1-A. Pedoman Perencanaan Guru Dikdas

28
i PEDOMAN PERENCANAAN JENIS DAN PENGHITUNGANKEBUTUHAN GURUBERDASARKAN KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2014

description

pedoman perencanaan guru pendidikan dasar

Transcript of 1-A. Pedoman Perencanaan Guru Dikdas

Page 1: 1-A. Pedoman Perencanaan Guru Dikdas

i

PEDOMAN

PERENCANAAN JENIS DAN

PENGHITUNGANKEBUTUHAN

GURUBERDASARKAN KURIKULUM 2013

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

2014

Page 2: 1-A. Pedoman Perencanaan Guru Dikdas

Pedoman Perencanaan Kebutuhan Guru | ii

KATA PENGANTAR

Guru merupakan salah satu komponen yang mempunyai peran sangat

penting sebagai ujung tombak dalam peningkatan mutu pendidikan. Salah

satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah

menyediakan guru profesional dengan kualitas dan kuantitas sesuai

kebutuhan. Untuk itu diperlukan persamaan persepsi dari semua

pengelola pendidikan tentang perencanaan kebutuhan guru meliputi cara

penentuan jenis dan penghitunganjumlah guruyang dibutuhkan.

Pedoman ini disusun untuk dijadikan acuan bagi pengelola pendidikan

yang berwenang membina guru dalam menentukan kebijakan dan

merencanakan serta mengkaji ulang kebutuhan guru.Pedoman ini merujuk

kepada ketentuan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan

perencanaan dan penataan guru.

Semoga pedoman ini dapat bermanfaat dan membantu para pengelola

pendidikan dalam perencanaan dan penataan guru di Indonesia.

Jakarta, Mei2014

Direktur Jenderal Pendidikan Dasar,

Hamid Muhammad, Ph.D

NIP. 19590512 1983111001

Page 3: 1-A. Pedoman Perencanaan Guru Dikdas

iii | Pedoman Perencanaan Kebutuhan Guru

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 4

A. Latar Belakang ................................................................................... 4 B. Dasar Hukum ..................................................................................... 4 C. Tujuan ................................................................................................ 6 D. Sasaran .............................................................................................. 6 BAB II PERENCANAAN KEBUTUHAN GURU ....................................... 8 A. Ruang Lingkup ................................................................................... 8 B. Manfaat .............................................................................................. 8 C. Jenis Guru .......................................................................................... 8 D. Penghitungan Kebutuhan Guru Tingkat Satuan Pendidikan ............. 9 E. Hasil Penghitungan dan Rencana Pemenuhan Guru Pada Tingkat

Satuan Pendidikan ............................................................................. 23 F. Penghitungan Kebutuhan Guru di Tingkat Kabupaten/Kota ............. 24 G. Penghitungan Kebutuhan Guru Per Provinsi ..................................... 27 H. Penghitungan Kebutuhan Guru Nasional .......................................... 27 BAB III PENUTUP ..................................................................................... 28

Page 4: 1-A. Pedoman Perencanaan Guru Dikdas

Pedoman Perencanaan Kebutuhan Guru | 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal menjadi wahana

pembangunan sumberdaya manusia untuk mewujudkan amanat

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen, dan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang

Guru. Oleh karena itu, sekolah harus dilihat sebagai sebuah sistem

yang terdiri dari komponen peserta didik, program/kurikulum, pendidik

dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, serta manajemen

sekolah. Semua komponen pendidikan tersebut saling berhubungan

dan mempengaruhi satu dengan lainnya, baik pada tahap

perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi.

Perencanaan kebutuhan guru di sekolah harus dilakukan secara

sinergi dengan perencanaan komponen pendidikan lainnya, yang

merupakan bagian dari perencanaan sekolah seutuhnya. Perencanaan

guru yang tidak mengacu pada kurikulum dan jumlah rombel yang

direncanakan akan menyebabkan kelebihan dan atau kekurangan

jumlah dan jenis guru.

Berlakunya kurikulum 2013 juga berimplikasi pada jenis dan

perencanaan kebutuhan guru. Hal tersebut disebabkan karena adanya

perubahan kerangka dasar dan struktur kurikulum pada setiap jenjang

pendidikan. Berdasarkan penjelasan di atas, perlu disusun pedoman

perencanaan jenis dan penghitungan kebutuhan guru berdasarkan

Kurikulum 2013.

B. Dasar Hukum

1. Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2000 jo Peraturan

Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang

Page 5: 1-A. Pedoman Perencanaan Guru Dikdas

5 | Pedoman Perencanaan Kebutuhan Guru

Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai Negeri

Sipil;

2. Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 jo Peraturan

Pemerintah Nomor 11 Tahun 2002 tentang Pengadaan Pegawai

Negeri Sipil;

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional;

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004

tentangPemerintahan Daerah;

5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005

tentang Guru dan Dosen;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 sebagaimana telah

diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013

tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan;

7. Peraturan Pemerintah Nomor 38Tahun 2007 tentang Pembagian

Urusan Pemerintah, PemerintahanDaerah Provinsi, dan

Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru;

9. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2009

tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru dan Pengawas Satuan

Pendidikan;

10. Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Negara

Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi,

Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, Dan Menteri Agama

Nomor 05/X/Pb/2011, Nomor Spb/03/M.Pan-Rb/10/2011, Nomor

48 Tahun 2011, Nomor 158/PMK.01/2011, dan Nomor 11 Tahun

2011 tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri

Sipil

11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1Tahun

2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan;

12. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 67 Tahun

2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah

Dasar/Madrasah Ibtidaiyah;

13. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun

2013 atas perubahan Peraturan Menteri Pendidikan

Page 6: 1-A. Pedoman Perencanaan Guru Dikdas

Pedoman Perencanaan Kebutuhan Guru | 6

NasionalNomor 15Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal

Pendidikan Dasar Di Kabupaten/Kota;

14. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 68 Tahun

2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah

Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah;

15. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun

2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah

Menengah Atas/Madrasah Aliyah;

16. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 70 Tahun

2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah

Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan;

17. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A Tahun

2013 tentang Implementasi Kurikulum;

C. Tujuan

Pedoman ini disusun dengan tujuan sebagai berikut.

1. Sebagai panduan atau acuan bagi dinas pendidikan,

penyelenggara pendidikan, kepala sekolah dan pemangku

kepentingan (stakeholder) lainnya dalam menghitung kebutuhan

guru di setiap sekolah.

2. Sebagai panduan atau acuan bagi dinas pendidikan,

penyelenggarapendidikan, kepala sekolah dan pemangku

kepentingan (stakeholder) lainnya dalam menentukan jumlah

kekurangan atau kelebihan guru, baik guru kelas, guru mata

pelajaran, maupun guru bimbingan dan konseling.

D. Sasaran

Pedoman ini disusun sebagai acuan bagi pihak yang berkepentingan

terutama:

1. Guru;

2. Kepala Sekolah;

3. PengawasSekolah;

4. Penyelenggara pendidikan;

5. Dinas Pendidikan;

6. Badan Kepegawaian Daerah;

7. Badan Kepegawaian Negara;

Page 7: 1-A. Pedoman Perencanaan Guru Dikdas

7 | Pedoman Perencanaan Kebutuhan Guru

8. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;

9. Kementerian lain yang menyelenggarakan pendidikan formal pada

pendidikan usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah;

dan

10. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi.

Page 8: 1-A. Pedoman Perencanaan Guru Dikdas

Pedoman Perencanaan Kebutuhan Guru | 8

BAB II

PERENCANAAN KEBUTUHAN GURU

A. Ruang Lingkup

Perencanaan kebutuhan guru meliputi kegiatan penentuanjenis dan

penghitungan kebutuhan guru. Penentuanjenis guru dilakukan oleh

Pemerintah, sedangkan penghitungan kebutuhan guru dilakukan

secara berjenjang mulai dari tingkat satuan pendidikan,

kabupaten/kota, provinsi, dan nasional.

B. Manfaat

Melalui perencanaan kebutuhan guru dapat diketahui jumlah guru yang

memenuhi beban mengajar paling sedikit 24 (dua puluh empat) jam

tatap muka per minggu dan jumlah guru yang tidak mendapat alokasi

mengajar paling sedikit 24 (dua puluh empat) jam tatap muka per

minggu.

C. Jenis Guru

1. Dasar Pemikiran

a. Jenis guru secara umum meliputi guru kelas, guru mata

pelajaran, guru bimbingan konseling (konselor), dan guru

pembimbing khusus. Guru mata pelajaran ditentukan

berdasarkan mata pelajaran yang termuat dalam struktur

kurikulum 2013 sebagaimana tercantum pada Lampiran 1,2, 3,

dan 4.

b. Setiap guru seharusnya memiliki latar belakang

pendidikan/profesi/sertifikat pendidik yang sama/sesuai dengan

mata pelajaran yang diampu.

2. Jenis Guru Per Jenjang Pendidikan

a. Jenis guru terdiri dari guru kelas, guru mata pelajaran, guru

bimbingan dan konseling (BK), dan guru pembimbing khusus

(GPK).

Page 9: 1-A. Pedoman Perencanaan Guru Dikdas

9 | Pedoman Perencanaan Kebutuhan Guru

b. Guru kelas terdiri dari guru kelas TK yang mengajar di TK,

guru kelas TKLB yang mengajar di TKLB, guru kelas SD

mengajar di SD, dan guru kelas SLB mengajar di SDLB/MILB.

c. Guru mata pelajaran yang mengajar di SD terdiri dari guru

agama dan guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan

(PJOK).

d. Guru mata pelajaran yang mengajar di SMP, SMA, SMK,

SMPLB, dan SMALB mengampu jenis mata pelajaran sesuai

dengan sertifikat pendidik yang dimilikinya.

e. Guru mata pelajaran muatan lokal pada semua jenjang

ditentukan oleh pemerintah daerah sesuai kewenangannya.

f. Guru BK adalah guru yang diberi tugas melaksanakan

bimbingan dan konseling di SMP, SMA dan SMK.

g. Jenis guru pada semua jenjang pendidikan dicantumkan dalam

Lampiran 3 dan 4.

D. Penghitungan Kebutuhan Guru Tingkat Satuan Pendidikan

Penghitungan kebutuhan guru kelas, guru mata pelajaran, dan guru BK

di tingkat satuan pendidikan menggunakan teknik uraian dan teknik

tabulasi.

1. Teknik Uraian

Teknik uraian dilakukan dengan cara mengisi rumus penghitungan

dengan data yang dibutuhkan yaitu jam pelajaran yang tercantum

dalam struktur kurikulum sekolah/madrasah dan jumlah rombongan

belajar.

2. Teknik Tabulasi

Teknik tabulasi digunakan untuk menghitung kebutuhan guru di

tingkat satuan pendidikan dengan menggunakan format

penghitungan kebutuhan guru. Format penghitungan kebutuhan

guru dirancang berdasarkan kerangka dasar dan struktur

kurikulum. Format dikembangkan dengan menambahkan kolom

penghitungan jumlah tatap muka (JTM) per mata pelajaran per

sekolah, kolom penghitungan jumlah guru dan kolom jumlah tatap

muka per guru.

Page 10: 1-A. Pedoman Perencanaan Guru Dikdas

Pedoman Perencanaan Kebutuhan Guru | 10

Penghitungan kebutuhan guru bimbingan dan konseling dilakukan

terpisah karena tidak menggunakan jam pelajaran yang ada dalam

kurikulum tetapi menggunakan jumlah siswa sebagai

dasarpenghitungan.

1. Kebutuhan Guru Taman Kanak-Kanak (TK)

a Prinsip Perhitungan

Satu rombel diampu oleh 1 (satu) orang guru,

b Formula Perhitungan Kebutuhan Guru TK

Rumus perhitungan:

Keterangan:

KG = Kebutuhan Guru

JR = Jumlah rombel

2. Kebutuhan Guru Sekolah Dasar (SD)

a Prinsip Penghitungan

1) Setiap rombel diampu oleh 1 (satu) orang guru kelas.

2) Setiap SD harus menyediakan guru agama dan guru

pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan (PJOK).

3) Wajib mengajar bagi guru agama dan guru PJOK yang

digunakan dalam perhitungan adalah 24 jam tatap muka

per minggu.

4) Di SD harus disediakan guru agama sesuai dengan ragam

jenis agama yang dianut peserta didik.

b Formula Penghitungan Kebutuhan Guru di Sekolah Dasar

(SD)

Penghitungan kebutuhan guru SD menggunakan teknik uraian

seperti berikut.

KG = JR x 1 guru

Page 11: 1-A. Pedoman Perencanaan Guru Dikdas

11 | Pedoman Perencanaan Kebutuhan Guru

Rumus penghitungan jumlah guru kelas:

Rumus penghitungan jumlah guru agama dan guru PJOK:

𝐾𝐺𝐴

𝑃=

𝐽𝑇𝑀

24=

𝑀𝑃1𝑥𝐽𝑅1 + ⋯ + (𝑀𝑃6𝑥𝐽𝑅6)

24

Keterangan:

KGK = Kebutuhan Guru Kelas

JTM = Jumlah Jam Tatap Muka Perminggu

JR = Jumlah Rombel

KGA/P= Kebutuhan Guru Agama/PJOK

MP = alokasi jam Mata Pelajaran perminggu pada mata pelajaran

agama/PJOK di satu tingkat

24 = jam wajib mengajar perminggu

1 s.d.6 = tingkat 1 (kelas I), tingkat 2 (kelas II), tingkat 3(kelas III),

tingkat 4 (kelas IV), tingkat 5 (kelas V), tingkat 6 (kelas VI)

3. Contoh Penghitungan kebutuhan guru SD

teknik uraian

SD N X memiliki6 (enam) kelas.

o Kebutuhan guru kelas

KGK = ∑K x 1 guru

= 6 kelas x 1

= 6 guru kelas

o Kebutuhan guru Agama (4 jam pelajaran per minggu).

SD N X dengan 6 kelas

= {(jml jam pel x tingkat 1) + (jml jam pel x tingkat 2) + (jml jam

pel x tingkat 3) + (jml jam pel x tingkat4) + (jml jam pel x

tingkat5) + (jml jam pel x tingkat6)}/24

= {(4 x 1) + (4 x 1) + (4 x 1)+ (4 x 1) + (4 x 1)+ (4 x 1)}/24

= 24/24 = 1 orang guru agama

KGK = JR x1 guru

Page 12: 1-A. Pedoman Perencanaan Guru Dikdas

Pedoman Perencanaan Kebutuhan Guru | 12

o jumlah guru PJOK (4 jam pelajaran per minggu).

Untuk SD dengan 6 kelas

= {(jml jam pel x tingkat 1) + (jml jam pel x tingkat 2) + (jml jam

pel x tingkat 3) + (jml jam pel x tingkat4) + (jml jam pel x

tingkat5) + (jml jam pel x tingkat6)}/24

= {(4 x 1) + (4 x 1) + (4 x 1)+ (4 x 1) + (4 x 1)+ (4 x 1)}/24

= 24/24 = 1 orang guru

Contoh 2: Penghitungan Kebutuhan Guru Kelas SD

SD N Y memiliki9 (sembilan) kelas.

o Kebutuhan guru kelas

KGK = ∑K x 1 guru

= 9 kelas x 1

= 9 guru kelas

o Kebutuhan guru Agama (4 jam pelajaran per minggu).

SD N Y dengan 9 kelas

𝐾𝐺𝐴

𝑃=

𝐽𝑇𝑀

24=

𝑀𝑃1𝑥𝐽𝑅1 + ⋯ + (𝑀𝑃6𝑥𝐽𝑅6)

24

= {(jml jam pel x tingkat 1) + (jml jam pel x tingkat 2) + (jml jam

pel x tingkat 3) + (jml jam pel x tingkat4) + (jml jam pel x

tingkat5) + (jml jam pel x tingkat6)}/24

= {(4 x 2) + (4 x 2) + (4 x 2)+ (4 x 1) + (4 x 1)+ (4 x 1)}/24

= 32/24 = 1,5 orang guru agama

1,5 dibulatkan ke bawah menjadi 1 orang guru agama,

dengan TMG masing masing = (1,5:1)x24 = 36 jam tatap muka

per mingguatau dibulatkan keatas menjadi 2 orang guru

dengan tatap muka perminggu (1,5:2)x24 = 18 jam tatap muka

perminggu.

o jumlah guru PJOK (4 jam pelajaran per minggu).

Untuk SD N Y dengan 9 kelas

Page 13: 1-A. Pedoman Perencanaan Guru Dikdas

13 | Pedoman Perencanaan Kebutuhan Guru

𝐾𝐺𝐴

𝑃=

𝐽𝑇𝑀

24=

𝑀𝑃1𝑥𝐽𝑅1 + ⋯ + (𝑀𝑃6𝑥𝐽𝑅6)

24

= {(jml jam pel x tingkat 1) + (jml jam pel x tingkat 2) + (jml jam

pel x tingkat 3) + (jml jam pel x tingkat4) + (jml jam pel x

tingkat5) + (jml jam pel x tingkat6)}/24

= {(4 x 2) + (4 x 2) + (4 x 2)+ (4 x 1) + (4 x 1)+ (4 x 1)}/24

= 32/24 = 1,5 orang guru

1,5 dibulatkan ke bawah menjadi 1 orang guru PJOK, dengan

TMG masing masing = (1,5:1)x24 = 36 jam tatap muka per

mingguatau dibulatkan keatas menjadi 2 orang guru dengan

tatap muka perminggu (1,5:2)x24 = 18 jam tatap muka

perminggu.

teknik tabulasi

Format Penghitungan Kebutuhan Guru SD

Nama Sekolah : SD________

Jumlah Kelas : _______ kelas (_______ rombel per tingkat)

No. Jenis Guru alokasi Waktu pada kelas Jml

rombel JTM

Jml Guru TMG

I II III IV V VI HP RKG

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)

1 Guru Kelas 22 24 26 28 28 28

2

Pendidikan

Agama dan

Budi Pekerti

4 4 4 4 4 4

3

Pendidikan

Jasmani, Olah

Raga, dan

Kesehatan

4 4 4 4 4 4

Keterangan:

1. Kolom (2) adalah jenis guru di satuan pendidikan

2. Kolom (3), (4), (5), (6), (7), (8) adalah alokasi jam pelajaran yang tercantum

dalam K13

Page 14: 1-A. Pedoman Perencanaan Guru Dikdas

Pedoman Perencanaan Kebutuhan Guru | 14

3. Kolom (9) diisi jumlah rombel

4. Kolom (10) JTM diisi dengan hasil penjumlahan dari kolom alokasi waktu K13

pada kelas kali jml rombel {(3)x(6) + (4)x(6) + (5)x(6)}

5. Kolom (11) HP. : Hasil Penghitungan

6. Kolom (12) RKG: Rencana Kebutuhan Guru

7. Kolom (13) TMG : Tatap muka per minggu

Contoh 1:

Format Penghitungan Kebutuhan Guru SD

Nama Sekolah : SDN X

Jumlah Kelas : 6 kelas (1 rombel per tingkat)

No. Jenis Guru alokasi Waktu pada kelas Jml

rombel JTM

Jml Guru TMG

I II III IV V VI HP RKG

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)

1 Guru Kelas

22 24 26 28 28 28 6 sesuai

kelas 6 6

sesuai

kelas

2

Pendidikan

Agama dan Budi

Pekerti

4 4 4 4 4 4 6 24 1 1 24

3

Pendidikan

Jasmani, Olah

Raga, dan

Kesehatan

4 4 4 4 4 4 6 24 1 1 24

Contoh 2:

Format Penghitungan Kebutuhan Guru SD

Nama Sekolah : SDN Y

Jumlah Kelas : 9 kelas (2 rombel untuk kelas 1,2,3 dan 1 rombel

untuk kelas 4,5,6,)

No. Jenis Guru alokasi Waktu pada kelas Jml

rombel JTM

Jml Guru TMG

I II III IV V VI HP RKG

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)

1 Guru Kelas

22 24 26 28 28 28 9 Sesuai

kelas 9 9

sesuai

kelas

2 Pendidikan 4 4 4 4 4 4 9 36 1,5 1 36

Page 15: 1-A. Pedoman Perencanaan Guru Dikdas

15 | Pedoman Perencanaan Kebutuhan Guru

No. Jenis Guru alokasi Waktu pada kelas Jml

rombel

JTM Jml Guru TMG

Agama dan Budi

Pekerti

3

Pendidikan

Jasmani, Olah

Raga, dan

Kesehatan

4 4 4 4 4 4 9 36 1,5 1 36

8. Kebutuhan Guru Sekolah Menengah Pertama (SMP)

a Prinsip Penghitungan

1) Setiap rombel dalam mengikuti mata pelajaran tertentu

diampu oleh 1 (satu) orang guru.

2) Jumlah guru dihitung berdasarkan jumlah tatap muka (JTM)

per minggu yang terjadi di sekolah dibagi wajib mengajar

guru (24).

3) Jumlah tatap muka (JTM) dihitung dengan cara

menjumlahkan jumlah rombel per tingkat kali jumlah jam

mata pelajaran perminggu pertingkat yang ada dalam

kurikulum.

4) Wajib mengajar yang digunakan adalah 24 jam tatap muka

per minggu.

5) Guru mata pelajaran hanya mengampu 1 (satu) jenis mata

pelajaran yang sesuai dengan sertifikat pendidik yang

dimilikinya.

6) Apabila di suatu sekolah terdapat Iebih dari satu jenis mata

pelajaran agama yang diajarkan, jumlah dan jenis guru

agama disesuaikan dengan kebutuhan dan peraturan yang

berlaku.

b Formula Penghitungan Kebutuhan Guru SMP

Rumus umum penghitungan jumlah guru per mata pelajaran:

(MP1 x JR1)+( MP2 x JR2)+( MP3 x JR3) KG =

24

JTM

24 =

Page 16: 1-A. Pedoman Perencanaan Guru Dikdas

Pedoman Perencanaan Kebutuhan Guru | 16

Keterangan:

KG = Kebutuhan Guru

JTM = jumlah tatap muka per jenis guru per minggu

MP = alokasi jam mata pelajaran per minggu pada mata pelajaran

tertentu di satu tingkat

JR = Jumlah rombel pada suatu tingkat yang mengikuti pelajaran

tertentu

24 = Wajib mengajar per minggu, digunakan angka 24

1,2,3 = Tingkat 1 (Kelas VII), Tingkat 2 (Kelas VIII), dan Tingkat 3

(Kelas IX)

c Contoh Perhitungan kebutuhan guru SMP

1. teknik uraian

Contoh 1: Penghitungan Kebutuhan Guru SMP

Untuk SMP N X dengan 9 (sembilan) rombel untuk setiap

tingkat.

o Kebutuhan jumlah guru Agama (3 jam pelajaran per

minggu).

= {(jml jam pel x rombel tingkat 1) + (jml jam pel x rombel

tingkat 2) + (jml jam pel x rombel tingkat 3)}/24

= {(3 x 3) + (3 x 3) + (3 x 3)}/wajib mengajar

= 27/24 = 1,13 orang guru

1,13 dibulatkan kebawah menjadi 1 orang guru dengan

tatap muka per minggu (TMG) = (1,13:1)x24 = 27 jam

tatap muka per minggu atau dibulatkan keatas menjadi

2 orang guru dengan tatap muka perminggu (1,13:2)x24

= 13,5 jam tatap muka perminggu.

o jumlah guru Bahasa Indonesia (6 jam pelajaran per

minggu).

= {(jml jam pel x rombel tingkat 1) + (jml jam pel x rombel

tingkat 2) + (jml jam pel x rombel tingkat 3)}/wajib

mengajar

= {(6 x 3) + (6 x 3) + (6 x 3)}/24

= 54/24 = 2,25 orang guru

2,25 dibulatkan ke bawah menjadi 2 orang guru Bahasa

Indonesia, dengan TMG masing masing = (2,25:2)x24 =

27 jam tatap muka per minggu atau dibulatkan ke atas

Page 17: 1-A. Pedoman Perencanaan Guru Dikdas

17 | Pedoman Perencanaan Kebutuhan Guru

menjadi 3 orang guru dengan tatap muka per minggu

(2,25:3)x24 = 18jam tatap muka per minggu.

Contoh 2: Penghitungan Kebutuhan Guru SMP

Untuk SMP N Y dengan 15 rombel untuk setiap tingkat.

o Kebutuhan jumlah guru Agama (3 jam pelajaran per

minggu).

= {(jml jam pel x rombel tingkat 1) + (jml jam pel x rombel

tingkat 2) + (jml jam pel x rombel tingkat 3)}/24

= {(3 x 5) + (3 x 5) + (3 x 5)}/wajib mengajar

= 45/24 = 1,88 orang guru

1,88 dibulatkan ke bawah menjadi 1 orang guru dengan

tatap muka per minggu (TMG) = (1,88:1)x24 = 45 jam

tatap muka per minggu atau dibulatkan ke atas menjadi 2

orang guru dengan tatap muka per minggu (1,88:2)x24 =

22,6 jam tatap muka per minggu.

o jumlah guru Bahasa Indonesia (6 jam pelajaran per

minggu).

= {(jml jam pel x rombel tingkat 1) + (jml jam pel x rombel

tingkat 2) + (jml jam pel x rombel tingkat 3)}/wajib

mengajar

= {(6 x 5) + (6 x 5) + (6 x 5)}/24

= 90/24 = 3,75 orang guru

3,75 dibulatkan ke bawah menjadi 3 orang guru Bahasa

Indonesia, dengan TMG masing masing = (3,75:3)x24 =

30 jam tatap muka per minggu atau dibulatkan ke atas

menjadi 4 orang guru dengan tatap muka per minggu

(3,75:4)x24 = 22,5 jam tatap muka per minggu.

2. teknik tabulasi

Perhitungan guru SMP dengan teknik tabulasi pada

dasarnya menggunakan format struktur kurikulum SMP

yang dimidifikasi dengan menambahkan kolom jumlah

rombel, jam tatap muka (JTM), hasil perhitungan (HP),

Page 18: 1-A. Pedoman Perencanaan Guru Dikdas

Pedoman Perencanaan Kebutuhan Guru | 18

rencana kebutuhan guru (RKG), dan tatap muka guru per

minggu (TMG) sebagai berikut.

Format Penghitungan Kebutuhan Guru SMP

Nama Sekolah : SMP N ______

Jumlah Rombel : _______ rombel (_______ rombel per tingkat)

No. Jenis Guru

alokasi Waktu

pada kelas

Jml

rombel/

tingkat

JTM Jml Guru

TMG

VII VIII IX HP RKG

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

1 Pendidikan Agama 3 3 3

2 PPKn 3 3 3

3 Bahasa Indonesia 6 6 6

4 Matematika 5 5 5

5 IPA 5 5 5

6 IPS 4 4 4

7 Bahasa Inggris 4 4 4

8 Seni Budaya 3 3 3

9 PJOK 3 3 3

10 Prakarya 2 2 2

Keterangan:

1. Kolom (2) adalah jenis guru di satuan pendidikan

2. Kolom (3), (4), (5) adalah alokasi jam pelajaran yang tercantum dalam K13

3. Kolom (6) diisi jumlah rombel per kelas

4. Kolom (7) JTM diisi dengan hasil penjumlahan dari kolom alokasi waktu

K13 pada kelas kali jml rombel

5. Kolom (8) HP. : Hasil Penghitungan

6. Kolom (9) RKG: Rencana Kebutuhan Guru

7. Kolom (10) TMG : Tatap muka per minggu

Contoh 1: Penghitungan Kebutuhan Guru di SMP

Format Penghitungan Kebutuhan Guru SMP

Nama Sekolah : SMP N Z.

Page 19: 1-A. Pedoman Perencanaan Guru Dikdas

19 | Pedoman Perencanaan Kebutuhan Guru

Jumlah Rombel : 3 rombel (1rombel per tingkat)

No. Jenis Guru

alokasi Waktu

KTSP pada kelas

Jml

rombel/

tingkat

JTM Jml Guru

TMG

VII VIII IX HP RKG

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

1 Pendidikan Agama 3 3 3 1 9 0.38 1 9

2 PPKn 3 3 3 1 9 0.38 1 9

3 Bahasa Indonesia 6 6 6 1 18 0.75 1 18

4 Matematika 5 5 5 1 15 0.63 1 15

5 IPA 5 5 5 1 15 0.63 1 15

6 IPS 4 4 4 1 12 0.50 1 12

7 Bahasa Inggris 4 4 4 1 12 0.50 1 12

8 Seni Budaya 3 3 3 1 9 0.38 1 9

9 PJOK 3 3 3 1 9 0.38 1 9

10 Prakarya 2 2 2 1 6 0.25 1 6

Berdasarkan tabel di atas, pada SMP yang hanya memiliki 3 rombel,

semua guru akan mengajar kurang dari 24 jam tatap muka per minggu.

Contoh 2:

Format Penghitungan Kebutuhan Guru SMP

Nama Sekolah : SMP N X

Jumlah Rombel : 9 rombel (3 rombel per tingkat)

No. Jenis Guru alokasi Waktu Jml JTM Jml Guru TMG

Page 20: 1-A. Pedoman Perencanaan Guru Dikdas

Pedoman Perencanaan Kebutuhan Guru | 20

pada kelas rombel/

tingkat VII VIII IX HP RKG

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

1 Pendidikan Agama 3 3 3 3 27 1.13 1 27

2 PPKn 3 3 3 3 27 1.13 2 13.5

3 Bahasa Indonesia 6 6 6 3 54 2.25 2 27

4 Matematika 5 5 5 3 45 1.88 1 45

5 IPA 5 5 5 3 45 1.88 2 22.5

6 IPS 4 4 4 3 36 1.50 1 36

7 Bahasa Inggris 4 4 4 3 36 1.50 2 18

8 Seni Budaya 3 3 3 3 27 1.13 1 27

9 PJOK 3 3 3 3 27 1.13 2 13.5

10 Prakarya 2 2 2 3 18 0.75 1 18

Berdasarkan tabel di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

o HP guru Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yaitu 1.88jika

dibulatkan ke atas atau direncanakan ada 2 (dua) orang guru,

maka kedua guru tersebut hanya mengajar 22.5 jam tatap muka

per minggu. Apabila direncanakan 1 (satu) orang guru maka guru

tersebut akan mengajar 45 jam tatap muka per minggu.

o HP guru Ilmu Pengetahuan Sosial dan Bahasa Inggris yaitu 1.5 jika

dibulatkan kebawah, guru bersangkutan akan mengajar sebanyak

36 tatap muka per minggu. Apabila dibulatkan keatas tiap guru

akan mengajar 12 jam tatap muka per minggu.

Contoh 2:

Format Penghitungan Kebutuhan Guru SMP

Nama Sekolah : SMP N Y

Jumlah Rombel : 15 rombel (5 rombel per tingkat)

Page 21: 1-A. Pedoman Perencanaan Guru Dikdas

21 | Pedoman Perencanaan Kebutuhan Guru

No. Jenis Guru

alokasi Waktu

pada kelas

Jml

rombel/

tingkat

JTM Jml Guru

TMG

VII VIII IX HP RKG

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

1 Pendidikan Agama 3 3 3 5 45 1.88 1 45

2 PPKn 3 3 3 5 45 1.88 2 22.5

3 Bahasa Indonesia 6 6 6 5 90 3.75 3 30

4 Matematika 5 5 5 5 75 3.13 3 25

5 IPA 5 5 5 5 75 3.13 4 18.75

6 IPS 4 4 4 5 60 2.50 2 30

7 Bahasa Inggris 4 4 4 5 60 2.50 3 20

8 Seni Budaya 3 3 3 5 45 1.88 1 45

9 PJOK 3 3 3 5 45 1.88 2 22.5

10 Prakarya 2 2 2 5 30 1.25 1 30

Berdasarkan tabel di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

o Guru dengan HP 1.88, apabila dibulatkan keaatas maupun

kebawah, akan memiliki JJM diluar rentang kewajiban mengajar 24

s.d 40 jam tatap muka.

Berdasarkan contoh 3 (tiga) tabel tersebut diatas, rencana pemenuhan

guru atau penentuan RKG di SMP agar memenuhi persyaratan

mengajar antara 24 sampai dengan 40 jam tatap muka per minggu

harus diselesaikan kasus per kasus.

Page 22: 1-A. Pedoman Perencanaan Guru Dikdas

Pedoman Perencanaan Kebutuhan Guru | 22

8. Kebutuhan Guru Sekolah Daerah Terpencil

a Prinsip Perhitungan

1) Perencanaan guru pada sekolah daerah terpencil

mengacu pada kebutuhan pendidikan dan kondisi daerah

setempat,

2) Guru di sekolah daerah terpencil dapat berupa guru kelas,

guru mata pelajaran atau guru mata pelajaran yang diberi

tugas tambahan.

3) Untuk SD di daerah terpencil, setiap SD harus

menyediakan minimal 4 (empat) orang guru,

4) Untuk SMP di daerah terpencil, setiap SMP harus

menyediakan minimal 9 (sembilan) orang guru,

b Formula Perhitungan Guru Daerah Terpencil

Jumlah guru di daerah terpencil tidak menggunakan rumus

tertentu, tetapi mengunakan prinsip setiap guru mengajar

paling sedikit 24 (dua puluh empat) sampai dengan paling

banyak 40 (empat puluh) jam tatap muka.per minggu.

9. Kebutuhan Guru BK

a Prinsip Penghitungan

1) Jumlah guru bimbingan dan konseling (BK) pada setiap

sekolah dihitung berdasarkan jumlah peserta didik yang

ada di sekolah tersebut,

2) Setiap guru BK wajib melayani paling sedikit 150 peserta

didik dan paling banyak 250 peserta didik,

3) Setiap SMP, SMA dan SMK harus menyediakan paling

sedikit 1 orang guru BK,

4) Dasar penghitungan jumlah guru BK adalah jumlah siswa

seluruh sekolah dibagi 150.

b Formula Penghitungan Kebutuhan Guru BK

Kebutuhan Guru BK dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Page 23: 1-A. Pedoman Perencanaan Guru Dikdas

23 | Pedoman Perencanaan Kebutuhan Guru

Keterangan:

KG = Kebutuhan guru

JS = Jumlah Siswa

E. Hasil Penghitungan dan Rencana PemenuhanGuru Pada Tingkat

Satuan Pendidikan

Hasil penghitungan kebutuhan jumlah guru pada satu sekolah dapat

berupa angka bulat atau pecahan. Mengingat perencanaan jumlah

guru harus berupa angka bulat maka diperlukan pembulatan pada

angka yang diperoleh dari hasil penghitungan jumlah guru.

Angka bulat menunjukkan guru tersebut sudah mengajar 24 jam tatap

muka per minggu dengan demikian jumlah guru yang harus ada (ideal)

sama dengan hasil penghitungan.

Apabila hasil penghitungan berupa angka pecahan, maka pembulatan

dilakukan sebagai berikut:

Apabila angka pecahan hasil penghitunganlebih kecil dari 1 (satu)

maka pembulatan dilakukan keatas, dengan demikian guru yang

bersangkutan mengajar kurang dari 24 jam tatap muka per minggu.

Apabila hasil penghitungan berupa angka pecahan lebih besar dari

1 (satu) maka pembulatan dilakukan sehingga guru-guru yang

bersangkutan mengajar diatas 24 sampai dengan 40 jam tatap

muka per minggu.

Hasil penghitungan kebutuhan guru dan kemungkinan pembulatan

ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel Pembulatan Hasil Penghitungan Guru

Hasil

penghitungan

Pembulatan

keatas JJM

Pembulatan

kebawah JJM

0,50 1 12 0 0

0,75 1 18 0 0

1,00 1 24.00 1 24.00

JS

KG = 150

X 1 0rang

Page 24: 1-A. Pedoman Perencanaan Guru Dikdas

Pedoman Perencanaan Kebutuhan Guru | 24

Hasil

penghitungan

Pembulatan

keatas JJM

Pembulatan

kebawah JJM

1,17 1 28,00 2,00 14,00

1,33 1 32,00 2,00 16,00

1,50 1 36,00 2,00 18,00

1,67 1 40,00 2,00 20,00

1,83 1 44,00 2,00 22,00

2,00 2 24,00 2,00 24,00

2,17 2 26,00 3,00 17,33

2,33 2 28,00 3,00 18,67

2,50 2 30,00 3,00 20,00

2,67 2 32,00 3,00 21,33

2,83 2 34,00 3,00 22,67

3,00 3 24,00 3,00 24,00

3,17 3 25,33 4,00 19,00

3,33 3 26,67 4,00 20,00

3,50 3 28,00 4,00 21,00

Keterangan:

JJM = jumlah jam mengajar per minggu

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa hasil penghitungan 1,7-

1,9 dibulatkan ke atas atau ke bawah berada di luar jumlah ketentuan

mengajar 24-40 jam tatap muka per minggu. Maka dari itu, rencana

pemenuhan pada tingkat sekolah agar tiap guru dapat memenuhi

persyaratan mengajar antara 24 sampai dengan 40 jam tatap muka per

minggu harus diselesaikan kasus per kasus. Apabila jumlah tatap

muka guru antara 24 sampai dengan 40 jam di sekolah tidak dapat

terpenuhi, pemenuhan harus diselesaikan pada tingkat

kabupaten/kota.

F. Penghitungan Kebutuhan GuruDi Tingkat Kabupaten/Kota

Perhitungan kebutuhan guru pada tingkat kabupaten/kota pada

prinsipnya adalah agregat atau rekapitulasi dari perhitungan sekolah

dalam kabupaten/kota tersebut.Angka yang digunakan dalam

rekapitulasi adalah angka hasil perhitungan yang belum dibulatkan.

Page 25: 1-A. Pedoman Perencanaan Guru Dikdas

25 | Pedoman Perencanaan Kebutuhan Guru

Tiap-tiap kabupaten/kota harus menjumlah semua kebutuhan guru per

sekolah menjadi rekapitulasi kebutuhan guru per kabupaten/kota.

Rekapitulasi dapat dilakukan berbasis pada sekolah, kecamatan atau

pertimbangan lain sesuai kebutuhan masing-masing kabupaten/kota.

Berikut adalah contoh tabel rekapitulasi kebutuhan guru berbasis

sekolah dan kecamatan.

Page 26: 1-A. Pedoman Perencanaan Guru Dikdas

Pedoman Perencanaan Kebutuhan Guru | 26

Format Rekap Hasil Penghitungan Kebutuhan Guru Per

Kabupaten/Kota(berbasis sekolah)

Nama Kabupaten/Kota : Kabupaten _ _ _ _ _.

Provinsi : _ _ _ _

NO SEKO-LAH

KEBU-TUHAN

JENIS GURU

GURU KELAS

SD

GURU AGAMA

PENDIDIKAN PANCASILA DAN

KEWARGANEGARAAN

BAHASA INDONESIA

MATE-MATIKA

IPA IPS BAHASA INGGRIS

SENI BUDAYA

PJOK PRAKARYA MUATAN LOKAL

1 SD N 1 HP

RKG

2 SD N 2 HP

RKG

3 SD N 3 HP

RKG

4 SD N 4 HP

RKG

5 SMP N 1 HP

RKG

6 SMP N 2 HP

RKG

7 SMP N 3 HP

RKG

8 SMP N 4 HP

RKG

Keterangan:

1. HP: Hasil perhitungan

2. RKG: Rencana Kebutuhan Guru

3. Jumlah baris disesuaikan dengan jumlah sekolah yang ada

4. Jumlah kolom disesuaikan dengan banyaknya jenis guru

Page 27: 1-A. Pedoman Perencanaan Guru Dikdas

27 | Pedoman Perencanaan Kebutuhan Guru

G. Penghitungan Kebutuhan Guru per Provinsi

Penghitungan kebutuhan guru pada tingkat provinsi pada prinsipnya

adalah agregat atau rekapitulasi dari perhitungan sekolah dalam

kabupaten/kota tersebut.

Provinsi pada prinsipnya menggunakan format yang mengakomodasi

jenis guru tiap kabupaten/kota. Provinsi juga dapat mengembangkan

format lain sesuai kepentingan masing-masing.

H. Penghitungan Kebutuhan Guru Nasional

Penghitungan kebutuhan guru pada tingkat nasional pada prinsipnya

adalah agregat atau rekapitulasi dari perhitungan tingkat provinsi.

Page 28: 1-A. Pedoman Perencanaan Guru Dikdas

Pedoman Perencanaan Kebutuhan Guru | 28

BAB III

PENUTUP

Pemberlakuan Kurikulum 2013 secara nasional mulaitahun pelajaran

2014/2015 akan berdampak pada perubahan kebutuhan jenis dan jumlah

guru, sehingga setiap satuan pendidikan harus menyusun kebutuhan guru

pada sekolah masing-masing.Dengan demikian, kabupaten/kota

mendapatkan data kebutuhan guru yang akurat.

Pedoman ini diharapkan menjadi acuan bagi satuan pendidikan,

pemerintah daerah, dan Pemerintah dalam merencanakan kebutuhan guru

sebagai bahan untuk melakukan penataan dan pemerataan guru. Selain

itu, diharapkan pengguna pedoman ini memiliki kesamaan persepsi dan

cara dalam penghitungan kebutuhan guru.