Pendidikan Dasar (Dikdas)

43
Kumpulan Abstrak Tesis Semester Genap 2009/2010 Pendidikan Dasar (PDS)

Transcript of Pendidikan Dasar (Dikdas)

Page 1: Pendidikan Dasar (Dikdas)

Kumpulan Abstrak TesisSemester Genap 2009/2010

Pendidikan Dasar (PDS)

Page 2: Pendidikan Dasar (Dikdas)

348 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010

Page 3: Pendidikan Dasar (Dikdas)

Program Studi S2 PDS 349

Peningkatan Keterampilan Membaca Untuk Menulis Melalui Metode Proyek Siswa Kelas III SDN Balongpanggang II Gresik Tahun Pelajaran 2009/2010

Agustini, Farida Sacta

Agustini, Farida Sacta. 2010. “Peningkatan Keterampilan Membaca Untuk Menulis Melalui Metode Proyek Siswa Kelas III SDN Balongpanggang II Gresik Tahun Pelajaran 2009/2010“. Tesis, Jurusan Pendidikan Dasar, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Prof. Dr. Siusana Kweldju, M. Pd, (II) Dr. Heri Suwignyo, M. Pd.

AbstrakSiswa Kelas III SD berada pada masa transisi, mereka berada pada posisi tingkat akhir di kelas

bawah (1, 2, dan 3) dan harus menguasai secara tuntas kompetensi dalam membaca dan menulis permulaan, disamping itu berada pada posisi tingkat permulaan di kelas atas (4,5, dan 6) dan harus siap untuk membaca dan menulis lanjut pada jenjang pendidikan di SD. Permendiknas no. 24 tahun 2006 tentang Standar Isi Pembelajaran di SD, di kelas III semester 2 aspek membaca difokuskan membaca pemahaman dan aspek menulis difokuskan pada menulis karangan sederhana berdasarkan gambar seri dengan pemilihan kata dan kalimat yang tepat dengan memperhatikan penggunan huruf kapital, ejaan, dan pemakaian tanda baca titik yang benar dan menulis puisi berdasarkan gambar. Hal kontradiktif yang terjadi pada siswa kelas III SDN Balongpanggang II Kabupaten Gresik terjadi ketika mereka menceritakan pengalaman mereka secara lisan berbeda dengan secara tertulis melatar belakangi guru sebagai peneliti untuk mengangkat masalah dalam tesis ini. Mereka bercanda dan bergurau menceritakan pengalamannya masing-masing tak mau ketinggalan dengan yang lain. Namun berbeda ketika mereka menceritakan pengalamannya secara tertulis. Hanya satu atau dua kalimat yang mereka tulis dengan baik dan benar.

Sejalan dengan latar belakang masalah tersebut, masalah dalam studi ini adalah “Bagaimanahakah proses dan hasil meningkatkan keterampilan membaca untuk menulis melalui metode proyek pada siswa kelas III SDN Balongpanggang II Gresik? Metodologi penelitian yang digunakan adalah PTK dengan guru sebagai peneliti. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 semester dengan 1 siklus besar yang terdiri dari 8 kali pertemuan (8 minggu). Dalam 1 siklus besar itu terdapat beberapa siklus kecil, dan direfleksikan pada tiap pertemuan. Selama penelitian, prosedur/langkah-langkah pembelajaran dilaksanakan dengan metode proyek untuk menghasilkan buku kelas yang berisi kumpulan karangan sederhana siswa kelas III SDN Balongpanggang II Gresik. Adapun pembelajaran terdiri dari membaca pemahaman dengan 2 kali evaluasi dan mengarang sederhana berdasarkan gambar seri dengan 2 kali evaluasi. Membaca pemahaman merupakan langkah awal untuk mengarang atau mengembangkan paragraf, sedangkan mengarang berdasarkan gambar seri adalah tindak lanjut menghasilkan karangan sederhana yang lebih baik.

Hasil penelitian peningkatan keterampilan membaca untuk menulis siswa kelas III SDN Balongpanggang Kabupaten Gresik menunjukkan hasil yang baik dan ada peningkatan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan nilai hasil belajar siswa dari 6,67 menjadi 7,64. Terjadi peningkatan prosentase keberhasilan aktivitas belajar siswa dari 72,65% menjadi 78,13%. Dan terjadi peningkatan prosentase keberhasilan aktivias guru yaitu dari 78,18% menjadi 83,60%. Peningkatan keterampilan membaca untuk menulis melalui metode proyek siswa kelas III SDN Balongpanggang II Gresik dapat dikatakan BERHASIL.

Berdasarkan hasil penelitian ini, kesimpulan yang dapat penulis sampaikan adalah: 1) proses pembelajaran membaca untuk menulis melalui metode proyek pada siswa kelas III SDN Balongpanggang II Gresik dapat dilaksanakan dengan baik dan ada peningkatan melalui langkah-langkah metode proyek yang meliputi; a. perencanaan, b. pelaksanaan, c. evaluasi, dan d. akumulasi/akhir. 2) hasil pembelajaran membaca untuk menulis melalui metode proyek siswa kelas III SDN Balongpanggang II Gresik dapat dilaksanakan dan terjadi peningkatan dari 6,67 menjadi 7,64 dengan pembelajaran menulis karangan sederhana berdasarkan gambar seri dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat yang tepat dengan memperhatikan penggunaan ejaan, huruf kapital, dan tanda baca titik. Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis dapat memberikan saran berikut: 1) untuk meningkatkan proses pembelajaran membaca untuk menulis melalui metode proyek pada siswa kelas III SDN Balongpanggang II Gresik dapat dilaksanakan melalui metode proyek dengan langkah-langkah yang meliputi; a. perencanaan, b. pelaksanaan, c. evaluasi, dan d. akumulasi/ akhir. Metode proyek dapat digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia meskipun pada kelas rendah, karena siswa dapat terlibat lebih aktif, mereka terbiasa bekerja sama dalam kelompok, dan bertukar pendapat, dan dapat menyelesaikan tugas dari guru pada waktu yang telah ditentukan. 2) untuk meningkatkan hasil pembelajaran membaca untuk menulis melalui metode proyek siswa kelas III SDN Balongpanggang II Gresik dapat dilaksanakan dan ada peningkatan dengan (rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar kerja siswa, dan tes

Page 4: Pendidikan Dasar (Dikdas)

350 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010

hasil belajar siswa) pada kompetensi menulis karangan sederhana berdasarkan gambar seri dengan pemilihan kata dan kalimat yang tepat dengan memperhatikan penggunaan ejaan, huruf kapital, dan tanda baca titik.

Kata kunci: keterampilan membaca, keterampilan menulis, metode proyek, buku kelas.

Improving Reading for Writing Skill Through Project Based Learning of Third Grade Students of Balongpanggang II Elementary School in Gresik School Year 2009/2010

Agustini, Farida Sacta

Agustini, Farida Sacta. 2010. “Improving Reading for Writing Skill Through Project Based Learning of Third Grade Students of Balongpanggang II Elementary School in Gresik School Year 2009/2010”. Thesis, Majors Education Of Base, Program of Pascasarjana State University of Malang. Counsellor : (I) Prof. Dr. Siusana Kweldju, M. Pd, (II) Dr. Heri Suwignyo, M. Pd.

AbstractStudents who are studying at the third grade in elementary school were in transition phase, they

were in last position in low class (1, 2, 3) and must be complete in reading and writing skill competent, in other hand they must ready for reading and writing skill competent in high class (4, 5, 6). The government role educations in 2006 number 24 about Content Standard Learning in elementary school present that semester two in third grade, reading focus in intensive reading based of texts and writing focus in simple writing based on series pictures and writing poems based on picture. Contradictive problems happed in students of third grade of Balongpanggang II elementary school of Gresik, they had good knowledge when asked about their experiences in oral language, but they had limited knowledge asked in writhing language. These students also limited in These problems be teacher background as researcher in this research.

In line with the background of the study, the formulated research problem is ”How the process and result to improving reading for writing skill through project based learning?” This study was classroom actions research with he teacher as the researcher. The actions research was implemented for one semester of 8 meetings. It was a one-cycle actions research, it was planned to be one cycle and this general idea was not changed throughout the whole semester. In this big cycle, there were some cycles which were reflected in every meeting. Along the research, the learning procedure was implement with project method to make class book that contains collect of simple writing of students in third grade based of series pictures. The learning activities consist of: (1) reading intensive based texts with two evaluations and (2) Simple writing based of series pictures with two evaluations. Reading intensive was the first step to writing simple paragraph and writing based of series pictures was the next step to make simple writing more better. The students-made class book consist of collect of students simple writing was the final product of the students’ project.

The finding shows that through the implementation of project based learning in one cycle can be improve reading for writing sill students. It is indicated by the increasing number of the students who are able to achieve good level. The improvement achieve in: (1) learning test evaluations from 6,67 be 7,64, (2) students activities from 72,65% be 78,13%, (3) teacher activities from 78,18% be 83,60%.

From this study, some conclusions were drawn. 1) learning process reading for writing through project method third grade students of Balongpanggang II can implemented effective with procedure include a. planning, b. implementing, c. evaluating, d. accumulate. 2) Students success and there are improving in score reading and writing ability from 6,67 be 7,64. Based of this conclusions, the researcher give recommendations: Improving reading for writing skill the third grade students of Balongpanggang elementary school can implement through project method with procedure a. planning, b. implementing, c. evaluating, d accumulating. The project based learning can implemented effective, must be good planning in: lesson plan, students worksheet, and learning test by teacher.

Keyword: reading skill, writing skill, project-based-learning, and students class book.

Page 5: Pendidikan Dasar (Dikdas)

Program Studi S2 PDS 351

Penerapan CTL melalui Benda Manipulatif dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Luas Daerah Trapesium Siswa Kelas V SDN Senggowar 3 Gondang Nganjuk Tahun Pelajaran

2009/2010

Pendik Dwi Setiyad

Pendik Dwi Setiyad. 2010. Penerapan CTL melalui Benda Manipulatif dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Luas Daerah Trapesium Siswa Kelas V SDN Senggowar 3 Gondang Nganjuk Tahun Pelajaran 2009/2010. Tesis, Jurusan Pendidikan Dasar, Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Makang. Pembimbing: (1) Prof.Dr. H. Akbar Sutawidjaja, M.Ed, Ph.D, dan pembimbing (II) Drs. H. Muchtar Abdul Karim, M.A.

AbstrakMateri luas daerah trapesium mempunyai peranan penting dalam bidang matematika dan banyak

digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karenanya, pemahaman terhadap materi luas trapesium perlu ditekankan pada siswa sejak dini. Kenyataannya, siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi luas daerah trapesium. Kesulitan yang dialami mengakibatkan rendahnya pemahaman siswa pada materi luas daerah trapesium, seperti yang terjadi di SDN Senggowar 3 Gondang Nganjuk.

Usaha untuk membangun pemahaman siswa terhadap materi luas daerah trapesium dapat dilakukan melalui pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching & Learning melalui benda manipulatif bangun trapesium. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pembelajaran luas daerah trapesium dengan pendekatan Contextual Teaching & Learning melalui benda manipulatif bangun trapesium dan untuk membangun pemahaman siswa terhadap luas daerah trapesium. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian tindakan partisipan. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas V SDN Senggowar 3 Gondang Nganjuk. Subjek wawancara adalah 4 siswa yang terdiri dari 1 siswa berkemampuan tinggi, 2 siswa berkemampuan sedang, dan 1 siswa berkemampuan rendah. Pemilihan subjek wawancara berdasarkan hasil tes awal dan perimbangan guru kelas yang mengetahui latar belakang siswa yang bersangkutan.

Pembelajaran dilakukan melalui tiga tahap, yaitu tahap awal, tahap inti, dan tahap akhir. Pada tahap awal, guru menyampaikan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa, dan membangkitkan pengetahuan prasyarat melalui tanya jawab. Setelah itu menjelaskan tugas dan tanggung jawab siswa serta membentuk kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa. Tahap inti, siswa bekerja dalam kelompok untuk memecahkan masalah kontekstual agar dapat menemukan rumus luas daerah trapesium. Untuk membantu siswa, guru menyediakan Lembar Kerja Siswa (LKS) mengenai luas daerah trapesium. Kemudian hasil kerja kelompok dipresentasikan di depan kelas dan ditanggapi oleh kelompok lain. Peran guru dalam kegiatan ini adalah sebagai fasilitator dan motivator. Tahap akhir, siswa dengan arahan guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari, selanjutnya guru mengadakan evaluasi dengan memberikan tes.

Berdasarkan penilaian proses dan penilaian hasil belajar pada setiap tindakan yang dilakukan, dapat diketahui bahwa pembelajaran yang dilaksanakan berdasarkan pendekatan Contextual Teaching & Learning melalui benda manipulatif bangun trapesium dapat memberikan pemahaman kepada siswa tentang materi luas daerah trapesium pada siswa kelas V SDN Senggowar 3 Gondang Nganjuk Tahun Pelajaran 2009/2010. Respon siswa terhadap pembelajaran luas daerah trapesium sangat positif. Siswa menyatakan senang mengikuti pembelajaran dan lebih mudah memahami materi pembelajaran.

Penerapan pembelajaran berdasarkan pendekatan Contextual Teaching & Learning melalui benda manipulatif bangun trapesium memerlukan pengalokasian waktu secara baik dalam merancang perangkat pembelajaran, karena penggunaan waktu pada kegiatan diskusi kelompok dan presentasi siswa melebihi dari alokasi waktu yang direncanakan. Guru yang menerapkan pembelajaran berdasarkan pendekatan Contextual Teaching & Learning melalui benda manipulatif hendaknya menggunakan alat peraga, lembar kerja, dan menyiapkan tugas yang akan diberikan kepada siswa dengan baik dan mudah dipahami untuk membantu dan memudahkan siswa dalam memahami materi luas daerah trapesium. Selain itu, guru perlu memperhatikan pengelolan waktu, pengelolaan kelas, dan meningkatkan motivasi dengan mengajukan wacana terutama bagi siswa yang berkemampuan rendah. Kepada peneliti lain disarankan untuk melakukan penelitian pembelajaran melalui pembelajaran berdasarkan pendekatan Contextual Teaching & Learning melalui benda manipulatif pada materi lain.

Kata kunci: pembelajaran, pendekatan CTL (Contextual Teaching & Learning), benda manipulatif, luas daerah trapesium

Page 6: Pendidikan Dasar (Dikdas)

352 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010

The Implementation Of CTL Through Manipulative Objects In Order To Improve The Achievement Of The Students Class V SDN Senggowar 3 Gondang Nganjuk Academic Year

Of 2009/2010 In The Material Of The Trapezoid Area

Dwi Setiyadi, Pendik

Dwi Setiyadi, Pendik. 2010. The implementation of CTL through manipulative objects in order to improve the achievement of the students class V SDN Senggowar 3 Gondang Nganjuk academic year of 2009/2010 in the material of the trapezoid area. Thesis, Majoring in Elementary education. Post graduate program state university of malang. Advisors: (1) Prof. Dr. H. Akbar Sutawidjadja, M.Ed. Ph.D, (2) Drs. Muchtar Abdul Karim M.A.

AbstractTrapezoid materials have an important role in the field of mathematics and it is often used in the

daily life. Therefore, understanding the materials about the trapezoid is necessary to be emphasized from the beginning. Actually, the students have difficulties in understanding the trapezoid material. The difficulties cause the low understanding of the students, like what happened in SDN Songgowar 3 nganjuk. The difficulties in understanding the materia exist, because of the unsuitable strategy used by the teacher. The unsuitability in choosing the learning strategy will affect the knowledge process formation of the students, even when they faced the difficult material. The effort to build the students’ understanding towards the trapezoid area can be done through the CTL learning approach by using the manipulative materials related to trapezoid.

This study aimed to describe the instruction of trapezoid area by using the contextual teaching learning approach through the manipulative material of trapezoid to build the students’ understanding towards the trapezoid area. The researcher used the qualitative approach in the form of participant class room action research. This study was implemented for the students of grade V SDN Senggowar 3 Gondang Nganjuk. The subjects of the interview were the 4 students that consist of one student who has the high achievement, two students of the average achievement and one student of the low achievement. To choose the subjects of the interview based on the pre-test and the suggestion from the teacher who knows the background of the particular students. The instructional process was done through three phases, i.e. induction, core development, and closure. In the set induction phase, the teacher informed the objective of the instruction, motivated the students, and built the students’ background knowledge through questions and answers. After that the teacher explained the students’ tasks and responsibilities and grouped the students into 4-5 students. In the core development phase, the students worked in groups to solve the contextual problems in order to find out the formula of the trapezoid area. To facilitate the students, the teacher prepared students worksheets consisting of the trapezoid material. Then, the result of the group works were presented in front of the class and were responded by other groups. The teacher’s roles in this activity were as a facilitator and motivator. In the closure, the students guided by the teacher concluded the material learned and the teacher evaluated the students by giving test. Based on the process and product assessment in every session, it can be known that the instruction conducted based on the contextual teaching and learning approach through the manipulative objects trapezoid can give the more understanding for the students about the trapezoid area for the students grade V SDN Senggowar 3 Gondang Nganjuk academic year of 2009/2010. The students’ responses towards the trapezoid instruction were very positive. The students said that they were happy to follow the learning and they got easier way to understanding the learning material.

The implementation of the learning based on the contextual teaching and learning approach through the manipulative objects trapezoid need a good time allocation in designing set of learning instruments, due to the time needed in this study was considered beyond the normal time allocation when the students did their group discussion and presentation. The teacher who implemented this instruction which based on the contextual teaching and learning approach through the manipulative objects should use media, worksheet, and prepared the assignment for the students well and understandable enough to help the students and facilitate them in understanding the trapezoid material. Besides, the teacher should give attention to the time management, class room management, and improve the students’ motivation by proposing the discourses especially for the low achievers. For the other researchers, they are expected to do an instruction research through the CTL learning based by using the manipulative objects from the other materials.

Keywords: learning, CTL approach (contextual teaching and learning), manipulative objects, trapezoid area

Page 7: Pendidikan Dasar (Dikdas)

Program Studi S2 PDS 353

Penerapan Model Quantum Teaching untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V di SDN Parangargo 1 Kecamatan Wagir Kabupaten Malang

Selvy Krisnasari

Krisnasari. Selvy, 2010. Penerapan Model Quantum Teaching untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V di SDN Parangargo 1 Kecamatan Wagir Kabupaten Malang. Tesis. Jurusan Pendidikan Dasar Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (1) Dr.Dra. Umie Lestari, M.Si (2) Drs.H. Muchtar Abdul Karim, M.A.

AbstrakPada observasi awal peneliti mendapatkan data guru belum optimal dalam mengendalikan laju

komunikasi dalam pembelajaran, hasil belajar siswa pun rendah. Nilai rata-rata tes hanya 5,6, dan dari 28 orang siswa, 12 orang siswa yang lulus 42,85%, sedangkan sisanya 16 atau 57,15% mendapatkan nilai di bawah KKM IPA yaitu 6,5. Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan penelitian tindakan kelas dilakukan di SDN Parangargo 1. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan penerapan model quantum teaching siswa kelas V, aktivitas siswa dengan menggunakan model quantum teaching, mendeskripsikan hasil peningkatan hasil belajar siswa kelas V. Desain penelitian yang digunakan model spiral dari Kemmis dan Taggart, dengan instrumen penelitian berupa lembar observasi, wawancara, catatan lapangan, dan lembar tes.

Penerapan model quantum teaching dapat membuat kelas menjadi nyaman, menyenangkan dan kondusif sehingga meningkatkan hasil belajar siswa kelas V. Aktifitas siswa yaitu kenyamanan, kerjasama, sikap menghargai, dan keaktifan siswa dalam pembelajaran meningkat. Pada penelitian awal kenyamanan 65.48%, kerjasama 58.33%, sikap menghargai 52.38%, dan keaktifan 59.52%, pada siklus I yaitu kenyamanan 70.24%, kerjasama 66.67%, sikap menghargai 65.48%, dan keaktifan 71.43%. Maka pada siklus II mengalami peningkatan kenyamanan menjadi 82.14%, kerjasama 78.57%, sikap menghargai 78.57%, dan keaktifan 73.81%.

Berdasarkan perbandingan hasil belajar siswa pada penelitian awal, siklus I dan siklus II, dilihat dari perbandingan nilai rata-rata, pada penelitian awal nilai rata-rata tes kelas 5,64, pada siklus I rata-rata kelas menjadi 6,42, dan pada siklus II rata-rata kelas menjadi 8,17. Pada penelitian awal jumlah siswa yang lulus hanya 12 orang (42,85%), dan 16 orang lainnya (57,15%) tidak lulus. Pada siklus I jumlah siswa yang lulus bertambah menjadi 21 orang (75%) siswa yang tidak lulus 7 orang (25%). Peningkatan jumlah siswa yang lulus juga terlihat pada siklus II jumlah siswa yang lulus 28 orang (100%) atau dengan kata lain seluruh siswa lulus.

Kata kunci: model quantum teaching, hasil belajar siswa.

Application of Quantum Teaching Model for Improving Student Learning Outcomes IPA SDN Wagir Class V Parangargo in Malang Regency

Selvy Krisnasari

Krisnasari. Selvy, 2010. Application of Quantum Teaching Model for Improving Student Learning Outcomes IPA SDN Wagir Class V Parangargo in Malang Regency. Thesis. Elementary Education Department, State University of Malang. Advisors: (1) Dr.Dra. Umie Lestari, M. Si (2) Drs.H. Muchtar Abdul Karim, MA

AbstractIn the early observations researchers get the data that the teacher has not been optimal in controlling

the speed of communication in teaching, low student learning outcomes. The average value of this test is only 5.6, and from 28 students, 12 graduate students, 42.85%, while the remaining 16 or 57.15% below the value of KKM IPA 6.5. One effort to overcome this problem with classroom action research conducted on SDN first Parangargo. The purpose of this study was to describe the application of quantum learning model students of class V, student activities using quantum learning model, describes the results of increasing grade V. The research design used a spiral model of Kemmis and Taggart, observation sheet instruments such as research, interviews, field notes, and the test sheet.

Page 8: Pendidikan Dasar (Dikdas)

354 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010

Application of quantum learning model can make the classroom a comfortable, pleasant and conducive to improving students' grade V. Student activities that is comfort, cooperation, respect, and the liveliness of the students in learning increases. In early studies comforts 65.48%, 58.33% work together, respecting 52.38% and 59.52% of such activity, in the first cycle a comfortable 70.24%, 66.67% work together, respecting 65, 48% and 71.43% of the activity. Then on the second cycle increased to 82.14% comfort, 78.57%, cooperation, respect for 78.57% and 73.81% of the activity.

Based on the comparison of student learning outcomes at the beginning of the study, the cycle I and cycle II, seen from the average value comparison, at the beginning of the study an average rating of 5.64 grade tests, the first cycle to the class average of 6.42, and on The average cycle class II became 8.17. In early studies the number of students who graduated only 12 people (42.85%), and 16 other people (57.15%) did not pass. In the first cycle the number of students who passed increased to 21 people (75%) than students who did not pass the 7 people (25%). Increasing numbers of students who graduated were also seen on the second cycle the number of students who graduated 28 people (100%) or in other words all students graduate.

Key words: quantum model of teaching, student learning outcomes

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran PKn Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) di SDN. Cerme 2, Kecamatan Pace,

Kabupaten Nganjuk

Hakim, Moh. Saiqudin

Hakim, Moh. Saiqudin. 2010. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran PKn Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) di SDN. Cerme 2, Kecamatan Pace, Kabupaten Nganjuk. Tesis, Jurusan Pendidikan Dasar, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Dra. Hj. Siti Malikhah Towaf, MA, Ph.D., (II) Drs. Suparlan Al Hakim, M.Si.

AbstrakBerdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman selama ini, tampaknya siswa masih kurang aktif

dalam kegiatan belajar mengajar Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Anak cenderug tidak begitu tertarik dengan pelajaran PKn karena selama ini pelajaran PKn dianggap sebagai pelajaran yang hanya mementingkan hafalan semata, kurang menekankan aspek penalaran sehingga, menyebabkan rendahnya minat belajar PKn siswa di sekolah. Untuk itu, perlu dicari strategi baru dalam pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran yang mengutamakan penguasaan kompetensi harus berpusat pada siswa (Focus on Learners), memberikan pembelajaran dan pengalaman belajar yang relevan serta kontekstual dalam kehidupan nyata (provide relevant and contextualized subject matter) pada siswa. Akhirnya, peneliti memilih menerapkan model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning/PBL) dalam penelitian ini. Peneliti menganggap bahwa Model pembelajaran inilah tampaknya paling memenuhi kriteria pembelajaran yang berpusat pada siswa tersebut.

Rumusan masalah dalam Penelitian ini adalah: (a). Apa hasil belajar/ pemahaman konsep tentang Globalisasi pada siswa kelas IV semester II, SDN. CERME 2, Kecamatan Pace, Kabupaten Nganjuk sebelum menerapkan Model Pembelajaran Problem Based Learning ( PBL) pada Mata Pelajaran (Mapel) Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)?, (b). Bagaimana penerapan Model PBL pada poin 1) tersebut? dan (c). Apa hasil belajar/pemahaman konsep tentang Globalisasi pada siswa kelas IV semester II, SDN. CERME 2, Kecamatan Pace, Kabupaten Nganjuk setelah menerapkan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) seperti pada poin 1) tersebut? Pendekatan yang digunakan dalam Penelitian ini adalah Pendekatan Kualitatif, dengan jenis Penelitiannya adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)/Classroom Action Research (CAR). Penelitian ini dilakukan di Kelas IV SDN. CERME 2, Kecamatan Pace, Kabupaten Nganjuk, Propinsi Jawa Timur, pada Semester II, Tahun Ajaran 2009/2010. SDN CERME 2 ini beralamatkan di Dusun Ngaglik, Desa Cerme, Kecamatan Pace, Kabupaten Nganjuk, dan merupakan SD Imbas.

Adapun dalam Penelitian ini, peneliti menjaring data Penelitiannya yang berasal dari hasil wawancara terhadap beberapa responden terkait, ditambah lagi dengan data yang berasal dari dokumentasi, khususnya dokumen hasil tes evaluasi hasil belajar siswa. Sedangkan instrumen dan prosedur yang digunakan dalam pengumpulan data pada Penelitian ini adalah: (1). Evaluasi tertulis, (2). Angket, dan (3). Observasi/pengamatan.

Page 9: Pendidikan Dasar (Dikdas)

Program Studi S2 PDS 355

Dari hasil Penelitian tindakan kelas ini diperoleh simpulan berikut: (1). Hasil belajar/pemahaman konsep tentang Globalisasi pada siswa kelas IV semester II, SDN. CERME 2, Kecamatan Pace, Kabupaten Nganjuk sebelum menerapkan Model Pembelajaran Problem Based Learning ( PBL) pada Mata Pelajaran (Mapel) Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) masih rendah. Hal ini terlihat dari perolehan nilai hasil Evaluasi akhir Semester I Tahun Ajaran 2009/2010 Untuk Mata Pelajaran PKn dengan rerata nilainya hanya sebesar 57,73. (2). Penerapan Model PBL pada poin 1) ini dilaksanakan dalam 3 (tiga) siklus. (3). Hasil belajarsiswa pada poin 1) tersebut setelah menerapkan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar PKn para siswanya, misalnya pada siklus I, rerata hasil belajar siswa adalah 70,07, kemudian pada Siklus II meningkat menjadi 71,07, lalu pada Siklus III menjadi 81.

Sedangkan temuan penting yang diperoleh dari pelaksanaan Penelitian ini antara lain: (1). Pada Siklus I, meskipun telah terjadi peningkatan hasil belajar siswa namun ketuntasan belajar individual maupun klasikalnya masih belum tercapai. Untuk itu, perlu dilakukan Siklus berikutnya. (2). Pada Siklus II ini juga terjadi peningkatan hasil belajar siswadibandingkan dengan Siklus I, namun ketuntasan belajar individual maupun klasikalnya juga masih belum tercapai. Untuk itu, masih perlu dilakukan Siklus berikutnya. (3). Pada Siklus III ini terjadi peningkatan hasil belajar siswa secara signifikan sehingga ketuntasan belajar individual maupun klasikalnya dapat tercapai maka, pelaksanaan Siklus berikutnya tidak harus dilakukan lagi.

Adapun saran peneliti di sini adalah: 1) Pengajuan masalah yang disajikan dalam Model PBL hendaknya terkait dengan kehidupan siswa sehari-hari sehingga, hal inilah yang membuat siswa menjadi tertarik karena siswa akan merasa butuh/perlu mempelajari materi pembelajaran tersebut, yang pada akhirnya membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi para siswa itu. 2) Perlu dilakukan pembentukan kelompok-kelompok belajar, dan menyajikan hasil diskusi kelompok dengan perwakilan setiap kelompok mempresentasikannya di depan kelas. Hal ini sangat perlu dilakukan guna memupuk keberanian siswa untuk mengekspresikan gagasan-gagasan/ide-ide yang dimilikinya, kemudian mempertanggungjawabkannya.

Kata kunci: peningkatan, hasil belajar, PKn, PBL.

Increasing the learners achievement in Civic Education by applying the Problem Based Learning (PBL) model to the Cerme 2 Public Elementary School of Kecamatan Pace,

Kabupaten Nganjuk

Hakim, Moh. Saiqudin

Hakim, Moh. Saiqudin. 2010. Increasing the learners achievement in Civic Education by applying the Problem Based Learning (PBL) model to the Cerme 2 Public Elementary School of Kecamatan Pace, Kabupaten Nganjuk. Thesis, Basic Education Department, Graduate Program of Public University of Malang. Advisors: (I) Dra. Hj. Siti Malikhah Towaf, MA, Ph.D., (II) Drs. Suparlan Al Hakim, M.Si.

AbstractBased on these recent facts, the learners do not look active on Civic Education teaching learning

activities. The learners are inclined to not to interest to learn the Civic Education subject becuse, the subject is believed as a one which is only stresses onto the memorization only, and not to exercise the logical aspect so, it causes the decreasing of the learners interest to learn it. Therefore, it need a new learning strategy that can participate the learners more actively in teaching learning activities. Learning that mainly stresses on the mastery of competence must focus on the learners, provide relevant and contextualized subject matter to the learners real life. Finally, the researcher decides to choose to apply the Problem Based Learning model for this research. The researcher believes this model looks more compatible to the learning criterion above.

The research problems in this research are as follow: (1). What is the achievement/concept mastery about Globalization of Grade Four learners on Semester II, of Cerme 2 Public Elementery School before applying the Problem Based Learning (PBL) model on Civic Education subject?. (2). How to apply the PBL model as written on point 1) above? (3). What is the achievement/concept mastery about Globalization of Grade Four learners on Semester II, of Cerme 2 Public Elementery School after apllying the PBL model as written on point 1) above?

This is a qualitative research in a Classroom Action Research (CAR) type. This research was conducted onto the grade four learners of Semester II of Cerme 2 Public Elementary School, Kecamatan Pace, Kabupaten Nganjuk, East Java Province. It is axactly located on Ngaglik village, Kecamatan Pace, Kabupaten Nganjuk. The researcher collects the datas of this research from the results of interview of some related respondents, completed by documentation especially, from the result of the learners test. While, the

Page 10: Pendidikan Dasar (Dikdas)

356 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010

instruments and procedures used in collecting the datas in this research are as follow:(1). Written test, (2). Questionaire, and (3). Observation.

The conclusions of this research are as follow: (1). The achievement/concept mastery about Globalization of Grade Four learners on Semester II, of Cerme 2 Public Elementery School before applying the Problem Based Learning (PBL) model on Civic Education subject were very low. It can be seen from their Civic Education grade of the last semester (semester I, year period 2009/2010) is the only 57,73. (2). The application of the PBL model as written on point 1) above was conducted on three cycles that consists of two meetings in each cycle. (3). The achievement/concept mastery about Globalization of Grade Four learners on Semester II, of Cerme 2 Public Elementery School after applying the Problem Based Learning (PBL) as written on point 1) above were going to increase. It can be seen from the mean score test at the end of cycle I was 70,07, then become 71,07 on cycle II, and finally, become 81 at the end of cycle III.

The research findings of this one are as follow: (1). Although there is an improvement of the learners achievement on cycle I but, the learning completion either individually or classically is not gotten yet so, it needs to conduct the next cycle. (2). Although there is also an improvement of the learners achievement on this cycle II but, the learning completion either individually or classically is not gotten yet so, it needs to conduct the next cycle anymore. (3). At the end of this cycle III, indicates that the learners achievements is good enough to pass the learning completion criteria, either individually or classically. So, it does not need to conduct the next cycle.

The researcher suggestions in this research are: (1). The problem that is offered on this PBL model should relate to the learners daily life so, it makes them interested to the material because they will feel need to it and finally, the learning process will more meaningfull to them. (2). The teacher needs to make groups learning, and asks the learners to present their result group work to discuss it in front of the class for their reponsibility.

Key words: increasing, achievement, Civic Education, PBL.

Peningkatan Motivasi Belajar dan Pemahaman Konsep Gaya Siswa Kelas V SDN Manduro 2 Kabuh Jombang dengan Starter Experiment Approach

Susanto, Andreas Eko

Susanto, Andreas Eko. 2010. Peningkatan Motivasi Belajar dan Pemahaman Konsep Gaya Siswa Kelas V SDN Manduro 2 Kabuh Jombang dengan Starter Experiment Approach.Tesis, Program Studi Pendidikan Dasar, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Dr. Umie Lestari, M.Si., (II) Dr. Danny M. Handarini, MA

AbstrakMotivasi belajar dan pemahaman konsep siswa kelas V SDN Manduro 2 tergolong rendah. Hal ini

disebabkan karena proses pembelajaran yang selama ini dilakukan masih bersifat konvensional. Guru dalam menyampaikan materi pembelajaran hanya menggunakan metode ceramah. Siswa juga beranggapan bahwa belajar adalah menghafalkan konsep. Siswa hanya aktif secara mental, mendengar, dan mencatat penjelasan guru. Hasil pembelajaran yang diperoleh, yakni pemahaman konsep siswa yang bersifat sementara dan tidak adanya pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa. Selama pembelajaran, siswa bersikap pasif. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu dilaksanakan perbaikan pembelajaran dengan pembelajaran yang melibatkan siswa belajar secara aktif, yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri. Salah satu pembelajaran tersebut adalah pembelajaran dengan Starter Experiment Approach. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk 1) mendeskripsikan rancangan pembelajaran dengan Starter Experiment Approach untuk meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman konsep gaya pada siswa kelas V SDN Manduro 2 Kabuh Jombang, 2) mendeskripsikan pelaksanaan rancangan pembelajaran dengan Starter Experiment Approach untuk meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman konsep gaya pada siswa kelas V SDN Manduro 2 Kabuh Jombang 3) mendeskripsikan hasil dari pelaksanaan rancangan pembelajaran dengan Starter Experiment Approach untuk meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman konsep gaya pada siswa kelas V SDN Manduro 2 Kabuh Jombang.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka peneliti merancang suatu penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada siswa Kelas V SDN Manduro 2 Kabuh Jombang. Data penelitian diperoleh dari hasil pengamatan aktivitas belajar siswa dan aktivitas mengajar guru, angket, penilaian rencana percobaan, penilaian laporan percobaan, dan hasil wawancara dengan siswa. Materi yang disampaikan pada penelitian

Page 11: Pendidikan Dasar (Dikdas)

Program Studi S2 PDS 357

ini berupa langkah siklus yang terdiri dari empat tahap, yaitu: perencanaan (plan), pelaksanaan tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection).

Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan dengan Starter Experiment Approach meliputi (1) Guru melakukan percobaan awal, (2) Pada saat yang bersamaan dengan percobaan awal, siswa melakukan pengamatan awal, (3) Siswa merumuskan hipotesis awal dari pertanyaan stimulus yang disampaikan guru, (4) Siswa merancang dan melakukan percobaan pengujian, (5) Melalui diskusi kelompok, siswa merumuskan konsep, (5) Siswa merumuskan aplikasi konsep pada kehidupan sehari-hari, dan (6) pelaksanaan evaluasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Penelitian ini terdiri dari 3 siklus. Pada siklus I dan II, masing-masing dilaksanakan selama 3 kali pertemuan, sedangkan pada siklus III dilaksanakan selama 4 kali pertemuan. Pada siklus III dilaksanakan selama 4 kali pertemuan karena materi pembelajarannya lebih kompleks.

Pada siklus I, siswa mengalami kesulitan dalam menyusun rencana percobaan dan laporan percobaan sehingga dari 22 siswa, hanya 1 siswa yang dinyatakan tuntas. Untuk mengatasi hal tersebut, pada siklus II guru memberikan contoh cara menyusun rencana dan laporan percobaan. Pada siklus 1 sebanyak 15 siswa telah mengikuti pembelajaran dengan aktif. Untuk meningkatkan aktifitas siswa, maka pada siklus II guru memberikan perhatian yang lebih baik pada siswa, sehingga siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Pada siklus II, peningkatan pemahaman tampak dari ketuntasan belajar sebanyak 8 siswa yang dinyatakan tuntas. Sedangkan 14 siswa belum tuntas karena mengalami kesulitan dalam merumuskan konsep. Permasalahan ini diatasi dengan cara memberikan kalimat pengantar dalam penyusunan konsep. Untuk aktifitas siswa pengikatan yang signifikan tampak dengan data observasi yang menunjukkan sebanyak 18 siswa aktif dan antusias dalam mengikuti pembelajaran. Pada siklus III, sebanyak 19 siswa telah dinyatakan tuntas belajar. Sebanyak 20 siswa juga telah aktif dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan pada siklus II guru memberikan waktu dan kesempatan kepada siswa untuk memanipulasi media pembelajaran seluas-luasnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan Starter Experiment Approach (SEA) yang memberikan kesempatan kepada siswa yang seluas-luasnya untuk memanipulasi media pembelajaran dapat meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman konsep tentang gaya.

Kata kunci: pemahaman konsep gaya, motivasi belajar, starter experiment approach

Developing Motivation to Learn and Understanding Concept of Gaya of 5th Grade Students of SDN Manduro 2 Kabuh Jombang using Starter Experiment Approach

Susanto, Andreas Eko

Susanto, Andreas Eko. 2010. Developing Motivation to Learn and Understanding Concept of Gaya of 5th

Grade Students of SDN Manduro 2 Kabuh Jombang using Starter Experiment Approach. Thesis of Basic Education Department, Graduate Program of State University of Malang. The Supervisors are (I) Dr. Umie Lestari, M.Si., (II) Dr. Danny M. Handarini, M.A

AbstractThe motivation to learn and concept understanding of 5th Grade Students of SDN Manduro II are

still low. It’s caused by the learning process has done still conventional. The teacher just explain the concept. Students have assums that learning is memorise the concept. Students active to listening and writing from teachers’ explanation. The product of learning that get by student are the temporary understanding and unmeaning full experience. During learning process, student stand at passive attention. To solve those problems, require to be executed repair of learning with learning process that entangling student learn actively, that giving student to construct their knowledge by themselves. One of those learning process is learning using Starter Experiment Approach.

The research objectives are: (1) describing the instructions design through Starter Experiment Approach (SEA) that use to improve the motivation to learn and concept understanding of gaya on the 5 th

grade students of SDN Manduro 2 Kabuh Jombang, (2) describing the action of instructions design through Starter Experiment Approach (SEA) that use to improve the motivation to learn and concept understanding of gaya on the 5th grade students of SDN Manduro 2 Kabuh Jombang, (3) describing the result from the action of instructions design through Starter Experiment Approach (SEA) that use to improve the motivation to learn and concept understanding of gaya on the 5 th grade students of SDN Manduro 2 Kabuh Jombang. To reach the target, hence researcher design an classroom action research at 5th Grade Students of SDN Manduro II, Kabuh Jombang. Research data obtained from result observation of students’ learning activity and

Page 12: Pendidikan Dasar (Dikdas)

358 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010

teachers teaching activity, questionnaire, assessment of experiment plan, assessment of experiment report, and result interview with student. This research doing in the form of cycle steps which consist of four phases, those are planning, action, observation, and reflection.

Steps of study using Starter Experiment Approach are (1) teacher conduct early experiment, (2) At the same time with early experiment, students conduct early observation, (3) Students formulate early hypothesis from stimulus question from teacher, (4) Students formulate the experiment plan and do the verification experiment , (5) Student formulate concept and application of concept by discussion, and (6) learning evaluation conducted by teacher. This research consist 3 cycles. At first cycle and second cycle, each executed during 3 times meetings, while at third cycle executed in 4 times meetings. At third cycle executed in 4 times meetings because its study items more complex.

At first cycle, students find difficulties in compiling experiment plan and experiment report so that from 22 students, only 1 complete expressed student. To overcome the mentioned, at second cycle teacher exemplify the way of compiling attempt report and plan. At first cycle,15 students have followed study actively. To increase students’ activities, hence at second cycle, teacher gives better attention to students, so that student more active in study. At second cycle, increasing of understanding visible from complete learn counted 8 complete expressed student. While 14 students not yet complete because finding difficulties in formulating concept. This problem is overcome by giving introductory sentence in compilation of concept. For the students’ activities showing from data of observation that showing 18 students enthusiastic and active students in following study. At third cycle, 19 students have been expressed complete learn. Counted 20 students have also active in study. It’s caused at third cycle teacher gives opportunity and time to students for manipulate learning aids. Result of research indicate that study with Starter of Experiment Approach (SEA) which giving opportunity to student for manipulate learning aids can improve motivation to learn and understanding of concept about “gaya”.

Keywords: understanding, concept, gaya, motivation, Starter Experiment Approach

Penerapan Model Belajar Projek Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Tentang Kegiatan Ekonomi Kelas IV SDN Klodan IV

Agus Hariyanto

Hariyanto, Agus. 2010. Penerapan Model Belajar Projek Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Tentang Kegiatan Ekonomi Kelas IV SDN Klodan IV. Tesis, Jurusan Pendidikan Dasar, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing(I) Dra Hj. Siti Malikah Towaf, MA, Ph.D, (II) Drs. Suparlan Al Hakim, M. Si.

AbstrakPemahaman materi kegiatan ekonomi pada mata pelajaran IPS oleh siswa kelas IV SDN Klodan IV

masih tergolong rendah. Pemahaman siswa yang rendah disebabkan karena proses pembelajaran IPS yang diterapkan di SDN Klodan IV masih bersifat konvensional, yaitu pemberian materi, pemberian contoh-contoh soal latihan. Hal menyebabkan siswa cenderung menghafal materi dan bekerja secara prosedural. Oleh karena itu perlu diciptakan suatu kondisi pembelajaran yang dapat membantu siswa menemukan sendiri cara menyelesaikan permasalahan yang dihadapi siswa berdasarkan pengalaman dan realitas yang dimiliki siswa. Salah satu model dalam pembelajaran IPS adalah model belajar projek.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan: (1) Rancangan model belajar projek untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang kegiatan ekonomi. (2) Langkah-langkah pelaksanaan model belajar projek untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang kegiatan ekonomi pada siswa kelas IV SDN klodan IV, (3) Deskripsi hasil belajar siswa kelas IV SDN Klodan IV pada pokok bahasan kegiatan ekonomi melalui model belajar projek. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka peneliti merancang suatu penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada siswa Kelas IV SDN Klodan IV Kabupaten Nganjuk. Data penelitian diperoleh dari hasil tes awal, hasil pengamatan aktivitas belajar siswa dan aktivitas mengajar guru, tes akhir siswa, dan hasil wawancara dengan siswa. Materi yang disampaikan pada penelitian ini berupa langkah siklus yang terdiri dari empat tahap, yaitu: perencanaan (plan), pelaksanaan tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection).

Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 (tiga) siklus. Temuan penelitian yang didapatkan pada siklus I menunjukkan bahwa pada awal pembelajaran, siswa tidak dapat bekerja dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas projek dan siswa kesulitan menjawab soal tentang kegiatan produksi, konsumsi dan

Page 13: Pendidikan Dasar (Dikdas)

Program Studi S2 PDS 359

distribusi. Pada kegiatan pembelajaran siklus II fokus perbaikan pembelajaran pada kegiatan produksi, konsumsi dan distribusi, siswa mulai dapat bekerjasama untuk menyelesaikan projek mereka tetapi siswa kesulitan menjawab soal tentang kegiatan produksi. Pada siklus III fokus perbaikan pada pokok bahasan kegiatan produksi, kerjasama antar siswa sudah berjalan dengan baik untuk menyelasaikan masalah pada projek mereka. Rancangan model belajar projek pada pokok bahasan ekonomi yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah: (1) persiapan, (2) menentukan topik, (3) merencanakan kegiatan, (4) investigasi dan penyajian, (5) membuat laporan, dan (6) evaluasi. Langkah-langkah model belajar projek dalam penelitian ini dimulai dengan mengelompokkan siswa dalam kelompok belajar, jumlah anggota kelompok adalah 4-5 siswa, kedua orentasi tugas pada projek dengan menyiapkan sumber informasi yang akan digali oleh siswa pada mata pelajaran IPS tentang kegiatan ekonomi adalah pasar dan industri tempe, ketiga siswa bekerja dalam kelompok untuk menyelesaikan projek, keempat kelompok melaporkan hasil kerja, yang berupa peta konsep tentang kegiatan ekonomi dan proses pembuatan tempe, terakhir siswa mempublikasikan hasil kerja kelompoknya.

Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I, siklus II, dan siklus III hasil belajar siswa pada materi kegiatan ekonomi dengan model belajar projek menunjukkan adanya peningkatan skor rata-rata dari siklus I ke siklus selanjutnya. Terjadi peningkatan persentase keberhasilan tes hasil belajar siswa, yaitu dari 71 menjadi 75,75 dan menjadi 80,25. Peningkatan persentase keberhasilan aktivitas mengajar guru, yaitu dari 72,5% menjadi 76,2% dan menjadi 81,6%. Skor aktivitas belajar siswa meningkat dari 74% menjadi 81% menjadi 86,6%. Siswa menunjukkan respon yang cukup baik. Respon yang dimaksud adalah: (a) Siswa menjadi lebih antusias atau semangat mengikuti kegiatan pembelajaran, (b) Dengan melakukan kegiatan yang sesuai dengan pengalaman mereka sehari-hari, proses pembelajaran menjadi lebih menarik, (c) Dengan belajar berkelompok dapat terjadi kegiatan diskusi yang bermanfaat, terjadi interaksi sosial, interaksi berpikir antar siswa, antara siswa dengan guru, terjadi kerjasama yang baik antar anggota kelompok dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan dalam lembar kerja siswa. Walaupun pelaksanaan model belajar projek telah dilaksanakan dengan cukup baik, ada beberapa kendala yang dihadapi antara lain: (a) Pengeloaan waktu dalam pembelajaran sulit untuk dilakukan sehingga harus direncanakan dengan baik, (b) Belum terbiasanya siswa dengan kegiatan diskusi dan belajar kelompok menyebabkan kegiatan diskusi kurang berjalan efektif. (c) Membiasakan siswa untuk tidak takut melaporkan hasil diskusi kelompoknya.

Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan (1) Pembelajaran IPS di sekolah dasar yang dilakukan oleh guru sebaiknya jangan hanya terpaku di dalam kelas tetapi juga dapat dilakukan di luar kelas dengan projek kunjungan. (2) Belajar IPS dapat di desain dengan menggunakan projek agar lebih bermakna bagi siswa karena projek dapat membantu siswa melibatkan seluruh syaraf, fisik dan indera yang di dalamnya termasuk kecakapan sosial dengan melakukan banyak hal sekaligus. (3) Pada pokok bahasan IPS yang menyentuh kehidupan di sekitar siswa sebaiknya dirancang dengan projek karena dengan belajar projek merupakan sarana bagi pengembangan otak secara bersama-sama. (4) Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan model belajar projek disarankan agar guru mengurangi memberikan bantuan yang berlebihan kepada siswa, karena dapat mematikan kreativitas siswa dan dapat membuat siswa malas berpikir sendiri dan, (5) Dari segi pengelolaan waktu dalam model belajar projek, agar memperhitungkan waktu yang digunakan dalam pembelajaran agar semua aktivitas yang telah direncanakan dapat berjalan dengan baik.

Kata kunci: pembelajaran kontekstual, model belajar projek, pemahaman, kegiatan ekonomi.

Penerapan Model Belajar Projek Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Tentang Kegiatan Ekonomi Kelas IV SDN Klodan IV

Agus Hariyanto

Hariyanto, Agus. 2010. Penerapan Model Belajar Projek Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Tentang Kegiatan Ekonomi Kelas IV SDN Klodan IV. Thesis, Elementary Education Majors, Graduate Program. State University of Malang. Counselors: (I) Dra Hj. Siti Malikah Towaf, M.A. Ph.D, (II) Drs. Suparlan Al Hakim, M. Si.

AbstractUnderstanding of economic activity for social subject by grade IV pupils of SDN Klodan IV still

pertained to lower. Low understanding of the pupils because process of social study applied in SDN Klodan IV still in conventional, that is giving concept, giving examples and also practics problems These are causing pupil tend to memorize the concept and work by procedural. Therefore require to be created a condition of

Page 14: Pendidikan Dasar (Dikdas)

360 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010

study able to assist the pupil to find by themself the way of finishing problem faced by the pupil of pursuant to experience and reality had. One of approach in social study strarting study by performing project matching with experience and mount the pupil knowledge is study contextual based on project approach.

This research aim to get: (1)Model device learn project to increase the understanding of student about economic activity. (2) Steps of study model device learn project in crease of understanding students about economic activity at grade IV of SDN Klodan IV.(3) Description of learning grade IV pupil result of SDN Klodan IV at economic activity discussion through the study project model.

To reach the the target, hence researcher design a classroom action research of action executed of grade IV pupils SDN Klodan IV, Nganjuk Regency. Research data obtained from early test result, activity perception learn the pupil and activity teach the teacher result, final test pupil, and interview with the pupil result. Of this research in the form of cycle step consisted of four phase, that is: planning, action, observation, and reflection.

This research is executed in 3 (three) cycle. Research finding got at cycle I indicate that in the early study, pupils cannot work in the group to finish their project and difficult to question about product activity, consumption activity and product activity. In cycle II, focus to comprehension improve of study about activity of production, distribution and consumption, pupils can cooperation to finish their project but difficult to question about product activity . Cycle III focus to comprehension improve product activity cooperate between pupils can finish their project.

Model device learn project in this research, (1) preparation, (2) determining topic, (3) plan activity, (4) investigation and presentation, (5) making report, (6) Evaluation. Model learn project in this research is started by grouping pupils, amount of group member is 4-5 pupils, second focus in project by preparing the source of information about economic activity in industry and market of tempe, third, pupils work in group to finish project, fourth, group report result of job/activity, this product is map conception about economic activity and process of tempe, last, student publicize result of its team-work.

Pursuant to research result of cycle I, cycle II, and cycle III of learning economic activity items pupils by using learn project model, show the existence of the make-up of average value from cycle I to cycle hereinafter, (a) Percentage of pupils test increase, that is from 71, becoming 75,75 and becoming 80,25, (b) Percentage of activity efficacy teach the teacher are increase, that is from 72,5%, becoming 76,2%, and becoming 81,6%, (c) Average value of pupil activity increase, that is from 74%, becoming 81%, and becoming 86,6%.

Pupil show the good respond. Such us: (a) Pupil become more enthusiastic or spirit to following study activity, (b) By conducting activity matching with their experience everyday, study process become more interesting, (c) Learntly team can be happened the worthwhile discussion activity, happened the social interaction, interaction think between pupil, among pupil with the teacher, happened the good cooperation between group member in finishing duties given in spread sheet pupil, Although study execution with project model have been executed good enoughly, there are some constraint faced, for example: (a), Management of time in study is diffcult to conducted so that have planned better. (b) Pupils are accustomed with the discussion activity yet and learn the group cause the discussion activity effectiveless. (c) Accustoming student not to fear to report result of its group discussion.

Based of this research result, suggested the followings (1) Instruction of social study in elementary school teacher better don't only fetching up all standing in class but also can be outside class with visit project. (2) Design of project model for social study, because using project model can to help pupils entangle all nerve, and physical which including efficiency of social. (3) Instruction of social study about live in pupils around using project model, because project can help represent medium to development of brain by together. (4) Teacher in instruction project model don’t to get much of help, because can down pupils creativity and can make lazy pupils think. (5) High light Management of time in instruction project model in order to plan activity can good work.

Keywords: contextual teaching, project-based learning approach, understanding of economic activity.

Page 15: Pendidikan Dasar (Dikdas)

Program Studi S2 PDS 361

Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris Melalui Permainan Bahasa What are the Missing Letters Pada Siswa Kelas III, SDN Gemaharjo 4, Tegalombo, Pacitan

Eko Suparyono

Suparyono, Eko. 2010. Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris Melalui Permainan Bahasa What are the Missing Letters Pada Siswa Kelas III, SDN Gemaharjo 4, Tegalombo, Pacitan (Penelitian Tindakan Kelas). Tesis. Program Studi Pendidikan Dasar, Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Fachrurrazy, Drs., M.A., Ph. D, (II) Anang Santoso, Prof. Drs., M. Pd., Dr.

AbstrakBerdasarkan penelitian awal, ditemukan dua masalah pokok berkaitan dengan pembelajaran Bahasa

Inggris yang dihadapi di SDN Gemaharjo 4, Pacitan yaitu: strategi guru yang kurang efektif dan keterbatasan kosakata siswa. Masalah ini mengakibatkan rendahnya kemampuan siswa dalam empat keterampilan berbahasa dalam bahasa Inggris. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan penguasaan kosakata siswa dengan menggunakan permainan What are the Missing Letters. Permainan bahasa ini dipilih karena dapat menyajikan siswa latihan yang lebih komunikatif dan suasana belajar yang menyenangkan. Rumusan masah penelitian ini adalah: Bagaimana pemanfaatan permainan bahasa What are the Missing Letters dapat meningkatkan penguasaan kosakata bahasa Inggris pada siswa kelas III, SDN Gemaharjo 4, Tegalombo, Pacitan, Semester II, Tahun Pelajaran 2009/2010.

Peneliti menggunakan desain penelitian tindakan kelas bersifat kolaboratif, peneliti dibantu oleh seorang guru dalam melaksanakan penelitian ini. Penelitian ini dilaksanakan pada satu kelas yang terdiri dari duapuluh siswa, yang seluruh siswanya diambil sebagai subyek penelitian. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, siklus pertama terdiri dua pertemuan, setiap akhir pertemuan dilaksanakan pos tes tetapi pada akhir pertemuan kedua ditambah tes akhir tindakan I. Siklus kedua hanya terdiri dari satu pertemuan, karena hanya materi pada siklus I. Pada akhir siklus II dilaksanakan tes akhir tindakan II.

Prosedur penelitian terdiri dari empat tahap: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Peneliti menggunakan beberapa instrument dalam mengumpulkan data, yaitu tes kosakata, lembar pengamatan, dan catatan lapangan. Prosedur permainannya adalah (1) guru mengenalkan kosakata baru dengan flashcard melalui LCD, dalam program power point secara berulang-ulang sampai dipandang anak paham/hafal, (2) guru menunjukkan salah satu dari gambar yang disertai kartu kata dibawahnya, dengan dihilangkan satu atau dua huruf, (3) guru menyuruh siswa menebak dan mencari huruf yang hilang tadi agar menjadi kata yang tepat sesuai dengan gambar yang ditunjukkan tadi (dapat dilakukan secara individu dan kelompok).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kosakata menggunakan permainan “What are the Missing Letters” dapat meningkatkan penguasaan kosakata siswa. Hal ini terbukti peningkatan nilai rata-rata yang diperoleh siswa yakni 56.95 pada tes awal meningkat menjadi 83.50 pada siklus I dan lebih meningkat 89.55 pada siklus II. Siswa menunjukkan respon positif terhadap permainan bahasa yang diterapkan dalam penelitian ini. Berdasarkan temuan penelitian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kosakata menggunakan permainan bahasa “What are the Missing Letters” tidak hanya dapat meningkatkan penguasaan kosakata siswa tetapi juga motivasi belajar siswa. Menyadari bahwa permainan dapat memotivasi siswa dalam belajar, disarankan kepada guru-guru bahasa Inggris untuk menggunakan permainan bahasa sebagai strategi pembelajaran alternatif. Guru harus kreatif dan inovatif dalam merencanakan pembelajaran di kelas.

Kata kunci: permainan bahasa, kosakata

Page 16: Pendidikan Dasar (Dikdas)

362 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010

Increase Students’ Mastery of Vocabulary by Using Language Game at SDN Gemaharjo 4, Tegalombo, Pacitan (Classroom Action Research)

Eko Suparyono

Suparyono, Eko. 2010. Increase Students’ Mastery of Vocabulary by Using Language Game at SDN Gemaharjo 4, Tegalombo, Pacitan (Classroom Action Research). Thesis. Graduate Program in Basic Education, State University of Malang. Advisors: (I) Fachrurrazy, Drs., M.A., Ph. D, (II) Anang Santoso, Prof. Drs., M.Pd., Dr.

AbstractBased on the preliminary study, there were two main problems related to the teaching of English

encountered at SDN Gemaharjo 4, Tegalombo, Pacitan, namely: teacher’s ineffective strategy and the students’ limited vocabulary. These problems affected the low competency of the students in four skills in English class. This study is aimed at increasing the students’ mastery of vocabulary by using ”What are the Missing Letters” game. The language game is selected because it can provide the students with a communicative and more enjoyable learning atmosphere. The research problem is “ How can language game increase the vocabulary mastery of the third grade of SDN Gemaharjo 4, Tegalombo, Pacitan, in Semester II, 2009/2010?” The researcher employed the design of Collaborative Classroom Action Research, in which the researcher was assisted by a collaborative teacher to conduct the study. The research was conducted in a single class that consisted of twenty students, all of whom were taken as the subject of the research. This action research was conducted in two cycles, the first cycle was conducted in two meetings, each meeting was ended with a post test and in the end of the second meeting there are a vocabulary test. The second cycle was only conducted in one meeting because in the second cycle, material as same as given in cycle I. In the end of the second cycle there were a vocabulary test.

The procedure of the research consisted of four main steps: planning, action, observe, and reflection. The researcher used some instruments to collect the data, namely tests, observation forms, and field notes. The procedures of game were (1) teacher introduces new vocabulary with flashcards by the LCD, in power point program repeatedly until the child understand / memorize, (2) teacher shows one of the pictures that accompanied the card below it, with one or two letters removed, (3) teacher asks students to guess and find the missing letter was to be the right word in accordance with the drawings shown earlier (can be done individual and group). The finding of the research showed that an appropriate model of vocabulary teaching using “What are the Missing Letters” can improve the students’ mastery of vocabulary. This is shown by the improvement of the average score made by the students, that is the mean score of 56.95 in the pre-test improved to 83.50 in Cycle I and further improved to 89.55 in Cycle II. The students also show a positive response toward the language game applied in the research. Based on the findings, it can be concluded that learning vocabulary using language game “What are the Missing Letters” improved not only the students’ mastery of vocabulary but also their motivation. Realizing that game can motivate the students to study, it is suggested that English teachers use language game as alternative strategy in their classroom.

Key words: language game, vocabulary

Peningkatan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Melalui Pembelajaran Pemecahan Masalah Bersetting Kooperatif Pada Siswa Kelas V SDN Tanjungrejo 1 Kota Malang

Komarodin

Komarodin, 2010. Peningkatan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Melalui Pembelajaran Pemecahan Masalah Bersetting Kooperatif Pada Siswa Kelas V SDN Tanjungrejo 1 Kota Malang. Tesis Program Studi Pendidikan Dasar, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Dr. Dra. Hj. Cholis Sa’dijah, M.Pd.,M.A. (II) Dr. Dra. Sri Mulyati, M.Pd.

AbstrakKesulitan siswa dalam menyelesaikan soal cerita operasi hitung pecahan di sekolah dasar

disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah bentuk pembelajaran yang diterapkan di sekolah masih konvensional. Guru lebih banyak mendominasi kegiatan belajar mengajar. Siswa hanya mendengar,

Page 17: Pendidikan Dasar (Dikdas)

Program Studi S2 PDS 363

memperhatikan contoh yang diberikan guru, kemudian mengerjakan latihan soal. Bentuk pembelajaran seperti ini kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruk sendiri pengetahuannya, akibatnya siswa hanya bekerja secara prosedural. Siswa tidak diberi kesempatan untuk membuat sendiri penyelesaian soal cerita operasi hitung pecahan, sehingga apabila siswa dihadapkan pada soal cerita dalam bentuk lain maka siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikannya.

Untuk mengatasi kesulitan siswa tersebut, perlu diciptakan strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa berpartisipasi aktif sekaligus memudahkan siswa dalam memahami masalah dalam soal cerita, yaitu dengan pembelajaran pemecahan masalah bersetting kooperatif. Pembelajaran pemecahan masalah bersetting kooperatif dalam penelitian ini adalah strategi pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa agar aktif dan saling membantu dalam diskusi kelompok.

Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan rancangan pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita melalui pembelajaran pemecahan masalah pada siswa kelas V SDN Tanjungrejo 1 Kota Malang bersetting kooperatif, (2) mendeskripsikan pelaksanaan rancangan pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita melalui pembelajaran pemecahan masalah pada siswa kelas V SDN Tanjungrejo 1 Kota Malang bersetting kooperatif, dan (3) mendeskripsikan peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita melalui pembelajaran pemecahan masalah pada siswa kelas V SDN Tanjungrejo 1 Kota Malang bersetting kooperatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Data penelitian diperoleh dari hasil tes, hasil wawancara, observasi, dan catatan lapangan.

Pelaksanaan pembelajaran pemecahan masalah bersetting kooperatif dilakukan dengan 3 tahap, yaitu (1) kegiatan awal: menyampaikan tujuan pembelajaran soal cerita, memotivasi siswa, menjelaskan aturan pembelajaran pemecahan masalah bersetting kooperatif, menggali pengetahuan awal siswa tentang pecahan, (2) kegiatan inti: membentuk kelompok asal, membagikan LKS, membentuk kelompok ahli, mencari langkah-langkah penyelesaian dua soal cerita dengan berdiskusi, kembali ke kelompok asal, penjelasan kepada kelompok asal dan presentasi kelompok, (3) kegiatan akhir: menyimpulkan materi pembelajaran, melakukan evaluasi dengan memberikan tes akhir yang dikerjakan secara individu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita dengan pembelajaran pemecahan masalah bersetting kooperatif menunjukkan adanya peningkatan dari tindakan I ke tindakan II dan tindakan II ke tindakan III pada (a) skor rata-rata tes akhir dari 67,75 menjadi 74 dan menjadi 78,5, (b) rata-rata persentase siswa yang mendapat skor ≥ 65 dari 55% menjadi 72,5% dan menjadi 87,5%, (c) persentase aktivitas guru dari 92% menjadi 95,5% dan menjadi 100%, (d) persentase aktivitas siswa dari 89% menjadi 96% dan menjadi 100%, dan (e) persentase keterampilan kooperatif siswa dari 77,75% menjadi 93% dan menjadi 100%, (2) pada pembelajaran pemecahan masalah bersetting kooperatif ternyata terjadi kerjasama yang baik dalam kelompok yang siswanya heterogen dari sisi kemampuan, etnis, dan jenis kelamin dalam hal (a) mencari langkah-langkah dalam menyelesaikan dua soal cerita, dan (b) memberikan penjelasan penyelesaian soal cerita kepada anggota kelompoknya.

Berdasarkan hasil penelitian, disarankan kepada guru matematika di sekolah dasar (1) untuk menjadikan pembelajaran pemecahan masalah bersetting kooperatif sebagai alternatif strategi pembelajaran soal cerita, (2) apabila ingin menerapkan pembelajaran pemecahan masalah bersetting kooperatif terutama pada saat diskusi di kelompok ahli dan penjelasan materi di kelompok asal, agar menggunakan waktu yang lebih lama sehingga pelaksanaan diskusi dan penjelasan materi dapat berlangsung dengan baik,(3) apabila guru ingin menerapkan pembelajaran pemecahan masalah bersetting kooperatif, disarankan agar guru bukan hanya sebagai mediator dan fasilitator saja, akan tetapi guru juga berperan sebagai intervensiator, seperti menegur, memberi pertanyaan, membimbing, mengarahkan, memberi pancingan, memberi petunjuk, memberi peringatan dan memberi contoh, (4) guru dalam kegiatan pembelajaran, agar sering menggunakan kegiatan belajar kelompok yang heterogen sehingga diharapkan dapat terjadi interaksi sosial antar siswa dan munculnya tutor sebaya.

Kata kunci: peningkatan kemampuan, soal cerita, pembelajaran pemecahan masalah, kooperatif

Page 18: Pendidikan Dasar (Dikdas)

364 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010

Increasing ability to solve problem solving through cooperative setting to the grade V students of Tanjungrejo I Public elementary school of Malang city

Komarodin

Komarodin, 2010. Increasing ability to solve problem solving through cooperative setting to the grade V students of Tanjungrejo I Public elementary school of Malang city. Thesis basic education department, graduate pgrogram, public uniersity of malang, Advisors: (1), Dr. Dra. Hj. Cholis Sa’dijah, M.Pd, MA, (II). Dr. Dra. Sri Mulyati, M.Pd

AbsctractThe students difficulties in solveng the problem solving of arithmatics operation in elementary

school are caused by some factors. Using the conventional learning habit in the school is one of the cause. Teacher more dominant in teaching learning activities. The students only listened, looked to the teacher explanations or examples then solved the problems given. This kind of learning does not give a good oportunity students to construct their own experiences so, the students can only do it procedurally. The students did not give oportunity the students to finish the problem solving of fractions by thier own way so, when they get another form of the one, they will get difficulties to finish it. To help the students difficulties above, the teacher needs to create a learning strategy that possible students to participate actively, and to ease the students understanding the problem solving. It is through cooperative setting. Teaching the problem solving by cooperative setting in this research is a learning strategy that gives students oportunity to be active and helpfull to each other in group discussions.

The objectives of this research are: (1). Describing a teaching plan that can increase ability to solve problem solving by learning problem solving to grade V students of Tanjungrejo I Public Elementary School of Malang city in cooperative setting, (2). Describing the aplication of the teaching plan that can increase ability to solve problem solving by learning problem solving to grade V students of Tanjungrejo I Public Elementary School of Malang city in cooperative setting, and (3). Describing the ability improvement to solve the problem solving by learning problem solving to grade V students of Tanjungrejo I Public Elementary School of Malang city in cooperative setting. This research uses a qualitative approach in Classroom Action Research (CAR) type. The reasearch datas were taken from the result of test, interview, and field note. The application of problem solving teaching in cooperative setting is done in 3 steps, they are: (1). Pre activities: informing the objectives of teaching problem solving, motivating students, explaining the learning procedures of problem solving teaching in cooperative setting, Exploiting the students initial knowledge of fractions, (2). Core activities: Making the source group, giving work paper, making the expert group, looking for the solution steps of two problem solving by discussion, going back to the source group, explanation to the source group, and group presentasion, (3). Post activities: Concluding the materials, giving individual post test as avaluation. The research result shows that: the students ability in solving the problem solving by teching problem solving in coopertive setting indicates a progress from the I treatment to the II one, and the II one to the III one on (a). The mean score of post test from 67,75 became 74 and become 78,5, (b). The students means who gets score ≥ 65 of 55% become 72,5% and become 87,5%, (c). The teacher activities percentage from 92% become 95,5% and become 100%, (d). The students activities percentage from 89% become 96%, and become 100%, and (e). The students cooperative skill percentage from 77,75%, become 93%, and become 100%, (2). In teaching problem solving in cooperative setting, can make a good cooperation in a heterogenous students group, of ablity, ethnics, and sex, in the case of (a). Looking for steps in solving the two problem solvings, and (b). Explaining the solutions procedures to their groups.

Based on the research result, it is seggested to the mathematics teachers in the elementary school (1). To use the teaching problem solving in cooperative setting as an alternative strategy to teach the problem solving, (2). If you want to apply the teaching problem solving in cooperative setting pointly, when in the expert group discussion, and explanation of material in the source group, is suggested to give more time so, the discussion, and material explanation can go well, (3). If the teacher wants to apply the teaching problem solving in cooperative setting, is suggested to the teacher to not only to be a mediator, and facilitator but also, to be an intervensiator, like to warn, ask, advice, persute, challenge, recommend, recall, and demonstrate. (4). In learning activities, the teacher is suggested to use the heterogenous students groups so, it is hoped to happens a such social interactions among students and also there is a coleague tutor.

Key words: Increasing ability, probem solving, teaching problem solving, cooperative

Page 19: Pendidikan Dasar (Dikdas)

Program Studi S2 PDS 365

Penggunaan Bahan Manipulatif Pada Pembelajaran Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat Siswa Kelas IV SDN Nglateng 01 Kenduruan Tuban Tahun Pelajaran

2009/2010

Nyoman Teguh Santoso

Santoso, Nyoman Teguh. 2010. “Penggunaan Bahan Manipulatif Pada Pembelajaran Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat Siswa Kelas IV SDN Nglateng 01 Kenduruan Tuban Tahun Pelajaran 2009/2010”. Tesis, Jurusan Pendidikan Dasar, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Prof. Dr. H. Akbar Sutawidjaja, M.Ed, Ph.D. (II) Drs. H. Muchtar Abdul Karim, M.A.

AbstrakBilangan merupakan salah satu materi dalam matematika dan banyak digunakan dalam kehidupan

sehari-hari. Bilangan bulat merupakan salah satu jenis bilangan yang diajarkan di sekolah dasar. Namun, kemampuan dalam melakukan hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat oleh siswa kelas IV SDN Nglateng 01 masih tergolong rendah. Rendahnya kemampuan dalam melakukan hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat antara lain disebabkan pembelajaran yang masih konvensional. Pembelajaran konvensional tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruk pengetahuannya sendiri. Guru tidak menggunakan media dalam proses pembelajaran. Guru memberikan penjelasan secara langsung tentang materi, memberikan contoh-contoh soal dan soal latihan, sehingga siswa hanya menghafal dan bekerja secara prosedural. Selain itu siswa juga tidak diberi kesempatan untuk menerapkan konsep bilangan bulat dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu perlu diciptakan suatu kondisi pembelajaran yang dapat membantu siswa memanipulasi dalam belajar penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mendeskripsikan rancangan pembelajaran dengan menggunakan media bahan manipulatif yang digunakan untuk membantu siswa belajar tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat pada siswa kelas IV SDN Nglateng 01 Kecamatan Kenduruan Kabupaten Tuban; (2) Mendeskripsikan pelaksanaan rancangan pembelajaran penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan menggunakan bahan manipulatif; (3) Mendeskripsikan hasil belajar penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dalam pembelajaran tersebut.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka peneliti merancang suatu penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada siswa Kelas IV SDN Nglateng 01 Kecamatan Kenduruan Kabupaten Tuban. Data penelitian diperoleh dari hasil tes awal dan tes akhir siswa, hasil pengamatan kegiatan belajar mengajar siswa dan guru serta hasil wawancara dengan siswa.

Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 (tiga) siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pelaksanaan rancangan pembelajaran dengan menggunakan bahan manipulatif dilaksanakan dalam tiga siklus dengan menggunakan bahan manipulatif yang berbeda mengacu pada tahapan Bruner yaitu: (I) Pada siklus I dilakukan pembelajaran penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan menggunanakan bahan manipulatif berupa manik-manik yang terkait dari karton (tahap enaktif); (II) Pada siklus II dilakukan pembelajaran penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan menggunanakan bahan manipulatif berupa garis bilangan (tahap (ikonic); (III) Pada siklus III dilakukan pembelajaran penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat tanpa menggunakan bahan manipulatif (tahap symbolic).

Temuan penelitian yang didapatkan pada pembelajaran penjumlahan dan pengurangan bulat pada siklus I, II dan III menunjukkan adanya peningkatan ketuntasan belajar siswa yaitu 90,10%, 90,10% dan 95,5%. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan hal-hal sebagai berikut: (1) Guru perlu membiasakan siswa untuk belajar dalam kelompok. Sehingga siswa dapat berinteraksi, berdiskusi dan saling membantu antar anggota kelompok, (2) Dalam perencanaan pembelajaran, guru hendaknya memperhatikan pengelolaan waktu dengan baik agar pembelajaran dapat berlansung efektif, (3) Pembelajaran dengan media bahan manipulatif terbukti dapat meningkatkan pemahaman siswa. Karena itu perlu berlatih dan berinovasi dalam merancang pembelajaran dengan menggunakan media bahan manipulatif.

Kata kunci: pembelajaran, bahan manipulatif, penjumlahan, pengurangan, bilangan bulat

Page 20: Pendidikan Dasar (Dikdas)

366 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010

The Use of Manipulative Material in Teaching Addition and Subtraction of Integers of Fourth Graders SDN Nglateng 01 Kenduruan Tuban in the Academic year 2009/2010

Nyoman Teguh Santoso

Santoso, Nyoman Teguh. 2010. The Use of Manipulative Material in Teaching Addition and Subtraction of Integers of Fourth Graders SDN Nglateng 01 Kenduruan Tuban in the Academic year 2009/2010”. Thesis, Primary Education, Graduate Program State University of Malang. advisors (1) Prof. Dr. H. Akbar Sutawidjaja, M.Ed. Ph.D., (2) Drs. H. Muchtar Abdul Karim, M.A.

AbstractNumber is one of the materials in mathematics and is often used in daily life. Integer is a kind of

numbers taught in the elementary school. The ability of the grade IV students SDN Nglateng 01 in doing addition and subtraction the integers was still low. The low ability of the students in doing addition and subtraction of integers was because the conventional learning strategy used by the teacher. That conventional learning did not give opportunities to the students to construct their knowledge themselves. The teacher did not use any media in the learning process. The teacher gave explanation directly about the material, giving examples and exercises so that the students just memorized and did a procedural works. Besides the students was not given opportunities to apply the concept of integers in daily life. Therefore, it is necessary to create a learning condition which can help the students to manipulate in the learning of addition and subtraction of the integers.

This study aimed to (1) describe the learning plans of the addition and subtraction of integer by using manipulative materials which is used to help the students to learn about addition and subtraction of integers for the grade IV students of SDN Nglateng 01 Kenduran subdistrict Tuban district, (2) describe the implementation of the lesson plan of the addition and subtraction of integers by using the manipulative materials, (3) describe the students understanding in learning the addition and subtraction the integers by using the manipulative materials.

To achieve those objectives, the researcher planned to do a classroom action research which was implemented for the grade IV students in SDN Nglateng 01 Kenduran Subdistrict Tuban Regency. The research data were obtained from the pre-test and the post-test, the observation result got during the teaching and learning process between students and teacher and the interview result.

This study was implemented in three cycles. Each cycle consisted of four phases those were planning, implementation, observation, and reflection. The implementation of learning plans by using the different manipulative material which followed Brunner theory those are: (1) in cycle 1, the researcher implemented the addition and subtraction of integer by using manipulative material in the form of integer chips made from carton (enactive phase); (2) in cycle II the learning of the addition and subtraction of integer was done by using the manipulative material that is line number (iconic phase); (3) in cycle III the learning process of the addition and subtraction of integer was done without using the manipulative material (symbolic phase).

The research finding got from the learning of the addition and subtraction of the integers in cycle I, II, and III showed that there was an improvement of the students’ achievement those were 90.10%, 90.10% and 95.5%. Respectively based on the research findings, the researcher expected cases as follows: (1) the teacher should accustom the students to learn in group. Accordingly, the students can interacting each other, discuss, and help each other, (2) in the learning plans the teacher should pay attention on the time management so that lesson earn effective. (3) study with materials media of manipulative proven can improve the understanding of student. In consequence require to exercise and innovate in designing study by using materials media of manipulative.

Keywords: learning, manipulative material, addition, subtraction, integers.

Page 21: Pendidikan Dasar (Dikdas)

Program Studi S2 PDS 367

Peningkatan Pemahaman Konsep Pecahan Melalui Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) pada Siswa Kelas IV di SDN Sukoharjo, Kecamatan Bancar, Kabupaten

Tuban

Yuyun Dwi Yuliana

Yuliana, Yuyun Dwi. 2010. Peningkatan Pemahaman Konsep Pecahan Melalui Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) pada Siswa Kelas IV di SDN Sukoharjo, Kecamatan Bancar, Kabupaten Tuban, Program Studi Pendidikan Dasar, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Malang, Pembimbing: (I) Prof.Dr.H. Akbar Sutawidjaja, M.Ed., Ph.D., dan (II) Dr.Hj. Cholis Sa’dijah, M.Pd., M.A.

Abstrak Pecahan merupakan salah satu materi yang sangat penting dalam matematika dan banyak digunakan

dalam kehidupan sehari-hari. Namun, pemahaman terhadap konsep pecahan ini oleh siswa kelas IV SDN Sukoharjo masih tergolong rendah. Rendahnya pemahaman siswa terhadap konsep pecahan ini antara lain disebabkan karena pembelajaran yang yang biasanyaditerapkan tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruk pengetahuannya sendiri. Guru memberikan penjelasan secara langsung tentang materi, memberikan contoh-contoh soal dan soal latihan, sehingga siswa hanya menghafal dan bekerja secara prosedural. Selain itu siswa juga tidak diberi kesempatan untuk menerapkan konsep pecahan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu perlu diciptakan suatu kondisi pembelajaran yang dapat membantu siswa menemukan sendiri konsep pecahan berdasarkan pengalaman dan realitas yang dimiliki.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mendeskripsikan rancangan pembelajaran melalui pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) yang digunakan untuk meningkatkan pemahaman konsep pecahan pada siswa kelas IV SDN Sukoharjo tahun ajaran 2009/2010, (2) Mendeskripsikan pelaksanaan rancangan pembelajaran melalui pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) untuk meningkatkan pemahaman konsep pecahan pada siswa kelas IV SDN Sukoharjo tahun ajaran 2009/2010, (3) Mendeskripsikan hasil dari pelaksanaan rancangan pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) untuk meningkatkan pemahaman konsep pecahan pada siswa kelas IV SDN Sukoharjo tahun ajaran 2009/2010, dan (4) mendeskripsikan respon siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) pada materi penjumlahan dan pengurangan pecahan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, peneliti dalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas pada siswa kelas IV di SDN Sukoharjo. Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 (tiga) siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Data penelitian diperoleh dari hasil tes awal dan tes akhir siswa, hasil pengamatan kegiatan mengajar guru dan kegiatan belajar siswa, serta hasil wawancara dengan siswa.

Langkah-langkah pembelajaran matematika melalui pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) yang dihasilkan dalam penelitian ini terdiri dari empat langkah, yaitu: (1) memberikan dan memahami masalah kontekstual, (2) menyelesaikan masalah kontekstual dengan bantuan benda-benda konkret, (3) membandingkan dan mendiskusikan jawaban, dan (4) membuat kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan pengalaman siswa dan penggunaan benda-benda konkret dapat membangun pemahaman konsep pecahan pada siswa kelas IV di SDN Sukoharjo.

Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan hal-hal sebagai berikut: (1) diperlukan sosialisasi lebih lanjut di sekolah sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan RME tidak menyimpang, (2) Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan RME guru hendaknya berperan sebagai fasilitator dan mediator, (3) Dalam kegiatan pembelajaran disarankan untuk membiasakan siswa dalam kegiatan belajar adalah dengan cara belajar kelompok, (4) guru harus menjelaskan tugas dari masing-masing anggota kelompok, dan (5) guru hendaknya memperhatikan pengelolaan waktu.

Kata kunci: peningkatan pemahaman, konsep, pecahan, pendekatan Realistic Mathematics Education (RME).

Page 22: Pendidikan Dasar (Dikdas)

368 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010

Improving the Concept Understanding of Fraction through Realistic Mathematics Education (RME) Approach on the Fourth Grade Students of SDN Sukoharjo, Bancar District, Tuban

Regency

Yuyun Dwi Yuliana

Yuliana, Yuyun Dwi. 2010. Improving the Concept Understanding of Fraction through Realistic Mathematics Education (RME) Approach on the Fourth Grade Students of SDN Sukoharjo, Bancar District, Tuban Regency, the Study Program of Basic Education, Graduate Program, State University of Malang. Advisors: (I) Prof. Dr. H. Akbar Sutawidjaja, M.Ed, Ph.D, and (II) Dr. Hj. Cholis Sa’dijah, M.Pd, M.A.

Abstract Fraction is one of important materials in mathematics and they are frequently use in daily activity.

However, understanding in this fraction concepts on fourth grade students of SDN Sukoharjo is still low. It is caused the instruction used is not give opportunity to the students to construct their knowledge. The teacher directly gave explanation the materials, gave the examples and followed by exercises, so the students memorize the materials only and accomplish the task systematically. Beside that, the students were not given opportunity to apply the fraction concept in their daily activity. Thus, it is necessary to establish a instructions condition which can help students find out the fractional number concept based on the students’ own experience and realistic. One of the approaches in mathematics instructions which start the lesson by providing problems within the students’ experience and level of knowledge is called Realistic Mathematics Education.

The research objectives are: (1) describing the instructions design through Realistic Mathematics Education (RME) that use to improve the concept undersatnding of fraction on the fourth grade students of SDN Sukoharjo academic year 2009/2010, (2) describing the action of instructions design through Realistic Mathematics Education (RME) that use to improve the concept undersatnding of fraction on the fourth grade students of SDN Sukoharjo academic year 2009/2010, (3) describing the result from the action of instructions design through Realistic Mathematics Education (RME) that use to improve the concept understanding of fraction on the fourth grade students of SDN Sukoharjo academic year 2009/2010, and (4) describing the responses of the students toward the Realistic Mathematics Education (RME) in the fraction.

In order to achieve the objectives, the researcher of the research used design a classroom action research which was carried out at SDN Sukoharjo fourth grade students’. This research was conducted in three cycles. Each cycle consisting of four stages: planning, action, observation, and reflection. The data were obtained from the pre-test and post test, the observation on the teacher’s ways in teaching and the students’ learning, and the interview result on the students.

The steps in conducting the mathematics inctructions through Realistic Mathematics Education (RME) approach are: (1) giving contextual problems, (2) understanding the contextual problems, (3) solving the contextual problems with the concrete object, (4) discussing the answer, and (5) making the summary. The results of this research showed that by conducting the activities based on the students’ experience and using the concrete object can build the concept understanding of fraction of the fourth grade students at SDN Sukoharjo.

Based on the results, suggested to following points: (1) it is necessary to socialize further in the school so in the application of intructional using RME approach is not refract, (2) in the learning activities using RME approach teacher as facilitator and mediator, (3) in the learning activities is suggested to create the habit for the students to learn in group work, (4) the teacher must explain the duty for each the members of group, (5) the teacher must give pay attention in time manage.

Key words: improving understanding, concept, fraction, realistic mathematics education (RME) aprroach.

Page 23: Pendidikan Dasar (Dikdas)

Program Studi S2 PDS 369

Penerapan Pendekatan Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Kelas V SDN Kasihan III Pacitan Pada Pokok Bahasan Pecahan

Rofiq Setyawan

Setyawan, Rofiq. 2010. Penerapan Pendekatan Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Kelas V SDN Kasihan III Pacitan Pada Pokok Bahasan Pecahan. Tesis, Jurusan Pendidikan Dasar, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Prof. Dr. H. Akbar Sutawidjaja, M. Ed, (II) Dr. Sri Mulyati, M. Pd

AbstrakPemahaman materi pecahan oleh siswa kelas V SDN Kasihan III masih tergolong rendah.

Pemahaman siswa yang rendah ini antara lain disebabkan karena proses pembelajaran matematika yang diterapkan di SDN Kasihan III masih bersifat konvensional, yaitu pemberian materi langsung pada tahap simbolik, pemberian contoh-contoh serta soal latihan, menyebabkan siswa cenderung menghafal materi dan bekerja secara prosedural. Oleh karena itu perlu diciptakan suatu kondisi pembelajaran yang dapat membantu siswa menemukan sendiri cara menyelesaikan permasalahan yang dihadapi siswa berdasarkan pengalaman dan realitas yang dimiliki siswa. Salah satu pendekatan dalam pembelajaran matematika yang memulai pembelajaran dengan mengajukan permasalahan yang sesuai dengan pengalaman dan tingkat pengetahuan siswa adalah pembelajaran melalui pendekatan Problem Based Learning.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan: (1) Rancangan pembelajaran dengan pendekatan Problem Based Learning dalam pembelajaran matematika pokok bahasan pecahan yang dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas V SDN Kasihan III, (2) Langkah-langkah pembelajaran melalui pendekatan Problem Based Learning yang dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas V SDN Kasihan III pada pokok bahasan pecahan, (3) Deskripsi hasil belajar siswa kelas V SDN Kasihan III pada pokok bahasan pecahan melalui pembelajaran pendekatan Problem Based Learning.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka peneliti merancang suatu penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada siswa Kelas V SDN Kasihan III Kabupaten Pacitan. Data penelitian diperoleh dari hasil tes awal, hasil pengamatan aktivitas belajar siswa dan aktivitas mengajar guru, tes akhir siswa, dan hasil wawancara dengan siswa. Materi yang disampaikan pada penelitian ini berupa langkah siklus yang terdiri dari empat tahap, yaitu: perencanaan (plan), pelaksanaan tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection).

Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 (tiga) siklus. Temuan penelitian yang didapatkan pada siklus I menunjukkan bahwa pada awal pembelajaran, siswa mengalami kesulitan dalam membagi dan memberi nama pecahan yang ditunjukkan oleh banyaknya bagian yang ditandai dari kertas folio yang dibagi menjadi 5 bagian yang sama. Tetapi pada kegiatan pembelajaran siklus II, siswa tidak lagi mengalami kesulitan dalam memberi nama pecahan.

Langkah-langkah pembelajaran matematika yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah: (1) Siswa diberi permasalahan yang tertuang dalam LKS, (2) Pada kelompok kecil, siswa mendiskusikan masalah, dan mengungkapkan apa yang mereka ketahui dan apa yang diperlukan untuk diketahui, (3) Siswa melakukan penyelidikan individu maupun kelompok untuk mengetahui informasi yang belum lengkap, (4) Siswa melaporkan kembali ke kelompoknya setelah mempunyai informasi yang dipunyai, (5) Kelompok menyampaikan hasil diskusi kerja kelompoknya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pembelajaran matematika pada sub pokok bahasan pecahan melalui pendekatan Problem Based Learning dapat dilaksanakan dengan tahap-tahap pembelajaran yang telah direncanakan, sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas V SDN Kasihan III tentang pecahan, (2) Melalui permasalahan dan kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan pengalaman dan realitas siswa sehari-hari seperti melipat atau membagi, menggunting atau menghimpitkan kertas folio berwarna, dan mengelompokkan lidi dengan karet gelang berwarna dapat meningkatkan kemampuan siswa tentang pecahan, (3) Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I, siklus II, dan siklus III hasil belajar siswa pada materi pecahan dengan diterapkannya pendekatan Problem Based Learning menunjukkan adanya peningkatan nilai rata-rata dari siklus I ke siklus selanjutnya, (a) Terjadi peningkatan persentase keberhasilan aktivitas belajar siswa, yaitu dari 72,4% menjadi 79,2% menjadi 87,5%, (b) Terjadi peningkatan persentase keberhasilan aktivitas mengajar guru, yaitu dari 77,6% menjadi 82,3% menjadi 88%, (c) Nilai rata-rata hasil tes belajar siswa meningkat dari 72,8 menjadi 74,3 menjadi 79 dan persentase siswa yang mendapat nilai ≥ 65 juga meningkat, (4) Siswa menunjukkan respon yang cukup baik. Respon yang dimaksud adalah: (a) Siswa menjadi lebih antusias atau semangat mengikuti kegiatan pembelajaran, (b) Dengan melakukan kegiatan yang sesuai dengan pengalaman mereka sehari-hari, proses pembelajaran menjadi lebih menarik, (c) Dengan belajar

Page 24: Pendidikan Dasar (Dikdas)

370 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2009/2010

berkelompok dapat terjadi kegiatan diskusi yang bermanfaat, terjadi interaksi sosial, interaksi berpikir antar siswa, antara siswa dengan guru, terjadi kerjasama yang baik antar anggota kelompok dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan dalam lembar kerja siswa, (5) Walaupun pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan Problem Based Learning telah dilaksanakan dengan cukup baik, ada beberapa kendala yang dihadapi antara lain: (a) Proses mengkonstruksi soal-soal yang sesuai dengan pendekatan Problem Based Learning tidak mudah atau biasa dikerjakan, (b) Belum terbiasanya siswa dengan kegiatan diskusi dan belajar kelompok menyebabkan kegiatan diskusi kurang berjalan efektif.

Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan hal-hal sebagai berikut: (1) Sebaiknya terus berusaha dan berlatih untuk mengkonstruksi permasalahan yang sesuai dengan pendekatan Problem Based Learning, (2) Membiasakan siswa dalam kegiatan belajar kelompok, (3) Memberikan aturan yang jelas tentang tatacara diskusi, (4) Mengurangi memberikan bantuan yang berlebihan kepada siswa, (5) Memperhitungkan waktu yang digunakan dalam pembelajaran agar semua aktivitas yang telah direncanakan dapat berjalan dengan baik.

Kata kunci: pembelajaran, pendekatan problem based learning, pemahaman, pecahan

Implementation of Problem Based Learning (PBL) Approach to Improve Achievement of Students in Fifth Grade in SDN Kasihan III Pacitan for Fraction Material

Rofiq Setyawan

Setyawan, Rofiq 2010. Implementation of Problem Based Learning (PBL) Approach to Improve Achievement of Students in Fifth Grade in SDN Kasihan III Pacitan for Fraction Material. Thesis of Basic Education Department, Graduate Program of State University of Malang. The Supervisors are (1) Prof. Dr. H. Akbar Sutawidjaja, M. Ed, (II) Dr. Sri Mulyati, M. Pd

AbstractThe comprehension of fraction material among students in fifth grade in SDN Kasihan III can be

categorized as low. The low students comprehension is caused by the process of teaching mathematic applied in SDN Kasihan III using conventional way. This conventional way can be seen from the direct material delivery in symbolic stage and the issuing of items for model or exercise causing students tend to memorize the materials and work in procedural way. Therefore, it is important to establish learning condition that has potential to assist students in finding their own ways to solve the problems they encounter based on their experience and reality. One of the approaches in mathematic learning is Problem Based Learning that begins the learning with the issue of problems that match with the level of students’ experience and knowledge.

The research has purposes to acquire: (1) the learning design by using Problem Based Learning in mathematic learning for fraction material in order to improve the students’ capacity among the students of fifth grade in SDN Kasihan III, (2) learning steps through Problem Based Learning approach that is expected to improve the capacity of students in fifth grade in SDN kasihan III for fraction material, (3) the description of students learning outcome among students of fifth grade in SDN Kasihan III for fraction material through the Problem Based Learning approach.

In order to meet the purpose, the researcher has designed class activity research that was implemented to students of fifth grade in SDN Kasihan III, Pacitan Regency. The data for this research is gained from the pre-test, the observation result of students learning activity and teacher teaching activity, students’ final test and the result of interview with the students. The materials presented in this research are in the form of cycle steps that comprise of four phases; plan, action, observation and reflection.

The research was carried out in 3 cycles. The research finding from cycle I shows that in the beginning of the learning process, students found the difficulty in dividing and labeling the fraction as shown from many marked parts on the folio papers divided into 5 same parts. However during the learning activity in cycle II, students didn’t meet difficulty in labeling the fraction. The steps of mathematic learning resulted from the research are (1) Students are given the problems, (2) In small groups; students discuss the problems and express what they know and what they need to know, (3) Students carry out individual investigation or in group investigation to know the incomplete information, (4) Students report again back to their group after they get the information, (5) Groups present the discussion result to the class.

The research result shows that: (1) Mathematic learning for sub-material of fraction through Problem Based Learning approach can be done by implementing the learning steps that have been designed previously in order to improve the capacity of fifth grade students in SDN Kasihan III in terms of fraction,

Page 25: Pendidikan Dasar (Dikdas)

Program Studi S2 PDS 371

(2) the implementation of problems and activities that match to the experience and reality students face in their daily life like folding or dividing, cutting or sticking colored folio paper and grouping stick with colored rubber ring can improve the students’ mastering of fraction, (3) Based on the research result in cycle I, II and III the students’ learning outcome for fraction by the use of Problem Based Learning approach it is obvious that there is improvement in average score from cycle I to other cycles that is (a) there is improvement in the percentage of students learning activities achievement, from 72.4% to 79.2% to 87.5%, (b) there is improvement in the percentage of teachers’ teaching activity achievement from 77.6% to 82.3% to 88%, (c) the average test score increases from 72.8 to 74.3 to 79 and the percentage of students who get score ≥ 65 also increases, (4) Students show good respond (the responds mentioned here are (a) students are more enthusiastic or motivated to follow the learning activities, (b) using activities that match to students’ daily experience, the learning process becomes more interesting, (c) in group learning can encourage the discussion that proves useful for social interaction, thinking interaction among students and between students and teacher, better cooperation among group members in solving the given task in students working sheet, (5) Although the implementation of learning with the use of Problem Based Learning has been carried out well, there are some barriers. The following are some of them. (a) The process of constructing problem items that go along with the Problem Based Learning approach is not easy or common to do, (b) students are not accustomed to discussion and in group learning so the discussion is not really effective.

Based on the research result, the following suggestions are made. (1) The effort and exercise to construct the problems that match to Problem Based Learning approach must be continued, (2) Students must be conditioned to in group learning, (3) the clear rules about the conduction of discussion must be given, (4) Excessive assistance to students must be reduced, (5) used time for learning must be considered well so all activities planned before can be implemented well.

Keywords: learning, Problem Based Learning approach, understanding, fraction