PENDEKATAN JELAJAH ALAM SEKITAR DENGAN …lib.unnes.ac.id/28826/1/4401412013.pdf · DAN KEBUN...

51
PENDEKATAN JELAJAH ALAM SEKITAR DENGAN MEMANFAATKAN LABORATORIUM BIOLOGI DAN KEBUN WISATA PENDIDIKAN UNNES SEBAGAI SUMBER BELAJAR MATERI KEANEKARAGAMAN HAYATI skripsi disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi oleh Devi Alvitasari 4401412013 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016 i

Transcript of PENDEKATAN JELAJAH ALAM SEKITAR DENGAN …lib.unnes.ac.id/28826/1/4401412013.pdf · DAN KEBUN...

i

PENDEKATAN JELAJAH ALAM SEKITAR

DENGAN MEMANFAATKAN LABORATORIUM BIOLOGI

DAN KEBUN WISATA PENDIDIKAN UNNES

SEBAGAI SUMBER BELAJAR

MATERI KEANEKARAGAMAN HAYATI

skripsi

disusun sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

oleh

Devi Alvitasari

4401412013

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2016

i

ii

ii

iii

iii

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:

1. “Barang siapa yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu, maka Allah SWT akan memudahkan jalan baginya untuk (menuju) ke surga.” (Al-Hadits)

2. “Khoirunnas anfauhum linnas sebaik-baik manusia adalah manusia yang paling bermanfaat bagi orang lain (Al-Hadits)

PERSEMBAHAN:

Ayah dan Ibundaku tercinta serta adikku tersayang Asatidz dan asatidzah yang membimbing dan

memberi bekal ilmu. Mas, Mbakku dan sahabatku dalam dekapan

ukhuwah fillah. Teman-teman dan adik-adikku yang memberi

semangat, dukungan dan doa.

iv

v

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan nikmat dan

karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul

“Pendekatan Jelajah Alam Sekitar dengan Memanfaatkan Laboratorium Biologi dan

Kebun Wisata Pendidikan Unnes sebagai Sumber Belajar Materi Keanekaragaman

Hayati”.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin tersusun dengan baik tanpa

adanya bantuan dari berbagai pihak yang dengan ikhlas telah merelakan sebagian waktu

dan tenaga demi membantu penulis dalam menyusun skripsi ini. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih setulus hati kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk menyelesaikan studi di UNNES.

2. Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin untuk

melaksanakan penelitian.

3. Ketua Jurusan Biologi FMIPA UNNES yang telah memberikan kemudahan dan

kelancaran dalam penyusunan skripsi.

4. Ibu Dr. Sri Ngabekti, M.S. selaku dosen pembimbing 1 dan dosen wali yang penuh

kesabaran dalam membimbing, memberikan arahan dan motivasi kepada penulis

sehingga skripsi ini dapat selesai.

5. Bapak Andin Irsadi, S.Pd., M.Si. selaku dosen pembimbing 2 yang penuh kesabaran

dalam membimbing, memberikan arahan dan motivasi kepada penulis sehingga skripsi

ini dapat selesai.

6. Ibu Dr. Margareta Rahayuningsih M.Si. selaku dosen penguji yang telah memberikan

masukan kepada penulis demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini.

7. Guru mata pelajran Bologi Bapak Ahmad Zaeni S.Pd. yang telah berkenan membantu,

memberi arahan dan bekerjasama dalam proses penelitian.

8. Siswa kelas XA dan XB MA Al Asror Gunungpati tahun pelajaran 2015/2016

9. Ibunda Salimah dan Ayahku Supriyanto tercinta yang selalu mendoakan, memberi

dukungan, nasehat, dan semangat bagi penulis.

10. Teman-teman observer (Mbak Annisa, Mbak Alfi, Mas Agus, Kakak Riskie) yang

telah membantu proses penelitian berlangsung.

11. Semua pihak yang telah berkenan membantu penulis selama penelitian dan

penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. v

vi

Kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangatlah penulis

harapkan untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terkait pada umumnya dan bagi penulis pada

khususnya.

Semarang, 20 Februari 2016

Penulis

vi

vii

ABSTRAK Alvitasari, Devi. 2015. Pendekatan Jelajah Alam Sekitar Dengan Memanfaatkan Laboratorium Biologi dan Kebun Wisata Pendidikan Unnes Sebagai Sumber Belajar Materi Keanekaragaman Hayati. Dr. Sri Ngabekti, M.S. dan Andin Irsadi, S.Pd., M.Si.

Kegiatan belajar mengajar seharusnya melibatkan peran aktif siswa. Guru dan siswa terlibat dalam sebuah interaksi dengan bahan pelajaran yang digunakan sebagai mediumnya, sehingga siswa lebih aktif, bukan guru yang aktif karena guru hanya berperan sebagai fasilitator. Hasil wawancara dan observasi, pembelajaran biologi di MA Al-Asror Patemon Gunungpati masih berpusat pada guru. Selain itu hasil belajar siswa tahun pelajaran 2014/2015 juga cenderung masih rendah. Sebanyak 33% siswa mendapatkan nilai di bawah KKM, yaitu 71 terutama pada materi keanekaragaman hayati yang memang membutuhkan pembelajaran secara kontekstual. Laboratorium Biologi dan Kebun Wisata Pendidikan Unnes merupakan tempat yang bisa dijadikan sumer belajar materi keanekaragaman hayati karena ditempat tersebut banyak percontohan tanaman, selain itu lokasinya juga dekat dengan MA Al Asror.

Penelitian ini menggunakan desain quasi experimental design dengan bentuk nonequivalent control group design. Sampel yang digunakan adalah dua kelas, yaitu satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol. Pengambilan sampel ditentukan dengan teknik purposive sampling.

Hasil penelitian menunjukan bahwa 100% aktivitas belajar siswa tergolong dalam kriteria sangat aktif. Hasil analisis uji n-gain aktivitas belajar siswa kelas eksperimen diperoleh rerata yang lebih tinggi daripada kelas kontrol. Secara kognitif, hasil analisis ketuntasan belajar posttest siswa kelas eksperimen mencapai 96,4% sedangkan kelas kontrol 60,7%. Hasil uji n-gain, kelas eksperimen menunjukan pencapaian kelas eksperimen jauh lebih baik daripada kelas kontrol. Berdasarkan analisis data aspek psikomotorik dan afektif, kelas eksperimen mendapatkan hasil yang lebih baik dibandingkan kelas kontrol, yaitu 100% siswa masuk kriteria A. Pada aspek afektif di kelas eksperimen 85,7% siswa kriteria sangat baik, dan sisanya pada kriteria baik. Sebesar 98,9% pembelajaran terlaksana dengan baik. Tanggapan siswa sebesar 98,3% mengatakan setuju dengan pendekatan JAS, serta guru juga memberikan tanggapan yang positif terhadap berlangsungnya pembelajaran.

Simpulan hasil penelitian menunjukan bahwa pembelajaran dengan pendekatan JAS bersumber belajar Laboratorium Biologi dan Kebun Wisata Pendidikan Unnes berpengaruh signifikan terhadap aktivitas dan hasil belajar materi Keanekaragaman hayati siswa kelas X MA Al Asror Gunungpati

Kata kunci: hasil belajar, JAS, Kebun Wisata Pendidikan Unnes

vii

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................................... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................................. iv

PRAKATA ..................................................................................................................... v

ABSTRAK ..................................................................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................................................. viii

DAFTAR TABEL .......................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 4

C. Penegasan Istilah ...................................................................................................... 4

D. Tujuan Penelitian ...................................................................................................... 7

E. Manfaat Penelitian .................................................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka ....................................................................................................... 9

1. Pendekatan JAS ........................................................................................................ 9

2. Penerapan Pendekatan JAS ....................................................................................... 18

3. Aktivitas pembelajaran ............................................................................................. 20

4. Sumber Belajar ......................................................................................................... 25

5. Hasil Belajar ............................................................................................................. 27

6. Materi Keanekaragaman hayati ................................................................................ 29

7. Laboratorium Biologi dan Kebun Wisata Pendidikan Unnes ................................... 30

B. Kerangka Berpikir..................................................................................................... 31

C. Hipotesis ................................................................................................................... 32

viii

ix

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................................... 33

B. Populasi dan Sampel ................................................................................................. 33

C. Variabel Penelitian .................................................................................................... 33

D. Rancangan Penelitian ................................................................................................ 33

E. Subyek Penelitian ..................................................................................................... 34

F. Prosedur Penelitian ................................................................................................... 34

G. Data dan Pengumpulan Data ..................................................................................... 35

H. Instrumen: Jenis dan Metode Analisis Instrumen ..................................................... 37

I. Metode Analisis dan Data Hasil Penelitian .............................................................. 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Aktivitas Siswa ......................................................................................................... 49

B. Nilai .......................................................................................................................... 64

1. Aspek Kognitif .......................................................................................................... 64

2. Aspek Psikomotorik .................................................................................................. 76

3. Aspek Afektif ............................................................................................................ 80

C. Keterlaksanaan Pembelajaran ................................................................................... 84

D. Tanggapan Siswa dan Guru ...................................................................................... 85

BAB V PENUTUP

A. Simpulan ................................................................................................................... 90

B. Saran ......................................................................................................................... 90

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 91

LAMPIRAN ................................................................................................................... 95

ix

x

DAFTAR TABEL

Tabel

1. Data, metode pengumpulan data, instrumen dan waktu pelaksanaan........

2. Reability statistic............................................…………………………....

3. Analisis validitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran dari soal uji coba.............................................................................................................

4. Soal-soal yang dipakai untuk pretest dan posttest materi keanekaragaman hayati...............................................................................

5. Kriteria keaktifan siswa..............................................................................

6. Kriteria keterampilan siswa................................…………………....…....

7. Kategori sikap siswa.......................................….....................…………...

8. Aktivitas siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen pada pertemuan 1-3..................................................................................................................

9. Hasil uji t keaktifan siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.........................................................................................................

10. Rata-rata hasil belajar nilai pretest dan posttest siswa kelas eksperimen dan kontrol..................................................................................……...….

11. Hasil uji t nilai pretest siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.............

12. Rata-rata nilai LKS kelas eksperimen dan rata-rata LDS kelas kontrol.........................................................................................................

13. Rata-rata nilai posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol.......................

14. Hasil pengukuran normalitas gain (N-gain)...............................................

15. Hasil uji t data hasil posttest dan n-gain siswa kelas eksperimen dan kontrol.........................................................................................................

16. Hasil analisis ketuntasan belajar nilai posttest siswa..................................

17. Jumlah siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol yang mendapat hasil belajar pada aspek psikomotorik................................................................

18. Hasil belajar siswa aspek psikomotorik kelas eksperimen dan kontrol yang diuji dengan uji t................................................................................

Halaman

36

39

41

41

44

45

46

49

61

64

65

70

71

72

73

74

78

78

x

xi

19. Jumlah siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol yang mendapat hasil belajar pada aspek afektif...........................................................................

20. Hasil uji t data hasil belajar siswa aspek afektif kelas eksperimen dan control.........................................................................................................

21. Jumlah siswa yang setuju terhadap pernyataan keterlakssanaan pembelajaran JAS dengan memanfaatkan Laboratorium Biologi dan Kebun Wisata Unnes pada siswa eksperimen............................................

22. Rekapitulasi tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran dengan menerapkan JAS pada materi keanekaragaman hayati pada kelas eksperimen..................................................................................................

82

83

84

86

xi

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar

1. Kerucut pengalaman Edgar Dale ................................................................

2. Faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar...................................

3. Kerangka berpikir untuk penelitian Pendekatan JAS dengan Memanfaatkan Laboratorium Biologi dan Kebun Wisata Pendidikan Unnes sebagai Sumber Belajar Materi Keanekaragaman Hayati...........................................................................................................

4. Pola penelitian Quasi Experimental Design dengan bentuk Nonequivalent Control Group Design.........................................................

Halaman

26

28

31

34

xii

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Silabus.......................................................................................................

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen...........................

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol..................................

4. Lembar Kerja Kelas (LKS) Eksperimen...................................................

5. Lembar Diskusi Siswa (LDS) Kontrol......................................................

6. Rubrik Aktivitas........................................................................................

7. Rekapitulasi Skor Aktivitas......................................................................

8. Tabulasi Data Aktivitas siswa...................................................................

9. Uji Perbandingan Dua Rata-rata Nilai Keaktifan......................................

10. Kisi-kisi Soal Kognitif..............................................................................

11. Soal Uji Coba............................................................................................

12. Hasil Analisis Soal Uji Coba.....................................................................

13. Soal Pretest Posttest..................................................................................

14. Lembar Jawab Siswa.................................................................................

15. Rekap Hasil Skor Kognitif........................................................................

16. Rekap Hasil Ketuntasan Siswa..................................................................

17. Tabulasi Hasil pretest dan posttest siswa..................................................

18. Rekap Nilai LKS dan LDS........................................................................

19. Uji Perbandingan Dua Rata-rata Pretest...................................................

20. Uji Perbandingan Dua Rata-rata Posttest..................................................

21. Uji N-Gain Pretest-Posttest.......................................................................

22. Uji t N-Gain Pretest-Posttest.....................................................................

23. Rubrik Psikomotorik.................................................................................

24. Rekapitulasi Nilai Psikomotorik................................................................

25. Uji Perbandingan Dua Rata-rata Nilai Psikomotorik................................

26. Lembar Penilaian Diri...............................................................................

27. Tabulasi Data Hasil Penilaian Diri............................................................

Halaman

96

98

107

114

125

135

141

142

145

148

149

162

168

175

176

177

179

183

184

185

186

187

188

189

190

191

193

xiii

xiv

28. Hasil Lembar Penilaian Diri......................................................................

29. Rubrik Afektif...........................................................................................

30. Rekapitulasi Nilai Afektif..........................................................................

31. Uji Perbandingan Dua Rata-rata Nilai Afektif..........................................

32. Angket Keterlaksanaan Pembelajaran.......................................................

33. Tabulasi Data Angket Keterlaksanaan......................................................

34. Hasil Angket Keterlaksanaan....................................................................

35. Angket Tanggapan Siswa..........................................................................

36. Tabulasi Data Angket Tanggapan Siswa...................................................

37. Hasil Angket Tanggapan Siswa.................................................................

38. Lembar Wawancara Guru..........................................................................

39. Hasil Lembar Wawancara Guru................................................................

40. Soal POP Quis...........................................................................................

41. Kunci Jawaban POP Quis..........................................................................

42. Peta Kebun Wisata Pendidikan Unnes......................................................

43. Surat Penetapan Dosen Pembimbing.........................................................

44. Surat Ijin Penelitian...................................................................................

45. Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran.......................................................

194

195

197

198

199

200

201

202

203

204

205

207

209

210

211

212

213

214

xiv

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Biologi merupakan ilmu yang menjelaskan tentang konsep/teori

berdasarkan kejadian alam. Proses pembelajaran disini diharapkan bukan

hanya sekedar membahas materi dalam buku-buku panduan pelajaran atau

menginformasikan pengetahuan kepada siswa, tetapi menekankan pada

pemberian pengalaman secara langsung kepada siswa untuk memahami

gejala yang terjadi (Rahayu et al. 2003).

Pembelajaran ilmu biologi mengandung empat unsur utama, pertama:

unsur sikap, rasa ingin tahu, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan

sebab akibat yang akan menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan

melalui prosedur yang benar, sehingga ilmu sains bersifat open ended. Kedua

proses, prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah. Ketiga produk,

berupa fakta, prinsip, teori dan hukum dan yang keempat adalah aplikasi,

penerapan metode ilmiah dan konsep sains dalam kehidupan sehari-hari

(BSNP 2006).

Menurut Carin dan Sund (1990), pembelajaran biologi idealnya

dikembangkan sesuai dengan hakikat pembelajarannya yaitu ke arah

pengembangan scientific processes, scientific products, scientific attitudes,

Scientific processes identik pada proses kegiatan ilmiah yang

mengembangkan keterampilan proses sains yang dilakukan oleh peserta didik

melalui berbagai aktivitas seperti: mengamati, menganalisis, melakukan

percobaan untuk menemukan sendiri konsep-konsep sebagai produk sains

ilmiah.

Keterampilan Proses Sains (KPS) merupakan keterampilan yang

berorientasi kepada proses IPA. KPS melibatkan keterampilan-keterampilan

kognitif atau intelektual, afektif (sosial) dan keterampilan psikomotor.

Keterampilan tersebut jika diajarkan kepada siswa, akan berdampak positif

jika dilatihkan kepada siswa (Pratiwi, 2013).

2

Kegiatan belajar mengajar seharusnya melibatkan peran aktif siswa.

Guru dan siswa terlibat dalam sebuah interaksi dengan bahan pelajaran yang

digunakan sebagai mediumnya, sehingga siswa lebih aktif, bukan guru yang

aktif karena guru hanya berperan sebagai fasilitator (Djamarah, 2010).

Dengan demikian siswa dituntut agar lebih aktif dan mampu mengeksplor

sumber daya yang ada sebagai sarana belajar biologi.

Proses pembelajaran yang dilakukan di kelas seharusnya selalu

melibatkan siswa. Dari hasil wawancara dan observasi, pembelajaran biologi

di MA Al-Asror Patemon Gunungpati masih berpusat pada guru.

Pembelajaran sudah dibantu dengan Power Point dan diskusi, namun masih

cenderung teoritik dan belum memanfaatkan lingkungan sebagai sumber

belajar, sehingga aktivitas siswa menjadi kurang optimal. Menurut guru

Biologi di MA Al-Asror Patemon Gunungpati, ditinjau dari input siswanya

juga masuk ke dalam kuadran tiga yang berarti bahwa siswa memiliki

semangat belajar yang kurang. Selain itu hasil belajar siswa juga cenderung

masih rendah, 33% siswa mendapatkan nilai di bawah KKM, yaitu 71

terutama pada materi keanekaragaman hayati yang memang membutuhkan

pembelajaran secara kontekstual.

Materi Keanekaragaman hayati dapat diajarkan dengan memanfaatkan

lingkungan alam sebagai sumber belajar, sehingga siswa dapat

mengkonstruksi sendiri dan mampu memberikan pemahaman yang lebih.

Keanekaragaman hayati adalah materi pembelajaran biologi kelas X yang

mempelajari tentang keanekaragaman makhluk hidup. Materi

keanekaragaman hayati memiliki dua kompetensi dasar yang harus dicapai

siswa. Penelitian ini mengacu pada kompetensi dasar yang pertama yaitu

mendeskripsikan konsep keanekaragaman gen, jenis, ekosistem melalui

kegiatan pengamatan.

Lingkungan sekitar hendaknya bisa dijadikan sumber belajar namun

jika dilihat di lingkungan MA Al-Asror Patemon Gunungpati, belum bisa

dijadikan pembelajarn untuk materi keanekaragaman hayati. Hal ini

dikarenakan materi keanekaragaman hayati membutuhkan banyak objek.

3

Laboratorium Biologi Biologi biologi merupakan salah satu fasilitas yang

disediakan Unnes guna memperlancar berjalannya perkuliahan, tepatnya di

gedung D11 Kampus Unnes. Di halaman sekitar Laboratorium Biologi

Biologi terdapat beragam tanaman, baik itu tanaman hias maupun tanaman

obat, yang memiliki keanekaragaman hayati cukup bervariasi.

Kebun Wisata Pendidikan Unnes merupakan salah satu ruang terbuka

hijau yang berada di lingkungan kampus Unnes, yang didalamnnya terdapat

juga rumah penangkaran kupu-kupu. Kebun wisata pendidikan ini

menyediakan sarana dan prasarana yang relevan sebagai sumber belajar

biologi serta mengembangkan alternatif kegiatan pembelajaran biologi yang

bersifat inovatif dan menyenangkan (Priyono dan Abdullah 2013).

Laboratorium Biologi dan Kebun Wisata Pendidikan Unnes relevan untuk

dijadikan sebagai sumber belajar materi keanekaragaman hayati, khususnya

keanekaragaman tumbuhan. Hal tersebut juga didukung karena jarak antara

sekolah dan kampus Unnes hanya berkisar tujuh menit, sehingga bisa

mengefisienkan waktu.

Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) merupakan salah satu

pendekatan yang sangat selaras dengan materi keanekaragaman hayati.

Pendekatan ini menekankan pada gaya dalam menyampaikan materi yang

meliputi sifat, cakupan dan prosedur kegiatan yang eksploratif memberikan

pengalaman nyata kepada siswa. JAS merupakan perpaduan berbagai

pendekatan antara lain eksplorasi dan investigasi, konstruktivisme,

keterampilan proses dengan cooperative learning.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sartika (2012),

menunjukkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar pada kelas

eksperimen, bahkan diketahui adanya perbedaan yang sangat signifikan

antara peningkatan hasil belajar siswa di kelas yang menggunakan

penerapan JAS dan yang tidak.

Pendekatan JAS juga berpengaruh terhadap keaktifan siswa p-value

sebesar 0,005 (<0,025), sumbangan pengaruh R sebesar 41,3%. Siswa juga

mempunyai tanggapan positif terbukti dari hasil analisis deskriptif dengan

4

presentasi rata-rata semua aspek memperoleh tanggapan sebanyak 80%

dengan kategori baik (Hidayani, 2014).

Berdasarkan uraian di atas, penting untuk dilakukan penelitian dengan

judul “Penerapan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) dengan

Memanfaatkan Laboratorium Biologi dan Kebun Wisata Pendidikan Unnes

Sebagai Sumber Belajar Materi Keanekaragaman Hayati”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah: bagaimana efektivitas penerapan pendekatan JAS dengan

memanfaatkan Kebun Wisata Pendidikan Unnes sebagai sumber belajar

keanekaragaman hayati terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa MA Al-

Asror Patemon Gunungpati?

C. Penegasan Istilah

Penegasan istilah merupakan penegasan dari konsep, kemudian

dioperasionalkan (definisi operasional), untuk memberi gambaran tentang

variabel yang jelas dan terukur. Penegasan istilah atau konsep dimaksudkan

untuk menghindari salah penafsiran dari suatu konsep. Istilah-istilah yang

perlu dijelaskan adalah sebagai berikut.

1. Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS)

Pendekatan pembelajaran JAS dapat didefinisikan sebagai pendekatan

pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan alam sekitar kehidupan peserta

didik baik lingkungan fisik, sosial, teknologi maupun budaya sebagai objek

belajar biologi yang fenomenanya dipelajari melalui kerja ilmiah (Marianti

dan Kartijono 2005). Menurut Ridlo et al. (2005) kegiatan penjelajahan

merupakan suatu strategi alternatif dalam pembelajaran biologi. Lingkungan

sekitar dalam hal ini bukan saja sebagai sumber belajar tetapi menjadi objek

yang harus diuntungkan sebagai akibat adanya kegiatan pembelajaran.

5

Pendekatan JAS berbasis pada akar budaya, dikembangkan sesuai metode

ilmiah dan dievaluasi dengan berbagai cara.

Pada penelitian ini JAS akan dilakukan di dua tempat, yaitu di halaman

Laboratorium Biologi Biologi biologi, gedung D11 untuk mengamati

keanekaragaman gen dan ekosistem kolam. Kemudian dilanjutkan di Kebun

Wisata Pendidikan Unnes zona IV untuk mengamati keanekaragaman tingkat

spesies dan ekosistem darat, yaitu padang rumput.

2. Aktivitas

Aktivitas belajar adalah seluruh kegiatan siswa yang dilakukan selama

proses belajar mengajar berlangsung, baik kegiatan yang bersifat fisik maupun

mental (Sardiman, 2007). Pada penelitian ini aktivitas yang dimaksud adalah

segala proses pembelajaran yang teramati selama tiga kali pertemuan yang

dicatat oleh observer sesuai rubrik yang sudah disiapkan. Baik aktivitas saat

dikelas, maupun saaat melakukan pengamatan di depan Laboratorium Biologi

dan Kebun Wisata Pendidikan Unnes.

3. Hasil belajar

Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang diperoleh setelah

mengalami aktivitas belajar. Penilaian hasil belajar bertujuan untuk melihat

kemampuan peserta didik dalam penguasaan materi yang dipelajari dan

ditetapkan (Arikunto, 2013). Pada penelitian ini, hasil belajar didefinisikan

secara konstitutif sebagai hasil yang diperoleh siswa selama proses

pembelajaran menggunakan pendekatan JAS, khususnya adalah

meningkatnya hasil belajar siswa secara kognitif.

Hasil belajar dalam penelitian ini didefinisikan secara operasional

sebagai skor yang diperoleh siswa pada aspek kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Hasil belajar aspek kognitif diperoleh dari skor pretest-posttest,

penilaian laporan kegiatan pengamatan dan tugas. Selanjutnya juga data

keaktifan siswa menjadi pertimbangan. Hasil belajar akan dianalisis hingga

menjadi nilai dalam konversi 100, kemudian digunakan sebagai data untuk

menguji hipotesis. Pendekatan JAS dikatakan efektif apabila aktivitas dan

hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas

6

kontrol, dan uji ketuntasan klasikal pada kelas eksperimen ≥75% dengan

KKM sebesar 71.

4. Materi keanekaragaman hayati

Materi Keanekaragaman Hayati adalah materi yang mencakup bahasan

tentang Konsep keanekaragaman gen, jenis dan ekosistem. Cakupan materi

tersebut diambil dari silabus yang dibuat oleh guru sesuai dengan kurikulum

KTSP. Standar kompetensi dari materi tersebut adalah Memahami manfaat

keanekaragaman hayati. Meskipun keanekaragaman hayati mudah dijumpai

di alam sekitar, materi keanekaragaman hayati adalah materi yang sangat

kompleks dan memiliki jangkauan luas, sehingga diperlukan pendekatan dan

strategi yang tepat agar pembelajaran menjadi bermakna serta efektif dan

efisien. Materi keanekaragaman hayati memiliki 2 kompetensi dasar yang

harus dicapai siswa. Penelitian ini mengacu pada kompetensi dasar yang

pertama yaitu mendeskripsikan konsep keanekaragaman gen, jenis, pada

flora dan ekosistem air yaitu kolam dan ekosistem darat yaitu padang rumput

pada Kebun Wisata Pendidikan Unnes zona IV melalui kegiatan pengamatan.

5. Laboratorium Biologi dan Kebun Wisata Pendidikan

Laboratorium Biologi yang berada di gedung D11 kampus Unnes,

tepatnya pada halaman depan terdapat bermacam-macam tananam yang

dapat digunakan sebagai percontohan materi keanekaragaman hayati.

Kebun Wisata Pendidikan merupakan sebuah pekarangan yang didalamnya

terdapat berbagai macam tanaman yang terletak di kawasan kampus

Universitas Negeri Semarang (Unnes) Sekaran Gunungpati Semarang

(Kebun Wisata Pendidikan Unnes). Dalam penelitian ini, Halaman depan

Laboratorium Biologi adalah sumber belajar keanekaragaman hayati tingkat

gen meliputi berbagai macam tanaman hias. Keanekaragaman tingkat

ekosistem air, menggunakan kolam kecil yang terdapat di depan

laboratorium. Kebun Wisata Pendidikan Unnes adalah sumber belajar siswa

dalam mempelajari materi keanekaragaman hayati tingkat spesies, yaitu di

7

penangkaran kupu-kupu dan rumah anggrek serta jenis rumput-rumputan

dan keanekaragaman hayati ekosistem darat diamati pada lapangan rumput

yang terletak pada zona IV (zona tanaman hias dan zona koleksi spesifik).

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis efektivitas penerapan

pendekatan JAS dengan memanfaatkan Laboratorium Biologi dan Kebun

Wisata Pendidikan Unnes sebagai sumber belajar keanekaragaman hayati

terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa MA Al-Asror Patemon Gunungpati.

E. Manfaat Penelitian

a. Manfaat korespondensi

Penelitian ini memberikan bukti ilmiah tentang kebenaran adanya

pengaruh penerapan pendekatan JAS terhadap hasil belajar siswa. Pendekatan

pembelajaran ini telah dikaji dari berbagai aspek yang pada akhirnya dapat

digunakan sebagai pendekatan pembelajaran biologi yang handal. Pendekatan

ini menekankan pada gaya dalam menyampaikan materi yang meliputi

sifat,cakupan dan prosedur kegiatan yang eksploratif memberikan

pengalaman nyata kepada siswa (Marianti et al. 2008).

b. Manfaat koherensi

Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan bahwa pendekatan JAS

mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Dibuktikan dengan uji hipotesis

mengenai pengaruh pendekatan JAS terhadap hasil belajar siswa yaitu:

penerapan pendekatan JAS berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hasil

penelitian dapat dipublikasikan sehingga dapat berkontribusi bagi penelitian

pendidikan dan penelitian sejenis yang membahas pendekatan JAS.

c. Manfaat pragmatis

Diharapkan dapat memberikan informasi kepada guru mengenai

manfaat dari pendekatan JAS dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

Pembelajaran menggunakan pendekatan JAS diharapkan mampu berdampak

pada prestasi siswa khususnya pada materi Keanekaragaman Hayati sekaligus

8

membiasakan untuk melatih kemampuan memanfaatkan sumberdaya

lingkungan seagai objek nyata pembelajaran biologi. Manfaat bagi sekolah

yaitu penelitian ini dapat menjadi referensi dalam memilih strategi

pembelajaran Biologi yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar yang

dapat meningkatkan kualitas siswa di sekolah.

9

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Pendekatan JAS

Pendekatan pembelajaran JAS adalah salah satu inovasi pendekatan

pembelajaran biologi dan maupun bagi kajian ilmu lain yang bercirikan

memanfaatkan lingkungan sekitar dan simulasinya sebagai sumber belajar

melalui kerja ilmiah, serta diikuti pelaksanaan belajar yang berpusat pada

siswa. Belajar adalah kegiatan aktif siswa dalam membangun pemahaman

atau makna. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan pembelajaran JAS

memberi keleluasaan kepada siswa untuk membangun gagasan yang muncul

dan berkembang setelah pembelajaran berakhir. Disisi lain dengan

pendekatan pembelajaran JAS tampak secara eksplisit bahwa tanggungjawab

belajar berada pada siswa dan guru mempunyai tanggungjawab menciptakan

situasi yang mendorong prakarsa, motivasi dan tanggungjawab siswa untuk

belajar sepanjang hayat.

Pendekatan pembelajaran JAS dalam implementasinya menekankan

pada pembelajaran yang menyenangkan. Hal Ini merupakan salah satu

komponen dari PAKEM yang mempunyai kepanjangan pembelajaran aktif,

kreatif, efektif dan menyenangkan. Pada pendekatan pembelajaran JAS,

karakter menyenangkan, terekspresi secara eksklusif dalam istilah

bioedutainment (asal kata bio: biology; edu: education, dan tainment:

intertainment), yakni merupakan strategi pembelajaran biologi yang

menghibur dan menyenangkan melibatkan unsur ilmu atau sains,proses

penemuan ilmu (inkuari), ketrampilan berkarya, kerjasama, permainan yang

mendidik, kompetisi, tantangan dan sportivitas (Susilowati, 2008).

Biologi sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan memiliki

karakteristik tersendiri dibandingkan ilmu-ilmu alam lainnya. Belajar Biologi

berarti berupaya mengenal makhluk hidup dan proses kehidupannya di

lingkungan sehingga memerlukan pendekatan dan metode yang memberi ciri

dan dasar kerja dalam pengembangan konsep. Siswa akan lebih banyak

10

memperoleh nilai-nilai pendidikan bila siswa menemukan sendiri konsep-

konsep tentang alam sekitarnya melalui proses keilmuan. Hal ini

menimbulkan konsekuensi bagi pola pembelajaran yang dilakukan siswa

tersebut.

Pendekatan JAS terdiri atas beberapa komponen yang seyogyanya

dilaksanakan secara terpadu. Adapun komponen-komponen JAS adalah

sebagai berikut.

a. Eksplorasi

Eksplorasi terhadap lingkungannya, berarti seseorang akan berinteraksi

dengan fakta yang ada dilingkungan sehingga menemukan pengalaman

dan sesuatu yang menimbulkan pertanyaan atau masalah. Adanya masalah

pada manusia akan menyebabkan dia melakukan kegiatan berpikir untuk

mencari pemecahan masalah. Memecahkan masalah tidak berdasar pada

perasaan tetapi lebih kepenalaran ilmiah (Suriasumantri, 2000).

Lingkungan yang dimaksud disini tidak hanya lingkungan fisik saja, akan

tetapi juga meliputi lingkungan sosial, budaya dan teknologi.

b. Konstruktivisme

Pengetahuan dahulu dianggap sebagai kumpulan fakta. Akan tetapi

sekarang pendapat ini mulai bergeser, terutama dibidang sains.

Pengetahuan lebih dianggap sebagai suatu proses pembentukan

(konstruksi) yang terus menerus, terus berubah dan berkembang (Suparno,

2000). Sarana yang tersedia bagi seseorang untuk mengetahui sesuatu

adalah alat inderanya. Seseorang berinteraksi dengan lingkungannya

melalui alat inderanya, melihat, mendengar, menyentuh, mencium dan

merasakannya. Menurut Lorsbach & Tobin (1997), selama proses

berinteraksi dengan lingkungan, seseorang akan memperoleh

pengetahuan. Jadi pengetahuan ada dalam diri sesorang yang sedang

mengetahui. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak

seseorang (guru). Paserta didik sendiri yang harus mengartikan pelajaran

yang disampaikan guru dengan menyesuaikan terhadap pengalaman-

pengalaman siswa sebelumnya. Pada proses pembentukan pengetahuan,

11

menurut Piaget (1970) terdapat dua aspek berpikir yaitu aspek figuratif

dan aspek operatif. Aspek operatif lebih penting karena menyangkut

operasi intelektual atau sistem transformasi. Berpikir operatif inilah yang

memungkinkan seseorang untuk mengembangkan pengetahuannya dari

suatu level tertentu ke level yang lebih tinggi.

c. Proses Sains

Proses sains atau proses kegiatan ilmiah dimulai ketika seseorang

mengamati sesuatu. Sesuatu diamati karena menarik perhatian, mungkin

memunculkan pertanyaan atau permasalahan. Permasalahan ini perlu

dipecahkan melalui suatu proses yang disebut metode ilmiah untuk

mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Proses sains juga

merupakan salah satu dari keterampilan yang perlu dimiliki oleh siswa.

Keterampilan ini melibatkan keterampilan kognitif atau intelektual, manual

dan sosial. Keterampilan kognitif atau intelektual terlibat karena dengan

melakukan keterampilan proses siswa menggunakan pikirannya.

Keterampilan manual jelas terlihat dengan keterampilan proses karena

siswa melibatkan penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyususnan,

atau perakitan alat.

Perlunya pembelajaran keterampilan proses sains adalah sebagai berikut.

1. Perkembangan ilmu pengetahuan berkembang cepat sehingga para guru

tidak mungkin lagi mengajarkan semua fakta dan konsep kepada

siswanya.

2. Siswa mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika

disertai contoh-contoh yang wajar sesuai dengan situasi dan kondisi

yang dihadapi denga cara mempraktekkan sendiri.

3. Penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak namun penemuan

bersifat relatif. Suatu teori mungkin terbantah dan ditolak setelah orang

lain mendapatkan data baru yang mampu membuktikan kekeliruan teori

yang dianut.

4. Proses pembelajarannya seharusnya pengembangan konsep tidak

terlepaskan dari pengembagan sikap dan nilai dari siswa.

12

Beberapa alasan keterampilan proses sains diperlukan dalam pendidikan.

1. Memiliki manfaat dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam

kehidupan

2. Memberi bekal siswa untuk membentuk konsep sendiri dan cara

bagaimana mempelajari sesuatu

3. Membantu siswa mengembangkan dirinya sendiri

4. Sangat membantu siswa yang masih berada pada taraf perkembangan

berpikir konkrit

5. Mengembangkan kreativitas siswa

Proses sains dibangun dari tiga keterampilan manual, intelektual, dan

sosial. Sesuai karakteristik sains yang berhubungan dengan cara mencari

tahu tentang alam secara sistematis, bukan hanya fakta, konsep, prinsip saja

namun menekankan pada penemuan. Kemampuan siswa dalam

menemukan konsep perlu dibekalkan dengan kegiatan pembelajaran yang

berorientasi proses (student centered). Menurut Zulfani (2009)

keterampilan proses sains terdiri dari sepuluh keterampilan yaitu: observasi,

menafsirkan hasil pengamatan, mengelompokan, meramalkan,

keterampilan berkomunikasi, berhipotesis, merencanakan percobaan,

menerapkan konsep, mengajukan pertanyaan, dan keterampilan

menyimpulkan.

1. Melakukan observasi

Mengamati (observasi) merupakan keterampilan dasar dalam proses

dan memperoleh ilmu pengetahuan serta merupakan hal penting untuk

mengembangkan keterampilan proses yang lain. Keterampilan ini

berhubungan dengan penggunaan secara optimal dan proposional

seluruh alat indra untuk menggambarkan objek dan hubungan ruang

waktu atau mengukur karakteristik fisik benda-benda yang diamati.

Pengamatan dilakukan secara langsung dan tidak langsung.

Pengamatan juga bisa dilakukan dengan alat bantu maupun tidak.

2. Menafsirkan hasil pengamatan

Interpretasi meliputi keterampilan mencatat hasil pengamatan dengan

13

bentuk angka-angka, menghubung-hubungkan hasil pengamatan,

menemukan pola keteraturan dari satu seri pengamatan hingga

memperoleh kesimpulan. Kemudian inferensi adalah kesimpulan

sementara terhadap data hasil observasi, merupakan penjelasan

sederhana terhadap hasil observasi.

3. Mengelompokan

Dasar keterampilan klasifikasi adalah kemampuan mengidentifikasi

perbedaan dan persamaan antara berbagai objek yang diamati.

Termasuk kedalam jenis keterampilan ini adalah menggolong-

golongkan, membandingkan, mengkontraskan, dan mengurutkan. Jadi,

klasifikasi merupakan keterampilan proses untuk memilih berbagai

objek peristiwa berdasarkan sifat-sifat khusus dari objek yang

dimaksud.

4. Meramalkan

Keterampilan meramalkan atau prediksi mencangkup keterampilan

mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan

suatu kecenderungan atau pola data yang sudah ada. Memprediksi

dapat dapat diartikan sebagai mengantisipasi, membuat perkiraan atau

membuat ramalan pada waktu yang akan datang pada pola tau

kecenderungan tertentu atau berhubungan antara fakta, konsep, dan

prinsip dalam ilmu pengetahuan.

5. Keterampilan berkomunikasi

Menginformasikan hasil pengamatan, hasil prediksi atau hasil

percobaan kepada orang lain termasuk keterampilan berkomunikasi.

Bentuk komunikasi ini bisa dalam bentuk lisan, tulisan, grafik, tabel

diagram, atau gambar. Mengkomunikasikan dapat diartikan

menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep, dan prinsip ilmu

pengetahuan dalam bentuk visual, verbal, dan voice.

6. Hipotesis

Hipotesis menyatakan hubungan antara dua variabel atau mengajukan

perkiraan penyebab sesuatu terjadi. Bila prediksi inferensi dan

14

interpretasi didasarkan pada data atau pola data kevcenderungan

dengan metode induktif, maka hipotesis didasarkan pada pemahaman

suatu teori atau konsep dengan metode deduktif. Keterampilan

berhipotesis dapat diartikan suatu perkiraan yang beralasan untuk

menerangkan suatu kejadian.

7. Merencanakan percobaan

Termasuk kedalam jenis keterampilan ini adalah keterampilan

menentukan alat dan bahan yang diperlukan untuk menguji atau

menyelidiki sesuatu. Apabila dalam LKS tidak dituliskan alat dan

bahan secara khusus tetapi tersirat dalam masalah yang dikemukakan,

berarti siswa diminta merencanakan dengan cara menentukan alat dan

bahan untuk penyelidikan tersebut.

8. Menerapkan konsep

Keterampilan ini meliputi antara lain keterampilan menggunakan

konsep-konsep yang telah dipahami untuk menjalaskan peristiwa baru,

menerapkan konsep yang dikuasai pada situasi baru atau menerapkan

rumus-rumus pada pemecahan sol-soal baru.

9. Mengajukan pertanyaan

Keterampilan ini sebenarnya keterampilan mendasar yanng harus

dimiliki siswa sebelum mempelajari suatu masalah lebih lanjut.

Keterampilan bertanya yang dimaksud adalah kecakapan atau

kemampuan siswa dalam memperoleh pengetahuan dan mampu

meningkatkan kemampuan berpikir.

10. Keterampilan menyimpulkan.

Keterampialn-keterampilan proses yang ditampilkan diatas menjadi

kurang begiru bermakna lagi hasil belajar siswa, terutama dalam hal

menguasai konsep, apabila tidak ditunjang dengan keterampilan

menarik suatu generalisasi dan serangkaian hasil kegiatan perobaan

atau penyelidikan.

d. Masyarakat belajar (learning community)

Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran

15

diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh

dari sharing antar teman, antar kelompok, antara yang tahu dengan

yang belum tahu. Dalam kelas yang menggunakan pendekatan

kontekstual, guru disarankan untuk melaksanakan pembelajaran dalam

kelompok belajar. Anggota kelompok sebaiknya yang heterogen,

sehingga yang pandai dapat mengajari yang kurang pandai, yang cepat

menangkap pelajaran dapat mendorong temannya yang lambat, yang

mempunyai gagasan dapat mengajukan usul. Guru juga dapat melakukan

kolaborasi dengan mendatangkan “ahli” ke kelas sebagai nara sumber

sehingga peserta didik dapat memperoleh pengalaman belajar secara

langsung dari ahlinya (Susilowati, 2008).

Masyarakat belajar dapat terbentuk jika terjadi proses komunikasi dua

arah. Di dalam masyarakat belajar, dua kelompok atau lebih yang

terlibat komunikasi pembelajaran saling belajar. Seseorang yang terlibat

dalam kegiatan masyarakat belajar memberi informasi yang diperlukan

oleh teman bicaranya dan sekaligus juga minta informasi yang

diperlukan dari teman belajarnya. Setiap pihak harus merasa bahwa

setiap orang lain memiliki pengetahuan, pengalaman, atau keterampilan

yang berbeda yang perlu dipelajari. Pada praktek pembelajaran di kelas,

masyarakat belajar dapat terwujut dalam: pembentukan kelompok kecil,

Pembentukan kelompok besar, mendatangkan “ahli” ke kelas, bekerja

dengan kelas sederajat, bekerja kelompok dengan kelas di atasnya, bekerja

dengan masyarakat (Sartika, 2012).

e. Bioedutainment

Profesi pendidik akan tetap eksis apabila ada pembaharuan atau

dinamika paradigma. Pendekatan pembelajaran biologi terus berkembang

sesuai perkembangan ilmu dasar dan terapan yang menyertainya.

Biologi merupakan salah satu kajian ilmu strategis untuk dapat

memahami tentang fenomena alam. Pengembangan biologi yang

kompleks perlu diikuti dengan pendekatan pembelajaran yang mengarah

pada pembekalan dan ilmu disertai sikap untuk mau belajar sepanjang

16

hidup. Untuk itu pendekatan pembelajaran yang mengasyikan yang

menghibur dan menyenangkan perlu dikembangkan secara konsisten

(Marianti et al. 2008)

Bioedutainment dalam pendekatannya melibatkan unsur utama ilmu dan

penemuan ilmu, keterampilan berkarya, kerjasama, permainan yang

mendidik, kompetisi, tantangan dan sportivitas dapat menjadi salah satu

solusi dalam menyikapi perkembangan biologi saat ini dan masa yang

akan datang. Melalui penerapan strategi pembelajaran bioedutainment,

aspek kognitif, afektif dan psikomotorik pada diri siswa dapat diamati.

Strategi bioedutainment menekankan kegiatan pembelajaran yang

dikaitkan dengan situasi nyata, sehingga dapat membuka wawasan

berfikir yang beragam dari seluruh peserta didik. Strategi ini

memungkinkan seluruh peserta didik dapat mempelajari berbagai konsep

dan cara mengaitkan dengan kehidupan nyata, sehingga hasil belajarnya

lebih berdaya dan berhasil guna (Susilowati, 2008).

Pembelajaran biologi dengan menerapkan strategi bioedutainment

memungkinkan peserta didik untuk menguatkan, memperluas dan

menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik siswa dalam

berbagai macam tatanan dalam sekolah dan luar sekolah agar dapat

memecahkan masalah dunia nyata dan masalah yang disimulasikan.

Strategi pembelajaran bioedutainment dapat diterapkan di luar kelas (out

door classroom) atau di dalam kelas (in door classroom), maupun di

tempat pembelajaran lainnya dikaitkan dengan metode pembelajaran

konvensional yakni ceramah, diskusi, permainan edukatif, eksperimen,

bermain peran yang bersifat multi strategi dan multi media. Strategi

pembelajaran biologi dengan pendekatan JAS bercirikan ekplorasi

sumber daya alam serta eksplorasi potensi peserta didik. Pembelajaran

bioedutainment dapat diterapkan pada semua standart kompetensi

(Marianti et al. 2008).

f. Assesmen autentik

Assesmen adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa

17

memberikan gambaran perkembangan belajar peserta didik. Bila data

yang dikumpulkan guru mengidentifikasikan bahwa siswa mengalami

kemacetan dalam belajar, maka guru bisa segera mengambil tindakan

yang tepat agar siswa terbebas dari kemacetan belajar. Jadi assesment

dilakukan selama proses pembelajaran, terintegrasi dalam kegiatan

pembelajaran, bukan hanya pada akhir periode pembelajaran saja.

Pembelajaran yang benar ditekankan pada upaya membantu siswa agar

mampu mempelajari, bukan ditekankan pada banyak sedikitnya informasi

yang diperoleh pada akhir periode pembelajaran. Karena assesment

menekankan pada proses pembelajaran, maka data yang dikumpulkan

harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat

melakukan proses pembelajaran (Pratiwi, 2013).

Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan semata-mata dari hasil.

Penilaian autentik menilai pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh

siswa. Sebagai penilai tidak hanya guru, tetapi juga teman lain atau orang

lain. Karakteristik penilaian autentik adalah: dilaksanakan selama dan

sesudah proses pembelajaran, bisa digunakan untuk formatif maupun

sumatif, yang diukur keterampilan dan performansi, berkesinambungan,

terintegrasi, dapat digunakan sebagai umpan balik.

Hal-hal yang digunakan sebagai dasar menilai prestasi siswa adalah:

proyek atau kegiatan dan laporannya, Pekerjaan rumah, kuis, karya siswa,

presentasi atau penampilan siswa, demonstrasi, laporan, jurnal, hasil tes

tertulis, karya tulis.

Dari hasil penilaian autentik dapat menjawab pertanyaan: “kemampuan

apakah yang sudah dikuasai peserta didik?” bukan “apa yang sudah

diketahui peserta didik?” Dengan cara ini siswa dinilai kemampuannya

dengan berbagai cara, tidak hanya hasil tes tertulis saja.

Menurut Susilowati (2008), pembelajaran JAS dilaksanakan dalam

suasana yang menyenangkan, tidak membosankan, sehingga peserta didik

bergairah. Pembelajaran JAS menekankan pada siswa aktif dan kritis, jadi

pembelajaran berpusat pada siswa, dipandu oleh guru yang kreatif.

18

2. Penerapan pendekatan JAS

Jelajah Alam Sekitar (JAS) merupakan pendekatan yang masih

aksiomatis, sehingga perlu dikonkritkan. Pada implementasinya,

penjelajahan merupakan penciri kegiatan termasuk di dalamnya adalah

discovery dan inkuiri, sedangkan alam sekitar merupakan objek yang

dieksplorasi.

Menurut Ridlo e t a l . (2005) kegiatan penjelajahan merupakan

suatu strategi alternatif dalam pembelajaran biologi. Kegiatan ini mengajak

peserta didik aktif mengeksplorasi lingkungan sekitarnya untuk mencapai

kecakapan kognitif afektif, dan psikomotornya sehingga memiliki

penguasaan ilmu dan keterampilan, penguasaan berkarya, penguasaan

menyikapi dan penguasaan bermasyarakat.

Lingkungan sekitar dalam hal ini bukan saja sebagai sumber belajar

tetapi menjadi obyek yang harus diuntungkan sebagai akibat adanya

kegiatan pembelajaran. Pendekatan JAS berbasis pada akar budaya,

dikembangkan sesuai metode ilmiah dan dievaluasi dengan berbagai cara

(Susilowati, 2008).

Pendekatan pembelajaran JAS dapat didefinisikan sebagai

pendekatan pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan alam sekitar

kehidupan peserta didik baik lingkungan fisik, sosial, teknologi maupun

budaya sebagai objek belajar biologi yang fenomenanya dipelajari

melalui kerja ilmiah (Marianti dan Kartijono 2005). Hal yang menjadi

penciri dalam kegiatan pembelajaran berpendekatan JAS adalah selalu

dikaitkan dengan alam sekitar secara langsung maupun tidak langsung

yaitu dengan menggunakan media. Ciri kedua adalah selalu ada kegiatan

berupa peramalan (prediksi), pengamatan, dan penjelasan. Ciri ketiga

adalah ada laporan untuk dikomunikasikan baik secara lisan, tulisan,

gambar, foto atau audiovisual. Ciri keempat kegiatan pembelajarannya

dirancang menyenangkan sehingga menimbulkan minat untuk belajar lebih

lanjut.

Pendekatan JAS merupakan pendekatan kodrat manusia dalam

19

upayanya mengenali alam lingkungannya. Pembelajaran melalui pendekatan

JAS memungkinkan peserta didik mengembangkan potensinya sebagai

manusia yang memiliki akal budi. Pendekatan JAS menekankan pada

kegiatan belajar yang dikaitkan dengan lingkungan alam sekitar kehidupan

peserta didik dan dunia nyata, sehingga selain dapat membuka wawasan

berpikir yang beragam, siswa juga mempelajari berbagai konsep dan

cara mengaitkannya dengan masalah-masalah kehidupan nyata. Dengan

demikian, hasil belajar siswa lebih bermakna bagi kehidupannya, sebagai

makhluk Tuhan, makhluk sosial, dan integritas dirinya (Ridlo et al. 2005).

Penerapan pendekatan pembelajaran JAS mengajak peserta didik mengenal

objek, gejala dan permasalahan, menelaahnya dan menemukan simpulan

atau konsep tentang sesuatu yang dipelajarinya. Konseptualisasi dan

pemahaman diperoleh peserta didik tidak secara langsung dari guru atau

buku, akan tetapi melalui kegiatan ilmiah, seperti mengamati,

mengumpulkan data, membandingkan, memprediksi, membuat pertanyaan,

merancang kegiatan, membuat hipotesis, merumuskan simpulan

berdasarkan data dan membuat laporan secara komprehensif. Secara

langsung peserta didik melakukan eksplorasi terhadap fenomena alam yang

terjadi. Fenomena tersebut dapat ditemui di lingkungan sekeliling peserta

didik atau fenomena tersebut dibawa ke dalam pembelajaran di kelas.

Visualisasi terhadap fenomena alam (biologi) akan sangat membantu

peserta didik untuk mengamati sekaligus memahami gejala atau konsep

yang terjadi.

Kemudian jika dicermati, maka pendekatan pembelajaran JAS

dikembangkan berdasarkan pemikiran Piaget dan Vygotsky yang

menekankan pada konstruktivisme kognitif dan sosial. Seseorang akan

lebih efektif dalam proses belajar jika kognitifnya secara aktif mengalami

rekonstruksi, baik ketika berbenturan dengan suatu fenomena maupun

kondisi sosial. Sebagai implikasinya, pembelajaran seharusnya

memperhatikan pengembangan hands-on dan minds-on peserta didik.

Beberapa hal penting, yaitu:

20

a. Guru bertindak sebagai fasilitator sekaligus motivator yang tercermin

dalam kegiatan yang dikembangkan dalam pembelajaran.

b. Pembelajaran memungkinkan peserta didik belajar dalam kelompok.

c. Guru senantiasa berupaya memberikan kesempatan kepada peserta

didik untuk mengekspresikan kemampuan dan gagasannya, baik

melalui lisan, performance, maupun tulisan.

Pendekatan pembelajaran Jelajah Alam Sekitar (JAS) sebagai salah

satu alternatif pendekatan yang dapat diterapkan untuk meningkatkan

kualitas proses pembelajaran Biologi serta untuk meningkatkan kualitas

perkuliahan di Jurusan Biologi. Penggunaan pendekatan pembelajaran

JAS, model-model pembelajaran yang bisa dikembangkan adalah model

yang lebih bersifat student centered, lebih memaknakan sosial, lebih

memanfaatkan multi resources dan assesment yang berbasis mastery

learning (Ridlo et al. 2005).

3. Aktivitas pembelajaran

Aktivitas belajar adalah seluruh kegiatan siswa yang dilakukan selama

proses belajar mengajar berlangsung, baik kegiatan yang bersifat fisik

maupun mental (Sardiman 2007). Pengajaran yang efektif adalah pengajaran

yang menyediakan kesempatan siswa untuk belajar sendiri atau melakukan

aktivitas sendiri (Hamalik 2007). Ada delapan kelompok aktivitas belajar

siswa yaitu aktivitas visual, oral (lisan), mendengarkan, menulis,

menggambar, metrik, mental, dan emosional. Aktivitas belajar pada siswa

dapat terjadi dengan direncanakan (by designed) dan dapat pula terjadi tanpa

direncanakan.

Pada proses pembelajaran, keaktifan peserta didik merupakan hal yang

sangat penting dan perlu diperhatikan oleh guru sehingga proses

pembelajaran yang ditempuh benar-benar memperoleh hasil yang optimal.

Ketika siswa bekerja, siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan

keterampilan serta perilaku lainnya, termasuk sikap dan nilai. Proses

pembelajaran yang berlangsung di kelas, sebetulnya sudah banyak melibatkan

akademik aktivitas siswa di dalam kelas. Siswa sudah banyak dituntut

21

aktivitasnya untuk mendengarkan, memperhatikan dan mencerna pelajaran

yang diberikan oleh guru. Serta dimungkinkan siswa aktif bertanya kepada

guru tentang hal-hal yang belum jelas.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan aktivitas berasal

dari kata kerja akademik aktif yang berarti giat, rajin, selalu berusaha bekerja

atau belajar dengan sungguh-sungguh supaya mendapat prestasi yang

gemilang (DPN, 2005). Pengertian lain dikemukakan oleh Wijaya (2007)

yaitu “Keterlibatan intelektual dan emosional siswa dalam kegiatan belajar

mengajar, asimilasi (menyerap) dan akomodasi (menyesuaikan) kognitif

dalam pencapaian pengetahuan, perbuatan, serta pengalaman langsung dalam

pembentukan sikap dan nilai”.

Kadar aktivitas dalam belajar secara efektif menurut Tabrani (1994)

dapat dinyatakan dalam beberapa bentuk.

a. Hasil belajar peserta didik pada umumnya hanya sampai tingkat

penggunaan. Siswa biasanya belajar dengan menghafal saja, apabila telah

hafal siswa merasa cukup. Padahal dalam belajar, hasil belajar tidak hanya

dinyatakan dalam penguasaan saja tetapi juga perlu adanya penggunaan

dan penilaian.

b. Sumber belajar yang digunakan umumnya terbatas pada guru dan satu

dua buku bacaan. Hal ini perlu dipertanyakan apakah siswa mencatat

penjelasan dari guru dengan efektif dan apakah satu-dua buku itu

dikuasainya dengan baik. Jika tidak, aktivitas belajar siswa kurang optimal

karena miskinnya sumber belajar.

c. Guru dalam belajar kurang merangsang aktivitas belajar siswa secara

optimal. Sebagai contoh pada umumnya guru mengajar dengan

menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Jarang sekali diadakan

diskusi dan diberikan tugas-tugas yang memadai. Hal inipun tidak jarang

kurang ditunjang oleh penugasan dan ke terampilan guru dalam

menggunakan me tode-metode tersebut.

Pengetahuan harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman

sendiri, dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang di ciptakan sendiri, baik

22

secara rohani maupun teknis (Sardiman, 2007). Hal ini menunjukkan bahwa

setiap orang yang bekerja harus aktif sendiri, tanpa adanya aktivitas maka

proses belajar tidak mungkin terjadi lebih lanjut.

Kegiatan belajar mengajar bagi siswa diorientasikan pada keterlibatan

intelektual, emosional, fisik dan mental Sardiman (2007) menggolongkan

aktivitas belajar siswa sebagai berikut.

a. Visual activities, seperti: membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi,

percobaan, pekerjaan orang lain dan sebagainya

b. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi

saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi, interupsi

dan sebagainya.

c. Listening activities, seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi,

music, pidato dan sebagainya.

d. Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, tes, angket,

menyalin dan sebagainya.

e. Drawing activities, seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagram,

pola dan sebagainya.

f. Motor activities, seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi,

model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang dan

sebagainya.

g. Mental activities, seperti menanggap, mengingat, memecahkan soal,

mengana lisis, melihat hubungan, mengambil keputusan dan sebagainya.

h. Emosional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira,

berani, tenang, gugup dan sebagainya.

Berdasarkan pengertian aktivitas belajar di atas dapat disimpulkan

bahwa aktivitas belajar merupakan kegiatan belajar yang harus dilaksanakan

dengan giat, rajin, selalu berusaha dengan sungguh-sungguh melibatkan fisik

maupun mental secara optimal.

Aktivitas belajar seperti di atas dapat dialami seorang siswa di sekolah

maupun pada waktu belajar di rumah. Bentuk aktivitas belajar yang lain

adalah diskusi di antara teman, mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan

23

oleh guru, dan lain sebagainya dimana semua aktivitas itu bertujuan untuk

memberikan peran aktif kepada siswa dalam proses pembelajaran. Oleh sebab

itu, besar harapannya seorang siswa yang benar-benar aktif akan memperoleh

hasil belajar yang baik.

Belajar pada prinsipnya adalah berbuat sehingga didalam belajar

diperlukan aktivitas. Aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan

dalam proses interaksi guru dan siswa dalam rangka mencapai tujuan belajar.

Kegiatan belajar dianggap tidak ada apabila tidak ada aktivitas sehingga

aktivitas menjadi asas yang sangat penting dalam interaksi pembelajaran.

Montessori dalam Sardiman (2007) menyatakan bahwa dalam pembelajaran,

aktivitas pembentukan diri lebih banyak dilakukan oleh siswa itu sendiri.

Guru atau pendidik hanya berperan memberikan bimbingan dan

merencanakan segala kegiatan yang akan diperbuat siswa.

Kegiatan pembelajaran yang berjalan selama ini seringkali tidak

menekankan pada aktivitas siswa. Siswa hanya mendengarkan hal-hal yang

disampaikan guru, kegiatan mandiri dianggap tidak ada maknanya karena

guru adalah orang yang lebih tahu. Siswa hanya menerima dan menelan

informasi yang disampaikan guru sehingga siswa bersikap pasif. Hal itu tidak

sesuai dengan pemikiran masa kini, bahwa segala pengetahuan harus

diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan

sendiri, bekerja sendiri dan dengan fasilitas yang diciptakan sendiri

(Sardiman, 2007).

Pernyataan itu menunjukan bahwa setiap orang yang belajar harus aktif

sendiri. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri – ciri

perilaku seperti : sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau

mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, mampu menjawab pertanyaan,

senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya. Semua ciri perilaku tersebut

pada dasarnya dapat ditinjau dari dua segi yaitu segi proses dan dari segi

hasil.

Zulfani (2009) menyatakan bahwa “hal yang paling mendasar yang

dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktifan siswa”. Keaktifan siswa

24

dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara

guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan

mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing –

masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin.

Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya

pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan

prestasi.

Aktivitas belajar bagi setiap individu tidak selamanya dapat

berlangsung secara wajar, kadang-kadang tidak, kadang-kadang dapat

menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang sulit, faktor- faktor yang

berperan dalam belajar adalah jenis-jenis aktivitas maupun manfaat dari

aktifitas itu sendiri.

Hamalik (2007) membagi jenis-jenis aktivitas belajar tersebut dalam 8

kelompok kegiatan. Kegiatan-kegiatan visual: membaca, melihat gambar,

pameran, dsb. Kegiatan-kegiatan lisan: mengemukakan suatu fakta atau

prinsip, mengemukakan pendapat, berdiskusi, dsb. Kegiatan-kegiatan

mendengarkan: mendengarkan siaran radio, mendengarkan suatu instrumen

musik, dsb. Kegiatan-kegiatan menulis: menulis cerita, menulis laporan, dsb.

Kegiatan-kegiatan menggambar: menggambar, membuat grafik, dsb.

Kegiatan-kegiatan metrik: melakukan percobaan, melaksanakan pameran,

dsb. Kegiatan-kegiatan mental: merenungkan, mengingat, dsb. Kegiatan-

kegiatan emosional: minat, tenang, berani, dsb.

Penggunaan asas aktivitas dalam proses pembelajaran memiliki manfaat

tertentu antara lain: Siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung

mengalami sendiri; Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek

pribadi siswa; Memupuk kerja sama yang harmonis di kalangan para siswa

yang pada gilirannya dapat memperlancar kerjasama kelompok; Siswa belajar

dan bekerja berdasarkan minat dan kemampuan sendiri; Memupuk disiplin

belajar dan suasana belajar yang demokratis dan kekeluargaan, musyawarah

dan mufakat; Membina dan memupuk kerjasama antara sekolah dan

masyarakat dan hubungan antara guru dengan orang tua siswa; Pembelajaran

25

dan belajar dilaksanakan siswa secara realistik dan konkrit; Dan pembelajaran

dan kegiatan belajar mengajar menjaga hidup sebagaimana kehidupan di

dalam masyarakat yang penuh dinamika.

4. Sumber belajar

Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan dalam

pembelajaran dimana siswa dapat memperoleh informasi tentang apa yang

dipelajarinya (Septian, 2006). Sumber belajar juga diartikan sebagai tempat

dimana bahan pengajaran diperoleh (Djamarah dan Zain 2006). Sumber

belajar adalah daya yang dapat dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar

secara langsung atau tidak langsung, sebagian atau keseluruhan (Sudjana

dan Rivai 2001). Sumber belajar juga diartikan sebagai bahan yang mencakup

media belajar, alat peraga, alat permainan yang memberikan informasi atau

keterampilan kepada siswa atau yang mendampingi siswa dalam proses

belajar (Yunanto, 2004). Dari beberapa pengertian tersebut, sumber belajar

dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat mempermudah siswa dalam

proses belajar dan tempat siswa memperoleh informasi, pengetahuan,

pengalaman, dan keterampilan.

Sumber belajar yang baik adalah sumber belajar yang dapat

memberikan dampak efektif dan efisien pada pengetahuan siswa. Artinya

dengan sumber belajar tersebut siswa dapat mengkonstruk pengetahuan dari

materi yang sedang dipelajarinya. Djamarah dan Zain (2006) menyebutkan

bahwa sumber belajar dapat berupa: manusia, buku/ perpustakaan, media

massa, alam lingkungan, alam lingkungan terbuka, alam lingkungan sejarah

atau peninggalan sejarah, alam lingkungan manusia.

Djamarah dan Zain (2006) juga mengemukakan macam- macam

sumber belajar yaitu: manusia (people), bahan (materials), lingkungan

(setting), dan alat dan perlengkapan (tool and equipment). Aktivitas

(activities), yang terdiri dari: pengajaran berprogram, simulasi, karya wisata,

dan sistem pengajaran modul.

Sumber belajar merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar kita yang

dapat digunakan untuk belajar. Sumber belajar dapat membantu memberikan

26

perjalanan belajar yang kongkret dan dapat juga memperluas jangkauan

dalam kelas sehingga tujuan yang telah ditentukan dapat dicapai dengan

efisien dan efektif. Sutjiono (2005) menyebutkan bahwa media/ bahan/ sarana

belajar yang dapat memberikan pengalaman langsung pada siswa membuat

siswa lebih mudah memahami materi yang dipelajarinya. Hal ini sesuai

dengan pengalaman belajar siswa yang digambarkan pada kerucut

pengalaman Dale yang digambarkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerucut pengalaman Edgar Dale (Sutjiono, 2005).

Priyono et al. (2008) mengatakan bahwa pada kerucut pengalaman Dale

dapat diketahui bahwa pengalaman langsung adalah sumber belajar yang

lebih konkret dari pada simbol-simbol visual yang disajikan pada buku teks.

Sumber belajar yang konkret memungkinkan siswa dapat melihat, meraba,

dan membedakan antara organisme yang satu dengan yang lain. Siswa akan

termotivasi belajar karena siswa berhadapan langsung dengan alam sekitar

dan berada dalam kondisi yang menyenangkan. Sunarmi (1997) menyatakan

bahwa sebaiknya siswa diajak ke alam bebas secara langsung untuk

mempelajari keanekaragaman hayati, serta dilibatkan langsung dalam

menyelesaikan permasalahan lingkungan. Dengan dilibatkan langsung pada

27

objek pembelajaran, siswa akan menjadi lebih aktif dalam pembelajaran.

Widiasih (2007) sumber belajar yang dapat membuat siswa memperoleh

informasi pelajaran oleh dirinya sendiri dapat menumbuhkan rasa percaya diri

dan mengembangkan sikap serta kreativitas siswa.

5. Hasil belajar

Hasil belajar merupakan perubahan pengetahuan atau perilaku siswa

setelah melakukan aktivitas belajar. Hasil belajar juga diartikan sebagai

kemampuan- kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajarnya (Sudjana 2005). Hasil belajar dipengaruhi oleh

beberapa faktor antara lain perbedaan individual (yang meliputi karakter

psikis, kepribadian, sifat-sifat, dan kemampuan intelektual setiap individu),

motivasi, tantangan, serta melakukan pengulangan.

Menurut teori Konstruktivisme, hasil belajar adalah proses sintesis

informasi yang diukur dari pemahaman konsep dan kompetensi siswa secara

aktif dalam mengolah informasi. Hasil belajar adalah perubahan perilaku

yang diperoleh setelah mengalami aktivitas belajar. Menurut Sudjana (2005),

hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar

dalam pengertian yang lebih luas mencakup aspek kognitif, afektif, dan

psikomotor. Sehingga bisa disimpulkan bahwa diharapkan ketiga aspek tadi

dapat muncul pada siswa. Dapat terukur dan mampu dideskripsikan, baik itu

nanti tertulis pada rapor dan sebagainya.

Hasil belajar mencakup tiga aspek, yaitu kognitif, afektif, dan

psikomotor. Aspek kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang

terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan (C1), pemahaman,

(C2), penerapan (C3), analisis (C4), evaluasi (C5), dan kreasi atau mencipta

(C6) (Rudyatmi dan Rusilowati 2013). Aspek sikap berkenaan dengan proses

afeksi mulai dari menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, hingga

mengamalkan (Permendikbud, 2013). Aspek psikomotor berkenaan dengan

hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak (Suprijono, 2012).

Proses kegiatan belajar untuk mengubah tingkah laku siswa dipengaruhi

oleh banyak faktor. Menurut Sardiman (2007), dari sekian banyak faktor yang

28

mempengaruhi belajar, secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi dua,

yaitu faktor intern (dari dalam) diri subjek belajar dan faktor ekstern (dari

luar) diri subjek belajar.

Faktor intern menyangkut faktor-faktor fisiologis dan faktor psikologis.

Faktor fisiologis yaitu kesehatan jasmani dan fungsi tubuh.Faktor psikologis

meliputi kecerdasan/intelegensi, motivasi, sikap (perhatian dan tanggapan),

minat, dan bakat. Faktor-faktor psikologis akan senantiasa memberikan

landasan dan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan belajar secara optimal

(Sardiman, 2007).

Selain faktor-faktor internal, faktor-faktor eksternal juga dapat

mempengaruhi proses belajar. Faktor eksternal yang mempengaruhi belajar

dapat digolongkan dalam dua kelompok, yaitu faktor sosial dan non sosial.

Faktor sosial meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan

lingkungan masyrakat. Sedangkan faktor non sosial dapat berupa lingkungan

alamiah, faktor instrumental, dan materi pelajaran. Kedua hal tersebut, baik

faktor eksternal maupun internal merupakan faktor yang saling terkait dan

tidak dibisa dipisahkan. Mengingat manusia hidup selalu dipengaruhi oleh

kedua faktor tersebut.

Menurut Djamarah (2008), faktor yang mempengaruhi proses dan hasil

belajar siswa dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar tersebut,

29

pembelajaran dengan pendekatan JAS mempengaruhi beberapa faktor.

Pertama faktor sekolah (faktor eksternal), salah satunya adalah proses

pembelajaran yang terjadi di sekolah. Pembelajaran dengan pendekatan JAS

diharapkan berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa. Kedua adalah

faktor internal yang ditekankan pada faktor psikologis. Pembelajaran dengan

pendekatan JAS mampu menciptakan proses pembelajaran aktif sehingga

mempengaruhi faktor psikologis siswa diantaranya siswa lebih termotivasi

aktif dalam pembelajaran, yaitu aktif dalam pengamatan, memberikan

pendapat dan memberikan tanggapan.

Menurut Anni (2007) hakikat hasil belajar biologi adalah untuk

menghantarkan siswa menguasai konsep-konsep IPA dan keterkaitannya

untuk dapat memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Kata

menguasai di sini mengisyaratkan bahwa harus menjadikan siswa tidak

sekedar tahu (knowing) dan hafal (memorizing) tentang konsep-konsep IPA,

melainkan harus menjadikan siswauntuk mengerti dan memahami (to

understand) konsep-konsep tersebut danmenghubungkan keterkaitan suatu

konsep dengan konsep lain.

6. Materi keanekaragaman hayati

Materi keanekaragaman hayati merupakan materi biologi yang

diajarkan di tingkat SMA kelas X semester gasal. Standar kompetensi dalam

materi keanekaragaman hayati adalah memahami manfaat keaneka-

ragaman hayati.

Materi keanekaragaman hayati memiliki 2 kompetensi dasar yang harus

dicapai siswa. Kompetensi dasar yang akan dicapai dalam penelitian ini

adalah kompetensi dasar pertama yaitu mendeskripsikan konsep

keanekaragaman gen, spesies, ekosistem melalui kegiatan pengamatan

dengan pendekatan JAS di Laboratorium Biologi dan Kebun Wisata

Pendidikan Unnes. Sedangkan kompetensi dasar yang kedua adalah

mengkomunikasikan keanekaragaman hayati Indonesia, dan usaha pelestarian

serta pemanfaatan sumber daya alam. Standar kompetensi dari materi tersebut

adalah memahami manfaat keanekaragaman hayati. Meskipun

30

keanekaragaman hayati mudah dijumpai di alam sekitar, materi

keanekaragaman hayati adalah materi yang sangat kompleks dan memiliki

jangkauan luas, sehingga diperlukan pendekatan dan strategi yang tepat agar

pembelajaran menjadi bermakna serta efektif dan efisien.

Materi tersebut, jika disampaikan secara lisan tanpa pengamatan

langsung akan membuat siswa kesulitan dalam mengklasifikasikan tumbuhan.

Siswa akan lebih memahami materi jika mengamati secara langsung berbagai

macam tumbuhan dengan ciri-ciri yang dimilikinya, sehingga identifikasi

tumbuhan menjadi lebih mudah.

7. Laboratorium Biologi dan Kebun Wisata Pendidikan Unnes

Laboratorium Biologi dijurusan Biologi merupakan salah satu sarana

yang disediakan oleh Unnes untuk menunjang dan mempermudah kegiatan

perkuliahan. Halaman yang luas dijadikan sebagai tempat menanam aneka

ragam tanaman budidaya, dari bunga, tanaman obat, tanaman air, hingga

beberapa pohon. Tanaman sudah dilengkapi dengan nama spesies dan

genusnya sehingga mempermudah dalam mengidentifikasi. Keragaman yang

disediakan cukup untuk mempelajari keanekaragaman tingkat gen.

Laboratorium Biologi juga dilengkapi kolam kecil yang terdapat beberapa

spesies perairan dan merupakan habitat ikan dan beberapa hewan lainnya bisa

dijadikan percontohan untuk ekosistem perairan.

Kebun Wisata Pendidikan seluas 2,2 ha. Kebun yang pada awalnya

dikelola oleh Jurusan Biologi FMIPA Unnes tersebut bertujuan untuk:

a. menyediakan sumber belajar dalam pembelajaran Biologi,

b. menyediakan alternatif kegiatan pembelajaran Biologi yang inovatif,

c. mewujudkan jejaring antara Unnes dengan institusi pendidikan lain,

pariwisata, swasta dan masyarakat umum, dan

d. memperkenalkan pendekatan pembelajaran bioedutainment (kegiatan

pembelajaran yang dalam suasana menyenangkan dan bersifat mendidik).

Kebun Wisata Pendidikan sampai saat ini cukup terpelihara dan

mempunyai lebih dari 100 jenis tumbuhan yang sengaja ditanam, terdiri dari

koleksi tanaman obat, tanaman langka, buah dll. Fasilitas yang terdapat di

31

Kebun Wisata Pendidikan diantaranya adalah: adrenaline high rope (flying

fox dll), camping ground, area tanaman langka, obat dll, rumah anggrek,

kebun pembibitan, rumah penangkaran kupu-kupu, dan wall climbing, serta

terdapat berbagai macam tanaman yang sudah diberi nama ilmiah.

Berdasarkan kegunaannya, tanaman di Kebun Wisata Pendidikan

Unnes dikelompokkan menjadi tanaman buah, tanaman hias, tanaman obat,

tanama industri, tanaman rempah, dan tanaman pangan. Kebun ini juga

mempunyai lapangan rumput yang luas baik kondisi terdedah maupun

ternaung. Dengan demikian Kebun Wisata Pendidikan Unnes dapat memberi

informasi mengenai keanekaragaman hayati tumbuhan kepada siswa.

B. Kerangka Berpikir

Gambar 3. Kerangka berpikir untuk penelitian Pendekatan JAS dengan Memanfaatkan Laboratorium Biologi dan Kebun Wisata Pendidikan Unnes sebagai Sumber Belajar Materi Keanekaragaman Hayati.

Aktivitas dan Hasil Belajar siswa meningkat - Aspek kognitif - Aspek psikomotorik - Aspek afektif

1. Pembelajaran secara konvensional

2. Pembelajaran cenderung text book oriented dan teacher oriented

1. Siswa kurang aktif dalam pembelajaran

2. Hasil belajar siswa belum maksimal

1. Halaman depan Laboratorium Biologi Unnes - Terdapat

berbagai tanaman

- Terdapat kolam kecil

2. Kebun Wisata Pendidikan Unnes - Terdapat

berbagai macam tanaman

- Terdapat lapangan rumput

Pendekatan JAS (Jelajah Alam Sekitar)

1. Eksplorasi 2. Konstruktivisme 3. Proses sains 4. Masyarakat belajar 5. Bioedutainment 6. Asesmen autentik

Memanfaatkan Laboratorium Biologi Unnes dan Kebun Wisata Pendidikan Unnes

32

C. Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini disusun berdasarkan kerangka berpikir berikut:

penerapan pendekatan JAS dengan memanfaatkan Laboratorium Biologi dan

Kebun Wisata Pendidikan Unnes sebagai sumber belajar efektif terhadap

aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi keanekaragaman hayati kelas X

semester gasal MA Al-Asror Patemon Gunungpati.

90

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran dengan menerapkan pendekatan JAS dengan memanfaatkan

Laboratorium Biologi dan Kebun Wisata Unnes efektif terhadap aktivitas

dan hasil belajar siswa kelas X MA Al Asror Gunungpati pada materi

Keanekaragaman hayati.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka perlunya

perbaikan untuk peneliti selanjutnya, yaitu:

1. Mengingat keterbatasan waktu kompetensi dasar yang dijadikan

penelitian hanya 4x45 menit, sebaiknya guru tidak hanya mengandalkan

waktu pelajaran di sekolah namun siswa juga diberikan waktu minimal

2x 45 menit agar semua materi bisa dikuasai oleh siswa.

2. Peneliti benar-benar memperhitungkan alokasi waktu, bahkan melakukan

simulasi pengamatan di lapangan agar kegiatan di lapangan lebih efektif

dan efisien.

3. Diperlukan peningkatan bimbingan dan pengawasan pada siswa sehingga

diperoleh hasil optimal.

90

91

DAFTAR PUSTAKA Abdullah, S & Abbas, M. 2006. The Effects of Inquiry-Based Computer Simulation

with Cooperative Learning on Scientific Thinking and Conceptual Understanding. Malaysian online journal of Instructional Technology (MOJIT) 3 (2):1-16

Anni C.T. 2007. Psikologi Belajar. Semarang: UPT UNNES Press. Arifin, Z. 2012. Evaluasi Pembelajaran, Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: Remaja

Rosdakarya. Arikunto, S. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Penerbit

Bumi Aksara. Astuti, R., W. Sunarno, S. Sudarsiman. 2012. Pembelajaran IPA dengan Pendekatan

Keterampilan Proses Sains Menggunakan Metode Eksperimen Bebas Termodifikasi dan Eksperimen Terbimbing Ditinjau dari Sikap Ilmiah dan Motivasi Belajar Siswa. Jurnal Inkuiri 1 (1):51-59.

Brilian E.Y. 2011. Evektivitas pendekatan JAS terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa SMP Negeri 1 Tulakan Pacitan pada materi kepadatan populasi manusia (Skripsi). Semarang: Universitas Negeri Semarang.

[BSNP] Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Model Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Carin and Sund. 1990. Teaching Science Through Discovery. New York: Merrill Publishing.

[DPN] Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Djamarah S B & A Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. . 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Hamalik O. 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Hidayani W. 2014. Pengaruh pendekatan jelajah alam sekitar (JAS) terhadap keaktifan

dan hasil belajar biologi siswa kelas x di SMA Negeri 1 Kretek Bantul (Skripsi). Yogyakarta: UIN Sunan Kali Jaga Yogyakarta.

Hake, R R. 1999. Analyzing Change/Gain Score.American Educational Research Association’s Division Measurement and Research Methodology. Dept. of Physics : Indiana University.

Hartono dan W. R. Oktafianto. 2014. Kefektifan Pembelajaran Praktikum IPA Berbantuan LKS Discovery untuk Mengembangkan Keterampilan Proses Sains. E-jounal Unnes Physic Education Journal.

Irsadi, A., Saiful, R. & Ibnul, M. 2006. Peningkatan Hasil Belajar Biologi dengan

92

Menggunakan pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) dan Model IQRA di Madrasah Aliyah (MA). Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Biologi, Jurusan Biologi FMIPA Unnes 26 Agustus 2006. Semarang: Jurusan Biologi FMIPA Unnes.

Kartika Y.S. 2013. Efektivitas penerapan metode quantum teaching pada pendekatan jelajah alam sekitar (JAS) berbasis karakter dan konservasi. Unnes journal of biology education 2 (2):165-172.

Lorsbach A. & Tobin K. (1997). Constructivism as a Referent for Science Teaching. Retrieved May, 23, 2006, from National Association for Research in Science Teaching

KEMENDIKBUD. 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.

Marianti A & N E Kartijono. 2005. Pendekatan Jelajah Alam Sekitar. Semarang: FMIPA Unnes.

Marianti, A,. Sri M.E.S, Nugroho E.K.K, Tuti W.M, Sigit S, Krispinus K.P, Siti H. 2008. Jelajah Alam Sekitar (JAS ) Pendekatan Pembelajaran Biologi. Semarang: Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang

Ngabekti S, K. Santosa, B. Priyono & S. M. E. Susilowati. 2006. Penerapan Model Investigasi Kelompok dengan Pendekatan JAS Pada Materi Makhluk Hidup dan Lingkungannya di SMP 32 Semarang. Jurnal Penelitian Pendidikan 22 (1):48-63.

Ngabekti S, B. Priyono, D. Alvitasari. 2015. Penerapan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar mata kuliah ekologi hewan berbasis kompetensi dan konservasi. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional FMIPA. FMIPA Unnes. Semarang 28 Oktober 2015

Ozmen H & Yildirim N. 2005. Effect of work sheet on student success: Acids and bases sample. J Turkish Sci Edu 2 (2):10-13.

Parlo, A. T & M. B Butler. 2007. Impediments Environmental Education Instruction in The Classroom : A Post-Workshop Inquiry. Journal of Environmental and Science Education 2 (1):32-37.

PERMENDIKBUD. 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.

Piaget J. (1970). Genetic epistemology. New York: W. W. Norton and Company. Pratiwi W. 2013. Keterampilan proses sains pada lks biologi yang digunakan MAN se-

jakarta selatan (Skripsi). Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Priyono B, W Indiharti & Suprihationo. 2008. Meningkatkan aktivitas dan pemahaman siswa SMA N 5 Semarang menggunakan peta konsep

93

berorientasi JAS pada materi biologi dan organisasi kehidupan. Jurnal Penelitian Pendidikan 24 (1):1-13.

Priyono B & M Abdullah. 2013. Keanekaragaman jenis kupu-kupu di Kebun Wisata Unnes. Biosaintifika 5 (2):76-81.

Purnamasari A. 2011. Efektifitas pendekatan Jelajh Alam Sekitr (JAS) dengan model pembelajaran kooperatif team assistend individualization (TAI) materi pokok pengelolaan lingkungan pada siswa MTS N Slawi (Skripsi). Semarang: Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang.

Puspita I.S. 2012. Pemanfaatan kebun sebagai sumber belajar dengan menerapkan pendekatan pendekatan jelajah alam sekitar (JAS). Unnes journal of biology education 1 (2):1-6.

Rahayu ES, Widyaningrum, P. Pukan KK. 2003. Modul Metodologi Penelitian Pendidikan Biologi. Semarang: Program Studi Pendidikan Biologi UNNES.

Retnowati, Anik. 2008. Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) Model Group Investigation (GI) pada Materi Pertumbuhan dan Perkembangan Makhluk Hidup Di SMP Negeri 3 Teras. (Skripsi). Semarang: Universitas Negeri Semarang

Ridlo, S, N. E. Kartiyono, A. Mariyanti, K. Santosa. 2004. Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS). Makalah. Semarang: Jurusan Biologi.

Rudyatmi E & A Rusilowati. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Semarang: Program Studi Pendidikan Biologi UNNES.

Sardiman, A M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sartika E. 2012. Penerapan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Ekosistem Di Smp Negeri 1 Jalaksana Kabupaten Kuningan (Skripsi). Cirebon: IAIN Syekh Nurjati.

Septian, A . 2006. Pemanfaatan Internet sebagai Sumber Belajar. Bandung: UPI. Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: PT. Tarsito. Sudjana N & A Rifai. 2001. Media Pembelajaran. Bandung: Sinar baru Algesindo. Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:PT Remaja

Rosda Karya. Sugiyo WL & Z Abidin. 2008. Peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan Model

Pembelajaran Team Game Tournament melalui Pendekatan Jelajah Alam Sekitar dan Penilaian Portofolio. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia 2(1):236-243

Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian.Bandung: Alfabeta . 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D. Bandung: Alfabeta. . 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

94 Sunarmi. 1997. Penanaman konsep keanekaragaman hayati dalam pendidikan dan

pengajaran. Jurnal Chimera 2 (4):11-21. Suparno. 2000. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. Suprijono T. 2012. Pendayagunaan media pembelajaran. Jurnal Pendidikan Penabur

4 (2):8-15. Suriasumantri, J. S. 2000. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka

Sinar Harapan. Suryabrata, S. 2013. Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Susilowati SME. 2008. Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) Pendekatan

Pembelajaran Biologi. Semarang: Jurusan Biologi. Sutjiono, T WA. 2005. Pendayagunaan media pembelajaran. Jurnal Pendidikan

Penabur 4 (4):76-84. Syah M. 2001. Psikologi Belajar. Jakarta: PT.Logos Wacana Ilmu. Tabrani R. 1994. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: CV. Karya

Remaja Tanel, Z. & Erol, M. 2008. Effects of Cooperative Learning on Instructing Magnetism:

Analysis of an Experimental Teaching Sequence. Lat. Am. J. Phys. Educ 2 (2):124-136.

Tessier J. 2007. Small-Group Peer Teaching in an Introductory Biology Classroom. Journal of College Science Teaching. January / February 2007. New Britain : Connecticut.

Utami RP. 2009. Active Learning Untuk Mewujudkan Pembelajaran Efektif. Jurnal Al Bidayah 1(2):151-166.

Widiasih. 2007. Penggunaan peralatan dari lingkungan sekitar untuk pembelajaran IPA di sekolah dasar. Jurnal Pendidikan 8 (2):92-100.

Wijaya C. 2007. Pendidikan Remedial. Bandung: Rosdakarya. Yunanto S.J. 2004. Sumber Belajar Anak Cerdas. Jakarta: Gramedia Widiasarana

Indonesia. Yuniastuti E. 2013. Upaya Meningkatkan Keterampilan Proses Dan Hasil Belajar

Biologi Dengan Pendekatan Pembelajaran Jelajah Alam Sekitar Pada Siswa Kelas Vii Smp Kartika V-1 Balikpapan. Jurnal Socioscientia, 5 (1):105-113

Zulfani. 2009. Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.