PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

96
1 PENDAHULUAN Buku Seni Monumental ini berisi tentang teori-teori yang mendasari penciptaan seni monumental. Apabila membangun sebuah karya monumen yang diciptakan guna tujuan tertentu, maka sifat monumental dan nilai psikologis dari monumen tersebut merupakan hal yang penting sekali untuk diutamakan. Sebab keberhasilan suatu karya monumen bukan hanya pada bentuk fisik semata tetapi juga harus didukung oleh nilai- nilai monumentalnya, sehingga tujuan yang terkandung di dalam monumen itu dapat tercapai. Hal-hal yang dapat mencerminkan sifat ataupun nilai monumental tersebut perlu dikaji lebih dalam, karena di dalam penciptaan seni monumental biasanya terdapat hubungan yang erat dengan lingkungan dan masyarakat luas. Seperti telah disebutkan di atas, buku ini berisi tentang kajian yang mendasari penciptaan seni monumental. Di samping pemahaman terhadap isi buku, juga diperlukan praktek-praktek dasar sebagai latihan dalam rangka penerapan dari kajian atau teori yang ada di dalam buku ini. Dengan adanya pemahaman terhadap isi buku ini, ditambah dengan latihan yang dilaksanakan, maka pembaca diharapkan akan mampu menciptakan karya seni monumental dengan baik di samping memiliki kepekaan dalam mengkaji karya monumental.

Transcript of PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

Page 1: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

1

PENDAHULUAN

Buku Seni Monumental ini berisi tentang teori-teori yang mendasari penciptaan

seni monumental. Apabila membangun sebuah karya monumen yang diciptakan guna

tujuan tertentu, maka sifat monumental dan nilai psikologis dari monumen tersebut

merupakan hal yang penting sekali untuk diutamakan. Sebab keberhasilan suatu karya

monumen bukan hanya pada bentuk fisik semata tetapi juga harus didukung oleh nilai-

nilai monumentalnya, sehingga tujuan yang terkandung di dalam monumen itu dapat

tercapai. Hal-hal yang dapat mencerminkan sifat ataupun nilai monumental tersebut

perlu dikaji lebih dalam, karena di dalam penciptaan seni monumental biasanya

terdapat hubungan yang erat dengan lingkungan dan masyarakat luas.

Seperti telah disebutkan di atas, buku ini berisi tentang kajian yang mendasari

penciptaan seni monumental. Di samping pemahaman terhadap isi buku, juga

diperlukan praktek-praktek dasar sebagai latihan dalam rangka penerapan dari kajian

atau teori yang ada di dalam buku ini. Dengan adanya pemahaman terhadap isi buku

ini, ditambah dengan latihan yang dilaksanakan, maka pembaca diharapkan akan

mampu menciptakan karya seni monumental dengan baik di samping memiliki

kepekaan dalam mengkaji karya monumental.

Page 2: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

2

BAB I

MONUMEN, MEMORIAL, MONUMENTAL DAN SENI MONUMENTAL

A. Pengertian Monumen

Monumen dalam bahasa Inggris disebut Monument, di dalam bahasa Latin yaitu

Monumentum atau Monimentum, dan dalam bahasa Perancis Kuno adalah Monere,

yang semuanya mempunyai arti “to remind” atau untuk “mengenang”,

“mengingatkan”. Secara umum monumen juga mempunyai pengertian sebagai suatu

peninggalan yang dapat mengingatkan atau mengenangkan terhadap suatu hal.

Monumen merupakan suatu benda atau bangunan yang dibangun dengan tujuan

untuk membangkitkan kenangan terhadap sesuatu. Prinsip monumental sengaja

dibubuhkan pada bangunan yang dirancang untuk menarik perhatian orang-orang di

sekitarnya agar tertuju pada bangunan tersebut. Oleh karena itulah, perancangan

sebuah museum erat kaitannya dengan monumentalisme yang ingin dibangkitkan di

dalamnya serta menarik perhatian khalayak yang melintasinya (Rizqiyah, 2012:1).

Pengertian monumen dalam hubungannya dengan usaha pelestarian terhadap

benda-benda peninggalan bersejarah, dapat dikelompokkan dalam beberapa hal, antara

lain: peninggalan lukisan di gua-gua pada periode zaman Paleolithicum maupun

Mesolithicum, misalnya yang ada di Indonesia, yaitu lukisan atau cap-cap tangan di

gua Leang-leang di Sulawesi Selatan; peninggalan bangunan arsitektur seperti Taj

Mahal di India; Candi Borobudur; Candi Prambanan dan candi-candi lainnya di

Indonesia; Piramida-piramida di Mesir; bangunan-bangunan keraton di Indonesia;

maupun patung perunggu Amida Buddha di Kamakura Jepang, dan sebagainya.

B. Monumen dan Memorial

Selain monumen, dikenal pula istilah lain, yakni Memorial. Pengertian monumen

dan memorial memang agak sulit untuk dipisahkan dengan jelas, karena keduanya

mempunyai pengertian yang hampir sama. Memorial merupakan objek yang

Page 3: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

3

diperuntukkan sebagai pengingat akan manusia yang wafat atau peristiwa yang telah

lewat. Dalam konteks arsitektur, memorial merujuk pada fasilitas museum yang

bertujuan untuk menghormati tokoh atau peristiwa bersejarah lewat konservasi. Pusat

dokumentasi dirasa sebagai fasilitas paling mumpuni untuk menyampaikan bagian

sejarah. Di dalam sisi interior, perancangan ini membutuhkan kejelian untuk

menafsirkan materi-materi yang penuh emosional dan menyentuh. Tujuannya adalah

menciptakan atmosfir yang sesuai dengan materi yang dipamerkan, sehingga

pengunjung dapat berdialog dengan ruangan tersebut hingga tercapai sebuah emosi

yang dimaksudkan (Poetry, tt: 1).

Pengertian memorial, yaitu sesuatu yang dirancang dengan tujuan untuk selalu

membangkitkan atau menghidupkan ingatan-ngatan terhadap sesuatu hal. Sehingga

monumen dan memorial di dalam arti yang luas adalah semua obyek dalam ukuran

apapun dan biasanya mempunyai tujuan utama, yakni menggali kembali suatu ingatan

terhadap peristiwa atau kejadian tertentu. Contoh obyek sebagai monumen dan

memorial, misalnya berupa peninggalan prasasti-prasasti seperti prasasti batu bertulis

di Kutai Kalimantan Timur. Di samping sebagai prasasti yang berisi uraian suatu

peristiwa yang dapat memberikan gambaran terhadap ingatan, batu bertulis tersebut

juga sebagai monumen. Demikian pula pada batu bertulis dan bergambar sepasang

telapak kaki dihulu sungsi Cisadane di daerah Bogor, Jawa Barat. Di samping sebagai

monumen hal itu juga sebagai memorial.

Page 6: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

6

Gambar 5. Prasasti batu tulis di Kutai, Kalimantan Timur. (Sumber: id.wikipedia.org)

Gambar 6. Batu tulis dengan huruf Pallawa dan bahasa sanksekerta di hulu sungai Ci Sadane

di daerah Bogor, Jawa Barat.

Page 7: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

7

(Sumber: id.wikipedia.org)

Gambar 7. Monumen Lingga sebagai memorial peninggalan bersejarah

(Sumber: www.disparbud.jabarprov.go.id)

C. Monumental dan Seni Monumental

Sesuai dengan uraian di atas, maka pada monumen dan memorial terkandung nilai

monumental, yaitu suatu nilai yang secara psikologis muncul sehubungan dengan

monumen.

Nilai monumental dapat muncul berdasarkan beberapa hal, yaitu:

1. Segi Kesejarahan atau Historis

Peninggalan benda bersejarah adalah suatu monumen dan nilai monumental

muncul karena benda peninggalan tersebut menjadi sangat berharga, terutama dalam

mengingatkan kembali kepada suatu rentetan peristiwa yang telah terjadi pada masa

lalu. Sebagai contoh: peninggalan batu bertulis atau prasasti; Monumen Pancasila Sakti

di Lubang Buaya, Jakarta; Monumen Selamat Datang maupun Monumen Pembebasan

Irian Barat di Jakarta, yang ke semuanya mengingatkan kepada suatu peristiwa

bersejarah tertentu.

Page 8: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

8

Gambar 8. Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya, Jakarta, untuk mengingatkan

peristiwa bersejarah pemberontakan G30S/PKI dan mengenang gugurnya para pahlawan

Revolusi.

(Sumber: www.sejarahtni.org)

2. Segi Filosofis

Dasar pemikiran dan konsep penciptaan karya monumental melahirkan sebuah

bentuk yang dapat mencerminkan tentang misi dan tujuan yang terkandung di dalam

seni monumental. Misalnya, Monumen Tonggak Samudra yang diciptakan di

Pelabuhan Peti Kemas di Tanjung Priok, Jakarta.

Page 10: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

10

Gambar 11. Detail dari monumen Tonggak Samudra.

(Sumber: archive.ivaa-online.org)

Gambar 12. Detail dari monumen Tonggak Samudra.

(Sumber: archive.ivaa-online.org)

Page 11: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

11

Gambar 13. Detail dari monumen Tonggak Samudra.

(Sumber: archive.ivaa-online.org)

3. Segi Teknis dan konstruksi

Segi teknis dan konstruksi, yaitu berupa keunikan dalam hal konstruksi untuk

membangun karya. Sebagai contoh, keunikan konstruksi pada Menara Eifel di Paris

yang jelas diperlihatkan.

Page 14: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

14

4. Segi Penataan Ruang dan Tempat (Letak)

Penataan ruang mampu mendukung agar lebih menampilkan nilai monumental,

misalnya pada Monumen Nasional (Monas). Pada Monas, ruang luar ditata sedemikian

rupa sehingga Tugu Monas tidak terganggu oleh obyek-obyek lain yang dapat

mengganggu atau menurunkan nilai monumentalnya. Penempatan obyek yang tepat,

misalnya pada Monumen Khatulistiwa (Tugu Equator) di Pontianak, Kalimantan.

Meskipun ukuran fisik dari Tugu Equator tersebut boleh dikatakan tidak begitu besar

dan tinggi serta penataan ruang luarnya yang relatif kecil dibandingkan dengan Monas,

tetapi dengan penempatan atau letaknya yang tepat berada di bawah garis lintas

khatulistiwa, maka nilai monumentalnya terasa sekali.

5. Ukuran dan Bentuk Obyek

Ukuran besar maupun tingginya suatu obyek atau karya, dapat pula mendukung

nilai monumental. Sebagai contoh: Monumen Liberty di Amerika Serikat. Di samping

tempat atau letaknya (site) yang sangat mendukung, ukurannya juga sangat besar dan

tinggi patung, sehingga menimbulkan nilai monumental yang luar biasa. Demikian

pula bentuk obyek atau karya yang unik, misalnya pada menara Pisa di Italia yang

miring akan sangat mendukung nilai monumentalnya. Museum Guggenheim oleh

Frank Lloyd Wright, dengan bentuk yang berlawanan (kontras) dengan sekitarnya juga

dapat mendukung nilal monumental.

Bentuk dan ukuran karya di atas sebenarnya saling berhubungan di dalam

mendukung nilai monumental pada suatu obyek atau karya. Uraian di atas yang

menjelaskan satu persatu karya dengan contoh adalah untuk mempermudah

pemahaman terhadap penggambaran di dalam uraian. Dengan adanya beberapa hal

yang berperan dapat mendukung suatu nilai monumental, oleh karena itu seni

monumental dapat diartikan sebuah karya seni yang diciptakan dengan pertimbangan-

pertimbangan beberapa hal, sehingga nilai monumental di dalam karya itu dapat

tercapai. Hal-hal yang dapat mendukung nilai monumental harus selalu diperhitungkan

di dalam seni monumental. Sebuah karya erat hubungannya dengan lingkungan

Page 15: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

15

maupun dengan masyarakat luas. Dan oleh karenanya, sebuah karya biasanya dikenal

sebagai istilah "Public Art" atau seni untuk masyarakat.

Jika dilihat dari arti bahasanya, bangunan monumental adalah bangunan yang

merupakan hasil perwujudan dari fungsi-fungsi tertentu yang mencerminkan kesan,

nilai keagungan, kemegahan, kebesaran, kekuasaan, dan sebagainya, di mana nilai

monumental ditampilkan lewat bentuk bangunan maupun penataannya. Bangunan

monumental dapat digambarkan sebagai perwujudan sebuah sculpture. Bila terdapat

banyak struktur dalam satu grup bangunan monumental, maka perencanaan menjadi

kompleks, dan ruang luar di antara struktur-struktur itu cenderung menjadi ruang

(Supriyadi, tt: 4).

Di dalam merancang bangunan monumental, ada beberapa unsur yang sangat

berperan (Supriyadi, tt: 6), yaitu:

1. Fisik Bangunan

1. Bentuk bangunan relatif meninggi..

2. Dominasi unsur-unsur vertikal.

3. Penampakan bangunan biasanya dikaitkan dengan makna simbolis dan

fisiologis.

4. Skala monumental.

2. Perancangan Tapak

1. Kesan yang ditampilkan mencakup nilai-nilai kewibawaan, resmi, terarah, dan

seimbang.

2. Pencapaian biasanya langsung menuju bangunan utama.

3. Pola sirkulasi utama cenderung monoton dan statis sehingga menguatkan nilai

bangunan utama dan melemahkan bangunan penunjang, dan biasanya dibantu

dengan konsep axis.

4. Pengelompokan ruang dan fungsi berdasarkan hirarki yang ditampilkan

dengan tegas.

5. Tapak cenderung relatif luas.

Page 16: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

16

Beberapa pendekatan dalam perancangan tapak bangunan monumental, yaitu:

1. Penarikan masa utama menjauh dari main entrance.

2. Meninggikan massa bangunan utama.

3. Pencapaian dengan tingkatan-tingkatan.

D. Bentuk dan Letak (tempat) Seni Monumental

1. Bentuk Seni Monumental

Pada dasarnya ada dua macam bentuk karya seni monumental, yaitu:

a. Seni monumental dalam bentuk dua dimensional atau dwi matra, yaitu dalam arti

bahwa karya hanya dapat dilihat dari arah depannya saja. Pengertian bentuk dua

dimensional atau dwi matra ini dapat diperluas, yaitu termasuk karya yang

permukaannya membentuk relief (timbul), sehingga karya tersebut dapat dilihat

dari sisi depan dan juga sisi samping atau serong kiri kanan.

b. Seni monumental dalam bentuk tiga dimensional atau tri matra, merupakan karya

yang dapat dilihat dari segala arah dan pada sekeliling bentuk karya.

2. Letak atau Tempat Seni Monumental

a. Berdasarkan letak atau tempat, maka seni monumental dalam bentuk dwi matra

dapat terletak pada:

1) Dinding bangunan, baik pada dinding bagian luar bangunan maupun pada

dinding ruang dalam bangunan.

2) Terletak pada langit-langit dalam bangunan.

3) Terletak pada lantai, baik di lantai ruang luar maupun di lantai ruang dalam

bangunan.

b. Seni monumental tri matra, dapat terletak pada:

1) Ruang luar yang khusus ditata atau dirancang untuk mendukung nilai

monumental dari karya seni monumental.

2) Ruang luar dari suatu lingkungan yang sudah ada bangunan.

Page 17: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

17

3) Ruang dalam pada suatu bangunan.

Berikut adalah beberapa contoh gambar yang menampilkan karya monumental

dua dimensional atau dwi matra di luar bangunan.

Page 18: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

18

Page 19: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

19

Page 20: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

20

Page 21: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

21

Gambar 17. Ndebele-Village, 40 km West outside Pretoria, Africa. Seni monumental dalam

bentuk dwi matra pada dinding bangunan bagian luar.

(Sumber: www.worldtravelserver.com)

Page 22: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

22

Gambar 18. Seni monumental dalam bentuk dwi matra pada dinding bangunan bagian luar.

(Sumber: prikols.in.ua)

Gambar 19. Seni monumental dalam bentuk dwi matra pada dinding bangunan bagian luar.

(Sumber: www.wired.co.uk)

Page 23: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

23

Gambar 20. Seni monumental dalam bentuk dwi matra pada dinding bangunan bagian luar.

(Sumber: www.froot.nl)

Gambar 21. Seni monumental dalam bentuk dwi matra pada dinding bangunan bagian luar.

(Sumber: goodideas.front.lv)

Page 24: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

24

Gambar 22. Seni monumental dalam bentuk dwi matra pada dinding bangunan bagian luar.

(Sumber: theworklife.com)

Gambar 23. Seni monumental dalam bentuk dwi matra pada dinding bangunan bagian luar.

(Sumber: laimyours.com)

Page 25: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

25

Gambar 24. Relief painting exterior wall of the house staying classic style in Buaran, Jakarta,

Indonesia. Karya monumental dengan relief pada dinding luar bangunan.

(Sumber: www.pinterest.com)

Gambar 25. “Tumbuh dan Berkembang”, karya monumental dari G. Sidharta, di Gedung

Propelad, Bandung.

(Sumber: archive.ivaa-online.org)

Page 26: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

26

Gambar 26. Seni monumental dalam bentuk dwi matra pada dinding bangunan bagian luar.

(Sumber: kvltmagz.co)

Gambar 17 sampai 26 di atas adalah contoh karya monumental dan karya dua dimensional atau

dwi matra pada dinding luar bangunan.

Page 27: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

27

Gambar 27. Karya Seni monumental dan karya seni dua dimensional atau dwi matra pada

dinding bangunan bagian dalam.

(Sumber: www.kikareichert.com)

Gambar 28. Karya monumental dalam bentuk dwi matra pada dinding bangunan bagian

dalam.

(Sumber: gallery4share.com)

Gambar 29. Karya monumental dua dimensional atau dwi matra pada dinding bangunan

bagian dalam. Monumentalnya diperluas membentuk relief sehingga dapat dilihat pada sisi

serong kanan kiri.

Page 28: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

28

(Sumber: www.homesdesignidea.com)

Gambar 30. Seni monumental pada dinding bangunan bagian dalam.

(Sumber: www.predictomobile.com)

Gambar 31. Seni monumental dalam bentuk dwi matra pada dinding bangunan bagian dalam.

(sumber: dinosaurpalaeo.wordpress.com)

Page 29: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

29

Gambar 31. Xuanzang Memorial Hall. Seni monumental dalam bentuk dwi matra pada

dinding bangunan bagian dalam.

(Sumber: commons.wikimedia.org)

Gambar 27 sampai 31 adalah contoh karya monumental dan dua dimensional atau dwi matra

pada dinding bangunan bagian dalam.

Gambar 32. Seni monumental dalam bentuk dwi matra pada dinding bangunan bagian luar.

(Sumber: www.livablecities.org)

Page 30: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

30

Gambar 33. Seni monumental dalam bentuk dwi matra pada dinding bangunan bagian luar. (Sumber: www.imgbuddy.com)

Gambar 32 dan 33 adalah contoh karya monumental dua dimensional atau dwi matra pada

dinding bangunan bagian luar.

Gambar 34. Ceiling painting of the Marble Hall, Melk Abbey, Austria. Karya monumental

dwi matra pada langit-langit bangunan bagian dalam.

(Sumber: commons.wikimedia.org)

Page 31: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

31

Gambar 35. Karya monumental dwi matra pada langit-langit bangunan bagian dalam.

(Sumber: www.tripadvisor.com)

Gambar 36. Paintings on ceiling, St. Peter Basilica. Karya monumental dwi matra pada

langit-langit bangunan bagian dalam.

(Sumber: www.viator.com)

Page 32: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

32

Gambar 37. The paintings on the ceiling of the Sistine Chapel. Karya monumental dwi matra

pada langit-langit bangunan bagian dalam.

(Sumber: www.travelet.com)

Di bawah ini contoh karya seni monumental dwi matra dengan membangun dinding

pada tempat tertentu, kemudian baru menciptakan karya relief ataupun muralnya.

Gambar 38. Off the Wall: Keith Haring and the Kids, Keith Haring Foundation.

(Sumber: www2.mcachicago.org)

Page 33: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

33

Gambar 39. A man walks by 'The Wall of Respect', a public art project conceived by OBAC

(The Organization of Black American Culture), Chicago, IL, 1967.

(Sumber: www.gettyimages.co.uk)

Gambar 40. Piazza Del Campidoglio, Roma.

(Sumber: www.roma-antiqua.de)

Page 34: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

34

Gambar 41. Cheb-main square.

(Sumber: commons.wikimedia.org)

Gambar 40 dan 41 adalah contoh karya monumental dua dimensional atau dwi matra pada

lantai bagian luar bangunan.

Gambar 42. Monumen Pahlawan Nasional Kalibata, dengan penataan Ruang Gerak untuk

upacara-upacara atau parade.

(Sumber: www.bin.go.id)

Page 35: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

35

Gambar 43. Tugu Negara Malaysia.

(sumber: karmatourbali.com)

Gambar 42 dan 43 adalah contoh karya seni monumental dengan penataan ruang luarnya.

Gambar 44. Monument aux Girondins, Perancis. Air digunakan juga sebagai unsur pada

karya seni monumental.

(Sumber: photosclips.com)

Page 36: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

36

Gambar 45. Salah satu detail dari Monument aux Girondins, Perancis.

(Sumber: www.fond-ecran-image.com)

Gambar 46. Toronto Distillery District Spider Sculpture Untapped Cities. Karya monumental

tri matra dengan lingkungan tempat sudah ada bangunan.

(Sumber: untappedcities.com)

Page 37: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

37

Gambar 47. Karya monumental tri matra pada ruang di dalam bangunan.

(Sumber: www.yelp.com)

Gambar 48. Karya monumental tri matra pada ruang di dalam bangunan.

(Sumber: www.idesignarch.com)

Page 38: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

38

Gambar 47 dan 48 adalah contoh karya monumental tiga dimensional atau tri matra pada ruang

di dalam bangunan.

E. Jenis Seni Monumental

Menurut Supriyadi (tt: 4) ada 2 jenis seni monumental, yaitu seni monumental

tunggal dan seni monumental kompleks.

1. Seni Monumental Tunggal

Seni monumental tunggal, yaitu karya yang diciptakan atau dibangun dalam

jumlah satu buah saja. Bangunan monumental tunggal adalah monumental yang

dicapai dengan mengucilkan suatu obyek terhadap obyek lain. Kesan monumental

terjadi karena elemen vertikal. Monumen itu terjadi bila antara objek dan ruang

tidak saling terjadi perembesan dan penembusan ruang. Selain itu, monumental

akan semakin unik dan semakin tinggi kualitasnya bila terdapat keseimbangan

antara objek dan ruangnya. Tapi bila ada objek lain yang mengganggu ruang

bayangan di sekitar monumen, maka keseimbangan tadi juga akan terganggu dan

nilai monumentalnya akan berkurang drastis. Monumen jenis ini mempunyai ciri:

sederhana; bersih dan polos; tanpa perembesan atau penembusan. Sehingga pada

dasarnya monumental tunggal ini mempunyai sifat:

a. Sederhana, yaitu karya yang diciptakan hanya tercurah pada satu karya saja.

b. Bersih dan polos, dalam arti bahwa suatu karya tunggal tidak akan terganggu

oleh pengaruh timbal balik seperti pada karya monumental kompleks. Sebab

dalam monumental kompleks, di mana karya terdiri lebih dari satu maka

diperlukan pemikiran untuk mendapatkan keseimbangan antara karya yang

satu dengan lainnya agar dapat memperoleh satu kesatuan sehingga terjaga

nilai monumentalnya.

c. Tidak melibatkan manusia, yaitu pada monumental tunggal, manusia berada

di luar karya. Manusia tidak dapat masuk atau keluar pada karya.

Page 39: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

39

Gambar 49. Civil War Monument and Town Hall, Waltham, MA. (Sumber: commons.wikimedia.org)

Gambar 50. Grey's Monument, Grainger Town, Newcastle.

Page 40: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

40

(Sumber: www.northern-horizons.co.uk)

Gambar 51. Monument in old town Warsaw.

(Sumber: www.tripadvisor.co.id)

Gambar 49 sampai 51 adalah contoh karya monumental tunggal.

2. Seni Monumental Kompleks

Seni monumental kompleks, yaitu karya yang diciptakan atau dibangun lebih dari

satu karya, sehingga merupakan struktur-struktur di dalam satu kesatuan. Bangunan

monumental kompleks adalah bangunan monumental yang terjadi dari suatu desain

bangunan yang dikelompokkan membentuk cluster. Bangunan monumen ini

mempunyai ciri: kompleks; permainan tegas dan jelas; merembes dan menembus;

menyangkut nilai-nilai kemanusiaan. Pada dasarnya monumental kompleks ini

mempunyai sifat:

Page 41: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

41

a. Kompleks, terdiri dari suatu kelompok karya yang diciptakan atau dibangun

sehingga merupakan karya kompleks.

b. Terjadi permainan gelap terang, dengan karya yang terdiri lebih dari satu

buah, maka akan terjadi permainan gelap terang yang sangat berpengaruh

pada monumental kompleks.

c. Melibatkan manusia, dengan suatu kompleks karya maka di antara karya-

karya yang satu dengan yang lainnya akan terjadi pengaruh timbal balik dan

kesan meruang. Dengan demikian manusia dapat keluar masuk di antara

karya-karya kompleks tersebut.

Gambar 52. Gugulethu Seven Monument. (Sumber: www.modernoverland.com)

Page 42: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

42

Gambar 53. Korean War Monument, Washington DC. (Sumber: www.cambridge2000.com)

Gambar 54. Memorial Complex, National Museum of History of Great Patriotic War of

1941-1945. Mother Motherland, Kiev, Ukraine. (Sumber: www.flickr.com)

Page 43: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

43

Gambar 55. The statue of Antonio Maceo, Cuba. (Sumber: www.jessekaplanphoto.com)

Gambar 56. A modern monument between two leaning towers in Madrid.

(Sumber: www.flickr.com)

Gambar 55 dan 56 adalah contoh karya monumental, baik sebagai monumen maupun sebagai

monumental.

Page 44: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

44

RANGKUMAN

A. Secara umum pengertian monumen adalah sebuah peninggalan yang dapat

mengingatkan atau mengenangkan terhadap suatu hal atau peristiwa.

B. Antara monumen dan memorial agak sukar dipisahkan pengertiannya secara jelas.

Sebab pengertian memorial adalah sesuatu yang dirancang dengan tujuan untuk

selalu membangkitkan atau menghidupkan ingatan terhadap sesuatu hal. Oleh

karena itu monumen dan memorial dalam arti luas ialah semua obyek dalam

ukuran apapun dan biasanya mempunyai tujuan utama, yaitu menggali kembali

suatu ingatan terhadap peristiwa atau kejadian khusus.

C. Monumental adalah suatu nilal yang secara psikologis muncul sehubungan dengan

monumen.

Nilai monumental dapat muncul berdasarkan pada :

1. Segi Kesejarahan atau historis

2. Segi Filosofis

3. Segi Teknis

4. Segi Penataan ruang dan tempat atau letak (site)

5. Ukuran dan bentuk obyek

D. Ada dua macam bentuk karya seni monumental yaitu :

a. Seni monumental dalam bentuk dua dimensional atau dwi matra.

b. Seni monumental dalam bentuk tiga dimensional atau tri matra.

E. Berdasarkan letak atau tempat seni monumental adalah :

a. Seni monumental dwi matra terletak pada :

1) Dinding bangunan bagian luar maupun dinding bangunan bagian

dalam.

2) Pada langit-langit bangunan.

3) Pada lantai, baik pada lantai ruang luar maupun ruang dalam.

Page 45: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

45

b. Seni monumental tri matra terletak pada :

1) Ruang luar yang ditata atau dirancang untuk mendukung nilai

monumental pada karya seni monumental.

2) Ruang luar dari suatu lingkungan yang sudah ada bangunan.

3) Ruang dalam pada suatu bangunan.

Kepustakan :

Ashihara, Yoshinobu. Sugeng Gunadi (penterjemah). 1983. Merancang Ruang Luar.

Surabaya: P.T. Dian Surya.

Benton, William. 1968. "Monuments" in Encyclopaedia Britannica, vol. 15, Chicago:

Encyclopaedia Britannica Inc, Publisher.

Bittermann, Eleanor. 1952. Art in Modern Architecture. New York, U.S.A.: Reinhold

Publishing Corporation.

Poetry, Feysa. (tt). Perancangan Interior Pusat Dokumentasi Sejarah 1965: Titik

Kulminasi. Bandung: Desain Interior, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD)

ITB.

Sukmono, R. 1981. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia. Yogyakarta: Yayasan

Kanisius.

Supriyadi, Bambang. (tt) Tugu Monumen Nasional Sebagai “Landmark” Kawasan

Silang Monas. Semarang: Fakultas Teknik Arsitektur, Universitas Diponegoro.

Page 46: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

46

BAB II

RUANG PADA SENI MONUMENTAL

Apabila akan menciptakan atau membangun sebuah karya monumental, baik

tunggal ataupun kompleks yang terletak pada suatu tempat tersendiri dan merupakan

ruang terbuka, maka peran dan pengaruh penataan ruang terbuka ini sangatlah penting

terhadap karya monumental tersebut. Oleh sebab itu, dalam Bab ini diuraikan tentang

pengertian ruang itu sendiri sehubungan dengan seni monumental.

A. Pengertian Ruang

Adanya pengertian ruang, apakah nyata atau tidak, pada dasarnya menyangkut

peran manusia di dalamnya. Manusia di antara manusia yang lain merasa perlu

mempunyai jarak (space), kelonggaran (space) di sekitarnya, lingkup (enclose) yang

memagari atau melingkupi (enclosure), batas (boundary) perlindungan (shelter) yang

melindunginya, dan keadaan di sekelilingnya yang membentuk suasana (environment),

karena di antara mereka juga terdapat kebutuhan dan kepentingan yang berbeda

(Ronald, 1989: 409).

Selanjutnya yang disebut ruang atau tata ruang dapat ditafsirkan sebagai suatu

himpunan dengan hubungan komponen satu dengan lainnya yang mempunyai

persatuan selaras, dalam arti kata pencampuran yang menunjukkan sifat kerukunan,

dengan memperhatikan pada asas faedah, kejujuran, kesetiaan, dan keadilan secara luas

dan mendalam. Pengertian ini jika dikaitkan dengan ruang, yaitu sebuah ruang yang

telah mengalami pengaturan yang kompleks dan rumit. Rumit dalam jiwa, sifat, peran,

pengungkapan, penampilan, dan bentuknya (Ronald, 1989: 405).

Menurut Surasetja (2007: 7-8) ada beberapa definisi tentang ruang, yaitu

menurut Lao Tzu, ruang adalah “kekosongan” yang ada di sekitar manusia maupun di

sekitar obyek atau benda. Ruang yang terkandung di dalam adalah lebih hakiki

Page 47: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

47

daripada materialnya, yaitu masa. Kekosongan yang terbingkaikan oleh elemen

pembatas pintu dan jendela, boleh dianggap sebagai ruang transisi yang membatasi

bentuk arsitekur yang fundamental. Ada tiga tahapan hirarki ruang: pertama, ruang

sebagai hasil dari perangkaian secara tektonik; kedua, ruang yang dilingkupi bentuk

stereotomik; dan ketiga, ruang peralihan yang membentuk suatu hubungan, antara

bagian dalam dengan dunia luar.

Menurut Plato, ruang adalah sesuatu yang dapat terlihat dan diraba, menjadi

teraba karena memiliki karakter yang jelas berbeda dengan semua unsur lainnya. Plato

mengatakan bahwa segala sesuatunya harus berwadah, kasat mata, dan teraba namun

tak ada sesuatu pun yang kasat mata tanpa adanya api (cahaya), tak ada sesuatu pun

yang dapat teraba bila tak bermassa, dan tak ada sesuatu pun yang dapat bermassa tanpa

adanya unsur tanah. Maka Tuhan pun menciptakan dunia dari api dan tanah. Meletakan

air dan udara di antara api dan tanah dan membuatnya sebanding antara yang satu

dengan lainnya, sehingga udara dan air sebanding dengan air dan tanah, demikian Ia

membuat dunia ini sebagai kesatuan yang kasat mata dan teraba. (Cornelis van d Ven,

1995).

Menurut Aristoteles, ruang adalah sebagai tempat (topos), sebagai suatu di

mana, atau sesuatu place of belonging, yang menjadi lokasi yang tepat di mana setiap

elemen fisik cenderung berada. Aristoteles mengatakan bahwa wadak-wadak semata

bergerak ke atas dan ke bawah menuju tempatnya yang tetap dan setiap hal berada di

suatu tempat, yakni dalam sebuah tempat. Suatu tempat, atau ruang, tidak dapat

memiliki suatu wadak (Cornelis van d Ven, 1995). Oleh karena itu, karakteristik dari

ruang dirangkum menjadi lima macam:

1. Tempat melingkupi obyek yang ada padanya.

2. Tempat bukan bagian dari yang dilingkupinya.

3. Tempat dari suatu obyek tidak lebih besar dan tidak lebih kecil dari obyek

tersebut.

4. Tempat dapat ditinggalkan oleh obyek serta dapat dipisahkan dari obyek itu.

Page 48: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

48

5. Tempat selalu mengikuti obyek, meskipun obyek terus berpindah sampai

berhenti pada posisinya.

Menurut Josef Prijotomo, ruang adalah bagian dari bangunan yang berupa

rongga, sela yang terletak di antara dua obyek dan alam terbuka yang mengelilingi dan

melingkupi manusia. Bukan obyek rinupa dan ragawi yang tidak terlihat dan hanya

dapat dirasakan oleh pendengaran, penciuman, dan perabaan.

Menurut Rudolf Arnheim, ruang adalah sesuatu yang dapat dibayangkan

sebagai satu kesatuan terbatas atau tidak terbatas, seperti keadaan kosong yang sudah

disiapkan dan mempunyai kapasitas untuk diisi barang. Menurut Immanuel Kant,

ruang bukanlah suatu obyektif atau nyata dan merupakan sesuatu yang subyektif

sebagai hasil pikiran dan perasaan manusia. Ruang meruapakan suatu ide a priori,

bukan suatu obyek empirik, yang dihasilkan dari pengalaman-pengalaman eksterior.

Kant menulis bahwa konsep-konsep a priori tidak berasal dari pengalaman, namun

sepenuhnya berasal dari opini dalam pemahaman murni. Selain dari a priori intuisi,

Kant juga mengenakan kualitas ketidakterbatasan terhadap ruang dan waktu (Surasetja,

2007: 7-8).

B. Terjadinya Ruang

Pada dasarnya ruang terjadi karena adanya hubungan antara suatu obyek

dengan manusia yang melihatnya. Sedangkan pengertian ruang secara arsitektur, yaitu

bahwa hubungan tersebut di samping karena adanya penglihatan, juga dipengaruhi oleh

penciuman, pendengaran, maupun perabaan. Pengaruh penciuman misalnya

penciuman saat merasakan adanya bau tertentu. Maka hal tersebut menandakan bahwa

orang berada dalam suatu jangkauan jarak tersebarnya bau dari sumber asal bau

tersebut. Demikian pula pengaruh pendengaran, yang berarti orang berada di dalam

jangkauan jarak sebaran suara. Pengaruh perabaan dapat pula dirasakan dengan benda-

benda yang ada di sekeliling yang dapat menjadikan tanda atau secara tidak langsung

menjadi pembatas suatu ruang.

Page 49: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

49

Ruang dapat pula terjadi oleh karena pengaruh iklim maupun adanya suatu

kegiatan atau peristiwa. Beberapa contoh terjadinya ruang karena pengaruh hal-hal

tersebut misalnya:

1. Apabila pada waktu hujan seseorang berjalan di bawah payung yang terbuka

maka terciptalah suatu ruang di bawah payung itu karena air hujan tertahan

oleh payung.

2. Apabila di bawah terik matahari seseorang berjalan di bawah payung yang

terbuka maka tercipta pula suatu ruang di bawah payung karena cahaya terik

matahari tertahan oleh payung sehingga membentuk ruang yang teduh.

3. Apabila sebuah keluarga pergi piknik, kemudian di suatu tempat atau

lapangan terbuka mereka menggelar tikar untuk duduk-duduk sambil makan,

maka di atas tikar yang digelar tersebut terciptalah suatu ruang yang terpisah

dari alam yang tak terbatas. Kemudian apabila tikar tadi digulung, maka

hilanglah ruang tersebut dan tinggallah lapangan terbuka seperti semula.

4. Apabila orang berkerumun mengelilingi seseorang pembicara maka

terbentuklah ruang. Misalnya seorang pedagang atau penjual obat yang

dikerumuni atau dikelilingi orang banyak dan bila kerumunan orang tersebut

bubar maka hilang pula ruang yang terbentuk tadi.

Page 50: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

50

Gambar 57. Waktu hujan sepasang muda-mudi berada di bawah payung, oleh karena itu

terciptalah ruang yang tidak terkena air hujan.

(Sumber: www.123rf.com)

Gambar 58. Seorang ibu membuka payung saat berjalan di bawah terik matahari, oleh karena

itu tercipta ruang yang teduh di bawah payung.

(Sumber: hypervocal.com)

Page 51: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

51

Gambar 59. Apabila ada keluarga yang berpiknik dan menggelar tikar untuk istirahat, maka

terbentuklah suatu ruang. Bila tikar tersebut digulung kembali, maka hilanglah ruang untuk

istirahat tadi.

(Sumber: desertedattic.wordpress.com)

Gambar 60. Apabila orang berkerumun mengelilingi seseorang pembicara, maka terbentuklah

ruang di sekitar pembicaraan itu. Jika mereka bubar maka ruang tersebut juga hilang.

(sumber: www.gettyimages.com)

Page 52: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

52

C. Bentuk Ruang

Ada dua jenis ruang pada seni monumental, yaitu ruang dalam dan ruang luar.

Masing-masing ruang tersebut memiliki karakteristik yang berbeda. Uraian mengenai

ruang dalam dan ruang luar adalah sebagai berikut.

1. Ruang Dalam

Pada umumnya yang dinamakan ruang dalam (interior) dibatasi oleh tiga

bidang, yakni bidang lantai, dinding, dan langit-langit. Ketiga bidang itu merupakan

unsur-unsur di dalam arsitektur. Meskipun mungkin ruang dalam tidak mutlak dibatasi

oleh tiga unsur tadi. Contohnya pada sebuah gua, maka sulit untuk membedakan tiga

bidang tersebut. Sebab lantai, dinding, dan atap menjadi satu, yakni lantai menerus jadi

dinding dan atap.

Ruang dalam selalu terbentuk oleh tiga elemen pembentuk ruang, yaitu:

1. Bidang alas atau lantai (the base plane).

2. Bidang pembatas atau dinding (the vertical space divider).

3. Bidang langit-langit atau atap (the overhead plane).

Lantai sebagai bidang alas, besar pengaruhnya terhadap pembentukan ruang,

karena bidang itu erat hubungannya dengan fungsi ruangnya. Permukaan lantai pada

ruang dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Bahan keras (batu, kerikil, pasir, beton, aspal, dan sebagainya).

2. Bahan lunak (karpet, rumput, tanah, dan sebagainya).

Bidang alas atau lantai (the base plane). Bidang lantai yang mempunyai sifat

bahan yeng berbeda dari permukaan lantai lainnya, akan membentuk kesan ruang

tersendiri. Pengaruh perbedaan bahan tersebut digunakan untuk membedakan fungsi-

fungsi pada ruang luar yang berlainan. Selain perbedaan bahan lantai, perbedaan tinggi

pada suatu bidang lantai akan membentuk kesan dan fungsi ruang yang baru tanpa

Page 53: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

53

mengganggu hubungan visual antara ruang-ruang tersebut. Oleh karena lantai

merupakan pendukung kegiatan manusia dalam suatu bangunan, sudah tentu secara

struktural harus kuat dan awet. Lantai juga merupakan unsur yang penting di dalam

sebuah ruang, bentuk, warna, pola dan teksturnya akan menentukan sejauh mana

bidang tersebut akan menentukan batas-batas ruang dan berfungsi sebagai dasar di

mana secara visual unsur-unsur lain di dalam ruang dapat dilihat. Tekstur dan

kepadatan material di bawah kaki juga akan mempengaruhi cara berjalan di atas

permukaannya (Surasetja, 2007: 8).

Bidang dinding atau pembatas (the vertical space devider). Sebagai unsur

perancangan, bidang dinding dapat menyatu dengan bidang lantai atau dibuat sebagai

bidang yang terpisah. Bidang tersebut bisa sebagai latar belakang yang netral untuk

unsur-unsur lain di dalam ruang atau sebagai unsur visual yang aktif di dalamnya.

Bidang dinding ini dapat juga transparan seperti halnya sebuah sumber cahaya atau

suatu pemandangan (Surasetja, 2007: 8). Dinding, sebagai pembatas ruang dapat

dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

1. Dinding masif, dapat berupa permukaan tanah yang miring atau vertikal

(alami), atau susunan batu bata, beton, dan sebagainya. Sifat dinding ini

sangat kuat dalam pembentukan ruang.

2. Dinding transparan, terdiri dari bidang transparan seperti pagar bambu,

logam, kayu, yang disusun tidak rapat; pohon dan semak yang renggang.

Sifat dinding ini kurang kuat dalam pembentukan ruang.

3. Dinding semu, merupakan dinding yang dibentuk oleh perasaan pengamat

setelah mengamati suatu obyek atau keadaan. Dinding ini terbentuk oleh

garis-garis, misalnya garis batas air sungai, laut, cakrawala.

Selain itu terdapat juga pembatas yang secara khusus memberi peran terhadap

ruang. Pembatas ini dapat diaplikasikan pada ruang dalam maupun ruang luar. Peran

pembatas ada beberapa macam, yaitu:

Page 54: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

54

1. Sebagai pemberi arah atau suasana, deretan pohon yang direncanakan dan

diatur dapat menerangkan pada pengamat apa yang akan dimasuki seperti

markas tentara, sekolah, dan sebagainya.

2. Sebagai penerang, pagar dapat memperkuat, mengubah, dan membentuk

pola lalu lintas dalam satu ruang. Sebagaimana dapat dirasakan gerbang

suatu gedung pada kompleks sering mengesankan adanya “undangan”,

sedangkan dinding penghalang seakan-akan berkata “ikuti jalan ini”.

3. Sebagai pengontrol, elemen vertikal penting sebagai unsur yang mengawasi

atau mengontrol angin, cahaya, temperatur, dan suara. Unsur dapat

digunakan untuk mengubah dan membelokkan angin, mengatur banyaknya,

bahkan untuk menolaknya.

4. Sebagai penutupan efektif, dalam usaha mencapai ruang yang memiliki

privacy, atau untuk keamanan, dan sebagainnya. Kurang atau tidaknya

adanya unsur penutup yang efektif dari suatu ruang, merupakan kunci

pembentukan ruang tersebut.

Pagar atau pembatas, sebagai unsur ruang memiliki bentuk dan penutupan

sebagai berikut:

1. Dinding (walls), termasuk dinding penyekat (screen walls), dinding penahan,

dan sebagainya.

2. Pagar (frences), termasuk pagar kawat (woven wire frences), pagar kayu,

pagar besi, dan sebagainya.

3. Bentukan tanah, termasuk tebing, celah bumi, beda ketinggian tanah

(contour), dan sebagainya.

4. Pembatas lain, termasuk pohon (trees), pagar tanaman (hedges), air (water),

kolam (ponds), jalur tepi (paving), dan sebagainya.

Pemagaran dan pembatasan dalam ruang dapat dibuat menurut fungsi

ruangnya, misalnya:

Page 55: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

55

1. Sebagai pembatas fisik atau pembatas pemandangan: pembatasan fisik dan

pemandangan digunakan untuk tujuan keamanan dan privacy. Dalam

pembatasan fisik tidak dituntut adanya “block the view” penggunaan

pembatas fisik perlu kecermatan, untuk apa saja, dan pada siapa ditujukan.

Sebagai contoh pembatasan untuk menjaga keluar atau masuknya orang.

2. Penghalang suara: jalan kendaraan bermotor di wilayah perkotaan memiliki

dampak yang tidak menyenangkan akibat kebisingan yang melampaui batas

bagi manusia untuk hidup, bekerja, bermain, belajar, sehingga dibutuhkan

pembatas atau peredam suara untuk mengurangi kebisingan. Pembatas

kebisingan ini dapat berupa hard material maupun soft material.

3. Sebagai pematah angin: jika tapak memerlukan pematah angin sebaiknya

dirancangkan bentuk-bentuk pembatas yang tegar, kuat, dengan

memperhatikan faktor keamanan. Jika gunanya hanya untuk pematah angin

maka bentuk-bentuk pohon pelindung sangat sesuai untuk ditanam.

4. Pembatas ruang: pembatas ruang dimaksudkan untuk membedakan atau

mengatur arus lalu lintas. Pemilihan bentuk material pembatas sebaiknya

disesuaikan dengan fungsi ruang yang hendak dihasilkan.

Bidang langit-langit atau atap (the overhead plane). Bidang atap adalah unsur

pelindung utama dari suatu bangunan dan berfungsi untuk melindungi bagian dalam

dari pengaruh iklim dan keamanan. Bentuknya ditentukan oleh geometris dan jenis

material yang digunakan pada strukturnya serta cara meletakannya dan cara melintasi

ruang di atas penyangganya. Secara visual bidang atap merupakan “topi” dari suatu

bangunan dan memiliki pengaruh yang kuat terhadap bentuk bangunan dan

pembayangan (Surasetja, 2007: 9).

2. Ruang Luar

Apabila dikenal "ruang dalam" yang terdiri oleh adanya tiga unsur sebagai

pembatas di dalam arsitektur, maka dikenal pula kebalikannya, yakni adanya "ruang

luar". Ruang luar sering pula disebut "arsitektur tanpa atap". Disebut demikian karena

Page 56: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

56

ruang luar hanya dibatasi oleh dua bidang, yaitu lantai (alas) dan dinding (penyekat).

Perlu diperhatikan tentang pengertian lantai atau alas dan dinding atau penyekat pada

ruang luar ini adalah bidang sebagai tempat berpijak (tanah) dan ada pembatas yang

mampu memberikan kesan terciptanya suatu ruang sehingga dapat terpisah dengan

alam terbuka yang meluas tanpa batas.

Ruang luar berarti menjadi suatu lingkungan luar yang dirancang oleh manusia,

sehingga menjadi ruang yang mempunyai arti sepenuhnya dan mempunyai tujuan

tertentu, terpisah dari alam yang merupakan ruang terbuka yang luas tanpa batas.

Ruang luar sehubungan dengan seni monumental mempunyai peranan sebagai

pendukung nilai monumental pada karya seni monumental.

Ruang luar adalah wilayah yang berbeda dengan ruang dalam. Ruang luar dapat

terbentuk tanpa adanya dinding dan atap. Hal yang sangat berpengaruh dari ruang luar

ini antara lain:

1. Sirkulasi

Menurut Francis D.K. Ching dalam bukunya Teori Arsitektur (1993), alur

sirkulasi dapat diartikan sebagai “tali” yang mengikat ruang-ruang suatu bangunan atau

suatu deretan ruang dalam maupun luar, menjadi saling berhubungan. Oleh karena itu

orang bergerak dalam waktu melalui suatu tahapan ruang (Pynkywati, 2014: 2).

a. Sirkulasi pada Ruang Luar

Sistem sirkulasi sangat erat hubungannya dengan pola penempatan aktifitas dan

pola penggunaan tanah sehingga merupakan pergerakan dari ruang yang satu ke ruang

yang lain. Hubungan jalur sirkulasi ruang dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

1) Jalur melalui ruang:

- Integritas masing-masing ruang kuat.

- Bentuk alur cukup fleksibel.

2) Jalur memotong ruang:

- Mengakibatkan terjadinya ruang gerak dan ruang diam.

3) Jalur berakhir pada ruang:

Page 57: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

57

- Lokasi ruang menentukan arah.

- Sering digunakan pada ruang bernilai fungsi atau simbolis.

Di dalam perencanaan sirkulasi ruang luar perlu dipertimbangkan faktor

kenyamanan. Kenyamanan dapat berkurang akibat dari penataan sirkulasi yang kurang

baik, misalnya tidak adanya pembagian ruang untuk sirkulasi kendaraan dan manusia

dan penyalahgunaan fasilitas yang telah disediakan, maka untuk hal tersebut

hendaknya diadakan pembagian sirkulasi antara kendaraan dan manusia.

1) Sirkulasi kendaraan, dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

- Jalur distribusi, untuk perpindahan lokasi (jalur cepat).

- Jalur akses, untuk melayani bangunan-bangunan (jalur lambat).

Kedua sirkulasi itu harus terpisah sehingga kelancaran lalu lintas dapat

terjamin. Fasilitas penunjang yang diperlukan antara lain, rambu lalu lintas dan

ruang parkir yang mana harus disesuaikan dengn keadaan site yang tersedia.

2) Sirkulasi manusia. Sirkulasi pedestrian atau manusia membentuk pertalian

yang penting hubungannya dengan aktifitas dalam site, maka banyak hal

yang harus diperhatikan, antara lain:

- Lebar jalan.

- Penambahan estetis yang menyenangkan.

- Fasilitas penyeberangan, dan lain-lain.

2. Pencapaian Ruang

Masih dalam kaitannya dengan sistem sirkulasi, dikenal pula beberapa sistem

pencapaian terhadap suatu ruang yang dapat dibedakan atas:

a. Pencapaian Frontal

- Sistem ini mengarah langsung dan lurus ke obyek ruang yang dituju.

- Pandangan visual obyek yang dituju jelas terlihat dari jauh.

b. Pencapaian Samping

- Memperkuat efek perspektif obyek yang dituju.

Page 58: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

58

- Jalur pencapaian dapat dibelokkan berkali-kali untuk memperbanyak

squence sebelum mencapai obyek.

c. Pencapaian Spiral

- Memperlambat pencapaian dan memperbanyak squence.

- Memperlihatkan tampak tiga dimensi dari obyek dengan mengelilinginya.

3. Pola Sirkulasi Ruang

Pola sirkulasi ruang adalah suatu bentuk rancangan atau alur-alur pergerakan

ruang dari suatu ruang ke ruang lainnya dengan maksud menambah estetika agar dapat

memaksimalkan sirkulasi ruang utuk dipergunakan. Pola sirkulasi dapat dibagi menjadi

lima (Pynkywati, 2014: 3), yaitu:

- Radial: Konfigurasi radial memiliki jalan-jalan lurus yang berkembang dari

sebuah pusat bersama.

- Network (Jaringan): Konfigurasi ini terdiri dari jalan-jalan yang

menghubungkan titik-titik tertentu dalam ruang.

- Linier: Jalan yang lurus dapat menjadi unsur pengorganisir utama deretan

ruang.

- Grid: Konfigurasi grid terdiri dari dua pasang jalan sejajar yang saling

berpotongan pada jarak yang sama dan menciptakan bujur sangkar atau

kawasan ruang segi empat.

- Spiral (Berputar): Konfigurasi spiral memiliki suatu jalan tunggal menerus

yang berasal dari titik pusat, mengelilingi pusatnya dengan jarak yang

berubah.

Sistem pencapaian ruang tersebut dapat didukung oleh bermacam-macam pola

sirkulasi lain, seperti: bergelung-gelung, langsung, tidak menentu, berliku, keliling,

kembali, melewati, melingkar, berpencar, mengumpul, dengan selaan, menuju tujuan,

dan menghimpun.

Page 59: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

59

RANGKUMAN

A. Ruang pada dasarnya terjadi oleh adanya hubungan antara suatu obyek dengan

manusia yang melihatnya. Hubungan tersebut di samping adanya penglihatan yang

dipengaruhi oleh penciuman, pendengaran, maupun perabaan, juga dapat terjadi

oleh adanya suatu peristiwa atau kejadian maupun pengaruh iklim.

B. Ruang dalam adalah ruang yang mempunyai unsur pembentuk, yaitu lantai, dinding,

dan langit-langit.

C. Ruang luar biasanya disebut sebagai "arsitektur tanpa atap". Ruang luar berarti suatu

lingkungan luar yang dirancang oleh manusia sehingga menjadi ruang yang

mempunyai arti sepenuhnya dan mempunyai tujuan tertentu. Ruang luar

sehubungan dengan seni monumental adalah mempunyai peranan sebagai

pendukung nilai monumental.

Kepustakaan :

Ashihara, Yoshinobu., Sugeng Gunari (penterjemah). 1953. Merancang Ruang Luar.

Surabaya: P.T. Dian Surya.

Pynkyawati, Theresia. 2014. Kajian Efisiensi Desain Sirkulasi pada Fungsi Bangunan

Mall dan Hotel BTC. Jurnal Reka Karsa Teknik Arsitektur Itenas No.1 Vol. 2.

Institut Teknologi Nasional April 2014.

Surasetja, Irawan. 2007. Fungsi, Ruang, Bentuk dan Ekspresi dalam Arsitektur.

Bandung: Program Studi Arsitektur Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan –

FPTK – UPI.

Snyder Cs, Yames C., Ir. Hendro Sangkoyo (penterjemah). 1985. Pengantar Arsitektur.

Jakarta: Erlangga.

Page 60: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

60

BAB III

RUANG POSITIF DAN RUANG NEGATIF

A. Pengertian Ruang Positif dan Ruang Negatif

Ruang Luar adalah ruang yang dirancang oleh manusia sehingga memiliki

tujuan tertentu. Apabila manusia berada di luar batas Ruang Luar dan melihat ke dalam,

ruang yang berada di dalam pembatas itu disebut sebagai "Ruang Positif". Sedangkan

ruang yang berada di luar pembatas tadi disebut sebagai "Ruang Negatif". Dengan

demikian Ruang Positif adalah suatu ruang yang mempunyai sifat memusat ke dalam

dan Ruang Negatif adalah ruang yang bersifat menyebar atau meluas dari pusat ke luar.

Ruang Positif dapat dirancang apabila seniman pencipta karya seni monumental

menyadari bahwa Ruang Luar sekitar karyanya mempunyai arti yang penting dan

menjadi kesatuan dari karyanya, maka Ruang Luar tersebut dinilai sebagai ruang

Positif.

Sebuah contoh ruang dalam atau ruang positif sebagai ruang yang terjadi

dengan adanya unsur pembatas, yaitu apabila orang menuangkan air teh ke dalam

cangkir, maka air teh tersebut akan terkumpul dalam cangkir untuk diminum.

Sedangkan pada ruang luar atau ruang negatif sebagai ruang tanpa tujuan atau maksud

tertentu, dapat dicontohkan seperti air teh dari gelas yang dituangkan ke lantai, maka

air yang di tuangkan tadi akan menyebar ke mana-mana tanpa batas.

Page 61: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

61

Gambar 61. Ruang pada cangkir sebagai ruang positif sehingga air teh yang dituang dapat

tertampung sesuai dengan tujuan yaitu untuk minum.

(Sumber: www.aminaherbal.com)

Gambar 62. Ruang negatif tanpa tujuan seperti air teh yang dituangkan ke lantai yang akan

menyebar tanpa batas ke mana-mana.

(Sumber: www.kaskus.co.id)

Page 62: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

62

Gambar 63. Perubahan ruang negatif menjadi ruang positif secara silih berganti.

B. Pengulangan pada Ruang Positif

Di dalam merancang ruang luar, dapat dibuat pengulangan ruang positif sesuai

yang dibutuhkan. Sebagai contoh, apabila membuat suatu karya monumental kemudian

dibuat pula ruang luarnya sebagai ruang positif, maka di luar pembatas ruang positif

itu berarti ruang negatif. Jika dalam merancang ruang luar terdapat rasa kurang puas,

maka dapat ditambah ruang positif lagi dengan cara menggeser ruang negatif. Jadi

misalnya ruang positif yang pertama disebut sebagai ruang Positif I dan di luarnya

adalah ruang Negatif, selanjutnya pada ruang Negatif I ini dapat diubah menjadi ruang

Page 63: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

63

Positif II dan ruang negatifnya bergeser ke luar menjadi ruang Negatif II. Demikian

seterusnya, pengulangan ruang positif ini dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan

dalam perancangan.

C. Contoh Ruang Positif dan Ruang Negatif

Ruang Luar (ruang negatif) biasanya merujuk pada segala hal yang berada di

luar bangunan. Dalam perancangan arsitektur, Ruang Luar akan merujuk pada taman

di luar bangunan serta dengan perkerasannya seperti jalan setapak, jalan mobil, dan

sebagainya. Bahkan Ruang Luar juga merujuk pada jalan di luar bangunan, pohon-

pohon, kota, negara, bahkan alam semesta secara keseluruhan. Sebenarnya, Ruang

Luar bukanlah benar-benar “ruang” seperti yang biasa dipahami orang awam, karena

Ruang Luar dalam benak arsitek biasanya merupakan area di sekeliling atau di luar

bangunan yang bisa dirancang dengan prinsip-prinsip arsitektur landscape (jenis

arsitektur khusus untuk Ruang Luar yang mengatur taman, jalan setapak, jalan mobil,

pencahayaan taman, bangunan taman dan sebagainya). Bila arsitek merancang

bangunan rumah atau yang lain, maka biasanya ia akan merujuk “ruang luar” sebagai

tempat di luar bangunan (Hindarto, 2012).

Ada juga ruang di antara ruang luar dan ruang dalam, yaitu Ruang Antara. Sama

seperti ruang luar, ruang antara juga tidak benar-benar merupakan ruangan dalam

pandangan awam. Ruang antara biasanya merupakan suatu area yang ada atapnya

meskipun tidak ada dindingnya. Contoh ruang antara adalah teras, selasar, area di

bawah kanopi, dan sebagainya. Ruang antara ini biasanya penting untuk

menghubungkan antara ruang dalam dan ruang luar bangunan. Ruang antara

kadangkala merupakan suatu area yang bisa digunakan untuk mengobrol atau bertemu

di luar ruangan misalnya teras, selasar, kafe luar ruangan, dan sebagainya. Batas-

batasnya seringkali kurang jelas dengan atap maupun tanpa atap, yang penting adalah

adanya suatu kelompok kegiatan yang dilakukan pada area itu, misalnya mengobrol di

kumpulan kursi di bawah atap pergola (Hindarto, 2012).

Page 64: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

64

Ruang Dalam (ruang positif), adalah ruang yang biasa dikenal sebagai

“ruangan”. Ini bisa berarti ruang kamar tidur, ruang keluarga, ruang tamu dan

sebagainya yang keberadaannya tertutup dengan baik oleh pelindung atap dan dinding.

Pada ruang dalam biasanya orang berkegiatan dan melakukan aktivitas sehari-hari

(Hindarto, 2012).

Gambar 64. Contoh ruang positif, ruang antara, dan ruang negatif.

(Sumber: tiperumahminimalis.blogspot.com)

Page 65: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

65

RANGKUMAN

A. Ruang Luar adalah ruang yang dirancang sehingga mempunyai arti sepenuhnya

dan memiliki tujuan tertentu. Apabila orang berada di luar pembatas Ruang Luar

dan melihat ke dalam, maka ruang yang berada di dalam pembatas disebut Ruang

Positif dan yang di luar Ruang Positif adalah Ruang Negatif. Ruang Positif adalah

suatu ruang yang mempunyai sifat memusat ke dalam dan Ruang Negatif bersifat

menyebar, meluas tanpa batas.

B. Di dalam perancangan Ruang Luar dapat pula mengadakan pengulangan-

pengulangan terhadap Ruang Positif sesuai dengan kebutuhan.

C. Ruang Luar (negatif) adalah ruang yang berada di luar bangunan, sedangkan

Ruang Dalam (positif) adalah ruangan di dalam bangunan, di tengah-tengah ruang

positif dan negatif disebut Ruang Antara.

Kepustakaan :

Ashihara, Yoshinobu., Sugeng Gunadi (penterjemah). 1983. Merancang Ruang Luar.

Surabaya: P.T. Dian Surya.

Hindarto, Probo. 2012. Perbedaan Ruang Dalam, Ruang Antara, dan Ruang Luar.

Astudioarchitect.com http://www.astudioarchitect.com/2014/02/perbedaan-

ruang-dalam-ruang-antara-dan.html#ixzz3giQcF0AP

Page 66: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

66

BAB IV

PERANCANGAN RUANG LUAR

PADA SENI MONUMENTAL

A. Dua Jenis Ruang Pokok pada Ruang Luar

Ruang Luar merupakan sebuah lingkungan luar yang mempunyai peranan

sebagai pendukung nilai monumental pada karya seni monumental. Oleh karena itu

dalam merancang Ruang Luar, tata letak atau layout mempunyai peranan yang penting

dan merupakan dasar di dalam perancangan Ruang Luar tersebut.

Secara garis besar Ruang Luar dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

1. Ruang Luar untuk kepentingan orang berjalan kaki.

2. Ruang Luar untuk kepentingan kendaraan, misalnya untuk parkir atau keluar

masuk kendaraan.

B. Ruang Gerak dan Ruang Tinggal

Ruang Luar bagi kepentingan manusia berjalan kaki merupakan ruang yang

dapat digunakan untuk bermacam-macam aktifitas. Ruang ini dapat dibagi lagi manjadi

dua macam, yaitu: ruang untuk bergerak atau disebut Ruang Gerak dan ruang untuk

tinggal atau disebut Ruang Tinggal.

Ruang Gerak adalah ruang untuk aktifitas sesuai dengan kegunaan yang

diperlukan sehubungan dengan karya seni monumentalnya. Di dalam merancang

Ruang Gerak sebaiknya diusahakan luas, datar, dan tanpa suatu penghalang.

Ruang Gerak ini biasanya digunakan sebagai berikut :

1. Untuk menuju ke tempat penting yang merupakan pusat tujuan.

2. Untuk berjalan-jalan dengan bebas.

3. Untuk aktifitas olah raga atau pertandingan.

4. Untuk aktifitas-aktifitas yang bersifat massal seperti upacara, parade, dan

sebagainya.

Page 67: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

67

1. Ruang Gerak

Ruang yang menjadi tempat aktifitas di luar Ruang Tinggal biasanya juga

disebut sebagai ruang terbuka atau ruang terbuka hijau. Ruang Terbuka Hijau adalah

bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah (perkotaan) yang diisi

oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat

langsung dan tidak langsung yang dihasilkan oleh Ruang Gerak dalam kota tersebut,

yaitu: keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah. Ruang Gerak

atau Ruang Terbuka Hijau di kawasan perkotaan didefinisikan melalui Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 sebagai bagian dari ruang terbuka suatu

kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat

ekologi, sosial, budaya, ekonomi, dan estetika (Khairunnisa, tt: 2). Ruang Terbuka

Hijau adalah area memanjang atau mengelompok yang penggunaannya lebih bersifat

terbuka, sebagai tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun

yang sengaja ditanam (UUPR No 26 Tahun 2007) (Kusuma, 2013: 155).

Berdasarkan bobot kealamiannya, bentuk Ruang Terbuka Hijau dapat

diklasifikasi menjadi dua macam, yaitu:

1. Bentuk Ruang Terbuka Hijau alami (habitat liar atau alami, kawasan lindung).

2. Bentuk Ruang Terbuka Hijau non alami atau binaan (pertanian kota,

pertamanan kota, lapangan olah raga, pemakaman).

Berdasarkan sifat dan karakter ekologisnya diklasifikasi menjadi dua, yaitu:

1. Bentuk Ruang Terbuka Hijau kawasan (areal, non linear).

2. Bentuk Ruang Terbuka Jalur (koridor, linear).

Berdasarkan penggunaan lahan atau kawasan fungsionalnya diklasifikasi

menjadi lima macam, yaitu:

1. Ruang Terbuka Hijau kawasan perdagangan.

2. Ruang Terbuka Hijau kawasan perindustrian.

3. Ruang Terbuka Hijau kawasan permukiman.

4. Ruang Terbuka Hijau kawasan pertanian.

Page 68: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

68

5. Ruang Terbuka Hijau kawasan khusus, seperti pemakaman, hankam, olahraga,

alamiah.

Berdasarkan status kepemilikan, Ruang Terbuka Hijau diklasifikasikan menjadi

dua, yaitu:

1. Ruang Terbuka Hijau publik, yaitu ruang terbuka hijau yang berlokasi pada

lahan-lahan publik atau lahan yang dimiliki oleh pemerintah (pusat, daerah).

2. Ruang Rerbuka Hijau privat atau non publik, yaitu ruang terbuka hijau yang

berlokasi pada lahan-lahan milik privat (Khairunnisa, tt: 3).

a. Fungsi dan Manfaat

Ruang Gerak atau Ruang Terbuka, baik Ruang Terbuka Hijau publik maupun

privat, memiliki fungsi utama (intrinsik) yaitu fungsi ekologis, dan fungsi tambahan

(ekstrinsik) yaitu fungsi arsitektural, sosial, dan ekonomi. Dalam suatu wilayah

perkotaan empat fungsi utama tersebut dapat dikombinasikan sesuai dengan

kebutuhan, kepentingan, dan keberlanjutan. Ruang terbuka berfungsi ekologis, yang

menjamin keberlanjutan suatu wilayah secara fisik, harus merupakan satu bentuk ruang

terbuka yang berlokasi, berukuran, dan berbentuk pasti dalam suatu wilayah, seperti

ruang terbuka untuk perlindungan sumber daya penyangga kehidupan manusia dan

untuk membangun jejaring habitat kehidupan liar. Ruang terbuka untuk fungsi-fungsi

lainnya (sosial, ekonomi, arsitektural) merupakan pendukung dan penambah nilai

kualitas lingkungan dan budaya kota tersebut, sehingga dapat berlokasi dan berbentuk

sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya, seperti untuk keindahan, rekreasi, dan

pendukung arsitektur. Menurut Blound dan Hunhammar (1999), pepohonan pada ruang

terbuka hijau di kawasan perkotaan memberikan berbagai kontribusi kepada ekosistem,

meliputi konservasi biodiversitas, menghilangkan polutan atmosfer, menyediakan

oksigen, mengurangi kebisingan, mitigasi terhadap urban heat island, pengendali iklim

mikro, menjaga kestabilan tanah, dan fungsi ekologis lainnya (Khairunnisa, tt: 3).

Page 69: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

69

Manfaat ruang terbuka berdasarkan fungsinya dibagi atas manfaat langsung

(dalam pengertian cepat dan bersifat tangible) seperti mendapatkan bahan-bahan untuk

dijual (kayu, daun, bunga), kenyamanan fisik (teduh, segar), keinginan; dan manfaat

tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat intangible) seperti perlindungan tata air

dan konservasi hayati atau keanekaragaman hayati. Fungsi Ruang terbuka berdasarkan

Inmendagri No.14/1988 dalam Arifin (tt: 3-4), yaitu:

1. Areal perlindungan bagi berlangsungnya fungsi ekosistem dan penyangga

kehidupan.

2. Sarana untuk menciptakan kebersihan, kesehatan, keserasian, dan keindahan

lingkungan.

3. Sarana rekreasi.

4. Pengaman lingkungan hidup perkotaan terhadap berbagai macam

pencemaran baik darat, perairan, maupun udara.

5. Sarana penelitian dan pendidikan serta penyuluhan bagi masyarakat untuk

membentuk kesadaran lingkungan.

6. Tempat perlindungan plasma nutfah.

7. Sarana untuk mempengaruhi dan memperbaiki iklim mikro.

8. Pengatur tata air.

b. Pola dan Struktur Fungsional

Pola ruang terbuka merupakan struktur yang ditentukan oleh hubungan

fungsional (ekologis, sosial, ekonomi, arsitektural) antar komponen pembentuknya.

Pola ruang terbuka terdiri dari:

1. Ruang terbuka struktural.

2. Ruang terbuka non struktural.

Ruang terbuka struktural merupakan pola yang dibangun oleh hubungan

fungsional antara komponen pembentuknya yang mempunyai pola hierarki planologis

yang bersifat antroposentris. Ruang terbuka tipe ini didominasi oleh fungsi-fungsi non

Page 70: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

70

ekologis dengan struktur binaan yang berhierarki. Contohnya adalah struktur

berdasarkan fungsi sosial dalam melayani kebutuhan rekreasi luar ruang (outdoor

recreation) penduduk perkotaan seperti yang diperlihatkan dalam urutan hierakial

sistem pertamanan kota (urban park system) yang dimulai dari taman perumahan,

taman lingkungan, taman kecamatan, taman kota, taman regional, dan lain-lain. Ruang

terbuka non struktural merupakan pola yang dibangun oleh hubungan fungsional antara

komponen pembentuknya yang umumnya tidak mengikuti pola hierarki planologis

karena bersifat ekosentris. Tipe ini memiliki fungsi ekologis yang sangat dominan

dengan struktur ruang alami yang tidak berhierarki. Contohnya adalah struktur yang

dibentuk oleh konfigurasi ekologis bentang alam perkotaan tersebut, seperti kawasan

lindung, perbukitan yang terjal, sempadan sungai, sempadan danau, pesisir, dan

sebagainya. Suatu wilayah perkotaan, pola ruang terbuka kota tersebut dapat dibangun

dengan mengintegrasikan dua pola ruang terbuka berdasarkan bobot tertinggi pada

kerawanan ekologis kota (tipologi alamiah kota: kota lembah, kota pegunungan, kota

pantai, kota pulau, dan lain-lain) sehingga dihasilkan suatu pola yang struktural

(Departemen Pekerjaan Umum, tt: 4).

Gambar 65. Ruang Gerak atau Ruang Terbuka Hijau di area perkotaan.

(Sumber: www.gardenmatrial.com)

Page 71: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

71

c. Elemen Pengisi Ruang Gerak atau Ruang Terbuka

Ruang terbuka dibangun dari kumpulan tumbuhan dan tanaman atau vegetasi

yang telah diseleksi dan disesuaikan dengan lokasi serta rencana dan rancangan

peruntukkannya. Lokasi yang berbeda (seperti pesisir, pusat kota, kawasan industri,

sempadan badan-badan air, dan lain-lain) akan memiliki permasalahan berbeda yang

selanjutnya berkonsekuensi pada rencana dan rancangan ruang terbuka yang berbeda.

Guna keberhasilan rancangan, penanaman, dan kelestarian ruang terbuka maka

sifat dan ciri serta kriteria arsitektural dan hortikultural tanaman dan vegetasi penyusun

ruang terbuka harus menjadi bahan pertimbangan dalam menseleksi jenis-jenis yang

akan ditanam. Persyaratan umum tanaman untuk ditanam di wilayah ruang gerak atau

ruang terbuka perkotaan menurut Departemen Pekerjaan Umum (tt: 5) antara lain:

1. Disenangi dan tidak berbahaya bagi masyarakat.

2. Mampu tumbuh pada lingkungan yang marjinal (tanah tidak subur, udara

dan air yang tercemar).

3. Tahan terhadap gangguan fisik (vandalisme).

4. Perakaran dalam sehingga tidak mudah tumbang.

5. Tidak gugur daun, cepat tumbuh, bernilai hias dan arsitektural.

6. Dapat menghasilkan O2

dan meningkatkan kualitas lingkungan.

7. Bibit atau benih mudah didapatkan dengan harga yang murah dan terjangkau

oleh masyarakat.

8. Prioritas menggunakan vegetasi endemik atau lokal.

9. Keanekaragaman hayati.

Jenis tanaman endemik atau jenis tanaman lokal yang memiliki keunggulan

tertentu (ekologis, sosial budaya, ekonomi, arsitektural) dalam wilayah kota menjadi

bahan tanaman utama penciri ruang terbuka kota, yang selanjutnya akan dikembangkan

guna mempertahankan keanekaragaman hayati daerah dan juga nasional.

Page 72: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

72

Gambar 66. Jenis tanaman pada ruang gerak atau ruang terbuka yang harus disesuaikan

dengan perancangan.

(Sumber: www.pekanbaru.co)

2. Ruang Tinggal

Ruang Tinggal adalah ruang yang digunakan untuk tempat tinggal, tidur,

duduk-duduk santai, istirahat, menunggu, menikmati pemandangan, dan sebagainya.

Ruang Tinggal sebaiknya dilengkapi dengan pohon-pohon peneduh, lampu-lampu

penerangan, dan kalengkapan-kelengkapan lain sesuai dengan kepentingan yang

dimaksudkan. Ruang tinggal dalam sebuah rumah tinggal selalu berhubungan dengan

aktifitas manusia. Ruang tidak hanya indah dalam warna, bentuk, dan rupa, tetapi juga

menunjang terbentuknya tingkah laku, pengorganisasi gaya hidup, dan dapat

menggugah daya khayal, serta dapat menyumbangkan secara nyata untuk ketentraman,

kesenangan, dan pertumbuhan manusia yang tinggal di situ, serta memperkenalkan

kenikmatan pribadi, rasa aman, dan membuktikan bahwa ruang yang ada hubungannya

Page 73: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

73

dengan kepribadian dapat menunjang lingkungan hidup di mana manusia tinggal

menjadi lebih baik (Wardani, 2004: 42).

Keharmonisan dalam tata ruang tinggal sudah pasti akan mempengaruhi hidup

dan kehidupan manusia. Suatu saat seseorang betah dan nyaman duduk di suatu

ruangan, baik ruang tamu, ruang rapat, atau ruang apapun. Namun bisa juga seseorang

merasa ingin segera meninggalkan suatu ruangan itu karena merasa gerah, merasa

lelah, dan tidak nyaman. Kesadaran orang akan pentingnya berbagai unsur dalam

bangunan ruang tinggal atau rumah, seperti sirkulasi udara, pencahayaan, keamanan

dan estetika, tampaknya semakin tinggi. Karena berbedanya fungsi ruangan, maka

penanganannya pun sedikit berbeda. Meletakkan kursi sofa di ruangan keluarga, tentu

tidak sama dengan menempatkan kursi makan di ruang bersantap. Selain perlu

dipelajari dulu sifat ruangan, yang perlu dilakukan adalah mempertimbangkan ukuran,

bentuk dan proporsi ruangan yang hendak diisi, termasuk mencermati letak jendela,

pintu, sampai jarak antara langit-langit dengan lantai. Semuanya itu berpengaruh pada

keputusan tentang bentuk perabot maupun penataannya. Ruangan yang tidak terlalu

besar dengan langit-langit amat tinggi, akan semakin terasa meninggi apabila bentuk

perabotnya cenderung ke atas. Demikian juga pengaruh warna maupun kekontrasan

yang dapat mempengaruhi kedramatisan ruang. Dominan gelap akan membuat ruang

berkesan hangat dan lebih kecil. Warna terang membuat ruang berkesan lapang,

menyegarkan, tetapi kadang monoton (Ching, 1996).

Kenyamanan dan kreativitas dapat juga dipengaruhi oleh warna seperti dapat

dipelajari pada alam sekitar dengan warna bunga, burung, kupu-kupu dan sebagainya

yang semua itu memiliki arti tertentu. Oleh karena itu, warna adalah suatu cara untuk

mempengaruhi ciri khas suatu ruang tinggal atau gedung. Badan manusia bereaksi

sensitif terhadap rangsangan dari masing-masing warna. (Sayoso, 2004: 169). Warna

juga merupakan unsur penting dalam desain, karena dengan warna, suatu karya desain

akan mempunyai arti dan nilai lebih (added value) dari utilitas karya tersebut. Dengan

Page 74: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

74

warna dapat diciptakan suasana ruang yang berkesan kuat, menyenangkan, dan

sebaginya, sehingga secar psikologis memberi pengaruh emosional (Pile, 1995).

Setiap warna memiliki sifat-sifat tertentu, tidak hanya mempengaruhi

kenyamananan manusia, melainkan juga mempengaruhi suasana dan kesan suatu ruang

tinggal. Tentu saja letak warna sangat berarti dalam ruang tinggal karena pengaruh

warna bisa berbeda apakah berada pada lantai, pada dinding, atau pada langit-langit.

Karena setiap warna memiliki frekuensi tertentu, maka pengaruhnya tehadap manusia

juga berbeda. Menurut Sayoso (2004: 171) pada praktek pengetahuan, warna juga

dapat dimanfaatkan untuk mengubah atau memperbaiki proporsi ruang tinggal secara

visual demi peningkatan kenyamanan, misalnya:

1. Langit-langit yang terlalu tinggi dapat “diturunkan” dengan warna yang hangat

dan agak gelap.

2. Langit-langit yang agak rendah diberi warna putih atau cerah, dinding bagian

paling atas juga diberi warna putih, sehingga kesan langit-langit seolah-olah

melayang dengan suasana yang sejuk.

3. Warna-warna yang aktif seperti: merah atau oranye pada bidang yang luas

memberi kesan memperkecil ruang.

4. Ruang yang agak sempit panjang dapat berkesan pendek dengan memberi

warna hangat pada dinding bagian muka, sedangkan dapat berkesan panjang

dengan menggunakan warna dingin.

5. Dinding samping yang putih memberi kesan luas ruang tersebut.

6. Dinding, lantai, dan langit-langit tidak seharusnya diberi warna yang sama. Jika

dinding bergaris horisontal ruang terkesan terlindung, sedangkan yang bergaris

vertikal berkesan lebih tinggi.

Menurut Frick (2003) ruang tinggal atau rumah dapat dianggap sebagai kulit

manusia ketiga atau pakaian di luar pakaian yang menempel di tubuhnya. Membeli

rumah dapat dibayangkan seperti seorang yang membeli kemeja baru, ada yang dari

kain sintesis dan ada juga yang dari kain katun. Tentu saja pembeli merasa lebih segar

Page 75: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

75

dengan kemeja dari katun walaupun kurang lama tahan dan membutuhkan alat setrika

dan sebagainya.

Saat ini, penataan ruang tinggal atau rumah dengan luas terbatas sangat

dipengaruhi kebutuhan masing-masing individu (manusianya). Banyak ruang tinggal

yang mengalami alih fungsi. Misalnya, kamar tidur untuk tamu menjadi ruang ganti

pakaian (wardrobe), ruang keluarga dan ruang tamu menjadi satu yaitu tempat

berkumpulnya keluarga dengan nyaman (greatroom). Tidak jarang pula kamar kerja

berfungsi ganda sebagai kamar tidur tamu juga. Jika masih ada kamar ekstra, biasanya

digunakan menjadi ruangan media elektronik yang kian diminati. Kini dengan semakin

canggihnya peralatan dapur, tidak perlu dirisaukan lagi tentang keberadaan dapur yang

kotor. Satu dapur harus bisa mengakomodasi keperluan makan seisi rumah tanpa

mengganggu ruangan lainnya (Sayoso, 2004: 172).

C. Sequence (Urutan atau Rangkaian)

Agar ruang dapat berperanan mempengaruhi perasaan orang maka harus

terdapat pembukaan-pembukaan, penyempitan-penyempitan, atau perubahan

ketinggian, perbedaan-perbedaan yang mudah diketahui maupun titik-titik sebagai

orientasi. Jalan yang lurus tanpa ujung pangkal tidak akan mempunyai arti apa-apa.

Orang biasanya secara naluriah menginginkan perjalanan mereka berakhir pada tanda-

tanda yang mudah diingat atau dikenang, misalnya jalan yang berputar atau berbelok

sekian kali yang sifatnya menahan atau melepaskan seseorang karena akan

memberikan suatu kesan terhadap pengalaman-pengalaman visual yang beragam dan

dapat mengejutkan ataupun menyenangkan.

Di dalam perancangan Ruang Luar dapat menggunakan pengulangan-

pengulangan Ruang Positif. Pengulangan ini sebenarnya merupakan suatu rancangan

yang menerapkan teknik sequence atau urutan. Teknik sequence adalah untuk

memberikan pengalaman berupa urutan atau rangkaian dengan cara membuat

pengulangan-pengulangan sebelum seseorang mencapai obyek sebagai pusat

tujuannya.

Page 76: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

76

Ada dua hal yang dapat ditempuh dalam memanfaatkan sequence, yaitu: dalam

merancang Ruang Luar dapat menampilkan seluruh pemandangan terhadap obyek

sejak awal atau permulaan dan secara berangsur-angsur, tahap demi tahap. Dalam hal

ini perancang harus memilih salah satu dari dua cara tersebut berdasarkan kebutuhan.

Apabila yang dipilih adalah cara pertama, yaitu sajak awal seluruh pemandangan serta

obyek yang dituju sudah terlihat, maka sequence dapat berupa pembukaan atau

penyempitan jalan pada urutan pintu-pintu gerbang yang dibuat berulang pada jarak

tertentu, atau dengan cara membuat perbedaan tinggi lantai yang berulang, atau dapat

juga menggunakan gabungan dari dua cara tersebut.

Jika memilih cara kedua, yaitu obyek disembunyikan terlebih dulu atau

berangsur-angsur nampak, rancangan dapat sebagai berikut: Sequence berupa

pembelokkan arah jalan secara tegak lurus setelah sampai pada rintangan misalnya

dinding. Dengan demikian pemandangan yang terlihat jauh tidak akan langsung

nampak. Sehingga dapat menambah kesan yang mendalam terhadap obyek. Perubahan-

perubahan arah dengan sudut 96° bagi orang berjalan merupakan perubahan terhadap

pemandangan seluruhnya dan dapat pula menjadikan variasi pada ruang serta

menghilangkan kesan membosankan. Jadi suatu obyek yang kadang-kadang nampak,

kadang-kadang lenyap dari penglihatan adalah bergantung pada gerakan dari

pengamat. Di samping mengadakan perubahan arah juga terdapat cara lain, yaitu

membuat suatu pengulangan pada tinggi rendahnya permukaan lantai dan luas maupun

sempitnya anak tangga.

Page 77: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

77

Gambar 67. Perubahan tinggi permukaan lantai yang berulang atau berurutan pada kompleks

Garuda Wisnu Kencana, Bali.

(Sumber: traveltextonline.com)

Gambar 68. Bagan arah pandang pada Sequence

Page 78: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

78

Saat seseorang berdiri pada kaki tangga maka tangga yang lain yang berada di

atas tidak akan nampak karena jarak antara kedua tangga sangat besar atau luas.

Kemudian wujud dari tangga pertama menjadi suatu garis horizon bagi pandangan

orang tersebut. Apabila seseorang menaiki tangga pertama setapak demi setapak maka

tangga berikutnya yang berada di atas berangsur-angsur nampak. Demikian seterusnya,

sehingga apabila pada anak tangga teratas yang merupakan horizon terdapat obyek

yang muncul dengan tiba-tiba, maka obyek tersebut akan merupakan pusat perhatian.

Kemudian bila orang tadi menaiki tangga selanjutnya, sedikit demi sedikit obyek yang

menjadi pusat perhatian akan menampakkan diri. Cara ini juga diterapkan pada sebuah

kompleks olahraga, yakni Park Olimpiade Komazawa di Tokyo, Jepang. Sebagai

hasilnya menara kompleks olahraga tersebut nampak sekali kualitas monumentalnya.

Kesan dan perasaan yang diperoleh seseorang merupakan pengalaman yang

berbeda saat menuruni tangga. Orang pada waktu menuruni tangga sudah merasa puas,

sehingga pada umumnya tidak akan lama mengalami perasaan tersebut. Berbeda pada

saat menaiki tangga yang penuh dengan harapan dan penuh semangat untuk mencapai

sesuatu. Bagi seniman yang menciptakan seni monumental, pengetahuan tentang

perancangan Ruang Luar ini sangat penting. Terutama karena merupakan salah satu

faktor pendukung yang dapat menampilkan nilai monumental. Di dalam

pelaksanaannya yang menyangkut perancangan Ruang Luar yang sedemikian besar,

sudah sewajarnya jika melibatkan ahli-ahli lainnya, misalnya arsitek dan sebagainya

karena beberapa hal dalam uraian ini tidak diberikan sampai detail terutama mengenai

faktor-faktor lain yang menyangkut ukuran-ukuran, skala dan lain-lainnya.

Page 79: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

79

Gambar 69. Pemandangan menara kompleks olahraga Komazawa yang tampak berubah-ubah

ketika orang menaiki tangga.

(Sumber: tadaimajp.com)

Page 80: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

80

RANGKUMAN

A. Ada dua jenis ruang yang pokok pada Ruang Luar, yaitu Ruang Luar untuk

kepentingan manusia berjalan kaki dan Ruang Luar untuk kepentingan kendaraan.

B. Ruang Luar untuk kepentingan manusia dibedakan lagi menjadi dua macam, yaitu

ruang untuk bergerak yang disebut sebagai Ruang Gerak; dan ruang untuk tempat

tinggal yang disebut Ruang Tinggal.

C. Agar Ruang Luar dapat berperan mempengaruhi perasaan orang, maka harus

mendapat pembukaan-pembukaan, penyempitan-penyempitan atau perubahan

ketinggian dan sebagainya. Perubahan-perubahan tadi berupa pengulangan-

pengulangan dan biasanya merupakan sequence atau urutan. Ada dua hal di dalam

memanfaatkan teknik sequence dan harus memilih salah satu dari dua cara tersebut

berdasarkan kepada kebutuhan.

Kepustakaan :

Arifin, Sri Sutarni. Tt. Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Kota

Tengah Kota Gorontalo. Jurusan Teknik Arsitektur, Universitas Negeri

Gorontalo.

Ashihara, Yoshinobu., Sugeng Gunadi (penterjemah). 1983. Merancang Ruang Luar.

Surabaya: PT. Dian Surya.

Ching, Francis D. K. 1996. Interior Design Illustrated. New York: Van Nostrand

Reinhold Company Inc.

Departemen Pekerjaan Umum. Tt. Pengembangan Sistem RTH di Perkotaan. Makalah

Lokakarya dalam Rangkaian Acara Hari Bakti Pekerjaan Umum ke-60,

Direktorat Jenderal Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum, Ruang

Terbuka Hijau (RTH) Wilayah Perkotaan. Lab. Perencanaan Lanskap

Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian, IPB.

Khairunnisa, Ezra Salikha. Tt. Evaluasi Fungsi Ekologis Ruang Terbuka Hijau di Kota

Bandung dalam Upaya Pengendalian Iklim Mikro Berupa Pemanasan Lokal dan

Page 81: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

81

Penyerapan Air (Studi Kasus: Taman-Taman di WP Cibeunying). Bandung:

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota SAPPK, Perencanaan Wilayah dan Kota,

Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan, ITB.

Kusuma, Bagas Harta. 2013. Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau Sebagai Penopang

Kawasan Mixed Use pada Koridor Jalan Fatmawati Semarang. Jurnal Teknik

PWK Volume 2, Nomor 1, 2013. Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota,

Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro.

Sayoso, Ign Dono. 2004. Desain Interior Berdasar pada Kebutuhan Sosial dan

Material Ekologis. Dimensi Interior, Vol. 2, No. 2, Desember 2004. Desain

Interior, Fakultas Seni dan Desain, Universitas Kristen Petra.

Pile, John F. 1995. Interior Design. New York: Harry N. Abrams Inc.

Snyder Cs, Yames C., Ir. Hendro Sangkoyo (penterjemah). 1985. Pengantar Arsitektur.

Jakarta: Erlangga.

Talbot, Hamlin. Tt. Prinsip-prinsip Komposisi. Terjmahan. Bandung.

Wardani, Laksmi Kusuma. 2004. Pola Tata Letak Ruang Hunian-Usaha pada Rumah

Tinggal Tipe Kolonial di Pusat Kota Tuban. Dimensi Interior, Vol. 2, No. 1, Juni

2004: 37–50. Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain. Universitas Kristen

Petra Surabaya.

Wilson, Forrest. 1971. Structure the Essence of Architecture. New York: Van Nostrand

Reinhold Company.

Page 82: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

82

BAB V

MURAL

A. Mural

Mural adalah karya seni lukis dengan media dinding sebagai kanfasnya. Mural

dan grafiti adalah karya seni yang berbeda. Prinsipnya, mural adalah melukis di dinding

(painting), sedangkan grafiti adalah mencoret atau menulis (tagging). Mural berasal

dari bahasa latin “murus” yang artinya dinding, sedangkan grafiti dari bahasa latin

“graphium” yang artinya menulis. Mural kini dikenal dan dilakukan di jalanan.

Sedangkan pada awal mula lahirnya mural, justru karya ini ada di dalam ruangan

(indoor) dan berbeda dengan grafiti yang pada waktu ditemukan di zaman Romawi

kuno sudah dilakukan di luar ruangan (outdoor) dan untuk tujuan protes. Bagi kota-

kota di negara maju, seni mural dan grafiti di jalanan termasuk dalam tindakan

perusakan, sehingga tak jarang tekanan politik kota ikut mendorong beberapa

komunitas maupun individu dalam menguasai tembok kota. Saling menimpa karya

dalam hitungan hari bahkan jam sudah menjadi pemandangan yang wajar dalam perang

mural antarpembuatnya. Pemerintah otoritas kota juga seringkali menghapus karya

jalanan itu dengan dalih ketertiban dan kebersihan kota. Oleh karena itu segala

persiapan sebelum memulai membuat mural sudah dipersiapkan termasuk kamera

untuk mendokumentasikan karya (Wicandra, tt: 3).

Mural merupakan salah satu media yang efektif dan akhir-akhir ini dijadikan

media penyampai pesan secara visual. Susanto (2002: 167), memberikan definisi mural

sebagai lukisan besar yang dibuat untuk mendukung ruang arsitektur. Mural dapat

ditemukan di tembok-tembok kota, dan dapat berupa gambar kartun, manusia, ataupun

hewan. Mural pada dasarnya merupakan salah satu bentuk seni rupa, namun terdapat

pesan-pesan yang terkandung di dalamnya yang ditujukan kepada khalayak umum.

Bagi pembuatnya ada pesan-pesan yang ingin disampaikan melalui mural, oleh karena

itu mural tidak hanya berdiri sendiri tanpa kehadiran ribuan makna.

Page 83: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

83

Bentuk mural harus selalu disesuaikan dengan kegunaan bangunannya. Mural

merupakan bagian dari bangunan atau suatu gedung yang di samping mempunyai

fungsi pokok sebagai penghias, juga dimaksudkan agar dapat menampilkan kesan

agung. Penempatan mural pada suatu bangunan juga ikut menyempurnakan struktur

lainnya yang ada pada bangunan tersebut. Mural pada akhirnya merupakan ekspresi

dari idea bangunan pada ruang. Isi mural dirancang atau diciptakan pada suatu

bangunan atau gedung agar psikologis penghuni nyaman. Mural dapat disebut

fungsional apabila orang yang bekerja atau bermain merasa kerasan di tempat tersebut.

Mural adalah suatu bagian dari seni lukis dan desain yang berhubungan dengan bidang-

bidang permukaan dinding atau langit-langit suatu bangunan maupun lantai, baik di

dalam maupun di luar bangunan. Mural dapat pula terletak pada bidang-bidang dinding

yang dirancang khusus sehingga merupakan gabungan antara karya tri matra dan dwi

matra.

Sebuah mural dapat dianggap sebagai hal yang bersifat mendidik,

mengingatkan, mengangkat, menyenangkan, menyajikan kengerian atau harapan-

harapan maupun bermacam perasaan yang dapat diekspresikan dalam bentuk

visualisasi dengan simbol-simbol. Kegunaan gedung dan ruangan menjadi bermacam-

macam, hal itu diikuti pula oleh penampilan mural yang bermacam-macam, sesuai

dengan kegunaan gedung dan ruang itu. Sebuah bank, pabrik, tempat olahraga,

museum, galeri, dan sebagainya membutuhkan hal itu. Mural menjadi bermacam-

macam bentuk maupun teknisnya, mulai dari yang memillki kecenderungan akrab

sampai pada yang monumental.

Saat menciptakan mural, seniman harus berdasar pada tujuan maupun latar

belakang mengapa mural tersebut diciptakan sehingga dapat memilih bentuk maupun

teknik yang sesuai dengan subject matter-nya. Suatu mural dianggap berhasil apabila

dapat mencerminkan ketenangan, menarik, menyenangkan, mudah dimengerti dan

dirasakan oleh masyarakat yang memiliki berbagai perbedaan baik latar belakang

maupun sudut pandang. Seorang seniman yang merancang mural adalah seorang

Page 84: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

84

seniman yang bekerja untuk masyarakat dan dalam menciptakan karya, tujuannya

untuk memberikan pelayanan terhadap masyarakat. Seperti yang disebutkan oleh

Eleanor Bittermann dalam Art in Modern Architecture, bahwa mural bukanlah sebagai

karya seni murni (fine art) tetapi sebagai karya pakai (apllied art).

Ketika mural dihubungkan dengan keseimbangan lingkungan, maka mural

diharapkan mampu membawa dampak yang cukup besar pada perkembangan kota. Di

tengah arus budaya urban yang sangat tinggi serta tingkat kepadatan masyarakat kota,

perkembangan mural bisa dihubungkan dengan pengindah sudut pandang kota yang

‘hilang’ akibat padatnya pengguna jalan raya, tingginya pemilik kendaraan bermotor

hingga kemacetan yang terjadi. Begitu juga dengan lingkungan yang tidak seimbang

akibat penebangan pohon yang sebenarnya difungsikan sebagai paru-paru kota

menambah panasnya hunian serta tingkat polusi yang tinggi. Hal demikian

dimanfaatkan oleh mural dengan “menawarkan” alternatif bagi indera mata untuk

menangkap kesan estetik ketika hal itu tidak ditawarkan oleh bangunan kota, papan

iklan maupun estetiknya mobil keluaran terbaru (Wicandra, 2005: 132).

B. Persyaratan pada Mural

Seni monumental yang menggunakan mural harus memenuhi beberapa

persyaratan, yaitu penggunaan bahan harus permanen, kuat, tahan lama, dan tidak

mudah rusak. Mural harus mudah dibersihkan ataupun dicuci apabila kotor. Dengan

demikian memudahkan dalam pemeliharaan serta tidak menelan biaya yang mahal

dalam pemeliharaannya, sehingga memenuhi persyaratan sebagai karya monumental.

Menurut Syamsiar (2009: 44-46), ada beberapa hal yang dapat dilakukan dalam

perencanaan pembuatan mural yang baik, yaitu:

1. Seniman mural sebaiknya memiliki pengalaman dalam mengerjakan mural,

terutama mural yang berada di pusat dan jalan kota yang padat dilewati oleh

pengguna jalan, karena orang yang mengapresiasi mural itu tentu lebih banyak.

Selain itu sebaiknya juga belajar tentang seluk beluk penciptaan mural dan efek

Page 85: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

85

samping yang akan dihasilkan dari visualisasi mural yang disampaikan kepada

publik.

2. Gagasan atau isi harus dipikirkan secara mendalam dan menyeluruh, agar dampak

terhadap masyarakat dapat lebih tepat guna dan bermanfaat. Makna atau gagasan

yang terkandung sebaiknya berkaitan dengan kondisi dan situasi di mana mural itu

berada agar masyarakat yang berada di wilayah mural dan pengguna jalan merasa

memiliki. Seperti contoh budaya setempat, pelestarian budaya lokal, kesenian

rakyat, peringatan bahaya narkoba, miras, judi, pembinaan KB, budaya hidup

sehat, toleransi, atau informasi seperti penunjuk jalan, rumah sakit, kantor polisi,

dan sebagainya.

3. Secara visual atau bentuk mengandung nilai estetika, seperti perbandingan antara

gambar dengan pengguna jalan agar dapat terlihat jelas. Komposisi antara lebar

atau luas gambar dengan tembok yang dilukis harus tertata dengan baik.

Pewarnaan yang harmonis serta visualisasi menarik dan enak dipandang mata,

seperti pada ruas jalan yang memiliki kepadatan tinggi dan tidak tertutup oleh

pohon. Dapat diberi warna yang berkesan dingin agar pengguna jalan merasa

nyaman saat melewatinya. Penggunaan warna panas seperti merah, orange, dapat

berkesan menambah hawa panas oleh orang yang melihatnya.

4. Kerjasama yang baik dengan pemerintah kota dan pihak-pihak terkait akan lebih

mendukung proses terlaksananya pembuatan mural, atau juga oleh pihak sponsor,

karena penciptaan mural membutuhkan bahan, alat, dan prasarana lain.

5. Diadakan lomba mural juga akan berpengaruh terhadap variasi mural yang

diciptakan, karena masing-masing peserta memiliki karakter yang berbeda.

6. Usia mural tidak bertahan lama dibandingkan dengan karya konvensional, karena

teretak di luar ruangan yang sangat dipengaruhi oleh cuaca sehingga akan

mempengaruhi hasil mural seperti pengelupasan cat, pemudaran warna, atau tema

yang sudah tidak lagi sesuai dengan kondisi zaman yang berjalan.

Page 86: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

86

7. Diperlukan teknik perspektif dan distorsi yang tepat karena ada perbedaan sudut

pandang. Semakin tinggi arah pandang, titik pandang semakin kecil. Dan semakin

ke atas arah mural maka semakin diperbesar ukuran proporsinya.

C. Jenis Mural

Beberapa hal yang termsauk katagori atau kelompok mural antara lain: 1. Seni

lukis dinding atau pada langit-langit, lantal maupun relief; 2. Mosaic; 3. Tapestry; dan

4. Supergraphics.

1. Seni lukis dinding atau pada langit-langit maupun lantai, merupakan karya mural

yang pada dasarnya teknik pengerjaannya sama dengan seni lukis yang biasa

dikenal. Hanya saja bahan cat yang digunakan dapat bermacam-macam.

2. Mosaic adalah jenis mural yang pada dasarnya ialah menciptakan bentuk karya

menggunakan susunan dari bahan yang berupa potongan-potongan persegi yang

ditempel pada bidang datar. Bahan dari potongan persegi-persegi tersebut dapat

terbuat dari bahan dasar kaca yang berwarna-warni, batu yang berwarna-warni,

bahan keramik dan sebagainya.

3. Tapestry adalah mural yang menggunakan teknik struktur tenun pada tekstil. Mural

jenis ini mempunyai keterbatasan, yaitu sifatnya yang kurang tahan terhadap

beberapa hal, seperti usia, temperatur, kotoran, dan sebagainya. Oleh karena itu

kebanyakan mural jenis ini diletakkan sebagai penghias dinding ruang dalam.

4. Supergraphics adalah suatu jenis mural yang muncul sekitar tahun 1970-an.

Supergraphics pada dasarnya berasal dari kata “super” dalam arti hubungannya

dengan ukuran yang biasanya besar atau luas; dan "graphics" dalam arti rancangan

dua dimensional (dwi matra) berupa kata-kata, huruf-huruf, nomor-nomor yang

banyak digunakan sebagai simbol. Termasuk pula garis-garis, bidang-bidang

Page 87: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

87

dengan warna dan pola-pola bentuk lainnya yang merupakan sebuah arahan untuk

maksud atau tujuan yang mempunyai arti. Supergraphics merupakan suatu teknik

yang dapat mengubah hubungan-hubungan perseptual dengan warna. Jadi aspek

warna adalah penting di dalam Supergraphics. Pola-pola struktural biasa pada

bangunan seperti persegi panjang atau kubus dan sebagainya dapat berubah kesan

menjadi permukaan yang lain. Supergraphics yang menggunakan pola bidang, garis,

huruf, banyak dipengaruhi oleh seni lukis kontemporer yang banyak menggunakan

bidang-bidang warna, garis, dan pola-pola bulatan dan sebagainya.

Banyak pula bagian-bagian interior yang menggunakan sistem identitas

graphics. Misalnya suatu ruang tertentu di beri nomor yang besar sejak dari lantai

ke dinding hingga pada langit-langitnya.

Gambar 70. Mosaic pada lantai taman.

Page 88: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

88

(Sumber: www.kaffefassett.com)

Gambar 71. Detail tampak depan Gambar 70.

(Sumber: www.kaffefassett.com)

Gambar 72. Mosaic pada sebuah dinding ruang dalam.

(Sumber: www.designidea-pics.tk)

Page 89: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

89

Gambar 73. Tapestry sebagai mural di ruang dalam.

(Sumber: www.tapestry-art.com)

Gambar 74. Tapestry dengan teknik tenun seperti pada tekstil.

(Sumber: www.elyribe-tapestry.co.uk)

Page 90: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

90

Gambar 75. Supergraphics sebagai mural pada dinding dan langit-langit ruang dalam.

(Sumber: heythereimdnvallee.wordpress.com)

Gambar 76. Supergraphics dengan pola huruf ukuran besar pada dinding dan pintu.

(Sumber: www.wallpaper.com)

Page 91: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

91

Gambar 77. The "Birmingham" super graphic on the western side of Regions Field exterior

along 14th Street S.

Supergraphic di ruang luar sebuah bangunan.

(Sumber: bhambricks.com)

Gambar 78. Supergraphics dengan unsur bidang warna dan garis pada dinding ruang dalam.

(Sumber: www.pinterest.com)

D. Contoh Mural di Beberapa Negara

Page 92: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

92

1. Mural di Philadelphia.

Mural ini merupakan seni publik yang dimotori oleh komunitas yang kemudian

didukung oleh pemerintah. Tujuan menciptakan mural ini adalah untuk

memperindah kota dan sebagai gerakan melawan tindakan corat-coret dinding

sebagai bagian dari perusakan fasilitas publik.

Gambar 79. Broad and Spring Garden Streets, Philadelphia.

(Sumber: www.heritagepreservation.org)

Page 93: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

93

2. Mural di Belfast, Irlandia Utara.

Mural ini merupakan media komunikasi dalam proses politik yang terjadi pada

tahun 1980-an. Karya mural ini termasuk seni publik karena isi pesan yang

disampaikan adalah representasi masyarakat lokal yang ingin menyampaikan

ajakan kepada masyarakat lain untuk mendukung golongan partai tertentu dalam

politik. Mural dapat dijadikan acuhan untuk melihat kejadian yang sedang

berlangsung di lingkungan tempat mural diciptakan.

Gambar 80. A republican mural in Belfast commemorating the hunger strikes of 1981.

(Sumber: en.wikipedia.org)

3. Mural Tiga Dimensi.

Mural ini merupakan mural kontemporer di Eropa yang menggunakan teknik

perspektif ke dalam atau yang disebut teknik Trompe-l’œil, yang berasal dari

bahasa Perancis yang berarti menipu mata. Mural jenis ini terdapat di jalan-jalan

kota dan juga dinding sebuah bangunan.

Page 94: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

94

Gambar 81. John Pugh paints trompe l'oeil murals on buildings.

(Sumber: www.telegraph.co.uk)

Seniman dalam periode seni modern lebih bebas menginterpretasikan sesuatu

ke dalam sebuah karya seni. Lambat laun, mereka membutuhkan respon masyarakat

untuk mengagumi karya mereka agar dapat diterima melalui seni publik di ruang

publik, bukan hanya di dalam galeri atau museum saja. Menurut Feldman (1967) seni

berperan dalam publik saat ini guna:

1. Mempengaruhi perilaku kolektif masyarakat.

2. Dengan sengaja dibuat untuk diperlihatkan pada publik atau digunakan sebagai

fasilitas publik.

3. Menggambarkan atau mendeskripsikan keberadaan sosial atau sesuatu yang

muncul secara kolektif dari masyarakat dan bukan merupakan persepsi individu

berdasarkan pengalaman personal seniman.

Page 95: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

95

RANGKUMAN

A. Mural berasal dari bahasa latin “murus” yang artinya dinding, sedangkan grafiti

dari bahasa latin “graphium” yang artinya menulis.

B. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam perencanaan pembuatan mural yang

baik, yaitu: Seniman mural sebaiknya memiliki pengalaman; gagasan atau isi harus

dipikirkan secara mendalam dan menyeluruh; secara visual atau bentuk

mengandung nilai estetika; ada kerjasama yang baik dengan pemerintah; dapat

diadakan lomba mural; diperlukan teknik perspektif dan distorsi yang tepat.

C. Jenis mural antara lain: seni lukis dinding pada langit-langit bangunan, lantai dan

relief; mosaic; tapestry; dan supergraphics.

D. Contoh mural: Mural di Philadelphia sebagai gerakan melawan corat-coret; mural

di Belfast, Irlandia Utara sebagai pendukung partai tertentu; dan mural tiga

dimensi sebagai seni mural ilusi yang menipu mata.

Kepustakaan :

Benton, William. 1968. “Mural”, Encyclopeadia Britanica, Vol. 15. Chicago:

Encyclopeadia Britannica, Inc. Publisher.

Laneau, Paul. 1986. Berpikir Gambar bagi Arsitek dan Perancang. Bandung: ITB.

Leach, Sid Del Mar. 1983. ASlD, Techniques of Interior Design Rendering an

Presentation. Toronto: Mc GrawHill Book Company.

Susanto, Mikke. 2002. Diksi Rupa. Yogyakarta: Kanisius.

Syamsiar, Cia. 2009. Bentuk dan Strategi Perupaan Mural di Ruang Publik. Dalam

Jurnal Brikolase Vol. 1. No. 1. Juli 2009. Surakarta: Seni Rupa Murni, ISI.

Page 96: PENDAHULUAN - spada.uns.ac.id

96

Wicandra, Obed Bima. 2005. Berkomunikasi Secara Visual Melalui Mural di

Jogjakarta. NIRMANA, VOL.7, NO. 2, JULI 2005: 126-133. Jurusan Desain

Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain. Universitas Kristen Petra.

_____. Tt. Merebut Kuasa Atas Ruang Publik: Pertarungan Ruang Komunitas Mural

di Surabaya. Surabaya: Program Studi Desain Komunikasi Visual, Universitas

Kristen Petra.

1974. "Mosaic", The Encyclopaedia Americana, Vol 9. New York: Americana

Corporation.