SKRIPSI - repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5250/2/11070152...
Transcript of SKRIPSI - repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5250/2/11070152...
1
PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PASCA BANJIR
BANDANG DI PASAR GOMPONG NAGARI KAMBANG BARAT
KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN
SKRIPSI
WELIATI
NPM. 11070152
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
2016
2
PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PASCA BANJIR
BANDANG DI PASAR GOMPONG NAGARI KAMBANG BARAT
KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA 1)
WELIATI
NPM. 11070152
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
2016
3
4
5
6
ABSTRAK
Weliati (11070152), Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Pasca Banjir
Bandang Di Pasar Gompong Nagari Kambang Barat Kecamatan Lengayang
Kabupaten Pesisir Selatan. Skripsi. Program Studi Pendidikan Sosiologi
STKIP PGRI Sumatera Barat, Padang, 2016.
Skripsi mengkaji tentang perubahan sosial ekonomi masyarakat pasca
banjir bandang di Pasar Gompong Nagari Kambang Barat Kecamatan Lengayang
Kabupaten Pesisir Selatan. Banjir bandang yang terjadi pada tahun 2011
memberikan perubahan terhadap kehidupan masyarakat Nagari Kambang Barat
baik perubahan yang positif maupun negatif. Tujuan penelitian dalam penelitian
ini adalah untuk mendeskripsikan kondisi ekonomi masyarakat korban banjir
pasca banjir bandang di Nagari kambang Barat Kecamatan Lengayang kabupaten
Pesisir Selatan.
Teori yang digunakan yaitu teori Pilihan Rasional Coleman. Pilihan itu
sendiri didasarkan pada faktor-faktor yang menguntungkan perseorangan tersebut
(Ritzer, 2007: 391). Informan penelitian diambil secara purposive, yaitu
masyarakat korban banjir bandang tahun 2011 di Pasar Gompong dan tokoh
masyarakat Nagari Kambang Barat. Jenis data adalah data primer berasal dari
wawancara dengan informan dan data sekunder yang diperoleh dari referensi yang
relevan. Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan studi dokumen.
Analisis data dilakukan dengan teknik pengumpulan data, reduksi data, penyajian
data dan menarik kesimpulan.
Hal ini menunjukkan bahwa banjir bandang yang terjadi memberikan
perubahan terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat korban banjir. Sebelum
terjadi banjir bandang pada umumnya mata pencaharian masyarakat Pasar
Gompong yaitu pedagang, nelayan, dan wisata. banjir bandang yang terjadi
mengakibatkan banyak rumah masyarakat yang hancur sehingga masyarakat tidak
dibolehkan lagi untuk tinggal di tempat tersebut. Hal ini mempengaruhi kondisi
ekonomi masyarakat korban banjir, antara lain (1) perubahan mata pencaharian
(2) pendapatan berkurang (3)relokasi masyarakat. Dengan pindahnya masyarakat
ke tempat yang baru membuat masyarakat kesulitan dalam mendapatkan tempat
untuk bekerja dan pendapatan masyarakat berkurang dibandingkan dengan
sebelumnya.
i
7
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Pasca Banjir Bandang di Pasar
Gompong Nagari Kambang Barat Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir
Selatan”.
Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh
gelar sarjana pendidikan di Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI
Sumatera Barat. Dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis
telah banyak menerima bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh sebab
itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan
penghargaan yang setulusnya kepada:
1. Ibu Dian Kurnia Anggreta, M. Si sebagai pembimbing I dan Ibu Yuhelna, MA
sebagai pembimbing II, yang telah mengorbankan sebagian waktu untuk
membimbing dan memberi arahan dengan sabar kepada peneliti sehingga
penulisan skripsi ini bisa diselesaikan dengan baik.
2. Tim penguji ujian skripsi Bapak Rio Tutri, M. Si, Ibu Sri Rahmadani, M. Si,
Bapak Irwan, S. Pd, M. Si yang telah memberikan saran kepada peneliti
sehingga penulis dapat menyempurnakan skripsi ini.
3. Ibu Dr. Maihasni, M. Si selaku Ketua Prodi dan Ibu Marleni, M. Pd selaku
Sekretaris Prodi Sosiologi yang telah memberikan jadwal untuk seminar
hingga ujian skripsi ini dilaksanakan.
ii
8
4. Ibu Dr. Zusmelia, M. Si selaku Ketua STKIP PGRI Sumatera Barat Padang
beserta staf dan karyawan.
5. Bapak H. Nurlison selaku Wali Nagari kambang barat yang telah mengizinkan
peneliti untuk melakukan penelitian terhadap masyarakat Nagari Kambang
Barat dan seluruh informan penelitian yang telah memberikan informasi untuk
penyelesaian skripsi ini ketika penelitian.
6. Ayah dan Ibu tercinta, kakak, adik dan family yang telah membantu penulis
baik berupa moril maupun materil, do’a serta motivasi kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan studi pendidikan sarjana dan penulisan
skripsi ini.
7. Rekan-rekan seperjuangan dan semua pihak yang telah membantu dalam
penulisan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak
terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini dan penulis mengharapkan
semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca terutama bagi penulis.
Padang, 01 Februari 2016
Penulis
iii
9
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendekatan Teoritis ..................................................................... 7
2.2 Penjelasan Konseptual ................................................................. 8
2.3 Penelitian Relevan ....................................................................... 14
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Dan Tipe Penelitian .................................................. 16
3.2 Informan Penelitian ..................................................................... 17
3.3 Jenis Data Penelitian .................................................................... 18
3.4 Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 18
3.5 Unit Analisis ................................................................................ 21
3.6 Analisis Data ............................................................................... 22
3.7 Lokasi Penelitian ......................................................................... 24
3.8 Jadwal Penelitian ......................................................................... 24
3.9 Defenisi Operasioanl ................................................................... 26
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1 Kondisi Geografis ......................................................................... 27
4.1.1 Luas Wilayah dan Batas Wilayah ....................................... 27
4.1.2 Topografi Wilayah .............................................................. 28
4.1.3 Orbitasi ............................................................................... 28
4.2 Kependudukan .............................................................................. 29
4.2.1 Keadaan Penduduk dan Mata Pencaharian ......................... 29
4.2.2 Tingkat Pendidikan ............................................................. 30
4.2.3 Kehidupan Agama .............................................................. 32
iv
10
4.2.4 Kehidupan Sosial Masyarakat ............................................ 33
4.2.5 Tingkat Perekonomian Masyarakat .................................... 34
BAB V TEMUAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Banjir Bandang di Nagari Kambang Barat ..... 35
5.2 Kerugian Yang Dialami Masyarakat Pasca Banjir Bandang ........ 42
5.3 Kondisi Ekonomi Masyarakat Pasca banjir Bandang ................... 46
5.3.1 Pendapatan Berkurang ........................................................ 50
5.3.2 Perubahan Mata Pencaharian ............................................. 54
5.3.3 Upaya Relokasi masyarakat ............................................... 56
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan ................................................................................... 63
6.2 saran .............................................................................................. 64
DAFTAR PUSTAKA
v
11
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1. Jumlah Kerusakan Akibat Banjir Bandang di Pasar Gompong
Tahun 2011 ................................................................................................. 3
3.1.Jadwal Penelitian ........................................................................................... 25
4.1. Jumlah Kampung di Nagari Kambang Barat ............................................... 27
4.2. Penggunaan Lahan di Nagari Kambang Barat ............................................. 28
4.3. Jumlah Penduduk Nagari kambang Barat .................................................... 29
4.4. Mata Pencaharian Pokok Masyarakat di nagari Kambang Barat ................. 30
4.5.Masyarakat Nagari Kambang Barat Berdasarkan Pendidikan tahun2014 .... 31
4.6.Tingkat Perekonomian Masyarakat Nagari Kambang Barat ........................ 34
5.1. Kejadian Banjir di Nagari Kambang Barat Tahun 2007-2014..................... 35
5.2. Rumah Yang Hancur Akibat Banjir Bandang Tahun 2011 di
Pasar Gompong Nagari Kambang Barat ...................................................... 41
vi
12
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Pedoman wawancara ...................................................................................... 67
2. Informan penelitian ........................................................................................ 69
3. Dokumentasi gambar ......................................................................................70
vii
13
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.1. Skema Model Analisis Data Interaktif Model Milles dan Huberman.......... 22
viii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat kerawanan tinggi
terhadap berbagai ancaman bencana alam. Bencana alam banjir, tanah longsor,
dan degradasi lahan memiliki frekuensi kejadian yang sangat tinggi di Indonesia.
Posisi geografis di daerah tropis terletak antara dua benua dan dua samudera. Pada
pola iklim terjadi pergiliran teratur seperti bergantinya musim hujan dan musim
kemarau, jika terjadi gangguan tropis, sering timbul cuaca ekstrem yang dapat
memicu terjadinya bencana alam (Hermon, 2012: 40).
Bencana alam banjir di Indonesia tampaknya dari tahun ke tahun memiliki
kecenderungan meningkat, begitu juga bencana banjir yang setiap tahun terjadi di
seluruh penjuru tanah air. Kecenderungan meningkatnya bencana banjir di
Indonesia tidak hanya luasnya saja melainkan kerugiannya juga ikut bertambah
pula. Jika dahulu bencana banjir hanya melanda kota-kota besar di Indonesia,
akan tetapi pada saat sekarang ini bencana tersebut telah melanda dan merambah
sampai ke pelosok tanah air (Hermon, 2012: 40).
Banjir selalu dikaitkan dengan sungai. Banjir terjadi apabila debit air yang
mengalir melalui bagian penampung sungai tidak tersalurkan dan tertampung
sampai lembah aliran sungai. Tidak tersalurkannya air sungai dengan baik
disebabkan oleh badan sungai yang semakin sempit karena didesak permukiman
warga (Sukandarrumidi, 2010: 141).
1
2
Bencana banjir adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam
dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat, yang disebabkan oleh
meluapnya air sungai, yang disebabkan oleh faktor alamiah akibat rusaknya
Buffer zone pada kawasan upper DAS (daerah aliran sungai). Sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis (Hermon, 2012: 36). Secara umum banjir
merupakan peristiwa tergenangnya daratan yang disebabkan oleh berkurangnya
kemampuan saluran air dalam menampung volume air. Luapan air sungai tersebut
akan merusak kondisi lingkungan yang berada di sekitar alur sungai. Apabila di
sekitar alur sungai banyak dimanfaatkan oleh manusia, seperti untuk persawahan
maupun permukiman, maka akan mengakibatkan kerugian yang tinggi.
Bencana banjir hampir setiap musim penghujan melanda Indonesia.
Berdasarkan nilai kerugian dan frekuensi kejadian bencana banjir terlihat adanya
peningkatan yang cukup tinggi. Kejadian bencana banjir tersebut sangat
dipengaruhi oleh faktor alam berupa curah hujan yang di atas normal dan adanya
pasang naik air laut. Di samping itu faktor ulah manusia juga berperan penting
seperti penggunaan lahan yang tidak tepat, pembuangan sampah ke dalam sungai,
pembangunan pemukiman di daerah dataran banjir dan sebagainya.
Kabupaten Pesisir Selatan merupakan salah satu daerah yang rawan
terhadap bencana banjir, salah satu daerah rawan bencana banjir adalah
Kecamatan Lengayang terutama di Nagari Kambang Barat. banjir terjadi setiap
tahun, terutama pada musim penghujan. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara
dengan Bapak Agusman, 47 tahun, masyarakat Nagari Kambang Barat yang
3
menyatakan bahwa banjir telah terjadi sejak tahun 2000, tetapi tidak menimbulkan
kerugian bagi masyarakat, banjir yang terjadi hanya mengakibatkan terendamnya
rumah penduduk, kemudian air menyusut dengan cepat. Sejak tahun 2007
kejadian banjir sudah mulai berangsur-angsur besar, banjir terjadi setiap tahun
umumnya terjadi setiap musim penghujan dan menggenangi daerah hilir Batang
Kambang, tetapi tidak menimbulkan kerugian atau kerusakan terhadap rumah
penduduk. Namun banjir yang terjadi pada tahun 2011 mengakibatkan kerugian
bagi masyarakat Pasar Gompong.
Banjir yang terjadi pada tanggal 03 November 2011 merupakan banjir
bandang, yang mengakibatkan kerugian dan kerusakan terhadap rumah
masyarakat Pasar Gompong Nagari Kambang Barat. Sebelumnya di Pasar
Gompong sudah pernah terjadi banjir yaitu pada tahun 2006, 2008 dan 2011.
Banjir pada tahun 2006 dan 2008 hanya mengakibatkan terendamnya rumah
masyarakat tetapi tidak mengalami kerugian, namun banjir yang terjadi pada
tahun 2011 mengakibatkan kerugian dan kerusakan terhadap rumah masyarakat.
Tabel 1.1
Kerusakan Akibat Banjir Bandang di Pasar Gompong Tahun 2011
No Jenis kerusakan Jumlah kerusakan
1 Rumah yang hanyut akibat banjir 24 rumah
2 Rumah rusak berat 4 rumah
3 Rumah rusak sedang 16 rumah
4 Rumah rusak ringan 12 rumah
5 Pondasi rusak 2 buah
6 Sarana prasarana umum 1 buah
Sumber: Profil Nagari Kambang Barat, 2014
Berdasarkan tabel 1.1 dapat disimpulkan bahwa kerusakan yang terjadi
akibat banjir tersebut adalah: 24 rumah hancur, 4 rumah rusak berat berupa
4
kerusakan dinding dan lantai rumah serta tidak dapat ditempati lagi, 16 rumah
rusak sedang karena terkepung air tetapi dapat ditempati lagi setelah banjir surut
dan 12 rumah rusak ringan serta 2 buah pondasi rusak. Kerugian tersebut
melibatkan 176 orang terdiri dari 56 KK serta 1 buah sarana umum rusak. Setelah
banjir surut, hanya 28 KK yang dapat menempati rumah mereka kembali,
sedangkan 28 KK tidak dapat menempati rumah mereka lagi (Profil Nagari
Kambang Barat, 2014).
Lebih lanjut, Bapak Agusman menyatakan bahwa potensi banjir ini
membahayakan bagi penduduk, hal ini dibuktikan dengan terjadinya banjir
bandang di Nagari Kambang Barat pada tanggal 03 November 2011. Rumah yang
rusak dan hanyut di Pasar Gompong umumnya rumah permanen yang diakibatkan
oleh struktur bangunan yang tidak tahan arus air (banjir). Sedangkan bangunan
yang ada di Nagari Kambang Barat Kecamatan Lengayang umumnya berupa
perumahan penduduk yang tidak tahan banjir.
Sebelum banjir bandang melanda Pesisir Selatan, sebagian besar penduduk
Pesisir Selatan bergantung pada sektor pertanian tanaman pangan, perikanan dan
perdagangan. Sementara sumber daya potensial lainnya adalah pertambangan,
perkebunan dan pariwisata, terutama di Nagari Kambang Barat Kecamatan
Lengayang pada umumnya masyarakat yang tinggal di Nagari Kambang Barat
adalah nelayan, pedagang dan wisata. Pasca banjir pada hari Kamis 03 November
2011 jam 19.00 malam hingga 02.00 WIB membuat daerah sebagian Pesisir
Selatan hancur dan porak-poranda. Tingkat kerusakan akibat banjir bandang yang
terjadi di Nagari Kambang Barat Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir
5
Selatan dengan ketinggian air 0,5- 1,5 meter dan di perparah dengan meluapnya
air laut.
Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan, pada saat terjadi banjir
terdapat banyak kerugian yang dialami oleh masyarakat, tidak hanya korban harta
namun juga korban jiwa. Dilihat dari segi material, banjir tidak hanya
mengakibatkan rumah rusak namun mengakibatkan rumah tersebut tidak bisa
ditempati lagi dan ada yang hanyut terbawa arus. Sedangkan dilihat dari korban
jiwa tidak hanya mengalami luka-luka bahkan ada yang meninggal dunia.
Kerugian akibat banjir bandang berpengaruh pada kondisi sosial ekonomi
masyarakat korban banjir. Rumah yang hanyut dan rusak berat akibat banjir tidak
dapat ditempati lagi sehingga masyarakat pindah ke tempat yang jauh dari daerah
rawan bencana. Hal ini juga menyebabkan perubahan terhadap mata pencaharian
masyarakat korban banjir.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti
tentang kondisi ekonomi masyarakat pasca bencana banjir. Maka judul dari
penelitian ini adalah: “Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Pasca Banjir
Bandang di Pasar Gompong Nagari Kambang Barat Kecamatan Lengayang
Kabupaten Pesisir Selatan”.
1.2 Batasan Masalah dan Rumusan Masalah
Banjir mengakibatkan kerugian bagi masyarakat, hal ini mempengaruhi
kondisi ekonomi masyarakat korban banjir. Berdasarkan permasalahan ini, penulis
membatasi tentang Kondisi Ekonomi Masyarakat Korban Banjir Pasca Banjir
Bandang di Pasar Gompong Nagari Kambang Barat Kecamatan Lengayang
6
kabupaten Pesisir Selatan. berdasarkan pembatasan masalah diatas maka rumusan
masalah penelitian adalah “Bagaimana kondisi sosial ekonomi masyarakat pasca
banjir bandang di Nagari Kambang Barat Kecamatan Lengayang Kabupaten
Pesisisr Selatan”.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah mendeskripsikan perubahan sosial ekonomi masyarakat pasca banjir
bandang di Nagari Kambang Barat Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir
Selatan.
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Secara akademik: Menambah khasanah pengetahuan khususnya pada
sosiologi ekonomi, serta bermanfaat untuk peneliti selanjutnya yang ingin
meneliti mengenai masalah ini.
2. Secara praktis: Sebagai bahan masukan dan informasi bagi masyarakat dan
pemerintah dalam mengambil kebijakan mengenai kondisi ekonomi pasca
banjir bandang di Nagari Kambang Barat Kecamatan Lengayang Kabupaten
Pesisir Selatan.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendekatan Teoritis
Teori pilihan rasional ini dikemukakan oleh James S. Coleman,
menyatakan bahwa “tindakan perseorangan mengarah kepada tujuan dan tujuan
itu (dan juga tindakan) ditentukan oleh nilai atau pilihan. Pilihan itu sendiri
didasarkan pada faktor-faktor yang menguntungkan perseorangan tersebut. Para
penumpang tentunya akan lebih memilih angkutan umum yang lebih murah, cepat
dan nyaman untuk mereka gunakan dalam menjalankan aktivitasnya (Ritzer,
2007: 391).
Secara umum dalam teori pilihan rasional Coleman ini membahas tentang
prilaku aktor pada saat berinteraksi. Pada proses interaksi tesebut itulah terdapat
pertimbangan mengenai imbalan, pengorbanan dan keuntungan. Ketiga aspek
tersebut menjadi landasan utama manusia dalam berinteraksi. Di samping itu,
Coleman juga menambahkan bahwa individu bersifat hedonis yang mengalami
kapuasan sampai derajat yang berbeda-beda dari hasil berbagai macam peristiwa,
perolehan atau pemakaian macam-macam sarana. Pengharapan akan kepuasan
tersebut mendorong individu atau aktor untuk bertindak dengan maksud
meningkatkan kepuasan tersebut.
Merujuk pada permasalahan bencana banjir membuat masyarakat mencari
cara untuk mengatasi bencana banjir tersebut. Hal ini menunjukkan adanya
aktivitas dari masyarakat dalam menghindari bencana banjir. Dari pemikiran
tersebut, Coleman mulai menyusun suatu pemikiran mengenai teori pilihan
7
8
rasional, yang dipengaruhi oleh Weber mengenai pemikiran protetanisme dan
kapitalisme. Dimana bagi Weber seorang individu memahami mengapa orang
bertindak dengan cara tertentu, yang mengimplikasikan bahwa individu tersebut
memahami tujuan yang dimaksud dan bagaimana tindakan tersebut dipandang
sebagai hal yang memberikan kontribusi terhadap tujuannya.
Peneliti menggunakan teori ini karena dalam teori pilihan rasional sudah
dijelaskan bahwa aktor melakukan tindakan-tindakan untuk mencapai suatu tujuan
dengan pilihan-pilihan tertentu, aktor disini adalah masyarakat korban banjir
bandang, dimana masyarakat korban banjir melakukan tindakan untuk pindah dari
daerah rawan bencana ke tempat yang jauh dari daerah rawan bencana, tindakan
yang dilakukan tersebut bertujuan apabila terjadi bencana banjir masyarakat
tersebut tidak mengalami kerugian lagi.
2.2 Penjelasan Konseptual
2.2.1 Perubahan Sosial
perubahan sosial adalah segala perubahan yang terjadi dalam lembaga
kemasyarakatan dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya.
Tekanan pada definisi tersebut adalah pada lembaga masyarakat sebagai
himpunan kelompok manusia dimana perubahan mempengaruhi struktur
masyarakat lainnya (Soekanto, 2012: 374).
2.2.2 Sosial Ekonomi
Sosial ekonomi adalah posisi seseorang dalam masyarakat berkaitan
dengan orang lain dalam arti lingkungan pergaulan, prestasinya, dan hak-hak serta
kewajibannya dalam hubungannya dengan sumber daya. Berdasarkan pengertian
9
diatas keadaan sosial ekonomi dalam penelitian ini adalah kedudukan atau posisi
seseorang dalam masyarakat berkaitan dengan tingkat pendidikan, tingkat
pendapatan pemilikan kekayaan atau fasilitas jenis tempat tinggal (Soekanto,
2012: 376).
Kemudian pengertian sosial adalah istilah yang mengacu pada kualitas
interaksi saling berhubungan yang sifatnya timbal balik. Sedangkan ekonomi
adalah aktivitas dari produksi, distribusi dan konsumsi terhadap manfaat sumber-
sumber daya materi. Istilah sosial adalah sesuatu hal yang berkaitan dengan
masyarakat, memuaskan kebutuhan dan keinginan materialnya sambil
memperhatikan bahwa sarana yang dapat mereka pergunakan memaksa mereka
mengadakan suatu pilihan.
Ekonomi merupakan kata serapan dari bahasa inggris, yaitu economy.
Sementara kata economy itu sendiri berasal dari bahasa yunani, yaitu oikonomike
yang artinya pengelolaan rumah tangga. Yang dimaksud dengan ekonomi sebagai
pengelola rumah tangga adalah suatu usaha dalam pembuatan keputusan dan
pelaksanaannya yang berhubungan dengan pengalokasian sumber daya rumah
tangga yang terbatas diantara berbagai anggotanya, dengan mempertimbangkan
kemampuan, usaha, dan keinginan masing-masing (Damsar, 2009: 9-10).
Kondisi sosial ekonomi adalah keadaan atau situasi individu dalam
melakukan tindakan dan interaksi dengan lingkungan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan hidup. Tindakan sosial ekonomi yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah kondisi sosial ekonomi masyarakat Pasar Gompong Nagari Kambang
Barat.
10
2.2.3 Bencana Banjir
b. Definisi
Banjir adalah peristiwa atau keadaan dimana terendamnya suatu daerah
atau daratan karena volume air yang meningkat (BNPB, 2011). Banjir yaitu
genangan yang ditimbulkan oleh meluapnya aliran sungai, sedangkan
genangan adalah tertahannya aliran air permukaan akibat tidak berfungsinya
drainase. Banjir dan genangan tersebut sama-sama melanda daerah
permukiman penduduk sehingga menimbulkan kerugian harta maupun jiwa
(Prasetyo, 2009: 17).
Banjir dalam pengertian umum adalah debit aliran air sungai dalam
jumlah yang tinggi, atau debit aliran air di sungai secara relatif lebih besar dari
kondisi normal akibat hujan yang turun di hulu atau di suatu tempat tertentu
terjadi secara terus menerus, sehingga air tersebut tidak dapat ditampung oleh
alur sungai yang ada, maka air melimpah keluar dan menggenangi daerah
sekitarnya (Peraturan Dirjen RLPS No.04 tahun 2009).
Menurut dinas pengelolaan Sumber Daya Air (2005) banjir adalah
meluapnya air pada palung sungai, saluran drainase kota maupun saluran
drainase pemukiman karena kapasitas tampungnya tidak mencukupi sehingga
menggenangi daerah sekitar yang kerendahan. Banjir adalah peristiwa
terbenam dan tergenangnya daratan (yang biasanya kering) karena volume air
yang meningkat. Selain itu banjir juga dapat didefinisikan sebagai aliran air
sungai yang mengalir yang melampaui kapasitas tampung sungai, dengan
demikian aliran sungai tersebut melewati tebing sungai dan menggenangi
11
daerah sekitar (Asdak, 1995: 474). Sedangkan banjir bandang adalah banjir
yang datang secara tiba-tiba dengan debit air yang besar yang disebabkan
terbendungnya aliran sungai pada alur sungai (BNPB, 2011).
c. Jenis-jenis banjir
Menurut Kumpulan Referensi Menghadapi Bencana Provinsi Sumatera
Barat (2010: 11-12). Banjir dapat dibagi secara umum, yaitu:
1. Banjir biasa adalah banjir yang terjadi akibat curah hujan yang terlalu
tinggi.
2. Banjir sedang adalah banjir yang terjadi akibat curah hujan yang tinggi
bersamaan dengan naiknya air dari sungai atau disebut pasang naik.
3. Banjir bandang adalah banjir yang terjadi secara tiba-tiba atau tidak di
sangka-sangka air telah memenuhi permukiman warga, yang disebabkan
oleh hujan deras ditambah air sungai naik serta tersumbatnya semua aliran
air sungai akibat banyaknya sampah yang menumpuk.
4. Banjir kecelakaan adalah banjir yang terjadi karena curah hujan yang turun
tinggi atau banyak, air sungai yang naik, aliran air tersumbat dan ditambah
bobolnya tanggul pengairan atau bendungan air yang tidak mampu menahan
air yang banyak.
Berdasarkan jenis banjir diatas, maka banjir yang terjadi di Pasar
Gompong Nagari Kambang Barat tahun 2011 termasuk jenis banjir bandang.
Banjir di Nagari Kambang Barat umumnya terjadi 1 kali dalam setahun, yang
disebabkan oleh gundulnya hutan dibagian hulu serta hilangnya kawasan
12
tangkapan air dibagian hilir sungai sehingga mengakibatkan daerah tersebut
rawan terhadap banjir.
d. Kriteria Kerusakan Akibat Banjir
Menurut BNPB 2011, beberapa kriteria kerusakan akibat banjir, yaitu:
1. Rusak berat
Kriteria kerusakan yang mengakibatkan bangunan roboh atau
sebagian besar komponen struktur rusak, contoh:
1) Bangunan roboh total atau sebagian besar struktur utama bangunan
rusak
2) Sebagian besar dinding dan lantai bangunan bendung atau dam patah
3) Sebagian besar tanggul jebol atau putus
4) Saluran pengairan tidak dapat berfungsi
2. Rusak sedang
Kriteria kerusakan yang mengakibatkan sebagian kecil komponen
struktur rusak dan komponen penunjang rusak namun bangunan masih tetap
berdiri, contoh:
1) Sebagian kecil struktur utama bangunan rusak
2) Sebagian besar pintu-pintu air dan komponen penunjang lainnya rusak
3) Saluran pengairan terputus
3. Rusak ringan
Kriteria kerusakan yang mengakibatkan sebagian komponen struktur
retak (struktur masih bisa digunakan) dan bangunan masih tetap berdiri,
contoh:
13
1) Sebagian kecil struktur bangunan rusak ringan
2) Retak-retak pada dinding plasteran
3) Sebagian kecil pintu-pintu air dan komponen penunjang lainnya rusak
4) Saluran pengairan masih bisa digunakan.
2.2.4 Relokasi pasca bencana banjir
Relokasi adalah pemindahan suatu tempat menuju tempat yang baru.
Sedangkan dalam Kamus Indonesia relokasi diartikan membangun kembali
perumahan, harta kekayaan, termasuk tanah produksi dan prasarana umum di
lokasi atau lahan lain. Dalam relokasi adanya objek dan subjek yang terkena
dampak dalam perencanaan dan pembangunan lokasi.
Lokasi dan kualitas tempat relokasi baru adalah faktor penting dalam
perencanaan relokasi, memilih lokasi yang sama baik dengan kawasan yang
dahulu (tempatnya yang lama) dari segi karakteristik lingkungan, sosial, budaya
dan ekonomi akan lebih memungkinkan relokasi dan pemulihan mata pencaharian
berhasil. Karena itu pemilihan lokasi harus dipertimbangkan sebagai bagian dari
studi kelayakan. Pemilihan lokasi harus memperhitungkan dampak terhadap
masyarakat setempat. Permasalahan seperti kualitas lahan, daya tampung lokasi,
kekayaan milik umum, sumber daya, prasarana sosial dan komposisi penduduk
(stratifikasi sosial, suku bangsa, jenis kelamin, etnik minoritas) perlu
dipertimbangkan (Melia, 2009: 12).
Relokasi adalah pemindahan suatu tempat dari tempat yang lama ke
tempat yang baru. Pemerintah melakukan upaya relokasi terhadap masyarakat
yang menjadi korban banjir, dimana masyarakat tersebut diberikan kesempatan
14
untuk berpindah ke tempat yang jauh dari daerah rawan banjir supaya dapat untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya masing-masing sesuai dengan pilihan yang telah
diberikan oleh pemerintah. Adapun pilihan yang diberikan pemerintah yaitu
apabila masyarakat korban banjir tersebut bisa mendapatkan tanah atau lahan
untuk membangun rumah kembali maka akan diberikan bantuan berupa uang
sebesar 25 juta/KK. Tetapi apabila keluarga tersebut tidak sanggup mendapatkan
lahan untuk membangun kembali maka bantuan tersebut tidak jadi diberikan
kepada korban banjir tersebut.
2.3 Penelitian Relevan
Wahyudi (2009) yang berjudul “Strategi Masyarakat Dalam Rangka
Mitigasi Bencana Banjir di Nagari Kambang Barat Kecamatan Lengayang
Kabupaten Pesisir Selatan”. Dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
seharusnya ada suatu upaya dari masyarakat untuk mengurangi risiko yang
ditimbulkan oleh bencana banjir di masa depan berupa kearifan lokal masyarakat
setempat, seperti melarang masyarakat melakukan penebangan liar. Upaya
tersebut merupakan mitigasi bencana banjir yang meliputi tahap pra bencana, saat
bencana dan sesudah bencana.
Mitra Oktalia (2008) yang berjudul “Studi Sosial Ekonomi Masyarakat
Pasca Longsor di Kenagarian Tandikek Kecamatan Patamuan Kabupaten Padang
Pariaman” dimana hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasca longsor di
Kenagarian Tandikek terjadi beberapa perubahan, perubahan tersebut adalah
tingkat pendidikan masyarakat, kondisi tempat tinggal masyarakat, dan kondisi
pendapatan masyarakat.
15
Poni Ardimansyah (2009) yang berjudul “Faktor Penyebab Masyarakat
Untuk Tetap Tinggal di Daerah Banjir Bandang Kelurahan Lambung Bukit
Kecamatan Pauh Kota Padang”, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masih
banyaknya masyarakat untuk tetap tinggal di daerah banjir bandang di Kelurahan
Lambung Bukit yang merupakan kawasan yang mempunyai risiko terhadap banjir
bandang. Hal ini disebabkan karena masyarakat sudah lama mendiami daerah
tersebut, kurangnya lahan di tempat lain, dekat dengan tempat mata pencaharian
dan kurangnya perhatian pemerintah terhadap daerah yang mereka huni.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan di atas yakni
penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi adalah strategi masyarakat dalam rangka
mitigasi bencana banjir di Nagari Kambang Barat Kecamatan Lengayang
Kabupaten Pesisir Selatan. Mitra Oktalia khususnya membahas tentang studi
sosial ekonomi masyarakat pasca longsor di Kenagarian Tandikek Kecamatan
Patamuan Kabupaten Padang Pariaman. Kemudian Poni Ardimansyah khususnya
membahas tentang faktor penyebab masyarakat untuk tetap tinggal di daerah
banjir bandang Kelurahan Lambung Bukit Kecamatan Pauh Kota Padang.
Sedangkan penelitian yang peneliti lakukan yaitu menjelaskan tentang perubahan
sosial ekonomi masyarakat pasca banjir bandang di Pasar Gompong Nagari
Kambang Barat Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan.
16
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Tipe Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan pendekatan penelitian kualitatif. Menurut
Taylor dan Bogdan metode penelitian kualitatif adalah sebagai cara yang dipakai
oleh peneliti untuk memecahkan masalah dan mencari jawaban atau pertanyaan-
pertanyaan. Penelitian kualitatif pada dasarnya kata-kata dan perbuatan-perbuatan
manusia atau kelompok manusia, itulah sifatnya data yang dikumpulkan, cara
analisanya mencari atau membangun pola, dilakukan mulai saat pengumpulan
data saat penulisan laporan penelitian (Afrizal, 2008: 12-13).
Penelitian kualitatif (qualitatif research) adalah suatu penelitian yang
ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa aktivitas
sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun
kelompok (Sutopa, 2010: 1). Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah tipe penelitian deskriptif, yakni tipe penelitian yang memandu peneliti
untuk mengeksplorasi atau memotret situasi sosial yang akan diteliti secara
menyeluruh, luas dan mendalam (Sugiyono, 2011: 289). Pendekatan deskriptif
juga mempelajari masalah-masalah dan tata cara yang berlaku dalam masyarakat
serta situasi-situasi tertentu, termasuk didalamnya hubungan-hubungan, kegiatan-
kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, dan proses-proses yang sedang
berlangsung serta pengaruh dari suatu fenomena (Nazir, 2009: 54-55).
Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa penelitian deskriptif mencoba
mencari data seluas-luasnya dalam rangka mencari perubahan sosial ekonomi dari
16
17
sekelompok orang. Begitu pula dengan penelitian mengenai perubahan sosial
ekonomi masyarakat korban banjir bandang di Pasar Gompong Nagari Kambang
Barat Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan, dimana peneliti
mendeskripsikan kondisi sosial ekonomi masyarakat korban banjir bandang di
Nagari Kambang Barat yang lebih menekankan atau dilihat dari perspektif sosial
ekonomi. Penelitian deskriptif juga memberikan peluang bagi peneliti untuk
mendapatkan hasil yang baik sesuai dengan tujuan penelitian, karena prinsipnya
permasalahan ini akan dikupas sedemikian rupa.
3.2 Informan Penelitian
Informan penelitian adalah orang yang memberikan informasi tentang
situasi dan kondisi latar penelitian (Moleong, 2007: 132). Pemilihan informan
dalam penelitian ini dengan cara purposive (sengaja), dimana pemilihan informan
ini dipilih secara sengaja yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi
penelitian sesuai dengan tujuan penelitian.
Informan ditentukan berdasarkan orang-orang yang memiliki kriteria
pengetahuan tentang kondisi sosial masyarakat korban banjir. Kriteria informan
yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Masyarakat korban banjir bandang
2. Tokoh masyarakat seperti Wali Nagari serta aparatur pemerintahan Nagari
Kambang Barat.
18
3.3 Jenis Data Penelitian
Jenis data yang diambil dalam penelitian ini melalui dua sumber, antara lain:
1. Data primer
Data Primer merupakan data atau informasi yang didapatkan langsung
dari informan penelitian di lapangan. Data primer merupakan data yang
diperoleh peneliti dari sumber asli langsung dari informan peneliti yang
memiliki informasi atau data tersebut (Idrus, 2009: 86). Data primer adalah
data yang peneliti dapatkan dari hasil wawancara dengan informan yang terkait
dengan tujuan penelitian. Data tersebut dikumpulkan dari opini atau pendapat
dari masyarakat korban banjir bandang pada tahun 2011 di Pasar Gompong
Nagari Kambang Barat.
2. Data sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber data kedua
(bukan orang pertama, bukan asli) yang memiliki informasi atau data tersebut
(Idrus, 2009: 86). Data sekunder merupakan data yang penulis peroleh dari
referensi atau sumber lain yang relevan dan dapat dijadikan acuan dalam
penelitian yaitu data tentang kondisi geografis, demografis dan sosial ekonomi
Nagari Kambang Barat.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data penelitian, di sini peneliti menggunakan teknik
atau prosedur yang berkaitan dan sesuai dengan jenis data yang dibutuhkan, yaitu
data yang berbentuk kualitatif. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik
sebagai berikut:
19
1. Wawancara
Wawancara merupakan bentuk komunikasi yang dilakukan antara dua
orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari orang lain,
dengan menggunakan pertanyaan berdasarkan tujuan-tujuan tertentu.
Wawancara merupakan suatu interaksi antara pewawancara dengan orang yang
diwawancarai secara langsung dan wawancara juga dapat dikatakan
percakapan tatap muka antara pewawancara dengan orang yang diwawancara
(Yusuf, 2005: 278).
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara mendalam
(Indepth Interview) yang merupakan wawancara tidak berstruktur, yang
dilakukan berulang kali antara pewawancara dengan informan (Afrizal, 2008:
97-98). Pernyataan berulang-ulang tidaklah berarti mengulangi pertanyaan
yang sama dengan beberapa informan atau informan yang sama, akan berarti
menanyakan hal-hal yang berbeda atau mengklasifikasi informasi yang sama.
Wawancara mendalam dilakukan secara bebas dan tidak selalu menurut
kronologis yang telah disusun, namun demikian penelitian tetap berada pada
arah dan tujuan penelitian.
Wawancara mendalam digunakan dalam penelitian ini untuk
mendapatkan informasi tentang bagaimana kondisi ekonomi masyarakat
korban banjir pasca banjir bandang di Pasar Gompong Nagari Kambang Barat
Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan. Peneliti melakukan
wawancara terhadap informan awal dan informan selanjutnya dengan
menggunakan daftar pertanyaan yang sudah peneliti siapkan sebelumnya dan
20
jika diperlukan, peneliti melakukan wawancara secara berulang-ulang terhadap
seorang informan dengan tujuan untuk mengkonfirmasi ulang informasi guna
mendapatkan data yang valid dan lengkap.
Setelah data mengenai lokasi penelitian dikumpulkan maka dilanjutkan
dengan menemui informan untuk mengadakan wawancara, dimana peneliti
lakukan sejak tanggal 07 Desember sampai 07 Januari 2015. Pada
pelaksanaannya peneliti melakukan wawancara di Nagari kambang Barat dan
mendatangi rumah informan, dimana pada proses wawancara tersebut peneliti
tidak mengalami kendala dalam pelaksanaannya. Kemudian peneliti menemui
ulang informan untuk melengkapi data peneliti juga mengambil foto-foto yang
berhubungan dengan penelitian. Setelah data dikumpulkan, maka dilakukan
analisis data sesuai dengan bagian-bagiannya.
2. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan
menggunakan panca indera mata sebagai alat bantu utamanya selain panca
indera lainnya seperti telinga, hidung, mulut dan kulit (Bungin, 2011: 118).
Teknik ini menuntut adanya pengamatan dari peneliti baik secara langsung
maupun tidak langsung terhadap objek penelitian.
Observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah observasi yang
berbentuk non-partisipant observer, yaitu bentuk observasi dimana peneliti
tidak terlibat dalam kegiatan informan, atau dapat juga dikatakan peneliti tidak
ikut serta dalam kegiatan yang diamati (Yusuf, 2005: 292). Observasi yang
dilakukan peneliti yaitu melalui pengamatan tentang kondisi rumah yang rusak
21
akibat banjir bandang pada tahun 2011 di sekitar Pasar Gompong Nagari
Kambang Barat, dimana rumah yang rusak akibat banjir ada yang diperbaiki
kemudian ditempati kembali, dan bagi masyarakat yang rumahnya rusak parah
mereka tidak dibolehkan lagi untuk tinggal di tempat tersebut, kemudian
banyaknya pendatang baru yang membuat warung kecil-kecilan disekitar Pasar
Gompong tersebut tepatnya di tepi pantai Pasir Putih Kambang Barat.
3. Studi Dokumen
Dokumen adalah metode penelitian yang dilakukan terhadap informasi
yang didokumentasikan dalam bentuk rekaman, gambar, suara, tulisan, dan
dokumen-dokumen lainnya. Bentuk rekaman biasanya dikenal dengan
penelitian analisa dokumen atau analisis isi. Dengan analisis isi peneliti bekerja
secara objektif dan sistematik untuk mendeskripsikan isi bahan komunikasi
(Arikunto, 2010: 244).
Dalam penelitian ini diperlukan adanya dokumen sebagai bukti dari
adanya suatu penelitian di daerah yang diteliti. Dokumen-dokumen tersebut
adalah arsip-arsip mengenai letak geografis, peta wilayah, jumlah penduduk
Nagari Kambang Barat, dan data kerusakan akibat banjir bandang di Pasar
Gompong Nagari Kambang Barat.
3.5 Unit Analisis
Unit analisis adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek
penelitian. Setiap peneliti harus dapat membedakan secara jelas antara subjek
penelitian dengan sumber data (Sangadji, 2010: 182-183). Unit analisis dalam
penelitian ini adalah kelompok yaitu masyarakat korban banjir bandang di Pasar
22
Gompong Nagari Kambang Barat Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir
Selatan.
3.6 Analisis Data
Data yang didapatkan di lapangan adalah data kualitatif, berupa hasil
observasi, kata-kata dan pertanyaan-pertanyaan. Untuk menganalisa data yang
telah terkumpul, maka peneliti menggunakan teknik dan pengolahan data
dilakukan dengan model analisis interaktif dari Milles dan Huberman. Milles dan
Huberman (Sugiyono, 2012: 337) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis
data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus
sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.
Proses analisis data dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3. 1. Skema Model Analisis Data Interaktif
Model Milles dan Huberman (Sugiyono, 2012: 337)
Pengumpulan Data
Reduksi Data
Penyajian Data
Verifikasi/
Kesimpulan
23
Berdasarkan skema di atas, kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil
wawancara dianalisis secara kualitatif, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pengumpulan data merupakan mencari data di lapangan dengan membuat
catatan lapangan sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan studi
dokumen .
2. Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan, penyederhanaan
serta pengabstrakkan dan transformasi data kasar yang muncul di lapangan.
Proses ini berlangsung selama penelitian dilakukan, dari awal sampai akhir
penelitian. Selama pengumpulan data dengan menggunakan reduksi data
dapat menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, serta membuang data
yang tidak dipergunakan dalam hasil penelitian. Sehingga dengan reduksi
data yang didapat benar-benar terkelompok kedalam bagian-bagian yang
valid dan data yang tidak penting bisa dibuang dalam penelitian. Jika
peneliti masih ragu dalam data yang diperoleh maka akan dicek ulang
dengan informan lain yang dirasa peneliti lebih mengetahuinya.
3. Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang
memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Bertujuan untuk memudahkan membaca dan menarik kesimpulan.
Dalam proses ini peneliti mengelompokkan hal-hal yang serupa menjadi
kategori atau kelompok satu, kelompok dua dan seterusnya. Peneliti juga
melakukan display data secara sistematik, agar lebih mudah untuk dipahami
24
data diklasifikasikan berdasarkan tema-tema inti sehingga mudah dalam
penyajiannya.
4. Penarikan kesimpulan merupakan bagian suatu kegiatan yang telah didapati
di lapangan. Kesimpulan dilakukan selama berada di lapangan atau selama
penelitian, maka dilakukan dengan pengulangan supaya data yang didapati
tidak salah. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan cara menggabungkan
dan menganalisa data yang didapati di lapangan yang diperoleh dari hasil
wawancara dan observasi. Selanjutnya menganalisa data dengan cara
membandingkan jawaban dari informan mengenai permasalahan yang
diteliti. Setelah dianalisa peneliti lalu menyimpulkan hasil dari penelitian
secara jelas.
3.7 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pasar Gompong Nagari Kambang Barat
Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan. Adapun alasan pemilihan
lokasi pada tempat tersebut adalah karena pada tahun 2011 terjadi banjir bandang
di Pasar Gompong Nagari Kambang Barat, yang mengakibatkan rumah hanyut
dan rusak akibat banjir tersebut.
3.8 Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilakukan sejak bulan Desember sampai bulan Januari 2016.
Untuk lebih jelasnya dapat diterangkan melalui tabel berikut tentang pelaksanaan
penelitian ini:
25
Tabel 3.2
Jadwal Penenlitian
Kegiatan
2015 2016
Des Jan Feb
Penelitian
Bimbingan Skripsi
Ujian Skripsi
26
3.9 Definisi Operasional Konsep
1. Perubahan sosial
Perubahan merupakan sebagai kondisi yang berbeda dari kondisi
sebelumnya, perubahan itu terjadi sebagai akibat dari suatu proses yang
terjadi kemudian dan menggambarkan antara sebelum dan sesudah dari
peristiwa tersebut
2. Sosial ekonomi
Sosial ekonomi merupakan posisi seseorang dalam masyarakat berkaitan
dengan orang lain baik dalam pergaulan, prestise, hak-hak serta
kewajibannya dalam hubungannya dengan sumber daya.
3. Masyarakat
Masyarakat merupakan sekumpulan orang yang menempati suatu daerah,
diikat oleh pengalaman-pengalaman yang sama, memiliki sejumlah
persesuaian dan sadar akan kesatuannya, serta dapat bertindak bersama
untuk mencapai krisis kehidupannya.
4. Banjir bandang
Banjir bandang merupakan banjir yang datang secara tiba-tiba dengan
debit air yang besar yang disebabkan terbendungnya aliran pada alur
sungai.
27
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1 Kondisi Geografis
4.1.1 Luas Wilayah dan Batasan Wilayah
Nagari Kambang Barat merupakan 1 dari 9 nagari dari Kecamatan
Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan. Secara geografis terletak pada 1036’22” LS
- 1041’57” LS dan 100
041’00” BT – 100
046’53” BT, dengan luas 1.162,7 Ha.
Nagari Kambang Barat terdiri dari 5 kampung, seperti tabel berikut:
Tabel 4.1
Jumlah Kampung di Nagari Kambang Barat tahun 2014
No Kampung Luas (Ha)
1 Pasar Gompong 254,2
2 Rangeh 242,1
3 Pasar Kambang 226,6
4 Tebing Tinggi 309,2
5 Talang 130,6
Jumlah 1162,7
Sumber: Profil Nagari Kambang Barat, 2014
Tabel di atas terlihat bahwa kampung yang paling luas di Nagari Kambang Barat
adalah Kampung Tebing Tinggi dan yang paling kecil adalah Kampung Talang.
Nagari Kambang Barat mempunyai batas wilayah sebagai berikut:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Nagari Amping Parak Kecamatan Sutera
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Nagari Lakitan Utara
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Nagari Kambang dan Kambang Utara
28
28
4.1.2 Topografi Wilayah
Secara umum keadaan topografi Nagari Kambang Barat merupakan daerah
dataran rendah dan berada di pinggir pantai. Topografi yang datar ini diiringi
dengan sebagian besar berada pada daerah aliran sungai. Sementara dari
penggunaan lahan Nagari Kambang Barat seperti tabel berikut ini:
Tabel 4. 2
Penggunaan lahan Nagari Kambang Barat, 2014
No Penggunaan lahan Luas (Ha)
1 Sawah 294
2 Pekarangan 135
3 Perkebunan 392,7
4 Hutan 3,5
5 Permukiman 289,5
6 Prasarana umum 48
Jumlah 1162,7
Sumber: Profil Nagari Kambang Barat, 2014
Tabel di atas terlihat penggunaan lahan Nagari Kambang Barat terdiri dari sawah
seluas 294 Ha, perkarangan 135 Ha, perkebunan 392,7 Ha, permukiman 289,5 Ha,
hutan 3,5 Ha, dan prasarana umum sebesar 48 Ha.
4.1.3 Orbitasi
Nagari Kambang Barat termasuk mudah dicapai karena berada di jalan
lintas Padang-Bengkulu. Jarak Nagari Kambang Barat dari pusat pemerintahan
kecamatan 1 km, pusat pemerintahan kabupaten 69 km dan dari pusat
pemerintahan provinsi 218 km. Nagari Kambang Barat dapat dicapai dengan
berbagai jenis kendaraan bermotor, seperti sepeda motor dan mobil. Nagari
Kambang Barat merupakan pusat pemerintahan Kecamatan Lengayang yaitu di
Kampung Pasar Kambang.
29
4.2 Kependudukan
4.2.1 Keadaan Penduduk dan Mata Pencaharian
Nagari Kambang Barat berdasarkan hasil survei merupakan daerah yang
tidak begitu padat. Jumlah penduduk Nagari Kambang Barat di tahun 2014 adalah
8.203 jiwa, dengan 1.829 kepala keluarga (KK), seperti yang terlihat dalam tabel
di bawah ini:
Tabel 4.3
Jumlah Penduduk Nagari Kambang Barat, 2014
No Nama Kampung Jumlah Penduduk Jumlah
Laki-laki perempuan
1 Pasar Gompong 758 786 1544
2 Rangeh 734 766 1500
3 Pasar Kambang 961 973 1934
4 Tebing Tinggi 882 897 1779
5 Talang 718 728 1446
Jumlah 4053 4150 8203
Sumber: Profil Nagari Kambang Barat, 2014
Dari tabel diatas terlihat bahwa jumlah penduduk di Nagari Kambang Barat
adalah 8.203 jiwa. Dengan jumlah penduduk laki-laki 4.053 jiwa dan perempuan
4.150 jiwa.
Mata pencaharian penduduk sebagian besar adalah bertani dan nelayan
dengan padi sebagai hasil komoditas utama, kemudian berkebun yang
menghasilkan gambir, tanaman palawijaya seperti semangka, kacang-kacangan,
pisang, jahe, dan cabe, kemudian beternak seperti kerbau, sapi, kambing dan
unggas. Masyarakat yang bekerja sebagai nelayan, dimana mata pencaharian
masyarakat ini didukung dengan adanya TPI (Tempat Pelelangan Ikan) di Nagari
Kambang.
30
Tabel 4.4
Mata Pencaharian Pokok Masyarakat di Nagari Kambang Barat tahun 2014
Jenis Pekerjaan Laki-laki Perempuan
Petani 1206 orang 384 orang
Pegawai Negri Sipil 45 orang 103 orang
Nelayan 462 orang
Montir 12 orang
Bidan Swasta 8 orang
Perawat Swasta 3 orang
Polri 16 orang
Pensiunan PNS/TNI/Polri 69 orang 51 orang
Pengusaha Kecil & Menengah 266 orang 165 orang
Belum Bekerja/Tidak Bekerja 1977 orang 3436 orang
Jumlah 4053 orang 4150 orang
Jumlah Total 8203 orang
Sumber: Profil Nagari Kambang Barat, 2014
Dari tabel di atas terlihat bahwa penduduk Nagari Kambang Barat yang bekerja
lebih sedikit dibandingkan dengan yang tidak bekerja. Jumlah penduduk yang
bekerja yaitu sebanyak 2.790 orang, laki-laki yang bekerja yaitu sebanyak 2.076
orang dan perempuan yang bekerja sebanyak 714 orang. Sedangkan yang tidak
bekerja yaitu sebanyak 5.413 orang, laki-laki yang tidak bekerja sebanyak 1977
orang dan perempuan yang tidak bekerja sebanyak 3.436 orang.
4.2.2 Tingkat Pendidikan
Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan
kepribadian dengan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung
seumur hidup dan dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, masyarakat dan
pemerintah. Masalah pendidikan adalah masalah yang cukup penting, karena erat
hubungannya dengan perkembangan pola pikir suatu masyarakat. Masyarakat
secara keseluruhan beserta masing-masing lingkungan sosial didalamnya,
merupakan sumber penentu cita-cita yang dilaksanakan lembaga pendidikan.
31
Pendidikan merupakan tolak ukur tingkat pembangunan, terutama dalam
sumber daya manusia. Sukses pembangunan diberbagai sektor banyak ditentukan
dari tingkat dan kualitas pendidikan dari masyarakat sendiri. Masyarakat Nagari
Kambang Barat berdasarkan tingkat pendidikan seperti tabel berikut:
Tabel 4. 5
Masyarakat Nagari Kambang Barat Berdasarkan Pendidikan tahun 2014
Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan
Usia 3-6 tahun yang belum masuk TK 291 orang 302 orang
Usia 3-6 tahun yang sedang TK/Play Group 58 orang 63 orang
Usia 7-18 tahun yang tidak pernah sekolah 66 orang 40 orang
Usia 7-18 tahun yang sedang sekolah 518 orang 512 orang
Usia 18-56 tahun yang tidak pernah sekolah 282 orang 206 orang
Usia 18-56 tahun yang pernah SD tapi tidak
tamat
102 orang 156 orang
Tamat SD/Sederajat 112 orang 124 orang
Jumlah usia 12-56 tahun tidak tamat SLTP 153 orang 163 orang
Jumlah usia 18-56 tahun tidak tamat SLTA 492 orang 526 orang
Tamat SMP/Sederajat 966 orang 958 orang
Tamat SMA/Sederajat 455 orang 468 orang
Tamat D1/Sederajat 196 orang 205 orang
Tamat D2/Sederajat 115 orang 215 orang
Tamat D3/Sederajat 57 orang 79 orang
Tamat S1/Sederajat 181 orang 123 orang
Tamat SLB A 2 orang -
Tamat SLB B 2 orang 7 orang
Tamat SLB C 5 orang 3 orang
Jumlah 4053 orang 4150 orang
Jumlah Total 8203 orang
Sumber: Profil Nagari Kambang Barat, 2014
Data di atas memperlihatkan bahwa masyarakat Nagari Kambang Barat masih
memiliki tingkat pendidikan cukup baik, karena persentase penduduk yang tamat
SMP/Sederajat sampai perguruan tinggi cukup besar yaitu 48,99 % dari total
jumlah penduduk.
32
4.2.3 Kehidupan Agama
Agama adalah ajaran yang diturunkan oleh tuhan untuk petunjuk bagi
umat manusia dalam menjalankan kehidupannya. Agama dijadikan pedoman dan
memiliki peranan yang sangat penting bagi masyarakat di Nagari Kamabng Barat
untuk melakukan segala sesuatu dalam aktifitas sehari-hari. Setiap melakukan
kegiatan, baik pesta atau kematian selalu diawali dengan berdo’a bersama yang
dipimpin oleh seorang ulama atau buya yang ditunjuk sebagai orang yang
mengurus dan memegang peranan yakni berhubungan dengan agama dan kegiatan
keagamaan lainnya. Masyarakat di Nagari Kambang Barat 100% menganut agama
islam, karena bagi masyarakat minangkabau antara adat dengan agama islam tidak
bisa dipisahkan dan semua aturan adat didasarkan pada agama, agama
mengatakan maka adat yang melaksanakannya, seperti dalam pepatah “Adat
Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah, Agamo Mangato, Adat Mamakai”.
Kegiatan keagamaan di Nagari Kambang Barat berjalan dengan baik, ini
dilihat dari adanya wirid atau pengajian yang dilakukan di mesjid secara rutin
setiap bulan, adanya kelompok mesjid ta’lim oleh ibu-ibu setiap hari jum’at serta
adanya infaq dan sedekah. Masyarakat juga mengumpulkan dana untuk anak
yatim dan fakir miskin serta mengumpulkan hewan kurban untuk setiap hari raya
Idul Adha. Dalam pembinaan kegiatan agama untuk anak-anak dan remaja di
Nagari Kambang Barat, juga ada kegiatan remaja mesjid dan didikan subuh.
Kegiatan ini dilakukan disetiap mesjid sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan, yang diprakarsai oleh guru-guru agama dari MDA/TPA dan juga guru-
guru sekolah dasar juga tokoh masyarakat yang saling bekerja sama dengan baik.
33
Untuk kelancaran dalam pelaksanaan beribadah dan berdasarkan
paradigma Pemerintah Sumatera Barat yaitu “Baliak ka Nagari, Baliak ka
Surau/Mushalla”, di Nagari Kambang Barat terdapat 6 buah mesjid dan mushalla
sebanyak 15 buah yang terbesar di 5 kampung.
4.2.4 Kehidupan Sosial Masyarakat
Masyarakat yang tinggal di Nagari Kambang Barat marupakan masyarakat
desa/kampung yang hidup dengan adat istiadat sebagai norma-norma yang lebih
banyak mengatur kehidupannya. Sistem adat istiadat yang digunakan oleh
masyarakat Nagari Kambang Barat adalah adat Minangkabau. Masyarakat Nagari
Kambang Barat hidup berkelompok-kelompok berdasarkan suku-suku, masing-
masing suku dipimpin oleh niniak mamak yang dibantu oleh malin, manti yang
bergerak dibidang agama, dubalang. Niniak mamak dalam suku-suku merupakan
penanggung jawab utama terhadap anggota kaum mereka atau biasa menyebut
dengan anak kemenakan. Segala bentuk permasalahan yang dihadapi oleh anak
kemenakan adalah tanggung jawab niniak mamak.
Pemukiman dan perumahan masyarakat di Nagari Kambang Barat dibuat
di wilayah suku masing-masing. Oleh sebab itu masih terlihat rasa kekeluargaan
dalam masyarakat. Selain itu di dalam masing-masing kampung mempunyai
kegiatan yang saling berlomba untuk menampilkan kreatifitas masing-masing
kampung untuk kemajuan nagari seperti lomba keindahan kampung. Kegiatan
kampung dikoordinir langsung oleh wali nagari. Jadi sistem kampung tersebut
menumbuhkan semangat kebersamaan, gotong royong dan kekompakkan namun
berdaya saing yang sehat antar kampung.
34
Dari pengamatan secara umum bahwasanya masyarakat Nagari Kambang
Barat dalam kehidupan sehari-hari menggunakan bahasa Minangkabau, kemudian
dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya masih kental dengan adanya sikap
gotong royong seperti dalam upacara perkawinan, upacara kematian, upacara
turun mandi dan lain-lain.
4.2.5 Tingkat Perekonomian Masyarakat
Dilihat dari tingkat perekonomian masyarakat di Nagari Kambang Barat
masih banyak masyarakat yang mengalami perekonomiann dibawah rata-rata.
Jumlah rumah yang ada di Nagari Kambang Barat berjumlah sebanyak 1350
rumah. Berdasarkan tingkat kesejahteraan masyarakat Nagari Kambang Barat,
seperti tabel berikut:
Tabel 4.6
Tingkat Perekonomian Masyarakat Nagari Kambang Barat tahun 2014
No Nama Kampung Kaya Sedang Kurang
Mampu
Jumlah
Rumah
1 Pasar Gompong 19 116 210 345
2 Rangeh 4 34 98 136
3 Pasar Kambang 53 158 200 411
4 Tebing Tinggi 12 89 147 248
5 Talang 16 68 126 210
Jumlah 104 465 781 1350
Sumber: Profil Nagari Kambang Barat, 2014
Tabel diatas terlihat bahwa jumlah masyarakat kurang mampu lebih tinggi,
sedangkan masyarakat yang sejahtera lebih sedikit. Masyarakat yang kurang
mampu berjumlah 781 rumah, masyarakat menengah berjumlah sebanyak 465
rumah, sedangkan masyarakat yang sejahtera yaitu sebanyak 104 rumah.
35
BAB V
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Banjir di Nagari Kambang Barat
Nagari Kambang Barat merupakan salah satu daerah rawan banjir di
Kabupaten Pesisir Selatan. Bencana banjir di Nagari Kambang Barat hampir
setiap musim penghujan terutama pada bulan Oktober, November, dan Desember.
Sejarah bencana banjir di Nagari Kambang Barat telah terjadi semenjak tahun
2006-2007. Menurut data yang didapatkan, banjir tahun 2006 ketika masih
bergabung dengan Nagari Kambang, jumlah kerugian mencapai Rp.
28.526.825.000, termasuk kampung yang saat ini masuk ke wilayah Kambang
Barat yaitu Kampung Pasar Kambang, Pasar Gompong dan Tebing Tinggi (BPBD
Kabupaten Pesisir Selatan, 2011). Banjir yang terjadi di Nagari Kambang Barat
tahun 2007-2014 seperti tabel berikut ini:
Tabel 5.1
Kejadian Banjir di Nagari Kambang Barat Tahun 2007-2014
No Tahun Jumlah terjadi banjir Bulan terjadi banjir
1 2007 1 kali Oktober
2 2008 1 kali Oktober
3 2009 1 kali Desember
4 2010 1 kali November
5 2011 1 kali November
6 2012 1 kali November
7 2013 1 kali Desember
8 2014 1 kali November
Sumber: Profil Nagari Kambang Barat, 2014
Tahun 2007 banjir terjadi pada bulan Oktober, banjir terjadi di Kampung
Tebing Tinggi, Rangeh dan Medan Baik, Nagari Kambang, Kecamatan
Lengayang, dengan ketinggian air mencapai satu meter. Kerugian yang dialami
oleh masyarakat Nagari Kambang adalah rusaknya areal pertanian sehingga
36
36
masyarakat tidak dapat panen.
Kejadian banjir di Nagari Kambang Barat ini mulai terjadi seiring dengan
banyaknya pemukiman masyarakat di sepanjang sungai dan tidak mempunyai
sungai menampung air yang datang dari hulu. Sebelum tahun 2000, pernah juga
terjadi banjir, tetapi hanya sekedar air yang meluap dan tidak menimbulkan
kerugian serta kerusakan. Tetapi sejak tahun 2007, banjir rutin terjadi dalam skala
yang lebih besar dibanding tahun sebelumnya. Berdasarkan wawancara dengan
salah satu masyarakat setempat yaitu Bapak Agusman (47 tahun) menyatakan:
“Tiok tahun memang tajadi banjir, bahkan sabalun tahun
2000 lah pernah juo tajadi banjir, tapi aia hanyo sampai
lutuik nyo, indak ado korban atau kerusakan atau kerugian
akibat banjir tu do. tapi sajak tahun 2007 banjir nan tibo lah
baansuah-ansuah gadang, wakatu itu nagari ko masih
sabuah jo Nagari Kambang ma..” (wawancara tanggal 13
Desember 2015).
Artinya:
“Tiap tahun memang terjadi banjir, bahkan sebelum tahun
2000 sudah pernah juga terjadi banjir, tapi air hanya sampai
lutut, tidak ada korban atau kerusakan atau kerugian akibat
banjir tersebut. Tapi sejak tahun 2007 banjir yang datang
sudah berangsur-angsur besar, waktu itu nagari ini masih
bergabung dengan Nagari Kambang..” (wawancara tanggal
13 Desember 2015).
Tahun 2008 banjir terjadi pada bulan Oktober, melanda daerah Tebing
Tinggi, Pasar Gompong, dan Rangeh. Kerugian akibat banjir yang melanda
diantaranya kerusakan areal pertanian dan sarana prasarana umum. Tahun 2009
banjir terjadi pada bulan Desember, dengan kerugian diantaranya 2 orang
meninggal dunia dan kerusakan areal pertanian. Kejadian banjir tahun 2009 ini
terjadi di Kampung Tarok Kenagarian Kambang.
37
Tahun 2010 banjir terjadi pada bulan November dan tahun 2011 banjir
terjadi bulan November. Tahun 2011 merupakan kejadian banjir yang sangat besar
di Kenagarian Kambang Barat, terjadi di Kampung Pasar Gompong yaitu daerah
Pasir Putih. Kerugian yang diderita oleh masyarakat adalah: 24 rumah hancur, 4
rumah rusak berat berupa kerusakan dinding dan lantai rumah serta tidak dapat
ditempati lagi, 16 rumah rusak sedang karena terkepung air tetapi dapat ditempati
setelah banjir surut serta 12 rumah rusak ringan dan 2 buah pondasi rusak serta
sebuah sungai baru dengan batu-batu besar di sepanjang alirannya juga rusak
(Sumber: Wali Nagari Kambang Barat, 2015). Peristiwa banjir tahun 2011 seperti
wawancara dengan salah satu masyarakat setempat yaitu Ibu Asni (49 tahun) yang
menyatakan:
“Banjir tahun 2011 sabana mambuek masyarakat troma jo
kejadian tu, banyak umah urang nan anyuik kanai aia tu, 24
umah anyuik, 4 usak parah, 16 umah takapuang di aia, 2
buah pondasi usak, urang nan tingga di hulu ado juo yang
sanang karano kalau ndak pasti tibo di inyo parah di sinan
ma, tapi dek aia mangaliah ka hilia makonyo urang sikolah
nan parah kanai nyo” (wawancara tanggal 15 Desember
2015).
Artinya:
“Banjir tahun 2011 benar-benar membuat masyarakat trauma
dengan kejadian itu, banyak rumah orang yang hanyut
terbawa air tu, 24 rumah hancur, 4 rusak parah, 16 rumah
terkepung air, 2 buah pondasi rusak, orang yang tinggal di
hulu ada yang senang karena kalau tidak pasti mereka yang
parah disitu ma. Tapi karena air mengalir ke hilir makanya
orang sinilah yang paranya” (wawancara tanggal 15
Desember 2015).
Bencana banjir di Nagari Kambang Barat terus terjadi sampai saat ini.
Tahun 2012 terjadi banjir, tetapi tidak begitu parah. Tahun 2013 kembali terjadi
38
banjir, yaitu pada tanggal 28 dan 29 Desember 2013. Terjadinya banjir tahun 2013
ini diawali dengan hujan deras selama 2 hari. Kerugian akibat banjir tahun 2013
tersebut adalah putusnya jembatan beton sepanjang 8 meter menuju Dusun
Padang Rubiah Kampung Pasar Gompong sehingga 50 KK dan 250 jiwa sempat
terisolasi (Sumber: Wali Nagari Kambang Barat, 2015).
Peristiwa banjir pada tahun 2013 seperti yang diungkapkan oleh salah satu
masyarakat yaitu Bapak Syaukani (53 tahun) menyatakan bahwa:
“Banjir nan tajadi tahun 2013 giliran Kampuang Padang
Rubiah nan parah kanai banjir ma, wakatu tu hujan labek
salamo 2 ari. Kerusakan yang dialaminyo jembatan beton
manuju Padang Rubiah putui sekitar 8 meter, 50 KK dan 250
jiwa sempat terisolasi karano barado di daerah aliran
sungai” (wawancara tanggal 19 Desember 2015).
Artinya:
Banjir yang terjadi tahun 2013 giliran kampung Padang
Rubiah yang parah kena banjir itu, waktu itu hujan lebat
selama 2 hari. Kerusakan yang dialaminya jembatan beton
menuju Padang Rubiah putus sekitar 8 meter, 50 KK dan 250
jiwa sempat terisolasi karena berada di daerah aliran sungai”
(wawancara tanggal 19 Desember 2015).
Banjir yang terjadi di Nagari Kambang Barat berulang, walaupun daerah
yang terkena banjir tidak tetap. Tahun 2014, tepatnya tanggal 30 November 2014
kembali terjadi banjir di Nagari Kambang Barat. Daerah yang paling parah
dilanda banjir adalah Kampung Rangeh, tepatnya dusun Panting Jua. Ketinggian
air saat banjir tersebut mencapai 1,5 meter dan kerugian yang ditimbulkan antara
lain peralatan rumah tangga, rumah rusak berat 2 buah, rusak sedang 8 buah, dan
rusak ringan 78 buah. Sementara rumah yang terendam akibat banjir di Nagari
Kambang Barat mencapai 200 buah. Kerugian lain adalah rusaknya irigasi
39
jembatan, fasilitas umum, peternakan dan areal persawahan (Sumber: Wali Nagari
Kambang Barat, 2015). Kejadian banjir tahun 2014 seperti dikemukakan oleh
masyarakat Nagari Kambang Barat yaitu Ibu Era (32 tahun) menyatakan:
“Sabananyo di tampek kami ko lah acok tajadi banjir,
sabalun tahun 2000 lah pernah jo banjir tapi lai ndak ado
nan rusak do. Banjir 2011 tu lah nan paliang parah banyak
umah urang anyuik, tahun 2014 di Kampung Rangeh pulo
nan kanai banjir lai banyak juo umah urang nan tarandam
tapi lai saketek nan usaknyo..” (wawancara tanggal 24
Desember 2015).
Artinya:
“Sebenarnya di tempat kami ini sudah sering terjadi banjir,
sebelum tahun 2000 sudah pernah juga terjadi banjir tapi
tidak ada yang rusak. Banjir 2011 itu lah yang paling parah
banyak rumah orang hanyut, tahun 2014 di Kampung Rangeh
pula yang kena banjir lagi banyak juga rumah yang terendam
banjir tapi hanya sedikit yang rusaknya..” (wawancara 24
Desember 2015).
Kejadian banjir di Nagari Kambang Barat ini berupa air sungai yang
meluap. Air yang meluap ini datangnya sangat cepat dan kencang menggenangi
daerah di bagian hilir. Banjir ini sangat berbahaya bagi masyarakat karena banyak
masyarakat yang bermukim di sekitar sungai yang meluap tersebut. Pernyataan ini
di kemukakan oleh Bapak Agusman (47 tahun) yang menyaakan:
“Banjir yang tajadi tu dek karano hujan yang talampau labek
samantaro tampek panampuang aia tu saketek ditambah
masyarakat nan lah banyak mambangun umah di sakitar
sungai tu sahinggo tampek panampuang aia tu ndak ado lai”
( wawancara tanggal 13 Desember 2015).
Artinya:
“Banjir yang terjadi itu karena hujan yang terlalu deras
sementara tempat penampungan air itu sedikit ditambah
masyarakat yang lah banyak membangun rumah di sekitar
sungai itu sehingga tempat penampungan air itu tidak ada
40
lagi” (wawancara 13 Desember 2015).
Bencana banjir yang terjadi di Nagari Kambang Barat ini seperti
dikemukakan oleh Wali Nagari Kambang Barat, Bapak Nurlison, wawancara 10
Desember 2015 sebagai berikut:
“Nagari kami ini adalah merupakan salah satu daerah yang
termasuk rawan banjir di Kabupaten Pesisir Selatan, terutama
2 kampung yang berada di aliran Batang Kambang. Daerah
tersebut adalah Kampung Rangeh, dan Pasar Gompong.
Daerah yang sering terkena banjir yaitu Kampung Rangeh,
banjir yang terbilang parah pada 2 kampung ini karena
menimbulkan kerugian bagi masyarakat, diantaranya yaitu
ada korban harta dan ada korban jiwa. Ketinggian air ketika
banjir tersebut mencapai 1,5 meter di Pasar Gompong dan
Rangeh”
Berdasarkan wawancara diatas dapat diketahui bahwa Nagari Kambang
Barat sangat rawan terhadap banjir, hal ini disebabkan karena letak daerah yang
dibagian hilir sungai serta rendahnya daerah tersebut. Penyebab lainnya adalah
faktor manusia, yaitu banyaknya masyarakat yang membuat rumah di sekitar
sungai sehingga fungsi sungai berkurang. Seharusnya daerah di sekitar sungai
tersebut berfungsi sebagai daerah resapan air, sehingga air yang datang dapat
diserap. Kenyataannya, di daerah Pasar Gompong banyak lahan yang berfungsi
sebagai daerah resapan air dan daerah muara sungai telah dijadikan sebagai
tempat pemukiman masyarakat. Setelah terjadi banjir bandang banyak rumah-
rumah yang rusak akibat banjir tersebut. Baik hancur, rusak berat, rusak sedang,
dan rusak ringan. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:
41
Tabel 5.2
Rumah Yang Hancur Akibat Banjir Bandang Tahun 2011 di Pasar
Gompong Nagari Kambang Barat
No Nama Pemilik
Jumlah
Anggota
Keluarga
Kondisi Kerusakan
Hancur/
dianggap
hancur
Rusak
Berat
Rusak
Sedang
Rusak
Ringan
1 Mariyam 6 √
2 Drs. Erman Sawar 4 √
3 Eni Arsil 1 √
4 Edi Las 8 √
5 Asni asril 4 √
6 Ipal Eli 5 √
7 Ijun 6 √
8 Sibus Siis 2 √
9 Hendri (Sihen) 5 √
10 Ujang Enek 1 √
11 H. Nurlison 6 √
12 Ma’in 1 √
13 Nindi/Ismadarnis 5 √
14 Sopi 6 √
15 Zuhardiman Z 5 √
16 Agusni 7 √
17 Syaukani 5 √
18 Anto Letok 3 √
19 Mida/Muhammad 5 √
20 Caya 3 √
21 Kasir Ineng 3 √
22 Ida 3 √
23 Zulbakri (Isuk) 4 √
24 Syamsinar Sana 2 √
25 Basrul (si’un) 6 √
26 Awin Mimi 5 √
27 Era Siwin 3 √
28 Ena Zainal 4 √
Jumlah 24 4
Sumber: Kantor Wali Nagari Kambang Barat, 2014
Dari tabel 5.2 terlihat bahwa terdapat 24 rumah yang hancur/dianggap hancur
akibat banjir bandang, kemudian 4 rumah rusak berat berupa kerusakan pada
sebagian dinding dan atap rumah.
42
Rumah yang hancur akibat banjir yaitu seperti rumah yang hanyut terbawa
air, rumah yang rusak berat yaitu berupa kerusakan pada bagian dinding rumah,
atap dan lantai rumah serta kerusakan lainnya sehingga rumah tersebut tidak dapat
ditempati lagi. Sedangkan rumah yang rusak sedang dan rusak ringan yaitu berupa
keretakan pada bagian dinding rumah, kemudian terendam oleh air tetapi masih
bisa ditempati setelah banjir surut.
Setelah terjadi banjir masyarakat tidak dibolehkan lagi membangun rumah
di sekitar daerah yang terkena banjir tersebut, sehingga masyarakat korban banjir
harus pindah ke tempat yang jauh dari kawasan banjir, masyarakat tersebut pindah
ke tempat yang baru sesuai dengan lokasi yang didapatkan oleh masing-masing
masyarakat. Kemudian setelah masyarakat tersebut pindah ke tempat mereka yang
baru, masyarakat mengalami kesulitan dalam mendapatkan tempat untuk bekerja
sehingga menpengaruhi kondisi ekonomi masyarakat tersebut. Namun bagi
masyarakat yang rumahnya rusak sedang dan rusak ringan masih bisa menempati
rumahnya setelah banjir surut dan memperbaikinya kembali.
5.2 Kerugian yang dialami Masyarakat Pasca Banjir Bandang
Bencana banjir yang terjadi menimbulkan kerugian, baik material maupun
kerugian jiwa. Kerugian serta kerusakan secara material yang disebabkan oleh
banjir seperti tumpukan batu, pasir, kerikil dan kayu-kayu yang terseret akibat
banjir sehingga merusak areal pertanian masyarakat sekitar, dan putusnya jalan
raya di daerah bagian hilir yaitu di Kampung Pasar Gompong tepatnya daerah
Pasir Putih, aliran ini memutuskan akses jalan Padang-Bengkulu dan
menyebabkan 56 KK terisolasi. Banjir bandang tahun 2011 menyebabkan sungai
43
yang baru di DAM dengan batu-batu besar di sepanjang alirannya rusak parah.
Kerugian yang dialami warga berupa harta benda, hewan ternak dan bahkan ada
korban jiwa. Berdasarkan wawancara dengan salah satu masyarakat setempat
yaitu Bapak Kasir (55 tahun) menyatakan bahwa:
“Kerugian akibat banjir tu sangat banyak, tarutamo umah
usak parah, isi umah abis taseret aia, baju-baju lai dapek
diselamatkannyo, mano nan paralu-paralu lah bakaja
dolunyo, bagi nan barek-barek tu mode TV, Kulkas ndak do
de, kalau diperkirakan sekitar 50 juta ado mungkin rugi per
rumah ma” (wawancara 28 Desember 2015).
Artinya:
“Kerugian akibat banjir itu sangat banyak, terutama rumah
rusak parah, isi rumah abis terseret air, baju-baju yang dapat
diselamatkannya, mana yang diperlukan saja yang
diselamatkan dulu, bagi yang berat-berat itu seperti TV,
kulkas tidak ada, kalau diperkirakan sekitar 50 juta ada
mungkin rugi per rumah ma” (wawancara 28 Desember
2015).
Banjir yang terjadi begitu cepat, sehingga masyarakat tidak dapat
menyelamatkan barang-barang yang ada di dalam rumah. Bahkan banyak diantara
warga yang tidak dapat menyelamatkan surat-surat berharga milik mereka. Hal
yang sama juga diungkapkan oleh Ibu Sopi (38 tahun) yang menyatakan bahwa:
“Banjir nan datang sacaro tibo-tibo jo, sahinggo kami ndak
bisa manyalamatkan barang-barang nan didalam umah lai
do, umah kami ampia untua kanai aia tu lai, barang-barang
nan tarandam banyak nan usak kanainyo” (wawancara
tanggal 21 Desember 2015).
Artinya:
“Banjir yang datang secara tiba-tiba saja, sehingga kami tidak
dapat menyelamatkan barang-barang yang di dalam rumah,
rumah kami hampir runtuh kena air itu, barang-barang yang
terendam banyak yang rusak”. (wawancara 21 Desember
2015).
44
Hal serupa juga diungkapkan oleh Bapak Syaukani (53 tahun) yang
menyatakan bahwa:
“Kerugian akibat banjir tu umah usak parah, jawi ilang 2
ikua, peralatan umah ado nan sempat tasalamatkan ado juo
nan indak. Namonyo musibah sakijok mato ndak dapek
dielakkan do nak”(wawancara tanggal 19 Desember 2015).
Artinya:
“Kerugian akibat banjir itu rumah rusak parah, sapi ilang 2
ekor, peralatan rumah ada yang sempat diselamatkan dan ada
juga yang tidak. Namanya musibah sekejap mata tidak dapat
dielakkan do nak” (wawancara 19 Desember 2015).
Disamping kerugian yang bersifat material, banjir juga menimbulkan
kerugian secara non material, antara lain kerawanan sosial, wabah penyakit,
menurunnya kenyamanan lingkungan serta menurunnya kesejahteraan
masyarakat, akibatnya kegiatan perekonomian masyarakat juga terhambat. hal ini
seperti yang dikemukakan oleh Ibu Asni ( 49 tahun) menyatakan bahwa:
“Kerugian akibat banjir tu umah usak parah, dinding umah
lah abih saparo nyo baok di aia, isi umah ndak ado nan
dapek disalamatkan do, karano aia nan tibo sacaro
mandadak sahinggo kami lah ilang pangana mancaliak an
aia tu lai, urang anyuik wakatu tu sakitar ba anam urang”
(wawancara tanggal 15 Desember 2015).
Artinya:
“Kerugian akibat banjir tu rumah rusak parah, dinding rumah
sebagian hanyut terbawa air, isi rumah tidak ada yang dapat
diselamatkan, karena air yang tiba secara mendadak sehingga
kami telah kehilangan akal melihat air itu, orang hanyut
waktu itu sekitar enam orang” (wawancara 15 Desember
2015).
Banjir tahun 2011 di Nagari Kambang Barat di Kampung Pasar Gompong
tepatnya daerah Pasir Putih, merendam hingga ke atap rumah warga. Sejumlah
45
rumah hanyut, rusak parah dan mengalami kerusakan pada dinding rumah.
Berdasarkan wawancara dengan salah satu masyarakat setempat yaitu Ibu Ema
(39 tahun) menyatakan bahwa:
“Banjir tahun 2011 banyak menimbulkan kerugian bagi
masyarakat tarutamo masyarakat yang tingga di Pasia
Putiah, banyak umah warga nan anyuik tabaok aia, harta
benda, dan ado juo yang taganaknyo hilang” (wawancara
tanggal 27 Desember 2015).
Artinya:
“Banjir tahun 2011 banyak menimbulkan kerugian bagi
masyarakat terutama masyarakat yang tinggal di Pasir Putih,
banyak rumah warga yang hanyut terbawa air, harta benda
dan ada juga yang ternaknya hilang” (wawancara tanggal 27
Desember 2015).
Pernyataan yang sama juga diungkapkan oleh salah satu masyarakat
setempat yaitu Bapak Agusman (47 tahun) menyatakan bahwa:
“Banjir tahun 2011 banyak merugikan masyarakat, nan
parah bana masyarakat Pasia Putiah. Disitu banyak umah
nan anyuik kanai banjir, aia nan tibo sangek dareh di
sambuik pulo di aia ombak karano jalan di Pasia Putiah tu
putui sekitar 8 meter. Kakak apak wakatu itu hanyuik ba duo
jo anak nyo pas malam ari tu sekitar jam 2 malam, partamo
anak nyo anyuik tapi lai capek dapek di kakaknyo, pas anak
nyo dapek kiro ama nyo indak lo ado lai do, ibu nyo ndak
batamu do” (wawancara 13 Desember 2015).
Artinya:
“Banjir tahun 2011 banyak merugikan masyarakat, yang
parah bana masyarakat Pasir Putih. Disitu banyak rumah
yang hanyut kena banjir, air yang tiba sangat deras disambut
pula oleh air ombak karena jalan di Pasir Putih itu putus
sekitar 8 meter. Kakak bapak waktu itu hanyut berdua dengan
anaknya pas malam hari tu sekitar jam 2 malam. Pertama
anaknya hanyut tapi cepat dapat sama kakaknya, pas anaknya
dapat ternyata ibunya tidak ada lagi, ibunya tidak bertemu”
(wawancara 13 Desember 2015).
46
Kerugian akibat banjir bandang tahun 2011 di Nagari Kambang Barat
seperti dikemukakan oleh Wali Nagari Kambang Barat, Bapak Nurlison
berdasarkan wawancara tanggal 10 Desember 2015 yang menyatakan bahwa:
“Banjir bandang tahun 2011 sangat merugikan masyarakat,
ada yang kehilangan rumah mereka, harta benda dan bahkan
ada yang meninggal dan hilang terbawa banjir. Selain itu
rusaknya sarana prasana umum sebanyak 3 buah dan
putusnya jalan lintas Padang-Bengkulu sekitar + 8 meter
sehingga mengganggu perekonomian masyarakat Nagari
Kambang Barat” (wawancara 10 Desember 2015).
Berdasarkan penjelasan yang diungkapkan oleh informan tersebut bahwa
banyaknya kerugian yang dialami masyarakat Nagari Kambang Barat, kerugian
yang dialami masyarakat diantaranya adalah harta benda, hewan ternak dan
korban jiwa. Kerusakan akibat banjir bandang tahun 2011 yang melanda Nagari
Kambang Barat antara lain meliputi: 24 rumah hancur, 4 rumah rusak berat berupa
kerusakan pada dinding dan lantai rumah serta tidak dapat ditempati lagi, 16
rumah rusak sedang karena terkepung air tetapi dapat ditempati lagi setelah banjir
surut serta 2 buah pondasi rusak. Kerugian tersebut melibatkan 176 orang terdiri
dari 56 KK serta 1 buah sarana umum rusak. Setelah banjir surut, hanya 28 KK
yang dapat menempati rumah mereka kembali, sedangkan 28 KK tidak dapat
ditempati lagi dan pindah ke daerah lain.
5.3 Kondisi Ekonomi Masyarakat Pasca Banjir Bandang
Nagari Kambang Barat merupakan salah satu nagari yang terdapat di
Kecamatan Lengayang yang sering terkena banjir di bandingkan dengan nagari
yang lainnya, dimana di Nagari Kambang Barat sejak terjadi banjir 2011 ekonomi
masyarakatnya semakin menurun dibandingkan dengan sebelumnya. Banjir
47
tersebut tidak hanya merugikan masyarakat secara material namun juga
menimbulkan korban jiwa. Pada umumnya sebelum terjadi banjir bandang
masyarakat yang tinggal di Nagari Kambang Barat adalah bekerja sebagai
nelayan, pedagang, dan wisata. Selain tempat tinggal mereka yang dekat dengan
pantai, daerah Pasir Putih yang termasuk dalam wilayah Pasar Gompong adalah
merupakan salah satu tempat wisata, Sehingga masyarakat di Nagari Kambang
Barat banyak yang bekerja sebagai pedagang.
Setelah terjadi banjir bandang pada tahun 2011 sebagian besar dari
Kampung Pasar Gompong banyak rumah yang hanyut terbawa arus yang tepatnya
di daerah Pasir Putih tersebut. Sehingga tempat masyarakat berjualan sekaligus
sebagai tempat tinggal mereka sudah banyak yang rusak dan hanyut.
Banjir yang terjadi di Nagari Kambang Barat, menimbulkan perubahan
bagi masyarakat baik perubahan yang positif maupun negatif. Perubahan
negatifnya adalah setelah terjadi banjir bandang masyarakat korban banjir tidak
dibolehkan lagi untuk tinggal di daerah tersebut sehingga masyarakat harus
pindah dan mencari tempat baru untuk membangun rumah kembali sesuai dengan
lokasi yang didapatkan oleh masing-masing korban, setelah masyarakat
mendapatkan tempat tinggal di tempat yang baru, masyarakat mengalami
kesulitan untuk mendapatkan tempat bekerja yang layak dibandingkan dengan
sebelum mereka pindah. Sedangakn perubahan positifnya adalah dimana sebelum
terjadi banjir daerah Pasir Putih tersebut hanya sebagai tempat wisata bagi anak-
anak atau yang sering dikunjungi oleh masyarakat lain pada waktu lebaran.
Namun sekarang telah banyak didirikan rumah makan, warung tempat berjualan
48
minuman, dan tempat karaoke, sehingga pada hari-hari biasa banyak dikunjungi
oleh para pemuda-pemudi pada waktu sore hari. Sehingga memberikan
kesempatan bagi masyarakat yang baru datang untuk membuka lapangan
pekerjaan yang baru di tempat terjadi banjir bandang tersebut. Berdasarkan hasil
wawancara dengan salah satu masyarakat yang menjadi korban banjir bandang
yaitu Ibu Sopi (38 tahun) menyatakan bahwa:
“Sabalunnyo kami di Pasa Gompong perekonomian kalawuik
nyo, lai lah lapeh-lapeh tuak makan jo balanjo sakolah anak,
pas wakatu banjir bandang tu umah ibuk hanyuik, lai dapek
bantuan dari pemerintah tuak managak an umah, tapi piti tu
ndak cukuik tuak tagak umah do, bajuah lah payang jo
pukek-pukek ko sakali, kini apak bakiajo makan gaji ka
sawah urang” (wawancara tanggal 21 Desember 2015).
Artinya:
“Sebelumnya kami di Pasar Gompong perekonomian kelaut,
dapat uang untuk pelepas makan saja dan belanja sekolah
anak, waktu banjir bandang itu rumah ibuk hanyut, dapat
bantuan dari pemerintah untuk membangun rumah tapi uang
itu tidak cukup untuk membangun rumah, akhirnya dijual
payang serta jaringnya sekalian, sekarang bapak bekerja
makan gaji ke sawah orang” (wawancara tanggal 21
Desember 2015).
Selain menimbulkan kerugian yang besar bagi masyarakat Pasar Gompong
juga menimbulkan perubahan bagi Nagari Kambang Barat, dulunya hanya sebagai
tempat wisata untuk anak-anak dan remaja namun sekarang sejak terjadinya banjir
bandang di daerah Pasir Putih telah banyak didirikan cafe-cafe tempat para remaja
berkumpul sore hari disertai adanya tempat karaoke sehingga di Nagari Kambang
Barat tepatnya di daerah Pasir Putih banyak diramaikan oleh pemuda-pemudi
pada sore hari. Sebagaimana yang diungkapkan oleh salah satu masyarakat Nagari
Kambang Barat yaitu Bapak Agusman (47 tahun) yang menyatakan bahwa:
49
“Banjir bandang tahun 2011 selain mambaok musibah dan
bencana bagi masyarakat Pasa Gompong tapi juo mambaok
perubahan nan elok untuak Nagari Kambang Barat, kecek-
kecek urang “sengsara membawa nikmat” kalau ndak ado
banjir bandang tu, tu ndak ka pindah urang nan disiko do, tu
ndak lo ado tampek cafe-cafe ko kini do”(wawancara
tanggal 13 Desember 2015).
Artinya:
“Banjir bandang tahun 2011 selain membawa musibah dan
bencana bagi masyarakat Pasar Gompong tapi juga membawa
perubahan yang baik untuk Nagari Kambang Barat, kata-kata
orang “sengsara membawa nikmat” kalau tidak ada banjir
bandang itu, tidak akan pindah orang yang tinggal disini dan
tidak akan ada tempat cafe-cafe ini sekarang” (wawancara
tanggal 13 Desember 2015).
Hampir serupa dengan yang diungkapkan oleh Uni Lena (23 tahun)
menyatakan bahwa:
“Banjir bandang tahun 2011 menyebabkan banyak kerugian
bagi masyarakat Pasa Gompong apolai urang nan tingga di
Pasiah Putiah tu banyak rumahnyo nan anyuik di bae aia,
tapi ado juo untuangnyo, sajak kejadian banjir tu urang situ
banyak nan pindah sahinggo kini disitu lah banyak urang
mambuek cafe-cafe tampek nongkrong, tampek karaoke,
tampek santai-santai sore” (wawancara tanggal 17
Desember 2015).
Artinya:
“Banjir bandang tahun 2011 menyebabkan banyak kerugian
bagi masyarakat Pasar Gompong apalagi orang yang tinggal
di Pasir Putih tu banyak rumahnya yang hanyut dibawa air,
tapi ada juga untungnya, sejak kejadian banjir itu orang disitu
banyak yang pindah sehingga sekarang disitu telah banyak
orang membuat cafe-cafe tempat nongkrong, tempat karaoke,
tempat santai-santai sore” (wawancara tanggal 17 Desember
2015).
Selain menimbulkan dampak yang buruk bagi masyarakat namun akibat
banjir bandang tersebut juga membawa dampak positif bagi masyarakat Pasir
50
Putih, yaitu sejak terjadi bencana banjir bandang daerah Pasir Putih sekarang telah
banyak didirikan Cafe, tempat karaoke, dan rumah makan tempat persinggahan
bagi orang-orang yang sedang dalam perjalanan jauh, dan didukung lagi dengan
adanya TPI (tempat pelelangan ikan) di Nagari Kambang.
5.3.1 Perubahan Mata Pencaharian
Secara umum pekerjaan merupakan sesuatu yang dilakukan oleh manusia
untuk tujuan tertentu dengan cara yang benar dan baik, dengan bekerja seseorang
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Mata pencaharian masyarakat Nagari
Kambang Barat di Kampung Pasar Gompong sebelum terjadi banjir bandang pada
tahun 2011 adalah nelayan, berdagang dan wisata. Pasca terjadi banjir 03
November 2011 terjadi perubahan di Nagari Kambang Barat, salah satunya adalah
di Kampung Pasar Gompong. Sejak terjadi banjir tersebut masyarakat yang
pindah dari tempat kejadian banjir mengalami perubahan mata pencaharian.
Masyarakat Pasar Gompong terutama di daerah Pasir Putih sebelum terjadi
banjir bandang pada umumnya memiliki pekerjaan yang tetap yaitu dengan
berdagang, hanya sedikit yang tidak memiliki pekerjaan tetap atau tidak bekerja
sehingga perekonomian masyarakat masih dapat dikatakan baik. Namun setelah
terjadi banjir bandang masyarakat yang awalnya mempunyai pekerjaan tetap
sekarang sudah tidak memiliki pekerjaan lagi. Hal ini seperti yang diungkapkan
oleh salah satu masyarakat korban banjir bandang Ibu Eni (44 tahun) yang
menyatakan bahwa:
51
“Dulu sabalun banjir bandang ibuk tinggah di Pasa
Gompong, dulu disitu ibuk bakadai baju anak-anak, remaja,
alhamdulillah lai cukuik tuak balanjo jo sakolah anak gai
walaupun dalam ari sahari tu ado juo nan ndak bajua bali.
Tapi kini sajak pindah kasiko ibuk ndak ado bakadai lai do,
disiko urang langang nyo apolai pancarian urang disiko kini
payah..” (wawancara tanggal 20 Desember 2015).
Artinya:
“Dulu sebelum banjir bandang ibuk tinggal di Pasar
Gompong, dulu disana ibuk berkedai baju anak-anak, remaja,
alhamdulillah cukup untuk belanja dan untuk sekolah anak
walaupun dalam satu hari itu ada juga yang tidak jual beli.
Tapi sekarang sejak ibuk pindah kesini ibuk tidak ada kedai
lagi, disini orang sepi apalagi mata pencaharian orang disini
sekarang susah..” (wawancara tanggal 20 Desember 2015).
Berdasarkan apa yang diungkapkan oleh informan diatas tidak jauh
berbeda dengan yang diungkapkan oleh Ibu ema (39 tahun) menyatakan bahwa:
“Kalau dulu sawakatu tinggah di Pasah Gompong Ibu
manggaleh nasi, makanan jo minuman, alhamdulillah lai juo
bauntuang. Kini sajak pindah kasiko lai juo ibu manggaleh
tapi kini manggaleh ndak mode dulu bana bajua bali lai do
bauntuang saketek-saketek nyo. Apak ndak ado bakiajo do,
apak manolong-nolong Ibu jo nyo” (wawancara tanggal 27
Desember 2015)
Artinya:
“Kalau dulu sewaktu tinggal di Pasar gompong Ibu berkedai
Nasi, makanan dan minuman, alhamdulillah ada dapat
untung. Sekarang sejak pindah kesini ibu masih berjualan tapi
sekarang berjualan tidak seperti dulu lagi jual belinya lagi
beruntung Cuma sedikit-sedikit. Bapak tidak bekerja, hanya
bantu-bantu ibu saja” (wawancara tanggal 27 Desember
2015).
Pernyataan lain juga diungkapkan oleh Ibu Asni (49 tahun) menyatakan
bahwa:
52
“Dolu sabalun pindah kasiko mato pancarian kalawik, kalau
kini kiajo ndak manatap do, kadang makan gaji ka sawah
urang, kadang-kadang ndak ado bakiajo do” (wawancara
tanggal 15 Desember 2015).
Artinya:
“Dulu sebelum pindah kesini mata pencaharian kelaut, kalau
sekarang kerja tidak menetap, kadang ambil upah ke sawah
orang, kadang-kadang tidak bekerja” (wawancara tanggal 15
Desember 2015).
Hampir serupa dengan yang diungkapkan oleh Ibu Ida (50 tahun)
menyatakan bahwa:
“Dulu sawakatu kami tinggah di Pasa Gompong mato
pancarian kalawuik, kini sajak pindah kasiko apak ndak ado
bakarajo lai do, ibuk manggaleh lontong karajo nyo tuak
lapeh-lapeh makan jo dapek nyo nak” (wawancara tanggal
16 Desember 2015).
Artinya:
“Dulu sewaktu kami tinggal di Pasar Gompong mata
pencarian kelaut, sekarang sejak pindah keesini bapak tidak
ada lagi bekerja, ibu berkedai lontong kerjanya tuk lepas-
lepas makan saja dapat nyo nak” (wawancara tanggal 16
Desember 2015).
Berdasarkan apa yang diungkapkan oleh informan tersebut bahwa
sebelumnya orang yang tinggal di daerah tersebut rata-rata memiliki pekerjaan
tetap sebagai nelayan dan berdagang, namun setelah terjadi banjir bandang, orang
yang dulunya tinggal di tempat tersebut sekarang telah pindah dan banyak yang
tidak memiliki pekerjaan lagi. Banjir bandang yang terjadi sangat mempengaruhi
perubahan mata pencaharian masyarakat Pasar Gompong tepatnya bagian daerah
Pasir Putih.
53
Hal ini serupa dengan apa yang diungkapkan oleh Bapak Syaukani (53
tahun) yang menyatakan bahwa:
“Sabalun banjir bandang tu apak kiajo kalawuik, lai dapek
lapeh-lapeh makan jo lah, sajak kejadian banjir tu kan satiok
umah nan kanai banjir diagiah bantuan di pemerintah kalau
nyo sanggup mancari lahan kaluah, nan kami dapek tanah
bagian mudiak ko, sajak tu ndak ado apak kalawuik lai do,
kiajo kini baladang lai nyo. Jadi jo lah dari pado ndak
makan” (wawancara tanggal 19 Desember).
Artinya:
“Sebelum banjir bandang itu bapak bekerja kelaut, dapat
lepas-lepas makan saja, sejak kejadian banjir itu kan setiap
rumah yang kena banjir dikasih bantuan oleh pemerintah
apabila dia sanggup mencari lahan keluar, yang kami dapat
tanah bagian mudik ini, sejak itu tidak ada lagi bapak kelaut
lagi, kerja sekarang hanya berladang. Jadi jugalah dari pada
tidak makan” (wawancara tanggal 19 Desember 2015).
Berdasarkan penjelasan dari informan tersebut bahwa dampak akibat
banjir bandang memberikan kontribusi yang buruk bagi kehidupan masyarakat
Nagari Kambang Barat. Berdasarkan wawancara dengan salah satu informan
seperti yang diungkapkan oleh Ilen (24 tahun) menyatakan bahwa:
“Dulu kami tinggah di Pasa Gompong, matopencarian
kalawuik.. lai dapek tuak lapeh-lapeh makan jo.. kini sajak
banjir tu kami pindah kasiko kadang klawuik kadang indak,
dek karano jauah kendaraan ndak ado” (wawancara 15
Desember 2015).
Artinya
“Dulu kami tinggal di Pasar Gompong, matapencaharian
kelaut.. dapat untuk lepas-lepas makan saja.. sekarang sejak
banjir itu kami pindah kesini kadang kelaut kadang tidak,
karena jauh kendaraan tidak ada” (wawancara tanggal 15
Desember 2015).
54
Berdasarkan apa yang diungkapkan oleh Ilen tersebut menjelaskan bahwa
Pasar Gompong, khususnya setelah terjadi banjir bandang memberikan dampak
yang buruk terhadap perekonomian masyarakat.
5.3.2 Pendapatan berkurang
Banjir bandang di Nagari Kambang Barat membawa pengaruh terhadap
kehidupan masyarakat korban banjir, baik dari segi sosial maupun ekonomi.
Dengan pindahnya masyarakat korban banjir ke tempat yang jauh dari kawasan
daerah banjir, namun masyarakat merasakan kesulitan dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Masyarakat Pasar Gompong sebelum terjadi banjir bandang sebagian besar
masyarakat bermata pencaharian yaitu sebagai nelayan dan pedagang, untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun setelah terjadi banjir masyarakat yang
tinggal di Pasar Gompong banyak yang pindah ke daerah perbukitan dan
pegunungan yang jauh dari pantai sehingga masyarakat yang sebelumnya bekerja
sebagai nelayan setelah pindah ke tempat yang baru tidak bekerja lagi. Sedangkan
bagi masyarakat yang sebelumnya berdagang setelah pindah sebagian ada yang
mendapatkan tempat untuk membuka usaha baru dan sebagian ada yang tidak
bekerja sehingga pendapatan masyarakat semakin merosot. Hal tersebut
mempengaruhi kondisi ekonomi masyarakat korban banjir. Seperti yang
diungkapkan oleh salah satu korban banjir bandang yaitu Ibuk Ida (50 tahun)
menyatakan bahwa:
55
“Dulu sawakatu kami tinggah di Pasa Gompong
matopancarian kalawuik, lai bapanghasilan sekitar Rp.
2.500.000 perbulan. Sajak pindah kasiko apak ndak ado
kalawuik lai do, ibuk manggaleh lontong pagi nyo, lai dapek
sekitar Rp. 900.000 perbulan nyo” (wawancara tanggal 16
Desember 2015).
Artinya:
“Dulu sewaktu kami tinggal di Pasar Gompong mata
pencarian kelaut, berpenghasilan sekitar Rp. 2.500.000
perbulan. Sejak pindah kesini bapak tidak ada kelaut lagi,
ibuk berkedai lontong paginya, lai dapat sekitar Rp. 900.000
perbulannya” (wawancara tanggal 16 Desember 2015).
Hampir serupa dengan yang diungkapkan oleh Ilen (24 tahun) menyatakan
bahwa:
“Dulu sabalun banjir bandang mato pancarian kalawuik,
rata-rata pendapatan diate Rp. 1.500.000 perbulan
sedangkan kini hanyo sekitar Rp. 800.000 perbulan”
(wawancara tanggal 15 Desember 2015).
Artinya:
“Dulu sebelum banjir bandang rata-rata pendapatan diatas
Rp. 1.500.000 perbulan sedangkan sekarang hanya sekitar
Rp. 800.000 perbulan” (wawancara tanggal 15 Desember
2015).
Pernyataan demikian juga diungkapkan oleh salah satu informan yang juga
menjadi korban banjir bandang. Berdasarkan wawancara dengan salah satu korban
banjir bandang yaitu Ibu Eni (44 tahun) yang menyatakan bahwa:
“Kalau dulu manggaleh lai juo bauntuang saketek-saketek
dibandiang jo kini, kini manggaleh ndak do batamu piti do,
urang banyak bautang jo” (wawancara tanggal 20 Desember
2015).
56
Artinya:
“Kalau dulu berdagang ada juga beruntung sedikit-sedikit
dibandingkan dengan sekarang, sekarang berdagang tidak ada
bertemu uangnya, orang banyak berhutang saja” (wawancara
tanggal 20 desember 2015).
Berdasarkan apa yang diungkapkan informan tersebut menjelaskan bahwa
banjir bandang yang terjadi di Nagari Kambang Barat memberikan kontribusi
yang buruk terhadap pendapatan masyarakat Nagari Kambang Barat khususnya
bagi masyarakat korban banjir. Dengan pindahnya masyarakat ke tempat yang
baru sangat mempengaruhi kondisi ekonomi masyarakat tersebut. Selain
kehilangan tempat tinggal masyarakat juga kehilangan tempat bekerja.
5.3.3 Relokasi Masyarakat
Keberadaan banjir yang terjadi secara cepat sehingga tidak dapat dihindari
oleh masyarakat, oleh karena itu masyarakat hanya dapat meminimalkan melalui
penerapan kaidah-kaidah yang telah ditetapkan. Banjir bandang selama ini dapat
dipahami oleh masyarakat sebagai bencana yang terjadi secara tiba-tiba sehingga
masyarakat kurang siap menghadapinya. Pemahaman tentang ancaman bencana
meliputi pengetahuan secara menyeluruh tentang hal-hal sebagai berikut: (1)
bagaimana ancaman bahaya banjir timbul, (2) tingkat kemungkinan terjadinya
bencana banjir serta seberapa besar skalanya, (3) mekanisme perusakan oleh
banjir secara fisik, (4) sektor dan kegiatan-kegiatan apa saja yang akan sangat
terpengaruh atas kejadian banjir, dan (5) dampak dari kerusakan akibat banjir.
Strategi yang dilakukan oleh masyarakat untuk menghindari terjadinya
banjir di masa yang akan datang salah satunya dengan memindahkan rumah
57
masyarakat dari daerah rawan banjir, dimana masyarakt korban banjir pindah ke
tempat yang baru sesuai dengan lokasi yang mereka dapatkan masing-masing. Hal
ini seperti dikemukakan oleh Ibu Sopi (38 tahun) yang menyatakan bahwa:
“Sajak banjir tahun 2011 tu kami nan punyo umah di dakek
muaro tu bausaho mamindahkan umah kami ka daerah nan
jauah dari banjir tu, umah nan usak disitu ndak ado bapaelok
an lai do, tanah disitu kami jua ka urang nan tinggah disitu
kini ko untuak panambanh managak an umah nan kini ko”
(wawancara tanggal 21 Desember 2015).
Artinya:
“Sejak banjir tahun 2011 itu kami yang punya rumah didekat
muara itu berusaha memindahkan rumah kami ke daerah
yang jauh dari banjir itu, rumah yang rusak disitu tidak ada
diperbaiki lagi, tanah disitu kami jual ke orang yang tinggal
disitu sekarang untuk menambah membangun rumah yang
sekarang” (wawancara tanggal 21 Desember 2015).
tidak jauh berbeda dengan yang diungkapkan oleh Ibu Ida (50 tahun)
menyatakan bahwa:
“Sajak banjir bandang tu kami ndak ado tingga disitu lai do,
umah tu lah untuah sabalah kanai banjir tu, kami mambuek
umah di daerah Pasa Kambang ko karano disiko dapek
mambali tanah, tanah nan disitu lah kami jua untuak modal
managak an umah disiko” (wawancara tanggal 16 desember
2015).
Artinya:
“Sejak banjir bandang itu kami sudah tidak tinggal disitu lagi,
rumah itu lah runtuh sebelah terkena banjir itu, kami
membangun rumah di daerah Pasar Kambang ini karena
disini dapat membeli tanah, tanah yang disitu kami jual
untuk modal menegakkan rumah disini” (wawancara tanggal
16 Desember 2015).
Hal ini juga didukung oleh pernyataan Wali Nagari Kambang Barat, Bapak
Nurlison, wawancara tanggal 10 Desember 2015 sebagai berikut:
58
“Sebagai wali nagari, bapak berusaha memberikan
pengertian dan himbauan kepada masyarakat untuk
melakukan pencegahan atau upaya untuk mengurangi
resiko banjir tersebut, dan setelah terjadinya banjir
bandang pada tahun 2015 kemaren masyarakat baru
menyadari bahwa perlunya dilakukan upaya untuk
mengurangi resiko banjir tersebut”(wawancara tanggal 10
Desember 2015).
Selain memindahkan rumah warga ke tempat yang jauh dari daerah rawan
banjir masyarakat juga melakukan beberepa upaya untuk menghindari resiko
banjir. Dengan membuat DAM dari karung yang berisi pasir sepanjang tepi sungai
dan pantai, dan membuat atau memperbaiki saluran tempat pembuangan air
disepanjang jalan yang terkena banjir tersebut, supaya jika terjadi banjir air yang
datang tidak langsung sampai ke dataran rendah. Seperti yang diungkapkan oleh
Bapak Agusman(47 tahun) menyatakan bahwa:
“Setelah banjir bandang tu masyarakat bausaho untuak
mambuek dam, sahinggo aia ombak ndak langsuang tibo ka
jalan do, tapi itu ndak batahan lamo do, dek karano ditulak
aia taruih mako nyo warga ndak diperbolehkan lagi
mambuek umah di daerah tersebut. Tapi setelah anam bulan
tibo-tibo aia manyusuik surang jo lai akhir nyo kini di buek
dam dari batu-batu gadang lai” (wawancara tanggal 13
Desember 2015).
Artinya:
“Setelah banjir bandang itu masyarakat berusaha untuk
membuat dam, sehingga air ombak tidak langsung tiba ke
jalan do, tapi itu tidak bertahan lama, karena ditolak air terus
makanya warga tidak diizinkan lagi membuat rumah di
daerah tersebut. Tapi setelah enam bulan kemudian tiba-tiba
air menyusut sendiri akhirnya sekarang di buat dam dari batu-
batu besar lagi” (wawancarat tanggal 13 Desember 2015).
Kemudian seperti yang diungkapkan oleh Bapak Kasir (55 tahun)
menyatakan bahwa:
59
“sajak banjir tahun 2011 tu masyarakat Nagari Kambang
Barat bausaho melakukan upaya-upaya nan dapek mengatasi
banjir tu, seperti mambuek dam dari karuang baisi kasiak
pasiah tu, mampaelok an slokan-slokan supayo kalau tajadi
banjir dimaso nan ka datang aia ndak langsuang mangisi
dataran randah tu do” (wawancara tanggal 28 Desember
2015).
Artinya:
“sejak banjir tahun 2011 itu masyarakat Nagari Kambang
Barat berusaha melakukan upaya-upaya yang dapat
mengatasi banjir tersebut, seperti membuat dam dari karung
berisi pasir, memperbaiki slokan-slokan supaya kalau terjadi
banjir dimasa yang akan datang air tidak langsung mengisi
dataran rendah tu do” (wawancara tanggal 28 Desember
2015).
Kegiatan masyarakat dalam membuat DAM ini sepenuhnya didukung oleh
pimpinan nagari. Hal ini di dukung oleh pernyataan Wali Nagari Kambang Barat
Bapak Nurlison, wawancara tanggal 10 Desember 2015 sebagai berikut:
“Karena banjir tahun 2011 banyak merugikan warga,
sehingga masyarakat berfikir untuk membuat dam, kami
sebagai pemerintah nagari sangat mendukung dengan upaya
yang dilakukan oleh masyarakat agar jika terjadi banjir tidak
merugikan masyarakat lagi” (wawancara tanggal 10
Desember 2015).
Dari hasil wawancara diatas terlihat bahwa bencana banjir yang terjadi
pada tahun 2011 banyak merugikan masyarakat Nagari Kambang Barat, baik
kerugian secara material maupun non material. Banjir terjadi selain disebabkan
oleh faktor alam yaitu curah hujan yang diatas normal dan adanya pasang naik air
laut, juga disebabkan oleh ulah manusia yaitu seperti penggunaan lahan yang
tidak tepat, pembuangan sampah kedalam sungai, pembangunan pemukiman
masyarakat di daerah aliran sungai, kemudian disertai kurangnya pengetahuan
masyarakat dalam mengatasi resiko banjir tersebut.
60
Banjir yang terjadi di Nagari Kambang Barat membawa perubahan
terhadap kehidupan masyarakat Nagari Kambang Barat, baik perubahan yang
positif maupun perubahan yang negatif. Perubahan positif yang terjadi setelah
banjir bandang yaitu kawasan Pasa Gompong tepatnya di Pasir Putih Kambang
yang dulunya hanya tempat wisata bagi anak-anak yang diramaikan pada saat
lebaran namun sekarang telah ada tempat untuk berkunjung para remaja, adanya
cafe-cafe yang dibuat sepanjang jalan yang rusak akibat banjir tersebut, telah ada
tempat karaoke sehingga di Pasir Putih Kambang setiap harinya diramaikan oleh
para remaja. Didukung juga dengan adanya TPI Kambang sehingga remaja
banyak yang berkunjung ke daerah tersebut baik siang maupun sore hari.
Sedangkan perubahan negatif yaitu setelah terjadi banjir bandang masyarakat
banyak yang kehilangan rumah mereka dan kerugian barang-barang harta benda
yang hanyut akibat banjir itu sen diri, akibatnya masyarakat harus pindah dari
daerah tersebut ke daerah yang jauh dari rawan bencana.
Dengan pindahnya masyarakat ke tempat lain membuat masyarakat
merasa kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka, dikarenakan
sedikitnya tempat untuk membuka usaha yang sebelumnya mereka jalani sehingga
masyarakat yang dulunya bekerja setelah pindah tidak mempunyai pekerjaan lagi.
Banjir yang terjadi menyebabkan perubahan yang buruk bagi perekonomian
masyarakat korban banjir.
Berdasarkan teori pilihan rasional Coleman yang dijelaskan dalam gagasan
dasarnya bahwa tindakan perseorangan dilakukan pada suatu tujuan dan tujuan itu
ditentukan oleh nilai dan pilihan. Tetapi kemudian Coleman juga menyatakan
61
untuk maksud yang teoritis, ia juga memerluhkan konsep yang lebih tepat
mengenai aktor yang rasional yang berasal dari ekonomi, dimana aktor memilih
tindakan yang dapat memaksimalkan kegunaan atau yang dapat memuaskan
keinginan dan kebutuhan mereka. Pemusatan perhatian pada tindakan rasional
individu dilanjutkan dengan memusatkan perhatian pada masalah hubungan
makro-mikro atau bagaimana cara gabungan tindakan individu menimbulkan
prilaku sistem sosial. Meski seimbang, namun ada tiga kelemahan pendekatan
Coleman, yaitu: pertama, ia memberikan prioritas perhatian yang berlebihan
terhadap hubungan lain. Kedua, ia mengabaikan masalah hubungan mikro-makro.
Ketiga, hubungan sebab akibatnya hanya menunjuk pada satu arah, dengan kata
lain ia mengabaikan hubungan dealiktika dikalangan dan diantara fenomena
mikro-makro.
Perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat merupakan akibat dari
bencana banjir bandang tahun 2011. Oleh karena itu, masyarakat harus mencari
strategi supaya banjir yang datang tidak menimbulkan kerugian bagi masyarakat.
Perhatian masyarakat terhadap bencana banjir menyebabkan mereka merespon
banjir tersebut dalam sebuah tindakan. Tindakan yang dilakukan oleh masyarakat
untuk menghindari bencana banjir dimasa yang akan datang adalah masyarakat
harus pindah dari tempat kejadian banjir ke tempat yang baru sesuai dengan lokasi
yang mereka dapatkan masing-masing. Jika masyarakat tersebut tidak pindah
apabila terjadi banjir dimasa yang akan datang mereka akan mengalami kerugian
lagi. Maka relokasi yang dilakukan oleh masyarakat korban banjir merupakan
tindakan masyarakat untuk menghindari bencana banjir. Kerugian yang dialami
62
masyarakat berpengaruh terhadap keadaan sosial ekonomi masyarakat. kemudian
selain itu masyarakat juga melakukan strategi untuk mengatasi risiko bencana
banjir berupa pembuatan DAM yang merupakan tindakan dari masyarakat untuk
mencagah terjadi banjir dimasa yang akan datang yang merupakan tindakan
bersama dan dilakukan secara bersama.
63
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Perubahan mata pencaharian, sebelum Nagari Kambang Barat tepatnya di
Kampung Pasar Gompong di daerah Pasir Putih terkena banjir bandang pada
tahun 2011, masyarakat Pasar Gompong bermata pencaharian sebagai nelayan
dan pedagang. Setelah Nagari Kambang Barat terkena banjir bandang
menyebabkan kerugian bagi masyarakat yaitu seperti kehilangan rumah yang
hanyut akibat banjir sehingga masyarakat tersebut tidak dibolehkan lagi untuk
tinggal di daerah tersebut. Sehingga masyarakat harus pindah ke tempat lain
sesuai dengan lokasi yang didapatkan masing-masing. Dengan pindahnya
masyarakat ke tempat yang baru menimbulkan kesulitan bagi masyarakat untuk
mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dari yang sebelumnya.
2. Pendapatan masyarakat, sebelum banjir bandang pendapatan masyarakat pada
umumnya baik, hal ini dapat dilihat pendapatan masyarakat rata-rata perbulan
berkisar antara Rp. 2.000.000-3.000.000. Sedangkan sesudah banjir bandang
pendapatan masyarakat perbulan berkisar antara Rp. 500.000-1.500.000. mata
pencarian masyarakat sebelumnya rata-rata nelayan dan sesudah banjir
bandang masyarakat sudah banyak yang pindah ke daerah lain sehingga mata
pencarian masyarakat berubah dan pendapatan masyarakat perbulan pada
umumnya termasuk kurang baik untuk membiayai kebutuhan keluarga karena
63
64
pendapatannya berkurang dari sebelumnya.
3. Relokasi masyarakat, setelah terjadi banjir bandang masyarakat korban banjir
tidak dibolehkan lagi tinggal di tempat kejadian banjir, masyarakat tersebut
pindah ke tempat lain atau tempat yang baru sesuai dengan lokasi yang
didapatkan oleh masing-masing masyarakat tersebut. Dengan pindahnya
masyarakat ke tempat yang baru menimbulkan kesulitan bagi masyarakat
dalam mendapatkan tempat untuk bekerja sehingga mempengaruhi kondisi
sosial ekonomi masyarakat tersebut.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang dikemukakan diatas,
maka peneliti memberikan saran antara lain:
1. Bagi Pemerintah Kecamatan Lengayang harus memberikan informasi yang
jelas kepada masyarakat tentang faktor penyebab banjir bandang dan
dampaknya bagi kehidupan.
2. Bagi masyarakat Lengayang harus mengetahui apa itu banjir bandang dan
dampaknya bagi kehidupan. Jika terjadi banjir masyarakat harus tau jalur-jalur
evakuasi yang aman.
3. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin menindaklanjuti penelitian ini bisa
dijadikan bahan rujukan dan pedoman yang berguna.
65
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Afrizal. 2008. Pengantar Metode Penelitian Kualitatif dari Pengertian Sampai
Penulisan Laporan. Laboratorium Sosiologi FISIP Unand.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Reseacrh Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif
dan Mixed. Jakarta: Pustaka Remaja.
Asdak, Chay. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
Yogyakarta: UGM Press.
Bungin, Burhan. 2011. Penelitian Kualitatif (Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik dan Ilmu Sosial Lainnya). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Damsar. 2009. Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Kencana.
Hermon, Dedi. 2012. Mitigasi Bencana Hidrometerologi. Padang: UNP Press.
Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Jakarta: Erlangga.
Miles Mathew dan Huberman Michael A. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta:
Universitas Indonesia.
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nazir, M. 2009. Metodologi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Ritzer, George. 2007. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
Sangadji, Etta Mamang dan Sopiah. 2010. Metodologi Penelitian Pendekatan
Praktis Dalam Penelitian. Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Soekanto, Soejono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Perss.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidkan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D. Bandung: CV Alfabeta (IKAPI).
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuaalitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta:
Salemba Humanika.
Sukandarrumidi. 2010. Bencana Alam dan Bencana Anthropogene. Yogyakarta:
Kanisius.
Sutopa, Ariesto, Hadi dan Arief, Adrianus. 2010. Terampil Mengolah Data
Kualitatif dan NVIVO. Jakarta: Kencana.
66
Yusuf, A. Muri. 2005. Metode Penelitian Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah. Padang:
UNP Press.
Skripsi
Ardimansyah, Poni. 2009. “Faktor Penyebab Masyarakat Untuk Tetap Tinggal di
Daerah Banjir Bandang Kelurahan Lambung Bukit Kecamatan Pauh Kota
Padang”. Skripsi STKIP PGRI Padang.
Melia, Rita. 2009. “Studi Sosial Ekonomi Masyarakat Relokasi Pembangunan
Waduk PLTA Koto Panjang Di Nagari Tanjung Pauh Kecamatan
Pangkalan Koto Baru Kabupaten 50 Kota”. Skripsi STKIP PGRI Padang.
Oktalia, Mitra. 2008. “Studi Sosial Ekonomi Masyarakat Pasca Longsor di
Kenagarian Tandikek Kecamatan Patamuan Kabupaten Padang
Pariaman”. Skripsi STKIP PGRI Padang.
Prasetyo, Agustinus Budi. “Pemetaan Lokasi Rawan dan Risiko Bencana Banjir
di Kota Surakarta tahun 2007. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, 2009.
Wahyudi. 2009. “Strategi Masyarakat Dalam Rangka Mitigasi Bencana Banjir di
Nagari Kambang Barat Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir
Selatan”. Skripsi STKIP PGRI Padang.
Laporan dan Internet
Peraturan Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Nomor:
P.04/V.Set/2009Tanggal: 05 Maret 2009.
https://www.google.com/search?q=kriteria+kerusakan+banjir+menurut+bnpb&ie
=utf-8&oe=utf-8.pdf. 20 Oktober 2015
67
Lampiran 1. Pedoman Wawancara
PEDOMAN WAWANCARA
Identitas Informan
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Alamat :
Pendidikan Terakhir :
Pekerjaan/usaha :
Pendapatan :
Status Rumah :
Lama Tinggal :
Tanggal dan Tempat Wawancara :
Pedoman Wawancara dan Daftar Pertanyaan
1. Kondisi ekonomi masyarakat sebelum banjir bandang
a. Apakah pekerjaan Bapak/Ibu?
b. Berapa pendapatan Bapak/Ibu perbulan?
c. Pukul berapa Bapak/Ibu mulai bekerja?
d. Apakah pendapatan Bapak/Ibu cukup untuk membiayai kehidupan
keluarga?
e. Bagaimana cara Bapak/Ibu dalam memenuhi kebutuhan keluarga?
2. Kerusakan yang dialami masyarakat akibat banjir bandang
a. Apa saja kerugian yang Bapak/Ibu alami akibat banjir tersebut?
b. Darimana Bapak/Ibu mendapatkan biaya untuk memperbaiki rumah?
68
c. Apakah upaya yang dilakukan pemerintah dalam membantu masyarakat
korban banjir?
d. Perubahan apa yang Bapak/Ibu rasakan setelah terjadi banjir bandang?
69
Lampiran 2. Informan Penelitian
No Nama Umur Pekerjaan
1 Agusman 47 tahun Pedagang
2 Asni 49 tahun IRT
3 Syaukani 53 tahun Tani
4 Era 32 tahun Pedagang
5 Nurlison 51 tahun Wali Nagari
6 Kasir 55 tahun Nelayan
7 Sopi 38 tahun IRT
8 Ema 39 tahun Pedagang
9 Lena 23 tahun Mahasiswi
10 Ida 50 tahun Berjualan lontong
11 Ilen 24 tahun IRT
12 Eni 44 tahun IRT
70
Lampiran 3. Dokumentasi Penelitian
Gambar 1. Rumah yang rusak berat akibat banjir bandang
Gambar 2. Warung yang dibangun oleh pendatang baru di sepanjang tempat
kejadian banjir bandang
71
Gambar 3. Rumah yang rusak ringan akibat banjir bandang kemudian
diperbaiki kembali
Gambar 4. Kondisi ekonomi masyarakat korban banjir setelah pindah ke
tempat yang baru
72
Gambar 5. Upaya masyarakat dalam mengatasi bencana banjir
73
74