut kutipan wawancara peneliti dengan narasumberBapak

Sofianardi sebagai Guru Pendamping Khusus :

“… Jadi harus bisa membaca kalimat, urutannya kan suku kata, kata,

kalimat lalu paragraf. Bacanya dulu yang kita tangani. Trus nulisnya

ada kendala di motoriknya, lalu kita terapi okupasinya dulu, terapi

okupasi itu yang berkaitan dengan motorik halusnya.(wawancara

dengan Sofianardi. Guru Pendamping Khusus. Juni 2015)

“Asesmennya disini yang standartnya Catulistung, ee kelas satunya

aja kan kalo anak yang mengalami gangguan konsentrasi, ya

maksudnya anak-anak yang slow itu mestinya catulistung dulu dia

bacanya gimana, menulisnya gimana, berhitungnya gimana. Semua

pembelajaran kan intinya di tiga itu, pokoknya tiga pembelajaran itu

intinya disitu. Semua pokok pembelajarannya ya dari catulistung tadi.

“Kalo autis yang hiper, kita assesmen dulu hipernya kenapa,

okupasinya atau karena apanya kita berikan assesmen lalu kita list,

kita analisis lalu kita buat konsepnya. Kalo anak hiper gak bisa diem

ya itu dulu yang kita tangani kita diemkan dulu, kalo belum diem gak

mungkin kita masukkan akademik apalagi lainnya. Jadi anak kita

diemkan dulu duduk diem konsentrasi itu tahapannya.( Wawancara

dengan Lisdawati Zuismar. Guru Pendamping Khusus. Juni 2015)

Tugas menyusun instrumen asesmen pendidikan dilakukan dari awal

masuk tahun ajaran baru, dimana Guru Pendamping Khusus dan guru lain

akan mengasses siswa Anak Berkebutuhan Khusus dalam hal

catulistungnya. Juga jika siswa Anak Berkebutuhan Khusus mengalami

Page 83: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

69

hambatan dalam motorik halusnya maka Guru Pendamping Khususakan

melakukan terapi pada siswa tersebut.

2) Membangun sistem koordinasi antara guru, pihak sekolah dengan

orang tua siswa:

Berikut kutipan wawancara peneliti dengan Narasumber :

“Iya kita disini setiap ini, setiap ini ada buku penghubung. Buku

penghubung itu fungsinya supaya orang tua mengetahui apa yang

dilakukan anaknya di sekolah. Selain buku penghubung orang tua juga

mantau trus kitapun juga menyuruh, kita minta sama orangua suruh buat

semacam catatan di rumah aktivitas anak ngapain aja.(Wawancara

dengan Agus Rindo, Guru Pendaming Khusus. Juni 2015)

“Ohh kalo kita rapat paguyuban iu ketika ada program itu kadang

triwulan, tengah semester pertengahan ada rapat dengan paguyuban

khusus inklusi lho yaa, paguyuban inklusi ehh tengah sama kadang-

kadang kita adakan rapat, misalnya membicarakan tentang masalah

dana, pendanaan juga, trus masalah peningkatan pembelajaran seperti

apa. Kita juga pernah yang waktu rapat datangkan narasumber dari luar

yang sudah berpengalaman, memberikan pencerahan, memberikan

arahan yang terbaik itu seperti apa. Dalam hal koordinasi kegiatan luar

kelas, semacam outbond, rekreasi pengenalan sekitar lingkungan kita

juga rapatkan dengan wali murid. Bahkan kita tetep melibatkan wali

murid saat outclass wali murid ya diusahakan bisa ikut”(Wawancara

dengan Agus Rindo, Guru Pendamping Khusus. Juni 2015)

“Ya kita selalu berkoordinasilah sama guru lain karena yang lebih

banyak bersama siswa Anak Berkebutuhan Khusus kan mereka juga.

Kita juga mengadakan diklat mbak sama guru lain atau mendatangkan

narasumber pakar pendidikan inklusi yang lebih berpengalaman biar kita

puya ilmu baru mengenai pendidikan inklusi akhir-akhir ini. Trus ada

juga pengenalan terapi biar guru-guru lain juga bisa melakukan, ya

paling nggak mereka guru-guru bisa menangani lah kalo misal anak-

anak lagi ada apa gitu. (Wawancara dengan Agus Rindo, Guru

Pendamping Khusus. Juni 2015)

“Sama orang tua itu kita punya yang namanya paguyuban inklusi, ya

semacam perkumpulan buat para orang tua yang punya anak Anak

Berkebutuhan Khusus. Kita biasanya ngadain rapat tiga bulan sekali,

Page 84: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

70

banyak yang kita bicarakan saat rapat seperti program-program

tambahan yang bakat itu. Trus juga masalah pendanaan buat program

itu, bagaimanapun juga dana itu kan penting buat berjalannya program

itu, trus kita juga sering dapat tambahan misal peralatan pendukung kaya

blender waktu kita bikin cooking class.(Wawancara dengan Agus Rindo,

Guru Pendamping Khusus. Juni 2015)

“Nah dengan orang tua juga gitu kita juga mengaitkan perkembangan

anak dengan orangtua. Kita juga biasa rapat ke kepala sekolah, guru

membicarakan masalah perkembangan ya intinya gitu.(Wawancara

dengan Sofianardi.Guru Pendamping Khusus. Juni 2015 )

“Ohh kalo itu sich orang tua sendiri yang membentuk, orang tua sendiri

cuma biasanya kita ada waktu tertentu, dimana orang tua ngumpul. Itu

biasanya yang kemarin itu tiga bulan sekali sich tapi sekarang kan

sekarang kadang-kadang ada permasalahan yang mendadak itu langsung

apa ya, langsung kita itu yang secara formal ya kalo secara informal ya

kapan saja, kalo istirahat atau apa pulang atau ya setiap saat bisa, cuma

yang secara formal ya itu tadi. (Wawancara dengan Sofianardi. Guru

Pendamping Khusus. Juni 2015 )

“Koordinasi terutama itu ya tentang kurikulum, kurikulum itu kan nanti

disesuaikan lah dengan tingkat kemampuan siswa, kemampuannya.

Modifikasi terutama dalam hal modifikasi kurikulum.(Wawancara

dengan Sofianardi.Guru Pendamping Khusus. Juni 2015 )

Melakukan koordinasi dengan orangtua siswa dapat dilakukan setiap

saat atau saat diadakan rapat paguyuban siswa. Guru juga membuat

buku penghubung yang fungsinya untuk orang tua mengetahui apa yang

dilakukan anaknya di sekolah. Koordinasi juga dapat berupa masukan

tentang program pendidikan inklusi.(Wawancara dengan

Sofianardi.Guru Pendamping Khusus. Juni 2015 )

3) Memberikan bimbingan kepada anak-anak berkebutuhan khusus,

sehingga anak mampu mengatasi hambatan atau kesulitan dalam

belajar:

Berikut kutipan wawancara peneliti dengan Narasumber :

“… waktu pendampingan disitu kadang ketika guru regulernya

menerangkan itu, anaknya lari, itu hambatan dari anaknya, kita ya

ngikuti anak itu, ketika dia jalan kita ngikuti jalan, siap itu baru mau

Page 85: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

71

masuk kelas lagi....(Wawancara dengan Agus Rindo, Guru Pendamping

Khusus. Juni 2015)

“Akhirnya kalo kelihatannya anak tantrum udah nggak konsen di kelas

waktu itu dia lagi didampingi sama kita, dengan kita pendampingnya itu

langsung kita ajak ke inklusi, “ayoo kita ke inklusi aja” kita tangani aja.

Trus kita tanya, nggak mungkin anak tantrum nggak ada

permasalahan….(Wawancara dengan Agus Rindo, Guru Pendamping

Khusus. Juni 2015)

“Tapi tergantung anaknya sich dek, kalo si Rang ini dia kalau lagi susah

konsentrasi, aku biasanya ini mengalihkan pembicaraan terhadap hal-hal

yang menyenangkan, ya sekitar 2 menit lah lalu balik lagi ya kita giring

aja ke hal-hal yang mereka sukai. Mereka kan butuh refreshing juga

karena kadang yang membuat konsentrasi mereka turun karena

kejenuhan.(Wawancara dengan Agus Rindo, Guru Pendamping Khusus.

Juni 2015)

Dua subjek Guru Pendamping Khusus memiliki cara yang sama

dalam menghadapi siswa yang sedang tantrum, siswa yang sedang tantrum

biasanya memiliki atau ganjalan masalah sebelum datang ke sekolah dan

bisa juga karena jenuh, sehingga cara yang tepat adalah dengan membuat

mereka senang atau gembira lebih dahulu/ refreshing. Tantrum bisa menjadi

hambatan siswa dalam proses belajar siswa.

4) Memberikan bantuan (sharing pengalaman) kepada guru

kelas/guru mata pelajaran dalam bentuk diskusi agar mereka

pelayanan pendidikan kepada anak-anak berkebutuhan khusus.

Berikut kutipan wawancara peneliti dengan Narasumber :

“Kita juga pernah yang waktu rapat datangkan narasumber dari luar

yang sudah berpengalaman, memberikan pencerahan, memberikan

arahan yang terbaik itu seperti apa” (Wawancara dengan Agus Rindo,

Guru Pendamping Khusus. Juni 2015)

Page 86: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

72

“Kita juga mengadakan diklat dek sama guru lain atau mendatangkan

narasumber pakar pendidikan inklusi yang lebih berpengalaman biar kita

puya ilmu baru mengenai pendidikan inklusi akhir-akhir ini. Trus ada

juga pengenalan terapi biar guru-guru lain juga bisa melakukan, ya

paling nggak mereka guru-guru bisa menangani lah.(Wawancara dengan

Agus Rindo, Guru Pendamping Khusus. Juni 2015)

Jadi selain Guru Pendamping Khusus yang ada di sekolah, sesekali

SMP Negeri 23 Padang Juga mendatangkan pakar Inklusif, karena guru

lainpun perlu keterampilan juga dalam hal menangani siswa Anak

Berkebutuhan Khusus yakni dengan cara mendatangkan narasumber/pakar

pendidikan inklusi yang lebih berpengalaman.

5) Memberikan saran dan dukungan pada peserta didik dalam

meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.

“Ya udah solusinya kita masukkin aja di kelas reguler nanti hasilnya kita

bandingkan antara hasil reguler dan ikut kelas inklusi yang materinya

kita turunkan sedikit.(Wawancara dengan Agus Rindo, Guru

Pendamping Khusus. Juni 2015)

Siswa ABK memiliki ruang full out yang dapat digunakan jika siswa

mengalami hambatan dalam pelajaran tertentu, siswa akan belajar secara

intensif di ruangan tersebut.

Page 87: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

73

6) Bersama dengan guru di sekolah, guru pembimbing khusus dapat

merancang kurikulum individual bagi anak berkebutuhan khusus,

kurikulum plus/ kompensatoris.

Kurikulum tambahan ini tidak ada dalam kurikulum standar.

Kurikulum tambahan ini berkaitan dengan kegiatan-kegiatan kompensatoris

yang bersifat membimbing, melatih,dan membenahi anak berkebutuhan

khusus untuk mempersiapkan berintegrasi ke dalam klas bersama-sama

anak awas. Penyelenggaraan kurikulum plus bertujuan mencapai

kesepadanan optimal Anak Berkebutuhan Khusus dengan peserta didik

lain.Kurikulum plus ini terdiri dari dua bagian :

a. Memberikan kesempatan kepada anak berkebutuhan khusus

untuk meningkatkan kemampuan mereka melaksanakan kehidupan

sekolah. Bagian ini meliputi: latihan kedriaan, latihan Orientasi dan

Mobilitas (tunanetra), bina persepsi bunyi dan irama (tunarungu), bina

diri (tunagrahita), bina gerak (tunadaksa), bina pribadi dan sosial

(tunalaras), bina komunikasi (autis), latihan Olah Raga dan

Kesehatan, latihan keterampilan sehari-hari, dan bimbingan

sosialisasi. Bagian pertama dari kurikulum plus ini disebut juga

bimbingan penyesuaian anak berkebutuhan khusus di sekolah.

b. Memberikan kesempatan kepada anak berkebutuhan khusus untuk

mempersiapkan diri mengikuti pelajaran di dalam kelas. Bagian ini

meliputi pengajaran konsep dasar bahasa, baca tulis Braille

(tunanetra), komunikasi total (tunarungu) dan pengajaran konsep dasar

matematika, IPA, dan IPS; serta latihan alat bantu-peraga

khusus. Bagian kedua dari kurikulum plus ini disebut bimbingan

penyesuaian anak berkebutuhan khusus ke dalam kelas.

Page 88: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

74

“Dari modifikasi sudah setelah itu kita buat silabus, dan RPP-nya.

Untuk anak-anak yang masih kelas rendah kelas 1, 2 itu biasanya kan

masih belum bisa menyesuaikan, kadang-kadang baca tulisnya masih

belum bisa, itu kita buat PPI, PPI itu semacam program pembelajaran

individual jadi sudah keluar dari koridor kurikulum tadi.(Wawancara

dengan Agus Rindo, Guru Pendamping Khusus. Juni 2015)

“Jadi untuk pembuatan programnya kita melibatkan guru regular, kita

melibatkan orang tua juga. Jadi ee nggak hanya satu pihak yang

berperan, apalagi kalau anak inklusinya anak-anak autis, autis yang

tanda petik dia itu pintar, trus interaksi kurang itu kita semua ini, kita

harus tahu yang ketika di rumah seperti apa, ketika dia di kelas seperti

apa lalu kita kombinasi itu. Misal ohh anak ini, itu dulu yang kita

tangani konsentrasinya yang kita tangani. Jadi semua terlibat di

dalamnya, bukan hanya sekedar modifikasi saja.(Wawancara dengan

Agus Rindo, GPK. Juni 2015)

“… dari kurikulum KTSP itu KD-nya kita turunkan standartnya buat

anak-anak. Setelah kita modifikasi kurikulumnya, guru kan mengajar

sesuai dimana kemampuan anak tersebut. Lalu waktu Ujian Kenaikan

Kelas, ujian kenaikan kelas itu gurunya yang membuat soal bagi anak-

anak.(Wawancara dengan Agus Rindo, Guru Pendamping Khusus.

Juni 2015)

Kurikulum yang digunakan di sekolah ini sama dengan kurikulum

yang dipakai sekolah lain yakni KTSP, namun untuk siswa Anak

Berkebutuhan Khusus mereka menggunakan PPI yaitu semacam program

pembelajaran individual untuk membantu siswa dalam mencapai KKM.

7) Sebagai fasilitator.

“Guru sudah mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk

keterampilan pada hari ini. Bahan-bahan nya antara lain: kertas karton, dan

kain flannel. Sedangkan alat yang akan digunakan: penggaris, gunting, dan

lem” (Wawancara dengan Agus Rindo, Guru Pendamping Khusus. Juni

2015)

Pengelolaan alat bantu/ peraga khusus bagi Anak Berkebutuhan

Khusus bertujuan:

Page 89: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

75

a. Menjamin efisiensi optimal penggunaan alat bantu/peraga khusus dan

buku-buku Anak Berkebutuhan Khusus.

b. Membebaskan para Guru Klas / Guru Bidang studi dari tugas

mengelola alat bantu/peraga khusus.

Tugas mengelola alat bantu/peraga khusus dan buku Anak

Berkebutuhan Khusus meliputi:

a. Menyimpan serta merawat alat bantu/peraga khusus dan buku Anak

Berkebutuhan Khusus.

b. Mengatur penggunaan alat bantu/peraga khusus dan buku Anak

Berkebutuhan Khusus.

c. Mengurus pengadaan alat bantu/peraga khusus dan buku Anak

Berkebutuhan Khusus.

d. Mengembalikan alat bantu/peraga khusus dan buku Anak

Berkebutuhan Khusus yang sudah tidak digunakan secara aktif pada

Pusat Material Pendidikan Inklusi Tunanetra.

e. Membuat alat bantu/peraga sederhana.

Guru memberikan fasilitas kepada siswa agar dalam pembelajaran

siswa menjadi lebih memahami materi yang sedang diajarkan.

8) Tugas: Layanan Pembelajaran Khusus

Pengajaran khusus adalah pengajaran yang diberikan kepada Anak

Berkebutuhan Khusus yang di dalam proses belajar mengalami

Page 90: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

76

ketidaksesuaian dengan tuntutan kurikulum standar.Penyelenggaraan ini

bertujuan mencapai kesesuaian optimal Anak Berkebutuhan Khusus dengan

tuntutan program pendidikan mereka.Pembelajaran ini dilaksanakan sesuai

dengan kebutuhan meliputi:

a. Pengajaran remedial, diberikan jika Anak Berkebutuhan Khusus di

dalam proses belajar mengajar di klas mengalami ketidakjelasan, salah

pengertian dan atau kesalahan cara mengajar guru,

b. Pengajaran akselerasi, diberikan kepada Anak Berkebutuhan Khusus

yang mengalami kecerdasan istimewa dan berprestasi luar

biasa dalam pelajarannya,

c. Pengajaran pengayaan, diberikan kepada semua Anak Berkebutuhan

Khusus untuk memperkaya pengalaman kongkret sesuai dengan

program pengajaran mereka.

d. Pembelajaran individual dengan program pembelaaran individual

(PPI): dilaksanakan terhadap Anak Berkebutuhan Khusus dengan

kecerdasan di bawah rata-rata dan tidak mampu mengikuti

pembelajaran dengan kurikulum standar.

9) Tugas Kunjungan Rumah

Tugas menyelenggarakan kunjungan rumah adalah pelayanan

kepada orang tua dan anggota keluarga Anak Berkebutuhan Khusus untuk

mengembangkan pengertian dan sikap wajar terhadap

Page 91: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

77

ABK. Penyelenggaraan kunjungan rumah bertujuan menyelaraskan,

menyerasikan, dan menyepadankan suasana pendidikan di rumah dan

suasana pendidikan & sekolah, yang tugas-tugasnya meliputi:

a. Bimbingan kepada orangtua dan keluarga Anak Berkebutuhan Khusus.

b. Bimbingan dan latihan-latihan kepada Anak Berkebutuhan Khusus

terhadap hal-hal yang sulit dilaksanakan di sekolah.

10) Tugas Adaptasi Media/ alat Khusus

Adaptasi media misalnya kegiatan mengalihhurufkan dari huruf

Braille ke huruf visual, atau sebaliknya, serta memperbesar ukuran huruf

untuk anak low vision.Penyelenggaraan adaptasi media bertujuan:

a. Menghilangkan kesenjangan komunikasi tertulis/ lesan antara Anak

Berkebutuhan Khusus dengan para Guru Klas / Guru Bidang studi.

b. Melengkapi bahan pelajaran tertulis yang relevan dengan Anak

Berkebutuhan Khusus (tunanetra: dalam huruf Braille dan atau huruf

visual ukuran besar).

11) Tugas Adaptasi Media/ alat Khusus

Adaptasi media misalnya kegiatan mengalihhurufkan dari huruf

Braille ke huruf visual, atau sebaliknya, serta memperbesar ukuran huruf

untuk anak low vision.Penyelenggaraan adaptasi media bertujuan:

a. Menghilangkan kesenjangan komunikasi tertulis/ lesan antara Anak

Berkebutuhan Khusus dengan para Guru Klas / Guru Bidang studi.

Page 92: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

78

b. Melengkapi bahan pelajaran tertulis yang relevan dengan Anak

Berkebutuhan Khusus (tunanetra: dalam huruf Braille dan atau huruf

visual ukuran besar).

12) Tugas administrasi khusus

Administrasi khusus adalah segala kegiatan administrasi yang

diperlukan bagi Anak Berkebutuhan Khusus dan yang tidak termasuk ke

dalam administrasi sekolah.Penyelenggaraan administrasi khusus bertujuan:

a. Menjaga kelancaran dan kestabilan administrasi sekolah.

b. Mendukung dan melengkapi tugas-tugas para Guru Pendamping

Khusus dan dan guru kelas/ mata pelajaran/ BP.

Tugas menyelenggarakan administrasi khusus meliputi:

a. Menyusun jadwal tugas seminggu untuk masa pelaksanaan satu

semester/ tahunan, dan mengusahakan pengesahannya kepada Kepala

Sekolah.

b. Menyusun laporan pelaksanaan tugas bulanan dan menyampaikan

kepada Kepala Sekolah serta pihak-pihak lain yang berkepentingan

c. Merekam hasil asesmen dan evaluasi khusus, menyimpan dan

mengatur penggunaan dokumen-dokumen evaluasi khusus,

d. Menyelenggarakan administrasi pelaksanaan kurikulum

plus/ pengajaran kompensatif, kunjungan rumah, pengelolaan alat

Page 93: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

79

bantu/peraga khusus, adaptasi media/ alat, serta menyelenggarakan

administrasi pengembangan program.(Prita Indriawati.Volume 1,

Nomor 1 Januari 2013.)

Page 94: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

80

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pelaksanaan, hasil dan pembahasan dalam penelitian yang

peneliti lakukan, peneliti mengambil kesimpulan bahwa perencanaan

pembelajaran oleh guru bidang studi di SMP N 23 Padang belum dapat terlaksana

dengan baik.Hal ini terbukti dengan tidak adanya perencanaan pembelajaran yang

dibuat oleh guru bidang studi dalam menghadapi anak berkebutuhan khusus

dengan gangguan pendengaran yang ada di kelasnya.Dalam perencanaan

pembelajarannya disamaratakan saja antara peserta didik yang berkebutuhan

khusus dengan peserta didik yang normal. Sehingga menyebabkan anak

berkebutuhan khusus kurang mampu dalam mengikuti pembelajaran dengan baik,

dan anak berkebutuhan khusus pun menjadi kurang tertarik dengan

pembelajarannya, maka anak berkebutuhan khusus pun tidak konsentrasi dalam

menerima pembelajaran yang diberikan dengan baik.

Page 95: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

81

B. Saran

Sehubungan dengan hasil penelitian ini, maka peneliti memberikan beberapa

saran yang dapat peneliti sampaikan berkenaan dengan penelitian ini untuk berbagai

pihak adalah sebagai berikut:

1. Kepada Kepala Sekolah dan Manager Inklusif

Dewasa ini pendidikan inklusif di SMP N 23 Padang merupakan hal yang sangat

diharapkan kehadirannya oleh masyarakat.Maka keberadaan pendidikan inklusif

di SMP N 23 Padang harus semakin ditingkatan kualitasnya.Hal tersebut

menyangkut kurikulum modifikasi inklusif, keprofesian Guru Pendamping

Khusus dan guru reguler serta sarana prasarana pendukungnya juga ruang kelas

untuk pembelajaran Materi Normatif dan adaptif yang representatif,

labotarorium yang aman dan nyaman,serta situasi belajar yang kondusif. Untuk

memantapkan keberadaan SMP N 23 Padang sebagai sekolah inklusif maka ada

beberapa hal yang disarankan antara lain ;

a. Melakukan sosialisasi tentang pendidikan inklusif secara terus menerus,

sehingga semua warga SMP N 23 Padang, mengerti, memahami, menerima,

keberadaan siswa inklusif.

b. Meningkatkan profesionalisme para pelaku pendidikan inklusif, Manajer

inklusif Staf Administarasi, Guru Pendamping Khusus, Guru Reguler dengan

Page 96: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

82

cara mengirim untuk mengikuti pelatihan atau workshop tentang pengelolaan

pendidikan inklusif.

c. Memantapkan kurikulum modifikasi untuk pendidikan inklusif dengan

memasukan materi lokal supaya menjadi acuan kurikulum modifikasi untuk

pendidikan inklusif,hal tersebut tentunya dengan melibatkan segala komponen

yang berususan dengan pendidikan inklusif termasuk para pakar pendidikan

inklusif yang ada di kota Padang.

d. Membuat sistem pengelolaan administrasi pendidikan inklusif yang handal di

segala lini,seperti pada pengelolaan keuangan,administrasi pendidik dan

tenaga kependidikan sehingga pelaksanaan pendidikan inklusif bisa berjalan

secara profesional.

e. Membuat memorandum of understanding dengan lembaga lembaga

profesional untuk pengembangan pendidikan inklusif di SMP N 23

Padang,seperti pelaksanaan tes psikologis ; pengukuran kecerdasan ,bakat

minat serta kepribadian bagi siswa siswa inklusif.

2. Kepada Dinas Pendidikan

Karena Dinas Pendidikan kota Padang adalah sebagai stake holder pemegang

kebijakan pendidikan inlusif maka di sarankan ;

a. Menambah sekolah yang menyelenggarakan pendidikan inklusif untuk level

sekolah menengah atas di kota Padang,mengingat jumlah lulusan pendidikan

Page 97: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

83

inklusif level SMP semakin banyak dan membutuhkan pendidikan inklusif

level SLTA untuk lanjutannya.

b. Melengkapi sarana dan prasarana penyelenggaraan pendidikan inklusif di

SMP agar kegiatan belajar siswa inklusif bisa berlangsung dengan maksimal.

c. Memberikan pengertian dan pemahaman secara berkelanjutan mengenai

pendidikan inklusif kepada warga sekolah dan masyarakat, melalui sosialisasi

menggunakan berbagai media

d. Memberikan pelatihan management pendidikan inklusif kepada sekolah

penyelenggara inklusif.

e. Mengadakan workshop pengembangan materi pendidikan inklusif kepada

Guru Pendamping Khusus serta guru reguler.

f. Menurunkan kebijakan aturan standarisasi pedoman penyusunan

kurikulum pendidikan inklusif yang di sesuaikan kekhasan program keahlian

masing masing SMP.

g. Menyelenggarakan pendidikan inklusif dengan biaya yang bisa dijangkau

orang siswa inklusif, karena tidak semua orang tua siswa inklusif dari

golongan sosial ekonomi yang mampu.

3. Kepada Guru

a. Diharapkan selalu mengikuti pelatihan dan sosialisasi pendidikan

inklusif yang diselenggarakan sehingga mempunyai pengertian dan

pemahaman tentang pendidikan inklusif

Page 98: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

84

b. Menjadi katalisator keberadaan siswa inklusif kepada warga sekolah.

c. Mempelajari psikologi kepribadian siswa inklusif sehingga

mempermudah pendekatan terhadap siswa inklusif.

4. Kepada Orangtua Siswa Inklusif

Anak adalah permata hati,dengan segala keunikan kelebihan dan kekurangannya

adalah hadiah dari Tuhan yang Maha Memberi maka orang tua sebaiknya;

a. Ikhlas menerima kehadiran anak anak inklusif sebagai bagian dari ibadah

kita.

b. Berusaha semaksimal mungkin memberikan pendidikan yang terbaik kepada

anak anak inklusif.

c. Bertanggung jawab mengikuti pendidikan dan perkembangan anak anaknya

yang inklusif.

d. Memupuk serta mengembangkan potensi siswa inklusif dengan melibatkan

siswa sesuai dengan kemampuan siswa.

5. Kepada Peneliti selanjutnya, Pendidikan inklusif semakin berkembang dan

tentunya semakin menarik minat para pakar untuk mengadakan penelitian oleh

karena itu hal hal yang disarankan adalah; a) melakukan penelitian untuk

menyusun model kurikulum pendidikan inklusif di SMP; b) menyusun prosedur

operasional standar pelayanan dan penanganan siswa inklusif saat terjadi

bermasalah di sekolah atau kelas.

Page 99: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

85

DAFTAR PUSTAKA

A. Arsip / Dokumen

Profil SMPN 23 Padang 2012/2013

Buku Peraturan Siswa SMPN 23 Padang

Laporan tahunan SMPN 23 Padang ke Diknas Pendidikan 2013

B. Buku-buku

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta :

Rineka Cipta

Budiyanto. Dkk.2010. Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif. Kemendiknas

Budiyanto. 2005. Pengantar Pendidikan Inklusif Berbasis Budaya Lokal. Jakarta:

Depdiknas.

Bambang Setiyono. 2000. Terapi Wicara Untuk Praktisi Pendidikan dan Kesehatan.

EEG.Jakarta.

Depdiknas. 2007. Pedoman Khusus Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif No.06

(Pengadaaan dan Pembinaan Tenaga Pendidik). Jakarta:Direktorat

Pembinaan Sekolah Luar Biasa.

Direktorat PSLB. 2004. Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif (Buku

Paket). Jakarta: Direktorat PSLB.

Hurlock, E.B. 2000. Perkembangan Anak Jilid II (Terjemahan dr. Med. Meitasari

Tjandrasa). Jakarta: Erlangga.

Kohlberg, Lawrence. 1995. Tahap-tahap Perkembangan Moral (Terjemahan John de

Santo dan Agus). Yogyakarta: Kanisius.

Moleong, L. J. 2011. Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: Rosda

Karya.

Page 100: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

86

Tilaar, H. A. R & Riant Nugroho. 2009. Kebijakan Pendidikan: Pengantar Untuk

Memahami Kebijakan Pendidikan dan Kebijakan Pendidikan sebagai

Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan

Inklusif Bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi

Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa. 2009. Jakarta: Depdiknas

Kemendiknas. 2009.Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional 2009-

2014. Jakarta: Kemendiknas

Rose R. & Howley M. 2007. The practical guide to: Special Education Needs in

Inclusive Primary Classrooms. Paul Chapman Publishing: London.

Sue Stubbs. 2002. Pendidikan Inklusif.Ketika hanya ada sedikit sumber. Idp norway.

Jurusan Pendidikan Luar Biasa. UPI

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:

Alfabeta

Stubbs. 2002. Inklusif Education: Where there are few resource. London: The Atlas

Alliance.

Tarmansyah.1996. Gangguan Komunikasi. Jakarta: Rineka Cipta

Tarmansyah. 2007. Inklusi Pendidikan Untuk Semua. Jakarta: Depdiknas.

C. Skripsi

Rila Arianti 2009 :Studi Deskriptif Tunanetra yang berjalan dengan Menggunakan

Gerobak (Study Kasusu di Kuranji kecamatan Payakumbuh).Skripsi : PLB

FIB UNP.

Maises Yuliarni, 2009 :Upaya meningkatkan kemampuan motorik halus jari tangan

melalui senam jari pada anak Down Sidrom di SLB YPPLB Padang (Singgle

subject research kelas D.IIC).Skripsi. PLB FIB UNP

Taslialtul Fuad2008: pelaksanaan modifikasi perilaku bagi anak Authisme di sekolah

Luar Biasa Permata Bunda Bukittinggi. Skripsi: Jurusan PLB FIP UNP.

Page 101: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

87

M. Arief Budiman. 2012. Inklusi Sosial disekolah Inklusi.Skripsi. Fakultas Sospol. UI

D. Internet/ Jurnal

O‟Neill, Geraldine and Tim McMahon. 2005. Student Centered Learning. Diakses

dari http://qa.ubbcluj.ro/ posdrucalitate/despre/training_studenti/

materiale/student_centered_learn.pdf. pada tanggal 16 Maret 2015, jam 19.45

WIB.

Mulyati, Y. S. 2009. Peran dan Fungsi Guru Dalam Meningkatkan Kualitas

Pendidikan. (Online), (file.upi.edu// diakses tanggal 06 Januari 2015)

Dyah. 2008. Pengkajian Pendidikan Inklusif bagi Anak Berkebutuhan Khusus pada

Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. (Online),

(http://eprints.lib.ui.ac.id/11679/pengkajian-pendidikan-inklusif-bagi-anak/

diakses 1 Juli 2015)

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 (Amandemen). 2003.

Depdiknas.

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.2003.

Jakarta. Depdiknas

Gallan Berkah Mahesa. Volume 2 Nomor 3. September 2013. Perencanaan

Pembelajaran Oleh Guru Di Smp Negeri 23 Padang Dalam Setting Inklusi.

http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu.

Rima Rizki Anggraini. Volume 1 Nomor. Januari 2013. Persepsi Orangtua Terhadap

Anak Berkebutuhan Khusus (Deskriptif Kuantitatif di SDLB N.20 Nan Balimo

Kota Solok). http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu.

Prita Indriawati.Volume 1, Nomor 1 Januari 2013.Implementasi Kebijakan Tugas

Guru Pembimbing Khusus pada Pendidikan Inklusif di SD Negeri se-

Kecamatan Junrejo Batu. Jurnal Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan

Page 102: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

88

Lampiran I

KISI-KISI PANDUAN PENELITIAN

PENERAPAN PENDIDIKAN INKLUSIF

DI SMP NEGERI 23 PADANG

No. Varibel Kisi-Kisi Sumber data Metode

Pengumpulan Data

1. Sejarah dan identitas

lembaga

a. Tanggal bediri

b. Visi-Misi

c. Jumlah

anak,guru, dan

karyawan

d. Status sekolah

Kepala sekolah Wawancara

2. Fasilitas lembaga a. Jumlah kelas

b. Halaman

c. APE

d. Kamar mandi

e. Perpustakaan

f. Kantor

g. UKS

Kepala

sekolah,

Karyawan,

Guru

Observasi,

Dokumentasi

3. Penerapan pendidikan

inklusif di SMP

Negeri 23 Padang

a. Peranan GPK di

SMP Negeri 23

Padang

b. Tenaga

pendidik GPK

di SMP Negeri

23 Padang

c. Tugas GPK

d. Profil GPK

Guru,

Manajemen

Observasi,

Wawancara,

Dokumentasi

4. Administrasi a. Kurikulum

b. RKH

c. Perencanaan

pembelajaran

Guru,

Manajemen

Wawancara,

Dokumentasi

5. Faktor-faktor dalam

pendidikan inklusif

a. Faktor

pendukung

b. Faktor

penghambat

Guru,

Manajemen

Observasi,

Wawancara

Page 103: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

89

Lampiran 2

PANDUAN WAWANCARA

PENERAPAN PENDIDIKAN INKLUSIF

DI SMP NEGERI 23 PADANG

Hari/Tanggal : Waktu :

Tempat : Sumber :

No. Pertanyaan Deskripsi

1. Bagaimanakah sejarah berdirinya pendidikan Inklusif

di SMP Negeri 23 Padang?

2. Apa visi dan misi SMP Negeri 23 Padang?

3. Berapakah jumlah siswa, guru, dan karyawan di SMP

Negeri 23 Padang?

4. Bagaimana konsep pendidikan inklusif yang

diterapkan di SMP Negeri 23 Padang?

5. Mengapa di SMP Negeri 23 Padangmenerapkan

pendidikan inklusif?

6. Jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) apa

saja yang ditangani di SMP Negeri 23 Padang?

7. Adakah Guru Pembimbing Khusus (GPK) di SMP

Negeri 23 Padang

8. Bagaimana peran guru dan kepala sekolah dalam

penerapan pendidikan inklusif pada pembelajaran di

SMP Negeri 23 Padang?

9. Bagaimana peran orang tua dan komite sekolah dalam

penerapan pendidikan inklusif pada pembelajaran di

SMP Negeri 23 Padang?

10. Metode apa saja yang digunakan dalam penerapan

pendidikan inklusif pada pembelajaran TK kelompok

A?

11. Sumber belajar apa saja yang digunakan dalam

penerapan pendidikan inklusif pada pembelajaran di

SMP Negeri 23 Padang?

12. Faktor-faktor apa saja yang mendukung penerapan

pendidikan inklusif pada pembelajaran di SMP Negeri

23 Padang?

13. Faktor-faktor apa saja yang menghambat penerapan

pendidikan inklusif di SMP Negeri 23 Padang?

14. Bagaimana cara mengatasi masalah-masalah dalam

penerapan pendidikan inklusif pada pembelajaran

di SMP Negeri 23 Padang

Page 104: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

90

Lampiran 4. Foto Hasil wawancara dan penelitian

Gambar 1:

Wawancara dengan Kepala Agus Rindo (GPK),

pada 9 Juni 2015 (Sumber : dokumen pribadi)

Gambar 2:

Wawancara dengan Kepala Agus Rindo (GPK),

pada 9 Juni 2015 (Sumber : dokumen pribadi)

Gambar 3:

Proses belajar Siswa ABK dalam kelas formal, pada

9 Juni 2015. (Sumber : dokumen pribadi)

Gambar 4:

Proses belajar Siswa ABK dalam kelas formal, pada

9 Juni 2015. (Sumber : dokumen pribadi)

Page 105: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan

91

Lampiran 5. Foto ABK dalam proses KBM

Gambar 5 :

Kantor Anak Berkebutuhan Khusus, pada 9 Juni 2016. (Sumber : dokumen pribadi)

Gambar 6 :

Proses belajar Siswa ABK dalam kelas formal, pada 9 Juni 2015. (Sumber : dokumen pribadi)

Gambar 7:

Proses belajar Siswa ABK dalam kelas formal, pada 9 Juni 2015. (Sumber : dokumen pribadi)

Page 106: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan
Page 107: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan
Page 108: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan
Page 109: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan
Page 110: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan
Page 111: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan
Page 112: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan
Page 113: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan
Page 114: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan
Page 115: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan
Page 116: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan
Page 117: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan
Page 118: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan
Page 119: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan
Page 120: PENDIDIKAN INKLUSIF SMP N 23 PADANG SKRIPSIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1744/4... · Program Studi Pendidikan Sejarah. STKIP PGRI Sumbar, 2016. Penelitian ini dimaksudkan